ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS …
Transcript of ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS …
ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH
DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA
ASTI NUR PRATIWI
105951106116
SKRIPSI
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH
BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH
DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA
ASTI NUR PRATIWI
105951106116
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu ( S-1 )
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2021
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirraamaanirraahiim
Puji syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ ala atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini setelah melalui proses yang panjang. Salawat dan salam semogah selalu
tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai satu-satunya teladan kita
dalam menjalani segala aktivitas di atasmuka bumi ini, juga kepada keluarga
beliau, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang selalu istiqamah menjalani
hidup dengan islam sebagai agama satu-satunya yang diridhai Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini mulai
menyusun hingga tahap penyelesaian sepenuhnya masih banyak kekurangan
sebagai akibat dari keterbatasan penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi akan penulis terima
dengan lapang hati. Walaupun demikian, penulis berupaya semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan tugas ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat yang besar baik bagi para pembaca khususnya bagi saya sendiri dan
semua Mahasiswa Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian, Amin.
Penulis mengucapkan terima kasih yang terhingga kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan arahan yang merupakan pengalaman yang
tidak dapat diukur secara materi. Olehnya, dengan segala kerendahan hati Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua Orang
Tua saya terutama Bapak saya Alam Nur dan Ibu saya ST. Maemunah yang
vii
tercinta dengan sabar selalu memberikan dukungan berupa Do’a. Pesan moral dan
materi kepada Penulis.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada
1. Ayahanda Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hikmah, S.Hut.,M.Si.,IPM. Selaku Pembimbing I yang telah
memberikan masukan terhadap penyusunan serta pengetahuan dan
motivasinya.
3. Bapak Ir. Muhammad.Tahnur S.Hut.,M.Si.,IPM. Selaku Pembimbing II yang
telah memberikan masukan terhadap penyusunan serta pengetahuan dan
motivasinya
4. Dr. Ir. Hasanuddin Molo., S.Hut, M.P, IPM sebagai penguji I dan Ir. M,Daud.
S.Hut., M.Si., IPM, C.EIA sebagai penguji II yang tak hentinya memberikan
arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta Staf Tata Usaha
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan.
6. Bapak Andi Muhammad Amin selaku President Direktur PT. Maruki
Internasional Indonesia beserta jajarannya yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
viii
7. Kakak Ashary Alam. S.Pd.,M.Pd. dan Adik Astuti Alawiah selaku saudara
kandung penulis yang telah memberikan dukungan moral berupa materi demi
keberhasilan studi dari saya.
8. Kepada Teman-teman keluarga besar BERINGIN 016 dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan semangat
yang selalu ada untuk peneliti, terima kasih atas persaudaraanya dan
pengertiannya.
Akhirnya Penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Makassar, Februari 2021
Penulis
ix
ABSTRAK
ASTI NUR PRATIWI. 105951106116. Analisis Potensi Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Limbah Di PT. Maruki Internasional Indonesia. Dibimbing oleh Ibunda Hikmah dan Ayahanda Muhammad.Tahnur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pemanfaatan limbah yang bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari industri butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di PT. Maruki Internasional. Dalam pelaksanaan penelitian ini menggiunakan metode kualitatif melalui wawancara pada setiap Factory dari factory 1 sampai Factory 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 jenis kayu yaitu jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album). Jenis limbah kayu yang dihasilkan berupa papan dan balok, sabetan, potongan kayu, tatal, sukita, serbuk kayu, dan debu pengemplasan. Proses pengolahan lanjutan dari limbah kayu berpotensi untuk produk souvenir, produk jam tangan, produk briket kayu, produk anyaman tikar,
Kata Kunci :Jenis Kayu,Jenis Limbah kayu, dan Potensi Produk
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ASTI NUR PRATIWI
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 12 Agustus 1998
NIM : 105951106116
Program Studi : Kehutanan
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BERDASARKAN JENIS DAN UKURAN LIMBAH DI PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini
Makassar, Februari 2021
Asti Nur Pratiwi
105951106116
v
α Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi undang – undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis skripsi ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,
karya ilmiah, penyususan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar Unismuh Makassar.
Dilarang Mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis skripsi dalam bentuk laporan apapupn tanpa izin Unismuh Makassar
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... iv
HAK CIPTA MILIK UNISMUH MAKASSAR, TAHUN 2021 ................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
I. PENDAUHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 5
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1. Kayu ............................................................................................................ 6
2.2. Limbah Industri Kayu ................................................................................. 8
2.3. Jenis – Jensi Industri ................................................................................... 10
2.4. Tantangan Industri Kayu ............................................................................. 11
xii
2.5. Pengolahan Limbah Kayu ........................................................................... 12
2.6. Jenis – Jenis Limbah Kayu .......................................................................... 13
2.7. Kerangka Pikir ............................................................................................ 14
III METODE PENELITIAN .......................................................................... 17
3.1. Waktu dan tempat ........................................................................................ 17
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 17
3.3. Teknik pengumpulan data ........................................................................... 17
3.4. Analisis data ................................................................................................ 19
3.5. Defenisi Operasional ................................................................................... 20
IV. KEADAAN UMUM LOKASI ................................................................... 22
4.1. Gambaran Utama PT. Maruki Internasional Indonesia ............................... 22
4.2. Visi dan Misi Perusahan .............................................................................. 23
4.3. Produk dan Tujuan Pemasaran .................................................................... 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 37
5.1. Jenis Kayu ................................................................................................... 37
5.2. Factory 1...................................................................................................... 40
5.3. Factory 2...................................................................................................... 46
5.4. Factory 3...................................................................................................... 53
5.5. Factory 4...................................................................................................... 57
5.6. Factory 5...................................................................................................... 59
VI. PENUTUP .................................................................................................. 60
6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 60
xiii
6.2. Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Penyajian Data ............................................................................................ 16
2. Limbah Kayu Factory 1 ............................................................................... 40
3. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu ............................................................. 43
4. Limbah Kayu Factory 2 ............................................................................... 46
5. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu ............................................................. 49
6. Limbah Kayu Factory 3 ............................................................................... 53
7. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu ............................................................. 55
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia ............................. 25
2. Jenis Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia roxb) ................................. 38
3. Jenis Kayu Nyato (Palaquium rostratum) .................................................. 38
4. Jenis Kayu Amara (Diospyros celebica ) ..................................................... 39
5. Jenis Kayu Cendrana (Santalum album) ..................................................... 39
6. Jenis Kayu Eboni (Diospyros celebica) ..................................................... 39
7. Jenis kayu Jati (Tectona grandis) ............................................................... 40
8. Limbah Papan Dan Balok ........................................................................... 42
9. Limbah Sabetan ........................................................................................... 42
10. Potensi Produk Papan dan balok (Gagang pisau dan sarangkanya) ........... 45
11. Potensi Produk Sabetan (anyaman gantungan tas) ..................................... 45
12. Prodak souvenir ......................................................................................... 46
13. Limbah Tatal .............................................................................................. 48
14. Limbah Potongan Kayu ............................................................................. 48
15. Limbah Sukita ........................................................................................... 48
16. Potensi Produk Potongan Kayu ( Jam Tangan ) ......................................... 51
17. Potensi Produk Tatal (Alas kandang peternakan hamster ) ........................ 52
18. Potensi Poduk Sukita ( Anyaman Tikar) ................................................... 52
19. Proses Pengemplasan ................................................................................. 54
20. Limbah Serbuk Kayu ................................................................................. 54
xvi
21. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu) .............................................. 56
22. Proses Assembling ..................................................................................... 58
23. Proses Pewarnaan Akhir ............................................................................ 58
24. Proses Packing ........................................................................................... 59
25. Produk Butsudan Siap Di Ekspor ............................................................... 59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Factory I ....................................................................................................... 63
2. Factory 2....................................................................................................... 64
3. Factory 3 ...................................................................................................... 65
4. Produk Souvenir ........................................................................................... 65
5. Potensi Produk Potongan Kayu (Jam Tangan) ............................................ 66
6. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu) ................................................ 66
7.Proses Assembling Pada Factory 4 ............................................................... 67
8. Proses Packing Pada Factory 5 ................................................................... 67
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kayu di indonesia merupakan material struktural dan banyak disediakan
oleh alam dan sangat diminati yang memiliki potensial untuk dipakai sebagai
bahan baku. Sehingga permintaan kayu sebagai bahan baku sangat meningkat
dikarenakan kayu mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Sejalan dengan
kondisi kayu di Indonesia dimana Indonesia mengalami defisit kebutuhan kayu
bulat (log) untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu.
Jenis industri kayu merupakan bagian dari cabang industri yang
mempunyai ciri khusus yang sama atau hasilnya bersifat akhir dalam proses
produksi, yang ditetapkan sesuai klasifikasi dalam Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia. Jenis-jenis Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) hanya
ada 5 (lima) yaitu: Industri penggergajian kayu, Industri serpih kayu (wood chip),
Industri vinir (veneer), Industri kayu lapis (plywood) dan Laminated Veneer
Lumber. Adanya industri yang banyak berkembang, semakin banyak juga bahan
yang dibutuhkan, untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, atau dengan kata
lain untuk memenuhi kebutuhan pasar. Melihat keadaan tersebut bisa dipastikan
bahwa dalam produksi suatu industri, pasti menghasilkan limbah yang terbuang.
Sehingga kurang bermanfaat, misalnya limbah dari bekas potongan dalam
pembuatan kerajinan, dan sebitan bekas pembelahan kayu.
Menurut Komarayati, (1992) yang dimaksud dengan Limbah kayu adalah
sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai ekonomi lagi
dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin
2
masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda. Yang umumnya terdiri
atas: sisa gergajian, sisa potongan panjang dan pendek, dan kulit kayu.
Jenis limbah yang dihasilkan pada industri merupakan sisa potongan
kecil-kecil baik sisa potongan atau sisa belahan kayu yang dianggap tidak
ekonomis lagi dalam suatu proses, waktu, dan tempat tertentu, akan tetapi
mungkin masih dapat dimanfaatkan pada proses, tempat, dan waktu yang
berbeda. Jenis limbah yang dihasilkan seperti sebetan, potongan kayu, limbah
tatal, limbah serbuk, potongan lembaran veener, dan debu pengemplasan.
Pemanfaatan limbah kayu secara umum telah di manfaatkan sebagai papan
blok, papan partikel (particle board) maupun sebagai bahan bakar pemanas dan
arang kayu, bahan kerajinan berupa anyaman dinding, furniture, pembuatan
sangkar burung, pembuatan bantalan palet, pemanfaatan potongan serpihan
sebagai box ikan asin dan box telur.
Perkembangan industri-industri saat ini setidaknya dipengaruhi oleh 2
faktor, yang pertama kemudahan dalam mancari bahan baku berbagai jenis kayu,
yang kedua meningkatnya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun pasar
internasional. Potensi tersebut menjadi salah satu peluang usaha, dan juga dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil penelitian oleh (Cahyandari,(2007)) yang berjudul
pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel
diperoleh data yaitu untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah dengan
mengolahnya menjadi papan partikel, bahwa penggunaan serbuk kayu keras dan
adhesive dari bahan phenol formaldehyde mempunyai sifat mekanik yang paling
3
baik yaitu mempunyai kekuatan tarik 0.46 N/mm 2 dan kekuatan tekuk : 17.26
N/mm 2 dibandingkan penggunaan bahan lainnya.
Penelitian (Purwanto,(2009)) yang berjudul Pengolahan Kayu Di
Kalimantan Selatan. menyebutkan bahwa industri penggergajian kayu
menghasilkan limbah sebesar (40,48 %) volume, terdiri atas sebetan (22,32 %),
potongan kayu (9,39 %) dan serbuk gergaji (8,77 %). Sedangkan limbah industri
kayu lapis sebesar (54,81 %) volume dengan rincian potongan dolok (3,69 %),
sisa kupasan dolok (18,25 %), venir basah (8,50 %), penyusutan (3,69 %), venir
kering (9,60 %), pengurangan tebal (venir kering) (1,90 %), potongan tepi kayu
lapis (3,90 %), serbuk gergaji (2,2 %) dan debu kayu lapis (3,07 %). Pemanfaatan
pada kedua jenis limbah tersebut antara lain sebagai bahan bakar, inti papan blok,
papan blok, papan partikel, dan sambungan venir inti, atau venir belakang kayu
lapis.
Hasil penelitian (Rianto dkk,(2019)) yang berjudul Potensi dan
Pemanfaatan Limbah Gergajian Pada Stand Kayu di Distrik Manokwari Barat
menunjukkan terdapat tiga jenis bahan baku kayu gergajian yaitu Merbau (Intsia
sp.), Matoa (Pometia sp.) dan Rimba Campuran. Jenis limbah yang dihasilkan
berupa sabetan, serbuk, dan tatal. Sortimen olahan balok dan papan sebanyak 30
m3, dihasilkan limbah sebanyak 46,73%/m3 dengan rata-rata jenis limbah sebetan
sebanyak 7,47%/m3, serbuk 6,80%/m3 dan tatal 32,47%/m3. Proses pengolahan
lanjutan dari limbah masih belum terlihat dimana semua limbah biasanya hanya
dibakar.
4
PT. Maruki International Indonesia adalah perusahaan ekspor-impor yang
bergerak di bidang industri manufaktur, perakitan, serta pengolahan kayu
menjadi produk furnitur spesifik bernama Butsudan, yaitu lemari bernilai budaya
dan seni tinggi yang digunakan masyarakat Jepang sebagai tempat
persembahan serta media komunikasi kepada leluhurnya, sehingga target pasar
perusahaan adalah masyarakat Jepang. Perusahaan ini memiliki visi Quality dan
Morality, dimana diterapkan sistem kerja Kaizen, yaitu konsep dari Jepang
tentang perbaikan kualitas (meliputi sumber daya manusia, bahan, peralatan,
pemasok, dan prosedur) secara berkesinambungan. Setiap bahan baku hingga
proses pengerjaan memiliki tingkat pengawasan kualitas yang sangat ketat,
berdasarkan Buku Panduan Factory PT. Maruki International Indonesia serta
observasi awal peneliti.
PT. Maruki sendiri memproduksi lebih dari 1000 jenis dan tipe komponen
Butsudan melalui 5 factory yang terbagi atas unit-unit spesialisasi kerja. Sistem
produksi dilakukan pada setiap factory 1 sampai factory 5 yang menghasilkan
limbah kayu yang berbeda-beda berdasarkan jenis dan ukuran limbah yang
berpotensi menjadi suatu produk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang Analisis Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Limbah Di
PT. Maruki Internasional Indonesia. (Achmad, Yakin.2015)
Limbah – limbah yang dihasilkan di PT. Maruki Internasional Indonesia
mulai Factory 1 hingga Factory 5 hingga saat ini belum di manfaatkan hanya
dibuang saja. Berdasarkan hal tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti Analisis
5
Potensi Pemanfaatan Limbah Berdasarkan Jenis dan Ukuran Limbah di PT.
Maruki Internasioanl Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah penelitian ini adalah jenis-jenis pemanfaatan limbah yang
bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari industri
Butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pemanfaatan limbah
yang bisa dibuat berdasarkan jenis kayu, jenis limbah, dan ukuran limbah dari
industri Butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah hasil
pengolahan industri kayu untuk diolah menjadi suatu prodak dari proses Factory 1
hingga Factory 5 pada sisa potongan yang tidak dimanfaatkan sebagai bahan baku
dalam suatu produk Butsudan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu
1. Pengertian kayu
Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas
sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik.
Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap
volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu
proporsi volume rongga kosong.
Dewasa ini industri perkayuan di Indonesia semakin diminati oleh
negara lain, akan tetapi karakteristik kayu yang dihendaki lebih spesifik,
diantaranya kadar air yang sesuai dengan iklim pada masing-masing negara.
Kadar air yang dikehendaki mencapai hingga dibawah 10 %. Keadaan tersebut
tidak dapat dicapai jika pengeringan dilakukan secara alamiah, karena itu di
perlukan pengeringan buatan ( Budianto, 1996).
2. Sifat-Sifat Kayu
a) Sifat Utama Kayu
Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang.
Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai
sifat-sifat utama,yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu
dibutuhkan manusia.
7
b) Sifat Fisis dan Mekanis kayu
1) Sifat Fisis Kayu
(a) Berat Jenis Kayu
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan
kekuatan dari pada kayu atau sifat-sifat mekanisnya. Makin tinggi
berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula kekuatannya.
(b) Kadar Air Kayu
Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terdapat
dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
tanurnya.
2) Sifat Mekanis Kayu
Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu perlawanan
yang diberikanoleh suatu jenis kayu terhadap perubahan-perubahan
bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya luar.
a. Keteguhan Tarik (Tension Strength)
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan
dan gaya ini bersifat tarik.
b. Keteguhan Tekan (Compression Strength)
Keteguhan tekan adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap gaya-gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus
serat kayu.(Simpson. 1999)
8
2.2. Limbah Industri Kayu
Di Indonesia ada tiga macam industri kayu yang secara dominan
mengkonsumsi kayu dalam jumlah relatif besar, yaitu penggergajian, vinir/kayu
lapis dan pulp/kertas. Yang menimbulkan masalah adalah limbah penggergajian
yang kenyataannya dilapangan masih ada yang di tumpuk sebagian dibuang ke
aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung (ikut menambah
emisi karbon di atmosfir).
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri sekunder adalah industri yang bahan
mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya
Produksi total kayu gergajian Indonesia mencapai 2.6 juta m3 per tahun
(Forestry Statistics of Indonesia 1997/1998). Dengan asumsi bahwa jumlah
limbah yang terbentuk 54,24 persen dari produksi total maka dihasilkan limbah
penggergajian sebanyak 1.4 juta m3 per tahun, angka ini cukup besar karena
mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian.
Adanya limbah yang dimaksud menimbulkan masalah penanganannya
yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya
berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu
dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya
9
menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi terapan dan kerakyatan
sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.
Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berpeluang positif sebagai
contoh teknologi terapan dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam
mengkonversi limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket
arang, arang aktif, arang kompos dan soil conditioning.
Penerapan teknologi aplikatif atau terapan dan kerakyatan ini dapat
dikembangkan menjadi skala besar (pilot dan komersial) baik secara teknis
maupun ekonomis. Keberhasilan pemanfaatan limbah dapat memberi manfaat
antara lain dari segi kehutanan dan industri kayu dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan baku konvensional (kayu) sehingga mengurangi
laju penebangan/kerusakan hutan dan mengoptimalkan pemakaian kayu serta
menghemat pengeluaran bulanan keluarga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Namun demikian mengubah pola kebiasaan masyarakat tidak mudah,
diperlukan proses yang panjang. Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk
kayu gergajian sudah dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif
yang dijual secara komersial. Namun untuk industri penggergajian kayu skala
industri kecil yang jumlahnya mencapai ribuan unit dan tersebar di pedesaan,
limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal, seperti industri penggergajian di
Jambi yang berjumlah 150 buah yang kesemuanya terletak ditepi sungai Batang
hari limbah kayu gergajian yang dihasilkan dibuang ke tepi sungai tersebut
sehingga terjadi proses pendangkalan dan pengecilan ruas sungai teknologi
terapan dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi
10
limbah industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif,
arang kompos dan soil conditioning.(Cahyandari, D. 2007)
2.3. Jenis – Jenis Industri
1. Industri berdasarkan bahan baku
a. Industri ekstaktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh
langsung dari alam, misalnya:Industri kerajinan genteng, batu bata,
dan lain sebagainya.
b. Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil
industri lain. Misalnya, industri kayu lapis dan industri kain.
c. Industri fasilitatif, yaitu kegiatan industri yang menjual jasa seperti
angkutan dan lain-lain.
2. Industri berdasarkan produuk yang dihasilkan
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Misalnya: industri anyaman, industri
konveksi, industri makanan dan minuman.
b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda
yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau
digunakan. Mislanya: industri permintalan benang, industri ban, industri
baja, industri tekstil.
c. Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau
benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah
atau membantu kebutuhan masyarakat. misalnya industri angkutan,
11
industri perbankan, industri perdagangan dan industri
pariwisata.(Saleh.2007).
2.4. Tantangan Industri Kayu
Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di Indonesia
dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya
ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan produksi
kayu secara lestari. Bila memperhatikan kondisi hutan alam yang makin menurun
berarti makin langkanya bahan baku kayu, serta besarnya tantangan berbagai
aspek khususnya di sektor kehutanan (lingkungan, ekolabel, perdagangan karbon)
maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan pembangunan
kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang
lebih berpihak kepada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan
efisiensi pengolahan hasil hutan serta memaksimalkan pemanfaatan kayu dan
limbah biomassa yang mengarah kepada zero limbah.
Limbah utama dari industri kayu dibedakan menjadi beberapa jenis, di
antaranya kulit kayu, potongan-potongan kecil dan serpihan-serpihan kayu hasil
penggergajian dan pemotongan, serta serbuk kayu dan debu. Limbah tersebut
sangat sulit dikurangi. Saat ini, kebanyakan produsen hanya dapat memanfaatkan
limbah mereka seoptimal mungkin menjadi barang lain yang memiliki nilai
ekonomis, seperti kulit kayu untuk bahan kerajinan, potongan kayu untuk
dijadikan arang, serbuk kayu yang diolah menjadi briket, dan lain sebagainya.
Limbah kayu inilah yang kemudian dapat di daur ulang dan dimanfaatkan
untuk berbagai macam hal dan kerajinan lainnya. Dalam rangka efisiensi
12
penggunaan kayu perlu diupayakan pemanfaatan limbah kayu menjadi produk
yang lebih bermanfaat. namun mereka yang mengerjakan home industri kayu itu
rata-rata adalah pengusaha kecil dan menengah. Meski sudah dipasarkan hingga
keluar kota, para perajin mengaku belum mampu melakukan ekspor.
Hambatannya adalah kualitas dan pengetahuan yang masih minim.
Beribu lembar kayu irisan dengan ukuran standar itu ternyata setiap pabrik
menghasilkan juga limbah kayu yang ukurannya tidak standar. Limbah itu ada
yang besar, lebar, sempir, panjang dan pendek sesuai dengan sisa gergajian dari
kayu asli yang masuk ke dalam mesin-mesin gergajian otomatis yang merajai
pabrik kayu olahan yang ada di beberapa tempat di Pontianak di Kalimantan
Barat. Kayu-kayu limbah sisa ini hampir tidak ada harganya.
Limbah ini dibuang begitu saja oleh pabrik pengolah, bahkan kadang-
kadang bisa menjadi limbah yang berbahaya karena tidak ada yang
memanfaatkannya, tertumpuk liar di tempat pembuangan limbah di sekitar pabrik
atau di tempat-tempat pembuangan limbah yang makin sarat dengan limbah
serupa. Dengan adanya sentuhan seni seperti yang dikerjakan oleh pengrajin di
Bali, mungkin bisa merubah limbah kayu itu menjadi benda seni yang laku
dijual.ini hampir tidak ada harganya..(Saleh,.2007).
2.5. Pengolahan Limbah Kayu
Limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai dan ukuran yang
terpaksa harus dikorbankan dalam bentuk proses produksinya karena tidak dapat
menghasilkan produk (output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan
13
tingkat teknologi pengolahan tertentu yang digunakan (Departmen Pertanian,
1970).
Limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak
bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat
tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang berbeda.
Setiap kegiatan pembalakan maupun penggergajian menghasilkan limbah.
Limbah penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu
yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan karena keterbatasan
tingkat teknologi pengolahan kayu yang ada pada waktu itu. Dengan kata lain
limbah penggergajian merupakan produk sampingan dari suatu proses
penggergajian yang dapat di manfaatkan bila teknologinya telah
tersedia.(Rachman dan Malik, 2011)
2.6. Jenis-jenis Limbah Kayu
Limbah kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa pohon yang
ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak dan bagian diatas
cabang pertama.
2. Limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain berupa
lembaran veneer rusak, log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa
kupasan, potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk
pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.
a. Limbah Sebetan
Limbah sabetan (offcut/slab) adalah limbah yang dihasilkan dari proses
14
pelurusan (aligment) mesin gergaji utama dan gergaji ulang (resaw) untuk
mendapatkan ukuran sortimen yang dihasilkan.
b. Limbah Tatal
Limbah tatal kayu (shaving) adalah limbah yang dihasilkan dari proses
penghalusan permukaan kayu gergajian.
c. Limbah Serbuk
Limbah serbuk (sawdust) adalah limbah yang dihasilkan dari bekas
sayatan (kerf) bilah gergaji, baik pada pembelahan, pemotongan ujung dan
samping.
d. Potongan lembaran veener
Veneer kayu adalah lembaran kayu dengan ketebalan 0.24 mm hinga 3 mm
yang didapat melalui proses pengupasan jenis kayu yang memiliki motif kayu
yang menarik.
e. Debu Pengampelasan
Limbah debu merupakan hasil dari pengemplasan kayu.
f. Pemotongan (Trimming)
Bila ada cacat seperti mata kayu, retak, pecah dan sebagainya dapat
dihilangkan dengan melalui pemotongan.(Rachman dan Malik, 2011)
2.7. Kerangka Pikir
Penelitian diawali dengan penentuan lokasi di PT. Maruki International
Indonesia. Lokasi tersebut dipilih dan dijadikan tempat penelitian dengan harapan
memberikan informasi sebagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat. PT. Maruki
Internasional Indonesia adalah perusahaan ekspor-impor yang bergerak di bidang
15
industri manufaktur, perakitan, serta pengolahan kayu menjadi produk furnitur
spesifik bernama Butsudan, yaitu lemari bernilai budaya dan seni tinggi yang
digunakan masyarakat Jepang sebagai tempat persembahan serta media
komunikasi kepada leluhurnya, sehingga target pasar perusahaan adalah
masyarakat Jepang. Pada proses pengolahan butsudan melalui 5 factory yakni
pada factory 1 antara lain perataaan permukaan, pemotongan, pengirisan dan
laminating, pada factory 2 antara lain pembentukan komponen , pada factory 3
antara lain penghalusan dan pewarnaan awal, pada factory 4 antara lain asemling,
pewarnaan akhir dan packing, tahap akhir factory 5 antara lain siap ekspor. Pada
setiap factory 1 sampai factory 5 menghasilkan limbah yang berbeda beda baik
dilihat dari jenis kayunya, ukurannya dan jenis limbah yang selanjutnya akan di
lakukan analisis pemanfaatan limbah kayu dari setiap factory yang bisa di buat
atau diolah menjadi suatu prodak apa.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Limbah
Ukuran
Potensi Pemanfaatan Limbah
Industri Butsudan PT. Maruki Internasional
Indonesia
Jenis Kayu Jenis Limbah
Factory 1 Factory 2 Factory 3 Factory 4 Factory 5
16
Tabel 1. Penyajian Data
Hasil penyajian data dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Jenis
Limbah
Ulkuran Jenis
Kayu Potensi Produk
Sabetan Papan dan
balok Sukita Tatal
1.
2.
3.
4.
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini direncanakan pada bulan November sampai Desember 2020,
penelitian ini dilakukan di PT Maruki Internasional Indonesia jalan Perintis
Kemerdekaan, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam analisis pemanfaatan antara lain :
1. Alat tulis menulis
2. Laptop
3. kamera
4. Pita Meter
5. Quesioner
Objek dalam penelitian ini adalah pemanfaatan limbah berdasarkan jenis dan
ukuran limbah di PT. Maruki Internasional Indonesia.
3.3.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Studi Pustaka (Library Research)
Stadi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku-buku yang berkenaan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan
dioleh dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan
bahasa. Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan
18
sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping
itu dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi
tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti
tidak merupakan duplikasi.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Stadi lapangan yaitu peninjauan yang dilakukan langsung oleh penulis
pada PT. Maruki Internasional Indonesia yang menjadi objek penelitian
dengan tujuan yakni, untuk mengetahui apakah manfaat limbah berdasarkan
jenis dan ukuran limbah.
a. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi
secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang
menangani masalah yang diteliti dan potensi pemanfaatan limbah kayu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang mengenai catatan buku, media elektronik, media cetak dan
sebagainya. Data yang diperoleh dengan cara mengambil data laporan
dengan mengajukan surat penelitian dan melakukan pengukuran terhadap
volume limbah kayu.
19
3.4. Analisis Data
Pengolahan data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan
responden tenaga kerja perusahaan dari setiap factory 1 sampai factory 5
dan responden staf perusahaan yang berhubungan dengan factory 1 sampai
factory 5 berupa data berdasarkan jenis kayu, ukuran, dan jenis limbah
yang akan diolah dan digunakan menjadi apa.
b. Pengolahan data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkipsi wawancara pada perusahaan, mengukur ukuran
limbah menggunakan pita meter dengan rumus Panjang x Lebar x Tebal,
mengetik data lapangan, atau menyususn data tersebut ke dalam jenis-jenis
yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
c. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks
naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
d. Penarikan kesimpulan
Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab
fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.
20
3.5. Defenisi operasional
Defenisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas variable yang
diamati. Dan secara tidak langsung, mengacu pada bagaimana mengukur suatu
variable.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka batasan-batasan operasional yang
digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa yaitu :
1. Kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam
alam
2. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan.
3. Limbah kayu adalah kayu sisa hasil olahan berupa sabetan, papan, balok, debu
pengemplasan, tatal, potongan kayu, sukita, dan serbuk kayu.
4. Bantalan adalah kayu yang memiliki ketebalannya 50 cm – 60 cm.
5. Sawntimber (kayu gergajian) adalah kayu yang memiliki ketebalan 0,8 cm, 1,5
cm dan 1,8.
6. Volume adalah perhitungan panjang x lebar x tebal
7. Input adalah bahan baku yang masuk di pabrik dalam bentuk bantalan dan
sawntimber berupa jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis
kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros celebica),
jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu Amara (Diospyros celebica),
Cendana (Santalum album).
21
8. Output adalah bahan baku yang terpakai pada proses pembuatan butsudan.
9. Factory adalah tahap atau alur produksi butsudan.
10. Limbah sukita adalah limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu
lapis.
11. Limbah tatal adalah limbah yang di hasilkan dari proses penghalusan
permukaan kayu gergajian.
12. Butsudan adalah lemari bernilai budaya dan seni tinggi yang digunakan
masyarakat Jepang sebagai tempat persembahan serta media komunikasi
kepada leluhurnya.
22
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Gambaran Utama PT. Maruki Internasional Indonesia
A. Sejarah Singkat Pendiri dan Perkembangan PT. Maruki Intenasional
Indonesia
PT Maruki Internasional Indonesia terdiri pada tanggal 18 juni
1997 dengan nama PT Material Indonesia dan pada tanggal 14 juni 2003
berubah nama menjadi PT Maruki Internasional Indonesia. Perusahaan ini
dipimpin oleh Mr. Yuki Hiro Hitagawa selaku presiden direktur. Produk
utama perusahaan adalah furniture adalah untuk budaya masyarakat jepang
yang disebut butsudan.
Butsudan berfungsi sebagai tempat untuk menghormati dan
berkomunikasi dengan para leluhur yang telah wafat. Terdapat berbagai
macam jenis dan tipe Butsudan, namun umumnya berbentuk lemari.
Butsudan produksi PT Maruki Internasional Indonesia berasal bahan baku
kayu. Komposisi penggunaan material kayu adalah 40% kayu local dan 60%
kayu impor. Negara asal kayu impor, yakni afrika (Gabon), Asia (Thailand
dan Laos) dan Amerika (Mexico). Hasil produksi butsudan hanya di import
ke jepang, karena sifatnya sebagai produk budaya Jepang.
Lokasi perusahaan berada di Kawasan Industri Makassar (KIMA)
dengan luas sekitar 6 Ha. Areal perusahaan berdampingan dengan
pemukiman penduduk. Oleh karena itu sebagai bagian dari masyarakat,
perusahaan sangat memperhatikan kegiatan dan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang sudah berlangsung dan terus berlanjut,
23
diantaranya adalah program beasiswa, penghijauan, taman baca, klinik
kesehatan untuk masyarakat dan berbagai kegiatan sosial lainnya. CSR
berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan ke masyarakat.
Dari sisi sumber daya manusia (SDM), saat ini tercatat 515 orang
karyawan. Terdiri dari 398 orang laki-laki dan 120 orang perempuan,
hampir 60% dari jumlah karyawan merupakan warga sekitar areal
perusahaan. Fasilitasfasilitas perusahaan yang sediakan untuk karyawan
antara lain: klinik kesehatan, bus karyawan, asuransi Kesehatan jamsostek,
sarana ibadah, kantin dan ruang makan.
4.2. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi PT Maruki internasional Indonesia
Pembentukan visi perusahaan merupakan suatu konsep yang
mengarah pada tujuan perusahaan untuk pengembanganya kedepan.
Memandang kedepan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
Visi yang jelas dan matang akan mendorong pengembangan perusahaan.
"Quality and Morality" yaitu perusahaan yang mengedepankan peningkatan
kualitas produksi dan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan serta
menjunjung semangat kerja keras.
2. Misi PT Maruki Internasional Indonesia
Misi merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan perusahaan
untuk mewujudkan visinya. Misi perusahaan PT Maruki Internasional
Indonesia adalah melibatkan segenap unsur karyawan yang mengarah pada
proses perbaikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Perusahaan juga
24
memiliki misi yang lebih khusus selain misi utama perusahaan, misi tersebut
sesuai dengan bidang usaha, bagian yang bersangkutan yang terdapat dalam
perusahaan. Misi dari tiap-tiap bagian organisasi tersebut, diharapkan tetap
mengacu dan sejalan dengan misi utama perusahaan.
3. Struktur PT Maruki Internasional Indonesia Beserta Tugas Operasional
Struktur Organisasi merupakan hubungan bagian-bagian dalam suatu
organisasi atau perusahaan dengan maksud untuk memudahkan dalam
melakukan koordinasi dan melakukan pelimpahan wewenang antar bagian-
bagian dalam perusahaan Dengan adanya struktur organisasi, maka
pembagian tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan
menjadi jelas, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam
pelaksanaan tugas masing-masing bagian dalam perusahaan.
Struktur organisasi dalam perusahaan pada hakekatnya terbagi ke
dalam dua aspek yaitu aspek statis berupa bagan organisasi dan aspek dinamis
berupa tanggung jawab dan tugas bagi etiap orang yang terlibat di dalamnya.
Untuk menunjang kelancaran dan menjalankan operai, manajemen PT.
Maruki International Indonesia membentuk Struktur Organisasi.
25
Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia
Presiden Direktur
Direktur
Komisaris
General Manager Office
Interpreter
Manager Cost and Control
AST Manager Acct
AST Manager HRD
AST. Manager Material & Hory
General Manager Produksi
Manager D and D
Supervisor Material
Supervisor Gambar
Supervisor Sampel
Koujou I Koujou 2 Koujou 3 Koujou 4
Spv. Cutting Spv. Nc and Kazarid
Spv. Kenma Kararin
Spv. Asb Traditional
Spv. Hotpress
Spv. Proses Modan
Spv. Yane / Komiko
Spv. HTT and S Daiwa
Spv. Kenma Kararing
Spv. Kenma KR Modan
Spv. Modan
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia
AST. Manager Rawmaterial
26
a. Bagian Manager Mempunyai Tugas, yaitu :
1. General Manager Produksi: Bertanggung Jawab atas kelancaran seluruh
proses produksi
2. Manager Cost Produksi: Menghitung Seluruh biaya produksi
3. General Manager Ofc: Mengelola order dari Jepang dan disusun dalam
bentuk Schedule Produksi dan mengelola proses Administrasi Produksi,
melakukan Evaluasi dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan dan
sasaran perusahaan, terutama realisasi target hasi leksport.
4. Manager D & D ( Departemen and Development): Mengelola data
Shiosho dari Jepang untuk penyiapan Gambar & Cutting sesuai spesifikasi
yang diinginkan konsumen berdasarkan ketentuan/standar kualitas dan
sasaran perusahaan.
b. Bagian Assisten Manager Mempunyai Tugas, yaitu :
1. Assisten Manager Finance: Membuat analisa laporan anggaran dan actual
biaya
2. Assisten Manager HRD :
a. Membuat perencanaan, pembinaan dan pengembangan tenaga kerja
sesuai kebutuhan organisasi perusahaan.
b. Mengelola dan mempertanggung jawabkan anggaran sesuai kebutuhan
yang ada dalam departemennya.
c. Mengkoordinir seluruh fungsi yang terdapat di departemennya.
d. Melakukan penyusunan program kerja, dan melakukan evaluasi
terhadap program yang telah dijalankan.
27
e. Mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seluruh staf
departemen yang dipimpinnya.
f. Memberikan arahan dan masukan untuk kelancaran tugas secara teknis.
g. Melaporkan setiap perkembangan dan permasalahan Human Resources
Department kepada Dewan Direksi dan tembusan kepada Dewan
Komisaris.
3. Assisten Inventory : Mengelola proses penyiapan Raw Material, schedule
kebutuhan dan kesiapan kebutuhan schedule produksi dan hasilnya selalu
memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran perusahaan,
terutama pengendalian Use Raw Material
4. Assisten Manager Factory 1:
a. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang
berada di area Factory 1.
b. Menetapkan kebijakan proses Cutting, Hot Press dan Hashira-Hori.
c. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan
untuk proses tepat waktu dan tersedia
d. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan & memastikan
pelaksanaannya
e. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan
menetapkan prosedur & instruksi kerja yang terkait di masing-masing
unit proses.
28
f. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas Bersama-
sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodik
sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.
g. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh perusahaan
h. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator
i. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan supervisor dalam hal
manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses.
5. Assisten Manager Factory 2:
a. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang
berada di area Factory 2.
b. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 2
c. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan
untuk proses tepat waktu dan tersedia
d. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan & memastikan
pelaksanaannya
e. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan
menetapkan prosedur dan Instruksi kerja yang terkait di masing-masing
unit proses
f. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas
g. Bersama-sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara
periodik sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.
29
h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh perusahaan
i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator
j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal
manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses.
6. Asisten Manager Factory 3:
a. Mengelola proses penghalusan dan pewarnaan komponen dan hasilnya
selalu memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian Use Material/Raw Material.
b. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang
berada di area Factory 3
c. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 3
d. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan
untuk proses tepat waktu dan tersedia
e. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan dan memastikan
pelaksanaannya
f. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan
menetapkan prosedur dan instruksi kerja yang terkait di masing-masing
unit proses.
g. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas Bersama-
sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodic
sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.
30
h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh perusahaan
i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator
j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal
manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses.
7. Asisten Manager Factory 4:
a. Mengelola proses finishing komponen di area Factory 4 dan hasilnya
selalu memenuhi persyaratan, ketentuan/standar kualitas dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian Use Material/Raw Material.
b. Memastikan pencapaian sasaran dan tujuan produksi pada proses yang
berada di area Factory 4.
c. Menetapkan kebijakan proses seluruh unit kerja yang ada di Factory 4
d. Memastikan kesiapan semua peralatan dan personil yang diperlukan
untuk proses tepat waktu dan tersedia.
e. Menetapkan rencana proses sesuai persyaratan dan memastikan
pelaksanaannya.
f. Mengarahkan dan membimbing Supervisor untuk menyusun dan
menetapkan prosedur dan instruksi kerja yang terkait di masing-masing
unit proses.
g. Memastikan pelaksanaan proses tepat waktu dan berkualitas bersama-
sama dengan Supervisor melakukan review kinerja secara periodic
sesuai kebutuhan perusahaan atau permintaan management.
31
h. Memastikan realisasi target yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh perusahaan.
i. Memastikan bahwa schedule produksi sudah diketahui oleh operator
j. Mengarahkan dan meningkatkan kemampuan Supervisor dalam hal
manajerial teknis dan operator dalam penguasaan proses.
c. Bagian Supervisor Mempunyai Tugas, yaitu :
1. Security: Bertanggumng Jawab atas keamanan dan ketertiban dalam areal
perusahaan.
2. Modan / Departement and Development: Bertanggung jawab dalam
pembuatan gambar produk.
3. Modan / Departement and Development: Bertanggung jawab dalam
penyelesaian schedule gambar produksi.
4. Sample : Bertanggung jawab secara tekhnis penyelesaian Sample yang
berjalan.
5. Air Dry: Bertanggung jawab dalam pengelolaan dan penyusunan material
Kayu.
6. Cutting Saw : Mengelola fungsi cutting untuk memastikan proses cutting
dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.
7. Hotpress: Mengelola fungsi Hot Press untuk memastikan proses Hot Press
dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material
dan proses.
32
8. Proses Modan: Mengelola fungsi Proses Modan untuk memastikan proses
dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material
dan proses.
9. Kumiko Yane: Mengelola fungsi Kumiko untuk memastikan proses
Kumiko dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw Material
dan proses
10. Kazaridan : Mengelola fungsi Hashira - Hori untuk memastikan proses
Hashira - Hori dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan
sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan Material/Raw
Material dan proses.
11. Traditional: Mengelolah asil Kenma / Gosok dan pewarnaan komponen
Traditional dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan
sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.
12. Modan: Mengelola hasil Kenma / Gosok dan pewarnaan komponen
Modan dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran
perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.A
13. Assembling Traditional: Mengelola hasil Assembling komponen
Traditional dan hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan
sasaran perusahaan, terutama pengendalian penggunaan material.
33
14. Assembling Modan: Mengelola hasil Assembling komponen Modan dan
hasilnya selalu memenuhi persyaratan, ketentuan dan sasaran perusahaan,
terutama pengendalian penggunaan material.
4. Bagian Fungsional Mempunyai Tugas, yaitu :
1. Finance:
a. Melaksanakan transaksi pembayaran kas maupun bank (kuitansi dan
kasbon) yang telah disetujui oleh Dewan Direksi.
b. Membuat status cash sesuai pembayaran yang akan dibayarkan setiap
minggunya.
c. Mengontrol penggunaan harian petty cash dan bank serta membuat
laporan harian (Daily Report).
d. Memeriksa seluruh administrasi yang berhubungan dengan bank.
e. Memeriksa dan menindak lanjuti kasbon yang belum
dipertanggungjawabkan.
2. Payment :
a. Memeriksa mutasi saldo kas kecil dan mutasi saldo bank.
b. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan kuitansi dan atau pertanggung
jawaban setiap pengeluaran.
c. Melakukan posting jurnal kedalam buku besar yaitu :Transaksi Cash,
Bank dan Memorial Journal.
d. Membuat laporan penyusutan seluruh asset perusahaan setiap bulan.
e. Membuat Laporan Keuangan berupa Neraca, Rugi/Laba dan Cost
Production.
34
3. Mengelola Pajak perusahan.
4. IT dan Payroll: Mengelola dan mengawal IT Perusahaan dan pengelolaan
Gaji Karyawan.
5. Employee Servis: Mengelola dan Bertanggung jawab dalam hal kebutuhan
dan servis karyawan.
6. Pelayanan Umum: Bertanggung jawab dalam hal pelayanan dan fasilitas
perusahaan.
7. Employee Control: Bertanggung jawab dalam hal kontrol karyawan.
8. Material: Mengontrol stock Material.
9. Boiler KD: Mengontrol dan bertanggung jawab
10. Dokument Material: Bertanggung jawab dalam hal pengurusan Dokument
kayu atau Material.
11. Admin Material: Bertanggung Jawab dalam hal administrasi Material atau
Kayu.
12. Hashira: Mengelola dalam hal penyiapan accesoris produk.
13. Hotpress: Membantu dan backup tugas sehari hari Supervisor Hotpress.
14. Program Numerical Control: Bertanggung jawab dalam hal program
numerical control router.
15. Karekumi: Bertanggung jawab dalam hal pencocokan tiap komponen
Produk
16. Kazaridan: Membantu dan backup tugas sehari hari Supervisor Kazaridan
17. Hory: Beratanggung jawab dalam hal penyiapan hory / komponen.
18. Wbs,Cut 45 : Bertanggung jawab dalam proses wbs dan cut 45.
35
19. Shirin Daiwa: Mengelola dan bertanggung jawab pada proses shirin daiwa.
20. Sutandojiku: Mengelola dan bertanggung jawab pada penyiapan parts
Sutandojiku.
21. Painting Tradisional: Bertanggung jawab dalam hal proses panting
tradisional.
22. Painting Modan: Bertanggung jawab dalam hal proses panting Modan.
23. Kenma Tradisional: Bertanggung jawab dalam hal proses Kenma / gosok
pada komponen Tradisional.
24. Quality Control : Mengontrol dan Mengecek setiap komponen yang akan
keluar dari factory 3.
25. Packing : Mengontrol dan bertanggung jawab pada proses packing
Butsudan / Produk.
4.3. Produk dan Tujuan Pemasaran
Butsudan hasil produksi PT. Maruki International Indonesia yang beredar
di pasar Jepang memiliki merek paten "yuragi". Prospek pasar Butsudan masih
sangat cerah karena sampai saat ini ekspor PT. Maruki International Indonesia
hanya memenuhi 3 persen dari kebutuhan pasar Jepang. Oleh karena itu Maruki
japan secara berkala melakukan kegiatan tenjinkai (pameran) upaya untuk
meningkatkan penjualan yuragi, Mengingat persaingan makin kompetitif, maka
PT. Maruki Internasional Indonesia menyadari memerlukan strategi yang tepat
untuk menghadapi persaingan tersebut. Salah satu strategi yang digunakan
perusahaan untuk menang dalam persaingan adalah dengan menekan biaya
seminimal mungkin dalam memenuhi permintaan konsumennya, sehingga
36
perusahaan membutuhkan persediaan bahan baku yang tidak sedikit jumlahya.
Agar biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan secfisien mungkin dan tidak
menjadi persoalan yang dapat menguras biaya besar diperlukan pengendalian
bahan baku yang matang
37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis Kayu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Maruki
Internasional Indonesia pada saat kegiatan proses produksi dihasilkan jenis
limbah kayu berdasarkan jenis kayu yang diolah dari factory 1 sampai factory
5. Ada 6 jenis kayu yang digunakan antara lain kayu Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni
(Diospyros celebica), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Amara (Diospyros
celebica), Cendana (Santalum album). Jenis kayu tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2 sampai dengan Gambar 7 berikut:
Gambar 2. Jenis Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia roxb)
Berdasarkan Gambar 2 Jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia
Roxb) merupakan salah satu jenis kayu keras yang sangat awet dan tahan
terhadap rayap kayu ini biasa di gunakan dalam bahan dasar furniture atau
industri kayu.
38
Gambar 3. Jenis Kayu Nyato (Palaquium rostratum)
Berdasarkan Gambar 3 Jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum)
merupakan jenis kayu pertukangan yang saat ini menjadi favorit untuk
digunakan sebagai bahan pintu, kusen, dan furniture.
Gambar 4. Jenis Kayu Amara (Diospyros celebica )
Berdasarkan Gambar 4 jenis kayu Amara (Diospyros celebica)
merupakan jenis kayu yang sangat kuat dan awet. Tingkat kekuatan dan juga
keawetan yang dimiliki berada di kelas kuat I karena mengandung ekstraktif
yang bersifat racun terhadap berbagai macam organisme perusak kayu.
39
Gambar 5. Jenis Kayu Cendrana (Santalum album)
Berdasarkan Gambar 5 jenis kayu Cendana (Santalum album)
merupakan sumber penghasil minyak atsiri dan merupakan kelas kuat II,
kelas awet II dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas dan
mengandung minyak dengan aroma yang spesifik.
Gambar 6. Jenis Kayu Eboni (Diospyros celebica)
Berdasarkan Gambar 6 Jenis kayu Eboni (Diospyros celebica)
merupakan jenis-jenis tumbuhan endemik mempunyai corak kayu yang
40
sangat indah yang tersusun dalam strip hitam dan merah kecoklatan,
karena corak kayunya yang khas, sangat kuat dan awet.
Gambar 7. Jenis kayu Jati (Tectona grandis)
Berdasarkan Gambar 7 Jenis kayu Jati (Tectona Grandis) merupakan
jenis kayu bermutu tinggi dan sampai sekarang masih menjadi
komoditas mewah yang banyak diminati masyarakat walaupun harga
jualnya mahal dan termasuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet II.
5.2. Factory 1
Di bagian factory 1 terdiri dari kegiatan proses pemotongan, pengirisan
dan laminating, hasil proses tersebut selanjutnya menghasilkan limbah kayu
berdasarkan jenis kayunya. Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut.
41
Tabel 2. Limbah Kayu Factory 1
No Jenis Kayu Jenis Limbah Ukuran (cm) Papan Balok Sabetan
1. Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Papan, balok, sabetan P= 11 L= 8 T=4,5
P=19 L=5 T=5
P=126 L=8 T=0,38
2. Nyatoh (Palaquium rostratum)
Papan, balok, sabetan P = 14 L =10 T = 3
P=17 L=5 T=5
P=121 L=10 T=0,48
3. Eboni (Diospyros celebica)
Papan, balok, sabetan P = 24 L =11 T =21
P=20 L=4 T=5
P=117 L=5 T=1,0
4. Jati (Tectona Grandis)
Papan, balok, sabetan P = 24 L =10 T = 4
P=17,5 L=6 T=6
P=122 L=8 T=1,25
5. Amara (Diospyros celebica)
Papan, balok, sabetan P = 29 L = 13 T = 18
P=15,7 L=9 T=8
P=137 L=4,6 T=1,75
6. Cendana (Santalum album)
Papan, balok, sabetan P = 16 L = 11 T = 6,5
P=12,6 L=10 T=10
P=116 L=5,6 T=0,8
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Berdasarkan Tabel 2 hasil yang diperoleh selama penelitian dari data
6 jumlah jenis kayu dari proses produksi antara lain jenis kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis
kayu Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis
kayu Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album).
Dapat dilihat bahwa setiap jenis kayu menghasilkan limbah kayu dan
mempunyai ukuran yang berbeda beda antara lain jenis kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb) menghasilkan limbah papan dengan ukuran
panjang 11 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 4,5 cm, balok dengan ukuran panjang
19 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 11
cm, lebar 8 cm, dan tinggi 4,5 cm, jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum)
menghasilkan jenis limbah papan dengan ukuran panjang 14 cm, lebar 10 cm,
dan tinggi 3 cm, balok dengan ukuran panjang 17 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5
42
cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 121 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 0,48
cm, jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) menghasilkan limbah papan
dengan ukuran panjang 24 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 21 cm, balok dengan
ukuran panjang 20 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 5 cm, dan sabetan dengan
ukuran panjang 117 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 1,0 cm, jenis kayu Jati
(Tectona grandis) menghasilkan limbah papan dengan ukuran panjang 24 cm,
lebar 10 cm, dan tinggi 4 cm, balok dengan ukuran panjang 17,5 cm, lebar 6
cm, dan tinggi 6 cm, dan sabetan dengan ukuran panjang 122 cm, lebar 8 cm,
dan tinggi 1,2 cm, jenis kayu Amara (Diospyros celebica) menghasilkan
limbah papan dengan ukuran panjang 29 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 18 cm,
balok dengan ukuran panjang 15,7 cm, lebar 9 cm, dan tinggi 8 cm, dan
sabetan dengan ukuran panjang 29 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 18 cm, jenis
kayu Cendana (Santalum album) menghasilkan jenis limbah papan dengan
ukuran panjang 16 cm, lebar 111 cm, dan tinggi 6,5cm, balok dengan ukuran
panjang 12,6 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 10 cm, dan sabetan dengan ukuran
panjang 116 cm, lebar 5,6 cm, dan tinggi 0,8 cm. Berdasarkan Jenis limbah
kayu dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 berikut.
43
Gambar 8. Limbah Papan Dan Balok
Gambar 9. Limbah Sabetan
Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 tersebut bahwa jenis limbah yang
dihasilkan berupa limbah Papan dan Balok merupakan limbah yang
dihasilkan dari proses produksi pemotongan, pengirisan dan laminating yang
memiliki bentuk kotak persegi dan persegi panjang. Sedangkan limbah
sabetan merupakan limbah yang dihasilkan dari potongan kayu hasil proses
produksi yang berbentuk panjang dan tidak terlalu lebar.
.... .............................................................................
44
5.2.1. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu
Potensi pemanfataan limbah kayu merupakan proses pengolahan sisa-sisa potongan kayu yang terbuang untuk di kembangkan menjadi
suatu produk bernilai tinggi, sehingga mengefektifkan pemanfaatan limbah kayu. Potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Tabel
3 berikut.
Tabel 3. Potensi Pemanfaatan Limbah Kayu
No. Jenis Limbah
Jenis Kayu Potensi Pemanfaatan
(Produk)
Ket
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Eboni (Diospyros celebica)
Amara (Diospyros celebica)
Cendana (Santalum album)
1. Papan dan Balok Gagang Pisau dan Sarangkanya A Lemari A Kursi A Souvenir A Patung A Ukiran B Topeng B Kacamata B
2. Sabetan Gantungan A Sendok garpu B Asbak A Papan Nama A Replika Kapal Pinisi B Minyak Atsiri B
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020 Ket : A : Informasi Responden
B : Informasi Internet
45
Jenis-jenis kayu yang diolah adalah kayu Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni
(Diospyros celebica), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Amara (Diospyros
celebica), Cendana (Santalum album). Berdasarkan Tabel 3 hasil yang
diperoleh dari data pemanfaatan jenis limbah kayu adalah di bagian factory 1
kayu yang akan diolah ada bentuk bantalan dan sawntimber. Limbah yang
dihasilkan dalam bentuk papan, balok, dan sabetan. Jenis kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb) menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan.
Limbah kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) berpotensi untuk dibuat
gagang pisau dan sarangkanya. jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum)
merupakan kelas keawetan III-IV, menghasilkan limbah papan, balok dan
sabetan. Limbah kayu jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) berpotensi
untuk dibuat Produk sendok, garpu, asbak, papan nama, replika kapal pinisi,
dan minyak atsiri. Jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) merupakan jenis
kayu kuat dan awet, menghasilkan limbah papan, balok dan sabetan. Limbah
jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) berpotensi untuk dibuat produk lemari
dan kursi produk sendok, garpu, souvenir, produk patung, ukiran, dan topeng.
Jenis kayu Amara (Diospyros celebica) merupakan jenis kayu yang memiliki
motif yang sangat bagus dan awet. menghasilkan limbah papan, balok dan
sabetan. Limbah kayu Amara (Diospyros celebica) berpotensi untuk dibuat
kacamata. Jenis kayu Cendana (Santalum album) karena merupakan jenis
tekstur kayu yang halus dan awet, menghasilkan limbah papan, balok dan
46
sabetan. Limbah kayu Cendana (Santalum album) produk kacamata, patung,
ukiran, dan topeng
Setelah di lakukan pengukuran volume, kemudian di potong-potong
sesuai dengan panjang, lebar dan ketebalan yang di inginkan menggunakan
mesin pemotong kayu, selanjutnya proses perekatan (laminating) dimana
kayu di rekatkan bahan kayu yang berbeda sebagai tulang kayu (untuk
menghasilkan kayu yang kuat). Berdasarkan Jenis limbah kayu dapat dilihat
pada Gambar 10 sampai dengan Gambar 12 berikut:
Gambar 10. Potensi Produk Papan dan balok (Gagang pisau dan
sarangkanya), (A)
Gambar 11. Potensi Produk Sabetan (anyaman gantungan tas) (A)
47
Gambar 12. Produk Souvenir (A)
Ket : A : Informasi Responden B : Informasi Internet
5.3. Factory 2
Di bagian factory 2 terdiri dari kegiatan proses pembentukan, hasil
proses tersebut selanjutnya menghasilkan limbah kayu berdasarkan jenis
kayunya. Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 4
berikut.
Tabel 4. Limbah Kayu Factory 2
No. Jenis Kayu Jenis Limbah Ukuran (cm)
1. Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Potongan kayu P= 6 L = 3,2 T=2,6
2. Nyatoh (Palaquium rostratum)
Tatal -
3. Eboni (Diospyros celebica)
Sukita P= 32 L=2,8 T= 0,6
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
48
Berdasarkan Tabel 4 hasil yang diperoleh selama penelitian dari
data 6 jumlah jenis kayu antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu
Eboni (Diospyro celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis
kayu Amara (Diospyros celebica), jenis kayu Cendana (Santalum
album), tetapi hanya 3 jenis kayu yang dapat diteliti dari proses produksi
tersebut antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb),
jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu Eboni (Diospyros
celebica).
Dapat dilihat bahwa setiap jenis kayu menghasilkan jenis limbah
kayu dan mempunyai ukuran yang berbeda seperti pada Gambar 13, 14
dan 15 berikut jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
menghasilkan jenis limbah potongan kayu yang merupakan sisa hasil
olahan dari proses pembuatan produk Butsudan dengan ukuran panjang 6
cm, lebar 3,2 cm, dan tinggi 2,6 cm, jenis kayu Nyatoh (Palaquium
rostratum) menghasilkan jenis limbah tatal yango9 merupakan limbah
yang dihasilkan dari proses penghalusan permukaan kayu gergajian, dan
jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) menghasilkan jenis limbah sukita
yang merupakan limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu
lapis dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 2,8 cm, dan tinggi 0,6 cm.
Berdasarkan Jenis limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 13, Gambar
14, dan Gambar 15 berikut:
49
Gambar 13. Limbah Tatal
Gambar 14. Limbah Potongan Kayu
Gambar 15. Limbah Sukita
Berdasarkan Gambar 13, Gambar 14, dan Gambar 15 berikut
bahwa jenis limbah yang dihasilkan berupa limbah potongan kayu yang
merupakan sisa hasil olahan dari proses pembuatan produk Butsudan,
limbah tatal yang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
50
penghalusan permukaan kayu gergajian, dan limbah sukita yang
merupakan limbah yang memiliki bentuk yang tipis seperti kayu lapis.
5.3.1. Potensi pemanfatan limbah kayu
Potensi pemanfataan limbah kayu merupakan proses pengolahan
sisa-sisa potongan kayu yang terbuang untuk di kembangkan menjadi
suatu produk bernilai tinggi, sehingga mengefektifkan pemanfaatan
limbah kayu. Potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Tabel
5 berikut.
Tabel 5. Potensi Pemanfatan Limbah Kayu Factory 2
No. Jenis Limbah
Jenis Kayu Potensi Pemanfaatan
(Produk)
Ket.
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Eboni (Diospyros celebica)
1. Potongan kayu
Jam tangan A Pipa Cangklong B Gantungan
kunci A
Gagang Tombak A Patung B
2. Tatal Alas kandang peternakan
hamster
A
Kompos A Media tanam A
3. Sukita Anyaman tikar A Bakul B Tudung Saji B Tas B Tempat tissue A Gelang A
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Ket : A : Informasi Responden B : Informasi Internet
51
Jenis-jenis kayu yang akan diolah adalah kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), dan
kayu Eboni (Diospyros celebica). Berdasarkan Tabel 5 hasil yang
diperoleh selama penelitian dari data Pemanfaatan jenis limbah kayu
adalah di factory 2, kayu yang akan diolah dalam bentuk papan dan
balok. Limbah yang dihasilkan dalam bentuk potongan kayu, tatal, dan
sukita. Jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) merupakan
jenis kayu kuat dan awet, menghasilkan limbah potongan kayu dan
sukita. Limbah kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) berpotensi
untuk dibuat pipa cangklong, gantungan kunci, gagang tombak, patung,
dan tempat tissue.
Jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) merupakan jenis kayu
kuat dan awet, menghasilkan limbah potongan kayu, tatal, dan sukita.
Limbah kayu Eboni (Diospyros celebica) berpotensi untuk dibuat jam
tangan, patung, alas kandangn peternakan hamster, kompos media
tanam, anyaman tikar, bakul, tudung saji, tas, tempat tissue, dan gelang.
Jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) merupakan kelas keawetan
III-IV, menghasilkan limbah potongan kayu, tatal, dan sukita. Limbah
kayu kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) berpotensi untuk dibuat
produk gantungan kunci, alas kandang peternakan, anyaman tikar, dan
tas.
Jenis limbah tatal merupakan jenis limbah kayu yang bentuknya
tipis seperti kayu lapis dan berpotensi produk alas kandang dari jenis
52
Nyatoh (Palaquium rostratum) karena merupakan kelas keawetan III-
IV, produk kompos dan media tanam dengan jenis kayu Eboni
(Diospyros celebica) karena merupakan jenis kayu kuat dan awet, dan
jenis limbah kayu sukita berpotensi Produk anyaman tikar dengan jenis
kayu jenis Nyatoh (Palaquium rostratum) dan jenis kayu Eboni
(Diospyros celebica) karena merupakan jenis kayu yang awet dan
bagus, prodak bakul, tudung saji, dan gelang dengan jenis kayu Eboni
(Diospyros celebica) karena merupakan jenis kayu yang sangat kuat
dan awet, prodak tas dengan jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum)
dan jenis kayu Eboni (Diospyros celebica) karena merupakan jenis
kayu yang awet dan bagus tempat tissue dengan jenis kayu kayu
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) dan jenis kayu Eboni (Diospyros
celebica) karena merupakan jenis kayu kuat dan awet. Berdasarkan
potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 16,
Gambar 17, dan Gambar 18 berikut :
Gambar 16. Potensi Produk Potongan Kayu ( Jam Tangan ) (A)
53
Gambar 17. Potensi Produk Tatal (Alas kandang peternakan hamster ) (B)
Gambar 18. Potensi Poduk Sukita ( Anyaman Tikar) (A)
Ket : A : Informasi Responden
B : Informasi Internet
Berdasarkan Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18 berikut
merupakan potensi pemanfaatan limbah tatal dan limbah sukita yang di
yang diolah dari bahan dasar jenis limbah kayu tatal dan limbah sukita,
produk ini tidak di produksi oleh PT. Maruki Intrernasinal Indonesia
54
5.4. Factory 3
Di bagian factory 3 terdiri dari kegiatan proses penghalusan, proses
pengemplasan, dan proses pewarnaan awal hasil proses tersebut
selanjutnya menghasilkan jenis limbah kayu berdasarkan jenis kayunya.
Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Limbah Kayu Factory 3
No. Jenis Kayu Jenis Limbah Ukuran
1. Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Serbuk kayu -
2. Nyatoh (Palaquium rostratum)
Debu pengemplasan
-
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Berdasarkan Tabel 6 hasil yang diperoleh selama penelitian dari
data 6 jumlah jenis kayu antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu
Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu
Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album) tetapi hanya 2
jenis kayu yang dapat diteliti dari proses produksi tersebut antara lain jenis
kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh
(Palaquium rostratum).
Dapat dilihat bahwa setiap jenis kayu menghasilkan jenis limbah
kayu antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
mengasilkan jenis limbah serbuk kayu merupakan limbah yang diperoleh
dari hasil penggergajian kayu yang menggunakan mesin maupun manual,
jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) menghasilkan jenis limbah debu
55
pengemplasan merupakan partikel kecil yang dihasilkan oleh proses
penghalusan mekanis. Berdasarkan jenis limbah kayu dapat dilihat pada
Gambar 19 dan Gambar 20 berikut:
Gambar 19. Proses Pengemplasan
Gambar 20. Limbah Serbuk Kayu
Berdasarkan Gambar 19 dan Gambar 20 berikut bahwa limbah
debu pengemplasan merupakan limbah serbuk amplasan yang halus dalam
skala kecil yang dihaluskan menggunakan mesin planer dan limbah serbuk
kayu merupakan limbah yang diperoleh dari hasil penggergajian kayu
yang menggunakan mesin maupun manual.
56
5.4.1. Potensi Pemanfataan Limbah
Potensi pemanfataan limbah kayu merupakan proses pengolahan
sisa-sisa potongan kayu yang terbuang untuk di kembangkan menjadi
suatu produk bernilai tinggi, sehingga mengefektifkan pemanfaatan limbah
kayu. Potensi pemanfatan limbah kayu pada dapat dilihat pada Tabel 7
berikut.
Tabel 7. Potensi pemanfatan limbah kayu
No. Jenis Limbah
Jenis Kayu Ket
.
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Potensi Pemanfaatan
(Produk) 1. Serbuk kayu
Pembuatan
briket kayu B
Rak gantungan A Hiasan dinding B Arang B
2. Debu pengemplasan
- - - -
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020
Ket : A : Informasi Responden
B : Informasi Dari internet
Jenis-jenis kayu yang dihasilkan adalah Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb) dan kayu Nyatoh (Palaquium rostratum). Berdasarkan
Tabel 7 hasil yang di peroleh selama penelitian dari data pemanfaatan jenis
limbah kayu adalah di bagian Factory 3, kayu yang akan diolah dalam
bentuk balok. Limbah yang dihasilkan dalam bentuk serbuk kayu dan
limbah debu pengemplasan dari proses penghalusan, proses pengemplasan,
dan proses pewarnaan awal. Jenis kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia
57
Roxb) menghasilkan limbah serbuk kayu. Limbah kayu kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb) berpotensi dibuat untuk produk pembuatan
briket kayu, rak gantungan, dan arang dengan jenis kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb) karena merupakan jenis tekstur kayu yang halus
dan kuat, produk hiasan dinding. Jenis kayu Nyatoh (Palaquium
rostratum) karena merupakan kelas keawetan III-IV, menghasilkan limbah
Serbuk kayu. Limbah kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) berpotensi
dibuat untuk Hiasan dinding.
Setelah dilakukan pemotongan sesuai dengan komponen kayu yang
dibutuhkan dan selanjutnya jenis limbah berupa debu pengemplasan
menghasilkan limbah serbuk amplasan yang halus dalam skala kecil
yang dihaluskan dengan menggunakan mesin planer. Limbah debu
pengemplasan sulit untuk dimanfaatkan menjadi produk. Berdasarkan
potensi pemanfaatan limbah kayu dapat dilihat pada Gambar 21 berikut.
Gambar 21. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu) (B)
Ket : A : Informasi Responden B : Informasi Dari internet
58
5.5. Factory 4
Dibagian factory 4 hasil yang diperoleh selama penelitian dari
data 6 jumlah jenis kayu antara lain jenis kayu Sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb), jenis kayu Nyatoh (Palaquium rostratum), jenis kayu
Eboni (Diospyros celebica), jenis kayu Jati (Tectona Grandis), jenis kayu
Amara (Diospyros celebica), Cendana (Santalum album) pada proses
tersebut terdiri dari kegiatan proses assembling atau menggabungkan
beberapa komponen dan pewarnaan akhir, proses ini dilakukan dengan
ketepatan ukuran agar jenis kayu yang di hasilkan tidak miring dan goyang
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Selanjutnya maka proses ini tidak
ada limbah yang dihasilkan dalam bentuk kayu yang dapat berpotensi
untuk dimanfaatkan dalam suatu produk dengan kata lain potensinya
sangat kecil karena pada factory ini hanya menghasilkan limbah serbuk
dan debu dalam skala kecil pada saat proses melubangi pada bagian yang
akan di beri bolt atau sekrup, adapun limbah lain pada factory ini yaitu
limbah cair saat dilakukan pewarnaan akhir. Berdasarkan proses produksi
tahap factory 4 dapat dilihat pada gambar 22 dan Gambar 23 berikut.
59
Gambar 22. Proses Assembling
Gambar 23. Proses Pewarnaan Akhir
Berdasarkan Gambar 22 dan Gambar 23 berikut bahwa Proses
Assembling merupakan sebuah proses produksi di mana input dasar
digabungkan untuk membuat output atau diubah menjadi output. Produk
yang dirakit melewati jalur perakitan secara berurutan dari operasi ke
operasi hingga selesai, dan proses pewarnaan akhir merupakan proses
mempertajam suatu butsudan sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan
nampak lebih jelas.
60
5.6. Factory 5
Proses factory 5 adalah tahap akhir dalam pembuatan produk
butsudan ini sangat menentukan produk dalam segi kualitas dan
estetikanya. proses akhir atau packing yang siap ekspor, pada tahap ini
tidak ada limbah yang di hasilkan secara signifikan jadi tidak ada limbah
yang bisa di manfaatkan. Berdasarkan proses produksi factory 5 dapat
dilihat pada gambar 24 dan Gambar 25 berikut.
Gambar 24. Proses Packing.
Gambar 25. Produk Butsudan Siap Di Ekspor.
Berdasarkan Gambar 24 dan Gambar 25 berikut bahwa Proses Packing merupakan proses akhir pada tahap ini untuk produk Butsudan yang siap ekspor.
60
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di PT. Maruki Internasional
Indonesia dapat disimpulkan jenis-jenis kayu yang digunakan ada 6 jenis kayu
antara lain kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb), kayu Nyatoh (Palaquium
rostratum), kayu Eboni (Diospyros celebica), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu
Amara (Diospyros celebica), dan kayu Cendana (Santalum album). Ukuran
limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan produk adalah kayu Sonokeling
(Dalbergia latifolia Roxb) dengan ukuran panjang 11 cm, lebar 8 cm, dan tebal
4,5 cm, kayu Nyatoh (Palaquium rostratum) dengan ukuran panjang 14 cm, lebar
10 cm, dan tebal 3 cm, dan kayu Eboni (Diospyros celebica) dengan ukuran
panjang 32 cm, lebar 2,8 cm, dan tebal 0,6 cm.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan agar PT. Maruki Internasional
Indonesia memanfaatkan limbah-limbah kayu untuk dijadikan produk atau apabila
pihak PT. Maruki Internasional Indonesia tidak memanfaatkan limbah-limbah
kayu yang dihasilkan dapat dialihkan limbah kayu tersebut kepada lembaga sosial
yang dapat memanfaatkan limbah itu menjadi produk yang hasilnya nanti dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan sosial dan diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan dapat memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan dasar dalam
pembuatan suatu produk secara optimal dan menjadi mata pencaharian yang
bernilai tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Yakin. 2015. Bersaing ketat, PT. Maruki Jaga Kualitas Produk. Artikel Ekonomi dan Bisnis Pojok Sulsel.(online)
Budianto, A. D. 1996. Perkayuan sistem pengeringan kayu. Kanisius.
Brasit, Nurdin. 2014. Manajemen Operasional: Manufacturing and Services. Yogyakarta: Penerbit Smart Writing.
Cahyandari, D. 2007. Pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel. Traksi. Vol. 5. No. 1, Jurnal.unimus.ac.id
Erawati, S. 2012. Peran modal sosial dalam strategi industry Kreatif (Studi di Sentra Kerajinan Kayu Jati Desa Jepon, Kabupaten Blora Jawa Tengah). E-Journal UNY. Vol. 1 (3).
Komarayati, S. 1992. Pemanfaatan kompos anaerobik untuk meningkatkan pertumbuhan Albizia falcataria. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,Vol. 10 (4), 125-129.
Rianto, dkk, 2019. Potensi dan Dan Pemanfaatan Limbah Gergajian Pada Stand Kayu Di Distrik Manokwari Barat, Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (1): 33-41
Munandar, U. 1982. Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Rajawali,Jakarta.
Munandar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Depdiknas dan Rineka Cipta, Jakarta
Purwanto, D. 2009. Analisis jenis limbah kayu pada industry pengolahan kayu di Kalimantan selatan, Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.1.
Rachman dan Malik, 2011. Karakteristik kayu lamina dari kayu keruing berminyak setelah diekstrak. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
Saleh,Azhari Irzan. 2007.Industri Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: Bina Aksara.
Simpson dan TenWolde.1999. Sifat fisik dan hubungan kelembapan kayu. Jakarta
Sinulangga, S. 2008. Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Jakarta
Supriadi, D. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta,
Bandung.
LAMPIRAN
1. Factory 1
No Factory Jenis Limbah
Jenis Kayu Potensi
Pemanfaatan (Produk)
Ket
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Eboni (Diospyros celebica)
Amara (Diospyros celebica)
Cendana (Santalum album)
1. 1 Papan dan Balok
Gagang Pisau dan Sarangkanya
A
Lemari A Kursi A Souvenir A Patung A Ukiran B Topeng B Kacamata B
2. Sabetan Gantungan
A
Sendok garpu B
Asbak A Papan Nama A Replika Kapal Pinisi B Minyak Atsiri B
2. Factory 2
No. Factory
Jenis Limbah
Jenis Kayu Ket.
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Eboni (Diospyros celebica)
Potensi Pemanfaatan
(Produk) 1. 2 Potongan
kayu Jam tangan A Pipa Cangklong B Gantungan kunci A Gagang Tombak A Patung B
2. Tatal Alas kandang peternakan
hamster
A
Kompos A Media tanam A
3. Sukita Anyaman tikar A Bakul B Tudung Saji B Tas B Tempat tissue A Gelang A
3. Factory 3
No. Factory Jenis Limbah Jenis Kayu Ket.
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb)
Nyatoh (Palaquium rostratum)
Potensi Pemanfaatan
(Produk) 1. 3 Serbuk kayu
Pembuatan
briket kayu B
Rak gantungan A Hiasan dinding B Arang B
2. Debu pengemplasan
- - - -
4. Produk Souvenir
5. Potensi Produk Potongan Kayu ( Jam Tangan )
6. Potensi Produk Serbuk Kayu (Briket Kayu)
7. Proses Assembling Pada Factory 4
8. Proses Packing Dibagian Factory 5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Makassar pada Tanggal 12
Agustus 1998, Merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, pasangan Ayahanda Alam Nur dan Ibunda
Sitti Maemunah. Penulis memulai pendidikan pada
Sekolah Dasar (SD) Inpres Antang II pada Tahun 2003
dan tamat pada tahun 2009. Kemudian pada Tahun yang
sama Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 17 Makassar dan tamat pada tahun 2012. Selanjutnya Pada tahun yang
sama pula Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 10 Makassar dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016 Penulis
melanjutkan studi ke salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar, yakni
Universitas Muhammadiyah Makassar dan terdaftar sebagai Mahasiswi Program
Studi Kehutanan Strata satu (S1) Fakultas Pertanian.
Selama masa perkuliahan, Penulis memiliki pengalaman Magang di Balai
Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) wilah II, Kabupaten Makassar selama dua
bulan. Penulis juga aktif di organisasi intra kampus yaitu menjadi Anggota
pengurus Himpunan Mahasiswa Kehutanan periode 2018/2019.