ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL …/Analisis... · adalah otot rangka (skeletal) yang...
Transcript of ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL …/Analisis... · adalah otot rangka (skeletal) yang...
LAPORAN KHUSUS
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI
5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMAKLATEN JAWA TENGAH
Oleh :
Septina Dwi Ayu PratiwiNIM. R0007147
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2010
ii
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul :
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
dengan peneliti :
Septina Dwi Ayu Pratiwi
NIM. R0007147
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Harninto, dr, MS, Sp.Ok Tarwaka, PGDip. Sc., M. ErgNIP. 130 543 962 NIP. 160 045 635
An. Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sekretaris,
Sumardiyono, SKM, M.Kes.
NIP. 19650706 198803 1 002
iii
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul :
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
dengan peneliti :
Septina Dwi Ayu Pratiwi
NIM. R0007147
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing Perusahaan
Jatmiko
SHE Manajer PT. Tirta Investama
iv
ABSTRAK
Septina Dwi Ayu Pratiwi, 2010. “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Gallon di PT. Tirta Investama Klaten”. Program DIII Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.
PT. Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum. Hasil produksi ditangani secara manual yaitu mengangkat beban dari konveyor ke palet. Proses pengangkatan ini beresiko pada muskuloskeletal yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) serta dapat menimbulkan nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja akibat dari lifting di area 5 galon dengan penilaian dari RULA
Metedologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan bagaimana postur kerja pada saat angkat-angkut, menilai setiap postur kerja berdasarkan penilaian dari RULA untuk setiap bagiannya (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, perputaran pergelangan tangan, punggung, leher dan posisi kaki) yang selanjutnya dikatagorikan berdasarkan hasil dari grand score pada action level yang menunjukan bahwa postur tersebut diperlukan perbaikan atau tidak.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 20 pekerja untuk postur kerjamemiliki nilai 7 pada penilaian grand score sehingga dalam katagori action level4 yang menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher menunduk/menekuk, lengan menjahui badan), penggunaan otot dan penggunaan tenaga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada area 5 galon diperlukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
Kata kunci : Manual Material Handling, Rapid Upper Limb Assessment
Daftar pustaka: 15, 1993-2009
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, keimanan, kesehatan, kekuatan, kemudahan serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan umum
dengan judul “Laporan Khusus dengan judul: ANALISIS POSTUR KERJA
MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID
UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON
DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH”. Laporan ini
disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitaian
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan penelitian ini antara lain yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D-III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Bapak Harninto, dr, MS, Sp.Ok, selaku pembimbing I dalam penyusunan
laporan ini.
vi
4. Bapak Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg selaku pembimbing II dalam penyusunan
laporan ini.
5. Bapak Budi Hartono, selaku kepala pabrik di PT. Tirta Investama Klaten Jawa
Tengah yang telah menerima penulis dalam melaksanakan program magang.
6. Bapak Jatmiko, selaku SHE Manager di PT. Tirta Investama Klaten, Terima
kasih telah memperkenankan penulis untuk dapat melaksanakan magang
sekaligus pembimbing di lapangan.
7. Bapak Syamsul Choirudin, selaku staf SHE di PT. Tirta Investama Klaten,
Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam proses pelaksanaan
magang sekaligus pembimbing di lapangan.
8. Bapak, Ibu staff dan karyawan PT. Tirta Investama Klaten yang telah
memberikan bimbingan dan keterangan dalam pengambilan data selama
magang.
9. Bapak dan Ibu tersayang, kakak dan dua adikku tercinta, terima kasih atas
kasih sayangnya yang secara tidak langsung memberikan dorongan semangat
luar biasa dalam penyelesaian laporan ini.
10. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman Hiperkes’07 yang memotivasi
dan mendukung ku selama magang dan penyelesaian laporan ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan memiliki banyak kekuranga, diharapkan kritik dan saran yang
vii
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Surakarta, Juni 2010
Septina Dwi Ayu Pratiwi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 7
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 44
A. Jenis Penelitian........................................................................ 44
B. Objek Penelitian...................................................................... 44
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 45
D. Teknik Sampling ..................................................................... 45
ix
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 46
F. Sumber Data............................................................................ 46
G. Instrumen Penelitian................................................................ 47
H. Analisa Data ............................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 48
A. Hasil Penelitian....................................................................... 48
1. Pengumpulan Data Pengukuran ........................................ 48
2. Data Modifikasi Postur ..................................................... 50
3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA.. 51
B. Pembahasan ............................................................................ 91
1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja................................ 91
2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur .......... 92
3. Analisa Gerakan Postur Kerja........................................... 94
4. Redesain Postur Kerja ....................................................... 104
5. Alternatif Desain Posisi Kerja........................................... 106
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan
Metode RULA................................................................... 107
BAB V PENUTUP....................................................................................... 108
A. Kesimpulan ............................................................................. 108
B. Saran........................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas…………………………........... 29
Table 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas……………………… 29
Tabel 3. SkoPostur untuk lengan bawah…………………………........... 30
Table 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan bawah...................…........ 31
Tabel 5. Skor Postur untuk pergelangan tangan……………………........ 31
Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan. …………….......... 32
Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan…………......... 33
Tabel 8. Skor Postur untuk leher……………………...……………........ 34
Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher…………...……………...... 35
Tabel 10. Skor Postur nilai untuk batang tubuh……………………...…. 36
Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh………………...... 37
Tabel 12. Skor Postur untuk posisi kaki. ……………………...……….. 37
Tabel 13. Postur skor kelompok A……………………...………………. 38
Tabel 14. Skor Postur kelompok B. ………………...………………….. 39
Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan……………... 40
Tabel 16. Grand Score……………...……………………....................... 41
Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar.......................... 48
Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua......................... 49
Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga......................... 49
Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer................................ 49
Tabel 21. Modifikasi postur pada pekerja............................................... 50
Tabel 22. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.................. 94
xi
Tabel 23. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat dasar................... 96
Tabel 24. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.................. 97
Tabel 25. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat kedua.................. 99
Tabel 26. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga................. 100
Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.................. 101
Tabel 28. Penilaian skor A pada saat berada di konveyer......................... 102
Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer......................... 103
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja ............................................. 106
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja................. 107
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae ...................................... 8
Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung...................................................... 10
Gambar 3. Fleksi dan ekstensi........................................................................... 19
Gambar 4. Abduksi dan adduksi....................................................................... 20
Gambar 5. Posisi rotasi..................................................................................... 21
Gambar 6. Posisi pada lengan............................................................................ 21
Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas.............................................. 28
Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas...................... 29
Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah........................................... 30
Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah...... 31
Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan................................ 31
Gambar 12. Deviasi Pergelangan...................................................................... 32
Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan..................................................... 33
Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher...................................................... 34
Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher.................. 35
Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk)........................... 35
Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh. 36
Gambar 18. Posisi kaki..................................................................................... 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Magang
Lampiran 2. RULA Employee Assessment Worksheet
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang terjadi pada perusahaan bidang manual material
handling (MMH) saat ini dilihat segi ergonomi yang disebabkan oleh tugas
ataupun tempat kerja pada pekerja salah satunya adalah nyeri pada otot punggung
yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang
angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal
adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang
mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993;
Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ). Bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Nyeri pinggang dan cedera yang berhubungan dengan MMH salah satu
perhatian utama yang diungkapkan oleh Bernadio Ramazzini “pendiri obat kerja”
saat pertama kali pengamatannya diterbitkan di tahun 1600-an. Tidak banyak
berubah sejak saat itu. Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(NIOSH) memperkirakan setidaknya 30 persen dari pekerja terkena bahaya setiap
1
xv
hari. Sekitar satu dari setiap empat orang Kanada yang terlibat pekerjaan MMH
mengalami sakit akibat cedera punggung. Di Ontario, cedera yang berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal (MSDs) lebih dari 40 persen akibat dari
Workplace Safety & Insurance Board claims.
Manual material handling (MMH) adalah penyebab paling umum dari
kelelahan kerja dan nyeri pinggang. MMH merupakan komponen dari banyak
pekerjaan di berbagai sektor termasuk rekreasi, grosir, konstruksi, manufaktur,
dan perakitan. Pekerjaan yang paling mungkin mengalami nyeri punggung dan
cedera yaitu termasuk buruh mengangkat manual, perakit, kasir, tukang kayu dan
tukang pipa. Sedangkan pengangkatan dengan teknik yang aman untuk sebagian
besar pekerja belum bisa diterapkan, tanpa adanya perubahan yang signifikan
dalam mendesain lingkungan, posisi kerja dan beban yang diangkat. Gerakan
mengangkat objek dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi atau
sebaliknya menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk sakit dan atau
cedera. Pengangkatan manual secara langsung dan efek jangka pendek
menyebabkan luka dan kelelahan. Permukaan yang tajam atau kasar, objek yang
mudah jatuh atau licin adalah keadaan yang menyebabkan luka, lecet atau memar
selama pengangkatan. Pekerja juga dapat menderita luka-luka yang disebabkan
oleh kejatuhan atau bertabrakan dengan benda. Upaya yang diperlukan dalam
pengangkatan yaitu menggunakan energi otot. Selama kecepatan pengangkatan
tidak terlalu tinggi, memungkinkan pekerja memulihkan energi pada saat antara
tugas serta pada saat pergantian regu sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan dengan
aman selama satu shift. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan dengan cepat agar
xvi
mereka segera dapat istirahat atau tanpa istirahat akan mempercepat kelelahan.
Kelelahan ini menyebabkan ketidaknyamanan dari waktu ke waktu, serta
berkontribusi untuk cedara serius pada system muskuloskeltal. Cedera ini
berkembang menjadi kondisi kronis yang sulit diobati, selain itu memungkinkan
penderita bertindak kurang hati-hati yang meningkatkan resiko untuk kecelakaan.
Masalah serius yang berhubungan dengan MMH dalam jangka panjang yaitu
nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).
Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari
membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat
atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri
pinggang dan atau cedera. Gerakan menekuk pinggang dan memperluas
perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang punggung dan
perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang belakang untuk
mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang diangkat atau
diturunkan. Seorang pekerja jarang dapat mempertahankan cedera punggung dari
peristiwa seperti mengangkat beban terlalu berat, terpeleset dan jatuh. Namun,
banyak kasus selama bertahun-tahun pengangkatan manual secara berulang-ulang
yang pada akhirnya mengalami sakit parah atau cedera serius. Pemulihan dari
cedera kembali (back pain) bisa memakan waktu yang lama dan cedera lebih
lanjut bisa terjadi yang akan memperburuk keadaan penderita.
Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja
operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat
xvii
dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. Jika landasan kerja terlalu tinggi
maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian
landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila
landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga
menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, dkk, 2004).
PT. Tirta Investama Klaten adalah perusahaan yang memproduksi air
minum yang sumber air berasal dari mata air pegunungan dengan pengolahan
secara mekanik sedangkan proses pemindahan barang dari hasil produksi menuju
gudang penyimpanan yaitu secara manual dan mekanik. Secara manual yaitu
pengangkatan barang ke palet dengan manual. Sedangkan secara mekanik dengan
menggunakan forklift dari palet menuju gudang. Tenaga kerja bagian paleting
untuk semua produksi dari 330 ml, 600 ml, 1500 ml, 240 ml, mizon maupun galon
dengan manual handling. Terutama pada produksi 5 galon, obyek yang diangkat
berbentuk botol. Kegiatan itu meliputi memindahkan barang dari conveyer ke
palet yang disusun bertingkat. Gerakan yang dilakukan seperti memutar tubuh,
meraih/ menjangkau barang, mengangkat barang, membungkuk, meletakan
barang yang dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan bentuk kedua ujung
objek tidak sama dengan berat 20 kg sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
saat pengangkatan. Sebagian besar pekerja melakukan pengangkatan dengan
menggunakan tulang punggung sebagai tumpuan beban. Selain itu gerakan
dilakukan dengan terlalu cepat, terlalu membungkuk, jauh dari posisi berdiri dan
meletakan barang setinggi bahu atau lebih dan dibawah lutut. Gerakan tersebut
memaksa otot untuk lebih dalam mencapai tujuan. Sedangkan kondisi tersebut
xviii
menyebabkan nyeri pada punggung, leher, lengan, bahu dan sebagainya. Posisi
kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh
darah dana otot pada kaki sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh.
Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada
sistem muskuloskeletal, seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung,
lengan dan pergelangan tangan. Berdasarkan hasil penelitian, keluhan pada sistem
muskuloskeletal diakibatkan penggunaan postur kerja yang tidak baik. Oleh
karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk
meminimalkan cidera otot pada tulang belakang pekerja perlu dilakukan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul
yaitu “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT. Tirta
Investama Klaten ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis membatasi
topik penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah postur kerja manual material handling pada area
produksi 5 galon berdasarkan metode RULA?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana postur kerja manual material handling
yang dikerjakan pada area produksi 5 galon dengan menggunakan metode RULA.
xix
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
1) Dapat membantu perusahaan dalam mengenali potensi bahaya dari tugas
MMH.
2) Dapat mengetahui data dan hasil perhitungan dari pengukuran yang diambil
saat penelitian sebagai dokumen perusahaan.
3) Dapat membantu dalam memberikan proteksi bagi karyawan agar tetap
selamat dan sehat.
4) Dapat memberikan masukan dan saran yang membangun sebagai tindakan
korektif dengan perbaikan sarana dan prasarana kerja yang menyangkut
berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi.
b. Bagi Mahasiswa
1) Dapat memperdalam materi tentang MMH sekaligus penerapannya pada
penelitian di produksi 5 galon.
2) Dapat melakukan pengukuran dan evaluasi dengan menggunakan metode
RULA serta penilaian terhadap MMH.
3) Dapat menyelesaikan tugas akhir dengan melakukan penelitian yang berjudul
”Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT.
Tirta Investama Klaten ”.
c. Bagi Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.
xx
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Manual Material Handling (MMH)
a. Pengertian Manual Material Handling (MMH)
Penanganan bahan secara manual (MMH) adalah komponen dari berbagai
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan dalam hidup. Biasanya melibatkan mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa benda dengan tangan. Tugas ini memiliki kesamaan yang
berpotensi menghasilkan beberapa efek yang merugikan kesehatan, dari luka sederhana, memar, nyeri
otot dan kondisi serius yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Berdasarkan statistik yang tersedia,
hampir separuh dari semua cedera kembali rendah atau low back pain (LBP) terkait dengan
mengangkat, sekitar 10 persen lainnya terkait dengan kegiatan mendorong dan menarik, dan 6 persen
lainnya terjadi pada saat memegang, memegang dan menggunakan, melempar atau membawa material.
Ada empat dasar pendekatan untuk analisis tugas MMH. Untuk lebih memahami masalah-masalah yang
berhubungan dengan MMH dan nyeri pinggang kronis, perlu terlebih dahulu memahami sedikit tentang
masing-masing pendekatan sebagai berikut (Randall, 2009) :
1) Pendekatan Biomekanis adalah pendekatan dengan mengaitkan prinsip-prinsip fisika pada tubuh
manusia untuk menentukan tegangan mekanik yang mempengaruhinya dan kekuatan otot resultan
yang dibutuhkan untuk menetralkan tegangan. Tujuan desain biomekanika untuk memastikan
bahwa beban dan tuntutan kekuatan adalah wajar. Perlu diperhatikan bahwa nilai dari
analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran
beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan
adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk antara
Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih
jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
7
xxi
Gambar 1. Klasifikasi dan Modifikasi pada Vertebrae
(Sumber: Nurmianto, 1996)
2) Pendekatan Fisiologis adalah pendekatan yang berkaitan dengan konsumsi energi dan tegangan
yang bekerja pada system kardiovaskular. Seperti meningkatnya konsumsi oksigen, jantung
berdetak lebih cepat dan otot menjadi lelah. Biasanya digunakan untuk menganalisa pada tugas
mengangkat berulang-ulang.
3) Pendekatan Psikofisik. Premis yang mendasari pendekatan psikofisik adalah bahwa ketika orang-
orang melakukan tugas mengangkat, mereka menggabungkan kedua intuitif biomekanis dan
pendekatan fisiologis. Dengan kata lain menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan maksimal
mereka dengan tanpa memaksakan yang tidak semestinya atau tidak aman, terlalu lelah, lemah,
tertekan atau terengah-engah.
4) Pendekatan Epidemiologi adalah studi kelompok epidemiologi orang dan analisis informasi dan
data untuk menentukan akar penyebab (dalam hal penanganan bahan dengan manual) cedera
kembali (back injuries).
b. Faktor Resiko MMH
Faktor risiko (juga dikenal sebagai "bahaya ergonomi") adalah kondisi yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
melakukan tugas MMH dengan aman. Seperti gangguan muskuloskeletal, nyeri pinggang kronis
biasanya hasil dari kombinasi beberapa faktor risiko yang terjadi bersamaan dari waktu ke waktu.
Kasus LBP adalah ketidakcocokan antara tugas dan kemampuan orang tersebut untuk melakukan tugas
dengan aman yang menyebabkan cedera. Ketidakcocokan tersebut mungkin berasal dari karakteristik
xxii
pribadi pada pekerja atau mungkin berasal dari lingkungan, tempat kerja, faktor psikososial atau tugas
pekerjaan (Randall, 2009).
1) Faktor Resiko Pribadi
Faktor individu pada pekerja seperti riwayat cedera punggung, penurunan tingkat
kemampuan pekerja, pekerjaan tambahan, kegiatan rekreasi, kegemaran, merokok, proses penuaan,
jenis kelamin, kegemukan, perawakan fisik dan masalah psikososial (termasuk keluarga, keuangan atau
masalah pribadi, pekerjaan atau ketidakpuasan manajemen, kurangnya mengontrol pekerjaan, dan stres
kerja yang terkait dengan beberapa faktor lainnya). Riwayat cedera punggung merupakan
faktor resiko yang mungkin cenderung akan mengalami LBP pada suatu saat.
Sedangkan pekerjaan tambahan untuk kesehatan tubuh hanya akan mengurangi
waktu istirahat dan pemulihan tenaga.
2) Faktor Risiko Tempat Kerja
Faktor resiko yang biasanya berhubungan dengan nyeri pinggang di tempat kerja seperti
menangani beban berat, tugas berulang, gerakan yang ekstrim pada punggung (memutar, membungkuk,
peregangan dan mencapai) lihat pada gambar 2, gerakan statis, getaran seluruh tubuh, lama duduk,
trauma langsung pada punggung (serangan atau benturan obyek), tergelincir, tersandung dan jatuh, dan
stress kerja.
.Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung.
A.memutar punggung tanpa menggerakkan kaki. B. menekuk ke samping
C. melengkungkan punggung. D. memanjangkan punggung
(Sumber: Randall, 2009)
xxiii
3) Faktor Resiko Lingkungan
Lingkungan atau ruangan kerja yang terbatas atau terhalang memungkinkan terbatasinya
gerakan saat bekerja maka sedapat mungkin dihilangkan, ruangan untuk kaki harus cukup agar ada
ruangan bebas untuk gerakan kaki seperti membengkokkan lutut kaki. Lantai harus bebas dari puing-
puing atau bahan yang mungkin menimbulkan slip atau terpeleset, bahaya saat perjalanan atau jatuh.
Permukaan lantai yang kasar dan penyediaan sepatu anti slip dapat menghindari
kemungkinan tergelincir pada saat mengangkat, mendorong, menarik, dll.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Cara utama untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada
manual handling adalah mengenali sumber bahaya serta mampu mengendalikan
secara teknik faktor risiko di tempat kerja. Memberikan pendidikan dan pelatihan
merupakan pelengkap penting dalam intervensi teknik. Untuk itu karyawan perlu
memahami resiko yang terkait dengan LBP dalam rangka aktif berpartisipasi
melindungi kesejahteraan masing-masing. Pendidikan yang diberikan meliputi
informasi tentang anatomi punggung, cara-cara untuk meningkatkan mekanisme
tubuh saat pengangkatan beban dan tugas lainnya secara umum, menggunakan
perangkat MMH dengan aman dan efektif di tempat kerja, dan cara-cara untuk
meningkatkan kekuatan otot punggung. Sebaliknya karyawan memberikan
laporan pada saat mereka merasakan sakit, membantu menganalisa tempat kerja
secara ergonomi, dan pengembangan selanjutnya identifikasi masalah yang
dilakukan dari manajemen (Randall, 2009).
xxiv
Pelatihan secara berkala dan penerapan usaha-usaha pelatihan MMH yang aman harus
mendapat dukungan dari manajemen. Ini adalah peran manajemen dan tanggung jawab untuk
mengendalikan LBP, terutama berkaitan dengan insiden dan keparahan. Pelayanan dari manajemen
untuk menanggapi keluhan pekerja berpengaruh dalam mempercepat pemulihan atau memperburuk
keadaan. Seperti kelainan muskuloskeletal yang sangat, tidak ada tanda-tanda luar atau gejala yang
terkait dengan LBP. Hal ini diperlukan kejujuran dari karyawan. Maka dibutuhkan komunikasi untuk
mengetahui karyawan yang sudah atau belum mengalami cedera. Pelatihan dan pengawasan bagi
manajemen harus mencakup laporan karyawan yang menderita nyeri pinggang, menginformasikan
manfaat pelaporan saat awal sakit, menindaklanjuti dan mengkomunikasikan (Randall, 2009).
d. Teknik Pengangkatan yang Aman
Prinsip dasar MMH saat mengangkat sebagian besar keadaan sebagai berikut (Randall,
2009):
1) Menguji berat beban, distribusi berat beban dan keseimbangan wadah. Untuk mengetahui berat
beban sebelum diangkat dan menghindari berat yang tiba-tiba atau pergeseran beban.
2) Mendapatkan bantuan dari seseorang atau menggunakan alat mekanik untuk beban yang terlalu
berat atau beban yang kaku. Ketika mengangkat bersama pasangan kita, maka diperlukan
komunikasi dalam mengkoordinasikan tugas saat mengangkat, bergerak dan menurunkan objek.
3) Mengetahui tempat tujuan beban yang diangkat. Pastikan jalan bebas dari penghalang atau bahaya,
dan memastikan di tempat tujuan tersedia ruangan untuk mengatur objek ke bawah.
4) Memposisikan dekat dengan beban, posisi kaki datar dan stabil. Memindahkan beban dari batang
tubuh (secara horizontal atau vertikal) sangat meningkatkan beban pada punggung, bahu dan
lengan, dan meningkatkan risiko cedera.
5) Memegang objek dengan seluruh tangan menggunakan kekuatan pegangan bila memungkinkan.
Hindari menjepit dengan ujung jari untuk memegang benda. Untuk mengangkat beban
menggunakan kedua tangan pada gagang atau pegangan.
6) Memindahkan secara alamiah, gerakan halus, terus menerus dan seimbang. Hal ini untuk
menghindari gerakan cepat, tersentak-sentak atau pengangkatan yang tidak seimbang.
7) Meminimalkan gerakan memutar, membungkuk, peregangan dan meraih/mencapai pada tubuh
selama pengangkatan. Gerakan-gerakan ini sangat meningkatkan resiko terjadinya LBP.
xxv
2. Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ).
Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian
bawah. Selain faktor-faktor yang dijelaskan berdasarkan oleh Randall, 2009 bahwa kondisi yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
melakukan tugas MMH dengan aman seperti gangguan muskuloskeletal dan nyeri pinggang kronis.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu
menurut Peter Vi, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004 menjelaskan bahwa:
1) Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga
yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
2) Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut
xxvi
dan sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat
beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.
3) Sikap Kerja yang Tidak Alamiah
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat
dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja
dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
(Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996; Waters and Andeson, 1996
dan Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004).
4) Faktor Penyebab Sekunder
a) Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan
yang lunak akan menerima tekanan langsung dari peregangan alat, dan
apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang
menetap.
b) Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan mennyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaan darah tidak lancar,
xxvii
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
(Suma’mur, 1982 dalam Tarwaka, dkk, 2004)
c) Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban,
sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand &
Rodhl, 1997; Pulat, 1992; Wilson & Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk,
2004). Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungaan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran
darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993 dalam
Tarwaka ,dkk, 2004)
5) Penyebab Kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan
tugas yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi
faktor kombinasi tersebut adalah :
a) Umur
Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004
menyatakan bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada
xxviii
usia kerja, yaitu 24-65 tahun. Biasanya keluhan pertama dialami pada
usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur.
b) Jenis Kelamin
Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin
pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004
menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot
pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria.
Namun pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli
c) Kebiasaan Merokok
Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam
taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh
bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot
yang dirasakan.
d) Kesegaran Jasmani
Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam
aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.
Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan
tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami
keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi
resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan menongkat sejalan
dengan bertambahnya aktivitas fisik.
e) Kekuatan Fisik
xxix
Chaffin dan Park (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004 seperti yang
dilaporkan oleh NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam
pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan
otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah
beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot
dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun
sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini
masih diperdebatkan.
f) Ukuran Tubuh (Antropometri)
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan
keluhan otot skeletal. Vessy et al (1990) dalam Tarwaka ,dkk, 2004
menyatakan bahwa wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa
tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung,
tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher,
bahu, dan pergelangan tangan. (Grandjen, 1993; Manuaba, 2000 1993
dalam Tarwaka ,dkk, 2004)
3. Postur dan Pergerakan Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap
kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat
bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat
meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila
pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik
xxx
sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang
dilakukan saat bekerja meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, pronasi
dan supinasi. Fleksi adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. Ekstensi adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi
peningkatan sudut antara dua tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3. Abduksi adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah
(the median plane) tubuh. Adduksi adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the
median palne) tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. Rotasi
adalah pergerakan dimana terjadi perputaran pada tulang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 5. Pronasi adalah perputaran bagian tengah (menuju
kedalam) dari anggota tubuh. Supinasi adalah perputaran ke arah samping
(menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 6. (Tayyari, 1997 dalam Mardiyanto, 2008).
xxxiii
Gambar 5. Posisi Rotasi
Gambar 6. Posisi pada lengan (a) Supinasi dan (b) Pronasi
Sistem kerangka otot tubuh manusia melibatkan bagian-bagian tubuh
yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ
tubuh yaitu tulang, jaringan penghubung (sambungan cartilagnus, ligament dan
tendon) dan otot. Dalam system gerakan rangka otot, otot beraksi terhadap tulang
untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang (Nurmianto, 1996).
Yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa biomekanika adalah rentang
postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang
xxxiv
dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekan
(compression load) antara lumbar nomor lima dan scrum nomor satu(L5/S1).
4. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik
dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004). Menurut Sutalaksana (1979), untuk
menciptakan hasil yang optimal dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi
yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah
satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan
penyelidikan. Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar
(Sutalaksana, 1979) , yaitu:
a. Penyelidikan Tentang Display
Penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan yang
mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin
mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka
dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan
sepeda motor.
xxxv
b. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan Proses
Pengendalianya
Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya
yaitu hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan
kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana
penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.
c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja
Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan
dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi anthropometri
d. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik
Penyelidikan mengenai lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan
fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan
kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka
melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :
1) Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.
2) Anthropometri : ukuran-ukuran tubuh manusia.
3) Fisiologi psikologi : sistem saraf otak.
4) Psikologi eksperimen : perilaku manusia.
xxxvi
Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang
industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi
fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan manusia mesin yang
tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan
keselamatan pekerja mulai terganggu.
5. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.
Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari
universitas di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational
ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada
tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang
dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi
kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti
khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian
atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh (Mc
Atamney, 1993).
Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu
sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas
yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan
pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai
pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan
xxxvii
aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive
starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang
berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi
menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk
dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan
menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard (Mc Atamney,
1993).
Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur
kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996
dalam McAtamney, 1993). RULA disediakan untuk menangani kasus yang
menimbulkan resiko pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat
tersebut memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan
aktivitas yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional
beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related
Upper Linb Disorders (WRULD). Metode ini menggunakan gambar postur tubuh
dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko.
Faktor tersebut menurut McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load
factor). Hal ini mencakup (McPhee, 1987 dalam McAtamney, 1993 ):
a. Jumlah gerakan
b. Kerja otot statis
c. Kekuatan atau tenaga
d. Postur-postur kerja yang digunakan
e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat
xxxviii
Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor
penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur kerja yang
dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak perlu tenaga,
kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat yang dilakukan
oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah respon individu
terhadap beban tertentu yaitu faktor individual (seperti usia dan pengalaman),
faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel psikososial. Untuk menilai
empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan,
kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk :
a. Menyediakan metode pemeriksaan penyaringan populasi kerja yang cepat,
untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan
dengan anggota tubuh bagian atas.
b. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan
melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat
menyebabkan kelelahan otot.
c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang
lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan
organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi persyaratan
penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-related upper limb
disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang berkaitan dengan
anggota tubuh bagian atas di negara Inggris).
xxxix
Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap.
Tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap
kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah
pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada
tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang
lebih detail.
TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja
Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi
menjadi dua bagian, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A meliputi
lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara kelompok B
meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh
dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin
mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan. Kisaran
gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria
yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi
angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja dimana
resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-angka yang lebih
tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih
ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang
menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada
setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah
untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap
xl
bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran
dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk
menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada
postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA
dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap
postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan
atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor
dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert
et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt dalam McAtamney, 1993.
1. Postur Bagian Lengan Atas
Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas
Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan
diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin,
Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt dalam Mc Atamney,
1993. Skornya sebagai berikut:
xli
Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas
Skor Jarak / Kisaran
1 Ekstensi 20° dan fleksi 20°
2 Ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°.
3 Fleksi antara 45-90°.
4 Fleksi lebih dari 90°.
Skor postur lengan tersebut dapat dimodifikasi, baik ditingkatkan atau
diturunkan. Masing-masing keadaan akan menghasilkan peningkatan atau
penurunan nilai postur asli untuk lengan atas. Ketika tidak ada situasi di atas
berlaku, skor postur untuk lengan atas adalah nilai dalam Tabel 1, tanpa
modifikasi lebih lanjut.
Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas
Tabel 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas
Skor Posisi
+ 1 Jika bahu ditinggikan atau lengan diputar.
+ 1 Jika lengan diculik (abdused).
- 1 Jika bersandar atau bobot lengan ditopang
xlii
2. Postur Bagian Lengan Bawah
Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer
dalam Mc Atamney, 1993. Skor tersebut adalah:
Tabel 3. Skor postur untuk lengan bawah
Skor Kisaran
1 Fleksi antara 60°-100°
2 Fleksi <60 ° atau fleksi > 100 °
Postur untuk lengan bawah dapat ditingkatkan jika lengan bawah bekerja di garis
tengah tubuh atau ke samping. Karena kedua kasus yang eksklusif sehingga skor
sikap awal hanya dapat meningkat nilai +1.
xliii
Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah.
Tabel 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan yang lebih rendah.
Skor Posisi
+ 1 Jika lengan bawah bekerja keluar ke sisi tubuh.
+ 1 Jika lengan bawah bekerja melintasi garis tengah
3. Postur Pergelangan Tangan
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health
and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan
Tabel 5. Skor postur untuk pergelangan tangan
Skor Posisi
1 Jika dalam posisi netral.
2 Antara 0 º- 15 º, baik fleksi atau ekstensi
3 15 º atau lebih, baik fleksi atau ekstensi
xliv
Skor sikap untuk pergelangan tangan akan meningkat nilai +1 jika pergelangan
tangan berada dalam salah satu ulnaris atau radial.
Gambar 12. Deviasi Pergelangan
Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan.
Skor Posisi
+ 1 Jika salah satu berada pada deviasi ulnaris
atau radial.
Setelah memperoleh skor untuk pergelangan tangan, untuk perputaran
pergelangan tangan (wirst twist) akan dinilai. Skor baru ini menjadi independen
dan tidak akan ditambahkan dengan nilai sebelumnya, melainkan akan digunakan
untuk memperoleh nilai global untuk Kelompok A. Putaran pergerakan tangan
pronasi dan supinasi (pronation and supination) yang dikeluarkan oleh Health
and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer dalam
McAtamney, 1993. Skor tersebut adalah:
xlv
Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan
Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan
Skor Posisi
+ 1 Jika pergelangan tangan berada dalam kisaran putaran
+ 2 Jika pergelangan tangan berada pada atau dekat ujung
jangkauan twist
Setelah penilaian ekstremitas atas selesai, kami akan melanjutkan
dengan evaluasi kaki, batang dan leher mereka yang terdiri dari kelompok B yaitu
Leher, punggung dan kaki. Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada
studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993.
Skor dan jangkauannya sebagai berikut:
xlvi
4. Postur Leher
Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993. Skor dan kisaran
tersebut adalah:
Table 8. Skor postur untuk leher
Skor Kisaran
1 Untuk fleksi 0 º -10 º.
2 Untuk fleksi 10 º - 20 º.
3 Untuk fleksi 20 º atau lebih.
4 Jika dalam posisi ekstensi
xlvii
Skor Postur untuk leher dapat ditingkatkan jika leher dalam sisi-membungkuk
atau memutar, seperti yang ditunjukkan gambar sebagai berikut:
Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher
Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher
Skor Posisi
+ 1 Jika leher yang berputar
+ 1 Jika leher adalah dibengkokan
5. Postur Untuk Batang Tubuh (Punggung)
Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk).
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al
dalam Mc Atamney, 1993:
Tabel 10. Skor postur nilai untuk Batang Tubuh
Skor Kisaran
xlviii
Postur skor untuk batang tubuh dapat ditingkatkan jika trunk dalam posisi
memutar atau menekuk. posisi ini tidak eksklusif, skor dapat ditingkatkan menjadi
2 jika kedua postur terjadi secara bersamaan.
Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh.
Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh
Skor Posisi
+ 1 Jika bagian batang tubuh memutar
+ 1 Jika bagian batang tubuh menekuk
6. Postur Posisi Kaki
1 Ketika duduk dan ditopang dengan sudut paha 90 °
atau lebih
2 Untuk fleksi 0 º-20 º.
3 Untuk fleksi 20 º-60 º
4 Untuk fleksi 60 º atau lebih.
xlix
Gambar 18. Posisi kaki.
Tabel 12. Skor postur untuk posisi kaki.
Skor Posisi
+ 1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+ 1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
terdapat ruang untuk berubah posisi.
+ 2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
TAHAP 2 : Pengelompokan bagian tubuh.
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Kelompok A dan B yang dapat mewakili
tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle)
dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. Sedangkan
penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D.
l
1. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok A
Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan tangan
1 2 3 4
Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
2. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok B
Tabel 14. Skor Postur Kelompok B
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 21 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
Tabel 13. Postur skor Kelompok A
li
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
3. Nilai Penggunaan Otot dan Beban atau Tenaga
Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot dan
tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan
berdasarkan penelitian Durry dalam Mc Atamney, 1993, yaitu sebagai berikut :
a. Skor untuk penggunaan otot : + 1 jika postur statis (dipertahankan dalam
waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali
dalam 1 menit.
b. Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian Putz-
Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut :
Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan
Skor Kisaran
0 pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.
1 beban sesekali 2-10 kg
2 beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.
2 beban sesekali namun lebih dari 10 kg.
3 beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau
berulang.
3 pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan
cepat
lii
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B
diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan
skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut:
a. Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A =
skor C
b. Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B =
skor D.
TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List
Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi
suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas
penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan
Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan
estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal.
Tabel 16. Grand Score
Skor D
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 +
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
liii
8 5 5 6 7 7 7 7
Berdasarkan table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat
dibedakan menjadi 4 action level berikut :
1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima
selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
2. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh
dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
3. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan segera.
4. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
liv
B. Kerangka Pemikiran
Aktivitas Manual Material Handling
(palleting)
Postur Kerja Metode Rula
PENILAIAN- Lengan Atas
- Lengan Bawah
- Pergelangan
- Perputarantangan
- Leher
- Punggung
- Kaki
Tidak Ergonomis
Tidak Nyaman
MSDs
Ergonomis
Nyaman
1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
2. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
3. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera.
4. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Faktor Internal:Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan merokok, Kesegaran jasmani, Kekuatan fisik, Ukuran tubuh
Faktor Eksternal:Tempat kerja, Lingkungan, Pendidikan dan pelatihan, Teknik pengangkatan.
lv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yaitu suatu metode untuk menganalisa sikap saat bekerja, cara kerja,
postur tubuh dan beban kerja pada pekerja palleting yang mempengaruhi terhadap
tingkat resiko muskulokeletal. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai postur
kerja MMH dengan menggunakan metode RULA di PT. Tirta Investama
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini melibatkan pekerja bagian palleting yang bekerja
secara manual pada area 5 galon yang akan dinilai postur tubuh saat bekerja yang
meliputi sebagai berikut:
1. Lengan Atas
2. Lengan Bawah
3. Pergelangan Tangan
4. Perputaran pergelangan
5. Leher
6. Punggung
7. Posisi Kaki
Selain penilaian pada postur kerja, penilaian juga pada penggunaan otot dan
penggunaan tenaga yaitu pada gerakan statis dan berat beban yang diangkat.
44
lvi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pupulasi yang akan
dilakukan oleh peneliti berjumlah 24 orang pekerja.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk sampel peneliti mengambil satu shifht pertama (pagi)
pekerja bagian palleting yang berjumlah 20 orang yang akan dianalisa.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Teknik yang digunakan pada saat itu secara nonprobability sampling yaitu dengan
sampling incidental. Sampling insidental adalah teknik penetuan sampel
berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data. Teknik pengambilan terhadap sampel yaitu pekerjaan palleting pada
saat shift pagi yang berjumlah 24 orang. Sistem kerja dengan rotasi selama 30
menit. Rotasi antara regu (1 regu = 4 orang) yang ada di lapangan. Peneliti ini
hanya mengambil 20 orang dikarenakan saat pengambilan gambar ada yang mau
diambil gambarnya ada yang tidak mau diambil serta gerakan saat bekerja sangat
cepat sehingga gambar ada yang jelas dan ada yang tidak jelas.
lvii
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Interview (Wawancara)
Wawancara dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti menginginkan
informasi dan data yang lebih dari para pekerja sebagai objek peneliti.
2. Observasi
Dalam observasi peneliti ikut terjun langsung ke lapangan dan ikut
dalam berpartisipasi dalam kegiatan mereka.
3. Pengukuran
Pengukuran dilakukan langsung pada pekerja yang meliputi berat
beban angkat. Serta pengukuran terhadap hasil gambar yang diperoleh.
4. Dokumentasi
Teknik pengambilan ini dengan mengambil gambar postur/sikap pekerja saat
bekerja.
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung
yaitu:
a. Pengamatan terhadap proses palleting, keadaan lingkungan tempat kerja, dan
keadaan tenaga kerja.
b. Pengukuran dengan alat, seperti pengukuran berat beban.
c. Pengambilan gambar dengan camera.
lviii
d. Wawancara langsung.
G. Instrumen Penelitian
1. Timbangan digunakan untuk mengkur berat beban.
2. Camera Digital digunakan untuk pengambilan gambar.
3. Handphone digunakan untuk mengetahui frekuensi gerakan selama waktu
bekerja dalam satu shift.
4. Lembar kerja, alat ukur (busur) dan alat tulis.
H. Analisis Data
Menganalisa hasil dari pengukuran dan perhitungan berdasarkan teori
yang ada. Analisa data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengamati kondisi lingkungan sekitar tempat kerja.
2. Mengolah data sesuai dengan rumus dan metode yang sudah ditentukan pada
RULA.
3. Membandingkan antara hasil pengkuran dengan teori yang ada.
4. Mengklasifikasikan tingkat resiko berdasarkan hasil pengukuran.
5. Menganalisa hasil penilaian tersebut.
6. Redesaian terhadap komponen dalam metode dan rumus tersebut.
lix
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil pengukuran dengan menggunakan RULA yaitu dengan
menggunakan gambar postur yang diambil saat bekerja yang dinilai dengan
menggunakan skor penilaian dan grand score. Penilaian postur kerja ini
didapatkan setelah pengambilan gambar pada saat pekerja sedang melakukan
aktivitas angkat-angkut. Pengambilan gambar dilakukan pada empat titik pada
saat pengangkatan maupun peletakan galon. Empat titik tersebut yaitu pada saat
peletakan di tingkat dasar, pada saat peletakan di tingkat kedua, pada saat
peletakan di tingkat ketiga dan pada saat pengangkutan pada konveyer. Beban
yang diangkat adalah 20 kg untuk setiap galonnya. Data pengukuran gambar
postur tubuh dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Pengukuran
Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar
No Gambar Lengan Atas
Kanan (o)
Lengan Atas Kiri(o)
Lengan Bawah kanan
(o)
Lengan Bawah
Kiri(o)
Leher(o)
Punggung(o)
Pergelangan Tangan
Kanan(o)
Pergelangan Tangan
Kiri(o)
1 A 100 - 0 - extention 35 15 -2 B 70 - 12 - 0 25 12 -3 C 110 - 0 - extention 90 70 -4 D 60 80 80 0 0 90 0 05 E 53 - 60 - 30 57 40 -
48
lx
Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua
Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga
Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer
No
Gambar Lengan Atas
Kanan (o)
Lengan Atas Kiri(o)
Lengan Bawah kanan
(o)
Lengan Bawah
Kiri(o)
Leher(o)
Punggung(o)
Pergelangan
Tangan Kanan
(o)
Pergelangan Tangan
Kiri(o)
1 F - 60 - 60 0 10 - 02 G - 110 - 20 20 30 15 03 H - 50 - 0 0 0 - 04 I 52 - 60 - 0 30 15 -5 J - - 117 - 0 0 0 -
No Gambar Lengan Atas
Kanan (o)
Lengan Atas Kiri(o)
Lengan Bawah kanan
(o)
Lengan Bawah
Kiri(o)
Leher(o)
Punggung(o)
Pergelangan
Tangan Kanan
(o)
Pergelangan
Tangan Kiri(o)
1 K 85 - 55 - 0 10 0 -2 L - 110 - 50 0 0 - 153 M 100 - 30 - 0 5 0 -4 N 90 - 60 - 20 0 0 -5 O 110 - 20 - 0 20 0 -
No Gambar Lengan Atas
Kanan (o)
Lengan Atas Kiri(o)
Lengan Bawah kanan
(o)
Lengan Bawah
Kiri(o)
Leher(o)
Punggung(o)
Pergelangan Tangan
Kanan(o)
Pergelangan
Tangan Kiri(o)
1 P 20 25 60 80 20 30 0 202 Q 92 24 36 80 25 11 24 03 R 27 30 55 55 0 15 0 04 S 23 - 125 - 0 27 0 -5 T 25 - 58 - 0 45 0 -
lxi
2. Data Modifikasi Postur
Tabel 21. Modifikasi Postur Pada Pekerja
No GambarModifikasi
Lengan Atas
ModifikasiLengan Bawah
ModifikasiLeher
ModifikasiPunggung
ModifikasiPergelangan
Tangan
1 Gb.A -Keluar sisi
tubuhExtensi Ke samping -
2 Gb.B -Keluar sisi
tubuh- Ke samping Ke samping
3 Gb.C - - Extensi -
4Gb.D
(kanan)Lengan
keangkatMelintasi garis
tengah- -
5Gb.D(kiri)
- - - -
6 Gb.ELengan
keangkat- - -
7 Gb.F - - Ke samping Ke samping8 Gb.G - - - -9 Gb.H - - Ke samping Ke samping -10 Gb.I - - - -11 Gb.J - - - Memutar -12 Gb.K - - - -13 Gb.L - - Ke samping -14 Gb.M - - - -15 Gb.N - - - -16 Gb.O - - Ke samping -
17Gb.P
(kanan)Lengan
keangkatMelintasi garis
tengahKe samping Memutar -
18Gb.P(kiri)
Lengan keangkat
Melintasi garis tengah
Ke samping Memutar -
19 Gb.QLengan
keangkatMenjauhi dari
badanKe samping Ke samping -
20 Gb.Q - - Ke samping Ke samping -
21 Gb.RLengan
keangkatMelintasi garis
tengahKe samping Ke samping -
22 Gb.S -Menjauhi dari
badanKe samping Ke samping -
23 Gb.T -Melintasi garis
tengahKe samping Ke samping -
lxii
3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA
a. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat dasar.
Gambar A. Kegiatan pekerja saat meletakan beban pada tingkat dasar sampel 1
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4Ata
sBawah
Putaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 1
4
2
4
lxiii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung
1 2 3 4 5 6Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor C
Skor D1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 52 2 2 3 4 4 5 53 3 3 3 4 4 5 64 3 3 3 4 5 6 65 4 4 4 5 6 7 76 4 4 5 6 6 7 77 5 5 6 6 7 7 7
8+ 5 5 6 7 7 7 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 1
Penilaian Grand Score sampel 1
4
74
7
lxiv
Gambar B. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
4
3
3
lxv
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 2
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 2
2
4
5
7
lxvi
Gambar C. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
3
4 4
lxvii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11.
Penilaian Grand Score sampel 3
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 3
7
4
4
7
lxviii
Gambar D. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4^ 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4* 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri
4
3
3
1
lxix
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada pengunaan tangan kanan
dan tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor
tenaga = 5+1+3= 9.
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 4
Penilaian Grand Score sampel 4
52
4
7
lxx
Gambar E. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur Kelompok A
4
3
4
lxxi
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 5
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 5
3 4
3
7
lxxii
b. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat kedua.
Gambar F. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur Kelompok A
3
3
4
lxxiii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6
Penilaian Grand Score sampel 6
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 6
2
7
2
2
lxxiv
Gambar G. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
2
4
4
lxxv
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 7
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur kelompok B sampel 7
24
3
7
lxxvi
Gambar H. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
3
1
3
lxxvii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 8
4
7
2
3
lxxviii
Gambar I. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 8
2
2
3
lxxix
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 9
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 9
4
1
5
7
lxxx
Gambar J. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
2
1
3
lxxxi
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3 = 6.
Penilaian Grand Score sampel 10
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian. Skor Postur Kelompok B sampel 10
1
2
2
7
lxxxii
c. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
Gambar K. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Penilaian Skor Postur kelompok A sample 11
1
3 3
lxxxiii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.
Penilaian Grand Score sample 11
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sample 11
7
13
3
lxxxiv
Gambar L. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
2
44
lxxxv
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.
Penilaian Grand Score sampel 12
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 12
2
2
2
7
lxxxvi
Gambar M. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
2
44
lxxxvii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 13
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 13
42
7
3
lxxxviii
Gambar N. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
3
2
4
lxxxix
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.
Penilaian Grand Score sampel 14
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 14
3
2
3
7
xc
Gambar O. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
4 4
1
xci
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.
Penilaian Grand Score sampel 15
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 15
22
2
7
xcii
Gambar P. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4* 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4^ 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri
2
2
3
3
xciii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada penggunaan tangan kanan
maupun tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor
tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 16
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 16
3
4
5
7
xciv
Gambar Q. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3^ 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
3
1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5* 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Penilaian Skor Postur kelompok
* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri
2 3
2
4
xcv
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 (untuk penggunaan tangan kiri) dan
nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3 = 9 (untuk
penggunaan tangan kanan). Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor
tenaga = 2+1+3= 6.
Penilaian Grand Score sampel 17
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7^ 7
8+ 5 5 6 6 7 7* 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 17
7
4
4
xcvi
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Gambar R. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
3
1
4
xcvii
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 18
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher
Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 18
42
3
7
xcviii
Gambar S. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
2
1
3
xcix
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 19
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 19
5
1
4
7
c
Gambar T. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
1) Penentuan nilai Skor A
LenganPergelangan Tangan
1 2 3 4
Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2
11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4
21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5
31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5
41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6
51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8
61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel. Skor Postur kelompok A
32
1
ci
2) Penentuan nilai Skor B
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level
Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg
dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor
penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.
Penilaian Grand Score sampel 20
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Leher Punggung1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Skor CSkor D
1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7
8+ 5 5 6 6 7 7 7
Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 20
7
1
3
3
cii
B. Pembahasan
RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko
pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Metode ini menggunakan
gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap
faktor-faktor resiko. Pada pengambilan gambar ini penulis membatasi hanya
mengambil pada 4 titik bagian saat pengangkatan yaitu saat pekerja mengambil
beban dari conveyer, meletakan beban ke dasar, meletakan beban ke tingkat 2, dan
meletakan beban ke tingkat 3. Nilai/skor untuk RULA yang rendah tidak
menjamin bahwa tempat kerja bebas dari bahaya ergonomi serta skor yang tinggi
tidak menjamin bahwa ada masalah berat beban kerja atau faktor-faktor resiko
namun perlu mendapatkan perhatian semua itu.
1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja
Deskripsi dari gerakan postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja
adalah sebagai berikut:
Pada saat awal pengangkatan yaitu pada pengambilan galon di
konveyer gerakan yang ditimbulkan seperti badan menekuk kesamping, batang
tubuh memutar, kedua tangan digunakan sebagai penopang beban dengan
pegangan yang tidak seimbang sehingga diperlukan kehati-hatian dalam penangan
beban agar tidak jatuh. Setelah itu dibawa dan ditaruh pada tingkat dasar yaitu di
atas palet gerakan yang ditimbulakan seperti punggung membungkuk ke depan,
badan agak miring ke samping, posisi kedua kaki agak tertekuk dengan posisi
kuda-kuda, arah pandangan ke depan sehingga postur kepala agak menengadah
dan ada juga posisi kepala menunduk kebawah, posisi lengan lurus dengan
ciii
menahan beban pada tangan dan pada peletakan paling ujung dibutuh pemutaran
beban dengan posisi pergelangan tangan memutar serta lengan tangan jauh dari
badan. Pada saat pengangkatan ke tingkat kedua posisi tubuh stabil dengan postur
tubuh berdiri tegak, ketinggian tingkat ke dua sama tingginya pada konveyer
sehingga dapat memudahkan saat peletakan beban. Terakhir pada tingkat ketiga
gerakan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: ke dua lengan atas jauh dari
badan dengan membentuk sudut lebih dari 90 derajat, pergelangan tangan harus
memutar untuk meletakan beban paling ujung, dan arah pandangan ke samping
sehingga posisi kepala ke arah samping. Sikap pada saat pengambilan galon dan
peletakan galon ke palet, posisi tubuh yang dilakukan pekerja mengarah ke
samping. Ada yang melakukan pemutaran badan, menekuk ke samping dan
modifikasi memutar dengan menekuk. Di samping itu posisi kaki pada saat
peletakan beban pada tingkat kedua dan ketiga adalah sama dengan berdiri tegak
mengahadap beban.
2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dari 20 orang sempel
dengan menggunakan metode RULA adalah pada tahap pertama pengembangan
metode untuk merekam postur kerja. Hasil yang ditunjukan bagian-bagian yang
diukur memiliki angka atau nilai yang berbeda-beda tergantung postur tubuh saat
melakukan pengangkatan. Penilaian lengan atas, lengan bawah, pergelangan,
punggung, dan leher mempunyai nilai tinggi untuk gerakan yang ekstrim seperti
meletakan beban pada tingkat pertama, meletakan pada bagian paling ujung. Skor
A yaitu penilaian terdiri dari lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
civ
perputaran tangan. Sedangkan Skor B terdiri dari penilaian punggung, leher dan
posisi kaki saat pengangkatan. Penilaian didasarkan pada sudut yang terbentuk
saat melakukan kerja dengan tambahan modifikasi yang akhirnya nilai tersebut
menjadi nilai akhir untuk masing-masing postur kerja. Setiap nilai memiliki
kisaran sudut, nilai yang terkecil menunjukan sudut yang kecil pula. Tahap kedua
yaitu dengan menggunakan tabel kelompok A dan kelompok B yang mewakili
tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh, masing-masing dijumlahkan dengan skor
penggunaan otot dan tenaga yang kemudian akan menghasilkan skor C (skor
postur A + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor C) dan skor D
(skor postur B + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor D). Skor
penggunaan otot tersebut selama waktu pengangkatan berulang, serta pekerja
melakukan gerakan yang sama lebih dari 4 kali selama 1 menit maka penggunaan
otot bernilai +1 dapat dilihat pada saat pengangkatan di konveyer. Gerakan yang
dikerjakan pada saat di konveyer berulang-ulang dengan sikap yang sama.
Sedangkan penggunaan tenaga pekerja mengangkat beban lebih dari 10 kg yang
dilakukan secara berulang kali maka penggunaan tenaga bernilai +3. Tahap ketiga
bertujuan mengabungkan antara skor C dan skor D menjadi grand score. Hasil
penilaian pada grand score menunjukan 20 orang memiliki nilai 7. Berdasarkan
table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4
action level berikut (McAtamney, 1993) :
5. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima
selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
cv
6. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh
dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
7. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan segera.
8. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Jadi pada pengukuran postur tubuh untuk 20 orang dengan nilai 7
tersebut adalah dalam katagori “Action Level 4” diketahui adanya action level
yang merekomendasikan adanya perubahan-perubahan dan perbaikan dibutuhkan
sesegera mungkin (mendesak). Dalam hal ini yang diperlukan yaitu perbaikan
pada postur tubuh saat bekerja, metode kerja dan stasiun kerja yang akan
mempengaruhi gerakan postur tubuh yang terbentuk untuk kenyamanan yang
menyesuaikan antara postur tubuh dengan lingkungan dan alat. Dengan cara
menurunkan sudut yang terbentuk dengan penilaian tinggi pada saat bekerja.
3. Analisa Gerakan Postur Kerja
Analisa gerakan postur tubuh saat pengangkatan yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkatan pada saat berada di tingkat dasar, dapat dilihat pada gambar
A,B,C,D, dan E dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 22. penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.A 100o 0 o 15 Dalam kisaran putarangb.B 70 o 12 o 0 o Dalam kisaran putarangb.C 110 o 0 o 70 Dalam kisaran putarangb.D (kanan) 60 o 80 o 0 o Dalam kisaran putarangb.D (kiri) 80 0 0 Dalam kisaran putarangb.E 53 o 60 o 40 o Dalam kisaran putaran
cvi
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >60o
dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat dasar.
Penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 45-90o adalah +3,
sedangkan >90 o adalah +4. Postur pekerja pada saat meletakan galon harus
membungkuk dengan lengan atas menjahui badan untuk meletakan beban baik
dekat maupun jauh dari posisi berdiri. Selain itu diperlukan kehati-hatian
dalam pengangkatan mulai dari konveyer sampai ke tempat yang dituju. Hal
ini ketinggian dari palet serta jarak antara pekerja dengan letak yang dituju
sangat jauh yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun
sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara menambah
ketinggian dari palet serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban.
Tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat
memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan
semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Posisi lengan atas ini tidak
ada tambahan modifikasi pada gerakan.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan adalah 0 o, 12 o, 60 o dan 80 o.
Untuk penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2 pada
gambar A, B, C, D (lengan kiri), dan E. Gerakan ini menyesuaikan pada saat
peletakan galon. Jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah
sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat
penskoran. Sedangkan pada sudut >60o dikarenakan beban masih dalam
pengangkatan untuk itu saat peletakan dilakukan dengan hati-hati sehingga
cvii
lengan bawah menopangnya sampai pada tujuan. Modifikasi pada postur ini
yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. Pada modifikasi gerakan lengan ini
menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan pada ketiga gambar bersudut >15 o
dikarenakan pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari
genggaman. Selain itu kebiasaan dari pekerja saat penanganan beban. Namun
sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga
dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi yang dilakukan biasanya
dengan menekuk ke samping. Gerakan menekukan pergelangan serta adanya
modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa nyeri pada
pergelangan jika terjadi secara terus menerus.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan dengan hati-hati.
Meskipun ada yang mengalami perputaran pergelangan, gerakan tidak terlalu
berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati
akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 23. penialaian skor B pada saat di tingkat dasar
Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.A 0o 35 o Kaki tertopanggb.B 10 o 25 o Kaki tertopanggb.C extension 90 o Kaki tertopanggb.D 0 90 o Kaki tertopanggb.E 30 o 57 o Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3, sudut 0-10 o
bernilai +1 sedangkan gerakan extension bernilai +4. Postur pada leher ini bisa
cviii
berubah-ubah bergantung pada pekerja saat mereka sedang bekerja. Jadi pada
saat pengangkatan diusahkan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi
dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga
dapat memperkecil penilaian. Modifikasi postur seperti menengadah,
menunduk, menekukan ke samping. Gerakan kepala seperti menengadah atau
menunduk dapat menyebabkan sakit/nyeri pada leher.
2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o rata-rata pada kelima gambar ini
bernilai +3 sedangakan sudut lebih dari 60 o bernilai +4. Selain itu modifikasi
dengan menekuk badan ke samping akan menambah nilai. Jadi untuk
memperkecil penilaian diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk
dengan cara menambah ketinggian pada palet serta pada saat peletakan beban
dapat dijangkau tanpa adanya badan ke samping. Modifikasi yang ada seperti
tubuh condong ke samping. Gerakan membungkuk ini menyebabkan rasa
nyeri pada bagian leher, punggung, lengan dan perut apalagi jika dengan
modifikasi menekuk akan menambah rasa nyeri pada bagian tersebut.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
b. Pengangkatan pada saat berada di tingkat kedua, dapat dilihat pada gambar
F,G,H,I, dan J dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 24. penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.F 60o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.G 110 o 20 o 15o Dalam kisaran putarangb.H 50 o 0 o 0 o Dalam kisaran putarangb.I 52 o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.J 22 o 117 o 0 o Dalam kisaran putaran
cix
1) Gerakan pada lengan atas, sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >45o dengan
nilai +3 pada kisaran 45-90o sedangkan sudut 110o dengan nilai +4
dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat kedua.
Jadi pekerja harus mengangkat lengan atas serta jauh dari badan. Hal ini
ketinggian dari konveyer sama dengan ketinggian pada tingkat kedua. Sudut
pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian dari
galon serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban. Tanpa mengurangi
kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat memperkecil panilaian pada
postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh
dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan
otot skeletal.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap
tujuan pengangkatan. Untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah
sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat
penskoran. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o bernilai +2 dikarenakan
pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman.
Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada keadaan netral sehingga
dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi pada pergelangan seperti
posisi menyamping saat meletakan beban. Gerakan menekukan pergelangan
serta adanya modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa
nyeri pada pergelangan jika terjadi secara terus menerus.
cx
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 25. penialaian skor B pada saat di tingkat kedua
Gerakan/gambar
Leher Punggung Posisi kaki
gb.F 0o 10 o Kaki tertopanggb.G 20 o 30 o Kaki tertopanggb.H 0 o 0 o Kaki tertopanggb.I 0 o 30 o Kaki tertopanggb.J 0 o 0 o Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 o bernilai +2, sudut 0-10 o
bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan
menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan
pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada
postur ini yaitu arah pandangan ke samping.
2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o bernilai +3 sedangakan sudut 0-
10 o bernilai +2. Ketinggian pada tingkat dua berada di zona aman untuk
pengangkatan yaitu dari lutut sampai bahu. Jadi untuk memperkecil penilaian
diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan sikap tubuh
yang alamiah. Modifikasi yang ada yaitu posisi tubuh agak condong ke
samping.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
cxi
c. Pengangkatan pada saat berada di tingkat ketiga, dapat dilihat pada gambar
K,L,M,N dan O dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 26. penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.K 85 o 55 o 0 Dalam kisaran putarangb.L 110 o 50 o 15 o Dalam kisaran putarangb.M 100 o 30 o 0 o Dalam kisaran putarangb.N 90o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.O 110 o 20 o 0 o Dalam kisaran putaran1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >45o dengan nilai + 3
pada kisaran 45-90 o sedangkan sudut >90 o bernilai +4 dikarenakan gerakan
tangan yang disesuaikan terhadap ketinggian tumpukan pada tingkat ketiga
yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada
gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian
tumpukan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan
lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan letak
beban yang akan dituju pada saat pencapaian jadi untuk memperkecil
penilaian dengan cara mengurangi ketinggian tumpukan dan jarak tujuan
peletakan beban sehingga dapat membantu saat penskoran agar berkurang.
Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga
cxii
pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil
pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada
skor. Pada pengambilan gambar saat meletakan beban, posisi pergelangan
berubah-ubah sehingga penilaian berdasarkan hasil dari gambar yang ada.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapu gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.
Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.K 0 10 o Kaki tertopanggb.L 0 o 0 o Kaki tertopanggb.M 0 o 5 o Kaki tertopanggb.N 20o 10 Kaki tertopanggb.O 0 20 Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 bernilai +2 sedangakan nilai
0-10 bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan
menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan
pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada
postur yaitu arah pandangan ke samping. Gerakan kepala kesamping jika
dilakukan terus menerus akan menyebabkan nyeri pada bagian leher.
2) Gerakan pada punggung bersudut 0-5 o bernilai +2. Jadi untuk posisi ini lebih
aman untuk punggung. Modifikasi pada posisi ini yaitu dengan memutarkan
badan ke arah samping.
cxiii
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
d. Pengangkatan pada saat berada di konveyer, dapat dilihat pada gambar
P,Q,R,S, dan T dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 28 . penilaian skor A pada saat berada di konveyer.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran gb.P (kanan) 20o 60 o 0 normalgb.P (kiri) 25 o 80 o 20 o normalgb.Q (kanan) 92 o 36 o 24 o normalgb.Q (kiri) 24 o 80 o 0 normalgb.R 27 o 55 o 0 normalgb.S 23 o 125 o 0 normalgb.T 25 o 58 o 0 normal
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >20o dengan nilai +2
dikarenakan tangan memegang pada ujung galon dengan cara menggenggam
ujungnya, sedangkan untuk sudut 92o dengan nilai +4 dikarenakan gerakan
tangan yang disesuaikan terhadap panjang dari galon, ketinggian dari
konveyer serta jarak antara pekerja dengan konveyer yang mempengaruhi
lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut
dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan
sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Modifikasi gerakan pada
lengan atas yaitu bahu ke terangakat yang menyebabkan gerakan menjadi
canggung. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian
tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan otot skeletal. Sedangkan bahu yang terangkat akan menyebabkan
nyeri pada lengan atas (bahu).
cxiv
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2, kisaran 60-100 dengan nilai +1 dan >
100 dengan nilai +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap peletakan beban
yang dituju jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut
gerakan pada kisaran 60-100o , sehingga dapat membantu saat penskoran.
Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja melintasi garis tengah.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut >15 o dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga
pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil
pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada
skor. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan
menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer.
Gerakan/gambar
Leher Punggung Posisi kaki
gb.P 20o 30 o normalgb.Q 25 o 11 o normalgb.R 0 o 15 o normalgb.S 0 27 normalgb.T 0 45 normal
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3 sedangakan
suduti 0-10 o bernilai +1. Modifikasi pada leher menengadah, agak tertekuk ke
cxv
samping dan arah pandangan ke samping. Jadi pada saat pengangkatan
diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang
alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memperkecil
penilaian.
2) Gerakan pada punggung bersudut 11 o dan 15 o sehingga nilai postur +2
sedangkan >20 o bernilai +3. jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan
dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan cara menambah ketinggian
pada konveyer. Modifikasi pada punggung yaitu badan agak ke samping.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
Sedangkan pada penggunaan otot dan tenaga dapat dikurangi untuk
memperkecil penilaian pada skor yaitu dengan tidak ada gerakan statis yang sama
sehingga bernilai nol dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg yang
bersifat statis atau berulang sehingga nilai menjadi + 2. Jadi untuk berat beban
dikurangi sebagaimana agar nilai pada penskoran turun.
4. Redesain Postur Kerja
Perbaikan dalam penilaian dengan menggunakan RULA dengan
redesain terhadap postur tubuh untuk mengurangi resiko pada tubuh. Redesaian
tersebut dilakukan dengan merubah gerakan dari sebelumnya, disini penulis
menggunakan contoh sebagai berikut: Misalkan pada sampel gambar C, dengan
hasil pengkuran pada postur kerja adalah lengan atas 110 o, lengan bawah 0, posisi
leher extension, punggung 90 o, pergelangan 70 o. Ketingian palet 14 cm, jarak
antara pekerja dengan konveyer kira-kira 23 cm. Sedangkan penggunaan otot
cxvi
bernilai dan penggunaan tenaga bernilai +3. Hasil dari penggunaan tabel skor C =
7 dan tabel skor D = 10 sehingga untuk grand score bernilai 7 dengan katagori
action level 4 yaitu menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan
sesegera mungkin (mendesak). Redesain dengan meninggikan palet kira-kira 40
cm diperkirakan hasil penilaian pada postur kerja yaitu lengan atas 60 o, lengan
bawah 65 o, posisi leher 0, punggung 20 o, pergelangan 0 o serta menghilangkan
gerakan yang tidak alamiah seperti membungkuk, kepala menunduk/menengadah,
mengurangi sudut saat pemegangan. Sedangkan penggunaan otot tidak digunakan
dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg bersifat statis/berulang yang
bernilai +2. Hasil dari penggunaan tabel skor grup A = 3, tabel skor B = 2, tabel
skor C = 5 dan tabel skor D = 4 sehingga untuk grand score bernilai 5 dengan
katagori action level 3 menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan segera. Dari hasil redesain ada perubahan terhadap nilai pada grand
score, meskipun masih memerlukan perubahan dan penyelidikan yang dibutuhkan
segera pada pekerjaan tersebut. Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan
sikap/postur saat bekerja dan mengurangi berat beban kisaran beban 2-10 kg.
Perubahan postur kerja saat bekerja sebagai berikut:
a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk
b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping
c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil
d. Kepala tidak menengadah(extension), menunduk atau menekuk ke samping.
e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk.
f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki.
cxvii
5. Alternatif Desain Posisi Kerja
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja
No Kegiatan Keadaan awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan
saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E
Posisi punggung membungkuk, berputar, condong ke samping, leher ke samping, bahu sedikit terangkat, dan posisi tangan tertekuk (menopang dan memegang galon).
Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut putar diperkecil, bahu diusahakan relax, dan penggunaan APD agar galon tidak meleset. Perbaikan untuk mengurangi ketegangan dan nyeri akibat pembebanan.
2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
Posisi punggung membungkuk, condong kesamping, kepala menunduk, menengadah, posisi tangan menjahui badan, tangan ditekuk, pergelangan tangan sedikit muntir/putar, tertekuk saat memegang galon.
Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut lengan atas diperkecil, leher diusahakan relax, pemegangan galon dengan hati-hati.
3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua.Contoh:gb.K, L, M, N, dan O
Posisi punggung sedikit membungkuk, badan agak miring, posisi tangan menjahui badan
Sudut lengan atas diperkecil, posisi tubuh relax.
4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tigaContoh: gb P, Q, R, S dan T
Posisi punggung tegak, bahu terangkat, posisi tangan menjangkau, sedikit berputar, pergelangan tangan menekuk saat menahan beban.
Bahu diusahakan relax dalam keadaan alamiah, sudut lengan atas diperkecil, pergelangan diusahakan tidak terlalu menekuk.
cxviii
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan Metode RULA
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja.
No Kegiatan Kondisi awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan
saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E
Ketinggian konveyer sekitar55-90 cm dari lantai. Pekerja mengambil galon pada konveyer dengan memutarkan tubuh dengan sudut putaran 45 derajat dan galon ditopang dengan kedua tangan pada posisi galon horisontal/miring.
Ketinggian konveyer dikurangi/diatur ulang sesuai dengan antropometri semua pekerja dan perubahan posisi antara konveyer dengan pekerja diusahakan lebih dekat agar mudah dalam pengangkatan serta sudut lebih kecil.
2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
Galon dari konveyer diturunkan ke pallet, dengan punggung membungkuk dan ketinggian palet di bawah ketinggian lutut. Pemutaran beban pada tempat paling ujung. Dengan sikap condong ke samping tubuh.
Penambahan ketinggian pada palet dengan tujuan untuk mengurangi posisi tubuh saat membungkuk. Mengurangi jumlah deretan galon agar badan tidak terlalu menekuk.
3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua. Contoh:gb.K, L, M, N, dan O
Memindahkan galon dari konveyer pada ketinggian yang sama atau kurang lebih sehingga tidak perlu ada gerakan membungkuk atau meraih
Untuk mempermudah pekerja antara konveyer dengan palet agak lebih dekat.
4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tiga. Contoh: gb P, Q, R, S dan T
Mengangkat galon dari konveyer ke tingkat tiga dengan adanya pemaksaan pada lengan dan bahu untuk meraih ke atas. Pemutaran beban pada tempat paling ujung.
Mengurangi ketinggian pada beban atau jumlah tumpukan agar lengan tubuh atau bahu tidak terlalu memaksakan untuk menaikan galon.
cxix
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penilaian dari postur kerja MMH pada area 5 galon terhadap 20
pekerja dengan menggunakan metode RULA rata-rata memiliki nilai 7 pada
penilaian tabel grand skor, dengan katagori dalam action level 4 yang
menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin
(mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh saat bekerja, penggunaan
otot dan penggunaan tenaga. Penilian yang mempengaruhi postur tubuh adalah
sebagai berikut:
1. Punggung membungkuk disebabkan oleh ketinggian dari masing-masing
tingkatan. Terutama pada tingkat dasar punggung terlalu membungkuk
disebabkan tinggi palet di bawah ketinggian lutut.
2. Lengan tangan menjahui badan sehingga membentuk sudut yang besar jadi
penilaian menjadi besar yang disebabkan jarak antara posisi berdiri dengan
tujuan pengangkatan agak jauh seperti jarak antara pekerja terhadap konveyer,
pekerja dengan beban yang paling ujung, dan ketinggian pada saat peletakan
beban seperti penempatan pada tingkat kedua dan ketiga.
3. Modifikasi tubuh/badan ke samping tertekuk yang menambah penilaian
terhadap punggung yang disebabkan jarak pekerja dengan beban paling ujung
agak jauh.
4. Modifikasi pada lengan yaitu lengan atas keangkat/diculik sehingga sikap
108
cxx
menjadi canggung serta melintasi garis tengah atau ke luar dari sisi tubuh.
5. Posisi leher yang menunduk, menengadah dan tertekuk ke samping.
6. Pergelangan tangan yang tertekuk saat memegang dan pengangkatan beban
dengan tujuan agar beban tidak terlepas dari genggamannya.
7. Posisi kaki saat bekerja.
Selain postur kerja tersebut di atas, penggunaan otot postur statis juga
mempengaruhi dalam penilaian seperti kegiatan pengambilan beban saat di
konveyer. Serta penggunaan tenaga yaitu beban yang diangkat oleh pekerja
berkisar 20 kg dengan pengangkatan yang berulang/statis yang menyebabkan nilai
menjadi lebih tinggi saat penjumlahan dalam Skor A dan Skor B. Jadi dalam
penilaian grand score 100% sampel penelitian diperlukan perbaikan segera yaitu
baik metode, sikap dan postur tubuh saat bekerja.
B. Saran
1. Sebaiknya memperbaiki metode, sistem dan cara kerja yang biasa dilakukan
oleh pekerja palleting yang bisa dilihat pada tabel 30 dan tabel 31 pada
pembahasan.
2. Sebaiknya masalah dari penyebab ketidanyamanan pada pekerja hendaknya
perlu diperhatikan sehingga pekerja dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
cxxi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. A Health and Safety Guideline for Your Workplace Manual Material Handling. Industrial Accident Prevention Association. Diakses darihttp://www.iapa.ca
Anonim, 2009. Pengukuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika. Laboraturium APK dan Ergonomi Universitas Islam Indonesia. Diakses dari apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc,London.
Howard, John., Len Welsh, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. Cal/OSHA Consultation Service Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/
Kevin Simonton, 2000. Lesson for Lifting and Moving Material. Washington State Departement of Labor and Industries. Diakses darihttp://www.lni.wa.gov/IPUB/417-129-000.pdf
Mardiyanto, 2008. Tugas Akhir Analisa Postur kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment
McAtamney, L., E. N. Corlett, 1993. RULA : A survey method for the investigation of work related upper limb disorders. Applied Ergonomics, vol 24 (2), pp 94-1-99. Diakses dari http://www.rula.co.uk/
Niebel, B.W and Freivald, A. 1999. Methods Standards & Work Design, 10th
edition, International Edition.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. SurabayaGuna Widya.
Pratiwi, Indah. 2005. “Evaluasi fasilitas kerja bagian finishing perusahaan mebeldengan metode rapid upper limb assessment“. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 04 (01), PP. 28-33.
Randall, Stephen.B, 2009. A Guide to Materials Handling and Back Safety. N.C. Department of Labor Occupational safety and Health Program
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. ALFABETA, CV.
cxxii
Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, R, Tjakraatmja, John H. 1979. Tata CaraKerja. Bandung. Lab Ergonomi Institut Teknologi Bandung.
Tarwaka, Sudiajeng, L. dan Bakri, S.H.A. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan danKeselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.UNIBA Press.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS