ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL …/Analisis... · adalah otot rangka (skeletal) yang...

122
LAPORAN KHUSUS ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH Oleh : Septina Dwi Ayu Pratiwi NIM. R0007147 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL …/Analisis... · adalah otot rangka (skeletal) yang...

LAPORAN KHUSUS

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI

5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMAKLATEN JAWA TENGAH

Oleh :

Septina Dwi Ayu PratiwiNIM. R0007147

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2010

ii

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH

dengan peneliti :

Septina Dwi Ayu Pratiwi

NIM. R0007147

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Harninto, dr, MS, Sp.Ok Tarwaka, PGDip. Sc., M. ErgNIP. 130 543 962 NIP. 160 045 635

An. Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M.Kes.

NIP. 19650706 198803 1 002

iii

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH

dengan peneliti :

Septina Dwi Ayu Pratiwi

NIM. R0007147

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing Perusahaan

Jatmiko

SHE Manajer PT. Tirta Investama

iv

ABSTRAK

Septina Dwi Ayu Pratiwi, 2010. “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Gallon di PT. Tirta Investama Klaten”. Program DIII Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.

PT. Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum. Hasil produksi ditangani secara manual yaitu mengangkat beban dari konveyor ke palet. Proses pengangkatan ini beresiko pada muskuloskeletal yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) serta dapat menimbulkan nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja akibat dari lifting di area 5 galon dengan penilaian dari RULA

Metedologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan bagaimana postur kerja pada saat angkat-angkut, menilai setiap postur kerja berdasarkan penilaian dari RULA untuk setiap bagiannya (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, perputaran pergelangan tangan, punggung, leher dan posisi kaki) yang selanjutnya dikatagorikan berdasarkan hasil dari grand score pada action level yang menunjukan bahwa postur tersebut diperlukan perbaikan atau tidak.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 20 pekerja untuk postur kerjamemiliki nilai 7 pada penilaian grand score sehingga dalam katagori action level4 yang menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher menunduk/menekuk, lengan menjahui badan), penggunaan otot dan penggunaan tenaga.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada area 5 galon diperlukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.

Kata kunci : Manual Material Handling, Rapid Upper Limb Assessment

Daftar pustaka: 15, 1993-2009

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, keimanan, kesehatan, kekuatan, kemudahan serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan umum

dengan judul “Laporan Khusus dengan judul: ANALISIS POSTUR KERJA

MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID

UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON

DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH”. Laporan ini

disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitaian

ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

laporan penelitian ini antara lain yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D-III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta

3. Bapak Harninto, dr, MS, Sp.Ok, selaku pembimbing I dalam penyusunan

laporan ini.

vi

4. Bapak Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg selaku pembimbing II dalam penyusunan

laporan ini.

5. Bapak Budi Hartono, selaku kepala pabrik di PT. Tirta Investama Klaten Jawa

Tengah yang telah menerima penulis dalam melaksanakan program magang.

6. Bapak Jatmiko, selaku SHE Manager di PT. Tirta Investama Klaten, Terima

kasih telah memperkenankan penulis untuk dapat melaksanakan magang

sekaligus pembimbing di lapangan.

7. Bapak Syamsul Choirudin, selaku staf SHE di PT. Tirta Investama Klaten,

Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam proses pelaksanaan

magang sekaligus pembimbing di lapangan.

8. Bapak, Ibu staff dan karyawan PT. Tirta Investama Klaten yang telah

memberikan bimbingan dan keterangan dalam pengambilan data selama

magang.

9. Bapak dan Ibu tersayang, kakak dan dua adikku tercinta, terima kasih atas

kasih sayangnya yang secara tidak langsung memberikan dorongan semangat

luar biasa dalam penyelesaian laporan ini.

10. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman Hiperkes’07 yang memotivasi

dan mendukung ku selama magang dan penyelesaian laporan ini.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan dan memiliki banyak kekuranga, diharapkan kritik dan saran yang

vii

membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Surakarta, Juni 2010

Septina Dwi Ayu Pratiwi

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL......................................................................................... x

ABSTRAK .................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 7

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 44

A. Jenis Penelitian........................................................................ 44

B. Objek Penelitian...................................................................... 44

C. Populasi dan Sampel ............................................................... 45

D. Teknik Sampling ..................................................................... 45

ix

E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 46

F. Sumber Data............................................................................ 46

G. Instrumen Penelitian................................................................ 47

H. Analisa Data ............................................................................ 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 48

A. Hasil Penelitian....................................................................... 48

1. Pengumpulan Data Pengukuran ........................................ 48

2. Data Modifikasi Postur ..................................................... 50

3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA.. 51

B. Pembahasan ............................................................................ 91

1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja................................ 91

2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur .......... 92

3. Analisa Gerakan Postur Kerja........................................... 94

4. Redesain Postur Kerja ....................................................... 104

5. Alternatif Desain Posisi Kerja........................................... 106

6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan

Metode RULA................................................................... 107

BAB V PENUTUP....................................................................................... 108

A. Kesimpulan ............................................................................. 108

B. Saran........................................................................................ 109

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas…………………………........... 29

Table 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas……………………… 29

Tabel 3. SkoPostur untuk lengan bawah…………………………........... 30

Table 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan bawah...................…........ 31

Tabel 5. Skor Postur untuk pergelangan tangan……………………........ 31

Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan. …………….......... 32

Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan…………......... 33

Tabel 8. Skor Postur untuk leher……………………...……………........ 34

Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher…………...……………...... 35

Tabel 10. Skor Postur nilai untuk batang tubuh……………………...…. 36

Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh………………...... 37

Tabel 12. Skor Postur untuk posisi kaki. ……………………...……….. 37

Tabel 13. Postur skor kelompok A……………………...………………. 38

Tabel 14. Skor Postur kelompok B. ………………...………………….. 39

Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan……………... 40

Tabel 16. Grand Score……………...……………………....................... 41

Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar.......................... 48

Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua......................... 49

Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga......................... 49

Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer................................ 49

Tabel 21. Modifikasi postur pada pekerja............................................... 50

Tabel 22. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.................. 94

xi

Tabel 23. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat dasar................... 96

Tabel 24. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.................. 97

Tabel 25. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat kedua.................. 99

Tabel 26. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga................. 100

Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.................. 101

Tabel 28. Penilaian skor A pada saat berada di konveyer......................... 102

Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer......................... 103

Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja ............................................. 106

Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja................. 107

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae ...................................... 8

Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung...................................................... 10

Gambar 3. Fleksi dan ekstensi........................................................................... 19

Gambar 4. Abduksi dan adduksi....................................................................... 20

Gambar 5. Posisi rotasi..................................................................................... 21

Gambar 6. Posisi pada lengan............................................................................ 21

Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas.............................................. 28

Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas...................... 29

Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah........................................... 30

Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah...... 31

Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan................................ 31

Gambar 12. Deviasi Pergelangan...................................................................... 32

Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan..................................................... 33

Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher...................................................... 34

Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher.................. 35

Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk)........................... 35

Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh. 36

Gambar 18. Posisi kaki..................................................................................... 37

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Magang

Lampiran 2. RULA Employee Assessment Worksheet

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah yang terjadi pada perusahaan bidang manual material

handling (MMH) saat ini dilihat segi ergonomi yang disebabkan oleh tugas

ataupun tempat kerja pada pekerja salah satunya adalah nyeri pada otot punggung

yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang

angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal

adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang

mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima

beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan

hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal

disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993;

Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ). Bagian otot yang sering dikeluhkan

adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,

punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.

Nyeri pinggang dan cedera yang berhubungan dengan MMH salah satu

perhatian utama yang diungkapkan oleh Bernadio Ramazzini “pendiri obat kerja”

saat pertama kali pengamatannya diterbitkan di tahun 1600-an. Tidak banyak

berubah sejak saat itu. Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(NIOSH) memperkirakan setidaknya 30 persen dari pekerja terkena bahaya setiap

1

xv

hari. Sekitar satu dari setiap empat orang Kanada yang terlibat pekerjaan MMH

mengalami sakit akibat cedera punggung. Di Ontario, cedera yang berhubungan

dengan gangguan muskuloskeletal (MSDs) lebih dari 40 persen akibat dari

Workplace Safety & Insurance Board claims.

Manual material handling (MMH) adalah penyebab paling umum dari

kelelahan kerja dan nyeri pinggang. MMH merupakan komponen dari banyak

pekerjaan di berbagai sektor termasuk rekreasi, grosir, konstruksi, manufaktur,

dan perakitan. Pekerjaan yang paling mungkin mengalami nyeri punggung dan

cedera yaitu termasuk buruh mengangkat manual, perakit, kasir, tukang kayu dan

tukang pipa. Sedangkan pengangkatan dengan teknik yang aman untuk sebagian

besar pekerja belum bisa diterapkan, tanpa adanya perubahan yang signifikan

dalam mendesain lingkungan, posisi kerja dan beban yang diangkat. Gerakan

mengangkat objek dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi atau

sebaliknya menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk sakit dan atau

cedera. Pengangkatan manual secara langsung dan efek jangka pendek

menyebabkan luka dan kelelahan. Permukaan yang tajam atau kasar, objek yang

mudah jatuh atau licin adalah keadaan yang menyebabkan luka, lecet atau memar

selama pengangkatan. Pekerja juga dapat menderita luka-luka yang disebabkan

oleh kejatuhan atau bertabrakan dengan benda. Upaya yang diperlukan dalam

pengangkatan yaitu menggunakan energi otot. Selama kecepatan pengangkatan

tidak terlalu tinggi, memungkinkan pekerja memulihkan energi pada saat antara

tugas serta pada saat pergantian regu sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan dengan

aman selama satu shift. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan dengan cepat agar

xvi

mereka segera dapat istirahat atau tanpa istirahat akan mempercepat kelelahan.

Kelelahan ini menyebabkan ketidaknyamanan dari waktu ke waktu, serta

berkontribusi untuk cedara serius pada system muskuloskeltal. Cedera ini

berkembang menjadi kondisi kronis yang sulit diobati, selain itu memungkinkan

penderita bertindak kurang hati-hati yang meningkatkan resiko untuk kecelakaan.

Masalah serius yang berhubungan dengan MMH dalam jangka panjang yaitu

nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).

Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari

membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat

atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri

pinggang dan atau cedera. Gerakan menekuk pinggang dan memperluas

perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang punggung dan

perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang belakang untuk

mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang diangkat atau

diturunkan. Seorang pekerja jarang dapat mempertahankan cedera punggung dari

peristiwa seperti mengangkat beban terlalu berat, terpeleset dan jatuh. Namun,

banyak kasus selama bertahun-tahun pengangkatan manual secara berulang-ulang

yang pada akhirnya mengalami sakit parah atau cedera serius. Pemulihan dari

cedera kembali (back pain) bisa memakan waktu yang lama dan cedera lebih

lanjut bisa terjadi yang akan memperburuk keadaan penderita.

Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat

kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja

operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat

xvii

dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. Jika landasan kerja terlalu tinggi

maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian

landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila

landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga

menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, dkk, 2004).

PT. Tirta Investama Klaten adalah perusahaan yang memproduksi air

minum yang sumber air berasal dari mata air pegunungan dengan pengolahan

secara mekanik sedangkan proses pemindahan barang dari hasil produksi menuju

gudang penyimpanan yaitu secara manual dan mekanik. Secara manual yaitu

pengangkatan barang ke palet dengan manual. Sedangkan secara mekanik dengan

menggunakan forklift dari palet menuju gudang. Tenaga kerja bagian paleting

untuk semua produksi dari 330 ml, 600 ml, 1500 ml, 240 ml, mizon maupun galon

dengan manual handling. Terutama pada produksi 5 galon, obyek yang diangkat

berbentuk botol. Kegiatan itu meliputi memindahkan barang dari conveyer ke

palet yang disusun bertingkat. Gerakan yang dilakukan seperti memutar tubuh,

meraih/ menjangkau barang, mengangkat barang, membungkuk, meletakan

barang yang dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan bentuk kedua ujung

objek tidak sama dengan berat 20 kg sehingga menyebabkan ketidakseimbangan

saat pengangkatan. Sebagian besar pekerja melakukan pengangkatan dengan

menggunakan tulang punggung sebagai tumpuan beban. Selain itu gerakan

dilakukan dengan terlalu cepat, terlalu membungkuk, jauh dari posisi berdiri dan

meletakan barang setinggi bahu atau lebih dan dibawah lutut. Gerakan tersebut

memaksa otot untuk lebih dalam mencapai tujuan. Sedangkan kondisi tersebut

xviii

menyebabkan nyeri pada punggung, leher, lengan, bahu dan sebagainya. Posisi

kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh

darah dana otot pada kaki sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh.

Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada

sistem muskuloskeletal, seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung,

lengan dan pergelangan tangan. Berdasarkan hasil penelitian, keluhan pada sistem

muskuloskeletal diakibatkan penggunaan postur kerja yang tidak baik. Oleh

karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk

meminimalkan cidera otot pada tulang belakang pekerja perlu dilakukan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul

yaitu “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT. Tirta

Investama Klaten ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis membatasi

topik penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah postur kerja manual material handling pada area

produksi 5 galon berdasarkan metode RULA?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana postur kerja manual material handling

yang dikerjakan pada area produksi 5 galon dengan menggunakan metode RULA.

xix

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

1) Dapat membantu perusahaan dalam mengenali potensi bahaya dari tugas

MMH.

2) Dapat mengetahui data dan hasil perhitungan dari pengukuran yang diambil

saat penelitian sebagai dokumen perusahaan.

3) Dapat membantu dalam memberikan proteksi bagi karyawan agar tetap

selamat dan sehat.

4) Dapat memberikan masukan dan saran yang membangun sebagai tindakan

korektif dengan perbaikan sarana dan prasarana kerja yang menyangkut

berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi.

b. Bagi Mahasiswa

1) Dapat memperdalam materi tentang MMH sekaligus penerapannya pada

penelitian di produksi 5 galon.

2) Dapat melakukan pengukuran dan evaluasi dengan menggunakan metode

RULA serta penilaian terhadap MMH.

3) Dapat menyelesaikan tugas akhir dengan melakukan penelitian yang berjudul

”Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT.

Tirta Investama Klaten ”.

c. Bagi Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.

xx

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Manual Material Handling (MMH)

a. Pengertian Manual Material Handling (MMH)

Penanganan bahan secara manual (MMH) adalah komponen dari berbagai

pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan dalam hidup. Biasanya melibatkan mengangkat, menurunkan,

mendorong, menarik dan membawa benda dengan tangan. Tugas ini memiliki kesamaan yang

berpotensi menghasilkan beberapa efek yang merugikan kesehatan, dari luka sederhana, memar, nyeri

otot dan kondisi serius yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Berdasarkan statistik yang tersedia,

hampir separuh dari semua cedera kembali rendah atau low back pain (LBP) terkait dengan

mengangkat, sekitar 10 persen lainnya terkait dengan kegiatan mendorong dan menarik, dan 6 persen

lainnya terjadi pada saat memegang, memegang dan menggunakan, melempar atau membawa material.

Ada empat dasar pendekatan untuk analisis tugas MMH. Untuk lebih memahami masalah-masalah yang

berhubungan dengan MMH dan nyeri pinggang kronis, perlu terlebih dahulu memahami sedikit tentang

masing-masing pendekatan sebagai berikut (Randall, 2009) :

1) Pendekatan Biomekanis adalah pendekatan dengan mengaitkan prinsip-prinsip fisika pada tubuh

manusia untuk menentukan tegangan mekanik yang mempengaruhinya dan kekuatan otot resultan

yang dibutuhkan untuk menetralkan tegangan. Tujuan desain biomekanika untuk memastikan

bahwa beban dan tuntutan kekuatan adalah wajar. Perlu diperhatikan bahwa nilai dari

analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran

beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan

adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk antara

Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih

jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

7

xxi

Gambar 1. Klasifikasi dan Modifikasi pada Vertebrae

(Sumber: Nurmianto, 1996)

2) Pendekatan Fisiologis adalah pendekatan yang berkaitan dengan konsumsi energi dan tegangan

yang bekerja pada system kardiovaskular. Seperti meningkatnya konsumsi oksigen, jantung

berdetak lebih cepat dan otot menjadi lelah. Biasanya digunakan untuk menganalisa pada tugas

mengangkat berulang-ulang.

3) Pendekatan Psikofisik. Premis yang mendasari pendekatan psikofisik adalah bahwa ketika orang-

orang melakukan tugas mengangkat, mereka menggabungkan kedua intuitif biomekanis dan

pendekatan fisiologis. Dengan kata lain menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan maksimal

mereka dengan tanpa memaksakan yang tidak semestinya atau tidak aman, terlalu lelah, lemah,

tertekan atau terengah-engah.

4) Pendekatan Epidemiologi adalah studi kelompok epidemiologi orang dan analisis informasi dan

data untuk menentukan akar penyebab (dalam hal penanganan bahan dengan manual) cedera

kembali (back injuries).

b. Faktor Resiko MMH

Faktor risiko (juga dikenal sebagai "bahaya ergonomi") adalah kondisi yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan tugas MMH dengan aman. Seperti gangguan muskuloskeletal, nyeri pinggang kronis

biasanya hasil dari kombinasi beberapa faktor risiko yang terjadi bersamaan dari waktu ke waktu.

Kasus LBP adalah ketidakcocokan antara tugas dan kemampuan orang tersebut untuk melakukan tugas

dengan aman yang menyebabkan cedera. Ketidakcocokan tersebut mungkin berasal dari karakteristik

xxii

pribadi pada pekerja atau mungkin berasal dari lingkungan, tempat kerja, faktor psikososial atau tugas

pekerjaan (Randall, 2009).

1) Faktor Resiko Pribadi

Faktor individu pada pekerja seperti riwayat cedera punggung, penurunan tingkat

kemampuan pekerja, pekerjaan tambahan, kegiatan rekreasi, kegemaran, merokok, proses penuaan,

jenis kelamin, kegemukan, perawakan fisik dan masalah psikososial (termasuk keluarga, keuangan atau

masalah pribadi, pekerjaan atau ketidakpuasan manajemen, kurangnya mengontrol pekerjaan, dan stres

kerja yang terkait dengan beberapa faktor lainnya). Riwayat cedera punggung merupakan

faktor resiko yang mungkin cenderung akan mengalami LBP pada suatu saat.

Sedangkan pekerjaan tambahan untuk kesehatan tubuh hanya akan mengurangi

waktu istirahat dan pemulihan tenaga.

2) Faktor Risiko Tempat Kerja

Faktor resiko yang biasanya berhubungan dengan nyeri pinggang di tempat kerja seperti

menangani beban berat, tugas berulang, gerakan yang ekstrim pada punggung (memutar, membungkuk,

peregangan dan mencapai) lihat pada gambar 2, gerakan statis, getaran seluruh tubuh, lama duduk,

trauma langsung pada punggung (serangan atau benturan obyek), tergelincir, tersandung dan jatuh, dan

stress kerja.

.Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung.

A.memutar punggung tanpa menggerakkan kaki. B. menekuk ke samping

C. melengkungkan punggung. D. memanjangkan punggung

(Sumber: Randall, 2009)

xxiii

3) Faktor Resiko Lingkungan

Lingkungan atau ruangan kerja yang terbatas atau terhalang memungkinkan terbatasinya

gerakan saat bekerja maka sedapat mungkin dihilangkan, ruangan untuk kaki harus cukup agar ada

ruangan bebas untuk gerakan kaki seperti membengkokkan lutut kaki. Lantai harus bebas dari puing-

puing atau bahan yang mungkin menimbulkan slip atau terpeleset, bahaya saat perjalanan atau jatuh.

Permukaan lantai yang kasar dan penyediaan sepatu anti slip dapat menghindari

kemungkinan tergelincir pada saat mengangkat, mendorong, menarik, dll.

c. Pendidikan dan Pelatihan

Cara utama untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada

manual handling adalah mengenali sumber bahaya serta mampu mengendalikan

secara teknik faktor risiko di tempat kerja. Memberikan pendidikan dan pelatihan

merupakan pelengkap penting dalam intervensi teknik. Untuk itu karyawan perlu

memahami resiko yang terkait dengan LBP dalam rangka aktif berpartisipasi

melindungi kesejahteraan masing-masing. Pendidikan yang diberikan meliputi

informasi tentang anatomi punggung, cara-cara untuk meningkatkan mekanisme

tubuh saat pengangkatan beban dan tugas lainnya secara umum, menggunakan

perangkat MMH dengan aman dan efektif di tempat kerja, dan cara-cara untuk

meningkatkan kekuatan otot punggung. Sebaliknya karyawan memberikan

laporan pada saat mereka merasakan sakit, membantu menganalisa tempat kerja

secara ergonomi, dan pengembangan selanjutnya identifikasi masalah yang

dilakukan dari manajemen (Randall, 2009).

xxiv

Pelatihan secara berkala dan penerapan usaha-usaha pelatihan MMH yang aman harus

mendapat dukungan dari manajemen. Ini adalah peran manajemen dan tanggung jawab untuk

mengendalikan LBP, terutama berkaitan dengan insiden dan keparahan. Pelayanan dari manajemen

untuk menanggapi keluhan pekerja berpengaruh dalam mempercepat pemulihan atau memperburuk

keadaan. Seperti kelainan muskuloskeletal yang sangat, tidak ada tanda-tanda luar atau gejala yang

terkait dengan LBP. Hal ini diperlukan kejujuran dari karyawan. Maka dibutuhkan komunikasi untuk

mengetahui karyawan yang sudah atau belum mengalami cedera. Pelatihan dan pengawasan bagi

manajemen harus mencakup laporan karyawan yang menderita nyeri pinggang, menginformasikan

manfaat pelaporan saat awal sakit, menindaklanjuti dan mengkomunikasikan (Randall, 2009).

d. Teknik Pengangkatan yang Aman

Prinsip dasar MMH saat mengangkat sebagian besar keadaan sebagai berikut (Randall,

2009):

1) Menguji berat beban, distribusi berat beban dan keseimbangan wadah. Untuk mengetahui berat

beban sebelum diangkat dan menghindari berat yang tiba-tiba atau pergeseran beban.

2) Mendapatkan bantuan dari seseorang atau menggunakan alat mekanik untuk beban yang terlalu

berat atau beban yang kaku. Ketika mengangkat bersama pasangan kita, maka diperlukan

komunikasi dalam mengkoordinasikan tugas saat mengangkat, bergerak dan menurunkan objek.

3) Mengetahui tempat tujuan beban yang diangkat. Pastikan jalan bebas dari penghalang atau bahaya,

dan memastikan di tempat tujuan tersedia ruangan untuk mengatur objek ke bawah.

4) Memposisikan dekat dengan beban, posisi kaki datar dan stabil. Memindahkan beban dari batang

tubuh (secara horizontal atau vertikal) sangat meningkatkan beban pada punggung, bahu dan

lengan, dan meningkatkan risiko cedera.

5) Memegang objek dengan seluruh tangan menggunakan kekuatan pegangan bila memungkinkan.

Hindari menjepit dengan ujung jari untuk memegang benda. Untuk mengangkat beban

menggunakan kedua tangan pada gagang atau pegangan.

6) Memindahkan secara alamiah, gerakan halus, terus menerus dan seimbang. Hal ini untuk

menghindari gerakan cepat, tersentak-sentak atau pengangkatan yang tidak seimbang.

7) Meminimalkan gerakan memutar, membungkuk, peregangan dan meraih/mencapai pada tubuh

selama pengangkatan. Gerakan-gerakan ini sangat meningkatkan resiko terjadinya LBP.

xxv

2. Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu

yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan

dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ).

Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi

otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian

bawah. Selain faktor-faktor yang dijelaskan berdasarkan oleh Randall, 2009 bahwa kondisi yang

dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan tugas MMH dengan aman seperti gangguan muskuloskeletal dan nyeri pinggang kronis.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu

menurut Peter Vi, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004 menjelaskan bahwa:

1) Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga

yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan

dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.

2) Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus

menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut

xxvi

dan sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat

beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.

3) Sikap Kerja yang Tidak Alamiah

Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alamiah, misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat

dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,

maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja

tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja

dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja

(Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996; Waters and Andeson, 1996

dan Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004).

4) Faktor Penyebab Sekunder

a) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan

yang lunak akan menerima tekanan langsung dari peregangan alat, dan

apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang

menetap.

b) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan mennyebabkan kontraksi otot

bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaan darah tidak lancar,

xxvii

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

(Suma’mur, 1982 dalam Tarwaka, dkk, 2004)

c) Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,

kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban,

sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand &

Rodhl, 1997; Pulat, 1992; Wilson & Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk,

2004). Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu

lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan

sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh

untuk beradaptasi dengan lingkungaan tersebut. Apabila hal ini tidak

diimbangi dengan pasokan energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran

darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993 dalam

Tarwaka ,dkk, 2004)

5) Penyebab Kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan

tugas yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi

faktor kombinasi tersebut adalah :

a) Umur

Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004

menyatakan bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada

xxviii

usia kerja, yaitu 24-65 tahun. Biasanya keluhan pertama dialami pada

usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur.

b) Jenis Kelamin

Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin

pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004

menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot

pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria.

Namun pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli

c) Kebiasaan Merokok

Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam

taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh

bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot

yang dirasakan.

d) Kesegaran Jasmani

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam

aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.

Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan

tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami

keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi

resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan menongkat sejalan

dengan bertambahnya aktivitas fisik.

e) Kekuatan Fisik

xxix

Chaffin dan Park (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004 seperti yang

dilaporkan oleh NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam

pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan

otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah

beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot

dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun

sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini

masih diperdebatkan.

f) Ukuran Tubuh (Antropometri)

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan

keluhan otot skeletal. Vessy et al (1990) dalam Tarwaka ,dkk, 2004

menyatakan bahwa wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar

dibandingkan dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa

tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung,

tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher,

bahu, dan pergelangan tangan. (Grandjen, 1993; Manuaba, 2000 1993

dalam Tarwaka ,dkk, 2004)

3. Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap

kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat

bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat

meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila

pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik

xxx

sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang

dilakukan saat bekerja meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, pronasi

dan supinasi. Fleksi adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi

pengurangan. Ekstensi adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi

peningkatan sudut antara dua tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 3. Abduksi adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah

(the median plane) tubuh. Adduksi adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the

median palne) tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. Rotasi

adalah pergerakan dimana terjadi perputaran pada tulang. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar 5. Pronasi adalah perputaran bagian tengah (menuju

kedalam) dari anggota tubuh. Supinasi adalah perputaran ke arah samping

(menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 6. (Tayyari, 1997 dalam Mardiyanto, 2008).

xxxi

Gambar 3. Fleksi dan Ekstensi pada (a) bahu, (b) telapak tangan dan (c) lengan

xxxii

Gambar 4. Abduksi dan Adduksi pada (a) telapak tangan,(b) bahu

dan (c) Vertikal Abduksi

xxxiii

Gambar 5. Posisi Rotasi

Gambar 6. Posisi pada lengan (a) Supinasi dan (b) Pronasi

Sistem kerangka otot tubuh manusia melibatkan bagian-bagian tubuh

yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ

tubuh yaitu tulang, jaringan penghubung (sambungan cartilagnus, ligament dan

tendon) dan otot. Dalam system gerakan rangka otot, otot beraksi terhadap tulang

untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang (Nurmianto, 1996).

Yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa biomekanika adalah rentang

postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang

xxxiv

dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekan

(compression load) antara lumbar nomor lima dan scrum nomor satu(L5/S1).

4. Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk

menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik

dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan

manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan

menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004). Menurut Sutalaksana (1979), untuk

menciptakan hasil yang optimal dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi

yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah

satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan

penyelidikan. Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar

(Sutalaksana, 1979) , yaitu:

a. Penyelidikan Tentang Display

Penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan yang

mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin

mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka

dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan

sepeda motor.

xxxv

b. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan Proses

Pengendalianya

Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya

yaitu hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan

kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana

penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.

c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja

Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan

dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi anthropometri

d. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik

Penyelidikan mengenai lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan

fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan

kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka

melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :

1) Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.

2) Anthropometri : ukuran-ukuran tubuh manusia.

3) Fisiologi psikologi : sistem saraf otak.

4) Psikologi eksperimen : perilaku manusia.

xxxvi

Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang

industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi

fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan manusia mesin yang

tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan

keselamatan pekerja mulai terganggu.

5. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.

Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari

universitas di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational

ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada

tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang

dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi

kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti

khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian

atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh (Mc

Atamney, 1993).

Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu

sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas

yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan

pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai

pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan

xxxvii

aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive

starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang

berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi

menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk

dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan

menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard (Mc Atamney,

1993).

Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur

kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996

dalam McAtamney, 1993). RULA disediakan untuk menangani kasus yang

menimbulkan resiko pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat

tersebut memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan

aktivitas yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional

beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related

Upper Linb Disorders (WRULD). Metode ini menggunakan gambar postur tubuh

dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko.

Faktor tersebut menurut McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load

factor). Hal ini mencakup (McPhee, 1987 dalam McAtamney, 1993 ):

a. Jumlah gerakan

b. Kerja otot statis

c. Kekuatan atau tenaga

d. Postur-postur kerja yang digunakan

e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat

xxxviii

Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor

penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi antara

individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur kerja yang

dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak perlu tenaga,

kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat yang dilakukan

oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah respon individu

terhadap beban tertentu yaitu faktor individual (seperti usia dan pengalaman),

faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel psikososial. Untuk menilai

empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan,

kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk :

a. Menyediakan metode pemeriksaan penyaringan populasi kerja yang cepat,

untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan

dengan anggota tubuh bagian atas.

b. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan

melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat

menyebabkan kelelahan otot.

c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang

lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan

organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi persyaratan

penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-related upper limb

disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang berkaitan dengan

anggota tubuh bagian atas di negara Inggris).

xxxix

Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap.

Tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap

kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah

pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada

tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang

lebih detail.

TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja

Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi

menjadi dua bagian, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A meliputi

lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara kelompok B

meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh

dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin

mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan. Kisaran

gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria

yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi

angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja dimana

resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-angka yang lebih

tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih

ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang

menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada

setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah

untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap

xl

bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran

dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk

menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada

postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA

dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap

postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan

atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor

dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert

et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt dalam McAtamney, 1993.

1. Postur Bagian Lengan Atas

Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas

Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan

diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin,

Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt dalam Mc Atamney,

1993. Skornya sebagai berikut:

xli

Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas

Skor Jarak / Kisaran

1 Ekstensi 20° dan fleksi 20°

2 Ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°.

3 Fleksi antara 45-90°.

4 Fleksi lebih dari 90°.

Skor postur lengan tersebut dapat dimodifikasi, baik ditingkatkan atau

diturunkan. Masing-masing keadaan akan menghasilkan peningkatan atau

penurunan nilai postur asli untuk lengan atas. Ketika tidak ada situasi di atas

berlaku, skor postur untuk lengan atas adalah nilai dalam Tabel 1, tanpa

modifikasi lebih lanjut.

Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas

Tabel 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas

Skor Posisi

+ 1 Jika bahu ditinggikan atau lengan diputar.

+ 1 Jika lengan diculik (abdused).

- 1 Jika bersandar atau bobot lengan ditopang

xlii

2. Postur Bagian Lengan Bawah

Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer

dalam Mc Atamney, 1993. Skor tersebut adalah:

Tabel 3. Skor postur untuk lengan bawah

Skor Kisaran

1 Fleksi antara 60°-100°

2 Fleksi <60 ° atau fleksi > 100 °

Postur untuk lengan bawah dapat ditingkatkan jika lengan bawah bekerja di garis

tengah tubuh atau ke samping. Karena kedua kasus yang eksklusif sehingga skor

sikap awal hanya dapat meningkat nilai +1.

xliii

Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah.

Tabel 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan yang lebih rendah.

Skor Posisi

+ 1 Jika lengan bawah bekerja keluar ke sisi tubuh.

+ 1 Jika lengan bawah bekerja melintasi garis tengah

3. Postur Pergelangan Tangan

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health

and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:

Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan

Tabel 5. Skor postur untuk pergelangan tangan

Skor Posisi

1 Jika dalam posisi netral.

2 Antara 0 º- 15 º, baik fleksi atau ekstensi

3 15 º atau lebih, baik fleksi atau ekstensi

xliv

Skor sikap untuk pergelangan tangan akan meningkat nilai +1 jika pergelangan

tangan berada dalam salah satu ulnaris atau radial.

Gambar 12. Deviasi Pergelangan

Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan.

Skor Posisi

+ 1 Jika salah satu berada pada deviasi ulnaris

atau radial.

Setelah memperoleh skor untuk pergelangan tangan, untuk perputaran

pergelangan tangan (wirst twist) akan dinilai. Skor baru ini menjadi independen

dan tidak akan ditambahkan dengan nilai sebelumnya, melainkan akan digunakan

untuk memperoleh nilai global untuk Kelompok A. Putaran pergerakan tangan

pronasi dan supinasi (pronation and supination) yang dikeluarkan oleh Health

and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer dalam

McAtamney, 1993. Skor tersebut adalah:

xlv

Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan

Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan

Skor Posisi

+ 1 Jika pergelangan tangan berada dalam kisaran putaran

+ 2 Jika pergelangan tangan berada pada atau dekat ujung

jangkauan twist

Setelah penilaian ekstremitas atas selesai, kami akan melanjutkan

dengan evaluasi kaki, batang dan leher mereka yang terdiri dari kelompok B yaitu

Leher, punggung dan kaki. Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada

studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993.

Skor dan jangkauannya sebagai berikut:

xlvi

4. Postur Leher

Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan

oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993. Skor dan kisaran

tersebut adalah:

Table 8. Skor postur untuk leher

Skor Kisaran

1 Untuk fleksi 0 º -10 º.

2 Untuk fleksi 10 º - 20 º.

3 Untuk fleksi 20 º atau lebih.

4 Jika dalam posisi ekstensi

xlvii

Skor Postur untuk leher dapat ditingkatkan jika leher dalam sisi-membungkuk

atau memutar, seperti yang ditunjukkan gambar sebagai berikut:

Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher

Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher

Skor Posisi

+ 1 Jika leher yang berputar

+ 1 Jika leher adalah dibengkokan

5. Postur Untuk Batang Tubuh (Punggung)

Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk).

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al

dalam Mc Atamney, 1993:

Tabel 10. Skor postur nilai untuk Batang Tubuh

Skor Kisaran

xlviii

Postur skor untuk batang tubuh dapat ditingkatkan jika trunk dalam posisi

memutar atau menekuk. posisi ini tidak eksklusif, skor dapat ditingkatkan menjadi

2 jika kedua postur terjadi secara bersamaan.

Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh.

Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh

Skor Posisi

+ 1 Jika bagian batang tubuh memutar

+ 1 Jika bagian batang tubuh menekuk

6. Postur Posisi Kaki

1 Ketika duduk dan ditopang dengan sudut paha 90 °

atau lebih

2 Untuk fleksi 0 º-20 º.

3 Untuk fleksi 20 º-60 º

4 Untuk fleksi 60 º atau lebih.

xlix

Gambar 18. Posisi kaki.

Tabel 12. Skor postur untuk posisi kaki.

Skor Posisi

+ 1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.

+ 1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana

terdapat ruang untuk berubah posisi.

+ 2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.

TAHAP 2 : Pengelompokan bagian tubuh.

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Kelompok A dan B yang dapat mewakili

tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan

kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle)

dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. Sedangkan

penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D.

l

1. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok A

Lengan

Atas

Lengan

Bawah

Pergelangan tangan

1 2 3 4

Twist Twist Twist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

2. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok B

Tabel 14. Skor Postur Kelompok B

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 21 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

Tabel 13. Postur skor Kelompok A

li

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

3. Nilai Penggunaan Otot dan Beban atau Tenaga

Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot dan

tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan

berdasarkan penelitian Durry dalam Mc Atamney, 1993, yaitu sebagai berikut :

a. Skor untuk penggunaan otot : + 1 jika postur statis (dipertahankan dalam

waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali

dalam 1 menit.

b. Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian Putz-

Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut :

Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan

Skor Kisaran

0 pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.

1 beban sesekali 2-10 kg

2 beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.

2 beban sesekali namun lebih dari 10 kg.

3 beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau

berulang.

3 pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan

cepat

lii

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B

diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan

skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut:

a. Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A =

skor C

b. Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B =

skor D.

TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List

Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi

suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas

penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan

Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan

estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal.

Tabel 16. Grand Score

Skor D

Skor C 1 2 3 4 5 6 7 +

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

liii

8 5 5 6 7 7 7 7

Berdasarkan table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat

dibedakan menjadi 4 action level berikut :

1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima

selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

2. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh

dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

3. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan segera.

4. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

liv

B. Kerangka Pemikiran

Aktivitas Manual Material Handling

(palleting)

Postur Kerja Metode Rula

PENILAIAN- Lengan Atas

- Lengan Bawah

- Pergelangan

- Perputarantangan

- Leher

- Punggung

- Kaki

Tidak Ergonomis

Tidak Nyaman

MSDs

Ergonomis

Nyaman

1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

2. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

3. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera.

4. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Faktor Internal:Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan merokok, Kesegaran jasmani, Kekuatan fisik, Ukuran tubuh

Faktor Eksternal:Tempat kerja, Lingkungan, Pendidikan dan pelatihan, Teknik pengangkatan.

lv

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif, yaitu suatu metode untuk menganalisa sikap saat bekerja, cara kerja,

postur tubuh dan beban kerja pada pekerja palleting yang mempengaruhi terhadap

tingkat resiko muskulokeletal. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai postur

kerja MMH dengan menggunakan metode RULA di PT. Tirta Investama

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini melibatkan pekerja bagian palleting yang bekerja

secara manual pada area 5 galon yang akan dinilai postur tubuh saat bekerja yang

meliputi sebagai berikut:

1. Lengan Atas

2. Lengan Bawah

3. Pergelangan Tangan

4. Perputaran pergelangan

5. Leher

6. Punggung

7. Posisi Kaki

Selain penilaian pada postur kerja, penilaian juga pada penggunaan otot dan

penggunaan tenaga yaitu pada gerakan statis dan berat beban yang diangkat.

44

lvi

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pupulasi yang akan

dilakukan oleh peneliti berjumlah 24 orang pekerja.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Untuk sampel peneliti mengambil satu shifht pertama (pagi)

pekerja bagian palleting yang berjumlah 20 orang yang akan dianalisa.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Teknik yang digunakan pada saat itu secara nonprobability sampling yaitu dengan

sampling incidental. Sampling insidental adalah teknik penetuan sampel

berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai

sumber data. Teknik pengambilan terhadap sampel yaitu pekerjaan palleting pada

saat shift pagi yang berjumlah 24 orang. Sistem kerja dengan rotasi selama 30

menit. Rotasi antara regu (1 regu = 4 orang) yang ada di lapangan. Peneliti ini

hanya mengambil 20 orang dikarenakan saat pengambilan gambar ada yang mau

diambil gambarnya ada yang tidak mau diambil serta gerakan saat bekerja sangat

cepat sehingga gambar ada yang jelas dan ada yang tidak jelas.

lvii

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Interview (Wawancara)

Wawancara dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti menginginkan

informasi dan data yang lebih dari para pekerja sebagai objek peneliti.

2. Observasi

Dalam observasi peneliti ikut terjun langsung ke lapangan dan ikut

dalam berpartisipasi dalam kegiatan mereka.

3. Pengukuran

Pengukuran dilakukan langsung pada pekerja yang meliputi berat

beban angkat. Serta pengukuran terhadap hasil gambar yang diperoleh.

4. Dokumentasi

Teknik pengambilan ini dengan mengambil gambar postur/sikap pekerja saat

bekerja.

F. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek

yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung

yaitu:

a. Pengamatan terhadap proses palleting, keadaan lingkungan tempat kerja, dan

keadaan tenaga kerja.

b. Pengukuran dengan alat, seperti pengukuran berat beban.

c. Pengambilan gambar dengan camera.

lviii

d. Wawancara langsung.

G. Instrumen Penelitian

1. Timbangan digunakan untuk mengkur berat beban.

2. Camera Digital digunakan untuk pengambilan gambar.

3. Handphone digunakan untuk mengetahui frekuensi gerakan selama waktu

bekerja dalam satu shift.

4. Lembar kerja, alat ukur (busur) dan alat tulis.

H. Analisis Data

Menganalisa hasil dari pengukuran dan perhitungan berdasarkan teori

yang ada. Analisa data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengamati kondisi lingkungan sekitar tempat kerja.

2. Mengolah data sesuai dengan rumus dan metode yang sudah ditentukan pada

RULA.

3. Membandingkan antara hasil pengkuran dengan teori yang ada.

4. Mengklasifikasikan tingkat resiko berdasarkan hasil pengukuran.

5. Menganalisa hasil penilaian tersebut.

6. Redesaian terhadap komponen dalam metode dan rumus tersebut.

lix

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil pengukuran dengan menggunakan RULA yaitu dengan

menggunakan gambar postur yang diambil saat bekerja yang dinilai dengan

menggunakan skor penilaian dan grand score. Penilaian postur kerja ini

didapatkan setelah pengambilan gambar pada saat pekerja sedang melakukan

aktivitas angkat-angkut. Pengambilan gambar dilakukan pada empat titik pada

saat pengangkatan maupun peletakan galon. Empat titik tersebut yaitu pada saat

peletakan di tingkat dasar, pada saat peletakan di tingkat kedua, pada saat

peletakan di tingkat ketiga dan pada saat pengangkutan pada konveyer. Beban

yang diangkat adalah 20 kg untuk setiap galonnya. Data pengukuran gambar

postur tubuh dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Pengukuran

Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar

No Gambar Lengan Atas

Kanan (o)

Lengan Atas Kiri(o)

Lengan Bawah kanan

(o)

Lengan Bawah

Kiri(o)

Leher(o)

Punggung(o)

Pergelangan Tangan

Kanan(o)

Pergelangan Tangan

Kiri(o)

1 A 100 - 0 - extention 35 15 -2 B 70 - 12 - 0 25 12 -3 C 110 - 0 - extention 90 70 -4 D 60 80 80 0 0 90 0 05 E 53 - 60 - 30 57 40 -

48

lx

Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua

Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga

Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer

No

Gambar Lengan Atas

Kanan (o)

Lengan Atas Kiri(o)

Lengan Bawah kanan

(o)

Lengan Bawah

Kiri(o)

Leher(o)

Punggung(o)

Pergelangan

Tangan Kanan

(o)

Pergelangan Tangan

Kiri(o)

1 F - 60 - 60 0 10 - 02 G - 110 - 20 20 30 15 03 H - 50 - 0 0 0 - 04 I 52 - 60 - 0 30 15 -5 J - - 117 - 0 0 0 -

No Gambar Lengan Atas

Kanan (o)

Lengan Atas Kiri(o)

Lengan Bawah kanan

(o)

Lengan Bawah

Kiri(o)

Leher(o)

Punggung(o)

Pergelangan

Tangan Kanan

(o)

Pergelangan

Tangan Kiri(o)

1 K 85 - 55 - 0 10 0 -2 L - 110 - 50 0 0 - 153 M 100 - 30 - 0 5 0 -4 N 90 - 60 - 20 0 0 -5 O 110 - 20 - 0 20 0 -

No Gambar Lengan Atas

Kanan (o)

Lengan Atas Kiri(o)

Lengan Bawah kanan

(o)

Lengan Bawah

Kiri(o)

Leher(o)

Punggung(o)

Pergelangan Tangan

Kanan(o)

Pergelangan

Tangan Kiri(o)

1 P 20 25 60 80 20 30 0 202 Q 92 24 36 80 25 11 24 03 R 27 30 55 55 0 15 0 04 S 23 - 125 - 0 27 0 -5 T 25 - 58 - 0 45 0 -

lxi

2. Data Modifikasi Postur

Tabel 21. Modifikasi Postur Pada Pekerja

No GambarModifikasi

Lengan Atas

ModifikasiLengan Bawah

ModifikasiLeher

ModifikasiPunggung

ModifikasiPergelangan

Tangan

1 Gb.A -Keluar sisi

tubuhExtensi Ke samping -

2 Gb.B -Keluar sisi

tubuh- Ke samping Ke samping

3 Gb.C - - Extensi -

4Gb.D

(kanan)Lengan

keangkatMelintasi garis

tengah- -

5Gb.D(kiri)

- - - -

6 Gb.ELengan

keangkat- - -

7 Gb.F - - Ke samping Ke samping8 Gb.G - - - -9 Gb.H - - Ke samping Ke samping -10 Gb.I - - - -11 Gb.J - - - Memutar -12 Gb.K - - - -13 Gb.L - - Ke samping -14 Gb.M - - - -15 Gb.N - - - -16 Gb.O - - Ke samping -

17Gb.P

(kanan)Lengan

keangkatMelintasi garis

tengahKe samping Memutar -

18Gb.P(kiri)

Lengan keangkat

Melintasi garis tengah

Ke samping Memutar -

19 Gb.QLengan

keangkatMenjauhi dari

badanKe samping Ke samping -

20 Gb.Q - - Ke samping Ke samping -

21 Gb.RLengan

keangkatMelintasi garis

tengahKe samping Ke samping -

22 Gb.S -Menjauhi dari

badanKe samping Ke samping -

23 Gb.T -Melintasi garis

tengahKe samping Ke samping -

lxii

3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA

a. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat dasar.

Gambar A. Kegiatan pekerja saat meletakan beban pada tingkat dasar sampel 1

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4Ata

sBawah

Putaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 1

4

2

4

lxiii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung

1 2 3 4 5 6Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor C

Skor D1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 52 2 2 3 4 4 5 53 3 3 3 4 4 5 64 3 3 3 4 5 6 65 4 4 4 5 6 7 76 4 4 5 6 6 7 77 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 1

Penilaian Grand Score sampel 1

4

74

7

lxiv

Gambar B. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

4

3

3

lxv

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.

Penilaian Grand Score sampel 2

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 2

2

4

5

7

lxvi

Gambar C. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

3

4 4

lxvii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11.

Penilaian Grand Score sampel 3

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 3

7

4

4

7

lxviii

Gambar D. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4^ 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4* 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri

4

3

3

1

lxix

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada pengunaan tangan kanan

dan tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor

tenaga = 5+1+3= 9.

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 4

Penilaian Grand Score sampel 4

52

4

7

lxx

Gambar E. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur Kelompok A

4

3

4

lxxi

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.

Penilaian Grand Score sampel 5

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 5

3 4

3

7

lxxii

b. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat kedua.

Gambar F. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur Kelompok A

3

3

4

lxxiii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6

Penilaian Grand Score sampel 6

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 6

2

7

2

2

lxxiv

Gambar G. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

2

4

4

lxxv

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.

Penilaian Grand Score sampel 7

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur kelompok B sampel 7

24

3

7

lxxvi

Gambar H. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

3

1

3

lxxvii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.

Penilaian Grand Score sampel 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 8

4

7

2

3

lxxviii

Gambar I. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 8

2

2

3

lxxix

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.

Penilaian Grand Score sampel 9

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 9

4

1

5

7

lxxx

Gambar J. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

2

1

3

lxxxi

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3 = 6.

Penilaian Grand Score sampel 10

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian. Skor Postur Kelompok B sampel 10

1

2

2

7

lxxxii

c. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

Gambar K. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Penilaian Skor Postur kelompok A sample 11

1

3 3

lxxxiii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.

Penilaian Grand Score sample 11

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sample 11

7

13

3

lxxxiv

Gambar L. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

2

44

lxxxv

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.

Penilaian Grand Score sampel 12

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 12

2

2

2

7

lxxxvi

Gambar M. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

2

44

lxxxvii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.

Penilaian Grand Score sampel 13

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 13

42

7

3

lxxxviii

Gambar N. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

3

2

4

lxxxix

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.

Penilaian Grand Score sampel 14

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 14

3

2

3

7

xc

Gambar O. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

4 4

1

xci

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.

Penilaian Grand Score sampel 15

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 15

22

2

7

xcii

Gambar P. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4* 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4^ 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri

2

2

3

3

xciii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada penggunaan tangan kanan

maupun tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor

tenaga = 5+1+3= 9.

Penilaian Grand Score sampel 16

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 16

3

4

5

7

xciv

Gambar Q. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3^ 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

3

1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5* 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Penilaian Skor Postur kelompok

* : Untuk tangan bagian kanan^ : Untuk tangan bagian kiri

2 3

2

4

xcv

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 (untuk penggunaan tangan kiri) dan

nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3 = 9 (untuk

penggunaan tangan kanan). Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor

tenaga = 2+1+3= 6.

Penilaian Grand Score sampel 17

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7^ 7

8+ 5 5 6 6 7 7* 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 17

7

4

4

xcvi

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Gambar R. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

3

1

4

xcvii

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.

Penilaian Grand Score sampel 18

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher

Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 18

42

3

7

xcviii

Gambar S. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

2

1

3

xcix

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.

Penilaian Grand Score sampel 19

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 19

5

1

4

7

c

Gambar T. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.

1) Penentuan nilai Skor A

LenganPergelangan Tangan

1 2 3 4

Atas BawahPutaran Putaran Putaran Putaran1 2 1 2 1 2 1 2

11 1 2 2 2 2 3 3 32 2 2 2 2 3 3 3 33 2 3 3 3 3 3 4 4

21 2 3 3 3 3 4 4 42 3 3 3 3 3 4 4 43 3 4 4 4 4 4 5 5

31 3 3 4 4 4 4 5 52 3 4 4 4 4 4 5 53 4 4 4 4 4 5 5 5

41 4 4 4 4 4 5 5 52 4 4 4 4 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 6 6

51 5 5 5 5 5 6 6 72 5 6 6 6 6 7 7 73 6 6 6 7 7 7 7 8

61 7 7 7 7 7 8 8 92 8 8 8 8 8 9 9 93 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel. Skor Postur kelompok A

32

1

ci

2) Penentuan nilai Skor B

3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level

Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg

dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.

Penilaian Grand Score sampel 20

Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Leher Punggung1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 72 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 73 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 74 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 85 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 86 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Skor CSkor D

1 2 3 4 5 6 7+1 1 2 3 4 5 6 7+2 1 2 3 3 4 5 53 2 2 3 4 4 5 54 3 3 3 4 4 5 65 3 3 3 4 5 6 66 4 4 4 5 6 7 77 4 4 5 6 6 7 7

8+ 5 5 6 6 7 7 7

Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 20

7

1

3

3

cii

B. Pembahasan

RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko

pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Metode ini menggunakan

gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap

faktor-faktor resiko. Pada pengambilan gambar ini penulis membatasi hanya

mengambil pada 4 titik bagian saat pengangkatan yaitu saat pekerja mengambil

beban dari conveyer, meletakan beban ke dasar, meletakan beban ke tingkat 2, dan

meletakan beban ke tingkat 3. Nilai/skor untuk RULA yang rendah tidak

menjamin bahwa tempat kerja bebas dari bahaya ergonomi serta skor yang tinggi

tidak menjamin bahwa ada masalah berat beban kerja atau faktor-faktor resiko

namun perlu mendapatkan perhatian semua itu.

1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja

Deskripsi dari gerakan postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja

adalah sebagai berikut:

Pada saat awal pengangkatan yaitu pada pengambilan galon di

konveyer gerakan yang ditimbulkan seperti badan menekuk kesamping, batang

tubuh memutar, kedua tangan digunakan sebagai penopang beban dengan

pegangan yang tidak seimbang sehingga diperlukan kehati-hatian dalam penangan

beban agar tidak jatuh. Setelah itu dibawa dan ditaruh pada tingkat dasar yaitu di

atas palet gerakan yang ditimbulakan seperti punggung membungkuk ke depan,

badan agak miring ke samping, posisi kedua kaki agak tertekuk dengan posisi

kuda-kuda, arah pandangan ke depan sehingga postur kepala agak menengadah

dan ada juga posisi kepala menunduk kebawah, posisi lengan lurus dengan

ciii

menahan beban pada tangan dan pada peletakan paling ujung dibutuh pemutaran

beban dengan posisi pergelangan tangan memutar serta lengan tangan jauh dari

badan. Pada saat pengangkatan ke tingkat kedua posisi tubuh stabil dengan postur

tubuh berdiri tegak, ketinggian tingkat ke dua sama tingginya pada konveyer

sehingga dapat memudahkan saat peletakan beban. Terakhir pada tingkat ketiga

gerakan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: ke dua lengan atas jauh dari

badan dengan membentuk sudut lebih dari 90 derajat, pergelangan tangan harus

memutar untuk meletakan beban paling ujung, dan arah pandangan ke samping

sehingga posisi kepala ke arah samping. Sikap pada saat pengambilan galon dan

peletakan galon ke palet, posisi tubuh yang dilakukan pekerja mengarah ke

samping. Ada yang melakukan pemutaran badan, menekuk ke samping dan

modifikasi memutar dengan menekuk. Di samping itu posisi kaki pada saat

peletakan beban pada tingkat kedua dan ketiga adalah sama dengan berdiri tegak

mengahadap beban.

2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dari 20 orang sempel

dengan menggunakan metode RULA adalah pada tahap pertama pengembangan

metode untuk merekam postur kerja. Hasil yang ditunjukan bagian-bagian yang

diukur memiliki angka atau nilai yang berbeda-beda tergantung postur tubuh saat

melakukan pengangkatan. Penilaian lengan atas, lengan bawah, pergelangan,

punggung, dan leher mempunyai nilai tinggi untuk gerakan yang ekstrim seperti

meletakan beban pada tingkat pertama, meletakan pada bagian paling ujung. Skor

A yaitu penilaian terdiri dari lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

civ

perputaran tangan. Sedangkan Skor B terdiri dari penilaian punggung, leher dan

posisi kaki saat pengangkatan. Penilaian didasarkan pada sudut yang terbentuk

saat melakukan kerja dengan tambahan modifikasi yang akhirnya nilai tersebut

menjadi nilai akhir untuk masing-masing postur kerja. Setiap nilai memiliki

kisaran sudut, nilai yang terkecil menunjukan sudut yang kecil pula. Tahap kedua

yaitu dengan menggunakan tabel kelompok A dan kelompok B yang mewakili

tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan

kombinasi postur bagian tubuh, masing-masing dijumlahkan dengan skor

penggunaan otot dan tenaga yang kemudian akan menghasilkan skor C (skor

postur A + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor C) dan skor D

(skor postur B + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor D). Skor

penggunaan otot tersebut selama waktu pengangkatan berulang, serta pekerja

melakukan gerakan yang sama lebih dari 4 kali selama 1 menit maka penggunaan

otot bernilai +1 dapat dilihat pada saat pengangkatan di konveyer. Gerakan yang

dikerjakan pada saat di konveyer berulang-ulang dengan sikap yang sama.

Sedangkan penggunaan tenaga pekerja mengangkat beban lebih dari 10 kg yang

dilakukan secara berulang kali maka penggunaan tenaga bernilai +3. Tahap ketiga

bertujuan mengabungkan antara skor C dan skor D menjadi grand score. Hasil

penilaian pada grand score menunjukan 20 orang memiliki nilai 7. Berdasarkan

table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4

action level berikut (McAtamney, 1993) :

5. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima

selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

cv

6. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh

dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

7. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan segera.

8. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Jadi pada pengukuran postur tubuh untuk 20 orang dengan nilai 7

tersebut adalah dalam katagori “Action Level 4” diketahui adanya action level

yang merekomendasikan adanya perubahan-perubahan dan perbaikan dibutuhkan

sesegera mungkin (mendesak). Dalam hal ini yang diperlukan yaitu perbaikan

pada postur tubuh saat bekerja, metode kerja dan stasiun kerja yang akan

mempengaruhi gerakan postur tubuh yang terbentuk untuk kenyamanan yang

menyesuaikan antara postur tubuh dengan lingkungan dan alat. Dengan cara

menurunkan sudut yang terbentuk dengan penilaian tinggi pada saat bekerja.

3. Analisa Gerakan Postur Kerja

Analisa gerakan postur tubuh saat pengangkatan yaitu sebagai berikut:

a. Pengangkatan pada saat berada di tingkat dasar, dapat dilihat pada gambar

A,B,C,D, dan E dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 22. penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.

Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.A 100o 0 o 15 Dalam kisaran putarangb.B 70 o 12 o 0 o Dalam kisaran putarangb.C 110 o 0 o 70 Dalam kisaran putarangb.D (kanan) 60 o 80 o 0 o Dalam kisaran putarangb.D (kiri) 80 0 0 Dalam kisaran putarangb.E 53 o 60 o 40 o Dalam kisaran putaran

cvi

1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >60o

dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat dasar.

Penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 45-90o adalah +3,

sedangkan >90 o adalah +4. Postur pekerja pada saat meletakan galon harus

membungkuk dengan lengan atas menjahui badan untuk meletakan beban baik

dekat maupun jauh dari posisi berdiri. Selain itu diperlukan kehati-hatian

dalam pengangkatan mulai dari konveyer sampai ke tempat yang dituju. Hal

ini ketinggian dari palet serta jarak antara pekerja dengan letak yang dituju

sangat jauh yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun

sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara menambah

ketinggian dari palet serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban.

Tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat

memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan

semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin

tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Posisi lengan atas ini tidak

ada tambahan modifikasi pada gerakan.

2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan adalah 0 o, 12 o, 60 o dan 80 o.

Untuk penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2 pada

gambar A, B, C, D (lengan kiri), dan E. Gerakan ini menyesuaikan pada saat

peletakan galon. Jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah

sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat

penskoran. Sedangkan pada sudut >60o dikarenakan beban masih dalam

pengangkatan untuk itu saat peletakan dilakukan dengan hati-hati sehingga

cvii

lengan bawah menopangnya sampai pada tujuan. Modifikasi pada postur ini

yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. Pada modifikasi gerakan lengan ini

menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

3) Pergelangan tangan yang ditunjukan pada ketiga gambar bersudut >15 o

dikarenakan pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari

genggaman. Selain itu kebiasaan dari pekerja saat penanganan beban. Namun

sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga

dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi yang dilakukan biasanya

dengan menekuk ke samping. Gerakan menekukan pergelangan serta adanya

modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa nyeri pada

pergelangan jika terjadi secara terus menerus.

4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan dengan hati-hati.

Meskipun ada yang mengalami perputaran pergelangan, gerakan tidak terlalu

berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati

akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.

Tabel 23. penialaian skor B pada saat di tingkat dasar

Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.A 0o 35 o Kaki tertopanggb.B 10 o 25 o Kaki tertopanggb.C extension 90 o Kaki tertopanggb.D 0 90 o Kaki tertopanggb.E 30 o 57 o Kaki tertopang

1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3, sudut 0-10 o

bernilai +1 sedangkan gerakan extension bernilai +4. Postur pada leher ini bisa

cviii

berubah-ubah bergantung pada pekerja saat mereka sedang bekerja. Jadi pada

saat pengangkatan diusahkan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi

dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga

dapat memperkecil penilaian. Modifikasi postur seperti menengadah,

menunduk, menekukan ke samping. Gerakan kepala seperti menengadah atau

menunduk dapat menyebabkan sakit/nyeri pada leher.

2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o rata-rata pada kelima gambar ini

bernilai +3 sedangakan sudut lebih dari 60 o bernilai +4. Selain itu modifikasi

dengan menekuk badan ke samping akan menambah nilai. Jadi untuk

memperkecil penilaian diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk

dengan cara menambah ketinggian pada palet serta pada saat peletakan beban

dapat dijangkau tanpa adanya badan ke samping. Modifikasi yang ada seperti

tubuh condong ke samping. Gerakan membungkuk ini menyebabkan rasa

nyeri pada bagian leher, punggung, lengan dan perut apalagi jika dengan

modifikasi menekuk akan menambah rasa nyeri pada bagian tersebut.

3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki

yang seimbang.

b. Pengangkatan pada saat berada di tingkat kedua, dapat dilihat pada gambar

F,G,H,I, dan J dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 24. penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.

Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.F 60o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.G 110 o 20 o 15o Dalam kisaran putarangb.H 50 o 0 o 0 o Dalam kisaran putarangb.I 52 o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.J 22 o 117 o 0 o Dalam kisaran putaran

cix

1) Gerakan pada lengan atas, sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >45o dengan

nilai +3 pada kisaran 45-90o sedangkan sudut 110o dengan nilai +4

dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat kedua.

Jadi pekerja harus mengangkat lengan atas serta jauh dari badan. Hal ini

ketinggian dari konveyer sama dengan ketinggian pada tingkat kedua. Sudut

pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian dari

galon serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban. Tanpa mengurangi

kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat memperkecil panilaian pada

postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh

dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan

otot skeletal.

2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang

diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap

tujuan pengangkatan. Untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah

sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat

penskoran. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.

3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o bernilai +2 dikarenakan

pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman.

Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada keadaan netral sehingga

dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi pada pergelangan seperti

posisi menyamping saat meletakan beban. Gerakan menekukan pergelangan

serta adanya modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa

nyeri pada pergelangan jika terjadi secara terus menerus.

cx

4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang

mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat

gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan

tangan terkillir dan nyeri.

Tabel 25. penialaian skor B pada saat di tingkat kedua

Gerakan/gambar

Leher Punggung Posisi kaki

gb.F 0o 10 o Kaki tertopanggb.G 20 o 30 o Kaki tertopanggb.H 0 o 0 o Kaki tertopanggb.I 0 o 30 o Kaki tertopanggb.J 0 o 0 o Kaki tertopang

1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 o bernilai +2, sudut 0-10 o

bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan

menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan

pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada

postur ini yaitu arah pandangan ke samping.

2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o bernilai +3 sedangakan sudut 0-

10 o bernilai +2. Ketinggian pada tingkat dua berada di zona aman untuk

pengangkatan yaitu dari lutut sampai bahu. Jadi untuk memperkecil penilaian

diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan sikap tubuh

yang alamiah. Modifikasi yang ada yaitu posisi tubuh agak condong ke

samping.

3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki

yang seimbang.

cxi

c. Pengangkatan pada saat berada di tingkat ketiga, dapat dilihat pada gambar

K,L,M,N dan O dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 26. penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga.

Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.K 85 o 55 o 0 Dalam kisaran putarangb.L 110 o 50 o 15 o Dalam kisaran putarangb.M 100 o 30 o 0 o Dalam kisaran putarangb.N 90o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.O 110 o 20 o 0 o Dalam kisaran putaran1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >45o dengan nilai + 3

pada kisaran 45-90 o sedangkan sudut >90 o bernilai +4 dikarenakan gerakan

tangan yang disesuaikan terhadap ketinggian tumpukan pada tingkat ketiga

yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada

gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian

tumpukan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan

lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi

tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang

diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan letak

beban yang akan dituju pada saat pencapaian jadi untuk memperkecil

penilaian dengan cara mengurangi ketinggian tumpukan dan jarak tujuan

peletakan beban sehingga dapat membantu saat penskoran agar berkurang.

Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.

3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o dikarenakan pada saat

memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga

cxii

pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil

pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada

skor. Pada pengambilan gambar saat meletakan beban, posisi pergelangan

berubah-ubah sehingga penilaian berdasarkan hasil dari gambar yang ada.

4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang

mengalami perputaran tetapu gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat

gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan

tangan terkillir dan nyeri.

Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.

Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.K 0 10 o Kaki tertopanggb.L 0 o 0 o Kaki tertopanggb.M 0 o 5 o Kaki tertopanggb.N 20o 10 Kaki tertopanggb.O 0 20 Kaki tertopang

1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 bernilai +2 sedangakan nilai

0-10 bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan

menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan

pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada

postur yaitu arah pandangan ke samping. Gerakan kepala kesamping jika

dilakukan terus menerus akan menyebabkan nyeri pada bagian leher.

2) Gerakan pada punggung bersudut 0-5 o bernilai +2. Jadi untuk posisi ini lebih

aman untuk punggung. Modifikasi pada posisi ini yaitu dengan memutarkan

badan ke arah samping.

cxiii

3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki

yang seimbang.

d. Pengangkatan pada saat berada di konveyer, dapat dilihat pada gambar

P,Q,R,S, dan T dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 28 . penilaian skor A pada saat berada di konveyer.

Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran gb.P (kanan) 20o 60 o 0 normalgb.P (kiri) 25 o 80 o 20 o normalgb.Q (kanan) 92 o 36 o 24 o normalgb.Q (kiri) 24 o 80 o 0 normalgb.R 27 o 55 o 0 normalgb.S 23 o 125 o 0 normalgb.T 25 o 58 o 0 normal

1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >20o dengan nilai +2

dikarenakan tangan memegang pada ujung galon dengan cara menggenggam

ujungnya, sedangkan untuk sudut 92o dengan nilai +4 dikarenakan gerakan

tangan yang disesuaikan terhadap panjang dari galon, ketinggian dari

konveyer serta jarak antara pekerja dengan konveyer yang mempengaruhi

lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut

dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan

sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Modifikasi gerakan pada

lengan atas yaitu bahu ke terangakat yang menyebabkan gerakan menjadi

canggung. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian

tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya

keluhan otot skeletal. Sedangkan bahu yang terangkat akan menyebabkan

nyeri pada lengan atas (bahu).

cxiv

2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang

diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2, kisaran 60-100 dengan nilai +1 dan >

100 dengan nilai +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap peletakan beban

yang dituju jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut

gerakan pada kisaran 60-100o , sehingga dapat membantu saat penskoran.

Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja melintasi garis tengah.

3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut >15 o dikarenakan pada saat

memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga

pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil

pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada

skor. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan

menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.

4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang

mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat

gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan

tangan terkillir dan nyeri.

Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer.

Gerakan/gambar

Leher Punggung Posisi kaki

gb.P 20o 30 o normalgb.Q 25 o 11 o normalgb.R 0 o 15 o normalgb.S 0 27 normalgb.T 0 45 normal

1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3 sedangakan

suduti 0-10 o bernilai +1. Modifikasi pada leher menengadah, agak tertekuk ke

cxv

samping dan arah pandangan ke samping. Jadi pada saat pengangkatan

diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang

alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memperkecil

penilaian.

2) Gerakan pada punggung bersudut 11 o dan 15 o sehingga nilai postur +2

sedangkan >20 o bernilai +3. jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan

dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan cara menambah ketinggian

pada konveyer. Modifikasi pada punggung yaitu badan agak ke samping.

3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki

yang seimbang.

Sedangkan pada penggunaan otot dan tenaga dapat dikurangi untuk

memperkecil penilaian pada skor yaitu dengan tidak ada gerakan statis yang sama

sehingga bernilai nol dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg yang

bersifat statis atau berulang sehingga nilai menjadi + 2. Jadi untuk berat beban

dikurangi sebagaimana agar nilai pada penskoran turun.

4. Redesain Postur Kerja

Perbaikan dalam penilaian dengan menggunakan RULA dengan

redesain terhadap postur tubuh untuk mengurangi resiko pada tubuh. Redesaian

tersebut dilakukan dengan merubah gerakan dari sebelumnya, disini penulis

menggunakan contoh sebagai berikut: Misalkan pada sampel gambar C, dengan

hasil pengkuran pada postur kerja adalah lengan atas 110 o, lengan bawah 0, posisi

leher extension, punggung 90 o, pergelangan 70 o. Ketingian palet 14 cm, jarak

antara pekerja dengan konveyer kira-kira 23 cm. Sedangkan penggunaan otot

cxvi

bernilai dan penggunaan tenaga bernilai +3. Hasil dari penggunaan tabel skor C =

7 dan tabel skor D = 10 sehingga untuk grand score bernilai 7 dengan katagori

action level 4 yaitu menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan

sesegera mungkin (mendesak). Redesain dengan meninggikan palet kira-kira 40

cm diperkirakan hasil penilaian pada postur kerja yaitu lengan atas 60 o, lengan

bawah 65 o, posisi leher 0, punggung 20 o, pergelangan 0 o serta menghilangkan

gerakan yang tidak alamiah seperti membungkuk, kepala menunduk/menengadah,

mengurangi sudut saat pemegangan. Sedangkan penggunaan otot tidak digunakan

dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg bersifat statis/berulang yang

bernilai +2. Hasil dari penggunaan tabel skor grup A = 3, tabel skor B = 2, tabel

skor C = 5 dan tabel skor D = 4 sehingga untuk grand score bernilai 5 dengan

katagori action level 3 menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan

dibutuhkan segera. Dari hasil redesain ada perubahan terhadap nilai pada grand

score, meskipun masih memerlukan perubahan dan penyelidikan yang dibutuhkan

segera pada pekerjaan tersebut. Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan

sikap/postur saat bekerja dan mengurangi berat beban kisaran beban 2-10 kg.

Perubahan postur kerja saat bekerja sebagai berikut:

a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk

b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping

c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil

d. Kepala tidak menengadah(extension), menunduk atau menekuk ke samping.

e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk.

f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki.

cxvii

5. Alternatif Desain Posisi Kerja

Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja

No Kegiatan Keadaan awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan

saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E

Posisi punggung membungkuk, berputar, condong ke samping, leher ke samping, bahu sedikit terangkat, dan posisi tangan tertekuk (menopang dan memegang galon).

Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut putar diperkecil, bahu diusahakan relax, dan penggunaan APD agar galon tidak meleset. Perbaikan untuk mengurangi ketegangan dan nyeri akibat pembebanan.

2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J

Posisi punggung membungkuk, condong kesamping, kepala menunduk, menengadah, posisi tangan menjahui badan, tangan ditekuk, pergelangan tangan sedikit muntir/putar, tertekuk saat memegang galon.

Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut lengan atas diperkecil, leher diusahakan relax, pemegangan galon dengan hati-hati.

3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua.Contoh:gb.K, L, M, N, dan O

Posisi punggung sedikit membungkuk, badan agak miring, posisi tangan menjahui badan

Sudut lengan atas diperkecil, posisi tubuh relax.

4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tigaContoh: gb P, Q, R, S dan T

Posisi punggung tegak, bahu terangkat, posisi tangan menjangkau, sedikit berputar, pergelangan tangan menekuk saat menahan beban.

Bahu diusahakan relax dalam keadaan alamiah, sudut lengan atas diperkecil, pergelangan diusahakan tidak terlalu menekuk.

cxviii

6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan Metode RULA

Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja.

No Kegiatan Kondisi awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan

saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E

Ketinggian konveyer sekitar55-90 cm dari lantai. Pekerja mengambil galon pada konveyer dengan memutarkan tubuh dengan sudut putaran 45 derajat dan galon ditopang dengan kedua tangan pada posisi galon horisontal/miring.

Ketinggian konveyer dikurangi/diatur ulang sesuai dengan antropometri semua pekerja dan perubahan posisi antara konveyer dengan pekerja diusahakan lebih dekat agar mudah dalam pengangkatan serta sudut lebih kecil.

2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J

Galon dari konveyer diturunkan ke pallet, dengan punggung membungkuk dan ketinggian palet di bawah ketinggian lutut. Pemutaran beban pada tempat paling ujung. Dengan sikap condong ke samping tubuh.

Penambahan ketinggian pada palet dengan tujuan untuk mengurangi posisi tubuh saat membungkuk. Mengurangi jumlah deretan galon agar badan tidak terlalu menekuk.

3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua. Contoh:gb.K, L, M, N, dan O

Memindahkan galon dari konveyer pada ketinggian yang sama atau kurang lebih sehingga tidak perlu ada gerakan membungkuk atau meraih

Untuk mempermudah pekerja antara konveyer dengan palet agak lebih dekat.

4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tiga. Contoh: gb P, Q, R, S dan T

Mengangkat galon dari konveyer ke tingkat tiga dengan adanya pemaksaan pada lengan dan bahu untuk meraih ke atas. Pemutaran beban pada tempat paling ujung.

Mengurangi ketinggian pada beban atau jumlah tumpukan agar lengan tubuh atau bahu tidak terlalu memaksakan untuk menaikan galon.

cxix

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penilaian dari postur kerja MMH pada area 5 galon terhadap 20

pekerja dengan menggunakan metode RULA rata-rata memiliki nilai 7 pada

penilaian tabel grand skor, dengan katagori dalam action level 4 yang

menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin

(mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh saat bekerja, penggunaan

otot dan penggunaan tenaga. Penilian yang mempengaruhi postur tubuh adalah

sebagai berikut:

1. Punggung membungkuk disebabkan oleh ketinggian dari masing-masing

tingkatan. Terutama pada tingkat dasar punggung terlalu membungkuk

disebabkan tinggi palet di bawah ketinggian lutut.

2. Lengan tangan menjahui badan sehingga membentuk sudut yang besar jadi

penilaian menjadi besar yang disebabkan jarak antara posisi berdiri dengan

tujuan pengangkatan agak jauh seperti jarak antara pekerja terhadap konveyer,

pekerja dengan beban yang paling ujung, dan ketinggian pada saat peletakan

beban seperti penempatan pada tingkat kedua dan ketiga.

3. Modifikasi tubuh/badan ke samping tertekuk yang menambah penilaian

terhadap punggung yang disebabkan jarak pekerja dengan beban paling ujung

agak jauh.

4. Modifikasi pada lengan yaitu lengan atas keangkat/diculik sehingga sikap

108

cxx

menjadi canggung serta melintasi garis tengah atau ke luar dari sisi tubuh.

5. Posisi leher yang menunduk, menengadah dan tertekuk ke samping.

6. Pergelangan tangan yang tertekuk saat memegang dan pengangkatan beban

dengan tujuan agar beban tidak terlepas dari genggamannya.

7. Posisi kaki saat bekerja.

Selain postur kerja tersebut di atas, penggunaan otot postur statis juga

mempengaruhi dalam penilaian seperti kegiatan pengambilan beban saat di

konveyer. Serta penggunaan tenaga yaitu beban yang diangkat oleh pekerja

berkisar 20 kg dengan pengangkatan yang berulang/statis yang menyebabkan nilai

menjadi lebih tinggi saat penjumlahan dalam Skor A dan Skor B. Jadi dalam

penilaian grand score 100% sampel penelitian diperlukan perbaikan segera yaitu

baik metode, sikap dan postur tubuh saat bekerja.

B. Saran

1. Sebaiknya memperbaiki metode, sistem dan cara kerja yang biasa dilakukan

oleh pekerja palleting yang bisa dilihat pada tabel 30 dan tabel 31 pada

pembahasan.

2. Sebaiknya masalah dari penyebab ketidanyamanan pada pekerja hendaknya

perlu diperhatikan sehingga pekerja dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.

cxxi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. A Health and Safety Guideline for Your Workplace Manual Material Handling. Industrial Accident Prevention Association. Diakses darihttp://www.iapa.ca

Anonim, 2009. Pengukuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika. Laboraturium APK dan Ergonomi Universitas Islam Indonesia. Diakses dari apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc,London.

Howard, John., Len Welsh, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. Cal/OSHA Consultation Service Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/

Kevin Simonton, 2000. Lesson for Lifting and Moving Material. Washington State Departement of Labor and Industries. Diakses darihttp://www.lni.wa.gov/IPUB/417-129-000.pdf

Mardiyanto, 2008. Tugas Akhir Analisa Postur kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment

McAtamney, L., E. N. Corlett, 1993. RULA : A survey method for the investigation of work related upper limb disorders. Applied Ergonomics, vol 24 (2), pp 94-1-99. Diakses dari http://www.rula.co.uk/

Niebel, B.W and Freivald, A. 1999. Methods Standards & Work Design, 10th

edition, International Edition.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. SurabayaGuna Widya.

Pratiwi, Indah. 2005. “Evaluasi fasilitas kerja bagian finishing perusahaan mebeldengan metode rapid upper limb assessment“. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 04 (01), PP. 28-33.

Randall, Stephen.B, 2009. A Guide to Materials Handling and Back Safety. N.C. Department of Labor Occupational safety and Health Program

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. ALFABETA, CV.

cxxii

Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, R, Tjakraatmja, John H. 1979. Tata CaraKerja. Bandung. Lab Ergonomi Institut Teknologi Bandung.

Tarwaka, Sudiajeng, L. dan Bakri, S.H.A. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan danKeselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.UNIBA Press.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS