Analisis perbandingan Quality of Service (QoS) Load ...library.palcomtech.com/pdf/6266.pdf ·...
Transcript of Analisis perbandingan Quality of Service (QoS) Load ...library.palcomtech.com/pdf/6266.pdf ·...
Analisis perbandingan Quality of Service (QoS) Load Balancing Metode NTH dan PCC (Per
Connection Classfier) Berbasis Mikrotik RouterOSTM
Trisno, Lion
Teknik Informatika STMIK PALCOMTECH
Jln. Basuki Rahmat, Palembang
Email:: [email protected]
ABSTRAK
Penggunaan teknologi ISP (Internet Service Provider) yang menyediakan jasa layanan koneksi
akses internet di perkantoran, kampus, sekolah, dan tempat lainnya semakin meningkat, bahkan
ada yang memiliki lebih dari dua ISP. Penggunaan dua ISP tersebut dapat digabungkan pada satu
jaringan dalam satu server dengan maksud mengoptimalkan jaringan. penggunaan load
balancing disinilah diperlukan untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur
koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput,
memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. pada
loboratorium penulis sendiri yang telah menjadikan Teknik jaringan komputer sebagai salah satu
bahan eksperimen yang memerlukan koneksi internet untuk memudahkan penulis dalam
penelitian load balancing yang membandingkan dua metode yaitu NTH dan PCC serta Quality
of service(QoS) untuk membandingkan suatu layanan yang baik dengan pengujian parameter
QoS seperti bandwidth, paket loss, dan jitter. untuk menerapkan load balancing penulis
menggunakan Mikrotik RouterOS sebagai server.
Kata kunci : Load balancing , Mikrotik RouterOS, NTH , PCC, Quality of Service (Qos).
Bandwidth, Packet Loss, Jitter.
1. PENAHULUAN
Penggunaan teknologi ISP (Internet Service Provider) yang menyediakan jasa
layanan koneksi akses internet, perkantoran, kampus, sekolah, dan lain – lain semakin
meningkat, bahkan ada yang memiliki lebih dari dua ISP. Semakin tinggi bandwidth yang
diberikan dari teknologi ISP semakin bagus kualitas layanan jaringan internet dan
sebaliknya semakin rendah bandwidth yang diberikan maka semakin kurangnya kualitas
layanan internet. Penggunaan dua ISP tersebut dapat digabungkan pada satu jaringan
dalam satu server dengan maksud mengoptimalkan jaringan, penggunaan load balancing
disinilah diperlukan untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur
koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput,
memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.
Kinerja jaringan komputer dapat bervariasi akibat beberapa masalah, seperti halnya
masalah bandwidth, packet loss dan jitter, yang dapat membuat efek yang besar bagi
banyak aplikasi. Fitur Quality Of Service (QoS) ini dapat menjadikan bandwidth, packet
loss, dan jitter dapat diprediksi dan dicocokkan dengan kebutuhan aplikasi yang digunakan
di dalam jaringan tersebut. Melalui QoS, seorang network administrasi dapat memberikan
prioritas trafik tertentu. Suatu jaringan mungkin saja terdiri dari satu atau beberapa
teknologi data link layer yang mampu diimplementasikan QoS, misalnya, frame relay,
ethernet dan token ring. QoS dapat diimplementasikan pada situasi congestion
management, teknik congestion management digunakan untuk mengatur dan memberikan
prioritas traffic pada jaringan di mana aplikasi meminta lebih banyak bandwidth dari pada
yang mampu disediakan jaringan dan dapat mengoptimalkan aplikasi yang kritis atau delay
untuk dapat beropersi sebagaimana mestinya.
2.1 Fenomena Alat yang Dikembangkan
Penggunaan Load Balancing semakin menjamur. Di mana-mana dapat dilihat
bertebaran di salah satu perusahaan. Tapi penggunaaan load balancing yang disertai
manajemen yang tidak benar dapat mengakibatkan beberapa masalah seperti overload,
koneksi terputus dan lain sebagainya. Dan hal ini juga akan mempengaruhi tingkat
kecepatan pengaksesan data melalui internet. Para penyedia layanan internet mulai
mendistribusikan produknya dengan kelebihan maupun kekurangan layanan internet
tersebut.
Oleh karena itu, pada tahap ini penulis mencoba menganalisa dengan load
balancing dan membandingkan antara metode NTH dan Per Connection Classfier (PCC)
dan bagaimana perbedaan QoS dengan metode NTH dan PCC mengenai jaringan
komputer berbasis Mikrotik RouterOS. Mikrotik RouterOS sebetulnya adalah pilihan
perangkat untuk mengatur Quality of Service (QOS) sehingga kita dapat mengatur
besarnya bandwidth yang dialokasikan. Penulis juga akan membagi beban traffic
jaringan secara adil di kedua ISP dan juga sebagai backup apabila salah satu koneksi
tersebut dalam keadaan mati. Teknik ini dikenal dengan sebutan load balancing.
Maka daripada itu, penulis mencoba membandingkan QoS (Quality of Service)
dengan metode NTH dan PCC yang berfungsi mengukur parameter QoS seperti
bandwidth, packet loss, jitter .
2.2.1 Bandwidth
Merupakan kapasitas atau daya tampung kabel Ethernet agar
dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth dapat juga diartikan
sebagai jumlah konsumsi paket data persatuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per
second.
2.2.2 Packet Loss
Packet loss adalah suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang
menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Salah satu penyebab paket loss adalah
antrian yang melebihi kapasitas buffer pada setiap node. Bebarapa penyebab
terjadinya packet loss yaitu :
a. Congestion, disebabkan terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan
b. Node yang bekerja melebihi kapasitas buffer
c. Memory yang terbatas pada node
d. Policing atau kontrol terhadap jaringan untuk memastikan bahwa jumlah traffic yang
mengalir sesuai dengan besarnya bandwidth. Jika besarnya trafik yang mengalir
didalam jaringan melebihi dari kapasitas bandwidth yang ada maka policing control
akan membuang kelebihan traffic yang ada.
Tabel 2.1 Standar packet loss
KATEGORI DEGREDASI PACKET LOSS
Sangat bagus 0
Bagus 3 %
Sedang 15 %
Jelek 25
2.2.3 Jitter.
Jitter, didefinisikan sebagai variasi dari delay atau variasi waktu kedatangan
paket, banyak hal yang dapat menyebabkan jitter, diantarnya adalah peningkatan traffic
secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwidth dan menimbulkan
antrian. Selain itu, kecepatan terima dan kirim paket dari setiap node juga dapat
menyebabkan jitter.
Tabel 2.2 Standar jitter
KATEGORI DEGREDASI JITTER
Sangat bagus 0 ms
Bagus 0 s/d 75 ms
Sedang 76 s/d 125 ms
Jelek 125 s/d 225 ms
3.1 Tiori Pendukug
3.1.1 Jaringan Komputer
Menurut Sofana (2011:4), Jaringan adalah himpunan interkoneksi sejumlah
komputer autonomous. Kata “autonomous” mengandung pengertian bahwa komputer
tersebut memiliki kendali atas dirinya sendiri. Bukan merupakan bagian komputer lain,
seperti sistem terminal yang biasa digunakan pada komputer mainframe. Komputer juga
tidak mengendalikan komputer lain yang dapat mengakibatkan komputer lain restart,
shutdown, merusak file, dan sebagainya.
Dua buah komputer dikatakan “interkoneksi” apabila keduanya bisa berbagi
resources yang dimiliki, seperti saling bertukar data/informasi, berbagi printer, berbagi
media penyimpanan (hard disk, floppy disk, CD ROM, flash disk, dan sebagainya).
(Sofana 2011:4).
3.1.2 Quality of service (QoS)
Menurut (1999:15), QoS refers to the ability of a network to provide
better service to selected network traffic over various underlying technologies, including
frame relay, asynchronous transfer mode (atm), ethernet and 802.1 networks, sonet, and
ip-routed networks. In particular, QoS features provide better and more predictable
network service by
Supporting dedicated bandwidth
Improving loss characteristics
Avoiding and managing network congestion
Shaping network traffic
Setting traffic priorities across the network
3.2. Load balancing
Load balance dalam jaringan komputer adalah teknik untuk membagi beban
(load) ke dalam beberapa jalur atau link. Ini dilakukan jika untuk menuju suatu network
terdapat beberapa jalur (link). Tujuan dari load balance ini agar tidak ada link yang
mendapatkan beban lebih besar dari link yang lain. Diharapkan dengan membagi beban
ke dalam beberapa link tersebut, maka akan tercapai keseimbangan (balance)
penggunaan link-link tersebut. (Towidjojo 2013:9).
3.2.1 NTH Load Balancing
NTH load balance merupakan suatu teknik load balance yang membentuk suatu
deret tertentu (NTH), yang nantinya akan digunakan sebagai suatu sistem antrian di
dalam mange rule yang dibentuk. NTH diimplementasikan dalam suatu deret yang terdiri
dari Every dan Packet yang akan direalisasikan dalam suatu deret interger. Pada metode
load balance ini, paket data yang masuk akan ditandai sebagai suatu variabel n dalam
tipe data integer. Koneksi load balance menggunakan multi gateway ini disebut dengan
metode round robin karena beban terbagi secara berurutan dan bergiliran dari gateway
yang satu ke gateway yang lain oleh karena itu gateway yang digunakan selalu
bergantian dan tidak tetap (random).
Pada dasarnya koneksi yang masuk ke proses di router akan menjadi satu arus
yang sama, walaupun mereka datang dari interface yang berbeda. Maka pada saat
menerapkan metode NTH tentunya akan memberikan batasan ke router untuk hanya
memproses koneksi dari sumber tertentu saja. Ketika router telah membuat semacam
antrian baru untuk batasan yang kita berikan diatas, baru peristiwa NTH dimulai.
3.2.3 PCC Load Balancing
PCC akan membagi lalu lintas ke jalur yang sama dengan kemampuan untuk
menyimpan paket-paket dengan pilihan yang spesifik dalam satu jalur tertentu. PCC
mengambil bidang yang dipilih dari Header IP, dengan bantuan algoritma hashing
mengubah bidang yang dipilih menjadi 32-bit. Nilai ini dibagi dengan remainder tertentu,
jika sama maka peket akan ditangkap.
PCC load balancing memiliki PCC matcher yang memungkinkan router untuk
mengingat alamat atau port sumber dan tujuan. PCC matcher akan memungkinkan untuk
membagi lalu lintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket
dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu. PCC load balancing memiliki
prioritas utama untuk mengingat alamat sumber dan tujuan pada saat melakukan
hubungan terhadap jaringan luar dan kemudian melakukan penyeimbang pada jalur
internet yang menjadi prioritas kedua.
3.3 Teknik Pengujian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan dua buah aplikasi yaitu Axence NetTools dan
Iperf. Axence NetTools digunakan untuk pengujian bandwidth dan packet loss, sedangkan
aplikasi Iperf digunakan untuk jitter.
1. Axence NetTools
Menurut ------------- (2005:2), NetTools is great solution for fast network diagnostics. It
consists of several powerful solution: ping, mltiping with a history of response time and
packet lost for monitoring the availability of your hosts, trace, lookup, port scanner,
network check & scan, and SNMP browser.
4.5.2 Iperf
Menurut Hasan, dkk (2013: 139), Iperf is a command line tool that measures network
throughput by generating and transmitting TCP/UDP packets over the concerned
network. In a typical setup, Iperf sends these packets from source node to the destination
and reports the achievable throughput. it is also capable of reporting other parameters
such as packet loss, delay, and jitter. Iperf can be used on both wired and wireless
networks
3.4. Implementasi Metode PCC (Per Connection Classfier)
Dalam melakukan analisis perbandingan Quality of Service (QoS) Load Balancing
PCC (Per Connection Classfier) dan Metode NTH Berbasis Mikrotik RouterOS , peneliti
menggunakan sistem operasi Mikrotik Router Versi 5.18 . Pada implementasi pertama
penulis melakukan implementasi Load Balancing Metode PCC (Per Connection
Classfier). Berikut Langkah-langkah implementasi Load Balancing Metode PCC (Per
Connection Classfier) Berbasis Mikrotik RouterOS. Sistem Operasi mikrotik terlebih
dahulu diinstall pada harddisk dengan mengubah urutan booting di Bios, First Boot:
cdrom, kemudian masukan cd master mikrotik, ikuti petunjuk installasi sampai selesai.
3.4.1 Implementasi Metode NTH
Tahap implementasi kedua penulis melakukan implementasi Load
Balancing Metode NTH. Berikut Langkah-langkah implementasi Load Balancing
Metode NTH Berbasis Mikrotik RouterOS. Langkah pertama mengubah nama
masing-masing interface ether1, ether2 dan ether3 menjadi speedy1, speedy2 dan
lan sama seperti pada dengan PCC.
Kemudian kita melakukan konfigurasi mangle dengan menggunakan perintah ip
firewall mangle untuk load balancing menggunakan metode NTH.
3.4.2. Pengujian Delay / Latency dan Packet Loss
Quality of Service adalah kemampuan dari sebuah layanan untuk menjamin
performansi dan merupakan parameter untuk mengukur kualitas dari sebuah layanan.
Lembaga Standarisasi ITU-T mendefenisikan QoS sebagai pengaruh performansi
secara keseluruhan yang menentukan tingkat kepuasan pengguna layanan. Dengan
menggunakan software atau tools Axence Nettools, dapat diperoleh hasil data QoS
seperti Throughput, Delay/ Latency , Packet Loss,. Delay adalah total waktu tunda
suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang
menjadi tujuannya, sedangkan Packet Loss (error) adalah merupakan suatu
parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket
yang hilang. Salah satu penyebab packet loss adalah antrian yang melebihi kapasitas
buffer pada setiap node. Adapun hasil pengujian Delay dan Packet Loss pada server
load balancing pada sampel pengambilan data dengan cara mengakses situs
www.palcomtech.ac.id menggunakan metode NTH dan PCC. Data hasil pengujian
delay/latency dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2.
Tabel 5.1 Nilai Delay / Latency pada metode NTH
Pengujian Min
(ms)
Max (ms) Rata-rata Delay
( ms )
Kategori
1 47 83 53 Sangat Bagus
2 47 67 52 Sangat Bagus
3 47 192 52 Sangat Bagus
4 11 411 53 Sangat Bagus
5 47 83 52 Sangat Bagus
Rata-rata 52.4 Sangat Bagus
Tabel 5.2 Nilai Delay / Latency pada metode PCC
Pengujian Min
(ms)
Max (ms) Rata-rata Delay
( ms )
Kategori
1 35 68 55 Sangat Bagus
2 43 76 52 Sangat Bagus
3 45 70 52 Sangat Bagus
4 25 138 53 Sangat Bagus
5 48 75 52 Sangat Bagus
Rata-rata 52.8 Sangat Bagus
Data hasil pengujian packet loss dapat dilihat pada tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3 Packet Loss Metode NTH
Pengujian Packet Loss ( %) Kategori
1 2 Sangat Bagus
2 1 Sangat Bagus
3 0 Sangat Bagus
4 0 Sangat Bagus
5 0 Sangat Bagus
Rata-rata 0.6 Sangat Bagus
Tabel 5.4 Packet Loss Metode PCC
Pengujian Packet
Loss (
%)
Kategori
1 0 Sangat
Bagus
2 0 Sangat
Bagus
3 0 Sangat
Bagus
4 0 Sangat
Bagus
5 0 Sangat
Bagus
Rata-rata 0 Sangat
Bagus
3.4.3 Pengujian Throughput
Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan
pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena
throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya.
Bandwidth lebih bersifat fix sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung
trafik yang sedang terjadi. Cara pengujian throughput penulis menggunakan aplikasi
Axence NetTools. Adapun hasil pengujian throughput pada server load balancing pada
sampel pengambilan data dengan cara mengakses situs www.palcomtech.ac.id
menggunakan metode NTH dan PCC.
Tabel 5.5 Hasil Throughput bandwidth menggunakan metode NTH
Pengujian Min(kBps) Max(kBps) Rata-
rata(kBps)
1 4.3 23.9 15.2
2 13.1 15.8 15.4
3 14.2 17.7 15.5
4 12.6 20.9 15.3
5 13.6 15.8 13.6
Rata-rata Bandwidth 15
3.4.4 Pengujian Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi dari delay atau variasi waktu
kedatangan paket. Banyak hal yang mempengaruhi jitter, diantaranya adalah peningkatan
trafik secara tiba-tiba sehingga penyempitan bandwidth dan menimbulkan antrian. Contoh
dibawah ini kita mencoba mendapatkan nilai jitter dengan menggunakan tool Iperf dengan
mencoba koneksi ke Iperf server di internet dengan menggunakan protokol UDP (User
Datagram Protocol), dimana Iperf server yang diuji adalah 36.68.177.9, Iperf client
mencoba koneksi ke port 5001 ( port iperf server) dalam interval 10 detik, data yang
dikirim sebesar 1,25 Mbyte dengan kecepatan transfer 1.05 mbit/sec. Data hasil pengujian
jitter dapat dilihat pada tabel 5.7 dan 5.8.
Tabel 5.7 Hasil Jitter metode NTH
Interval
(s)
Transfer
(KByte)
Bandwidth (Kbps) Jitter
(ms)
Kategori
(Rata-
rata)
0 – 0.5 11.5 188 19.15
Sedang
0.5-1.0 0 0 19.15
1.0-1.5 0 0 19.15
1.5-2.0 2.87 47 107
2.0-2.5 8.61 141 96.73
2.5-3.0 8.61 141 89.67
3.0-3.5 4.31 70.6 96.41
3.5-4.0 8.61 141 89.53
4.0-4.5 11.5 188 71.87
4.5-5.0 8.61 141 139.99
5.0-5.5 8.61 141 118.84
5.5-6.0 5.74 94.1 108.35
6.0-6.5 5.74 94.1 411.51
6.5-7.0 10 165 286.24
7.0-7.5 12.9 212 180.17
7.5-8.0 8.61 141 199.63
8.0-8.5 8.61 141 159.73
8.5-9.0 7.18 118 143.06
Rata-rata Jitter 107
Tabel 5.8 Hasil Jitter metode PCC
Interval
(s)
Transfer
(KByte)
Bandwidth
(Kbps)
Jitter
(ms)
Kategori
(Rata-
rata)
0 – 0.5 5.74 94.1 21.37
Sedang
0.5-1.0 4.32 70.6 37.88
1.0-1.5 5.74 94.1 53.09
1.5-2.0 10.0 165 59.78
2.0-2.5 8.61 141 64.79
2.5-3.0 7.18 118 69.32
3.0-3.5 7.18 118 76.47
3.5-4.0 5.74 94.1 85.05
4.0-4.5 8.61 141 80.66
4.5-5.0 12.9 212 125
5.0-5.5 15.8 259 81
5.5-6.0 15.8 259 103.81
6.0-6.5 15.8 259 120
6.5-7.0 11.5 188 89.62
7.0-7.5 15.8 259 91.54
7.5-8.0 14.4 235 97.07
8.0-8.5 24.4 400 76.46
8.5-9.0
23 376 42.09
Rata-rata Jitter 108.6
3.4.5 Pembahasan QoS metode NTH dengan PCC
3.4.5.1 Pembahasan Delay / Latency
Dari hasil pengujian tabel 5.1 dan 5.2 diperoleh hasil rata-rata delay 52.4 ms
dengan kategori sangat bagus pada metode NTH , sedangkan pada metode PCC
diperoleh nilai rata-rata delay 52.8 ms dengan kategori sangat bagus. Situs yang diakses
memiliki waktu delay (ms) rata-rata (average) berada pada kisaran 50 ms (mili second),
kecuali terkadang memiliki lonjakan delay yang cukup tinggi yaitu diatas 400 ms, hal ini
dikarenakan pengaruh distorsi dan redaman. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan pada
pengujian delay , metode NTH lebih unggul sedikit dari metode PCC dimana nilai rata-
rata delay yang diperoleh lebih kecil dari nilai rata-rata delay pada metode PCC.
3.4.5.2 Pembahasan Packet Loss
Dari hasil pengujian tabel 5.3 dan 5.4 diperoleh hasil rata-rata persentase packet
loss sekitar 0.6 % dengan kategori sangat bagus pada metode NTH, sedangkan pada
metode PCC diperoleh hasil nilai rata-rata persentase sekitar 0 % dengan kategori
sangat bagus. Situs yang diakses memiliki persentase packet loss yang bervariasi, hal
ini dikarenakan pengaruh distorsi dan redaman. Dari persentase tersebut dapat
disimpulkan pada pengujian packet loss, metode PCC sedikit lebih unggul dimana
nilai rata-rata persentase packet loss yang diperoleh lebih kecil dari nilai rata-rata
persentase packet loss packet loss pada metode NTH. Persentase packet loss sangat
baik dimana mempunyai nilai 0 % , dimana antrian yang terjadi tidak melebihi
kapasitas buffer pada setiap node. Akan tetapi lonjakan delay ( peak delay)
maksimum terlihat begitu besar dari nilai rata-rata sehingga mempengaruhi kestabilan
internet pada saat mengakses internet.
3.4.5.3 Pembahasan throughput
Dari hasil pengujian tabel 5.5 dan 5.6 diperoleh hasil rata-rata throughput 15
kBps pada metode NTH, sedangkan pada metode PCC diperoleh rata-rata nilai
throughput 15.36 kBps. Dari hasil throughput tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode NTH dan PCC diperoleh nilai yang hampir berimbang, dimana selisih nilai
rata-rata throughput yang diperoleh sangat dekat sekitar 0.36 kBps.
3.4.5.4 Pembahasan Jitter
Dari hasil pengujian tabel 5.7 dan 5.8 pada metode NTH diperoleh hasil rata-
rata nilai jitter sekitar 107 ms sehingga dalam kategori degradasi termasuk dalam
kategori sedang ( 76 s/d 125 ms), sedangkan pada metode PCC diperoleh hasil nilai
rata-rata jitter sekitar 108.6 ms sehingga dalam kategori degradasi termasuk dalam
kategori sedang ( 76 s/d 125 ms) semakin kecil nilai jitter maka QoS yang dihasil
semakin bagus, semakin besar nilainya maka semakin jelek QoS jaringan internet
tersebut. Dari hasil rata-rata nilai jitter tersebut dapat disimpulkan bahwa pada metode
NTH dan PCC diperoleh hasil yang hampir berimbang, dimana selisih nilai rata-rata
jitter yang diperoleh sangat dekat yaitu hanya 1.6 ms.
3.5 Hasil Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai QoS
Identifikasi permasalahan yang mengganggu kestabilan akses internet dalam hal
kualitas layanan internet ( QoS) dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a. Redaman, yaitu jatuhnya kuat sinyal karena pertambahan jarak pada media
transmisi. Setiap media transmisi memiliki redaman yang berbeda-beda,
tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini perlu
digunakan repeater sebagai penguat sinyal.
b. Distorsi dan Noise, yaitu fenomena yang disebabkan bervariasinya kecepatan
internet atau bandwidth yang diterima client dari ISP ( Internet Service
Provider) sehingga mengalami variasi delay atau waktu kedatangan paket
yang menyebabkan penyempitan bandwidth dan antrian. Untuk mengurangi
nilai distorsi dalam komunikasi dibutuhkan bandwidth transmisi yang
memadai dan menjauhkan media transmisi dari medan listrik dan
menggunakan kabel yang terisolasi untuk menghindari dari noise.
DAFTAR PUSTAKA
---------, 2005. Axence NetTools. Axence Software, Inc.
---------, 1999. Cisco System,Inc.Alam, M Agus j. 2008. Mengenal Wifi, Hotspot, LAN, dan
Sharing Internet. Jakarta: PT.
Alex Media Komputindo.
Hasan, Syed Faras., nazmul Siddique., Shyam Chakraborty. 2013. Intelligent Transport
System. New York. Bussine Media.
Jogianto. 2007. Ananlisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori
dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta. Andi.
Maryono, Y., B. Patma Istiana. 2008. Teknologi Informasi dan Teknologi. : Quandra.
Setianto, Eko H. 2008. Mari Mengenal Jaringan Komputer. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Setiawan, Agung. 2007. Pengantar Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.
Sofana, Iwan. 2011. Membangun Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.
Sonny, Sumarsono. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sopandi, Dede. 2010. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung: Kawan
pustaka.
Sugiyono.2013. Metode penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Towidjojo, Rendra. 2013. Mikrotik Kung Fu : Kitab 1. Jakarta: Jasakom.
Towidjojo, Rendra. 2013. Mikrotik Kung Fu : Kitab 2. Jakarta: Jasakom.
Towidjojo, Rendra. 2012. Konsep Routing Dengan Router Microtik : 100% Connected.
Jakarta: Jasakom.
Vegesna, Srinivas. 2001. IP Quality of Service. USA: Cisco Press.