Analisis Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap ...

15
Analisis Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap Pengentasan Pengangguran Terbuka Di Kota Malang JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bagas Ramantyo 175020107111023 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021

Transcript of Analisis Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap ...

Analisis Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap

Pengentasan Pengangguran Terbuka Di Kota Malang

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Bagas Ramantyo

175020107111023

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021

Analisis Peran Industri Kecil dan Menengah Terhadap Pengentasan

Pengangguran Terbuka Di Kota Malang Bagas Ramantyo, Nugroho Suryo Bintoro

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang

dari jumlah IKM,tingkat upah minimum kota,dan nilai investasi pada sektor IKM terhadap

pengentasan pengangguran terbuka di Kota Malang,dengan data time series pada tahun 2003-

2018(dalam kuartal). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Metode analisis yang digunakan

yaitu vector error correction model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka

pendek variabel upah minimum kota dan investasi sektor IKM berpengaruh negatif signifikan terhadap pengentasan pengangguran terbuka di Kota Malang.tetapi variabel jumlah IKM tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengentasan pengangguran terbuka di Kota Malang. Dalam

jangka panjang variabel jumlah IKM berpengaruh negatif signifikan terhadap pengentasan

pengangguran terbuka di Kota Malang. Sebaliknya, variabel upah minimum kota dan investasi

sektor IKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pengentasan pengangguran terbuka di Kota

Malang.

Kata kunci: Jumlah IKM, Upah minimum , Investasi sektor IKM, Pengangguran terbuka.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

menambah kesempatan kerja dan menciptakan pembagian pendapatan secara merata. Dengan

seperti itu, dibutuhkannya penciptaan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja untuk

menyesuaikan dengan jumlah angkatan kerja terus bertambah. Penyerapan tenaga kerja dapat

dikatakan sebagai salah satu faktor pendukung didalam tahap pembangunan yang dilaksanakan

suatu Negara. Dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi dapat mengantisipasi agar tidak

terjadinya pengangguran.

Tingginya angka pengangguran dapat menyebabkan terjadinya banyak permasalahan dalam

suatu Negara maupun daerah seperti masalah sosial yaitu kriminalitas dan permasalahan ekonomi

yang lainnya. Kondisi ini dapat bedampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat dan daya beli semakin menurun. Maka jika tingkat angka pengangguran rendah maka akan semakin makmur

kehidupan masyarakat suatu negara, begitu pula sebaliknya dapat menjadi penghambat dan beban

dalam pembangunan ekonomi di suatu daerah bahkan di suatu Negara (Sukirno, 2013).

Gambar 1. 1 Kota Tertinggi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di Provinsi Jawa

Timur Tahun 2003-2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah, 2021

10.04 9.239.30

7.54 7.075.06 5.084.19 3.99

5.28

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

2003 2009 2014 2018 Rata-Rata (2003-2018)

Kota Malang Kota Kediri Kota Madiun Kota Surabaya Kota Mojokerto Provinsi Jawa timur

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur. Masalah pengangguran di

Kota Malang menjadi salah satu masalah penting bagi Kota Malang. Kota Malang memiliki

tingkat pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya

yang berada di Provinsi Jawa Timur pada periode tahun 2003-2018 Kota Malang merupakan kota

yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi dengan rata-rata sebesar 10,04%.

Dengan permasalahan tingkat pengangguran yang tinggi tersebut Kota Malang perlu

menciptakan lapangan pekerjaan dan mampu menyerap tenaga kerja yang ada untuk pengentasan

pengangguran. Salah satunya adalah melalui pemberdayaan sektor industri kecil dan menengah

(IKM) yang akan membantu mengatasi masalah pengangguran karena teknologi yang digunakan

oleh IKM adalah teknologi padat karya sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang akan mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro,

2007) .

Keberadaan industri kecil dan menengah (IKM) di Kota Malang ini memiliki potensi yang besar

untuk penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat baik yang memiliki pendidikan tinggi ataupun

masyarakat kecil dan menengah yang memiliki pendidikan rendah, serta dapat dijadikan sebagai

sebagai salah satu alat sebagai pemerataan di Kota Malang. Hal tersebut dapat dimanfaatkan Kota

Malang untuk mengatasi masalah tingkat pengangguran yang tinggi

Gambar 1.2: Perkembangan Jumlah unit IKM dan tenaga kerja pada sektor IKM Kota

Malang

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah, 2021

Menurut data badan pusat statistik (BPS) Kota Malang diatas, menunjukan bahwa sektor IKM

di Kota Malang memiliki pertumbuhan setiap tahunnya. Jumlah IKM yang terus meningkat setiap

tahunnya dapat menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup baik setiap tahunnya Dengan

meningkatnya jumlah IKM yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja cukup baik pada sektor ini

dapat dimanfaatkan sebagai penyediaan lapangan kerja dan dapat membantu mengurangi masalah

pengangguran yang tingggi di Kota Malang.

Faktor lain yang berpengaruh dengan jumlah industri dan penyerapan tenaga kerja adalah

tingkat upah (Fridhowati, 2011) Semakin tinggi upah yang diberikan kepada para pekerja maka

akan semakin berkurang keuntungan yang diperoleh para pelaku usaha. Dengan rendahnya upah

minimum dapat memberikan keuntungan lebih bagi para pelaku usaha. besarnya tingkat upah minimum juga berdampak pula dengan jumlah pengangguran di suatu wilayah. Semakin tinggi

tingkat upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah, akan berdampak pula terhadap jumlah

tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut.

Dengan banyaknya jumlah unit IKM di Kota Malang tidak terlepas dengan adanya

investasi atau penanaman modal pada sektor tersebut. Investasi sendiri memiliki pengaruh

terhadap kesempatan kerja dan pendapatan Besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya

permintaan tenaga kerja. Kesempatan kerja terjadi karena adanya investasi dan usaha untuk

memperluas lapangan perkerjaan yang ada. Pertumbuhan invetasi juga menentukan perkembangan

perekonomian suatu daerah atau wilayah.

Adanya investasi dapat mendorong bertambahnya kesempatan kerja baru, investasi sebagai

pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi untuk

meningkatkan output yang dihasilkan. Dengan bertambahnya output, secara otomatis akan

3,012 3,041 3,054 3,337 4,093

29,148 29,827

24,906

21,480

29,260

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Unit

Jumlah Tenaga Kerja Pada SektorIKM

meningkatkan permintaan tenaga kerja pada sektor IKM, sehingga akan meningkatkan kesempatan

kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak dari bertambahnya output dan meningkatnya

pendapatan yang diterima.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan banyaknya jumlah IKM yang

ada di Kota Malang serta adanya faktor upah minimum dan nilai investasi pada sektor IKM yang

semakin meningkat dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran terbuka yang ada di Kota

Malang. Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh jumlah industri kecil dan menengah,tingkat upah minimum kota dan nilai

investasi pada sektor IKM terhadap pengentasan pengangguran terbuka di Kota Malang.

B. KAJIAN PUSTAKA

A. Industri Kecil dan Menengah(IKM)

Industri merupakan suatu usaha atau proses kegiatan mengolah bahan mentah, bahan baku atau

barang setengah jadi menjadi barang jadi, barang jadi tersebut memiliki nilai tambah dan memiliki

nilai jual yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan.

W. Arthur Lewis menyatakan bahwa Sektor Industri perkotaan Modern, yaitu sektor yang

memiliki tingkat produktivitasnya relatif tinggi dan menjadi wadah hasil. Jika produktifitas tinggi,

maka tenaga kerja yang terserap juga akan semakin tinggi dan dapat berpengaruh untuk menurunkan tingkat pengangguran. Dalam hal ini memiliki dampak pada jangka panjang, karena

sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi yang besar bagi

pendapatan suatu daerah dengan nilai produktifitasnya yang besar.

Peran IKM sendiri sangat diperlukan karena terdapat beberapa alasan yang mendukung, yaitu:

pertama, kinerja IKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

Kedua, IKM sering meningkatkan produktivitasnya melalui investasi dan mengikuti perubahan

teknologi terbaru. Ketiga, IKM diyakini memiliki keunggulan dalam fleksibilitas dibandingkan

dengan industri besar. Selain itu, IKM juga memiliki peranan penting dalam menyerap tenaga

kerja(Berry et al., 2001).

Di Indonesia terdapat klasifikasi yang dapat dikatakan sebagai industri kecil dan menengah.

Menurut peraturan Menteri Perindustrian Pasal 3 (Permenperin) 11/2014 yaitu mendefinisikan

IKM adalah : 1) Industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 5 – 19

orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi dengan nilai investasi paling

banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; dan

2) Industri menengah merupakan industri yang 20 – 99 orang orang tenaga kerja

dan nilai investasi lebih besar dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

atau paling banyak 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

B. Teori Kewirausahaan

Menurut teori Schumpeter mengedepankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha

serta kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa kewirausahaan yang dimiliki masyarakat

yang mampu melihat peluang dan berani membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang

telah ada, maka dapat menambah ketersediaan lapangan kerja untuk menerima jumlah angkatan

kerja yang bertambah setiap tahunnya(Sukirno, 2006). Menurut Schumpeter, salah satu faktor

utama penyebab perkembangan ekonomi yaitu proses inovasi dan pelakunya yang merupakan para

inovator ataupun pengusaha. Kemajuan suatu ekonomi dapat diterapkan melalui inovasi dari para

pengusaha serta kemajuan ekonomi tersebut dapat dimaknai sebagai peningkatan output dari total

masyarakat. .

Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, meskipun keduanya merupakan sumber peningkatan output

masyarakat. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah peningkatan output

masyarakat yang disebabkan oleh banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi, tanpa adanya perubahan dalam teknologi produksi itu sendiri. Inovasi bukan hanya

sekedar perubahan yang besar dalam hal teknologi, namun inovasi juga dapat direpresentasikan

sebagai sebuah penemuan produk baru, pembukuan pasar baru, dan sebagainya. Karena pada

intinya sebuah mesin, alat kerja dana atau semua benda tidak akan berfungsi secara maksimal

apabila tidak ada yang menggunakannya atau menjalankannya. Manusia hanya dapat

memungkinkan inovasi dapat terjadi dengan segala macam bentuknya.

.

C. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Menurut teori permintaan tenaga kerja bahwa suatu perusahaan akan memperkerjakan

banyaknya tenaga kerja dengan beberapa tingkat upah pada masa periode tertentu yang sudah ditentukan oleh perusahaan tersebut. Menurut teori Neoklasik, dijelaskan bahwa dalam ekonomi

pasar diasumsikan ketika seorang pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga (price taker) maka

dalam hal ini pengusaha hanya dapat maksimalkan laba serta hanya dapat mengatur berapa jumlah

karyawan yang dapat dipekerjakan. .

Fungsi permintaan suatu perusahaan terhadap tenaga kerja didasarkan atas beberapa unsur, yaitu

: (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dari penambahan

seorang pekerja atau istilah lainnya dapat disebut Marginal Physical Product dari tenaga kerja

(MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu pendapatan yang akan didapatkan oleh suatu pengusaha

dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR).

Penerimaan marjinal disini merupakan tingkat besarnya tambahan hasil marjinal yang dikalikan

dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL = MPPL . P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan

kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya

marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja,

sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama Marginal Revenue (MR) lebih besar dari

tingkat upah.

Penawaran merupakan suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Dalam hal ketenagakerjaan,

penawaran tenaga kerja merupakan suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga

kerja yang para penyedia tenaga kerja siap untuk menyediakannnya. Jumlah tenaga kerja

keseluruhan yang disediakan bagi suatu perekonomian tergantung pada (1) jumlah penduduk, (2)

presentase jumlah penduduk yang masuk dalam angkatan kerja, dan (3) jumlah jam kerja yang

ditawarkan oleh angkatan kerja. Masing-masing dari ketiga komponen ini dari jumlah tenaga kerja

keseluruhan yang ditawarkan tergantung pada upah pasar (Case, 2006)..

D. Teori Upah

Menurut Teori Neo Klasik menjelaskan bahwa para pekerja memperoleh upah senilai dengan

pertambahan hasil marginalnya. Upah disini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang

diberikan seseorang tersebut terhadap pengusaha. Upah dibayarkan oleh pengusaha sesuai dengan

usaha kerja (produktivitas) yang yang diberikan oleh tenaga kerja, teori Neo Klasik didasarkan

nilai pertambahan hasil faktor produksi. Dimana upah merupakan imbalan atas pertambahan nilai

produksi yang diterima pengusaha dari pekerjanya. Pendapat Keynes melihat pada kenyataan bahwa jika tingkat upah diturunkan, maka permintaan

masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan akan menurun pula dikarenakan penurunan.

Penurunan daya beli dalam mekanisme pasar akan menurunkan pendapatan para pengusaha,

sehingga perluasan kegiatan ekonomi pun akan terhambat, akibatnya tidak akan ada penggunaan

tenaga kerja secara penuh. Oleh karena itu hal yang diperlukan adalah peningkatan daya beli di

dalam mekanisme pasar agar permintaan terhadap barang dan jasa akan meningkat dan akan

meningkatkan output yang dihasilkan.

Mankiw (2007) menyatakan bahwa suatu output akan meningkat maka jumlah orang yang

mendapatkan pekerjaan juga akan meningkat begitu pula sebaliknya. Maka sebab itu, semakin

tinggi tingkat upah yang diberikan oleh para pengusaha maka akan berdampak pada penyerapan

yang tinggi juga untuk meningkatkan tingkat produktivitas dan dalam jangka panjang di peroleh

tenaga kerja yang profesional dan berkualitas.

E. Pengangguran

Menurut Sukirno Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan

tenaga kerja, yang telah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Pengangguran terbuka sendiri ialah pengangguran akibat jumlah kesempatan kerja yang tersedia tidak sebanding

dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Mengurangi jumlah angka pengangguran harus adanya kerjasama lembaga pemerintah, pendidikan, masyarakat, dan lain–lain.

F. Investasi

Investasi merupakan pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal untuk membeli barang-

barang modal dan faktor produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang

tersedia dalam perekonomian(Sukirno, 2003). Kegiatan investasi memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional

dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Teori Harrod Domar menyatakan bahwa dalam jangka panjang sebuah investasi memiliki

pengaruh ganda, selain itu nilai investasi juga mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain

investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok modal yang

tersedia. Nilai dalam investasi terdiri dari : 1) Pembelian barang modal baru. 2) perbaikan barang

yang sifatnya untuk menambah umur atau meningkatkan kemampuan. 3) Penjualan barang modal

bekas. 4) Perubahan stok. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan mempunyai efek ganda yang akan

meningkatkan permintaan tenaga kerja, yang dimana tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor

produksi

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Karena

data yang digunakan nantinya merupakan data yang berbentuk angka dan akan diuji berdasarkan

dari teori-teori yang telah ditetapkan oleh peneliti dan melakukan pengukuran menggunakan

metode statistik.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data bersifat kuantitatif dan menggunakan data sekunder yaitu data penelitian yang dapat

diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung seperti buku, catatan, bukti yang

telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

Peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, atau penyedia

data atau membaca banyak literatur yang berkaitan dengan penelitiannya.

Data pada penelitian ini diambil atau dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Malang,Dinas Koperasi Perindustrian dan perdagangan Kota Malang serta dari instansi atau

lembaga terkait lainnya Data sekunder yang digunakan meliputi Data jumlah IKM, Data Upah minimum, Nilai investasi pada sektor IKM serta data jumlah pengangguran di Kota Malang dari

tahun penelitian 2003 sampai dengan tahun 2018 dalam kuartal

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh

secara tidak langsung melalui media perantara seperti dokumen, catatan, laporan keuangan, dan

tulisan yang terkait dengan fokus penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

situs resmi pemerintah daerah Kota Malang.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu Vector Error Correction Model

(VECM), dimana teknik ini dapat melihat pengaruh jangka panjang dan pendek dalam suatu

variabel. Dengan melalui uji stasioneritas(ADF),uji lag optimum,uji stabilitas vecm,uji kausalitas granger dan uji kointegrasi.

D. HASIL PENELITIAN

Uji stioneritas

Pengujian stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki rata-

rata dan ragam yang konstan atau tidak. Apabila data deret waktu tersebut menghasilkan rata-rata

dan ragam yang tidak konstan maka diidentifikasi adanya akar unit, sehingga data dinyatakan tidak

stasioner, sebaliknya apabila data deret waktu memiliki rata-rata dan ragam yang konstan maka

data tersebut dinyatakan stasioner. Pengujian kestasioneran data dalam penelitian ini menggunakan

uji Augmented Dickey-Fuller. Kriteria pengujian menyebutkan apabila nilai probabilitas dari

statistik uji Augmented Dickey-Fuller >level of significant (alpha = 5%) maka data dinyatakan

tidak mengandung akar unit, sehingga data tersebut stasioner.

Tabel 4. 1 Hasil Uji stasioneritas

Variabel Tingkat Diffrence ADF test Prob. Keterangan

Jumlah

Pengangguran

Terbuka

Level -1.587 0.785 Non Stasioner

1st Difference -3.068 0.124 Non Stasioner

2nd Difference -6.133 0.000 Stasioner

Jumlah Unit

Usaha

Level -1.960 0.610 Non Stasioner

1st Difference -4.097 0.011 Stasioner

Upah Minimum

Level -1.164 0.908 Non Stasioner

1st Difference -1.999 0.589 Non Stasioner

2nd Difference -5.708 0.0001 Stasioner

Nilai Investasi Level -6.848 0.000 Stasioner

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021) Berdasarkan hasil uji stasioneritas tersebut diketahui bahwa variabel J.Pengangguran Terbuka

dan upah minimum stasioner pada tingkat second difference. Variabel J.unit IKM stasioner pada

tingkat first difference dan nilai investasi stasioner pada tingkat level.

Uji Lag Optimum

Lag optimum merupakan jumlah lag yang diperkirakan mampu memberikan pengaruh yang

signifikan untuk menghindari permasalahan autokorelasi maupun heteroskedastisitas. Kriteria

untuk menentukan panjang lag dalam penelitian ini adalah Akaike Information Criterion (AIC).

Lag yang memiliki nilai AIC terkecil maka lag tersebut merupakan lag optimum.

Tabel 4. 2 Hasil Uji lag optimum

Lag LR FPE AIC SC HQ

0 NA 8.14e+24 68.71088 68.85821 68.76770

1 714.0164 6.93e+18 54.73171 55.46837 55.01581

2 92.79333 1.61e+18 53.26223 54.58822 53.77361

3 12.90421 2.18e+18 53.54008 55.45540 54.27875

4 8.374688 3.31e+18 53.90633 56.41098 54.87228

5 94.27631 3.74e+17 51.64207 54.73604 52.83529

6 35.90046 2.24e+17 50.99671 54.68002 52.41722

7 6.361469 3.83e+17 51.33485 55.60748 52.98264

8 10.93642 5.52e+17 51.40666 56.26862 53.28173

9 106.6099* 2.91e+15* 45.72808 51.17937 47.83043

10 16.03980 2.94e+15 45.08684* 51.12746* 47.41647*

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021)

Berdasarkan hasil yang tertera pada tabel di atas diketahui bahwa nilai AIC dan semua kriteria

lainnya memiliki nilai terkecil pada lag 10 (yang bertanda bintang). Dengan demikian lag optimum

yang dihasilkan adalah 10 lag.

Uji Stabilitas VECM Uji stabilitas VECM adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah variabel yang digunakan

stabil dan valid pada lag yang telah ditentukan (lag optimum). Apabila stabil, maka uji impulse

response function (IRF) dan vector decomposition (VD) dapat digunakan. Kriteria syarat dapat

diterima ketika nilai roots yang memiliki modulus < 1. H0 ditolak dan H1 diterima.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Stabilitas Vecm

Root Modulus

-0.379565 0.379565

-0.307074 0.307074

-0.160186 - 0.234187i 0.283731

-0.160186 + 0.234187i 0.283731

-0.259598 0.259598

0.243729 0.243729

0.100311 0.100311

0.026608 0.026608

-0.379565 0.379565

-0.307074 0.307074

-0.160186 - 0.234187i 0.283731

-0.160186 + 0.234187i 0.283731

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.3, hasil pengujian di atas diketahui bahwa semua modulus diperoleh nilai

yang lebih kecil lebih kecil satu. Dengan demikian lag optimum yang diperoleh dinyatakan stabil.

Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi dimaksudkan untuk mengukur hubungan keseimbangan jangka panjang

(long run equilibrium) dari variabel-variabel yang tidak stasioner. Untuk menguji adanya

kointegrasi dapat dilakukan menggunakan metode Johansen. Apabila probabilitas dari Trace

bernilai < level of significance (alpha=(α)) maka dinyatakan ada kointegrasi (signifikan), Apabila

kriteria yang didapat memenuhi syarat maka hasil Uji Kointegrasi dapat dilanjutkan uji selanjutnya

yaitu uji vector error correction model (VECM).

Tabel 4. 4 Hasil Uji Kointegrasi

Hypothesized Trace

No. of CE(s) Eigen Value Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.**

None * 0.797629 84.67550 30.81507 0.0000

At most 1 * 0.684914 61.21020 24.25202 0.0000

At most 2 * 0.663118 57.66514 17.14769 0.0000

At most 3 * 0.196458 11.59246 3.841466 0.0007

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021) Berdasarkan pada tabel 4.4, menunjukkan terdapat 3 kointegrasi dalam pengaruh jangka

panjang/stabilitas keseimbangan dalam pengaruh jangka panjang dengan nilai yang memenuhi

syarat yaitu nilai trace statistic > critical value Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3

kointegrasi (indikasi terdapatnya pengaruh jangka panjang). Dengan adanya kointegrasi maka uji

VECM dapat dilakukan.

Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat diperlakukan

sebagai variabel eksogen. Granger’s Causality digunakan untuk menguji adanya hubungan

kausalitas antara dua variabel.

Tabel 4. 5 Hasil Uji Kausalitas Granger

Hipotesis Statistik Uji Probabilitas

UPAH does not Granger Cause J_IKM 3.78445 0.0286

J_IKM does not Granger Cause UPAH 0.07719 0.9258

Berpengaruh signifikan (Jangka Pendek)

Tidak Berpengaruh signifikan (Jangka Panjang)

Berpengaruh signifikan (Jangka Pendek)

Tidak Berpengaruh signifikan (Jangka Panjang)

Tidak Berpengaruh signifikan (Jangka Pendek)

Berpengaruh signifikan (Jangka Panjang)

Hipotesis Statistik Uji Probabilitas

INVESTASI does not Granger Cause J_IKM 4.72826 0.0126

J_IKM does not Granger Cause INVESTASI 0.38489 0.6823

PENGANGGURAN does not Granger Cause J_IKM 2.88058 0.0643

J_ IKM does not Granger Cause PENGANGGURAN 7.30129 0.0015

INVESTASI does not Granger Cause UPAH 0.16424 0.8489

UPAH does not Granger Cause INVESTASI 0.35289 0.7042

PENGANGGURAN does not Granger Cause UPAH 0.73187 0.4855

UPAH does not Granger Cause PENGANGGURAN 2.35426 0.1041

PENGANGGURAN does not Granger Cause

INVESTASI 0.22543 0.7989

INVESTASI does not Granger Cause UPAH 0.17574 0.8393

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021)

Berdasarkan tabel diatas uji kausalitas yang menunjukkan hasil signifkan (probabiltas lebih

kecil dari 0.05) adalah upah mempengaruhi jumlah unit usaha, tetapi tidak dengan sebaliknya Jumlah unit usaha tidak mempengaruhi upah yang berarti terjadi hubungan kausalitas satu arah.

Selanjutnya, Nilai investasi mempengaruhi jumlah unit usaha, tetapi tidak sebaliknya yang berarti

memiliki hubungan kausalitas satu arah. Dan begitu pula jumlah unit usaha mempengaruhi jumlah

pengangguran terbuka dan memiliki hubungan kausalitas satu arah.

Estimasi VECM

Metode VECM digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan jangka panjang atau jangka

pendek dengan melihat perbandingan nilai t-statistik hasil estimasi terhadap nilait-tabel (t tabel =

1.999). Jika t-statistik lebih besar daripada nilai t-tabel, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

hubungan jangka panjang atau jangka pendek. Adanya hubungan jangka panjang atau pendek

menunjukan bahwa variabel indenpenden mempengarui variabel dependennya. Pengujian Vector

error correction model (VECM) dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian keseimbangan dalam jangka pendek menuju jangka panjang.

Gambar 4.1 Bagan hasil pendeketan VECM

Sumber: Penulis, (2021)

Jumlah IKM Kota

Malang

(X1)

Tingkat Upah

Minimum

(X2)

Nilai Investasi

(X3)

Pengangguran terbuka

Kota Malang

(Y)

VECM Jangka Pendek Diketahui bahwa untuk varibel jumlah unit IKM dalam jangka pendek tidak berpengaruh

signifikan kepada variabel pengangguran. Hal itu ditunjukkan dengan nilai t-statistik parsial

variabel jumlah unit ikm < t-tabel pada periode 1 sampai dengan 10.

Untuk variabel Upah minimum dalam jangka pendek menunjukan hasil berpengaruh signifian

negatif terhadap variabel pengangguran pada lag ke-8. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai t-

statistik > t-tabel pada lag ke-8 dengan nilai t-statistik [-2.77292] > T-tabel (1.999). Dengan

demikian upah minimum pada 10 periode sebelumnya berpengaruh negatif signifikan dengan

pengangguran periode berjalan dengan koefsien -1.178.529 yang berarti setiap kenaikan investasi

1 poin dapat menurunkan jumlah pengangguran sebesar -1.18 poin. Variabel investasi pada sektor IKM dalam jangka pendek menunjukan hasil berpengaruh

signifikan negatif terhadap variabel pengangguran pada lag ke-4. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

nilai t-statistik > t-tabel pada lag ke-4 dengan nilai t-statistik [-2.59347] > T-tabel (1.999). Dengan

demikian investasi pada 4 periode sebelumnya berpengaruh dengan pengangguran periode berjalan

dengan koefsien -0.136486 yang berarti setiap kenaikan upah minimum 1 poin dapat menurunkan

jumlah pengangguran sebesar -0.13 poin.

VECM Jangka Panjang

Tabel 4.6 Hasil Uji VECM (Jangka Panjang)

DIKM(-1) Koef -2.214.766

Tstat [-5.16522]

DUPAH(-1) Koef -0.008694

Tstat [-0.58936]

DINVESTASI(-1) Koef -4.005.125

Tstat [-0.38161]

R-squared 0.978621

Adj. R-squared 0.866378

F-statistic 8.718834

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021) Berdasarkan tabel diatas, hasil estimasi VECM dalam jangka panjang menunjukkan bahwa

pengaruh variabel jumlah unit IKM terhadap jumlah pengangguran terbuka menghasilkan

koefisien sebesar -2.214.766 dengan t-statistik sebesar [-5.16522}. Hal itu menunjukkan nilai | t

statistics | > | t tabel |. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam jangka panjang nilai jumlah

unit IKM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran terbuka. Artinya

setiap bertambahnya jumlah unit IKM sebesar 1 poin rupiah dapat menurunkan jumlah

pengangguran terbuka sebesar -2.214.

Kemudian pengaruh variabel upah minimum terhadap pengangguran menunjukkan t-statistik

sebesar [-0.58936]. Hal itu menunjukkan nilai | t statistics | < | t tabel |. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa dalam jangka panjang upah minimum tidak berpengaruh terhadap pengangguran

terbuka.

Sementara pengaruh variabel nilai investasi terhadap pengangguran terbuka menghasilkan t-statistik sebesar [-0.38161]. Hal itu menunjukkan nilai | t statistics | < dari | t tabel |. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dalam jangka panjang nilai investasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengangguran terbuka.

Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabe jumlah unit usaha,upah

minimum dan nilai investasi terhadap jumlah pengangguran terbuka pada periode saat ini. R-

square sebesar 0.978621, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi jumlah jumlah unit

usaha, upah dan nilai investasi pada periode sebelumnya terhadap jumlah pengangguran terbuka

pada periode saat ini sebesar 97.9 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat

didalam penelitian ini.

Analisis Impulse Respon Function (IRF) Analisis Impulse Respon Function (IRF) memberikan informasi tentang indikator transmisi,

yaitu kecepatan atau berapa time lag yang dibutuhkan untuk merespon perubahan dan kekuatan

variabel yang lain. Hasil analisis IRF disajikan dalam grafik berikut :

Gambar 4. 2 Hasil estimasi Impulse Respon Function (IRF)

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DPENGANGGURAN to DIKM

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DPENGANGGURAN to DUPAH

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DPENGANGGURAN to DINVESTASI

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021)

1. Respon jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah unit usaha

Dari hasil IRF diketahui bahwa jumlah pengangguran terbuka merespon positif terhadap jumlah unit usaha. Pada priode ke-1 sampai periode ke-6 merespon stabil dan dalam kondisi seimbang.

Namun pada periode ke-7 mulai mengalami respon yang signifikan dengan adanya inovasi(shock)

sampai dengan periode ke-10

2. Respon jumlah pengangguran terbuka terhadap upah

Dari hasil IRF diketahui bahwa jumlah pengangguran terbuka merespon cenderung stabil dan

seimbang terhadap upah di awal sampai periode ke-6. Pada periode ke-7 sampai dengan periode

ke-10 berfluktuatif yang dimana pada periode ke-7 mulai merespon adanya invoasi(shock)

terhadap pengangguran terbuka di kota malang sampai dengan periode ke-10.

3. Respon jumlah pengangguran terbuka terhadap nilai investasi

Dari hasil IRF diketahui bahwa jumlah pengangguran terbuka merespon positif terhadap nilai

investasi pada periode awal sampai periode ke-10. pada periode awal sampai periode ke-6 cenderung stabil, dan pada periode ke-7 mengalami respon yang cukup terasa ataupun signifikan

dengan adanya inovasi(shock) yang ada sampai dengan pada periode ke-10 tehadap pengangguran

terbuka di Kota Malang.

Variance Decomposition Analysis

Analisis Variance Decomposition memberikan informasi mengenai kontribusi setiap variabel

dalam system VECM. Hasil analisis Variance Decomposition disajikan dalam tabel dari masing-

masing variabel.

Tabel 4. 7 Hasil estimasi Variance Decomposition

Periode S.E. Pengangguran J.IKM UMK Investasi IKM

1 209.8599 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000

2 349.4409 94.51253 3.170983 2.029839 0.286651

3 554.9592 96.58766 1.279416 1.071329 1.061598

4 707.4454 89.81847 3.629831 4.666713 1.884985

5 780.9397 91.24406 3.129389 4.074507 1.552046

6 820.0659 86.74885 5.181890 6.362052 1.707209

7 1055.109 55.80931 3.507253 24.08145 16.60199

8 1341.533 40.70462 18.43583 27.41804 13.44151

9 2000.218 18.52137 8.973309 48.29382 24.21150

10 2721.894 21.15347 22.84242 41.20940 14.79471

Sumber: Hasil Output Eviews,diolah (2021)

Kontribusi jumlah unit IKM terhadap jumlah pengangguran terbuka dimulai pada periode 2

yaitu sebesar 3.17% dan sampai dengan periode ke-10 berfluktuatif, pada periode ke-2 mengalami

penurunan menjadi sebesar 1.28% dan kembali meningkat hingga periode 6 menjadi sebesar

5.18%. Kemudian pada periode ke-7 sampai dengan ke-10 berfluktiatif sampai dengan pada

periode mengalami kenaikan mencapai 22.84%..

Kontribusi upah minimum terhadap jumlah pengangguran terbuka juga dimulai dari periode 2

yaitu sebesar 0.29%. dan hingga pada periode ke-7 cenderung terus mengalami kenaikan hingga

mencapai 16.60% pada period eke-7. Pada periode ke-8 sempat mengalami penurunan menjadi

13.44% kemudian pada periode ke-9 sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi

24.21% tetapi pada periode ke-10 kembali mengalami penurunan menjadi 14.80% . Kontribusi nilai investasi terhadap jumlah pengangguran terbuka juga dimulai pada periode 2

sebesar 0.089% dan terus meningkat hingga periode 8. Namun pada periode 9 menurun dan

meningkat kembali pada periode ke-10 menjadi 3.506%.

Pengaruh Jumlah Unit IKM (X1) terhadap Pengangguran Terbuka

Berdasarkan hasil VECM dalam jangka pendek variabel jumlah unit usaha pada lag 1 sampai

dengan 10 dapat dilihat pada tabel 4.6 menghasilkan nilai t-statistik yang lebih rendah dengan T-

tabel sebesar 1.999, hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel jumlah unit IKM dalam jangka

pendek tidak berpengaruh signifikan dengan pengangguran terbuka di Kota Malang. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Puspadjuita, 2017) pada penelitian tersebut

terdapat kesimpulan bahwa jumlah unit usaha IKM tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dikarenakan tenaga kerja yang terserap lebih banyak pada sektor jasa dan

sektor lainnya, selain itu dalam jangka pendek para pelaku usaha IKM banyak menggunakan

tenaga kerja orang-orang terdekat bahkan keluarga sendiri untuk menjalankan usahanya dengan

demikian hal tersebut tidak berdampak dengan jumlah pengangguran pada jangka pendek. Di Kota

Malang sendiri tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi berada pada sektor jasa dan baru di ikuti

oleh sektor industri.

Namun, pada hasil uji VECM dalam jangka panjang variabel jumlah unit IKM memiliki hasil

t-statistik sebesar -5.16522 dengn t-tabel sebesar 1.999. Sehingga variabel jumlah unit IKM dalam

jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah pengangguran terbuka di Kota

malang. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah unit IKM di Kota Malang akan

menurunan jumlah pengangguran terbuka di Kota Malang. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramusinto & Daerobi, 2020) dan (Sari & Sttd, 2019) yang dimana pada

penelitian ini memiliki hasil kesimpulan bahwa pengaruh jumlah unit usaha berpengaruh positif

terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan demikian akan berdampak dengan jumlah

pengangguran. Dalam jangka panjang dengan pertambahan jumlah unit ikm tersebut dapat

menciptakan lapangan pekerjaan baru, teori Schumpeter menyatakan terdapat jiwa kewirausahaan

dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani membuka usaha baru, maupun

memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia

lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap

tahunnya(Sukirno, 2006).

Pengaruh tingkat upah minimum (X2) terhadap Pengangguran Terbuka

Berdasarkan hasil uji VECM pada jangka pendek variabel UMK terhadap pengangguran terbuka pada lag ke-8 memperoleh hasil T-statistik -2.59347 dengan T-tabel sebesar 1.999 ,

sehingga variabel UMK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka

di Kota Malang. Dengan variabel upah minimum mempunyai pengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat pengangguran terbuka, artinya, setiap kenaikan upah minimum akan menurunkan

tingkat pengangguran, hal ini sejalan dengan penelitian (Priastiwi & Handayani, 2019) dan hasil

ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Akbar, 2019) menyimpulkan bahwa upah minimum

mempengaruhi pengangguran secara signifikan. Artinya, jika terjadi kenaikan upah minimum

sebesar 1 poin maka akan mengurangi pengangguran sebesar 0.1365 % dengan asumsi variabel

lain yang berpengaruh terhadap. Hal ini juga didukung dengan teori Keynesian yang menyatakan

jika upah mengalami kenaikan, kenaikan tersebut akan meningkatkan daya beli dimasyarakat yang

berdampak pada permintaan yang menyebabkan para perlaku industri menaikkan kapasitas produksi, dengan seperti itu dapat terjadi penyerapan tenaga kerja untuk meningkatkan produksi

pada industri yang dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Namun, dalam jangka panjang variabel UMK menghasilkan nilai t-statistik -0.589 dengan T-

tabel sebesar 1.999, hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel UMK dalam jangka panjang tidak

berpengaruh signifikan dengan pengangguran terbuka di Kota Malang. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Puspadjuita, 2017) yang dimana pada penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa

upah minimum tidak berpengaruh terhadap pengangguran. Hal ini dapat disebabkan oleh semakin

naiknya tingkat upah minimum para pelaku IKM cenderung akan lebih memilih para tenaga

kerjanya yang memiliki pendidikan tinggi dan memiliki keahlian. Dengan seperti itu IKM tidak

dapat menyerap tenaga kerja menyeluruh kalangan pendidikan dan tidak dapat mengurangi

pengangguran terbuka yang ada.

Pengaruh Nilai Investasi Sektor IKM (X3) terhadap Pengangguran Terbuka

Berdasarkan hasil uji VECM pada jangka pendek variabel nilai investasi terhadap

pengangguran terbuka pada lag ke-4 memperoleh hasil T-statistik -2.59347 dengan T-tabel sebesar

1.999 , sehingga variabel nilai investasi pada sektor IKM memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap jumlah pengangguran terbuka di Kota Malang. Dengan variabel nilai investasi

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka, artinya, setiap

kenaikan investasi pada sektor IKM akan menurunkan jumlah pengangguran terbuka. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori Harrod-Domar yang menyatakan bahwa Investasi dalam

peralatan modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Dengan

terdapatnya kesempatan kerja yang lebih luas, maka tingkat pendapatan masyarakat bertambah dan

kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian oleh (Umam, 2018) yang memiliki kesimpulan bahwa nilai investasi berpengaruh negatif terhadap tingkat

pengangguran.

Namun, dalam jangka panjang variabel nilai investasi menghasilkan nilai t-statistik -0.382

dengan T-tabel sebesar 1.999, hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel nilai investasi pada sektor

IKM dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan dengan pengangguran terbuka di Kota

Malang. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh (Pramusinto & Daerobi, 2020) dan penelitian oleh

(Sari & Sttd, 2019) yang dimana pada penelitian tersebut terdapat kesimpulan investasi tidak

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor IKM yang dimana hal tersebut berdampak

tidak berpengaruh terhadap jumlah pengangguran.

Hal tersebut dapat disebabkan dengan bertambah investasi dalam jangka panjang yang dimana

akan terjadi penambahan modal,oleh karena itu dalam jangkan panjang Sektor industri kecil dan menengah lebih memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksinya dibandingkan dengan

menyerap tenaga kerja untuk menambah faktor produksinya.Seperti pada teori todaro menyatakan

investasi merupakan sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan

konsumsi di masa yang akan datang. Dengan demikian investasi dapat digunakan untuk

perbelanjaan alat-alat teknologi yang tersedia dibandingkan menambah tenaga kerjanya untuk

menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

F. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang

telah dilakukan, maka dari penelitian yang ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah unit IKM pada jangka panjang

variabel jumlah unit IKM memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

pengangguran terbuka di Kota Malang dan pada impuls menunjukkan periode awal

cenderung stabil dan belum terasa adanya dampak inovasi atau pertambahan jumlah

unit IKM terhadap pengangguran terbuka , Hal ini disebabkan dengan ekspansi atau

perluasan para pengusaha IKM dengan bertambahnya jumlah IKM setiap tahunnya dan

membuka lapangan kerja.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel tingkat upah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota

Malang. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya tingkat upah,daya beli dan tingkat

permintaan masyarakat menjadi meningkat dan para pelaku industri akan

meningkatkan produksinya dengan menambah jumlah tenaga kerja yang

digunakan.Namun dalam jangka panjang pada penelitian ini variabel tingkat upah tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota Malang.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel nilai investasi

pada sektor IKM memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran

terbuka di Kota Malang. Hal ini disebabkan untuk meningkatkan produksinya para

pelaku IKM akan menyerap tenaga kerja hal ini akan membuat kesempatan kerja yang

semakin luas. Namun, dalam jangka panjang variabel nilai investasi pada sektor IKM

memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota Malang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi pemerintah daerah Kota Malang maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran

yang diberikan, sebagai berikut ;

1. Bagi pihak pemerintah Kota Malang dapat membuat program untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dari sisi pendidikan dan keahlian sehingga pasar dapat dengan

cepat meresponnya dengan kualitas yang dimiliki tenaga kerja agar terjadinya

perubahan terhadap pengangguran terbuka.

2. Bagi pihak pemerintah Kota Malang dapat membuat program untuk mengembangkan

dan memberdayakan para pelaku industri kecil dan menengah karena dengan

bertambahnya jumlah unit industri kecil dan menengah di Kota Malang dapat

membuka lapangan pekerjaan baru. Sektor industri kecil dan menengah mempunyai

potensi untuk kedepannya mampu membantu mengatasi jumlah pengangguran terbuka

yang ada di Kota Malang dan membantu pertumbuhan ekonomi di Kota Malang.

3. Bagi pihak pemerintah Kota Malang dalam menentukan kebijakan tingkat upah

minimum di Kota Malang dapat melihat dan disesuaikan dari sisi standar hidup

masyrakat dan kemampuan para pelaku usaha yang ada,agar terjadinya keseimbangan antara kemampuan para pelaku usaha dalam memberikan upah dengan kebutuhan

masyrakat agar tetap terjadinya penyerapan tenaga kerja.

4. Bagi para pelaku usaha dapat meningkatkan investasi melakukan ekspansi atau

perluasan usaha agar menciptakan lapangan pekerjaan baru dan untuk jangka panjang

agar disesuaikan dalam memanfaatkan penggunaan teknologi dengan para pekerjanya

untuk memberikan kesempatan kerja baru dan menyesuaikan upah yang diberikan

kepada para pekerjanya agar standart hidup masyarakat menjadi meningkat dan daya

beli masyarakat menjadi meningkat

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga

panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. F. (2019). Analisis Pengaruh (Jangka Pendek & Jangka Panjang) Jumlah penduduk,

Jumlah Pengangguran,UMK dan PDRB Sektor Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Sektor Industri Di Kabupaten Tahun 1995-2017 Pasuruan. Jurnal Ilmiah FEB Universitas

Brawijaya.

Berry, A., Rodriguez, E., & Sandee, H. (2001). Small and medium enterprise dynamics in

Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(3), 363–384.

https://doi.org/10.1080/00074910152669181

Fridhowati, N. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor

Industri Di Pulau Jawa.

Kuncoro, M. K. (2007). Ekonomi pembangunan,Teori, Masalah dan kebijakan. UPP AMP YKNP.

Pramusinto, N. ., & Daerobi, A. (2020). Labor Absorption of the Manufacturing Industry Sector in

Indonesia. Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal),

3(1), 549–561.

Priastiwi, D., & Handayani, H. R. (2019). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah

Minimum, Dan Pdrb Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi Jawa Tengah.

Diponegoro Journal of Economics, 1(1), 159–169.

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dje

Puspadjuita, E. A. R. (2017). Factors that Influence the Rate of Unemployment in Indonesia.

International Journal of Economics and Finance, 10(1), 140.

https://doi.org/10.5539/ijef.v10n1p140

Sari, I. P., & Sttd. (2019). Determinan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor IKM Agro di Kabupaten

Bangkalan. MANAJEMEN IKM: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil

Menengah, 14(2), 95–101. https://doi.org/10.29244/mikm.14.2.95-101

Sukirno, S. (2003). Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Kedu). PT. Raja Grafindo Persada.

Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses,Masalah dan Dasar Kebijakan. Prenada

Media Group.

Sukirno, S. (2013). Teori Pengantar Makro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada.

Umam, K. U. (2018). Analisis Pengaruh Investasi Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kota

Bandar Lampung Dalam Perspektif Ekonomi Islam Periode 2006-2015 (Studi Pada

DPM&PTSP Provinsi Lampung).

Wibisono, C. G. (2020). Pengaruh Migrasi Masuk, Pendidikan dan Upah Minimum terhadap

Pengangguran Terbuka di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur. Airlangga

Development Journal, 4(1), 83. https://doi.org/10.20473/adj.v4i1.20170