ABSTRAKSI Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kredit ...
analisis penilaian faktor-faktor yang menentukan pemberian kredit ...
-
Upload
trinhxuyen -
Category
Documents
-
view
226 -
download
1
Transcript of analisis penilaian faktor-faktor yang menentukan pemberian kredit ...
ANALISIS PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN
PEMBERIAN KREDIT DENGAN MODEL DISKRIMINAN PADA
KOPERASI KARYAWAN DEPARTEMEN KEHUTANAN
Dwi Puji Yuliastuti
20205376
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan profitabilitas dan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga harus menjaga keberlangsungan usahanya (survive). Tujuan keberlanjutan usaha dapat diartikan sebagai maksimasi dari nilai koperasi, yang merupakan nilai sekarang dari koperasi itu terhadap prospek masa depannya melalui penyaluran kredit kepada anggotanya. Dalam penyaluran kredit tersebut, koperasi bukan tanpa resiko dan kendala. Resiko yang mungkin terjadi adalah kredit macet yang dapat membuat siklus hidup koperasi terganggu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang menentukan pemberian kredit, dan dari hasil penelitian didapat dua variabel yang mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit, yaitu golongan karyawan, dimana rata-rata untuk golongan 1 dan golongan 2 masuk ke kategori kredit tidak lancar sedangkan untuk golongan 3 dan golongan 4 masuk ke kategori kredit lancar. Dan untuk variabel tanggungan, rata-rata debitur dengan jumlah anak 1 sampai 2 orang masuk ke kategori debitur kredit lancar, sedangkan rata-rata debitur dengan jumlah anak di atas 3 orang masuk ke kategori debitur kredit tidak lancar. Dalam penelitian ini diperoleh ketepatan prediksi dari model adalah 97%. Oeh karena angka ketepatan tinggi, maka model diskriminan dapat digunakan untuk menganalisis layak dan tidaknya pemberian kredit kepada calon debitur. Kata kunci : Faktor yang Menentukan Pemberian Kredit, Analisis Diskriminan
1
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang
melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga
sektor tersebut adalah sektor negara, swasta, dan koperasi. Untuk mencapai
kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat adil dan makmur, maka
ketiga sektor itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik dan teratur.
Menurut Bank Dunia, di negara Indonesia terdapat 16% dari jumlah penduduk
hidup dalam kemiskinan. Artinya, kurang lebih 33 juta orang Indonesia hidup dengan
kesulitan keuangan. Pemerintah Indonesia sudah lama berjuang untuk mengurangi
angka kemiskinan dan sudah ada banyak program serta kebijakan yang terlaksana
untuk mengatasi masalah tersebut.
Salah satu program yang sedang dianjurkan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan program penyaluran kredit melalui lembaga
keuangan informal, seperti koperasi. Dalam perkembangannya, lembaga keuangan
informal lebih mudah bagi debitur dalam permohonan kredit, karena sifatnya yang
lebih fleksibel dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat pada
persyaratan perbankan dalam hal pencairan kredit. Akhir-akhir ini, kopersi simpan
pinjam di Indonesia memainkan peranan penting dalam mengurangi angka
kemiskinan. Koperasi tersebut berusaha untuk menyejahterakan dan menyediakan
pembinaan bagi anggotanya. Sehingga, anggota dapat berkembang maju dan
mencapai status kehidupan yang lebih baik.
3
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi tidak hanya dituntut untuk
meningkatkan profitabilitas dan kesejahteraan anggotanya, tetapi juga harus menjaga
keberlangsungan usahanya (survive). Tujuan keberlanjutan usaha dapat diartikan
sebagai maksimasi dari nilai koperasi, yang merupakan nilai sekarang dari koperasi
itu terhadap prospek masa depannya melalui penyaluran kredit kepada anggotanya.
Kenyataannya koperasi menghadapi kendala dalam pemberian kredit bagi
anggotanya. Salah satu kendala yang sangat mendarah daging dalam penyaluran
kredit adalah adanya kredit macet. Dengan demikian, untuk mengatasi masalah
tersebut perlu adanya analisa terlebih dahulu mengenai faktor-faktor apa yang
mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Terjadinya Kredit
Kredit menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004) sesungguhnya
berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti
saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit, berarti ia memperoleh
kepercayaan (trust).
Terjadinya kredit pada mulanya disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan
pengeluaran diantara kelompok masyarakat. Dilihat dari pendapatan (income/Y) dan
pengeluaran (expenditure/E) maka kelompok masyarakat dapat dibagi ke dalam 3
golongan, yaitu: (Siswanto Sutojo, 1997)
a. Golongan 1, yang pendapatannya lebih besar dari pengeluarannya (Y>E)
b. Golongan 2, yang pendapatannya sama besar dengan pengeluarannya (Y=E)
c. Golongan 3, yang pendapatannya lebih kecil dari pengeluarannya (Y<E)
Khusus untuk Golongan 2 tidak ditemukan masalah, sedangkan untuk
Golongan 1, dengan adanya surplus pendapatan atas pengeluaran tidak pula
menimbulkan hal yang serius, bahkan mungkin merupakan suatu hal yang baik. Yang
menjadi persoalan ialah Golongan 3, dimana ada defisit pendapatan atas pengeluaran,
yang jalan satu-satunya adalah dengan cara menutup defisit dengan pinjaman yang
berasal dari Golongan 1.
5
2.2 Pengertian Kredit
Menurut Thomas Suyatno (1999), istilah kredit berasal dari bahasa Yunani
(credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari
kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit
(kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup
memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah :
“penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga yang telah ditetapkan”.
Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas
prestasi yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern
adalah prestasi uang, dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat
kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi dan si penerima kredit atau
antara kreditur dan debitur, mereka menarik keuntungan dan saling menaggung
resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen
kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi. (Untung Budi, 2000)
Menurut Raymond P. Kent yang dikutip oleh Thomas Suyatno (1999) kredit
adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena
penyerahan barang-barang sekarang.
6
Sedangkan pengertian kredit menurut Amir Rajab Batubara yang dikutip
oleh Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004) kredit adalah suatu pemberian
prestasi yang mana balas prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan
datang.
2.3 Tujuan Kredit
Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari
falsafah yang dianut oleh suatu negara. Di negara-negara liberal, tujuan kredit
didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip
ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan, yaitu dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Oleh karena
pemberian kredit dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh
meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika ia
betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan
mau mengembalikan kredit yang diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan
tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan
(profitability) dari suatu kredit. Dan kedua unsur tersebut saling berkaitan.
Keamanan atau safety yang dimaksud adalah bahwa prestasi yang diberikan
dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya,
sehingga keuntungan / profitability yang diharapkan itu dapat menjadi kenyataan.
Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang
terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. Dan karena Pancasila adalah sebagai
dasar falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan,
7
melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan demikian, maka tujuan kredit yang
diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan
tugas sebagai agent of development adalah untuk :
a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat
memperluas usahanya.
Dari tujuan tersebut, menurut Thomas Suyatno (1999) tersimpul adanya
kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat
dan kepentingan pemilik modal (pengusaha).
2.4 Penilaian Pemberian Kredit
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Fitri Rahmadana (2002)
tentang Analisis Pemakaian Jasa Kredit Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah
Medan, dalam memutuskan persetujuan permintaan atau penambahan kredit,
perusahaan perlu mempertimbangkan kemauan dan kemampuan para calon debitur
untuk membayar (willing to pay). Oleh karena itu perusahaan harus merencanakan
standar pemilihan calon debitur. Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam
pemilihan calon debitur dapat dilakukan dengan analisis 5C, ”to evaluate the credit
risk, credit managerial consider the five C’s of credit : character, capacity, capital,
collateral, condition.” Dan dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan
8
yaitu fungsi dan tujuan kredit yang telah dilaksanakan oleh perusahaan telah berjalan
dengan baik, hal itu dapat dibuktikan dengan analisa data menunjukkan bahwa
persepsi nasabah mengenai kebijaksanaan kredit yang dikenakan Perum Pegadaian
Kanwil Medan sudah memuaskan, hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara
dengan total penilaian sebesar 610 berada diantara skala 600 sampai dengan 750.
Menurut Kasmir (2002) analisis kredit adalah suatu proses yang
dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang
diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada
pihak kreditur bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit tersebut cukup layak
(feasible). Dengan adanya analisis kredit ini dapat dicegah secara dini kemungkinan
terjadinya kegagalan debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit
yang diterimanya. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh kreditur untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis
penilaian pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 6C dan 7P.
Adapun penjelasan mengenai prinsip 6C adalah sebagai berikut :
a. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak seorang calon debitur benar-benar dapat
dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang calon debitur yang bersifat pribadi
seperti : gaya hidup, keadaan keluarga, hobi serta perilaku calon debitur. Ini
semua merupakan ukuran ”kemauan” membayar kredit yang diterimanya.
b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dibidang bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya
9
dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan
terlihat ”kemampuan” calon debitur dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan
keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini.
d. Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika
terjadi suatu masalah, maka jaminan yang “dititipkan” akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
e. Condition of Economic
Kondisi ekonomi adalah keadaan ekonomi pada umumnya dan sifat sektor usaha
calon debitur yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usahanya.
Demikian pula perkembangan teknologi dan perubahan kebijaksanaan pemerintah
khususnya mengenai ekonomi moneter yang mungkin dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan calon debitur.
10
f. Constrain
Merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis
yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu
proyek tidak dapat dilaksanakan .
2.5 Analisis Diskriminan Uji Variabel
Analisis diskriminan (Discriminant Analysis) adalah teknik multivariate
yang termasuk Dependence Method, yakni adanya dependen dan independen. Dengan
demikian, ada variabel yang hasilnya tergantung dari data variabel independen. Ciri
khusus dari analisis diskriminan adalah data variabel dependen yang harus berupa
data kategori, sedangkan data independen justru berupa data non kategori.
Tujuan analisis diskriminan secara umum adalah untuk mengetahui apakah
ada perbedaan yang jelas antara grup pada variabel dependen, atau bisa dikatakan
apakah ada perbedaan antara anggota grup 1 dengan anggota grup 2. (Singgih
Santoso, 2005)
Zjk = a+W1X1k+W2X2k+ .. + WnXnk
Dimana :
Zjk : Nilai diskriminan Z dari fungsi diskriminan j untuk objek k
a : Intersep
Wi : Koefisien diskriminan untuk variabel independen ke-i
Xik : Nilai variabel ke-i untuk objek ke-k
11
III. PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa
data nasabah penerima kredit yang diperoleh dengan cara mengunjungi objek
penelitian, serta melakukan observasi dan data sekunder berupa data primer yang
diolah lebih lanjut dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, dimana pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dan
populasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan variabel
dengan variabel terikat (tidak bebas) adalah kredit, sedangkan variabel bebas terdiri
dari usia debitur, golongan pegawai, besar pinjaman, jangka waktu pinjaman,
angsuran per bulan, jasa per bulan, besarnya pembayaran per bulan, serta jumlah anak
yang menjadi tanggungan. Kemudian, untuk variabel tidak bebas (kredit) akan
dikategorikan dalam angka 0 untuk grup layak menerima kredit dan angka 1 untuk
grup tidak layak menerima kredit.
3.2 Pengujian Variabel Bebas / Pembahasan
Langkah pertama pada analisis diskriminan yaitu menguji apakah semua
variabel independent (bebas) berbeda secara nyata dengan variabel dependent (tidak
bebas), sehingga dapat diketahui layak dan tidaknya dianalisis pada tabel di bawah
ini:
12
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
usia .998 .202 1 98 .654
golongan karyawan .894 2.182 1 98 .000
tanggungan .776 28.248 1 98 .000
pinjaman .941 6.165 1 98 .015
waktu .957 4.396 1 98 .039
angsuran .964 3.676 1 98 .058
jasa .969 3.140 1 98 .080
pembayaran .962 3.848 1 98 .053
Sumber : data diolah SPSS, 2009
Analisis :
Tabel di atas adalah hasil pengujian untuk setiap variabel bebas yang ada.
Keputusan bisa diambil lewat dua cara, yaitu :
a. Dengan angka Wilk’s Lambda
Angka Wilk’s lambda berkisar 0 sampai 1. Jika angka mendekati 0 maka data tiap
grup cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1, data tiap grup
cenderung sama. Dari tabel terlihat angka Wilk’s Lambda berkisar antara 0,776
sampai 0,998 (mendekati 1). Dari kolom sig. bisa dilihat bahwa variabel usia,
jasa, dan pembayaran yang cenderung tidak berbeda. Hal ini, berarti usia,
angsuran, jasa, dan pembayaran untuk calon debitur yang layak atau tidak layak
mendapatkan kredit tidak berbeda secara nyata.
b. Dengan F. Test
Lihat angka sig.
Jika sig. > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antar grup
Jika sig. < 0,05, berarti ada perbedaan antar grup.
13
Contoh analisis dengan menggunakan Uji F :
1. Variabel golongan karyawan, angka sig. adalah di bawah 0,05 (0,000). Hal ini
berarti ada perbedaan antar grup, atau debitur yang layak atau tidak layak
mendapatkan kredit terkait dengan golongan karyawan dari debitur tersebut.
Mungkin debitur dengan golongan tinngi (dilihat dari ijazah terakhir dan gaji
pokok karyawan selama satu bulan) akan lebih layak mendapatkan kredit
dibanding dengan golongan rendah.
2. Variabel tanggungan, angka sig. adalah di bawah 0,05 (0,000). Hal ini berarti ada
perbedaan antar grup, atau debitur yang layak atau tidak layak mendapatkan
kredit terkait dengan jumlah tanggungan dari debitur tersebut. Mungkin, debitur
yang lebih sedikit tanggungannya akan lebih layak mendapatkan kredit dibanding
dengan mereka yang banyak memiliki tanggungan.
3. Variabel usia, angka sig. di atas 0,05 (0,654). Hal ini berarti usia dari seorang
calon debitur tidak mempengaruhi layak tidaknya debitur mendapatkan kredit.
Kesimpulan ini sama dengan jika berpatokan pada angka Wilk’s Lambda yang
hampir mendekati 1 untuk variabel usia
Dari delapan variabel di atas, ada empat variabel yang berbeda secara nyata
untuk dua grup diskriminan, yaitu golongan karyawan, jumlah tanggungan yang
dimiliki debitur, besar pinjaman yang diajukan dan lama angsuran pembayaran.
3.3 Uji Varians
Untuk menguji apakah data yang ada sudah memenuhi asumsi analisis
diskriminan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
14
Test Results
Box's M 127.499
Approx. 4.200
df1 28
df2 29701.675
F
Sig. .205
Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
Sumber : Data diolah SPSS, 2009
Analisis :
Jika analisis ANOVA dan angka Wilk’s Lambda menguji means (rata-rata)
dari setiap variabel, maka Box’s M menguji varians dari setiap variabel.
Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahawa :
a. Varians variabel bebas untuk tiap grup seharusnya sama. Jika demikian,
seharusnya varians dari debitur yang layak mendapatkan kredit sama dengan
varians dari debitur yang tidak layak mendapatkan kredit.
b. Varians diantara variabel-variabel bebas seharusnya juga sama. Jika demikian,
seharusnya varians dari golongan karyawan sama dengan variabel tanggungan,
sama dengan variabel pinjaman dan sebagainya.
Kedua pengertian di atas disimpulkan, seharusnya group covariance
matrices adalah relatif sama, yang diuji dengan alat Box’s M dengan ketentuan :
1. Hipotesis
Ho : group covariance matrices adalah relatif sama
Ha : group covariance matrices adalah berbeda secara nyata
15
2. keputusan dengan dasar signifikansi (lihat angka sig.) :
Jika sig. > 0,05, berarti Ho diterima
Jika sig. < 0,05, berarti Ha diterima
Dari tabel terlihat bahwa angka sig. di atas 0,05 yaitu (0,205), yang berarti
data di atas sudah memenuhi asumsi analisis diskriminan, sehingga proses dapat
dilanjutkan.
3.4 Variables in the Analysis
Sumber: Data diolah SPSS, 2009
Variables in the Analysis
Step Tolerance
Sig. of F to
Remove
Min. D
Squared
Between
Groups
1 golongan 1.000 .000
golongan .991 .000 1.146 0 and 1 2
tanggungan .991 .000 9.545 0 and 1
Tabel dia atas dan tabel selanjutnya sebenarnya hanyalah perincian (detail) dari
proses stepwise pada tabel sebelumnya.
1. Pada step 1, variabel golongan karyawan adalah variabel pertama yang masuk ke
dalam Model Diskriminan. Hal ini disebabkan variabel tersebut mempunyai
angka Sig. of F to Remove 0,000 (jauh di bawah 0,05). Variabel golongan
karyawan yang secara nyata mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit
bagi debitur disebabkan karena golongan karyawan yang terkait dengan
penggolongan gaji yang diterima oleh debitur berdasarkan ijazah pendidikan
16
terakhir yang tercatat dalam biro kepegawaian. Berdasarkan analisa penilaian
kelayakan kredit yang biasa disebut dengan prinsip 6’C, yaitu character,
capacity, collateral, capital, condition of economic, dan constrain, variabel
golongan karyawan yang terkait dengan pemberian kredit sesuai dengan prinsip
capital, yaitu penggolongan gaji dari golongan karyawan (golongan 1 dan
golongan 2) yang memiliki gaji berkisar antara Rp. 800.000 sampai dengan
Rp.1.500.000 cenderung termasuk kategori kredit debitur yang tidak lancar atau
macet, sedangkan untuk golongan 3 dan golongan 4 dengan gaji berkisar
Rp.2.500.000 sampai dengan Rp. 4.000.000 cenderung termasuk kategori kredit
debitur yang lancar. Dengan demikian, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
layak atau tidaknya seorang debitur mendapatkan kredit.
2. Pada step 2 atau terakhir, dimasukkan variabel tanggungan dan variabel ini
memenuhi syarat yaitu angka Sig. of F to Remove 0,000 (jauh di bawah 0,05).
Variabel tanggungan yang secara nyata mempengaruhi kelayakan dalam
pemberian kredit bagi debitur, terkait dengan dengan jumlah anak yang menjadi
tanggungan debitur. Rata-rata debitur yang tergolong tidak lancar dalam
pembayaran kredit memiliki jumlah tanggungan anak sebanyak 4 sampai 5 orang
anak, sedangkan rata-rata debitur yang tergolong lancar dalam pembayaran kredit
memiliki jumlah anak 1 sampai 2 orang. Hal ini terkait dengan program Keluarga
Berencana yang sampai saat ini masih dianjurkan oleh Pemerintah, dimana untuk
satu anggota keluarga hanya memiliki dua orang anak saja ternyata dapat
mengurangi resiko terjadinya kredit macet.
17
3.5 Tahap pengeluaran variabel bebas
Tabel di bawah ini adalah kebalikan dari tabel sebelumnya, dimana pada
tabel ini yang dinyatakan adalah proses pengeluaran variabel secara bertahap .
1. Pada tahap 0 (keadaan awal), kedelapan variabel secara lengkap dinyatakan
dengan Sig. of F to Enter sebagai faktor penguji. Terlihat Sig. of F to Enter yang
terkecil adalah variabel golongan karyawan dan tanggungan. Maka, kedua
variabel tersebut dikeluarkan dari step 0 tersebut, yang berarti variabel tersebut
bukan termasuk variabel yang dianalisis.
2. Pada tahap 1, sekarang terlihat ada 7 variabel, dan proses terus berjalan, dengan
pedoman angka Sig. of F to Enter harus di bawah 0,05, dan jika mungkin diambil
angka terkecil. Terlihat variabel tanggungan sekarang mempunyai angka Sig. of F
to Entere terkecil (0,000), sehingga variabel tersebut dikeluarkan.
3. Pada tahap 2, sekarang terlihat ada enam variabel dan terlihat keenam variabel
tersebut mempunyai angka Sig. of F to Enter di atas 0,05 (dapat dilihat di Tabel
4.7 kolom Sig. of F to Enter). Oleh karena sudah tidak ada variabel yang
memenuhi syarat, maka proses pengeluaran variabel berhenti, dan keenam
variabel sisa tersebut dikeluarkan, yang berarti keenamnya termasuk pada
Variables Not in the Analysis atau variabel yang tidak dianalisis lebih lanjut.
Variables Not in the Analysis
Step Tolerance Min. Tolerance
Sig. of F to
Enter Min. D Squared
Between
Groups
usia 1.000 1.000 .654 .008 0 and 10
Layak golongan
karyawan
1.000 1.000 .000 9.545 0 and 1
18
tanggungan 1.000 1.000 .000 1.146 0 and 1
pinjaman 1.000 1.000 .015 .250 0 and 1
waktu 1.000 1.000 .039 .178 0 and 1
angsuran 1.000 1.000 .058 .149 0 and 1
jasa 1.000 1.000 .080 .127 0 and 1
pembayaran 1.000 1.000 .053 .156 0 and 1
usia .999 .999 .620 9.579 0 and 1
tanggungan .991 .991 .000 11.409 0 and 1
pinjaman .922 .922 .316 9.686 0 and 1
waktu .958 .958 .572 9.590 0 and 1
angsuran .940 .940 .310 9.690 0 and 1
jasa .930 .930 .201 9.776 0 and 1
1
Tidak
Layak
pembayaran .931 .931 .249 9.733 0 and 1
usia .998 .990 .740 11.426 0 and 1
pinjaman .916 .910 .221 11.652 0 and 1
waktu .941 .941 .320 11.569 0 and 1
angsuran .938 .930 .262 11.613 0 and 1
jasa .904 .904 .076 11.924 0 and 1
2
pembayaran .923 .919 .164 11.723 0 and 1Sumber : Data diolah SPSS, 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa variabel usia secara nyata tidak
mempengaruhi kelayakan dalam pemberian kredit, karena lancar atau tidaknya
seorang debitur menyelesaikan kewajibannya tidak tergantung dari usia debitur yang
rata-rata berusia 30 sampai dengan 55 tahun tidak menentukan kelayakan dalam
pemberian kredit. Untuk variabel pinjaman tidak mempengaruhi kelayakan dalam
pemberian kredit, karena tidak ada pembatasan besar pinjaman pada pengajuan
pinjaman oleh debitur. Sedangkan, variabel waktu dan angsuran juga tidak
berpengaruh secara signifikan, karena adanya tata cara pembayaran dengan cara
19
pemotongan gaji setiap bulannya bagi debitur yang ingin mencicil pengembalian
uang yang dipinjamnya. Variabel jasa, yaitu biaya yang dibebankan kepada setiap
debitur yang jumlahnya berbeda antar debitur sesuai dengan besar pinjamannya, hal
ini menyebabkan variabel jasa masuk ke dalam variable not in the analysis. Begitu
pula dengan variabel pembayaran yang jumlahnya juga berbeda antar debitur,
pembayaran yang dikenakan oleh setiap debitur tergantung dari besarnya pinjaman
dan jasa yang dibebankan dari pinjaman masing-masing debitur, sehingga dari
variabel tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penentuan kelayakan
pemberian kredit.
3.6 Pembentukan Model Diskriminan
Structure Matrix
Function
1
golongan karyawan .915
tanggungan -.317
jasaa .308
pinjamana .288
pembayarana .277
angsurana .244
waktua .240
usiaa .013
Pooled within-groups correlations between discriminating
variables and standardized canonical discriminant functions
Variables ordered by absolute size of correlation within
function. a. This variable not used in the analysis.
Sumber : Data diolah SPSS, 2009
20
Tabel Structure Matrix menjelaskan korelasi antara variabel independen
dengan fungsi diskriminan yang terbentuk. Terlihat bahwa variabel golongan
karyawan paling erat hubungannya dengan fungsi diskriminan, dari kredit konsumtif
yang diberikan kepada anggota koperasi Karyawan Departemen Kehutanan rata-rata
golongan 1 dan golongan 2 termasuk ke kategori kredit debitur tidak lancar, hal ini
terkait dengan gaji untuk golongan tersebut tidak sebanding dengan besar pinjaman
yang diajukan, dalam analisa kredit semakin besar modal yang dimiliki oleh debitur,
maka semakin kecil pula resiko terjadinya kredit macet, begitu pula sebaliknya.
Sehingga variabel golongan karyawan yang terkait dengan gaji pegawai sangat
menentukkan layak tidaknya debitur mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan
kemampuannya untuk melunasinya. Variabel tanggungan, yang menunjukkan jumlah
anak yang menjadi tanggungan memiliki keeratan dengan fungsi diskriminan, rata-
rata debitur dengan jumlah tanggungan di atas 3 orang anak masuk ke kategori
debitur tidak lancar, sedangkan untuk debitur yang memiliki tanggungan di bawah 3
orang anak rata-rata masuk ke kategori lancar, semakin banyak jumlah tanggungan
maka akan semakin banyak pula jumlah kebutuhan ekonomi dari debitur tersebut,
sehingga debitur untuk melunasi kewajibannya akan terhambat, karena terjadi
ketidakseimbangan antara besar pinjaman dengan pemasukkan dan pengeluaran
untuk kebutuhan pokok dari setiap masing-masing anggota keluarga debitur.
21
Canonical Discriminant Function
Coefficients
Function
1
golongan karyawan 2.081
tanggungan -.393
(Constant) -4.335
Unstandardized coefficients Sumber :Data diolah SPSS, 2009
Tabel di atas mempunyai fungsi yang hampir mirip dengan persamaan
regresi berganda, yang dalam analisis diskriminan disebut dengan Fungsi
Diskriminan :
Z Score = -4,335 + 2,081 Golongan karyawan - 0,393 Tanggungan
Kegunaan fungsi di atas adalah untuk mengetahui sebuah case (dalam kasus
ini adalah seorang debitur) masuk pada grup yang satu ataukah tergolong pada grup
yang lainnya. Selain fungsi di atas, dengan dipilihnya Fisher Function Coefficient
pada proses analisis, maka akan terbentuk pula fungsi diskriminan fisher.
22
3.7 Cut Off Score (Nilai Batas)
Sumber : Data diolah SPSS, 2009
Classification Resultsb,c
Predicted Group Membership
kredit 0 1 Total
0 layak 54 2 56Count
1 tidak layak 1 43 44
0 layak 96.4 3.6 100.0
Original
%
1 tidak layak 2.3 97.7 100.0
0 layak 54 2 56Count
1 tidak layak 1 43 44
0 layak 96.4 3.6 100.0
Cross-validateda
%
1 tidak layak 2.3 97.7 100.0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each
case is classified by the functions derived from all cases other than that case.
b. 97.0% of original grouped cases correctly classified.
c. 97.0% of cross-validated grouped cases correctly classified.
Pada bagian Original, terlihat bahwa mereka yang pada data awal adalah
tergolong layak, dan dari klasifikasi fungsi diskriminan tetap pada kelompok layak,
adalah 54 orang. Sedangkan dengan model diskriminan, mereka yang pada awalnya
masuk grup layak, ternyata menjadi anggota grup tidak layak adalah 2 orang.
Demikian juga dengan grup tidak layak, yang tetap pada grup tidak layak
sejumlah 43 orang, dan yang meleset adalah 1 orang. Dengan demikian, ketepatan
prediksi dari model adalah :
(54 + 43) / 100 = 0,97 atau 97%
Oleh karena angka ketepatan tinggi (97%), maka model diskriminan di atas dapat
digunakan untuk analisis diskriminan. Atau penafsiran tentang berbagai tabel yang
23
ada valid untuk digunakan. Pendapat lain mengatakan bahwa klasifikasi di atas terlalu
optimis, dan tidak memperhitungkan berbagai bias yang mungkin terjadi. Untuk itu,
disarankan juga penggunaan metode Leave-one-out cross validation untuk
mengurangi bias yang mungkin terjadi di atas. Dari keterangan tabel paling bawah
didapat angka ketepatan klasifikasi data ke grup dengan metode Leave-one-out cross
validation, yaitu tetap 97% yang masih dikategorikan ketepatan klasifikasi tetap
tinggi.
Setelah terbukti bahwa fungsi diskriminan mempunyai ketepatan prediksi
yang tinggi, maka fungsi diskriminan tersebut bisa digunakan untuk memprediksi
sebuah kasus, apakah akan diklasifikasikan ke tipe layak atau tipe tidak layak. Dan
pada kasus ini dari delapan variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan hanya
ada dua variabel saja, yaitu variabel golongan karyawan yang terkait dengan besar
gaji yang diterima oleh debitur selama satu bulan serta penggolongan karyawan
berdasarkan ijazah terakhir dari debitur yang tercatat dalam biro kepegawaian, dan
untuk variabel tanggungan yang terkait dengan jumlah anak yang menjadi
tanggungan debitur pada kenyataannya juga berpengaruh terhadap layak tidaknya
debitur mendapatkan kredit, debitur dengan jumlah tanggungan lebih sedikit, maka
lebih layak dalam mendapatkan kredit.
24
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis diskriminan
menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nasabah yang Layak
menerima kredit dan yang Tidak Layak menerima kredit. Dari delapan variabel
independent, hanya dua variabel saja yang secara nyata menjadi faktor yang
menentukan kelayakan dalam pemberian kredit, yaitu variabel golongan karyawan
dan jumlah tanggungan, yang juga masuk dalam model diskriminan. Selain dari
variabel tersebut tidak dimasukkan dalam model diskriminan. Hal ini terlihat pada
step analisis awal, baik pada bagian Variable In Analysis maupun Variable Not In
Analysis. Model atau fungsi diskriminan pada kasus ini mempunyai ketepatan
mengklasifikasikan kasus sebesar 97%.