ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP....

128
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) Oleh SANTY WIDYASTUTI A14103586 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP....

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT

(Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai

(PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)

Oleh

SANTY WIDYASTUTI

A14103586

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

RINGKASAN

SANTY WIDYASTUTI. Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto.

Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) merupakan salah satu minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit selain CPO. Minyak inti sawit diperoleh dari biji (seed) di dalam buah kelapa sawit yang disebut inti sawit (Palm Kernel, PK). Biasanya PKO lebih banyak digunakan untuk industri oleokimia. Di Indonesia masih sedikit perusahaan kelapa sawit yang memproduksi dan menghasilkan produk turunan dari PKO. PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi minyak inti sawit (PKO). Crushing Plant (Departemen PKC) adalah salah satu unit pengolahan PT. SAP yang mengolah inti sawit untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) sebagai produk utama dan bungkil kelapa sawit (PKM) sebagai produk sampingannya. Selama ini, Departemen PKC berproduksi berdasarkan target dan untuk memenuhi stok minyak inti sawit perusahaan (menggunakan inti sawit sebanyak 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan 12 362.5 ton PKO). Pembelian bahan baku inti sawit, selama ini dilakukan oleh kantor pusat (HO) di Medan. Sedangkan, perencanaan dan pengadaan inti sawit dilakukan oleh bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini dilakukan karena PT. SAP tidak memiliki perkebunan sendiri. Selama tahun 2006 volume pemakaian bahan baku inti sawit berfluktuasi setiap bulannya. Perubahan volume pemakaian inti sawit menuntut pihak perusahaan melakukan perubahan terhadap rencana produksinya. Dampak dari naik turunnya persediaan bahan baku inti sawit, selain membuat siklus produksi perusahaan terganggu juga menyebabkan biaya produksi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pengadaan dan pengendalian persediaan inti sawit yang diterapkan oleh perusahaan dan menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dan menentukan alternatif teknik pengendalian persediaan inti sawit yang dapat diterapkan pada perusahaan. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari PT. SAP yang berlokasi di Jalan Sabar Jaya, Desa Prajin, Mariana, Musi Banyuasin – Sumatera Selatan, pada bulan Juli 2006-Juni 2007. Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan berupa laporan tahunan atau bulanan yang meliputi data historis, data biaya dan data pendukung lainnya. Selain itu ditambah dengan studi literatur berupa skripsi, makalah, laporan penelitian, dan internet. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Exel. Untuk menganalisis digunakan model MRP dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB yang akan dibandingkan dengan metode perusahaan.

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

2

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan diperoleh biaya persediaan sebesar Rp 223 052 921.3 dan biaya pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 480 643 330 440. Sedangkan teknik LFL biaya persediaan sebesar Rp 54 544 851.9 dan untuk biaya pembelian inti sawit sama dengan teknik POQ dan PPB yaitu Rp 455 555 255 704. Untuk biaya persediaan POQ dan PPB berturut-turut sebesar Rp 538 275 111.8 dan Rp 208 705 799.3. Teknik EOQ biaya persediaan dan biaya pembelian yang diperoleh sebesar Rp 219 850 227.9 dan Rp 456 388 702 240. Alternatif pengendalian persediaan inti sawit di PT. SAP adalah teknik PPB, hasil perbandingan antara keempat teknik Metode MRP dengan metode perusahaan. Teknik PBB dapat menghemat biaya persediaan sebanyak 6.43 persen dan menghemat biaya pembelian sebesar 5.22 persen. Teknik ini pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas pemesanan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat di dukung dari kapasitas silo yang besar, kapasitas mesin, julah tenaga kerja yang cukup serta karakteristik dari inti sawit yang dapat disimpan dalam waktu yang agak lama.

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

3

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT

(Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai

(PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)

Santy Widyastuti

A 14103586

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

4

Judul Penelitian : Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)

Nama Mahasiswa : Santy Widyastuti Nomor Pokok : A 14103586

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec NIP. 131 578 796

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan:

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

5

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT STUDI KASUS DI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SINAR ALAM PERMAI (PT SAP), MARIANA, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

Santy Widyastuti A 14103586

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 08 November 1981 di Plaju, Sumatera

Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan

ayahanda Suwitno dan ibunda Tri Mulyati.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Taman Siswa I Sei Gerong pada

tahun 1988, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP YKPP

(Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina) 3 Sei Gerong dan lulus pada tahun

1997. Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di

SMU YKPP 2 Sei Gerong.

Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma III Program

Teknisi Usaha Ternak Unggas (TUTU), Departemen Ilmu Produksi Ternak,

Fakultas Peternakan hingga tahun 2003. Tahun 2004 penulis diterima di Program

Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian

Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing (PKC)

PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin,

Sumatera Selatan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencari metode alternatif yang dapat

direkomendasikan kepada perusahaan dalam pengadaan bahan baku, dengan

memberikan tingkat persediaan dan biaya persediaan yang optimal serta dapat

meghemat biaya pembelian bahan baku. Model pengendalian persediaan yang

digunakan adalah model Material Requirement Planning (MRP) dengan teknik

Lot For Lot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order

Quantity (POQ), dan teknik Part Period Balancing (PPB). Model pengendalian

tersebut dibandingkan dengan metode pengendalian persediaan perusahaan untuk

mendapatkan alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku yang

menghasilkan biaya persediaan minimum.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa hasil dari

penelitian ini jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Penulis

berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan. Terima kasih

Bogor, Januari 2009

Santy Widyastuti A 14103586

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

8

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahhirobil Alamin

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadari bahwa dalam

menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberi

bimbingan, bantuan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec sebagai pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran dan masukan selama proses penelitian

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator, atas masukannya berupa

saran dan kritik dalam kolokium proposal penelitian.

3. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen penguji utama, yang telah

memberikan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Eva Yolanda, MM sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang

telah memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Papa, Mama, Mas Enjen, dan adik-adikku (Supri, Jayanti dan Rama) atas

segenap daya upaya yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang,

dorongan dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga saat ini.

6. Om Warsito dan keluarga atas bantuan ketika penulis akan melakukan

penelitian di PT. SAP.

7. Ibu Jusmarni, Ibu Shintia dan Bapak Ginting sebagai pembimbing lapang

penulis, terima kasih atas bimbingan dan bantuan data-datanya, Mr. Lou

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

9

sebagai general manajer yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian di

PT. SAP. serta karyawan di departemen PKC, Lab PK dan Timbangan yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, atas ilmu, informasi dan bantuan serta

bimbingan selama penulis berada di PT. SAP

8. Adik-adikku di Neo Yasmin (Nanik, Ila, Agnes, Vera, Ela, Supreh, Uke dan

Arnis) atas doa, kebersamaan, keceriaan, semangat dan kasih sayang selama

ini.

9. Teman-teman ekstensi (Nora, Mini, Dewi, Nde, Wawan, Novalina dan

Yunita) terima kasih atas bantuan dan semangatnya sehingga penelitian dan

skripsi ini dapat selesai.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit ......................................................................................... 10 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia ................................................. 10 2.1.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit ..................................................... 12 2.1.3 Inti Sawit.......................................................................................... 13 2.1.4 Proses Pembuatan Palm Kernel Oil (Minyak Inti Sawit, PKO) ............................................................... 13

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Bahan Baku ......................................................................................... 19 3.1.1 Pengadaan Bahan Baku ................................................................... 19

3.1.2 Persediaan Bahan Baku 3.1.3 Persediaan ....................................................................................... 23

3.1.3.1 Fungsi dan Peranan Persediaan ................................................. 24 3.1.3.2 Jenis Persediaan ........................................................................ 25 3.1.3.3 Biaya Persediaan ....................................................................... 27 3.1.3.4 Pengendalian Persediaan ........................................................... 30 3.1.3.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan ......................................... 30

3.1.4 Model Pengendalian Persediaan ..................................................... 31 3.1.4.1 MRP Teknik Lot For Lot .......................................................... 34 3.1.4.2 MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ....................... 35 3.1.4.3 MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ............................... 39 3.1.4.4 MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) ............................. 40

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 41

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

v

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................. 43 4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 43 4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 44

4.4.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Manajemen Pengendalian Persediaan Inti Sawit ....................................................................... 45

4.4.2 Analisis Persediaan Bahan Baku .................................................... 45 4.4.3 Pendugaan dan Penentuan Biaya Persediaan .................................. 46 4.4.4 Analisis Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku .................. 47

4.5 Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ................................... 52 4.6 Definisi Operasional ............................................................................. 52

V. GAMBARAN UMUM PT. SAP

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................... 54 5.2 Lokasi Perusahaan ................................................................................ 55 5.3 Visi, Misi, Kebijakan Mutu Perusahaan dan sasaran Mutu

Perusahaan ........................................................................................... 58 5.4 Struktur Organisasi ............................................................................... 59 5.5 Ketenagakerjaan ................................................................................... 63 5.6 Proses Produksi .................................................................................... 65

5.6.1 Bahan Baku ..................................................................................... 65 5.6.2 Proses Pembuatan PKO (Palm Kernel Oil) .................................... 65

5.7 Pemasaran ............................................................................................. 67 VI. SISTEM PERSEDIAAN INTI SAWIT DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SAP

6.1 Jenis, Asal dan Kualitas Persediaan ..................................................... 69 6.2 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku ................................................... 70 6.3 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Inti Sawit ................................... 72

6.3.1 Prosedur Pembelian Inti Sawit ....................................................... 72 6.3.2 Penerimaan Bahan Baku ................................................................. 74

6.4 Sistem Pengadaan Persediaan Inti Sawit .............................................. 75 VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT PT. SINAR ALAM PERMAI

7.1 Biaya Persediaan ................................................................................... 77 7.2 Pemakaian Inti Sawit dan Waktu Tenggang PT. SAP ......................... 79 7.3 Waktu Tunggu (Lead Time) dan Persediaan Pengaman

(Safety Stock) ....................................................................................... 81 7.4 Sistem Pengendalian Persediaan Inti Sawit

PT. Sinar Alam Permai ........................................................................ 82 7.4.1 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada

PT. Sinar Alam Permai ................................................................... 83 7.4.2 Metode Material Requirement Planning (MRP) ............................ 84

7.4.2.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL) .................................. 85 7.4.2.2 Metode MRP Teknik Economic Quantity Order

(EOQ) ........................................................................................ 86

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

vi

7.4.2.3 Metode MRP Teknik Periode Order Quantity (POQ) ........................................................................................ 88

7.4.2.4 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ......................................................................................... 89

7.4.3 Analisis Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode MRP ................................................................................... 90

7.4.4 Analisis Penghematan Terhadap Metode MRP dan Metode Perusahaan ......................................................... 93

7.4.5 Alternatif Model Pengendalian Persediaan Inti Sawit .................... 94 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ........................................................................................... 97 8.2 Saran ..................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................100

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

vii

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Perkembangan Penerimaan Devisa dari Sektor Pertanian Tahun 1995-Agustus 2008 ................................................................................ 1

2. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006 ....................... 3

3. Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Minyak Inti Sawit (PKO) Tahun 1996-2005 .......................................... 4

4. Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006 ............................... 7

5. Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelapa Sawit ............................................. 10

6. Penelitian-Penelitian Terdahulu .............................................................. 15

7. Cara Perhitungan Lot dengan Bagian PPB ............................................. 40

8. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (MRP) ............................ 48

9. Fasilitas yang Terdapat di PT. Sinar Alam Permai ................................. 56

10. Fasilitas dan Kapasitas di Plant 1 dan Plant 2 di Departemen KPC ...... 57

11. Standar Losses (Penyusutan/kehilangan) yang Terjadi di Setiap Pabrik Pengolahan PT. SAP ........................................................ 59

12. Spesifikasi Standar Kadar Inti Sawit PT. SAP ....................................... 69

13. Perkembangan Pembelian Inti Sawit Juli 2006 – Juni 2007 ................... 76

14. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 77

15. Biaya Penyimpanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 .................. 79

16. Perkembangan Volume Pemakaian Inti Sawit Departemen PKC PT. SAP Periode Juli 2006-Juni 2007 .................................................... 80

17. Perkembangan Persediaan Inti Sawit (kg) Periode Juli 2006-Juni 2007.................................................................................. 81

18. Frekuensi Pemesanan Inti Sawit PT. SAP Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 84

19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Lot For Lot Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................................... 86

20. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Economic Quantity Order (EOQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 87

21. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 88

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

viii

22. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 89

23. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007 ................................ 90

24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................... 91

25. Jumlah Persediaan dan Biaya Penyimpanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................... 92

26. Biaya Persediaan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ......................................................... 93

27. Persentase Penghematan Teknik Metode MRP Terhadap Metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................... 94

Page 16: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal 1. Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan.................................... 36

2. Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ ......................................... 39

3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 42

4. Skema Pembuatan Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil, PKO) PT. Sinar Alam Permai (SAP) ................................................................ 67

5. Diagram Alir Perencanaan dan Penerimaan Bahan Baku PT. SAP .................................................................................................. 71

Page 17: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

2

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal 1. Struktur Organisasi PT. Sinar Alam Permai ......................................... 102

2. Struktur Organisasi Departemen Palm Kernel Crushing (PKC Plant) ........................................................................................... 103

3 Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ............................................................................... 104

4. Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................. 104

5. Perhitungan EOQ, EPP (Economic Part Period) dan POQ ................. 105

6. Metode MRP Teknik Lot for Lot .......................................................... 106

7. Metode MRP Teknik EOQ ................................................................... 107

8. Metode MRP Teknik POQ ................................................................... 108

9. Cara Perhitungan PPB Persediaan Inti sawit ........................................ 109

Metode MRP Teknik PPB .................................................................... 110

Page 18: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor

pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian

Indonesia karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan

ekonomi.

Peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi terlihat dari

kontribusi sektor ini Produk Domestik Bruto (PDB) dan terhadap devisa negara.

Pada tahun 2007 sektor ini memberikan kontribusi pada PDB sebesar 13.83

persen1. Kontribusi sektor pertanian terhadap devisa negara dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Penerimaan Devisa dari Sektor Pertanian Tahun 1995-Agustus 2008

Tahun Penerimaan Devisa (USD)

1995-1997 5.12 Juta

1998-1999 4.58 Juta

2000-2003 5.03 Juta

2007 9.52 Juta

Januari-Agustus 2008 16.21 JutaSumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 20082

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan devisa dari

sektor pertanian cukup besar. Pada tahun 1998-1999 penerimaan devisa dari

sektor pertanian mengalami penurunan sebesar USD 54 juta dari tahun

1 Perkembangan Domestik Bruto “Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2007 Mengalami

Ekspansi”. 2007. www.bi.go.id 2 Ekspor Pertanian Masih Yang Tertinggi dan Ekspor Impor Produk Pertanian Pasca Krisis. 2008.

www.deptan.go.id

Page 19: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

2

sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tahun 1998-1999 sedang terjadi krisis

moneter. Pasca krisis moneter (Tahun 2000-2003) pendapatan dari sektor ini

mulai mengalami peningkatan kembali (USD 5.03 juta) dan sektor ini tetap

menjadi salah satu andalan bagi negara ketika terjadinya krisis keuangan global.

Pada tahun 2008 pendapatan dari sektor ini sebesar USD 16.21 juta (periode

Januari-Agustus 2008) naik 70.25 persen dari tahun 2007 pada periode yang sama.

Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian dan salah satu

komoditi primadona pada subsektor perkebunan adalah kelapa sawit. Industri

kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar 1 persen terhadap PDB non-migas

dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 8,5 juta orang3. Kelapa sawit

mempunyai beberapa keunggulan baik dari segi produktivitas, ragam kegunaan

maupun harga produk. Terdapat trend bahwa ke depan tingkat pertumbuhan

konsumsi minyak sawit dunia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

pertumbuhan produksinya.

Berdasarkan data perkembangan produksi, luas areal dan produktivitas

kelapa sawit Indonesia (Tabel 2), rata-rata produksi per tahun kelapa sawit

nasional selama periode tahun 1999-2006 sebesar 9 749 820 ton dengan

peningkatan sebesar 11.1 persen per tahun. Peningkatan rata-rata produktivitas

kelapa sawit pada periode 1999-2006 sebesar 1.93 ton per ha. Areal perkebunan

kelapa sawit nasional mengalami perkembangan yang semakin meningkat setiap

tahunnya (Tabel 2). Pada tahun 2006 luas areal perkebunan telah mencapai 6 074

926 ha. Rata-rata tingkat pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar

6.62 persen per tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

3 Pola Pengembangan dan Prospek Industri Kelapa Sawit dan Produk Turunannya di Indonesia.

Agustus 2007. www.visdatin.com

Page 20: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

3

Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006

Produksi Luas Areal Produktivitas Tahun Ton %/Th Ha %/Th Ton/Ha %/Th

1999 6 455 590 3 901 802 - 1.65 -2000 7 000 508 8.44 4 158 077 6.57 1.68 1.762001 8 396 472 19.94 4 713 435 13.36 1.78 5.812002 9 622 345 14.60 5 067 058 7.50 1.90 6.602003 10 440 834 8.51 5 283 557 4.27 1.98 4.062004 10 830 389 3.73 5 284 723 0.02 2.05 3.712005 11 861 615 9.52 5 453 817 3.20 2.17 6.13

2006 *) 13 390 807 12.89 6 074 926 11.39 2.20 1.35Rata-Rata 9 749 820 11.10 4 992 174 6.62 1.93 4.20

Sumber : Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007 Keterangan : *) Angka Sementara

Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) merupakan salah satu minyak

yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit selain CPO. Minyak inti sawit (PKO)

diperoleh dari biji (seed) di dalam buah kelapa sawit yang disebut inti sawit (Palm

Kernel, PK). Biasanya PKO lebih banyak digunakan untuk industri oleokimia. Di

Indonesia masih sedikit perusahaan kelapa sawit yang memproduksi dan

menghasilkan produk turunan dari PKO. Ekstraksi PK rata-rata 2 persen dari berat

tandan buah segar (TBS), sedangkan rendemen (ukuran persentase perolehan

minyak dari buah segar) untuk PKO dari inti sawit/biji kelapa sawit, secara teoritis

untuk tiap kelas kelapa sawit, pada usia puncak adalah 6 persen. Namun demikian,

pada prakteknya rendemen PKO berkisar antara 4 persen-5 persen.

Peningkatan produksi TBS (Tandan Buah Segar) dan produksi CPO

berpengaruh terhadap produksi PKO dan permintaan PKO, hal ini dapt dilihat

pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 perkembangan produksi PKO dan

khususnya volume ekspor minyak inti sawit (PKO) mengalami fluktuasi. Produksi

minyak inti sawit (PKO) selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan

rata-rata peningkatan sebesar 138 985.6 ton.

Page 21: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

4

Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Minyak Inti Sawit (PKO) Tahun 1996-2005

Tahun Produksi PKO (Ton)

Volume Ekspor PKO (Ton) Nilai (000 USD)

1996 1 084 676 341 318 235 1681997 1 095 273 502 979 294 2551998 1 186 083 347 009 195 4471999 1 291 118 597 843 347 9752000 1 400 102 578 825 239 1202001 1 675 676 581 926 146 2592002 1 831 069 738 416 256 2342003 2 104 722 659 894 264 6782004 2 267 271 904 327 502 6812005 2 474 532 1 042 613 602 606

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006

Sedangkan, permintaan akan minyak inti sawit (PKO) tidak mengalami

penurunan yang signifikan meskipun mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Permintaan akan minyak inti sawit dapat dilihat dari volume ekspor inti sawit

setiap tahunnya. Volume ekspor minyak inti sawit mengalami peningkatan yang

sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu 1 042 613 ton.

Nilai ekspor minyak inti sawit mengalami fluktuasi dari tahun 1996

sampai tahun 2003. Nilai ekspor minyak inti sawit terendah terjadi pada tahun

2001 dengan nilai sebesar USD 146 juta. Namun, pada tahun 2004 nilai ekspor

minyak inti sawit mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar USD

238 juta dari tahun sebelumnya.

Produksi minyak inti sawit (PKO) selama ini masih di bawah produksi

minyak sawit mentah CPO. Harga minyak sawit mengalami peningkatan selama

dua tahun terakhir ini, tetapi menurut Derom Bangun (Ketua Gabungan Kelapa

Sawit Indonesia, GAPKI) meskipun harga minyak sawit mentah (CPO)

mengalami peningkatan tetapi hal itu tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk

keuntungan perusahaan. Menurut Bangun, dalam industri kelapa sawit, pengusaha

Page 22: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

5

mengambil keuntungan dari penjualan minyak inti sawit (PKO). Para pengusaha

memperoleh keuntungan sebesar Rp 1 550 per kilogram minyak inti sawit

(PKO).4

Industri kelapa sawit terdiri dari beberapa segmen industri yaitu budidaya

perkebunan, mill (Pabrik Kelapa Sawit), industri pengolahan dan perdagangan.

Umumnya industri yang banyak diusahakan di Indonesia adalah segmen

perkebunan dan mill5. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam beberapa

segmen industri kelapa sawit adalah Wilmar Corporation.

Salah satu anak perusahaan dari Wilmar Corporation adalah PT. Sinar

Alam Permai (PT. SAP). Perusahaan ini bergerak dalam industri hilir yang

mengolah minyak sawit kasar (CPO) menjadi minyak goreng (merek ”Fortune”)

dan turunan dari CPO lainnya serta mengolah inti sawit untuk menghasilkan

minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Untuk menjalankan produksinya, PT.

SAP memiliki lima unit pengolahan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

1.2 Perumusan Masalah

Crushing Plant (Departemen PKC) merupakan salah satu unit pengolahan

PT. SAP yang mengolah inti sawit untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO)

sebagai produk utama dan bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal, PKM)

sebagai produk sampingannya. Selama ini, Departemen PKC berproduksi

berdasarkan target dan untuk memenuhi stok minyak inti sawit perusahaan.

Inti sawit (PK) merupakan bahan baku yang digunakan oleh departemen

PKC untuk memproduksi PKO. PT. SAP tidak mempunyai perkebunan sendiri

maka bahan baku inti sawit diperoleh dari beberapa Pabrik Kelapa Sawit (PKS). 4 B. Josie Susilo. 2003. Kelapa Sawit Indonesia Tidak Sekedar CPO. www.kompas.com 5 www. Elearning_unej.ac.id/courses/ PNU1705/document/babIklpswt.doc

Page 23: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

6

Inti sawit tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu PKS yang tergabung dalam

satu grup dengan PT. SAP dan PKS dari grup yang lain. PKS tersebut berada di

provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung.

Selama ini pengadaaan inti sawit (PK) untuk departemen PKC dilakukan

oleh kantor pusat (Head Office,HO) dari Wilmar Corporation yang berada di

Medan. Perencanaan dan pengadaan bahan baku inti sawit di PT. SAP dilakukan

oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control) dan bagian

logistik. Pembelian inti sawit dilakukan dengan sistem kontrak oleh PT. SAP

kepada pihak PKS dan kesepakatan kontrak (kualitas dari inti sawit yaitu kadar

air, kadar minyak, dan persentase kotoran) dilakukan di awal kontrak pembelian.

Perusahaan melakukan produksi berdasarkan target (jumlah hari kerja

dalam satu bulan adalah 28.75 hari) yaitu mengolah 28 750 ton inti sawit (Palm

Kernel, PK) per bulan, untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) sebanyak 12

362.5 ton per bulan. Berdasarkan data perkembangan jumlah PK dan produksi

PKO pada Departemen PKC (Tabel 4), PK yang digunakan untuk memproduksi

PKO selama tahun 2006 mengalami fluktuasi setiap bulannya.

Rata-rata PK yang digunakan sebesar 18 174 178.08 kg per bulan dengan

jumlah PKO yang dihasilkan rata-rata 7 670 326.25 kg per bulan. Hal ini

menunjukkan pada tahun 2006 departemen PKC hanya dapat memenuhi target

mengolah inti sawit sebesar 63.21 persen dan target produksi PKO sebesar 62.05

persen. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan pemakaian inti sawit dan PKO

yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 24: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

7

Tabel 4. Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006

Sumber : Departemen PKC

Naik turunnya penggunaan inti sawit berpengaruh pada persediaan inti

sawit di perusahaan. Fluktuasi penggunaan inti sawit disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu (1) harga inti sawit yang tidak stabil dipengaruhi dari permintaan akan

CPO dan PKO serta produk turunannya. (2) Perusahaan memiliki pesaing yaitu

PT. Musim Mas, sehingga perusahaan harus bersaing mendapatkan inti sawit. (3)

Karakteristik inti sawit yang tidak cepat busuk, tetapi bila kelamaan disimpan

akan mengurangi kadar minyak yang terkandung didalamnya. Untuk memenuhi

target produksinya PT. SAP memesan serta melakukan persediaan inti sawit

dalam jumlah yang besar, untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku.

Dampak dari naik turunnya persediaan bahan baku inti sawit, dapat

menyebabkan siklus produksi perusahaan terganggu dan juga menyebabkan biaya

produksi meningkat. Persediaan bahan baku yang berfluktuasi, bagian PPIC

perusahaan harus menyesuaikan kembali jumlah bahan baku yang akan diolah

Bulan Jumlah PK (Kg) Produksi PKO (Kg) Januari 16 020 537.00 6 645 444.00Februari 14 919 505.00 6 180 272.00Maret 16 312 147.00 6 887 905.00April 17 205 840.00 7 365 963.00Mei 18 242 380.00 7 820 716.00Juni 19 126 182.00 8 238 251.00Juli 18 839 767.00 8 094 648.00Agustus 17 325 105.00 7 425 643.00September 19 069 151.00 8 159 094.00Oktober 17 527 382.00 6 602 157.00November 22 752 271.00 9 766 022.00Desember 20 749 870.00 8 857 800.00Rata-Rata 18 174 178.08 7 670 326.25

Page 25: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

8

dengan mengubah rencana produksi. Persediaan yang berfluktuasi berdampak

pada biaya penyimpanan yang ikut berfluktuasi.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka rumusan masalah

penelitian ini yaitu :

1. Apakah sistem pengendalian persediaan inti sawit yang dilakukan oleh

perusahaan sudah efisien, sehingga diperoleh biaya persediaan yang

minimum?

2. Bagaimanakah model alternatif pengendalian persediaan inti sawit yang dapat

meminimalkan biaya, sesuai dengan kondisi perusahaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sistem pengadaan dan pengendalian persediaan inti sawit

yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dan

menentukan alternatif teknik pengendalian persediaan inti sawit yang dapat

diterapkan pada perusahaan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis maupun

pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer

dalam memberikan alternatif model pengendalian persediaan bahan baku yang

optimal sehingga dapat meminimumkan biaya produksi perusahaan. Bagi penulis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah

Page 26: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

9

pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama

kuliah, dan bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang bermanfaat, dan sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 27: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit terdiri dari dua spesies yaitu Elaeis guineensis,

berasal dari Afrika Barat dan Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan

Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat

mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan dan bercabang banyak.

Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging dan kulit

buahnya mengandung minyak. Adapun, klasifikasi ilmiah tanaman kelapa sawit

terdiri dari (Wikipedia Indonesia, Maret 2008) :

Tabel 5. Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelapa Sawit Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan Plantae Divisi Magnoliophita Kelas Liliopsida Ordo Arecales Famili Arecaceae Genus Elaeis

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda

pada tahun 1848. Beberapa bijinya di tanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa

benihnya di tanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara

pada tahun 1870-an. Pada pertengahan abad ke-19 saat permintaan minyak nabati

meningkat akibat Revolusi Industri. Muncul ide untuk membuat perkebunan

kelapa sawit, bibit kelapa sawit diperoleh dari Bogor dan Deli, yang di kenal

dengan jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara

komersial dengan perintisnya di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia,

Page 28: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

11

yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di

Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123

ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal

sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor,

Malaysia pada tahun 1911-1912.

Pada tahun 1919 Indonesia mulai mengekspor minyak sawit mentah

sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850

ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai

mendominasi ekspor minyak sawit dunia, hal ini sejalan dengan meningkatnya

permintaan di pasar dunia karena semakin berkembangnya industri di Eropa yang

membutuhkan bahan mentah/bahan baku minyak sawit mentah (CPO) dan minyak

inti sawit (PKO). Namun, saat masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa

sawit mengalami kemunduran. Pada tahun 1948-1949 lahan perkebunan

mengalami penyusutan sebesar 16 persen dari total luas lahan yang ada.

Namun, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia Pada tahun

1957, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan

keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan

perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga

membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh

perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi

sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan

produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak

sawit terbesar di dunia bergeser menjadi nomor dua setelah Malaysia.

Page 29: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

12

Pada masa pemerintahan orde baru pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sebagai penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan

mencapai 294 560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721 172

ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat

terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang

melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN) (Guritno

P, 2000).

2.1.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan tebal tempurung varietas tanaman kelapa sawit dibagi

menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya

memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin

pengolah, tetapi tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya

berkisar 18 persen. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga

betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah

persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Tenera dianggap bibit unggul sebab

melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis

namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul, dengan persentase

daging perbuahnya dapat mencapai 90 persen dan kandungan minyak

pertandannya dapat mencapai 28 persen. Tenera dapat menghasilkan minyak

kelapa sawit (CPO) sebanyak 4-5 ton per hektarnya, ditambah sekitar 0.5 ton

minyak inti sawit (PKO) dan 0.6 ton palm kernel meal (PKM) (Guritno P, 2000).

Tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan menjadi bagian vegetatif dan

Page 30: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

13

generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun. Untuk bagian generatif

terdiri dari bunga dan buah (Guritno, P, 2000).

2.1.3 Inti Sawit

Inti sawit merupakan buah kelapa sawit yang dipisahkan dari daging buah

dan tempurungnya. Dari tandan buah segar (TBS) diperoleh inti sawit sebanyak

4%-5% dan diperoleh minyak inti sawit sebanyak 45-48 % yang kaya akan gugus

Asam laurat bersifat cair pada suhu kamar. Spesifikasi inti sawit harus memenuhi

syarat yang telah ditetapkan yaitu (Departemen Perindustrian, 2007):

a) Kadar minyak minimum

b) Kadar air maksimum

c) Kontaminasi maksimum

d) Kadar inti pecah maksimum

2.1.4 Proses Pembuatan Palm Kernel Oil (Minyak Inti Sawit, PKO)

Palm kernel oil (PKO) diperoleh dari inti sawit. Proses pembuatan minyak

inti sawit (PKO) hampir sama dengan pembuatan minyak kedelai, sama-sama

menghasilkan minyak dan meal (bungkil/ampas). Inti sawit dipisahkan dari

daging buah dan tempurungnya, serta telah dikeringkan. Untuk mengeluarkan

minyaknya, inti sawit di pres dengan mesin pres.

Pengolahan palm kernel oil (PKO) agak sedikit rumit, hal ini tergantung

penggunaan PKO lebih lanjut. Beberapa pengolahan PKO diantaranya (Badan

Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), 2001) :

1. Dimurnikan (refined) untuk pembuatan margarin, confectioneries, filled milk,

dan es krim.

Page 31: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

14

2. Dipisahkan (split) dalam pembuatan oleo-chemicals.

3. Dimurnikan (refined) dan dihidrogenasi (hydrogenated), dalam pembuatan

confectioneries, coffee whitener dan lain sebagainya.

4. Difraksionasi (fractionated) dan dimurnikan (refined) menjadi palm kernel

olein dalam pembuatan confectionery fats atau menjadi palm kernel stearin

dalam pembuatan margarine.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang berbagai komoditi perkebunan termasuk kelapa sawit

dan produk olahannya telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian

tentang pengendalian persediaan bahan baku. Berbagai model digunakan untuk

menganalisis dan meningkatkan persediaan bahan baku sehingga meminimalkan

biaya persediaan. Pada penelitian ini yang menjadi tinjauan pustaka dari penelitian

terdahulu tentang kelapa sawit yaitu penelitian Risma (2005) dan Sahat (2005).

Sedangkan, untuk metode pengendalian bahan baku yaitu peneltian Sary (2004),

Reza (2004) dan Dessy (2002). Untuk penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat

pada Tabel 6.

Page 32: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

15

Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Risma (2005) dengan penelitian Analisis Kinerja Ekspor CPO dan PKO

Indonesia di Pakistan, melakukan analisis dengan metode kuantitatif dengan

peramalan, analisis keunggulan komparatif (RCA), dan analisis pangsa pasar

konstan (CMSA). Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya saing CPO/PKO

Indonesia di Pakistan, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efek total impor

Pakistan, efek permintaan CPO/PKO Pakistan dan efek daya saing terhadap

pertumbuhan ekspor CPO/PKO Indonesia.

Hasil yang diperoleh dari perhitungan RCA dapat diketahui bahawa

Indonesia mempunyai daya saing pada komoditi CPO/PKO yang bervariasi. Hal

ini disebabkan jumlah ekspor CPO/PKO Indonesia mengalami fluktuasi dari

No. Peneliti Tahun Komoditi Topik Alat Analisis

1 Risma 2005 CPO dan PKO Analisis Kinerja Ekspor CPO/PKO Indonesia di Pakistan

Analisis RCA dan analisis CMSA

2 Sahat 2005 CPO dan PKO

Peramalan Produksi CPI dan PKO PT PAMTAMA Kebun Teluk Dalam, Asahan, Sumatera Utara

Metode Peramalan Time Series

3 Sary 2004 Kelapa

Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantation, Riau

Metode Material Requirements Planning (MRP) dengan teknik EOQ,LFL dan PPB

4 Reza 2004 Kayu

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu pada PT. Jaya Cemerlang Industry, Banten

Metode Material Requirements Planning (MRP) dengan teknik EOQ,LFL dan PPB

5 Dessy 2002 Crumb Rubber

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb Rubber PT. VIRCO, Sumatera Utara

Metode Material Requirements Planning (MRP) dengan teknik EOQ,LFL dan POQ

Page 33: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

16

tahun ke tahun. Hasil analisa CMSA menunjukkkan bahwa efek daya saing paling

menentukan dalam meningkatkan/menurunkan nilai ekspor CPO/PKO Indonesia

di Pakistan.

Sahat (2005), melakukan identifikasi terhadap pola data produksi CPO dan

PKO di PT. PANAMTAMA, Sumatera Utara dan mencari metode peramalan time

series yang terbaik untuk produksi CPO dan PKO. Berdasarkan metode kuantitatif

yang diterapkan, diperoleh metode peramalan terbaik untuk produksi CPO dan

PKO adalah metode ARIMA yang ditentukan berdasarkan nilai MAPE yang

dihasilkan dan keefisienan dalam menerapkan metode. Hasil peramalan dapat

dijadikan pedoman bagi pihak manajemen untuk menyusun strategi atau kebijakan

yang berkaitan dengan bagian produksi, keuangan dan pemasaran.

Sary (2004) melakukan peramalan produksi dan pengendalian persediaan

bahan baku kelapa di PT. Riau Sakti United Plantation dalam menentukan

persediaan kelapa yang optimal. Sistem pengendalian persediaan yang

direncanakan oleh perusahaan adalah teknik Lot For Lot. Perencanaan kebutuhan

bahan baku pada perusahaan diturunkan dari rencana panen kebun sendiri per

periode satu tahun. Berdasarkan rencana panen tersebut, perusahaan kemudian

menentukan berapa bahan baku kelapa grade A yang akan di proses menjadi

kelapa parut kering, santan kelapa murni dan santan cair.

Biaya pemesanan yang dihasilkan dengan teknik PPB adalah yang paling

kecil yaitu Rp 0.636 milyar/ tahun dengan jumlah pemesanan sebanyak 170 kali.

Untuk biaya penyimpanan teknik PPB sebesar Rp 0.564 milyar, dengan total

biaya persediaan sebesar Rp 1.271 milyar. Dengan menggunakan teknik PPB,

Page 34: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

17

perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari Rp

1.271 milyar menjadi 1.18 milyar.

Penelitian yang dilakukan oleh Reza (2004) pada PT. Jaya Cemerlang

Industry, Tangerang, Banten menganalisis pengendalian persediaan bahan baku

kayu dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, termasuk penghematan biaya

persediaan. Pada penelitian Reza terdapat dua jenis kayu yang digunakan sebagai

bahan baku di perusahaan tersebut yaitu kayu pinus dan kayu prupuk. Pada

penelitian ini Reza membandingkan metode perusahaan dengan metode MRP.

Metode MRP yang digunakan dalam penelitian Reza adalah teknik LFL, EOQ dan

PPB.

Hasil perbandingan antara metode perusahaan dan metode MRP pada tiap

jenis kayu diperoleh, penghematan persediaan pada kayu pinus terdapat pada

teknik Lot For Lot (44.30 persen) dan teknik PPB (43.16 persen), sedangkan kayu

prupuk terjadi pada metode perusahaan. Pada penelitian Reza dipilih teknik LFL

sebagai metode alternatif untuk persediaan kayu pinus. Metode ini mampu

mengurangi biaya penyimpanan, meskipun biaya pemesanan pada teknik ini

tinggi. Pada kayu prupuk metode yang dilakukan oleh perusahaan sudah baik.

Penelitian Dessy (2002) pada PT. Virginia Indonesia Rubber Company

menganalisis pengendalian persediaan bahan baku crumb rubber dengan

menggunakan (BOKAR) berupa lump. Perusahaan tidak memiliki perkebunan

sendiri, bahan baku diperoleh dari agen pemasok. Penelitian ini menawarkan

alternatif metode pengendalian persediaan bahan baku yang sesuai dengan

kebijakan perusahaan. Metode pengendalian bahan baku yang digunakan adalah

Page 35: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

18

metode MRP dengan teknik LFL, EOQ dan POQ yang dibandingkan dengan

metode perusahaan.

Hasil penelitian Dessy diperoleh biaya persediaan berturut-turut yaitu

teknik LFL (Rp 18 693 042), EOQ (Rp 104 974 043) dan teknik POQ (Rp 160

525 154). Teknik yang direkomendasikan sebagai metode alternatif adalah teknik

EOQ, dengan alasan kapasitas perusahaan seperti gudang, mesin dan tenaga kerja

mendukung penggunaan teknik EOQ.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai pengendalian

persediaan bahan baku, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang

menerapkan metode MRP pada berbagai perusahaan dapat menghemat biaya

persediaan. Hasil perhitungannya menghasilkan kuantitas dan frekuensi

pemesanan yang optimal sehingga dapat meminimalkan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan.

Page 36: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Bahan Baku

Bahan baku adalah salah satu unsur atau bagian dari sumber daya

disamping modal, tenaga kerja dan lain-lain. Bahan yang dapat digunakan dalam

proses produksi dapat dibedakan menjadi (Burton dalam Reza, 2004) :

1. Bahan langsung (direct materials)

Bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan merupakan bagian

pengeluaran yang besar dalam memproduksi sesuatu.

2. Bahan tidak langsung (indirect materials)

Bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil sehingga biaya

bahan tidak besar jika dibandingkan dengan biaya langsung.

3. Pelengkapan (supplies)

Bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak mengambil bagian

dalam barang jadi.

Bahan baku merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses

produksi. Tanpa bahan baku, proses produksi tidak dapat berjalan sehingga

industri tidak dapat menghasilkan barangnya. Bahan baku merupakan komponen

yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi (Mulyadi, 2000). Bahan baku

dapat diperoleh dari luar atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan

dalam proses produksi selanjutnya.

Pengadaan bahan baku berhubungan dengan kegiatan pembelian bahan

baku secara aktual. Pada analisis pengadaan bahan baku perlu diperhatikan : (1)

Jenis dan asal bahan baku, (2) Identifikasi kebutuhan bahan baku, (3) Prosedur

Page 37: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

20

pembelian dan spesifikasi bahan baku, (4) seleksi sumber persediaan bahan baku,

dan (5) pengawasan kualitas bahan baku.

Kegiatan utama dalam pengadaan bahan baku adalah pembelian bahan

baku, yang dilakukan sesuai dengan prosedur pembelian. Prosedur pembelian

bahan baku yang dilakukan tiap-tiap perusahaan berbeda satu sama lain,

tergantung dari jenis bahan baku, volume kegiatan dan pembebanan

tanggungjawab persediaan pada masing-masing perusahaan (Assauri, 1999).

3.1.1 Pengadaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku sangat menunjang kelancaran proses produksi.

Ketepatan dalam pemenuhan kualitas maupun kuantitas bahan baku merupakan

suatu hal yang patut diperhatikan perusahaan. Menurut Mulyadi (2000), bahan

baku yang diperoleh dapat berupa pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan

sendiri.

Bahan baku yang diperoleh dengan cara memproduksi sendiri dapat lebih

terjamin ketersediaannya bila dibandingkan dengan membeli bahan baku tersebut.

Namun, tidak semua perusahaan dapat memproduksi sendiri kebutuhan bahan

bakunya, oleh sebab itu perlu diadakan pembelian dari luar perusahaan.

Pembelian merupakan proses pengambilan keputusan yang digunakan

dalam menetapkan kebutuhan akan barang dan jasa, mengidentifikasi, menilai,

dan memilih berbagai alternatif merek dan pemasok (Webster dan Wind dalam

Kotler, 2000). Pembelian merupakan fungsi yang penting dalam operasi suatu

perusahaan.

Berdasarkan sifatnya, pembelian dibagi menjadi tiga macam

(Manullang,1994) :

Page 38: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

21

1. Pembelian yang teratur (Hand - to Mouth Buying)

Pembelian berdasarkan atas besarnya kebutuhan sekarang dan bertujuan untuk

mencegah kerugian atau keburukan yang diakibatkan oleh adanya persediaan

bahan yang berlebih di gudang.

2. Pembelian spekulatif (Speculative Purchasing)

Pembelian yang didasarkan karena motif untuk mendapatkan keuntungan akan

naiknya harga bahan pada waktu yang akan datang.

3. Pembelian sebelumnya (Forward Buying)

Pembelian yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan mentah secara

kontinyu selama waktu tertentu.

Perusahaan yang menggunakan produk pertanian sebagai bahan baku

sebagian besar akan melakukan pembelian sebelumnya. Hal ini disebabkan

produk pertanian memiliki sifat tidak berkesinambungan dalam ketersediaannya.

Fungsi pembelian dibagi menjadi dua, yaitu

1. Fungsi pembelian sentralisasi

Pembelian dilakukan oleh satu departemen untuk menghindari pembelian

dalam jumlah kecil yang tidak ekonomis. Fungsi pembelian ini memiliki

keuntungan antara lain pelaksanaan kebijakan pembelian konsisten, kekuatan

pembelian maksimal, catatan pembelian terorganisir dan seragam, tetapi

fungsi pembelian ini tidak ditangani oleh spesialisnya.

2. Fungsi pembelian desentralisasi

Pembelian dilakukan oleh masing-masing bagian yang membutuhkan bahan

baku. Keuntungan penggunaan sistem ini pembelian dapat fleksibel terhadap

perubahan penggunaan bahan baku, hubungan pemakai bahan dengan

Page 39: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

22

pemasok menjadi lebih erat, dan tanggungjawab pembelian tiap lokasi dapat

lebih terfokus.

3.1.2 Persediaan Bahan Baku

Pelaksanaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan,

ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut adalah

(Ahyari, 1999) :

1. Perkiraan pemakaian

Perkiraan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi suatu

produk, dilakukan sebelum kegiatan pembelian. Perkiraan kebutuhan bahan

baku ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku yang

akan dipergunakan untuk keperluan proses produksi yang akan datang.

2. Harga bahan baku

Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar

dana yang harus disediakan perusahaan untuk investasi dalam persediaan

bahan baku.

3. Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya persediaan secara umum terdiri dari biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan. Selain itu, terdapat biaya variabel yang harus diperhitungkan

dalam penentuan biaya persediaan, seperti biaya penyiapan dan biaya

kekurangan bahan baku.

4. Kebijakan pembelian

Kebijakan pembelian merupakan ketentuan seberapa besar persediaan bahan

baku dalam mendapatkan dana dari perusahaan yang tergantung pada

pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut.

Page 40: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

23

5. Pemakaian sesungguhnya

Menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku agar mendekati kenyataan

dengan menganalisa besarnya penyerapan bahan baku yang sudah disusun.

Selain itu, perlu diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya

dari periode-periode lalu (actual demand).

6. Waktu tunggu (lead time)

Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara

pemesanan suatu bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.

Waktu tunggu harus diperhatikan karena berhubungan dengan penentuan

saat pemesanan kembali bahan baku. Sehingga resiko penumpukkan

persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

3.1.3 Persediaan

Setiap perusahaan, baik itu perusahaan perdagangan, perusahaan jasa

ataupun perusahaan pabrik akan selalu mengadakan persediaan. Persediaan

merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan

maksud untuk dijual kembali dalam satu periode usaha yang normal, ataupun

persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun

persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses

produksi (Handoko, 2000).

Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal di banyak

perusahaan. Persediaan adalah semua sumber daya yang tersimpan, yang dapat

digunakan untuk memberikan kepuasan baik pada kebutuhan sekarang maupun

untuk kebutuhan yang akan datang

Page 41: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

24

3.1.3.1 Fungsi dan Peranan Persediaan

Menurut Handoko (2000) yang dimaksud dengan fungsi persediaan

adalah:

1. Fungsi Decoupling

Mempertahankan tingkat persediaan sebagai keputusan untuk menghadapi

penawaran dan permintaan terhadap persediaan yang tidak teratur. Jika

kebutuhan perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan mentah diperlukan

sebagai input bagi proses transformasi produksi.

2. Fungsi Economic Size

Perusahaan melakukan penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan

pertimbangan adanya diskon atas persediaan bahan,diskon atas kualitas yang

dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang

memadai.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi yang berguna untuk menghadapi ketidakpastian jangka waktu

pengiriman dan pemesanan akan barang-barang selama periode pemesanan

kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut

persediaan pengaman (safety stock inventories).

Peranan persediaan berkaitan dengan tujuan dari diadakannya persediaan.

Persediaan yang diadakan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi menurut

Assauri (1999) antara lain berguna untuk :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan

yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Page 42: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

25

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikembalikan lagi.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

dapat digunakan bila bahan tersebut tidak ada di pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus

produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin secara optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya

dimana keinginan langganan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau

memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau

penjualannya.

Persediaan timbul karena tidak pasnya antara permintaan dengan

penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk

menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu

proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu, terdapat empat faktor yang

dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor waktu, faktor

ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik dan

faktor ekonomis.

3.1.3.2 Jenis Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan

beberapa cara. Berdasarkan jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko,

2000) :

Page 43: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

26

1. Persediaan bahan mentah (Raw materials), yaitu persediaan barang-barang

yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari

sumber-sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh

perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (Purchased Parts), yaitu persediaan

barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari

perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (Supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan

bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (Work in Process) yaitu persediaan barang-

barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi

atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih

lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau

dikirim kepada langganan.

Selain perbedaan menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan

berdasarkan fungsinya, yaitu (Assauri, 1999) :

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena adanya pembelian atau pembuatan bahan-

bahan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat

itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan dalam

Page 44: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

27

jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah

kecil.

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen

yang tidak diramalkan. Dalam hal ini, perusahaan mengadakan persediaan

untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.

3. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan

untuk menghadapi penggunaan atau penjualan maupun permintaan yang

meningkat. Selain itu, anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga

kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu

jalannya produksi.

3.1.3.3 Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya

persediaan. Menurut Handoko (2000), biaya-biaya persediaan terdiri dari :

1. Biaya Pemesanan (Ordering Costs)

Biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau

bahan-bahan dari penjual. Sejak pesanan (order) dibuat dan dikirim kepada

penjual, sampai bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta diperiksa

di gudang atau daerah pengolahan. Jadi, biaya ini berhubungan dengan

peranan, tetapi sifatnya agak konstan, dimana besarnya biaya yang

dikeluarkan tidak tergantung pada besarnya atau banyaknya barang yang

dipesan. Yang termasuk biaya-biaya pemesanan adalah :

Page 45: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

28

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.

b. Upah.

c. Biaya telepon.

d. Pengeluaran surat-menyurat.

e. Biaya pengepakan dan penimbangan.

f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.

g. Biaya utang lancar.

h. Biaya pengiriman ke gudang.

2. Biaya Penyimpanan ( Holding Costs atau Carrying Costs)

Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan

yang dipesan semakin banyak. Biaya-biaya yang bervariasi secara langsung

dengan kuantitas persediaan merupakan bagian dari biaya penyimpanan.

Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan ( termasuk penerangan, pemanasan

atau pendinginan).

2. Biaya modal (Opportunity Cost of Capital) yaitu, alternatif pendapatan

atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

3. Biaya keusangan.

4. Biaya Perhitungan fisik dan konsolidasi laporan.

5. Biaya asuransi persediaan.

6. Biaya pajak persediaan.

7. Biaya Pencurian, kerusakan atau perampokan.

8. Biaya penanganan persediaan.

Page 46: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

29

3. Biaya kekurangan atau kehabisan bahan

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya

kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul

bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya

yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan penjualan

2. Kehilangan langganan

3. Biaya pemesanan khusus

4. Biaya ekspedisi

5. Selisih harga

6. Terganggunya operasi

7. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya

4. Biaya Penyiapan (Manufacturing)

Bila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik

perusahaan. Perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set up cost) untuk

memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :

1. Biaya mesin-mesin menganggur.

2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.

3. Biaya scheduling.

4. Biaya ekspedisi dan sebagainya

Seperti biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode adalah sama

dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah per periode.

Page 47: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

30

5. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas

Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau

biaya terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada

suatu waktu. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas adalah biaya kerja

lembur, biaya latihan, biaya kematian dan pengangguran.

3.1.3.4 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat

dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produk sehingga

perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan (Assauri,1999).

Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan mengakibatkan kerugian, karena

kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh

perusahaan.

Kelebihan persediaan mengakibatkan timbulnya resiko kerusakan,

kenaikkan biaya-biaya penyimpanan, asuransi, dan biaya-biaya lainnya yang

berhubungan dengan persediaan akan meningkat. Kekurangan persediaan akan

mengganggu jalannya proses produksi, tidak dapat memenuhi kebutuhan

konsumen dan meningkatnya biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya

frekuensi pembelian.

3.1.3.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan

Pengaturan persediaan bahan baku sangat memerlukan kebijakan-

kebijakan baik mengenai pemesanan maupun mengenai tingkat persediaan

optimum. Dalam penentuan kebijaksanaan persediaan diperlukan standar

kuantitas (Quantity Standard), yaitu (Ismail, 2007) :

Page 48: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

31

1. Persediaan minimum (Minimum Point Stock) / Persediaan Pengaman

Persediaan minimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling rendah

yang harus ada untuk satu jenis bahan. Persediaan ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya kekurangan bahan (stock out) sehingga kelancaran

produksi dapat berjalan lancar.

2. Besarnya pesanan standar (Standard Order)

Jumlah pesanan yang telah ditentukan besarnya sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, dengan tujuan tidak terjadi kelebihan persediaan bahan baku atau

kekurangan bahan baku, agar perusahaan dapat meminimalkan jumlah biaya

pesanan dan biaya penyimpanan.

3. Persediaan maksimum (Maximum Point Stock)

Tingkat persediaan yang menghasilkan biaya persediaan yang paling

minimum. Dalam hal ini perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya,

jumlah yang harus dipesan dan kapan pemesanan itu dilakukan sehingga

pemesanan tersebut dapat dinilai cukup ekonomis.

4. Titik pemesanan kembali (Reorder Point Level)

Titik pemesanan yang telah ditentukan sebelumnya, bila sediaan bahan telah

mencapai persediaan minimum maka pemesanan barang akan dilakukan.

Sebab, permintaan selama waktu tenggang tidak pasti, karena sediaan

adakalanya menurun sehingga mengakibatkan kehilangan penjualan (loss

sales) atau tunggakan pesanan (back order) sampai pesanan diterima.

3.1.4 Model Pengendalian Persediaan

Model persediaan akan sangat tergantung kepada sifat bahan atau barang,

apakah bahan tersebut bersifat bebas (independent) atau sebagai permintaan

Page 49: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

32

terikat (dependent). Permintaan bebas adalah suatu permintaan yang bebas, tidak

ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan proses konversi sedangkan

permintaan terikat disebabkan jika bahan atau barang tersebut tidak ada, maka

proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan (Tampubolon, 2004).

Dengan berbedanya jenis permintaan tersebut, maka model persediaan

yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai

pengendalian persediaan bahan baku yang memiliki jenis permintaan terikat.

Pembahasan mengenai jenis-jenis pengendalian persediaan akan dititik beratkan

pada model-model yang sesuai untuk jenis permintaan terikat.

Untuk model jenis-jenis barang permintaan terikat yang lebih sesuai

adalah Sistem Rencana Kebutuhan Barang (Material Requirement Planning/MRP

System). MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan

material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan/fase atau dengan kata

lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang

diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan

menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa

banyak dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan diolah

(Buffa dan Sarin, 1996).

Metode perencanaan kebutuhan bahan (MRP) memanfaatkan informasi

tentang kebergantungan pada permintaan ini untuk memanajemeni sediaan dan

pengendalian ukuran lot produksi dari berbagai komponen yang diperlukan untuk

membuat suatu produk akhir. Sasaran manajerial dalam menggunakan

perencanaan kebutuhan bahan (MRP) adalah menghindari kehabisan sediaan

Page 50: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

33

sehingga produksi berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan

bahan baku dan barang setengah jadi.

Menurut Heizer dan Render (2005), untuk menggunakan MRP pada

dasarnya memiliki empat prasarat dasar yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Ketersediaan jadwal induk produksi (master production schedule)

Jadwal induk produksi merupakan rencana yang terperinci tentang jumlah

barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horizon

pemesanan. Rencana produksi diturunkan dari teknik perencanaan agregat.

Rencana ini mencakup perencanaan jenis-jenis input, keuangan, permintaan

pelanggan, kemampuan secara teknik, ketersediaan tenaga kerja, fluktuasi

persediaan, keragaan pemasok dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dari

rencana inilah jadwal dibuat. Jadwal induk produksi memberitahukan apa

yang dubutuhkan untuk memenuhi permintaan dan memenuhi rencana

produksi.

2. Struktur produk dan Bill of Materials

Bill of Materials merupakan daftar kuantitas komponen. Kandungan dan

kebutuhan bahan untuk membuat produk yang menggambarkan struktur

produk. Bill of Materials tidak hanya menjabarkan kebutuhan, tetapi juga

penting dalam pembiayaan dan dapat memberikan daftar barang-barang yang

harus diproduksi atau dirakit.

3. Kejelasan dan akurasi catatan produksi

Sistem MRP didasarkan atas keakuratan persediaan yang dimiliki sehingga

keputusan untuk membuat atau memesan barang pada suatu saat dapat

dilakukan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu tingkat persediaan komponen dan

Page 51: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

34

material harus selalu diamati. MRP tidak mungkin dijalankan tanpa adanya

catatan persediaan yang akurat.

4. Waktu tunggu (lead time)

Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai dari saat pesanan unit

dilakukan sampai dengan saat unit tersebut diterima dan siap untuk digunakan,

baik untuk produksi yang harus dibuat sendiri maupun unit produk yang

dipesan dari luar perusahaan. Sistem MRP dapat diterapkan dengan baik

apabila waktu tunggu pemesanan komponen diketahui. Waktu tunggu ini

digunakan dalam hal perencanaan waktu serta mempengaruhi kapan rencana

pemesanan akan dilakukan.

3.1.4.1 MRP Teknik Lot For Lot

Teknik lot for lot merupakan teknik penentuan ukuran lot, dalam hal ini

perusahaan akan memesan kuantitas bahan baku tepat sebesar yang dibutuhkan,

tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut.

Prosedur semacam ini konsisten dengan ukuran lot kecil, pesanan berkala,

persediaan tepat waktu rendah dan permintaan terikat (Buffa dan Sarin, 1996).

Teknik ini dapat menekan biaya yang ditanamkan dalam persediaan barang-

barang terikat, apabila perusahaan mampu menyediakan fasilitas yang memadai

bagi teknik ini dan memiliki bahan baku dengan sifat yang sesuai.

Pesanan dalam teknik Lot for Lot dilakukan sebelum barang tersebut

digunakan sebesar kebutuhan bersih, yaitu kebutuhan kotor dikurangi persediaan

yang ada di tangan untuk periode-periode awal dan diharapkan pesanan akan

diterima pada saat persediaan tersebut dibutuhkan, untuk periode-periode

berikutnya. Setelah persediaan awal dihabiskan tidak terdapat persediaan yang ada

Page 52: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

35

di tangan, sehingga kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih yang

kemudian di pesan sebelumnya dengan harapan akan diterima tepat pada

waktunya.

Teknik ini memberikan penghematan pada biaya penyimpanan, karena

bahan baku di pesan sesuai dengan kebutuhan bersih produksinya. Sehingga

penumpukkan bahan baku yang di gudang dalam jumlah yang melimpah dapat

dihindari. Kekurangan dari teknik lot for lot adalah teknik ini tidak dapat

digunakan apabila bahan baku yang digunakan jumlahnya sedikit di pasaran

sehingga permintaan tepat pada waktunya tidak dapat dilakukan.

3.1.4.2 MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)

Metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model

economic order quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS). Metode ini dapat

digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri.

Model ini mengidentifikasi kuantitas pemesanan/pembelian optimal dengan

tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan

penyimpanan.

Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan

yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya

pemesanan persediaan. Gambar 1 akan menunjukkan hubungan antara kedua

biaya tersebut, biaya penyimpanan (holding atau carrying cost) dan biaya

pemesanan (Ordering atau Set UpCost), dalam bentuk grafik.

Berdasarkan gambar tersebut, jumlah pesanan yang ekonomis terletak

antara perpotongan biaya penyimpanan (2QH ) dan biaya pemesanan (

QDS ).

Page 53: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

36

Gambar 1. Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan Sumber : Handoko, 2000

Jumlah pemesanan akan optimal jika biaya penyimpanan dengan biaya

pemesanan mencapai nilai minimum. Kuantitas pemesanan yang optimal terjadi

pada titik Q, yaitu pada saat biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan

yang merupakan perpotongan keduanya. Pada titik Q tersebut, total biaya

pengendalian persediaan adalah minimal. Pada biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan memiliki hubungan negatif, artinya semakin banyaknya kuantitas

yang dipesan, biaya pemesanan cenderung menurun. Sebaliknya, untuk biaya

penyimpanan meningkat, dimana hubungan berkorelasi positif dengan kuantitas

pesanan yang meningkat juga.

Kuantitas dibawah titik EOQ menunjukkan bahwa biaya pemesanan lebih

tinggi dari pada biaya penyimpanan. Biaya pemesanan cenderung besar, karena

semakin kecil jumlah pesanan, maka biaya pesanan semakin tinggi, sedangkan

biaya penyimpanan cenderung kecil, karena semakin sedikit jumlah bahan baku

yang dipesan, maka biaya penyimpanannya akan kecil. Sebaliknya jika kondisi di

atas EOQ, maka biaya penyimpanan semakin tinggi

Page 54: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

37

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan kuantitas yang optimal

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya penyimpanan = 2Q .................................................... (H)

Biaya Pemesanan = QD ................................................... (S)

Biaya Total Persediaan = 2Q +

QD ......................................... (H) + (S)

Nilai Q akan optimal apabila TC mencapai nilai minimal. Hal ini akan

dicapai apabila turunan pertama TC terhadap variabel Q sama dengan nol dan

turunan kedua lebih besar nol, atau dapat ditulis dengan :

1) dQ

dTC = 0

2) d2 TC > 0 dQ2

Maka hasilnya adalah : Q2 = HSD2

Jadi Q = HSD2

di mana :

D : Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S : Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

Model EOQ dapat diterapkan bila asumsi-asumsi berikut terpenuhi

(Handoko, 2000) :

1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui

(deterministik).

2. Harga per unit produk adalah konstan.

Page 55: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

38

3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan.

4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L)

adalah konstan.

6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order

Berdasarkan pernyataan di atas, karena permintaan akan produk adalah

konstan dan seragam maka grafik tingkat persediaan dari waktu ke waktu

berbentuk seperti dalam Gambar 2 (ini yang menyebabkan mengapa EOQ sering

disebut model “continuous”). Q adalah jumlah yang dipesan kapan saja persediaan

mencapai titik pemesanan kembali (Reorder Point, R), d adalah tingkat

permintaan atau penggunaan per hari, dan L adalah lead time.

Waktu tunggu (lead time) perlu diperhatikan untuk mengatasi

ketidakpastian bahan baku yang berasal dari luar perusahaan, karena seringkali

tenggang waktu yang terjadi antara pemesanan dengan saat pengiriman atau

diterimanya bahan tersebut tidak selalu sama. Sedangkan persediaan pengaman

berfungsi melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan

baku yang disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari

perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang

dipesan.

Page 56: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

39

Gambar 2. Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ. Sumber : Handoko, 2000

Keuntungan penggunaan teknik EOQ adalah pemesanan dilakukan lebih

besar dari kebutuhan bersihnya, sehingga apabila perubahan kuantitas produksi

menjadi lebih besar, maka persediaan bahan baku tersedia. Kekurangan teknik ini

memberikan biaya penyimpanan yang lebih besar bila dibandingkan dengan

teknik lot for lot.

3.1.4.3MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)

Teknik PPB (Teknik Penyeimbang Bagian Periode) merupakan

pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan. PPB membentuk bagian periode ekonomis, yang merupakan

risiko antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan. PPB secara sederhana

menambahkan kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai EPP (Economic

Part Period).

Teknik ini memiliki prinsip untuk mencoba menggabungkan suatu periode

berikutnya, lalu menghitung kumulatif bersih dari periode gabungan tersebut dan

juga menghitung kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode dapat

Page 57: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

40

diperoleh dengan mengkumulatifkan perkalian kebutuhan bersih suatu periode

dengan periode tambahan yang ditanggung (Tabel 7).

Tabel 7. Cara Perhitungan Lot dengan Teknik PPB Periode yang digabungkan

Kebutuhan Bersih Kumulatif

Kumulatif Bagian Periode

1 a a x (1-1) 1,2 a + b b x (2-1)

1,2,3 a + b + c b x (2-1) + c x (3-1) Sumber : Buffa dan Sarin, 1996

Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP adalah pilihan gabungan

periode yang dipilih dan juga dilakukan untuk periode-periode selanjutnya. Besar

pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif, yang dilakukan sebelum

kebutuhan tersebut terjadi dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode

gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan.

Kelemahan teknik PPB apabila diterapkan perusahaan, yaitu adanya

kemungkinan kerusakan persediaan bahan baku akibat penyimpanan bahan baku

di gudang. Teknik PPB ini tidak dapat dilakukan apabila nilai EPP-nya lebih kecil

dibandingkan dengan kebutuhan kotornya.

3.1.4.4 MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)

Dalam teknik POQ, ukuran lot sama dengan kebutuhan aktual dalam

jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian

sediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dihilangkan. Keunggulan

kebijakan POQ dibandingkan EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan

sediaan bila kebutuhan tidak seragam karena sediaan yang berlebih dapat

dihindarkan.

Page 58: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

41

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional ini dimulai mengidentifikasi kondisi

perusahaan yang berkaitan dengan manajemen persediaan bahan baku. Beberapa

hal yang terkait dalam pembelian yaitu jenis dan asal bahan baku, kualitas,

volume pemakaian, waktu tunggu, serta biaya persediaan yang meliputi biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Kedua biaya ini dipilih karena merupakan

biaya yang dominan pada PT. Sinar Alam Permai terutama yang bergerak di

bidang manufaktur/pabrik.

Alat analisis pengendalian persediaan bahan baku dari produksi PKO

adalah dengan menggunakan metode pengendalian persediaan bahan baku yang

dilakukan oleh perusahaan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Metode Rencana Kebutuhan Bahan (Material Requirement Planning, MRP) yang

mencakup teknik Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period

Order Quantity (POQ) dan Part Period Balancing (PPB). Setelah diperoleh hasil

ketiganya kemudian dibandingkan dengan metode yang dilakukan perusahaan

dengan tujuan untuk memperoleh tingkat persediaan optimal dengan biaya

persediaan minimum.

Selanjutnya dilakukan analisis penghematan dengan menghitung selisih

antara nilai pada metode alternative dengan nilai pada metode perusahaan, dan

kemudian ditentukan metode terbaik untuk dijadikan alternatif system

pengendalian persediaan yang efektif dan efisien. Secara ringkas, dapat dilihat

pada diagram alir kerangka pemikiran operasional pada Gambar 3.

Page 59: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

42

Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional

Tingkat Persediaan Bahan Baku Optimal dengan Biaya Persediaan yang Minimum

Analisis Perbandingan dan Penghematan

Metode MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB

Metode Perusahaan

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Waktu Tunggu Biaya Persediaan Bahan Baku

Volume Pemakaian Bahan Baku

Analisis Persediaan Bahan Baku Inti Sawit

Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Inti sawit

Permasalahan di Departemen PKC PT SAP - Fluktuasi penggunaan inti sawit - Target perusahaan belum terpenuhi

PT. SAP

Page 60: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

43

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Alam Permai (PT SAP) yang

berlokasi di Jalan Sabar Jaya No. 21, Desa Prajin, Mariana, Musi Banyuasin,

Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja,

dengan pertimbangan bahwa PT SAP merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam industri hilir kelapa sawit, yang menghasilkan produk dengan

orientasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Adapun

pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara

langsung. Pengamatan dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan untuk

menetapkan kendala atau permasalahan untuk mengoptimalkan model persediaan.

Wawancara ditujukan kepada Manajer Produksi dan Leader Produksi Departemen

PKC (Palm Kernel Crushing), Lab PK (Palm Kernel), depatemen keuangan,

departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control), departemen

HRD (Human Resorce and Development) dan departemen Tracking, khususnya

bagian logistik.

Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan berupa laporan tahunan

atau bulanan yang meliputi data historis, data biaya dan data pendukung lainnya.

Selain itu ditambah dengan studi literatur berupa skripsi, makalah, laporan

penelitian, dan internet.

Page 61: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

44

4.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Data-data tersebut antara

lain jenis dan asal bahan baku, prosedur pembelian, pengawasan mutu bahan baku

dan kebijakan persediaan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data-data yang

dimiliki oleh perusahaan. Data pengendalian persediaan bahan baku PT. SAP

(Sinar Alam Permai) yang dikumpulkan antara lain :

1. Data persediaan inti sawit.

2. Data persediaan PKO.

3. Biaya pemesanan.

4. Biaya penyimpanan.

5. Waktu tunggu.

6. Data pembelian.

7. Data penyimpanan inti sawit.

Data yang diambil merupakan data bulanan, dimulai pada bulan Juli 2006 sampai

bulan Juni 2007 karena perusahaan tutup buku setiap bulan Juni.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menyusun data kuantitatif

yang diperoleh ke dalam tabel-tabel yang tersedia. Data kuantitatif diolah dengan

menggunakan alat bantu program Microsoft excell dan kalkulator, hasil

pembahasannya disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian di analisis secara

deskriptif dan diinterpretasikan untuk menjelaskan hasil yang telah di dapat

tersebut. Hasil analisis dari model-model pengendalian persediaan tersebut

dibandingkan untuk mencari suatu alternatif model yang paling baik sesuai

dengan kondisi perusahaan.

Page 62: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

45

4.4.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Manajemen Pengendalian Persediaan Inti Sawit

Langkah awal yang dilakukan dalam analisis pengendalian persediaan

adalah mengidentifikasi manajemen pengendalian bahan baku perusahaan.

Sebelum dilakukan analisa, perlu diketahui kebijakan-kebijakan yang diterapkan

perusahaan sehubungan dengan produksi, pembelian bahan baku, cara perusahaan

dalam menangani persediaan dan menentukan besar pesanan selama ini. Setelah

itu perlu diketahui bagaimana perjanjian pesanan pembelian antara perusahaan

dan pemasok serta perjanjiannya dan hal-hal penting lainnya yang dapat diketahui.

4.4.2 Analisis Persediaan Bahan Baku

Jenis data yang diperlukan dalam menganalisis persediaan bahan baku

adalah :

a. Volume pemakaian bahan baku

Volume pemakaian bahan baku digunakan sebagai pendekatan yang

menyatakan besar permintaan akan bahan baku.

b. Penyesuaian dan penentuan waktu tunggu

Waktu tunggu bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan sejak bahan baku

dipesan hingga bahan baku tersebut dapat digunakan untuk proses produksi.

Waktu tunggu bahan baku digunakan dalam menentukan pelaksanaan

pemesanan sehingga pesanan dapat diterima pada saat yang tepat.

c. Analisis Persediaan Pengaman

Dalam beberapa situasi, kebutuhan per periode bersifat variabel yang dapat

disebabkan karena adanya variabilitas produksi dan pemakaian bahan baku.

Untuk mengatasi keragaman tersebut dibutuhkan persediaan minimum.

Persediaan minimum besarnya sama dengan persediaan pengaman.

Page 63: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

46

Penentuan volume atau tingkat persediaan pengaman yang dipilih

perusahaan harus didasarkan atas pertimbangan yang rasional sehingga dapat

menghasilkan penentuan kebijakan yang efektif. Persediaan pengaman merupakan

persediaan yang harus ada selama waktu tunggu pengadaan bahan baku. Dalam

perhitungan persediaan pengaman terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan

yaitu waktu tunggu, dan rata-rata pemakaian bahan baku.

Rumus perhitungan persediaan pengaman adalah sebagai berikut :

S = d x L

di mana :

S : Persediaan pengaman

d : Rata-rata permintaan/ pemakaian bahan per periode

L : Waktu tunggu pemakaian per periode

4.4.3 Pendugaan dan Penentuan Biaya Persediaan

Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam menentukan kuantitas

optimal pesanan pada analisis pengendalian persediaan merupakan perhitungan

yang melibatkan berbagai jenis biaya yang terkandung dalam persediaan, yaitu

meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku. Biaya pemesanan

setahun dihitung dengan cara :

TC = f X C

dimana :

TC : Biaya pemesanan selama setahun (Rp)

F : Kuantitas pemesanan selama setahun (Kg)

C : Biaya pemesanan per pesanan (Rp)

Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berkenaan dengan

diadakannya persediaan. Biaya ini berkaitan dengan tingkat rata-rata persediaan

Page 64: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

47

yang ada di gudang. Biaya penyimpanan setahun dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

TH = ∑=

12

1i

thi

Thi = Qri x h

Qri = (Qawi + Qaki) / 2

Thi = [(Qawi + Qaki)/2] x h

maka :

TH = ∑=

12

1i[(Qawi + Qaki)/2] x h

TH = [(∑=

12

1i

Qawi + ∑=

12

1i

Qaki)/2) x h]

di mana :

Thi : Biaya penyimpanan sebulan (Rp)

h : Biaya penyimpanan per unit per bulan (Rp)

Qawi : Tingkat persediaan awal bulan i (Kg)

Qki : Tingkat persediaan akhir bulan i (Kg)

Qri : Persediaan rata-rata (Kg)

4.4.4 Analisis Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengendalian

persediaan bahan baku yang termasuk dalam rencana kebutuhan bahan (Material

Requirement Planning System, MRP). Dalam model MRP biasanya digunakan

format seperti pada Tabel 8.

Page 65: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

48

Tabel 8. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (MRP) Mingguan Uraian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kebutuhan kotor Persediaan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan

Sumber : Buffa dan Sarin, 1996

Langkah-langkah pengisian tabel MRP adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kebutuhan kotor.

Kebutuhan kotor adalah rencana pemakaian bahan baku perusahaan yang telah

ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi.

2. Persediaan di tangan

Perkiraan persediaan yang ada di tangan untuk satu periode. Apabila tidak

terdapat kebutuhan bersih dan rencana penerimaan pesanan pada periode

tersebut, maka besarnya persediaan di tangan untuk suatu periode adalah

persediaan di tangan periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode

tersebut. Apabila terdapat kebutuhan bersih dan rencana penerimaan pesanan

pada periode tersebut, maka persediaan di tangan untuk suatu periode adalah

sebesar rencana penerimaan pesanan periode tersebut ditambah persediaan

ditangan periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode tersebut.

3. Menghitung kebutuhan bersih.

Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi

oleh persediaan perusahaan. Apabila persediaan di tangan suatu periode lebih

besar dari kebutuhan kotor, maka tidak terdapat kebutuhan bersih untuk

periode tersebut. Tetapi, jika persediaan di tangan lebih kecil dari kebutuhan

kotor suatu periode, maka kebutuhan bersih untuk periode tersebut adalah

Page 66: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

49

sebesar kebutuhan kotor periode tersebut dikurangi persediaan di tangan

periode sebelumnya.

4. Menentukan rencana penerimaan pesanan.

Rencana penerimaan pesanan adalah besarnya bahan baku yang akan diterima

pada periode tertentu berdasarkan pemesanan yang telah dilakukan

sebelumnya.

5. Membuat rencana pelaksanaan pesanan.

Rencana pelaksanaan pesanan adalah besarnya pesanan yang direncanakan

perusahaan pada suatu periode dengan harapan akan diterima perusahaan tepat

pada saat dibutuhkan, yaitu pada saat rencana penerimaan pesanan, hanya

periode pelaksanaannya yang berbeda yaitu sebelum rencana penerimaan

pesanan. Pesanan diasumsikan akan diterima ketika barang terakhir

meninggalkan pesanan.

Ukuran Lot adalah jumlah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang minimum. Ada

beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran lot pada system

MRP, diantaranya :

a. Teknik Lot For Lot

Dalam teknik ini, pemesanan dilakukan tepat sebesar kebutuhan yang akan

dipakai. Hal yang perlu diketahui dalam menjalankan teknik lot for lot adalah

besar dan waktu pemakaian bahan baku secara akurat yang didasarkan pada

jadwal induk produksi dan waktu tunggu bahan baku.

Page 67: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

50

b. Teknik Economic Order Quantity (EOQ)

Teknik EOQ (kuantitas pesanan ekonomis), besarnya pesanan yang dilakukan

sebesar kelipatan dari EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan

bersih.

Rumus dasar dari EOQ adalah sebagai berikut :

EOQ = HCR2

dimana :

R : Permintaan bahan baku (Kg)

C : Biaya pemesanan per pesanan (Rp)

H : Biaya penyimpanan per unit tahun (Kg)

c. Teknik Part Period Balancing (PPB)

Teknik Penyeimbang Bagian Periode (PPB) merupakan pendekatan yang

lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Dalam teknik PPB, besar pesanan dilakukan sebesar kebutuhan pokok pada suatu

periode yang dapat digabungkan. Penggabungan periode dilakukan untuk

gabungan berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian period mendekati nilai

Economic Part Periode (EPP). EPP dihitung dengan rumus :

EPP = S/H

dimana :

S : biaya pemesanan per pesanan

H : biaya penyimpanan per unit per periode.

Pesanan yang direncanakan akan diterima pada saat jumlah yang

mencukupi kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan sesuai dengan

perhitungan PPB berdasarkan EPP yang telah dihitung sebelumnya. Sehingga

Page 68: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

51

pada saat suatu periode gabungan yang telah ditentukan tidak memiliki kebutuhan

bersih, maka tidak ada rencana penerimaan pesanan. Pada periode gabungan yang

kedua dan ketiga dan seterusnya dari suatu gabungan periode, kebutuhan kotornya

sudah diterima pada periode pertama dari gabungan periode, maka periode kedua,

ketiga dan seterusnya tidak terdapat kebutuhan bersih, sehingga pesanan yang

direncanakan akan diterima sama dengan nol. Pada awal periode gabungan,

rencana pesanan akan diterima sebesar kebutuhan kotor sepanjang periode

gabungan.

d. Teknik Period Order Quantity (POQ)

Pada teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan actual

dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan

demikian sediaan yang muncul timbul dalam kebijakan EOQ adalah dalam

mengurangi biaya penyimpanan sediaan bila kebutuhan tidak seragam karena

sediaan yang berlebih dapat dihindarkan. Untuk menghitung jumlah periode yang

kebutuhannya harus dipenuhi oleh satu lot tunggal, digunakan perhitungan

dibawah ini :

Jumlah pesanan = EOQ/Permintaan Rata-Rata

e. Metode Perusahaan

Metode ini disesuaikan dengan kondisi yang dijalankan perusahaan. Hal

ini berarti penentuan jumlah bahan baku yang diterima pada setiap pemesanan

adalah jumlah kebutuhan bahan baku per tahun dibagi dengan frekuensi optimal

pembelian bahan baku.

Page 69: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

52

4.5 Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan

Dari hasil analisis biaya persediaan bahan baku untuk setiap model yang

digunakan akan dibandingkan besar pesanan, banyak pesanan, dan biaya

persediaan yang timbul. Selain melakukan perbandingan antar teknik juga akan

dilakukan perbandingan antar teknik-teknik tersebut dengan sistem pengendalian

yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dilakukan penghitungan penghematan

biaya bahan baku. Dari hasil analisis perbandingan dan penghitungan

penghematan tersebut dilakukan pemilihan alternatif sistem pengendalian yang

tepat bagi perusahaan. Metode yang menghasilkan persentase penghematan

terbesar dengan biaya persediaan minimum dan sesuai dengan kondisi perusahaan

akan direkomendasikan untuk digunakan perusahaan.

4.6 Definisi Operasional

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Persediaan

Sumberdaya organisasi yang disimpan dalam rangka antisipasi terhadap

pemenuhan permintaan, atau sumberdaya yang digunakan untuk masa yang

akan datang. Persediaan inti sawit dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

2. Bahan Baku

Bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari suatu produk jadi, dan

merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam memproduksi barang. Bahan

baku inti sawit dihitung dalam satuan kilogram (Kg)

Page 70: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

53

3. Biaya pemesanan

Biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan atau pembelian

bahan yang dilakukan oleh perusahaan. Komponen biaya pemesanan terdiri

dari biaya telepon, biaya transportasi, biaya ekspedisi, dan biaya angkut.

Dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).

4. Biaya penyimpanan

Biaya yang timbul karena adanya bahan baku yang disimpan oleh perusahaan.

Komponen biaya penyimpanan hanya terdiri dari biaya modal (opportunity

cost). Biaya penyimpanan dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).

5. Waktu Tunggu

Tenggang waktu antara pemesanan bahan baku sampai bahan baku tersebut

diterima oleh perusahaan. Waktu tunggu atau waktu ancang-ancang dihitung

dalam satuan hari.

Page 71: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

54

V. GAMBARAN UMUM PT. SAP

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan pada mulanya bernama PT. Sinar Laut yang didirikan pada

tahun 1984, yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan minyak kelapa

sawit. PT. Sinar Laut merupakan perusahaan keluarga dari keluarga Sukrianto

Halim. Perusahaan didirikan dengan penanaman modal dalam negeri. Modal

diperoleh dari pinjaman Bank Dagang Negara (BDN), dengan pinjaman sebesar

Rp 25 Milyar, ditambah dengan modal sendiri.

PT. Sinar Laut mengalami kemunduran pada tahun 1991. Perusahaan ini

berpindah tangan ke pengusaha Medan yang bergerak di bidang minyak goreng

pada tanggal 01 Oktober 1991 dan berganti nama menjadi PT. Sinar Alam Permai.

PT. SAP merupakan salah satu anak perusahaan dari Karya Prajona Nelayan

(KPN) yang mulai berproduksi kembali pada awal tahun 1992. KPN Grup

melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan kelapa sawit dari

Malaysia pada awal tahun 2006 dan berganti nama menjadi Wilmar Corporation

dan mulai go public pada akhir tahun 2006.

Perubahan tersebut diikuti dengan perubahan pada Top Manager,

sedangkan staf dan karyawan masih seperti awal berdirinya perusahaan. Untuk

semua keputusan diserahkan kepada pimpinan pusat yang berada di Medan dan

Singapura. Adapun tujuan utama pendirian PT. SAP adalah :

1. Untuk menghasilkan produk-produk dari minyak kelapa sawit. Industri

pengolahan kelapa sawit masih relatif sedikit khususnya di Propinsi

Sumatera Selatan, sedangkan hasil perkebunan kelapa sawit di wilayah ini

sangat melimpah.

Page 72: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

55

2. Untuk mencukupi kebutuhan minyak kelapa sawit dalam negeri,

khususnya minyak goreng.

3. Untuk membantu program pemerintah, khususnya dalam meningkatkan

taraf hidup petani kelapa sawit.

Sejak tahun 1991 sampai sekarang PT. SAP mengalami peningkatan

produktifitas di beberapa produknya berdasarkan target yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Namun demikian keberhasilan dalam peningkatan produktifitas

tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan, antara lain :

1. Terjadinya berbagai persaingan dalam pemasaran internasional.

2. Terjadinya persaingan dengan industri yang sejenis di daerah yang sama.

3. Jarak perkebunan dan lokasi perusahaan yang jauh.

5.2 Lokasi Perusahaan

PT. SAP berkantor di Jl. Blabak No. 18 Tiga Ilir Palembang. Pabrik

pengolahannya berlokasi di Jl. Sabar Jaya No. 21, Desa Prajin, Kecamatan Banyu

Asin I, Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan (30 KM dari kota

Palembang). Lokasi pabrik dan kantor PT SAP berada di pinggir sungai Musi.

Perusahaan memiliki pelabuhan sendiri sehingga mempermudah penerimaan

bahan baku dengan jalur air dan pengiriman produk menuju kantor pemasaran di

Tiga Ilir, pengiriman domestik dan pengiriman ekspor. PT. SAP memiliki

beberapa fasilitas bangunan yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 73: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

56

Tabel 9. Fasilitas yang Terdapat di PT. Sinar Alam Permai No Fasilitas Jumlah Nama

1 Kantor 4

1. Kantor Utama 2. Kantor Administrasi 3. Kantor Keselamatan Kesehatan Kerja 4. Kantor Security

2 Laboratorium 2 1. Lab Utama 2. Lab Palm Kernel 3. Tempat Penimbangan

3 Pabrik (Plant) 5

1. Refenery 2. Fraksinasi 3. Palm Kernel Crushing 4. Teksturing 5. Pengemasan

4 Tempat Bongkar Muat 1 Terdapat 4 jalur dengan dilengkapi timbangan hidrolik

5 Tangki 24

1. Penampungan PKO (2) 2. Penyimpanan PKO (stok) (3) 3. Penampungan/penyimpanan CPO (3) 4. Penyimpanan Olein (3) 5. Penyimpanan Stearine (3) 6. Tangki pendingin (6) 7. Tangki air (4)

6 Gudang 3

1. 2 buah gudang bungkil kelapa sawit dengan kapasitas

2. 1 buah gudang penyimpanan batu bara dan cangkang yang akan digunakan untuk bahan bakar boiler.

7 Bak Pengolahan limbah 2 -

9 8 Bengkel 2 1. Bengkel refenery

2. Bengkel Palm Kernel Crushing 9 Ruang Generator -

10 Ruang Boiler -

11 Perumahan/mess 20 1. 4 buah rumah untuk manajer 2. 16 buah rumah untuk supervisor dan

mandor

Departemen Palm Kernel Crushing (PKC) merupakan departemen yang

mengolah inti sawit (PK) menjadi minyak inti sawit (PKO) di PT.SAP. Minyak

inti sawit merupakan produk utama dari departemen tersebut, sedangkan bungkil

kelapa sawit merupakan produk sampingannya. Departemen ini dipimpin oleh

seorang manajer produksi yang dibantu oleh seorang asisten manajer untuk bagian

mekanik. Departemen PKC membawahi beberapa bagian yaitu bagian gudang

Page 74: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

57

bungkil, bagian mekanik dan bagian produksi. Masing-masing bagian dipimpin

oleh seorang leader yang membawahi beberapa mandor.

Bagian produksi Departemen PKC adalah bagian yang mengolah inti sawit

(PK) menjadi minyak inti sawit (PKO). Bagian produksi Departemen PKC

memilki dua pabrik (plant) yaitu pabrik 1 dan pabrik 2. Masing-masing pabrik

tersebut dilengkapi dengan mesin mesin pres pertama, mesin pres kedua, hopper

dan bulking silo. Untuk lebih jelas mengenai Fasilitas dan kapasitas di ke dua

plant dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Fasilitas dan Kapasitas di Plant 1 dan Plant 2 di Departemen PKC Plant Fasilitas Satu Dua Kapasitas

1. Mesin pres satu (Fipress) 42 mesin 18 mesin

• @ 15 ton • Jam kerja mesin 1008

jam (plant 1) dan 432 jam (plant 2)

2. Mesin pres kedua

(secondpress) 44 mesin 18 mesin • @ 15 ton • Jam kerja mesin 1056

jam (plant 1) dan 432 jam (plant 2)

3. Hopper 3 2 @ 250 ton 4. Bulking Silo 3 1 @ 580 ton Sumber : Departemen PKC

Bagian gudang bungkil merupakan bagian yang bertugas dan

bertanggungjawab dalam penyimpanan dan pemuatan bungkil kelapa sawit bila

ada penjualan bungkil. Departemen PKC memiliki dua buah gudang bungkil

dengan kapasitas 10.000 ton untuk setiap gudang. Bagian mekanik adalah bagian

yang bertanggungjawab untuk memelihara peralatan produksi, bulking silo dan

timbangan hidrolik di departemen PKC. Bagian ini terdiri dari mekanik welding

(pengelasan), mekanik listrik, mekanik gerinda dan mekanik shoop.

Page 75: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

58

5.3 Visi, Misi, Kebijakan Mutu Perusahaan dan Sasaran Mutu Perusahaan

Setiap perusahaan maupun suatu organisasi dan instansi akan selalu

memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman kegiatan. PT. Sinar Alam Permai

memiliki visi dan misi, yaitu :

1. Visi Perusahaan

Menjadi mitra bisnis unggulan dan layak dipercaya Stoke Holders.

2. Misi Perusahaan

Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri

terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan

posisi sebagai pemimpin pasar dunia melalui kemitraan dan manajemen

yang baik.

Visi dan misi perusahaan ditunjang dengan kebijakan mutu perusahaan

dan sasaran mutu perusahaan sebagai berikut :

1. Kebijakan mutu perusahaan

PT. SAP bergerak di bidang edible oil mengutamakan produk bermutu dan

ramah lingkungan sesuai dengan persyaratan dan perundang-undangan

yang relevan dalam rangka memberikan kepuasan stoke holders, dengan

cara :

a. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dengan

sistem manajemen lingkungan ISO 14001 : 2004.

b. Melakukan tinjauan penerapan aktifitas perusahaan yang

berkenaan dengan mutu dan pengelolaan lingkungan.

c. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan dan efektifitas

yang efisien secara terus menerus dan berkesinambungan.

Page 76: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

59

d. Membangun, memelihara dan meningkatkan kompetensi Sumber

Daya Manusia yang berlandaskan nilai-nilai inti perusahaan.

2. Kebijakan sasaran mutu perusahaan.

Perusahaan menentukan kebijakan sasaran mutu agar perusahaan dapat

menjaga mutu dari produknya. Kebijakan sasaran mutu perusahaan adalah

sebagai berikut :

a. Keluhan pelanggan maksimal 1% dari total produksi per bulan.

b. Produksi yang tidak sesuai maksimal 2,5% dari total produksi per

bulan.

c. Pelatihan untuk karyawan minimal 5 kali per tahun.

d. Untuk kecelakaan, 400.000 jam kerja selamat.

e. Kapasitas produksi minimal 95 % dari kapasitas terpasang.

f. Losses (penyusutan/kehilangan) produksi per bulan di setiap pabrik

PT. SAP dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Standar Losses (Penyusutan/kehilangan) yang Terjadi di Setiap Pabrik Pengolahan PT. SAP

5.4 Struktur Organisasi

PT. SAP memiliki struktur organisasi yang tersendiri yang dipimpin oleh

seorang General Manajer yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

perusahaan yang dibantu oleh Deputi General Manajer yang membawahi beberapa

manajer yaitu Manajer Pemasaran, Manajer Operasional, Manajer Administrasi,

Pabrik Pengolahan Standar Maks (%) Refenery 0.6 Fraksination 0.1 Tekturizing 0.1 Consumer 1.0 PK Crushing 1.0

Page 77: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

60

dan Personalia Manajer, Manajer Pabrik, dan Manager Keuangan. Bagan struktur

organisasi PT. SAP dan struktur organisasi departemen PKC dapat dilihat pada

lampiran 1. Adapun tugas dan tanggungjawab yang diberikan adalah sebagai

berikut :

1. Manajer Umum (General Manager)

a. Bertanggungjawab dan mengelola seluruh aktivitas perusahaan secara

umum.

b. Bertanggungjawab atas perkembangan perusahaan.

c. Bertanggungjawab langsung ke kantor pusat (Head Office, HO) di

Medan mengenai keadaan perusahaan.

2. Wakil Manajer Umum (Deputy General Umum)

a. Memberikan pengarahan umum serta menetapkan tugas, tanggungjawab

dan wewenang setiap manajer yang berada dibawahnya.

b. Menerima dan mengevaluasi laporan-laporan dari para manajer mengenai

kegiatan masing-masing departemen.

c. Bertanggungjawab langsung ke manajer umum.

3. Manajer Pabrik (Factory Manager)

a. Bertanggungjawab untuk mengatur kelancaran proses produksi di

beberapa pabrik pengolahan yang dibawahinya.

b. Melakukan penilaian dan koreksi terhadap hasil kerja yang dilakukan oleh

manajer dibawahinya dan karyawan.

c. Melakukan pengawasan pada berbagai pabrik yang menjadi

tanggungjawabnya.

d. Bertanggungjawab langsung ke wakil manajer umum.

Page 78: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

61

4. Manajer Produksi

a. Bertanggungjawab terhadap kelancaran produksi di departemennya

b. Mengawasi produksi sesuai dengan mutu dan target produksi yang telah

ditetapkan.

c. Memberikan penilaian dan mengoreksi hasil kerja dari karywan yang

dipimpin.

d. Memberikan pengarahan kepada karyawannya mengenai tugas dan

tanggungjawab serta memberitahukan aturan terbaru dari manajer pabrik.

5. Departemen Administrasi

Departemen administrasi membawahi bagian Laboratorium, dan bagian PPIC

(Production Planning and Inventory Control), masing-masing bagian tersebut

dipimpin oleh seorang kepala bagian. Divisi administrasi bertugas

membukukan pengeluaran dan penerimaan serta menyimpan surat-surat

berharga. Divisi ini juga melakukan pencatatan transaksi-transaksi dan biaya

pengeluaran serta membuat dokumen jumlah bahan baku yang masuk dan

jumlah produk yang keluar dari perusahaan.

1. Bagian Laboratorium

Bertanggungjawab dan bertugas menganalisa bahan baku yang akan dibeli

dan masuk ke perusahaan sesuai dengan standar perusahaan. Departemen

ini juga bertanggungjawab memantau dan menguji produk perusahaan

mulai dari bahan baku yang akan dibeli, bahan baku masuk ke perusahaan,

produk selesai di produksi sampai produk tersebut akan di bongkar muat

untuk di kirim ke pembeli atau konsumen.

Page 79: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

62

2. Bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control)

Bagian PPIC bertugas untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang

dibutuhkan oleh setiap pabrik (plant). Departemen ini juga yang

merancang kegiatan produksi di setiap pabrik.

6. Departemen Tracking

Departemen ini membawahi bagian logistik dan bagian transportasi.

Departemen ini bertugas untuk melakukan pengadaan bahan baku yang

dibutuhkan oleh bagian PPIC dan bertugas menyediakan tranportasi untuk

mengangkut bahan baku dari PKS (pabrik kelapa sawit). Transportasi yang

digunakan adalah truk dan ponton (kapal). Untuk truk yang digunakan ada dua

yaitu armada truk milik PT. SAP dan armada truk ekspedisi dari perusahaan

lain.

7. Departemen Personalia

Departemen ini bertanggungjawab atas kesejahteraan karyawan dan bertugas

menerima serta memberhentikan karyawan.

8. Departemen Akuntansi

Departemen ini membuat rencana anggaran dan pendapatan perusahaan,

menyusun rencana dan laporan berkala di bidang keuangan serta laporan

tahunan perusahaan.

9. Departemen Pemasaran

Departemen ini membawahi bagian administrasi pemasaran dan penjualan

serta bagian distribusi penjualan. Adapun tugas dan wewenang manajer

pemasaran adalah sebagai berikut :

Page 80: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

63

1. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan pemasaran dan

penjualan minyak goreng dan bungkil kelapa sawit.

2. Melakukan penelitian dan pengembangan pemasaran produk.

5.5 Ketenagakerjaan

PT. SAP merupakan perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit,

sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Tenaga kerja di PT. SAP berjumlah

542 orang, sebagian besar merupakan tenaga kerja bagian produksi. Tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh karyawan mulai dari SD sampai dengan S3. Tenaga

kerja yang bekerja pada PT. SAP jam kerjanya dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu :

a. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja tetap yang harus bekerja secara

terus menerus di dalam unit kerja, tenaga kerja ini langsung berhubungan

dengan proses produksi yaitu pada bagian produksi, bagian laboratorium dan

bagian timbangan.

b. Tenaga kerja tak langsung yaitu tenaga kerja tetap yang bekerja secara

periodik di departemen administrasi, departemen personalia dan petugas

kebersihan.

c. Tenaga kerja kontrak dan tenaga kerja harian merupakan tenaga kerja yang

bekerja berdasarkan kontrak dengan perusahaan, tenaga kerja ini antara lain

buruh bongkar muat dan supir truk.

Perusahaan berproduksi selama tujuh hari dan libur pada hari-hari besar

dan libur nasional. Jam kerja setiap satu shift unit kerja adalah 8 jam kerja. Setiap

satu shift disediakan waktu istirahat selama satu jam, adapun pengaturan dalam

pembagian shift adalah :

Page 81: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

64

a. Shift pagi dengan jam kerja pukul 08.00 s/d 16.00 WIB.

b. Shift sore dengan jam kerja pukul 16.00 s/d 24.00 WIB.

c. Shift malam dengan jam kerja pukul 24.00 s/d 08.00 WIB.

Kesejahteraan umum para karyawan dan pimpinan merupakan hal yang

sangat penting untuk kesejahteraan perusahaan. Untuk mencapai kesejahteraan

perusahaan PT. SAP menyediakan fasilitas untuk karyawan, adapun fasilitas yang

disediakan perusahaan berupa :

• Perumahan (Mess) Karyawan

Perusahaan menyediakan perumahan untuk staf dan karyawan, lokasi

perumahan berada tidak jauh dari lokasi pabrik.

• Kesehatan

Perusahaan memberikan fasilitas pengobatan, fasilitas pelayanan kesehatan

maupun fasilitas asuransi kecelakaan kerja pada staf dan karyawan dengan

melakukan kerja sama pada pihak PT. ASTEK.

Sistem penggajian yang dilakukan oleh perusahaan adalah bulanan untuk

karyawan tetap, besarnya gaji sesuai dengan golongan (gol 1 sampai 8 dimana

setiap golongan dibagi menjadi 13 kelas) dari karyawan. Setiap 6 bulan sekali

dilakukan penilaian kerja karyawan. Karyawan akan mendapatkan bonus tahunan,

THR dan pembagian hasil saham perusahaan. Untuk karyawan kontrak dan harian

pembayaran dilakukan oleh perusahaan jasa tempat karyawan tersebut bekerja,

dimana perusahaan tersebut telah melakukan kontrak kerja dengan PT. SAP. PT.

SAP akan membayar perusahaan berdasarkan perjanjian kontrak.

Page 82: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

65

5.6 Proses Produksi

5.6.1 Bahan Baku

Produk utama PT. SAP adalah minyak goreng, olein, stearin dan PKO

(Palm Kernel Oil, Minyak Inti Sawit) serta PKM (Palm Kernel Meal, Bungkil

Kelapa Sawit) sebagai produk sampingan. Bahan baku untuk produksi berupa

CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (PK, Palm Kernel) diperoleh dari sejumlah

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang ada di Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung.

Hal ini dikarenakan PT. SAP tidak memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri.

Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti di departemen Palm Kernel Crushing

(PKC), dimana bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di departemen

ini hanya menggunakan bahan baku utama yaitu inti sawit (Palm Kernel, PK).

5.6.2 Proses Pembuatan PKO (Palm Kernel Oil)

Proses pembuatan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) dimulai pada

saat bahan baku berupa inti sawit (Palm Kernel, PK) diterima kemudian diambil

sampel oleh petugas laboratorium untuk diuji kadar air, kadar minyak dan kadar

kotorannya sesuai dengan kesepakatan diawal kontrak antara pihak perusahaan

dengan pihak pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk mengetahui volume (berat) inti

sawit, truk yang membawa inti sawit ditimbang diatas jembatan penimbangan

(volume inti sawit diperoleh dari berat truk yang berisi inti sawit dikurangi dengan

berat kosong truk). Inti sawit dibawa ke bagian loading rump sampai ada

kepastian dari bagian laboratorium PK (inti sawit, Palm Kernel).

Inti sawit (PK) yang telah lulus uji laboratorium, akan dimasukkan ke

selokan penampungan sementara yang dilakukan oleh bagian bongkar muat

(Loading Rump). Dari parit penampungan inti sawit (PK) dibawa dengan

Page 83: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

66

conveyor menuju bak penampungan sementara. Pada bak penampungan inti sawit

(PK) disaring untuk dipisahkan dari bahan material (besi, batu, paku dan plat besi)

yang ikut dalam tumpukan inti sawit (PK).

Inti sawit (PK) diangkut dengan menggunakan elevator menuju ke silo

(tempat penampungan berbentuk kerucut berfungsi sebagai tempat menyimpan

inti sawit). Dari silo inti sawit dialirkan ke hopper (tempat penampungan inti

sawit di dalam pabrik sebelum ke mesin pres) lalu masuk ke mesin fipres (mesin

yang berfungsi untuk mengepres inti sawit menjadi bungkil kelapa sawit).

Minyak inti sawit hasil dari fipres dan secondpres masuk ke dalam selokan

penampungan dialirkan masuk ke bak penampungan lalu di saring di niagara

filter. Dari niagara filter minyak inti sawit masuk ke tangki penampungan

sementara, setelah proses produksi berjalan selama 24 jam, minyak kelapa sawit

di dalam tangki diukur (setiap jam 8 pagi) lalu dialirkan ke tangki penampungan

yang lebih besar untuk dijadikan stok.

Bungkil kelapa sawit hasil dari fipress dialirkan ke mesin secondpress

(untuk mengambil sisa minyak yang masih ada). Bungkil kelapa sawit hasil dari

pengepresan secondpress dialirkan ke selokan penampungan, dengan

menggunakan ulir, bungkil kelapa sawit tersebut dimasukkan ke gudang bungkil

yang berada di sebelah pabrik produksi. Agar bungkil kelapa sawit tidak terlalu

panas sebelum masuk ke gudang, bungkil tersebut di semprot dengan air. Untuk

lebih jelas, proses pembuatan PKO dapat dilihat pada gambar 4.

Page 84: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

67

Inti Sawit Pengambilan sampel oleh bagian Lab PK

Penimbangan Inti sawit

Bak penampungan

Loading Rump

PKO

PKM

Gambar 4. Skema Pembuatan Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil, PKO) PT. Sinar Alam Permai (SAP)

5.7 Pemasaran

PT. SAP merupakan salah satu produsen yang mengolah produk turunan

dari CPO dan minyak inti sawit, serta produsen minyak goreng di wilayah

Sumatera Selatan. Sejak berdiri sampai tahun 2002 PT. SAP adalah satu-satunya

perusahaan yang mengolah CPO dan inti sawit di Sumatera Selatan. Tetapi, sejak

tahun 2002 PT. SAP memiliki pesaing yaitu PT. Musim Mas. Hal ini berpengaruh

terhadap volume CPO dan inti sawit yang diolah.

PT. SAP adalah perusahaan swasta yang memproduksi produk-produk

turunan dari CPO (Crude Palm Oil) seperti minyak goreng dengan merk dagang

”Fortune”, olein, stearin dan shortening. Produk lain yang dihasilkan oleh PT.

SAP adalah minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) dan menghasilkan produk

sampingan yaitu bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal, PKM).

Silo Fipres Hopper

Second pres

Bak penampungan

Tangki penampunga

Tangki Stok

Niagara Filter

Gudang Bungkil

Page 85: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

68

Produk PT. SAP sebagian dipasarkan sendiri oleh departemen marketing

PT. SAP dan sebagian lagi dipasarkan oleh kantor pusat di Medan. Produk yang

dijual sendiri oleh PT. SAP adalah minyak goreng dan bungkil kelapa sawit.

Minyak goreng yang dipasarkan oleh PT. SAP ada dua jenis yaitu minyak

goreng curah dan minyak goreng kemasan dengan merk dagang ”Fortune”

(kemasan jerigen 1 liter hingga 5 liter). Kapasitas produksi minyak goreng PT.

SAP adalah 52 000 buah per hari untuk kemasan 1 liter dan 2000 buah per hari

untuk kemasan jerigen 5 liter. Bungkil kelapa sawit (PKM) maksimal dijual

sebanyak 6 000 ton.

Minyak goreng tersebut di pasarkan ke pasar tradisional dan supermarket

yang ada di pulau Sumatera, sebagian pulau Jawa, pulau Sulawesi dan pulau

Kalimantan. Pada tahun 2007 minyak goreng tersebut mulai memasuki pasar

India. Pemasaran minyak goreng tersebut melalui distributor dan agen. Harga

minyak goreng yang dijual berdasarkan harga minyak goreng di pasaran.

Produk hasil turunan dari CPO yang lain dan minyak inti sawit (PKO)

dipasarkan oleh kantor pusat Wilmar Corporation yang ada di Medan dan

Singapura. Sebagian dari produk-produk tersebut di ekspor ke luar negeri yaitu

sebesar 87 persen dan sisanya dijual di dalam negeri. Adapun negara tujuan

ekspor Wilmar Corporation adalah Amerika Serikat, Korea, Cina, Thailand dan

India. Selama tiga tahun terakhir harga produk turunan dari CPO dan minyak inti

sawit berfluktuasi. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan harga

dunia.

Page 86: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

69

VI. SISTEM PERSEDIAAN INTI SAWIT DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SAP

6.1 Jenis, Asal dan Kualitas Persediaan

Jenis bahan baku yang digunakan oleh departemen PKC PT. SAP adalah

inti sawit. Proses produksi minyak inti sawit (PKO) di departemen PKC tidak

menggunakan bahan baku tambahan dan bahan baku pembantu. Untuk bisa

menjadi bahan baku PKO, inti sawit harus memenuhi beberapa persyaratan yang

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 01-0002-1987. Standar ini menetapkan spesifikasi inti

kelapa sawit dengan persyaratan dan kriteria uji yang meliputi kadar minyak

kering, kadar asam lemak bebas yang dihitung sebagai asam laurat, kadar air dan

kadar kotoran.

Spesifikasi standar untuk kadar inti sawit setiap perusahaan berbeda-beda.

Standar kadar inti sawit di PT. Sinar Alam Permai dapat dilihat pada Tabel 12.

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas dari minyak inti sawit (PKO), tidak

merusak mesin produksi dan dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga

target produksi yang diinginkan tercapai.

Tabel 12. Spesifikasi Standar Kadar Inti Sawit PT. SAP % Spesifikasi PKO PKM

Kadar Minyak Minimum 8 - 10 Maksimum 7 - 12 Kadar Air Maksimal 7 - 10 Maksimum 3.5 – 5.0 Kadar Kotoran Maksimal 5 - 7 -

Sumber : Bagian Laboratorium

Inti sawit yang diperoleh PT. SAP berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS)

yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang berada dalam satu grup Wilmar dan

pabrik kelapa sawit (PKS) lain di luar grup Wilmar. PKS tersebut berada di

Page 87: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

70

Propinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Musi Banyu Asin, Kabupaten Ogan

Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir), dan propinsi Jambi.

6.2 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku

Perencanaan pengadaan bahan baku adalah menentukan jumlah bahan

baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi masa mendatang. Sebelum rencana

produksi disusun, terlebih dahulu dibuat order status oleh bagian PPIC

(Production Planning and Inventory Control) yang ditujukan ke bagian logistik,

departemen Tracking. Setelah mendapatkan kepastian tentang jumlah bahan baku

yang dapat dipenuhi oleh bagian logistik, selanjutnya bagian PPIC bersama

dengan manajer dan staff departemen PKC mengadakan rapat koordinasi untuk

menyusun rencana produksi.

Perencanaan produksi berisi susunan program dalam memproduksi produk

yang dihasilkan oleh perusahaan. Perencanaan tersebut disesuaikan dengan jumlah

bahan baku yang ada. Departemen PKC memeriksa kondisi stok bahan baku yang

ada. Departemen PKC melakukan koordinasi dengan bagian PPIC mengenai

jumlah stok bahan baku yang ada.

Bagian PPIC berkoordinasi dengan bagian logistik untuk permintaan

bahan baku yang dibutuhkan oleh departemen PKC. Bagian logistik akan

menghubungi kantor pusat (HO) di Medan, setelah ada kesepakatan antara HO

dan pihak PKS/ perkebunan. Bagian logistik memberi jawaban ke bagian PPIC

mengenai kuantitas, kualitas dan waktu pengiriman bahan baku (Gambar 5).

Bahan baku yang sudah diterima oleh bagian loading rump akan dibuat

laporan penerimaan barang yang akan disampaikan ke bagian administrasi

departemen PKC kemudian ke bagian PPIC untuk dibuat dokumen jumlah barang

Page 88: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

71

Mengkonfirmasikan stok bahan baku yang ada di gudang

Order Status Ya

PO (Purcase Order)

Bila sudah ada kesepakatan harga, standar kadar inti sawit dan jumlah inti yang dapat disediakan serta penanda tanganan kontrak, PKS akan mengirim inti sawit ke PT. SAP sesuai dengan perjanjian.

yang masuk. Lamanya waktu dari bahan baku dipesan sampai bahan baku tiba

sekitar 2 sampai 6 hari.

Keterlambatan inti sawit sampai ke perusahaan disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya pengaruh musim dan mundurnya pemanenan bahan baku dari

pihak pabrik kelapa sawit (PKS). Faktor cuaca pun berperan pada saat pengiriman

bahan baku dan juga mempengaruhi kwalitas dari bahan baku.

Gambar 5. Diagram Alir Perencanaan dan Penerimaan Bahan Baku PT.

SAP

Bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control)

Kantor Pusat (Head Office, HO)

Departemen PKC (Palm Kernel Crushing)

Bagian Logistik

Bagian Laboratorium PK

Pemasok/ PKS

Page 89: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

72

6.3 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Inti Sawit

6.3.1 Prosedur Pembelian Inti Sawit

Pembelian inti sawit dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan tidak

dapat memproduksi sendiri inti sawit yang dibutuhkan untuk menghasilkan PKO.

Pembelian inti sawit yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pembelian untuk

menjaga ketersediaan inti sawit secara terus menerus. Pembelian inti sawit yang

dilakukan oleh PT. SAP menggunakan sistem kontrak melalui kantor pusat (Head

Office, HO) yang berada di Medan.

Secara umum prosedur pembelian inti sawit sebagai bahan baku pada

prinsipnya sama dengan pembelian bahan baku di departemen produksi lain di PT.

SAP, yaitu :

1. Kantor pusat (HO) PT. SAP yang berada di Medan menunjuk beberapa PKS

(Pabrik Kelapa Sawit) yang memproduksi inti sawit, PKS tersebut merupakan

satu anggota dalam Wilmar Grup (PT. Musi Banyuasin Indah dan PT AEK

Tarum (PKS 'BELIDA), PKS VINAGO) dan beberapa PKS dari perusahaan

lain seperti PT. PP London Sumatera, PTPN VII U.U Betung Barat, PT.

Bakrie Sumatera Plantation, PT. Selapan Jaya, PT. Mutiara Bunda Jaya, PT.

Hortinesia Permai, PTP. Mitra Ogan, PT. Perkebunan Minanga Ogan dan PT.

Guthrie Pecconina Indonesia. PKS tersebut berada di Sumatera Selatan dan

Jambi

2. Bagian laboratorium melakukan ekspedisi ke PKS yang ditunjuk oleh HO.

Ekspedisi ini dilakukan untuk mengambil sampel inti sawit dan menganalisa

inti sawit dari PKS yang ditunjuk.

Page 90: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

73

3. Apapun hasil analisis kadar standar inti sawit dari PKS pemasok, bagian

laboratorium akan melaporkan hasil analisa yang telah dilakukan ke kantor

pusat di Medan.

4. Kantor pusat yang akan melakukan negosiasi harga, kuantitas, kualitas dan

kapan tersedianya inti sawit. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kantor

pusat dengan pihak PKS maka akan diadakan kontrak kerjasama. Kontrak

dilakukan sesuai dengan kemampuan pihak PKS untuk memenuhi pasokan

inti sawit (periode kontrak bisa 1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan). Kantor pusat

akan mengajukan Purchase Order (PO) yang berisi harga, kwalitas, jumlah

dan kapan barang akan diantar.

5. Purchase Order dari kantor pusat dikirimkan ke bagian logistik PT SAP yang

akan diteruskan ke bagian PPIC, bagian laboratorium dan departemen PKC.

6. Barang siap untuk dikirim sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan

barang harus sesuai dengan pesanan yang tertulis di PO. Pengadaan

transportasi dilakukan oleh bagian transportasi, departemen Tracking.

Transportasi ditanggung sepenuhnya oleh PT. SAP.

7. Barang diterima oleh PT. SAP dan pihak PKS/ perkebunan melaporkan inti

sawit yang dibawa ke bagian Loading Rump. Selanjutnya bagian Loading

Rump dan QC (bagian laboratorium PK) memeriksa inti sawit yang diterima

dan disesuaikan dengan perjanjian yang tertulis pada PO.

8. Bagian Loading Rump melaporkan hasil perhitungan inti sawit yang diterima

dari PKS kepada bagian administrasi departemen PKC.

9. Pembayaran dilakukan oleh Kantor Pusat berdasarkan perjanjian diawal

kontrak.

Page 91: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

74

6.3.2 Penerimaan Bahan Baku

Penerimaan inti sawit oleh perusahaan harus melewati bagian timbangan

dan bagian Laboratorium PK, agar inti sawit yang masuk diketahui kuantitasnya

dan standar kualitasnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Bagian

timbangan memeriksa kelengkapan dokumen pengiriman bahan baku.

Bagian loading rump bekerjasama dengan bagian laboratorium PK

melakukan pengawasan terhadap standar mutu dari inti sawit yang masuk dan

melakukan koordinasi apakah inti sawit layak atau tidak untuk dibongkar. Bagian

loading rump dan laboratorium PK melakukan pemeriksaan terhadap inti sawit

yang masuk berdasarkan asal PKS/ perkebunan. Bagian loading rump memeriksa

kembali inti sawit yang akan di bongkar muat apakah terdapat air pada dasar truk

yang membawa inti sawit.

Jika pada pemeriksaan standar mutu terhadap kadar air, kadar minyak dan

kadar kotoran serta keadaan fisik inti sawit berada di luar standar yang telah di

sepakati pada PO, maka truk yang membawa inti sawit dari PKS/perkebunan

tidak boleh melakukan bongkar muat (truk tersebut ditahan sementara).

Supervisior laboratorium yang bertanggungjawab pada saat itu akan memberikan

informasi pada kepala laboratorium pusat, dari kepala laboratorium pusat

diteruskan ke departemen Tracking yang dilanjutkan ke kantot pusat (HO). Kantor

Pusat yang akan menghubungi PKS/ perkebunan yang bersangkutan.

Bila terjadi kesepakan harga kembali kantor pusat dan pihak PKS/

perkebunan (apabila harga dapat dikurangi dari kesepakatan sebelumnya karena

barang tidak sesuai) maka inti sawit dapat dibongkar. Tetapi, bila pihak PKS/

perkebunan tidak menyetujui syarat yang diajukan oleh kantor pusat, maka inti

Page 92: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

75

sawit akan di kembalikan dan bila dalam tiga kali pengiriman selanjutnya kadar

standar inti sawit masih tidak sesuai maka kontrak akan dibatalkan.

6.4 Sistem Pengadaan Persediaan Inti Sawit

Besarnya jumlah pengadaan persediaan inti sawit di departemen PKC

tidak sama setiap bulannya (Tabel 12). Pengadaan dan pengendalian persediaan

bahan baku inti sawit bagi perusahaan adalah untuk memperlancar proses

produksi, mengantisipasi kelangkaan bahan baku dan mengantisipasi

keterlambatan penerimaan bahan baku. Produksi inti sawit di departemen PKC

berdasarkan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Hasil produksi

departemen PKC adalah untuk memenuhi stok PKO.

PT. SAP membeli bahan baku dalam bentuk kontrak dengan beberapa

PKS, lamanya kontrak di setiap PKS berbeda-beda sehingga berpengaruh

terhadap jumlah bahan baku yang dibeli setiap bulannya (Tabel 13). Selama Juli

2006 – Juni 2007, perusahaan membeli inti sawit sebanyak 251.382.495 kilogram.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa jumlah pembelian inti sawit setiap bulan bervariasi.

Rata-rata pembelian inti sawit setiap bulan di PT. SAP sebesar 20.948.541,25

kilogram.

Persediaan bahan baku yang ada akan di produksi bersama dengan jumlah

bahan baku yang masuk ke perusahaan pada saat itu. Tetapi, bila terjadi

keterlambatan penerimaan inti sawit, maka persediaan bahan baku akan

digunakan semua pada proses produksi. Keterlambatan bahan baku disebabkan

terlambatnya pemanenan kelapa sawit oleh pihak PKS/ perkebunan. Pada awal

kontrak pihak PKS menyanggupi pengiriman inti sawit sesuai dengan waktu yang

diinginkan oleh perusahaan. Tetapi, peramalan yang dilakukan oleh pihak PKS

Page 93: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

76

tidak tepat sehingga produksi inti sawit di PKS mengalami keterlambatan yang

berdampak pada persediaan inti sawit di departemen PKC.

Tabel 13. Perkembangan Pembelian Inti Sawit Juli 2006 – Juni 2007 Bulan Pembelian (Kg)

Juli 18 564 282Agustus 18 206 067September 20 384 869Oktober 19 024 500November 21 037 230Desember 22 090 121Januari 17 351 648Februari 19 609 975Maret 23 151 591April 20 511 424Mei 24 243 538Juni 27 207 250Total 251 382 495Rata-Rata 20 948 541.25

Page 94: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

77

VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT PT. SAP

7.1 Biaya Persediaan

Biaya persediaan merupakan biaya yang timbul akibat perusahaan

mengadakan persediaan bahan baku dalam hal ini inti sawit. Biaya persediaan PT.

SAP secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan.

Biaya pemesanan merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh

perusahaan setiap kali melakukan pemesanan bahan baku. Total biaya pemesanan

adalah hasil dari perkalian antara frekuensi pemesanan dengan biaya pemesanan.

Komponen dari biaya pemesanan per pesanan bahan baku PT. SAP adalah biaya

administrasi, biaya ekspedisi, biaya komunikasi dan tenaga kerja bongkar muat

inti sawit (tenaga kerja harian/buruh). Komponen besarnya biaya pemesanan per

pesanan inti sawit dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007

No Jenis Biaya Biaya Pemesanan Per Pesanan (Rp/Pesanan) Persentase (%)

1 B. Administrasi 17 650 3.042 B. Ekspedisi 275 000 47.403 B. Komunikasi 32 650 5.634 B. Bongkar Muat 255 000 43.94

Total Biaya Pemesanan 580 300 100Sumber : Bagian PPIC dan Departemen Accounting (diolah)

Biaya administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan

dokumen penerimaan barang. Biaya ekspedisi merupakan biaya perjalanan

pegawai laboratorium yang mendapatkan tugas dari kantor pusat (HO) untuk

memeriksa kualitas kadar bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan.

Page 95: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

78

Biaya komunikasi timbul akibat dari diadakannya bahan baku, pengiriman

dokumen pemesanan bahan baku dari kantor pusat ke PT SAP dan konfirmasi

jadwal pengiriman bahan baku. Sedangkan, biaya bongkar muat adalah biaya

tenaga kerja borongan pada saat inti akan di bongkar dari truk ke bak

penampungan sementara, sebelum masuk ke silo.

Berdasarkan Tabel 14 biaya pemesanan yang terbesar adalah biaya

ekspedisi/biaya perjalanan pegawai laboratorium yang bertugas untuk memeriksa

bahan baku di pemasok/PKS. Besarnya biaya ekspedisi ini sebesar 47.40 persen

dari total biaya pemesanan. Biaya pemesanan yang besar kedua adalah biaya

bongkar muat. Biaya ini diambil dari upah tenaga kerja harian/ borongan,

besarnya biaya adalah 43.94 persen dari total biaya pemesanan.

Biaya persediaan yang lain adalah biaya penyimpanan. Biaya ini adalah

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya penyimpanan bahan baku.

Biaya penyimpanan merupakan biaya variabel karena besar kecilnya biaya ini

dipengaruhi oleh jumlah bahan baku yang disimpan. Biaya ini diperoleh dari hasil

perkalian antara tingkat persediaan bahan baku rata-rata dengan biaya

penyimpanan bahan baku per unit. Komponen biaya penyimpanan bahan baku per

unit PT. SAP merupakan biaya opportunity cost.

Opportunity cost adalah biaya imbangan yang timbul karena adanya

persediaan inti sawit sebagai investasi yang tidak bergerak. Opportunity cost

dipengaruhi oleh harga rata-rata pembelian inti sawit dan tingkat suku bunga

Bank Indonesia. Opportunity cost diperhitungkan dalam komponen biaya

penyimpanan karena perusahaan belum memasukkan biaya ini ke dalam biaya

persediaan. Tingkat suku bunga rata-rata Bank Indonesia selama bulan Juli 2006

Page 96: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

79

sampai bulan Juni 2007 adalah 10.12 persen. Rata-rata harga pembelian inti sawit

Rp 1 925 per kg (Tabel 15).

Tabel 15. Biaya Penyimpanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 Jenis Biaya Total Biaya

Penyimpanan Setahun (Rp/Kg)

Biaya Penyimpanan

Sebulan (Rp/Kg)

Biaya Penyimpanan

Seminggu (Rp/Kg)Opportunity Cost 194.81 16.23 4.05

Sumber : Departemen Accounting dan Departemen Tracking(diolah)

7.2 Pemakaian Inti Sawit PT. SAP

Tempat penyimpanan bahan baku inti sawit yang digunakan oleh PT. SAP

disebut bulking silo, yang merupakan bangunan berbentuk kerucut terbalik.

Perusahaan memiliki empat buah bulking silo dan setiap bulking silo dapat

menampung 580 ton inti sawit. Bentuk dari bulking silo mempermudah

perusahaan dalam pemakaian bahan baku. Inti sawit yang lebih dulu di simpan

akan digunakan terlebih dulu dalam proses produksi, ini sesuai dengan metode

FIFO (First In First Out). Pemakaian bahan baku inti sawit berdasarkan target

yang telah ditetapkan oleh perusahaan (1 000 ton per hari).

Pemakaian bahan baku inti sawit di departemen PKC PT. SAP

berfluktuasi, terkadang pemakaian bahan baku sesuai dengan target dan terkadang

penggunaannya dibawah target perusahaan. Tingkat pemakaian inti sawit yang

berfluktuasi dapat juga akibat dari pengaruh hari kerja efektif dan jam kerja

mesin. Rata-rata inti sawit yang dipakai pada periode Juli 2006-Juni 2007 sebesar

20 534 619.25 kg, dengan rata-rata pemakaian perharinya sebesar 742 123 kg.

Untuk lebih jelas mengenai perkembangan volume pemakaian inti sawit dapat

dilihat pada Tabel 16.

Page 97: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

80

Tabel 16. Perkembangan Volume Pemakaian Inti Sawit Departemen PKC PT. SAP Periode Juli 2006-Juni 2007

Bulan Hari Kerja Pemakaian (kg) Rata-Rata

Pemakaian Per Hari (kg)

Juli 28 18 839 767 672 848.82Agustus 27 17 325 105 641 670.56September 28 19 069 151 681 041.11Oktober 27 17 527 382 649 162.30November 30 22 752 271 758 409.03Desember 29 20 749 870 715 512.76Januari 23 18 277 653 794 680.60Februari 25 18 565 636 742 625.44Maret 30 23 238 466 774 615.53April 30 21 438 752 714 625.10Mei 31 23 892 022 770 710.40Juni 25 24 739 356 989 574.24Total 333 246.415 431 8 905 475.81Rata-Rata 27.75 20 534 619.25 742 123

Sumber : Departemen PKC dan Bagian PPIC (diolah)

Besar kecilnya jumlah pembelian dan pemakaian bahan baku yang

berfluktuasi menyebabkan timbulnya persediaan. Pada Tabel 17, perkembangan

persediaan inti sawit, persediaan awal bulan Juli 2006 merupakan persediaan

akhir bulan Juni 2006. Begitu pula dengan bulan-bulan sebelumnya, dimana

persediaan akhir bulan sebelumnya merupakan persediaan awal bulan selanjutnya.

Untuk persediaan akhir adalah persediaan awal bulan tersebut ditambah dengan

pembelian dan dikurangi dengan pemakaian pada bulan tersebut. Perusahaan

menggunakan kriteria tertentu untuk menetapkan pemakaian dan pembelian sesuai

dengan target stok yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Persediaan inti sawit pada awal bulan Juli sebesar 1 349 996 kg yang

merupakan persediaan akhir pada bulan sebelumnya. Persediaan akhir bahan baku

di PT. SAP berfluktuasi, hal ini disebabkan dari pembelian dan pemakaian inti

sawit yang juga berfluktuasi. Persediaan rata-rata inti sawit di PT. SAP selama

Page 98: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

81

periode Juli 2006-Juni 2007 sebesar 3 508 413.33 kg dengan rata-rata persediaan

akhir untuk setiap bulannya sebesar 3 715 374.33 kg.

Tabel 17. Perkembangan Persediaan Inti Sawit (kg) Periode Juli 2006-Juni 2007

Bulan Pembelian (kg)

Persediaan Awal (kg)

Pemakaian (kg)

Persediaan Akhir (kg)

Persediaan Rata-Rata

(kg)

Juli 18 564 282.00 1 349 996.00 18 839 767.00 1 074 511.00 1 212 253.50 Agustus 18 206 067.00 1 074 511.00 17 325 105.00 1 955 473.00 1 514 992.00 September 20 384 869.00 1 955 473.00 19 069 151.00 3 271 191.00 2 613 332.00 Oktober 19 024 500.00 3 271 191.00 17 527 382.00 4 768 309.00 4 019 750.00 November 21 037 230.00 4 768 309.00 22 752 271.00 3 053 268.00 3 910 788.50 Desember 22 090 121.00 3 053 268.00 20 749 870.00 4 393 519.00 3 723 393.50 Januari 17 351 648.00 4 393 519.00 18 277 653.00 3 467 514.00 3 930 516.50 Februari 19 609 975.00 3 467 514.00 18 565 636.00 4 511 853.00 3 989 683.50 Maret 23 151 591.00 4 511 853.00 23 238 466.00 4 424 978.00 4 468 415.50 April 20 511 424.00 4 424 978.00 21 438 752.00 3 497 650.00 3 961 314.00 Mei 24 243 538.00 3 497 650.00 23 892 022.00 3 849 166.00 3 673 408.00 Juni 27 207 250.00 3 849 166.00 24 739 356.00 6 317 060.00 5 083 113.00 Total 251 382 495.00 39 617 428.00 246 415 431.00 44 584 492.00 42 100 960.00 Rata-Rata 20 948 541.25 3 301 452.33 20 534 619.25 3 715 374.33 3 508 413.33 Sumber : Bagian PPIC

Pemakaian inti sawit terkecil terjadi pada bulan Agustus 2006 dengan

jumlah 17 325 105 kg dan rata-rata persediaan pada bulan itu adalah 1 514 992 kg.

Pemakaian terbesar inti sawit terjadi pada bulan Juni 2007 sebesar 24 739 356 kg,

kapasitas pembelian lebih besar dari bulan-bulan sebelumnya yaitu 27 207 250 kg,

yang menyebabkan kapasitas persediaan akhir inti sawit menjadi dua kali dari

persediaan pengaman. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan bahan

baku pada bulan selanjutnya.

7.3 Waktu Tunggu (Lead Time) dan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Waktu tunggu (lead time) pengadaan bahan baku adalah waktu yang

diperlukan saat bahan baku tersebut dipesan sampai bahan baku sampai di pabrik.

Perhitungan waktu tunggu dilakukan untuk mengantisipasi ketidak pastian

Page 99: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

82

kedatangan bahan baku, sehingga perusahaan terhindar dari keterlambatan dalam

penerimaan yang mengakibatkan kekurangan bahan baku.

Berdasarkan wawancara dengan departemen PPIC dan bagian logistik,

diperoleh keterangan mengenai waktu tunggu rata-rata pengadaan inti sawit.

Waktu tunggu pengadaan inti sawit terdiri dari PPIC memesan bahan baku ke

bagian logistik, sampai persetujuan PO dari kantor pusat (HO) ke bagian logistik

+ 2 hari, ekspedisi dari bagian laboratorium + 2 hari (tergantung lokasi dari PKS/

perkebunan, dan waktu tunggu pengiriman inti sawit dari PKS/ perkebunan

maksimal + 3 hari (bila terjadi keterlambatan penerimaan inti sawit disebabkan

tidak sama waktu pemanenan dengan peramalan yang dilakukan oleh pihak PKS).

Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan yang dilakukan

oleh perusahaan untuk mengatasi ketidakpastian produksi maupun

ketidaktersediaan bahan baku. PT. SAP memiliki persediaan pengaman yang

disebut stok minimum sebesar 2000-3000 ton. Perusahaan selama ini berproduksi

berdasarkan target, dengan tujuan untuk memenuhi stok.

7.4 Sistem Pengendalian Persediaan Inti Sawit PT. Sinar Alam Permai

PT. SAP berproduksi berdasarkan target untuk memenuhi stok PKO

(minyak inti sawit). Agar produksi berjalan lancar, perusahaan harus melakukan

pengendalian persediaan bahan baku. Selain untuk menjaga ketersediaan bahan

baku, pengendalian persediaan juga untuk meminimumkan biaya total pesediaan.

Dalam sub bab ini akan dibahas bentuk pengendalian persediaan bahan

baku metode yang diterapkan oleh perusahaan dengan metode MRP. Metode

MRP yang digunakan memuat beberapa alternatif penentuan lot ekonomis yang

Page 100: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

83

sesuai dengan perusahaan. Teknik yag digunakan adalah lot for lot, EOQ, PPB

dan POQ.

7.4.1 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Sinar Alam Permai.

Pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan dimulai dengan

perencanaan produksi dan menghitung kebutuhan bahan baku dilakukan oleh

departemen PPIC dan departemen produksi. Sebelum perencanaan produksi,

departemem produksi menghitung persediaan bahan baku yang ada. Departemen

PPIC memesan bahan baku ke bagian logistik, setelah ada kepastian jumlah bahan

baku yang dapat dibeli, departemen PPIC membuat perencanaan produksi.

Pengawasan persediaan bahan baku dilakukan setiap satu minggu sekali

yang dilakukan oleh departemen PPIC dan departemen produksi. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang masuk dan menentukan

jumlah jam kerja mesin yang dipakai dalam proses produksi serta untuk

mengetahui apakah ada keterlambatan pengiriman bahan baku. Selama ini PT.

SAP melakukan pembelian bahan baku (melalui kantor pusat, HO). Jumlah bahan

baku yang dibeli tidak dibatasi, sesuai dengan kemampuan PKS dan kesesuaian

harga.

Pembelian bahan baku inti sawit PT. SAP dilakukan dengan menggunakan

sistem kontrak, jadi frekuensi pemesanan bahan baku dihitung berdasarkan jumlah

kontrak yang dilakukan oleh perusahaan. Frekuensi pemesanan inti sawit (Tabel

18) bervariasi setiap bulannya. Total pemesanan inti sawit selama periode Juli

2006-Juni 2007 sebanyak 63 kali. Perbedaan jumlah frekuensi pemesanan bahan

baku disebabkan perbedaan kuantitas pesanan pada setiap pemesanan.

Page 101: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

84

Tabel 18. Frekuensi Pemesanan Inti Sawit PT. SAP Bulan Juli 2006 - Juni 2007

Bulan Frekuensi Pembelian (Kg) Juli 4 18 564 282Agustus 3 18 206 067September 5 20 384 869Oktober 4 19 024 500November 5 21 037 230Desember 6 22 090 121Januari 3 17 351 648Februari 4 19 609 975Maret 7 23 151 591April 6 20 511 424Mei 8 24 243 538Juni 8 27 207 250Total 63 251 382 495

Sumber : Bagian Logistik dan Departemen PKC

Berdasarkan metode pengendalian persediaan inti sawit yang diterapkan

perusahaan, biaya persediaan yang dikeluarkan selama bulan Juli 2006 sampai

bulan Juni 2007 mencapai Rp 223 052 921.3. Biaya persediaan tersebut terdiri

atas biaya pemesanan sebesar Rp 36 558 900 (63 x Rp 580 300) yang ditambah

dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 186 494 021.3 ((44 584 492 kg + 1 349

996 kg) x Rp 4.06). Sedangkan, total biaya pembelian bahan baku sebesar Rp 480

643 330 440 (251 382 495 x Rp 1 912). Perhitungan biaya persediaan dengan

metode perusahaan secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

7.4.2 Metode Material Requirement Planning (MRP)

Permintaan persediaan terhadap inti sawit tidak sama untuk setiap

periodenya, oleh karena itu perusahaan dapat menerapkan metode pengendalian

persediaan bahan baku yang disebut dengan Material Requirement Planning

(MRP), sebagai alternatif sistem pengendalian persediaan.

Page 102: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

85

7.4.2.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL)

Sistem pengendalian persediaan inti sawit dengan Metode MRP Teknik

Lot for Lot melakukan pemesanan tepat sebesar kebutuhan bersih dan sesuai

dengan tenggang waktu masing-masing persediaan. Kebutuhan persediaan inti

sawit diharapkan dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga

persediaan di gudang dapat dihilangkan. Teknik ini dapat mengurangi biaya

penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Departemen PKC PT. SAP memiliki persediaan awal pada bulan Juli 2006

sebesar 1 349 996 kg, yang merupakan persediaan akhir dari bulan Juni 2006.

Pemesanan inti sawit dimulai akhir minggu kedua bulan Juli, jumlah pemesanan

disesuaikan dengan kebutuhan bersih untuk minggu selanjutnya. Penerimaan

bahan baku diterima pada awal minggu kedua bulan Juli 2006.

Selama periode Juli 2006 sampai Juni 2007, frekuensi pemesanan inti

sawit dengan menggunakan teknik ini lebih besar (46 kali), hal ini disebabkan

pada teknik ini pemesanan sebesar kebutuhan bersih, sehingga pesanan dilakukan

setiap minggu agar tidak ada persediaan di tangan. Untuk frekuensi dan kuantitas

pemesanan inti sawit dengan metode MRP teknik LFL dapat dilihat pada Tabel

19.

Kuantitas pemesanan inti sawit bervariasi setiap bulannya. Kuantitas

pesanan tertinggi terjadi pada bulan November 2006 yaitu sebesar 27 092 421

kilogram dan kuantitas pemesanan terendah terjadi pada bulan Juli 2006 yaitu

sebesar 12 721 759 kilogram. Pemesanan inti sawit dengan Teknik Lot For Lot

setiap bulannya rata-rata 3 sampai 4 kali (dapat dilihat pada Tabel 19).

Page 103: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

86

Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Lot For Lot Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan (Kg) Juli 3 12 721 759Agustus 4 17 459 118September 4 18 176 396Oktober 4 16 746 209November 4 27 092 421Desember 4 20 257 815Januari 4 18 668 646Februari 4 19 639 774Maret 4 21 907 225April 4 22 313 376Mei 4 24 301 497Juni 3 18 976 881Total 46 238 261 117

Tinggi rendahnya frekuensi pemesanan inti sawit berpengaruh pada biaya

pemesanan inti sawit. Biaya pemesanan dengan teknik ini sebesar Rp 26 693 800.

sedangkan biaya penyimpanan sebesar Rp 27 851 051.9 (Lampiran 6). Jadi, biaya

persediaan pada teknik ini adalah Rp 54 544 851.9. Untuk biaya pembelian teknik

ini sebesar Rp 455 555 255 704 (Rp 1 912 x 238 261 117 kg).

7.4.2.2 Metode MRP Teknik Economic Quantity Order (EOQ)

Metode MRP teknik EOQ adalah teknik pengendalian persediaan bahan

baku dengan melakukan pemesanan bahan baku sebesar kelipatan dari nilai EOQ

terdekat dan lebih besar dari kebutuhan bersih. Nilai EOQ merupakan lot

(kuantitas) ekonomis dalam melakukan pemesanan.Berdasarkan perhitungan

dengan rumus EOQ maka diperoleh nilai kuantitas ekonomis sebesar 1 211 660

kilogram.

Berdasarkan teknik ini rencana pelaksanaan pesanan dilakukan pada akhir

minggu kedua pada bulan Juli 2006, persediaan awal yang merupakan persediaan

Page 104: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

87

akhir pada bulan sebelumnya ditambah dengan rencana pemesanan pada akhir

minggu keempat pada bulan Juni, telah digunakan terlebih dulu pada minggu

pertama dan kedua. Untuk frekuensi pemesanan dan kuantitas pemesanan dengan

teknik EOQ daat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Economic Quantity Order (EOQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan Juli 3 13 328 260Agustus 4 16 963 240September 3 23 021 540Oktober 2 12 116 600November 4 27 868 180Desember 4 24 233 200Januari 3 18 174 900Februari 4 15 751 580Maret 4 21 809 880April 4 23 021 540Mei 4 24 233 200Juni 3 18 174 900Total 42 238 697 020

Frekuensi rencana pelaksanaan pemesanan inti sawit berdasarkan

perhitungan menggunakan teknik EOQ sebanyak 42 kali, relatif lebih rendah

dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan dan teknik LFL.

Selama periode Juli 2006-Juni 2007 jumlah kuantitas inti sawit yang di pesan

sebanyak 238 697 020 kilogram. Berdasarkan frekuensi pemesanan bahan baku

dan jumlah persediaan dalam teknik ini diperoleh biaya pemesanan sebesar Rp 24

372 600 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 195 477 627.9 (Lampiran 7). Total

biaya pembelian inti sawit dengan teknik EOQ sebesar Rp 456 388 702 240.

Page 105: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

88

7.4.2.3 Metode MRP Teknik Periode Order Quantity (POQ)

Dalam penggunaan teknik POQ, ukuran kuantitas ditetapkan sama dengan

kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang diperoleh dari pembagian

antara nilai EOQ dengan pemakaian rata-rata bahan baku. Hal ini dilakuakan

untuk mengantisipasi terjadinya persediaan di tangan di akhir periode yang

dihasilkan jika menggunakan metode EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan maka

diperoleh periode penggabungan sebesar 1,71 diadakan pembulatan menjadi 2

periode/ minggu (Lampiran 5). Pada Tabel 21 dapat dilihat frekuensi dan

kuantitas pemesanan yang diperoleh dari perhitungan dengan teknik POQ.

Tabel 21. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan Juli 1 16 952 935Agustus 2 18 104 230September 2 17 141 725Oktober 2 19 325 343November 2 25 978 457Desember 2 19 518 691Januari 2 18 044 369Februari 2 21 506 004Maret 2 21 861 067April 2 22 812 923Mei 2 24 233 199Juni 2 12 782 174Total 23 238 261 117

Berdasarkan Tabel 21 diperoleh frekuensi pemesanan sebanyak 2 kali dan

total kuantitas pemesanan selama satu tahun adalah 238 261 117 kilogram dengan

biaya pembelian bahan baku sebesar Rp 455 555 255 704. Biaya pemesanan pada

Page 106: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

89

teknik ini sebesar Rp 13 346 900, sedangkan biaya penyimpanannya sebesar Rp

524 928 211.8

7.4.2.4 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)

Metode pengendalian persediaan bahan baku dengan teknik ini, melakukan

pemesanan sebesar kebutuhan pada suatu periode yang dapat digabungkan.

Penggabungan periode (Lampiran 9) tersebut dilakukan dengan menggabungkan

periode berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode yang mendekati

nilai Economic Part Period (EPP). Nilai EPP (Lampiran 5) yang diperoleh dari

perhitungan adalah 142 931 kilogram (Pada Tabel 22).

Tabel 22. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan Juli 3 16 952 935Agustus 2 18 104 230September 3 17 141 725Oktober 2 12 904 592November 4 32 399 208Desember 2 14 951 028Januari 3 22 612 032Februari 3 15 696 388Maret 4 21 907 225April 4 22 313 376Mei 4 24 301 497Juni 3 18 976 881Total 37 238 261 117

Frekuensi pemesanan (Tabel 22) yang diperoleh dengan teknik ini

sebanyak 37 kali. Bila dibandingkan dengan metode perusahaan,teknik LFL dan

teknik EOQ, teknik ini relatif lebih rendah. Hal ini berpengaruh terhadap biaya

pemesanannya yaitu sebesar Rp 21 471 100. Biaya penyimpanan sebesar Rp 187

Page 107: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

90

234 699.3, dengan total kuantitas penyimpanan pada periode Juli 2006-Juni 2007

adalah 46 116 921 kilogram (Lampiran 10). Sedangkan biaya pembelian bahan

baku yang diperoleh sama dengan teknik LFL dan teknik POQ.

7.4.3 Analisis Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode MRP

Perbandingan hasil pengendalian persediaan inti sawit PT. SAP selama

bulan Juli 2006-Juni 2007 yaitu dengan membandingkan antara metode analisis

yang digunakan oleh perusahaan dan metode MRP yang digunakan dalam

penelitian ini. Perbandingan antara metode yang digunakan meliputi :

perbandingan frekuensi pemesanan, biaya pembelian, kuantitas pesanan, biaya

pemesanan, biaya pernyimpanan dan biaya persediaan.

Tabel 23. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007

Metode Pengendalian Persediaan Frekuensi Kuantitas

Pesanan (kg) Biaya Pembelian

(Rp) Metode Perusahaan 63 251 382 495 480 643 330 440Teknik Lot For Lot 46 238 261 117 455 555 255 704Teknik EOQ 42 238 697 020 456 388 702 240Teknik POQ 23 238 261 117 455 555 255 704Teknik PPB 37 238 261 117 455 555 255 704

Sumber : Data Primer diolah, 2008

Frekuensi pemesanan dengan metode lot for lot lebih tinggi (Tabel 23)

dibandingkan dengan teknik yang lain. Pada teknik LFL pemesanan bahan baku

dilakukan hampir setiap minggu karena teknik pemesanan dilakukan sebesar

kebutuhan bersih, total pemesanan bahan baku sebesar 46 kali. Sedangkan,

metode yang dilakukan oleh perusahaan, pemesanan bahan baku dapat dilakukan

5 kali dalam sebulan.

Berdasarkan Tabel 23, kuantitas pemesanan dengan metode perusahaan

dan teknik dari metode MRP cukup besar, hal ini berpengaruh pada biaya

Page 108: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

91

pembeliannya yaitu sebesar Rp 480 643 330 440. Kuantitas pesanan inti sawit

menggunakan metode MRP dengan teknik LFL, POQ dan PPB, masing-masing

memilki jumlah kuantitas yang sama. Untuk teknik EOQ jumlah kuantitas

pesanannya lebih besar dari ketiga teknik yang lain.

Besar kecilnya biaya pesanan tergantung pada frekuensi pemesanan dan

biaya pemesanan per pesanan. Semakin sering pemesanan dilakukan maka biaya

pemesanan akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya pemesanan, perusahaan

dapat melakukan pemesanan bahan baku seoptimal mungkin, sehingga frekuensi

pemesanan dapat berkurang.

Tabel 24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007

Metode Pengendalian Persediaan Frekuensi Biaya Pemesanan

(Rp) Metode Perusahaan 63 36 558 900Teknik Lot For Lot 46 26 693 800Teknik EOQ 42 24 372 600Teknik POQ 23 13 346 900Teknik PPB 37 21 471 100

Sumber : Data Primer diolah, 2008

Biaya pemesanan inti sawit terbesar terjadi pada teknik LFL (Rp 26 693

800) dan biaya pemesanan terkecil terjadi pada teknik POQ yaitu sebesar Rp 13

346 900. Kecilnya biaya pemesanan pada teknik ini karena frekuensi pemesanan

inti sawit selama periode bulan Juli 2006-Juni 2007 sebanyak 23 kali dan dalam

pemesanan inti sawit, jumlah pemesanan merupakan penggabungan 2

periode/minggu.

Untuk mengurangi biaya pemesanan dan frekuensi pemesanan, sebagian

perusahaan mengadakan persediaan bahan baku. Adanya persediaan bahan baku

menimbulkan biaya penyimpanan. Tinggi rendahnya biaya penyimpanan

Page 109: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

92

tergantung pada persediaan rata-rata yang di simpan setiap minggu atau

persediaan bahan baku di tangan dan besarnya biaya penyimpanan per kilogram.

Biaya penyimpanan dengan menggunakan metode perusahaan dan keempat teknik

metode MRP dapat dilihat pada Tabel 25.

Persediaan inti sawit tertinggi terjadi pada teknik POQ (129 292 663 kg)

karena pada teknik ini frekuensi pemesanan lebih kecil dari teknik MRP yang lain

dan metode perusahaan. Hal ini berdampak pada biaya penyimpanannya (Rp 524

928 211.8). Teknik yang paling kecil jumlah persediaan di tangan adalah teknik

LFL (6 859 865 kg) dengan biaya persediaan sebesar Rp 27 851 051.9.

Tabel 25. Jumlah Persediaan dan Biaya Penyimpanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007

Metode Pengendalian Persediaan

Jumlah Persediaan (kg)

Biaya Penyimpanan (Rp)

Metode Perusahaan 45 934 488 186 494 021.3Teknik Lot For Lot 6 859 865 27 851 051.9Teknik EOQ 48 147 199 195 477 627.9Teknik POQ 129 292 663 524 928 211.8Teknik PPB 46 116 921 187 234 699.3

Sumber : Data Primer diolah, 2008

Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas selanjutnya akan

dibandingkan besarnya biaya persediaan antara metode perusahaan dengan

keempat teknik metode MRP. Biaya persediaan diperoleh dari penjumlahan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Perbandingan biaya persediaan dapat dilihat

pada Tabel 26.

Page 110: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

93

Tabel 26. Biaya Persediaan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007

Metode Pengendalian

Persediaan

Biaya Pemesanan

(Rp)

Biaya Penyimpanan

(Rp)

Biaya Persediaan (Rp)

Biaya Pembelian (Rp)

Metode Perusahaan 36 558 900 186 494 021.3 223 052 921.3 480 643 330 440Teknik Lot For Lot 26 693 800 27 851 051.9 54 544 851.9 455 555 255 704Teknik EOQ 24 372 600 195 477 627.9 219 850 227.9 456 388 702 240Teknik POQ 13 346 900 524 928 211.8 538 275 111.8 455 555 255 704Teknik PPB 21 471 100 187 234 699.3 208 705 799.3 455 555 255 704

Sumber : Data Primer diolah, 2008

Pada Tabel 26 biaya persediaan terkecil terjadi pada teknik LFL yaitu Rp

54 544 851.9, meskipun biaya pemesanannnya lebih tinggi dari ketiga teknik

metode MRP tetapi pada teknik ini biaya penyimpanannya paling kecil. Teknik ini

berusaha untuk meminimalkan atau menghilangkan persediaan yang di simpan.

Begitu pula sebaliknya yang terjadi pada teknik POQ, dimana biaya

persediaannya paling besar diantara metode perusahaan dan teknik yang lain.

Untuk biaya pembelian inti sawit, teknik LFL, POQ dan PPB memilki biaya

pembelian yang sama dan lebih kecil dari metode perusahaan dan EOQ.

7.4.4 Analisis Penghematan Terhadap Metode MRP dan Metode Perusahaan

Analisis penghematan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara

nilai-nilai pada metode alternatif dengan nilai-nilai pada metode perusahaan, lalu

hasilnya dibandingkan dengan nilai-nilai pada perusahaan. Hal ini dilakukan

untuk melihat apakah ada penghematan dan kalau ada seberapa besar

penghematan tersebut. Analisis penghematan terdiri dari penghematan frekuensi

pemesanan, kuantitas pesanan, biaya penyimpanan, biaya pembelian, biaya

pemesanan dan biaya persediaan. Berdasarkan analisis penghematan tersebut

(Tabel 27), ditentukan metode yang meminimumkan biaya persediaan sebagai

metode alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan.

Page 111: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

94

Tabel 27. Penghematan Teknik Metode MRP Terhadap Metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007

Metode MRP Frekuensi Pemesanan

Biaya Pembelian

Biaya Pemesanan

Biaya Penyimpanan

Biaya Persediaan

Teknik LFL 26.98 5.22 26.98 85.07 75.55Teknik EOQ 33.33 5,05 33.33 -4.82 1.44Teknik POQ 63.49 5.22 63.49 -181.47 -141.32Teknik PPB 41.27 5.22 41.27 -0.40 6.43

Penghematan frekuensi pemesanan yang paling besar diantara keempat

teknik pada metode MRP adalah teknik POQ. Besarnya penghematan pada teknik

tersebut adalah 63.49 persen. Penghematan terbesar untuk biaya pembelian inti

sawit terjadi pada teknik LFL,POQ, dan PPB yaitu 5.22 persen. Pada Tabel 26

dapat dilihat bahwa penghematan biaya pemesanan terbesar terjadi pada teknik

POQ, sedangkan untuk biaya penyimpanan dan biaya persediaan penghematan

terbesar terjadi pada teknik LFL masing-masing sebesar 85,07 persen dan 75,55

persen.

7.4.5 Alternatif Model Pengendalian Persediaan Inti Sawit

Setelah melakukan analisis perbandingan biaya persediaan pada metode

perusahaan dan teknik metode MRP. Untuk selanjutnya, menentukan alternatif

metode yang akan digunakan oleh perusahaan dengan melihat sisi manajemen

produksi perusahaan. PT. SAP melakukan produksi secara kontinu, dengan

jumlah hari kerja sebanyak 345 hari dalam setahun dan memproduksi produknya

selama 24 jam. Perusahaan berproduksi berdasarkan target yaitu mengolah inti

sawit sebanyak 1 000 ton per hari dan menghasilkan PKO (minyak inti sawit)

sebanyak 430 ton per hari.

Inti sawit merupakan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

menghasilkan PKO (minyak inti sawit). Jumlah PKO yang dihasilkan dipengaruhi

oleh jumlah inti sawit, usia dari kelapa sawit dan kwalitas dari inti sawit itu

Page 112: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

95

sendiri. Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku, perusahaan membeli

bahan baku dari beberapa PKS baik itu yang berada di sekitar daerah perusahaan

maupun di luar daerah.

Pengadaan inti sawit di perusahaan dilakukan oleh kantor pusat (HO) yang

berada di Medan. Pemesanan dari perusahaan ke kantor pusat dilakukan oleh

bagian logistik. Inti sawit dibeli dari PKS (pabrik kelapa sawit) sebagai pemasok,

pemasok inti sawit dibagi dua yaitu PKS yang masih satu grup dengan PT. SAP

dan PKS yang bukan dari satu grup.

Pembelian inti sawit dari pemasok dilakukan dengan kontrak, mengenai

kuantitas, standar kadar inti dan harga ditentukan pada perjanjian awal kontrak.

Agar kadar inti sawit yang masuk ke perusahaan sesuai dengan perjanjian kontrak

pada saat pemesanan, maka setiap bahan baku yang masuk dilakukan pengujian

laboratorium. Kontrak dengan pihak PKS merupakan salah satu antisipasi

perusahaan agar ketersediaan bahan baku inti sawit tetap kontinu.

Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode

MRP terhadap kebijakan perusahaan periode bulan Juli 2006 sampai dengan Juni

2007, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan inti sawit

perusahaan belum optimal artinya biaya persediaan masih dapat ditekan lebih

rendah lagi. Biaya persediaan inti sawit yang ditanggung oleh perusahaan pada

periode tersebut mencapai Rp 223 052 921.3 dengan biaya pembelian inti sawit

sebesar Rp 480 643 330 440.

Metode MRP dengan teknik LFL, EOQ dan PPB memungkinkan

perusahaan untuk melakukan penghematan terhadap biaya persediaan. Sedangkan,

teknik POQ tidak dapat digunakan dalam metode alternatif pengendalian

Page 113: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

96

persediaan, hal ini disebabkan teknik POQ memiliki biaya penyimpanan yang

sangat tinggi akibat dari persediaan yang lebih banyak.

Metode MRP dengan teknik LFL dapat menghemat biaya persediaan

sebanyak 75.55 persen, tetapi teknik ini memilki kelemahan yaitu hanya dapat

digunakan untuk pemesanan lot yang kecil dan jumlah pemesanan sebesar

kebutuhan bersih. Teknik ini kurang tepat digunakan pada perusahaan karena

seluruh inti sawit sebagai bahan baku perusahaan diperoleh dari luar perusahaan,

resiko kekurangan bahan baku sangat besar.

Teknik EOQ memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya

persediaan meskipun biaya persediaan yang di hemat hanya sebesar 1.44 persen.

Namun, teknik ini sulit untuk diterapkan pada perusahaan, ada beberapa asumsi

dari teknik ini yang tidak dapat dipenuhi.

MRP teknik PPB merupakan teknik pengukuran lot yamh ,e,perhitungkan

kebutuhan untuk periode-periode berikutnya. Teknik PPB dapat digunakan karena

dapat menghemat biaya pemesanan 41.27 persen. Teknik ini memesan bahan baku

dalam jumlah yang besar, hal ini di dukung dari kapasitas silo yang dapat

menampung inti sawit dalam jumlah yang banyak dan karakteristik inti sawit yang

dapat disimpan agak lama.

Page 114: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

97

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. PT. SAP merupakan salah satu produsen yang mengolah inti sawit menjadi

minyak inti sawit (PKO). Untuk perencanaan dan pengadaan inti sawit

dilakukan oleh bagian PPIC, bagian logistik dan departemen PKC. Sedangkan,

yang membeli inti sawit langsung dari PKS adalah kantor pusat (HO) dari PT.

SAP dalam satu grup yang berlokasi di Medan. Selama ini perusahaan

memproduksi PKO unruk memenuhi stok. Perusahaan mengolah inti sawit

berdasarkan target yaitu 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan PKO

sebanyak 12 362.5 ton.

Perusahaan membeli inti sawit melalui kontrak dengan PKS, dengan jumlah

inti sawit sesuai dengan kemampuan PKS. Selama periode Juli 2006-Juni

2007 perusahaan memesan sebanyak 63 kali dengan jumlah kuantitas inti

sawit sebanyak 251 382 495 kg. Biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp

223 052 921.3. Sedangkan, biaya pembelian yang dikeluarkan oleh

perusahaan sebesar Rp 480 643 330 440. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

inefisiensi pada pengendalian persediaan inti sawit. Inefisiensi ini terjadi

karena penggunaan inti sawit yang berfluktuasi setiap karena perusahaan tidak

memiliki perkebunan sendiri, sehingga kebutuhan bahan baku sangat

tergantung dari luar perusahaan.

2. Pengadaan bahan baku inti sawit di PT. SAP dengan menggunakan keempat

teknik metode MRP yaitu teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB diperoleh

frekuensi pemesanan tertinggi adalah LFL (46 kali) dan terendah adalah teknik

Page 115: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

98

POQ (23 kali). Untuk biaya persediaan yang terbesar adalah teknik POQ dan

terendah adalah teknik LFL. Sedangkan, teknik PPB dan teknik EOQ

diperoleh frekuensi pemesanan 42 dan 37, biaya persediaan sebesar Rp 219

850 227.9 dan Rp 208 705 799.3.

Teknik yang dapat direkomendasikan ke perusahaan adalah teknik PPB,

karena dari perbandingan biaya persediaan teknik ini dapat menghemat biaya

persediaan sebesar 6.43 persen dari metode perusahaan dan dari segi biaya

pembelian teknik ini dapat menghemat sebesar 5.22 persen. Meskipun, biaya

penyimpananya lebih tinggi 0.40 persen dari metode perusahaan. Teknik ini

pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat

persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas

pemesanan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat di dukung dari kapasitas

silo yang besar, kapasitas mesin, jumlah tenaga kerja yang cukup serta

karakteristik dari inti sawit yang dapat di simpan dalam waktu yang agak

lama.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan,

maka ada beberapa hal yang disarankan, yaitu :

1. Metode MRP teknik PPB dapat direkomendasikan sebagai metode alternatif

dalam sistem pengendalian persediaan inti sawit pada perusahaan dengan

harapan dapat menghemat biaya persediaan sehingga biaya yang dihemat

dapat direlokasikan untuk biaya yang lain.

Page 116: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

99

2. Perusahaan perlu memperhatikan keakuratan tenggang waktu (lead time) dari

bahan baku untuk antisipasi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku.

3. Perusahaan perlu menjaga hubungan baik dengan pihak PKS yang dapat

diandalkan agar kelancaran produksi dapat tercapai.

Page 117: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

100

DAFTAR PUSTAKA

Assauri,S .1999.Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi dan Pengendalian Persediaan. BPFE. Yogyakarta

Buffa, Elwood. S dan Rakesh. K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta.

Dessy. N. 2002. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb Rubber PT. Virco (Vrginia Indonesia Rubber Company) Padangsidempuan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.

Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta.

Heizer, J and Render. 2005. Operation Management (Manajemen Operasi). Edisi ke-7. Salemba Empat. Jakarta

Ismail, A. 2000. Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Optimal pada PT Sinar Sosro Sukabumi. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kotler. P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu.Edisi Mileniun. Prenhallindo, Jakarta.

Manullang, M. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Liberty. Yogyakarta.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya Edisi Kelima. Aditya Media. Yogyakarta.

Guritno, P. 2000. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Reza, S. 2004. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Pada PT. Jaya Cemerlang Industri di Kecamatan Panongan, Tangerang, Banten. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.

Risma. 2005. Analisis Kinerja Ekspor CPO dan PKO Indonesia di Pakistan. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Royanti, I. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rajungan di PT Muara Bahari Internasional, Cirebon. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 118: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

101

Sahat, S. 2005. Analisis Peramalan Produksi CPO dan PKO di PT PANAMTAMA, Asahan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sary, I. 2004. Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada PT. Riau Sakti United Plantations. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.

Situs Departemen Perindustrian. 2001. Lokasi Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit. Buletin Perdagangan Berjangka. Edisi Agustus 2001. http;//www.deperindag.go.id/bappepti.

Situs Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. http;//www.deperindag.go.id.

Situs Wikipedia Indonesia. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis). http;//www.wikipedia.org/wiki/kelapa sawit. (Maret 2008)

Tampubolon, M. P. 2004. Manajemen Operasional (Operations Management). Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 119: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 1

STRUKTUR ORGANISASI PT. SINAR ALAM PERMAI

GENERAL MANAGER

DEPUTI GENERAL MANAGER

FACTORY MANAGER

MARKETING MANAGER

OPERATIONAL MANAGER

ADMINISTRATION MANAGER

PERSONALIA MANAGER

ACCOUNTING MANAGER

102

Page 120: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 2

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING (PKC PLANT)

Manajer Pabrik

Manajer Produksi

Ass. Manajer

Leader Loading Ramp / Gudang PKM

Leader Mekanik Leader Mekanik Shoop Leader Produksi

Mandor Shif Produksi Mandor Mek. Prod Mandor Mekanik

Elivator/Compayer Mandor Welding

Operator Prod

Operator Mek. Prod

Operator Elivator

Operator Welding

Operator Mek. Shoop

Mandor Mek. Shoop

Operator Gerinda

Operator Listrik

Operator Load. Ramp

Operator Ware House

Operator Gudang Bungkil

103

Page 121: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 3. Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Suku Bunga Simpanan Berjangka Juli 12.25 Agustus 11.75 September 11.25 Oktober 10.75 November 10.25 Desember 9.75 Januari 9.50 Februari 9.25 Maret 9.00 April 9.00 Mei 8.75 Juni 8.50

Rata-rata 10.12

Lampiran 4. Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007

Bulan Frekuensi Pembelian (Kg) Persediaan Awal (Kg)

Pemakaian (Kg)

Persediaan Akhir (Kg)

Persediaan Rata-Rata

(Kg)

Juli 4 18 564 282.00 1 349 996.00 18 839 767.00 1 074 511.00 1 212 253.50

Agustus 3 18 206 067.00 1 074 511.00 17 325 105.00 1 955 473.00 1 514 992.00

September 5 20 384 869.00 1 955 473.00 19 069 151.00 3 271 191.00 2 613 332.00

Oktober 4 19 024 500.00 3 271 191.00 17 527 382.00 4 768 309.00 4 019 750.00

November 5 21 037 230.00 4 768 309.00 22 752 271.00 3 053 268.00 3 910 788.50

Desember 6 22 090 121.00 3 053 268.00 20 749 870.00 4 393 519.00 3 723 393.50

Januari 3 17 351 648.00 4 393 519.00 18 277 653.00 3 467 514.00 3 930 516.50

Februari 4 19 609 975.00 3 467 514.00 18 565 636.00 4 511 853.00 3 989 683.50

Maret 7 23 151 591.00 4 511 853.00 23 238 466.00 4 424 978.00 4 468 415.50

April 6 20 511 424.00 4 424 978.00 21 438 752.00 3 497 650.00 3 961 314.00

Mei 8 24 243 538.00 3 497 650.00 23 892 022.00 3 849 166.00 3 673 408.00

Juni 8 27 207 250.00 3 849 166.00 24 739 356.00 6 317 060.00 5 083 113.00

Total 63 251 382 495.00 39 617 428.00 246 415 431.00 44 584 492.00 42 100 960.00

Rata-Rata 5.25 20 948 541.25 3 301 452.33 20 534 619.25 3 715 374.33 3 508 413.33 Biaya Pembelian : 251 382 495 x Rp 1 912 = Rp 480 643 330 440 Biaya Pemesanan : 63 x Rp 580.300 = Rp 36 558 900 Biaya Penyimpanan : 45934488 x Rp 4,06 = Rp 186 494 021.3 Biaya persediaan : Rp 36.558.900 + Rp 186.494.021,3 = Rp 223 052 921.3

104

Page 122: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 5. Perhitungan EOQ dan EPP (Economic Part Period)

Diketahui :

Biaya pemesanan per pesanan : Rp 580 300 ............................ (1)

Biaya penyimpanan per tahun : Rp 194.81 .............................. (2)

Pemakaian inti sawit setahun : 246 415 431 kg ...................... (3)

Pemakaian rata-rata inti sawit per hari : 20 534 619.25 kg ................... (4)

Perhitungan EOQ :

EOQ = )2(

)3()1(2 xx

EOQ = 81.194

2464154315803002Rp

xxRp

= 1 211 660 kg ............................................................................. (5)

Perhitungan EPP Inti Sawit

EPP = (1) : (2)

= Rp 580 300 : Rp 4.05

= 143 284 kg

Perhitungan POQ

Jumlah Periode = (5) : pemakaian rata-rata

= 1 211 660 kg : 742 123 kg

= 1.65

= 2 periode/ minggu

105

Page 123: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 6. Metode MRP Teknik Lot for Lot Persediaan Awal = 1 349 996

Minggu Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kebutuhan Kotor 4 709 941 4 618 823 4 755 501 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298

Persediaan di Tangan 1 349 996 5 739 344 1 120 521 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 3 359 945 0 3 634 980 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 Rencana Penerimaan Pesanan 9 099 289 0 3 634 980 4 755 502 4 331.277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 3 634 980 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 3 672 532

Minggu Uraian 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Kebutuhan Kotor 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5 306 787 5 306 787 5 306 787 Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5 306 787 5 306 787 5 306 787 Rencana Penerimaan Pesanan 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5 306 787 5 306 787 5 306 787 Rencana Pelaksanaan Pesanan 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5 306 787 5 306 787 5 306 787 4 337 454

Minggu Uraian 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Kebutuhan Kotor 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Rencana Penerimaan Pesanan 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5809 617 5 809 616 Rencana Pelaksanaan Pesanan 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 4 478 376

Minggu Uraian 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Kebutuhan Kotor 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Rencana Penerimaan Pesanan 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Rencana Pelaksanaan Pesanan 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 0

Biaya Pemesanan 46 x Rp 580 300 = Rp 26 693 800

Biaya Penyimpanan 6 859 865 x Rp 4.05 = Rp 27 851 051.9 +

Biaya Persediaan Rp 54.544.851,9

106

Page 124: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 7. Metode MRP Teknik EOQ Persediaan Awal = 1 349 996 EOQ = 1 211 660

Minggu Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kebutuhan Kotor 4 709 941 4 618 823 4 755 501 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 Persediaan di Tangan 1.349.996 5 739 344 1 120 521 0 91 138 606 501 10 305 1 737 227 1 040 930 110 623 80 975 68 337 146 679 Kebutuhan Bersih 3 359 945 0 3 634 980 4 755 502 4 240 139 3 624 675 4 321 073 0 3 524 357 0 4 778 303 0 Rencana Penerimaan Pesanan 9 099 289 0 3 634 980 4 846 640 4 846 640 3 634 980 6 058 300 3 634 980 3 634 980 4 846 640 4 846 640 4 846 640 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 3 634 980 4 846 640 4 846 640 3 634 980 6 058 300 3 634 980 3 634 980 4 846 640 4 846 640 4 846 640 8 481 620

Minggu Uraian 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kebutuhan Kotor 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5. 306 787 5 306 787 5 306 787 Persediaan di Tangan 4 955 767 1 114 150 4 322 494 370 877 326 158 849 209 298 088 758 628 775 759 315 612 1 067 125 606 978 Kebutuhan Bersih 3 525 853 0 2 947 466 0 4 520 482 6 420 751 6 971 872 7 722 992 4 070 881 4 531 028 4 991 175 4 239 662 Rencana Penerimaan Pesanan 8 481 620 0 7 269 960 0 4 846 640 7 269 960 7 269 960 8 481 620 4 846 640 4 846 640 6 058 300 4 846 640 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 7 269 960 0 4 846 640 7 269 960 7 269 960 8 481 620 4 846 640 4 846 640 6 058 300 4 846 640 8 481 620

Minggu Uraian 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Kebutuhan Kotor 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Persediaan di Tangan 4 751 144 183 481 592 667 511 225 4 257 398 314 012 217 266 120 520 369 204 617 888 866 571 1 115 255 Kebutuhan Bersih 3 730 476 0 4 253 973 4 335 415 4 224 222 0 4 629 374 4 726 120 5 689 096 5 440 412 5 191 729 4 943 045 Rencana Penerimaan Pesanan 8 481 620 0 4 846 640 4 846 640 8 481 620 0 4 846 640 4 846 640 6 058 300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 4 846 640 4 846 640 8 481 620 0 4 846 640 4 846 640 6 058 300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 3 634 980

Minggu Uraian 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Kebutuhan Kotor 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5.598.459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6.202.905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Persediaan di Tangan 271 859 566 701 1 026 542 274.723 980 023 775 318 760 506 615.901 911 726 775 319 648 780 109 745 Kebutuhan Bersih 3 363 121 5 491 599 5 031 758 4.571.917 5 078 277 6 263 005 5 297 794 5.442.399 5 146 574 5 282 981 5 409 520 5 948 555 Rencana Penerimaan Pesanan 3 634 980 6 058 300 6 058 300 4.846.640 6 058 300 6 058 300 6 058 300 6.058.300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 Rencana Pelaksanaan Pesanan 6 058 300 6 058 300 4 846 640 6.058.300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 6.058.300 6 058 300 6 058 300 6 058 300 0

Biaya Pemesanan 42 x Rp 580.300 = Rp 24 372 600

Biaya Penyimpanan 48 147 199 x Rp 4 05 = Rp 195 477 627.9 +

Biaya Persediaan Rp 219 850 227.9

107

Page 125: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 8. Metode MRP Teknik POQ Persediaan Awal = 1 349 996 Periode yang digabung = 2 minggu

Minggu Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kebutuhan Kotor 4 709 941 4 618 823 4 755 501 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 Persediaan di Tangan 1 349 996 5 739 344 1 120 521 4 755 502 0 4 231 176 0 4 331 277 0 4 876 288 0 4 768 298 0 Kebutuhan Bersih 3 359 945 0 3 634 980 0 4 331 277 0 4 331 378 0 4 565 287 0 4 859 278 0 Rencana Penerimaan Pesanan 9 099 289 0 8 390 482 0 8 562 453 0 8 662 655 0 9 441 575 0 9 627 576 0 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 8 390 482 0 8 562 453 0 8 662 655 0 9 441 575 0 9 627 576 0 7 514 149

Minggu Uraian 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kebutuhan Kotor 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5 306 787 5 306 787 5 306 787 Persediaan di Tangan 3 841 617 0 3 951 617 0 6 420 751 0 8 021 080 0 5 306 787 0 5 306 787 0 Kebutuhan Bersih 3 672 532 0 4 061 616 0 4 891 359 0 7 821 081 0 4 829 509 0 5 306 787 0 Rencana Penerimaan Pesanan 7 514 149 0 8 013 233 0 11 312 110 0 15 842 161 0 10 136 296 0 10 613 574 0 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 8 013 233 0 11 312 110 0 15 842 161 0 10 136 296 0 10 613 574 0 8 905 117

Minggu Uraian 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Kebutuhan Kotor 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 9433 86 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Persediaan di Tangan 4 567 663 0 4 928 082 0 3 943 386 0 4 9433 86 0 5 809 616 0 5 809 616 0 Kebutuhan Bersih 4 337 454 0 4 437 454 0 4 735 447 0 4 9433 86 0 5 809 616 0 5 809 617 0 Rencana Penerimaan Pesanan 8 905 117 0 9 365 536 0 8 678 833 0 9 886 772 0 11 619 232 0 11 619 233 0 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 9 365 536 0 8 678 833 0 9 886 772 0 11 619 232 0 11 619 233 0 10 241 834

Minggu Uraian 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Kebutuhan Kotor 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Persediaan di Tangan 5 763 458 0 5 598 459 0 6 263 005 0 6 202 905 0 6 194 707 0 6 597 335 0 Kebutuhan Bersih 4 478 376 0 5 598 459 0 5 353 000 0 6 073 112 0 5 762 475 0 6 184 839 0 Rencana Penerimaan Pesanan 10 241 834 0 11 196 918 0 11 616 005 0 12 276 017 0 11 957 182 0 12 782 174 0 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 11 196 918 0 11 616 005 0 12 276 017 0 11 957 182 0 12 782 174 0 0 Biaya Pemesanan 23 x Rp 580 300 = Rp 13 346 900

Biaya Penyimpanan 129 292 663 x Rp 4.05 = Rp 524 928 211.8 +

Biaya Persediaan Rp 538 275 111.8

108

Page 126: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 9. Cara Perhitungan PPB Persediaan Inti sawit Periode yang Digabung Kebutuhan Bersih

Kumulatif (kg) Kumulatif Bagian Periode (kg)

3 3 634 980 0 4 4 755 502 0

5-6 8 562 453 0+(2-1) 4 231 176 = 4 231 176 7-8 8 662 655 0+(2-1) 4 331 277 = 4 331 277

9-10 9 441 575 0+(2-1) 4 876 288 = 4 876 288 11 4 859 278 0 12 4 768 298 0

13-14 7 514 149 0+(2-1) 3 841 617 = 3 841 617 15-16 8 013 233 0+(2-1) 3 951 617 = 3 951 617

17 4 891 359 0 18 6 420 751 0 19 7 821 081 0 20 8 021 080 0

21-22 10 136 296 0+(2-1) 5 306 787 = 5 306 787 23 5 306 787 0

24-25 9 644 241 0+(2-1) 4 337 454 = 4 337 454 26-27 9 005 117 0+(2-1) 4 437 454 = 4 437 454

28 4 928 082 0 29-30 8 678 833 0+(2-1) 3 943 386 = 3 943 386

31 4 943 386 0 32 4 943 386 0 33 5 809 616 0 34 5 809 616 0 35 5 809 617 0 36 5 809 616 0 37 4 478 376 0 38 5 763 458 0 39 5 598 459 0 40 5 598 459 0 41 5 353 000 0 42 6 263 005 0 43 6 073 112 0 44 6 202 905 0 45 5 762 475 0 46 6 194 707 0 47 6 184 839 0 48 6 597 335 0

109

Page 127: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini

Lampiran 10. Metode MRP Teknik PPB

Persediaan Awal = 1 349 996 EPP = 143 284 Minggu Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kebutuhan Kotor 4 709 941 4 618 823 4 755 501 4 755 502 4 331 277 4 231 176 4 331 378 4 331 277 4 565 287 4 876 288 4 859 278 4 768 298 Persediaan di Tangan 1 349 996 5 739 344 1 120 521 0 0 4 231 176 0 4 331 277 0 4 876 288 0 0 0 Kebutuhan Bersih 3 359 945 0 3 634 980 4 755 502 4 331 277 0 4 331 378 0 4 565 287 0 4 859 278 4 768 298 Rencana Penerimaan Pesanan 9 099 289 0 3 634 980 4 755 502 8 562 453 0 8 662 655 0 9 441 575 0 4 859 278 4 768 298 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 3 634980 4 755 502 8 562 453 0 8 662 655 0 9 441 575 0 4 859 278 4 768 298 7 514 149

Minggu Uraian 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kebutuhan Kotor 3 672 532 3 841 617 4 061 616 3 951 617 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 5.306 787 5 306 787 5 306 787 Persediaan di Tangan 3 841 617 0 3 951 617 0 0 0 0 0 5 306 787 0 0 4 337 454 Kebutuhan Bersih 3 672 532 0 4 061 616 0 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 4 829 509 0 5 306 787 5 306 787 Rencana Penerimaan Pesanan 7 514 149 0 8 013 233 0 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 10 13 296 0 5 306 787 9 644 241 Rencana Pelaksanaan Pesanan 0 8 013 233 0 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 10 136 296 0 5 306 787 9 644 241 0

Minggu Uraian 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Kebutuhan Kotor 4 337 454 4 567 663 4 437 454 4 928 082 4 735 447 3 943 386 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Persediaan di Tangan 0 4 437 454 0 0 3 943 386 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 0 4 567 663 0 4 928 082 4 735 447 0 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Rencana Penerimaan Pesanan 0 9 005 117 0 4 928 082 8 678 833 0 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 Rencana Pelaksanaan Pesanan 9 005 117 0 4 928 082 8 678 833 0 4 943 386 4 943 386 5 809 616 5 809 616 5 809 617 5 809 616 4 478 376

Minggu Uraian 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Kebutuhan Kotor 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Persediaan di Tangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kebutuhan Bersih 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Rencana Penerimaan Pesanan 4 478 376 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073 112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 Rencana Pelaksanaan Pesanan 5 763 458 5 598 459 5 598 459 5 353 000 6 263 005 6 073112 6 202 905 5 762 475 6 194 707 6 184 839 6 597 335 0 Biaya Pemesanan 37 x Rp 580.300 = Rp 21.471.100

Biaya Penyimpanan 46.116.921 x Rp 4,06 = Rp 187.234.699,3 +

Biaya Persediaan Rp 208.705.799,3

110

Page 128: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini