Kualitas Permukiman di Basin Wonosari dan Perbukitan Karst ...
Analisis Pengelolaan Kawasan Eksokarst Gunungkidul Sebagai ... · tanah yang cukup, tidak...
-
Upload
truongdiep -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of Analisis Pengelolaan Kawasan Eksokarst Gunungkidul Sebagai ... · tanah yang cukup, tidak...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karst Gunungkidul Sebagai Obyek Geowisata
Kabupaten Gunung Kidul secara fisiografi termasuk dalam Pegunungan
Selatan (van Bemmelen, 1970). Pegunungan Selatan dibagi menjadi tiga sub zona
yaitu : bagian Utara disebut sebagai Komplek Baturagung, bagian Tengah disebut
sebagai Depresi Wonosari dan bagian Selatan disebut sebagai Pegunungan Seribu.
Daerah penelitian termasuk dalam daerah Sub Zona Pegunungan Selatan dan
sebagian kecil Sub Zona Depresi Wonosari.
Depresi ini terbentuk bersamaan dengan pengangkatan Pegunungan Selatan.
Pada pertengahan Pleistosen, zona ini secara relatif turun kebawah karena material
penyusunnya relatif plastis. Bila diurut berturut-turut dari arah utara kearah selatan
yaitu Wonosari hingga Baron memiliki kondisi yang beragam dari Plateau berangsur
menjadi perbukitan karst dan bagian yang paling selatan berupa perbukitan dan pantai
karst.
Berdasarkan morfometri dan morfogenetiknya mengacu kepada Esteban
(1996), daerah penelitian dapat dibagi menjadi satuan-satuan geomorfologi yang
dikontrol oleh struktur geologi, erosi-denudasi dan litologi menjadi : Satuan
Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst dengan Sub
Satuan Geomorfologi Kerucut Karst dan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst
dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai.
Dalam rangka melindungi fenomena karst yang sangat langka agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan serta terlindungi dari degradasi lingkungan dan
konflik pemanfaatan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, maka kawasan karst ini
perlu dibuat batas yang tegas yang memisahkan suatu zona dengan zona lain
berdasarkan pertimbangan potensinya. Pembagian kawasan karst dapat dilakukan
dengan menerapkan sistem zonasi menjadi zona inti, zona pemanfaatan intensif dan
zona penyangga. Dengan sistem ini diharapkan dapat mengakomodir semua
kepentingan, baik untuk pelestarian alam karst maupun eksploitasi karst yang kaya
dengan material bahan baku industri.
4.2. Pembagian Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Kawasan Karst Gunungkidul
4.2.1. Satuan Geomorfologi Dataran Karst (SGD)
Ciri utama satuan geomorfologi yang mewakili dataran karst ini dari peta
topografi ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang dan jarang serta masih
berkembangnya aliran sungai permukaan yang melintasi Plateau Wonosari. Selain itu
satuan geomorfologi ini berada di bagian paling Utara dari daerah penelitian yang
memiliki penyebaran memanjang dari Barat ke Timur dengan batas Desa Mulo di
bagian Selatan. Secara fisik satuan ini tidak dijumpai singkapan obyek geologi,
karena hampir sebagian besar lahannya sudah berubah oleh aktivitas penduduk
setempat baik sebagai tempat pemukiman, persawahan, tegalan, perkebunan dan
perladangan. Perkembangan perubahan topografi yang masih sedikit terlihat dapat
dijumpai di bagian selatan Kota Wonosari menuju perbukitan karst berupa batas yang
berangsur secara tegas antara morfologi Plateau dengan perbukitan karst.
Plateau Wonosari secara litologis disusun oleh batugamping berlapis,
sebagian kecil batugamping terumbu, batugamping pasiran, dan napal. Plateau ini
sebenarnya merupakan bagian dari sayap terumbu yang dibatasi oleh sesar yang
memisahkannya dengan blok bagian tengah dari Gunung Sewu dan merupakan
peralihan dari morfologi bukan karst menjadi daerah karst. Topografi yang relatif
datar dengan kemiringan lereng kurang dari 5% dan elevasi berkisar 120 m-210 m
diatas permukaan laut merupakan kenampakan Plateau Wonosari secara keseluruhan.
Beberapa aliran sungai permukaan yang dijumpai berfbngsi sebagai pengontrol
topografi karst dan pendistribusian air kedaerah yang lebih rendah sehingga
menandakan proses karstifikasi tidak berjalan sempuma di daerah ini. Aliran sungai
dari Wonosari tersebut sebagian besar mengalir ke arah selatan dan menghilang di
daerah perbukitan karst dan muncul kembali sebagai mata air di sekitar Pantai Selatan
Gunungkidul.
Berdasarkan hidrogeologinya Plateau Wonosari merupakan dataran aluvial
karst yang sangat berbeda dengan daerah dibagian selatannya, karena Wonosari
memiliki akuifer air tanah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air Wonosari dan
sekitarnya. Kondisi tanah yang relatif agak subur dan ditopang oleh keberadaan air
tanah yang cukup, tidak mengherankan jika Wonosari menjadi pusat pemerintahan,
pusat kegiatan ekonomi dan jasa, pusat pendidikan, pusat lingkungan dan kawasan
konservasi pedesaan.
Daerah Wonosari dalam penelitian ini dipilih sebagai lokasi pendukung sarana
prasarana pengembangan geowisata jalur Wonosari-Semanu-Baron yang memiliki
posisi strategis sebagai pintu gerbang bagi masuknya wisatawan yang berasal dari
yogyakarta. Ketersediaan berbagai fasilitas sarana-prasarana dan aksesibilitas yang
ada di Kota Wonosari sangat menguntungkan daerah tersebut dimanfaatkan sebagai
startingpoint jalur Geowisata yang akan dibuat.
4.2.2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (SGPK)
Penarikan batas satuan ini pada kenampakan peta topografi di dasarkan pada
keberadaan garis kontur yang berangsur-angsur rapat, nilai garis kontur yang terus
bertambah naik, bentuk garis kontur yang menunjukkan morfologi yang berbukit-
bukit, hilangnya aliran sungai permukaan serta belum dijumpainya bukit-bukit
kerucut karst yang jelas. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst terletak pada bagian
tengah dari daerah penelitian tepatnya berbatasan dengan Satuan Geomorfologi
Dataran Karst di bagian selatan, tepatnya di Desa Mulo dan terus menyebar meluas
kearah barat. Satuan ini disusun oleh batugamping terumbu dengan tekstur masif,
tebal dan merupakan inti dari batugamping terumbu.
Berdasarkan kenampakan topografinya daerah ini berada pada lokasi yang
paling tinggi dengan rata-rata ketinggian 100 m-400 m diatas permukaan air laut.
Topografi khas yang dijumpai berupa perbukitan bergelombang dengan sedikit
kerucut karst dan perbukitan terisolir. Satuan ini merupakan daerah
tegalaqperladangan dengan sedikit pemukiman dan pertanian. Perkembangan
karstifikasi di daerah ini terlihat cukup jelas dengan tidak berkembangnya aliran
sungai bawah tanah dan munculnya perbukitan karst dan lembah karst yang
dilengkapi dengan dolina. Secara lebih detail perkembangan satuan geomorfologi ini
sebenarnya dapat dibagi lagi menjadi lebih spesifik ke dalam Sub Satuan Perbukitan
Kerucut Karst.
4.2.3. Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst (SSGI<IC)
Perbedaan yang menyolok pada satuan ini berupa garis kontur yang bulat-
bulat terpisah, morfologi yang berbentuk bukit-bukit kerucut serta adanya dolina dan
uvala diantara perbukitan yang merupakan ciri khas Sub Satuan Geomorfologi
Kerucut Karst. Sub satuan ini memiliki penyebaran lateral disisi timur daerah
penelitian memanjang arah Utara-Selatan. Selain itu kerapatan perbukitan kerucut
yang muncul sebagai perbukitan terisolir dengan kenampakan lereng yang curam
merupakan ciri lain sub satuan ini. Perkembangan morfologi dolina yang berupa
uvala dan polye dengan kondisi sebagian terisi oleh air hujan dan sebagian lagi
kering sepanjang tahun.
Litologi penyusun satuan ini terdiri dari batugamping terumbu masif yang
semakin menebal ke arah selatan dan banyak dikontrol oleh struktur geologi dan
struktur erosi-pelapukan yang terlihat di permukaan sebagai rekahan dan rongga. Sub
satuan ini pemanfaatanya terbatas pada pertanian di areal dolina kering dengan dasar
yang relatif masih basah dan dolina yang terisi oleh air yang dimanfaatkan untuk
pengairan. Namun secara umum sebagian besar daerah ini tidak bisa dimanfaatkan
untuk pertanian karena soil perbukitan yang tipis serta kelerengannya yang curam.
4.2.4. Satuan Geomorfologi Teras Pantai (SGTP)
Kenampakan khas yang terlihat dari peta topografi yang ada berupa bukit-
bukit kerucut terisolir yang berkembang baik pada morfologi dataran pantai. Satuan
geomorfologi ini ini terletak di bagian paling Selatan dari daerah penelitian dan
memiliki penyebaran yang relatif sempit, meliputi sepanjang Pantai Selatan dengan
arah Barat-Timur dari Pantai Baron-Pantai kukup-Pantai Sundak-Pantai Krakal-
Pantai Drini dan Pantai Slili. Dearah penelitian yang ada di satuan ini memiliki
topografi datar hingga bergelombang dengan sudut lereng 0"-2" serta beda tinggi
1 m-20 m.
Berdasarkan kenampakan khas bentukan bentang alamnya, satuan ini memiliki
keunikan yang paling lengkap dari proses karstifikasinya. Bentang alam yang terdapat
pada satuan ini di gunakan sebagai batas Satuan Geomorfologi Teras Pantai yang
terdiri dari dataran aluvial karst yang merupakan tanah terrarosa, aliran sungai bawah
tanah, pantai karst dan perbukitan karst terisolir yang berkembang baik pada
topografi yang datar dengan karstifikasinya yang juga dipengaruhi oleh abrasi pantai.
Litologi penyusun daerah ini meliputi batugamping terumbu, batugamping berlapis
dan aluvial. Sub zona ini merupakan daerah yang relatif subur dan banyak
mengandung mata air, sehingga konsentrasi peduduk mendominasi daerah ini.
4.3. Stadia Geomorfologi Daerah Penelitian
Mengacu kepada klasifikasi umum daerah karst menurut Esteban (1996),
bahwa ciri perkembangan dari proses karstifikasi tercermin jelas dalam morfologi
yang terbentuk. Pada karstifikasi stadia muda ditandai dengan munculnya rongga-
rongga dan lapies di permukaan, sedangkan stadiun dewasa dicirikan oleh
bergabungnya rongga-rongga tersebut menyatu membentuk lorong dan terowongan
serta dimulainya terjadi runtuhan atap gua. Pada stadiun yang paling lanjut yaitu
stadium tua ditunjukkan oleh tertutupnya lorong-lorong atap gua oleh reruntuhan dan
kian tipisnya batuan yang terkarstifikasi.
Kesimpulan yang bisa di tarik dari analisis yang dilakukan terhadap obyek
geowisata di daerah penelitian adalah banyaknya jaringan pembuluh, rongga, lapies,
saluran dan sungai bawah tanah menunjukkan proses endokarstifikasi sedang
berlangsung seperti yang ditunjukkan pada Stadium Muda proses karstifikasi pada
Satuan Geomorfologi Dataran Karst. Proses eksokarstifikasi berada pada tahap
pembentukan perbukitan dan depresi seperti dolina, uvala, polye dan pembentukan
gua bawah tanah menunjukkan stadiun dewasa seperti yang terdapat pada Satuan
Geomorfologi Perbukitan Karst dengan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst.
Stadium tua hanya dapat dijumpai pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai dengan
penciri utama adanya degraded cockpit (Gambar 4).
4.4. Pembagian Zona Karst Daerah Penelitian di Kawasan Karst Gunungkidul Berdasarkan Penataan dan Pemanfaatanya
Dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan Kawasan Karst, maka Kawasan
Karst Gunungkidul perlu ditata dengan membaginya dalam tiga zona yaitu : zona
inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan intensif Kegunaan pembagian ini adalah
untuk melihat secara menyeluruh kawasan tersebut sesuai dengan peruntukkannya
sehingga dalam pemanfaatannya dapat secara berkelanjutan Secara aman dan lestari
dalam jangka panjang serta tidak menimbulkan konflik dan merusak sumberdaya
alam itu sendiri. Penetapan kriteria zonasi ini selain mengacu kepada Keputusan
Menteri Pertarnbangan dan Energi No. 15 18/K/20/MPE/1999 juga di dasarkan pada
kriteria yang ada di lapangan seperti :
a) Pada Zona Inti
Selain kawasan karst mempunyai karakteristik dan sumberdaya alam yang paling
unik, spesifik dan langka serta rawan terhadap kerusakan, juga
mempertimbangkan fbngsi kawasan karst sebagai penyimpan air bawah tanah
secara permanen. Zona ini dapat mewakili keanekaragaman bentang alam karst,
keanekaragaman proses, keanekaragaman struktur dan keanekaragaman litologi
yang ada di kawasan karst Gunungkidul sehingga bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan geologi, arkeologi, speleologi dan lain-lain.
b) Pada Zona Pemanfaatan intensif
Penetapan zona ini di dasarkan pada bentukan bentang alam karst yang sebagian
besar sudah rusak dan tidak berkembang baik akibat aktivitas manusia maupun
proses alam, namun sisa bentang alam yang terbentuk masih mengandung nilai-
nilai pengetahuan.
c) Pada Daerah Penyangga
Penetapan daerah ini merupakan alternatif untuk mengurangi tekanan penduduk
terhadap zona inti. Kegiatan yang boleh dilakukan pada kawasan ini adalah
kegiatan yang mendukung konservasi, tidak menyebabkan turunya kualitas
lingkungan sepanjang penegakan hukum dan pengawasan yang ketat. Hal ini
terlihat dari kenampakan bentang alam yang sebagian sudah dimanfaatkan
sebagai obyek wisata seperti obyek wisata pantai.
4.4.1. Zona Inti Karst Daerah Penelitian di Kawasan Gunungkidul (ZI)
Zona inti daerah penelitian ditetapkan dengan mengacu kepada Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 15 18/K/20/MPE/1999 dan pengamatan
langsung dilapangan, agar dapat memperoleh data yang lebih detail sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam penarikan batas zonasi. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, yang termasuk dalam zona inti ini adalah Satuan Geomorfologi Perbukitan
Karst dengan sub satuannya yaitu Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst.
Penetapan kedua zona tersebut sebagai zona inti karena pada kedua zona tersebut,
khususnya yang ada di daerah penelitian memiliki kondisi yang disyaratkan sebagai
zona inti karst. Zona ini menempati 60% dari luas keseluruhan daerah penelitian
dengan kenampakan bentang alam eksokarst yang sangat dominan.
Perbukitan kerucut karst yang dijumpai pada daerah ini memiliki ketinggian
yang bervariasi dari 50 m-600 m diatas permukaan air laut dan memiliki diameter
dari beberapa meter hingga beberapa kilo meter. Kenampakan khas dari
perkembangan eksokarst yang terlihat adalah conical hill, colapse dolina, solution
dolina dan uvula. Pada lokasi tertentu di zona ini juga dijumpai colapse dolina yang
menyingkap perkembangan sungai bawah tanah dan lembah karst diantara
perbukitan. Kondisi permukaan dengan soil yang tipis dan topografi yang curam
menjadikan zona ini pada saat musim hujan rawan terhadap bahaya longsor dan erosi.
Pada Zona Inti ini segala kegiatan yang dilakukan manusia daharapkan tidak
menimbulkan kerusakan pada inti karst bahkan di harapkan dapat turut menjaga,
melindungi dan melestarikannya.
Dasar penetapan zona ini sebagai zona inti selain untuk melindungi kerusakan
karst akibat aktifitas manusia seperti penambangan, pemukiman, pertanian dan
perladangan juga untuk melindungi karst dari pencemaran. Topografi karst sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga pencemaran yang terjadi pada
permukaan baik pada lapisan tanah maupun air pada akhirnya meresap kebawah
permukaan dan kemudian menghentikan bahkan merusak proses karstifikasi yang
sedang berjalan. Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam penetapan
zona inti, karena zona ini menyimpan keunikan dan kelangkaan bentang alam
eksokarst yaitu :
1. Satuan batugamping terumbu bertekstur masif dan sangat tebal yang mencapai >
600 m sebagai syarat utarna pembentukan topografi karst dapat hanya dapat
dijumpai di daerah ini.
2. Pada zona ini dijumpai keunikan proses alam mulai dari proses pembentukan
batugamping terumbu, proses batugamping tersebut muncul kepermukaan dan
proses karstifikasi yang dikontrol oleh proses geologi dan iklim.
3. Morfologi eksokarst yang lengkap mulai dari keanekaragaman perbukitan dan
keanekaragaman cekungan atau dolina dengan berbagai perubahan dan proses
yang menyertainya dapat mewakili fenomena eksokarst Gunungkidul.
4. Proses eksokarstifikasi yang telah berumur ribuan-jutaan tahun lamanya
merupakan suatu ha1 yang langka yang hanya dapat dijumpai di karst tropik
Gunungkidul.
5. Pada zona inti ini perkembangan morfologi eksokarst dipermukaan di imbangi
oleh perkembangan endokarstifikasi yang sangat lengkap di bawah permukaan.
Keterkaitan antara eksokarst dan endokarst ini sangat erat sekali sehingga bila
terjadi perubahan yang membawa kerusakan pada eksokarst maka secara
langsung akan mempengaruhi endokarstifikasi yang masih terus berlangsung di
bawah permukaan.
6. Pada zona ini berkembang endokarstifikasi yang sangat lengkap mulai dari
pergoaan dan jaringan aliran sungai bawah tanah.
7. Proses geologi yang membentuk perkembangan karst di zona ini terlihat jelas
tahapannya.
8. Potensi cadangan air tanah terbesar terdapat pada zona ini.
9. Pada zona ini juga dijumpai biota karst yaitu flora dan fauna yang sangat khas.
Penetapan zona ini juga mempertimbangkan persebaran penduduk yang
terlihat pada distribusi dan pola persebarannya yang masih jarang dan terbatas pada
lokasi tertentu, sehingga aktifitas yang di lakukan pada zona ini otomatis juga jarang.
Distribusi penduduk di daerah ini tidak merata bahkan cenderung sporadis dan
mempunyai pola mengikuti perkembangan jalan serta keberadaan sumber air.
Penetapan zona inti sebagai zona yang harus dilindungi, tidak menutup kemungkinan
untuk pemanfaatan lain yang lebih mengarah kepada usaha mengelola secara
bijaksana dan hati-hati untuk kepentingan jangka panjang.
4.4.2 Daerah Penyangga Daerah Penelitian di Kawasan Gunungkidul (DP)
Daerah ini terdapat di sepanjang pantai daerah penelitian dan sebagian besar
meliputi Satuan Geomorfologi Teras Pantai yang memiliki penyebaran memanjang
dengan arah Barat-Timur berbatasan dengan zona inti di bagian Utaranya dan dengan
laut di bagian Selatannya. Di daerah penelitian daerah penyangga memiliki
ketinggian 0 m - 100 m dan kemiringan lereng kurang dari 15'.
Daerah yang termasuk dalam daerah penyangga ini meliputi sepanjang pantai
dari Pantai Slili, Pantai Sundak, Pantai Krakal, Pantai Kukup dan Pantai Baron.
Penetapan zona ini dipergunakan sebagai alternatif untuk mengurangi tekanan yang
terjadi pada zona inti, sehingga di harapkan segala aktifitas yang pada awalnya
hendak dilakukan pada zona inti dapat dialihkan pada daerah penyangga tanpa
mengakibatkan terjadinya degradasi pada daerah penyangga itu sendiri.
Ciri utama yang dapat ditemukan pada daerah ini adalah perubahan bentang
alam dari perbukitan karst menjadi dataran karst. Meskipun berfbngsi sebagai zona
penyangga, zona ini juga memiliki bentukan bentang alam yang khas seperti
degraded cockpit, mata air, dataran aluvial karst, pantai dengan dasar batugamping
terumbu, material pasir pantai dari rombakan batugamping terumbu dan kwarsa,
perbukitan kerucut yang perkembangannya dipengaruhi oleh abrasi pantai. Penetapan
daerah ini sebagai daerah penyangga di dasarkan pada pertimbangan :
1. Sebagian besar pantai sudah dikembangkan sebagai daerah wisata.
2. Aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst ke arah pantai yang muncul
sebagai mata air, banyak yang terbuang percuma kelaut sebelum dimanfaatkan.
3. Potensi air tanah yang bersumber dari mata air banyak tersebar di daerah ini
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penduduk tanpa merusak sumbernya.
4. Aktivitas penduduk tidak mengakibatkan degradasi karst karena pemanfaatannya
terbatas pada bagian yang datar dan rendah sehingga tidak mempengaruhi
hidrologi kawasan karst dan proses karstifikasi yang sebagian masih berlangsung.
5. Aspek bentang alam yang ada masih mengandung nilai ilmiah dan pendidikan.
4.4.3 Zona Pemanfaatan Intensif (ZPI)
Khususnya di daerah penelitian zona ini memiliki penyebaran mengikuti
Satuan Geomorfologi Dataran Karst dengan penyebaran yang paling luas.
Penyebaran tersebut memanjang secara lateral berbatasan dengan zona inti di bagian
selatannya dengan arah Barat-Timur. Penarikan batas zonasi mengikuti satuan
geomorfologi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah penelitian
karakteristik bentang alam yang ada tidak terlihat jelas, sebagian besar sudah rusak
dan tidak tersusun oleh inti batugamping terumbu. Morfologi yang ada pada zona ini
merupakan bagian dari Plateau Wonosari yang meliputi dataran dengan ciri
perkembangan aliran sungai permukaan masih terlihat.
Alasan lain penetapan zona ini sebagai zona pemanfaatan intensif adalah tidak
dijumpainya keunikan dan kekhasan yang dapat mewakili karstifikasi kawasan karst,
proses karstifikasi tidak begitu terlihat dengan jelas sehingga kenampakannya umum
atau banyak dijumpai di daerah lain. Secara spesifik pada zona ini juga tidak
mengandung biota dan ekosistem yang khas serta tidak berfungsi sebagai daerah
penyangga kehidupan dan bukan daerah untuk pengawetan keanekaragaman hayati.
Aktivitas manusia sudah sangat intensif dalam mengelola lahan di zona ini
sehingga lahan menjadi rusak. Aktivitas manusia yang merusak kawasan ini antara
lain adalah kegiatan penambangan yang mengkibatkan kerusakan lahan dan
berdampak pada penurunan indeks keanekaragaman hayati, erosi, sedimentasi,
penurunan tingkat kesuburan tanah, perubahan bentang alam serta pencemaran udara
dan parairan. Sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan daerah ini
ditunjang dengan sarana dan prasarana fisik yang memadai sehingga perubahan lahan
makin banyak terjadi. Dengan melihat berbagai kenyataan yang ada maka
sepantasnya daerah ini Zona Pemnafaatan Intensif ditetapkan sebagai daerah
pemanfaatan intensif (Garnbar 5).
4.5. Penentuan Jalur Geowisata Daerah Penelitian di Kawasan Eksokarst Gunungkidul
4.5.1. Interpretasi Berdasarkan Peta Topografi dan Peta geologi
Tahapan penentuan jalur geowisata dimulai dari interpretasi data sekunder
yang berasal dari peta geologi dan peta rupa bumi kawasan karst Gunungkidul
dengan skala 1 : 25.000. Hasil interpetasi dari peta rupa bumi diperoleh informasi
mengenai topografi karst, aksesibilitas, sarana prasarana serta penggunaan lahan
secara umum di Kawasan Karst Gunungkidul.
Topografi karst Gunungkidul menunjukkan bentuk yang khas dan unik berupa
bentuk garis kontur yang bulat-bulat dengan jumlah mencapai ribuan sebagai
gambaran dari perbukitan kerucut yang terisolir. Selain itu ditopografi tersebut juga
tidak dijumpai aliran sungai' permukaan serta banyak muncul telaga atau cekungan
Gambar 4. Pembagian satuan geomorfologi dan lokasi stasiun geowisata
Keterangan PETA SATUAN GEOMORFOLOGI DAERAH KARST GUNUNGKIDUL
A Kontur
4 2 Indeks Kontur
Lokasi Stasiun & Nomor Pengamatan
U c/ Batas Satuan Geomorfologi 0
IT 80
/ Jalur Geowisata lkm
SGD Satuan Geomorfologi Dataran Oleh :
SGPK Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Nur Hidayat P I 050001 1
SSGKK Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst
SGTP Satuan Geomorfologi Teras Pantai
64 Gambar 5. Pembagian Zonasi Pemanfaatan dan lokasi stasiun geowisata
di Eksokarst Gunungkidul
PETA ZONASI PEMANFAATAN Keterangan DAERAH KARST GUNUNGKIDUL
// Kontur
lndeks Kontur
U - Jalan raya
Lokasi Stasiun & Nomor Pengamatan 0
€7- 80
Sta2 ikm 1 Batas Satuan Geomorfologi
c/ Jalur Geowisata Oleh : Nur Hidayat
ZP1 Zona Pemanfaatan Intensif PI 050001 1
Z1 Zona Inti
DP Daerah Penyangga
yang disebut sebagai dolina. Morfologi ini memiliki penyebaran dan
perkembangan yang terlihat semalun jelas ke arah selatan daerah penelitian. Isi
peta tersebut juga menginformasikan mengenai morfologi positif yang berupa
perbukitan dan morfologi negatif yang berupa dolina, uvala serta alur sungai
perrnukaan yang tiba-tiba menghilang.
Hasil interpretasi peta topografi dan pengarnatan di lapangan menunjukkan
bahwa berdasarkan perkembangan morfometri dan morfogenetiknya, daerah
penelitian dapat dibagi menjadi satuan-satuan geomorfologi yang dikontrol oleh
struktur, erosi-denudasi dan litologi menjadi, Satuan Geomorfologi Dataran Karst,
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang terbagi lagi menjadi Sub Satuan
Geomorfologi Kerucut Karst dan Sub Satuan Geomorfologi Teras Pantai.
Berdasarkan interpretasi dari peta geologi memberikan Informasi lain yang
tidak kalah pentingnya yaitu, gambaran mengenai pola struktur regional yang
mengontrol daerah tersebut, jenis litologi yang berkembang dan genesa daerah
tersebut. Data hasil interpretasi tersebut sangat membantu dalam melokalisir
daerah penelitian sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih efektif dan
menghemat waktu. Dalam pengembangan geowisata dibutuhkan dan
dimanfaatkan sarana prasarana yang tersedia dengan harapan meminimalkan
pembangunan fisik yang bisa mengakibatkan kerusakan kawasan karst. Sarana
prasarana fisik dan aksesibilitas secara mum sudah dicantumkan dalam peta rupa
burni sehingga memudahkan dalam penentuan pilihan jalur geowisata.
Daerah Wonosari dan sekitarnya secara geografis dan geologis
menunjukkan keanekaragaman bentang dam, jenis litologi, pola struktur dan
urutan stratigrafi yang jelas dan lengkap dalam perkembangan karst. Berdasarkan
gambaran dan informasi awal yang diperoleh dari kedua peta tersebut, maka
ditetapkan bahwa daerah daerah penelitian diarahkan ke daerah gunungkidul
tepatnya daerah sekitar Wonosari yang berkembang ke Selatan.
45.2. Interpretasi Zonasi Pemanfaatan
Berdasarkan interpretasi peta topografi dan peta geologi serta pengamatan
di lapangan maka langkah selanjutnya dalam penentuan jalur geowisata adalah
pembuatan peta zonasi. Dalam penentuan jalur geowisata pembuatan peta zonasi
yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan intensif ini mutlak
dilakukan Manfaat zonasi dalam penentuan jalur geowisata adalah mengetahui
karakteristik obyek yang ada pada setiap zona yang ada sehingga jalur yang dibuat
melalui suatu zona dapat menunjukkan fenomena yang dapat mewakili zona
tersebut dan rambu-rambu yang harus ditaati oleh wisatawan
Dalam penelitian ini dilakukan penetapan jalur geowisata yang melalui
semua zona dengan tujuan mengetetahui keanekaragaman perubahan bentang
dam, litologi, struktur geologi dan karstifikasi disetiap zona Dengan
menampilkan semua obyek geowisata dalam tiap zonasi diharapkan merupakan
daya tarik bagi wisatawan untuk dapat meiihat dan menikmati perbedaan obyek
tiap zona
45.3. Keterwakilan Obyek Geowisata
Tahapan terakhir dalam penentuan jalur geowisata adalah penetapan obyek
geologi yang dipilih untuk atraksi wisata yang akan dilalui jalur geowisata Obyek
geowisata karst yang dipilih di daerah penelitian mempertimbangkan pada aspek
keanekaragaman eksokarst baik berupa bentang dam, bsltuan, mineral rnaupun
proses karstifikasi yang menyertainya Penetapan ini meneruskan dari tahapan
zonasi dengan memilih obyek yang unik dan langka dalam tiap zona untuk
mewakili zona tersebut baik dari kenampakan fisik, proses rnaupun umurnya
Beberapa obyek terpilih yang terdapat dalam tiap zona di berikan pembobotan
nilai untuk mengetahui peringkat tertinggi, yang pada akhimya dijadikan sebagai
prioritas kunjungan wisata
Keanekaragaman bentang alarn eksokarst seperti perbukitan kerucut,
dolina dan uvala dapat dijumpai di zona inti dalarn Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst, sedangkan keanekaragaman bentang dam dataran karst yang merupakan
hasil dari degradasi karst dapat dijumpai di zona penyangga dalam Satuan
Geomorfologi Teras Pantai. Keanekaragaman bentang alarn plateau yang
merupakan sayap dari terumbu dapat dilihat di zona pemanfaatan intensif dalam
Satuan Geomorfologi Dataran Karst. Selain berdasarkan kenampakan fisik penulis
berusaha menampilan keanekaragaman proses yang menyertai karstifikasi
sehingga dapat secara lengkap mewakili keseluruhan proses karstifikasi yang ada
di Gunungkidul seperti, solution(pelarutan), close depresion(amblesan/mtuhan),
casehardening(pengkerasan), degradation (pelapukan dan erosi), abration
(abrasi), j-acturing (pengkekaran), faulting (patahan), buckling (pelengkungan)
dan denudation (erosi menuju pendataran). Selain proses karstifikasi yang
bersifat lokal daerah penelitian juga mewakili proses tektonis Gunungkidul yang
mengakibatkan batugamping Formasi Wonosari terangkat kepermukaan.
45.4. Ketersediaan Sarana Prasarana dan Aksesibiliats
Salah satu aspek pendukung berhasilnya kegiatan wisata adalah
ketersediaan sarana dan prasarana serta aksesibilitas. Aspek ini memegang
peranan yang sangat penting karena tanpa dukungannya suatu obyek yang sukar
dijangkau dan tidak memungkinkan untuk dikunjungi oleh wisatawan
keberadaanya tidak menarik untuk dikenal lebih jauh. Dalam aspek ketersediaan
sarana dan prasarana meliputi sarana rnanajemen, sarana pengunjung dan sarana
pengamanan kawasan sedangkan dalam aspek aksesibilitas meliputi jaringan jalan
darat dan jaringan jalan laut.
Tahapan ketersediaan sarana prasarana dan aksesibilitas sebenarnya
merupakan tahapan lanjutan setelah terpilihnya suatu obyek geowisata.
Ketersediaan dan kelengkapan sarana manajemen sangat diperlukan sebagai
wadah untuk mengelola dan mengembangkan kawasan wisata tersebut. Sarana
manajemen yang meliputi bangunan administrasi, sarana publikasi dan sarana
promosi yang ada selama ini terutarna menjadi tanggung pemerintah daerah
setempat dibantu oleh elemen masyarakat yang peduli terhadap lingkungan karst.
Sarana publikasi dan sarana promosi merupakan ujung tombak untuk memberikan
informasi kepada masyarakat luar, baik turis domestik maupun turis luar negeri
mengenai keberadaan kawasan Karst Gunungkidul yang unik dan langka.
Sarana informasi dan publikasi yang lengkap akan memudahkan calon
pengunjung untuk merencanakan pe rjalanan wisatanya mulai dari pengalokasian
waktu, biaya, tujuan wisata mana saja yang hendak dikunjungi dan lain
sebagainya Selain itu, ketersediaan sarana pengunjung yang lengkap, tertata
bersih dan rapi akan memudahkan dan membuat kerasan wisatawan untuk tinggal
berlama-lama di tempat wisata tanpa kerepotan mempersiapkan segala sesuatunya
dari rumah.
Sarana pendukung lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
aksesibilitas menuju lokasi wisata. Aksesibilitas yang tersedia menyangkut alat
transportasi dan kualitas serta kuantitas jalan. Aksesibilitas ini terkait erat dengan
jarak dan waktu tempuh yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan
pengunjung selama dipe rjalanan
Sarana pengamanan kawasan menjadi kunci terakhir untuk menetapkan
pilihan kunjungan terhadap suatu lokasi wisata Sarana pengamanan kawasan
hams marnpu membangkitkan rasa aman dan meredam rasa kekhawatiran,
ketakutan dan kengerian untuk berkunjung di lokasi wisata. Setelah semua
tahapan ini dilalui maka pada akhirnya penetapan jalur geowisata ini tentunya
dipilih berdasarkan keberadaan fasilitas sarana manajemen, sarana pengunjung
dan sarana pengamana kawasan yang memiliki nilai kuantitas dan kualitas
tertinggi.
Pada lokasi penelitian kelengkapan dari variabel sarana prasarana dan
aksesibilitas tidak tersedia pada setiap stasiun pengamatan, tetapi terpusat secara
lengkap di Wonosari dan sebagian lagi berada di lokasi Pantai Krakal dan Pantai
Baron. Meskipun tidak dilengkapi dengan fasilitas sarana-prasarana yang lengkap,
stasiun-stasiun obyek geowisata yang lain cukup mernadai untuk dikunjungi
dengan pertimbangan merupakan jalan propinsi dengan kualitas dan kuantitas
jalan bagus, masih berada pada jalur wisata Wonosari-Baron serta aksesibilitas
yang relatif mudah. Berdasarkan pertimbangan semua aspek yang ada pada obyek
geowisata dan pendukung wisata yang ada di lokasi penelitian maka diputuskan
penarikan jalur geowisata dimulai dari Wonosari sebagai starting point, menuju
kearah Selatan melewati pertigaan Desa Mulo berbelok ke Timur melewati Desa
Tepus, di teruskan ke arah Selatan. Penyusuran jalan ke Selatan akan berakhir
melewati pertigaan Pantai Selatan dengan mengambil jalur ke Barat, mulai dari
Pantai Slili, Pantai Sundak, Pantai krakal, Pantai Kukup, Pantai Baron dan terus
bergerak kembali ke Utara melewati Desa Mulo untuk menuju ke Wonosari lagi
(Gambar 6).
4.6. Uraian Stasiun Obyek Geowisata Jalur Wonosari-Tepus-Baron- Wonosari
4.6.1. Stasiun Geowisata 1
4.6.1 . l . Aksesibilitas
Stasiun geowisata 1 terletak di Kota Wonosari yang merupakan pusat Kota
Kabupaten Gunungkidul, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan dan jasa. Wonosari terpetakan secara detail dalam Data Pokok
Kabupaten Gunungkidul yang berisikan berbagai macam peta dan informasi lain
mengenai kondisi Gunungkidul. Ketersediaan peta Administratif yang memuat
batas kabupaten, kecamatan dan kelurahan termasuk jaringan jalan, mulai dari
jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan desa dan jalan setapak sangat bermanfaat
dalam rencana pengembangan Gunungkidul sebagai kawasan geowisata.
Stasiun geowisata 1 mempunyai posisi yang sangat strategis karena aksesibilitas
yang mudah dan arus transportasi yang tersedia dari pagi hingga malam hari, baik
untuk angkutan dalam kota maupun antar kabupaten. Jenis angkutan umum yang
tersedia untuk menghubungkan Wonosari dengan kota lain disekitarnya berupa
bus besar maupun bus sedang di Terminal Wonosari. Angkutan dalam kota biasa
di layani dengan colt, ojek atau becak.
7 1
Gambar 6. Jalur geowisata dan lokasi obyek geowisata eksokarst Gunungkidul
Jarak tempuh menuju stasiun geowisata 1 ini dari Yogyakarta sejauh 40
km dengan waktu tempuh 45 menit menggunakan angkutan urnum. Jalur altematif
lain menuju stasiun ini bisa juga dari Kota Prambanan dengan waktu tempuh 30
menit. Bagi wisatawan yang mernilih berangkat dari Yogyakarta, penggunaan
transportasi menuju Wonosari sangat bervariasi ergantung kebutuhan, karena
selain jenis angkutan umum yang tersedia di Terminal Bus Umbul Harjo juga
banyak agen-agen perjalanan yang menyewakan mobil beserta sopir atau tanpa
sopir dengan tarif rata-rata Rp. 150.000-Rp. 250.000 perhari. Perjalanan menuju
stasiun geowisata 1 dari Yogyakarta melalui jalan Propinsi yang memiliki kondisi
yang bagus dengan perincian sebagai berikut : kualitas jalan aspal hotmix, halus,
lebar jalan 10 m dipusat kota dan 6 m dipinggir kota dengan lajur dua arah. Jalan
propinsi yang tersedia tidak hanya meliputi jalan dari Yogyakarta menuju
Wonosari tetapi juga Wonosari kearah selatan menuju pantai Baron dan sebagian
lagi menuju Desa Tepus terus ke Selatan.
4.6.1.2. Sarana-Prasarana Geowisata pada Stasiun Geowisata 1
a Sarana Prasarana Manajemen
Bangunan sarana manajemen yang tersedia di stasiun geowisata 1
adalah bangunan sarana dan prasarana pemerintahan yang di kelola oleh
pemerintahan Dati I1 Kabupaten Gunungkidul yang berupa Kantor Bupati,
Bappeda dan dinas-dinas lain termasuk Dinas Pariwisata Keberadaan sarana dan
prasarana manajemen untuk kegiatan wisata yang ada lengkap tetapi belum
dikembangkan secara optimal untuk kegiatan wisata darn, karena hanya ditangani
oleh Dinas Pariwisata yang relatif baru terbentuk dibantu oleh Bappeda
Kabupaten Gunungkidul.
Publikasi yang merupakan saluran inforrnasi sebagian sudah dilakukan
dilingkungan pemerintahan, LSM, peneliti asing maupun Universitas, baik yang
berupa penelitian maupun kajian mengenai Karst Gunungkidul. Di lingkungan
pemerintahan sarana publikasi diaplikasikan lewat proyek dengan pendanaan dari
pemerintah, kerjasama dengan swasta dan dari bantuan luar negeri. Sarana
publikasi yang selama ini ada belum lengkap karena berbagai kendala baik dari
sektor pendanaan, minimnya penelitian mengenai karst dan pengetahuan
pengelolaan kawasan karst serta belum terpupuknya kepedulian yang mendalam
mengenai pentingnya kawasan karst. Publikasi yang selama ini ada terdapat di
kantor-kantor pemerintahan Gunungkidul maupun yogyakarta dan sebagian lagi
tersebar di lingkungan universitas berupa buletin, paper, leaflet, data pokok
Gunungkidul dan web site Gunungkidul.
Stasiun geowisata 1 juga dilengkapi dengan sarana promosi yang
sementara ini dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul melalui
upacara-upacara daerah, media masa dan bekerjasama dengan agen-agen pe rjalan
wisata dan hotel atau penginapan. Promosi yang dilakukan sarnpai saat ini belum
begitu gencar dan masih bersifat lokal sehingga pengetahuan mengenai kawasan
karst Gunungkidul mayoritas hanya dikenal oleh masyarakat Yogyakarta-
Gunungkidul dan sekitarnya
b. Sarana Pengunjung
Bagian yang paling penting yang terdapat dalam stasiun geowisata 1
adalah tersediannya sarana dan prasarana pengunjung yang merupakan fasilitas
untuk melayani pengunjung. Seperti di sebutkan sebelumnya bahwa Wonosari
sebagai Ibu Kota Kabupaten Gunungkidul telah dilengkapi dengan sarana
penginapan yang diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin berkunjung lama di
Gunungkidul. Jenis penginapan yang ada sementara ini berupa beberapa losmen
dan wisrna, sedangkan untuk kelas hotel berbintang sementara ini disediakan di
Ibu Kota Propinsi DI Yogyakarta
Sarana MCK selain yang tersedia di losmen atau penginapan juga dapat
dijumpai di tempat urnum seperti di dekat Pasar Wonosari maupun di Masjid
Agung Alun-dun pusat. Kondisi MCK yang disediakan oleh pemerintah daerah
setempat cukup sederhana dan h a n g terpelihara dengan baik. Sementara itu
sarana MCK juga dibangun pemerintah daerah setempat pada daerah-daerah
sekitar Wonosari yang mengalami kesulitan air dengan membangun bak
penampungan beserta sarana MCK-nya.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Wonosari berupa nunah
sakit umum pemerintah maupun rumah salut swasta dalam kondisi yang bagus
ditinjau dari tenaga kesehatannya seperti ketersediaan dokter spesialis, dokter
umum, sarjana kesehatan, paramedis, pembantu paramedis dan bidan maupun
ketersediaan peralatan kedokterannya Sebagai pelengkap untuk dapat
menjangkau wilayah tertentu pemerintah juga membangun puskesmas perawatan,
puskesmas non perawatan, posyandu, apotik dan rumah bersalin
( Bappeda Kab. Gunungkidul, 1999).
Sebagai Ibu Kota Kabupaten, Wonosari juga memiliki banyak tempat
peribadatan untuk mengakomodir penduduk yang memilliki kepercayaan yang
beragam dengan membangun sarana ibadah, seperti masjid, gereja, wihara dan
pura Bangunan tersebut tersebar di dalam kota Wonosari dan sekitar Kota
Wonosari.
Kelengkapan sarana areal parkir yang sementara ini ada tempatnya sangat
terbatas dengan keamanan yang kurang memadai. Beberapa lokasi parkir yang
ada adalah areal dun-alun, pertokoan dan terminal. Untuk meneruskan perjalanan
menuju kawasan karst bagi kendaraan bermotor roda dua bisa diparkir di terminal
sedangkan untuk mobil pribadi tidak ada. Sebagai pusat perdagangan Kota
Wonosari dilengkapi dengan pusat pembelanjaan yang bersifat tradisional maupun
modern seperti pasar tradisional maupun pertokoan.
Kebutuhan air bersih di stasiun geowisata 1 cukup terpenuhi karena air
tanah dan mata air yang terdapat di wonosari ketersediaannya dapat untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sehari-hari. Pendistribusian air di
Wonosari di kelola oleh pemerintah daerah setempat dengan membuat sambungan
rumah tangga, instansi, hidran umum, niaga dan sosial. Jaringan listrik di Kota
Wonosari secara umum sudah menjangkau daerah-daerah terpencil di sekitarnya.
Keindahan dan kebersihan kota merupakan daya tarik tersendiri bagi
pengunjung untuk singgah dan menikrnatinya Kebersihan yang tercipta tersebut
tidak bisa lepas dari peran pernerintah daerah dalam pengadaan sarana kebersihan
dan menurnbuhkan kesadaran masyarakat. Sarana kebersihan kota tersedia cukup
bagus mulai dari tempat-tempat sampah di tempat-tempat umum, truk pengangkut
sampah sampai penyediaan tempat pembuangan sampah akhir. Selain itu berbagai
slogan yang berupa ajakan kepada masyarakat untuk tertib membuang sampah
pada tempatnya banyak tersebar dilokasi keramaian.
Rambu atau papan informasi tentang segala sesuatu berita atau
pengumman ba& dari dalarn maupun dari luar kurang mendapatkan perhatian
yang serius, terbukti dengan sedikitnya jurnlah tempat untuk papan informasi.
Papan tersebut biasanya hanya ditempatkan kantor-kantor kapala desa atau di
kecamatan.
Kernampuan untuk menahan pengunjung lebih lama tinggal di Wonosari
juga sangat dipengamhi oleh kualitas dan kuantitas keberadaan tempat makan
yang tersedia seperti restoran, warung ataupun kios yang tersebar di wilayah
tersebut. Restoran yang ada di Wonosari cukup lengkap mulai dari jenis
masakannya maupun selera etnis tertentu, sehingga diharapkan pengunjung dapat
menentukan pilihannya berdasarkan keuangan maupun kebutuhan yang
diinginkannya. Selain itu untuk mempermudah pengunjung dalam melakukan
transaksi secara aman dan cepat di Kota Wonosari juga tersedia beberapa bank
baik dari bank pemerintah maupun swasta sehingga diharapkan pengunjung tidak
khawatir jika kehabisan uang kontan.
Bagi wisatawan yang menggunakan fasilitas kendaraan pribadi, dalam
berkendara tidak perlu repot dan khawatir karena di Wonosari tersedia beberapa
pompa bensin yang menyediakan beberapa pilihan bahan bakar dari jenis
premium, premix dan solar. Keberadaan pompa bensin yang ada mempunyai
posisi yang strategis yaitu dekat gerbang masuk Wonosari, ditengah kota dan
pinggiran kota dengan tujuan mengantisipasi kehabisan bahan bakar pengguna
kendaraan bermotor.
Fasilitas pelayanan pos dan telekomunikasi tersedia cukup memadai
dengan berkembangnya jasa pelayanan wartel, warpostel serta kantor pos yang
melayani lalu-lintas surat, barang dan komunikasi. Hal ini akan memberikan
kemudahan bagi pengunjung agar tidak terputus hubungannya dengan dunia luar
selama mengadakan perjalanan.
Pengembangan kawasan Gunungkidul sebagai kawasan geowisata
eksokarst dengan Wonosari sebagai pintu gerbang masuknya wisatawan, temyata
belurn dilengkapi dengan jalur perjalanan wisata karst yang lengkap mulai dari
stasiun pengamatan, aksesibilitasnya serta infonnasi mengenai atraksi yang
menarik untuk dikunjungi. Sementara ini informasi wisata yang sudah ada hanya
mengeksploitasi sumberdaya pantai dan budaya sebagai obyek wisata tanpa
menginformasikan lebih jauh mengenai keberadaan obyek wisata lain yang
sebenarnya potensinya sagat besar.
c. Sarana Pengamanan Kawasan
Keamanan pengunjung dari bahaya alam maupun kejahatan manusia
dalam melakukan perjalan wisata hams mendapatkan prioritas utama dalam upaya
pengembangan kawasan geowisata. Seindah dan semenarik apapun suatu daerah
untuk dikunjungi menjadi tidak menarik bahkan menimbulkan jera bagi
pengunjung bila ternyata faktor keamanan tidak mendapatkan perhatian.
Khususnya di Kota Wonosari sebagai base camp perjalanan geowisata eksokarst
Gunungkidul, pengawasan keamanan di bawah kendali Polres Gunungkidul
dengan pos-pos polisi yang tersebar di beberapa lokasi keramaian yang ditujukan
untuk mengarnankan lokasi wisata dan memberikan rasa aman terhadap
pengunjung. Sarana pengamanan tersebut terasa semakin efektif dengan di
lakukannya patroli polisi untuk mengontrol keadaan lingkungan kota dan
sekitarnya. Papan atau rambu aturan/larangan dan petunjuk arah sebagian sudah
tersedia di dalam kota, narnun keberadaannya kurang lengkap dan kurang
terpelihara dengan baik sehingga kurang informatif karena sebagian ada yang
sudah rusak sehingga sulit dibaca.
4.6.1.3.Atraksi Geowisata di Stasiun Geowisata 1
Stasiun geowisata 1 dipilih untuk mewakili Satuan Geomorfologi Dataran
Karst dalam Zona Pemanf'aabn Intensif. Stasiun ini merupakan bagian dari
Plateau Wonosari yang terjadi alubat tektonik pada Kala Pleistosen membentuk
depresi Wonosari yang terpisahkan dengan blok di selatannya oleh sebuah
patahan.
Atraksi geowisata yang terdapat di lokasi ini tidak terlihat jelas karena
sebagian besar sudah mengalami perubahan oleh &vias manusia. Beberapa
lokasi disekitar stasiun ini menunjukkan topograii sebagai suatu dataran dengan
kemiringan 0"-15" serta ketinggian 150 m-200 m dari permukaan air laut dan
berbatasan langsung dengan Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst. Variasi
keanekaragaman bentang dam di lain tempat yang dijurnpai berupa lapies yang
merupakan permukaan pada batugamping yang berlubang-lubang dan kasar.
Variasi litologi penyusunnya terdiri dari batugamping terurnbu, batugamping
pasiran, napal dan batugamping berlapis dari Formasi Wonosari yang terlihat di
lokasi lain terutama di aliran sungai permukaan yang berkembang di Wonosari.
Keterkaitan obyek geologi ddam pariwisata diantaranya adalah di bidang
pendidikan dan ilrnu pengetahuan. Di bidang ini stasiun geowisata 1 dapat
memberikan gambaran tentang perkembangan karstifikasi stadium muda yang
dicirikan dengan morfologi yang datar serta mulai berkembangnya
endokarstifikasi. Ditempat lain disekitar lokasi Wonosari menuju Tepus terlihat
batas Satuan Geomorfologi Dataran Karst dengan Satuan Geomorfologi
Perbukitan Karst (Lampiran Gambar 1).
4.6.2. Stasiun Geowisata 2
4.6.2.1. Aksesibilitas dan Sarana Pendukung Geowisata
Stasiun ini terletak 10 krn ke arah Selatan dari pusat Kota Wonosari atau
dari stasiun 1 pada posisi S 8" 1742' 4" dan E 110" 35,3' 8" dekat percabangan
jalan menuju Baron dan Tepus. Perjalan menuju lokasi ini dapat ditempuh dengan
mobil pribadi atau angkutan umum dari terminal wonosari menggunakan colt
jurusan Wonosari-Tepus atau bisa juga dengan ojek yang mangkal di terminal.
Kondisi jalan menuju lokasi ini berupa aspal hotmix dengan kualitas yang bagus
serta jalan selebar 8 m dengan lajur dua arah, menjadikan lokasi ini mudah
dicapai dengan perjalanan yang relatif singkat dan nyaman. Kelemahan lokasi
stasiun geowisata 2 ini adalah tidak dijumpainya sarana prasarm pendukung
geowisata, sehingga praktis lokasi ini hanya mengandalkan fasilitas yang ada di
Wonosari. Hal ini sangat memungkinkan mengingat Wonosari merupakan satu-
satunya stasiun geowisata yang terdekat dengan ahesibilitas yang mudah serta
sarana prasarana yang lengkap.
4.6.2.2. Atraksi Geowisata
Atraksi Obyek geowisata yang dijumpai berupa Luweng yang oleh
penduduk setempat diberi nama Luweng Glatikan. Keindahan luweng ini terlihat
pada susunan litologinya yang terdiri dari batugamping masif setebal lebih dari
15 m dan batugamping berlapis di sebelah baratnya yang mengisi dinding luweng.
Morfometri kedalarnan luweng yang mencapai kurang lebih 50 m dengan
kemiringan lereng yang bervariasi dari landai hingga curam 80"-90" serta
morfologi yang mengikuti alur sungai bawah tanah yang terbentuk menghasilkan
bentukan bentang alam yang unik. Proses yang terjadi pada Luweng Glatikan
sebenarnya merupakan gejala endokarstifikasi pembentukan aliran sungai bawah
tanah yang tersingkap kepermukaan akibat runtuhan atau collapse yang terjadi
pada dolina
Secara geologis pembentukan luweng ini dimulai dari pengangkatan akibat
tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972) yang mengalubatkan
lingkungan laut terangkat membentuk daratan. Akibat tektonik tersebut selain
pengangkatan juga terjadi retakan atau kekar yang merupakan jalan bagi
intensifhya proses pelarutan dan pelapukan dari batugamping terurnbu hingga
membentuk morfologi karst. Salah satu morfologi karst yang terbentuk adalah
dolina yang pada perjalan waktunya mengalami perkembangan lebih lanjut akibat
struktur geologi yang memberikan jalan sernakin intensifhya pelarutan, sehingga
dinding dolina tersebut runtuh menyingkap aliran sungai bawah tanah di
bawahnya
Luweng Glatikan mewakili Satuan Geomorfologi Dataran Karst dalam
Zona Pemanfaatan Intensif dari Formasi Wonosari. Keberadaan luweng ini juga
mewakili proses gejala endokarstifikasi yang berkernbang dari gejala
eksokarstifikasi. Keindahan tekstur dan struktur batuan terlihat jelas baik yang
terjadi akibat depresi maupun pelarutan oleh aliran sungai bawah tanah, seperti
yang ditunjukkan oleh bukit yang tersisa dengan material penyusun berupa
batugamping masif dan sebagian lagi berupa batugamping berlapis.
Petualangan dan rekreasi yang berpotensi dikembangkan di lokasi ini
adalah panjat tebing serta penelusuran jajak aliran sungai bawah tanah yang
tersingkap ke permukaan Di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
menarik untuk ditawarkan kepada pengunjung adalah pengenalan proses
endokarstifikasi yang tersingkap ke permukaan akibat collapse dolina dan
pengenalan ragam batuan pembentuk morfologi karst. Luweng ini merupakan
fenomena karst yang unik dan langka yang harus dilindungi dan dilestarikan
pemanfaatannya untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Meskipun
terdapat di Zona Pemanfaatan Intensif tetapi luweng ini dapat memberikan
gambaran tentang informasi endokarstifikasi yang pemah terjadi di daerah ini
sehingga lokasi yang belum dipengaruhi oleh aktivitas manusia ini layak untuk
dilindungi sebagai terkecualian (Lampiran Gambar 2).
4.6.3. Stasiun Geowisata 3
4.6.3.1. Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Geowisata
Stasiun geowisata 3 berada di lokasi Desa Jambu, tepatnya pada posisi
S 8" 33 ' 8" dan E 110" 37,3' 6" pada jarak 6,5 kin dari stasiun 2 ke arah Selatan.
Stasiun ini berada dipinggir jalan raya pada jalur Wonosari-Tepus sehingga selain
mudah dijangkau juga memiliki kualitas jalan yang sama dengan stasiun
sebelurnnya Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 5-10
menit dari stasiun 2 dengan menggunakan angkutan m u m maupun pribadi.
Sarana prasarana pendukung wisata tidak dijwnpai disekitar lokasi sehingga
masih mengandalkan Kota Wonosari sebagai stasiun terdekat yang marnpu
mengakomodir kebutuhan fasilitas pendukung tersebut.
4.6.3.2. Atraksi Obyek Geowisata
Obyek geowisata yang terdapat pada stasiun ini sangat unik dan spesifik
yaitu berupa perbukitan karst asimetri yang berbentuk memanjang dengan arah
N 213" E dan berpasangan yang tidak lazim dijwnpai di daerah perbukitan kerucut
karst pada urnumnya Perbukitan ini memiliki geometri lereng pada salah satu
kaki bukitnya yang berbentuk cernbung dengan keringan 45". Salah satu lereng
lainnya berbentuk lurus terjal dengan keringan 30"-45". Bentuk puncak yang
tumpul serta ketinggian yang hanya sekitar 10 m menjadikan bentuk perbukitan
ini rnirip sebuah punggungan Batuan penyusun perbukitan ini berupa
batugamping terurnbu setebal lebih dari 8 m dengan tekstur masif serta hasil
pelapukan dan pelarutan batugamping yang terendapkan disekeliling perbukitan
Topografi ini termasuk dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang
terdapat di Zona Inti. Proses awal pembentukannya sama dengan kawasan karst
Gunungkidul secara keseluruhan, tapi morfologi batugamping yang terangkat
berbentuk memanjang karena pengaruh perkembangan struktur tektonik yang
membentuk jalur-jalur rekahan yang berbentuk memanjang. Rekahan tersebut
merupakan tempat intensihya pelarutan dan pelapukan sehingga menghasilkan
sisa-sisa endapan yang ditinggalkannya berbentuk alur-alur. Perkembangan
selanjutnya dipengaruhi oleh proses pelarutan dan pelapukan yang memisahkan
bukit-bukit memanjang tersebut menjadi bukit-bukit terpisah
Keindahan yang dapat dinikmati pada ekskursi bentang dam ini addah
dimulainya peralihan dari Satuan Geomorfologi Perbukitan karst menuju Sub
Satuan Kerucut Karst. Perbedaan bentuk perbukitan, genesa pembentukannya
serta sisa hasil proses pelarutan dan sebaran perbukitan kerucut karst disekitarnya
sangat menarik untuk diamati dan dikunjungi. Kunjungan terhadap obyek
geowisata ini bisa dari jarak jauh untuk melihat morfometri bentuk keseluruhan
perbukitan ini, tapi juga bisa secara dekat untuk mengetahui tekstur dan struktur
yang terdapat pada batugamping. Unsur pendidikan dan pengetahuan yang
terkandung pada obyek geowisata pada stasiun ini adalah keanekaragarnan bentuk
perbukitan karst, proses karstifikasi dan yang m e m p e n m y a serta batuan
penyusun perbukitan itu sendiri (Lampiran Gambar 3).
4.6.4. Stasiun Geowisata 4
4.6.4.1. Sarana Prasaran Geowisata dan Aksesibilitas
Stasiun geowisata ini terletak di Desa Jlakrah, pada posisi S 8" 335' 4"
dan E 1 10" 37,4' 2" dengan jarak 1 km dari stasiun 3 ke arah timur. Lokasi
stasiun geowisata ini sedikit masuk di tengah pedesaan tepatnya di pinggir jalan
desa yang menghubungkan Desa jambu dengan Jlakrah. Kualitas jalan yang
menuju stasiun terdiri dari jalan aspal propinsi dengan kondisi sangat bagus dan
diteruskan masuk kedalam jalan desa yang berupa aspal Iepas yang tidak terlalu
halus. Kondisi jalan yang bergelombang dan berbelok-belok serta sedikit
menyempit memberikan peringatan kepada pengguna jalan agar lebih berM-hati
menuju lokasi ini. Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 5
menit dari stasiun 3 ke arah timur dengan menggunakan angkutan umum rnaupun
pribadi. Lokasi ini juga masih menggantungkan dukungan sarana prasarana yang
ada di stasiun sebelumnya dengan pertimbangan jaraknya yang relatif pendek dari
pusat Kota Wonosari.
4.6.4.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis obyek geowisata yang dapat diamati berupa telaga atau sering
disebut dalam istilah geologi sebagai dolina. Dolina ini mempunyai luas sekitar
0,5 ha dengan kedalaman bervariasi yaitu di bagian pinggir lm-2 m sedangkan
dibagian tengah mencapai 4 m. Bentuk telaga yang ovale dengan kemiringan
lereng yang landai berkisar 10"-20" merupakan bentuk negatif dari morfologi
eksokarst Batuan penyusun telaga ini berupa batugamping terumbu pada dindmg
telaga dan bagian tengahnya dilapisi oleh lapisan impermiabel dari pelapukan
batugamping, aluvial dan terarosa.
Morfologi doline pada stasiun 4 ini terdapat pada Satuan Geomorfologi
Kerucut Karst pada Zona Inti yang dikelilingi oleh perbukitan kerucut karst.
Berdasarkan genesanya morfologi dolina pembentukkannya diawali setelah proses
tektonik Kala Pleistosen yang menghasilkan zona-mna lernah pada bagian
tertentu akibat struktur geologi yang muncul. Zona-zona tersebut merupakan jalur
intensifhya proses pelamtan dan pelapukan. Selain itu, kontrol struktur geologi
regional dan morfologi regional yang berpengaruh terhadap kondisi air bawah
tanah juga berdampak terhadap proses pelarutan dan pelapukan di bagian bawah
permukaan.
Pada Telaga Jlakrah ada tiga kemungkinan terbentuknya dolina tersebut
yaitu bisa terjadi karena pelarutan, runtuhan dan keduanya. Berdasarkan
keindahan dan potensi wisatanya, telaga ini sangat menarik karena selain
bentuknya yang unik juga telaga ini selalu dalam kondisi tersedia air sepanjang
tahun. Pola kehidupan dan pemukirnan penduduk setempat sangat tergantung pada
air telaga ini untuk mandi, mencuci pakaian dan pertanian. Sebagai akibat dari
aktivitas manusia yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama ditelaga itu di
khawatirkan kondisi telaga tersebut terancarn bahaya penceman yang
membahayakan perkembangan karstifikasi yang sedang berlangsung di
permukaan maupun Q bawah permukaan. Unsur pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam stasiun geowisata ini adalah pengenalan
morfologi negatif karst dan proses pernbentukan dolina (Lampiran Garnbar 4).
4.6.5. Stasiun Geowisata 5
4.6.5.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata
Telaga parigi terletak pada posisi S 8" 04' 48" dan El 10" 37' 46,5 " pada
jarak 2 km dari stasiun 3 ke arah selatan Lokasi stasiun geowisata 5 ini berada di
pinggir jalan utarna jalur Wonosari-Tepus. Kualitas jalan propinsi yang terdiri
dari aspal hotmix yang halus dengan lebar 6-7 m serta jalur yang lurus
menyebabkan lokasi ini mudah dijangkau. Perjalanan menuju lokasi ini dapat
ditempuh dalam waktu 10 menit dari stasiun 4 dengan kendaraan pribadi. Jenis
angkutan umum yang melewati jalur ini berupa colt dengan intensitas yang relatif
masih jarang dan kualitas yang sederhana. Sarana dan prasarana geowisata pada
stasiun ini juga masih mengandalkan potensi yang ada di ibu kota propinsi dengan
pertimbangan, jarak ternpuh yang tidak terlampau jauh serta kemudahan
aksesilibilitasnya
4.6.5.2. Atraksi Obyek Geowisata
Telaga Parigi mempunyai bentuk yang berbeda di bandingkan telaga
Jlakrah karena bentuknya yang memanjang dan merupakan perkembangan lebih
lanjut dari dolina menuju uvala Morfologi uvala ini m e d i k i luas sekitar 1 ha
dengan kedalaman 1 m-5 m serta kerniringan lereng topografi 10"-20".
Berdasarkan pembagian morfologinya Telaga Parigi merupakan bagian dari
Satuan Geomorfologi Kerucut Karst yang terdapat pada Zona Inti. Batuan
penyusun telaga ini berupa batugamping terumbu yang dialasi oleh lapisan
irnpermiabel pada dasar telaga sebagai hasil dari pelapukan batugamping, aluvial
dan terarosa Berdasarkan genesanya, morfologi uvala merupakan perkembangan
lebih lanjut pada rnorfologi dolina Pengaruh tektonik pada Kala Pleistosen yang
menghasilkan struktur geologi berupa rekahan dan patahan sebagai bagian dari
mna yang lemah Pada zona lemah tersebut karena pengaruh intensifhya proses
pelarutan dan pelapukan dan juga stsuktur regional membmtuk depresi tertutup.
Bila depresi yang terbentuk satu sama lain itu jaraknya berdekatan maka beberapa
dolina tersebut akan menyatu membentuk uvala Aspek keindahan dan potensi
wisata yang terdapat pada telaga ini adalah bentuk yang menarik dan unik serta
sisa jejak penggabungan beberapa dolina tersebut masih terlihat. Pola kehidupan
dan pemukiman penduduk tergantung pada air telaga ini untuk mandi, mencuci
pakaian, mencuci ternak, memancing dan pertanian Unsur pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam stasiun geowisata ini adalah pengenalan
morfologi negatif karst dan proses perkembangan lanjut eksokarstifikasi dari
dolina menjadi uvala (Lampiran Gambar 5).
4.6.6. Stasiun Geowisata 6
4.6.6.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata
Stasiun geowisata 6 terletak di pertigaan menuju Desa Pulengelo yang
secara geografis berada pada S S06,4' 5" dan E 110" 37,6' 3. Jarak stasiun ini
dengan stasiun sebelumnya yaitu stasiun 5 adalah 12 km ke arah Selatan. Obyek
geowisata yang terdapat pada stasiun ini berada di pin& jalan propinsi sehingga
selain mudah dijangkau kualitas jalan yang dilalui sarna dengan stasiun
sebelurnnya Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dalam waktu 15 menit
dari stasiun 5. Keanekaragaman obyek geowisata yang dijumpai di lokasi ini
sangat banyak sehingga beberapa stasiun ditempatkan juga disini untuk lebih
mernudahkan mengamati tiap obyek yang dikehendaki. Fasilitas sarana dan
prasarana untuk mendukung geowisata menggantungkan pada dua lokasi yaitu
pada stasiun 1 yaitu Kota Wonosari atau lokasi wisata pantai yang ada di Baron,
Krakal atau Kukup.
4.6.6.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi yang dltampilkan berupa bentuk perbulutan kerucut asimetri
diantara keanekaragaman bentukan kerucut karst. Morfologi ini lebih rnirip
sebagai perbukitan memanjang dengan arah N230"E serta ketinggian yang
mencapai 80m-100m. Pada sisi panjang lereng bukit ini berbentuk cembung
dengan kemiringan 50"-60" dan sisi pendek lereng bukit ini berbentuk cekung
dengan kerniringan 30'-45" serta memiliki bentuk puncak yang tumpul.
Perbukitan ini merupakan bagian dari Satuan Geomorfologi Kerucut karst pada
Zona Inti yang tersusun oleh batugamping terumbu dengan tekstur masif Selain
proses karstifikasi yang berlangsung di bagian puncak juga menunjukkan adanya
proses casehardening yaitu lapisan keras yang terbentuk antara redeposisi kalsit
akibat presipitasi kalsit.
Pembentukan morfologi kerucut asimetri sendiri bisa tejadi karena
pertumbuhan karst yang terbentuk pada daerah dengan topograti yang tidak rat&
namun tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh struktur geologi seperti
rekahan atau patahan yang terbentuk sebagai akibat dari tektonik Kala Pleistosen.
Keindahan yang ditonjolkan sebagai daya tarik utama sebenarnya adalah
morfometri dan genesa pernbentukan perbukitan tersebut yang m u n d diantara
perbukitan dengan bentuk yang berbeda di sekitarnya (Lampiran Gambar 6).
4.6.7. Stasiun Obyek Geowisata 7
4.6.7.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Geowisata.
Stasiun 6, stasiun 7 dan stasiun 8 berada dalam satu lokasi dekat pertigaan
Desa Pulengelo. Dalam ha1 sarana prasarana dan aksesibilitas ketiga stasiun ini
mempunyai kondisi yang sarna Keanekaragaman obyek geowisata yang berupa
berbagai macarn bentuk perbukitan kerucut karst ini yang merupakan daya tarik
tersendiri di lokasi ini sebagai morfologi positif eksokarst.
4.6.7.2. Atraksi Obyek Geowisata
Perbukitan kerucut karst simetri dengan puncak yang runcing serta
kemiringan lereng yang terjal merupakan inti dari Sub Satuan Geomorfologi
Kerucut Karst pada Zana Inti. Rata-rata kemiringan lereng perbukitan ini
membentuk sudut 60"-70" dengan ketinggian mencapai 60 rn Penyusun utarna
bukit ini adalah batugamping terumbu dengan tekstur masif dan tebal mencapai
lebih dari 20 n
Beberapa sisi pada bukit ini mengalami case hardening pada sisi bawah
dan sebagian lagi menunjukkanflow stone sebagai jejak aliran akibat pelapukan
dan pelarutan batuan, Berdasarkan genesanya morfologi ini terbentuk di topografi
yang datar pada Kala Pleistosen atau bisa juga terjadi dari kontrol struktur
geologi pada bentang alarn karst yang datar. Lokasi ini sangat cocok kegiatan
ekskursi dalam bidang rekreasi, pendidikan dan pengetahuan karena dijurnpainya
keanekaragaman proses alam, keanekaragaman bentukan perbukitan karst dan
keanekaragaman tekshu batuan akibat proses karstifikasi (Lampiran Gambar 7).
4.6.8. Stasiun Obyek Geowisata 8
4.6.8.1. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang ditunjukkan berupa perbukitan kerucut
karst simetri dengan puncak yang berbentuk meja Perbukitan ini memiliki
kemiringan lereng yang terjal dan lurus pada kaki bukit membentuk sudut lereng
60'-70°, sedangkan pada bagian puncak bentuk lerengnya tegak lurus membentuk
sudut 90". Bukit ini mewakili bentuk meja dari Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst pada Zona Inti. Total ketinggian bukit ini dari kaki bukit mencapai 6 0 m.
Batuan penyusun utama bukit ini adalah batugamping terumbu dengan tekstur
masif serta ketebalan mencapai lebih dari 20 m, di bagian bawah dijumpai
boulder-boulder besar sebagai sisa proses pelarutan dan pelapukan yang pernah
terjadi di bagian kaki bukit.
Berdasarkan genesanya, morfologi ini banyak dipenganh oleh struktur
geologi, kalsitisasi dan pelapukan. Lokasi ini sangat cocok sebagai tempat untuk
kegiatan ekskursi dalam bidang rekreasi, pendidikan dan pengetahuan, karena
dijumpainya keanekaragaman proses alam, keanekaragaman bentukan perbukitan
karst dan keanekaragarnan tekstur batuan akibat proses karstifikasi (Lampiran
Gambar 8).
4.6.9. Stasiun Obyek Geowisata 9
4.6.9.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Telaga Dloka terletak pada posisi S 8" 3,75' 4" dan E 110" 6,4' 2" atau 5
krn dari stasiun 8 ke arah selatan Berdasarkan variabel aksesibilitasnya
menunjukkan bahwa telaga ini tepat berada di pinggir jalan propinsi dengan
kondisi jalan yang sangat bagus serta sedikit bergelombang. Kualitas jalan berupa
aspal hotmik dengan lebar 4 m merupakan akses utama menuju lokasi. Jalan
tersebut sebenamya merupakan jalan utarna yang menghubungkan jdur Wonosari
menuju Desa tepus. Posisi telaga yang tepat berada dipinggir desa, menjadikan
aksesibilitas menuju desa disekitarnya juga mudah Jalan desa maupun jalan
setapak yang berada di sekitar lokasi kondisinya sebagian berupa pasangan batu
yang ditata dan ada juga yang berupa jalan tanah yang padat dan relatif halus.
Intensitas alat transportasi yang melalui jalan utama di pinggir telaga,
relatif jarang. Jenis alat transportasi yang terkadang dijurnpai di daerah ini berupa
colt angkut barang dengan kondisi yang sangat sederhana Meskipun demikian
secara praktis bisa dikatakan bahwa daerah ini tidak dijumpai jenis angkutan
masa Oleh karena itu untuk menuju lokasi ini bisa ditempuh dengan
menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan sewa dari Wonosari dalarn
waktu 30 menit langsung dari Pusat Kota Wonosari. Keberadaan sarana prasarana
pendukung geowisata tidak dijumpai sehingga hanya menggantungkan kepada
sarana prasarana pada obyek geowisata di sekitarnya, seperti yang terdapat di
stasiun 16 di Baron atau Krakal.
4.6.9.2. Atraksi Obyek Geowisata
Telaga ini merupakan salah satu dari perkembangan bentuk negatif dari
eksokarst Gunungkidul. Bentuk dari telaga ini memanjang dengan ukuran panjang
400 m dan lebar 100 m Geometri lereng di sekitar telaga mempunyai kemiringan
10"-20" dengan kedalaman telaga mencapai 0,5 m di bagian tepi dan 2 m di bagian
tengah Morfologi dasar telaga relatif datar dan berhngsi sebagai penahan air
pada musim hujan
Telaga Dloka sebenamya merupakan perkembangan lebih lanjut dari
morfologi beberapa dolina Telaga ini mewakili Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst yang didorninasi oleh bentuk morfologi positif berupa perbukitan kerucut
dan morfologi negatif berupa dolina Berdasarkan genesannya, morfologi ini bisa
terbentuk akibat pelarutan, bisa juga terjadi akibat runtuhan atau kombinasi
keduannya Pelarutan atau runtuhan yang membentuk morfologi telaga ini
dipen- oleh kontrol struktur geologi regional yang menyebabkan
terbentuknya zona-zona lemah. Zona tersebut akan mempercepat proses pelarutan
dan pelapukan yang bisa memicu terjadinya runtuhan. Bila pelarutan atau
pelapukan bahkan runtuhan terjadi pada beberapa doha yang berdekatan, maka
reaksinya bisa terjadi secara bersamaan sehingga dapat menyatukan beberapa
dolina tersebut membentuk uvala
Kondisi dasar telaga pada awalnya masih labil sehingga selalu terjadi
perubahan pada permukaannya Dasar telaga yang datar sebenamya merupakan
tempat sedimentasi hasil lapukan batuagamping, aluvial maupun rombakan
batuan disekitmya yang berfhgsi sebagai lapisan imperrniabel. Keberadaan air
telaga sangat tergantung pada ketebalan lapisan impermiabel yang ada di dasar
telaga. Lapisan impermiabel yang mengalasi dasar Telaga Dloka diperkirakan
tipis sehingga keberadaamya tidak mampu menahan air telaga dalam waktu lama,
hal ini terbukti dengan kondisi telaga yang selalu kering pada saat musim
kemarau.
Keindahan dan lingkungan yang menjadi atraksi di Telaga Dloka tidak
terlalu menarik karena keanekaragaman bentang dam, batuan maupun mineral
tidak terlihat secara lengkap sebagai akibat dari sebagian besar lahan yang telah
berfimgsi sebagai lahan pertanian. Pengembangan kearah petualangan dapat
diarahkan pada jenis ekskursi yang dapat dilakukan pada perbukitan disekeliling
telaga untuk mengetahui kondisi urnum sekitar telaga Bidang pendidikan dan
ilmu pengetahuan yang dapat digali di lokasi ini berupa proses karstifikasi pada
batugamping tenunbu yang menghasilkan bentang darn beranekaragam. Sisi ini
dapat merupakan nilai positif yang dapat ditonjolkan pada atraksi geowisata selain
aspek keindahan (Lampiran Gambar 9).
4.6.10. Stasiun Geowisata 10
4.6.10.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Eksokarst perbukitan bergelombang dapat dijumpai sekitar 500 m dari
Telaga Dloka, tepatnya pada posisi S 8" 6,207 5" dan E 110" 38,6' 3". Obyek
geowisata perbukitan bergelombang ini terletak di pinggir jalan propinsi menuju
ke Pantai Slili. Kualitas jalan berupa aspal hotmix yang bagus dengan lebar 4 m
dan dua arah memudahkan lokasi ini untuk dikunjungi.
Selain jalan propinsi disekitar lokasi juga dijumpai jalan desa yang
merupakan jalan setapak menuju ke lokasi tertentu dengsm kondisi yang buruk.
Transportasi menuju stasiun ini tidak ada sehingga perlu menggunakan jasa sewa
atau kendaraan pribadi. Sarana prasarana pendukung geowisata juga tidak
dijurnpai di stasiun ini sehingga sangat menggantungkan kepada sarana prasarana
pada obyek geowisata di sekitarnya seperti yang terdapat di Baron atau Krakal.
4.6.10.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi yang dapat dinilanati pada stasiun ini berupa perbukitan
bergelobang karst yang sesungguhnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari
perbukitan kerucut karst. Perbukitan ini merupakan perkembangan bentuk positif
dari eksokarst Gunungludul yang memiliki panjang 100 m dengan tinggi 60-70
m. Berdasarkan morfologinya obyek geowisata ini termasuk dalam Satuan
Geomorfologi Kerucut Karst pada Zona Panyangga Berdasarkan genesannya,
morfologi ini bisa terbentuk akibat pelarutan d m pelapukan yang terjadi pada
permukaan kerucut karst yang sebagian sudah termineralisasi. Akibat perbedaan
resistensi pada batuan yang terlarutkan dan terlapukkan maka tersisa romk
permukaan yang tidak merata atau bergelombang. Proses lain yang mungkin juga
terjadi adalah pengamh struktur rekahan yang terdistribusi secara tidak merata
pada permukaan bukit kerucut karst. Bagian yang paling banyak terdapat
distribusi rekahan akan mudah mengalami pelarutan dan pelapukan sehingga
membentuk permukaan yang tidak rata
Atraksi obyek geowisata lain terlihat pada ditail batuan yang menyusun
perbukitan ini yang merupakan unsur gabungan dari batugamping terumbu, kalsit
dan soil. Struktur dan tekstur batugamping terumbu sebagai penyusun utarna
perbukitan karst masif, tebal serta terdapat kekar serta rongga sebagai sisa hasil
pelarutan.
Keindahan dan lingkungan yang terdapat disekitar lokasi terlihat bagus
karena pada bagian tertentu yang banyak mengandung soil ditata dengan cara
membuat teras sering untuk menahan soil agar tidak hanyut terbawa air pada saat
musim hujan. Soil tersebut kemudian dimanfaatkan oleh petani untuk bercocok
tanam. Pengembangan kearah petualangan dapat dilakukan dengan menjadikan
obyek ini sebagai bagian dari suatu stasiun untuk ekskursi keanekaragaman
bentang dam karst. Unsur pendidikan dan ilrnu pengetahuan yang dapat diambil
dari obyek ini berupa proses pembentukan bentang alam perbukitan bergelombang
dan jenis batuan penyusun perbulatan (Lampiran Gambar 10).
4.6.11. Stasiun Obyek Geowisata 11
4.6.1 1.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata ini berada sejauh 3 krn dari stasiun 10 menuju ke Pantai
Slili yang memiliki posisi geogafi S 8" 620' 5" dan E 110" 38,6' 3". Aksesibilitas
menuju lokasi obyek ini relatif mudah karena berada di pinggir jalan propinsi.
Kualitas jalan sebagai sarana pendukung mempunyai perincian sebagai berikut :
lebar jalan 4 meter, relatif datar, penyusun berupa aspal hotmik dan arus lalu lintas
dua arah. Disekitar lokasi yang tidak jauh dari obyek juga dijumpai jalan desa dan
jalan kecamatan dengan kondisi yang bagus.
Lokasi obyek yang berada di pinggir jalan tidak didukung oleh adanya
sarana transportasi, sehingga lokasi ini hanya bisa ditempuh dengan menggunakan
kendaraan pribadi. Sarana prasarana pendukung geowisata seperti sarana
manajemen hanya mengandalkan fasilitas yang ada di Ibukota Wonosari.
Kelengkapan sarana pengunjung dan pengamanan kawasan karena lokasinya
relatif jauh dari Wonosari maka sebagai altematif dapat memanfaatkan sarana
pendukung yang ada di Baron dan Krakal.
4.6.11.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang dapat dilihat pada stasiun ini berupa dua
buah bukit kerucut karst simetri dengan bentuk yang sangat berbeda Salah satu
bentuk perbukitan kerucut ada yang seperti bentuk kubah, merniliki kemiringan
lereng 45"-60" dengan puncak yang tumpul. Bentuk lereng yang cernbung serta
ketinggian bukit yang diperkirakan mencapai 60 m terlihat sangat menyolok
karena bukit ini berada pada dataran pantai karst. Salah satu bukit lainnya
berbentuk asimetri seperempat bola dengan puncak tumpul serta merniliki lereng
yang landai dengan kemiringan lereng kurang dari 30" di lereng utara dan 90" di
lereng selatan. Bila diurut dari utara ke selatan akan terlihat jelas bentuk terasering
pada Satuan Geomorfologi Kerucut Karst terutama pada perbukitannya dengan
perbukitan kerucut yang terdapat pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai.
Penyusun utama perbukitan ini pada umurnnya relatif sama yaitu
batugamping tenunby rombakan batugamping dan soil. Berdasarkan genesannya,
pembentkan morfologi ini juga diawali pada Kala Pleistosen yang dilanjutkan
dengan proses karstifikasi lanjut yang dipengaruhi oleh topografi regional dan
struktur geologi seperti rakahan dan kekar. Selain semua proses tersebut, abrasi
oleh gelombang laut juga mempengaruhi bentuk morfologi bukit karst.
Batugarnping tenunbu sebagai penyusun utama perbukitan karst
mempunyai tekstur masif. Pengaruh topografi regional yang berupa kemiringan
lereng serta struktur geologi pada topografi yang datar berpengaruh terhadap
tingkat pelarutan yang te rjadi. Keindahan dan lingkungan yang terdapat disekitar
lokasi terlihat sangat bagus karena adanya perbedaan yang kontras antara dua
bukit yang berdakatan pada topografi yang relatif datar. Pengembangan kearah
petualangan berpotensi dikernbangkan untuk jenis ekskursi bentang alam teras
pantai.
4.6.12. Stasiun Geowisata 12
4.6.12.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata yang terdapat pada stasiun 12 ini berada pada lokasi
S 8"08,35' 4" dan E 110" 36,013 berdekatan dengan stasiun 11 serta hanya
berjarak sekitar 200 m-300 m menyebar di sepanjang Pantai Slili. Sarana
prasarana geowisata tidak dijumpai, ha1 ini karena daerah ini belum
dikembangkan sebagai daerah wisata sehingga pemenuhan kebutuhan sarana
prasarana mengandalkan pada stasiun 1 maupun di Krakal dan Baron Lokasi
obyek geowisata di stasiun ini juga berada dipinggir jalan sehingga memudahkan
bagi pengunjung dalarn menikmati keindahannya
4.6.12.2. Atraksi Obyek Geowisata
Secara urnurn atraksi bentang darn yang ditampilkan pada stasiun ini
berupa sebuah dataran yang mengisi ruang antara perbukitan kerucut karst dengan
kemiringan lereng yang sangat landai yaitu h a n g dari 10". Dataran ini memiliki
ketinggian 1-3 m dari permukaan laut dan miring ke arah selatan Keuntungannya
sebagai daerah yang terendah dan relatif datar menjadikan daerah ini berfungsi
sebagai tempat sedirnentasi dari pelarutan dan pelapukan perbukitan diatasnya
serta ternpat mengalimya aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst
diatasnya. Hal ini mengakibatkan daerah ini tidak pernah mengalami kesulitan air
dan mempunyai lahan yang subur untuk pertanian. Litologi penyusun dataran ini
terdiri dari sisa-sisa pelarutan dan pelapukan dan rombakan dari batugamping
terurnbu dan aluvial.
Berdasarkan pernbagian morfologinya dataran in. mewakili Satuan
Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan ciri-ciri dataran
sedirnen sebagai pengisi ruang antara perbukitan karst. Secara genetis dataran ini
terbentuk bersamaan dengan pernbentukan morfologi karst pada umumnya yaitu
Kala Pleistosen sebagai dolina yang terletak pada topografi yang lebih rendah.
Akibat pelanrtan, pelapukan, kontrol stsuktur geologi serta abrasi gelombang
mengakibatkan dolina tersebut mengalami perkembangan ke arah lateral lebih
h a t sehingga daerah ini menjadi semakin rendah di bandingkan sekitarnya Pada
akhirnya segala proses karstifikasi maupun proses yang menyertai karstifikasi
lainnya yang terjadi diatasnya akan mengalami pengangkutan oleh media air dan
diendapkan pada daerah ini. Struktur dan tekstur sedimentasi menunjukkan
adanya perbedaan warna dan ukuran butir yang beragam tergantung material
penyusun suatu daerah yang tertransport ke lokasi ini.
Potensi sebagai lokasi rekreasi berpeluang dikembangkan bila di
gabungkan dengan obyek disekitarnya yang mayoritas berbentuk perbukitan karst
sehingga dapat memberikan nuansa perbedaan yang menarik antara perbukitan
dan dataran. Di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat menarik untuk
diikuti perkembangan perubahan t o p o g r ~ serta proses yang menyertainya
(Lampiran Garnbar 12).
4.6.13. Stasiun Geowisata 13
4.6.13.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Stasiun geowisata ini berada pada lokasi Pantai Slili dengan posisi
geografis S 8"08,35' 4" dan E 1 10" 36,0178 berdekatan dengan stasiun 1 1 dan 12.
Sarana prasarana dan aksesibilitas yang ada relatif sama dengan yang
digambarkan pada stasiun 1 1 dan 12 sehingga hanya bisa mengandalkan stasiun 1
di Wonosari maupun stasiun lain yang memiliki fasilitas pendukung seperti yang
ada di Krakal dan Baron.
4.6.13.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang menarik untuk diangkat sebagai obyek
geowisata disini adalah pantai karst. Morfologi Pantai Slili merupakan dataran
dengan kemiringan lereng kurang dari 10" serta ketinggian 1-2 m dari permukaan
laut. Keunikan Pantai Karst Slili dibandingkan dengan pantai lain yang bukan
karst adalah material penyusun pasir pantai yang berasal dari rombakan
batugamping terurnbu dan koral serta sedikit kwarsa Dasar pantai yang berfungsi
sebagai alas pantai tersusun oleh karang atau koral. Keberadaan koral yang
beranekaragam bentuk dan warna yang menyusun dasar pantai terlihat sangat
indah pada saat s w t .
Keunikan lainnya adalah banyaknya mata air yang muncul disekitar
pantai sebagai bukti adanya aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst ke
arah selatan dan masih munculnya perbukitan kerucut karst di sekitar pantai.
Morfologi Pantai Slili ini juga dapat mewakili Satuan Geomorfologi Teras Pantai
pada Zona Penyangga dengan ciri-cirinya sebagai pantai yang tersusun oleh
bentang alam karst.
Secara genesis pantai ini terbentuk bersamaan dengan pernbentukan
morfologi karst pada umumnya yaitu Kala Pleistosen sebagai lokasi yang
memiliki posisi yang lebih rendah Proses pengangkatan batugamping diikuti
dengan subsident pada kondisi karstifikasi vertikal yang sudah maksirnal pada
topogrd yang rendah memicu perkembangan karstifikasi lateral sehingga
terbentuk dataran.
Dataran tersebut tidak semuanya tersingkap ke permukaan naxnun ada
sebagian masih berada di bawah air. Proses pelarutan dan pelapukan pada litologi
yang seragam dengan topografr yang rendah cenderung bersifat lateral sehingga
membentuk dataran pada pantai. Struktur dan tekstur sedimentasi menunjukkan
ukuran butir yang beragam serta sedirnentasi yang bersifat lepas tergantung
material penyusun suatu daerah yang textransport ke lokasi ini.
Pasir putih yang terhampar luas dengan alas koral yang muncul ke
permthan pada saat air surut diantara perbukitan kerucut karst yang terabrasi
merupakan gejala dam yang sangat indah untuk dinikmati. Proses pembentukan
dan perkembangan bukit kerucut pantai karst juga menarik diangkat sebagai
sebuah obyek geowisata yang melengkapi keindahan fisik bentang alam pantai
karst (Larnpiran Gambar 13).
4.6.14. Stasiun Geowisata 14
4.6.14.1 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata di stasiun 14 berada 3 km dari stasiun 12 kearah barat,
tepatnya di Pantai Krakal yang secara geografis berada pada p0sisi.S 8"08,32' 4"
dan E 110" 35,0172". Aksesibilitas menuju Pantai Krakal relatif mudah karena di
lalui jalan propinsi. Kualitas jalan yang tersedia mempunyai kondisi yang sangat
bagus dan relatif datar dengan perincian : lebar jalan sekitar 4 m, tersusun oleh
aspal hormik dan am lalu lintas dua arah Selain itu disekitar lokasi juga dijurnpai
jalan desa yang menghubungkan lokasi dengan desa terdekat dengan kondisi yang
bagus.
Alat transportasi yang melayani jalur ini tidak tersedia sehingga untuk
menuju lokasi biasanya pengunjung menggunakan kendaraan pribadi atau
menyewa kendaraan dari Wonosari atau Y o g y a h h Sarana prasarana pendukung
geowisata di Pantai Krakal tidak tmgantung sepenuhnya pada Kota Wonosari
karena sebagian sudah tersedia Sarana manajemen seperti pintu gerbang wisata
serta sarana pengunjung yang lain yang sudah ada meliputi penginapan, sarana
MCK, sarana parkir, sarana ibadah, warung makan atau restoran serta penerangan.
Wisata Pantai Krakal telah dikembmgkan sebagai obyek wisata pantai yang
terintegrasi dengan pantai-pantai lain yang ada di sepanjang pantai selatan
Gunungkidul.
4.6.14.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang ada di lokasi ini terdiri dari degraded
cockpit yang memiliki topografi dengan ketinggian 1 m-3 m diatas permukaan
laut dan kemiringan lereng 10" - 30" ke arah selatan. Keunikan yang dapat dilihat
pada morfologi ini adalah secara genesis degradasi terlihat jelas sebagai
perkembangan proses karstifikasi vertikal yang sudah rnaksimal sehingga
perkembangan selanjutnya bmyak di dorninasi oleh perkembangan karstifikasi
lateral yang intensif terutarna pada daerah yang terkena kontrol struktur dan
topografi. Karena pada perkembangannya membentuk topografi yang rendah,
maka daerah ini juga menjadi tempat sedimentasi sisa endapan diatasnya
Penyusun utama dataran ini sebagai alas berupa batugamping tenunby sedangkan
pada permukaannya merupakan endapan terrarosa dan aluvial.
Morfologi dataran ini juga dapat mewakili Satuan Geomorfologi Teras
Pantai pada Zona Penyangga dengan ciri utamanya sebagai perkembangan dolina
yang berbentuk cockpit yang terdegradasi secara lateral. Struktur dan tekstur
sedirnentasi menunjukkan ukuran butir yang beragam serta sedirnentasi yang
bersifat lepas tergantung material penyusun suatu daerah yang tertransport ke
lokasi ini.
Pengembangan sebagai tempat rekreasi, stasiun ini merniliki nilai
keindahan yang cukup menarik untuk dinikmati baik dari jarak dekat maupun dari
jarak jauh. Dari jarak jauh terlihat torehan akibat degradasi yang membentuk
kemiringan yang landai menuju ke pantai dengan litologi yang berwarna kernerah-
merahan diantara tonjolan bulat-bukit kerucut. Dari jarak dekat terllhat
keanekaragaman material lepas penyusun dataran dengan tekstur lepas (Lampiran
Gambar 14)..
4.6.15. Stasiun Geowisata 15
4.6.15.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Lokasi stasiun obyek geowisata ini merniliki posisi g e ~ g r ~ s S S007,44' 0"
E 110" 3337'5 dan berada di dekat Pantai Sundak sekitar 1 krn ke arah barat dari
stasiun 14. Aksesibilitas menuju lokasi relatif mudah karena obyek geowisata
berada dipinggir jalan propinsi yang memiliki kondisi jalan yang sangat bagus
dan sedikit bergelombang dengan perincian : lebar jalan sekitar 4 m, tersusun oleh
aspal hormik dengan arus lalu lintas dua arah Kondisi jalan yang sudah
berkembang baik tersebut dikarenakan daerah itu sudah dikembangkan sebagai
daerah wisata pantai yang terintegrasi dengan pantai-pantai lain seperti Pantai
Krakal, Kukup, Sundak dan Baron.
Keberadaan tarnportasi untuk menuju lokasi ini tidak tersedia sehingga
pengunjung hanya bisa menuju lokasi dengan menggunakan kendaraan pribadi
atau menyewa kendaraan dari Wonosari atau Yogyakarta. Sarana prasarana
pendukung geowisata khususnya disekitar lokasi ini tidak dijumpai, sehingga
dengan mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh dari obyek wisata pantai
maka lokasi ini sepenuhnya menggantungkan pada k e b d a a n sarana prasarana
yang ada di obyek wisata pantai.
4.6.15.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang ada di stasiun ini berupa eksokarst
telaga kering yang merniliki luas 1,5 ha dan kerniringan lereng 10"-30" serta
kedalaman 3-4 m. Keindahan obyek ini terlihat dari jarak jauh berupa telaga
kering berbentuk seperti bintang atau sering disebut sebagai cockpit karena
dikelilingi oleh perbukitan kerucut. Cockpit ini sebenamya merupakan
perkembangan dari dolina yang terkurung oleh bukit-bukit kmcut kerucut yang
berdiding terjal sehingga bentuknya dari atas menyerupai wadah.
Secara genesis pembentukan morfologi ini juga diawali dengan fase
pengangkatan yang tejadi di Pegunungan Selatan pada Kala Pleistosen. Proses
selanjutnya merupakan perkernbangan dari dolina pada batugamping terumbu
yang dipengaruhi oleh struktur rekahan sehingga membentuk close depresion
mengikuti pola struktumya Kenarnpakan yang terlihat sebagai close depresion
tersebut dibatasi oleh perbukitan karst sehingga perkembangannya kearah lateral
menjadi terbatas dan mernbentuk cockpit. Selain itu zona lernah akibat kontrol
struktur geologi yang berupa sesar atau rekahan merupakan ternpat terjadinya
pelarutan secara intensif sehingga terjadi depresi yang mengikuti arah struktur
yang ada Litologi dasar telaga yang disusun oleh endapan impermiabel dari
pelarutan batu gamping , sisa sedimen yang talc terangkut oleh air tanah dan tanah
lempung mengalasi dasar telaga.
Morfologi cockpit ini terdapat pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai di
Zona Penyangga yang dikelilingi oleh perbukitan karst sebagai perwujudan dari
sistem term pantai paling bawah karst Gunungkidul. Unsur pendidikan dan ilrnu
pengetahuan yang ada dalam bentukan morfologi cockpit ini dapat untuk
memberikan gambaran keanekaragaman proses karstifikasi yang ada di
gunungkidul sehingga menghasilkan bentukan yang beraneka ragam
(Lampiran Gambar 15).
4.6.16. Stasiun Geowisata 16
4.6.16.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek ini berada di Pantai Baron yang terletak sekitar 3 krn ke arah barat
stasiun 15 menyusuri Pantai Selatan Gunungkidul yang secara geografis berada
pada posisi S 8°10,157 4" dan E 1 10" 24,0178". Pantai Baron sebenarnya telah
lama dikembangkan sebagai obyek wisata pantai sehingga telah dilengkapi dengan
berbagai fasilitas pendukung wisata pantai. Dalam pengembangannya sebagai
obyek wisata geologi maka stasiun ini dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah
tersedia Jenis sarana prasarana yang tersedia sudah termasuk lengkap mulai dari
sarana manajemen, sarana pengunjung dan sarana pengamanan kawasan. Sarana
manajemen yang sudah ada meliputi pintu gerbang wisata, sarana publikasi dan
sarana promosi yang ada di sekitar lokasi wisata maupun di resoran atau warung-
warung disekitar lokasi. Sarana bagi pengunjung sudah relatif lebih lengkap seperti
penginapan, MCK, tempat parkir, tempat beribadah, pompa bensin serta pos dan
telekomunikasi. Salah s a b sarana prasarana yang memegang peranan penting bagi
keselamatan pengunjung adalah tersediannya sarana pengaman kawasan di lokasi
ini yang terdiri dari rambu-rambu yang bersifat himbauan atau larangan serta
didirikannya posko kernanan.
Aksesibilitas menuju Pantai Baron sebenarnya dapat ditempuh melalui dua
cara yaitu jalur darat dan jalur laut. Aksesibilitas yang melalui jalur darat relatif
mudah dijangkau dengan dukungan kualitas jalan propinsi yang memiliki kondisi
jalan beraspal hotmik, lebar 6 m dan arus lalu lintas dua arah Papan informasi dan
rambu petunjuk tersebar diternpat-tempat strategis untuk memberikan kemudahan
serta kewaspadaan pengunjung menuju lokasi wisata. Alat transportasi yang
bersifat masal tidak tersedia, sehingga untuk menuju lokasi ini digunakan
kendaraan pribadi atau kendaraan sewa dari Kota Wonosari atau Yogyakarta
Jaringan jalan melalui jalur laut jarang dipergunakan, kecuali oleh masyarakat
nelayan yang hendak menuju lokasi pantai lain yang berdekatan. Jenis transportasi
tersebut berupa kapal kayu yang digerakkan dengan tenaga mesin
4.6.16.2. Atraksi Obyek Geowisata
Keindahan atraksi obyek geowisata yang ada berupa morfologi pantai
yang datar dengan kemiringan lereng kurang dari 10" ke arah selatan serta diapit
oleh dua buah perbukitan karst di sisi barat dan sisi timur sehingga membentuk
teluk Perbukitan yang mengapit topograii pantai mernpunyai lereng yang terjal
dengan ketinggian 100 m - 300 m dari emukaan laut serta kemiringan 60"-70°,
bahkan ada yang menapai 90" di bagian ujung yang menjorok ke laut. Keunikan
Pantai Baron dibandingkan dengan pantai sebelurnnya adalah pantai yang
berbentuk teluk, alas pantai berupa material pasir dari endapan volkanik seperti
pasir besi serta dijumpainya mata air sebagai bagian akhir dari aliran sungai
bawah tanah yang berasal dari perbukitan karst.
Berdasarkan genesanya Pembentukan teluk ini sangat dipengaruhi oleh
kontrol struktur sesar besar atau sesar utama yang memisahkan blok Pegunungan
Sewu di bagian barat dan Blok pegunungan Sewu di bagian timur. Blok barat dan
timur tersebut dipisahkan oleh rendahan atau depresi yang terbentuk sebagai
akibat sesar utarna yang mempunyai arah Utara-Selatan membentuk landaian
yang pada akhirnya membentuk teluk. Diperkirakan pada jalur ini juga merupakan
arah umum aliran sungai bawah tanah terbesar yang bergerak ke arah selatan
mengikuti struktur sesar atau patahan yang terbentuk pada Kala Pleistosen.
Sebagai daerah patahan daerah ini menjadi daerah yang lebih labil sehingga
proses pelarutan dan pelapukan lebih intensif.
Morfologi pantai ini merupakan bagian dari Satuan Geomorfologi Teras
Pantai di Zona Penyangga sebagai pemjutan dari sistem teras pantai pada
topografi yang datar. Pengernbangan atraksi wisata yang selarna ini hanya
mengedepankan kenampakan fisik dapat lebih ditingkatkan dengan menambah
pemahaman kepada pengunjung mengenai proses terbentuknya pantai tersebut
dan jenis litologi penyusunnya (Lampiran Gambar 16).
4.6.17. Stasiun Geowisat. 17
4.6.17.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata ini merupakan bagian dari stasiun 16 di lingkungan Pantai
Baron yang secara tepat berada di bawah tebing bagian barat. Sarana prasarana
geowisata dan aksesibilitas yang terdapat dilokasi ini sama seperti yang
digambarkan pada stasiun sebelumnya
4.6.17.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi geowisata lain yang ada di Pantai Baron selain pantai karst
juga dijumpai goa. GeJala endokarstikasi ini muncul sebagai fenomena
eksokarstifikasi berupa aliran sungai bawah tanah yang muncul dari dalam goa di
Pantai Baron Geometri goa ini berbentuk rongga yang diameter 2,s-3 m dengan
kemiringan lereng goa bagian dalam kurang dari 15", sedangkan kemiringan
lereng di luar goa lebih dari 45". Aliran sungai bawah tanah ini membawa air
tawar dari perbukitan karst menuju kelaut sebesar 8200 Itldt. Kondisi air tawar
yang jernih tersebut banyak dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mandi,
memasak serta mencuci pakaian.
Berdasarkan genesanya batugamping Formasi Wonosari yang merupakan
inti dari batugamping tenunbu mempunyai tekstur masif dan tebal mengalami
pengangkatan pada pertengahan Pleistosen Tektonik tersebut berakibat
munculnya dua patahan besar yang mengakibatkan bagian tengah dari zona
pegunungan selatan mengalami depresi (penurunan) dan rekahan Air hujan yang
jatuh ke permukaan masuk lubang melalui ponor diteruskan lewat saluran yang
disebut voclus dan kemudian berkumpul serta mencari jalan untuk bergerak
melalui zona lemah sambil melarutkan batuan yang dilduinya
Adanya patahan atau rekahan merupakan zona yang lemah bagi aliran air
bawah tanah untuk mengikuti zona ini dan terus mengalir hingga muncul ke
permukaan sebagai mata air atau luapan aliran sungai bawah tanah. Aliran sungai
bawah tanah banyak mengikuti kontrol struktur geologi yang membentuk aliran
sungai bawah tanah. Aliran air yang muncul dari goa diantara perbukitan karst
yang menjulang tinggi merupakan keindahan tersendiri diantara hamparan pasir
besi yang berwama hitam. Jenis kegiatan rekreasi yang bisa dilakukan di daerah
ini berupa mandi air tawar atau melakukan ekskwsi masuk ke dalam lorong goa
yang merupakan aliran sungai bawah tanah. Keindahan lain yang dapat ddihat
disekitar lingkungan goa berupa lereng terjal yang sangat tebal yang tersusun oleh
batugmping tenunbu masif yang perkernbangannya selain dikontrol oleh struktur
geologi juga dipengaruhi oleh abrasi gelombang laut.
Nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan yang dapat diambil berupa proses
endokarstifikasi yang ada di bawah perbukitan karst yang muncul melalui zona
tengah yang merupakan zona depresi sebagai gejala eksokarstifikasi berupa aliran
sung& bawah tanah. Pemahaman terhadap upaya konservasi terhadap
kesinambungan air tawar yang keluar dari mulut goa sangat tergantung kepada
perlindungan dan pelestarian topografi karst yang ada di perbukitan karst
diatasnya (Lampiran Gambar 17).
4.6.18. Stasiun Obyek Geowisata 18
4.6.18.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Obyek geowisata eksokarst yang berupa telaga ini terletak di Desa Lebak
kurang lebih 6 km ke arah utara dari Pantai Baron. Aksesibilitas menuju lokasi ini
relatif mudah karena obyek geowisata berada dipinggir jalan yang di lalui jalan
propinsi. Kualitas jalan yang tersedia mempunyai kondisi yang sangat bagus dan
sedikit berkelok dengan lebar jaIan sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hotrnik dan
arus lalu lintas dua arah. Selain itu disekitar lokasi juga dijumpai jalan kecarnatan
dan jalan desa yang menghubungkan lokasi obyek dengan desa disekitarnya Hal
ini disebabkan karena banyaknya penduduk yang mernanfaatkan telaga tersebut
pada saat musim hujan.
Jenis angkutan sebagai alat transportasi yang ada di desa ini tidak
berkembang dengan baik sehingga alat transportasinya tidak dibedakan antara
untuk angkutan barang dan rnanusia Oleh karena itu bagi wisatawan yang ingin
berkunjung ke lokasi ini dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa
kendaraan. Sarana prasarana pendukung geowisata khususnya disekitar lokasi ini
tidak dijumpai, sehingga dengan memperhitungkan jarak yang tidak terlalu jauh
dari obyek wisata pantai di Baron maka digunakan fasilitas yang ada di tempat
tersebut.
4.6.18.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata yang terdapat dilokasi ini berupa morfologi
negatif dari eksokarstifikasi yang berupa telaga kering. Berdasarkan
morfometrinya telaga ini berbentuk memanjang dengan kemiringan lereng kurang
dari 10" serta kedalaman bervariasi dari 1 m hingga 2 m serta dikelilingi oleh
perbukitan kerucut karst. Morfologi ini mewakili Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst pada Zona Inti yang secara genetis terbentuk dari batugamping terumbu
Formasi Wonosari yang pada Kala Pleistosen ikut terangkat ke permukaan.
Perkembangan lebih lanjut dari terangkatnya lingktmgan laut menjadi
darat disertai pula pembentukan rekahan-rekahan atau kekar yang merupakan
jalan bagi intensifhya proses pelarutan dan pelapukan Pelarutan dan pelapukan
yang intensif akhimya membentuk depresi tertutup yang rnenghasilkan morfologi
dolina. Bebrapa dolina yang berdekatan kemudian menyatu membentuk uvala
Penyatuan ini dapat dipengaruhi oleh kontrol struktur geologi rnaupun proses
pelarutan itu sendiri.
Lapisan impermiabel yang mengalasi dasar telaga yang berfdgsi sebagai
penahan air pada saat musirn hujan terdiri dari aluvial dan rombakan
batugarnping. Tebal tipisnya lapisan ini sangat besar penganihnya terhadap
kemampuan menahan air dipermukaan Nilai pendidikan dan ilmu pengetahuan
dapat diamati berupa keanekragaman bentang alam karst, proses eksokarstifikasi
yang berkaitan erat dengan pembentukan depresi pada batugarnping terumbu
(Lampiran Garnbar 18).
4.6.19. Stasiun Obyek Geowisata 19
4.6.19.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Stasiun obyek geowisata ini berupa perbukitan karst yang terletak 500 m
dari stasiun 18 kearah utara, tepatnya di Desa Kemiri dekat dengan Telaga Lebak.
Di sekitar lokasi stasiun 19 ini memiliki kondisi yang sama dengan stasiun
sebelumnya yaitu tidak dijumpainya fasilitas sarana prasarana geowisata Untuk
melengkapi berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam penyelenggaraan wisata
digunakan perlengkapan sarana prasarana yang tidak jauh dari obyek geowisata.
Lokasi terpilih yang diperkirakan dapat mendukung penyediaan sarana prasarana
geowisata di stasiun 19 adalah ketersediaan fasilitas yang sudah ada di Baron.
Aksesibilitas menuju lokasi ini relatif mudah karena lokasi obyek
geowisata berada dipinggir jalan propinsi dengan kualitas yang bagus, lebar jalan
sekitar 4 m, tersusun oleh aspal hotmik dan arus lalu lintas dua arah. Selain itu di
lokasi ini juga tidak dijumpai alat transportasi yang memadai untuk mendukung
perj alanan wisata
4.6.19.2. Atraksi Obyek Geowisata
Jenis atraksi obyek geowisata yang ada di lokasi ini berupa gejala
eksokarstifikasi perbukitan karst asimetri dengan puncak yang mengalami
casehardening Berdasarkan morfometrinya bukit karst ini ketinggiannya
mencapai 110 m dan pada bagian kaki bukit merniliki bentuk lereng yang
cembung dengan kerniringan 60"-70". Pada bagian puncak bentuk lereng tegak
lurus dengan kemiringan 90" serta merniliki bentuk puncak yang tumpul.
Morfologi perbukitan karst ini tersusun oleh litologi batugamping
terumbu yang tebal, bertekstur masif, rombakan batugamping dm sebagian
tertutup oleh soil yang tipis. Bulut kerucut ini keberadaannya tidak sendiri tapi
berkelompok membentuk perbukitan, sehingga termasuk dalam Satuan
Geomorfologi Perbukitan Karst yang ada di Zona Inti. Perkembangannya secara
genetis diawah bersamaan dengan pengangkatan batugamping Formasi Wonosari
Kala Pleistosen yang disertai dengan pembentukan struktur rekahan dan patahan.
Perkembangan struktur geologi yang rapat pada topografi miring pada
batugamping membentuk sisa pelarutan berupa jurnlah bukit yang banyak serta
merniliki bentuk yang asimetri. Selain itu sebenanya bisa juga dipengaruhi oleh
struktur dan topografi lokal serta keanekaragaman proses yang menyertai
pembentukannya Bentuk topografi yang tidak sama antara bagisrn puncak dan
bagian kalu bukit dipegaruhi oleh tingkat resistensi yang berbeda Pada b e a n
puncak terjadi proses kalsitisasi sehingga batugamping yang terbentuk telah
terubah sebagian menjadi mineral kalsit yang lebih resisten di bandingkan dengan
bagian bawah.
Lokasi ini sangat menarik untuk dijadikan jalur ekskursi bentang alam perbukitan
karst dengan menampilkan keanekaragaman bentuk serta proses yang
menyertainya. Bentang alarn ini perlu dilindungi dan dilestarikan karena
merupakan perkembangan lanjut dari karstifikasi yang langka dan unik
(Lampiran 19).
4.6.20. Stasiun Geowisata 20
4.6.20.1. Sarana Prasarana dan Aksesibilitas
Stasiun obyek geowisata 20 ini berada 7 km dari stasiun 19 ke arah utara
dekat pertigaan Desa Mulo. Ketersediaan sarana prasarana geowisata di lokasi ini
diharapkan dapat dipenuhi dari lokasi terdekat yaitu stasiun 1 yang ada di Kota
Wonosari. Selain jaraknya yang relatif dekat yaitu sekitar 10 km dari pusat kota,
aksesibilitas yang menuju lokasi ini juga sangat mudah. Keberadaan obyek
geowisata yang dipinggir jalan propinsi serta kondisi jalan yang beraspal dengan
lebar 6 m memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi tersebut dengan nyaman.
Selain itu di lokasi ini juga didukung oleh alat transportasi yang sederhana
untuk perjalanan wisata, namun tidak sepenuhnya alat transporatsi tersebut dapat
mengakomodir wisatawan dari segi kenyamanan dan keamanan, karena jenis
kendaraan yang digunakan merupakan jenis angkutan masal sederhana yang
banyak digunakan oleh penduduk setempat.
4.6.20.2. Atraksi Obyek Geowisata
Atraksi obyek geowisata disini berupa perbukitan karst simetri yang
keberadaannya berkelompok. Morfometrinya bukit karst ini memiliki lereng yang
cembung di semua sisi dengan kemiringan 45"-60" serta memiliki ketinggian yang
mencapai 80 m. Litologi penyusun morfologi ini terdiri dari batugamping terurnbu
yang bertekstur masif dan tebal serta sebagian tertutup oleh soil yang tipis.
Keberadaan bukit kerucut yang berkelompok di lokasi ini termasuk bagian dari
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst yang ada di Zona Inti.
Awal pembentukan morfologi ini tidak beda jauh dengan proses
pembentukan yang ada di stasiun sebelumnya yaitu stasiun 19 dengan di
awalinya pengangkatan batugamping Formasi Wonosari kepermukaan oleh proses
tektonik Kontrol stniktur geologi seperti rekahan dan patahan yang tidak
berkembang rapat di daerah dengan topografi yang relatif datar pada akhirnya
membentuk perkembangn perbukitan yang simetri. Lokasi ini sangat menarik
untuk dijadikan jalur ekskursi bentang alarn perbukitan karst karena dalam jarak
yang relatif tidak jauh dari stasiun sebelurnnya ternyata dijurnpai morfologi bukit
karst yang berbeda bentuknya (Larnpiran Gambar 20).
4.7. Pemanfaatan Geologi Kamt Gunungkidul dalam Pariwisata sebagai Obyek Geowisata
Hal paling mendasar untuk mentransfer pengetahuan dan fenomena geologi
sebagai obyek wisata adalah mengikuti kaidah yang ada dalarn konteks
pengembangan pariwisata. Apresiasi yang di lakukan terhadap obyek geowisata,
mengharuskan obyek geowisata mampu menjawab semua kriteria yang
mendiskripsikannya sebagai obyek wisata yang layak untuk diangkat ke dalarn
hakekat kepariwisataan. Berdasarkan atraksi obyek geologi yang diangkat sebagai
hasil pengamatan geowisata di daerah penelitian menunjukkan bahwa:
1. Obyek geologi dapat berupa obyek fisik yang sangat besar sehingga cara
menikrnatinya hanya dapat dilakukan dari kejauhan, seperti yang ditunjukkan
oleh deretan perbukitan kerucut karst, telaga dan lain-lain.
2. Obyek geologi dapat berupa obyek fisik yang berukuran kecil sehingga dalam
menikmatinya harus dalam jarak yang relatif dekat bahkan bisa juga harus
menggunakan alat bantu. Contoh obyek geowisata yang berukurab kecil
seperti tekstur dan struktur batugamping, casehardening pada batugamping
dan rnineralisasi.
3. Lokasi obyek geowisata bisa berada pada tempat yang sangat jauh dan sukar
dicapai, tapi dapat pula berada di genggaman tangan tangan kita, seperti
kenampakan mineral.
4. Obyek geologi dapat dinikrnati dalam waktu yang sangat pendek hanya
sepintas lalu saja atau berhari-hari bahkan berbulan-bulan karena perlu
pemahaman secara lebih detail.
5. Obyek geologi dapat dinikmati dari segi keindahannya, atau dari segi
ekonomi, enjiniring, keilmuan, pendidikan atau dari segi lain seperti
kesehatan, petualangan, olah raga dan lain-lain.
6. Obyek geologi dapat menimbukan rasa ketakjuban, tapi kadang-kadang bisa
juga menimbulkan rasa ketakutan yang luar biasa, seperti terjadinya close
depresion pada permukaan batugamping.
Mengacu kepada konsep ekowisata yang memiliki keunggulan
dibandingkan dengan jenis wisata lain pada urnumnya, maka uraian geowisata
yang dilakukan di jalur geowisata eksokarst Wonosari-Tepus-Baron-Wonosari
dapat dijelaskan dalam setiap stasiun yang ada (Garnbar 6). Pengertian penilaian
manfaat yang ada dalam obyek geowisata dapat duelaskan sebagai berikut :
1. Keindahan
Obyek geologi merupakan segala sesuatu yang secara fisik dapat ditangkap
oleh panca indera sehingga dapat menimbulkan kenikmatan, ketakjuban,
kekaguman, romatis dan rasa kepercayaan pada Keagungan Tuhan. Kesan
psikologis setelah menikmati keindahan tersebut menimbulkan rasa man,
nyaman, rileks dan tenteram.
2. Lingkungan
Obyek geowisata mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu yang
ditampilkan dalam atraksi obyek geowisata erat sekali kaitannya dengan
lingkungan, baik kondisi lingkungan obyek yang dipengaruhi oleh faktor
dam maupun oleh manusia
3. Petualangan
Obyek geowisata dapat dijadikan sebagai media untuk mengenal dan
mernahami dam lebih dekat melalui kegiatan yang dilakukan dalam lingkup
obyek geowisata. Kegiatan tersebut bisa berupa penjelajahan, penelusuran
dan eksplorasi terhadap obyek dengan tingkat kesulitan dan resiko yang
menjadi daya tarik tersendiri.
4. Rekreasi
Obyek geowisata berpotensi untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental
wisatawannya serta memberikan kesempatan bersantai bagi mereka dari
kebosanan dan keletihan rutinitas bekerja atau belajar ditempatnya semula
5. Olah raga
Obyek geowisata berpotensi sebagai ajang membedan kepuasan kepada
wisatawan yang mempunyai hobi tertentu seperti mendaki dan menelusuri
perbukitan, menelusuri goa, mengail, berselancar, menyelam dan lain
sebagainya
6. Kesehatan
Obyek geowisata rnampu memberikan alternatif yang berupa kebutuhan
terhadap perawatan kesehatan dengan fasilitas penyembuhan sekaligus
rekreasi, seperti berjemur di sinar matahari yang hangat, udara pantai yang
bersih dan segar dan lain sebagainya Pariwisata ini memerlukan persyaratan-
persyaratan tertentu seperti kebersihan, ketenangan dan keindahan.
7. Proses alam
Obyek geowisata terbentuk secara alamiah di darn melalui dinamika suatu
proses pe rjalanan waktu yang panjang.
8. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
Proses alamiah pembentukan obyek geowisata sarat dengan ilmu pengetahuan
yang hingga saat ini terus dipelajari untuk kepentingan manusia di masa
mendatang. Pengenalan keanekaragaman bentang dam, keanekaragaman
proses pembentukan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya
mulai diperkenalkan melalui pendidikan.
9. Konservasi
Aspek konservasi merupakan bagian terpenting untuk mempelajari,
memanfaatkan dan mengamankan suatu obyek geowisata yang unik, langka
serta mengandung nilai sejarah dan nilai ilmu pengetahuan yang tinggi.
Obyek geowisata terbentuk secara almiah pada kondisi dan proses yang
sangat khusus sehingga menimbulkan bentuk yang khas. Pembentukan obyek
geowisata dapat terganggu apabila ekosistem yang mernerlukan persyaratan
tertentu tersebut rnendapatkan gangguan atau perubahan.
11. Langka
Obyek geowisata dengan bentuk yang unik tidak dapat terbentuk di semua
tempat secara alamiah, melainkan terbentuk pada suatu daerah yang memiliki
persyaratan tertentu sehingga obyek geowisata tersebut merupakan barang
langka dan peninggalan alarn yang bersejarak
Tabel 8. Uraian manfaat yang terdapat di setiap stasiun geowisata jalur Wonosari-
Tepus-Baron-Wonosari.
Berdasarkan data dari tabel 8 menunjukkan bahwa manf'aat yang dirniliki
obyek geowisata untuk memenuhi persyaratan sebagai tujuan pariwisata memiliki
nilai rata-rata 8,4 dengan perincian terendah 3 manfaat dm tertinggi 11 manfaat.
Mengacu kepada jurnlah manf'aat yang dirniliki oleh masing-masing obyek
geowisata ternyata ha1 yang paling dominan dan dirniliki oleh semua obyek
- No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
MANFAAT O B m
GGOWISATA DALAM
PARIWISATA Kern* - Petuabgan
Rekmn
Olah*
K&km
Rweanlam
Pd&mI&illnlJ pmgetahw KOfisrYIM
una:
w Junbh
1
3
2
J J J
J J
J
J
3 4 5 6 7
J J J
J J J
PENGATHATAN 11
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J .
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
4
J J 4 J J J J J J J J J J J J J J J J
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
8
1 0 8 7 7 9 9 9 7 7 9 1 0 1 0 9
STASTUN 9 12
J J J J
J
J J J J J J J J J J J J J J J J J ~
10
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
15
8
13
J
4 4 4
14 16
J J J
J
J
19
J
8 8
20
J
17
J J J
J
4
1 1 1 1 8
18
geowisata sehingga merupakan kekuatan yang menjadi daya tarik wisatawan,
adalah unsur proses dam dm unsur pendidikan - ilmu pengetahuan.
Manfaat kedua terbanyak yang juga mendorninasi obyek geowisata adalah
keindahan, rekreasi, konservasi, keunikan d m kelangkaan masing-masing obyek.
Selain itu di daerah penelitian juga dijumpai manfaat yang agak jarang dimiliki
oleh obyek geowisata, seperti unsur kesehatan, petualangan dan olah raga Hasil
pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian maka dapat diurutkan jumlah
terbanyak manfaat yang dimiliki obyek geowisata dalam pariwisata adalah stasiun
16 dan 17 yang masing masing memiliki 1 1 manfaat. Urutan kedua yang memiliki
10 manfaat terdapat di stasiun 2, 12 dan 13, urutan ke tiga memiliki 9 manfaat
terdapat di stasiun 6,7,8, 11 dan 14, urutan ke empat memiliki 8 manfaat terdapat
di stasiun 3, 15, 18,19 dan 20, urutan ke lima merniliki 7 manfaat terdapat di
stasiun 5, 6, 9 dan 10, urutan ke enam merupakan urutan yang paling sedikit
memiliki 3 manfaat terdapat di stasiun 3.
4.8. Analisis Karakteristik di Setiap Stasiun Geowisata Jalur Wonosari-
Tepus-Baron-Wonosari
4.8.1. Analisis Karakteristik Variabel Obyek Geowisata
Dalam uraian karakteristik variabel obyek geowisata di lakukan
pengumpulan hasil pembobotan yang berasal dari nilai kualitas, kuantitas dan
jumlah nilai kualitas dan nilai kuantitas tiap variabel (Tabel 9), yang kemudian
diurutkan hasilnya dari terendah sampai hasil tertinggi. Pengurutan hasil ini
dimaksudkan untuk mengetahui urutan hasil dari nilai kualitas, kuantitas dan
jumlah tertinggi yang dapat dijadikan prioritas kunjungan tanpa
mengesampingkan keterwalulan tiap satuan geomorfologi karst dan zonasi yang
terdapat di daerah penelitian (Tabel 9a dm 9b).
Jenis variabel yang digunakan untuk pembobotan ini meliputi variabel
obyek geowisata, variabel sarana prasarana geowisata dan variabel aksesibilitas.
Metode yang digunakan dalam pembobotan selain dengan pendekatan referensi
juga membuat kriteria ditail mengenai penentuan nilai kualitas dm nilai kuantitas
ddam setiap variabel obyek geowisata seperti yang sudah di bahas di bab 3 (Tabel
2,3,4 dan 5).
Tabel 9. Hasil pembobotan variabel obyek geowisata di 20 stasiun geowisata yang di lalui jalw geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 9a. Urutan nilai kualitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
OBYEK GEOLOGI
GEOWISATA PARIWISATA
Analisis Variabel obyek geowisata berdasarkan karakteristik keanekaragaman
obyek geowisata yang memiliki nilai kualitas tertinggi pada stasiun 13 dan 16
masing-masing sebesar 72. Stasiun 13 mewakili Satuan Gemorfologi Teras Pantai
pada Zona Penyangga yang ditunjukkan oleh keindahan bentang alam pantai karst
dengan litologi penyusun yang beragam. Stasiun 16 mewakili Satuan
Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga yang ditunjukkan oleh
eksokarst Teluk Baron. Urutan nilai kualitas tertinggi kedua berdasarkan
karakteristik keanekaragaman obyek geowisata terdapat di stasiun 14 dan 18
masing-masing sebesar 65. Pada kondisi ini stasiun 14 mewakili Satuan
Geomorfologi Teras Pantai pada Zona Penyangga dengan atraksi geowisata
berupa degraded cockpit, sedangkan stasiun 18 mewakili Satuan Geomorfologi
Perbukitan Karst di Zona Inti yang ditunjukkan oleh bentukan perkembangan
uvala Nilai Kualitas terendah pada karakteristik keanekaragaman obyek
geowisata terdapat di stasiun 1 dengan nilai 21. Stasiun ini terdapat di Satuan
Geomorfologi Dataran pada Zona Pernanfaatan Intensif yang ditunjukkan oleh
kenampakan bentang dam plateau.
Analisis variabel obyek geowisata berdasarkan keterkaitan obyek geologi
dalam periwisata yang memiliki nilai kualitas tertinggi terdapat di stasiun 16
sebesar 61 dan disusul stasiun 4 dengan nilai 60. Stasiun 16 memiliki nilai yang
tinggi sebagai tempat rekreasi dan banyak mengandung unsur pendidikan dan
ilrniah pengetahuan geologi yang tinggi. Nilai kualitas terendah berdasarkan
keterkaitan obyek geologi dalarn pariwisata terdapat di stasiun 1 sebesar 14. Hal
ini karena stasiun tersebut tidak dapat mewakili fenomena dan atraksi obyek
geowisata
Analisis variabel oyek geowisata berdasarkan karakteristik keunggulan
obyek geowisata menujukkan nilai kualitas tertinggi pada stasiun 1 1 dan 8 sebesar
22. Stasiun 11 terdapat di Satuan Geomorfologi Teras Pantai sedangkan Stasiun 8
terdapat pada Sub Satuan Gemorfologi Kerucut Karst. Nilai kualitas terendah
terdapat di stasiun 1 sebesar 0. Hal ini disebabkan karena Wonosari sebagai
stasiun 1 sebagian besar telah berubah atau tertutupi kenampakan bentang
alamnya oleh aktivitas manusia
Pernbobotan yang dilakukan berdasarkan kuantitasnya, pada karakteristik
keanekaragaman obyek geowisata diperoleh nilai kuantias tertinggi pada stasiun
16 sebesar 26 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 8. Sedangkan hasil pada
karakteristik keterkaitan geologi dalam pariwisata menunjukkan nilai kuantitas
tertinggi pada stasiun 16 sebesar 25 dan terendah pada stasiun lsebesar 4.
Karakteristik keunggulan obyek geologi menunjukkan nilai kuantitas tertinggi
terdapat pada stasiun 16 sebesar 8 dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0. Hasil
pembobotan yang dilakukan pada seluruh stasiun geowisata menunjukkan bahwa
stasiun 16 memiliki nilai kualitas dan nilai kuantitas pada keanekaragaman obyek
geowisata dm keterkaitan obyek geologi dalam pariwisata yang terlengkap d m
terbaik diantara stasiun yang ada, sedangkan stasiun 1 memiliki nilai kualitas d m
nilai kuantitas terendah pada keanekaragaman obyek geowisata.
4.8.2. Analisis Karakteristik Sarana & Prasarana
Hasil analisis yang dilakukan berdasarkan nilai kualitas dan kuantitas pada
karakteristik sarana prasarana juga dikumpulkan dalam satu tabel untuk
memudahkan pengurutan nilai terendah ketertinggi (Tabel 10). Hasil pengamatan
tersebut dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan ketersediaan
sarana prasarana di sekitar masing-masing stasiun geowisata.
Tabel 10. Hasil pembobotan variabel obyek geowisata di 20 stasiun geowisata yang di lalui jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 10a Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
PENGUNJUNG PENGAMANA
Berdasarkan analisis veriabel sarana prasarana geowisata menunjukkan
bahwa nilai kualitas tertinggi pada sarana manajemen terdapat di stasiun 1 dengan
nilai 2,O sedangkan terendah pada stasiun 2 sarnpai stasiun 20 dengan nilai 0.
Stasiun ini memiliki nilai kualitas tertinggi sebagai penyedia sarana prasarana
geowisata karena terletak di ibu kota kabupaten yang merupakan pusat
pemerintahan serta pusat perdagangan sekdigus pintu gerbang menuju lokasi
geowisata eksokarst Gunungkidul. Stasiun geowisata yang memilik nilai kualitas
sarana prasarana manajemen 0 menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut tidak
dijumpai ketersediaan sarana prasarana manajemen geowisata
Sedangkan pada sarana pengunjung nilai kualitas tertinggi terdapat di
stasiun 1 sebesar 9 2 dan terendah di stasiun 2, 4, 6, 7,8, 9, 10, 15, 18, 19, 20
sebesar 0. Kota Wonosari sebagai pusat kota dilengkapi dengan sarana prasarana
pengunjung yang lengkap. Sedangkan di luar stasiun tersebut dapat menggunakan
stasiun Wonosari untuk melengkapi kebutuhan dalam melakukan perjalanan
geowisatanya Sarana pengamanan kawasan mempuyai nilai kualitas tertinggi
masih terdapat di stasiun 1 sebesar 2,O dan terendah di stasiun 2,5,6,7,9,10,15,18,
19, 20 sebesar 0. Sebagai pusat kota di Gunungludul kota Wonosari tentunya
rawan terhadap tindak kejahatan yang dapat meresahkan bagi warganya maupun
pengunjung. Pengamanan kawasan mutlak dilakukan untuk memberi ketenangan
d m rasa arnan bagi bagi pengunjung dan penduduk untuk melakukan aktivitasnya
Tabel lob. Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
Analisis berdasarkan nilai kuantitas tertinggi pada sarana manajemen
terdapat di stasiun 16 dan 17 sebesar 8. Urutan nilai kuantitas tertinggi kedua
terdapat di stasiun 1 sebeasar 7. Sedangkan nilai kuantitas terendah pada variabel
sarana manajemen terdapat di stasiun 2-20 sebesar 0. Stasiun 16 dan 17 merniliki
nilai kuantitas tertinggi pada sarana rnanajemen karena lokasi ini telah lama
dikembangkan sebagai obyek wisata pantai. Sedangkan stasiun lain yaitu stasiun
2-20 terdapat dibagian tengah dari perbukitan karst yang belurn dikembangkan
sebagai obyek wisata, sehingga praktis tidak memiliki kelengkapan sarana
manajemen yang memadai.
Pada sarana pengunjung yang memiliki nilai kuantitas tertinggi di
tunjukkan oleh stasiun 1 sebesar 34 dan terendah stasiun
2,4,6,7,8,9,10, 15,18,19,20 sebesar 0. Sarana pengamanan kawasan menujukkan
nilai kuantitas tertinggi oleh stasiun 1 sebesar 9 dan terendah oleh stasiun
2,5,6,7,9,10,15,18,19,20 sebesar 0. Hasil ini memberikan gambaran bahwa stasiun
1 yaitu Kota Wonosari merniliki potensi sebagai pendukung geowisata dan
penyedia sarana prasarana geowisata yang terlengkap dengan kualitas terbaik
diantara stasiun yang ada di jalur geowisata Stasiun 16 dan 17 termasuk stasiun
14 merupakan urutan kedua terlengkap dalam penyediaan sarana prasarana
geowisata karena ketiga stasiun tersebut memang telah dikembangkan
sebelumnya sebagai tempat wisata Berdasarkan uraian tersebut dapat diputuskan
bahwa Kota Wonosari layak ditetapkan selain sebagai basecamp juga sebagai
startingpoint menuju lokasi stasiun geowisata berikutnya
4.8.3. Analisis Karakteristik Aksesibilitas
Pada variabel aksesibilitas, hasil penilaian kualitas dan kuantitas
dikelompokkan ke dalam satu tabel untuk tujuan selain memudahkan
pengelompokkan dan pemilahan suatu variabel juga dimaksudkan untuk
memudahkan pembuatan skala prioritas berdasarkan aksesibilitasnya (Tabel 1 1).
Tabel 11. Hasil pembobotan variabel aksesibilitas di 20 stasiun geowisata Yang
di lalui jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Tabel 1 la Urutan nilai kualitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi variabel obyek geowisata eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
I I JARINGAN JALAN I I JARINGAN JALAN 1
Pada analisis variabel aksesibilitas daerah penelitian menunjukkan bahwa
nilai kualitas tertinggi pada jaringan jalan darat adalah stasiun 1 sebesar 6,4 dan
terendah stasiun 10 sebesar 2,4. Sebagai urat nadi perekonomian di Gunungkidul
STA
10 15
DARAT Kualitas
24 26
FXA
1 2
LAUT Kualitas
0 0
Wonosari memiliki kualitas aksesibilitas lewat darat yang lengkap dan bagus
untuk mernudahkan aktivitas rnanusia dan distribusi barang dan jasa sehingga
tidak mengherankan Stasiun 1 memiliki aksesibilitas yang paling siap untuk
dikembangkan sebagai pendukung geowisata. Pada jaringan jalan laut nilai
kualitas tertinggi dapat terlihat pada stasiun 16 dan 17 selain itu tidak dijumpai
adanya jaringan jalan laut.
Tabel 1 1 b. Urutan nilai kuantitas dan stasiun geowisata terendah ke tertinggi akesibilitas eksokarst Gunungkidul di 20 stasiun
Berdasarkan nil& kuantitasnya rnenunjukkan bahwa jaringan jalan darat
yang tertinggi nilai kuantitasnya ada di stasiun 1 sebesar 18 dan terendah di
stasiun 15 sebesar 7. Untuk jaringan jalan laut nilai kuantitas tertinggi di dapatkan
pada stasiun 16 dan 17, selain daerah itu tidak dijumpai adannya jaringan jalan
laut. Berdasarkan uraian tersebut rnenunjukkan bahwa aksesibilitas pada jaringan
jalan darat yang merniliki nilai kualitas dan kuantitas terbaik diantara stasiun yang
ada adalah stasiun 1, sedangkan untuk jaringan jalan laut relatif jarang
dilakukan oleh mum kecuali nelayan terdapat di stasiun 16 dan 17.
4.9. Prioritas Kunjungan Geowisata di jalur Geowisata Wonosari-Tepus-
Baron-Wnosari
Penentuan skala prioritas dalarn kunjungan wisata sangat penting sekali
untuk dapat memenuhi keinginan wisatawan tertentu yang mempunyai w&u
terbatas namun berkeinginan dan berkepentingan mendapatkan keuntungan
kunjungan yang optimal. Untuk memenuhi keinginan wisatawan, penulis
mencoba membuat prioritas kunjungan geowisata dengan melihat unsur-unsur
ketenvakilan satuan geomorfologi dan keterwakilan zonasi pemdaatan Unsur
lain yang dijadikan bahan pertimbangan utama adalah mernilih peringkat
tertinggi yang dimiliki oleh suatu obyek geowisata dalam pembobotan nilai
kualitas dan kuantitas pada setiap variabel obyek geowisata, variabel sarana
prasarana dan variabel aksesibilitas (Tabel 12).
Tabel 12. Empat stasiun unggulan dari 20 stasiun geowisata yang menjadi prioritas kunjungan di jalur geowisata yang sudah dapat mewakili satuan geomorfologi, zonasi pemanfaatan, morfologi bentang alam karst Gunungkidul dan proses karstifikasinya.
STA
1
2
4
NILAI KUALITAS
35 (Vto)
132 (Vts)
64 (Vta)
139 (Vto)
0 (Vts)
38 (Vta)
136 (Vto)
2 (Vts)
NILAI KUANTITAS
12 (Vto)
50 (Vts)
18 (Vta)
53 (Vto)
0 (Vts)
12 (Vta)
49 (Vto)
1 (Vts)
Jarak
0
lo km dari Sta '
km dari sta
2
Waktu
0
15 menit
10 menit
KETERANGAN
1. Meskipun nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata memiliki urutan terendah, tapi pada variabel sarana prasarana memiliki nilai kualitas dan kuantitas rata-rata tertinggi. Sedangkan pada variabel aksesibilitas khususnya jaringan jalan darat juga memiliki peringkat tertinggi.
2. Selain sarana prasarana dan aksesibilitas yang lengkap dan mudah Kota Wonosari sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan pantas sebagai starting point, base camp dan pendukung stasiun geowisata di sekitarnya.
3. Dilokasi lain yang berdekatan dijumpai batas Satuan Geomorfologi Dataran Karst d m Satuan Geomorfologi Perbukitan.
4. Mewakili Zona Pemanfaatan Intensif dan Satuan gemorfologi Dataran Karst yang disebut juga sebagai Plateau Wonosari.
5. Jalur geowisata yang dimulai dari stasiun ini 1. Pertimbangan jarak dan waktu yang relatif terdekat di bandingkan stasiun lain maka stasiun ini
layak sebagai tujuan selanjutnya perjalanan geowisata setelah stasiun 1 2. Nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata cukup tinggi sehingga dapat untuk
mewakili Satuan Geomorfologi Dataran Karst yang pada stasiun 1 tidak terlihat jelas, 3. Sarana prasarana geowisata tidak dijumpai di stasiun 2, tapi dapat memanfaatkan fasilitas yang ada
di stasiun 1 karena jaraknya relatif dekat. 4. Daya tarik geowisata, atraksi luweng yang merupakan perkembangan dari endokarstifikasi yang
tersingkap kepermukaan sebagai proses lanjut dari eksokarstifikasi, ragam batuan dan jejak aliran sungai bawah tanah.
5. Aksesibilitas melalui jaringan jalan darat yang memiliki kualitas dan kuantitas jalan yang bagus memudahkan pengunjung mendatangi lokasi.
1. Nilai kualitas dan kuantitas pada variabel obyek geowisata berada di bawah stasiun 2, tapi berdasarkan bobotnya merupakan peringkat kedua pada morfologi negatif karst yang dapat mewakili Zona Inti dan Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst.
2. Sarana prasarana geowisata tidak dijumpai di stasiun 4, tapi dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di stasiun 1 karena jaraknya masih relatif dekat.
3. Daya tarik obyek geologi berupa dolina yang disebut telaga yang isi air sepanjang tahun. Daya tarik lain terdapat pada morfometri dolina, morfogenesa dan pemanfaatan telaga tersebut.
Keterangan : Vto= Variabel total obyek geowisata, Vts = Variabel total sarana prasarana geowisata, Vta= Variabel total aksesibilitas geowisata
8
16
18
36 (Vta)
135 (Vto)
02 (Vts)
34 (Vta)
153 (Vto)
73 (Vts)
42 (Val
135 (Vto)
0 (Vts)
40 (Vta)
13 (Vta)
50 (Vto)
1 (Vts)
11 (Vta)
59 (Vto)
28 (Vts)
I1 (Vta)
5 1 (Vto)
0 (Vts)
I1 (Vta)
17 menit
20 menit
6 menit
12 krn dari sta
3
15,s km dari
sta 8
5 krn dari sta
16
4. Aksesibilitas relatif mudah dengan kondisi kualitas dan kuantitas jalan yang memadai.
1. Stasiun ini memiliki nilai kualitas dan kuantitas tertinggi pada variabel obyek geowisata bentuk positif yang terdapat dalam Zona Inti karst, Sub Satuan Geomorfologi Kerucut Karst.
2. Posisi stasiun 8 yang terdapat pada bagian tengah jalur geowisata, maka sarana prasarana pendukung geowisata dapat dipenuhi oleh stasiun 1 atau stasiun 16 dan 17.
3. Daya tarik atraksi obyek geowisata berupa perbukitan kerucut simetri karst dengan puncak yang mengalami casehardening.
4. Posisi stasiun 8 sangat strategis karena di lokasi ini langsung dapat dilihat atraksi lain perbukitan kerucut dengan morfometri yang beragam yang berada di sekitar stasiun 8. Daya tarik lain berupa keanekaragaman proses, batuan dan mineral.
5. Aksesibilitas mudah dengan kualitas dan kuantitas jalan yang bagus.
1 . Stasiun ini dari semua aspek variabel obyek geowisata, sarana prasarana dan aksesibilitas memiliki nilai kualitas dan kuantitas tertinggi. Stasiun ini mewakili Zona Penyangga pada Satuan Geomorfologi Teras Pantai.
2. Stasiun yang berada pada posisi paling selatan ini sebenarnya telah lama dikembangkan sebagai obyek wisata pantai.
3. Sarana prasarana dan aksesibilitas yang tersedia sudah lengkap sehingga tidak tergantung pada stasiun 1.
4. Atraksi obyek geowisata berupa teras pantai yang masih terlihat sebagai akibat degradasi pada morfologi karst. Selain obyek tersebut disekelilingnya banyak dijumpai atraksi lain seperti mata air, pantai dengan dasar karst serta morfologi teluk karst.
1. Stasiun ini memiliki nilai kualitas dan kuantitas tertinggi pada variabel obyek geowisata yang terdapat dalam Zona Inti karst pada Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst.
2. Posisi stasiun 18 yang cenderung lebih dekat ke stasiun sebelumnya sehingga sarana prasarana pmdukung geowisata tidak tergantung pada stasiun 1.
3. Daya tarik atraksi obyek geowisata berupa morfologi uvala kering diantara perbukitan karst dengar dasar yang rata dan dilapisi oleh endapan aluvial dan rombakan batugamping yang berfungsi sebagai lapisan impermiabel.
4. Aksesibilitas mudah dengan kualitas dan kuantitas jalan yang bagus.
Berdasarkan tabel tersebut penulis dapat mengelompokkan beberapa keinginan
wisatawan dalam rencana kunjungan geowisatawannya ke Gunungkidul sebagai
berikut :
1. Jika yang diinginkan adalah jenis atraksi yang lengkap dan dapat dinikmati
dalam waktu yang terbatas, maka dasar pernilihan prioritas stasiun geowisata
yang akan dikunjungi adalah nil4 total kualitas tertinggi dan nilai total
kuantitas tertinggi dari variabel obyek geowisata, variabel sarana prasarana
geowisata dan variabel aksesibilitas geowisata yang dapat mewakili masing-
masing satu satuan geomorfologi dan satu zonasi pemanfaatan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka gambaran prioritas kunjungan geowisata yang
dapat dilakukan secara urut adalah dari stasiun 1, stasiun 2, stasiun 4, stasiun
8, stasiun 16 dan stasiun 18 dengan total jarak tempuh sejauh 52 krn serta
membutuhkan waktu perjalanan 60 menit atau 1 jam, menggunakan
kendaraan bermotor (Tabel 13). Mengenai waktu yang dibutuhkan untuk
mengamati setiap obyek sangat tergantung pada sudut pandang rninat
wisatawan dan keahlian pernandu untuk menyampaikan apa yang akan
ditampilkan.
2. Jika lokasi geowisata yang menjadi prioritas kunjungan dipilih satu, maka
dasar pernilihan diharapkan dapat mewakili keseluruhan kawasan Karst
Gunungkidul secara umum yang memiliki nilai kualitas tertinggi dan nilai
kuantitas tertinggi dari dari variabel obyek geowisata, variabel sarana
prasarana geowisata dan variabel aksesibilitas geowisata (Tabel 13). Prioritas
kunjungan diarahkan pada stasiun 16 yang merniliki jarak tempuh 47 krn serta
waktu perjalanan hampir 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Waktu yang digunakan untuk mengamati obyek tentunya lebih singkat karena
hanya pada satu lokasi saja
3. Jika yang ingin di lihat adalah keanekaragaman jenis perbukitan karst, maka
lokasi yang memiliki keanekaragaman morfologi positif karst terlengkap
terdapat pada Satuan Geomorfologi Perbukitan dengan Sub Satuan
Geomorfologi Kerucut Karst yang terdapat pada Zona Inti seperti yang ada
pada stasiun 8. Jarak tempuh untuk menuju lokasi stasiun 8 adalah 30,5 km
dengan waktu 52 menit.
4.10. Keterkaitan Geowisata Eksokarst Gunungkidul dengan Lingkungan
Permasalahan yang dihadapi di kawasan karst Gunungkidul adalah
kerusakan kawasan karst akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan
pencemaranan dan merusak ekosistem kawasan karst dan karstifikasi yang masih
berlangsung di kawasan ini. Geowisata diharapkan mampu memberikan solusi
yang terbaik bagi pengelolaan kawasan karst khususnya di Gunungkidul.
Pengelolaan dalam penelitian yang dimaksud adalah menentukan karakteristik
eksokarst Gunungkidul untuk dinilai kelayakannya sebagai kawasan geowisata
Dengan mengacu kepada konsep ekowisata, langkah-langkah dalam pelaksanaan
geowisata ini memiliki kaitan yang erat sekali dengan pengelolaan dan
perlindungan lingkungan karst. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam
pembuatan peta geowisata, karena dalam peta tersebut akan mencakup :
1. Analisis karakteristik obyek geowisata
Tahapan awal pada geowisata adalah menginventarisir obyek geowisata
untuk di analisis. Hasil analisis ini dapat untuk mengetahui tentang kondisi
obyek geowisata berdasarkan keanekaragaman obyek, keanekragaman umur,
keanekaragaman batuan penyusun obyek, keanekaragaman mineral yang
terbentuk, keanekaragaman tekstur batuan, keanekaragaman struktur batuan,
morfometri suatu obyek, morfografi suatu obyek, morfogenesa,
morfodinamik, dan morfokronologi suatu obyek geowisata, Dengan bekal
informasi semua karakteristik yang terdapat pada suatu obyek, sangat besar
perannya untuk menentukan suatu obyek ini layak untuk dilindungi atau tidak
bila dilihat dari sudut pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terkandung di
dalam suatu obyek geowisata Perlindungan yang dilakukan terhadap suatu
obyek dengan sendirinya akan menjaga obyek tersebut dari kerusakan baik
oleh aktivitas manusia ataupun oleh dam sendiri.
2. Pembagian satuan geomorfologi
Obyek geowisata yang sudah diinventarisir dan di analisis tersebut kemudian
dikelompokkan dan di bagi berdasarkan satuan geomorfologinya. Hal ini
sangat penting karena dengan membagi suatu daerah dalam satuan-satuan
geomorfologi, berarti melokalisir suatu daerah untuk kepentingan dan
pemanfaatan tertentu dengan mempertimbangkan semua aspek, termasuk
aspek konservasinya
3. Pembagian zonasi karst
Salah satu pemanfaatan informasi yang diperoleh dari kajian karakteristik
obyek geowisata serta informasi tentang satuan geomonFblogi suatu daerah
adalah mernbent.uk zonasi. Maksud dan tujuan dilakukan pembagian zonasi
karst adalah melihat secara spesifik kawasan karst yang merupakan warisan
dam, agar dapat dimanfaatkan oleh semua pihak secara optimal tanpa
menimbulkan konflik kepentingan serta dapat mendukung usaha
kelestariannya Daerah penelitian terbagi dalam tiga zona seperti yang
dijelaskan dalam bab 3 yaitu, Zona Pemanfaatan Intensif, Zona Inti dan
Daerah Penyangga Dengan sistem zonasi ini, diharapkan zona yang kaya
dengan keanekaragaman geologi seperti dalam zona inti, dapat dilindungi dan
dilestarikan secara berkelanjutan. Zona yang merniliki sedikit
keanekaragaman geologi karena sebagian sudah rusak dan tidak berkembang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Pada Daerah Penyangga
peninggalan warisan bentukan dam masih terlihat meskipun sedikit dan bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Garis
besar zonasi ini sebenarnya adalah mernberikan informasi tentang batas yang
tegas mengenai lingkungan karst yang hams dilindungi karena memiliki
keunikan, kelangkaan dan kekhasan dengan batas lingkungan karst yang
boleh dimanfaatkan, ha1 ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi No. 15 18/K/20/MPE/1999 tentang Pengelolaan Kawasan Karst.
4. Jalur geowisata
Dalam menetapkan jalur geowisata ini, diusahakan jalur tersebut merupakan
jalur yang ramah lingkungan Bukti bahwa jalur tersebut merupakan jalur
yang ramah lingkungan adalah :
- Jalur yang dibuat merupakan jalur yang sudah ada sehingga tidak perlu
lagi membangun jalur baru yang tentunya beresiko terhadap kerusakan
bentang alam karst.
- Obyek geowisata yang dipilih sebagai atraksi geowisata relatif berada di
sekitar jalan raya, sehingga selain mudah dijangkau juga memperkecil
resiko kerusakan yang timbul akibat kunjungan wisatawan terhadap suatu
obyek geowisata.
- Jalur geowisata yang ramah lingkungan tidak membatasi atraksi
keanekaragam obyek geowisata Hal ini terbukti bahwa jalur tersebut
melalui suatu obyek geowisata yang dapat mewakili seluruh satuan
geomorfologi yang ada dan seluruh zonasi pemanfaatannya.
- Jalur geowisata yang dibuat berusaha menekan sebesar mungkin
pengadaan sarana prasaran dan aksesibilitas pendukung wisata dengan
memanfaatkan sarana prasarana dan aksesibilitas yang sudah tersedia
sebelurnnya.
4. Peta geowisata
Peta geowisata sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dan kebijakan
dalam mengembangkan daerahnya untuk disesuaikan dengan rencana tata
ruang daerah (RTRW), sehingga pada akhirnya tidak bertentangan dan
merusak potensi sumberdaya alam yang ada Bagi investor, peta geowisata
akan menarik rninatnya untuk berinvestasi dalam rangka mengembangkan
usahanya. Hasil dari aktivitas tersebut nantinya sebagian keuntungannya
dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan karst itu sendiri.
4.11. Aplikasi Sistem Informasi Geologi (SIG) dalam Jalur Geowisata
Eksokarst Gunungkidul
Peta jalur geowisata eksokarst Gunungkidul disajikan dalam bentuk peta
digital dengan berbasis geografis, sehingga mampu memberikan tampilan berupa
data tabulasi, image rnaupun data teks. Manfaat penggunaan sistem informasi
geografi ini adalah memberikan visualisasi dan kemudahan bagi pengguna peta
untuk mendapatkan segala informasi yang ada di setiap stasiun obyek geowisata
Peta dasar yang digunakan dalam pembuatan jalur geowisata menggunakan peta
rupa bumi Gunungkidul skala 1 : 25.000 yang berisikan topografi, jaringan jalan
dan berbagai fasilitas umum yang sudah ada Dalam penenlitian ini penulis
menambahkan informasi berupa jalur geowisata eksokarst Wonosari-Tepus-
Baron-Wonosari, pembagian satuan geomorfologi dan zonasi daerah penelitian,
atraksi keanekaragaman obyek geowisata yang ada di setiap stasiun geowisata
dalam bentuk foto dan data Informasi lain berupa sarana prasarana dan
aksesibilitas serta jarak dan waktu ternpuh menuju stasiun geowisata memudahkan
wisatawan dalam merencanakan perjalanamya
4.12. Penentuan Penghitungan Waktu Kunjungan di Setiap Stasiun Geowisata Eksokarst Gunungkidul
Penghitungan waktu kunjungan terhadap suatu obyek yang ada di setiap
stasiun geowisata sangat penting dalam merencanakan suatu perjalanan Dasar
penghitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengamatan terhadap
suatu obyek geowisata disetiap stasiun geowisata dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu : (1) Jarak obyek yang akan diamati, (2) Jurnlah obyek yang akan
diamati, (3) Banyaknya inforrnasi yang dibutuhkan oleh wisatawan dan (4)
Pengetahuan pemandu wisata. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan
pendekatan dengan membuat waktu minimal untuk mengupas tiap obyek
geowisata dengan mengasurnsikan jarak obyek yang akan diamati tidak
diperhitungkan, jurnlah obyek 1, informasi karakteristik mengenai satu obyek dan
pemandu wisata sangat menguasai pengetahuan mengenai kondisi geologi suatu
obyek. Metode yang digunakan adalah pemberian penjelasan mengenai suatu
obyek seperti yang dilakukan oleh seorang pemandu wisata pada umumnya yang
kemudian diukur waktunya (Tabel 7). Untuk lebih memudahkan pemahaman
penglutungan waktu ddam mengupas suatu obyek geowisata diberikan contoh
penghltungan pada stasiun 2 (Tabel 13).
Tabel 13. Contoh Penghitungan Waktu Kunjungan di Stasiun 2 jalur Geowisata Eksokarst Gunungkidul
Keterangan Singkat
Luweng Glatikan berbentuk &presi yang berbentuk lembah &ngan jurang yang mengikuti alur sungai bawah tanah. Sisa jejak depresi terlihat di dinding lereng. Kemiringan lereng relatif tegak lurus dengan kedalaman &presi mencapai 10-20 meter.
Luweng Glatikan merupakan bentukan proses endokarstifikasi yang tersingkap ke permukaan sebagai akibat adannya tektonik kala Pleistosen yang mengangkat batugarnping Formasi Wonosari ke permukaan. Pengangkatan tersebut menghasilkan struktur geologi seperti rekahan dan patahan yang akan membentuk morfologi karst. Salah satu morfologi yang terbentuk adalah morfologi negatif berupa dolina. Selai. proses eksokarstifkasi, proses endokarstifikasi di bawah dolina yang sekaligus berfungsi sebagai penyaluran dolina juga mulai terbentuk menghasilkan aliran sungai bawah taaah. Pada saat beberapa dolina yang berdekatan bergabung karena pengaruh struktur geologi maka tejadi runtuhan (collapse) dolina sehingga menyingkap morfologi di bawah permukaan Pembentukan morfologi Luweng ini merupakan pentahapan pada karstifikasi yang dimulai pada Kala Pleistosen dari pembentukm dolina dan penyaluran aliran air di bawah dolina, penggabungan beberapa dolina dan runtuhan dolina. Morfologi luweng ini tennasuk dalam tingkat stadia karstifiasi muda. Hal ini dicirikan oleh morfologi permukaan yang belumberkernbang baik
Waktu Minimal (menit)
2
5
2
2
Stasiun
2
Jumlah & Jenis Obyek
1 obyek, Bentang Alam
Endokarst Luweng Glatikan
Materi Penjelasan
Morfometri & morfografi
Morfogenetik
Morfo kronologi
Perkembangan Karstifikasi
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa pengamatan satu obyek
geowisata di stasiun 2 oleh seorang pemandu geowisata membutuhkan waktu
minimal 15 .menit. Sedangkan uraian mengenai jurnlah waktu yang dibutuhkan
tiap stasiun obyek geowisata di Jalur Geowisata Eksokarst Gunungkidul.dapat
dillhat pada Tabel 14
Tabel 14. Penghitungan Waktu Kunjungan di Setiap Stasiun Obyek Geowisata Eksokarst Jalur Wonosari-Tepus-Baron-Wonosari.
Pada perhitungan kunjungan disernua stasiun jalur geowisata eksokarst
Gunungkidul dibutuhkan waktu minimal 240 menit atau 3 jam. Perhitungan
tersebut akan menjadi informasi yang lengkap bila dipadukan dengan jarak dan
waktu tempuh untuk menuju tiap stasiun yang ada di jalur geowisata