ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1815/1/PDF... ·...
Transcript of ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1815/1/PDF... ·...
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA BANK SYARIAH PERIODE 2011-2015
DENGAN PENDEKATAN RISK BASED BANK RATING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
KUNNI MASHROHAH
NIM 21313082
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
i
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA BANK SYARIAH PERIODE 2011-2015
DENGAN PENDEKATAN RISK BASED BANK RATING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh
KUNNI MASHROHAH
NIM 21313082
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Terbukanya mata di hari esok adalah kesempatan hidup
yang diberikan Tuhan untuk memperbaiki diri”
“Ilmu itu lebih baik daripada kekayaan karena kekayaan
harus dijaga, sedangkan ilmu menjaga mu” (Ali bin Abi Thalib)
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu,
maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun
berdiri” (QS.At-Thur:48)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku Aswad Bashuni Alm. & Nuryanah,
Adik, Kunny Saraciana Aprillia Alh. & Layda Asna Asyiffa,
Para dosenku tercinta,
Sahabat-sahabat seperjuanganku,
Terimakasih atas segala bentuk dukungan yang telah
diberikan kepada penulis.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT
Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh
Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba pada Bank Syariah Periode
2011-2015 dengan Pendekatan Risk Based Bank Rating” sebagai tugas akhir
pendidikan dijenjang perkuliahan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, IAIN Salatiga. Sholawat serta salam selalu penulis curahkan kepada
junjungan Nabi agung Muhammad SAW, yang telah memberikan inspirasi bagi
penulis untuk terus belajar.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
peran, dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak yang diberikan kepada
penulis. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
viii
3. Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Kaprodi S1 Perbankan Syariah dan dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis, memberikan
pengarahan, masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.SI selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan, saran kepada penulis selama
proses pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
5. Seluruh Dosen Program Studi S1 Perbankan Syariah, Instritut Agama Islam
Negeri Salatiga yang telah memberikan pengetahuan dan wawasan untuk
penulis selama menempuh pendidikan.
6. Seluruh pegawai dan staff akademik Prodi, Jurusan dan Fakultas di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
7. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Aswad Bashuni Alm dan Ibunda
Nuryanah tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan, motivasi, dan do’a
yang selalu dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik tersayang Kunny Sara Ciana Aprillia, Layda Asna Asyiffa yang
menyemangati dari awal hingga akhir semester kuliah.
9. Kepada keluarga: Kakek Sujaeni, Zubaedah, Budhe, Bulek, Afrizal, Dila,
Fafa. Terimakasih atas do’a, dukungan dan motivasinya.
10. Kepada sahabat-sahabatku terutama, Ferly, Dian, Kamal, Huda, Eka,
Mustoviyah, serta seluruh Keluarga Mahasiswa Perbankan Syariah Ank.2013
kalian adalah rahmat Allah sebagai tempat untuk berbagi suka cita.
11. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
x
ABSTRAK
Mashrohah, Kunni. 2017. Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Bank Syariah Periode 2011-2015 Dengan
Pendekatan Risk Based Bank Rating.Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia. Kemampuan pengelolaan kinerja bank syariah dapat
memberikan kontinuitas pada kegiatan usahanya sehingga dapat memberikan
keuntungan secara efektif dan efisien. Mengingat banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja perbankan, maka pada penelitian ini menggunakan
faktor utama yang membentuk kinerja keuangan perbankan yakni berdasarkan
pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR) sesuai PBI No.13/24/DPNP/2011
yang terdiri dari indikator (1) Risk Profile diukur dengan rasio NPF, FDR dan
GWM, (2) Good Corporate Governance diukur dengan jumlah Dewan Komisaris
Independen dan Kepemilikan Institusional (3) Earning dengan rasio ROA dan
NIM, serta (4) Capital dengan rasio CAR.
Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia
sejak 2011 sampai dengan 2015. Tehnik analisis yang digunakan adalah regresi
linier berganda yang meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, uji koefisien determinan R2, uji Ftest dan uji
Ttest. Hasil uji Ftest (simultan) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan CAR berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Hasil uji Ttest (parsial) menunjukkan bahwa NPF,
GWM dan DKI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
laba, KI berpengaruh negatif tidak signifikan. FDR dan NIM berpengaruh negatif
dan signifikan, serta ROA dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Kata Kunci : Kesehatan Bank, RBBR, Pertumbuhan Laba.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 15
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 15
B. Kerangka Teori........................................................................................... 24
1. Laba......................................................................................................... 24
2. Tingkat Kesehatan Bank ......................................................................... 26
a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ............................................... 26
xii
b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank ................................ 27
C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 42
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 49
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 49
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 49
C. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................... 50
D. Tehnik Analisis Data .................................................................................. 50
1. Uji Stasioneritas ...................................................................................... 50
2. Analisis Diskriptif ................................................................................... 51
3. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................... 51
a) Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 52
1) Uji Multikolonieritas ................................................................. 52
2) Uji Autokorelasi ........................................................................ 53
3) Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 54
4) Uji Normalitas ........................................................................... 55
5) Uji Linieritas .............................................................................. 55
b) Uji Hipotesis ................................................................................... 56
1) Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 56
2) Uji Ftest (Simultan) ..................................................................... 57
3) Uji Ttest (Parsial) ........................................................................ 57
E. Definisi Operasional dan Pengukuran ........................................................ 58
BAB IV ANALISIS PENELITIAN .................................................................... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 64
1. Bank Syariah ........................................................................................... 64
xiii
a. Pengertian Bank Syariah ................................................................. 64
b. Tujuan Bank Syariah....................................................................... 66
B. Analisis Stasioner ....................................................................................... 67
C. Analisis Deskreptif Statistik ....................................................................... 69
D. Pengujian Dan Hasil Analisis Data ............................................................ 74
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 74
a) Uji Multikoloneaitas ....................................................................... 74
b) Uji Autokorelasi ............................................................................. 75
c) Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 76
d) Uji Normalitas ................................................................................ 77
e) Uji Linieritas ................................................................................... 78
2. Regresi Linier Berganda ......................................................................... 79
a) Koefisien Determinan (R2) ............................................................. 80
b) Uji Ftest (Simultan) .......................................................................... 81
c) Uji Ttest (Parsial) .............................................................................. 81
E. Pembahasan ................................................................................................ 84
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 92
A. Kesimpulan ................................................................................................ 92
B. Saran ........................................................................................................... 93
C. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indonesia ....................................... 2
Tabel 1.2 Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia dalam Milyar ....... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 20
Tabel 2.2 Nilai Kriteria Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ......................... 27
Tabel 2.3 Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko NPF................................... 30
Tabel 2.4 Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko FDR .................................. 31
Tabel 2.5 Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas ROA ................................... 39
Tabel 2.6 Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas NIM .................................... 40
Tabel 2.7 Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan CAR ................................... 41
Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioneritas Level Dasar ...................................................... 68
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference ................................................... 68
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskreptif Statistik ................................................................ 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................... 74
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 77
Tabel 4.7 Hasil Uji Linieritas ................................................................................ 79
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................................ 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .......................................................................... 42
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera .................................................... 78
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan saat ini sudah menjadi faktor terpenting dalam
menjalankan roda perekonomian suatu negara. Bahkan seluruh kegiatan
perekonomian membutuhkan jasa perbankan. Sehingga tidak heran jika
perbankan dijadikan sebagai jantung perekonomian didalam suatu negara.
Peranan penting perbankan dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi dapat
dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara
mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Oleh
karena itu pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan
perbankan dalam struktur perekonomian nasional (Mahendra & Suzan,
2014:3318).
Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diukur dari kemajuan
bank di negara tersebut. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas
perekonomian di Indonesia tidak jauh berbeda dengan perbankan
konvensional. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan
perekonomian suatu negara.
Keberadaan bank syariah saat ini, tentu menjadi kebanggaan tersendiri
bagi umat Islam. Selain dalam rangka melaksanakan ajaran agama, bank
syariah juga sebagai alternatif penyiaran Islam secara kontemporer. Hal ini
2
2
ditandai dengan adanya pertumbuhan bank syariah yang sangat pesat
diberbagai belahan dunia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia
sendiri sudah merambah luas ke berbagai wilayah, hal tersebut dibuktikan
pada data empiris menurut Otoritas Jasa Keuangan 2017 sebagai berikut:
Tabel 1Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indonesia
Kelompok Bank 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah 11 11 11 12 12
Unit Usaha Syariah 24 24 23 22 22
Bank Perkreditan Rakyat Syariah 155 158 163 163 163
Jumlah Kantor BUS & UUS 1.737 2.262 2.588 2.483 2.301
Jumlah Kantor BPRS 364 401 402 439 446
TOTAL 2.101 2.663 2.990 2.922 2.747
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Sebagai pesaing pendatang bagi bank konvesional, bank syariah
mampu menunjukkan tingkat kinerja yang cukup baik dibeberapa tahun
terakhir. Terlihat adanya peningkatan yang selalu terjadi pada dana yang
dihimpun dari masyarakat pada tiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat mulai mempercayakan perbankan syariah sebagai lembaga
keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip
dasar dalam ekonomi Islam, yakni tidak hanya terfokus pada tujuan komersil
yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga
mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan (Indriastuti &
Ifada, 2015:310). Berikut adalah presentase pertumbuhan perbankan
Indonesia:
3
3
Tabel 2Tabel 1.2
Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia dalam Milyar
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Aset 145.467 147.360 180.360 204.961 213.423
DPK 115.415 147.512 185.154 217.858 231.175
PYD 102.655 147.505 184.122 147.944 177.482
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, sudah selayaknya
Indonesia menjadi pelopor dan kiblat perkembangan industri keuangan
syariah di dunia. Untuk dapat terus tumbuh dan berkembang, tentunya bank
syariah harus diberikan perhatian khusus dan sungguh-sungguh dengan
senantiasa menjaga kondisi kesehatannya.
Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan,
tidak hanya bagi manusia tetapi juga penting untuk keberlangsungan
kehidupan lembaga keuangan. Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008 tentang
perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya. Adapun penilaian
tingkat kinerja perbankan sebagaimana telah diubah dalam UU No. 13 Tahun
2011 sesuai dengan ketentuan baru yakni berdasarkan pendekatan (Risk
Based Bank Rating) baik secara individual ataupun konsolidasi.
Bank Indonesia selaku Bank Sentral berperanan penting dalam
menyehatkan bank, karena bank Indonesia bertugas mengatur jalannya
operasional perbankan diIndonesia. Untuk itu Bank Indonesia menetapkan
suatu ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh lembaga
perbankan yaitu berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP/2011 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Indonesia. Metode pelaksanaan penilaiannya menggunakan empat faktor,
4
4
yaitu Risk profile (profil risiko), Good Corporate Governance (Tata kelola
perusahaan), Earning (Rentabilitas) dan Capital (Permodalan).
Metode tersebut tidak bertujuan sekedar untuk mengukur tingkat
kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi
kinerja bank guna untuk menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko sehingga terlihat
prospek pertumbuhan bank dimasa yang mendatang.
Dengan semakin ketatnya ketentuan yang dibuat oleh Bank Indonesia
maupun Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tersebut, diharapkan
dapat diketahui dengan segera bank manakah yang memerlukan penanganan
khusus (Lupa, Parengkuan & Sepang, 2016:695).
Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, maka
fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tersebut, dan alokasi serta
penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai
sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem
perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran
yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien. Selain itu,
sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas
kebijakan moneter (Bank Indonesia, 2003).
Pertumbuhan laba merupakan ukuran keberhasilan bank dalam
memenuhi kepatuhan atas kesehatan bank. Bank yang sehat akan dapat
melakuan kinerja yang baik dan menghasilkan laba yang optimal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap pelaku ekonomi dalam menjalankan kegiatan
5
5
tentunya menginginkan laba yang tinggi. Kemampuan menghasilkan laba
yang maksimal pada suatu bank sangat penting bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama pihak investor dan kreditur yang mengukur
keberhasilan bank berdasarkan kemampuan yang terlihat dari kinerja
manajemen dalam menghasilkan laba (Desmalini, 2014:2). Bagi investor,
informasi laba dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan investasi. Sebab
para investor tentunya mengharapkan laba yang lebih dari tahun-tahun
sebelumnya sehingga akan memperoleh deviden yang lebih besar
(Yuliatiningrum, 2016:2).
Penelitian terkait dengan tingkat kesehatan bank terhadap
pertumbuhan laba sudah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Indriastuti (2012) terkait pengaruh Kualitas Auditorium dan Corporate
Governance terhadap pertumbuhan laba pada perbankan Indonesia yang
terdaftar di BEI 2009-2011. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa kualitas
auditor berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan.
Sedangkan proporsi dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak
signifikan.
Zar (2013) mengenai Pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2010 hingga 2012
dengan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Retention Rate (RR), Non
Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional
6
6
Pendapatan operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Giro
Wajib Minimum (GWM). Hasil penelitian menyatakan bahwa ROE dan NIM
berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan variabel CAR , NPL, BOPO,
dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan RR, NPM,
ROA dan GWM berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Wirawan (2013) Analisis tingkat kesehatan keuangan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan BUMN sektor perbankan di Indonesia
pada periode 2003 hingga 2012. Penelitian ini menggunakan variabel Non
Perfoming Financing (NPF), Liquidity Risk, Interest Rate Risk (IRR), Deposit
Ratio, Fixed Asset to Capital Ratio (FACR), Return On Asset (ROA), Return
On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional
Pendapatan operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL, Liquidity Risk, IRR, ROA,
ROE, NIM, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan variabel Deposit Ratio, FACR dan CAR tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Lubis (2013) pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan
laba pada BPR di Indonesia periode 2008-2012 menggunakan variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Loan (NPL), Beban
Operasional Pendapatan operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR, BOPO dan
7
7
LDR berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan NPL
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Rodiyah dan Wibowo (2014) Pengaruh rasio indikator tingkat
kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI periode tahun 2009-2013. Menguji penelitiannya dengan
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Non
Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Beban Operasional
Pendapatan operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari hasil
pengujiannya disimpulkan CAR berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba, sedangkan variabel NIM, NPL, NPM, BOPO dan LDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Pratito dan Puspitasari (2015) mengenai Analisis pengaruh kebijakan
Giro Wajib Minimum (GWM), Posisi Devisa Netto (PDN), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan suku bunga
SBI terhadap pertumbuhan laba pada 2009-2013. Hasilnya yaitu PDN
berpengaruh positif dan tidak signifikan, CKPN berpengaruh negatif dan
tidak signifikan dan CKPN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Adapun GWM berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
Safariah (2015) Pengaruh Risk Profile, Earning, Capital terhadap
pertumbuhan laba perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013.
Variabel yang digunakan yaitu Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit
8
8
Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan
operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasilnya yaitu
variabel NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba,
sedangkan LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Aprianingsih (2015) terkait pengaruh penerapan Good Corporate
Governance yang diukur dengan menggunakan proporsi Dewan Komisaris
Indepenen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan
terhadap kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan laba yang diperoleh
pada bank yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dewan komisaris independen dan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif dan signifikan, dewan direksi dan komite
audit berpengaruh positif dan signifkan. Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif dan tidak signifikan.
Yuliatiningrum (2016) mengenai pengaruh tingkat kesehatan bank
terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada
periode 2012-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya antara lain
Good Corporate Governance (GCG), Non Perfoming Loan (NPL), Loan to
Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa NPL, LDR dan CAR tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan GCG berpengaruh
negatif.
9
9
Hanif (2014) pengaruh good corporate governance yang diukur
dengan menggunakan teori agency yakni komposisi dewan komisaris, dewan
direksi, dewan komisaris independen, serta kepemilikan saham pada
manajerial dan institusional terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa dewan komisaris dan kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan tidak signifikan, dewan direksi nehatif tidak
signifikan, sedangkan dewan komisaris independen dan kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap petumbuhan laba.
Chabibatillah (2016) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
kemampulabaan perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan
variabel Komposisi Dewan Komisaris, Kepemilikan Instisusional, Dewan
Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan. Adapun hasil penelitian
menjelaskan bahwa komposisi dewan komisaris independen berpengaruh
positif dan signifikan, kepemilikan instisusional dan dewan pengawas syariah
tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bank syariah.
Wulandari (2016) Pengaruh tingkat kesehatan finansial perusahaan
terhadap pertumbuhan laba masa mendatang pada perbankan syariah di
Indonesia periode 2010 hingga 2014. Mengukur tingkat kesehatan dengan
menggunakan metode RBBR, Risk Profile dengan menggunakan rasio Non
Perfoming Financing (NPF), Good Corporate Governance (GCG), Earning
dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Capital menggunakan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPF
10
10
berpengaruh negatif signifikan, sedangkan GCG, ROA dan CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Saifullah (2016) yang menganalisis pengaruh positioning permodalan,
rentabilitas dan likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada bank umum di
Indonesia periode 2011-2015. Variabel permodalan diukur menggunakan
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Rentabilitas menggunakan Return On
Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan operasional (BOPO) serta
likuiditas dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan laba, sedangkan ROA berpengaruh positif tidak
signifikan. Adapun BOPO berpengaruh negatif dan signifikan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini alat yang
digunakan sebagai pengukur tingkat kinerja bank syariah dengan
menggunakan metode RBBR (Risk Based Bank Rating), yang menganalisis
tingkat kesehatan bank dengan menerapkan Risk Profile pada risiko kredit
Non Perfoming Financing, risiko likuiditas Financing to Deposit Ratio, dan
risiko kepatuhan Giro Wajib Minimum, penambahan komposisi Dewan
Komisaris Independen dan Kepemilikan saham Institusional, Earning
menggunakan rasio Return On Asset dan Net Interest Margin, serta Capital
dengan rasio Capital Adequacy Ratio. Adapun tahun periode yang digunakan
diperbaharui, yakni pada periode 2011 hingga 2015.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
11
11
Pertumbuhan Laba pada Bank Syariah Periode 2011-2015 Dengan
Pendekatan Risk Based Bank Rating.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap
pertumbuhan laba?
2. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
pertumbuhan laba?
3. Bagaimana pengaruh Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap
pertumbuhan laba?
4. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI) terhadap
pertumbuhan laba?
5. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Saham Institusional (KI) terhadap
pertumbuhan laba?
6. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap pertumbuhan
laba?
7. Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap pertumbuhan
laba?
8. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pertumbuhan laba?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap
pertumbuhan laba.
12
12
2. Untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
pertumbuhan laba.
3. Untuk mengetahui pengaruh Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap
pertumbuhan laba.
4. Untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI)
terhadap pertumbuhan laba.
5. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Saham Institusional (KI)
terhadap pertumbuhan laba.
6. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap
pertumbuhan laba.
7. Untuk mengetahui pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap
pertumbuhan laba.
8. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pertumbuhan laba.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Diharapkan peneliti mampu mengembangkan pola berfikirnya serta
meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan terkait
dengan permasalahan yang diteliti.
2. Bagi akademisi
Berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk berbagai kalangan baik masyarakat
13
13
maupun akademisi khususnya dibidang perbankan syariah bagi penelitian
yang akan datang.
3. Bagi institusi
Bagi bank syariah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terkait
dengan kinerja perbankan syariah untuk periode yang akan datang.
Bagi stakeholders, dapat memberikan gambaran terkait dengan
tingkat kesehatan bank sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini tersusun secara
berurutan yang terdiri dari lima bab dan terbagi lagi menjadi beberapa sub
bab. Adapun sistematika penelitian ini, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang
permasalahan terkait dengan pengaruh tingkat kesehatan
bank syariah terhadap pertumbuhan laba. Dijelaskan juga
rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai, manfaat
penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang telaah pustaka dan kerangka
teori yang mendasari dan mendukung penelitian, yakni
berkaitan dengan penilaian kinerja bank syariah yang
14
14
diukur dari tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR
serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk
proses penelitian antara lain jenis penelitian, populasi dan
sampel, jenis dan sumber data, tehnik analisis data, serta
definisi operasional dan pengukuran data penelitian.
BAB IV ANALISA PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dan
pembahasan dari permasalahan yang diangkat mengenai
dengan penilaian kinerja bank syariah yang diukur dari
tingkat kesehatan bank dengan metode RBBR serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan
analisa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
Kesimpulan merupakan jawaban atas rumusan masalah
yang terdapat pada bab I. Serta saran-saran yang penulis
ajukan untuk beberapa kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
15
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Triono (2017) mengenai Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan laba satu tahun dan dua tahun mendatang dengan pengukuran pada
metode RBBR, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) pada aspek Capital,
Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) sebagai pengukuran earning serta risk profile dengan menggunakan
pengukuran Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL) dan
Giro Wajib Minimum (GWM). Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel
CAR, LDR, NPL, BOPO dan GWM tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba, sedangkan ROA berpengaruh signifikan.
Marselina (2017) Analisis tingkat kesehatan bank terhadap
pertumbuhan laba dengan menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,
Good Copporate Governance, Earning, Capital) pada Bank Konvensional
periode 2010-2015. Dalam penilaian risk profile menggunakan variabel Non
Perfoming Loan (NPL), pada GCG menggunakan DKI (Dewan Komisaris
Independen), KA (Komite Audit) dan KI (Kepemilikan Institusional),
sedangkan earning dengan Return On Asset (ROA) dan Capital
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa NPL dan ROA berpengaruh
16
16
terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan DKI, KA, KI dan CAR tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Purwanto (2017) tentang pengaruh kesehatan keuangan bank terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan bank go-publik di BEI periode 2010-
2014. Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank, variabel-variabel yang
digunakan sebagai alat ukurnya yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Internal
Rate of Raturn (IRR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Adapun hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa LDR, IRR, BOPO dan CAR secara parsial berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Putri (2016) Analisis pengaruh rasio keuangan RBBR (Risk Based Bank
Rating) terhadap pertumbuhan laba bank (studi kasus PT. BCA, Tbk) periode
2004 hingga 2014. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain
Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
mengetahui bahwa NPL dan ROA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan variabel lainnya LDR, ROE, NIM dan CAR tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Rodiyah dan Wibowo (2016) Pengaruh rasio indikator tingkat
kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI periode tahun 2009-2013. Menguji penelitiannya dengan
17
17
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Non
Perfoming Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Beban Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari
hasil pengujiannya disimpulkan CAR berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba, sedangkan variabel NIM, NPL, NPM, BOPO dan LDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Yulianingrum (2016) pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap
pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode
2012-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya anatara lain Good
Corporate Governance (GCG), Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa NPL, LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Sedangkan GCG berpengaruh negatif.
Wulandari (2016) dengan judul penelitian Pengaruh tingkat kesehatan
financial perusahaan terhadap pertumbuhan laba masa mendatang pada
perbankan syariah di Indonesia periode 2010 hingga 2014. Mengukur tingkat
kesehatan dengan menggunakan metode RBBR. Pada pengukuran Risk
Profile dengan menggunakan risiko kredit yakni rasio Non Perfoming
Financing (NPF), Good Corporate Governanve, Earning dengan rasio Return
On Asset (ROA) dan Capital menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan,
sedangkan GCG, ROA dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
18
18
Saifullah (2016) yang menganalisis pengaruh dan positioning
permodalan, rentabilitas dan likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada bank
umum di Indonesia periode 2011-2015. Variabel permodalan diukur
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Rentabilitas
menggunakan Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) serta likuiditas dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa CAR dan LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan
ROA berpengaruh positif tidak signifikan. Adapun BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan.
Pratito dan Puspitasari (2015) mengenai Analisis pengaruh kebijakan
Giro Wajib Minimum (GWM), Posisi Devisa Netto (PDN), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan suku bunga
SBI terhadap pertumbuhan laba pada 2009-2013. Hasilnya yaitu PDN
berpengaruh positif dan tidak signifikan, CKPN berpengaruh negatif dan
tidak signifikan dan suku bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Adapun GWM berpengaruh negatif dan
signifikan, sedangkan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Safariah (2015) Pengaruh Risk Profile, Earning, Capital terhadap
pertumbuhan laba perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013.
Variabel yang digunakan yaitu Non Perfoming Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan
19
19
Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasilnya yaitu
variabel NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba,
sedangkan LDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Setiawan & Hanantijo (2014) Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non
Perfoming Loan, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio, Ukuran Bank dan
Kepemilikan Manajerial terhadap pertumbuhan laba pada industri perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hasilnya
menunjukkan bahwa CAR, NPL, ROA, LDR dan Ukuran Bank berpengaruh
signifikan, sedangkan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Hanif (2014) Pengaruh penerapan Corporate Governanace terhadap
pertumbuhan laba perusahaan yang menggunakan variabel ukuran deaan
komisaris, ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,
ukuran komite audit, kepemilikan istsitusional sebagai alat ukur variabel
independennya. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa dewan komisaris dan
dewan direksi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan
laba. Sedangkan proporsi komisaris independen, komite audit dan
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
20
20
Tabel 3Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Pengaruh NPF terhadap Pertumbuhan Laba
Nama Thn Sampel Metode
Penelitian
Alat Ukur Hasil
Sunarwan
Triono
2017 118 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2001-2005
Analisis
regresi
berganda
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Hana
Tamara
Putri
2016 PT. BCA,
Tbk Tahun
2004-2014
Analisis
regresi
linier
berganda
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Berpengaruh
signifikan.
Desyana
Wulandari
2016 6 Bank
Syariah di
Indonesia
Tahun
2010-2014
Analisis
regresi
data panel
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Berpengaruh
(-) signifikan.
Noor
Yuliatiningr
um
2015 Bank
terdaftar
BEI Tahun
2012-2014
Analisis
regresi
linier
berganda
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Berpengaruh
(+) tidak
signifikan.
Miftah
Agustin
Safariah
2015 23
Perbankan
yang
terdaftar di
BEI Tahun
2011-2013
Analisis
regresi
linier
berganda
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Berpengaruh
(-) signifikan.
Ferry
Setyawan &
Djoko
Hanantijo
2014 Bank
terdaftar
BEI Tahun
2009-2013
Analisis
regresi
linier
berganda
Non
Perfoming
Loan (NPL)
Berpengaruh
(-) signifikan.
Pengaruh FDR terhadap Pertumbuhan Laba
Sunarwan
Triono
2017 118 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2001-2005
Analisis
regresi
berganda
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Rodiyah &
Hardiyanto
Wibowo
2016 13
perbankan
yang
terdaftar di
BEI Tahun
Analisis
regresi
linier
berganda
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Berpengaruh
(-) tidak
signifikan.
21
21
2009-2013
Ahmad
Dardai
Saifullah
2016 20 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2011-2015
Analisis
regresi
berganda
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Dwi Widi
Pratito &
Diana
Puspitasari
2015 34 Bank
Devisa di
Indonesia
Tahun
2009-2013
Analisis
regresi
linier
berganda
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Ferry
Setyawan &
Djoko
Hanantijo
2014 bank
terdaftar
BEI Tahun
2009-2012
Analisis
regresi
linier
berganda
Loan to
Deposit
Ratio
(LDR)
berpengaruh
signifikan.
Pengaruh GWM terhadap Pertumbuhan Laba
Sunarwan
Triono
2017 118 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2001-2005
Analisis
regresi
berganda
Giro Wajib
Minimum
(GWM)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Robby
Febrianto
Hidayat
2012 120 Bank
yang
terdaftar
BEI 2007-
2009
Analisis
regresi
linier
berganda
Giro Wajib
Minimum
(GWM)
Berpengaruh
(-) tidak
signifikan.
Anindita
Permatasari
2012 Bank
terdaftar di
BEI 2009-
2011
Analisis
regresi
linier
berganda
Giro Wajib
Minimum
(GWM)
Berpengaruh
(-) signifikan.
Adhista
Setyarini
2009 BPD 2005-
2007
Analisis
regresi
berganda
Giro Wajib
Minimum
(GWM)
Berpengaruh
(-) tidak
signifikan.
Wirawan
Prasetyo
2006 Bank
terdaftar
BEI 2001-
2005
Analisis
regresi
linier
berganda
Giro Wajib
Minimum
(GWM)
Berpengaruh
(-) signifikan.
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Pertumbuhan Laba
Tarra
Marselina
2017 16 Bank
Konvension
al di
Indonesia
Tahun
2010-2015
Regresi
linier
berganda
DKI
(Dewan
Komisaris
Independen)
Berpengaruh
(+) tidak
signifikan.
.
Diyana
Fithriyah
2016 BUS Tahun
2012-2014
Regresi
Linier
Dewan
Komisaris
Berpengaruh
(+)
22
22
Chabibatilla
h
Berganda Independen signifikan.
Saraswati,d
kk
2015 Bank
terdaftar
BEI 2009-
2014
Regresi
linier
berganda
Dewan
Komisaris
Independen
Berpengaruh
(-) tidak
signifikan.
Satya
Sarawana &
Nicken
Destriana
2015 49 non-
keuangan
terdaftar
BEI 2008-
2012
Regresi
linierberga
nda
Dewan
Komisaris
Independen
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Muhamad
Hanif
2014 30
Perusahaan
terdaftar
BEI Tahun
2009-2012
Regresi
linier
berganda
Dewan
Komisaris
Independen
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Pengaruh Kepemilikan Instutusional terhadap Pertumbuhan Laba
Tarra
Marselina
2017 16 Bank
Konvension
al di
Indonesia
Tahun
2010-2015
Regresi
Linier
Berganda
Kepemilika
n
Institusional
Berpengaruh
(-) tidak
signifikan.
Diyana
Fithriyah
Chabibatilla
h
2016 BUS Tahun
2012-2014
Regresi
Linier
Berganda
Kepemilika
n
Institusional
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Kusuma &
Supatmi
2015 BPRS
Tahun
2011-2012
Regresi
linier
berganda
Kepemilika
n
Institusional
Berpengaruh
(+) dan
signifikan
Muhamad
Hanif
2014 30
Perusahaan
terdaftar
BEI Tahun
2009-2012
Regresi
linier
berganda
Kepemilika
n
Institusional
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Anindita
Permatasari
2012 Bank
Umum
Konvension
al terdaftar
BEI 2009-
2011
Regresi
linier
berganda
Kepemilika
n
Institusional
Berpengaruh
(-) signifikan.
Pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba
Tarra
Marselina
2017 16 Bank
Konvension
al di
Indonesia
Analisis
regresi
berganda
Return On
Asset
(ROA)
Berpengaruh
signifikan.
23
23
Tahun
2010-2015
Desyana
Wulandari
2016 6 Bank
Syariah di
Indonesia
Tahun
2010-2014
Analisis
regresi
dengan
mengguna
kan data
panel
Return On
Asset
(ROA)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Ahmad
Dardai
Saifullah
2016 20 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2011-2015
Analisis
regresi
berganda
Return On
Asset
(ROA)
Berpengaruh
(+) tidak
signifikan.
Miftah
Agustin
Safariah
2015 23
Perbankan
yang
terdaftar di
BEI Tahun
2011-2013
Analisis
regresi
linier
berganda
Return On
Asset
(ROA)
Berpengaruh
signifikan.
Ferry
Setyawan &
Djoko
Hanantiko
2014 Bank
terdaftar
BEI Tahun
2009-2012
Analisis
regresi
linier
berganda
Return On
Asset
(ROA)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Pengaruh NIM terhadap Pertumbuhan Laba
Hana
Tamara
Putri
2016 PT. BCA,
Tbk Tahun
2004-2014
Analisis
regresi
linier
berganda
Net Interest
Margin
(NIM)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Rodiyah &
Hardiyanto
Wibowo
2016 13
perbankan
yang
terdaftar di
BEI Tahun
2009-2013
Analisis
regresi
linier
berganda
Net Interest
Margin
(NIM)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Rizki
Yudha
Wirawan
2013 Bank
terdaftar
BEI Tahun
2003-2012
Analisis
regresi
linier
berganda
Net Interest
Margin
(NIM)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Adhista
Styarini
2009 BPD Tahun
2005-2007
Analisis
regresi
linier
berganda
Net Interest
Margin
(NIM)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Wirawan
Prasetyo
2006 Bank
terdaftar
BEI 2001-
2005
Analisis
regresi
linier
berganda
Net Interest
Margin
(NIM)
Berpengaruh
(-) signifikan.
24
24
Pengaruh CAR terhadap Pertumbuhan Laba
Hendri
Purwanto
2017 14 Bank
Umum go-
public
Tahun
2010-2014
Analisis
regresi
linier
berganda
Capital
Aequacy
Ratio
(CAR)
Berpengaruh
signifikan.
Tarra
Marselina
2017 16 Bank
Konvension
al di
Indonesia
Tahun
2010-2015
Analisis
regresi
linier
berganda
Capital
Aequacy
Ratio
(CAR)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Desyana
Wulandari
2016 6 Bank
Syariah di
Indonesia
Tahun
2010-2014
Analisis
Regresi
linier
berganda
Capital
Aequacy
Ratio
(CAR)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Ahmad
Dardai
Saifullah
2016 20 Bank
Umum di
Indonesia
Tahun
2011-2015
Analisis
Regresi
linier
berganda
Capital
Aequacy
Ratio
(CAR)
Berpengaruh
(+)
signifikan.
Miftah
Agustin
Safariah
2015 23
Perbankan
yang
terdaftar di
BEI Tahun
2011-2013
Analisis
Regresi
linier
berganda
Capital
Aequacy
Ratio
(CAR)
Tidak
berpengaruh
signifikan.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
B. Kerangka Teori
1. Laba
Pengertian dari laba adalah selisih lebih (atau kurang) antara
pendapatan dengan beban (Jusuf, 2011:31). Apabila pendapatan lebih
besar dari biaya maka perusahaan mendapatkan laba, sedangkan jika
pendapatan perusahaan lebih kecil dari laba maka perusahaan menderita
25
25
kerugian. Adapun perhitungan penentuan laba menurut (Yudiana, 2012:
69) yaitu:
Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena
berbagai alasan antara lain (Wirawan, 2013:28):
1. Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam
menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan.
2. Dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang.
3. Dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan.
4. Sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Adapun beberapa karakteristik laba antara lain sebagai berikut:
a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
b) Laba didasarkan pada postulat periodesasi, artinya merupakan
prestasi perusahaan pada periode tertentu.
c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan
pendapatan.
d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan
pendapatan tertentu.
26
26
Pertumbuhan laba dihitung dari selisih laba antara tahun yang
bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi dengan nilai laba. Adapun
formula pertumbuhan laba adalah sebagai berikut (Lubis, 2013:31) :
Dimana:
= Laba periode t
= Laba periode sebelum t
2. Tingkat Kesehatan Bank
a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian kuantitatif maupun kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas
dengan mempertimbangkan unsur judgement (Kasmir, 2014:304).
Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah,
bank wajib memelihara tingkat kesehatannya. Kesehatan bank harus
dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat
terhadap bank dapat tetap terjaga. Selain itu, tingkat kesehatan bank
digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank serta
menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau
27
27
permasalahan bank, baik berupa corrective action oleh bank maupun
supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan (Umiyati & Faly,
2015:186).
Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif,
yang selanjutnya hasil penilaian tingkat kesehatan bank diperingkat
dan digolongkan sebagai berikut:
Tabel 4Tabel 2.2
Nilai Kriteria Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank
Nilai kredit Predikat
81-100 Sehat
66-80 Cukup Sehat
51-66 Kurang Sehat
0<51 Tidak Sehat
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahn 2004
b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank
Dalam rangka mengawasi kondisi kesehatan setiap bank, maka
Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang sistem penilaian
tingkat kesehatan bank sebagai alat pengawas perbankan. Berdasarkan
hal tersebut Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No.
6/23/DPNP pada tanggal 31 Mei 2004 tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank dengan metode CAMELS (Capital, Asset,
Management, Earning, Liquidity, Sensivity).
Pada Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP yang
dikeluarkan pada 25 Oktober 2011, Bank Indonesia memperbaharui
metode penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
28
28
pendekatan RBBR (Risk Based Bank Rating) baik secara individual
ataupun konsolidasi. Dengan cangkupan penilaian meliputi faktor-
faktor sebagai berikut: Risk profile, Good Corporate Governance,
Earning dan Capital.
1) Risk Profile
Menurut PBI No.13/1/PBI/2011 profil risiko merupakan
penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan
manajemen risiko dalam operasional bank yang dilakukan
terhadap delapan risiko yaitu, risiko kredit, pasar, likuiditas,
operasinal, hukum, statejik, kepatuhan dan reputasi. Dengan
adanya penilaian secara lebih spesifik tersebut, diharapkan bank
mampu mendeteksi secara lebih dini akar permasalahan bank
serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan perbaikan
secara efektif dan efisien.
Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum
dalam menilai Risiko inheren:
a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah keadaan ketika debitur atau
penerbit instrumen keuangan baik individu, perusahaan,
maupun negara tidak dapat membayar kembali kas pokok dan
lainnya yang berhubungan dengan investasi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian (Greuning &
Bratanovic, 2011:139).
29
29
Bagi bank, risiko kredit merupakan penyebab utama
kegagalan bank. Untuk itu, perlulah perbankan menerapkan
manajemen risiko kredit guna menanggulangi adanya kredit
macet atas gagal bayar dari nasabah. Dalam penelitian ini,
profil risiko yang digunakan dalam menghitung tingkat risiko
kredit yaitu dengan menggunakan rasio Non Perfoming
Financing (NPF).
Non Perfoming Financing (NPF) merupakan istilah
yang sama dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank
konvensional. NPL merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko
kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Suhartatik &
Kusumaningtias, 2013:1179).
Faktor penyebab munculnya NPF adalah default
payment (kegagalan pembayaran) yang dilakukan debitur
kepada pemilik dana (debitur). Kredit bermasalah
didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau
risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
Kriteria rasio NPF analog dengan NPL sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015 dibawah 5%
(Khatimah, 2009:5).
30
30
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Non
Perfoming Financing (NPF), yaitu (Suhartatik &
Kusumaningtias, 2013:1179):
Tabel 5Tabel 2.3
Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko NPF
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat
2 Sehat
3 Cukup Sehat
4 Kurang Sehat
5 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004
b) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu
aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga
risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Adapun risiko likuiditas terjadi akibat ketidakmampuan
bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material
karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar
(market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai
31
31
risiko likuiditas pasar (market liquidity risk) (Bank Indonesia,
2011).
Dalam penelitian ini, pengukuran risiko likuiditas
dilakukan dengan menghitung rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam
bank konvensional disebut dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan pembiayaan atau kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya,
2005:116).
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur
Financing to Deposit Ratio (FDR) menurut (Suwiknyo,
2010:148), yaitu:
Tabel 6Tabel 2.4
Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko FDR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat
2 Sehat
3 Cukup Sehat
4 Kurang Sehat
5 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004
32
32
c) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank
tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber
risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya
pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan
maupun standar bisnis yang berlaku umum (Bank Indonesia,
2011). Pada praktiknya, risiko kepatuhan berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang
berwenang dalam perbankan maupun pihak yang terkait
lainnya. (Sulhan & Siswanto, 2008:158). Dalam penelitian
ini, pengukuran risiko kepatuhan dilakukan dengan
menghitung rasio Giro Wajib Minimum (GWM).
Likuiditas wajib minimum atau disebut dengan giro
wajib minimum adalah tingkat likuiditas minimum yang
diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk dipertahankan setiap
saat (Darmawi, 2011:50).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010
tanggal 4 Oktober 2010 Giro Wajib Minimum merupakan
salah satu pendekatan moneter dan sektor keuangan terkait
dengan upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi
serta mengelola ekses likuiditas perbankan yang tinggi dan
persisten agar tidak berdampak pada peningkatan ekspektasi
33
33
inflasi yang dapat menganggu stabilitas moneter (Sudono,
2011:9).
Penyediaan dana dalam bentuk rekening giro pada
Bank Indonesia bisa dalam valuta rupiah maupun valuta
asing. Setiap bank umum baik bank umum konvensional
maupun bank umum syariah wajib memiliki giro pada Bank
Indonesia dan menjaga dengan saldo tertentu sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia (Ismail, 2009:28).
Adapun GWM dipergunakan untuk menampung
transaksi antar bank dengan Bank Indonesia selaku bank
sentral. Setiap bank umum diharuskan untuk menyetorkan
GWM yang jumlahnya sekian persen dari jumlah deposito
yang dikuasai bank tersebut. Besaran presentase cadangan
wajib ini akan berubah sepanjang waktu sesuai perubahan
kebijakan moneter bank sentral.
Cadangan primer ini dimaksudkan untuk memenuhi
ketentuan likuiditas wajib yang disetor ke dalam rekening
bank yang bersangkutan pada bank sentral, untuk keperluan
operasional sehari-hari, dan penyelesaian kliring antar bank.
Oleh sebab itu, setiap bank umum harus memiliki saldo giro
pada Bank Indonesia, yaitu untuk menerima setoran antarbank
yang akan dibukukan di Bank Indonesia. Cadangan primer
dibukukan ke dalam rekening-rekening berupa:
34
34
a. Kas
b. Rekening giro pada bank sentral
c. Rekening pada bank koresponden
d. Piutang dalam proses penagihan
Aset yang disimpan dalam rekening-rekening tersebut
sering disebut sebagai aset yang likuid, yang berarti mudah
dicairkan menjadi uang tunai. Saldo kas digunakan untuk
melayani pengambilan tunai para nasabah. Adapun saldo
rekening pada bank sentral sebagian merupakan GWM dan
sebagian lagi dapat digunakan untuk menjaga perubahan
penerimaan dan pemasukan uang melalui transaksi kliring.
Didalam saldo ini juga terdapat jaminan kliring (Darmawi,
2011:50-52).
Adapun kriteria Giro Wajib Minimum berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No.15/16/PBI//2013 Tentang Giro
Wajib Minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah antara lain sebagai
berikut:
a. GWM rupiah
GWM rupiah sebesar 5% dari DPK rupiah
Bank dengan rasio pembiayaan terhadap DPK rupiah
kurang dari 80% dan:
35
35
- Memiliki DPK rupiah lebih dari 1triliun – Rp. 10
triliun wajib memelihara tambahan GWM rupiah
sebesar 1% dari DPK rupiah.
- Memiliki DPK rupiah lebih besar dari Rp. 10
triliun – Rp. 50 trilliun wajib memelihara tambahan
GWM rupiah sebesar 2% dari DPK Rupiah
- Memiliki DPK rupiah lebih besar dari Rp.50 triliun
wajib memelihara tambahan GWM rupiah sebesar
3% dari DPK rupiah.
- Bank yang memiliki rasio pembiayaan terhadap
DPK rupiah sebesar 80% atau lebih dan/ atau yang
memiliki DPK rupiah sampai dengan Rp. 1 triliun
tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM.
Bank Indonesia dapat memberikan kelonggaran atas
kewajiban GWM sebesar 1% selama 1 tahun kepada
bank yang melakukan merger/ konsolidasi berdasarkan
permintaan bank disetujui oleh OJK.
Kelonggaran tersebut tidak berlaku terhadap kewajiban
tambahan GWM.
b. Secara rata-rata untuk masa laporan tertentu sebesar 1,5%
Untuk mengetahui besarnya Reserve Requirement atau
GWM dapat menggunakan perbandingan, sebagai berikut
(Dendawijaya, 2005:115) :
36
36
2) Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan
keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi
dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen.
Dalam PBI No. 8/4/PBI/2006 disebutkan bahwa jumlah
anggota dewan komisaris independen sekurang-kurangnya
50% dari jumlah dewan komisaris. Anggota dewan komisaris
independen tidak berasal dari dewan direksi ataupun
pemegang saham karena fungsi daripada dewan komisaris
independen sendiri yaitu sebagai pemisah kepentingan antara
pemilik peprusahaan dengan manajemen.
Dewan komisaris atau dewan komisaris independen
sebagai pengelola sistem internal perusahaan, memiliki
peranan penting terhadap aktivitas pengawasan. Dalam
37
37
rangka menjalankan tugasnya tersebut, dewan komisaris
perlu mengadakan rapat-rapat rutin untuk mengevaluasi
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi. Rapat
yang diselenggarakan dewan komisaris tersebut merupakan
media komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan
komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas
manajemen (Sunarwan, 2015;39).
3) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional menurut Wahidawati yaitu
kepemilikan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga lain di luar perusahaan, seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan
lain-lain pada akhir tahun yang diukur dalam presentase.
Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk
mengawasi manajer. Peningkatan kepemilikan institusional
dapat mengurangi agency cost atas debt dan insider
ownership karena semakin besar kepemilikan institusional
maka akan dapat mengurangi terjadinya konflik antara
kreditur dan manajer, dan akhirnya dapat menekan biaya
keagenan.
Komunitas bisnis menaruh perhatian yang besar untuk
meningkatkan kepemilikan institusional, sehingga dapat lebih
38
38
banyak mempengaruhi kebijakan perusahaan. Institusi
dengan kepemilikan saham yang relatif besar dalam
perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen
perusahaan untuk menyajikan pengungkapan secara sukarela.
Hal ini terjadi karena investor institusional dapat melakukan
pengawasan dan dianggap sebagai investor yang canggih
(sophisticated investors), yang tidak mudah dibodohi oleh
tindakan manajer. Schleiver dan Vishny (1986), menyatakan
bahwa kepemilikan institusional sangat berperan dalam
mengawasi perilaku manajer dan memaksa manajer untuk
lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
oportunis (Kusumaningtyas, 2014;86).
Adapun perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
jumlah kepemilikan institusional menurut (Hidayanti &
Paramita, 2014;8) yaitu:
4) Earning
Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan labanya
melalui semua kemampuan dan sumber yang sehingga diketahui
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
tersebut. Dalam penilaian earning (rentabilitas) disini, diukur
39
39
dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dan Net
Interest Margin (NIM).
a) Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan yang dihasilkan dari
rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Dendawijaya,
2005:118).
Adapun pengukuran ROA menurut (Dendawijaya,
2005:118) yaitu dengan:
Tabel 7Tabel 2.5
Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat
2 Sehat
3 Cukup Sehat
4 Kurang Sehat
5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004
b) Net Interest Margin (NIM)
Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah
perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-
rata aktiva produktifnya. NIM digunakan untuk mengukur
40
40
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh pendapatan
operasional dari dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman
(kredit).
Adapun pengukuran NIM menurut (Darmawi,
2011:224) yaitu dengan:
Tabel 8Tabel 2.6
Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas NIM
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat
2 Sehat
3 Cukup Sehat
4 Kurang Sehat
5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004
5) Capital
Merupakan metode penilaian yang digunakan untuk
mengukur kewajiban penyediaan modal minimum bank maupun
dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi.
Dalam perhitungannya, metode penilaian ini memakai Rasio
KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) yang
digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam
menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan kewajiban
41
41
penyediaan modal minimum yang sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia (Indriastuti & Ifada, 2015:317).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3//21/PBI/2001,
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dinyatakan dalam
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
Sehingga perumusan Capital Adequacy Ratio (CAR)
menurut (Dendawijaya, 2015:121) adalah:
Tabel 9Tabel 2.7
Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan CAR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat
2 Sehat
3 Cukup Sehat
4 Kurang Sehat
5 Tidak Sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004
42
42
C. Kerangka Penelitian
(-)
(+)
(-)
) (+)
(+)
(+) (Y)
(+)
(X8) (+)
Gambar 2.1
Kerangka Hipotesis Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Kesehatan bank merupakan faktor penting dalam pengukuran kinerja
perbankan. Suatu bank yang sehat tentu akan menunjukkan kinerja yang
optimal disamping memberikan pertumbuhan bank secara signifikan.
Sedangkan laba merupakan ukuran dalam menghitung pertumbuhan
perusahaan pada periode tertentu.
Kualitas Kerja Perbankan
RBBR
Non Perfoming Financing (NPF)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Giro Wajib Minimum (GWM)
Dewan Komisaris Independen (DKI)
Kepemilikan Institusional (KI)
Return On Asset (ROA)
Net Interest Margin (NIM)
Pertumbuhan
Laba
Capital Adequacy Ratio (CAR)
43
43
1. Non Perfoming Financing (NPF) ( terhadap Pertumbuhan Laba
Non Perfoming Financing (NPF) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah atas pinjaman yang diberikan oleh bank kepada masyarakat.
penekanan NPF atas pembiayaan bermasalah secara tidak langsung dapat
memberikan pengaruh pada tingkat kinerja bank. Semakin kecil angka
pada rasio NPF, maka semakin kecil pula risiko gagal bayar yang
ditanggung oleh bank. Sehingga tingkat kinerja bank semakin membaik
dan dapat memberikan perolehan laba yang tinggi. Begitupun sebaliknya,
jika NPF pada angka yang tinggi akan menggurangi perolehan laba bank.
Hal ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan laba. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yulistianingrum (2016), Setyawan & Hanantijo (2014), Wirawan (2012),
Wulandari (2012) dan Triono (2007) yang menyatakan bahwa NPF
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
: Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara Non
Perfoming Financing (NPF) terhadap Pertumbuhan Laba.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) ( terhadap Pertumbuhan Laba
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang
menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank, yakni kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Sebagai manajemen likuiditas,
presentase FDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank memiliki
kemampuan yang baik dalam pemenuhan kewajibannya. Semakin tinggi
44
44
FDR, maka laba yang diperoleh bank juga akan meningkat. Begitupun
sebaliknya, jika FDR rendah akan mengurangi laba yang akan diperoleh.
Sehingga FDR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
sesuai penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2016) dan Pratito &
Puspitasari (2015), Setyawan & Hanantijo (2014), Desmalini (2013) dan
Wirawan (2012) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Financing
to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pertumbuhan Laba.
3. Giro Wajib Minimum (GWM) ( terhadap Pertumbuhan Laba
Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan tingkat likuiditas yang
dijamin oleh Bank Indonesia yang ditunjukkan dengan besarnya giro yang
disetorkan oleh bank kepada Bank Indonesia. Semakin tinggi GWM
semakin besar likuiditas yang dijamin oleh Bank Indonesia, sehingga jika
terjadi kesulitan likuiditas bank tersebut dapat meminjam secara langsung
kepada Bank Indonesia.
Sebagai manajemen kepatuhan atas likuiditas perbankan, adanya
GWM menjadikan bank mengurangi jumlah dana pihak ketiga serta aktiva
produktifnya. Begitupun jika presentase GWM yang tinggi akan
mengurangi perolehan laba bagi bank. Sehingga GWM berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini selaras dengan penelitian
Pratito dan Puspitasari (2015), Permatasari (2012) dan Prasetyo (2006)
bahwa GWM berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
45
45
: Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara Giro
Wajib Minimum (GWM) terhadap Pertumbuhan Laba.
4. Dewan Komisaris Independen ( terhadap Pertumbuhan Laba
Dewan komisaris terutama independensi memiliki tugas dan
tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan. Hal ini penting dilakukan mengingat adanya
pihak-pihak berkepentingan terutama para investor dalam suatu
perusahaan. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris independen
yang dimiliki suatu perusahaan menandakan bahwa kecurangan dan
kesalahan kinerja yang dilakukan semakin minim, sehingga kualitas
kinerja semakin tinggi (Hanif, 2014;9). Dan dengan tingginya kualitas
kinerja suatu perusahaan dapat mendatangkan pendapatan laba yang
optimal. Atau dengan kata lain bahwa proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chabibatillah (2016), Sarawana &
Desstriana (2015) dan Hanif (2014) yang menyatakan bahwa komposisi
dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pertubuhan laba.
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara proporsi
Dewan Komisaris Independen (DKI) terhadap Pertumbuhan
Laba.
46
46
5. Kepemilikan Institusional (KI) (X5) terhadap Pertumbuhan Laba
Menurut Budiono (2005) Adanya kepemilikan saham institusional
yang besar, memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif. Cornertt et al. (2006) tindakan
pengawasan perusahaan oleh kepemilikan institusional dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan (Kusumaningtyas, 2014;87).
Arifani (2012) menyatakan bahwa adanya kepemilikan
institusional dianggap sebagai kontroler bagi perusahaan untuk
menciptakan kinerja yang baik dan semakin meningkat. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh institusi pemegang saham, sehingga
diharapkan dapat mengurangi tingkat penyelewengan-penyelewengan
yang dilakukan oleh manajemen. Penyelewengan ini dikhawatirkan akan
menurunkan nilai perusahaan (Kusuma & Supatmi, 2015;109). Semakin
tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi pula laba yang akan
didapatkan, atau dapat dinyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Supatmi (2015) dan Hanif
(2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba.
Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Kepemilikan Institusional (KI) terhadap Pertumbuhan Laba.
47
47
6. Return On Asset (ROA) ( terhadap Pertumbuhan Laba
Return On Asset (ROA) merupakan variabel earning yang mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) dari
rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118).
Sehingga semakin tinggi laba yang didapatkan, semakin tinggi pula tingkat
ROA, yang artinya semakin efektif perusahaan dalam menggunakan
aktivanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio ROA
maka semakin tinggi pula pertumbuhan laba perusahaan. Hal ini sesuai
pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2016), Saifullah (2015),
Setyawan & Hanantijo (2014), Wirawan (2013) dan Putri (2010) bahwa
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Return On
Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba.
7. Net Interest Margin (NIM) ( terhadap Pertumbuhan Laba
NIM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan
pendapatan bunga bersih (Rodiyah & Wibowo, 2014:46). Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan bahwa aktiva produktif yang dikelola bank pada
angka yang tinggi pula. Pengelolaan aktiva produktif yang optimal tentu
akan memberikan tingkat laba yang tinggi. Sehingga NIM berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba. Seperti penelitian Wirawan (2013),
Desmalini (2013) Nuraini (2010) dan setiyarini (2009) bahwa NIM
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
48
48
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Net
Interest Margin (NIM) terhadap Pertumbuhan Laba.
8. Capital Adequacy Ratio (CAR) ( terhadap Pertumbuhan Laba
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya.
Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai aktiva produktif, sehingga semakin rendah pula biaya
dana yang dikeluarkan oleh bank. Semakin rendah biaya dana yang
dikeluarkan oleh bank maka laba bank tersebut akan semakin meningkat
(Yuliatiningrum, 2016:9). Sehingga CAR berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saifullah (2016), Wulandari (2016), Setyawan & Hanantijo (2014),
Winarsih (2011) dan Triono (2007) yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Capital
Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba.
49
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang
pengukurannya menggunakan bentuk angka yang diperoleh dari buku laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh bank syariah terkait yang kemudian di
analisis dengan menggunakan teori statistik. Jenis penelitian kuantitatif ini
dipandang mampu memberikan informasi untuk melihat realita atau
fenomena yang konkrit yang terjadi dalam objek penelitian (Alfianika,
2016:29).
B. Populasi dan Sampel
Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:215). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
di Indonesia.
Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:218).
50
50
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel
antara lain:
1. Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
2. Bank yang menerbitkan annual report-nya pada periode 2011-2015.
3. Bank yang menyajikan laporan GCG selama periode penelitian.
4. Bank yang memiliki rentang pertumbuhan laba maksimal 10%.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan cara:
a. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2013:240). Adapun pengambilan data pada
penelitian ini di ambil dari laporan keuangan yang di publikasikan oleh
bank terkait yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode tahun
2011 hingga 2015.
D. Tehnik Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Langkah awal yang dilakukan untuk menguji tingkat kestasioneran
pada data yang akan diolah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan estimasi. Menurut Enders 1995, terdapat jumlah pengujian yang
51
51
dapat dilakukan unuk mengetahui kestasioneran suatu data yang akan
digunakan sebagai penelitian, yakni antara lain dengan software Eviews.
Dalam pengujian stasioner menggunakan Augment Dicky Fuller
Unit Root Test (ADF Test) terhadap variabel-variabel independen Jika
pada level dasar nilai probabilitasnya menunjukkan nilai dan nilai
ADFStatistic > kritis McKinnon maka terjadi unit rood yang berarti bahwa
data yang akan diolah sudah stasioner (Purba, 2014:19). Begitupun
sebaliknya, jika pada tingkat level tidak menunjukkan hasil yang stasioner
maka dapat ditingkatkan pada tingkat first Difference.
2. Analisis Diskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013:19).
3. Uji Regresi Linier Berganda
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan antar
variabel-variabel independen terhadap dependen. Sesuai dengan model
yang dikembangkan dalam penelitian ini maka tehnik yang digunakan oleh
peneliti untuk menganalisis data yaitu dengan metode analisis regresi
linier berganda sebagai alat untuk menaksir hubungan kausalitas antar
variabel (model casual) yang telah ditetapkan (Ghozali, 2013:95).
52
52
Keterangan:
= Pertumbuhan Laba
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= Non Perfoming Financing
= Financing to Deposit Ratio
= Giro Wajib Minimum
= Dewan Komisaris Independen
= Kepemilikan Institusional
= Return On Asset
= Net Interest Margin
= Capial Adequacy Ratio
= term error
Adapun model pengujian hipotesisnya antara lain:
a) Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi
korelasi pada model regresi diantara variabel bebas (independen).
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya.
adapun nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
53
53
(karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff untuk melihat adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance , atau VIF
(Ghazali, 2013:105-106).
2) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode waktu observasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu yang berkaitan satu sama lainnya pada data runtut waktu (time
series) atau crossection.
Adapun pengujiannya dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson
(DW test) dengan ketentuan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen
(Ghazali, 2013:110-111). Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Sedangkan untuk pengambilan keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi dengan melihat perhitungan berikut:
1) maka ditolak
2) maka tidak terdapat desicion
3) maka ditolak
4) maka tidak terdapat desicion
5) maka diterima
54
54
3) Uji Heteroskedastisitas
Dalam Ghozali Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika dalam satu pengamatan ke
pengamatan yang lain memiliki variansi dari residual yang sama atau
tetap, maka hal ini disebut dengan homokedastisitas. Namun jika
variansi berbeda, hal ini yang disebut dengan heteroskedastisitas.
Homokedastisitas mencerminkan model regresi yang baik.
Sebaliknya, adanya heteroskedastisitas menunjukkan model regresi
yang tidak baik.
Dalam pengujian heteroskedastisitas, terdapat beberapa model
pengujian yng dapat digunakan. Untuk penelitian ini model pengujian
yang digunakan adalah uji Glejser dengan meregresikan nilai absolute
residual terhadap variabel independen dengan persamaan:
Jika variabel signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Begitupun
sebaliknya, jika variabel tidak signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghazali, 2013:139-143).
55
55
4) Uji Normalitas
Model regresi yang baik ialah model regresi yang memiliki
distribusi data yang normal atau setidaknya mendekati normal. Untuk
mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak dapat
dilakukan dua uji normalitas yaitu dengan uji statistik.
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji Jarque-Bera dengan membuat hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Data residual terdistribusi normal.
Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal.
Uji statistik dapat dilihat pada nilai Jarque-Bera dan probabilitas
signifikansinya. Jika nilai probability < 0,05 maka H0 ditolak, dan Ha
diterima. Sedangkan jika probability > 0,05 maka Ha ditolak, H0
diterima (Ghazali, 2013:160-165).
5) Uji Linieritas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan
dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau
kubik. Dengan adanya uji linieritas ini akan diperoleh informasi
apakah model empiris sebaiknya linier, kuadrat atau kubik (Ghazali,
2013:166).
Untuk mengujinya dapat dilakukan dengan menggunakan model
Ramsey Test, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas log
56
56
likelihood ratio pada tabel Ramsey Test dengan sigifikansi 5%. jika
nilai probabilitas log likelihood ratio < 0,05, maka model linier
ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas log likelihood ratio > 0,05,
maka model linier diterima.
b) Uji Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan ini digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R2 adalah nol atau satu. Adapun nilai R
2 yang kecil
berarti kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel terbatas. Sedangkan nilai R2
yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Nilai Adjusted R2
perlu digunakan dalam mengevaluasi model
regresi yang terbaik. Berbeda dengan nilai R2, nilai Adjusted R
2 ini
dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalam model. Jika dalam uji empiris nilai Adjusted R2
adalah negatif,
maka nilainya dianggap nol. Secara matematis jika nilai R2 =1, maka
nilai Adjusted R2 = R
2 = 1. Sedangkan jika nilai R
2 = 0, maka nilai
Adjusted R2 =(1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka nilai Adjusted R
2 akan
bernilai negatif (Ghazali, 2013:97).
57
57
2) Uji Ftest (Simultan)
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah variabel
independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan cara
quick look pada nilai statistik F.
Hipotesis nol yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0
Yang artinya, apakah semua variabel independen bukan
merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan
sama dengan nol, atau:
Ha : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 0
Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Besar nilai F hitung menjelaskan berapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika nilai F lebih kecil dari k
maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sebaliknya jikan Fhitung > k maka
H0 ditolak Ha diterima (Ghazali, 2013:98).
3) Uji Ttest (Parsial)
Uji signifikan t (t-test) digunakan untuk meguji koefisien secara
parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen. Apakah
koefisien korelasi dapat digeneralisasikan (berlaku pada populasi
58
58
dimana sampel diambil) atau tidak. Hipotesis nol (H0) yang hendak
diuji adalah apakah satu parameter dengan nilai nol, atau:
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau:
Ha : bi 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Uji T dilakukan dengan cara melihat nilai
signifikansi pada setiap variabel independennya. Jika nilai sig. lebih
besar di atas 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sedangkan jika
nilai sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima (Ghazali,
2013:101).
E. Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel merupakan sasaran dari objek penelitian yang dapat
didefinisikan secara operasional. Adapun dalam penelitian ini menggunakan
dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Dependen (Y)
Menurut Cahyaningrum, laba secara operasional merupakan
perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi
selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan
tersebut (Wirawan, 2013:28).
59
59
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba
periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba pada periode sebelumnya :
2. Variabel Independen (X)
a) Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Pengukurannya
dengan menggunakan rasio Non Perfoming Financing (NPF). Non
Perfoming Financing (NPF) merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko
kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Suhartatik &
Kusumaningtias, 2013:1179).
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Non
Perfoming Financing (NPF), yaitu (Suhartatik & Kusumaningtias,
2013:1179):
b) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang
60
60
dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
Bank.
Risiko likuiditas diukur dengan menggunakan rasio Financing
to Deposit Ratio (FDR), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan pembiayaan atau kredit dengan menggunakan
total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2005:118).
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Financing to
Deposit Ratio (FDR), yaitu (Dendawijaya, 2005:118)
c) Risiko kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan
antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran
hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku
umum. Dalam penelitian ini, pengukuran risiko likuiditas dilakukan
dengan menghitung rasio Giro Wajib Minimum (GWM).
Reserve Requirement atau Giro wajib minimum adalah tingkat
likuiditas minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk
dipertahankan setiap saat. (Darmawi, 2011:50)
61
61
Untuk mengetahui besarnya Reserve Requirement atau GWM
dapat menggunakan perbandingan, sebagai berikut (Dendawijaya,
2005:149) :
d) Dewan Komisaris Independen (DKI)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga
dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang
saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen.
Menurut (Sarwana& Destriana, 2015;162) untuk mengetahui
komposisi Dewan Komisaris Independen dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
e) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional menurut Wahidawati yaitu
kepemilikan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi
atau lembaga lain di luar perusahaan, seperti bank, perusahaan
62
62
asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada akhir
tahun yang diukur dalam presentase (Kusumaningtyas, 2014;86).
Adapun perhitungan yang digunakan untuk mengetahui jumlah
kepemilikan institusional menurut (Endraswati, 2012; Hidayanti &
Paramita, 2014) yaitu:
f) Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang
bersangkutan. (Dendawijaya, 2005:118)
Adapun pengukuran ROA menurut (Dendawijaya, 2005:118)
yaitu dengan:
g) Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah perbandingan antara pendapatan bunga
bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya. NIM digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh pendapatan
operasional dari dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman (kredit)
63
63
Adapun pengukuran NIM menurut (Darmawi, 2011:224) yaitu
dengan:
h) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) ialah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri, disamping
memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank. (Dendawijaya,
2005:121)
Adapun perumusan dalam menghitung Capital Adequacy Ratio
(CAR), yaitu (Dendawijaya, 2015:121) :
64
64
BAB IV
ANALISA DATA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Istilah Bank dalam artian sederhana yaitu suatu lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.
Pengertian bank sesuai UU RI No.10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak” (Kasmir, 2014:12).
Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan utama, yaitu:
a. Menghimpun dana
Kegiatan mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara
membeli dari masyarakat luas dalam bentuk giro, tabungan, dan
deposito.
65
65
b. Menyalurkan dana
Kegiatan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat
simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam
bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berprinsip konvensional
dan pembiayaan bagi bank yang berprinsip syariah.
c. Memberikan jasa bank lainnya
Yaitu memberikan pelayanan jasa pendukung atau pelengkap
kegiatan perbankan.
Pada umumnya pengertian bank Islam atau lebih dikenal dengan
sebutan bank syariah yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah, yakni dengan system operasi tanpa mengandalkan bunga.
Bank syariah menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan pada
nilai-nilai islam, yakni berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pengertian bank syariah berdasarkan UU pasal 2 PBI
No.6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, mendefinisikan bahwa bank umum
syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran (Yudiana, 2013:2).
Sifat-sifat yang terdapat dalam bank syariah sendiri yaitu
komprehensif dan juga universal. Komprehensif berarti bank syariah
66
66
merangkum seluruh aspek kehidupan, baik secara spiritual maupun
sosial. Sedangkan universal bermakna bahwa bank syariah dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat hingga hari akhir nantinya.
Selain mempunyai cangkupan yang luas dan fleksibel, dalam
bermuamalah bank syariah juga tidak membeda-bedakan antara
muslin dan non-muslim (Antonio, 2001:24). Sebab tujuan utama bank
syariah adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
dalam hidup dan kehidupan yang tercangkup pada pelaksanaan dua
ajaran al-Qur’an, yaitu (Arifin, 2009:34):
1. Prinsip at-Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling
bekerjasama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan.
2. Prinsip menghindari Al Ikhtinaz, yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
b. Tujuan Bank Syariah
Menurut UU Perbankan syariah No.1 Tahun 2008 pasal 3,
Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan
pemerataan (Yudiana, 2013:7).
Sebagaimana penjelasan diatas maka objek dan populasi dalam penelitian
ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia meliputi Bank Muamalat
Indonesia, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Negara
Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah,
67
67
Bank Bukopin Syariah, Bank Central Asia Syariah dan Maybank Syariah.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan
masing-masing bank terkait yang dipublikasikan melalui website Bank
Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
Penelitian ini akan menganalisis mengenai tingkat kesehatan bank
syariah dengan menggunakan rasio Non Perfoming Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Giro Wajib Minimum (GWM), Dewan
Komisaris Independen (DKI), Kepemilikan Institusional (KI), Return On
Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba.
B. Analisis Stasioner
Pengujian stasioner dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
estimasi. Dalam pengujian stasioner menggunakan Augment Dicky Fuller
Unit Root Test (ADF Test) terhadap variabel-variabel independen.
Jika pada level dasar nilai probabilitasnya menunjukkan nilai
dan nilai ADFStatistic > kritis McKinnon maka terjadi unit rood yang berarti
bahwa data yang akan diolah sudah stasioner (Purba, 2014:19). Begitupun
sebaliknya, jika pada tingkat level tidak menunjukkan hasil yang stasioner
maka dapat ditingkatkan pada tingkat first Difference.
Berikut adalah hasil output pada tingkat level dasar:
68
68
Tabel 10Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioneritas Level Dasar
Variabel
ADF
Statistic
Nilai Kritis McKinnon
Prob
ADF
5%
Keterangan 1% 5% 10%
PL -6.698994 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.0000 Stasioner
NPF -0.276109 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.7620 Tidak Stasioner
FDR -1.102931 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.2414 Tidak Stasioner
GWM -0.016540 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.6830 Tidak Stasioner
DKI -0.658366 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.4270 Tidak Stasioner
KI -0.094337 -2.613010 -1.947665 -1612573 0.6462 Tidak Stasioner
ROA -5.548335 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.0000 Stasioner
NIM -1.150597 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.2244 Tidak Stasioner
CAR -1.322407 -2.613010 -1.947665 -1.612573 0.1697 Tidak Stasioner
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Karena dari hasil tersebut data menunjukkan tidak stasioner maka pengujian
diubah pada tingkat first difference, sehingga hasilnya menjadi seperti beikut:
Tabel 11Tabel 4.2
Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference
Variabel
ADF
Statistic
Nilai Kritis McKinnon
Prob
ADF
5%
Keterangan 1% 5% 10%
PL -12.22157 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner
NPF -2.860107 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0051 Stasioner
FDR -9.191456 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner
GWM -7.910145 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.0000 Stasioner
DKI -6.823871 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner
KI -7.392407 -2.615093 -1.947975 -1.612408 0.0000 Stasioner
ROA -7.642447 -2.616203 -1.948140 -1.612320 0.0000 Stasioner
NIM -7.705338 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner
CAR -8.602275 -2.614029 -1.947816 -1.612492 0.0000 Stasioner
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Dalam pengujian Unit Root di tingkat 1st ADF telah menunjukkan
bahwa data yang diolah sudah stasioner. Hal ini dapat dilihat pada nilai
69
69
absolute statistic ADF yang lebih kecil dari McKinnon Critical Value pada
nilai kritis 1%, 5%, dan 10%. Selain itu, pada nilai prob statistik ADF
menunjukkan angka yang lebih kecil dari Alpha 0,05 McKinnon. Dengan
demikian maka dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel yang akan diestimasi
dalam penelitian ini telah stasioner ditingkat first Difference.
C. Analisis Deskreptif Statistik
Uji deskreptif statistik dilakukan untuk menunjukkan jumlah data (N)
Yang digunakan dalam penelitian ini, nilai maksimum, nilai minimum, nilai
rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel. Adapun
hasil perhitungan statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Tabel 12Tabel 4.3
Hasil Uji Deskreptif Statistik
P_LABA NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR
Mean 0.625080 0.039238 0.997454 0.053586 0.646400 0.980014 0.031352 0.063826 0.243220
Median 0.247500 0.029850 0.919600 0.051200 0.670000 0.999900 0.011350 0.065450 0.185700
Maximum 6.758500 0.351500 2.892000 0.104000 1.000000 1.000000 0.381000 0.153300 0.734400
Minimum -0.893900 0.000000 0.460800 0.050000 0.250000 0.808100 0.000400 0.021200 0.110300
Std. Dev. 1.418003 0.050472 0.366479 0.008275 0.179179 0.045481 0.075520 0.028149 0.153386
Skewness 2.351106 4.851793 3.406640 4.915283 -0.052528 -2.369521 3.920173 0.918454 1.682401
Kurtosis 9.189742 30.62358 16.52574 29.28721 4.011976 7.613579 17.35683 4.148283 4.953859
Sum 31.25400 1.961900 49.87270 2.679300 32.32000 49.00070 1.567600 3.191300 12.16100
Sum Sq. Dev. 98.52592 0.124825 6.581046 0.003355 1.573152 0.101358 0.279457 0.038827 1.152837
Observations 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Hasil uji statistik deskreptif yang telah dilakukan dengan
menggunakan eviews7 menunjukkan bahwa pada rasio NPF terendah
(minimum) adalah 0,000 berasal dari Bank Maybank Syariah pada tahun
2011, sedangkan rasio NPF tertinggi (maksimum) adalah 0,3515 berasal dari
70
70
Maybank Syariah pada tahun 2015. Adapun nilai rata-rata (mean) NPF
sebesar 0,03923 dan standar deviasi NPF sebesar 0,05047. Dengan melihat
nilai mean rasio NPF maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai
rata-rata NPF pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015
berada di bawah 5%. Hal ini menunjukkan NPF pada Bank Umum Syariah
telah memenuhi peraturan Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat
adalah bank yang memiliki nilai minimal NPF di bawah 5%. Dan dari rentan
waktu 2011-2015 menandakan bahwa rasio NPF memiliki kategori sehat.
Data rasio FDR nilai terendah (minimum) adalah 0,4608 berasal dari
Bank Victoria Syariah pada tahun 2011, sedangkan rasio FDR dengan nilai
tertinggi (maksimum) adalah 2,8920 berasal dari Maybank Syariah pada
tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 0,99745 dan standar
deviasi FDR sebesar 0,3664793. Dengan melihat nilai mean rasio FDR maka
dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata FDR pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 85%. Hal ini
menunjukkan FDR pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan
Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki
nilai minimal FDR di bawah 85%. Dan dari rentan waktu 2011-2015
menandakan bahwa rasio FDR memiliki kategori cukup sehat.
Data rasio GWM nilai terendah (minimum) adalah 0,0500 berasal dari
Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2015, sedangkan rasio GWM dengan
nilai tertinggi (maksimum) adalah 0,1040 berasal dari Bank Mega Syariah
pada tahun 2015. Adapun nilai rata-rata (mean) GWM sebesar 0,05358% dan
71
71
standar deviasi GWM sebesar 0,08274. Dengan melihat nilai mean rasio
GWM maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata GWM
pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 5%.
Hal ini menunjukkan GWM pada Bank Umum Syariah telah memenuhi
peraturan Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang
memiliki nilai minimal GWM sebesar 5%. Dan dari rentan waktu 2011-2015
menandakan bahwa rasio FDR memiliki kategori sehat.
Data jumlah dewan komisaris Independen nilai terendah (minimum)
adalah 25% berasal dari Bank Jawa Barat Syariah pada tahun 2014 dan 2015,
sedangkan jumlah dewan komisaris dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah
100% berasal dari Bank Victoria Syariah tahun 2013dan 2014, Bank Mega
Syariah 2011-2013 dan Bank Bukopin Syariah pada 2011. Adapun nilai rata-
rata (mean) jumlah dewan komisaris yang dimiliki yaitu 67% dari jumlah
dewan komisaris suatu bank syariah dan dengan standar deviasinya sebesar
0,1791. Hal ini menandakan bahwa komposisi dewan komisaris independen
merupakan keseluruhan dari dewan komisaris perusahaan yang ada.
Data kepemilikan institusional atas saham yang dimiliki pihak
institusi nilai terendah (minimum) adalah 80,81% berasal dari Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 2014, sedangkan kepemilikan saham
institusional dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah 100% berasal dari
BJBS tahun 2011-2015, Bank Jawa Barat Syariah dan Maybank Syariah pada
2011-2015. Adapun nilai rata-rata (mean) kepemilikan institusional sebesar
98% dan standar deviasi KI sebesar 0,0454. Dengan melihat nilai mean KI
72
72
maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai saham yang dimiliki oleh
institusi pada Bank Umum Syariah di Indonesia sangat tinggi.
Data rasio ROA nilai terendah (minimum) adalah -0,2013 berasal dari
Maybank Syariah pada tahun 2015, sedangkan rasio ROA dengan nilai
tertinggi (maksimum) adalah 0,3810 berasal dari Bank Mega Syariah pada
tahun 2012. Adapun nilai rata-rata (mean) ROA sebesar 0,02137 dan standar
deviasi ROA sebesar 0,07899. Dengan melihat nilai mean rasio ROA maka
dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata ROA pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 1,25%. Hal ini
menunjukkan ROA pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan
Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki
nilai minimal ROA berada diatas 1,25%. Dan dari rentan waktu 2011-2015
menandakan bahwa rasio ROA memiliki kategori cukup sehat.
Data rasio NIM nilai terendah (minimum) adalah 0,0212 berasal dari
Bank Victoria Syariah pada tahun 2011, sedangkan rasio NIM dengan nilai
tertinggi (maksimum) adalah 0,1533 berasal dari Bank Mega Syariah pada
tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) NIM sebesar 0,06382 dan standar
deviasi NIM sebesar 0,02814. Dengan melihat nilai mean rasio NIM maka
dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata NIM pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 2%. Hal ini
menunjukkan NIM pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan
Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki
73
73
nilai minimal NIM di atas 2%. Dan dari rentan waktu 2011-2015 menandakan
bahwa rasio NIM memiliki kategori sangat sehat.
Data rasio CAR nilai terendah (minimum) adalah 0,1110 berasal dari
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2012, sedangkan rasio CAR dengan
nilai tertinggi (maksimum) adalah 0,7344 berasal dari Maybank Syariah pada
tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean) CAR sebesar 0,24302 dan standar
deviasi CAR sebesar 0,15346 . Dengan melihat nilai mean rasio CAR maka
dapat disimpulkan bahwa secara statistik nilai rata-rata CAR pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 berada di atas 8%. Hal ini
menunjukkan CAR pada Bank Umum Syariah telah memenuhi peraturan
Bank Indonesia yang masuk dalam kategori sehat adalah bank yang memiliki
nilai minimal CAR sebesar 8%. Dan dari rentan waktu 2011-2015
menandakan bahwa rasio CAR memiliki kategori sangat sehat.
Data pertumbuhan laba nilai terendah (minimum) adalah -0,08939
berasal dari Bank Mega Syariah pada tahun 2014, sedangkan pertumbuhan
laba dengan nilai tertinggi (maksimum) adalah 6,7585 berasal dari Bank
Victoria Syariah pada tahun 2011. Adapun nilai rata-rata (mean)
pertumbuhan laba sebesar 0,62508 dan standar deviasi pertumbuhan laba
sebesar 1,41800. Dengan melihat nilai mean variabel pertumbuhan laba Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015 menunujukkan bahwa Bank
Umum Syariah di Indonesia memiliki pertumbuhan laba yang cukup baik.
74
74
D. Pengujian Dan Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Multikoloneaitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Pada model regresi yang baik seharusnya antar
variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk melihat ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan cara melihat
nilai centered variance inflation faktor (VIF). Nilai cutoff yang
umum dipakai sebagai standar yang menunjukkan tidak terjadi
multikolineraitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama
dengan nilai VIF di bawah 0,10. Hasil uji multikolinearitas antar
variabel independen dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 13Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Variance Inflation Factors
Sample: 1 50
Included observations: 49 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 0.069585 1.040993 NA
D(NPF) 39.08264 1.359391 1.336649
D(FDR) 0.863411 1.753834 1.753220
D(GWM) 704.3070 1.204692 1.204549
D(DKI) 3.177019 1.100433 1.099861
D(KI) 97.52970 1.157680 1.145752
D(ROA) 8.951906 1.442961 1.440948
D(NIM) 147.7660 1.152733 1.152733
D(CAR) 7.727466 1.892522 1.889110
75
75
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Hasil output diatas menunjukkan bahwa nilai Centered VIF
pada variabel independen berada pada nilai di bawah 10. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolonieritas
dalam model prediksi tersebut.
b) Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang
terjadi antara residual pada periode t dengan residual periode t-1
pada model regresi dalam suatu model regresi linier berganda.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi
dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui beberapa model
pengujian. Dalam penelitian ini menggunakan pengujian Durbin
Watson (Uji DW). Adapun hasil pengujian adalah sebagai berikut:
bel 14Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)
Method: Least Squares
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765
Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723
S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715
Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192
Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548
F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279
Prob(F-statistic) 0.002747
76
76
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Nilai Durbin-Watson (DW) pada output di atas
menunjukkan nilai sebesar 2,1052. Nilai DW tersebut lebih besar
dari (du) 1,861 dan lebih kecil dari 2,139 (4-du). Dari
perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
autokorelasi positif dan negatif dan nilai DW tersebut bebas dari
autokorelasi.
c) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari nilai residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varian dari nilai residual pada suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut hemoskedestisitas. Dan jika
berbeda maka disebut heterostisitas. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedestisitas.
Dalam pengujian heteroskedastisitas, terdapat beberapa
model pengujian yang dapat digunakan. Untuk penelitian ini model
pengujian yang digunakan adalah uji Glejser dengan meregresikan
nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan
persamaan:
77
77
Jika variabel signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya
heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika variabel tidak
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka
tidak terjadi Heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji
heteroskedastisitas dengan uji Glejser:
Tabel 15Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.403562 Prob. F(8,40) 0.9119
Obs*R-squared 3.659540 Prob. Chi-Square(8) 0.8865
Scaled explained SS 3.993633 Prob. Chi-Square(8) 0.8577
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Hasil output pengujian heteroskedastisitas model Glejser
menunjukkan nilai prob pada Obs*R-Square berada pada angka di
atas nilai alpha 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada pengujian data di atas.
d) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji Ftest dan Ttest
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
78
78
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Gambar 2Gamber 4.1
Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera
Hasil uji normalitas menggunakan metode uji Jarque-Bera
yang menunjukkan hasil probability sebesar 0,1118 yang berarti
lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut terdistribusi secara normal.
e) Uji Linieritas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan sudah benar atau tidak. Untuk mengujinya dapat
dilakukan dengan menggunakan model Ramsey Test, yaitu dengan
membandingkan nilai probabilitas log likelihood ratio pada tabel
Ramsey Test dengan sigifikansi 5%. jika nilai probabilitas log
likelihood ratio < 0,05, maka model linier ditolak. Sebaliknya, jika
nilai probabilitas log likelihood ratio > 0,05, maka model linier
diterima. Adapun hasil pengujian linieritas adalah sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Series: ResidualsSample 2 50Observations 49
Mean -8.50e-17Median 0.088212Maximum 4.830115Minimum -4.358008Std. Dev. 1.652113Skewness 0.214217Kurtosis 4.400809
Jarque-Bera 4.381051Probability 0.111858
79
79
Tabel 16Tabel 4.7
Hasil Uji Linieritas
S
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
Dari hasil output tersebut terlihat bahwa nilai
probabilitasnya berada pada signifikansi 0,05 atau 5%. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa model regresi tersebut adalah linier.
2. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menghitung
besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian pada
variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui
koefisien antar variabel dapat dilihat dengan tabel berikut:
Tabel 17Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)
Method: Least Squares
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.005449 0.263789 -0.020655 0.9836
D(NPF) 3.650964 6.251611 0.584004 0.5625
D(FDR) -3.745365 0.929199 -4.030745 0.0002
D(GWM) 12.05474 26.53878 0.454231 0.6521
D(DKI) 2.568267 1.782420 1.440888 0.1574
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: D(PERTUMBUHAN_LABA ) C D(NPF) D(FDR) D(GWM)
D(DKI) D(KI) D(ROA) D(NIM) D(CAR)
Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability
t-statistic 0.457469 39 0.6499
F-statistic 0.209278 (1, 39) 0.6499
Likelihood ratio 0.262236 1 0.6086
80
80
D(KI) -2.509832 9.875713 -0.254142 0.8007
D(ROA) 10.40717 2.991974 3.478361 0.0012
D(NIM) -27.76601 12.15590 -2.284158 0.0277
D(CAR) 7.310666 2.779832 2.629895 0.0121 R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765
Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723
S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715
Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192
Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548
F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279
Prob(F-statistic) 0.002747
Sumber: Output Eviews7 (data diolah)
a) Koefisien Determinan (R2)
Besar nilai kontribusi pada variabel bebas terhadap variabel terikatnya
dapat dilihat melalui besar koefisien determinan totalnya (R2). Nilai
intervalnya antara 0 hingga 1 . Semakin besar nilai R2
mendekati angka 1, maka semakin baik hasil model regresinya.
Sebaliknya, jika nilai R2
mendekati angka 0 maka secara keseluruhan
tidak dapat menjelaskan variabel independen.
NIilai R-square pada tabel 4.8 menjelaskan tingkat hubungan
antar variabel independen dengan variable dependen, artinya bahwa
hubungan variabel NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan
CAR terhadap pertumbuhan laba adalah sebesar 0,4228 atau 42,28%.
Nilai Adjusted R Square menjelaskan bahwa variabel
independen NPF, FDR, GWM, DKI, KI, ROA, NIM dan CAR dapat
menerangkan variabel dependen yakni pertumbuhan laba sebesar
0,3074 atau sebesar 30%, sedangkan (100%-30%) 70% diterangkan
oleh variabel lain diluar model regresi ini.
81
81
b) Uji Ftest (Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Penilaian berdasarkan nilai probabilitasnya. Jika nilai signifikansi
lebih kecil dari nilai alpha 0,05 maka hipotesis yang diajukan
diterima atau dikatakan signifikan. Namun, jika nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan ditolak dan
dikatakan tidak signifikan.
Hasil pengujian Ftest pada tabel 4.8 terlihat nilai F hitung
sebesar 3,6635 dengan probabilitas (0,0027) jauh lebih kecil di
bawah 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variabel NPF, FDR,
GWM, DKI, KI, ROA, NIM, dan CAR secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba pada bank
syariah.
c) Uji Ttest (Parsial)
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara individu terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel lain bernilai konstan. Dalam pengujian
ini dengan melihat nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan
signifikan. Namun, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis yang diajukan ditolak dan dikatakan tidak signifikan. Hasil
uji Ttest adalah sebagai berikut:
82
82
1. Persamaan regresi linier berganda mempunyai konstanta sebesar -
0,0054. Hal ini menunjukkan bahwa jika varabel independen
diasumsikan konstan, maka variabel dependen yaitu pertumbuhan laba
naik sebesar 0,0054%.
2. Koefisien variabel NPF = 3,6509 artinya bahwa setiap kenaikan NPF
sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba
sebesar 3,6509% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel NPF dengan nilai signifikansi 0,5625 yang artinya
lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
3. Koefisien variabel FDR = -3,7453 yang artinya bahwa setiap kenaikan
FDR 1% akan menyebabkan penurunan pada pertumbuhan laba
sebesar 3,7453% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel FDR dengan nilai signifikansi 0,0002 yang artinya
lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara parsial FDR berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
4. Koefisien variabel GWM = 12,0547 artinya bahwa setiap kenaikan
GWM sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan
laba sebesar 12,0547% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel GWM dengan nilai signifikansi 0,6521 yang artinya
lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial GWM tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
5. Koefisien variabel DKI = 2,5682 artinya bahwa setiap kenaikan DKI
83
83
sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba
2,5682% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
Variabel DKI dengan nilai signifikansi 0,1574 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Sehingga secara parsial DKI tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
6. Koefisien variabel KI = -2,5098 yang artinya bahwa setiap kenaikan
KI sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pada pertumbuhan laba
sebesar 2,5098% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel KI dengan nilai signifikansi 0,8007 yang artinya
lebih besar dari 0,05. Sehingga secara parsial KI tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
7. Koefisien variabel ROA = 10,4071 yang artinya setiap kenaikan ROA
sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba
sebesar 10,4071% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel ROA dengan nilai signifikansi 0,0012 yang artinya
kurang dari 0,05. Sehingga secara parsial ROA berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
8. Koefisien variabel NIM = -27,6601 artinya bahwa setiap kenaikan
NIM sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan pada
pertumbuhan laba sebesar 27,6601% dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya konstan. Variabel NIM dengan nilai signifikansi 0,0277
yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara parsial NIM
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
84
84
9. Koefisien variabel CAR = 7,3106 artinya setiap kenaikan CAR
sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan laba
sebesar 7,3106% dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan. Variabel CAR dengan nilai signifikansi 0,0121 yang artinya
kurang dari 0,05. Sehingga secara parsial CAR berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
E. Pembahasan
1. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel NPF memiliki nilai signifikansi (0,5625)
lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
NPF tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (0,5840) dan tidak signifikan
antara NPF dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yulistianingrum (2016) bahwa NPL berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Dilangsir dari (www.kompasiana.com, 2016) sepanjang periode
penelitian pertumbuhan ekonomi Indonesia dilanda perlambatan ekonomi
sebagai dampak memburuknya krisis moneter yang terjadi dikawasan
Amerika dan Eropa. Perlambatan ekonomi ini juga berpengaruh pada laju
pertumbuhan sektor perbankan sebagai stabilitas ekonomi, tidak
terkecuali pada bank syariah yang erat kaitannya dengan pertumbuhan
sektor riil. Untuk mempertahanan perekonomiannya tersebut, perbankan
85
85
Indonesia lebih berhati-hati dalam menjaga resiko kegagalan kreditnya.
Salah satu kebijakan yang diambil adalah meminimalisir tingkat
likuiditas bank yang mengakibatkan jumlah dana yang dimiliki bank
tidak terealisasi dengan baik.
Adanya modal bank yang besar, berdampak pada besarnya kas
yang menganggur karena tidak dapat tersalurkanya pembiayaan dengan
baik, padahal pembiayaan merupakan sumber utama dalam memberikan
pendapatan bagi perbankan (Rodiyah & Wibowo, 2014;52). Selain itu,
presentase rasio NPF pada periode penelitian rata-rata sebesar 0,039 atau
3% yang berarti rasio gagal bayar pada bank syariah menunjukkan nilai
yang kecil berada dibawah 5% sesuai dengan PBI No.17/11/PBI/2015.
Karena hal tersebut maka kredit macet tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
2. Variabel FDR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel FDR memiliki nilai signifikansi (0,0002)
lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perubahan FDR akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba,
sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif (-4,0307)
dan signifikan antara FDR dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013) bahwa FDR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
86
86
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan kemampuan bank
dalam menyediakan dan menyalurkan dana kepada nasabah. Nilai FDR
menunjukkan efektif tidaknya bank dalam menyalurkan pembiayaan,
apabila nilai FDR menunjukkan prosentase terlalu tinggi maupun terlalu
rendah maka bank dinilai tidak efektif dalam menghimpun dan
menyalurkan dana yang diperoleh dari nasabah, sehingga mempengaruhi
laba yang didapat (Riyadi & Yulianto, 2014;473). Namun, tidak berarti
setiap tingkat FDR yang tinggi dapat memberikan laba yang tinggi pula.
Pihak bank harus menilai calon debitur yang mempunyai karakter kuat,
kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang
kuat, dan kondisi perekonomian yang aman agar tidak menimbulkan
kredit bermasalah sehingga menghambat pendapatan yang akan diperoleh
(Sabir, dkk, 2012;82).
3. Variabel GWM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel GWM memiliki nilai signifikansi (0,6521)
lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
GWM tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (0,4542) dan tidak signifikan
antara GWM dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Triono (2007) bahwa GWM berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
87
87
Penggunaan rasio GWM dalam bentuk presentase pada penelitian
ini menjadikan nilai GWM disetiap tahunnya sama pada keseluruhan
bank syariah yakni sesuai dengan presentase yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia pada PBI No. 15/16/PBI//2013, padahal nilai GWM
disesuaikan dengan jumlah dana pihak ketiga yang dimiliki oleh setiap
perbankan syariah. Hal ini menyebabkan GWM tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
4. Variabel DKI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel DKI memiliki nilai signifikansi (0,1574)
lebih besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
DKI tidak berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (1,4408) dan tidak signifikan
antara DKI dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Marselina (2017) bahwa DKI berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Apriyanti (2012) adanya DKI cukup penting bagi
perbankan namun karena kurangnya penerapan good corporate
governance dalam perbankan menyebabkan pengaruh DKI masih kurang
dibanding pemegang saham pengendali, sehingga DKI belum dapat
sepenuhnya melakukan pengawasan. Bahkan, menurut Kusumawati dan
Riyanto (2005) keberadaan DKI dalam perusahaan cenderung hanya
formalitas untuk memenuhi peraturan yang ada. (Santoso,2015;74).
88
88
5. Variabel KI tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan ditolak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel KI memiliki nilai signifikansi (0,8007) lebih
besar dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan KI tidak
berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat dinyatakan
bahwa terdapat pengaruh negatif (-0,2541) dan tidak signifikan antara KI
dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marselina (2017) bahwa KI berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Kepemilikan institusional yang merupakan kondisi dimana pihak
institusi memiliki saham di suatu perusahaan dan biasanya dalam jumlah
yang besar. Berdasarkan penelitian ini, kepemilikan institusional
memang memiliki jumlah kepemilikan saham yang sangat tinggi
sehingga institusi akan cenderung bertindak untuk kepentingan mereka
sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas
dan akan membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah
kebijakan perusahaan yang nantinya malah lebih menguntungkan
pemegang saham mayoritas yaitu pihak institusi. Dengan keadaan yang
tidak kondusif tersebut maka tidak akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan (Aprianingsih, 2015;121).
6. Variabel ROA berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel ROA memiliki nilai signifikansi (0,0012)
89
89
lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
ROA akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (3,4783) dan signifikan
antara ROA dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2016) bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan laba.
ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki (Dendawijaya,
2005;118). Hal ini mengindikasikan bahwa bank syariah mampu
memanfaatkan total aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba,
sehingga dengan meningkatnya laba yang diperoleh juga akan
meningkatkan pertumbuhan labanya.
7. Variabel NIM berpengaruh terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel NIM memiliki nilai signifikansi (0,0277)
lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
NIM berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba, sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif (-2,2841) dan signifikan
antara NIM dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prasetyo (2006) bahwa NIM berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
90
90
NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih
terhadap rata-rata aktiva produktif (Bank Indonesia, 2004). Bagi bank
syariah perolehan ketetapan suku bunga pinjaman hanya sebesar 4,91%
dari pembiayaan yang disalurkan, sebab sebagian besar pendapatan bank
syariah berdasarkan bagi hasil dan margin atas dana pihak ketiga bukan
berdasarkan bunga. Hal tersebut yang menjadikan NIM berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan laba bank syariah.
8. Variabel CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
eviews7, yang mana variabel CAR memiliki nilai signifikansi (0,0121)
lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perubahan CAR akan berdampak pada kenaikan pertumbuhan laba,
sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif (2,6298) dan
signifikan antara CAR dengan pertumbuhan laba. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2016) bahwa CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Menurut Brenton (1986) dalam Muhammad (2008:92) CAR
ditekankan pada empat fungsi, yaitu untuk melindungi deposan yang
tidak diasuransikan, menyerap kerugian yang tidak diharapkan,
memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan
serta sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva
yang tidak tepat (Setiawan & Winarsih, 2011;4). Dari keempat fungsi
tersebut terlihat bahwa kecukupan rasio CAR sangatlah penting bagi
91
91
suatu perusahaan. Dengan semakin besar CAR yang dimiliki dapat
memberikan pertumbuhan laba yang lebih besar pula.
92
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. NPF berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,
hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya NPF tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
2. FDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal
ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya FDR berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
3. GWM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
laba, hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya GWM tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa
hipotesis ditolak.
4. DKI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,
hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya DKI tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
5. KI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba,
hal ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya KI tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
93
93
6. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal
ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya ROA akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima.
7. NIM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal
ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya NIM berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
8. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hal
ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya CAR akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta kesimpulan di atas,
adapun saran-saran dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi manajemen perbankan syariah alangkah lebih baiknya menjaga
tingkat FDR, ROA, NIM dan CAR sebagai rasio yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba daripada variabel lainnya. Terutama pada
rasio CAR, dimana CAR sebagai rasio kecukupan modal bagi perbankan
dituntut agar selalu mampu mengcover risiko kerugian akibat aktivitas
bank. Modal yang cukup dapat mengalihkan modal sendiri kepada aktiva
produktif sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan laba. Selain itu
juga, perlu sekali untuk meningkatkan kinerja dewan komisaris
independen terutama dalam menjaga dan memonitoring pelaksanaan
kinerja perbankan syariah. Tujuannya agar tidak terjadi kecurangan
dalam pelaporan keuangan serta tidak adanya pihak-pihak yang
94
94
mementingkan kebutuhan pribadinya, sebab tata kelola perusahaan yang
baik dapat memberikan imbal yang baik pula bagi perusahaan terutama
dalam memperoleh laba.
2. Bagi pihak investor, ketika akan berinvestasi sebaiknya memperhatikan
terlebih dahulu variabel-variabel tersebut sebagai dasar pertimbangan.
Hal ini dilakukan agar pihak investor tidak akan dirugikan pada Bank
Umum Syariah.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan variabel-variabel
penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat
menghasilkan hasil kesimpulan yang lebih baik.
C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat
dijadikan bahan pertimbanga bagi peneliti yang akan datang, yaitu sebagi
berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan Bank Umum Syariah,
sebaiknya dapat mengembangkannya dengan menambah sektor-sektor
lainnya.
2. Penelitian ini hanya melihat pertumbuhan laba dari faktor tingkat
kesehatan saja. Sebaiknya dapat mengembangkannya dengan menambah
faktor-faktor lainnya sehingga pertumbuhan laba dapat dilihat dari
berbagai rasio lainnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Alfianika, N. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.
Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Arifin, Z. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher.
Darmawi, H. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghazali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Greuning, H. V., & Bratanovic, S. B. 2011. Analisis Risiko Perbankan. Jakarta:
Salemba Empat.
Idroes, F. N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ismail. 2009. Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta:
Kencana.
Jusuf, H. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi.
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Press.
_______2014. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulhan, M., & Siswanto, E. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah.
Malang: UIN Malang Press.
Suwiknyo, D. 2010. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yudiana, F. E. 2012. Konsep Dasar Manajemen Keuangan. Salatiga: STAIN
SALATIGA Press.
_____________2013. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ombak.
96
Referensi Jurnal:
Endraswati, H. 2012 . Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Deviden
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai variabel
Moderating pada Perusahaan di BEI. Jurnal Inferensi,1(1).
Hidayanti, E., & Paramita. R. W. D. 2014, September. Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Riil pada Perusahaan
Manufaktur. Jurnal WIGA, 4(2):8.
Indriastuti, M., & Ifada, L. M. 2015, May. Analisis Sistem Pengukuran Kinerja
Perbankan Syariah. Journal Conference in Business, Accounting , and
Management, 2(1): 317.
Khatimah, H. 2009, Maret. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia Sebelum dan Sesudah
Kebijakan Akselerasi Perbankan Syariah Tahun 2007/2008. Jurnal
Optimal, 3(1): 5.
Kusuma, E. M., & Supatmi. 2015, Desember. Hubungan Mekanisme Corporate
Governance dan Kinerja Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 18(3);109.
Kusumaningtyas, M. 2014, Juni. Pengaruh Ukuran Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional terhadap laba. Jurnal Prestasi, 13(1):86.
Lupa, W., Parengkuan , T., & Sepang, J. 2016. Analisis Perbandinan Tingkat
Kesehatan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Dengan
Metode CAMEL. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(1).
Mahendra, I. P., & Suzan, L. 2014. Pengaruh Komponen-Komponen Aktiva
Produktif dan Dana Pihak Ketiga terhadap Profitabilitas. e-proceeding of
Management, 2(3): 3318.
Purba, B. 2014, Desember. Analisis Kointegrasi antara Indeks Harga Saham
Gabungan, Jumlah Uang Beredar dan Indeks Harga Pedagang Besar di
Indonesia Periode 2007-2013. Jurnal Santech, 6(4):19.
Sabir, M., Ali, M. M., & Habbe, A. H. 2012. Juni. Pengaruh Rasio Kesehatan
Bank terhadap Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia.Jurnal Analisis, 1(1):85.
Sarawana, S., & Destriana, N. 2015. Desember. Pengaruh Meanisme Tata Kelola
Perusahaan, Pendanaan Hutang Perusahaan, Deviden serta Ukuran
Perusahaan terhadap Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 17(2):162.
97
Setiawan, S. & Winarsih. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Laba Bank Syariah di Indonesia:4.
Suhartatik, N., & Kusumaningtias, R. 2013. Juli. Determinan Financing To
Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Di Indonesia (2008-2012). Jurnal
Ilmu Manajemen, 1(4): 1179.
Riyadi, S., & Yulianto, A. 2014. Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Financing to
Deposit Ratio, Non Perfoming Financing terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Akuntansi, 3(4);472.
Umiyati, & Faly, Q. P. 2015. Pengukuran Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan
Metode RGEC. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 2(2):186.
Widodo, Arry. 2010. Pengaruh Good Corporate Governance, Debt Ratio, dan
Total Asset terhadap Kinerja Perusahaan.Jurnal Riset Manajemen:20.
Referensi skripsi:
Apriningsih, A. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioe 2011-2015.
Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Desmalini. 2014. Pengaruh Interest Rate Risk Ratio, Capital Adequacy Ratio, Net
Profit Margin, Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional, dan
Loan to Deposit Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2012.Skripsi.Tanjungpinang: Fakultas
Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
Hanif, M. 2014. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap
Pertumbuhan Laba Perusahaan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Santoso. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance, Capital Adequacy Ratio
dan Net Interest Margin terhadap Kinerja Perbankan yang terfdaftar
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas negeri Yogyakarta.
Setyarini, A. 2009. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Net Interest
Margin, Beban Operasional Pendapatan Operasional, Loan to Deposit
Ratio dan Giro Wajib Minimum terhadap perubahan laba.
Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
98
Sudono. 2011. Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum GWM terhadap
Volume Kredit dan Suku Bunga Kredit pada Bank Umum Periode
TWI/200.-TW.III/2011. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sunarwan, E. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah. Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wirawan, R. Y. 2013. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan BUMN Sektor Perbankan Indonesia.
Skripsi. Makassar:F akultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Yuliatiningrum, N. 2016. Pengaruh Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI. Skripsi.Surabaya:Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Referensi Internet:
www.bi.go.id
www.kompasiana.com
www.ojk.go.id
www.statistikan.com
100
Lampiran 1. Data Tingkat Kinerja Bank Syariah Di Indonesia 2011-2015
Bank
Syariah
RASIO
NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR PER.
LABA
BMI
2011 4,59% 76,76% 5,13% 50% 85,99% 1,13% 6,55% 11,78% 0,60%
2012 5,77% 94,15% 5,12% 50% 84,56% 0,20% 4,64% 11,03% 0,42%
2013 5,61% 99,99% 5,10% 50% 88,81% 0,27% 4,66% 14,43% 0,22%
2014 6,55% 84,14% 5,12% 50% 80,81% 0,17% 3,40% 13,91% 0,25%
2015 7,11% 90,30% 5,105 50% 89,85% 0,20% 4,09% 12,39% 0,27%
BVS
2011 2,43% 46,08% 5,04% 66,67% 99,98% 6,93% 2,12% 45,20% 6,76%
2012 3,19% 73,78% 5,03% 66,67% 99,98% 1,43% 2,36% 28,08% -0,51%
2013 3,71% 84,65% 5,04% 100% 99,98% 0,50% 2,96% 18,40% -0,60%
2014 7,10% 95,19% 5,01% 100% 99,98% 1,87% 3,34% 15,27% 3,76%
2015 9,80% 95,29% 5,03% 66,67% 99,98% 2,36% 3,27% 16,14% 0,25%
BJBS
2011 1,36% 79,61% 5,02% 25% 100% 1,23% 7,84% 30,29% 0,09%
2012 4,46% 87,99% 5,01% 20% 100% 0,59% 7,41% 21,09% -0,02%
2013 1,86% 97,40% 5,01% 40% 100% 0,91% 6,65% 17,99% 0,57%
2014 5,91% 93,69% 5,01% 25% 100% 0,69% 8,34% 15,83% -0,20%
2015 6,93% 104,75% 5,005 25% 100% 0,25% 5,68% 22,53% -0,68%
BNIS
2011 3,62% 78,60% 6,48% 66,67% 99,99% 1,29% 8,07% 20,75% 0,83%
2012 2,02% 84,99% 5,57% 66,67% 99,99% 1,48% 7,31% 19,29% 0,55%
2013 1,06% 97,86% 5,12% 66,67% 99,99% 1,37% 9,51% 16,54% 0,15%
2014 1,86% 92,60% 5,21% 66,67% 99,99% 1,27% 8,15% 18,76% 0,39%
2015 2,53% 91,94% 5,15% 66,67% 99,99% 1,43% 8,25% 18,16% 0,50%
BSM
2011 2,42% 86,03% 5,08% 60% 99,99% 1,95% 7,48% 14,57% 0,33%
2012 2,82% 94,40% 5,06% 60% 99,99% 2,25% 7,25% 13,82% 0,47%
2013 4,32% 89,37% 5,22% 60% 99,99% 1,53% 7,25% 14,10% -0,19%
2014 6,84% 81,92% 5,05% 60% 99,99% 0,04% 6,20% 14,12% -0,89%
2015 6,06% 81,99% 5,09% 60% 99,99% 0,56% 6,53% 12,85% 3,04%
BMS
2011 3,03% 83,08% 5,26% 100% 99,99% 1,58% 15,33% 12,03% -0,14%
2012 2,67% 88,88% 5,12% 100% 99,99% 3,81% 13,94% 13,51% 2,43%
2013 2,98% 93,37% 5,26% 100% 99,99% 2,33% 10,66% 12,99% -0,19%
2014 3,89% 93,61% 5,705 66,67% 99,99% 0,29% 8,33% 19,26% -0,89%
2015 4,26% 98,49% 10,40% 66,67% 99,99% 0,30% 9,34% 18,74% -0,23%
BPS
2011 0,82% 167,70% 5,42% 66,67% 99,99% 2,06% 7,00% 61,98% 0,53%
101
2012 0,20% 105,66% 5,25% 66,67% 99,99% 3,48% 6,67% 32,20% 2,50%
2013 1,02% 90,40% 5,57% 66,67% 99,99% 1,03% 4,26% 20,83% -0,42%
2014 0,53% 94,04% 5,20% 66,67% 91,80% 1,99% 4,38% 25,69% 2,34%
2015 2,63% 96,43% 5,20% 66,67% 91,36% 1,14% 3,82% 20,30% -0,23%
BBS
2011 1,74% 83,54% 5,04% 100% 97,39% 0,52% 3,43% 15,29% 0,19%
2012 4,59% 91,98% 5,03% 66,67% 97,39% 0,55% 3,94% 12,78% 0,43%
2013 4,27% 100,29% 5,03% 66,67% 95,24% 0,69% 3,86% 11,10% 0,13%
2014 4,07% 92,89% 5,01% 66,67% 98,47% 0,27% 2,76% 14,80% -0,57%
2015 2,99% 90,56% 5,01% 66,67% 98,73% 0,79% 3,14% 16,31% 2,28%
BCAS
2011 0,20% 78,80% 5,30% 66,67% 99,99% 0,90% 11,27% 45,90% 0,25%
2012 0,10% 79,90% 5,15% 66,67% 99,99% 0,80% 9,56% 31,50% 0,25%
2013 0,10% 83,50% 5,03% 66,67% 99,99% 1,00% 7,73% 22,40% 0,53%
2014 0,10% 91,20% 5,02% 66,67% 99,99% 8,00% 4,00% 29,60% 0,03%
2015 0,70% 91,40% 5,32% 66,67% 99,99% 1,00% 4,90% 34,30% 0,81%
MBS
2011 0% 289,20% 5,55% 66,67% 100% 35,75% 5,92% 73,44% 0,10%
2012 2,49% 197,70% 5,79% 66,67% 100% 2,88% 5,78% 63,89% 0,02%
2013 2,69% 152,87% 5,57% 66,67% 100% 2,87% 6,61% 59,41% 0,04%
2014 5,04% 157,77% 7,20% 66,67% 100% 3,61% 6,65% 52,13% 0,45%
2015 35,15% 110,54% 5,70% 66,67% 100% 20,13% 6,54% 38,40% 4,26%
Keterangan:
BMI Bank Muamalat Indonesia
BVS Bank Victoria Syariah
BJBS Bank Jawa Barat Syariah
BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
BSM Bank Syariah Mandiri
BMS Bank Mega Syariah
BPS Bank Panin Syariah
BBS Bank Bukopin Syariah
BCAS Bank Central Asia Syariah
MBS Maybank Syariah
102
Lampiran 2. Hasil output pengujian data pada Evews7:
a. Uji Stasioneritas tingkat Level
Null Hypothesis: PERTUMBUHAN_LABA has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.698944 0.0000
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NPF has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.276109 0.7620
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.102931 0.2414
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: GWM has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.016540 0.6830
Test critical values: 1% level -2.615093
5% level -1.947975
10% level -1.612408
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
103
Null Hypothesis: DKI has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.651360 0.4299
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KI has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.714247 0.8660
Test critical values: 1% level -2.615093
5% level -1.947975
10% level -1.612408
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.548335 0.0000
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NIM has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.150597 0.2244
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
104
Null Hypothesis: CAR has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.322407 0.1697
Test critical values: 1% level -2.613010
5% level -1.947665
10% level -1.612573
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b. Uji Stasioneritas tingkat 1st Difference
Null Hypothesis: D(PERTUMBUHAN_LABA) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.22157 0.0000
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.860107 0.0051
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.191456 0.0000
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
105
Null Hypothesis: D(GWM) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.910145 0.0000
Test critical values: 1% level -2.615093
5% level -1.947975
10% level -1.612408
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(DKI) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.807481 0.0000
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KI) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.317540 0.0000
Test critical values: 1% level -2.615093
5% level -1.947975
10% level -1.612408
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.642447 0.0000
Test critical values: 1% level -2.616203
5% level -1.948140
10% level -1.612320
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
106
Null Hypothesis: D(NIM) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.705338 0.0000
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.602275 0.0000
Test critical values: 1% level -2.614029
5% level -1.947816
10% level -1.612492
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c. Uji Deskriptif Statistik
P_LABA NPF FDR GWM DKI KI ROA NIM CAR
Mean 0.625080 0.039238 0.997454 0.053586 0.646400 0.980014 0.031352 0.063826 0.243220
Median 0.247500 0.029850 0.919600 0.051200 0.670000 0.999900 0.011350 0.065450 0.185700
Maximum 6.758500 0.351500 2.892000 0.104000 1.000000 1.000000 0.381000 0.153300 0.734400
Minimum -0.893900 0.000000 0.460800 0.050000 0.250000 0.808100 0.000400 0.021200 0.110300
Std. Dev. 1.418003 0.050472 0.366479 0.008275 0.179179 0.045481 0.075520 0.028149 0.153386
Skewness 2.351106 4.851793 3.406640 4.915283 -0.052528 -2.369521 3.920173 0.918454 1.682401
Kurtosis 9.189742 30.62358 16.52574 29.28721 4.011976 7.613579 17.35683 4.148283 4.953859
Sum 31.25400 1.961900 49.87270 2.679300 32.32000 49.00070 1.567600 3.191300 12.16100
Sum Sq. Dev. 98.52592 0.124825 6.581046 0.003355 1.573152 0.101358 0.279457 0.038827 1.152837
Observations 50 50 50 50 50 50 50 50 50
107
d. Uji Multikolonieritas
Variance Inflation Factors
Date: 08/30/17 Time: 10:21
Sample: 1 50
Included observations: 49 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 0.069585 1.040993 NA
D(NPF) 39.08264 1.359391 1.336649
D(FDR) 0.863411 1.753834 1.753220
D(GWM) 704.3070 1.204692 1.204549
D(DKI) 3.177019 1.100433 1.099861
D(KI) 97.52970 1.157680 1.145752
D(ROA) 8.951906 1.442961 1.440948
D(NIM) 147.7660 1.152733 1.152733
D(CAR) 7.727466 1.892522 1.889110
e. Uji Autokorelasi
Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)
Method: Least Squares
Date: 08/30/17 Time: 10:16
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765
Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723
S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715
Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192
Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548
F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279
Prob(F-statistic) 0.002747
f. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.403562 Prob. F(8,40) 0.9119
Obs*R-squared 3.659540 Prob. Chi-Square(8) 0.8865
Scaled explained SS 3.993633 Prob. Chi-Square(8) 0.8577
108
g. Uji Normalitas
h. Uji Linieritas
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: D(PERTUMBUHAN_LABA ) C D(NPF) D(FDR) D(GWM)
D(DKI) D(KI) D(ROA) D(NIM) D(CAR)
Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability
t-statistic 0.457469 39 0.6499
F-statistic 0.209278 (1, 39) 0.6499
Likelihood ratio 0.262236 1 0.6086 F-test summary:
Sum of Sq. df Mean
Squares
Test SSR 0.699287 1 0.699287
Restricted SSR 131.0150 40 3.275374
Unrestricted SSR 130.3157 39 3.341427
Unrestricted SSR 130.3157 39 3.341427 LR test summary:
Value df
Restricted LogL -93.62352 40
Unrestricted LogL -93.49240 39
0
2
4
6
8
10
12
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Series: ResidualsSample 2 50Observations 49
Mean -8.50e-17Median 0.088212Maximum 4.830115Minimum -4.358008Std. Dev. 1.652113Skewness 0.214217Kurtosis 4.400809
Jarque-Bera 4.381051Probability 0.111858
109
i. Uji regresi linier berganda
Dependent Variable: D(PERTUMBUHAN_LABA)
Method: Least Squares
Date: 08/30/17 Time: 10:16
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.005449 0.263789 -0.020655 0.9836
D(NPF) 3.650964 6.251611 0.584004 0.5625
D(FDR) -3.745365 0.929199 -4.030745 0.0002
D(GWM) 12.05474 26.53878 0.454231 0.6521
D(DKI) 2.568267 1.782420 1.440888 0.1574
D(KI) -2.509832 9.875713 -0.254142 0.8007
D(ROA) 10.40717 2.991974 3.478361 0.0012
D(NIM) -27.76601 12.15590 -2.284158 0.0277
D(CAR) 7.310666 2.779832 2.629895 0.0121 R-squared 0.422872 Mean dependent var 0.074765
Adjusted R-squared 0.307447 S.D. dependent var 2.174723
S.E. of regression 1.809799 Akaike info criterion 4.188715
Sum squared resid 131.0150 Schwarz criterion 4.536192
Log likelihood -93.62352 Hannan-Quinn criter. 4.320548
F-statistic 3.663594 Durbin-Watson stat 2.105279
Prob(F-statistic) 0.002747
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Kunni Mashrohah
Alamat : Ds. Harjosari Rt.06/Rw.07, Kec. Bawen,
Kab.Semarang, Jawa Tengah.
Jl. Soekarno-Hatta KM 32 Bawen, Semarang (50661).
Email : [email protected]
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 27 Januari 1996
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan :
1. SDIT Permata Bunda Bawen, Lulus Tahun 2007.
2. SMP Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo,
Lulus Tahun 2010.
3. SMA Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo,
Lulus Tahun 2013.
4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan
Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, Lulus Tahun 2017.
Demikian riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian bagi
yang berkepentingan harap maklum adanya.
Salatiga, 11 Agustus 2017
Penulis
Kunni Mashrohah
NIM. 213 13 082