ANALISIS PENGARUH SERTIFIKASI ISO 9001:2000 …
Transcript of ANALISIS PENGARUH SERTIFIKASI ISO 9001:2000 …
ANALISIS PENGARUH SERTIFIKASI ISO 9001:2000
TERHADAP PRODUKTIVITAS
PTPN IV (Persero)
GELADIKARYA
Oleh :
Jimmy Lodewijk Worotomo Silalahi
107007004
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
i
PERSETUJUAN GELADIKARYA
Judul Geladikarya : Analisis Pengaruh Penerapan ISO 9001:2000 Terhadap
Produktivitas PTPN IV (Persero)
Nama : Jimmy L.W. Silalahi
NIM : 107007004
Program Studi : Magister Manajemen
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng
Ketua
Dr. Ir. Nazaruddin, MT
Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sejak Tahun 2004 PTPN IV (Persero) telah memiliki sertifikat ISO 9001
versi 2000 maupun versi Tahun2008. Penerapan ISO 9001 diharapkan secara
konsisten dapat memenuhi standar kualitas produk yang akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Akan tetapi yang terjadi masih belum
sesuai dengan harapan. Penelitian ini membandingkan hasil penerapan ISO
9001:2000 di PTPN IV (Persero) dengan klausul standar ISO 9001:2000, untuk
mengetahui permasalahan yang menjadi penyebab menurunnya produktivitas,
serta merekomendasikan langkah-langkah peningkatan yang diputuskan.
Klausul ISO 9001:2000 yang digunakan terdiri dari sistem Manajemen
Mutu, Tanggung Jawab Manajemen, Manajemen SDM, Realisasi Produk,
Analisis, Pengukuran dan Peningkatan. Untuk produktivitas CPO dilihat dari 4
(empat) aspek, yakni tenaga kerja, bahan baku, energi dan modal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang
secara parsial paling besar mempengaruhi penurunan produktivitas CPO PTPN IV
(Persero). Hal ini menunjukkan peranan tenaga kerja yang paling dominan
mempengaruhi produktivitas perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja
yang terjadi mengindikasikan biaya tenaga kerja belum efisien.
iii
RIWAYAT HIDUP
Jimmy Lodewyk Worotomo Silalahi lahir di Pematang Siantar, 6 Oktober 1966.
Anak kedua dari lima bersaudara dari orangtua pasangan Bapak Alm. Drs.
P.C.Silalahi dan Ibu D.R.Manurung. Menikah dengan Dr. Melina Rugun tahun
1990 dan dikaruniai tiga orang anak yaitu T.Melisa Silalahi, Jansen David Silalahi
dan Jericho Medion Silalahi.
Riwayat Pendidikan
1. SD RK IV Pematang Siantar tamat tahun 1979
2. SMP RK II Pematang Siantar tamat tahun 1982
3. SMAN III Pematang Siantar tamat tahun 1985
4. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian USU tamat tahun 1990
Riwayat Pekerjaan
1. Staf di konsultan PT Euroconsult Pematang Siantar tahun 1990-1991
2. Staf di kebun Bah Butong PTP VIII tahun 1991-1992
3. Staf di kebun Sidamanik PTP VIII tahun 1992-1993
4. Staf di kebun Kayu Aro PTP VIII tahun 1993-1995
5. Staf di kebun Marjandi PTPN IV tahun 1996-2003
6. Staf di kebun Bandar Pasir Mandoge PTPN IV tahun 2003-2010
7. Kepala Urusan di Bagian Hukum dan Pertanahan PTPN IV tahun 2010-
sekarang
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Penerapan ISO 9001:2000 Terhadap
Produktivitas PTPN IV (Persero)”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data
dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.
Medan, 13 September 2013
Yang Membuat Pernyataan
Jimmy L.W. Silalahi
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Tuhan Y.M.E., sehingga
penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul : ”Analisis Pengaruh
Penerapan ISO 9001:2000 Terhadap Produktivitas PTPN IV (Persero)”.
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
program studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
dan Ketua Komisi Pembimbing.
4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT , selaku Anggota Komisi Pembimbing dan
Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara.
6. Pimpinan dan staf PTPN IV (Persero) yang bersedia membantu
memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian.
vi
7. Staf akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sumatera Utara.
8. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
kepada penulis.
Semoga Geladikarya ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Medan, 13 September 2013
Jimmy Lodewijk Worotomo Silalahi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................... 5
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian.................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................... 7
2.1 Pengertian Produktivitas ......................................................... 7
2.2 International Organization for Standardization (ISO) ............. 9
2.3 Hubungan ISO dengan Produktivitas ....................................... 10
2.3.1. Sistem Manajemen Mutu .............................................. 12
2.3.2. Tanggung Jawab Manajemen........................................ 12
2.3.3. Manajemen Sumber Daya Manusia............................... 13
2.3.4. Realisasi Produk........................................................... 14
2.3.5. Pengukuran, Analisa dan Perbaikan .............................. 16
2.4 Elemen-Elemen Input Produktivitas ........................................ 18
2.4.1 Input Tenaga Kerja ......................................................... 18
2.4.2 Input Bahan Baku ........................................................... 20
2.4.3 Input Modal .................................................................... 22
2.4.4 Input Energi .................................................................... 23
2.5 Diagram Sebab Akibat............................................................. 23
2.6 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 25
viii
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL..................................................... 28
BAB IV METODE PENELITIAN............................................................. 30
4.1 Jenis Penelitian........................................................................ 30
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 30
4.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 30
4.4 Analisis Data ........................................................................... 31
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... 34
5.1 Sejarah Perusahaan.................................................................. 34
5.2 Visi, Misi dan Budaya Perusahaan PTPN IV (Persero) ............ 36
5.3 Unit Bisnis PTPN IV (Persero) ................................................ 37
5.4 Perkembangan PTPN IV (Persero)........................................... 38
5.5 Kebijakan Strategis PTPN IV (Persero) Tahun 2011 dan 2012. 41
5.6 Struktur Organisasi PTPN IV (Persero) ................................... 42
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................... 44
6.1 Uraian Biaya Input Produktivitas .............................................. 44
6.1.1 Biaya Tenaga Kerja........................................................ 45
6.1.2 Biaya Bahan Baku ......................................................... 45
6.1.3 Biaya Energi .................................................................. 46
6.1.4 Biaya Modal .................................................................. 46
6.1.5 Nilai Penjualan (Output) ................................................ 47
6.2 Perhitungan Deflator................................................................. 50
6.2.1 Perhitungan Deflator Tenaga Kerja ................................ 50
6.2.2 Perhitungan Deflator Bahan Baku .................................. 52
6.2.3 Perhitungan Deflator Energi........................................... 53
6.2.4 Perhitungan Deflator Modal ........................................... 54
6.3 Perhitungan Harga Konstan ...................................................... 55
6.3.1 Perhitungan Harga Konstan Tenaga Kerja...................... 55
6.3.2 Perhitungan Harga Konstan Bahan Baku........................ 56
6.3.3 Perhitungan Harga Konstan Energi ................................ 56
6.3.4 Perhitungan Harga Konstan Modal................................. 57
ix
6.4 Evaluasi Produktivitas Total dan Produktivitas Parsial
Berdasarkan Analisis Produktivitas........................................... 62
6.4.1 Evaluasi Produktivitas Total........................................... 62
6.4.2 Evaluasi Produktivitas Parsial Tenaga Kerja .................. 64
6.4.3 Evaluasi Produktivitas Parsial Bahan Baku .................... 68
6.4.4 Evaluasi Produktivitas Parsial Energi ............................. 73
6.4.5 Evaluasi Produktivitas Parsial Modal ............................. 75
6.5 Pembahasan.............................................................................. 77
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 79
7.1 Kesimpulan ............................................................................ 79
7.2 Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 82
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ISO 9001 merupakan salah satu standar sistem manajemen kualitas
di seluruh dunia. Dengan diterapkannya ISO 9001 dapat diharapkan bahwa
sistem atau proses produksi mampu secara konsisten memenuhi standar
produk yang sudah dipilih lebih dahulu. ISO 9001 ini diterapkan untuk
menyelaraskan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan kebutuhan serta
kepentingan organisasi (Aryani, 2007).
Peningkatan produktivitas sangat diperlukan di dalam perusahaan. Untuk
mencapai peningkatan produktivitas itu, yang harus dilakukan perusahaan adalah
mengukurnya secara periodik. Hasil pengukuran produktivitas pada suatu
periode merupakan tinjauan bagi peningkatan produktivitas pada periode
yang lain. Dengan menganalisis hasil pengukuran produktivitas akan diketahui
kekurangan yang ada sehingga kekurangan itu dapat diperbaiki dan tingkat
produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai. Analisis terhadap produktivitas juga
merupakan landasan bagi perusahaan dalam menentukan arah kebijakan
peningkatan produktivitas pada masa yang akan datang.
Seperti halnya perusahaan lain, peningkatan profit merupakan tujuan
utama bagi PTPN IV (Persero). BUMN Perkebunan ini telah menerapkan standar
ISO 9001 untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Di PTPN IV (Persero) terdapat
beberapa unit usaha yang telah memiliki standar ISO yakni 3 unit kebun teh, 29
unit kebun kelapa sawit, 11 unit PKS, 1 unit Rumah Sakit. Pada Tabel 1.1 dapat
dilihat rincian mengenai perolehan sertifikat ISO di PTPN IV (Persero).
2
Tabel 1.1 Sertifikat ISO Unit Usaha PTPN IV Tahun 2004 – 2010
No Sertifikat Tahun
1 ISO 9001:2000 PKS (Pabatu, Dolok Sinumba, Adolina, Puloraja)dan PIS Pabatu 2004
2 ISO 9001:2000 Pabrik Teh (Sidamanik, Tobasari, Bah Butong) 20063 SNI Pabrik Teh (Sidamanik, Tobasari, Bah Butong) 2006
4ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 untuk PKS (Bah Jambi,Pasir Mandoge, Gunung Bayu, Mayang, Dolok Ilir, Tinjowan,Sosa, Ajamu, Sawit Langkat, Air Batu, Berangir)
2008
5ISO 9001:2000 Kebun Sawit (Adolina, Pabatu, Puloraja, DolokSinumbah, Bah Jambi, Pasir Mandoge, Gunung Bayu, Mayang,Tinjowan, Dolok Ilir)
2008
6 ISO 9001:2000 15 Bagian dan 3 bidang khusus Kantor PusatPTPN IV 2008
7ISO 9001:2008 Kebun Sawit Berangir, Ajamu, Sosa, Air Batu,Tonduhan, Sei Kopas, Marihat, Bukit Lima, Laras, SawitLangkat)
2009
8 ISO 9001:2000 GUI-V, PMT dan RS Laras 2009
9
ISO 9001:2008 Kebun Teh (Sidamanik, Tobasari) Kebun Sawit(Itamulu, Bah Birung Ulu, Marjandi, Balimbingan,Aek Nauli,Padang Matinggi, Meranti Paham) Rumah Sakit (Pabatu,Balimbingan)
2010
10 RSPO Kebun Puloraja, Dolok Ilir dan Pabatu 2010Sumber : Harahap, 2012
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sejak tahun 2004, hampir seluruh unit-unit
usaha maupun kantor fungsional telah memperoleh ISO 9001 dengan berbagai
seri mutu. Bahkan pada tahun 2010, unit usaha Puloraja, Dolok Ilir dan Pabatu
telah memperoleh RSPO (Roundtable Sustainability Palm Oil).
Pelaksanaan ISO 9001 dilakukan pada seluruh unit kerja karena bagian-
bagian ini memegang peranan penting dalam proses produktivitasnya. Penerapan
ISO 9001 bisa meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas produk
sehingga terjadi pencapaian target yang diinginkan perusahaan.
Bila pencapaian kinerja dilakukan dengan menggunakan perspektif
produktivitas terdapat penurunan produktivitas. Seperti terlihat bahwa
3
produktivitas CPO cenderung menurun dari tahun 2008 hingga 2012 seperti
terlihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tingkat Produktivitas CPO PTPN IV (Persero)Tahun 2008 – 2012 Berdasarkan Penjualan dan Harga Pokok Penjualan
Tahun Penjualan (Rp) Total Harga PokokPenjualan (Rp)
TingkatProduktivitas
2008 4.703.466.160.000 2.721.115.000.080 1,732009 4.767.790.306.000 3.048.540.843.760 1,562010 4.773.697.899.000 3.384.278.663.330 1,412011 4.655.939.062.500 3.353.092.875.000 1,392012 4.582.068.740.000 3.323.806.280.000 1,38
Sumber : Annual Report PTPN IV, 2008 – 2012
Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa nilai penjualan mengalami penurunan di
tahun 2011 dan di tahun 2012. Menurut Gasperz (2003) produktivitas diukur
dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan input yang digunakan.
Pada Tabel 1.2 ditunjukkan bahwa produktivitas diukur dengan membandingkan
penjualan dengan harga pokok penjualan.
Jika dibandingkan dengan perusahaan perkebunan lain yang sejenis dan
juga telah menerapkan ISO 9001:2000 dapat dilihat bahwa capaian produktivitas
masih lebih rendah dibanding dua perusahaan pembanding yakni PTPN III
(Persero) dan PT London Sumatera. Kedua perusahaan pembanding ini ukuran
produktivitas juga diukur dengan membandingkan penjualan dengan harga pokok
penjualan.
Dari Tabel 1.3 terlihat bahwa dua perusahaan pembanding yang telah
melaksanakan ISO 9001:2000 yakni PTPN III (Persero) dan PT London Sumatera
memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding PTPN IV (Persero) dan tingkat
produktivitas cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pencapaian
produktivitas PTPN IV (Persero) masih fluktuatif dan cenderung lebih rendah
4
dengan perusahaan sejenis. Hasil perbandingan ketiga perusahaan perkebunan
dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Perbandingan Tingkat Produktivitas PTPN IV (Persero)dengan Perusahaan Perkebunan Lain Tahun 2004 – 2011
Tahun PTPN IV (Persero) PTPN III (Persero) London Sumatera2004 1,36 1,46 1,522005 1,39 1,53 1,572006 1,42 1,62 1,522007 1,66 1,76 1,662008 1,73 1,90 1,892009 1,56 1,87 1,872010 1,41 1,94 1,922011 1,39 1,98 1,96
Sumber : Annual Report PTPN IV (Persero), PTPN III (Persero), London Sumatera 2004 – 2011
Tabel 1.3 menggambarkan bahwa produktivitas perusahaan setelah
penerapan ISO belum sepenuhnya mengalami perbaikan. Hasil penelitian Aryani
(2007) menunjukkan bahwa penerapan ISO 9001:2000 berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas, yang meliputi variabel produksi yang bermutu tinggi
Pencapaian produktivitas CPO PTPN IV (Persero) yang cenderung menurun
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembentuk produktivitas menurut Sutiyono
(2012) terdiri dari tenaga kerja, bahan baku, energi dan modal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, meskipun
perusahaan telah memiliki sertifikat ISO 9001:2000 namun produktivitasnya tidak
meningkat. Hal ini dapat menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi,
sehingga akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan dalam jangka
panjang bisa mengakibatkan perusahaan ditutup. Dan apabila tidak segera
ditemukan klausul-klausul ISO 9001:2000 yang belum efektif dilaksanakan, maka
5
pengaruh sertifikasi ISO 9001:2000 menjadi tidak bermanfaat dan terjadi
inefisiensi.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan tercapai tujuan penelitian sebagai
berikut :
a. Menemukenali faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap
produktivitas CPO PTPN IV (Persero) pasca penerapan ISO 9001:2000,
yakni faktor-faktor dari Sistem Manajemen Mutu, Tanggung Jawab
Manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia, Realisasi Produk serta
Analisis, Pengukuran dan Peningkatan/
b. Menemukenali elemen-elemen yang mempengaruhi produktivitas yang
terdiri dari Tenaga Kerja, Bahan Baku, Energi dan Modal.
c. Merekomendasikan langkah-langkah dalam memperbaiki kelemahan
dalam pelaksanaan ISO 9001:2000.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, yakni :
a. Sebagai bahan masukan kepada Manajemen PTPN IV (Persero) dalam
memperbaiki pelaksanaan ISO 9001:2000.
b. Menambah khasanah penelitian bagi Program Studi Magister Manajemen
Universitas Sumatera Utara dibidang manajemen operasional.
c. Bagi peneliti untuk memperluas pengetahuan dalam bidang manajemen
6
mutu khususnya mengenai strategi pelaksanaan ISO 9001:2000 secara
konsisten.
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih fokus, maka dibatasi pada :
a. Data yang digunakan dalam penelitian ini dimulasi dari Tahun 2004
ihngga Tahun 2011.
b. Tahun 2008 sebagai tahun dasar hasil produktivitas CPO PTPN IV
(Persero) setelah penerapan ISO 9001:2000.
c. Yang menjadi perhatian penelitian ini adalah produk CPO, karena
memberikan kontribusi terbesar bagi PTPN IV (Persero).
d. Klausul ISO 9001:2000 yang digunakan terdiri dari :
a. Sistem Manajemen Mutu
b. Tanggung Jawab Manajemen
c. Manajemen Sumber Daya Manusia
d. Realisasi Produk
e. Analisis, Pengukuran dan Peningkatan
e. Aspek produktivitas CPO dilihat dari 4 (empat) aspek yakni Tenaga Kerja,
Bahan Baku, Energi dan Modal.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produktivitas
Menurut Sutiyono (2010), produktivitas adalah rasio antara output dan
input yang bernilai, misalnya efisiensi dan efektivitas sumber daya yang tersedia
yaitu kepegawaian, mesin, bahan, modal, fasilitas, energi, dan waktu untuk
mencapai keluaran yang sangat senilai.
Menurut Hasibuan (2003) produktivitas adalah : “Perbandingan antara
output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya
dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu,bahan,tenaga) dan sistem
kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya,
sehingga dapat dirumuskan :
Menurut Sutiyono (2012) klasifikasi data yang dimaksud adalah berkaitan
dengan keluaran dan masukan perusahaan antara lain :
a. Keluaran ; penjualan bersih, nilai tambah, laba kotor, laba bersih, output
total
b. Masukan ; harga pokok penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan, biaya langsung, biaya tenaga kerja, total aktiva,
harga pokok produksi, input total
Pengukuran produktivitas yang hanya memperhitungkan salah satu sumber
daya sebagai variabel input dikenal sebagai produktivitas faktor tunggal (single-
factor productivity). Sementara pengukuran produktivitas yang memperhitungkan
8
semua variabel input (tenaga kerja, material, energi, modal) dikenal sebagai
produktivitas multifaktor (multifactor productivity) atau produktivitas faktor total
(Hayzer dan Render, 2005).
Sumanth (2004) memperkenalkan suatu model daur produktivitas yang
disebut ‘MEPI’. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat
tahap utama untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas terus menerus
(Sumanth, 2004), yaitu:
1. Pengukuran produktivitas
2. Evaluasi produktivitas
3. Perencanaan produktivitas
4. Peningkatan produktivitas
Gambar 2.1 Skema Daur Produktivitas
Beberapa manfaat utama dari pengukuran produktivitas (Gaspersz, 2003)
adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran produktivitas digunakan sebagai indikator yang menilai
kemampuan suatu sistem dalam mencapai tujuan perusahaan.
2. Pengukuran produktivitas digunakan untuk pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan usaha peningkatan performansi perusahaan.
9
3. Pengukuran produktivitas digunakan sebagai bahan pembanding suatu
perusahaan/sistem dengan perusahaan/sistem lain.
4. Pengukuran produktivitas digunakan untuk meramalkan kondisi
perusahaan/sistem pada masa yang akan datang termasuk merumuskan
target-target yang ingin dicapai.
5. Pengukuran produktivitas digunakan untuk meningkatkan kesadaran suatu
perusahaan/sistem akan pentingnya usaha-usaha peningkatan
produktivitas.
2.2 International Organization for Standardization (ISO)
ISO 9001 adalah Quality Management Sistem atau sistem manajemen
mutu, yaitu mekanisme standar yang disusun, disepakati, dan diterapkan oleh
suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas suatu perusahaan. Sistem ISO 9001
menjelaskan bagaimana perusahaan beroperasi. Penanganan pekerjaan mulai dari
customer, input ke dalam masing-masing proses, dan output yang dihasilkan dari
setiap proses. Parameter-parameter fisik dari hasil pekerjaan, yang menentukan
apakah hasil tersebut memenuhi prasyarat kualitas yang telah ditentukan dan
disepakati atau belum (Poerwanto, 2012).
Fokus dalam Sistem Manajemen Mutu - Quality Management System ISO
9001:2000 adalah sistem manajemen atau pengelolaan mutu yg harus mengacu
kepada standar internasional ISO 9001:2000 yang dikeluarkan oleh badan
standarisasi internasional atau International Organization for Standardization.
Sebagai sebuah sistem manajemen formal / baku, ISO 9001:2000 mengatur sistem
dokumentasi organisasi terkait manajemen mutunya. Dokumen dalam sistem
10
manajemen mutu ISO 9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality Policy),
sasaran mutu (Quality Objectives), dan pedoman mutu (Quality Manual).
IS0 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen
mutu (SMM) untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu.
Suatu sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi
dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang menjamin kesesuaian
dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu, yang ditentukan oleh pelanggan dan organisasi.
2.3 Hubungan ISO dengan Produktivitas
Menurut Goetsch dan Davis (2000) kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. untuk menghasilkan kualitas terbaik
diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan
komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah menerapkan
sistem manajemen mutu terpadu atau TQM. TQM ialah semua fungsi dari
organisasi sekolah kedalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep
mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. TQM
sebagai suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
usaha, baik secara kulitas maupun kuantitas.
Menurut Tjiptono dan Diana (2002), TQM juga diartikan sebagai suatu
filsafat manajemen atau komitmen budaya organisasi untuk memuaskan
pelanggan secara konstan lewat perbaikan terus- menerus atas semua proses
11
oeganisasional, sehingga bisa menghasilkan produk dan jasa yang bermutu
tinggi. Perluasan dan pengembangan lebih lanjut tentang manajemen mutu adalah
mengenai dikeluarkannya sistem standarisasi jaminan mutu yang dikenal dengan
sistem manajemen mutu yang disebut ISO.
Sertifikat ISO 9001 yang dimiliki oleh suatu perusahaan, hanya
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki sistem manajemen mutu yang
mampu menghasilkan produk atau jasa sesuai persyaratan pelanggan (Suardi,
2003). Oleh karena itu, perusahaan harus secara berkesinambungan menilai
apakah pelanggan terpuaskan dan dengan terus menerus meningkatkan proses
produksi secara serius. Hanya di bawah kondisi inilah sistem tersebut dapat
mengurangi pekerjaan ulang, pekerjaan tumpang tindih maupun produk yang
tidak sesuai, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, inovasi, keterlibatan
karyawan dan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya
menambah profit perusahaan (Zuhrawaty, 2002).
Menurut Gaspersz ((a) 2003) sebuah Organisasi/perusahaan yang
menerapkan ISO 9001:2000 akan memperoleh sedikitnya 8 manfaat :
1) Dokumentasi mutu yang lebih baik.
2) Pengendalian mutu secara sistematik.
3) Koordinasi yang lebih baik.
4) Deteksi awal ketidaksesuaian.
5) Konsistensi mutu yang lebih baik.
6) Kepercayaan pelanggan bertambah.
7) Disiplin dalam pencatatan mutu bertambah.
8) Lebih banyak kesempatan untuk peningkatan.
12
Elemen-elemen persyaratan ISO 9001:2000 dapat terbagi dalam lima
klausul utama yaitu :
1. Sistem Manajemen Mutu
2. Tanggung Jawab Manajemen
3. Manajemen SDM
4. Realisasi Produk
5. Analisis, pengukuran dan peningkatan
2.3.1 Sistem Manajemen Mutu
Menurut Gaspersz (2003(a)) , organisasi harus menetapkan,
mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen mutu
dan secara berkesinambungan meningkatkan keefektifannya yang sesuai
dengan persyaratan Standar Internasional ini.
Proses-proses ini harus dikelola oleh organisasi sesuai dengan persyaratan
Standard Internasional. Jika suatu organisasi memilih untuk memberikan kepada
sumber luar suatu proses yang mempengaruhi kesesuaian produk terhadap
persyaratan, organisasi harus memastikan adanya pengendalian atas proses- proses
seperti itu. Pengendalian dari proses-proses seperti diatas harus diidentifikasi
dalam sistem manajemen mutu.
2.3.2 Tanggung Jawab Manajemen
Menurut Gaspersz (2003(a)), manajemen puncak harus memberikan bukti
dari komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu
dan secara berkesinambungan meningkatkan keefektifitasnya dengan cara :
a. Mengkomunikasikan kepada organisasi tentang pentingnya memenuhi
13
persyaratan pelanggan serta undang- undang dan peraturan yang berlaku.
b. Menetapkan kebijakan mutu
c. Memastikan bahwa sasaran mutu ditetapkan
d. Menyelenggarakan tinjauan manajemen
e. Memastikan tersedianya sumber daya
Manajemen puncak juga harus memastikan bahwa sasaran mutu, termasuk
yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan produk, ditetapkan pada fungsi dan
tingkat yang relevan dalam organisasi. Sasaran mutu harus dapat diukur dan
konsisten terhadap kebijaksanaan perusahaan.
Manajemen puncak harus memastikan bahwa sasaran mutu, termasuk yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan produk, ditetapkan pada fungsi dan
tingkat yang relevan dalam organisasi. Sasaran mutu harus dapat diukur dan
konsisten terhadap kebijaksanaan perusahaan.
2.3.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Gaspersz (2003(a)), organisasi harus menentukan dan
menyediakan sumber daya yang diperlukan :
a. Untuk menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara
berkesinambungan meningkatkan keefektifannya, dan
b. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan
pelanggan.
Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu
produk harus memiliki kompetensi berdasarkan pendidikan, pelatihan,
ketrampilan dan pengalaman yang sesuai.
Organisasi harus menentukan, menyediakan dan memelihara prasarana
14
yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk.
Prasarana mencakup, dimana berlaku :
a. Gedung, ruang kerja, dan kelengkapan terkait,
b. Peralatan proses (baik perangkat keras dan lunak), dan c) jasa pendukung
(seperti transportasi atau komunikasi)
Organisasi harus menentukan dan mengatur lingkungan kerja yang
diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk.
2.3.4 Realisasi Produk
Organisasi harus merencanakan dan mengembangkan proses yang
diperlukan untuk realisasi produk. Menurut Gaspersz (2003(a)), perencanaan
realisasi produk harus konsisten dengan persyaratan proses lain dalam sistem
manajemen mutu. Dalam merencanakan realisasi produk, organisasi harus
menentukan persyaratan sebagai berikut:
a. Sasaran mutu dan persyaratan produk
b. Kebutuhan untuk menetapkan proses, dokumen dan penyediaan sumber
daya yang khusus untuk produk
c. Verifikasi yang diperlukan, validasi, pemantauan, inspeksi dan aktivitas
pengujian khusus untuk produk, dan kriteria untuk penerimaan produk
d. Catatan yang diperlukan untuk memberikan bukti bahwa proses realisasi
dan produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan.
e. Keluaran dari perencanaan ini harus dalam bentuk yang sesuai untuk
metode operasional organisasi.
Jika pelanggan tidak memberikan pernyataan persyaratan yang
terdokumentasi, persyaratan pelanggan harus dikonfirmasikan oleh organisasi
15
sebelum disetujui. Jika persyaratan produk diubah, organisasi harus memastikan
bahwa dokumen yang terkait diubah dan bahwa personel yang terkait harus
disadarkan tentang persyaratan yang berubah.
Organisasi harus menentukan dan menerapkan pengaturan yang efektif
untuk dapat dikomunikasikan dengan pelanggan yang berkaitan dengan :
a. Informasi produk
b. Pertanyaan, kontrak, atau penanganan pesanan, termasuk perubahan, dan
c. Umpan balik pelanggan, termasuk keluhan pelanggan
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan
persyaratan pembelian yang ditentukan. Jenis dan cakupan pengendalian pada
pemasok dan produk harus bergantung pada dampak produk yang dibeli pada
realisasi produk berikutnya atau produk akhir.
Menurut Gaspersz (2003(a)), organisasi harus mengevaluasi dan
menyeleksi pemasok berdasarkan kemampuannya untuk memasok produk sesuai
dengan persyaratan organisasi. Kriteria untuk seleksi, evaluasi dan evaluasi
kembali harus ditentukan. Catatan hasil evaluasi dan tindak lanjut yang diperlukan
yang timbul dari evaluasi harus dipelihara.
Organisasi harus merencanakan dan menjalankan produksi dan penyediaan
jasa dalam kondisi yang terkendali. Kondisi yang terkendali harus mencakup hal-
hal sebagai berikut:
a. Ketersediaan informasi yang mendiskripsikan karakteristik produk
b. Ketersediaan instruksi kerja, bila perlu
c. Penggunaan peralatan yang sesuai
d. Ketersediaan dan penggunaan alat pemantauan pengukuran
16
e. Penerapan pemantauan dan pengukuran, dan
f. Penerapan kegiatan pelepasan, pengiriman dan pasca penyerahan
Organisasi harus memvalidasi proses apapun untuk produksi dan
penyediaan jasa dimana keluaran yang dihasilkan tidak dapat diverifikasi dengan
cara pemantauan ataupun pengukuran yang berurutan. Hal ini mencakup proses
apapun dimana kekurangannya menjadi terlihat hanya setelah produk dipakai
atau jasa telah diberikan.
2.3.5 Pengukuran, Analisa dan Perbaikan
Menurut Gaspersz (2003(a)), organisasi harus merencanakan dan
menerapkan proses-proses pemantauan, pengukuran, analisa dan perbaikan yang
diperlukan untuk :
a. Menyatakan kesesuaian produk
b. Memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu dan
c. Meningkatkan keefektifan sistem manajemen mutu secara
berkesinambungan.
Sebagai salah satu pengukuran kinerja sistem manajemen mutu, organisasi
harus memantau informasi yang berkaitan dengan persepsi pelanggan tentang
apakah organisasi telah memenuhi persyaratan pelanggan. Metode untuk
memperoleh dan menggunakan informasi ini harus terlebih dahulu ditentukan.
Perusahaan harus dapat melakukan audit internal pada jangka waktu yang
terencana untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu :
a. Sesuai dengan aturan yang direncanakan, persyaratan Standar
Internasional ini dan persyaratan sistem manajemen mutu yang ditetapkan
oleh perusahaan, dan
17
b. Secara efektif diimplementasikan dan dipelihara.
Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan status dan
pentingnya proses dan bidang yang akan diaudit, termasuk hasil audit
sebelumnya. Kriteria, ruang lingkup, frekuensi dan metode audit harus ditetapkan.
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan keobyektifan dan
tidak berpihaknya proses audit. Auditor tidak boleh mengaudit pekerjaannya
sendiri.
Organisasi harus menerapkan metode yang sesuai untuk pemantauan dan,
jika memungkinkan, pengukuran proses sistem manajemen mutu. Metode ini
harus menyatakan kemampuan proses untuk mencapai hasil yang direncanakan.
Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai, koreksi dan tindakan koreksi
harus dilakukan, jika diperlukan, untuk memastikan kesesuaian produk.
Organisasi harus memantau dan mengukur karakteristik produk untuk
memverifikasi bahwa persyaratan produk telah terpenuhi. Ini harus dilakukan
pada tahap yang sesuai pada proses realisasi produk menurut pengaturan yang
telah direncanakan.
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai dengan
persyaratan produk diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah penggunaan
atau pengiriman yang tidak diinginkan. Pengendalian dan tanggung jawab dan
wewenang yang terkait untuk penanganan produk yang tidak sesuai harus
ditentukan dalam prosedur terdokumentasi.
Organisasi secara berkesinambungan harus dapat meningkatkan
keefektifan dari sistem manajemen mutu melalui penggunaan kebijakan mutu,
sasaran mutu, hasil audit, analisa data, tindakan perbaikan dan pencegahan dan
18
tinjauan manajemen.
Organisasi harus melakukan tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian, untuk mencegah terulang kembali. Tindakan perbaikan harus
sesuai dengan efek dari ketidaksesuaian yang terjadi. (Gasperz 2003(a))
2.4 Elemen-Elemen Input Produktivitas
Menurut Sutiyono (2012) dari bentuk pengukuran yang ditentukan oleh
American Productivity Center (APC), tampak bahwa profitabilitas berhubungan
secara langsung dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Variabel yang
digunakan dalam perhitungan produktivitas APC antara lain jumlah masukan
(input), jumlah keluaran (output), indeks produktivitas, indeks perbaikan harga
dan indeks profitabilitas. Analisis data menggunakan metode APC digunakan
untuk mengolah data jumlah tenaga kerja, jumlah energi, jumlah material, jumlah
modal tetap, jumlah output dan harga jual output dan biaya yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja, energi, material, modal dalam periode waktu yang ditetapkan.
Keempat biaya tersebut merupakan input dalam pengukuran produktivitas.
2.4.1 Input Tenaga Kerja.
Manusia atau tenaga kerja merupakan orang-orang yang
mengkordinasikan dan melakukan fungsi produksi, terdiri dari pekerja,
professional dan birokrat. Tenaga kerja terdiri dari dua kelompok, yaitu:
1. Tenaga Kerja Langsung adalah tenaga kerja di pabrik yang secara
langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dihubungkan pada
biaya produksi atau pada produk yang dihasilkan.
19
2. Tenaga Kerja Tak Langsung adalah tenaga kerja di pabrik yang tidak
terlibat secara langsung pada proses produksi dan biayanya dihubungkan
pada biaya overhead pabrik.
Menurut Blocher dan Lin (2000) biaya tenaga kerja terdiri dari :
a. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) meliputi tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa ditambah sebagian
jam kerja tidak produktif yang normal dan tidak dapat dihindari seperti
waktu istirahat dan sholat. Jenis lain dari jam kerja tidak produktif yang
dibebaskan dan direncanakan adalah waktu jedah, pembayaran pajak gaji,
balas jasa (hiburan dan sebagainya), dan pelatihan yang biasanya tidak
dimasukkan sebagai bagian dari tenaga kerja langsung tetapi dimasukkan
sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung (Indirect Labor Cost) meliputi
pengawasan, pengendalian mutu, inspeksi, pembelian dan penerimaan,
penangana bahan baku, tenaga kerja bagian kebersihan, waktu jedah,
pelatihan, dan kebersihan. Perlu diingat bahwa elemen dari biaya tenaga
kerja kadang kala dapat digolongkan sebagai langsung sekaligus tidak
langsung, tergantung dari objek biayanya; contohnya, tenaga kerja untuk
pemeliharaan dan perbaikan peralatan adalah biaya langsung bagi
departemen produksi dimana peralatan tersebut berada, tetapi merupakan
biaya tidak langsung dari produk yang dihasilkan di departemen tersebut.
Walaupun contoh biaya langsung dan biaya tidak langsung berasal dari
perusahaan manufaktur, konsep ini sebenarnya juga dapat dilaksanakan
pada perusahaan – perusahaan besar. Contohnya, disebuah restoran
20
dimana objek biayanya adalah tiap makanan disajikan, biaya bahan
makanan dan penyajian adalah biaya langsung tetapi biaya pembelian,
penanganan, dan penyimpanan bahan makanan merupakan biaya tidak
langsung. Demikian juga, pada kantor jasa profesional seperti kantor
pengacara atau kantor akuntan publik, biaya tenaga kerja profesional, dan
biaya bahan baku untuk penyediaan jasa bagi klien adalah biaya langsung,
tetapi biaya riset materi, staf pendukung nonprofesional, dan pelatihan
merupakan biaya tidak langsung.
Dengan demikian anggaran tenaga kerja adalah anggaran yang
merencanakan secara rinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada tenaga
kerja langsung untuk periode yang akan datang.
2.4.2 Input Bahan Baku
Pada input bahan baku terdapat berbagai pembebanan biaya yang
merupakan proses pembebanan elemen biaya-biaya ke objek biaya . Ada dua jenis
pembebanan-penelusuran langsung dan alokasi. Penelusuran langsung digunakan
untuk membebankan biaya langsung, sedangkan alokasi digunakan untuk
membebankan baiya tidak langsung. Biaya meliputi biaya langsung atau biaya
tidak langsung relatif dibandingksn dengan tempat penampungan biaya atau objek
biaya. Biaya langsung (direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri
secara langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya. Contohnya,
biaya bahan baku yang diperlukan untuk produk tertentu adalah suatu biaya
langsung karena dapat ditelusuri secara langsung ke produk yang bersangkutan.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya bahan baku dikumpulkan dalam
tempat penampungan biaya (departemen produksi) , kemudian ditelusuri ke setiap
21
produk yang dihasilkan, yang menjadi objek biaya. Demikian juga, biaya
menyiapkan makanan bagi penumpang pada suatu perusahaan penerbangan
adalah biaya langsung yang dapat ditelusuri ke tiap-tiap penumpang. Pada biaya
langsung, pergerakan biaya adalah banyaknya unit dari objek biaya.
Menurut Blocher dan Lin (2000) biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung disebut biaya produksi langsung. Biaya produksi langsung disebut juga
dengan biaya primer (biaya utama). Bahan baku (raw material) adalah bahan
yang digunakan dalam membuat produk dimana bahan tersebut secara
menyeluruh tampak pada produk jadinya ( atau merupakan bagian terbesar dari
bentuk barang). Biaya bahan baku (raw material cost) adalah seluruh biaya untuk
memperoleh sampai dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga
bahan, ongklos angkut, penyimpanan dan lain-lain. Dalam proses menghasilkan
CPO biaya bahan baku berasal dari biaya tanaman.
Biaya bahan baku menurut Blocher dan Lin (2000) terdiri dari biaya bahan
baku langung dan tidak langsung. Biaya bahan baku langsung (direct material
cost) adalah biaya bahan baku pada produk atau objek biaya lainnya (dikurangi
diskon pembelian tetapi ditambah beban angkut yang terkait) dan biasanya juga
termasuk penyisihan yang wajar untuk unit barang sisa dan cacat (contohnya, jika
suatu komponen diberi cap dengan besi batangan, bahan baku yang hilang dalam
proses tersebut biasanya dianggap sebagai bagian dari biaya bahan baku langsung
dari produk).
Selain itu, biaya dari bahan baku yang digunakan dalam produksi tetapi
bukan dari bagian produk yang sudah jadi disebut Biaya bahan baku tidak
langsung (indirect material cost). Contohnya meliputi perlengkapan yang
22
digunakan karyawan pabrik seperti potongan kain dan alat-alat yang kecil, atau
bahan baku untuk mesin seperti pelumas. Untuk tujuan kelayakan dan manfaat
ekonomi, bahan baku langsung merupakan bagian yang sangat kecil dari biaya
bahan baku, sperti lem dan paku, seringkali tidak ditelusuri pada setiap produk
tetapi sebagai pengganti bahan baku tidak langsung.
Input bahan terdiri dari dua kelompok yaitu bahan mentah dan
komponen yang dibeli. Nilai bahan yang dikonsumsi selama periode berjalan =
jumlah bahan baku terpakai periode berjalan x harga beli bahan baku pada masa
periode dasar. Nilai bahan baku diperoleh dengan melakukan perhitungan yang
sama untuk tiap bahan yang dikonsumsi dengan periode berjalan dan kemudian
dijumlahkan nilai- nilainya. Nilai komponen-kompenen yang dibeli diberlakukan
sama seperti di atas sehingga nilai input bahan total selama periode berjalan =
jumlah bahan mentah total terpakai pada periode berjalan + nilai total
komponen yang dibeli selama periode berjalan.
2.4.3 Input Modal
Biaya modal adalah biaya riil yang harus ditanggung perusahaan karena
digunakannya modal yang digunakan untuk berinvestasi. Karena sifatnya
sebagai biaya, maka biaya modal juga diartikan sebagai batas minimum tingkat
hasil yang harus dicapai perusahaan (minimum required rate of return) agar
perusahaan tidak dinyatakan merugi (Blocher dan Lin, 2000).
Biaya modal dibedakan atas modal lancar dan modal tetap. Modal tetap
terdiri dari atas tanah, bangunan pabrik, mesin, peralatan dan perlengkapan.
Modal lancar terdiri dari uang yang digunakan untuk membantu persediaan,
uang kas, uang yang akan dibayarkan dan tagihan. Biaya modal dalam proses
23
produksi CPO terdiri dari biaya usaha, biaya bunga dan biaya umum.
2.4.4 Input Energi.
Input energi adalah ongkos energi yang timbul dengan menggunakan
satu atau lebih sumber-sumber energi seperti minyak, gas, batubara, dan listrik.
Biaya energi terdiri dari biaya pemakaian bahan bakar, biaya pemakaian pelumas,
dan biaya sewa mesin sewa. Untuk sebagian besar industri, biaya energi adalah
biaya tertinggi dalam biaya produksi. Begitu juga dalam proses produksi TBS
menjadi CPO biaya energi merupakan biaya yang muncul dalam proses
pengolahan dari bahan baku hingga menjadi CPO yang terdiri dari biaya pabrik,
biaya olah dan penyusutan.
2.5 Diagram Sebab Akibat
Diagram tulang ikan (fishbone diagram) adalah salah satu metode / tool di
dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya.
Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi
oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram
Sebab Akibat karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan
akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram ini
dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu
(Poerwanto, 2012).
24
Diagram Sebab Akibat ini sebenarnya memberi banyak sekali manfaat
bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian
penting perusahaan, masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah
– masalah klasik tersebut antara lain adalah :
a. Keterlambatan proses produksi
b. Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c. Mesin produksi yang sering mengalami trouble
d. Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan
produksi
e. Produktivitas yang tidak mencapai target
f. Complaint pelanggan yang terus berulang
Pada dasarnya diagram Sebab Akibat menurut Purwanto (2012), dapat
dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang
diinginkan
e) Membahas isu secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
25
Sumber : Poerwanto, 2012
Gambar 2.1 Diagram Fishbone
Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah
sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi masalah utama.
2) Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram.
3) Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada diagram utama.
4) Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada penyebab
mayor.
5) Diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk
menentukan penyebab sesungguhnya.
2.6 Resume Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Batubara (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Produktivitas
Parsial Tenaga Kerja di PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut Sektor Pembangkitan
Pandan”. Tingkat pencapaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari perspektif
produktivitas. Pada penelitian ini dilakukan analisis produktivitas total dan
produktivitas parsial terhadap PT PLN (persero) Sektor Pembangkitan Pandan
Permasalahan
26
selama 2 (dua) tahun yaitu dari tahun 2009 dengan 2010. Analisis dan evaluasi
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor input yang mempengaruhi
perubahan trend pencapaian indeks produktivitas total dan produktivitas parsial
serta memberikan solusi alternatif tindakan perbaikan.
Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis tren indeks produktivitas
menunjukkan bahwa terjadi perubahan trend yang naik namun relatif sangat kecil
sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas karena capaian indeks
hanya 1.003. Faktor input yang mempengaruhi kondisi ini secara parsial
disebabkan oleh produktivitas parsial tenaga kerja dengan capaian indeks
produktivitas sebesar 0.899 atau terjadi trend penurunan sebesar - 0,101, disusul
dengan indeks produktivitas parsial energi dengan capaian nilai rata-rata 0, 936
atau terjadi trend penurunan sebesar – 0,064. Sedangkan produktivitas parsial
lainnya menunjukkan trend naik/positif. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki faktor input produktivitas tenaga kerja ini adalah
memaksimalkan motivasi karyawan khususnya peningkatan elemen motif.
Suwandono dan Luthfianto (2008) melakukan penelitian dengan judul
“Analisa Penerapan Sistem Manajemen ISO 9001 : 2000 Terhadap Kualitas
Produk dan Produktivitas Kerja Karyawan di PT. Unilon Bandung”. PT. Unilon
sudah mengadopsi dan sudah memiliki sertifikat ISO 9001 versi 2000. Masa
berlaku standar mutu ISO 9001 : 2000 yang dimiliki PT. Unilon habis akhir tahun
2008 dan harus digantikan (up grade) oleh standar mutu ISO 9001 : 2008 yang
lebih relevan untuk saat ini. Oleh karena itu perlu diadakan audit mutu internal
dalam perusahan sebelum nantinya dilakukan audit mutu eksternal oleh lembaga
sertifikasi, oleh karena itu penerapan ISO 9001: 2000 bisa meningkatkan
27
produktivitas kerja dan kualitas produk sehingga terjadi pencapaian target yang
diinginkan perusahaan. Dengan melihat kenyataan tersebut maka dilakukannya
penelitian agar pihak perusahaan mengetahui apa yang sebenarnya yang
diinginkan untuk peningkatan produktivitas kerja dan peningkatan kualitas produk
sehingga keuntungan perusahaan dapat meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pada
penerapan ISO 9001:2000 terhadap kualitas produk dengan melihat nilai t hitung
pada penerapan ISO 9001:2000 adalah 2.639 pada derajat bebas (df) = N-2 = 38,
nilai t tabel pada taraf kepercayaan 95% (significant 5%) adalah 1.684. Dengan
membandingkan nilai yang terdapat pada masing-masing variable maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Penerapan ISO 9001:2000 mempunyai pengaruh
paling besar adalah pada produktivitas kerja dari pada kualitas produk.
Firmansyah (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Terhadap
Penerapan ISO 9001:2000 Dalam Kaitannya Dengan Produktivitas Dan Kepuasan
Pelanggan”. Pada pembahasan yang dilakukan penulis menggunakan beberapa
pendekatan metode seperti Diagram Fishbone, Diagram Pareto, metode
brainstorming, dan metode kaizen dengan metode 5W + 1H. Data yang
diperoleh penulis yaitu data tingkat waste yang dihasilkan perusahan selama 4
tahun dan data komplain dari konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan permasalahan yang menjadi kendala dalam
proses peningkatan atau perbaikan terus menerus adalah karena kurangnya
tindakan untuk perawatan preventif, terbatasnya sumber daya manusia yang
ada, dan motivasi karyawan akan pentingnya kualitas masih rendah.
28
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Pada penelitian ini, kerangka konseptual menjelaskan bagaimana peneliti
melakukan pendekatan dalam menemukan pemecahan permasalahan.
Kerangka konseptual, disusun memberikan gambaran atas pengembangan
konsep penelitian terhadap analisis produktivitas CPO PTPN IV (Persero).
Sejak tahun 2007 perusahaan mengimplementasikan ISO 9001:2000 ,
tujuan penerapan ISO 9001:2000 untuk meningkatkan produktivitas perusahaan
salah satunya peningkatan produktivitas CPO, namun realisasi produktivitas CPO
PTPN IV (Persero) justru mengalami penurunan. Untuk itu perlu diketahui
pengaruh penerapan ISO 9001:2000 terhadap produktivitas PTPN IV (Persero),
dengan melihat berbagai klausul. Terdapat 5 (lima) klausul yang berkaitan
produktivitas perusahaan. Gambaran dari pengukuran produktivitas CPO PTPN
IV tergambar pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Implikasi ISO9001:2000
ProduktivitasPerusahaan
Analisis, Pengukuran dan Peningkatan
Tanggung Jawab Manajemen
Realisasi Produk
Manajemen SDM
Sistem Manajemen Mutu
29
Pada Gambar 3.1 terlihat implikasi ISO 9001:2000 dipengaruhi oleh
sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, manajemen SDM, realisasi
produk dan analisis, pengukuran dan peningkatan. Implikasi penerapan ISO
9001:2000 merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan..
Nilai produktivitas perusahaan terlebih diperoleh dari hasil perhitungan
produktivitas parsial, kemudian diketahui aspek produktivitas yang paling
mempengaruhi. Setelah diketahui aspek yang paling mempengaruhi kemudian
disusun rekomendasi dalam meningkatkan produktivitas berdasarkan aspek-aspek
produktivitas, kemudian dilakukan kajian terhadap hasil temuan audit eksternal,
dilihat dari 5 (lima) klausul :
1. Sistem Manajemen Mutu
2. Tanggung Jawab Manajemen
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Realisasi Produk
5. Analisis, Pengukuran dan Peningkatan
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni suatu
jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara
sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau
populasi tertentu (Sinulingga, 2011).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pusat PTPN IV di Jl. Suprapto No.2
Medan. Waktu penelitian selama 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan Pebruari
hingga Juli 2013. Dengan jadwal kegiatan penelitian, seperti terlihat di Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Pebruari Maret April-Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan UsulanGeladikarya
2 Kolokium3 Pengumpulan dan Analisis
Data4 Penyusunan Geladikarya5 Seminar Perusahaan6 Penyusunan Akhir
Geladikarya7 Sidang Geladikarya
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data sekunder yang
diperoleh dari berbagai dokumen internal PTPN IV (Persero). Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah :
31
a. Profil Bisnis PTPN IV (Persero)
b. Laporan Bagian Tanaman dan Teknologi PTPN IV (Persero) 2007 – 2011
c. Annual Report PTPN IV (Persero) dari tahun 2007 hingga 2011
d. Hasil Audit Eksternal 2012 PT TUV Nord Indonesia mengenai
Perpanjangan Audit Sertifikat ISO 9001:2008 PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero).
e. Kajian Balai Besar Teknologi Energi Tahun 2012 oleh BPPT, Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV (Persero).
f. Angka Indeks Harga Modal dan Energi pada Sumatera Utara Dalam
Angka 2012 Biro Pusat Statistik Sumatera Utara.
4.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas
total dan produktivitas parsial. Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari
efektivitas dan efisiensi. Secara umum menurut Gaspersz ((b) 2003), produktivitas
dapat dinyatakan sebagai rasio antara output terhadap input, atau rasio hasil yang
diperoleh terhadap sumber daya yang digunakan :
Ukuran produktivitas pada penelitian ini diukur dengan membandingkan
output atau keluaran dengan input atau masukan menurut Sutiyono (2012), yakni :
a. Keluaran ; penjualan bersih, nilai tambah, laba kotor, laba bersih, output
total
b. Masukan ; harga pokok penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan, biaya langsung, biaya tenaga kerja, total aktiva,
31
a. Profil Bisnis PTPN IV (Persero)
b. Laporan Bagian Tanaman dan Teknologi PTPN IV (Persero) 2007 – 2011
c. Annual Report PTPN IV (Persero) dari tahun 2007 hingga 2011
d. Hasil Audit Eksternal 2012 PT TUV Nord Indonesia mengenai
Perpanjangan Audit Sertifikat ISO 9001:2008 PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero).
e. Kajian Balai Besar Teknologi Energi Tahun 2012 oleh BPPT, Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV (Persero).
f. Angka Indeks Harga Modal dan Energi pada Sumatera Utara Dalam
Angka 2012 Biro Pusat Statistik Sumatera Utara.
4.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas
total dan produktivitas parsial. Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari
efektivitas dan efisiensi. Secara umum menurut Gaspersz ((b) 2003), produktivitas
dapat dinyatakan sebagai rasio antara output terhadap input, atau rasio hasil yang
diperoleh terhadap sumber daya yang digunakan :
Ukuran produktivitas pada penelitian ini diukur dengan membandingkan
output atau keluaran dengan input atau masukan menurut Sutiyono (2012), yakni :
a. Keluaran ; penjualan bersih, nilai tambah, laba kotor, laba bersih, output
total
b. Masukan ; harga pokok penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan, biaya langsung, biaya tenaga kerja, total aktiva,
31
a. Profil Bisnis PTPN IV (Persero)
b. Laporan Bagian Tanaman dan Teknologi PTPN IV (Persero) 2007 – 2011
c. Annual Report PTPN IV (Persero) dari tahun 2007 hingga 2011
d. Hasil Audit Eksternal 2012 PT TUV Nord Indonesia mengenai
Perpanjangan Audit Sertifikat ISO 9001:2008 PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero).
e. Kajian Balai Besar Teknologi Energi Tahun 2012 oleh BPPT, Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV (Persero).
f. Angka Indeks Harga Modal dan Energi pada Sumatera Utara Dalam
Angka 2012 Biro Pusat Statistik Sumatera Utara.
4.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas
total dan produktivitas parsial. Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari
efektivitas dan efisiensi. Secara umum menurut Gaspersz ((b) 2003), produktivitas
dapat dinyatakan sebagai rasio antara output terhadap input, atau rasio hasil yang
diperoleh terhadap sumber daya yang digunakan :
Ukuran produktivitas pada penelitian ini diukur dengan membandingkan
output atau keluaran dengan input atau masukan menurut Sutiyono (2012), yakni :
a. Keluaran ; penjualan bersih, nilai tambah, laba kotor, laba bersih, output
total
b. Masukan ; harga pokok penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan, biaya langsung, biaya tenaga kerja, total aktiva,
32
harga pokok produksi, input total
Jika dalam rasio , input yang dipakai untuk menghasilkan ouput dihitung
seluruhnya maka disebut produktivitas total. Rumus yang digunakan untuk
menghitung produktivitas total sebagai berikut :
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari
kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu
periode waktu, semua faktor yang berkaitan dengan kuantitas output dan input
yang dipakai selama periode tadi diperhitungkan.
Produktivitas parsial ialah rasio output terhadap salah satu faktor
input yang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas ini
mengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor input
tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut memperlihatkan kecenderungan
yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara berkelanjutan maka
dapat dikatakan faktor input tersebut dalam kegiatan produksi telah berjalan
dengan baik. Keempat ukuran produktivitas parsial tersebut antara lain :
1. Produktivitas parsial faktor input / masukan Tenaga Kerja (Ptk)Nilai Total Output
Ptk = --------------------------------Nilai Input Tenaga Kerja
2. Produktivitas parsial faktor input / masukan Energi (Pe)Nilai Total Output
Pe = --------------------------------Nilai Input Energi
3. Produktivitas parsial faktor input / masukan Modal (Pm)Nilai Total Output
Pm = --------------------------------Nilai Input Modal
32
harga pokok produksi, input total
Jika dalam rasio , input yang dipakai untuk menghasilkan ouput dihitung
seluruhnya maka disebut produktivitas total. Rumus yang digunakan untuk
menghitung produktivitas total sebagai berikut :
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari
kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu
periode waktu, semua faktor yang berkaitan dengan kuantitas output dan input
yang dipakai selama periode tadi diperhitungkan.
Produktivitas parsial ialah rasio output terhadap salah satu faktor
input yang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas ini
mengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor input
tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut memperlihatkan kecenderungan
yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara berkelanjutan maka
dapat dikatakan faktor input tersebut dalam kegiatan produksi telah berjalan
dengan baik. Keempat ukuran produktivitas parsial tersebut antara lain :
1. Produktivitas parsial faktor input / masukan Tenaga Kerja (Ptk)Nilai Total Output
Ptk = --------------------------------Nilai Input Tenaga Kerja
2. Produktivitas parsial faktor input / masukan Energi (Pe)Nilai Total Output
Pe = --------------------------------Nilai Input Energi
3. Produktivitas parsial faktor input / masukan Modal (Pm)Nilai Total Output
Pm = --------------------------------Nilai Input Modal
32
harga pokok produksi, input total
Jika dalam rasio , input yang dipakai untuk menghasilkan ouput dihitung
seluruhnya maka disebut produktivitas total. Rumus yang digunakan untuk
menghitung produktivitas total sebagai berikut :
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari
kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu
periode waktu, semua faktor yang berkaitan dengan kuantitas output dan input
yang dipakai selama periode tadi diperhitungkan.
Produktivitas parsial ialah rasio output terhadap salah satu faktor
input yang digunakan dalam memproduksi output tersebut. Produktivitas ini
mengukur hubungan antara jumlah output relatif terhadap jumlah faktor input
tertentu yang digunakan. Jika rasio tersebut memperlihatkan kecenderungan
yang meningkat dari periode ke periode berikutnya secara berkelanjutan maka
dapat dikatakan faktor input tersebut dalam kegiatan produksi telah berjalan
dengan baik. Keempat ukuran produktivitas parsial tersebut antara lain :
1. Produktivitas parsial faktor input / masukan Tenaga Kerja (Ptk)Nilai Total Output
Ptk = --------------------------------Nilai Input Tenaga Kerja
2. Produktivitas parsial faktor input / masukan Energi (Pe)Nilai Total Output
Pe = --------------------------------Nilai Input Energi
3. Produktivitas parsial faktor input / masukan Modal (Pm)Nilai Total Output
Pm = --------------------------------Nilai Input Modal
33
4. Produktivitas parsial faktor input / masukan Material/Bahan (Pb)Nilai Total Output
Pb = --------------------------------Nilai Input Material/Bahan
Setelah diketahui nilai produktivitas dari keempat faktor input, maka
faktor yang secara parsial memiliki nilai produktivitas tertinggi merupakan faktor
yang paling mempengaruhi penurunan produktivitas CPO PTPN IV (Persero).
Keempat aspek yang mempengaruhi produktivitas kemudian dilakukan
perbandingan dengan 5 (lima) klausul pada ISO 9001:2000 yang terdiri dari :
1. Sistem Manajemen Mutu
2. Tanggung Jawab Manajemen
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
4. Realisasi Produk
5. Analisis, Pengukuran dan Peningkatan
Untuk mendapatkan faktor-faktor penyebab fluktuasi tersebut disusun
diagram fishbone. Faktor penyebab utama (penyebab primer) dari permasalahan
diletakkan pada “Cabang Utama”, faktor penyebab kedua (penyebab sekunder)
disebut “Ranting” merupakan faktor yang berasal dari “faktor penyebab utama.
Anak Ranting merupakan faktor penyebab permasalahn yang bersumber dari
faktor penyebab sekunder.
34
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) disingkat PTPN IV didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang Peleburan
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan VI, Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perkebunan VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perkebunan VIII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan
Nusantara IV dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 37 tanggal 11 Maret 1996,
telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan
No. C2-8332. HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996, dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, Anggaran Dasar
telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir berdasarkan Akta No. 18
dari Notaris Sri Rahayu H. Prasetio, SH tanggal 26 September 2002 yang
disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia RI dengan Surat
Keputusan No. C-20652. HT.01.04 tanggal 23 Oktober 2002. Diubah terakhir kali
berdasarkan Akte Notaris Sri Ismiyati, SH Nomor 11 tanggal 4 Agustus 2008, di
umumkan dalam Berita Negara R.I. No. 90, tanggal 7 Nopember 2008, Tambahan
Berita Negara No. 22826.
PTPN IV sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non- Listed
mempunyai modal dasar Perseroan ditetapkan sebesar Rp. 3,5 triliun,- (tiga
setengah triliun rupiah), terbagi atas 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu)
lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal sebesar Rp.
35
1.000.000,- (satu juta rupiah). Dari modal dasar tersebut telah
ditempatkan/disetor sebanyak 975.000 lembar saham atau seluruhnya sebesar
Rp. 975 miliar (sembilan ratus tujuh puluh lima miliar rupiah). Jumlah ekuitas
entitas induk per 31 Desember 2011 berada pada posisi Rp. 3,9 triliun.
Sejak terbentuk tahun 1996, PTPN IV telah melewati berbagai masalah
internal dan tantangan perubahan lingkungan eksternal yang senantiasa berubah.
Sejarah PTPN IV telah membuktikan sendiri bahwa masalah dan tantangan
tersebut bukan hanya berhasil diatasi, tetapi telah membuat PTPN IV naik kelas.
Pada tahun 2002, PTPN IV masih berada pada kondisi kinerja rendah
yang ditandai oleh standar keuangan lemah; komitmen SDM lemah; produktivitas
rendah (17 ton TBS/Ha/ Tahun); pencapaian laba rendah (Rp 90,6 milyar);
kategori kesehatan perusahaan “A”. Melalui transformasi bisnis yang
menyeluruh, konsisten dan bekelanjutan, berhasil memperbaiki kondisi PTPN
IV yang jauh lebih baik. Budaya dan etos kerja makin baik, kualitas SDM
makin tinggi, komposisi tanaman makin ideal, produktivitas meningkat
menjadi 23 ton/Ha/Tahun. pada tahun 2011, laba yang dicapai PTPN IV
mencapai Rp 1,2 trilyun (sebelum pajak), dengan asset meningkat menjadi Rp 7,9
trilyun dan dengan kategori kesehatan perusahaan “AAA”. Patut dicatat, kinerja
tahun 2011 merupakan prestasi terbaik PTPN IV sejak tahun 1996.
Selain prestasi yang demikian, PTPN IV juga telah melakukan hulunisasi
dan hilirisasi sejak tahun 2008 yang lalu. Unit usaha hulu yang sedang
dikembangkan adalah industri pupuk, industri pembibitan dan industri EMC.
Sedangkan unit usaha hilir sedang dikembangkan adalah industri olein dan produk
turunannya. Dengan berkembangnya unit usaha hulu dan hilir tersebut, PTPN
36
IV ke depan akan makin kuat dan cepat dalam merespons perubahan pasar. Selain
itu, nilai tambah pada bisnis hulu dan hilir akan dapat dinikmati PTPN IV.
Salah satu pengalaman berharga yang dapat dipetik dari perjalanan
PTPN IV selama ini adalah bahwa jika seluruh jajaran korporasi mulai dari
Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan,
menempatkan diri sebagai bagian dari solusi (problem solver) dan bukan
bagian dari masalah (problem maker). Perbaikan korporasi yang revolusioner
untuk meraih kinerja terbaik, tidaklah terlalu sulit. Komitmen yang tinggi disertai
kinerja tim yang kreatif, akan melahirkan inovasi-inovasi yang mampu
membuat lompatan prestasi.
5.2 Visi, Misi dan Budaya Perusahaan PTPN IV (Persero)
Visi PTPN IV yakni “Menjadi pusat keunggulan pengelolaan
perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik
serta berwawasan lingkungan”. Dengan misi sebagai berikut :
1) Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif
2) Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan
sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya
kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
3) Meningkatkan laba secara berkesinambungan
4) Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan
yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik
(GCG).
5) Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan
37
6) Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/
daerah.
Budaya Perusahaan PTPN IV adalah :
a. Memberi, membimbing dan mendorong perilaku seluruh karyawan
perusahaan agar dalam melaksanakan tugas selalu:
b. Berpikir positif untuk dapat menangkap setiap peluang.
c. Proaktif dalam menghasilkan inovasi dan prestasi.
d. Kerjasama tim untuk membangun kekuatan.
e. Menempatkan kepentingan perusahaan sebagai pertimbangan utama
bagi setiap keputusan yang diambil oleh setiap jajaran perusahaan.
f. Menempatkan peningkatan kesejahteraan karyawan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pencapaian sasaran perusahaan
5.3 Unit Bisnis PTPN IV (Persero)
PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan
pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal
dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan,
pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran
komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.
PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa
Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1
unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9
Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai,
38
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas Utara, Batubara dan
Mandailing Natal.
Dalam proses pengolahan, PTPN IV dilengkapi 15 Unit Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) dengan kapasitas total 560 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, 3
unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 226 ton Daun Teh Basah (DTB) per hari,
dan 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 400 ton per hari.
PTPN IV juga didukung oleh 1 Unit Usaha Perakitan/ Erection Pabrik
(Perbengkelan) yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) dan 3 Unit Usaha Rumah Sakit
yaitu RS. Laras, RS. Balimbingan dan RS. Pabatu. Seluruh Unit Usaha dan
Proyek Pengembangan PTPN IV dikelompokkan ke dalam 5 (lima) Grup Unit
Usaha (GUU).
5.4 Perkembangan PTPN IV (Persero)
Penuh dinamika, penuh tantangan dan mengejutkan, Itulah kondisi
perekonomian global sepanjang tahun 2011. Pada awal 2011 semua pihak merasa
optimis atas pemulihan ekonomi global yang mengalami krisis sejak bencana
keuangan Amerika Serikat. Namun optimisme ini hanya berlangsung sementara.
Pertengahan tahun 2011 kondisi perekonomian global kembali di bayang-
bayangi keraguan. Bahkan, awal September 2011 kembali bergejolak dipicu
memburuknya krisis utang negara-negara Eropa khususnya Yunani. Di tengah
krisis global tersebut hampir seluruh negara di dunia bertumpu pada
perkembangan dan stabilitas perekonomian China dan India yang kinerja
pertumbuhan ekonominya selama tiga tahun terakhir sangat baik. Tidak
terkecuali Indonesia, yang banyak bergantung ke China sebagai salah satu dari
39
negara teratas tujuan ekspor. Untuk pasar minyak sawit (CPO), China merupakan
pasar terbesar kedua setelah India.
China mengalami dampak krisis ekonomi dunia dengan menetapkan target
pertumbuhan hanya sebesar 7,5% yang merupakan pertumbuhan terendah sejak
tahun 2004. Kondisi tersebut menimbulkan keraguan bahwa pemulihan ekonomi
global berjalan lambat dan dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia yang ketergantungan ekspornya terhadap PDB
mencapai 26 %.
Berdasarkan data Oil World, produksi CPO dunia pada tahun 2011
mencapai 50,23 juta ton, termasuk produksi CPO Indonesia sebanyak 23,9
juta ton atau 47,58%. Kontribusi PTPN IV pada tahun 2011 mencapai 0,65 juta
ton atau 2,72% terhadap produksi nasional. Kinerja ekspor CPO nasional di
tahun 2011 mencapai 16,5 juta ton atau setara 70,21%, dengan pangsa pasar
terbesar India dan China.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) pada tahun 2011 mengelola
138.114 ha areal kebun kelapa sawit, merupakan produsen CPO terbesar di antara
BUMN lainnya. Dari jumlah areal tanaman kelapa sawit tersebut, 94.795 ha atau
68,64% merupakan tanaman menghasilkan (TM) dari berbagai komposisi
umur, 33.019 ha atau 23,91% berupa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
10.300 ha atau 7,45% berupa tanaman ulang serta tanaman baru dan lainnya.
Untuk perbaikan kinerja tanaman, selama beberapa tahun terakhir PTPN
IV fokus pada perbaikan komposisi umur tanaman melalui percepatan
tanaman ulang (replanting), pengembangan areal di daerah baru dan optimalisasi
lahan di daerah existing. Dengan kondisi ini, dari 94.795 ha areal TM yang ada,
40
masih didominasi tanaman muda (4-8 tahun) yaitu seluas 35.253 ha atau 25,52%
dari areal TM yang produksinya relatif masih rendah. Selebihnya tanaman remaja
(9-13 tahun) seluas 18.690 ha atau 13,53%, tanaman dewasa (14-20 tahun) seluas
26.244 ha atau 19%, tanaman tua (21-24 tahun) seluas 10.082 ha atau 7,30%.
Sisanya tanaman dengan umur diatas 24 tahun seluas 4.562 ha atau 3,26%.
Dengan komposisi umur tanaman seperti yang disebutkan di atas,
pencapaian target produksi minyak dan inti sawit sebagai produk utama belum
dapat sepenuhnya memenuhi harapan. Produksi minyak dan inti sawit berkurang
4,67% dari tahun sebelumnya. Penyebabnya bersifat alamiah yaitu komposisi
umur tanaman masih didominasi tanaman muda. Seiring dengan peningkatan
umur, pada tahun-tahun berikutnya produktivitas diperkirakan akan meningkat.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, berita baik muncul dari harga
komoditas kelapa sawit. Dibanding tahun 2010, sepanjang tahun 2011 harga jual
rata-rata ekspor dan lokal minyak sawit naik sebesar 8,55%. Rata-rata seluruh
produk turunan kelapa sawit naik sebesar 10,00% sehingga total pendapatan
komoditas kelapa sawit tahun 2011 setelah dikurangi pungutan ekspor
mencapai sebesar Rp 5,402 triliun atau meningkat 2,33% dari tahun sebelumnya.
Dari capaian kinerja produksi maupun penjualan , pada akhir tahun 2011
perusahaan dapat membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 1.218 triliun,
meningkat 10,66% dari tahun sebelumnya. Laba bersih komprehensif sebesar Rp
887,11 miliar meningkat 11,82% dari tahun sebelumnya.
41
5.5 Kebijakan Strategis PTPN IV (Persero) Tahun 2011 dan 2012
Laba yang dicapai pada tahun 2011 ini merupakan capaian terbesar
sejak berdirinya PTPN IV tahun 1996. Disamping pengaruh harga jual yang
dominan, perolehan ini juga dicapai berkat beberapa kebijakan strategis yang
diterapkan, antara lain:
a) Menerapkan tema kerja perusahaan yang pada tahun 2011 & 2012
dengan tema “Kinerja Prima & Kaya Inovasi” sebagai sumber motivasi
bagi seluruh karyawan dan manajemen PTPN IV.
b) Peningkatan kualitas produk yang berdampak meningkatkan
harga jual dan meminimalisasi klaim dari pembeli.
c) Pengendalian dan rasionalisasi biaya dengan kebijakan pertumbuhan
biaya FOB diupayakan lebih rendah dari pendapatan.
d) Pengendalian biaya tenaga kerja melalui kebijakan pengendalian
jumlah tenaga kerja (minus growth). Penerimaan tenaga kerja baru
dilakukan selektif dengan menetapkan standar kebutuhan tenaga kerja
yang wajar.
e) Pengamanan dan pendayagunaan asset agar asset- aset yang ada
diharapkan seluruhnya produktif dan dapat memberikan nilai tambah.
Kebijakan tahun 2011 difokuskan pada pengamanan hasil produksi dari
pencurian dan lahan produksi dari penguasaan pihak- pihak yang tidak
berhak.
f) Meminimalkan kerugian komoditas teh, dengan melakukan
langkah-langkah strategis antara lain mengganti tanaman dengan
klon unggul, konversi ke tanaman kelapa sawit untuk areal-areal yang
42
memenuhi standar teknis dan lingkungan, serta rasionalisasi kapasitas
olah dengan menutup salah satu pabrik yang ada. Pada tahun 2011
komoditas teh masih mengalami kerugian sebesar Rp 58,88 miliar,
namun kerugian ini telah berkurang sebesar 17,55% dari tahun
sebelumnya.
g) Inovasi untuk peningkatan produktivitas dan kualitas, terutama
difokuskan pada penelitian dan percobaan pada lahan-lahan kelapa sawit
yang terserang Ganoderma serta beberapa percobaan ekstra pemupukan
pada tanaman- tanaman muda di daerah pengembangan. Walaupun
hasilnya tidak dapat diperoleh seketika, namun inovasi ini dapat
memberikan nilai tambah pada tahun-tahun berikutnya.
h) Kepedulian terhadap lingkungan dan pemangku kepentingan lain.
PTPN IV terus meningkatkan kualitas tata kelola perusahaan yang baik
(GCG, Good Corporate Governance) sebagai budaya etika yang kuat dan
melekat pada seluruh lini organisasi. PTPN IV juga konsisten
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dengan sumber dana
dari pembagian laba (PKBL, Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) dan dari dana sendiri (CSR, Corporate Social
Responsibility). PTPN IV juga melakukan pembangunan kebun plasma
kelapa sawit.
5.6 Struktur Organisasi PTPN IV (Persero)
PTPN IV memiliki struktur organisasi yang didasarkan fungsi dan peranan
masing-masing bagian yang saling mendukung, seperti terlihat pada Gambar 5.1.
43
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PTPN IV (Persero)
43
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PTPN IV (Persero)
43
Gambar 5.1 Struktur Organisasi PTPN IV (Persero)
44
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1 Uraian Biaya Input Produktivitas
6.1.1 Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yaitu jumlah biaya tenaga kerja per tahun yang
digunakan untuk menghasilkan output dalam satuan rupiah. Hasil perhitungan
input biaya tenaga kerja ditabulasi pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Biaya Tenaga Kerja Tahun 2008-2012
No Tahun Biaya Langsung(Rp) Biaya Tak Langsung
(Rp) Total (Rp)
1 2008 184.565.382.060 36.971.298.930 221.536.680.990
2 2009 197.530.762.730 41.170.699.070 238.701.461.800
3 2010 211.262.809.170 49.911.417.510 261.174.226.680
4 2011 206.588.250.000 48.615.187.500 255.203.437.500
5 2012 204.047.100.000 49.791.100.000 253.838.200.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Gambar 6.1 Biaya Tenaga Kerja Tahun 2008-2012
-
50,000,000,000
100,000,000,000
150,000,000,000
200,000,000,000
250,000,000,000
300,000,000,000
1 2 3 4 5
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Tenaga Kerja
45
Biaya tenaga kerja selama lima tahun berfluktuasi, biaya tenaga kerja
tertinggi pada tahun 2010 sebesar Rp 261.174.226.680,- pada tahun 2011 dan
2012 mengalami penurunan menjadi Rp 253.838.200.000,-
6.1.2 Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi CPO adalah TBS. Data
biaya bahan baku disebut juga biaya tanaman terdapat pada Tabel 6.2. Tabel
tersebut menunjukkan biaya bahan baku pada tahun 2012 mengalami penurunan.
Secara grafik biaya pemakaian energi dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Tabel 6.2 Biaya Bahan Baku Tahun 2008 – 2012
No Tahun Biaya Bahan (Rp/tahun)
1 2008 1.031.394.782.100
2 2009 1.120.268.509.730
3 2010 1.202.081.961.450
4 2011 1.219.704.750.000
5 2012 1.038.497.420.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Gambar 6.2 Biaya Bahan Baku Tahun 2008-2012
900,000,000,000
950,000,000,000
1,000,000,000,000
1,050,000,000,000
1,100,000,000,000
1,150,000,000,000
1,200,000,000,000
1,250,000,000,000
1 2 3 4 5
Biaya Bahan Baku
46
6.1.3 Biaya Energi
Data pemakaian energi dapat dilihat pada Tabel 6.3, tampak bahwa nilai
pemakaian energi umumnya naik. Secara grafik biaya pemakaian energi dapat
dilihat pada Gambar 6.3.
Tabel 6.3 Biaya Energi Tahun 2008 – 2012
No Tahun Biaya Energi (Rp/tahun)
1 2008 689.314.656.490
2 2009 759.539.816.060
3 2010 973.618.269.790
4 2011 907.458.750.000
5 2012 940.352.040.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Gambar 6.3 Biaya Energi Tahun 2008-2012
6.1.4 Biaya Modal
Biaya modal dalam proses produksi CPO terdiri dari biaya usaha, biaya
bunga dan biaya umum. Nilai modal untuk investasi setiap tahun bertambah
-
200,000,000,000
400,000,000,000
600,000,000,000
800,000,000,000
1,000,000,000,000
1,200,000,000,000
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya Energi
47
seiring dengan penambahan nilai aset yang dimiliki perusahaan. Data modal
terdapat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Modal Tahun 2008 – 2012
No Tahun Modal (Rp/tahun)
1 2008 1.064.136.386.340
2 2009 1.175.358.261.630
3 2010 1.221.094.876.040
4 2011 1.222.662.375.000
5 2012 1.353.801.660.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Gambar 6.4 Biaya Modal Tahun 2008-2012
6.1.5 Nilai Penjualan (Output)
Dalam penjualan CPO, PTPN seluruh Indonesia yang terdiri dari PTPN I
hingga PTPN XIV melakukan penjualan melalui suatu lembaga pemasaran
gabungan yang bernama Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang berpusat
di Jakarta. KPB PTPN berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi
perkebunan (termasuk CPO) hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN).
Data nilai penjualan CPO PTPN IV (Persero) tiap tahun terdapat pada Tabel 6.5.
-
200,000,000,000
400,000,000,000
600,000,000,000
800,000,000,000
1,000,000,000,000
1,200,000,000,000
1,400,000,000,000
1,600,000,000,000
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya Modal
48
Tabel 6.5 Penjualan Tahun 2008 – 2012
No Tahun Nilai Penjualan (Rp/tahun)
1 2008 4.017.741.892.120
2 2009 4.064.445.660.810
3 2010 4.773.697.899.000
4 2011 4.655.939.062.500
5 2012 4.582.068.740.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Gambar 6.5 Penjualan Tahun 2008-2012
Hasil perhitungan semua biaya input total dan output total berdasarkan
harga berlaku terdapat pada Tabel 6.6. Nilai output mengalami fluktuasi dari tahun
ketahun. Tahun 2010 mengalami puncak output tertinggi yakni Rp
4.773.697.899.000,- sedangkan otuput terendah pada tahun 2008 dengan nilai
output sebesar Rp 4.017.741.890.120,-.
Total biaya input tertinggi berada di tahun 2010 dengan nilai Rp
3.657.969.333.960,- sedangkan terendah pada tahun 2008 dengan nilai Rp
3.006.382.505.920,-.
3,600,000,000,000
3,800,000,000,000
4,000,000,000,000
4,200,000,000,000
4,400,000,000,000
4,600,000,000,000
4,800,000,000,000
5,000,000,000,000
2008 2009 2010 2011 2012
Penjualan
49
Tabel 6.6 Biaya Input dan Output Produktivitas 2008 – 2012 (Rp)
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
1. Output 4.017.741.890.120
4.064.445.660.810 4.773.697.899.000 4.655.939.062.500 4.582.068.740.000
2. Input:
a. Tenaga 221.536.680.990 238.701.461.800 261.174.226.680 255.203.437.500 253.838.200.000
b. Bahan
Baku
1.031.394.782.100
1.120.268.509.730 1.202.081.961.450 1.219.704.750.000 1.038.497.420.000
c. Energi 689.314.656.490
759,539,816,060 973.618.269.790 907.458.750.000 940.352.040.000
d. Modal 1.064.136.386.340
1.175.358.261.630 1.221.094.876.040 1.222.662.375.000 1.353.801.660.000
Input
Total
3.006.382.505.920 3.293.868.049.220 3.657.969.333.960 3.605.029.312.500 3.586.489.320.000
50
6.2. Perhitungan Deflator
6.2.1 Perhitungan Deflator Tenaga Kerja
Deflator adalah suatu indekks harga yang digunakan untuk menyesuaikan
nilai uang dalam perhitungan tertentu guna mendapatkan nilai rill. Nilai deflator
tenaga kerja diperoleh dari indeks harga tahun 2008-2012 Biro Pusat Statistik
Sumatera Utara 2012, nilai deflator tersebut selanjutnya digunakan untuk
memperoleh nilai harga konstan input. Indeks harga adalah angka perbandingan
untuk mengukur perubahan harga dari suatu periode ke periode lainya. Indeks
harga tenaga kerja diukur berdasarkan indeks upah minimum karyawan. Pada
penelitian ini indeks upah minimum yang digunakan adalah upah minimum kota
Medan. Pada Tabel 6.7 dapat dilihat upah minimum dan indeks upah minimum
kota Medan.
Tabel 6.7 Upah Minimum Kota Medan dan Indeks Upah Minimum Kota
MedanTahun 2007 hingga 2012
Tahun Upah Minimum Kota (Rp) Indeks Upah Minimum Kota (%)
2007 820.000 0
2008 918.000 111,95
2009 1.020.000 111,10
2010 1.100.000 107,83
2011 1.197.000 108,81
2012 1.285.000 107,34
Sumber : Sumut Dalam Angka, 2012
Dari Tabel 6.7 dapat dilihat kenaikan upah minimum Kota Medan setiap
tahunnya yang disertai dengan angka indeks upah minimum. Angka indeks upah
minimun kota diperoleh dengan rumus indeks harga kuantitatif
Keterangan :
IA = Indeks kuantitas yang tidak ditimbang
51
Qn = Kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = Kuantitas pada tahun dasar
Berdasarkan rumus indeks harga kuantitatif maka disusun rumus untuk
menghitung angka indeks upah minimum sebagai berikut :
Indeks UMK tahun penelitian = 𝑈𝑀𝐾 𝑇𝑎𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
𝑈𝑀𝐾 𝑇𝑎𝑢𝑛 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 x 100
Indeks UMK 2008 = 918.000
820.000 x 100
Indeks UMK 2008 = 1,1195 x 100 = 111,95
Setelah diketahui angka indeks UMK kemudian dicari nilai deflator. Nilai deflator
ini dicari dengan rumus :
Deflator tahun penelitian = 𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 −𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
Deflator tahun penelitian = 𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 −𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
Deflator Tenaga Kerja tahun 2009 = 111,10 – 111,95
111,95 = -0,759
Deflator Tenaga Kerja tahun 2010 = 107,83 – 111,10
111,10 = -0,029
Deflator Tenaga Kerja tahun 2011 = 108,81 – 107,83
107,83 = 0,009
Deflator Tenaga Kerja tahun 2012 = 107,34−108,81
108,81 = -0,013
Indeks harga dan deflator input tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8 Indeks Harga dan Deflator Biaya Tenaga Kerja
No Tahun Indeks Harga (IH) Deflator
1 2008 111,95 0,000
2 2009 111,10 -0,759
3 2010 107,83 -0,029
4 2011 108,81 0,009
5 2012 107,34 -0,013
Sumber : Sumut Dalam Angka, 2012
52
6.2.2 Perhitungan Deflator Bahan Baku
Bahan baku dalam proses produksi CPO adalah TBS. Harga pembelian
TBS merupakan ukuran harga bahan baku dalam penelitian ini. Pada Tabel 6.9
dapat dilihat perkembangan harga pembelian TBS dari tahun 2007 hingga 2009.
Tabel 6.9 Harga Pembelian TBS dan Indeks Harga Pembelian TBS
Tahun 2007 hingga 2012
Tahun Harga Pembelian TBS (Rp/Kg) Indeks Harga Pembelian TBS (%)
2007 1.311,71 0
2008 1.522,75 116,09
2009 1.286,16 84,46
2010 1.461,48 113,63
2011 1.555,05 106,48
2012 1.397,95 89,90
Sumber : PTPN IV, 2013
Dari Tabel 6.9 dapat dilihat kenaikan harga pembelian TBS setiap
tahunnya yang disertai dengan angka indeks harga pembelian TBS. Angka indeks
harga pembelian TBS diperoleh dengan rumus indeks harga kuantitatif.
Berdasarkan rumus indeks harga kuantitatif maka disusun rumus untuk
menghitung angka indeks upah minmum sebagai berikut :
Indeks Harga Pembelian tahun penelitian = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑢𝑛 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 x 100
Indeks Harga Pembelian TBS 2008 = 1.522,75
1.311,71 x 100
Indeks Harga Pembelian TBS 2008 = 1,16089 x 100 = 116,089
Setelah diketahui angka Indeks Harga Pembelian TBS, selanjutnya
dilakukan perhitungan deflator bahan baku sebagai berikut :
Deflator tahun penelitian = 𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑝𝑒𝑛 𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 −𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
Deflator Bahan Baku tahun 2009 = 84,46 – 116,09
116,09 = -0,272
53
Deflator Bahan Baku tahun 2010 = 113,63 – 84,46
84,46 = 0,345
Deflator Bahan Baku tahun 2011 = 106,48− 113,63
113,63 = -0,063
Deflator Bahan Baku tahun 2012 = 89,90 – 106,48
106,48 = -0,041
Indeks harga (IH) dan deflator input material dapat dilihat di Tabel 6.10.
Tabel 6.10. Indeks Harga dan Deflator Biaya Bahan Baku
No Tahun Indeks Harga (IH) Deflator
1 2008 116,09 0,000
2 2009 84,46 -0,272
3 2010 113,63 -0,345
4 2011 106,48 -0,063
5 2012 89,90 -0,041
Sumber : Indikator Ekonomi BPS Sumut, 2013
6.2.3 Perhitungan Deflator Energi
Biaya energi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan
bahan baku menjadi bahan yang memiliki nilai sesuai dengan yang diharapkan.
Indeks biaya energi diperoleh dari angka indeks harga konsumen pada kategori
bahan bakar, penerangan dan air. Indeks harga tersebut dapat dilihat di Tabel 6.11.
Deflator tahun penelitian = 𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 −𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
Deflator Energi tahun 2009 = 122,98 – 108,90
108,90 = 0,129
Deflator Energi tahun 2010 = 138,13 –122,98
122,98 = 0,123
Deflator Energi tahun 2011 = 138,40 − 138,13
138,13 = 0,002
Deflator Energi tahun 2012 = 138,32 – 138,40
138,40 = -0,001
Indeks harga dan deflator input energi dapat dilihat pada Tabel 6.11.
54
Tabel 6.11 Indeks Harga dan Deflator Biaya Energi
No Tahun Indeks Harga (IH) Deflator
1 2008 108,90 0,000
2 2009 122,98 0,129
3 2010 138,13 0,123
4 2011 138,40 0,002
5 2012 138,32 -0,001
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
6.2.4 Perhitungan Deflator Modal
Biaya modal adalah biaya riil yang harus ditanggung perusahaan karena
digunakannya modal yang digunakan untuk berinvestasi. Indeks biaya modal
diperoleh dari angka indeks harga konsumen pada kategori transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan sebagai salah satu sumber biaya modal perusahaan.
Indeks harga tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.12.
Deflator tahun penelitian = 𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 −𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
𝐼𝐻𝑡𝑎𝑢𝑛 2008
Deflator Modal tahun 2009 = 103,62 – 108,98
108,98 = -0,051
Deflator Modal tahun 2010 = 105,15−103,62
103,62 = 0,014
Deflator Modal tahun 2011 = 106,82−105,15
105,15 = 0,016
Deflator Modal tahun 2012 = 116,96−106,82
106,82 = 0,095
Tabel 6.12. Indeks Harga dan Deflator Biaya Modal
No Tahun Indeks Harga (IH) Deflator
1 2008 108,98 0,000
2 2009 103,62 -0,051
3 2010 105,15 0,014
4 2011 106,82 0,016
5 2012 116,96 0,095
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013
55
6.3 Perhitungan Harga Konstan
Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah. Harga-harga
berlaku yang ada pada faktor input dikonstanakan dengan nilai deflator. Untuk
nilai output tidak perlu dilakukan deflasi karena untuk mendapatkan nilai output
setiap periode adalah dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual yang
berlaku pada periode dasar.
6.3.1 Perhitungan Harga Konstan Tenaga Kerja
Harga konstan tenaga kerja = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑅𝑝) 𝑥 100
100+𝑑𝑒𝑓𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
Harga konstan tenaga kerja tahun 2009 = 238.701.461.800𝑥 100
100−0,759
Harga konstan tenaga kerja tahun 2009 = 23.870.146.180.000
99,24
= Rp 240.527.062.202,114
Harga konstan tenaga kerja tahun 2010 = 261.174.226.680𝑥 100
100−0,029
Harga konstan tenaga kerja tahun 2010 = 26.117.422.668.000
99,971
= Rp 261.249.989.176,861
Harga konstan tenaga kerja tahun 2011 = 255.203.437.500𝑥 100
100+0,009
Harga konstan tenaga kerja tahun 2011 = 25.520.343.750.000
100,009
Harga konstan tenaga kerja tahun 201 = Rp 255.180.471.257,587
Harga konstan tenaga kerja tahun 2012 = 253.838.200.000𝑥 100
100−0,013
Harga konstan tenaga kerja tahun 2012 = 25.383.820.000.000
99,987
Harga konstan tenaga kerja tahun 2012 = Rp 253.871.203.256,423
56
6.3.2 Perhitungan Harga Konstan Bahan Baku
Harga konstan bahan baku kerja = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑅𝑝) 𝑥 100
100+𝑑𝑒𝑓𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
Harga konstan bahan baku tahun 2009 = 1.120.268.509.730𝑥 100
100−0,272
Harga konstan bahan baku tahun 2009 = 112.026.850.973.000
99,728
Harga konstan bahan baku tahun 2009 = Rp 1.123.323.950.876,384
Harga konstan bahan baku tahun 2010 = 1.202.081.961.450𝑥 100
100−0,345
Harga konstan bahan baku tahun 2010 = 120.208.196.145.000
99,655
Harga konstan bahan baku tahun 2010 = Rp 1.206.243.501.530,279
Harga konstan bahan baku tahun 2011 = 1.219.704.750.000𝑥 100
100−0,063
Harga konstan bahan baku tahun 2011 = 121.970.475.000.000
99,937
Harga konstan bahan baku tahun 2011 = Rp 1.220.473.648.398,491
Harga konstan bahan baku tahun 2012 = 1.038.497.420.000𝑥 100
100−0,041
Harga konstan bahan baku tahun 2012 = 103.849.742.000.000
99,959
Harga konstan bahan baku tahun 2012 = Rp 1.038.923.378.585,22
6.3.3 Perhitungan Harga Konstan Energi
Harga konstan energi = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑅𝑝) 𝑥 100
100 + 𝑑𝑒𝑓𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
Harga konstan energi tahun 2009 = 759.539.816.060𝑥 100
100+0,129
Harga konstan energi tahun 2009 = 75.953.981.606.000
100,129
Harga konstan energi tahun 2009 = Rp 758.561.272.019,095
Harga konstan energi tahun 2010 = 973.618.269.790𝑥 100
100 +0,123
Harga konstan energi tahun 2010 = 97.361.826.979.000
100,123
57
Harga konstan energi tahun 2010 = Rp 972.422.190.495,690
Harga konstan energi tahun 2011 = 907.458.750.000𝑥 100
100 +0,002
Harga konstan energi tahun 2011 = 90.745.875.000.000
100,002
Harga konstan energi tahun 2011 = Rp 907.440.601.187,976
Harga konstan energi tahun 2012 = 940.352.040.000𝑥 100
100 + 0,001
Harga konstan energi tahun 2012 = 94.035.204.000.000
100,001
Harga konstan energi tahun 2012 = Rp 940.342.636.573,634
6.3.4 Perhitungan Harga Konstan Modal
Harga konstan modal = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑅𝑝) 𝑥 100
100 + 𝑑𝑒𝑓𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟
Harga konstan modal tahun 2009 = 1.175.358.261.630𝑥 100
100−0,051
Harga konstan modal tahun 2009 = 117.535.826.163.000
99,949
Harga konstan modal tahun 2009 = Rp 1.175.958.000.210,107
Harga konstan modal tahun 2010 = 1.221.094.876.040𝑥 100
100+0,014
Harga konstan modal tahun 2010 = 122.109.487.604.000
100,014
Harga konstan modal tahun 2010 = Rp 1.220.923.946.687,464
Harga konstan modal tahun 2011 = 1.222.662.375.000𝑥 100
100+ 0,016
Harga konstan modal tahun 2011 = 122.266.237.500.000
100,016
Harga konstan modal tahun 2011 = Rp 1.222.466.780.315,15
Harga konstan modal tahun 2012 = 1.353.801.660.000 𝑥 100
100+ 0,095
Harga konstan modal tahun 2012 = 135.380.166.000.000
100,095
Harga konstan modal tahun 2012 = Rp 1.352.516.769.069,384
Hasil perhitungan semua faktor input (tenaga kerja, bahan baku, energi
dan modal) berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 6.13.
58
Tabel 6.13 Biaya Input dan Output Berdasarkan Harga Konstan (Rp/tahun)
No
Uraian
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Output 4.017.741.890.120,000 4.064.445.660.810 4.773.697.899.000 4.655.939.062.500 4.582.068.740.000
2. Input:
a. Tenaga
Kerja
221.536.680.990,000 240.527.062.202,114 261.249.989.176,861 255.180.471.257,587 253.871.203.256,423
b. Bahan
Baku
1.031.394.782.100,000 1.123.323.950.876,384 1.206.243.501.530,279 1.220.473.648.398,491 1.038.923.378.585,22
c. Energi 689.314.656.490,000 758.561.272.019,095 972.422.190.495,690 907.440.601.187,976 940.342.636.573,634
d. Modal 1.064.136.386.340,000 1.175.958.000.210,107 1.220.923.946.687,464 1.222.466.780.315,150 1.352.516.769,384
Input
Total
3.006.382.504.920,000 3.298.370.285.307,700 3.660.839.627.890,294 3.605.561.501.159,204 2.234.489.735.184,660
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013
59
Tabel 6.14 Produktivitas Parsial, Produktivitas Total dan Indeks Produktivitas
Deskripsi 2008 2009 2010 2011 2012 Output(Rp/thn) 4.017.741.890.120 4.064.445.660.810 4.773.697.899.000 4.655.939.062.500 4.582.068.740.000 Indeks Output(%) 100% 101,16%
118,82%
115,88%
114,05%
Input (Rp/thn): a. Tenaga Kerja b. Bahan Baku c. Energi
d. Modal
221.536.680.990
1.031.394.782.100 689.314.656.490
1.064.136.386.340
238.701.461.800
1.120.268.509.730 759.539.816.060
1.175.358.261.630
261.174.226.680
1.202.081.961.450 973.618.269.790
1.221.094.876.040
255.203.437.500
1.219.704.750.000 907.458.750.000
1.222.662.375.000
253.838.200.000
1.038.497.420.000 940.352.040.000
1.353.801.660.000
Total Input 3.006.382.505.920 3.293.868.049.220 3.657.969.333.960 3.605.029.312.500 3.586.489.320.000
Produktivitas
Parsial(Rp/Rp)
a. Tenaga Kerja b. Bahan Baku c. Energi d. Modal
18,14 3,90 5,83 3,78
17,03 3,63 5,35 3,46
18,28 3,97 4,90 3,91
18,24 3,82 5,13 3,81
18,05 4,41 4,87 3,38
Produktivitas Total 1,34 1,45 1,31 1,29 1,28 Produktivitas Total
Faktor (Rp/Rp) 0,79 1,04 0,75 0,71 0,62
Indeks
Produktivitas(%)
a. Tenaga Kerja b. Bahan Baku c. Energi d. Modal Total Input
100 100 100 100 100
93,88 93,08 91,77 91,53 91,79
100,77 101,79 84,05 103,44 97,76
100,55 97,95 87,99 100,79 96,27
99,59 96,71 83,53 89,42 95,52
60
Indeks Input: a. Tenaga Kerja
b. Bahan Baku c. Energi d. Modal
100 100 100 100
107,75 108,62 110,19 110,45
117,89 116,55 141,24 114,75
115,20 118,26 131,65 114,90
114,58 100,69 136,42 127,22
Tabel 6.15 Perubahan Indeks Output dan Indeks Input (%)
Deskripsi Tahun Perubahan(%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Output(%) 100 101,37
101,5
98,98
97,41
100 1,37 1,5 -1,02 -2,59
Indeks Input
a. Tenaga Kerja
b. Bahan Baku
c. Energi
d. Modal
100
100
100
100
107,75
108,62 110,19
110,45
117,89 116,55 141,24 114,75
115,20
118,26 131,65 114,90
114,58
100,69 136,42 127,22
100
100
100
100
7,75
8,62
10,19
10,45
17,89
16,55
41,24
14,75
15,20
18,26
31,65
14,90
14,58
0,69
36,42
27,22
61
Tabel 6.16 Perubahan Produktivitas Parsial dan Produktivitas Total (%)
Produktivitas Parsial
(Rp/Rp) Tahun Perubahan(%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
a. Tenaga Kerja
b. Bahan Baku
c. Energi
d. Modal
18,14
3,90
5,83
3,78
17,03
3,63
5,35
3,46
18,28
3,97
4,90
3,91
18,24
3,82
5,13
3,81
18,05
4,41
4,87
3,38
-
-
-
-
-1,11
-0,27
-0,48
-0,32
0,14
0,07
-0,7
0,13
-0,10
-0,08
-0,7
0,03
-0,09
-0,51
-1,96
-0,4
Produktivitas Total
(Rp/Rp) 1,34 1,23 1,31 1,29 1,28 - -0,11 0,03 -0,05 -0,06
Tabel 6.17 Perubahan Indeks Produktivitas (%)
Tahun Perubahan (%)
Indeks
Produktivitas(%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
a. Tenaga Kerja
b. Bahan Baku
c. Energi
d. Modal
100
100
100
100
94,07
93,20
92,08
91,86
86,06
87,06
71,85
88,46
85,92
83,55
75,22
86,20
92,52
96,71
71,41
76,47
-
-
-
-
-5,93
-6,80
-7,92
-8,14
-13,94
-12,94
-28,15
-11,54
-14,08
-16,45
-24,78
-13,8
-7,48
-3,29
-28,59
-23,53
75
62
6.4. Evaluasi Produktivitas Total dan Produktivitas Parsial Berdasarkan
Analisis Produktivitas
Masalah produktivitas dapat didefinisikan sebagai deviasi atau
penyimpangan yang terjadi antara produktivitas aktual (hasil aktual) dan sasaran
produktivitas yang direncanakan atau yang diiharapkan (rencana mencapai
sasaran produktivitas tertentu), atau dapat pula didefinisikan sebagai perubahan
produktivitas yang menunjukkan kecenderungan menurun atau tetap sepanjang
periode waktu tertentu.
Evaluasi sistem produktivitas dilakukan berdasarkan data pengukuran
produktivitas baik secara total maupun parsial berdasarkan hasil
perhitungan sebagaimana telah disajikan pada Tabel 6.15 dan Tabel 6.16. Dari
hasil evaluasi ini diperoleh gambaran mengenai penurunan maupun peningkatan
produktivitas, sehingga dapat diidentifikasikan produktivitas dari input faktor
yang mengalami penurunan untuk dikaji lebih lanjut apa yang menjadi akar
penyebab dari masalah penurunan produktivitas.
6.4.1. Evaluasi Produktivitas Total
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran dan Tabel 6.13 dan Tabel
6.14 , dapat dilihat indeks produktivitas total PTPN IV (Persero) pada Gambar
6.6. Dari Gambar 6.6 dapat dinyatakan bahwa indeks produktivitas total
tertinggi pada tahun 2010 yakni 101,5 sedangkan indeks produktivitas total paling
rendah p ad a t ah u n 2 0 1 2 yak n i 9 7 , 4 1 . N i l a i produktivitas total di tahun
2011 dan 2012 menurun setelah mencapai produktivitas tertinggi di tahun 2010.
63
Gambar 6.6 Tingkat Produktivitas CPO PTPN IV (Persero)
Penurunan indeks produktivitas total disebabkan umur tanaman muda
yang mendominasi perkebunan kelapa sawit milik PTPN IV (Persero) pada tahun
2010 dan 2011. Kemudian juga pengaruh cuaca dan serangan hama ganoderma
yang meningkat tajam dari 211 pohon di Semester 1 Tahun 2010 menjadi 912
pohon di Tahun 2011 mengakibatkan produktivitas menurun (Audit Eksternal
TUV, 2012).
Kondisi produktivitas lahan kelapa sawit PTPN IV (Persero) cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya, seperti terlihat pada Tabel 6.18
Tabel 6.18 Produksi dan Produktivitas TBS PTPN IV (Persero)
Tahun 2007 – 2012
Tahun Produksi TBS (Ton) Luas TM (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)
2007 1.878.895.100 93.552 20.083,965
2008 2.007.654.125 90.747 22.123,642
2009 2.149.864.380 97.355 22.082,732
2010 2.193.282.240 94.130 23.300,566
2011 2.223.209.330 94.795 23.452,812
2012 2.272.266.806 96.584 23.526,327
Sumber : PTPN IV (Persero), 2013
95
96
97
98
99
100
101
102
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Produktivitas Total
64
Dari Tabel 6.18 terlihat bahwa produksi TBS PTPN IV (Persero)
mengalami peningkatan menjadi 2.272.266.806 ton dengan produktivitas yang
juga meningkat menjadi 23.526,327 ton/ha di Tahun 2012.
Pencapaian indeks produktivitas yang menurun seiring trend perubahan
indeks output selama 2 (dua) tahun periode pengukuran yang menunjukkan
angka menurun dari -1.02 pada Tahun 2011 menjadi -2,59 di Tahun 2012 (Tabel
6.14) yang mengindentifikasikan belum efisiennya penggunaan sumber daya
yang dimiliki perusahan.
6.4.2. Evaluasi Produktivitas Parsial Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 1 dan Tabel 6.16 , dapat
dilihat indeks produktivitas tenaga kerja PTPN IV (Persero) pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7 Tingkat Produktivitas Parsial Tenaga Kerja PTPN IV (Persero)
Dari Gambar 6.7 tersebut terlihat bahwa indeks produktivitas parsial tenaga
kerja bila dibandingkan dengan periode tahun dasar mempunyai trend fluktuatif.
75
80
85
90
95
100
105
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Produktivitas Parsial Tenaga Kerja
65
Mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga 2011, namun di tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 92,52. Kondisi ini disebabkan pada bulan
Agustus dan September baik di tahun 2010 maupun tahun 2011 terjadi
pengeluaran biaya untuk pembayaran tunjangan hari raya beserta bingkisan
kepada setiap karyawan. Disamping itu terjadi penyesuaian upah minimum kota
yang mengalami peningkatan di tahun 2012 seperti terlihat pada Tabel 6.7.
Indeks produktivitas parsial tenaga kerja yang cenderung fluktuatif juga
disertai dengan perubahan indeks yang fluktuatif (Tabel 6.16). Walaupun
penggunaan biaya tenaga kerja belum efisien, namun di tahun 2012 mengalami
peningkatan efisien yang terbukti dari penurunan indeks perubahan biaya tenaga
kerja dari -14.08 m e n j a d i - 7 . 4 8 (Tabel 6.16). Walaupun inefisiensi biaya
tenaga kerja di tahun 2012 dapat dikurangi namun angka -7,48 masih lebih rendah
dibanding indeks tahun 2009 sebagai tahun yakni 5,93. Hal ini menunjukkan
bahwa pengelolaan biaya tenaga kerja masih belum tepat sasaran.
Kebijakan PTPN IV (Persero) dalam bidang sumber daya manusia adalah
pendidikan dan latihan dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan dan penerimaan
(recruitment) karyawan dilakukan sesuai standar formasi. Strategi sumber
daya manusia adalah penyempurnaan struktur organisasi perusahaan sesuai
dengan kebutuhan agar dapat dicapai efisiensi dan efektifitas kerja yang
tinggi, menyempurnakan system imbal jasa yang lebih kompetitif dan
mengarah pada prestasi kerja, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan
disiplin kerja agar mampu melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
perusahaan, menyusun man power planning untuk mengoptimalkan pemanfaatan
66
tenaga kerja yang tersedia dan meningkatkan hubungan industrial, kesehatan
dan K3.
PTPN IV (Persero) menyadari bahwa kualitas dan kompetensi sumber
daya manusia yang dimiliki sangat penting dalam mendukung visi dan misi
perseroan untuk mencapai kinerja terbaik. Pencapaian prestasi PTPN IV hingga
saat ini tidak lepas dari dukungan seluruh jajaran manajemen yang memilki
pengalaman, keahlian dan dedikasi tinggi. Hal inilah yang mendorong PTPN IV
secara konsisten mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui upaya–upaya pengelolaan SDM, antara lain dengan penerapan
program Competency Based Human Resources Management (CBHRM)
yang saat ini sedang dalam proses pembangunan. CBHRM adalah suatu
pola pendekatan di dalam membangun suatu sistem manajemen sumber daya
manusia yang handal dengan memanfaatkan kompetensi sebagai titik
sentralnya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan efektifitas dan konsistensi
kebijakan seleksi, promosi, kompensasi, penilaian kerja, pendidikan dan
pelatihan, perencanaan karir, dan manajemen kinerja.
Sampai dengan akhir tahun 2011, PTPN IV mempekerjakan karyawan
tetap dengan jumlah sebanyak 27.222 karyawan. Dibanding tahun 2010 berkurang
sebanyak 1.690 karyawan atau sebesar 6,21%. Penurunan jumlah karyawan
disebabkan oleh proses alamiah yaitu karena menjalani masa pensiun dan
mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
Dari Tabel 6.19 terlihat bahwa Golongan IA hingga II-D yang merupakan
karyawan operasional di kebun dan pabrik didominasi oleh usia diatas 40 tahun.
67
Tabel 6.19 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Umur
No Umur Golongan IA-IID Umur Golongan IIIA-IVD
1 21-25 108 <24 -
2 26-30 603 24-30 95
3 31-35 1.812 31-35 97
4 36-40 3.951 36-40 73
5 41-45 6.286 41-45 109
6 46-50 6.710 46-50 147
7 51-55 5.772 51-55 157
8 >55 308 >55 3
Jumlah 25.550 681
26.231
Sumber : Bagian SDM PTPN IV (Persero), 2013
Usia 46 – 50 tahun merupakan rentang usia paling banyak yakni 6.710
orang, pada rentang usia ini merupakan rentang usia dimana karyawan mengalami
penurunan produktivitas atau kejenuhan.
Terkait hasil audit eksternal terhadap pencapaian ISO 9001:2000 beberapa
temuan berkaitan dengan masalah tenaga kerja adalah :
1) Belum ada mekanisme atau formulasi tetap bagaimana organisasi
mengukur kepuasan pelanggan internal khususnya yang terkait
operasional kerja di kebun dan pabrik kelapa sawit.
2) Distribusi atau penetrasi program diklat agar disajikan dalam evaluasi
laporan diklat sesuai jumlah populasi karyawan pimpinan atau
karyawan pelaksana.
3) Laporan evaluasi agar menyajikan beban kerja per auditor yang
ditunjuk per periode evaluasi.
4) Uraian tugas (job description) belum sepenuhnya ditetapkan untuk
semua fungsi dalam organisasi termasuk untuk karyawan pelaksana.
68
5) Evaluasi pencapaian sasaran mutu bagian TI/SIM belum dilakukan
secara berkala, untuk mengetahui tingkat ketercapaian sasaran mutu
yang sudah ditetapkan.
6) Karyawan baru belum diberikan pemahaman mengenai penerapan
ISO 9001:2000.
7) Sasaran mutu bagian SDM belum dibuat lebih terukur sesuai dengan
yang bisa dilakukan oleh internal SDM.
8) Sasaran mutu yang berkaitan dengan pelatihan belum disosialisasikan
ke bagian terkait.
9) Dalam struktur organisasi belum terlihat fungsi Management
Representative.
6.4.3. Evaluasi Produktivitas Parsial Bahan Baku
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 1 dan Tabel 6.16 , dapat
dilihat tingkat produktivitas bahan baku PTPN IV (Persero) pada Gambar 6.8.
Gambar 6.8. Tingkat Produktivitas Parsial Bahan Baku PTPN IV (Persero)
75
80
85
90
95
100
105
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Produktivitas Parsial Bahan Baku
69
Dari Gambar 6.8 tersebut terlihat bahwa produktivitas bila dibandingkan
dengan periode tahun dasar mempunyai tren kecenderungan menurun sejak tahun
2009 hingga 2011. Namun di tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 96,71 .
Meningkatnya indeks produktivitas parsial bahan baku di tahun 2012 disebabkan
oleh umur meningkatkan produktivitas tanaman menghasilkan diberbagai kebun,
ditambah dengan perawatan tanaman kelapa sawit yang lebih intensif.
Indeks produktivitas parsial bahan baku yang cenderung fluktuatif juga
disertai dengan perubahan indeks yang fluktuatif (Tabel 6.16). Walaupun
penggunaan biaya bahan baku meningkat di tahun 2011, namun di tahun 2012
mengalami peningkatan efisien yang terbukti dari penurunan indeks perubahan
biaya bahan baku dari -16,45 m e n j a d i - 3 . 2 9 . Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan biaya bahan baku sudah tepat sasaran karena nilai indeks perubahan -
3,29 lebih rendah dibanding indeks periode dasar tahun 2009 yakni 6,80.
Dalam proses pengolahan, PTPN IV (Persero) dilengkapi 15 Unit Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas total 560 ton Tandan Buah Segar (TBS)
perjam, 3 (tiga) unit Pabrik Teh dengan kapasitas total 226 ton Daun Teh Basah
(DTB) per hari, dan 1 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 400 ton
per hari. PTPN IV (Persero) juga didukung oleh 1 (satu) Unit Usaha
Perakitan/Erection Pabrik (Perbengkelan) yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) dan 3
(tiga) Unit Usaha Rumah Sakit yaitu RS. Laras, RS. Balimbingan dan RS.
Pabatu.
Seluruh Unit Usaha dan Proyek Pengembangan PTPN IV (Persero)
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) Grup Unit Usaha (GUU).
70
Kebijakan bidang pengolahan adalah semua hasil produksi kebun yang
dipanen setiap hari harus dapat diolah pada hari itu juga dan pabrik hanya
mengolah hasil produksi yang kualitasnya memenuhi persyaratan.
Strateginya adalah melaksanakan pembelian TBS pihak ketiga (masyarakat)
dalam rangka mengoptimalkan kapasitas pabrik kelapa sawit dan meningkatkan
mutu produk yang dihasilkan. Program kerja bidang pengolahan adalah
melakukan pengaturan jam olah, melakukan sortasi TBS yang akan diolah,
mengatur pengolahan TBS plasma dan pihak ketiga, menganalisa hasil olahan
produksi secara teratur sehingga diharapkan produktivitas yang maksimal.
Kondisi produktivitas PTPN IV (Persero) dapat dilihat pada Tabel 6.20.
Tabel 6.20 Produksi dan Produktivitas TBS PTPN IV (Persero) Tahun
2007 – 2012
Tahun Produksi TBS (Ton) Luas TM (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)
2007 1.878.895.100 93.552 20.083,965
2008 2.007.654.125 90.747 22.123,642
2009 2.149.864.380 97.355 22.082,732
2010 2.193.282.240 94.130 23.300,566
2011 2.223.209.330 94.795 23.452,812
2012 2.272.266.806 96.584 23.526,327
Sumber : PTPN IV (Persero), 2013
Dari Tabel 6.20 terlihat bahwa produksi TBS PTPN IV (Persero)
mengalami peningkatan menjadi 2.272.266.806 ton dengan produktivitas yang
juga meningkat menjadi 23.526,327 ton/ha. Produksi kelapa sawit berupa Tandan
Buah Segar (TBS) kebun sendiri mengalami peningkatan sebesar 1,31% dari
tahun sebelumnya atau setara 28.705 ton. Bila tahun 2010 produksi TBS sebesar
2.193.282 ton, tahun 2011 mampu menghasilkan TBS sebesar 2.221.987 ton. Hal
ini disebabkan penambahan areal tanaman menghasilkan seluas 665 Ha .
71
Untuk menunjang proses opaerasional Pabrik Kelapa Sawit agar memenuhi
kapasitas jam terpakai, pihak PTPN IV (Persero) memerlukan pasokan TBS dari
pihak ketiga. Pasokan TBS dari pihak ketiga ini dibutuhkan sesuai dengan standar
kebutuhan rendemen yang disepakati. Disamping produksi sendiri, perusahaan
juga melakukan pembelian TBS dari pihak ke-III sebesar 613.665 ton, menurun
sebesar 17,45% dari tahun 2010. Total produksi TBS kebun sendiri dan pembelian
tahun 2011 turun sebesar 3,44% dari tahun 2010.
Walaupun terjadi peningkatan produksi TBS dari kebun sendiri, namun
dalam proses produksi di Pabrik Kelapa Sawit masih memerlukan pasokan dari
TBS dari pihak ketiga, agar mencapai kapasitas produksi yang optimal. Pada
Tabel 6.21 dapat dilihat realisasi pasokan TBS dari pihak ketiga.
Tabel 6.21 Jumlah Pasokan TBS dari pihak ketiga 2010 – 2012
Tahun Jumlah Pasokan TBS Pihak Ketiga (Kg)
2010 743.372.010
2011 613.664.560
2012 663.977.200
Sumber : PTPN IV (Persero), 2013
Tabel 6.20 menunjukkan terjadi peningkatan pasokan TBS dari meningkat
dari 613.664.560 Kg TBS di tahun 2011 menjadi 663.977.200 Kg TBS di tahun
2012. Walaupun terjadi peningkatan pasokan TBS dari pihak ketiga namun belum
dapat memenuhi kebutuhan pabrik kelapa sawit, sehingga kapasitas produksi
masih belum optimal, yang mengakibatkan biaya olah menjadi lebih tinggi dan
terjadi inefisiensi.
Terkait hasil audit eksternal terhadap pencapaian ISO 9001:2000 beberapa
temuan berkaitan dengan masalah bahan baku adalah :
72
1) Dalam pemantauan sasaran mutu TBS yang diterima, belum dicatat
juga jumlah TBS yang tidak masuk dalam kriteria mutu TBS.
2) Hasil panen TBS belum tercatat akurat dalam catatan pengumpulan
TBS, sehingga sulit ditelusuri jika hasil TBS yang tidak berkualits
diketemukan.
3) Bukti rekaman validasi formulasi harga pembelian TBS belum
terdokumentasi.
4) Instruksi kerja yang tidak lagi relevan dengan kerja unit pembelian
bahan baku.
6.4.4. Evaluasi Produktivitas Parsial Energi
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran dan Tabel 6.16 , dapat
dilihat tingkat produktivitas energi PTPN IV (Persero) pada Gambar 6.9.
Gambar 6.9 Tingkat Produktivitas Parsial Energi PTPN IV (Persero)
Dari Gambar 6.9 tersebut terlihat bahwa indeks produktivitas energi
cenderung fluktuatif. Bila dibandingkan dengan periode tahun dasar mempunyai
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Produktivitas Parsial Energi
73
trend kecenderungan menurun sejak tahun 2009 dan 2010, namun mengalami
kenaikan di tahun 2011 menjadi 75,22. Di tahun 2012 mengalami penurunan
kembali indeks produktivitas menjadi 71,41 . Naik-turunnya indeks produktivitas
parsial energi di sepanjang tahun 2009 hingga 2012 disebabkan oleh biaya bahan
bakar dan biaya olah pabrik yang juga fluktuatif.
Indeks produktivitas parsial energi yang cenderung fluktuatif juga disertai
dengan perubahan indeks yang fluktuatif (Tabel 6.16). Peningkatan biaya energi
meningkat di tahun 2011 dan 2012, tidak disertai penurunan indeks perubahan
biaya energi yang semakin menurun dari -24,78 d i t a h u n 2 0 1 1 m e n j a d i -
2 8 , 5 9 ditahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan biaya energi tidak
tepat sasaran karena nilai indeks perubahan -28,59 lebih rendah dibanding indeks
periode dasar tahun 2009 yakni -7,92.
Terkait hasil audit eksternal terhadap pencapaian ISO 9001:2000 disertai
hasil kajian dari Balai Besar Teknologi Energi BPPT Tahun 2012 beberapa temuan
berkaitan dengan masalah energi adalah :
1) Sasaran utama bagian pengolahan belum diformulasi ulang agar sesuai
dengan tanggung jawab unit tersebut.
2) Dalam pelaksanaan pengujian tes tekan untuk tangki, belum disertai
bukti kalibrasi dari alat ukurnya.
3) Pergantian rutin oli genset sering melebihi batas yang ditetapkan
(standar setiap 150 jam) namun realisasi melebihi yakni 170 hingga
301 jam pada akhir Tahun 2011 hingga Februari 2012, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan mesin.
74
4) Potensi penghematan energi di pabrik kelapa sawit belum
dimaksimalkan seperti :
Pemasangan Capasitor 150 KVAR dapat menghemat energi
sebesar 216.000 kwh/tahun atau senilai Rp 108.000.000,-
Pemasangan VSD ID Motor ID Fan Boiler dapat menghemat
energi sebesar 45.000 kwh/tahun atau senilai Rp 54.0000.000,-
Peningkatan temperature boiler feed water 95oC dapat
menghemat energi sebesar 9.850.650 MJ/tahun atau senilai Rp
236.000.000,-
Pemanfaatan panas buang Boiler PKS dapat menghemat energi
sebesar 17.000.000 MJ/Tahun atau senilai Rp 410.000.000,-
5) Belum dilakukan pengecekan secara akurat dan berkala terhadap
beberapa hal seperti :
Keseimbangan arus fasa to fasa motor-motor listrik rewinding
sebelum dan sesudah pemasangan dilapangan.
Motor-motor listrik berdaya besar.
6) Belum dilakukan pemasangan Kwh meter pada jalur listrik PLN yang
masuk ke PKS pada setiap stasiun pengolahannya, sehingga tidak
dapat diketahui unit/bagian yang menyebabkan borosnya pemakaian
arus listrik.
7) Belum dilakukan perbaikan damper pengatur udara buang boiler.
8) Belum dilakukan setting ulang tekanan condenser Turbine PP.
75
9) Belum dilakukan perbaikan cooling tower untuk air pendingin
condenser Turbine PP serta flowmeter air umpan boiler PP.
6.4.5. Evaluasi Produktivitas Parsial Modal
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran dan Tabel 6.16 , dapat
dilihat indeks produktivitas modal PTPN IV (Persero) pada Gambar 6.10.
Dari Gambar 6.10 tersebut terlihat bahwa indeks produktivitas modal
cenderung menurun. Jika dibanding dengan biaya modal yang dikeluarkan seperti
terlihat pada Tabel 6.4 yang menunjukkan peningkatan biaya modal setiap
tahunnya.
Gambar 6.10 Tingkat Produktivitas Parsial Modal PTPN IV (Persero)
Indeks produktivitas parsial modal yang cenderung menurun seiring
dengan perubahan indeks yang juga menurun (Tabel 6.16). Peningkatan biaya
energi meningkat di tahun 2011 dan 2012, tidak disertai penurunan indeks
perubahan biaya modal yang semakin menurun dari -13,8 m e n j a d i -23,53 .
Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi biaya energi semakin besar.
0
20
40
60
80
100
120
2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Produktivitas Parsial Modal
76
Terkait hasil audit eksternal terhadap pencapaian ISO 9001:2000 beberapa
temuan berkaitan dengan masalah modal adalah :
1) Kelengkapan legalitas pembelian barang sering tidak konsisten
misalnya tanda tangan ketua panitia pengadaan barang dan jasa.
2) Kartu riwayat perbaikan atau perawatan dari setiap kendaraan dan alat
belum dibuat.
3) Evaluasi pencapaian sasaran mutu bagian TI/SIM belum dilakukan
secara berkala untuk mengetahui tingkat ketercapaian sasaran mutu
yang telah ditetapkan.
4) Belum ada evaluasi rutin atas kinerja pemasok barang teknik dan non
teknik sebagaimana diminta dalam prosedur pengadaan barang dan
jasa.
5) Rencana aksi untuk percepatan penerapan e-procurement belum
dibuat.
6.5. Pembahasan
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap faktor-faktor input terlihat bahwa
terjadi fluktuasi indeks produktivitas untuk setiap input. Hal ini terjadi karena
perusahaan tidak konsisten mengimplementasikan ISO 9001:2000, dimana
ditemukan antara lain:
a. Tenaga Kerja
Terkait dengan masalah Tenaga Kerja, masih belum adanya mekanisme
pengukuran kepuasan pelanggan internal, uraian tugas belum terdeskripsi
77
dengan jelas, karyawan belum sepenuhnya memahami penerapan ISO
9001:2000, sasaran mutu pelatihan belum dikomunikasikan dengan baik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ISO 9001:2000 tentang kompetensi,
kesadaran dan pelatihan belum terlaksana dengan baik.
b. Bahan Baku
Terkait dengan masalah Bahan Baku, pemantauan sasaran mutu buah belum
tercatat dengan baik, hasil panen belum tercatat secara akurat, instruksi kerja
unit pembelian bahan baku yang tidak relevan, dan sasaran utama bagian
pengolahan belum sesuai dengan tanggung jawab. Kondisi ini menunjukkan
bahwa ISO 9001:2000 tentang sasaran mutu belum terlaksana dengan baik.
c. Energi
Terkait dengan masalah Energi, pengujian belum disertai dengan kalibrasi
alat ukur, prosedur perawatan mesin-mesin tidak dipatuhi sepenuhnya,
penggantian komponen belum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ISO 9001:2000 tentang pemantauan dan
pengukuran proses belum terlaksana dengan baik.
d. Modal
Terkait dengan masalah Modal, dokumentasi pembelian, legalitas pembelian
barang modal, riwayat perbaikan dan perawatan kenderaan dan alat angkut
tidak terdokumentasi dengan baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa ISO
9001:2000 tentang pengendalian mutu belum terlaksana dengan baik.
Dari uraian pembahasan sebelumnya, maka disusun diagram fishbone
seperti terlihat pada Gambar 6.11.
78
6.11 Diagram Sebab Akibat Penyebab Penurunan Produktifitas
Tanggung Jawab
Manajemen
Manajemen
SDM
Prosedur perawatan mesin-mesin tidak
dipatuhi
Penurunan
Produktivitas
Perusahaan
Analisis, Pengukuran
dan Peningkatan
Realisasi
Produk
Pemahaman
tentang ISO
rendah
Belum adanya
mekanisme
pengukuran kepuasan
pelanggan internal
Uraian tugas belum
terdeskripsi dengan jelas
Sasaran mutu pelatihan
belum dikomunikasikan
Pemantauan sasaran
mutu buah belum tercatat
dengan baik
Hasil panen belum
tercatat secara akurat
instruksi kerja unit
pembelian bahan baku
yang tidak relevan
Pengujian belum
disertai dengan
kalibrasi alat ukur
Penggantian
komponen belum
sesuai prosedur
Dokumentasi pembelian,
legalitas pembelian barang
modal, riwayat perbaikan
dan perawatan kenderaan
dan alat angkut tidak
terdokumentasi dengan baik
79
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan disimpulkan :
a. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan klausul ISO 9001:2000
yang belum optimal dilaksanakan.
b. Tenaga kerja merupakan elemen produktivitas yang paling mempengaruhi
penurunan produktivitas CPO PTPN IV (Persero). Hal ini menunjukkan
peranan tenaga kerja yang paling dominan mempengaruhi produktivitas
perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja yang terjadi
mengindikasikan biaya tenaga kerja belum efisien.
c. Faktor-faktor yang menyebabkan klausul ISO 9001:2000 di PTPN IV
(Persero) belum efektif dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Masih belum adanya mekanisme pengukuran kepuasan
pelanggan internal.
2) Uraian tugas belum terdeskripsi dengan jelas, sehingga
karyawan belum sepenuhnya memahami penerapan ISO
9001;2000.
3) Sasaran mutu pelatihan belum dikomunikasikan dengan baik.
4) Pemantauan sasaran mutu buah belum tercatat dengan baik.
5) Hasil panen belum tercatat secara akurat.
6) Instruksi kerja unit pembelian bahan baku yang tidak relevan.
80
7) Sasaran utama bagian pengolahan belum sesuai dengan
tanggung jawab.
8) Pengujian belum disertai dengan kalibrasi alat ukur.
9) Prosedur perawatan mesin-mesin tidak dipatuhi sepenuhnya.
10) Penggantian komponen belum sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
11) Dokumentasi pembelian, legalitas pembelian barang modal,
riwayat perbaikan dan perawatan kenderaan dan alat angkut
tidak terdokumentasi dengan baik.
7.2. Saran
Agar pelaksanaan ISO 9001:2000 efektif dan produktivitas perusahaan
dapat ditingkatkan, maka perusahaan di masa yang akan datang disarankan :
a. Agar semua pihak terutama pada jajaran manajer berkomitmen untuk
mengimplementasikan ISO 9001:2000 secara konsisten melalui adanya
satu sistem yang terpadu terkait semua prosedur kerja dan aturan yang
jelas.
b. Merumuskan secara jelas fungsi dan tugas semua unit kerja, sehingga
pelaksanaan ISO 9001:2000 dapat dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan.
c. Untuk membuat sistem prosedur yang merangsang peningkatan kinerja
karyawan antara lain berupa diklat (pendidikan dan pelatihan), training
bagi karyawan baru, penempatan karyawan sesuai dengan keahliannya
81
serta penilaian kemampuan berbasis kinerja, serta sasaran mutu pelatihan
belum agar dikomunikasikan dengan baik.
d. Pemantauan sasaran mutu buah, bagian pengolahan, hasil panen
ditingkatkan disertai dengan instruksi kerja unit pembelian bahan baku
yang relevan.
e. Pengujian disertai dengan kalibrasi alat ukur serta prosedur perawatan
mesin-mesin serta pergantian komponen sesuai prosedur.
f. Dokumentasi pembelian, legalitas pembelian barang modal, riwayat
perbaikan dan perawatan kenderaan dan alat angkut tidak terdokumentasi
dengan baik
g. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat meningkatkan kompetensi, serta profesionalisme dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari.
82
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Frieda Putri, 2007, Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Peningkatan Produktivitas, Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang
Batubara, Edward, 2011, Analisis Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Di PT
PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut Sektor Pembangkitan Pandan,
Magister Manajemen, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Blocher, E. J., Chen, K. H., dan T. W. Lin, 2000, Manajemen Biaya, Jilid 1, Alih
Bahasa oleh A. Susty Ambararriani, Salemba Empat, Jakarta
Dharma, Cipta, 2007, Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2000 Terhadap Peningkatan Kinerja Pada PT Jasa Raharja
(Persero) Cabang Sumatera Utara, Magister Manajemen, Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan
Firmansyah, Hadi, 2006, Analisa Penerapan Sistem Manajemen ISO 9001 : 2000
Terhadap Kualitas Produk dan Produktivitas Kerja Karyawan di PT.
Unilon Bandung, Gunadarma, Jakarta
Gaspersz, Vincent, 2003, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gaspersz, Vincent, 2003, Manajemen Produktivitas Total, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, 2000, Quality Management:
Introduction to Total Quality Management for Production, Processing,
and Service, Prentice-Hall, Inc., New Jersey
83
Hafni, Syafrida, 2004, Pengaruh ISO 9001:2000 Terhadap Peningkatan
Produktivitas Kerja Karyawan Rumah Sakit X di Medan, Magister
Manajemen, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
Hermanto, Bambang, 2010, Pengaruh Prestasi Training , Motivasi, dan Masa
Kerja Teknisi Terhadap Produktivitas di Teknisi Bengkel Nissan
Yogyakarta Solo Semarang, Jurnal Lumbung Pustaka,
eprints.uny.ac.id/9633/1/Jurnal.pdf, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta
Harahap, Dahlan, 2012, Transformasi Revolusioner Bisnis Perkebunan, Terbitan
Internal PTPN IV, Medan
Hayzer, Jay dan Render Barry, 2001, Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi, Edisi.
Bahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta
Kemuliaen, Bobby, 2006, Analisis Pengaruh Implementasi SMM ISO 9001:2000
Terhadap Peningkatan Produktivitas (Studi Kasus di Departemen Mill PT.
Indonesian Steel Tube Works), Tesis, Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Pappas L. dan Mark Hirschey, 1995, Ekonomi Manajerial, Binarupa Aksara,
Jakarta
Poerwanto, Hendra, 2012, Tutorial Manajemen Kualitas,
https://sites.google.com/site/kelolakualitas
Rivai, Veithzal dan Fawzi Ahmad Mohd Basri, 2005, Performance Appraisal,
Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan
84
Suardi, Rusdi, 2003, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PPM, Jakarta
Sumanth, David J., 2004, Productivity Engineering and Management, Mc Graw
Hill Companies Inc, New York
Sutiyono, 2012, Analisis Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Metode
American Productivity Center di PT GFI Sidoarjo, Fakutlas Teknologi
Industri, Universitas UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, 2002, TQM Total Quality Management,
Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta
Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Guna
Widya, Surabaya
Zuhrawaty, 2002, Panduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001, Media
Pressindo, Jakarta
Zulfah, Suwandono dan Saufik Luthfianto, 2008, Analisa Penerapan Sistem
Manajemen ISO 9001 : 2000 Terhadap Kualitas Produk dan Produktivitas
Kerja Karyawan di PT. Unilon Bandung, Universitas Pancasakti, Tegal
Hasil Audit Eksternal 2012, Perpanjangan Audit Sertifikat ISO 9001:2008 PT
Perkebunan Nusantara IV (Persero), PT TUV Nord Indonesia
Kajian Balai Besar Teknologi Energi 2012, Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV
(Persero), BPPT
…, Annual Report PTPN III, 2004 – 2012
85
…, Annual Report PTPN IV, 2004 – 2012
…, Annual Report Lonsum, 2004 – 2012
i
Lampiran
Perhitungan Produktivitas Parsial dan Indeks Produktivitas
Tabel 1. Total Produksi dan Harga Jual CPO PTPN IV 2008 - 2012
Tahun Total Produksi (Kg) Harga Jual (Rp) Nilai Penjualan (Rp)
2008 570.809.000 7.038,68 4.017.741.892.120
2009 640.047.000 6.350,23 4.064.445.660.810
2010 671.123.000 7.113,00 4.773.697.899.000
2011 618.750.000 7.524,75 4.655.939.062.500
2012 622.000.000 7.366,67 4.582.068.740.000
Sumber : PTPN IV, 2013
Perhitungan Output Menggunakan Harga Konstan
Nilai Penjualan Tahun n = Total Produksi tahun n x Harga Jual tahun n
Nilai Penjualan Tahun 2008 = (570.809.000 Kg x Rp 7.038,68)
= Rp 4.017.741.890.120
Nilai Penjualan Tahun 2009 = (640.047.000 Kg x Rp 6.350,23)
= Rp 4.064.445.660.810
Nilai Penjualan Tahun 2010 = (671.123.000 Kg x Rp 7.113)
= Rp 4.773.697.899.000
Nilai Penjualan Tahun 2011 = (618.750.000 Kg x Rp 7.524,75)
= Rp 4.655.939.062.500
Nilai Penjualan Tahun 2012 = (622.000.000 Kg x Rp 7.366,67)
= Rp 4.582.068.740.000
Perhitungan Indeks Output Menggunakan Harga Konstan
Periode Tahun 2008 = Rp 4.017.741.890.120/Rp 4.017.741.890.120x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = Rp 4.064.445.660.810/Rp 4.017.741.890.120x100%
= 101,37%
Periode Tahun 2010 = Rp 4.773.697.899.000/Rp4.017.741.890.120x 100%
= 101,50%
Periode Tahun 2011 = Rp 4.655.939.062.500/Rp4.017.741.890.120x 100%
= 98,98%
Periode Tahun 2012 = Rp 4.582.068.740.000/Rp4.017.741.890.120x 100%
= 97,41%
ii
Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja (PT)
Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2008 = Output Total 2008
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2008
Periode Tahun 2008 = PT1 = O1 / T1 = Rp 4.017.741.890.120/ Rp 221.536.680.990
= 18,14
Periode Tahun 2009 = PT2 = Rp 4.064.445.660.810/ Rp 238.701.461.800
= 17,03
Periode Tahun 2010 = PT3 = Rp 4.773.697.899.000/ Rp 261.174.226.680
= 18,28
Periode Tahun 2011 = PT4 = Rp 4.655.939.062.500/ Rp 255.203.437.500
= 18,24
Periode Tahun 2012 = PT5 = Rp 4.582.068.740.000/ Rp 253.838.200.000
= 18,05
Keterangan :
PT1 = Produktivitas Tenaga Kerja Tahun ke-1 (2008)
O1 = Output (Penjualan) Tahun ke-1 (2008)
I1 = Input Tenaga Kerja Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja (IPT)
Periode Tahun 2008 = IPT1 = PT1 / PT1 x 100%
= 18,14/18,14 x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IPT2 = PT2 / PT1 x 100%
= 17,03 / 18,14 x 100%
= 93,88%
Periode Tahun 2010 = IPT3 = PT3 / PT1 x 100%
= 18,28/ 18,14 x 100%
= 100,77%
Periode Tahun 2011= IPT4 = PT4 / PT1 x 100%
= 18,24/18,14 x 100%
= 100,55%
Periode Tahun 2012 = IPT5 = PT5 / PT1 x 100%
iii
= 18,05/ 18,14 x 100%
= 92,52%
Keterangan :
IPT1 = Indeks Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 1 (2008)
PT1 = Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 1 (2008)
Perhitungan Produktivitas Bahan Baku (PB)
Periode Tahun 2008 = PB1 = O1 / B1=Rp4.017.741.890.120/ Rp1.031.394.782.100
= 3,90
Periode Tahun 2009 = PB2 O2/B2 = Rp 4.064.445.660.810/ Rp 1.120.268.509.730
= 3,63
Periode Tahun 2010 = PB3= O3 / B3=Rp4.773.697.899.000/Rp 1.202.081.961.450
= 3,97
Periode Tahun 2011= PB4= O4 / B4 =Rp4.655.939.062.500/Rp1.219.704.750.000
= 3,82
Periode Tahun 2012= PB5= O5 / B5=Rp4.582.068.740.000/ Rp 1.038.497.420.000
= 4,41
Keterangan :
PB1 = Produktivitas Bahan Baku Tahun ke-1 (2008)
O1 = Output (Nilai Penjualan) Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Produktivitas Bahan Baku (IPB)
Periode Tahun 2008 = IPB1 = PB1 / PB1 x 100%
= 3,90 / 390 x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IPB2 = PB2 / PB1 x 100%
= 3,63 / 3,90 x 100%
iv
= 93,08%
Periode Tahun 2010 = IPB3 = PB3 / PB1 x 100%
= 3,97 / 3,90 x 100%
= 101,79%
Periode Tahun 2011 = IPB4 = PB4 / PB1 x 100%
= 3,81 / 3,90 x 100%
= 97,75%
Periode Tahun 2012 = IPB5 = PB5 / PB1 x 100%
= 4,41 / 3,90 x 100%
= 113,08%
Keterangan :
IPB1 = Indeks Produktivitas Bahan Baku Tahun ke-1 (2008)
PB1 = Produktivitas Bahan Baku Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Produktivitas Energi (PE)
Periode Tahun 2008 = PE1 = O1/E1= Rp 4.017.741.890.120/Rp 689.314.656.490
= 5,83
Periode Tahun 2009 = PE2 = O2 / E2= Rp4.064.445.660.810 / Rp 759.539.816.060
= 5,35
Periode Tahun 2010 = PE3 = O3 / E3= Rp4.773.697.899.000 / Rp973.618.269.790
= 4,90
Periode Tahun 2011 = PE4 = O4/E4 = Rp4.655.939.062.500 / Rp907.458.750.000
= 5,13
Periode Tahun 2012 = PE5 = O5 / E5=Rp4.582.068.740.000/ Rp 940.352.040.000
= 4.87
v
Keterangan :
PE1 = Produktivitas Energi Tahun ke-1 (2008)
O1 = Output (Nilai Penjualan) Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Produktivitas Energi (IPE)
Periode Tahun 2008 = IPE1 = PE1 / PE1 x 100%
= 5,83/ 5,83x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IPE2 = PE2 / PE1 x 100%
= 5,35 / 5,83 x 100%
= 91,77%
Periode Tahun 2010 = IPE3 = PE3 / PE1 x 100%
= 4,90 / 5,83 x 100%
= 84,05%
Periode Tahun 2011 = IPE4 = PE4 / PE1 x 100%
= 5,13 / 5,83 x 100%
= 87,99%
Periode Tahun 2012 = IPE5 = PE5 / PE1 x 100%
= 4,87 / 5,83 x 100%
= 83,53%
Keterangan :
IPE1 = Indeks Produktivitas Energi Tahun ke-1 (2008)
PE1 = Produktivitas Energi Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Produktivitas Modal (PM)
Periode Tahun 2008 = PM1 = O1 / M1
= Rp4.017.741.890.120/ Rp 1.064.136.386.340
= 3,78
Periode Tahun 2009= PM2= O2/M2
= Rp4.064.445.660.810/ Rp1.175.358.261.630
= 3,46
vi
Periode Tahun 2010 = PM3 = O3 / M3
= Rp4.773.697.899.000/ Rp 1.221.094.876.040
= 3,91
Periode Tahun 2011 = PM4 = O4 / M4
=Rp 4.655.939.062.500/ Rp 1.222.662.375.000
=3,81
Periode Tahun 2012 = PM5= O5/M5
= Rp4.582.068.740.000/ Rp 1.353.801.660.000
= 3,38
Keterangan :
PM1 = Produktivitas Modal Tahun ke-1 (2008)
O1 = Output (Nilai Penjualan) Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Produktivitas Modal (IPM)
Periode Tahun 2008 = IPM1 = PM1 / PM1 x 100%
= 4,42 / 3,78 x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IPM2 = PM2 / PM1 x 100%
= 3,46/ 3,78 x 100%
= 91,53 %
Periode Tahun 2010 = IPM3 = PM3 / PM1 x 100%
= 3,91 / 3,78 x 100%
= 103,44 %
Periode Tahun 2011 = IPM4 = PM4 / PM1 x 100%
= 3,81 / 3,78 x 100%
= 100,79 %
vii
Periode Tahun 2012 = IPM5 = PM5 / PM1 x 100%
= 3,38 / 3,78 x 100%
= 89,42%
Keterangan :
IPM1 = Indeks Produktivitas Modal Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Produktivitas Total Input (PItot)
Perhitungan Produktivitas Total Input dengan menggunakan hasil pada Tabel 6.12
Periode Tahun 2008 = PItot1= O1 / Itot1
= Rp 4.017.741.890.120/ Rp 3.006.382.505.920
= 1,34
Periode Tahun 2009 = PItot2= O2 / Itot2
= Rp 4.064.445.660.810 / Rp 3.293.868.049.220
= 1,23
Periode Tahun 2010 = PItot3= O3 / Itot3
= Rp4.773.697.899.000/Rp3.657.969.333.960
= 1,31
Periode Tahun 2011 = PItot4 = O4 / Itot4
= Rp 4.655.939.062.500 / Rp3.605.029.312.500
= 1,29
Periode Tahun 2012 = PItot5= O5 / Itot5
= Rp 4.582.068.740.000 / Rp 3.586.489.320.000
= 1,28
Keterangan :
PItot1 = Produktivitas Input Total Tahun ke-1 (2008)
O1 = Output (Nilai Penjualan) Tahun ke-1 (2008)
Itot1 = Input Total Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Produktivitas Total Input (IPItot)
Periode Tahun 2008 = IPItot1 = Ptot1 / Ptot1 x 100%
=1,34/1,34 X 100%
viii
= 100%
Periode Tahun 2009 = IPItot2 = Ptot2 / Ptot1 x 100%
= 1,23/1,34 x 100 %
= 91,79 %
Periode Tahun 2010 = IPItot3 = Ptot3 / Ptot1 x 100%
= 1,31/1,34 x 100 %
= 97,76 %
Periode Tahun 2011 = IPItot4 = Ptot4 / Ptot1 x 100%
= 1,29/1,34 x 100%
= 96,27%
Periode Tahun 2012 = IPItot5 = Ptot5 / Ptot1 x 100%
= 1,22/1,34 x 100 %
= 95,52 %
Keterangan :
IPItot1 = Indeks Produktivitas Input Total Tahun ke-1 (2008)
Ptot1 = Produktivitas Total Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Input Tenaga Kerja (IIT)
Indeks Input Tenaga Kerja dari nilai tenaga kerja tiap tahun dibagi tahun dasar
Periode Tahun 2008 = IIT1= T1 / T1 x 100%
= Rp 221.536.680.990/Rp 221.536.680.990 x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IIT2= T2 / T1 x 100%
= Rp 238.701.461.800/Rp 221.536.680.990 x 100%
= 107,75%
ix
Periode Tahun 2010 = IIT3 = T3 / T1 x 100%
=261.174.226.680/ Rp 221.536.680.990x 100%
= 117,89%
Periode Tahun 2011 = IIT4= T4 / T1 x 100%
= Rp255.203.437.500 / Rp 221.536.680.990x 100%
= 115,20%
Periode Tahun 2012 = IIT5= T5 / T1 x 100%
= Rp253.838.200.000/ Rp 221.536.680.990x 100%
= 114,58%
Keterangan :
IIT1 = Indeks Input Tenaga Kerja Tahun ke-1 (2008)
T1 = Biaya Tenaga Kerja Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Input Bahan Baku (IIB)
Periode Tahun 2008=IIB1B1/B1x100%
= Rp1.031.394.782.100/ Rp1.031.394.782.100 x
100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IIB2= B2 / B1 x 100%
= Rp1.120.268.509.730/Rp1.031.394.782.100 x 100%
= 108,62%
Periode Tahun 2010 = IIB3 = B3 / B1 x 100%
=Rp1.202.081.961.450/Rp1.031.394.782.100x100%
= 116,55%
Periode Tahun 2011 = IIB4= B4 / B1 x 100%
=Rp1.219.704.750.000/Rp1.031.394.782.100x 100%
x
= 118,26%
Periode Tahun 2012 = IIB5= B5 / B1 x 100%
= Rp1.038.497.420.000/Rp1.031.394.782.100x 100%
= 100,69%
Keterangan :
IIB1 = Indeks Input Bahan Baku Tahun ke-1 (2008)
B1 = Biaya Bahan Baku Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Input Energi (IIE)
Periode Tahun 2008 = IIE1= E1 / E1 x 100%
= Rp 689.314.656.490 / Rp 689.314.656.490 x 100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IIE2= E2 / E1 x 100%
= Rp 759.539.816.060 / Rp 689.314.656.490 x 100%
= 110,19%
Periode Tahun 2010 = IIE3 = E3 / E1 x 100%
= Rp 973.618.269.790 / Rp 689.314.656.490 %
= 141,24%
Periode Tahun 2011 = IIE4 = E4 / E1 x 100%
= Rp 907.458750.000 /Rp 689.314.656.490 100%
= 131,65%
Periode Tahun 2012 = IIE5= E5 / E1 x 100%
= Rp 940.352.040.000 / Rp 689.314.656.490 100%
= 136,42%
Keterangan :
xi
IIE1 = Indeks Input Energi Tahun ke-1 (2008)
E1 = Biaya Energi Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Indeks Input Modal (IIM)
Periode Tahun 2008 = IIM1 = M1 / M1 x 100%
=1.064.136.386.340 /1.064.136.386.340 x100%
= 100%
Periode Tahun 2009 = IIM2 = M2 / M1 x 100%
= 1.175.358.261.630 /1.064.136.386.340 x100%
= 110,45%
Periode Tahun 2010 = IIM3 = M3 / M1 x 100%
=1.221.094.876.040/1.064.136.386.340 x100%
= 114,75%
Periode Tahun 2011 = IIM4 = M4 / M1 x 100%
= 1.222.662.375.000 /1.064.136.386.340 x 00%
= 114,90%
Periode Tahun 2012 = IIM5 = M5 / M1 x 100%
=1.353.801.660.000 /1.064.136.386.340 x 100%
= 127,22%
Keterangan :
IIM1 = Indeks Input Modal Tahun ke-1 (2008)
M1 = Biaya Modal Tahun ke-1 (2008)
Perhitungan Produktivitas Total
Produktivitas Total = PT = Output Total (OT)/ Input Total (IT)
Periode Tahun 2008 PT1= OTot1/ITot1 = 4.017.741.890.120 /3.006.382.505.920=1,34
Periode Tahun 2009 PT2= OT2/IT2 = 4.064.445.660.810/ 3.293.868.049.220= 1,23
xii
Periode Tahun 2010 PT3= OT3/IT3 = 4.773.697.899.000/3.657.969.333.960= 1,31
Periode Tahun 2011 PT4= OT4/IT4 = 4.655.939.062.500/ 3.605.029.312.500= 1,29
Periode Tahun 2012 PT5= OT5/IT5 = 4.582.068.740.000/3.586.489.320.000= 1,28
Indeks Produktivitas Total (IPT)
Periode Tahun 2008 = IPT1 = (PT1/PT1) = 1,34/1,34 x 100% = 100%
Periode Tahun 2009 = IPT2 = (PT2/PT1) = 1,23/1,34 x 100% = 91,79%
Periode Tahun 2010 = IPT3 = (PT3/PT1) = 1,31/1,34 x 100% = 97,76%
Periode Tahun 2011 = IPT4 = (PT4/PT1) = 1,29/1,34 x 100% = 96,27%
Periode Tahun 2012 = IPT5 = (PT5/PT1) = 1,28/1,34 x 100% = 95,52%
Perhitungan Produktivitas Total Faktor
Produktivitas Total Faktor = ( Output bersih/Input Tenaga Kerja + Input Modal)
1. Periode tahun 2008 = (O1-T1-B1-E1-M1)/ T1+M1
=(4.017.741.890.120 - 221.536.680.990-
1.031.394.782.100 - 689.314.456.490-
1.064.136.386.340)/ (221.536.680.990 +
1.064.136.386.340)
= 1.011.359.504/1.205.673.067
= 0,79
2. Periode tahun 2009 = (O2-T2-B2-E2-M2)/ T2+M2
=(4.064.445.660.810 - 238.701.461.800-
1.120.268.509.730 - 759.539.816.060 -
1.175.358.261.630)/
(238.701.461.800+1.175.358.261.630)
= 770.577.611/1.414.059.723
= 0,55
3. Periode tahun 2010 = (O3-T3-B3-E3-M3)/ T3+M3
xiii
=(4.773.697.899.000 - 2.725.502.642-
10.502.432.484 - 973.618.269.790 -
1.221.094.876.000)/
(2.725.502.642 + 1.221.094.876.000)
= 1.115.728.565 / 1.482.269.103
= 0,75
4. Periode tahun2011 = (O4-T4-B4-E4-M4)/ T4+M4
=(48.120.479.390 - 2.204.074.144 - 13.426.063.496
- 907.458.750.000 - 1.222.662.375.000)/
( 2.204.074.144+1.222.662.375.000)
= 1.050.919.750 / 1.477.865.813
= 0,71
5. Periode tahun 2012 = (O5-T5-B5-E5-M5)/ T5+M5
=(4.582.068.740.000 – 253.838.200.000 -
1.038.497.420.000 – 940.352.040.000 -
1.353.801.660.000)/
(253.838.200.000 + 1.353.801.660.000)
= 995.579.420 / 1.607.639.860
= 0,62