ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET...
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR
ASET, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Farah Agustina
NIM: 1113081000050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
i
MB ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS,
STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Farah Agustina
NIM: 1113081000050
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 03110658 04
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Rabu 9 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Farah Agustina
NIM : 1113081000050
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset,
Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan
Institusional terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2012-2015)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Agustus 2017
1. Amalia, SE,. M.S.M ( )
NIP. 19740821 2009 01 2 005 Penguji I
2. Amir Syarifuddin, SH, MM ( )
NIP. 19460818 196603 1 001 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Selasa, 21 November 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa
Nama : Farah Agustina
NIM : 1113081000050
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan
Perusahaan dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan
Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2012-2015)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 November 2017
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 1119731221 200501 2 002 ( )
Ketua
2. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 03110658 ( )
Sekretaris
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB s
NIP. 19741127 200112 1 002 ( )
Penguji Ahli
4. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 03110658 ( )
Pembimbing
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Farah Agustina
NIM : 1113081000050
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset,
Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2012-2015)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, November 2017
Yang Menyatakan
(Farah Agustina)
NIM.1113081000050
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Farah Agustina
2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Agustus 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Delima Jaya I NO.17A RT 08/RW02
Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
15412
6. No. Telepon : 085719129443
7. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN
1. MI Negeri 15 Bintaro Tahun (2001-2007)
2. Mts Negeri 3 Pondok Pinang Tahun (2007-2010)
3. MA Negeri 4 Pondok Pinang Tahun (2010-2013)
4. S1 Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun (2013-2017)
C. ORGANISASI
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Tahun (2013-2014)
(Departemen Pemberdayaan Perempuan)
2. Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta Tahun (2014-2015)
(Kadiv. Simpanan Keuangan)
D. PENGALAMAN
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) – Divisi Pengembangan Pengawasan Bank
vi
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of Profitability, Asset Structure,
Firm Growth and Institusional Ownership to Debt Policy in manufactur
companies period 2012 until 2015. Data’s study is annual financial report of 10
manufactur companies in Bursa Efek Indonesia (BEI) period 2012 until 2015. The
study is using the method of analysis of the regression panel data with a fixed
effect model by using program Eviews 8.0 and Microsoft Excel 2007.
The result show that according parcial Profitability not influence to Debt
Policy with the sig. 0.1511>0.05. Asset Structure positive significant influence to
Debt Policy with the sig. 0.0241<0.05. Firm Growth positive significant influence
to Debt Policy with the sig. 0.0065<0.05. Institusional Ownership positive
significant influence to Debt Policy with the sig. 0.0000<0.05. The result show
that according simultan Profitability, Asset Structure, Firm Growth and
Institusional Ownership significant influence to Debt Policy with the sig.
0.000000<0.05.
Keyword : Debt Policy, Profitability, Asset Sttructure, Firm Growth and
Institusional Ownership.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Struktur
Aset, Pertumbuhan Perusahaan, dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan
Hutang pada perusahaan manufaktur tahun 2012-2015. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan 10 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Penelitian
ini menggunakan metode regresi panel data dengan pendekatan model fixed effect
menggunakan program Eviews 8 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Profitabilitas
tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig.
0.1511>0.05. Struktur Aset berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan
Hutang dengan nilai sig. 0.0241<0.05. Pertumbuhan Perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig.
0.0065<0.05. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.0000<0.05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel Profitabilitas, Struktur Aset,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap
Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.000000<0.05.
Kata Kunci : Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Kepemilikan Institusional.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbi’aalamin. Segala puji dan syukut hanya kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia serta ridho-Nya lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2015)” Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta para sahabatnya, keluarga dan para pengikutnya hingga
akhir zaman. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk meraih gelar sarjana strata satu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai rintangan dan
hambatan. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, penulis diberikan kekuatan
untuk menghadapi rintangan dan hambatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun
materi dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT atas berkat nikmat dan hidayah-Nya terhadap penulis.
2. Keluarga penulis, Papa dan Mama, serta Habibie adikku yang selalu
memberikan do’a, semangat, dan dukungan yang tiada henti sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
3. Keluarga besar penulis Nabilla Febriana, keponakan tersayang Abizar
Algifari, Tante Rini, Bang Jamal, Kak Yuli, Mba Lita yang selalu
ix
memberikan motivasi, semangat, cinta, dukungan moral dan material
kepada penulis, semuanya terima kasih.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., M.Si selaku Ketua prodi manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dr. Pudji Astuty, SE., MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan, dan
nasihatnya selama penusunan skripsi ini.
7. Bapak Lili Supriyadi, SE., MM Dosen Pembimbing Akademik atas ilmu,
nasihat, arahan, dan motivasi yang diberikan selama ini.
8. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya, semoga dapat menjadi ilmu
yang bermanfaat bagi kita semua.
9. Seluruh Staff bagian Akademik, Keuangan, Jurusan dan Fakultas yang
telah membantu peneliti selama ini.
10. Teruntuk Deni Pratama terimakasih atas dukungan, semangat, yang
selalu berbagi suka duka bersama penulis.
11. Teman-teman bermain Nindia Wira Putri, Shintya Cahya Adhani, Nelly
Apriliya Shandy, Amalia Laraswati, Anisa Yulianti, Putri Aulia
Rahmadina, Dechy Rahmawati, Aning Lutfiah, Nur Rahma Tiara Shinta,
Rabiatul Adawiyah, Cucu Sari Dewi, Winda Sari, Evi Wulandari, Debi
Kurnia, Gifari, untuk segala saran, hiburan, dan dukungan kepada
penulis.
12. Teman-teman Pea dan Jojoba Siti Sarah, Arrum Anissa, Anisa Istiqomah,
Nia Amalia, Hani Kurniawati Effendy untuk dukungan, semangat, dan
bantuan kepada penulis.
13. Teman-teman Anisatul Kamaliyah, Dwi Aryanti, Mahesa Ibrahim dan
Rama, Adhyaksa untuk segala bantuan selama ini kepada penulis.
x
14. Teman-teman Manajemen Angkatan 2013 dan Manajemen Keuangan
2013, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dan memberi kenangan
selama masa perkuliahan.
15. Teman-teman Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kebersamaan dan semangat kepada penulis selama masa
perkuliahan.
16. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian namun tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, 14 Oktober 2017
Penulis
(Farah Agustina)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. .i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. .iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... .iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... .vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Landasan Teori .......................................................................................... 11
1. Teori Struktur Modal ............................................................................ 11
2. Konsep Pecking Order Theory ............................................................. 12
3. Asymmetric Information Theory and Signaling Theory ....................... 15
4. Teori Keagenan (Agency Theory) ......................................................... 16
5. Kebijakan Hutang ................................................................................. 18
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 25
C. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ......... 39
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 42
E. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 45
BAB III METODELOGI PENELITAN ........................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 47
B. Metode Penetuan Populasi dan Sampel ................................................ 47
xii
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 50
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 50
1. Regresi Data Panel................................................................................ 51
a. Pendekatan Common Effect ............................................................ 52
b. Pendekatan Fixed Effect .................................................................. 52
c. Pendekatan Random Effect .............................................................. 53
2. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel ................................... 54
a. Uji Chow ......................................................................................... 55
b. Uji LM ............................................................................................. 56
c. Uji Hausman .................................................................................... 56
3. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 58
4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 58
a. Uji Normalitas .................................................................................. 58
b. Uji Multikolineritas .......................................................................... 60
c. Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 61
d. Uji Autokorelasi ............................................................................... 62
5. Pengujian Signifikansi .......................................................................... 63
a. Uji (Koefisien Determinasi) ....................................................... 63
b. Uji Simultan F (Uji Statistik) ........................................................... 64
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ........................................... 65
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 66
1. Kebijakan Hutang ................................................................................. 66
2. Profitabilitas ......................................................................................... 67
3. Struktur Aset ......................................................................................... 67
4. Pertumbuhan Perusahaan ...................................................................... 68
5. Kepemilikan Institusional ..................................................................... 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 69
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ....................................................... 69
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ..................................................... 69
2. Sejarah Perusahaan Manufakur ............................................................ 74
B. Hasil dan Analisis Pembahasan ................................................................ 81
xiii
1. Deskriptif Variabel Penelitian .............................................................. 81
a. Kebijakan Hutang ............................................................................ 83
b. Profitabilitas ..................................................................................... 85
c. Struktur Aset .................................................................................... 87
d. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................. 90
e. Kepemilikan Institusional ................................................................ 92
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel ............................................. 95
a. Uji Chow .......................................................................................... 95
b. Uji Hausman .................................................................................... 96
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 97
a. Uji Normalitas .................................................................................. 97
b. Uji Multikolineritas .......................................................................... 98
c. Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 99
d. Uji Autokorelasi .............................................................................100
4. Uji Signifikansi ...................................................................................101
a. Uji t (Secara Parsial) ......................................................................102
b. Uji F (Secara Simultan) ………………………………………....103
c. Koefisien Determinasi (Adjusted ) ............................................105
5. Analisis Regresi Data Panel………………………………………....105
6. Interpretasi ..........................................................................................110
BAB V PENUTUP .............................................................................................113
A. Kesimpulan ...............................................................................................113
B. Saran .........................................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................117
LAMPIRAN .......................................................................................................122
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 35
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ............................................................... 48
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ............................................................... 49
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ........................................................................... 81
Tabel 4.2 Data LDER Tahun 2012-2015 ......................................................... 82
Tabel 4.3 Data ROA Tahun 2012-2015 ........................................................... 84
Tabel 4.4 Data Struktur Aset Tahun 2012-2015 .............................................. 86
Tabel 4.5 Data Pertumbuhan Perusahaan Tahun 2012-2015 ........................... 87
Tabel 4.6 Data Kepemilikan Institusional Tahun 2012-2015 .......................... 89
Tabel 4.7 Hasil Uji Chow ................................................................................ 90
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman ........................................................................... 91
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolineritas ................................................................ 93
Tabel 4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................. 94
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 95
Tabel 4.12 Uji T (Secara Parsial) ....................................................................... 96
Tabel 4.13 Uji F (Secara Simultan) ................................................................... 98
Tabel 4.14 Hasil Uji ...................................................................................... 99
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Fixed Effect .......................................................100
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Fluktuasi LDER (Longterm Debt To Equity Ratio) ........................... 6
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 44
Gambar 2.2 Kerangka Hipotesis .......................................................................... 46
Gambar 4.1 Profitabilitas (ROA) Tahun 2012-2015 ........................................... 84
Gambar 4.2 Struktur Aset (FAR) Tahun 2012-2015 ........................................... 85
Gambar 4.3 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Tahun 2012-2015 ................... 87
Gambar 4.4 Kepemilikian Institusional (INST) Tahun 2012-2015 ..................... 89
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan
perusahaan pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang
sebesar-besarnya, dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat terus berkembang.
Namun dalam prespektif manajemen keuangan tujuan perusahaan bukan hanya
menghasilkan laba yang besar, melainkan tujuan perusahaan yang kedua adalah
untuk memakmurkan pemilik perusahaan dan pemilik saham. Nilai perusahaan
mencerminkan asset yang dimiliki oleh perusahaan, di mana meningkatnya nilai
perusahaan merupakan indikator bahwa kinerja perusahaan dalam keadaan yang
baik ataupun sebaliknya.
Perkembangan teori Modigliani dan Miller (Proporsi MM I) menyatakan
bahwa nilai perusahaan yang memiliki hutang akan lebih besar daripada nilai
perusahaan tanpa hutang. Nilai perusahaan akan memiliki hutang tersebut sama
dengan nilai perusahaan tanpa utang ditambah dengan penghematan pajak. Teori
MM preposisi I ini mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pajak
oleh Miller. MM mengakui bahwa peningkatan jumlah hutang berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Jadi, Adanya pajak ini MM menyimpulkan bahwa
penggunaan hutang (Leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya
bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembiayaan pajak (Atmaja, 2003).
2
Pengambilan keputusan pendanaan melalui hutang menjadi perhatian yang
serius bagi pihak pengelola perusahaan, karena penggunaan hutang akan diikuti
oleh resiko yang dihadapi. Namun, seringkali pihak manajer perusahaan
mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut,
keputusan yang diambil manajer cenderung untuk melindungi dan memenuhi
kepentingan mereka terlebih dahulu daripada memenuhi kepentingan pemilik.
Salah satu alternatif manajer untuk memperoleh dana adalah dengan menaikan
hutang. Akan tetapi, kebijakan hutang rentan terhadap konflik kepentingan.
Timbulnya konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang biasa
disebut konflik keagenan (agency conflict).
Hutang merupakan salah satu cara untuk memperoleh dana dari pihak
eksternal (kreditur). Sumber pendanaan yang dapat digunakan oleh perusahaan
menurut Haruman (2008) ada dua yaitu sumber pendanaan yang berasal dari
dalam perusahaan itu sendiri (internal financing) dan sumber pendanaan yang
berasal dari luar perusahaan (external financing). Hutang jangka panjang bersifat
tetap selama jangka waktu yang relatif panjang sangat mempengaruhi nilai
perusahaan (Mardiyanto, 2009). Jadi, diperlukan tingkat hutang yang optimal
pada titik tertentu agar nilai perusahaan naik dan tidak timbul biaya kebangkrutan.
Adanya resiko kebangkrutan pada penggunaan hutang membuat manajemen
perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan hutang, diantaranya faktor profitabilitas, faktor struktur aset, faktor
pertumbuhan perusahaan dan faktor kepemilikan institusional (Surya dan
Rahayuningsih 2012).
3
Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan
struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena
laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan, apabila kebutuhan dana belum mencukupi, perusahaan
dapat menggunakan hutang sebagai salah satu alternatif pendanaan eksternal.
Maka semakin tinggi profit yang didapatkan perusahaan akan semakin kecil
penggunaan hutang didalam perusahaan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh negatif dengan kebijakan hutang perusahaan. Penelitian Steven
dan Lina (2011) juga menyatakan hasil yang sama bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh secara positif terhadap kebijakan hutang.
Struktur Aset merupakan harta yang dimiliki oleh perusahaan yang
digunakan untuk operasinya. Pada umumnya terdapat dua jenis aktiva yang
dimiliki perusahaan yaitu aktiva lancar dan tetap, dimana salah satu akun dari
struktur asset adalah asset tetap dapat dijadikan pertimbangan jaminan oleh
kreditor dalam memberi pinjaman. Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat
menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap
dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva
tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman. Hardiningsih dan Oktaviani
(2012) menyatakan bahwa kepemilikan aktiva tetap yang besar dan adanya
penawaran kemudahan pemberian pinjaman serta adanya kesempatan untuk
berinvestasi akan menjadi pertimbangan perusahaan untuk mengambil keputusan
4
kebijakan hutang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya dan
Rahayuningsih (2012) menemukan bahwa struktur asset berpengaruh secara
positif terhadap kebijakan hutang.
Suatu perusahaan yang sedang berada pada pertumbuhan akan
membutuhkan dana yang besar, sehingga cenderung akan menekan sebagian besar
pendapatannya. Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat menandakan
perusahaan akan melakukan ekspansi. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan
dana yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan berbagai cara untuk
memenenuhi kebutuhan dana tersebut dengan menggunakan hutang.
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan
oleh institusi atau lembaga seperti asuransi, bank, perusahaan investasi, dan
kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan institusional dapat mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaannya memiliki
arti penting bagi pemonitoran manajemen. Dengan adanya monitoring tersebut
maka pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh
kepemilikan institusional yang berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Menurut Nuraini (2012) dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan
manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan. Yeniatie dan
Nicken (2010) memperoleh hasil yaitu kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
5
Perkembangan perekonomian di masa sekarang ini mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi secara makro di Indonesia. Peranan pemerintah dalam
usaha untuk mencapai pertumbuhan perekonomian yang selaras dan seimbang
dimana terdapat struktur ekonomi yang menitikberatkan sektor perdagangan dan
pelayanan jasa keuangan yang di dukung oleh sektor manufaktur. Ini tentunya
membuka kesempatan yang luas bagi dunia usaha untuk mengembangkan diri,
seiring dengan tuntutan dan keinginan masyarakat. Kemajuan pembangunan
dibutuhkan peran serta semua pihak dalam pembangunan. Tuntutan dan tantangan
tersebut juga diharapkan pada setiap industri perdagangan. Dan tidak kalah
pentingnya adalah peran investor dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Perusahaan sektor manufaktur merupakan salah satu sektor usaha yang terus
mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk di Indonesia, volume kebutuhan pun terus meningkat. Perusahaan
manufaktur juga merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah
negara. Perkembangan industri di sebuah negara juga dapat digunakan untuk
melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Industri manufaktur
memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena industri manufaktur
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain karena nilai kapitalisasi
modal yang sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja besar. Pada negara-
negara berkembang, peranan industri manufaktur juga menunjukkan kontribusi
yang semakin tinggi ini menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara
yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor
industri manufaktur.
6
Krisis ekonomi global menjadi kendala berkembangnya sektor industri
manufaktur di seluruh dunia. Lesunya perekonomian di Amerika Serikat dan
Eropa pada tahun 2012 yang merupakan kiblat perekonomian dunia berdampak
pada berbagai sektor termasuk industri manufaktur. Dampak dari itu adalah
perekonomian dunia pun ikut lesu karena sektor industri manufaktur termasuk
sektor industri paling buruk. Sementara di Indonesia ini, prospek perkembangan
industri manufaktur begitu pesat. Optimisme itu merujuk pada krisis moneter pada
tahun 1998 yang lalu ketika perekonomian Indonesia hancur lebur. Namun
Indonesia ternyata dapat bangkit dan pada tahun 2011 yang lalu pertumbuhan
PDB bahkan mencapai 6,2%. Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor industri
manufaktur khusus sektor nonmigas secara kumulatif mencapai 6,5%. Bahkan
pada kuartal dua tahun 2012 pertumbuhan mencapai angka 7,2%. Hal itu
membawa angin segar bagi industri manufaktur di Indonesia (www.kompas.com).
Grafik 1.1
Fluktuasi LDER
Melalui grafik diatas terlihat rata-rata dari kondisi kebijakan hutang
peusahaan melalui hutang jangka panjang sektor manufaktur mengalami
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2012 2013 2014 2015
_ADES
_AKPI
_AUTO
_BATA
_CPIN
_GGRM
_HMSP
_ICBP
_INTP
_MYOR
7
bermacam-macam kondisi, setiap perusahaan memiliki kondisi yang berbeda.
Perusahaan GGRM mengalami kondisi dimana terjadi kenaikan di tahun 2013
pada kebijakan hutang perusahaannya. Perusahaan ADES mengalami kenaikan
yang tidak terlalu tajam ditahun 2013 dan kembali mengalami penurunan di tahun
2014. Selanjutnya yaitu perusahaan AUTO atau PT. Astra Otoparts Tbk dimana
perusahaan ini mengalami kestabilan dalam menggunakan hutang jangka panjang
perusahaan, dan perusahaan HMSP atau PT. Hanjaya Mandala Tbk yang terlihat
didalam grafik mengalami penurunan secara tajam pada tahun 2014.
Hal ini menyebabkan fluktuasi harga dan dalam tampilan laporan
keuangan yang dipublikasikan tampak adanya perusahaan laba perusahaan yang
mengalami fluktuasi tajam, penyebab masalah terjadinya peningkatan yang tajam
dalam keputusan pendanaan hutang perusahaan diakibatkan oleh kurangnya
sumber daya untuk membiayai usahanya, hal ini mengasumsikan bahwa
perusahaan akan menggunakan dana eksternal dalam pembiayaan operasionalnya,
oleh karena itu terjadi kenaikan struktur modal yang signifikan, dan sebaliknya
penurunan yang signifikan perusahaan dalam tabel diatas mengasumsikan bahwa
perusahaan memiliki laba yang cukup sehingga perusahaan tidak memerlukan
penggunaan hutang (eksternal) dalam membiayai kegiatan operasionalnya.
Dengan adanya hal tersebut dan berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang
jangka panjang. Mengingat keputusan pendanaan merupakan suatu keputusan
penting yang secara langsung akan menentukan perusahaan untuk dapat terus
8
berkembang. Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan sektor industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2015
dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti
profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan
institusional di perusahaan sektor industri manufaktur dan perusahaan tersebut
mengumumkan laporan keuangan secara lengkap dan terbuka kepada masyarakat
umum yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini
mengambil judul : “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset,
Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Kebijakan Hutang pada Sektor Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada Tahun 2012-2015”.
B. Perumusan Masalah
Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan juga memiliki kelebihan dan
kekurangan yang ditimbulkan yang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan juga dapat merugikan perusahaan. Penggunaan utang oleh
perusahaan juga harus dikendalikan, agar tidak melebihi batas wajar penggunaan
utang bagi perusahaan. Penggunaan utang sebagai salah satu alternatif pendanaan
eksternal dianggap sebagai pilihan yang tepat dalam meningkatkan nilai
perusahaan. Dikarenakan adanya beban bunga yang timbul dapat mengurangi
beban pajak perusahaan.
9
Namun, pendanaan yang diperoleh dari hutang akan meningkatkan resiko
perusahaan, apalagi hutang tersebut dalam jumlah yang cukup besar. Resiko
tersebut bisa menimbulkan kebangkrutan perusahaan. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan kebijakan tertentu yang mengatur pelaksanaan utang tersebut.
Perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan utang. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas,
struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan institusonal secara
individual (parsial) terhadap kebijakan hutang ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas,
struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan institusional secara
bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel
independen (Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan,
Kepemilikan Institusional) secara individual terhadap kebijakan hutang.
b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Kepemilikan
Institusional) secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang.
10
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Civitas Akademik, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi
ilmiah bagi kalangan akedemisi terutama berkaitan dengan pengaruh
profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan
institusional berkaitan terhadap kebijakan hutang.
b. Bagi Manajemen Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
perusahaan sektor manufaktur khususnya yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan pendanaan yaitu hutang perusahaan.
c. Bagi Investor, menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi
dalam mempertimbangkan keputusan investasi di perusahaan sektor
manufaktur.
d. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan teori-teori
yang diperoleh selama perkuliahan dan menggabungkan pemahaman
teori-teori yang ada dengan keadaan sesungguhnya sehingga kemudian
dapat dijadikan bekal apabila terjun ke masyarakat.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1 . Teori Struktur Modal
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau
para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai
perusahaan dilakukan melalui usaha-usaha memenuhi kebutuhan masyarakat
sebaik-baiknya. Salah satu hal yang harus diperhatikan agar dapat
meningkatkan nilai perusahaan adalah memperhatikan bagaimana keputusan
pendanaan dibuat agar dapat mengelola manajemen keuangan dengan baik dan
perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya.
Keputusan sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur modal
suatu perusahaan merupakan keputusan yang sederhana tetapi memiliki
implikasi yang kuat terhadap apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat
bersumber dari dana internal maupun dana eksternal, dengan ketentuan sumber
dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang aman
(Safety Position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam
memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dengan kata lain dana itu
dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan
mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat
sasaran (Fahmi, 2011).
12
Menurut Brigham dan Houston (2009) mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pengambilan struktur modal terdiri dari :
stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman,
dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan,
fleksibilitas keuangan dan resiko bisnis.
Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang dapat
menaikkan nilai perusahaan. Menurut Susanti (2012) dalam Mahendra (2011),
nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi
harga saham semkain tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang
tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang
tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham yang tinggi. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham
yang merupakan cerminan dari keputusan investasi pendanaan (financing) dan
manajemen aset.
2. Konsep Pecking Order Theory
Packing Order Theory menyatakan bahwa perusahaan lebih
mengutamakan internal financing, jika perusahaan memerlukan eksternal
financing maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman
terlebih dahulu. Menurut Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan
bahwa struktur pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai
dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber
13
terakhir. Para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba
ditahan, kemudian hutang, dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir.
Asumsi Pecking Order Theory oleh Myers (dalam Hardiningsih dan Oktaviani,
2012) adalah :
a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.
b. Perusahaan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan
kesempatan investasi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan
pembayaran dividen yang terlalu besar.
c. Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal kadang berlebih ataupun kurang
untuk berinvestasi.
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan perusahaan akan memilih
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu dimulai penerbitan
obligasi, obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, akhirnya
menerbitkan saham baru.
Pecking Order Theory menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas
perusahaan justru tingkat hutang yang digunakan akan semakin kecil, hal ini
dikarenakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi memiliki sumber
dana internal yang tinggi pula sehingga perusahaan akan lebih memilih
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu. Sebaliknya suatu perusahaan
yang tingkat profitabilitasnya rendah cenderung memiliki hutang yang lebih
tinggi. Alasan perusahaan yang kurang profitable cenderung menggunakan
hutang yang lebih tinggi karena kurangnya dana internal perusahaan dan
14
hutang merupakan dana eksternal yang paling murah juga merupakan sumber
dana eksternal yang lebih disukai.
Apabila didalam suatu perusahaan menggunakan dana eksternalnya yaitu
hutang, ada empat dasar yang mendasari Pecking Order Theory memprediksi
perusahaan lebih mengutamakan hutang daripada modal sendiri saat pendanaan
eksternal dibutuhkan, yaitu :
a. Pasar menderita kerugian karena adanya asimetri informasi (Asymmetric
Information) antara manajer dengan investor, pihak manajemen perusahaan
mempunyai informasi lebih banyak dari pada pihak investor.
b. Hutang dan saham sama-sama membutuhkan biaya transaksi bagi
perusahaan. Namun, biaya transaksi hutang relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan saham.
c. Perusahaan mendapatkan manfaat pajak dengan mengeluarkan sekuritas
hutang. Manfaat pajak ini diperoleh oleh perusahaan karena adanya biaya
bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan pajak kena
pajak.
d. Kontrol manajemen, dalam hal ini insider ownership, yaitu pemilikan oleh
manajemen dapat dipertahankan apabila perusahaan menerbitkan sekuritas
hutang.
Dana eksternal yang lebih disukai pemilik perusahaan dalam bentuk
hutang memiliki dua alasan, pertama adalah pertimbangan biaya emisi obligasi
lebih murah dibandingkan biaya emisi saham baru.
15
3. Asymmetric Information Theory and Signaling Theory
Dasar teori ini adalah bahwa manajer dan pemegang saham tidak memiliki
akses informasi perusahaan yang sama atau adanya asimetri informasi. Ada
informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan para
pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut. Akibatnya, ketika
kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat
membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai
perusahaan berubah. Dengan kata lain, muncul pertanda atau sinyal
(signalling).
Hubungan antara pemilik/pemegang saham (principal) dan manajer
(agent) dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi/asimetri
informasi karena informasi perusahaan yang dimiliki manajer lebih lengkap
dibandingkan dengan pemilik. Laporan keuangan diperlukan oleh pihak
internal (manajer) dan pihak eksternal (pemegang saham). Laporan keuangan
sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama karena kelompok ini
berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
Para pengguna internal (manajemen) memiliki kontak langsung dengan
perusahaan dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi,
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar
para pengguna eksternal (pemilik). Ketika asimetri informasi tinggi, pemegang
saham tidak memiliki sumber daya yang cukup, intensif, atau akses atas
informasi yang relavan untuk memonitor tindakan manajer.
16
Adanya asimetri informasi ini akan mendorong manajer untuk menyajikan
informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut terkait
dengan pengukuran kinerja manajer. Scott (2000) menyatakan bahwa terdapat
dua jenis asimetri informasi sebagai berikut :
a. Adverse Selection, adalah bahwa manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor (pemegang saham). Fakta yang mungkin dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut
tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b. Moral Hazard, adalah bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun investor (pemberi
pinjaman), sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak yang secara etika tidak layak
dilakukan.
Asimetri informasi menimbulkan terjadinya konflik antara manajer dan
pemegang saham untuk saling mencoba memanfaatkan masing-masing pihak
untuk kepentingannya.
4. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih principal
(pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk
membuat keputusan agen. Pada agency theory yang disebut principal adalah
pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola
17
perusahaan. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-
pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda, pemilik modal
menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal,
sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para
manajer. Dengan demikian munculah konflik kepentingan antara pemilik dan
manajer (Indahningrumm dan Handayani, 2009).
Dengan adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik
perusahaan sangat rawan terjadinya konflik, konflik disebabkan oleh perbedaan
kepentingan yang sama-sama menginginkan kesejahteraan. Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena pemilik perusahaan tidak
dapat mengawasi aktivitas manajer sehari-hari untuk memastikan bahwa
manajer bekerja sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Pemilik
perusahaan tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja manajer,
karena kesehariannya perusahaan hanya diatur oleh manajer hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki manajer
dan pemilik perusahaan.
Konflik keagenan dapat muncul karena pihak manajer memiliki informasi
yang lebih baik mengenai prospek perusahaan dibandingkan dengan para
pemegang saham, hal ini disebut dengan asymmetric information (Brigham dan
Houston, 2011). Menurut Masdupi (2005) dalam mengatasi masalah keagenan
dan biaya keagenan dapat dilakukan beberapa cara berikut. Pertama, dengan
meningkatkan insiders ownership. Menurut pendekatan ini, agency problems
bisa dikurangi apabila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam
18
perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan
langsung akibat dari keputusan yang diambilnya sehingga tidak mungkin
manajer bertindak opportunistic lagi. Kedua, pendekatan pengawasan
eksternal, pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan hutang.
Peningkatan penggunaan debt financing akan mempengaruhi pemindahan
equity capital. Masdupi (2005), menyatakan bahwa dengan adanya hutang
akan dapat mengendalikan penggunaan aliran kas bebas secara berlebihan oleh
manajemen dan dengan demikian akan dapat menghindari investasi yang sia-
sia. Ketiga, institusional investor sebagai monitoring agent. Masdupi (2005),
menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari luar
yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi
agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang
keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi
suatu hal yang relavan.
5. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari
kebijakan pendanaan perusahaan. Kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Selain itu menurut pemegang saham kebijakan hutang juga berfungsi sebagai
mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam
19
pengelolaan perusahaan. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada
pendisplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada.
Namun, karena hutang yang cukup besar akan menimbulkan kesulitan
keuangan dan atau risiko kebangkrutan, maka manajer kurang menyukai
penggunaan pembiayaan dengan hutang dan pihak manajemen perusahaan
mempunyai kecenderungan tidak akan memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya dengan biaya pihak lain karena telah menggunakan pembiayaan
dengan hutang.
Menurut Nurhuda (2009), menyatakan bahwa pada laporan keuangan
umumnya hutang diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hutang lancar dan
hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah hutang atau kewajiban yang
berasal dari kegiatan operasional yang akan dilunasi dengan menggunakan aset
lancar dalam satu tahun kedepan atau dalam satu siklus operasi normal,
sedangkan hutang jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh temponya
melebihi satu tahun sejak tanggal neraca didukung dengan menerbitkan surat
obligasi.
Kebijakan hutang (Leverage) sering diukur dengan Longterm Debt to
Equity Ratio (LDER). Menurut Sudana (2011), Rasio ini mengukur besar
kecilnya penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal
sendiri perusahaan. LDER dalam arti lain adalah rasio yang mengukur besar
modal perusahaan yang dibiayai melalui hutang jangka panjang. Semakin besar
nilai rasio ini mencerminkan risiko keuangan perusahaan semakin besar, dan
bisa juga sebaliknya. Apabila semakin rendah LDER, menunjukkan bahwa
20
rendahnya tingkat hutang yang dimiliki perusahaan dalam mendanai modal dan
tingginya kemampuan perusahaan untuk membayar hutang.
Menurut agency theory terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan pendanaan dengan menggunakan kebijakan hutang
seperti free cash flow, managerial ownership, institusional ownership,
profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, laba ditahan dan likuiditas.
Hardiningsih dan Oktaviani (2012), menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang, diantaranya profitabilitas dan
struktur aktiva. Menurut Wiliandri (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang diantaranya kepemilikan institusional. Sedangkan Yeniatie
dan Destriana (2010) membuktikan bahwa yang mempengaruhi kebijakan
hutang adalah pertumbuhan perusahaan.
a. Profitabilitas
Salah satu faktor utama yang menentukkan kesehatan suatu perusahaan
adalah perolehan laba yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu.
Dengan tingginya perolehan laba yang dihasilkan perusahaan akan
mengurangi jumlah penggunaan hutang perusahaan. Karena perusahaan
cenderung akan menggunakan dana melalui laba perusahaan. Perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung akan menggunakan laba
dalam membiayai kebutuhan perusahaan dibandingkan dengan
menggunakan hutang.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
21
(Sartono, 2010). Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang
mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya.
Ukuran profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai macam
seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi.
Pengukuran tingkat profitabilitas dapat diukur salah satunya dengan
menggunakan rasio Return on Asset (ROA) yaitu dengan membagi laba/rugi
tahun berjalan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Hasil ROA
yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
operasional perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan dan
sebaliknya jika hasilnya negatif maka total aktiva yang dipergunakan tidak
memberikan laba bagi perusahaan. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor. Menurut Ross et al (2002) dalam
Natasia dan Wahidahwati (2015) pengukuran Return on Asset (ROA) adalah
Net Income dibagi dengan total asset perusahaan.
b. Struktur Aset
Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-
masing komponen aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
Perusahaan dengan aset tetap yang tinggi dapat digunakan untuk jaminan
akan lebih memilih untuk menggunakan penggunaan hutangnya lebih
banyak. Menurut Manan (2004), menyatakan bahwa struktur asset
berhubungan dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan.
Perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan cenderung
22
menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur asetnya
tidak fleksibel.
Menurut Elsas dan Florysiak (2008), aktiva tetap dapat dijadikan
jaminan/collateral dalam melakukan pinjaman utang, dan karenanya dapat
meruduksi biaya dari kesulitan keuangan (cost of financial distress) dan ini
akan semakin meningkatkan kapasitas utang yang dapat menguntungkan
perusahaan. Hipotesis ini sesuai dengan teori trade-off, dimana perusahaan
perlu menyeimbangkan antara manfaat dan biaya penggunaan utang.
Menurut Gaud et al. (2003) nilai likuidasi aktiva tetap biasanya akan
lebih tinggi daripada aktiva tidak berwujud (intangible asset), sehingga
ketika perusahaan mengalami kebangkuratan, biaya kesulitan keuangan
(cost of financial distress) yang ditanggung oleh perusahaan lebih kecil
dibandingkan jika perusahaan tersebut memiliki aktiva tidak berwujud lebih
tinggi.
Penelitian ini menggunakan perhitungan Asset Structure. Menurut
Yeniatie dan Destriana (2010) dalam Natasia dan Wahidahwati (2015) asset
structure diukur dengan menggunakan hasil bagi antara fixed asset terhadap
total asset.
c. Pertumbuhan Perusahaan
Kesuma (dalam Clarensia dan Azizah, 2012) menyatakan bahwa
pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah
penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
perusahaan merupakan perubahan total asset baik berupa peningkatan
23
maupun penurunan asset perusahaan dalam satu periode atau satu tahun.
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi
akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen asset,
baik asset tetap maupun asset lancar.
Bringham dan Gapenski (2011) menyatakan bahwa perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung membutuhkan dana dari
luar perusahaan yang lebih besar. Pendanaan ekstern yang lebih disukai
adalah dengan menggunakan hutang karena lebih murah dibandingkan
harus dengan mengeluarkan saham baru dengan biaya emisi saham baru
yang lebih besar daripada biaya hutang.
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak
mengandalkan modal eksternal. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan,
maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin
besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar
keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang
tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen, tetapi lebih
baik digunakan untuk pembiayaan investasi.
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan
mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut
membelanjainya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Cara
pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t
setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan
pada periode sebelumnya.
24
d. Kepemilikan Institusional
Menurut Anggraini (2011) menyatakan bahwa, kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management, dan kepemilikan institusi lain).
Bahwa kepemilikan institusional juga dapat menurunkan biaya agensi,
karena dengan adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional
menyebabkan penggunaan hutang menurun. Menurut Nuraini (2012)
dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer menggunakan
hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
financial distress dan resiko kebangkrutan.
Definisi lain kepemilikan institusional adalah persentase saham yang
dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun (Yeniatie dan Destriana,
2010). Menurut Susanto (2011), kepemilikan institusional adalah tingkat
kepemilikan saham oleh outsider (pihak luar) perusahaan dalam hal
proporsi saham yang dimiliki institusional atau perusahaan lain.
Kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan meningkatkan
pengawasan kinerja manajer. Melalui Institusional Ownership para
shareholder akan lebih mudah dan berperan aktif di dalam perusahaan,
seperti didalam rapat mereka akan menyuarakan pendapat dan opininya
serta memastikan bahwa manajer perlu untuk memenangkan dukungan
mereka mengenai hal-hal yang memerlukan persetujan shareholder
terutama dalam menentukan penggunaan hutang.
25
Oleh karena menguasai mayoritas, maka pihak institusional dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat
dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Penelitian ini
menggunakan rasio jumlah saham institusional dibagi dengan total saham
beredar sebagaimana digunakan dalam penelitian Soesetio (2008).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun
hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik
penelitian yaitu mengenai kebijakan hutang perusahaan. Dalam penelitian ini
penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relavan dengan permasalahan yang
akan diteliti tentang analisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan.
Putri (2012), penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor
industri makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEI) periode
2005-2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel
profitabilitas (Return on Asset), struktur aktiva (Fixed Asset to Total Asset), dan
ukuran perusahaan (SIZE) terhadap struktur modal (Longterm Debt to Equity
Ratio). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas profitabilitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (Longterm Debt to Equity
Ratio). Sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal (Longterm Debt to Equity Ratio).
26
Kartini dan Arianto (2008), penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2005.
Variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan,
profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan. Variabel terikatnya adalah
struktur modal (Longterm Debt to Equity Ratio). Hasil dari penelitian ini adalah
struktur kepemilikan, pertumbuhan asset, dan ukuran perusahaan memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan (LDER), sedangkan profitabilitas
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Longterm Debt to Equtiy Ratio
(LDER).
Purwasih, Agusti dan Azhar (2014) melakukan penelitian tentang
kebijakan hutang, dengan tujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur asset. Hasil
dalam penelitian ini didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan
dividen dan struktur asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Beny (2013) juga melakukan penelitian sejenis dengan judul Pengaruh
Dividend Payout Ratio, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Kepemilikan
Managerial, Kepemilikan Institusional dan Aliran Kas Bebas terhadap Kebijakan
27
Hutang. Variabel bebas dari penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional dan Aliran Kas Bebas. Sedangkan variabel terikatnya adalah
Kebijakan Hutang. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang
Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2009. Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa profitabilitas, kepemilikan institusional dan aliran kas
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan
dividend payout ratio, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Yeniatie dan Destriana (2010), penelitian ini dilakukan pada perusahaan
non keuangan periode 2005-2007 yang terdaftar di BEI dengan judul Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Adapun vairabel bebas yang
dipakai adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Dividen, Struktur Asset, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Bisnis.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kebijakan Hutang. Hasil dari penelitian
ini adalah kepemilikan institusional, struktur asset, profitabilitas, pertumbuhan
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel
kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Widjaja (2014) melakukan penelitian mengenai kebijakan hutang
perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor perdagangan, jasa
dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 dengan
judul Dampak Peningkatan Asset, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap
28
Leverage Perusahaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh kenaikan asset, peningkatan profitabilitas dan meningkatkan likuiditas
pada leverage perusahaan, penelitian ini menggunakan model persamaan
multivariat. Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukan pengaruh peningkatan
asset terhadap leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan. Pengaruh
Profitabilitas (ROE) bersifat positif dan signifikan terhadap leverage dan hasil
regresi peningkatan likuiditas (Quick Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap leverage.
Indraswary, Raharjo dan Andini (2016), melakukan penelitian mengenai
kebijakan hutang sebagai variabel terikat, judul penelitian yaitu Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Variabel bebas yang
dilakukan peneliti yaitu asset structure, return on asset , dividend payout ratio,
ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan free
cash flow. Dalam penelitian ini menggunakan 49 perusahaan property dan real
estate yang terdaftar di BEI hingga tahun 2014. Hasil regresi dari penelitian ini
menyatakan bahwa asset structure, dividen payout ratio, ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional dan free cash flow berpengaruh secara signifikan
terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan return on asset dan
kepemilikan manajerial berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
Zuhria dan Riharjo (2016) juga melakukan penelitian sejenis dengan judul
Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran
29
Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang. Variabel bebas dari penelitian ini adalah
profitabilitas, free cash flow, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan.
Sedangkan variabel terikatnya adalah kebijakan hutang. Penelitian ini dilakukan
pada perusahaan makanan dan minuman yang Listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2011-2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
didasarkan pada purposive sampling, teknik yang digunakan yaitu analisis regresi
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa profitabilitas, free cash flow dan
pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif artinya bahwa perusahaan
yang baik dan sehat mempunyai profitabilitas yang tinggi dan cenderung memiliki
laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini
yang baik akan lebih besar dibandingkan profitabilitas yang rendah. Pertumbuhan
perusahaan yang berpengaruh negatif signifikan berarti bahwa pertumbuhan
penjualan yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
yang stabil, pertumbuhan penjualan dari tahun sebelumnya secara berkala dapat
digunakan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan pada tahun yang akan
datang. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifkan terhadap
kebijakan hutang perusahaan artinya semakin besar ukuran suatu perusahaan,
maka kecenderungan menggunakan modal juga semakin besar, hal ini disebabkan
karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang
operasionalnya.
30
Natasia dan Wahidahwati (2015) melakukan penelitian mengenai kebijakan
hutang perusahaan dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013 dengan sampel
penelitian sebanyak 83 perusahaan manufaktur dan menggunakan analisis linear
berganda. Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa free cash flow,
managerial ownership, profitabilitas, struktur aktiva, laba ditahan, dan likuiditas
berpengaruh terhadap kebijakan hutang,. Sedangkan kepemilikan institusional dan
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan institusional yang yang tidak berpengaruh signifikan menunjukan
bahwa investor institusional hanya sebagai pihak yang memonitoring tindakan
manajemen dan tidak berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan
mengenai kebijakan hutang tersebut. Sedangkan perumbuhan perusahaan yang
berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan hutang menunjukan bahwa
tingginya tingkat pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan.
Geovana dan Andayani (2015), penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2010-2013.
Peneliti menggunakan perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur
merupakan perusahaan yang memiliki jumlah besar yang go public. Variabel
bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah growth sales, profitabilitas,
operating leverage, dan tax rate. Dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
31
kebijakan hutang dengan menggunakan ratio DER. Hasil dari penelitian ini yaitu
growth sales dan tax rate berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan
variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Dengan adanya pengaaruh yang positif pada variabel growth sales terhadap
kebijakan hutang hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan penjualan akan
mengakibatkan kenaikan hutang, hal ini disebabkan karena perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan tinggi kecenderungan penggunaan hutang akan tinggi.
Selanjutnya yaitu variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan
perusahaan menjelaskan bahwa setiap kenaikan profitabilitas akan mengakibatkan
penurunan tingkat hutang perusahaan, karena dengan tingginya profit perusahaan
akan mampu memenuhi kebutuhan investasinya. Variabel operating leverage
berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang menunjukan bahwa perusahaan
yang memiliki biaya tetap yang tinggi dan tingkat penjualan yang stabil akan
memiliki pengaruh terhadap hutang.
Putra dan Fidiana (2017) penelitian berjudul Pengaruh Arus Kas Bebas,
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang. Penelitian
bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas bebas, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur sektor barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014.
Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan
software SPSS versi 20. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa arus kas
bebas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang,
variabel profitabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang, hal ini
32
disebabkan karena perusahaan tidak bisa menghindari penggunaan hutang untuk
sumber pendanaannya dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Purwidianti dan Purnadi (2016) melakukan penelitian yang berjudul
Analisis Pengaruh Tingkat Keuntungan, Belanja Modal dan Perubahan Modal
terhadap Instrumen Hutang Jangka Panjang. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang masuk ke Jakarta Islamic Index selama periode 2012-
2014. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat keuntungan berpengaruh negatif
terhadap perubahan instrument jangka panjang. Variabel belanja modal
menunjukkan bahwa variabel belanja modal berpengaruh positif signifikan
terhadap perubahan instrumen hutang jangka panjang, hal ini disebabkan berarti
ketika terjadi kenaikan belanja modal akan mengakibatkan kenikan instrumen
hutang jangka panjang. Varibel modal berjalan menunjukan hasil bahwa tidak
berpengaruh positif terhadap perubahan instrumen hutang jangka panjang, hal ini
berarti ketika terjadi kenaikan modal berjalan akan mengakibatkan penurunan
instrumen hutang jangka panjang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diringkas dalam suatu tabel
berikut ini :
33
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Meidera
Elsa Dwi
Putri
(2012)
Pengaruh
Profitabilitas,
Struktur Aktiva,
dan Ukuran
Perusahaan
terhadap
Struktur Modal
- Objek
penelitian
menggunakan
Profitabilitas
dan Struktur
Aktiva
- Variabel
dependen
diproksikan
dengan LDER
Struktur
Aktiva
diproksikan
oleh FATA
- Profitabilitas
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap struktur
modal
- Struktur Aktiva dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap struktur
modal
2 Kartini
dan
Tulut
Arianto
(2007)
Struktur
Kepemilikan,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Aktiva, dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Struktur Modal
- Objek
penelitian
menggunakan
Profitabilitas
dan Struktur
Kepemilikan
- Variabel
dependen
diproksikan
dengan LDER
Profitabilitas
diproksikan
dengan NPM
(Net Profit
Margin)
- Struktur
Kepemilikan,
Pertumbuhan Aktiva
dan Ukuran
Perusahaan memiliki
pengaruh positif dan
signifikan
- Profitabilitas
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap struktur
modal
34
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
3 Dewi
Purwasih
, Restu
Agusti
dan Al
Azhar L
(2014)
Analisis
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan
Dividen,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan, dan
Struktur Asset
terhadap
Kebijakan
Hutang
Objek
penelitian
menggunakan
variabel
Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas,
Struktur Asset
Variabel
dependen
diproksikan
dengan DER
- Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan Dividen,
dan Struktur Asset
tidak terdapat
pengaruh signifikan
- Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
4 Beny
(2013)
Pengaruh DPR,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Kepemlikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional dan
Airan Kas
Bebas terhadap
Kebijakan
Hutang
- Objek
penelitian
menggunakan
variabel
profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Kepemilikan
Institusional
- Variabel
dependen
menggunakan
DER
- - DPR, Pertumbuhan
Perusahaan,
Kepemilikan
Manajerial tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang
- Profitabilitas,
Kepemilikan
Institusional dan
Aliran Kas Bebas
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
35
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
5 Yeniati
dan
Niken
Destriaa
(2010)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
hutang
- Objek
Penelitian
menggunakan
variabel
Kepemilikan
Institusional,
Struktur Asset,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan
- Variabel
dependen
diproksikan
dengan LDER
- - Kepemilikan
Institusional, Struktur
Asset, Profitabilitas,
dan Pertumbuhan
Perusahaan
berpengaruh
signifikan
- Kepemilikan
manajerial, Kebijakan
Dividen dan Resiko
Bisnis tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang
6 Indra
Widjaja
(2014)
Dampak
peningkatan
asset,
profitabilitas,
dan likuiditas
terhadap
leverage.
-Variabel
menggunakan
profitabilitas
-Variabel di
proksikan
dengan
menggunakan
DER
- Peningkatan asset
memberikan pengaruh
positif tetapi tidak
signifikan
- Peningkatan
profitabilitas
memberikan pengaruh
positif dan signifikan
-Peningkatan
likuiditas memberikan
pengaruh negatif
secara signifikan
36
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
7 Herdiana
Ulfa
Indraswa
-ry,
Kharis
Raharjo,
Rita
Andini
(2016)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
hutang pada
perusahaan
property dan
real estate yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-
2014
-Menggunakan
variabel ROA,
Struktur asset,
Kepemilikan
institusional
-Variabel
dependen
diproksikan
dengan
menggunakan
DER
-struktur asset
berpengaruh negatif
signifikan
-ROA berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang
-DPR berpengaruh
positif dan siginifikan
-Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan
-kepemilikan
manajerial
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
-kepemilikan
institusional
berpengaruh negatif
signifikan
-free cash flow
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang
(DER)
37
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Perasamaan Perbedaan Hasil Penelitian
8 Siti
Fatimatu
Zuhria
dan
Ikhsan
Budi
Riharjo
(2016)
Pengaruh
profitabilitas,
free cash flow,
pertumbuhan
penjualan,
ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan
hutang
-Menggunakan
variabel
profitabilitas,
pertumbuhan
penjualan
-rasio
profitabilitas
menggunakan
ROA
-Variabel
dependen
diproksikan
dengan
menggunakan
DER
-Profitabilitas
mempunyai pengaruh
negatif
-free cash flow
berpengaruh secara
negatif terhadap
kebijakan hutang
-pertumbuhan
penjualan berpengaruh
secara negatif
-ukuran perusahan
memiliki pengaruh
secara positif terhadap
DER
9 Weka
Natasia
dan
Wahidah
wati
(2015)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
hutang yang
terdaftar di BEI
-Menggunakan
variabel
kepemilikan
institusional,
profitabilitas,
growth
struktur aktiva
-Rasio
profitabiltas
menggunakan
ROA
-Variabel
dependen
menggunakan
proksi DER
-Free cash flow
berpengaruh
signifikan terhadap
signifikan terhadap
kebijakan hutang
-Managerial
ownership
berpengaruh terhadap
kebijakan hutang
-Institusional
Ownership tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
38
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
10 Rosella
Selvilita
Geovana
dan
Andayni
(2015)
Pengaruh
growth sales,
profitabilitas,
operating
leverage dan tax
rate terhadap
kebijakan
hutang
-Menggunakan
variabel
profitabilitas,
pertumbuhan
peenjualan
-Rasio
profitabilitas
menggunakan
ROA
-Variabel
dependen
menggunakan
proksi DER
-Growth sales
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
hutang
-Profitabilitas
bepengaruh secara
positif dan signifikan
terhadap DER
-Operating leverage
berpengaruh positif
signifikan terhadap
DER
-Tax rate diperoleh
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap DER
11 Zaka
Yahya
Putra dan
Fidiana
(2017)
Pengaruh arus
kas bebas,
profitabilitas,
dan ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan
hutang
-Menggunakan
variabel
profitabilitas
dan
menggunakan
rasio ROA
-Variabel
dependen
menggunakan
proksi DER
-Arus kas bebas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang
-Profitabilitas tidak
berpengaruh dan
negatif terhadap
kebijakan hutang
-Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap DER.
39
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
12 Wida
Purwidia
nti dan
Purnandi
(2016)
Analisis
pengaruh tingkat
keuntungan,
belanja modal,
dan perubahan
modal terhadap
instrumen
hutang jangka
panjang
-Menggunakan
variabel
tingkat
keuntungan
(profitabilitas)
dengan rasio
ROA
-Menggunakan
variabel
dependen
proksi LDER
-Pada
perusahaan JII
(Jakarta
Islamic Index)
-Tingkat keuntungan
(ROA) menunjukan
bahwa tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
-Belanja modal
berpengaruh positif
signifikan terhadap
perubahan instrumen
hutang jangka panjang
-Modal berjalan dalam
penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap
instrumen hutang
jangka panjang
C. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang
Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat
sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas
investasinya. Pecking order theory menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan justru tingkat hutang akan semakin kecil, hal itu
dikarenakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi memiliki sumber
dana internal yang tinggi pula sehingga perusahaan akan lebih memilih
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu. Sebaliknya suatu perusaahaan
40
yang tingkat profitabilitasnya rendah cenderung memiliki hutang yang lebih
tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Natasia dan
Wahidahwati (2015) yang menyatakan bahwa Return On Asset (ROA)
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitian
Indahningrum dan Handayani (2009) juga menyatakan hasil yang sama bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Steven dan Lina (2011) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut :
: Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang.
2. Pengaruh Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang
Stuktur aset perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukkan
pembiayaan, perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang tinggi, maka akan
banyak menggunakan hutang jangka panjang dalam pendanaanya. Aktiva tetap
merupakan aset yang sering dipergunakan perusahaan sebagai jaminan untuk
mendapatkan pinjaman, sehingga jika perusahaan tersebut memiliki aktiva
tetap yang besar maka perusahaan akan mudah untuk mendapatkan pinjaman
atau hutang. Menurut Hardiningsih dan Oktaviani (2012) menyatakan bahwa
kepemilikan aktiva tetap yang besar dan adanya penawaran kemudahan
pemberian pinjaman serta adanya kesempatan untuk berinvestasi akan menjadi
pertimbangan perusahaan untuk mengambil keputusan kebijakan hutang.
41
Penelitian yang dilakukan oleh Steven dan Lina (2011) menunjukkan bahwa
struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut :
: Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang
Suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan
membutuhkan dana yang besar sehingga cenderung untuk menekan sebagian
besar pendapatannya. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam
perusahaan semakin rendah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat mengidentifikasi
bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Hal ini menyebabkan
timbulnya kebutuhan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan
berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut dengan menggunakan
hutang. Amirya dan Atmini (2008) dalam Zuhria dan Riharjo (2016),
menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan
hutang, hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki penerimaan
tinggi, berarti memiliki kemampuan pendanaan internal yang tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
42
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang
Adanya kepimilikan saham institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas
saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
pemegang saham lainnya. Oleh karena mayoritas lebih menguasai, maka pihak
institusional dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen
secara lebih kuat dibandingkan pemegang saham lainnya. Indahningrum dan
Handayani (2009) menemukan bahwa kepemilikan institusional mempunyai
pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian Masdupi (2005) dan Wahidahwati (2002) kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
: Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang
D. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya setiap perusahaan besar yang ingin kegiatan usahanya
berkembang dan tumbuh dengan baik pasti membutuhkan modal yang besar.
Modal merupakan sesuatu hal yang penting ketika ingin memajukan perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukkan berapa kira-kira modal
yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan usahanya tersebut. Sedangkan modal
dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu internal dan ekternal. Dari sumber
internal adalah laba ditahan, sedangkan sumber eksternal adalah modal pemilik
atau kreditur (hutang).
43
Perusahaan yang kekurangan dana internal akan meminjam dana eksternal
(hutang). Akan tetapi menurut pecking order theory perusahaan akan lebih
memilih untuk menggunakan dana internal dari pada harus melakukan
pengelolaan aktivitas perusahaan dengan menggunakan dana eksternal. Tujuannya
adalah agar perusahaan mampu menekan biaya-biaya yang timbul dari hutang
yang akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan. Manajemen diharapkan
mampu melakukan pengelolaan kebijakan pendanaan dengan baik khususnya
kebijakan hutang.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Keputusan pendanaan dapat dilakukan dengan cara mengatur kebijakan hutang
perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang yang dalam
penelitian ini dianalisis melalui profitabilitas, struktur asset, pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan institusional.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka dapat digambarkan sebuah kerangka
pemikiran seperti gambar 2.1
44
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BEI
Variabel Dependen :
Kebijakan Hutang (LDER)
Variabel Independen:
1. Profitabilitas
2. Struktur Aset
3. Pertumbuhan Perusahaan
4. Kepemilikan Institusional
Analisis Regresi Berganda
Fixed Effect Random Effect Common Effect
Uji Normalitas Uji
Multikolineritas
Uji
Heterokedastisitas
Uji Autokorelasi
Uji F (Simultan) Uji t (Parsial) Koefisien
Determinasi
Kesimpulan
45
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis uji signifikansi secara parsial (Uji T) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
: - = 0, Diduga variabel independen profitabilitas, struktur aset,
pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh
secara parsial terhadap kebijakan hutang.
: - ≠ 0, Diduga variabel independen profitabilitas, struktur aset,
pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara
parsial terhadap kebijakan hutang.
2. Hipotesis uji signifikansi secara simultan (Uji F) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
: - = 0, Diduga variabel independen profitabilitas, struktur aset,
pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh
secara simultan terhadap kebijakan hutang.
: - = 0, Diduga variabel profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan
perusahaan, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan
terhadap kebijakan hutang.
46
Gambar 2.2
Kerangka Hipotesis
Profitabilitas
(X1)
Struktur Asset
(X2)
Pertumbuhan
Perusahaan (X3)
Kepemilikan
Institusional (X4)
Kebijakan Hutang
(Y)
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah melalui teknik pengukuran terhadap variabel-variabel
tertentu dan menghasilkan kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependen variable).
Variabel bebas (independen variable) yaitu Profitabilitas (Return On Asset),
Struktur Asset (Fixed Asset Ratio), Pertumbuhan Perusahaan (Growth) dan
Kepemilikan Institusional (INST). Sedangkan variabel terikat (dependen variable)
dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang (Long Term Debt to Equity Ratio).
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Data diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan yang diunduh dari www.idx.co.id Teknik
ini digunakan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam
penelitian.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena
jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan peneliti untuk
48
dapat meneliti populasi. Dimana sampel yang dipilih dengan cermat hingga
relavan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2012
sampai dengan tahun 2015.
b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
selama periode 2012 sampai dengan tahun 2015.
c. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan (annual report)
periode 2012 sampai dengan tahun 2015, memiliki data keuangan dan data
pasar secara lengkap.
d. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data mengenai profitabilitas,
struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan institusional.
Berdasarkan pemilihan kriteria sampel tersebut, maka pada peneilitian ini
sampel perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria berjumlah 10 perusahaan.
Untuk proses pemilihan secara jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
49
Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
1
Perusahaan manufaktur yang tercatat di
BEI tahun 2012 sampai dengan tahun
2015.
126
2
Perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangan yang telah diaudit dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir
pada tanggal 31 Desember.
(22)
3 Perusahaan yang laporan keuangannya
tidak lengkap. (35)
4
Perusahaan yang tidak memberikan
informasi secara jelas adanya kepemilikan
institusional.
(59)
Jumlah Sampel 10
Tahun Penelitian 4
Jumlah Observasi Penelitian 40
Sumber : Bursa Efek Indonesia yang telah diolah.
Berdasarkan Tabel 3.1 yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini adalah sepuluh perusahaan. Sepuluh
sampel perusahaan beserta kode perusahaan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
50
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Gudang Garam Tbk GGRM
2. PT. Akasha Wira International Tbk ADES
3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
4. PT. Mayora Indah Tbk MYOR
5. PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
6. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
7. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP
8. PT. HM Sampoerna Tbk HMSP
9. PT. Sepatu Bata Tbk BATA
10. PT. Argha Karya Prima Tbk AKPI
Sumber : Bursa Efek Indonesia yang telah diolah.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang merupakan data sekunder.
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono :2007).
Informasi mengenai kebijakan hutang, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan
kepemilikan institusional diperoleh dari laporan tahunan perusahaan (annual
report) dan laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) maupun yang dipublikasikan langsung melalui web resmi
perusahaan selama periode 2012 sampai dengan 2015.
D. Metode Analisis Data
Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis
data, misalnya dengan model regresi. Sebuah model regresi linier dapat disebut
sebagai model yang baik jika memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
terdiri dari uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji
51
normalitas (Rosadi, 2012:52). Analisis regresi pada dasarnya adalah studi
mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih
variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen
yang diketahui (Gujarati, 2003).
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dan pengujian asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas dan uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistic Eviews versi 8.
1. Regresi Data Panel
Teknik pengolaham data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model regresi data panel. Data yang merupakan kombinasi dari data bertipe
cross-section dan data time series (yakni sejumlah vaariabel observasi atas
sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu), data
demikian disebut sebagai data panel. (Rosadi, 2012:271). Model analisis
regresi data panel memiliki beberapa keuntungan yaitu mampu menyediakan
data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang
lebih besar, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul ketika adalah masalah penghilangan
variabel (Widarjono, 2013:353).
Menurut Widarjono (2013:355) terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel yaitu :
52
a. Pendekatan Common Effect
Pendekatan Common Effect dilakukan dengan menggabungkan data
time series dan cross section tanpa melihat perbedaan antar waktu dan
individu, diasumsikan data antar perusahaan sama dalam kurun waktu
tertentu. Pendekatan ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Square) sebagai pengestimasi model data panel. Model regresinya yaitu :
Keterangan :
Y : Kebijakan Hutang (LDER)
α : Konstanta
: Koefisien Regresi
: Profitabilitas (ROA)
: Struktur Aset (FAR)
: Pertumbuhan Perusahaan (Growth)
: Kepemlikian Institusional (INST)
i : Jenis Perusahaan
t : Tahun/waktu
e : error term
b. Pendekatan Fixed Effect
Pendekatan Fixed Effect mengasumsikan bahwa terdapat perbedaan
intersep antara perusahaan, namun intersep tersebut dikatakan sama antar
waktu (time invariant) serta koefisien regresi (slope) dikatakan tetap antar
= α + + + + +
53
perusahaan dan antar waktu. Pendekatan ini dilakukan dengan
menggunakan variabel dummy untuk melihat adanya perbedaan intersep
(Widarjono, 2013:356). Model persamaan regresinya sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Kebijakan Hutang (LDER)
α : Konstanta
: Koefisien Regresi
: Profitabilitas (ROA)
: Struktur Aset (FAR)
: Pertumbuhan Perusahaan (Growth)
: Kepemlikian Institusional (INST)
I : Jenis Perusahaan (Terdapat perbedaan intersep antar
perusahaan)
t : Tahun/waktu
: Dummy Variabel
c. Pendekatan Random Effect
Pendekatan Random Effect dilakukan dengan menggunakan
variabel gangguan (error term). Pendekatan ini akan mengestmasi data
panel dengan asumsi variabel gangguan mungkin saling berhubungan
antar waktu dan antar individu. Variabel ganggunan tersebut digunakan
untuk mengatasi masalah penggunaan variabel dummy dalam pendekatan
fixed effect yang menyebabkan berkurangnya derajat kebebasan (degree of
= + + + + + + + +
54
random) dan akhirnya mengurangi efisiensi parameter (Widarjono,
2013:359). Model persamaannya yaitu :
Keterangan :
Y : Kebijakan Hutang (LDER)
: Rata-rata intersep populasi
: Koefisien Regresi
: Profitabilitas (ROA)
: Struktur Aset (FAR)
: Pertumbuhan Perusahaan (Growth)
: Kepemlikian Institusional (INST)
i : Jenis Perusahaan (Terdapat perbedaan intersep antar
perusahaan)
t : Tahun/waktu
vit : Gabungan variabel gangguan secara menyeluruh ( ) dan
variabel gangguan antar individu ( ).
2. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel
Menurut Widarjono (2013) terdapat 3 uji yang digunakan untuk
menentukan pendekatan yang paling tepat dalam mengestimasi regresi data
panel yaitu :
= + + + + + + vit
55
a. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk menentukan pendekatan yang lebih baik
antara Common Effect dan Fixed Effect. Hipotesis dalam uji Chow adalah :
: Model mengikuti Common Effect
: Model mengikuti Fixed Effect
Penentuan pendekatan tersebut akan terlihat hasilnya setelah dilakukan uji
F. Menurut Widarjono (2013:362) rumus Uji F yaitu :
Keterangan :
SSRR : Sum of squared residuals common effect
SSRU : Sum of squared residuals fixed effect
q : Jumlah variabel bebas tanpa konstanta
n : Jumlah observasi
k : Jumlah variabel bebas termasuk konstanta
Ketentuan F test menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05 (5%).
Hasil pengujian akan terlihat dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Tingkat signifikansi (5%) < F statistik, diterima
2) Tingkat signifikansi (5%) > F statistik, ditolak
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi
(5%), maka diterima. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-
F =
56
statistik lebih besar dari tingkat signifikansi (5%) maka menolak . Dan
metode yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect.
b. Uji Langrange Multiplier (LM)
Pengujian ini dilakukan untuk memilih pendekatan yang lebih tepat
antara pendekatan Random Effect dan Common Effect. Uji LM didasarkan
pada nilai residual dari metode Ordinary Least Square (OLS). Menurut
Widarjono (2013:363) jika nilai LM statistik lebih besar dari nilai kritis
statistik Chi-squares ditolak dan menunjukan bahwa pendekatan
Random Effect lebih tepat untuk model regresi data panel. Jika nilai LM
statistik lebih kecil dari nilai kritis statistik Chi-squares maka dapat
diterima, yang artinya pendekatan Common Effect lebih tepat digunakan.
Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n = Jumlah individu
F = Jumlah periode waktu
ê = Residual metode OLS
c. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih pendekatan yang lebih tepat
antara pendekatan Fixed Effect atau Random Effect. Pengujian ini
didasarkan pada ide bahwa Ordinary Least Squares (OLS) dan
Generalized Least Squares (GLS) konsisten tetapi OLS tidak efisien di
LM =
(
∑ ∑
∑ ∑
)
57
dalam hipotesis nol. Disamping itu, hipotesis alternatifnya metode OLS
konsisten dan GLS tidak konsisten. Uji hipotesis nolnya adalah hasil
estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan
berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Hipotesis dalam uji Hausman
yaitu :
: Model mengikuti Random Effect
: Model mengikuti Fixed Effect
Hasil pengujian pada nilai chi square dan p-value. Jika nilai statistik
Hausman lebih besar dari nilai kritis yaitu 5%, maka diterima sehingga
model mengikuti Random Effect . Sebaliknya jika nilai statistik Hausman
lebih kecil dari nilai kritis yaitu 5% maka ditolak sehingga model
mengikuti Fixed Effect. Persamaan uji Hausman dapat ditulis sebagai
berikut :
Keterangan :
= Random Effect Estimator
= Fixed Effect Estimator
∑ = Matriks Kovarians Fixed Effect
∑ = Matriks Kovarians Random Effect
H = ∑ ∑
( )
58
3. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Winarno (2015:39), analisa statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai standar deviasidari data
penelitian. Pengertiannya adalah sebagai berikut :
a. Mean adalah rata-rata data, diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
data dan membaginya dengan cacah data.
b. Median adalah nilai tengah (atau rata-rata dua nilai tengah bila
datanya genap) bila datanya diurutkan dari yang terkecil hingga yang
terbesar. Median merupakan ukuran tengah yang tidak mudah
terpengaruh outlier , terutama bila dibanding dengan mean.
c. Maximum dan minimum adalah nilai paling besar dan paling kecil dari
data.
4. Uji Asumsi Klasik
Menurut Widarjono (2013:99), model regresi dapat dikatakan model yang
baik jika dapat memenuhi kriteria Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE).
Untuk memenuhi kriteria tersebut maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal
dikarenakan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
59
distribusi normal. Cara yang digunakan untuk melakukan uji ini adalah
dengan analisis grafik uji dan uji statistik (Jarque-Bera).
Analisis grafik atau histogram residual merupakan metode grafis yang
paling sederhana digunakan untuk mengetahui apakah bentuk dari
Probability Distribution Function (PDF) dari variabel random berbentuk
distribusi normal atau tidak. Jika histogram residual menyerupai grafik
distribusi normal maka bisa dikatakan bahwa residual mempunyai
distribusi normal. Bentuk grafik distribusi normal ini menyerupai lonceng
seperti distribusi t sebelumnya dimana jika grafik distribusi normal
tersebut dibagi dua akan mempunyai bagian yang sama. (Widarjono,
2013:49)
Uji JB didasarkan pada sampel besar. Hasil uji dilihat dari koefisien
Jarque-Bera dan probabilitasnya. Jika nilai probabilitas diatas 0.05 maka
diterima dan model dikatakan normal (Ghazali dan Ratmono,
2013:166). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
: Residual berdistribusi normal
: Residual tidak berdistribusi normal
Jika probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (α) maka
menerima . Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari tingkat
signifikansi (α) maka menolak atau menerima (Widarjono,
2013:111). Adapun formula uji statistik J-B adalah sebagai berikut :
JB = n [
]
60
Keterangan :
n = Besarnya sampel
S = Koefisien skewness
K = Koefisien Kurtosisi
b. Uji Multikolineritas
Menurut Ghazali dan Ratmono (2013:77) pengujian ini dilakukan
untuk melihat apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
yang tinggi antar variabel independen. Deteksi awal adanya
multikolineritas yaitu model yang mempunyai standard error yang besar
dengan nilai statistik t yang rendah. Jika model ini terindikasi adanya
multikolineritas, maka model tersebut tidak layak. Menurut Widarjono
(2013:103), terdapat beberapa metode untuk mendeteksi masalah
multikolineritas :
1) Nilai tinggi, namun hanya terdapat sedikit variabel independen yang
signifikan dan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menghitung korelasi parsial antar variabel independen. Jika koefisien
korelasi cukup tinggi maka diduga model regresi terdeteksi masalah
multikolineritas
3) Melakukan deteksi klien. Model ini menyarankan untuk mendeteksi
multikolineritas dengan hanya membandingkan koefisien determinasi
auxiliary dengan koefisien determinasi ( ) model regresi aslinya.
61
4) Tolerance and variance inflation factor mendeteksi masalah
multikolineritas dalam regresi linier berganda dengan melihat variabel
independen mana yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai aturan main yang terdapat
dalam buku Ghazali dan Ratmono (2013:79), dikatakan terdapat
multikolineritas apabila koefisien korelasi lebih dari 0.80. Jika koefisien
korelasi kurang dari 0.80 maka tidak terdapat multikolineritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas dapat terdeteksi dengan asumsi dalam model
regresi bersifat homokedastisitas atau memiliki varian yang sama. Masalah
ini sering terjadi pada data cross section (Ghozali dan Ratmono, 2013:93).
Beberapa metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heterokedastisitas telah dikembangkan oleh para ahli ekonometrika.
Menurut Widarjono (2013:115) metode deteksi masalah
heterokedastisitas bisa dilakukan secara informal maupun formal. Metode
informal dapat dilakukan dengan menguji masalah heterokedastisitas
menggunakan pola residual melalui sebuah grafik, jika residual
mempunyai varian yang sama (homokedastisitas) maka tidak mempunyai
pola yang pasti dari residual, sebaliknya jika residual mempunyai sifat
heterokedastisitas, residual ini akan menunjukan pola yang tertentu.
Metode formal dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu metode
Park, Glejser, Spearman, Goldfeld-Quandt, Breusch-Pagan, White. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Deteksi
62
menggunakan uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolute
residual terhadap variabel independen lainnya. Hasil uji Glejser dapat
dilihat dari probabilitasnya. Jika nilai probabilitasnya menunjukkan
signifikan < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi terdeteksi
heterokedastisitas (Ghazali dan Ratmono,2013:100). Adapun persamaan
deteksi heterokedastisitas dengan Uji Glejser dapat ditulis sebagai berikut
(Ghazali dan Ratmono, 2013:98) :
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah terjadi korelasi antar
variabel pengganggu (error) pada periode t dan periode t-1 dalam model
regresi. Sifat autokorelasi muncul bila terdapat korelasi antara data yang
diteliti, terutama data time series karena sifat data time series lekat dengan
kontinyuitas dan ketergantungan antar data. Autokorelasi yang kuat akan
menyebabkan nilai standard error dan nilai t menjadi bias atau bersifat
tidak pasti.
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi model regresi linier berganda
dalam penelitian ini dilakukan Uji Durbin Watson (DW). Nilai statistik
DW akan bernilai 2 jika tidak terdapat autokorelasi, bernilai 0 jika terdapat
autokorelasi positif, dan bernilai 4 jika terdapat autokorelasi negatif.
Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menetapkan
nilai batas bawah ( ) dan batas atas ( ), kemudian mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
1) Bila DW < ,maka terdapat autokorelasi positif;
63
2) Bila < DW < ,maka tidak dapat disimpulkan apakah terdapat
autokorelasi atau tidak;
3) Bila < DW < (4- ) ,maka tidak terdapat autokorelasi
4) Bila (4- ) < DW < (4- ) ,maka tidak dapat disimpulkan apakah
terdapat autokorelasi atau tidak; dan
5) Bila DW > (4- ) ,maka terdapat autokorelasi negatif.
Adapun cara untuk mendapatkan dan untuk Durbin Watson
adalah dengan melihat nilai jumlah observasi (n) dan jumlah variabel
independen tertentu tidak termasuk konstanta (k) (Widarjono, 2009:146).
4. Pengujian Signifikansi
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan koefisien
determinasi ( ), uji F untuk uji simultan atau secara bersama-sama, dan uji
statistik t untuk uji parsial.
a. Uji Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model variabel independen dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghazali dan Ratmono, 2013:59).
64
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai pasti meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Untuk mengatasi masalah ini, nilai yang
digunakan adalah adjusted karena nilai adjusted dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model
(Gujarati,2003). Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan
sebagai berikut :
Keterangan :
= Koefisien Determinasi
ESS = Explained Sum of Square
TSS = Total Sum of Square
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Apabila p value
(sig) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α). Tingkat signifikansi yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah α = 5%. Hal ini berarti apabila p
value < 0.05, maka variabel independen secara keseluruhan memiliki
=
65
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dengan pengujian
dilaksanakan sebagai berikut :
Membandingkan antara F tabel dan F hitung. Nilai F hitung dapat
dicari dengan rumus (Ghazali dan Ratmono, 2013: 62) :
Keterangan :
: Koefisien determinasi
K : Banyaknya koefisien regresi
N : Banyaknya observasi
1) Bila F hitung < F tabel, variabel bebas (independen) secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan hutang.
2) Bila F hitung > F tabel, variabel bebas (independen) secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel kebijakan hutang.
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan (Ghazali dan Ratmono, 2012:62).
Membandingkan antara variabel t tabel dan t hitung. Nilai t hitung dapat
dicari dengan rumus (Ghazali dan Ratmono, 2013:62) :
t =
F =
66
Keterangan :
: Koefisien Parameter
: Standard error koefisien parameter
1) Bila –t tabel < -t hitung dan t hitung < t tabel, variabel bebas
(independen) secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen).
2) Bila t hitung > t tabel dan -t hitung < -t tabel, variabel bebas
(independen) secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen).
E. Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel. Variabel terikat Dependent
Variabel) yang digunakan adalah kebijakan hutang (Long Term Debt to Equity
Ratio) dan variabel bebas (Independent Variabel) yang digunakan adalah
profitabilitas (ROA), struktur asset (FAR), pertumbuhan perusahaan (Growth) dan
kepemilikan institusional (INST).
1. Kebijakan Hutang
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang (Long
Term Debt to Equity Ratio) oleh perusahaan manufaktur periode 2012-2015.
Data keuangan diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). LDER dapat dihitung dengan rumus :
LDER =
67
2. Profitabilitas
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Rasio ini
melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Semakin tinggi
profitabilitas maka akan semakin rendah kebijakan hutang perusahaan
(Indahningrum dan Handayani, 2009). Rasio ROA dapat dihitung dengan
rumus (Moh’d et al 1998 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009) :
3. Struktur Aset
Struktur asset (FAR) adalah penentuan berapa besar alokasi untuk
masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva
tetap. Dengan hasil perbandingan aktiva tetap dan total asset akan
menghasilkan struktur aktiva artinya semakin banyak jaminan yang
dikeluarkan maka perusahaan akan semakin mudah mendapatkan hutang.
Struktur asset dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Brigham dan
Houston, 2011) :
ROA =
FAR =
68
4. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan (Growth) merupakan perubahan total asset baik
berupa peningkatan maupun penurunan asset perusahaan dalam satu periode
atau satu tahun. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung membutuhkan dana dari luar perusahaan yang lebih besar.
Pertumbuhan perusahaan yaitu persentase pertumbuhan perubahan dalam
total asset, dimana total asset akhir tahun dibagi dengan total asset awal
tahun. Pertumbuhan perusahaan dirumuskan sebagai berikut :
5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki institusional (lembaga) pada akhir tahun yang diukur dalam
persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam suatu
perusahaan (Indahningrum dan Handayani, 2009). Semakin tinggi
kepemilikan institusional, maka akan semakin kecil hutang yang digunakan
untuk mendanai perusahaan. Kepemilikan institusional dapat dirumuskan
sebagai berikut (Masdupi, 2005) :
Growth =
INST =
69
BAB 1V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah 10 perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdaftar dari tahun 2012 dan tetap beroperasi
hingga tahun 2015. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan
tahunan (annual report) yang tercatat dari tahun 2012-2015. Perusahaan yang
masuk obyek penelitian berjumlah 10.
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di
bursa tersebut. Bursa efek bersama-sama dengan pasar uang merupakan
sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah, sebuah
bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar
saham. Sebelum bursa efek di Indonesia muncul bursa efek telah ada di
beberapa negara seperti di Amerika Serikat yaitu NYSE Euronext, Jepang
dengan nama Bursa Efek Tokyo, Bursa Efek London yang ada di Britania
Raya, di negara Hong Kong dengan nama Bursa Efek Hong Kong dan
sebagainya.
Sejarah Bursa Efek, pasar modal telah lahir jauh sebelum Indonesia
Merdeka. Bursa Efek Indonesia awalnya pada saat pemerintahan Hindia
Belanda mendirikan Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang di
70
selenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Pada tanggal 11
Januari 1925 di buka Bursa Efek di Surabaya, dan disusul dengan pembukaan
Bursa Efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Sejarah bermulanya Bursa Efek Jakarta merupakan penggabungan usaha
dengan Bursa Efek Surabaya pada 1 Desember 2007 yang secara efektif
mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek
Indonesia (BEI), penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memiliki
satu pasar modal. Pada tahun 1977 pemerintah Indonesia membentuk Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang sekarang menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal untuk mendorong peran pasar modal dalam memobilisasi dana
dari masyarakat guna membiayai pembangunan.
Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap tentang
perkembangan bursa kepada publik, BEI telah menyebarkan data pergerakan
harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan
harga saham tersebut adalah indeks harga saham. BEI mempunyai 6 macam
indeks saham, yaitu :
a. IHSG
IHSG menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi
Indeks
b. Indeks Sektoral
Indeks Sektoral menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap
sektor
71
c. Indeks LQ45
Indeks LQ45 menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa
tahapan seleksi
d. Indeks Individual
Indeks individual merupakan indeks untuk masing-masing saham
didasarkan harga dasar.
e. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks perdagangan saham
syariah.
f. Indeks Kompas100
Indeks Kompas100 menggunakan 100 saham pilihan harian kompas.
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated
Trading System (JATS) yang akan disediakan OMX. Saat ini Bursa Efek
Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman 52-53,
Semanggi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berikut adalah pengertian
berdasarkan lembaga –lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
menurut UU nomor 8 tahun 1995:
1) Anggota Bursa Efek
Perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari
bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan
atau sarana Bursa Efek sesuai dengan peraturan bursa efek.
2) Biro Administrasi Efek
72
Pihak yang berdasarkan kontrak emiten melaksanakan pencatatan
pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
3) Bursa Efek
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
4) Emiten
Pihak yang melakukan penawaran umum.
5) Kustodian
Pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
6) Lembaga Kliring dan Penjaminan
Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa.
7) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank
kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain.
8) Manajer Investasi
Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk
para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun,
73
dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarka
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9) Menteri Keuangan Republik Indonesia
10) Penasihat Investasi
Pihak yang memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai
penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.
11) Penjamin Emisi Efek
Pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
12) Perantara Pedagang Efek
Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk
kepentingan sendiri atau pihak lain.
13) Perseroan
Perseroan terbatas sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 1
angka 1 Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas.
14) Perusahaan Efek
Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek,
perantara perdagangan efek, dan atau manajer investasi.
15) Perusahaan Publik
Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh
300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor
74
sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau
suatu jumlah pemegang saham dan disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Peemerintah.
16) Wali Amanat
Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat
hutang.
2. Sejarah Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan indsutri pengolahan yang
mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Perusahaan manufaktur identik dengan pabrik yang mengaplikasikan mesin-
mesin peralatan, teknik rekayasa dan tenaga kerja. (www.sahamok.com)
Perusahaan manufaktur saat ini berkembang dengan sangat pesat setiap
tahunnya baik dari segi laporan keuangan maupun saham yang telah go
public. Prospek bisnis di bidang manufaktur juga terbukti sangat
menguntungkan setiap tahunnya yang nantinya akan menarik perhatian
investor untuk menanamkan modalnya tersebut. Saham perusahaan
manufaktur setiap tahun juga mengalami kenaikan karena banyak investor
yang tertarik menanamkan modalnya disektor perusahaan ini untuk keperluan
investasi guna memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Berikut adalah
yang termasuk kategori perusahaan manufaktur :
a. PT. Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk adalah sebuah merek/perusahaan produsen
rokok popular asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya
75
Wonowidjojo, perusahaan rokok ini merupakan peringkat kelima tertua
dan terbesar dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki
kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun
1990 Gudang garam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya dan mengubah statusnya menjadi Perusahaan
Terbuka.
b. PT. Akasha Wira International Tbk
PT Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) bergerak pada bidang
pembuatan dan pendistribusian produk perawatan rambut. Produk
perawatan rambut yang dihasilkan dipasarkan dengan nama merek
Makarizo. Perusahaan juga terlibat dalam produksi dan pendistribusian air
minum dalam kemasan dengan merek dagang AdeS, AdeS Royal yang
dimiliki oleh The Coca Cola Company, dan Nestle Pure Life yang dimiliki
oleh Nestle SA. Di tahun 2010 perseroan memperluas bidang usahanya
dalam bisnis kosmetika. Dengan perluasan izin usaha tersebut maka izin
usaha perseroan meliputi air minum dalam kemasan, minuman ringan,
industri produk roti dan kue, industri kembang gula lainnya, industri mie
dan produk sejenisnya, industri bahan kosmetika, termasuk pasta gigi.
Sebagai wujud tanggung jawab sosial perseroan terhadap masyarakat
sebagai pemangku kepentingan, perseroan telah melaksanakan beberapa
program yang berfokus pada perbaikan dan lingkungan hidup, peningkatan
energi, peningkatan efisiensi penggunaan energi dan produksi,
pemberdayaan masyarakat, serta berpartisipasi dalam beberapa kegiatan
76
masyarakat sekitar. Pabrik air minum dan kosmetik terletak di Bogor dan
Pulogadung. Perusahaan didirikan pada tahun 1985 dan berbasis di
Jakarta.
c. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan pada 02
September 2009. ICBP didirikan melalui restrukturasi internal dari Grup
Produk Konsumen Bermerek (CBP) PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(Indofood). Melalui proses restrukturasi internal, seluruh kegiatan usaha
grup CBP dari Indofood, yang meliputi mie instan, dairy, makanan
ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus, serta biskuit
dialihkan ke ICBP. Kantor pusat Indofood CBP berlokasi di Sudirman
Plaza, Indofood Tower , Jl. Jend. Sudirman, kav.76-78, Jakarta 12910,
Indonesia, sedangkan pabrik perusahaan dan anak usaha berlokasi di
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi danMalaysia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
ICBP terdiri dari, antara lain, produksi mi dan bumbu penyedap, produk
makanan, kuliner, biskuit, makanan ringan, nutrisi, dan makanan khusus,
kemasan. Dalam menjalankan usahanya, ICBP berusaha mengedepankan
visinya untuk menjadi produsen barang-barang konsumsi yang
terkemuka. Hal ini disertai dengan misinya untuk sentiasa melakukan
inovasi produk yang berkualitas, peningkatan kompetensi karyawan,
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan
77
secara berkelanjutan, serta meningkatkan stakeholder’s value secara
berkesinambungan.
d. PT. Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk didirikan pada 17 Febuari 1977, Mayora
Indah saat ini memiliki 2 buah pabrik yang terletak di Jalan Daan Mogot.
selama beberapa dekade, Mayora Group telah tumbuh menjadi salah satu
nama yang diakui di Industri Fast Moving Consumer Goods.
Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen
untuk menghasilkan produk berkualitas telah membuat kelompok
Mayora saat ini memiliki merek terkenal di dunia, seperti kopiko, danisa,
astor, energen, torabika dan banyak lagi.
Mayora Group terus menjadi perusahaan publik pada tahun 1990,
dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan selama
bertahun-tahun berikutnya, Mayora Group terus melakukan ekspansi
yang cepat untuk menjadi perusahaan berbasis ASEAN, dengan
mendirikan fasilitas produksi dan kantor pemasaran di beberapa negara.
Saat ini PT Mayora Indah Tbk memiliki enam divisi yang masing-
masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi. Meliputi
biskuit (Roma, Danisa, Batter, Selai O’Lai), coklat (Choki-choki dan
Danis), makanan kesehatan (Energen Sereal), kembang gula (Kopiko,
Milko, Kis), wafer (Beng-beng, Astor, Roma wafer coklat), kopi
(Torabika).
78
e. PT. Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) adalah perusahaan komponen
otomotif terkemuka di Indonesia yang menghasilkan suku cadang
kendaraan bermotor, baik untuk segmen pabrik otomotif atau Original
Equipment for Manufaktur (DEM) maupun segmen pasar suku cadang
pengganti atau Replacement Market (REM). Astra Otoparts bertumbuh
pesat dari satu perusahaan perdagangan di sektor industri otomotif,
perakitan mesin dan konstruksi bernama PT Alfa Delta Motor, yang
berdiri pada 1976 hingga bentuknya sekarang sebagai Astra Otoparts
yang memiliki 6 unit bisnis dan 27 anak perusahaan, serta
memperkerjakan karyawan berjumlah 32.939 orang. Sejak tahun 1998,
Astra Otoparts menjadi perusahaan publik tercatat di Bursa Efek
Indonesia.
f. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT Charoen Pokphand memulai produksi komersialnya pada tahun
1972, dengan kapasitas 20.000 ton per tahun. Jenis produksi yang
dihasilkan antara lain adalah pakan ternak (Sapi) dan pakan unggas
(ayam petelur, ayam pedaging, itik). Selanjutnya pada tahun 1976 dan
1979, perusahaan melakukan ekspansi usaha ke Surabaya dan Medan
dengan mendirikan pabrik pakan ternak yang berkapasitas masing-
masing 24.000 dan 80.000 ton per tahun.
Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VII No.1, Jakarta dengan
kantor cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang,
79
Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar, Salatiga, dan
Cirebon. Merek-merek yang dimiliki Pokphand, antara lain : Pakan
ternak (Hi-Pro, Hi-Pro-Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed, Turbo
Feed dan Tiji) dan produk pengolahan daging ayam (Golden Fiesta,
Fiesta).
g. PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk didirikan pada tahun 1985
dan saat ini merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia
yang memproduksi berbagai jenis semen berkualitas, termasuk produk
semen khusus. Perseroan memproduksi berbagai jenis semen, yaitu
semen Ordinary Portland tipe I, tipe II, dan tipe V, serta Semen Sumur
Minyak (Oit Well Cement), Semen Putih (White Cement), dan White
Mortar TR30.
Indocement merupakan satu-satunya produsen semen putih di
Indonesia. Sejak tahun 2007, perseroan juga menjadi salah satu
pemasok utama beton siap pakai. Indocement memiliki dua perusahaan
agregat di lokasi strategis dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun
dan perkiraan cadangan 115 juta ton. Produk-produk perseroan
dipasarkan dengan merek dagang “Tiga Roda”. Kantor pusat INTP
berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 70-
71, Jakarta 12910, dan pabrik berlokasi di Citereup Jawa Barat .
80
h. PT. HM Sampoerna Tbk
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk adalah perusahaan rokok
terbesar ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa
Timur. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki
keluarga Sampoerna, namun sejak Mei 2005 kepemilikan mayoritasnya
berpindah tangan ke Phillip Morris International, peusahaan rokok
terbesar di dunia dari Amerika Serikat.
Beberapa merek rokok yang terkenal dari Sampoerna adalah Dji
Sam Soe, A Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan
sejak masa awal perusahaan tersebut.
i. PT. Sepatu Bata Tbk
PT Sepatu Bata Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 15
Oktober 1931 dengan akta notaris Adriaan Hendrick Van Ophuijen
No.64. Peresmian operasinya dilakukan pada tahun 1931. Perusahaan
ini adalah anggota Bata Shoes Organization (BSO) yang mempunyai
kantor pusat di Toronto, Canada. BSO merupakan produsen terbesar
penghasil sepatu di dunia yang beroperasi di banyak Negara,
menghasilkan jutaan pasang sepatu setiap tahun.
Fasilitas produksi perusahaan terletak di Kalibata. Perusahaan
bergerak di bidang usaha memproduksi sepatu kulit, sepatu dari kain,
sepatu santai, dan olahraga, sandal, serta sepatu khusus untuk industri,
dan impor dan distribusi sepatu. Perusahaan juga aktif melakukan
ekspor sepatu. Perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta,
81
memperkerjakan 1.086 karyawan tetap dan kontrak pada tanggl 31
Desember 2010.
j. PT. Argha Karya Prima Tbk
PT Argha Karya Prima Tbk beroperasi pada produksi pengemasan
film fleksibel. AKPI memproduksi berbagai macam produk
pengemasan film untuk penggunaan industri barang dan konsumsi,
seperti rokok, produk makanan, kertas laminasi, pita perekat, dan lain-
lain. AKPI didirikan pada tahun 1980 dan berpusat di Bogor, Jawa
Barat, Indonesia. Perusahaan tercatat pada Bursa Efek Indonesia. Saat
ini memiliki kapasitas produksi sebesar 99.000 ton per tahun untuk
pelanggan lokal dan 50 negara di seluruh dunia.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Deskriptif Variabel Penelitian
Objek penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2012-2015. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan yang diunduh dari www.idx.co.id .
Sebelum membahas terhadap pembuktian hipotesis, secara deskriptif
akan dijelaskan mengenai kondisi masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Dengan menggunakan Eviews versi 8 berikut hasil
statistik deskriptif dari data yang telah dipilah sesuai kriteria yang telah
dipaparkan sebelumnya maka didapatkan keluaran untuk mendeskripsikan
data baik rata-rata, median, tingkat maksimum, minimum dan lainnya yang
82
kemudian dijabarkan secara deskripsi satu persatu variabel-variabel yang ada
pada penelitian ini, baik variabel independen maupun variabel dependen,
sehingga dapat dilihat bagaimana deskripsi variabel tersebut secara statistik.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Statistik LDER ROA FAR GROWTH INST
Mean 0,654924 1,263573 0,446473 3,14E+08 0,804093
Median 0,650699 1,209763 0,454004 25950375 0,827065
Maximum 1,603135 2,843141 0,665476 2,88E+09 0,981786
Minimum 0,157960 0,643962 0,195036 8881641 0,510014
Std. Dev. 0,302264 0,523036 0,122892 6,92E+08 0,133181
Skewness 0,568641 1,679499 -0,171575 2,491092 -0,890294
Kurtosis 4,034404 5,520830 2,346162 8,149072 3,150756
Jarque-Bera 3,939001 29,39576 0,908759 85,55848 5,322034
Probability 0,139527 0,000000 0,634842 0,000000 0,069877
Sum 26,19697 50,54292 17,85892 1,26E+10 32,16372
Sum Sq. Dev. 3,563175 10,66912 0,588999 1,87E+19 0,691747
Observations 40 40 40 40 40
Sumber : Hasil Olah Data Eviews Versi 8
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata masing-masing variabel
berada pada angka positif. Dalam melakukan pengambilan keputusan
pendanaan mengenai kebijakan hutang perusahaan guna mengontrol
berlebihnya penggunaan hutang, perusahaan terlebih dahulu harus
mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Untuk
mengamati perilaku tersebut penelitian ini mengambil rasio perusahaan
publik yang terdaftar di BEI periode 2012-2015, sebagai cermin pembanding
kinerja secara menyeluruh perusahaan dalam pendanaan operasionalmya.
Dari tabel 4.1 ditunjukan deskriptif data awal yang mencakup 4 variabel
yaitu : Kebijakan Hutang (LDER), Profitabiltas (ROA), Pertumbuhan
83
Perusahaan (Growth), Kepemilikan Institusional (INST), dan Struktur Asset
(FAR).
a. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen
perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan
menggunakan modal yang berasal dari hutang. Kebijakan hutang dengan
menggunakan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) dapat diketahui
dengan membandingkan antara hutang jangka panjang dan ekuitas.
Melalui tabel 4.1 diatas diketahui bahwa variabel terikat yaitu
kebijakan hutang (Long Term Debt to Equity Ratio) memiliki nilai
minimum sebesar 0,157960 PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada
tahun 2013 dan kemudian untuk nilai maksimum sebesar 1,603135
pada PT. Argha Karya Prima Ind. Tbk pada tahun 2015. Dengan nilai
rata-rata sebesar 0,654924 dan nilai standar deviasi sebesar 0.302264.
84
Tabel 4.2
Data Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2012-2015
No. Kode Long Debt to Equity Ratio (Y)
Average 2012 2013 2014 2015
1 GGRM 0,560 0,725 0,752 0,670 0,677
2 ADES 0,551 0,638 0,664 0,642 0,623
3 ICBP 0,486 0,603 0,716 0,620 0,606
4 MYOR 0,668 0,659 0,720 0,674 0,680
5 AUTO 0,619 0,324 0,418 0,413 0,444
6 CPIN 0,511 0,579 0,906 0,948 0,736
7 INTP 0,171 0,157 0,165 0,158 0,163
8 HMSP 0,972 0,936 1,102 0,187 0,799
9 BATA 0,481 0,715 0,805 0,453 0,613
10 AKPI 1,033 1,025 1,149 1,603 1,202
Average 0,605 0,636 0,740 0,637
Maximum 1,033 1,025 1,149 1,603
Minimum 0,171 0,157 0,165 0,158
Sumber : Data Diolah
Dari pengamatan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perusahaan yang
dengan nilai Longterm Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun 2012
sampai dengan 2015 adalah PT. Argha Karya Prima Ind. Tbk yaitu
masing-masing sebesar 1,033, 1,025, 1,149, 1,603. Nilai Longterm Debt to
Equity Ratio terendah pada tahun 2012 sampai dengan 2015 yaitu PT.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk masing-masing sebesar 0,171, 0,157,
0,165, 0,158.
Pada tahun 2012 rata-rata dari Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
perusahaan manufaktur berada di angka 0,605 dan perusahaan yang berada
diangka tersebut yaitu perusahaan GGRM, ADES, ICBP, CPIN, INTP dan
BATA hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
memiliki tingkat kebijakan hutang yang rendah, perusahaan yang memiliki
85
tingkat kebijakan hutang yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki tingkat keuntungan yang tinggi karena tidak
memerlukan pembiayaan dana dari eksternal. Pada tahun 2013, ICBP,
AUTO, CPIN, INTP berada di angka rata-rata 0,636. Pada tahun 2014
perusahaan yang berada diangka rata-rata 0,740 yaitu ADES, ICBP,
MYOR, AUTO, INTP hal ini menunjukkan penggunaan tingkat hutang
perusahaan rendah. Pada tahun 2015 perusahaan yang memiliki hutang
jangka panjang dibawah rata-rata atau rendah yaitu perusahaan ICBP,
AUTO, HMSP, INTP dan BATA berada di bawah angka average sebesar
0,637 yang menunjukkan perusahaan tersebut memiliki dana internal yang
tinggi karena penggunaan tingkat hutangnya rendah.
b. Profitabilitas
Profitabilitas atau return on asset (ROA) dapat diketahui dengan
membandingkan antara laba setelah pajak dengan total asset. Profitabilitas
juga merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan
pada saat menjalankan operasionalnya.
Berdasarkan tabel 4.1 variabel bebas yaitu return on asset ratio
memiliki nilai minimum sebesar 0,643962 pada PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk pada tahun 2015, kemudian untuk nilai maksimum sebesar
2,843141 pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada tahun 2014.
Dengan nilai rata-rata sebesar 1,263573 dan nilai standar deviasi sebesar
0,523036.
86
Gambar 4.1
Profitabilitas (ROA) Tahun 2012-2015
Sumber : Data Diolah
Tabel 4.3
Data Return On Asset Tahun 2012-2015
No. Kode Return On Asset (X1)
Average 2012 2013 2014 2015
1 GGRM 1,181 1,091 1,119 1,108 1.125
2 ADES 1,235 1,247 1,300 1,234 1.254
3 ICBP 1,218 1,179 1,199 1,195 1.198
4 MYOR 1,230 1,241 1,329 1,241 1.260
5 AUTO 0,931 0,857 0,852 0,817 0.864
6 CPIN 1,725 1,632 1,397 1,200 1.489
7 INTP 0,759 0,702 0,692 0,643 0.699
8 HMSP 2,538 2,737 2,843 2,343 2.615
9 BATA 1,308 1,325 1,301 1,293 1.307
10 AKPI 0,880 0,797 0,873 0,730 0.82
Average 1,301 1,281 1,290 1,180
Maximum 2,588 2,737 2,843 2,343
Minimum 0,510 0,702 0,692 0,643
Sumber : Data Diolah
Dari pengamatan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa perusahaan yang
dengan nilai return on asset tertinggi pada tahun 2012 sampai dengan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2012 2013 2014 2015
_ADES
_AKPI
_AUTO
_BATA
_CPIN
_GGRM
_HMSP
_ICBP
_INTP
_MYOR
87
2015 adalah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yaitu dengan nilai
masing-masing sebesar 2,538, 2,737, 2,843, 2,343. Sedangkan perusahaan
dengan nilai return on asset terendah di tahun 2012 sampai dengan 2015
yaitu PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk dengan nilai pada tahun 2012
yaitu sebesar 0,759, pada tahun 2013 sebesar 0,702, pada tahun 2014 yaitu
0,692 dan pada tahun 2015 yaitu dengan nilai sebesar 0,643.
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 tingkat rata-
rata perusahaan manufaktur sebesar 1,301 perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas tinggi atau diatas rata-rata pada tahun 2012 yaitu
CPIN, HMSP dan BATA, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut memiliki tingkat keuntungan yang besar sehingga
dalam melakukan penggunaan hutang rendah. Pada tahun 2013,
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah atau berada di rata-
rata 1,281 yaitu GGRM, ADES, ICBP, AUTO, INTP dan AKPI. Pada
tahun 2014 perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan rendah yaitu
GGRM, ICBP, AUTO, INTP dan AKPI berada dibawah angka 1,290.
Pada tahun 2014, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi
karena berada diangka rata-rata sebesar 1,180 yang menunjukkan bahwa
perusahaan terebut baik karena memiliki tingkat profit yang tinggi yaitu
perusahaan ADES, ICBP, MYOR, CPIN, HMSP dan BATA.
c. Struktur Aset
Struktur Aset menggambarkan sebagian jumlah asset yang dimiliki
perusahaan dan dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets).
88
Berdasarkan tabel 4.1 variabel bebas yaitu struktur asset (Fixed Asset
Ratio) memiliki nilai minimum sebesar 0,195036 pada PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk pada tahun 2012, kemudian nilai maksimum
sebesar 0,665476 untuk PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2015. Dengan
nilai rata-rata sebesar 0,446473 dan nilai standar deviasi sebesar
0,122892.
Gambar 4.2
Struktur Aset (FAR) Tahun 2012-2015
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
2012 2013 2014 2015
_ADES
_AKPI
_AUTO
_BATA
_CPIN
_GGRM
_HMSP
_ICBP
_INTP
89
Tabel 4.4
Data Struktur Aset Tahun 2012-2015
No. Kode Struktur Aset
Average 2012 2013 2014 2015
1 GGRM 0,278 0,318 0,338 0,329 0.316
2 ADES 0,413 0,452 0,479 0,482 0.456
3 ICBP 0,443 0,467 0,455 0,474 0.46
4 MYOR 0,503 0,534 0,562 0,512 0.528
5 AUTO 0,639 0,605 0,642 0,665 0.638
6 CPIN 0,418 0,438 0,520 0,516 0.473
7 INTP 0,359 0,366 0,443 0,524 0.423
8 HMSP 0,195 0,224 0,267 0,215 0.225
9 BATA 0,377 0,360 0,366 0,344 0.362
10 AKPI 0,538 0,547 0,586 0,647 0.579
Average 0,416 0,431 0,466 0,471
Maximum 0,639 0,605 0,642 0,665
Minimum 0,195 0,224 0,267 0,215
Sumber : Data Diolah
Dari pengamatan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa perusahaan
yang dengan nilai assets structure tertinggi pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015 adalah PT. Astra Otoparts Tbk yang pada masing-
masing tahun nilainya sebesar pada tahun 2012 yaitu 0,639, tahun 2013
sebesar 0,605, tahun 2014 yaitu sebesar 0,642 dan terakhir tahun 2015
dengan nilai sebesar 0,665.
Sedangkan untuk nilai asset strucuture terendah yaitu PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk di sepanjang tahun 2012 sampai dengan tahun
2015 dengan nilai masing-masing sebesar 0,195, 0,224, 0,267 dan 0,215.
Pada tahun 2012, rata-rata kepemilikan struktur aset perusahaan
manufaktur sebesar 0,416 dengan adanya aktiva atau aset yang besar
90
perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan tingkat penggunaan
hutang yang tinggi, karena dengan adanya aset yang dimiliki perusahaan
akan dijadikan jaminan sebagai alat untuk melakukan peminjaman hutang,
perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat kemampuan penggunaan
hutang yang tinggi di tahun 2012 yaitu perusahaan ICBP, MYOR, AUTO,
CPIN dan AKPI karena berada diatas angka average.
Angka untuk rata-rata aktiva di perusahaan manufaktur pada tahun
2013 yaitu sebesar 0,431 dan perusahaan yang berada dibawah rata-rata
tersebut yaitu GGRM, INTP, HMSP dan BATA hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tidak memiliki aktiva yang tinggi. Pada tahun 2014,
rata-rata perusahaan manufaktur yang memiliki aktiva sebesar 0,466 dan
perusahaan yang memiliki aktiva dengan tingkat yang rendah yaitu
perusahaan GGRM, ICBP, INTP, HMSP dan BATA. Pada tahun 2015,
perusahaan yang memiiliki aktiva dengan tingkat yang tinggi sehingga
mampu melakukan penggunaan hutang yang tinggi yaitu perusahaan
ADES, ICBP, MYOR, AUTO, CPIN, INTP dan AKPI.
d. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
antara penjualan tahun bersangkutan dikurangi penjualan tahun
sebelumnya dibagi penjualan tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.1
variabel bebas yaitu pertumbuhan perusahaan (Growth) memiliki nilai
minimum sebesar 8881641 pada PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2012,
kemudian untuk nilai maksimum sebesar 2,88E+09 pada PT. Argha Karya
91
Prima Tbk pada tahun 2015. Dengan nilai rata-rata sebesar 3,14E+08 dan
nilai standar deviasi sebesar 6,92E+08.
Gambar 4.3
Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Tahun 2012-2015
Sumber : Data Diolah
Tabel 4.5
Data Pertumbuhan Perusahaan (growth) Tahun 2012-2015
No. Kode Pertumbuhan Perusahaan (X3)
Average 2012 2013 2014 2015
1 GGRM 41509324 50770250 58220499 63505412 53501371.25
2 ADES 17389093 20441063 23504864 25653223 21747060.75
3 ICBP 17819883 21267469 25029487 26560623 22669365.5
4 MYOR 19241902 20250472 22020539 24686220 21549783.25
5 AUTO 8881641 12484842 14380925 14339109 12521629.25
6 CPIN 12348626 15722196 20862438 24916655 18462478.75
7 INTP 22755159 26607240 28884972 27638359 26471432.5
8 HMSP 26247526 27404593 28380629 38010723 30010867.75
9 BATA 574107993 680685059 774891086 795257973 706235527.8
10 AKPI 1714834429 2084567188 2227042589 2883143131 2227396834
Average 2.46E+08 2.96E+08 3.22E+08 3.92E+08
Maximum 1.71E+09 2.08E+09 2.23E+09 2.88E+09
Minimum 8881641 12484842 14380925 14339109
Sumber : Data Diolah
0
500000000
1E+09
1.5E+09
2E+09
2.5E+09
3E+09
3.5E+09
2012 2013 2014 2015
_ADES
_AKPI
_AUTO
_BATA
_CPIN
_GGRM
_HMSP
_ICBP
_INTP
_MYOR
92
Dari pengamatan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa perusahaan
dengan nilai growth tertinggi pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015
yaitu PT. Argha Karya Prima Ind. Tbk yaitu masing-masing sebesar
1714834429, 208456718, 2227042589 dan pada tahun 2015 sebesar
2883143131. Sedangkan perusahaan dengan nilai growth terendah di
tahun 2015 sampai dengan 2015 yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dengan nilai
masing-masing sebesar 8881641, 12484842, 14380927 dan 14339109. Pada
tahun 2012, perusahaan yang memiliki angka dibawah rata-rata atau
tingkat pertumbuhannya rendah yaitu perusahaan ADES, ICBP, MYOR,
CPIN, AKPI yang berarti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak
membutuhkan penggunaan hutang karena perusahaan tersebut tidak akan
melakukan ekspansi secara besar karena tingkat pertumbuhan
perusahaannya masih rendah. Tahun 2013 perusahaan yang memiliki
angka dibawah rata-rata yaitu perusahaan AUTO, CPIN, HMSP. Pada
tahun 2014 perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan
tinggi yaitu perusahaan GGRM, BATA dan AKPI yang menunujukan
bahwa perusahaan akan melakukan ekspansi sehingga membutuhkan dana
eksternal. Tahun 2015, perusahaan yang tidak memiliki kebutuhan tingkat
penggunaan dana hutang yang besar yaitu perusahaan ADES, ICBP, INTP,
CPIN karena pertumbuhan perusahaan tersebut di tahun 2015 masih
rendah sehinggan tidak melakukan ekspansi dan tidak membutuhkan dana
hutang yang berlebih.
e. Kepemilikan Institusional
93
Kepemilikan Institusional merupakan besarnya kepemilikan saham
oleh pihak institusi lain berbetnuk perusahaan dan lembaga dan
blackholder, dimana blackholder adalah kepemilikan saham perseorangan
dengan nilai diatas 5% dan tidak masuk dalam jajaran manajemen.
Berdasarkan tabel 4.1 variabel bebas yaitu kepemilikan institusional
memiliki nilai minimum sebesar 0,510014 pada PT. Indocement Tunggal
Prakasa Tbk, kemudian nilai tertinggi sebesar 0,981786 pada PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk.
Gambar 4.4
Kepemilikan Institusional (INST) Tahun 2012-2015
Sumber : Data Diolah
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2012 2013 2014 2015
_ADES
_AKPI
_AUTO
_BATA
_CPIN
_GGRM
_HMSP
_ICBP
_INTP
_MYOR
94
Tabel 4.6
Data Kepemilikan Institusional Tahun 2012-2015
No. Kode Kepemilikan Institusional (X4)
2012 2013 2014 2015 Average
1 GGRM 0,755 0,755 0,755 0,755 0.755
2 ADES 0,861 0,861 0,861 0,861 0.862
3 ICBP 0,805 0,805 0,805 0,805 0.805
4 MYOR 0,820 0,820 0,820 0,820 0.821
5 AUTO 0,957 0,957 0,957 0,957 0.957
6 CPIN 0,834 0,834 0,834 0,834 0.834
7 INTP 0,510 0,510 0,510 0,510 0.511
8 HMSP 0,981 0,981 0,981 0,925 0.967
9 BATA 0,877 0,877 0,877 0,873 0.877
10 AKPI 0,651 0,651 0,651 0,651 0.651
Average 0,805 0,805 0,805 0,799
Maximum 0,981 0,981 0,981 0,957
Minimum 0,510 0,510 0,510 0,510
Sumber : Data Diolah
Dari pengamatan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa perusahaan
dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2012 sampai
dengan tahun 2014 adalah PT. Hanjaya Mandala Tbk dengan nilai
masing-masing dari tahun 2012-2014 sebesar 0,981 dan pada tahun 2015
yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dengan nilai sebesar 0,957 atau 95.7%.
Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggi
akan mampu meningkatkan pengawasannya terhadap tingkat penggunaan
hutang. Perusahaan manufaktur pada tahun 2012 memiliki tingkat
kepemilikan hutang dengan rata-rata sebesar 0,805. GGRM, INTP dan
AKPI memiliki tingkat kepemilikan institusional yang rendah sehingga
pengawasan terhadap manajer dalam pemakaian tingkat penggunaan
hutang rendah, hal ini akan menyebabkan para manajer bertindak
95
sesukanya dan tidak memikirkan penggunaan hutang perusahaan yang
akan mengakibatkan perusahaan beresiko.
Pada tahun 2013, perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan
institusional dibawah rata-rata yaitu sebesar 0,805 yaitu perusahaan
GGRM, INTP dan AKPI. Ditahun 2014 perusahaan yang pengawasan
manajer rendah dengan tingkat institusional dibawah rata-rata yaitu
sebesar 0,805 yaitu perusahaan GGRM, INTP dan AKPI. Dan pada tahun
2015 perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat institusional rendah
berada dibawah angka rata-rata yaitu sebesar 0,799 adalah perusahaan
GGRM, INTP dan AKPI.
2. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
Untuk menentukkan pemilikan antara common, fixed, atau random maka
dilakukan berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman.
a. Uji Chow
Uji Chow ini dilakukan dengan tujuan untuk memilih apakah
penelitian ini menggunakan menggunakan common effect atau
menggunakan fixed effect. Berikut adalah hasil dari Uji Chow dan
keputusan yang diambil berdasarkan Uji Chow dengan pengolahan data
Eviews versi 8 :
96
Tabel 4.7
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 12.120597 (9,26) 0.0000
Cross-section Chi-square 65.912416 9 0.0000
Sumber : Hasil Olah data Eviews versi 8
Hipotesis pengujian yang dilakukan menggunakan Chowtest, yaitu:
: Probability > 0.05 : model mengikuti common effect
: Probability < 0.05 : model mengikuti fixed effect
Seperti yang dapat dilihat pada output diatas (tabel 4.7), nilai prob =
0.0000 untuk cross-section F, yang berarti kurang dari 0.05 (Keputusan :
Tolak sehingga dapat disimpulkan model fixed effect lebih baik dari
pada common effect.
b. Uji Hausman
Setelah tahapan pengujian signifikansi model fixed effect lebih baik
digunakan pada penelitian ini daripada common effect. Lalu diujikan
kembali pada model panel fixed effect atau random effect yang lebih
sesuai. Untuk menentukan hal tersebut dilakukan Uji Hausman.
Sedangkan untuk hipotesis, hasil dan keputusan daru Uji Hausman adalah
sebagai berikut:
97
Tabel 4.8
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 46.184327 4 0.0000
Sumber : Hasil Olah Data Eviews Versi 8
Hipotesis pengujian yang dilakukan menggunakan Hausman test, yaitu:
: Probability > 0.05 : model mengikuti random effect
: Probability < 0.05 : model mengikuti fixed effect
Seperti yang dapat dilihat pada output diatas (tabel 4.8), nilai prob =
0.0000 untuk cross-section random, yang berarti kurang dari 0.05
(Keputusan : Tolak sehingga dapat disimpulkan model fixed effect
lebih baik dari pada random effect.
3. Uji Asumsi Klasik
Setelah mendapatkan model yang terbaik yaitu model Fixed Effect, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, bila asumsi
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Berikut hasil uji normalitas dalam penelitian ini :
98
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2015
Observations 40
Mean 0.000000
Median -0.012216
Maximum 0.196468
Minimum -0.175883
Std. Dev. 0.081756
Skewness 0.248083
Kurtosis 2.809677
Jarque-Bera 0.470671
Probability 0.790305
Sumber : Hasil Olah Data Eviews versi 8
Pada gambar 4.5 diatas, nilai probabilitas menunjukkan angka
0.790305 (lebih besar dari α = 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel
bebas. Berikut hasil uji multikolineritas dalam penelitian ini :
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolineritas
ROA FAR GROWTH INST ROA 1.000000 -0.655655 -0.273227 0.608735
FAR -0.655655 1.000000 0.297097 -0.108798
GROWTH -0.273227 0.297097 1.000000 -0.322532
INST 0.608735 -0.108798 -0.322532 1.000000
Sumber :Hasil Olah Data Eviews versi 8
Pada tabel 4.9 diatas hasil matriks korelasi menunjukkan koefisien
korelasi variabel Return On Asset (ROA), Fixed Asset Ratio (FAR),
99
Pertumbuhan Perusahaan (Growth), dan Kepemilikan Institusional (INST)
dibawah angka 0.9 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolineritas antar variabel independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari variabel pengganggu
antara pengamatan satu ke pengamatan lain. Untuk menciptakan suatu
model regresi yang baik, maka dalam model regresi tidak boleh terdapat
heterokedastisitas. Pendeteksian pada penelitian ini menggunakan Uji
Glejser yang mengregresikan nilai absolutresidual (ARESID) terhadap
variabel independen. Berikut hasil Uji Glejser dalam penelitian ini :
Tabel 4.10
Hasil Uji Heterokedastisitas
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 09/24/17 Time: 11:51
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.501014 0.684606 -0.731829 0.4708
ROA 0.083864 0.079882 1.049857 0.3034
FAR 0.130099 0.198983 0.653818 0.5190
GROWTH -3.34E-11 4.74E-11 -0.703622 0.4879
INST 0.512891 0.931543 0.550583 0.5866 Sumber : Hasil Olah Data Eviews versi 8
Pada tabel 4.10 menunjukkan nilai probabilitas variabel Return On
Asset (ROA), Fixed Asset Ratio (FAR), Pertumbuhan Perusahaan
(Growth), dan Kepemilikan Institusional (INST) masing-masing sebesar
100
0.3034, 0.5190, 0.4879, 0.5866 lebih besar atau berada diatas α (0.05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam
penelitian ini.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi, pengujian ini menggunakan Durbin Watson.
Diagnosa tidak terjadi autokorelasi jika angka Durbin Watson berkisar
antara . Berikut hasil Durbin Watson dalam penelitian
ini :
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi
R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264
S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481
Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373
Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755
F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olah Data Eviews versi 8
Dalam penelitian ini terdapat 40 sampel (n) dan variabel sebesar 4
(k). Berdasarkan tabel Durbin-Watson sebesar 1.2848 dan sebesar
1.7209 (Tabel Durbin Watson). Sedangkan nilai 4- = 2.2791. Karena
nilai statistik hitung d terletak diantara dan 4- maka dapat
disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.
101
4. Uji Signifikansi
a. Uji T (Secara Parsial)
Uji dimaksudkan untuk menguji apakah variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis :
:variabel-variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
:variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan uji t yaitu jika probabilitasnya (nilai prob)
> 0.05, maka diterima dan jika probabilitasnya (nilai prob) < 0.05,
maka diterima.
Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.12
Uji T (Secara Parsial)
Dependent Variable: LDER Method: Panel Least Squares Date: 09/24/17 Time: 11:47 Sample: 2012 2015 Periods included: 4 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.61744 1.814717 -6.952841 0.0000
ROA -0.313220 0.211746 -1.479221 0.1511 FAR 1.263023 0.527453 2.394569 0.0241
GROWTH 3.72E-10 1.26E-10 2.960979 0.0065 INST 16.15159 2.469285 6.540998 0.0000
Sumber : Hasil Olah Data Eviews versi 8
102
1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel diatas
menunjukkan nilai coefficient profitabilitas sebesar -0.313220
menunujukan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas
profitabilitas sebesar 0.1511 > 0.05 sehingga ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
2) Pengaruh Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel diatas
menunjukkan nilai coefficient struktur aset sebesar 1.263023
menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas
struktur aset sebesar 0.0241 < 0.05 sehingga diterima dan
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa struktur aset memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
3) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel diatas
menunjukan nilai coefficient perumbuhan perusahaan sebesar 3.72
menunjukan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas
pertumbuhan perusahaan sebesar 0.0065 < 0.05 sehingga ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
4) Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel diatas
menunjukan nilai coefficient kepemilikan institusional sebesar 16.15159
103
menunjukan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas
kepemilikan institusional sebesar 0.0000 < 0.05 sehingga ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
b. Uji F (Secara Simulan)
Uji F dimaksudkan untuk menguji apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis :
: variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
: variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan uji F adalah jika probabilitasnya (nilai
prob) > 0.05, maka diterima dan jika probabilitasnya (nilai prob) <
0.05, maka diterima. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 4.13
Uji F (Secara Simultan)
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264 S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481 Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373 Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755 F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olah Data Eviews 8
104
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, nilai probabilitas F-statistik sebesar
25.33801 dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 5%, dimana
tingkat signifikansi probabilitas F-Statistik sebesar 0.000000 berarti
ditemukan signifikansi antara variabel independen profitabilitas, struktur
aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan institusional secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen kebijakan hutang
perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa diterima dan ditolak yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu
profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan
institusional terhadap variabel dependen kebijakan hutang secara simultan.
c. Koefisien Determinasi ( )
Didalam regresi berganda juga akan menggunakan koefisien
determinasi untuk mengukur seberapa baik garis regresi. Nilai selalu
naik ketika menambah variabel independen X dalam model wlaupun
penambahan variabel dependen Y belum tentu mempunyai justifikasi atau
pembenaran dari teori ekonomi maupun logika ekonomi (Widarjono, 2013
:70). Berikut ini hasil Adjusted dengan variabel dependen kebijakan
hutang :
105
Tabel 4.14
Hasil Uji
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264 S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481 Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373 Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755 F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036 Prob(F-statistic) 0.000000
Sum
Sumber : Hasil Olah Data Eviews 8
Berdasarkan tabel 4.14 diatas menyatakan bahwa nilai koefisien
determinasi sebesar 0.890263 atau 89.02%. Hal ini berarti menunjukan
bahwa variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan
perusahaan dan kepemilikan institusional menjelaskan sebesar 89.02%
terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 10.37%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model. Hal ini
menandakan cukup tingginya kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen.
5. Analisis Regresi Data Panel
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang sebelumnya telah dilakukan
dikatakan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi
dikatakan tersebar normal, tidak terjadi korelasi antar variabel, terbebas dari
masalah heterokedastisitas, dan terbebas dari autokorelasi. Hal ini menandakan
bahwa data sampel penelitian telah memenuhi syarat untuk melakukan regresi.
Interprestasi dari persamaan model regresi data panel metode fixed effect,
106
berikut adalah model regresi data panel metode fixed effect yang telah
dilakukan dalam penelitian ini :
Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Fixed Effect
Dependent Variable: LDER Method: Panel Least Squares Date: 09/24/17 Time: 11:47 Sample: 2012 2015 Periods included: 4 Cross-sections included: 10 Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.61744 1.814717 -6.952841 0.0000
ROA -0.313220 0.211746 -1.479221 0.1511 FAR 1.263023 0.527453 2.394569 0.0241
GROWTH 3.72E-10 1.26E-10 2.960979 0.0065 INST 16.15159 2.469285 6.540998 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264 S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481 Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373 Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755 F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036 Prob(F-statistic) 0.000000
Sum
Sumber : Hasil Olah Data Eviews 8
Dari hasil regresi data panel dengan menggunakan fixed effect maka
diperoleh persamaan model regresi antara variabel dependen dan variabel
independen sebagai berikut :
Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat diinterprestasikan
sebagai berikut :
LDER = -12.61744 + 1.2663023 FAR + 3.72E-10 GROWTH +
16.15159 INST
107
a. Interprestasi Variabel FAR (Struktur Aset)
Hasil regresi data panel metode fixed effect dari pengujian kebijakan
hutang (LDER) terhadap FAR (struktur asset). Hasil yang diperoleh dari
pengujian regresi tersebut didapatkan nilai koefisien regresi sebesar
1.263023 dengan nilai P-value atau tingkat signifikansi sebesar 0.0241,
hasil ini membuktikan bahwa variabel sturuktur asset signifikan
mempengaruhi kebijakan hutang (LDER). Hasil ini sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang telah ditetapkan pada bab dua (2)
bahwa struktur asset mempunyai pengaruh terhadap LDER. Hal ini berarti
semakin besar sturktur asset yang direfleksikan dari aktiva tetap, maka
semakin besar jumlah hutang perusahaan tersebut. Interprestasi dari hasil
ini adalah :
1) Nilai FAR berubah sebesar 1 (mengalami kenaikan), maka nilai
LDER berubah sebesar 1.263023x 1 yaitu naik sebesar 1.263023
(FAR naik menyebabkan LDER naik).
2) Nilai FAR berubah sebesar -1 (mengalami penurunan), maka
nilai LDER berubah menjadi 1.263023x -1 yaitu turun sebesar
1.263023 (FAR turun mengakibatkan LDER turun).
b. Interprestasi Variabel GROWTH (Pertumbuhan Perusahaan)
Hasil regresi data panel metode fixed effect dari pengujian
kebijakan hutang (LDER) terhadap growth (pertumbuhan perusahaan).
Hasil yang diperoleh dari pengujian regresi tersebut didapatkan nilai
koefisien regresi growth sebesar 3.72E-10 dengan nilai P-value atau
108
tingkat signifikansi sebesar 0.0065, hasil ini membuktikan bahwa variabel
growth berpengaruh terhadap kebijakan hutang (LDER). Dengan
mendasarkan pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini mendukung hipotesa yang telah ditetapkan pada bab dua (2)
bahwa growth mempunyai pegaruh terhadap kebijakan hutang (LDER).
Interprestasi dari hasil ini adalah :
1) Nilai growth berubah sebesar 1 (mengalami kenaikan), maka nilai
LDER berubah sebesar 3.72E-10x 1 yaitu naik sebesar 3.72E-10
(Growth naik menyebabkan LDER naik).
2) Nilai growth berubah sebesar -1 (mengalami penurunan), maka
nilai LDER berubah menjadi 3.72E-10x -1 yaitu turun sebesar
3.72E-10 (Growth turun mengakibatkan LDER turun).
c. Interprestasi Variabel INST (Kepemilikan Institusional)
Hasil regresi data panel metode fixed effect dari pengujian kebijakan
hutang (LDER) terhadap kepemilikan institusional. Hasil yang diperoleh
dari pengujian regresi tersebut didapatkan nilai koefisien regresi sebesar
16.15159 dengan nilai P-value atau tingkat signifikansi sebesar 0.0000,
hasil ini membuktikan bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki
pengaruh terhadap kebijakan hutang (LDER). Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Dengan mendasarkan pada pembahasan
tersebut dapat disimpulkan pada bab dua (2) bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang (LDER).
Inteprestasi dari hasil ini adalah :
109
1) Nilai INST berubah sebesar 1 (mengalami kenaikan), maka nilai
INST berubah sebesar 16.15159x 1 yaitu naik sebesar 16.15159
(INST naik menyebabkan LDER naik).
2) Nilai INST berubah sebesar -1 (mengalami penurunan), maka
nilai INST berubah menjadi 16.15159x -1 yaitu turun sebesar
16.15159 (INST turun mengakibatkan LDER turun).
6. Interpretasi
Dalam penelitian ini, long term debt to equity ratio (LDER) sebagai
perbandingan hutang jangka panjang dibagi ekuitas sebagaimana konsep
dijelaskan oleh Tampubolon (2013). Didapat dalam penelitian berdasarkan uji t
statistik bahwa variabel yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang adalah variabel FAR, Growth dan INST. Untuk ROA
(Profitabilitas) dalam penelitian ini memiliki pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap kebijakan hutang (LDER).
a. Profitabilitas
Untuk variabel profitabilitas (ROA) dalam penelitian ini mempunyai
hubungan negatif, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
keuntungan yang tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Dalam hal
ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi ROA, maka semakin kecil proporsi hutang. Hasil ini sesuai
dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih
menyukai internal financing terlebih dahulu. Dan secara berurutan (order)
110
jika masih memerlukan dana untuk usaha maka diambil dari external
financing.
b. Stuktur Aset
Hal ini menunjukan bahwa semakin besar tingkat pertumbuhan asset
perusahaan maka kemampuan atau keberanian perusahaan dalam membuat
utang menjadi lebih tinggi. Rata-rata aktiva tetap perusahaan manufaktur
yang terus meningkat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan penggunaan hutang, dimana aktiva tetap sebagai jaminan
membuat perusahaan manufaktur lebih mudah dalam mendapatkan
pinjaman hutang yang lebih besar.
c. Pertumbuhan Perusahaan
Untuk variabel pertumbuhan perusahaan (growth) dalam penelitian ini
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang (LDER).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pertumbuhan penjualan
perusahaan, maka kemauan atau keberanian perusahaan dalam membuat
utang menjadi lebih tinggi. Rata-rata pertumbuhan manufaktur yang
meningkat memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatnya penggunaan
hutang perusahaan, dikarenakan peningkatan perusahaan manufaktur
mendorong kebutuhan dana yang besar sehingga penggunaan hutang dapat
menjadi pilihan tepat dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan.
d. Kepemilikan Institusional
Untuk variabel kepemilikan institusional (INST) dalam penelitian ini
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang (LDER).
111
Dalam penelitian ini secara keseluruhan menjelaskan bahwa tingginya
tingkat kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan tidak
mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya,
perusahaan akan tetap menggunakan tingkat hutang yang tinggi meskipun
tingginya tingkat kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan.
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa model data panel fixed effect yang cocok
untuk mengestimasi atau melihat variabel apa saja sebagai determinan kebijakan
hutang. Hasil pengujian simultan (Uji statistik F) menunjukan bahwa faktor
profitabilitas, struktur asset, pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan
institusional secara bersama-sama signifikan mempengaruhi kebijakan hutang.
Hasil pengujian signifikan parameter individual (Uji statistik T) hanya tiga
variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang dan
variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
(LDER), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor profitabilitas (ROA) berpengaruh tidak signifikan dan
berhubungan negatif terhadap kebijakan hutang atau dengan kata lain
perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi
menggunakan utang yang relatif kecil. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin kecil hutang yang digunakan
dalam kegiatan pendanaan (Yeniatie dan Destriana, 2010). Ketika
meningkatnya keuntungan (profit) perusahaan maka kebutuhan dana
perusahaan sedikitnya dapat dipenuhi oleh laba sehingga penggunaan
hutang sebagai tambahan dana eksternal dapat ditekan.
2. Faktor struktur asset (FAR) berpengaruh signifikan dan berhubungan
positif terhadap kebijakan hutang atau dengan kata lain semakin besar
113
tingkat pertumbuhan asset perusahaan, maka kemampuan perusahaan
untuk melakukan peminjaman hutang lebih besar, dikarenakan adanya
jaminan dari asset perusahaan. Ketika meningkatnya jumlah aktiva
tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan, memberikan
kesempatan lebih mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan jaminan
dalam jumlah yang besar sehingga meningkat juga penggunaan hutang.
3. Faktor pertumbuhan perusahaan (Growth) berpengaruh signifikan dan
berhubungan positif terhadap kebijakan hutang atau dengan kata lain
semakin besar tingkat pertumbuhan perusahaan atau ketika perusahaan
melakukan ekspansi maka menandakan adanya kebutuhan dana yang
besar sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang
sebagai alternatif tambahan sumber dana eksternal. Penelitian Murni
dan Adriana (2007) telah menemukan hubungan yang positif dan
signifikan antara pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang.
4. Faktor kepemilikan institusional (INST) berpengaruh signifikan dan
berhubungan positif terhadap kebijakan hutang atau dengan kata lain
kepemilikan institusional yang tinggi tidak akan menurunkan
penggunaan kebijakan hutang, perusahaan akan tetap menggunakan
pendaan yang berasal dari modal eksternal untuk kegiatan operasional
perusahaanya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yeniatie dan Destriana (2010) yang menyatakan bahwa adanya
monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan
114
penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai alat
monitoring agency cost sudah diambil alih oleh investor institusional.
B. Saran
Dengan melihat kesimpulan yang dikemukakan diatas, ada beberapa saran-
saran yang akan diajukan oleh penulis sebagai berikut :
1. Bagi pihak manajemen perusahaan, faktor sturktur asset, pertumbuhan
perusahaan dan profitabilitas sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan
dalam penentuan besarnya penggunaan hutang. Terutama faktor
profitabilitas yang memiliki pengaruh sangat besar. Hal ini diharapkan
manajer dapat terus meningkatkan profit perusahaan sehingga besarnya
penggunaan hutang dapat ditekan agar mengurangi resiko
kebangkrutan.
2. Bagi pihak investor, dalam memberikan dana pinjaman hendaknya
selalu memperhatikan kebijakan hutang dan tingkat return on asset
yang dapat diperoleh perusahaan serta struktur asset, jika struktur asset
(asset tetap) perusahaan besar maka investor dapat melakukan investasi
terhadap perusahaan tersebut, karena perusahaan tersebut berarti
memiliki kebijakan hutang yang tinggi dimana banyak pemodal yang
memberikan utang kepada perusahaan tersebut, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut memiliki ukuran yang besar. Selain itu,
profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan juga dapat menjadi
informasi dalam analisis fundamental kebijakan penggunaan hutang.
115
3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
dengan obyek penelitian diluar sektor manufaktur serta penggunaan alat
analisis lain, sehingga dapat menemukan hasil penelitian yang berbeda.
Dan memastikan kekonsistensian pengaruh faktor-faktor tersebut
mempengaruhi kebijakan hutang. atau dengan memperluas penelitian
dengan cara memperpanjang jumlah sampel untuk penelitian yang akan
datang. Penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variabel
independen yang masih berbasis pada data laporan keuangan selain
yang digunakan dalam penelitian ini dengan tetap berlandaskan pada
penelitian-penelitian sebelumnya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Ali. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusanaan manudaktur
Go Public di BEI.. Vol 23(12):177:160.
Amirya, M. dan S. Atmini. “Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan
Tingkat Hutang terhadap Nilai Perusahaan: Prespektif Pecking Order
Theory”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. 2008.
Anggraini, Ririn Dwi. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemillikan
Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Dalam Annual Report (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan
yang Tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”. Skripsi. Semarang: Universitas
Dipenogoro. 2011.
Atmaja, Lukas Setia. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta. 2003.
Beny. “Pengaruh Dividend Payout Ratio, Profitabilitas, Pertumbuhan
Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Aliran
Kas Bebas Terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol.15(2):168-176. 2013.
Brigham, Eugne dan Houston, Joel. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”.
Jakarta: Salemba Empat. 2011.
Brigham, Eugne dan Houston, Joel. “Fundamental of Financial Management”.
Jakarta: Salemba Empat. 2009.
Clarensia, J.R.S. dan N, Azizah. “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,
Pertumbuhan Penjualan dan Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham”.
Jurnal. 2012.
Elsas, Rose dan Florysiak, D. “Empirical Capital Structure Research : New Ideas,
Recent Euidence, and Hetbodological Issues”. Munich: Discussion Paper at
Munich School of Management.2008.
Fahmi, I. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung : Alfabeta. 2011.
117
Gaud, et,al. “The Capital Structure Of Swiss Companies: An Empirical Analysis
Using Dynamic Panel Data”. University Of Geneva Finance Research
Seminars. 2003.
Geovana, Rosella Selvilita dan Andayani. “Pengaruh Growth Sales, Profitabilitas
Operating Leverage, dan Tax Rate Terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi, vol.4 (4).2015.
Ghozali, I dan Ratmono, Dwi. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika”.
Semarang : Undip. 2013
Gujarati, D.N. “Basic Econometric” Singapore: MC Grow-Hill International
Edition. 2013.
Hardiningsih, Pancawati dan Oktaviani, Rachmawati Meita. “Determinan
Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)”.
Junal Dinamika Akuntansi Keuangan dan Perbankan, vol. 1(1):11-24. 2012.
Haruman, Tendi. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Pendanaan (Prespektif Agency Cost)”. Jurnal National Conference On
Management Research. 2008.
Indahningrum, Putrid dan Handayani, Ratih. “Pengaruh kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash
Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, vol.11(3):189-207. 2009.
Indrajaya, Gleen. “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat
Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal :
Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambngan yang Listing di Bursa
Efek Indonesia Periode 2004-2007”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. 2011.
Indraswary, Raharjo dan Andini. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEJ
Tahun 2010-2014”. Jurnal Akuntansi, vol.02(2). 2016.
Kartini dan Arianto, Tulus. “Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan
Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, vol.12(1):11-21.2008.
118
Mahendra, A. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
(Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderating) Pada Perusahaan
Manufaktur di BEJ”. Tesis. Universitas Udayana Bali. 2011.
Manan, Abdul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Pada Industri Keuangan yang Go Publik di BEJ Tahun 1999-2002: Sebuah
Pendekatan Agency Theory”.Tesis Pascasarjana. Universitas Dipenogoro.
2004.
Mardiyanto, Handoyo. “Intisari Manajemen Keuangan”. Jakarta:
PT.Grasindo.2009.
Masdupi, Erni. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang
Dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, vol.20(1):57-69.2005.
Natasia, Weka dan Wahidahwati. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Perusahaan Yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, vol.4(12).2015.
Nuraini, Elva. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, vol.19(2):110-125. 2012.
Nurhuda. “Analisis Kebijakan Hutang”. Jurnal Analisis Akuntansi, vol.1(2):1-6.
2009.
Purwasih, Dewi dan Azhar. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012”.
Vol.1(2).2014.
Purwidianti, Wida dan Purnadi. “Analisis Pengaruh Tingkat Keuntungan Belanja
Modal dan Perubahan Modal Terhadap Instrumen Hutang Jangka
Panjang”. Riset Manajemen Bisnis. 2016.
119
Putra, Zaka Yahya dan Fidiana. “Pengaruh Arus Kas Bebas, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntani, vol.6(3). 2017.
Putri, Meidera Elsa Dwi. “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Manajemen,
vol.1(1).2012.
Rosadi, Dede. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews”. Yogyakarta: Andi Offset. 2012.
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta: BPFE.
2010.
Scott, Willian R. “Financial Accounting Theory”. New Jersey: Prentice Hall
International. 2000.
Soesetio, Yuli. “Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Deviden,
Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Hutang”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, vol.12(2).
Steven dan Lina. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol.13(2):195-210.
2011.
Sudana, I Made. “Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan”. Jurnal Ekonomi, vol.2(3). 2011.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfabeta. 2007.
Surya, Dennys dan Rahayuningsih, Deasy Arriyanti. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan Yang
Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
vol.14(3:213-225. 2012.
Susanto, Yulius Kurnia. “Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik
Perushaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan
Hutang”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol.13(3): 195-220. 2011.
120
Wahidahwati. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebiuah Prespektif Theory Agency”.
Jurnal Riset Akuntasi Indonesia, vol.5(1):1-16. 2002.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews”. Yogyakarta: VPP STIM YKPM. 2013.
Widjaja, Indra. “Dampak Peningkatakn Assetm Profitabilitas dan Likuiditas
Terhadap Leverage Perusahaan”, Jurnal Akuntansi, vol.xvii(03): 459-474.
2014.
Wiliandari, Rully. “Pengaruh Blackholder Ownership dan Firm Size Terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan Terdaftar di BEI Periode 2007-2009”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol.16(2). 2011.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015
Yeniatie dan Destiana, Nicken. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI ”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, vol.12(1): 1-6. 2010.
Zuhria, Siti Fatimatul dan Riharjo, Ikhsan Budi. “Pengaruh Profiabilitas, Free
Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, vol. 5(11). 2016.
Https://id.Wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia
www.idx.co.id
www.kompas.com
www.sahamok.com
121
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Gudang Garam Tbk GGRM
2. PT. Akasha Wira International Tbk ADES
3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
4. PT. Mayora Indah Tbk MYOR
5. PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
6. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
7. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP
8. PT. HM Sampoerna Tbk HMSP
9. PT. Sepatu Bata Tbk BATA
10. PT. Argha Karya Prima Tbk AKPI
122
Lampiran 2 : Data Rasio Keuangan Perusahaan
Perusahaan Tahun LDER ROA FAR GROWTH INST
GGRM 2012 0.560165856 1.181148959 0.278378509 41509324 0.755469344
GGRM 2013 0.725924404 1.09191806 0.318410677 50770250 0.755469344
GGRM 2014 0.752116844 1.119637413 0.338162675 58220499 0.755469344
GGRM 2015 0.670847323 1.108024807 0.329688148 63505412 0.755469344
ADES 2012 0.551334664 1.23517867 0.413914894 17389093 0.861981037
ADES 2013 0.638546916 1.247612355 0.452242065 20441063 0.861981037
ADES 2014 0.664032 1.300955526 0.479218621 23504864 0.861981037
ADES 2015 0.642039132 1.234531964 0.482469611 25653223 0.861981037
ICBP 2012 0.486928172 1.21868992 0.443169103 17819883 0.805329454
ICBP 2013 0.603188697 1.179956102 0.467651065 21267469 0.805329454
ICBP 2014 0.716193872 1.199483705 0.455765216 25029487 0.805329454
ICBP 2015 0.620843855 1.195043234 0.474353464 26560623 0.805329454
MYOR 2012 0.668904915 1.230119079 0.503244767 19241902 0.820130367
MYOR 2013 0.659358646 1.241123454 0.534387617 20250472 0.820130367
MYOR 2014 0.720653219 1.329587649 0.562978928 22020539 0.820130367
MYOR 2015 0.674111478 1.241009995 0.512720598 24686220 0.820130367
AUTO 2012 0.619230938 0.93197688 0.639072257 8881641 0.957239247
AUTO 2013 0.324522627 0.857198445 0.605386948 12484842 0.957239247
AUTO 2014 0.418718999 0.85220013 0.642715636 14380925 0.957239247
AUTO 2015 0.413635787 0.817609112 0.665476449 14339109 0.957239247
CPIN 2012 0.511506673 1.725772833 0.418486768 12348626 0.834000015
CPIN 2013 0.579977389 1.632277728 0.438698039 15722196 0.834000015
CPIN 2014 0.906413968 1.397261126 0.520206147 20862438 0.834000015
CPIN 2015 0.948627824 1.20083642 0.516031646 24916655 0.834000015
INTP 2012 0.171814564 0.759842471 0.359292574 22755159 0.510014315
INTP 2013 0.157959937 0.702488695 0.36685476 26607240 0.510014315
INTP 2014 0.165430903 0.692272207 0.443074674 28884972 0.510014315
INTP 2015 0.158066618 0.643962051 0.524796189 27638359 0.510014315
HMSP 2012 0.972249674 2.538377158 0.19503605 26247526 0.981786038
HMSP 2013 0.936031525 2.737687229 0.224661748 27404593 0.981786038
HMSP 2014 1.102562625 2.84314122 0.26789807 28380629 0.981786038
HMSP 2015 0.187239279 2.34326781 0.215817883 38010723 0.925
BATA 2012 0.481613041 1.308898928 0.377514862 574107993 0.877890846
BATA 2013 0.715206328 1.32581022 0.360087683 680685059 0.877890846
BATA 2014 0.805786315 1.301766831 0.366522733 774891086 0.877890846
BATA 2015 0.453356296 1.29373186 0.344601503 795257973 0.877890846
123
AKPI 2012 1.033561147 0.880076389 0.538090845 1714834429 0.651285007
AKPI 2013 1.025156733 0.797952303 0.547337129 2084567188 0.651285007
AKPI 2014 1.149975321 0.873527538 0.586838537 2227042589 0.651285007
AKPI 2015 1.603134631 0.730961459 0.647669148 2883143131 0.651285007
124
Lampiran 3 : Hasil Outout Regresi Data Panel
Uji Common Effect Model (OLS)
Dependent Variable: LDER
Method: Panel Least Squares
Date: 09/24/17 Time: 11:48
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.284108 0.250255 -1.135272 0.2640
ROA 0.325164 0.115851 2.806731 0.0081
FAR 0.687211 0.407576 1.686094 0.1007
GROWTH 3.14E-10 5.08E-11 6.191577 0.0000
INST 0.152458 0.360816 0.422536 0.6752 R-squared 0.619900 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.576460 S.D. dependent var 0.302264
S.E. of regression 0.196713 Akaike info criterion -0.297671
Sum squared resid 1.354363 Schwarz criterion -0.086561
Log likelihood 10.95342 Hannan-Quinn criter. -0.221340
F-statistic 14.27025 Durbin-Watson stat 1.257402
Prob(F-statistic) 0.000001
125
Uji Fixed Effect Model
Dependent Variable: LDER
Method: Panel Least Squares
Date: 09/24/17 Time: 11:47
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.61744 1.814717 -6.952841 0.0000
ROA -0.313220 0.211746 -1.479221 0.1511
FAR 1.263023 0.527453 2.394569 0.0241
GROWTH 3.72E-10 1.26E-10 2.960979 0.0065
INST 16.15159 2.469285 6.540998 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264
S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481
Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373
Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755
F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036
Prob(F-statistic) 0.000000
126
Uji Random Effect Model
Dependent Variable: LDER
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/24/17 Time: 11:48
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.987333 0.370171 -2.667235 0.0115
ROA 0.372436 0.131958 2.822386 0.0078
FAR 1.349245 0.418148 3.226717 0.0027
GROWTH 3.52E-10 7.18E-11 4.906273 0.0000
INST 0.570327 0.522525 1.091483 0.2825 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.160389 0.7196
Idiosyncratic random 0.100130 0.2804 Weighted Statistics R-squared 0.405944 Mean dependent var 0.195147
Adjusted R-squared 0.338052 S.D. dependent var 0.182760
S.E. of regression 0.148694 Sum squared resid 0.773849
F-statistic 5.979262 Durbin-Watson stat 1.592074
Prob(F-statistic) 0.000893 Unweighted Statistics R-squared 0.520956 Mean dependent var 0.654924
Sum squared resid 1.706919 Durbin-Watson stat 0.790315
127
Lampiran 4 : Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 12.120597 (9,26) 0.0000
Cross-section Chi-square 65.912416 9 0.0000
128
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 46.184327 4 0.0000
129
Lampiran 5 : Hasil Output Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: Standardized Residuals
Sample 2012 2015
Observations 40
Mean 0.000000
Median -0.012216
Maximum 0.196468
Minimum -0.175883
Std. Dev. 0.081756
Skewness 0.248083
Kurtosis 2.809677
Jarque-Bera 0.470671
Probability 0.790305
Uji Multikolineritas
ROA FAR GROWTH INST ROA 1.000000 -0.655655 -0.273227 0.608735
FAR -0.655655 1.000000 0.297097 -0.108798
GROWTH -0.273227 0.297097 1.000000 -0.322532
INST 0.608735 -0.108798 -0.322532 1.000000
130
Uji Heterokedastisitas (Glejser)
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 09/24/17 Time: 11:51
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.501014 0.684606 -0.731829 0.4708
ROA 0.083864 0.079882 1.049857 0.3034
FAR 0.130099 0.198983 0.653818 0.5190
GROWTH -3.34E-11 4.74E-11 -0.703622 0.4879
INST 0.512891 0.931543 0.550583 0.5866
Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.926842 Mean dependent var 0.654924
Adjusted R-squared 0.890263 S.D. dependent var 0.302264
S.E. of regression 0.100130 Akaike info criterion -1.495481
Sum squared resid 0.260676 Schwarz criterion -0.904373
Log likelihood 43.90962 Hannan-Quinn criter. -1.281755
F-statistic 25.33801 Durbin-Watson stat 2.157036
Prob(F-statistic) 0.000000
131