ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB),...

187
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), PEMBIAYAAN MUDHARABAH (PM) DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2007 – 2010 Oleh: MAWADDAH 107084000345 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H/2011M

Transcript of ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB),...

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), PEMBIAYAAN MUDHARABAH (PM) DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN

ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2007 – 2010

Oleh:

MAWADDAH

107084000345

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433H/2011M

i

Curriculum Vitae

Personal Data

Nama : MAWADDAH

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 27 April 1989

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory

03/005 Perigi Baru Pondok Aren, Tangerang

Selatan - Banten

Nomor Telpon : 08567870736

Email : [email protected]

[email protected]

Facebook : mawaddah sundusi

ii

Pendidikan Formal

Pendidikan Nama Sekolah Tahun Sarjana Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2007 – 15 Desember

2011 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 13 Tangerang 2004 - 2007

Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 3 Tangerang 2001 - 2004 Sekolah Dasar SD Negeri V Perigi Baru 2000 - 2001 Sekolah Dasar SD Negeri Kunciran 1 1995 - 2000

Pengalaman Organisasi

Organisasi Amanat Tahun Dewan Pengawas Pusat

Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

Departemen Pasar Modal dan Investasi

Biro Institusional

Oktober 2011 - 2016

Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengurus Majelis Pertimbangan LiSEnSi

(MPL)

Februari 2011 - Sekarang

Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pengurus Maret 2010 - Sekarang

Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Bendahara Umum Februari 2010 – Februari 2011

Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Bendahara Departemen JarKomInfo

Juli 2009 – Februari 2010

Himpunan Mahasiswa Kota Tangerang Selatan

Pengurus Juli 2009 – Juli 2010

Redaksi Buletin Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas (BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah

Pengurus Juli 2009 – Januari 2010

iii

Jakarta Badan Eksekutif

Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Staff Divisi Kemahasiswaan

2008 - 2009

Kelas XII IPA 4 SMAN 13 Tangerang

Bendahara 2006 - 2007

Kelas XI IPA 2 SMAN 13 Tangerang

Bendahara 2005 - 2006

Majelis Perwakilan Kelas (MPK) SMAN 13

Tangerang

Sekretaris 1 2004 - 2006

Teater SMAN 13 Tangerang

Tim 2004 - 2006

Seminar dan Training

Institusi Nama Kegiatan Tahun Korp Alumni Forum Studi Ekonomi Islam (KaFoSSEI), STEI

Tazkia, Forum Studi Ekonomi Islam (FoSSEI),

Progres

Diskusi Bulanan KaFoSSEI “Indonesian

Islamic Economic & Finance Outlook”

2011

Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), BNI

Syariah

Seminar Bulanan Ekonomi Syariah “ Kemilau Emas dan

Keberlangsungan Bisnis Perbankan Syariah di

Indonesia”

2011

Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES)

dan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Sharia Banking Management “

2011

HIMA PUI Diskusi Ilmiah “ Syariah 2010

iv

dalam Perspektif Holistik “

Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Visit to Museum Bank Indonesia dan Museum

Bank Mandiri

2010

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Magang 2010

Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Peluang Berkarir di Dunia Syariah

2010

Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama PT. Valbury Asia Securities

Visit to Company 2010

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Syariah dan

Hukum, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

(BEMF) Ekonomi dan Bisnis, BMT Al-Fath dan

DEKOPIN

Seminar “ Optimalisasi BMT dalam Menguatkan

Sektor UMKM “

2010

LIPI, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES),

Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

6th Sharia Economics Research Day “

Pemasaran Kontemporer Produk Halal dan

Keuangan Syariah di Indonesia “

2010

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

(BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, ACA Asuransi dan CAR

Life Insurance

Seminar Nasional “ Peran Asuransi dalam Era

Globalisasi “

2010

Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI),

Universal Islamic

Temu Ilmiah Nasional FoSSEI IX “ Revitalisasi Entrepreneurship Ummat

2010

v

Economics, IAIN Sumatera Utara

untuk Indonesia Sejahtera “

PT. Shell Indonesia Shell LiveWIRE Bright Ideas Workshop

2010

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

(BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Bedah Buku “ Perawan “ dan Seminar Nasional “

Sastra sebagai Media Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan “

2009

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Debat “ Perbandingan Sistem Perbankan Konvensional vs

Perbankan Syariah “

2009

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seminar Internasional “ Religion in The

Contemporary World “

2009

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Peran Ekonomi Islam dalam Menghadapi

Krisis Global “

2008

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Studi Banding 2008

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Dampak Kenaikkan BBM dari

Sudut Pandang APBN “

2008

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia “

2008

vi

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Kuliah Lancar… Kerja Sukses “

2008

Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

(BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Seminar “ Stabilitas Perekonomian Indonesia

Era SBY – JK “

2008

Prestasi

Prestasi Institusi Tahun

Beasiswa DIPA UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta

Kementrian Departemen

Agama

2010 – 2011

Beasiswa Provinsi Banten Pemerintah Provinsi

Banten

2010

Juara 3 Olimpiade

Ekonomi Syariah

Forum Silaturahim Studi

Ekonomi Islam (FoSSEI),

Universal Islamic

Economics, IAIN

Sumatera Utara

2010

Beasiswa DIPA UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta

Kementrian Departemen

Agama

2009 – 2010

vii

Beasiswa BKM UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2008

Siswa SMA Negeri 13

Tangerang masuk

Universitas Negeri

Melalui Jalur Penelusuran

Minat dan Bakat

(PMDK)

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2007

Pengalaman Kerja

Institusi Posisi Tahun

Direktorat Perbankan

Syariah Bank Indonesia

(DPbS BI), Masyarakat

Ekonomi Syariah (MES),

Ikatan Ahli Ekonomi

Islam (IAEI), Forum

Silaturahim Studi

Ekonomi Islam

(FoSSEI), Universitas

Padjajaran

Forum Riset Perbankan

Syariah Bank Indonesia

sebagai Komite

Akademik

September-Desember

2011

Direktorat Perbankan

Syariah Bank Indonesia

(DPbS BI), Masyarakat

Ekonomi Syariah (MES),

Forum Riset Perbankan

Syariah Bank Indonesia

sebagai Komite

Akademik

Juli – September 2011

viii

Ikatan Ahli Ekonomi

Islam (IAEI), Forum

Silaturahim Studi

Ekonomi Islam

(FoSSEI), IAIN

Sumatera Utara

Lingkar Studi Ekonomi

Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta

Pengajar Kuliah

Informal

April 2011 - Sekarang

Lingkar Studi Ekonomi

Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta

Mentor Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan

Bisnis

2010 – Februari 2011

Magang Koperasi

Karyawan Al-Azhar

Serpong

Karyawan 2010

Lingkar Studi Ekonomi

Syariah (LiSEnSi) UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan SMK

Negeri 20 Jakarta

Asisten Mentor Ekonomi

Syariah

2010 – Februari 2011

Multi Level Marketing

Oriflame

Manager Agustus 2008 –

Desember 2009

ix

Abstract

This study aims to analyze the influence of the Money Supply (JUB), Mudharaba Financing (PM) and acceptance Growth of Zakah, infak and Alms (ZIS) on Economic Growth in Indonesia. The analysis was using monthly time series data which published by Bank Indonesia, Central Bureau of Statistics and Zakah Forum period 2007 to 2010. The method which is used in this study applies dynamic Engle and Granger Error Correction Model (ECM).

The analysis showed that a variable money supply and mudharaba financing had no influence on economic growth, in the short term. But acceptance zakah, infak and alm had no contribution on economic growth, in the short term . For the longer term, the money supply and mudharaba financing have a influence whereas acceptance of Zakah, infak and alms have contribution on economic growth.

Keywords: Gross domestic product (GDP), Money supply (JUB), mudharaba

financing (PM), Zakah, infak and alms (ZIS), Error Correction Model (ECM)

x

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Mudharabah Pembiayaan (PM) dan kontribusi pertumbuhan Zakat, infak dan Sedekah (ZIS) pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Analisis ini menggunakan data time series bulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik dan Forum Zakat periode 2007-2010. Metode yang digunakan dalam studi ini menerapkan model dinamis Engle dan Granger Error Correction Model (ECM).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel jumlah uang beredar dan pembiayaan mudharabah berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan zakat, infak dan sedekah tidak memiliki kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi. Untuk jangka panjang, jumlah uang beredar dan pembiayaan mudharabah memiliki dampak sedangkan penerimaan Zakat, infak dan sedekah memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Keywords: Produk domestik bruto (PDB), uang beredar (JUB), pembiayaan

mudharabah (PM), zakat, infak dan sedekah (ZIS), Model Koreksi Kesalahan (ECM)

xi

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang

telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada

kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu A’laihi Wassalam,

pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia,

serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi.

Penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB),

Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan

Sedekah (ZIS) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2007 – 2010 ” dengan

tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu

Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat

Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai, walaupun penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun didalam lubuk hati

yang paling dalam semoga skripsi ini sedikit banyaknya mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi banyak orang.

xii

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini:

1. Teruntuk kedua Orang Tua dan keluargaku tercinta. Yayah, Mamah, A’ Ika, A’

Adi, A’ Zulfa, Nana dan Alvi yang tidak pernah bosan memberikan kasih sayang,

cinta, doa, nasihat dan supportnya untuk Dadah selama ini. Untuk kedua

keponakan tante: Wildan dan Khumairah senyum kalian semangat buat tante.

Syukron katsiron yang tak terhingga dari lubuk hati ini.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS beserta

jajarannya yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta sekaligus sebagai

penguji ketika ujian komprehensif.

3. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bapak Dr. Lukman, M.Si,

yang telah memberikan ilmunya serta motivasi.

4. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing 1 yang

dengan sabar membimbing penulis dan juga sebagai penggagas Sinlammim dan

319913616, serta pengampu Pasar Modal Syariah, Ekonomi Makro Syariah dan

Moneter Syariah. Terima kasih banyak ya Pak, semoga Allah membalas segala

kebaikan Bapak baik di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN..

5. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen Pembimbing 2 serta Sekretaris Jurusan

yang telah memberikan ilmunya, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing

penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu

di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN..

xiii

6. Untuk Teman/Sahabat/Abang/ Kak Syamsuddin. Syukron Katsiron atas

bimbingan, Ilmu dan nasihat akademik selama ini.

7. Seluruh dosen dan Staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah

sabar dan membantu selama perjalanan di kampus, mudah-mudahan segala

kebaikan Bapak/Ibu dibalas oleh Allah swt. AMIN…

8. Teruntuk sahabat-sahabat seperjuangan saya wabil khusus Widhi Wicaksono,

akhirnya kita lulus wid… dengan perjuangan dan pengalaman yang luar biasa…

Mudah-mudahan bisa membuat kita semakin dewasa, berdiri tegak dan bersyukur

sama Allah, benar apa kata orang “Semua akan indah kalau waktunya sudah

tiba….” MANTAP. Untuk Tyo Adiyanto, Finsa Ramadhan, Nur Hikmah

Maulidina, Karmila Fitriningtyas,Endang Nurjaya terima kasih banyak ya atas

doa, dukungan dan nasihatnya selama ini yang luar biasa. Untuk Noor Azizah…

gak percuma ya tiga hari full sampai-sampai ditilang polisi waktu ke Salemba,

akhirnya kita bisa lulus Nur Azizah,S.ESy dan Mawaddah SE. Untuk Dyta

Herdiana, Rosa Pasaribu, Elva Ayu Mutia, Ade Raselawati.. Akhirnya kita

berlima bisa menyelesaikan sesuai dengan target kita, makasi kawan.. Slamet

Widodo dan Rif’al Reza, makasie ya sudah memberikan ilmunya ke mawaddah.

Dan Putri Kusumawardani yang selalu memberikan nasihat dan doanya selama

ini.

9. Terima kasih banyak untuk teman-teman seperjuangan di Ikatan Mahasiswa

Ekonomi Islam (IMES) 2007 atas kekeluargaan, pengalaman dan

persahabatannya selama ini, sungguh luar biasa.

xiv

10. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

(IESP) angkatan 2007, terima kasih banyak atas pertemanan dan pengalamannya

selama ini. Ratna, Muhammad Ahmad, Mario, Pranowo, Mahmudah, Mudah-

mudahan kita semua bisa mendapatkan keberkahan ilmu dan gelar SE yang

berkualitas. AMIN

11. Untuk Kakak-kakakku di G-Syah, Ka Yunita, Ka Wastriati, Ka Lia, Ka Laras, Ka

Dafi terima kasih banyak atas bantuan dan doanya selama ini.

12. Terima kasih untuk Pak Achmad Tjahya dosen sekaligus penasehat spiritual dan

penasehat hidup selama ini. Syukron atas support, doa dan nasihat yang

menyejukkan hati pak. Untuk Pak Nurul Huda (IAEI), Pak Gustian Djuanda, Pak

Ali Sakti (DPbS BI), Pak Irfan Syauqi Beik (BAZNAS), Pak Rifki Ismal (DPbS

BI), Pak Agustianto Mingka (IAEI), Pak Zuhairan Yunmi Yunan, Pak Yoghi

Citra Pratama, Pak Suhenda Wiranata, terima kasih banyak atas diskusi dan

ilmunya untuk skripsi dan ekonomi syariah selama ini. Mudah-mudahan

keberkahan Allah selalu menaungi kita semua. Amin.

13. Teman-teman seperjuangan di Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN

Jakarta. LiSEnSi 2006: Kak Riza, Kak Arie, Kak Giska, Kak Ashbah, Kak

Berlian dan Kak Murni (Almarhumah). Terima kasih kakak-kakakku tersayang

atas doa, support dan semangatnya selama ini. Wabil khusus Kak Murni

tersayang, yang sudah membina, berbagi pengalaman dan memperkenalkan

LiSEnSi yang luar biasa ke Mawaddah. LiSEnSi 2007: Fitoyo Pambudi, Amalia

Nasuha, Noor Azizah, Bimo Ali Guntoro, Khaikal Mulki dan teman-teman

xv

seperjuangan yang lain yang tidak tersebutkan satu persatu, mudah-mudahan

tidak mengurangi rasa terima kasih Mawaddah kekalian. Banyak pengalaman

besar yang kita lalui bersama. LiSEnSi 2008: Yaman Hizas, Wulan Asnuri, Tya

Riyandini, Ida Bagus, Pupah Maspupah, Putri Rizki Amalia, Arif dan teman-

teman pengurus lainnya. Sungguh pengalaman besar Ekonomi Syariah banyak

kita lalui bersama, mudah-mudahan kita bisa senantiasa istiqomah untuk terus

berdakwah, tetap bersemangat memperjuangkannya dan siap-siap untuk mengukir

sejarah kehidupan yang manis untuk diceritakan kegenerasi penerus kita. SALAM

EKONOM RABBANI…!!!

14. Untuk tim Masyarakat Ekonomi Syariah (MES): Bang Achmad Iqbal (Direktur

Eksekutif MES), Kak Giska, Kak Dedi, Fikri, Dea. Ikatan Ahli Ekonomi Syariah

(IAEI): Kak Ronie (Direktur Eksekutif IAEI), Kak Ivo. Iqtishod: Mas Joko, Kak

Amalia Husna. The Maestro: Kak Rifky, Kak Leila, Kak Yunita. Tim ST 29: Kak

Riza, Dedi, Putut. Syukron Katsiron atas doa, support, nasihat dan diskusinya

setiap makan siang berkenaan penelitian ilmiah, banyak ilmu yang bisa

Mawaddah ambil dari sana.

15. Terima Kasih Banyak untuk Keluarga Besar Pondok Pesantren Al-Amanah Al-

Gontory yang telah memberikan supportnya selama ini.

Jakarta, 15 Desember 2011

Penulis

xvi

DAFTAR ISI

CURICULUM VITAE ........................................................................................ …… i

ABSTACT ............................................................................................................ .…… ix

ABSTRAK ........................................................................................................... …… x

KATA PENGANTAR ......................................................................................... …… xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ...… xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ …... xxii

DAFTAR GAMBAR . ......................................................................................... …. xxiii

DAFTARLAMPIRAN ................................ ................................ . .... xxiv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. ……. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………..… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 8

C. Tujuan Penelitiam .................................................................................................. ….….. 8

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. ........ ….…. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 11

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………..………. 11

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi …………………………………………………. 11

2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam ……...……………………….… 13

B. Teori Jumlah Uang Beredar (JUB) ……………………………………………….. 15

xvii

1. Definisi Jumlah Uang Beredar (JUB) ......................................................... …….. 15

2. Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) .................................... …….. 17

3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam .......................................... …...… 20

C. Teori Perbankan Syariah ................................................................................ ……... 23

1. Definisi Perbankan Syariah ........................................................................ …….. 23

2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam ....................................................... ……... 24

3. Pembiayaan ................................................................................................ .……. 26

a. Definisi Pembiayaan .............................................................................. ….…. 26

b. Jeni-Jenis Pembiayaan ........................................................................... ….…. 27

c. Fungsi Pembiayaan ................................................................................ ….…. 29

D. Teori Pembiayaan Mudharabah ..................................................................... ….…. 30

1. Definisi Mudharabah .................................................................................. ….…. 30

2. Dasar Hukum ............................................................................................ .…….. 30

3. Rukun Pembiayaan Mudharabah ................................................................ ..……. 31

4. Manfaat Mudharabah ................................................................................. .….…. 32

5. Bentuk-Bentuk Mudharabah ...................................................................... ..……. 33

6. Nisbah Keuntungan .................................................................................... .….…. 35

E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah ...................................................................... .….…. 37

1. Teori Zakat ……………………………………………………………….….… 39

xviii

a.Definisi Zakat ………………………………….….…………………….…... 40

b. Dasar Hukum ………………… ………………………………………......... .41

c. Syarat Wajib Zakat …………………………….………………………......… 42

d. Delapan Kelompok yang Berhak Menerima Zakat …………….…………..… 44

e. Hikmah dan Manfaat Zakat ……………………………………….……..…... 45

2. Teori Infak ………………………………………………………….………...… 46

a. Definisi Infak ……………………………………………………………...…. 46

b. Dasar Hukum ………………………………………………………………... 46

3. Teori Sedekah …………………………………………………………………... 47

a. Definisi Sedekah …………………………………………………………….. 47

b. Dasar Hukum ……………………………………………………………...… 47

4. Implikasi ZIS terhadap Perkembangan Mikroekonomi dan Makroekonomi ……... 48

a. Implikasi Mikro ZIS ...................................................................................... ….….. 48

1) ZIS dan Konsumsi Agregat ..................................................................... ……... 48

2) ZIS dan Tabungan Nasional ................................................................... ….….. 49

3) Zakat dan Produksi Agregat .................................................................... ….…. 49

4) ZIS dan Investasi ..................................................................................... .……. 50

b. Implikasi Makro ZIS ..................................................................................... .……. 51

1) ZIS dan Efisiensi Alokatif ....................................................................... .……. 51

xix

2) ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi .......................... ……... 52

3) ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja ...................................................... ….….. 53

4) ZIS dan Pengentasan Kemiskinan .......................................................... ….….. 54

5) ZIS dan Distribusi Pendapatan ............................................................... ……... 55

6) ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi ............................................................. ……... 56

F. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………….……. 58

G. Kerangka Berfikir ……………………………………………………………….… 71

H. Hipotesis ……………...…………………………………………………………… 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….……...………………………….…. 73

A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………………….... 73

B. Teknik Penentuan Sampel ............................................................................. ........... 73

C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………… 74

D. Metode Analisis Data …………………………………………………………….. 74

1. Uji Normalitas …………………………………………………………………. 75

2. Uji Linieritas ………………………………………………………………….. 76

3. Uji Stasioneritas …………………………………………………………….... 77

a. Unit Root Test …………………….………………………………………... 77

b. Uji Derajat Integrasi …………………………………………………………. 78

4. Uji Kointegrasi ………..……………………………………………………….. 79

xx

5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………... 80

a. Uji Multikolinieritas ……………………………………………………….… 81

b. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………………... 81

b. Uji Autokolerasi ……………………………………………………………. 83

6. Uji Error Corection Model (ECM) …………………………………………….. 83

E. Operasional Variabel Penelitian ………………………………………………….. 85

1. Variabel Bebas ………………………………………………………………… 86

2. Variabel Terikat ……………………………………………………………….. 86

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 88

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………………... 88

1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)………………………………….... 88

2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) …………………………………...… 93

3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) ………………...…………...…..... 95

4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) ………………………………….. 98

B. Hasil Analisa dan Pembahasan …….…………………………………………...... 101

1. Uji Normalitas ………………………………………………………….. …... 102

2. Uji Linieritas ………………………………………………………………… 103

3. Uji Stasioneritas …………………………………………………………….. 104

a. Unit Root Test ………………………………………………………..…… 104

xxi

b. Uji Derajat Integrasi ………………………………………………………. 105

4. Uji Kointegrasi ……………………………………………………………….. 107

5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………. 108

a. Multikolinieritas ………………………………………………………...….. 108

b. Heteroskedastisitas …………………………………………………………. 109

c. Autokorelasi ……………………………………………………………….. 110

6. Uji ECM ……………………………………………………………………... 111

C. Interpretasi Analisis Teknik ……………………………………………….. 115

1. Konstanta ....................................................................................... …… 115

2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB)………. 115

3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB)…… 117

4. Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dan Produk Domestik Bruto

(PDB) …………………………………………………………………...…118

D. Interpretasi Analisis Ekonomi …………………………………………..…. 120

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ……………………………………….…. 127

A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 127

B. Implikasi dan Saran …………………………………………………................. 128

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....... 131

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 136

xxii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Produk Domestik Bruto Periode 2007 - 2010 1

1.2 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah

Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM)

dan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Periode

2007 - 2010 7

2.1 Penelitian Terdahulu 67

4.1 Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ 101

4.2 Uji Normalitas 102

4.3 Ramsey RESET Test 103

4.4 Ramsey RESET Test Transformasi 104

4.5 Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level Intercept 105

4.6 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi

pertama-Intercept 106

4.7 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi

Pertama-Trend and Linier 106

4.8 Nilai Regresi Uji Kointegrasi 107

4.9 Hasil Uji Correlation Matrix 109

4.10 Hasil Uji White Heteroskedasticity 110

4.11 Hasil Regresi Langrange Multiplier-Test 110

4.12 Hasil Regresi Penyembuhan First Difference 111

4.13 Hasil Uji ECM 113

4.14 Hasil Perhitungan Koefisien ECM 114

xxiii

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang 18 dengan Tingkat Harga

2.2 Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan 18

Jumlah Uang Beredar

2.3 Skema Pembiayaan Mudharabah 30

2.4 Bentuk-Bentuk Mudaharabah di Bank Syariah 35

2.5 Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) 38

2.6 Kerangka Berfikir 71

4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 89

4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) 94

4.3 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) 95

4.4 Perkembangan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)100

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Data Penelitian 136

2 Uji Normalitas 138

3 Uji Linieritas 139 4 Uji Stasioneritas 141 5 Uji Kointegrasi 153

6 Uji Asumsi Klasik 154

7 Uji Error Correction Term 157

8. Hasil Perhitungan Koefisien ECM 158

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang disebabkan oleh barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi keinginan

dan tujuan bagi setiap negara maupun daerah. Ketika pertumbuhan ekonomi

suatu negara mengalami kenaikkan dalam kurun waktu tertentu maka

perekonomian suatu negara tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan

atau bernilai positif.

Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui PDB (Produk

Domestik Bruto) dapat dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional,

dalam hal ini permintaan dan penawaran agregat, konsumsi dan tabungan, dan

tingkat investasi. Selama kurun waktu empat tahun terakhir (periode 2007

sampai dengan 2010) terlihat perubahan yang signifikan. Berikut adalah

perkembangan PDB di Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2010:

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto tahun 2007 – 2010

Tahun 2007 2008 2009 2010

Jumlah (Milyar Rupiah)

1.964.328 2.082.456,1 2.177.741.7 2.310.689,8

Sumber: Biro Pusat Statistik 2011

2

Pertumbuhan ekonomi sangatlah dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan

yang diambil oleh pemerintah dalam menyeimbangkan kondisi perekonomian

suatu negara. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat berupa kebijakan

moneter maupun kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan kebijakan

yang digunakan untuk mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat

berjalan sesuai yang diinginkan oleh pemerintah melalui pengaturan jumlah

uang beredar (JUB) dalam perekonomian. JUB dalam perekonomian

berpengaruh terhadap tingkat inflasi di suatu negara, dan tingkat inflasi inilah

berimplikasi pula pada kondisi perekonomian suatu negara. Kebijakan

moneter melalui JUB ini dapat dilakukan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia)

yang bekerja sama dengan Bank-Bank Umum yang ada.

Bank merupakan lembaga yang mempunyai peran dalam kebijakan

moneter. Seperti yang diketahui, perbankan dalam suatu negara ibarat seperti

jantung pada manusia. Ketika jantung itu berdetak dengan sehat dan dapat

mengalirkan darah keseluruh tubuh dengan lancar maka sehatlah manusia

tersebut, begitupun dengan perbankan. Ketika Bank dalam menyalurkan

dananya berbentuk pembiayaan dengan lancar kepada nasabah-nasabah yang

mengajukan pinjaman atau pembiayaan, maka siklus perputaran uang tersebut

dapat menghasilkan laba yang besar untuk dunia perbankan.

Di Indonesia, pengembangan sistem perbankan menggunakan sistem

dual banking dimana Arsitektur Perbankan Indonesia (API) menghadirkan

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia

3

bersama-sama yaitu sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional

secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk

meningkatkan kemampuan pembiayaan sektor-sektor perekonomian nasional

(Bank Indonesia, akses 9 Oktober 2011).

Terlebih lagi di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda

dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali

membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan

syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan

bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para

penyimpan dana di bank-bank syariah. Karakteristik sistem perbankan syariah

yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem

perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta

menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi,

dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan

menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang dengan

skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif

sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya

penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat

merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta

4

menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya

penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung

kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-

transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem

keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka

menengah-panjang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan

industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang

memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.

Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata

pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka

diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian

nasional akan semakin signifikan.

Dalam perbankan syariah terdapat 3 jenis pembiayaan, yaitu Jual Beli

(al-Ba’i), Sewa menyewa (Ijarah) dan kerjasama (syirkah). Pembiayaan yang

banyak peminatnya adalah dari pembiayaan Jual Beli dengan akad murabahah

dan pembiayaan kerjasama dengan akad mudharabah. Pembiayaan

mudharabah merupakan pembiayaan yang mempunyai dampak yang cukup

panjang yang masih diawasi oleh pihak Bank Syariah, dikarenakan pada

pembiayaan ini dimana Bank bertindak sebagai shahibul maal dan nasabah

5

bertindak sebagai mudharib. Dalam kerjasama pada kurun waktu tertentu,

Bank Syariah melakukan pengawasan dalam berjalannya kerjasama ini agar

tetap sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua belah

pihak. Tercatat pembiayaan mudharabah (PM) di Bank Syariah tiap tahunnya

mengalami peningkatan.

Kebijakan kedua yang dapat diambil oleh Pemerintah selain kebijakan

moneter adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan

ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi

lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Kabijakan fiskal masa sekarang ini berkaitan dengan pajak. Pajak merupakan

pemasukan negara yang memiliki kontribusi besar dalam hal pembangunan

negara yang digunakan untuk melengkapi fasilitas-fasilitas umum suatu

negara, seperti pembangunan gedung, pembangunan jalan raya dan pengadaan

barang-barang publik lainnya. Dalam agama Islam juga memiliki kebijakan

fiskal yang sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad.

Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah, pajak paling sering dipungut

dari berbagai jenis asset tertentu, tetapi Islam tidak membatasi pungutan pajak

pada asset tertentu tetapi juga dipungut dari asset-aset lain yang produktif.

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan pendapatan yang utama bagi

negara pada masa Rasulullah hidup. Pendapatan dari ZIS berbeda dengan

pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat merupakan kewajiban

6

agama Islam yang tercantum dalam rukun Islam, infak dan sedekah

merupakan gambaran ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt.

Zakat, infak dan sedekah (ZIS) merupakan unsur dari religiusitas

fundamental dalam Islam yang merupakan imperatif dari rukun Islam. Sebagai

negara yang memiliki mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia

sejatinya memiliki potensi besar untuk pengumpulan dan pengelolaan Zakat,

Infak dan Sedekah (ZIS). Perkembangan pengelolaan ZIS di Indonesia

semakin menunjukkan peningkatan yang berarti, baik dari segi penghimpunan,

pengelolaan, pendayagunaan maupun pertanggungjawaban. Berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai

237,6 juta jiwa. Sekitar 85,1% penduduk Indonesia adalah pemeluk Agama

Islam (Wikipedia, 2011).

Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999

tentang pengelolaan zakat. Lembaga zakat baik Badan Amil Zakat (BAZ)

maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki peran dan kontribusi yang

sangat signifikan di dalam penanganan daerah-daerah. Kondisi ini

seharusnya semakin menyadarkan para pengambil kebijakan negeri ini untuk

senantiasa berupaya menjadikan ZIS sebagai agenda nasional.

Potensi zakat menurut riset BAZNAS dan FEM IPB tahun 2011

(Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB) menunjukkan bahwa potensi zakat

nasional mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto.

Dengan prosentase ini, maka potensi zakat di negara kita setiap tahunnya tidak

7

kurang dari 217 trilyun rupiah. Tercatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto

(PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah dan ZIS

selama kurun waktu 2007 sampai dengan 2010 yang semakin meningkat ditiap

tahunnya:

Tabel 1.2 Pertumbuhan PDB, JUB, PM dan ZIS Periode 2007 – 2010

Tahun PDB

(Milyar)

JUB

(Milyar)

PM

(Milyar)

ZIS

(Milyar)

2007 1.964.328 17.538.124 57.080 1.495

2008 2.082.456,1 20.457.862 57.277 6.048

2009 2.177.741,7 23.689.943 110.005 11.400

2010 2.310.689,8 26.587.357 134.266 30.645

Sumber: Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia, Forum Zakat (2011)

Berdasarkan data pada tabel 1.2 yang menggambarkan pertumbuhan

dari PDB, JUB, PM dan ZIS cenderung mengalami peningkatan signifikan

disetiap tahunnya. Setiap peningkatan pada instrumen ekonomi baik yang

bersifat kecil maupun menengah akan memberikan dampak terhadap

perekonomian negara. Peningkatan yang dialami oleh JUB, PM dan ZIS, baik

secara langsung maupun tidak juga memberikan dampak terhadap

perekonomian di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan mungkin saja bersifat

positif ataupun cenderung negatif, dengan segala program-program yang

dibuat oleh Pemerintah pada masing-masing variabel tersebut.

8

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin

meneliti pengaruh JUB, PM dan ZIS kepada PDB dengan mengambil judul “

Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan

Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan

Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode

2007-2010 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Jumlah Uang

Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode

2007-2010?

2. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Pembiayaan

Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa

periode 2007-2010?

3. Apakah ada kontribusi jangka pendek dan jangka panjang pertumbuhan

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia masa periode 2007-2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

tuujuan dari penelitian ini yaitu:

9

1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka

panjang Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia masa periode 2007-2010.

2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka

panjang Pembiayaan Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia masa periode 2007-2010.

3. Untuk menganalisis apakah ada kontribusi pengaruh jangka pendek dan

jangka panjang Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

a. Sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan moneter dan

kebijakan fiskal dalam hal ini berkenaan JUB, Perbankan dan ZIS

yang berkaitan.

b. Sebagai upaya perbaikan kondisi perekonomian Indonesia.

c. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah agar mendukung secara

penuh keberadaan ZIS di Indonesia.

2. Bagi Peneliti

a. Penemuan dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ekonomi pada

khususnya.

10

b. Menambah wawasan aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa

perkuliahan di Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi Ekonomi Islam.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait dengan

keadaan ekonomi makro yang terjadi di Indonesia.

d. Penemuan dalam penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari

penulis untuk memperoleh derajat pendidikan S1 di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bagi Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya

a. Sebagai sumber referensi yang dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis

tentang pertumbuhan ekonomi.

b. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pertumbuhan

ekonomi dilihat dari kebijakan moneter dan fiskal dan menambah

kepekaan terhadap gejolak kondisi.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan faktor yang penting

bagi suatu negara sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup

manusia. Model pertumbuhan neo klasik berpendapat bahwa ”

Pertumbuhan ekonomi tergantung perkembangan faktor-faktor produksi “

(dalam tesis Sahira, 2007:24). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan nasional suatu negara. Pendapatan nasional adalah jumlah

barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu

biasanya satu tahun.

Menurut Huda (2008:22), ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan produksi (Produk Domestik Bruto/PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. GDP dapat disebut nilai barang jadi yang diproduksi dari semua sektor industri yang ada di suatu negara . Sesuai dengan standar International Standard Industrial Classification (ISIC), sektor industri tersebut yaitu: 1. Sektor Produksi Pertanian 2. Sektor Produksi Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri Manufaktur 4. Sektor Produksi Listrik, Gas dan Air Minum 5. Sektor Produksi Bangunan 6. Sektor Produksi Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Sektor Produksi Transportasi dan Komunikasi 8. Sektor Produksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Sektor Produksi Sewa Rumah 10. Sektor Produksi Pemerintah dan Pertahanan

12

11. Sektor Produksi Jasa Lainnya Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count). GDP nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) adalah merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP Rill (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) adalah nilai menggoreksi angka PDB Nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.

b. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (Gross

National Product/GNP) GNP adalah Nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. Rumus umum untuk untuk pendekatan pengeluaran adalah: Y = Consumption + Investment + Government + Export – Import .. (1) Dimana: Consumption adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah

tangga. Investnment adalah investasi oleh sektor usaha. Government adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah. Eksport dan Import adalah kegiatan yang melibatkan sktor luar

negeri.

c. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan pengeluaran (Net National Product/NNP) NNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. Pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima dari faktor produksi: Y=Sewa + Upah + Bunga + Laba ……...……..…………….. (2) Dimana: Sewa adalah pendapatan pemilik faktot produksi tetap seperti

tanah Upah adalah upah untuk tenaga kerja Bunga adalah bunga untuk pemilik modal Laba adalah laba untuk pengusaha

Secara teori, pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus

menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam prakteknya

13

menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka

yang sering adalah dengan pendekatan pengeluaran.

Peningkatan pendapatan nasional tentu saja merupakan kontribusi

dari kegiatan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah serta aktifitas

ekspor-impor. Peningkatan angka masing-masing sussistem tersebut tentu

saja harus didukung oleh kegiatan ekonomi dibawahnya, konsumsi

didukung oleh industri pendukung seperti makanan, minuman dan ini

membawa akibat kebutuhan sumber daya menjadi bertambah, termasuk

manusia.

Sama halnya dengan pendapatan nasional dengan pendekatan

produksi, peningkatan produksi akan berdampak pada tingginya kebutuhan

sumber daya dalam setiap sektor yang digunakan dalam penyusunan angka

PDB. Semakin banyak sumber daya (manusia) yang terlibat maka semakin

besar kemungkinan terjadinya distribusi pendapatan yang pada gilirannya

akan mengurangi jumlah penduduk miskin.

2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam

Dalam ekonomi Islam dikenal adanya Falah. Falah adalah

kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana

komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini.

Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad)

merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia kepada

real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Al-falah dalam

14

pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu

sendiri.

Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam

menganalisis kesejahteraan, perhitungan nasional berdasarkan Islam juga

harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf,

zakat dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Pada intinya,

ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur

kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral

dan sosial Islam.

Di sejumlah negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan

transaksi yang didasarkan pada keinginan untuk melakukan amal

kebajikan, memiliki peran lebih penting dibanding di negara Barat. Tidak

hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan ekonomi yang diambil alih

oleh keluarga maupun suku, tetapi juga ada begitu banyak ragam

kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak terjadi semuanya

melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang

hanya merupakan hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada

satu kesenjangan keterkaitan antara jasa dan pembayaran, misalnya donasi

untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam masjid, kegiatan pedesaan dan

lain-lain.

Penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal

sedekah antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan sektor

15

tambahan dan jenis tambahan dari aktivitas ini dapat dikaji untuk

pengambilan keputusan. Dibanding amal sedekah yang sering dikeluarkan

umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung, sesungguhnya lebih

mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer yang

paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur

pendapatan dari zakat sebagai presentase dari GDP Pengukuran ini akan

sangat bermanfaat sebagai variabel kebijakan di dalam pengambilan

keputusan di bidang sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan

untuk mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk

mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah

menjadi negara-negara tersebut.

B. Teori Jumlah Uang Beredar (M2)

1. Definisi Jumlah Uang Beredar

Terdapat beberapa definisi menurut para ahli ekonomi, diantaranya:

Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. (Kasmir,2002:156)

Sedangkan uang menurut Mankiw, sebagai berikut:

Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk melakukan transaksi. (Mankiw,2003:76)

Uang selalu didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui

oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam

16

kegiatan tukar menukar. Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut (Sukirno,2004:267):

a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu b. Mudah dibawa-bawa c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya d. Tahan lama e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan) f. Bendanya mempunyai mutu yang sama Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu (dalam

skripsi wastriati, 2010:48): 1) Uang dalam arti sempit (M1).

M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal. Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk persamaan M1 adalah :

M1 = C + DD …………….……………….………………………. (3)

Dimana : M1 = uang dalam arti sempit C = currency, uang kartal DD = Demand deposit, uang kartal

Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar. 2) Uang dalam arti luas (M2)

M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga persamaan M2 sebagai berikut:

M2 = M1 + TD + SD ………….…………………………..……….. (4)

Keterangan: M2 = Uang dalam arti luas M1 = Uang dalam arti sempit TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan)

17

Banyaknya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan

sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan

dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar

dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan

menyimpan dalam bentuk tabungan.

Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank

Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang

beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku

rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan).

2. Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money)

Nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang.

Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang

yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain

tingkat harga rata-rata dalam perekonomian.

Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta (Mankiw:1).

18

Gambar 2.1 Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang dengan

Tingkat Harga

Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3

Kurva kedua menggambarkan supply dan demand terhadap

uang. Kurva supply berbentuk vertikal karena jumlah uang beredar ditetapkan oleh Bank Sentral.

Gambar 2.2

Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan Jumlah Uang Beredar

Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3

Kurva demand memiliki slope negatif, mengindikasikan bahwa saat nilai uang rendah dan tingkat harga tinggi, maka permintaan

19

terhadap uang akan tinggi. Pada titik equilibrium, A, jumlah uang yang diedarkan dan jumlah uang yang diminta masyarakat berada dalam keseimbangan. Ekuilibrium antara supply dan demand terhadap uang menentukan nilai uang dan tingkat harga barang dan jasa. Jika Bank Sentral mengubah jumlah uang yang beredar, misalnya dengan mencetak lebih banyak uang, ekuilibrium supply dan demand terhadap uang akan berubah.

Pada Gambar 2.2 Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat. Saat jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta.

Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat. Saat jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta. Meningkatnya jumlah uang menyebabkan naiknya permintaan terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang diminta tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka akan terjadi peningkatan harga. Peningkatan harga kemudian mendorong naiknya jumlah uang yang diminta masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian akan mencapai equilibrium baru, yaitu titik B, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang dengan jumlah uang yang diedarkan.

20

Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga

ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar

disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money). Berdasarkan teori

ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan

nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab

utama terjadinya inflasi. Secara umum, teori kuantitas uang

menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian,

dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang

beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis

sebagai berikut:

M x V = P x Y ................................................................................... (5)

Keterangan:

P adalah tingkat harga (GDP deflator)

Y adalah jumlah output (real GDP)

PxY adalah nominal GDP

M adalah jumlah uang beredar

V adalah velocity of money (perputaran uang). Persamaan ini disebut

sebagai persamaan kuantitas (quantity equation).

3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam

Dalam ekonomi Islam, Uang didefinisakan sebagai sesuatu yang

dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa (Hidayat,

2009:254). Tanpa mata uang sebagai standar harga dan alat tukar maka

21

proses pemenuhan kebutuhan manusia menjadi sulit. Transaksi jual beli

harus melalui barter. Dari uraian diatas terlihat bahwa menurut ekonomi

Islam, uang di pandang sebagai alat tukar, bukan sutu komoditi.

Diterimanya peranan uang ini secara luas, dengan maksud untuk

mempermudah proses transaksi sebagai alat ukur dan menghapuskan

ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar. Karena

ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan sebagai riba fadhl.

Nabi Muhammad SAW mengatur uang sebagai gudang nilai (store of

value) yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas asset moneter (emas dan

perak). Secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang sebagai

faktor produksi mempunyai potensi untuk berkembang melalui usaha-

usaha produktif. Menurut Karim, “ uang adalah flow concept, artinya

semakin cepat perputaran uang akan semakin baik dan besar perannya dalam

mendorong aktifitas ekonomi ” (Karim, 2001:47).

Uang dianalogikan dengan air, sewaktu air mengalir dengan lancar, maka

dia akan senantiasa bersih memberi manfaat yang baik bagi kehidupan.

Sebaliknya, ketika air dibiarkan menggenang pada suatu tempat, maka

keadaannya dapat kotor atau bahkan dapat mematikan suatu kehidupan yang

telah berjalan.

Merujuk pada Al-Qur’an, al-Ghazali mengecam orang yang

menimbun uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara

dari peredaran. Dalam ekonomi moneter, penimbunan uang berarti

22

meperlambat perputaran uang, ini berarti memperkecil terjadinya transaksi

sehingga perekonomian lesu. Menurut Hidayat, “ dalam ekonomi Islam,

Jumlah Uang Beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel

endogen, yaitu yang ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor

riil” (Hidayat, 2009:157).

Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi Islam, yaitu

motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Besarnya persediaan uang tunai akan

berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran.

Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam ekonomi Islam hanya

berdasarkan motivasi transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari

tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu di atas yang telah ditentukan

zakat atas asset yang kurang produktif.

Menurut Metwally, meningkatnya pendapatan akan meningkatkan

permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu

terkena zakat. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:

MD = f (Y/µ) ……..…………….…………..………………………….. (6)

Dimana:

MD = Permintaan uang dalam masyarakat

Y = Pendapatan

µ = Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas

23

Dahlan Siamat (2001) menyatakan bahwa perkembangan uang

beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan

luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik, dan sektor lainnya.

Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem

moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang beredar dan faktor-

faktor yang memepengaruhi.

C. Perbankan Syariah

1. Definisi Perbankan Syariah

Perbankan merupakan perangkat kebijakan moneter dalam

perekonomian di Indonesia yang memiliki tugas utamanya adalah sebagai

intermediasi antara pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang

memiliki kelebihan dana. “Kata bank berasal dari kata “banque” dalam

bahasa Prancis, dan dari kata “Banco” dalam bahasa Italia, yang dapat

berarti peti/lemari atau bangku “ (Arifin,2005:1).

Menurut Arifin, mendefinisikan Bank adalah suatu lembaga

intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian

kita, yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial “

(Arifin,2002:2). Sedangkan Karim mendefinisikan “Bank adalah lembaga

yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang,

meminjamkan uang dan memberikan jasa “ (Karim,2007:18).

24

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bank

adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai tugas untuk

mengumpulkan dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat sesuai

tugas utamanya yaitu sebagai intermediasi. Bank Islam dapat diartikan

sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan

jasa-jasa, dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank

Syariah adalah lembaga perantara (intermediary) antara satu-satuan

kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan

dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan

dana (deficit unit), melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada

kedua belah pihak.

2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam

Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan

segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Selain itu, Islam adalah

agama fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar manusia (human nature).

Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi

masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua

ajaran Qur’an, yaitu:

25

1. Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama

diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan

dalam Al-Qur’an:

Artinya: “ … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. “ (Q.S.Al-Maa-idah [5]:2)

2. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi

yang bermanfaat bagi masyarakat umum.

Pendirian dari Bank Islam, mempunyai beberapa tujuan diantaranya:

1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim,

sehingga kesenjangan sosial di bidang ekonomi semakin berkurang.

2. Melayani masyarakat muslim secara leluasa dalam dunia perbankan

yang berdasarkan syariah, karena bank yang ada selama ini adalah

sifatnya konvensional yang operasionalnya menggunakan bunga.

Sementara masyarakat muslim beranggapan bahwa bunga dalam

prinsip Islam adalah riba, sedangkan riba adalah haram.

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses

pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi keuangan.

4. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat

berdasarkan efisiensi dan keadilan, mempu meningkatkan partisipasi

26

rakyat banyak, sehingga dapat menggalakkan usaha-usaha ekonomi

rakyat.

5. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berfikir secara

ekonomis serta berprilaku bisnis, dan meningkatkan kualitas hidup

mereka.

Prinsip utama yang dianut oleh Bank Islam adalah:

1. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi

2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada

perolehan keuntungan yang sah menurut syariah

3. Memberikan zakat. Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan

kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak orang lain yang

memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat

untuk mengeluarkan infak dan sedekah sebagai manifestasi dari

pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.

3. Pembiayaan

a. Definisi Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok yang diemban

oleh bank, baik Bank Syariah maupun Bank Konvensional. Pada

bank syariah, pembiayaan diberikan berdasarkan nisbah bagi hasil,

untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba) maka

perbankan syariah menempuh cara memberikan pembiayaan

(financing) berdasarkan prinsip jual beli (al bai’), prinsip sewa

27

(ijarah) dan berdasarkan prinsip kerja sama (syirkah). Menurut

Arifin, Pembiayaan (financing) adalah:

“ Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang merupakannya dan layak memperolehnya” (Arifin,2005:185).

Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998,

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil.

b. Jenis-Jenis Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan defisit unit.

Menurut Zainul Arifin (2002:185), jenis-jenis pembiayaan perbankan syariah terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Pembiayaan Konsumtif

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan.

2. Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Sedangkan menurut Antonio, pembiayaan menurut keperluannya dibagi menjadi 2 yaitu (2001:160):

28

a. Pembiayaan modal kerja 1. Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

(a) Peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

(b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2. Pembiayaan Investasi Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang

modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (al Bai’)

a. Pembiayaan Murabahah Berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah

transaksi jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungannya, pembayaran dilakukan dengan cara pembayaran cicilan/tangguh dan barang diserahkan segera setelah akad. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. b. Pembiayaan Salam

Yaitu transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. c. Pembiayaan Isthishna’

Yaitu transaksi jual beli di mana barang yangdiperjualbelikannya belum ada, oleh karena itu barang diserahkan diakhir setelah masa cicilan selesai.

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah’) Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang

dengan imbalan pendapatan sewa. Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat dan objeknya adalah jasa. Bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama dengan operating lease)

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil a. Pembiayaan Musyarakah

Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua

29

bentuk usaha yang melibatkan dua pihak ayau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. b. Pembiayaan Mudharabah

Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah (misconduct).

c. Fungsi Pembiayaan

Adapun fungsi dari pembiayaan yaitu:

1. Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi

Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana

yang terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis

usaha dan menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh

jenis usaha yang produktif atau menguntungkan serta dikelola nasabah

yang jujur dan bertanggung jawab.

2. Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset

yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban-beban yang

dikeluarkan oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya selisih

keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana.

Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan

berdasarkan prinsip kehati-hatian.

30

3. Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi

Bank Syariah dalam melakukan intermediasi keuangan

mempunyai cara yang sangat berbeda dengan bank-bank konvensional

karena model pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing

dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitas-

aktivitas intermediasi.

D. Pembiayaan Mudharabah

1. Definisi Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak

di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal

kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

keuntungan. Berikut adalah skema pembiayaan mudharabah:

Gambar 2.3

Skema Pembiayaan Mudharabah

Rp. Rp.

Mudharib Bank Syariah Shahib al-mal

(Pelaksana usaha) (Intermediasi keuangan) (Pemilik dana) Bagi hasil Bagi hasil

31

2. Dasar Hukum

Melakukan Mudharabah itu boleh (mubah). Dasar hukumnya ialah

sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a.,

bahwasannya Rasulullah Saw telah bersabda:

Artinya: “ Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan, member modal dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual. “

3. Rukun Pembiayaan Mudharabah

Rukun dalam pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Adanya pelaku. Dalam pembiayaan ini harus ada minimal dua pelaku,

dimana pelauk pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-

mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha

(mudharib).

2. Adanya Objek. Pemilik modal harus menyerahkan modalnya sebaga

objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya

sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk

uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja

yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,

management skill, dan lain-lain.

3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul). Ijab qabul ini merupakan

konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini

kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri

dalam akad mudharabah.

32

4. Nisbah keuntungan. Rukun ini adalah rukun yang khas dalam

pembiayaan mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah

ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah

pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas

kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyertaan

modalnya.

4. Manfaat Mudharabah

Adapun manfaat Mudharabah pada perbankan syariah

(Azhari,2009:56)

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

b. Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu sejumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Dalam Pembiayaan ada beberapa ketentuan dasar, antara lain:

a. Pembiayaan yang diajarkan Islam berada dalam bingkai halal dan

haram sebagai wujud penciptaan kemaslahatan umat dan menjauhkan

kerusakan. Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya

33

mengambil yang halal dan yang baik. Halal dan haram disini identik

dengan baik dan buruk. Termasuk kategori yang diharamkan adalah

segala sesuatu yang membahayakan manusia baik secara agama, jiwa

dan akalnya.

b. Obyek pembiayaan mencakup semua lapangan muamalah dengan

memperhatikan kemaslahatan masyarakat sebagai skala prioritas

syarat dengan cara konsekuwen kepada ajaran agama Islam kearah

perbaikan dan ketinggian akhlak.

c. Berusaha untuk memperolehan keuntungan yang proporsional/adil.

Islam membolehkan kepada para investor untuk mengejar

keuntungan yang besar (proporsional) selama sesuai dengan keadilan

kedua belah pihak; antara penjual dan pembeli atau antara investor

dan pengelola.

d. Tidak hanya untuk mengembangkan harta tapi juga untuk

memperluas ruang lingkup ZIS kepada masyarakat. Tujuan utama

pembiayaan bukan sekedar untuk mengembangkan dan

memperbanyak nilai harta tapi berimplikasi pada bertambahnya

secara kuantitas pada harta yang salurkan melalui ZIS karena pada

harta itu terdapat hak orang lain (fakir miskin dan pemita-peminta).

5. Bentuk-Bentuk Mudharabah

Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahib al-

mal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si

34

mudharib. Pembiayaan mudharabah pada umumnya terbagi menjadi dua,

yaitu Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah mutlaqah atau dalam

bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Unrestricted Investment Account

(URIA). Namun demikian, apabila dipandang perlu, shahib al-mal boleh

menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna

menyelamatkan modalnya dan resiko kerugian. Syarat-syarat atau

batasan-batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib

melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggungjawab atas

kerugianya yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut

mudharabah muqayyadah (mudharabah terbatas atau dalam bahasa

Inggrisnya Restricted Investment Account). Jadi pada dasarnya terdapat

dua bentuk mudharabah yakni mutlaqah dan muqayyadah.

Pada praktiknya perbankan syariah modern, kini dikenal dengan

dua bentuk mudharabah muqayyadah yaitu on balance sheet dan off

balance sheet:

Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet yaitu aliran dananya terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana udaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan jasa(Karim,2007:212) . Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet dimana aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan”. (Karim,2007:212). Berikut adalah bentuk-bentuk Mudharabah di Bank Syariah:

35

Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Mudharabah di Bank Syariah

6. Nisbah Keuntungan

a. Prosentase

Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara

kedua belah pihak.

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi

Ketentuan di atas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik

akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong dalam kontrak investasi

(natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return and timing

cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba

bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula

dan begitupun sebaliknya. Filosofi ini hanya berjalan jika nisbah laba

ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam nominal rupiah

tertentu.

Off Balance Sheet

Muqayyadah

Mudharabah On Balance Sheet

Mutlaqah

36

Bila bisnis mudharabah mengalami kerugian, maka pembagian

kerugian itu bukan berdasarkan atas nisbah tetapi berdasarkan porsi

modal masing-masing pihak. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan

kemampuan untuk menanggung kerugian diantara kedua belah pihak.

Kemampuan shahib al-mal untuk menanggung kerugian financial

tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dari sisi mudharib

sebenarnya mengalami kerugian pula, hanya saja kerugiannya dari sisi

pekerjaan. Artinya ketika pembiayaan mudharabah mengalami

kerugian maka mudharib terancam hilangnya kerja, usaha dan waktu

yang telah dia curahkan untuk menjalankan bisnis itu. Sebenarnya

kedua belah pihak mengalami kerugian, tetapi bentuk kerugiannya

yang ditanggung oleh keduanya berbeda, sesuai dengan objek

mudharabah yang dikontribusikannya.

c. Jaminan

Ketentuan pembagian diatas hanya berlaku bila kerugian terjadi hanya

murni diakibatkan oleh resiko bisnis (business risk), bukan karena

karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan/atau melanggar

persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-mal

tidak perlu menanggung kerugian seperti ini.

d. Menentukan Besarnya Nisbah

Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing

pihak yang berkontrak. Angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil

37

tawar menawar antara shahibul al-mal dengan mudharib. Dengan

demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20.

Dalam praktiknya di perbankan modern, tawar menawar nisbah antara

pemilik modal (yakni investor atau deposan) dengan Bank Syariah adi

bagi hanya terjadi bagi deposan/investor dengan jumlah besar, karena

mereka ini memiliki daya tawar relatif tinggi. Kondisi ini disebut

sebagai special nisbah. Sedangkan untuk deposan kecil, biasanya tawar

menawar tidak terjadi. Bank Syariah hanya mencantumkan nisbah

yang ditawarkan, setelah itu deposan boleh setuju boleh tidak. Bila

setuju maka ia akan melanjutkan menabung. Bila tidak setuju, ia

dipersilahkan mencari Bank Syariah lain yang menawarkan nisbah

yang lebih menarik.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian

Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:

1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan

merupakan pelindung modal.

2. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok

modal.

E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Pada pasal 16 ayat (1) dan (2) UU No. 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat

adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik sesuai dengan

38

ketentuan agama (delapan ashnaf) dan dapat dimanfaatkan untuk usaha

produktif. Secara lebih spesifik, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA)

Nomor 373 Tahun 20035 pasal 28 ayat (2) dijelaskan bahwa pendayagunaan

zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi

kebutuhan hidup para mustahik dan ternyata masih terdapat kelebihan. Jadi,

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif

apabila terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.

Gambar 2.5 Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Pendayagunaan

zakat, infak, sedekah (ZIS)

Konsumtif Produktif

Kesehata Pendidikan Sosial

(emerge

ncy

fund,

bencana

alam,

dll )

Pengembangan

&

pemberdayaan

UMKM

Pemberdayaan

Komunitas

39

Secara garis besar, dana ZIS dapat didistribusikan pada dua jenis

kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif.

Kegiatan produktif adalah pemberian bantuan yang diperuntukkan bagi

kegiatan usaha produktif sehingga dapat memberikan dampak jangka

menengah-panjang bagi para mustahik. Pendayagunaan ZIS secara produktif

dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan produktif kepada para

mustahik. “Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha,

baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi “(Antonio,2001:87).

Berdasarkan jenis keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi

dua, yaitu:

1) Pembiayaan modal kerja, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan peningkatan produksi secara kuantitatif (jumlah hasil produksi)

dan kualitatif (peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi) serta untuk

keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan barang-barang modal (capital goods). Serta fasilitas-fasilitas

yang erat kaitannya dengan investasi.

1. Teori Zakat

a. Definisi Zakat

Definisi zakat menurut Ketua Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS), Didin Hafidhuddin sebagai berikut:

40

Secara etimologis, zakat menurut Didin Hafidhuddin memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thabaratu) dan berkah ( al-barakatu). Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula (dalam zakat & empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009: 48).

Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta yang

tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

beberapa syarat. Menurut al-Qardhawi, “ tujuan mendasar ibadah zakat

untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial, seperti

pengangguran, kemiskinan dan lain-lain “. (al-Qardhawi,2002:122).

Sedangkan menurut Pramanik berpendapat, “ zakat dapat memainkan

peran yang sangat signifikan dalam mendistribusikan pendapatan dan

kekayaan dalam masyarakat muslim”. (dalam zakat & empowering

Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009:49). Menurut Ghozali, implikasi

dari zakat ialah:

Tumbuhnya harta akibat zakat tersebut dapat dijelaskan dengan pengaruh zakat terhadap pendapatan, konsumsi tabungan, investasi dan tenaga kerja dan implikasi zakat yang bersifat berlipat ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian secara keseluruhan. (dalam penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno,dkk,2009:15) Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999

tentang pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat ini tidak hanya dimonopoli

oleh BAZIS yang dikelola oleh Negara tetapi dikelola secara swadaya

oleh masyarakat. Dalam konteks lebih makro, konsep ZIS memiliki

dampak yang luar biasa. Dari aspek lain, dapat dilihat ZIS dari sisi

41

pandangan ekonomi secara makro, ZIS dapat dijadikan salah satu

sumber ekonomi suatu negara atau daerah, karena ZIS dijadikan sebagai

salah satu bentuk distribusi masyarakat yang memiliki kekayaan atau

yang berkecukupan terhadap masyarakat yang kurang mampu. ZIS

dapat membantu beban biaya negara yang harus diperuntukkan untuk

para fakir miskin, sesuai dengan jiwa Undang-undang Dasar 1945 bahwa

orang miskin adalah termasuk tanggung jawab negara, supaya dapat

hidup bahagia dan sejahtera.

Zakat memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis, yaitu

sebagai pengentasan kemiskinan dan pemerataan ekonomi yang

berkeadilan. Di lihat dari sisi zakat sebagai instrument pengentasan

kemiskinan yang efektif, ramah pasar dan lestari. “ Zakat sebagai

instrumen pengentasan kemiskinan memiliki banyak keunggulan

dibanding instrumen fiskal konvensional “ (M. Syafe’ie El-Bantanie:

2009:76).

b. Dasar Hukum

Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, oleh karena itu setiap

muslim yang memiliki harta yang nisabnya sudah cukup dan haulnya

sudah tiba wajib menunaikan zakat hartanya itu. Mengenai hukum itu,

Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “ Islam mempunyai lima sendi ( rukun ), yaitu: yang pertama syahadatain, yakni mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kedua mendirikan shalat, ketiga menunanikan zakat,

42

keempat puasa bulan Ramadhan dan kelima melaksanakan ibadah haji ” (Bahreisy,1983:61).

Dasar hukum wajib tersebut terdapat juga dalam firman Allah Swt,

seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 43:

Artinya: “ Dan dirikanlah olehmu shalat dan keluarkanlah zakat dan tunduklah bersama orang-orang yang tunduk “ (Q.S. Al-Baqarah[2]:43)

Kemudian dalam surat Al Bayyinah ayat 5:

Artinya: “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. “ (Q.S. Al-Bayyinah[98]:5)

c. Syarat Wajib Zakat

Karena zakat merupakan ibadah yang berfungsi menyucikan jiwa

orang berzakat (muzakki) maka haya orang muslimah yang dikenakan

kewajiban zakat, adapun syaratwajib zakat adalah sebagai berikut:

- Baligh dan berakal

Ahli fiqih mazhab hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai

syarat wajib zakat.

- Mencukupi nishab

43

Nishab adalah jumlah harta yang ditentukan secara hukum, di mana

harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Syarat ini

berlaku pada uang, perak, barang dagangan dan hewan ternak.

Diantara syarat wajib zakat adalah apabila jumlah harta itu mencapai

satu nisab.

- Harta itu milik sendiri secara sempurna

Yang dimaksud dengan istilah ini ialah harta yang tidak ada di

dalamnya hak orang lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini

seorang yang memiliki harta yang cukup satu nishab, tetapi ia masih

mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa

hartanya tidak lagi mencapai satu nishab, maka dalam hal ini tidak

wajib zakat padanya, karena hartanya bukanlah miliknya secara

sempurna.

- Sampai haul

Haul adalah perputaran waktu selama satuan atau 12 bulan. Harta

yang sudah cukup senishab baru wajib dizakatkan jika sudah sampai

setahun sampai setahun dimiliki secara sempurna.

- Berkembang

Pengertian berkembang menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat

kekayaan itu memberikan keuntungan atau pendapatan, keuntungan

investasi, ataupun pemasukan sesuai dengan istilah yang

dipergunakan oleh ahli-ahli perpajakan. Ataupun kekayaan itu

44

berkembang dengan sendirinya, artinya bertambah dan menghasilkan

produksi.

d. Delapan kelompok yang berhak menerima zakat

Orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan

golongan. Sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam Al-Qur’an

surat At Taubah[9]: 60.

1. Fakir Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

2. Miskin Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.

3. Amil Amil adalah mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin atau terhalang akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.

5. Riqab ( budak ) Riqab adalah budak yang sedang berusaha untuk membebaskan dirinya dari tuannya.

6. Gharimin ( orang yang berhutang ) Gharimin yang artinya orang-orang yang terjerat lehernya atau terikat kebebasannya oleh hutang, sedang mereka tidak berdaya untuk membebaskan diri.

7. Sabilillah Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarub kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunnah dan bermacam kebajikan lainnya. Diantara tafsir ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Ibnu Sabil

45

Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan atau dalam keadaan musafir yang kehabisan bekal meskipun tadinya mereka tergolong orang kaya di negeri asalnya, karena jauhnya dari tempat harta mereka, mereka tidak dapat mempergunakan harta itu untuk kepentingan dan kebutuhannya.

e. Hikmah dan Manfaat Zakat

Setiap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, termasuk

adanya kewajiban berzakat, pasti memiliki hikmah dan manfaat.

Mengemukakan beberapa peran dan hikmah zakat, yaitu

(Hafidhuddin,1998:54):

a) Zakat merupakan perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki.

b) Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga memberikan kecukupan kepada mustahiq dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan.

c) Zakat sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang berkecukupan dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjuang di jalan Allah sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.

d) Zakat merupakan salah satu bentuk kongkrit jaminan sosial yang disyari’atkan oleh ajaran Islam bagi para mustahiq.

e) Zakat merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia muslim.

f) Zakat dapat memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Hal ini karena zakat berarti mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan benar.

g) Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. h) Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat untuk berzakat, berinfak, dan

bersedekah menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, serta berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfiq (orang yang berinfaq).

46

2. Teori Infak

a. Definisi Infak

Definisi menurut Infak menurut Hidayat, “Infak adalah

pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali memperoleh

rezeki sebanyak yang dikehendakinya” (Hidayat,2010:316). Sedangkan

definisi menurut Hafidhuddin, “Infak berasal dari kata “anfaqa” yang

berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan”

(Hafidhuddin,2002).

b. Dasar Hukum

Infak dalam surat Al-Baqarah ayat 1 s/d 5 disebut merupakan

salah satu prasarat bagi seseorang untuk dapat disebut muttaqien yang

mendapat jaminan selalu memperoleh petunjuk dari Tuhan dan selalu

diberikan kemenangan atau kejayaan.

Artinya: “mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. “ (Q.S. Al-Baqarah[2]:2)

Kemudian pada surat Al-Baqarah ayat 219, disebutkan bahwa

besarnya nilai rejeki yang harus diinfakkan adalah “kelebihan dari

keperluan”, sangat relatif sekali.

47

Artinya: “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir. “ (Q.S. A-Baqarah[2]:219)

3. Teori Sedekah

a. Definisi Sedekah

Sedekah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu,

untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha

menggunakan istilah sedekah atau shadaqah atau ash shadaqah an

nafilah. Menurut Hidayat, “Sedekah adalah pemberian sukarela yang

dilakukan seseorang kepada orang lain terutama kepada orang-orang

miskin” (Hidayat,2010:316).

b. Dasar Hukum

Sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan

syara). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam

Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : Kullu marufin shadaqah (Setiap

kebajikan adalah shadaqah). Firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah

ayat 245:

48

Artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah[2]:245)

4. Implikasi ZIS terhadap perkembangan mikroekonomi dan

makroekonomi

Zakat adalah sistem fiskal pertama di dunia pada abad ke-7 M yang

memiliki kelengkapan aturan yang luar biasa mulai dari subjek zakat,

objek harta zakat dan masing-masing tarifnya. Pada saat yang sama, ZIS

juga memiliki berbagai karakteristik dan implikasi ekonomi yang penting

dan signifikan, yang membuat diinginkan secara sosial. Dalam konteks

sosial-ekonomi, institusi ZIS memiliki berbagai implikasi ekonomi baik

tingkat mikro atau makro.

a. Impilkasi Mikro ZIS

1). ZIS dan Konsumsi Agregat

ZIS merupakan pendistribusian kekayaan dalam Islam yang

diterapkan sejak zaman dahulu, masyarakat yang berlebih harta dapat

menyalurkan hartanya melalui ZIS. Dengan adanya pentransferan

pendapatan maka pihak yang menerima ZIS dapat mengalami

peningkatan pendapatan disposable, akan meningkatkan konsumsi dan

49

sekaligus mengizinkan penerima ZIS untuk mulai menabung. Dalam

jangka panjang, transfer ZIS akan membuat ekspektasi pendapatan dan

tingkat kekayaan penerima ZIS meningkat yang pada gilirannya

membuat konsumsi menjadi lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, selain

akan meningkatkan kuantitas konsumsi, penerapan zis juga akan

meningkatkan kualitas konsumsi perekonomian.

2). ZIS dan Tabungan Nasional

Dalam perspektif Islam, tabungan bukanlah aktivitas residual,

melainkan sebuah tindakan rasional yang memiliki tujuan tertentu

yang positif bukan untuk ditimbun. “Tabungan untuk persiapan di

masa depan adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan “ (QS. Al-

Hasyr:8), di saat yang sama, Islam melarang bersikap berlebih-lebihan

(QS. Al-Furqan:67).

Motivasi untuk menabung dalam perekonomian Islam adalah

expected rate of return on savings, bukan suku bunga. Untuk

mempertahankan tingkat kekayaan konstan atau mengembangkannya,

maka tabungan harus diinvestasikan pada kegiatan produktif di sektor

riil. “ Dengan demikian rate of return on saving sepenuhnya

ditentukan tingkat bagi hasil dan pengembalian proyek karena tarif

zakat adalah konstan “ (Khan,1995:54).

3). Zakat dan Produksi Agregat

50

Pada sistem perpajakan, zakat adalah sistem pajak yang ramah

terhadap dunia usaha (market friendly). Zakat memiliki tarif yang

rendah dan tetap serta tidak pernah berubah-ubah karena sudah diatur

dalam syariat. Sebagai instrumen fiskal, zakat memberi insentif untuk

kemajuan dunia usaha, sehingga menaikkan output dan menurunkan

harga. Sebagai instrument pasar, zakat adalah instrumen yang memiliki

distorsi pasar yang minimal. Pada kasus zakat perniagaan, hal ini

terlihat pada kenyataan bahwa objek zakat adalah keuntungan

perdagangan. Dengan demikian, penerapan zakat tidak mempengaruhi

struktur biaya dan tingkat keuntungan, harga jual dan kuantitas

produksi. “ Upaya perusahaan memaksimalkan keuntungan akan

berjalan beriringan dengan upaya memaksimalkan zakat

“(Karim:2007).

4). ZIS dan Investasi

Industri ZIS memiliki dampak positif pada investasi dengan

mempenalti penumpukkan dana, sumber daya yang menganggur dan

penggunaan sumber daya di asset yang tidak produktif. Jika kekayaan

diinvestasikan secara produktif, maka nilai kekayaan akan turun dari

tahun ke tahun hingga mencapai nilai nishab kalau untuk zakat. Dalam

perekonomian Islam dimana riba dilarang, maka penerapan ZIS ini

memberi insentif yang kuat bagi pemilik kekayaan untuk melakukan

51

investasi di sektor riil dalam rangka mempertahankan tingkat kekayaan

mereka.

Penerapan ZIS akan membuat permintaan investasi untuk setiap

expected rate of return akan selalu lebih tinggi dalam perekonomian

Islam dibandingkan perekonomian konvensional. Hal ini terjadi karena

dalam perekonomian Islam meminjamkan modal untuk mendapat

bunga adalah dilarang, sehingga alternatif bagi investasi riil hanyalah

membiarkan modal menganggur. Modal yang menganggur ini akan

terkena penalti zakat.

Karena zakat dikenakan terhadap keseluruhan kekayaan, tidak

hanya terhadap pendapatan, maka selain mempenalti harta yang

menganggur, zakat juga secara otomatis mempenalti penggunaan

sumber daya di aset-aset yang tidak produktif dan berkembang seperti

emas-perak, property mewah dan lain-lain. dengan demikian, dalam

perekonomian Islam dimana ZIS diterapkan, akan terjadi investment

switching dari investasi di aset-aset yang tidak produkrif ke investasi di

asset-aset produktif.

b. Implikasi Makro ZIS

1). ZIS dan Efisiensi Alokatif

ZIS mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang

merupakan bagian kecil dalam masyarakat kekelompok miskin yang

merupakan bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung

52

akan meningkatkan permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin

yang umumnya adalah kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan

papan. Permintaan yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar

masyarakat terkait ZIS ini, akan mempengaruhi komposisi produksi

barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan

membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang

lebih diinginkan secara social. Hal ini akan meningkatkan efisiensi

alokatif dalam perekonomian.

Dalam perekonomian yang tidak memiliki mekanisme transfer

pendapatan wajib dan sebagian besar penduduknya adalah miskin,

maka kebutuhan riil masyarakat sering tidak tercermin dalam

permintaan pasar. Dengan ZIS yang mentransfer pendapatan ke orang

miskin, maka permintaan barang dan jasa orang miskin akan

meningkat. Dalam hal ini, kita dapat memandang fungsi alokatif ZIS

yang merealokasi sumber daya dari orang kayak ke orang miskin ini,

sebagai cara yang efektif untuk memerangi kemiskinan (S.I. Tag El-

Din:1995).

2). ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi

ZIS telah dianjurkan sebagai instrumen kebijakan fiskal dengan

adanya diskresi yang dimiliki oleh pemerintah atau otoritas fiskal. Di

sini belanja ZIS bisa tidak sama dengan dana ZIS yang terkumpul,

tergantung pada situasi perekonomian.

53

Pada perekonomian dalam kondisi ekspansi, pengumpulan dana zakat meningkat akibat naiknya basis ZIS. Namun pada saat yang sama, jumlah penerima ZIS akan berkurang karena kondisi ekonomi yang sedang baik (IZDR,2010:57).

Dalam kerangka institusi sosial-ekonomi Islam, ZIS memiliki

dampak stabilisasi terhadap perekonomian melalui jalur tabungan dan

investasi. Dalam perekonomian Islam, dimana ZIS diterapkan dan riba

dilarang, keputusan investasi menjadi bagian integral dari keputusan

menabung. ZIS dikenakan terhadap tabungan dan dana yang

menganggur. Jika investasi tidak menjadi bagian terintegrasi dalam

keputusan menabung, maka tingkat kekayaan akan menurun. Jika

tabungan diikuti investasi, maka tingkat pengembalian proyek akan

tergantung sepenuhnya pada tingkat bagi hasil dan tingkat

pengembalian proyek, karena tarif zakat adalah konstan.

3). ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja

Kerangka sosial-ekonomi perekonomian Islam mendorong

penciptaan langan kerja melalui dua jalur, yaitu: penciptaan pekerjaan

dengan upah tetap (fixed-wage job) dan penciptaan peluang

wirausahawan (entrepreneurial opportunities). “ Dan salah satu

kerangka institusional terpenting dalam perekonomian islam untuk

penciptaan lapangan kerja ini adalah zakat “ (M. Fahim Khan:1995).

Islam memiliki institusi zakat yang merupakan sedekah wajib, serta

menganjurkan sedekah tidak wajib seperti wakaf dan infak.

54

Keberadaan institusi jaminan sosial ini akan menjamin setiap

penduduk memperoleh tingkat kehidupan minimum. Dengan

demikian, partisipasi dalam sumber daya manusia akan meningkat.

Selain mendorong penciptaan peluang wirausahawan, penciptaan

lapangan kerja dengan upah-tetap juga akan meningkat dalam

perekonomian Islam. Hal ini terjadi karena akumulasi modal juga akan

terjadi secara massif dalam perekonomian Islam sehingga investasi dan

penciptaan lapangan kerja dengan upah-tetap terus meningkat. Sumber

pertama akumulasi modal adalah melalui kegiatan nirlaba seperti

qardhul hasan, zakat, infak, sedekah dan wakaf. Motivasi tanpa

mengharap balasan ini sulit kita temui di perekonomian konvensional.

Sumber akumulasi modal lain adalah tabungan para pengusaha.

Jumlah wirausahawan yang lebih besar dalam perekonomia Islam

secara implisit menegaskan bahwa jumlah tabungan dan dana yang di-

investasikan ulang akan lebih banyak dibandingkan pada

perekonomian konvensional dimana jumlah wirausahawan adalah

sedikit.

Sumber akumulasi modal terakhir berasal dari kombinasi

penerapan zakat dan pelarangan riba. Semua tabungan dalam

perekonomian Islam akan diarahkan untuk kegiatan investasi

produktif, melalui pelarangan riba, spekulasi dan judi atau pemiliki

55

modal financial akan mendapati modal mereka berkurang oleh zakat

setiap tahunnya.

4). ZIS dan Pengentasan Kemiskinan

Kemiskinan membawa pada kehinaan yang dilarang dalam Islam

dan menjadi sumber kejahatan dalam seluruh aspek kehidupan sosial-

ekonomi. Institusi ZIS adalah program pengentasan kemiskinan wajib

(mandatory expenditure) dalam perekonomian Islam. Dampak ZIS

terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang

signifikan dan berjalan secara otomatis (built-in) di dalam sistem

islam. Keberadaan ZIS dalam kerangka sosial-ekonomi Islam menjadi

basis yang kuat bagi program pengentasan kemiskinan secara

berkelanjutan. Sebagai sebuah instrumen fiskal yang berpihak pada

kelompok miskin dan menjadi program wajib pengentasan kemiskinan

bagi setiap rezim pemerintahan, ZIS sangat superior dibandingkan

instrument fiskal konvensional.

5). ZIS dan Distribusi Pendapatan

Pertumbuhan ekonomi hanya sedikit member manfaat bagi

kesejahteraan masyarakat jika tidak di distribusikan secara merata.

Secara umum, distribusi pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi 2

kelompok. Pertama, distribusi pendapatan fungsional, yang ditujukan

dengan pembagian pendapatan menurut kelompok faktor produksi,

seperti tenaga kerja dan modal. Kedua, distribusi pendapatan personal,

56

yang ditujukan dengan pembagian pendapatan antar individu dalam

masyarakat. Selain disebabkan oleh konsentrasi kepemilikan faktor

produksi, kesenjangan pendapatan personal juga banyak disebabkan

oleh ketiadaan instrumen distribusi pendapatan dan minimnya

ketersediaan barang-barang publik penting seperti, pendidikan,

kesehatan, infrastruktur dasar dan lain-lain.

ZIS memiliki fungsi redistribusi baik melalui distribusi

pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan personal.

ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang,

termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan

pabrik. Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS

secara efektif akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke

kelompok miskin. Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat

dilakukan dengan melakukan transfer payment atau negative income-

tax secara langsung keorang miskin ataupun melalui penyediaan

barang-barang publik yang sangat dibutuhkan orang miskin yang juga

memiliki dampak redistributif yang kuat seperti kesehatan dan

pendidikan.

6). ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi

ZIS berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik melalui jalur

permintaan agregat maupun jalur penawaran agregat. Dampak positif

ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan menaikkan

57

permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak zis

terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan

agregat perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect)

dalam perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan

pendapatan nasional “ (Skousen,2005:190).

Belanja dana ZIS akan meningkatkan konsumsi kelompok

miskin, yang kemudian akan memicu kenaikan produksi barang dan

jasa terkait belanja konsumsi kelompok miskin. Kenaikkan produksi

dipastikan akan menggerakkan roda perekonomian secara luas berupa

permintaan terhadap input faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal

fisik, energi dan bahan baku hingga permintaan terhadap input antara

(intermediary input), terutama produk dan jasa kebutuhan dasar yang

umumnya dihasilkan oleh produsen domestik. Penerapan ZIS juga

akan member dampak positif pada tabungan kelompok miskin dan

pada saat yang sama memberi dampak netral terhadap tabungan

kelompok kaya. Dengan demikian secara agregat, tabungan nasional

akan meningkat. Peningkatan tabungan ini akan mendorong kenaikkan

investasi. Kenaikkan investasi ini pada gilirannya akan menghasilkan

kenaikkan produksi barang dan jasa, menurunkan harga dan

meningkatkan pendapatan riil masyarakat optimal. Demikian juga

potensi zakat yang besar perlu dikonsolidasikan dalam kerangka

otonomi daerah.

58

F. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa

Jumlah Uang Beredar, Pembiayaan Mudharabah dan Penerimaan ZIS

terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Diantaranya:

1. Arif Pujiyono ( 2003 )

Penelitian ini dengan judul Teori Endogenus Uang dalam Sistem

Moneter Islam. Pada penelitian ini ingin memfungsikan Jumlah Uang

Beredar melalui uji kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi dengan

menggunakan Granger Causality Test, Variace Decomposition, Error

Correction Model dan Asumsi Klasik. Hasil dari penelitian ini menyatakan

bahwa Jumlah Uang Beredar (M1) mempunyai hubungan dua arah Gross

Domestic Bruto (GDP). Artinya Variabel GDP dapat menerangkan

terhadap variabel M1, dan variabel M1 dapat menerangkan variabel M1.

Dan hasil dari uji ECM menghasilkan mempunyai hubungan positif yang

signifikan terhadap pertumbuhan Gross Domestic Bruto (GDP) baik untuk

jangka pendek dan jangka panjang. Untuk Jumlah Uang Beredar (M2),

hasil dari Granger menyatakan bahwa kedua variabel ini berdiri sendiri-

sendiri artinya GDP tidak dapat menerangkan M2 begitupun sebaliknya

M2 tidak dapat menerangkan GDP. Hal ini dikarenakan pertambahan pada

M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya di luar

sistem. Adanya pertambahan M2 akan dipengaruhi pula oleh

meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat

59

berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan

oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp

510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut

meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi sebagai

komponen dari M2.

2. Muhamad Nafik H.R (2007)

Penelitian ini dengan judul Dampak Bunga dan Bagi Hasil pada

Perekonomian. Pada penelitian ini menggunakan data dari Januari 2001

sampai dengan Desember 2006, dan akan menganalisis berkenaan

pengaruh bunga dan bagi hasil terhadap tabungan, pembiayaan (kredit),

harga dan perekonomian. Perekonomian dalam hal ini yaitu penawaran

dana (tabungan), penerimaan dana (kredit pembiayaan), investasi, biaya

produksi dan harga, inflasi, uang beredar, pertumbuhan ekonomi,

pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis Kuantitatif dan didukung dengan deskriptif

kualitatif. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa:

a. Dampak Bunga pada Tabungan dan Kredit

Penawaran dana (uang) mempunyai hubungan positif dengan tingkat

suku bunga, sedangkan permintaan dana (uang) mempunyai hubungan

negatif dengan tingkat suku bunga.

b. Dampak Bagi Hasil Pada Tabungan dan Pembiayaan

60

Hubungan positif antara tabungan dan pembiayaan dengan bagi hasil

dan ini merupakan bukti bahwa sistem bagi hasil relevan dengan

perilaku ekonomi masyarkat.

c. Dampak Bunga Pada Harga

Tinggi rendahnya bunga akan berpengaruh terhadap harga barang dan

jasa. Naiknya tingkat bunga akan menaikan biaya produksi Apabila

tingkat bunga naik maka berdampak terhadap naiknya harga barang

dan jasa, dan sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka berdampak

terhadap turunnya harga barang dan jasa.

d. Dampak Bagi Hasil pada Harga

Besar kecilnya nilai pembayaran bagi hasil baru dapat diketahui dan

ditentukan oleh pendapatan yang diperolehnya (based of income),

sehingga bagi hasil bukan merupakan biaya modal. Dengan demikian

pembayaran bagi hasil tidak merubah kondisi keseimbangan dari

kurva permintaan dan penawaran barang dan jasa.

e. Dampak Bagi Hasil pada Investasi

Apabila pendapatan dari bagi hasil meningkat maka akan

meningkatkan penawaran dan permintaan investasi.

f. Dampak Bunga pada Investasi

Apabila tigkat bunga naik maka biaya modal mengalami kenaikkan

dampaknya adalah menurunnya permintaan investasi dan sebaliknya

61

apabila tingkat bunga turun maka akan meningkatkan permintaan

investasi.

g. Dampak Bunga pada Inflasi dan Peredaran Uang

Bunga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan inflasi

(inflatoir) atau yang lebih tepat menyebabkan cost push inflation.

Tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan permintaan

uang, dalam kondisi yang demikian masyarakat akan mengalihkan

uang pada aset finansial karena akan memperoleh pendapatan bunga

yang lebih tinggi. Tetapi apabila ekonomi tumbuh maka masyarakat

meninginkan memegang uang lebih banyak karena ingin membeli

barang dan jasa yang lebih banyak. Apabila terjadi kenaikan produksi

barang dan jasa maka permintaan uang akan meningkat sedemikian

sehingga sama dengan penawaran uang.

h. Dampak Bagi Hasil pada Inflasi dan Peredaran Uang

Besar kecilnya tingkat pendapatan dari sistem bagi hasil tidak

berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Kurva permintaan dan

penawaran uang dalam sistem ekonomi bagi hasil (ekonomi Islam)

akan berhimpit dengan slope positif.

i. Dampak Bunga pada Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat bunga berkorelasi negatif dengan permintaan investasi, maka

kenaikan tingkat bunga akan menurunkan permintaan investasi

dampaknya produksi barang dan jasa akan tertahan atau mungkin

62

akan mengalami penurunan. Berdasarkan uraian di atas maka tingkat

bunga secara tidak langsung mempunyai korelasi negatif dengan

pertumbuhan ekonomi.

j. Dampak Bagi Hasil pada Pertumbuhan Ekonomi

Apabila tingkat pendapatan bagi hasil meningkat maka kondisi ini

merupakan indikator meningkatnya output suatu perekonomian dan

sebaliknya apabila ouput dalam perekonomian meningkat (ekonomi

tumbuh) maka pandapatan bagi hasil akan cenderung meningkat pula.

k. Dampak Bunga pada Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat

Dampak bunga tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap

pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Ketikan bunga

mengalami peningkatan maka akan menaikkan biaya produksi, dengan

naiknya biaya produksi akan menaikkan harga jual produk. Ketika

harga naik maka akan menurunkan kuantitas produk yang terjual.

Penurunan tersebut mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan

tenaga kerja yang mengakibatkan meningkatkan tingkat pengangguran

di suatu negara. Dampak meningkatnya pengangguran berarti

menurunkan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi

penurunan pada kesejahteraan masyarakat. Jadi hubungan tingkat

bunga terhadap pengangguran dan kesejahteraan masyarakat bersifat

negatif.

63

l. Dampak Bagi Hasil pada Pengangguran dan Kesejahteraan

Masyarakat

Seperti halnya dengan bunga, bagi hasilpun mempunyai dampak

yang tidak langsung. Bagi hasil pada pengangguran dan

kesejahteraan mempunyai hubungan searah.

3. Mohammed B. Yussof ( 2009 ).

Penelitian ini dengan judul An Analysis of Zakat Expenditure and

Real Output Theory and Empirical Evidence. Pada penelitian ini

menggunakan variabel 3 sektor Islam yaitu Sektor Rumah Tangga,

Perusahaan dan Pemerintah. Studi ini menggunakan data Malaysia 2003-

2006 menggunakan data panel dari 14 daerah di Malaysia. Data tahunan

pada pengeluaran zakat dan PDB diperoleh dari Pusat Pungutan Zakat,

Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (Zakat Koleksi Pusat, Dewan

Agama Islam Wilayah Federal) dan Unit Perencanaan Ekonomi (EPU)

masing-masing. Hasil dari penelitian ini adalah Studi ini mencoba untuk

menganalisis potensi zakat sebagai instrumen kebijakan fiskal dalam

negara Islam dengan menggunakan model Keynesian sederhana. Kami

merumuskan persamaan konsumsi untuk kedua pembayar zakat dan

penerima, dan pengumpulan zakat untuk menurunkan persamaan

ekuilibrium di pasar yang baik yang menunjukkan hubungan antara

pengeluaran zakat dan output riil. Bukti empiris menggunakan data panel

Malaysia mendukung hipotesis bahwa pengeluaran zakat adalah instrumen

64

fiskal ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

disarankan di sini bahwa negara-negara Muslim harus melakukan semua

upaya untuk menetapkan zakat sebagai alat utama untuk memacu

pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka untuk membuat ini sukses, kita

harus mengatur koleksi zakat dan pengeluaran zakat dengan cara yang

paling efektif dan efisien. Selama pengumpulan zakat dan pengeluaran

yang tidak teratur, kita tidak pernah dapat mencapai potensi zakat sebagai

instrumen fiskal yang efektif.

4. Eko Suprayitno, Radiah Abdul Kader & Azhar Harun (2009)

Dalam penelitian ini melihat Pengelolaan zakat dan dampaknya

terhadap variabel makroekonomi di Malaysia seperti pertumbuhan

ekonomi, inflasi, pengangguran dan pemasukan pajak. Dari hasil dari

regresi menggunakan OLS mendapati hasil bahwa: Zakat dalam hasil

analisis diatas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada α=1%

artinya jika penerimaan dan penagihan zakat meningkat maka

pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Pembagian zakat dalam hasil

analisis di atas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1%

artinya jika penagihan zakat meningkat maka inflasi akan mengalami

penurunan. Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki

pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan

dan zakat meningkat maka kadar pengangguran akan menurun.

Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki pengaruh yang

65

negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan zakat meningkat

maka penerimaan pajak akan menurun.

5. Khairil Anwar ( 2011 )

Penelitian ini dengan judul Pengaruh Intermediasi Keuangan dan

Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Pada

penelitian ini menggunakan data time series yang menggunakan metode

analisis dengan pengujian Kointegrasi dan Granger Causality Test dengan

menggunakan variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang

Beredar (JUB), Loans, Central Bank Assets (ABC) dan Commercial Bank

Assets (ABCOM). Hasil dari penelitian ini, sebagai berikut:

a. Hasil Kointegrasi

Adanya hubungan jangka panjang. Memperlihatkan bahwa

intermediasi keuangan berpengaruh terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang terutama pasca krisis.

b. Hasil Granger Causality Test

1. Jumlah Uang Beredar (JUB) mempunyai hubungan yang searah

signifikan dengan tingkat kepercayaan sebesar 1% dengan Produk

Domestik Bruto.

2. Central Bank Assets (ABC) mempunyai hubungan signifikan pada

tingkat kepercayaan 10% dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

66

3. Commercial Bank Assets (ABCOM) mempunyai hubungan searah

signifikan dengan tingkat kepercayaan 5% dengan Produk

Domestik Bruto (PDB)

4. Loans mempunyai hubungan searah signifikan pada tingkat

kepercayaan 5% dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

6. Yuni Fitriani ( 2011 )

Penelitian ini dengan judul Pengaruh Tingkat Pembiayaan Perbankan

Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB). Pada penelitian ini menggunakan data time series

yang menggunakan metode analisis dengan pengujian Error Correction

Model (ECM) dengan menggunakan variabel Pembiayaan Perbankan

Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB). Hasil penelitan ini menghasilkan bahwa:

a. Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS) terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pada jangka pendek, PPS tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan

pada jangka panjang PPS memiliki pengaruh yang negatif terhadap

PDB.

b. Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

67

Pada jangka pendek, JII tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan

jangka panjang JII memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB.

c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pada jangka pendek, SBIS memiliki pengaruh yang negatif terhadap

PDB dan jangka panjang SBIS memiliki pengaruh yang negatif

terhadap PDB.

d. Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Pada jangka pendek, JUB tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan

jangka panjang JUB pengaruh yang negatif terhadap PDB.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Arif Pujiyono 2003 Teori endogenus uang dalam sistem moneter Islam

Granger Causality Test, ECM, Asumsi Klasik

Uang Beredar (M1) mempunyai hubungan positif kepada Pertumbuhan GDP. Uang Beredar (M2) berdiri sendiri-sendiri dengan pertumbuhan GDP.

2 Muhamad Nafik H.R

2007 Dampak bunga dan bagi hasil pada perekonomian

Deskriptif kualitatif diperkuat dengan kuantitatif.

a. Bunga pada tabugan dan kredit

Bunga – Tabungan (+)

Bunga – Kredit (-)

b. Bagi Hasil pada tabungan dan pembiayaan

Bagi hasil – tabungan (+)

Bagi hasil –

68

pembiayaan (+)

c. Bunga pada harga (+)

d. Bagi Hasil pada harga (tidak berpengaruh)

e. Bagi hasil pada investasi (+)

f. Bunga pada investasi (-)

g. Bunga pada inflasi dan peredaran uang

Bunga – inflasi (+)

Bunga – peredaran uang (+)

h. Bagi hasil pada inflasi dan peredaran uang

Bagi hasil – Inflasi (tidak berpengaruh)

Bagi hasil – peredaran uang (+)

i. Bunga pada pertumbuhan ekonomi (-)

j. Bagi hasil pada pertumbuhan ekonomi (+)

k. Bunga pada pengengguran dan kesejahteraan masyarakat

Bunga – pengangguran (-)

Bunga – kesejahteraan (-)

l. Bagi hasil pada pengangguran dan

69

kesejahteraan masyarakat

Bagi hasil – pengangguran (+)

Bagi hasil – kesejahteraan (+)

3 Mohammed B. Yussof

2009 An Analysis of zakat expenditure and real output: theory and empirical evidence

Data Panel dengan metode estimasi kuadrat terkecil generalized (GLS)

Pengeluaran zakat adalah instrumen fiskal ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

4 Eko Suprayitno, Radiah Abdul Kader, dan Azhar Harun

2009

Pengelolaan zakat dan dampaknya terhadap variabel makroekonomi di Malaysia

OLS

1.Pembagian zakat memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan ekonomi.

2.Pembagian zakat memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap inflasi.

3.Penerimaan zakat pengaruh signifikan negatif terhadap pengangguran.

4.Penerimaan zakat berpengaruf signifikan negatif terhadap penerimaan pajak

5 Khairil Anwar 2011 Pengaruh

intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Uji Kointegrasi dan Granger Causality test

Kointegrasi: terdapat hubungan jangka panjang

Granger:

1. JUB berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 1% terhadap PDB.

2. ABC berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 10%

70

terhadap PDB.

3. ABCOM berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PDB.

4. Loans berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PDB.

6 Yuni Fitriani 2011 Pengaruh Tingkat Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Uji Error Correction Model

a. PPS terhadap PDB Jangka panjang: Tidak berpengaruh Jangka panjang: Signifikan negatif

b. JII terhadap PDB Jangka pendek: Tidak berpengaruh Jangka panjang: Signifikan negatif.

c. SBIS terhadap PDB Jangka pendek: Signifikan negatif. Jangka panjang: Signifikan negatif.

d. JUB terhadap PDB Jangka pendek: Tidak berpengaruh. Jangka panjang: signifikan negatif.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

G. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi

dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Kerangka

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

71

Gambar 2.6 Kerangka Berfikir

Tidak Stasioner

Stasioner

H. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris

Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan kontribusi pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode

Apakah Ada Pegaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM), Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2007 sampai dengan 2010.

PDB (Y)

JUB (X1) PM (X2) ZIS (X3)

Uji Normalitas

Uji Linieritas

Unit Root Test Uji Derajat Integrasi

Uji kointegrasi

Uji asumsi klasik

Uji error correction model

(ECM)

Kesimpulan dan Implikasi

72

kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. H0 : Diduga JUB (X1) tidak ada pengaruh jangka pendek dan

panjang terhadap Pertumbuhan Ekokonomi di Indonesia.

H1 : Diduga JUB (X1) ada pengaruh jangka pendek dan jangka

panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

2. H0 : Diduga PM (X2) tidak ada pengaruh jangka pendek dan

jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia.

H1 : Diduga PM (X2) ada pengaruh jangka pendek dan jangka

panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

3. H0 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) tidak ada kontribusi jangka

pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia.

H1 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) ada kontribusi jangka

pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonensia.

73

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan

Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

data runtun waktu (time series) dengan data bulanan dimulai dari Januari

2007 sampai dengan Desember 2010 .

B. Teknik Penentuan Sampel

“Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi

yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian” (Kuncoro,2009:118).

Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quota

sampling. Dalam penentuan sampel ini menggunaka Metode Quota

Sampling. Metode Quota Sampling yaitu:

“ Sampel yang digunakan memastikan bahwa berbagai subgroup dalam populasi telah terwakili dengan berbagai karakteristik sampel sampai batas tertentu seperti yang dikehendaki oleh peneliti” (Kuncoro,2009:140).

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik

Bulanan Bank Indonesia, Statistik Biro Pusat Statistik (BPS) dan Statistik

Forum Zakat (FOZ).

74

C. Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Field Research

Data yang digunakan adalah data sekunder. Definisi data sekunder yaitu

“Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro,2009:148).

Data ini seperti referensi dari Bank Indonesia (BI), Biro Pusat Statistik

(BPS) dan Forum Zakat (FOZ) yang diambil dari 33 LAZ dan BAZ.

2. Library research

Pada penelitian ini memperoleh bahan yang diperlukan untuk

mendukung penelitian antara lain melalui Al-Qur’an, buku-buku, jurnal,

media massa, kliping-kliping, dan makalah-makalah yang berkaitan

dengan penelitian tersebut.

3. Internet Research

Pada penelitian ini memperoleh bahan dengan menggunakan teknologi

yang berkembang yaitu internet data karena ilmu selalu berkembang.

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh Jumlah

Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi

Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda dengan

75

menggunakan metode Error Correction Model. “Error Correction

Mechanism (ECM) adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan

jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang” (Nachrowi,2006:371).

Error Correction Model adalah Model koreksi kesalahan adalah sistem

dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi dari keadaan saat ini dari

hubungan jangka panjang akan dimasukkan ke dalam dinamika jangka

pendek.

Dalam penelitian ini menggunakan data linier karena dari dalam

penelitian data sudah data yang linier. Maka dalam penelitian ini dilakukan

beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. “ Model regresi yang baik

adalah distribusi data normal atau mendekati normal “ (Gujarati,

2006:47).

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang

dinilai normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian.

Langkah-langkah pengujian normailtas data sebagai berikut:

Hipotesis:

76

Ho: Model Normal

Ha: Model Tidak Normal

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima

Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak

2. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah

uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal

dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk

menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan

dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam

Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini

digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi

linier atau tidak linier.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho: Model Linear

Ha: Model Tidak Linear

Bila probabilitas Chi-Square > 0.05 → Signifikan, Ho diterima

Bila probabilitas Chi-Square < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak

77

3. Uji Stasioner

a. Unit Root Test

Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di

dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen

berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar

unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam

menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa

memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi

(Widarjono,2007).

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak

dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai

kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut

statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati

menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut staistik PP

lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol

Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%)

maka Ho ditolak

78

Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%)

maka Ho diterima

* critical value, 5% atau 10%

b. Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak

stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus

ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.

Menurut Nachrowi dalam berbagai studi ekonometrika, data

time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data

tersebut, ternyata data time series ‘menyimpan’ berbagai

permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini

merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak

stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi

akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk

membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data

untuk menghilangkan otokorelasi.

Dalam uji akar unit Phillip-Perron bila menghasilkan

kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses

diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji

derajat integrasi.

Seperti uji akar unit Phillip-Perron, keputusan sampai pada

derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan

79

membandingkan antara nilai statistik Phillip-Perron yang diperoleh

dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika

nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada

diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat

satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi

perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh

data yang stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst

Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%)

maka Ho ditolak

Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%)

maka Ho diterima

4. Uji Kointegrasi

Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan

menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi

jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi

karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya

80

menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend

bukan karena hubungan antar keduanya.

Berdasarkan uji stasionaritas, apabila data varibel makro tidak

stasioner pada tingkat level sedangkan pada tingkat diferensi pertama, kedua

data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji

Kointegrasi.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen

dan variabel dependen.

Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan

variabel dependen.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka Ho ditolak

Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka Ho diterima

5. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik

penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias

dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator =

BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu

diperlukannya pendeteksian lebih lanjut, diantaranya:

81

a. Multikolinieritas

Menurut Nachrowi, “multikolinieritas adalah hubungan linier

antarvariabel bebas ” (Nachrowi,2006:95). Dalam membuat regresi

berganda, variabel yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai

hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan

dengan variabel bebas lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang

dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier di antara

variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Dalam penelitian ini, peneliti memakai aturan main yang

terdapat didalam buku Nachrowi, dikatakan terdapat multikolinieritas

apabila koefisien korelasi lebih dari 0,8. Jika koefisien korelasi

kurang dari 0.8 maka tidak terdapat multikolinieritas.

b. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran

parameter dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased

efficient) maka var (u1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa

dikatakan semua residual atau error mempunyai varian yang sama

kondisi ini disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian

tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis.

Pada praktiknya Heteroskedastis banyak ditemui pada data cross

section karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda

pada saat yang sama, akan tetapi bukan berarti tidak terdapat pada

82

data time series dikarenakan ketika menganalisis perilaku data yang

sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil

(Widarjono,2007). Dalam penelitian ini, untuk heteroskedastisitas

menggunakan Uji White (White’s General Heteroskedasticity Test).

Uji ini mengasumsikan bahwa varian error merupakan fungsi yang

mempunyai hubungan dengan variabel bebas, kuadrat masing-masing

variabel bebas dan interaksi antar variabel bebas. Dimana keputusan

ada tidaknya heteroskedastisitas bisa dilihat dari besar kecilnya nilai

Obs* R square.

H0 : Tidak ada heteroskedastisitas

H1 : Ada Heteroskedastisitas

Criteria Uji White adalah:

Bila Probabilitas Obs* R2 < 0.05 = H0 ditolak

Bila Probabilitas Obs* R2 > 0.05 = H0 diterima

Adapun dampak yang akan ditimbulkan dari heteroskedastis

tersebut, diantaranya akibat dari varian koefisien regresi yang lebih

besar maka akan mengandung berbagai konsekuensi yaitu interval

kepercayaan semakin lebar, uji hipotesis baik uji-t atau uji-f akan

terpengaruh yang berakibat uji hipotesis tidak akurat, dan pada

akhirnya akan membawa dampak pula pada keakuratan kesimpulan.

83

c. Autokorelasi

Autokolerasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi

dalam satu variabel. Atau bisa juga didefiniskan bahwa autokolersi

adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu atau ruang ( dalam data cross-section)

(Gujarati,2006). Biasanya autokolerasi ini terjadi pada data time

series. Autokolerasi terjadi jika observasi yang berturut-turut

sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang

lainnya.

Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau

Breusch and Godfrey atau yang lebih dikenal dengan Uji Langrange

Multiplier.

Pada Uji Lagrange Multiplier:

H0 : Tidak ada autokorelasi

Ha : Ada autokorelasi

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi

Chi-square, maka:

Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 ditolak

Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 diterima

6. Uji Error Correction Model (ECM)

“ Error Correction Mechanism (ECM) adalah teknik untuk

mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan

84

jangka panjang” (Nachrowi,2009:371). Model ini untuk koreksi

kesalahan adalah sistem dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi

dari keadaan saat ini dari hubungan jangka panjang akan dimasukkan

ke dalam dinamika jangka pendek.

Pada penelitian ini menggunakan ECM karena memiliki

keunggulan dapat melihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang.

Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari Unit Root Test dan Uji

derajat Integrasi, Uji kointegrasi, asumsi klasik serta pendekatan ECM.

Hubungan penerimaan ZIS dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

dapat diformulasikan sebagai berikut:

PDBt = f ( JUBt, PMt, ZISt )

model ECM, ditulis:

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDB)

(dalam rupiah)

X1 = Jumlah Uang Beredar (JUB)

(dalam rupiah)

X2 = Pembiayaan Mudharabah (PM)

(dalam rupiah)

Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + β4 ECT …………………..…. (7)

DlnPDBt = β0 + β1 DlnJUBt + β2 DlnPMt + β3 DlnZISt + β4 DlnJUBt-1 + β5 DlnPMt-1 + β6 DlnZISt-1+ β7 ECT ……. (8)

85

X3 = Penerimaan ZIS

(dalam rupiah)

DlnPDBt = Produk Domestik Bruto

DlnJUBt = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)

DlnPMt = Pembiayaan Mudharabah (Jangka Pendek)

DlnZISt = Penerimaan ZIS (Jangka Pendek)

DlnJUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (Jangka Panjang)

DlnPMt-1 =Pembiayaan Mudharabah (Jangka Panjang)

DlnZISt-1 = Penerimaan ZIS (Jangka Panjang)

Β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

ECT = Error Correction Term

E. Operasional Variabel

1. Variabel Bebas (Independent variable)

Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas,

explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “ variabel

prdiktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel

dependen ” (Kuncoro,2009:50).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas sebagai berikut:

a. Jumlah Uang Beredar (JUB)

Uang secara luas (M2) adalah sesuatu yang dapat diterima secara

umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau

86

sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan

pembelian barang dan jasa. M2 menggunakan satuan rupiah.

b. Pembiayaan Mudharabah (PM)

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di

mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah

modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian

pembagian keuntungan. Pada penelitian ini pembiayaan mudharabah

berkontribusi kepada modal investasi yang akan berpengaruh kepada

pertumbuha ekonomi. Pembiayaan Mudharabah menggunakan

satuan rupiah.

c. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).

Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta

dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok

tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. Infak adalah

penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal

haajah). Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir,

orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak

menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Dalam penelitian ini,

ZIS menggunakan satuan rupiah.

2. Variabel Terikat (Dependent variable)

“ Variabel terikat identik dengan variabel terikat, yang dijelaskan atau

dependent variable “ (Kuncoro,2009:50). Pada penelian ini, variabel

87

terikatnya adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah nilai pasar

dari semua barang dan jasa akhir (final) produksi dalam batas wilayah

suatu negara (domestic) selama satu tahun. Pada penelitian ini, data PDB

menggunakan PDB harga konstan tahun dasar 2000 dengan satuan

rupiah.

88

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)

Pendapatan Nasional dapat diartikan jumlah barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.

Perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara

yang bersangkutan. Di dalam perekonomian, di negara maju maupun

negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh

perusahaan milik produk negara tersebut tetapi penduduk negara lain.

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa produk domestik

bruto yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp.195.154

milyar sedangkan produk domestik bruto yang terendah terjadi Januari

2007 sebesar Rp.157.354 milyar. Berdasarkan gambar diatas

pertumbuhan produk domestik bruto ditiap bulannya umumnya

meningkat terlihat pada gambar 4.1.

Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas

dari krisis finansial global tahun 2008 sangat mempengaruhi kondisi

perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global

adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai

89

6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

tahun 2007 sebesar 6,3% (www.bi.go.id).

Gambar 4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)

050000000000000

100000000000000150000000000000200000000000000250000000000000

2007 5 9

2008 5 9

2009 5 9

2010 5 9

PDB

PDB

Sumber: Biro Pusat Statistik 201

Dampak negatif yang ditimbulkan dari krisis global ini diantaranya kinerja

neraca pembayaran yang menurun, tekanan pada nilai tukar Rupiah dan

dorongan pada laju inflasi.

Dalam menangani krisis global ini, Pemerintah melalui Bank

Indonesia (BI) menerapkan beberapa kebijakan diantaranya: pertama,

Kebijakan dalam sektor moneter. BI mengarahkan kebijakan pada

penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan

agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat

mendorong inflasi mencapai 12,14 % pada bulan September 2008. Untuk

mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8

persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada oktober 2008. Dengan

kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak

90

terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi.

Selanjutnya, memasuki triwulan II-2008, seiring dengan turunnya

harganya komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai

imbas dari krisis keuangan global, BI memperkirakan tekanan inflasi ke

depan menurun, sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan

sebesar 25 basis point (bps) menjadi 9,25 bps.

Kedua, kebijakan dalam sector perbankan. Kebijakan dalam sektor

perbankan lainnya adalah meningkatkan kapasitas pelayanan industri

perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap

hantaman krisis. Sistem perbankan ini juga sudah mulai digiatkan oleh

negara-negara non-muslim seperti Inggris, Italia, Hong Kong, China,

Malaysia, dan Singapura. Bahkan menurut anggota Komite Ahli Bank

Indonesia, perbankan syariah tetap stabil di saat krisis glonal berlangsung

dikarenakan perbankan syariah merupakan pilihan yang komprehensif,

progresif dan menguntungkan.

Seiring dengan semakin dalamnya tekanan krisis global, sejak

semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi

imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang

terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan. Namun

upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang

terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada

91

perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga ketersediaan pendanaan

bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan

perekonomian rakyat, juga senantiasa dicermati.

Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, BI telah

mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan

ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit dengan tetap

memperhatikan unsur kehati-hatian dan kestabilan ekonomi secara umum.

Ketentuan-ketentuan tersebut mencakup beberapa hal seperti:

memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban

modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor

bank (termasuk syariah), menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut

Resiko (ATMR) untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan,

menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu,

memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank

kepada BI, dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan

penghapusan aktiva non produktif.

Ketiga, kebijakan di sektor pembayaran. BI turut berupaya

mencegah krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional.

Dalam mencegah risiko sistemik dari risiko gagal bayar peserta yang

cenderung meningkat pada kondisi krisis dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran, BI telah melakukan perubahan jadwal setelmen sistem

pembayaran pada hari tertentu. Kebijakan BI dalam sistem pembayaran

92

terus dilakukan untuk meningkatkan pengedaran uang yang cepat, efisien,

aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan

kualitas uang. Sementara kebijakan non tunai diarahkan untuk memitigasi

risiko sistem pembayaran melalui pengawasan sistem pembayaran,

mengatur kegiatan money remittances, meningkatkan efisiensi pengelolaan

rekening pemerintah, dan meningkatkan pembayaran non tunai.

Setelah mengalami gejolak yang cukup tajam pada tahun 2008,

perekonomian pada tahun 2009 relatif stabil. Suku bunga BI rate telah

turun sampai 6,50% jauh dibawah tingkat suku bunga yang berlaku pada

tahun 2008 dan juga pada tahun 2007. Pada akhir 2009 rupiah telah

menguat kembali dan berada pada level Rp. 9400 per US dollar atau sama

dengan level pada tahun 2007. Demikian juga harga BBM kembali turun

menjadi Rp. 4500 per liter.

Dengan tingkat harga berbagai komoditi yang kembali melemah

pada tahun 2009 setelah mencapai puncaknya pada tahun 2008, maka

inflasi cenderung rendah. Pada tahun 2009 inflasi hanya mencapai 2,78%

atau merupakan tingkat inflasi terendah dalam sepuluh tahun terakhir ini.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 terutama didukung oleh

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-

masing 4,7% dan 10,2%. Sementara ekspor dan impor mengalami

penurunan. Ekspor mengalami penurunan sebesar 8,2% dan impor sebesar

18,3%

93

Pertumbuhan PDB Indonesia masih bisa tumbuh positif walaupun

ekspor menurun karena peranan pengeluaran sektor konsumsi yang besar

dalam ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009 peran konsumsi rumah tangga

terhadap PDB mencapai 58% sedangkan ekspor hanya 23,5%, sehingga

ketika pasar ekspor melemah akibat sedang krisis finansial yang sedang

dihadapi negara besar yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia,

ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh dengan mengandalkan pasar

domestik.

2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2)

Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima

secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau

sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian

barang dan jasa (Kasmir,2002). Variabel Jumlah uang beredar yang

digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau

likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah. Menurut Sadono

Sukirno (2004), M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang

kuasi. Uang Kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid terdiri dari

deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank.

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah uang

beredar yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar 2.469.399

Milyar, sedangkan jumlah uang beredar yang terendah terjadi pada

94

Januari 2007 sebesar 1.363.907 Milyar. Berdasarkan gambar diatas

pertumbuhan jumlah uang beredar ditiap bulannya cenderung meningkat.

Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)

0100000020000003000000

JAN

'07

APR

JUL

OKT

JAN

'08

APR

JUL

OKT

JAN

'09

APR

JUL

OKT

JAN

'10

APR

JUL

OKT

JUB

JUB

Sumber: Bank Indonesia, 2011

Jumlah uang beredar (M2) bergantung pada pendapatan riil

masyarakat yang meningkat yang diiringi dengan kestabilan

perekonomian. Naik turunnya jumlah uang beredar diperkirakan karena

basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan

yang proporsional pada jumlah uang yang beredar. Sedangkan penurunan

rasio pada jumlah uang beredar dapat dikarenakan oleh lesunya kegiatan

perekonomian di suatu negara.

Permintaan akan uang oleh masyarakat, dapat mendorong gairah

berinvestasi baik di sektor finansial maupun di sektor riil. Jumlah uang

beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara bijak dengan

memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai positif pada

peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di sektor finansial

95

memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha. Modal usaha yang

terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan pada sektor-sektor industri

(sektor riil) yang pada akhirnya akan menciptakan keadaan ekonomi

yang seimbang.

3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM)

Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik

modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Pembiayaan

mudharabah salah satu bentuk kerjasama yang cukup banyak peminatnya,

terbukti dengan peningkatan pembiayaan mudharabah dari tahun ke tahun.

Dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 4.3 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah

0

5000

10000

15000

JAN

'07

APR

JUL

OKT

JAN

'08

APR

JUL

OKT

JAN

'09

APR

JUL

OKT

JAN

'10

APR

JUL

OKT

PM

PM

Sumber: Bank Indonesia, 2010

Berdasarkan gambar 4.3 dapat terlihat bahwa pembiayaan

mudharabah mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun. Pembiayaan

Mudharabah yang paling tertinggi di Desember 2010 sebesar Rp. 11.398

milyar, dan yang paling rendah di Januari 2007 sebesar Rp. 4.000 milyar.

96

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak

ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai

bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah

lebih dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank

konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah

menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi

karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang

menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.

Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda

dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah

kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-

lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan,

kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang

surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.

Meskipun market share Bank Syariah tercatat sampai akhir tahun 2010

baru mencapai 3,2% tetapi pertumbuhan Bank Syariah lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan Bank Konvensional. Tercatat

pertumbuhan perbankan syariah tahun 2010 sebesar 26,5% dan

pertumbuhan perbankan konvensional sebesar 12,5%

(pesantrenvirtual.com, diakses tanggal 17 oktober 2011 pukul 00.07) yang

memberikan sumbangsih kepada perekonomian Indonesia.

97

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di

upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk

membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah

bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan

respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10

tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut

mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Pada tahun 2010 terjadi perbedaan terbesar dimana persentase

pembiayaan mudharabah dan musyarakah hanya sebesar 29 persen

sedangkan pembiayaan murabahah sebesar 54 persen. Semestinya,

pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih

banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah

terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil.

Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda

dengan bank konvensional.

Semakin banyaknya masyarakat yang nyaman akan pembiayaan

mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Masyarakat Indonesia

pada dasarnya banyak yang memiliki keahlian dan pengalaman mengenai

berbagai macam usaha tapi hanya saja modal yang dimiliki kurang

memadai terutama modal berbentuk uang. Ini yang melatarbelakangi

pembiayaan mudharabah setiap tahunnya meningkat.

98

4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Dalam agama Islam, ZIS merupakan salah satu cara yang

digunakan dalam distribusi pendapatan sejak zaman Rasulullah Saw

sampai sekarang. Prinsip utama dalam ZIS ini adalah mendorong

peningkatan hasil kekayaan disertai dengan sirkulasi kekayaan yang

lancar, yang mengarah kepada pembagian kekayaan yang merata di

berbagai kalangan masyarakat yang berbeda. Dalam rangka

pemberdayaan ekonomi umat Islam dan mengentaskan kemiskinan perlu

adanya lembaga yang mampu dalam pengumpulan dan pendistribusian

dana zakat. Dengan demikian terbentuklah UU RI No. 38 Tahun 1999

tentang pengelolaan zakat dari tingkat pusat sampai daerah-daerah.

Di Indonesia sendiri terdapat Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat

Indonesia yang diberi nama FOZ (Forum Zakat) yang berfungsi sebagai

wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil

Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada hari

Juma’at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri

Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk

Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom

Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank

Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta. Pada awal berdirinya, Forum

Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I

99

(Mukernas I) tanggal 7-9 Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah

menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri Sudewo. Perubahan

badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di

notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang

sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di

lembaran Negara.

Adapun visi FOZ yaitu Menjadi asosiasi Organisasi Pengelola

Zakat (OPZ) yang amanah dan professional guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dan dari Misi Forum Zakat:

1. Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai

optimalisasi mobilisasi dan sinergi zakat untuk mencapai positioning

zakat di Indonesia yang mensejahterakan.

2. Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi standard

manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat nasional, maupun

internasional

3. Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya

4. Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan mewujudkan

cita ideal zakat di Indonesia.

5. Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ sehingga sesuai

dengan standard manajemen mutu pengelola zakat.

100

Adapun pelaporan penerimaan ZIS di Indonesia yang dilakukan oleh FOZ

yang berasal dari beberapa LAZ maupun BAZ, sebagai berikut:

Gambar 4.4 Perkembangan Penerimaan ZIS di 33 LAZ dan BAZ

Sumber: Forum Zakat, 2010

Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa secara umum

penerimaan ZIS di 33 LAZ/BAZ merangkak naik. Penerimaan ZIS

tertinggi berada di bulan Desember 2010 sebesar Rp. 66.387.977.776 dan

terendah berada di bulan Januari 2007 sebesar Rp. 16.281.671.803.

Semakin meningkatnya penerimaan ZIS ini ditandai demgan semakin

meningkatnya masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS ke BAZ/LAZ

khususnya sesuai dengan UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat,

dimana penyaluran ZIS melalui LAZ ataupun BAZ mempunyai peranan

penting dalam pengembangan daerah sekitar. Tercatat sampai tahun 2010,

BAZ dan LAZ yang melaporkan dana ZIS yang diperoleh kepada Forum

Zakat (FoZ) terdapat 33 LAZ maupun BAZ, diantaranya:

101

Tabel 4.1 Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ

No. Nama LAZ/BAZ No. Nama LAZ/BAZ 1 Al-Azhar Peduli Ummat 21 Portal Infaq 2 BAZNAS 22 Pos Keadilan Peduli Umat

3 Baitul Maal Hidayatullah 23 Pupuk Kaltim

4 Baitul Maal Muamalat 24 Pupuk Kujang 5 Batulzzakah Pertamina 25 Rumah Zakat 6 BAMUIS BNI 26 YBM BRI 7 BAZIS DKI Jakarta 27 Rumah Yatim 8 BPZIS Mandiri 28 YDSF 9 BSM Ummat 29 Lembaga Manajemen Infaq

10 Dompet Dhuafa 30 Solo Peduli 11 DPU Darut Tauhid 31 Baytul Maal Bogor 12 DSNI 32 Rumah Amal 13 LAGZIS Malang 33 PPPA Darul Qur'an 14 LAZ Amanah Takaful 15 LAZ Dewan Dakwah 16 LAZIS Yaumil Bentang 17 LAZ GA 18 LAZ Muhammadiyah 19 LAZ NU 20 LAZ Persis

Sumber: FOZ, 2010

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

time series mulai dari periode Januari 2007 – Desember 2010. Penelitian ini

menggunakan data PDB sebagai variabel dependen (variabel terikat).

Sedangkan variabel independen (variabel bebas) terdiri dari Jumlah Uang

Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Penerimaan ZIS yang di

laporkan ke FoZ (Forum Zakat)

102

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Model ECM

digunakan untuk menguji spesifikasi moel dan kesesuaian teori dengan

kenyataan. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan

menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.0 untuk mempercepat

perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.

Pembahasan penelitian sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik

adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

JUB PDB PM ZIS Mean 1.84E+15 5.27E+14 7.85E+12 1.07E+12 Median 1.88E+15 5.27E+14 7.15E+12 9.74E+11 Maximum 2.47E+15 5.94E+14 1.14E+13 2.22E+12 Minimum 1.36E+15 4.48E+14 4.00E+12 3.02E+11 Std. Dev. 3.03E+14 3.78E+13 2.59E+12 5.71E+11 Skewness 0.075411 -0.112268 0.097162 0.409793 Kurtosis 1.931119 2.254022 1.490070 1.973611

Jarque-Bera 2.330507 1.213799 4.635299 3.450390 Probability 0.311844 0.545038 0.098505 0.178138

Sum 8.82E+16 2.53E+16 3.77E+14 5.11E+13 Sum Sq. Dev. 4.31E+30 6.73E+28 3.16E+26 1.53E+25

Observations 48 48 48 48

Sumber: Lampiran 2

Pada tabel 4.2 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini

sudah berdistribusi normal, terlihat pada nilai probabilitas lebih dari

103

derajat kepercayaan dalam hal ini 0.05 (5%). Menurut Winarno

menyatakan bahwa, “ Jika nilai Probabilitasnya bernilai lebih dari 0.05

maka data dapat dikatakan hasir regresi tersebut sudah berdistribusi

normal ” (2009:5.39).

2. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah

uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal

dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk

menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan

dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy uji yang

dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah

bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.

Tabel 4.3 Hasil Ramsey RESET Test

Ramsey RESET Test:

F-statistic 5.956416 Prob. F(1,43) 0.0189

Log likelihood ratio 6.227055 Prob. Chi-Square(1) 0.0126 Sumber: Lampiran 3

Dari Uji Linieritas yang digambarkan pada tabel 4.3

menggambarkan bahwa penelitian dengan model DPDBt = β0 + β1 DJUBt

+ β2 DPMt + β3 DZISt + β4 ECT dikatakan belum linier, dikarenakan nilai

dari Prob. Chi-Square sebesar 0.0126 > 0.05. Sehingga dalam penelitian

ini dapat disimpulkan pada penelitian ini data belum berdistribusi normal

pada model ini dan perlu adanya ditransformasikan data dalam bentuk ln.

104

Berikut adalah hasil transformasi data untuk diuji linieritas:

Tabel 4.4 Hasil Ramsey RESET Test Transformasi

Ramsey RESET Test:

F-statistic 0.055520 Prob. F(1,43) 0.8148

Log likelihood ratio 0.061936 Prob. Chi-Square(1) 0.8035

Sumber: Lampiran 3

Dari hasil tabel 4.4 dikatakan bahwa model setelah ditransformasikan

kebentuk log dikatakan sudah linier.

3. Uji Stasioner

a. Uji Akar Unit

Pengujian akar unit untuk semua variabel menggunakan

analisis time series perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan

analisis Error Correction Model (ECM). Dalam hal ini data harus

bersifat stasioner yang berarti tidak terlalu besar dan mempunyai

kecenderungan mendekati nilai rata-rata.

Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena

pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah

koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai

nilai satu atau tidak.

Tahap awal yaitu menguji setiap varibel agar diketahui

stasioner atau tidaknya data yang digunakan dalam penelitian ini.

105

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level-Intercept

Sumber: Lampiran 4

Hasil pada tabel 4.5 menunjukkan hasil uji akar dengan

menggunakan PP test pada tingkat level. Dari tabel di atas tersebut

dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel

tidak stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan nilai t-

statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh karena

itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

b. Uji Derajat Integrasi

Dalam Uji PP menghasilkan kesimpulan bahwa data belum

stasioner. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat Integrasi. Hasil

diatas menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan PP test pada

tingkat First Difference - Intercept. Dari tabel di atas tersebut dapat

diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel tidak

stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan mayoritas memiliki

nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh

karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama –

Variabel Nilai t-Statistik

PP Nilai Kritis Statistik PP Kesimpulan

LNPDB -0.963797 -2.925169 Tidak Stasioner LNJUB 0.145567 -2.925169 Tidak Stasioner LNPM -1.647364 -2.925169 Tidak Stasioner LNZIS -11.03373 -2.925169 Tidak Stasioner

106

trend and intercept. Hasil dari Uji Derajat Integrasi Pertama sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi

Pertama - Intercept

Variabel Nilai t-Statistik

PP Nilai Kritis Statistik PP Kesimpulan

LNPDB -7.629631 -2.926622 Tidak Stasioner LNJUB -7.916557 -2.926622 Tidak Stasioner LNPM -7.498998 -2.926622 Tidak Stasioner LNZIS -0.928015 -2.926622 Tidak Stasioner

Sumber: Lampiran 4

Hasil dari table 4.6 menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan

PP test pada derajat intergrasi pertama belum stasioner.

Tabel 4.7 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi

Pertama – Trend and Intercept

Variabel Nilai t-Statistik

PP Nilai Kritis Statistik PP Kesimpulan

LNPDB -7.505506 -3.510740 Stasioner LNJUB -7.800633 -3.510740 Stasioner LNPM -7.884673 -3.510740 Stasioner LNZIS -4.689925 -3.510740 Stasioner

Sumber: Lampiran 4

Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP

masing-masing variabel sudah stasioner pada derajat keyakinan 5%,

dikarenakan nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP

tabel.

107

4. Uji Kointegrasi

Setelah diuji stasioner dan diyakini seluruh variabel yang diamati

merupakan variabel yang sudah stasioner dan memiliki derajat yang

sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk

melihat jangka panjang dari model tersebut. “ Uji kointegrasi harus

diyakini memiliki derajat integrasi yang sama atau tidak " (

Insukindro,1993:261).

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada variabel ini

terdapat hubungan jangka panjang terhadap variabel independen terhadap

variabel dependen.

Tabel 4.8 Nilai Regresi Uji Kointegrasi

Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.781210 0.0000

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512

Sumber: Lampiran 5

Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat nilai nilai PP Test Statistic

> Test Critical values 5%, ini menandakan bahwa terdapat pengaruh

jangka panjang dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Adanya indikasi hubungan keseimbangan jangka panjang belum dapat

digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan jangka pendek.

Sehingga untuk mengetahui itu harus diuji Error Correction Model

108

(ECM). Sebelum menuju Uji ECM harus dilakukan Uji Asumsi Klasik

terlebih dahulu.

5. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik digunakan untuk melihat apakah hasil estimasi

tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian

asumsi klasik ini. Penyakit yang dimaksud disini yaitu multikolinieritas,

heteroskedastisitas, dan autikorelasi di dalam model penelitian. Sehingga

dapat diketahui bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang

berarti tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode

kuadrat kecil tunggal (OLS).

a. Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk melihat apakah

terdapat ada atau tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar

variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya

multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial

antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r)

antar variabel independen. Dari hasil tabel uji multikolinieritas

dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi

ada yang bernilai diatas 0.8, sehingga dapat disimpulkan variabel-

variabel independen ini terdapat multikolinieritas. Hasil pengujian

milrikolinierita menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai

berikut:

109

Tabel 4.9 Hasil Uji Correlation Matrix

LNJUB LNPM LNZIS LNJUB 1 0.9746418332605923 0.9932450734475724 LNPM 0.9746418332605923 1 0.9862657591374114 LNZIS 0.9932450734475724 0.9862657591374114 1

Sumber: Lampiran 6

Dalam penelitian ini apabila terdapat multikolinieritas dapat

diabaikan karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE

(Wahyu,2009:5.7). Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya

korelasi antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa

multikolinieritas akan menyebabkan SE yang besar.

b. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter

dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased efficient)

maka var (u1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa dikatakan

semua residual atau error mempunyai varian yang sama kondisi ini

disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian tidak konstan

atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Untuk mendeteksi

heteroskedastisitas menggunakan uji white. Dari tabel diketahui bahwa

koefisien Obs*R-Squared bernilai 3.605459, nilai probabilitas dari

Chi-Square sebesar 0.6075 yang lebih besar dari nilai 0.05 α=5% maka

H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak

terdapat heteroskedastisitas.

110

Adapun hasil yang diperoleh untuk menguji heteroskedastisitas

seperti berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.682198 Prob. F(5,42) 0.6394

Obs*R-squared 3.605459 Prob. Chi-Square(5) 0.6075 Scaled explained SS 9.706855 Prob. Chi-Square(5) 0.0840

Sumber: Lampiran 6

c. Autokorelasi

Untuk menguji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan

Uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk

mengidentifikasi masalah ini ada atau tidaknya autokorelasi dalam

penelitian ini. Jika probabilitas Chi-square lebih besar dari tingkat

signifikansi 5% maka dapat disimpulkan tidak adanya autokorelasi

dalam penelitian tersebut.

Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*R-

squared sebesar 17.25043 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar

0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat

masalah autokorelasi. Adapun hasil regresi LM-test sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Regresi Langrange Multiplier-test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 11.78095 Prob. F(2,42) 0.0001

Obs*R-squared 17.25043 Prob. Chi-Square(2) 0.0002

Sumber: Lampiran 6

111

Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*R-

squared sebesar 17.78095 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar

0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat

masalah autokorelasi. Untuk menyembuhkan dari autokorelasi maka

dapat melakukan beberapa pengujian, dalam penelitian ini

menggunakan Uji First Difference. Hasil regresi dari penyembuhan

autokorelasi sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Regresi Penyembuhan First Difference

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.108260 Prob. F(2,41) 0.8977

Obs*R-squared 0.246901 Prob. Chi-Square(2) 0.8839 Sumber: Lampiran 6

Setelah disembuhkan maka nilai Obs* R-squarednya 0.246901

dan nilai Prob. Chi-Square 0.8839 lebih besar dari nilai α sebesar 0.05

(5%) maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model ini sudah terbebas dari autokorelasi.

6. Uji ECM

Setelah diuji kointegrasi untuk melihat jangka panjangnya, maka

tahap selanjutnya akan dilakukan pengujian ECM untuk melihat pengaruh

jangka pendeknya dari variabel yang digunakan. Error Correction Model

(ECM) merupakan pengujian yang dapat digunakan untuk melihat ada

112

atau tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. Untuk

menyatakan apakah model ECM digunakan shohih atau tidak maka

koefisien Error Correction Term (ECT) harus signifikan maka model

tersebut tidak cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih

lanjut..

ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model

time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan

jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel

yang diuji. Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel

4.13 menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0.494737 yang

berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan PDB aktual dengan

pertumbuhan PDB potensial akan dieliminasi atau dihilangkan dalam satu

periode penelitian sebesar 49,47%. Dapat dilihat nilai probabilitas 0.0006,

hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05.

Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan valid. Dari

hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel jangka pendek di

tunjukkan oleh D(JUB), D(PM) dan D(ZIS). Adapun hasil dari Uji ECM

sebagai berikut:

113

Tabel 4.13 Hasil Uji ECM

Dependent Variable: D(LNPDB)

Method: Least Squares

Date: 12/19/11 Time: 02:07

Sample (adjusted): 2007M02 2010M12

Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 22.48864 7.464947 3.012565 0.0045

D(LNJUB) 0.028964 0.196909 0.147093 0.8838

D(LNPM) -0.023523 0.093498 -0.251593 0.8027

D(LNZIS) 1.674554 1.054319 1.588280 0.1203

LNJUB(-1) -0.789069 0.250802 -3.146179 0.0032

LNPM(-1) -0.482891 0.155746 -3.100499 0.0036

LNZIS(-1) -0.342053 0.132727 -2.577123 0.0139

ECT 0.494737 0.132953 3.721152 0.0006

R-squared 0.318817 Mean dependent var 0.004699

Adjusted R-squared 0.196554 S.D. dependent var 0.024074

S.E. of regression 0.021579 Akaike info criterion -4.680388

Sum squared resid 0.018160 Schwarz criterion -4.365469

Log likelihood 117.9891 Hannan-Quinn criter. -4.561882

F-statistic 2.607624 Durbin-Watson stat 1.821302

Prob(F-statistic) 0.026189

Sumber: Lampiran 7

Namun dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara

menjumlahkan koefisien tiap variabel jangka panjang LNJUB(-1),

LNPM(-1) dan LNZIS(-1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi

dengan koefisien ECT. Rumus koefisien jangka panjang sebagai berikut:

114

LNJUB (-1) = C4 + C7

C7

LNPM (-1) = C5 + C7

C7

LNZIS (-1) = C6 + C7

C7

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Koefisien ECM

Variabel Notasi Coefficiient

Jangka Pendek Jangka Panjang

Konstanta C 22.48864 22.48864 Jumlah Uang Beredar D(LNJUB) 0.028964 -1.59493 Pembiayaan Mudharabah D(LNPM) -0.023523 -0.97606 Penerimaan ZIS D(LNZIS) 1.674554 -0.69138

Sumber: Lampiran 8 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.12, maka hasil regresi ECM dalam jangka

pendek dan panjang di dapat hasil.

DPDB = 22.48864 + 0.028964*DJUB -0.023523*DPM + 1.674554*DZIS –

1.59493*JUB(-1) - 0.97606*PM(-1) – 0.69138*ZIS(-1) +

0.494737*ECT

Keterangan:

D(LNPDB) = Perubahan Penerimaan Indeks Produk Domestik Bruto

(PDB)

D(LNJUB) = Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t (jangka pendek)

115

D(LNPM) = Perubahan Pembiayaan Mudharabah periode t (jangka

pendek)

D(LNZIS) = Perubahan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah periode t

(jangka pendek)

LNJUB(-1) = Pembiayaan Jumlah Uang Beredar t-1 (jangka panjang)

LNPM(-1) = Pembiayaan Mudharabah t-1 (jangka panjang)

LNZIS(-1) = Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah t-1 (jangka panjang)

ECT = Error Correction Term

C. Interpretasi Data

1. Konstanta

Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta

22.48864 menunjukkan apabila nilai variabel independen konstan maka

besarnya penerimaan PDB naik sebesar 22,48864 persen.

2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB)

a. Jangka Pendek

D(LNJUB) menunjukkan nilai probabilitasnya sebesar 0.8838

Hal ini berarti variabel JUB tidak berpengaruh pada tingkat

kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek sebesar 0,028964. Hal

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Fitriani bahwa

JUB (M2) mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap PDB

(2011:108).

116

Pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh

faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2

akan dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada

pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI

menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp 510,1

trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut

meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi

sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi memiliki peranan

yang lebih besar dibandingkan M1.

b. Jangka Panjang

Sedangkan pada LNJUB(-1) nilai probabilitasnya 0.0032. Hal

ini berarti variabel JUB memiliki pengaruh yang signifikan negatif

pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Dimana apabila JUB mengalami

kenaikkan sebesar satu persen maka akan menurunkan penerimaan

PDB sebesar 1,59493 persen atau sebaliknya apabila JUB menurun

sebesar satu persen maka akan menaikkan penerimaan PDB sebesar

1,59493 persen.

Jumlah uang beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara

bijak dengan memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai

positif pada peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di

sektor finansial memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha.

117

Modal usaha yang terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan

pada sektor-sektor industri (sektor riil) yang pada akhirnya akan

menciptakan keadaan ekonomi yang seimbang.

3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB)

a. Jangka Pendek

D(LNPM) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.8027.

Hal ini berarti variabel PM tidak berpengaruh terhadap penerimaan

PDB pada tingkat kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek

0.023523.

Pembiayaan di Perbankan Syariah masih didominasi oleh

pembiayaan untuk murabahah dengan market share 54 persen dan

pembiayaan mudharabah 29 persen. Dan pembiayaan mudharabah

merupakan pembiayaan jangka panjang sehingga tidak memiliki

dampak untuk jangka pendek.

b. Jangka Panjang

Sedangkan pada LNPM(-1) menunjukkan nilai probabilitas

sebesar 0.0032. Hal ini berarti variabel PM berpengaruh sebesar

0,97606 pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini berarti bahwa

ketika PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka

berpengaruh terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau

sebaliknya jika PM mengalami penurunan maka berpengaruh

terhadap kenaikan penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen.

118

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Muhamad Nafik H.R, menyatakan bahwa bagi hasil perbankan

syariah memiliki dampak signifikan positif terhadap petumbuhan.

Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada

variabel pembiayaan mudharabah yang memiliki market share 29%

(termasuk musyarakah) dan dalam pembiayaan Perbankan Syariah

masih didominasi oleh Pembiayaan Murabahah yang notabenenya

merupakan pembiayaan jangka pendek.

Market share pembiayaan mudharabah yang masih kecil

dikarenakan pembiayaan ini memiliki resiko yang cukup tinggi,

masih dilatarbelakangi dengan masyarakat Indonesia yang masih

bersifat konsumtif dan juga perbankan syariah belum mampu

membiayai proyek-proyek jangka panjang dikarenakan rumit dan

makan waktu dari sisi prosedur, dan kurangnya Sumber Daya Insani

(SDI). Sehingga apabila dibandingkan dengan pembiayaan jual beli

dalam hal ini adalah pembiayaan murabahah jauh lebih kurang

peminatnya. Inilah yang belum memiliki dampak terhadap

pertumbuhan ekonomi

4. Penerimaan ZIS dan Produk Domestik Bruto (PDB)

a. Jangka Pendek

D(LNZIS) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.1203.

Hal ini berarti variabel ZIS tidak memiliki kontribusi kepada PDB.

119

Pendayagunaan ZIS dibagi menjadi dua yaitu untuk kegiatan

konsumtif dan produktif. Kedua kegiatan ekonomi tersebut akan

berdampak pada perekonomian dalam waktu yang cukup lama

terutama untuk penawaran dan permintaan agregat.

b. Jangka Panjang

Sedangkan pada LNZIS(-1) menunjukkan nilai probabilitasnya

sebesar 0.0139. Hal ini berarti variabel ZIS berkontribusi pada

tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini memberi implikasi bahwa

terdapat kontribusi jangka panjang antara variabel ZIS sebesar

0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS mengalami kenaikkan

sebesar satu persen maka akan berkontribusi menurunkan PDB

sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami kenaikkan sebesar

satu persen makan akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar

0,69138 persen.

Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Mark

Skousen bahwa ZIS memiliki multiplier effect dalam perekonomian,

hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional. Dan

diamini oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammed B.

Yussof bahwa pengeluaran zakat adalah instrument fiskal yang

ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

Penelitian Eko Suprayitno dan kawan-kawan yang dilakukan di

Malaysia juga menghasilkan kesimpulan bahwa zakat memiliki

120

pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi pada tingkat

kepercayaan 1%.

D. Interpretasi Analisis Ekonomi

Error Correction Model (ECM) terlihat pada table 4.13 dapat diketahui

besarnya koefisien ECT sebesar 0.4947737 dengan taraf signifikansi sebesar

0.0006 artinya bahwa variabel tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5%.

Dengan demikian, spesifikasi model menjelaskan hubungan jangka pendek

maupun jangka panjang. Oleh karena itu, persamaan ini sudah valid.

Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa untuk jangka pendek, baik

dari variabel JUB, PM maupun ZIS tidak memberikan dampak maupun

kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB. Dan untuk

jangka panjang, ketiga variabel yaitu JUB, PM maupun ZIS memiliki

dampak dan kontribusi terhadap perekonomian negative meskipun itu

bernilai negatif.

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian

Indonesia. Bahkan dalam sejarah Indonesia sejak orde baru hingga sekarang,

pemerintah selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Salah

satunya adalah melalui kebijakan moneter. Dimana pemerintah diupayakan

untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian melalui manajemen jumlah

uang beredar. Implikasi kebijakan pemerintah dipengaruhi oleh teori

penawaran uang yang dianut.

121

Penambahan jumlah uang beredar dapat menurunkan tingkat suku

bunga. Ketika tingkat suku bunga menurun maka akan mendorong naikknya

kegiatan investasi di suatu negara. Kegaiatan investasi mengalami peningkatan

maka akan membutuhkan tenaga kerja pula untuk memenuhi jumlah output

yang meningkat, permintaan tenaga kerja meningkat maka akan mengurangi

tingkat pengangguran masyarakat. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan

memperbaiki pendapatan masyarakat untuk menuju kehidupan yang sejahtera,

sehingga akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal

ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Adiwarman karim yang

menyatakan bahwa uang adalah flow concept, artinya semakin cepat perputaran

uang akan semakin baik dan besar perannya dalam mendorong aktifitas ekonomi

(Karim, 2008:). Dan sesuai pula dengan teori kuantitas uang, semakin banyak

perputaran uang dilakukan maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi suatu

negara.

Tetapi pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh

faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2 akan

dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat.

Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa

obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan

perbankan yang mencapai Rp 510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh

pemerintah ini tentunya akan ikut meningkatkan jumlah uang kuasi yang

122

ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi

memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan M1.

Pada tahun 2008, terjadinya krisis Bank Century, yang dimana

Pemerintah memberikan bailout untuk menyelamatkan Bank Century sebesar

4 triliun rupiah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dana yang

berasal dari para pembayar pajak ini seharusnya dialokasikan bagi

kepentingan umum dan bukannya menjadi dana gelap yang mengalir tanpa

keterangan. Dana sebesar 4 triliun ini setidaknya bisa dipakai untuk

membantu penyelesaian tol trans-jawa atau membangun infrastruktur

pertanian maupun pertahanan.

Dampak lain dari pemberian bailout ini adalah dampak psikologis.

Dampak psikologis ini ibarat pisau bermata dua karena selain memberi efek

positif, tetapi juga memberi efek negatif. Efek positif dari pemberian dana ini

adalah menguatkan kepercayaan investor, khususnya di saat pemberian

bailout yang bertepatan dengan masa krisis global. Hal ini dapat memberi

rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia saat itu karena adanya jaminan

dari pemerintah. Tetapi di sisi lain tidak adanya pertanggungjawaban dana

sebesar 4 triliun telah membuat para investor mempertanyakan kapabilitas

pemerintah dalam mengawasi penyaluran dana perbankan dan dalam skala

lebih besar mengawasi perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia

sepanjang 2010 mencapai Rp100,26 triliun (antaranews.com, diakses 16

123

Oktober 2011 pukul 23.07). pertumbuhan asset Bank Syariah sendiri tak lepas

dari peran sertanya masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah.

dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Rama yang berjudul Analyzing

Determinants of Assets and Liabilities in Islamic Banks: Evidence from

Indonesia yang dipresentasikan pada Forum Riset Perbankan Syariah Bank

Indonesia (FRPS BI) September 2011, menyatakan bahwa motif para nasabah

di Bank Syariah dipengaruhi oleh 2 motif yaitu motif keuntungan dan motif

keagamaan (BI, 2011:73). Pertumbuhan asset perbankan syariah ini ditandai

dengan semakin meningkatkan pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan oleh

Bank Syariah. Seperti yang diketahui bahwa pembiayaan yang banyak

diminati oleh nasabah yaitu Murabahah (al-Ba’i) dan Mudharabah (syirkah).

Tercatat sebanyak 29 persen nasabah menggunakan pembiayaan

berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan 54 persen nasabah

menggunakan pembiayaan murabahah. Total pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip

jual beli. Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi pembiayaan

dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih menggerakkan sektor riil karena

menutup kemungkinan disalurkan pada kepentingan konsumtif dan hanya

pada usaha produktif. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia

masih bersifat konsumtif dibandingkan dengan produktif.

124

Skim murabahah umumnya lebih disukai mengingat karakteristik

skim ini lebih tidak beresiko dan lebih mudah untuk dilaksanakan, karena

skim ini lebih berorientasi pada pembiayaan jangka pendek, sehingga untuk

Bank Syariah yang pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan hal ini

lebih disukai. Meskipun profit and loss sharing merupakan konsep yang

ideal dalam perbankan syariah, namun dalam praktiknya pembiayaan dengan

sistem bagi hasil kurang diminati jika dibandingkan dengan murabahah,

ijarah atau istishna yang memiliki return relatif lebih pasti. Menurut Antonio

tahun 2001 dalam tesis yang ditulis oleh Anita Christie (PSTTI UI, 2007:85)

menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang tinggi dalam pembiayaan

berbasis bagi hasil, diantaranya:

1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti apa yang disebutkan dalam kontrak.

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur.

Selain dikarenakan memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi, masih

kurangnya Sumber Daya Insani (SDI) pada perbankan dan ternyata

perbankan syariah belum mampu memberikan pembiayaan untuk jangka

panjang. Pengembangan porsi pembiayaan bagi hasil secara murni hingga

saat ini masih menjadi tantangan dan obsesi para praktisi dan pemikir

perbankan syariah karena memang pada dasarnya ciri utama dari perbankan

syariah adalah pembiayaan dengan skema bagi hasil. Secara tipikal dalam

pemberian pembiayaan bagi hasil, bank syariah menyerahkan modal (risk

capital) kepada manajer professional yang berkewenangan dan bertanggung

125

jawab dalam membuat keputusan operasional maupun strategi berkaitan

dengan usaha yang dikelola.

Zakat merupakan rukun Islam, Infak dan Sedekah merupakan bentuk

ketaatan hamba kepada Tuhannya. ZIS memiliki fungsi redistribusi baik

melalui distribusi pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan

personal. ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang,

termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan pabrik.

Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS secara efektif

akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin.

Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat dilakukan dengan melakukan

transfer payment atau negative income-tax secara langsung keorang miskin

ataupun melalui penyediaan barang-barang publik yang sangat dibutuhkan

orang miskin yang juga memiliki dampak redistributif yang kuat seperti

kesehatan dan pendidikan.

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pendayagunaan ZIS ada

yang bersifat konsumtif dan produktif. ZIS berkontribusi pada pertumbuhan

ekonomi baik melalui jalur permintaan agregat maupun jalur penawaran

agregat. Dampak positif ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan

menaikkan permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak ZIS

terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan agregat

perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect) dalam

perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional

126

“ (Mark Skousen,2005:190). Tetapi pada penelitian ini teori tersbut tidak

dapat dipakai dikarenakan kondisi masyarakat Indonesia yang berbeda dengan

negara lain khususnya masyarakat di Malaysia.

Apabila dilihat dari potensi masyarakat Indonesia 85,1% dari 237,6 juta

jiwa merupakan masyarakat beragama Islam, tetapi kenyataannya adalah

belum banyak yang sadar masyarakat Indonesia untuk menyalurkan dana

ZISnya ke Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat. Masyarakat

Indonesia masih menyalurkan dana ZISnya untuk kerabat yang dekat, padahal

apabila disalurkan melalui LAZ dan BAZ akan memberikan dampak yang luar

biasa kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu juga belum adanya

sanksi yang dikenakan masyarakat yang tidak membayar ZIS oleh pemerintah.

Sehingga tidak ada yang mewajibkan masyarakat untuk membayar ZIS, lain

halnya dengan Pajak. Bagi masyarakat yang tidak membayar pajak, akan

dikenakan sanksi tegas oleh pemerintah sehingga masyarakat mempunyai

tanggungjawab untuk membayar pajak ke Pemerintah.

127

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Adanya indikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara

variabel jumlah uang beredar, pembiayaan mudharabah dan penerimaan ZIS

terhadap pertumbuhan ekonomi sudah diakui oleh para ekonom beberapa

periode lalu. Dapat dilihat berbagai penelitian empiris yang kemudian

melahirkan berbagai teori ekonomi yang terdapat pada berbagai literatur.

Dari hasil pengujian empiris pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dalam jangka pendek, JUB mempunyai hubungan tidak sterhadap

PDB. Pada jangka panjang, terdapat hubungan signifikan negatif

variabel JUB dan PDB. Dimana apabila JUB mengalami kenaikkan

sebesar 1 persen maka akan menurunkan PDB sebesar 1,59493 persen

atau sebaliknya apabila JUB mengalami penurunan sebesar 1 persen

maka akan menaikkan PDB sebesar 1,59493 persen.

2. Dalam jangka pendek, PM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi. Pada jangka panjang, PM berpengaruh kepada PDB.Di mana

PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka berpengaruh

terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau sebaliknya jika

PM mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap kenaikan

128

penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen. Apabila Pembiayaan

Mudharabah mengalami peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya

maka untuk 30-40 tahun kedepan Pembiayaan Mudharabah bisa

memberikan pengaruh yang besar kepada PDB.

3. Pada jangka pendek, ZIS tidak berpengaruh terhadap PDB. Untuk

jangka panjang, ZIS berkontribusi pada penerimaan ZIS. Hal ini

memberi implikasi bahwa terdapat kontribusi jangka panjang antara

variabel ZIS sebesar 0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS

mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka akan berkontribusi

menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami

kenaikkan sebesar satu persen makan akan berkontribusi menurunkan

PDB sebesar 0,69138 persen. Apabila Penerimaan ZIS mengalami

peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya maka untuk 30-40 tahun

kedepan Penerimmaan ZIS bisa memberikan pengaruh yang besar

kepada PDB.

B. Implikasi dan Saran

Beberapa implikasi dan saran yang ditujukan bagi Lembaga Amil Zakat

(LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ), perbankan maupun pemerintah

dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah serta saran bagi para peneliti

dan akademisi dengan maksud untuk dapat meningkatkan penelitian di

bidang ekonomi syariah adalah:

1. Bagi Pemerintah

129

Sekiranya Pemerintah ikut serta dan lebih mendukung lagi perkembangan

ekonomi syariah khususnya di dunia perbankan dan perzakatan di

Indonesia. Agar semakin terasanya dampak dari perbankan syariah dan

ZIS di Indonesia yang bisa memberikan kontribusi lebih kepada kondisi

perekonomian negara. Dengan adanya dual system yang digunakan

perbankan di Indonesia bisa memberikan peluang besar untuk

meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia kedepannya. Perlu adanya

penggalakan pendayagunaan maupun penyaluran dana dari pembiayaan

mudharabah dan dana ZIS agar dapat memberikan dampak dan kontribusi

positif terhapad pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Perbankan Syariah

Pembiayaan prinsip bagi hasil memiliki keterkaitan langsung dengan

sektor riil karena pembiayaan bank langsung ditujukan kepada kegiatan

ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang dapat

dibagi hasilkan. Kondisi perekonomian yang kondusif memberikan

peluang kepada peningkatan usaha sehingga penawaran akan

pembiayaan diantaranya pembiayaan bagi hasil akan meningkat seiring

peningkatan profit yang diperoleh dari pembiayaan tersebut.

Hendaknya para praktisi yang terjun ke dunia Perbankan Syariah dapat

lebih giat lagi melakukan inovasi-inovasi produk yang terus dipantau oleh

DSN (Dewan Syariah Nasional) dan melakukan sosialisasi kepada

130

masyarakat agar masyarakat bisa lebih dekat dan akrab dengan perbankan

syariah.

3. LAZ dan BAZ

Untuk LAZ dan BAZ untuk dapat terus melakukan sosialisasi kepada

masyarakat untuk terus menyalurkan dana ZIS nya kepada LAZ maupun

BAZ, karena dengan disalurkannya ke LAZ dan BAZ tentunya dampaknya

akan sangat terasa terhadap pertumbuhan ekonomi karena penyalurannya

Insya Allah tepat pada sasaran atau orang-orang yang berhak

menerimanya.

4. Bagi peneliti

Dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mengambil data yang ada di LAZ

dan BAZ, untuk itu kedepan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi studi lanjutan dengan menggunakan data ZIS terdapat di LAZ

dan BAZ yang ada di Indonesia khususnya penelitian ZIS yang mengambil

perspektif makroekonomi Indonesia karena sampai saat ini pembahasan

ZIS yang bersifat makro masih sangat sedikit.

131

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardawi. “Zakat Role in Curing Social and Economic Malaises, In Khaf (ed),

Economics of Zakat”, IRTI-IDB, Jeddah, 2002. Ambarwati, Septiana. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan

Murabahah dan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia “, Tesis Eknomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia. Jakarta. 208.

Antonio, Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta,

2001. Antonio, Syafii Muhammad. “ Muhammad SAW: The Super Leader Super

Manager “, Tazkia Multimedia dan ProLM Centre, Jakarta, 2007. Arifin, Zainul. ”Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Edisi revisi, Cet. III, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005 Azhari, Ismul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nisbah Bagi Hasil

Sistem Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syari’ah”, Tesis Magister (dipublikasikan) Program Pascasarjana, Institute Agama Islam Negeri, Medan, 2009. Dari http://aacislamiceconomy,blogspot.com).

Bank Indonesia. “ Bahan-Bahan Terpilih dan Hasil Riset Terbaik “, BI, MES, IAEI dan FoSSEI, Sumatera Utara, 2011.

Bahreisy, Salim. “Riyadus Sholihin”, Cet. ke-7, PT Al Ma’rif, Bandung, 1983. Christie, Anita. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembiayaan

Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia (Periode Maret 2001 s.d Februari 2006), Tesis Magister Program Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.

Daud, Muhammad, dkk. “Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf”, Cet. ke-1,

Universitas Press, Jakarta, 1998.

D, Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.

El-Bantanie , M. Syafe’ie. “Gamtek-Gampang Praktek Zakat, Infaq dan Sedekah”, Salamadani, Bandung, 2009.

132

Fitriani, Yuni. “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Perbankan Syariah, Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Periode Tahun 2003 – 2010”, Skripsi Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Gujarati. Damodar dan Sumarno Zain. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006.

Hafiduddin, Didin. “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani Press, Jakarta, 2002.

Hafidhuddin, Didin. “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq dan Sedekah” Gema

Insani Press, Jakarta, 1998. Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hamja, Yahya. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Harun, Salman, dkk. “Hukum zakat”, Cet. ke-4, PT Letera antamusa dan penerbit

mizan. 1996. Hidayat, Mohamad. “An Introduction to The Sharia Economic Pengantar

Ekonomi Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2010. ____________. “ Pengantar Ekonomi Islam “, Pusat Komunikasi Ekonomi

Syariah, Jakarta, 2009. Hosen, Nadratuzzaman M, dkk. “Buku Saku Perbankan Syariah”, PKES, Jakarta,

2005. _____________. “Buku Saku Bank-ku Syariah”, PKES, Jakarta, 2006. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, dkk. “Ekonomi Makro Islam:

Pendekatan Teoritis”, Kencana Presada Media Group, Jakarta, 2008. Indonesia Magnificence of Zakat. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan

Gagasan”, volume 2, Jumadil Tsani 1430/Juni 2009, IMZ, Jakarta, 2003. ____________. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan”, volume

3, Syawal 1431/September 2010, IMZ, Jakarta, 2010. ____________. “Indonesia Zakat Developmen Report”, IMZ, Jakarta, 2007.

133

Insukindro. “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1993.

Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

____________. “Ekonomi Makro Islam”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2008. ____________. “ Ekonomi Mikro Islami, Edisi ketiga “, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2007. Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000.

Khan, M. Fahim. “ Essays In Islamic Economics “, The Islamic Foundation, Leicester, 1995.

Khidir, Lalu. “Ibadah Zakat dan Masyarakat Pembangunan”, PT. Bina Ilmu, 1981.

Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga, Jakarta, 2009.

Maharani, Reni. “Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga

Saham Syariah Jakarta Islamic Index”, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli – September 2006.

Mankiw, N. Gregory. “Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi

Indonesia. Erlangga, Jakarta, 2003. ___________. “ Principles of Macroeconomics “, Edisi 3 (e-book). Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank

Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1, Januari-Maret, Jakarta, 2006.

Mochamad Aziz, Roikhan. “New Paradigm On Sinlammim Kaffah In Islamic

Economics”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

________. “Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root”, Proceeding, ISOIT International Seminar On Islamic Thought, UKM, Bangi, Malaysia, 2009.

134

_________. “Education On Root Of Islam”, Proceeding, International Seminar On Islamic Education, UNJ, Jakarta, 2009.

_________. “Islamic Civilization Versus western System”, Proceeding, International Conference On Islamic Civilization, Kahorem Pakistam, 2010.

_________. “New Paradigm on Sinlammim Kaffah in Islamic Economics”, Jurnal

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. “ Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam “, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Pramanik, A. H. “Development and distribution in islam”, Pelanduk Publications,

Petaling Jaya, 1993

Pusat Studi Ekonomi Syariah (PSES). “Dokumentasi-Kliping Edisi XVI Perjalanan Zakat”, PSES Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.

Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). “Khutbah Jum’at Ekonomi

Syariah”, PKES, Jakarta, 2008.

Rasjid, Sulaiman. “Fiqih Islam”, Cetakkan ke-27, Sinar Baru Algei, Bandung, 1994.

Rodoni, Ahmad. “Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ketiga, FEUI, Jakarta, 2001.

Simorangkir, O P. “Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”, Ghalia Indonesia,

Bogor, 2004.

Sholahuddin. “Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan Cipondoh”, Skripsi Sarjana, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008.

Skousen, Mark. “ The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of The Great Thinking (Terj) “, Prenada, Jakarta, 2005.

135

Sudarsono, Heri. “Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar”. Ekonisia, Yogyakarta, 2007.

Sudewo, Eri. “Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar”, Institut Manajemen Zakat, Jakarta, 2004.

Suhendi, Hendi. “Fiqih Muamalah”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”,PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2004.

Tag El-Din, SI. “Allocation and Stabilization Function of Zakat in an Islamic Economy , Mahamoud a. Gulaid and M. Aden Abdullah (Eds.) Reading in Public Finance in Islam.” IRTI-IDB, Jakarta, 1995.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan

Bisnis”, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2007. Wahyu Winarno, Wing. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,

Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Wastriati. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Nilai Jakarta

Islamic Index”, Skripsi Sarjana, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2010.

Yunus, Mahmud. “Al Fiqhul wadhih juz II”, Maktabah as sadiyah putra, Padang,

1936. [email protected] www://id.wikipedia.org/wiki/idul_fitri www.baznas.go.id www.bi.go.id www.bps.go.id

136

Lampiran 1: Data Penelitian

Thn. ZIS

(Rupiah) JUB

(Rupiah) PDB

(Rupiah) PM

(Rupiah) 2007 16.281.671.803 1.363.907.000.000.000 157.354.710.000.000 4.007.000.000.000

2 32.763.562.254 1.366.820.000.000.000 158.149.790.000.000 4.001.000.000.000 3 49.330.683.235 1.375.947.000.000.000 158.413.760.000.000 4.133.000.000.000 4 67.298.510.050 1.383.577.000.000.000 161.209.603.000.000 4.323.000.000.000 5 85.624.977.940 1.393.097.000.000.000 162.274.540.000.000 4.432.000.000.000 6 105.607.045.291 1.451.974.000.000.000 162.628.090.000.000 4.687.000.000.000 7 127.285.657.093 1.472.952.000.000.000 166.663.670.000.000 4.855.000.000.000 8 149.784.418.093 1.487.541.000.000.000 168.226.330.000.000 5.029.000.000.000 9 172.774.030.983 1.512.756.000.000.000 168.738.500.000.000 5.247.000.000.000

10 203.760.120.905 1.530.145.000.000.000 166.144.130.000.000 5.355.000.000.000 11 228.635.753.085 1.556.200.000.000.000 165.010.710.000.000 5.440.000.000.000 12 256.452.644.030 1.643.203.000.000.000 164.634.440.000.000 5.578.000.000.000

2008 284.620.454.953 1.588.962.000.000.000 166.920.420.000.000 5.564.000.000.000 2 314.491.376.068 1.596.090.000.000.000 167.910.980.000.000 5.719.000.000.000 3 345.711.955.748 1.586.795.000.000.000 168.239.850.000.000 5.835.000.000.000 4 378.578.771.648 1.608.874.000.000.000 171.319.970.000.000 6.609.000.000.000 5 412.670.552.069 1.636.383.000.000.000 172.485.460.000.000 6.242.000.000.000 6 447.650.364.681 1.699.480.000.000.000 172.872.400.000.000 6.518.000.000.000 7 483.240.056.782 1.679.020.000.000.000 177.117.450.000.000 6.522.000.000.000 8 519.237.822.472 1.675.431.000.000.000 178.737.150.000.000 6.602.000.000.000 9 557.386.929.292 1.768.250.000.000.000 179.274.890.000.000 6.750.000.000.000

10 593.399.347.892 1.802.932.000.000.000 179.547.130.000.000 6.590.000.000.000 11 630.320.329.865 1.841.163.000.000.000 179.547.040.000.000 6.440.000.000.000 12 668.498.949.967 1.883.851.000.000.000 173.400.060.000.000 6.205.000.000.000

Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010

137

Thn. ZIS

(Rupiah) JUB

(Rupiah) PDB

(Rupiah) PM

(Rupiah) 2009 708.369.621.776 1.874.145.000.000.000 175.018.630.000.000 7.554.000.000.000

2 750.179.840.476 1.900.208.000.000.000 175.773.850.000.000 7.866.000.000.000 3 792.336.658.076 1.916.752.000.000.000 176.024.590.000.000 8.108.000.000.000 4 835.336.475.966 1.912.623.000.000.000 178.720.150.000.000 8.347.000.000.000 5 878.814.307.586 1.927.070.000.000.000 179.747.630.000.000 8.672.000.000.000 6 923.095.274.698 1.977.533.000.000.000 180.088.750.000.000 9.142.000.000.000 7 968.082.929.018 1.963.180.000.000.000 184.501.760.000.000 9.422.000.000.000 8 1.013.101.604.915 1.995.294.000.000.000 186.197.920.000.000 9.932.000.000.000 9 1.063.231.265.585 2.018.031.000.000.000 186.761.050.000.000 10.007.000.000.000

10 1.109.231.265.585 2.021.517.000.000.000 184.176.670.000.000 10.184.000.000.000 11 1.156.048.469.456 2.062.206.000.000.000 183.028.930.000.000 10.359.000.000.000 12 1.203.169.289.234 2.141.384.000.000.000 187.046.014.000.000 10.412.000.000.000

2010 1.252.748.256.359 2.073.860.000.000.000 184.664.650.000.000 10.655.000.000.000 2 1.304.627.938.169 2.066.481.000.000.000 185.548.480.000.000 10.855.000.000.000 3 1.358.298.653.059 2.111.350.000.000.000 185.841.920.000.000 10.979.000.000.000 4 1.414.178.573.160 2.115.125.000.000.000 189.311.340.000.000 11.198.000.000.000 5 1.471.107.718.941 2.142.339.000.000.000 191.054.830.000.000 11.228.000.000.000 6 1.531.000.384.976 2.230.237.000.000.000 191.220.230.000.000 11.264.000.000.000 7 1.592.122.097.976 2.216.597.000.000.000 195.427.380.000.000 11.290.000.000.000 8 1.656.903.779.345 2.235.497.000.000.000 197.076.770.000.000 11.325.000.000.000 9 1.732.097.250.357 2.271.516.000.000.000 197.624.370.000.000 11.334.000.000.000

10 1.797.688.006.546 2.308.155.000.000.000 196.109.400.000.000 11.346.000.000.000 11 1.863.488.266.307 2.346.801.000.000.000 195.392.580.000.000 11.394.000.000.000 12 1.929.876.244.083 2.469.399.000.000.000 195.154.590.000.000 11.398.000.000.000

Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010

138

Lampiran 2: Uji Normalitas

JUB PDB PM ZIS Mean 1.84E+15 5.27E+14 7.85E+12 1.07E+12 Median 1.88E+15 5.27E+14 7.15E+12 9.74E+11 Maximum 2.47E+15 5.94E+14 1.14E+13 2.22E+12 Minimum 1.36E+15 4.48E+14 4.00E+12 3.02E+11 Std. Dev. 3.03E+14 3.78E+13 2.59E+12 5.71E+11 Skewness 0.075411 -0.112268 0.097162 0.409793 Kurtosis 1.931119 2.254022 1.490070 1.973611

Jarque-Bera 2.330507 1.213799 4.635299 3.450390 Probability 0.311844 0.545038 0.098505 0.178138

Sum 8.82E+16 2.53E+16 3.77E+14 5.11E+13 Sum Sq. Dev. 4.31E+30 6.73E+28 3.16E+26 1.53E+25

Observations 48 48 48 48

139

Lampiran 3: Uji Linieritas

DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT

Ramsey RESET Test: F-statistic 5.956416 Prob. F(1,43) 0.0189

Log likelihood ratio 6.227055 Prob. Chi-Square(1) 0.0126

Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:41 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.18E+15 3.47E+14 3.394293 0.0015

JUB 0.785928 0.287875 2.730105 0.0091 PM 13.12516 5.797438 2.263959 0.0287 ZIS 130.9352 57.14106 2.291438 0.0269

FITTED^2 -8.39E-15 3.44E-15 -2.440577 0.0189 R-squared 0.871833 Mean dependent var 5.27E+14

Adjusted R-squared 0.859910 S.D. dependent var 3.78E+13 S.E. of regression 1.42E+13 Akaike info criterion 63.49985 Sum squared resid 8.63E+27 Schwarz criterion 63.69477 Log likelihood -1518.996 Hannan-Quinn criter. 63.57351 F-statistic 73.12484 Durbin-Watson stat 0.923238 Prob(F-statistic) 0.000000

140

DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT

Ramsey RESET Test: F-statistic 0.055520 Prob. F(1,43) 0.8148

Log likelihood ratio 0.061936 Prob. Chi-Square(1) 0.8035

Test Equation: Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:44 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -253.7237 1222.784 -0.207497 0.8366

LNJUB 1.564794 7.077145 0.221105 0.8261 LNPM 0.940373 4.249060 0.221313 0.8259 LNZIS -2.748142 12.41569 -0.221344 0.8259

FITTED^2 0.244102 1.035954 0.235630 0.8148 R-squared 0.874004 Mean dependent var 33.89503

Adjusted R-squared 0.862284 S.D. dependent var 0.072486 S.E. of regression 0.026900 Akaike info criterion -4.295074 Sum squared resid 0.031114 Schwarz criterion -4.100157 Log likelihood 108.0818 Hannan-Quinn criter. -4.221414 F-statistic 74.57029 Durbin-Watson stat 0.885456 Prob(F-statistic) 0.000000

141

Lampiran 4: Uji Stasioner

1. Uji Akar Unit

- Level - Intercept

Null Hypothesis: LNPDB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -0.963797 0.7585

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000550

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000332

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:47 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPDB(-1) -0.059234 0.049418 -1.198634 0.2369

C 2.012288 1.674901 1.201437 0.2359 R-squared 0.030939 Mean dependent var 0.004699

Adjusted R-squared 0.009405 S.D. dependent var 0.024074 S.E. of regression 0.023960 Akaike info criterion -4.583210 Sum squared resid 0.025834 Schwarz criterion -4.504480 Log likelihood 109.7054 Hannan-Quinn criter. -4.553584 F-statistic 1.436724 Durbin-Watson stat 1.960148 Prob(F-statistic) 0.236945

142

Null Hypothesis: LNJUB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic 0.145567 0.9660

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000337

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000216

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:49 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNJUB(-1) -0.000409 0.017030 -0.023990 0.9810

C 0.026981 0.598217 0.045103 0.9642 R-squared 0.000013 Mean dependent var 0.012630

Adjusted R-squared -0.022209 S.D. dependent var 0.018566 S.E. of regression 0.018771 Akaike info criterion -5.071406 Sum squared resid 0.015855 Schwarz criterion -4.992677 Log likelihood 121.1780 Hannan-Quinn criter. -5.041780 F-statistic 0.000576 Durbin-Watson stat 2.258952 Prob(F-statistic) 0.980967

143

Null Hypothesis: LNPM has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.647364 0.4509

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.001341

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000999

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:49 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPM(-1) -0.024248 0.016000 -1.515478 0.1366

C 0.740610 0.474052 1.562297 0.1252 R-squared 0.048559 Mean dependent var 0.022242

Adjusted R-squared 0.027416 S.D. dependent var 0.037950 S.E. of regression 0.037427 Akaike info criterion -3.691246 Sum squared resid 0.063034 Schwarz criterion -3.612517 Log likelihood 88.74429 Hannan-Quinn criter. -3.661620 F-statistic 2.296673 Durbin-Watson stat 2.283670 Prob(F-statistic) 0.136645

144

Null Hypothesis: LNZIS has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -11.03373 0.0000

Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 9.87E-06

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 2.34E-05

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:50 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNZIS(-1) -0.013693 0.000808 -16.94437 0.0000

C 0.419187 0.022240 18.84811 0.0000 R-squared 0.864503 Mean dependent var 0.042423

Adjusted R-squared 0.861492 S.D. dependent var 0.008628 S.E. of regression 0.003211 Akaike info criterion -8.602776 Sum squared resid 0.000464 Schwarz criterion -8.524046 Log likelihood 204.1652 Hannan-Quinn criter. -8.573149 F-statistic 287.1117 Durbin-Watson stat 1.245241 Prob(F-statistic) 0.000000

145

2. Uji Derajat Integrasi

- Intercept

Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.629631 0.0000

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000579

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000197

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:51 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPDB(-1)) -1.007767 0.150748 -6.685089 0.0000

C 0.004690 0.003696 1.268861 0.2112 R-squared 0.503892 Mean dependent var -5.25E-06

Adjusted R-squared 0.492617 S.D. dependent var 0.034553 S.E. of regression 0.024612 Akaike info criterion -4.528650 Sum squared resid 0.026653 Schwarz criterion -4.449144 Log likelihood 106.1589 Hannan-Quinn criter. -4.498866 F-statistic 44.69042 Durbin-Watson stat 2.001203 Prob(F-statistic) 0.000000

146

Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.916557 0.0000

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000330

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000247

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:51 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNJUB(-1)) -1.197733 0.155022 -7.726196 0.0000

C 0.015191 0.003293 4.612775 0.0000 R-squared 0.575675 Mean dependent var 0.001061

Adjusted R-squared 0.566031 S.D. dependent var 0.028197 S.E. of regression 0.018575 Akaike info criterion -5.091471 Sum squared resid 0.015182 Schwarz criterion -5.011965 Log likelihood 119.1038 Hannan-Quinn criter. -5.061687 F-statistic 59.69411 Durbin-Watson stat 1.996124 Prob(F-statistic) 0.000000

147

Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.498998 0.0000

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.001406

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001421

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:52 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPM(-1)) -1.121922 0.149531 -7.502918 0.0000

C 0.025528 0.006596 3.870362 0.0004 R-squared 0.561289 Mean dependent var 4.02E-05

Adjusted R-squared 0.551318 S.D. dependent var 0.057246 S.E. of regression 0.038346 Akaike info criterion -3.641839 Sum squared resid 0.064698 Schwarz criterion -3.562333 Log likelihood 85.76230 Hannan-Quinn criter. -3.612056 F-statistic 56.29378 Durbin-Watson stat 1.969051 Prob(F-statistic) 0.000000

148

Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -0.928015 0.7704

Test critical values: 1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 1.22E-05

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 6.05E-06

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:52 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNZIS(-1)) -0.084835 0.062363 -1.360347 0.1806

C 0.003126 0.002713 1.152046 0.2555 R-squared 0.040360 Mean dependent var -0.000495

Adjusted R-squared 0.018550 S.D. dependent var 0.003604 S.E. of regression 0.003570 Akaike info criterion -8.389874 Sum squared resid 0.000561 Schwarz criterion -8.310368 Log likelihood 194.9671 Hannan-Quinn criter. -8.360091 F-statistic 1.850544 Durbin-Watson stat 3.002977 Prob(F-statistic) 0.180649

149

- trend and intercept

Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.505506 0.0000

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000579

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000196

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:53 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPDB(-1)) -1.007829 0.152499 -6.608751 0.0000

C 0.004930 0.007745 0.636573 0.5278 @TREND(2007M01) -9.80E-06 0.000277 -0.035434 0.9719

R-squared 0.503907 Mean dependent var -5.25E-06

Adjusted R-squared 0.480833 S.D. dependent var 0.034553 S.E. of regression 0.024896 Akaike info criterion -4.485201 Sum squared resid 0.026653 Schwarz criterion -4.365941 Log likelihood 106.1596 Hannan-Quinn criter. -4.440525 F-statistic 21.83863 Durbin-Watson stat 2.001146 Prob(F-statistic) 0.000000

150

Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.800633 0.0000

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000330

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000249

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNJUB(-1)) -1.196982 0.156830 -7.632364 0.0000

C 0.014335 0.006147 2.332089 0.0244 @TREND(2007M01) 3.46E-05 0.000209 0.165694 0.8692

R-squared 0.575946 Mean dependent var 0.001061

Adjusted R-squared 0.556222 S.D. dependent var 0.028197 S.E. of regression 0.018784 Akaike info criterion -5.048631 Sum squared resid 0.015172 Schwarz criterion -4.929372 Log likelihood 119.1185 Hannan-Quinn criter. -5.003956 F-statistic 29.20106 Durbin-Watson stat 1.998226 Prob(F-statistic) 0.000000

151

Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.884673 0.0000

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.001322

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001204

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPM(-1)) -1.164149 0.148877 -7.819553 0.0000

C 0.043663 0.012734 3.428831 0.0013 @TREND(2007M01) -0.000701 0.000424 -1.653401 0.1055

R-squared 0.587513 Mean dependent var 4.02E-05

Adjusted R-squared 0.568327 S.D. dependent var 0.057246 S.E. of regression 0.037612 Akaike info criterion -3.659997 Sum squared resid 0.060830 Schwarz criterion -3.540738 Log likelihood 87.17994 Hannan-Quinn criter. -3.615322 F-statistic 30.62283 Durbin-Watson stat 2.002922 Prob(F-statistic) 0.000000

152

Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.689925 0.0024

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 8.65E-06

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.05E-05

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNZIS(-1)) -0.632715 0.140875 -4.491328 0.0001

C 0.035727 0.008100 4.410466 0.0001 @TREND(2007M01) -0.000376 8.96E-05 -4.199151 0.0001

R-squared 0.319437 Mean dependent var -0.000495

Adjusted R-squared 0.287783 S.D. dependent var 0.003604 S.E. of regression 0.003041 Akaike info criterion -8.690033 Sum squared resid 0.000398 Schwarz criterion -8.570774 Log likelihood 202.8708 Hannan-Quinn criter. -8.645358 F-statistic 10.09148 Durbin-Watson stat 2.278857 Prob(F-statistic) 0.000255

153

Lampiran 5: Uji Kointegrasi

Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.781210 0.0000

Test critical values: 1% level -4.170583 5% level -3.510740 10% level -3.185512 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 0.000595

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000184

Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(RESID01,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:56 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(RESID01(-1)) -1.017218 0.152551 -6.668046 0.0000

C -0.001679 0.007810 -0.215000 0.8308 @TREND(2007M01) 6.29E-05 0.000280 0.224373 0.8235

R-squared 0.508373 Mean dependent var 0.000193

Adjusted R-squared 0.485507 S.D. dependent var 0.035168 S.E. of regression 0.025225 Akaike info criterion -4.458933 Sum squared resid 0.027362 Schwarz criterion -4.339674 Log likelihood 105.5555 Hannan-Quinn criter. -4.414258 F-statistic 22.23235 Durbin-Watson stat 2.001852 Prob(F-statistic) 0.000000

154

Lampiran 6: Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinieritas

LNJUB LNPM LNZIS

LNJUB 1 0.9746418332

605923 0.9932450734

475724

LNPM 0.9746418332

605923 1 0.9862657591

374114

LNZIS 0.9932450734

475724 0.9862657591

374114 1

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.682198 Prob. F(5,42) 0.6394

Obs*R-squared 3.605459 Prob. Chi-Square(5) 0.6075 Scaled explained SS 9.706855 Prob. Chi-Square(5) 0.0840

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:59 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Collinear test regressors dropped from specification

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -30.97950 32.21315 -0.961704 0.3417

LNJUB 1.043470 1.069613 0.975558 0.3349 LNJUB*LNPM -0.024411 0.025877 -0.943320 0.3509 LNJUB*LNZIS -0.012027 0.011246 -1.069455 0.2910

LNPM 0.861710 0.908765 0.948221 0.3484 LNZIS^2 0.007694 0.007199 1.068728 0.2913

R-squared 0.075114 Mean dependent var 0.000649

Adjusted R-squared -0.034992 S.D. dependent var 0.001660 S.E. of regression 0.001689 Akaike info criterion -9.812642 Sum squared resid 0.000120 Schwarz criterion -9.578742 Log likelihood 241.5034 Hannan-Quinn criter. -9.724250 F-statistic 0.682198 Durbin-Watson stat 1.702258 Prob(F-statistic) 0.639432

155

3. Autokolinieritas

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 11.78095 Prob. F(2,42) 0.0001

Obs*R-squared 17.25043 Prob. Chi-Square(2) 0.0002

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:01 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.997526 4.931438 0.202279 0.8407

LNJUB -0.045002 0.170091 -0.264577 0.7926 LNPM 0.016955 0.059974 0.282699 0.7788 LNZIS 0.002948 0.065214 0.045210 0.9642

RESID(-1) 0.704331 0.148870 4.731174 0.0000 RESID(-2) -0.248422 0.153826 -1.614952 0.1138

R-squared 0.359384 Mean dependent var -7.35E-15

Adjusted R-squared 0.283120 S.D. dependent var 0.025746 S.E. of regression 0.021799 Akaike info criterion -4.697442 Sum squared resid 0.019958 Schwarz criterion -4.463542 Log likelihood 118.7386 Hannan-Quinn criter. -4.609051 F-statistic 4.712379 Durbin-Watson stat 2.115171 Prob(F-statistic) 0.001662

156

Penyembuhan Autokorelasi

Diferensiasi Tingkat Satu

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.108260 Prob. F(2,41) 0.8977

Obs*R-squared 0.246901 Prob. Chi-Square(2) 0.8839

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:03 Sample: 2007M02 2010M12 Included observations: 47 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.000311 0.018997 -0.016347 0.9870

D(LNJUB) -0.011711 0.207632 -0.056403 0.9553 D(LNPM) -0.004990 0.100422 -0.049689 0.9606 D(LNZIS) 0.012904 0.439170 0.029384 0.9767 RESID(-1) -0.014215 0.158491 -0.089691 0.9290 RESID(-2) -0.072500 0.159038 -0.455866 0.6509

R-squared 0.005253 Mean dependent var 3.97E-19

Adjusted R-squared -0.116057 S.D. dependent var 0.023987 S.E. of regression 0.025340 Akaike info criterion -4.394094 Sum squared resid 0.026327 Schwarz criterion -4.157905 Log likelihood 109.2612 Hannan-Quinn criter. -4.305214 F-statistic 0.043304 Durbin-Watson stat 2.027060 Prob(F-statistic) 0.998837

157

Lampiran 7: Uji Error Correction Model (ECM)

Dependent Variable: D(LNPDB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:07 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.48864 7.464947 3.012565 0.0045

D(LNJUB) 0.028964 0.196909 0.147093 0.8838 D(LNPM) -0.023523 0.093498 -0.251593 0.8027 D(LNZIS) 1.674554 1.054319 1.588280 0.1203

LNJUB(-1) -0.789069 0.250802 -3.146179 0.0032 LNPM(-1) -0.482891 0.155746 -3.100499 0.0036 LNZIS(-1) -0.342053 0.132727 -2.577123 0.0139

ECT 0.494737 0.132953 3.721152 0.0006 R-squared 0.318817 Mean dependent var 0.004699

Adjusted R-squared 0.196554 S.D. dependent var 0.024074 S.E. of regression 0.021579 Akaike info criterion -4.680388 Sum squared resid 0.018160 Schwarz criterion -4.365469 Log likelihood 117.9891 Hannan-Quinn criter. -4.561882 F-statistic 2.607624 Durbin-Watson stat 1.821302 Prob(F-statistic) 0.026189

158

Lampiran 8: Hasil Perhitungan Koefisien ECM

Variabel Notasi Coefficiient

Jangka Pendek Jangka Panjang

Konstanta C 22.48864 22.48864 Jumlah Uang Beredar D(LNJUB) 0.028964 -1.59493 Pembiayaan Mudharabah D(LNPM) -0.023523 -0.97606 Penerimaan ZIS D(LNZIS) 1.674554 -0.69138