ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP...

download ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33304/1/TAUFIK... · ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP...

  • ANALISIS PENGARUH ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE

    TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY BERDASARKAN ISLAMIC SOCIAL

    REPORTING INDEKS PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    Taufik Akbar

    NIM. 1111082000038

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H / 2015 M

  • ii

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

    Hari ini Senin, 8 Juni 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas

    mahasiswa:

    1. Nama : Taufik Akbar

    2. NIM : 1111082000038

    3. Jurusan : Akuntansi

    4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance

    Terhadap Pengungkapan Corporate Social

    Responsibility Berdasarkan Islamic Social

    Reporting Indeks Pada Bank Syariah di Indonesia

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

    Hari ini Selasa, 22 September 2015 telah dilakukan ujian skripsi atas

    mahasiswa:

    1. Nama : Taufik Akbar

    2. NIM : 1111082000038

    3. Jurusan : Akuntansi

    4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance

    Terhadap Pengungkapan Corporate Social

    Responsibility Berdasarkan Islamic Social

    Reporting Indeks Pada Bank Syariah di Indonesia

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Taufik Akbar

    No. Induk Mahasiswa : 1111082000038

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Akuntansi

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

    dan mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

    asli atau tanpa ijin pemilik karya.

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

    5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggung jawab

    atas karya ini.

    Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

    memalui pembukuan yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

    untuk dikenai sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Demikian pernyataan

    ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 22 September 2015

    Taufik Akbar

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Taufik Akbar

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 8 September 1993

    3. Agama : Islam

    4. Alamat : Tanjung Bayang, Makassar

    5. Telepon : 082310492960

    6. Email : [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    1. SD Negeri Bayang Makassar Tahun 1999-2005

    2. MTS Negeri Model Makassar Tahun 2005-2008

    3. MAN Insan Cendekia Gorontalo Tahun 2008-2011

    4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Tahun 2011-2015

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    III. SEMINAR DAN TRAINING

    1. Peserta dalam seminar nasional The eurozone crisis and the

    depressed US economy: Their impact on global economy and

    Indonesia di Institut Bisnis dan Informatika Indonesia.2011.

    2. Peserta Seminar Pasar Modal Invest Now Retire Rich Lab Pojok

    Bursa FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

    3. Diskusi Enterpreneurship Chairul Tanjung & Joko Widodo. 2013. Di

    SMESCO Convention Hall

    4. Peserta pada Seminar Nasional Accounting Fair 2014 Kredibilitas

    Seorang Akuntan dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan

    Syariah di Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Peserta pada Seminar dalam Safari Ramdhan OJK 2014 Edukasi

    Produk dan Jasa Keuangan Gerakan Literasi Keuangan di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

  • vii

    IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : H. Suharto

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 21 Januari 1965

    3. Ibu : Hj. Sohrah

    4. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 12 Januari 1968

    5. Alamat : Kampung Lette, Tanjung Bayang RT

    D RW 4 Kelurahan Tanjung Mardeka

    Kecamatan Tamalate Kota Makassar

    6. Anak ke Dari : 1 dari 3 bersaudara

  • viii

    ABSTRACT

    This study aims to analyze the characteristic factors of Islamic

    Corporate Governance in Islamic Banks in Indonesia that can affect the

    disclosure of Islamic Social Reporting in the Annual Reports of Islamic

    Banks. These characteristic factors are Islamic Governance including the size

    of supervisory board, the size of board of commissioners, board of

    commissioners meeting, size of the audit commitee, and audit meeting.

    This research used 33 annual reports of syariah banking in Indonesia

    from 2012-2014. Sample was selected using purposive sampling method.

    Disclosure of Islamic Social Reporting is measured by content analysis

    method. Data analysis was performed with the classical assumption test and

    hypothesis testing using multiple linear regression method.

    The result of this study shows that there is an increase of Islamic Social

    Reporting index in 2012, 2013, and 2014. The size of supervisory board affect

    significantly on Islamic Social Reporting disclosure of sharia banking in

    Indonesia, while the four independent variable (Commissioners Board size,

    board of commissioners meeting,audit commite size, and audit commite

    meeting) does not affect Islamic Social Reporting of sharia banking in

    Indonesia.

    Keywords: Corporate Social Responsibility, Islamic Social Reporting,

    characteristics of ICG, Islamic Bank

  • ix

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor Islamic

    Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdapat

    di dalam laporan tahunan perusahaan dan pengaruhnya terhadap Islamic

    Social Reporting. Faktor-faktor Islamic Governance tersebut seperti ukuran

    anggota DPS, ukuran Dewan Komisaris, rapat Dewan Komisaris, ukuran

    Komite Audit, dan rapat Komite Audit.

    Penelitian ini menggunakan 33 laporan tahunan Bank Umum Syariah di

    Indonesia pada tahun 2012-2014. Sampel dipilih dengan menggunakan

    metode purposive sampling. Pengungkapan Islamic Social Reporting diukur

    dengan menggunakan metode analisis content. Analisis data dengan

    menggunakan asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan metode

    regresi linear berganda.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan indeks Islamic

    Social Reporting pada tahun 2012,2013, dan 2014. Ukuran Dewan Pengawas

    Syariah secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic

    Social Reporting. Sedangkan 4 variabel bebas yaitu ukuran Dewan

    Komisaris, rapat Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, dan rapat Komite

    Audit tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social

    Reporting pada perbankan syariah di Indonesia.

    Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Islamic Social Reporting,

    karakteristik ICG, bank syariah

  • x

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan puji

    syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ruang, waktu,

    kesehatan, dan kesempatan bagi penulis dan atas semua limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

    Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance Terhadap Corporate

    Social Responsibility Berdasarkan Islamic Reporting Indeks pada Bank

    Syariah di Indonesia.. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan

    teladan bagi semua umat manusia.

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dielesaikan sebagai

    syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak

    yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,

    syukura alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah

    anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima

    kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua orang tuaku, atas semua jasa yang tak ternilai harganya yang telah

    diberikan, atas kerja keras, binaan, dukungan, dan didikan selama ini dan

    menjadi pelita semangat dalam setiap langkah penulis.

    2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Yessi Fitri, SE., Msi., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

    bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing

    peneliti selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna

  • xi

    penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah

    diberikan selama ini.

    5. Ibu Putriesty Mandasari, SP., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II

    yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran,

    motivasi, dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas

    segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

    6. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan

    kepada peneliti selama menuntut ilmu yang menjadi bekal bagi peneliti serta

    motivasi yang tidak henti-henti diberikan kepada peneliti.

    7. Sahabat seperjuangan seluruh keluarga akuntansi B angkatan 2011 dan

    keluarga besar akuntansi angkatan 2011. Terima kasih telah menjadi

    sepenggal bagian dari kehidupan peneliti sehingga membuatnya menjadi

    lebih berwarna dengan adanya canda dan tawa dari kalian. Semoga kita

    semua dipertemukan dengan kesuksesan.

    8. Teman-teman dan Abi-abi asrama UICCI Sulaimaniyah yang telah

    memberikan dukungan dan semangat dalam kebersamaan selama ini kepada

    penulis.

    9. Teman-teman Matatta khususnya Matatta Jabodetabek yang telah

    memberikan semangat dan memberikan banyak kesan dalam hidup penulis.

    10. Teman-teman KKN AKSI yang telah memberikan motivasi dan pengalaman

    berharga bersama warga Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Bogor.

    11. Nanang Shekar , Norfie Syahri, dan Saepul Sholihin yang telah memberi

    arahan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

    12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas

    segala dukungannya.

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang

    dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk saran

    serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

    Jakarta, 22 September 2015

  • xii

    Taufik Akbar

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ............................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...................................................................... iii

    Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................................. iv

    Lembar Pernyataan Keaslian Karya ............................................................................... v

    Daftar Riwayat Hidup .................................................................................................... vi

    Abstract .......................................................................................................................... viii

    Abstrak ........................................................................................................................... ix

    Kata Pengantar ............................................................................................................... x

    Daftar Isi ........................................................................................................................ xii

    Daftar Tabel ................................................................................................................... xiv

    Daftar Gambar ............................................................................................................... xv

    Daftar Lampiran ............................................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 10

    A. Landasan Teori ............................................................................................. 10

    1. Teori Stakeholder ..................................................................................... 10

    2. Teori Legitimasi ....................................................................................... 11 3. Corporate Social Responsibility (CSR) 14

    a. Definisi Corporate Social Responsibility ............................................ 14

    b. Prinsip Corporate Social Responsibility ............................................. 15

    c. Corporate Social Responsibility dalam Persepektif Islam .................. 17

    d. Pengungkapan Islamic Social Reporting ............................................. 18

    4. Good Corporate Governance .................................................................... 23

    a. Definisi Good Corporate Governance ................................................. 23

    b. Implementasi Good Corporate Governance ........................................ 24

    c. Struktur Good Corporate Governance ................................................. 28

    d. Syariah Governance (Dewan Pengawas Syariah) ............................... 32

    B. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................................... 37

  • xiv

    C. Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 43

    D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 51

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 52

    A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 52

    B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 53

    C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 53

    D. Metode Analisis Data ................................................................................... 54

    E. Operasionalisasi Variabel ............................................................................. 60

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 70

    A. Analisis Deskriptif........................................................................................ 70

    1. Pengungkapan Islamic Social Reporting .................................................. 70

    B. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 75

    C. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 78

    1. Uji Normalitas .......................................................................................... 78

    2. Uji Multikolonieritas ................................................................................ 79

    3. Uji Heterokedastisitas .............................................................................. 80

    4. Uji Autokorelasi ....................................................................................... 82

    D. Uji Hipotesis ................................................................................................. 84 1. Hasil Uji Statistik F 84

    2. Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 85

    3. Hasil Uji t ................................................................................................. 86

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 93

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 93

    B. Saran ............................................................................................................. 95

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 96

    LAMPIRAN.................................................................................................................. 100

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Nomor Keterangan

    Halaman

    2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................ 44

    3.1 Data Bank Umum Syariah ....................................................... 52

    3.2 Sampel Penelitian .................................................................... 53

    3.3 Klasifikasi nilai DW untuk Autokorelasi ................................. 58

    3.4 Predikat Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS .............. 63

    4.1 Nilai ISR pada Bank Umum Syariah di Indonesia ................. 71

    4.2 Nilai content analysis BUS di Indonesia berdasarkan tema .....

    74

    4.3 Hasil Statistik Deskriptif .......................................................... 75

    4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................... 79

    4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 80

    4.6 Hasik Uji Glejser ...................................................................... 82

    4.7 Hasil Uji Durbin Watson .......................................................... 82

    4.8 Hasil Uji Analisis Durbin Watson ............................................ 83

    4.9 Hasil Uji F ................................................................................ 85

    4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 85

    4.11 Hasil Uji t ................................................................................. 87

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Keterangan

    Halaman

    2.1 Struktur Board of Directors dalam One Tier System

    29

    2.2 Struktur Two Tiers System yang berkembang di Indonesia

    30

    2.3 Kerangka Pemikiran

    52

    4.1 Perbandingan pengungkapan ISR

    72

    4.2 Hasil Uji Heterkedastisitas

    81

    4.3 Daerah Pengambilan Keputusan Durbin Watson

    83

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Keterangan

    Halaman

    1 Jumlah anggota DPS Bank Umum Syariah .............................. 101

    2 Jumlah anggota Dewan Komisaris BUS 2012-2014 ................ 101

    3 Jumlah Rapat Dewan Komisaris BUS 2012-2014 ................... 102

    4 Jumlah anggota Komite Audit BUS 2012-2014 ....................... 102

    5 Jumlah rapat Komite Audit BUS 2012-2014 ........................... 103

    6 Pengungkapan ISR Bank Umum Syariah 2012........................ 104

    7 Pengungkapan ISR Bank Umum Syariah 2013........................ 109

    8 Pengungkapan ISR Bank Umum Syariah 2014........................ 114

    9 Hasil Uji SPSS .......................................................................... 115

    10 Tabel Nilai Durbin Watson ...................................................... 122

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

    merupakan gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada nilai

    perusahaan yang hanya direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja.

    Akan tetapi tanggung jawab perusahaan juga dapat direfleksikan dengan

    memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Dewasa ini berkembang suatu konsep

    mengenai sustainability development yang bertujuan untuk membatasi eksploitasi

    alam ataupun sosial yang dilakukan perusahaan. Konsep pengembangan

    keberlanjutan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain manusia, sosial,

    lingkungan, dan ekonomi (Badroen, 2006).

    Eklington (1997) dalam Wibisono (2007) berpendapat bahwa jika perusahaan

    ingin sustain, maka perusahaan tidak hanya memperhatikan profit ekonomi, namun

    juga perlu memperhatian kontribusi positif kepada masyarakat dan ikut aktif dalam

    menjaga kelestarian lingkungan.

    Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) pada umumya menyatakan

    bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang

    saham saja tetapi juga terhadap stakeholder yang terkait dan tidak hanya terbatas

    pada konsep pemberian sesuatu yang sifatnya charity. Di Indonesia sendiri, pelaporan

    Corporate Social Responsbility (CSR) diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun

  • 2

    2007 pasal 66 dan 74. Pasal 66 ayat 2 bagian c disebutkan bahwa selain

    menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan

    pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan dalam Pasal 74 ayat 1

    Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan harus

    mencerminkan tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya di

    bidang dan / atau berkaitan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab

    sosial. Menteri Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Nomor KEP-

    04/MBU/2007 yang merupakan penyempurnaan dari surat Keputusan Menteri

    BUMN Nomor 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik

    Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, memberikan arahan

    secara lebih operasional tentang praktik tanggung jawab sosial (social responsibility),

    meskipun masih terbatas pada perusahaan BUMN dan perusahaan yang operasinya

    bersinggungan dengan eksploitasi sumber daya alam.

    Menurut Mulyanita (2009), alasan perusahaan khususnya di bidang perbankan

    melakukan pelaporan sosial adalah karena adanya perubahan paradigma

    pertanggungjawaban, dari manajemen ke pemilik saham menjadi manajemen kepada

    seluruh stakeholder. Sebagai wujud bukti kepedulian para ahli akuntansi di Indonesia

    dapat dilihat melalui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 revisi 2009 paragraf sembilan secara implisit

    menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan

    sosial.

  • 3

    Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai

    lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya

    bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi

    industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang

    memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup

    Standar Akuntansi Keuangan.

    Industri perbankan termasuk industri yang diwajibkan melakukan CSR.

    Coprorate governance menjadi salah satu fokus yang menjadi perhatian dalam

    perbankan syariah karena Bank Syariah memainkan peran penting dalam

    pengungkapan tanggung jawab sosial. Keberadaan praktik corporate governance

    yang baik pun harus menjadi perhatian yang lebih oleh pihak manajemen perbankan

    syariah agar menjaga kepercayaan dan harapan masyarakat.

    Dalam perspektif Islam, transparansi merupakan salah satu amanah yang

    menuntut organisasi untuk melakukan pengungkapan, baik yang bersifat wajib

    maupun sukarela. Salah satu bagian dari pengungkapan sukarela adalah

    pengungkapan pertanggungjwaban sosial islami bagi perbankan syariah (Haniffa,

    2002).

    Menurut Meutia (2010), Bank Syariah seharusnya memiliki dimensi spiritual

    yang lebih banyak. Dimensi spiritual ini tidak hanya menghendaki bisnis yang non

    riba, namun juga mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas, terutama

    bagi golongan masyarakat ekonomi lemah. Konsep CSR sangat luas dan merupakan

    hak dan kewajiban bersama yang dimiliki stakeholders. Sehingga dengan

    implementasi CSR, bank syariah tidak hanya mendapatkan keuntungan berupa profit

  • 4

    saja melainkan dapat menambah kepercayaan dan semakin mendekatkan Bank

    Syariah dengan masyarakat. Pelaksanaan program CSR Bank Syariah bukan hanya

    untuk memenuhi amanah Undang-Undang, akan tetapi lebih jauh dari itu bahwa

    tanggung jawab sosial Bank Syariah dibangun atas dasar falsafah dan tasawwur

    (Islam) yang kuat untuk menjadi salah satu lembaga keuangan yang dapat

    mensejahterakan masyarakat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maali (2006) dijelaskan bahwa

    Bank Syariah tidak sepenuhnya menjalankan peran sosialnya sesuai dengan tuntutan

    Islam, melainkan lebih memprioritaskan aspek ekonomi dengan indikasi bahwa

    kriteria ekonomi lebih diutamakan dibandingkan dengan kriteria social ketika

    mengevaluasi peluang investasi. Oleh karena itu, kerangka corporate governance

    dalam suatu perusahaan sangat diperlukan agar kegiatan-kegiatan yang diterapkan

    oleh perusahaan dapat diungkapkan sesuai dengan kenyataan yang ada.

    Dalam kerangka corporate governance di perbankan syariah, sebuah dewan

    pengawas yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS) dibentuk untuk bertanggungjawab

    menjalankan praktik syariah governance yang menjadi hal esensial dalam model

    corporate governance keuangan islam dengan tujuan untuk membangun dan menjaga

    kepercayaan semua pemangku kepentingan bahwa seluruh transaksi dan aktivitas

    perbankan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

    Selain memiliki Dewan Pengawas Syariah, perbankan syariah juga mempunyai

    struktur dalam Good Corporate Governance yang diantaranya meliputi Direksi,

    komposisi Dewan Komisaris, dan Komite Audit. Agustini dan Aggraeni (2012)

  • 5

    berpendapat bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di Indonesia sangat

    terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam situasi kompetisi global

    seperti saat ini, Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu keharusan

    dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan berkelanjutan.

    Sejauh ini pengukuran CSR disclosure pada perbankan syariah masih mengacu

    kepada Global Reporting Initiative Indeks (Indeks GRI) (Haniffa, 2002). Padahal,

    terkait dengan adanya kebutuhan mengenai pengungkapan CSR tersebut, terdapat

    indeks yang masih jarang digunakan oleh perbankan syariah yaitu indeks Islamic

    Social Reporting (ISR). Indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanaan kinerja sosial

    perbankan syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh

    AAOIFI (Acconting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions)

    yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item

    CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam (Othman et al, 2009).

    Pentingnya pengungkapan ISR menunjukkan akuntabilitas perusahaan kepada

    masyarakat. Namun apa yang sebenarnya mempengaruhi perusahaan untuk

    melakukan pengungkapan ISR belum diungkapkan secara empiris. Meskipun studi

    tentang pelaporan sosial telah banyak diteliti, namun penelitian tersebut mengabaikan

    pentingnya Islamic Social Reporting (ISR).

    Terdapat beberapa penelitian tentang pengungkapan praktik CSR antara lain:

    Farook dan Lanis (2005) menyelidiki tentang pelaksanaan CSR Bank Syariah dalam

    laporan tahunan dan menilai faktor-faktor penting dalam pelaksanaan CSR yang

    mungkin ada. Selanjutnya Othman, et.al (2009) menguji karakteristik perbankan

  • 6

    syariah terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial Islami (ISR). Hasil riset

    tersebut menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan komposisi

    Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial

    Islam di Malaysia.

    Priantina dan Yustian (2011), menjelaskan mengenai pengaruh struktur Good

    Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Corporate Social

    Responsibility (CSR) pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia. Hasilnya kepemilikan manajerial secara individual dan komite audit tidak

    berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar

    di BEI. Namun, komposisi Dewan Komisaris secara individual berpengaruh

    signifikan positif terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan keuangan yang

    terdaftar di BEI. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sudaryati dan Eskadewi

    mengenai pengaruh Coorporate Governance terhadap tingkat pengungkapan CSR di

    Bank Syariah menjelaskan bahwa Islamic Governance memiliki pengaruh positif

    yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada

    Bank Islam Malaysia Berhad. Charles dan Chariri (2012) meneliti apakah ukuran

    Dewan Komisaris dan rapat Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR,

    hasilnya adalah ukuran Dewan Komisaris dan rapat Komite Audit berpengaruh positif

    terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh Islamic

    Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR pada 10 bank syariah dengan

    metode analisis regresi linier berganda. Hasilnya adalah Bank Syariah cenderung

    melakukan pengungkapan CSR dalam hal mendukung image positif perusahaan dan

  • 7

    cenderung tidak mengungkapkan kegiatan informasi yang dapat menimbulkan efek

    negatif, seperti potensi perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan cenderung

    tidak diungkapkan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pengungkapan CSR berdasarkan

    Islamic Social Reproting sangat penting diterapkan oleh perbankan syariah karena

    pelaksanaan CSR erat kaitannya dengan hubungan perusahaan dengan stakeholder

    dan masyarakat luas.

    Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan menganalisis pengaruh

    Islamic Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR berdasarkan Islamic

    Social Reporting (ISR) dengan menjawab pertanyaan berikut ini:

    1. Apakah ukuran Dewan Pengawas Syariah dapat mempengaruhi pengungkapan

    Islamic Social Reporting (ISR)?

    2. Apakah ukuran Dewan Komisaris dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic

    Social Reporting (ISR) ?

    3. Apakah jumlah rapat Dewan Komisaris dapat mempengaruhi pengungkapan

    Islamic Social Reporting (ISR) ?

    4. Apakah ukuran Komite Audit dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic

    Social Reporting (ISR) ?

    5. Apakah jumlah rapat Komite Audit dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic

    Social Reporting (ISR) ?

  • 8

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran Dewan Pengawas Syariah terhadap

    pengungkapan Islamic Social Reporting pada bank syariah di Indonesia.

    2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran Dewan Komisaris terhadap

    pengungkapan Islamic Social Reporting pada bank syariah di Indonesia.

    3. Untuk mengetahui pengaruh rapat Dewan Komisaris terhadap pengungkapan

    Islamic Social Reporting pada bank syariah di Indonesia.

    4. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Komite audit terhadap pengungkapan

    Islamic Social Reporting pada bank syariah di Indonesia.

    5. Untuk mengetahui pengaruh rapat Komite Audit terhadap pengungkapan

    Islamic Social Reporting pada bank syariah di Indonesia.

  • 9

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-pihak yang

    membutuhkan informasi ini:

    1. Bagi pihak akademisi

    Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi peneliti lain di bidang

    akuntansi untuk melakukan penelitian tidak hanya terbatas pada aspek

    financial perusahaan saja, melainkan juga dalam aspek sosial yang dapat

    menambah nilai perusahaan di mata masyarakat.

    2. Bagi pihak praktisi

    Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak perusahaan dalam

    memahami dan menerapkan prinsip-prinsip GCG dan untuk mengukur

    sejauh mana pengungkapan program CSR berdasarkan indeks ISR yang

    dilakukan oleh perusahaan.

    Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak

    eksternal perusahaan terkait program CSR yang diterapkan oleh perusahaan

    dan dapat menjadi nilai tambah di mata masyarakat / nasabah terkait

    pelaksanaan dan pengungkapan program CSR perusahaan.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1.Teori Stakeholder

    Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang

    memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat

    langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Reny dan Denies, 2012).

    Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya

    memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan

    dipengaruhi baik secara langsung mapun tidak langsung atas aktivitas serta

    kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan.

    Teori ini menunjukkan pengaruh yang dimiliki oleh perusahaan terhadap

    seluruh pemangku kepentingan, yaitu pemegang saham, investor, kreditor,

    pemasok, hingga rekan bisnis maupun pihak eksternal perusahaan yang memiliki

    kepentingan. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula kecenderungan

    perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdersnya

    (Sembiring, Rismanda, 2003). Menurut Syuhada (2012), teori stakeholder

    menjelaskan pengungkapan CSR perusahaan sebagai cara untuk berkomunikasi

    dengan stakeholders. Implikasinya adalah perusahaan akan secara sukarela

    melaksanakan CSR, karena pelaksanaan CSR adalah merupakan bagian dari peran

    perusahaan ke stakeholders. Teori ini jika diterapkan akan mendorong perusahaan

  • 11

    melaksanakan CSR. Dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari

    stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang

    harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis

    akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian

    perusahaannya (sustainability).

    Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang

    diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Fenomena

    seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative

    externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002).

    Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator

    ekonomi dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan

    faktor-faktor sosial terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal.

    2. Teori Legitimasi

    Gray et.al, (1996) dalam Hadi (2011) berpendapat bahwa legitimasi

    merupakan a system-oriented view of organisation and society, permits us to

    focus on the role of information and disclosure in the relationship between

    organizations, the state, individuals and group. Definisi tersebut mengisyaratkan

    bahwa legitimasi merupakan sistem pengolahan perusahaan yang berorientasi

    pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah individu dan

    kelompok masyarakat. Sedangkan ODonovan (2002) berpendapat bahwa

    legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat

    kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari

  • 12

    masyarakat. Dengan demikian legitimasi memiliki manfaat untuk mendukung

    keberlangsungan hidup suatu perusahaan (going concern).

    Legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan

    perusahaaan tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada

    dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju

    ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dapat tercancam.

    Terdapat kesenjangan legitimasi antara perusahaan dan stakeholders (ODonovan,

    2002). Kesenjangan tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti:

    a. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan masyarakat terhadap

    kinerja perusahaan tidak berubah.

    b. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat terhadap

    perusahaan telah berubah.

    c. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat berubah ke arah yang berbeda,

    atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda.

    Lindblom (1993) dalam Dowling dan Prefer (1975) mengatakan bahwa

    terdapat empat strategi legitimasi yang dapat diadopsi organisasi ketika mereka

    dihadapkan pada gangguan atas legitimasinya atau jika dipandang terdapat gap

    legitimasi. Dalam hal ini suatu organisasi dapat:

    a. Merubah outputnya, metode atau tujuan agar sesuai dengan harapan dari

    masyarakat yang relevan dan kemudian mereka menginformasikan perubahan

    ini kepada kelompok masyarakat tersebut.

  • 13

    b. Tidak mengubah output, metode ataupun tujuan, tapi mendemonstrasikan

    kesesuaian dari output, metode dan tujuan melalui pendidikan dan informasi.

    c. Mencoba untuk mengubah persepsi dari masyarakat dengan menghubungkan

    organisasi dengan simbol-simbol yang memilii status legitimasi yang tinggi.

    d. Mencoba untuk mengubah harapan masyarakat dengan menyesuaikan harapan

    mereka dengan output, tujuan, dan metode organisasi.

    Legitimasi perusahaan dimata stakeholder dapat dilakukan dengan integritas

    pelaksanaan etika dalam berbisinis serta meningkatkan tanggung jawab sosial

    perusahaan. Wibisono (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial

    perusahaan memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan,

    menjaga image dan strategi perusahaan. Terdapat beberapa upaya yang perlu

    dilakukan perusahaan dalam mengelola legitimasi agar efektif (Hadi, 2011), yaitu

    dengan cara:

    a. Melakukan identifikasi dan komunikasi dialog dengan publik

    b. Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan

    dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang perusahaan.

    c. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terkait dengan CSR.

    Dalam konteks ini CSR dipandang sebagai suatu kebijakan yang disetujui

    antara perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah

    masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk

    menggunakan sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk melakukan

    fungsi produksinya. Jadi dalam pelaporan CSR perusahaan harus mengikuti

  • 14

    aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Karena itu, CSR merupakan suatu

    kewajiban asasi perusahaan yang tidak bersifat sukarela. Namun harus diingat

    bahwa izin tersebut tidaklah tetap sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan

    dari perusahaan bergantung pada bagaimana perusahaan secara terus menerus

    berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan keinginan dan tuntutan dari

    masyarakat (Syuhada, 2012).

    3. Corporate Social Responsibility (CSR)

    a. Definisi Corporate Social Responsibility

    Sebagai satu konsep yang menjadi populer, Corporate Social Responsibility

    (CSR) belum memiliki batasan yang sepadan. Banyak ahli, praktisi dan peneliti

    belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi. Eklington (1997) dalam

    bukunya yang berjudul Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21th

    Century Business mengemukakan bahwa perusahaan yang menunjukkan tanggung

    jawab sosialnya akan memberikan perhatian pada kemajuan masyarakat,

    khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan hidup/bumi (planet), dan

    peningkatan kualitas perusahaan (profit). ( Mursitama, 2011).

    The world Business Council for Suitainable Development (WBCSD)

    mendefinisikan Corporate Social Responsibility. Continuing commitment by

    business to behave ethically and contributed to economic development while

    improving the quality of life of the workface and their families as well as of the

    local community and society at large (Hadi, 2011).

  • 15

    Definisi tersebut menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan

    (Corporate Social Responsibility) merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat

    dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi,

    yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut

    keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan

    masyarakat secara lebih luas.

    Sementara Bowman dan Haire (1976) dalam Faroek et al. (2005)

    mendefinisikan CSR secara luas sebagai including the concern for the impact of

    all of the corporations activities on the total welfare of society. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk

    komitmen perusahaan untuk dapat menyelaraskan kegiatan usahanya dengan

    kepentingan stakeholders serta berkontribusi dalam pengembangan ekonomi

    berkelanjutan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat dan alam di sekitar

    lingkungan perusahaan.

    b. Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

    Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang

    didasari atas tiga prinsip (Hadi, 2011), yaitu:

    1) Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan

    aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa

    depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber

    daya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan

    generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada

  • 16

    keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar

    tetap memperhatikan generasi masa datang.

    2) Accountability, adalah upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas

    aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktiivitas

    perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini

    menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal

    dan eksternal.

    3) Transparancy, merupakan prinsip yang penting bagi pihak eksternal.

    Transparansi berperan mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman,

    khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dan

    lingkungan.

    Perkembangan CSR semakin berkembang sampai saat ini, John Eklington

    (1997) dalam Wibisono (2007) mengemukakan konsep The Triple Bottom Line

    yang menyatakan bahwa perusahaan harus memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya

    memikirkan profit tapi juga harus memberikan kontribusi pada masyarakat

    (people) serta aktif dalam melestarikan lingkungan (planet).

    1) Profit. Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

    kegiatan usaha. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan

    ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

    Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan

    meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga

  • 17

    perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai

    tambah semaksimal mungkin.

    2) People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.

    Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu

    stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar

    sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan

    perusahaan. Maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat

    lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan

    manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Misalnya, pemberian beasiswa

    bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,

    serta penguatan kapasitas ekonomi lokal.

    3) Planet. Hubungan perusahaan dengan lingkungan adalah hubungan sebab

    akibat, dimana jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan akan

    memberikan manfaat kepada perusahaan. Sudah kewajiban perusahaan untuk

    peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati.

    Mislanya, penghijauan lingkungan hidup, perbaikan pemukiman, serta

    pengembangan pariwisata.

    c. Corporate Social Responsibility dalam Persepektif Islam

    Corporate Social Responsibility (CSR) dalam persepktif Islam menurut

    AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions

    adalah segala kegiatan yang dilakukan institusi finansial Islam untuk memenuhi

    kepentingan religius, ekonomi, hukum, etika dan discretionary responsibilities

  • 18

    sebagai lembaga finansial intermediary baik itu bagi individu maupun bagi

    institusi. Tanggung jawab religius yaitu kewajiban bagi institusi finansial Islam

    untuk mematuhi hukum Islam pada semua kegiatan operasionalnya. Tanggung

    jawab ekonomi yaitu kewajiban bank syariah untuk mematuhi kelayakan ekonomi

    secara efisien dan menguntungkan. Tanggung jawab hukum yaitu kewajiban

    institusi financial Islam untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di

    negara beroperasinya institusi tersebut. Tanggung jawab etika yaitu menghormati

    masyarakat, norma agama dan kebiasaan yang tidak diatur dalam hukum.

    Discretionary responsibilities mengacu pada ekspektasi yang diharapkan oleh

    pemegang saham bahwa institusi finansial Islam akan melaksanakan peran

    sosialnya dalam mengimplementasikan cita-cita Islam (Rizkiningsih, 2012).

    d. Pengungkapan Islamic Social Reporting

    Konsep CSR juga terdapat dalam ajaran Islam. Lembaga yang menjalankan

    bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi dasar

    Al Quran dan Sunah, sehingga menjadikan dasar bagi pelakunya dalam

    berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya (Sofyani et al, 2012).

    Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga bisnis yang menjalankan

    operasionalnya sesuai syariah. Dusuki dan Dar (2005) menyatakan bahwa pada

    perbankan syariah tanggung jawab sosial sangat relevan untuk dibicarakan

    mengingat beberapa faktor yaitu perbankan syariah berlandaskan syariah yang

    beroperasi dengan landasan moral, etika dan tanggung jawab sosial dan adanya

    prinsip atas ketaaatan pada perintah Allah dan khalifah.

  • 19

    Ada beberapa hal yang penting dalam social reporting menurut perspektif

    Islam yaitu pemahaman mengenai akuntabilitas, keadilan sosial, dan kepemilikan

    sosial (Maali, 2006). Ketiga hal ini sangat erat kaitannya dengan hubungan sosial

    diantara manusia. Islam menunjukkan bahwa akuntabilitas umat dipengaruhi oleh

    hubungan antara individu dan perusahaan dengan Allah SWT. Menurut konsep ini,

    pencipta dari segala sesuatu itu hanya Allah SWT semata dan segala sesuatu

    berasal dari Nya. Adanya konsep keesaan Allah SWT ini menegaskan bahwa

    dalam Islam segala sesuatu harus dipertanggung jawabkan hanya kepada Allah

    SWT dan segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan perintah Nya. Oleh

    sebab itu, seorang muslim melakukan kegiatan sosial dan membuat laporannya

    bukan untuk keuntungan finansial semata melainkan untuk tujuan yang lebih

    utama yaitu mendapatkan ridho Allah SWT.

    Keadilan sosial menurut Maali (2006) juga merupakan hal yang penting dalam

    Islamic Social Reporting (ISR). Keadilan yang dimaksud disini adalah berlaku

    adil kepada siapapun karena seorang muslim tidak boleh melakukan eksploitasi

    dan tindakan yang dapat merugikan sesama. Oleh sebab itu konsep keadilan sosial

    dalam kegiatan bisnis Islam termasuk keadilan kepada karyawan, pelanggan, dan

    seluruh anggota masyarakat.

    Konsep terakhir yang juga penting dalam ISR menurut Maali (2006) yaitu

    konsep mengenai kepemilikan. Islam mengakui kepemilikan individu, namun

    kepemilikan tersebut bukan kepemilikan yang absolut karena segala sesuatu di

    dunia ini adalah milik Allah SWT. Oleh sebab itu setiap pemilik bertanggung

  • 20

    jawab untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan perintah

    Allah SWT dan bertujuan untuk memberi manfaat kepada umat.

    Dalam teori pendukung adanya pengungkapan CSR seperti teori legitimasi

    dan teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan memberikan informasi CSR

    sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan masyarakt luas. Bahkan jika

    kegiatan organisasi telah sesuai dengan harapan masyarakat, legitimasi organisasi

    dapat terancam jika ia gagal untuk melakukan pengungkapan yang menunjukkan

    bahwa kegiatannya memang sudah sesuai dengan harapan masyarakat (Newson

    dan Deegan, 2002).

    Sama seperti ruang lingkup CSR secara konvensional, perusahaan yang

    operasionalnya berbasis pada hukum Islam dan prinsip syariah sudah seharusnya

    memiliki standar atau pedoman tersendiri dalam pengungkapan kegiatan CSR.

    Namun, pada kenyataannya belum ada standar pelaporan yang baku yang khusus

    dijadikan pedoman bagi entitas Islam dalam melakukan pengungkapan atas

    kegiatan CSR perusahaan. Othman et al. (2009) mencoba mengembangkan suatu

    indeks Islamic Social Reporting (ISR) berdasarkan hasil penelitian-penelitian

    sebelumnya terkait dengan poin-poin pengungkapan CSR dalam perspektif Islam.

    Penelitiannya didasarkan pada kebutuhan entitas Islam akan suatu standar

    pelaporan CSR yang dapat mengungkapkan secara penuh dan memiliki

    akuntabilitas sosial sesuai dengan konsep pengungkapan dalam perspektif Islam.

  • 21

    Menurut Meutia (2010), syariah enterprise theory mengajukan beberapa

    karakteristik terkait tema dan item yang diungkapkan dalam laporan tanggung

    jawab sosial perusahaan perbankansyariah.

    Karakteristik-karakteristik ini, adalah:

    1) Menunjukkan upaya memenuhi akuntabilitas vertikal terhadap Allah SWT

    dan akuntabilitas horizontal terhadap direct stakeholders, indirect

    stakeholders, dan alam.

    2) Menunjukkan upaya memenuhi kebutuhan material dan spiritual seluruh

    stakeholders, sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi konsep

    keseimbangan.

    3) Mengungkapkan informasi kualitatif dam kuantitatif sebagai upaya untuk

    memberikan informasi yang lengkap dan menyeluruh.

    Meutia (2010) mengatakan terdapat beberapa dimensi yang ditawarkan oleh

    syariah enterprise theory dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,

    terutama oleh perbankan syariah. Dimensi tersebut adalah akuntabilitas vertikal

    dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal ini, ditujukan hanya kepada

    Allah. Beberapa contoh item yang bertujuan menunjukkan akuntabilitas vertikal

    kepada Allah menurut syariah enterprise theory adalah adanya opini Dewan

    Pengawas Syariah dan adanya pengungkapan mengenai fatwa dan aspek

    operasional yang dipatuhi dan tidak dipatuhi beserta alasannya.

    Sedangkan akuntabilitas horizontal, ditujukan kepada tiga pihak, yaitu direct

    stakeholders, indirect stakeholders, dan alam. Pihak-pihak yang disebut direct

  • 22

    stakeholders menurut syariah enterprise theory adalah nasabah dan karyawan.

    Sedangkan pihak yang termasuk indirect stakeholders menurut syariah enterprise

    theory adalah komunitas. Beberapa item pengungkapan tanggung jawab sosial

    yang menunjukkan akuntabilitas horizontal kepada nasabah menurut syariah

    enterprise theory adalah adanya pengungkapan kualifikasi dan pengalaman

    anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS), laporan tentang dana zakat dan qardhul

    hasan serta audit yang dilakukan terhadap laporan tersebut, informasi produk dan

    konsep syariah yang mendasarinya, penjelasan tentang pembiayaan dengan skema

    Profit and Loss Sharing (PLS), dan penjelasan tentang kebijakan/usaha untuk

    mengurangi transaksi non-syariah di masa mendatang. Sedangkan, beberapa item

    yang mengungkapkan adanya akuntabilitas horizontal kepada karyawan menurut

    syariah enterprise theory adalah adanya pengungkapan mengenai kebijakan

    tentang upah dan renumerasi, kebijakan mengenai pelatihan yang meningkatkan

    kualitas spiritual karyawan dan keluarganya, ketersediaan layanan kesehatan dan

    konseling bagi karyawan, dan kebijakan non dikriminasi yang diterapkan pada

    karyawan dalam hal upah, training, dan kesempatan meningkatkan karir.

    Beberapa item yang menunjukkan akuntabilitas kepada indirect stakeholders,

    dalam hal ini komunitas, berdasarkan syariah enterprise theory. Item tersebut

    antara lain adanya pengungkapan tentang inisiatif untuk meningkatkan akses

    masyarakat luas atas jasa keuangan bank Islam, kebijakan pembiayaan yang

    mempertimbangkan isu-isu diskriminasi dan HAM, kebijakan pembiayaan yang

    mempertimbangka kepentingan masyarakat banyak, dan kontribusi yang dilakukan

  • 23

    untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di bidang agama, pendidikan, dan

    kesehatan. Sedangkan item pengungkapan yang menunjukkan akuntabilitas

    horizontal kepada alam menurut syariah enterprise theory adalah adanya

    pengungkapan tentang kebijakan pembiayaan yang mempertimbangkan isu-isu

    lingkungan, menyebutkan jumlah pembiayaan yang diberikan kepada usaha-usaha

    yang berpotensi merusak lingkungan dan alasan memberikan pembiayaan tersebut,

    dan usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran lingkungan pada pegawai.

    4. Good Corporate Governance

    a. Definisi Good Corporate Governance

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Yudha Pranata

    (2007), mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai sebagai seperangkat

    peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

    perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang

    kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

    kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

    mengendalikan perusahaan.

    Sementara itu, World Bank dalam (Anggraeni dan Silviana, 2012)

    mendefinisikan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu

    penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab

    yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah

    alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun

  • 24

    administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political

    framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

    Governance merupakan suatu sistem tata kelola perusahaan yang berisi peraturan-

    peraturan serta etika yang wajib dipenuhi untuk meningkatkan kinerja perusahaan

    sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemegang saham,

    pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

    pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya.

    b. Implementasi Good Corporate Governance

    Perbankan Syariah memiliki peraturan tersendiri mengenai pelaksanaan Good

    Corporate Governance, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor

    11/33/PBI/2009. Terbitnya peraturan ini diharapkan mampu memperkuat

    industriperbankan syariah menjadi industri yang sehat dan tangguh. Kemudian

    peraturan ini juga memperjelas bahwa pelaksanaan GCG di dalam industri

    perbankan syariah berbeda dengan pelaksanaan GCG di perbankan konnvensional,

    dimana pelaksanaan GCG perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah

    (Sharia compliance).

    Sharia Compliance merupakan ketaatan bank syariah terhadap prinsip-

    prinsip syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang yang beroperasi

    sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya

    mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara

    bermuamalat secara Islam (Antonio, 1999).

  • 25

    Prinsip Good Corporate Governance dalam Islam juga sesuai dengan yang

    dirumuskan oleh OECD maupun KNKG. Prinsip-prinsip tersebut adalah

    transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan keadilan.

    1) Transparansi

    Keakuratan juga menjadi prinsip penting dalam pelaksanaan Corporate

    Governance yang Islami. Informasi yang akurat dapat diperoleh jika sistem

    yang ada di perusahaan dapat menjamin terciptanya keadilan dan kejujuran

    semua pihak. Kondisi ini dapat dicapai jika setiap perusahaan menjalankan

    etika bisnis yang Islami dan didukung dengan sistem akuntansi yang baik

    dalam pengungkapan yang wajar dan transparan atas semua kegiatan bisnis.

    (Widiyanti, 2009).

    2) Akuntabilitas

    Akuntabilitas tidak hanya terbatas pada pelaporan keuangan yang jujur dan

    wajar, tetapi yang lebih mengedapankan esensi hidup manusia yang yaitu

    merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada Allah sebagai zat

    pemilik seluruh alam semesta. Konsep Islam yang fundametal meyakini

    bahwa alam dan seluruh isinya sepenuhnya milik Allah dan manusia

    dipercaya untuk mengelola sebaik-baiknya demi kemaslahatan umat

    (Widiyanti, 2009).

    3) Pertanggungjawaban

    Pertanggungjawaban keuangan perusahaan juga perlu disampaikan dalam

    bentuk pengungkapan yang jujur dan wajar atas kondisi keuangan perusahaan.

  • 26

    Sehingga pemegang saham dan stakeholder dapat mengambil keputusan yang

    tepat. Pelaporan keuangan yang benar dan akurat, juga akan mengahasilkan

    keakuratan dalam pembayaran zakat. Karena dari setiap keuntungan yang

    diperoleh muslim dalam kegiatan bisnisnya, setidaknya ada 2,5% yang

    menjadi hak kaum fakir miskin. Masalah zakat menjadi penting dalam

    perspektif Islam karena merupakan ciri diimplementasikannya Good

    Corporate Governance. Pengelolaan perusahaan yang baik tidak hanya

    bertujuan untuk memakmurkan manajemen dan pemegang saham, tetapi juga

    masyarakat di sekitar perusahaan tersebut khususnya kaum fakir dan miskin

    (Widiyanti, 2009).

    4) Independensi

    Independensi terkait dengan konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap

    berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus menghadapi risiko.

    5) Keadilan

    Prinsip pencatatan yang jujur, akurat dan adil juga telah diatur dalam Al

    Quran (2: 282). Al-Quran 2: 283 dan Al Quran 21: 47 juga menekankan

    bahwa pencatatan atas transaksi keuangan harus dilakukan dengan baik dan

    benar. Orang yang bertanggungjawab atas pencatatan harus dipilih mereka

    yang jujur dan adil. Sekali lagi, ini menunjukkan Islam menghendaki

    diselenggarakannya bisnis secara adil dan jujur bagi semua pihak (Widiyanti,

    2009).

  • 27

    Good Corporate Governance dalam prinsip syariah dijalankan tidak hanya

    sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik modal, tetapi

    lebih pada kebutuhan dasar setiap muslim untuk menjalankan syariat Islam secara

    utuh dan sempurna. Dengan dasar keyakinan kepada Allah maka Good Corporate

    Governance akan memotivasi transaksi bisnis yang jujur, adil dan akuntabel.

    Isfandayani (2012) menyatakan bahwa GCG mempunyai pilar-pilar

    mekanisme supaya sistem GCG efektif. Pilar-pilar tersebut adalah:

    1) Peran dan tanggung jawab DPS harus dioptimalkan untuk memberikan

    keyakinan bahwa seluruh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak

    melanggar kaidah-kaidah syariah.

    2) Bank syariah harus memiliki sistem pengawasan internal dan manajemen

    resiko yang tangguh untuk mendeteksi dan menghindari terjadinya salahkelola

    dan penipuan maupun kegagalan sistem dan prosedur pada bank syariah.

    3) Dalam konteks syariah, auditor eksternal tidak saja berperan untuk

    memberikan opini bahwa laporan keuangan bank telah disajikan secara wajar

    sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal juga harus

    bekerjasama dan mengorelasikan pekerjaannya dengan DPS dan auditor

    internal untuk mendapatkan keyakinan bahwa penyajian laporan keuangan

    telah memiliki tingkat pengungkapan dan transparansi yang memadai.

    4) Transformasi budaya korporasi yang Islami dan peningkatan kualitas SDM

    harus menjadi komitmen bagi manajemen bank syariah.

  • 28

    5) Perangkat hukum dan peraturan Bank Indonesia dan pasar modal yang sesuai

    dengan karakteristik bank syariah menjadi prasyarat guna terciptanya iklim

    pengawasan dan GCG yang sehat bagi perbankan syariah.

    c. Struktur Good Corporate Governance

    1) Dewan Komisaris

    Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) menyebutkan bahwa

    kepengurusan Perseroan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan yaitu

    Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang

    jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam

    anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan

    yang berlaku untuk hal ini adalah Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang

    Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa organ perusahaan terdiri dari RUPS,

    Direksi, dan Dewan Komisaris.

    Menurut Egon Zehnder (2000) dalam FCGI (2001), Dewan Komisaris

    merupakan inti dari corporate governance, yang ditugaskan untuk menjamin

    pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola

    perusahaan, dan mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Komisaris bersifat

    independen, mereka tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan dan diharapkan

    mampu melaksanakan tugasnya secara obyektif (Andayani. 2010).

    Dewan Komisaris memiliki wewenang untuk mengawasi dan memberikan

    petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Dengan wewenang yang dimiliki,

    Dewan Komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam menekan

  • 29

    manajemen untuk mengungkapkan CSR (Gray et al. dalam Anggraini, 2006).

    Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 memiliki ketentuan bahwa

    suatu Perseroan Terbatas paling sedikit memiliki dua anggota Dewan Komisaris.

    Terdapat dua sistem manajemen yang membedakan mekanisme pengawasan

    yang dilakukan oleh Dewan Komisaris yaitu (FCGI, 2001):

    a) Sistem satu tingkat atau One Tier System

    Sistem ini berasal dari sistem hukum anglo saxon, dalam sistem ini perusahaan

    hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi

    antara manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen

    yang bekerja dengan paruh waktu (Non Direktur Eksekutif). Negara-negara yang

    menganut One Tier System adalah Amerika Serikat dan Inggris.

    Gambar 2.1Struktur Board of Directors dalam One Tier System

    b) Sistem Dua Tingkat atau Two Tier System

    Sistem ini berasal dari sistem hukum kontinental Eropa. Dalam sistem ini

    perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas (Dewan

    Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Anggota Dewan Direksi

    diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan Komisaris).

    Dewan Komisaris terutama bertanggungjawab untuk mengawasi tugas-tugas

  • 30

    manajemen. Negara negara yang menganut sistem ini adalah Denmark, Jerman,

    Belanda, Jepang dan Indonesia.

    Gambar 2.2 Struktur Two Tiers System yang berkembang di Indonesia

    Secara umum Dewan Komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas

    pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini

    penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen

    laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya

    Dewan Komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan.

    Dewan Komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka Dewan Direksi

    bertanggungjawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada

    Dewan Komisaris (KNKG 2006).

    Dewan komisaris ada dua jenis yaitu Komisaris independen dan Komisaris non-

    independen. Komisaris independen merupakan Komisaris yang tidak berasal dari

    pihak terafiliasi, sedangkan Komisaris non-independen merupakan Komisaris yang

    terafiliasi yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan

    bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan

  • 31

    Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi

    dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka

    waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG 2006).

    Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota Dewan

    Komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang

    dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab

    sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk

    mengungkapkannya.

    2) Komite Audit

    Dewan Komisaris dapat membentuk komite-komite yang dapat membantu

    pelaksanaan tugasnya. Salah satunya adalah Komite Audit, yang memiliki tugas

    terpisah dalam membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya

    dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh (FCGI, 2002). Dalam Pedoman

    GCG Indonesia (KNKG, 2006) dijelaskan bahwa Komite Audit mempunyai tanggung

    jawab pada tiga bidang, yaitu:

    a) Laporan Keuangan (Financial Reporting), adalah untuk memastikan bahwa

    laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan ganbaran yang

    sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usahanya, serta rencana dan komitmen

    jangka panjang.

    b) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), adalah untuk memastikan

    bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang

    berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya

  • 32

    secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh

    karyawan perusahaan.

    c) Pengawasan perusahaan (Coprorate Control)

    Tanggung jawab Komite Audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di

    dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung

    risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang

    dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi

    pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengwasan

    intern.

    Selain itu, menurut KNKG (2006), jumlah anggota Komite Audit harus

    disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas

    dalam pengambilan keputusan. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen

    dan anggotanya terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan.

    Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntansi dan atau

    keuangan.

    d. Syariah Governance (Dewan Pengawas Syariah)

    Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009, Dewan Pengawas

    Syariah (DPS) adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada

    Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip syariah.

    Dewan Pengawas Syariah merupakan komponen yang hanya dimiliki oleh

    perusahaan yang dijalankan sesuai syariah Islam. Laporan DPS dibuat untuk

    meyakinkan stakeholder bahwa perusahaan telah menjalankan aktivitas operasinya

  • 33

    sesuai dengan prinsip syariah. Keberadaan pengawasan syariah dalam Bank Syariah

    merupakan penentu dalam pelaksanaan seluruh transaksi dan produk yang ditawarkan

    sesuai dengan peraturan dan prinsip Islam. Pentingnya keberadaan pengawasan

    syariah dalam bank syariah ini sama pentingnya dengan keberadaan corporate

    governance dalam suatu perusahaan. Menurut Bhatti dan Bhatti (2010) dalam

    Rahman dan Abdullah (2013), struktur corporate governance Islam dalam bank

    syariah serupa dengan struktur corporate governance konvensional. Dalam corporate

    governance Islam, praktik corporate governance dilakukan dengan pengawasan yang

    dilakukan oleh suatu dewan yang disebut dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

    Tugas dan Tanggung Jawab DPS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

    No.11/33/PBI/2009 pada pasal 46 dan 47. Pada pasal 46, Dewan Pengawas Syariah

    wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

    Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sebagaimana pada

    Pasal 47 meliputi antara lain :

    1) Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedomanoperasional

    dan produk yang dikeluarkan Bank.

    2) Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai denganfatwa

    Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

    3) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesiauntuk

    produk baru Bank yang belum ada fatwanya.

  • 34

    4) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah

    terhadapmekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan

    jasa bank.

    5) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank

    dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

    Farook et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor penentu

    pengungkapan CSR di bank-bank Islam memilih proxy keberadaan Sharia

    Supervisory Board (SSB) atau Dewan Pengawas Syariah sebagai atribut pengujian

    yang mewakili struktur shariah governance. Menurut pendapatnya, sejumlah bank

    Islam membentuk lembaga khusus pengawasan untuk membatasi perbedaan

    kepentingan antara investor Islam dengan pengelolaan bank syariah. Dewan

    Pengawas Syariah berfungsi untuk meyakinkan investor bahwa bank-bank Islam

    patuh pada hukum dan prinsip-prinsip syariah. Faroek et al. (2011) menambahkan

    dalam penelitiannya bahwa idealnya masyarakat mengharapkan Dewan Pengawas

    Syariah dapat mewakili hukum dan prinsip-prinsip Islam lebih dari manajemen.

    Sejauh mana keberadaan Dewan Pengawas Syariah mempengaruhi pengungkapan

    CSR tergantung pada fungsi Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan

    dari sudut pandang investor. Faktor penentu dari tingkat pengawasan tersebut yaitu:

    1) Keberadaan Dewan Pengawas Syariah

    Fungsi Dewan Pengawas Syariah sebagaimana yang dinyatakan oleh AAOIFI

    yaitu peran Dewan Pengawas Syariah dalam hal memberikan keyakinan kepada

    investor maupun stakeholder bahwa bank Islam dalam menjalankan kegiatannya telah

  • 35

    patuh pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip syariah seperti yang tercantum dalam

    Alquran dan hadits. Sifat kepatuhan terhadap hukum dan prinsip Islam tidak hanya

    dilihat dari kepatuhan dalam menerbitkan laporan syariah saja, namun juga lebih

    banyak terlibat dalam kegiatan CSR, termasuk pengungkapan CSR (Farook et al.

    2011).

    2) Jumlah Anggota Dewan

    Standar AAOIFI menyatakan bahwa jumlah minimum anggota Dewan

    Pengawas Syariah untuk persyaratan bank-bank syariah paling sedikit tiga anggota.

    Semakin besar jumlah anggota dalam sebuah Dewan Pengawas Syariah, semakin

    tinggi tingkat pengawasannya, maka menyiratkan semakin tinggi pula tingkat

    kepatuhan bank terhadap hukum dan prinsip syariah. DPS akan mampu

    mengalokasikan fungsinya dalam kelompok yang memiliki anggota lebih banyak,

    yang memungkinkan DPS untuk meninjau lebih banyak aspek dari kegiatan bank

    sehingga dapat memastikan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi. Salah satu aspek

    kepatuhan ini adalah pengungkapan CSR yang lebih luas. Selain itu, dengan jumlah

    anggota yang lebih besar, penyatuan ide-ide dan perspektif yang lebih beragam dapat

    berdampak pada aplikasi yang lebih baik dari hukum Islam, khususnya dalam hal

    pengungkapan. AAOIFI merekomendasikan bahwa sebaiknya anggota yang duduk

    dalam DPS berasal dari latar belakang profesi (AAOIFI, 2003).

    3) Kualifikasi Pendidikan

    Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa latar belakang pendidikan yang

    dimiliki oleh direktur atau anggota dewan dalam hal ini DPS juga memengaruhi

  • 36

    tingkat pengungkapan (Farook et al. 2011). Biasanya anggota DPS terdiri dari ahli

    hukum Islam yang mungkin tidak berpendidikan tinggi dalam studi sekuler (Farook

    et al, 2011). Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka dalam penerapan hukum-

    hukum dan prinsip-prinsip Islam secara menyeluruh dikarenakan kurangnya

    pengetahuan komersial praktis mereka. Oleh karena itu, para ahli dengan gelar doktor

    di bidang ekonomi dan bisnis dapat dikatakan memiliki informasi lebih baik

    mengenai implikasi Islam dalam lembaga keuangan, khususnya berkaitan dengan

    pengungkapan CSR (Farook et al, 2011).

    Tugas pokok dan concern utama dari DPS adalah dalam hal sharia compliant.

    Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa kompetensi yang dibutuhkan bagi DPS adalah

    keahlian dalam hal hukum Islam. Namun perlu disadari pula bahwa keahlian dalam

    bidang keuangan / perbankan juga diperlukan bagi DPS (Charles dan Chariri, 2012).

    Tentu akan sulit untuk menentukan (istimbat) mengenai halal atau haramnya suatu

    aktivitas atau bahkan produk bank, jika DPS hanya mengusai hukum Islam tanpa

    memahami praktik perbankan. Lebih lanjut Bakar (2002) dalam Farook et.al (2011)

    menyatakan bahwa idealnya penasehat syariah (anggota dewan) harus mempu

    memahami bukan saja isu-isu syariah tetapi juga isu-isu mengenai hukum dan

    ekonomi, karena isu-isu demikian saling melengkapi.

    GSFI No.1 tentang Dewan Pengawas Syariah : Penunjukkan, Komposisi, dan

    laporan, secara khusus pada paragraf kedua memberikan rekomendasi tentang

    komposisi keahlian DPS. Bank syariah harus menunjukkan dan mengangkat DPS

    dengan keahlian utama fiqh muamalah, namun hendaknya diangkat pula seseorang

  • 37

    yang ahli dalam bidang institusi keuangan Islam (ahli keuangan/perbankan) dengan

    pengetahuan fiqh muamalah. Dalam kaitan dengan pengungkapan CSR, diduga Bank

    Syariah dengan DPS yang memiliki kompetensi dalam bidang keuangan dan

    perbankan akan melakukan pengungkapan CSR dengan lebih baik.

    3) Reputasi Para Ahli

    Menurut Farook et al (2011) beberapa ahli syariah memiliki jumlah yang

    signifikan dalam hal pengetahuan tentang penerapan hukum Islam dalam institusi

    keuangan. Namun, kualifikasi yang mereka miliki mungkin belum diakui secara

    formal atau tidak berasal dari lembaga pendidikan sekuler. Hussain dan Mallin dalam

    (2003) dalam Farook et al. (2011) melaporkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi penunjukan direktur pada perusahaan di Bahrain adalah kemampuan

    yang relevan, pengalaman bisnis dan reputasi. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan

    bahwa reputasi sebagai proxy untuk pengetahuan industri dan oleh karena itu para

    ahli memiliki reputasi dengan tingkat pengetahuan tentang prinsip syariah dan bisnis

    yang relevan dan banyak menjadi perwakilan bagi Dewan Pengawas Syariah di

    lembaga keuangan dan perbankan syariah yang paham akan implikasinya pada

    perbankan syariah, khususnya berkaitan dengan pengungkapan CSR. Oleh karena itu,

    ahli yang memiliki reputasi lebih memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan CSR

    serta pengungkapan informasi CSR kemudian.

  • 38

    B. Keterkaitan Antar Variabel

    1. Ukuran Dewan Pengawas Syariah tingkat Pengungkapan CSR

    Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peran dalam pengungkapan CSR

    berdasarkan Islamic Social Reporting (ISR) perbankan syariah. Hal ini karena

    kepatuhan perusahaan terhadap prinsip syariah. Penelitian Farook dan Lanis (2005)

    menemukan bahwa Islamic Governance (sebagai proksi corporate governance di

    Bank Islam) terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung

    jawab sosial. Dalam variabel Islamic Governance tersebut dibahas mengenai jumlah

    Dewan Pengawas Syariah, dimana semakin banyak jumlah DPS dapat meningkatkan

    level pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Percy dan Stewart (2010)

    dalam Widayuni (2014) menjelaskan bahwa fungsi dan tugas Dewan Pengawas

    Syariah bisa dibagi antara anggota, sehingga memungkinkan anggota-anggota

    tertentu untuk fokus pada pelaporan perusahaan. Ukuran Dewan Pengawas Syariah

    dengan perspektif dan pengalaman yang beragam dapat mengakibatkan kepatuhan

    yang lebih baik terhadap hukum syariah pada pelaporan perusahaan. Berdasarkan

    uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

    H1 : Ukuran Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positf terhadap pengungkapan

    Corporate Social responsibility.

    2. Ukuran Dewan Komisaris dengan Pengungkapan CSR

    Dewan Komisaris berperan dalam mengawasi pelaksanaan bisnis perusahaan

    yang sedang dikelola oleh Dewan Direksi dengan sebaik-baiknya. Pada penelitian

    yang dilakukan oleh Said et al (2009) menemukan hubungan yang tidak signifikan

  • 39

    dari kedua variabel tersebut. Sementara itu dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Sembiring (2003) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara

    Dewan Komisaris dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini

    dikarenakan semakin besar ukuran Dewan Komisaris, maka akan semakin mudah

    untuk mengendalikan CEO (manajemen puncak) dan pengawasan yang dilakukan

    akan semakin efektif. Apabila dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab

    sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk

    mengungkapkannya.

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai

    berikut:

    H2 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

    3. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris dengan Pengungkapan CSR

    Dewan Komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan,

    memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Oleh karena itu Dewan Komisaris

    seharusnya dapat mengawasi kinerja Dewan Direksi sehingga kinerja yang dihasilkan

    sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Kemandirian Komisaris dalam

    pengertian bahwa Dewan Komisaris harus memiliki kemampuan untuk membahas

    permasalahan tanpa campur tangan manajemen, dilengkapi dengan informasi yang

    memadai untuk mengambil keputusan, dan berpartisipasi secara aktif dalam

    penetapan agenda dan strategi (Charles dan Chariri, 2012).

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Priantana dan Yustian (2011) menjelaskan

    bahwa komposisi dan intensitas rapat Dewan Komisaris berpengaruh signifikan

  • 40

    positif terhadap pengungkapan CSR. Menurut Zehnder (2000) dalam Charles dan

    Chariri (2012) menyatakan bahwa Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate

    Governance yang ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, dan

    mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam rangka menjalankan

    tugasnya, Dewan Komisaris mengadakan rapat-rapat rutin untuk mengevaluasi

    kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dewan Direksi dan implementasinya.

    Dalam rapat tersebut akan membahas masalah mengenai arah dan strategi

    perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen,

    dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002). Oleh karena itu, dengan

    semakin sering Dewan Komisaris mengadakan pertemuan, maka fungsi pengawasan

    terhadap manajemen menjadi semakin efektif. Dengan demikian diharapkan dengan

    semakin efektifnya fungsi pengawasan, maka pengungkapan CSR yang dilakukan

    perusahaan juga akan semakin luas.

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah

    sebagai berikut:

    H3 : Frekuensi rapat Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan

    CSR.

    4. Ukuran Komite Audit dengan Pengungkapan CSR

    Sembiring (2003) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan

    antara ukuran Komite Audit dengan pengungkapan tanggung jawab sosial

    perusahaan. Semakin besar ukuran Komite Audit maka pengungkapan tanggung

    jawab sosial perusahaan semakin luas. Hal ini dikarenakan semakin semakin besar

  • 41

    ukuran Komite Audit, maka peran Komite Audit dalam mengendalikan dan

    memantau manajemen puncak akan semakin efektif.

    Hasil yang sama juga diperoleh Murwaningsari (2009), bahwa Komite Audit

    mempengaruhi secara signifikan nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa

    Komite Audit juga dijadikan instrumen untuk meningkatkan luasnya pengungkapan

    Corporate Sosial Responsibility. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis

    penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

    H4 : Ukuran Komite Audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR.

    5. Frekuensi Rapat Komite Audit dengan Pengungkapan CSR

    Dalam menjalankan tugasnya Komite Audit melakukan rapat atau pertemuan

    untuk melakukan koordinasi agar dapat menjalankan tugas secara efektif dalam hal

    pengawasan laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan GCG

    perusahaan (FCGI, 2012). Dengan semakin sering mengadakan pertemuan, maka

    diharapkan koordinasi Komite Audit semakin baik dan dapat menjalankan tugasnya

    secara efektif.

    Penelitian Putri (2009) yang menemukan adanya hubungan antara jumlah

    pertemuan audit yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi laba

    perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering Komite Audit mengadakan pertemuan

    maka pengungkapan informasi laba perusahaan semakin tranparan. Dengan demikian,

    dengan lebih seringnya terjadi rapat atau pertemuan Komite Audit maka dapat

    menambah keefektifan pengawasan manajemen, penerapan prinsip-prinsip GCG oleh

  • 42

    perusahaan dan dapat mendukung peningkatan pengungkapan CSR. Berdasarkan

    asumsi tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

    H5 : Jumlah rapat Komite Audit berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

    CSR.

  • 43

    C. Penelitian Sebelumnya

    PENELITIAN SEBELUMNYA MENGENAI Islamic Governance(X1), Komposisi Dewan Komisaris(X2), Rapat

    Dewan Komisaris(X3), Komposisi Komite Audit(X4), Rapat Komite Audit(X5) dan Pengungkapan CSR(Y)

    Tabel 2.1

    Penelitian Sebelumnya

    No Peneliti /Judul/

    Sumber

    Metodologi Penelitian X1

    X2

    X3

    X4

    X5

    Y Hasil

    1. Charles, Chariri

    Analisis Pengaruh

    Islamic Corporate

    Governance

    Terhadap

    Pengungkapan

    Corporate Social

    Responsibility

    Diponegoro Journal

    Of Accounting, 2012

    Jenis penelitian: kuantitatif

    Sumber data: wawancara dan observasi

    Sampel: 10 bank syariah dengan observasi 50

    laporan tahunan

    Tahun data: 2006-2010

    Metode analisis: Regresi Linier Berganda

    Variable lainnya:-

    v

    V v V V v

    Ukuran Dewan Komisaris,

    rapat Dewan Komisaris, ukuran

    Komite Audit, secara bersama-

    sama mempengaruhi

    pengungkapan CSR hanya

    sebesar 55%. Dengan demikian

    faktor-faktor karakteristik GCG

    tersebut diatas masih belum

    dapat meningkatkan mekanisme

    pengawasan dengan baik untuk

    mendorong pengungkapan CSR

    secara luas.

    Bank Syariah cenderung melakukan pengungkapan CSR

    dalam hal yang mendukung

    image positif perusahaan dan

    cenderung tidak

    mengungkapkan informasi yang

    dapat menimbulkan efek

    negatif. Mereka banyak

    mengungkapkan kegiatan sosial,

    43

    Bersambung ke halaman selanjutnya

  • 44

    Tabel 2.1 (Lanjutan)

    Peneliti /Judul/

    Sumber

    Metodologi Penelitian X1

    X2

    X3

    X4

    X5

    Y

    Hasil

    amal, zakat, dan sebagainya.

    Sebaliknya, informasi yang

    berguna untuk pemakai laporan

    tahunan tetapi dapat

    menimbulkan efek negatif,

    seperti potensi perusakan

    lingkungan yang dilakukan

    perusahaan cenderung tidak

    diungkapkan.

    Ukuran dewan komisaris dan rapat komite audit berpengaruh

    positif dengan tingkat

    pengungkapan CSR, sedangkan

    rapat dewan komisaris dan

    ukuran komite audit memiliki

    koefisien negatif.

    2.

    Isfandayani

    Pengawasan

    Perbankan Syariah

    untuk Optimalisasi

    Good Corporate

    Governance melalui

    Islamic Corporate

    Identity

    Jenis penelitian: kualitatif

    Sumber data: Annual report dari masing-

    masing Bank syariah,

    media cetak, dan BI.

    Sampel: 11 bank yang terdaftar dalam Bank

    Usaha Syariah

    v v Terdapat beberapa bank yang

    sangat minim dalam

    mengaplikasikan akad dalam

    produk banknya (Maybank

    Syariah, Ba