Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

6
Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial Aldresto Asront Haposan Nababan 1 21100113140092 1 Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia Abstrak Pemanasan global atau Global Warming adalah peningkatan suhu udara di permukaan Bumi dan di lautan yang dimulai sejak abad ke-20 dan diprediksikan terus mengalami peningkatan. Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Dampak apa sajakah bagi manusia yang dapat diakibatkan oleh pemanasan global itu ?Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Dampak pemanasan globalPara ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Keyword : Bentang Alam Glasial, Gletser, Global Warming. Pendahuluan Bentang alam Glasial merupakan bentang alam yang terdapat didaerah kutub utara yang merupakan hasil dari pembentukan salju yang kemudian terkompaksi menjadi gletser. Dan bentuk lahan dari gletser tersebut sangat luas dan panjang sehingga jika gletser

Transcript of Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

Page 1: Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

Aldresto Asront Haposan Nababan1

211001131400921Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Abstrak

Pemanasan global atau Global Warming adalah peningkatan suhu udara di permukaan Bumi dan di lautan yang dimulai sejak abad ke-20 dan diprediksikan terus mengalami peningkatan. Pemanasan global  adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.  Dampak apa sajakah bagi manusia yang dapat diakibatkan oleh pemanasan global itu ?Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Dampak pemanasan globalPara ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Keyword : Bentang Alam Glasial, Gletser, Global Warming.

Pendahuluan

Bentang alam Glasial merupakan bentang alam yang terdapat didaerah kutub utara yang merupakan hasil dari pembentukan salju yang kemudian terkompaksi menjadi gletser. Dan bentuk lahan dari gletser tersebut sangat luas dan panjang sehingga jika gletser ini mengalami pencarian secara keseluruhan maka air yang ada di muka bumi akan meningkat sangat besar dan kemungkin sebagian daratan bumi akan tertutupi oleh air hasil pencairan dari gletser tersebut. Tujuan dari analisi ini adalah membahas apa pengaruh dan dampak yang diterima pada saat gletser tersebut mencair dan latar belakangnya sendiri itu ialah hasil pengaruh dari apa yang kita lihat yang kita lihat saat ini.

Tinjau Pustaka

Bentang alam glasial adalah bentang

alam yang berhubungan dengan proses glasial,

dimana proses glasial itu tenaga yang

berpengaruhnya adalah Gletser  . Menurut flint

(1957) gletser adalah massa es dan tubuh es

yang terbentuk karena rekristalisasi dari salju

dan lelehan air yang secara keseluruhan atau

sebagian teletak dalam suatu lahan dan

memberikan kenampakan tersendiri, yaitu

suatu bentukan gerakan

Geologi Regional

Garis Lintang menandakan perbedaan

zona iklim di bumi. Daerah diantara garis

Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER

dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU –

23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di

sanalah sepanjang waktu matahari bersinar

Page 2: Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2

musim yaitu musim panas dan penghujan.

Sementara daerah antara 23,27o LU dan

66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS

disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat

terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim

gugur, musim dingin, dan musim semi.

Sementara di daerah dekat Kutub utara dan

selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa

dimana dalam satu hari tidak muncul matahari,

atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu

bersinar (dikenal dengan istilah matahari

tengah malam).

Metodologi

Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan!NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.

Deskripsi

Air di perairan kutub utara mengalami peningkatan temperatur yang signifikan. Perubahan ini menyebabkan es di kawasan tersebut meleleh dalam jumlah besar.

Ilmuwan University of Colorado yang melakukan penelitian di Selat Fram yang terletak di antara Greenland dan kepulauan Svalbard mendeteksi kenaikan temperatur sekira 2 derajat Celsius dibandingkan 100 tahun lalu. Kenaikan itu turut mempengaruhi melelehnya es di lautan kutub utara.

Untuk mengetahui perubahan temperatur tersebut, para ilmuwan harus mengebor endapan di dasar laut. Langkah itu dilakukan karena data temperatur laut yang ada hanya tercatat hingga 150 tahun ke belakang. Sementara endapan di dasar laut menyimpan plankton sampai dengan dua ribu tahun lalu yang dapat dianalisis kandungan kimianya.

Berdasarkan spesies yang terdapat dalam endapan dan evaluasi kimia terhadap kandungan magnesium dan kalsium--mineral yang membentuk kulit atau tempurung suatu organisme yang jumlahnya sangat tergantung temperatur air--ilmuwan dapat menentukan perubahan temperatur sejak dua ribu tahun lalu sampai saat ini.

Hasil analisis menunjukkan telah terjadi peningkatan temperatur yang signifikan. Di Masa kekaisaran Romawi, sekira dua ribu tahun lalu, temperatur air lautan kutub utara rata-rata 3,4 derajat Celsius. Sementara temperatur saat ini tercatat 5,2 derajat celsius yang bisa melonjak sampai 6 derajat celsius di musim panas.

Akibatnya, ketebalan lapisan es terus berkurang. Menurut catatan pusat data salju dan es University of Colorado pada tahun 2009, permukaan es kutub utara telah menyusut hingga ke titik terendah. Selama tahun 1979 sampai tahun 2009 lapisan es yang hilang mencapai ukuran seluas Alaska.

Berkurangnya lapisan es sebelumnya selalu dikaitkan dengan menghangatnya temperatur atmosfer. "Namun ternyata air bertemperatur lebih hangat yang mengalir ke perairan kutub utara juga berkontribusi terhadap melelehnya lapisan es," kata Robert Spielhagen, paleoceanographer dari Leibniz Institute yang memimpin studi tersebut, kepada OurAmazingPlanet.

Pembahasan

Pada tanggal 5 Juni 2007, negara-negara seluruh dunia umumnya memperingatnya sebagai Hari Lingkungan

Page 3: Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

Hidup. Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change) belum menjadi mengedepan dalam kesadaran multipihak. Pemanasan global (global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif). Tidak banyak memang yang memahami dan peduli pada isu perubahan iklim. Sebab banyak yang mengatakan, memang dampak lingkungan itu biasanya terjadi secara akumulatif. Pada titik inilah masalah lingkungan sering dianggap tidak penting oleh banyak kalangan, utamanya penerima mandat kekuasaan dalam membuat kebijakan.

Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang tahun ini tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepatyang rusak hutannya.

Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC). Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB. Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan

melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timurbisa kita rasakan adalah Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan kaki Gunung Semeru. Atau kota-kota lain seperti Bogor Jawa Barat, Ruteng Nusa Tenggara, adalah daerah yang dulunya dikenal dingin tetapi sekarang tidak lagi.

Meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Selain itu, ratusan desa di pesisir Jatim terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, indikatornya serasa makin dekat saja jika kita tengok naiknya gelombang pasang di minggu ketiga bulan Mei 2007 kemarin. Mulai dari Pantai Kenjeran, Pantai Popoh Tulungagung, Ngeliyep Malang dan pantai lain di pulau-pulau di Indonesia.

Kesimpulan

Menurut Hasil analisi yang saya deskripsikan bahwa pengaruh dari global warming terhadap bentang alam glasial yang ada di ktutub utara dan selatan sangat bergaruh besar dengan keadaan iklim yang ada di dunia sehingga iklim yang ada saat ini berubah total dan musim-musim yang terjadi sejarang sudah susah untuk diprediksikan. Dan dilihat dari hasil peneitian dari beberapa sumber bahwa gletser yang ada dikutub utara saat ini sudah

Page 4: Analisis Pengaruh Global Warming Terhadap Bentang Alam Glasial

mulai mencair dan semakin menipis itu diakibat oleh pengaruh dan faktor dari globa warming tersebut. Jadi jika es tersebut mencair maka keadaan kita akan semakin memburuk. Diharapkan kita dapat mengurangi global warming tersebut agar generasi kita berikutnya tidak semakin bahaya akan mencairnya gletser tersebut.

Refrensi

1. http://opalgalaxie.blogspot.com/ 2010/08/ips-letak-astronomis-geografis-dan.html (diakses pukul 17.00 , 16 mei 2014)

2. http://savegreenearth.wordpress.com/2010/11/07/global-warming-dampak-pemanasan-global-bagi-manusia/( diakses pukul 17.00 , 16 mei 2014 )

3. http://www.alpensteel.com/article/ 108-230-pemanasan-global/1589--efek-global-warming-terhadap-perubahan-iklim ( diakses pukul 17.03, 16 mei 2014)

4. http://forum.kompas.com/green- global-warming/263485-kenapa-es-di-kutub-utara-mencair-lebih-cepat.html ( diakses pukul 17.05 , 16 mei 2014 )

5. http://www.apasih.com/2011/02/efek-global-warming-temperatur-air-di.html 9 ( diakses pukul 17.10, 16 mei 2014 )

Lampiran

Gambar 1. Gletser Di Kutub Utara

Gambar 2. Gletser Dikutub Utara