Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Motor Suzuki Smash Di Kota Semarang...
-
Upload
aji-setyobudi -
Category
Documents
-
view
7.346 -
download
10
Transcript of Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Motor Suzuki Smash Di Kota Semarang...
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut
perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi terhadap cara mereka melayani
konsumennya, menangani pesaing, dan mengeluarkan produk. Persaingan yang
ketat menuntut perusahaan untuk semakin inovatif dalam mengeluarkan produk
yang sekiranya disukai konsumen. Tanpa inovasi, produk suatu perusahaan bisa
tenggelam dalam persaingan dengan produk-produk lain yang semakin memenuhi
pasar. Di lain pihak konsumen juga semakin kritis terhadap apa yang mereka
terima dan harapkan dari sebuah produk. Jika ternyata tidak sesuai dengan
harapan pelanggan, perusahaan tidak hanya akan kehilangan kepercayaan
pelanggan tetapi juga berpotensi akan kehilangan pelanggan potensial. Pelanggan
yang puas akan terus melakukan pembelian; pelanggan yang tidak puas akan
menghentikan pembelian produk bersangkutan dan kemungkinan akan
menyebarkan berita tersebut pada orang lain (Setiadi, 2003, p.16). Untuk
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar maka perusahaan juga
harus mempelajari perilaku konsumennya.
Memahami konsumen adalah elemen penting dalam pengembangan
strategi pemasaran (Peter et al, 1999, p.10). American Marketing Association
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh
1
2
dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan
aspek pertukaran dalam hidup mereka”. Perilaku konsumen memberikan
informasi mengenai berbagai fakta tentang perilaku berbelanja (Setiadi, 2003,
p.8), misalnya dalam membeli suatu produk para konsumen memiliki berbagai
sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap
relevan dan penting (Kotler, 2005, p.226) . Mereka akan memberikan perhatian
lebih besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Atribut-atribut
ini kemudian akan berperan dalam evaluasi keputusan pembelian. Atribut produk
juga memberikan positioning yang jelas terhadap suatu produk. Chandra (1999,
p.123) meneliti apakah atribut produk berpengaruh terhadap strategi positioning
pemasaran real estate di Surabaya, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa atribut
produk merupakan salah satu faktor utama dalam strategi positioning produk.
Proses pengambilan keputusan dibagi kedalam tiga jenis yaitu
pengambilan keputusan yang luas, pengambilan keputusan yang terbatas, dan
pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan. Proses pengambilan keputusan
yang luas terjadi untuk kepentingan khusus bagi konsumen atau untuk
pengambilan keputusan yang membutuhkan tingkat keterlibatan yang tinggi,
misalnya pembelian produk-produk mahal, mengandung nilai prestis, dan
dipergunakan untuk waktu yang lama (Fandi Tjiptono, 1997, p 21), salah satunya
adalah keputusan pembelian motor.
Industri sepeda motor merupakan industri yang sedang tumbuh pesat di
Indonesia belakangan ini. Besarnya minat masyarakat Indonesia untuk memiliki
kendaraan roda dua dipengaruhi banyak faktor. Menurut Ketua AISI, Ridwan
3
Gunawan, semua itu dipicu oleh kebutuhan akan alat transportasi pribadi yang
cukup tinggi. Ini sebagai dampak masih belum memadainya sarana transportasi
umum di Indonesia. Selain itu, sepeda motor adalah kendaraan yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat. Dilihat dari harganya, sepeda motor jauh lebih
murah dan terjangkau masyarakat Indonesia dibandingkan kendaraan roda empat,
harganya relatif tidak beranjak naik. Komponen sepeda motor yang lebih dari
90% dibuat lokal, membuatnya sangat fleksibel terhadap perubahan harga.
Kenaikan harga minyak bumi juga tidak mempengaruhi penjualan motor karena
membuat masyarakat mencari sarana transportasi yang berharga terjangkau dan
efisien bahan bakar (Media Motor, 2008). Kondisi ini ditunjang dengan cara
kepemilikan sepeda motor yang semakin mudah. Dengan uang muka di bawah Rp
1.000.000, masyarakat pun sudah bisa memiliki sepeda motor. Kemudian cicilan
yang bisa diangsur sampai 48 bulan membuat kepemilikan sepeda motor semakin
tinggi di Indonesia.
Rasio kepemilikan sepeda motor dibandingkan mobil bisa diungkap
dengan melihat data Asean Region Road Safety Strategy and Action Plan, seperti
tercantum dalam situs ADB (Asian Development Bank) cukup tinggi. Indonesia
berada pada posisi ketiga dengan angka 75,2% setelah Vietnam dan Laos.
Vietnam yang dijuluki negara sepeda motor memiliki angka rasio sangat tinggi
yaitu sebesar 94,4% diikuti Laos dengan angka 80%. Indonesia mengalahkan
Malaysia, Singapura, dan Thailand soal kepemilikan sepeda motor ini. Bahkan
Indonesia sudah menjadi negara ketiga terbesar dalam pasar sepeda motor dunia,
4
setelah Cina menjual 12 juta unit dan India sekitar 5 juta unit
(www.serayamotor.com, 2002).
Dari seluruh penjualan motor di Indonesia dapat diketahui penjualan
motor nasional didominasi oleh pabrik motor dari Jepang. Pada dasarnya pangsa
pasar utama masih dikuasai oleh 4 perusahaan motor yaitu Honda, Yamaha,
Suzuki, dan Kawasaki. Dalam beberapa tahun Honda dapat mempertahankan
keunggulannya namun pesaing seperti Yamaha mampu mengejar selisih penjualan
per unit-nya dari Honda.
Dilihat dari jenis-nya pasar sepeda motor Indonesia terbagi menjadi 3
yaitu, motor matik, cub, dan sport. Namun yang paling dominan penjualannya
adalah motor cub, salah satu faktornya karena motor cub lebih mudah dikendarai
dan cocok digunakan oleh siapa saja. Pabrikan motor yang tergabung dalam AISI
(Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Kymco, dan Piaggio) memproduksi ketiga
jenis motor tersebut, kecuali Kymco dan Piaggio yang lebih fokus ke pasar motor
skutik atau skuter. Sementara pabrikan pendatang baru dari India yaitu Bajaj
konsisten hanya pada pasar motor sport.
5
Gambar 1.1
Pangsa Pasar Sepeda Motor Menurut Jenisnya
75%
6%
19%
Pangsa Pasar Sepeda Motor In-donesia
Motor Bebek Sport Skutik
Sumber : AISI Januari-Mei 2008
Pada tahun 2008 penjualan motor cub masih mendominasi. Namun, pada
awal tahun 2009 porsi sepeda motor cub terhadap total pasar nasional turun
menjadi 50% per Februari 2009, pangsa pasar motor skutik naik sebesar 33%,
pangsa pasar sepeda motor sport juga naik sekitar 8-9 persen dari total pasar
sepeda motor di negeri ini.
Suzuki sebagai salah satu produsen motor dengan pangsa pasar terbesar
ketiga di Indonesia berusaha mengejar ketertinggalannya dari pesaingnya seperti
Yamaha dan Honda. Suzuki mengeluarkan berbagai jenis motor di segmen yang
berbeda. Dalam segmen motor cub Suzuki mengeluarkan tiga produk yaitu Suzuki
Shogun dengan CC 125, Smash dengan CC 110, dan cub sport Satria Fu. Di
segmen sport Suzuki Thunder berusaha mengimbangi Honda Tiger dan Yamaha
6
Vixion. Sedangkan di segmen skutik Suzuki mengeluarkan 3 produk, yaitu Spin,
Skydrive, dan Skywave. Dengan desain produk yang semakin inovatif, Suzuki
menargetkan segmen konsumen mereka adalah generasi muda.
Tabel 1.1
Penjualan Motor Suzuki Tahun 2004-2009 (unit)
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Semester 1 (2009)
Penjualan nasional
3.900.664 5.074.204 4.427.835 4.688.261 6.214.284 2.534.351
Penjualan Suzuki
844.235 1.091.962 596.041 637.031 794.622 198.117
Pangsa Pasar 21.2% 21.52% 12.85% 13.59% 12.79% 7.82%
Sumber : Kontan Weekly 31 Juli 2009
Dengan berbagai varian produk baru yang diluncurkan dan promosi yang
gencar, Suzuki tetap tidak mampu menaikkan market share-nya selama ini. Dari
data diatas terlihat kinerja penjualan Suzuki jatuh tahun 2006 dan sampai sekarang
tidak mampu mengembalikan tingkat penjualannya seperti tahun 2005. Bahkan
market share Suzuki turun lagi tahun 2008 walaupun penjualannya naik dibanding
tahun lalu. Hal ini menunjukkan meskipun Suzuki mampu menaikkan angka
penjualannya namun para pesaing juga meningkatkan angka penjualannya.
Dari berbagai macam produk yang dikeluarkan, Suzuki Smash merupakan
produk andalan Suzuki Motor. Untuk tahun 2008 66% dari seluruh tipe yang
terjual ditopang oleh penjualan Suzuki Smash (www.kabarbisnis.com, 6 April
7
2009). Karena dominannya penjualan Suzuki Smash maka penelitian ini
memfokuskan pada keputusan pembelian Suzuki Smash.
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian, terutama keputusan pembelian motor Suzuki Smash.
Penelitian ini berjudul “ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOTOR SUZUKI SMASH”
1.2 Rumusan Masalah
PT Indomobil Sukses Internasional selaku agen tunggal pemegang merek
Suzuki cukup responsif dalam memahami keinginan konsumen yang berbeda-
beda dengan memproduksi motor di semua segmen. Namun, dengan berbagai
varian yang dipasarkan di Indonesia selama 5 tahun belakangan ini penjualan
Suzuki tertinggal dari pesaingnya, ini ditunjukkan dengan merosotnya pangsa
pasar Suzuki dibandingkan pesaing. Jika permasalahan ini tidak segera
diantisipasi oleh Suzuki Indonesia maka dikhawatirkan brand Suzuki sebagai
merek motor yang berkualitas akan terpengaruh.
Dari rumusan masalah diatas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan pembelian?
2. Bagaimana pengaruh merek terhadap keputusan pembelian?
3. Bagaimana pengaruh kualitas terhadap keputusan pembelian ?
8
4. Bagaimana pengaruh ciri/ keistimewaan terhadap keputusan pembelian?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian.
2. Menganalisis pengaruh merek terhadap keputusan pembelian.
3. Menganalisis pengaruh kualitas terhadap keputusan pembelian.
4. Menganalisis pengaruh ciri/keistimewaan terhadap keputusan pembelian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan kepada PT Indomobil
Sukses Internasional selaku ATPM Suzuki. mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan pembelian motor Suzuki .
Bagi kalangan akademik diharapkan penelitian ini bisa menambah
referensi akademis terutama mengenai atribut-aribut apa yang mempengaruhi
keputusan pembelian motor.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah suatu pola dalam menyusun karya ilmiah
untuk memperoleh gambaran secara garis besar bab demi bab. Sistematika
penulisan ini dimaksudkan memudahkan pembaca dalam memahami isi dari
9
penelitian ini. Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan perincian sebagai
berikut.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan landasan teori yang digunakan
sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka
penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai variabel penelitian dan
definisi operasional, penentuan sampel penelitian, jenis dan sumber data
yang diperlukan, metode pengumpulan dan metode analisis data
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini akan menguraikan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis
data, dan pembahasan atas hasil pengolahan data.
Bab V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
serta saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan dan pihak-pihak
lain yang membutuhkan.
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Olson, 1996, p.162). Dalam proses
dari pengambilan keputusan pembelian, konsumen dihadapkan dengan berbagai
pilihan alternatif, berbagai macam pertimbangan baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar konsumen sebelum menentukan pilihan konsumen. Dengan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, perusahaan
dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat.
2.1.1.1 Peran Pembelian
Peran pembelian (Kotler, 2005, p.220) ada lima. Pertama adalah pencetus
yaitu orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau
jasa. Pemberi pengaruh yaitu orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi
keputusan. Pengambil keputusan yaitu orang yang mengambil keputusan
mengenai setiap komponen keputusan pembelian. Pembeli adalah orang yang
melakukan pembelian sesungguhnya. Pemakai adalah seseorang yang
mengkonsumsi atau menggunakan produk dan jasa tertentu. Dalam peran
pembelian satu orang terkadang menjalankan lebih dari 1 peran sekaligus.
11
2.1.1.2 Perilaku Pembelian
Henry Assael (dikutip oleh Kotler, 2005, p.221) membedakan empat jenis
perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan antar merek. Pertama adalah perilaku pembelian yang rumit,
konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat
terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan yang besar antar
merek. Perilaku ini lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, beresiko,
dan sangat mengekspresikan diri.
Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan, konsumen sangat terlibat
dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Jika konsumen
menemukan perbedaan kecil maka konsumen akan memilih berdasarkan harga
dan kenyamanan. Perilaku pembelian karena kebiasaan, produk dibeli dalam
keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada perbedaan antar merek
yang signifikan. Perilaku pembelian mencari variasi, Keterlibatan konsumen
rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan, dalam situasi ini konsumen sering
melakukan perpindahan merek.
2.1.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
1. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Setiap orang mendapatkan seperangkat nilai,
persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang
melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya. Setiap
12
kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :
Kelompok Nasionalisme, Kelompok Keagamaan, Ras, dan Area
Geografis. Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif
homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarkhi dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang
serupa.
2. Faktor Sosial
Kelompok Referensi terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang. Kelompok tersebut antara lain a) Kelompok primer yaitu yang
memiliki tingkat interaksi yang berkesinambungan b) Kelompok sekunder
yang memiliki tingkat interaksi kurang bersinambungan dan cenderung
resmi c) Kelompok aspirasi yaitu kelompok yang seseorang ingin menjadi
anggotanya d) Kelompok diasosiatif yaitu kelompok yang nilai atau
perilakunya tidak disukai oleh individu. Dalam kehidupan pembeli ada dua
keluarga yaitu a) Keluarga orientasi yaitu orang tua seseorang b) Keluarga
prokreasi yaitu pasangan-pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga
merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam
suatu masyarakat. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok
selama hidupnya, posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat
diidentifikasikan dalam peran dan status.
13
3. Faktor Pribadi
Umur dan tahapan dalam siklus hidup, orang-orang dewasa biasanya
mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka
menjalani hidupnya. Pekerjaan, Para pemasar berusaha mengidentifikasi
kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata
terhadap produk dan jasa tertentu. Keadaan ekonomi, terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan , tabungan dan hartanya, kemampuan
untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.
Gaya hidup, adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan
dan minat dan pendapat seseorang. Kepribadian adalah karakteristik
psikologi yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya
terhadap lingkungan yang relatif konstan.
4. Faktor-faktor Psikologis
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk
bertindak, suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga ia
mencapai tingkat intensitas yang memadai. Persepsi adalah proses
bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi dan
menginterprestasi masukan – masukan informasi untuk menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Pengetahuan, Teori pembelajaran
mengajarkan pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas
sebuah prodak dengan mengaitkannya dengan dorongan yang kuat,
menggunakan petunjuk yang memberikan motivasi dan memberikan
penguatan positif. Keyakinan dan sikap, keyakinan adalah pemikiran
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku pasca pembelian
14
deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sikap adalah evaluasi,
perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan
dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.
2.1.1.4 Tahap-tahap proses pengambilan keputusan.
Gambar 2.1
Proses Pengambilan Keputusan
Sumber : Kotler, 2005, p.224
Proses Pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan
yang dihadapi oleh seseorang, kebutuhan tersebut dapat disebabkan rangsangan
internal maupun eksternal. Jika suatu kebutuhan diketahui, maka konsumen akan
memahami adanya kebutuhan yang segera dipenuhi atau masih ditunda
pemenuhannya. Tahap ini adalah proses pembelian mulai dilakukan. Selanjutnya
15
konsumen akan mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk
memecahkan masalah, atau mengaktifkan pengetahuan dari ingatan. Ada dua level
rangsangan, situasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian, orang
hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Level selanjutnya adalah
masuk ke pencarian informasi secara aktif. Sumber informasi ini berasal dari
pribadi, komersial, publik, dan pengalaman.
Tahap selanjutnya adalah evaluasi alternatif. Konsep pertama dari evaluasi
alternatif adalah konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, kedua konsumen
mencari manfaat tertentu dari suatu produk, ketiga konsumen memandang
masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan berbeda-
beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Para konsumen memiliki sikap-sikap yang berbeda dalam memandang berbagai
atribut yang dianggap relevan dan penting. Pada tahap ini konsumen membentuk
preferensi atas merek-merek yang ada di kumpulan pilihan.
Sebelum terjadinya keputusan pembelian terdapat niat pembelian yang
muncul diantara keputusan pembelian dan evaluasi alternatif. Dalam
melaksanakan niat pembelian, konsumen membuat lima sub keputusan
pembelian : Keputusan Merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas,
keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran. Niat pembelian tidak selalu
mempengaruhi keputusan pembelian karena adanya sikap orang lain dan faktor
situasi yang tidak terantisipasi. Sikap orang lain dapat berupa pengaruh dari
keluarga, teman, ulasan produk di internet, dan lain-lain. Sedangkan situasi tidak
terantisipasi dapat berasal dari faktor-faktor eksternal.
16
Perilaku pasca pembelian sangat dipengaruhi oleh kepuasan/ketidakpuasan
yang dialami pelanggan. Setiap perusahaan ingin memiliki pelanggan yang puas
karena pelanggan yang puas memiliki probabilitas lebih tinggi untuk membeli
produk lagi. Sedangkan pelanggan yang tidak puas akan merugikan perusahaan
karena harus menghadapi komplain atau turunnya kredibilitas merek tersebut
dipasaran.
2.1.2 Atribut Produk
Definisi produk menurut Stanton ( 1993, p. 222 – 223 ), adalah
“Sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata didalamnya sudah tercakup
warna, kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik, serta pengecer yang
mungkin diterima oleh pembeli sebagai suatu yang bisa memuaskan
keinginannya.” Pengertian atribut adalah ciri spesifik atau karakteristik fisik
tertentu yang dirancang dalam sebuah produk atau jasa. Pengertian atribut produk
adalah “Unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan” (Tjiptono, 1997, p.103).
Pemahaman mengenai atribut produk sangat bermanfaat bagi perusahaan
karena atribut produk berpengaruh pada proses keputusan pembelian, yakni
evaluasi alternatif. Menurut Kotler (2005, p.226) konsep dasar dari evaluasi
alternatif salah satunya adalah konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan. Atribut-
17
atribut produk berbeda antara satu dengan yang lainnya. Konsumen akan
memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang
dicari.
Atribut produk juga memberikan perusahaan alat untuk
mendiferensiasikan produknya dari produk pesaing, sehingga perusahaan harus
membuat atribut produk yang relevan dengan produknya sendiri. Menurut
Tjiptono (2008, p.188) dalam kaitannya dengan strategi positioning, pemasar
bukan saja berfokus pada atribut penting, namun lebih pada atribut determinan.
Dua dimensi yang mendukung suatu atribut menjadi determinan adalah tingkat
kepentingan dan keunikan. Sebuah atribut akan dianggap penting jika atribut
tersebut memberikan manfaat (benefit) yang diinginkan pembeli. Namun menurut
Carpenter, Glazer, dan Nakamoto (dikutip oleh Kotler, 2005, p.347)
mengemukakan bahwa kadang-kadang diferensiasi dapat berhasil dilakukan
berdasarkan atribut yang tidak relevan.
Menurut Tjiptono (1997, p.103) atribut-atribut yang ada dalam suatu
produk adalah
1. Merek
Merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak,
atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat
memberi identifikasi dan diferensiasi terhadap pesaing.
2. Kemasan
18
Proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau
pembungkus untuk suatu produk.
3. Labelling
Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
mengenai produk atau penjual.
4. Layanan Pelengkap
Layanan tambahan yang diberikan terhadap suatu produk inti
5. Jaminan atau garansi.
Janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada
konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk
ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Sedangkan menurut Kotler (1994, p. 72) atribut produk meliputi tiga hal
yaitu :
1. Kualitas
Memiliki dua pengertian yaitu mampu bekerja sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan dan tingkat kemampuan kerja
2. Ciri-ciri produk
Ciri produk memberikan keuntungan bagi perusahaan yaitu membedakan
diri dengan pesaing. Kekhasan yang dimiliki suatu produk juga membantu
dalam mengkomunikasikan keistimewaan produk tersebut terhadap
masyarakat.
3. Desain.
19
Desain merupakan salah satu perwujudan dari ciri-ciri produk. Namun
Desain berbeda dengan gaya karena desain memiliki tujuan.
2.1.2.1 Hubungan Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian.
Atribut produk dengan keputusan pembelian sangat erat kaitannya, karena
konsumen sebelum melakukan pembelian menempatkan atribut produk sebagai
salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
Namun atribut produk tidak selamanya relevan bagi konsumen, pertama karena
perubahan dalam diri konsumen sendiri, dan yang kedua karena perusahaan lain
menawarkan atribut produk yang lebih baik. Hal ini menjadikan perusahaan
senantiasa memperbaharui atribut-atribut demi keunggulan bersaing produknya.
Randyakso Harwanto (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh
atribut produk terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha MX.
Variabel bebas dalam penelitian tersebut adalah atribut produk yang mencakup
kualitas, harga, ciri/keistimewaan, desain, dan pelayanan. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui atribut produk dengan keinginan membeli Yamaha MX
memiliki hubungan searah, yaitu semakin baik atribut produk yang ditawarkan
maka semakin tinggi pula keinginan konsumen untuk membeli.
Penelitian mengenai kaitan antara keputusan pembelian dengan atribut
produk juga dilakukan oleh Prasetyo Budi Kurniawan (2005) yang meneliti
keputusan konsumen untuk membeli Honda Karisma. Atribut-atribut persepsi
konsumen diwakili oleh produk, merek, harga, iklan, dan pelayanan purna jual.
20
Dari hasil penelitian tersebut diketahui kelima atribut tersebut mempengaruhi
keputusan konsumen dalam membeli Honda Karisma
2.1.3 Harga
Harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan
jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa (Tjiptono, 1997, p.151). Bagi produsen, harga dapat
menjadi strategi dalam penjualan produk, ini karena harga merupakan aspek yang
tampak jelas bagi para pembeli. Besar kecilnya harga akan mempengaruhi banyak
sedikitnya permintaan dari konsumen, di sisi lain produsen tidak bisa
sembarangan menetapkan harga karena konsumen seringkali menghubungkan
harga dengan kualitas. Harga yang rendah akan memancing minat konsumen lebih
besar namun juga dapat memberikan persepsi kualitas yang kurang bagus. Sebagai
contoh adalah produk sepeda motor asal China yang dipasarkan dengan harga
murah, namun justru dipandang kurang berkualitas.
Bagi konsumen harga memiliki dua peranan utama dalam proses
pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan
informasi.
1. Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas
tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.
21
2. Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mendidik
konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas.
Dalam program penetapan harga ada tiga tipe program yang bisa
diterapkan perusahaan (Tjiptono, 2008, p. 481) : 1)Penetapan Harga Penetrasi,
Perusahaan menggunakan harga murah sebagai dasar utama untuk menstimulasi
pasar. Strategi ini digunakan untuk menembus pasar yang memiliki tingkat
persaingan yang tinggi. 2)Penetapan Harga Paritas, Perusahaan menetapkan
tingkat harga yang sama atau mendekati tingkat harga pesaing. Pihak perusahaan
tidak berfokus pada harga untuk menembus pasar dan lebih mengandalkan
program promosi lainnya. 3)Penetapan Harga Premium Perusahaan menetapkan
harga diatas tingkat harga pesaing. Penetapan ini dilakukan apabila dalam pasar
tersebut tidak ada pesaing langsung.
Menurut Kotler (1994, p.141) dalam penetapan harga akhir ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Pertama Faktor psikologis,
konsumen akan membandingkan antara harga dengan kualitas. Bila sejumlah
alternatif sumber informasi seperti perbedaan-perbedaan fisik dan citra penjual
tersedia, harga akan kehilangan maknanya sebagai indikator mutu. Namun, jika
tanda-tanda lain tidak tersedia, harga menjadi petunjuk penting tentang mutu.
Kedua Pengaruh unsur-unsur bauran pemasaran lainnya terhadap harga. Ketiga
Kebijakan perusahaan dalam harga jual. Keempat Dampak harga terhadap pihak-
pihak lain seperti pesaing, pelanggan baru, distributor, dan lain-lain.
22
Hasil penelitian Prasetyo Budi Kurniawan (2005) mengenai pengaruh
atribut-atribut persepsi terhadap keputusan pembelian Honda Karisma. Diketahui
bahwa atribut berupa harga terbukti secara positif mempengaruhi keputusan
pembelian. Variabel harga merupakan variabel ketiga yang menentukan dalam
pembelian Honda Karisma.
Berdasarkan pemikiran tersebut, hipotesis ini disajikan:
H 1: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.1.4 Merek
Merek menurut American Marketing Association (dikutip dari Tjiptono,
2008, p.147) adalah “Nama, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di
antaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari satu
penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para
pesaingnya”. Merek memiliki beberapa elemen identitas yang bersifat tangible
(nama merek, simbol, slogan, desain grafis, dan sebagainya) maupun intangible
(nilai simbolis, ikatan khusus, kepribadian, citra diri dan seterusnya).
Merek mempunyai beberapa peran terutama dalam area pemasaran.
Menurut Aaker (dikutip oleh Krisjanti, 2007) beberapa diantaranya adalah
memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut dan melindungi
konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan
produk-produk yang identik. Kotler (1994, p.81) secara lebih spesifik menjelaskan
23
peran merek terutama dalam aktivitas pemasaran, antara lain nama merek
memudahkan penjual untuk mengolah pesanan dan menekan permasalahan. Nama
merek dan tanda dagang akan secara hukum melindungi penjual dari pemalsuan
ciri-ciri produk. Merek memberi penjual peluang kesetiaan konsumen pada
produk. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar dalam
segmen-segmen. Citra perusahaan juga dapat dibina dengan adanya merek yang
baik.
Untuk mempertahankan keunggulan merek-nya maka perusahaan harus
menciptakan loyalitas konsumen terhadap mereknya. Menurut Reichfield (dikutip
oleh Fajrianti, 2005) keuntungan yang diperoleh oleh suatu merek yang memiliki
pelanggan yang loyal adalah :
1. Dapat mempertahankan harga secara optimal
2. Memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam saluran distribusi
3. Mengurangi biaya penjualan
4. Memiliki penghalang yang kuat terhadap terhadap produk-produk baru
yang memiliki potensi yang besar untuk masuk dalam kategori produk
atau layanan yang dimiliki oleh merek tersebut
5. Keuntungan sinergis yang diperoleh dari brand extension yang
berhubungan dengan kategori produk atau pelayanan dari merek tersebut.
Hasil penelitian Prasetyo Budi Kurniawan (2005) mengenai atribut-atribut
persepsi yang mempengaruhi keputusan konsumen pada Honda Karisma
menunjukkan dari 5 atribut produk yaitu produk, merek, harga, iklan, dan
pelayanan purna jual berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
24
Variabel merek merupakan variabel kedua yang memiliki pengaruh kuat pada
keputusan pembelian Honda Karisma.
Berdasarkan pemikiran tersebut, hipotesis berikut disajikan:
H 2 : Merek memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
2.1.5 Kualitas
Kualitas secara singkat pengertiannya adalah kemampuan atau
kehandalan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya. Tjiptono dan
Chandra (2005, p.115) menjelaskan bahwa kualitas berkaitan erat dengan
pelanggan. Kepuasan pelanggan akan timbul jika produk yang dibelinya sesuai
dengan spesifikasi yang diberikan oleh perusahaan. Dari kepuasan pelanggan ini
lalu menjadi sikap loyal konsumen terhadap produk tersebut. Manfaat produk
yang berkualitas bagi perusahaan salah satunya adalah mengurangi biaya. Crosby
(dikutip oleh Tjiptono, 2005, p.116) menyatakan bahwa kualitas adalah gratis.
Maksudnya adalah biaya untuk mewujudkan produk yang berkualitas jauh lebih
kecil dibandingkan biaya yang ditimbulkan apabila perusahaan gagal memenuhi
standar kualitas. Manfaat lain dari kualitas yang superior adalah :
1. Loyalitas pelanggan lebih besar
2. Pangsa pasar yang lebih besar
3. Harga saham yang lebih tinggi
4. Harga jual produk/jasa yang lebih tinggi.
5. Produktivitas yang lebih besar.
25
Perusahaan dapat menentukan apakah produk tersebut memiliki kualitas
rendah, sedang, tinggi, atau istimewa. Dalam kenyataanya tidak semua barang
dapat dibuat dengan kualitas tinggi bergantung pada strategi yang diinginkan
perusahaan. Menurut Kotler (1994, p.74) asas menurunnya tingkat laba berlaku
bagi mutu yang lebih tinggi lagi, yaitu karena jumlah pembeli yang bersedia untuk
membayar untuk mutu yang semakin tinggi akan semakin berkurang.
Kualitas selain ditentukan oleh kemampuannya dalam melakukan
fungsinya juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
persepsi konsumen akan kualitas itu sendiri. Kotler (1994, p.74) menyatakan
harga, kemasan, distribusi, promosi, reputasi produsen, dan negara asal produk
juga ikut mempengaruhi persepsi konsumen akan kualitas.
Herry Suryanto (2005) dalam penelitiannya menguji apakah semakin
positif persepsi konsumen mengenai kualitas motor buatan Honda maka semakin
kuat pula keputusan pembelian konsumen terhadap sepeda motor Merek Honda.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin kuat perceived quality ,
maka keputusan pembelian konsumen akan semakin kuat pula.
Berdasarkan pemikiran tersebut, hipotesis berikut disajikan:
H 3 : Kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2.1.6 Ciri-ciri Produk/Keistimewaan
Ciri atau keistimewaan adalah keunikan atau kekhasan yang menjadikan
produk atau jasa tersebut berbeda dari produk atau jasa pesaing. Keunikan
dipandang penting karena keunikan membuat suatu produk menjadi berbeda dari
26
produk kebanyakan. Menurut Cooper (1973, p. 100) Dimensi paling utama untuk
membuat suatu produk baru menuju kesuksesan adalah keunikan produk.
Keunikan atau keistimewaan yang ada dalam suatu produk ini memberikan
manfaat kepada konsumen antara lain, memberikan fitur-fitur yang tidak ada pada
produk pesaing, memungkinkan konsumen untuk mengurangi biaya, dan memiliki
kualitas yang lebih baik dari pesaing.
Untuk membuat suatu produk berbeda dari produk kebanyakan ada
beberapa parameter (Kotler, 2005, p350) yang dapat diubah antara lain, 1) Bentuk
Produk, meliputi ukuran, bentuk, lapisan luar,dan lain-lain. 2) Fitur, sebagian
besar produk dapat ditawarkan dengan fitur yang berbeda-beda yang melengkapi
fungsi dasar produk. 3) Mutu Kinerja, produk dibuat dengan berbagai tingkat
mutu yang berbeda. 4) Mutu Kesesuaian, adalah tingkat kesesuaian dan
pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang
dijanjikan. 5) Daya Tahan, ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya
produk dalam kondisi normal atau berat. 6) Keandalan, ukuran probabilitas bahwa
produk tersebut tidak akan rusak atau gagal dalam periode tertentu. 7) Mudah
diperbaiki, ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu gagal
atau rusak. 8) Gaya, penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu
bagi pembeli.
Desain dan gaya merupakan faktor-faktor yang dapat dilihat oleh
konsumen dan karena itu menjadi ciri atau keistimewaan yang langsung dapat
dibandingkan dengan produk lain. Namun gaya dan desain memiliki dua
pengertian yang berbeda. Menurut Kotler (1994, p.78) gaya merujuk pada
27
penampilan sebuah produk tapi tidak mempunyai fungsi, sedangkan desain adalah
bentuk yang ditentukan oleh fungsi. Desain yang bagus berkontribusi terhadap
manfaat dan sekaligus menjadi daya tarik produk.
Yuliadi (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh keunikan produk
terhadap minat beli konsumen. Dari hasil penelitiannya faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli motor sport berturut-turut
adalah Harga, Keunikan produk, Layanan Purna Jual, dan Kualitas. Variabel
keunikan terbukti berpengaruh secara positif dengan koefisien sebesar 0,284.
Berdasarkan pemikiran tersebut, hipotesis ini diajukan :
H 4 : Ciri/keistimewaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
28
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2.2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel penelitian ini ada empat variabel independen (X) yaitu,
Harga(X1), Merek(X2), Kualitas(X3), dan Ciri/Keistimewaan(X4). Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini ada satu yaitu Keputusan Pembelian (Y).
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjabarkan variabel-variabel yang
timbul dalam suatu penelitian kedalam indikator-indikator yang lebih terperinci.
H1
H2
H3
H4
Harga (X1)
Merek (X2)
Kualitas (X3)
Ciri/Keistimewaan (X4)
Keputusan Pembelian (Y)
29
Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran
Keputusan
Pembelian
Keputusan yang
diambil konsumen
dalam melakukan
suatu pembelian
- Keputusan
konsumen
untuk
menjatuhkan
pilihan terhadap
motor Suzuki
Smash
- Keputusan
konsumen
untuk nmembeli
motor Suzuki
Smash
- Resistensi
konsumen
terhadap pilihan
lain
Menggunakan
skala Likert
1-5
Harga Satuan moneter atau
ukuran lainnya
(termasuk barang dan
jasa lainnya) yang
ditukarkan agar
memperoleh hak
kepemilikan atau
penggunaan suatu
barang atau jasa
- Sesuai dengan
keistimewaan
produk
- Relatif
terjangkau
- Sesuai dengan
manfaat yang
diterima
Menggunakan
skala Likert
1-5
Merek Nama, tanda, simbol
atau desain, atau
kombinasi di
antaranya, yang
- Citra Merek
- Pengenalan
Merek
- Pengaruh Merek
Menggunakan
skala Likert
1-5
30
dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan
barang dan jasa dari
satu penjual atau
sekelompok penjual
dan membedakannya
dari barang dan jasa
para pesaingnya.
- Kesetiaan
Merek
- Persepsi
Kesesuaian
merek dengan
kualitas
Kualitas Kualitas adalah
kemampuan atau
kehandalan suatu
produk untuk
melakukan fungsi-
fungsinya
- Kecepatan
- Reliable
- Keawetan atau
daya tahan
- Keamanan
Menggunakan
skala Likert
1-5
Ciri/
Keistimewaan
Ciri atau
keistimewaan adalah
keunikan atau
kekhasan yang
menjadikan produk
atau jasa tersebut
berbeda dari produk
atau jasa pesaing
- Pilihan warna
yang menarik
- Type atau jenis
sepeda motor
yang sesuai
dengan
kebutuhan
- Desain yang
menarik
Menggunakan
skala Likert
1-5
3.2 Penentuan Populasi Dan Sampel
31
3.2.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,
hal atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian
seorang peneliti karena itu dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand,
2006). Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan pembelian
motor Suzuki Smash di kota Semarang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaketristik yang dimiliki oleh
populasi. Ada dua teknik yang biasa dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu
Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2005).
Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah semua orang yang
membeli motor Suzuki Smash di wilayah Semarang. Karena populasinya yang
tersebar luas di seluruh wilayah Semarang maka hanya sebagian wilayah dan
penduduk saja yang akan dijadikan sampel, dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah penduduk kota Semarang. Teknik sampling yang digunakan
adalah non-probabilty sampling dengan cara purposive sampling. Purposive
sampling adalah pengambilan sampel pada populasi dengan memberikan syarat
dan kriteria tertentu kepada sampel. Syarat sampel pada penelitian ini adalah
32
sampel berdomisili atau warga kota semarang. Kriteria sampel pada penelitian ini
adalah pengambil keputusan (decider).
Zainuddin (1998) dimana apabila proporsi populasi tidak diketahui dengan
pasti harga p dianggap = 0,5 dengan perhitungan sebagai berikut:
n=Z2 α .. p . qd2
Dimana :
n = Jumlah sampel
Z = Harga interval tergantung dari alpha (α = 1-0,95=0,05), jadi Z-nya =
1,976
P = Estimator proporsi populasi
d = Interval (0,10)
q = 1 – p.
α Z
0,01 2,576
0,05 1,976
0,10 1,645
Perhitungan sampel:
33
=(1 , 976 )2(0,5 )(0,5 )
(0 , 10 )2
=3 , 904 x 0 ,25
0 ,01
= 97,6 (dibulatkan menjadi) = 98 sampel
Namun nantinya jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini
adalah berjumlah 100 orang responden, agar penelitian ini menjadi fit.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan sumber data
kepada pengumpul data. Data ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara
langsung terhadap narasumber atau menyebarkan kuesioner langsung kepada
narasumber yaitu pemilik Motor Suzuki Smash di wilayah Semarang.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung yang memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari surat
kabar Kontan edisi Februari 2009, artikel dari internet, buku, jurnal dan berbagai
sumber lain.
3.4 Metode Pengumpulan Data
34
3.4.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk menjawabnya. Kuesioner cocok digunakan bila responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner yang digunakan adalah berupa
pertanyaan tertutup dengan skala Likert (1 sampai 5), dan pertanyaan yang
bersifat terbuka.
3.4.2 Wawancara
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian
ini digunakan wawancara terstruktur, wawancara terstruktur digunakan apabila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
yang akan diperoleh. Wawancara dilakukan dengan bertemu langsung dengan
responden
3.5 Teknik Analisis
3.5.1. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu (Sugiyono, 2004).
35
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
konstruktur atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach ≥ 0.60 (Ghozali, 2009, p.46). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
digunakan rumus Alpha (Sugiyono, 2004) sebagai berikut :
r11=( kk−1 )(1−
∑ σb2
σ 12 )
Dimana :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑ σb2
= jumlah varians butir
σ 12
= varian total
3.5.2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuai instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002).
36
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan
nilai r tabel. Jika r tiap butir lebih besar dari r dan nilai r positif, maka butir atau
pertanyaan tersebut dikatakan valid. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan uji satu sisi, taraf signifikansi 5% dengan df = n-2. pengukuran
validitas dilakukan dengan rumus Product Moment Pearson (Suharsini Arikunto,
2002) sebagai berikut :
rxy
=N ∑ XY −(∑ X )(∑ Y )
√{N ∑ X2−(∑ X )2}{N∑ Y 2−(∑Y 2 )}
Dimana :
rxy = validitas instrumen,
N = jumlah sampel,
∑X = jumlah dari variabel X, dan
∑Y = jumlah dari variabel Y.
dengan ketentuan :
jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (signifikan)
jika r hitung < r tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak signifikan)
37
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada
agar dapat menentukan model análisis yang tepat. Data yang digunakan sebagai
model regresi berganda dalam menguji hipotesis haruslah menghindari
kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik.
3.5.3.1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel-variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya (Ghozali, 2009).
Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas adalah dengan cara mengamati nilai VIF dan tolerance. Jika
nilai VIF melebihi nilai 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka model
regresi diindikasikan terdapat multikolonieritas (Ghozali, 2009, p.96).
3.5.3.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
38
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi
ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED, dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
- Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2009, p.126). Adapun
dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut
adalah (Ghozali, 2009):
a. Jika terdapat pola tertentu, yaitu jika titik-titiknya membentuk pola
tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
b. Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titknya menyebar,
maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
3.5.3.3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal ataukah tidak. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi valid
untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji apakah distribusi variabel pengganggu
atau residual normal ataukah tidak, maka dapat dilakukan analisis grafik atau
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal
(Ghozali, 2009, p.147).
39
Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah
(Ghozali, 2009, p.149):
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram, tidak menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.4. Analisis Regresi Linear Berganda
Model regresi digunakan untuk mengasumsikan bahwa terdapat hubungan
linear antara variabel keputusan pembelian dengan variabel harga, merek,
kualitas, dan ciri atau keistimewaan.
Adapun model persamaan regresi yang dapat diperoleh dalam analisis ini
adalah :
Y = b1X1+b2X2+b3X3+b4X4
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
X1 = Harga
40
X2 = Merek
X3 = Kualitas
X4 = Ciri atau Keistimewaan
b=∑ X i .Y i
∑ X i2
b: Koefisien Regresi (Sudjana, 2000)
3.5.5. Uji Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan Goodness of Fitnya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah di mana H0 ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima (Ghozali, 2009, p.87).
3.5.6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
b=∑ X i .Y i
∑ X i2
41
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2009, p.87).
Ry x1 x2=√r2 y x1+r 2 y x2−2ry x1 ry x2 rx1 x2
1−r2 x1 x2
Keterangan:
Ry x1 x2 = Korelasi antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel
Y
ry x1 = Korelasi product moment antara X1 dan Y
ry x2 = Korelasi product moment antara X2 dan Y
rx1 x2 = Korelasi product moment antara X1 dan X2
3.5.7. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
digunakan kriteria pengambilan keputusan dengan rumus sebagai berikut:
F= R2/k(1−R2 ) /(n−k−1)
Keterangan:
R2 = Koefisiensi determinasi berganda
42
K = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sempel
Langkah-langkah penentuannya:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 artinya tidak ada pengaruh dari variabel
independen (Harga, Kualitas, Merek, dan Ciri atau Keistimewaan)
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian).
HA : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya ada pengaruh dari variabel independen
(Harga, Kualitas, Merek, dan Ciri atau Keistimewaan) terhadap variabel
dependen (Keputusan Pembelian).
Menentukan kritis (F tabel)
Di pilih level of significant = 0.05
Drajat bebas pembilang (df1) = k
Drajat bebas pembagi (df2) = n-k-1
F kritis = 0.05, df1, df2 (lihat tabel).
Membandingkan hasil perhitungan F hitung dengan F tabel.
Kriteria keputusan
- Ho diterima, Ha ditolak jika F hitung ≤ F tabel artinya semua variable
bebas secara bersama-sama bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variable terkait
43
- Ho ditolak, Ha diterima jika F hitung ≥ F tabel artinya semua variable
bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variable terkait
3.5.8. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dengan kriteria sebagai berikut:
t=r p √(n−4)
√(1−r pr)
Keterangan:
r p = Korelasi parsial
n = Jumlah sampel
t = t hitung
H0 : b1 = 0 artinya variable bebas bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variable terikat.
Ha : b1 ≠ 0 artinya variable bebas merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variable terikat
Kriteria keputusan
Jika probabilitas (signifikansi) lebih besar dari 0,05 (), maka variabel
independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
44
Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (), maka variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian :
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung < dari t tabel. Artinya variabel
independen (Harga, Merek, Kualitas, Ciri atau Keistimewaan) tersebut
secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Keputusan Pembelian).
Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung > dari t tabel. Artinya variabel
independen (Harga, Merek, Kualitas, Ciri atau Keistimewaan) tersebut
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(Keputusan Pembelian).
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
45
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Kiprah Suzuki di dunia otomotif Indonesia dimulai tahun 1979, dibawah
bendera PT.INDOHERO STEEL & ENGINERING Co, dengan diperkenalkannya
produk Roda 2 Type A 100 & FR 70. Dibawah kepemimpinan Subronto Laras,
Suzuki yang sebelumnya hanya dikenal sebagai produsen sepeda motor,
mengembangkan usaha membuat mobil penumpang yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia.
Gambar 4.1
Logo Suzuki
Kantor Pusat
Wisma Indomobil
Alamat : Jl. M.T. Haryono Kav. 8, Jakarta 13330 - Indonesia
Telpon : (62-21) 8564530, 8564540, 8564550,
Fax : (62-21) 8564833
(Sumber: http://www.suzuki.co.id)
46
4.1.2 Gambaran Umum Produk
Suzuki Smash diproyeksikan Suzuki untuk mengisi pasar motor dengan
kapasitas mesin dibawah 125 cc. Di segmen pasar ini sebelumnya sudah ada
Honda Revo dan Yamaha Vega. Dalam hal kualitas Suzuki Smash mampu
memecahkan rekor MURI Uji Ketahanan 50 jam Nonstop di sirkuit Sentul, Bogor
yang diadakan pada tanggal 27 Juni 2006, untuk memecahkan rekor ini mesin
harus hidup selama 50 jam nonstop. Rekor ini mengalahkan rekor sebelumnya
yang dipegang Suzuki Shogun 125 yang melakukan uji ketahanan selama 48 jam.
Pengakuan akan kualitas Smash juga datang dari tabloid Motor Plus pada
pameran Jakarta Motor Show Desember 2008. Suzuki Smash mendapatkan
penghargaan dalam kategori motor bebek 110-115 cc dengan teknologi terbaik.
Gambar 4.2
Suzuki Smash
47
Suzuki melakukan berbagai perubahan terhadap teknologi yang dimiliki oleh
Suzuki Smash, antara lain :
Fitur :
Mesin 4 - Tak 110 cc
Karakter mesin lebih bertenaga pada putaran rendah sampai menengah
(Akselerasi dari 30 km/jam membutuhkan waktu 12,8 detik)
Tenaga besar, namun irit bahan bakar (konsumsi bahan bakar diukur
berdasarkan kondisi jalan di Jakarta sekitar 55,9 km/L)
Pembakaran yang efisien
Intake dan exhaust yang efisien
Perbadingan reduksi akhir telah dimodifikasi.
Desain :
Posisi lampu sein terpasang di cover depan, memudahkan pengendara
lainnya untuk melihat sinyal ketika akan berbelok. Selain itu posisi
lampu sein membuat bagian handle cover atau setang terlihat kompak.
Penampilan baru lebih memikat dengan body yang lebih sporty,
ramping, dan garis desain tegas yang mengikuti trend saat ini.
Lampu belakang mendapat sentuhan baru dengan desain yang stylish
berbentuk kurva dan reflektor desain bentuk polygon sehingga
pantulan yang dihasilkan lebih terang.
Knalpot bergaya sporty seperti yang ada pada motor besar.
48
Speedometer disusun untuk memudahkan pengendara melihat
indikator kendaraan (sein, lampu utama, kecepatan, posisi gear, dan
bensin)
Teknologi
Efisiensi Intake dan Exhaust meningkat, struktur saringan udara
dmodifikasi agar karburator mampu menerima aliran udara dalam
jumlah yang memadai. Diameter karburator diubah dari 17 mm
menjadi 18 mm agar udara masuk lebih efisien. Efisiensi exhaust dari
knalpot ditingkatkan dengan mengubah diameter pipa exhaustdari 22.2
mm menjadi 25.4 mm. Tujuan dari modifikasi ini adalah agar tenaga
mesin meningkat.
Perpindahan gigi lebih halus, Surface Processing (defric coat) agar
perpindahan gigi lebih halus dan mengurangi gesekan. Ball bearing
yang diletakkan dalam crankcase membuat pemindahan gigi menjadi
lebih halus. Defric coat adalah pelapis yang diciptakan dengan cara
pengolesan pelumas yang solid sepertigrafit,tungsten disulfide,
metallic oxides, dan fluorocarbon recin (ethylene tetrafluoride) di atas
satu atau lebih macam organic resin yang nantinya akan menkadi
pelapis (coating).
Ramah Lingkungan dengan Sistem PAIR (Pulsed Secondary Air Injection
System)
Sistem PAIR (Pulsed-Secondary Air- Injection System) akan membakar habis
campuran bensin dan udara yang belum terbakar dalam exhaust port sehingga
49
mengurangi zat-zat sisa yang berbahaya bagi lingkungan seperti hidrokarbon
(HC), nitrogen oksida (Nox), dan karbon monoksida (CO). Keunggulannya
adalah sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia tentang emisi gas buang
sesuai standar EURO II.
Chassis
Rangka yang diaplikasikan pada New Smash memiliki konstruksi yang
berbeda dengan model Smash terdahulu. Rangka yang digunakan memiliki
bentuk konstruksi setipe dengan jenis rangka yang diterapkan pada FD 125
Shogun. Keunggulannya adalah bagasi lebih luas, menambah kestabilan dan
kenyamanan berkendara.
4.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna sepeda motor
Suzuki. Ini sesuai dengan metode pengambilan sampel yang dipakai dalam
penelitian ini, yaitu non-probabilty sampling. Metode tersebut digunakan karena
konsumen sepeda motor Suzuki tersebar luas.
Berdasarkan data dari 100 responden yang menggunakan sepeda motor
Suzuki Smash, melalui daftar pertanyaan didapat kondisi responden tentang usia,
alamat, status pekerjaan, dan pendapatan. Penggolongan yang dilakukan terhadap
responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai
50
gambaran responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum obyek penelitian
tersebut satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut.
4.2.1 Gambaran Responden Umum Berdasarkan Umur
Berdasarkan usia didapatkan presentase seperti tampak pada Grafik 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1
Usia Responden
Usia Jumlah Presentase< 15 0 0%15 - 20 10 10%21 - 25 40 40%26- 30 35 35%> 30 15 15%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa dari 100 responden, responden dengan
kelompok umur kurang dari 15 tahun tidak ada responden, Responden yang
berusia 15-20 tahun sejumlah 10 responden. Persentase responden berusia 21-25
tahun sebanyak 40 responden. Responden berusia 26-30 tahun sebanyak 35
responden. Responden kelompok usia diatas 30 tahun sebanyak 15 responden.
4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Berdasarkan status pekerjaan didapatkan presentase seperti tampak pada Grafik
4.1 berikut ini:
Tabel 4.2
Status Pekerjaan
51
Pekerjaan Jumlah PresentasePNS 5 5%Wiraswasta 15 15%Mahasiswa/pelajar 50 50%Kartyawan Swasta 30 30%Tidak Bekerja 0 0%
Sumber :Data primer diolah 2010
Pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa dari 100 responden mayoritas pengguna
Suzuki Smash adalah pelajar/mahasiswa yaitu sejumlah 50 orang. Karyawan
swasta sebesar 30 orang. Wiraswasta sebanyak 15 orang. Pegawai negeri sipil
sebanyak 5 orang.
4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendapatan
Berdasarkan status pekerjaan didapatkan presentase seperti tampak pada Grafik
4.1 berikut ini:
Tabel 4.3
Pendapatan Responden
Pendapatan Jumlah Presentase< Rp 1 juta 60 60%Rp 1-5 juta 28 28%Rp 5 – 10 juta 10 10%> Rp 10 juta 2 2%
Sumber : Data promer diolah 2010
52
Dari tabel 4.3 diketahui kebanyakan pengguna Suzuki Smash berpenghasilan
dibawah Rp 1 juta sebanyak 60, hal ini karena kebanyakan pengguna Smash
masih berstatus pelajar/mahasiswa. Responden dengan pendapatan Rp 1-5 juta
sebanyak 28 orang. Responden berpenghasilan Rp 5-10 juta sebanyak 10 orang,
dan yang berpenghasilan lebih dari Rp 10 juta sebanyak 2 orang.
4.3 Analisis Indeks Jawaban Responden per Variabel
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai
responden penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang
digunakan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks,
untuk menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang
diajukan.
Tehnik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1
dan maksimum 5, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan
rumus berikut:
Nilai indeks = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3) + (%F4x4) ((%F5x5))/5
Dimana:
F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1
F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2
F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3
53
F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4
F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5
Oleh karena itu, angka jawaban responden tidak berangkat dari angka 0,
tetapi mulai dari angka 1 hingga 5, maka indeks yang dihasilkan akan berangkat
dari angka 5 hingga 100 dengan rentang sebesar 95, tanpa angka 0. Dengan
menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka akan menghasilkan
rentang sebesar 26,67 yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks
yang dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
20 - 46,67 = Rendah
46,68- 73,35 = Sedang
73,36 - 100 = Tinggi
Dengan dasar ini, peneliti menentukan indeks nilai jawaban responden terhadap
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
4.3.1. Analisis Indeks Jawaban Harga
Harga motor Suzuki Smash sesuai dengan keistimewaan produk yang
diberikan = (1 x 0)+(2 x 5)+(3 x 31)+(4 x 35)+(5 x 9)/5. Menghasilkan
nilai indeks sebesar 51,6
54
Kesimpulan : Indikator harga motor Suzuki Smash sesuai dengan
keistimewaan produk yang diberikan bagi responden nilainya adalah
sedang.
Harga motor Suzuki Smash termasuk terjangkau untuk saya = (1 x 0)+(2 x
13)+(3 x 26)+(4 x47 )+(5 x 14)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 72,4
Kesimpulan : Indikator harga motor Suzuki Smash termasuk terjangkau
untuk saya bagi responden nilainya adalah sedang
Harga motor Suzuki Smash sesuai dengan manfaat yang saya dapatkan =
(1 x 0)+(2 x 5)+(3 x 23)+(4 x 55)+(5 x 17)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 76,8
Kesimpulan : Indikator harga motor Suzuki Smash sesuai dengan manfaat
yang saya dapatkan bagi responden nilainya adalah tinggi
Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator dari variabel harga adalah
(51,6+72,4+76,8)/3 = 66,93
Kesimpulannya adalah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimata
responden variabel harga adalah sedang dengan nilai sebesar 66,93. Indikator
Harga motor Suzuki Smash sesuai dengan manfaat yang saya dapatkan
merupakan indikator dengan nilai paling besar yaitu 76,8. Indikator Harga motor
Suzuki Smash sesuai dengan keistimewaan produk yang diberikan merupakan
indikator dengan nilai paling kecil yaitu 51,6
4.3.2 Analisis Indeks Jawaban Merek
55
Suzuki Smash merupakan merek motor yang memiliki citra baik = (1 x
1)+(2 x 5)+(3 x17)+(4 x 59)+(5 x 18)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 77,6
Kesimpulan : Indikator Suzuki Smash merupakan merek motor yang
memiliki citra baik bagi responden nilainya adalah tinggi
Jika mendengar nama Suzuki Smash, saya teringat akan sepeda motor = (1
x 0)+(2 x 2)+(3 x 2)+(4 x 47)+(5 x 49)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 88,6
Kesimpulan : Indikator jika mendengar nama Suzuki Smash, saya teringat
akan sepeda motor bagi responden nilainya adalah tinggi
Saya membeli motor Suzuki Smash karena mereknya yang terkenal = (1 x
0)+(2 x 17)+(3 x 28)+(4 x 40)+(5 x 15)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 70,6
Kesimpulan : Indikator saya membeli motor Suzuki Smash karena
mereknya yang terkenal bagi responden nilainya adalah sedang
Saya hanya akan membeli motor dengan merek Suzuki Smash = (1 x 5)+(2
x 39)+(3 x 27)+(4 x 25)+(5 x 4)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 56,8
Kesimpulan : Indikator saya hanya akan membeli motor dengan merek
Suzuki Smash bagi responden nilainya adalah sedang
Kualitas motor Suzuki Smash sesuai dengan citra merek Suzuki yang baik
= (1 x 0)+(2 x 4)+(3 x 24)+(4 x 59)+(5 x 13)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 76,2
56
Kesimpulan : Indikator kualitas motor Suzuki Smash sesuai dengan citra
merek Suzuki yang baik bagi responden nilainya adalah tinggi
Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator dari variabel Merek adalah (77,6 +
88,6 + 70,6 + 56,8 + 76,2)/5 = 73,96
Kesimpulannya adalah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimata
responden variabel Merek adalah tinggi dengan nilai 73,96. Indikator Jika
mendengar nama Suzuki Smash, saya teringat akan sepeda motor merupakan
indikator dengan nilai tertinggi, yaitu 88,6. Indikator Saya hanya akan membeli
motor dengan merek Suzuki Smash merupakan indikator dengan nilai terendah
yaitu 56,8
4.3.3. Analisis Indeks Jawaban Kualitas
Motor Suzuki Smash memiliki kecepatan sesuai yang saya harapkan = (1 x
0)+(2 x 1)+(3 x 28)+(4 x 59)+(5 x 12)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 76,4
Kesimpulan : Indikator motor Suzuki Smash memiliki kecepatan sesuai
yang saya harapkan bagi responden nilainya adalah tinggi.
Motor Suzuki Smash mampu untuk melewati jalan dalam berbagai kondisi
= (1 x 0)+(2 x 0)+(3 x 31)+(4 x 57)+(5 x 12)/5. Menghasilkan nilai indeks
sebesar 76,2
Kesimpulan : Indikator motor Suzuki Smash mampu untuk melewati jalan
dalam berbagai kondisi bagi responden nilainya adalah tinggi
57
Motor Suzuki Smash memiliki daya tahan mesin yang baik = (1 x 0)+(2 x
8)+(3 x 27)+(4 x 52)+(5 x 13)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 74
Kesimpulan : Indikator motor Suzuki Smash memiliki daya tahan mesin
yang baik bagi responden nilainya adalah tinggi
Motor Suzuki Smash aman untuk dikendarai karena dilengkapi dengan
rem cakram di roda depan = (1 x 0)+(2 x 0)+(3 x 21)+(4 x 61)+(5 x 18)/5.
Menghasilkan nilai indeks sebesar 79,4
Kesimpulan : Indikator motor Suzuki Smash aman untuk dikendarai
karena dilengkapi dengan rem cakram di roda depan bagi responden
nilainya adalah tinggi.
Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator dari variabel Kualitas adalah (76,4 +
76,2 + 74 + 79,4)/5 = 76,5
Kesimpulannya adalah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimata
responden variabel Kualitas adalah tinggi. Indikator Motor Suzuki Smash aman
untuk dikendarai karena dilengkapi dengan rem cakram di roda depan merupakan
indikator dengan nilai tertinggi yaitu 79,4. Indikator Motor Suzuki Smash
memiliki daya tahan mesin yang baik merupakan indikator dengan nilai terendah
yaitu 74.
4.3.4. Analisis Indeks Jawaban Ciri/Keistimewaan
58
Warna-warna atau stripping motor yang disediakan oleh Suzuki Smash
menarik saya untuk membeli = (1 x 0)+(2 x 2)+(3 x 38)+(4 x 53)+(5 x
7)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 73
Kesimpulan : Indikator warna-warna atau stripping motor yang disediakan
oleh Suzuki Smash menarik saya untuk membeli bagi responden nilainya
adalah sedang
Tipe atau jenis motor Suzuki yang saya gunakan sekarang sesuai dengan
kebutuhan saya = (1 x 0)+(2 x 5)+(3 x 27)+(4 x 56)+(5 x 12)/5.
Menghasilkan nilai indeks sebesar 75
Kesimpulan : Indikator tipe atau jenis motor Suzuki yang saya gunakan
sekarang sesuai dengan kebutuhan saya bagi responden nilainya adalah
tinggi
Motor Suzuki Smash memiliki desain yang menarik = (1 x 0)+(2 x 11)+(3
x 22)+(4 x 55)+(5 x 12)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 73,6
Kesimpulan : Indikator motor Suzuki Smash memiliki desain yang
menarik bagi responden nilainya adalah tinggi
Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator dari variabel Ciri/Keistimewaan adalah
(73 + 75 + 73,6)/3 = 73,86
Kesimpulannya adalah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimata
responden variabel Ciri/Keistimewaan adalah tinggi. Indikator Tipe atau jenis
motor Suzuki yang saya gunakan sekarang sesuai dengan kebutuhan saya
merupakan indikator dengan nilai tertinggi yaitu 75. Indikator Warna-warna atau
59
stripping motor yang disediakan oleh Suzuki Smash menarik saya untuk membeli
merupakan indikator dengan nilai terendah yaitu 73.
4.3.5 Analisis Indeks Jawaban Keputusan Pembelian
Ketika membutuhkan sepeda motor, saya hanya menjatuhkan pilihan
kepada sepeda motor Suzuki Smash = (1 x 4)+(2 x 23)+(3 x 45)+(4 x
24)+(5 x 4)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 50,6
Kesimpulan : Indikator ketika membutuhkan sepeda motor, saya hanya
menjatuhkan pilihan kepada sepeda motor Suzuki Smash bagi responden
nilainya adalah sedang
Walau mendapatkan penawaran dari produsen lain, saya tetap membeli
sepeda motor Suzuki Smash = (1 x 3)+(2 x 18)+(3 x 45)+(4 x 31)+(5 x
3)/5. Menghasilkan nilai indeks sebesar 62,6
Kesimpulan : Indikator walau mendapatkan penawaran dari produsen lain,
saya tetap membeli sepeda motor Suzuki Smash bagi responden nilainya
adalah sedang
Apapun saran dari teman, kerabat, atau relasi saya tetap membeli sepeda
motor Suzuki Smash = (1 x 2)+(2 x 20)+(3 x 42)+(4 x 33)+(5 x 3)/5.
Menghasilkan nilai indeks sebesar 63
Kesimpulan : Indikator apapun saran dari teman, kerabat, atau relasi saya
tetap membeli sepeda motor Suzuki Smash bagi responden nilainya adalah
sedang.
60
Sedangkan nilai rata-rata seluruh indikator dari variabel Keputusan Pembelian
adalah (50,6 + 62,6 + 63)/3 = 58,73
Kesimpulannya adalah, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimata
responden variabel Keputusan Pembelian adalah sedang. Indikator Apapun saran
dari teman, kerabat, atau relasi saya tetap membeli sepeda motor Suzuki Smash
merupakan indikator dengan nilai tertinggi yaitu 63. Indikator Ketika
membutuhkan sepeda motor, saya hanya menjatuhkan pilihan kepada sepeda
motor Suzuki Smash merupakan indikator dengan nilai terendah yaitu 50,6.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan
suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala/kejadian. Semakin tinggi
reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Suatu
konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60
(Ghozali, 2009).
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas
VariabelCronbach
AlphaStatus
61
Harga (X1) 0,691 Reliabel
Merek (X2) 0,627 Reliabel
Kualitas (X3) 0,601 Reliabel
Keistimewaan (X4) 0,638 Reliabel
Keputusan Pembelian (Y) 0,886 Reliabel
(Sumber data primer diolah, 2010)
4.4.2 Uji Validitas
Uji validitas menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Keseluruhan variabel penelitian memuat 12 pernyataan yang harus
dijawab oleh responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan valid
tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
tingkat kepercayaan = 95 persen (= 5 persen), derajat kebebasan (df) = n –4 =
100 – 4 = 96, didapat r tabel = 0,1986 (uji dua sisi). Jika r hitung (untuk tiap butir
dapat dilihat pada kolom Corrected Item –Total Correlation) lebih besar dari r
tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2009).
Tabel 4.5Hasil Uji Validitas
Varibel Indikator Kode Item
r hitung r tabel Keterangan
Harga 123
A1A2A3
0,7550,8050,772
0,19860,19860,1986
ValidValidValid
Merek 12345
B1B2B3B4B5
0,6010,5210,7080,7210,594
0,19860,19860,19860,19860,1986
ValidValidValidValidValid
Kualitas 12
C1C2
0,6600,726
0,19860,1986
ValidValid
62
34
C3C4
0,7150,591
0,19860,1986
ValidValid
Keistimewaan 123
D1D2D3
0,7640,7450,772
0,19860,19860,1986
ValidValidValid
Keputusan Pembelian
123
E1E2E3
0,8810,9210,905
0,19860,19860,1986
ValidValidValid
(Sumber: Data primer yang diolah, 2010)
Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas di atas, diketahui bahwa
nilai r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini adalah valid.
4.4.3 Uji Asumsi klasik
4.4.3.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel (Ghozali, 2009).
Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinearitas dalam model
regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance serta menganalisis matrix korelasi variabel-variabel bebas.
Adapun nilai VIF dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.6Nilai Tolerance dan VIF
Variabel Tolerance VIF
Harga 0,565 1,771
Merek 0,578 1,731
Kualitas 0,747 1,339
63
Keistimewaan 0,694 1,440
(Sumber : Data primer yang diolah, 2010)
Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF
lebih besar dari 10 dan nilai tolerance yang lebih kecil dari 10% yang berarti
bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang lebih besar dari 95%.
Tabel 4.7
Matrix Korelasi Variabel Independen
Coefficient Correlationsa
Model Keistimewaan Merek Kualitas Harga
1 Correlations Keistimewaan 1.000 -.066 -.274 -.314
Merek -.066 1.000 -.264 -.490
Kualitas -.274 -.264 1.000 -.020
Harga -.314 -.490 -.020 1.000
Covariances Keistimewaan .015 .000 -.003 -.005
Merek .000 .007 -.002 -.005
Kualitas -.003 -.002 .011 .000
Harga -.005 -.005 .000 .015
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sedangkan dari matrix korelasi variabel independen terlihat dari tabel di
atas bahwa variabel bebas yang memiliki korelasi tertinggi adalah merek dengan
harga dengan nilai korelasi 49%. Nilai korelasi tersebut masih dapat ditolerir
64
karena dibawah 49%. Sehingga dari hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi.
4.4.3.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada
Gambar 4.3 berikut :
Gambar 4.3
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
4.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
65
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran
titik (scatterplot) seperti tampak pada Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah, 2010
Dari grafik Scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4.4.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi,
nilai t hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut.
66
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagi berikut
:
Y=0 ,221 X1+0 ,320 X2+0 , 196 X3+0 , 184 X4
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Harga
X2 = Merek
X3 = Kualitas
X4 = Keistimewaan
Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Harga (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap Keputusan
Pembelian (Y) dengan nilai 0,221.
2. Variabel Merek (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dengan nilai 0,320.
67
3. Variabel Kualitas (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dengan nilai 0,196.
4. Variabel Keistimewaan (X4) mempunyai pengaruh positif terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dengan nilai 0,184.
Namun untuk menguji signifikansi koefisien regresi tersebut, masih
diperlukan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji F seperti yang tersaji
berikut.
4.4.5 Uji Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan Goodness of Fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana Ho ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima ( Ghozali, 2009).
4.4.5.1 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama).
Tabel 4.9
68
Hasil uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 267.561 4 66.890 24.517 .000a
Residual 259.189 95 2.728
Total 526.750 99
a. Predictors: (Constant), Keistimewaan, Merek, Kualitas, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Berdasarkan uji ANOVA atau F test, maka dapat diperoleh F hitung
sebesar 24,517 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas jauh
lebih kecil daripada 0,05 (0,000 lebih kecil dari 0,05) dan F hitung lebih besar
daripada F tabel (24,517 lebih besar daripada 2,46) maka dapat dinyatakan bahwa
variabel independen yang meliputi Harga (X1), Merek (X2), Kualitas (X3), dan
Ciri/Keistimewaan (X4) secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi
variabel Keputusan Pembelian (Y) secara signifikan.
4.4.5.2 Uji t
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
secara parsial atau individual terhadap variabel terikat.
Tabel 4.10
Hasil Uji t
69
(Sumber : data primer yang diolah, 2010)
a. Dari hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui signifikansi variabel Harga
sebesar 0,23. Oleh karena probabilitas di bawah 0,05 maka koefisien
regresi dari harga adalah signifikan, sedangkan t hitung (2,310) lebih besar
daripada t tabel (1,9850) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
bahwa harga berpengaruh positif signifikan terhadap proses pengambilan
keputusan pembelian sepeda motor Suzuki di Kota Semarang. Berarti
hipotesis yang berbunyi: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian adalah benar.
b. Dari hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui signifikansi variabel Merek
sebesar 0,01. Oleh karena probabilitas di bawah 0,05 maka koefisien
regresi dari Merek adalah signifikan, sedangkan t hitung (3,382) lebih
besar daripada t tabel (1,984) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Suzuki di Kota
Semarang. Berarti hipotesis yang berbunyi: Merek berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian adalah benar.
70
c. Dari hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui signifikansi variabel Kualitas
sebesar 0,20. Oleh karena probabilitas di bawah 0,05 maka koefisien
regresi dari Kualitas adalah signifikan, sedangkan t hitung (2,357) lebih
besar daripada t tabel (1,984) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa kualitas berpengaruh positif signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Suzuki di Kota
Semarang. Berarti hipotesis yang berbunyi: Kualitas berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian adalah benar.
d. Dari hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui signifikansi variabel Kualitas
sebesar 0,36. Oleh karena probabilitas dibawah 0,05 maka koefisien
regresi dari Keistimewaan adalah signifikan, sedang t hitung (2,125) lebih
besar daripada t tabel (1,984) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti bahwa keistimewaan berpengaruh positif signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Suzuki di Kota
Semarang. Berarti hipotesis yang berbunyi: Ciri / keistimewaan
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian adalah benar.
4.5.1 Koefisien Determinasi (R2
)
Koefisien determinasi (R2
) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.11
71
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .713a .508 .487 1.652
a. Predictors: (Constant), Keistimewaan, Merek, Kualitas, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Dari Tabel 4.24 terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya
Adjusted R Square adalah 0,487. Hal ini berarti hanya 48,7% variasi Proses
pengambilan keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
independen di atas. Sedang sisanya (100% - 48,7% = 51,3%) dijelaskan oleh
sebab-sebab yang lain diluar model.
4.5.2 Pembahasan
Dari hasil pengujian Goodness of fit, dapat disimpulkan bahwa variabel-
variabel independen dalam penelitian ini mampu menerangkan mengenai 48,7%
persen variasi keputusan pembelian. Sedangkan sisanya, 51,3% dipengaruhi oleh
sebab lain diluar model.
Dari keempat variabel independen yang diuji secara individual yang paling
dominan dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian sepeda
motor merek Suzuki Smash adalah merek (dengan koefisien 0,320). Variabel
berikutnya yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian sepeda
72
motor merek Suzuki Smash adalah harga (dengan koefisien 0,221). Variabel
berikutnya yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian sepeda
motor merek Suzuki Smash adalah kualitas (dengan koefisien 0,196). Variabel
keistimewaan memiliki peran paling kecil dalam mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor merek Suzuki Smash (dengan
koefisien 0,184). Semua variabel independen penelitian berpengaruh positif
terhadap proses pengambilan keputusan pembelian sepeda motor merek Suzuki
Smash di Kota Semarang.
1. Hasil perhitungan uji t menunjukkan nilai koefisien harga dengan
menggunakan Standardized Beta Coefficient adalah 0,221 dengan nilai t
hitung sebesar 2,310 dan tingkat signifikansi 0,023. Sedangkan t tabel untuk
penelitian ini adalah 1,985. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang
sigifikan antara harga dengan proses pengambilan keputusan pembelian
sepeda motor Suzuki di Kota Semarang. Berarti hipotesis pertama yang
berbunyi: “Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian”
adalah benar adanya. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk
mengukur harga adalah : Kesesuaian keistimewaan produk dengan harga,
keterjangkauan harga, dan sesuai dengan manfaat yang didapatkan.
Masing-masing indikator mendapat tanggapan positif dari 100 responden
yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator dalam
73
program promosi tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap proses pengambilan keputusan pembelian. Berdasarkan alasan
dan tanggapan responden yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa harga mempengaruhi konsumen secara kuat dalam proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor merek Suzuki Smash di
Kota Semarang.
2. Sedangkan uji t pada hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien merek
dengan menggunakan Standardized Beta Coefficient adalah 0,320 dengan
nilai t hitung sebesar 3,382 dan tingkat signifikansi 0,01. Sedangkan t tabel
untuk penelitian ini adalah 1,985. Variabel merek berpengaruh secara
signifikan terhadap proses pengambilan keputusan pembelian. Berarti
hipotesis kedua yang berbunyi: “Merek berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian” adalah benar adanya. Dalam penelitian ini
menggunakan indikator : citra merek, pengenalan merek, pengaruh merek,
kesetiaan merek, dan persepsi kesesuaian merek dengan kualitas. Masing-
masing indikator mendapat tanggapan positif dari 100 responden yang
diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator dalam persepsi
merek tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan pembelian. Berdasarkan alasan dan tanggapan
responden yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa merek
mempengaruhi konsumen secara kuat dalam proses pengambilan
keputusan pembelian sepeda motor merek Suzuki di Kota Semarang.
74
3. Hasil perhitungan uji t menunjukkan nilai koefisien kualitas dengan
menggunakan Standardized Beta Coefficient adalah 0,196 dengan nilai t
hitung sebesar 2,357 dan tingkat signifikansi 0,020. Sedangkan t tabel untuk
penelitian ini adalah 1,985. Maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga yang
berbunyi “Kualitas berpengaruh poisitif terhadap keputusan pembelian”
adalah terbukti kebenarannya. Dalam penelitian ini, indikator yang
digunakan untuk mengukur kualitas adalah: kecepatan, reliable, keawetan
atau daya tahan, dan keamanan. Masing-masing indikator mendapat
tanggapan positif dari 100 responden yang diteliti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa indikator dalam kualitas tersebut memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan alasan
dan tanggapan responden yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa kualitas mempengaruhi konsumen secara positif dan kuat dalam
proses pengambilan keputusan pembelian sepeda motor merek Suzuki di
Kota Semarang.
4. Hasil perhitungan uji t menunjukkan nilai koefisien ciri/keistimewaan
dengan menggunakan Standardized Beta Coefficient adalah 0,154 dengan
nilai t hitung sebesar 2,125 dan tingkat signifikansi 0,036. Sedangkan t tabel
untuk penelitian ini adalah 1,985. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang sigifikan antara ciri/keistimewaan dengan proses pengambilan
keputusan pembelian sepeda motor Suzuki di Kota Semarang dan hipotesis
keempat yang berbunyi “Ciri / Keistimewaan berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian” adalah terbukti kebenarannya. Dalam
75
penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
ciri/keistimewaan adalah: Pilihan warna yang menarik, tipe atau jenis
motor yang digunakan, dan desain yang menarik. Masing-masing indikator
mendapat tanggapan positif dari 100 responden yang diteliti. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa indikator dalam ciri/keistimewaan tersebut
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap proses pengambilan
keputusan pembelian. Berdasarkan alasan dan tanggapan responden yang
sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen
berpengaruh positif secara kuat dalam proses pengambilan keputusan
pembelian sepeda motor merek Suzuki di Kota Semarang.
Kemudian dari hasil uji F memperlihatkan bahwa variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini, yakni harga, merek, kualitas,
ciri/keistimewaan adalah layak untuk menguji variabel dependen, yakni proses
pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Suzuki Smash di Kota
Semarang. Hal tersebut ditunjukkan dari besarnya nilai F sebesar 24,517 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05).
76
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh harga, merek, kualitas, dan
keistimewaan terhadap keputusan pembelian Suzuki Smash pada 100 responden
di Kota Semarang, maka dari penelitian tersebut hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses
pengambilan keputusan pembelian. Hal ini ditunjukkan pada hasil
pengolahan data dengan SPSS 16, hasil analisis regresi berganda
menunjukkan besarnya pengaruh harga (X1) sebesar 0,221 terhadap
keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,310 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,023
2. Diketahui bahwa merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini ditunjukkan pada hasil
pengolahan data dengan SPSS 16, hasil analisis regresi berganda
menunjukkan besarnya pengaruh merek (X2) sebesar 0,320 terhadap
keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,382 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,01
3. Diketahui bahwa kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini ditunjukkan pada hasil
pengolahan data dengan SPSS 16, hasil analisis regresi berganda
77
menunjukkan besarnya pengaruh kualitas (X3) sebesar 0,196 terhadap
keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,357 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,020
4. Diketahui bahwa ciri/keistimewaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini ditunjukkan
pada hasil pengolahan data dengan SPSS 16, hasil analisis regresi
berganda menunjukkan besarnya pengaruh ciri/keistimewaan (X4) sebesar
0,184 terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,125
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,036.
5. Berdasakan penelitian yang telah dilakukan penelitian kepada 100
responden sepeda motor Suzuki di Kota Semarang maka data mentah yang
diperoleh selanjutnya diolah dengan progam SPSS 16 dan dari hasil
pengolahan data tersebut dihasilkan garis regresi sebagai berikut:
Y=0 ,221 X1+0 ,320 X2+0 , 196 X3+0 , 184 X4
Model tersebut berarti bahwa setiap terjadi kenaikkan harga (X1)
sebesar satu satuan akan diikuti kenaikkan Keputusan Pembelian (Y)
sebesar 0,221 apabila variabel lain yang mempengaruhi dalam keadaan
Ceteris Paribus. Kemudian setiap terjadi kenaikkan satu satuan merek (X2)
akan diikuti kenaikkan Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,320 apabila
variabel lain yang mempengaruhi dalam keadaan Ceteris Paribus, setiap
terjadi kenaikkan satu satuan kualitas (X3) akan diikuti kenaikkan
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,196 apabila variabel lain yang
mempengaruhi dalam keadaan Ceteris Paribus dan setiap terjadi
78
kenaikkan satu satuan ciri atau keistimewaan (X4) akan diikuti kenaikkan
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,184 apabila variabel lain yang
mempengaruhi dalam keadaan Ceteris Paribus.
Berdasarkan uji ANOVA atau F test, maka dapat diperoleh F
hitung sebesar 24,517 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas jauh lebih kecil daripada 0,05 (0,000 lebih kecil dari 0,05) dan
F hitung lebih besar dari F tabel (24,517 lebih besar dari 2,45) maka dapat
dinyatakan bahwa variabel independen yang meliputi harga (X1), merek
(X2), kualitas (X3), dan ciri/keistimewaan (X4) secara simultan atau
bersama-sama mempengaruhi variabel keputusan pembelian konsumen
(Y) secara signifikan.
5.2 Keterbatasan
Dalam penelitian ini juga memiliki keterbatasan antara lain kurangnya
model untuk mengukur seberapa jauh kemampuan dalam menerangkan variasi
variabel dependen terhadap pengaruhnya ke variabel independen dengan hanya
menghasilkan R squre sebesar 0,487 maka penelitian ini hanya mampu
menerangkan pengaruh variabel dependen sebesar 48,7 % saja sedangkan 51,3 %
lainnya dipengaruhi oleh variabel dependen di luar model penelitian ini.
79
5.3 Saran
Saran praktis dimunculkan berdasarkan teori-teori yang telah dibangun
dan didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh. Hasil pengujian analisis
dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber tambahan referensi bagi
penelitian selanjutnya dan informasi bagi penyusunan rencana strategis pemasaran
Suzuki Indonesia.
a. Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian yang menghasilkan urutan pengaruh proses
pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap sepeda motor Suzuki yaitu
: merek, harga, kualitas, dan keistimewaan. Maka dapat diajukan beberapa saran
kepada PT Indomobil Suzuki Internasional umumnya dan Suzuki di Kota
Semarang khususnya adalah sebagai berikut :
Variabel merek berpengaruh paling besar terhadap proses pengambilan
keputusan pembelian sepeda motor Suzuki. Hasil ini menunjukkan
konsumen masih menganggap Suzuki merupakan pabrikan sepeda motor
dengan citra merek yang baik. Dalam hal kesetiaan merek, konsumen
masih membandingkan motor Suzuki Smash dengan merek lain, karena
itu dari pihak Suzuki perlu meningkatkan program-program yang dapat
menarik konsumen Smash agar tidak berpindah ke merek lain.
Variabel harga merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
melakukan pembelian produk. Konsumen akan membandingkan harga
yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima. Agar motor Suzuki
80
Smash bisa terjangkau untuk masyarakat bisa dilakukan dengan
menurunkan uang muka pembelian motor, kredit dengan bunga ringan,
dan souvenir untuk setiap pembelian motor Suzuki Smash.
Kualitas sepeda motor Suzuki perlu untuk ditingkatkan lagi. Slogan
Suzuki “Si Gesit Irit” memang sesuai dengan kenyataan. Motor Suzuki
handal dalam kecepatan tinggi, namun juga aman dikendarai karena rem
cakram di depan membuat jarak pengereman menjadi lebih dekat. Dalam
beberapa hal masih ada bagian yang memerlukan perbaikan kualitas.
Kualitas bodi motor masih bisa ditingkatkan lagi dengan memperkuat
sambungan bodi plastik dengan kerangka. Kehandalan mesin motor
ketika melewati tanjakan perlu diperbaiki lagi.
Ciri atau keistimewaan merupakan sarana untuk membuat suatu produk
menjadi berbeda dari pesaing. Ciri atau keistimewaan terutama yang
tampak adalah stripping atau stiker di bodi motor. Stripping berguna
untuk memperindah tampilan motor. Stripping yang disediakan oleh
Suzuki dinilai cukup menarik namun Suzuki masih bisa menambah
bentuk striping yang lebih banyak agar dapat menarik perhatian
konsumen. Desain bodi yang ramping sesuai dengan slogannya yaitu “Si
Gesit Irit”, desain tersebut dirasa beberapa konsumen masih kurang
sporty.
81
b. Saran bagi penelitian mendatang
Sedangkan bagi penelitian mendatang, bisa ditambahkan variabel-variabel
lain dan obyek penelitian yang berbeda dari yang sudah peneliti lakukan. Sampel
sebaiknya diluaskan lagi jumlahnya agar model penelitian menjadi kuat dalam
penjabaran pengaruh variabel dependen terhadap variabel independennya.
Pengisian kuesioner harus benar-benar dipantau agar tidak ada jawaban yang
kosong dan tidak terjadi kesalahan pengisian serta yang lebih utama adalah
pembuatan butir-butir pertanyaan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi kebingungan responden dalam mengisi dan jawaban yang dihasilkan dapat
merepresentasikan hal-hal yang ditanyakan.