ANALISIS PENGARUH 5C (CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL ...
Transcript of ANALISIS PENGARUH 5C (CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL ...
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
88
ANALISIS PENGARUH 5C (CHARACTER, CAPACITY, CAPITAL,
COLLATERAL, CONDITION of ECONOMIC) TERHADAP
KEPUTUSAN KREDIT DI PT. BPR MODERN EXPRESS AMBON
Lilian Sonya Loppies SE.,M.Sc
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura
Maria J.F Esomar
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura
Brian F.A Rikumahu
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura
ABSTRAK
Bank memperoleh keuntungan dari pinjaman yang disalurkan kepada nasabah. Pinjaman
yang disalurkan bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan risiko
minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui pengaruh Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economic secara parsial dan simultan
terhadap pemberian kredit di PT. BPR Modern Express Ambon. Populasi pada penelitian ini
adalah karyawan PT. BPR Modern Express Ambon. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah karyawan PT. BPR Modern Express Ambon sebanyak 48 responden. Teknik
analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu uji
validitas, uji reliabilitas dan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS.
Dari hasil pengujian yang dilakukan secara parsial dan secara simultan, Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economic mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pemberian kredit.
Kata kunci :, Analisa 5C, Pemberian Kredit, PT. BPR Modern Express Ambon
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank Pekreditan Rakyat (BPR)
memiliki produk seperti Tabungan dan
Deposito berjangka harus digalangkan.
Terutama Deposito, sehingga dapat
meningkatkan pembangunan melalui
kegiatan kredit. Peranan BPR di bidang
perekonomian bukan saja sebagai
pedagang uang, tetapi juga sebagai
pengatur peredaran uang, sehingga
aktivitas Bank sangat berpengaruh
terhadap distribusi uang secara
Nasional. (Wijoyo, 2020). Sebagian
besar dana operasi BPR di putar
dengan cara penyaluran kredit ke
masyarakat.
Pendapatan terbesar dalam Bank yang
dapat mempengaruhi modal adalah
pendapatan bunga dan penyaluran
kredit. Karena dari penyaluran kredit
maka pendapatan bunga akan semakin
meningkat. Peningkatan pendapatan
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
89
bunga tersebut dapat dipergunakan
untuk menutupi seluruh beban
operasional Bank, termasuk di
dalamnya kredit macet (NPL). Laba
Bank di dapat dengan cara mengurangi
beban operasional dan NPL. Dengan
demikian penyaluran kredit
memberikan masukkan yang sangat
besar untuk Bank, sehingga masing-
masing Bank dalam membuat
penyaluran kredit berbeda-beda.
Dengan tujuan menambah jumlah
modal walaupun ada pendapatan Bank
yang diperoleh selain dari bunga
seperti biaya administrasi dan jasa
transfer.
Kredit merupakan kegiatan
operasional terpenting dalam aktivitas
operasi Bank, dimana kredit memiliki
asset terbesar dibandingkan dengan
kegiatan operasional lain yang ada di
Bank. Semakin besar tingkat atau
proporsi kredit dari keseluruhan
pinjaman, maka semakin besar pula
jumlah invesatsi kredit yang di miliki
oleh Bank. Dengan besarnya volume
pinjaman kredit setiap tahunnya,
berarti Bank tersebut harus
menyediakan investasi yang lebih
besar lagi. Namun sebagian besar
resiko kerugian berasal dari kegiatan
tersebut. Maka kegiatan ini
membutuhkan cara tersendiri dalam
pengelolaannya agar Bank dapat
mencapai tujuan pemberian kredit
secara aman dan menguntungkan.
Proporsi penyaluran kredit
menentukan perannya dari besar
kecilnya pendapatan operasional yang
diterima Bank. Proporsi penggunaan
dan simpanan yang tidak ideal akan
mendorong kerugian pada Bank
tersebut. Oleh karena itu pengelolaan
kredit harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya dengan tujuan untuk menekan
resiko dari aktivitas kredit Bank seperti
tingginya Non Performing Loan
(NPL).(Afandi, 2012)
Pengelolaan kredit bermasalah atau
Non Performing Loan menjadi sangat
penting karena hal ini berdampak pada
kinerja perusahaan. NPL menunjukkan
seberapa besar kolektibilitas Bank
dalam mengumpulkan kembali kredit
yang telah disalurkannya. Tingginya
NPL dapat mempengaruhi kebijakan
Bank dalam menyalurkan
kreditnya.(Amelia & Marlius, 2018)
Kesalahan dalam penyaluran dana
lebih merugikan lagi jika tidak diproses
dengan baik. Hal itu dapat
menyebabkan banyaknya jumlah kredit
bermasalah atau macet. Jika hal ini di
alami oleh Bank maka tingkat
profitabilitas Bank tersebut akan
mengalami penurunan.
Besarnya jumlah kredit yang
disalurkan akan menetukan
keuntungan yang diperoleh. Akan
tetapi tidak berarti bahwa jumlah kredit
yang disalurkan besar akan
memberikan keuntungan yang besar
pula, dan hal ini akan berdampak pada
NPL Bank. Untuk itu perlu adanya
kebijakan dan analisis pemberian
kredit yang tepat dan efektif yang
diterapkan agar tingkat kredit
bermasalah berkurang.
PT. BPR Modern Express Ambon
didirikan sejak tahun 1988 berdasarkan
Akta pendirian No. 60 tanggal 28
November 1988. Akta ini mendapatkan
pengesahan dari Departemen
Kehakiman RI dengan SK Nomor C2-
5780.HT.01.01.TH pada tanggal 26
Juni 1989. Ijin operasional diperoleh
dari SK Menteri Keuangan No.
210/KM.13/1989 pada tanggal 4
November 1989.
PT. BPR Modern Express Ambon
merupakan Bank yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk
Tabungan dan Deposito kemudian
menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman
atau kredit.
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
90
Kegiatan penyaluran kredit sendiri juga
mengandung resiko, misalnya tidak
kembalinya dana yang diberikan
kepada nasabah. Dampak resiko yang
diterima Bank akan menggangu tingkat
likuiditas Bank tersebut. Resiko kredit
dapat ditekan dengan jalan melakukan
analisa kredit. Maka dari itu diperlukan
analisa kredit untuk mengetahui
keberhasilan aktivitas penyaluran
kredit itu dan juga untuk menekan
kemungkinan terjadinya resiko kredit.
Analisa kredit juga dilakukan untuk
menentukan besarnya jumlah pinjaman
yang akan diberikan, sedangkan tujuan
utama dari analisa kredit ini adalah
untuk menilai kesediaan dan
kemampuan calon debitur untuk
mengembalikan pinjaman pokok serta
bunganya atau memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian
kredit yang dilakukan.
Analisa kredit bertujuan untuk
menentukan besarnya jumlah pinjaman
yang akan diberikan kepada calon
debitur. Melakukan analisa kredit,
Bank dapat mengetahui kondisi
debitur secara keseluruhan atau utuh
sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia untuk memperkecil resiko
kredit.(Saraswati, 2012)
Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, penyaluran kredit
didasarkan pada prinsip kehati-hatian.
Bentuk penerapan prinsip kehati-hatian
dalam penyaluran kredit kepada
debitur dapat dilakukan dengan
beberapa cara analisa kredit yang
menggunakan prinsip kehati-hatian,
yaitu prinsip 3R, prinsip 5C, dan
prinsip 7P. Tetapi dalam penulisan ini,
penulis hanya menggunakan satu cara
analisa yaitu prinsip 5C. Menurut
Muljono dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Perkreditan menyebutkan
untuk dapat melakukan kegiatan
pekreditan secara sehat dan dapat
berjalan dengan baik, pihak Bank harus
menerapkan prinsip 5C yang meliputi:
Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition of
Economic.(NIM, n.d.)
Kasmir (2002), menyatakan bahwa
Character merupakan suatu keyakinan
bahwa sifat atau watak dari calon
debitur benar-benar dapat dipercaya.
Penilaian watak calon nasabah
didasarkan pada hubungan yang telah
terjalin antara Bank dan nasabah yang
bersangkutan atau informasi yang
diperoleh dari pihak lain yang dapat di
percaya sehingga Bank dapat
menyimpulkan bahwa nasabah atau
calon debitur bersangkutan jujur,
beritikad baik, dan tidak menyulitkan
Bank di kemudian hari. Indikatornya
meliputi: Itikad dan tanggung jawab,
Sifat atau watak jujur, dan Komitmen
pembayaran.
Capacity digunakan untuk melihat
kemampuan calon debitur yang
mengajukan kredit dalam
kemampuannya untuk membayar
angsuran dan menjalankan usaha.
Dalam penilaian kemampuan calon
debitur Bank harus meneliti keahlian
calon debitur dalam bidang usahanya
dan merasa yakin bahwa usaha yang
akan di biayai dikelola dengan baik
Indikatornya meliputi: Pendapatan
usaha calon debitur, Kemampuan calon
debitur dalam membayar angsuran, dan
Kemampuan calon debitur dalam
menyelesaikan kredit tepat waktu.
Capital adalah modal sendiri yang
dimiliki oleh calon debitur. Semakin
besar modal sendiri yang dimiliki,
Bank akan lebih yakin dalam
memutuskan pemberian kredit Dalam
penilaian terhadap modal yang dimiliki
oleh calon debitur, Bank harus
melakukan analisis terhadap posisi
keuangan secara keseluruhan, baik
untuk masa yang telah lalu dan untuk
masa yang akan datang sehingga dapat
diketahui kemampuan permodalan
calon debitur dalam menunjang
pembiayaan usaha calon debitur.
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
91
Indikatornya meliputi: sumber
penghasilan tetap calon debitur, Calon
debitur memiliki bidang usaha lain
sebagai sumber penghasilan, dan Calon
debitur memiliki tabungan di Bank.
Collateral yaitu barang yang
dijaminkan hendaknya melebihi
jumlah kredit yang diberikan. Jaminan
juga harus diteliti keabsahannya
sehingga jika terjadi suatu masalah,
maka jaminan dapat dipergunakan
secepat mungkin. Dalam
melaksanakan penilaian terhadap
jaminan, Bank harus menilai barang
yang hendaknya dijaminkan. Jaminan
tersebut harus melebihi jumlah kredit
yang diberikan dan jaminan juga harus
diteliti keabsahannya sehingga jika
terjadi suatu masalah maka jaminan
dapat dipergunakan secepat mungkin.
Indikatornya meliputi: Nilai jual
jaminan melebihi jumlah kredit,
Jaminan bersifat fisik, dan
Kepemilikkan jaminan dan keaslian
dokumen.
Condition of Economic merupakan
penilaian prospek bidang usaha yang
dibiayai hendaknya benar-benar
memiliki prospek yang baik sehingga
kemungkinan kredit bermasalah relatif
kecil. Indikatornya meliputi: Propek
pengembangan bisnis calon debitur,
Calon debitur masih bisa memenuhi
kewajiban hutangnya dengan semua
hutang yang masih menjadi
kewajibannya saat ini, dan Kondisi
keuangan calon debitur cukup untuk
menopang kewajiban hutang baru.
Menurut Saraswati (2012), kelima
prinsip tersebut sangat penting untuk
menjadi penilaian sebelum Bank
memberikan persetujuan pemberian
kredit. Bagi Bank, debitur yang
memenuhi semua syarat prinsip 5C
adalah nasabah yang layak untuk
mendapatkan kredit. Prinsip 5C ini
juga digunakan untuk melihat
bagaimana kredibilitas calon debitur
kedepannya.
PT. BPR Modern Express Ambon
sebagai Bank yang patuh dalam
menjalankan peraturan dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia dalam mengambil keputusan
tentang pemberian kredit sangat
memperhatikan prinsip tersebut. Tetapi
pada akhir-akhir ini terjadi masalah
dalam pemberian kredit di PT. BPR
Modern Express Ambon, dimana
terjadi peningkatan jumlah pemberian
kredit juga diikuti dengan peningkatan
NPL atau kredit bermasalah. Untuk itu,
penulis dalam penelitian ini berusaha
mengetahui seberapa besar pengaruh
prinsip 5C dalam keputusan pemberian
kredit.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahannya, yaitu:
1. Apakah Character berpengaruh
positif terhadap pemberian
kredit di PT. BPR Modern
Express Ambon?
2. Apakah Capacity berpengaruh
positif terhadap pemberian
kredit di PT. BPR Modern
Express Ambon?
3. Apakah Capital berpengaruh
positif terhadap pemberian
kredit di PT. BPR Modern
Express Ambon?
4. Apakah Collateral berpengaruh
positif terhadap pemberian
kredit di PT. BPR Modern
Express Ambon?
5. Apakah Condition of Economic
berpengaruh positif terhadap
pemberian kredit di PT. BPR
Modern Express Ambon?
6. Apakah Character, Capacity,
Capital, Collateral, dan
Condition of Economi
berpengaruh positif secara
simultan terhadap pemberian
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
92
kredit di PT. BPR Modern
Express Ambon?
II. LANDASAN TEORI
2.1 Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
pada dasarnya sama dengan Bank Umum,
hanya yang menjadi perbadaan adalah
jumlah jasa Bank yang dilakukan oleh
Bank Perkeditan Rakyat jauh lebih sempit.
Bank Perkreditan Rakyat dibatasi oleh
berbagai persyaratan sehingga tidak dapat
berbuat seleluasa Bank Umum.
Keterbatasan Bank Perkreditan Rakyat
juga dikaitkan dengan misi pendiri Bank
Perkreditan Rakyat itu sendiri. Menurut
Kasmir dalam praktiknya kegiatan Bank
Perkreditan Rakyat adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2008):
a. Menghimpun dana hanya
dalam bentuk:
1. Tabungan
2. Deposito
b. Menyalurkan dana dalam
bentuk:
1. Kredit Investasi
2. Kredit Modal Kerja
3. Kredit Perdagangan
Karena keterbatasan yang dimiliki
oleh Bank Perkreditan Rakyat, maka ada
beberapa larangan yang tidak boleh
dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.
Larangan ini meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Menerima Simpanan Giro
b. Mengikuti Kliring
c. Melakukan Kegiatan Valuta
Asing
d. Melakukan Kegiatan
Perasuransian
2.2 Definisi Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Credere yang mempunyai
arti “Kepercayaan” atau bahasa lainnya
Creditium yang mempunyai arti
“Kepercayaan akan kebenaran”. Dasar dari
kredit adalah kepercayaan. Pengertian
kredit ini kemudian berkembang dalam
kehidupan sehari-hari dengan definisi yang
lebih luas dan agak lain dari kata asalnya.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun
1998 tentang perbankan “Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
di persamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan”.(Lailiyah,
2014)
2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit
Menurut Kasmir pemberian suatu
fasilitas kredit mempunyai tujuan dan
fungsi tertentu. Tujuan pemberian kredit
tersebut tidak akan terlepas dari misi Bank
tersebut didirikan. Adapun tujuan utama
pemberian kredit antara lain (Kasmir,
2003):
a. Mencari Keuntungan
Bertujuan untuk memperoleh
hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga
yang diterima oleh Bank
sebagai balas jasa dan biaya
administrasi kredit yang
dibebankan kepada nasabah.
b. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk
membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk
modal kerja agar dapat
mengembangkan dan
memperluas usahanya.
c. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin
banyak kredit yang disalurkan
oleh pihak perbankan, maka
semakin baik. Semakin banyak
kredit berarti adanya
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
93
peningkatan pembangunan di
berbagai sektor.
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kredit merupakan kegiatan
operasional terpenting dalam aktivitas
operasi bank, dimana kredit memiliki asset
terbesar dibandingkan dengan kegiatan
operasional lain yang ada di Bank. Namun
sebagian besar resiko kerugian berasal dari
kegiatan tersebut. Maka kegiatan ini
membutuhkan cara tersendiri dalam
pengelolaannya agar Bank dapat mencapai
tujuan pemberian kredit secara aman dan
menguntungkan.(Gift, Putro, & Mayes,
2017)
Kegiatan penyaluran kredit sendiri
juga mengandung resiko, misalnya tidak
kembalinya dana yang diberikan kepada
nasabah. Dampak resiko yang diterima
Bank akan menggangu tingkat likuiditas
Bank tersebut. Resiko kredit dapat ditekan
dengan jalan melakukan analisa kredit.
Maka dari itu diperlukan analisa kredit
untuk mengetahui keberhasilan aktivitas
penyaluran kredit itu dan juga untuk
menekan kemungkinan terjadinya resiko
kredit.
Analisa kredit dapat dilakukan
dengan menggunakan prinsip 5C
(Character, Capacity, Capital, Collateral,
dan Condition of Economic). Jika proses
analisa 5C yang dilakukan kepada debitur
baik, usahanya berjalan dengan baik,
keuangannya baik, maka kredit bisa
diberikan oleh Bank.(Soedarto, 2004)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
: Uji Parsial
: Uji Simultan
Berdasarkan kerangka penelitian
diatas, peneliti berusaha untuk melihat
pengaruh prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan
Condition of Economic) dari sisi kreditur
terhadap pengaruhnya dalam pemberian
kredit kepada nasabah.
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
94
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Character
Terhadap Pemberian Kredit.
Character merupakan
keyakinan bahwa sifat atau
watak dari debitur benar-benar
dapat dipercaya. Hal ini
tercermin dari latar belakang
nasabah, baik latar belakang
pekerjaan maupun yang
bersifat pribadi. Ini merupakan
kemauan untuk membayar.
Menurut penelitian yang
dilakukan Sulistiowati
(Sulistiowati, 2009)),
Character berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pemberian kredit.
H1: Character berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit.
2. Pengaruh Capacity Terhadap
Pemberian Kredit.
Capacity digunakan untuk
melihat kemampuan nasabah
yang mengajukan kredit dalam
bidang bisnis yang
dihubungkan dengan
kemampuannya untuk
menjalankan usaha. Penilaian
ini digunakan untuk melihat
kemampuan nasabah dalam
mengembalikan kredit yang
diberikan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan
(Afandi, 2012), Capacity
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pemberian
kredit.
H2: Capacity berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit.
3. Pengaruh Capital Terhadap
Pemberian Kredit.
Capital berpengaruh besar bagi
pihak manajemen dalam
menerapkan keputusan
kebijakan pemberian kredit.
Semakin nasabah tersebut
mampu memenuhi persyaratan
dalam pemenuhan kecukupan
modal, maka kemampuan
nasabah untuk mengembalikan
kredit semakin besar. Penelitian
yang dilakukan (Wulandari,
2012)Capital berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pemberian kredit.
H3: Capital berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit.
4. Pengaruh Collateral
Terhadap Pemberian Kredit.
Salah satu prinsip yang
diterapkan dalam
mempengaruhi pemberian
kredit adalah Collateral yaitu
jaminan yang diberikan
merupakan tolak ukur bagi
pihak manajemen dalam
memutuskan untuk
memberikan kredit. Hal ini
memiliki pengertian bahwa
calon debitur yang memiliki
nilai jual jaminan yang
melebihi plafond kredit,
memiliki jaminan yang dapat
berupa jaminan fisik dan
memiliki jaminan yang sah
dengan dokumen asli, maka
kemungkinan besar pihak Bank
akan mengabulkan permintaan
kreditnya. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Wulandari,
2012) Collateral berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pemberian kredit.
H4: Collateral berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit.
5. Pengaruh Condition of
Economic Terhadap
Pemberian Kredit.
Dalam menilai kredit
hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi sekarang dan
kemungkinan untuk dimasa
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
95
yang akan datang sesuai sektor
masing-masing. Bidang usaha
yang dibiayai hendaknya
memiliki prospek yang baik
sehingga kemungkinan
terjadinya kredit bermasalah
relatif kecil. Hal ini
mengindikasikan bahwa
kondisi usaha debitur yang
cukup baik akan memberikan
jaminan bahwa pendapatan
debitur cukup baik dan
pembayaran kredit yang
dilakukan juga cukup baik
sehingga resiko terjadinya
kredit macet akan semakin
kecil. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
(Wulandari, 2012) Condition of
Economic berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pemberian kredit.
H5: Condition berpengaruh positif
terhadap pemberian kredit.
6. Pengaruh Character,
Capacity, Capital, Collateral,
Condition of Economi
Terhadap Pemberian Kredit.
Sebelum suatu fasilitas kredit
diberikan, Bank harus merasa
yakin bahwa kredit yang
diberikan harus benar-benar
akan kembali. Keyakinan
tersebut diperoleh dari hasil
analisa kredit sebelum kredit
tersebut diberikan. Analisa
kredit dapat dilakukan dengan
berbagai cara untuk
mendapatkan keyakinan
tentang nasabahnya, salah
satunya dengan menggunakan
prinsip 5C yaitu Character,
Capacity, Capital, Collateral,
Condition of Economic.
Menurut penelitian
(Sulistiowati, 2009),
Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition of
Economic berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pemberian kredit.
H6: Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition of Economic
berpengaruh positif terhadap
pemberian kredit.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah
karyawan PT. BPR Modern Express
Ambon. Hair, et al., (Dalam Ferdinand,
2014) menyarankan untuk menentukan
jumlah populasi yang diambil untuk suatu
penelitian adalah 3 sampai dengan 10 kali
indikator yang di pergunakan dalam
penelitian. Jumlah indikator yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak
16. Jadi atas dasar kriteria tersebut, dapat
ditentukan sampel minimal yang diambil
adalah:
n = 3 x I
Keterangan: n = Ukuran Sampel
n = 3 x 16
I = Jumlah indikator
n = 48
Berdasarkan data penentuan diatas,
maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karyawan PT. BPR
Modern Express Ambon sebanyak 48
responden. Teknik sampling yang
digunakan pada penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yaitu sampel yang
diambil berdasarkan maksud dan tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil
untuk dijadikan sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
tersebut memiliki informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini. Adapun
yang dijadikan kriteria penentuan sampel
adalah karyawan yang sedang bertugas
ataupun karyawan yang pernah bertugas
pada Seksi Kredit, Seksi Kredit Usaha
Mikro, Seksi Administrasi Kredit, Seksi
Administrasi Tagihan, dan Seksi Tagihan,
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
96
serta karyawan yang sedang dan pernah
bertugas pada bagian Seksi Dana.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data yang peneliti gunakan
dalam penulisan ini menggunakan data
kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari
pengisian kuisioner dan data yang tidak
dalam bentuk angka namun berupa sejarah
singkat perusahaan, visi dan misi
perusahaan serta struktur organisasi
perusahaan.
Sumber Data
Kebutuhan data pada penulisan ini,
sumber-sumber data yang akan ditelusuri
berupa:
a. Data Primer
Data yang secara langsung
penulis peroleh melalui
pengisian kuisioner dari
pegawai pada PT. BPR Modern
Express Ambon.
b. Data Sekunder
1. Riwayat kredit yang baik.
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, yaitu uji validitas, uji
reliabilitas dan analisis regresi linear
berganda dengan menggunakan SPSS.
Dimana teknik ini digunakan untuk
mengestimasi nilai variabel dependen
dengan menggunakan lebih dari satu
variabel independen (Algifari, 2000).
Sebelum melakukan analisis regresi linear
berganda, metode ini mensyaratkan untuk
melakukan uji asumsi klasik guna
mendapatkan hasil yang baik (Ghozali,
2005).
3.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh hubungan antara
variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda. Dalam
perhitungan regresi berganda ini,
diperlukan adanya perhitungan Logaritma
Natural terhadap variabel dependen. Hal
ini dikarenakan nilai data yang terlalu
besar berupa data nominal. Perlakuan
seperti ini dimaksudkan untuk membuat
data setara dengan data variabel
independen yang berupa data rasio.
Pengujian akan dilakukan dengan
model regresi berganda sebagai berikut:
Y= α + b1X1 +
b2X2 + b3X3 + b4X4 +
b5X5 + E1
Keterangan:
Y : Pemberian Kredit
a : Konstanta
b1…b5 : Koefisien Regresi
(parameter yang ditaksir)
X1 : Character
X2 : Capacity
X3 : Capital
X4 : Collateral
X5 : Condition of
Economic
E1 : Faktor Kesalahan
(Error Term)
3.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan
variabel dependen. Nilai Koefisien
Determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jika
nilai Koefisien Determinasi mendekati satu
berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen, dan
begitu juga sebaliknya (Ghozali, 2005).
Namun, terdapat kelemahan dari
penggunaan Koefisien Determinasi (R2)
ini, yaitu adanya bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Karena jika terdapat
penambahan variabel independen maka
nilai (R2) pasti meningkat tidak peduli
apakah vaiabel independen tersebut
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
97
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Untuk itu dianjurkan
untuk menggunakan Adjusted R2 karena
nilai ini tidak akan naik atau turun
meskipun terdapat penambahan variabel
independen ke dalam model.
3.3.3 Uji Hipotesis
Model regresi yang telah
memenuhi asumsi klasik, maka
selanjutnya dilakukan pengujian dengan
menguji persamaan regresi secara parsial
dan secara simultan.
3.3.3.1 Uji Pengaruh Parsial (Uji T)
Pengujian hipotesis yang dilakukan
secara parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan signifikansi dari masing-
masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan uji-t pada tingkat keyakinan 95%
dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Apabila p-value > 0,05 maka
H0 diterima.
Ha : Apabila p-value < 0,05 maka
Ha diterima
Untuk mengetahui kebenaran
hipotesis digunakan kriteria bila t hitung >
t tabel maka menolak H0 dan menerima Ha.
Artinya ada pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen
dengan derajat keyakinan yang digunakan
5% atau dengan melihat nilai dari
signifikansi uji t masing-masing variabel.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa menolak H0 dan
menerima Ha (Ghozali, 2005).
3.3.3.2 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F adalah uji kelayakan model
(goodness of fit) yang harus dilakukan
dalam analisis regresi linear. Uji F
digunakan untuk menilai kelayakan model
regresi yang telah terbentuk. Jika nilai
signifikansi kurang dari 0,05 maka variabel
independen dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen. Dalam
analisis regresi linear, signifikansi pada uji
F sama hasilnya dengan signifikansi pada
uji T (Ghozali, 2005).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.4 Gambaran Umum Responden
4.1.4.1 Responden Menurut Jenis
Kelamin
Berdasrkan jenis kelamin dapat
dilihat jumlah responden pria dan wanita
dalam penelitian pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Responden Menurut Jenis Kelamin
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Laki-laki 26 54,2
2 Perempuan 22 45,8
Jumlah 48 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
jumlah responden menurut jenis kelamin
sebanyak 48 orang, dimana laki-laki
sebanyak 54,2% sementara perempuan
sebanyak 45,8%.
4.1.4.2 Responden Menurut Umur
Berdasarkan umur responden dapat
dibuat pengelompokkan sebagai seperti
pada tabel berikut ini:
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
98
Tabel 4.2
Responden Menurut Umur
No Keterangan Jumlah Persentase
1 26 - 35 tahun 12 29,2
2 36 – 45 tahun 20 54,1
3 46 – 53 tahun 10 12,5
4 ≥ 54 tahun 6 4,2
Jumlah 48 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui jumlah
responden yang paling banyak berumur
antara 36 – 45 tahun sebanyak 20 orang
atau 54,1% dan diikuti oleh responden
dengan umur 26 – 35 tahun sebanyak 12
orang atau 29,1%.
4.1.4.3 Responden Menurut Tingkat
Pendidikan
Pendidikan terakhir yang dimiliki
oleh para responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Keterangan Jumlah Persentase
1 D3 0 0
2 S1 42 95.9
3 S2 6 4,1
4 S3 0 0
Jumlah 48 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui jumlah
responden yang berpendidikan S1 lebih
banyak, yaitu 95,9% atau sebanyak 42
orang dan diikuti dengan responden yang
berpendidikan S2 sebanyak 6 orang atau
4,1%.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan bertujuan
untuk mengukur sejauh mana kuisioner
memberikan hasil yang diinginkan
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Character)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .854** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .879** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .914** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
99
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Capacity)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .821** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .849** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .827** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Capital)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .851** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .899** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .857** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Collateral)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .928** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .852** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .921** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel X5 (Condition of Economic)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .774** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .755** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .814** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Y (Pemberian Kredit)
No Pernyataan Nilai Standar Kesimpulan
Pernyataan 1 .860** 0.36 Valid
Pernyataan 2 .760** 0.36 Valid
Pernyataan 3 .894** 0.36 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Berdasarkan tabel 4.4 – 4.9 diatas,
menujukkan bahwa seluruh butir
pernyataan dianggap valid karena lebih
besar dari 0.36. Hal ini sesuai dengan
ketentuan standar sebagaimana
diasumsikan oleh Sugiyono (2003) bahwa
apabila validitas setiap pernyataan > 0.36
maka seluruh butir pernyataan atau
pertanyaan dianggap valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dimaksudkan
untuk mengetahui konsistensi hasil sebuah
jawaban tentang tanggapan responden. Uji
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
100
reliabilitas yang dilakukan terhadap
variabel-variabel sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabiltas Variabel X dan Y
Variabel Cronbach’s Alpha Standard Keterangan
Pemberian Kredit (Y) .784 0.60 Valid
Character (X1) .857 0.60 Valid
Capacity (X2) .773 0.60 Valid
Capital (X3) .837 0.60 Valid
Collateral (X4) .877 0.60 Valid
Condition of Economic
(X5)
.684 0.60 Valid
Sumber: Hasil olah data penelitian, 2018
Berdasarkan tabel 4.10, hasil uji reliabilitas
menunjukkan bahwa variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah reliable karena
Chronbach’s Alpha yang diperoleh
seluruhnya lebih besar dari 0.60.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk
mengetahui kondisi data agar dapat
menentukan model analisis yang tepat.
Data yang digunakan sebagai regresi
berganda dalam menguji hipotesis harus
menghindari kemungkinan terjadinya
penyimpangan asumsi klasik.
4.2.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (Ghozali, 2005). Cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya Multikolinearitas yaitu dengan
melihat besaran nilai Variance Inflation
Factors (VIF) dan Tolerance (TOL). Suatu
model regresi dapat dikatakan bebas
Multikolinearitas jika nilai TOL ≥ 0,1 dan
nilai VIF ≤ 10.
Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant) 4.926 1.810 2.721 .009 Character .253 .079 .292 3.194 .003 .753 1.329
Capacity .259 .104 .211 2.495 .017 .881 1.135
Capital .415 .094 .424 4.399 .000 .674 1.483
Colateral .151 .072 .167 2.080 .044 .973 1.028
Condition of Economic
.316 .119 .253 2.652 .011 .687 1.455
a. Dependent Variable: Pemberian Kredit
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
101
Dari data diatas, diketahui bahwa seluruh
variabel independen memiliki nilai
Tolerance diatas 0.1 dan nilai VIF yang
lebih kecil dari 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini bebas dari masalah
multikolinearitas.
4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan Variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Jika varians dan residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap
maka disebut Homokedastisitas, sedang
model regresi yang baik adalah yang
sifatnya Homokedastisitas Ghozali dalam
(Janie, 2012). Untuk menguji ada atau
tidaknya Heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat Scatter Plot
antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residual (SRESID).
Dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual
(Yprediksi=Ysesungguhnya) yang telah di
Studentized.
Dasar dari pengambilan keputusan
yang terkait dengan Scatter Plot tersebut
adalah (Ghozali, 2005):
a. Jika terdapat pola tertentu,
yaitu jika titik-titiknya
membentuk pola tertentu dan
teratur, maka terdapat
Heteroskedastisitas.
b. Jika tidak terdapat pola yang
jelas, yaitu titik-titiknya
menyebar serta dibawah angka
nol sumbu Y, maka tidak
terdapat Heteroskedastisitas.
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Dari grafik Scatterplot diatas, dapat
dilihat bahwa titik-titik menyebar
di bawah angka nol pada sumbu Y
dan tidak membentuk pola tertentu.
Maka dapat disimpulkan bahwa
damnmodel regresi tidak terdapat
gejala
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
102
Heteroskedastisitas.
4.2.3.3 Uji Normalitas
Ghozali dalam (Janie, 2012),
menyatakan bahwa salah satu cara untuk
melihat normalitas data adalah dengan
menggunakan grafik. Jika data menyebar
jauh dari diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram
berarti tidak menunjukkan distribusi
normal. Maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. Gambar di
bawah ini adalah gambar Histogram yang
berasal dari pengolahan data menggunakan
SPSS 24.
Sumber: Hasil olah data
SPSS 24, 2018
Cara lain yang digunakan untuk
melihat normalitas data adalah dengan
menggunakan Normal Probabilty Plot.
Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan
distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Berdasarkan gambar P-Plot dan Histogram
dapat dilihat bahwa data-data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
103
menunjukkan pola distribusi normal.
Dengan demikian model regresi memenuhi
syarat atau asumsi normalitas.
4.2.4 Analisis Regresi Linear
Berganda
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh hubungan antara
variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda. Dalam
perhitungan regresi berganda ini,
diperlukan adanya perhitungan Logaritma
Natural terhadap variabel dependen. Hal
ini dikarenakan nilai data yang terlalu
besar berupa data nominal. Perlakuan
seperti ini dimaksudkan untuk membuat
data setara dengan data variabel
independen yang berupa data rasio.
Tabel 4.12
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant) 4.926 1.810 2.721 .009 Character .253 .079 .292 3.194 .003 .753 1.329
Capacity .259 .104 .211 2.495 .017 .881 1.135
Capital .415 .094 .424 4.399 .000 .674 1.483
Colateral .151 .072 .167 2.080 .044 .973 1.028
Condition of Economic
.316 .119 .253 2.652 .011 .687 1.455
a. Dependent Variable: Pemberian Kredit
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Berdasarkan data diatas dapat dituliskan
model persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Y= 4.926 + 0,253X1 + 0,259X2 +
0,415X3 + 0,151X4 + 0,316X5 + e
Dari hasil analisis regresi diatas,
dapat disimpulkan bahwa semua variabel
bebas (variabel X) memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap variabel
terikat (variabel Y). Variabel yang
memiliki pengaruh paling besar terhadap
variabel Y atau Pemberian Kredit adalah
variabel Capital (X3).
4.2.5 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan
variabel dependen. Nilai Koefisien
Determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jika
nilai Koefisien Determinasi mendekati satu
berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen, dan
begitu juga sebaliknya.(Juliandi,
Manurung, & Satriawan, 2018)
Namun, terdapat kelemahan dari
penggunaan Koefisien Determinasi (R2)
ini, yaitu adanya bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Karena jika terdapat
penambahan variabel independen maka
nilai (R2) pasti meningkat tidak peduli
apakah vaiabel independen tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Untuk itu dianjurkan
untuk menggunakan Adjusted R2 karena
nilai ini tidak akan naik atau turun
meskipun terdapat penambahan variabel
independen ke dalam model.
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
104
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .858a .736 .705 1.11663
a. Predictors: (Constant), Condition of Economic, Colateral, Capacity, Character, Capital b. Dependent Variable: Pemberian Kredit
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Dari tampilan tabel 4.13 diatas, besarnya
nilai Adjusted R2 adalah 0,736. Artinya
kelima variabel independen (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition of
Economic) dalam penelitian ini hanya
mampu menjelaskan 73,6% variasi yang
terjadi dalam variabel dependennya
(Pemberian Kredit). Sementara variasi
lainnya yaitu 26,4% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini.
4.2.6 Uji Hipotesis
4.2.6.1 Uji T
Pengujian hipotesis yang dilakukan
secara parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan signifikansi dari masing-
masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan uji-t pada tingkat keyakinan 95%
dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Apabila p-value > 0,05 maka
H0 diterima.
Ha : Apabila p-value < 0,05 maka
Ha diterima
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis
digunakan kriteria bila t hitung > t tabel
maka menolak H0 dan menerima Ha.
Artinya ada pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen
dengan derajat keyakinan yang digunakan
5% atau dengan melihat nilai dari
signifikansi uji t masing-masing variabel.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa menolak H0 dan
menerima Ha (Ghozali, 2005).
Tabel 4.14
Hasil Uji T (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.926 1.810
2.721 .009
Character .253 .079 .292 3.194 .003 .753 1.329
Capacity .259 .104 .211 2.495 .017 .881 1.135
Capital .415 .094 .424 4.399 .000 .674 1.483
Colateral .151 .072 .167 2.080 .044 .973 1.028
Condition of Economic
.316 .119 .253 2.652 .011 .687 1.455
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
105
a. Dependent Variable: Pemberian Kredit
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, dapat
disimpulkan hasil analisis uji T sebagai
berikut:
1. Nilai thitung pada variabel Character
(X1) adalah 3.194 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.003, artinya
variabel Character secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Pemberian
Kredit. Karena 3.194 > 1.681 dan
0.003 < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis
pertama (H1) yang menyatakan
Character berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pemberian
Kredit dapat diterima.
2. Nilai thitung pada variabel Capacity
(X2) adalah 2.495 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.017, artinya
variabel Capacity secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Pemberian
Kredit. Karena 2.495 > 1.681 dan
0.017 < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kedua
(H2) yang menyatakan Capacity
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pemberian Kredit dapat
diterima.
3. Nilai thitung pada variabel Capital
(X3) adalah 4.399 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.000, artinya
variabel Capital secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Pemberian
Kredit. Karena 4.399 > 1.681 dan
0.000 < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis
ketiga (H3) yang menyatakan
Capital berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pemberian
Kredit dapat diterima.
4. Nilai thitung pada variabel Collateral
(X4) adalah 2.080 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.044, artinya
variabel Collateral secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Pemberian
Kredit. Karena 2.080 > 1.681 dan
0.044 < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis
keempat (H4) yang menyatakan
Collateral berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pemberian
Kredit dapat diterima.
5. Nilai thitung pada variabel Condition
of Economic (X5) adalah 2.652
dengan tingkat signifikansi sebesar
0.011, artinya variabel Condition
of Economic secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Pemberian
Kredit. Karena 2.652 > 1.681 dan
0.011 < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis
kelima (H5) yang menyatakan
Condition of Economic
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pemberian Kredit dapat
diterima.
4.2.6.2 Uji F
Uji F adalah uji kelayakan model
(goodness of fit) yang harus dilakukan
dalam analisis regresi linear. Uji F
digunakan untuk menilai kelayakan model
regresi yang telah terbentuk. Jika nilai
signifikansi kurang dari 0,05 maka variabel
independen dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen. Dalam
analisis regresi linear, signifikansi pada uji
F sama hasilnya dengan signifikansi pada
uji T .
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
106
Tabel 4.15
Hasil Uji F (Simultan) ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 146.298 5 29.260 23.467 .000b
Residual 52.368 42 1.247 Total 198.667 47
a. Dependent Variable: Pemberian Kredit b. Predictors: (Constant), Condition of Economic, Colateral, Capacity, Character, Capital
Sumber: Hasil olah data SPSS 24, 2018
Pengujian model keseluruhan atau
simultan diperoleh dengan melihat nilai F
statistik dari model persamaan regresi.
Pengujian pengaruh secara simultan dari
prediktor Character (X1), Capacity (X2),
Capital (X3), Collateral (X4), dan
Condition of Economic (X5) terhadap
Pemberian Kredit (Y) menunjukkan nilai
pengujian F statistik sebesar 23.467
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai Fhitung (23.467) lebih besar dari Ftabel
(2,44). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai signifikansi F lebih kecil dari 0.05,
yang berarti bahwa pengujian simultan dari
Character (X1), Capacity (X2), Capital
(X3), Collateral (X4), dan Condition of
Economic (X5) memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap Keputusan
Pemberian Kredit (Y) atau dengan kata lain
hipotesis atau H6 diterima.
Kesimpulan :
Dari hasil pengujian yang dilakukan secara
parsial dan secara simultan, Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan
Condition of Economic mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pemberian kredit. Artinya BPR
Moderen telah mempertimbangkan
analisis 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition of Economic)
dalam pemberian kredit. Proses pemberian
kredit dilakukakan dengan analisi yang
ketat untuk menghindari meningkatnya
kredit bermasalah.
Saran
Pihak Bank dalam memberikan kredit
harus tetap memperhatikan Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan
Condition of Economic debitur. Hal ini
perlu dilakukan agar Bank dapat
menekan kredit macet sehingga tidak
merugikan Bank. Sistem kredit dengan
memperhatikan agunan yang diberikan
oleh peminjam. Pada saat debitur tidak
bisa melunasi pinjamannya maka
agunan dapat dipakai sebagai alternatif
bagi pelunasan kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, P. (2012). Analisis Implementasi
5C Bank BPR dalam Menentukan
Kelayakan Pemberian Kredit pada
Nasabah (Studi Kasus Pada PD BPR
Bank Salatiga dan PT BPR
Kridaharta Salatiga). Among
Makarti, 3(1).
Amelia, L., & Marlius, D. (2018).
Pengendalian kredit dalam upaya
menciptakan bank yang sehat pada
pt. bank pembangunan daerah
sumatera barat cabang utama
padang.
Gift, V., Putro, T. S., & Mayes, A. (2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit pada bank
perkreditan rakyat (bpr) di provinsi
riau tahun 2006-2015. Riau
University.
Janie, D. N. A. (2012). Statistik deskriptif
& regresi linier berganda dengan
SPSS. Jurnal, April.
Jurnal SOSOQ VOLUME 9 Nomor 1 Februari 2021
107
Juliandi, A., Manurung, S., & Satriawan,
B. (2018). Mengolah data penelitian
bisnis dengan SPSS. Lembaga
Penelitian dan Penulisan Ilmiah
AQLI.
Kasmir. (2003). Manajemen Perbankan.
Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya.
Lailiyah, A. (2014). Urgensi Analisa 5c
Pada Pemberian Kredit Perbankan
Untuk Meminimalisir Resiko.
Yuridika, 29(2).
NIM, R. (n.d.). TINJAUAN YURIDIS
PENERAPAN THE FIVE Câ€TM S
OF CREDIT (5C) DALAM
ANALISIS PEMBERIAN KREDIT
DI PT. BANK PERKREDITAN
RAKYAT LOKADANA SENTOSA
SUNGAI RAYA KABUPATEN
KUBU RAYA. Jurnal Fatwa
Hukum, 1(1).
Saraswati, R. A. (2012). Peranan analisis
laporan keuangan, Penilaian prinsip
5c calon debitur dan pengawasan
kredit Terhadap efektivitas
pemberian kredit Pada pd bpr bank
pasar kabupaten temanggung.
Nominal: Barometer Riset Akuntansi
Dan Manajemen, 1(1).
Soedarto, M. (2004). Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit pada bank
perkreditan rakyat (Studi kasus pada
BPR di wilayah kerja BI Semarang).
program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Sulistiowati, N. (2009). Adverse selection
in credit analysis of the Community
Credit Bank (CCB). Institute of
Economy, Finance and Statistics.
Wijoyo, H. (2020). Analisis Pengendalian
Internal Dalam Pemberian Kredit
Pada PT Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) Indomitra Mandiri. TIN:
Terapan Informatika Nusantara,
1(4), 157–162.
Wulandari, D. A. D. (2012). Pengaruh
Five “C” s of Credit Terhadap Proses
Pemberian Kredit pada BPR di Kota
Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi
Bisnis, 1(2), 212–225.