ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/54690/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO BUDIDAYA …digilib.unila.ac.id/54690/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO BUDIDAYA UDANG VANAME
DI KECAMATAN RAWAJITU TIMUR
KABUPATEN TULANG BAWANG
(Skripsi)
Oleh
ARUM RENANDA
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
PROFIT ANALYSIS AND RISK OF VANAME SHIRMP CULTIVATION
IN RAWAJITU TIMUR DISTRICT,
TULANG BAWANG REGENCY
By
Arum Renanda
This study aims to analyze (1) income in vaname shrimp cultivation, (2) the risk
of vaname shrimp cultivation, and (3) the relationship between risk and income of
vaname shrimp cultivation. Data collection was carried out in Rawajitu Timur
Subdistrict in Bumi Dipasena Utama Village and Bumi Dipasena Agung Village
in February-March 2018. The number of respondents was 50 vaname shrimp
farmers who were taken in a simple random manner. Primary data were obtained
through direct interviews with shrimp farmers and secondary data were obtained
from several related institutions. Data were analyzed using farm income analysis,
variation coefficient analysis (CV), and Pearson product moment correlation test.
The results showed that vaname shrimp cultivation was profitable with revenue of
Rp.49 million/ha/season (3 months). Production risk and income risk in vaname
shrimp cultivation are high while the price risk is relatively low. There is a
positive relationship between risk and income of vaname shrimp cultivation.
Keywords: profit analysis, risk, vaname shirmp
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO BUDIDAYA UDANG VANAME
DI KECAMATAN RAWAJITU TIMUR
KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
Arum Renanda
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) pendapatan dalam budidaya udang
vaname, (2) risiko budidaya udang vaname, dan (3) hubungan antara risiko dan
pendapatan budidaya udang vaname. Pengambilan data dilakukan di Kecamatan
Rawajitu Timur di Desa Bumi Dipasena Utama dan Desa Bumi Dipasena Agung
pada bulan Februari–Maret 2018. Jumlah responden adalah 50 orang petani
tambak udang vaname yang diambil secara acak sederhana. Data primer
diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan petani tambak udang. Data
sekunder diperoleh dari beberapa lembaga terkait. Data dianalisis menggunakan
analisis pendapatan usahatani, analisis koefisien variasi (CV), dan uji korelasi
product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang
vaname menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp49 juta/ha/musim (3
bulan). Risiko produksi dan risiko pendapatan dalam budidaya udang vaname
tergolong tinggi sedangkan risiko harga tergolong rendah. Terdapat hubungan
positif antara risiko dan pendapatan budidaya udang vaname.
Kata Kunci : pendapatan, risiko, udang vaname
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO BUDIDAYA UDANG VANAME
DI KECAMATAN RAWAJITU TIMUR
KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
Arum Renanda
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Dayamurni, Kecamatan Tumijajar,
Tulang Bawang Barat pada tanggal 12 Januari 1996 dan
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Ali Dirgyantoro dan Ibu Wagiati. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Dayamurni Kecamatan Tumijajar
pada tahun 2002, lulus pada tahun 2008. Penulis menempuh pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Tulang Bawang Udik, lulus pada
tahun 2011, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 1 Tumijajar, lulus pada tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memperoleh
Beasiswa Bidikmisi.
Pada tahun 2015, penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan
Pertanian) selama 7 hari di Di Pekon Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo,
Kabupaten Tanggamus. Penulis melakukan kegiatan Praktik Umum (PU) selama
40 hari di Sentulfresh Indoneia, Sukaraja, Bogor pada tahun 2017. Penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Rejo Basuki
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
Semasa kuliah di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota
bidang 4 (Kewirauahaan) pada organisasi HIMASEPERTA periode 2015/2016.
Penulis juga aktif sebagai Korps Muda Bem (KMB) pada organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila pada periode 2014/2015 serta aktif sebagai
staf Kominfo BEM Unila pada periode 2015/2016 dan 2016/2017. Penulis
dipercaya menjadi asisten dosen mata kuliah Sosiologi Pedesaan dan Ekonomi
Makro.
SANWACANA
Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil „alamin Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pendapatan Dan Risiko Budidaya Udang Vaname di Kecamatan
Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang” dengan baik. Sholawat beriring
salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan teladan bagi seluruh
umat Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya.
Aamiin ya Rabbalalaamiin
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya
dukungan, bimbingan, nasihat, saran dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P. M.Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung yang telah membererikan arahan, saran dan
nasihat.
3. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., sebagai Ketua Jurusan Periode
2014-2018 dan sebagai Pembimbing Pertama yang memberikan bimbingan,
saran, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., sebagai Pembimbing kedua, yang telah
memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc, selaku Pembahas, yang telah memberikan saran,
arahan, dan masukan untuk perbaikan skripsi.
6. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., selaku Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan saran dan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa Jurusan
Agribisnis.
7. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan
bantuan dan kerja sama selama ini.
8. Keluarga tercinta, Bapak Ali Dirgyantoro dan Ibu Wagiati, adikku Bayu Aji
Ali, Mbak Yesi, Mas fathur, Kuswanda, Om Sigit dan Mbak Devi serta
seluruh keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan dukungan
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kepala Desa Bumi Dipasena Utama dan Bumi Dipasena Agung yang telah
memberikan izin melakukan penelitian, keluarga besar Koperasi P3U
(Perhimpunan Petambak Plasma Udang) dan seluruh responden yang telah
memberikan informasi terkait penelitian penulis.
10. Sahabat-sahabatku Strong Women Squad, Dewi Irasanti, dan Desi Aditia
Mahardika dan Dwi Novitasari atas semangat bantuan, saran, dan
kebersamaan yang telah diberikan.
11. Teman-teman terbaik Deta Pratiwi, Adek Fitri Sakinah, Chindy Yulianti
Putri, Dita Nastiti, Neni, Abu Haris, Dewi Les, Aurora, Cindy Puri, Faakhira,
Kak Boim, Defline, dan seluruh teman Agribisnis 2014 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan doa, semangat, dan
dukungan.
12. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, namun semoga karya kecil ini bermanfaat bagi semua pihak.
Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Penulis
Arum Renanda
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 12
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 12
1. Budidaya Udang Vaname ....................................................... 12
2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani ........................ 13
3. Risiko Usahatani ..................................................................... 15
4. Hubungan antara Risiko dan Pendapatan ............................... 18
5. Penelitian Terdahulu ............................................................... 20
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 28
A. Metode Penelitian ......................................................................... 28
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................... 28
ii
C. Lokasi, Responden dan Waktu Pengambilan Data ....................... 32
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .................................. 33
E. Metode Analisis Data .................................................................... 33
1. Analisis Tingkat Pendapatan Budidaya Udang Vaname ........ 34
2. Analisis Risiko Budidaya Udang Vaname .............................. 35
3. Hubungan Risiko dan Pendapatan ......................................... 37
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .............................. 40
A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang ............................. 40
B. Gambaran Umum Kecamatan Rawajitu Timur ............................... 42
1. Keadaan Geografi ....................................................................... 42
2. Keadaan Demografi .................................................................. 43
3. Keadaan Pertanian ..................................................................... 43
C. Gambaran Umum Kampung Bumi Dipasena Utama
dan Bumi Dipasena Agung ............................................................. 44
1. Keadaan Geografi ..................................................................... 44
2. Keadaan Demografi .................................................................. 45
3. Keadaan Pertanian .................................................................... 45
D. Sarana dan Prasarana Penunjang ..................................................... 46
E. Sejarah Tambak Udang Rakyat ....................................................... 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 51
A. Karakteristik Petani Responden ...................................................... 51
1. Umur Petani .............................................................................. 51
2. Tingkat Pendidikan Petani ....................................................... 52
3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden .................... 52
4. Pengalaman Petani Tambak Udang dalam Budidaya Udang ... 53
iii
5. Pekerjaan Sampingan Responden Petani ................................. 54
6. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan ............................. 55
7. Permodalan Petani Responen ................................................... 57
B. Budidaya Udang Vaname di Daerah Penelitian .............................. 58
1. Pola Budidaya Udang Vaname ................................................ 58
2. Budidaya Udang Vaname di Kecamatan Rawajitu Timur ....... 59
C. Penggunaan Sarana Produksi .......................................................... 63
1. Penggunaan Benur .................................................................... 63
2. Penggunaan Pakan .................................................................... 64
3. Penggunaan Pupuk ................................................................... 64
4. Penggunaan Kapur Pertanian ................................................... 65
5. Penggunaan Obat-obatan .......................................................... 65
6. Penggunaan BBM (Solar) ........................................................ 66
7. Penggunaan Tenaga Kerja ........................................................ 67
8. Penggunaan Peralatan .............................................................. 71
D. Produksi dan Penerimaan ................................................................ 77
E. Pendapatan Budidaya Udang Vaname ............................................ 80
F. Analisis Risiko Budidaya Udang Vaname ...................................... 84
1. Permasalahan yang dihadapi .................................................... 84
2. Analisis Risiko Budidaya Udang Vaname ............................... 89
G. Hubungan Risiko Pendapatan dan Pendapatan
Budidaya Udang Vaname ............................................................... 95
iv
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 98
B. Saran ................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 100
LAMPIRAN ................................................................................................ 104
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai ekspor komoditi perikanan menurut komoditi tahun 2015 ..... 2
2. Produksi perikanan budidaya di Indonesia tahun 2013 (ton) ............ 4
3. Produksi, harga, produktivitas dan luas panen budidaya udang
vaname di Provinsi Lampung tahun 2011-2015 ............................... 5
4. Tinjauan pustaka penelitian terdahulu ............................................. 21
5. Prasarana pertanian di Kecamatan Rawajitu Timur, tahun 2016 ......46
6. Kelompok umur petani responden tambak udang di
Kecamatan Rawajitu Timur ........................................................... 51
7. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan tingkat
pendidikan di Kecamatan Rawajitu Timur ...................................... 52
8. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan
jumlah tanggungan keluarga ........................................................... 53
9. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan
pengalaman berbudidaya udang di Kecamatan Rawajitu Timur ..... 54
10. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan
pekerjaan sampingan di Kecamatan Rawajitu Timur ..................... 55
11. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan
luas lahan di Kecamatan Rawajitu Timur ....................................... 56
12. Sebaran responden petani tambak udang berdasarkan status
kepemilikan lahan di Kecamatan Rawajitu Timur ........................... 57
13. Penggunaan benur, pakan, pupuk urea, kapur pertanian,
saponin, dan solar dalam budidaya udang ....................................... 67
vi
14. Rata-rata penggunaan tenaga kerja budidaya udang vaname di
Kecamatan Rawajitu Timur ............................................................. 68
15. Peralatan yang digunakan dalam budidaya udang vaname
di Kecamatan Rawajitu Timur .......................................................... 72
16. Rata-rata umur panen, berat, produksi, harga, dan penerimaan
budidaya udang vaname dalam satu siklus budidaya di
Kecamatan Rawajitu Timur .............................................................. 77
17. Hubungan antara jumlah, berat udang dan harga udang per kg
pada budidaya siklus MT di Kecamatan Rawajitu Timur ................. 78
18. Hubungan umur panen udang dengan berat udang vaname
per ekor di Kecamatan Rawajitu Timur ............................................ 80
19. Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan budidaya
udang vaname dalam satu siklus budidaya di
Kecamatan Rawajitu Timur ....................................................... 82
20. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya udang di Kecamatan
Rawajitu Timur ....................................................................... 84 21. Produksi, harga, biaya dan pendapatan pada budidaya
udang vaname dalam 6 siklus musim tanam di
Kecamatan Rawajitu Timur ............................................................ 89
22. Umur panen dan jumlah petani yang mengalami dalam
budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur .................. 90
23. Risiko produksi, harga dan pendapatan budidaya udang vaname
di Kecamatan Rawajitu Timur .............................................. 94 24. Hubungan antara risiko pendapatan dan pendapatan budidaya
udang di Kecamatan Rawajitu Timur ................................... 96
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Produktivitas udang vaname di Kabupaten Tulang Bawang
pada tahun 2011—2015 .................................................................... 5
2. Harga udang vaname di tingkat petani Kecamatan Rawajitu Timur
pada tahun 2017 .................................................................................. 6
3. Bagan alir analisis pendapatan dan risiko budidaya udangvaname 27
4. Peta Kabupaten Tulang Bawang ..................................................... 41
5. Peta Kecamatan Rawajitu Timur ..................................................... 42
6. Luas lahan yang dimiliki PTU ........................................................ 56
7. Pola budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur ........ 59
8. Penempatan kincir dalam tambak ................................................... 73
9. Produksi rata-rata budidaya udang vaname per ha selama 6 siklus
budidaya terakhir (kg/ha) ................................................................ 90
10. Fluktuasi harga udang vaname di tingkat petani ............................. 92
11. Fluktuasi pendapatan budidaya udang vaname (Rp/ha) .................. 93
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai
macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan
dengan luas mencapai 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km
2 perairan teritorial dan
2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, dengan garis pantai 81.000 km.
Dengan demikian wilayah geografis negara Indonesia mempunyai potensi yang
besar dalam pengembangan sektor perikanan. Potensi sektor perikanan Indonesia
terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 2015 subsektor
perikanan tangkap Indonesia untuk komoditas utama berupa tuna, tongkol dan
cakalang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15.47%, 5.65%, dan
15.79%. Sedangkan untuk perikanan budidaya, komoditas yang mengalami
peningkatan produksi antara lain rumput laut, kekerangan dan tewes, masing-
masing sebesar 10.83%, 16.18%, dan 24.83% (KKP, 2015).
Potensi di sektor perikanan yang cukup baik membuat Indonesia menjadi negara
pengekspor hasil perikanan khususnya udang. Udang merupakan komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Udang merupakan
komoditas ekspor utama Indonesia di sektor perikanan. Udang menyumbang
2
angka terbesar untuk nilai ekspor produk perikanan. Pada Tabel 1 dapat dilihat
tahun 2014-2015 rata-rata kontribusi nilai ekspor udang Indonesia.
Tabel 1. Nilai ekspor komoditi perikanan menurut komoditi tahun 2015 (US$)
Komoditas
Tahun Rata-rata
kontribusi
terhadap
Total (%)
2014 2015
Udang 1.743.452.232 1.370.466.390 43,83
Tuna, tongkol, cakalang 576.281.781 491.981.470 15,04
Kepiting 345.880.705 265.911.128 8,61
Rumput laut 230.932.974 178.090.553 5,76
Cumi-cumi 122.515.154 156.360.406 3,92
Ikan salem 42.781.645 68.731.060 1,57
Perikanan lainnya 770.181.501 741.544.302 21,28
Total 3.832.025.992 3.273.085.309 100,00
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan(2015)
Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ekspor udang pada tahun
2014 dan 2015 menunjukkan nilai yang terbesar dalam ekspor komoditas
perikanan Indonesia dibandingkan produk ekspor perikanan lainnya, yaitu sebesar
43.83%. Udang merupakan hewan yang hidup di perairan baik air tawar, air payau
maupun air laut. Udang menjadi salah satu menu makanan yang dihidangkan
dalam suatu tempat makan. Udang dapat diolah menjadi berbagai macam varian
masakan. Udang tidak hanya memiliki rasa manis dan gurih yang enak namun
juga memiliki manfaat bagi kesehatan,maka tidak heran jika banyak orang yang
menyukai makanan olahan udang. Udang mengandung berbagai vitamin yaitu,
protein, fosfor, kolin, Yodium, Vitamin B3, Vitamin B6, Vitamin B12, Zinc,
Vitamin E, Vitamin A.
3
Manfaat udang bagi kesehatan salah satunya yaitu menurunkan kadar kolesterol.
Cangkang udang mengandung bahan pangan berupa kitin yang mempunyai
kemampuan mengikat lemak/kolesterol. Senyawa kitin yang terkandung dalam
cangkang udang dapat menurunkan kolesterol LDL (kolesterol total) dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) dalam serum darah
(Isdadiyanto, Muhammad dan Widodo 2004).
Udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis udang vaname dan
udang windu. Udang Windu banyak dibudidayakan secara tradisional akan tetapi
lebih rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan atau masa pemeliharaan lebih
lama dibandingkan udang vaname. Litopenaues vannamei atau dikenal dengan
nama udang vaname merupakan varietas baru yang memiliki sejumlah
keunggulan, antara lain lebih resisten atau tahan terhadap penyakit dan kualitas
lingkungan yang rendah, padat tebar cukup tinggi, waktu pemeliharaan lebih
pendek yakni sekitar 90-100 hari per-siklus.
Selain itu udang vaname resistensi terhadap penyakit dan kualitas lingkungan
hidup yang rendah terkait dengan ketahanan hidup (survival) udang terhadap
kontaminan organik dan anorganik, dimana dia masih bertahan hidup secara
normal hingga umur layak konsumsi. Udang vaname telah berhasil
dibudidayakan dengan menerapkan teknologi intensif maupun secara tradisional
atau tradisional modern, sedangkan udang windu masih dibudidayakan dengan
menggunakan teknologi sederhana atau tradisional (Hudi dan Shahab, 2005).
Pada Tabel 2 dapat dilihat produksi udang vaname dalam produksi perikanan
budidaya 2013.
4
Tabel 2. Produksi perikanan budidaya di Indonesia tahun 2013 (ton)
Provinsi Udang Windu Udang Vaname Udang Lainnya
Sumatera Utara 9.627 19.791 -
Sumatera Selatan 5.641 40.016 1
Lampung 2.791 72.051 129
Jawa Barat 27.860 57.678 16.270
Jawa Tengah 33.580 13.872 16.506
Jawa Timur 9.842 47.150 7.302
Nusa Tenggara Barat 4.299 56.960 168
Kalimantan Barat 1.865 39.092 4.663
Sulawesi Selatan 15.319 8.542 10.566
Sulawesi Tenggara 13.275 18.369 6
Provinsi Lainnya 54.466 12.811 21.239
Jumlah / Total 178.583 386.314 74.692
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2013)
Berdasarkan Tabel 2 tersebut, Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi
yang membudidayakan udang vaname dengan jumlah produksi terbanyak pada
tahun 2013. Jumlah tonase udang vaname yang telah dihasilkan oleh Lampung
pada tahun 2013 sebesar 72,051 ton. Angka tersebut menunjukan juga bahwa
produksi udang vaname Provinsi Lampung merupakan produksi udang yang
tertinggi dibandingkan produksi jenis udang windu dan udang lainnya. Akan
tetapi, apabila melihat beberapa tahun yang lalu yaitu tahun 2011 hingga tahun
2015, produksi udan vaname di Provinsi Lampung belum stabil. Tidak hanya
produsi udang vaname, produkivitas dan harga udang vaname di Provinsi
Lampungjuga masih belum stabil. Terjadi fluktuasi produksi, fluktuasi
produktivitas dan fluktuasi harga udang vaname selama tahun 2011 hingga tahun
2015. Produksi, harga dan Produktivitas udang vaname di Provinsi Lampung
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
5
Tabel 3. Produksi, harga, produktivitas dan luas panen budidaya udang vaname di
Provinsi Lampung tahun 2011-2015
Tahun Poduksi
(ton)
Luas Panen
(ha)
Produktivitas
(ton/ha)
Harga
(Rp)/kg
2011 44.160,53 37.930,21 1,16 36.260,81
2012 40.489,43 23.818,66 1,70 34.143,98
2013 72.050,68 37.562,76 1,92 61.853,31
2014 62.396,74 37.709,36 1,65 74.445,68
2015 41.883,37 37.777,36 1,11 63.843,33
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung (2011-2015) data
diolah
Meskipun produksi udang vaname di Provinsi Lampung dari tahun 2011 hingga
tahun 2015 masih belum stabil, namun produksi udang vaname di Provinsi
Lampung memiliki tren positif (tabel 3). Begitu juga dengan harga dan
produktivitas udang vaname, harga dan produktivitas udang vaname di Provinsi
Lampung memiliki tren positif masing-masing sebesar 0.203 dan 0.154.
Gambar 1. Produktivitas udang vaname di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun
2011—2015
Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung (2011-2015) data
diolah
0.98
1.45
1.23
1.01
0.55
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
1.75
2.00
2011 2012 2013 2014 2015
Produktivitas ton/ha
6
Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa produktivitas udang vaname tahun 2013
hingga tahun 2015 di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami penurunan
yaitu 1,23 ton/ha pada tahun 2013 menjadi 0,55 ton/ha pada tahun 2015.
Demikian juga dengan harga udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur.
Harga udang di Kecamatan Rawajitu Timur pada tahun 2017 terus mengalami
penurunan, mulai dari bulan Januari harga udang sebesar Rp86.000,00 terus
menurun hingga bulan Juli harga udang sebesar Rp74.000,00 dan di bulan
Agustus harga udang mengalami peningkatan menjadi Rp76.000,00 namun
kemudian harga udang turun lagi hingga bulan Desember 2017 harga udang
sebesar Rp68.000,00. Fluktuasi harga udang vaname tahun 2017 di Kecamatan
Rawajitu Timur dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Harga udang vaname di tingkat petani Kecamatan Rawajitu Timur
pada tahun 2017
Sumber: Petani tambak udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur
60,000
65,000
70,000
75,000
80,000
85,000
90,000
Harga Udang di Petani (Rp/Kg)
7
Fluktuasi harga dan produksivitas udang vaname yang dialami petani tambak di
Kabupaten Tulang Bawang akan berpengaruh terhadap pendapatan petani udang
vaname. Penurunan produksi dan harga udang yang tidak diimbangi dengan
penurunan faktor produksi dapat menyebabkan petani udang vaname mengalami
kerugian. Selain itu, udang merupakan mahluk hidup yang dapat terserang
penyakit dan gangguan alam lainnya. Seperti yang dialami oleh petani tambak
udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang yaitu
udang tiba-tiba mati mengambang di permukaan air dan ketika ditelusuri di dasar
tambak juga ternyata banyak udang yang mati tenggelam. Selain itu, sarana dan
prasarana transportasi yang tergolong sulit menyebabkan harga faktor produksi
dalam budidaya udang tergolong mahal.
Harga faktor produksi yang tinggi dan harga jual udang vaname yang rendah serta
kemungkinan udang terserang penyakit atau gangguan alam merupakan risiko
yang harus ditanggung oleh petani udang vaname. Tinggi atau rendahnya risiko
dalam budidaya udang akan berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam
budidaya udang vaname.
B. Rumusan Masalah
Kecamatan Rawajitu Timur merupakan kawasan pesisir yang semua wilayahnya
digunakan sebagai tambak udang. Hampir semua masyarakat Kecamatan
Rawajitu Timur merupakan petani tambak udang. Saat ini petani tambak di
Kecamatan Rawajitu timur merupakan petani tambak mandiri dan tidak lagi
bermitra dengan perusahaan. Budidaya udang di Kecamatan Rawajitu Timur
8
merupakan budidaya dengan teknik intensif. Sudah sangat jarang petani tambak
di Kecamatan Rawajitu Timur yang membudidayakan udang dengan teknik
tradisional.
Budidaya tambak udang vaname secara tradisional lebih sederhana dibandingkan
dengan pengelolaan tambak intensif. Pada budidaya tambak intensif, sangat
membutuhkan pakan, probiotik, padat tebaran benur, dan bahan bakar untuk
pasokan listrik sebagai pengerak kincir, sedangkan budidaya udang vaname
tradisional tidak membutuhkan probiotik dan kincir, bahkan ada pembudidaya
udang vaname yang tidak memberikan pakan. Pembudidaya tambak tradisional
rata-rata merupakan petambak dengan modal kecil.
Budidaya udang dengan teknik intensif maupun semi intensif tentu saja
membutuhkan modal yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dalam
budidaya udang. Keterbatasan modal dalam budidaya dengan teknik intensif akan
menyebabkan petani mengurangi kuantitas faktor produksi seperti pakan, obat-
obatan dan listrik untuk menyalakan kincir yang sangat dibutuhkan dalam
budidaya udang. Hal lain yang dapat dilakukan petani modal terbatas selain
mengurangi kuantitas faktor produksi yaitu meminjam modal pada tengkulak.
Faktor produksi yang membutuhkan modal banyak akan mempengaruhi
pendapatan petani tambak dalam membudidayakan udang. Selain itu budidaya
udang merupakan usaha yang berisiko karena udang merupakan mahluk yang
bernyawa yang tidak menutup kemungkinan akan rentan terhadap gangguan alam
seperti penyakit.
9
Masalah dalam budidaya udang di Kecamatan Rawajitu Timur yang sering
dialami oleh petambak yaitu udang yang tiba-tiba mati. Ada udang yang
mengambang di atas permukaan air dan ada udang yang mati tapi masih
tenggelam di dasar tambak. Udang-udang yang mati tersebut akan mengurangi
hasil produksi udang saat panen. Apabila hasil produksi saat panen tidak sesuai
dengan faktor produksi yang digunakan maka akan berakibat pada pendapatan
petani dalam budidaya udang.
Faktor produksi pada budidaya udang dengan teknik intensif yang paling penting
selain pakan yaitu kincir. Kincir air yang diletakkan di tambak udang berfungsi
untuk meningkatkan oksigen dalam air yang berguna untuk pertumbuhan udang.
Di Kecamatan Rawajitu Timur, kincir digerakan dengan tenaga diesel karena
listrik PLN sudah tidak berfungsi sejak putusnya hubungan mitra dengan
perusahaan. Diesel yang berfungsi mengalirkan listrik untuk menggerakkan
kincir menggunakan bahan bakar solar. Tentu saja harga solar di Kecamatan
Rawajitu Timur lebih mahal dibandingkan dengan daerah yang memiliki akser
transportasi lancar. Mahalnya harga solar tentu akan meningkatkan biaya
produksi dalam berbudidaya. Namun apabila intensitas penggunaan kincir
dikurangi akan menyebabkan udang-udang yang ada di tambak stres. Apabila
udang tersebut stres akan berakibat pada lambatnya pertumbuhan udang.
Selain itu, akses jalan di Kecamatan Rawajitu Timur tergolong kurang
mendukung. Akses jalan di Kecamatan Rawajitu Timur ada 2 yaitu jalur darat
dan jalur air. Jalur darat dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Apabila
pembelian faktor produksi atau penjualan hasil produksi diangkut oleh kendaraan
10
roda dua melalui jalur darat akan membutuhkan waktu lama. Jalur air dapat
dilalui oleh kendaraan air seperti sampan (perahu dayung), perahu motor, klotok,
kapal barang. Apabila petani tambak hanya mempunyai sampan, maka untuk
mengangkut barang harus menyewa jasa angkutan kapal barang. Hal ini akan
mengeluarkan biaya untuk menyewa jasa kapal barang tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Berapa pendapatan yang diperoleh petani dalam budidaya udang vaname di
Kecamatan Rawajitu Timur?
2. Bagaimana risiko dalam budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu
Timur?
3. Bagaimana hubungan antara risiko pendapatan dan pendapatan petani dalam
budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pendapatan yang diperoleh petani dalam budidaya udang vaname
di Kecamatan Rawajitu Timur.
2. Mengetahui risiko dalam budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu
Timur.
3. Mengetahui hubungan risiko pendapatan dan pendapatan petani dalam
budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur.
11
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat khususnya
di bidang ekonomi pertanian, meningkatkan kemampuan dan keterampilan
penulis dalam menganalisis faktor-faktor dan analisis pendapatan usaha
budidaya tambak udang vaname.
2. Bagi pengusaha dan pembudidaya tambak udang, sebagai informasi dan bahan
pertimbangan dalam hal pengunaan input produksi budidaya tambak udang
vaname dan pertimbangan pembudidaya tambak dalam hal peminjaman modal
demi tercapainya usaha budidaya tambak udang yang lebih menguntungkan.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian bisa menjadi bahan masukan
dalam pengambilan keputusan pengembangan budidaya udang vaname
khususnya, serta pengembangan budidaya tambak udang dan ikan pada
umumnya.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Budidaya Udang Vaname
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang yang
banyak diminati. Ciri fisik udang vaname, yaitu memiliki tubuh yang dibalut kulit
tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki
berwarna putih. Untuk ukuran tubuhnya sendiri bila dibandingkan dengan udang
windu ataupun udang jrebug, udang vaname memiliki ukuran yang lebih kecil.
Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian
cephalothorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri
atas perut dan ekor. Cephalothorax dilindungi oleh chitin yang tebal atau disebut
juga dengan karapas (carapace). Bagian cephalothorax ini terdiri atas lima ruas
kepala dan delapan ruas dada (Remi, 2016)
Menurut Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (2007), cara budidaya
udang dengan teknik intensif dilakukan dengan tahap persiapan tambak,
penebaran benih, pemeliharaan, dan pengendalian penyakit. Tahap pengendalian
penyakit merupakan tahap yang penting karena serangan penyakit pada udang
dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi karena terjadi kematian atau
karena penampilan udang yang kurang menarik, seperti berlumut, geripis dan lain
13
lain. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang udang yaitu penyakit bercak
putih viral (White Spots Syndrome Virus, WSSV), Infeksi Monodon Baculo Virus
(MBV), menyebabkan kematian udang umur 1 bulan, Infectious hematopoietic
and hypodermal necrotic virus (IHHNV) menyebabkan tumbuh kerdil, penyakit
bakterial yang menyebabkan udang geripis, dan penyakit parasiter yang
menyebabkan udang kotor.
2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani
Menurut Shinta (2011), ilmu usahatani dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien
dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber
daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.. Di lain pihak menurut
Kadarsan (1993) dalam Shinta (2011), usahatani adalah suatu tempat dimana
seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi
seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi
untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Dalam usahatani tersedianya faktor produksi (input) belum berarti produktifitas
yang diperoleh petani akan tinggi. Petani harus meningkatkan usahanya secara
efisien agar produktivitas yang diperolehnya maksimal. Faktor produksi dalam
usahatani memiliki kemampuan terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan,
tetapi dapat ditingkatkan nilai produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat.
Menurut Shinta (2011) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang dihasilkan dengan harga jual. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
14
TR = Y x Py
Keterangan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = Price (harga produk)
Y = Jumlah Produksi
Menurut Shinta (2011) pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
π = TR – TC = (Y.Py) — (X.Px + FC)
Keterangan :
π = Pendapatan atau keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Menurut Shinta (2011) biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan
biaya variabel yang dapat dituliskan sebagai berikut :
TC = FC + VC = FC + (X.Px)
Keterangan
TC = Total Cost (Biaya total)
FC = Fixed Cost ( Biaya tetap)
VC = Variable Cost (Biaya variabel)
Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak maka digunakan
analisis R/C rasio (Return Cost Ratio). R/C rasio merupakan perbandingan
(nisbah) antara penerimaan total dan biaya total (Shinta, 2011) yang dituliskan
sebagai berikut :
15
R/C =
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Kriteria pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan menguntungkan, karena
penerimaan lebih besar dari biaya total,
2) Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya total,
3) Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan tidak rugi maupun tidak untung,
karena penerimaan sama besar dengan biaya total atau impas
3. Risiko Usahatani
Dunia usaha tidak terlepas dari adanya risiko. Kata risiko telah banyak digunakan
dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam dunia bisnis maupun
usaha. Kegiatan bisnis bidang pertanian pun erat kaitannya dengan istilah risiko.
Pengusaha maupun petani umumnya menggunakan istilah risiko untuk
menggambarkan suatu kejadian yang merugikan. Pemahaman setiap orang
terhadap risiko bisa berbeda-beda tergantung pada sejauh mana orang tersebut
mengerti konsep dan definisi risiko.
Menurut Arsyad (1996) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat
diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan berdasarkan kejadian
serupa yang pernah terjadi pada masa sebelumnya sehingga hasil dari keputusan
16
terhadap kejadian sebelumnya dapat digunakan untuk mengestimasikan peluang
kejadian berikutnya.
Menurut Kountur dalam Aldila (2013) terdapat tiga unsur penting dari sesuatu
yang dianggap risiko yaitu :
1) Merupakan suatu kejadian,
2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, yang berarti bisa saja
terjadi atau bisa saja tidak terjadi,
3) Jika sampai terjadi, ada akibat yang ditimbulkan berupa kerugian.
Untuk menganalisis risiko yang dialami dalam usahatani, dapat dilakukan melalui
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif lebih berdasarkan
pada penelitian subjektif dari pengambilan keputusan. Sedangkan pendekatan
kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan nilai hasil yang diharapkan
sebagai indikator probabilitas dari investasi dan ukuran ragam (variance) dan
simpangan baku (standart deiviation) sebagai indikator risikonya. Menurut
Soekartawi, dkk (1993), tinggi rendahnya suatu risiko dapat diketahui melalui
nilai koefisien korelasi (CV) dan nilai batas bawah (L) yang dituliskan sebagai
berikut :
CV =
dan L = E—2V
Keterangan :
CV = Koefisien variasi
L = Nilai batas bawah
V = Simpangan baku
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
17
Jika L >0, maka petani akan untung senila L.
Jika L <0, maka petani akan rugi senilai L.
Menurut Hernanto dalam Saputra (2017) CV merupakan nilai koefisien variasi
dan V merupakan nilai simpangan baku produksi, E merupakan nilai rata-rata dan
L merupakan nilai batas bawah. Nilai CV menunjukan besarnya variasi dari
setiap rata-rata nilai harapan yang diperoleh. Angka variasi yang cukup tinggi
menunjukan bahwa risiko yang dialami tinggi. L merupakan nilai batas bawah
dari suatu selang kepercayaan. Apabila usaha yang dilakukan mengalami
kerugian maka kerugian yang harus ditanggung adalah sebesar nilai L.
Simpangan baku dan hasil rata-rata diperoleh dari :
E = ∑
V = √ 2
V2 =
∑
Keterangan :
V = Simpangan baku
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
Ei = Hasil musim ke i
n = Jumlah pengamatan
Menurut Harwood, et al dalam Aldila (2013), beberapa sumber risiko yang
dihadapi petani yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan,
risiko kebijakan, dan risiko finansial. Sedangkan menurut Kadarsan dalam
18
Desmon (2016), empat penyebab timbulnya risiko yaitu risiko produksi, risiko
harga, risiko teknologi dan risiko karena tindakan pihak lain.
4. Hubungan Antara Risiko dan Pendapatan
Hubungan antara risisko pendapatan dengan pendapatan budidaya udang dapat
diketahui dengan melakukan uji korelasi. Uji korelasi memiliki tiga golongan
berdasarkan jenis data yaitu uji koefisien kontingensi (data nominal), uji kendal
(data ordinal), uji spearman (data ordinal) dan uji product moment person (data
rasiodan interval). Uji Korelasi product moment person digunakanuntuk menguji
dua variabel apakah ada hubungan atau tidak dengan syarat jenis data dua variabel
tersebut adalah sama yaitu data rasio atau interval dan berdistribusi normal. Uji
Korelasi product moment person yaitu (Sujarweni dan Endrayanto, 2012):
rxy = ∑
√∑
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
x = Variabel bebas
y = Variabel terikat
Koefisien korelasi memiliki nilai -1 hingga +1. Korelasi positif (+) berarti bahwa
jika variabel x mengalami kenaikan maka variabel y juga akan mengalami
kenaikan, begitu sebaliknya. Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel x
mengalami penurunan maka variabel y akan mengalami kenaikan, begitu
sebaliknya.
19
Penggambilan keputusan :
a) Jika r hitung > r tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat
hubungan antara variabel xdan variabel y
b) Jika r hitung < r tabel maka H0 diterima H1 ditolak artinya tidak terdapat
hubungan antara variabel xdan variabel y
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1) 0,00 hingga 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
2) 0,21 hingga 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah
3) 0,41 hingga 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
4) 0,71 hingga 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat sangat kuat
5) 0,91 hingga 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali
6) 1 berarti korelasi sempurna
Menurut Dajan (2000), apabila X dan Y masing-masing dinyatakan dalam unit
deviasi standarnya, maka akan diperoleh pengukuran korelasi yang bebas dari unit
asal. Pengukuran tersebut umumnya dirumuskan sebagai:
∑(
)(
)
∑(
)(
)
Keterangan :
r = Korelasi
n = Jumlah pengamatan
X = Variabel X
Y = Variabel Y
= Standar deviasi variabel X
= Standar deviasi variabel Y
20
Perumusan tersebut acapkali dinamakan ko-efisien corelation Pearson (product-
moment co-efficient of correlation). Per definisi
[ ]
⁄
Secara sederhana dapat ditulis menjadi
∑ ∑ ∑
[ ∑ ∑ ]
⁄ [ ∑ ∑ ]
⁄
Keterangan :
r = Korelasi
n = Jumlah pengamatan
X = Variabel X
Y = Variabel Y
= Standar deviasi variabel X
= Standar deviasi variabel Y
5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dibutuhkan sebagai bahan referensi dan bahan rujukan
mengenai penelitian yang serupa dan dijadikan pembanding untuk mendapatkan
hasil yang mengacu pada keadaan yang sebenarnya. Penelitian terdahulu diambil
yang berkaitan dengan topik penelitian pendapatan, risiko dan perilaku petani
dalam menghadapi risiko pada usahatani. Melalui perbandingan dengan
penelitian terdahulu maka akan menjadi pembeda dengan penelitian ini sehingga
terdapat sebuah informasi baru dari hasil penelitian ini. Kajian penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
21
Tabel 4. Tinjauan pustaka penelitian terdahulu
No
(1)
Judul / Peneliti / Tahun
(2)
Tujuan
(3)
Metode
(4)
Hasil
(5)
1 Analisis Pendapatan dan
Risiko Usahatani Ikan Lele
Dan Ikan Emas Di
Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu
(Perdana, Prasmatiwi, dan
Nurmayasari, 2015)
1. Menganalisis tingkat
pendapatan
usahataniikan lele
danikan mas
2. Menguji tingkat risiko
usahatani ikan lele dan
ikan mas Di Kecamatan
Pagelaran Kabupaten
Pringsewu
1. Analisis pendapatan
dan analisis
imbangan
penerimaan dan
biaya (R/C ratio)
2. Analisis koevisien
variasi (CV) dan
nilaibatas bawah (L)
1. Rata-rata pendapatan usahatani ikan lele
Rp151.192.616,98 per 0,5 ha serta
diperoleh nilai R/C yaitu1,29. Rata-rata
pendapatan usahatani ikan mas
Rp20.303.833,98 serta diperoleh nilai R/C
sebesar 1,58.
2. Risiko pendapatan ikan lele lebihtinggi
dibandingkan risiko pendapatan ikan mas
2 Analisis Risiko Produksi
dan Pendapatan Budidaya
Tambak Udang Rakyat di
Kelurahan Labuhan Deli,
Kecamatan Medan Marelan,
Kota Medan (Saragih,
Sukiyono, dan Cahyadinata,
2015)
1. Mengetahui tingkat
produksi, dan
pendapatan dari usaha
budidaya tambak udang
di Kelurahan Labuhan
Deli
2. Menganalisis berapa
besar tingkat risiko
produksi dan risiko
pendapatan petambak
udang di Kelurahan
Labuhan Deli,
1. Analisis pendapatan
dan analisis
imbangan
penerimaan dan
biaya (R/C ratio)
2. Analisis koevisien
variasi (CV) dan
nilaibatas bawah (L)
1. Pendapatan petambak yaitu sebesar Rp
5.817.677/MT atau Rp 6.632.056/Ha
dengan R/C sebesar 1,67 yang berarti
usaha budidaya tambak udang tersebut
menguntungkan.
2. Analisis risiko produksi memiliki nilai CV
sebesar 0,04 dan analisis risiko pendapatan
memiliki nilai CV sebesar 0,017
yangberarti risiko produksi dan risiko
pendapatan tergolong dalam risiko yang
rendah
22
(1) (2) (3) (4) (5)
3 Analisis Pendapatan
Budidaya Bandeng
Kelurahan Tugurejo
Kecamatan Tugu Kota
Semarang (Faiq, Hastuti,
Sasongko, 2012)
Mengetahui pendapatan
budidaya bandeng di
Kelurahan Tugurejo
Kecamatan Tugu Kota
Semarang
Analisis pendapatan
(π) dan analisis
imbangan penerimaan
dan biaya (R/C ratio)
Pendapatan bandeng budidaya rata-rata
sebesar Rp. 2.865.703 per musim dengan
nilai R/C sebesar 1,62 yang berarti budidaya
bandeng di Kelurahan Tugurejo Kecamatan
Tugu Kota Semarang menguntungkan.
4 Analisis Optimasi Faktor-
Faktor Produksi dan
Pendapatan Usaha Budidaya
Udang Windu Di
Kecamatan Cilebar
Kabupaten Karawang
(Febrina, Suryana, dan
Riyantini, 2016)
Mengetahui tingkat
pendapatan petani dalam
dalam usaha budidaya
udang windu di
Kecamatan Cilebar
Kabupaten Karawang
Analisis pendapatan
(π) dan analisis
imbangan penerimaan
dan biaya (R/C ratio)
Pendapatan budidaya udang windu di Desa
Pusakajaya Selatan lebih besar dari pada
pendapatan di Desa Pusakajaya Utara yaitu
masing-masing Rp27.531.392,97/ha dan
Rp24,994,337.04/ha. Keuntungan budidaya
di Desa Pusakajaya Selatan juga lebih besar
dari pada pendapatan di Desa Pusakajaya
Utara ditunjukan dengan nilai R/C yaitu
masing-masing 1,33 dan 1,28
5 Analisis Pendapatan dan
Risiko Usaha Budidaya Ikan
Air Tawar Di Kabupaten
Bengkulu Selatan (Andani,
Yuliarso, dan Widiono,
2014)
1. Mengetahui pendapatan
usaha budidaya ikan air
tawar, khususnya ikan
nila
2. Mengetahui tingkat
risiko usaha budidaya
ikan air tawar di
Kecamatan Seginim
Kabupaten Bengkulu
Selatan
1. Analisis
pendapatan dengan
metode π=TR-TC
2. Analisis koevisien
variasi (CV) dan
nilai batas bawah
(L)
1. Pendapatan usaha budidaya ikan air tawar
yaitu ikan nila di Kabupaten Bengkulu
Selatan adalah sebesar Rp 59.512.743,75
per musim tanam.
2. Usaha budidaya ikan air tawar di
Kabupaten Bengkulu Selatan masuk ke
dalam kategori berisiko tinggi dengan nilai
CV sebesar 0,56
23
(1) (2) (3) (4) (5)
6 Analisis Usaha Budidaya
Perikanan Air Tawar di
Kabupaten Kampar Provinsi
Riau ( Liana, 2015)
Menganalisis usaha
budidaya perikanan air
tawar di Kabupaten
Kampar yaitu tingkat
pendapatan usaha, dan
return cost ratio.
Analisis pendapatan
dengan formula
π=TR-TC, dan
analisis return
costratio dengan
formula R/C =
Pendapatan budidaya ikan patin dalam kolam
yaitu Rp4.241.255,56/periode dan pendapatan
budidaya ikan lemak dalam keramba yaitu
Rp3.708.062,35/periode. R/C rasio budidaya
ikan patin dalam kolam yaitu 1,09 dan R/C
rasio budidaya ikan lemak dalam keramba
yaitu 1.11
7 Analisis Perbandinan Usaha
Tani Tambak Udang di
Desa Paluh Manan dan Desa
Lama Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera
Utara (Habra, Afifuddin,
Ginting, Siregar, 2013)
Mengetahui perbedaan
keuntungan antara usaha
tani tambak udang di Desa
Paluh Manan Dan Desa
Lama Kecamatan
Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara.
Analisis pendapatan
(π) dan analisis
imbangan penerimaan
dan biaya (R/C ratio)
Keuntungan pada usaha tani Desa Lama yaitu
Rp. 20.574.275 dan keuntungan pada usaha
tani Desa Paluh Manan yaitu Rp. 13.395.954.
Nilai R/C rasio pada usaha tani Desa Lama
adalah sebesar 3,90 dan pada usaha tani Desa
Paluh Manan adalah sebesar 2,06.
8 Analisis Break Even Point
dan Risiko Pendapatan
Usahatani Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Keramba Jaring Apung di
Desa Pematang Panjang
Kecamatan Seruyan Hilir
Timur Kabupaten Seruyan
(Winarti, 2017)
Mengatahui risiko
pendapatan usahatani ikan
nila keramba jaring apung
di Desa Pematang Panjang
Kecamatan Seruyan Hilir
Timur Kabupaten Seruyan
Analisis koefisien
variasi (CV) dan nilai
batas bawah (L)
Risiko pendapatan usahatani ikannila
tergolong rendah dengan nilai CV 0,43 dan
risiko pendapatan minimum yang diperoleh
petani ikan nila dalam menjalankan
usahataninya sebesar Rp 1.064.845,56 /kg
dengan nilai L >01.064.845,56
24
(1) (2) (3) (4) (5)
9 Analisis Risiko Usahatani
Ikan Bandeng di Desa
Sungai Undang Kecamatan
Seruyan Hilir Kabupaten
Seruyan Kalimantan Tengah
(Winarti, 2017)
Menganalisis risiko
pendapatan, risiko
produksi dan risiko harga
usahatani ikan bandeng di
Desa Sungai Undang
Kecamatan Seruyan Hilir
Kabupaten Seruyan
Analisis koefisien
variasi (CV) dan nilai
batas bawah (L)
Risiko harga memiliki nilai CV 0,10 dan
batas bawah (L) sebesar Rp 8,162.18/kg yang
artiya risiko harga tergolong rendah dan
kemungkinan rata-rata harga yang
menyebabkan risiko sebesar Rp 8,162.18/kg
per usahatani. Risiko produksi tergolong
rendah dengan nilai CV 0,13 dan batas bawah
(L) sebesar Rp 1,224.90/kg. Risiko
pendapatan tergolong rendah dengan nilai
CV0,13 dan L>0 yaitu 1,224.90.
10 Analisis Perbandingan
Keuntungan dan Risiko
Usaha Perikanan Rakyat
Sistem Monokultur dan
Polikultur Di Kabupaten
Pangkep (Husain, Mulyo,
dan Jamhari, 2016)
1. Mengetahui
perbandingan biaya,
penerimaan dan
keuntungan usaha
perikanan rakyat sistem
monokultur dan sistem
polikultur
2. Perbandingan risiko
usaha perikanan rakyat
sistem monokultur dan
sistem polikultur di
Kabupaten Pangkep..
1. Metode analisis
pendapatan π=TR-
TC
2. Analisis koevisien
variasi (CV) dan
nilai batas bawah
(L)
1. Biaya dan keuntungan usaha perikanan
rakyat sistem polikultur lebih besar yaitu
Rp10.285.066,00 dibanding dengan usaha
perikanan rakyat sistem monokultur
yaitusebesar Rp6.710.486,00.
2. Usaha perikanan rakyat sistem polikultur
memiliki risiko biaya, risiko penerimaan
dan risiko keuntungan lebih rendah
dibandingkan dengan usaha perikanan
rakyat sistem monokutur
25
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi di sektor pertanian,
yaitu dengan memasukkan faktor-faktor produksi (input produksi) untuk
menghasilkan output pertanian (barang atau jasa). Produksi adalah suatu kegiatan
dalam menghasilkan produk dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang
tersedia. Penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efesien merupakan
hal yang mutlak ada dalam proses produksi untuk keberhasilan produksi, karena
keuntungan maksimum hanya akan tercapai dengan mengkombinasikan faktor-
faktor produksi secara efektif dan efesien.
Budidaya udang merupakan kegiatan dimana petani tambak udang
mengalokasikan sumberdaya pada tambak secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan output yang maksimal. Petani tambak udang sebagai produsen
merupakan bagian terpenting dalam proses produksi karena dalam kegiatan
budidaya udang, petani bertindak sebagai manajer yang berwewenang mengambil
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang
memberikan pendapatan yang maksimal
Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap budidaya udang vaname adalah
luas tambak, benih (benur), pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk ZA,
obat-obatan, tenaga kerja, dan dan bahan bakar minyak untuk menyalakan diesel
sebagai penggerak kincir air di tambak. Dengan berbagai input yang diberikan
dalam kegiatan usahatani, diharapkan akan memperoleh output yang maksimal.
26
Petani sering dihadapkan pada masalah risiko dan ketidakpastian terhadap
besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh karena terbatasnya penguasaan
petani terhadap iklim dan pasar. Ketidakpastian ini menimbulkan adanya
risiko yang berupa risiko produksi dan harga sehingga akan mempengaruhi
pendapatan yang diperoleh petani. Alur kerangka pikir dapat
dilihat pada Gambar 3.
27
Gambar 3. Bagan alir analisis pendapatan dan risiko budidaya udang vaname
1. Tambak
2. Benih (benur)
3. Pakan (pelet)
4. Pupuk kandang
5. Pupuk Urea,
TSP, ZA
6. Obat-obatan
7. Tenaga kerja
8. BBM
Biaya produksi
Pendapatan
Budidaya Udang Vaname
Faktor Produksi Proses Produksi Produksi Udang Vaname
Risiko
Produksi
Risiko
Harga
Harga
input
Harga
output
Penerimaan
28
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut
Singarimbun dan Effendi dalam Saputra (2017), metode survei dibatasi pada
penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili
seluruh populasi melalui kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok,
sedangkan menurut Sukardi (2007), metode survei merupakan metode yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi yang
digambarkan oleh sampel dari populasi di daerah penelitian.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan menganalisis
data sesuai dengan tujuan penelitian mencakup :
Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi
biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali musim
budidaya. Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim tanam).
29
Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima petani yang dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi (output) udang vaname dengan harga produk di
tingkat petani produsen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim).
Output yaitu udang yang dihasilkan pada satu kali proses produksi yang diukur
dalam satuan kilogram (kg).
Harga produk yaitu harga udang di tingkat petani tambak udang yang berlaku
pada saat transaksi dan diukur dalam Rp/kg.
Biaya total adalah total dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
untuk kegiatan budidaya udang dalam satu kali musim tebar yang diukur
dalam satuan rupiah (Rp/musim tanam).
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume
produksi. Petani harus tetap membayar berapapun jumlah produksi yang
dihasilkan, meliputi nilai sewa lahan, pajak lahan usaha, dan penyusutan alat
dalam satu kali musim budidaya. Biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya akan berpengaruh secara
langsung dengan jumlah produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian
benur, pakan, biaya pupuk urea, biaya pupuk TSP, biaya pupuk ZA, biaya pupuk
organik, biaya kapur pertanian, biaya obat-obatan, biaya BBM dan upah tenaga
kerja. Biaya variabel diukur dalam satuan rupiah (Rp).
30
Benih udang (benur) adalah jumlah benur udang yang akan digunakan dalam
budidaya untuk dibesarkan menjadi udang dengan ukuran konsumsi yang diukur
dalam satuan kilogram (kg).
Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani tambak
udang dalam satu musim tebar dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pupuk urea adalah banyaknya pupuk urea yang digunakan oleh petani
tambak dalam budidaya udang dalam satu kali musim tebar. Jumlah pupuk urea
diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pupuk TSP adalah banyaknya pupuk TSP yang digunakan oleh petani
tambak dalam budidaya udang dalam satu kali musim tebar. Jumlah pupuk TSP
diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pupuk ZA adalah banyaknya pupuk ZA yang digunakan oleh petani
tambak dalam budidaya udang dalam satu kali musim tebar. Jumlah pupuk ZA
diukur dalam satuan kilogram (kg).
Bahan bakar minyak (BBM) adalah banyaknya BBM yang digunakan oleh petani
tambak dalam budidaya udang dalam satu kali musim tebar. Jumlah BBM diukur
dalam satuan kilogram (liter).
Tenaga kerja adalah faktor produksi yang digunakan dalam budidaya udang
vaname dari pengolahan lahan hingga panen. Tenaga kerja manusia dibedakan
menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Penggunaan
tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).
31
Risiko adalah suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya peristiwa merugi.
Peluang akan terjadinya sudah diketahui oleh petani terlebih dahulu.
Risiko produksi udang adalah suatu peluang kerugian dalam kegiatan budidaya
udang terhadap produksi udang yang dicapai.
Risiko harga adalah peluang kerugian terhadap harga udang dalam kegiatan
budidaya udang vaname.
Rata-rata (mean) adalah jumlah rata-rata pendapatan yang diperoleh petani
dalam enam musim budidaya terakhir.
Ragam (variance) adalah suatu ukuran satuan yang menggambarkan
penyimpangan yang terjadi pada budidaya udang vaname.
Koefisien variasi adalah perbandingan risiko yang harus ditanggung petani
dengan jumlah yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah modal yang
ditanamkan dalam proses produksi.
Batas bawah adalah nilai nominal terendah yang mungkin diterima, apabila
nilai L sama dengan atau lebih dari nol, maka petani tidak akan mengalami
kerugian. Sebaliknya, apabila nilai L kurang dari nol maka dalam setiap
produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani.
32
C. Lokasi, Responden dan Waktu Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang
Bawang. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Rawajitu Timur merupakan salah satu
sentra budidaya udang vaname dan salah satu kecamatan yang memilki kontribusi
cukup tinggi terhadap produksi udang vaname di Kabupaten Tulang Bawang.
Responden petani udang vaname dipilih secara acak (Simple Random Sampling).
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pra survei untuk
mengetahui keadaan umum calon responden dan membuat kerangka sampling.
Responden penelitian berada di Kelurahan Bumi Dipasena Utama. Penentuan
ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan sampel
mengacu pada Issac dan Michael dalam Sugiarto, Sunaryanto, dan Oetomo
(2003). Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 orang. Kemudian
dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap desa
dengan rumus:
na =
x nab
Keterangan :
na= Jumlah sampel desa A
nab= Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi desa A
Nab= Jumlah populasi keseluruhan
Dalam penetuan proporsi sampel Kelurahan Bumi Dipasena Utama, perhitungan
jumlah sampel sebagai berikut :
na =
x 50 = 26,09 ≈ 26 orang
33
Dalam penetuan proporsi sampel Kelurahan Bumi Dipasena Agung, perhitungan
jumlah sampel sebagai berikut :
nb =
x 50 = 23,907 ≈ 24 orang
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh responden di daerah
penelitian, yaitu sebanyak 27 responden di Kelurahan Bumi Dipasena Utama dan
sebanyak 25 responden di Kelurahan Bumi Dipasena Agung. Waktu pengambilan
data dilakukan pada Februari – Maret 2018.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan catatan yang dimiliki
oleh responden. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan petani responden menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan)
yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari catatan milik responden,
lembaga atau instansi terkait, jurnal, skripsi, publikasi, dan pustaka lainnya yang
terkait dan relevan dengan penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis dilakukan dengan memasukan data primer yang
telah diolah kedalam tabel-tabel yang telah disiapkan kemudian di interpretasikan.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan, tingkat
risiko dan pengaruh risiko terhadap pendapatan.
34
1) Analisis Tingkat Pendapatan Budidaya Udang Vaname
Menurut Shinta (2011), pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dengan
semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut :
π= TR-TC = Y. Py – (FC+ X.Px)
Keterangan :
π = Pendapatan petambak dalam satu kali musim (Rp)
TR = Total revenue (total penerimaan) (Rp)
TC = Total cost (total biaya) (Rp)
Y = Jumlah produksi (kg)
Py = Harga satuan produk (Rp)
FC = Fixed Cost ( Biaya tetap) (Rp)
X = Faktor produksi (input) (satuan)
Px = Harga faktor produksi (Rp)
Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak maka digunakan
analisis R/C rasio (Return Cost Ratio). R/C rasio merupakan perbandingan
(nisbah) antara penerimaan total dan biaya total (Shinta, 2011) yang dituliskan
sebagai berikut :
R/C =
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya
TR = Total Revenue (penerimaan total) (Rp)
TC = Total Cost (biaya total) (Rp)
Kriteria pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan menguntungkan, karena
penerimaan lebih besar dari biaya total,
35
2) Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya total,
3) Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan tidak rugi maupun tidak untung,
karena penerimaan sama besar dengan biaya total atau impas
2) Analisis Risiko Budidaya Udang Vaname
Semakin tinggi risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi hasil yang diharapkan
tercapai. Risiko terdiri dari risiko produksi, risiko harga dan risiko pendapatan.
Risiko usahatani dapat dihitung dengan melihat data produksi dan harga pada
musim budidaya sebelumnya. Tingkat produksi dan harga berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan yang secara signifikan dapat mengindikasikan adanya risiko
pada usaha budidaya udang vaname yang dilakukan. Ukuran untuk hasil yang
diharapkan adalah hasil rata-rata atau mean, rumusnya yaitu:
E = ∑
Keterangan :
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
Ei = Pendapatan yang diperoleh musim ke i
n = Jumlah pengamatan
Risiko secara statistik dapat diukur dengan ukuran ragam (variance) atau
simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko
dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di sekitar
nilai rata-rata yang diharapkan. Ukuran rumus ragam adalah sebagai berikut :
36
V2 =
∑
Sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, atau yang secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
V = √ 2
Keterangan :
V2 = Ragam
V = Simpangan baku
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
Ei = Pendapatan yang diperoleh pada musim ke-i
n = Jumlah pengamatan
Untuk melihat tingkat risiko yang paling rendah dalam memberikan suatu
hasil dapat dipakai ukuran keuntungan koefisien variasi dengan rumus
sebagai berikut :
CV =
Keterangan :
CV = Koefisien variasi
V = Simpangan baku
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
Batas bawah (L) menunjukkan nilai terendah produksi, harga dan pendapatan
yang mungkin diterima oleh petani tambak udang. Rumus perhitungan batas
bawah (L) adalah :
L = E—2V
Keterangan :
L = Nilai batas bawah
V = Simpangan baku
E = Rata-rata nilai yang diharapkan
37
Nilai CV menunjukan besarnya variasi dari setiap rata-rata nilai harapan yang
diperoleh. Angka variasi yang cukup tinggi menunjukan bahwa risiko yang
dialami tinggi dan angka variasi yang rendah menunjukan bahwa risiko yang
dialami rendah. L merupakan nilai batas bawah dari suatu selang kepercayaan.
Apabila usaha yang dilakukan mengalami kerugian maka kerugian yang harus
ditanggung adalah sebesar nilai L.
3). Hubungan Risiko dan Pendapatan
Hubungan antara risiko pendapatan dengan pendapatan budidaya udang dapat
diketahui dengan melakukan uji korelasi. Uji korelasi product moment pearson
digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak dengan
syarat jenis data dua variabel tersebut adalah sama yaitu data rasio atau interval
dan berdistribusi normal. Rumus uji korelasi product moment pearson yaitu
(Sujarweni dan Endrayanto, 2012):
rxy = ∑
√∑
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
x = Variabel risiko pendapatan
y = Variabel pendapatan budidaya udang (Rp)
Koefisien korelasi memiliki nilai -1 hingga +1. Korelasi positif (+) berarti bahwa
jika variabel x mengalami kenaikan maka variabel y juga akan mengalami
kenaikan, begitu sebaliknya. Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel x
mengalami penurunan maka variabel y akan mengalami kenaikan, begitu
sebaliknya.
38
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1) 0,00 hingga 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
2) 0,21 hingga 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah
3) 0,41 hingga 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
4) 0,71 hingga 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat sangat kuat
5) 0,91 hingga 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali
6) 1 berarti korelasi sempurna
Menurut Dajan (2000), apabila X dan Y masing-masing dinyatakan dalam unit
deviasi standarnya, maka akan diperoleh pengukuran korelasi yang bebas dari unit
asal. Pengukuran tersebut umumnya dirumuskan sebagai:
∑(
) (
)
∑(
)(
)
Keterangan :
r = Korelasi
n = Jumlah pengamatan
X = Variabel X
Y = Variabel Y
= Standar deviasi variabel X
= Standar deviasi variabel Y
Perumusan tersebut acapkali dinamakan ko-efisien corelation Pearson (product-
moment co-efficient of correlation). Per definisi
[ ]
⁄
Secara sederhana dapat ditulis menjadi:
∑ ∑ ∑
[ ∑ ∑ ]
⁄ [ ∑ ∑ ]
⁄
39
Keterangan :
r = Korelasi
n = Jumlah pengamatan
X = Variabel X
Y = Variabel Y
= Standar deviasi variabel X
= Standar deviasi variabel Y
40
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang
Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu dari 15 kabupaten di Provinsi
Lampung. Saat ini Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah mencapai
346.632,00 ha. Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 15 kecamatan yang salah
satunya yaitu kecamatan Rawajitu Timur (daerah berwarna hijau pada gambar 4),
dan 151 kampung setelah dikurangi wilayah Kabupaten Mesuji dan Kabupaten
Tulang Bawang Barat yang dibentuk pada tahun 2008. Secara astronomis,
Kabupaten Tulang Bawang terletak antara 105°09’ Bujur Timur sampai 105°55’
Bujur Timur dan 04°08’ Lintang Selatan sampai 04°41’ Lintang Selatan.
Menurut BPS Kabupaten Tulang Bawang (2017), Kabupaten Tulang Bawang
memiliki potensi yang tinggi untuk perkembangan sektor pertanian, karena
sebagian besar sungai (Way Tulang Bawang) yang mengalir dari barat ke timur
berpotensi untuk pengembangan irigasi (BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Tulang Bawang memiliki batas-batas
sebagai berikut:
41
Gambar 4. Peta Kabupaten Tulang Bawang
Sumber : BPS Kab. Tulang Bawang (2017)
Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari daerah dataran, daerah rawa, daerah river
basin dan daerah alluvial. Menurut BPS Kabupaten Tulang Bawang (2017),
Penduduk Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 435.125 jiwa yang terdiri atas
225.227 jiwa penduduk laki-laki dan 209.898 jiwa penduduk perempuan. Luas
lahan pertanian di Kabupaten Tulang Bawang yaitu 204.755,17 ha yang terdiri
dari 24,27 persen lahan sawah dan sisanya 75,73 persen lahan bukan sawah
(misalnya tegal/kebun, pekarangan, hutan rakyat, kolam, tambak dan ladang).
Sementara daerah yang berpotensi dalam bidang kelautan dan perikanan di
Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2016 yaitu Kecamatan Rawajitu Timur
dan Kecamatan Dente Teladas dengan komoditas udang vannamei, yang mana
luas lahan budidaya di Kecamatan Rawajitu Timur yaitu 6.524,74 ha dengan
jumlah petak tambak 16.909 petak dan luas lahan budidaya di Kecamatan Dente
Teladas yaitu 2.000,00 ha dengan jumlah petak tambak 4.000 petak.
Kab. Mesuji
Kab. Lampung Tengah
Kab
. T
ula
ng
Baw
an
g B
ara
t
Lau
t Jaw
a
Lokasi
Penelitian
42
B. Gambaran Umum Kecamatan Rawajitu Timur
1. Keadaan Geografi
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), Kecamatan Rawajitu Timur memiliki
luas wilayah 17.665 ha atau 5,10 persen dari luas Kabupaten Tulanng Bawang.
Kecamatan Rawajitu Timur terdiri dari 8 kampung yang sebagian besar
wilayahnya adalah dataran rendah dengan ketinggian antara 1 meter sampai
dengan 20 meter di atas permukaan laut. Jarak tempuh Kecamatan Rawajitu
Timur dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang ± 140 km, sedangkan
dari ibukota Provinsi Lampung ± 245 km. Peta Kecamatan Rawajitu Timur dapat
dilihat pada Gambar 6 yaitu daerah yang berwarna biru. Secara administrasi,
Kecamatan Rawajitu Timur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Gambar 5. Peta Kecamatan Rawajitu Timur
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang (2017)
Bumi Dipasena Abadi
Bumi Dipasena Sejahtera
Bumi Dipasena Makmur
Bumi Dipasena Agung
Bumi Dipasena Utama
Bumi Dipasena Sentosa
Kec. Dente Teladas
Kec. Gedung Meneng
Kec. Rawajitu selatan
Sungai Mesuji
Laut Jawa
43
2. Keadaan Demografi
Kecamatan Rawajitu Timur memiliki jumlah penduduk 17.609 jiwa yang terdiri
dari penduduk laki-laki sebanyak 9.936 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
7.673 jiwa. Dari 5.769 kepala keluarga yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur,
sebagian besar merupakan keluarga dengan perumahan sederhana. Sebaran
penduduk terbanyak ada di 3 kampung yaitu Kampung Bumi Dipasena Jaya,
Kampung Bumi Dipasena Mulya, Kampung Bumi Dipasena Makmur, dengan
jumlah penduduk masing-masing yaitu 3.204 jiwa, 2.944 jiwa, dan 3.220 jiwa
(BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
3. Keadaan Pertanian
Wilayah Kecamatan Rawajitu Timur merupakan dataran rendah dengan
ketinggian berkisar antara 0-20 meter di atas permukaan laut. Penggunaan lahan
pertanian di Kecamatan Rawajitu Timur seluruhnya digunakan untuk lahan
perikanan berupa tambak udang yaitu seluas 3761,46 hektar. Selain perikanan
tambak udang, di Kecamatan Rawajitu Timur juga terdapat peternakan berupa
ayam, itik manila, bebek, kambing/domba dan sapi. Jumlah dari masing-masing
hewan ternak tersebut yaitu 4.285 ekor ayam, 319 ekor itik manila, 40 ekor bebek,
3.279 ekorkambing/domba, dan 4 ekor sapi (BPS Kabupaten Tulang Bawang,
2017).
44
C. Gambaran Umum Kampung Bumi Dipasena Utama dan Bumi Dipasena
Agung
1. Keadaan Geografi
Kampung Bumi Dipasena Utama merupakan salah satu kampung yang ada di
Kecamatan Rawajitu Timur. Kampung Bumi Dipasena Utama memiliki luas
wilayah 143.000 ha dan terdiri dari dua blok yaitu Blok 02 dan Blok 03. Blok 02
terdiri dari 48 jalur dan Blok 03 terdiri dari 60 jalur, di setiap jalur terdapat 10
rumah yaitu rumah nomor 01 hingga nomor 10. Batas administrasi wilayah
Kampung Bumi Dipasena Utama yaitu sebelah Utara berbatasan dengan
Kampung Bumi Dipasena Agung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung
Bumi Dipasena Sentosa, sebelah Barat berbatasan dengan Rawajitu Selatan,
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa (BPS Kabupaten Tulang Bawang,
2017).
Kampung Bumi Dipasena Agung memiliki luas wilayah 255.800 ha dan terdiri
dari dua blok yaitu Blok 04 dan Blok 05. Setiap blok terdiri dari 60 jalur dan di
setiap jalur terdapat 10 rumah yaitu rumah nomor 01 hingga nomor 10. Batas
administrasi wilayah Kampung Bumi Dipasena Agung yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Kampung Bumi Dipasena Jaya, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kampung Bumi Dipasena Utama, sebelah Barat berbatasan dengan
Rawajitu Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa (BPS Kabupaten
Tulang Bawang, 2017).
45
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kampung Bumi Dipasena Utama pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 2.580 jiwa dengan komposisi penduduk berjenis kelamin laki – laki
sebanyak 1.342 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak
1.238 jiwa. Kampung Bumi Dipasena Utama terdiri dari 669 kepala keluarga
dengan perumahan sederhana yang terdiri dari 55 RT. Kampung Bumi Dipasena
Utama memiliki kepadatan penduduk sebesar 176 orang/km2, yang artinya setiap
km2 ditempati sebanyak 176 jiwa (BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
Jumlah penduduk di Kampung Bumi Dipasena Agung pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 2.143 jiwa dengan komposisi penduduk berjenis kelamin laki – laki
sebanyak 1.140 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak
1.003 jiwa. Kampung Bumi Dipasena Utama terdiri dari 613 kepala keluarga
dengan perumahan sederhana yang terdiri dari 69 RT. Kampung Bumi Dipasena
Utama memiliki kepadatan penduduk sebesar 157 orang/km2, yang artinya setiap
km2 ditempati sebanyak 157 jiwa (BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
3. Keadaan Pertanian
Kampung Bumi Dipasena Utama dan Kampung Bumi Dipasena Agung
merupakan daerah dataran dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan laut.
Penggunaan lahan di Kampung Bumi Dipasena Utama dan Kampung Bumi
Dipasena Agung seluruhnya digunakan untuk lahan perikanan yaitu tambak
udang. Terdapat 2160 petak tambak udang di Kampung Bumi Dipasena Utama
dan 2400 petak tambak udang di Kampung Bumi Dipasena Agung (BPS
Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
46
Selain budidaya udang, di Kampung Bumi Dipasena Utama dan Kampung Bumi
Dipasena Agung terdapat juga ternak kambing yang diusahakan oleh masyarakat.
Ternak kambing ini dilakukan di lahan kosong di samping kanan kiri rumah
penduduk. Terdapat 936 ekor kambing/domba di Kampung Bumi Dipasena
Utama dan 219 ekor kambing/domba di Kampung Bumi Dipasena Agung (BPS
Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
D. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian sangat penting guna
mendukung keberhasilan kegiatan petanian di daerah setempat. Dengan sarana
dan prasarana yang tersedia dapat membantu mempermudah petani dalam
melakukan kegiatan usahataninya. Secara rinci keadaan prasarana dan sarana
yang menunjang kegiatan pertanian di Kecamatan Rawajitu Timur sebagai berikut
(BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
Tabel 5. Prasarana pertanian di Kecamatan Rawajitu Timur, tahun 2016
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Pasar 8
2 Toko/Kios/Warung 198
3 Koprasi KUD/non KUD 5
4 Atm mini 3
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2017).
Tabel 5 menjelaskan bahwa Kecamatan Rawajitu Timur memiliki 8 pasar yang
tersebar di seluruh kampung yang ada di Kecamatan Rawajitu Timur. Di masing-
masing pasar terdapat kios-kios atau toko yang menyediakan sarana produksi
pertanian yang dapat mempermudah petani dalam memperoleh sarana produksi
47
pertanian untuk kegiatan budidaya udang. Selain kios atau toko yang ada di
pasar, terdapat juga koperasi yang menyediakan sarana produksi pertanian untuk
kegiatan budidaya udang para petani tambak. Koperasi ini tersebar di tiga
kampong yaitu Kampung Bumi Dipasena Utama, Kampung Bumi Dipasena
Agung, dan Kampung Bumi Dipasena Jaya.
E. Sejarah Tambak Udang Rakyat
Pada 23 Oktober 1987 berdiri suatu perusahaan yang bergerak di bidang
pembenihan udang. Pada tahun yang sama, telah diberikan konsesi pertama untuk
mengembangkan 16.250 hektar lahan pasang surut yang sebelumnya tak
berpenghuni di Propinsi Lampung. Perusahaan menyelesaikan konversi lahan
menjadi fasilitas akuakultur yang terintegrasi dengan 18.064 tambak (sebanyak
3.613 hektar areal budidaya) dan infrastruktur pendukung termasuk 1.300
kilometer kanal inlet dan outlet. Perusahaan ini mengembangkan fasilitas
penyimpanan, pengolahan dan pendingin di tempat yang sama dan memulai
proses udang pada tahun 1990.
Pada awal tahun 1990-an, sebuah mega proyek industri budi daya udang yang
pertama dan terbesar dibangun di Indonesia. Proyek berskala besar ini
menggunakan konsep tambak inti rakyat (TIR) dan menghimpun puluhan ribu
tenaga kerja. Tambak modern ini kemudian dikenal dengan PT Dipasena Citra
Darmaja (DCD). DCD membangun tambak di areal konsesi seluas 16.250 hektar
dari 30.000 hektar cadangan yang diberikan Pemda Provinsi Lampung dengan 16
blok. DCD juga membangun dermaga ekspor khusus untuk pengapalan udang
48
segar ke mancanegara. Selain infrastruktur tambak juga dibangun sarana
penunjang aktivitas usaha tambak udang. Seperti, jalan, perumahan karyawan,
pasar lokal, koperasi, lapangan olah raga, tempat ibadah dan fasilitas penting
perusahaan seperti perkantoran, pabrik pakan dan gudang pakan, instalasi
pendingin (cold storage), koperasi, dan lain-lain.
PT Dipasena Citra Darmaja saat itu dipimpin oleh Bapak Samsul Nursalim.
Beberapa tahun di bawah pimpinan Bapak Nursalim PT DCD mengalami masa
kejayaan hingga daerah tersebut terkenal dengan nama “Bumi Dipasena”. Namun
setelah terjadi konflik antara petambak (plasma) dengan Nursalim/Perusahaan
(inti), tambak beroperasi tidak maksimal lagi sehingga kejayaan Bumi Dipasena
luntur. Konflik antara petambak dengan perusahaan terjadi karena petambak
merasa ada ketidakjujuran perusahaan terhadap petambak. Petambak merasa
bahwa perusahaan memeras petambak demi keuntungan perusahaan sendiri.
Pihak perusahaan tidak transparan terhadap para petambak.
Pada saat akan menjadi mitra perusahaan, calon petambak plasma disodori suatu
berkas yang harus ditandatangani. Perjanjian antara perusahaan dengan petambak
yaitu bahwa biaya pangkal dan operasional budidaya udang ditanggung oleh
perusahaan. Pada saat menandatangani perjanjian, total utang petambak sebesar
Rp120 juta dengan bunga 15 persen per tahun. Dengan uang Rp120 juta tersebut
petambak akan mendapatkan sebidang tanah seluas 5000 m2 yang terdiri dari dua
petak tambak berukuran 40x50 m dan bangunan rumah tidak permanen.
Diperkirakan, utang sebesar itu akan lunas dalam waktu 6 hingga 8 tahun. Tetapi
beberapa tahun berjalan, utang petambak tidak berkurang malah bertambah.
49
Petambak menduga bahwa utang yang semakin bertambah merupakan permainan
pihak perusahaan yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan
memanfaatkan petambak. Karena petambak merasa sudah memenuhi
kewajibannya untuk membayar utang kepada perusahaan setiap kali panen udang.
Pada tahun 1997 para petambak sudah mulai melakukan aksi tuntutan kepada
perusahaan namun tidak dihiraukan. Petambak ingin menuntut kejelasan dari
utang mereka kepada perusahaan. Tapi petambak tidak bisa memonitor
perkembangan kreditnya, termasuk nilai setoran setiap habis panen karena selama
menjadi mitra PT Dipasena Citra Darmaja tidak pernah diberikan laporan
rekening tahunan kredit. Bahkan akte perjanjian kredit pun mereka tidak
memiliki.
Pada tahun 2001 petambak membuat kericuhan di lokasi karyawan bahkan
petambak mengusir para karyawan PT DCD. Petambak terus melakukan
demonstrasi menuntut kesejahteraan hingga dalam aksinya menimbulkan
kerusaka prasarana yang ada. Pada akhirnya pada tahun 2009 hubungan
kemitraan antara perusahaan (inti) dengan petambak (plasma) selesai dan para
orator yang di anggap sebagai provokator dijatuhi hukuman penjara selama tiga
tahun. Sejak tahun 2009 tersebut para petambak di Kecamatan Rawajitu Timur
menjadi petambak mandiri yang tidak terikat lagi dengan perusahaan.
Sebagai petambak mandiri, semua kebutuhan untuk budidaya dipenuhi dengan
biaya sendiri tanpa ada bantuan dari perusahaan lagi. Sarana produksi seperti
pupuk, benur, pakan dan obat-obatan yang dulu ditanggung oleh perusahaan, kini
petambak harus membeli sendiri pada toko saprodi yang ada. Pada saat menjadi
50
mitra perusahaan, seringkali ada penyuluhan tentang budidaya dan penyakit
udang. Tetapi saat ini ketika menjadi petambak mandiri, tidak ada lagi
penyuluhan baik dari perusahaan maupun dari pemerintah. Petambak melakukan
budidaya sesuai dengan pengalamannya selama budidaya udang.
Sebenarnya penyuluhan untuk budidaya udang bukan tidak ada sama sekali. Ada
suatu organisasi yang dapat memberikan penyuluhan tentang budidaya udang
yaitu organisasi P3U (Perhimpunan Petambak Plasma Udang) yang dulu P3UW
(Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu) karena pada saat bermitra dengan
perusahaan yang dibudidayakan adalah udang windu. Tetapi tidak semua
petambak dapat memperoleh binaan dari organisasi. Hanya orang-orang tertentu
saja yang mendapat binaan dari P3U ini.
Petambak yang dibina oleh P3U mendapat fasilitas saprodi dan penyuluhan
tentang budidaya udang. Setelah panen petambak binaan harus mengembalikan
biaya produksi dan membayar infak, tabungan kerugian dan kas sebagai binaan.
Tidak semua petambak dapat menjadi binaan karena dana yang dimiliki P3U
untuk membina petambak terbatas. Petambak yang akan menjadi binaan
didahulukan petambak yang lebih tua dan lebih berperan pada P3UW.
Sebagai petambak mandiri tanpa binaan, petambak memenuhi kebutuhan
budidaya dengan dana pribadi. Selain saprodi pupuk, benur, pakan, dan obat-
obat, saat ini harus ditambah dengan biaya bahan bakar berupa solar untuk
menyalakan diesel. Karena ketika dulu listrik untuk kincir air merupakan listrik
dari perusahaan, tapi saat ini listrik dari perusahaan diputus dan harus
menggunakan diesel untuk menghidupkan kincir.
98
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan tentang analisis pendapatan dan risiko
pendapatan budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur didapatkan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Budidaya udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur menguntungkan
dengan pendapatan sebesar 49 juta/ha/musim dengan nilai R/C atas biaya
total yaitu 1,68.
2. Budidaya udang di Kecamatan Rawajitu Timur memiliki risiko pendapatan
tinggi dengan variasi pendapatan sebesar 0,64 untuk rata-rata pendapatan
sebesar Rp1,00.
3. Terdapat hubungan positif antara risiko dengan pendapatan budidaya udang.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk kegiatan budidaya udang vaname di
Kecamatan Rawajitu Timur yaitu sebagai berikut.
1. Bagi petani tambak udang diharapkan untuk dapat meningkatkan
keterampilannya dalam mengatasi permasalahan atau risiko budidaya seperti
selalu waspada terhadap perubahan cuaca yang terjadi, lebih sensitif terhadap
gejala penyakit yang menyerang udang dan lebih memperhatikan kebutuhan
99
pakan dan nafsu makan udang. Hal tersebut karena penelitian menunjukkan
bahwa risiko budidaya udang vaname tergolong tinggi.
2. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang
pencegahan dan pengelolaan risiko sehingga petani lebih tanggap dalam
pencegahan dan pengelolaan risiko budidaya udang vaname.
3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat memberikan solusi tentang cara budidaya
udang vaname yang lebih baik, agar budidaya udang vaname di Indonesia
khususnya Lampung dapat memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Aldila, H. F. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi
Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Di Desa Gunung Malang Kecamatan
Tenjolaya Kabupaten Bogor. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Andani, A., M. Z. Yuliarso, dan S. Widiono. 2014. Analisis Pendapatan dan
Risiko Usaha Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Bengkulu Selatan.
AGRISEP Vol. 14 No. 1 Maret 2014 Hal. 68 – 75.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/agrisep/article/view/694.pdf. [10
September 2018]
Arsyad, L. 1996. Ekonomi Manajerial. BPFE. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang. 2017. Kabupaten Tulang
Bawang dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Tulang Bawang. Tulang
Bawang.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 2007. Penerapan Best
Management Practices (Bmp) Pada Budidaya Udang. BBPBAP. Jepara.
Dajan, A. 2000. Pengantar Metode Statistik. LP3ES. Jakarta.
Desmon. 2016. Efisiensi Ekonomi Relatif dan Risiko Usahatani Kubis di
Kabupaten Tanggamus. Universtas Lampung. Bandar Lampung.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. 2011. Data Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung
________________________________________. 2012. Data Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung
________________________________________. 2013. Data Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung
101
________________________________________. 2014. Data Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung
________________________________________. 2015. Data Kelautan dan
Perikanan Provinsi Lampung. Dinas Kelautan dan Perikanan. Bandar
Lampung
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. Produksi Perikanan Budidaya
2013. DJBP Indonesia. Jakarta.
Faiq, H., D. Hastuti, dan L. A. Sasongko. 2012. Analisis Pendapatan Budidaya
Bandeng Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Jurnal
Ilmu – ilmu Pertanian, 8 (1): 72 – 85.
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/viewFile
/1309/1414.pdf. [11 September 2018]
Febrina, L., A. A. H.Suryana, dan I. Riyantini. 2016. Analisis Optimasi Faktor-
Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Udang Windu di
Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang. Jurnal Perikanan Kelautan, 7
(2): 128 – 139.
http://jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/download/11370/5221.pdf. [11
September 2018]
Habra, M. D., S. Afifuddin, R. Ginting, dan R. S. Siregar. 2013. Analisis
Perbandingan Usaha Tani Tambak Udang di Desa Paluh Manan dan Desa
Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara. Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara), 1 (1): 93 – 97.
http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica/article/download/1273/1214. [11
September 2018]
Hudi, L. dan A. Shahab. 2005. Optimasi Produktifitas Budidaya Udang Vaname
(Litopenaues Vannamae) Dengan Menggunakan Metode Respon Surface
Dan Non Linier Programming. Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi II. Program Studi MMT-ITS. Surabaya.
Husain T. K., J. H. Mulyo, dan Jamhari. 2016. Analisis Perbandingan Keuntungan
dan Risiko Usaha Perikanan Rakyat Sistem Monokultur dan Polikultur di
Kabupaten Pangkep. Jurnal Agro Ekonomi, 27 (2): 16 – 29.
https://jurnal.ugm.ac.id/jae/article/download/23184/18216. [7 September
2018]
Isdadiyanto, S., F. Muhammad, dan S. Widodo. 2004. Pengaruh Dosis
Penambahan Cangkang Udang Laut (Penaeus monodon F.) Pada
Penurunan Kadar Kolesterol Darah. Universitas Diponegoro. Semarang.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2015. Analisis Data Pokok
Kementrian Kelautan dan Perikanan 2015. SIDATIK Indonesia. Jakarta.
102
Liana, L. 2015. Analisis Usaha Budidaya Perikanan Air Tawar di Kabupaten
Kampar Provinsi Riau. Jurnal Dinamika Pertanian, 30 (1): 53 – 60.
http://journal.uir.ac.id/index.php/dinamikapertanian/article/download/823/
501/.pdf. [10 September 2018]
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Perdana A. P. S., F. E.Prasmatiwi, dan I. Nurmayasari. 2015. Analisis Pendapatan
dan Risiko Pembudidaya Ikan Lele dan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran.
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Polinela 2015 : 610-
618. Bandar Lampung, 29 April 2015: Politeknik Negeri Lampung.
https://nanopdf.com/download/analisis-pendapatan-dan-risiko-
pembudidaya-ikan-lele-dan-ikan_pdf. [7 September2018]
Rasidin dan Bonar. 2006. Aplikasi Model ekonometrika. IPB. Bogor
Remi. 2016. Ciri-ciri Fisik UdangVanamei. https://ternakpedia.com/445/ciri-fisik-
udang-vaname/. Diakses pada Kamis, 7 Desember 2017 pukul 08.50 WIB
Saputra, I. 2017. Analisis Efisiensi Produksi Dan Perilaku Petani Dalam
Menghadapi Risiko Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Saputra, J. E. 2017. Analisis Pendapatan, Risiko, Dan Pemasaran Usahatani Jahe
Di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Saragih, N. S., K. Sukiyono, dan I. Cahyadinata. 2015. Analisis Risiko Produksi
dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Rakyat di Kelurahan Labuhan
Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. AGRISEP, 14 (1): 39 – 52.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/agrisep/article/view/593. [11 September
2018]
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.
Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpatian dalam
Agribisnis / teori dan aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiarto, D., S. Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sujarweni, V. W. dan Endrayanto P. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
103
Sulaiman, W. 2005. Statistik Non-parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya
dengan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.
Winarti, L. 2017. Analisis Break Even Point dan Risiko Pendapatan Usahatani
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Keramba Jaring Apung di Desa
Pematang Panjang Kecamatan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 6 (1): 11 – 14.
https://unkripjournal.com/index.php/JIHT/article/viewFile/101/100. [10
September 2018]
Winarti, L. 2017. Analisis Risiko Usahatani Ikan Bandeng di Desa Sungai
Undang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan Kalimantan
Tengah. ZIRAA’AH, 42 (2): 100 – 106.
https://media.neliti.com/media/publications/223975-analisis-risiko-
usahatani-ikan-bandeng-d.pdf. [10 September 2018]