ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN …eprints.walisongo.ac.id/10077/1/SKRIPSI...
Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN …eprints.walisongo.ac.id/10077/1/SKRIPSI...
i
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
DAMPAKNYA PADA PEMBERDAYAAN SEKTOR PETANIAN
(Study Kasus di KSPPS BMT BUM Tegal)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S1
dalam Ilmu Ekonomi Islam
Disusun Oleh :
FAUZIYAH
NIM : 122411199
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2019
ii
iii
iv
MOTTO
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (QS.
Al-Maidah : 55)
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, skripsi penulis
persembahkan kepada :
- Kedua orang tua tercinta bapak Mukson dan Ibu Umayah, atas segala kasih
sayang, dorongan semangat serta do’a yang tulus ikhlas untuk kesuksesan
putrinya.
- Keluarga besarku yang selalu mendoakan, mendo’akan, menyemangati
penulis dalam menyelesaikan skripsi inI.
- Untuk teman-teman satu angkatan ku yang bersama-sama sedang berjuan
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
- Untuk teman-temanku Nurlaely Zakiya , Eka Aprilia, Muflikhatul Islamiyah,
Khoiru Ni’am dan Jatmiko Dwi Utomo yang selalu memberikan dukungan
selama ini.
vi
vii
ABSTRAK
Lembaga keuangan adalah suatu kegiatan dengan kegiatannya dibidang
keuangan yang melakukan penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Adapun lembaga
keuangan yang berlandaskan syari’ah, termasuk lembaga keuangan non Bank,
salah satunya yaitu Baitul Maal wat Tamwil (BMT). produk pembiayaan yang
digunakan oleh BMT dalam sektor pertanian yaitu pembiayaan dengan
menggunakan prinsip jual beli (murabahah). Murbahah adalah akad jual beli atas
barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual
belikan, termasuk harga penjualan barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu. Masalah yang
akan dibahas peneliti adalah tentang bagaimana pelaksanaan pembiayaan
murabahah pada pemberdayaan sektor pertanian di BMT BUM Tegal dan
dampak pembiayaan murabahah terhadap pemberdayaan sektor pertanian di BMT
BUM TEgal. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan, dengan
tujuan agar lebih mudah dalam mengumpulkan data-data drai lapangan.
Hasil dari penelitian ini yaitu, adanya tambahan akad wakalah dalam
pelaksanaan pembiayaan murabahah pada pembiayaan pertanian yang diberikan
oleh BMT BUM Tegal. Hal ini disebabkan karena adanya ketidak mampuan pihak
BMT BUM Tegal untuk membelikan semua barang-barang kebutuhan para
anggota petani, dan juga dikarenakan agar para anggota bisa leluasa memilih
barang yang dibutuhkan dan mekanisme yang diberikan oleh BMT BUM Tegal
dalam mengajukan pembiayaan sudah sesuai dengan prinsip 5c. adanya
pembiayaan murabahah pada modal tani yang diberikan oleh BMT BUM Tegal
berdampak positif pada peningkatan pendapatan anggota BMT, karena dengan
adanya tambahan modal yang diberikan pihak BMT berupa barang yang
dibutuhkan anggota BMT seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan tanaman, dapat
membantu anggota BMT untuk menambah usaha tanamannya sehingga hasil
panennyapun bertambah pula.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kpada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabat-sahabat.
Berkat ridho yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul : “Analisis Pelaksanaan Pembiyaan
Murabahah dan Dampaknya pada Pemberdayaan Sektor Pertanian di
KSPPS BMT BUM Tegal”. skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat
untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam Ilmu Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
Ucapan terkasih penulis ucapkan sedalam - dalamnya kepada semua yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan serta bantuan apapun yang sangat besar
bagi penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Muhibin. M,Ag
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Dr. H. Imam Yahya, M.Ag
3. Kepala jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam Ahmad Furqon, LC., MA dan
sekretaris jurusan Ekonomi Islam Mohammad Nadzir, MSI.
4. Ali Murtadho. Dr.,M.Ag selaku dosen pembimbing I, dan H. Muchamad Fauzi,
SE., MM selaku dosen Pembimbinga II, yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyususn skripsi.
5. Semua dosen civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Walisongo Semarangyang telah membimbing dan mengajar penulis selama
belajar dibangku kuliah,
ix
6. Seluruh Karyawan KSPPS BMT BUM Tegal yang telah membantu
memberikan fasilitas dan waktunya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi
7. Kedua orang tuaku (Bapak Mukson dan Ibu Umayah)yang telah memberikan
dorongan baik moriil maupun materiil, serta do’a dan kasih sayang kepada
penulis.
8. Teman-teman EI E’12 yang selalu berjuang bersama dalam suka maupun duka.
9. Semua pihak yang telah memabntu penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi.
Terimakasih atas semua kebaikan serta keikhlasan yang telah
diberikan. Penulis hanya mampu membalas dengan do’a, sehingga Allah SWT
yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, khususnya bagi penulis dan
tentunya bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 24 Mei 2019
Penulis
Fauziyah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .…………………............................................... iii
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................iv
PERSEMBAHAN..................................................................................................v
HALAMAN DEKLARASI .................................................................................vi
ABSTRAK ...........................................................................................................vii
KATAPENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan dan manfaat Penelitian.....................................................................6
D. Tinjauan Pustaka..........................................................................................6
E. Metode Penelitian........................................................................................8
F. Sistematika Penulisan Skripsi....................................................................12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Murabahah ................................................................. 14
1. Pengertian Murabhahah..........................................................................14
2. Landasan syariah Murabhahah ..............................................................16
3. Rukun dan syarat Pembiayaan Murabhahah..........................................22
4. Jenis-jenis Murabahah............................................................................23
5. Ketentuan dan skema pembiayaan Murabahah di Lembaga Keuangan
Syariah .................................................................................................25
6. Produk Pembiayaan Syariah di Sektor Pertanian........….......................27
B. Pemberdayaan Sektor Pertanian ................................................................32
1. Pengertian pemberdayaan ...................................................................32
xi
2. Tujuan pemberdayaan masyarakat ......................................................34
3. Pengertian sektor pertanian .................................................................36
4. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian ...............................................37
BAB III GAMBARAN UMUM KSPPS BMT BUM TEGAL
1. Produk KSPPS BMT BUM Tegal ........................................................43
2. Pembiayaan murabahah untuk sektor pertanian ...................................52
BAB IV PEMBAHASAN
1. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Pada Pemberdayaan
Sektor Pertanian ....................................................................................59
2. Analisis Dampak Pembiayaan Murabahah pada Pemberdayaan Sektor
Pertanian ............................................................................................65
BAB V
1. Kesimpulan ...........................................................................................71
2. Penutup ................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup dengan kebutuhannya yang bermacam-macam.
Kebutuhan manusia tidak akan terpenuhi apabila hanya diam di tempat.
Manusia harus berusaha untuk mencari rizki dan melakukan berbagai
aktivitas penting dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bagi hidup
mereka. Manusia dapat membangun masyarakat dan mengembangkan
perekonomian dengan cara berusaha dan bekerja. Allah memerintahkan
manusia untuk mencari harta yang halal lagi baik dengan cara bekerja dari
tangannya sendiri, sebagaimana dalam hadits Rasul dijelaskan:
Artinya: “Dari Rifa’ah bin rafi’ ra bahwasanya Nabi SAW
pernah ditanya: “pencarian apakah yang paling baik?” Beliau
menjawab: “pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap
jual beli yang bersih’. (HR. Al- Bazzar dan dishahihkan oleh
Hakim).1
Menurut pandangan syariah, manusia berusaha agar mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tidak melanggar
garis-garis yang ditentukan oleh Allah SWT. Manusia dapat melakukan
usaha di berbagai bidang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya oleh
karena semakin banyak bidang usaha saat ini yang juga dapat membantu
perekonomian negara seperti contoh bidang usaha distribusi seperti halnya
1 Muhammad bin Ismail al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Jilid 2 , Jakarta:
Darus Sunnah Press, hal.308
2
perdagangan atau dalam bidang jasa seperti layanan kesehatan dan
transportasi. satu dari sekian banyak bidang usaha yang telah disebutkan
ada salah satu bidang usaha yang mempunyai peran cukup penting, yaitu
bidang usaha sektor pertanian, sektor pertanian memegang peranan
penting dalam pembangunan nasional.
Pada awal peradaban, manusia melakukan food hunting and
gathering karena belum berkembangnya pengetahuan manusia tentang
budidaya pertanian. Ketika populasi manusia semakin berkembang dengan
laju yang cukup tinggi, kebutuhan terhadap pangan harus dipenuhi melalui
proses budidaya pertanian.2 Sektor agribisnis merupakan sektor yang
sangat strategis, setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian
menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan
kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan baku
bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi
devisa negara melalui komoditas yang diekspor. Keempat, menyediakan
kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu
dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).
Di masa lampau, agribisnis di Indonesia telah mencapai hasil yang
baik dan telah memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan
pengurangan angka kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan
memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula,
dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam
hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah
mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar,
aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan
lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Walaupun telah ada
pergeseran menuju bentuk agribisnis dengan nilai tambah yang tinggi,
pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada daerah dan komoditas
2 Yuwono, et al, Pembangunan Pertanian Membangun Kedaulatan Pangan,
Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2001, h.3
3
tertentu di dalam sub-sektor.3 Meskipun Indonesia disebut sebagai negara
agraris pada kenyataannya agribisnis di Indonesia sedang berada di
persimpangan jalan, Berdasarkan data dari Badan Pusat statistik (BPS),
peran sektor pertanian sebagai penyedia lapangan kerja masih belum
tergantikan. Sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup bagi
sebagian besar masyarakat dan tenaga kerja nasional. Tidak kurang dari
sepertiga tenaga kerja nasional berada di sektor pertanian. Data per
Agustus tahun 2015, diketahui bahwa tenaga kerja nasional di Indonesia
mencapai 37.748.228 tenaga kerja.4 Padahal sektor agribisnis memerlukan
pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu
menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, karena kebutuhan terhadap
pangan adalah salah satu kebutuhan asasi terhadap manusia. Hal tersebut
tentunya tidak terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan
sektor pertanian (politik pertanian). Jika mencermati dengan seksama, ada
satu kesamaan pada sistem pertanian dan lembaga keuangan. Sektor
lembaga keuangan dengan sistem syariah yang merupakan sektor
terpenting dalam pergerakan ekonomi, begitu juga sektor pertanian.
Dalam dunia modern saat ini, peranan lembaga keuangan dalam
memanjukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua
sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan selalu membutuhkan
jasa lembaga keuangan. Oleh karena itu saat ini dan masa yang akan
datang semua faktor yang berkaitan dengan finansial tidak akan lepas dari
dunia lembaga keuangan.
Sistem lembaga keuangan yang terbebas dari praktik bunga
merupakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan
kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya.
3 Prioritas Masalah Pertanian di Indonesia
http://siteresources.wordbank.org/INTINDONESIA/Resourse/Publication/280016-11061
30305439//agriculture.pdf, diakses pada tanggal 22 Maret 2017 4 https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970 , diakses pada tanggal 12
Desember 2017
4
Disinilah lembaga keuangan syariah sebagai lembaga perantara jasa
keuangan (financial intermediary), yang tugas pokoknya adalah
menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dana yang tidak disediakan oleh pihak negara dan
swasta serta sebagai alternatif bagi masyarakat untuk melakukan simpan
pinjam dengan pola usaha yang disediakan.5
Dalam menghadapi badai krisis ekonomi, ternyata keduanya mampu
bertahan dan terbukti memiliki pertumbuhan positif.6
Dengan satu
kesamaan ini, sekarang bagaimana cara menyatukan sektor argibisnis yang
penuh dengan resiko dan sektor lembaga keuangan yang menetapkan
sistem bagi hasil menjadi sebuah kekuatan membangun perekonomian
bangsa yang bebas bunga. 7
petani kecil dengan skala usaha mikro, kepemilikan lahan kecil dan
selalu menghadapi kendala kurangnya permodalan. Dengan kondisi seperti
itu petani mengalami keterbatasan kemampuan untuk mengakses lembaga
keuangan, karena kesulitan memenuhi persyaratan yang telah diatur
lembaga keuangan, seperti agunan sertifikat tanah, dan lain-lain. usaha
agribisnis juga dapat lebih berkembang, karena keuntungan dan kerugian
ditanggung bersama antara pemilik modal dan pelaku usaha. Karena itu,
dengan sistem bagi hasil yang diterapkan lembaga keuangan syariah
sangat piawan dengan usaha agribisnis yang memiliki resiko tinggi, karena
sangat bergantung pada iklim dan kondisi alam setempat. adapun salah
satu lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut ialah Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwi.
baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak, dan shadaqah.
Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersil.
5 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014, h. 302
6 Pusat Pembiayaan Pertanian, Bunga Rampai Pembiayaan Pertanian Mendukung
Revitalisasi Pertanian, Jakarta: Departemen Pertanian, 2007, h. 38 7 Ibid, h. 39
5
Baitul maal wat tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, untuk menumbuhkembangkan
derajat dan martabat serta membela kepentingan fakir miskin, yang
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam.8
Sesuai dengan nama dan pengertiannya, BMT dapat menjalankan
kegiatan sebagai suatu perantara keuangan (financial intermediary) dengan
cara menghimpun dana dari orang-orang yang berkelebihan dana (surplus
fund) melalui fungsi tabungan dan deposito berjangka dan menyalurkan
kembali pada pihak-pihak yang membutuhkan (deficit fund) melalui
beberapa sektor kegiatan bisnis dan skala kecil atau menengah maupun
menyalurkannya melalui simpan pinjam, sekaligus juga berfungsi sebagai
lembaga keuangan yang non-profit, menyalurkan dana-dana berupa ZIS.9
Prinsip dalam pembiayaan syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara lembaga keuangan tersebut dengan
nasabah. Secara garis besar ada empat model pembiayaan syariah yang
dapat diterapkan dalam pembiayaan pertanian yaitu; prinsip bagi hasil
(mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang (murabahah), dan pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa tanpa jaminan (ijarah). 10
KSPPS BMT Bina Umat Mandiri Tegal merupakan lembaga
keuangan syariah non bank yang dalam kegiatannya bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program
pengentasan kemiskinan, membantu para pengusaha kecil untuk
mendapatkan modal pinjaman dan menciptakan sumber pembiayaan dan
menyediakan modal bagi anggota dengan prinsip syari’ah. Dikarenakan
masyarakat Tegal saat itu telah mengalami gejala inflasi tidak terkecuali
8 Choirul huda, Ekonomi Islam, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hal. 137.
9 Ahmad Syifaul Anam, Problematika Penerapan Hukum Jaminan di Lembaga
Keuangan Mikro Syari’ah, Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2012, hal. 38-39. 10
Pusat Pembiayaan Pertanian, Bunga Rampai Pembiayaan Pertanian
Mendukung Revitalisasi Pertanian, Jakarta: Departemen Pertanian, 2007, h.39
6
pada sektor pertanian dan KSPPS BMT BUM Tegal salah satu termasuk
lembaga keuangan yang memfokuskan pada segmen pasar masyarakat
kalangan mengengah kebawah. Dari segi pembiayaan lembaga tersebut
memiliki komitmen kepada Pemberdayaan Usaha Pertanian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Manajer KSPPS BMT BUM
Tegal bahwa hasil survei atau data yang diperoleh oleh pihak KSPPS BMT
BUM Tegal kebanyakan penduduk Tegal adalah masih bermata
pencaharian sebagai bertani. Melihat kondisi seperti itu KSPPS BMT Bina
Umat Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan yang berasal di
wilayah Tegal merasa perlu membantu permasalahan yang para petani
hadapi dengan membuat pembiayaan untuk sektor pertanian terutama pada
permodalan usaha para petani di Tegal dengan menggunakan akad jual beli
(murabahah).
Murabahah adalah salah satu produk penyaluran dana yang cukup
digemari nasabah BMT karena karakternya yang profitable
(menguntungkan), mudah dalam penerapan,serta dengan risk factor (faktor
resiko) yang ringan untuk diperhitungkan dalam penerapan, BMT
bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual barang halal tertentu yang
dibutuhkan nasabah. Mula-mula BMT membeli barang sebagaimana
dimaksud kepada pihak ketiga dengan harga tertentu secara langsung atau
melalui wakil yang ditunjuk, untuk selanjutnya barang tersebut dijual
kepada pihak ketiga dengan harga tertentu setelah ditambah keuntungan
(mark up) yang disepakati bersama . Besarnya keuntungan yang diambil
BMT atas transaksi murabahah tersebut bersifat Constant dalam
pengertian tidak berkembang dan tidak pula berkurang ,serta tidak terkait
apalagi terikat oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar . Keadaan ini
berlangsung hingga akhir pelunasan hutang oleh nasabah kepada BMT.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kehadiran lembaga keuangan
khususnya BMT (Baitul maal wa tamwil)saat ini sangat dibutuhkan
keberadaannya guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan
transaksi keuangan, salah satunya adalah pelayanan berupa pembiayaan
7
yang ditawarkan lembaga keuangan syariah yaitu KSPPS BMT BUM
Tegal, dengan memberikan fasilitas yang tidak saja diperuntukan bagi
anggota, tetapi juga untuk para petani dalam memperoleh pembiayaan.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meilih judul “ANALISIS
PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN DAMPAKNYA PADA
PEMBERDAYAAN SEKTOR PERTANIAN di KSPPS BMT BUM
TEGAL”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan Murabahah pada produk sektor
pertanian di BMT BUM Tegal ?
2. Bagaimana dampak pembiayaan Murabahah terhadap pemberdayaan
sektor pertanian?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan akad pembiayaan Murabahah pada
produk sektor pertanian di BMT BUM Tegal.
b. Untuk mengetahui dampak pembiayaan Murabahah terhadap sektor
pertanian di BMT BUM Tegal.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi penulis
Menambah literatur keilmuan tentang pembiayaan pada sektor
pertanian, serta tercapainya salah satu syarat akademik dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
8
b. Bagi Lembaga Keuangan Syariah
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi KJKS BMT
BUM Tegal atau pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan
untuk senantiasa memberikan jasa layanan terutama dalam
pembiayaan murabahah pada sektor pertanian, sehingga dapat
memberikan dampak yang positif bagi para anggotanya.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, makapeneliti akan
mendeskripsikan beberapa peenelitian terdahulu yang ada relevansinya
dengan judul skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut adalah:
1. Pada penelitian Rizki Fauzi, UIN Syarif Hidayatullah pendekatan
normativ jakarta, dengan judul : “manajemen resiko pembiayaan
Murabahah pada Sektor Agribisnis di BPRS Amanah Ummah cabang
Bogor, penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan
pendekatan normative dengan metode kualitatif serta diperoleh dengan
data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara secara mendalam dengan narasumber
dengan pihak BPRS. Dari data yang terkumpul kemudian dianalisa
secara kualitatif. Peneliti menyimpulkan bahwa, proses manajemen
resiko pembiayaan Murabahah meliputi identifikasi, pengukuran ,
pemantauan dan pengendalian resiko. Pihak BPRS lebih memfokuskan
pada proses identifikasi resiko yang akan timbul dikemudian hari.
Dalam hal ini BPRS dinilai sudah cukup baik dalam mengelola resiko
pada pembiayaan Murabahah dalam sektor pertanian. 11
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah Nasution (2016)yang
berjudul “MODEL PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR
PERTANIAN” penelitian ini termasuk penelitian dengan
menggunakan metode kolerasional dan kualitatif deskripstif dengan
11 Rizki Fauzi, Manajemen Risiko pembiayaan Murabahah Pada Sektor Agribisnis di
BPRS Amanah Ummah Cabang Bogor
9
data sekunder. Penelitian ini menyimpulkan tentang gambaran yang
benar pada pembiayaan sektor pertanian dengan merumuskan skema
pembiayaan alternatif sesuai dengan karakteristik pertanian berdasarkan
perspektif syariah. 12
3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayatul Maghfiroh dalam
penelitiannya dengan judul “Mekanisme Pembiayaan Akad
Murabahahdi BMT Walisongo Mijen Semarang”. Berdasarkan
penelitiannya, Hidayatul berkesimpulan bahwa Pada dasarnya teknis
murabahah dalam teori-teori perbankan syariah tidak sepenuhnya sama
dengan keadaan sebenarnya dilembaga keuangan syariah. Menurut
penulis perbedaan antara teori dan praktek dibenarkan atau dibolehkan
oleh Islam, karena hal ini sudah diatur dalam fatwa DSN (Dewan
Syariah Nasional) Majelis Ulama Indonesia ( Fatwa DSN No.
04/DSN-MUI/ IV/2000). Dalam fatwa tersebut disebutkan bahwa salah
satu alasan di halalkanya/dibolehkannya pembiayaan murabahah
adalah karena masyarakat banyak yang membutuhkan atau memerlukan
bantuan penyaluran dan dari bank syariah berdasarkan prinsip jual beli
masyarakat juga memerlukan bantuan guna melangsungkan dan
meningkatkan kesejahteraan di berbagai kegiatan, maka bank syariah
perlu fasilitas pembiayaan murabahah bagi yang memerlukannya.
Dari semua uraian di atas, penelitian yang penulis lakukan sekarang
jelas sangat berbeda, karena di sini penulis meneliti tantang upaya
pembiayaan akad murabahah yang ada di KSPPS BMT BUM Tegal serta
dampaknya terhadap pemberdayaan sektor pertanian kepada para pelaku
petani atau anggota yang memakai pembiayaan tersebut sedangkan
penelitian terdahulu memfokuskan para resiko dari pembiayaan yang
digunakan untuk sektor pertanian ini,meskipun begitu ada persamaan yang
terdapat dalam penelitian terdahulu yaitu memiliki kesamaan pada akad
12 Zubaidah Nasution, Model Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Pertanian, jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah vol.3 No.2 (2016)
10
yang digunakan yaitu akad murabahah serta metode yang digunakan untuk
penelitian ini yaitu menggunakan metode kualiatif. adapun perbedaan yang
ada pada penelitian yang kedua terletak pada apakah berdampak atau
tidaknya daripada pembiayaan murabahah yang sudah diterapkan di
KSPPS BMT BUM Tegal untuk pembiayaan di sektor pertanian ini bagi
para pelaku petani anggota BUM, sedangkan yang diteliti pada penelitian
terdahulu adalah tentang mencari metode pembiayaan yang pas untuk
digunakan pada sektor pertanian yang penuh dengan resiko dalam
pembiayaan syariah.
E. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh
oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan
masalah (Coghlan & Brannick 2010; Collis & Hussey 2003; Leedy &
Ormrodb2005). Setiap metode penelitian disusun berdasarkan dan
dipengaruhi oleh asumsi filosofi penelitian yang dianut oleh sang peneliti.
Metode penelitian yang berbeda mensyaratkan penguasaan kemampuan
dan alat yang berbeda. Metode penelitian menentukan bagaimana data
penelitian dikumpulkan.13
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan jenis pendekatan kualitatif yaitu
suatu bentuk penelitian ilmiah yang mengkaji satu permasalahan dari
suatu fenomena, serta melihat kemungkinan kaitan atau
hubungan-hubungannya antar variabel dalam permasalahan yang
ditetapkan.14
Sesuai dengan kajiannya, penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan di lapangan
atau masyarakat, yamg berarti nahwa datanya diperoleh dari lapanagan
13
Samiaji sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, Jakarta: PT.Indeks, 2012,h.36 14 Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian, Bandung: PT Refika
Aditama, 2014, hal. 51
11
atau masyarakat. 15
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkrit tentang
Anailis pelaksanaan pembiayaan murabahah serta dampak pada sektor
pertanian di KPPS BMT BUM TEGAL.
2. Sumber data penelitian
Data adalah suatu atribut yang melekat pada suatu objek tertentu,
berfungsi sebagai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, dan
diperoleh melalui suatu metode/instrument pengumpulan data.16
Sumber data didalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting,
karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian.
Oleh karenanya, sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari Sumber
data primer dan sumber data skunder.17
1) Data Primer
Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam hal ini penulis memperoleh
data atau informasi langsung dari petani di wilayah peneliti. Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa petani
disekitar tempat tinggal penulis, untuk mendapatkan data yang
lainnyapenulis melakukan wawancara kepada Bapak Aris Aditya
Resi selaku manager divisi BMT BUM Tegal. Pengumpulan data
primer merupakan bagian integral dari proses penelitian bisnis dan
seringkali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan.
Data primer dapat berupa opini subjek, hasil observasi
terhadap suatu perilaku atau kejadian, dan hasil pengujian
(Indriartono dan supomo, 2009).18
15 Yusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012, hal. 21 16
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013, hal. 8. 17
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010, h. 79 18
Ibid. h.79
12
2) Data Skunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh
secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik,
yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen,
laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan
dengan penelitian ini. Dengan kata lain data sekunder diperoleh dari
penelitian secara tidak langsung, melalui perantara atau diperoleh
dan dicatat dari pihak lain.19
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan..20
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan,
pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang
diperlukan. Wawancara diadakan untuk mengungkapkan latar
belakang, motif-motif yang ada disekitar masalah yang diobservasi.21
Jenis wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Wawancara
terstruktur ini biasanya dilakukan oleh peneliti dengan cara terlebih
dahulu mempersiapkan bahan pertanyaan yang diajukan dalam
wawancaranya nati. Wawancara terstruktur digunakan peneliti untuk
untuk mewawancarai para pelaku yang menggunakan pembiayaan
murabahah di kabupaten Tegal yang berkaitan dengan sektor
pertanian. wawancara tidak terstuktur bersifat informal. Wawancara
19
Ibid, hal. 79. 20
Samiaji Sarosa, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Jakarta Barat: PT INDEKS, 2012,
h. 44 21
Usman Rianse, Abdi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Ekonomi ( Teori dan
Aplikasi), Bandung: Alfabeta,2012, hal.219.
13
tidak terstruktur peneliti gunakan untuk mewawancarai Bapak Aris
Aditya. selaku manajer divisi KJKS BMT BUM Tegal untuk
mendapatkan data-data mengenai profil KJKS BMT BUM Tegal.
Wawancara tidak terstruktur lebih sesuai dalam penelitian kualitatif
karena dapat memberikan peluang kepada peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian.22
b. Interview
Interview alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk dijawab
secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan
sumber informasi (interviewee).23
Metode interview ini dilakukan
untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pembiayaan
murabahah pada sektor pertanian
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.24
Dokumen dapat berupa buku, artikel, media massa, catatan
harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto,
dan lainnya. Dokumen berguna jika peneliti yang ingin mendapatkan
informasi mengenai suatu peristiwa tetapi mengalami kesulitan
untuk mewawancari langsung para pelaku.25
Metode dokumentasi
ini untuk memperoleh data-data yang ada di BMT BUM Tegal yaitu
22
Samiaji Sarosa, Dasar–Dasar Penelitian Kualitatif, Jakarta Barat : PT INDEKS, 2012,
hal. 45. 23
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009, hal.
165. 24
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika,
2010, h. 143 25
Samiaji Sarosa, Dasar-Dasar ..., h. 61.
14
mengenai gambaran umum BMT BUM Tegal, buku-buku, surat
maupun arsip yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif. Metode ini dipilih karena didasarkan atas
desain penelitian, pendekatan penelitian serta sumber data yang digali
sebagai data penelitian. Dalam teknik deskriptif kualitatif ada tiga
langkah (persiapan, tabulasi, penerapan sesuai dengan pendekatan
penelitian) yang meski dilakukan sebagai tahapan datanya. Tahap awal,
adalah tahap persiapan, dalam tahap ini peneliti mempersiapkan segala
sesuatu, yaitu data-data yang berhasil dikumpulkan.26
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika yang dimaksud disini adalah penempatan unsur-unsur
permasalahan dan urutannya didalam skripsi sehingga membentuk satu
kesatuan karangan ilmiah yang tersusun rapi dan logis.
Sistematika ini digunakan sebagai gambaran yang akan menjadi
pembahasan dan penelitian sehingga dapat memudahkan bagi pembaca.
Maka dapat disusun sistematika sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Dalam bagian ini terdiri dari halaman judul skripsi, halaman
persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto,
halaman persembahan, halaman deklarasi, halaman pedoman
transliterasi, halaman abstrak, halaman kata pengantar, dan halaman
isi.
2. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010, hal. 278.
15
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian skripsi, dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Pembahasan mengenai pengertian murabahah, landasan
hukum murabahah, rukun dan syarat pembiayaan
murabahah macam-macam pembiayaan murabahah,
skema pembiayaan mudharabah di LKS, serta produk
pembiayaan syari‟ah di sektor pertanian. Dan pengertian
pemberdayaan pertanian.
BAB III PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT BUM TEGAL
Meliputi: tentang profil BMT BUM Tegal, visi dan
misi,struktur organisasi BMT BUM TEGAL, produk dan
jasa dari BMT BUM Tegal serta aplikasi pembiayaan
murabahah dalam sektor pertanian.
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH di BMT BUM Tegal dan DAMPAK PADA
SEKTOR PERTANIAN.
Meliputi: Analisis pelaksanaan pembiayaan murabahah
pada sektor pertanian di BMT BUM Tegal dan dampak
bagi para petani atas pemberdayaan tersebut
BAB V PENUTUP
Menjelaskan tentang intisari (kesimpulan) dari hasil
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran
yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
kontribusi pemikiran dalam penulisan skripsi ini.
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH
PADA PEMBERDAYAAN SEKTOR PERTANIAN
A. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, kata Murabahah berasal dari bahasa Arab
dengan akar kata ribh yang artinya “keuntungan”.27
Jadi
murabahah diartikan dengan saling menambah
(menguntungkan).sedangkan dalam definisi ulama terdahulu adalah
jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui.
Hakikatnya adalah menjual barang dengan harga (modal)yang
diketahui penjual dan pembeli dengan tambahan keuntungan yang
jelas. Jadi murabahah artinya saling mendapatkan keuntungan. Dalam
ilmu fiqh, murabahah diartikan menjual dengan modal asli bersama
tambahan keuntungan yang jelas.28
Secara terminologi, yang dimaksud dengan murabahah adalah
pembelian barang dengan pembayaran yang ditangguhkan (1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan seterusnya tergantung kesepakatan). Pembiayaan
murabahah diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan
kebutuhan produksi (inventory). 29
Pengertian Murabahah menurut para ulama, dikemukakan
dalam beberapa variasi bahasa. Secara umum, para ulama, dan praktisi
ekonomi Islam kontemporer mengemukakan pengertian Murabahah
sebagai berikut:
a. Para fuqaha mendefinisikan Murabahah adalah jualbeli dengan
harga pokok ditambah keuntungan yang diketahui. Dan para
27 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Erlangga, 2012, h. 116 28 Abdullah al-Muslih dan Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Terj. Abu
Basyir, Jakarta : Darul Haq, 2004 h. 199 29
Karanaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagimana
Bank Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999, h. 25
17
fuqaha mensifati Murabahah sebagai bentuk jual beli atas dasar
kepercayaan. 30
b. Menurut ulama Malikiyah mengemukakan bahwa Murabahah
adalah jual beli barang dagangan sebesar harga pembelian disertai
dengan tambahan sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua
pihak yang berakad”, sementara itu
c. menurut ulama syafi’iyah mendefinisikan murabahah itudengan:
jual beli dengan seumpama harga (awal ) atau yang senilai
dengannya disertai dengan keuntungan yang didasarkan padatiap
bagiannya.
d. Menurut ulama Hanafiyah, yang dimaksud dengan Murabahah
ialah, mengalihkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui
akad pertama dengan harga pertama disertai tambahan sebagai
keuntungan.
e. Dalam literature klasik menurut Ayub yang dikutip oleh Sugeng Widodo,
Murabahah adalah berasal dari kata “Ribh” yang artinya laba,
keuntungan, atau tambahan. Dalam murabahah, penjual harus
menyebutkan keuntungan.31Murabahah adalah: jual beli yang mana si
penjual berkewajiban menyampaikan harga kulakannya kepada si
pembeli ditambah keuntungan yang telah disepakati antara si penjual dan
si pembeli. Negoisasi atau tawar - menawar dalam jual beli
murabahah terjadi bukan pada “harga jual beli barang” tetapi lebih
pada besarnya keuntungan yang akan disepakati para pihak.32
f. Syafi’i antonio menjelaskan bahwa Bai’ al murabahah adalah
jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati.33
30
Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksidi LKS, Jakarta:
SinarGrafika, 2013, h. 108 31 Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Penerbit Kaukaba, 2014, h. 408 32
Ibid, h. 409 33 Muhammad Syafi’i Antinio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani, 2001, h. 101
18
g. Undang-Undang Perbankan Syariah memberikan penjelasan bahwa
yang dimaksud dengan Akad Murabahah adalah akad
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.34
h. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional
nomor:04/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Murabahah,
pengertian Murabahah dijelaskan bahwa murabahah adalah
menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.35
Penjelasan atas Pasal 19 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjelaskan
bahwa: “yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.36
Menurut definisi diatas, maka dapat dipahami bahwa pada
dasarnya Murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan
pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini
yang menjadi unsur utama jual beli murabahah itu adalah adanya
kesepakatan terhadap keuntungan, keuntungan itu ditetapkan dan
disepakati dengan memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan dan
kejujuran menjadi syarat utama terjadinya Murabahah yang
sesungguhnya. Sehingga yang menjadi karakteristik dari murabahah
34
Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik, Yogyakarta: Teras, 2012, h.
200 35
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Kedua,
Jakarta: MUI 36 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2009, h. 176
19
adalah penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian
barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya tersebut.37
Murabahah dalam praktiknya adalah ketika nasabah
memebutuhkan suatu barang kemudian mengajukan permintaan
tersebut kepada pihak bank, setelah disetujui oleh bank maka pihak
bank akan memebeli barang tersebut dan nasabah akan menerima
barang dari pihak bank dengan harga sebesar harga pokok ditambah
dengan besarnya keuntungan yang diinginkan pihak bank dan atau
kesepakatan dengan nasabah mengenaiperjanjian tersebut.38
2. Landasan Syariah Murabahah
Islam memandang Murabahah merupakan akad yang
diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits tentang jual beli
atau perdagangan, hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut:
a. Al-Qur’an
Pengertian murabah diterangkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an
seperti QS. Al-Nisa : 29 yang berbunyi :
Artinya : “ hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela
diantaramu...( QS. Al-Nisa : 29)
37
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mugtashi, Beirut : Lebanon : Dar al-
Kutub Al-Ilmiyah, tt, h. 293 38
Muhammad nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia,
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013, h. 35
20
Selanjutnya terdapat juga dalam QS.al-Baqarah: 275
yang berbunyi :
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya” (QS.al-Baqarah: 275)
Penjelasan Murabahah lainnya juga terdapat dalam QS.
Al-Maidah : 1 yang berbunyi:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
21
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya. (QS. Al-Maidah : 1)39
b. Al-Hadits
Adanya murabahah juga didasarkan oleh hadits-hadits berikut
1) Hadist Nabi dari Said al-Khudri
Dari Au Sa’ad Al-Khudri bahwa Rasulllah saw bersabda,
“ sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka.” (HR.Al-Baihaqi dan Ibnu Majah)
2) Hadis Nabi riwayat Tirmidzi :
“Perdamaian antara kaum muslimin diperbolehkan dengan
syarat-syaratnya kecuali perdamaian yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram” (HR.Tirmidzi dari
‘Amr bin ‘Auf).40
c. Kaidah fikih
“Asal seluruh muamalah itu mubah kecuali juka ada dalil yang
mengharamkannya.”41
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama‟ tentang muarabahah.
Telah memutuskan sebagai berikut:
39
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010, h. 140 40
Ibid, h. 141 41
Moh. Adib Bisri, Terjemahan Al Faraidhul Bahiyyah Risalah Qawa-id Fiqh, Kudus:
Menara Kudus, 1977
22
1) Ketentuan Umum Akad Murabahah dalam Bank Syari’ah :
a. Bank dan Nasabah harus melakukan akad Murabahah yang
bebas riba.
b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
secara utang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabh
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli pulus
keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
g. Nasabah membayar harga yang barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian
khusus dengan nasabah.
i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah
untukmembeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip
menjadi milik bank. 42
2) Ketentuan murabahah kepada nasabah
a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian
suatu barang atau asset kepada bank.
42
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman, h. 141-142
23
b. jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan
pedagang.
c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah
harus menerima atau membelinya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati , karena secara hukum, perjanjian
tersebut mengikat kemudian kedua belah ihak harus
membuat kontrak jual beli.
d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan
awal pemesan.
e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebt,
biaya rill bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugia yang harus
ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah.
g. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai
alternatif dari uang muka, maka
h. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,
ia tinggal membayar sisa harga.
i. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank
akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
3) Jaminan dalam Murabahah:
a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius
dengan pesanannya.
b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan
yang dapat dipegang.43
4) Utang dalam Murabahah:
43 Ibid, hal. 142-143
24
a. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut
dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban
untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa
angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh
angsurannya.
c. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
5) Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
a. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan
menunda penyelesaian utangnya.
b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
6) Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang
sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.44
44
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, hal. 12-13
25
3. Rukun dan syarat pembiayaan Murabahah
a. Rukun Murabahah
1) Pelaku akad, yaitu bai’ (penjual) adalah pihak yang memiliki
barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang
memerlukan dan akan membeli barang.
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman
(harga), dan Shighah, yaitu ijab dan qabul..45
b. Syarat Murabahah
Syarat murabahah adalah sesuai dengan rukun murabahah yaitu:
1) Syarat orang yang berakal
Orang yang melakukan jual beli harus memenuhi :
a) Orang yang melakukan akad harus berakal. Oleh karena itu
jual beliyang dilakukan anak kecil dan orang gila hukumnya
tidak sah. Menurut Jumhur ulama bahwa orang yang
melakukan akad jual beli itu harus baligh dan berakal.
b) Yang melakukan akad jual adalah orang yang berbeda.
2) Syarat yang berkaitan dengan ijab dan kabul Menurut ulama fiqh
adalah:
a) Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal
b) Kabul sesuai dengan ijab
c) Ijab dan kabul itu di lakukan dalam satu majlis.
3) Syarat barang yang diperjualbelikan yaitu :
a) Barang itu ada atautidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.
b) Dapat diamnfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
c) Milik sesorang, barang yang sifatnya belum dimiliki
seseorang tidak boleh diperjualbelikan.
d) Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu yang
disepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 46
45 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hal. 82
26
Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani (1999), antara
lain sebagai berikut:
1) Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual
secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan
dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan
tingkat keuntungan yang diinginkan.
2) Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk persentasi
tertentu dari biaya.
3) Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh
barang, seperti biaya pengiriman, pajak dan sebagainya
dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga
agregat dan margin keuntungan didasarkan pada harga agregat
ini.
4) Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan
barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat
dipastikan, barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual dengan
prinsip murabahah. 47
4. Jenis-jenis Murabahah
Dalam konsep diperbankan syariah maupun di Lembaga
Keuangan Syariah, jual beli murabahah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Murabahah tanpa Pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah
yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang
memesan ( mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga
penyediaan barang dilakukan oleh BMT sendiri dan dilakukan
tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri. Dengan kata
lain dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau BMT
46 Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu,
Cet-Pertama, 2012, h. 59-60 47 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah..., hal. 83-84
27
menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjual
belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli
atau tidak.48
sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum
transaksi / akad jual beli murabahah dilakukan. Pengadaan barang
yang dilakukan bank syariah atau BMT inidapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
1. Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah)
2. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan
pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad (prinsip
salam)
3. Memsan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran
yang dilakukan didepan, selama dalammasa pembuatan, atau
setelah penyerahan barang (prinsip isthisna)
4. Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau
musyarakah.
Alur transaksi murabahah tanpa pesanan dapat dilihat
dalam skema berikut :
b. Murabahah berdasarkan pesanan
Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan
pesanan adalah jual belimurabahah yang dilakukan setelah ada
pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan
murabahah.49
Jadi dalam murabahah berdasarkan penasanan,
bank syariah atau BMT melakukanpengadaan barang dan
melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan
untuk dibelikan barang atau asst sesuaidengan apa yang diinginkan
nasabah tersebut.
Alur transasksi murabahah berdasarkan pesanan dapat
dilihat dari skema berikut :
48 Wiroso, Produk Perbankan Syari’ah, Jakarta: LPEE Usakti,2009,hal. 171 49
Ibid, hal 173
28
5. Ketentuan dan skema pembiayaan Murabahah di Lembaga
Keuangan Syariah
Murabahah merupakan skim fiqh yang paling populer
diterapkan dalam perbankan syariah. Murabahah dalam perbankan
syariah didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil
bentuk transaksi jual beli barang antara bank dengan nasabah dengan
cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian murabahah, bank
membiayai barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya
dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian
menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan margin
atau keuntungan.50
Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan
syariah, pada prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu
harga beli serta biaya yang terkait dengan kesepakatan atas margin
atau keuntungan. Ciri dasar kontrak pembiayaan murabahah adalah
sebagai berikut :
a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait
dan harga pokok barang dan batas margin atau keuntungan yang
harus ditetapkan dalam bentuk presentase dari total harga plus
biaya-biayanya.
b. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan
uang.
c. Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau
wakilnya dan harus mampu menyerahkan barang itu kepada
pembeli.
d. Pembayarannya ditangguhkan.
Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah
untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para
nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak
50 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999, h. 64
29
memiliki uang untukmembayar. Kemudian dalam prakteknya
diperbankan islam, sebagian besar kontrak murabahah yang
dilakukan dengan menggunakan sistem murabahah kepada
pemesan pembelian (KPP). Hal ini dinamakan demikian karena
pihak bank syariah semata-mata mengadakan barang atauasset
untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya.51
Jadi
secara umum, skema dari aplikasi murabahah ini sama dengan
murabahah berdasarkan pesanan.
Bank atau Lembaga Keuangan Syariah (BMT) bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagi pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari produsen (supplier) ditambah
keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual
tersebut dan jangka waktu pembayaran. Harga jual ini dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah
selama berlaku akad. Barang atau objek harus diserahkan segera
kepada nasabah, dan pembayarannya dilakukan secara tangguh. 52
terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan murabahah
dalam bank syariah atau BMT, yaitu dalam hal pengadaan barang.
Dalam hal ini bank atau BMT menggunakan media akad wakalah
dari pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :
51 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek,hal 103 52 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi,
Jakarta : Ekonisia, 2004, h. 63
30
SKEMA PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
1. Akad Jual Beli
1. wakalah
5. Terima Dokumen
4. kirim
3.Beli Barang
Sumber : penjelasan Fatwa DSN-MUI
Dalam hal ini, apabila pihak bank mewakilkan kepada
nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga (supplier), maka
kedua pihak harus menandatangani kesepakatan, dimana pihak
bank memberiotoritas kepada nasabah untuk menjadi agennyauntuk
membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata
lain nasabah menjadi wakil bank untuk membeli barang.
Kepemilikan barang hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank.
Selanjutnya nasabah memberikan informasi kepada pihak bank
bahwa ia telah membeli barang, kemudian pihak bank menawarkan
barang tersebut kepada nasabah dan terbentuklah kontrak jual beli.
Sehingga barangpun beralih kepemilikan menjadi milik nasabah
dengan segala resikonya.53
53
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, diakses pada 112
April 2018
Bank Nasabah
Dealer
31
6. Produk Pembiayaan Syariah di Sektor Pertanian
Usaha pertanian merupakan usaha yang penuh resiko. Solusi
pemerintah untuk permasalahan terkait dengan kebutuhan modal bagi
para petani adalah dengan meluncurkan beberapa kredit program
untuk sektor pertanian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ashari dan Saptana menunjukkan bahwa solusi yang ditawarkan
pemerintah tersebut dalam pelaksanaannya dirasa kurang memuaskan.
Ketidakpuasan terjadi karena kredit program dari pemerintah tersebut
masih memakai sistem bunga dan nantinya akan menimbulkan
permasalahan baru bagi para petani, seperti membengkaknya hutang
petani serta terjadinya kredit macet bagi para petani. Berdasarkan
karakteristik pemberian kredit dengan sistem bunga tersebut, maka
lembaga keuangan syari‟ah memiliki peluang yang besar untuk
diterapkan pada sektor pertanian. Produk pembiayaan syari‟ah yang
dapat diterapkan pada usaha agribisnis antara lain: Mudharabah,
musyarakah, muzaraah, musaqah, bai‟ murabahah, bai‟ istishna‟, bai‟
assalam, dan gadai (rahn).54
1. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak,
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal dan pihak lainnya bertindak sebagai pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami
kerugian, maka pemilik modal adalah pihak yang menanggung
kerugian. Apabila kerugian tersebut diakibatkan karena kelalaian
dari pihak pengelola, maka pihak pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian yang dialami.55
Berdasarkan jenis usaha,
54
Ashari dan Saptana, Prospek Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Pertanian, dalam
Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 23 no.02, edisi Desember 2005, h.138 55
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek , h.95
32
waktu, dan daerah bisnis, mudharabah dibagi menjadi menjadi dua
jenis, yaitu mudharabah muthlaqoh dan mudharabah muqayyadah.
Ketentuan pada mudharabah muthlaqoh pihak pengelola diberi
kekuasaan untuk menentukan jenis usaha, waktu pelaksanaan, serta
wilayah bisnisnya, sementara pada mudharabah muqayyadah, jenis
usaha, waktu pelaksanaan, dan wilayah bisnisnya sudah ditentukan
oleh pemilik modal.56
2. Musyarakah
Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih
dalam berusaha, yang halal dan produktif, keuntungan dan
kerugiannya ditanggung bersama.57
Fatwa DSN Nomor:
08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah
menjelaskan bahwa pembiayaan musyarakah merupakan
pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk usaha tertentu. Masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Pembiayaan musyarakah ini memiliki keunggulan
dalam kebersamaan dan keadilan.
3. Muzara‟ah
Muzara‟ah merupakan kerjasama di bidang pertanian untuk
mengolah dan mengelola tanah. Pemilik tanah dan pekerja
membuat kesepakatan (akad) bahwa tanah milik pihak yang
pertama dan pekerjaan dilakukan oleh pihak yang kedua, dengan
hasil dibagi dua berdasarkan presentase yang disepakati. Muzara‟ah
disebut juga dengan muamalah pada tanah. Pihak yang memiliki
56
Ibid Ashari dan Saptana, “Prospek Pembiayaan Syari’ah untuk Sektor Pertanian, hal.
138 57
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor : Ghalia Indonesia,
2015, hal.151
33
tanah disebut dengan rabbul ardh, dan pekerja yang mengelola
disebut muzari‟.58
Syarat-syarat muzara‟ah:
a. Ijab qabul yang dilakukan antara pemilik tanah dengan pekerja,
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Kedua pelaku akad memiliki hak untuk melakukan secara
langsung akad-akad tukar menukar seperti ini.
c. Bagi hasil yang diperoleh dari masing-masing pihak harus jelas
dan musya‟ (bersama-sama) antara kedua belah pihak yang
berakad.
d. Tanah (lahan yang akan digarap) ditentukan dengan jelas.
e. Tanah yang digarap harus layak dan baik untuk ditanami, meski
membutuhkan pengolahan dan perbaikan.
f. Masa berlakunya muzara‟ah ditentukan secara jelas baik hari,
bulan maupun tahunnya, yang disesuaikan dengan masa tanam
dan masa panen.
Ada akad lainnya yang hampir sama dengan akad muzara‟ah
yaitu akad Mukhabarah. Mukhabarah yaitu akad yang dilakukan
antara pemilik tanah dengan pengelola, yang mana pemilik
tanah menyerahkan tanahnya kepada pengelola untuk digarap,
sedangkan perbedaannya terletak pada modal (bibit) yang
dikeluarkan. Modal yang berasal dari pemilik tanah disebut
dengan akad muzara‟ah, sedangkan modal berasal yang berasal
dari pengelola disebut dengan akad mukhabarah.59
4. Musaqah
Musaqoh atau disebut juga dengan pengairan merupakan
sejenis syirkah (kerjasama) untuk memperoleh hasil pohon, yaitu
pemilik dan pekerja melakukan akad untuk memelihara pohon,
58
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1996, cet. 1, hal.1272 59 Ibid. hal.1273
34
kemudian hasilnya dibagi secara musya‟ (bersama-sama). Kriteria
pohon yang sah secara muamalah untuk digunakan untuk
melakukan akad musaqoh yaitu pohon yang dapat dimanfaatkan
buah dan daunnya, sementara pokok pohon tersebut tetap hidup.
Berikut adalah syarat-syarat musaqoh;
a. Ijab qabul yang dilakukan oleh pemilik dan pekerja dengan
ucapan atau perbuatan yang menunjukkan kepada keduanya.
b. Kedua belah pihak memiliki kecakapan untuk melakukan akad.
c. Objek musaqoh yaitu pokok-pokok pohon. Pohon yang
dijadikan objek musaqoh ini harus jelas serta pekerjaan yang yang
harus dilakukan oleh pekerja harus ditegaskan secara terperinci.
d. Pohon yang dijadikan objek muamalah hendaknya merupakan
pokok pohon yang tetap hidup setelah buahnya dipetik ataupun
daunya di petik. Musaqoh dilakukan sebelum buah masak
(sebelum tiba masa petiknya), baik ketika buah belum muncul
maupun sesudah buah muncul, akan tetapi belum masak. Apabila
akad musaqoh setelah buah masak, maka tidak ada kesempatan
untuk musaqoh.60
5. Murabahah
Menurut sayyid Sabiq, murabahah adalah menjual barang
dengan dengan adanya tambahan keuntungan dari harga pokok.61
Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha
pengadaan barang modal maupun kebutuhan perseorangan bagi
petani, seperti mesin, peralatan pertanian, hand tractor, pompa air,
power thresher, rice milling unit, dan lain sebagainya.62
6. Bai‟ as-Salam
60
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia,
2012, h. 165
61
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,
Terj. Ahamd Tirmidzi, dkk. Jakarta:Pustaka al Kautsar, 2013, h.765. 62
Ashari dan Saptana, “Prospek Pembiayaan Syari’ah untuk Sektor Peetanian, Forum
Penelitian Agro Ekonomi Vol.23 No.2 Desember 2005,hal.139.
35
Pengertian salam adalah akad untuk suatu barang yang sudah
disebutkan ciri-cirinya dalam tanggungan (penjual), harga
diserahkan dimuka dan diterima di majlis akad. Salam merupakan
salah satu jenis jual beli. Modal yang diserahkan di majelis akad
disebut dengan salam, sementara modal yang diberikan terlebih
dahulu disebut salaf.63
Skim bai‟ as-salam dapat diaplikasikan
pada sektor pertanian. Sebagai gambaran yaitu misalkan
perbankan syari‟ah melakukan sendiri atau memberikan pinjaman
kepada nasabah untuk membeli gabah petani dengan harga yang
layak. Sistem pengadaan atau pembelian gabah dapat dilaksanakan
seperti yang dijalankan oleh Bulog.64
7. Bai‟ al-Istishna‟
Bai‟ al-Istishna‟ atau disebut juga dengan piutang istishna‟
yaitu fasilitas penyaluran dana untuk pengadaan barang investasi
berdasarkan pesanan. Kontrak bai‟ al istishna‟ ini dilakukan oleh
pembeli dan pembuat barang, dimana pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Kedua belah pihak bersepakat atas harga
serta sistem pembayaran, apakah pembayaran akan dilakukan
seacra kontan atau dengan ditangguhkan pada masa yang akan
datang.
8. Ar-Rahn
Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas peminjaman yang diterimanya. Kriteria
barang yang ditahan tersebut harus memiliki nilai ekonomis dan
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Menurut Saptana,
sistem gadai ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat
pedesaan, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Praktek sistem gadai
63
Ibnu Katsir, Fikih Hadits Bukhari Muslim, Terj. Umar Mujtahid, Jakarta: Ummul
Qur’an, 2013, h. 744. 64
Ibid, Ashari dan Saptana, Prospek..., 135
36
pada banyak kasus sudah mulai bergeser ke arah sistem bagi hasil
dan akhirnya ke sistem sewa lahan.65
B. Pemberdayaan Sektor Pertanian
5. Pengertian pemberdayaan
Istilah pemberdayaan terdengar, bergaung dan digunakan di
mana-mana, bahkan untuk benda tidak hidup seringkali diletakkan kata
pemberdayaan, sehingga dikenal “pemberdayaan lahan tidur”.
Pemberdayaan asal katanya dari daya atau power, pemikiran modern
tentang power muncul pertama kali dalam tulisan Nicollo Machiavelli
dalam the prince, diawal abad ke-6 dan Thomas Hobbes dalam
Leviathan pada pertengahan abad ke-1758 Representasi adanya power
tampak pada posisi pengambilan keputusan dan pengaruh.66
Dengan power yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
diharapkan dapat mendayagunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengakses informasi, teknologi, modal, mengembagkan keterampilan
dalam menemukan solusi atas masalah kehidupan. Dengan demikian
pemberdayaan berkaitan dengan upaya perubahan dalam struktur
sosial masyarakat, karena ada proses sharing power, penigkatan
kemampuan, dan penetapan kewenagan.67
Pemberdayaan merupakan suatu konsep untuk memberikan
tanggung jawab yang lebih besar kepada orang-orang tentang
bagaimana melakukan pekerjaan. Pemberdayaan akan berhasil dika
dilakukan oleh pengusaha, pemimpin dan kelompok yang dilakukan
secara terstruktur dengan membangun buaday kerja yang baik. Konsep
pemberdayaan tekait dengan pengertian pembangunan masyarakat dan
pembangunan yang bertumpu pada masyarakat.
65
Ibid. Ashari dan Saptana, Prospek Pembiayaan Syari’ah untuk Sektor Peetanian, hal
135 66 Siti Amanah dan Narni Farmayanti, Pemberdayaan sosial petani-nelayan, keunikan
agroekosistem, dan daya saing, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014, hal.1 67 Ibid, hal.2
37
Program-program pemeberdayaan sumber daya manusia telah
dilakukan pemerintah. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan
Indonesia yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya, maka
pembangunan harus merupakan perubahan sosial yang tidak hanya
tterjadi pada taraf kehidupan masyarakat belaka tetapi juga pada
peranan unsur-unsur didalamnya. Pembangunan menempatkan
manusia sebagai subyek pembangunan. Pemberdayaan masyarakat
dalam penanggulangan kemiskinan menjadi komitmen bersama antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.68
Terkadang muncul pertanyaan siapa yang memberdayakan dan
apa yang diberdayakan? Seolah pemberdayaan merupakan upaya
pendampingan yang hanya dari pemerintah,kelompok organisasi dan
komunitas saja, pada hakekatnya pemberdayaan dapat dilakukan
secara internal dari dalam diri orang itu sendiri. Dan peran yang
dilakukan oleh lembaga keuangan keuangan syariah disini adalah
sebagai akses atau perantara yang memberi kesempatan membantu
orang yang memerlukan untuk diberdayakan supaya dapat mengakses
modal, informasi, asset dan inovasi.
Berikut adalah pendapat dari Beberapa ahli dibawah ini
mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan
cara-cara pemberdayaan:
a) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan
orang-orang yang lemah atau tidak beruntung
b) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas,
dan mempengaruhi terhadap, kejadian- kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yangcukup untuk
68 Arsini, Pemberdayaan Petani Perempuan dalam Usaha Ekonomi Produktif untuk
Mengatasi Pengangguran Musiman dan Mengurangi Kemiskinan di Desa Putat Purwodadi
Grobogan, Semarang: 2013, h. 1-2
38
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya.
c) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
d) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi,
dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas)
kehidupannya.69
Pemberdayaan sangat berkaitan dengan struktur yang timpang.
Dalam struktur yang timpang, ada sebagian pihak yang memiliki
kesempatan, kekuatan, dan kemauan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebagian pihak lain, sangat sulit memenuhi kebutuhan karena
terbatasnya daya, ketiadaan daya itu sendiri umumnya dikarenakan
sistem dan struktur yang kurang berpihak pada kebutuhan masyarakat
kecil. Sebagai implikasinya, untuk meningkatkan akses, kekuatan, dan
kemampuan dalam bertindak, dilakukan pemberdayaan. Pelaksanaan
program pemberdayaan yang berhasil dicirikan oleh kondisi
masyarakat yang mandiri, inovatif, daya juangtinggi, mampu
menggalang kerja sama, dan dapat menentukan keputusan atas
berbagai pilihan yang ada. Setiap masyarakat memliki karakteristik
yang khas. Petani memiliki kebutuhan berbeda dengan nelayan,
berbeda pula dengan pedagang. Faktor sosial, ekonomi, dan
lingkungan berkaitan dengan pendekatan keberhasilan pemberdayaan.
6. Tujuan pemberdayaan masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membenetuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan tersebut. Tujuan pemberdayaan masyarakat
yaitu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
69 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika
Aditama,
2010, h.59
39
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Tujuan pemberdayaan tersebut mengandung arti perbaikan mutu
hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat antara lain
dalam arti : 70
a. Perbaikan ekonomi terutama kecukupan pangan
b. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan )
c. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
d. Terjaminnya keamanan
Selaras dengan itu, dalam pembangunan pertanian, tujuan
pemberdayaan diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani,
(better farming), perbaikan usaha tani (better bisiness), dan perbaikan
kehidupan petani dan masyarakatnya (better living). Untuk mencapai
ketiga bentuk perbaikan yang disebutkan diatas masih memerlukan
perbaikan-perbaikan lain yang menyangkut :
a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organizing) demi
terjalinnya kerjasama dan kemitraan atas stakholders.
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community) yang
tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan
politik, yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan
pertanian yang merupakan sub-sistem pembangunan masyarakat
( community development). Tentang hal ini, pengalaman
menunukan bahwa pembangunan pertanian tidak dapat berlangsung
seperti diharapkan, manakala petani dan keamanan serta
pembangunan bidang dan sektor kehidupan yang lain.
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better environment) demi
kelangsungan usaha taninya. Tentang hal ini, pengalaman
menunjukan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida secara
berlebihan dan tidak seimbang berpengaruh negatif terhadap
70 Totok Mardikanto dan poerwako soebianto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, Bandung : Afabeta, 2012, hal. 28
40
produktivitas dan pendapatan petani, kerusakan lingkungan hidup
yang dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan pembangunan
pertanian itu sendiri.71
7. Pengertian sektor pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dn berperan
penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup
masyarakat terutama dalam sumbangan PDB, penyedia lapangan kerja
dan penyediaan pangan dalam negri.72
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia mengahasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup. Oleh
karenanya sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam
perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi
sektor-sektor lainnya seperti subsektor perikanan, subsektor
perkebunan, subsektor perternakan. 73
pembangunan dibidang pertanian adalah suatu hal yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi karena sebagian besar rakyat indonesia
mengonsumsi beras dan bekerja disektor pertanian.74
Sedangkan
pernanan penting dari sektor pertanian itu sendiri adalah dalam
membentuk penyediaan kesempatan kerja dan berkontribusi terhadap
pembentukan produk domestik bruto dan ekspor.75
Menurut Mosher pertanian adalah suatu bentuk produksi yang
khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dalam suatu
71 Aprillia Tharesia dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat,Bandung: Alfabeta, 2014,
hal. 150. 72 Julius r latumaresa, Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi
Global.(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 308 73 Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro,Jakarta: Mitra Wacana Media,
2005, hal. 93 74 Subandi, Sistem Ekonomi Indonesia, Jakarta : Alfabeta, 2005, hal. 46 75 Tulus T.H Tambunan, Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia, Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2006, hal.23
41
usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehingga
pengeluaran dan pendapatan sangat penting artinya.
Menurut Van Aarsten pertanian adalah digunakan kegiatan
manusia untuk memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja
menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam
guna mengembangkan tumbuhan dan hewan tersebut.76
8. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
Pertanian memperoleh energi dari sinar matahari dan prosesnya
melalui proses-proses biologis dari pertumbuhan hewan dan tanaman,
petani adalah manusia-manusia dan anggota-anggota keluarga serta
anggota masyarakat setempat. Menurut A.T Mosher 1965 dalam
bukunya lincolin Arsyad ekonomi pembangunan, menganalisis
syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian dikembangkan
dengan baik. Mosher mengelompokan syarat-syarat pembangunan
pertanian tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan
syarat-syarat pelancar.77
a. Syarat-Syarat Mutlak
1) Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani
2) Teknologi yang senantiasa berkembang
3) Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara local
4) Adanya perangsang produksi bagi tani
5) Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu
b. Syarat-Syarat Sarana Pelancar
1) Pendidikan pembangunan
2) Kredit produksi
3) Kegiatan gotong royong petani
76
http://www.budidayapetani.com/2015/06/11-pengertian-pertanian-menurutpara.html
diunduh pada 1 mei 2019, 21.00 WIB
77Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta : UPP STIM Y KPN.,
2010, hal. 37
42
4) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian
5) Perencanaan nasional pembangunan pertanian
43
BAB III
PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KSPPS BMT BUM TEGAL
A. Gambaran Umum KSPPS BMT Bina Umat Mandiri
1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT Bina Umat Mandiri Tegal
KJKS BMT Bina Umat Mandiri adalah BMT pertama di kota Tegal
yang berdiri tepatnya tanggal 22 september 1997. BMT BUM
pendiriannya diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa Tegal yang
menuntut ilmu di IPB. Gagasan pendiriannya diilhami dengan melihat
kenyataan bahwa gejala inflasi yang sudah dirasakan oleh masyarakat
pada saat itu membuat para mahasiswa tergugah hatinya untuk membantu
mereka dengan mendirikan BMT guna membantu masyarakat kecil
terutama dalam permodalan usahanya dan mengenalkan ekonomi
syari’ah.78
Seiring berjalannya waktu BMT BUM telah banyak dikenal oleh
masyarakat Tegal dan sekitarnya karena telah dapat mengakomodasi
semua lapisan masyarakat. Sebagai penyedia jasa pelayanan keuangan,
KJKS Bina Umat Mandiri memiliki tagline “Lebih Syariah Lebih
Nyaman” selalu megutamakan pelayanan agar sesuai dengan syariah.
BMT Bum yang terus bertumbuh kembang telah memiliki 3 (Tiga)
cabang yang berada di wilayah kabupaten dan kota Tegal yaitu di
Ujungrusi, Adiwerna, Langon- Slerok, Serayu- mintragen dan
dukuhmingkrik – Slawi. BMT BUM akan terus mengembangkan
usahanya dengan berbagai macam produk simpanan, pembiayaan dan
penghimpunan modal seiring dengan bertambahnya kepercayaan
masyarakat.
78
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
44
Hingga akhir desember 2011 asset BMT BUM telah mencapai Rp.
8.697.298.765 dari target asset telah melebihi 8% dan 54% tingkat
pertumbuhannya dari tahun 2010. Total simpanan Rp. 6.758.774.145
dengan tingkat pertumbuhan 55% dari tahun lalu. Pembiayaan yang telah
disalurkan telah mencapai angka Rp. 4.898.643.413 dengan sisa hasil
usaha akhir desember 2011 sebesar Rp.60.410.399,- sedang mdal BMT
BUM secara akumulatif telah berjumlah Rp. 1.033.287.607 yang terdiri
dari simpanan pokok, wajib, modal penyertaan, donasi dan cadangan
modal itu sendiri. Dengan asset yang sudah berjumlah lumayan besar
BMT BUM sudah 3 (Tiga) kali di Audit oleh Auditor Eksternal dari KJA
(Koperasi Jasa Audit) Cirebon dan Semarang dengan hasil “wajar
tanpa syarat”. BMT BUM telah memiliki 693 anggota dan anggota yang
telah dilayani sampai akhir desember 2011 sebanyak 5.043 orang. Jumlah
ini optimis terus akan bertambah dengan perkembangan BMT BUM
sekarang ini.
Semakin berkembangnya BMT BUM telah bermitra baik dengan
Bank - Bank syariah yang ada di tegal. Berkat bimbingan dan dukungan
yang tak pernah henti dari dinas koperasi baik wilayah maupun daerah,
kini BMT BUM telah memiliki Mitra UMKM Binaan dalam rangka
OVOP (One Product One Village) seperti pengrajin batik tegalan dan
pengrajin hasil pengolahan ikan, bahkan sudah sering dipercaya oleh
dinas loperasi untuk membina koperasi lain baik secara langsung maupun
ditunjuk mengisi materi dalam acara yang diselenggarakan oleh dinas
koperasi.Yang tak kalah penting dan menjadi nilai tambah untuk BMT
BUM adalah bahwa BMT BUM telah memiliki 6 orang karyawan yang
bersertifikasi termasuk manajer di dalamnya BMT BUM juga sebagai
lembaga pemprakarsa Asosiasi BMT Kota Tegal dan menjabat sebagai
ketuanya, telah menjadi anggota Asosiasi BMT Jawa Tengah dan
Anggota Perhimpunan BMT Indonesia. 79
79
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
45
2. Visi dan misi
a. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang kokoh, peduli dan
terpercaya menuju kesejahteraan bersama
b. Misi
1) Menerapkan sistem syariah secara konsisten dan menyeluruh.
2) Mewujudkan / meningkatkan kualitas aset yang sehat, SDM yang
cakap dan sistem operasional yang handal.
3) Meningkatkan / mewujudkan kepedulian kepada seluruh
masyarakat terutama anggota kalangan ekonomi lemah dengan
program pemberdayaan
4) Mewujudkan tercapainya pengelolaan keuangan yang transparan
dan akuntabel
5) Meningkatkan pendapatan untuk semua anggota dan masyarakat
6) Memberikan pembiayaan yang memiliki daya saing untuk usaha
anggota sehingga terbebas dari jerat riba
7) Pendampingan kepada masyarakat
8) Terpenuhinya standar hidup pengelola.
3. Identitas KSPPS BMT BUM TEGAL
Nama Lembaga : KJKS BINA UMAT MANDIRI
Tanggal berdiri : 22 September 1997
Alamat koperasi : Jl. Perintis Kemerdekaan No.61 Kota tegal
Telepon : (0283) 6148564
Email : [email protected]
Legalitas
No. dan Tanggal BH : 13290/BH/KWK.II/IX/1997, 22 September
1997
Perubahana AD : No. 95 Tanggal 18 Mei 2010
Pengesahan perub.AD : 18/PAD/KDK.11/X/2010, 30 oktober 2010
SIUP : 503/229/PM/IX/2009
NPWP : 21.029.625.7-501.000
46
TDP : 11. 04.5.26.00041
SIUSP : 70.SISPK/KDK,11/X/2010
KJKS BMT Bina Umat Mandiri memiliki kantor Pusat dan 4 Kanto
Cabang yaitu :
1. Kantor Pusat KJKS BMT BUM Jl. Perintis Kemerdekaan No. 61
Kota Tegal Telp. (0283) 6148564
2. KJKS BMT BUM Cab. Tegal Jl. Perintis Kemerdekaan No. 61 Lt. 1
Kota Tegal Telp. (0283) 6148564
3. KJKS BMT BUM Cab.Slawi Jl. Prof Moh Yamin Slawi, Kab.Tegal
Telp. (0283) 6116600
4. KJKS BMT BUM Cab. Adiwerna Jl. Raya Ujungrusi Adiwerna, Kab.
Tegal Telp. (0283) 3447090.80
B. Struktur Organisasi dan Tugas Masing-Masing Bagian
Struktur organisasi pada satu perusahaan merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk mencapai tujuaan perusahaan tersebut. Dari struktur
organisasi tersebut dapat diketahui dengan jelas pembagian tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing bagian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Struktur adalah suatu
cara yang disusun atau dibangun dengan pola tertentu. Organisasi adalah
kelompok kerja sama suatu individu dengan individu lainnya untuk mencapai
tujuan.81
Struktur organisasi bmt BMT menunjukan adanya garis wewenang
dan tanggung jawab garis komando, serta cakupan bidang pekerjaan
masing-masing bagian dalam organisasi, masing-masing dari BMT memiliki
karakteristik tersendiri, sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun
demikian, struktur organisasai minimal dalam setiap BMT terdiri seperti
berikut. 82
80
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal 81
https://kbbi.kemdikbud.go.id 82
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta UII
Press, 2005, hal.140
47
a. Musyawarah Anggota Tahunan
b. Dewan Pengurus
c. Dewan Pengawas Syariah
d. Dewan Pengawas Manajemen
e. Pengelola yang dapat terdiri minimal : Manajer, Marketing,
Accounting, dan Kasir
Jaminan keamanan yang sewaktu waktu dapat diambil, Bonus
diberikan setiap bulan dan langsung menambah saldo tabungan.
a) SIMPANAN LEMBAGA (Si Lembaga)
Yaitu simpanan untuk umum (lembaga) yang sumber dananya
bukan dari pribadi melainkan milik lembaga dengan akad Wadiah ya
Dhomanah (titipan dengan jaminan keamanan) yang sewaktu waktu
dapat diambil. Bonus diberikan setiap bulan dan langsung
menambah saldo tabungan.
b) SIMPANAN PENDIDIKAN (Si Dik)
Yaitu simpanan program siswa/murid sekolah atau yang
direncanakan untuk biaya pendidikan dengan akad Wadiah ya
Dhomanah (titipan dengan jaminan keamanan), baik itu dari umum
(perorangan) atau lembaga (sekolah/lembaga pendidikan lainnya),
Bonus diberikan setiap bulan dan langsung menambah saldo
tabungan.
1. Simpanan Program
a) SIMPANAN QURBAN
Yaitu simpanan program untuk perorangan atau lembaga
dengan akad Wadiah ya Dhomanah (titipan dengan jaminan
keamanan) yang bertujuan membantu anggota dalam perencanaan
dan pelaksanaan ibadah Qurban, Bonus diberikan setiap bulan dan
langsung menambah saldo tabungan. Dan dapatkan Door prize
menarik berupa kambing , handphone, dvd, dan hadiah menarik tiap
48
tahunnya. Penarikan simpanan ini hanya bisa dilakukan pada saat
menjelang menunaikan ibadah Qur’an, namun setorannya dapat
dilakukan setiap hari. 83
b) SIMPANAN SMS SEJAHTERA ( Simpanan Multiguna Syari’ah
sejahtera)
Simpanan SMS adalah simpanan yang dikelola dengan prinsip
mudharabah ( bagi hasil). Simpanan ini cocok untuk perencanaan
jangka panjang, contoh : perencanaan pendidikan, perencanaan
pensiun, perencanaan rumah idaman, perencanaan haji / umroh.
Kami memberikan bagi hasil yang luar biasa. Tabel perkiraan bagi
hasi bisa dilihat di brosur.
c) ARISAN BMT BUM
Yaitu salah satu simpanan program BMT BUM yang dikelola
dengan akad Wadiah Ya Dhomanah dalam jangka waktu 18 bulan,
dengan setoran arisan Rp.100.000,- setiap bulannya. Pembukaan /
pengocokan arisan dilakukan setiap tanggal 18 setiap bulan untuk 2
orang peserta. Bagi anggota yang tertib dalam setoran tiap bulan,
maka berkesempatan untuk mengikuti undian Grand Bonus dengan
bonus 10 unit Mesin Cuci, Lemari Es, TV Color, Dispenser, Kipas
Angin dan souvenir menarik pada akhir periode arisan.
d) PAKERO (Paket Romadhon)
Adalah simpanan program KJKS BMT BUM yang dikelola
dengan akad Wadiah Ya Dhomanah dalam jangka waktu dan jumlah
setoran tertentu, dengan ketentuan sbb :
1. Anggota wajib menyetorkan simpanannya seminggu sekali
sebesar Rp.10.000,-
2. Anggota akan mendapatkan Kartu Pakero sebagai bukti keikut
sertaan program ini dan untuk selanjutnya menjadi Kartu setoran.
83
Wawancara dengan mba balqis selaku Marketing BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
49
3. Simpanan TIDAK dapat diambil sampai dengan periode ini
berakhir.
4. Simpanan akan diambil dalam bentuk paket sembako yang akan
dibagikan pada bulan Romadhon.
Adapun persyaratan untuk PAKERO (Paket
Romadhon)sebagai berikut :
1. Mendaftar di KSPPS BMT BUM atau petugas BMT BUM
2. Melampirkan fotokopi KTP (untuk anggota baru).
Dan untuk Keunggulan dari PAKERO (Paket
ROMADHON) ini adalah bebas biaya administrasi.
e) SIMPANAN HAJI
Pembiayaan Pengurusan Ibadah Haji BMT BUM adalah
simpanan atau pembiayaan untuk peorangan bagi anggota dan Calon
anggota KSPPS BMT BUM yang dapat digunakan untuk rencana
menunaikan ibadah haji, apabila saldo sudah mencapai 25 juta, maka
akan langsung didaftarkan ke Depag Setempat untuk memperoleh
Porsi pemberangkatan Haji. Anggota juga dapat memanfaatkan
fasilitas Program dana talangan haji dari KJKS BMT BUM Slawi.
Melalui fasilitas pembiayaan pengurusan dan pendaftaran setoran
awal biaya ONH kepada anggota dan calon anggota KSPPS BMT
BUM dengan cara diangsur selama 5tahun serta bonus yang akan
diberikan setiap bulan dan langsung menambah saldo tabungan.
1. Syarat dan Ketentuan:
a. Berusi minimal 12tahun ke atas dan maksimal 60 tahun
b. Membuka rekening Simpanan Haji di KSPPS BMT BUM
dengan setoran awal minimal 2,5juta
c. Mengajukan permohonan pembiayaan Haji di KSPPS BMT
BUM
2. Fitur dan keunggulan
50
a. Dengan setoran awal minimal 2,5juta rupiah, anggota / calon
anggota jamaah haji berpeluang mendapatkan pembiayaan
Pengurusan Haji sesuai dengan ketentuan Penyelenggaraan
haji
b. Setoran awal sudah termasuk biaya administrasi, materai dan
asuransi jiwa
c. KSPPS BMT BUM bekerja sama mitra perbankan BPS-BPIH
yang ditunjuk oleh pemerintah yang akan menerima setoran
awal biaya penyelenggaraan ibadah haji
d. Jangka waktu penyetoran untuk melunasi pembiayaan
pengurusan haji sampai 5tahun
e. Simpanan Haji tidak ada biaya administrasi bulanan.
3. Persyaratan atau dokumen yang harus dilengkapi :
a. Fotokopi KTP Suami-Istri 6 lembar
b. Fotokopi surat nikah 6 lembar
c. Fotokopi kartu keluarga 6 lembar
d. Fotokopi akta kelahiran atau Ijazah terakhir 6 lembar
e. Slip gaji 3bulan terakhir (karyawan swasta / BUMN/ PNS)
f. Surat keterangan usaha dan penghasilan (wiraswasta)84
Angsuran untuk Simpanan Haji
Setoran Awal Angsuran (60 Bulan)
2.500.000 620.000
4.000.000 595.000
5.500.000 570,000
f) Simpanan Pendidikan Anak Sekolah “Ceria”
Simpanan pendidikan ini yaitu bertujuan untuk memebrikan
edukasi anak untuk belajar menabung sejak usia dini, maka BMT
BUM mengadakan program Simpanan Pendidikan Anak Sekolah.
84
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
51
Adapun fasilitas yang didapatkan dengan menggunakan program ini
yaitu :
1. Setiap pelajar akan mendapatkan buku tabungan sekolah gratis
dari BMT BUM
2. Layanan jemput tabungan ke sekolah setiap pekan atau bulan
sekali.
3. Bagi hasil yang kompetitif setiap bulannya.
4. Paket bonus barang disaat ajaran baru sesuai program yang
diikuti
Dan berikut ketentuan yang ada pada simpanan Pendidikan Anak
Sekolah :
1. Simpanan tidak bisa diambil sebelum kenaikan kelas/ ajaran baru
2. Tiap bonus hanya berlaku untuk 1 rekening simpanan pendidikan
3. Bonus diberikan jika setoran perminggu / perbulan selalu aktif
tiap minggu / bulannya tercapai seperti pada tabel
4. Jenis barang (type / warna )sesuai dengan stok yang tersedia
divendor BMT BUM
No Jumlah Setoran Bonus kenaikan kelas
Mingguan Bulanan
1 100.000 400.000 Pitcher
2 200.000 800.000 Cangkir Set
3 300.000 1.200.000 Kipas Angin duduk
4 400.000 1.600.000 Kipas Angin berdiri
5 500.000 2.000.000 Megic com
6 600.000 2.400.000 Megic com
7 700.000 2.800.000 Kompr Gas
8 800.000 3.200.000 Dispenser Miyako duduk
9 900.000 3.600.000 Dispenser Miyako Hot
cool
52
10 1.000.000 4.000.000 Blender
11 1.500.000 6.000.000 Sepeda
12 2.000.000 8.000.000 Speaker Aktif / DVD
13 2.500.000 10.000.000 Mesin Cuci Polytron
14 3.000.000 12.000.000 TV LED 20 ich
15 3.500.000 14.000.000 Lemari Es Sharp 1 pintu
16 4.000.000 16.000.000 TV LED 24 Inch
17 4.500.00 18.000.000 TV LED 24 Inch
18 5.000.000 20.000.000 Lemari Es 2 pintu
19 6.000.000 24.000.000 Ac split 1 PK
20 7.000.000 28.000.000 TV LED 32 Inch
21 8.000.000 32.000.000 Netbook 14 Inch
22 9.000.000 36.000.000 TV LED 42 Inch
23 10.000.000 40.000.000 LCD Projector + Screen
24 30.000.000 120.000.000 Yamaha MIO M3
3. Simpanan Berjangka / Investasi
a) SIMPANAN BERJANGKA (Si Jaka)
Yaitu simpanan untuk perorangan atau lembaga yang
penyimpanannya ditentukan dengan jangka 3, 6 dan 12 bulan yang
dikelola dengan akad Mudhorobah (bagi hasil). Simpanan berjangka
minimum Rp.1.000.000,-. Anggota akan mendapatkan bagi hasil
yang kompetitif,. Simjaka ini juga dapat di gunakan sebagai
Agunan untuk fasilitas Pembiayaan. Khusus simpanan dengan
jangka waktu 36bulan, simpanan ini bersifat :
1. Sifat Wadiah (titipan), titipan ini harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat anggota yang bersangkutan menghendaki. ,mitra
mendapatkan bonus diawal, tetapi tidak mendapatkan
keuntungan bagi hasil,
2. Sifat Mudharabah (bagi hasil), simpanan tidak dapat diambil
selama 3tahun. Mitra tidak mendapatkan bonus diawal, tetapi
53
mendapatkan keuntungan bagi hasil setiap bulannya.
Keuntungan bisa diambil tunai atau masuk modal pokok
deposito anggota.
b) INVESTAMA BUM
yaitu Investasi Modal dengan jangka waktu 36 bulan yang
dikelola dengan akad Mudharabah (bagi hasil). Simpanan berjangka
minimum Rp.1.000.000,-. Anggota akan mendapatkan bagi hasil
yang kompetitif setiap bulannya, dan Investasi dapat digunakan
sebagai Agunan untuk fasilitas Pembiayaan.
1. Keuntungan investama KJKS BMT BUM sebagai berikut :
a. Bebas biaya administrasi bulanan
b. Aman dan investasi yang menguntungkan
c. Dikelola secara profesional dengan sistem syariah
d. Dapat menjadi jaminan pembiayaan di KJKS BMT BUM
2. Persyaratan pembukaan rekening Investama KJKS BMT BUM :
a. Peserta program investama BMT BUM dapat perorangan /
lembaga
b. Melampirkan foto copy KTP
c. Menjadi anggota BMT BUM
d. Membuka rekening simpanan BUM
3. Persyaratan untuk mendapatkan produk simpanan di KJKS BMT
BUM Tegal diantaranya :
a. Melampirkan foto copy KTP
b. Menjadi anggota BMT BUM
c. Membuka rekening simpanan dengan simpanan wajib
sebesar Rp.10.000,-
C. Pembiayaan di KSPPS BMT BUM Tegal
1) Pembiayaan Murabahah (Jual Beli)
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi
jual beli dimana BMT menyebut jumlah keuntungan. Murabahah adalah
54
akad jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan harga jual yang
terdiri dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas
barang, dimana harga barang tersebut disetujui oleh pembeli. BMT
bertindak sebagai penjual, sementara anggota peminjam sebagai pembeli.
“ Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan RIBA
“ (Qs. Albaqorah : 275 )
2) MUSYARAKAH (Syirkah / Kerjasama)
Musyarakah Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana atau amal / expertise dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung Bersama sesuai dengan
kesepakatan,
3) MUDHARABAH
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak
pertama (shahibulmaal) menyediakan seluruh modal (100%),sedangkan
pihak lainnya adalah pengusaha / pengelola(mudharib). Keuntungan
usaha dibagi menurut kesepakata nyang dituangkan dalam
kontrak.Apabila terjadi kerugian, maka ditanggung oleh shahibulmaal
(selama kerugian itu bukan karena kelalaian mudharib).Apabila karena
kelalaian mudharib, maka yang bersangkutan .yang harus menanggung
kerugian tersebut.
4) AL QORD
Adalah Pembiayaan kebajikan dari baitul maal dimana anggota
yang menerimanya hanya mengembalikan ke baitul maal pokoknya saja
dan dianjurkan memberi zakat, infaq atau shodaqoh
5) MULTI JASA
Adalah Pembiayaan berdasarkan akad multijasa antara BMT dan
mitra pembiayaan dengan keuntungan fee/ujroh/upah/jasa disepepakati
bersma. Penggunaannya antara lain untuk biaya sekolah, biaya sertifikat,
biaya rumah sakit dll.
55
D. Produk pembiayaan
1) BUM Sahabat Tani
BUM Sahabat Tani adalah fasiltas pembiayaan modal kerja yang
diberikan berupa modal pembelian pupuk,sewa lahan, ataupun alat
pertanian. BUM Sahabat Tani menggunakan akad Murabahah.
a. Syarat- syarat pembiayaan :
1. Foto copy KTP Suami dan Istri
2. Foto copy Kartu Keluarga
3. Foto copy jaminan (BPKB, Sertifikat, dll)
4. Foto copy rekening listrik
b. Keunggulan BUM Sahabat Tani
1. Persyaratan mudah
2. Proses cepat
3. Angsuran Tempo
4. Agunan berupa BPKB, Sertifikat, dll.
5. Tidak ada provisi
2) BUM Mitra UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
BUM Mitra UMKM adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang
diberikan untuk penambahan modal usaha, pembelian stok barang
dagangan, sewa tempat usaha, ataupun investasi alat produksi untuk
pengembangan usahanya. BUM Mitra UMKM dapat menggunakan akad
Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah.
Berikut adalah Syarat-syarat pembiayaan BUM Mitra UMKM :
a. Foto copy KTP Suami dan Istri
b. Foto copy Kartu Keluarga
c. Memiliki usaha
d. Jaminan BPKB atau SHM
3) BUMbastis,
Yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang
seperti elektronik, motor dll.
56
Adapun Persyaratan untuk pembiayaan BUMbastis adalah sebagai
berikut:
a. Foto copy KTP
b. Foto copy Kartu Keluarga
c. Surat keterangan usaha// slip gaji
d. Pembayaran administrasi
e. Pembiayaan yang diajukan BMT berhak ditolak tanpa memberikan
keterangan dan berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta
kembali.
4) BMT BUM MULTI JASA
Yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk membiayai berbagai
kebutuhan layanan jasa anggota selama jasa tersebut tidak bertentangan
dengan hukum undang-undang yang berlaku serta tidak termasuk kategori
yang diharamkan oleh syariah Islam. Tujuannya adalah pembiayaan untuk
biaya pendidikan, biaya penikahan, biaya pembuataan sertifikat tanah /
umah, biaya wasiat dan lain-lain. Produk-produk di atas merupakan
produk yang di tawarkan BMT BUM sebagai lembaga baitul tamwil.
Selain itu, terdapat baitul maal yang termasuk bagian dari BMT BUM.
Baitul Maal BMT BUM bersinergi dengan Lembaga Zakat Nasional DD
( Dompet Dhuafa) Republika menjadi mitra pengelola Zakat Dompet
Dhuafa dengan SK no. 888/DD/SKDirektur /IX/2012 yang ditetapkan
pada tanggal 12 September 2012 di Jakarta. Berikut beberapa program
penyaluran Ziswaf Baitul Maal Bina Umat Mandiri.85
E. Pembiayaan Murabahah untuk Sektor Pertanian
Pertanian adalah suatu kegiatan pemanfataan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Sejarah
Indonesia sejak masa kolonial samapai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang
85
Dokumen KSPPS BMT BUM Tegal
57
sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi
dan sosial masyarakat di berbagai wilayah indonesia.86
KSPPS BMT BUM Tegal adalah salah satu BMT yang terletak
didaerah yang hampir sebagian besar wilayahnya adalah persawahan, maka
tidak heran jika sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani. Untuk
kebutuhan pembiayaan anggota guna memperoleh modal untuk bertani, maka
KSPPS BMT BUM menawarkan dan memilihkan pembiayaan murabahah.
Penerapan pembiayaan murabahah pada umumnya diikuti dengan angsuran
pembayaran musiman jika untuk pembiayaan dalam sektor pertanian karena
melihat dari kondisi petani yang memiliki penghasilan ketika mereka sudah
panen, yaitu sekitar 6 bulan untuk mendapatkan pemasukan dari usaha
bertaninya. Tetapi di KSPPS BMT BUM Tegal justru sebaliknya yaitu
menggunakan sistem angsuran perbulan Karena jika dalam pengembalian
pembiayaan murabahah untuk modal bertani dengan sistem musiman yang
rentan waktunya sampai 6 bulan resiko yang akan diterima juga relatif besar
dikarenakan bisa jadi uang hasil panen para petani digunakan untuk
keperluan lainnya sehingga bisa mengakibatkan kredit macet. Oleh karena itu,
untuk menyesuaikan dan memudahkan para anggota untuk kebutuhannya
sebagai petani serta agar para anggota atau petani tetap amanah untuk tetap
membayar pinjaman yang harus dibayar, maka BMT Harum memilihkan
skema murabahah dengan sistem angsuran perbulan. Pembiayaan murabahah
untuk sektor pertanian di KSPPS BMT BUM Tegal ini adalah suatu
pembiayaan dimana dalam sistemya adalah hanya berupa pembiayaan untuk
jual beli seperti pupuk, benih, alat pertanian dan lain sebagainya, serta dalam
pengembalian pembiayaannya, setiap bulan anggota mengangsur pokok dan
marginnya. Oleh karena itu, KSPPS BMT BUM Tegal memilih sistem
pembiayaan ini karena dirasa lebih pas jika diterapkan di pembiayaan dalam
sektor pertanian, karena dinilai dapat meminimalisir resiko yang terjadi
seperti contoh kurangnya pengetahuan nasabah dalam akad syariah yang
86
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/iqtishadia/article/view/1
081/834, diakses pada 25 April 2019.
58
digunakan dan nasabah terlambat dalam pengembalian pembiayaan
dikarenakan menunggu hingga masa panen.87
Akad murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang mengandung
manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Didalam
akad ini bukan saja mengandung jual beli dan memperoleh keuntungan,
melainkan juga mengandung makna ta’awun yaitu saling membantu
memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Penentuan margin keuntungan
yang disepakati bersama antara si pembeli dan penjual melahirkan
keseimbangan dan keadilan dalam memperoleh keuntungan.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota dalam
mengajukan pembiayaan murabahah untuk sektor pertanian di BMT Bina
Ummat Mandiri Tegal :
1. Fotocopy KTP Suami,Istri, atau dilengkapi surat nikah (2 lembar)
2. Foto copy Kartu Keluarga
3. Foto copy rekening listrik dan sppt (pajak)
4. Foto copy jaminan / agunan e) Foto copy slip gaji dan SK pegawai
5. Foto copy rekening tabungan minimal 3 bulan terakhir untuk pegawai
6. Foto copy bukti angsuran pinjaman bank lain (apabila ada).88
Sebelum anggota mendapatkan pembiayaan murabahah, anggota
harus mengikti proses dan perosedur yang berlaku di BMT BUM Tegal,
adapun proses dan prosedur pembiayaan murabahah yaitu:
a. Mengisi Permohonan Pembiayaan.
Anggota / calon anggota Calon mengisi formulir memenuhi persyaratan
pembiayaan yang yang telah disediakan oleh BMT Taqwa Muhammadiyah
tentang identitas nasabah.
b. Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi.
Formulir permohonan yang diajukan akan diperiksa oleh Administrasi
Pembiayaan, untuk memeriksa apakah kelengkapan administrasi calon
87
Wawancara dengan Ibu. Siti Maryam.Amd , selaku Kepala Cabang KSPPS BMT
BUM Slawi. 88
Wawancara dengan Bilqis selaku Marketing BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
59
nasabah sudah lengkap. Apabila sudah lengkap maka bagian administrasi
akan meneruskan ke Account Officer untuk dilakukan Survei.
c. Pelaksanaan Survei
Setelah kelengkapan administrasi, biasanya survei dilakukan paling lama 2
hari setelah penyerahan kelengkapan administrasi. Survei ini biasanya
akan dilaksanakan oleh Kepala Cabang dengan Kepala Pembiayaan atau
Kepala Pembiayaan dengan Account Officer. Survei ini bertujuan untuk
mendapatkan keterangan data nasabah meliputi:
1) Tempat usaha calon nasabah.
2) Rumah calon nasabah.
3) Agunan calon nasabah
d. Pembuatan Nota Analisa
Setelah survei dilakukan, maka data – data yang di dapat sebelum dan
sesudah survei, maka kepala pembiayaan akan melakukan analisa terhadap
kelayakan dari usaha calon nasabah. Biasanya analisa yang dilakukan
adalah menggunakan 5 C:
1) Character (Watak)
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang akan diberikan kredit
harus benar-benar dipercaya.Anggota atau calon anggota harus
mempunyai reputasi yang baik.
2) Capacity (Kemampuan)
Analisa yang dilakukan terhadap kemampuan pengembalian pinjaman
nasabah ke BMT Taqwa Muhammadiyah. Hal ini bisa dilihat dari
laporan laba rugi usaha calon nasabah.
3) Capital
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki pleh usaha yag dikelola
oleh anggota / calon.
4) Condition
Pembiayaan yang yang akan diberikan juga harus mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan proyek usaha anggota / calon
anggota.
60
5) Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan oleh anggota/ calon
anggota secara fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya bernilai
lebih dari pinjaman yang akan diberikan.89
e. Proses akad
Setelah melakukan analisa pembiayaan, mba Balqis selaku
Marketing BMT BUM Tegal menjelaskan akad pembiayaan kepada
anggota / calon anggota. Setelah anggota/ calon anggota memahami dan
sepakat dengan akad tersebut maka anggota/ calon anggota
menandatangani akad yang telah dibuat oleh Admin BMT BUM Tegal.
1) Pencairan Dana
Setelah staff pembiayaan telah menerima data dan dokumentasi
berisikan data persetujuan pemberian fasilitas pembiayaan atas
anggota yang namanya tercantum didalam formulir tersebut lalu
memeriksa kembali kelengkapan data pendukung dan kelengkapan
pengisisan dokumen yang diterima, pastikan semua persyaratan yang
disayaratkan telah terpenuhi. Apabila data tidak / belum lengkap
kembalikan berkas tersebut kepada staff hukum dan dokumentasi
untuk dilengkapi. Apabila sudah lengkap dan benar daftarkan
pembukuan pembiayaan tersebut kedalam kartu pembiayaan dan buku
angsuran pembiayaan untuk file anggota sesuai data yang ada ,antara
lain Nama dan alamat anggota, Nomer rekening anggota, plafon
pembiayaan, mark-up / marjin, jatuh tempo pembiayaan , data jaminan.
Setelah itu maka anggota telah bisa mengambil dana dari BMT BUM
Tegal.
2) Pembayaran Angsuran
Anggota pembiayaan jual beli murabahah dapat melunasi pembiayaan
setiap bulannya sebelum jatuh tempo. 90
89
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal 90
Wawancara dengan mbak Bilqis selaku Marketing BMT BUM Tegal, pada tanggal
3mei 2019
61
Adapun data pembiayaan murabahah dari tahun ke tahun adalah
sebagai berikut :
Tahun Jumlah Anggota Jumlah Nominal
Pembiayaan (Rp)
2015 270 2.389.750.000
2016 305 3.586.580.000
2017 312 3.870.750.000
Dari tabel diatas dapat dilihat adanya tingkat perkembangan dari
anggota. Tabel tersebut menunjukan bahwa dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan yang cukup signifikan pada pembiayaan murabahah. 91
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan Pembiayaan Murabahah
di BMT Bina Ummat Mandiri biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan produktif dan konsumtif. Tapi BMT Bina Ummat Mandiri disini
lebih memfokuskan untuk kebutuhan produktif yaitu untuk sektor pertanian
dan jual beli modal dagang. Hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan
pendapatan atau hasil panen yang lebih baik . Berdasarkan performance
pembiayaan murabahah bulan Desember 2016, diperoleh data jumlah
anggota sebanyak 270 orang, dengan jumlah nominal pembiayaan yang
terealisasi yaitu sebesar Rp. 2.389.750.000,-. Dari total anggota tahun
tersebut, pembiayaan murabahah di alokasikan untuk beberapa kebutuhan
anggota, diantaranya yaitu:
Alokasi Pembiayaan Murabahah di BMT Bina Ummat Mandiri
cabang Slawi
Tujuan Pembiayaan Realisasi
(Rp)
Presentase
(%)
Anggota
(orang)
Produktif Pertanian 643.593.000 18% 143
Perdagangan 1.073.297.000 35% 278
konsumtif 1.367.850.000 47% 373
91
Wawancara dengan Bpk.Aris Aditya selaku Manajer BMT Bina Ummat Mandiri Tegal, Pada
tgl 3Mei 2019
62
Total 3.084.333.000 100 % 795
Dari data diatas, menunjukkan bahwa kurang dari 20% pembiayaan
murabahah di BMT Bina Ummat Mandiri, dialokasikan untuk pembiayaan
produktif dan konsumtif. Pembiayaan produktif meliputi pembiayaan modal
keperluan dagang dan untuk konsumtif yaitu pembelian untuk barang-barang
elektronik dan sebagainya.
Adapun alasan pemilihan akad untuk pembiayaan sektor pertanian ini
adalah jika menggunakan Akad musyarakah yang artinya adalah akad
kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak akan memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama.
Untuk pelaksanaan modal tani sendiri BMT Bina Ummat Mandiri lebih
tertarik menggunakan pembiyaan murabahah, bukan akad lain ataupun akad
musyarakah. Apabila BMT Bina Ummat Mandiri menggunakan pembiayaan
musyarakah, maka BMT Bina Ummat Mandiri akan menanggung kerugian
secara bersama. Sedangkan BMT Bina Ummat Mandiri tidak ingin
menanggung resiko yang tinggi, yaitu keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama. Tingkat meminimalisir kerugian BMT lebih kecil, murabahah yaitu
transaksi jual beli dimana BMT Bina Ummat Mandiri sudah menetapkan
keuntungan diawal tanpa menanggung kerugian anggota BMT. Apabila BMT
Bina Ummat Mandiri menggunakan akad musyarakah maka keuntungan yang
diperolehpun kemungkinan kecil sehingga akan sulit memberikan bagi
hasilnya. Dan untuk penerapan pembiayaan murabahah pihak BMT Bina
Ummat mandiri Tegal tidak langsung membelikan barang yang dibutuhkan
oleh anggota, tetapi melalui pihak ketiga yaitu anggota itu sendiri untuk
membeli kebutuhan yang diperlukan, dikarenakan tidak memungkinnya pihak
BMT Bina Ummat Mandiri untuk membelikan semua kebutuhan anggota dan
agar anggota merasa puas dengan barang dibutuhkan jika membeli sendiri.92
92
Wawancara dengan Bapak Aris Aditya selaku Manajer BMT BUM Tegal
63
Berikut penulis lampirkan beberapa data nasabah yang mengguanakan
pembiayaan mrabahah untuk sektor pertanian di BMT Bina Ummat Mandiri
Tegal:
NO NAMA JUMLAH ALAMAT
1 A. MUZANI
Rp10.000.000 PEDAGANGAN RT 002/RW 003
DUKUHWARU
2 MULYANTO
Rp40.000.000 TEGALGANDU RT 001/RW 002
WANASARI-BREBES
3 PRIHARTINI
Rp5.000.000 JL. ALP KS TUBUN RT 01/RW 04
PAKEMBARAN
4 WARITO Rp1.000.000 KEDUNGBANTENG RT 28/RW 13
5 EDY
SUSMANTO Rp1.500.000
JL. GAJAH MADA RT 02/RW 04
KALISAPU-SLAWI
6 TUMINAH
Rp8.000.000 KALISOKA RT 02/RW 06
DUKUHWARU
7 MARWATI Rp1.500.000 KEDUNGBANTENG RT 23/RW 11
8 TEGUH RIYADI
Rp5.000.000 KEDUNGABANTENG RT
28/RW13
9 SOFIYATUN Rp5.000.000 KEDUNGBANTENG RT 32/RW 15
10 M.WAHYUDI Rp. 80.000.000
TEGAL RANDU RT 003/RW 002
WANASARI-BREBES
Daftar anggota yang menggunakan pembiayaan murabahah untuk pertanian
di BMT Bina Ummat Mandiri Tegal.93
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan penulis dari hasil
penelitian di atas, dapat dilihat jika jasa pembiayaan yang ada di BMT Bina
Ummat Mandiri Tegal memsng sangat dibutuhkan masyarakat khususnya
kalangan menengah kebawah yang ingin mengembangkan usahanya namun
terkendala modal. Adanya jasa-jasa yang ditawarkan di BMT Bina Ummat
Mandiri Tegal memang meringankan masyarakat khususnya dalam
permasalahan modal.
93
Sumber Dokumen BMT BUM Tegal
64
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
DAMPAKNYA PADA PEMBERDAYAAN SEKTOR PERTANIAN
di KSPPS BMT BUM Tegal
Dalam bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah didapatkan
tentang pelaksanaan pembiayaan murabahah dan dampaknya pada
pemberdayaan sektor pertanian di KSPPS BMT BUM Tegal yang mempunyai
peranan penting bagi msyarakat menengah ke bawah, khususnya masyarakat
petani. Disini penulis berusaha untuk menyajikan penjelasan tentang
pembiayaan murabahah dalam sektor pertanian dan juga dampak dari pembiayaan
pembiayaan murabahah bagi para pelaku petani.
A. Analisis pelaksanaan pembiayaan murabahah pada pemberdayaan
sektor pertanian
Seiring dengan perubahan masyarakat, persoalan ekonomi syari’ah pun
berkembang mengikuti perubahan masyarakat dalam memeniuhi kebutuhan
hidupnya. Menghidupi perkembangan masyarakat, Ekonoi Syari’ah dituntut
untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Salah satunya adalah
perkembangan lembaga-lembaga keuangan syari’ah yang memiliki peran
penting dalam memenuhi tugas sosial. Sistem dilembaga Keuangan Syari’ah,
salah satunya koperasi syari’ah yang dapat dijadikan alternatif dalam rangka
menatasi beragam kebutuhan anggotanya melalui penggunaan
bermacam-macam intrumen akad yang sesuai dengan prinsip syari’ah.
Dengan demikian, pemberdayaan anggota dapat dilakukan lebih optimal. Hal
ini dikarenakan setiap potensi anggota dapat didorong dn dikembangkan sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing.
Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh lembaga
keuangan syariah adalah skim jual beli murabahah. Lembaga keuangan syariah
pada umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka
pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin
nasabah tidak memiliki uang untuk membayar secara langsung. Secara istilah,
65
terdapat definisi murabahah yang diberikan ulama. Diaantaranya , Ibnu Rusyid
al Maliki mengatakan murabahah adalah jual beli komoditas dimana penjual
memeberikan informasi kepada pembeli tentang harga pokok pembelian barang
dan tingkat keuntngan yang diingkan.94
1. Prosedur pembiayaan Murabahah
Akad murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang mengandung
manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Didalam
akad ini bukan saja mengandung jual beli dan memperoleh keuntungan,
melainkan juga mengandung makna ta’awun yaitu saling membantu memenuhi
kebutuhan masing-masing pihak. Penentuan margin keuntungan yang
disepakati bersama antara si pembeli dan penjual melahirkan keseimbangan
dan keadilan dalam memperoleh keuntungan.
Prosedur pemberian pembiayaan di KSPPS BMT BUM Tegal yaitu :
a. Mengisi aplikasi permohonan pembiayaan
b. Bersedia diminta data oleh petugas BMT
c. Akad/ pengikatan oleh petugas BMT
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota dalam
mengajukan pembiayaan murabahah untuk sektor pertanian di BMT Bina
Ummat Mandiri Tegal :
a. Fotocopy KTP Suami,Istri, atau dilengkapi surat nikah (2 lembar)
b. Foto copy Kartu Keluarga
c. Foto copy rekening listrik dan sppt (pajak)
d. Foto copy jaminan / agunan
e. Foto copy rekening tabungan minimal 3 bulan terakhir untuk pegawai
f. Foto copy bukti angsuran pinjaman bank lain (apabila ada).95
94
Ibnu Rusyd, Bidayah Al Mujtahid, Beirut : Dar Fikr 2000, juz 2, hal. 134 95
Wawancara dengan mba Bilqis selaku marketing BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
66
Sebelum anggota mendapatkan pembiayaan murabahah, anggota harus
mengikti proses dan perosedur yang berlaku di BMT BUM Tegal, adapun
proses dan prosedur pembiayaan murabahah yaitu:
a. Mengisi Permohonan Pembiayaan
Anggota / calon anggota Calon mengisi formulir memenuhi persyaratan
pembiayaan yang yang telah disediakan oleh BMT Taqwa Muhammadiyah
tentang identitas nasabah.
b. Pemeriksaan kelengkapan Administrasi
Formulir permohonan yang diajukan akan diperiksa oleh Administrasi
Pembiayaan, untuk memeriksa apakah kelengkapan administrasi calon
nasabah sudah lengkap. Apabila sudah lengkap maka bagian administrasi
akan meneruskan ke Account Officer untuk dilakukan Survei
c. Pelaksanaan Survei
Setelah kelengkapan administrasi, biasanya survei dilakukan paling lama 2
hari setelah penyerahan kelengkapan administrasi. Survei ini biasanya akan
dilaksanakan oleh Kepala Cabang dengan Kepala Pembiayaan atau Kepala
Pembiayaan dengan Account Officer. Survei ini bertujuan untuk
mendapatkan keterangan data nasabah meliputi:
1) Tempat usaha calon nasabah.
2) Rumah calon nasabah.
3) Agunan calon nasabah
2. Kriteria kelayakan dalam pemberian pembiayaan
Setelah survei dilakukan, maka data-data yang di dapat sebelum dan
sesudah survei, maka kepala pembiayaan akan melakukan analisa terhadap
kelayakan dari usaha calon nasabah.
Memberikan suatu pembiayaan kepada calon debitur, suatu bank pasti
mempunyai aturan-aturan dan tahapan pembiayaan yang harus dilaksanakan.
Sebagimana telah diatur dalam pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Perbankan
menentukan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi syari’ah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
67
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya kepada bank96
.
Salah satu tahapan pemberian pembiayaan yang harus dilalui bank
adalah analisis dengan menggunakan prinsip 5c yang merupakan alat ukur
yang digunakan oleh bank untuk menganalisis pengajuan pembiayaan dari
nasabah dengan melihat aspek sebagai berikut :
1) Character (Watak)
Character merupakan analisis untuk mengetahui bahwa calon anggota
mempunyai karakter yang baik, jujur,komitmen terhadap pelunasan
kredit yang akan diterima dari bank.
Dalam hal ini BMT BUM Tegal menilai karakter calon nasabah
dengan cara menilai calon anggota dimulai dari awal anggota melakukan
pengajuan, dari cara bicara, gerak gerik serta alasan-alasan melakukan
pengajuan, dan juga dilakukan ketika survei dengan cara bertanya kepada
para tetangga yang mengenal calon anggota tersebut
2) Capacity (Kemampuan)
Anailis terhadap capacity ini ditunjukan untuk mengetahui
kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya berupa
pembayaran sesuai jangka waktu yang ditentukan, bank perlu
mengetahui dengan pasti kemampuan calon anggota dalam memenuhi
kewajiban apabila bank memberikan pinjaman.
Dalam hal ini BMT BUM Tegal menganalisis calon anggota tersebut
dengan dilihat dari segi penghasilan sehari-hari apakah jumlahnya serta
kebutuhan sehari-hari membuat calon anggota mampu untuk membayar
angsuran pada BMT atau tidak.
3) Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek kredit perlu
dianalisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal yang
96 Muhammad, manajemen pembiayaan bank syariah, hal.54
68
dimiliki oleh calon anggota atau jumlah dana yang akan disertakan
dalam proyek yang akan dibaiayai.
Dalam hal ini pihak BMT BUM Tegal juga melihat atau menganalisis
dari saegi pendapatan anggota atas rencana yang akan dibiayai oleh pihak
BMT BUM Tegal dilihat dari laporan laba rugi usaha dari calon anggota
tersebut guna mengetahui keseriusan calon anggota dalam pengajuan
pembiayaan.
4) Collateral
Collateral merupakan jaminan atau agunan yang diberikan oleh
anggota/ calon anggota secara fisik maupun non fisik atas pembiayaan
yang diajukan.agunan merupakan sumber pembayran kedua yang artinya
apabila calon anggota tidak dapat membayar angsuran yang termasuk
dalam kredit macet,maka bank dapat melakukan eksekusi terhadap
agunan,hasil penjualan agunan digunakan sebagi sumber pembayaran
kedua.
Dalam hal ini rata-rata agunan yang diberikan oleh calon anggota di
BMT BUM Tegal adalah BPKB motor, karena menyesesuaikan jumlah
pinjaman yang diajukan yang rata-rata tidak mencapai angkat 3jt, tetapi
jika pinajamannya mencapai angka puluhan juta biasanya agunan yng
diberikan berupa sertifikat tanah sawah atau ruma. Dalam menentukan
agunan tentu saja pihak BMT juga harus memeriksa BPKB tersebut
apakah benar motor yang akan dijadikan agunan milik sendiri dan apakah
kondisinya layak untuk dijual guna melunasi pinjaman, begitu juga dengan
sertifikat rumah atau sawah akan diperiksa keaslian sertifikat tersebut.
5) Condition of economy
Conditionof economy merupakan analisis terhadap
kondisiperekonomian. Dalam hal ini BMT BUM Tegal
mempertimbangkan sektor usaha calon anggota dikaitkan dengan kondisi
69
ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut pada usaha calon anggota
tetap berjalan dimasa yang akan datang.97
Setelah melakukan analisa pembiayaan, pihak BMT BUM Tegal
menjelaskan akad pembiayaan kepada anggota / calon anggota. Setelah
anggota/ calon anggota memahami dan sepakat dengan akad tersebut maka
anggota/ calon anggota menandatangani akad yang telah dibuat oleh
Admin BMT BUM Tegal.
Lalu Setelah staff pembiayaan telah menerima data dan dokumentasi
berisikan data persetujuan pemberian fasilitas pembiayaan atas anggota
yang namanya tercantum didalam formulir tersebut lalu diperiksa kembali
kelengkapan data pendukung dan kelengkapan pengisisan dokumen yang
diterima, pastikan semua persyaratan yang disayaratkan telah terpenuhi.
Apabila data tidak / belum lengkap kembalikan berkas tersebut kepada
staff hukum dan dokumentasi untuk dilengkapi. Apabila sudah lengkap
dan benar daftarkan pembukuan pembiayaan tersebut kedalam kartu
pembiayaan dan buku angsuran pembiayaan untuk file anggota sesuai data
yang ada ,antara lain Nama dan alamat anggota, Nomer rekening anggota,
plafon pembiayaan, mark-up / marjin, jatuh tempo pembiayaan , data
jaminan. Setelah itu maka anggota telah bisa mengambil dana dari BMT
BUM Tegal.
3. Pengembalian pinjaman
`Pembiayaan bermasalah terjadi karena kondisi dimana adanya suatu
penyimpangan utama dalam hal pembayaran yang menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran atau diperlukan tindakan yuridis dalam
pengambilan atau kemungkinan potensi loss. 98
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti
dihadapi oleh setiap bank karena resiko ini sering juga disebut dengan resiko
pembiayaan. Demi memininimalisis resiko tersebut pihak BMT BUM Tegal
97
ismail, manajemen perbankan: dari teori meuju aplikasi, jakarta : kencana, 2010, hal.
112-116 98 Trisadini p. usanti, Transaksi Bank Syariah, Jakarta : bumi aksara,2015, hal.
102
70
menggunakan sistem pembayaran untuk pembiayaan murabahah ini dengan
model pembayaran perbulan seperrti pada umumnya sistem pembayaran
pembiayaan yang lainnya tidak menggunakan sistem pengembalian pinjaman
dengan sistem musiman atau setelah panen, dikatakan oleh ibu. Siti Maryam
bahwa “ pembiayaan murabahah pihak BMT Tegal khususnya untuk sektor
pertanian kami menggunakan sistem pengembalian dengan jangka
waktunperbulan tidak seperti pada umumnya menggunakan sistem
pembayaran musiman atau per 6 bulan, dikarenakan pihak BMT BUM Tegal
mengantisipasi adanya resiko pembiayaan kredit macet, sehubungan dengan
sektor pertanian yang memang adalah sektor dengan banyak resiko
kemungkinan gagal panen” 99
4. Perjanjian murabahah menyertakan wakalah
Murabahah secara sederhana adalah bentuk jual beli atau akad jual beli
barang dengan menyatakan harga pokok dan perolehan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli, akan tetapi ketika melihat kembali
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional N0.04/DSN-MUI/IV/2000 point ke empat
yang menyatakan bahwa “ Bank membeli barang yang diperlukan nasabah
atas nama Bank sendirj dan pemebelian ini bebas riba”. dari fatwa tersebut
disebutkan bahwa pihak BMT harus membeli barang yang diperlukan
nasabah. Penerapan pembiayaan murabahah yang ada di BMT BUM Tegal
dalam penyedian barang yang diperlukan anggota, ternyata menyertakan akad
wakalah didalamnya. Dimana wakalah diartikan sebagai pemberian kuasa dan
kewenangan oleh BMT kepada anggota sebagai penerima kuasa untuk
membeli barang. Terlihat ada perbedaan antara praktek dalam murabahah
dengan teori yakni disertakannya akad wakalah karena sebenarnya dalam
murabahah tidak ada wakalah, karena wakalah merupakan akad yang terpisah
dengan murabahah. Terjadi ketidaksesuaian dikarenakan akad murabahah
dilakukan sebelum barang secara prinsip menjadi milik BMT.
99
Wawancara dengan Siti Maryam selaku manajer BMT BUM cabang Slawi
71
Adanya akad tambahan berupa wakalah posisi BMT bukan lagi
sebagai perantara pembeli dan pemasok serta menjualnya kepada anggota.
Dengan kata lain BMT hanya memperjual belikan modal saja bukan barang
yang dibutuhkan oleh anggota, sedangkan pihak BMT nantinya menuntut
untuk mendapat keuntungan atau (margin) hasil pembelian barang yang
dilakukan oleh angoota. Maka keuntungan yang didapat pihak BMT bukan
lagi atas pemberian jasa sebagai perantara pembelian barang dari pemasok
kepada anggota. Melainkan keuntungan tersebut atas dasar jasa pemberian
modal.
B. Analisis Dampak Pembiayaan Murabahah pada Pemberdayaan Sektor
Pertanian
1. Alokasi pembiayaan murabahah pada sektor pertanian di BMT BUM
Tegal
Prosedur pemberian pembiayaan atau pinjaman produktif bagi para
anggota KSPPS BMT BUM Tegal sangat mudah dan cepat, walaupun
keduanyamewajibkan persaratan adanya jaminan. Dalam melakukan
pembiayaan terhadap para anggotanya menggunakan sistem pembiayaan
murabahah, dengan menentukan besarnya keuntungan berdasarkan pokok
pinjaman. Dalammelaksanakan kegiatan operasionalnya, BMT BUM Tegal
menghimpundana dari para anggotanya dalam bentuk simapanan, dana
tersebutkemudian disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dalam benuk pembiayaan salah satunya yaitu :
a. Pembiayaan produktif yaitu mereka yang mempunyai usaha namun
kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya seperti untuk usaha
pertanian, usaha kecil pedagang dan usaha mikro produktif lainnya
sehingga meningkatkan dorongan berusaha bagi anggota masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
b. Pembiayaan konsumtif bagi golongan berpenghasilan tetap baik pegawai
dan swasta,
72
Dari Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Bina Ummat Mandiri tegal
dengan akad murabahah tersebut yang salah satunya adalah pembiayaan untuk
sektor pertanian ternyata dari tabel yang sudah penulis sebutkan dibab
sebelumnya bahwa alokasi pembiayaan murabahah untuk sektor pertanian
lebih kecil peminatnya yang termasuk dalam pembiayaan produktif
dibandingkan dengan pembiayaan konsumtif.
Dari keterangan yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan
ibu.Siti Maryam selaku manajer BMT BUM adalah “ pada pembiayaan
murabahah untuk sektor pertanian memang presentasenya lebih sedikit
dibandingkan dengan pembelian barang modal dagang serta keperluan
konsumtif, dari beberapa pengakuan para anggota yang mengambil
pembiayaan sektor pertanian ini serta para petani yang kami tawari
pembiayaan mengatakan bahwa tidak sedikit para petani yang mengajukan
pembiayaan serta para petani yang kami tawari pembiayaan tetapi tidak
kembali lagi untuk proses akad, rata-rata para petani yang yang sudah menjadi
anggota BMT BUM Tegal mengatakan bahwa sebenarnya mereka malas untuk
bolak balik ke BMT guna menyelasaikan pengajuan serta dilakukannya akad,
dikarenakan memang pekerjaan mereka yang menguras tenaga serta faktor
jarak rumah dan BMT yang jauh”. 100
2. Perhitungan Margin
Perhitungan margin pembiayaan murabahah menggunakan rumus
perhitungan margin dalam presentase dan rumus harga jual. Adapun metode
dalam penentuan margin yang dilakukan BMT Bina Ummat Mandiri
menggunakan metode yang dikemukakan oleh Muhammad (2005) yaitu
metode Mark-up Pricing, yang mana metode Mark-up Pricing adalah
penentuan tingkat harga dengan memark-up biaya produksi komoditas yang
bersangkutan. Jadi pada dasarnya perhitungan margin pembiayaan
murabahah dan metode penentuan margin yang dilakukan oleh BMT Bina
Ummat Mandiri, menurut analisa penulis sudah baik dan sesuai dengan
tuntunan syariah serta menerapkan sistem jual beli yang dilakukan oleh
100 Wawancara dengan Siti Maryam selaku Manajer BMT BUM cabang Slawi,
73
Rasulallah SAW, dimana sebelum terjadinya kesepakatan antara anggota
BMT dengan BMT atas dasar negosiasi, untuk menentukan harga jual
terlebih dahulu dijelaskan kepada anggota BMT berapa harga belinya
kemudian ditambah biaya yang dikeluarkan serta ditambah keuntungan yang
akan diperoleh oleh BMT. Sehingga terjadi kesepakatan harga yang
selanjutnya melakukan transaksi jual beli secara baik dan benar serta
maslahat yang sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh BMT Bima
Ummat Mandiri Pricing, yang mana metode Mark-up Pricing adalah
penentuan tingkat harga dengan memark-up biaya produksi komoditas yang
bersangkutan. Pihak BMT Bina Ummat Mandiri tidak ikut bertanggung
jawab atas kerugian yang dialami oleh anggota BMT apabila anggota BMT
mengalami kegagalan saat panen. Anggota BMT hanya diberi kelonggaran
waktu untuk memperpanjang akad sampai anggota memiliki uang untuk
membayar pembiayaan yang sudah mereka ambil, namun keuntungan selama
waktu perpanjangan tersebut masih tetap dihitung dan harus dilunasi oleh
anggota. Apabila nasabah membayar pelunasan sebelum jatuh tempo yang
ditetapkan oleh bank, maka nasabah akan mendapatkan potongan pelunasan
atas pembiayaan murabahah. Hal ini sesuai pada fatwa DSN No.
23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah.
Contoh kasus
Seorang anggota bernama Pak Fulan menganjukan pembiayaan murabahah
sahabat tani di BMT Bina Ummat Mndiri untuk pembelian benih padi dan
pupuk sebesar Rp 2.000.000. Untuk perhitungan angsurannya sebagai
berikut:
Margin keuntungan perbulan = pokok pembiayaan * 1,8 %
= Rp. 2.000.000 * 1,8%
= Rp. 36.000/ bulan
Maka total pembiayaan = pokok pembiayaan + margin
= Rp. 2.000.000 + Rp. 36.000
= Rp. 2.36.000
74
Jadi, dalam kasus pembiayaan yang diajukan pak fulan yang
mengajukan pembiayaan sebesar Rp.2000.000,. dengan margin sebesar
Rp.36.000 perbulannya dan pokok pembiayaan sebesar Rp.2000.0000
3. Dampak pembiayaan murabahah pada sektor pertanian
Baik KSPPS BMT BUM Tegal maupun nasabah pembiayaan maka
keduanya harus meiliki penyediaan informasi tepat guna, karena dengan
adanya informasi tepat guna maka akan terlaksana pembiayaan yang baik
dalam hal meningkatkan pemberdayaan masyarakat, karena informasi
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam hal keterkaitan antara
kedua belah pihak atau dalam hal kerjasama.
Hasil penelitian menunjukan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan
KSPPS BMT BUM Tegal dalam bentuk penghimpunan penyaluran dana
masuk dalam tahapan fasilitator saja berupa pembelian kebutuhan yang
dibutuhkan oleh para anggota tidak dalam tahapan pendampingan secara
langsung kepada masyarakat akan tetapi pihak BMT menggunakan cara
pemberdayaan memalui pembiayaan murabahah yang juga diperuntukan bagi
para petani guna membantu para petani yang tidak mempunyai modal serta
meningkatkan penghasilan para petani. Peyaluran pembiayaan ini juga
diharapkan mampu merangsang masyarakat unuk ikut serta aktif dalam
pembangunan ekonomi.
Dengan asas kekeluargaan dan saling memabantu, mereka menyetujui
permohonan pembiayaan tersebut dengan kesepakatan yang telah ditetapkan,
jadi dampak pembiayaan sangat dirasakan dalam upaya pemberdayaan
khususnya pada sektor pertanian ini, semua dilihat dari cara penyaluran
pembiayaan yang telah telah dilakukan.
Dampak yang dirasakan juga terlihat dalam bentuk tabel berikut yaitu :
No Anggota Pendapatan Keterangan
sebelum sesudah
1. A. MUZANI
Rp. 16.000.000 Rp. 25..000.000 Meningkat
75
2. Mulyanto Rp. 70. 000.000 Rp. 100.000.000 Meningkat
3. Tuminah Rp. 11.000.000 Rp. 15.000.000 Meningkat
4. M.wahyudi Rp. 100.000.000 Rp. 150.000.000 Meningkat
Sumber : wawancara Anggota BMT BUM Tegal
Dari data diatas menunjukan pembiayaan syariah yang diberikan oleh
KSPPS BMT BUM Tegal memberikan dampak positif terhadap
perkembangan usaha dimana hal ini menunjuk bahwa pembiayaan yang
dilakukan BMT BUM Tegal memberikan dampak terhadap upaya
pemberdayaan dalam sektor pertanian, meskipun memang tidak selalu
menghasilkan penghasilan besar dikarenakan memang dalam pertanian penuh
dengan resiko karena bergantung pada cuaca alam dan sebagainya sehinggaa
dapat mengakibatkan gagal panen.
4. Keluhan petani
Sebagaimana terurai dalam bab sebelumnya bahwa dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi para pelaku dalam sektor pertanian yang telah dilakukan
di Tegal, para kelompok tani telah bekerjasama dengan BMT Bina Ummat
mandiri Tegal dalam hal peminjaman modal berupa pembelian untuk
kebutuhan para petani, para petani memilih pembiayaan murabahah karena
bisa membantu kebutuhan mereka untuk memulai usahanya tanpa harus
menunggu modal sendiri, dengan kesepakatan bagi hasil diantara keduanya.
disini penulis juga telah mendapatkan keterangan dari para anggota
pembiayaan sektor pertanian di BMT Bina Ummat mandiri tegal dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada anggota pembiayaan berupa :
1. Mekanisme pengajuan pembiayaan
2. Mekanisme Penyaluran pembiayaan
3. Mekanisme Pengembalian pembiyaan
4. Peningkatan pendapatan
Suatu peran akan menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan
menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga peran
76
BMT dalam membantu para petani . Hambatan dan kendala yang berasal
dari anggota nasabah yaitu seperti yang di ungkapkan dari keterangan salah
satu nama anggota pembiayaan sektor pertanian yaitu bapak Mulyanto
mengungkapkan bahwa
“ cara pengajuannya sebenarnya mudah meskipun memang harus
bolak balik dulu tidak langsung cair uang untuk beli barangnya, kalo
untuk penyaluran ya mudah karna uang diserahkan dan saya bisa beli
sendiri barang yang dibutuhkan, terus untuk angsuran alhamdulillah tidak
terlalu besar karna hanya 1,8 % akan tetapi lebih memudahkan petani
lagi kalau pengembaliannya dilakukan setelah panen soalnya petani kan
ada uangnya kalo panen, tapi membantunya lagi kalau saya tidak ada
modal sama sekali saya bisa pinjam dulu untuk membeli kebutuhan
petani jadi saya bisa untung tanpa punya modal sendiri”101
Keterangan kedua yang diperoleh dari ibu Sofiatun, mengatakan bahwa
“cara pengajuan kalau bagi saya yang orang desa bekerja disawah untuk
pengajuan bolak balik itu ribet tapi memang disitu bagi hasilnya tidak
terlalu besar jadi karna saya butuh dana ya saya teruskan pengajuannya
karna memang sangat membantu sekali bagi saya yang tidak punya
modal banyak apalagi kadang juga tidak punya modal soalnya saya kan
sewa sawahnya, tapi yang bikin beratnya sebenarnya pembayarannya
itu kenapa tidak setelah panen saja mba kan enak nunggu ada duit”.102
Dari beberapa pernyataan yang diungkapkan oleh para anggota yaitu bapak
Mulyanto dan Ibu Sofiyatun pihak BMT menenggapi bahwa “ memang
rata-rata dari nasabah kami berhenti dijalan atau tidak menyelesaikan
pengajuannya, banyak dikatakan bahwa terlalu ribet karena harus bolak balik
tidak langsung satu kali datang kekantor dan selesai, tetapi disini kita pihak
BMT harus melaksanakan prosedur atau ketentuan yang berlaku. Kami pihak
BMT mengakui bahwa tidak mudah untuk menyalurkan dana pembiayaan ini
kepada para petani,dikarenakan beberapa faktor salah satunya petani itu kan
maaf rata-rata meski tidak semua ,pendidikannya SMA atau bahkan dibawah
itu dan juga ada yang mengatakan karena kendala jarak rumah kekantor jauh,
101
Wawancara dengan bapak Mulyanto selaku anggota pembiayaan murabahah sektor
pertanian BMT BUM Tegal, pada hari rabu 15 Februari 2017 102
Wawancara dengan bapak sofiyatun anggota pembiayaan murabahah sektor pertanian BMT BUM Tegal, pada hari jum’at 17 Februari 2017
77
jadi memang untuk pembiayaan disektor pertanian yang kami sediakan ini
belum maksimal”103
Dari hasil wawancara serta data data yang telah disebutkan
menunjukan bahwa dampak yang dihasilkan bagi para petani atas
peminjaman modal berupa pembelian kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
oleh para petani dai BMT Bina Ummat Mandiri tegal yaitu berdampak baik
dikarenakan adanya pembiayaan murabahah disektor pertanian ini, yang
sebelumnya masyarkat atau anggota mengalami kesulitan dalam memperoleh
kebutuhan pertanian untuk menjalankan usahanya dengan adanya pembiayaan
ini masyarakat merasa sangat terbantu selain proses pengajuan
pembiayaannya tergolong mudah serta nisbah bagi hasil yang diberikan oleh
pihak BMT Bina Ummat Mandiri tidak terlalu besar.
Setelah adanya pembiayaan murabahah untuk sektor pertanian yang
ada di BMT Bina Ummat Mandiri Tegal ini anggota masyarakat yang
sebelumnya mengalami kesulitan modal menjadi sangat terbantu dalam
memperoleh modal untuk meningkatkan usaha pertaniannya sehingga hasil
pertanian masyarakat juga mengalami peningkatan serta meningkatkan juga
pendapatan masyarakat, dan dengan adanya pembiayaan murabahah untuk
sektor pertanian yang ada di BMT Bina Ummat Mandiri Tegal ini masyarakat
merasa untuk mengembangkan usaha pertaniannya sehingga hasil panennya
mengalami peningkatan serta keuntungan yang diperoleh dari penjualan hasil
panennya juga mengalami peningkatan. Ini menunjukan bahwa efektifitas
pembiayaan murabahah di sektor pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota pada BMT Bina Ummat Mandiri Tegal memberikan pengaruh atau
dampak yang positif terhadap kesejahteraan anggota Oleh karena itu, menurut
penulis pembiayaan ini memberikan peran yang positif bagi anggota karena
telah mendapatkan modal untuk bertani, dan memberikan keuntungan margin
juga buat BMT-nya itu sendiri.
103
Wawancara dengan Bapak Aris Aditya.R selaku Manajer BMT BUM Tegal , pada hari selasa 21 Februari 2017
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian serta analisis yang dilakukan
penulis, maka dapat disimpulkan beberapa hal tentang pelaksanaan
pembiayaan murabahah dan dampaknya pada pemberdayaan sektor
pertanian di KSPPS BMT BUM Tegal sebagai berikut::
1. Pelaksanaan pembiayaan murabahah di BMT Bina Ummat Mandiri
belum sesuai dengan prinsip syariah. Karena di BMT Bina Ummat
Mandiri dalam pembiayaan murabahah ditambahkan dengan akad
wakalah, yaitu dengan memberi surat kuasa kepada anggota BMT
untuk membeli barang yang diinginkan secara mandiri atau tidak
melalui perantara dari pihak BMT Bina Ummat Mandiri. Sehingga
tidak sesuai pada fatwa DSN No. 04/DSNMUI/IV/2000 yang
menyatakan bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah
untuk memebeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah
harus dilakukan setelah barang secara prinsip memang sudah menjadi
milik bank. Adapun alasan pihak BMT BUM Tegal memilih nasabah
untuk membeli barang adalah agar pihak nasabah lebih puas dan yakin
atas pilihan nasabag itu sendiri serta dikarenakan tidak memungkinnya
untuk pihak BMT membelikan semua kebutuhan diperlukan oleh para
nasabah. untuk penentuan margin keuntungan, penerapan potongan
(discount) pelunasan dari anggota BMT kepada BMT Bina Ummat
Mandiri analisa penulis sudah cukup baik, bahkan sesuai dengan
tuntunan syariah, dan sudah sesuai dengan fatwa DSN. Namun hasil
wawancara dengan
2. Dampak yang terjadi oleh pemberdayaan sektor pertanian di KSPPS
BMT BUM Tegal terlihat pada peningkatkan pendapatan
anggota.meskipun Karena, setelah anggota BMT mendapat tambahan
79
permodalan dari BMT Bina Ummat Mandiri berupa barang yang
dibutuhkan oleh anggota BMT, usaha tanam anggota BMT menjadi
bertambah dan pendapatanpun ikut meningkat. Barang yang dibutuhkan
anggota BMT seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan tanaman. Adapun
semakin besar modal pembiayaan yang dipinjam oleh anggota BMT,
tidak selamanya pendapatan yang diperoleh ikut besar. Pendapatan
yang diperoleh tidak lebih meningkat dari modal pembiayaan yang
diajukan oleh anggota BMT bisa jadi dikarenakan terjadinya kegagalan
panen. Sehingga mengakibatkan penghasilan menurun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada di BMT
Bina Ummat Mandiri Tegal, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan
sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan memberikan saran-saran
serta yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan BMT Bina Ummat
Mandiri Tegal adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai informasi bagi BMT
Bina Ummat Mandiri untuk mampu mempertahankan dan
meningkatkan kepercayaan anggota dalam menjalankan Pembiayaan
Mudharabah Di Sektor Pertanian yang saat ini sudah dimiliki serta
hendaknya dalam melaksanakan pembiayaan murabahah tidak
menambahkan akad wakalah agar pelaksanaan pembiayaan
murabahah pada modal tani di BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
sesuai dengan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah.
2. Pada pihak BMT Bina Ummat Mandiri Tegal untuk hendaknya
dilakukan pemberitahuan atau sosialisasi kepada anggota BMT
bagaimana cara pengolahan atau pembibitan tanaman yang benar,
sehingga dapat menghasilkan panen yang berkualitas dan kuantitas
yang baik. Agar modal yang dipinjam dapat menghasilkan pendapatan
80
yang lebih besar sesuai dengan modal yang dipinjam dan diharapkan
bisa menambah anggota dipembiayaan pertanian.
3. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya untuk mengembangan maupun mengoreksi dan
melakukan perbaikan selanjutnya
C. Penutup
Alhamdulillah, segala puji penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Dengan harapan karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat pada
umumnya serta dapat menambah khazanah keilmuan dalam dunia
ilmu pengetahuan khususnya Ekonomi Islam.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis sungguh
sangat mengharapkan akan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun. Hal ini tentulah dengan perbaikan materi skripsi penulis.
Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan arahan, saran
kepada penulis baik berupa moril maupun materil, penulis ucapkan banyak
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yahya Al Faifi, Syaikh Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,
Terj. Ahamd Tirmidzi, dkk, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2013
Al-Muslih, Abdullah dan Ash-Shawi. Shalah, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam,
Terj. Abu Basyir, Jakarta : Darul Haq, 2004
Amanah, Siti dan Farmayanti, Narni, Pemberdayaan sosial petani-nelayan,
keunikan agroekosistem, dan daya saing, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014
Anam, Ahmad Syifaul, Problematika Penerapan Hukum Jaminan di Lembaga
Keuangan Mikro Syari’ah, Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2012.
Antinio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani, 2001
Antonio, Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani,
2001
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010
Arsini, Pemberdayaan Petani Perempuan dalam Usaha Ekonomi Produktif untuk
Mengatasi Pengangguran Musiman dan Mengurangi Kemiskinan di Desa
Putat Purwodadi Grobogan, Semarang: 2013
Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta : UPP STIM Y KPN, 2010
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Ashari dan Saptana, “Prospek Pembiayaan Syari’ah untuk Sektor Peetanian,
Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol.23 No.2 Desember 2005
Bisri, Moh. Adib, Terjemahan Al Faraidhul Bahiyyah Risalah Qawa-id Fiqh,
Kudus: Menara Kudus, 1977
Dahlan, Abdul Aziz , Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
Cet. 1, 1996
Dahlan, Ahmad, Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik, Yogyakarta: Teras, 2012.
Djamil, Faturrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksidi LKS,
Jakarta: Sinar Grafika, 2013
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabhahah, diakses pada
12 April 2018
Fauzi, Rizki, Manajemen Risiko pembiayaan Murabahah Pada Sektor Agribisnis
di BPRS Amanah Ummah Cabang Bogor, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2015
File KSPPS BMT BUM Tegal
Hakim, Lukman, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Erlangga, 2012
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba Humanika,
2010
Herdiansyah, Haris, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/iqtishadia/article/view/1081/834,
diakses pada 25 April 2019
http://siteresources.wordbank.org/INTINDONESIA/Resourse/Publication/280016
-106130305439//agriculture.pdf, diakses pada tanggal 22 Maret 2017
http://www.budidayapetani.com/2015/06/11-pengertian-pertanian-menurutpara.ht
ml diunduh pada 1 Mei 2019
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970, diakses pada tanggal 12
Desember 2017
Huda, Choirul , Ekonomi Islam, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015
Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy, Metodologi Penelitian, Bandung: PT
Refika Aditama, 2014
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta : Kencana,
2010
Katsir, Ibnu, Fikih Hadits Bukhari Muslim, Terj. Umar Mujtahid, Jakarta: Ummul
Qur’an, 2013
Latumaresa, Julius R, Perekonomian Indonesia Dan Dinamika Ekonomi Global.
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwako, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, Bandung : Afabeta, 2012
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014
Muthaher, Osmad, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet-1,
2012
Nadratuzzaman, Muhammad, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia,
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013
Nasution, Zubaidah, Model Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Pertanian, Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol.3 No.2 , 2016
Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012
Perwataatmadja, Karanaen A dan Antonio, Muhammad Syafi’i, Apa dan
Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999
Putong, Iskandar, Teori Ekonomi Mikro, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta:
UII Press, 2005
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Al Mujtahid wa Nihayatul Mugtashi, Beirut, Lebanon: Dar
Al- Kutub Al-Ilmiyah, 2000
Sarosa, Samiaji, Dasar–Dasar Penelitian Kualitatif, Jakarta Barat: PT Indeks,
2012
Sholihin, Ahmad Ifham , Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999
Soewadji, Yusuf, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012
Subandi, Sistem Ekonomi Indonesia, Jakarta : Alfabeta, 2005
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi,
Jakarta: Ekonisia, 2004
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2008
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika
Aditama, 2010
Sumber Dokumen BMT Bina Ummat Mandiri Tegal
Tambunan, Tulus T.H, Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2006
Tharesia, Aprillia dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, Bandung: Alfabeta,
2014
Usanti, Trisadini P, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2015
Usman Rianse, Abdi, Metodelogi Penelitian Sosial dan Ekonomi ( Teori dan
Aplikasi), Bandung: Alfabeta, 2012
Usman, Rachmadi, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2009
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010
Wawancara dengan Bapak Aris Aditya.R selaku Manajer BMT BUM Tegal, pada
hari Selasa 21 Februari 2017
Wawancara dengan bapak Mulyanto selaku anggota pembiayaan murabhahah
sektor pertanian BMT BUM Tegal, pada hari Rabu 15 Februari 2017
Wawancara dengan ibu Sofiyatun anggota pembiayaan murabhahah sektor
pertanian BMT BUM Tegal, pada hari jum’at 17 Februari 2017
Wawancara dengan bapak.Aris Aditya selaku Manajer BMT Bina Ummat
Mandiri Tegal, Pada tgl 3 Mei 2017
Wawancara dengan Bilqis selaku Marketing BMT BUM Tegal, pada tanggal 3
Mei 2019
Wawancara dengan Ibu. Siti Maryam selaku Kepala Cabang KSPPS BMT BUM
Slawi
Widodo, Sugeng, Modal Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Penerbit Kaukaba, 2014
Wiroso, Produk Perbankan Syari’ah, Jakarta: LPEE Usakti, 2009
Yuwono dkk, Pembangunan Pertanian Membangun Kedaulatan Pangan,
Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2001
Lampiran 1
Daftar Pertanyaan Kepada Pihak KSPPA BMT HUM Tegal
1. Bagiaman sejarah KSPPS BMT BUM Tegal ?
2. Apa visi dan misi KSPPS BMT BUM Tegal ?
3. Bagaimana struktur organisasi KSPPS BMT BUM Tegal?
4. Apa saja produk KSPPS BMT BUM Tegal?
5. Apa saja persyaratan untuk mengajukan pembiayaan di KSPPS BMT
BUM Tegal?
6. Bagaimana alur pembiayaan di KSPPS BMT BUM Tegal?
7. Berapa margin atau keuntungan pembiayaan murabahah di KSPPS
BMT BUM Tegal?
8. Bagaimana contoh perhitungannya ?
9. Berapakah anggota KSPPS BMT BUM Tegal yang melakukan
pembiayaan murabahah ?
10. Bagaimana contoh akad murabahah yang dilakukan di KSPPS BMT
BUM Tegal?
11. Apakah pembiayaan murabahah di KSPPS BMT BUM Tegal
bertindak sebagi penjual?
12. Apakah dalam pembiayaan murabahah di KSPPS BMT BUM Tegal
terdapat persediaan aset murabahah?
13. Jika ansabah lalai dalam membayar kewajibannya, apakah BMT
menggunakan denda kepada anggota ?
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan Kpeada Anggota yang Melakukan Pembiayaan di KSPPS
BMT BUM Tegal
1. siapa nama ibu/ Bapak?
2. Dimana alamat ibu/ B apak?
3. Apa pekerjaan Ibu/Bapak?
4. Berapa pengahsilan rata-rata setiap panen?
5. Sejak kapan Ibuk/Bapak menggunakan fasilitas pembiayaan murabahah
di KSPPS BMT BUM Tegal?
6. Apa alasan ibu menggunakan pembiayaan murabahah di KSPPS BMT
BUM Tegal?
7. Pembiayaan yang Ibu/Bapak peroleh digunakan untuk pembelian apa?
8. Apakah ada peningkatan pendapatan setalah Ibu./Bapak menggunakan
pembiayaan murabahah di KSPPS BMT BUM Tegal?
9. Apakah usaha yang ibu lIbu/Bapak mengalami perkembangan ?
10. Apakah Ibu/Bapak mngalami kesulitan dalam mengajukan
pembiayaan tersebut?
11. Bagaimana pendapat Ibu/Bapak mengenai pembiayaan murabahah
yang disediakan KSPPS BMT BUM Tegal untuk membantu para
petani?
12. Apa saran Saudara untuk pihak BMT ?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fauziyah
Tempat, tanggal lahir : Brebes, 31 Juli 1993
Alamat : Jl. Raya Jatirokeh Ds.Jatirokeh Rt.03 Rw.03 No.6 Kec.
Songgom Kab.Brebes
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 3 Jatirokeh (1999-2005)
SMP Negeri 1 Ciwaringin (2005-2008)
MAN Babakan (2008-2011)
UIN Walisongo Semarang (2012-Sekarang)
No. Hp : 0895637387753
E-mail : [email protected]
Semarang, 27 Mei 2019
Penulis
Fauziyah
122411199