ANALISIS NILAI-NILAI TASAWUF DALAM GURINDAM DUA...
Transcript of ANALISIS NILAI-NILAI TASAWUF DALAM GURINDAM DUA...
ANALISIS NILAI-NILAI TASAWUF DALAM GURINDAM DUA
BELASKARYA RAJA ALI HAJI
ARTIKEL E-JOURNAL
diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
AHMADI PUTERA
NIM 130388201008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
Ahmadi Putera, 2017. Analisis Nilai Tasawuf dalam Gurindam Dua Belas Karya
Raja Ali Haji. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dosen
Pembimbing I : Dr. H. Abdul Malik, M.Pd. Dosen Pembimbing II, Siti Habibah,
Lc. M.Ag.
Kata Kunci : Nilai Tasawuf, Gurindam Dua Belas, Zuhud, Wara’, Sabar,
Tawakal, Dan Mahabbah
Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji merupakan gurindam yang telah
terkenal sejak zaman kerajaan dahulu. Gurindam Dua Belas ini berisi nilai-nilai
keagamaan, seperti nilai tasawuf yang mempelajari tentang ibadah dan budi
pekerti yang dicontoh dari Nabi Muhammad saw. nilai tasawuf biasanya dijalani
oleh seorang sufi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yakni Allah
swt. Fase yang harus di jalani ialah maqam / maqamat yang berarti posisi atau
tahapan sufi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah berupa zuhud, wara’,
sabar dan tawakal. sedangkan kondisi spritual yang dirasakan seagai efek dar
masing-masing maqam ialah ahwal, salah satunya mahabbah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai tasawuf berupa
maqamat dan ahwal yang terdiri atas nilai zuhud, wara’, sabar, tawakal dan
mahabbah yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis
dokumen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi peneliti, bahwa dalam Gurindam
Dua Belas memang terdapat nilai-nilai tasawuf berupa nilai zuhud, wara’, sabar,
tawakal dan mahabbah. Nilai yang paling dominan ditemukan ialah nilai wara’.
Beberapa pasal yang dibuat oleh Raja Ali Haji ini memang untuk membuat
manusia agar lebih menjaga diri dari segala sesuatu yang syubhat dan tidak
membawa kebaikan.
ABSTRAK
Ahmadi Putera, 2017. Analysis Values Mycticism in Gurindam Dua Belas By
Raja Ali Haji. Indonesian Languange and literature departement, faculty of
teacher and education, Maritim Raja Ali Haji University. Supervisor I : Dr. H.
Abdul Malik, M.Pd. Supervisor II, Siti Habibah, Lc. M.Ag.
Kata Kunci : Nilai Tasawuf, Gurindam Dua Belas, Zuhud, Wara’, Sabar,
Tawakal, Dan Mahabbah
Keywords: Value Sufism, Gurindam Dua Belas, Zuhud, Wara ', Patience,
Tawakal, dan Mahabbah Gurindam Dua Belas by of Raja Ali Haji is couplets
which has been famous since the time of ancient kingdoms. Gurindam Dua Belas
contains religious values, such as the value of Sufism learn about worship and
exemplary manners of the Prophet Muhammad. Sufism value usually undertaken
by a Sufi to get closer to the Creator, namely Allah. Phase should live is maqam /
maqamat which means the position or phase Sufi to get closer to God in the form
of asceticism, wara ', patience and trust. while the spiritual condition of perceived
seagai dar effects of each maqam is ahwal, one mahabbah.
This study aimed to analyze the values of Sufism in the form maqamat and
ahwal which consist of an ascetic, wara ', patience, trust and mahabbah contained
in Gurindam Dua Belas. The method used is descriptive qualitative,
usingdocument analysis techniques.
The results are consistent with the assumptions of researchers, that in
Gurindam Dua Belasindeed are the values of Sufism in the form of ascetic values,
wara ', patience, trust and mahabbah. The most dominant value is the value found
wara '. Several articles made by Raja Ali Haji is indeed to make more people to
keep away from everything that is doubtful and did not bring any good.
1. Pendahuluan
Rene Wellek dan Austin Warren (Susanto, 2013:1) mengatakan
bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya sastra. Sastra
dianggap sebagai sebuah karya yang imajinatif, fiktif dan inovatif. Sastra
juga dapat dikatakan sebagai wujud ekspresi jiwa ataupun pikiran dari para
pengarang.Sastra dapat dibedakan menjadi sastra lisan dan sastra tulisan.
Salah satu bentuk karya sastra lisan ialah gurindam. Gurindam
adalah karya sastra lama berbentuk puisi. Gurindam terdiri dari dua baris
dalam tiap baitnya. Setiap baris dalam satu bait tidak memiliki sampiran
seperti halnya pantun, melainkan kedua-duanya adalah isi. Baris pertama
merupakan penyebab dari baris kedua. Gurindam yang terkenal adalah
Gurindam Dua Belas yang diciptakan oleh Raja Ali Haji. Gurindam
merupakan salah satu karya sastra yang sangat berkaitan dengan
keagamaan. Banyak pengajaran yang berasal dari Al-Quran dan hadis di
dalamnya. Salah satu nilai keagamaan yang ada di dalam Gurindam Dua
Belas ini adalah nilai tasawuf. Nilai tasawuf adalah nilai yang mempelajari
tentang ibadah dan budipekerti yang dicontoh dari Nabi Muhammad saw.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin menganalisis nilai-nilai tasawuf
berupa nilai zuhud, wara’, sabar, tawakal dan mahabbah dalam Gurindam
Dua Belas.
2. MetodologiPenelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan
untuk mendeskripsikan secara detil dan rinci pembahasan yang
ditelitiEndraswara (2013:8) menyebutkan bahwa metode penelitian sastra
adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk,
isi dan sifat sastra sebagai subjek kajian.Dalam penelitian ini digunakan
metode pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah
metode yang digunakan untuk mendeskripsikan secara detil dan rinci
pembahasan yang diteliti. Pembahasan yang akan dideskripsikan secara
detil dalam penelitian ini berupa Gurindam Dua Belaskarya Raja Ali Haji.
3. HasildanPembahasanPenelitian
Dalam Gurindam Dua Belas karangan Raja Ali Hajiini, maqamat
yang paling dominan ialah nilai wara’, yang berisi tentang mencegah diri
dari melakukan hal-hal yang tidak pantas. Selanjutnya ada nilai zuhud
yang menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini bersifat semu, yang abadi
adalah kehidupan akhirat. Dan juga nilai sabar yang berarti tabah dan
dapat menahan diri dari segala sesuatu buruk. Maqamat yang terakhir
adalah tawakal yang berisi tentang kepasrahan seorang hamba kepada
Tuhannya. Sedangkan ahwal, yakni nilai mahabbah, berisi mengenai
kecintaan seorang hamba dengan menjalankan segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangannya.
1. Nilai Zuhud
Pasal pertama bait keenam Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
Manusia harus mengarahkan tujuannya kepada kehidupan yang
abadi itu, karena disanalah manusia akan mencapai kesenangan dan
kepuasan yang sebenarnya (Bahri, 2005:57-58)
Allah swt. berfirman:
ا ا َم ِل ياًل ااُق ْل َم ُق وَم ا َم َم ا اَّت َم ٰى ااِل َم ِل ا الُّد ْل َم ا َم ِل يٌلا َم اْل ِل َم ُقا َم ْل ٌل ا َم َم اُق ُقيْل
Artinya: Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar
dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan
kamu tidak akan dianiaya sedikitpun (QS. An-Nisa‟: 77)
Kehidupan dunia ialah kehidupan yang semu dan banyak beisi tipu
daya yang menyesatkan. Manusia hendaknya berhati-hati dan harus
melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya untuk bekal akhirat
nantinya.
2. Nilai Wara’
Pasal tujuh bait pertama
Apabila banyak bekata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
• Manusia tidak dibenarkan untuk berkata yang tidak ada buktinya,
yang tidak jelas kebenarannya.
• Orang yang bersikap wara‟ adalah yang terus berusaha agar setiap
ucapannya memberi manfaat bagi diri sendiri atau orang lain. Jika
tidak, ia memilih diam (Bahri, 2005:52).
ا اْل َم اِل ُق وَما ا ُق ُق ا ِل َم اِلا ِلا َم ُق اَم ِل َم ا َما ُق ْل ِل ُق وَم ا اَّت ِل َم ِل َّت َم ا َم ْل َم ِل ا اْل َم ِل َم
Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah,
dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (An-Nahl: 105)
3. Nilai Sabar
Pasal empat bait keempat
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
• Seseorang disebut sabar apabila ia dapat menahan hatinya dari
mengeluh dan amarah (al-Faruq: 2012:71).
• Sebagaimana juga yang terdapat dalam hadis ”orang kuat bukanlah
orang yang kuat, namun orang yang kuat adalah yang mampu
menguasai dirinya ketika marah.” (HR. al-Bukhari).
• Orang yang marah akan sulit mengendalikan akal sehatnya. Emosi
akan mengendalikan dirinya sehingga ia bisa berbuat kasar. Bait
tersebut mengisyaratkan bahwa kita harus bisa mengendalikan
emosi sehingga kita bisa menghindari hal-hal buruk yang terjadi.
Kunci dari mengendalikan diri ialah sabar.
4. Nilai Tawakal
Pasal dua belas bait keenam
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
• Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bergantung secara total
kepada Allah, dibarengi dengan usaha nyata dan keyakinan penuh
bahwa Allah adalah maha pemberi rezeki, maha pencipta, maha
menghidupkan, mematikan, maha pemberi dan penghalang, tidak
ada Tuhan selain Dia (Umarulfaruq, 2013:69).
• Dari bait tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang hamba harus
selalu berserah diri kepada Allah akan datanngnya kematian.
Manusia selama hidup di dunia hendaknya selalu mengabdikan
hidupnya kepada Allah semata dengan beribadah. Bertawakal
kepada Allah.
ةِلاۖا ا اْل ِل َم َم مَم ا َم ْل كُق ْل ا ُقجُق رَم وَم اِلاۗا َم ِل َّت َم ااُق َم َّت ْل ا َم ْلٍسااَم ئِل َمةُقا اْل َم ْل كُقيُّد
ا اْل ُق ُق رِلا ا َم َم اُق اۗا َم َم ا اْل َم َم ُقا الُّد ْل َم ا ِل َّت ا َم َم ا اْل َم َّتةَما َم َملْل يَم ا ا َّت رِلا َم ُق ْل ِل ا َم ِل ا ُق ْل ِل َم َم َم ْل
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali-
Imran: 185)
5. Nilai Mahabbah
Pasal pertama bait ketiga
Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
• Umarulfaruq (2013:166-168) menjelaskan cara untuk mencapai
mahabbatullah diantaranya adalah dengan dengan melaksanakan
ibadah wajib dengan sempurna dan memperbanyak ibadah sunah,
memperbanyak zikir kepada Allah dengan lisan, hati dan
perbuatan, mendahulukan cinta kepada Allah ketika hawa nafsu
bergolak mencintai yang lain, walau terasa berat.
• Sebagai hamba Allah, kita sepatutnya menjalankan segala
perintahnya dan juga menjauhi larangannya. Oleh karena itu,
Manusia senantiasa harus beribadah kepada Allah sebagai bentuk
rasa cintanya kepada Sang Pencipta
Seperti firman Allah:
ارَم ِل ٌلا ُقا َم ُق رٌل اۗا َم َّت ااُق ُق َم ُق ْل ااَم ُق ْل ُقا َم َم ْل ِل ْل ا َّت َما َم اَّت ِل ُق ِل ا ُق ْل ِل ْل ُق ُق ا َّت ااُق ِل ُّد وَم اكُق ْل ُق ْل ا ِلوْل ُقيْل
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu".
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali-Imran: 31)
4. Simpulandan Saran
Dalam Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji terkandung nilai
tasawuf.Tidak semua pasal yang mengandung nilai tasawuf di dalamnya.
Nilai tasawuf yang terkandung ialah nilai zuhud, wara‟, sabar, tawakal,
dan mahabbah.Maqammat yang terdapat dalam Gurindam Dua Belas,
yakni lima nilai zuhud mengenai kehidupan akhirat yang abadi, lima belas
nilai wara’ mengenai mencegah diri dari berbuat yang tidak pantas,
delapan nilai sabar yang berisi tentang ketabahan dalam menerima ujian
dan bisa mengendalikan diri dari emosi, satu nilai tawakal tentang
penyerahan diri kepada Allah disertai usaha dan dosa. Sedangkan ahwal,
yakni mahabbah, hanya terdapat lima bait saja yang berisi tentang cinta
kepada Allah dengan menajalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Saran peneliti adalah agar pembaca dapat memahami makna
di balik pasal-pasal yang terdapat dalam Gurindam Dua Belasuntuk lebih
mengenal dan memperbaiki diri dengan meresapi maknanya dan juga
dilaksanakan ajarannya agar kita tidak menjadi orang yang merugi kelak.
Selain itu untuk peneliti lain agar penelitian mengenai nilai tasawuf ini
dapat dikembangkan lagi dengan ide-ide baru, untuk membantu
mengenalkan ilmu tasawuf yang dominan akan nilai budi pekerti yang
sangat baik untuk dilakukan, sehingga terlengkapi pulalah penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep. 2014. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Al-Qadharawi, Yusuf. 2010. Tawakal Kunci Sukses Membuka Pintu Rezeki.
Jakarta: Zaituna Publishing.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. Al-Jumanatul „Ali. Al-Quran dan
Terjemahannya.. Bandung: J-ART.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Hakim, Atang Abdul. 2015. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Junus, Hasan. 2002. Raja Ali Haji Budayawan di Gerbang Abad XX. Pekanbaru:
Unri Press.
Junus, Hasan. 2002. Raja Ali Haji Gurindam Duabelas dan Sejumlah Sajak Lain.
Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
Mat Piah, Harun. 1989. Puisi Melayu Tradisional: Suatu Perbincangan Genre
dan Fungsi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Muhammad Amin, Maswardi. 2012. Memasyarakatkan Budi Pekerti Yang
Terkandung Dalam Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji).Yogyakarta:
Absolute Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2015. Pedoman Umum E.B.I Ejaan Bahasa Indonesia
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Sangkala.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Siregar, Rizaldy. 2015. Pendidikan Agama Islam. Tanjungpinang: UMRAH Press.
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardi. 2011. Sastra Kita, Kritik, dan Lokalitas. PT Komodo Books.
Supiana dan Karman. 2001. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta. CAPS.
Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Umarulfaruq. 2013. Kumpulan Kultum Pelembut Hati. Surakarta: Ahad Books.
Al-Faruq, Umar. 2012. Dahsyatnya Ikhlas Sabar dan Qana‟ah Meraih
Kebahagiaan Hakiki Dengan Ikhlas, Sabar dan Qana‟ah. Surakarta: Ziyad
Books.
Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra
Darwati.
Zainuddin, Diah & dkk. 1987. Sastra Lisan Melayu Riau Bentuk, Fungsi dan
Kedudukannya. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Zainul Bahri, Media. 2005. Menembus Tirai Kesendirian-Nya, Mengurai
Maqamat dan Ahwal dalam Tradisi Sufi. Jakarta: Prenada.
Zurqoni & Mukhibat. 2014. Menggali Islam membumikan Pendidikan Upaya
Membuka Wawasan Keislaman & Pemberdayaan Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.