IS 13925-4 (2013): Shunt Capacitors for a.c. Power Systems ...
ANALISIS MOTIF KONSUMEN DALAM MELAKUKAN …repository.usd.ac.id/13925/2/022214111_Full.pdf ·...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of ANALISIS MOTIF KONSUMEN DALAM MELAKUKAN …repository.usd.ac.id/13925/2/022214111_Full.pdf ·...
ANALISIS MOTIF KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PAKAIAN DI BOUTIQUE
Studi Kasus pada “Mermaid” Boutique, “Flip Flop” Boutique
dan “Day Or Night” Boutique di Jalan Gejayan
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh : Yulita Eny Widiastuti
022214111
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
ii
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
JESUS IS MY SAVIOR
Just pray to Jesus; ask Him in,
Then in your heart He’ll live.
He’ll never walk away from you,
His love He’ll freely give.
He’s here for you, just trust in Him,
And give Him all your pain.
He longs for you to trust in Him,
And fell His blessings rain.
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Penuntun Hidupku
Bunda Maria, Pelita Hidupku
Bapak Ibu tersayang
Keluarga Besarku
Sahabat-Sahabatku
iv
ABSTRAK
ANALISIS MOTIF KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PAKAIAN DI BOUTIQUE
Studi Kasus Pada “Mermaid” Boutique, “Flip Flop” Boutique Dan “Day Or Night” Boutique
Di Jalan Gejayan Yogyakarta
Yulita Eny Widiastuti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: motif apa yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan pembelian pada ketiga boutique yakni “Mermaid” boutique, “Flip Flop” boutique dan Day Or Night boutique, dan juga untuk mengetahui motif apa yang paling penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian pakaian di ketiga boutique diatas.
Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis persentase, untuk mengetahui persentase masing-masing motif konsumen di masing-masing boutique. dan untuk mengetahui prioritas kepentingan masing-masing motif di masing-masing boutique digunakan analisis prioritas kepentingan. Secara keseluruhan, penelitian ini menggunakan 100 orang responden. Adapaun alat untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi , wawancara dan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden yang melakukan pembelian di ketiga boutique. teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik “Accidental Sampling”.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa: motif para konsumen untuk melakukan pembelian pakaian di boutique adalah motif primer sebesar 61% untuk “Mermaid” boutique dan motif rasional sebesar 45% untuk “Flip Flop” boutique dan 34% untuk “Day Or Night” boutique sedangkan untuk motif pembelian yang terpenting bagi konsumen adalah motif rasional untuk “Mermaid” boutique dan “Flip Flop” boutique, motif selektif untuk “Day Or Night” boutique.
vi
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE CUSTOMERS’ MOTIVES IN MAKING
PURCHASE OF APPARELS IN BOUTIQUE A Case Study in “Mermaid” Boutique, “Flip Flop” Boutique
and “Day Or Night” Boutique on Gejayan Street
Yogyakarta
Yulita Eny Widiastuti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This study was conducted to identify: the reason customer had in mind when
they purchased products in three boutiques, namely “Mermaid” boutique, “Flip Flop” boutique and “Day Or Night” boutique; and to know the most significant motive for buying or purchasing in the three boutiques. The data analysis techniques used in this study were analysis of percentage to know the motive of purchasing in each boutique and analysis of importance-priority to know the highest priority of the motive in each boutique. This study used 100 respondents for the research sample. The methods to collect data in this study were observation, interview and questionnaire distributed directly to the respondents who made purchase in the three boutiques. The sampling technique was “Accidental Sampling”. The results of the data analysis indicated that the reason for the customers to purchase apparels in ”Mermaid” boutique was primary motive (61%), and in “Flip Flop” and “Day Or Night” boutique is rational motif ((45%) and (34%) respectively). The most significant motive for “Mermaid” and “Flip Flop” boutique was rational, and was selective motive for “Day Or Night” boutique
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
penyertaan-Nya dari awal sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Motif Konsumen
Dalam Melakukan Pembelian Pakaian di Boutique”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa bantuan dan dukungan dari pihak lain, oleh karena itu dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. A Triwanggono, M.S selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar telah berkenan memberikan pengarahan, bimbingan dan
masukan dari awal sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
viii
4. Bapak V. Mardi Widyadmono,S.E., MBA selaku Dosen Pembimbing II
yang dengan sabar telah berkenan memberikan pengarahan, bimbingan
dan masukan dari awal sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan berjuta hal yang sangat berharga kepada
penulis. Tuk Bu Atun n Mba Tuti “thanks for your pray”. Mas Yuli n
Mas Penk “tetep kompak n solid aje ye..”
6. Kepada para pemilik boutique Bu Dewi, Mas Santos dan Mba Vivit
“makasih untuk bantuan dan kerjasamanya sehingga aku bisa penelitian
dengan enjoy”.
7. Alm. Mbah Kerto kakung, Alm. Mbah Iro putri, “matur nuwun atas
doa restunya..”. Mbah Kerto putri “matur nuwun atas nasehat,doa n
maem yang enak banget setiap aku pulang”. Mbah Iro kakung “matur
nuwun atas doa, wejangan-wejangannya n pertanyaan yang ga pernah
lupa klo ketemu “kapan le lulus nok?”.
8. Bapak Ibuku tercinta, Bapak Sadi dan Ibu Rita “terima kasih atas doa
yang ga pernah putus buat aku, perhatian yang selalu kau curahkan
buatku, cinta dan kasih sayang yang begitu hangat dengan cerita-cerita
indah di setiap pertemuan kita sehingga buatku selalu pengen cepet
pulang…..Pah,Bu aku sayang kalian muach..”.
ix
9. Adekku yang cantik,”Wulan” makasih tuk omelan dan semangatnya tuk
cepet nyelesein skripsi ini… Cepet lulus ye n jadi sekretaris yang sukses”
10. My lovely boy “pipi ndutkoe” thanks for your love n your support for me.
Akhirnya selesai juga ya….pasti dah lumutan ya nunggu aku..wait me in
cikarang ya h..h..love u so much.
11. My sister in Jogja”mba Iikoe” makasih dah mo jadi ibu, kakak, sahabat n
teman buat aku yang selalu nemenin aku setiap saat n selalu ngasih input-
input positif buat aku. I love u…muach…kutunggu di cikarang ya…
12. My Brother Mas No “makasih dah nganter aku ke seluruh pelosok Jogja
n dah jadi semangat buatku….k’lo kamu bisa lulus aku pasti bisa he..he..”
13. My lovely niece and nephews : de Angel” makasih banget lho dah bisa
buat tante lupa ama semua masalah…besok kita ke purnama ya”, de Oce,
de Dikul, de Diky, yang udah selalu menghadirkan keceriaan di rumah…
“cepet gede dan jangan nakal ya…”
14. Mbah-Mbah, Pakdhe-Budhe, Om-Bulek, Mas-Mbak yang ada di
Jakarta dan Jogja, terima kasih buat doa & dukungannya.
15. Keluarga Pakde FX. Sukarjan, makasih untuk Pakde Karjan dan Bude Ti
atas kasih sayang dan doa serta dukungannya untuk aku. Mas Yanto dan
Mba Sri makasih dah mau jadi kakak yang baik buat aku. Buat dedek
Gracia “cepet gede dan tanbah pinter ya...besok tante ke ciledug dech”
x
16. For my lovely friends Nora “thanks for our friendship jangan pernah
lupain aku lho”. Yany “Sukses ya buat kuliah S2 nya”. Karlina “ayo kita
sama-sama berjuang..cayo!!!!”. Rosa “sukses ya buat kariernya” Mas
Viankoe “makasih dah mo jadi masku yang paling baik ...jagain mbaknya
ya jangan ampe ilang..” Pakde Koko” makasih tuk omelan n semangat
buat aku tuk cepet nyelesein skripsi ini… kamu emank baik banget de”.
Bank Nyok “Maju teruz pantang mundur ya bank…”. Donny”thanks dah
mau jadi ayah n sahabat buatku...cepet lulus ya yah kasian tu si ncik dah
kangen berat h..h..☺.”. Papah Dwek n Mamah Ika “makasih tuk
suportnya..tetep langgeng aja ya..”.
17. Boeat the poniez : mba Ii, mba Angiek, mba Candra jangan pernah
lupain ini semua ya sampai kapanpun juga...thanks for ourfriendship..love
u all muach..
18. My Best Friend Mba Ias, Hara, Yany “aku siap balik ke kampung
halaman neh..buat pesta penyambutan ye tuk aku h…h…I miss u all..”.
19. Temen-temen “edanku” : Etik, Vinant, Silek, Anjar, Rudi, Pak Toni,
Bambang, Mendez, Gatier, Yanu, Dika, Meenk, Dodi si Jerapah,
Kenthus, makasih ya buat kebersamaannya selama ini, kpn kita bisa
kumpul2 lagi???…Indri, yandy, sisil, Niya, …”thanks for our
friendship”…, Temen2 man 02 “sukses ya…”
xi
20. Team of Beauty : Mbak Gita, Mbak Elis, Rita, Feli, Tatik, “meskipun
kita udah gak bareng lagi tapi aku selalu ingat masa-masa bahagia di
saat kita bersama…Love u all….”.
21. Temen-temen KKP : Mas Icko, Mas Panji, Mba Santi, Mba Ika
“Makasih udah jadi team yang kompak. Cayo Pundong!!!”.
22. Kel A.R. Sunarto “terima kasih untuk keluarga yang menyenangkan
selama penulis berada di Yogyakarta”.
23. Tim asisten jadul Mas Andi “gimana dah dapet soulmate lom?” , Mas
Patrick “tetep jadi Mr Perfect aje ye…n jangan jauh2 dari kami.”, Titik
“ piye khabarmu mbakyu?” “mizz u all” tim asisten yang sekarang
Icha,Fika Dian, Ima, Dwita, Mas Unggul “teruskan perjuanganmu…”.
24. Pepopkoe yang ada di jogja terima kasih atas pengalaman hidup yang aku
dapatkan disini dengan semua ini aku belajar untuk semakin dewasa. “Be
your self aja ya beh”.
25. Toek Anak2 PSF “thanks atas kebersamaan kita selama ini…cayo terus
buat PSF..” Cinde, Maria, Puput “thanks dah mau pontang-panting
bantuin aku..” “love u guyz”.
26. Toek D’Killz n D’Kumelz Band ( Bendotz, Bejonk, Rio, Setro, Ayam)
“thanks tuk hari2 yang menyenangkan…seneng deh punya temen kayak
kalian…tong sera seri wae atu…”.
xii
27. Toek Anak2 Kost STM Pembangunan No 5 ( Merry, Dini, Pristi )
“thanks ya dah buat kost ini rame lagi…jangan pada bandel ya..tetep
bawel n ribut aje ye he..he.. love u”.
28. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih
atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Yogyakarta,31Januari 2007
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………...…………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………… v
ABSTRAK…………………………………………………………………. vi
ABSTRACT………………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. xiv
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 4
C. Batasan Masalah………………………………………………… 4
D. Tujuan Penelitian………………………………………………… 5
E. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 5
F. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 6
BAB II.LANDASAN TEORI………………………………………………. 8
A. Pengertian Pemasaran…………………………………………….. 8
B. Pengertian Manajemen Pemasaran………………………………... 9
xiv
C. Strategi Marketing Mix…………………………………………….. 9
D. Perilaku Konsumen………………………………………………… 10
E. Teori-Teori Perilaku Konsumen……………………………………. 11
F. Variabel-Variabel Perilaku Konsumen……………………………… 13
G. Motif……………………………………………………………….. 19
H. Keputusan Pembelian………………………………………………. 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 26
A. Jenis Penelitian…………………………………………………… 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 26
C. Subyek dan Obyek Penelitian…………………………………….. 26
D. Variabel Penelitian……………………………………………….. 27
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 27
F. Populasi dan Sampel……………………………………………… 28
G. Metode Pengujian Instrumen…………………………………….. 30
H. Teknik Analisis Data…………………………………………….. 32
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN…………………………… 34
A. “Mermaid” Boutique…………………………………………….. 34
B. “Flip Flop” Boutique…………………………………………….. 40
C. “Day Or Night” Boutique………………………………………... 44
xv
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN........................................... 50
A. Deskripsi Data…………………………………………………….. 50
B. Deskripsi Responden……………………………………………… 51
C. Pengujian Instrumen………………………………………………. 58
D. Analisis Data………………………………………………………. 60
E. Pembahasan………………………………………………………… 71
BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN………………… 75
A. Kesimpulan………………………………………………………… 75
B. Saran……………………………………………………………….. 76
C.Keterbatasan………………………………………………………… 78
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 79
LAMPIRAN I : Daftar Pertanyaan Untuk Penelitian dan Kuesioner………….. 80
LAMPIRAN II : Data Hasil Kuesioner…………………………………………. 89
LAMPIRAN III : Analisis Validitas dan Reabilitas…………………………….. 98
LAMPIRAN IV : Analisis Prioritas Kepentingan………………………………. 99
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penampilan yang menarik sangat mempengaruhi manusia dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Terlebih dalam hal berpakaian, orang
semakin selektif untuk memilih apa yang akan dikenakannya agar penampilan
terlihat lebih menarik. Dengan benar-benar memperhatikan penampilan berarti
orang tersebut sangat menghargai orang-orang yang akan ditemuinya. Para pelaku
bisnis menggunakan kesempatan emas ini untuk memulai membuat suatu usaha
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal fashion. Berdasarkan hal
tersebut, maka terbentuklah boutique, dimana di dalam boutique konsumen bisa
mendapatkan apa yang mereka perlukan untuk mempercantik penampilan.
Dewasa ini banyak boutique yang menawarkan rangkaian produk fashion
yang mengikuti mode dan trend, mulai dari pakaian yang sedang digemari oleh
kawula muda hingga aksesoris-aksesoris yang dapat lebih membuat mereka
percaya diri dengan penampilan mereka. Dengan banyaknya boutique yang
bersaing dalam segmen pasar yang sama, mengakibatkan banyak pula pilihan
yang ditawarkan oleh masing-masing boutique. Hal ini membuat situasi pasar
semakin kompetitif, oleh karena itu boutique tersebut harus dapat memberikan
suatu produk yang unik dan mempunyai keunggulan berbeda dengan yang lain.
1
2
Dalam hal ini boutique menawarkan suatu produk yang menarik sesuai
dengan trend fashion masa kini. Boutique menekankan pada baju-baju yang
digemari oleh kaum muda yang peduli pada penampilan. Kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh boutique akan
mempengaruhi perilaku pembelian selanjutnya, kepuasan akan suatu produk baik
dalam hal kualitas produk, harga, model dan pelayanan yang diberikan merupakan
motif atau dorongan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap suatu
produk. Dari segi konsumen sendiri hal ini menjadikan konsumen untuk lebih
mudah mendapatkan barang/produk yang dibutuhkan/diinginkan. Dan jika di
perhatikan, pembukaan outlet-outlet fashion/boutique tersebut mendapatkan
tanggapan positif dari masyarakat umum sebagai konsumen. Hal ini ditunjukkan
dengan ramainya boutique yang dikunjungi setiap harinya.
Di antara sekian banyak yang berkunjung ada yang langsung membeli dan
ada juga yang sekedar melihat-lihat saja. Bisa dikatakan banyak orang yang
mengunjungi boutique di daerah Gejayan ini, masing-masing memiliki
pengunjung yang cukup banyak, termasuk ketiga boutique yang akan
diwawancarai peneliti yaitu, “Mermaid” boutique, “Flip Flop” boutique dan “Day
or Night” boutique. Masing-masing boutique tersebut mempunyai keunggulan
yaitu karena harga yang terjangkau, model pakaian yang selalu up to date dan lay
out tempat yang menarik. Mungkin itu semua yang menjadi pertimbangan para
konsumen untuk melakukan pembelian pakaian di ketiga boutique tersebut.
3
Berdasar latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS MOTIF
KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PAKAIAN DI
BOUTIQUE” Studi kasus pada “Mermaid “ boutique, “Flip Flop” boutique dan
“Day or Night” boutique yang berada di Jalan Gejayan Yogyakarta.
4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diungkapkan tersebut maka dapat
dirumuskan masalahnya adalah :
1. Motif-motif apakah yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan
pembelian pakaian di “Mermaid” boutique, “Flip Flop” boutique, dan Day
or Night” boutique?
2. Dari masing-masing motif tersebut, bagaimanakah prioritas tingkat
kepentingannya bagi para konsumen dalam melakukan pembelian pada
masing-masing boutique yaitu “Mermaid” boutique, “Flip Flop” boutique,
dan Day or Night” boutique?
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlampau luas, maka penulis memberikan
batasan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya ditunjukkan pada konsumen yang langsung
datang atau mengunjungi ketiga boutique tersebut yaitu
“Mermaid”boutique, “Flip Flop”boutique, dan Day or Night”boutique.
2. Motif yang hendak diteliti adalah prioritas motif konsumen dari
boutique tersebut terhadap 4 macam motif yaitu:
Motif primer yaitu motif yang menimbulkan perilaku
pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu
produk.
5
Motif selektif yaitu motif yang mempengaruhi keputusan
tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam
penjual yang dipilih untuk suatu pembelian.
Motif rasional yaitu motif yang didasarkan pada kenyataan-
kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada
konsumen.
Motif emosional yaitu motif pembelian yang berkaitan dengan
perasaan atau emosi individu.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui motif-motif apa saja yang menjadi alasan konsumen
dalam melakukan pembelian pakaian di boutique.
2. Untuk mengetahui motif manakah yang mempunyai tingkat kepentingan
paling tinggi bagi para konsumen dalam melakukan pembelian pakaian di
boutique.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Dengan mengerti motif-motifnya terutama keempat motif yang ada dalam
penelitian ini yaitu motif primer, motif selektif, motif rasiomal, dan motif
emosional diharapkan perusahaan dapat menerapkan strategi-strategi
pemasaran yang tepat dalam hal pemuasan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
6
masukan, apabila dalam penelitian ditemukan sesuatu hal yang baru dan
menguntungkan bagi perusahaan, maka dapat digunakan dan diterapkan untuk
mendukung kemajuan dan perkembangan perusahaan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan motif-motif konsumen
dalam melakukan pembelian suatu produk. Diharapkan juga dapat menambah
referensi di perpustakaan sehingga dapat membantu mahasiswa yang akan
melakukan penelitian dalam bidang yang sama.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang
diperoleh selama belajar di Perguruan Tinggi ke dalam praktek, serta untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasaan Teori
Pada bab ini berisi tentang landasan teori dari penulisan skripsi,
yang meliputi: uraian teoritis yang berhubungan dengan
masalah penelitian ini, serta hipotesis dari penelitian ini.
7
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel penelitian,
sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan metode
pengambilan sample, metode pengujian instrumen, teknik
analisis data.
BAB VI : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang gambaran umum dari perusahaan dan
produk dari Boutique yang dijadikan objek penelitian
BAB V : Analisis Data
Bab ini berisikan tentang hasil kuIsioner disertai dengan
analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam bab ini
akan dibuktikan apakah hipotesis yang diajukan terbukti atau
tidak.
BAB VI : Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan.
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian dan saran yang dapat diberikan berdasarkan
rangkuman hasil analisis dan kesimpulan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pemasaran
Dalam suatu operasi perusahaan, pemasaran merupakan suatu faktor yang
penting. Kegiatan pemasaran mengusahakan agar produk yang dipasarkan tesebut
dapat diterima dan disenangi oleh pasar. Kegiatan perkenalan produk merupakan
hal yang sangat penting untuk membuat produk tersebut dikenal oleh konsumen
sehingga dapat menarik minat dan perhatian pasar bahwa produk yang ditawarkan
oleh perusahaan dapat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasar.
Menurut Kotler (2002:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
mengusahakan agar produk yang dipasarkan dapat diterima dan disenangi oleh
pasar. Perusahaan harus mampu mengetahui bagaimana menyajikan tawaran yang
lebih baik dari yang ditawarkan oleh pesaingnya.
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa yang baik kepada konsumen saat ini maupuan konsumen potensial (Swastha, 1985:7).
Dari kedua definisi tersebut di atas sangatlah jelas bahwa pemasaran yang
baik adalah selalu berorientasi kepada konsumen, sebab kepuasan konsumen akan
mempengaruhi minat terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
8
9
B. Pengertian Manajemen Pemasaran
Dalam perencanaan pemasaran, perusahaan harus merencanakan tentang
target pasar, pengembangan produk, penentuan harga, saluran distribusi,
komunikasi dan promosi. Perencanaan pemasaran digunakan dalam
mengkoordinasi dan mengelola kegiatan pemasaran agar berjalan dengan baik.
Manajemen pemasaran adalah proses prencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang-barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan dan konsumen (Kotler, 2002:9).
Jadi manajemen pemasaran dirumuskan sebagai proses manajemen, yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang dilakukan oleh
perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan,
baik yang menyangkut barang dan jasa, atau benda-benda lain yang dapat
memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, kebudayaan. Pertukaran dapat timbul
baik oleh penjual, maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.
C. Strategi Marketing Mix
Perencanaan strategi pemasran yang matang sangat diperlukan untuk
meningkatkan penjualan atau menstabilkan penjualan. Salah satu alat strategi
pemasaran yang dapat digunakan adalah marketing mix atau bauran pemasaran.
Definisi marketing mix atau bauran pemasaran menurut Philip Kotler:
Bauran pemasaran adalah campuran-campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengajar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran.
10
Variabel-variabel yang terdapat dalam marketing mix adalah sebagai berikut:
1. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan ( Philip Kotler, 2000:448)
2. Harga
Definisi Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya.
3. Saluran Distribusi (Place)
Definisi dari saluran pemasaran menurut Philip Kotler adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
4. Promosi
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong permintaan.
D. Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen (consumer behavior) menurut Swastha dan Handoko
(2000:10), dapat didefinisikan sebagai berikut :
11
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya prosespengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut Winardi (1991:80), perilaku konsumen didefinisikan sebagai berikut:
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomis dan jasa.
Mempelajari perilaku konsumen adalah mengerti bagaimana individu atau
suatu organisasi dalam situasi pembelian, dan ini sangat penting karena apabila
perilaku konsumen dapat dimengerti, maka dapat menciptakan suatu kesempatan
bagi manajer untuk memenuhi kebutuhan konsumen potensial dengan cara yang
unik. Perilaku konsumen dapat juga membantu dalam menentukan strategi dan
taktik pemasaran yang tepat.
E. Teori-Teori Perilaku Konsumen
Untuk mempermudah pemahaman akan perilaku konsumen, maka
perusahaan harus memahami dan mempelajari beberapa teori sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro
Teori ini didasarkan pada suatu pengertian bahwa orang adalah
ekonomis dan rasional dan pada setiap tindakan didasarkan karena rasa
tertarik pada sesuatu. Teori ini menganut kepuasan marginal yang
menyatakan setiap konsumen akan meneruskan pembelian untuk jangka
waktu yang lama, karena produk tersebut telah mampu memberikan
kepuasan. Teori ini didasarkan pada asumsi, yaitu:
12
a) Konsumen selalu mencoba untuk memaksimalkan kepuasan
dalam batas kemampuannya.
b) Konsumen mempunyai penetahuan mengenai alternatif sumber
untuk memuaskan kebutuhannya.
c) Konsumen selalu bertindak rasional.
2. Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor psikologis individu yang selalu
dipengaruhi oleh kekuatan lingkungannya. Teori ini merupakan
penerapan teori-teori bidang psikologis dalam menganalisis perilaku
konsumen.
3. Teori Sosiologis
Teori ini menitik beratkan pada hubungan dan pengaruh antara individu
yang dikaitkan dengan tingkah laku mereka, sehingga teori ini lebih
mengutamakan perilaku kelompok.
4. Teori Antropologis
Teori ini menekankan pada tingkah laku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat, tetapi dalam teori ini kelompok menjadi lebih luas seperti
kebudayaan, kelas sosial, dan lain-lain.
13
F. Variabel-Variabel Perilaku Konsumen
Suatu kegiatan pembelian yang nyata hanyalah merupakan salah satu tahap
dari keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang terjadi
dalam proses pembelian pada suatu periode waktu tertentu serta pemenuhan
kebutuhan tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi tiap tahap dalam proses
pembelian, baik faktor ekstern maupun intern. Variabel-variabel perilaku
konsumen dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Faktor-faktor ekstern tersebut adalah:
1. Kebudayaan (Culture)
Mempelajari perilaku konsumen adalah mempelajari perilaku manusia.
Sehingga perilaku konsumen juga ditentukan oleh kebudayaan yang
tercermin pada cara hidup, kebiasaan tradisi dalam permintaan barang
dan jasa di pasar. Aspek belajar telah menjadikan cara hidup manusia
dengan berbagai sistem perilaku sebagai suatu “ kebudayaan”.
Definisi kebudayaan menurut Swasta dan Handoko (2000:59):
Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
14
2. Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen
dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya mempunyai minat dan perilaku yang
serupa. Masyarakat kita dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu:
Golongan atas; Golongan menengah; golongan rendah. Dasar yang
dipakai pada penggolongan ini adalah: tingkat pendapatan, macam
perumahan, dan lokasi tempat tinggal.
3. Kelompok Sosial dan Kelompok referensi
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-
individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara
mereka. Kelompok referensi adalah kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang.
4. Keluarga
Istilah “keluarga” dipergunakan untuk menggambarkan berbagai
macam bentuk rumah tangga. Ada dua bentuk keluarga dalam
kehidupan pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang
merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang
mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan
merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga
15
prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seorang keluarga
merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting
dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
2. Faktor-faktor intern yang menentukan perilaku konsumen.
Faktor-faktor intern tersebut adalah:
1. Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan
dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya
mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka
menjalani hidupnya.
2. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja
yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tersebut.
3. Keadaan Ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan lawan menabung.
16
4. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan
oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup
menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi
dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik
kelas sosial seseorang.
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis
yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap
lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu
variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.
6. Motif
Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motif yang ada pada seseorang akan
memujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk
mencapai sasaran kepuasan.
17
7. Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda dari objek yangsama karena adanya
tiga proses persepsi:
Perhatian yang selektif
Gangguan yang selektif
Mengingat kembali yang selektif
Dengan adanya faktor-faktor tersebut berarti para pemasar harus bekerja
keras agar pesan yang disampaikan diterima.
8. Proses Belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
9. Kepercayaan dan Sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
18
3. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen.
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:
Gambar 2.1
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Pencarian informasi
Perilaku pasca pembelian
Evaluasi alternatif
Keputusan membeli
Mengenali kebutuhan
secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Menganalisa masalah bertujuan untuk mengetahui adanya keinginan
dan kebutuhan yang belum terpenuhi. Adanya kebutuhan yang belum
terpenuhi tersebut sering diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen
sedang berjalan-jalan ke toko atau sedang berbelanja atau pada saat
memperoleh informasi dari iklan, media lain atau teman.
2. Pencarian Informasi
Pencarian yang bersifat aktif berupa kunjungan terhadap beberapa toko
untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan
pencarian pasif hanya dengan membaca iklan di majalah tanpa
mempunyai tujuan khusus dalam pikirannya tentang gambaran produk.
19
3. Evaluasi Alternatif
Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari
proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka yan
memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk
terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Membeli
Bila konsumen memutuskan untuk membeli, ada serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek,
penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen
akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah
pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.
G. Motif
Motif yang dimiliki tiap konsumen sangat berpengaruh terhadap keputusan
yang akan diambil. Perilaku konsumen dimulai dengan adanya motif.
Definisi motif menurut Mowen (1987:61) adalah sebagai berikut:
Motif adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu kepuasan.
20
Definisi motif menurut Swastha dan Handoko (2000:77) adalah:
Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatn tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Motif manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Motif Fisiologis adalah motif yang merupakan motif alamiah
(biologis), seperti lapar, haus dan seks.
b. Motif Psikologis dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:
1. Motif kasih sayang (affectional motive) adalah motif untuk
menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan
dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan
dengan orang lain.
2. Motif mempertahankan diri (ego defensive motive) adalah
motif untuk melindungi kepribadian, menghindari luka
fisik, atau psikologis, mempertahankan prestise,
mendapatkan kebanggaan diri.
3. Motif memperkuat diri (ego bolstering motive) adalah motif
untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan
prestise dan pengakuan orang lain.
21
Berdasarkan pada kesadaran motif-motif pembelian konsumen serta
kesediaan untuk memberitahukan, maka motif pembelian dapat dikelmpokkan ke
dalam beberapa tingkatan yang berbeda, yaitu:
1. Kelompok pembeli yang mengetahui dan bersedia memberitahukan
motif pembelian mereka terhadap produk tertentu.
2. Kelompok pembeli yang mengetahui alasan mereka untuk membeli
produk tertentu, tetapi tidak bersedia memberitahukan motif
pembeliannya.
3. Kelompok pembeli yang tidak mengetahui motif pembelian
sesungguhnya terhadap produk tertentu. Biasanya, motif pembelian
mereka memang sangat sulit diketahui.
Selain itu juga terdapat 4 pengertian dari motivasi manusia mengenai
motif pembelian yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu
proses pembelian produk menurut Swastha dan Handoko (2000:79-80) yaitu:
1. Motif pembelian primer adalah motif yang menimbulkan perilaku
pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu
produk.
Contoh motif ini, antara lain keinginan untuk menikmati
kesenangan, motif ingin tahu, kebutuhan unruk berafiliasi dengan
orang lain.
22
2. Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi
keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk atau
macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Contohnya:
motif ekonomi, merek, keamanan, status.
3. Motif pembelian rasional adalah motif yang didasarkan pada
kenyataan-kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk
kepada konsumen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dapat
berupa faktor ekonomi seperti: faktor penawaran, permintaan dan
harga, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan, keawetan,
dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen.
4. Motif pembelian emosional adalah motif yang berkaitan dengan
perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta,
kebanggaan, keinginan untuk mencapai comfort (kenyamanan),
kesehatan, keamanan, kepraktisan, dan komformitas atau keinginan
untuk menyerupai pihak lain.
H. Keputusan Pembelian
Keputusan membeli di sini merupakan proses dalam pembelian yang
nyata. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan
menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis
produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian, dan cara pembayarannya
23
komponen-komponen tersebut akan dibahas berikut ini dalam kaitannya
dengan pembelian pakaian di boutique.
1. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah
pakaian di boutique atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain.
Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada
orang-orang yang berminat membeli pakaian di boutique serta
alternatif lain yang mereka pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk
pakaian tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran,
mutu kain, corak, warna dan sebagainya. Dalam hal ini perusaahan
harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan
konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat
memaksimumkan daya tarik dari produk tersebut.
3. Keputusan tentang merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang
akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan
tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana
konsumen memilih sebuah merek.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di boutique pakaian itu
akan dibeli. Dalam hal ini para pemilik boutique harus mengetahui
24
bagaimana cara menarik konsumen untuk bisa membeli produk
pakaian pada boutique yang dimilikinya.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang
dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan
harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan
yang berbeda-beda dari para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus
melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya
uang untuk membeli pakaian di boutique. Dengan demikian
perusahaan dalam hal ini adalah boutique harus mengatur kegiatan
pemasarannya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang dibeli. Keputusan tersebut akan
mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah
pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.
Untuk memasarkan dengan cara yang lebih baik dalam tahap pembelian
ini, perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan menyangkut perilaku konsumen dalm keputusan
25
pembeliannya. Misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh
konsumen dalam memilih produknya? Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi konsumen dalam pemilihan penjual (choosing a store)?
Faktor-faktor apakah yang menentukan kesan terhadap sebuah toko?
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesetiaan konsumen terhadap
satu merek tertentu (brand loyality)?.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang
memusatkan diri secara intensif pada obyek tertentu, dan kesimpulan yang akan
ditarik hanya berlaku pada obyek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : dilakukan pada tiga buah boutique yaitu boutique
“Mermaid”, “Flip Flop” dan “Day Or Night yang ada di jalan Gejayan,
Mrican, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian: bulan Oktober - November 2006
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian : konsumen dari boutique “Mermaid”, “Flip Flop” dan
“Day Or Night”
2. Objek penelitian : yang menjadi objek penelitian adalah motif konsumen
dalam melakukan pembelian pakaian di boutique “Mermaid”, “Flip Flop”
dan Day Or Night.
26
27
D. Variabel Penelitian
1. Variabel masalah pertama adalah motif pembelian yaitu motif yang
menimbulkan perilaku pembelian terhadap suatu produk. Cara ukurnya
dengan menggunakan skala likert yaitu responden diminta untuk mengisi
serangkaian pertanyaan dengan menyatakan sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Jawaban itu akan diberikan nilai yang akan
merefleksikan sikap responden yang diteliti. Jawaban tersebut diberikan
nilai sebagai berikut :
SS = 4
S = 3
TS = 2
STS = 1
2. Variabel masalah kedua adalah tingkat pentingnya motif yaitu urutan
kepentingan motif yang sangat berperan dalam suatu pengambilan
keputusan. Cara ukurnya dengan menggunakan skala interval yaitu skala
suatu variabel yang selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga
diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan
kategori lainnya dalam satu variabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan
melihat proses konsumen dalam membuat suatu keputusan pembelian.
28
2. Kuesioner
Dengan membagi–bagikan kuesioner kepada konsumen yang terpilih
sebagai responden. Dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk
dijawab mengenai motif-motif konsumen yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
3. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
kepada subyek penelitian yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui motif
konsumen dalam melakukan pembelian pakaian di boutique. Wawancara
juga dilakukan kepada pemilik boutique yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum mengenai boutique tersebut.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini, yang diambil sebagai populasi adalah pemilik boutique, karyawan dan
konsumen boutique. Dimana jumlah populasi dari konsumen boutique
tidak diketahui jumlahnya (infinite).
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Jumlah Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
dalam suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk memperoleh
29
keterangan tentang populasi. Dalam penelitian ini penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik proporsional, banyaknya
sampel akan proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan
sampel.
Berdasarkan perkiraan sementara maka dapat diperoleh jumlah sampel
sebagai berikut:
Mermaid Boutique
Jml Sampel = kons Mermaid boutique/hari x responden yang diinginkan Tot.kons/hari dari ketiga boutique Estimasi ini juga berlaku untuk menentukan jumlah sampel “Flip
Flop” Boutique dan “Day Or Night” Boutique
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diinginkan sebanyak 100
responden.
b. Teknik pengambilan sampel
Dalam pengambilan sampel peneliti mengunakan metode
Accidental Sampling, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti pada masing-masing boutique yaitu
“Mermaid”boutique, “Flip Flop”boutique dan “Day or Night”boutique
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
itu cocok dengan sumber data (Sugiyono, 1997: p. 77).
30
G. Metode Pengujian Instrumen Digunakan sebanyak 100 sampel untuk mengukur apakah setiap item yang
digunakan sudah valid dan reliable.
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat validitas atau kesahan
suatu alat ukur. Semakin tinggi validitas suatu alat pengukur, semakin tepat alat
pengukur mengenai sasaran untuk menguji validitas ini.
Pengujian ini menggunakan rumus Product Moment menurut (Sutrisno,
1991:23) yaitu:
( )( )} ( ) }{{( )∑ ∑ ∑∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 yynxnxn
yxxynrxy
keterangan :
xyr = koefisien korelasi setiap pertanyaan
n = jumlah responden
x = nilai dari setiap item pertanyaan
y = nilai dari semua item pertanyaan
Apabila r hitung ≥ r tabel, maka kuesioner sebagai alat pengukuran dikatakan
valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Tujuan dari analisis reliabilitas adalah untuk mangetahui sejauh mana
pengukuran data dapat memberikan hasil relatif tidak beda bila dilakukan
pengukuran kembali pada subyek yang sama. Pengukuran dilakukan dengan
metode belah dua dengan cara mengkorelasikan item yang bernomor ganjil
31
dengan item yang bernomor genap, kemudian masing-masing dijumlahkan
untuk mengkorelasikan masing-masing skor dengan menggunakan teknik
Product Moment dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno, 1991;23):
( )( )} ( ) }{{( )∑ ∑ ∑∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 yynxnxn
yxxynrxy
keterangan:
= koefisien korelasi setiap pertanyaan xyr
= jumlah responden n
x = nilai dari setiap item pertanyaan
= nilai dari semua item pertanyaan y
Setelah hasil penerapan teknik belah dua diketemukan maka untuk estimasi
reliabilitas digunakan rumus Spearman Brown (Sutrisno (1991: 23))
( )
( )xy
xytt r
rr
+=
12
keterangan
= koefisien reliabilitas ttr
= koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dengan item bernomor
genap
xyr
apabila r hitung ≤ r tabel maka kuesioner dalam penelitian ini telah
memenuhi syarat reliabilitas dan sebaliknya bila r hitung ≥ r tabel maka
kuisioner belum memenuhi reliabilitas
32
I. Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab masalah satu digunakan Analisis Persentase
Analisis ini digunakan untuk mengetahui profil responden yang membeli
di ketiga boutique yaitu “Mermaid “ boutique, “Flip Flop” boutique dan
“Day or Night” boutique dan motif apa saja yang menjadi alasan
konsumen dalam melakukan pembelian pada ketiga boutique tersebut ke
dalam persentase.
Dengan rumus persentase:
%100xNiXiP =
Keterangan:
P = Hasil Persentase
Xi = Jumlah Responden
Ni = Jumlah Sampel
2. Untuk menjawab masalah dua digunakan Analisis Prioritas Kepentingan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang menjadi
prioritas utama dalam pembelian produk pakaian di boutique yang mana
analisis dengan menggunakan analisis prioritas kepentingan masing-
masing variabel. Analisis ini dibuat berdasarkan jawaban responden dari
kuesioner dimana:
Peringkat 1 diberi skor 1
Peringkat 2 diberi skor 2
Peringkat 3 diberi skor 3
Peringkat 4 diberi skor 4
33
dimana jawaban responden dari setiap variabel dikalikan dengan nilai yang
diberikan dari setiap variabel kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan
skor variabel menentukan urutan kepentingan skor tentang banyak
menunjukkan bagi pelanggan artinya semakin tinggi skor untuk suatu
variabel, maka variabel-variabel tersebut semakin penting bagi pelanggan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. “Mermaid” Boutique
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Boutique ini didirikan oleh Ibu Dewi selaku pemilik dari usaha ini
pada 28 Februari tahun 2004. pada awal pendiriannya, modal berasal dari
pemilik sendiri sebagai bentuk investasi yang ia lakukan guna mengisi
waktunya. Usaha ini dapat dikatakan sebagai usaha milik Ibu Dewi sendiri
yang didukung oleh suaminya, yang juga turut membantu memberikan
modal untuk usaha ini. Mengenai besarnya modal awal pemilik tidak ingin
memberitahukannya karena ini termasuk bagian dari rahasia perusahaan.
Pemilihan nama boutique ini dipilih sendiri oleh pemilik boutique, dimana
kata “Mermaid” itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti puteri
duyung. Menurut pemilik karena putri duyung itu sangat identik dengan
wanita cantik yang suka berdandan dan bergaya, maka dipilihlah nama itu
sebagai nama boutiquenya.
Dalam perkembangannya selama beberapa tahun terakhir ini, sejak
didirikan, usaha boutique ini bisa dikatakan sangat baik dan lancar serta
mengalami peningkatan yang semakin besar dari waktu ke waktu. Hal
tersebut dapat dimengerti mengingat situasi persaingan yang ada untuk
jenis usaha ini sudah cukup marak, sehingga sejauh ini pihak boutique
34
35
selalu berusaha untuk mempelajari situasi pasar sehingga dapat
menerapkan strategi yang tepat dan pas pada sasaran yang ingin dicapai.
Peningkatan dari usaha ini dapat dilihat dari bertambahnya penerimaan
harian dan banyaknya barang yang keluar dan masuk, serta meningkatnya
permintaan dari konsumen. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik sangat
sederhana, yakni selain mencari keuntungan dan pelanggan sebanyak-
banyaknya, juga agar para konsumen bisa dengan mudah menikmati atau
memakai busana yang cukup up to date dan sekaligus memperkenalkannya
kepada masyarakat luas.
2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dari boutique ini sangat sederhana, hanya
terdiri dari pemilik dan karyawan.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi “Mermaid” Boutique
PEMILIK (Ibu Dewi)
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
Pemilik langsung mengawasi seluruh kegiatan operasional dari
usaha boutique ini, dan juga sekaligus mengawasi para karyawannya. Para
36
karyawan juga turut bertanggung jawab atas kegiatan operasional sehari-
hari dari usaha boutique ini.
Dekripsi jabatan secara umum dapat dikatakan dikendalikan oleh
pemilik usaha ini sendiri dengan dibantu oleh beberapa karyawan yang
ada. Kegiatan-kegiatan seperti melakukan pengawasan jalannya usaha,
fungsi administrasi, fungsi pemasaran, dan fungsi akuntansi dari
perusahaan, dijalankan sendiri oleh pemilik, meskipun dalam prakteknya
kadang jika pemilik berhalangan hadir maka akan digantikan sementara
oleh anaknya atau salah satu dari karyawan yang ada yang dapat diberikan
kepercayaan. Namun itu hanya menyangkut beberapa peran kecil. Tugas
utama dari para karyawan adalah untuk melayani para pengunjung.
3. Personalia Perusahaan
Cara perusahaan merekrut tenaga kerjanya adalah dengan cara
sosialisasi biasa kepada warga sekitar dan iklan-iklan kecil. Kemudian
pihak boutique akan secara langsung melihat setiap pelamar yang sudah
siap untuk bekerja di tempatnya dan menyetujui semua peraturan yang
yang diberikan selanjutnya akan diterima dan diberi kesempatan untuk
bekerja. Hingga saat ini jumlah karyawan yang ada berjumlah 3 orang.
Sistem penggajian yang diterapkan di perusahaan ini adalah berupa
pemberian gaji bulanan sebesar Rp 300.000, dan ditambah uang makan
sebesar Rp 120.000 per bulan.
37
Pengaturan sistem kerja karyawan adalah tanpa sistem shift. Jadi
dalam sehari setiap karyawan bekerja penuh yakni dari pukul 9 pagi
hingga pukul 9 malam saat boutique tutup. Setiap karyawan diberikan
kesempatan untuk berlibur sekali dalam sebulan, dan waktunya bebas
dipilih oleh para karyawan sendiri asalkan waktunya tidak bertabrakan
dengan rencana pengambilan hari libur karyawan lainnya. Usaha dari
pihak pengelola boutique untuk menjaga dan meningkatkan kinerja
karyawan adalah menjaga hubungan antara pengelola dan karyawan agar
selalu baik dan terbuka baik dalam interaksi sehari-hari maupun dalam
usaha bersama guna menarik konsumen dan pelanggan sebanyak-
banyaknya. Pihak pengelola selalu berusaha untuk terbuka dengan para
karyawan dan selalu mendengarkan setiap masukan dan keluhan dari para
karyawan. Selain itu pihak pengelola juga memberikan bonus bagi
karyawan yang terlihat rajin.
4. Pemasaran
Yang menjadi segmen pasar / pasar sasaran dari usaha ini adalah
para remaja, khususnya remaja putri dan para wanita pada umumnya. Dan
dalam memasarkan produknya, pihak boutique melakukan penjualan
langsung kepada para calon konsumen dan konsumen di boutique
“Mermaid” sendiri yang berlokasi di jalan Gejayan, menurut pihak
pengelola karena lokasi ini merupakan lokasi yang ideal, dimana lokasi ini
berada dekat sekali dengan calon konsumen dan konsumen yang menjadi
38
target utama dari pihak boutique dalam memasarkan produknya. Selain itu
di lokasi ini terdapat beberapa perguruan tinggi swasta yang besar juga
tempat tinggal dari para mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi tersebut. Lokasi yang dipilih oleh pihak pengelola ini juga
merupakan lokasi yang strategis karena mudah dijangkau dan letaknya
yang persis di pinggir jalan. .
Untuk mengatasi persaingan, pihak boutique selalu mengutamakan
pelayanan yang terbaik pada para pengunjung dan pelanggan. Pelayanan
itu dapat berupa pelayanan yang ramah kepada setiap pengunjung, dan
menciptakan situasi yang nyaman di dalam boutique. selain itu, pihak
boutique juga memberikan harga yang relative tidak terlalu mahal, tetapi
tetap kompetitif dengan para pesaingnya. Produk yang dipasarkan adalah
terdiri dari semua model pakaian yang sekarang banyak digemari dengan
berbagai variasi agar para calon konsumen dan konsumen bebas memilih
yang sesuai dengan selera mereka. Selain itu juga disediakan asesoris-
asesoris pendukung berupa tas, ikat pinggang, topi, dan sepatu. Untuk
meningkatkan penjualan, pihak pengelola boutique selalu berusaha untuk
menjadi yang pertama yang menjual model pakaian yang terbaru sebelum
para pesaingnya, dengan pertimbangan bahwa dengan cara ini maka
mereka lebih punya peluang untuk mendapatkan konsumen yang
potensial. Di samping itu pihak pengelola juga melakukan usaha-usaha
lain berupa promosi, misalnya lewat surat kabar dan radio serta event-
event yang diselenggarakan di kampus-kampus dengan turut menjadi
39
sponsor, meskipun dalam skala kecil. Namun promosi ini tidak dilakukan
secara rutin olah pihak boutique.
Dalam masalah penentuan harga produk, mutu / kualitas dari
barang adalah yang diutamakan, disamping dari segi bahan pembuetan
pakaian. Harga barang disesuaikan dengan mutu atau pembuatan pakaian.
Semakin baik mutunya, maka akan semakin tinggi pulalah harga yang
dikenakan pada produk tersebut. Namun khusus untuk barang lama yang
belum laku terjual, pihak pengelola punya kebijakkan sendiri yakni dengan
memberikan diskon atau dengan menurunkan harga produk tersebut secara
langsung.
Umumnya bahan pakaian jadi didatangkan dari Bandung, Tasik,
dan dari beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Barat lainnya. Stok
pakaian ini ada yang dicari sendiri oleh pihak pengelola dengan cara
memesan pada pemasok langganan, dan ada juga yang didatangi /
ditawarkan sendiri oleh pedagangnya langsung.
5. Keuangan
Modal awal untuk mendirikan boutique ini sepenuhnya berasal
dari pemilik. Hal ini disebabkan karena usaha boutique ini merupakan
usaha pribadi. Sedangkan untuk pembukuan keuangan masih dilakukan
secara manual oleh pihak boutique. Untuk besarnya pendapatan boutique
pemilik tidak dapat memberitahukannya karena merupakan rahasia
40
perusahaan. Pihak boutique mengaku bahwa pendapatan yang diperoleh
selama beberapa tahun ini sudah dapat membuat boutique ini balik modal.
B. “Flip Flop” Boutique
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Boutique ini didirikan oleh ibu Ismawati Landa selaku pemilik
pada bulan September 2002. sekarang boutique ini di kelola oleh bapak
Santos yang merupakan suami dari ibu Ismawati sendiri. Modal awal
untuk pendirian boutique ini berasal dari insvestor secara keseluruhan.
Pertama kali pemilik memulai usaha dengan berjualan pakaian di dalam
mobil di Universitas Gajah Mada lalu karena selalu ada permintaan dari
konsumen yang sangat tinggi maka pemilik mulai mencari lokasi untuk
membuat sebuah toko pakaian dalam bentuk boutique.
Dalam perkembangannya dari tahun 2002-2004 perusahaan ini
mengalami peningkatan yang sangat bagus. Namun pada tahun 2005-2006
mengalami sedikit penurunan karena terpengaruh pembangunan boutique-
boutique yang ada di dalam mall. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik
boutique selain untuk mencari keuntungan dan pelanggan yang banyak,
dan juga untuk menyalurkan hobbi dari si pemilik sendiri.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari boutique ini sederhana, yaitu terdiri dari
pemilik, pengelola, karyawan.
41
Gambar 4.2 Struktur Organisasi “Flip Flop” Boutique
PEMILIK ( Ibu Ismawati Lamda)
PENANGGUMG JAWAB ( Bapak Santos )
PENGELOLA
( Mba Ika )
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
Pemilik tidak terjun langsung untuk kegiatann operasionalnya karena
semua tugas tersebut sudah di laksanakan oleh penanggung jawab dengan
di bantu oleh satu karyawan yang bertindak sebagai pengelola boutique.
Para karyawan harus bertanggung jawab atas kegiatan operasional sehari-
hari, tidak hanya menjaga boutique dan melayani pembeli tapi juga harus
membersihkan boutique sebelum dan sesudah boutique dibuka. Karena
pemilik menerapkan bahwa semua yang terlibat dalam boutique ini harus
menganggap bahwa boutique ini adalah kepunyaan mereka.
42
3. Personalia Perusahaan
Cara perusahaan merekrut karyawan adalah dengan cara membuat
pengumuman di depan boutique bahwa perusahaan membutuhkan tenaga
kerja atau pemilik akan merekrut teman-teman dari pemilik sendiri yang
membutuhkan pekerjaan. Dalam menentukan karyawan pemilik akan
mencari karyawan yang jujur, Karena pemilik sangat menjunjung tinggi
kejujuran lalu loyalitas kepada perusahaan, ada salah satu karyawan yang
sangat loyal kepada perusahaan sampai mengorbankan kuliah demi
bekerja di perusaan ini, dan juga harus mau melakukan pekerjaan apa saja
yang ada di perusahaan.
Hingga saat ini jumlah karyawan yang ada berjumlah 4 orang
dengan 1 orang karyawan sebagai penanggung jawab. Besarnya upah
yang diberikan kepada karyawan, pemilik mengaku bahwa gaji yang
diberikan diatas rata-rata upah minimum regionalnya kota Jogja yaitu
diatas Rp 423.000. Pengaturan sistem kerja karyawan adalah dengan
sistem shift, ada 2 kali shift dalam sehari. Shift yang pertama adalah dari
pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore dan shift yang kedua mulai dari pukul 3
sore sampai pukul 9 malam. Namun untuk karyawan yang bertindak
sebagai penanggung jawab bekerja dalam bentuk full timer yaitu dari
pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam hingga boutique tutup.
43
4. Pemasaran
Yang menjadi segmen pasar dari boutique ini adalah para
mahasiswi dan ibu-ibu muda yang ingin tampil beda. Pemilik memilih
lokasi di jalan gejayan karena tempat yang srrategis selain jalan yang
ramai juga merupakan daerahnya mahasiswa berkuliah dan bertempat
tinggal. Selain memasarkan produk di dalam boutique pemilik juga
memasarkan produknya di rumah mereka khusus untuk teman-teman
pemilik sendiri. Usaha boutique ini agar tetap bertahan di pasar pemilik
melakukan promosi di cafe-cafe agar nama boutique ini selalu akrab di
telingga mereka. Jenis produk yang dipasarkan berupa pakaian jadi formal
dan non formal, tas dan sepatu. Penentuan harga untuk masing-masing
produk ditentukan dari harga ambil pada saat pembelian.
Pakaian jadi yang mereka jual sebagian besar mereka beli di luar
negri yaitu di Hongkong, Korea dan Bangkok. Pemilik membeli langsung
produk-produk pakaian tersebut dan kadang pemilik juga menitipkan
pesanan kepada teman bila tidak bisa berangkat untuk membeli barang.
Untuk produk-produk yang sudah lama pemilik memberikan sale dengan
maksud agar barang-barang tersebut dapat habis. Pemilik juga melakukan
sale pada event-event tertentu yaitu pada hari raya, hari valentine, hari
kemerdekaan dan juga pada saat hari jadi boutique ini.
44
5. Keuangan
Modal awal pemilik untuk mendirikan boutique ini berasal dari
pinjaman sebuah bank. Pemilik lebih memilih menggunakan modal dari
bank karena pada saat awal pendirian pemilik belum mempunyai modal
dan tidak ingin merepotkan orang tua. Dalam waktu setahun pemilik
sudah dapat mengembalikan modal. Pembukuan untuk boutique ini masih
dilakukan secara manual dengan membuat laporan penjualan dan laporan
keluar masuknya barang.
3. “DAY OR NIGHT” Boutique
1. Sejarah singkat Perusahaan
Boutique ini didirikan oleh ibu Vivit selaku pemilik pada bulan
Mei 2003. Pada awal pendiriannya, modal berasal dari pemilik sendiri
sebagai bentuk investasinya dalam usaha jenis ini. disini ibu Vivit
bertindak sebagai pemilik sekaligus sebagai pengelola boutique. Dalam
perkembangannya selama beberapa tahun terakhir ini, usaha mengalami
peningkatan walaupun tidak terlalu tajam. Hal ini disebabkan antara lain
banyak boutique baru yang didirikan di dalam mall sehingga banyak
konsumen yang lebih senang berbelanja pakaian di boutique yang ada di
sana. Namun pemilik yakin boutique ini tidak akan kehilangan pasar
dengan menetapkan strategi yang tepat dalam penentuan harga produk,
kualitas barang atau produk, dan selalu menyediakan model-model
pakaian yang cukup up to date sehingga dapat menarik para konsumen.
45
Meskipun demikian permintaan konsumen akan produk pakaian dari
boutique ini tidak pernah berhenti hingga saat ini. hal ini dapat
dibuktikan dari peningkatan jumlah barang yang masuk dan jumlah
barang yang keluar. Oleh karena itu, agar boutique tetap dapat bertahan
dari persaingan yang cukup ketat ini pemilik telah memiliki tujuan yang
spesifik dalam pengembangan usahanya ini. Tujuan itu antara lain tujuan
jangka panjang yaitu mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya namun
tetap mempertahankan kualitas produknya, dan tujuan jangka pendeknya
adalah menarik konsumen sebanyak-banyaknya untuk berbelanja di
boutique ini.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi boutique ini hanya terdiri dari pemilik dan
karyawan.
Gambar 4.3 Struktur Organisasi “Day Or Night” Boutique
KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN
PEMILIK ( Ibu Vivit)
Pemilik langsung mengawasi kegiatan operasional dan ada satu karyawan
yang bertugas membantu pemilik dalam menyusun pembukuan dari
46
boutique ini, sedangkan karyawan yang lain bertanggung jawab masing-
masing dalam kegiatan operasional sehari-hari boutique.
Deskripsi jabatan secara umum dikendalikan oleh pemilik namun
biasanya pemilik hanya akan menerima laporan dari salah satu karyawan
yang sudah menjadi orang kepercayaan dari pemilik boutique.
3. Personalia Perusahaan
Karyawan dalam perusahaan ini berjumlah 4 orang, sehingga
semua karyawan dalam tugasnya juga merangkap sebagai tenaga kerja.
Pengaturan system kerja dengan cara shift, yakni shift siang dan shift
sore, dimana masing-masing shift lama kerjanya 6 jam, dan dilakukan
bergantian. Shift pagi dimulai dari pukul 9 pagi sampai pukul 4 sore,
sedangkan untuk shift sorenya dimulai dari pukul 3 sore sampai pukul 9
malam. Tugas utama mereka adalah melayani para pengunjung atau
pembeli, dan mereka hanya ditempatkan di dalam boutique saja, dan
mengurus segala sesuatu yang ada dalam boutique. Karyawan boleh
memilih sendiri hari libur yang mereka inginkan. Mereka diberi waktu
libur sebanyak 2 kali dalam sebulan. Sistem pengupahan yang diterapkan
oleh boutique ini kapada para karyawannya adalah upah bulanan.
Mengenai besarnya upah yang diberikan pihak boutique tidak bersedia
memberi tahukan kepada peneliti karena merupakan rahasia perusahaan.
Boutique ini selalu memberikan reward bagi para karyawannya bila
mereka rajin dalam bekerja dan selalu loyal kepada perusahaan. Langkah
47
ini diambil agar para karyawan selalu termotivasi untuk terus bekerja
dengan baik. Pemilik pun selalu memperhatikan keadaan para
karyawannya dan juga pemilik selalu siap menerima dan menampung
keluhan atau kritik dari para karyawannya agar selalu terjalin hubungan
yang harmonis antara pemilik dan para karyawannya.
4. Pemasaran
Yang menajdi segmen pasar atau pasar sasaran dari usaha ini
adalah para remaja dan mahasiswi yang melaksanakan studi di
perguruan tinggi yang ada di dekat lokasi boutique. Dari lokasi boutique
yang strategis ini kemudian pihak boutique melancarkan promosi
melalui Koran, radio, dan juga ikut menjadi acara sponsor pada acara-
acara yang diadakan di kampus seperti pentas seni maupun festival band
yang ada di kampus. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak boutique
untuk mengatasi persaingan yang semakin ketat adalah dengan
memberikan pelayanan/servis yang terbaik bagi konsumen agar
konsumen dapat merasa nyaman berada di boutique dan melakukan
transaksi. Demi kepuasan konsumen pihak boutique juga memberikan
harga-harga khusus terhadap produk-produk tertentu bagi para
konsumen.
Srategi pemberian harga yang diberikan kepada produk yang
mereka jual disesuaikan dengan jenis bahan dan model dari produk yang
bersangkutan, dan selalu diusahakan harga yang cukup kompetitif untuk
48
menyesuaikan dengan harga pasar yang ada pada saat itu agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jenis produk yang dipasarkan oleh boutique ini adalah berupa
pakaian jadi. Masing-masing produk itu tersedia dalam kemasan yang
casual atau semi formal dan yang formal, dan telah tersedia dalam
banyak pilihan bagi konsumen.
5. Keuangan
Modal awal untuk mendirikan boutique ini berasal dari pemilik
sendiri yaitu dengan maksud agar dapat menginvestasikan uangnya
untuk sebuah bisnis. Besar pendapatan boutique dirahasiakan oleh
pemilik. Pembukuan keuangan boutique masih dilakukan secara manual.
Hal ini dilakukan agar semua karyawan dapat melakukan pencatatan
tanpa harus memiliki keahlian khusus.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab pokok
permasalahan yang telah diuraikan pada bab I. Sebelum melakukan analisis
data peneliti mengumpulkan data yang diperlukan terlebih dahulu. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner pada lampiran I yang terlebih
dahulu dibagikan kepada 30 responden untuk mengukur validitas dan
keandalan kuesioner tersebut, selanjutnya apabila kuesioner tersebut valid dan
andal, maka akan diterapkan untuk melakukan penelitian yang sesungguhnya.
pada bab in peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan
dan dijawab oleh 100 responden. Adapun langkah-langkah yang digunakan
sebagai berikut:
1. Menetapkan motif pembelian konsumen yang terdiri dari motif
pembelian primer, selektif, rasional dan emosional.
2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan berdasarkan motif-motif
pembelian primer, selektif, rasional dan emosional.
3. Melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap pertanyaan yang
telah diajukan kepada responden.
4. Menganalisis menggunakan analisis persentase untuk
mengetahui motif pembelian apa yang menjadi alasan bagi
konsumen untuk melakukan pembelian di boutique.
49
50
5. Menganalisis dengan menggunakan analisis prioritas kepentingan
untuk mengetahui motif mana yang paling kuat atau lebih dominan
dalam membuat keputusan pembelian konsumen di boutique.
A. Deskripsi Responden Penelitian
Pada deskripsi responden digunakan analisis persentase dan data
yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari kuesioner pada bagian I.
Analisis persentase dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara
responden yang memilih dari alternatif yang ada dengan responden secara
keseluruhan. Dalam penelitian ini jumlah responden yang dianggap
representatif atau mewakili populasi adalah berjumlah 100 responden,
untuk penyebaran kuesioner jumlah kuesioner yang dibagikan sesuai
dengan jumlah sampel dari masing-masing boutique diperoleh dengan
rumus:
a. Jumlah Sampel untuk “Mermaid” Boutique
diinginkanygrespondenxboutiqueketigadariharikonstotal
hariBoutiqueMermaidkonsSampelJml/
/"=
respondenxharihari 100
/65/20
=
responden31=
51
b. Jumlah Sampel untuk “Flip Flop” Boutique
diinginkanygrespondenxboutiqueketigadariharikonstotal
hariBoutiqueFlopFlipkonsSampelJml/
/""=
respondenxharihari 100
/65/20
=
responden31=
c. Jumlah Sampel untuk “Day Or Night” Boutique
diinginkanygrespondenxboutiqueketigadariharikonstotal
hariBoutiqueNightOrDaykonsSampelJml/
/""=
respondenxharihari 100
/65/25
=
responden38=
dan dari hasil perhitungan ini dapat diketahui karakteristik responden
sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden “Mermaid” Boutique
a. Deskripsi karakteristik responden menurut usia
Berdasarkan data hasil penelitian, deskripsi profil responden “Mermaid”
boutique menurut usia dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15-20 th 15 48.4%
21-25 th 10 32.3%
26-30 th 6 19.4%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
52
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
“Mermaid” boutique berusia antara 15-20 tahun sebanyak 15
responden, urutan yang kedua adalah responden yang berusia antara
21-25 tahun sebanyak 10 responden, dan urutan yang ketiga berusia
antara 26-30 tahun sebanyak 6 responden.
b. Deskripsi Karakteristik berdasarkan status/ pekerjaan:
Deskripsi profil responden “Mermaid” boutique menurut
status/pekerjaan dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Profil Berdasarkan Status/Pekerjaan
Status/Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar 14 45.2%
Mahasiswi 11 35.5%
Karyawati 6 19.4%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berstatus sebagai pelajar sebanyak 14 responden, urutan
yang kedua adalah responden yang berstatus sebagai mahasiswi
sebanyak 11 responden, dan urutan yang ketiga adalah responden yang
berstatus sebagai karyawati sebanyak 6 responden.
c. Deskripsi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Deskripsi profil responden “Mermaid” boutique menurut tingkat
pendapatan dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
53
Tabel 5.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
<Rp 500.000 9 29%
Rp 500.000- Rp 900.000 12 38.7%
> Rp 900.000 10 32.3%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Pendapatan itu sendiri mempunyai arti uang atau harta yang
diperoleh secara berkala sebagai hasil pemilikan, perdagangan, atau
pekerjaan.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendapatan rata-rata sebasar Rp 500.000-Rp
900.000 per bulan sebanyak 12 responden, yang kedua mempunyai
tingkat pendapatan rata-rata sebesar > Rp 900.000 per bulan sebanyak
10 responden, dan yang terakhir dengan pendapatan rata-rata Rp
<500.000 sebanyak 9 responden.
2. Karakteristik Responden“Flip Flop” Boutique
a. Deskripsi karakteristik responden menurut usia
Berdasarkan data hasil penelitian, deskripsi profil responden “Flip
Flop” boutique menurut usia dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
54
Tabel 5.4
Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15-20 th 7 22.6%
21-25 th 18 58.1%
26-30 th 6 19.4%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
“Mermaid” boutique berusia antara 21-25 tahun sebanyak 18
responden, urutan yang kedua adalah responden yang berusia antara
15-20 tahun sebanyak 7 responden, dan urutan yang ketiga berusia
antara 26-30 tahun sebanyak 6 responden.
b. Deskripsi Karakteristik berdasarkan status/ pekerjaan:
Deskripsi profil responden “Flip Flop” boutique menurut status/pekerjaan
dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.5
Profil Bedasarkan Status/Pekerjaan
Status/Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar 7 22.6%
Mahasiswi 16 51.6%
Karyawati 8 25.8%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berstatus sebagai mahasiswi sebanyak 16 responden, urutan yang
kedua adalah responden yang berstatus sebagai karyawati sebanyak 7
55
responden, dan urutan yang ketiga adalah responden yang berstatus
sebagai pelajar sebanyak 8 responden.
c. Deskripsi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Deskripsi profil responden “Flip Flop” boutique menurut tingkat
pendapatan dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.6
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
<Rp 500.000 5 16.1%
Rp 500.000- Rp 900.000 15 48.4%
> Rp 900.000 11 35.5%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Pendapatan itu sendiri mempunyai arti uang atau harta yang
diperoleh secara berkala sebagai hasil pemilikan, perdagangan, atau
pekerjaan.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendapatan rata-rata sebasar Rp 500.000-Rp
900.000 per bulan sebanyak 15 responden, yang kedua mempunyai
tingkat pendapatan rata-rata sebesar > Rp 900.000 per bulan sebanyak
11 responden, dan yang terakhir dengan pendapatan rata-rata Rp
<500.000 sebanyak 5 responden.
56
3. Karakteristik Responden “Day Or Night” Boutique
a. Deskripsi karakteristik responden menurut usia
Berdasarkan data hasil penelitian, deskripsi profil responden “Day
Or Night” boutique menurut usia dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.7 Profil Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
15-20 th 8 21.1%
21-25 th 20 52.6%
26-30 th 10 26.3%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
“Mermaid” boutique berusia antara 21-25 tahun sebanyak 20
responden, urutan yang kedua adalah responden yang berusia antara
26-30 tahun sebanyak 10 responden, dan urutan yang ketiga berusia
antara 15-20 tahun sebanyak 8 responden.
b. Deskripsi Karakteristik berdasarkan status/ pekerjaan:
Deskripsi profil responden “Day Or Night” boutique menurut
status/pekerjaan dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
57
Tabel 5.8 Profil Bedasarkan Status/Pekerjaan
Status/Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar 9 23.7%
Mahasiswi 18 47.4%
Karyawati 11 28.9%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berstatus sebagai mahasiswi sebanyak 18 responden, urutan
yang kedua adalah responden yang berstatus sebagai karyawati
sebanyak 11 responden, dan urutan yang ketiga adalah responden yang
berstatus sebagai pelajar sebanyak 9 responden.
c. Deskripsi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Deskripsi profil responden “Day Or Night” boutique menurut
tingkat pendapatan dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 5.9 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
<Rp 500.000 8 21.1%
Rp 500.000- Rp 900.000 18 47.4%
> Rp 900.000 12 31.6%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Pendapatan itu sendiri mempunyai arti uang atau harta yang diperoleh
secara berkala sebagai hasil pemilikan, perdagangan, atau pekerjaan.
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendapatan rata-rata sebasar Rp 500.000-Rp
58
900.000 per bulan sebanyak 18 responden, yang kedua mempunyai
tingkat pendapatan rata-rata sebesar > Rp 900.000 per bulan sebanyak
12 responden, dan yang terakhir dengan pendapatan rata-rata Rp
<500.000 sebanyak 8 responden.
B. Pengujian Instrumen
Tujuan pengujian validitas dan reabilitas ini untuk
menghindari adanya kesalahan atau ketidakpastian dalam
perhitungan, sebab itu sebelum digunakan untuk penelitian
yang sesungguhnya terlebih dahulu dilakukan pengujian
kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) kuesioner
terhadap 30 orang responden. Proses analisis dengan
bantuan program komputer spss 11,5 for windows,
1. Pengujian Validitas
Analisis ini digunakan untuk menunjukkan tingkat kesahihan suatu
alat ukur (instrument). Suatu instrument dikatakan sahih atau valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian tingkat validitas
kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dengan taraf signifikansi (α) = 5 %. Apabila nilai r hitung
(output reliabilitas validitas hasil olahan SPSS 11.5 for windows) yang
diperoleh lebih besar dari nilai r tabel, menunjukkan bahwa alat
pengukur tersebut valid. Sebaliknya, apabila nilai r hitung yang
diperoleh lebih kecil dari nilai r tabel, menunjukkan bahwa alat
59
pengukur tersebut tidak valid. Nilai r tabel dicari dengan melihat df dan
taraf signifikansinya. Rumus df = n-2.
Hasil uji validitas penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 5.10 Uji Validitas
Item r hitung r tabel Keterangan
1 0.5578 0.239 Valid
2 0.4826 0.239 Valid
3 0.4364 0.239 Valid
4 0.4280 0.239 Valid
5 0.4774 0.239 Valid
6 0.4069 0.239 Valid
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Dari setiap butir pertanyaan untuk variabel motif pembelian dapat
dikatakan valid atau dapat digunakan untuk melakukan penelitian karena
nilai r hitung pada tiap butir pertanyaan lebih besar daripada nilai r tabel,
dimana nilai r tabel untuk df = 30-2 = 28 dengan taraf signifikansi 5 %
adalah 0,239. Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa nilai r hitung pada
keenam butir pertanyaan untuk motif pembelian berkisar antara 0.4096
hingga 0.5578.
2. Pengujian Reliabilitas
Kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Semakin tinggi reliabilitas suatu alat ukur, maka semakin stabil pula alat
pengukur tersebut dalam mengukur suatu gejala. Sebaliknya, semakin
60
rendah relibilitas suatu alat pengukur, maka semakin tidak stabil alat
pengukur tersebut dalam mengukuar suatu gejala.
Pada pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap butir-butir
pertanyaan yang valid, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.11 Uji Reliabilitas
Item r hitung r tabel keterangan
1 0.7953 0.239 Reliabel
2 0.7953 0.239 Reliabel
3 0.7953 0.239 Reliabel
4 0.7953 0.239 Reliabel
5 0.7953 0.239 Reliabel
6 0.7953 0.239 Reliabel
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Untuk menguji reliabilitas dan mendapatkan hasil seperti pada
tabel 5.11, maka digunakan rumus Spearman Brown. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Pengujian Reliabilitas
rxx = 2 rxy 1+rxy
rxx = 2 (0,6601)
(1+0,6601)
= 0,7953
Karena nilai rxx (hitung) adalah 0,7953 sedangkan nilai r tabel pada taraf
signifikansi 5 % adalah 0,239, jadi nilai rxx (hitung) lebih besar daripada
61
nilai r tabel (0,7953 > 0,239), maka alat pengukur ini reliabel. (Hasil
perhitungan r hitung secara lengkap dapat dilihat melalui hasil olahan
dengan program SPSS pada Lampiran II).
C. Analisis Data
1. Analisis Persentase Motif Pembelian Konsumen
Dalam menjawab permasalahan yang pertama yaitu motif apa
saja yang menjadi alasan konsumen melakukan pembelian pakaian pada
masing-masing boutique digunakan Analisis Persentase, data motif
pembelian konsumen didapat dari hasil kuesioner bagian II, analisis
persentase dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara
responden yang memilih dari alternatif yang ada dengan responden
secara keseluruhan. Berikut ini adalah hasil dari analisis persentase
mengenai motif yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan
pembelian pakaian pada masing-masing boutique :
a.Persentase Motif Pembelian Pada “Mermaid” Boutique.
Pada “Mermaid” boutique motif primer yang menjadi alasan
para konsumen dalam melakukan pembelian pakaian. Ini diperoleh
dari jawaban sangat setuju dan setuju para responden boutique ini
untuk pertanyaan nomor 1 sampai nomor 3. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
62
Tabel 5.12 Persentase Motif Pembelian Pada “Mermaid” Boutique
Motif Pembelian Jumlah Responden Persentase
Primer 19 61%
Selektif 2 7%
Rasional 6 19%
Emosional 4 13%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa motif-motif
yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan pembelian
pakaian di Mermaid boutique 61% adalah motif pembelian
primer,19% adalah motif pembelian rasional, 13% adalah motif
pembelian emosional dan 7% adalah motif pembelian selektif.
b. Persentase Motif Pembelian Pada “Flip Flop” Boutique.
Pada “Flip Flop” boutique motif rasional yang menjadi alasan
para konsumen dalam melakukan pembelian pakaian. Ini diperoleh
dari jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju para responden
boutique ini untuk pertanyaan nomor 2 dan nomor 4 juga jawaban
sangat setuju dan setuju untuk pertanyaan nomor 6. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
63
Tabel 5.13 Persentase Motif Pembelian Pada “Flip Flop” Boutique
Motif Pembelian Jumlah Responden Persentase
Primer 9 29%
Selektif 5 16%
Rasional 14 45%
Emosional 3 10%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa motif-motif
yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan pembelian
pakaian di Flip Flop boutique 45% adalah motif pembelian rasional,
29% adalah motif pembelian primer, 16% adalah motif pembelian
selektif dan 10% adalah motif pembelian emosional.
c. Persentase Motif Pembelian Pada “Day Or Night” Boutique.
Pada “Day Or Night” boutique motif rasional yang menjadi
alasan para konsumen dalam melakukan pembelian pakaian. Ini
diperoleh dari jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju para
responden boutique ini untuk pertanyaan nomor 2 dan nomor 4 juga
jawaban sangat setuju dan setuju untuk pertanyaan nomor 6.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
64
Tabel 5.14 Persentase Motif Pembelian Pada Day Or Night Boutique
Motif Pembelian Jumlah Responden Persentase
Primer 12 32%
Selektif 8 21%
Rasional 13 34%
Emosional 5 13%
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa motif-motif
yang menjadi alasan konsumen dalam melakukan pembelian
pakaian di Day Or Night boutique 34% adalah motif pembelian
rasional, 32% adalah motif pembelian primer, 21% adalah motif
pembelian selektif dan 13% adalah motif pembelian emosional.
2. Analisis Prioritas Kepentingan
Analisis ini digunakan untuk menjawab permasalahan kedua,
yaitu motif apa yang paling penting bagi konsumen dalam membuat
keputusan pembelian di masing-masing boutique.
1. Urutan Kepentingan untuk “Mermaid” Boutique
Untuk menghitung urutan tingkat kepentingan konsumen
terhadap motif pembelian pada “Mermaid” boutique, digunakan
sistem perkalian dimana banyaknya responden yang memilih satu
motif dikalikan dengan urutan nomor kepentingan lalu
dijumlahkan, semakin rendah skor suatu motif, maka semakin
penting motif tersebut bagi konsumen.
65
Tabel 5.15 Jumlah Urutan Kepentingan
No Motif 1 2 3 4
1 Motif Primer 4 18 5 4
2 Motif Selektif 5 7 17 2
3 Motif Rasional 22 6 0 3
4 Motif Emosional 0 0 9 22
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Perhitungan urutan dari masing-masing motif pembelian adalah
sebagai berikut:
1. Motif Pembelian Primer:
(4×1) + (18 × 2) + (5 × 3) + (4 × 4 ) = 71
2. Motif pembelian selektif:
(5 × 1) + (7 × 2) + (17 × 3) + (2 × 4) = 78
3. Motif Pembelian Rasional:
(22 × 1) + (6 × 2)+ (3 × 4) = 46
4. Motif Pembelian Emosional:
(9 × 3) + (22 × 4) = 115
Adapun bobot dari motif-motif tersebut berdasarkan
tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut:
66
Tabel 5.16 Tabel Bobot Motif
Urutan Prioritas Tingkat Kepentingan Motif Bobot
1 Motif Rasional 40 %
2 Motif Selektif 30 %
3 Motif Primer 20 %
4 Motif Emosional 10 %
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Sedangkan motif yang paling penting bagi konsumen
“Mermaid” boutique sesuai dengan urutannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.17 Motif yang Paling Penting Mempengaruhi keputusan
pembelian Konsumen
Motif Urutan
Kepentingan
Bobot Hasil
Perkalian
Motif Rasional 1 40 % 46
Motif Selektif 2 30 % 71
Motif Primer 3 20 % 78
Motif Emosional 4 10 % 115
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Dari informasi diketahui bahwa motif yang paling
menentukan keputusan pembelian konsumen di boutique adalah
motif rasional, sedangkan motif yang kurang menentukan
keputusan pembelian konsumen adalah motif emosional.
2. Urutan Kepentingan untuk “Flip Flop” Boutique
Untuk menghitung urutan tingkat kepentingan konsumen
terhadap motif pembelian pada “Flip Flop” boutique, digunakan
67
sistem perkalian dimana banyaknya responden yang memilih satu
motif dikalikan dengan urutan nomor kepentingan lalu
dijumlahkan, semakin rendah skor suatu motif, maka semakin
penting motif tersebut bagi konsumen.
Tabel 5.18 Jumlah Urutan Kepentingan
No Motif 1 2 3 4
1 Motif Primer 10 16 0 5
2 Motif Selektif 5 3 23 0
3 Motif Rasional 16 12 3 0
4 Motif Emosional 0 0 5 26
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Perhitungan urutan dari masing-masing motif pembelian
adalah sebagai berikut:
1. Motif Pembelian Primer
(10×1) + (16 × 2) + (5 × 4 ) = 62
2. Motif Pembelian Selektif
(5 × 1) + (3 × 2) + (23 × 3) = 80
3. Motif Pembelian Rasional
(16 × 1) + (12 × 2)+ (3 × 3) = 49
4. Motif Pembelian Emosional
(5 × 3) + (26 × 4) = 11
Adapun bobot dari motif-motif tersebut berdasarkan tingkat
kepentingannya adalah sebagai berikut:
68
Tabel 5.19 Tabel Bobot Motif
Urutan Prioritas Tingkat Kepentingan Motif Bobot
1 Motif Rasional 40 %
2 Motif Primer 30 %
3 Motif Selektif 20 %
4 Motif Emosional 10 %
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Sedangkan motif yang paling penting bagi konsumen “Flip
Flop” boutique sesuai dengan urutannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.20 Motif yang Paling Penting Mempengaruhi keputusan
pembelian Konsumen
motif Urutan kepentingan bobot Hasil
perkalian
Motif Rasional 1 40 % 49
Motif Primer 2 30 % 62
Motif Selektif 3 20 % 80
Motif Emosional 4 10 % 119
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Dari informasi diketahui bahwa motif yang paling
menentukan keputusan pembelian konsumen di boutique adalah
motif rasional, sedangkan motif yang kurang menentukan
keputusan pembelian konsumen adalah motif emosional.
69
3. Urutan Kepentingan untuk “Day Or Night” Boutique
Untuk menghitung urutan tingkat kepentingan
konsumen terhadap motif pembelian pada “Day Or Night”
boutique, digunakan sistem perkalian dimana banyaknya
responden yang memilih satu motif dikalikan dengan urutan
nomor kepentingan lalu dijumlahkan, semakin rendah skor
suatu motif, maka semakin penting motif tersebut bagi
konsumen.
Tabel 5.21 Jumlah Urutan Kepentingan
No Motif 1 2 3 4
1 Motif Primer 14 2 22 0
2 Motif Selektif 22 1 15 0
3 Motif Rasional 0 26 1 11
4 Motif Emosional 2 9 0 27
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Perhitungan urutan dari masing-masing motif pembelian
adalah sebagai berikut:
1. Motif Pembelian Primer
(14×1) + (2 × 2) + (22 × 3) = 84
2. Motif Pembelian Selektif
(22 × 1) + (1 × 2) + (15 × 3) = 69
3. Motif Pembelian Rasional
(26 × 2)+ (1 × 3)+ (11 × 4) = 99
70
4. Motif Pembelian Emosional
(2×1)+(9 × 2) + (27 × 4) = 128
Adapun bobot dari motif-motif tersebut berdasarkan
tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.22 Tabel Bobot Motif
Urutan
Prioritas
Tingkat Kepentingan Motif Bobot
1 Motif Selektif 40 %
2 Motif Primer 30 %
3 Motif Rasional 20 %
4 Motif Emosional 10 %
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Sedangkan motif yang paling penting bagi konsumen
“Day Or Night” boutique sesuai dengan urutannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.23 Motif yang Paling Penting Mempengaruhi
keputusan pembelian Konsumen
Motif Urutan
kepentingan
bobot Hasil perkalian
Motif Selektif 1 40 % 69
Motif Primer 2 30 % 84
Motif Rasional 3 20 % 99
Motif Emosional 4 10 % 128
Sumber : Data primer yang sudah diolah
Dari informasi diketahui bahwa motif yang paling
menentukan keputusan pembelian konsumen di boutique
71
adalah motif rasional, sedangkan motif yang kurang
menentukan keputusan pembelian konsumen adalah motif
emosional.
D. Pembahasan
Dari hasil analisis data, maka penulis akan menyajikan
pembahasan tentang motif yang menjadi alasan dan yang paling penting
bagi konsumen dalam melakukan pembelian pakaian di boutique.
Dari responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
konsumen boutique berusia antara 20-25 tahun dan berprofesi sebagai
mahasiswi. Hal ini disebabkan karena wanita dalam umur 20-25 tahun
sangat memperhatikan penampilan agar dapat terlihat cantik dengan apa
yang mereka pakai. Tempat yang paling tepat bagi mereka untuk
memperoleh produk pakaian yang up to date adalah di boutique, karena di
tempat ini mereka dapat memperoleh apa yang mereka harapkan dari
penampilan mereka tanpa takut ada yang menyamai pakaian maupun
aksesoris yang mereka pakai. Sehingga mereka dapat lebih percaya diri
dengan apa yang mereka kenakan.
Dari hasil analisis untuk mermaid boutique diketahui bahwa motif
yang menjadi alasan bagi sebagian besar konsumen adalah motif primer,
yang artinya mereka membeli pakaian di boutique ini karena di tempat ini
mereka dapat memperoleh produk pakaian yang unik dan menarik, mereka
dapat memperoleh informasi mengenai produk-produk pakaian yang
72
terbaru dan mereka dapat menggunakan boutique ini sebagai ajang untuk
bertukar pikiran tentang penampilan. Hal ini dibuktikan dari jumlah
persentase motif primer di boutique ini sebesar 61%. Sedangkan untuk
“Flip Flop” dan “Day Or Night” boutique sebagian besar konsumen
memakai motif rasional sebagai alasan mereka dalam melakukan
pembelian pakaian di boutique tersebut, yang artinya para konsumen ini
melakukan pembelian produk pakaian pada boutique ini karena boutique
ini menyediakan produk pakaian yang berkualitas dengan harga yang yang
terjangkau bagi para konsumen sehingga mereka dapat lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk membeli pakaian lebih dari satu pasang
yang dapat mereka padu padankan satu sama lain. Hal ini dibuktikan dari
jumlah motif rasional untuk “Flip Flop” boutique sebesar 45% dan jumlah
motif rasional untuk “Day Or Night” boutique sebesar 34%.
Menurut urutan kepentingan pada “Mermaid” boutique dan “Flip
Flop” boutique motif rasional yang berada pada peringkat pertama, ini
berarti “Mermaid” boutique juga harus memperhatikan harga, kualitas dan
juga kepraktisan konsumen dalam melakukan pembelian. Untuk “Flip
Flop” Boutique ternyata sudah dapat memenuhi keinginan para
konsumennya ini dapat dilihat dari motif yang menjadi alasan konsumen
melakukan pembelian di boutique ini sudah sesuai dengan prioritas
kepentingan konsumen untuk boutique ini. Sedangkan untuk “Day Or
Night” boutique yang menempati urutan pertama adalah motif selektif, ini
73
berarti konsumen ingin agar nama dan status boutique dapat lebih
terdengar lagi dan agar produk yang dijual dapat lebih variatif.
Motif yang menempati urutan paling akhir pada masing-masing
boutique adalah motif emosional, yang artinya gengsi dan keinginan untuk
menyerupai orang lain ternyata tidak terlalu penting bagi konsumen dalam
melakukan pembelian pakaian.
Bila dilihat dari motif yang menjadi alasan konsumen dan yang
paling penting dalam melakukan pembelian dapat dilihat bahwa konsumen
dalam hal ini anak muda lebih memilih boutique sebagai tempat berbelanja
mereka karena di boutique mereka bisa mendapat produk yang bervariasi,
harga terjangkau, kualitas baik, selalu up to date dan sesuai dengan
karakter mereka. Di sisi lain bagi anak muda yang “suka berbelanja”
mereka menganggap belanja sebagai pengalaman menyenangkan
dibandingkan dengan kegiatan lainnya dan juga ada anak muda yang pergi
ke boutique untuk membeli sesuatu yang mereka butuhkan hanya sebagai
bentuk pemuasan dan kesenangan sementara. Dari semuanya itu dapat
dilihat bahwa setiap konsumen memiliki motif yang berbeda hal ini
disebabkan karena selera tiap konsumen pun berbeda dan dengan motif
yang mereka punya dalam diri mereka, mereka berharap agar apa yang
mereka inginkan terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan fashion
mereka dapat terpenuhi dengan mereka berbelanja di boutique.
Pihak boutique harus dapat menangkap dan dapat mewujudkan apa
yang menjadi keinginan konsumen dengan tetap menjadikan kaum muda
74
sebagai segmen pasar mereka. Oleh karena itu masing-masing boutique
pun harus mempunyai cara sendiri-sendiri untuk menarik pelanggan
mereka melalui produk-produk yang mereka jual. Yang secara tidak
langsung hal ini akan menjadi ciri khas tersendiri untuk masing-masing
boutique yang akan tertanam pada para konsumen mereka.
BAB VI
KESIMPULAN,SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis yang telah
dilaksanakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
a. Hasil analisis data menunjukkan bahwa motif primer merupakan
motif utama yang menjadi alasan konsumen untuk melakukan
pembelian pakaian di “Mermaid” boutique dimana jumlah
persentasenya paling tinggi diantara motif yang lain yaitu sebesar
61%. Sedangkan motif rasional merupakan motif utama yang
menjadi alasan konsumen untuk melakukan pembelian pakaian
baik di “Flip Flop” boutique maupun “Day Or Night” boutique
dengan masing-masing persentase sebesar 45% dan 34%.
b. Hasil analisis data menunjukkan bahwa motif rasional merupakan
motif yang paling penting bagi para konsumen untuk melakukan
pembelian di “Mermaid” boutique dan “Flip Flop” boutique, ini
dapat dilihat bahwa motif rasional menempati peringkat pertama,
sedangkan untuk “Day Or Night” boutique yang menempati urutan
pertama adalah motif selektif. Untuk peringkat kedua adalah motif
primer untuk “Flip Flop” boutique dan “Day Or Night” boutique
sedangkan untuk “Mermaid” boutique yang menempati peringkat
75
76
kedua adalah motif selektif. Dan untuk peringkat terakhir adalah motif
emosional untuk ketiga boutique.
B. Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat
memberikan saran kepada perusahaan guna mendukung kemajuan dan
perkembangan perusahaan. Adapun saran-saran yang dapat penulis
kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Saran untuk “Mermaid” boutique
a. Pemilik boutique harus memperhatikan apa yang menjadi
keinginan konsumen dalam hal ini boutique harus tetap
mempertahankan produk pakaian yang memiliki model-model
yang unik dan selalu up to date karena masalah selera inilah
yang akan membuat boutique berkembang. Namun pemilik
boutique harus tetap mengantisipasi selera konsumen karena
tiap konsumen memiliki selera yang berbeda-beda inilah yang
menjadi tantangan bagi pihak boutique agar terus menggali dan
mencari apa yang terbaik bagi konsumen dan juga boutique itu
sendiri.
2. Saran untuk “Flip Flop” boutique
a. Yang telah diberikan oleh pihak boutique sudah sejalan dengan
apa yang diinginkan oleh konsumen yaitu harga yang
terjangkau, kualitas yang baik serta kepraktisan dalam
77
pembayaran. Dengan mengetahui karakter dan keadaan
keuangan konsumen secara umum pihak boutique dapat
menjadikan konsumen sebagai segmen yang patut dilayani
dalam berbelanja sehingga konsumen pun dapat dengan rela
membelanjakan uangnya untuk produk yang disediakan di
boutique tersebut.
3. Saran untuk “Day Or Night” boutique
a. Agar boutique ini dapat lebih dikenal konsumen maka pihak
boutique harus terus melakukan promosi yang efektif sehingga
konsumen dapat mengetahui apa yang menjadi kelebihan dari
boutique ini, karena bukan hanya namanya saja yang menjadi
unggulan dari boutique ini melainkan harga dan produknya
juga diunggulkan.
4. Saran untuk ketiga boutique
a. Setelah dilihat dari masing-masing responden dari ketiga
boutique dapat diketahui bahwa motif yang menjadi alasan dan
motif yang mempunyai urutan tertinggi bagi konsumen dalam
melakukan pembelian pakaian di boutique adalah motif
rasional, yang artinya konsumen datang dan berbelanja di
boutique, karena di sini konsumen dapat memperoleh produk
pakaian yang memiliki harga terjangkau dengan kualitas yang
baik serta dapat lebih praktis dalam melakukan transaksi
pembayarannya. Oleh karena itu pihak boutique sebaiknya
78
dapat mengevaluasi harga secara rutin untuk setiap produknya
agar harga yang ditawarkan dapat terjangkau oleh konsumen
dan dapat sesuai dengan kualitas produknya. Karena dengan
memberikan apa yang menjadi keinginan konsumen maka
konsumen pun tidak akan pernah enggan untuk datang kembali
dan melakukan pembelian di boutique.
C. Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyadari adanya
berbagai kelemahan dan keterbatasan yang penulis hadapi yaitu:
1. Responden sebagai sumber data utama memiliki kemungkinan
untuk membuat kesalahan dalam mengisi kuesioner dikarenakan
kurang memahami pertanyaan kuesioner dan kurang konsentrasi
pada saat pengisian, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
signifikansi dan kualitas jawaban kuesioner.
2. Keterbatasan jumlah responden sehingga penulis hanya mengambil
100 responden untuk dijadikan sampel. Karena penelitian ini studi
kasus, maka hanya dapat digunakan untuk daerah atau subyek yang
bersangkutan.
3. Keterbatasan informasi dan pengetahuan dari penulis yang
berpengaruh terhadap kesempurnaan dari karya tulis ini.
79
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sutrisno. Analisis Butir untuk instrumen Angka, Tes, Skala Nilai. (1991). Yogyakarta: Andi Offset.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. (Jilid 1). (2002). Jakarta : Prenhallindo. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. (Jilid 2). (2002). Jakarta : Prenhallindo. Kotler, Philip, dan A.B Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. (2001)
Jakarta: Salemba Empat. Mowen, John C. Consumer Behavior. (1987). New York: Macmillan Publishing
Company. Nugroho. J .Setiadi. Perilaku Konsumen. (2003). Jakarta : Kencana. Pedoman Penulisan Skripsi. (2004). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Stanton, William J. Prinsip Pemasaran. (1995). Jakarta : Erlangga. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (2002). Bandung : CV. Alfabeta. Swastha, Basu. Azas-Azas Marketing. (1984) Yogyakarta : Liberty. Swastha, Basu, dan Hani handoko. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku
Konsumen. (Edisi 1)(Cetakan Ketiga). (2000). Yogyakarta: BPFE. Umar, Husein. Metode Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. (1999) Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama. Utari, Diah. Diktat Metodologi Penelitian. (2005) Yogyakarta. Universitas Sanata
Dharma. (Tidak Dipublikasikan). Verawati, T arulian Y. Analisis Motif Konsumen Dalam Melakukan Pembelian
Ulang Produk Oriflame. (2005) Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Winardi. Marketing dan Perilaku Konsumen. (Cetakan Pertama). (1991). Mandar
Madju
80
PEDOMAN / DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
1. Kapan boutique ini mulai didirikan, dan siapa pendirinya?
2. Darimanakah modal yang diperoleh pada saat pendirian boutique?
3. Darimanakah saja modal yang diperoleh untuk memperlancar kegiatan
operasional usaha boutique ini sehari-hari?
4. Bagaimana perkembangan usaha boutique ini dari awal berdiri sampai
sekarang?
5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari pihak boutique?
B Struktur Organisasi
1. Bagaimana struktur organisasi pada boutique ini?
2. Tugas apakah yang dilakukan dari masing-masing bagian?
C. Personalia Perusahaan
1. Bagaimana cara perusahaan memperoleh tenaga kerja?
2. Berapa jumlah karyawan yang ada dari usaha ini?
3. Bagaimana pengaturan sistem kerja bagian karyawan?
4. Bagaimana sistem pengupahan/ kompensasi karyawan?
5. Bagaimana penempatan tenaga kerja?
6. Bagaimana pengaturan libur bagi karyawan?
81
D. Pemasaran
1. Siapa yang menjadi target pasar / konsumen dari perusahaan ini?
2. Bagaimana dengan saluran distribusi? Apa alasan / pertimbangan pemilihan
lokasi perusahaan?
3. Bagaiaman boutique ini memasarkan produknya?
4. Bagaimana usaha boutique ini mengatasi persaingan dan mempertahankan
pelanggannya?
5. Jenis produk apa saja yang dipasarkan oleh boutique ini?
6. Langkah apa sajakah yang dilakukan oleh pihak boutique untuk
meningkatkan penjualan? Apakah boutique ini melakukan promosi
penjualan terhadap produk-produk yang dimiliki?
7. Dalam menentukan harga suatu produk, hal-hal apa sajakah yang perlu
dipertimbangkan?
E. Aspek Produksi
1. Bahan baku berasal dari mana?
2. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku?
3. Misalnya stok lama belum laku terjual, bagaimana perusahaan
mensiasatinya? Jika dijual, apakah diberi diskon terhadap tiap produk
tersebut?
82
Yogyakarta, 1- Oktober - 2006
Kepada
Yth. Bapak / Ibu / Saudara / i
Konsumen “Mermaid” Boutique
Di Jalan Gejayan, Yogyakarta
Dengan ini saya sampaikan bahwa saya adalah salah mahasiswa Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
sedang melaksanakan penelitian dalam rangka untuk menyusun skripsi dengan
judul “Analisis Motif Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Pakaian di
Boutique”. Studi kasus pada “Mermaid “ boutique, “Flip Flop” boutique dan
“Day or Night” boutique yang berada di Jalan Gejayan Yogyakarta.
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak / Ibu / Saudara / i
berkenan menjadi responden penelitian ini, dengan memberikan bantuan dan
meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner ini.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i dalam pengisian
kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.
Mengetahui Hormat Saya,
Pimpinan “Mermaid” Boutique Peneliti,
Dewi Yulita Eny Widiastuti
83
Yogyakarta, 1- Oktober - 2006
Kepada
Yth. Bapak / Ibu / Saudara / i
Konsumen “Flip Flop” Boutique
Di Jalan Gejayan, Yogyakarta
Dengan ini saya sampaikan bahwa saya adalah mahasiswa Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
sedang melaksanakan penelitian dalam rangka untuk menyusun skripsi dengan
judul “Analisis Motif Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Pakaian di
Boutique”. Studi kasus pada “Mermaid “ boutique, “Flip Flop” boutique dan
“Day or Night” boutique yang berada di Jalan Gejayan Yogyakarta.
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak / Ibu / Saudara / i
berkenan menjadi responden penelitian ini, dengan memberikan bantuan dan
meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner ini.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i dalam pengisian
kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.
Mengetahui Hormat Saya,
Pimpinan “Flip Flop” Boutique Peneliti,
Santos Yulita Eny Widiastuti
84
Yogyakarta, 1- Oktober - 2006
Kepada
Yth. Bapak / Ibu / Saudara / i
Konsumen “Day Or Night” Boutique
Di Jalan Gejayan, Yogyakarta
Dengan ini saya sampaikan bahwa saya adalah mahasiswa Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
sedang melaksanakan penelitian dalam rangka untuk menyusun skripsi dengan
judul “Analisis Motif Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Pakaian di
Boutique”. Studi kasus pada “Mermaid “ boutique, “Flip Flop” boutique dan
“Day or Night” boutique yang berada di Jalan Gejayan Yogyakarta.
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak / Ibu / Saudara / i
berkenan menjadi responden penelitian ini, dengan memberikan bantuan dan
meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner ini.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i dalam pengisian
kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.
Mengetahui Hormat Saya,
Pimpinan “Day Or Night” Boutique Peneliti,
Vivit Yulita Eny Widiastuti
85
PERTANYAAN KUESIONER
I. DATA DIRI RESPONDEN
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda, dengan memberikan tanda
silang (x) di depan jawaban yang anda pilih
1. Nama (jika Anda tidak keberatan) :_____________________________
2. Usia :
a. 15 – 20 tahun
b. 21 – 25 tahun
c. 26 – 30 tahun
3. Status/ Pekerjaan :
a. Pelajar
b. Mahasiswi
c. Karyawati
4. Rata-rata pendapatan/ uang saku yang diperoleh dalam sebulan :
a. >Rp 500.000
b. Rp 500.000 – 900.000
c. >Rp 900.000
86
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada kolom SS, S, TS,
atau STS
Diberikan alternatif jawaban berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Menurut yang Anda ketahui pada saat membuat keputusan
untuk melakukan pembelian di boutique ini
SS S TS STS
1. Kesenangan akan produk pakaian yang unik lebih
mendorong Anda untuk melakukan pembelian
dibanding dengan nama dari boutique ini.
2. Rasa ingin tahu akan produk pakaian terbaru yang
sedang in saat ini lebih mendorong Anda untuk
melakukan pembelian dibanding dengan kualitas
produk pakaian yang tersedia di boutique ini.
3. Rasa ingin untuk beraffiliasi dengan orang lain
misalnya saling bertukar pendapat tentang model
pakaian terbaru dengan sesama konsumen boutique
lebih mendorong Anda melakukan pembelian di
boutique ini dibanding dengan rasa ingin menyerupai
orang lain.
87
4. Status boutique ini yang sudah terkenal lebih
mendorong Anda untuk melakukan pembelian
dibanding dengan harga yang terjangkau untuk setiap
produk yang ada di boutique ini.
5. Produk pakaian yang bervariasi (model, corak dan
warna) lebih mendorong Anda untuk melakukan
pembelian dibanding dengan jumlah yang terbatas dari
setiap produk yang ada di boutique ini.
6. Kepraktisan ( tidak perlu repot dan antri panjang) dalam
melakukan transaksi pembayaran lebih mendorong
Anda untuk melakukan pembelian di boutique ini
dibanding dengan keinginan untuk menaikan prestige
(gengsi).
88
III. Urutkanlah macam-macam motif di bawah ini sesuai dengan motif yang
menurut Anda sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
Motif terpenting mohon diberi skor 1 dan seterusnya secara berurutan sampai
dengan yang relatif kurang penting diberi skor 4.
Macam-macam motif Urutan Kepentingan
1. Kesenangan, Rasa ingin tahu, Berafiliasi dengan orang lain
2. Nama boutique, Status boutique, Variasi produk
3. Kualitas produk, Harga, Kepraktisan
4. Menyerupai orang lain, Ketersediaan produk, Prestige (gengsi)
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99