ANALISIS KOMPOSISI DAN SIFAT FISIKA GAS BUMI...

103
ANALISIS KOMPOSISI DAN SIFAT FISIKA GAS BUMI MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS Laporan Praktik Kerja Lapangan Diajukan Sebagai Tugas Akhir Pendidikan Program Diploma 3 Kimia Terapan Disusun Oleh : ENDRIKA ANDINI T. 2304310442 PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA TERAPAN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2007 Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

Transcript of ANALISIS KOMPOSISI DAN SIFAT FISIKA GAS BUMI...

  • ANALISIS KOMPOSISI DAN SIFAT FISIKA GAS BUMI

    MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS

    Laporan Praktik Kerja Lapangan Diajukan Sebagai Tugas Akhir

    Pendidikan Program Diploma 3 Kimia Terapan

    Disusun Oleh :

    ENDRIKA ANDINI T.

    2304310442

    PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA TERAPAN

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2007

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    ANALISIS KOMPOSISI DAN SIFAT FISIKA GAS BUMI

    MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS

    Laporan Praktik Kerja Lapangan Diajukan Sebagai Tugas Akhir

    Pendidikan Program Diploma 3 Kimia Terapan

    Disusun Oleh :

    ENDRIKA ANDINI T.

    2304310442

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Nanang Hermawan, S.T. Ir. Hedi Surahman, M.Si.

    KPRT Teknogas

    PPPTMGB “Lemigas”

    Departemen Kimia

    FMIPA UI

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penulisan laporan Praktik Kerja

    Lapangan yang berjudul Analisis Komposisi dan Sifat Fisika Gas Bumi

    Menggunakan Alat Kromatografi Gas ini. Teriring pula penulis panjatkan

    shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat

    dan pengikut-Nya.

    Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai syarat untuk

    menyelesaikan program studi Diploma 3 Kimia Terapan, Departemen Kimia,

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

    Kegiatan PKL ini dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

    Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” yang berlokasi di Cipulir, Jakarta Selatan.

    Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kepada:

    1. Ibu Dra. Susilowati Hadi Susilo, M.Sc., selaku Ketua Program DIII Kimia

    Terapan FMIPA UI.

    2. Bapak Nanang Hermawan, S.T., selaku pembimbing I yang telah banyak

    memberikan bimbingan dan penjelasan kepada penulis selama kegiatan PKL.

    3. Bapak Ir. Hedi Surahman, M.Si., selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis guna terselesaikannya

    laporan PKL ini.

    4. Bapak Gumelar yang telah banyak membantu penulis selama melakukan

    kegiatan PKL.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • iv

    5. Bapak Ismunaryo Moenandar, M.Phil. dan Ibu Ir. Widyastuti Samadi, M.Si.,

    selaku dosen wali penulis selama di Kimia Terapan atas bantuan dan

    kesabarannya dalam menghadapi penulis selama ini.

    6. Bapak Abdul Haris , selaku Kepala Bioteknologi PPPTMGB “Lemigas” atas

    bantuannya sehingga penulis dapat melakukan kegiatan PKL di Lemigas.

    7. Mehyek, Pandut, dan Joe atas doa yang tak putus, cinta, semangat, dan

    dukungannya baik moral maupun materil.

    8. Yongyek, P’de Rudi, De’Lien, Yangtie, Barry, dan Oenix atas doa, hiburan,

    dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

    9. Para role models penulis, Chez, Brad, Mike, Rob, Joe, Dave, Orlando dan Serj

    atas inspirasi dan spiritnya selama ini.

    10. Sahabat penulis, Octavia da Chairman of Double Helixes dan semua anggota

    da Double Helixes yang telah menjadi sebagian dari anugerah terindah bagi

    penulis.

    11. The Fellowship of da FreakZ, Aggy, Josc, dan Roma yang selalu memberikan

    semangat, tawa dan masukkan-masukkan berharga kepada penulis.

    12. The Ourz, Diekz, Anggie, Ferry, dan Edilberd, yang telah memberi makna

    pada persahabatan dan kesetiaan dalam suka maupun duka selama 3 tahun

    terakhir ini, serta Qa Debby atas bantuannya selama ini pada penulis.

    13. Teman seperjuangan penulis, Revand yang baik dan Hadi yang walaupun

    sedikit menyebalkan tetapi tetap setia menemani penulis selama kegiatan PKL

    serta banyak memberikan masukan-masukan pada penulis selama proses

    penulisan laporan ini.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • v

    14. Rekan-rekan Kimia Terapan khususnya angkatan 2004 yang telah mengisi

    keseharian penulis.

    15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam laporan PKL yang telah

    dibuat, karena sebagaimana layaknya manusia biasa penulis pun tidak luput dari

    kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan baik

    sebagai pedoman untuk lebih baik di lain waktu.

    Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga melalui laporan

    PKL ini para pembaca dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang berkenaan

    dengan metode analisis serta penentuan sifat fisika gas bumi menggunakan

    kromatografi gas.

    Depok, Juni 2007

    Penulis

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • vi

    ABSTRAK

    PROGRAM D3 KIMIA TERAPAN

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2007

    Endrika Andini T. (2304310442)

    Analisis Komposisi dan Sifat Fisika Gas Bumi Menggunakan Alat

    Kromatografi Gas

    (xiii + 90 halaman, tabel, gambar, dan lampiran)

    Gas bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon dan senyawa non

    hidrokarbon dalam fasa gas, dengan komposisi utamanya adalah metana (CH4),

    etana (C2H6) dan sejumlah kecil gas hidrokarbon lain. Di samping alkana,

    komponen-komponen yang terkandung dalam gas bumi, antara lain adalah air

    (H2O), H2, CO2, N2 dan lainnya. Dengan demikian, komposisi gas bumi adalah

    sangat bervariasi, tergantung dari sumber dan tempat dari gas bumi tersebut

    diperoleh.

    Sebagai upaya meningkatkan nilai dan potensi gas bumi sebagai sumber

    daya alam yang tidak dapat diperbaharui, diperlukan untuk melakukan

    inventarisasi dan pembaharuan data gas bumi Indonesia melalui kegiatan Evaluasi

    Mutu Gas Bumi (EMGB). Evaluasi mutu gas bumi merupakan suatu evaluasi

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • vii

    terhadap karakteristik gas bumi di Indonesia, dengan cara melakukan analisis di

    laboratorium dan di lapangan menggunakan standar analisis yang telah ditetapkan.

    Secara teknis, evaluasi mutu gas bumi dilakukan dengan tahapan yang meliputi

    kegiatan penentuan titik sampling, pengambilan sampel, analisis di lapangan dan

    di laboratorium.

    Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk mempelajari mengenai

    penetapan komposisi gas bumi menggunakan alat kromatografi gas dengan

    metoda GPA Standard 2261 dan perhitungan sifat-sifat fisika gas bumi

    berdasarkan komposisinya dengan menggunakan metoda GPA Standard 2172.

    Melalui analisis komposisi, berbagai sifat-sifat fisika dan kimia gas bumi dapat

    diketahui atau ditentukan nilainya seperti komposisi hidrokarbon, kontaminan,

    relative density, faktor kompresibilitas, nilai kalor, dan lainnya.

    Berdasarkan hasil analisis komposisi serta perhitungan beberapa sifat

    fisika gas bumi, diperoleh data bahwa sampel-sampel yang dianalisis tersebut

    mengandung senyawa hidrokarbon C1-C5, kecuali sampel ADT yang hanya

    mengandung metana serta DCV yang hanya mengandung metana dan propana.

    Data analisis juga menunjukkan terdapat kandungan dari kondensat hidrokarbon

    dalam gas bumi, dimana menurut spesifikasi GPA, kondensat hidrokarbon harus

    dikendalikan dan dibatasi hanya 0.003% mol. Melalui hasil analisis terlihat bahwa

    hampir semua sampel memiliki kondensat dengan kandungan isopentana plus

    diatas 0.003% mol, kecuali untuk sampel DCV yang tidak memiliki kandungan

    isopentana plus sama sekali. Kandungan isopentana plus yang tinggi dapat

    mengidentifikasikan tidak efisiennya sistem pemisahan yang digunakan oleh

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • viii

    perusahaan produsen gas bumi. Di samping itu, hampir semua sampel

    mengandung kontaminan, yaitu: O2, N2, dan CO2 yang dapat menurunkan mutu

    gas bumi.

    Sampel-sampel yang dianalisis memiliki gross heating value, relative

    density, dan compressibility factor yang beragam, dimana sampel PMD memiliki

    gross heating value tertinggi dengan nilai 1084.79666 Btu/ft3, sedangkan sampel

    PNC memiliki gross heating value terendah dengan nilai 897.46496 Btu/ft3. Pada

    perhitungan relative density , sampel PNC memiliki kerapatan relatif yang paling

    tinggi yaitu sebesar 0.73787 lb/ft3, sedangkan sampel DCV memiliki kerapatan

    relatif yang paling rendah yaitu sebesar 0.58686 lb/ft3. Berdasarkan perhitungan

    pula, diketahui bahwa semua sampel yang dianalisis memiliki compressibility

    factor atau faktor kompresibilitas yang mendekati sempurna, dengan Z < 1.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR JUDUL ............................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

    ABSTRAK........................................................................................................ vi

    DAFTAR ISI..................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1

    I.1 Latar Belakang....................................................................... 1

    I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ............................................. 3

    I.3 Batasan Masalah.................................................................... 4

    I.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan............................................ 4

    BAB II. INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN.............. 5

    II.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan .............................................. 5

    II.2 Visi dan Misi Perusahaan....................................................... 8

    II.3 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................. 8

    II.4 Sarana dan Fasilitas Perusahaan............................................ 9

    II.5 Struktur Organisasi Teknogas................................................ 14

    BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN.................... 15

    III.1 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan.............................. 15

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • x

    III.2 Latar Belakang Teori ............................................................. 15

    III.2.1 Komposisi Gas Bumi ................................................. 15

    III.2.2 Sifat-Sifat Fisika Gas Bumi ....................................... 19

    III.2.3 Gas Processors Association (GPA)........................... 23

    III.2.4 Pengambilan Sampel Gas Bumi................................. 24

    III.2.5 Analisis Komposisi Gas Bumi Menggunakan

    Kromatografi Gas....................................................... 32

    III.2.6 Perhitungan Sifat-Sifat Fisika Gas Bumi Berdasarkan

    Analisis Komposisi.................................................... 54

    III.3 Prosedur Kerja ........................................................................ 56

    III.3.1 Alat dan Bahan........................................................... 56

    III.3.2 Metoda Percobaan...................................................... 57

    III.3.3 Cara Kerja .................................................................. 57

    III.4 Hasil dan Pembahasan........................................................... 60

    III.4.1 Analisis Komposis i Gas Bumi................................... 60

    III.4.2 Perhitungan Sifat-Sifat Fisika Gas Bumi................... 64

    III.5 Kesimpulan ........................................................................... 68

    BAB IV. PENUTUP....................................................................................... 69

    IV.1 Hasil Praktik Kerja Lapangan................................................ 69

    IV.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan........................................... 69

    IV.3 Saran....................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 72

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Komposisi gas bumi yang umum ditemui .................................................. 16

    2. Komposisi hidrokarbon gas bumi yang umum ditemui .............................. 18

    3. Jumlah sampel m inimum yang dibutuhkan untuk analisis laboratorium... . 28

    4. Banyaknya pembilasan yang diperlukan untuk pengambilan sampel

    berdasarkan metoda purging fill and empty................................................ 29

    5. Kelebihan dan kekurangan kromatografi gas .............................................. 35

    6. Konfigurasi kolom untuk HP/AC natural gas analyzer ............................. 36

    7. Rentang konsentrasi komponen-komponen gas bumi................................ 37

    8. Perbandingan TCD dan FID ....................................................................... 51

    9. Hasil analisis komposisi hidrokarbon gas bumi.......................................... 60

    10. Hasil perhitungan sifat-sifat fisika gas bumi .............................................. 64

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”............................................ 9

    2. Struktur Organisasi TEKNOGAS............................................................... 14

    3. Susunan peralatan sampling gas yang umum digunakan............................ 24

    4. Susunan peralatan sampling gas metoda purging fill and empty................ 27

    5. Kontainer sampel........................................................................................ 28

    6. Pipa transfer sampel.................................................................................... 29

    7. a.Separator pengambilan sampel gas tipe A ............................................... 30

    b.Separator pengambilan sampel gas tipe B ............................................... 30

    8. HP/AC NGA 6890 series ............................................................................ 32

    9. Susunan peralatan kromatografi gas sederhana .......................................... 34

    10. Diagram alir untuk metoda GPA standard 2261 dengan tiga valve............ 36

    11. Flowmeter gelembung sabun untuk mengukur arus outlet ......................... 39

    12. Tempat pemanasan sampel......................................................................... 42

    13. Thermal Conductivity Detector................................................................... 48

    14. Sirkuit jembatan Wheatstone sederhana untuk TCD .................................. 48

    15. a. Flame Ionization Detector....................................................................... 50

    b.Skema sirkuit dari FID ............................................................................. 50

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Hasil Analisis Komposisi Gas Bumi........................................................... 74

    2. Sifat Komponen-Komponen Gas Bumi Pada 60°F dan 14.696 psia .......... 88

    3. Contoh Perhitungan Sifat-Sifat Fisika Gas Bumi ....................................... 89

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Penggunaan sumber daya alam minyak dan gas (migas), sejak dahulu tidak

    dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut karena peranan migas

    menjadi sangat signifikan dalam pemanfaatanya sebagai bahan bakar dalam

    industri maupun rumah tangga. Selain itu, minyak dan gas bumi juga dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk proses produksi. Beberapa industri yang

    biasa menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar antara lain ialah industri

    semen, baja, keramik, kilang dan pembangkit listrik, sedangkan industri yang

    menggunakan gas bumi sebagai bahan baku proses produksi ialah industri

    petrokimia seperti industri olefin (etilen dan propilen) dan industri pupuk (urea).

    (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    Pada dasarnya, gas bumi yang keluar dari sumur gas masih mengandung

    bahan-bahan pengotor yang tidak diinginkan, karena dapat mengganggu baik pada

    saat melakukan proses transportasi maupun pada saat pemanfaatannya. Oleh

    karena itu, gas bumi yang didistribusikan pada masyarakat (konsumen) haruslah

    memenuhi persyaratan atau batasan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

    khususnya mengenai batasan atau toleransi kandungan bahan-bahan pengotor

    yang terdapat dalam gas bumi tersebut. Untuk memenuhi atau menjaga kualitas

    gas bumi, maka karakteristik gas bumi di Indonesia penting untuk diketahui

    secara komprehensif baik oleh produsen, konsumen maupun penentu kebijakan di

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 2

    bidang industri gas bumi, sehingga akan memperoleh produk gas bumi yang

    berkualitas dan memenuhi standar keselamatan dalam penggunaannya dan

    lingkungan.

    Hingga saat ini, telah ditemukan banyak sumber baik yang sudah

    berproduksi maupun yang masih dalam tahap pengembangan. Sehingga demi

    meningkatnya nilai dan potensi gas bumi sebagai sumber daya alam yang tidak

    dapat diperbaharui, dipandang perlu untuk melakukan inventarisasi dan

    pembaharuan data gas bumi Indonesia melalui kegiatan Evaluasi Mutu Gas Bumi

    (EMGB). Evaluasi mutu gas bumi merupakan suatu evaluasi terhadap

    karakteristik gas bumi di Indonesia, dengan cara melakukan analisis di

    laboratorium dan di lapangan menggunakan standar analisis yang telah ditetapkan.

    (PPPTMGB “Lemigas”, 2005). Secara teknis, evaluasi mutu gas bumi dilakukan

    dengan tahapan yang meliputi kegiatan penentuan titik sampling, pengambilan

    sampel, analisis di lapangan dan di laboratorium.

    Sehubungan dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

    dapat diketahui bahwa perkembangan teknologi yang tidak hanya pada industri

    migas tersebut terus berkembang dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas

    sehingga dalam praktiknya para pekerja teknologi harus terus melakukan hal-hal

    yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Sebagai upaya untuk

    mendukung proses tersebut, maka Departemen Kimia FMIPA Universitas

    Indonesia terus berusaha meningkatkan kualitas lulusannya untuk bersaing, tidak

    hanya pada skala nasional melainkan juga pada skala Internasional. Salah satu

    cara untuk mencapai maksud tersebut ialah dengan mewajibkan setiap mahasiswa

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 3

    Program D3 Kimia Terapan untuk melaksanakan praktik kerja lapangan sebagai

    salah satu syarat kelulusan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan

    kesempatan bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan berbagai macam

    pengalaman yang selalu mengikuti dan tanggap terhadap segala perkembangan

    serta perubahan yang terjadi di dunia industri saat ini. Dalam pelaksanaan

    PKL mahasiswa diharapkan dapat memberikan kontribusi pada instansi dimana

    mahasiswa tersebut bekerja, sehingga dapat menjadi lulusan terampil serta

    berkualitas yang siap terjun ke dalam dunia kerja.

    Untuk memenuhi baik tuntutan perkembangan zaman maupun syarat

    kelulusan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan

    melakukan PKL yang bertujuan untuk mempelajari secara teknis mengenai

    evaluasi mutu gas bumi di dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan yang

    berjudul “Analisis Komposisi dan Sifat Fisika Gas Bumi Menggunakan Alat

    Kromatografi Gas”.

    I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

    Praktik kerja lapangan (PKL) bertujuan untuk menerapkan pengetahuan

    yang diperoleh mahasiswa selama kegiatan perkuliahan ke dalam praktik (industri

    kerja nyata). Dimana sesuai dengan judul laporan praktik kerja lapangan yang

    dikerjakan oleh penulis, maka penyusunan laporan PKL ini bertujuan untuk

    mengetahui:

    1. Metoda pengambilan sampel gas bumi.

    2. Prosedur analisis komposisi gas bumi menggunakan alat kromatografi gas.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 4

    3. Perhitungan sifat-sifat fisika gas bumi berdasarkan komposisinya.

    I.3 Batasan Masalah

    Aspek yang dibahas berdasarkan tujuan dari penulisan laporan praktik

    kerja lapangan ini, yaitu dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

    1. Mengkaji metoda pengambilan sampel gas bumi yang paling umum

    digunakan.

    2. Mempelajari teknik analisis komposisi gas bumi menggunakan alat

    kromatografi gas.

    3. Mempelajari cara perhitungan sifat-sifat fisika gas bumi berdasarkan

    komposisinya.

    I.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan

    Pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL) dilakukan pada Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” yang berlokasi

    di Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir-Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tepatnya

    pada Laboratorium Gas Kromatografi−KPRT Teknogas.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • BAB II

    INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    II.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    (PPPTMGB “LEMIGAS”) terletak di Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir-

    Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Perusahaan ini berada di bawah Badan

    Penelitian dan Pengembangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

    Pada awalnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas

    Bumi dinamakan sebagai Lembaga Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” yang

    didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/MIGAS/65 tanggal

    11 Juni 1965 dan Surat Keputusan Menteri MIGAS Nomor 208a/M/MIGAS/65

    dengan 3 tugas pokok yang meliputi riset, pendidikan dan pelatihan, serta

    dokumentasi dan publikasi di bidang perminyakan.

    Berdirinya lembaga minyak dan gas bumi “LEMIGAS” dilatarbelakangi

    oleh karena hampir semua pengetahuan, data dan tenaga ahli di bidang

    perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing,

    sedangkan lapangan maupun cadangan minyak dan gas bumi merupakan milik

    negara. Oleh karena pemerintah menyadari bahwa kebutuhan minyak dan gas

    bumi akan berkembang dengan pesat, maka hal ini perlu disikapi dan diiringi

    dengan kemajuan kemampuan teknis ilmiah serta teknologi agar minyak dan gas

    bumi dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara secara

    tepat guna.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 6

    Seiring dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia,

    para pendiri lembaga minyak dan gas bumi telah mempelajari kebutuhan suatu

    lembaga dari pihak-pihak luar yang melakukan penelitian dan pengembangan di

    bidang minyak dan gas bumi untuk disesuaikan dan diterapkan. Maka,

    berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal

    26 Desember 1977 yang kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri

    Pertambangan dan Energi Nomor 1092 Tahun 1984, tanggal 5 November 1984,

    lembaga minyak dan gas bumi “LEMIGAS” berubah nama menjadi PPPTMGB

    “LEMIGAS”.

    Selanjutnya, untuk menyikapi perkembangan industri migas nasional,

    Menteri Pertambangan dan Energi menetapkan Surat Keputusan Nomor 1748

    Tahun 1992, tanggal 31 Desember 1992, yang menyatakan PPPTMGB

    “LEMIGAS” mempunyai tugas pokok melakukan penelitian dan pengembangan,

    dokumentasi ilmiah serta pelayanan jasa teknologi di bidang minyak dan gas

    bumi, serta pengusahaan panas bumi yang berada di bawah Direktorat Jenderal

    Minyak dan Gas Bumi, dengan lingkup teknologi eksplorasi, teknologi

    eksploitasi, teknologi proses, teknologi aplikasi, serta sistem dan informasi.

    Saat ini, PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai dasar hukum berdasarkan

    Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tahun 2001,

    tanggal 2 Maret 2001 dan Nomor 1915 Tahun 2001, tanggal 23 Juli 2001 tentang

    organisasi dan tata kerja departemen energi dan sumber daya mineral serta Surat

    Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Nomor

    361.K/12.00/BLB 2002 tanggal 3 April 2002 tentang tugas pokok dan fungsi

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 7

    koordinator kelompok PPPTMGB “LEMIGAS”, yang menyatakan PPPTMGB

    “LEMIGAS” dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang bertanggung jawab

    kepada Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM yang terdiri dari:

    1. Bagian Tata Usaha

    2. Bidang Program dan Afiliasi

    3. Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu

    4. Kelompok Program Riset Teknologi Eksplorasi

    5. Kelompok Program Riset Teknologi Eksploitasi

    6. Kelompok Program Riset Teknologi Proses

    7. Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi Produk

    8. Kelompok Program Riset Teknologi Gas

    Sebagai bentuk penunjang untuk diterapkannya sistem manajemen mutu,

    maka Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas

    Bumi menetapkan Surat Keputusan Nomor 21.K/12/BLM/2003 mengenai struktur

    organisasi, tugas pokok dan fungsi manajemen mutu Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berdasarkan SNI

    19–9001– 2001. Tugas dan tanggung jawab jabatan yang melingkupi organisasi

    tersebut tertuang dalam DPM 01–1, sedangkan untuk memenuhi persyaratan

    kompetensi teknis laboratorium pengujian dan kalibrasi sesuai dengan SNI 19 –

    17025 – 2000 pada laboratorium yang dimiliki, Kepala Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi menetapkan Surat Keputusan

    tersendiri.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 8

    II.2 Visi dan Misi Perusahaan

    Visi:

    Menjadi lembaga litbang migas yang unggul, profesional, bertaraf internasional

    dan mandiri.

    Misi:

    ¬ Mengembangkan teknologi baru

    ¬ Memecahkan problem industri minyak dan gas bumi

    ¬ Memberikan masukan pada pemerintah.

    II.3 Struktur Organisasi Perusahaan

    Berdasarkan SK. Menteri ESDM No.1915 Tahun 2001 dan SK Ka.

    Balitbang ESDM No.361.K/12.00/BLB/2002 dan SK Ka. PPPTMGB

    “LEMIGAS” No.21.K/12/BLM/2003, Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” memiliki struktur organisasi,

    sebagai berikut :

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 9

    Gambar 1. Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”.

    (PPPTMGB “LEMIGAS”, 2007)

    II.4 Sarana dan Fasilitas Perusahaan

    PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki beberapa sarana dan fasilitas

    perusahaan yang antara lain berupa:

    Ø Bangunan Kantor

    Ø Fasilitas administrasi perkantoran

    Ø Kendaraan dinas

    Ø Sarana olah raga

    Ø Jasa

    Layanan Jasa merupakan sarana pendukung untuk meningkatkan kualitas

    SDM LEMIGAS. Dengan interaksi yang erat dengan industri, SDM LEMIGAS

    memahami betul permasalahan maupun arah perkembangan industri migas baik

    disisi hulu, hilir, maupun komponen pendukung industri migas seperti semen,

    pipa, dan bahan/peralatan yang diperlukan.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 10

    Hal lain yang mendorong LEMIGAS perlu melakukan layanan jasa ialah

    karena tingginya biaya perawatan peralatan laboratorium dan sarana pendukung

    lainnya, serta perlunya LEMIGAS melakukan investasi teknologi dalam rangka

    mendukung Litbang yang dilakukan.

    Layanan jasa yang tersedia dapat dikategorikan dalam kelompok sebagai

    berikut:

    1) kelompok layanan jasa studi

    2) laboratorium

    3) tenaga ahli, dan

    4) penyewaan alat

    Ø Laboratorium

    LEMIGAS memiliki lebih dari 60 laboratorium untuk menunjang penelitian

    dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi di sektor hulu maupun hilir

    sebagai wujud peran serta dan kontribusi LEMIGAS selama lebih dari 40 tahun.

    Untuk kemudahan pengelolaan jasa, administrasi, dan efisiensi kerja, maka

    laboratorium LEMIGAS dibagi dalam kelompok besar, yaitu:

    1. Laboratorium Eksplorasi

    KPRT Eksplorasi LEMIGAS mempunyai beberapa Laboratorium Uji

    yang mampu melakukan jasa pengujian dan analisis bermutu tinggi terhadap

    sampel batuan antara lain:

    § Komposisi mineral

    § Besar butir

    § Kandungan fosil

    § Gas bumi

    o Komposisi hidrokarbon o Kandungan

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 11

    non-hidrokarbon o Isotop karbon

    § Minyak bumi

    o Komposisi

    bitumen/hidrokarbon

    o Distribusi biomarker

    o Iisotop karbon

    § Kandungan bahan organik

    o Kematangan termal bahan

    organik

    o Isotop karbon, komposisi

    kerogen

    o Bitumen/hidrokarbon

    § Pengukuran sifat fisik

    o Gaya berat

    o Magnetik

    o Seismik

    o Citra satelit

    o Resistivitas

    KPRT Eksplorasi mengelola 16 laboratorium untuk mendukung aktifitas

    penelitian eksplorasi migas yang antara lain:

    1) Foraminifera

    2) Nanoplankton

    3) Polinomorf

    4) Komputasi

    5) Petrografi

    6) SEM-X Ray

    7) Core Storage

    8) Remote Sensing

    9) Sistim Informasi Geografis

    10) Topografi

    11) Geokimia Dasar

    12) Molekul

    13) Modeling dan Pengembangan

    14) Seismik

    15) Potensial

    16) Geokomputasi

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 12

    2. Laboratorium Eksploitasi

    KPRT Eksploitasi memiliki laboratorium yang dapat digunakan untuk

    melakukan pengujian sampel pemboran hingga untuk kepentingan penelitian

    EOR. Tidak jarang, beberapa laboratorium bersinergi untuk mendapatkan

    hasil penelitian yang maksimal. Laboratorium yang terdapat di KPRT

    Eksploitasi, yaitu:

    1) Material Pemboran

    2) Teknologi Pemboran

    3) Teknologi Produksi

    4) Peralatan Uji Produksi

    5) Routine Core

    6) Integrated Special Core

    7) Mekanika Batuan

    8) PVT

    9) Gas Flooding

    10) Thermal & Chemical

    Flooding

    3. Laboratorium Proses

    Laboratorium Proses LEMIGAS terdiri dari beberapa Lab Uji yang

    mampu melakukan analisis terhadap komoditas minyak dan gas bumi, produk-

    produk hasil olahannya seperti bahan bakar gas (LPG, LNG, dan BBG),

    produk BBM (premium, kerosin, solar, dan minyak bakar), bahan bakar

    penerbangan (avgas dan avtur), produk non-BBM seperti nafta, wax dan aspal,

    minyak lumas serta bahan-bahan pembantu industri migas (pelarut, aditif,

    katalis, dan sebagainya). Lingkup pengujian meliputi sifat-sifat fisika, analisis

    kimia, dan biologi serta uji proses separasi dan konversi/katalisis.

    Laboratorium di KPRT Proses dirancang untuk kepentingan pengujian

    perconto fluida pada kondisi permukaan, termasuk aspek lingkungan, adalah :

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 13

    1) Uji Sifat Fisika

    2) Pemisahan

    3) Preparasi Karakteristik

    Katalis

    4) Pengembangan Proses

    5) Kimia Umum & Limbah

    6) Spektroskopi

    7) Kromatografi

    8) Mikrobiologi

    9) Bioproses

    10) Uji Lingkungan

    4. Laboratorium Aplikasi Produk

    Laboratorium Aplikasi mempunyai beberapa laboratorium uji yang

    mampu melakukan pengujian dan analisis baik sifat fisika kimia maupun

    unjuk kerja dari produk-produk hasil minyak dan gas bumi dan hasil

    olahannya serta fasilitas/bahan baku pembantu industri minyak dan gas bumi.

    Laboratorium di KPRT Aplikasi Produk dirancang untuk menguji material

    produk migas seperti pelumas, mesin, maupun bahan bakar minyak dan gas.

    5. Laboratorium Teknologi Gas

    KPRT Teknogas memiliki laboratorium penguji korosi, uji tabung,

    kromatografi gas, sifat fisika dan kimia gas, separasi gas dan kondensat,

    transmisi dan distribusi gas, serta laboratorium uji pipa. Laboratorium tersebut

    tersebar di beberapa kelompok yaitu:

    1. Kelompok Teknologi Pemanfaatan Gas

    2. Pengembangan Teknologi Analisa Gas

    3. Transportasi Gas.

    Laboratorium di KPRT Gas dirancang untuk kepentingan penelitian gas,

    termasuk transmisinya.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 14

    6. Laboratorium Kalibrasi

    Laboratorium Kalibrasi LEMIGAS mampu melakukan kalibrasi

    peralatan pengukuran suhu, tekanan, massa dan volume. Sebagai lembaga

    penelitian yang mengelola banyak peralatan laboratorium, Lemigas perlu

    melakukan kalibrasi rutin atas peralatan yang digunakan. Hal ini perlu

    dilakukan mengingat ketatnya persyaratan pengujian sampel dilingkungan

    industri migas.

    II.5 Struktur Organisasi Teknogas

    Gambar 2. Struktur Organisasi TEKNOGAS

    (PPPTMGB “LEMIGAS”, 2007)

    KOORDINATOR KPRT GAS

    KEL. TEKNOLOGI PEMANFAATAN GAS

    KEL. PENGEMBANGAN TEK. ANALISIS GAS

    KEL. TEKNOLOGI SEPARASI GAS

    KEL. TRANSPOTASI GAS BUMI

    Tenaga Ahli

    KEL. TEKNOLOGI EKONOMI

    Tenaga Ahli

    UNIT MUTU

    Lab. Korosi

    Lab. Uji Tabung

    Lab. Uji Pipa

    Lab. Uji Sifat Kimia/Fisika

    Lab. Transmisi dan Distribusi

    Gas

    Sub unit AI. & Peng. Mutu

    Sub unit Kalibrasi & Peml. Alat

    Sub unit Kesehatan Kerja

    Sub unit Keselamatan Kerja

    UNIT LK 3

    Sub unit Perencanaan

    Sub unit Pemasaran

    Sub unit Administrasi Umum & TI

    Sub unit Adm. Penanganan

    contoh

    UNIT PEMASARAN TEKNOLOGI

    UNIT ADMINISTRASI

    Tenaga Ahli Tenaga Ahli Tenaga Ahli

    Lab. Khromatografi

    Lab. Hidrat

    Lab. Konversi Gas

    Lab. Komputasi Tek. Ekonomi

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • BAB III

    PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    III.1 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

    Waktu pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL) dimulai pada bulan

    Maret hingga Mei 2007, dimana kegiatan analisis ini dilakukan pada Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” yang

    berlokasi di Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir-Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,

    tepatnya pada Laboratorium Gas Kromatografi −KPRT Teknogas.

    III.2 Latar Belakang Teori

    III.2.1 Komposisi Gas Bumi

    Gas bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon dan senyawa non

    hidrokarbon dalam fasa gas, dengan komposisi utamanya adalah metana (CH4),

    etana (C2H6) dan sejumlah kecil gas hidrokarbon lain. Di samping alkana,

    komponen-komponen yang terkandung dalam gas bumi, antara lain adalah air

    (H2O), H2, CO2, N2 dan lainnya. Dengan demikian, komposisi gas bumi adalah

    sangat bervariasi, tergantung dari sumber dan tempat dari gas bumi tersebut

    diperoleh.

    Gas bumi terbentuk secara alami dari batuan sedimen yang kaya akan

    unsur-unsur organik pada suhu dan tekanan tinggi. Gas ini ditemukan pada lapisan

    tanah yang mengandung minyak atau secara tidak langsung berada bersama-sama

    dengan minyak. Biasanya pada hampir setiap tempat terkumpulnya minyak akan

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 16

    terdapat gas bumi. Tetapi, pada banyak tempat akumulasi gas berada terpisah

    dengan akumulasi minyak. Menurut asalnya, gas bumi dapat dibedakan menjadi 2

    jenis, yaitu gas bumi yang berasal dari sumber minyak (associated gas) dan gas

    bumi yang berasal dari sumber gas (non-associated gas).

    (http://www.naturalgas.org, 2007).

    Secara umum karakteristik gas bumi antara lain, adalah:

    § Campuran beberapa jenis gas, dengan komposisi utama gas metana dan etana,

    yang mencapai sekitar 80-90%, selebihnya ialah gas propana, butana, pentana,

    heksana, nitrogen, karbon dioksida dan lainnya

    § Tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak beracun

    § Mudah terbakar, dengan batas nyala (flammabilitas) antara 4,5% sampai

    dengan 14,5%

    § Lebih ringan dari udara, dengan berat jenis sekitar 0,55-0,80

    § Tidak berbau, untuk faktor keselamatan dalam penggunaannya biasanya diberi

    zat pembau (odor). (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    Tabel 1. Komposisi gas bumi yang umum ditemui

    Component wt. %

    Metana (CH4) 70-90

    Etana (C2H6) 5-15

    Propana (C3H8) dan Butana (C4H10) < 5

    CO2, N2, H2S, dll. balance Sumber: http://www.naturalgas.org, 2007.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 17

    A. Hidrokarbon

    Komposisi hidrokarbon dalam gas di mulai dari rantai C1 sampai dengan

    C6+ dalam berbagai bentuk senyawa seperti parafin, olefins, naphtenics dan

    aromatics, yang ditunjukkan dalam %mol atau %volume. Dalam keadaan jenuh,

    tanpa penambahan tekanan atau temperatur, hidrokarbon-hidrokarbon tersebut

    berada dalam kondisi stabil dan tidak bereaksi dengan unsur-unsur senyawa lain.

    Gas bumi umumnya dianggap sebagai campuran dari senyawa-senyawa

    hidrokarbon parafinik rantai lurus atau bercabang, walaupun terkadang dalam gas

    bumi juga terkandung senyawa siklis atau aromatik. Sebagian besar komponen

    gas bumi adalah metana yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan satu atom

    karbon yang mudah terbakar secara sempurna, dan juga etana yang merupakan

    komponen utama gas bumi berikutnya setelah metana.

    Metana dan etana merupakan suatu senyawa alkana non polar dan

    merupakan senyawa hidrokarbon parafin yang berupa hidrokarbon jenuh.

    Senyawa ini mempunyai sifat-sifat kimia yang relatif stabil pada suhu normal.

    Karena sangat rendahnya titik didih komponen-komponen gas bumi, semua

    hidrokarbon dalam gas bumi pada tekanan atmosfir dan suhu ruang berbentuk gas,

    kecuali komponen C5+. (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 18

    Tabel 2. Komposisi hidrokarbon gas bumi yang umum ditemui

    Sumber: Beggs,1984.

    B. Kontaminan Gas Bumi

    Kontaminan gas bumi merupakan komponen-komponen non hidrokarbon

    yang terkandung dalam gas bumi dan merupakan komponen-komponen yang

    tidak dikehendaki keberadaannya. Senyawa kontaminan yang biasa disebut

    dengan impurities gas (zat pengotor) atau senyawa trace tersebut biasanya berada

    dalam jumlah relatif kecil dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon rantai lurus

    gas bumi. Senyawa-senyawa trace ini sangat penting untuk diketahui karena dapat

    menurunkan kualitas gas apabila digunakan sebagai bahan bakar maupun bahan

    baku. Senyawa tersebut juga dapat menimbulkan masalah dan kerusakan pada

    peralatan processing gas, serta jaringan transmisi dan distribusi gas bumi. Jenis-

    jenis komponen kontaminan tersebut diantaranya adalah kandungan H2O, CO,

    CO2, N2, H2S, Fe, Hg, dll.

    Senyawa-senyawa sulfur, karbon dioksida, dan uap air yang terdapat

    dalam gas bumi dapat mempercepat terjadinya reaksi korosi pada sistem pipa

    % Mol Component Associated Gas Wet Gas Dry Gas

    Metana C1 27.52 59.52 97.17 Etana C2 16.34 5.36 1.89 Propana C3 29.18 4.71 0.29 i-Butana i-C4 5.37 2.03 0.13 n-Butana n-C4 17.18 2.39 0.12 i-Pentana 1-C5 2.18 1.8 0.07 n-Pentana n-C5 1.72 1.61 0.05 Heksana C6 0.47 2.6 0.04 Heptane plus C7+ 0.04 19.98 0.24

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 19

    transmisi–distribusi dan tempat penyimpanan gas. Kondisi-kondisi seperti yellow-

    tipping, shooting, lifting, flashback dan nyala tidak stabil merupakan masalah-

    masalah yang dapat timbul akibat buruknya kualitas gas yang digunakan pada

    peralatan industri- industri gas. Sedangkan perubahan nilai kalor atau specific

    gravity yang cukup berarti juga dapat mengurangi efisiensi burner sehingga dapat

    mengganggu hasil produksi.

    Pembentukan kondensat hidrokarbon dapat mengubah suhu dan tekanan

    jaringan pipa, serta kandungan senyawa-senyawa tertentu yang kemudian bereaksi

    dengan air dapat menjadi masalah yang serius pada peralatan yang digunakan

    pada kendaraan bermotor berbahan bakar gas. Karbon dioksida, uap air, hidrogen

    sulfida, nitrogen, oksigen, merkuri dan senyawa hidrokarbon dalam konsentrasi

    tertentu juga dapat menimbulkan masalah pada kilang LNG.

    (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    III.2.2 Sifat-Sifat Fisika Gas Bumi

    Fluida hidrokarbon merupakan senyawa hidrokarbon yang sangat

    kompleks komposisi kimianya. Pada reservoir, fluida dapat berada dalam fasa gas

    maupun fasa cair (minyak mentah), tergantung dari tekanan dan temperatur yang

    dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisika fluida hidrokarbon tersebut.

    Gas merupakan fluida yang homogen, memiliki massa jenis dan viskositas

    yang sangat rendah serta mudah dimampatkan. Gas tidak memiliki bentuk dan

    volume tertentu, tergantung pada ruang atau wadah yang ditempatinya. Gas bumi

    terdiri dari campuran berbagai senyawa hidrokarbon dalam jumlah yang

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 20

    bervariasi. Oleh karena itu, sifat-sifat gas bumi dapat menjadi indikator untuk

    mengetahui karakteristik gas bumi pada berbagai proses. (PPPTMGB “Lemigas”,

    2005).

    Melalui analisis komposisi, berbagai sifat-sifat fisika dan kimia gas bumi

    dapat diketahui atau ditentukan nilainya seperti komposisi hidrokarbon,

    kontaminan, specific gravity, volatilitas, viskositas, tekanan uap, faktor

    kompresibilitas, nilai kalor, relative density, flammabilitas dan lainnya.

    A. Heating Value

    Heating value atau nilai kalor merupakan jumlah panas yang dihasilkan

    oleh reaksi pembakaran suatu bahan bakar pada suhu dan tekanan tertentu, yang

    dinyatakan dalam satuan panas per satuan berat. (GPA Standard 2172, 1996).

    Pembakaran gas bumi akan memberikan panas yang dapat digunakan sebagai

    energi. Kandungan energi merupakan energi total yang diubah sebagai panas pada

    reaksi pembakaran ideal pada temperatur dan tekanan tertentu.

    Panas biasanya diukur dalam British Thermal Unit (BTU), dimana 1 BTU

    adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan 1 lb air sebesar 1°F pada

    permukaan air laut. Kandungan BTU bervariasi sesuai dengan komposisi gas

    bumi. Terdapat dua istilah untuk menentukan kandungan energi yaitu, nilai kalor

    bersih (net heating value) adalah nilai kalor yang dalam perhitungannya tidak

    mengikutsertakan jumlah panas yang dipakai dalam penguapan air, dan nilai kalor

    kotor (gross heating value) adalah nilai kalor yang dalam perhitungannya

    mengikutsertakan jumlah panas yang diperlukan untuk penguapan air.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 21

    Dalam dunia industri, sebagian besar perhitungan menggunakan gross

    heating value, sehingga bila digunakan istilah heating value berarti yang

    dimaksud ialah gross heating value. Nilai kalor ini biasanya juga digunakan

    sebagai standar transaksi harga gas bumi, dimana gross heating value memiliki

    nilai yang lebih besar dari pada net heating value. Kandungan energi gas bumi

    dapat diukur dengan metoda kalorimetri, yang menetapkan heating va lue dengan

    cara mengukur energi panas yang dilepaskan dari pembakaran gas yang diketahui

    volumenya. Heating value dapat pula dihitung berdasarkan kandungan energi

    komponen murni yang terdapat dalam gas bumi menggunakan kromatografi gas.

    (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    B. Relative Density

    Relative density atau kerapatan relatif merupakan suatu perbandingan dari

    kerapatan massa gas pada temperatur dan tekanan tertentu terhadap kerapatan

    udara kering pada temperatur dan tekanan yang sama. (GPA Standard 2172,

    1996). Kerapatan relatif atau densitas suatu gas biasanya dinyatakan sebagai berat

    per satuan volume (lb/ft3), dimana volume berada dalam kondisi standar yaitu

    60°F dan 14.696 psia. Pada kondisi tersebut, udara memiliki densitas normal yaitu

    sebesar 0.0763 lb/ft3.

    Nilai densitas suatu gas merupakan faktor penting dalam pengukuran gas,

    dimana sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Penentuan nilai densitas

    sangat berguna untuk menentukan laju alir suatu gas, dimana laju alir berbanding

    terbalik dengan densitas gas yang artinya apabila densitas suatu gas semakin besar

    maka laju alir dari gas tersebut menjadi semakin kecil.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 22

    C. Compressibility Factor

    Compressibility factor atau faktor kompresibilitas gas bumi merupakan

    perbandingan densitas gas ideal dengan densitas gas bumi pada suhu dan tekanan

    tertentu. (GPA Standard 2172, 1996). Besaran ini berguna untuk mengetahui

    seberapa jauh penyimpangan sifat suatu gas terhadap gas ideal. Faktor

    kompresibilitas gas ini sangat berkaitan erat dengan unsur volume, tekanan dan

    suhu. Hal ini dapat dilihat pada persamaan hukum gas ideal (a), dan gas non ideal

    (b) berikut:

    PV = n R T (a)

    PV = Z n R T (b)

    dimana,

    P = tekanan

    V = volume

    n = jumlah mol

    Z = faktor kompresibilitas

    R = konstanta gas

    T = suhu

    Karena untuk gas sempurna faktor kompresibilitas atau faktor

    pemampatan Z = 1 pada semua kondisi, maka penyimpangan Z dari 1 merupakan

    suatu ketidaksempurnaan. Pada tekanan sangat rendah, semua gas yang

    diperlihatkan mempunyai Z ≈ 1 dan berperilaku mendekati sempurna. Pada

    tekanan tinggi, semua gas memiliki Z > 1, hal tersebut menunjukkan bahwa gas-

    gas tersebut lebih sulit dimampatkan dibandingkan dengan gas sempurna (hasil

    kali PVm > RT) dimana gaya tolak menolak lebih dominan. Sedangkan, pada

    tekanan menengah beberapa gas memiliki Z < 1, hal tersebut menunjukkan

    bahwa gas-gas tersebut lebih mudah dimampatkan dibandingkan dengan gas

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 23

    sempurna (hasil kali PVm < RT) dimana gaya tarik menarik lebih dominan.

    (Atkins, P.W., 1999).

    III.2.3 Gas Processors Association (GPA)

    Gas Processors Association (GPA) merupakan suatu organisasi yang

    mulai didirikan pada tahun 1921. Sejak awal berdirinya, GPA telah memberikan

    kontribusi terhadap industri gas bumi dengan mengembangkan standar spesifikasi

    terhadap produk-produk gas bumi. Organisasi ini terus tumbuh dan berkembang

    seiring dengan perkembangan teknologi industri pemrosesan gas dan

    beranggotakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pemrosesan

    gas bumi. Tak lama sejak tanggal didirikannya, yaitu pada tahun 1922 hampir

    seluruh bahan bakar gas yang diperjual-belikan mengacu pada standar spesifikasi

    yang dikeluarkan oleh GPA.

    Berbagai standar GPA telah diadopsi oleh American Society for Testing

    and Materials (ASTM) dan American National Standard Institute (ANSI). Tidak

    hanya itu, standar GPA juga telah menjadi dasar dari pembuatan standar

    internasional untuk gas bumi oleh International Standars Organization (ISO),

    dimana kelompok kerja ISO bekerja di bawah pengawasan GPA.

    (www.gasprocessorsassociation.com,2007).

    Pada pelaksanaan praktik kerja lapangan ini, baik pada saat pelaksanaan

    percobaan maupun pengolahan data, semua metode yang digunakan

    menggunakan standar yang ditetapkan oleh GPA.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 24

    III.2.4 Pengambilan Sampel Gas Bumi

    Proses pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan metoda standar

    GPA 2166, dimana tujuan dari suatu prosedur pengambilan sampel ini ialah untuk

    memperoleh sampel uji yang representatif atau dapat mewakili sumber untuk

    dianalisis pada laboratorium terhadap semua jenis parameter uji dengan

    menggunakan berbagai metoda uji. Pemilihan metoda pengambilan sampel yang

    tepat sangat diperlukan untuk memperoleh sampel yang representatif dan

    menghasilkan hasil analisis yang akurat. (GPA Standard 2166, 1986).

    Gambar 3. Susunan peralatan pengambilan sampel gas yang umum digunakan.

    (GPA Standard 2166, 1986).

    Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel untuk

    mendapatkan sampel yang representatif terhadap sumber, antara lain:

    • Dalam pengambilan sampel, harus dilengkapi dengan kemampuan

    pengambilan keputusan, keahlian dan pengalaman. Sifat hati-hati dalam

    pengambilan keputusan yang baik diperlukan untuk meyakinkan bahwa

    sampel mewakili terhadap karakteristik umum dan kondisi rata-rata material.

    Karena adanya kandungan zat yang berbahaya, sampel harus diambil atau

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 25

    dibawah pengawasan orang/pihak yang sudah berpengalaman terhadap

    keselamatan kerja yang diperlukan.

    • Ketelitian dan kecermatan penentuan titik pengambilan sampel diperlukan

    karena dapat mempengaruhi hasil analisis. Letak titik pengambilan sampel

    biasanya tidak dilakukan dekat pompa, strainers, meter, piping, manifolds

    atau velocity. Tidak hanya itu, daerah percepatan atau perubahan arah aliran

    dari horizontal ke vertikal juga tidak dapat dipakai sebagai titik pengambilan

    sampel.

    • Tempat sampel yang baik untuk digunakan ialah kontainer yang dapat

    menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

    • Sampel yang akan diuji korosivitasnya, seperti kandungan sulfur maka harus

    ditempatkan dalam tabung stainless-steel yang dilindungi dengan katup dari

    stainless-steel pula.

    • Uap hidrokarbon yang keluar selama pengambilan sampel harus dikontrol

    untuk memastikan sesuai dengan peraturan keamanan dan lingkungan agar

    terhindar dari kebakaran.

    • Menjauhkan dari alat yang dapat memicu percikan/sumber api.

    • Melakukan uji kebocoran kontainer sampel untuk meyakinkan bahwa sampel

    aman dalam kontainer tersebut.

    Gas bumi dibedakan menjadi dua, yaitu gas bumi kering dan gas bumi

    basah. Gas bumi kering ialah gas yang tidak mengalami kondensasi akibat

    pendinginan oleh ekspansi yang cepat dari tekanan pada sumber ke tekanan

    atmosfir atau tekanan intermediate lainnya. Sedangkan gas bumi basah ialah gas

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 26

    yang terkondensasi sebagian karena pendinginan atau adanya perubahan tekanan

    pada tekanan sumber. Adanya sedikit penurunan suhu atau perubahan pada

    tekanan sumber yang dapat menyebabkan kondensasi sebagian. Pada kejadian

    dimana sifat dari suatu gas sama sekali tidak diketahui, maka berdasarkan

    prosedur paling aman ialah dengan mengasumsikan gas bumi tersebut sebagai

    “wet” nature gas dan memilih metoda sampling yang sesuai. Setiap gas dengan

    komposisi yang tidak diketahui pada tekanan yang lebih besar dari 400 psig harus

    dipertimbangkan sebagai gas bumi basah untuk kepentingan sampling.

    (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    Metode Pengambilan Sampel

    Sebagian besar metoda pengambilan sampel gas bumi dilakukan dengan

    menggunakan metode purging-fill and empty dengan acuan standar GPA 2166.

    Dalam pengambilan sampel tersebut, kondisi operasi di lapangan yaitu tekanan

    dan temperatur pada saat pengambilan sampel gas bumi harus dicatat.

    Metoda purging- fill and empty digunakan jika suhu kontainer sampel

    sama atau lebih besar dari pada suhu sumber, dimana tekanan sumber harus lebih

    besar dari tekanan atmofir. Metoda purging- fill and empty banyak digunakan

    karena sifatnya yang lebih efisien, tidak terlalu membutuhkan banyak biaya serta

    mudah dilakukan dibandingkan dengan metoda-metoda lainnya.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 27

    Gambar 4. Susunan peralatan pengambilan sampel gas metoda purging fill and

    empty. (GPA Standard 2166, 1986).

    Peralatan Pengambilan Sampel

    Berdasarkan GPA standar 2166, peralatan yang sesuai merupakan faktor

    penting dalam pengambilan sampel yang representatif. Karena metoda yang

    digunakan pada pengambilan sampel di lapangan menggunakan metoda purging

    fill and empty, maka peralatan yang digunakan disesuaikan dengan metoda ini

    yang antara lain ialah:

    1. Kontainer sampel

    Kontainer sampel terbuat dari logam yang memberikan keamanan

    maksimum dan tahan karat terhadap produk yang dijadikan sampel. Kontainer

    stainless-steel sangat dianjurkan untuk meminimalkan masalah adsorpsi

    permukaan dari senyawa/komponen berat dan untuk meminimalkan reaksi dari

    karbon dioksida dengan kontainer sampel.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 28

    Gambar 5. Kontainer sampel. (PPPTMGB “Lemigas”, 2005).

    Penggunaan kontainer mungkin dengan tipe katup tunggal atau dobel,

    tergantung dari metoda yang digunakan. Kontainer sampel dan katup harus

    memiliki kerja tekanan yang sama dengan atau melebihi tekanan maksimum yang

    diharapkan dalam pengambilan sampel, penyimpanan maupun transportasi

    kontainer sampel. Ukuran dari kontainer sampel tergantung dari jumlah sampel

    yang dibutuhkan untuk melakukan analisis laboratorium.

    Tabel 3. Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan untuk analisis laboratorium

    Uji Standard Cubic Centimeters

    Standard Cubic Feet

    Penetapan PVT 280 x 103 10 Analisis Fraksional Suhu

    Rendah 140 x 103

    5

    Uji Kalorimeter untuk Heating Value

    85 x 103

    3

    Analisis Spektrometer Massa

    280 0.01

    Analisis Kromatografi Gas

    280 0.01

    Sumber: GPA Standard 2166, 2000.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 29

    Tabel 4. Banyaknya pembilasan yang diperlukan untuk pengambilan sampel

    berdasarkan metoda purging fill and empty

    Tekanan Gas Maksimum dalam Kontainer

    (psig)

    Jumlah Pembilasan

    15 – 30 13 30 – 60 8 60 – 90 6 90 – 150 5 150 – 500 4

    500 = 3 Sumber: GPA Standard 2166, 2000.

    Pada praktiknya, kontainer sampel atau cylinder bomb yang berisi gas

    bumi yang telah diambil dari lokasi titik pengambilan sampel di lapangan, setelah

    di beri label untuk keperluan identifikasi dan dikemas sesuai dengan standar yang

    berlaku, selanjutnya dikirim ke Laboratorium Teknologi Analisis Gas PPPTMGB

    “LEMIGAS” untuk dianalisis.

    2. Saluran transfer sampel

    Saluran transfer sampel biasa terbuat dari stainless-steel, besi, pipa

    tembaga, atau logam lainnya yang tidak bersifat rektif terhadap produk yang

    menjadi sampel.

    Gambar 6. Pipa Transfer Sampel. (PPPTMGB “LEMIGAS”, 2007).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 30

    3. Pemisah saluran sampel

    Pada saat cairan hadir pada titik pengambilan sampel, suatu alat pemisah

    atau separator cairan harus dipasang antara sumber dan kontainer sampel. Suatu

    filter logam kemungkinan juga dibutuhkan untuk mencegah masuknya partikel-

    partikel padat masuk kedalam kontainer sampel. Hal tersebut dilakukan untuk

    mencegah kemungkinan sampel yang tidak representatif. Berikut ini ialah

    gambaran dari separator yang umum digunakan dalam sampling.

    Gambar 7a. Separator pengambilan sampel gas tipe A.

    (GPA Standard 2166, 1986).

    Gambar 7b. Separator pengambilan sampel gas tipe B.

    (GPA Standard 2166, 1986).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 31

    4. Titik pengambilan sampel

    Pemilihan titik pengambilan sampel untuk sampel gas memerlukan

    perhatian yang lebih, dimana sebaiknya titik pengambilan sampel tersebut terletak

    di atas sebuah pipa horizontal untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

    kontaminasi oleh cairan. Untuk alasan yang sama, titik pengambilan sampel juga

    tidak boleh dilakukan pada belokan pipa, pipa buntu, serta sumber yang tidak

    mengalir.

    5. Duplikat sampel

    Duplikat sampel sangat dianjurkan untuk mengantisipasi kehilangan

    sampel, khususnya jika pengambilan sampel sangat sulit atau tidak dimungkinkan

    untuk dilakukan kembali. Selain itu, duplikat sampel diperlukan untuk

    mengetahui apakan sampel sudah representatif, dimana duplikat sampel harus

    tersambung secara paralel dan di isi secara simultan.

    6. Preparasi kontainer sampel

    Kontainer sampel harus benar-benar bersih sebelum digunakan untuk

    pengambilan sampel, terutama bila kontainer sebelumnya telah digunakan untuk

    menyimpan sampel yang mengandung hidrokarbon cair. Kontainer sampel dapat

    dibersihkan dengan pencucian menggunakan aliran uap panas, larutan detergent

    panas, pelarut dan pengeringan, atau dilakukan pengosongan hingga vakum.

    (GPA Standard 2166, 1986).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 32

    III.2.5 Analisis Komposisi Gas Bumi Menggunakan Kromatografi Gas

    Analisis komposisi kimia gas bumi dan campurannya untuk komponen

    metana sampai dengan heksana menggunakan metode GPA-2261, yaitu dengan

    menggunakan kromatografi gas. Beberapa komponen yang mungkin ada bersama

    gas bumi seperti helium, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan hidrogen tidak

    dianalisis dengan metode ini.

    Alat yang digunakan untuk untuk melakukan analisis komposisi pada

    praktik kerja lapangan ini ialah Hewlett Packard/ Analitycal Controls Alliance

    Natural Gas Analyzer 6890 Series Gas Cromatography.

    Gambar 8. HP/AC NGA 6890 Series. (http://www.lemigas.com, 2007).

    HP/AC NGA seri 6890 terdiri dari rangkaian GC yang dioptimasikan

    untuk analisis gas alam, HP Chemstation, dan HP/AC NGA penentuan

    hidrokarbon dari C1-C14+, CO2, N2, O2, H2S. Sistem HP/AC NGA

    menggabungkan automasi tingkat tinggi dalam pengadaan perangkat lunak yang

    mengendalikan semua peristiwa di dalam sistem melaksanakan kalibrasi, dan

    melaporkan perhitungan sifat fisik, serta konsentrasi komponen secara individu

    dari aliran gas-alam. (Hewlett Packard Company, 1984).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 33

    Kromatografi Gas

    Kromatografi merupakan suatu proses kimia fisika, yaitu proses

    pergerakan molekul-molekul zat terlarut dalam fasa gerak (mobile phase) melalui

    fasa diam (stationary phase). Berdasarkan pemakaian fa se gerak, maka

    kromatografi dapat dibagi menjadi kromatografi cair dan kromatografi gas.

    (Sunardi, 2007). Karena pelaksanaan praktik kerja lapangan menyangkut

    kromatografi gas, maka materi dibatasi dengan teori kromatografi gas saja.

    Proses kromatografi gas mirip dengan peristiwa gabungan antara ekstraksi dan

    destilasi, tetapi lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan kedua cara

    tersebut. Berdasarkan fasa diamnya, kromatografi gas terbagi menjadi dua

    golongan, yaitu :

    1. Kromatografi gas padat (gas solid chromatography, GSC) merupakan

    kromatografi gas dengan mekanisme pemisahan komponen-komponen

    yang berdasarkan atas perbedaan fisik adsorbsi oleh fasa diam.

    2. Kromatografi gas cair (gas liquid chromatography, GLC) merupakan

    kromatografi gas dengan mekanisme pemisahan komponen-komponen

    yang berdasarkan atas partisi relatif komponen-komponen sampel tersebut

    di antara fasa gerak gas dan fasa diam cairan.

    Proses pemisahan komponen-komponen sampel dalam kromatografi gas

    berlangsung di dalam kolom berdasarkan pada interaksi komponen sampel dan

    fasa diam. Interaksi tersebut dapat berupa absorbsi, partisi, pertukaran ion atau

    elektroforesis. Peristiwa adsorbsi atau serapan terjadi jika fasa diamnya berupa

    padatan kering sehingga sampel akan diadsorbsi oleh pertikel diam tersebut,

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 34

    sedangkan peristiwa partisi terjadi jika fasa diamnya berupa suatu cairan sehingga

    pemisahan disebabkan perbedaan kelarutan komponen-komponen. Ada pula

    peristiwa pertukaran ion yang terjadi karena proses pertukaran ion antara fasa

    diam dan komponen, serta peristiwa elektroforesis yang terjadi akibat perbedaan

    migrasi karena komponen yang bermuatan listrik ditarik oleh kutub positif dan

    negatif. (McNair, 1988).

    Kromatografi memiliki tujuan, antara lain untuk melakukan isolasi atau

    pemisahan komponen-komponen dari campuran, pemurnian, dan analisis jenis,

    dan analisa jumlah. Pada kromatografi waktu retensi dan volume retensi dijadikan

    dasar dalam analisa jenis. Waktu retensi suatu sampel merupakan selang waktu

    antara saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom dan saat komponen tersebut

    keluar meninggalkan kolom. Sedangkan volume retensi suatu komponen

    merupakan volume gas pengangkut yang diperlukan untuk menggerakkan

    komponen dari ujung hulu ke ujung hilir kolom. Waktu retensi dan volume retensi

    mempunyai ciri tersendiri untuk setiap komponen. Waktu retensi tergantung pada:

    − Panjang dan diameter kolom,

    − fase cair,

    − suhu kolom,

    − kecepatan alir gas pembawa.

    Karena waktu retensi setiap komponen dalam sampel berbeda-beda

    (spesifik), sehingga dapat dipergunakan untuk penentuan ana lisis kualitatif suatu

    komponen yaitu dengan membandingkan membandingkan waktu retensi

    komponen dengan gas standar.

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 35

    Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan kromatografi gas

    Kelebihan Kekurangan • Efisien, selektif, dan dapat dipakai

    secara luas. • Cepat. • Sederhana dan tidak terlalu mahal. • Mudah melakukan perhitungan. • Hanya membutuhkan sejumlah

    kecil sampel. • Tidak bersifat merusak.

    • Sampel harus mudah menguap. • Tidak cocok untuk sampel yang

    labil terhadap temperatur. • Secara wajar, sulit untuk sampel

    besar (uji preparatif). • Tidak cukup secara teori, sehingga

    dibutuhkan beberapa trial and eror.

    Sumber: James M. Miller, 1975.

    Komponen Penyusun Kromatografi Gas

    Peralatan kromatografi gas tersusun atas beberapa komponen pendukung

    yang bekerja secara sinergis untuk menghasikan optimasi kerja dalam melakukan

    analisis sampel.

    Gambar 9. Susunan Peralatan Kromatografi Gas Sederhana.

    (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    HP/AC Natural Gas Analyzer digunakan untuk menetapkan komposisi gas

    bumi menggunakan HP 6890 Series Gas Cromatography dengan electronic

    pneumatics control (EPC) yang terkonfigurasi dengan empat kolom packed,

    sebuah kolom kapiler, sebuah flame ionization detector (FID), dan sebuah thermal

    conductivity detector (TCD). (Hewlett Packard Company, 1984).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 36

    Tabel 6. Konfigurasi kolom untuk HP/AC natural gas analyzer

    Keterangan Jumlah 2 ft x 1/8 in, 12% UCW 982 on Chomosorb PAW (80-100 mesh)

    Masing –masing 1

    15 ft x 1/8 in, 25% DC 200/500 on chromosorb (80-100 mesh)

    Masing –masing 1

    10 ft x 1/8 in, HayeSep Q (80-100 mesh) Masing –masing 1 10 ft x 1/8 in, molsieve 13x (45-60 mesh) Masing –masing 1 60 m x 0.25 mm x 1.0 µm, HP-1, methyl silicone

    Masing –masing 1

    Sumber: Hewlett Packard Company, 1984.

    HP/AC natural gas analyzer dilengkapi dengan instrumen-instrumen

    untuk menganalisis gas bumi. Kromatografi gas ini terdiri dari dua saluran.

    Saluran yang pertama terdiri dari empat kolom, yaitu sebuah kolom pelucut dan

    tiga kolom analisis. Saluran ini melakukan analisis sesuai dengan standar GPA

    2261 untuk konfigurasi tiga valve. Saluran yang kedua terdiri dari sebuah gas

    sampling valve, sebuah splitt/splittles injector, sebuah kolom kapiler, dan sebuah

    kolom flame ionization detector, dimana saluran ini melakukan analisis komponen

    individual dari fraksi C6+.

    Gambar 10. Diagram alir untuk metoda GPA standard 2261 dengan tiga valve.

    (www.nga-analysis.com, 2000)

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 37

    Waktu pengujian sampel tergantung dari sampel yang dianalisis. Tabel

    dibawah ini menunjukkan rentang konsentrasi yang umum ditemui pada

    komponen-komponen yang dianalisis.

    Tabel 7. Rentang konsentrasi komponen-komponen gas bumi

    Komponen Rentang Konsentrasi % mol

    Helium 0.01 – 10 Oksigen 0.01 – 20 Nitrogen 0.01 – 100

    Karbon Dioksida 0.01 – 20 Metana 0.01 – 100 Etana 0.01 – 100

    Hidrogen Sulfida 3.00 – 100 Propana 0.01 – 100

    Iso-Butana 0.01 – 10 N-Butana 0.01 – 10

    Iso-Pentana 0.01 – 2 N-Pentana 0.01 – 2 Heksana + 0.01 – 2 Sumber: GPA Standard 2261, 2000.

    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa peralatan kromatografi

    gas yang digunakan ialah HP/AC NGA seri 6890, maka komponen kromatografi

    gas yang akan dibahas secara garis besar ialah hanya komponen-komponen

    penyusun dan pelengkap kromatografi gas tersebut yang antara lain ialah:

    1) Gas Pembawa

    Gas pembawa (carrier gas) berasal dari silinder gas tekanan tinggi.

    Pemilihan gas sering ditentukan oleh jenis detektor yang digunakan. Hal tersebut

    berhubungan dengan persediaan gas regulator tekanan, meteran, dan pengukur

    arus. Laju alir gas secara normal dikendalikan oleh suatu regulator tekanan tingkat

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 38

    dua pada silinder gas dan beberapa macam regulator tekanan atau regulator arus

    yang menyusun tekanan inlet kromatogram. Kolom memiliki efisiensi yang

    tergantung pada pemilihan kecepatan linier gas, sehingga diperlukan sistem

    pengaturan tekanan inlet sistem. Tekanan inlet pada umumnya berkisar dari 10

    sampai 50 psi (di atas tekanan ruang), dengan laju alir 29 sampai 150 mL/min

    untuk kolom packed dan 1 sampai 25 mL/min untuk kolom kapiler berbentuk pipa

    terbuka. Pada umumnya, diasumsikan bahwa laju alir akan konstan jika tekanan

    inlet tetap konstan. Sebagai tambahan, sistem gas pembawa sering berisi suatu

    molekular sieve. Hal tersebut karena kualitas dari gas-gas pembawa berbeda-beda

    sehingga sebelum gas tersebut digunakan perlu pengeringan terlebih dahulu

    menggunakan molekular sieve yang berfungsi untuk memindahkan air atau zat

    pengotor lainnya. (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    Laju alir dapat dibentuk oleh suatu rotometer pada kepala kolom, tetapi

    alat ini tidak seakurat pengukur gelembung sabun sederhana yang ditempatkan

    pada ujung kolom. Suatu lapisan sabun dibentuk dalam alur gas ketika suatu

    gelembung busa yang mengandung suatu larutan air sabun atau deterjen ditekan;

    waktu yang dibutuhkan lapisan ini untuk dapat pindah diantara dua bagian pada

    buret tersebut dapat terukur dan terkonversi ke laju alur volumetrik. (Skoog,

    Douglas A. et.al., 1991).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 39

    Gambar 11. Flowmeter Gelembung Sabun untuk mengukur Arus Outlet

    (Miller, James M., 1975).

    Gas pembawa yang umum dipakai adalah hidrogen, helium, dan nitrogen,

    dimana gas tersebut haruslah mempunyai sifat-sifat, yaitu :

    − inert terhadap sampel ataupun fasa cair,

    − difusi molekul-molekul komponen dalam gas kecil,

    − murni, mudah diperoleh serta murah

    − pemakaiannya cocok dengan detektor.

    2) Kromatograf

    Alat kromatografi yang digunakan memiliki karakteristik dan kegunaan

    sebagai berikut:

    Pengatur temperatur dan tekanan

    Terdapat tiga bagian peralatan pada sistem kromatografi yang memerlukan

    pengatur temperatur, yaitu injektor, kolom dan detektor.

    1. Temperatur injektor

    Injektor harus cukup panas agar sampel dapat menguap dalam waktu sesingkat

    mungkin sehingga tercapai efisiensi maksimal. Sebaliknya, temperatur injektor

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 40

    harus cukup rendah untuk menghindarkan dekomposisi termal komponen atau

    reaksi kimia lainnya. (McNair, 1988).

    2. Temperatur kolom

    Temperatur kolom hendaknya disesuaikan dengan sampel yang akan diuji

    agar analisis dapat selesai dalam waktu singkat, tapi menghasilkan pemisahan

    komponen yang cukup memadai. Secara kasar, waktu retensi akan menjadi dua

    kalinya bila temperatur diturunkan 30°C. Hal ini sebagai akibat dari kenaikan

    rasio koefisien partisi dengan penurunan temperatur. Apabila sampel mengandung

    kompone-komponen yang bervariasi sifatnya, seperti sampel yang memiliki

    jangkauan titik didih lebar, maka analisa sebaiknya dilakukan pada beberapa

    temperatur, yaitu dengan cara mengatur temperatur. Dengan demikian, pemisahan

    komponen-komponen ringan berlangsung pada temperatur rendah, sedangkan

    pemisahan komponen-komponen yang lebih berat terjadi pada temperatur yang

    lebih tinggi. Sedangkan untuk tekanan diperlukan tekanan lebih pada tempat

    memasuki kolom guna mengalirkan sampel masuk ke dalam kolom. Harga-harga

    yang umum untuk kecepatan gas masuk kolom bergantung pada diameter kolom;

    untuk kolom dengan diameter luar:

    • 1/4" kecepatan gasnya = 75 mL/min

    • 1/8" kecepatan gasnya = 25mL/min. (Sunardi, 2006).

    3. Temperatur detektor

    Pengaruh temperatur pada detektor banyak bergantung pada tipe detektor

    yang dipakai. Secara umum, detektor dan pipa penghubung dari ujung kolom ke

    detektor harus cukup panas untuk menghindarkan kondensasi komponen sampel

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 41

    atau uap fasa cair yang keluar dari kolom. Kondensasi dapat mengakibatkan

    pelebaran dan hilangnya puncak (peak). Detektor konduktivitas termal

    memerlukan stabilitas temperatur yang sangat tinggi, yaitu ± 0,1°C. Sedangkan

    detektor ionisasi nyala, stabilitas temperatur tidak terlalu kritis. (McNair, 1988).

    Tempat injeksi sampel

    Efisiensi kolom memerlukan sampel dengan ukuran yang sesuai dan

    diperkenalkan sebagai "penyumbat" dari uap air. Sampel harus dimasukkan ke

    dalam kolom dalam waktu sesingkat mungkin sehingga di dalam kolom molekul-

    molekul komponen dapat menempati zona yang sempit. Selain itu, injeksi

    perlahan dari sampel yang terlalu besar menyebabkan kelonggaran dan

    melemahnya resolusi. Metoda injeksi sampel yang paling umum melibatkan

    penggunaan suatu semprotan mikro untuk menginjeksi suatu cairan atau sampel

    gas melalui suatu diafragma karet silikon atau sekat ke dalam suatu alat penguap

    cahaya yang terletak pada kolom utama. (GPA Standard 2261, 2000).

    Tempat injeksi pada alat GC selalu dipanaskan dan sebaiknya temperatur

    injektor lebih tinggi 50°C dari titik didih campuran yang mempunyai titik didih

    tertinggi. Walaupun demikian, temperatur tersebut tidak boleh terlalu tinggi

    karena dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi komponen-komponen dalam

    campurannya. Untuk mengkaji teknik pemasukan sampel, dapat dilakukan dengan

    menaikkan temperatur pemanas injektor dan memperkecil kuantitas sampel. Bila

    salah satu dari kedua faktor ini memperbesar jumlah plat teori, artinya kita telah

    melakukan prosedur injeksi yang tidak baik.(McNair, 1988).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 42

    Gambar 12. Tempat pemanasan sampel. (Willard, H.H. et. al., 1988).

    Untuk kolom analitis biasa, ukuran sampel berbeda-beda mulai dari

    1/10µL hingga 20µL. Kolom kapiler memerlukan sampel yang jauh lebih kecil

    (~10-3 µL); di sini, suatu sistem pemisah sampel dipekerjakan untuk mengirimkan

    suatu fraksi kecil dari sampel yang diinjeksikan pada kolom utama, dimana

    sisanya akan dibuang. Untuk pekerjaan kwantitatif, ukuran sampel yang lebih

    dapat dihasilkan kembali untuk kedua-duanya, yaitu cairan dan gas diperoleh atas

    bantuan dari suatu klep sampel. Dengan alat tersebut, ukuran sampel yang dapat

    dihasilkan kembali menjadi lebih baik secara relatif sebesar 0,5%. (GPA Standard

    2261, 2000).

    Kolom

    Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Pipa kolom dapat

    terbuat dari bahan tembaga, stainless-steel, aluminium dan gelas yang berbentuk

    lurus atau dalam bentuk gulungan. Dalam hal tertentu pemakaian bahan tembaga

    dapat mengganggu, karena bahan ini bersifat adsorbtif atau reaktif terhadap

    komponen-komponen sampel tertentu. (McNair, 1988).

    Pada dasarnya kolom dirancang sedemikian rupa agar gas pengangkut

    yang mengalir melalui kolom dapat mengadakan kontak intensif dengan fasa diam

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 43

    yaitu zat padat adsorben (pada GSC) atau zat cair pelarut (pada GLC). Dengan

    kata lain, fasa diam harus mempunyai area spesifik (m2 /g) besar. Terdapat dua

    macam kolom yang biasa digunakan, antara lain :

    A. Kolom pampatan (Packed column)

    Kolom pampatan (packed column) terbuat dari pipa dengan panjang 30 –

    200 cm dan diameter luar 1/6 – 1/4". Fasa diam di dalamnya berbentuk serbuk 20

    – 100 mesh (840 – 124 µ). Pada kromatografi gas padat, serbuk fasa diam adalah

    fasa padat (zat padat adsorben), seperti molekular sieve, karbon aktif dan silika

    gel. Zat padat adsorben biasanya digunakan untuk pemisahan komponen-

    komponen anorganik seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida dan lainnya.

    Sedangkan pada kromatografi gas cair, untuk menempatkan fasa diam berupa fasa

    cair (zat cair pelarut) dengan area spesifik besar diperlukan serbuk penyangga

    (support material). Serbuk penyangga biasanya dibuat dari bahan baku tanah

    diatome yang mempunyai area spesifik besar (0,5 – 4 m2 /g). Melalui suatu proses,

    serbuk penyangga dibuat inert sehingga fungsinya hanya sebagai penyangga dan

    praktis tidak berperan pada proses kromatografi. (McNair, 1988).

    B. Kolom pipa terbuka

    Kolom pipa terbuka (open tube column) adalah kolom yang terbuat dari

    pipa dengan diameter dalam 0,2 – 0,5 mm dan panjangnya sampai 50m. Kolom

    semacam ini biasanya hanya dipakai pada kromatografi gas cair yang di dalamnya

    hanya berisikan fasa cair (zat cair pelarut). Ada dua macam kolom pipa terbuka,

    yaitu :

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 44

    a. Kolom WCOT (wall coated open tube column) merupakan kolom kapiler

    dengan lubang sangat kecil (0,25mm). Fasa cair terdapat di dalam kolom

    ini sebagai lapisan tipis yang melekat pada dinding kolom.

    b. Kolom SCOT (support coated open tube column) merupakan kolom

    dengan diameter dalam pipa lebih besar (0,5 mm). Pada seluruh

    permukaan dinding pipa bagian dalam tertutup oleh serbuk penyangga,

    dimana pada serbuk lapisan serbuk penyangga ini dilapiskan fasa cair.

    Panjang kolom SCOT biasanya hanya 20 – 25 m. Jika dibandingkan,

    kolom SCOT dapat memuat fasa cair lebih banyak daripada kolom

    WCOT. (McNair, 1988).

    Sampai saat ini, sebagian besar gas chromatography menggunakan kolom

    pack. Situasi ini dapat berubah dengan cepat karena ada kemungkinan di masa

    mendatang kolom pack akan digantikan oleh kolom berbentuk pipa terbuka lebih

    yang lebih cepat dan efisien untuk kebanyakan aplikasi.

    Kolom pada alat kromatografi gas berisikan:

    A. Padatan penunjang

    Fasa cair di dalam kolom memerlukan bahan penunjang berbentuk serbuk

    zat padat. Padatan penyangga tersebut digunakan untuk menyediakan permukaan

    yang inert, seragam dan luas untuk mendistribusikan fasa cair. Padatan penunjang

    berfungsi mengikat fasa diam, dimana terdapat persyaratan dari padatan

    penunjang yang baik, yaitu:

    a. inert.

    b. kuat dan stabil pada suhu yang tinggi,

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 45

    c. mempunyai luas permukaan yang besar: 1-20 m2/g,

    d. permukaan yang teratur, ukuran pori yang homogen,

    e. harus mempunyai tahanan rendah terhadap gas pembawa.

    Padatan penunjang yang biasa digunakan adalah bahan mentah penyangga

    diatomit (tanah diatome, silika diatome) yang sangat berpori dan mempunyai area

    spesifik besar, dengan nama dagang seperti:

    - Diatopert - Celite - Chromosorb

    Padatan penunjang ini terutama terdiri dari:

    - SiO2 (91%)

    - Al2O3 (5%)

    - Fe2O3 (2%)

    - CeO & oksida-oksida lainnya

    (0,5%). (Sunardi, 2006).

    Fasa diam

    Fasa diam pada GLC berupa cairan, dimana dalam cairan inilah terjadi

    pemisahan komponen-komponen sampel. Fasa cair dalam kromatografi gas cair

    (GLC) berfungsi sebagai solven partisi, yaitu sebagai pelarut molekul-molekul

    komponen dalam sistem distribusi antar fasa. Biasanya persentase dari fasa cair

    pada padatan penunjang ialah 10% berat. Pemilihan fasa cair yang sesuai

    ditentukan oleh komposisi sampel yang akan dianalisa, dimana pemilihan tersebut

    akan dipermudah bila berbagai sifat komponen-komponen yang menyusun sampel

    dapat diketahui sebelumnya. Sifat-sifat ini antara lain : titik didih, struktur, gugus

    dan lain- lain.

    Pemisahan komponen-komponen campuran terjadi berdasarkan perbedaan

    kelarutan, dimana komponen tersebut dapat larut dalam suatu solven (pelarut) bila

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 46

    keduanya mempunyai struktur kimia yang mirip. Sebagai contoh senyawa-

    senyawa hidrokarbon (parafin) sebaiknya dipisah-pisahkan dengan solven

    hidrokarbon (squalene, hidrokarbon rantai panjang), sedangkan senyawa-senyawa

    polar (alkohol) dengan solven polar. Bila komponen-komponen campuran

    termasuk kelompok kimia yang berbeda, tapi mempunyai titik didih yang

    berdekatan, maka dapat dicoba fasa cair yang berlainan polaritasnya. (McNair,

    1988).

    Persyaratan fasa cair yang baik ialah sebagai berikut:

    a. Terhadap komponen-komponen sampel harus menunjukkan koefisien

    distribusi yang berbeda.

    b. Fasa cair harus mempunyai tekanan uap yang rendah pada suhu yang

    tinggi (0,01-0,1 mmHg).

    c. Harus mempunyai kekentalan yang rendah, sehingga tidak mengikat gas.

    d. Harus tersebar dengan baik pada padatan penunjang.

    e. Harus larut dengan baik pada pelarut organik yang mempunyai titik didih

    rendah.

    f. Inert atau tidak beraksi dengan komponen sampel pada temperatur operasi.

    g. Stabil terhadap temperatur operasi.

    h. Pelarut yang baik bagi komponen-komponen sampel, dimana semakin

    besar kelarutan suatu komponen, semakin besar pula waktu retensinya.

    (Sunardi, 2006).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 47

    Detektor

    Detektor berfungsi untuk mendeteksi komponen yang telah terpisah,

    dimana diukur berdasarkan sifat-sifat molekul. Detektor menunjukkan adanya

    komponen dan mengukur konsentrasi komponen didalam gas pembawa yang

    keluar dari kolom. Terdapat beberapa sifat detektor yang diinginkan, antara lain:

    − Mempunyai kepekaan yang tinggi.

    − Tingkat (derau) noise yang rendah.

    − Peka terhadap segala jenis senyawa.

    − Kokoh dan tidak mahal.

    − Tidak peka terhadap perubahan suhu dan perubahan laju dari gas

    pembawa. (Sunardi, 2007).

    Bagaimanapun, nampaknya belum ada detektor yang memenuhi semua

    karakteristik tersebut. Berikut ini ialah beberapa macam detektor yang sering

    digunakan, yaitu:

    1. Detektor Hantaran Panas (Thermal Conductivity Detector / TCD)

    Detektor hantaran panas atau katharometer, merupakan salah satu detektor

    yang paling awal digunakan dalam studi gas-chromatographic. Alat ini, masih

    sering ditemukan penggunaannya secara luas, yang didasarkan pada perubahan

    hantaran panas dari arus gas yang disempurnakan oleh kehadiran molekul analit.

    Elemen pengindera pada detektor hantaran panas ialah suatu elemen elektrik

    dimana temperatur pada kekuatan elektrik konstan tergantung pada hantaran

    panas dari gas sekitar. Elemen pemanas dapat berupa platina halus, emas, kawat

    tungsten, atau termistor semikonduktor. (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 48

    Dibawah ini merupakan gambaran TCD yang ditunjukkan dengan empat

    kawat panas menjulang yang terpusat.

    Gambar 13. Thermal Conductivity Detector. (Miller, James M., 1975).

    Di dalam aplikasi kromatografi, suatu sistem detektor ganda pada

    umumnya dipekerjakan, dengan satu elemen ditempatkan dalam aliran gas di

    depan tempat injeksi sampel dan yang lain ditempatkan dengan seketika di luar

    kolom. Pilihan lain, aliran gas mungkin terpisah. Dalam kasus lain hantaran

    panas dari gas pembawa dibatalkan, dan efek dari variasi laju alir, tekanan dan

    daya listrik diperkecil. Ketahanan dari detektor kembar tersebut biasanya

    dibandingkan dengan membandingkan keduanya dalam dua lengan dalam suatu

    sirkit jembatan Wheatstone sederhana. (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    Gambar 14. Sirkuit Jembatan Wheatstone Sederhana untuk TCD.

    (Miller, James M., 1975).

    Hantaran panas dari hidrogen dan helium rata-rata enam atau sepuluh kali

    lebih besar dari kebanyakan senyawa organik, dimana keberadaannya walaupun

    dalam jumlah kecil dapat menyebabkan penurunan yang relatif besar pada

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 49

    hantaran panas dari efluen kolom. Akibatnya, detektor mengalami suatu kenaikan

    ditandai oleh temperatur. Daya hantar dari gas pembawa lebih menyerupai

    senyawa organik. Oleh karena itu, suatu detektor hantaran panas mengatur

    penggunaan hidrogen atau helium.

    Keuntungan dari suatu detektor hantaran panas ialah kesederhanaannya,

    cakupan dinamis liniernya besar (~ 105), memiliki respon pada kedua macam

    senyawa yaitu organik dan anorganik, serta sifat tidak merusaknya terhadap

    larutan setelah pendeteksian. Keterbatasan dari detektor hantaran panas ini

    terletak pada kepekaannya relatif rendah (~ 10-8 g solute/mL gas pembawa).

    Detektor lainnya memiliki kepekaan yang melempaui kepekaan TCD dengan

    faktor sebesar 104 sanpai 107 g solute/mL gas pembawa. Kurang pekanya TCD

    membatasi penggunaannya terhadap kolom kapiler karena sangat sedikit sampel

    yang dapat ditampung oleh kolom tersebut. (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    2. Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector / FID)

    Detektor ionisasi nyala merupakan detektor yang paling banyak digunakan

    dan biasa diterapkan pada kromatografi gas. Nyala api FID dihasilkan oleh

    pembakaran H2 dan udara nyala dikelilingi oleh silinder logam yang berfungsi

    sebagai elektroda kolektor yang diberi tegangan listrik searah (DC). Elektroda

    kolektor mengukur daya hantar listrik dari H2 murni yang menjadi garis dasar

    (base line). Akan tetapi bila disertai masuknya uap komponen (bersama gas

    pembawa dari kolom) ke dalam nyala H2 akan meninggikan daya hantar listrik

    nyala. Arus yang ditimbulkan diteruskan dan diperkuat oleh elektrometer, dan

    dicatat oleh rekorder. (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    Analisis komposisi..., Endrika Andini, FMIPA UI, 2007.

  • 50

    Gambar 15 a. Flame Ionization Detector. (Miller, James M., 1975).

    Gambar 15 b. Skema Sirkuit dari Flame Ionization Detector.

    (Miller, James M., 1975).

    Ionisasi dari suatu senyawa karbon dalam suatu nyala api merupakan suatu

    proses yang kurang dipahami, walaupun pernah ada pengamatan tentang

    banyaknya ion yang diproduksi, dimana kira-kira sebanding dengan banyaknya

    atom karbon yang berkurang dalam nyala api. Detektor ionisasi nyala bereaksi

    terhadap banyaknya atom karbon per satuan waktu yang memasuki detektor, hal

    tersebut merupakan suatu mass-sensitive dibandingkan dengan suatu alat yang

    peka terhadap konsentrasi. Akibatnya, detektor ini mempunyai keuntungan yang

    merubah laju alir fasa gerak memiliki sedikit efek terhadap tanggapan detektor.

    (Skoog, Douglas A. et.al., 1991).

    Golongan fungsional, seperti carbon, alkohol, halogen, dan amina,

    memiliki hasil ion yang lebih sedikit atau tidak ada suatu nyala api sama sekali.