ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH...
Transcript of ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH...
ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG
MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
DESIANA PUJA ASTUTI
NIM: 105046201710
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 2010M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (......................................) NIP. 195505051982031012 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (......................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing I : Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA (......................................) Pembimbing II: Yuke Rahmawati, S.Ag, MA (......................................) NIP. 197509032007011016 Penguji I : DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A (......................................) NIP. 195811281994031001
Penguji II : AM. Hasan Ali, MA (......................................)
NIP. 19751201200501105
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Pengembangan Produk Takaful Mikro Sakinah (Studi Kasus Pada Takmin Working Group, Bogor) , telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (......................................) NIP. 195505051982031012 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (......................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing I : A.M. Hasan Ali, MA (......................................) Nip. 19751201200501105 Penguji I : Dr. Hj. Mesraini, MA (......................................) NIP. 150326895
Penguji II : Ir. Ela Patriana, AAAIJ, MM (......................................)
NIP. 196905282008012010
ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG
MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
Desiana Puja Astuti
NIM: 105046201710
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA Yuke Rahmawati, S.Ag.,MA
NIP: 197509032007011016
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 2010M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2010
Desiana Puja Astuti
ABSTRAK
Desiana Puja Astuti, Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Allianz Life Indonesia. Skripsi strata satu (S1) konsentrasi Asuransi Syariah Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep syariah dalam operasional pada tataran riil, dalam hal pada dua perusahaan asuransi syariah yang memiliki perbedaan latar balakang. Perusahaan yang dimaksud adalah Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia. Setelah mengetahui bagaimana penerapan antara keduanya, selanjutnya akan dibandingkan penerapannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer, baik melalui wawancara, observasi, maupun penggunaan catatan dan laporan miliki perusahaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif pendekatan kualitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa di dalam mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga sudah sesuai dengan prinsip syariah, sedangkan mekanisme operasional pada Asuransi Allianz Life Indonesia secara umum sudah sesuai dengan prinsip syariah, namun perlu dilakukan penelitian lebih dalam lagi tentang pembayaran premi tabarru’ pada produk Allisya Protection yang pembayarannya dilakukan mulai bulan ke-13 sementara itu berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional pembayran premi tabarru’ harus dilakukan sejak bulan pertama kepesertaan.
Kata Kunci: Prinsip Syariah, Mekanisme Operasional
KATA PENGANTAR
نالرحم اهللا بسم الرحيم
Puji syukur bagi Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena hanya
dengan limpahan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata I
pada Universitas Islam Negeri (UIN) “Syarif Hidayatullah” Jakarta.
Shalawat dan salam, yang mengiringi rasa syukur penulis hadiahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan yang paling sempurna dalam
sikap dan tutur katanya.
Rasa bahagia dan haturan terimakasih atas terselesaikannya skripsi yang
berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH
TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA” penulis
sembahkan khusus untuk Ayahanda Dwi Junarko serta Ibunda tercinta Rohani yang
dengan do’a, perhatian serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu penulis hinggga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis
haturkan kepada:
1. Bapak Prof. H. Muhammad Amin Suma, MA. SH., Dekan Fakultas Syariah
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat.
3. Bapak Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, Ph.D, Pembimbing
Akademik Asuransi Syariah 2005.
4. Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA serta Ibu Yuke
Rahmawati, S.Ag.,MA, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu dalam
pemecahan masalah yang dihadapi penulis.
5. PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Pegawai Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kakak ku Nova, serta adik-adik ku Desiani Puji Astuti, S.Si, Ibnu Maulana
Siddiq, Dian Anggraini yang telah memberikan baik support, materi maupun
doanya, serta ponakan ku tersayang Fabian Ananda Syakir yang selalu membuat
ku tertawa akan kelucuannya
8. Abang ku tersayang Ridwan, terimakasih atas pengorbanan mu selama ini yang
tidak henti-hentinya memberikan nasehat dan semangat untuk penulis
9. Sahabat-sahabat terbaik ku (Sarah, Nana, Sukree, Azis) Serta keluarga besar
asuransi syariah 2005. Thanks a lot….
Tentunya segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan balasan
yang melebihi daripada balasan Allah SWT. Semoga Allah selalu memberikan
kepada kita jalan yang terbaik. Amin.
Jakarta, 21 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………….... 6
C. Tujuan dan Manfaat ………………………………………….. 8
D. Review Studi Terdahulu ……………………………………… 9
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian ………………………………………….... 10
2. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………... 11
3. Data dan Sumber Data ……………………………………. 12
4. Lokasi Penelitian …………………………………………. 13
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Catatan dan Laporan …………………………………. 13
b. Wawancara …………………………………………… 13
c. Observasi ……………………………………………… 14
6. Metode Analisis Data ……………………………………… 14
F. Sistematika penulisan ………………………………………… 16
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN
BERBASIS SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH
A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah ……………….. 18
B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi
1. Definisi Asuransi …………………………………………… 22
2. Prinsip Dasar Asuransi …………………………………… 24
3. Teori Dasar Asuransi ………………………………………... 27
4. Unsur Operasional Asuransi ……………………………… 28
C. Asuransi dalam Perspektif Islam ………………………………….. 30
D. Asuransi Syariah (Takaful)
1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah ……………………… 32
2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah ……………………………. 34
3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia …... 36
4. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah …………. 40
5. Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional …. 45
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
A. Sejarah Umum Perusahaan
1. PT. Asuransi Takaful Keluarga …………………………. 48
2. PT. Allianz Life Indonesia …………………………………….. 51
B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Produk
1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga) ………………… 55
2. Allisya Protection (Allianz Life Indonesia) ……………….. 67
BAB IV MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE
INDONESIA
A. Sistem Operasional asuransi syariah berdasarkan akad
1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan
asuransi dalam transaksi………………………………….. 82
2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan
klaim……………………………………………………… 89
3. Pelaksanaan manejemen risiko ………………………….. 93
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip
mudharabah)…………………………………………….. 98
B. Pengelolaan Dana Investasi ………………………………………… 101
C. Peran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan
Syariah Nasional …………………………………………….. 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 103
B. Saran ………………………………………………………………... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan produk keuangan tidak mungkin dihindari pada saat ini, baik
produk keuangan yang berasal dari lembaga keuangan bank ataupun non-bank.
Keduanya menawarkan manfaat-manfaat yang menjanjikan. Selain terciptanya
kemudahan dalam melakukan transaksi dan memberikan fungsi proteksi, lembaga
keuangan juga merupakan sarana investasi yang tepat serta mampu bersifat
fleksibel dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Dikatakan bersifat fleksibel
karena lembaga keuangan kini mencoba memasukkan nilai-nilai kerohanian
dalam sistemnya, yaitu nilai-nilai yang dibutuhkan masyarakat dalam
menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Di Indonesia, munculnya
berbagai lembaga keuangan berbasis syariah kini tengah menjadi fenomena
kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Setelah dunia
perbankan yang menerapkan prinsip syariah berkembang cukup pesat, kini giliran
industri perusahaan asuransi yang mencoba melakukan penerapan prinsip syariah
dalam mekanisme operasionalnya.
Asuransi syariah di Indonesia dinilai masih baru dalam dunia
perasuransian Indonesia, dimana asuransi syariah dikenal di Indonesia kurang
lebih 16 tahun yang lalu dan menjadi tren baru lima tahun belakangan.
Diperkirakan permintaan atas asuransi syariah akan membantu peningkatan
1
2
penetrasi asuransi di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya
pengetahuan masyarakat atas manfaat dari produk asuransi yang ditawarkan serta
membaiknya keadaan ekonomi1.
Fenomena yang terjadi diawali dengan berdirinya perusahaan asuransi
syariah murni, PT Asuransi Takaful Indonesia (tahun 1994), kemudian asuransi
berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan asuransi
konvensional dengan pendirian divisi syariah. Hal ini terjadi karena memang
dalam perkembangannya, Asuransi Takaful mengalami pertumbuhan yang cepat
sehingga menarik minat beberapa perusahaan asuransi konvensional untuk
membuka divisi syariah dan menciptakan produk-produk syar’i.
Sampai tahun 2010 sudah ada sekitar 42 lembaga asuransi syariah di
Indonesia, empat diantaranya adalah perusahaan asuransi yang murni secara utuh
berdiri menerapkan prinsip syariah, sementara lainnya adalah perusahaan asuransi
konvensional yang menjadikan asuransi syariah sebagai bagian dari produk dan
layanan mereka.
Menurut survei dari Karim Business Consulting (KBC), potensi pasar
asuransi syariah di Indonesia, setidak-tidaknya dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok potensial, yaitu:
1 Jens Reisch, Fokus Kepada Nasabah Mendorong Allianz Life Untuk Luncurkan
Asuransi Syariah Bagi Masyarakat Indonesia Jakarta: Siaran Pers, 2006 diakses melalui www.allianz.co.id, pada tanggal 26 Februari 2010.
3
1. Pengguna produk keuangan syariah yang menghendaki agar transaksi
asuransinya benar-benar memiliki orientasi syariah. Jumlah pengguna seperti
ini tidak terlalu besar, mengingat kesadaran terhadap produk-produk asuransi
bernilai syariah masih belum signifikan.
2. Pengguna produk keuangan syariah yang melakukan perpindahan (switching)
dari model asuransi konvensional. Mereka ini lebih menginginkan profit dan
benefit daripada nilai syariahnya. Jumlahnya sangat dominan dan umumnya
berasal dari kelas menengah.
3. Pengguna produk keuangan syariah yang selama ini setia pada produk
asuransi konvensional dan sulit untuk berpindah ke model lain karena sudah
merasa nyaman dan percaya. Satu-satunya penyebab mereka melakukan
perpindahan adalah karena kualitas model asuransi syariah dianggap sama
atau lebih dari model konvensional yang selama ini mereka preferensikan.
Oleh karenanya baik dari sisi perusahaan maupun nasabahnya, konsep
asuransi berbasis syariah yang ditawarkan perusahaan dan diminati oleh
nasabahnya bukan semata-mata berorientasi pada sisi keislaman-nya saja, akan
tetapi juga mempertimbangkan sisi strategi bisnis dan profit.
Asuransi dalam literatur keislaman lebih banyak bernuansa sosial daripada
bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan bisnis). Hal ini dikarenakan
oleh aspek tolong menolong menjadi dasar utama dalam menegakkan praktik
asuransi dalam Islam. Maka ketika konsep asuransi syariah tersebut dikemas
4
dalam sebuah organisasi perusahaan yang berorientasi kepada profit, akan
berakibat pada penggabungan dua visi yang berbeda, yaitu visi sosial (social
oriented) yang seharusnya menjadi landasan utama dan visi ekonomi yang
menjadi landasan penunjangnya. Yang menjadi dasar pijakan utama dalam
membangun kelembagaan ekonomi Islam dalam tataran riil, semacam perbankan
dan asuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai; pelarangan riba dan bunga bank,
mengutamakan dan mempromosikan perdagangan dan jual-beli, keadilan,
kebersamaan dan tolong menolong, serta saling mendorong untuk meningkatkan
prestasi. Beberapa prinsip utama tersebut harus ada dalam sebuah lembaga
keuangan syariah, khususnya prinsip bebas riba. Maka sebuah lembaga keuangan
belum dikatakan syariah tatkala dalam realitanya masih memakai instrumen
bunga sebagai pijakan operasionalnya2
Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa kini ada sekitar 42 lebih perusahaan
asuransi syariah di Indonesia, dimana dalam perindustrian asuransi syariah
tersebut terdiri dari perusahaan asuransi syariah yang murni dan utuh
menawarkan produk- produk syar’i serta perusahaan konvensional yang
mendirikan divisi syariah atau menawarkan produk syariah. Asuransi Takaful
Keluarga, sebagai salah satu perusahaan asuransi yang secara murni berdiri
sebagai perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip syariah dalam sistem
operasional dan pengelolaan dananya, kini bersaing dengan perusahaan-
2 Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teorotis Dan Praktis, Jakarta, Prenada Media, 2004
5
perusahaan asuransi konvensional yang menawarkan produk dan layanan yang
sejenis. Seperti misalnya Asuransi Allianz Life Indonesia, yang telah
menawarkan produk asuransi jiwa syariah tetapi berada pada satu atap dengan
produk asuransi konvensional yang mereka miliki. Indonesia merupakan negara
pertama dimana Allianz Asia mulai menciptakan dan menawarkan produk-
produk syariah-nya. Hal tersebut sangat menarik, mengingat Allianz adalah
perusahaan asuransi konvensional yang terkemuka pada beberapa negara di
dunia.
Berdasarkan realita tersebut maka diperlukan sebuah kajian dan penelitian
mengenai kesesuaian konsep asuransi syariah dengan praktiknya pada kedua jenis
perusahaan asuransi syariah tersebut, yaitu Asuransi Takaful Keluarga sebagai
perusahaan asuransi syariah murni dan Asuransi Allianz Life Indonesia
sebagai perusahaan asuransi konvensional dengan produk syariah didalamnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengkaji dan
menganalisis tentang sejauh mana konsep syariah benar-benar diterapkan dalam
tataran riil, serta membandingkan hal tersebut pada dua jenis perusahaan asuransi
yang memiliki perbedaan latar belakang, melalui sebuah penelitian yang berjudul:
“ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG
MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA”
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Asuransi syariah merupakan sebuah solusi bagi pengguna jasa keuangan
yang sistemnya menekankan pada prinsip dasar keislaman (prinsip tauhid,
keadilan, pertimbangan faktor halal-haram, tolong menolong, saling melindungi,
saling bertanggung jawab, dan saling bekerja sama). Sehingga secara teori,
asuransi syariah harus menerapkan sistem dan operasional yang tidak melanggar
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam. Adapun kekhususan sistem operasional
asuransi syariah secara garis besar terletak pada dua bidang, yaitu:
1. Dalam hal perjanjian (akad), yang kemudian berdampak pada:
a) Posisi peserta asuransi sepenuhnya sebagai pemilik dana, sementara
perusahaan hanya sebagai fasilitator dan pemegang amanah dalam
menjaga dan mengelola dana mereka.
b) Penetapan biaya premi sesuai kesepakatan antara perusahaan dengan
peserta asuransi, yang bebas dari keadaan yang sarat akan
ketidakpastian biaya (gharar) serta unsur perjudian (maisir).
c) Adanya pengendalian resiko dalam bentuk risk sharing antara
sesama peserta asuransi sesuai prinsip ta’awun (asas tolong –
menolong), yang diimplementasikan melalui konsep tabarru’
d) Adanya sistem profit and loss sharing (mudharabah)
2. Adanya arahan terhadap investasi dari dana yang tekumpul ke sektor-
sektor investasi yang tidak bertentangan dengan Islam.
7
3. Adanya pemantauan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan
Syariah Nasional atas kinerja operasional agar tetap berada dalam jalur
syariah.
Oleh karena itu agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka batasan
masalah ditekankan pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga dan
Asuransi Allianz Life Indonesia, dimana mekanisme operasional yang akan
dianalisis terdiri dari:
1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam
transaksi.
2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim.
3. Pelaksanaan manejemen risiko
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip
mudharabah)
5. Pengelolaan dana investasi
6. Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah
Nasional (DSN)
Disamping itu, perbandingan dapat dilakukan jika objek-objek yang
dibandingkan memiliki kesetaraan. Dalam artian, kedua objek tersebut tidak
memiliki kesenjangan yang sangat mencolok sehingga sulit diperbandingkan.
Maka dari itu, penelitian inipun dibatasi pada dua produk asuransi jiwa / takaful
keluarga yang memiliki kesetaraan jenis, yaitu:
8
1. Produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga
2. Produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia
Selanjutnya untuk mempermudah alur bahasan ini, penulis merumuskan
permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasional
pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life
Indonesia?
2. Adakah perbedaan antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah
Allianz Life Indonesia dalam menerapkan prinsip syariah pada mekanisme
operasionalnya?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional Asuransi
Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia.
2. Membandingkan penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional
antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life
Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mencapai manfaat -
manfaat sebagai berikut:
9
1. Berdasarkan fenomena terkini, kajian tentang asuransi dilihat dari kacamata
Islam semakin intensif dilakukan. Untuk itu penelitian ini diharapkan agar
dapat menjadi wacana dan referensi tambahan dalam mengembangkan kajian
ekonomi Islam, terlebih mengenai asuransi syariah.
2. Bagi para praktisi perasuransian syariah di Indonesia, diharapkan agar hasil
penelitian ini dijadikan sebagai ajang evaluasi, motivasi, dan instropeksi,
sehingga terjadi perbaikan penerapan prinsip syariah yang sebenar-benarnya
dalam tataran riil. Hal ini perlu dilakukan agar immage syariah yang melekat
pada lembaga keuangan tersebut tidak sekedar perbedaan istilah saja
sementara substansinya masih menggunakan prinsip-prinsip asuransi
konvensional, melainkan secara sungguh-sungguh menerapkan prinsip syariah
yang telah ditawarkan pada masyarakat.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pengguna
jasa-jasa keuangan, khususnya jasa asuransi, agar lebih kritis dan selektif
dalam menentukan produk keuangan yang digunakan
D. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang aplikasi prinsip syariah dalam mekanisme operasional
perusahaan asuransi syariah memang belum banyak dilakukan, terlebih dengan
membandingkan penerapan konsep syariah pada dua jenis perusahaan
asuransi syariah yang berbeda latar belakang. Namun demikian dalam
10
penelitiannya, Fatihin (2009) mencoba meneliti tentang Implementasi Nilai-
Nilai Syariah Pada Pengelolaan Hotel Sofyan Betawi Jakarta Pusat. Penelitian
tersebut menjelaskan sejauh mana penerapan nilai-nilai syariah pada pengelolaan
Hotel Sofyan Betawi. Didalam skripsi ini hanya dua variabel yang digunakan
untuk menilai sejauh mana implementasi nilai syariah sudah diterapkan pada
pengelolaan Hotel Sofyan Betawi, yaitu penerapan prinsip Ketuhanan dan prinsip
Aqidah.
Kemudian Yani Haryati (2005) dalam penelitiannya menganalisis Peran
Dewan Pengawas Syariah Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah
studi kasus pada PT. MAA Life Assurance Syariah. Skripsi ini meneliti seputar
peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap mekanisme operasional pada PT.
MAA Life Assurance Syariah.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Mengingat penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan sistem syariah pada operasional Asuransi Takaful dan Asuransi
Syariah Allianz, serta membandingkan antara kedua perusahaan asuransi
tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Bersifat kualitatif karena penelitian ini
digunakan untuk melihat realitas tidak sekedar sebuah hasil, tetapi bagaimana
11
sebuah proses berlangsung dan realitas-realitas lain yang melingkupi proses
tersebut tanpa melibatkan perhitungan dengan alat-alat matematis.
Sementara itu penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai
keunikan yang ada pada individu, kelompok, dan atau organisasi dalam
kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dan dalam. Penelitian
kualitatif diharapkan menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat,
dan perilaku suatu organisasi tertentu dalam sebuah setting konteks tertentu
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic3.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada dua produk asuransi syariah dari
Asuransi Takaful Kelurga dan Allianz Life Indonesia, dimana keduanya
merupakan produk asuransi syariah yang termasuk dalam jenis asuransi jiwa.
Dua produk tersebut adalah :
a. Takafulink (Produk dari Asuransi Takaful Keluarga)
b. Allisya Protection (Produk dari Allianz Life Indonesia)
Disamping itu, penelitian ini juga dilakukan hanya memfokuskan pada
sisi operasional tertentu pada kedua perusahaan asuransi tersebut. Sisi
operasional yang dimaksud adalah:
3 A. M. Hubberman dan Matthew Miles Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press: Jakarta
12
1) Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam
transaksi
2) Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim
3) Pelaksanaan manejemen risiko
4) Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah)
5) Pengelolaan dana investasi
6) Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional
(DSN)
3. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan
langsung oleh peneliti (Fanani, 2003:5).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
berwujud kata- kata dan bukan rangkaian angka. Data primer diperoleh
dengan beberapa instrumen, seperti pengamatan/ wawancara, dan catatan/
laporan dari pihak yang terlibat dalam objek penelitian, dalam hal ini adalah
pihak-pihak yang terkait dengan operasional Perusahaan Asuransi Takaful
Keluarga dan Allianz Life Indonesia.
13
4. Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian skripsi pada dua perusahaan asuransi
berbeda yaitu pada P T . Asuransi Takaful Keluarga (Graha Takaful
Indonesia Jl. Mampang Prapatan Raya No.100, Jakarta 12790 Telp. 799 1234,
799 2345) dan pada P T . A s u r a n s i Allianz Life Indonesia Divisi Syariah
(Jl. Summitmas II, 19th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.61-62 Jakarta Pusat
12190Telp. 5299 8888)
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan catatan dan laporan, wawancara, serta pengamatan.
(observasi).
a. Catatan dan Laporan
Perusahaan-perusahaan biasanya menyimpan berbagai catatan dan
membuat laporan untuk alasan pertanggungjawaban berlangsungnya
operasional perusahaan tersebut. Dalam catatan dan laporan tersebut,
memungkinkan adanya data yang penting mengenai operasional
perusahaan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan bertatapan langsung dengan responden, sama seperti penggunaan
14
daftar pertanyaan yang bersifat semi-struktural4. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
operasional, baik dari sisi perusahaan maupun nasabah (peserta asuransi).
c. Pengamatan (observasi)
Teknik pengamatan digunakan dengan cara mengamati dan menerima
informasi serta mengolah informasi yang diperoleh tersebut dengan
menggunakan organ indera peneliti. Dalam hal ini untuk mendapatkan
data, peneliti mencoba mengamati proses operasional yang sebenarnya
terjadi. Metode pengamatan dilakukan sebagai penunjang metode
wawancara, jika metode wawancara dianggap kurang memuaskan.
6. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.
Dalam metode ini, analisa dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang
telah diolah secara kualitatif serta mengembangkan data tersebut secara logis.
Analisa dilakukan melalui pemaparan menggunakan bahasa verbal mengenai
permasalahan yang telah diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian
diproses sebelum siap dianalisis melalui pencatatan, pengetikan,
penyuntingan, atau alih tulis. Sehingga data-data yang disajikan secara
kualitatif, dijabarkan dengan menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun
4 Moehar Daniel: 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta :2002, Bumi Aksara,
sh.143
15
ke dalam teks yang diperluas.
Alur Analisis dilakukan dengan tiga tahapan5, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan- catatan yang diperoleh dari lapangan. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya
dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data, data yang diperoleh
dapat diseleksi. Artinya, data mana yang dikode, mana yang tidak
digunakan, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang
tersebar, atau informasi-informasi apa yang dapat dikembangkan secara
kronologis dan logis.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data
yang digunakan dalam tulisan ini adalah bentuk teks naratif, didukung
dengan matriks dan bagan yang menjelaskan proses operasional asuransi
5 A. M. Hubberman dan Matthew Miles Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press: Jakarta, h.16
16
syariah di lapangan.
c. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan dilakukan sejak pengumpulan data,
dimana dari proses tersebut mulai dicari pola-pola tertentu, penjelasan,
serta alur-alur tertentu yang relevan dengan masalah penelitian. Sehingga
pada akhirnya penarikan kesimpulan final dilakukan setelah data yang
terkumpul dianalisis
F. Sistematika Penulis
Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam
lima bab yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, metodologi penelitian serta membahas mengenai sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Teoritis Tentang Lembaga Keuangan Berbasis Syariah Dan
Asuransi Syariah
Bab ini menguraikan dengan jelas tentang prinsip lembaga keuangan
berbasis syariah, tinjauan umum tentang asuransi mulai dari definisi
asuransi, prinsip dasar asuransi, teori dasar asuransi, unsur operasional
17
asuransi, serta menguraikan tentang asuransi dalam perspektif islam, dan
menguraikan tentang asuransi asuransi syariah mulai dari definisi dan
jenis asuransi syariah, prinsip dasar asuransi syariah, landasan
operasional asuransi syariah, mekanisme pengelolaan dana asuransi
syariah, dewan pengawas syariah dan dewan syariah nasional,
perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional.
BAB III Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah
Bab ini menguraikan tentang sejarah umum perusahaan asuransi syariah
mulai dari sejarah umum PT. Asuransi Syariah Takaful Keluarga dan
PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, serta menguraikan tentang
pengertian, manfaat dan mekanisme operasional produk Takafullink
(Asuransi Takaful Keluarga) dan Allisya Protection (Allianz Life
Indonesia)
BABIV Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi
Syariah Allianz Life Indonesia
Membahas tentang analisis komparasi penerapan sistem syariah pada
mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi
Allianz Life Indonesia.
BAB V Penutup
Bab ini memberikan penerangan tentang intisari (kesimpulan) dari hasil
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran
18
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN BERBASIS
SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH
A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah
Lembaga Keuangan Syariah pada dasarnya menjadikan prinsip - prinsip
pada sistem ekonomi Islam sebagai dasar sistem operasional. Hal yang paling
utama dalam prinsip tersebut adalah tidak diperbolehkannya konsep bunga
uang (riba’) serta tujuan komersial Islam yang tidak mengenal peminjaman uang
tetapi adanya pelaksanaan kemitraan / kerjasama (mudharabah dan musyarakah)
dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk
tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.
Didalam menjalankan operasinya, fungsi lembaga keuangan berbasis
syariah6 terdiri dari:
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar
prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi lembaga keuangan.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana
/ sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh
pemilik dana (dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai manajer
6 Achmad Baraba. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses melalui www.google.com.
18
19
investasi.
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan
Dari fungsi tersebut, lembaga keuangan memiliki beberapa prinsip
akad terjadinya transaksi, yang terdiri dari :
1. Prinsip mudharabah ( Profit and Loss Sharing) yaitu perjanjian antara
dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik dana (sahibul maal) dan
pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib) untuk mengelola suatu
kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan
yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah risiko pemilik
dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan
atau tindakan yang tidak amanah (misconduct). Berdasarkan kewenangan
yang diberikan kepada mudharib, maka mudharabah dibedakan menjadi
mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya
untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis yang
lain adalah mudharabah muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan
oleh pemilik dana sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/
pengelola.
20
2. Prinsip Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk
menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian
keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati musyarakah dapat
bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau
sekaligus diakhir masa proyek.
3. Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau
benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan, dengan konsekuensi
titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat
dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan
maka wadiah dibedakan menjadi wadiah ya dhamanah yang berarti
penerima titipan berhak mempergunakan dana/barang titipan untuk
didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk memberikan
imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap
saat diperlukan, sedang disisi lain wadiah amanah tidak memberikan
kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana
yang dititipkan.
4. Prinsip Jual Beli (Al Buyu') yaitu terdiri dari :
a. Murabahah, yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana
pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli
ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah
dapat dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar
21
dengan angsuran.
b. Salam, yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang
diserahkan kemudian.
c. Ishtisna', yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses
untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran
dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.
5. Jasa-Jasa terdiri dari :
a. Ijarah, yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan
pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan
pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama dengan
operating lease)
b. Wakalah, yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak
kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua
mendapat imbalan berupa fee atau komisi.
c. Kafalah, yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan
yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan yang
diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan berupa fee atau
komisi (garansi).
d. Sharf, yaitu pertukaran/ jual beli mata uang yang berbeda dengan
penyerahan segera /spot, berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan
harga pasar pada saat pertukaran
22
6. Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam
bentuk zakat, infaq, shodaqah dan lainnya, serta penyaluran alqardul hasan ,
yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong
golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta imbalan
kecuali pengembalian pokok hutang.
B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi
1. Definisi Asuransi
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 2
tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab I Pasal 1:
“ Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan ketentuan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246
dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah:
“ Suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penagggung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
23
memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerusakan, kerugian,
kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral)”
Sementara itu, definisi asuransi7 dalam berbagai sudut pandang. Dalam
pendangan ekonomi, asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko
dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya
kerugian keuangan (finansial). Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan
sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan
mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang
mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Menurut pandangan
bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/
menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan
dengan berbagi risiko (risk sharing) diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut
pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan
risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan
membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada
tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada
penanggung. Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi
matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko,
7 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.60
24
dimana hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai
hasil yang dapat diramalkan
Perusahaan asuransi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Perusahaan
Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Perusahaan Asuransi Umum
adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, yang diselenggarakan
berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah.
Sementara yang dimaksud dengan Perusahaan Asuransi Jiwa adalah
perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan,
yang diselenggarakan berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah.
2. Prinsip Dasar Asuransi
Enam prinsip dasar asuransi8, yaitu:
a. Insurable Interest (adanya kepentingan yang dipertanggungkan):
menjelaskan bahwa insurable interest merupakan hak atau adanya
hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita
kerugian finansial sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian atau
kehancuran suatu harta. Tanpa insurable interest, suatu kontrak akan
menimbulkan niat jahat untuk menyebabkan terjadinya kerugian
8 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media
25
dengan tujuan memperoleh santunan. Jika insurable interest itu ada, maka
tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari peristiwa tersebut.
b. Utmost Good Faith ( Kejujuran Sempurna): bahwa kita berkewajiban
memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta
penting yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan, karena kontrak
asuransi seharusnya dibuat berdasarkan itikad baik. Prinsip ini juga
menjelaskan mengenai risiko-risiko yang dijamin maupun yang
dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas
serta teliti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut
berlaku:
1) Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai
kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat persetujuan kontrak
tersebut.
2) Pada saat perpanjangan kontrak asuransi
3) Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai
hal- hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan itu.
c. Indemnity (Indemnitas): merupakan kontrak penggantian kerugian,
dimana penanggung menyediakan penggantian kerugian untuk kerugian
yang nyata diderita tertanggung, dan tidak lebih besar daripada
kerugian ini batas tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip
ini adalah memulihkan tertanggung pada ekonomi yang sama dengan
26
posisinya sebelum terjadi kerugian.
d. Subrogation (Subrogasi): merupakan prinsip dimana ketika seorang
penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada
tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang
telah menimbulkan kerugian pada tertanggung. Hak subrogasi dibatasi
sampai dengan jumlah kerugian yang dibayarkan oleh penanggung
kepada pihak tertanggung.
e. Contribution (Kontribusi): maksud dari prinsip ini adalah, apabila
penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak
tertanggung, maka penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan
lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama menutup
asuransi harta benda milik tertanggung) untuk membayar bagian kerugian
masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan
yang ditutupnya.
f. Proximate Cause (Kausa Proksimal): prinsip ini mengandung konsep
tentang arti pentingnya mencari penyebab suatu peristiwa, dengan
menelusuri rangkaian peristiwa sebelumnya tanpa terputus hingga suatu
musibah terjadi melalui klausa proksimal ini akan dapat diketahui apakah
penyebab terjadinya musibah / kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi
polis asuransi atau tidak.
27
3. Teori Dasar Asuransi
Berbicara masalah asuransi, tentu saja tidak akan terlepas dari masalah
penanggulangan risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Sementara itu, apa yang terjadi di masa mendatang adalah suatu keadaaan
dimana penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). Sehingga dalam hal ini
manusia hanya bisa membuat sebuah perencanaan dengan menggunakan
berbagai prediksi (perkiraan) tentang kejadian di masa yang akan datang,
sedangkan kepastian hanya terlatak di tangan Tuhan.
Teori dasar yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi
dalam merencanakan dan memperkirakan kejadian dimasa yang akan datang,
dimana teori yang dimaksud adalah Hukum Bilangan Besar (the Law of Large
Number). Konsep penting dari Hukum Bilangan Besar ini mengatakan bahwa,
walaupun peristiwa yang timbul tampaknya tidak beraturan, namun pada
hakikatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola itu dikenali melalui observasi
terhadap masa lalu, kemungkinan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi
(probabilitas sebuah kejadian) dapat ditentukan. Jadi menurut hukum, ini
makin banyak jumlah observasi yang dilakukan oleh suatu peristiwa, maka
semakin besar kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi
probabilita yang benar9.
9 R. Gene Morton. Principles of Life and Health Insurance (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: 1995 Yayasan Bumiputera, h.6
28
Dalam menerapkan hukum ini, perusahaan asuransi mengumpulkan
informasi khusus tentang sekelompok orang, agar dapat mengenali pola
kerugian yang telah dialami. Sehingga dengan menggunakan informasi
tersebut, perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan
timbul pada jenis kelompok yang serupa dengan lebih akurat.
4. Unsur Operasional Perusahaan Asuransi
Unsur terpenting dalam hal operasional perusahaan asuransi adalah
unsur pengendalian risiko (manajemen risiko). Cara paling umum yang
digunakan oleh perusahaan asuransi dalam mengendalikan risiko10 adalah :
1. Transfer risiko (risk transfer): risiko dialihkan kepada pihak lain,
dimana risiko yang terjadi pada peserta asuransi dialihkan kepada pihak
perusahaan asuransi dan pihak peserta membayar atas jasa tersebut.
2. Risk sharing: menanggung risiko secara bersama-sama, dimana risiko
ditanggung bersama antara sesama peserta asuransi, dengan tujuan untuk
saling tolong menolong.
Unsur operasional perusahaan asuransi dalam sembilan divisi11,
yaitu:
a. Marketing (pemasaran)
10 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.84
11 Kenneth Huggins, Operations of Life and Health Insurance Companies (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: Yayasan Bumiputera,1992
29
b. Aktuaria: divisi yang melakukan studi statistik dan finansial pada
jangka panjang melalui prinsip yang diterapkan dalam Hukum
Bilangan Besar.
c. Underwriting: divisi yang melakukan penafsiran dan penggolongan
tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung
d. Customer service: divisi yang menjaga pelanggan tetap puas dan
bersikap positif terhadap perusahaan
e. Administrasi klaim: divisi yang bertanggung jawab untuk memenuhi
pembayaran uang sebagaimana yang dijanjikan oleh perusahaan dalam
polis asuransi
f. Fund manager: divisi yang bertanggung jawab di bagian keuangan
perusahaan untuk menginvestasikan sejumlah besar uang yang
terkumpul untuk pembayaran klaim di masa depan ditambah dana
perusahaan agar tidak ada dana menganggur
g. Administrasi: fungsi akuntansi memberikan informasi yang
paling penting dalam pengelolaan bisnis. Dimana pengumpulan,
penganalisaan dan peringkasan dana keuangan dilakukan untuk
membuat keputusan bisnis dan untuk melengkapi persyaratan-
persyaratan laporan keuangan.
h. Legal formal: Divisi ini mengamati kegiatan-kegiatan perusahaan
dan mengevaluasi apakah perusahaan telah memenuhi tanggung jawab
30
hukum kepada semua pihak serta melindungi hak-hak perusahaan.
i. Sumber daya manusia : divisi yang mengatur segala sesuatu tentang
pegawai dan karyawan perusahaan.
C. Asuransi Dalam Perspektif Islam
Ada beberapa kalangan Islam yang meragukan kebenaran konsep asuransi
dilihat dari kacamata Islam. Menurut kalangan tersebut, asuransi dianggap
merupakan bentuk usaha yang menentang takdir (qadla dan qadar), karena pada
dasarnya Islam mengakui bahwa musibah, kecelakaan dan kematian
merupakan takdir Allah. Memang alasan tersebut tidak dapat disalahkan, akan
tetapi Islam juga selalu melihat segala sesuatu secara universal. Berbagai
interpretasi mengenai makna ayat-ayat Al- Quran dan hadits yang bersifat
konstan-absolut dapat digunakan menjadi modal utama dalam menjawab
tantangan dan perkembangan jaman yang bersifat positif relatif, termasuk
menanggapi masalah asuransi ini.
Dalam surat Al Hasyr: 18, Allah memerintahkan manusia untuk membuat
perencanaan dalam menghadapi masa depan. Sementara itu dalam Al Qur’an
(Q.S. Yusuf :43-49) Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk
sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara
ringkas, ayat ini mengandung anjuran agar kita berusaha menjaga kelangsungan
kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk.
31
Sehingga ayat tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bahwa ber-asuransi tidak
bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya
menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi yang dikenal
dalam mekanisme asuransi.
Jadi, sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi
syarat- syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep
muamalat secara Islami setidaknya ada beberapa hal yang jelas diharamkan,
yaitu: adanya unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling),
riba, zhulum (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan perbuatan
maksiat
Sementara itu, Hukum Bilangan Besar yang menjadi teori dasar dari cara
kerja asuransi dalam memperkirakan masa depan, merupakan aplikasi dari kaidah
fiqhiyyah, al-‘adah muhakkamah. Dimana kaidah tersebut menjelaskan bahwa
kebiasaan yang telah berlalu merupakan suatu ketetapan hukum yang dapat
dijadikan landasan hukum bagi peristiwa berikutnya. Interaksi ini mengharuskan
adanya persesuaian dengan nilai dasar yang ada dalam syariah Islam12.
12 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media.
32
D. Asuransi Syariah (Takaful)
1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah (Takaful)
Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala
atau tafaa’ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang
mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang muamalah,
Muhammad mengatakan bahwa asuransi syariah (takaful) adalah: “Saling
memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang
lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko itu
dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing-
masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk
menanggung risiko tersebut13.”
Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang
bertakaful, yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling
menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum
atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini
terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang
oleh syariat: al-gharar, al-maisir, al-riba. Berkaitan dengan ini, menurut
Praja ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya
13 Muhammad. Kebijakan Fiskal & Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: 2002
Salemba Empat, h.105-106
33
takaful, yaitu:
a. Beberapa pihak yang berasuransi
b. Pengelola asuransi (Perusahaan Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan
asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara
para peserta asuransi14
Perusahaan asuransi syariah dapat menawarkan dua jenis
pertanggungan15, yaitu:
1) Takaful keluarga (Asuransi Jiwa): adalah bentuk takaful yang
memberi perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta takaful. Sementara itu produk takaful
keluarga dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Takaful dengan unsur tabungan, meliputi: Takaful berencana/
Dana Investasi, Takaful Dana Haji dan Takaful Pendidikan.
b) Takaful tanpa unsur tabungan, meliputi: Takaful Berjangka,
Takaful majelis Ta’lim, Takaful Khairat Keluarga, Takaful
Pembiayaan, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Wisata dan
Perjalanan, Takaful Kecelakaan Siswa, Takaful Perjalanan Haji
dan Umroh.
14 Gemala.Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.,2004 15 Muhammad., Lembaga - Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press, 2004,h.107
34
2) Takaful Umum (Asuransi umum): adalah bentuk asuransi yang
memberi perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan
atas harta milik peserta takaful, seperti rumah, kendaraan bermotor,
bangunan pabrik dan sebagainya. Jenis produk takaful umum meliputi;
Takaful Kebakaran, Takaful Kendaraan bermotor, Takaful Risiko
Pembangunan, Takaful Pengangkutan Barang, Takaful Risiko Mesin,
dll
2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Takaful dalam menjalankan usahanya bertujuan memberikan
perlindungan kepada peserta yang bermaksud menyediakan sejumlah dana
bagi ahli warisnya dan atau penerima hibah, wasiat, bila peserta tersebut
meninggal dunia. Selain itu takaful berfungsi pula sebagai penyedia dana
yang dapat digunakan untuk berjaga-jaga apabila mendapatkan kesulitan
disaat mendatang, akibat sakit, kecelakaan maupun karena sebab lainnya.,
takaful memiliki tiga konsep dasar16, antara lain:
a. Saling bertanggung jawab, dimana sesama peserta mampu merasakan
bahwa antara satu dengan lainnya adalah bersaudara.
b. Saling bekerja sama dan saling membantu, artinya sesama peserta
harus semakin meningkatkan kepeduliannya dalam upaya meringankan
beban saudara yang lain. Jadi dengan bertakaful, diharapkan azas
16 Masyhuril. Khamis, Takaful, Asuransi Syariah, Suatu Solusi. Jakarta, 2000
35
kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya, sehingga komitmen saling
membantu benar-benar tercipta.
c. Saling melindungi, dimana komitmen membela dan saling
mensejahterakan sangat diharapkan tercipta melalui kepesertaannya di
Takaful.
Ketiga konsep ini tidak akan dapat dilaksanakan, bila nilai taqwa dan
iman yang kokoh serta niat ikhlas belum meresap secara mendalam pada
semua peserta dan pengelola Takaful.
Pada dasarnya konsep ini ada pada asuransi konvensional, namun
dalam aplikasinya masih mempunyai kekurangan, di antaranya unsur-unsur
al-gharar, maisir dan ribawi masih ada dalam pelaksanaannya. Karenanya
konsep dasar ini harus bermuara pada operasional pelaksanaannya, sehingga
komitmen saling menolong, melindungi dan bertanggung jawab benar-benar
terlaksana.
Tiga prinsip dasar di atas dengan beberapa prinsip yang tidak kalah
pentingnya17. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1) Tauhid (Unity): merupakan dasar utama dari setiap bentuk
bangunan yang ada dalam syariah Islam, dimana setiap gerak
langkah serta bangunan hukum harus menceminkan nilai-nilai
17 Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.125
36
Ketuhanan
2) Keadilan (justice): merupakan upaya dalam menempatkan hak
dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi sehingga
terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dalam
akad asuransi.
3) Kerelaan (al-ridha): merupakan prinsip yang harus diterapkan
pada setiap peserta asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk
merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan
asuransi untuk difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).
4) Larangan riba: tidak diperbolehkannya riba dalam bentuk
apapun, termasuk masalah bunga dalam mengalokasikan dana untuk
investasi.
5) Larangan maisir (judi): tidak diperbolehkannya unsur perjudian
dalam bisnis asuransi.
6) Larangan gharar (ketidakpastian): dengan prinsip ini maka akad
yang dilakukan dalam transaksi asuransi serta kepemilikan dana harus
pasti dan jelas adanya.
3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia
Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia
masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara
umum (konvensional). Namun kemudian ada peraturan secara khusus
37
yang mengatur masalah asuransi syariah, yaitu Peraturan Pemerintah nomor
39 tahun 2008 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, KMK No.
422/KMK/2003 tentang penyelenggaran usaha perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi, PMK No.18/PMK.010/2010 tentang prinsip dasar
penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah,
kemudian Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep 390/
LK/2005 tentang pedoman perhitungan tingkat kesehatan keuangan serta
bentuk dan susunan laporan dan pengumunan laporan keuangan bagi
perusahaan asuransi non PT.
Disamping itu, pedoman mengenai asuransi syariah ini juga
dimantapkan oleh adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis
operasional, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Akad yang diperbolehkan dalam asuransi syariah adalah akad yang
tidak mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
2) Akad dalam asuransi:
a) Akad yang dilakukan antara peserta asuransi dengan perusahaan
terdiri atas akad tijarah dan akad tabarru’. Akad tijarah adalah
semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial,
sedangkan akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang
38
dilakukan untuk tujuan kebajikan.
b) Dalam akad setidak-tidaknya harus dibedakan:
1. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
2. Cara dan waktu pembayaran premi
3. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-
syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan.
c) Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’:
1. Dalam akad tijarah, perusahaan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis)
2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola
dana.
d) Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’:
1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru’ bila
pihak yang tertahan haknya, dengan sukarela melepaskan
haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya
39
2. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad
tijarah.
e) Masalah premi:
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan
jenis akad tabarru.
2. Untuk menentukan besarnya premi, perusahaan asuransi
syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel
mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk
asuransi kesehatan.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat
diinvestasikan dan hasil investasinya dibagihasilkan kepada
peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat
f) Masalah klaim:
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati
pada awal perjanjian
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah sesuai dengan premi
yang dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak
peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk
memenuhinya.
40
4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan
merupakan hak perusahaan, sebatas yang disepakati dalam
akad.
g) Masalah Investasi:
1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan
investasi dari dana yang terkumpul.
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah
h) Masalah pengelolaan dana:
1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh
suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2. Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari
pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah
(mudharabah).
3. Urusan asuransi syariah memperoleh ujrah (fee) dari
pengelolaan dana akad tabarru’ atau hibah.
4. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa didalam operasional
asuransi syariah yang seharusnya terjadi adalah saling bertanggung
jawab, saling membantu dan melindungi di antara para peserta sendiri.
Perusahaan asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk
mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan
41
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian
tersebut.
Keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian
keuntungan dana dari para peserta, yang dikembangkan dengan prinsip
mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan
sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai
yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan
dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang
telah disepakati.
Adapun mekanisme pengelolaan dana peserta ( premi) terbagi
menjadi dua sistem yaitu:
a. Sistem yang mengandung unsur tabungan
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara
teratur kepada perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung
kepada kemampuan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah
minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap peserta dapat membayar
premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau membayar langsung.
Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal, semester
maupun tahunan.
Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dipotong dengan
fee atau ujrah akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua rekening
yang berbeda, yaitu:
42
1. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik
peserta, yang dibayarkan bila:
a) Perjanjian berakhir
b) Peserta mengundurkan diri
c) Peserta meninggal dunia
2. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh
peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong
dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
a) Peserta meninggal dunia
b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi
dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi
menurut prinsip Al- Mudharabah. Prosentase pembagian mudharabah
(bagi hasil) dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian
kerjasama antara perusahaan dengan peserta.
b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam
Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta
sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling
membantu, dan dibayarkan bila:
43
1. Peserta meninggal dunia
2. Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan
beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi antara
peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam suatu
perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan
dengan peserta (misalnya, 30% untuk perusahaan dan 70% untuk
peserta).
Persentase untuk kedua rekening tersebut ditentukan sesuai
dengan kelompok umur peserta Takaful dan jangka waktu
pertanggungan. Dalam asuransi syariah, semakin tua kelompok umur
tertanggung dan semakin lama jangka waktu pertanggungan, maka
semakin besar jumlah presentasenya. Untuk memberi gambaran lebih
jelas tentang mekanisme atau perhitungan dalam asuransi syariah akan
diilustrasikan sebagai berikut18:
Usia peserta asuransi : 25 tahun
Jangka waktu pertanggungan : 10 tahun
Premi per tahun : Rp. 1.000.000,00
Rekening peserta (98%) : 98% x Rp. 1.000.000
18 Salim Abbas, Asuransi dan Manejemen Resiko, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2003. Cet-7, ed-2,h.112
44
= Rp. 980.000,00
Rekening khusus peserta : 2% x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000
Rasio bagi hasil :70% untuk peserta: 30% untuk
perusahaan
Apabila peserta meninggal dunia pada tahun ke 5 masa angsuran,
maka:
- Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5 = Rp. 4.900.000
- Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. 400.000
- Sisa premi yang belum dibayar = Rp. 5.000.000
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp. 10.300.000
Apabila peserta masih hidup hingga berakhirnya masa
pertanggungan (setelah 10 tahun), maka:
- Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 10 = Rp 9.800.000
- Keuntungan dari bagi hasil selama 10 tahun = Rp 1.800.000
- Rekening khusus peserta (tidak ada) = Rp. 0
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.11.600.000
Bila peserta mengundurkan diri pada tahun kelima masa angsuran,
maka:
- Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5 = Rp.4.900.000
- Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. 400.000
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.5.300.000
45
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN)
Definisi Dewan Pengawas Syariah (DPS) menurut Keputusan Dewan
Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI No: Kep-
98/MUI/III/2001 adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan
bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan
syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di
Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi
dari Dewan Syariah Nasional (DSN).
Berdasarkan keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan
pengurus DSN- MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001, maka fungsi dari Dewan
Pengawas Syariah dirumuskan sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan
syariah yang berada di bawah pengawasannya.
b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali
dalam satu tahun anggaran.
d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan- pembahasan DSN
DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi
46
komisaris sebagai pengawas / direksi. Jika fungsi komisaris adalah
pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan
pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi sistem
dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah Islam. DPS
bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan
berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap
tahunnya, ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan
perusahaan tersebut, serta bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan
baru yang dilaksanakan oleh sekretaris DPS.
Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala
(biasanya tiap tahun) bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya
telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari Lembaga Keuangan Syariah yang
diawasinya. Dewan Pengawas Syariah bersama komisaris dan direksi
bertugas untuk terus-menerus mengawal dan menjaga penerapan nilai-nilai
Islam dalam setiap aktifitas yang dikerjakan Lembaga Keuangan Syariah.
DPS juga bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang Lembaga Keuangan Syariah, melalui media-media yang sudah
berjalan dan berlaku di masyarakat, seperti khutbah, majelis ta'lim,
pengajian- pengajian, maupun melalui dialog rutin dengan para tokoh
47
agama dan tokoh masyarakat
Untuk menyelaraskan fatwa-fatwa yang berbeda antara DPS lembaga
yang satu dengan yang lainnya, maka MUI membentuk Dewan Syariah
Nasional (DSN) yang membawahi seluruh Lembaga Keuangan Syariah.
Dewan Syariah Nasional adalah Dewan yang dibentuk oleh MUI untuk
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga
keuangan syariah. DSN membantu pihak terkait, seperti Kementrian
Keuangan, BI dan lain-lain dalam menyusun peraturan/ ketentuan untuk
lembaga keuangan syariah. Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi,
dan para pakar dalam bidang yang terkait dengan muamalah syariah.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
A. Sejarah Umum Perusahaan Asuransi
1. Asuransi Takaful Keluarga
PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan anak perusahaan dari PT
Syarikat Takaful Indonesia, dimana perusahaan tersebut merupakan
perusahaan asuransi yang menjadi pelopor asuransi berbasis syariah murni
di Indonesia. PT. Syarikat Takaful Indonesia berdiri pada 24 februari
1994 atas inisiatif Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui
Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT. Asuransi
Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha
muslim Indonesia. Sementara itu PT Asuransi Takaful Keluarga sendiri
didirikan pada 4 Agustus 1994 dan mulai beroperasi pada 25 Agustus 1994,
dimana dalam sejarahnya PT. Asuransi Takaful Keluarga pernah meraih MUI
Award 2004 sebagai Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia.
Visi dari Takaful Indonesia adalah menjadi grup asuransi terkemuka
yang menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang komprehensif
dengan jangkauan signifikan diseluruh Indonesia menjelang tahun 2011.
Sedangkan misi dari perusahaan ini adalah kami bertekad memberikan solusi
dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko
48
49
bagi umat dengan menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang
dikelola secara professional, adil, tulus dan amanah.
Company Profile PT Asuransi Takaful Keluarga adalah sebagai berikut:
Pemegang saham:
• PT Syarikat Takaful Indonesia (99,94%)
• Koperasi Karyawan Takaful (0,06%)
Dewan Komisaris:
• Komisaris Utama: Dato’ Mohamed Hassan Md Kamil
• Komisaris Independen: H.M.U. Suwendi FSAI, FLMI, MBA
• Komisaris: Muhammad Harris, SE
• Komisaris: Saiful Yazan Ahmad
Dewan Pengawas Syariah (DPS):
• Ketua : Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin
• Anggota : Dr. H.M. Syafi’i Antonio, MSc
Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA
Prof. Madya Dr. Shobri Salamon
Dewan Direksi:
• Direktur Utama: Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA
• Direktur: Nor Effuandy Pfordten
50
Walaupun merupakan dua jenis perusahaan asuransi yang memiliki
manajemen berbeda, Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Takaful Umum
berada pada satu kantor yang sama. Asuransi Takaful Keluarga berusaha
menerapkan budaya perusahaan berbasis keislaman, seperti kalimat “salam”
selalu diucapkan jika ada orang baru memasuki ruangan. Ruangan kantor
Asuransi Takaful Keluarga dilengkapi sejumlah interior yang bernuansa
Islam. Selama penelitian, Bpk. Nastain, selaku responden dari Asuransi
Takaful Keluarga senantiasa membagikan pemahamannya kepada peneliti
mengenai Asuransi dipandang dari kacamata Islam, juga mengenai hadist-
hadist yang melatarbelakanginya. Saat menjelaskan segala sesuatu tentang
operasional asuransi syariah, beliau menggunakan istilah-istilah yang tidak
lepas dari bahasa syariah. Bpk. Nastain juga mengatakan bahwa perusahaan-
perusahaan asuransi syariah di Indonesia masih dalam proses menuju kepada
kebaikan Islam yang sempurna, begitupun yang terjadi pada Asuransi
Takaful.
Adapun produk – produk yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful
Keluarga diantaranya adalah:
a. Takafulink : Produk yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus
ber- asuransi sesuai syariah.
b. Takaful Dana Pendidikan (Fulnadi): Produk untuk perorangan atau
individu yang ditujukan bagi orang tua, yang merencanakan dana
51
pendidikan untuk putra- putrinya sampai pendidikan sarjana.
c. Takaful Dana Haji : Bentuk perlindungan untuk perorangan yang
menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana untuk biaya
menjalankan ibadah haji.
d. Takaful Kesehatan: Produk yang diperuntukkan bagi perorangan yang
bermaksud menyediakan dana santunan Rawat Inap dan Operasi bila
peserta sakit dalam masa perjanjian.
2. Asuransi Allianz Life Indonesia
Allianz sebagai perusahaan Asuransi bertaraf internasional didirikan
pada tahun 1890 di Berlin, Jerman. Saat ini Allianz merupakan salah satu
perusahaan asuransi dan jasa keuangan yang hadir di lebih dari 70 negara di
dunia. Untuk wilayah Asia Pasifik, Allianz hadir sejak tahun 1917 dan
beroperasi di 14 negara serta berkantor pusat regional di Singapura.
Kemudian pada tahun 1981 Allianz hadir di Indonesia melalui kantor
representatif yang selanjutnya berdiri sebagai perusahaan asuransi kerugian
joint venture di tahun 1989 yang dikenal sebagai PT Asuransi Allianz
Utama Indonesia. Kemudian tahun 1996 Allianz mengembangkan bisnis di
bidang asuransi jiwa dengan mendirikan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia,
yang hingga kini memiliki 75 kantor pemasaran dan outlet yang berlokasi di
43 kota di seluruh Indonesia, mulai Banda Aceh sampai dengan Jayapura.
52
Visi dari Allianz Life Indonesia adalah menjadi pilihan pertama dan
utama bagi pelanggan, rekan bisnis, dan karyawan. Disamping itu, Allianz
akan membangun hubungan kerjasama jangka panjang atas dasar saling
percaya. Sementara itu, misi dari Allianz Indonesia adalah menjadi
perusahaan asuransi dan penyedia jasa keuangan nomor satu di tahun 2010.
Bapak Supriyono, Agency Director Allianz Life Indonesia,
menjelaskan bahwa seiring dengan pencapaian visi dan misi-nya, Allianz
Life Indonesia sangat mengutamakan pemenuhan keinginan dan
kebutuhan berbagai kalangan di masyarakat, karena itulah mengapa Allianz
Life Indonesia menawarkan produk asuransi jiwa syariah. Menyadari
meningkatnya permintaan produk asuransi syariah, Allianz Life Indonesia
merespons atas tingginya permintaan tersebut dengan menawarkan produk
asuransi jiwa syariah pada bulan Januari 2006, dimana Indonesia merupakan
negara pertama Allianz Asia memperkenalkan produk-produk syariah.
Menurut kutipan sebuah siaran pers melalui website resmi Allianz, Jens
Reisch, Presiden Direktur Allianz Life Indonesia, mengungkapkan bahwa
dengan menawarkan produk syariah ini Allianz bermaksud memenuhi
kebutuhan masing- masing nasabah yang unik disetiap negara, termasuk di
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim.
Berdasarkan penjelasan dari Bapak Supriyono, produk konvensional
dan produk syariah yang ditawarkan oleh Allianz Life Indonesia ditangani
oleh dua fund management yang berbeda, tetapi keduanya memiliki link yang
53
kuat dengan Allianz Life Indonesia. Walaupun demikian, agen dan distributor
untuk produk konvensional tetap merangkap sebagai agen yang
memasarkan produk syariah, tidak ada agen khusus untuk produk syariah.
Sehingga kantor Allianz Life Indonesia yang menawarkan produk- produk
konvensional juga melayani masyarakat yang tertarik dengan produk – produk
syariah.
Berbeda dengan Asuransi Takaful Keluarga, suasana kantor Allianz
Life Indonesia terlihat lebih “hidup”, dimana kesibukan sangat tampak
sepanjang hari. Disamping itu suasana kantor tidak menonjolkan sesuatu yang
ber-nuansakan Islam, hal ini dikarenakan konsep syariah hanya diterapkan
pada produk- produk syariah-nya saja, dimana produk ini dinilai baru dan
merupakan sebagian kecil dari seluruh produk-produk yang ada (termasuk
produk konvensional). Para staff dan karyawan yang terdiri dari sejumlah
laki- laki dan perempuan berpenampilan seperti umumnya para pegawai pada
lembaga keuangan konvensional, karena sama sekali tidak menampilkan
sesuatu yang sarat ke-islaman (untuk pegawai perempuan tidak memakai
jilbab). Keadaan perusahaan yang tidak memunculkan suasana ke-Islaman
juga tercermin dari ucapan yang terlontar dari Bpk. Supriyono, selaku direktur
agen, ketika menjelaskan tentang mekanisme operasional produk syariah,
dimana dengan ramah beliau mengatakan:
54
“…..intinya mbak, risiko itu tidak ditanggung perusahaan tetapi ditanggung oleh kumpulan peserta melalui sistem tanggung renteng, itu lho…namanya…apa ya bahasa syariah-nya, tahu..?”
Ucapan dari Bpk. Supriyono tersebut menggambarkan bahwa,
walaupun telah memasarkan produk syariah, tetapi mereka belum
mengenal sepenuhnya istilah- istilah syariah yang berhubungan dengan
operasional perusahaan, dimana mereka masih memakai istilah- istilah umum,
seperti istilah “tanggung renteng” untuk konsep tabarru’, konsep penting
dalam asuransi syariah.
Adapun produk-produk syariah yang ditawarkan oleh Allianz Life
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Allisya Protection : Untuk memenuhi kebutuhan individu dan
keluarga mulai dari perencanaan pendidikan, tabungan dan investasi,
menyediakan dana untuk kebutuhan di masa pensiun.
b. Allisya Invest : Sarana berinvestasi dengan cara pembayaran premi
sekaligus untuk memenuhi kebutuhan financial individu dan keluarga.
c. Allisya Invest Plus : Sarana berinvestasi dengan cara pembayaran
premi sekaligus untuk memenuhi kebutuhan finansial individu selama 5
tahun atau 10 tahun.
55
B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Takafulink dan Allisya
Protection
1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga)
Takafulink merupakan salah satu produk Asuransi Takaful Keluarga
yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus berasuransi sesuai syariah,
dimana Takafulink ini menawarkan hasil investasi yang optimal dengan
pilihan sesuai preferensi peserta asuransi.
Manfaat yang ditawarkan dari produk ini adalah:
a. Manfaat asuransi (dana santunan) sebesar 800% dari premi tahunan
atau 125% dari premi sekaligus.
b. Peserta asuransi dapat memperluas manfaat asuransi dengan
menambahkan program asuransi Takaful Kecelakaan Diri dan/ atau
Asuransi Kesehatan.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip syariah dalam
mekanisme operasional produk Takafulink, maka harus diketahui terlebih
dahulu bagaimana mekanisme operasional dari produk tersebut dilapangan.
Peneliti membagi penjelasan mengenai mekanisme operasional ini dalam tiga
tahap yaitu, masa pra-transaksi, masa transaksi, dan mekanisme operasional
intern perusahaan.
56
Berikut ulasan lebih lanjut mengenai tiga tahapan tersebut :
a. Masa Pra-Transaksi Produk Takafulink
Masa pra-transaksi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
perusahaan dalam proses pemasaran dan tahapan lain yang terjadi antara
perusahaan dan peserta sebelum akad terbentuk. Perlu diketahui bahwa
khusus untuk data yang menjelaskan, bagaimana pihak marketing
Asuransi Takaful Keluarga melakukan proses pemasaran, diperoleh dari
buku panduan untuk agen (pemasar) milik intern perusahaan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku panduan untuk agen
(pemasar) milik intern perusahaan, maka hal-hal yang harus dilakukan
oleh agen atau pihak marketing sesuai prosedur perusahaan, adalah
sebagai berikut:
1) Menerangkan manfaat produk dengan jelas dan benar.
2) Menyarankan untuk mengambil produk sesuai kebutuhan.
3) Meyakinkan bahwa aplikasi sudah dipahami dan semua
keterangan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Sehingga bila ternyata tidak benar dapat membatalkan perjanjian
asuransinya.
4) Menginformasikan dan menerangkan isi syarat umum polis.
5) Memberikan kewajiban peserta yang berhubungan dengan premi dan
konsekuensinya jika pembayaran terhenti.
57
6) Memberikan keterangan yang benar tentang keadaan calon peserta,
hal ini dimantapkan dengan pengisian surat pernyataan penutup oleh
agen yang merupakan salah satu bagian dari lembar aplikasi.
Sebelum mengajukan permohonan asuransi, calon peserta harus
memenuhi ketentuan kepesertaan, dimana calon peserta harus sehat
jasmani dan rohani serta usia masuk minimal 17 tahun dan maksimal 60
tahun. Lamanya masa perjanjian adalah 16 tahun untuk usia 17 s/d 54
tahun, atau masa perjanjian ditambah usia masuk, asal tidak melebihi 70
tahun.
Sebelum mengisi dan menandatangani Surat Pengajuan Asuransi
(SPA/ aplikasi), calon peserta asuransi diharapkan membaca dan
memahami dengan seksama isi dan maksud dari SPA. Lembar isian dalam
SPA tersebut terdiri dari formulir data pribadi, akad tertulis dan pernyatan
calon peserta.
Setelah membaca dan memahami Surat Pengajuan Asuransi (SPA),
calon peserta diwajibkan mengisi dan menandatangani sendiri SPA
tersebut dengan lengkap dan jujur, dimana hal ini merupakan bagian dari
dasar perjanjian yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Bagian-
bagian yang harus diisi oleh calon peserta adalah formulir data pribadi,
yang berisi tentang data-data pribadi calon peserta dan data kepesertaan
tentang program-program yang akan diikuti. Lembar berikutnya dalam
58
SPA adalah akad tertulis dan pernyataan calon peserta, yang merupakan
pernyataan tertulis dari calon peserta mengenai persetujuan-nya
memberikan kuasa kepada PT.Asuransi Takaful Keluarga untuk
mengikuti program Asuransi Takafulink, serta menyetujui adanya
kewajiban yang timbul dari program tersebut. Disamping itu, terdapat
juga pernyataan calon peserta bahwa dia telah memahami semua
keterangan dalam SPA dan mengisi SPA tersebut dengan benar. Format
dan isi tulisan dalam akad telah ditentukan oleh perusahaan, dan peserta
hanya membaca, memahami, serta menandatanganinya jika ada kata
sepakat.
Calon peserta juga diwajibkan membaca serta memahami secara
seksama akad tertulis mengenai kesanggupannya untuk membayar premi
tabarru’. Dijelaskan juga dalam akad tertulis, bahwa premi tabarru’
nantinya akan dikelola oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dalam
rekening khusus sebagai dana kebajikan untuk tolong menolong diantara
peserta yang mengalami musibah. Jumlah premi tabarru’ yang akan
dibayarkan calon peserta ditetapkan pihak perusahaan yang kemudian
ditawarkan kepada calon peserta untuk mendapatkan kesepakatan.
Sebelum menyetujui akad, calon peserta diberikan juga penjelasan
secara detail mengenai biaya premi, biaya-biaya pengelolaan,biaya
tabarru, biaya administrasi, hasil investasi, serta manfaat takaful (dana
59
klaim) melalui ilustrasi pengembangan dana. Jika calon peserta telah
memahami benar mekanisme pengembangan dananya, maka calon peserta
diwajibkan menandatangani lembar ilustrasi tersebut, sebagai bentuk
pernyataan bahwa calon peserta telah memahami ilustrasi tersebut.
Dengan menandatangani aplikasi, calon peserta telah menyepakati
bahwa transaksi dilakukan berdasarkan prinsip Al-Wakalah bil-Ujrah.
Dengan prinsip tersebut, peserta merupakan pihak pemilik dana yang
mempercayakan dananya kepada perusahaan untuk dikelola melalui
beberapa jenis investasi, dan kemudian peserta memberikan ujrah
(komisi/ biaya pengelolaan) kepada perusahaan. Besar biaya pengelolaan
ditetapkan oleh perusahaan yang kemudian ditawarkan kepada calon
peserta untuk memperoleh kesepakatan.
Jika kemudian ternyata keterangan yang diberikan peserta
kepada perusahaan tidak benar dan atau palsu sedangkan perjanjian telah
berjalan, maka perusahaan mempunyai hak untuk membatalkan perjanjian
tersebut dan mengembalikan nilai tunainya. Namun jika peserta dapat
membuktikan bahwa yang tidak benar itu ternyata tidak dengan sengaja,
maka perjanjian dapat dilanjutkan dengan mengadakan penyesuaian
menurut keadaan yang sebenarnya.
Semua keterangan yang diberikan oleh calon peserta dalam
formulir aplikasi selanjutnya diperiksa oleh underwriter untuk kemudian
60
dilakukan seleksi resiko. Jika informasi yang diberikan ternyata tidak
memenuhi kriteria sebagai peserta asuransi Takafulink maka perusahaan
berhak menolak calon peserta untuk menjadi peserta. Tetapi jika
calon peserta memenuhi persyaratan, maka diterbitkan polis resmi
untuknya.
b. Masa Transaksi Produk Takafulink
Pada bagian ini dijelaskan tahap- tahap kegiatan antara peserta dan
perusahaan setelah SPA disetujui dan polis resmi telah dikeluarkan
untuk peserta asuransi. Dengan kata lain, calon peserta sudah menjadi
peserta asuransi.
Sejak aplikasi dan akad ditandatangani, serta perusahaan telah
mengeluarkan polis resmi, maka calon peserta telah menjadi peserta
asuransi dan asuransi berlaku mulai tanggal yang tercantum dalam polis.
Peserta membayar premi dasar sesuai kesepakatan yang telah
dilakukan ketika mengisi dan menandatangani formulir permohonan
asuransi Takafulink, dimana ada dua cara membayar premi dasar. Cara
yang pertama adalah dengan pembayaran Premi tahunan, dengan
pembayaran minimum Rp. 1.000.0000 dan maksimum Rp. 8.000.000.
Cara yang kedua adalah dengan cara pembayaran Premi sekaligus, dimana
pembayaran minimum Rp. 8.000.000 dan pembayaran maksimum Rp.
64.000.000.
61
Peserta memiliki kebebasan untuk memilih jenis investasi, dan
mempercayakan perusahaan sebagai manajer investasi. Atas pilihan
investasi tersebut segala risiko investasi menjadi tanggung jawab peserta
dan perusahaan tidak menjamin kinerja investasinya Pilihan investasi
tersebut menentukan jenis Takafulink yang diikuti peserta asuransi.
Pilihan investasi tersebut terdiri dari:
1) Takaful Dana Istiqomah: menawarkan cara berinvestasi dengan hasil
yang stabil dan risiko yang aman. Pada pilihan ini seluruh dana peserta
asuransi akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan
tetap.
2) Takaful Dana Mizan: menawarkan cara berinvetasi dengan hasil
yang optimal dan risiko yang moderat. Pada pilihan ini sebagian dana
akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan tetap dan
sebagian lainnya pada saham.
Peserta membayar premi tabarru’ sesuai dengan perjanjian awal
(akad). Besarnya tabarru’ yang dibayarkan adalah 7,5% dari premi dasar
tahunan, maksimum 8 tahun, dan 1,25% dari premi dasar sekaligus,
maksimum juga 8 tahun.
Selama masa polis, peserta dapat melakukan fleksibilitas melalui
fasilitas Top Up, Pengalihan Investasi dan Penarikan Dana. Dengan
fasilitas Top Up, peserta dapat meningkatkan dana investasi sewaktu-
62
waktu dengan ketentuan minimal sebesar Rp.1000.000.Dan dengan
fasilitas Pengalihan Investasi, peserta dapat menentukan kembali pilihan
investasi yang diinginkan, setelah masa kepesertaan satu tahun. Selain
itu, peserta juga dapat melakukan penarikan dana dengan ketentuan
minimum penarikan Rp.1.000.000 dan harus ada minimum dana
tersisa sebesar Rp. 1000.000, dengan ketentuan setelah masa kepesertaan
satu tahun.
Biaya-biaya yang telah disepakati dan harus dibayarkan oleh
peserta asuransi adalah sebagai berikut:
o Biaya polis (administrasi): Rp. 25.000
o Biaya pengelolaan investasi: 2,5%/ tahun
o Biaya Top Up: 3% dari premi Top Up
o Biaya setiap kali penarikan dana, maksimum Rp.25.000.
o Biaya setiap kali pengalihan investasi: 1% dari dana yang
dialihkan, maksimum Rp. 25.000
o Biaya pengelolaan yang dibebankan hanya pada tahun pertama,
sebesar 32,5% dari premi dasar tahunan atau 3,75% dari premi dasar
sekaligus.
Jika peserta meninggal dunia selama masa perjanjian, maka
besarnya dana santunan yang diperoleh peserta adalah 125% dari premi
sekaligus atau 800% dari premi tahunan.
63
Selama masa polis sampai polis berakhir, peserta akan
memperoleh manfaat takaful dengan perhitungan yang berbeda-beda
sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat peserta mengajukan
klaim tersebut. Adapun manfaat takaful yang diperoleh peserta ketika
mengajukan klaim tersebut adalah sebagai berikut:
o Jika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir, maka
peserta akan mendapatkan dana investasi yang terkumpul ditambah
hasil investasi sampai tahun peserta mengundurkan diri.
o Jika peserta meninggal dunia dalam masa polis, maka ahli waris
peserta memperoleh dana investasi yang telah terkumpul dan hasil
investasinya ditambah dana santunan
o Jika peserta hidup sampai masa polis berakhir, maka peserta
mendapatkan dana investasi terkumpul ditambah hasil investasi sampai
tahun terakhir perjanjian.
Untuk menjaga prinsip amanah dan transparansi, maka peserta
akan menerima laporan transaksi setiap tahun, dimana laporan tersebut
memuat mutasi transaksi yang terjadi dan jumlah unit yang dimiliki
peserta. Disamping itu, peserta juga dapat melihat perkembangan nilai
unit Takafulink setiap hari Rabu di harian Bisnis Indonesia, atau melalui
telepon ke Customer Care Takaful.
64
c. Mekanisme Operasional Intern Perusahaan Dalam Produk
Takafulink
Pada bagian ini dijelaskan mengenai kegiatan - kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk penetapan biaya- biaya dan mengelola dana
yang diberlakukan kepada peserta
Penetapan biaya pengelolaan didasarkan atas prinsip Al-Ujrah,
dimana biaya tersebut merupakan bentuk imbalan (komisi) dari pemilik
dana/ peserta kepada perusahaan. Sehingga penetapan biaya disesuaikan
dengan nilai jasa yang diberikan perusahaan dan biaya-biaya administrasi
yang berhubungan dengan kegiatan investasi. Biaya yang telah ditetapkan
selanjutnya ditawarkan kepada peserta untuk memperoleh kesepakatan.
Penetapan premi tabarru’ dilakukan dengan perhitungan berdasarkan
konsep mortalita yang merupakan bentuk khusus dari Hukum Bilangan
Besar. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan keterangan dari
peserta asuransi mengenai umur, kesehatan serta informasi penunjang lain,
yang nantinya akan digunakan utuk memprediksi besar dana santunan
yang akan dikeluarkan dalam periode tertentu. Dana santunan tersebut
diambil dari premi tabarru’ yang telah dimasukkan dalam rekening
khusus.
Premi dasar yang sudah dikurangi biaya pengelolaan dan premi
tabarru’ diinvestasikan keberbagai jenis investasi sesuai dengan
jenis program Takafulink yang dipilih. Jenis investasi untuk program
65
Takafulink antara lain:
1) Deposito Mudharabah
2) Unit penyertaan Reksadana Syariah
3) Investasi pembiayaan mudharabah
4) Investasi pembiayaan murabahah
Perusahaan juga memperhitungkan zakat maal terhadap investasi
peserta. Namun, ketika peneliti menanyakan tentang prosedur
penetapan zakat maal tersebut, responden dari perusahaan menjawab:
“pokoknya ada-lah…panjang banget…”
Dari jawaban responden tersebut, peneliti menangkap bahwa
responden enggan menjelaskan lebih jauh, sehingga tidak dapat diperoleh
informasi lebih lanjut mengenai bagaimana perusahaan menetapkan zakat
maal.
66
Mekanisme Pengelolaan Dana Takafulink
Sumber: PT. Asuransi Takaful Keluarga
Pendapatan Perusahaan
Beban Operasional
Profit
Perusahaan
Cadangan Klaim
Nasabah
Ujrah
Total Dana
Tabarru’ nasabah
Investasi
Total Dana
Tabarru’ hasil
investasi
Hasil Investasi
Beban
Asuransi: Re-as, Klaim, Pajak
SU Tabarru’
PREM
I N
ASA
BA
H
Ujrah Akad + Surplus Tabarru’
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan. Nasabah membayar
premi. Pada saat pembayaran premi, nasabah sudah harus mengetahui
berapa besaran ujrah dan besaran dana tabarru’ dari premi yang
dibayarkan. Ujrah akan menjadi milik perusahaan yang akan dialokasikan
untuk biaya pengelolaan perusahaan seperti, pembayaran gaji karyawan,
marketing fee dan sebagainya. Sedangkan dana tabarru’ akan digunakan
sebagai dana tolong-menolong dan tetap menjadi milik nasabah yang kelak
akan dialokasikan kepada nasabah yang tertimpa musibah. Kumpulan dana
tabarru’ akan diinvestasikan pada investasi-investasi syariah. Hasil dari
investasi tersebut akan kembali kekumpulan dana tabarru’ menjadi hak
67
milik nasabah. Kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasinya digunakan
untuk biaya klaim, reasuransi dan sebagainya. Apabila ada surplus dari
dana tabarru’, sebagian dana akan dikembalikan kepada nasabah yang tidak
mengajukan klaim mendapatkan manfaat berupa pengembalian surplus
dana tabarru’. Sebagiannya lagi disisihkan untuk cadangan tabarru’ dan
sebagiannya lagi akan dialokasikan kepada perusahaan asuransi.
2. Allisya Protection (Allianz Life Indonesia)
Allisya Protection merupakan produk untuk memenuhi kebutuhan
finansial individu dan keluarga, berupa tabungan dan investasi yang juga
menyediakan dana untuk kebutuhan dimasa pensiun sesuai dengan
perencanaan keuangan keluarga sejak dari usia dini hingga masa tuanya.
Adapun manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan melaui produk
ini adalah:
a. Menyediakan dana tunai yang dapat diambil kapan saja bila
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang atau keluarga
b. Menyediakan dana sebesar uang pertanggungan ditambah nilai
investasi apabila peserta mengalami musibah meninggal dunia.
c. Ketika peserta mencapai usia 100 tahun, dibayarkan dana tunai sebesar
hasil investasi dan kontrak polis berhenti.
68
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa untuk mengetahui
bagaimana prinsip syariah diterapkan dalam operasional produk syariah
Allianz Life Indonesia, maka terlebih dahulu diketahui tahap-tahap
operasional dari produk tersebut, khususnya untuk produk Allisya Protection.
Dalam mekanisme operasional produk Allisya Protection, peneliti juga
membaginya dalam tiga tahapan, yaitu masa pra- transaksi, masa transaksi,
dan mekanisme intern perusahaan. Berikut merupakan tahap-tahap yang
harus dilakukan perusahaan dan peserta asuransi dalam produk Allisya
Protection:
1. Masa Pra-Transaksi Allianz Life Indonesia
Bagian ini menjelaskan tentang kegiatan- kegiatan atau tahapan yang
dilakukan, baik oleh perusahaan maupun peserta asuransi, sebelum akad
atau perjanjian terbentuk.. Khusus untuk data mengenai hal- hal yang
berkaitan dengan proses marketing, diperoleh dari modul presentasi produk
syariah khusus untuk agen (staff marketing) perusahaan. Berikut merupakan
penjelasan detail mengenai tahapan yang dimaksud:
a. Hal- hal yang dilakukan marketing perusahaan kepada calon peserta:
1) Menjelaskan tentang Asuransi Syariah Allianz, dimana asuransi
tersebut merupakan bentuk usaha saling tolong menolong diantara
peserta dalam menghadapi musibah melalui dana kebajikan yang
dikelola Allianz Life Indonesia (perusahaan menyebutnya sebagai
69
Allianz Life Indonesia Cabang Syariah), sekaligus melakukan
investasi sesuai syariah untuk memenuhi kebutuhan masa depan
calon peserta.
2) Menekankan kepada calon peserta asuransi bahwa Allianz Syariah
akan mengelola dana calon peserta sesuai prinsip-prinsip syariah,
bebas riba, judi, maksiat, ketidakjelasan, dan menempatkan investasi
peserta ke dalam jenis investasi syariah.
3) Menjelaskan kepada calon peserta bahwa dengan asuransi
syariah, setiap peserta asuransi akan saling membantu, bekerja sama
dan saling bertanggung jawab kepada sesama peserta lain melalui
dana kebajikan.
4) Menjelaskan kepada calon peserta bahwa walaupun premi
dibayarkan kepada perusahaan, tetapi perusahaan hanya mengelola
dana premi tersebut dan keuntungannya diberikan kepada peserta
setelah dipotong biaya dan komisi.
5) Mengajukan dan menjelaskan proposal Allianz Syariah, yang
berisi ilustrasi pembayaran premi, biaya-biaya dan ilustrasi manfaat
kepada calon peserta. Dengan kata lain, menjelaskan mengenai hak
dan kewajiban peserta asuransi.
70
b. Ketentuan kepesertaan yang perlu diperhatikan adalah:
1) Laki-laki dan perempuan dengan usia masuk minimal 1 bulan dan
maksimal 70 tahun berdasarkan ulang tahun terdekat. Untuk calon
tertanggung usia 1 bulan sampai 18 tahun dapat diwakilkan, dan
pihak yang mewakili tersebut merupakan pihak yang memegang
polis.
2) Masa perlindungan Asuransi adalah sejak polis diterbitkan hingga
tertanggung mencapai usia 100 tahun.
3) Masa pembayaran premi hingga peserta berusia 99 tahun.
c. Peserta diwajibkan mengisi surat permintaan Asuransi Jiwa Allianz
Syariah dengan sebenar-benarnya. Surat permintaan tersebut berisi
tentang hal-hal yang terdiri dari:
1) Data pribadi calon tertanggung dan calon pemegang polis
2) Data pekerjaan calon tertanggung dan calon pemegang polis
3) Data termaslahat, yaitu pihak-pihak yang ditunjuk sebagai ahli
waris atau orang yang bertanggung jawab untuk membagikan
manfaat asuransi kepada ahli waris.
4) Perincian pertanggungan dan premi, termasuk jenis investasi yang
diinginkan.
5) Data tentang calon peserta dalam hal keikutsertaannya pada asuransi
lain.
71
6) Daftar pertanyaan tentang hal-hal yang menunjang untuk keperluan
underwriting. Pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan berkaitan
dengan kesehatan calon peserta serta hal- hal yang berkaitan dengan
kebiasaan yang bisa menggambarkan risiko di masa depan.
d. Calon peserta diwajibkan membaca akad yang diajukan pihak
perusahaan untuk kemudian menandatanganinya jika ada kata
sepakat. Akad tersebut berisi tentang:
1) Pernyataan calon peserta untuk menjadi anggota kumpulan
peserta asuransi syariah Allianz bersama dengan peserta
lainnnya untuk saling tolong menolong (ta’awun) terhadap
musibah yang mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta.
2) Kesediaan calon peserta untuk membayar dana tabarru’ sebagai
dana ta’awun peserta.
3) Pernyataan dan persetujuan untuk memberikan kuasa kepada
Asuransi Allianz Life Indonesia untuk mengelola dana, risiko, dan
melakukan transaksi atas nama peserta.
4) Pernyataan kesediaan membayar biaya pengelolaan risiko, biaya
administrasi, dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi polis
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan prinsip wakalah
bil-ujrah.
72
5) Pernyataan calon peserta untuk menunjuk Allianz Syariah
sebagai manajer investasi untuk melakukan transaksi investasi
sesuai jenis investasi yang dipilih peserta.
6) Pernyataan tentang kesediaan peserta untuk menerima hak gratis
biaya administrasi pada tahun pertama dan wajib membayar biaya
tabarru’ mulai bulan ke 13 sejak polis diterbitkan.
7) Pernyataan tentang keikhlasan peserta untuk menyetujui
pembagian surplus underwriting sebesar 70% ke dadalam rekening
tabarru’ dan 30% kepada Allianz Life Indonesia Cabang Syariah.
Sedangkan jika terjadi defisit underwriting, maka kekurangannya
menjadi tanggung jawab para peserta dan PT. Asuransi Allianz
Life Indonesia Syariah berdasarkan prinsip al-qardh akan
meminjamkan sementara untuk membayar manfaat atas musibah
yang terjadi diantara peserta, yang akan dikembalikan dari
surplus underwriting yang akan datang.
8) Calon peserta diwajibkan membaca dan memahami Pernyataan dan
Surat Kuasa untuk kemudian menandatanganinya jika ada kata
sepakat. Adapun isi dari Pernyataan dan Surat Kuasa tersebut adalah
mengenai pernyataan calon peserta tentang:
a) Kebenaran semua informasi yang diberikan.
b) Kesediaan menerima ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
73
polis.
c) Kesediaaan untuk memahami dan menyetujui sepenuhnya
bahwa polis menjadi batal jika keterangan yang diberikan tidak
benar/ kurang benar, sehingga Allianz Life Indonesia Cabang
Syariah dibebaskan dari segala kewajiban membayar uang
pertanggungan, segala gugatan atau bagian dari itu.
d) Persetujuan untuk melakukan perubahan polis apabila usia
masuk tertanggung berdasarkan perhitungan sebenarnya harus
diubah karena disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.
e) Pertanggungan asuransi akan mulai berlaku jika permohonan
asuransi disetujui dan premi pertama dibayar lunas.
f) Memberikan kuasa kepada pihak-pihak yang mempunyai
catatan atau mengetahui keadaan atau kesehatan calon
tertanggung untuk memberitahukan kepada Allianz Life Cabang
Syariah.
g) Pemberian kuasa tidak dapat ditarik kembali dan mengikat
para pengganti, ahli waris/ termaslahat.
h) Pembayaran semua biaya pemeriksaaan yang timbul kepada
perusahaan, jika peserta membatalkan permintaan asuransi yang
diterima pada tingkat premi yang standar.
74
i) Pemahaman calon peserta mengenai nilai investasi yang
tidak dijamin perusahaan, risiko investasi yang ditanggung
peserta, dan biaya-biaya yang dikenakan atas polis.
j) Semua informasi dan kondisi yang tertulis dalam surat
permintaan kemudian diperiksa oleh divisi underwriter untuk
kemudian dilakukan seleksi risiko dan untuk menentukan dana
tabarru’ yang wajib dibayarkan oleh peserta. Jika pada akhirnya
calon tertanggung ditolak kepesertaannya, maka seluruh premi
yang sudah dibayarkan akan dikembalikan.
k) Setelah underwriter menyatakan kelayakan calon peserta untuk
menjadi peserta asuransi serta surat permohonan asuransi
disetujui, maka calon peserta resmi menjadi peserta dan
diterbitkan polis untuknya.
2. Masa Transaksi Allianz Life Indonesia
Pada bagian ini dijelaskan mengenai tahap-tahap yang dilakukan peserta
asuransi dan perusahaan setelah akad terbentuk. Berikut merupakan penjelasan
rinci mengenai tahapan yang dimaksud:
a) Peserta membayar premi secara berkala, yaitu secara tahunan, semesteran,
kuartalan, dan bulananan. Untuk premi tahunan, besarnya dana minimum
yang disetor peserta adalah sebesar Rp.1.500.000, untuk cara bayar per-
semester minimum dana sebesar Rp.1.000.000, serta pembayaran secara
75
kuartalan dan bulanan minimum dana yang disetorkan berturut-turut adalah
Rp.625.000 dan Rp.200.000. Pembayaran premi pertama dan premi lanjutan
dilakukan via transfer atau cash ke bank syariah yang telah bekerja sama
dengan Allianz, yaitu Bank Permata Syariah dan Bank Syariah Mandiri.
b) Apabila calon tertanggung membatalkan/ tidak setuju dengan kondisi
yang diberikan oleh perusahaan, maka premi yang sudah dibayarkan akan
dikembalikan setelah dikurangi biaya pemeriksaan kesehatan (bila ada).
c) Kemudian premi yang disetor peserta dikelola dan diinvestasikan ke
beberapa instrumen keuangan syariah, dimana peserta dapat memilih jenis
investasi yang dikehendaki. Pilihan dari investasi yang ditawarkan adalah
sebagai berikut:
1. Allisya Rupiah Cash Fund: dana diinvestasikan ke dalam
instrumen- instrumen syariah jangka pendek yang berkualitas tinggi.
2. Allisya Rupiah Fixed Income Fund: dana diinvestasikan ke dalam
instrumen- instrumen syariah jangka pendek atau menengah dan
instrumen-instrumen jangka panjang.
3. Allisya Rupiah Balanced Fund: dana diinvestasikan ke dalam
instrumen- insrumen jangka pendek atau menengah dan instrumen-
instrumen syariah jangka panjang dan instrumen-instrumen saham,
termasuk saham yang masuk dalam JII atau reksadana saham syariah.
76
d) Pembayaran dana tabarru’ oleh peserta dihitung pihak perusahaan
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jumlah uang pertanggungan yang
dipilih, dipotong setiap bulan dari unit yang ada selama polis masih
inforce. Tabarru’ yang digunakan untuk dana kebajikan akan dikurangkan
dari unit setiap bulannya, mulai bulan ke-13 sejak polis diterbitkan hingga
kontrak polis berakhir atau terakhir pada usia 99 tahun 11 bulan.
e) Peserta dapat melakukan fleksibilitas dengan melakukan Top Up, yaitu
penambahan dana Investasi sewaktu-waktu, dimana Top Up tidak
mempengaruhi jumlah pertanggungan dan tetap dapat dilakukan pada masa
Premium Holiday. Fasilitas Top Up dapat dilakukan dengan dua cara yaitu,
1. Top Up Tunggal : Penambahan dana investasi tunggal yang dilakukan
setiap setiap saat, dimana penyetoran dana minimum yang dibayarkan
adalah sebesar lima kali uang pertanggungan.
2. Top Up Berkala : Penambahan dana investasi yang dilakukan
bersamaan dengan premi berkala. Tabel berikut menjelaskan tentang
ketentuan pembayaran minimum yang harus disetor peserta ketika
mengikuti fasilitas Top Up Berkala.
77
Penyetoran Minimum Top Up Berkala
No Keterangan Minimum Top Up Berkala:
1 Tahunan Rp. 1.000.000
2 Semester Rp. 500.000
3 Kuartalan Rp. 250.000
4 Bulanan Rp. 100.000
Sumber: Allianz Life Indonesia
f) Peserta juga memperoleh fasilitas fleksibilitas dengan melakukan penarikan
dana investasi (withdrawal) dan pengalihan dana investasi (switching), yang
dapat dilakukan setiap saat.
g) Peserta membayar komisi dengan ketentuan, untuk tahun ke-1 dan ke-2
komisi yang dibayarkan adalah sebesar 30 % dari nilai premi. Sedangkan
untuk tahun ke-3 sampai seterusnya sebesar 5 % dari nilai premi. Untuk
premi tambahan (Top Up) berkala atau tunggal, komisi yang dibayarkan
adalah sebesar Rp. 1,5 % dari nilai premi.
h) Peserta juga membayar sejumlah biaya, dimana antara lain terdiri dari:
1. Biaya pengelolaan risiko sebesar 25% dari dana tabarru’ untuk
membayar biaya pengelolaan risiko, sisanya dimasukkan dalam account
tabarru’ untuk membayar klaim. Dipotong setiap bulan dari unit mulai
bulan ke-13.
2. Biaya administrasi Rp. 26.500 dipotong setiap bulan dari unit yang
ada selama polis masih inforce. Khusus bulan ke-1 sampai bulan ke-12
78
peserta digratiskan dari biaya administrasi
3. Biaya pengelolaan dana investasi (Management Fee) sebesar 2%.
4. Biaya pengalihan investasi yang dilakukan lebih dari 3 kali dalam
setahun, sebesar 1% dari dana yang dialihkan.
5. Biaya pembatalan polis dalam masa Cooling of Periode (waktu
yang diberikan perusahaan kepada peserta, sejak tanggal polis
diterbitkan sampai selambat- lambatnya 21 hari setelah itu, untuk
membatalkan polis jika tidak menyetujui syarat yang tercantum
didalamnya)
6. Ahli waris (termaslahat) untuk peserta beragama Islam mengikuti
ketentuan Islam. Nama yang dicantumkan dalam Surat Permintaan
Asuransi adalah orang yang ditunjuk untuk menerima atau membagikan
ahli waris. Ahli waris yang non Islam adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima manfaat.
i) Pernyataan transaksi diberikan setiap ada perubahan atau transaksi, dan
Laporan tahunan dikirimkan setiap ulang tahun polis, mengenai jumlah unit
yang dimiliki, perkembangan hasil investasi dan semua transaksi dalam
satu tahun.
j) Dana klaim yang diperoleh peserta asuransi merupakan bagian dari
manfaat asuransi, dan berikut manfat- manfaat yang diperoleh peserta
asuransi ketika mengajukan klaim:
79
1. Peserta dapat mengklaim (mengambil) dana tunai sewaktu-
waktu bila dibutuhkan.
2. Peserta akan mendapatkan dana sebesar uang pertanggungan
ditambah nilai investasi apabila peserta meninggal dunia.
3. Ketika nasabah mencapai usia 100 tahun, dibayarkan dana tunai
sebesar nilai investasi dan kontrak polis berhenti.
3. Mekanisme Operasional Intern Perusahaan
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai mekanisme operasional yang
dilakukan perusahaan dalam melakukan penetapan biaya dan mengelola
dana milik peserta asuransi. Berikut merupakan rincian tahapan yang
dimaksud:
a. Premi ditentukan sesuai dengan hasil underwriting, dimana
dalam proses underwriting digunakan tabel usia dan tabel pemeriksaan
kesehatan. Semakin tua usia dan semakin buruk latar belakang
kesehatan calon peserta, maka ketentuan untuk pembayaran premi juga
semakin tinggi, karena risiko yang diperkirakan juga semakin tinggi.
Berdasarkan hasil seleksi risiko tersebut, tertanggung diharuskan
membayarkan sejumlah tambahan premi (ekstra premi) atas kondisi
kesehatan dan pekerjaannya.
b. Perusahaan tidak menetapkan prosentase yang tetap untuk
pembayaran tabarru’ bagi semua produk syariah Allianz Life
80
Indonesia. Perhitungan tabarru’dilakukan setelah mengetahui hasil
underwriting, khususnya pertimbangan mengenai usia, jenis
kelamin, dan jumlah premi yang dibayarkan. Sehingga setiap
peserta memiliki kewajiban bayar premi tabarru’ dengan jumlah
yang berbeda-beda.
c. Khusus untuk klaim pada tahun pertama polis, tabarru’ milik
peserta dalam posisi minus karena baru dibayarkan mulai bulan ke-13.
Apabila terjadi klaim dalam tahun pertama polis maka dana klaim akan
dibayarkan melalui pinjaman dari PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
Cabang Syariah. Perlu diketahui, bahwa istilah “cabang syariah” setelah
kalimat Allianz Life Indonesia merupakan istilah yang tertulis dalam
surat perjanjian (akad). Walaupun dalam kenyataannya tidak ada
Allianz Life Indonesia Cabang Syariah, karena yang ada adalah
produk syariah dari Allianz Life Indonesia. Mengenai hal ini juga
tersirat dari penjelasan Bpk. Supriyono berikut:
“…jika ada kematian diantara peserta, maka yang nanggung resiko kematian tersebut ya sesama peserta juga, yang saya bilang tadi lho mbak…tanggung renteng. Nah, kalau semisal, rekening peserta dalam keadaan minus, maka disini Allianz Life yang meminjami dana kepada rekening peserta, yang nantinya peserta mengembalikan lagi kalau ada surplus rekening peserta. Nah, manajamen konvensional sama manajemen syariah punya link dengan Allianz Life yang memberi suntikan dana tadi…”
Pernyataan responden diatas telah menggambarkan secara eksplisit
bahwa yang memberikan pinjaman dana adalah Allianz Life
81
Indonesia dan bukan Allianz Life Indonesia Cabang Syariah.
d. Setelah perusahaan menerima premi dari peserta, maka premi
tersebut akan dialokasikan ke sejumlah investasi, dimana jenis investasi
dipilih sendiri oleh peserta dan perusahaan berperan sebagai manajer
investasi. Jenis-jenis investasi tersebut adalah:
1. Allisya Fixed Income: deposito syariah, reksadana pendapatan
tetap syariah, dan obligasi syariah.
2. Allisya Balanced Fund Rupiah: deposito syariah, reksadana
syariah, obligasi syariah, dan reksadana saham syariah.
3. Allisya Cash Fund Rupiah: deposito syariah atau reksadana
syariah dan obligasi syariah dibawah satu tahun
82
BAB IV
MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA
A. Sistem Operasional asuransi syariah berdasarkan akad
Dalam bab ini Mekanisme operasional yang ada dilapangan selanjutnya
dianalisis kesesuaiannya dengan prinsip syariah, dimana ada enam hal penting
mengenai mekanisme operasional yang menjadi pembeda antara operasional
perusahaan asuransi syariah dan perusahaan asuransi konvensional. Enam hal
tersebut adalah mengenai; kedudukan akad antara peserta dan perusahaan dalam
transaksi, konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim,
pelaksanaan manejemen risiko, prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil
(prinsip mudharabah), pengelolaan dana investasi, serta peran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Sub bab
berikutnya merupakan analisis dari masing- masing mekanisme operasional
tersebut.
1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi
dalam transaksi.
Fungsi dari lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah adalah
sebagai penerima amanah untuk mengelola dana- dana yang dipercayakan
oleh pemilik dana. Sehingga hal ini menentukan posisi peserta asuransi dalam
82
83
perjanjian (akad), dimana peserta asuransi merupakan pihak yang menjadi
pemilik dana sepenuhnya (shahibul maal), sementara perusahaan hanya
sebagai fasilitator untuk menjaga dan mengelola dana mereka (mudharib). Hal
ini berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang memposisikan
peserta sebagai pembeli produk berupa polis dan perusahaan sebagai
penjual, berdasarkan akad jual-beli. Polis tersebut merupakan bentuk bukti
bahwa risiko telah dialihkan kepada perusahaan dengan konsekuensi peserta
asuransi harus membayar sejumlah premi kepada perusahaan. Sehingga
seringkali dalam proses pemasarannya, perusahaan asuransi konvensional
bertumpu pada penjualan produk-produk yang dikeluarkan. Berdasarkan hal
tersebut, maka proses marketing perusahaan asuransi syariah seharusnya lebih
berorientasi terhadap penawaran keikutsertaan untuk saling menanggung
dengan peserta lain, pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam jangka
waktu tertentu.
Jika dilihat dari proses pemasarannya, produk PT. Asuransi Takaful
Keluarga, khususnya produk Takafulink, menempatkan peserta dan
perusahaan dalam akad pada posisi yang tepat secara syariah. Hal ini dapat
digambarkan melalui tahap- tahap marketing dan proses terbentuknya akad
pada produk Takafulink. Pada saat masa pra- transaksi, ada hal penting yang
harus dilakukan staf marketing kepada calon peserta asuransi, dimana
marketing perusahaan diharuskan menginformasikan dan menerangkan isi
syarat umum polis secara detail kepada calon peserta. Lebih lanjut lagi, bahwa
84
dalam Pasal (1) Syarat Umum Polis Individu PT. Asuransi Takaful Keluarga
memuat tentang pengertian istilah- istilah dalam asuransi syariah, termasuk
diantaranya mengenai pengertian peserta dan perusahaan. Dalam pasal
tersebut, yang dimaksud dengan Peserta adalah pemegang polis yang
bertindak sebagai shohibul maal (pemilik dana) yang mengadakan perjanjian.
Sementara itu, yang dimaksud dengan Perusahaan adalah PT. Asuransi
Takaful Keluarga sebagai pemegang amanah. Dengan demikian sebelum
peserta melakukan transaksi, peserta telah diyakinkan terlebih dahulu bahwa
pihaknya bukanlah sebagai pembeli produk yang dijual perusahaan,
melainkan sebagai pemilik dana sepenuhnya. Hal itu juga dimantapkan
dengan adanya dasar-dasar perjanjian (akad) yang harus dibaca, dipahami,
untuk kemudian ditandatangani oleh peserta, jika ada kesepakatan.
Diantara dasar-dasar perjanjian tersebut memuat akad tertulis yang
menyatakan kesediaan peserta untuk memberikan kuasa kepada PT. Asuransi
Takaful Keluarga untuk mengikuti program Asuransi Takafulink, berdasarkan
prinsip wakalah bil- ujrah. Dengan prinsip tersebut, peserta merupakan pihak
pemilik dana yang mempercayakan dananya kepada perusahaan untuk
dikelola melalui berbagai portofolio investasi, dan kemudian peserta
memberikan ujrah (komisi/ biaya pengelolaan) kepada perusahaan.
Disamping itu, dalam proses marketing pihak perusahaan senantiasa
menekankan bahwa risiko kematian ditanggung oleh kumpulan peserta
sendiri atas dasar asas tolong–menolong, melalui pembayaran dana
85
tabarru’ yang diambil dari dana yang disetor calon peserta dan dikelola oleh
perusahaan. Hal ini berarti akad yang dilakukan telah memposisikan peserta
sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi
syariah untuk mengelola premi dan perusahaan sebagai wakil (pengelola
dana). Hal itu dilakukan tanpa paksaan karena sebelumnya peserta telah
diwajibkan untuk membaca dan memahami secara seksama isi dari akad
tertulis, bahkan terdapat juga surat pernyataan bahwa peserta telah benar-
benar paham akan hal itu, sebelum menandatangani kontrak (akad).
Begitupula yang terjadi dalam fungsi pemasaran dan proses
pembentukan kontrak (akad) produk Allisya Protection dan semua produk
syariah dari Allianz Life Indonesia (dimana mereka menyebut perusahaan
dengan sebutan “Allianz Life Indonesia Cabang Syariah”). Keduanya
mencerminkan kejelasan posisi dalam akad antara peserta dan perusahaan
secara syariah, yaitu peserta merupakan pemilik dana sepenuhnya sementara
perusahaan berkewajiban mengolah dana yang dipercayakan peserta kepada
perusahaan melalui berbagai investasi. Sama dengan PT. Asuransi Takaful
Keluarga, Allianz Life Indonesia dalam usaha pemasaran produk syariahnya,
selalu menekankan kepada calon peserta bahwa Allianz syariah
merupakan pihak yang akan mengelola dana sesuai syariah. Dalam hal ini
agen diwajibkan untuk menjelaskan kepada calon peserta, bahwa walaupun
premi dibayarkan kepada perusahaan, akan tetapi perusahaan hanya
mengelola dana premi tersebut dan keuntungannya diberikan kepada peserta
86
setelah dipotong biaya dan komisi yang telah disetujui, serta dana tabarru’
yang telah ditetapkan perusahaan. Disamping itu, dalam proses perjanjian
calon peserta diwajibkan membaca akad yang diajukan pihak perusahaan
untuk kemudian menandatanganinya jika telah memahami akad tersebut serta
menyetujuinya. Salah satu isi dari akad tersebut adalah pernyataan dan
persetujuan calon peserta untuk memberikan kuasa kepada Asuransi Allianz
Life Indonesia, untuk mengelola dana dan melakukan transaksi atas nama
peserta, serta bersedia membayar biaya atas jasa- jasa tersebut berdasarkan
prinsip wakalah bil- ujrah . Artinya, perusahaan bukan sebagai pihak yang
menjual polis asuransi yang siap menanggung risiko di masa yang akan
datang, akan tetapi sebagai pengelola dana, yang mana nantinya risiko
yang terjadi tetap ditanggung oleh kumpulan peserta, dalam hal ini risiko
yang dimaksud adalah risiko kematian. Sehingga dilihat dari proses marketing
dan proses terbentuknya akad, produk Allisya Protection telah menempatkan
peserta dan perusahaan pada posisi yang benar secara syariah.
Walaupun demikian, Allianz Life Indonesia memiliki perbedaan
dengan Asuransi Takaful Keluarga dalam hal peran perusahaan. Dalam hal
ini, Allianz Life Indonesia juga berperan sebagai penyuntik dana jika terjadi
kekurangan pembayaran santunan peserta dalam proses ta’awun., dikarenakan
rekening khusus milik seluruh peserta minus. Hal tersebut tidak terjadi dalam
operasional Asuransi Takaful Keluarga karena pembayaran premi untuk
produk Takafulink dilakukan bersamaan pembayaran premi dasar tahun
87
pertama sampai dengan tahun ke delapan. Berbeda dengan Allianz Life
Indonesia dalam produk Allisya Protection, dimana tabarru’ baru dibayarkan
pada bulan ke-13 pembayaran premi hingga masa polis berakhir,
sehingga jika terjadi klaim pada tahun pertama polis maka dana klaim yang
akan dibayarkan merupakan pinjaman dari PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia. Dilihat dari bentuk pinjaman, yaitu didasarkan pada prinsip al-
qardh, hal tersebut masih dibenarkan secara syariah karena pinjaman itu
merupakan bentuk bantuan perusahaan yang dilakukan tanpa unsur riba
dan bantuan tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab mereka untuk
mengelola dana dengan sebaik-baiknya. Kemudian pada akhirnya, secara
bersama- sama para peserta asuransi mengembalikan dana yang dipinjam
dengan menggunakan dana surplus underwriting milik peserta yang akan
datang. Oleh karena itu, jika hanya dilihat dari peran perusahaan sebagai
penyuntik dana, maka operasional ini masih dapat dikatakan sejalan dengan
prinsip syariah.
Perbedaan yang kedua adalah mengenai usia masuk calon tertanggung
yang kemudian membawa dampak ketidakjelasan status peserta, yang pada
akhirnya menciptakan ketidakjelasan akad. Syarat kepesertaan dalam
Asuransi Takaful Keluarga (Takafulink) adalah seseorang yang sehat
jasmani dan rohani dengan usia masuk calon tertanggung 17 s/d 60 tahun,
sedangkan pada Allianz Life Syariah (Allisya Protection) usia masuk calon
tertanggung adalah 1 bulan s/d 70 tahun. Ketentuan untuk produk Allisya
88
Protection menetapkan bahwa calon tertanggung yang berusia 1 bulan s/d
18 tahun dapat diwakilkan oleh orang tua wali atau oleh pihak yang
ditunjuk sebagai pemegang polis. Dengan demikian pada produk Takafulink,
setiap calon tertanggung merupakan calon pemegang polis (peserta),
sedangkan pada produk Allisya Protection setiap calon tertanggung belum
tentu merupakan calon pemegang polis (peserta). Seperti diketahui
sebelumnya bahwa baik pada produk Takafulink maupun produk Allisya
Protection, akad ditandatangani atas nama peserta asuransi, sehingga semua
pernyataan yang ada dalam akad adalah bentuk persetujuan peserta
asuransi. Hal ini menciptakan ketidakjelasan akad ketika calon tertanggung
bukanlah pemegang polis (peserta), dimana pernyataan untuk menjadi anggota
kumpulan peserta ta’awun dan kesanggupan berbagi risiko dengan peserta
lain dilakukan oleh peserta, sementara pihak yang memiliki risiko sebenarnya
adalah calon tertanggung. Sehingga dapat dikatakan bahwa, penentuan usia
calon tertanggung yang demikian akan menimbulkan ketidakjelasan akad,
dimana kerelaan dan keikhlasan calon tertanggung tidak diketahui. Padahal
kerelaan (al-ridha) merupakan salah satu dari prinsip dasar terbentuknya akad
dalam asuransi syariah. Disamping itu, merujuk pada konsep ta’awun pada
asuransi syariah, maka itikad buruk dan kecurangan sangat mungkin terjadi
ketika perusahaan memperbolehkan calon tertanggung diwakili oleh pihak
lain, dalam hal ini adalah pemegang polis. Konsep ta’awun merupakan
konsep yang tercipta berdasarkan keinginan untuk saling menolong sesama
89
peserta, dimana setiap peserta menjadi penanggung bagi semua peserta.
Konsep ini secara otomatis mendorong setiap peserta untuk melakukan
pencegahan risiko dan mengelola risiko masing- masing dengan baik. Akan
tetapi jika calon tertanggung bukanlah peserta yang menyetujui akad, maka
moral hazard dalam transaksi akan rawan terjadi, yaitu keadaan dimana ada
pihak- pihak yang dengan sengaja mengambil keuntungan dari terjadinya
risiko peristiwa yang tidak diinginkan terhadap calon tertanggung, mengingat
calon tertanggung yang sebenarnya ditanggung risikonya bukanlah peserta
yang terlibat secara langsung dalam akad.
2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim.
Berikut merupakan analisis bagaimana prinsip syariah diterapkan
dalam hal penetapan biaya premi dan penetapan dana klaim, yang masing-
masing dianalisis dalam dua bagian yang berbeda.
a. Penetapan Biaya Premi
Prinsip- prinsip dasar asuransi syariah dalam menetapkan biaya
premi harus terdapat tiga hal penting yaitu, adanya unsur kerelaan (al-
ridha), kejelasan dana (tidak adanya unsur gharar) dan tidak ada pihak
yang merasa dirugikan (tidak ada unsur maisir). Disamping itu, penetapan
biaya premi menurut prinsip syariah harus memasukkan unsur tabarru’ di
dalamnya.
90
Dalam menetapkan premi minimum dan premi maksimum produk
Takafulink, Asuransi Takaful Keluarga menggunakan konsep Hukum
Bilangan Besar melalui tabel mortalita, dimana informasi usia, jenis
kelamin dan kesehatan sangat dibutuhkan. Informasi tersebut digunakan
untuk memprediksi dana santunan, yang kemudian digunakan sebagai
dasar perhitungan dana tabarru’ yang menjadi bagian dari premi.
Perhitungan premi dilakukan dan ditetapkan oleh perusahaan, dimana
untuk produk Takafulink ditawarkan minimal premi sebesar Rp. 1.000.000
dan maksimum Rp. 8.000.000 untuk premi tahunan, serta minimum
premi sebesar Rp.8.000.000 dan maksimum Rp. 64.000.000 untuk premi
sekaligus. Ketetapan premi tersebut kemudian ditawarkan kepada calon
peserta untuk kemudian mendapatkan kesepakatan. Pada proses ini,
peserta tidak dilibatkan dalam penetapan premi, sehingga peserta
tidak mengetahui bagaimana angka 7,5% dan 1,25% dari premi untuk
membayar dana tabarru’ ditetapkan. Berkaitan dengan hal ini, ketika
peneliti menanyakan kenapa dana tabarru’ yang dibayarkan peserta
ditetapkan sampai pembayaran premi tahun ke-8 dan apakah peserta
terlibat dalam proses penetapan biaya tersebut, maka Bpk. Nastain selaku
responden menjawab:
“…itu ada prosesnya mbak, dengan menggunakan tabel mortalita, dalam tabel itu ada keterangan-keterangan mengenai usia, jenis kelamin, dan kesehatan peserta, yang bisa digunakan untuk memprediksi risiko dan dana santunan yang dikeluarkan nanti…perusahaan yang menetapkan dan
91
ditawarkan kepada calon peserta…”
Sama halnya dengan produk Takafulink, Allisya Protection milik
Allianz Life Indonesia juga menetapkan premi minimum dan
premi maksimum dengan menggunakan tabel mortalita, dimana semakin
tinggi usia maka premi dasar yang ditetapkan juga semakin besar, akan
tetapi disini perhitungan dana tabarru’ terpisah dari premi. Pemotongan
dana tabarru’ dilakukan dari nilai unit milik peserta {dana investasi +
hasil investasi- (komisi + biaya}, dan dilakukan mulai bulan ke 13 sejak
premi diterbitkan. Di awal perjanjian dalam produk Allisya Protection ini,
pihak perusahaan juga menawarkan pembayaran premi secara berkala
dengan jumlah minimum yang telah ditetapkan, untuk kemudian
memperoleh kesepakatan dengan calon peserta. Sejauh tahap ini prinsip
al-ridha masih diterapkan, yaitu keikhlasan peserta untuk
menginvestasikan sejumlah dana dengan minimal tertentu.
b. Penetapan Dana Klaim
Hal terpenting dari prosedur biaya klaim yang sesuai syariah adalah
diterapkannya prinsip kejelasan dana atau tidak adanya unsur gharar.
Sehingga konsep dana hangus yang ada dalam asuransi konvensional
tidak diperbolehkan dalam asuransi syariah. Selain itu, klaim atas akad
tijarah dan akad tabarru’ sepenuhnya merupakan hak peserta. Sehingga
kesesuaian prosedur dana klaim dengan prinsip syariah dapat dilihat
92
melalui manfaat produk yang diberikan, dimana hal itu mencerminkan
hak-hak peserta yang harus dipenuhi perusahaan.
Pada produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga, tidak
mengenal konsep dana hangus ketika peserta mengundurkan diri sebelum
masa polis berakhir. Hal ini dikarenakan ketika peserta mengundurkan diri
sebelum masa polis berakhir, maka peserta akan mendapatkan dana
investasi yang terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun peserta
mengundurkan diri. Pada kasus tersebut, dana tabarru’ yang telah
dibayar peserta tidak dikembalikan, karena telah disepakati dan
diikhlaskan di awal perjanjian untuk dimasukkan kedalam rekening
tabarru’ sebagai dana kebajikan. Disamping itu, jika peserta meninggal
dunia dalam masa polis, maka ahli waris peserta memperoleh dana
investasi yang telah terkumpul dan hasil investasinya ditambah dana
santunan yang diambil dari rekening tabarru’ peserta. Dan jika peserta
hidup sampai masa polis berakhir, maka peserta mendapatkan dana
investasi terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun terakhir
perjanjian. Dengan demikian sesuai prinsip syariah, klaim atas akad
tijarah dan akad tabarru’ dalam produk takafulink sepenuhnya
merupakan hak peserta, namun tentu saja setelah dikurangi komisi dan
biaya- biaya transaksi yang telah disepakati.
Pada produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia juga tidak
mengenal adanya dana hangus, ini dikarenakan adanya fasilitas withdrawl.
93
Fasilitas tersebut memungkinkan peserta untuk melakukan penarikan dana
investasi yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, termasuk ketika peserta
ingin mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir. Fasilitas withdrawl
tersebut mencerminkan bahwa klaim atas akad tijarah adalah hak penuh
peserta. Dan hak atas akad tabarru’ dicerminkan melalui manfaat yang
diperoleh nasabah ketika meninggal dunia, yaitu sebesar uang
pertanggungan ditambah nilai investasi, dalam hal ini uang pertanggungan
yang dimaksud terdiri dari dana investasi yang terkumpul dan dana
santunan yang diambil dari rekening tabarru’.
3. Pelaksanaan manejemen risiko
Salah satu prinsip akad dari asuransi berbasis syariah adalah prinsip
ta’awun (tolong menolong) dan bukan prinsip jual- beli. Hal ini berbeda
dengan perusahaan asuransi konvensional yang menerapkan prinsip jual beli
dalam transaksinya, dimana risiko di masa yang akan datang dialihkan dari
peserta kepada perusahaan, dengan kompensasi perusahaan menerima
pembayaran premi dari peserta. Sistem pengendalian risiko semacam ini
disebut dengan sistem risk transfer. Sehubungan dengan itu, untuk
menerapkan prinsip ta’awun dalam asuransi syariah, diterapkan sistem risk
sharing dalam usaha pengendalian risikonya. Sistem risk sharing merupakan
bentuk usaha saling menanggung risiko diantara sesama peserta, dan
sistem ini diimplementasikan melalui akad tabarru’. Penerapan akad tabarru’
94
harus dilakukan secara tepat sesuai dengan prinsip dasar asuransi syariah,
khususnya mengenai prinsip kerelaan (al-ridha) dari peserta asuransi dan
tidak adanya unsur maisir. Dan yang tidak kalah penting adalah, bahwa dalam
prinsip asuransi syariah, akad tabarru’ tidak boleh diubah menjadi akad
tijarah, sehingga akad harus menerapkan bahwa dana tabarru’ sepenuhnya
adalah untuk kepentingan tolong menolong sesama peserta asuransi.
Asuransi Takaful Keluarga, khususnya untuk produk takafulink, telah
menerapkan adanya akad tabarru’. Sebelum menandatangani kontrak (akad
tertulis), calon peserta diwajibkan membaca dan memahami secara seksama
akad tertulis mengenai kesanggupan peserta untuk membayar premi tabarru’,
yang nantinya premi tabarru’ tersebut akan dikelola oleh PT Asuransi
Takaful Keluarga dalam rekening khusus sebagai dana kebajikan untuk tolong
menolong diantara peserta yang mengalami musibah. Pada tahapan ini,
penerapan akad tabarru’ mencerminkan adanya prinsip kerelaan (al-ridha),
karena peserta telah mengetahui tentang keberadaan akad tabarru’ beserta
hak dan kewajiban yang timbul, sebelum menyetujui dan melaksanakan
akad. Sehingga uang yang disetor oleh peserta asuransi (yang merupakan
kewajiban peserta) merupakan dana tabarru’ yang sengaja diniatkan untuk
melindungi dirinya dan peserta lain ketika terjadi musibah, dan inilah yang
mencerminkan kerelaan peserta untuk melakukan akad tabarru’ tanpa ada
paksaan. Disamping itu, dengan mewajibkan peserta membaca dan
memahami bahwa dana tabarru’ yang dibayarkan pada akhirnya digunakan
95
untuk menanggung risiko atas dirinya dan peserta lain, dalam hal ini yang
dimaksud adalah risiko kematian, maka sampai tahap ini perusahan telah
berusaha menghilangkan unsur gharar dalam akad. Hal itu dikarenakan setiap
awal transaksi sudah ditekankan adanya kejelasan dana yang digunakan untuk
menanggung risiko yang mungkin terjadi.
Selama masa perjanjian, PT. Asuransi Takaful Keluarga diberi kuasa
oleh peserta asuransi untuk memotong langsung dana investasi peserta sebesar
7,5% dari premi dasar tahunan selama 8 tahun atau 1,25% dari premi dasar
sekaligus, yang kemudian dimasukan dalam rekening khusus sebagai dana
tabarru’. Perhitungan premi tabarru dilakukan perusahaan dengan
menggunakan konsep “Hukum Bilangan Besar” dengan menggunakan tabel
mortalita, untuk memprediksi kemungkinan kerugian di masa depan. Dengan
informasi yang diperoleh dari calon peserta, seperti usia, kesehatan dan
jenis kelamin, perusahaan dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan
timbul pada jenis kelompok yang serupa dan lebih akurat. Dari sini bisa
diprediksi berapa jumlah uang yang dibutuhkan untuk dana santunan peserta.
Premi tabarru’ dalam produk takafulink ditentukan terlebih dahulu dalam
prosentase yang sama untuk semua peserta. Sehingga melalui proses
underwriting, calon peserta yang diterima adalah calon peserta yang
memenuhi kriteria yang pantas membayar sejumlah dana tabarru’ yang telah
ditetapkan dalam produk takafulink. Dalam hal ini peserta- peserta dalam
produk Takafulink memiliki latar belakang kesehatan dan cara hidup
96
yang cenderung sama, serta range usia dari 17 hingga 60 tahun. Pada tahap
ini, perusahaan telah berusaha menegakkan prinsip keadilan, dimana dengan
menetapkan kelompok yang memiliki kesamaan latar belakang sebagai calon
yang diterima sebagai peserta, sementara prosentase pembayaran premi yang
diberlakukan adalah sama untuk semua peserta, maka diharapkan tidak ada
pihak yang merasa dirugikan, karena masing- masing peserta menanggung
tingkat risiko yang hampir sama dengan pembayaran premi tabarru yang
sama pula.
Penerapan akad tabarru’ juga dilakukan di dalam mekanisme
operasional produk Allisya Protection milik Allianz Life Indonesia. Sama
halnya dengan Asuransi Takaful Keluarga, Allianz Life Indonesia Syariah
juga mengharuskan calon peserta untuk membaca dan memahami akad
tertulis yang salah satu isinya adalah bahwa nantinya calon peserta akan
menjadi anggota kumpulan peserta asuransi syariah Allianz bersama dengan
para peserta lainnya untuk saling tolong menolong terhadap musibah yang
mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta dan untuk itu peserta
diwajibkan membayar sejumlah dana tabarru sebagai dana ta’awun. Selain itu
pada saat proses marketing, perusahaan juga menjelaskan kepada calon
peserta asuransi bahwa dengan berasuransi syariah setiap peserta asuransi
akan saling membantu, bekerjasama dan saling bertanggung jawab kepada
sesama peserta lain melalui dana kebajikan (tabarru’). Langkah perusahaan
untuk meyakinkan calon peserta mengenai adanya prinsip tolong menolong
97
dalam akad serta kewajibannya membayar dana tabarru’ adalah salah satu
bentuk usaha perusahaan untuk mengedepankan prinsip dasar asuransi
syariah, kerelaan (al-ridha), dan menghilangkan unsur paksaan.
Namun ada perbedaan penerapan akad tabarru’ antara Allianz Life
Indonesia Syariah dengan Asuransi Takaful Keluarga. Perbedaan tersebut
terletak pada prosedur penetapan jumlah dan pembayaran premi tabarru’
yang dilakukan oleh peserta. Setiap peserta dalam produk Allisya Protection
dikenakan dana tabarru’ yang berbeda- beda jumlahnya disesuaikan dengan
usia, jenis kelamin, dan jumlah uang pertanggungan, dan dihitung berdasarkan
hasil underwriting. Oleh karena itu, diawal perjanjian atau pada saat
penandatangan kontrak tidak disebutkan jumlah pasti yang harus dibayarkan
peserta untuk dana tabarru’. Hal ini cukup beralasan, karena perusahaan juga
menetapkan perjanjian agar peserta menyetujui dan mengikhlaskan
pembagian surplus underwriting (surplus account tabarru’) sebesar 30%
serta pembayaran fee sebesar 25% dari dana tabarru’ kepada PT. Asuransi
Allianz Life Indonesia, sementara peserta tidak mengetahui secara pasti
berapa jumlah account tabarru di awal perjanjian. Disamping itu, pemotongan
dana tabarru’ untuk keperluan biaya pengelolaan risiko tersebut tentu saja
menyalahi prinsip asuransi syariah, dimana akad tabarru’ tidak boleh diubah
menjadi akad tijarah serta menyalahi aturan dimana seharusnya dana tabarru’
sepenuhnya untuk dana kebajikan yang menjadi hak peserta, yang digunakan
dalam proses ta’awun (saling tolong menolong).
98
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah)
Prinsip mudharabah adalah salah satu prinsip yang membentuk akad
asuransi berdasarkan syariah. Berdasarkan Fatwa MUI tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah, akad yang terjadi dalam asuransi syariah terdiri dari
dua jenis, yaitu akad yang berdasarkan prinsip tijarah dan akad yang
berdasarkan prinsip tabarru’. Akad tijarah adalah semua akad yang dilakukan
untuk tujuan komersial, dalam hal ini adalah akad mudharabah. Sementara
akad tabarru adalah akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan
tolong menolong, dan tentu saja semua akad tersebut tidak terlepas dari
prinsip-prinsip syariah Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan
bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai
shahibul maal (pemegang amanah).
PT. Asuransi Takaful Keluarga, dalam produk Takafulink-nya
menerapkan prinsip Wakalah bil Ujrah dalam akad dan proses transaksinya,
bukan prinsip mudharabah. Wakalah bil Ujrah, berasal dari gabungan kata
“Al- wakalah” dan “al- ujrah”. Wakalah merupakan bentuk transaksi
dimana pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua (sebagai
wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa
fee atau komisi, pemberian imbalan berupa fee atau komisi inilah yang disebut
dengan prinsip Al- ujrah. Dalam mekanisme operasional produk Takafulink,
peserta asuransi memberikan kuasa kepada PT. Asuransi Takaful
Keluarga (perusahaan) untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa
99
rekening tabarru' dan rekening investasi, dimana peserta asuransi
menunjuk perusahaan sebagai manajer investasi-nya. Untuk itu sebagai
imbalan berdasarkan prinsip al – ujrah, peserta menyatakan kesediaaanya
untuk membayar komisi kepada perusahaan sebesar 3,75% dari Premi Dasar
Sekaligus, 32,5% dari Premi Dasar Tahunan pada tahun pertama, dan atau
3% dari Premi Top Up bila dilakukan penambahan premi Top Up.
Prosentase komisi tersebut ditetapkan perusahaan berdasarkan nilai jasa
yang diberikan perusahaan dalam usaha pengelolaan dana milik peserta, dan
biaya – biaya lain yang timbul akibat proses transaksi.
Sama halnya dengan produk Takafulink, produk Allisya Protection
dari Allianz Life Indonesia juga menerapkan prinsip Wakalah bil Ujrah.
Dalam operasional produk Allisya Protection, peserta memberikan kuasa
kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia Syariah selaku wakil untuk
mengelola dana, risiko dan melakukan transaksi atas nama peserta. Untuk itu
peserta bersedia membayar komisi kepada perusahaan yang dilakukan secara
berkala, bersamaan dengan pembayaran premi berkala sampai tahun ke-5.
Ketentuan jumlah premi dilakukan oleh perusahaan, kemudian ditawarkan
kepada calon peserta, dimana besar komisi yang ditetapkan adalah sebesar
30% dari premi dasar tahun ke-1 sampai tahun ke-2 serta sebesar 5%dari
premi dasar untuk tahun ke-3 sampai tahun ke-5. Sementara komisi untuk
premi tambahan (premi Top Up) adalah sebesar 1,5% dari premi dasar. Sama
halnya dengan produk Takafulink, pada produk Allisya Protection peserta
100
juga tidak mempunyai pilihan selain membayar komisi yang telah ditetapkan
oleh perusahaan, meskipun jumlah yang dibayarkan dinilai tidak sesuai
dengan nilai jasa yang diberikan perusahaan kepada peserta.
Dari keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa konsep mudharabah
tidak diterapkan dalam operasional kedua perusahaan., baik Asuransi Takaful
Keluarga maupun pada Allianz Life Indonesia. Walaupun konsep wakalah
bil-ujrah merupakan salah satu dari prinsip transaksi berdasarkan syariah,
akan tetapi jika pelaksanaannya masih mengandung unsur-unsur yang
bertentangan dengan syariah, maka hal itu tidak dibenarkan. Konsep tersebut
akan sulit diterapkan dalam usaha asuransi syariah, mengingat sulitnya
menemukan titik kesepakatan antara peserta dan perusahaan mengenai nilai
jasa yang sulit diukur. Konsep wakalah bil ujrah sesuai jika diterapkan
antara individu-individu dalam transaksi tertentu, dan bukan antara
individu dan perusahaan. Maka usaha asuransi syariah seharusnya
menerapkan konsep mudharabah, mengingat transaksi investasi secara
kolektif antara individu dan perusahaan lebih mudah mencapai keadilan
dengan jalan berbagi untung dan rugi. Sehingga adil jika peserta untung
dalam investasinya perusahaan juga mengalami kuntungan, dan sebaliknya.
Berbeda dengan wakalah bil ujrah yang diterapkan oleh Asuransi Takaful
Keluarga dan Allianz Life Indonesia, dimana peserta harus membayar
komisi yang ditetapkan perusahaan meskipun dalam keadaan merugi dalam
kegiatan investasinya.
101
B. Pengelolaan Dana Investasi
Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi, dimana
berdasarkan prinsip syariah, alokasi investasi harus berada pada sektor-
sektor investasi yang tidak bertantangan dengan Islam, yaitu investasi yang bebas
riba’.
Untuk Asuransi Takaful Keluarga, data terbaru yang diperoleh, yaitu data
tahun 2009, menggambarkan bahwa 60% dari total nilai investasi dari dana
terkumpul ditempatkan pada Deposito Mudharabah, 14% dalam bentuk Tanah
dan Bangunan, 21% dalam bentuk Reksadana Syariah dan Sukuk, serta 5%
dalam bentuk investasi lainnya, termasuk pembiayaan Murabahah dan
Mudharabah. Disini peserta asuransi menentukan sendiri jenis investasinya dan
menunjuk perusahaan sebagai manajer investasi. Hasil investasi yang dibukukan
ke rekening peserta setiap tahun akan diperhitungkan dengan zakat maal atas dana
tersebut.
Sementara untuk Allianz Life Indonesia Syariah, data terbaru yang
diperoleh adalah data bulan Desember tahun 2009 yang menjelaskan tentang
proporsi alokasi investasi dari tiga jenis portofolio yang berbeda, yang dipilih
oleh peserta asuransi. Berikut merupakan rincian pengelolaan dana investasi yang
terdiri dari 3 jenis portofolio tersebut:
a. Allisya Cash Fund, rincian portofolio: Reksadana Syariah (0,00%),
Kas/ Deposito Syariah (100%)
102
b. Allisya Fixed Income, rincian portofolio: Kas/Deposito Syariah (7,20%),
Reksadana Pendapatan Tetap Syariah (92,80%)
c. Allisya Balanced Fund, rincian portofolio: Reksadana Saham Syariah
(97%), Reksadana Pendapatan Tetap Syariah (0,00%), Obligasi Syariah di
bawah 1 tahun (0,00%), Kas/ Deposito Syariah (3,00%)
Oleh karena itu dengan mengamati rincian portofolio dari Asuransi Takaful
Keluarga dan Allianz Life Indonesia, dapat dikatakan bahwa kedua perusahaan
asuransi tersebut menempatkan dana milik peserta asuransi ke sektor-sektor
investasi yang memenuhi prinsip syariah dan sesuai dengan landasan operasional
Asuransi Syariah di Indonesia.
C. Pemantauan Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional
Salah satu hal yang tidak terdapat pada Perusahaan Asuransi
Konvensional adalah adanya Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah
Nasional yang bertugas untuk mengawasi dan menjamin agar operasional
perusahaan tetap sesuai dengan prinsip syariah.
Baik pada PT. Asuransi Takaful Keluarga maupun PT. Allianz Life
Indonesia Syariah terdapat pemantauan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan
Dewan Syariah Nasional (DSN). Sehingga Asuransi Takaful Keluarga dan
Asuransi Allianz Life Indonesia Divisi Syariah juga telah memenuhi persyaratan
penting untuk menjadi lembaga keuangan berbasis syariah.
103
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data melalui metode analisis deskriptif, dimana
dalam proses analisis telah dilakukan dua tahapan dasar yaitu, reduksi data dan
penyajian data, yang kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif, pada
akhirnya diperoleh beberapa kesimpulan. Dan berikut merupakan kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitian ini:
1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam
transaksi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia khususnya pada produk Takafulink dan Allisya Protection sudah
sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini terlihat dari akad yang diterapkan pada
kedua produk tersebut, yaitu akad wakalah bil ujrah yang memposisikan
peserta sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan
asuransi syariah untuk mengelola premi, sementara perusahaan asuransi
syariah bertindak atas nama wakil nasabah yang disebut sebagai wakil.
2. Penetapan Biaya Premi pada produk Takafulink dan Allisya Protection sudah
sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini terlihat bahwa dalam penetapan biaya
premi tersebut tidak mengandung unsur gharar dan maisir. Tetapi disini
terdapat sedikit kejanggalan dalam pembayaran biaya premi tabarru’ pada
produk Allisya protection, dimana pada produk tersebut pembayaran biaya
103
104
premi tabarru’ baru dimulai pada bulan ke-13 sejak premi diterbitkan.
3. Penetapan dana klaim dalam produk Takafulink dan Allisya Protection
tidak mengenal adanya “dana hangus”. Disamping itu, peserta juga
memperoleh hak atas manfaat transaksi, berupa klaim dari akad tijarah dan
akad tabarru’ setelah dikurangi komisi dan biaya untuk akad tijarah. Hal ini
telah sesuai dengan prinsip syariah.
4. Pelaksanaan manejemen risiko pada PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT.
Asuransi Syariah Aliianz Life Indonesia, melalui produk Takafulink dan
Allisya Protection telah menerapkan akad tabarru’ sebagai bentuk dari
implementasi konsep risk sharing, konsep yang diperbolehkan menurut
syariah.
5. Prinsip transaksi yang diterapkan dalam prosedur dan pelaksanaan konsep
bagi hasil pada produk Takafulink dan Allisya Protection adalah prinsip
wakalah bil ujrah. Dimana peserta asuransi memberikan kuasa kepada
perusahaan untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa rekening
tabarru’ dan rekening investasi dimana peserta asuransi merujuk perusahaan
sebagai manejer investasinya. Untuk itu sebagai imbalan berdasarkan prinsip
al-ujrah peserta menyatakan kesediaannya untuk membayar komisi kepada
perusahaan. Hal demikian sudah sesuai dengan prinsip syariah.
6. Pengelolaan dana investasi dilakukan oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PT. Asuransi Syariah Aliianz Life Indonesia dengan mengalokasikan
dana investasi ke berbagai instrumen yang berbasis syariah, seperti Deposito
105
Mudharabah, Tanah dan Bangunan, Reksadana Syariah dan Sukuk,
pembiayaan Murabahah dan Mudharabah, Kas/ Deposito Syariah, Reksadana
Pendapatan Tetap Syariah, dan Obligasi Syariah.. Hasil investasi yang
dibukukan ke rekening peserta setiap tahun akan diperhitungkan dengan zakat
maal atas dana tersebut. Pemungutan dana tersebut telah sesuai dengan prinsip
syariah.
7. Dewan Pengawas Syariah menjadi bagian intern struktur organisasi PT.
Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia,
yang bertugas melakukan meeting secara rutin dengan jajaran manajemen
untuk membahas isi-isi tentang operasional perusahaan serta mengesahkan
laporan keuangan perusahaan. Dan pada PT. Asuransi Syariah Allianz Life
Indonesia, perusahaan membuka akses kepada peserta agar dapat terhubung
dengan Dewan Pengawas Syariah, untuk mengarahkan kinerja perusahaan
agar selalu sejalan dengan prinsip syariah.
Perbandingan mengenai penerapan konsep syariah menurut fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) antara Asuransi
Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Syariah, dapat dilihat
melalui lampiran.
B. Saran
Merujuk pada hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
106
1. Perusahaan asuransi syariah yang telah menggunakan image syariah
sebaiknya memperbaiki mekanisme operasional-nya agar sesuai dengan
image yang ditawarkan kepada masyarakat.
2. Dan seharusnya masyarakat juga bisa lebih kritis mengkoreksi tentang
penerapan prinsip syariah pada usaha perasuransian syariah, dalam hal ini
sangat bergantung juga pada usaha perusahaan untuk mempublikasikan secara
intensif dan detail mengenai program-program yang ditawarkan serta prosedur
yang menyertainya, kepada publik.
3. Tidak kalah penting adalah perbaikan fungsi dari Dewan Syariah Nasional
dan Dewan Pengawas Syariah, agar pemantauan lebih ketat dilakukan serta
pemberian sanksi kepada perusahaan asuransi yang tidak melakukan kegiatan
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
, Fatwa Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
, Surat Keputusan Dirjen Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/
LK/ 2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah, dalam http://www.djlk.depkeu.go.id/asuransi/hal_301.htm
, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian
Astiwara, Endy M. 2001. Perbedaan Secara Syariah Asuransi Takaful Dengan Asuransi Konvensional. Muamalatuna. Vol. I/Edisi I/Th. I/25 Mei.
Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta : Prenada Media
Antonio, Muhammad Syafi’i. 1994. Prinsip Dasar Asuransi Takaful,
Dalam Arbitrase Islam Di Indonesia. Jakarta: BAMI
Baraba, Achmad. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses melalui www.google.com.
Daniel, Moehar: 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara
Dewi, Gemala. 2004. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Huggins, Kenneth. 1992. Operations of Life and Health Insurance
Companies (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: Yayasan Bumiputera.
Khamis, Masyhuril. 2000. Takaful, Asuransi Syariah, Suatu Solusi. Jakarta
Perbandingan penerapan Konsep Syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI Antara Operasional Asuransi Takaful keluarga & Asuransi Allianz Life Indonesia
Impelementasi No Konsep Syariah Menurut
Fatwa DSN – MuI Asuransi Takaful Keluarga Alianz Life Indonesia 1. Kedudukan akad antara
peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi
Produk Takafulink menerapkan prinsip wakalah bil ujrah, peserta sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi untuk mengelola premi dan perusahaan asuransi sebagai wakil yaitu pengelola dana.
Produk Allisya Protection menerapkan prinsip wakalah bil ujrah, peserta sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi untuk mengelola premi dan perusahaan asuransi sebagai wakil yaitu pengelola dana. Tetapi disini perusahaan Allianz Life Indonesia juga berperan sebagai penyuntik dana jika terjadi kekurangan pembayaran dana santunan peserta dalam proses ta’awun.
2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan dana klaim
Premi tabarru’ dibayarkan sejak pembayaran premi dasar tahun pertama hingga tahun ke-8 dan penetapan dana klaim berasal dari akad tijarah dan akad tabarru’ setelah dikurangi komisi dan biaya untuk akad tijarah.
Premi tabarru’ dibayarkan mulai bulan ke-13 sejak premi diterbitkan sedangkan penetapan dana klaim berasal dari akad tijarah dan akad tabarru’ setelah dikurangi komisi dan biaya untuk akad tijarah.
3. Pelaksanaan manejemen risiko
Produk Takafulink telah menerapkan akad tabarru’ sebagai bentuk implementasi konsep risk sharing
Dalam produk Allisya Protection telah diterapkan adanya akad tabarru’ sebagai wujud sistem risk sharing.
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil
Peserta asuransi memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa rekening tabarru’ dan rekening investasi dimana peserta asuransi merujuk perusahaan sebagai manejer investasinya. Untuk itu sebagai imbalan peserta menyatakan kesediaannya untuk membayar komisi kepada perusahaan
Peserta membayarkan ujrah kepada perusahaan sebagai kompensasi yang telah mengelola dana, risiko dan telah melakukan transaksi atas nama peserta.
Lanjutan
Impelementasi No Konsep Syariah Menurut Fatwa DSN – MuI Asuransi Takaful Keluarga Alianz Life Indonesia
5. Pengelolaan dana investasi Dana investasi dialokasikan ke berbagai instrumen berbasis syariah, seperti Deposito Mudharabah, Tanah dan Bangunan, reksadana syariah dan Sukuk serta Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah
Dana investasi dialokasikan ke berbagai instrumen berbasis syariah, seperti Reksadana Syariah, Kas / Deposito Syariah, Reksadana Pendapatan Tetap Syariah dan Obligasi Syariah
6. Peran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional
Dewan Pengawas Syariah menduduki posisi sejajar dengan Dewan Komisaris dan di atas Dewan Direksi. Dewan Pengawas Syariah melakukan meeting secara rutin untuk membahas tentang operasional perusahaan serta mengesahkan laporan keuangan perusahaan.
Manejemen semua produk milik Allianz Life Indonesia dipantau langsung oleh Dewan Pengawas Syariah dan perusahaan juga membuka akses kepada peserta agar dapat terhubung langsung dengan Dewan Pengawas Syariah.