ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …
Transcript of ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM …
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
95
ANALISIS KETERAMPILAN KERJA ILMIAH DALAM PRAKTIKUM
KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA
KELAS XI IPA 2 MAN 2 PONTIANAK
Maimuna*, Hairida
dan Dini Hadiarti
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan kerja ilmiah dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak. Metode penelitian ini
yang digunakan adalah deskriptif. Subyek penelitian ini sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik wawancara. Alat pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan pedoman wawancara. Rata-rata
keterampilan merumuskan masalah sebesar 100%, keterampilan merumuskan hipotesis sebesar
95.40%, keterampilan melakukan percobaan sebesar 86.59%, keterampilan mengamati hasil
percobaan sebesar 83.14%, keterampilan menganalisis data hasil percobaan sebesar 73.56% dan
keterampilan merumuskan hipotesis sebesar 70.12%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak memiliki keterampilan kerja ilmiah dengan kategori
kemampuan sangat baik dengan rata-rata keseluruhan aspek keterampilan kerja ilmiah sebesar
84.48% pada praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing.
Kata Kunci: Keterampilan kerja ilmiah, praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing
ABSTRACT
This study aimed at describing thescientific work skill in guided inquiry-based colloid lab on XI
IPA 2 students of MAN 2 Pontianak. Using descriptive method, this study employed 29 students as
the subjects. The data collection techniques used were observation and interview. While thedata
collection tools used were and interview guides. The average skillin formulating the problem was
100%, the skill informulating the hypothesis was 95.40%, the skill in conducting experiments was
86.59%, the skill in observing experimental results was 83.14%, the skillin analyzing the
experimental results was 73.56%, and the skillin formulatingthe hypotheses was 70.12%. It can be
concluded that the students of XI IPA 2 MAN 2 Pontianak are considered excellent as their overall
average of scientific work skill inguided inquiry-based colloid lab was 84.48%.
Keywords: Job Skills scientific, lab colloid-based guided inquiry
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
96
PENDAHULUAN
Kimia termasuk salah satu rumpun
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah. Permendiknas
No. 22 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
menjelaskan bahwa IPA berkaitan dengan
cara memahami alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya sebatas
penguasaan kumpulan pengetahuan
(produk ilmu) yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi lebih sebagai proses penemuan.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) siswa yang belajar
sains dituntut tidak hanya memahami
produk-produk sains, namun juga
diharapkan memahami dan terampil
melakukan proses sains (mempunyai
scientic skill) dan bersikap sains. Sikap
ilmiah tercermin dari keterampilan kerja
ilmiah yang perannya sangat penting
dalam pembelajaran IPA khususnya
Kimia.
Colburn (Hamdiyati, 2007)
menyatakan pembelajaran berbasis kerja
ilmiah merupakan pembelajaran yang
melibatkan peserta didik pada
permasalahan yang terbuka, bersifat
student centered dan melibatkan aktivitas
hands-on. Selain itu, dalam pembelajaran
berbasis kerja ilmiah peserta didik
diperkenalkan seperangkat prosedur yang
biasa dilakukan oleh para ahli dalam
mengorganisasikan pengetahuan sampai
menghasilkan prinsip yang menjelaskan
sebab akibat, sehingga keterampilan kerja
ilmiah merupakan keterampilan yang
dibutuhkan dalam belajar sains.
Keterampilan kerja ilmiah merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh siswa
melalui suatu metode ilmiah untuk
mendapatkan pemecahan atau jawaban
dari suatu permasalahan.
Keterampilan kerja ilmiah meliputi
keterampilan untuk melakukan metode
ilmiah antara lain keterampilan
melakukan pengamatan, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis,
merancang percobaan, melakukan
percobaan, menganalisis hasil
percobaan, membuat kesimpulan dan
keterampilan menyampaikan hasil
percobaan secara lisan maupun tertulis
(Saputra, 2012). Laboratorium
merupakan wahana yang tepat untuk
mengembangkan keterampilan kerja
ilmiah melalui kegiatan praktikum.
Kegiatan praktikum dapat
mengembangkan keterampilan-
keterampilan dasar bereksperimen dan
kegiatan praktikum merupakan wahana
pengembangan penyelidikan ilmiah
(Rustaman, 2010). Praktikum yang
bermakna tidak cukup hanya dengan
memiliki kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik tetapi juga diperlukan
keterampilan kerja ilmiah.
Hasil wawancara dengan guru kimia
kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 2 Pontianak pada tanggal 24
Februari 2015, diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran kimia sudah mengunakan
metode praktikum berbasis inkuiri
terbimbing pada beberapa pokok bahasan
di antaranya pada pokok bahasan
kalorimetri, laju reaksi, larutan asam
basa, titrasi asam basa dan koloid. Siswa
melakukan percobaan secara
berkelompok sesuai dengan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru,
siswa dilatih melakukan inquiry dengan
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
97
bimbingan (guide) oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan
dalam Program Pengalaman Lapangan
(PPL) tahun ajaran 2014/2015, langkah-
langkah pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing tidak semua dilaksanakan oleh
guru. Pada kegiatan praktikum langkah-
langkah yang dilakukan pada praktikum
berbasis inkuiri tebimbing adalah
mengumpulkan data, menganalisis data,
merumuskan kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh
informasi yang sama bahwa pembelajaran
kimia di MAN 2 Pontianak menerapkan
metode praktikum pada beberapa pokok
bahasan dan siswa diberi tugas individu
membuat laporan praktikum.
Kemampuan yang diukur oleh guru
adalah kemampuan kognitif dan afektif,
untuk kerja ilmiah tidak diukur, sehingga
guru belum memiliki gambaran yang
sesungguhnya tentang keterampilan kerja
ilmiah dalam praktikum berbasis inkuiri
terbimbing.
Keterampilan kerja ilmiah dapat
dikembangkan melalui kegiatan
praktikum dan dibutuhkan dalam
pelaksanaan praktikum supaya praktikum
berjalan benar serta hasil percobaan yang
diperoleh akurat sehingga dapat
membantu siswa memahami konsep-
konsep kimia. Penelitian mengenai
analisis keterampilan kerja ilmiah dalam
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing belum pernah dilakukan,
sehingga diharapkan analisis
keterampilan kerja ilmiah dalam
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing dapat memberikan informasi
dan gambaran tentang keterampilan kerja
ilmiah kepada siswa kelas XI IPA 2
MAN 2 Pontianak.
METODE PENELITIAN
Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode deskriptif adalah suatu
penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi apa yang ada atau
mengenai kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang sedang berkembang,
proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi, atau
kecenderungan yang tengah berkembang
(Mahmud, 2011: 100). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, menggambarkan
keadaan subjek/objek yang diungkapkan
berdasarkan fakta yang tampak pada saat
sekarang dan apa adanya. Pendekatan
kualitatif merupakan suatu pendekatan
dalam melakukan penelitian yang
berorientasi pada fenomena atau gejala
yang bersifat alami (Sugiyono, 2012: 14).
Pendekatan pada penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif pada penelitian ini untuk
menganalisis keterampilan kerja ilmiah
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2
MAN 2 Pontianak
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak
yang terdiri dari 32 orang siswa dengan
jumlah siswa laki-laki 10 orang dan siswa
perempuan 22 orang.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi dan wawancara. Alat
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
98
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi dan pedoman
wawancara.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang divalidasi dalam
penelitian ini adalah lembar observasi dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Validitas isi
dihitung dengan pendekatan yang
dikemukakan lawshe yaitu Content
Validity Rasio (CVR).
Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi keterampilan kerja
ilmiah
a) Menghitung skor mentah pada setiap
indikator penilaian dalam pedoman
observasi berdasarkan kriteria yang telah
dibuat.
b) Mengubah skor mentah keterampilan
kerja ilmiah ke dalam bentuk persentase
dengan rumus (Sujdono, 2008: 43):
P = nilai persentase yang dicari
F = skor mentah yang diperoleh siswa
N = skor maksimum
c) Menentukan kategori
keterampilan kerja ilmiah berdasarkan
skala kategori kemampuan :
Tabel 1. Kategori Kemampuan
Persentase
(%)
Kategori
Kemampuan
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Arikunto, 2013: 297)
2. Wawancara
Hasil wawancara yang telah
dilakukan ditranskipkan dalam
bentuk tulisan. Data yang diperoleh
digunakan sebagai data tambahan
dalam membahas hasil temuan
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berupa gambaran
mengenai keterampilan kerja ilmiah siswa
kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak pada
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing. Data hasil penelitian ini
diperoleh dari lembar observasi dan LKS
pada saat praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing terhadap siswa pada
tanggal 28 Mei 2015, dimana siswa yang
menjadi subyek penelitian berjumlah 32
orang dibagi ke dalam 6 kelompok.
Kelompok 1, 3, 5, dan 6 terdiri dari 5
siswa, kelompok 2 dan 4 terdiri dari 6
siswa. Kelompok bersifat heterogen, yaitu
campuran antara siswa kategori rendah,
sedang dan tinggi, akan tetapi pada saat
pelaksanaan penelitian 3 siswa tidak
hadir sehingga siswa yang hadir
berjumlah 29 orang.
Hasil analisis keterampilan kerja
ilmiah siswa dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing diperoleh
gambaran keterampilan kerja ilmiah
siswa masing-masing aspek dapat dilihat
pada grafik persentase keterampilan kerja
ilmiah siswa dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing di bawah ini:
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
99
Berdasarkan Gambar 1 dapat terlihat
bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam keterampilan merumuskan masalah
memiliki rata-rata 100%, keterampilan
merumuskan hipotesis memiliki rata-rata
95.40%, keterampilan melakukan
percobaan memiliki rata-rata 86.59%,
keterampilan mengamati hasil percobaan
memiliki rata-rata 83.14%, keterampilan
menganalisis hasil percobaan memiliki
rata-rata 73.56% dan keterampilan
merumuskan kesimpulan memiliki rata-
rata 70.12%. Rata-rata keterampilan kerja
ilmiah siswa dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing sebesar
84.48% dengan mendapatkan kategori
kemampuan sangat baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa keterampilaan kerja
ilmiah siswa sudah sangat baik. Hal ini
disebabkan sebagian besar siswa
memperoleh skor 3 dalam melakukan
aspek-aspek keterampilan kerja ilmiah.
1. Keterampilan Merumuskan
Masalah
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing pada aspek
keterampilan merumuskan masalah
terdapat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Merumuskan Masalah
Kategori
kemampu
an
Juml
ah
Siswa
Sko
r
Persenta
se (%)
Sangat
baik
29 3 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa keterampilan kerja ilmiah siswa
kelas XI IPA 2 MAN 2 Pontianak
dalam aspek merumuskan masalah
sudah sangat baik karena tidak ada
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
100
siswa yang mendapatkan kategori
kemampuan baik, cukup, kurang, dan
sangat kurang. Hal ini disebabkan
semua siswa memperoleh skor 3
dengan merumuskan 3 rumusan
masalah sesuai dengan kasus yang
disajikan dalam LKS. Rumusan
masalah pada kasus 1 adalah mengapa
berkas sinar matahari yang melalui
celah daun pepohonan pada pagi hari
yang berkabut tampak jelas?, rumusan
masalah pada kasus 2 adalah mengapa
susu cair dapat menggumpal dengan
penambahan asam cuka?, sedangkan
rumusan masalah pada kasus 3 adalah
mengapa setelah mencuci wajah
dengan pembersih wajah yang
mengandung activated Carbon (sejenis
arang aktif) wajah tampak lebih bersih
dan cerah?. Kasus 1 merupakan
peristiwa efek Tyndall yang terjadi
pada koloid, kasus 2 peristiwa
koagulasi yang terjadi pada koloid,
dan kasus 3 peristiwa adsorpsi yang
terjadi pada koloid.
2. Keterampilan Merumuskan
Hipotesis
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing pada aspek
keterampilan merumuskan hipotesis
terdapat dalam Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Merumuskan Hipotesis
Kategori
kemampu
an
Juml
ah
Siswa
Sko
r
Persenta
se (%)
Sangat
baik
26 3 89.65
Baik 2 2 6.90
Kurang 1 1 3.45
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
kategori kemampuan sangat baik dalam
merumuskan hipotesis. Hal ini dibuktikan
sebanyak 89.66% (26 siswa) memperoleh
skor 3 dengan mendapatkan kategori
kemampuan sangat baik disebabkan siswa
merumuskan 3 rumusan hipotesis sesuai
dengan rumusan masalah yang
dirumuskan.
Sebanyak 6.90% (2 siswa)
memperoleh skor 2 dengan mendapatkan
kategori kemampuan baik disebabkan
karena siswa merumuskan 2 hipotesis
sesuai dengan rumusan masalah pada
kasus 1 (efek Tyndall) dan kasus 3
(adsorpsi) dan 1 rumusan hipotesis yang
dirumuskan siswa tidak sesuai dengan
rumusan masalah pada kasus 2
(koagulasi), siswa merumuskan hipotesis
dengan menuliskan pengertian peristiwa
koagulasi sehingga siswa tidak
merumuskan hipotesis mengapa kasus 2
dapat terjadi. Sebanyak 3.45% (1 siswa)
memperoleh skor 1 dengan kategori
kemampuan kurang disebabkan siswa
merumuskan 1 hipotesis sesuai dengan
rumusan masalah yaitu pada kasus 1 (efek
Tyndall) sedangkan 2 rumusan hipotesis
tidak sesuai dengan rumusan masalah
pada kasus 2 (koagulasi), siswa
merumuskan hipotesis dengan
menuliskan bahwa kasus 2 disebabkan
adanya pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis dan kasus 3
(adsorpsi) siswa menuliskan bahwa kasus
3 disebabkan karena penjernihan
menggunakan arang aktif.
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
101
Hasil wawancara dengan siswa yang
memperoleh skor 2 yang mendapatkan
kategori kemampuan baik diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami
kesulitan mengolah informasi mengenai
sifat-sifat koloid yang diperoleh di dalam
buku paket, sehingga siswa merumuskan
hipotesis tidak sesuai dengan rumusan
masalah yang dirumuskan siswa. Hasil
wawancara dengan siswa yang
memperoleh skor 1 yang mendapatkan
kategori kemampuan kurang diperoleh
informasi bahwa siswa tersebut tidak
mencari informasi dengan membaca buku
paket sebelum merumuskan hipotesis.
Hal ini disebabkan siswa tersebut
terlambat dalam mengikuti pembelajaran
sehingga hipotesis yang dirumuskan tidak
sesuai dengan rumusan masalah yang
dirumuskan. Dalam merumuskan
hipotesis siswa diarahkan oleh guru
terlebih dahulu mencari informasi dengan
membaca buku paket yang dimiliki
masing-masing siswa, setelah
memperoleh informasi melalui buku
paket kemudian siswa dibimbing
merumuskan hipotesis berdasarkan
rumusan maslah yang dirumuskan siswa.
3. Keterampilan Melakukan
Percobaan
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada aspek keterampilan
melakukan percobaan terdapat dalam
Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Melakukan Percobaan
Kategori
kemampuan
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Sangat baik 19 65.52
Baik 7 24.14
Cukup 2 6.89
Kurang 1 3.45
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
kategori kemampuan sangat baik dalam
melakukan langkah-langkah percobaan
sifat-sifat koloid meliputi sifat efek
Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
mendapatkan kategori kemampuan sangat
baik yaitu sebanyak 65.52% (19 siswa)
dan 24.14% (7 siswa) mendapatkan
kategori kemampuan baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa keterampilan
melakukan percobaan dalam praktikum
koloid berbasis inkuiri terbimbing sudah
sangat baik. Sebaran siswa dalam aspek
keterampilan melakukan langkah-langkah
percobaan secara terperinci terdapat
dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Sebaran Siswa
dalam Aspek Keterampilan
Melakukan Percobaan
Melakuka
n
Percobaa
n
Persentase Siswa (%)
Sko
r
3
Sko
r
2
Sko
r
1
Sko
r
0
Efek
Tyndall
62.0
7
20.6
9
17.2
4
0
Koagulasi 82.7
6
10.3
4
6.89 0
Adsorpsi 72.2
1
17.2
4
6.89 3.45
Berdasarkan Tabel 5 terlihat sebaran
keterampilan kerja ilmiah siswa pada
aspek keterampilan melakukan
percobaan. Hasil ini menunjukkan bahwa
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
102
lebih banyak siswa yang memperoleh
skor 3 dari pada skor 2, 1, dan 0.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
sangat baik dalam melakukan langkah-
langkah percobaan. Siswa yang
memperoleh skor 3 disebabkan siswa
melakukan semua langkah-langkah
percobaan sesuai langkah-langkah
percobaan di dalam LKS. Siswa yang
memperoleh skor 2 disebabkan siswa
melakukan langkah percobaan pertama
dan kedua sesuai langkah-langkah
percobaan di dalam LKS tetapi tidak
melakukan langkah percobaan
selanjutnya. Siswa yang memperoleh skor
1 disebabkan siswa hanya melakukan
langkah percobaan pertama sesuai
langkah-langkah percobaan di dalam LKS
tetapi tidak melakukan langkah-langkah
percobaan selanjutnya, sedangkan siswa
yang memperoleh skor 0 disebabkan
siswa tidak melakukan aspek aspek
apapun atau siswa tidak melakukan
langkah-langkah percobaan.
Siswa yang mendapatkan kategori
kemampuan baik disebabkan pada salah
satu percobaan siswa melakukan semua
langkah-langkah percobaan, akan tetapi
pada percobaan yang lainnya siswa tidak
melakukan semua langkah-langkah
percobaan. Siswa yang mendapatkan
kategori kemampuan cukup disebabkan
siswa melakukan semua langkah-langkah
percobaan pada satu percobaan tetapi
pada percobaan berikutnya tidak
melakukan semua langkah-langkah
percobaan. Siswa yang mendapatkan
kategori kemampuan kurang disebabkan
siswa memperoleh skor 1 pada masing-
masing percobaan yaitu percobaan efek
Tyndall, koagulasi, dan adsorpsi. Hal ini
disebabkan siswa hanya melakukan
langkah percobaan pertama pada masing-
masing percobaan.
Hasil wawancara terhadap siswa yang
mendapatkan kategori kemampuan baik
dan kategori kemampuan cukup diperoleh
informasi bahwa beberapa siswa kesulitan
dalam menggunakan alat praktikum
seperti pipet tetes dan membaca miniskus
pada gelas ukur sehingga siswa yang
dapat menggunakan alat praktikum
melakukan semua langkah-langkah
percobaan sedangkan siswa lain hanya
memperhatikan langkah-langkah
percobaan yang dilakukan siswa tersebut
dalam kelompok masing-masing. Hasil
wawancara diperoleh informasi bahwa
siswa tersebut mendapatkan tugas untuk
menuliskan hasil pengamatan dalam tabel
pengamatan sehingga tidak semua
langkah-langkah percobaan dikerjakan,
selain itu siswa kesulitan dalam
menggunakan alat-alat praktikum seperti
menggunakan pipet tetes dan miniskus
pada gelas ukur sehingga siswa tersebut
lebih senang menuliskan hasil
pengamatan daripada melakukan
langkah-langkah percobaan. Menurut
Khamidinal (2009: 123-124) cara
menggunakan pipet tetes adalah dengan
cara pegang karet pipet penghisap dengan
ibu jari, penghisap ditekan dengan kedua
jari, kemudian celupkan ujung pipet tetes
pada larutan atau cairan yang akan
diambil, setelah larutan masuk ke dalam
pipet tetes kemudian angkat pipet tetes
tersebut. Untuk mengeluarkan larutan
dari dalam pipet tetes, berilah tekanan
dengan kedua jari pada karet pipet sampai
larutan yang berada di dalam pipet tetes
keluar. Menurut Khamidinal (2009)
seharusnya membaca miniskus atau skala
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
103
pada gelas ukur dengan arah penglihatan
mata pada permukaan.
4. Keterampilan Mengamati Hasil
Percobaan
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada aspek keterampilan
melakukan percobaan terdapat dalam
Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Mengamati Hasil Percobaan
Kategori
kemampuan
Jumlah
Siswa
Persentas
e (%)
Sangat baik 18 62.07
Baik 4 13.79
Cukup 7 24.14
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
kategori kemampuan sangat baik dalam
mengamati hasil percobaan peristiwa efek
Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
mendapatkan kategori kemampuan sangat
baik yaitu sebanyak 62.07% (18 siswa)
dan 13.79% (4 siswa) mendapatkan
kategori kemampuan baik. Hasil ini
menunjukkan bahwa keterampilan
mengamati hasil percobaan dalam
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing sudah sangat baik. Sebaran
siswa dalam aspek keterampilan
melakukan langkah-langkah percobaan
secara terperinci terdapat dalam Tabel 7.
Tabel 7 Rekapitulasi Sebaran Siswa
dalam Aspek Keterampilan
Mengamati Hasil Percobaan
Keterampil
an
Mengamati
hasil
Percobaan
Persentase Siswa (%)
Sko
r
3
Sko
r
2
Sko
r
1
Sko
r
0
Efek
Tyndall
62.0
7
13.7
9
6.89 17.2
4
Koagulasi 100 0 0 0
Adsorpsi 62.0
7
3.45 34.4
8
0
Berdasarkan Tabel 7 terlihat sebaran
keterampilan kerja ilmiah siswa pada
aspek keterampilan mengamati hasil
percobaan. Hasil ini menunjukkan bahwa
lebih banyak siswa yang memperoleh
skor 3 sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa sangat baik dalam
mengamati hasil percobaan. Siswa yang
memperoleh skor 3 disebabkan siswa
mengamati 5-4 sampel percobaan dengan
benar. Siswa yang memperoleh skor 2
disebabkan siswa mengamati 3-2 sampel
percobaan dengan benar. Siswa yang
memperoleh skor 1 disebabkan siswa
mengamati 1 sampel percobaan dengan
benar, sedangkan siswa yang memperoleh
skor 0 disebabkan siswa tidak mengamati
hasil percobaan. Sampel yang digunakan
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing adalah sampel A (larutan
gula), smapel B (susu), sampel C (air
kanji), sampel D (air tahu), dan sampel E
(larutan kopi).
Hasil analisis LKS dapat diketahui
bahwa siswa yang mendapatkan kategori
kemampuan baik disebabkan siswa
memperoleh skor 3 pada percobaan efek
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
104
Tyndall, memperoleh skor 3 pada
percobaan koagulasi, dan memperoleh
skor 1 pada percobaan adsorpsi. Selain
itu, ada siswa yang mendapatkan
kategori kemampuan baik dengan
memperoleh skor 2 pada percobaan efek
Tyndall, memperoleh skor 3 pada
percobaan koagulasi, dan memperoleh
skor 1 pada percobaan adsorpsi. Siswa
yang mendapatkan kategori kemampuan
cukup disebabkan siswa memperoleh skor
0 pada percobaan efek Tyndall,
memperoleh skor 3 pada percobaan
koagulasi, dan memperoleh skor 1 pada
percobaan adsorpsi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
siswa yang mendapatkan kategori
kemampuan baik dan cukup diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam melakukan pengamatan
pada percobaan efek Tyndall dan
percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan
sampel yang diberikan guru tidak
diketahui identitasnya. Selain itu, siswa
kurang memahami mengenai gejala efek
Tyndall (peristiwa penghamburan cahaya)
yang terjadi pada suatu koloid sehingga
siswa sulit menentukan apakah sampel
dapat mengalami peristiwa efek Tyndall
atau tidak dapat mengalami peristiwa
efek Tyndall, sehingga siswa kesulitan
menggolongkan masing-masing sampel
ke dalam koloid, suspensi, dan larutan.
Menurut Sunarya, Y (2012: 45) efek
Tyndall dapat digunakan untuk
membedakan koloid dari larutan sejati,
sebab atom, molekul, ion yang
membentuk larutan tidak dapat
menghamburkan cahaya akibat
ukurannya terlalu kecil. Penghamburan
cahaya oleh suatu campuran
menunjukkan bahwa campuran tersebut
adalah suatu koloid, dimana ukuran
partikel-partikelnya lebih besar dari
ukuran partikel dalam larutan, sehingga
dapat menghamburkan cahaya. Pada
percobaan adsorpsi siswa mengalami
kesulitan dalam menentukan sampel yang
mengalami peristiwa adsorpsi pada
percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan
pada saat melakukan percobaan masing-
masing sampel ketika ditambahkan norit
tidak mengalami perubahan, karena
pendiaman sampel setelah ditambahkan
norit hanya beberapa menit. Sunarya, Y
(2012: 47) berpendapat bahwa atom,
molekul, atau ion yang berkerumun
membentuk partikel koloid dapat
memiliki sifat listrik pada permukaannya.
Sifat tersebut menimbulkan gaya van der
Waals, bahkan gaya valensi yang dapat
menarik dan mengikat atom-atom,
molekul atau ion-ion dari zat asing.
Penempelan zat asing pada permukaan
suatu partikel koloid disebut adsorpsi.
5. Keterampilan Menganalisis Hasil
Percobaan
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada aspek keterampilan
melakukan percobaan terdapat dalam
Tabel 8.
Tabel 8 Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Menganalisis Hasil Percobaan
Kategori
kemampu
an
Juml
ah
Siswa
Sko
r
Persenta
se (%)
Sangat
baik
12 3 41.38
Baik 11 2 37.93
Kurang 6 1 20.69
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
105
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
kategori kemampuan sangat baik dalam
mengamati hasil percobaan peristiwa efek
Tyndall, koagulasi dan adsorpsi. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
mendapatkan kategori kemampuan sangat
baik yaitu sebanyak 41.38% (12 siswa)
dan siswa yang mendapatkan kategori
kemampuan baik sebanyak 37.93% (11
siswa). Hasil ini menunjukkan bahwa
keterampilan menganalisis hasil
percobaan dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing sudah sangat
baik.
Hasil analisis LKS dapat diketahui
bahwa siswa yang memperoleh skor 2
dengan kategori kemampuan baik
disebabkan siswa menganalisis hasil
percobaan 3-2 sampel dengan benar,
sebagian besar siswa menganalisis
dengan benar pada sampel B (susu) dan
sampel D (air tahu). Berdasarkan hasil
wawancara dengan siswa diperoleh
informasi bahwa siswa menganalisis hasil
percobaan berdasarkan hasil pengamatan
dari percobaan efek Tyndall, koagulasi
dan adsorpsi yang dilakukan, dimana
hasil pengamatan siswa pada percobaan
efek Tyndall dan percobaan adsorpsi
tidak sesuai dengan sifat masing-masing
sampel. Hal ini disebabkan siswa
kesulitan dalam mengamati peristiwa efek
Tyndall dan peristiwa adsorpsi yang
terjadi pada masing-masing sampel,
sehingga siswa dalam menganalisis hasil
percobaan efek Tyndall dan adsorpsi
tidak sesuai dengan sifat koloid.
Seharusnya siswa menganalisis hasil
percobaan sesuai dengan sifat masing-
masing sampel, sehingga siswa dapat
menggolongkan sampel ke dalam sistem
koloid berdasarkan hasil pengamatan dari
percobaan yang dilakukan.
Siswa yang memperoleh skor 1
dengan kategori kemampuan kurang
disebabkan siswa menganalisis hasil
percobaan 1 sampel dengan benar,
sebagian besar siswa menganalisis
dengan benar pada sampel B (susu).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
siswa diperoleh informasi bahwa siswa
menganalisis data hasil percobaan
berdasarkan hasil pengamatan, akan
tetapi siswa hanya menganalisis salah
satu sampel pada masing-masing
percobaan yaitu sampel A pada
percobaan efek Tyndall, sampel B pada
percobaan koagulasi, dan sampel C pada
percobaan adsorpsi. Hal ini disebabkan
hasil pengamatan siswa yang tidak sesuai
dengan sifat masing-masing sampel.
Selain itu, siswa mengalami kesulitan
dalam menganalisis hasil percobaan
disebabkan karena sampel tidak diketahui
identitasnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sunarya, Y (2012: 45) yang
menyatakan bahwa suatu campuran
digolongkan ke dalam sistem koloid
apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda
dengan larutan sejati. Sifat fisik yang
dapat membedakan sistem koloid dari
larutan sejati adalah efek Tyndall, gerak
Brown, adsorpsi, kestabilan dan koagulasi
koloid (Sastrohamidjojo, 2005: 248).
6. Keterampilan Merumuskan
Kesimpulan
Keterampilan kerja ilmiah siswa
dalam praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada aspek keterampilan
melakukan percobaan terdapat dalam
Tabel 9.
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
106
Tabel 9 Hasil Keterampilan Kerja
Ilmiah pada Aspek Keterampilan
Merumuskan Kesimpulan
Kategori
kemampu
an
Jumla
h
Siswa
Sko
r
Persenta
se (%)
Sangat
baik
10 3 34.48
Baik 13 2 44.83
Kurang 5 1 17.24
Sangat
kurang
1 0 3.45
Berdasarkan Tabel 9 dapat
diketahui bahwa beberapa siswa
mendapatkan kategori kemampuan
sangat baik dan baik. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa
yang mendapatkan kategori
kemampuan sangat baik yaitu
sebanyak 34.48% (10 siswa) dan
sebanyak 44.83% (13 siswa). Hasil ini
menunjukkan bahwa keterampilan
merumuskan kesimpulan dalam
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing sudah baik.
Hasil analisis LKS dapat diketahui
bahwa sebanyak 13 siswa memperoleh
skor 2 dengan kategori kemampuan
baik disebabkan karena siswa
merumuskan 2 kesimpulan sesuai
dengan tujuan pada percobaan efek
Tyndall dan adsorpsi, siswa tidak
menyimpulkan sesuai dengan tujuan
pada percobaan koagulasi, siswa hanya
menjelaskan bahwa koagulasi bersifat
dapat mengendapkan partikel-partikel
dari medium pendispersinya.
Sebanyak 5 siswa memperoleh skor 1
dengan kategori kemampuan kurang
disebabkan karena siswa merumuskan
1 kesimpulan sesuai tujuan percobaan
pada percobaan koagulasi sedangkan
pada percobaan efek Tyndall dan
adsorpsi, siswa menjelaskan
pengertian dari kedua sifat tersebut.
Sebanyak 1 siswa yang memperoleh
skor 0 dengan kategori kemampuan
sangat kurang disebabkan siswa tidak
merumuskan kesimpulan percobaan
efek Tyndall, koagulasi dan adsorpsi.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan siswa yang mendapatkan
kategori kemampuan baik dan
diperoleh informasi bahwa siswa
merumuskan kesimpulan berdasarkan
hasil analisis data hasil pengamatan,
siswa merumuskan kesimpulan hasil
percobaan bukan berdasarkan rumusan
masalah yang dirumuskan, sehingga
merumuskan kesimpulan tidak sesuai
dengan tujuan percobaan. Hasil
wawancara dengan siswa yang
mendapatkan kategori kemampuan
kurang diperoleh informasi bahwa
siswa merumuskan kesimpulan
berdasarkan hasil analisis data hasil
pengamatan dimana hasilnya pada
beberapa sampel tidak sesuai dengan
sifat masing-masing sampel, sehingga
kesimpulan yang dirumuskan siswa
tidak sesuai dengan tujuan percobaan
dan rumusan masalah yang
dirumuskan. Hasil wawancara dengan
siswa yang memperoleh kemampuan
sangat kurang dalam merumuskan
kesimpulan diperoleh informasi bahwa
siswa tersebut tidak paham dalam
merumuskan kesimpulan sehingga
siswa tidak merumuskan kesimpulan.
Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa
merumuskan kesimpulan dalam
pembelajaran, karena guru yang
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
107
merumuskan kesimpulan setiap diakhir
pembelajaran.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik
berdasarkan temuan yang telah
dikemukakan sebelumnya tentang
keterampilan kerja ilmiah dalam
praktikum koloid berbasis inkuiri
terbimbing pada siswa kelas XI IPA 2
MAN 2 Pontianak adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan merumuskan masalah
dalam praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing adalah sebanyak
100% siswa mendapatkan ketegori
kemampuan sangat baik.
2. Keterampilan merumuskan hipotesis
dalam praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing adalah sebanyak
89.65% siswa mendapatkan ketegori
kemampuan sangat baik, sebanyak
6.90% siswa mendapatkan kategori
kemampuan baik dan sebanyak 3.45%
siswa mendapatkan kategori
kemampuan kurang.
3. Keterampilan melakukan percobaan
dalam praktikum koloid berbasis
inkuiri terbimbing adalah sebanyak
65.52% siswa mendapatkan ketegori
kemampuan sangat baik, sebanyak
24.14% siswa mendapatkan kategori
kemampuan baik, sebanyak 6.89%
siswa mendapatkan kategori
kemampuan cukup, dan sebanyak
3.45% siswa mendapatkan kategori
kemampuan kurang.
4. Keterampilan mengamati hasil
percobaan dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing adalah
sebanyak 62.07% siswa mendapatkan
ketegori kemampuan sangat baik,
sebanyak 13.79% siswa mendapatkan
kategori kemampuan baik dan
sebanyak 24.14% siswa mendapatkan
kategori kemampuan cukup.
5. Keterampilan menganalisis hasil
percobaan dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing adalah
sebanyak 41.38% siswa mendapatkan
ketegori kemampuan sangat baik,
sebanyak 37.93% siswa mendapatkan
kategori kemampuan baik, dan
sebanyak 20.69% siswa mendapatkan
kategori kemampuan kurang.
6. Keterampilan merumuskan
kesimpulan dalam praktikum koloid
berbasis inkuiri terbimbing adalah
sebanyak 34.48% siswa mendapatkan
ketegori kemampuan sangat baik,
sebanyak 44.83% siswa mendapatkan
kategori kemampuan baik, sebanyak
17.24% siswa mendapatkan kategori
kemampuan kurang, dan sebanyak
3.45% siswa mendapatkan kategori
kemampuan sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdiyati, Y dan Kusnadi. (2008). Profil
Keterampilan Proses Sains
Mahasiswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Kerja Ilmiah pada
Matakuliah Mikrobiologi. Jurnal
Pengajaran MIPA. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
ISSN: 1412-0917. Vol. 10 No. 2
(Online).
(http://fpmipa.upi.edu/journal/v1/in
dex.php/jpmipa/article/download/32
4/235.
Khamidinal. (2009). Teknik
Laboratorium Kimia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Vol. 4 No. 2, Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
108
Mahmud. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Pustaka
Ceria.
Rustaman, A. dan Rustaman, N.Y.
(2010). Kemampuan Kerja Ilmiah
dalam Sains (Karakteristik
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Mata Pelajaran Biologi). Makalah
Seminar Pendidikan Biologi.
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIP
A/JUR._PEND._BIOLOGI/131353
755-
ANDRIAN_RUSTAMAN/KERJA_
ILMIAH UNPAS2003.pdf.
Saputra, H.J. (2012). Pembelajaran IPA
Terpadu Melalui Keterampilan
Kerja Ilmiah Untuk
Mengembangkan Nilai Karakter.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Pembelajaran FPMIPA. IKIP PGRI
Semarang. (Online).
(http://prosiding.upgrismg.ac.id/ind
ex.php/semnas_ino/SEM_INO2012/
paper/view/259.
Sastrohamidjojo, H. (2005). Kimia
Dasar. (Edisi Ke-2). Yogyakarta:
Gadjah Madah University Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
pendidikan pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2
Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia
Terkini. Bandung: Yrama Widya.