ANALISIS KESALAHAN FONOLOGIS PADA ANAK …
Transcript of ANALISIS KESALAHAN FONOLOGIS PADA ANAK …
ANALISIS KESALAHAN FONOLOGIS
PADA ANAK TUNAGRAHITA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Sekolah Menengah Atas Luar Biasa C di Sekolah Luar
Biasa Permata Ciranjang Kabupaten Cianjur)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TITIEK MURYANI
NIM 1110013000097
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Titiek Muryani. 1110013000097. Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra indonesia. Judul Skripsi “ Analisis Kesalahan Fonologis pada Anak
Tunagrahita dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran (Studi Kasus Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa C di Sekolah Luar Biasa Permata Ciranjang,
Kabupaten Cianjur).”
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa tunagrahita
dalam keterampilan berbicara dengan membaca wacana,dan difokuskan pada
kesalahan fonetik dan fonemik. Subjek penelitian ini adalah siswa SMALB C di
SLB Permata Ciranjang yang bernama M. Lukman Albasri dan Nandar Maulana
Firmansyah. Fokus penelitian ini yaitu siswa diberikan wacana untuk dibaca
setiap tatap muka pelajaran bahasa Indonesia. Data yang terkumpul berjumlah
empat ratus lima kata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Setelah hasil terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan
dalam bentuk tulisan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari data yang berjumlah empat
ratus lima kata pada wacana yang dibaca siswa terdapat kesalahan fonetik
sebanyak 66,7% dan kesalahan fonemik sebanak 46,4%.
Kata kunci: fonetik, fonemik.
ii
ABSTRACT
Titiek Muryani. 1110013000097. Majoring in language education
and Indonesian Literature. The tittle of undergraduated thesis is “Analysis of
phonological error in the children and the impucations for learning (case study
special school mental reterdation in Permata kabupaten Cianjur).
The purpose of this reasearch is to describe the ability of mental
reterdation children in speech skills with reading discourse and focused on
phonetic and phonemic errors. The subject of this reasearch SMALBC in Permata
spesial school Ciranjang. Student which are M. Lukman Albasri and Nandar
Maulana Firmansyah.The focus of this reasearch is was given a discourse to read
in every session of bahasa.
The data was collected amount for hundred and five words. The kind
of this reasearch is descriptive qualitative method. According to data result
observation which has been collected in written text. Based on the result of
reasearch four hundred words on the discourse that student read, there are 66,7%
phonetic errors and 46,4% phonemic errors.
Keyword: phonetic, phonemic.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat seiring salam semoga tercurakan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita dari alam
kegelapan sampai ke alam terang benderang seperti ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Fonologis pada Anak
Tunagrahita dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Studi Kasus Sekolah Luar
Biasa Permata Ciranjang Kabupaten Cianjur” disusun untuk memenuhi syarat
meraih gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan
selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga dan motivasi.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, sekaligus dosen penasihat akademik yang telah
memberi bimbingan, semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Nuryani, selaku dosen pembimbing yang telah sabar, teliti, dan selalu
memberikan motivasi dalam proses penyusunan skripsi.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberi ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Kepala Sekolah SLB Permata Ciranjang ibu Eni Karmini S.Pd, beserta
seluruh stafnya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
iv
6. Ayah dan Mama tercinta, Purwadi (alm) dan Nurkhasanah yang telah
merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Adikku Adzra
Astutiningtyas Mahera yang selalu memberikan senyum semangat kepada
penulis.
7. Teman-teman PBSI angkatan 2010, khususnya kelas C, Rizka Argafani, ,
M. Agus Kuswanto, Rica Dalie Arden, Nurul Aliyah, dan Maisyatul
Wasiah. Mereka kawan-kawan seperjuangan yang selalu sabar dan rela
membantu juga memberikan semangat kepada penulis.
Tidak dapat dipungkiri adanya kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, motivasi, doa, semangat
yang tidak pernah putus diberikan kepada penulis. Semoga Allah membalas
kebaikan kalian semua. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam pembuatan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya. Semoga kita selalu berada dalam
lindunganNya. Aamiin ya Rabbal „alami.
Ciputat, Juli 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan……………………………………………. 7
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Landasan Teoretis
1. Kesalahan Berbahasa
a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa......................... 8
b. Tujuan Analisis Kebahasaan.............................................. 9
c. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan...................... 10
2. Fonologi
a. Hakikat Fonologi................................................................ 11
b. Kajian Fonologi.................................................................. 12
c. Bidang Pembahasan Fonologi............................................ 13
d. Analisis dan Prosedur Kesalahan Fonologi........................ 15
vi
e. Transkripsi Fonetik............................................................. 16
f. Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik..... 17
g. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia...................................... 18
3. Berbicara
a. Pengertian Berbicara ........................................................... 19
b. Jenis-jenis Berbicara............................................................ 20
c. Tujuan Berbicara.................................................................. 21
4. Tunagrahita................................................................................. 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan........................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 25
B. Metode dan Pendekatan Penelitian................................................ 25
C. Metode Pengumpulan Data............................................................ 26
D. Fokus Penelitian............................................................................. 26
E. Metode Analisis Data..................................................................... 27
F. Subyek dan Obyek Peneltian.......................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ................................................................................ 29
B. Deskripsi Data ............................................................................... 30
C. Interpretasi Data............................................................................. 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................... 76
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Analisis Kesalahan Fonologis Nama Siswa ( paragraf ) ....... h. 27.
Tabel 4.1 Analisis Kesalahan Fonologis Nandar Maulana Firmansyah (paragraf 1)
h. 31.
Tabel 4. 2 Analisis Kesalahan Fonologis M. Lukman Albasri (paragraf 1) ... h. 35.
Tabel 4.3 Analisis Kesalahan Fonologis Nandar Maulana Firmansyah (paragraf 2)
h. 39.
Tabel 4.4 Analisis Kesalahan Fonologis M. Lukman Albasri (paragraf 2) .... h. 43.
Tabel 4.5 Analisis Kesalahan Fonologis Nandar Maulana Firmansyah (paragraf 3)
h. 46.
Tabel 4.6 Analisis Kesalahan Fonologis M. Lukman Albasri (paragraf 3) ..... h. 49.
Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Fonologis Nandar Maulana Firmansyah (paragraf 4)
h. 51.
Tabel 4.8 Analisis Kesalahan Fonologi M. Lukman Albasri (paragraf 4) ...... h. 55.
Tabel 4.9 Analisis Kesalahan Fonologis Nandar Maulana Firmansyah (paragraf 5)
h. 59.
Tabel 4.10 Analisis Kesalahan Fonologis M. Lukman Albasri (paragraf 5) .. h. 63.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah
Lampiran 4 : Wacana
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran penting pada kelangsungan hidup manusia
karena bahasa merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Oleh karena itu, manusia membutuhkan interaksi dengan
sesamanya. Dalam proses interaksi ini dibutuhkan suatu media atau alat
yang dapat menunjang proses interaksi, salah satu media yang paling
sesuai dengan proses interaksi yaitu bahasa. Kedudukan bahasa sebagai
alat penghubung dan penyelaras tidak bisa lepas dari proses interaksi,
sehingga ketiadaan bahasa akan menimbulkan masalah dalam proses
interaksi tersebut. Seiring berkembangan zaman, kedudukan bahasa tidak
hanya terbatas digunakan untuk interaksi pada komunikasi satu komunitas
saja, melainkan bahasa juga digunakan untuk tukar menukar informasi
antardaerah bahkan antarnegara, melihat begitu pentingnya bahasa, tidak
heran jika saat ini bahasa termasuk dalam cabang ilmu pengetahuan yang
dipelajari diberbagai lembaga pendidikan. Secara umum tujuan
mempelajari suatu bahasa adalah mampu menggunakan bahasa tersebut
secara baik dan benar dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan.
Setiap manusia memiliki tugas untuk dapat mengembangkan
potensi yang ada dalam diri supaya terus menjadi lebih baik lagi di masa
depannya. Salah satu potensi yakni potensi berbicara. Di dalam berbicara
tentunya kita mengeluarkan suatu bunyi, dan maksud tersirat yang hendak
disampaikan. Kemampuan berbahasa secara fonologi hampir dimiliki
setiap manusia ketika terlahir di dunia, melalui proses lama maupun
singkat. Seseorang akan mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui
kemampuan fonologi. Dengan demikian, kemampuan fonologi menjadi
salah satu elemen utama berkomunikasi seseorang, tidak terkecuali untuk
anak berkebutuhan khusus.
2
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tidak hanya terbatas
kepada siswa biasa saja. Pada kenyataannya, tidak semua manusia
diberikan kemampuan berbicara. Anak berkebutuhan khusus yang
dimaksud disini adalah istilah lain dari kata Anak Luar Biasa (ALB) yang
menandakan adanya kelainan khusus. Anak dengan berkebutuhan khusus
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi, dan fisik.
Terdapat beragam jenis anak berkebutuhan khusus diantaranya
tunarungu (mengalami gangguan pada indra pendengaran), tunanetra
(mengalami gangguan pada indra penglihatan), tunadaksa (mengalami
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tulang/cacat
tubuh), tunagrahita (memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku
yang muncul dalam masa perkembangan), tunalaras (mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial), tunaganda (penderita
cacat lebih dari satu kecacatan yaitu cacat fisik dan mental). Namun sangat
disayangkan tidak semua fasilitas tersedia untuk anak-anak tersebut.
Padahal sudah tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Bagian Kesebelas Pasal 32
Butir 1 Mengenai Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
yang menyatakan bahwa: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.1
Proses berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan
manusia untuk berfikir, bercakap-cakap, dan bersuara sehingga terjadi
proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut
1Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya, (Surabaya:
Kesindo Utama, 2009), h. 143.
3
bahasa. Berbahasa merupakan gabungan antara dua proses yaitu proses
produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri
pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan
berguna. Proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang menerima
kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh
pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima oleh alat-alat pendegar.
Apabila proses berbahasa terhambat oleh keterbatasan intelegensi
atau keterbelakangan mental (tunagrahita) pada saat memproduksi bahasa
seperti yang diketahui seseorang yang mengalami keterbelakangan mental
kemungkinan akan menemui ketidaklaziman pada proses berbahasa dalam
tuturannya. Ketidaklaziman ini diperoleh akibat proses produktif bahasa
yang menghasilkan kode-kode yang sesuai dengan kemampuan seseorang
yang mengalami keterbelakangan mental dan ketidaklaziman ini dapat
diukur berdasarkan proses produktif bahasa seseorang yang normal.
Berdasarkan alasan di atas penulis tertarik untuk mengetahui
bentuk tuturan pada penderita tunagrahita. Sebelumnya telah diketahui
bahwa anak tunagrahita memiliki tingkat intelegensi rendah, sehingga
terdapat kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan
sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Dengan
adanya keterbatasan itu secara tidak langsung mempengaruhi proses
produksi bahasa atau performasi dalam tuturannya.
Terapi bicara dapat dilakukan oleh anak-anak tunagrahita untuk
menunjang daya bicara dalam beradaptasi. Misalnya pada mata pelajaran
bahasa Indonesia di sekolah guru memberikan wacana kepada siswa untuk
dibaca secara berkala, dan dari terapi ini diharapkan ada perkembangan
yang dicapai. Anak-anak yang berkategori tunagrahita umumnya belajar di
Sekolah Luar Biasa (SLB), salah satu sekolah yang menangani anak-anak
tunagrahita adalah SLB Permata Ciranjang, Kabupaten Cianjur. Di sekolah
ini seluruh siswanya berkebutuhan khusus dengan kategori SLB ABC
(tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita). SLB Permata Ciranjang memiliki
jenjang pendidikan tingkat SDLB, SMPLB, dan SMALB. Pada jenjang
4
dan pembagian kelas di sekolah ini hampir sama dengan sekolah lainnya.
Namun yang membedakannya adalah jumlah siswa yang lebih sedikit tiap-
tiap kelasnya dan dijumpai siswa memiliki usia diatas usia anak sekolah
pada sekolah normal.
Hasil dari proses produktif dalam bentuk tuturan siswa tunagrahita
yang berupa fonem-fonem, morfem-morfem, hingga kalimat-kalimat inilah
yang akan dijadikan objek untuk penulisan tugas akhir ini dengan tujuan
dapt mengklasifikasikan tuturan pada siswa tunagrahita, khususnya untuk
fonem.
Dari latar belakang di atas muncul ketertarikan penulis untuk
melakukan penelitian dengan menangkap judul “Analisis Kesalahan
Fonologis pada Anak Tunagrahita dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran (Studi Kasus Sekolah Menengah Atas Luar Biasa C di
Sekolah Luar Biasa Permata Ciranjang Kabupaten Cianjur)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah
yang menjadi dasar analisa meliputi proses pelafalan kata. Adapun
pernyataan untuk menidentifikasi masalah dijabarkan sebagai berikut:
1. Kemampuan interaksi anak tunagrahita (memiliki intelegensi yang
signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan).
2. Sedikitnya ketersediaan Sekolah Luar Biasa (SLB) dan daya tampung
siswa tunagrahita.
3. Pendidikan anak tunagrahita lebih diorientasikan pada peningkatan
intelegensi siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
adaptasi perilaku siswa.
4. Gangguan fonologi anak tunagrahita disebabkan oleh tingkat
intelegensi yang rendah atau di bawah rata-rata.
5
5. Keterbelakangan mental menjadi kendala berbahasa baik produktif
maupun reseptif.
6. Kendala dalam berbicara atau melafalkan kata berpengaruh pada
sistem komunikasi langsung maupun tidak langsung.
7. Kesalahan pelafalan kata anak tunagrahita menyebabkan terjadinya
gangguan artikulasi.
C. Pembatasan Masalah
Apabila dilihat dari beberapa identifikasi masalah yang ada, maka
penulis membatasinya dan hanya meneliti perihal kesalahan fonologis
pada dua siswa tunagrahita SMALB C di SLB Permata Ciranjang
Kabupaten Cianjur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, rumusan masalah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan
analisis sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berbahasa siswa tunagrahita SMALB C di SLB
Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimana kesalahan pelafalan kata pada siswa tunagrahita SMALB C
di SLB Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur?
3. Apa saja bentuk-bentuk kesalahan fonologi yang terjadi pada siswa
tunagrahita SMALB C di SLB Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur
dalam membaca wacana?
4. Bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah tersebut?
E. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
6
1. Mengetahui kemampuan berbahasa siswa tunagrahita SMALB C di
SLB Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
2. Mengetahui kesalahan pelafalan kata pada siswa tunagrahita SMALB C
di SLB Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
3. Mengetahui bentuk-bentuk kesalahan fonologi yang terjadi pada siswa
tunagrahita SMALB C di SLB permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur
pada saat membaca wacana.
4. Mengetahui implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia SMALB C di SLB Permata, Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
F. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian diharapkan memberikan manfaat teoretis dan
praktis, yakni:
1. Manfaat teoretis temuan penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kemampuan berbahasa
anak tunagrahita.
b. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kesalahan fonologi yang
terjadi pada anak tunagrahita.
c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelafalan kata pada
anak tunagrahita.
d. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu linguistik
(kebahasaan) yang endalam pada anak tunagrahita.
e. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kosakata serta
kelancaran pelafalan kata pada anak tunagrahita.
f. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengajar dalam
meningkatkan pembelajaran pelafalan kata, terutama bagi anak
tunagrahita.
7
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan prosese penelitian dan pembahasan hasil
penelitian, maka peneliti menyusun sistematika penelitian ke dalam lima
bagian yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian pertama merupakan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II ACUAN TEORETIS
Bagian kedua merupakan kesalahan berbahasa, fonologi, berbicara, dan
anak tunagrahita.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ketiga merupakan waktu dan metode penelitian, lokasi penelitian,
metode pengumpulan data, fokus penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian keempat merupakan profil sekolah SLB Permata Ciranjang,
Kabupaten Cianjur yang meliputi identitas sekolah, keadaan peserta didik
dan tenaga kependidikan, visi dan misi, kegiatan-kegiatan yang pernah
diikuti.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bagian kelima merupakan simpulan, implikasi, dan saran.
8
BAB II
ACUAN TEORETIS
A. Landasan Teoretis
1. Kesalahan Berbahasa
a. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses
belajar mengajar, namun kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
siswa dalam suatu proses belajar mengajar mengindikasikan bahwa
tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin
sering kesalahan berbahasa itu terjadi, maka semakin sedikit tujuan
pengajaran yang dicapai. Menurut Ellis, analisis kesalahan adalah
suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan
guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel,
pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel,
penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan
berdasarkan penyebabnya, serta penilaian taraf keseriusan
kesalahan.1
Tarigan (1996/1997:48-49) berpendapat bahwa kesalahan
berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklsifikasikan menjadi:
1) Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang
fonologi, morfologi, dan sintaksis (frasa, klausa, kalimat),
semantik, dan wacana.
2) Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa
dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
3) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat
berwujud kesalahan berbahasa secara lisan maupun tertulis.
1 Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), h. 25.
9
4) Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena
pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interverensi.
5) Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat
diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering,
sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.2
Selanjutnya pendapat lain mengemukakan bahwa analisis
kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan
oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan
sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-
kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang
telah dihipotesiskan serta pengevaluasian keseriusannya.3 Dalam
penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada kesalahan fonologi
pada bagian bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik)
dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem
(fonetik).4
b. Tujuan Analisis Kebahasaan
Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh para siswa jelas
memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap
kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi
pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi
pengajaran di kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk:
1) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan
dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.
2) Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan,
dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.
2 Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. (
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 17. 3 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 1988), h. 68. 4 Novi Resmini, Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). (Bandung: UPI
PRESS, 2006), h. 26.
10
3) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial.
4) Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.5
Sebelum kebangkitan kembali minat terhadap anakes dapat
dikatakan bahwa tujuan anakes bersifat aplikatif, yakni
memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa para siswa.
Tujuan tersebut ternyata mengabaikan hal yang penting, yakni
penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai
performansi siswa. Padahal, tujuan anakes tidak hanya bersifat
aplikatif tetapi juga bersifat teoretis. Para pakar sependapat bahwa
tujuan anakes yang bersifat aplikatif kurang memadai . tujuan ini
memang cocok dengan konsep yang memandang pengajaran
bahasa dari sudut pandang guru. Kini pengajaran bahasa juga harus
dilihat dari sudut pandang siswa. Dengan perkataan lain, orientasi
tujuan anakes menghasilkan rumusan bahwa tujuan anakes
haruslah meliputi: tujuan yang bersifat teoretis dan tujuan yang
bersifat aplikatif. Singkatnya tujuan anakes bersifat teoretis
aplikatif.6
c. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata kesalahan
dan kekeliruan sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang
mempunyai makna yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan
(error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa
dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor
performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan
menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata,
tekanan kata, atau kalimat dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat
acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan
5Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1988), h. 69. 6 Ibid., h. 77.
11
biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang
bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan
perhatian. Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor
kompetensi. Artinya siswa memang belum memahami sistem
linguistik yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara
konsisten, jadi secara sistematis, kesalahan itu dapat berlangsung
lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh
guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latikan, praktik, dan
sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan
gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang
dipelajarinya.7
2. Fonologi
a. Hakikat Fonologi
Bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujar yang sudah disadari
oleh para linguis. Oleh karena itu, objek utama kajian linguistik
adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar.
Fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada
persoalan-persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan
susunan kata dalam kalimat, semantik pada persoalan
perbendaharaan kata.
Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan
analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan
sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, yaitu
linguistik teoretis maupun terapan.8 Secara etimologi kata fonologi
berasal dari gabungan kata fon yang berarti bunyi, dan logi yang
berarti ilmu. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai
bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang
7 Ibid., h. 75-76.
8 Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h.2.
12
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.9 Fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya.10
Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bunyi bahasa yang menghiraukan arti maupun yang
tidak.11
Dari beberapa deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa
fonologi adalah cabang ilmu linguistik atau bahasa yang
menyelidiki, mempelajari, menganalisis dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia beserta fungsinya. Fonologi juga membicarakan runtutan
bunyi-bunyi bahasa dan cara menganalisanya.
b. Kajian Fonologi
Fonologi mengkaji bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan
terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antar bunyi yang
membentuk silabel atau suku kata dengan unsur-unsur
suprasegmentalnya. Misalnya tekanan, nada, hentian, dan durasi.12
Selain itu, kajian psikolinguistik juga banyak meminta bantuan
kajian fonologi. Waktu membicarakan perkembangan pemerolehan
bunyi-bunyi bahasa pada kanak-kanak tentu memerlukan bantuan
fonologi. Misalnya, mengapa bunyi bilabial lebih dahulu diperoleh
seorang kanak-kanak daripada bunyi dental atau palatal. Begitu
juga mengapa bunyi lateral dan bunyi tril pada kanak-kanak usia
tertentu sering dipertukarkan.13
Jadi fonologi tidak hanya
mempelajari bunyi-bunyi bahasa, tetapi cabang ilmu linguistik yang
lain seperti psikolinguistik.
9 Abdul Chaer, Fonologi Bahasa Indonesia.(Jakarta: Rineke Cipta, 2009), h. 1.
10 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1995), h. 57. 11
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002),
h. 79-80. 12
Chaer,op.cit., h. 5. 13
Ibid., h. 7.
13
Bunyi-bunyi ujar dapat dipelajari dengan dua sudut pandang.
Pertama, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata,
tak ubahnya seperti benda atau zat. Kedua, bunyi-bunyi ujar
dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa.14
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fonologi
tidak hanya mengkaji tentang ilmu bunyi, tetapi juga mengkaji
ilmu-ilmu yang lain. Misalnya psikolinguistik dan sosiolinguistik.
c. Bidang Pembahasan Fonologi
Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studi
fonologi mempunyai dua cabang kajian. Pertama fonetik yaitu
cabang kajian yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi
ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.15
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.16
Menurut
urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi
tiga cabang, yaitu:
1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia
bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana
bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
2) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa
fisis atau fenomena alam bunyi-bunyi itu diselidiki getarannya,
amplitudonya, dan intensitasnya.
3) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. 17
14
Muslich. loc.cit. 15
Gorys Keraf, Komposisi. (Flores: Penerbit Nusa Indah, 1993), h. 30. 16
Abdul Chaer, Linguistik Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 102. 17
Ibid, h. 103.
14
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang berurusan dengan
dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris. Sebab fonetik inilah
yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan
dengan bidang kedokteran
Kedua, fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa
yang berfungsi membedakan makna. Chaer mengatakan bahwa
fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b], dan [u];
dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya
pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dapat
disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang
berbeda dalam bahasa indonesia yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul Komposis
menjelaskan fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran
dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Misalnya perbedaan bunyi
[p] dan [b] yang terdapat dalam kata [paru] dan [baru]. Dalam
kajian fonologi mencakup dua fonem, yaitu fonem segmental dan
suprasegmental. Klasifikasi segmental didasarkan pada berbagai
macam kriteria, yaitu (1) ada tidaknya gangguan, (2) mekanisme
udara, (3) arah udara, (4) pita suara, (5) lubang lewatan suara, (6)
mekanisme artikulasi, (7) cara gangguan, (8) maju mundurnya
lidah, (9) tinggi rendahnya lidah, (10) bentuk bibir. Sedangkan
unsur suprasegmental dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
tinggi rendahnya bunyi (nada), keras lemahnya bunyi (tekanan),
panjang pendeknya bunyi (tempo), kesenyapan (jeda).18
Istilah lain yang berkaitan dengan fonologi antara lain fona,
fonem, konsonan, dan vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang
bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang
18
Muslich, Fonologi Bahasa,h. 61.
15
fonem adalahsatuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti.
Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut
alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi, fonem
berbeda dengan huruf. Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem
ada tiga unsur yang penting, yaitu udara, artikulator atau bagian
alat ucap yang bergerak, dan titik artikulaso atau bagian alat ucap
yang menjadi titik sentuh artikulator. Pembentukan bunyi vokal
terjadi setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan apa-
apa dan bunyi vokal adalah semuanya bersuara, sebab
dihasilkandengan pita suara terbuka sedikit. adalah fonem yang
dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.19
d. Analisis dan Prosedur Kesalahan Fonologi
Analisis kesalahan fonologi merupakan bentuk
penyederhanaan dari analisis kesalahan berbahasa dalam tataran
fonologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi dibedakan
menjadi dua kategori , yaitu kesalahan ucapan atau pelafalan dan
kesalahan ejaan. Kesalahan ucapan terjadi dalam penggunaan
bahasa secara lisan, sedangkan kesalahan ejaan terjadi dalam
penggunaan bahasa secara tertulis.
Sebagaimana telah penulis katakan sebelumnyabahwa
analisis kesalahan fonologi adalah bentuk penyederhanaan dari
analisis kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, jadi analisis
kesalahan fonologi termasuk salah satu bentuk kegiatan analisis
kesalahan berbahasa.
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan menjelaskan
tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis
kesalahan berbahasa. Langkah-langkah tersebut meliputi:20
1) Memilih Korpus Bahasa
19
Chaer, op.cit., h. 113. 20
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op.cit.,h. 169.
16
Kegiatan dalam hal ini meliputi beberapa ha, yaitu:
a) Menetapkan luas sampel
b) Menentukan media sampel
c) Menentukan kehomogenan sampel (yang berkaitan
dengan usia pelajar, latar belakang B1, tahap
perkembangan, dan lain-lain)
2) Mengenali Kesalahan
Kalimat-kalimat dapat berupa overtli idiosyncratic yaitu yang
mempunyai cacat yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa
sasaran dan convertly idiosyncratic yaitu yang secara sepintas
merupakan baik tetapi bila konteks pemakaiannya diuji dan diteliti
ternyata tidak gramatis.
3) Mengklasifikasi Kesalahan
Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu kesalahan ucapan atau
pelafalan dan kesalahan ejaan. Kesalahan ucapan terjadi
dalam penggunaan bahasa secara lisan, sedangkan
kesalahan ejaan terjadi dalam penggunaan bahasa tertulis
e. Transkripsi Fonetik
Penyelidik bahasa yang ingin memperoleh hasil sebaik-
baiknya, perlu mengetahui ilmu bunyi dan pemakaiannya. Tanpa
menguasai ilmu bunyi ia akan kandas pada hasil yang tak
sempurna dan tidak memuaskan, karena bahasa pertama-tama
bersifat bunyi. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fonetik
adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sebagai ilmu, fonetik
berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan
memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan
pengucapannya. Sebagai kemahiran fonetik memakai data
deskriptif dari fonetik ilmiah untuk memberi kemungkinan
pengenalan dan produksi (pengucapan) bunyi-bunyi ujar tersebut.
17
Orang yang telah terlatih dalam ilmu bunyi mempunyai
pengetahuan dan kemahiran menganalisa dan menghasilkan tiap
bunyi bahasa, karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi
peralatan ujar. Ia pun dapat menguraikan dengan setepat-tepatnya
dan sederhana-sederhananya pembentukan bahasa asing, sehingga
ia sendiri maupun siapa saja yang telah terlatih dalam ilmu bunyi,
dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu dengan benar dengan
menggunakan alat-alat ucapnya sesuai dengan uraian yang telah
diformulasikannya.21
f. Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik
Ilmu bahasa memang telah mengalami bermacam-macam
perubahan, baik dari segi landasan filosofi maupun alirannya.
Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatan memiliki
tiga komponen: semantik, fonologi dan sintaksis. Komponen
fonologi bersifat interpretif. Bunyi merupakan simbol lisan yang
dipakai oleh manusia untuk menyam paikan apapun yang ingin
disampaikan. Dalam komponen fonologi tidak hanya
diinventariskan jumlah dan macam bunyi yang ada pada suatu
bahasa tetapi juga bagaimana bunyi-bunyi tadi membentuk suatu
sistem dalam bahasa tersebut.22
Bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujar sudah disadari oleh
para linguis. oleh karena itu, objek utama kajian linguistik adalah
bahasa lisan , yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Fonologi
berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan-
persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan susunan
kata dalam kalimat, semantik pada persoalan-persoalan
perbendaharaan kata.
21
Samsuri, Analisa Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah, (Jakarta: Erlangga, 1998),
h. 91. 22
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
(Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 20.
18
Pada bidang klinis, hasil kajian fonologi (khususnya fonetik)
dapat dimanfaatkan untuk menangani orang atau anak yang
mengalami hambatan berbicara dan mendengar. Studi fonologi
sangat berkaitan dengan (bahkan sangat berpengaruh pada)
bidang-bidang linguistik lain, baik secara teoritis maupun
praktis.23
g. Gejala Fonologi Bahasa Indonesia
1) Penambahan fonem, penambahan fonem pada suatu kata pada
umumnya berupa penambahan bunyi vokal. Penambahan ini
dilakukan untuk kelancaran ucapan.
2) Penghilangan fonem, penghilangan fonem adalah hilangnya
bunyi atau fonem pada awal, tengah, dan akhir sebuah kata
tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa
pemendekan kata.
3) Perubahan fonem, perubahan fonem adalah berubahnya bunyi
atau fonem pada sebuah kata agar kata menjadi terdengar
dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
4) Kontraksi, kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan
adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-
kadang ada perubahan atau penggantian fonem.
5) Analogi, analogi adalah pembentukan suatu kata baru
berdasarkan suatu contoh yang sudah ada.
6) Fonem Suprasegmental, fonem vokal dan konsonan
merupakan fonem suprasegmental karena dapat diruas-ruas.
Fonem tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan ciri
suprasegmental seperti tekanan, jangka, dan nada. Disamping
23
Muslich, op.cit., h. 4.
19
ketiga ciri itu, pada untaian terdengar pula ciri
suprasegmental yang lain, yaitu intonasi dan ritme.24
Jika dilihat dari banyaknya gejala fonologi yang tertera di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang demikian maklum
terjadi pada kalangan masyarakat. Misalnya pada kontraksi atau
gejala penghilangan satu fonem atau lebih yang mengakibatkan
perubahan atau penggantian fonem. Seorang anak apabila ditanya
”Ayah mau kemana hari ini?”, maka ia hanya menjawab “kantor”
secara tidak sadar ia telah menghilangkan suatu fonem yang
seharusnya ia menjawab “Ayah ku hari ini pergi ke kantor”.
3. Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia baru akan menjadi
manusia bila ia hidup dalam lingkungan manusia. Lingkungan
hidup manusia dapat berwujud aneka bentuk. Sebagai anggota
masyarakat setiap individu dituntut untuk terampil berkomunikasi.
Terampil menyampaikan pikiran, gagasan, ide dan perasaan.25
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan , menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.26
Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa berbicara merupakan
salah satu karunia terbesar bagi manusia. Berbicara memiliki
peranan penting bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial
yang berinteraksi . berbicara berfungsi sebagai alat berkomunikasi.
Selain itu, berbicara merupakan pembeda antara manusia dengan
makhluk lain.
24
Ahlan Husen dan Yayat Sudaryat, Fonologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h. 45. 25
Djago Tarigan dan H.G.Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1986), h. 87. 26
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1987), h. 15.
20
Jika menyinggung tentang kemampuan, maka kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan
sesuatu. Kemampuan diperoleh pada taraf pertama melalui
pendidikan, kursus, dan latihan, kemudian dikembangkan dengan
praktik sehingga mewujudkan hasil yang nyata. Sama halnya
dengan kemampuan berbicara yaitu kemampuan mengucapkan
kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang
didengar, manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya
berbicara.
Berbicara merupakan suatu komponen menyampaikan pesan
dan amanat secara lisan. Keterampilan berbicara tidak dapat
dipisahkan dari keterampilan mendengarkan. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang efektif antar manusia.27
Dalam berbagai
situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan
pembicaraan kepada pendengar atau penulis kepada pembaca.
Keterampilan berbicara lebih menuntut guru daripada siswa.
b. Jenis-Jenis Berbicara
Secara garis besar bahwa ragam seni berbicara terdiri atas
dua macam, yaitu: (1) berbicara dimuka umum pada masyarakat
yang terdiri atas dua macam yaitu: wawancara, diskusi, bercerita
atau mendongeng, berpidato, dan permainan. (2) berbicara pada
konferensi. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada
kemampuan berpidato atau berbicara untuk melaporkan dan
memberikan informasi yang meliputi faktor kebahsaan dan non
kebahasaan.
c. Tujuan Berbicara
27
Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005), h.
121.
21
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi . agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicara harus
memahami makna yang ingin dikomunikasikan dan mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan harus tahu prinsip
yang mendasari situasi pembicaraan (umum dan perorangan).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran biasa merupakan gagasan,
informasi, opini yang muncul dari benaknya
4. Tunagrahita
Mental atau kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap
kehidupan yang sempurna, karena kecerdasan merupakan pembenar
yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk yang lain di
bumi ini. Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
reverensi disebut pula dengan keterbelakangan mental, lemah ingatan,
flebeminded, mental subnormal, dan tunagrahita.28
Semua makna dari
istilah tersebut sama, yaitu menunjukan kepada seseorang yang
memiliki kecerdasan mental di bawah normal, dan dalam istilah
Pendidikan Luar Biasa (PLB) menggunakan sebutan tunagrahita.
Etgar Doll berpendapat seseorang dapat dikatakan
tunagrahita jika: secara sosial tidak cakap, secara mental di
bawah normal, kecerdasan terhambat sejak lahir atau pada
usia muda, kematangannya terhambat, serta kecerdasannya
secara umum dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan
penyesuaian sosial dalam setiap fase perkembangannya.29
Jadi individu dapat dikatakan tunagrahita yaitu mereka yang
memiliki kecerdasan mental di bawah normal. Seorang psikolog
mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek mental
intelegensinya, indikasinya dapat dilihat dari tes kecerdasan, seperti
28
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,(Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 88. 29
Ibid.,h. 89.
22
IQ 0-25dikategorikan idiot, IQ 25 sampai 50 dikategorikan embicil,
dan IQ 50-&5 dikategorikan debil atau moron.
a. Anak tunagrahita yang mampu didik (debil). Anak tunagrahita
yang tidak mampu mengikuti sekolah biasa, namun masih memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan walaupun hasilnya kurang
maksimal. Anak tunagrahita yang mampu didik berarti anak
tunagrahita yang mampu dididik secara minimal dalam bidang-
bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
b. Anak tunagrahita yang mampu dilatih (embicil). Aank tunagrahita
yang mampu latih berarti anak tunagrahita yang hanya mampu
dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktifitas kehidupan
sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut
kemampuannya.
c. Anak tunagrahita mampu rawat (idiot). Anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu
mengurus diri sendiri dan sangat membutuhkan perawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mamputerus hidup
tanpa bantuan orang lain.30
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
berkaitan dengan analisis kesalahan fonologi. Berdasarkan pencarian
literatur yang dilakukan oleh penulis, maka terdapat beberapa hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Nenin Arum Sari R dengan judul
Analisis Kesalahan Fonologi dalam Membaca Teks Bahasa Arab Siswa
Kelas VIII G MTsN Piyungan Bantul dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009.
Dalam hasil penelitiannya ia mengemukakan bahwa bentuk-bentuk
kesalahan fonologi yang terjadi pada siswa kelas VIII G MTsN Piyungan
30
Ibid., h. 89-91.
23
Bantul dalam membaca teks berbahasa Arab dibedakan menjadi tiga,
yaitu: (1) Perubahan fonem, meliputi pertukaran penggunaan suara tipis
(ringan) sebagai ganti huruf bersuara tebal (berat) atau sebaliknya,
pertukaran penggunaan fonem vokal fathah sebagai ganti fonem vokal
kasrah, dan pertukaran penggunaan fonem yang memiliki tempat artikulasi
berdekatan misalnya sha dengan tsa, (2) penghilangan fonem, meliputi
penghilangan fonem alif, wawu, dan ya, (3) penambahan fonem.
Dalam penelitiannya ia juga menemukan hasil bahwa faktor-
faktor penyebab kesalahan fonologi dalam membaca teks berbahasa Arab
siswa kelas VIII G MTsN Piyungan Bantul diantaranya karakteristik
bahasa Arab yang berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Arab
merupakan pelajaran baru bagi siswa dan minimnya semangat siswa dalam
pembelajaran bahasa Arab.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Anggun Setyorini dengan
judul Bentuk Ujaran Bahasa Jawa Tataran Fonologi Anak Tunagrahita
Tingkat Berat SMP Luar Biasa Semarang (Kajian Psikolinguistik) dari
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, 2012 mendapati
hasil sebagai berikut: (1) ujaran bahasa Jawaanak tunagrahita tingkat berat
SMP LB Negeri Semarang mengalami pola-pola perubahan, yaitu
penghilangan fonem, penggantian fonem, penghilangan dan penggantian
fonem, dan perubahan total, (2) faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan ujaran anak tunagrahita tingkat berat SMP LB Negeri Semarang
yaitu gangguan fungsi otak dan alat produksi ujar, meliputi bentuk lidah
yang pendek dan tebal, bibir sumbing, dan gangguan pendengaran
permanen.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar
menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan masyarakat
umum lainnya.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang pendidikan yang sifatnya
masih umum, komprehensif dan kompleks serta ada kemungkinan masih terdapat
pengembangan-pengembangan teori. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan menggunakan data wacana yang di baca oleh siswa
tunagrahita SMALB C. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif
dalam penggunaannya. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga
disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di
tempat penelitian.1
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ingin mencari makna
kontekstual secara menyeluruh (holistic) berdasarkan fakta-fakta (tindakan,
ucapan, sikap, dan sebagainya) yang dilakukan subjek penelitian untuk
membangun teori (nomotetik, mencari hukum keberlakuan umum).2Selain itu ada
yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau
pemahaman atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.3
Penelitian ini bertujuan mencari data tentang kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang diucapkan siswa pada saat
membaca wacana . kesalahan yang dimaksud adalah terjadinya
ketidakbenaranfonologi yang diucapkan oleh siswa tunagrahita pada saat
membaca wacana.
1Syamsudin A.R dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 73. 2Abdul Hanafi Halim, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media Press, 2011), h.
92. 3 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 5.
25
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Permata, Ciranjang, kabupaten
Cianjur, yang beralamat di Jl. Raya Ciranjang Kaum Kaler RT.01 RW. 15
Ciranjang, Cianjur. Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan
April sampai dengan Juni 2016.
B. Metode dan Pendekatan Penelitian
Suatu penelitian, pemilihan dan penentuan metode merupakan
langkah yang sangat penting agar tujuan penelitian dapat terjadi. Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang
alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena
pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.4
Pada hakikatnya pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung
hubungan antara peneliti dengan responden dalam rangka memecahkan
masalah sesuain dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari pernyataan di
atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif mudah digunakan karena terdapat hubungan antara peneliti
dengan responden
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi dokumentasi.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger,
agenda, dan sebagainya.5
Pada penelitian ini data diperoleh melalui transkripsi fonetik dari
wacana yang dibaca oleh siswa tunagrahita SLB Permata Ciranjang,
kabupaten Cianjur. Tujuannya adalah menemukan kesalahan fonologi
4Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 14, cet, ke-11.
5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Saatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: Rineke
Cipta, 2002), h. 206.
26
pada siswa tunagrahita. Penelitian dilakukan bertahap, siswa diberikan
wacana yang sama pada setiap pertemuannya atau satu pekan sekali. Siswa
membaca wacana dan penulis melakukan rekam suara yang selanjutnya
akan dijadikan bahan untuk transkripsi fonetik.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini penulis lakukan untuk
mengumpulkan data tentang keadaan lingkungan sekolah, kegiatan
pembelajaran di kelas, dan lain-lain.
2. Rekam suara. Penulis melalukan rekam suara pada saat siswa
membaca wacana. Hal ini dilakukan penulis sepekan sekali pada saat
melakukan penelitian. Dari rekam suara selajutnya penulis melakukan
transkripsi fonetik
D. Fokus Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis
kesalahan fonologi melalui transkrip. Penelitian ini ditujukan hanya untuk
siswa tunagrahita.
Tabel 3.1
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
Nama Siswa ( Paragraf)
No Kata
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
27
E. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukakan dengan menguraikan kesalahan fonologi
yang terjadi ada saat siswa membaca wacana. Langkah-langkah analisis
data yang dilakukan penulis meliputi; mengamti secara teliti hasil bacaan
siswa yang telah di rekam, mengamati hasil bacaan siswa selama
penelitian berlangsung, mengidentifikasi kesalahan-kesalahan fonologi
siswa, membuat transkripsi fonetik, megelompokkan kata-kata yang sering
terjadi, mendeskripsikan kesalahan dan membuat kesimpulan berdasarkan
hasil analisis data.
Penulis juga menggunakan analisis data dengan cara:
1. Pengklasifikasian.
2. Pengodean
3. Penabulasian
4. Pembetulan atau pengoreksian
5. Pengalkulasian dengan menggunakan
Keterangan :
X = Frekuensi kata yang dianalisis
X2
= Jumlah Kesalahan
F. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa tunagrahita tingkat SMA
yang ada di SLB Permata Ciranjang, kabupaten Cianjur. Adapun yang
menjadi subyek dalam penelitian ini adalah
a. Nama Peserta Didik : M. Lukman Albasri
Nomor Induk : 9993422692
Tempat Tanggal Lahir: Cianjur, 01 Juli 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status dalam Keluarga: Anak Kandung
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
28
Alamat Peserta Didik : Kp. Samolo RT 04/02 Ds. Ciherang
b. Nama Peserta Didik : Nandar Maulana Firmansyah
Nomor Induk : 9997905278
Tempat Tanggal Lahir: Cianjur, 04 Juli 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status dalam Keluarga: Anak Kandung
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat Peserta Didik : Kp. Hegarmanah RT 01/05 Bojong Picung.
2. Objek Penelitian
Objek yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu
analisis kesalahan fonologi yang difokuskan hanya pada fonetik dan
fonemik saja. Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.6 Fonemik adalah bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.7 Pada saat
penelitian, penulis memeberikan wacana kepada siswa, kemudian
dibaca setiap tatap muka pelajaran bahasa Indonesia.
6Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 103.
7Ibid., h. 125.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
1. Identitas Sekolah
Sekolah Luar Biasa Permata Ciranjang, beralamat di Jl. Raya
Ciranjang RT 01/ RW 15 Kaum Kaler, Desa Ciranjang, Kecamatan
Cianjur, Kabupaten Cianjur. Sekolah ini didirikan dan mulai dibuka
pada tahun 2003, dengan status sekolah swasta terakreditasi A. Nomor
statistik sekolah 204 02 07 01 010, dan nomor ijin pendirian
421.9/2368-Disdik/2003 tanggal 16 Juni 2003. Penyelenggaraan
sekolah pagi. Status pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB jenis
kelainan A, B, C, C-1, dan D.
2. Keadaan Peserta Didik dan tenaga Kependidikan
Di bulan Desember 2016 – Mei 2017 terdapat 92 peserta didik
dan tenaga kependidikan berjumlah 14 orang pegawai yang meliputi
kepala sekolah, guru, sukwan, dan caraka.
3. Visi dan Misi
Visi sekolah “Menciptakan manusia yang hidup mandiri di
lingkungan keluarga maupun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari”.
Misi “Meningkatkan harkat dan derajat anak dalam berkehidupan
bermasyarakat, mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar memiliki
keterampilan untuk bekal hidup, membekali anak dengan satu
keterampilan yang betul-betul dikuasai agar anak mampu menghidupi
dalam kehidupan di masyarakat.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Status tanah milik yayasan/wafah, dengan nomor sertifikat
10.31.14.07.7.7.00001, luas tanah 1.400 m2, luas bangunan 740 m
2.
Ruang belajar, 5 ruang ukuran 8 x 7 m2 kondisi baik, 3 ruang ukuran 4
x 6 m2 kondisi baik. Ruang kantor, 5 ruang ukuran 8 x 7 m
2 kondisi
baik. Kamar mandi, 4 buah ukuran 2 x 2 m2 kondisi baik. Ruang UKS,
30
1 ruangan 8 x 5 m2. Ruang perpustakaan, 1 ruang ukuran 10 x 5 m
2
kondisi baik. Ruang tunggu orang tua, 1 buah ukuran 6 x 8 m2 kondisi
baik. Lapangan olahraga ukuran 20 x 10 m2 kondisi baik ( untuk basket
dan bulu tangkis). Mushola, 1 ruang ukuran 5 x 7 m2 kondisi baik.
Dapur, 5 ruang ukuran 8 x 7 m2 kondisi baik. Taman dan kebun kondisi
baik.
Sarana penunjang KBM memadai berupa listrik telfon, PDAM,
sumur dan internet.
5. Kegiatan-kegiatan yang Telah Dilaksanakan
Aktif mengikuti O2SN, FLS2N tingkat gugus, tingkat provinsi
dan tingkat nasional. Aktif mengikuti pramuka tingkat gugus, tingkat
provinsi dan tingkat nasional. Aktif mengikuti gebyar tingkat gugus dan
tingkat provinsi. Aktif mengikuti lomba keterampilan tingkt gugus,
tingkat provinsi, dan tingkat nasional. Mengikuti kegiatan guru dari
tingkat kecamatan, kabupaten hingga provinsi.
B. Deskripsi Data
Pada deskripsi ini, penulis akan menguraikan kesalahan siswa
dalam keterampilan membaca. Penulisis membatasi obyek analisis
kesalahan fonologi hanya pada tataran fonetik dan fonemik.
Tabel 4.1
Tabel Analisis Kesalahan Fonologis
Nandar Maulana Firmansyah ( Paragraf I)
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Pendidikan [pǝndidikan] [pǝñidikan]
panyidikan
[pǝnyiyikan]
penyiyikan
2. Bahasa [bahasa] - -
3. Indonesia [indonɛsia] - -
31
4. Merupakan [mǝrupakan] [pǝrupakan]
perupakan
[mǝlupakan]
melupakan
5. Salah [salah] [dalah]
dalah
-
6. Satu [satu] [sadu]
sadu
[sagu]
sagu
7. Mata [mata] [mada]
ada
-
8. Pelajaran [pǝlajaran] [pǝlajaraƞ]
pelajarang
-
9. Yang [yaƞ] - -
10. Wajib [wajib] [pajib]
pajib
[wagib]
wagib
11. Diajarkan [diajarkan] [diajarkaƞ]
diajarkang
[dijajarkan]
dijajarkan
12. Mulai [mulay] - -
13. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
day
14. Tingkat [tingkat’] [iƞkat’]
ingkat
[tiƞgat]
tinggat
15. Pendidikan [pǝndidikan] [pǝñidikan]
panyidikan
[pǝnyiyikan]
penyiyikan
16. Dasar [dasar] - -
17. Sampai [sampay] - -
18. Pendidikan [pǝndidikan] [pǝñidikan]
Panyidikan
[pǝnyiyikan]
penyiyikan
19. Tinggi [tiƞgi] [iƞgi]
Inggi
[tiƞi]
tingi
20. Akan [akan] [ayan]
Ayan
-
32
21. Tetapi [tǝtapi] [tǝtapɛ]
tetape
-
22. Yang [yaƞ] [waƞ]
wang
-
23. Sangat [sangat’] - -
24. Mengheran
kan
[mǝƞhɛranka
n]
[pǝƞhǝrankan]
pengherankan
[pǝƞhɛraƞkan]
pengherangkan
25. Sebagai [sǝbagay] - -
26. Warga [warga] [parga]
parga
-
27. Negara [ņǝgara] [pǝgara]
pegara
-
28. Indonesia [indonɛsia] - -
29. Yang [yaƞ] [waƞ]
wang
-
30. Mengenyam [mǝngeñam] [pǝƞǝƞam]
pengengam
[pǝƞǝñam]
pengenyam
31. Pendidikan [pǝndidikan] [pǝñidikan]
Panyidikan
[pǝnyiyikan]
penyiyikan
32. Dan [daņ] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
33. Mem
pelajari
[mǝmpǝlajari
]
[pǝmpǝlajari]
pempelajari
[mǝmpǝƞjari]
mempengajari
34. Bahasa [bahasa] - -
35. Indonesia [indonɛsia] - -
36. Masih [masih] [pasih]
pasih
[basih]
basih
37. Banyak [banyak’] - -
38. Yang [yaƞ] [waƞ]
wang
-
33
39. Belum [bǝlum] [balum]
balum
-
40. Mengerti [mǝngerti] [pangǝrti]
Pangerti
[pǝƞǝrti]
pengerti
41. Dengan [dǝƞan] [baƞan]
Bangan
[dǝgan]
degan
42. Baik [baik] [daik]
daik
[bayik]
bayik
43. Bahasa [bahasa] - -
44. Indonesia [indonɛsia] - -
45. Baik [baik] [daik]
daik
[bayik]
bayik
46. Secara [sǝcara] - -
47. Lisan [lisan] [pisan]
pisan
-
48. Maupun [maupun] - -
49. Tertulis [tǝrtulis] [tǝryulis]
teryulis
[pǝrtulis]
pertulis
50. Hal [hal] - -
51. Ini [ini] - -
52. Terlihat [tǝrlihat’] - [tǝrliyat]
terliyat
53. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
day
54. Masih [masih] [pasih]
pasih
[basih]
basih
55. Banyaknya [bañakña] [dariña]
darinya
-
56. Pelajar [pǝlajar] - -
57. Yang [yaƞ] - -
34
58. Memiliki [mǝmiliki] [pemiliki]
pemiliki
[dimliki]
dimiliki
59. Nilai [nilay] [nilay]
nilay
-
60. Ujian [ujian] [ubian]
ubian
[ujaran]
ujaran
61. Nasional [nasional] [nasyional]
nasyional
-
62. Yang [yaƞ] - -
63. Masih [masih] [pasih]
pasih
[basih]
basih
64. Sangat [sangat’] - -
65. Rendah [rǝndah] [pɛndɛk]
pendek
-
66. Bahasa [bahasa] - -
67. Indonesia [indonɛsia] - -
68. Adalah [adalah] - -
69. Bahasa [bahasa] - -
70. Resmi [rǝsmi] [basmi]
basmi
[pesmi]
pesmi
71. Republik [rǝpublik] [repuplik]
repupluk
[rebublik]
rebublik
72. Indonesia [indonɛsia] - -
73. Dan [daņ] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
74. Bahasa [bahasa] - -
75. Persatuan [pǝrsatuan] - [pǝrsatuwan]
persatuwan
76. Bangsa [baƞsa] [baƞga]
bangga
-
35
77. Indonesia [indonɛsia] - -
78. Di [di] [yi]
yi
-
79. Timor [timor] [timol]
timol
-
80. Leste [lɛstɛ] - -
81. Bahasa [bahasa] - -
82. Indonesia [indonɛsia] - -
83. Berstatus [berstatus] [bǝrsatu]
bersatu
-
84. Sebagai [sǝbagay] [pǝagai]
pebagai
-
85. Bahasa [bahasa] - -
86. Kerja [kerja] [kǝlja]
kelja
-
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan Nandar Maulana Firmansyah
sebanyak 51 kesalahan fonetik dan sebanyak 32 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 51 kata pada
paragraf pertama yang terdiri dari 86 kata, yaitu pada kata pendidikan;
merupakan; salah; satu; mata; pelajaran; wajib; diajarkan; dari; tingkat;
tinggi; akan; tetapi; yang; mengherankan; warga; negara; Indonesia;
mengenyam; dan; mempelajari; masih; belum; mengerti; dengan; baik;
lisan; tertulis; banyaknya; memiliki; nilai; ujian; nasional; sangat;
rendah; resmi; republik; bangsa; di; Timor; berstatus; sebagai; kerja.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 32 kata pada
paragraf pertama yang terdiri dari 86 kata, yaitu pada kata pendidikan;
merupakan; satu; wajib; diajarkan; dari; tingkat; tinggi; mengherankan;
36
mengenyam; dan; mempelajari; masih; mengerti; dengan; baik; tertulis;
memiliki; nasional; masih; ujian; resmi; republik; terlihat; dari;
persetujuan.
Tabel 4.2
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
M. Lukman Albasri ( Paragraf I )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Pendidikan [pǝndidikan] - -
2. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
Bahaya
3. Indonesia [indonɛsia] - -
4. Merupakan [mǝrupakan] - -
5. Salah [salah] [ŝalah]
syalah
[talah]
talah
6. Satu [satu] - -
7. Mata [mata] - -
8. Pelajaran [pǝlajaran] - -
9. Yang [yaƞ] - -
10. Wajib [wajib] - -
11. Diajarkan [diajarkan] - -
12. Mulai [mulay] [mulay]
mulay
[mula]
mula
13. Dari [dari - -
14. Tingkat [tingkat’] - -
15. Pendidikan [pǝndidikan] - -
16. Dasar [dasar] - -
17. Sampai [sampay] - -
37
18. Pendidikan [pǝndidikan] - -
19. Tinggi [tiƞgi] - -
20. Akan [akan] - -
21. Tetapi [tǝtapi] - -
22. Yang [yaƞ] - -
23. Sangat [sangat’] [ŝangat]
syangat
[samat]
samat
24. Mengheran
kan
[mǝƞhɛranka
n]
- -
25. Sebagai [sǝbagay] [ŝebagai]
syebagai
[berbagai]
berbagai
26. Warga [warga] - -
27. Negara [ņǝgara] - -
28. Indonesia [indonɛsia]
29. Yang [yaƞ] - -
30. Mengenyam [mǝngeñam] - -
31. Pendidikan [pǝndidikan] - -
32. Dan [daņ] - -
33. Mempelajar
i
[mǝmpǝlajari
]
- -
34. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
35. Indonesia [indonɛsia] - -
36. Masih [masih] [maŝih]
masyih
[matih]
matih
37. Banyak [banyak’] - -
38. Yang [yaƞ] - -
39. Belum [bǝlum] - -
40. Mengerti [mǝngerti] - -
41. Dengan [dǝƞan] - -
38
42. Baik [baik] - -
43. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
44. Indonesia [indonɛsia] - -
45. Baik [baik] - -
46. Secara [sǝcara] - -
47. Lisan [lisan] [liŝan]
lisyan
[piŝan]
pisyan
48. Maupun [maupun] - -
49. Tertulis [tǝrtulis] - -
50. Hal [hal] - -
51. Ini [ini] - -
52. Terlihat [tǝrlihat’] - -
53. Dari [dari] - -
54. Masih [masih] - -
55. Banyaknya [bañakña] - -
56. Pelajar [pǝlajar] - -
57. Yang [yaƞ] - -
58. Memiliki [mǝmiliki] - -
59. Nilai [nilay] - -
60. Ujian [ujian] - -
61. Nasional [nasional] [naŝional]
nasyional
[naŝiyonal]
nasyiyonal
62. Yang [yaƞ] - -
63. Masih [masih] - -
64. Sangat [sangat’] [ŝangat]
syangat
[samat]
samat
65. Rendah [rǝndah] - -
66. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
39
67. Indonesia [indonɛsia] - -
68. Adalah [adalah] - -
69. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
70. Resmi [rǝsmi] - -
71. Republik [rǝpublik] - -
72. Indonesia [indonɛsia] - -
73. Dan [daņ] - -
74. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
75. Persatuan [pǝrsatuan] - [prsatuwan]
persatuwan
76. Bangsa [baƞsa] - -
77. Indonesia [indonɛsia] - -
78. Di [di] - -
79. Timor [timor] - -
80. Leste [lɛstɛ] - -
81. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
82. Indonesia [indonɛsia] - -
83. Berstatus [berstatus] - -
84. Sebagai [sǝbagay] - -
85. Bahasa [bahasa] -
86. Kerja [kerja] - -
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan M. Lukman Albasri sebanyak 16
kesalahan fonetik dan sebanyak 17 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
40
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 16 kata pada
paragraf pertama yang terdiri dari 86 kata, yaitu pada kata bahasa;
salah; mulai; sangat; sebagai; pendidikan; masih; lisan; nasional.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 17 kata pada
paragraf pertama yang terdiri dari 86 kata, yaitu pada kata bahasa;
salah; mulai; sangat; sebagai; persatuan; pendidikan; masih; lisan;
nasional.
Tabel 4.3
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
Nandar Maulana Firmansyah ( Paragraf 2 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
Day
2. Sudut [sudut’] - -
3. Pandang [pandaƞ] [dandaƞ]
dandang
-
4. Linguistik [liƞuistik] - [liƞuistis]
linguistis
5. Bahasa [bahasa] - -
6. Indonesia [indonɛsia] - -
7. Adalah [adalah] - -
8. Salah [salah] - -
9. Satu [satu] - -
10. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
Day
11. Banyak [bañak’] - -
41
12. Ragam [ragam] [rajam]
rajam
[raga]
raga
13. Bahasa [bahasa] - -
14. Melayu [mǝlayu] [mǝmayu]
memayu
-
15. Penamaan [pǝnamaan] [pǝnanaman]
penanaman
[pǝngalaman]
pengalaman
16. Bahasa [bahasa] - -
17. Indonesia [indonɛsia] - -
18. Diawali [diawali] [diawani]
diawani
[diawasi]
diawasi
19. Sejak [sǝjak’] [sebab]
Sebab
-
20. Dicanangka
nnya
[dicanaƞkanñ
a]
[dicadaƞkanña]
dicadangkannya
[dicamparkanña]
dicamparkannya
21. Sumpah [sumpah] [tumpah]
tumpah
[tambah]
tambah
22. Pemuda [pǝmuda] [pemuba]
pemuba
[pemula]
Pemula
23. Duapuluhde
lapan
[duapuluhdǝl
apan]
- -
24. Oktober [ok’tober] [otober]
otober
[otober]
otober
25. Seribu
sembilan
ratus dua
puluh
delapan
[sǝribusǝmbil
an
ratusduapulu
h
dǝlapan]
- -
26. Untuk [untuk’] - [tumbuk’]
tumbuk
42
27. Menghindar
i
[mǝƞhindari] - -
28. Kesan [kǝsan] [pǝsan]
pesan
[paɛsan]
paesan
29. Imperialism
e
[impǝrialismǝ
]
[emperialisme]
emperialisme
30. Bahasa [bahasa] - -
31. Apabila [apabila] - -
32. Nama [nama] - -
33. Bahasa [bahasa] - -
34. Melayu [mǝlayu] - -
35. Tetap [tǝtap] - -
36. Digunakan [digunakan] - [dicanaƞkan]
dicanangkan
37. Proses [prosɛs] [protɛs]
protes
[propɛs]
propes
38. Ini [ini] - -
39. Menyebabk
an
[mǝñɛbabkan
]
[mǝnsǝbabkan]
mensebabkan
[mǝnyǝbalkan]
menyebalkan
40. Berbedanya [bɛrbɛdaña] [bǝrbadanña]
berbadannya
[bǝrpɛdaña]
berpedanya
41. Bahasa [bahasa] - -
42. Indonesia [indonɛsia] - -
43. Saat [saat’] [saad]
saad
-
44. Ini [ini] - -
45. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
day
46. Varian [varian] - -
47. Bahasa [bahasa] - -
43
48. Melayu [mǝlayu] - -
49. Yang [yaƞ] [waƞ]
wang
-
50. Digunakan [digunakan] - -
51. Di [di] - -
52. Riau [riaw] [riaw]
riaw
[riyau]
riyau
53. Maupun [maupun] [mawpun]
mawpun
-
54. Semenanjun
g
[sǝmǝnanjuƞ] [sǝmǝnanduƞ]
semenandung
[sǝmǝnaƞguƞ]
semenanggung
55. Malaka [malaka] - -
56. Hingga [hingga] - -
57. Saat [saat’] [saad]
saad
-
58. Ini [ini] - -
59. Bahasa [bahasa] - -
60. Indonesia [indonɛsia] - -
61. Merupakan [mǝrupakan]
62. Bahasa [bahasa] - -
63. Yang [yaƞ] - -
64. Hidup [hidup] - -
65. Yang [yaƞ] - -
66. Harus [harus] - -
67. Menghasilk
an
[mǝƞhasilkan
]
[mǝnhasilkan]
menhasilkan
[mǝƞasiƞkan]
mengasingkan
68. Kata-kata [kata-kata] [kata-data]
kata-data
[data-data]
data-data
69. Baru [baru] - -
70. Baik [baik’] - -
44
71. Melalui [mǝlalui] [malalui]
malalui
[mǝlampaui]
Melampaui
72. Penciptaan [pǝnciptaan] [pǝñitaan]
penyitaan
[pǝñiptaan]
penyiptaan
73. Maupun [maupun] [mawpun]
mawpun
-
74. Penyerapan [pǝñɛrapan] [pǝnserapan]
penserapan
[pǝñergapan]
penyergapan
75. Dari [dari] - -
76. Bahasa [bahasa] - -
77. Daerah [daerah] - -
78. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
79. Bahasa [bahasa] - -
80. Asing [asiƞ] - -
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan Nandar Maulana Firmansyah
sebanyak 31 kesalahan fonetik dan sebanyak 26 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 31 kata pada
paragraf kedua yang terdiri dari 80 kata, yaitu pada kata dari; pandang;
ragam; melayu; penamaan; diawali; sejak; dicanangkannya; sumpah;
pemuda; Oktober; kesan; imperiakisme; proses; berbedanya; saat; Riau;
maupun; Semenanjung; menghasilkan; kata-kata; melalui; penciptaan;
maupun; penyerapan; dan.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 26 kata pada
paragraf kedua yang terdiri dari 80 kata, yaitu pada kata dari; linguistik;
ragam; penamaan; diawali; dicanangkannya; sumpah; pemuda; oktober;
untuk; kesan; imperialisme; digunakan; proses; menyebabkan; yang;
45
Riau; Semenanjung; menghasilkan; kata-kata; melalui; penyerapan;
dan.
Tabel 4.4
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
M. Lukman Albasri ( Paragraf 2 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Dari [dari] - -
2. Sudut [sudut’] [ŝudut]
syudut
-
3. Pandang [pandaƞ] - -
4. Linguistik [liƞuistik] [liƞuiŝtik]
linguisytik
-
5. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
6. Indonesia [indonɛsia] - -
7. Adalah [adalah] - -
8. Salah [salah] [ŝalah]
syalah
[ŝalam]
syalam
9. Satu [satu] - -
10. Dari [dari] - -
11. Banyak [bañak’] - -
12. Ragam [ragam] - -
13. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
14. Melayu [mǝlayu] - -
15. Penamaan [pǝnamaan] - -
16. Bahasa [bahasa] [bahaŝa] [bahaya]
46
bahasya bahaya
17. Indonesia [indonɛsia] - -
18. Diawali [diawali] - -
19. Sejak [sǝjak’] - -
20. Dicanangka
nnya
[dicanaƞkanñ
a]
- -
21. Sumpah [sumpah] [ŝumpah
syumpah
-
22. Pemuda [pǝmuda] [pǝmudah]
pemudah
-
23. Duapuluhde
lapan
[duapuluhdǝl
apan]
- -
24. Oktober [ok’tober] - -
25. Seribu
sembilan
ratus dua
puluh
delapan
[sǝribusǝmbil
an
ratusduapulu
h
dǝlapan]
[ŝeribuŝǝmbilanratu
sduapuluhdǝlapan]
syeribusyembilanra
tusduapuluh
delapan
-
26. Untuk [untuk’] - -
27. Menghindar
i
[mǝƞhindari] [menhindari]
mehindari
-
28. Kesan [kǝsan] [kǝŝan]
kesyan
-
29. Imperialism
e
[impǝrialismǝ
]
- -
30. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
31. Apabila [apabila] - -
32. Nama [nama] - -
33. Bahasa [bahasa] [bahaŝa] [bahaya]
47
bahasya bahaya
34. Melayu [mǝlayu] - -
35. Tetap [tǝtap] - -
36. Digunakan [digunakan] - -
37. Proses [prosɛs] - -
38. Ini [ini] - -
39. Menyebabk
an
[mǝñɛbabkan
]
- -
40. Berbedanya [bɛrbɛdaña] - -
41. Bahasa [bahasa]
42. Indonesia [indonɛsia] - -
43. Saat [saat’] - -
44. Ini [ini] - -
45. Dari [dari] - -
46. Varian [varian] - -
47. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
48. Melayu [mǝlayu] - -
49. Yang [yaƞ] - -
50. Digunakan [digunakan] - -
51. Di [di] - -
52. Riau [riaw] - -
53. Maupun [maupun] - -
54. Semenanjun
g
[sǝmǝnanjuƞ] [ŝǝmǝnanjuƞ]
syemenanjung
-
55. Malaka [malaka] - -
56. Hingga [hingga] - -
57. Saat [saat’] [saad]
saad
-
58. Ini [ini] - -
48
59. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
60. Indonesia [indonɛsia] - -
61. Merupakan [mǝrupakan] - -
62. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
63. Yang [yaƞ] - -
64. Hidup [hidup] - -
65. Yang [yaƞ] - -
66. Harus [harus] - -
67. Menghasilk
an
[mǝƞhasilkan
]
- -
68. Kata-kata [kata-kata] - -
69. Baru [baru] [bau]
bau
[bawu]
bawu
70. Baik [baik’] - -
71. Melalui [mǝlalui] - -
72. Penciptaan [pǝnciptaan] - -
73. Maupun [maupun] - -
74. Penyerapan [pǝñɛrapan] [pǝŝerapan]
pensyerapan
-
75. Dari [dari] - -
76. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
77. Daerah [daerah] - -
78. Dan [dan] - -
79. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
80. Asing [asiƞ] [aŝiƞ]
asying
-
49
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan M. Lukman Albasri sebanyak 24
kesalahan fonetik dan sebanyak 13 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 24 kata pada
paragraf kedua yang terdiri dari 80 kata, yaitu pada kata sudut; linguistik;
bahasa; salah; sumpah; pemuda; seribu sembilan ratus dua puluh delapan;
menghindari; kesan; Semenanjung; saat; baru; penyerapan; asing.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 13 kata pada
paragraf kedua yang terdiri dari 80 kata, yaitu pada kata bahasa; salah;
baru.
Tabel 4.5
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
Nandar Maulana Firmansyah ( Paragraf 3 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Meskipun [mǝskipun] [mǝstipun]
mestipun
[mǝskipuƞ]
meskipung
2. Dipahami [dipahami] [diahammi]
dipahammi
[dipadami]
dipadami
3. Dan [dan] [ǝdan] [daƞ]
50
edan dang
4. Dituturkan [dituturkan] [dikuburkan]
dikuburkan
-
5. Oleh [olǝh] - -
6. Lebih [lǝbih] - -
7. Dari [dari] [dayi]
dayi
[day]
day
8. Sembilan
puluh persen
( 90%)
[sǝmbilanpul
uh
pǝrsen]
[sǝmbilaƞpuluhpǝrs
ɛn]
sembilangpuluhper
sen
[sǝmbilanbuluhpǝr
sɛn]
sembilanbuluhpers
en
9. Warga [warga] - -
10. Indonesia [indonɛsia] - -
11. Bahasa [bahasa] - -
12. Indonesia [indonɛsia] - -
13. Bukanlah [bukanlah] - [bukalah]
bukalah
14. Bahasa [bahasa] - -
15. Ibu [ibu] - -
16. Bagi [bagi] - -
17. Kebanyakan [kǝbañakan] [kǝbaikan]
kebaikan
-
18. Penuturnya [pǝnuturña] [pǝnuturan]
penuturan
-
19. Sebagian [sǝbagian] - -
20. Besar [bǝsar] - -
21. Warga [warga] - -
22. Indonesia [indonɛsia] - -
23. Menggunakan [mǝƞ
gunakan]
[peƞgunakan]
penggunakan
[digunakan]
digunakan
51
24. Salah [salah] - -
25. Satu [satu] - -
26. Dari [dari] - -
27. Tujuh ratus
empat puluh
delapan ( 748
)
[tujuhratus
ǝmpatpuluh
dǝlapan]
[tujuhratusǝmpatpu
luƞdǝapan]
tujuhratusempat
pulungdelapan
[tujuhratusǝmpatpu
luhsǝlapan]
tujuhratusempatpul
uhselapan
28. Bahasa [bahasa] - -
29. Yang [yaƞ] - -
30. Ada [ada] - -
31. Di [di] - -
32. Indonesia [indonɛsia] - -
33. Sebagai [sǝbagay] [pǝbagai]
pebagai
-
34. Bahasa [bahasa] - -
35. Ibu [ibu] - -
36. Fonologi [fonologi] [ponologi]
ponologi
[ponologi]
ponologi
37. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
Dang
38. Tata [tata] - -
39. Bahasa [bahasa] - -
40. Bahasa [bahasa] - -
41. Indonesia [indonɛsia] - -
42. Dianggap [dianggap] [ditanggap]
ditanggap
-
43. Relatif [rɛlatif] - -
44. Mudah [mudah] - -
52
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan Nandar Maulana Firmansyah
sebanyak 14 kesalahan fonetik dan sebanyak 10 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 14 kata pada
paragraf ketiga yang terdiri dari 44 kata, yaitu pada kata mskipun;
dipahami; dan; dituturkan; dari; sembilan puluh persen; kebanyakan;
penuturnya; menggunakan; tujuhratus empat puluh delapan; sebagai;
fonologi; dan; dianggap.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 10 kata pada
paragraf ketiga yang terdiri dari 44 kata, yaitu pada kata meskipun;
dipahami; dan; dari; sembilan puluh persen; bukanlah; menggunakan;
tujuh ratus empat puluh delapan; fonologi; dan.
Tabel 4.6
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
M. Lukman Albasri ( Paragraf 3 )
No. Kata Transkripsi
Fonetik
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Meskipun [mǝskipun] - -
2. Dipahami [dipahami] - -
3. Dan [dan] - -
53
4. Dituturkan [dituturkan] [diturunkan]
diturunkan
-
5. Oleh [olǝh] - -
6. Lebih [lǝbih] - -
7. Dari [dari] - -
8. Sembilan
puluh persen
( 90%)
[sǝmbilanpul
uh
pǝrsen]
[ŝǝmbilanpuluh
pǝrsɛn]
syembilanpuluh
persen
-
9. Warga [warga] - -
10. Indonesia [indonɛsia] - -
11. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
12. Indonesia [indonɛsia] - -
13. Bukanlah [bukanlah] - -
14. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
15. Ibu [ibu] - -
16. Bagi [bagi] - -
17. Kebanyakan [kǝbañakan] - -
18. Penuturnya [pǝnuturña] - -
19. Sebagian [sǝbagian] [ŝǝbagai]
syebagai
-
20. Besar [bǝsar] [bǝŝar]
besyar
-
21. Warga [warga] - -
22. Indonesia [indonɛsia] - -
23. Menggunakan [mǝƞgunakan
]
- -
24. Salah [salah] [ŝalah] [talah]
54
syalah talah
25. Satu [satu] - -
26. Dari [dari] - -
27. Tujuh ratus
empat puluh
delapan (748)
[tujuhratus
ǝmpatpuluh
dǝlapan]
- -
28. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
29. Yang [yaƞ] - -
30. Ada [ada] - -
31. Di [di] - -
32. Indonesia [indonɛsia] - -
33. Sebagai [sǝbagay] [ŝǝbagai]
syebagai
-
34. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
35. Ibu [ibu] - -
36. Fonologi [fonologi] - -
37. Dan [dan] - -
38. Tata [tata] - -
39. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
40. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
41. Indonesia [indonɛsia] - -
42. Dianggap [dianggap] - -
43. Relatif [rɛlatif] - -
44. Mudah [mudah] - -
55
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan M. Maulana Albasri sebanyak 11
kesalahan fonetik dan sebanyak 6 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 11 kata pada
paragraf ketiga yang terdiri dari 44 kata, yaitu pada kata dituturkan;
sembilan puluh persen; bahasa; sebagian; besar; salah; sebagai.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 6 kata pada
paragraf ketiga yang terdiri dari 44 kata, yaitu pada kata bahasa; salah.
Tabel 4.7
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
Nandar Maulana Firmansyah ( Paragraf 4 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Tidak [tidaɁ] - -
2. Jarang [jaraƞ] - -
3. Mahasiswa [mahasiswa] - -
4. Diperlakukan [dipǝrlakukan [dibǝrlakukan] -
56
] diberlakukan
5. Seperti [sǝperti] - -
6. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
7. Jurusan [jurusan] - -
8. Bahasa [bahasa] - -
9. Indonesia [indonɛsia] - -
10. Di [di] - -
11. Fakultas [fakultas] [bakultas]
bakultas
-
12. Sastra [sastra] [ŝastra]
syastra
[pasra]
pasra
13. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
14. Bahasa [bahasa] - -
15. Setelah [sǝtǝlah] [ŝǝtǝlah]
syetelah
-
16. Duabelas
(12)
[duabǝlas] [duabǝras]
duaberas
[duagǝlas]
duagelas
17. Tahun [tahun] - -
18. Belajar [bǝlajar] - -
19. Bahasa [bahasa] - -
20. Indonesia [indonɛsia] - -
21. Apakah [apakah] -
22. Mereka [mǝrɛka] - -
23. Sudah [sudah] - -
24. Mampu [mampu] - -
25. Berbahasa [bǝrbahasa] - -
26. Indonesia [indonɛsia] - -
27. Dengan [dǝƞan] - -
57
28. Baik [baik] - -
29. Dan [dan] - -
30. Benar [bǝnar] - -
31. Baik [baik] - -
32. secara [sǝcara] [sǝtara]
setara
-
33. Tertulis [tǝrtulis] [tǝryulis]
teryulis
[pǝrtulis]
pertulis
34. Bahasa [bahasa] - -
35. Maupun [maupun] - -
36. Terlisan [tǝrlisan] [tǝrpisan]
terpisan
[tǝrlisaƞ]
terlisang
37. Lalu [lalu] - -
38. Bagaimana [bagaimana] [bagaymana]
bagaymana
[darimana]
darimana
39. Dengan [dǝngan] - -
40. Kemampuan [kǝmampuan] [kǝmauan]
kemauan
-
41. Bahasa [bahasa] - -
42. Indonesia [indonɛsia] - -
43. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
44. S2 [S2] - -
45. Seperti [sǝpǝrti] - -
46. Halnya [halnya] - -
47. Mahasiswa [mahasiswa] - -
48. D3 [D3] - -
49. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
50. S1 [S1] - -
58
51. Ternyata [tǝrnyata] - -
52. Sebagian [sǝbagian] [sǝagan]
sebagan
-
53. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
Mahasiwa
54. S2 [S2] - -
55. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
56. S3 [S3] - -
57. Juga [juga] - -
58. Masih [masih] - -
59. Lemah [lǝmah] - [temah]
temah
60. Dalam [dalam] - -
61. Berbahasa [bǝrbahasa] - -
62. Indonesia [indonɛsia] - -
63. Paparan [paparan] - -
64. Singkat [siƞkat] - -
65. Di [di] - -
66. Atas [atas] - -
67. Membuktikan [mǝmbuktika
n]
[pǝmbuktikan]
pembuktikan
[mǝmbuktian]
membuktian
68. Ketidakmam
pu
an
[kǝtidaɁmam
pu
an]
- -
69. Sebagian [sǝbagian] [sǝbagan]
sebagan
-
70. Besar [bǝsar] - -
71. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
59
72. Dalam [dalam] - -
73. Berbahasa [bǝrbahasa] [bǝrbagasa]
berbagasa
[bǝrbadasa]
berbadasa
74. Indonesia [indonɛsia] - -
75. Dalam [dalam] - -
76. Hal [hal] - -
77. Ini [ini] - -
78. Bahasa [bahasa] - -
79. Tulisan [tulisan] - [yulisan]
yulisan
80. Lalu [lalu] - -
81. Apa [apa] - -
82. Yang [yaƞ] - -
83. Mesti [mesti] - -
84. Dikerjakan [dikǝrjakan] [dikǝjarkan]
dikejarkan
[dipǝrjakan]
diperjakan
85. Para [para] - -
86. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
doseng
[posɛn]
posen
87. Bahasa [bahasa] - -
88. Indonesia [indonɛsia] - -
89. Yang [yaƞ] - -
90. Ternyata [tǝrñata] - -
91. Tidak [tidaɁ] - -
92. Semua [sǝmua] - -
93. Bergelar [bǝrgǝlar] [bǝrgǝyar]
bergeyar
[tǝrgǝlar]
tergelar
94. Sarjana [sarjana] - -
95. Bahasa [bahasa] - -
96. Indonesia [indonɛsia] - -
60
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan Nandar Maulana Firmansyah 25
kesalahan fonetik dan sebanyak 20 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 25 kata pada
paragraf ketempat yang terdiri dari 97 kata, yaitu pada kata bergelar;
dosen; dikerjakan; berbahasa; mahasiswa; sebagian; membuktikan; dan;
mahasiswa; kemampuan; bagaimana; terlisan; tertulis; secara; duabelas;
setelah; sastra; fakultas; diperlakukan.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 20 kata pada
paragraf keempat yang terdiri dari 97 kata, yaitu pada kata bergelar; dosen;
dikerjakan; tulisan; berbahasa; mahasiswa; membuktikan; lemah; dan;
bagaimana; terlisan; tertulis; apakah; duabelas; sastra.
Tabel 4.8
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
M. Lukman Albasri ( Paragraf 4 )
No. Kata Transkripsi
Fonetik
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Tidak [tidaɁ] - -
2. Jarang [jaraƞ] - -
3. Mahasiswa [mahasiswa] - -
4. Diperlakukan [dipǝrlakukan
]
- -
5. Seperti [sǝperti] [ŝǝpǝrti]
syeperti
-
6. Mahasiswa [mahasiswa] - -
61
7. Jurusan [jurusan] - -
8. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
9. Indonesia [indonɛsia] - -
10. Di [di] - -
11. Fakultas [fakultas] - -
12. Sastra [sastra] - -
13. Dan [dan] - -
14. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
15. Setelah [sǝtǝlah] - -
16. Duabelas ( 12
)
[duabǝlas] - -
17. Tahun [tahun] - -
18. Belajar [bǝlajar] - -
19. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
20. Indonesia [indonɛsia] - -
21. Apakah [apakah] - -
22. Mereka [mǝrɛka] - -
23. Sudah [sudah] [ŝudah]
syudah
[sujah]
sujah
24. Mampu [mampu] - -
25. Berbahasa [bǝrbahasa] [bǝrbahaŝa]
berbahasya
-
26. Indonesia [indonɛsia]
27. Dengan [dǝƞan] - -
28. Baik [baik] - -
29. Dan [dan] - -
30. Benar [bǝnar] - -
62
31. Baik [baik] - -
32. secara [sǝcara] - -
33. Tertulis [tǝrtulis] - -
34. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
35. Maupun [maupun] - -
36. Terlisan [tǝrlisan] [tǝrliŝan]
terlisyan
[tǝrpisan]
terpisan
37. Lalu [lalu] - -
38. Bagaimana [bagaimana] - -
39. Dengan [dǝngan] - -
40. Kemampuan [kǝmampuan] - -
41. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
42. Indonesia [indonɛsia] - -
43. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
44. S2 [S2] - -
45. Seperti [sǝpǝrti] - -
46. Halnya [halnya] - -
47. Mahasiswa [mahasiswa] - -
48. D3 [D3] - -
49. Dan [dan] - -
50. S1 [S1] - -
51. Ternyata [tǝrnyata] - -
52. Sebagian [sǝbagian] - -
53. Mahasiswa [mahasiswa] - -
54. S2 [S2] - -
55. Dan [dan] - -
56. S3 [S3] - -
63
57. Juga [juga] - -
58. Masih [masih] - -
59. Lemah [lǝmah] - -
60. Dalam [dalam] - -
61. Berbahasa [bǝrbahasa] [bǝrbahaŝa]
berbahasya
-
62. Indonesia [indonɛsia] - -
63. Paparan [paparan] - -
64. Singkat [siƞkat] - -
65. Di [di] - -
66. Atas [atas] - -
67. Membuktikan [mǝmbuktika
n]
- -
68. Ketidakmam
puan
[kǝtidaɁmam
pu
an]
- -
69. Sebagian [sǝbagian] - -
70. Besar [bǝsar] - -
71. Mahasiswa [mahasiswa] - -
72. Dalam [dalam] - -
73. Berbahasa [bǝrbahasa] [bǝrbahaŝa]
berbahasya
-
74. Indonesia [indonɛsia] - -
75. Dalam [dalam] - -
76. Hal [hal] - -
77. Ini [ini] - -
78. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
79. Tulisan [tulisan] - -
80. Lalu [lalu] - -
64
81. Apa [apa] - -
82. Yang [yaƞ] - -
83. Mesti [mesti] - -
84. Dikerjakan [dikǝrjakan] - -
85. Para [para] - -
86. Dosen [dƆs€n] - -
87. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
88. Indonesia [indonɛsia] - -
89. Yang [yaƞ] - -
90. Ternyata [tǝrñata] - -
91. Tidak [tidaɁ] - -
92. Semua [sǝmua] - -
93. Bergelar [bǝrgǝlar] - -
94. Sarjana [sarjana] - -
95. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
96. Indonesia [indonɛsia] - -
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan M. Lukman Albasri 16 kesalahan
fonetik dan sebanyak 11 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 16 kata pada
paragraf ketempat yang terdiri dari 97 kata, yaitu pada kata seperti; sudah;
berbahasa; terlisan.
2. Kesalahan Fonemik
65
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 11 kata pada
paragraf keempa yang terdiri dari 97 kata, yaitu pada kata bahasa; sudah;
terlisan.
Tabel 4.9
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
Nandar Maulana Firmansyah ( Paragraf 5 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
Ortografis Ortografis
1. Dengan [dǝƞan] [baƞan]
bangan
[dagan]
dagan
2. Kata [kata] - -
3. Lain [lain] - -
4. Setiap [sǝtiap] - -
5. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
doseng
-
6. Harus [harus] - -
7. Mampu [mampu] - -
8. Menjadi [mǝnjadi] [mǝnjabi]
menjabi
[mǝjabi]
menjabi
9. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
doseng
-
10. Bahasa [bahasa] - -
11. Indonesia [indonɛsia] - -
12. Artikel [artikel] [arbikɛl]
arbikel
-
13. Artikel [artikel] - -
14. Opini [opini] [odini]
odini
-
66
15. Yang [yaƞ] - -
16. Berkaitan [bǝrkaitan] [bǝaikan]
berdaikan
-
17. Langsung [laƞsuƞ] - -
18. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
ang
19. Tak [tak’] - -
20. Langsung [laƞsuƞ] [lansun]
lansun
[daƞsuƞ
dangsung
21. Dengan [dǝƞan] [baƞan]
bangan
[dagan]
dagan
22. Bahasa [bahasa] - -
23. Indonesia [indonɛsia] - -
24. Yang [yaƞ] [waƞ]
wang
[taƞ]
tang
25. Dimuat [dimuat] - -
26. Di [di] [yi]
yi
-
27. Media [mǝdia] - -
28. Massa [massa] - -
29. Cetak [cǝtak’] - -
30. Pun [pun] - -
31. Jangan [jaƞan] - -
32. Pula [pula] - -
33. Dilewatkan [dilǝwatkan] [dipawatkan]
dipawatkan
-
34. Dalam [dalam] - -
35. Konteks [kontɛx] [kontǝk]
kontek
[kondɛk]
kondek
36. Tulisan [tulisan] - -
67
37. Ini [ini] - -
38. Bukan [bukan] - -
39. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
doseng
-
40. Bahasa [bahasa] - -
41. Indonesia [indonɛsia] - -
42. Mengajari [mǝƞajari] [mǝƞajayi]
mengajayi
[mǝƞajak]
mengajak
43. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
44. Melainkan [mǝlainan] [mǝlayinkan]
melayinkan
[pǝlainkan]
Pelainkan
45. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
Doseng
-
46. Bahasa [bahasa] - -
47. Indonesia [indonɛsia] - -
48. Dan [dan] [ǝdan]
Edan
[daƞ]
ang
49. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
50. Sama-sama [samasama] - -
51. Belajar [bǝlajar] - -
52. Bahasa [bahasa] - -
53. Indonesia [indonɛsia] - -
54. Bila [bila] - -
55. Beberapa [bǝbǝrapa] - -
56. Upaya [upaya] - -
57. Ini [ini] - -
58. Dapat [dapat] - -
59. Dilaksanakan [dilaksanakan [dipaksakan] -
68
] dipaksakan
60. Sungguh-
sungguh
[suƞguhsuƞg
uh]
[suƞuh-suƞuh]
sunguhsunguh
[suƞu-suƞu]
sungusungu
61. Dan [dan] - -
62. Dengan [dǝƞan] [baƞn]
bangan
-
63. Senang [sǝnaƞ] - -
64. Hati [hati] - -
65. Oleh [olɛh] - -
66. Para [para] - -
67. Mahasiswa [mahasiswa] [mahaciswa]
mahaciswa
[mahasiwa]
mahasiwa
68. Dan [dan] - -
69. Dosen [dƆs€n] [dosɛƞ]
doseng
-
70. Bahasa [bahasa] - -
71. Indonesia [indonɛsia] - -
72. Maka [maka] - -
73. Kita [kita] - -
74. Yakin [yakin] - -
75. Para [para] - -
76. Lulusan [lulusan] [kukusan]
kukusan
-
77. Perguruan [pǝrguruan] [pǝguruan] -
78. Tinggi [tiƞgi] -peguruan -
79. Kita [kita] - -
80. Tidak [tidaɁ] - -
81. Hanya [haƞa] - -
82. Mampu [mampu] - -
83. Dan [dan] [ǝdan] [daƞ]
69
edan dang
84. Terampil [tǝrampil] - -
85. Berbahasa [bǝrbahasa] - -
86. Indonesia [indonɛsia] - -
87. Secara [sǝcara] - -
88. Terlisan [tǝrlisan] [tǝrpisan]
terpisan
[tǝrlisaƞ]
erlisang
89. Dan [dan] [ǝdan]
edan
[daƞ]
dang
90. Tertulis [tǝrtulis] - -
91. Tetapi [tǝtapi] - -
92. Juga [juga] - -
93. Sungguh-
sungguh
[suƞguh-
suƞguh]
[suƞusuƞ]
sungusungu
[suƞusuƞ]
sungusungu
94. Mencintai [mǝncintai] - -
95. Bahasa [bahasa] - -
96. Lokal [lokal] - -
97. Mereka [mǝrdɛka] - -
98. Sendiri [sǝndiri] - -
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan Nandar Maulana Firmansyah 31
kesalahan fonetik dan sebanyak 16 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 31 kata pada
paragraf kelima yang terdiri dari 98 kata, yaitu pada kata dosen; menjadi;
artikel; opini; berkaitan; dan; dengan; langsung; yang; di; dilewatkan;
konteks; mengajari; mahasiswa; melainkan; dilaksanakan; sungguh-
sungguh; perguruan; terlisan.
2. Kesalahan Fonemik
70
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 16 kata pada
paragraf kelima yang terdiri dari 98 kata, yaitu pada kata menjadi; dengan;
langsung; yang; lulusan; terlisan; konteks; mengajari; mahasiswa;
melainkan; sungguh-sungguh.
Tabel 4.10
Tabel Analisis Kesalahan Fonologi
M. Lukman Albasri ( Paragraf 5 )
No. Kata Transkripsi
Fonetis
Kesalahan Fonologi
Fonetik Fonemik
1. Dengan [dǝƞan] - -
2. Kata [kata] - -
3. Lain [lain] - -
4. Setiap [sǝtiap] [ŝǝtiap]
syetiap
-
5. Dosen [dƆs€n] [doŝ€n]
dosyen
-
6. Harus [harus] - -
7. Mampu [mampu] - -
8. Menjadi [mǝnjadi] - -
9. Dosen [dƆs€n] [doŝ€n]
dosyen
-
10. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
Bahasya
[bahaya]
bahaya
11. Indonesia [indonɛsia] - -
12. Artikel [artikel] - -
13. Artikel [artikel] - -
71
14. Opini [opini] - -
15. Yang [yaƞ] - -
16. Berkaitan [bǝrkaitan] - -
17. Langsung [laƞsuƞ] - -
18. Dan [dan] - -
19. Tak [tak’] - -
20. Langsung [laƞsuƞ] - -
21. Dengan [dǝƞan] - -
22. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
23. Indonesia [indonɛsia] - -
24. Yang [yaƞ] - -
25. Dimuat [dimuat] - -
26. Di [di] - -
27. Media [mǝdia] [mɛdiya]
mediya
-
28. Massa [massa] - -
29. Cetak [cǝtak’] - -
30. Pun [pun] - -
31. Jangan [jaƞan] - -
32. Pula [pula] - -
33. Dilewatkan [dilǝwatkan] - -
34. Dalam [dalam] - -
35. Konteks [kontɛx] [kontek]
kontek
-
36. Tulisan [tulisan] - -
37. Ini [ini] - -
38. Bukan [bukan] - -
39. Dosen [dƆs€n] [doŝ€n]
dosyen
-
72
40. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
41. Indonesia [indonɛsia] - -
42. Mengajari [mǝƞajari] - -
43. Mahasiswa [mahasiswa] - -
44. Melainkan [mǝlainan] - -
45. Dosen [dƆs€n] [doŝ€n]
dosyen
-
46. Bahasa [bahasa] - -
47. Indonesia [indonɛsia] - -
48. Dan [dan] - -
49. Mahasiswa [mahasiswa] - -
50. Sama-sama [samasama] - -
51. Belajar [bǝlajar] - -
52. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
53. Indonesia [indonɛsia] - -
54. Bila [bila] - -
55. Beberapa [bǝbǝrapa] - -
56. Upaya [upaya] - -
57. Ini [ini] - -
58. Dapat [dapat] - -
59. Dilaksanakan [dilaksanakan
]
- -
60. Sungguh-
sungguh
[suƞguhsuƞg
uh]
- -
61. Dan [dan] - -
62. Dengan [dǝƞan] - -
63. Senang [sǝnaƞ] - -
64. Hati [hati] - -
73
65. Oleh [olɛh] - -
66. Para [para] - -
67. Mahasiswa [mahasiswa] - -
68. Dan [dan] - -
69. Dosen [dƆs€n] [doŝ€n]
dosyen
-
70. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
71. Indonesia [indonɛsia] - -
72. Maka [maka] - -
73. Kita [kita] - -
74. Yakin [yakin] - -
75. Para [para] - -
76. Lulusan [lulusan] - -
77. Perguruan [pǝrguruan] - -
78. Tinggi [tiƞgi] - -
79. Kita [kita] - -
80. Tidak [tidaɁ] - -
81. Hanya [haƞa] - -
82. Mampu [mampu] - -
83. Dan [dan] - -
84. Terampil [tǝrampil] - -
85. Berbahasa [bǝrbahasa] [bǝrbahaŝa]
berbahasya
-
86. Indonesia [indonɛsia] - -
87. Secara [sǝcara] - -
88. Terlisan [tǝrlisan] - -
89. Dan [dan] - -
90. Tertulis [tǝrtulis] - -
91. Tetapi [tǝtapi] - -
74
92. Juga [juga] - -
93. Sungguh-
sungguh
[suƞguh-
suƞguh]
[ŝuƞguh ŝuƞguh]
sungguhsungguh
-
94. Mencintai [mǝncintai] - -
95. Bahasa [bahasa] [bahaŝa]
bahasya
[bahaya]
bahaya
96. Lokal [lokal] - -
97. Mereka [mǝrdɛka] - -
98. Sendiri [sǝndiri] - -
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fonetik dan fonemik yang dilakukan M. Lukman Albasri 16 kesalahan
fonetik dan sebanyak 6 kesalahan fonemik.
1. Kesalahan Fonetik
Kesalahan fonetik yang dilakukan siswa sebanyak 16 kata pada
paragraf kelima yang terdiri dari 98 kata, yaitu pada kata setiap; bahasa;
Indonesia; media; konteks; berbahasa; sungguh-sungguh.
2. Kesalahan Fonemik
Kesalahan fonemik yang dilakukan siswa sebanyak 6 kata pada
paragraf kelima yang terdiri dari 98 kata, yaitu bahasa; Indonesia.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan deskripsi data di atas, diperoleh empat ratus lima kata
dalam satu wacana yang terdiri dari lima paragraf. Dari empat ratus lima
kata tersebut terdapat kesalahan fonetik sebanyak 270 kata dan kesalahan
fonemik sebanyak 188 kata. Adapun prosentasenya sebagai berikut:
1. Kesalahan fonetik
x 100 = 58,1%
2. Kesalahan fonemik
x 100 = 38,8%
75
Berdasarkan prosentase di atas dapat diketahui bahwa kesalahan
terbanyak terdapat pada fonetik yang mencapai 58,1% dan kesalahan
fonemik sebanyak 38,8%. Dari prosentase ini, bisa diketahui siswa lebih
banyak melakukan kesalahan fonetik.
76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan fonologi anak
tunagrahita yang dikhususkan pada fonetik dan fonemik pada keterampilan
membaca wacana siswa SMALB C di SLB Permata Ciranjang, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dari empat ratus lima kata dalam wacana yang dianalisis fonetik
dan fonemiknya oleh penulis diperoleh hasil kesalahan fonetik sebanyak
58,1% dan kesalahan fonemik sebanyak 38,8% Kesalahan yang paling
banyak terjadi dikarenakan siswa tunagrahita di sekolah tersebut jarang
mendapatkan latihan membaca. Akibatnya terdapat banyak kesalahan
fonem yang menyebabkan banyaknya kekeliruan ujaran.
B. Saran
Anak berkebutuhan khusus memang sedikit mendapatkan
perhatian. Hal ini juga terjadi di kabupaten Cianjur yang hanya terdapat
sedikit sekolah luar biasa. Pemerintah kurang memperhatikan pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus. Perlu bimbingan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus pada umumnya dan untuk anak tunagrahita pada
khususnya.
Dengan adanya penelitian ini sebaiknya kita sebagai calon guru
harus lebih perduli dan memperhatikan siswa dan sering melakukan
komunikasi supaya siswa terlatih berbicara juga. Penelitian ini diharapkan
jadi pembelajaran untuk kita semua sebagai calon guru Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Sebagai calon guru kita harus lebih peka terhadap
kesalahan berbahasa yang dilakukan siswa, agar siswa dapat memperbaiki
kesalahannya.
77
Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan, maka dapat
disampaikan saran dan masukan kepada guru, agar sebaiknya
mengalokasikan waktu yang sesuai atau lebih banyak dalam pengajaran
dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, serta sering
memberikan latihan berbicara dengan memperhatikan fonetik dan
fonemik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).Jakarta:
Rineke Cipta, 2002.
A.R, Syamsudin, dkk. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Chaer, Abdul. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineke Cipta, 2009.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.
Dardjowidjojo, Soejono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Halim, Abdul Hanafi. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006.
Husen, Ahlan dkk. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: 1996.
Keraf, Gorys. Komposisi. Flores: Penerbit Nusa Indah, 1993.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1995.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Resmini, Novi. Kebahasaan ( Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI
PRESS, 2006.
Samsuri. Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga, 1998.
Setyawati, Nanik. Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010.
Soeparno. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Sugihastuti. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineke
Cipta, 2002.
Tarigan, Djago, dkk. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 1986.
Tarigan, Henry Guntur, dkk. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 1988.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 1987.
Yulianto, Bambang, dkk. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009.
Anonim. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya.
Surabaya: Kesindo Utama, 2009.