Analisis Kegagalan Struktur Gedung Serbaguna Bagian Depan ...
Transcript of Analisis Kegagalan Struktur Gedung Serbaguna Bagian Depan ...
ISSN 2685-0605
36 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
Analisis Kegagalan Struktur Gedung Serbaguna Bagian Depan
Kabupaten Pidie Jaya Menggunakan Analisis Time History
Aulia Rahmad1Taufiq Saidi2Muttaqin Hasan 3
1Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2,3Dosen, jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.
Email: [email protected]
Abstract
On December 2016, an earthquake rocked Pidie Jaya with the power of 6.5 magnitudes which caused a lot of building
structures to be subjected to destruction and damage, including the Multi-Purpose Building in Pidie Jaya Regency. This
analysis aimed to determine the structural behavior of the Multi-Purpose Building in Pidie Jaya Regency when receiving
earthquake loads, and to determine the cause of the structure failure. The result values of the displacements and the
junctions between floors in directions X and Y showed that all of the cases were not safe against lateral displacements in
directions X and Y. The Mu results obtained for all of the cases were outside of the P-M interaction diagram in column
K1. This indicated that the columns will experience bending failure. The huge increase of the bending moment and the
shearing force was most likely caused by the unsymmetrical layout of the building.
Keywords: Pidie Jaya Earthquake, time history analysis, lateral displacement, junctions between floors, structure failure.
..
Abstrak
Pada Desember 2016, gempa bumi mengguncang Kabupaten Pidie Jaya dengan kekuatan 6,5 SR yang menyebabkan
banyak struktur bangunan yang mengalami kehancuran dan kerusakan, termasuk Gedung Serbaguna Kabupaten Pidie
Jaya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perilaku struktur Gedung Serbaguna Kabupaten Pidie Jaya ketika
menerima beban gempa dan untuk mengetahui penyebab kegagalan struktur.. Hasil nilai displacement dan simpangan
antar lantai pada arah X dan Y menunjukkan bahwa untuk semua kasus tidak aman tehadap lateral displacement arah X
dan Y. Hasil Mu yang didapat untuk setiap kasus berada di luar diagram interaksi P-M kolom K1. Hal ini menunjukkan
bahwa kolom akan mengalami kegagalan lentur. Peningkatan momen lentur dan gaya geser yang besar kemungkinan
disebabkan oleh tidak simetrisnya lay out bangunan tersebut.
Kata Kunci : gempa Pidie Jaya, analisis time history, perpindahan lateral, simpangan antar lantai, kegagalan struktur.
1. Pendahuluan
Pidie Jaya merupakan salah satu daerah di Indonesia
yang berada pada wilayah gempa. Pada tanggal 7
Desember 2016 terjadi gempa bumi berkekuatan 6,8 SR
di daerah Aceh yang berpusat di Kabupaten Pidie Jaya.
Bencana gempa bumi ini membuat banyak bangunan di
Kabupaten Pidie Jaya mengalami kegagalan struktur.
Salah satu bangunan yang terjadi kegagalan struktur
adalah Gedung Serbaguna Kabupaten Pidie yang
dibangun pada tahun 2013. Bangunan Gedung Serbaguna
Bagian Depan Kabupaten Pidie Jaya merupakan
bangunan 3 lantai dengan ketinggian 12 m; dengan tinggi
lantai 1 = 4 m; tinggi lantai 2 = 4 m; dan tinggi lantai 3 =
4 m. Pada saat terjadi gempa Pidie Jaya tersebut, Gedung
Serbaguna Bagian Depan Kabupaten Pidie Jaya
mengalami kegagalan kolom pada bagian depan gedung
dan belakang gedung. Kolom pada bagian depan Gedung
yang terbuat dari struktur beton bertulang banyak terjadi
retak dan banyak mengalami kehancuran pada betonnya
(concrete crushing) pada titik di bawah pertemuan balok
kolom (beam column joint) dan tulangan utamanya juga
sudah melengkung seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kegagalan kolom Gedung Serbaguna
Kabupaten Pidie Jaya
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh
Tim Survey Gempa Pidie Jaya diperoleh kuat tekan beton
kolom gedung tersebut sebesar 18,13 MPa, sedangkan
kuat tekan rencananya adalah 25 MPa. Kuat tekan yang
rendah ini merupakan dugaan sementara (hipotesis)
gagalnya kolom gedung tersebut. Untuk ini dalam
penelitian ini dilakukan analisis dinamik riwayat waktu
terhadap struktur gedung tersebut dengan menggunakan
mutu beton lapangan (Kasus 1) dan mutu beton rencana
(Kasus 2).
Pada saat terjadi gempa Pidie Jaya, ring balok gedung
tersebut belum di pasang. Jadi struktur gedung tersebut
ISSN 2685-0605
37 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
baru selesai sampai kolom lantai 3. Tidak adanya ring
balok ini bisa jadi merupakan salah satu sebab kegagalan
struktur gedung tersebut. Untuk ini juga dilakukan
analisis dinamik riwayat waktu menggunakan data
rekaman percepatan gempa Pidie Jaya terhadap struktur
gedung tersebut dengan anggapan ring balok sudah
terpasang lengkap (Kasus 3).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab
kegagalan struktur Gedung Serbaguna Bagian Depan
Kabupaten Pidie Jaya akibat gempa dengan
menggunakan metode analisis dinamis time history
terhadap 3 kasus seperti tersebut di atas dan menganalisis
hasil lateral displacement, simpangan antar lantai, base
shear, gaya aksial, gaya lentur, dan gaya geser yang
dihasilkan.
Hasil analisis kegagalan struktur Gedung Serbaguna
Bagian Depan Kabupaten Pidie Jaya disebabkan oleh
meningkatnya momen lentur dan gaya geser yang sangat
besar pada saat terjadi gempa sehingga jauh melebihi
kapasitas kolom gedung tersebut yang kemungkinan
disebabkan oleh layout bangunan tidak simetris
2. Tinjauan Kepustakaan
2.1 Jenis Tanah Pidie Jaya
Menurut Anonim[4] wilayah bencana gempa bumi di
Pidie Jaya sebagian besar tersusun oleh endapan kuarter
berupa endapan aluvial pantai, rawa dan sungai. Endapan
kuarter tersebut pada umumnya bersifat lepas, lunak,
terkonsolidasi, dan memperkuat efek guncangan gempa
bumi, sehingga rawan terjadi goncangan gempa bumi.
Disamping itu endapan aluvial tersebut mempunyai
ukuran butir halus, jenuh air, dan muka air tanah dangkal.
Setelah dilakukan pengambilan data mikrotremor di 45
lokasi di Pidie Jaya, daerah Pidie Jaya mempunyai
periode dominan lebih besar dari 0,6 detik.
Menurut Zhao[5] lapisan tanah dengan periode
lebih dari 0,6 detik mempunyai kecepatan gelombang
geser rata-rata 0-30 m (Vs30) lebih kecil dari 200 m/s atau
termasuk ke dalam kelas E berdasarkan klasifikasi tanah
dari Nasional Earthquake Hazard Reduction Program
(NEHRP).
2.2 Analisis Time History
Menurut Wibowo[6] Time history analysisadalah
analisis dinamis dimana pada model struktur diberikan
suatu catatan rekaman gempa Perhitungan beban dinamik
tidak hanya dilakukan sekali tetapi dilakukan ratusan
bahkan ribuan kali sehingga tidak praktis jika
menggunakan kalkulator oleh karena itu pengggunaan
peralatan komputer dan penguasaan integrasi numerik
merupakan prasyarat untuk menyelesaikan problem
dinamik dengan analisis time history.
3. Metode Penelitia
3.1 Pengumpulan Data Bangunan
Data gambar bangunan dan detail strukturnya
diperoleh dari as built drawing Gedung Serbaguna
Kabupaten Pidie Jaya. Data mengenai mutu material
beton diambil dengan menggunakan hammer test type
N/NR Scrmith Hammer. Data hammer test tersebut
didapatkan dari Tim Survey Gempa Pidie Jaya yang
dipimpin oleh Bapak Dr. Ir. Mochammad Afifuddin,
M.Eng. Data mutu beton yang didapatkan 18,13 MPa.
Data mengenai mutu material baja didapatkan dengan
mengambil sampel tulangan baja di Gedung Serbaguna
Bagian Depan Kabupaten Pidie Jaya. Data mutu baja
yang didapatkan fy = 286,24 Mpa, fu = 419,6 Mpa,
dany = 0,024.
3.2 Pemodelan Struktur
Pada analisis ini, struktur dimodelkan sebagai space
frame dengan tumpuan kolom terjepit pada balok sloof.
Untuk tercapainya tujuan penelitian, analisis dilakukan
terhadap 3 kasus, yaitu : a) Kasus 1 adalah struktur dengan gambar seperti pada
as built drawing strukturnya seperti kondisi di
lapangan dengan mutu material beton dan baja
digunakan sesuai kondisi lapangan, dan data gempa
yang digunakan data gempa Pidie Jaya 2016, berupa
rekaman percepatan gerakan tanah yang dicatat oleh
BMKG Mata Ie.
b) Kasus 2 adalah struktur seperti Kasus 1 dengan mutu
material beton dan baja digunakan sesuai spesifikasi
yang direncanakan, dan data gempa yang digunakan
sama seperti pada Kasus 1.
c) Kasus 3 adalah strukturnya sudah dilengkapi dengan
ring balok, mutu material beton dan baja digunakan
sesuai spesifikasi yang direncanakan, dan data gempa
data gempa Pidie Jaya 2016.
3.2.1 Pemodelan grid bangunan
Permodelan grid bangunan berfungsi untuk
menentukan jumlah tingkat bangunan, tinggi bangunan,
lebar, panjang serta jarak bentang. Permodelan grid
bangunan ini sesuai dengan gambar as built drawing
Pembangunan Gedung Serbaguna Pidie Jaya. Hasil
permodelan 3D bangunan ini dapat dilihat pada Gambar
2
Gambar 2 Model struktur 3 dimensi Gedung Serbaguna
Kabupaten Pidie Jaya
3.2.2 Mutu bahan
Struktur Gedung Serbaguna Kabupaten Pidie Jaya
terbuat dari struktur beton bertulang dengan mutu bahan
sebagai berikut.
- Mutu beton lapangan : f’c= 18,13 MPa
- Mutu beton spesifikasi rencana : f’c = 25 MPa
ISSN 2685-0605
38 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
- Mutu baja lapangan : fy = 286,24 Mpa
fu = 419,6 MPa
- Mutu baja spesifikasi rencana : fy = 345 Mpa
fu = 490 MPa
- Modulus elastisitas baja : 200000 MPa
- Modulus elastisitas beton : 20012.289 MPa
3.3 Prosedur Merubah Data Percepatan
tanah dari BMKG
3.3.1 Melakukan pengambilan data
percepatan tanah
Data percepatan tanah didapatkan dari BMKG Mata
Ie, Banda Aceh yang berupa data percepatan tanah akibat
gempa Pidie Jaya Desember 2016. Data gempa ini
merupakan data rekaman seismik yang dicatat oleh alat
accelerometer yang terdapat di Stasiun Mata Ie Banda
Aceh. Data yang dicatat oleh sensor accelerometer ini
adalah data waveform dalam format data miniSEED.
3.3.2 Konversi format data waveform
Untuk membuka data waveform dengan format
miniSEED digunakan software Geopsy, dan akan di
convert ke dalam format data ASCII. Untuk
mengkonversikan data waveform digunakan software
Geopsy.
3.3.3 Mengubah data waveform menjadi data
percepatan tanah
Data waveform dalam format ASCII dengan satuan
counts selanjutnya akan diubah menjadi data percepatan
tanah dengan satuan g dengan menggunakan software
DADiSP. Data tersebut dirubah dari satuan counts
menjadi satuan g dengan cara melakukan kalibrasi
dengan angka kalibrasi (CF = 2,391*10^-7).
3.4 Pembebanan
3.4.1 Beban mati
Beban mati dalam perencanaan struktur Ruang Aula
Gedung Serbaguna Kabupaten Pidie Jaya berasal dari
berat sendiri struktur. Beban mati terdiri dari beban
kolom, beban balok, pelat lantai, dinding dan atap.
3.4.2 Beban angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada
bangunan atau bagiannya karena adanya selisih tekanan
udara. Besarnya tekanan tiup angin ini harus diambil
minimum 25 kg/m2 . Tekanan tiup angin di laut dan di
tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil
minimum 40 kg/m2, menurut SNI 1727:1983.
3.4.3 Beban gempa
Beban gempa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah beban gempa dengan analisis time history dengan
mengambil data percepatan tanah akibat gempa Pidie
Jaya Desember 2016 dari BMKG Mata-ie. Riwayat
percepatan gerakan tanah gempa Pidie Jaya 2016 dapat
dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 3 Grafik percepatan tanah akibat gempa Pidie
Jaya Desember 2016
Untuk data gempa dan keadaan tanah dilapangan adalah
sebagai berikut :
a. Lokasi bangunan : Mayang Lancok
b. Tanah dasar : Tanah Lunak
c. Kategori desain seismik : D
d. I (faktor keutamaan gempa) : 1,25
e. R (faktor reduksi gempa) : 8s
f. SS (percepatan bantuan dasar : 0,802
pada periode pendek)
g. S1 (percepatan bantuan dasar : 0,398
Pada periode 1 detik)
3.4.4 Kombinasi pembebanan
Dengan mempertimbangkan arah datang gaya, dalam
analisis ini dikembangkan menjadi :
KP 1 = 1,4 D ....................................................... (1)
KP 2 = 1,2 D + 1,6 L ........................................... (2)
KP 3 = 1,2 D + 0,5 WX ....................................... (3)
KP 4 = 1,2 D + 0,5 WY ....................................... (4)
KP 5 = 0,9 D + 1,0 WX ........................................ (5)
KP 6 = 0,9 D + 1,0 WY ........................................ (6)
KP 7 = (1,2 + 0,2SDS) D + 0,39 EX + 1,3 EY ...... (7)
KP 8 = (1,2 + 0,2SDS) D - 0,39 EX - 1,3 EY ........ (8)
KP 9 = (1,2 + 0,2SDS) D + 1,3 EX + 0,39 EY ...... (9)
KP 10 = (1,2 + 0,2SDS) D - 1,3 EX - 0,39 EY ........ (10)
KP 11 = (0,9 - 0,2SDS) D + 0,39 EX + 1,3 EY ....... (11)
KP 12 = (0,9 - 0,2SDS) D - 0,39 EX - 1,3 EY ......... (12)
KP 13 = (0,9 - 0,2SDS) D +1,3 EX + 0,39 EY ........ (13)
KP 14 = (0,9 - 0,2SDS) D -1,3 EX - 0,39 EY .......... (14)
3.5 Analisa Struktur
3.5.1 Prosedur analisis time history
Langkah-langkah dalam analisis raiyat waktu
menggunakan program SAP2000 adalah sebagai berikut
:
a) Data gempa
Data dalam analisis ini digunakan data gempa untuk
daerah Pidie Jaya yang didapatkan dari BMKG Mata
Ie yang sudah dirubah dalam satuan g
ISSN 2685-0605
39 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
b) Memasukkan data gempa
Datar riwayat gempa diinput dengan mengklik define,
function, time history, function from file Kemudian
klik add new function, masukkan data gempa sesuai
dengan masing-masing kasus
c) Memasukkan beban gempa time history ke dalam
SAP2000
Faktor skala yang digunakan rumus = g x Ie/R.
Dimana :
g adalah percepatan grafitasi (9,81 m/𝑠2)
Ie adalah faktor keutamaan gedung (1,25)
R adalah faktor reduksi gempa (8)
d) Run program
Cara yang dilakukan untuk melakukan Run Program
adalah dengan mengklik menu analyze dan klik set
analysis options dipilih model frame atau DOF
selanjutnya klik analyze, run analysis dan klik run
now.
3.5.2 Hasil Analisis
Hasil analisis dari setiap gempa yang akan ditinjau
berupa nilai output dari analisis SAP2000 versi 19 yaitu
:
Story Displacement
Story Drift
Base Shear
Gaya-gaya dalam berupa momen lentur, gaya
aksial, dan gaya geser
Diagram Interaksi Kolom P-M
4. Hasil dan pembahasan
4.1 Pengecekan terhadap desain banguna
4.1.1 Gaya Geser Dasar ( Base Shear )
Nilai base shear merupakan output dari analisis
SAP2000 Versi 19. Perhitungan gaya geser dasar
menurut SNI 1726:2012 adalah sebagai berikut :
SDS = 0,608 G
R = 5,5
Ie = 1,25
W = 15259,613 Kn
Cs = 𝑆𝐷𝑆𝑅
𝐼𝑒
Cs = (0,608)
8
1.25
Cs = 0,095
Vt = 0,85. 0,095. 15119,86
Vt = 1220,928 kN
Tabel 1 Base shear pada setiap kasus
Kasus Base Shear Vi ≥
0,85Cs.W Ket.
Vix Viy
(kN) (kN) (kN)
1 22690 20290 1220,928 Sesuai
2 20310 21600 1220,928 Sesuai
3 23740 23260 1220,928 Sesuai
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Diagram Interaksi
a. Kasus 1
Hasil pengecekan kekuatan kolom kasus 1 dapat
dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4 Diagram interaksi P-M pada frame 326 kasus 1
Dari Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pada
kombinasi 9, 10,13, dan 14 dengan beban gempa kolom
menjadi tidak aman karena terjadi peningkatan momen
yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa kolom
K1 pada kasus 1 tidak aman terhadap gempa dan akan
mengalami kegagalan.
b. Kasus 2
Hasil pengecekan kekuatan kolom kasus 2 dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5 Diagram interaksi P-M pada frame 326 kasus 2
Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pada
kombinasi 9, 10,13, dan 14 dengan beban gempa kolom
menjadi tidak aman karena terjadi peningkatan momen
yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa kolom
ISSN 2685-0605
40 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
K1 pada kasus 2 tidak aman terhadap gempa dan akan
mengalami kegagalan.
c. Kasus 3
Hasil pengecekan kekuatan kolom kasus 3 dapat
dilihat pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6 Diagram interaksi P-M pada frame 326 kasus 3
Dari Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa pada
kombinasi 9, 10,13, dan 14 dengan beban gempa kolom
menjadi tidak aman karena terjadi peningkatan momen
yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa kolom
K1 pada kasus 3 tidak aman terhadap gempa dan akan
mengalami kegagalan.
4.2.2 Geser
a. Kasus 1
Hasil pengecekan gaya geser pada kolom K1 dapat
dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2 Nilai rasio kuat geser pada kolom kasus 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kolom pada
kombinasi pembebanan 7 hingga kombinasi pembebanan
14 yang melibatkan beban gempa menunjukkan bahwa
kolom K1 tidak aman terhadap geser.
a. Kasus 2
Hasil pengecekan gaya geser pada kolom K1 dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Nilai rasio kuat geser pada kolom kasus 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kolom pada
kombinasi pembebanan 7 hingga kombinasi pembebanan
14 yang melibatkan beban gempa menunjukkan bahwa
kolom K1 tidak aman terhadap geser.
b. Kasus 3
Hasil pengecekan gaya geser pada kolom K1 dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Nilai rasio kuat geser pada kolom kasus 3
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kolom pada
kombinasi pembebanan 7 hingga kombinasi pembebanan
14 yang melibatkan beban gempa menunjukkan bahwa
kolom K1 tidak aman terhadap geser.
4.2.3 Perbandingan Lateral Displacement Kasus 1, 2,
dan 3
Perbandingan nilai lateral displacement terbesar arah
X dan Y setiap kasus dapat dilihat pada Gambar 7 dan
Gambar 8.
Kombinasi Vu (kN) ΦVn (kN) Vu/ΦVn Vu/ΦVn < 1
1 24.779 221.76 0.112 Aman
2 21.256 221.76 0.096 Aman
3 20.632 221.76 0.093 Aman
4 21.255 221.76 0.096 Aman
5 14.694 221.76 0.066 Aman
6 15.941 221.76 0.072 Aman
7 383.41 221.76 1.729 Tidak Aman
8 336.59 221.76 1.518 Tidak Aman
9 319.426 221.76 1.440 Tidak Aman
10 317.16 221.76 1.430 Tidak Aman
11 373.788 221.76 1.686 Tidak Aman
12 346.212 221.76 1.561 Tidak Aman
13 318.96 221.76 1.438 Tidak Aman
14 317.469 221.76 1.432 Tidak Aman
Kombinasi Vu (kN) ΦVn (kN) Vu/ΦVn Vu/ΦVn < 1
1 25.731 263.488 0.098 Aman
2 22.055 263.488 0.084 Aman
3 21.13 263.488 0.080 Aman
4 22.053 263.488 0.084 Aman
5 14.691 263.488 0.056 Aman
6 16.537 263.488 0.063 Aman
7 406.646 263.488 1.543 Tidak Aman
8 358.065 263.488 1.359 Tidak Aman
9 406.829 263.488 1.544 Tidak Aman
10 404.415 263.488 1.535 Tidak Aman
11 396.662 263.488 1.505 Tidak Aman
12 368.049 263.488 1.397 Tidak Aman
13 406.333 263.488 1.542 Tidak Aman
14 404.55 263.488 1.535 Tidak Aman
Kombinasi Vu (kN) ΦVn (kN) Vu/ΦVn Vu/ΦVn < 1
1 22.271 263.488 0.085 Aman
2 19.089 263.488 0.072 Aman
3 18.207 263.488 0.069 Aman
4 19.088 263.488 0.072 Aman
5 12.552 263.488 0.048 Aman
6 14.316 263.488 0.054 Aman
7 432.898 263.488 1.643 Tidak Aman
8 390.852 263.488 1.483 Tidak Aman
9 331.937 263.488 1.260 Tidak Aman
10 329.548 263.488 1.251 Tidak Aman
11 424.257 263.488 1.610 Tidak Aman
12 399.493 263.488 1.516 Tidak Aman
13 331.446 263.488 1.258 Tidak Aman
14 329.771 263.488 1.252 Tidak Aman
ISSN 2685-0605
41 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
Gambar 7 Grafik perbandingan nilai lateral displacement
arah x
Berdasarkan Gambar 7 tersebut juga dapat
disimpulkan perpindahan arah X pada setiap kasus sangat
besar. Nilai lateral displacement arah X untuk semua
kasus melebihi nilai yang diizinkan oleh SNI 1726-2012.
Sehingga struktur tidak aman terhadap perpindahan arah
X.
Gambar 8 Grafik perbandingan nilai lateral displacement
arah y
Berdasarkan Gambar 8 diatas nilai lateral
displacement arah Y untuk semua kasus melebihi nilai
yang diizinkan oleh SNI 1726-2012. Sehingga struktur
tidak aman terhadap perpindahan arah Y.
4.2.3 Perbandingan Simpangan Antar Lantai Kasus
1, 2, dan 3
Perbandingan nilai simpangan antar lantai terbesar
setiap kasus dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9 Grafik perbandingan nilai simpangan antar
lantai arah x
. Berdasarkan Gambar 9 tersebut juga dapat
disimpulkan simpangan antar lantai arah X setiap kasus
sudah melewati batas yang diizinkan. Sehingga struktur
tidak aman terhadap simpangan antar lantai arah X.
Gambar 10 Grafik perbandingan nilai simpangan antar
lantai arah y
Berdasarkan Gambar 10 tersebut juga dapat
disimpulkan simpangan antar lantai arah Y setiap kasus
sangat besar dan sudah melewati batas yang diizinkan
oleh SNI 1726-2012 sebesar 80 mm. Sehingga struktur
tidak aman terhadap simpangan antar lantai arah Y.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penyebab kegagalan struktur Gedung Serbaguna
Pidie Jaya adalah karena terjadi momen yang sangat
besar pada saat terjadi gempa yang nilainya jauh
melebihi kapasitas kolom, sehingga terjadi regangan
pada beton tekan yang jauh melebihi regangan beton
ultimit yang mengakibatkan beton mengalami
kehancuran (crushing). Regangan pada baja tulangan
juga jauh melebihi regangan leleh baja yang
mengakibatkan baja tulangan sudah melentur. Pada saat
gempa terjadi nilai rasio geser meningkat pesat hingga
melebihi batas syarat yang diizinkan oleh SNI 2847:2013
sehingga struktur yang dibebani dengan beban gempa
tidak aman terhadap geser. Peningkatan momen lentur
dan geser yang pesat pada saat terjadi gempa
kemungkinan disebabkan oleh tidak simetrisnya lay out
bangunan
5.2 Saran
Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu
dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui secara
pasti penyebab kegagalan struktur yang terjadi.
6. Daftar Kepustakaan
[1] Anonim, 2012, Standar Nasional Indonesia (SNI
1726-2012) tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
[2] Anonim, 2013, Standar Nasional Indonesia (SNI
1727-2013) tentang Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain,
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
[3] Anonim, 2013. Standar Nasional Indonesia (SNI
2847-2013) tentang Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung. S.1.:Departemen Pekerjaan
Umum.
ISSN 2685-0605
42 Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 1. No. 3, Desember 2019, Halaman 36-42.
[4] Anonim (2017) , Tanggap Darurat Kejadian Gempa
Bumi Tahun 2016, Kementrian Energi dan
Sumberdaya Mineral.
[5] Zhao, dkk (2004), Site Clasisification for strong-
motion Stations in Japan Using H/V Response
Spectral Ratio, 13th World Conference on Earthquake
Engineering 2004, Vancouver, B.c., Canada
[6] Wibowo, A. S., 2011, Analisis Kinerja Struktur
Bangunan Bertingkat TIdak Beraturan dengan
Analisis Dinamik Menggunakan Metode Analisis
Riwayat Waktu, jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.