ANALISIS KEBUTUHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA...
Transcript of ANALISIS KEBUTUHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA...
ANALISIS KEBUTUHAN DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB DI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG
DISERTASI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Guna memperoleh Gelar Doktor dalam
Pengkajian Islam Konsentrasi
Pendidikan Bahasa Arab
Oleh: ACHMAD SYARIFUDIN
Nim: 12.08.3.00.0.06.01.0029
Promotor:
Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya
Prof. Dr. H. Abdul Mujib, M.Si
Penguji:
Prof. Dr. H.D. Hidayat, MA
Prof. Dr. Achmad Syatori Ismail, MA
Prof. Dr. Sukron Kamil, MA
PROGRAM DOKTOR
SEKOLAH PASCASARJANA (SPS)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kekuatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan disertasi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi teladan dalam kehidupan yang penulis jalankan
setiap hari untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada berbagai pihak, baik secara individu maupun kelompok, lembaga atau
institusi yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis
sejak awal perkuliahan pada Program Doktor (S-3) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta sampai penyelesaian disertasi. Secara khusus rasa
terima kasih, penulis sampaikan kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah yakni Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, yang
telah memberi kesempatan kepada saya untuk studi di Sekolah Pascasarjana
dalam Program Doktor (S-3).
2. Direktur SPS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, yang telah memfasilitasi saya baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan studi di Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Didin Syaifudin, selaku Wakil Direktur bidang Akademik,
Kelembagaan dan Alumni di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta deputi akademik, dan Bapak Wakil Direktur
Bidang Administrasi, Keuangan dan Kerjasama, Dr. J.M Muslimin yang telah
memberikan arahan, kritik dan saran-saran perbaikan yang konstruktif dalam
penyelesaian disertasi ini melalui forum-forum seminar atau secara langsung
berdiskusi.
4. Para dosen di Sekolah Pascasarjana di antaranya: Prof. Azumardi Azra, Prof.
Dr. H.Ahmad Thib Raya, Dr. Muhbib Abdul Wahab, Prof. Dr. H. Muhammad
Atho Mudzhar, MA., Prof. Dr. H. Bambang Pranowo, MA., Prof. Dr. Suwito,
Dr. Yusuf Rahman, dan lain-lain yang telah memberikan keikhlasan ilmunya
kepada penulis selama studi di SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para pengelola dan staf sekolah pascasarjana yang telah memfasilitasi segala
keperluan administratif studi di SPS.
6. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak mendukung dan mengarahkan penulisan disertasi ini. Beliau
merupakan inspirator dalam pengembangan bahasa Arab terutama terkait
penelitian ini.
7. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Mujib, M.Si selaku pembimbing/promotor yang
sangat konsen dan perhatian dengan penelitian ini. Kontribusinya melalui
saran dan kritiknya yang inspiratif membuat disertasi ini memiliki
iii
kebermaknaan. Beliau menjadi tempat rujukan ketika penulis mendapatkan
kesulitan dalam proses penulisan disertasi ini.
8. Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Bapak Prof. Drs H.M. Sirozi, MA., Ph.D,
rektor periode sebelumnya yakni Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, MA.,
yang telah memberikan izin dan kesempatan serta memotivasi Penulis untuk
melanjutkan dan menyelesaikan program doktor.
9. Para Wakil Rektor yakni Wakil Rektor 1 Bapak Dr. Ismail, wakil rektor 2
Bapak Dr. Zaenal Burlian dan wakil rektor 3 Ibu Dr. Rr. Rina Antasari,
M,Hum yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tak
langsung, secara moril dan materiil.
10. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Raden Fatah, Dr. Kusnadi,
M.A., Wakil Dekan I, II dan III, yang selalu memberikan support untuk
penyelesaian studi ini. Selain itu kepada seluruh staf fakultas Dakwah mulai
dari KTU, para Kasub di FDK UIN, para Ketua dan Sekretaris Prodi, semua
dosen yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, kepada Pak Syahir, Pak
Musrin, Bu Choiriyah, Pak Aliasan, Pak Komaruddin, Bu Eni Murdiati, Ainur
Ropik, Bu Nuraida, Pak Aminullah, Pak Amin S, dan lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan motivasi
untuk menyelesaikan studi di UIN Jakarta dan telah memberikan dukungan
sepenuhnya selama penulis menyelesaikan penulisan disertasi ini.
11. Pemerintah provinsi Sumatera Selatan dan pihak donatur yang telah
memberikan bantuan selama penulis melaksanakan studi, semoga amal
baiknya dinilai ibadah di sisi-Nya.
12. Orang tua tercinta H. Ardani (almarhum) dan Ibunda Hj. Khoiriyah yang telah
membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil. Tanpa
dukungan moril dan materil serta doa keduanya tidak mungkin penulis dapat
mencapai prestasi akademik dan menyelesaikan studi ini. Juga kepada Ayah
dan Ibu Mertua, Abu Hasan dan Mariah, semoga do'a-do'a mereka selama ini
diterima oleh Allah SWT.
13. Istri tercinta Reva Desni Dahlia, S.Ag. dan anak-anak tersayang 1. M.Rizky
Hadipratama al-Mubarok dan 2. Alda Syava Rohima, yang telah memberikan
inspirasi, dukungan moril serta telah merelakan waktu mereka sehingga
terkadang tidak bersama-sama karena proses studi dan penulisan disertasi ini.
14. Adik-adikku:Nining Awaliyah dan suami, M.Sabihin dan Istri, Siti Robiah dan
suami, serta kakak-kakak ipar dan seluruh keluarga yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan perhatian, dukungan dan
mendoakan penulis.
15. Saudara ipar penulis yaitu Kak Ahmad Wahidi, S.I.P, M.Pd.I dan Yuk Yuni
Melati, M.H yang banyak membantu baik secara moril maupun spirituil dalam
penyelesaian studi ini.
16. Teman-teman seniorku Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A, Bapak Prof. Dr. Idzan
Fautanu, Ibu Dr. Hamidah, M.Ag, Prof. Suyitno, M.Ag yang senantiasa
memberikan dorongan dan motivasi, memberikan bantuan moril dan materiil
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini.
iv
17. Teman-teman di Yayasan Bina Sahabat; Bang Karim, Bu Nyayu Khadijah,
Abdul Hadi, M.Ag, Dede Iskandar, Syahril Jamil, Sirajudin, Bu Rina Antasari,
Rika Diyah, Dinul Alfian Akbar, Titin, Elli, Bu Nilawati, Pak Nazarudin, Yang
Kami hormati Bapak Dr. Firdaus Basuni, dan lain-lain yang tidak dapat
disebut satu-persatu yang telah banyak memberikan masukan dan kritik dalam
penulisan disertasi ini.
18. Teman-temanku, para dosen para staf di fakultas Dakwah dan Komunikasi,
terutama seniorku Ibu Dalinur, M.Nur, M.M yang banyak membantu secara
materiil dan spirituil, serta teman-teman selalu menanyakan ‚kapan ujian,
kapan promosi?‛. Pertanyaan ini memacu penulis untuk segera menyelesaikan
studi.
19. Ketua LP2M, kepala PSGA, kepala Penelitian dan seluruh staf serta teman-
teman di LP2M, para kolega kantor Pusat, di fakultas dan unit lainnya di UIN
Raden Fatah yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
20. Para sahabat di sekolah pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik
yang sudah selesai maupun sedang berjuang menyelesaikan studinya, antara
lain Bapak Anis Masykur, Pak Hammami Zada, Pak Mardani, Pak Ayub
Mursalin, Pak Sa’dullah, dll.
Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu, yang telah membantu penulis, dihaturkan terimakasih yang tak
terhingga, semoga Allah SWT memberikan pahala yang lebih baik atas segala
kebaikan dan pertolongannya tersebut.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan dan penelitian disertasi
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
daya harapkan untuk meningkatkan kualitas penelitian disertasi ini.
Jakarta, ... Maret 2017
Penulis
Achmad Syarifudin
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Achmad Syarifudin
NIM : 12.08.3.00.0.06.01.0029
No. Kontak : 081373087879
Menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “Analisis Kebutuhan dalam
Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN Raden Fatah Palembang” adalah hasil karya
sendiri. Ide/gagasan orang lain yang ada dalam karya ini saya sebutkan sumber
pengambilannya. Apabila di kemudian hari terdapat hasil plagiarisme maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan sanggup mengembalikan gelar dan
ijazah yang saya peroleh sebagaimana peraturan yang berlaku.
Jakarta, ... Maret 2017
Yang Menyatakan,
Materai 6000
Achmad Syarifudin
vi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disertasi yang berjudul ‚Analisis Kebutuhan dalam Pembelajaran Bahasa Arab di
IAIN Raden Fatah Palembang‛ ditulis oleh Achmad Syarifudin, NIM.
12.08.3.0.00.06.01.0029 telah melalui pembimbingan dan work in progress sebagaimana ditetapkan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sehingga layak diajukan
untuk Ujian Promosi.
Jakarta, .... Maret 2017
Pembimbing
Prof. Dr. H.Ahmad Thib Raya
vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disertasi yang berjudul ‚Analisis Kebutuhan dalam Pembelajaran Bahasa Arab di
IAIN Raden Fatah Palembang‛ ditulis oleh Achmad Syarifudin, NIM.
12.08.3.0.00.06.01.0029 telah melalui pembimbingan dan work in progress sebagaimana ditetapkan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sehingga layak diajukan
untuk Ujian Promosi.
Jakarta, ..... Maret 2017
Pembimbing
Prof. Dr. H.Abdul Mujib, M.Ag, M.Si
viii
ABSTRAK
Disertasi ini menyimpulkan bahwa mahasiswa belajar bahasa Arab karena
kebutuhan normatif yaitu agar lulus matakuliah. Sementara itu, faktor determinan
yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran bahasa Arab bukanlah pada aspek
kebutuhan semata melainkan pada aspek materi ajar. Disertasi ini tidak membantah
teori bahwa metode lebih penting daripada materi. Namun materi bahasa Arab yang
lebih mudah diserap dan dipelajari lebih menarik bagi mahasiswa IAIN Raden
Fatah Palembang. Hal ini didukung oleh penghitungan hasil data bahwa p > dari
0,05 pada aspek metode mengajar, materi ajar dan fasilitas belajar. Yang lebih
menarik adalah bahwa faktor materi ajar berada pada pada t hitung 0,075, dan pada
angka standar koefisiensi= -1.796.
Ketidaksesuaian antara kurikulum bahasa Arab yang diacu di IAIN Raden
Fatah Palembang dengan waktu yang tersedia yakni jumlah SKS matakuliah
menyebabkan tidak terealisasinya muatan kurikulum itu secara penuh di dalam
proses pembelajaaran di kelas. Untuk itu para pengajar (dosen) berinisiasi
menetapkan target tersendiri dengan tujuan proses pembelajaran dapat berlangsung
secara kondusif. Selain itu, berkembangnya program studi Umum yang dibuka di
IAIN Raden Fatah semakin membuka peluang bagi para calon mahasiswa yang
berlatarbelakang pendidikan Umum (non-Madrasah) apalagi yang belum pernah
belajar bahasa Arab sama sekali menambah persoalan baru bagi problematika
pembelajaran bahasa Arab, karena kompetensi kebahasaaraban yang relatif rendah.
Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa temuan antara lain: bahwa
bahwa metode mengajar yang digunakan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri tersebut cukup variatif dan memiliki perbedaan dan persamaan antara yang
satu dengan lainnya. Kebanyakan menggunakan grammar translation method, menjelaskan kaidah bahasa dan menerjemahkan teks dan sebagian lainnya
menggunakan metode role play, diskusi, drill, penugasan, dsb. Adapun materi ajar
yang digunakan pada saat penelitian berlangsung adalah materi ajar yang cenderung
masif. Dosen lebih mementingkan bagaimana proses belajar berlangsung kondusif
daripada harus memaksakan untuk memenuhi kurikulum. Bahkan untuk pemula
yang masih awam bahasa Arab, dosen menjadikan kesempatan untuk belajar
membaca dan menulis al-Quran (BTA). Berkaitan dengan fasilitas belajar, secara
umum sama dari satu kelas dengan kelas lainnya yakni menggunakan lokal belajar,
hanya mahasiswa jurusan bahasa Arab di Prodi PBA saja yang memiliki
laboratorium bahasa yang cukup representatif. Akan tetapi fasilitas itu belum
digunakan ketika belajar bahasa Arab 1 untuk semester awal. Untuk itu sangat
tergantung dengan dosen, jika ia kreatif dan perlu membawa speaker aktif sendiri
untuk melatih istima>' maka ia mempersiapkan sendiri. Dari hasil analisis data dapat
dijelaskan bahwa prodi Keagamaan dan prodi Umum menduduki posisi di atas
dibanding dengan prodi Kebahasaaraban dan Kelas International. Setelah dianalisis
ternyata, prodi bahasa Arab melakukan pembelajaran bahasa Arab secara parsial
setiap unsur setelah mereka masuk pada semester berikutnya. Belajar bahasa Arab
pada awal-awal hanya untuk memperkenalkan komponen bahasa Arab untuk
memotivasi dan meningkatkan minat memilih prodi bahasa Arab.
ix
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed research) antara
kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk memperoleh
gambaran secara kuantitatif tentang Kebutuhan belajar bahasa Arab, urgensi bahasa
Arab, metode mengajar dosen, materi ajar, fasilitas belajar dan hasil belajar
mahasiswa. Selanjutnya variabel-variabel tersebut dianalisis melalui skala tinggi –
Sedang – Rendah (T-S-R) dari kedua variabel tersebut untuk dianalisis hubungan
korelatif keduanya. Sedangkan Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis
mengapa faktor-faktor dalam metode kuantitatif itu terjadi, sehingga dapat
dijelaskan secara deskriptif mengapa aspek-aspek pada data kuantitatif itu terjadi,
sehingga dapat dianalisis sebab-sebab terjadinya.
Dari hasil penelitian ini peneliti merekomendasikan bahwa idealnya
pembelajaran bahasa Arab dikelola secara integratif oleh satu lembaga atau
konsorsium yang menangani seluruh fakultas dan prodi, serta perlu penyeragaman
kurikulum dan standar kemampuan bahasa Arab mahasiswa jika institusi ini ingin
memperbaiki kualitas mahasiswa dalam kompetensi bahasa Arab. pembelajaran
bahasa Arab yang berlangsung selama ini belum bisa memenuhi kebutuhan
linguistik (kebahasaan) karena hanya dengan sks minim yang dilaksanakan pada
semester awal dan kedua dalam mencapai kompetensi bahasa Arab yang baik.
Untuk itu, perlu didesain ulang atau reformulasi program pembelajaran bahasa Arab
untuk non-bahasa Arab melalui efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang
komprehensif dalam waktu yang singkat. Komponen yang terlibat seperti pengelola
institusi dan para pengajar perlu duduk bersama untuk menyatukan visi dan misi
dalam pembelajaran bahasa Arab di PTKIN tersebut.
x
جتريد األطروحة
.من أجل اجتةاز اطدورة ةلةاريطمحاجة ادلطروحة إ ى أن اطلبا يتلمونن اطلريةة األىذه تستنتج ان و ، اطيت تؤثر عمى فلاطةة من تلمم اطمغة اطلريةة ىي مناد اطتدريس اطرئةسةة ةمماويف اطنقت نفسو، فإن اطل
.ح ياطةوبانجا رادين فت جاملةاطمغة اطلريةة ىي أكثر سهنطة استةلاهبا وتلموت أكثر جاذيةة طلبا مناد يف جانب من جنانب P> 0.05)) 0،،، اكرب من ويؤيد ذطك اطبةانات إ ى أن حسا اطنتائج
امل ادلناد اطتلمةوةة اطيت حىت أكثر إثارة طباىتوام ىن أن اطل .طرق اطتدريس وادلناد اطتلمةوةة وادلرافق اطتلمةوةة (0،،7،،-أقل من ) =وملامل ملدل قةاسي 0،،،،ىي يف ر
جاملةيف مع األوقات اجلاىزة ناىج اطمغة اطلريةة ادلاار إطةهاوعدم ادلناسبة ادلنجندة يني ادلتننع دلدرسنيامن كبري عدد طذطك، . تسبب عدم طبةقها يف اطفصل ياطةوبانجاإلسبامةة احلكنمةة رادين فتح
كن استخدامها عمى أفضل وجو مي اطفصل طدراسة اطمغة اطلريةة يف اجلاىزة ت اوقيأخذون سةاساهتا حبةث االنهج رلونعة يف عومةة اطتلمم. وياإلاافة فهن عدم تنفةذ ادل تأثريأم ا اطعومةة تلمةوةة مبائوة. طتلبةق شلكن
ت فةها يصري قضايا فتحاإلسبامةة اطيت ح ا ن فترادي جاملةدراسات اطلامة يف مط اطقسمإ ى ذطك، تلنير زلتومني اخلمفةة اطتلمةم اطلام )غري ادلدارس اطدينةة( جلدد اطيت كانت ذلم طبا ا حننجديدة دلستقبمها
.نخفضةاطمغنية اطغريةة ادلويضةف مااكل جديدة دلااكل تلمم اطمغة اطلريةة، يسبب كفاءة دريس ادلستخدمة ىناك ما يكفي من أوجو اطابو أساطةب اطت ىذه اطدراسة وجد أن من
ملظم طريقة استخدام اطتمجة اطنحن وشرح قناعد اطمغة وترمجة اطنص وجزئةا .واالختباف يني واحدة وأخرىياستخدام طلب األدوار، وادلناقاة، وحفر، وحتديد ادلهام، اخل ادلناد اطتلمةوةة ادلستخدمة يف ذطك اطنقت من
أكثر قمقا مع كةف يأخذ تلمم مكان يدال من االالرار إ ى .اطتلمةوةة اطيت دتةل اخوة اطدراسة ىي ادلنادوحىت ياطنسبة طموبتدئني اطذين ال يزال يرقد يف اطلريةة، زلاار .فرض تساعد عمى تمبةة ادلناىج احملاارين
وعادة ما تكنن ىي نفسها يف اتصال مع مرافق اطتلمم،. جيلل اطفرصة طتلمم اطقراءة واطكتاية واطقرآن اطكرنمن طبقة إ ى طبقة أخرى واطذي يستخدم دراسة زلمةة، فقط طاطب ختصص يف اطمغة اطلريةة يف يبا يرودي
طكن ادلرفق مل يستخدم عندما تلمم اطلريةة فصل دراسي واحد يف .اطذي طديو سلترب اطمغة ىن شلثل طمغايةيداع وحتتاج مكربات اطصنت اطناط طتحقةق خاصة هبا ألنو يلتود عمى احملاار، إذا كان اإل .وقت مبكر
من حتمةل اطبةانات وميكن تفسري ذطك قسم اطديين واطلامة يرودي اطيت .مث أعد نفسواإلستواع طتدريبمرة واحدة حتمةمها اتضح فةوا يلد، يرودي اطلريةة تلمم .ةةدوطةل اطصفو قسم اطلريةة حتتل أعمى يادلقارنة مع
تلمم اطمغة اطلريةة يف يداية فقط .ة أداء جزئي كل عنصر عند دخنذلم اطفصل اطدراسي ادلقبلاطمغة اطلرية .اطلريةة اطقسمإلدخال مكننات اطمغة اطلريةة طتحفةز وزيادة االىتوام يف اختةار
xi
استخدمت ىذه اطدراسة أساطةب سلتملة )حبث سلتمط( يني اطكوةة واطننعةة. يتم استخدام طمحصنل عمى وصف كوي طمحاجة إ ى تلمم اطمغة اطلريةة، واحلاجة ادلمحة طمغة اطلريةة، األساطةب اطكوةة
وطرق اطتدريس كمةة وادلناد اطتلمةوةة وادلنارد واطنتائج تلمم اطلبا . وعباوة عمى ذطك، مت حتمةل ىذه ناء اطلباقة من ادلتغريين طةتم حتمةمها عمى حد س )منخفض –متنسط -حجم (بال ارتفاع ادلتغريات من خ
ادلتايلة. يف حني تستخدم أساطةب ننعةة طتحمةل أسبا ىذه اطلنامل يف األساطةب اطكوةة أن حيدث، سبا الدلاذا اجلنانب اطنصفةة طمبةانات اطكوي اطذي حيدث، طذطك ميكن أن حتمل أ يبنيطذطك ميكن أن
ادلتأثرة عمةها.اطمغة اطلريةة تدار ياكل مثايل من قبل تلمم يقتح اطباحث طةكننمن نتائج ىذه اطدراسة،
، وكذطك من اطضروري تنحةد ادلناىج مؤسسة واحدة أو احتاد اطذي يلاجل مجةع اطكمةات واطربامج اطدراسةةومستنى مهارات اطمغة اطلريةة طملبا إذا ىذه ادلؤسسة تريد حتسني ننعةة اطلبا يف اختصاص اطمغة
وقلت خبال ىذا اطنقت ال ميكن أن تميب احتةاجات اطمغنية )اطمغة( فقط اطلريةة. تلمم اطمغة اطلريةة اطيتاالعتوادات احلد األدىن ادلضلمع هبا يف اطفصل اطدراسي األول واطثاين طتحقةق اطكفاءة جةدة اطلريب. حتقةقا
بال كفاءة ذلذه اطغاية، ينبغي إعادة تصوةم أو إعادة صةاغة يرامج تلمةم اطمغة اطلريةة طغري اطلريةة من خوفلاطةة اطتلمم اطاامل يف وقت قصري. ادلكننات اطداخمة ومديري ادلؤسسة وادللموني حباجة إ ى اجلمنس ملا
اجلاملة اإلسبامةة احلكنمةة.طتنحةد رؤية ومهوة يف تلمم اطمغة اطلريةة يف
xii
ABSTRACT
This dissertation concludes that students learn Arabic for the normative need
that in order to pass subjects. Meanwhile, the determinant factors that influence the
effectiveness of learning Arabic is the teaching materials. This dissertation does not
disprove the theory that the method is more important than the material. But the
Arabic language materials are more easily absorbed and learned more attractive to
students IAIN Raden Fatah Palembang. This is supported by the data that the
calculation results p> 0.05 in the aspect of teaching methods, teaching materials and
learning facilities. Even more interesting is that the factor of teaching materials that
are in the t 0.075, and the standard rate coefficient = -1796.
So, The diversity of Arabic language curriculum referenced and
inappropriate it in state Islamic Institute of Raden Fatah Palembang couldn’t
implemented because of lowest capacity in Arabic of Learner. That is why many
Lecturers take their own ways so that the time available to study Arabic in class
room can be used as well as possible to create a conducive learning process. The
Impact is a set of curriculum can not be implemented in the learning process. In
addition, the development of general departments opened in that institute of Raden
Fatah increasingly opened up opportunities for prospective students Public
education background (non-Madrasah) adds new problems to the problems of
learning Arabic, because of the relatively low competence in Arabic.
From these results known that in the State Islamic institutes obtained several
findings: that the teaching methods used there are enough differences and
similarities between one and the other. Most use grammar translation method,
explained the rules of language and translate the text and partly using role play,
discussion, drill, assignments, etc. The teaching materials used at the time of the
study is the teaching material that tends massive. Lecturers are more concerned with
how learning takes place rather than having to impose conducive to meet the
curriculum. Even for beginners who still lay in Arabic, lecturer makes the
opportunity to learn to read and write the Holly Quran (BTA). In connection with
learning facilities, are generally the same from one class to another class which uses
the local study, only student majoring in Arabic at PBA Prodi who has a language
laboratory is quite representative. But the facility was not used when learning Arabic
one semester early. For it depends on the lecturer, if he is creative and active
speakers need to bring their own to train istima‘> (listening) then he prepared
himself. From the analysis of the data can be explained that the department of
Religious and Public department occupying the top compared with Arabic
department and International Class. Once analyzed it turned out, Arabic department
learning Arabic perform a separated System in teaching and learning when they are
in the next semester. Learning Arabic in the beginning just to introduce components
of the Arabic language to motivate and increase interest in choosing Arabic
department.
This study used mixed methods (mixed research) between quantitative and
qualitative. Quantitative methods are used to obtain a quantitative description of the
need for learning Arabic, the urgency of the Arabic language learning, methods of
teaching, teaching materials, learning resources and student results. Furthermore,
xiii
these variables were analyzed through high scale - Medium - Low (T-S-R) of the
two variables to be analyzed both correlative relationship. While qualitative methods
are used to analyze why these factors in quantitative methods that happen, so it can
be explained why the descriptive aspects of the quantitative data that happens, so it
can be analyzed the causes of it.
From the results of this study, researchers recommend that the ideal learning
Arabic integrative managed by one institution or consortium that handles all
faculties and study programs, as well as necessary to unify the curriculum and
standard of Arabic language skills of students if this institution wants to improve the
quality of students in Arabic language competence. Arabic learning that took place
during this time couldn’t achieve need linguistic (language) for only the minimal
credits undertaken in the first semester and the second to achieve the good
competency in Arabic. To that end, it should be redesigned or reformulated Arabic
language learning programs for non-Arabic through the efficiency and effectiveness
of a comprehensive learning in a short time. Components involved as managers of
the institution and the teachers need to sit together to unify the vision and mission in
Arabic learning in the Islamic Institute of Religious Affairs.
xiv
Daftar Transliterasi
(Transliteration)
Table of the system of transliteration of Arabic words and names used by
the Institute of Islamic Studies, McGill University.
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h} = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = س
sh = ش
s} = ص
d} = ض
t{ = ط
z{ = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
h = ه
w = و
y = ي
Short: a = ´ ; i = ; u =
Long: a< = ا ; i> = ي ; ū = و
Diphthong: ay = ا ي ; aw = ا و
______________
/cf 08 June 2001
xv
xvi
DAFTAR ISI
Judul .............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Pernyataan Bebas Plagiasi............................................................................. v
Persetujuan Pembimbing/Promotor ............................................................. vi
Abstrak .......................................................................................................... viii
Pedoman Transliterasi ................................................................................... xiv
Daftar Isi ........................................................................................................ xvi
Daftar Tabel ................................................................................................... xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah................................................................... 1
B. Identifikasi, PembatasandanPerumusanMasalah.............................. 17
C. TujuanPenelitian............................................................................. 19
D. SignifikansidanManfaatPenelitian ………………………………... 20
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.................................................. 20
F. MetodePenelitian............................................................................. 25
G. SistematikaPenulisan...................................................................... 28
BAB II
PERSPEKTIF LINGUISTIK TERHADAP ANALISIS KEBUTUHAN DAN
BELAJARBAHASA ARAB
A. Eksistensi “Analisis Kebutuhan” dalam Pendekatan linguistik .......... 31
B. Pembelajaran Bahasa Arab dan dinamika metode
Pembelajaran diIndonesia................................................................. 48
C. Efective teaching and learning berbasis
Kebutuhan Belajar Bahasa............................................................... 60
BAB III
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG SAAT INI
BERLANGSUNG(PRESENT SITUATION ANALYSIS) DI IAIN RADEN
FATAH PALEMBANG
A. IAIN Raden Fatah dan kontribusinya dalam pengembangan
bahasa Arab……………………………………………………………. 77
B. Kebutuhan belajar Bahasa ArabdanUrgensibelajar
bahasa Arab bagiMahasiswa IAIN Raden Fatah.............................. ....... 82
C. Korelasi Koefisiensi Kebutuhan Belajar dan urgensi Bahasa Arab
dengan aspek pembelajaran lainnya....................................................... 97
D. Pengaruh Kebutuhan belajar dan aspek-aspek Pembelajaran
terhadap Kebutuhan Belajar Bahasa Arab ............................................ 106
xvii
BAB IV PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG DIHARAPKAN
(TARGET SITUATION ANALYSIS) DI IAIN RADEN FATAH
A. Al-Niz}a>m al-S}auti> wa al-niz}a>m al-Nah}wi> sebagai target
kebahasaan ………………………………………………………… 141
B. Skill al-tah}adduth dan qira>’ah sebagai kompetensi
Komunikatif ....................................................................................... 162
C. Materi Ajar yang diharapkan Prodi Keagamaan dan Umum
……………........................................................................................... 166
D. Sikap Reseptif dan Performansi Reflektif dalam mencapai
Skill Al-tah}adduth dan al-Qira>’ah ………………………………..... 171
E. Kriteria Pembelajar dalam mencapai Skill al-tah}adduts dan
al-Qira>’ah ……………........................................................................ 199
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 211
B. Rekomendasidan Saran........................................................................ 211
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 213
GLOSARI ........................................................................................................ 225
INDEKS .......................................................................................................... 229
BIODATA PENULIS .......................................................................................... 233
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2.1 Kelompok prodi dan Jenis Kelamin........................................... 82
Tabel 3.2.2 Kebutuhan belajar bahasa Arab mahasiswa.............................. 83
Tabel 3.2.3 Urgensi Bahasa Arab................................................................. 84
Tabel 3.2.4 MetodeMengajarDosen............................................................. 85
Tabel 3.2.5 Materi/ Bahan Ajar.................................................................... 89
Tabel 3.2.6 Media/Fasilitasbelajar............................................................... 91
Tabel 3.2.7 HasilBelajar............................................................................... 93
Tabel 3.3.1 Korelasi Koefisiensi KBBA dan Hasil Belajar BA .................. 97
Tabel 3.3.2 Pengaruhasalproditerhadap aspek-aspek pembelajaran ........... 100
Tabel 3.3.3 Tingkatan Prodi dalam Kebutuhan Belajar Bahasa Arab ............... 102
Tabel 3.3.4 TingkatanUrgensibelajarbahasa Arab berdasarkanprodi................. 103
Tabel 3.4.1 Pengaruh antar Variabel .................................................................. 106
Tabel 3.4.2Tingkatanpengaruhantarvariabel....................................................... 111
Tabel 3.4.4Hasil Belajar dianalisis dari Gender.................................................. 113
Tabel 3.4.4Faktor Dominan Pengaruh antar variabel.......................................... 115
Tabel 3.4.5Kebutuhan Normatif ...... .................................................................. 116
Tabel 3.4.6Kebutuhan Kompetetif ...................................................................... 117
Tabel 3.4.7Kebutuhan yang dirasakan ............................................................... 118
Tabel 3.4.8 Kebutuhan ekspresi .......................................................................... 119
Tabel 3.4.9Kebutuhan masa depan...................................................................... 120
Tabel 3.4.10Kebutuhan mendesak ...................................................................... 121
Tabel 3.4.11Aspek-aspek berpengaruh pada Hasil Belajar ................................. 122
Tabel 3.4.12Problematika Pedagogis Pembelajaran B.A .................................... 123
..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Asing yang urgen dan diminati
oleh bangsa lain di dunia. Clive Holes pernah menyatakan bahwa bahasa ini
merupakan bahasa dengan jumlah penutur lebih dari 200 juta jiwa di dunia. Selain
itu, bahasa ini telah menjadi bahasa Internasional dengan dimasukkannya ke dalam
salah satu bahasa resmi di Dewan Keamanan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) sejak 1
Januari 1974 di samping bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia dan China.1
Bahkan keinternasionalan bahasa Arab bertahan hinga saat ini, sejajar dengan
bahasa Inggris dan Perancis. Salah satu kontribusinya adalah dalam hal penomoran
yakni angka 0, 2,3,4,5, dan seterusnya yang dalam kamus bahasa Inggris disebut
dengan ‚Arabic numerals‛. Ini membuktikan bahwa keinternasionalan bahasa Arab
tidak dapat disangkal.2
Bahkan, sejak menjelang abad ketiga masehi, bahasa ini berkembang sebagai
suatu bahasa yang terkenal. Dalam perkembangannya, bahasa Arab dapat menjadi
tiga kelompok, yaitu a) bahasa Arab klasik yang merupakan bahasa al-Qur’an dan
bahasa yang dipakai oleh para pujangga dan penyair seperti Ibnu Khaldun, al-
Mutanabi dan lain-lain, b) bahasa Arab sastra (fush}a> modern) adalah bahasa yang
dipakai dalam surat kabar, radio, buku dan lain-lain, dan c) bahasa Arab tutur yaitu
bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari.3 Sedangkan varietas bahasa Arab
menurut Clive Holes ada dua macam yaitu bahasa Arab fush}a (MSA: modern standard arabic dan CLA: clasical arabic) dan bahasa Arab ‘a>miyah (the vernacular).4
Sebagai bahasa dunia, bahasa Arab menjadi bahasa yang dipelajari oleh
banyak orang di berbagai negara.5 Terutama di Negara yang berpenduduk muslim,
1 Clive Holes, Modern Arabic: Structure, Function and Varieties (London: Longman
Group Limited, 1995), 1. 2 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.III, 2010), 11. 3 Team Dirjen Bimas Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan
Tinggi Agama/UIN(Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Departemen
Agama, 1974), 49. 4 Clive Holes, Modern Arabic: Structure, Function and Varieties, 4. Lihat juga
Rushdi> Ah}mad T}u‘aimah, Ta‘li>m al-Lughah Li ghair al-Na>t}iqi>na biha> (Raba>t: ISESCO,
1989), 42. Diungkapkan bahwa bahasa Arab terbagi menjadi dua varietas yaitu fus}h}a> dan
’amiyah; fus}h}a> dibagi dua yakni fus}h}a> al-tura>th (bahasa arab resmi yang digunakan oleh
sejumlah kitab-kitab klasik) dan al- fus}h}a> al-mu’a>s}irah (bahasa Arab resmi modern yang
biasa digunakan dalam bahasa-bahasa surat kabar harian, tulisan-tulisan dan surat-surat
keputusan serta khutbah-khutbah, periklanan, konferensi-konferensi internasional dan lain
sebagainya). 5 Di beberapa negara Eropa, misalnya di Universitas Cambridge Inggris, di Amerika,
dimulai pada tahun 1947 di sekolah-sekolah tentara Amerika, lihat Fathi> ‘Ali> Yu>nus dan
Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Shaikh, al-Marja> fi> tali>m al-Lughah al-‘Arabiyyah li al-Aja>nib
2
bahasa Arab merupakan bahasa yang wajib untuk dipelajari karena kitab suci umat
Islam adalah Al-Quran dengan menggunakan bahasa Arab. Karena itu, proses
belajar mengajar bahasa Arab pun menjadi sebuah dinamika yang cukup unik dan
menarik untuk dikaji, terutama dalam hal metode pengajaran6 mulai dari yang
klasik hingga modern dan bahkan berkembang menjadi beyond sesuai dengan
perkembangan zaman.
Untuk dapat berbahasa atau menguasai suatu bahasa, terdapat empat unsur
yang menentukan dalam proses pembelajaran bahasa.7 Keempat unsur itu antara
lain: penggunaan, simbol, makna dan komunikasi.8 Dalam konteks penggunaan
bahasa seorang yang fasih dalam melafalkan kosa kata dan menyebutkan aturan
tata bahasa, tetapi tidak bisa menyusun kata-kata dalam wacana lisan dan tulisan
dalam bahasa itu, maka ia tidak dapat dikatakan menguasai bahasa itu.9 Mengingat
bahwa bahasa merupakan perilaku manusia, jadi pembelajaran bahasa adalah upaya
mengubah perilaku manusia agar dapat berbicara dan menulis dalam bahasa yang
dipelajari.10
Dan yang penting untuk ditekankan adalah menggunakan bahasa
tersebut dalam keseharian agar kemampuan bahasa seseorang dapat dilihat dan
dikonstruk dalam dirinya.
Ditinjau dari segi fungsi bahasa, tujuan utama belajar bahasa adalah untuk
berkomunikasi, sedangkan aktivitas manusia yang paling mendasar dalam konteks
bahasa yaitu berbicara dan mendengarkan.11
Karena itu, dalam bahasa Arab ilmu
bahasa atau linguistik sering disebut al-lisa>niya>t bukan ‘ilmu al-lughah.12 Akan
tetapi, dalam beberapa disiplin ilmu, misalnya psikolinguistik, mekanisme
pemerolehan bahasa (language acquisition = iktisa>b al-lughah) menjadi perdebatan
para ahli bahasa. Para tokoh bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi aliran-
aliran linguistik karena memiliki karakteristik pemikiran sendiri. Sebagai contoh,
(a) Ferdinan de-Saussure menganut paham psikologi kognitif, behaviouristik, dan
(Kairo: Maktabah Wahbah, 2003), 21-22. Lihat juga Rushdi T{u‘aimah, Ta‘li>m al-lughah al-‘arabiyah li-ghair an-Na>t}iqi>na biha> (Rabat: ISESCO), 26.
6 Robert Brenan, Educational Measuremen (Washington: American Council on
Education, 2006), 81. 7 Lihat Zaini Machmoed, ‚Proses dan Evaluasi Pembelajaran dan Pengajaran
Kompetensi Komunikatif,‛ dalam Warta Scientia, No. 49. th. XVIII, April 1990. Lihat juga
J.C. Richards dan T.S. Rogers, Approaches and Methods in Language Teaching
(Cambridge: Cambridge University Press, 1983), 56. 8 Philip H Phenix, Reals of Meaning: A Philosophy of the Curriculum for General
Education (California: Ventura, 1961), 178. 9Guntur Tarigan, Pengajaran Kompetensi Bahasa (Bandung: Angkasa, 2009), 21.
Lihat juga Na >s}ir‘Abdullah al-Gha>li >dan Abd al-Hamid Abd Allah, Us}u>s} Ida>d al-kutub al-ta’li>miyyah li ghair an-Nat}iqi>na bi al-‘arabiyyah (Riyad}: t.th), 27.
10 Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa (Bandung:
Angkasa, 2009), 144. 11
W.H.Clark & E.V.Clark, Psycology and Language: An Introduction of Linguistic (New York: Harcourt Brace Jovanich, Inc.1977), 79.
12 ‘Abdul Ha>di Buta>lib, Ta’li >m wa Tali>m al-Lughah al-‘Arabiyah wa Thaqa >fa>tiha>
(Maroko: Arabian al-Hilal, 1994), 3.
3
pragmatik,13
(b) Leonardo Blomfield menganut psikologi behaviouristik (c) john
Rupert Firth menganut aliran pragmatik, (d) Noam Chomsky menganut paham
kognitif.14
Menurut De saussure, seorang linguis Swiss yang dikenal sebagai
‚Bapak Linguistik Modern‛, linguistik murni mengkaji langue, bukan parole atau
langage.15 Sedangkan menurut Blomfiled, seorang linguis Amerika yang awalna
menganut paham mentalis, namun kemudian mengikuti aliran behaviorisme.
Selanjutnya, John Rupert Firth, seorang Linguis Inggris bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks yang masing-masing mempunyai perananan sendiri yang dapat
dianalisis. Aliran ke empat Noam Chomsky, seorang linguis Amerika yang dengan
teori tata bahasa generatif transformasinya membuat sejaran baru dalam
psikolinguistik.16
Aliran rasionalis memandang kemampuan bahasa sebagai sesuatu yang
bersifat bawaan (innate), meskipun mereka mengakui peranan pengalaman namun
dianggapnya tidak langsung. Itulah sebabnya, Choamsky dan pengikutnya
mengembangkan teori linguistiknya dengan menggunakan transformational Generative Grammar (TGG) sebagai salah satu sudut pandang yang patut
diperhatikan dalam konteks ini.17
Sementara itu, aliran empiris yang diwakili oleh
B.F.Skinner beranggapan bahwa manusia dilahirkan dengan struktur biologis.18
Kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu tidak berarti bahwa
seseorang mempunyai kemampuan khusus untuk bahasa. Yang terpenting bagi
tokoh empiris adalah adanya plastisitas manusia, yaitu adanya kapasitas untuk
belajar dari pengalaman.19
Masing-masing mengklaim bahwa faktor penentu yang
menyebabkan seseorang mampu menguasai bahasa sasaran didasarkan pada aspek
yang berbeda. Munculnya berbagai pendekatan kebahasaan (linguistik) dalam pembelajaran
bahasa didasarkan pada pemikiran tentang bagaimana proses yang yang terjadi
dalam benak seseorang ketika mulai belajar bahasa dan bagaimana pula
perkembangannya. Semi menyatakan bahwa di dalam proses penguasaan bahasa
cenderung mengacu pada teori empirisme yang sejalan dengan teori B.F Skinner
13
Dalam konteks lain dikelompokkan menjadi aliran strukturalisme (al-madrasah al-binyawiyah), pendapatnya sejalan dengan pemikiran Skinner (linguis behavioris) yang
menyatakan bahwa pikiran atau makna semata-mata hanyalah khayalan dan orang yang
berbicara adalah sebuah perilaku. Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran
Bahasa Asing, (Jakarta: Bania Publishing, 2010), 20 14
Abdul Chaer, Psikolinguistik; Kajian Teoretik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 65 15
Langue bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual. Langue berada di
dalam otak, Lihat Abdul Chaer, Psikolinguistik..., 67 16
Abdul Chaer, Psikolinguistik..., 76 17
Noam Chomsky, Language and Mind (New York: Harcourt Brace), 1972), 116. 18
Skinner, Berval Behaviour (New York: Appleton Century Crofts, 1957), 67. 19
Iskandar Wasit dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa Asing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 48.
4
tentang behaviourisme.20
Teori ini beranggapan bahwa keberhasilan belajar
seseorang ditentukan oleh faktor luar atau faktor eksternal, ditambah dengan
penguatan (reinforcement).21 Implikasi teori ini adalah program belajar bahasa yang
disusun dalam tahapan umpan balik, dari satu jenjang ke jenjang yang lain. Mereka
dapat mempelajari sendiri, mengerjakan tugas sendiri, dan mengecek sendiri dengan
memanfaatkan kunci jawaban yang tersedia. Inilah yang kemudian dikembangkan
oleh para pakar bahasa yang mengacu pada aliran empirisme, di mana faktor
eksternal, yakni komunikasi dalam belajar bahasa harus menjadi aspek dominan.22
Akan tetapi, apa yang dilakukan B.F Skinner ditentang oleh Choamsky yang
menyatakan bahwa bahasa adalah produk dari proses tersembunyi di dalam benak
seseorang, berupa sistem aturan yang abstrak dan terinternalisasi.23
Ia berpendapat
bahwa faktor luar merupakan faktor prakondisi untuk mengaktifkan proses
internal.24
Menurut Choamsky, prinsip yang sangat spesifik dan genetik akan
menentukan atau melandasi proses belajar bahasa. Sifat bawaan yang dimiliki oleh
anak menyebabkan kemampuan menerima bahasa menjadi spesifik bahasa itu
sendiri.25
Karena itu, menurutnya, proses penguasaan bahasa Ibu bukan ditentukan
oleh peniruan, penguatan, dan faktor lainnya, melainkan oleh kekuatan yang ada
pada diri anak. Anak tidak pasif dalam menerima stimulus dari luar tetapi aktif.
Keaktifan itu mampu menciptakan strategi. Tanpa keaktifan dan kreativitas, anak
tidak melahirkan sepatah kata pun.26
Dominasi kedua aliran; empiris dan behavioris ini sesungguhnya
menginspirasi para peneliti dan praktisi bahasa yang kemudian melahirkan metode-
metode pembelajaran bahasa.27
Pada gilirannya, aliran ini menjadi pendekatan
mekanis dan rasionalis. Pendekatan mekanis, atau aliran mekanis memiliki berbagai
sebutan antara lain aliran empiris, struktural atau behavioris.28
Aliran yang
20
Atar Semi, Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Bandung:
Angkasa, 1993), 51. 21
Rod Ellis, Understanding Seconde Language Acquisition (New York: Oxford
University Press, 1986), 20. 22
Zaini Machmoed, ‚Proses dan Evaluasi Pembelajaran dan Pengajaran Kompetensi
Komunikatif,‛ dalam Warta Scientia, No. 49. th. XVIII, April 1990, 24. 23
Choamsky, Language and Mind, 31. 24
Choamsky dalam Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, 56, lihat
juga Imam Suyitno, Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing: Teori, Strategi, dan Aplikasi Pembelajarannya (Yogyakarta: CV Grafika Indah, 2005), 37.
25 Iskandarwasit dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa Asing, 49.
26 S Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad 20 (Bandung: Shinta
Dharma, 1976), 17. 27
V. Cook, Second Language Learning and Language Teaching. (London: Hodder
Arnold, 2001), lihat juga H.Ned Seelye, Teaching Culture: Strategies for Intercultural Communication (Illinois: National Textbook Company, 1994), 80-83.
28 Graham E. Fuller, How to Learn a Foreign Language (Washington D.C.: Random
House Inc. 1987), 62.
5
dipelopori oleh Blomfield29
bahwa proses belajar dan mengajar bahasa didasarkan
pada asumsi-asumsi antara lain: a) bahasa adalah ujaran, bukan tulisan, b) bahasa
adalah rangkaian kebiasaan, c) ajarkanlah bahasa, bukan tentang bahasa, d) bahasa
adalah sebagaimana yang digunakan penutur asli, bukan seperti apa yang oleh
seseorang dipandang seharusnya dan e) tidak ada satu bahasa pun yang prosesnya
sama dengan bahasa lain.30
Karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan
pembelajaran bahasa asing adalah untuk menguasai bahasa itu sendiri.
Akan tetapi, problema dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa
Asing pun tidak luput dari kedua persoalan linguistik dan non-linguistik. Persoalan
non linguistik yang menjadi kendala keberhasilan pembelajaran, yakni kondisi
sosio-kultural bangsa Arab dengan non Arab (misalnya Indonesia). Sedangkan
persoalan linguistik yang mungkin muncul ialah pengucapan (pronounciation) atau
pelafalan alfabet karena perbedaan cara baca yang berbeda dengan bahasa latin.
Selain itu, pemaknaan juga menjadi faktor persoalan dalam belajar bahasa Arab,
sebagai contoh ungkapan-ungkapan, istilah-istilah dan nama-nama benda yang
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan tidak cepat dipahami oleh
pembelajar Indonesia yang sama sekali belum mengenal sosial dan budaya bangsa
Arab.31
Contoh ungkapan ‚بلغ السيل الزبا‛ /balagha al-sail al-zuba>, maknanya adalah
‚nasi telah menjadi bubur‛, bukan ‚air bah telah mencapai tempat tinggi‛. Selain
itu, peribahasa ‚قبل الرماء تمأل الكنائن‛ /qabla al-rima>’ tumla’u al-kana>in (sebelum
memanah, penuhi dulu tempat anak panahmu), di Indonesia, pribahasa ini sama
maknanya atau diartikan dengan pribahasa ‚sedia payung sebelum hujan‛.
Persoalan lainnya adalah latar belakang sosial budaya orang Arab dahulu adalah
sering mengadakan perang, maka mereka mengatakan pribahasa seperti itu.
Sedangkan bangsa kita sering mengalami >musim hujan, maka kita menggunakan
pribahasa itu.32
Dengan demikian, konteks sosio-kultural pemilik bahasa yang dipelajari
sangat penting untuk diketahui dan dipahami, karena dengan pengetahuan tersebut
diharapkan dapat lebih cepat memahami pengertian dari ungkapan-ungkapan,
istilah-istilah dan benda-benda yang khas bagi bahasa Arab serta mampu
menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut pada situasi dan waktu yang tepat.
Selain harus memperhatikan faktor linguistik dan non linguistik tersebut di
atas, faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa adalah
penggunaan bahan ajar, karena peranannya di samping guru hingga saat ini, masih
29
Kenneth A Bruffel, ‚Collaborative Learning: Some Practical Models‛ in College
English, 1973, 634-643. 30
Iskandarwasit dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa Asing, 70-71. 31
Dalam hal ini, tata bunyi atau fonologi, merupakan salah satu problematika belajar
bahasa Arab yang banyak disinyalir oleh para guru/ pengajar dan peneliti bahasa Arab. Lihat
Ahmad Izzan, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Bandung: Angkasa, 1995), 54 32
Chatibul Umam, Problematika Pengajaran Bahasa Arab, 11-12. Dapat dilihat
juga dalam Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2011), 12
6
menjadi instrumen yang cukup menentukan keberhasilan pembelajaran.33
Bahan
ajar-bahan ajar yang banyak digunakan di kalangan non Arab terutama di Indonesia
antara lain ditulis oleh penulis Indonesia sendiri, maupun buku ajar-buku ajar yang
ditulis oleh orang Arab.34
Dalam aspek non linguistik, proses pembelajaran memiliki dua aspek penting
pada manusia yang tidak dapat dipisahkan yaitu aspek fisik dan psikis.35
Aspek
fisik sebagai aspek yang inderawi, dapat dilihat secara lahir sedangkan aspek psikis
adalah sesuatu yang abstrak dalam berinteraksi sosial. Di antara faktor psikis
(kejiwaan) yang terlibat dalam diri individu ketika melakukan proses belajar adalah
motivasi,36
sehingga keberhasilan pembelajaran, sebagian besar bergantung pada
kemampuan-kemampuan dalam lisan dan tertulis. Imbasnya, kurikulum, bahan ajar,
dan metode mengajar yang tidak diarahkan kepada kemampuan bahasa pembelajar,
maka komunikasi antara pengajar dengan pembelajar dapat merusak motivasi
belajar.37
Dalam konteks linguistik, ada beberapa pendekatan dalam penelitian bahasa
terutama linguistik terapan terkait dengan pembelajaran bahasa, di antaranya:
analisis kontrastif, analisis kesalahan dan analisis kebutuhan.38
Analisis kontranstif
atau anakon adalah kegiatan membandingkan struktur bahasa pertama (B1) dan
bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaaan kedua bahasa itu.39
Sebagai
prosedur kerja anakon mempunyai langkah –langkah yang harus diikuti, seperti
membandingkan struktur B1 dan B2, memprediksi kesulitan dan kesalahan belajar,
33
Pemilihan materi ajar dalam proses pembelajaran merupakan komponen penting
dalam pembelajaran bahasa Asing. Nur sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (yogyakarta: Diva Press, 2013), 214
34 Bahan ajar itu dapat berupa buku-buku pelajaran yang digunakan oleh pengajar
(guru/dosen) dalam pembelajaran bahasa Arab secara utuh, seperti di madrasah atau
sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Arab, ada juga yang secara gradual dibuat oleh
guru atau pengajar itu sendiri. 35
Kedua aspek itu tidak dapat diabaikan salah satunya, karena keduanya menyatu
dalam sebuah sistem. Akan tetapi yang lebih dominan adalah faktor psikis yaitu motivasi,
lihat R.C. Gardner and W.E Lambert, Attitudes and Motivations in Second Language Learning (Rowley, Mass: Newbury House, 1972), 55-56. lihat juga H.J. Feenstra, ‚Aptitude,
Attitude and Motivation in Second Language Acquisition.‛ Unpublished Dissertation,
University of Western Ontario, 1967, 3-5.
36
Motivasi merupakan modal yang sangat penting dalam belajar. Tanpa motivasi,
proses belajar akan kurang berhasil. Adanya motivasi dapat dilihat dari beberapa indikator
antara lain: ketekunan, kontuitas dalam belajar, komitmen dalam memenuhi tugas-tugas
sekolah, dan frekuensi kehadiran dalam belajar. Iskandarwasit dan Dadang Sunendar,
Strategi Pembelajaran Bahasa Asing, 50. 37
F. Mangubhai, "What Do We Know About Learning and Teaching Second
Languages: Implications For Teaching", Asian EFL Journal, Vol 8. 2006, 2-5. 38
P. Lightbown, ‚Process-Product Research on Second Language Learning in
Classrooms Cited‛, dalam 'The study of SLA' (Rod Ellis), 1990, 49-52. 39
Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa (Bandung: Angkasa,
2009), 145.
7
menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan cara-cara menyampaikan bahan
pengajaran.
Teori belajar berdasarkan psikologis behavioris mendominasi anakon.
Menurut teori ini, kesalahan berbahasa kedua disebabkan oleh transfer negatif atau
interferensi B1 terhadap B2 yang sedang dipelajari. Dua hal penting sebagai inti
teori dalam belajar psikologi behavioris adalah kebiasaan dan kesalahan.40
Baik
anakon maupun anakes, keduanya mempunyai hubungan timbal balik, di mana
kesalahan dalam berbahasa Asing sebagai bahasa kedua (B2) dianggap karena
interferensi bahasa pertama (B1).
Pada dasarnya, dalam penelitian bahasa, terdapat beberapa aspek yang dapat
dijadikan sebagai objek kajian yaitu linguistik (kebahasaan), ketrampilan bahasa,
instruksional, lingkungan, psikologi, dan sosiologi.41
Terkait dengan masalah
pembelajaran bahasa, objek kajian tersebut termasuk dalam kategori problema non-
linguistik.42
Problematika pembelajaran bahasa Arab berkaitan dengan subjek
belajar, pengajar dan aspek pembelajaran lainnya termasuk dalam kategori
instruksional.
Para peneliti bahasa, mencoba menganalisis problema pembelajaran bahasa
yang didasari oleh faktor interferensi bahasa sumber dan bahasa sasaran, menjadi
penyebab terjadinya kesalahan dalam memproduksi bahasa Tujuan (BT).43
Inilah
yang kemudian memunculkan analisis kesalahan (anakes).44
Dari analisis kesalahan
ini lalu muncul analisis kontrastif (anakon) yang dipelopori oleh Robert Lado pada
tahun 1975 didukung oleh para pengikutnya di antaranya Carl James (1980) yang
beranggapan bahwa kesalahan berbahasa terjadi karena tidak mampu membedakan
antara bahasa sasaran dan bahasa sumber. Analisis kontrastif menganut paham
bahwa persamaan bahasa sasaran dengan bahasa sumber akan mempermudah
belajar bahasa tersebut, sementara perbedaan keduanya akan mempersulit
pembelajaran bahasa Asing.45
Terkait dengan alasan mempelajari bahasa Arab, di Indonesia, ada beberapa
alasan orang mempelajari bahasa Arab, antara lain: a) motivasi agama, terutama
Islam karena bahasa kitab suci kaum muslimin adalah bahasa Arab.46
Dan oleh
40
Skinner, Berval Behaviour, 61. 41
P. Kritzerow, ‚Active Learning In The Classroom: The Use Of Group Role Plays,‛
Teaching sociology, 18(2), 1990, 223-225. 42
V. Cook, Second Language Learning and Language Teaching (London: Hodder
Arnold, 2001), 7. 43
J.C. Richards dan T.S. Rogers, Approaches and Methods in Language Teaching
(Cambridge: Cambridge University Press, 1983), 49. 44
Kenneth A Bruffel, ‚Collaborative Learning: Some Practical Models‛ in College
English, (1973), 634-643. 45
V. Cook, Second Language Learning and Language Teaching (London: Hodder
Arnold, 2001), 52. 46
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran, 11. Lihat juga Imam Suyitno, Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing: Teori, Strategi, dan Aplikasi Pembelajarannya (Yogyakarta: CV Grafika Indah, 2005), 8.
8
karenanya bahasa Arab perlu dipelajari sebagai alat untuk memahami ajaran agama
yang bersumber dari kitab suci al-Qur’an; b) Agar bisa berinteraksi dengan
masyarakat Arab dengan menggunakan percakapan bahasa Arab baik ’a>miyah
maupun fush}a>,; c) sebagai alat yang dapat digunakan dalam memahaminya karya-
karya Ulama dalam bahasa Arab.47
Oleh karena itu aspek pembelajaran menyangkut subjek belajar dalam hal ini
motivasi siswa atau mahasiswa merupakan aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan. Motivasi keagamaan, misalnya, disinyalir belum sepenuhnya
menjadikan sebuah pembelajaran menjadi efektif, begitu juga motivasi syurga,
dengan memberikan iming-iming bahwa di Syurga nanti orang yang masuk syurga
berbahasa Arab.48
Padahal, masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, tetapi
kalau diteliti dari sekian orang yang bisa dan mau belajar bahasa Arab hanya
sebagian kecil saja. Terlebih lagi jika belajar bahasa Arab diorientasikan untuk
memahami Al-Quran karena cukup banyak terjemahan-terjemahan, dan karya-karya
yang ditulis dengan bahasa Arab sudah cukup banyak yang dialihbahasakan.49
Meskipun demikian, tidak dipungkiri bahwa kemampuan membaca al-Quran bagi
pembelajar akan banyak berperan dalam mempelajari al-Quran, karena setelah
pembelajar bisa membaca al-Quran maka dia telah memiliki salah satu modal
dalam membaca. Meskipun ketika ditanya ‚apakah anda bisa berbahasa Arab?‛
maka spontan menjawab, ‚saya tidak bisa berbahasa Arab‛, meskipun ia bisa
membaca al-Quran dengan baik.
Karena itu perlu pemetaan yang lebih akurat terhadap motivasi belajar
bahasa Asing itu sendiri.50
Motivasi itu kemudian dioriantasikan kepada
keumumam atau kekhususan tujuan pembelajaran tersebut. Itulah sebabnya bahasa
Arab untuk tujuan umum (general purpouse) atau tujuan khusus (spesific purpouse) perlu ditentukan sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Motivasi belajar bahasa Arab dapat menjadi indikator pada tinggi atau
rendahnya kebutuhan terhadap bahasa Arab itu sendiri. Hal ini sering menjadi
perdebatan bagi para peneliti dan pakar pembelajaran bahasa Asing tentang faktor
apa yang sesungguhnya paling berperan dalam menentukan keberhasilan belajar
bahasa Asing. Ada yang menyatakan bahwa motivasi pembelajar yang paling
dominan, ada yang membantah dengan beragumentasi bahwa faktor kelas yang
paling dominan, ketika kelas belajar hidup dan aktif maka terlepas dari ada atau
tidaknya motivasi maka belajar akan sukses, dan sebagainya. Ini penting, karena
keberhasilan belajar bahasa Arab akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor ini.
47
‘Abdul Ha>di Buta>lib, ta’li >m wa tali>m al-lughah al-‘arabiyah wa thaqa >fa>tiha> (Maroko: Arabian al-Hilal, 1994), 11.
48 Rushdi Ahmad T}u’aimah, Ta’li>m al-Lughah Li ghair al-Na>t}iqi>na biha> (Raba>t:
ISESCO, 1989), 31-32. 49
S Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad 20 (Bandung: Shinta
Dharma, 1976), 20. 50
Imam Suyitno, Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing: Teori, Strategi, dan Aplikasi Pembelajarannya, 73.
9
Bahkan, devotivasi belajar bahasa Arab dapat terjadi karena aspek-aspek
pembelajaran yang kurang baik.
Dalam konteks linguistik terapan, beberapa dekade ini, pendekatan linguistik
terkait dengan pembelajaran bahasa Asing masih senantiasa terus dianalisis dan
dikembangkan. Sebagai contoh, analisis kontrastif (anakon) dan analisis kesalahan
(anakes) sering digunakan oleh para pengajar dan peneliti bahasa Asing.51
Bahkan
mengklaim bahwa dengan analisis kontrastif maka kesulitan dalam pembelajaran
dapat diprediksi sehingga dapat diantisipasi.52
Pada proses pembelajaran, kesulitan
belajar dapat dihindari. Bahkan, Carl James mengklaim bahwa analisis kontrastif
merupakan solusi dalam yang terbaik dalam pembelajaran bahasa Asing.53
Akan
tetapi, perlu ditinjau ulang bahwa setiap pendekatan memiliki kelebihan sekaligus
kekurangannya masing-masing, sehingga tidak semua problema pembelajaran
bahasa Asing dapat diatasi dengan analisis kontrastif (anakon) saja.
Contoh lainnya, Di Jepang, misalnya, untuk kasus bahasa Inggris sebagai
bahasa Asing yang dipelajari, yang lebih dominan adalah menggunakan analisis
kebutuhan (needs analysis), karena dilihat dari struktur kata dan bentuknya, bahasa
pertama yang digunakan pembelajar sangat jauh bedanya dengan bahasa Inggris
yang dipelajari. Artinya, bahwa Anakon tidak mampu menembus problema
pembelajaran di sana. Karena itu, yang ditekankan pada pembelajaran bahasa
Inggris adalah untuk tujuan akademik, bisnis dan tujuan khusus.54
Dalam hal ini,
strategi pembelajaran lah yang harus lebih dititikberatkan.
Di China, Chang Jie menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa
Inggris, otonomisasi di kelas sangat dibutuhkan oleh pembelajar.55
Itulah sebabnya,
penekanan pada aspek psikologis pembelajar sangat diperhatikan. Karena itu,
prinsip-prinsip humanistik harus lebih dikedepankan dibanding aspek-aspek
lainnya. Aspek psikologis itu di antaranya adalah aspek motivasi dalam diri
pembelajar. Hasil penelitian yang dilakukan Bo Wang, menemukan bahwa
motivasi bukanlah satu-satunya faktor penentu hasil belajar, terutama belajar
bahasa Asing.56
Ia menyarankan agar Pengajar bahasa Asing memilih pendekatan
yang lebih baik dalam pembelajaran di kelas agar mampu memperbaiki kemampuan
bahasa Asing bagi pembelajar. Menurutnya, di China, banyak sekali pembelajar
51
S Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad 20 (Bandung: Shinta
Dharma, 1976), 34. 52
Zaini Machmoed, ‚Proses dan Evaluasi Pembelajaran dan Pengajaran Kompetensi
Komunikatif,‛ dalam Warta Scientia, No. 49. Th. XVIII, April 1990, 5-7. 53
Chatibul Umam, Problematika Pengajaran Bahasa Arab, 13. 54
Bosher & Smalkoski, 2002; Brown et al., 2007; Cowling, 2007; Edwards, 2000;
Jasso-Aguilar, 2005. 55 Chang Jie, ‚English Learner Needs Analysis: A Case Study of Beijing Institute of
Petrochemical Technology (BIPT)‛, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3 No. 1; January 2013, 181.
56 Bo Wang, ‚Motivation and Language Learning‛, dalam Asian Social Sciens
journal, Vol. 5, No.1, January 2009, 98. Web. 17 Mei 2010. http://www.
ccsenet.org/journal.html/.
10
yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar bahasa Inggris.57
Karena kemampuan
yang baik dalam bahasa Inggris akan membantu mereka dalam memperoleh
pekerjaan, membangun hubungan internasional dan bisa belajar ke luar negeri.
Menurutnya, motivasi belajar bahasa Asing bukan hanya integratif dan
instrumental saja, melainkan motivasi tugas.58
Ini berarti ada kebutuhan yang
tinggi terhadap bahasa Inggris tersebut sehingga belajarnya maksimal.
Adapun, kajian-kajian kebahasaan, seperti SAC (Self Acces Centre) yaitu
belajar mandiri tanpa pengajar, lalu muncul istilah AL (Autonomous Learning) yakni belajar secara otonomi tetapi tetap ada peran guru di dalamnya,
59 merupakan
teori atau pendekatan yang berbasis pada realitas pembelajaran itu sendiri. Karena
itu, motivasi merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Ada berbagai
pendapat dalam masalah motivasi. Gardner60
menekankan bahwa motivasi
merupakan faktor mendasar dalam belajar bahasa Inggris.61
Statemen ini
mendukung Lambert (1972), Brown (1980) dan Harmer (1983) yang membagi
motivasi itu menjadi instrumental dan integratif.62
Pentingnya motivasi dalam pembelajaran bahasa Asing, selain memunculkan
teori-teori belajar, juga menambah perdebatan panjang tentang motivasi itu sendiri,
apakah motivasi internal ataukah eksternal yang lebih dominan. Oleh karena itu,
beberapa peneliti melakukan survey tentang motivasi belajar bahasa Asing,
misalnya, Wynne Harlenn & Ruth Deakin Crick (2003) melihat bahwa motivasi
merupakan konsep yang sangat kompleks mencakup minat belajar, meliputi harga
diri, kemanjuran diri, usaha, regulasi diri, penguasaan lokasi dan orientasi sasaran.63
Sebaliknya, tes yang dilakukan terhadap siswa dapat berdampak negatif pada
motivasi belajar. Karena itu, motivasi setidaknya harus didasarkan pada tiga aspek;
(1) Motivasi dan emosi yang berhubungan langsung dengan belajar yaitu institusi,
keyakinan, daya tarik, tujuan dan kebiasaan berpikir, (2) Kreativitas pembelajar,
yang memacu motivasi intrinsik dalam belajar, (3) Upaya dan latihan terbimbing.64
57
Bo Wang, Motivation and Language Learning, 99. 58
Bo Wang, Motivation and Language Learning, 99. 59
Rod Ellis, ‚Educational Settings and Second Language Learning‛, Asian EFL Journal. Volume 9, 2007, http://www.asian-efl-journal.com/Dec, 2007.
60 R.C. Gardner, Social Psychology and Second Language Learning: The Role of
Attitudes, (London: Edward Arnold, 1985), 23. 61
Motivasi merupakan penentu sukses atau gagalnya belajar bahasa Inggris di
Perguruan Tinggi. Karena itu, motivasi dalam pembelajaran bahasa Asing mutlak
diperlukan. Dengan motivasi integratif dan instrumental, bukan hanya tujuan pembelajaran
saja yang bisa dicapai melainkan sikap dalam memperlakukan bahasa itu sendiri. 62
Motivasi integeratif adalah motivasi yang berdasarkan pada kultur pemakai
bahasa. Gardner, Social Psychology and Second Language Learning: The Role of Attitudes,
23.
63
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor psikososial dan lingkungan alamiah
pembelajar. Wynne Harlenn & Ruth Deakin Crick, Test and Motivation For Learning
(London: Routledge, 2003), 173. 64
Wynne Harlenn & Ruth Deakin Crick, Test and Motivation For Learning, 174.
11
Statemen ini dapat dipahami bahwa motivasi bukanlah sesuatu yang frigid, tetapi
sesuatu yang kompleks menyangkut proses atau imbas dari motivasi itu sendiri.
Alvyda Liuolienė dan Regina Metiūnienė dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa motivasi yang paling baik adalah otonomisasi dalam proses
pembelajaran.65
Ini menunjukkan bahwa kebebasan dalam proses pembelajaran akan
dapat memupuk motivasi, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai. Crookes dan Schmith (1991) membantah Gardner dengan menyatakan
bahwa motivasi belajar bahasa kedua meliputi empat ranah yaitu: level mikro,
ruang kelas, silabus dan faktor luar kelas.66
Ini berarti bahwa motivasi belajar
bukanlah sesuatu yang frigid, sehingga setelah motivasi diketahui dan kebutuhan
belajar bahasa asing tersebut dipetakan maka komponen pembelajaran lainnya
segera disesuaikan.
Di Indonesia, pengajaran bahasa Arab telah berlangsung sejak masuknya
Islam yang dibawa oleh saudagar muslim. Mula-mula yang diajarkan adalah agar
pemeluk Islam dapat melaksanakan ibadah (shalat) dan membaca ayat-ayat al-
Quran. Untuk itu metode abjadiyah (alfabetic method) adalah metode yang paling
tepat. Kemudian, setelah penganut Islam telah dapat membaca al-Quran, maka
yang dibutuhkan adalah memahami isi dari al-Quran itu, maka metode gramatika
terjemah (qawa>‘id wa tarjamah) digunakan.67
Tujuannya adalah untuk memahami
ajaran Islam, adapun aspek bahasa Arab yang ditekankan adalah nah}wu dan s}arf. Pada awal abad ke 19 pembelajaran bahasa Arab di beberapa perguruan Islam
modern mulai diterapkan metode langsung (t}ari>qah muba>shirah) atau direct method. Pengunaan metode ini mulai diterapkan di Padang Panjang oleh Ustaz
Abdullah Ahmad di Madrasah Adabiyah (1909), dua bersaudara yakni Zaenuddin
Labay El-Yunusi dan Rahman labay El-Yunusiyah, Diniyah Putra (1915) dan
Diniyah Putri (1923), lalu Ustadh Mahmud Yunus, Normal School (1931)
kemudian ditumbuhkembangkan oleh K.H Imam Zarkasyi di Kulliyatul Mu’allimin
al-Islamiyah Gontor Ponorogo. Al-Hasil, dalam waktu 6 tahun lulusannya dapat
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab baik secara lisan maupun
tulisan.68
Kendalanya, bentuk ketiga tersebut belum dapat diserap oleh sebagian
besar Perguruan Islam, karena lebih mempertahankan metode sebelumnya, tetapi
ada juga yang menggabungkan kedua bentuk. Selanjutnya, bentuk pengajaran
bahasa Arab di lembaga formal dalam hal ini madrasah-madrasah dan sekolah-
sekoah umum. Hal ini disinyalir sebagai bentuk pengajaran yang tidak menentu.69
Kondisi ini berlangsung hingga Departemen Agama merekomendasikan agar
65
Alvyda Liuolienė, Regina Metiūnienė, Second Language Learning Motivation,
diakses 17 Mei 2010, dari jurnal Santalka. Filologija. Edukologija. 2006, T. 14, Nr. 2. ISSN
1822–430X print 1822–4318 online, 96 66
Crookes, G., & Schmidt R. W. ‚Motivation: Reopening the Research Agenda.‛
Language Learning, 41(4), (1991), 469-512. 67
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat,
2005), 28-29 68
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi..., 30 69
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi...,32
12
dilakukan gradasi sehingga jenjang tingkat dasar digunakan pendekatan Aural-oral
Approach dan integrated system, dengan metode mimicry-memorization dan
patern-practise. Sedangkan untuk tingkat menengah sama dengan tingkat
dasardisamping pendekatan polysystemic. Sedangkan untuk tingkat lanjut
digunakan metode langsung dan metode gramatika-terjemah.70
Pada awal abad ke 21 pengajaran bahasa Arab di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, di madrasah-madrasah pada tahun 2003
mulai menggunakan metode ‚active learning dengan pendekatan Jigaw, metode
pengumpulan informasi, metode analisis dan praktik.71
Bahkan dengan
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006/200772
bahasa Arab telah diajarkan di berbagai SMA di tanah air.
Di beberapa perguruan tinggi Islam juga dilakukan terobosan dan innovasi
dalam pemblajaran bahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Arab
mahasiswa. Misalna, di UIN Maliki Malang menyelenggarakan PKBA bagi
mahasiswa baru semua Jurusan dan mewajibkan mereka tinggal di Asrama selama
satu tahun dngan jumlah jam 15 js perminggu. Demikian juga di STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari dengan mengadakan matrikulasi bagi mahasiswa baru semua
Jurusan selama satu tahun. Mereka (semester I-II) selama satu tahun mempelajari
bahasa Arab dan Inggris, tujuannya agar keterampilan berbahasa Arab dapat
meningkat sehingga mahasiswa dapat membaca, menerjemahkan, dan menelaah
literatur berbahasa Arab dan Inggris.73
Di IAIN Raden Fatah juga pernah dilakukan program khusus pembelajaran
bahasa Asing yakni bahasa Inggris dan bahasa Arab selama satu tahun. Mereka
hanya belajar bahasa Inggris dan bahasa Arab dan matakuliah dasar yakni Aplikasi
komputer. Hal ini dilakukan agar mahasiswa baru semua Jurusan bisa lebih fokus
untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab dan Inggris. Program itu
dilaksanakan oleh konsorsium Dosen Bahasa Arab (KDBA) IAIN Raden Fatah
Palembang, bekerja sama dengan fakultas-fakultas untuk kegiatan pembelajaran di
Kelas.74
Kondisi itu berlangsung stabil dan berjalan kondusif selama lebih kurang
dua tahun. Sayangnya setelah itu, program itu tidak dilanjutkan karena tiba-tiba
langsung diambil alih oleh Fakultas masing-masing, dan Konsorsium pun tutup.
Hingga saat ini pembelajaran bahasa Arab dilaksanakan di fakultas-fakultas
dengan alasan untuk disesuaikan dengan kebutuhan prodi masing-masing. Dari
hasil pengamatan peneliti, tampaknya proses ini berlangsung seperti tidak ada
persoalan, karena dosen dapat melaksanakan tugasnya memenuhi kewajiban
70
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi..., 32. 71
Dirjen Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama
Islam pada sekolah Umum, Kurikulum Berbasis kompetensi Kegiatan Pembelajaran Bahasa
Arab Madrasah Tsanawiyah (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Penma, edisi Juni 2003), 48-52 72
E.Mulyasa, KTSP (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), 11. 73
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab; Teori dan Aplikasinya,
(Yogyakarta: Teras, 2011), 25. 74
Hasil Wawancara dengan Ketua Konsorsium Dosen Bahasa Arab (KDBA),
Drs.H.M Isa Anshory Mutha’al, LC, M.Hum, 2014.
13
pedagogis sesuai ketentuan, demikian juga dengan mahasiswa dapat menyelesaikan
perkuliahan dan memperoleh haknya. Namun ketika diteliti dengan seksama
ternyata, kemampuan mahasiswa dalam bidang bahasa Arab sangat minim.
Jangankan menerjemahkan atau memahami teks Arab, membaca dengan kaidah
nyang benar saja sangat sulit dan kebanyakan yang enggan. Dalam hal percakapan
pun hanya menanyakan kabar seperti: ‚kaifa h}a>luk ?‛ mereka menjawab, ‚bi khair
alhamdulillah‛, namun selebihnya sudah lupa semua.75
Atau ketika peneliti
mengalami sendiri ketika mengajar, dalam appersepsi (mengulas materi yang lalu)
kebanyakan mereka sudah lupa atau tidak dapat menyebutkan kembali materi yang
telah lalu. Maka peneliti tertarik untuk menanyakan, ‚apakah bahasa Arab itu
sulit?‛ mereka menjawab, ‚Iya‛. Lalu bagian atau komponen apanya yang sulit?
Mereka menjawab, ‚semuanya‛. Yang paling sulit adalah menghafalkan kosa kata
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada kata-kata bahasa Arab (s}arf). Fenomena ini hemat peneliti merupakan indikasi dari sulitnya belajar bahasa
Arab dalam aspek linguistik dan non-linguistik.76
Untuk itu berbagai pendekatan
dan analisis dalam meneropong persoalan tersebut muncul dengan latar belakang
linguistik yang beragam. Sebagai contoh, Analisis Kontrastif (contrastive Analysis= tah}li>l al-taqa>buli>) yang berasumsi bahwa kesulitan belajar bahasa Asing
adalah karena perbedaan antara bahasa pertama (bahasa pertama) dengan bahasa
yang dipelajari (bahasa kedua). Kemudian ada Analisis isi (content Analysis) yang
menganalisis isi dari struktur bahasa. Di samping itu jika pemakai bahasa sasaran
terjadi kekeliruan (kesalahan) maka disebut dengan Analisis Kesalahan (error Analysis = tahlil al-Akht}a’). Selain itu, kesenjangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran baik menyangkut pengajar, pembelajar maupun pembelajaran itu
sendiri maka diduga tidak sesuai dengan kebutuhan maka Analisis Kebutuhan (need Analysis=tahlil al-ihtiya>ja>t) diperlukan dalam menganalisis prioritas-prioritas yang
dibutuhkan dalam target belajar bahasa.
Tidak terkecuali dalam pembelajaran bahasa Arab, analisis kebutuhan
dipandang sebagai dasar dalam merancang desain pembelajaran melalui kurikulum
atau silabus. Karena bahasa Arab sebagai bahasa Asing, tidak dapat dibedakan
kedudukannya dengan bahasa Inggris, terutama bagi pembelajar Indonesia.77
Rancangan ini kemudian melahirkan istilah bahasa Arab untuk tujuan khusus, yang
dalam bahasa Inggris yaitu ESP (English For Specifik Purpouses)78, maka dalam
bahasa Arab adalah ASP (Arabic for Spesific Purpose) atau lebih dikenal dengan
75
Hasil wawancara awal kepada beberapa mahasiswa semester V, 2014. 76
Aspek linguistik seperti tulisan, tata bunyi, kosa kata dan struktur kalimat, adalah
struktur bahasa itu sendiri, sedangkan spek non-linguistik adalah aspek-aspek Pembelajaran
meliputi latar belakang mahasiswa, metode mengajar dosen, materi ajar, media/fasilitas
belajar, perhatian pengelola institusi. Wa Muna, Metodologi Pembelajaran..., 41. 77
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 11.
78 Lia Angela S. Sofyan, ‚Pengajaran ESP pada Tingkat Perguruan Tinggi,‛ dalam
Linguistik Indonesia, thn. I No. 1, Januari 1983, 4-5.
14
Pembelajaran Khusus Bahasa Arab (PKBA) dan bahasa Arab untuk tujuan umum
(AGP=Arabic for General Purpouse) atau belajar bahasa untuk bahasa itu sendiri.
Aspek-aspek yang terlibat dalam pembelajaran bahasa mengacu pada
beberapa parameter atau ukuran sebagai berikut: analisis situasi79
(analisis yang
terfokus pada parameter umum program bahasa Arab) dan analisis kebutuhan
komunikatif (analisis yang terfokus pada kebutuhan komunikatif atau kemudahan
pemahaman terhadap bahasa Arab, khususnya bagi para pembelajar bahasa Arab).80
Faktor-faktor yang terlibat dalam analisis situasi antara lain: 1) faktor proyek, 2) faktor institusi, 3) faktor pengajar, 4) faktor pembelajar, 5) faktor sosial, 6) faktor adopsi.81
Dalam linguistik umum, cakupan analisis kebutuhan dalam program bahasa
Arab meliputi:
Pertama, Analisis Situasi, meliputi beberapa pertanyaan yang diajukan antara
lain: 1) siapakah pembelajar bahasa Arab tersebut?, 2). Apa tujuan dan harapan
pembelajar?, 3). Gaya belajar apa yang lebih disukai pembelajar?, 4). Mahirkah
pengajar bahasa arab tersebut?, 5),Siapa pengajar bahasa Arab tersebut?, 6).
Pelatihan dan pengalaman apakah yang dimilliki pengajar?, 7). Pendekatan
mengajar apa yang disenangi pengajar?, 8). Apakah yang diharapkan pengajar dari
program pengajaran bahasa tersebut?, 9). Apakah konteks administratif program
itu?, 10). Kendala apakah yang muncul dalam pembelajaran?, 11). Tes dan
penilaian apa yang diperlukan?82
Pertanyaan-pertanyaan itu dapat direduksi
menjadi beberapa aspek yang terlibat dalam pembelajar yaitu aspek lembaga
(institusi), pengajar, pembelajaran dan pembelajar.
Kedua, analisis kebutuhan komunikatif83
yang meliputi beberapa pertanyaan:
1). Dalam latar belakang apa pembelajar memakai bahasa tersebut?, 2). Hubungan
peran apa yang terlibatkan?, 3). Keterampilan bahasa apa yang dilibatkan?,
4). Peristiwa komunikatif dan tindak tutur apa yang dilibatkan?, 5). Tingkat
kemahiran apa yang dikehendaki?84
Analisis kebutuhan komunikatif dapat
dikategorikan sebagai target situasi atau dalam konteks pembelajaran bahasa maka
situasi yang diinginkan dari situasi saat ini (Present Situation Analysis). Analisis
situasi yang telah dilakukan selanjutnya dijadikan rujukan sebagai dasar
penyusunan kurikulum dan silabus untuk mewujudkan tujuan dari sekolah atau
79
Analisis situasi ini mencakup dua aspek yakni situasi saat ini (Present Situation Analisis = PSA) dan analisis situasi target Ttarget Situation Analysis = TSA),
80 Zaini Machmoed, ‚Proses dan Evaluasi Pembelajaran dan Pengajaran Kompetensi
Komunikatif,‛ dalam Warta Scientia, No. 49. Th. XVIII, April 1990, 10-11. 81
J.C Richard, curriculum development in Language Teaching (New York:
Cambridge University Press, 2007), 93-104. 82
F. Mangubhai, "What Do We Know About Learning and Teaching Second
Languages: Implications For Teaching", Asian EFL Journal, Vol 8. 2006, 27. 83
Dalam linguistik disebut Communicative Needs Processor (CNP), 84
F. Mangubhai, "What Do We Know About Learning and Teaching Second
Languages: Implications For Teaching"..., 28.
15
akademi.85
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dirumuskan menjadi item-item
pertanyaan lain, misalnya: siapa pengajar bahasa itu?, pelatihan-pelatihan apa yang
pernah diikuti? Metode apa saja yang digunakan? Buku ajar apa yang menjadi
rujukan?, bagaimana sikap dan motivasi pembelajar? Apakah sistem kredit
Semester (SKS) layak untuk sebuah program bahasa?, apa saja kesulitan belajar
bahasa Arab? Keterampilan apa yang dikehendaki? Gaya mengajar apa yang
disukai pembelajar? Bagaimana pandangan stake holder?, dll. Atau dapat direduksi
menjadi minat dan motivasi apa pembelajar mempelajari bahasa tersebut, metode
apa yang digunakan, materi apa yang disampaikan, bagaimana fasilitas belajar dan
hasilnya seperti apa.
Perkembangan buku ajar yang digunakan di Indonesia membuat isu-isu
tentang pembelajaran bahasa Arab menjadi variatif, mulai dari model-model
pembelajaran, metode-metode yang dikembangkan, materi ajar yang disampaikan,
dan sebagainya. Buku-bukuy yang dipergunakan di sekolah-sekolah, madrasah dan
perguruan tinggi cukup baik, ada beberapa bahan ajar yang ditulis oleh para pakar
bahasa Arab Indonesia antara lain: 1) Durus al-Lughah al-‘Arabiyyah, Karya
Mahmud Yunus, terbitan Hidakarya Jakarta, cet. 28 tahun 1980, 2) Al-‘Arabiyyah bi al-Namadhij karya A.R. Partosentono, dkk. terbitan Bulan Bintang Jakarta, cet. I
tahun 1976 dan cet. terbaru tahun 2007. 3) al-‘Arabiyyah Li T{ullab al-Jami’ah
karya Chatibul Umam dkk. terbitan Darul Ulum Press Jakarta, cet. I 2003 dan cet.
Terbaru 2004. 4) Buku Pelajaran bahasa Arab MA karya Aziz Fakhrurrozi dkk,
terbitan Departemen Agama Jakarta, tahun 1999. 5) Pelajaran Bahasa Arab untuk
Madrasah Aliyah, karya HD. Hidayat, terbitan Toha Putra Semarang, mulai 1984
hingga cet. terakhir 2007 di mana cetakan 2007 dilengkapi dengan latihan
menyimak. 6) Dars al-Lughah al-‘Arabiyyah, untuk MA (Juara I Lomba Buku Ajar
Guru MA Tingkat Nasional) karya Zainuri Siroj, terbitan Aneka Ilmu Semarang,
tahun 2006, dan masih banyak lagi buku ajar bahasa Arab yang lain.
Banyaknya buku ajar yang muncul dan ditulis oleh para pakar bahasa Arab di
Indonesia, menunjukkan bahwa perhatian terhadap bahasa Arab di Indonesia cukup
tinggi.86
Keberadaan sejumlah buku ajar ini, diharapkan akan menjadi upaya untuk
mengajarkan bahasa Arab dengan pendekatan yang lebih mengakar dengan budaya
dan lingkungan kehidupan pembelajar. Bahkan, untuk menghindari kejenuhan
dalam belajar bahasa Asing adalah dengan memanfaatkan media87
Namun
kenyataannya, masih banyak yang tidak berkesempatan mempelajarinya, karena
faktor kebijakan di sekolah-sekolah atau institusi-institusi yang kurang memiliki
perhatian terhadap bahasa Arab sehingga menyebabkan minimnya kapasitas
kebahasaarabannya.
85
J. C. Richard, Curriculum Development..., 198. 86
Lihat Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran, 75-91.
87 Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Malang
Press, 2009), 19. Lihat Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran, 91. Abdul Wahab Rosyidi, memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, 2011), 128.
16
Selain itu, masih banyak bahan ajar yang bisa dijadikan sumber belajar dalam
pembelajaran bahasa Arab. Karya – karya selain karya orang Indonesia, bahan ajar
yang masuk dan digunakan di Indonesia orang Arab sendiri cukup banyak antara
lain: (1) Al-‘Arabiyyah li al-Na>shi’i>n (1983) ditulis oleh Muhammad Isma>‘il S}hi>ni>
dan diterbitkan atas kerja sama Menteri Pendidikan Kerajaan Arab Saudi dengan
Universitas Riya>d}, konon buku ini telah digunakan secara luas di Indonesia
terutama di Pondok-pondok pesantren hingga di perguruan tinggi-perguruan tinggi
Islam88
bahkan juga di lembaga-lembaga kursus hingga saat ini; (2) Linguaphone
(1991) oleh Fuad H. Megally dan diterbitkan oleh Linguaphone Institute Limited
London; (3) Al-’Arabiyyah Baina Yadaika (2003) oleh Abd al-Rah}man ibn Ibra>h>m
al-Fauzan dkk.89
yang diterbitkan oleh Mu’assasat al-Waqaf al-Isla>mi> Riya>d}; (4)
Silsilah Al-‘Arabiyyah Lighair al-Na>t}iqi>na biha>, disunting oleh ‘Abd Allah ibn
Ha>mid al-Ha>mid dan Team, diterbitkan Ja>mi‘ah al-Imam Muhamad ibn al-Su’u>d al-
Isla>miyyah Riya>d} tahun 1414 H/1994 M, sementara untuk cetakan pertama
Indonesia tahun 1422/2000 oleh Lembaga Dakwah dan Ta‘lim Jakarta. Buku ini
terdiri dari empat mustawa> (tingkatan) yaitu mustawa> awwal 6 jilid, mustawa> tha>ni> 10 jilid, mustawa tha>lith 13 jilid, dan mustawa> ra>bi‘ 15 jilid; (5) kurang dari 10
negara tujuan antara lain Spanyol (sebagai penerbit), Turki, Malaysia, Rusia,
Indonesia, Prancis, Inggris, Jerman, Portugis, dan Italia.90
Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa negara-negara tersebut termasuk ke bahasa
Indonesia. Selain bahan ajar bahasa Arab di atas, masih banyak lagi bahan ajar
bahasa Arab yang lain yang masuk dan tersebar di Indonesia, namun paling tidak
bahan ajar-bahan ajar di atas, merupakan bahan ajar yang banyak digunakan baik di
sejumlah pondok pesantren dan perguruan tinggi di Indonesia.
Perhatian pemerintah di Indonesia sendiri terhadap pengembangan bahasa
Arab cukup baik, ini terlihat pada penerbitan sejumlah buku ajar bahasa Arab dan
pemberlakuan mata pelajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah baik dari tingkat
MI, MTs maupun MA sebagai mata pelajaran wajib.91
Bahkan, bahasa Arab
menjadi bahasa asing pada jurusan bahasa yang diajarkan pada sekolah-sekolah
umum terutama di tingkat SMA pada beberapa masa.
Akan tetapi, problematika dalam pembelajaran bahasa Arab masih terus
terjadi dan bergantung pada fokus dan lokus masing-masing daerah. Salah satu
insitusi yang mengemban pembelajaran bahasa Arab di Indonesia adalah perguruan
tinggi Agama Islam.92
Oleh karena itu para pimpinan perguruan tinggi melalui
bidang pembinaan bahasa, senantiasa berupaya mencari format yang representatif
88
Lia Angela S. Sofyan, ‚Pengajaran ESP pada Tingkat Perguruan Tinggi,‛ dalam
Linguistik Indonesia, thn. I No. 1, Januari 1983, 34. 89
Abd al-Rah}man ibn Ibra>h>m al-Fauzan dkk, Al-‘arabiyah baina yadaika, (Madinah:
2000) 90
Akhmad Munawari, Pengajaran nah}wu (Surabaya: Nurma Media, 2006). 91
Chatibul Umam, Problematika Pengajaran Bahasa Arab, 50. 92
Lia Angela S. Sofyan, ‚Pengajaran ESP pada Tingkat Perguruan Tinggi,‛ dalam
Linguistik Indonesia, thn. I No. 1, Januari 1983, 10.
17
dalam pengembangan bahasa tersebut.93
Tak terkecuali IAIN Raden Fatah
Palembang. Sebagai salah satu perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri yang
terletak di Sumatera Selatan, sudah berulang kali mencoba menerapkan model
pembelajaran bahasa Arab dari satu waktu ke waktu.94
Namun, problematika pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing masih
saja ada.95
Analisis kontrastif yang dianggap mampu memprediksi kesulitan belajar
bahasa, ternyata tidak cukup efektif dalam mengatasi problema pembelajaran
bahasa Arab tersebut.96
Itulah sebabnya, peneliti tertarik untuk menulis disertasi
tentang pembelajaran bahasa Asing di Indonesia untuk kasus bahasa Arab di salah
satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yaitu IAIN Raden Fatah Palembang.
Adapun dugaan sementara bahwa pembelajaran bahasa Arab kurang efektif karena
tidak didasarkan pada kebutuhan pembelajar dengan judul ‚Analisis Kebutuhan
dalam Pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden Fatah Palembang‛>.
B. Identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah
1. Identifikasi Masalah
- Kurikulum dan silabus yang digunakan tidak seragam sehingga dapat
menyebabkan perbedaan quality frame (bingkai kualifikasi) dan orientasi
pembelajaran bahasa Arab. Mayoritas tidak dapat diimplementasikan
dalam pembelajaran di kelas.
- Ketentuan tentang jumlah SKS untuk bahasa Arab yang digunakan tidak
sama tergantung kebijakan masing-masing fakultas dan masih sangat
minim, sehingga menyebabkan perbedaan target dan penyajian
matakuliah bahasa Arab.
- Secara instruksional, pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing
belum sepenuhnya menganut prinsip-prinsip pembelajaran aktif dan
menyenangkan97
sebagaimana ditradisikan dalam pembelajaran bahasa
lainnya. Banyak di antaranya yang menggunakan metode klasik.
93
S Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad 20, 60. 94
Team Dirjen Bimas Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 29.
95 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran,
15. 96
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran, 16. Lihat juga Zaini Machmoed, ‚Proses dan Evaluasi Pembelajaran dan Pengajaran
Kompetensi Komunikatif,‛ dalam Warta Scientia, , 8. 97
Joyful Learning adalah pembelajaran menyenangkan yang dirancang untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan efektif. Lihat Aziz Fahrurozi
dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing: Metode Tradisional dan Kontemporer (Jakarta: Bania Publishing, 2010), 225. Terdapat lima rumusan tentang menyenangkan: 1)
bangkitnya minat, 2) keterlibatan penuh pembelajar di dalam proses pembelajaran, 3)
terciptanya pemaknaan, 4) pemahaman terhadap materi dan 5) terdapat nilai yang
membahagiakan. Jika kebahagiaan/ suasanan menyenangkan tercipta dalam pembelajaran
18
- Masih banyak dosen yang terjebak pada persoalan gramatikal, sehingga
pembelajaran bahasa Arab berorientasi pada penghafalan kaidah-kaidah
tata bahasa Arab.
- Motivasi98
dalam pembelajaran mutlak diperlukan adanya, tetapi
bagaimana motivasi itu diperlakukan secara psikologis untuk memperoleh
kompetensi bahasa secara optimal belum ditemukan format yang baik.
Bahkan sesulit apa pun belajar bahasa Arab jika motivasinya baik maka
kesulitan tidak dirasakan. Namun, latar belakang pendidikan dan
kelompok prodi tertentu memiliki motivasi masih relatif rendah.
- Minat99
dalam belajar bahasa Arab masih cenderung masif dan tidak
berdampak pada orientasi pembelajaran bahasa Arab. Sehingga metode
dan aspek lain dalam pembelajaran kurang diperhatikan.
- Fasilitas belajar bahasa Arab yang tersedia sama halnya dengan
matakuliah lainnya, bahkan ketersediaan fasilitas seringkali tidak
mencukupi kebutuhan belajar.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah: ‚Bagaimanakah konsep
Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Kebutuhan mahasiswa di IAIN Raden Fatah
Palembang?>‛
Permasalahan penelitan ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan:
- Bagaimanakah tingkat kebutuhan belajar dan urgensi belajar bahasa
Arab bagi mahasiswa IAIN Raden Fatah Palembang?
- Sejauhmana signifikansi antara kebutuhan Belajar dan urgensi belajar
bahasa Arab dengan hasil belajar bahasa Arab bagi mahasiswa?
- Mengapa terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan urgensi belajar
bahasa Arab dianalisis dari hasil belajar bahasa Arab?
maka efektifitas belajar dapat diwujudkan. Lebih lanjut baca Hernowo, 2005, 19 – 23, baca
juga Dryden dan Vos, Cara Belajar: Belajar akan efektif Kalau Anda dalam Keadaan Fun (Bandung: Kaifa, 2000), 25
98 Dorongan kebutuhan, atau semacam power yang menyebabkan munculnya
keingina untuk belajar bahasa. Baik motivasi instrumental (karena alasan faedah atau
manfaat bahasa) maupun integratif (agar bisa berintegrasi dengan masyarakat penguna
bahasa) keduanya merupakan faktor penting dan menentukan efektifnya pembelajaran.
Lihat Burt, Dulay, Marina K Burt, Stephen Krashen, Language two (New York: Oxford
University Press, 1982), 47, lihat juga R.C. Gardner dan W.E Lambert, Attitude and Motivation in Second Language Learning (New Bury House: Rowley, Mass, 1972), 14.
Akan tetapi terkait dengan sikap belajar pembelajar bahasa, motivasi integratif erat
kaitannya dengan sikap reseptif dibanding motivasi instrumental yang memiliki sikap
defensif. Lihat E.W Stevick, My understanding of: Teaching Language: A way and ways‛.
In On TESOL (1976), 111 99
Minat juga merupakan faktor internal pembelajar yang berpengaruh pada proses
belajar bahasa Asing. Semakin tinggi minat seseorang dalam belajar bahasa Asing maka
semakin jelas orientasi belajarnya. Lihat Dick W. & Carey L.. The systematic design of instruction (Illinois, Glenview: Scott, Foresman and Company, 1937)
19
- Faktor apakah yang paling menentukan dalam mempengaruhi proses
dan hasil pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden Fatah Palembang?
3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa IAIN Raden Fatah Palembang
pada tahun 2014 tahun angkatan 2013/2014. Aspek-aspek yang diteliti adalah dari
mahasiswa dalam belajar bahasa Arab adalah kategori kebutuhan mereka.
Kemudian komponen pembelajaran yang diteliti adalah metode mengajar dosen,
materi ajar, fasilitas belajar dan hasil belajar mahasiswa. Pengelola institusi juga
diwawancarai untuk diketahui komitmen kelembagaan dan perhatiannya dalam
memfasilitasi proses berlangsungnya pembelajaran bhasa Arab. Selain itu, dosen
juga merupakan sumber data yang memberikan informasi tentang proses
pembelajaran bahasa yang berlangsung dan harapan aau keinginan yang ideal.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebutuhan belajar
mahasiswa yang paling dominan dan urgensi belajar bahasa Arab bagi mahasiswa
IAIN Raden Fatah Palembang. Selanjutnya menganalisis hasil belajar dan aspek-
aspek yang mempengaruhi hasil belajar meliputi metode, materi ajar dan fasilitas
belajar. Setelah menganalisis sebab-sebab terjadinya kesenjangan (kebutuhan)
dalam pembelajaran bahasa Arab maka penelitian ini menawarkan konsep/desain
bagaimana semestinya pembelajaran bahasa Arab itu dilakukan. Tujuan penelitian
ini sejalan dengan prinsip-prinsip analisis kebutuhan. 100
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para edukator, pembelajar,
dan peneliti kebahasaan, terutama pada bahasa Asing.101 Pada aspek pembelajaran
bahasa sebagai ranah linguistik terapan (al-lisa>niya>t al-tat}bi>qiyah), perkembangan
mental dalam pemerolehan bahasa (the process of language acquisition) menjadi
aspek yang penting102
sehingga kebekuan dalam memilih metode, materi dan media
pembelajaran bahasa Asing, sebagai akibat pengabaian terhadap komponen-
komponen pembelajaran dan orientasi belajar bahasa Arab, secara signifikan dapat
100
Sebuah pendekatan yang mengacu pada kesenjangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran tersebut untuk kemudian dibuat desain baru yang dinilai lebih efektif, sesuai
dengan hasil analisis tersebut. Virginia Joki, ‚So Who Needs Analysis?‛, The English Journal, Vol. 57, No. 4 (Apr., 1968), 570.
101 Sebagaimana tujuan dalam penelitian yakni menjelaskan, memprediksikan atau
mengontrol fenomena melalui kegiatan sistematis dan metode ilmiah, lihat Emzir,
Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), 3. 102
Perkembangan usia dari satu masa ke masa lainnya perlu diperhatikan untuk
mendesain model pembelajaran yang sesuai. Chomsky dan Miller menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki LAD (Language Acquisition Device), yang memungkinkan mereka untuk
memperoleh bahasa secara alamiah dan akan membentuk kompetensi linguistik melalui
proses proses kompetensi dan performansi, lihat Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoritik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 169
20
diselesaikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek prioritas sesuai dengan
analisis kebutuhan.103
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini signifikan bagi pengembangan kurikulum dan
desain pembelajaran bahasa Arab berdasarkan analisis kebutuhan di Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam yang memiliki kesamaan karakteristik pada level
kemahasiswaannya. Pengembangan proses pembelajaran bahasa Arab berdasarkan
teori-teori linguistik yang dikembangkan oleh para linguis sebelumnya diharapkan
akan lebih bermanfaat.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pengembangan proses pembelajaran bahasa Arab pada institusi yang diteliti, dalam
hal ini IAIN Raden Fatah Palembang yang kini sudah menjadi UIN Raden Fatah
Palembang, mulai dari perencanaan kurikulum bahasa Arab, silabus dan materi
pembelajaran bahasa Arab agar kemampuan bahasa Arab bagi mahasiswa dapat
distandardisasi.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya
Mohammed Mohideen Obeidat104
dalam penelitannya membuktikan bahwa
motivasi dan sikap yang positif terhadap bahasa kedua merupakan faktor
pendorong belajar bahasa kedua. Hasil penelitian ini juga senada dengan Svanes
(1987) dan Dornyei (1990) yang menunjukkan bahwa faktor luar (instrumentally) dan (integrativeness) membuat mereka respek terhadap masyarakat pemakai
bahasa kedua tersebut dan manfaat memiliki kemampuan bahasa kedua.105
Bo Wang, menyimpulkan bahwa para edukator seharusnya selalu
memperbaiki efisiensi mengajarnya, karena kelas belajar akan kondusif dengan guru
yang baik. Menurutnya dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pembelajar
bahasa Inggris bagi orang China – motivasi bukan satu-satunya faktor yang
103
Needs analysis adalah analisis yang dilakukan untuk melihat kebutuhan atau
kesenjangan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diprediksi langkah-langkah yang
perlu dilakukan terkait dengan orientasi pembelajaran yang diharapkan. 104
Dalam artikelnya, Attitudes and Motivation in Second Language Learning,
Journal of Faculty of Educational (2005), Mohammed Mohideen Obeidat, berdasarkan hasil
penelitiannya terhadap mahasiswa Malaysia mulai tahun angkatan pertama sampai tahun ke
empat, membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin, latar belakang orang tua dan
profisiensinya tidak berpengaruh pada kecenderungan belajar bahasa kedua. Dalam hal ini,
Motivasi belajar bahasa Arab bagi pelajar Malaysia lebih bertendensi pada koneksi antara
Malaysia dan Arab. Artinya bahwa mereka tertarik pada belajar bahasa Arab sebagai bahasa
kedua karena dapat berbahasa dua merupakan kebanggaan tersendiri, disamping bahwa
mereka menyukai kultur Arab (Islam:red). 105
Dornyei, Test and Motivation in second language learning and teaching (2009),
36
21
berpengaruh pada pemerolehn bahasa kedua. Faktor-faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah aptitude, attitude, cognitive style dan learning strategi.106 Tristan Lay,
107 menyatakan kebanyakan mahasiswa Taiwan tertarik dengan
belajar bahasa, karena pentingnya kemampuan berbicara aneka bahasa dapat
membawa mereka pada posisi bergengsi pada masa ini di Taiwan. Bahasa Asing
perlu lebih ditingkatkan karena kebutuhan di masa globalisasi. Pengalaman-
pengalaman menarik dalam belajar bahasa berdampak positif bagi perbedaan
bahasa dan dapat lebih apresiatif terhadap bahasa-bahasa secara umum. 108
Selain
itu efek umum yang positif adalah pentingnya motivasi belajar bahasa orang lain.
Motivasi bagi pembelajar merupakan orientasi dan tujuan dari belajar bahasa
kedua.109
Ini menandakan bahwa pembelajar yang lebih sukses adalah ketika belajar
bahasa target menjadi seperti suatu komunitas, dimana mereka saling berinteraksi
secara integratif (terpadu) dan bahasa itu digunakan secara proporsional.110
Inilah
yang dapat meningkatkan level profisiensi bahasa pembelajar, melalui komunitas
yang tercipta, mereka dapat berinteraksi dengan bahasa target. Dengan ini
lingkungan atau bî’ah merupakan faktor penting yang terlibat dalam motivasi
integratif dalam pembelajaran bahasa asing (L2).111 Gardner dan Lambert motivasi
integratif dipandang lebih penting dalam pengajaran formal daripada motivasi
instrumental.112
Bagaimanapun, yang penting dicatat adalah motivasi instrumental dalam
beberapa penelitian, merupakan faktor signifikan dalam kesuksesan belajar bahasa
di satu sisi, mempelajari bahasa secara integral perlu melibatkan diri dalam satu
106
Wang, dalam Jurnal Asian Social Science (2009) 107
Dalam The motivation for learning German in Taiwan. A pilot study on the
foreign language-specific motivation of Taiwanese learners of German, meneliti mahasiswa
Taiwan yang belajar bahasa Jerman (didownload dari Http//zip.spz.tu-darmstadt/de/jg-13-
2/beitrag/lay6.htm) tanggal 9 Juni 2009.
108
Pada saatnya akan berdampak pada kompetensi fungsional dan kompetensi
komunikatif yang masing-masing bermuara pada kompetensi patisipatif, interaksional dan
akademik, kemudian berlanjut pada kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana dan
strategik. Lebih lanjut lihat Tarigan, pengajaran Kompetensi bahasa (Bandung: Angkasa,
2009), 29-49. 109
Burt, Dulay dan Krashen, Language Two (New York: Oxford University Press,
1982), 47. 110
Ada dua bentuk lingkungan bahasa yang dapat diciptakan: lingkungan bahasa
Arab formal dan informal. Secara formal lingkungan bahasa yang dimaksud adalah dalam
kegiatan di kelas pada saat pembelajaran bahasa Arab, sedangkan lingkungan non formal
adalah menciptakan lingkungan Arab seperti sungguhan. Dalam hal ini, dapat dibentuk
komunitas-komunitas bahasa Arab, kawasan wajib bahasa, pekan bahasa Arab, dsb. Lihat
Ahmad Fuad Efendi, Metode pengajaran Bahasa Arab, 168-171 111
Untuk mewujudkan sebuah lingkungan bahasa perlu political will dari stake
holder untuk menekankan pentingnya hal tersebut, mengingat karakteristik pembelajar dan
pengajar yang berbeda-beda. Fu’ad Efendi, 171 112
R.C Gardner dan W.E Lambert, Attitudes and Motivation in Second Language (Rowley, Mass: New Bury House, 1972), 14.
22
komunitas, dan menjadikan bahasa sebagai instrumen dalam berbagai even juga
perlu dipikirkan.113
Braj Kachru (1977) dalam Brown (2000) juga menemukan
bahwa di India, bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, sesuatu yang luar
biasa, pembelajar bahasa kedua sukses dengan motivasi instrumentalnya.
Brown (2000) membuat catatan penting bahwa integratif dan instrumental
bukanlah keperluan semata-mata.114
Jarang sekali pembelajar bahasa memilih
motivasi belajar bahasa kedua, tetapi yang sering terjadi, menurut pengamatannya,
mereka lebih berkombinasi dan berorientasi di dalamnya. Ia mengambil contoh,
mahasiswa yang belajar di Amerika, belajar bahasa Inggris untuk kepentingan
akademik, juga secara bersamaan bisa beritegrasi dengan masyarakat dan budaya
bangsa. Ketrampilan secara integratif dalam hal ini sangat diperlukan.115
Upaya penyederhanaan kaidah-kaidah bahasa Arab (tabsi>t qawa>‘id al-‘arabiyah) dalam Modern Standar Arabic (MSA), perlu dilakukan mengingat
konteks pembelajaran bahasa Asing pada ranah ini adalah berorientasi pada
kemampuan verbal, sehingga ketidaksesuaian dalam kaidah ketatabahasaan tidak
mutlak diperdebatkan.116
Ini dilakukan untuk menghindari ketakutan (arabic pobhia) pembelajar bahasa Arab akan kesulitan bahasa bidang qawa>‘id, terlebih jika
konteks budaya lokal secara faktual mentolelirnya.117
Hal ini menunjukkan bahwa
Struktur bahasa Arab sekarang perlu disederhanakan dan secara global harus
diposisikan dalam linguistic modern.
Akan tetapi upaya ini perlu disikapi para guru bahasa, mengingat
kemungkinan terjadinya miskonsepsi yang terjadi pada pembelajar bahasa kedua
(L2) karena karakteristik yang berbeda antara budaya dan bahasa pembelajar
bahasa,118
terutama pada pembelajaran bahasa Arab klasik (normatif), yang
berorientasi pada tata bahasa baku.119
Karena itu perlu dibedakan antara belajar
113
Lukmani (1972) found that an instrumental orientation was more important than
an integrative orientation in non-westernized female learners of L2 English in Bombay. The
social situation helps to determine both what kind of orientation learners have and what
kind is most important for language learning. 114
Brown, Teaching By Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy (New York: Pearson Longman, 2007), 68-69
115 Brown, 284, lihat juga Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif (Jakarta: Kencana Media Group, 2012), 20. 116
Clive Holes, Modern Arabic: Structure, Function and Varieties, 59. 117
Lihat Nikolaĭ Vladimirovich shmanov, Moshe Perlmann, The structure of the Arabic language, Diterjemahkan oleh Moshe Perlmann, Diterbitkan oleh Center for Applied
Linguistics of the Modern Language Association of America, 1961, didownload dari Buku
asli dari University of Virginia 27 Sep 2007, diakses pada Juni 2009. 118
The Role of Ethno Lingual Relativity in Seconde Language Acquisition, James L
Citron, University of Paninsulla. Menyimpulkan bahwa relativitas ethno lingually yang
dimiliki oleh seseorang akan memfasilitasi belajar bahasa kedua. Karena itu, ia
menyarankan agar perbedaan individu, social psikologi, motivasi bahkan akulturasi dan
kompetensi merupakan faktor yang harus diteliti. 119
Classical Arabic, secara histories, dimulai sejak Pra-Islam sampai masa
Abbasiyah, termasuk Qur’anic Arabic, bercirikan normatif, sedangkan Modern Standard
23
bahasa untuk komunikasi dan belajar bahasa untuk pemahaman teks normativ
keagamaan (Al-Qur’an dan Hadis). Hal ini berarti pemilihan dan penggunaan
metode mengajar dosen perlu dilakukan secara proporsional agar belajar
berlangsung secara kondusif dan hasil belajar menjadi baik.
Beberapa penelitian yang dilakukan peneliti di Indonesia terkait dengan isu-
isu pembelajaran bahasa Arab cukup variatif, misalnya Tesis Ulfiah judul Sistem
Pembelajaran kemahiran bahasa Arab di jurusan Bahasa dan Sastra Arab fakultas
adab dan ilmu budaya UIN yogyakarta, 2012, berkesimpulan bahwa tujuan utama
pembelajaran bahasa adalah fungsi keempat keterampilan sebagai alat komunikasi
baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran kemahiran bahasa Arab secara spesifik
diklasifikasikan ke dalam empat mata kuliah yaitu, fahmul masmu>‘, ta’bi>r shafawi>, qira>’ah dan kita>bah. Hasilnya, 1) sistem pembelajaran melibatkan komponen-
komponen: dosen, mahasiswa dan kurikulum terpisah nazariyah furu‘, 2) proses
pembelajaran kemahiran bahasa cukup baik mengarah pada konstruktivisme dan
tercipta suasana efektif, 3) masih terdapat kesulitan bagi mahasiswa dalam
memahami materi yang beragam, karena input tidak diklasifikasikan sejak awal,
dosen belum memahami karakter mahasiswa, namun civitas akademikan
menginisiasi diadakan belajar kelompok di luar jam kuliah dan latihan bahasa.
Penelitian Sabauddin Garancang120
, , berkesimpulan bahwa perbedaan latar
belakang pendidikan mahasiswa sebelum melanjutkan kuliah di PTAI menjadi salah
satu penyebeb kendala pembelajaran bahasa Arab. mahasiswa yang berasal dari
aliyah atau aliyah khusus berkemampuan lebih baik dibanding yang
berlatarbelakang umum. Implikasinya, placement test harus dilakukan untuk
mengklasifikasikan kelas, metode, kurikulum dan sumber daya tersendiri.
Penelitian Isof Safei121
, di UIN Bandung, model PBA di PTA berkesimpulan
bahwa model pembelajaran berbasis konstruktif lebih efektif daibanding model
pembelajaran konvensional. Metode ini juga bisa meningkatkan kinerja dosen
karena waktu lebih efektif, pembelajaran lebih konsentrasi, aktivitas lebih
terkontrol.
Yufi Muhammad Nasrullah, 2007, Relevansi metode langsung pada
pengajaran bahasa Arab tingkat perguruan tingi, berkesimpulan bahwa metode
langsung saja tidak cukup untuk mengatasi problema pembelajaran bahasa Arab,
karena setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan, karena itu perlu mencari
alternatif metode yang sesuai dengan kemampuan guru dan metode dan bahan
ajar.122
Nanin sumiarni, pembelajaran bahasa Arab bagi pemula di pBB IAIN syekh
nurjati cirebon, 2014 berkesimpulan bahwa problema PBA bagi mahasiswa antara
Arabic adalah bahasa Arab yang digunakan saat ini. Para tokoh modern berupaya mengikuti
pola tatabahasa klasik sebagaimana ditulis Sibawaih dan kamus klasik semisal Lisan al-Arab oleh Ibnu Manz}u>r.
120Jurnal Sosio Religia, Vol.9 mei 2010, diakses pada Juli 2014
121 Dalam jurnal 2012,
122 Jurnal pendidikan universitas Garut vol.1 no.1 2007 diakses pada Juli 2014
24
lain dilatarbelakangi oleh asal sekolah 87,5 % yang tidak pernah belajar bahasa
Arab hanya 25% yang menyukai bahasa Arab.123
Analisis kebutuhan sesungguhnya telah digunakan sejak lama.124
Namun,
dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran bahasa Asing, terlebih lagi
bahasa Arab, belum banyak digunakan.125
Akan tetapi secara umum, analisis
kebutuhan senantiasa dilakukan dalam penyusunan kurikulum pendidikan. Artinya,
unsur ini merupakan sesuatu yang penting dalam pembelajaran.
Analisis kebutuhan sering digunakan dalam bisnis dan perusahaan.126
Selain
itu, dalam penyusunan kurikulum, ia selalu dijadikan sebagai data awal.127
Akan
tetapi, dalam pembelajaran, analisis kebutuhan ini sering diabaikan oleh pengajar,
pembelajaran berlangsung tanpa memperdulikan realitas dan harapan pembelajar.
Di dalam kurikulum terdapat silabus yang disusun dalam satuan acara perkuliahan
(SAP) dalam perkuliahan dan diurai dalam Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).
Analisis kebutuhan dalam pembelajaran bahasa Inggris di Jepang, misalnya,
menghasilkan target capaian berupa keahlian (skill) staf manajerial di perusahaan.
Di universitas salah satu kota di padang menghasilkan ESP (English a Spesific Purpouse), yakni belajar bahasa Inggris untuk keterampilan khusus. Namun
penelitian tentang analisis kebutuhan dalam pembelajaran bahasa Arab belum
banyak dijumpai. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menganalisis kebutuhan
pmbelajaran bahasa Arab.
Terkait dengan masalah keterampilan bahasa, seorang pembelajar bahasa
hendaknya mampu memperoleh keterampilan berbahasa Asing: yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
128 Pendapat di atas pun secara tersurat
menyatakan bahwa Psikolinguistik pun mempelajari pemerolehan bahasa oleh
manusia sehingga manusia mampu berbahasa.
Selama ini, dalam pembelajaran bahasa Asing, analisis kontrastif dan analisis
kesalahan merupakan pendekatan yang cukup trendi. Akan tetapi fenomena
demotivasi belajar bahasa Arab masih saja terjadi, terutama bagi pembelajar yang
123
Jurnal Hoistik vol 15 no.1, 2007. Diakses pada Juli 2014 124
Analisis kebutuhan dalam pembelajaran merupakan langkah awal dalam
merumuskan desain pembelajaran sebelum proses pembelajaran itu terjadi. Untuk
merumuskan kebutuhan perlu dilakukan beberapa tahapan. Glasgow menyebutkan 7
langkah: mulai dari pengumpulan informasi, identifikasi kesenjangan, analisis performansi,
identifikasi hambatan dan sumber, identifikasi karakteristik siswa, identifikasi prioritas dan
tujuan, perumusan masalah. Lihat Seels, Barbara dan Glasgow, Zita, Exercise in Instructional Design (Columbus: Merrii Publishing Company, 1990), 93.
125 Adapun yang sering terjadi adalah langkah pembuatan kurikulum yang berbasis
analisis kebutuhan, lihat Tarigan, Kurikulum bahasa (Bandung: Angakasa, 2010), 29 126
Analisis kebutuhan sering digunakan dalam Teknologi Informasi, dalam bisnis.
Dalam pemasaran sebuah media informasi seperti koran harian, biasanya selalu diawali
dengan survey kepada masyarakat tentang kebutuhan akan media tersebut. Selanjutnya
pihak penyedia memutuskan kebijakan sesuai kebutuhan yang ada tersebut. 127
Tarigan, Dasar-dasar Kurikulum Bahasa (Bandung: Angkasa, 2006), 90. 128
Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa (Bandung: Angkasa,
2009), 61-62.
25
memiliki kapasitas bahasa Arab yang rendah karena tidak pernah belajar bahasa
Arab sebelumnya, sehingga disorientasi pembelajaran bahasa Arab pun tidak dapat
dihindarkan.129
Analisis Kebutuhan dalam pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition) memiliki kaitan erat dengan belajar dan pembelajaran bahasa
tidak terlepas dari komponen-komponen dalam belajar dan pembelajaran antara
lain: pembelajar, pengajar, materi, tujuan, sarana, dan evaluasi.130
Keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh efektifnya peran masing-
masing komponen tersebut. Melalui pendekatan needs analysis, proses
pembelajaran diharapkan dapat berlangsung secara efektif dan sesuai dengan
orientasi belajar serta kompetensi yang diharapkan. Melalui analisis Kebutuhan
belajar bahasa Arab di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) untuk
kasus di IAIN Raden Fatah Palembang, pendekatan dan metode apa yang sesuai
dengan kondisi homogenitas dan heterogenitas input.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikategorikan berdasarkan pendekatan, tujuan,
teknik pengolahan data dan pelaksanaan penelitian. Berdasarkan pendekatan yang
digunakan, penelitian ini adalah gabungan (mixed research) antara kuantitatif dan
kualitatif.131
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metodologi penelitian
campuran antara kualitatif dan kuantitatif dengan skala likert untuk mengetahui
tingkat Analisis Kebutuhan dan pengaruhnya terhadap hasil belajar bahasa Arab
dan demografi untuk mengetahui kondisi faktual pembelajar bahasa Arab.132
Dengan pendekatan campuran antara kuantitatif dan kualitatif diharapkan
diperoleh gambaran yang baik tentang proses pembelajaran yang berlangsung
secara rinci sehingga dapat diprediksi prioritas pembelajaran yang diharapkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian ini, digunakan beberapa teknik antara lain
kuesioner, test, wawancara dan studi dokumen (dokumentasi).133
a. Kuesioner, yaitu menyebarkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan untuk memperoleh data tentang kondisi real pembelajaran di
IAIN Raden Fatah melalui hasil jawaban mahasiswa. Metode ini digunakan
untuk memperoleh gambaran tentang kebutuhan mahasiswa dalam belajar
bahasa Arab pakah menjadi kebutuhan normatif, kompetitif, rasa
kebanggaan, tambahan, masa depan atau kebutuhan mendesak. Selain itu
dengan angket tersebut diharapkan dapat memperoleh data tentang metode
129
Hasil observasi di lapangan kepada mahasiswa prodi umum di IAIN Raden Fatah
Palembang, 2014. 130
Tarigan, Pengajaran Kompetensi Bahasa (Bandung: Rineka Cipta, 2001), 37 131
Sebuah penelitian yang didasarkan pada konsep mutu (kualitas) atau bersifat
kualitatif bukan jumlah atau angka-angka. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, 143 132
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Al-Fabeta, 2007), 298 133
Emzir, Metodologi Penelitian, 19
26
mengajar dosen menurut mahasiswa, materi ajar dan fasilitas134
belajar yang
digunakan.
b. Test.135
Metode ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bahasa Arab
setelah mempelajari bahasa Arab.
c. Wawancara, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang komponen-
komponen pembelajaran dari responden langsung.136
Kepada para dosen
pengajar bahasa Arab, terkait dengan metode yang digunakan, materi ajar
yang disampaikan dan fasilitas yang tersedia. Wawancara juga dilakukan
kepada para pengelola lembaga yang bertanggung jawab atas institusinya.
d. Dokumentasi, suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya
maupun elektronik.137
Dalam hal ini, yang akan diteliti adalah kurikulum, dan
silabus yang digunakan pada prodi-prodi yang ada di fakultas, terkait dengan
pembelajaran bahasa Arab.
3. Pendekatan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan
kategori masing-masing sesuai dengan sifat dan kebutuhan. Metode yang
digunakan adalah metode kuesioner untuk memperoleh data tentang situasi saat
penelitian berlangsung dan wawancara yang dilakukan kepada para pegajar bahasa
Arab untuk memperoleh gambaran tentang metode yang digunakan, materi atau
bahan ajar yang dipakai, dan fasilitas belajar yang tersedia. Selain itu, peneliti
menggunakan metode test yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
mahasiswa. Data tentang aspek-aspek terkait dengan Analisis Kebutuhan yang
telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif menggunakan skala likert untuk
mengetahui tingkat Kebutuhan belajar dan urgensi bahasa Arab bagi mahasiswa.
Selain itu, metode mengajar, bahan ajar, fasilitas dan hasil belajar juga
dikategorikan menjadi tinggi sedang dan Rendah. Setelah diperoleh klasifikasi dan
kategori data tersebut kemudian dianalisis korelasi koefisiensi antara aspek-aspek
yang tersebut untuk memperoleh temuan tentang hubungan kebutuhan kebutuhan
134
Di Perguruan tinggi fasilitas dibagi menjadi dua: fisik dan non-fisik. Fasilitas fisik
meliputi ruang dan perlengkapan belajar di dalam kelas seperti buku ajar, media belajar,
laboratorium, dsb yang berfungsi menunjang proses pembelajaran berlangsung. Adapun
fasilitas non fisik berupa kesempatan, pendanaan dan berbagai aturan pimpinan
kelembagaan. Wa Muna, Metodologi Pembelajaran..., 33-34. 135
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti untuk
memperoleh gambaran tentang proses yang terjadi secara langsung di lokasi penelitian.
Lihat Black James dan Dean J Champion, Method an Issues in Social Research (New York:
Wiley and Sons Inc, 1976, 286-288. 136
Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti kepada responden.
Untuk memperoleh hasil wawancara yang efektif perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang
dapat merespons secara situasional dan penuh kepekaan. Lebih lanjut baca Emzir,
Metodologi Penelitian Pendidikan, 169-172 137
Dokumentasi adalah informasi yang tersimpan dalam form. Adapun yang tersedia
berupa budget, laporan-laporan, memo, arsip, dll.
27
belajar bahasa Arab, urgensi bahasa Arab, metode, materi ajar dan fasilitas belajar
dengan hasil belajar bahasa Arab. Data kualitatif diperlukan untuk menjelaskan
sebab-sebab terjadinya fenomena pada data kuantitatif dan prediksi alternatif dari
hasil penelitian ini.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek penelitian di mana data dapat diperoleh. Apabila
wawancara atau kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data penelitan
maka orang yang diwawancarai atau menjawab kuesioner adalah respoden.138
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah pembelajar bahasa Arab
(mahasiswa) dari beberapa fakultas dengan kategori prodi keagamaan, prodi umum,
prodi kebahasaaraban dan Kelas internasional sejumlah 134 dan dan dosen
(pengajar) di IAIN Raden Fatah Palembang. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah hasil kuesioner, wawancara, test dan dokumentasi. Adapun sumber
sekunder terdiri dari jurnal, surat kabar, disertasi atau Tesis yang berhubungan
dengan proses pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden Fatah ini. Adapun jenis
data penelitian ini adalah campuran antara kuantitatif dan kualitatif.139
5. Metode Analisis Data
Ada dua jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan sekala likert dan dihitung
menggunakan SPSS dengan analisis regresi linear sederhana. Sedangkan data
kualitatif dianalisis secara induktif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan
menggunakan metode induktif. Menurut Bogdan dan Biklen140
data yang telah
diperoleh dan terkumpul dalam pengamatan (observasi partisipan), wawancara dan
dokumentasi digambarkan kembali dalam penulisan secara kualitatif, yaitu
menggambarkan kembali sesuai data-data yang diperoleh di lapangan dan
menjelaskan serta menganalisa permasalahan yang diteliti dalam bentuk kalimat
yang diuraikan secara sistematis dengan berpedoman pada landasan teori yang
berhubungan dengan pembahasan untuk mencari pemecahan masalah.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu, mereduksi data (data reduction), menyajikan
data (data display), dan menyimpulkan data (data conclusion drawing/verification).141
138
Amirul Hadi dan H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2005), 135 139
Penelitian kualitatif didasarkan pada realitas yang subjektif, tidak bebas nilai,
informal, personal dan induktif. Lihat J.W Creswell, Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approach (London: Sage Publication, 2003), 6
140 Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Yogakart: 2010), 248
141 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D..., 246.
28
a. Data Reduction (Reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, data mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.142
Data yang direduksi dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan
dan hasil wawancara yang dilakukan dilokasi penelitian berupa data yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden Fatah Palembang,
menyangkut persoalan metode, materi ajar dan fasilitas belajar. Wawancara
dilakukan kepada para dosen dan pengelola institusi.
b. Data Display (Penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Penyajian data
yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.143
. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penyajian
informasi melalui bentuk teks naratif. Artinya data mengenai pelaksanaan
pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden Fatah Palembang akan disajikan peneliti
dalam bentuk cerita. Kemudian data tersebut diringkas dan disajikan dalam bentuk
kalimat yang dapat dimengerti oleh semua pihak. Misalnya, hasil wawancara dapat
dilampirkan namun inti atau isi disebutkan dalam uraian disertasi.
c. Conclusion Drawing/verivication Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan suatu penyimpulan disetiap makna yang
muncul dari data mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab di IAIN Raden
Fatah Palembang, guna mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.144
Metode
Kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak145
.
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, pembahasan disertasi ini dibahas secara bab perbab.
Bab pertama merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah. Bagian ini menggambarkan
bahwa dinamika pembelajaran bahasa Arab yang cukup signifikan, sehingga
142
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D..., 247. 143
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 326. 144
Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, Bandung: 2008), 56 145
Sugiyono, Statistik Non Parametrik (Bandung: Alfabeta, 2008), 9
29
menyebabkan berbagai pandangan dan perdebatan yang tajam dalam pembelajaran
bahasa Arab. Tujuan dan manfaat penelitian dijadikan pijakan awal untuk
melakukan analisis pokok permasalahan yang akan di teliti. Sedangkan tinjauan
penelitian terdahulu yang relevan bermanfaat untuk menempatkan posisi penelitian
ini dari kajian terdahulu. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan guna mempermudah dalam proses
pengumpulan dan analisis data. Sistematika penulisan untuk menggambarkan
secara menyeluruh keterkaitan satu bab dengan bab lainnya.
Bab kedua merupakan kajian teori yang membahas tentang teori analisis
kebutuhan untuk menggambarkan perspektif para linguis tentang Eksistensi
‚Analisis Kebutuhan‛ dalam Pendekatan linguistik, Cooperative learning dalam
Pembelajaran bahasa Arab, Pembelajaran efektif berbasis Kebutuhan Belajar.
Bab ketiga merupakan kajian inti awal dari penelitian ini yang menganalisis
situasi pembelajaran yang berlangsung di IAIN Raden Fatah Pelembang meliputi:
tingkat kebutuhan belajar bahasa Arab mahasiswa di IAIN Raden Fatah, urgensi
memahami bahasa Arab, metode yang digunakan dosen, materi ajar dan fasilitas
belajar serta hasil belajar bahasa Arab mahasiswa. Selanjutnya pada Bab ini akan
diuraikan korelasi koefisiensi antara aspek-aspek tersebut berdasarkan jenis
kelaminnya dan berdasarkan latar belakang prodi mahasiswa sehingga diperoleh
gambaran kongkrit.
Bab keempat, sebagai bagian dari bab inti kajian ini akan difokuskan pada
Target situasi (Target Situation Analysis=TSA) meliputi aspek-aspek pendukung
data bab sebelumnya terkait dengan situasi pembelajaran bahasa Arab meliputi :
komitmen institusi, akurasi metode dengan kondisi mahasiswa, materi ajar yang
sesuai dan fasilitas belajar yang representative serta konsep alternatif pembelajaran
efektif berdasarkan analisis kebutuhan pembelajar.
Bab kelima merupakan akhir dari bab inti penelitian ini yang akan
menjelaskan kesimpulan dari disertasi dan rekomendasi.