ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA...
Transcript of ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA...
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA
KARYA GRUP BAND WALI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Kom. I)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun Oleh:
Zamal Abdul Nasir
NIM. 208051000035
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
v
ABSTRAK
Musik merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana
untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat.
Meningkatnya minat masyarakat terhadap musik pada hari ini dapat dimanfaatkan
oleh para dai untuk menjadikan musik sebagai media komunikasi dakwah yang
cukup efektif. Dakwah melalui media musik ini antara lain dilakukan oleh group
musik pop papan atas Indonesia WALI Band. Selain menyalurkan bakat dan
mencari nafkah di bidang seni musik, para personel WALI yang nota bene berasal
dari latar belakang pendidikan pesantren dan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini juga menggunakan musik sebagai media dakwah dengan cara
menciptakan beberapa lagu-lagu bernafaskan Islam. Dengan cara demikian, para
audiens yang mendengarkan lirik-lirik lagu WALI diharapkan dapat mengetahui,
memahami dan menghayati pesan-pesan dakwah Islami yang terkandung di
dalamnya. Salah satu lagu religi WALI yang bernuansa dakwah adalah single
“Abatasa”. Tak lama setelah dirilis dan dijadikan sebagai theme song program
Ramadhan pada tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV, lagu “Abatasa” langsung
direspon positif oleh pasar industri musik Indonesia dan digandrungi oleh
masyarakat pecinta musik Indonesia.
Penelitian ini berupaya menjawab 2 (dua) pertanyaan utama, yakni: (1)
Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa karya group
band Wali?; dan (2) Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu
Abatasa karya group band Wali?
Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.
Subyek penelitian ini adalah para personil WALI Band dan objek penelitian ini
adalah isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu “Abatasa”. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan dua kesimpulan sebagai berikut: (1)
Lagu Abatasa memuat pesan-pesan dakwah yang berdimensi akidah, syariah dan
akhlak. Pesan akidah direpresentasikan dalam bagian Reff dan Song II yang
mengekspesikan simbol-simbol keislaman seperti “Tuhan”, “takwa”, “syurga”,
“mukmin” dan “haqqul yaqin”. Pesan syariah direpresentasikan dalam Song I
yang mengekspresikan simbol-simbol keislaman seperti “mushala”, “pengajian”
dan “belajar”. Pesan akhlak direpresentasikan dalam frase “mak minta izin” dan
“mak tolong izinin” dalam Song I; dan (2) Pesan utama yang paling dominan
dalam lagu Abatasa adalah pesan akidah. Wacana akidah yang sangat dominan
dalam lagu Abatasa ini dimaksudkan untuk memperkenalkan, menamkan dan
memperkuat akidah umat Islam, khususnya kalangan anak-anak Muslim.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pemilik Keindahan, yang telah
menganugerahkan kekuatan kreatifnya kepada manusia. Dengan segenap
kerendahan hati, penulis mengakui bahwa hanya dengan limpahan kasih sayang
dan kemurahannya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Pamungkas yang
selalu mengajarkan kepada umatnya untuk memuja keindahan dan mencintai
kedamaian. Semoga nilai-nilai keindahan, kebajikan dan cinta kasih yang
didakwahkan beliau senantiasa memberikan pencerahan bagi kehidupan umat
manusia dan bangsa Indonesia.
Merupakan suatu kebahagian bagi penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah dalam rangka penyelesaian studi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
proses penulisan skripsi ini, penulis telah melewati pelbagai kesulitan dan
hambatan yang penuh pelajaran bagi penulis. Alhamdulillah, berkat doa,
keyakinan, ketekunan dan usaha yang cukup maksimal pada akhirnya segala
halangan dan rintangan tersebut teratasi.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Skripsi ini juga
bukanlah suatu upaya hasil penulis seorang, tetapi juga meliibatkan bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
vii
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mencurahkan
segala perhatian dan bantuan selama penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Dr. Suparto, M.Ed,
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, MA,
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr.
Sunandar, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, selaku pembimbing yang telah
mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah
memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang
diberikan selalu bermanfaat disetiap kehidupan yang di arungi oleh
penulis.
5. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang memberikan kemudahan
dalam mengakses literatur-literatur yang dibutuhkan dalam rangka
penyelesaian skripsi ini.
6. Orang tua tercinta H. Moh. Nasir (almarhum) dan Hj. Siti Haroya,
yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan pengorbanan yang
viii
tak terkira serta memberikan fasilitas pendidikan dari kecil hingga
dewasa.
7. Mertua tercinta, H. Nasrul Haryanto dan Hj. Sriningsih, yang
senantiasa memberikan motivasi dan dukungan moril kepada penulis.
8. Kakak-kakak dan Adik tercinta Qoriyah Lili Awaliah, Isnaniah, dan
Nur Amaliah, yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.
9. Isteri tercinta Nuning Nassityrona, S.Pd, yang selalu memberikan
spirit, motivasi dan energi kreatif sehingga penulis dapat
merampungkan skripsi ini dan menyelesaikan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Para personel WALI, khususnya Faank, Apoy, Tomi dan Ovie, serta
keluarga besar WALI yang telah membantu penulis dalam melakukan
observasi dan riset lagu “Abatasa”.
11. Teman-teman PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmat
Hidayatullah, Iwan Buana FR, Sahirul Alim, Ahmad Furqon, Dodo
Murtado, Abdul Muis Shobri, Zamzami, Adli Fadli, Andri Poerwito,
yang senantiasa memberikan dukungan moril kepada penulis untuk
menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT dapat
membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal soleh di sisi-
Nya. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun, guna kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari
ix
bahwa di dalamnya masih banyak kekurangan. Semoga karya ilmiah yang
sederhana ini dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, 23 Mei 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 15
A. Analisis Isi .................................................................................... 15
1. Pengertian Analisis Isi ............................................................ 15
2. Pendekatan Analisis Isi ........................................................... 16
x
3. Macam-macam Analisi Isi ...................................................... 18
B. Dakwah ......................................................................................... 20
1. Pengertian Dakwah ................................................................. 20
2. Subyek dan Obyek Dakwah .................................................... 23
3. Tujuan Dakwah ....................................................................... 24
4. Pesan Dakwah ......................................................................... 26
5. Metode Dakwah ...................................................................... 38
6. Media Dakwah ........................................................................ 44
C. Musik dan Lagu ............................................................................ 47
1. Pengertian Musik dan Jenis-jenis Musik ................................ 47
2. Pengertian Lagu dan Unsur-unsur Lagu ................................. 48
D. Dakwah Melalui Musik dan Lagu ................................................ 51
BAB III GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI ................................. 56
A. Sejarah WALI ............................................................................... 56
B. Biodata Personil WALI ................................................................ 60
C. Diskografi WALI .......................................................................... 62
D. Prestasi WALI ............................................................................... 67
E. Lembaga Sosial WALI ................................................................. 69
F. Dakwah Musikal WALI ................................................................ 75
G. Gambaran Umum Lagu Abatasa ................................................... 77
xi
BAB IV PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA ........................... 80
A. Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa ............................... 80
1. Pesan Akidah .......................................................................... 81
2. Pesan Syariah .......................................................................... 85
3. Pesan Akhlak .......................................................................... 91
B. Isi Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu
Abatasa .......................................................................................... 94
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 96
A. Kesimpulan ................................................................................... 96
B. Saran ............................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 99
LAMPIRAN ............................................................................................................ 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bentuk kesenian Islam yang tengah mengalami perkembangan
pesat dalam arena budaya populer di Indonesia adalah musik Islami. Musik Islami
telah menjadi salah satu sub-genre musik pop dalam industri musik Indonesia.
Produk-produk musik Islami tersebut diproduksi dan dikemas dalam pelbagai
format baik digital maupun non-digital dan didistribusikan secara luas oleh para
pelaku bisnis dari pelbagai sektor industri seperti perusahaan rekaman, agensi
artis, telekomunikasi, media massa dan media elektronik. Produk-produk musik
Islami ini biasanya mulai memenuhi acara-acara di televisi, radio dan media-
media lainnya sepanjang bulan Ramadhan.
Fenomena perkembangan musik Islami ini terutama diwakili oleh album-
album musik pop religi yang dirilis oleh sejumlah musisi atau grup band
pengusung aliran pop rock yang sudah memiliki popularitas di blantika musik
Indonesia, seperti Gigi, Opick, Ungu, Wali dan sebagainya. Grup band Gigi
pernah merilis album “Raihlah Kemenangan” menjelang Ramadhan tahun 2004
dan mendulang sukses di pasar industri musik Indonesia. Dengan irama lebih
menghentak, paduan rock, punk hingga new wave, yang merupakan ciri khas
mereka, album religi dengan kemasan baru seperti itu sukses menarik perhatian
generasi muda. Pada tahun-tahun berikutnya, Gigi kembali merilis sejumlah
album religi setiap kali menjelang bulan Ramadhan, antara lain album “Raihlah
2
Kemenangan” Repackage (2005), album “Pintu Sorga” (2006), album “Jalan
Kemenangan” (2008), single album “Beribadah Yuk” (2009), album “Amnesia”
(2010), dan single album “Pemimpin dari Sorga” (2011).1
Musisi lain, Opick, juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 2005,
Opick merilis album religi bertajuk “Istighfar”. Sebulan pertama setelah dirilis,
album tersebut mampu mencetak doubel platinum dengan penjualan lebih dari
300 ribu kopi. Setelah itu, Opick kembali meluncurkan sejumlah album religi
setiap kali menjelang bulan Ramadhan, antara lain album “Semesta Bertasbih”
(2006), album “Ya Rahman” (2007), album “Cahaya Hati” (2008), album “Di
Bawah Langit-Mu” (2009), album Shallu „Ala Muhammad (2010), dan album
“The Best of Opick” (2011). Kesuksesan Opick salah satunya ditunjang oleh
warna musik yang disuguhkannya. Musisi yang memiliki latar belakang sebagai
seorang rocker ini memperluas unsur-unsur musik nasyid, yang selama ini identik
dengan musik akapela, sehingga menjadi komposisi yang jauh lebih variatif.2
Grup band lain yang juga cukup konsisten menggarap album religi adalah
Ungu. Pada tahun 2006, Ungu merilis sebuah mini album untuk menyambut
Ramadhan 1427 H bertajuk “SurgaMu”. Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak
dirilis, mini album SurgaMu telah terjual sebanyak 150 ribu keping. Dalam satu
1 Lihat Denny Sakrie, “Musik Religi (Lagi)”, dalam
http://www.bengkelmusik.com/forum/f46/musik-religi-t3104, diakses pada tanggal 13 Desember
2013; “Tiga Belas Tahun Perjalanan Musik Gigi”, dalam
http://www.gigionline.com/v2/profile.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan Adib
Hidayat, Gigi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009). 2 Lihat “Opick”, http://id.wikipedia.org/wiki/Opick, diakses pada tanggal 13 Desember
2013; “Opick Ya-Rahman”, http://datasharing.wordpress.com/2011/02/21/opick-ya-rahman/,
diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Opick: Penyanyi Religius Yang Pernah Hidup
Menggelandang”, http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=9939, diakses pada tanggal 13
Desember 2013; dan Aunur Rofik Lil Firdaus, Opick: Oase Spiritual Dalam Senandung (Jakarta:
Hikmah, 2006).
3
bulan, mini album SurgaMu telah memperoleh double platinum untuk penjualan
di atas 300.000 keping. Pada tahun-tahun berikutnya, Ungu terus merilis sejumlah
album religi, antara lain mini album “Para Pencari-Mu” (2007), album “Aku dan
Tuhanku” (2008), album “Maha Besar” (2009), single album “Doa untuk Ibu”
(2010), dan single album “Kupinang Kau Dengan Bismillah” (2011).3
Selain Gigi, Opick dan Ungu, band lain yang kerap merilis album religi
adalah Wali. Grup band yang sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai pencetak rekor download RBT terbanyak dan tercepat
pada tahun 2010 ini pernah merilis album religi bertajuk “Ingat Shalawat” pada
tahun 2009 dan single album “Tobat Maksiat” pada tahun 2010 dan “Abatasa”
pada tahun 2011. Singel Tobat Maksiat dan Abatasa sempat mendulang
popularitas sepanjang tahun 2011 karena dijadikan sebagai “theme song” untuk
sinetron “Islam KTP” dan program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi
SCTV.
Wali adalah salah satu group band yang mengusung lagu pop melayu.
Group band ini berdiri pada tanggal 31 Oktober 1999 di Jakarta dengan nama
Fiera. Karena memiliki hobi yang sama di musik, para personel Fiera sama-sama
berkomitmen untuk berjuang di dunia musik. Setelah melalui perjuangan yang
cukup panjang sekitar sembilan tahun, akhirnya band ini berhasil mengeluarkan
album perdana pada tahun 2008 yang berjudul “Orang Bilang” dan muncul
3 Lihat “Album Religi Ungu Terjual 150 Ribu Keping Dalam 10 Hari”, dalam
http://musik.kapanlagi.com/berita/album-religi-ungu-terjual-150-ribu-keping-dalam-10-hari-
o6gcm10.html, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Ungu (Grup Musik)”, dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Ungu_(grup_musik), diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan
Trinity Optima Production, Official Book of Ungu: Penguasa Hati (Jakarta: Kawan Pustaka,
2009).
4
dengan nama band barunya, yaitu Wali. Band ini terdiri dari empat personil, yakni
Faank (vokal), Apoy (gitar), Ovie (keyboard), dan Tomy (drum). Seluruh personil
group band Wali notabene berlatarbelakang pendidikan pesantren dan sempat
mengenyam kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada tahun 2011, band ini sempat diangkat sebagai Duta Pesantren oleh
Kementerian Agama Republik Indonesia.4 Dengan latar belakang tersebut, maka
tak mengherankan jika Wali dapat menciptakan lagu-lagu pop religi yang menarik
minat masyarakat Indonesia. Para personel Wali nampaknya menyadari bahwa
lagu-lagu pop religi yang diciptakannya dapat digunakan sebagai media dakwah
atau sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat dengan
cara yang menghibur, mudah dicerna dan tidak menggurui.
Dakwah sendiri adalah seruan atau ajakan keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman keagamaan dan tingkah laku saja, tetapi juga menuju
sasaran yang lebih luas. Oleh karena itu, dakwah membutuhkan metode tertentu
agar pesan-pesan yang hendak dikomunikasikan dapat dicerna oleh audiens.
Metode dakwah merupakan cara seorang juru dakwah untuk mengajak manusia
kembali ke jalan yang benar berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis. Metode dakwah
4 Lihat “Trend Lagu Religi di Bulan Ramadhan”, dalam
http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses pada
tanggal 13 Desember 2013; “Single Abatasa Wali di Posisi 1 Weeekly Top 10 Flexy Tone”, dalam
http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_1_Weeekly_Top
_10_Flexy_Tone, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; “Wali, Single Religi Abatasa”
http://www.nagaswarafm.com/wali-single-religi-abatasa.php, diakses pada tanggal 13 Desember
2013; dan “Wali Ubah Citra Pesantren”, dalam
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=98375, diakses pada tanggal 13 Desember
2013.
5
harus selalu mengalami modifikasi sesuai perkembangan zaman dan teknologi,
serta menggunakan pendekatan-pendekatan dari berbagai disiplin ilmu agar dapat
aktual, rasional dan efektif. Pada saat ini, dakwah harus disampaikan secara lebih
efektif dengan menggunakan pelbagai media informasi dan komunikasi yang telah
berkembang pesat.
Salah satu media yang bisa digunakan untuk berdakwah adalah seni
musik. Seni adalah salah satu unsur penting dalam sistem kebudayaan. Melalui
kesenian manusia mampu memperoleh saluran untuk mengekspresikan
pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya. Di antara jenis
kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik adalah salah satu cabang
seni yang disampaikan melalui nada dan irama. Musik memiliki daya komunikasi
massa yang tinggi dan seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
yang mengandung masalah kehidupan sosial sehari-hari. Dalam dakwah Islam,
musik merupakan bagian dari media dakwah yang bisa menjadi daya tarik bagi
pendengarnya. Al-Izzu bin Salam, seperti yang dikutip oleh Toha Yahya Umar,
mengatakan, “adapun nyanyian yang dapat mengingatkan orang kepada akherat,
tidak mengapa bahkan sunnah.”5
Metode dakwah melalui musik ini mengingatkan kita pada cara-cara yang
pernah dilakukan oleh Wali Songo dan para penyebar Islam di Nusantara. Dalam
sejarah penyiaran Islam di Nusantara, banyak reportase yang meriwayatkan
bahwa para pendakwah Islam kerap memanfaatkan seni sebagai medium ampuh
dalam mendiseminasikan ajaran agama. Peranan penting seni dalam penyebaran
5 Toha Yahya Umar, Hukum Seni Musik, Suara, Tari Dalam Islam (Jakarta: Wijaya,
1983), h. 144.
6
agama Islam ini, misalnya, dapat dilihat dari kesaksian seorang ahli sejarah Islam
abad ke-15 M, Syaikh Zainuddin al-Ma„bari. Dalam Tuhfah al-Mujâhidîn, sebuah
buku yang memuat laporan tentang penyebaran Islam di India dan Asia Tenggara,
al-Ma‟bari menghikayatkan bahwa keberhasilan dakwah Islam di wilayah ini
banyak dibantu oleh pembacaan kisah Nabi Muhammad SAW yang dinyanyikan
dengan indah. Fakta historis tersebut bahkan masih dapat kita saksikan sampai
saat ini, di mana pembacaan riwayat Nabi dengan cara dinyanyikan, seperti pada
pembacaan Kasidah Burdah, Kasidah Barjanji, Syair Rampai Maulid, dan
sebagainya senantiasa dipraktikkan oleh masyarakat Muslim Indonesia di pelbagai
daerah.6
Banyaknya minat masyarakat akan seni musik pada saat ini menjadikan
musik sebagai penyampaian pesan dakwah yang cukup efektif. Demikianlah yang
dilakukan oleh group band Wali. Selain menyalurkan bakat dan hobi mereka di
bidang seni musik, Wali juga menggunakan musik sebagai media dakwah, yakni
menyampaikan ajaran-ajaran Islam melalui dunia yang mereka geluti. Ini salah
satu cara mereka untuk menyampaikan pesan-pesan Islami kepada masyarakat.
Dengan cara begitu, audiens yang mendengar atau meghafal lirik lagunya
diharapkan dapat mengetahui dan memahami pesan-pesan Islami yang terkandung
di dalam lirik-lirik lagu mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji isi
pesan lagu “Abatasa” grup band Wali. Lagu ini mendorong anak-anak untuk
6 Lihat Rahmat Kemat, “Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi”,
dalam http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-legasi_26.html,
diakses 12 Januari 2014.
7
semangat mengaji atau menuntut ilmu dan memuat pesan-pesan tentang akidah,
ibadah dan muamalah. Dalam lagu ini, pengarang menyatakan bahwa Allah
adalah Tuhan semua muslim dari yang kaya sampai yang miskin. Pengarang juga
mengajak audiens untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan berharap
agar amal ibadahnya diterima oleh Allah sehingga bisa masuk surga. Selain itu,
pengarang juga menyebut istilah “haqqul yaqin” yang jika dikaji secara mendalam
memiliki makna yang sangat luas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengkajinya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan mengangkat judul:
“Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, pesan dakwah yang dimaksud adalah ungkapan-
ungkapan yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa grup band Wali yang
mengandung ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan Sunah.
Adapun isi pesan dakwah yang dimaksud dalam penelitian terdiri dari aspek
akidah, syari‟ah dan akhlak. Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada lagu
Abatasa yang merupakan single album religi grup band Wali yang dirilis pada
tahun 2011.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
8
1. Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa
karya group band Wali?
2. Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu Abatasa
karya group band Wali?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu
“Abatasa” group band Wali?
2. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik
lagu “Abatasa” group band Wali?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan ilmu dakwah dan komunikasi, khususnya pengembangan
teori tentang metode dakwah melalui media kesenian.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan
memotivasi kepada para praktisi dan elemen-elemen masyarakat,
9
mahasiswa dan pelajar untuk mengembangkan berbagai metode dakwah
melalui media kesenian atau media-media lain yang berkembang saat ini.
E. Tinjauan Pustaka
Judul penelitian ini memiliki kemiripan dengan judul skripsi-skripsi lain
yang telah ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
mencoba menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam media seni,
khususnya musik. Skripsi-skripsi tersebut antara lain:
1. “Analisis Isi Pesan Dakwah Album Cahaya Hati Opick”, yang ditulis
oleh Andi Harsayudi. Isi dari skripsi ini mendeskripsikan pesan aqidah
dalam Album Cahaya Hati Opick, karena lirik-lirik lagu dalam album
tersebut lebih banyak menceritakan tentang keagungan dan kekuasaan
Tuhan.
2. “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Syair Lagu Grup Musik Rock
Purgatory Album 7:172”, yang ditulis oleh Syarifah Farah. Isi dari
skripsi ini menjelaskan pesan akidah, akhlak dan muamalah dalam
Album 7:172, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih
banyak menceritakan tentang tema-tema itu.
3. “Analisis Isi Lirik Lagu Dalam Album Laskar Cinta Group Band
Dewa”, yang ditulis oleh Lisnawati. Isi dari skripsi ini
mendeskripsikan pesan akhlak dalam Album Laskar Cinta, karena
lirik-lirik yang tertuang dalam album itu lebih banyak menceritakan
tentang moral.
10
4. “Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Syair Lagu Sakha Dalam Album
Allah Yang Kucintai”, yang ditulis oleh Siti Fadhilah. Isi dari skripsi
ini lebih banyak mengandung pesan akhlak dalam Album Allah Yang
Kucintai, karena lirik-lirik yang tertuliskan dalam album itu lebih
banyak menceritakan tentang etika.
5. “Analisis Isi Pesan Dakwah pada Lirik Lagu Album “Ingat Sholawat”
Group Band Wali”, yang ditulis oleh Zulfikar. Isi dari skripsi ini
menjelaskan pesan akidah, ibadah dan akhlak dalam Album “Ingat
Sholawat”, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak
menceritakan tentang tema-tema itu.
Dari sekian banyak skripsi yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya skripsi Zulfikar yang
membahas tentang Wali Band. Namun demikian, Zulfikar memfokuskan
kajiannya pada album “Ingat Shalawat”. Dengan demikian, skripsi yang
menganalisis single album grup band Wali yang berjudul “Abatasa” belum ada.
Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan penelitian ini untuk menganalisis isi
lagu “Abatasa” grup band Wali.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
11
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para personil Group Band Wali, yang
terdiri dari, Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer), dan Ovie
(keyboardis).
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini isi pesan dakwah yang terdapat dalam lagu
“Abatasa”.
3. Teknik dan Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 6.
12
dengan atau tanpa pedoman (guide) wawancara.8
Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua
pihak, yaitu interviewer yang mengajukan pertanyaan dan interviewee
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
Subjek-subjek yang
akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah para personel group
band Wali, yakni Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer),
dan Ovie (keyboardis).
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumen sebagai
sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan realitas.10
Dalam hal ini dokumentasi yang
digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain karya-karya
Wali baik dalam format digital maupun nondigital, tulisan, reprotase,
dan berita yang berkaitan dengan group band Wali.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
8 B. Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 133. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 186.
10 S. Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 231.
13
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman
pada buku “Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”
yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2007.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran umum tentang ha-hal yang diuraikan dalam
penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab
dan masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai beriku:
BAB I PENDAHULUAN, membahas latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II ISLAM, MUSIK DAN DAKWAH, membahas hubungan antara
musik dan dakwah dalam tradisi Islam.
BAB III BIOGRAFI DAN KARIR WALI BAND DALAM INDUSTRI
MUSIK POP RELIGI DI INDONESIA, membahas sejarah WALI
Band, biodata personel WALI Band, diskografi WALI Band,
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.
14
penghargaan WALI Band, lembaga sosial WALI Band, dakwah
musikal Wali dan gambaran umum lagu Abatasa.
BAB IV ANALISIS ISI PESAN LAGU ABATASA GRUP WALI BAND,
membahas pesan dakwah dalam lagu Abatasa dan pesan dakwah yang
paling dominan dalam lagu Abatasa.
BAB V PENUTUP, membahas kesimpulan dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Isi
1. Pengertian Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) digambarkan oleh para ahli sebagai
studi ilmiah tentang isi komunikasi. Analisis isi adalah studi tentang isi
dengan mengacu pada makna, konteks dan maksud yang terkandung
dalam pesan. O.R. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik untuk
membuat kesimpulan secara sistematis dan obyektif dengan cara
mengidentifikasi karakteristik khusus suatu pesan.1 Klaus Krippendorff
mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian untuk membuat
kesimpulan yang valid dan dapat ditiru dari teks ke konteks
penggunaannya.2
Penggunaan analisis isi dilakukan jika seorang peneliti ingin
memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam
bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis
semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita,
lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dan
sebagainya.3
1 O.R. Holsti et. al, ―Content Analisis‖, dalam Garner Lindzey & Elliot Aronson (ed.),
Hand Book Of Sosial Psychology, (Reading, MA: Addison-Wesley, 1968), h. 608. 2 Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (London:
Sage Publication, 2004), h. 18. 3 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 68.
16
Analisis isi juga dapat digunakan untuk studi-studi yang bersifat
eksplorasi dan deskriptif. Hardjana menjelaskan teknik analisis isi
umumnya memberikan manfaat untuk ketiga kegiatan yaitu: (1) Membuat
paparan tentang apa, bagaimana, dan kepada siapa suatu komunikasi
ditayangkan; (2) Membuat inferensi tentang anteseden mengenai sebab
musabab mengapa suatu komunikasi dinyatakan; dan (3) Membuat
inferensi tentang apa dampak dari komunikasi yang dinyatakan itu.4
Menurut Burhan Bugin, metode analisis isi merupakan suatu teknik
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu
alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang
tebuka dari komunikator yang dipilih.5 Dengan demikian, metode analisis
isi sangat tepat digunakan dalam bidang keilmuan komunikasi karena
objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu
media komunikasi.
2. Pendekatan Analisis Isi
Salah satu perdebatan yang berlangsung di kalangan para pengguna
analisis isi adalah apakah analisis isi itu pendekatan kuantitaif atau
kualitatif. Berelson berpendapat bahwa analisis isi adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut B. Berelson, analisis isi adalah teknik penelitian untuk
deskripsi yang objektif, sistematis dan kuantitatif dari isi komunikasi yang
4 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 71.
5 Burhan Bugin (ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke Arah
Ragam Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 134.
17
nyata.6 D. Silverman, dalam diskusinya tentang metode kualitatif, tidak
mengakui analisis isi sebagai teknik analisis data kualitatif, karena analisis
isi merupakan metode kuantitatif.7
Di lain pihak, C. Selltiz et. al. berpendapat bahwa kuantifikasi
yang berlebihan (over quantification) dalam analisis isi pada dasarnya
lebih menekankan pada ―prosedur analisis‖ daripada ―karakter data‖.8
Menurut M. Abrahamson, analisis isi dapat digunakan untuk mengkaji
hampir seluruh jenis komunikasi. Analisis isi dapat memfokuskan baik
pada aspek-aspek kuantitaif maupun kualitatif dari pesan-pesan
komunikasi.9 Dengan demikian, analisis isi pada dasarnya dapat digunakan
dalam pendekatan kuantitatif dan pendekatan kulalitatif.
Noeng Muhajir menyatakan bahwa analisis isi dapat digunakan
dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif dioperasikan dengan cara mengemukakan
ketepatan dalam mengidentifikasi isi dari pesan dakwah yang muncul,
seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang-ulang dari kata tertentu.
Sedangkan pendekatan kualitatif adalah dengan menggunakan seperangkat
tema sebagai suatu bentuk pedoman dalam membahas seluruh isi pesan
dengan mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut kemudian
dikembangkan oleh suatu sumber media dengan meneliti masalah yang
6 B. Berelson, Content Analysis in Communication Research, (New York: The Free Press,
1952). 7 D. Silverman, Interpreting Qualitative Data, (Thousands Oaks, CA: Sage, 1993) h. 59.
8 C. Selltiz, M. Jahoda, M. Deutsch dan S.W. Cook, Research Methods in Social Relation,
(New York: Holt, Rinehart & Winston, 1959) h. 336. 9 M. Abrahamson, Social Research Methods, (Englewoods Cliffs, NJ: Prentice Hall,
1983) h. 286.
18
ada di dalamnya yang tidak mencakup jumlah. George dan Kraucer,
sebagaimana di kutip Muhajir, menyatakan bahwa content analysis
qualitative lebih mampu menyajikan nuansa dan lebih mampu melukiskan
prediksinya lebih baik.10
3. Macam-macam Analisi Isi
Menurut Klaus Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis
analisis isi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pertama, analisis
wacana (discourse analysis). Secara sederhana analisis wacana mencoba
memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan
kata/frase yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana memfokuskan
pada bagaimana fenomena-fenomena partikular dimunculkan oleh
pengarang teks. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dengan
menggunkan analisis wacana adalah karya Van Dijk (1991) yang mencoba
mempelajari bagaimana pers mengungkap masalah rasisme; kemunculan
kaum mioritas, menjelaskan konflik antar etnis, dan mengumpulkan data
tentang pemberian stereotipe (penilaian buruk kepada suatu kelompok).
Selain penelitian itu juga terdapat penelitian tentang program berita dan
dialog di TV Amerika Serikat yang memunculkan tetang fenomena
partikular, yaitu visi ideologi ekonomi Amerika Serikat.11
Kedua, analisis retorika (rhetorical analysis). Analisis retorika
berfokus kepada bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung
10
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000),
h. 69. 11
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 14.
19
ataupun jangka panjang) yang dirasakan oleh para penerima pesan atau
audiens. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini harus
mengidentifikasi elemen-elemen struktural seperti ungkapan, gaya
argumentasi, serta gestur dsan penekanan dalam pidato. Di antara banyak
penelitian analisis retorika, salah satunya adalah Kathleen Hall Jamieson‟s
book Packaging the Presidency (1984). Dalam buku itu dijelaskan tentang
analisis retorika terhadap pidato-pidato presiden Amerika Serikat.12
Ketiga, analisis isi etnografis (ethnographic content analysis).
Analisis ini dimunculkan oleh Altheide (1987). Walaupun terkesan sangat
kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak menghindari cara yang
bersifat kuantitatif, namun malah mendukung penghitungan data dari
analisis isi dengan tulisan. Pendekatan ini dikerjakan dengan deskripsi
narasi memfokuskan pada situasi yang berkembang, setting/kondisi, gaya,
gambar, makna, dan gagasan penting agar dikenali/dipahami oleh aktor
atau pembicara secara kompleks.13
Keempat, analisis percakapan (conversation analysis). Analisis ini
diawali dengan merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang
biasa/umum. Selanjutnya hasil rekaman itu dianalisa lebih dalam menjadi
konstruksi kolaboratif. Analisis ini dilakukan pertama kali oleh Harvey
Sack (1974) yang menganalisis tentang lawakan (jokes) yang
mengkonsturksi kolaborasi dari komunikator dengan judul History 17.14
12
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 16. 13
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 17. 14
Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 17.
20
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a-
yad‟u-da‟watan, artinya mengajak, menyeru atau memanggil. Menurut
Warson Munawir, dakwah adalah memanggil (to call), mengundang (to
invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to
urge), dan memohon (to pray).15
Sedangkan dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang
beragam. Para ahli mengajukan beberapa definisi yang berbeda sesuai
dengan sudut pandang mereka dalam mendefinisikan istilah tersebut.
Menurut Abu Bakar Aceh, sebagaimana dikutip Toto Jumantoro, dakwah
adalah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali
dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat baik.16
Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun msayarakat. Terwujudnya
dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam
tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang
lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini ia harus lebih berperan menuju
15
Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439. 16
Toto Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur‟ani,
(Jakarta: Amzah, 2001), h. 18.
21
kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek.17
Menurut Nasarudin Latif dakwah adalah setiap aktivitas dengan
lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
maupun lainnya, untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah.18
Menurut Bakhial Khauli, sebagaimana dikutip Ghazali
Darussalam, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-
peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan
kepada keadaan lain.19
Menurut Syekh Ali Mahfudz, sebagaimana dikutip Abdul Kadir
Sayid Abdul Rauf, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan
di dunia dan akhirat.20
Toha Yahya Umar, sebagaimana dikutip Kafiudin dan Maman
Abdul Jalil, mendefinisikan dakwah berdasarkan dua kategori, yaitu
dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum dakwah
adalah ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara dan tuntutan, bagaimana
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194. 18
Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, 1998), h.
11. 19
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN.
BHD, 1996), h. 5. 20
Abdul Kadir Sayid Abdul Rauf, Dirasah fi al-Da‟wah al-Islamiyah, (Kairo; Dar al-
Tiba‘ah al-Mahmadiyah, 1987), h. 10.
22
seharusnya menarik perhatian, manusia menganut, menyetujui,
melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu. Secara
khusus dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.21
Dalam al-Qur‘an, kata dakwah dapat berarti menyeru kepada
kebaikan maupun keburukan. Hal ini misalnya disebutkan dalam Q.S. al-
Mu‘min (40): 41 sebagai berikut:
―Hai kaumku! Bagaimanakah kamu, aku seru kamu (ad‟ukum)
kepada keselamatan tapi kamu menyeru (tad‟ukum) ke neraka.‖
Berdasarkan ayat di atas, dapat dikatakan bahwa dakwah dapat
berarti menyeru kepada kebaikan atau sebaliknya menyeru kepada
keburukan. Namun demikian, ayat di atas menegaskan bahwa dakwah
yang dikehendaki oleh Islam adalah dakwah kepada kebajikan. Lebih dari
itu, dakwah pada hakikatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia,
tetapi juga mengubah manusia baik individu maupun kelompok menuju
ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, konsep dakwah Islam
memuat juga konsep perubahan individu dan transformasi sosial.
Perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksud adalah
perubahan dan transformasi dari kondisi kurang baik atau tidak baik
menuju kepada kondisi yang lebih baik.22
Dakwah menurut konsepsi Islam
adalah mengajak atau menyeru kepada kebaikan sesuai dengan ajaran dan
21
Kafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2001), h. 3. 22
Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 9-10.
23
nilai-nilai Islam. Jadi, seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak termasuk
ke dalam konsep dakwah Islam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah
adalah kegiatan menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran
sesuai dengan petunjuk Al-Qur‘an dan Hadis dengan menggunakan media
tertentu agar manusia mendapatkan kebahagian baik di dunia dan akhirat.
2. Subyek dan Obyek Dakwah
Subyek dakwah adalah pelaku dakwah. Faktor subyek dakwah
sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah. Maka, subyek dakwah
dalam hal ini da‘i atau lembaga dakwah hendaklah mampu menjadi
penggerak dakwah yang profesional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan
individual maupun kolektif. Di samping itu, kesiapan subyek dakwah baik
penguasaan terhadap materi maupun metode, media dan psikologi sangat
menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasialan.23
Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.
Sebagai objek dakwah, masyarakat baik idividu maupun kelompok
memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hai ini seorang
da‘i hendaklah memahami karakter siapapun yang menjadi objek
dakwahnya agar pesan-pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh
mad‘u.24
23
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 13. 24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 19.
24
3. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.25
Dalam bentuk asalnya dakwah
merupakan aktifitas nubuwwah dalam menyampaikan wahyu kepada umat
manusia, dengan tujuan utamanya berkaitan erat dengan tujuan wahyu (Al-
Qur‘an dan Al-Hadits) bagi kehidupan umat manusia. Secara umum tujuan
dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia
di dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.
Menurut Samsul Munir Amin, tujuan dakwah pada dasarnya dapat
dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu:26
1. Tujuan Umum Dakwah (Major Objective), yaitu sesuatu yang hendak
dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang
bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses
dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama
adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh
oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama
inilah maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus
mengarah ke sana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat umum atau
global, oleh karena itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan
secara terperinci pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara
tujuan dakwah yang utama itu menunjukan pengertian bahwa dakwah
kepada seluruh umat baik yang sudah memeluk agama maupun yang
25
Aminudin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah: Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas
Dakwah IAIN Walisonga, 1992), h. 49. 26
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 60-62.
25
masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat disini menunjukan
pengertian seluruh alam. Sedangkan yang berkewajiban berdakwah ke
seluruh umat adalah Rasulullah SAW dan utusan-utusannya yang lain.
Allah berfirman: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang tidak diperintahkan
itu, berarti)kamu tidak menyampikan amanatnya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk bagi orang yang kafir‖ (QS. Al-Maidah (5): 67).
2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective), yaitu perumusan tujuan
dan penjabaran, dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan
agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui
ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan,
kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan sebagainya
secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antar juru dakwah
yang satu dengan yang lainya hanya karena masih umumnya tujuan
yang hendak tercapai. Tujuan khusus dakwah sebagai terjemah dari
tujuan umumnya Dakwah dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:
(1) Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan taqwaan kepada Allah SWT; (2) Membina mental
agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf; (3) Mengajak manusia
agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam); dan (4) Mendidik
dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
26
4. Pesan Dakwah
Pesan dakwah menurut Kamus Besar Indonesia mengandung arti
perintah, nasihat permintaan, amanat yang harus dilakukan atau
disampaikan kepada orang lain.27
Menurut Onong Uchana Effendy, pesan adalah seperangkat
lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Lambang yang
dimaksudkan di sini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya
yang secara langsung menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasa lah yang mampu
menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.28
Menurut Toto Tasmara, pesan dalam Islam ialah perintah, nasihat,
permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain.
Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari
Al-Qur‘an dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk pesan-pesan
(risalah).29
Menurut Wardi Bachtiar, pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam
yang bersumber dari Al-Qur‘an dan Hadits sebagai sumber utama yang
27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta,
Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, h. 761. 28
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994), h. 18. 29
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43.
27
meliputi Aqidah, Syariah, dan Akhlak dengan berbagai macam cabang
ilmu yang diperoleh darinya.30
Menurut Mustofa Bisri, pesan dakwah dapat dibedakan dalam dua
kerangka besar, yaitu: (a) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia
dengan khalik (hablu min Allah) yang berorientasi kepada kesalehan
individu; (b) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan
manusia (Hablu min al-nas) yang menciptakan kesalehan sosial.31
Menurut Barmawai Umari, materi dakwah ada 10 bagian, yaitu:
1. Aqidah, yaitu menyebarkan dan menanamkan pengertian Aqidah
Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dengan
berbagai perinciannya.
2. Akhlak, yaitu menerangkan Akhlakul Karimah (Akhlak yang mulia)
dan Akhlakul Madzmumah ( akhlak yang tercela) dengan segala
dasarnya, hasilnya, dan akibatnya, kemudian diikuti dengan contoh-
contoh yang telah berlaku adalam sejarah.
3. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-
soal Ibadah, Muamalat, Ahwalus sahsyiah yang wajib diamalkan oleh
setiap muslim dan masalah lainnya.
4. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki
Islam antara penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap
golongan lain (Non Muslim).
30
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 33-34. 31
Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan, 1995), h. 28.
28
5. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan ala Islami yang telah
dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam yang dimasa
sekarang dimasa yang akan datang.
6. Sosial, yaitu mengemukakan bagimana solidaritas menurut hukum
agama, tolong-menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran AL-
Qur‘an dan Hadits-hadits Nabi.
7. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak
bertentangan-bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat
pertumbuhan kebudayaan dengan sikap asimilasi dan akulturasi,
sesuai dengan ruang dan waktu.
8. Kemasyarakatan, yaitu menguraikan konstruksi masyarakakat yang
penuh berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran
bersama.
9. Amar Ma‘ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna
memperoleh kebahagiaan Dunia dan Akhirat.
10. Nahi Munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar
terhindar dari malapetaka yang akan datang.32
Dengan demikian, pesan dakwah mengandung pengertian segala
pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang
bersumber dari Al-Qur‘an dan Sunah yang berupa aqidah, syariah dan
akhlak yang disampaikan untuk mengajak manusia baik individu ataupun
golongan melalui media lisan maupun tulisan agar mengikuti ajaran Islam
32
Barmawi Umary, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: Ramdani, 1987), h. 57-58.
29
dan mampu mensosialisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan
mendapat kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Berikut ini diuraikan tiga aspek isi pesan dakwah Islam tersebut,
yakni akidah, syariah dan akhlak:
1. Aqidah adalah keyakinan batiniah yang tercakup dalam rukun iman,
namun permasalahannya tidak hanya yang wajib dipercaya saja tetapi
mencakup juga persoalan masalah yang dilarang oleh tuntunan agama.
Aqidah merupakan materi yang wajib disampaikan oleh para dai,
dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang keyakinan
kaum muslim terhadap keberadaan Allah SWT dengan segala
kemahakuasaan-Nya, maka akan menambah kecintaan para objek
dakwah terhadap Tuhan-Nya, sehingga terlahir pribadi-pribadi muslim
yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.33
Dalam akidah Islam, keyakinan merupakan prasyarat dari keimanan
seseorang. Orang yang beriman haruslah orang yang yakin, dan
keyakinan yang haruslah mencapai tingkat paling tinggi, yang disebut
dengan i‟tiqad jazim (keyakinan utuh). Hal ini terkait dengan definisi
iman, yaitu pembenaran dalam hati, pengakuan dengan lidah, dan
pengamalan dengan anggota badan. Adanya ketiga unsur ini
merupakan bukti betapa keyakinan haruslah inheren (melekat) dalam
iman. Keyakinan itu tempatnya di dalam hati, diketahui melalui
manifestasinya, yang diungkapkan dalam bentuk ungkapan dan
33
Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 94-95.
30
tindakan. Adanya pembenaran, ungkapan, dan tindakan sebagai pilar
dari iman, merupakan gambaran dari keyakinan utuh tersebut.
Keyakinan harus seperti ini, tidak boleh dihinggapi purbasangka
(zhann), apalagi keraguan (syakk).34
Ditinjau dari segi kuat dan tidaknya, akidah dibagi menjadi empat
tingkatan, yaitu: Pertama, tingkat ragu (taqlid), yakni orang yang
berakidah hanya karena ikut-ikutan saja, tidak mempunyai pendirian
sendiri. Akan tetapi dalam masalah keyakinan yang bersifat individual
harus memiliki keyakinan utuh, dan tidak dibenarkan adanya taqlid
(kepercayaan atas dasar pernyataan atau keyakinan orang lain); Kedua,
tingkat yakin, yakni orang yang berakidah atau sesuatu dan mampu
menunjukkan bukti, alasan, atau dalilnya, tapi belum mampu
menemukan atau merasakan hubungan kuat dan mendalam antara
obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang didapatnya.
Sehingga tingkat ini masih mungkin terkecoh dengan sanggahan-
sanggahan yang bersifat rasional dan mendalam. Atau keyakinan yang
didasarkan kepada pengetahuan semata. Firman Allah: ―Janganlah
begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin‖ (Q.S.
al-Takatsur/102: 5); Ketiga, tingkat „ain al-yaqin, yakni orang yang
berakidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah, dan
mendalam mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul)
dengan data atau bukti (dalil). Tingkat ini tidak terkecoh dengan
34
Sahrin Harahap, Ensiklopedia Akidah Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 702.
31
sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan ilmiah. Atau
berkeyakinan yang didasarkan kepada penglihatan rohani yang disebut
„ain al-bashirah (melihat dengan mata kepala sendiri sehingga
menimbulkan keyakinan yang kuat). Firman Allah: ―Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul
yaqin‖ (QS. at-Takatsur/102: 7); Keempat, tingkat haqq al-yaqin,
yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu, disamping mampu
membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan bukti atau data
(dalil) secara rasional, ilmiah, dan mendalam, juga mampu
menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalaman
dalam pengamalan ajaran agama. Atau berkeyakinan yang didasarkan
kepada pengetahuan dan penglihatan rohani. Orang yang telah
memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari sisi
manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya
seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun
tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya. Firman Allah:
―Dan Sesungguhnya al-Qur‟an itu benar-benar kebenaran yang
diyakini (haqqul yaqin)‖ (Q.S. al-Haqqah/69: 51).35
Keempat tingkatan akidah tersebut didasarkan atas sedikit banyak atau
besar kecilnya potensi dan kemampuan manusia yang dikembangkan
dalam menyerap akidah tersebut. Semakin sederhana potensi yang
35
Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1993), h. 84-85.
32
dikembangkan akan semakin rendah akidah yang dimiliki, demikian
pula sebaliknya.
2. Syariah adalah ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan
sesamanya (muamalah).36
Secara garis besar, syariah terdiri dari dua
aspek, yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia
dengan Tuhan yang tercermin dalam dalam rukun Islam. Muamalah
adalah hubungan manusia dengan manusia, bahwasanya Islam
mengatur hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari,
agar tercipta harmonisasi dan kerukunan dalam bermasyarakat, secara
terperinci baik hubungan syariah tentang ibadah dan muamalah
terdapat dalam buku Fiqih yang bersumber dari Al-Quran, Hadist serta
Ijtihad para ulama.
Istilah ―ibadah‖ secara etimologis merupakan bentuk mashdar dari
kata „abada yang tersusun dari huruf „ain, ba, dan dal. Kata tersebut
mempunyai dua makna pokok yang tampak bertentangan atau bertolak
belakang. Pertama, mengandung pengertian lin wa zull, yakni
kelemahan dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa
qilaz, yakni kekerasan dan kekasaran.37
Terkait dengan kedua makna
ini, Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama
diperoleh kata „abd yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan
36
E. Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinanan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55. 37
Abu Husain Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam Maqayis al-Lugah, (Beirut: Dar al-
Fikr, t.th), juz IV, h. 205.
33
mempunyai bentuk jamak „abid dan „ibad. Bentuk pertama
menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk makna
―hamba-hamba Tuhan‖. Dari makna terakhir inilah bersumber kata
„abada, ya‟budu, ‟ibadatan yang secara leksikal bermakna ―tunduk
merendahkan dan menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah.38
Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip
beberapa pendapat, antara lain; Mengesakan Allah, menta‘zimkan-Nya
dengan sepenuh-sepenuhnya, ta‘zim serta menghinakan diri kita dan
menundukkan jiwa kepada-Nya. Sedangkan ulama akhlak mengartikan
ibadah dengan mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggaran
segala syariat (hukum). Ulama fiqh mengartikan ibadah dengan segala
taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap
pahala-Nya di akhirat.39
Menurut Quraish Shihab, Ibadah adalah suatu
bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai
dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir
akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang
kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat
terjangkau hakikatnya.40
38
H. Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. I, h. 149-150. 39
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan
Hikmah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. VII, h. 1. 40
M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah, (Bandung: Mizan, 1999),
Cet. I, h. xxi.
34
Istilah ―muamalah‖ berakar dari kata „amala yang mengandung arti
―saling berbuat‖, ―saling bertindak‖, ―saling mengamalkan‖ atau
―berbuat secara timbal balik‖. Lebih sederhana lagi berarti ―hubungan
antara orang dengan orang.‖41
Muamalah secara etimologi sama dan
semakna dengan al-mufa„alah, yaitu ―saling berbuat‖. Kata ini
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan
seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-
masing.42
Secara terminologis, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah
dalam arti sempit. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu
―menghasilkan hal-hal duniawi supaya menjadi sebab suksesnya
masalah ukhrawi,‖43
atau ―segala peraturan yang diciptakan Allah
untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan
kehidupan.‖44
Dalam versi Muhammad Yusuf Musa, ―muamalah
adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam
hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.‖45
Jadi,
pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-
hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan
urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
41
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), cet. 1, h. 175. 42
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. 2, h. vii. 43
Al-Dimyati, I„anat al-Thalibin, (Semarang: Toha Putra, t.th.), h. 2. 44
Al-Dimyati, I„anat al-Thalibin, h. 2. 45
Abdul Madjid, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam,
(Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1986), h. 1.
35
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit didefinisikan oleh
para ulama sebagai berikut. Menurut Hudhari Byk, ―muamalah adalah
semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya.‖46
Menurut Rasyid Ridha, ―muamalah adalah tukar
menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang
telah ditentukan.‖47
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami
bahwa pengertian muamalah dalam arti sempit yaitu semua akad yang
membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara
dan aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dan manusia wajib
mentaati-Nya.
Para ulama ahli ijtima„î membagi muamalah menjadi dua kategori,
yaitu mu„amalah maddiyah dan mu„amalah adabiyah.48
Sementara itu,
para ulama fiqh, sebagaimana dikemukakan Nasrun Haroen,49
membagi muamalah menjadi dua kategori, yakni muamalah yang
hukumnya ditunjuk langsung oleh nash (al-Qur‘an dan Sunah), dan
muamalah yang hukumnya tidak ditunjuk langsung oleh nash. Jenis
muamalah yang ditentukan langsung oleh Allah lewat nash hukumnya
bersifat permanen dan tidak dapat diubah, serta tertutup dari
perubahan.
Di dalam kerangka tiga bidang utama sistem hukum Islam, kajian studi
hukum muamalah sebagaimana dikenal dalam kajian fiqh, hanya
46
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 2. 47
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 2. 48
Moenawar Kholil, Kembali Kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1999), h. 221. 49
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, h. xii-xiv.
36
merupakan kategori ahkam al-mu„amalah dalam pengertian sempit.
Adapun ahkam al-mu„amalah dalam pengertian luas tidak lain hanya
merupakan bagian dari aspek syariah dalam arti sempit, bahkan hanya
merupakan subsistem dari ahkam al-„amaliyah.
Menurut Suparman Usman, ahkam al-mu„amalah sebagai perangkat
ketentuan hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia
(makhluk), meliputi: (a) Ahkam al-ahwal al-syakhsiyah, yakni bidang
hukum yang mengatur tentang hukum orang (subyek hukum) dan
hukum keluarga, seperti hukum perkawinan; (b) Ahkam al-madaniyah,
yakni bidang hukum yang mengatur tentang hukum benda (obyek
hukum), atau yang mengatur masalah yang berkaitan dengan benda,
seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, penyelesaian
harta warisan atau hukum kewarisan; (c) Ahkam al-jinayah, yakni
bidang hukum yang berhubungan dengan yang dilarang atau tindak
pidana (delict, jarîmah), dan ancaman atau sanksi hukum bagi yang
melanggarnya (‗uqûbah), atau yang lazim disebut dengan hukum
pidana; (d) Ahkam al-qada wa al-murafa„ah, yakni bidang hukum
yang berkaitan dengan acara di peradilan (hukum formil), yang antara
lain menyangkut aturan tentang alat-alat bukti, saksi, pengakuan, dan
yang menyangkut aturan tentang pelaksanaan hukuman dan lain-lain,
atau yang lazim disebut dengan hukum acara; (e) Ahkam al-dusturiyah,
yakni bidang hukum yang berkaitan dengan masalah politik, yang
antara lain menyangkut pengaturan dasar dan sistem negara,
37
perundang-undangan dalam negara, syarat-syarat, hak dan kewajiban
pemimpin, hubungan pemimpin dengan rakyatnya, dan lain-lain, atau
yang lazim disebut dengan hukum tata negara dan perundang-
undangan; (f) Ahkam al-dauliyah, yakni bidang hukum yang mengatur
hubungan antar negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam
keadaan perang, atau yang lazim disebut dengan hukum internasional;
dan (g) Ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah, yakni bidang hukum
yang mengatur tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu
negara, atau yang lazim disebut dengan hukum ekonomi dan hukum
perbankan.50
3. Akhlak secara etimologis berarti berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah
perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga
menjadi sebuah kepribadiannya.51
Akhlak terbagi ke dalam tiga
kategori yaitu: (a) Akhlak kepada Allah yaitu perilaku manusia kepada
pencipta-Nya; (b) Akhlak kepada Manusia yaitu perilaku atau
perbuatan manusia kepada sesama, dan perbuatan itulah yang
menentukan baik atau buruknya akhlak seseorang. Contohnya yaitu
memberi salam, berkata sopan, menghormati orang yang lebih tua,
mengucapkan terima kasih kepada orang lain dan sebagainya; (c)
Akhlak terhadap lingkungan (akhlak terhadap hewan, dan tumbuhan)
50
Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 24-25, 41. Lihat pula Abdul
Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam; Ilmu Ushulul Fiqh, (terj.) Noer Iskandar, dkk.,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 40-41. 51
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 4.
38
yaitu perilaku manusia dalam merawat dan menjaga lingkungan
sekitar.
5. Metode Dakwah
Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ―meta‖
(melalui) dan ―hodos‖ (jalan, cara).52
Dengan demikian, bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman
methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode
berasal dari kata metodos, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut
thariq.53
Menurut Masdar Helmy, metode dakwah dapat diartikan sebagai
jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara
efektif dan efisien.54
Menurut Toto Tasmara, metode dakwah adalah cara-
cara tertentu yang dilakukan seorang da‘i (komunikator) kepada mad‟u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.55
Hal ini
mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas
diri manusia.
Dalam rangka dakwah Islamiyah agar masyarakat dapat menerima
dakwah dengan lapang dada, tulus dan ikhlas, maka penyampaian dakwah
52
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 61. 53
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35. 54
Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV. Toha Putra,
1973), h. 21. 55
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43.
39
harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak,
maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Di sini diperlukan
metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah.
Landasan umum mengenai metode dakwah adalah Al-Qur‘an Surah al-
Nahl ayat 125 yang disebutkan sebagai berikut:
―Telah pasti datangnya ketetapan Allah Maka janganlah kamu
meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.‖
Pada ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka
dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Metode Al-Hikmah. Kata ―hikmah‖ dalam Al-Qur‘an disebutkan
sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma‘rifat. Bentuk
masdarnya adalah ―hukman” yang diartikan secara makna aslinya
adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari
kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti
menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas
dakwah. Toha Yahya Umar menyatakan bahwa Hikmah berarti
meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha
menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman
dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.56
Syekh
Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:
56
Hasanuddin, Hukum Dakwah, h. 35.
40
―Hikmah adalah ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakan
kamauan untuk melakukan suatu perbuatan yang
bermanfaat/berguna.‖57
Kata hikmah sering diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu
suatu pendekatan sedemikian rupa hingga pihak objek dakwah mampu
melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemaunnya sendiri, tidak
merasa ada paksaan, konflik, maupun terasa tertekan. Dalam bahasa
komunikasi disebut sebagai frame of reference, field of reference, dan
field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap pihak
komunikan(objek dakwah).58
Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang
dilaksanakan atas dasar persuasive. Karena dakwah bertumpu pada
human oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan
penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi
dakwah yang utama (bersifat informatif), sebagaimana ketentuan Al-
Quran:
―Bahwasannya engkau itu adalah yang member peringatan. Kamu
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka‖ (QS. Al-Ghasyiyah (88):
21-22).
Metode bi al-Hikmah mengandung pengertian yang luas. Kata al-
Hikmah sendiri di dalam Al-Qur‘an dalam berbagai bentuk derivasinya
ditemukan sebanyak 280 kali. Secara harfiah kata tersebut
57
Mohammad Natsir, Fiqhu Da‟wah: Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dak‟wah, (Jakarta:
Yayasan Capita Selecta, 1966), h. 164. 58
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 37.
41
mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut
pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti yang bermacam-macam,
seperti: (1) Kenabian (Nubuwwah); (2) Pengetahuan tentang Al-
Qur‘an; (3) Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan; (4)
Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam
kehidupan; (5) Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas
yang membawa kepada kemaslahatan ummat; (6) Meletakan suatu
urusan pada tempatnya yang benar; (7) Sunnah Nabi; (8) Sikap adil
sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.59
Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai
bentuk, yakni: (a) Mengenal strata mad‟u; (b) Kapan harus bicara,
kapan harus diam; (c) Mencari titik temu; (d) Toleran tanpa kehilangan
sibghah; (e) Memiliki kata yang tepat; (f) Cara berpisah; (g) Uswatun
hasanah; dan (h) Lisanul hal.
2. Metode Mau‘izah Hasanah. Terminologi mau‟izhah hasanah dalam
perspektif dakwah sangat populer, bahkan dalam acara-acara
seremonial keagamaan (baca dakwah atau tabligh) seperti Maulid Nabi
dan Isra‘ Mi‘raj, istilah mau‟izhah hasanah mendapat porsi khusus
dengan sebutan ―acara yang ditunggu-tunggu‖ yang merupakan inti
acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah
acara. Namun demikian agar tidak menjadi kesalahpahaman, maka
akan di jelaskan pengertian mau‟izhah hasanah.
59
Said Ali bin Wahaf al-Qahatahani, Al-Hikmah fi al-Da‟wa ila Allah Ta‟ala, (Beirut:
Muassasah, t.th.), h. 27.
42
Secara bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
mau‘izhah dan hasanah. Kata Mau‟izhah berasal dari kata wa‟adza-
ya‟idzu-wa‟dzan-wa‟izatan yang berarti nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan,60
sementara hasanah merupakan kebalikan
dari sayyi‟ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Mau‟izah
hasanah atau nasihat yang baik maksudnya adalah memberikan nasihat
kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk
kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenaan
dihati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, menghindari sikap kasar,
dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak
objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti
ajarannya yang disampaikan oleh pihak objek dakwah. Jadi, dakwah
bukan propaganda.
Jadi kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzatul hasanah, akan
mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh
kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak
membongkar atau mem-beberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-
lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang
keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan
kebaikan daripada larangan dan ancaman.
3. Metode Mujadalah. Dari segi etimologi (bahasa), lafadz mujadalah
terambil dari kata ―jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila
60
Hasanuddin, Hukum Dakwah, h. 37.
43
ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faala, “jaa
dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” (perdebatan).61
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan
ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya
melalui argumentasi yang disampaikan.62
Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-
almunadzarah, mengartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat
bermakna pula ―Datang untuk memilih kebenaran‖ dan apabila
berbentuk isim ―al-Jadlu” maka berarti ―pertentangan atau perseteruan
yang tajam‖.63
Al-Jazirah menambahkan bahwa, lafadz “al-Jadlu”
Musytaq dari lafadzh “al-Qotlu” yang berarti sama-sama terjadi
pertentangan, seperti halnya terjadinya perseteruan antara dua orang
yang saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah.
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al-Hiwar). Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya
suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara
keduanya.64
61
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1994), Op. Cit., h. 175 62
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 553. 63
Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, (Al-Munawaroh: Dar al-Wifa,
1989), h. 19. 64
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Etika Diskusi, (terj.) Abdus Salam M,
dan Muhil Dhafir, (Surakarta: Era Inter Media, 2001), h. 21.
44
6. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan
bentuk jamak dari medium secara etimologi berarti alat perantara.65
Media
adalah segala sesuatu yang bisa dijadikan alat perantara yang membantu
juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.66
Dalam Kamus Telekomunikasi, media berarti sarana yang digunakan
untuk komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan,
apabila komunikan jauh tempatnya, banyak atau Bedanya. ― jadi segala
sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi
disebut media komunikasi. Adapun bentuk jenisnya beragam.‖67
Menurut
Laswell komunikasi meliputi lima unsur: (a) Komunikator (communicator,
source, sender); (b) Pesan (massage); (c) edia (channel, media); (d)
Komunikan (communicate, receiver, receipent); (e) Efek (effect, impact,
influence).68
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan
yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima
dakwah. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video,
kaset rekaman, majalah dan surat kabar.69
Secara umum media-media
benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokan pada:
a. Media Visual, yakni bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan
untuk kepentingan dakwah indera penglihatan perangkat media visual
65
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), h. 17. 66
Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1940), h. 225. 67
Gozali, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227. 68
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 18. 69
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 35.
45
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah adalah film slide,
transparansi, overhead proyektor (OHP), gambar, foto dan lain
sebagainya.
b. Media Audio, yakni alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana
pertunjukan kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indra
pendengaran. Media audio sudah bisa digunakan orang untuk berbagai
kegiatan secara efektif. Media audio ini cukup tinggi efektifitasnya
dalam penyebaran informasi, terlebih lagi untuk media audio yang
dapat digunakan untuk berkomunikasi dua arah seperti, telepon atau
handphone, radio, tape recorder. Dengan media audio komunikasi
dapat berlangsung tanpa batas dan jarak.
c. Media Audio Visual, yakni media penyampaian informasi yang dapat
menampilkan unsur gambar(visual)dan suara(audio) secara bersamaan.
Pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi. Adapun yang
termasuk dalam media audio visual adalah televisi, film dan sinetron,
video.
d. Media Cetak, yakni media untuk menyampikan informasi melalui
tulisan yang tercetak. Media cetak merupakan media yang sudah lama
dikensal dan mudah dijumpai di mana-mana. Adapu yang termasuk
dalam media cetak antara lain buku, majalah, surat kabar, bulletin,
brosur, dan lain-lain.70
70
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 116-125.
46
Menurut Zaini Muhtaram, yang dapat dijadikan sebagai media
dakwah secara umum dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk di antaranya:
a. Media lisan, media yang paling banyak digunakan karena sifatnya
praktis dan ekonomis, yang termasuk media lisan adalah: diskusi,
khutbah, ramah tamah.
b. Media cetak, disebut juga media tulisan, pemikiran-pemikiran, ajaran
Islam dituangkan dalam bentuk surat kabar, majalah, dan sebagainya.
c. Media elektronik, media yang lahir dari pemikiran manusia dalam
bidang teknologi modern, sehingga penonton atau pendengar dapat
terpancing emosi dan tingkah laku, kata-kata, ataupun suara yang
dihasilkan. Yang termasuk jenis media elektronik adalah radio,
televisi, tave, film dan sebagainya.
d. Media organisasi, organisasi dakwah merupakan alat untuk
pelaksanaan dakwah yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
e. Media seni dan budaya, media ini merupakan media yang sangat
diminati dan akan terus diwariskan, dakwah melalui seni dan budaya
telah dilakukan oleh para guru dan da‘i dizaman dahulu hingga
sekarang, seperti wayang, gamelan, seni musik dan sebagainya.71
Dakwah sebagai bagian dari aktifitas komunikasi sangat
membutuhkan media sebagai penunjang proses kegiatan dakwah islamiah,
sehingga tujuan dakwah untuk menuju kehidupan bermasyarakat yang
islami dapat terwujud. Musik adalah suatu bentuk yang dapat dikeluarkan
71
Zaini Muhtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1996), h. 602.
47
aneka perasaan manusia yang diungkapkan dengan nada atau vokal
maupun instrumental yang tersusun secara harmonis, sebagai bagian dari
seni, dan keberadaan musik dalam Islam tidak jauh berbeda dengan
keberadaan seni-seni lainnya. Dalam perkembangan Islam musik
mendapat banyak perhatian dari musisi-musisi yang berasal dari Islam.
Para musisi-musisi Indonesia kini telah banyak menggunakan musik
sebagai metode berdakwah. Musik dianggap lebih mudah dipahami dan
digemari masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan akan cepat
diterima oleh mad‘unya.
C. Musik dan Lagu
1. Pengertian Musik dan Jenis-jenis Musik
Menurut Adjie Esa Putra, musik adalah kesenian yang bersumber
dari bunyi. Musik di bangun oleh empat unsur, yaitu nada atau bunyi yang
teratur, amplitudo atau kuat lemahnya bunyi yang dalam bahasa musiknya
disebut ―dinamik‖ unsur waktu yang terdiri atas panjang pendeknya bunyi
(hitungan panjang pendeknya atau ketukan nada), serta timbre atau warna
suara (sound).72
Musik dapat dibedakan menjadi musik instrumental dan musik
vokal. Musik instrumental adalah suara yang diperdengarkan melalui alat-
alat musik, sedangkan seni musik vokal adalah suara yang dilagukan atau
72
Adjie Esa Poetra, 1001 Jurus Menyanyi Mudah, (Bandung: DAR! Mizan, 2008), h. 28.
48
dinyanyikan dengan perantara oral tanpa iringan instrumental musik.73
Selain dapat dimainkan secara terpisah, kedua jenis seni musik itu, yakni
instrumental dan vokal, juga dapat dipadukan secara bersamaan.
Musik merupakan produk budaya yang tinggi atau merupakan seni
yang indah.74
Musik merupakan sarana budaya yang hadir dalam
masyarakat sebagai konstruksi dari realitas sosial yang dituangkan dalam
bentuk lirik lagu. Musik merupakan perilaku sosial yang kompleks dan
universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia,
gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang
signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu
biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak
hanya sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan
moral atau idealisme dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.75
2. Pengertian Lagu dan Unsur-Unsur Lagu
Pengertian lagu seringkali dibedakan dengan pengertian musik.
Menurut kamus Besar Indonesia, lagu merupakan ragam suara yang
berirama (dalam bercakap-cakap, bernyanyi, membaca, dan lain-lain), atau
nyanyian.76
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
73
Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1993), h. 13. 74
Dloyana Kesumah dkk., Pesan-pesan Budaya Lagu-lagu Pop Dangdut dan
Pengaruhnya Terhadap Prilaku Sosial Remaja Kota (Jakarta: CV Eka Putra, 1995), h. 1. 75
Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta, 2003), h. 7-8. 76
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), h. 486.
49
musik lebih luas dari pada pengertian lagu. Namun demikian, musik dan
lagu berkaitan erat satu sama lain.
Menurut Adhani, sebagaimana dikutip Sumarlam dkk., lagu pada
dasarnya merupakan gambaran hidup pencipta, tidak jarang apa yang
mereka tuangkan ke dalam sebuah lirik mewakili pengalaman hidup
mereka. Sebuah wacana lagu dikatakan puitis jika pengarang dapat
membangkitkan perasaan, menarik perhatian, dan menimbulkan tanggapan
yang jelas bagi pendengar.77
Pada dasarnya puisi atau lagu merupakan
gambaran hidup penulis, tidak jarang apa yang mereka tuangkan ke dalam
sebuah lirik lagu mewakili pengalaman hidup mereka. Lagu merupakan
ungkapan perasaan dan luapan hati dari penyanyinya. Fungsinya adalah
sebagai media hiburan yang di dalamnya mempunyai sasaran informasi,
enak didengar dan dimengerti sehingga pesan yang diinginkan dapat
tersampaikan dengan baik kepada apresiator.
Pesan dalam lagu biasanya diekspresikan dalam lirik lagu. Menurut
kamus Bahasa Indonesia, lirik berarti karya sastra (puisi) yang berisi
curahan rasa pribadi, atau juga susunan kata sebuah nyanyian.78
Lirik lagu
atau syair dapat dipandang sebagai salah satu karya seni bersifat tertulis
yang bentuknya mirip dengan puisi. Bahasa pada lirik lagu merupakan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang
77
Sumarlam, Agnes Adhani dan A. Indratmo, Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi,
Cerpen, Novel, Drama, (Bandung: Pakar Raya, 2004), h. 55. 78
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 528.
50
padu dan pemilihan kata-kata kias dan imajinatif.79
Setiap unsur pada lirik
lagu saling berkesinambungan satu sama lain, sehingga menimbulkan arti
tersendiri yang mewakilkan pesan dari pembuatnya. Pencipta lagu ini
menggunakan dan memainkan bahasa yang tepat untuk dijadikan lirik-lirik
lagu yang indah, mudah dimengerti dan diresapi oleh apresiator. Sehingga
pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan baik. Lagu juga dapat
digunakan sebagai media yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
konteks kegiatan manusia, termasuk kegiatan dakwah sebagaimana
dilakukan oleh Band Wali.
Lagu pada umunya memiliki 2 (dua) unsur, yaitu tema dan variasi.
Tema adalah lagu pokok yang menjadi landasan pengembangan lagu,
serangkaian melodi atau kalimat lagu yang merupakan elemen utama
dalam konstruksi sebuah komposisi, melodi pokok yang polanya selalu
diulang–ulang dan dapat diuraikan dalam berbagai variasi.80
Sedangkan
variasi adalah pengulangan sebuah lagu utama yang biasanya disebut tema
dengan perubahan (disebut variasi–variasi) sementara tetap
mempertahankan unsur tertentu dan menambah atau menggantikan unsur
lain.81
Bentuk variasi ini pada umumnya ditemukan pada pengulangan atau
repetisi.82
79
Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: PT Gramedia, 2002), h. 1. 80
Pono Banoe, Kamus Musik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), hal. 409. 81
Karl Edmund-Prier, Ilmu Bentuk Analisis Musik, (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi,
1996), h. 38 – 39. 82
Stanley Sadie (ed.), The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Second
Edition, Volume 25, (New York: Macmillan Publisher Limited, 2002), h. 284-322.
51
D. Dakwah Melalui Musik dan Lagu
Menurut Rahmat Hidayatullah, setiap kali mendiskusikan subjek musik
dalam kebudayaan Islam, kita selalu saja tidak dapat mengelak dari isu tentang
status (hukum) musik dalam pandangan Islam. Isu tersebut telah banyak
diperdebatkan oleh para ulama dan teolog. Lantaran tidak adanya ayat-ayat al-
Quran yang secara eksplisit melarang atau membolehkan musik, ditambah
sengketa tentang otentisitas beberapa Hadis Nabi yang berkaitan dengan musik,
perbedaan pendapat tentang status musik dalam Islam pun terus berkelanjutan
sepanjang sejarah Islam. Yusuf al-Qardhawi, dalam al-Halal wa al-Haram,
menghalalkan musik (dalam kondisi-kondisi tertentu) dengan argumen bahwa
beberapa Hadis Nabi—yang menurutnya lebih otentik—memperkenankan musik.
Sebaliknya, Muhammad Nashiruddin al-Albani, dalam Tahrim Alat al-Tharab,
mengharamkan musik dengan argumen bahwa banyak Hadis Nabi—yang
menurutnya lebih otentik—melarang musik.83
Menurut Abdul Hadi WM, keberatan sejumlah ulama terhadap musik yang
mengakibatnya timbulnya larangan dan pengharaman terhadap musik, didasarkan
pada beberapa hadis yang kurang lebih sama banyaknya dengan hadis yang
membolehkan penggunaan musik dalam kehidupan sosial dan keagamaan orang
Islam. Oleh karena itu persoalan boleh tidaknya musik dan bagaimana hukumnya
dalam Islam menjadi sangat pelik. Para cendekiawan atau ulama yang
menganggap musik sesungguhnya tidak dilarang secara hakiki dalam Islam,
mendasarkan pandangannya pertama-tama pada seruan al-Qur‘an bahwa
83
Rahmat Hidayatullah, ―Musik Islam: Kesinambungan dan Perubahan‖, Makalah
disampaikan dalam acara 5th
Session of Ciputat Music Space Offline Series, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 Juli 2013, h. 1.
52
memperindah suara dan lagu dalam menyampaikan ajaran kitab suci sangat
dianjurkan. Selain itu mereka beranggapan bahwa hadis-hadis yang berisi
larangan terhadap musik kebanyakan kurang sahih, dan beberapa lagi di antaranya
masih perlu ditafsirkan dengan cara yang berbeda-beda, menggunakan kaidah
yang berbeda-beda pula, sebab maksud hadis yang berbeda-beda itu memilki
kepentingan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tafsir itu ketara dalam berbagai
kitab tafsir al-Qur`an, kitab Fiqih, tafsir Hadis dan risalah Tasawuf yang berbeda-
beda sesuai dengan paham dan mazhab yang dianut penulisnya.84
Di sisi lain, berbeda dengan sebagian besar ulama fiqih, yang
memperdebatkan kehadiran musik dan seni suara dalam lingkungan pemeluk
agama Islam, adalah pandangan para filosof dan sufi yang begitu apresiatif
sekaligus kritis. Sejak lama mereka berpendapat bahwa musik (al-musiqa) dan
seni suara (al-handasa) merupakan ekspresi jiwa yang penting dalam membangun
kebudayaan dan peradaban Islam. Bagi mereka seni musik dan suara adalah
ungkapan keselarasan nada dan suara yang diperuntukkan bagi pendengaran,
sebagaimana seni hias dan kaligrafi yang diperuntukkan bagi mata. Dari indera
pendengaran dan penglihatan itu kemudian keselarasan itu dialirkan ke dalam jiwa
pendengar atau penikmatnya sebagai hidangan kerohanian yang memberikan cita
keindahan (al-lazat) tersendiri.85
Menurut Quraish Shihab, pada dasarnya tidak ada larangan menyanyikan
lagu di dalam Islam. Bukankah ketika Nabi SAW pertama kali tiba di Madinah,
84
Abdul Hadi WM, ―Wacana Seni Islam: Musik, Religiusitas dan Spiritualitas‖, dalam
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/07/03/musik-dalam-religiusitas-spiritualitas-islam/,
diakses 12 Januari 2014. 85
Abdul Hadi WM, ―Wacana Seni Islam: Musik, Religiusitas dan Spiritualitas‖.
53
beliau disambut dengan nyanyian. Ketika ada perkawinan, Nabi juga merestui
nyanyian yang menggambarkan kegembiraan. Yang terlarang adalah
mengucapkan kalimat-kalimat, baik yang ketika bernyanyi ataupun berbicara yang
mengandung makna-makna yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.86
Dalam kenyataannya, sejarah mencatat bahwa para penyebar Islam di
Nusantara kerap menggunakan musik dan bentuk-bentuk kesenian lainnya sebagai
media dakwah. Melalui tarekat-tarekat sufi yang aktif sejak abad ke-15, para
penyebar Islam di Nusantara mengembangkan beberapa jenis musik dan tarian,
baik yang berakar dari tradisi Arab-Persia maupun tradisi Melayu-Jawa. Jejak-
jejak estetika Islam tersebut dapat diidentifikasi dalam Saluang Minang yang
mencerminkan pengaruh tilawah pada musik lokal, tari Seudati Aceh yang
tumbuh dari tarian-tarian sufi, tari Pantil di Madura, zikir rebana, zapin dan
rampak yang tumbuh di lingkungan masyarakat Melayu. Demikian pula tembang-
tembang suluk dalam bahasa Jawa, Sunda dan Madura; Tâj al-Salâtin, Samrah al-
Muhimmah, Serat Menak, Hikayat Amir Hamzah, Umar Umaya, Menak Cina dan
sebagainya. Di Jawa, para Wali Songo seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati dalam dakwahnya sering menggunakan
gamelan. Berkat kreativitas para wali inilah estetika Gamelan Jawa, Sunda dan
Madura berbeda dengan estetika Gamelan Bali yang masih meneruskan tradisi
Hindu—Gamelan Jawa dan Degung Sunda cenderung kontemplatif, karena dalam
86
M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama, (Bandung, Mizan, 1999),
h. 8.
54
estetika Islam yang diutamakan adalah penciptaan suasana khusuk dalam
merenungi Tuhan.87
Dalam berdakwah, para Wali Songo juga kerap menciptakan lagu sebagai
media untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat Jawa. Raden
Paku atau Sunan Giri, yang disebut oleh Belanda sebagai ―Paus dari Timur‖,
merupakan pencipta lagu rakyat Pucung dan Asmarandana. Begitu pula dengan
Sunan Kalijaga, beliau adalah pencipta lagu yang paling populer dalam sejarah
rakyat Jawa, Lir-ilir. Sunan Kudus juga memiliki keahlian serupa dalam
menciptakan lagu-lagu, seperti Maskumambang dan Mijil. Sementara Sunan
Muria adalah tokoh yang menggunakan gamelan untuk menarik masyarakat agar
masuk Islam. Lagu-lagu Jawa Sinom dan Kinanti adalah hasil gubahan beliau.88
Sumarsam, seorang etnomusikolog Indonesia, pernah mengemukakan
tentang relasi intim antara Islam dan kesenian tradisional Jawa, baik dalam
komunitas Islam abad ke-18 dan 19 maupun dalam tradisi pondok pesantren.
Dalam kenyataannya, alih-alih menghindari pertunjukan musik (musical
performance) dan penerimaan musik (musical reception), kebanyakan Muslim
Indonesia justru merayakan penggunaan musik dan pertunjukan seni lainnya serta
menganggapnya sebagai komponen penting bagi identitas komunitas mereka.
Bahkan Wali Songo sendiri kerap diasosiasikan sebagai penemu seni pertunjukan
(art performance) di Nusantara, baik dalam bentuk aransemen lagu dan melodi,
gamelan, dan wayang kulit. Musik gamelan sendiri seringkali dimanfaatkan untuk
87
Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖,
dalam http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-legasi_26.html,
diakses 12 Januari 2014. 88
Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖.
55
menarik masyarakat kepada Islam, dan sejumlah instrumen gamelan dalam
sekatenan bahkan hingga saat ini dipertunjukkan untuk memperingati kelahiran
Nabi Muhammad SAW.89
Dengan demikian, sejak masa lalu seni musik telah digunakan sebagai
media dakwah oleh para ulama untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Penggunaan
musik sebagai media dakwah sebagaimana dicontohkan oleh para penyebar Islam
dan Wali Songo di atas dapat dikatakan masih sangat relevan untuk diadopsi pada
hari ini.
Menurut Sidi Gazalba, musik merupakan salah satu media yang dapat
dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mudah diterima
oleh khalayak. Sifatnya yang menghibur dapat dimanfaatkan penyanyi atau
seniman untuk memasukan pesan-pesan dakwah di dalamnya, sehingga secara
tidak langsung khalayak telah menerimanya dengan suka hati dan tidak
membosankan untuk didengar berulang-ulang kali bahkan menirukannya, karena
musik merupakan kesenian yang amat menarik untuk manusia dan sudah naluri
manusia untuk menyukai hal-hal yang bersifat estetika dan keindahan.90
Efektifitas musik sebagai media dakwah merupakan terobosan yang
sanggat tepat pada saat ini, karena secara naluriah manusia menyukai hal-hal yang
bersifat keindahan dan kesenangan. Pesan-pesan keagamaan yang dibalut dengan
iringan musik yang indah membuat pesan-pesan tersebut mudah masuk ke dalam
relung hati nurani dan secara psikologis dapat menginspirasi para pendengar
untuk merenungi makna-makna yang dikandung dalan pesan-pesan tersebut.
89
Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖. 90
Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1998), h. 186.
56
BAB III
GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI
A. Sejarah WALI
Nama WALI, sebuah band musik pop yang saat ini digawangi oleh Faank
(Vocal), Apoy (Guitar), Tomi (Drum), dan Ovie (Keyboard & Synt),
dideklarasikan pada awal tahun 2007. Namun demikian, band ini sesungguhnya
telah terbentuk jauh sebelum nama WALI mencuat ke permukaan, yakni pada
pada tanggal 31 oktober 1999. Ketika itu, band ini bernama FIERA, sebuah
simbol yang mewakili inisial nama personel masing-masing, yakni Faank (Vocal),
Ihsan (Drum), Endang (Bass), Raden (Guitar II), dan, Apoy (Guitar I). Seiring
berjalannya waktu, FIERA harus merombak nama grup band karena beberapa
faktor yang mendorong band tersebut untuk berubah baik secara institusi maupun
personal. Salah satu faktor tersebut adalah keluarnya Endang dan Raden dari
FIERA pada tahun 2007 karena kesibukannya masing-masing. Hengkangnya
Endang dan Raden meninggalkan masalah bagi band FIERA. Pasalnya, mereka
kehilangan 2 (dua) personil yang mengisi posisi Bass dan Gitar II, sehingga band
FIERA hanya menyisakan 3 (tiga) personel pada waktu itu, yakni Faank, Ihsan
dan Apoy.1
Namun permasalahan tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan
mengambil langkah efisien menggantikan gitar II dengan keyboard synthetizer
untuk mempertebal harmonisasi lagu. Pilihan Fiera jatuh pada Ovie yang ketika
1 Lihat http://waliband.net/profil.php, diakses 14 Mei 2014; dan
http://waliband.net/news227.php, diakses pada 14 Mei 2014.
57
itu berstatus sebagai keyboardist pengiring untuk sebuah paduan suara mahasiswa
yang ada di kampus UIN Jakarta (PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Di lain
pihak, posisi Bass yang sebelumnya diisi oleh Endang yang keluar dari band
FIERA kemudian digantikan oleh Nuam. Layaknya pengantin baru, FIERA
mencoba saling memahami dan mengerti satu sama lain. Dan pada kesempatan
yang sama, FIERA mencoba meng-upgrade bersama daya juangnya. Tak
tanggung-tanggung nama band inipun akhirnya disepakati untuk dirubah menjadi
WALI. Dengan demikian, line up band WALI sejak saat itu adalah Faank (Vokal),
Apoy (Gitar/Song Writer), Tomy2 (Drum), Ovie (Keyboard & Synt), dan Nuam
(Bass).3
Nama WALI sendiri diadopsi dari bahasa Indonesia yang berarti wakil.
Penggunaan kata WALI untuk grup band tersebut dikarenakan mudah diucapkan
oleh semua masyarakat Indonesia. Di sisi lain, penggunaan kata WALI sebagai
nama grup juga mewakili segala keterbatasan yang ada bagi Faank dan kawan-
kawan. Beberapa orang kerap menghubungkan nama WALI dengan WALI
SONGO karena melihat latar belakang para personil WALI yang nota bene
berasal dari dunia pesantren dan sempat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Meskipun asumsi tersebut ada benarnya, namun para
personel WALI sendiri tidak pernah secara eksplisit menyatakan hubungan
langsung antara nama band WALI dengan WALI SONGO. Bagi para personil
2 Ketika WALI BAND masih bernama FIERA, Tomy adalah Ihsan.
3 Ibid. Dalam masa promosi album pertama, Nuam yang mengisi posisi Bass harus keluar
dari WALI karena faktor yang kurang begitu jelas. Posisi Bass kemudian digantikan oleh personil
lama band FIERA, yakni Endang, yang berstatus sebagai additional player di WALI Band hingga
saat ini.
58
WALI, bila ada yang mengaitkan nama band WALI dengan WALI SONGO,
anggap saja ―BUY ONE GET ONE FREE‖.4
Gayung bersambut, pada pertengahan tahun 2007 bersama manajernya
yang bernama Adzee dari Positif Art Management, yang juga sempat menjadi
mahasiswa di UIN Jakarta, WALI mendapatkan kesempatan memasuki dunia
rekaman melalui salah satu Major Label bernama NAGASWARA. Sejak saat
itulah nama WALI Band mulai populer dan merekah blantika musik Indonesia
melalui album perdana yang bertajuk ―Orang Bilang‖.5
Genre musik yang diusung oleh band WALI adalah ―Local Pop Creative‖.
Menurut Faank, genre musik WALI disebut ―Local Pop Creative‖ berdasarkan
beberapa alasan tertentu. Disebut lokal karena WALI mengangkat musik-musik
etnis lokal ciri khas Indonesia. Disebut pop karena karena musik WALI memang
beraliran pop. Disebut kreatif karena di dalam musik WALI banyak kreasi-kreasi
yang dimaksudkan sebagai pembeda dengan band-band yang lain. Kendati
demikian, lanjut Faank, sekarang ini masyarakat menjuluki musik WALI dengan
istilah ―Pop Melayu‖. Faank sendiri menyatakan, ―Tapi whatever lah, yang jelas
kalo Wali sendiri gak pernah mengkotak-kotakkan genre.‖6 Dengan demikian,
meskipun WALI mengidentiufikasi genre musiknya dengan istilah ―Local Pop
Creative‖, mereka sesungguhnya menyerahkan perihal tersebut kepada para
konsumen dan penggemar musik WALI.
4 Ibid.
5 Ibid.
6 Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
59
Terkait dengan influence dari musisi-musisi atau band-band lain, Faank
menegaskan bahwa masing-masing personel pada dasarnya memilik influence
yang berbeda-beda. Faank menyatakan:
―Tomy seneng Dave Grohl (Bassis Nirvana—pen.), Mike Portnoy
(Drumer Dream Theater—pen.). Apoy seneng Steve Vai (Solo Guitarist—
pen.), tapi yang paling meng-inflence dia itu lagu-lagu (Rock—pen.) jadul
tahun 1990-an. Ovie seneng sama Yovie Widianto (Kahitna Band—pen.).
Kalo gua sendiri (Faank—pen.) lebih seneng sama Armand Maulana
(GIGI Band—pen.).‖7
Sejak meluncurkan album perdana bertajuk ―Orang Bilang‖, yang
kemudian disusul oleh album-album berikutnya, WALI mulai menjadi salah satu
band populer papan atas di Indonesia dan telah meraih berbagai prestasi sepanjang
karirnya. Pada tahun 2013, WALI bahkan disebut-sebut oleh berbagai media
sebagai salah satu band yang bertarif show termahal di Indonesia. Namun
demikian, bagi para personil WALI, jika benar WALI menjadi band dengan
bayaran termahal, maka hal itu tak menjadi pembenaran bagi mereka untuk
bersikap sombong. Menurut gitaris Wali, Apoy, jika membicarakan soal bayaran,
maka hal itu sangat relatif. Baginya, karena bayaranlah membuat mereka tak bisa
bergerak ke mana-mana. Apoy menyatakan: ―Yang perlu diketahui, selama ini
yang kami kejar bukanlah semata-mata hanya bayaran. Untuk apa uang banyak
kalau enggak bisa membahagiakan orang-orang sekitar kita? Buat apa punya
rezeki banyak kalau orang lain tidak kecipratan?‖8
Apoy menegaskan, jika Wali berbahagia, maka semua orang yang bekerja
sama dan membantu Wali juga harus merasa bahagia. Ia pun menyatakan tak
7 Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
8 Lihat ―Band Wali Dikabarkan Bertarif Show Termahal, Ini Komentar Mereka‖, dalam
http://www.tribunnews.com/seleb/2013/04/24/band-wali-dikabarkan-bertarif-show-termahal-ini-
komentar-mereka, diakses 15 Mei 2014.
60
perlu sombong dengan apa yang sudah diraih Wali hingga saat ini. Bagi Apoy,
―Untuk apa sombong? Toh mereka semua yang mendoakan, membantu. Bukan
hanya orang yang kami kenal yang mendoakan, orang-orang yang tidak kami
kenal pun memberikan doanya kepada kami. Itulah yang membuat kami haram
hukumnya untuk sombong.‖9
B. Biodata Personil WALI
Personil resmi WALI BAND saat ini terdiri dari 4 (empat) orang, yakni
Faank (Vokal), Apoy (Gitar/Song Writer), Tomy (Drum), dan Ovie (Keyboard &
Synt). Berikut ini dideskripsikan biodata dan profil masing-masing personil.
1. Faank (Vocalis)
Nama lengkap Faank adalah Farhan ZM. Posisi Faank dalam WALI BAND
sebagai Vokalis. Faank lahir di Sukabumi pada 23 Mei 1979. Anak ke-2 dari 6
bersaudara ini adalah seorang Muslim. Faank sempat menempuh pendidikan
di Pondok Pesantren La Tansa dan kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Secara musikalitas, Faank ter-influence oleh U2, Deep Purple, GIGI
dan musisi idolanya adalah David Coverdale (Vokalis Deep Purple). Saat ini
Faank bermukim di Jl. Sosial No. 20 RT 02 RW 06 Jatiwaringin Pondok
Gede, Bekasi.
2. Apoy (Gitaris/Song Writer)
Nama lengkap Apoy adalah Aan Kurnia. Posisi Apoy di WALI BAND adalah
sebagai Gitaris. Apoy lahir di Jakarta pada 8 Maret 1979. Anak bungsu dari 9
9 Ibid.
61
bersaudara ini adalah seorang Muslim. Apoy sempat sempat belajar di Pondok
Pesantren La Tansa dan kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara
musikalitas, Apoy ter-influence oleh Offening, Green Day dan Fire Hous.
Musisi idolanya adalah Steve Vai, Joe Satriani dan Andy Tummons. Saat ini
Apoy menetap di di Royal Serpong Village Jl. Cataluna No. 71 Pondok
Jagung Serong Tangerang Banten.
3. Tomy (Drumer)
Nama lengkap Tomy adalah Ihsan Bustomi. Posisi di WALI BAND sebagai
Drumer. Ia lahir di Jakarta pada 30 Januari 1984. Anak ke-4 dari 5 bersaudara
ini adalah seorang Muslim. Pendidikan terakhir Tommy adalah S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara musikalitas, Tomy ter-influence oleh
Nirvana, Green Day dan RATM. Musisi idolanya Dave Grohl, Virgie Donati,
Benyamin. S dan Tre Cool. Saat ini Tomy tinggal di Jl. Trigasi Taman 3 Blok
B3 No. 01 RT 04 RW 11 Bekasi Timur.
4. Ovie (Keyboardis)
Nama lengkap Ovie adalah Hamzah Shopi. Posisi di WALI BAND sebagai
Keyboardis. Ovie lahir di Bogor pada 03 November 1985. Anak ke-4 dari 5
bersaudara ini adalah seorang Muslim. Oppy sempat kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, namun tidak sempat menyelesaikan studinya di kampus
tersebut. Secara musikalitas, Ovie ter-influence oleh Gun n’ Roses (GNR),
DEWA 19, POTRET, dan SLANK. Musisi idolanya adalah Richard
Clayderman, Bon Jovi, Ahmad Dani, Anto Hoed, Mely Goeslaw, Daniel
62
Sahuleka dan Maxim. Ovie saat ini menetap di Jl. Cilebut Raya RT 01 RW
001 No. 41 Kec. Sukaraja, Bogor.
C. Diskografi WALI
Sepanjang karirnya di blantika musik Indonesia, WALI telah merilis 3
album (#1 Orang Bilang, #2 Cari Jodoh, #3 Aku Bukan Bang Toyib), mini album
(Ingat Shalawat), album 3 in 1 (Cari Berkah dan Cinta Itu Amanah), dan beberapa
single album, salah satunya adalah ―Abatasa‖ yang sempat begitu populer di
kalangan masyarakat karena dijadikan sebagai theme song program Ramadhan
tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV.10
Album pertama WALI diberi judul ―Orang Bilang‖. Album ini dirilis pada
tahun 2008 dengan mengangkat hit single yang berjudul ―Dik‖. Lagu ―Dik‖ yang
diciptakan oleh Apoy ini bercerita tentang ungkapan rasa sayang dan cinta abadi
seseorang terhadap pasangannya. Lagu-lagu lain dalam album ini antara lain
―Emang Dasar‖ yang bercerita tentang kekesalan seorang wanita terhadap
pasangannya yang berselingkuh, ―Orang Bilang‖, ―Tetap Bertahan‖, ―Egokah
Aku‖, dan sebagainya. Keseluruhan lagu dalam album ini diciptakan oleh Apoy
(gitaris). Album ini terdiri dari 10 (sepuluh) lagu dengan judul-judul sebagai
berikut: (1) Orang Bilang; (2) Dik; (3) Tetap Bertahan; (4) Egokah Aku; (5)
10
Lihat ―Trend Lagu Religi di Bulan Ramadhan‖, dalam
http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses 14 Mei
2014; dan ―Single Abatasa Wali di Posisi 1 Weeekly Top 10 Flexy Tone‖, dalam
http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_1_Weeekly_Top
_10_Flexy_Tone, diakses 14 Mei 2014.
63
Sahabat… Aku Cinta; (6) Emang Dasar; (7) Ku Bangga; (8) Aku Bukan Taruhan;
(9) Maafkan Aku Tak Setia; dan (10) Aku Sakit.11
Album kedua WALI dirilis pada tahun 2009 dengan judul ―Cari Jodoh‖.
Lagu Cari Jodoh datang dari curhatan para sahabat, sehingga membuat Apoy
tertarik untuk menghadirkan karya yang memang disukai banyak orang dan
dihadirkan lewat sentuhan hati dan kejujuran. Tembang Cari Jodoh juga sempat
masuk dalam kompilasi SCTV by Request. Semenjak berhasil bikin ―sengatan‖ di
scene musik lokal, WALI semakin pandai dalam meracik kumpulan nada-nada
menjadi terdengar lebih harmonis. Buktinya, di album kedua ini sejumlah lagu
seperti ―Baik-Baik Sayang‖, ―Yank‖, ―Kekasih Halal‖, ―Puaskah‖ hingga ―Jodi‖
(Jomblo Ditinggal Mati) hadir dalam lirik dan aransemen yang jujur, jelas, dan
easy listening. Album ini memuat 10 (sepuluh) lagu dengan judul-judul sebagai
berikut: (1) Cari Jodoh; (2) Baik-baik Sayang; (3) Harga Diriku; (4) Jodi; (5)
Jangan Tuduh Aku; (6) Kekasih Halal; (7) Puaskah; (8) Yank; (9) Adinda; dan
(10) Suka Atau Tidak.12
Hampir semua lagu-lagu WALI di album ini mewakili kejadian, perasaan,
kondisi seseorang, dan segala sesuatu yang sering dialami banyak orang, Karena
memang sejak awal, lagu-lagu WALI inginnya dapat mewakili perasaan setiap
orang. Misalnya lagu Baik-Baik Sayang. Lagu itu sebuah jawaban keseharian
orang terhadap teman atau pacarnya untuk menenangkan hati. Kalo Kekasih
Halal, tentang harapan seorang cowok mendapat kekasih yang sesuai dengan
perasaannya. Yang heboh mungkin Jodi. Lagu ini tentang kesetiaan. Liriknya
11
Lihat http://www.waliband.net/discography1.php, diakses 14 Mei 2014. 12
Lihat http://www.waliband.net/discography2.php, diakses 14 Mei 2014.
64
agak memprihatinkan karena ditinggal kekasih. Tapi bagaimana caranya harus
terdengar bahagia ditengah kesedihan.13
Semenjak mendapat respon yang luar biasa, WALI dianggap berhasil
menancapkan karirnya di scene musik lokal. Terbukti, empat single yang
diluncurkan di album Orang Bilang, yaitu Dik, Egokah Aku, Emang Dasar & Aku
sakit berhasil memikat banyak orang. Terbukti, angka aktivasi Ring Back Tone
(RBT) tembus hingga 4 juta download lebih. Hasil ini tentunya menjadi sebuah
prestasi yang nggak bisa dipandang remeh. Di tahun 2010, WALI meraih
kesuksesan besar. Kesuksesan lagu Cari Jodoh yang dibawakan band WALI telah
melanglang buana di belahan Eropa dan mendapat perhatian dari pecinta musik di
sana. Lagu Cari Jodoh, yang versi Inggrisnya berjudul ―I No Can Do‖,
dilantunkan penyanyi Fabrizio Faniello. Menyusul berikutnya, lagu Baik Baik
Sayang dari album kedua WALI memanen Top Download kurang lebih 26 juta
downloader, meraih rekor MURI, dialihbahasakan dan kembali dinyanyikan juga
Fabrizio dengan judul ―My Heart Is Asking You‖. Kesuksesan lagu Baik-baik
Sayang kemudian diangkat ke layar lebar berjudul sama dengan lagunya, ―Baik-
baik Sayang‖. Film ini berlatar belakang cerita di lingkungan pesantren. Para
personel Wali, YAKNI Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomi (drum), Ovie
(keyboard) berperan sebagai dirinya sendiri.14
Pada tahun yang sama, yakni 2009, WALI meluncurkan sebuah mini
album bertema religi dengan judul album ―Ingat Sholawat‖. Dengan lagu andalan
bertajuk ―Mari Sholawat‖, sebuah lagu yang mengambil nafas dari Sholawatan
13
Ibid. 14
Ibid.
65
tapi diramu dengan sentuhan pop yang ringan dan sedikit sound rock di dalamnya.
Lagu ini juga memiliki sentuhan nuansa etnis serta memasukkan lirik jenaka,
sehingga lagu ini bisa diterima dengan mudah tapi dengan pesan yang cukup kuat.
Bahkan di album ini, mereka juga meluncurkan idiom-idiom baru, yang juga
mempunyai makna dan pesan yang kuat. Seperti tampak di lagu lainnya yang
berjudul ―Tomat‖ (Tobat Maksiat). Lagu tersebut juga dipakai untuk soundtrack
sinetron ―Islam KTP‖ di SCTV yang membuat lagu ini semakin disukai dan pesan
yang ada di dalam lagu ini semakin mengena di hati masyarakat. Mini album
Ingat Shalawat ini terdiri dari 5 (lima) lagu dengan judul-judul sebagai berikut: (1)
Ya Allah; (2) Tuhan; (3) Mari Shalawat; (4) Tomat (Tobat Maksiat); dan (5) Aku
Cinta Allah.15
Album ketiga WALI dirilis pada tahun 2011 dengan judul ―Aku Bukan
Bang Toyib‖. Menurut Apoy, album ―Aku Bukan Bang Toyib‖ ini memiliki
benang merah dari konsep album ―Cari Jodoh‖. Kalau album Cari Jodoh banyak
berkisah soal para pesonel WALI yang belum punya jodoh saat itu, maka di
album ketiga lagu-lagu WALI banyak bercerita seputar pengalaman mereka
sebagai orang yang sudah menikah, khususnya Apoy, Faank dan Tomi—ketika itu
hanya Ovie satu-satunya personil WALI yang belum menikah. Salah satunya
adalah kisah yang digulirkan dalam lagu ―Aku Bukan Bang Toyib‖. Siapa pun
mafhum, sebutan ―Bang Toyib‖ selalu ditujukan kepada para suami pekerja keras
yang lupa pulang ke rumah, lupa kepada anak dan istri. Sebaliknya, meski
tergolong ke dalam suami-suami pekerja keras, para personil WALI tak mau
15
Lihat http://www.waliband.net/discography3.php, diakses 14 Mei 2014.
66
disamakan ke dalam jenis ―Bang Toyib‖ di atas. Bang Toyib dalam versi band itu,
adalah Bang Toyib yang memang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak
istri mereka. Menurut Apoy, ―Jujur saja, sekarang istri-istri kita mulai teriak
karena kesibukan kita yang luar biasa. Tapi kesibukan kita itu karena benar-benar
kerja. Bukan sengaja menjadi Bang Toyib yang lupa anak istri. Artinya sesibuk
apa pun, kita pasti pulang ke rumah.‖16
Namun demikian, secara musikalitas, dalam album ketiga ini Apoy
memastikan bahwa WALI tidak berubah. Sejak awal, WALI telah sepakat untuk
tampil dengan karakter musik yang ringan, agar mudah diterima sebagian besar
masyarakat Indonesia. Pilihan ini tentu saja sebanding dengan kesuksesan besar
yang diraih WALI sejak menelurkan album ―Cari Jodoh‖ di tahun 2009. Hingga
bulan Desember 2010, WALI telah mencatat pemakaian Ring Back Tone (RBT)
dari lagu-lagu mereka di titik 25 juta pengguna. Sulit membayangkan jika ada
band lain di Indonesia atau dunia yang dapat melampaui rekor band dari Ciputat,
Tangerang Selatan ini. ―Hanya saja, ada filosofi tersendiri di album terbaru
WALI. Filosofi-filosofi itulah yang sangat mempengaruhi tema dari lagu-lagu
yang kita buat,‖ jelas Apoy. Album ini terdiri dari 10 (sepuluh) lagu dengan judul-
judul sebagai berikut: (1) Aku Bukan Bang Toyib; (2) Aku Tidak Malu; (3)
Doaku Untukmu Sayang; (4) Langit Bumi; (5) Masih Adakah; (6) Nenekku
Pahlawanku; (7) Salam Rindu; (8) Sayang Lahir Batin; (9) Setia Jujur dan Taqwa;
dan (10) Yang Penting Halal.17
16
Lihat http://www.waliband.net/discography4.php, diakses 14 Mei 2014. 17
Ibid.
67
Pada tahun 2012, WALI merilis Album 3 in 1 bertajuk ―Cari Berkah dan
Cinta Itu Amanah‖. Album 3 in 1 ini memuat beberapa lagu-lagu di album
sebelumnya ditambah tiga single terbaru WALI, di antaranya ―Cari Berkah‖
(CABE), ―Cinta Itu Amanah‖ (CIA) dan ―Sayang Lahir Batin‖. Menurut Apoy,
proses terciptanya lirik ―Cari Berkah‖ tidak lepas dari pengalaman panjang
kehidupan dia dan rekan-rekannya. Para personil WALI semula bukan siapa-
siapa. Namun siapa yang bisa menduga, setiap album yang mereka telurkan
mendapat sambutan hangat dari masyarakat sehingga saat ini WALI merupakan
salah satu band besar di Tanah Air. Menurut Apoy, ―intinya, rejeki yang kita
dapat selama ini adalah manusia yang jamin, sementara keberkahannya hanya
Allah yang jamin. Jadi jangan takut berbagi, tidak akan miskin.‖ Album 3 ini 1 ini
dirilis pada 24 Oktober 2012 secara live on air di SCTV dan didistribusikan di
KFC Store di seluruh Indonesia. Album 3 in 1 ini memuat 14 (empat belas) lagu
sebagai berikut: (1) Cari Berkah; (2) Cinta Itu Amanah; (3) Sayang Lahir Batin;
(4) Doaku Untukmu Sayang; (5) Nenekku Pahlawanku; (6) Baik-baik Sayang; (7)
Harga Diri; (8) Dik; (9) Tobat Maksiat (Tomat); (10) Puaskah; (11) Emang Dasar;
(12) Aku Bukan Bang Toyib; (13) Yang; dan (14) Cari Jodoh.18
D. Prestasi WALI
Sepanjang karirnya di industri musik Tanah Air, WALI telah meraih
berbagai prestasi, penghargaan dan popularitas di mata masyarakat Indonesia.
Lebih dari itu, buah dari kerja keras serta dedikasi penuh WALI di ranah industri
18
Lihat http://www.waliband.net/discography5.php, diakses 14 Mei 2014
68
musik Indonesia telah mengukuhkan WALI sebagai salah satu band papan atas
yang bertarif show termahal di Indonesia, bahkan telah merambah ke pasar musik
mancanegara. Dalam perjalanan panjang itu, WALI telah meraih banyak sekali
penghargaan. Beberapa penghargaan tersebut dapat dilhat dalam tabel di bawah
ini.19
Tabel 1. Penghargaan WALI BAND
2013 : SCTV Inbox Awards 2013 untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada
tanggal 28 September 2013
Anugerah Apresiasi Pendidikan Islam dari KEMENAG RI sebagai
Santri Pengembang Seni dan Tradisi Islam pada tanggal 13 Desember
2013
2012 :
Smartone Nagaswara Music Awards 2012 kategori "Best Of The
Best" dengan single "Sayang Lahir Bathin" pada tanggal 9 Desember
2012 di Hongkong
IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) Awards 2012 kategori "Artis
Peduli Zakat" pada tanggal 4 Oktober 2012
SCTV Inbox Awards 2012 untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada
tanggal 28 September 2012
SCTV Music Awards 2012 untuk kategori ―Album Pop Grup Ngetop‖
pada tanggal 27 April 2012
2011 : Halo Selebriti Awards 2011 (SCTV) untuk kategori ―Band Paling
Favorit‖ pada Oktober 2011
Inbox Awards 2011 (SCTV) untuk kategori ―Band Paling Inbox‖ pada
tanggal 25 September 2011
SCTV Awards 2011 untuk kategori ―Band Paling Ngetop‖ pada
tanggal 25 November 2011
Nagaswara Music Awards (NMA) 2011 untuk kategori ―Best Album‖
pada tanggal 3 Desember 2011
Islam Fair Indonesia Awards 2011 untuk kategori ―Tokoh Musik dan
Seni‖ pada tanggal 9 Desember 2011
2010 : Penghargaan 13 th AMI Awards untuk I-Ring Terbanyak tahun 2010
Special Award dalam SCTV Music Award untuk RBT Terlaris tahun
2010
Penghargaan SCTV Music Award untuk Lagu Paling Ngetop tahun
19
Lihat http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014.
69
2010
Penghargaan SCTV Music Award untuk Album POP Duo/Band
Ngetop tahun 2010
Penghargaan 15th TELKOMSEL untuk The Best Artist Of Digital
Music 2009-2010 pada tanggal 26 Mei 2010
Penghargaan NAGASWARA untuk 16 Juta Download RBT 2nd
Album Cari Jodoh tahun 2010
Penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia atas rekor Perolehan
RBT terbanyak dalam waktu 4 bulan pada Maret 2010
Penghargaan 11 Tahun Halo Selebriti untuk ―Band favorit Pilihan
Pemirsa Halo Selebriti SCTV‖ pada tanggal 18 Oktober 2010
Penghargaan Sahabat Setia SmarTone untuk category My Favorite
Song of 2010 Award di Hongkong pada November 2010
Penghargaan Sahabat Setia SmarTone untuk category Band of the
Year Award di Hongkong pada November 2010
Nagaswara Music Award untuk kategori ―Most Band Perform‖ pada
tanggal 7 Desember 2010
Nagaswara Music Award untuk kategori ―Special Award Best
Achievement‖ pada tanggal 7 Desember 2010
Indigo Award 2010 untuk kategori ―Best Digital Music Band/Duo‖
pada tanggal 8 Desember 2010
2009 : Inbox Award SCTV untuk Nada Sambung Pribadi Terlaris tahun 2009
Penghargaan Klik Award untuk Video Clip Ter-request tahun 2009
Penghargaan INDOSAT Top Download tahun 2009
2008 :
Penghargaan NAGASWARA 2008 untuk 1.000.000 RBT Download
Lagu D.I.K No.1 di Telkomsel, Xl Dan Indosat pada tanggal 22 mei
2008
2002 : Faank: 3rd Winner The Best Vocal IAIN se-Indonesia, tahun 2002
Sumber:http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014.
E. Lembaga Sosial WALI
Tahun 2009-2010 merupakan sejarah penting eksistensi WALI dalam
industri musik di Indonesia. WALI seakan sampai pada puncak karirnya di dunia
musik Indonesia. Bagaimana tidak, musik-musik WALI mendapatkan tempat
ternyaman dihati mayoritas masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
70
hadirnya berbagai macam penghargaan untuk WALI band. Dari mulai Top RBT
Download dari berbagai operator telekomunikasi Indonesia hingga MURI pun
tidak ketinggalan memberikan penghargaan yakni rekor perolehan download
terbanyak hanya dalam 4 bulan sejak album ke 2 di rilis. Diperkuat pula oleh
perolehan award dari NAGASWARA sebagai label musik yang menaungi WALI,
yakni WALI telah sukses meraih 16 ribu download RBT untuk lagu baik baik
sayang dan cari jodoh. Alhasil, WALI menjadi sebuah fenomena baru dalam
industri musik Indonesia yang diwakili oleh sebuah band sederhana yang mampu
menembus rekor trend RBT di Indonesia bahkan dunia.20
Keberhasilan WALI dalam karirnya di dunia musik tidak lantas WALI
kehilangan jati dirinya dan melupakan masa lalunya. WALI band yang kita kenal
pernah mengenyam pendidikan di pesantren, merasa perlu lebih mengamalkan
ajaran-ajaran agama yang pernah mereka peroleh di pesantren dulu.
Pengamalannya justru ingin mereka tingkatkan saat mereka sampai pada puncak
kesuksesan seperti saat ini. Mereka sadar kesuksesan yang mereka raih tidak lepas
dari dukungan dan juga doa dari orang tua, kerabat, guru serta para sahabat yang
sejak awal mendukungnya. Oleh karenanya mereka tidak melupakan bahwa saat
mereka sukses mereka pun harus membantu meringankan beban orang lain,
utamanya adalah para dhuafa yang seringkali terpuruk menghadapi kehidupan
yang semakin menggilas.21
Maka sejak 2010 WALI BAND dan managemen sepakat menyisihkan
pendapatannya untuk disalurkan kepada yang berhak, utamanya dalam dunia
20
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=50, diakses 14 mei 2014. 21
Ibid.
71
pendidikan. Dana sosial berupa zakat, infaq dan shodaqoh WALI dan
management, yang semula dikeluarkan sendiri-sendiri, sejak saat itu mulai
dikelola dalam tubuh management WALI. Seiring waktu dan semakin
berkembangnya program-program sosial WALI band maka timbul dan terbesitlah
niatan untuk melembagakan aksi-aksi sosial WALI dalam sebuah organisasi sosial
tersendiri. Atas dasar kebutuhan akan standar profesionalisme dalam sebuah
organisisi sosial, maka pada 3 April 2012 WALI BAND dan managemen
membentuk sebuah organisasi sosial, kemanusiaan dan keagamaan yang bernama
WALI Care Foundation (WCF). WCF adalah organisasi non profit di bidang
sosial, kemanusian dan keagamaan serta pendidikan. Badan hukum lembaga ini
adalah Yayasan sejak dikeluarkannya Akta notaris Irwan Azwir Tanjung SH,
tepatnya tanggal 3 April 2012 dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM, Nomor:
AHU – 3994. AH. 01.04. WCF didirikan dengan tujuan membantu meringankan
kesulitan dan beban hidup kaum fakir miskin terutama pada kebutuhan mendasar
manusia berupa sandang, pangan dan papan juga kesehatan dan pendidikan.22
Visi WCF adalah ―terwujudnya masyarakat berdaya dan mandiri yang
bersumber pada kepedulian publik dalam skala nasional dan internasional.‖
Adapun misi WCF adalah: (1) Membangun dan Meningkatkan nilai kepedulian
serta partisipasi sumbangsih masyarakat lokal dan global; (2) Mendorong
kerjasama program terhadap organisasi sosial ditingkatan nasional dan
internasional; (3) Menumbuhkembangkan dan mendayagunaan aset masyarakat
melalui muamalat syariah untuk kepentingan umat secara global (rahmatan lil
22
Ibid.
72
‘alamin); dan (4) Mengembangkan nilai zakat, Infaq, Shodaqoh, Hibah, Wakaf
sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan.23
Sebagai sebuah lembaga sosial kemanusiaan, WCF memiliki beberapa
program, antara lain: (1) Pemberdayaan Bantuan Sosial; (2) Penghimpunan Dana
Sosial; dan (3) Zakat & Wakaf Produktif.
Dalam bidang Pemberdayaan Bantuan Sosial, WCF telah melakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut:24
1. SALAMI, Sekolah Pelatihan dan Keterampilan Insani (Program pelatihan
life sklill dan pengembangan talenta bagi yatim, dhuafa, dan anak
terlantar)
2. KAMPUNG TIMPANG, Program pemberdayaan masyarakat pedesaan
dan wilayah kumuh perkotaan
3. TETAP BERTAHAN, Program tanggap bencaran
4. PARA PENGABDI, Program pengabdian guru dan ustadz ke daerah
terpencil dan pemukiman kumuh padat penduduk
5. SAFARI BERKAH, Program kunjungan WALI band ke panti asuhan dan
pondok pesantren
6. BENAH SURAU, Program pembelajaran agama dan skill masyarakat
seputar musholla hingga renovasi bangunan
7. SEMARAK HARI BERKAH, Program acara dalam memeriahkan hari
besar Islam dan nasional
23
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=52, diakses 14 Mei 2014. 24
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=44, diakses 14 Mei 2014.
73
8. KAMPUNG DUNIA & AKHIRAT, Majelis dzikir, fikir, sedekah dan
penampilan musik kaum muda, pengajian bulanan bersama WALI dan
para DAI nasional dan internasional
9. AKU TIDAK MALU, Program bantuan alat bantu dan pemberdayaan
penyandang cacat
10. ASAH ASIH ASUH, Program beasiswa bagi anak yatim dan dhuafa TK-
SMP
11. SOLEH SMART REGENERATION, Program beasiswa bagi anak yatim
dan dhuafa SMA-Kuliah
12. BAIK BAIK SAYANG, Program bantuan bagi penderita sakit keras
13. BTS, Bantuan tepat sasaran, program santunan langsung bagi yatim dan
dhuafa
14. NENEKKU PAHLAWANKU, Program bantuan bagi jompo dan lansia
terlantar
15. CAHAYA TUNANETRA, Program pemberdayaan skill dan keagamaan
bagi penyandang tunanetra
16. AMBULANCE UMMAT
17. GARASI MEDIKA & KLINIK KELILING
18. DONOR DARAH & SUNATAN MASSAL
19. BANTUAN PEMAKAMAN DHUAFA.
Dalam bidang Penghimpunan Dana Sosial, WCF telah melakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut:25
25
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=42, diakses 14 Mei 2014.
74
1. KAIS (Kantong Infaq dan Shodaqoh)
2. ZAHA (Zakat Hartaku)
3. KENCANA (Kemanusiaan dan Bencana)
4. KAYA (Kantor Yatim)
5. DAMIMI (Pemberdayaan Ekonomi Mikro)
6. BENDI (Beasiswa Pendidikan)
7. PS-2T (Peduli Sarana dan Prasarana Sekolah)
8. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
9. RUMII (Rumah Ibadah Islam)
10. SAM KLIN (Sedekah Ambulance dan Klinik Pengobatan
11. MADU (Makam Dhuafa)
12. WAKAF KU (Wakaf Kita untuk Ummat)
13. TAQUR (Tabungan Qurban)
14. PUNDI CSR (Pundi Corporate Social Responsibility).
Dalam bidang Zakat & Wakaf Produksif, WCF telah melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:26
1. Yang Penting Halal (Program pemberdayaan kemandirian ekonomi bagi
fakir miskin)
2. Salami (Sekolah Alam Qur’ani) – (Pondok Pesantren Pemberdayaan untuk
Yatim Dhuafa/P3YD)
3. Rumah Pengobatan Dhuafa/RPD (Klinik pengobatan gratis untuk kaum
fakir miskin)
26
Lihat http://walicare.org/blog/?page_id=46, diakses 14 Mei 2014.
75
4. Rumah Asuh Fuqoro (Panti Asuhan anak fakir miskin, yatim piatu dan
jompo terlantar)
5. Pondok Talenta (Rumah singgah Anak usia produktif yang terlantar)
6. Bangun Tani & Nelayan/BTN (Program pemberdayaan petani, peternak
dan nelayan fakir.
F. Dakwah Musikal WALI
Wacana yang diangkat dalam lagu-lagu WALI pada dasarnya berkisar di
seputar tema-tema musik pop secara umum. Namun demikian, di mata masyarakat
WALI identik dengan band Musik Religi lantaran latar belakang para personelnya
yang berasal dari pendidikan pesantren dan pernah menjadi mahasiswa di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Lebih dari itu, para personel WALI kerap dianggap
ustadz di kalangan para musisi dan artis Indonesia lantaran kerap mengangkat
tema-tema keislaman dalam beberapa lagu-lagu yang diciptakan Apoy. Pandangan
masyarakat ini nampaknya cukup representatif. Hal ini dapat dilihat dalam lagu-
lagu Religi WALI yang mencerminkan latar belakang para personelnya sebagai
santri dan penguasaan mereka terhadap wawasan keislaman yang cukup
mendalam, sebagaimana dapat dilihat, misalnya, dalam lagu ―Abatasa‖. Menurut
Faank, ―selain huruf hijaiyah, Abatasa itu kalo diplesetin artinya ―Anak Band Tapi
Santri‖. Di satu sisi kita anak band, di sisi lain kita santri.‖27
Menurut Faank, WALI mengangkat tema-tema keislaman karena dakwah
merupakan kewajiban setiap individu. Seraya mengutip pandangan Apoy, Faank
27
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
76
menyatakan bahwa dakwah itu bukan hanya tugas atau kewajiban Ustad dan Kyai.
Setiap individu itu wajib berdakwah dengan cara apapun. Karena kebetulan saat
ini WALI bekerja sebagai musisi, maka WALI berdakwah melalui lagu. Oleh
karena itu, WALI kerap menyisipkan pesan-pesan dakwah dalam lagu-lagunya.
Namun demikian, lanjut Faank, ―WALI tidak bermaksud mendakwahi orang lain
atau menasehati orang lain, tetapi lebih menasehati diri sendiri, karena para
personel WALI sendiri merasa belum menjadi manusia (Muslim) yang sempurna.
Kalaupun ada orang-orang tertentu yang terinspirasi atau tergerak oleh lagu-lagu
religi WALI, itu adalah bonus dari lagu-lagu tersebut.‖28
Faank sendiri tidak
begitu mengetahui sejauh mana efektifitas lagu-lagu religi WALI terhadap para
pendengarnya, karena menurutnya hal itu membutuhkan survey tersendiri. Namun
demikian, menurut laporan yang diterima Faank dari beberapa audiens, lagu-lagu
WALI telah menginspirasi mereka untuk lebih rajin melaksanakan shalat dan
meningkatkan perasaan religiusitas mereka.
Terkait status musik dalam Islam, Faank berpendapat bahwa Islam itu
fleksibel dan memberikan kemudahan kepada umatnya untuk melakukan sesuatu,
termasuk bermusik, sejauh tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan
Islam. Dengan demikian, status musik dalam hukum Islam pada dasarnya halal.
Menurut Faank, jika status musik dalam Islam diharamkan, kenapa Rhoma Irama
yang memiliki pengetahuan agama yang jauh lebih baik daripada para personel
WALI juga memainkan musik, bahkan dikenal sebagai Raja Dangdut. Faank juga
mencontohkan para Wali Songo yang menggunakan musik sebagai media
28
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
77
dakwah. Di samping itu, dalam persoalan tersebut WALI juga kerap meminta
nasihat dari para ulama. Menurut Faank, para ulama yang dimintakan
pendapatnya menyatakan bahwa musik halal menurut Islam sepanjang musik itu
tidak digunakan untuk sesuatu yang berbau maksiat. Menurut Faank, saat ini
musik tengah digandrungi oleh pelbagai kalangan di Indonesia, oleh karena itu
musik dapat digunakan untuk meularkan hal-hal yang baik kepada masyarakat.
Menurut Faank, musik Islami tidak ditentukan oleh genre, aliran atau instrumen
yang dimainkan oleh musisi, melainkan dalam lirik-lirik yang bermuatan pesan-
pesan Islam.29
G. Gambaran Umum Lagu Abatasa
Salah satu single musik religi WALI yang sempat begitu populer di
kalangan masyarakat adalah ―Abatasa.‖ Tak lama setelah dirilis dan dijadikan
sebagai theme song program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV,
lagu ―Abatasa‖ langsung direspon positif dan digandrungi oleh masyarakat
pecinta musik Indonesia. sebagaimana lagu-lagu lainnya, lagu ―Abatasa‖
diciptakan oleh gitaris sekaligus song writer WALI, yakni Apoy.
Sebelum menguraikan analisis tentang pesan-pesan dakwah dalam lagu
―Abatasa‖ pada bab berikutnya, penulis akan mendeskripsikan terlebih dahulu
latar belakang historis penciptaan lagu ―Abatasa‖ dan motivasi dasar penciptaan
lagu tersebut oleh pengarang. Menurut Apoy, proses penciptaan lagu abatasa
dimulai ketika tour WALI Jawa Timur. Ketika itu, terbersit dalam benak Apoy
29
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
78
untuk menciptakan lagu yang memuat pesan dakwah untuk anak-anak Muslim
Indonesia. Apoy menyatakan:
―Proses penciptaan lagu Abatasa dimulai ketika tour Jawa Timur.
Inspirasinya begini. Abatasa itu kan huruf hijaiyah yang paling mudah
diucapkan oleh anak-anak kecil. Dengan Abatasa, saya ingin
memperkenalkan lagu yang sangat mudah, familiar dan tidak asing untuk
anak-anak kecil. Tetapi di situ juga ada makna Ilahinya. Jadi dengan alif
ba ta tsa jim ha, anak-anak kita ajak untuk mengenal Allah. Dengan alif ba
ta tsa jim ha, anak-anak kita kenalkan aqidah. Bahkan anak-anak pra SD
pun biasanya yang diajarkan pertama kali adalah alif ba ta tsa jim ha. Dan
akhirnya alif ba ta tsa jim ha ini juga yang mewakili huruf hijaiyah yang
lain dan membuat mereka jadi penasaran apa sih huruf-huruf hijaiyah yang
lain selain alif ba ta tsa jim ha.‖30
Senada dengan Apoy, Faank menyatakan sebagai berikut:
―Tujuan dari penciptaan lagu Abatasa adalah: Pertama, mengenalkan
huruf hijaiyah kepada anak-anak; Kedua, menggunakan musik sebagai
media pengenalan huruf hijaiyah karena anak-anak biasanya lebih mudah
meresapi suatu ajaran lewat lagu.‖31
Untuk mencapai tujuan di atas, dalam lagu Abatasa Apoy menggunakan
idiom-idiom keislaman yang telah dikenal luas oleh masyarakat Muslim Indonesia
seperti mushalla, pengajian, ustadz Mahmudin, mukmin, taqwa, syurga dan
sebagainya. Menurut Apoy, penggunaan idiom-idiom yang sudah sangat populer
di kalangan umat Islam itu merupakan strategi agar lagu Abatasa mudah dihapal
dan pesan-pesan keislaman yang terkandung di dalamnya mudah diserap oleh
masyarakat. Apoy menyatakan:
―Dalam lagu tersebut saya menggunakan mama ustadz Mahmudin sebagai
tokoh fiktif. Ini lebih kepada pengucapan aja agar lebih mudah dan
Mahmudin ini nama yang lumayan umum. Dan lagi-lagi, kenapa
mencantumkan nama ustadz Mahmudin? Supaya lagu ini juga punya
perhatian tersendiri bagi para pendengarnya untuk semakin penasaran
terhadap konten selanjutnya… Jadi ini lebih pada strategi; Abatasa, ustadz
30
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan. 31
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
79
Mahmudin dan haqqul yaqin, semua itu adalah strategi saya, padahal
intinya adalah Allah.‖32
Senada dengan Apoy, Faank menyatakan:
―Ustad Mahmudin itu tokoh fiktif. Awalnya ustad Muttaqin, saya bilang
itu kan nama saya, saya bukan ustad. Makannya kita cari nama lain dan
ketemu nama Mahmudin. Biasanya dalam Islam nama yang ada ―din‖-nya
identik dengan sosok religius, makanya nama Muttaqin kita ganti menjadi
Mahmudin.‖33
Dengan demikian, pesan yang hendak disampaikan oleh pencipta dalam
lagu Abatasa adalah penanaman akidah kepada anak-anak Muslim Indonesia dan
mendorong mereka untuk mempraktikan ajaran-ajaran Islam baik dalam aspek
syariah maupun akhlak.
32
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan. 33
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
80
BAB IV
PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA
A. Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa
Dalam bagian ini, penulis akan menganalisis isi pesan dakwah dalam lagu
Abatasa grup band Wali. Isi pesan dakwah dimaksud mencakup dimensi akidah,
syariah dan akhlak. Sebelum memaparkan analisis penulis, berikut ini
dideskripsikan lirik lagu Abatasa secara utuh.
Song I
Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu
Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku
Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin
Reff
Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
Song II
Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin
Kan mak yang ngajarin Islam itu haqqul yaqin
Reff
Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
81
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
Amin, amin, amin!
1. Pesan Akidah
Dalam bab II telah dikemukakan bahwa akidah berkaitan dengan
keyakinan seorang Muslim terhadap dasar-dasar ajaran Islam yang
tercakup dalam rukun iman. Dengan demikian, pesan akidah dalam
penelitian ini berkaitan dengan upaya grup band Wali untuk menyebarkan
dan menanamkan pengertian akidah Islam yang berpangkal dari rukun
Iman kepada audiens atau pendengar melalui lagu Abatasa.
Pesan akidah dalam lagu Abatas dapat dilihat dalam bagian Reff
dan Song II sebagai berikut:
Reff
Alif ba ta tsa jim ha Allah Tuhan kita semua
Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya sampai yang miskin
Alif ba ta tsa jim ha mari kita tingkatkan takwa
Kha dal dzal ro zai sin syin masuk syurga yok bilang amin
Song II
Kan mak yang ngajarin kita harus jadi orang mukmin
Kan mak yang ngajarin Islam itu haqqul yaqin
Dalam bait-bait lagu di atas, pengarang mengekspresikan beberapa
idiom-idiom keislaman yang berdimensi akidah seperti “Allah”, “takwa”,
“syurga”, “mukmin” dan “haqqul yaqin”.
Bait pertama dan kedua dalam Reff yang berbunyi “Alif ba ta tsa
jim ha Allah Tuhan kita semua, Kha dal dzal ro zai sin syin dari yang kaya
82
sampai yang miskin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan inti
tauhid, yakni kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bait ini
merefleksikan upaya pengarang untuk mengingatkan kembali esensi
Rukun Islam pertama, yakni mengucapkan syahadat “la ilaha illallah,
muhammadun rasulullah ”. dalam bait tersebut, aspek yang ditekankan
adalah la ilaha illallah. Kalimat ini merupakan ikrar atau kesaksian
seorang Muslim bahwasanya tidak ada yang berhak disembah di langit dan
di bumi dengan haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bait ketiga dalam Reff yang berbunyi “Alif ba ta tsa jim ha mari
kita tingkatkan takwa” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan nilai
taqwa. Taqwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya. Dalam pengertian itu terkandung seluruh aspek ajaran Islam yang
tercermin dalam perilaku taqwa. Taqwa diaplikasikan dalam hubungan
seseorang dengan Tuhan, yaitu hubungan antara seorang makhluk dengan
Khaliknya. Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah hubungan
perhambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan
diri kepada Allah. Ketaatan dan kepatuhan kepada Allah diawali dengan
pengakuan dan keyakinan akan kemahakuasaan-Nya. Keyakinan itu akan
mendorong untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, berupa taat dan
patuh kepada semua aturan yang telah digariskan Allah. Ketaatan dan
kepatuhan yang didasarkan atas keyakinan akan melahirkan ketenangan
batin dan keikhlasan.
83
Bait keempat dalam Reff yang berbunyi “Kha dal dzal ro zai sin
syin masuk syurga yok bilang amin” memuat pesan akidah yang berkaitan
dengan kepercayaan muslim terhadap hari akhir, khususnya surga. Bait ini
menekankan bahwa seorang Muslim harus beriman bahwa surga adalah
hak, yang disediakan hanya bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, dan harus senantiasa berharap dan merindukan surga Allah
di akhirat kelak.
Bait pertama dalam Song II yang berbunyi “Kan mak yang
ngajarin kita harus jadi orang mukmin” memuat pesan akidah yang
berkaitan dengan pengakuan seseorang sebagai mukmin. Istilah mukmin
ini berkaitan dengan trilogi islam, iman dan ihsan. Dilihat dari prestasi
amaliyahnya, kaum muslimin dapat dikategorikan ke dalam tiga jenjang
prestasi, yaitu muslim, mukmin dan muhsin. Para ulama menyatakan
bahwa setiap mukmin pasti muslim, karena orang yang telah
merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya
pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Sebaliknya, belum
tentu setiap muslim itu pasti mukmin, karena bisa jadi imannya sangat
lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna
walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya,
sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan
iman yang sempurna.
Bait kedua dalam Song II yang berbunyi “Kan mak yang ngajarin
Islam itu haqqul yaqin” memuat pesan akidah yang berkaitan dengan
84
kebenaran agama Islam dan keyakinan Muslim terhadap agama Islam
harus didasarkan pada keyakinan yang sebenar-benarnya (haqqul yaqin).
Bait ini memuat pesan agar seorang Muslim meyakini bahwa satu-satunya
agama yang benar adalah Islam dan karenanya ia memilih untuk
memeluknya, bukan memeluk agama-agama lain. Dalam hal ini, Allah
berfirman: “Sesungguhnya agama yang diridlai Allah hanyalah agama
Islam” (QS. Ali Imran/3: 19). Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah
satu-satunya agama yang haq yang diridlai oleh Allah bagi hamba-hamba-
Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus meyakini Islam sebagai
agama yang benar secara haqq al-yaqin. Sebagaimana telah dikemukakan
dalam bab II, haqqul yaqin adalah tingkatan keyakinan tertinggi, di mana
keimanan seseorang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan
rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan
tergoyahkan dari sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain
sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah
itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya.
Dengan demikian, bait-bait yang terdapat dalam bagian Reff dan
Song II lagu Abatasa memuat dimensi akidah yang sangat kuat. Bahkan
dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari lagu Abatasa adalah
memperkenalkan gagasan tauhid dan memperkuat pemahaman akidah
umat Islam, khususnya kepada anak-anak yang menjadi target utama lagu
tersebut. Hubungan antara keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
ketaqwaan, haqqul yaqin dan syurga dapat dianggap sebagai jalinan
85
wacana keakidahan yang cukup koheren. Lebih dari itu, pengarang
mengingatkan bahwa keimanan seorang Muslim kepada Allah tidak cukup
dengan hanya didasarkan pada faktor keturunan dan taqlid, tetapi harus
didasarkan pada pencarian yang sejati sehingga ia mencapai pada
tingkatan haqqul yaqin.
2. Pesan Syariah
Dalam bab II telah dikemukakan bahwa syariah merupakan
ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Dengan demikian,
syariah secara garis besar terdiri dari dua aspek, yakni ibadah dan
muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia dengan Allah sebagai Sang
Khaliq berupa kepatuhan terhadap perintah-Nya, yang tercermin dalam
ritual-ritual keagamaan yang telah ditetapkan secara qath’i. Sedangkan
muamalah adalah hubungan manusia dengan manusia, yang memuat
aturan tentang hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari
agar tercipta harmoni dan kerukunan dalam bermasyarakat.
Pesan syariah dalam lagu Abatasa dapat diidentifikasi dalam bait-
bait Song I, yang memuat aspek ibadah dan muamalah. Namun demikian,
dimensi ibadah dan muamalah ini dapat dikatakan bersifat umum, dalam
artian tidak mengacu secara langsung pada praktik-praktik ritual
peribadatan dan praktik-praktik muamalah sebagaimana diajarkan dalam
kitab-kitab fiqh. Dengan kata lain, dimensi ibadah dan muamalah tersebut
86
lebih mengacu pada ibadah dan muamalah dalam pengertian luas. Berikut
ini bait-bait yang terdapat dalam Song I:
Mak minta izin tuk pergi ku mushola itu
Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku
Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali
Mak tolong izinin belajar sama ustad mahmudin
Aspek ibadah dalam lagu Abatasa direpresentasikan oleh beberapa
idiom-idiom atau simbol-simbol keislaman seperti “mushola”, “pengajian”
dan “belajar”. Bait pertama dalam Song I berbunyi: “mak minta ijin untuk
pergi ke mushola itu”. Sebagaimana diketahui, mushala adalah tempat atau
rumah kecil menyerupai mesjid yang digunakan sebagai tempat mengaji
dan shalat bagi umat Islam. Dalam tradisi Islam Indonesia, musola juga
sering disebut dengan istilah “surau” (Sumatera) atau “langgar” (Jawa).
Definisi musola sebagai langgar atau surau adalah definisi yang sesuai
dengan ‘urf (kebiasaan) masyarakat Indonesia, di mana arti langgar adalah
masjid kecil tempat mengaji atau bersalat, tetapi tidak digunakan untuk
salat Jum’at. Dengan demikian, mushalla mempunya arti dan fungsi yang
sama seperti mesjid secara kebahasaan. Namun, penggunaan kata masjid
dalam hukum (fiqh) mempunyai kekhususan yang tidak terdapat dalam
mushola sebagai tempat shalat secara umum.
Kendati demikian, istilah mushola yang digunakan dalam lagu
Abatasa dapat pula diartikan masjid. Pemilihan kata “mushola”
nampaknya lebih didasarkan pada konteks lagu Abatasa yang memotret
masyarakat Muslim Indonesia di daerah perkampungan yang lebih akrab
dengan istilah mushalla. Bagi masyarakat Indonesia, mushalla merupakan
87
tempat belajar pengetahuan dasar tentang keislaman, selain fungsi
utamanya sebagai tempat shalat. Ini konsisten dengan bait ketiga lagu
Abatasa yang berbunyi: “Mak minta izin lanjutkan pengajian kembali” dan
bait keempat yang berbunyi: “Mak tolong izinin belajar sama ustad
Mahmudin.” Dengan demikian, aspek yang ditekankan oleh pengarang
adalah mushala sebagai tempat pendidikan Islam, yang dalam tradisi Islam
Indonesia lebih dikenal dengan istilah “pengajian”.
Hubungan antara “mushola” dengan “pengajian” dalam lirik lagu
Abatasa di atas berhubungan erat dengan kewajiban menuntut ilmu dalam
Islam. Hubungan tersebut tercermin dalam bait ketiga yang berbunyi “Mak
tolong izinin belajar sama ustad Mahmudin.” Kata “belajar” dalam bait
tersebut mencerminkan kesadaran pengarang bahwa menuntut ilmu
merupakan kewajiban setiap Muslim, sebagaimana disebutkan dalam
Hadis Nabi sebagai berikut: “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
orang Islam” (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu
Adi, dari Anas bin Malik).
Menuntut ilmu merupakan salah satu kegiatan ibadah yang
diperintahkan oleh Allah SWT. Ibadah dalam konteks ini memiliki
pengertian yang lebih luas daripada sekedar ibadah mahdhah. Ibadah
dalam pengertian yang mudah ditangkap oleh masyarakat muslim
seringkali mengambil pengertian yang lebih khusus yakni pengabdian
kepada Tuhan dalam bentuknya yang paling pribadi berupa ritual-ritual
keagamaan. Ketika disebut ibadah, maka yang tergambar adalah shalat,
88
puasa, zakat, haji dzikir dan membaca al-Qur’an. Pemahaman ini tentu
saja mereduksi secara besar-besaran makna ibadah dalam pengertiannya
yang genuine. Ketika Allah menyatakan bahwa “Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
(QS. al-Dzariat (51): 56-58), maka makna ibadah tersebut tidak mungkin
hanya berarti shalat, puasa, zakat, haji, berzikir, membaca al Qur-an dan
sejenisnya. Ini karena kehidupan tidak mungkin hanya untuk berurusan
dengan hal-hal tersebut, melainkan untuk hal-hal yang menyeluruh,
mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang,
bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan itu sendiri.1 Jamal al-Banna
menyimpulkan bahwa ibadah adalah seluruh tindakan amal yang dicintai
Tuhan.2 Dengan demikian, menuntut ilmu dapat dikategorikan sebagai
ibadah kepada Allah SWT.
Kegiatan belajar atau menuntut ilmu yang dimaksud dalam lagu
Abatasa adalah mempelajari ilmu-ilmu keislaman (ilmu syar’i), yaitu ilmu
yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal
ini, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya
maka Allah akan pahamkan dia dalam agama” (HR. Al-Bukhari). Ilmu
semacam ini dapat diperoleh dengan cara belajar kepada seorang ulama
yang dianggap menguasai ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini, Nabi
bersabda: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya
1 Lihat Husein Muhammad, “Dari Ibadah Individual Menuju Ibadah Kemanusiaan”,
dalam https://www.kontras.org/kegiatan/data/IBADAH%20SOSIAL.pdf, diakses 10 Mei 2014. 2 Jamal al Banna, Nahwa Fiqh Jadid, (Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996), Vol. I, h. 64.
89
para nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham, mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya, dia telah
memperoleh bagian yang melimpah” (HR. Abu Dawud).
Dalam lagu Abatasa, representasi ulama tercermin dalam sosok
Ustadz Mahmudin yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman kepada
anak-anak di mushola. Pengajian di mushola yang dibimbing oleh ulama-
ulama lokal seperti Ustadz Mahmudin ini merupakan panorama umum
yang seringkali kita lihat dalam tradisi Islam Indonesia pada masa lalu.
Saat ini, tradisi semacam itu nampaknya mulai memudar akibat
modernisasi, urbanisasi dan perkembangan gaya hidup, sehingga
kebanyakan anak-anak Muslim lebih sering menghabiskan waktu di mall,
play station dan tempat-tempat hiburan lainnya. Dengan demikian, lagu
Abatasa hendak mengingatkan kembali kepada orang tua dan anak-anak
akan pentingnya menuntut ilmu-ilmu keislaman kepada seorang ustadz di
mushola dalam rangka memperkuat keimanan dan keislaman generasi
anak-anak Muslim modern.
Selain aspek ibadah, dalam Song I lagu Abatasa juga terdapat
aspek muamalah. Hal ini dapat dilihat dalam baik kedua yang berbunyi:
“Mak tolong izinin ketemu sama kawan-kawanku.” Ungkapan dalam bait
ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian di mushola, selain berdimensi
ibadah, juga memiliki dimensi muamalah berupa pergaulan antara sesama
Muslim. Mengikuti pengajian di mushola merupakan salah satu
pengamalan dari perintah Allah agar setiap muslim salang tolong-
90
menolong dalam kebajikan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q.S. al-Maidah (5): 2:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”
Di samping ayat di atas, banyak Hadis Nabi yang menyuruh
seorang Muslim untuk bergaul dengan sesama agar tercipta tali silaturahmi
yang kuat di antara umat Islam. Hadis-hadis dimaksud antara lain:
“Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan
cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu
anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya
sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur” (HR. Bukhari).
“Seorang Muslim yang berinteraksi dengan masyarakat dan ia
bersabar atas keburukan masyarakatnya adalah lebih baik daripada seorang
Muslim yang tidak bergaul dengan masyarakatnya serta tidak sabar atas
keburukan mereka” (HR Muslim).
“Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin
diluaskan rizkinya dan dipanjagkan umurnya, hendaklah menyambung
hubungan famili” (HR. al-Bukhari).
Aspek muamalah dalam lirik lagu Abatasa hanya diartikulasikan
dalam bait kedua Song I. Dalam bait-bait lainnya tidak terdapat dimensi
muamalah. Dimensi muamalah dimaksud berkaitan dengan kegiatan
91
sosialisasi, pergaulan, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, dimensi muamalah ini
perlu dipahami dalam pengetian luas.
3. Pesan Akhlak
Pesan akhlak dalam lagu Abatasa pada dasarnya tidak
diekspresikan secara eksplisit. Namun jika merujuk pada tiga kategori
akhlak sebagaimana telah disebutkan dalam bab II, yakni akhlak kepada
Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak terhadap lingkungan, maka
dapat dikatakan bahwa lagu Abatasa mengandung pesan-pesan akhlak.
Pesan akhlak yang paling menonjol dalam lagu Abatasa dapat
dilihat dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam Song
I. Frase ini mencerminkan perilaku, budi pekerti atau tata krama seorang
anak terhadap orang tua sebagaimana diajarkan Islam. Meskipun sang
anak dalam lagu Abatasa bermaksud melakukan kegiatan positif yang
diajarkan agama, yakni mengaji ke mushalla, namun sang anak tersebut
tidak melupakan adab dan sopan santunnya terhadap orang tua, yakni
meminta izin untuk pergi mengaji ke mushalla. Perilaku tersebut
mencerminkan bakti seorang anak terhadap orang tua.
Islam mengajarkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua
merupakan suatu kewajiban yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda
ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia:
92
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang
tua … jihad di jalan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menunjukkan betapa kedudukan orang tua sangat
agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah SAW menempatkannya
sebagai salah satu amalan yang paling utama.
Berbakti kepada kedua orang tua adalah berbuat baik kepada
keduanya dengan harta, bantuan fisik, kedudukan, perilaku dan perkataan.
Dalam surat al-Isra’ ayat 23-24, Allah berfirman:
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-
Isra’/17:23).
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku,kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”
(QS. Al-Isra’/17:24).
Manifestasi akhlak anak terhadap orang tua tercermin dalam
beberapa sikap sebagai berikut: (1) Mencintai mereka melebihi kerabat
lainnya; (2) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
93
sayang; (3) Berkomunikasi kepadanya dengan khidmat dan
mempergunakan kata-kata yang lembut; (4) Mematuhi perintah dan
nasihatnya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam; (5) Tidak
menyinggung perasaannya dan menyakiti hatinya; dan (6) Mendoakan
keselamatan dan pengampunan bagi mereka baik di dunia maupun di
akhirat.
Dalam lagu Abatasa, sosok orang tua direpresentasikan oleh ibu—
lagu tersebut menggunakan istilah “mak”. Penghormatan terhadap ibu
merupakan kewajiban utama yang diajarkan Islam. dalam hal ini,
Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?”
Rasulullah berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian
siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian
siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi,
“Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Bedasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa frasa “mak
minta izin” dan “mak tolong izinin” dalam lagu Abatasa merefleksikan
pesan dakwah yang berdimensi akhlak.
94
B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu Abatasa
Berdasarkan analisis penulis terhadap lagu Abatasa sebagaimana
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi akidah merupakan pesan
yang paling dominan dalam lagu Abatasa dibandingkan dengan dimensi syariah
dan akhlak. Dimensi syariah hanya terdapat dalam Song I yang terdiri dari empat
bait. Diemensi akhlak hanya direpresentasikan dalam frasa “mak minta izin” dan
“mak tolong izin dalam Song I. Sedangkan dimensi akidah terdapat dalam bagian
Reff yang terdiri dari dua bait dan Song II yang terdiri dari empat bait. Dengan
kata lain, dimensi akidah menempati peringkat dan nilai tertinggi, dimensi syariah
berada di peringkat kedua, dan dimensi akhlak memiliki nilai yang paling kecil.
Pesan akidah yang paling dominan dalam lagu Abatasa ini juga diakui secara
eksplisit oleh Apoy sebagai pencipta lagu. Apoy menyatakan:
“Pesan utama yang mau disampaikan dalam lagu Abatasa, jujur saja ini
sangat berbicara tentang akidah, tentang pengakuan kita terhadap Allah, mengajak
kita untuk ke mushalla, sosialisasi di situ untuk menghormati guru, dan akhirnya
juga memiliki aspek aqidah, ibadah, muamalah. Rangkaian ini akan berujung pada
“haqqul yaqin”. Haqqul yaqin ini adalah inti utama daripada lagu Abatasa. Jadi
benar-benar yakin seyakin-yakinnya, yakin yang sangat haq terhadap Allah,
terhadap Islam, terhadap (keputusan) menjadi seorang mu’min, terhadap
(keputusan) menjadi seorang muslim. Haqqul yaqin ini juga menjadi kata didik
kepada anak-anak, kan seru ketika anak kecil sudah mengucapkan kata-kata
haqqul yaqin. Dan ini memicu saya untuk mencoba membiasakan kata haqqul
yaqin, mendidik kata haqqul yaqin dari usia dini. Jadi haqqul yaqin tidak hanya
dimiliki oleh seorang ustadz atau mereka-mereka yang memiliki umur (dewasa),
tetapi anak TK pun akan lebih keren ketika mereka lebih tinggi memaknai haqqul
yaqin seperti “ana haqqul yaqin sama ente.”3
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek akidah
merupakan pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa. Pesan utama lagu
3 Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan.
95
Abatasa adalah untuk memperkenalkan, menamkan dan memperkuat akidah Islam
terutama di kalangan anak-anak Muslim.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa terhadap muatan pesan dakwah dalam lagu
Abatasa karya WALI Band, penulis memperoleh kesimpulan atau hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Lagu Abatasa memuat pesan-pesan dakwah yang berdimensi akidah,
syariah dan akhlak. Pesan akidah direpresentasikan dalam bagian Reff
dan Song II yang mengekspesikan simbol-simbol keislaman seperti
“Tuhan”, “takwa”, “syurga”, “mukmin” dan “haqqul yaqin”. Pesan
akidah tersebut diartikulasikan dalam jalinan wacana keakidahan yang
cukup koheren, sehingga idiom-idiom religius yang diungkapkan
dalam lagu tersebut memiliki pertautan erat antara satu sama lain.
Pesan syariah direpresentasikan dalam Song I yang mengekspresikan
simbol-simbol keislaman seperti “mushala”, “pengajian” dan “belajar”.
Pesan syariah yang mengandung dimensi ibadah dan muamalah ini
dapat dikatakan bersifat umum, yakni tidak mengacu secara langsung
pada praktik-praktik ritual peribadatan dan praktik-praktik muamalah
sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqh pada umumnya. Dengan
kata lain, dimensi ibadah dan muamalah tersebut lebih mengacu pada
ibadah dan muamalah dalam pengertian luas. Pesan akhlak
direpresentasikan dalam frase “mak minta izin” dan “mak tolong
97
izinin” dalam Song I. Frase ini mencerminkan perilaku, budi pekerti
atau tata krama seorang anak terhadap orang tua sebagaimana
diajarkan Islam. Pesan akhlak dalam lagu Abatasa tidak diekspresikan
secara eksplisit. Namun jika merujuk pada pembagian tiga kategori
akhlak, yakni akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak
terhadap lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa lagu Abatasa
mengandung pesan-pesan akhlak.
2. Pesan yang paling dominan dalam lagu Abatasa adalah pesan akidah.
Wacana akidah yang sangat dominan dalam lagu Abatasa ini
dimaksudkan untuk memperkenalkan, menanamkan dan memperkuat
akidah umat Islam, khususnya kalangan anak-anak Muslim. Lebih dari
itu, melalui lagu Abatasa, pengarang hendak mengingatkan bahwa
keimanan seorang Muslim kepada Allah tidak cukup dengan hanya
didasarkan pada faktor keturunan dan taqlid, tetapi harus didasarkan
pada pencarian yang sejati sehingga ia mencapai pada tingkatan haqqul
yaqin.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Umat Islam, khususnya para dai, diharapkan dapat mengembangkan
berbagai media kreatif dalam kegiatan dakwah Islam. Salah satu media
dakwah yang dapat digunakan secara optimal adalah musik, mengingat
98
musik pada hari ini sangat digandrungi oleh berbagai lapisan
masyarakat, terutama anak-anak muda, dan pesan-pesan yang
disampaikan melalui musik relatif mudah diserap dan diterima oleh
masyarakat.
2. Para personil WALI band diharapakan selalu memiliki semangat yang
besar dalam menciptakan karya-karya terbaik, baik lagu-lagu
bernuansa umum ataupun bernuansa religi yang memiliki nilai-nilai
positif bagi masyarakat. Di samping itu, akan lebih baik jika WALI
Band menciptakan lagu-lagu religi dalam satu album utuh dan
produski lagu-lagu religi tersebut tidak hanya dilakukan pada bulan
Ramadhan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pencerahan
spiritual yang lebih intens dari lagu-lagu religi tersebut.
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aan Kurnia (Apoy)
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Posisi : Gitaris/Song Writer Wali Band
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasir, mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan saya
sebagai responden penelitian.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, 5 Mei 2014
Aan Kurnia
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Farhan Zainal Muttaqin (Faank)
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Posisi : Vokalis Wali Band
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasir, mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan saya
sebagai responden penelitian.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Bekasi, 3 Mei 2014
Farhan Zainal Muttaqin
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rauf, Abdul Kadir Sayid, Dirasah fi al-Da’wah al-Islamiyah, Kairo; Dar
al-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987.
Abrahamson, M., Social Research Methods, Englewoods Cliffs, NJ: Prentice Hall,
1983.
Al-Abrasyi, Atiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1999.
Al-Baghdadi, Abdurrahman, Seni dalam Pandangan Islam, Jakarta: Gema Insani
Press, 1993.
Al-Banna, Jamal, Nahwa Fiqh Jadid, Kairo: Dar al Fikr al Islami, 1996.
Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005.
Al-Husaini, al-Hamid, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw,
Bandung: Pustaka Hidayah, 2009.
Ali, Hasan Abdul, al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Qurn al Rabi’ al Hijry, Mesir: Dar
al Fikr, 1977.
Al-Jarisyah, Ali, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, Al-Munawaroh: Dar al-Wifa,
1989.
Al-Qahatahani, Said Ali bin Wahaf, Al-Hikmah fi al-Da’wa ila Allah Ta’ala,
Beirut: Muassasah, t.th.
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
An Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
Bandung: Diponegoro, 1989.
Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager,
Jakarta: Tazkia Publising, 2009.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arikunto, S., Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006.
100
Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan
Hikmah, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Azis, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Ciputat: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
Banoe, Pono, Kamus Musik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.
Berelson, B., Content Analysis in Communication Research, New York: The Free
Press, 1952.
Bilgrami, Hamid Hasan dan Asyraf, Sayyid Ali, Konsep Universitas Islam,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989.
Bisri, Mustofa, Saleh Ritual Saleh Sosial, Bandung: Mizan, 1995.
Bugin, Burhan (ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke
Arah Ragam Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Niaga
SDN. BHD, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1997.
Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta, 2003.
Edmund-Prier, Karl, Ilmu Bentuk Analisis Musik, Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi, 1996.
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994.
Firdaus, Aunur Rofik Lil, Opick: Oase Spiritual Dalam Senandung, Jakarta:
Hikmah, 2006.
Gazalba, Sidi, Islam dan Kesenian, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1998.
Gozali, Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992.
Harahap, Sahrin, Ensiklopedia Akidah Islam, Jakarta: Kencana, 2009.
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
101
Helmy, Masdar, Dakwah aalam Alam Pembangunan, Semarang: CV. Toha Putra,
1973.
Hidayat, Adib, Gigi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009.
Hidayatullah, Rahmat, “Musik Islam: Kesinambungan dan Perubahan”, Makalah
disampaikan dalam acara 5th
Session of Ciputat Music Space Offline
Series, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 Juli
2013.
Hielmy, Irfan, Dakwah Bil Hikmah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002.
Holsti, O.R., et. al, “Content Analisis”, dalam Garner Lindzey & Elliot Aronson
(ed.), Hand Book Of Sosial Psychology, Reading, MA: Addison-Wesley,
1968.
Ibn Faris, Abu Husain Ahmad, Mu’jam Maqayis al-Lugah, Beirut: Dar al-Fikr,
t.th.
Jumantoro, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang
Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2001.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Kafiudin dan Jalil, Maman Abdul, Prinsip dan Strategi Dakwah Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2001.
Karim, Abdul, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1940.
Kesumah, Dloyana, dkk., Pesan-pesan Budaya Lagu-lagu Pop Dangdut dan
Pengaruhnya Terhadap Prilaku Sosial Remaja Kota, Jakarta: CV Eka
Putra, 1995.
Krippendorff, Klaus, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology,
London: Sage Publication, 2004.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna,
1988.
Latif, Nasarudin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara,
1998.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
2000.
102
Muhtaram, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1996.
Munawwir, Warson, Kamus Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1994.
Mursyi, Muhammad Munir, al-Tarbiyah al-Islamiyah, Kairo: Dar al Kutb, 1982.
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Natsir, Mohammad, Fiqhu Da’wah: Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dak’wah,
Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1966.
Nurdin, Muslim, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, 1993.
Poetra, Adjie Esa, 1001 Jurus Menyanyi Mudah, Bandung: DAR! Mizan, 2008.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Sadie, Stanley (ed.), The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Second
Edition, Volume 25, New York: Macmillan Publisher Limited, 2002.
Salabi, Ahmad, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Saleh, E. Hasan, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinanan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan, Jakarta: ISTN, 2000.
Salim, Abd. Muin, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.
Sanwar, Aminudin, Pengantar Ilmu Dakwah: Diktat Kuliah, Semarang: Fakultas
Dakwah IAIN Walisonga, 1992.
Selltiz, C., Jahoda, M., Deutsch, M. dan Cook, S.W., Research Methods in Social
Relation, New York: Holt, Rinehart & Winston, 1959.
Shihab, M. Quraish, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah, Bandung: Mizan,
1999.
Shihab, M. Quraish, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama, Bandung, Mizan,
1999.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2001.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000.
103
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996.
Silverman, D., Interpreting Qualitative Data, Thousands Oaks, CA: Sage, 1993.
Sumarlam, Adhani, Agnes dan Indratmo, A., Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi,
Cerpen, Novel, Drama, Bandung: Pakar Raya, 2004.
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1986.
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Trinity Optima Production, Official Book of Ungu: Penguasa Hati, Jakarta:
Kawan Pustaka, 2009.
Umar, Toha Yahya, Hukum Seni Musik, Suara, Tari Dalam Islam, Jakarta:
Wijaya, 1983.
Umary, Barmawi, Azas-azas Ilmu Dakwah, Solo: Ramdani, 1987.
Waluyo, Herman J., Apresiasi Puisi, Jakarta: PT Gramedia, 2002.
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), Etika Diskusi, (terj.) Abdus Salam
M dan Muhil Dhafir, Surakarta: Era Inter Media, 2001.
Internet
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/07/03/musik-dalam-religiusitas-
spiritualitas-islam/, diakses 12 Januari 2014.
http://datasharing.wordpress.com/2011/02/21/opick-ya-rahman/, diakses pada
tanggal 13 Desember 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Opick, diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ungu_(grup_musik), diakses pada tanggal 13
Desember 2013.
http://musik.kapanlagi.com/berita/album-religi-ungu-terjual-150-ribu-keping-
dalam-10-hari-o6gcm10.html, diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan,
diakses pada tanggal 13 Desember 2013.
104
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=9939, diakses pada tanggal 13
Desember 2013.
http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-
legasi_26.html, diakses 12 Januari 2014.
http://rahmat-kemat.blogspot.com/2011/10/tradisi-kesenian-islam-nusantara-
legasi_26.html, diakses 12 Januari 2014.
http://waliband.net/news227.php, diakses pada 14 Mei 2014.
http://waliband.net/profil.php, diakses 14 Mei 2014
http://walicare.org/blog/?page_id=42, diakses 14 Mei 2014.
http://walicare.org/blog/?page_id=44, diakses 14 Mei 2014.
http://walicare.org/blog/?page_id=46, diakses 14 Mei 2014
http://walicare.org/blog/?page_id=50, diakses 14 mei 2014.
http://walicare.org/blog/?page_id=52, diakses 14 Mei 2014.
http://www.bengkelmusik.com/forum/f46/musik-religi-t3104, diakses pada
tanggal 13 Desember 2013.
http://www.gigionline.com/v2/profile.php, diakses pada tanggal 13 Desember
2013.
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=98375, diakses pada
tanggal 13 Desember 2013.
http://www.nagaswarafm.com/wali-single-religi-abatasa.php, diakses pada tanggal
13 Desember 2013.
http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_
1_Weeekly_Top_10_Flexy_Tone, diakses pada tanggal 13 Desember
2013.
http://www.tribunnews.com/seleb/2013/04/24/band-wali-dikabarkan-bertarif-
show-termahal-ini-komentar-mereka, diakses 15 Mei 2014
http://www.waliband.net/discography1.php, diakses 14 Mei 2014.
http://www.waliband.net/discography2.php, diakses 14 Mei 2014.
http://www.waliband.net/discography3.php, diakses 14 Mei 2014.
http://www.waliband.net/discography4.php, diakses 14 Mei 2014.
105
http://www.waliband.net/discography5.php, diakses 14 Mei 2014
http://www.waliband.net/penghargaan.php, diakses 14 Mei 2014.
https://www.kontras.org/kegiatan/data/IBADAH%20SOSIAL.pdf, diakses 10 Mei
2014.
Wawancara
Wawancara dengan Apoy pada tanggal 5 Mei 2014 di Tangerang Selatan.
Wawancara dengan Faank pada tanggal 3 Mei 2014 di Bekasi.
LAMPIRAN
vl; ,
WWW
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: urrv.fdkuirriakarta.ac.i<l
Telepon/Fa.x : (021) 7432728 / 74703580E-mail : [email protected]
,r;Mt r w w w1_WW
Nomor : Un.01/F5 lPP.00.915L3 t 12014Lamp :1 (sa tu)bunde lHal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi
Tembusan:l. Dekan2.KetuaJurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD
Jakarta, <:; Juni20l4
Kepada Yth.Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MADosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN S yarif Hidayatull ah J akarta
As salamu' alaikum Wn Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiberikut,
Zarnal Abdul Nasir20805 1 000035Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPDXII (Dua Belas)
Musik Pop Religi Sebagai Media Dakwah : Analisis Isi PesanLagu ABATASA Grup Wali Band.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 24 Juni - 24
Desember 2014.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Was salamu' alaikum Wn Wb.
/1
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITefepon/Fa.r : (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 Indonesia website; nvr!.tdkuiniakarta.ac.id, E-mail : dakrvahri)f'dk.uirrjakarra.ac.id
NomorLampiranHal
: Un.Ol/F5 IPF.00.v lnu2Tt 4. " t
: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,
&" K,^;;i; CA,?o,Y>di
Tempat
As s al amu' al aikum Wr. IItb.
Dekan Fakultas Dakwah danJakarta menerangkan bahwa:
AJakarta- /- Juli2014
Ilmu Komunikasi UIN Svarif Hidavatullah
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Zamal AbdulNasir20805 l 00003sJakarta, 17 Januari 1981XII (Duabelas)Komunikasi dan Penyiaran IslamSrengseng Kembangan Jakarta Barat
adalah benar mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi Musik Pop Religi sebagei Media Dah,uah (Analisis Pesan LaguAbatasa Grup Wali Band).
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranl'a Bapak/lbn/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was s al amu' al aikunt Wr. Wb.
a.n. Dekang: Tata Usaha
- ' . , - l \ ' .
Dra. Ma udah Tasyrifatun
Tembusan:Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarla.
NIP. I 198703 2 001
II;
KBMBNTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITeleponff ar : (021) 7 432728 I'l 4'7 03580
Jl. Ir .H.JuandaNo.95Ciputatl54l2Indonesia websi le:ruvu,. l 'dkuiniakarta.ac.id,E-mail :dakrvahrr?tdk.uiniakarta.ac.id
NomorLampiranHal
: un.o l /F5 tPP .00.s t f)]?.t201 4. t
: Izin Penelitian (Skripsi)
AJakarta. L- Juli20l4
Kepada Yth,
4t;h;; 2;i;;; ;"i. isi" Z raank)di
Tempat
Assalamu' al aikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Tembusan:Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.
Zamal Abdul Nasir20805 l 000035Jakarta, 17 Januari 1981XII (Duabelas)Komunikasi dan Penyiaran IslamSrengseng Kembangan Jakarta Barat
adalah benar inahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan perrelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi ]Iusik Pop Religi sebagai Media Dalcvvah (Analisis Pesan LaguAbatasa Grup Wali Band).
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibr"r/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was s al antu' al ai kum Wr. Wb.
e. Tata Usaha
' ' j " . r , r l
Dra. Ma udah TasvrifatunNIP. i 198703 2 001
r:
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Posisi
: Farhan Zainal Muttaqin (Faank): 35 Tahun: Laki-laki: Vokalis Wali Band
i
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasirn mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan saya
sebagai responden penelitian.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Bekasi, 3 Mei2014
1
I
r,
t '
: '
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
UsiaJenis Kelamin
Posisi
Aan Kurnia (Apoy)35 TahunLaki-lakiGitaris/Sons Writer Wali Band
;I
Menyatakan bahwa saudara Zamal Abdul Nasir, mahasiswa Jurusan Komunikastdan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas IslamNegeri (UIN) Jakarta, benar-benar telah melakukan wawancara dengan sayasebagai responden penelitian.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakansebagaimana mestinya.
Mei2014
. 1
, {
Tangerang Selatan, 5
Aan Kurnia
#Ia
{t. -. D
1 T4 T
Sr
. 1, 1
{
I
vI
I
I
a