Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan
Transcript of Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan
ANALISIS INFORMASI & LAPORAN KEUANGAN
SUB-SEKTOR PERKEBUNAN
(PT.BAKRIE SUMATERA PLANTATION,Tbk, PT SAMPOERNA AGRO,Tbk
dan PT ASTRA AGRO LESTARI,Tbk untuk Periode 2009-2013)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Analisis Informasi & Laporan Keuangan
Angkatan III STAR BPKP Tahun 2014
Disusun oleh Kelompok I
ABDI AZAZI (1420532029)
APRIO PUTRA AS (1420532031)
CHICHI BETA OCTESA (1420532033)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan
suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi : Laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan Perubahan Ekuitas,
laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus
dana, dan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang
mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan
tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya
penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi
akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau
perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan
tertentu.
Haruslah dibedakan antara pengertian Pelaporan keuangan (Inggris: financial reporting) dan
laporan keuangan (Inggris: financial reports). Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang
berkaitan dengan penyediaan dan peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain
lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar
modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (prinsip
akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles/GAAP). Laporan keuangan
hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan
pula antara statemen (Inggris: statement) dan laporan (Inggris: report).
Laporan keuangan wajib (statutory financial report) merupakan bagian terpenting dalam
proses pelaporan akuntansi. Laporan keuangan wajib yang terutama adalah laporan keuangan
merupakan produk lingkungan pelaporan keuangan yang paling penting. Informasi dalam laporan
keuangan dinilai relatif berdasarkan kebutuhan informasi dari pengguna laporan keuangan dan
sumber informasi alternatif seperti data ekonomi dan industri, laporan analis, dan pengungkapan
sukarela manajer. Penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan isi laporan
keuangan agar dapat menilai informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Faktor-faktor
utama tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, motivasi manajer, mekanisme
pengawasan dan pelaksanaan, badan pengatur, sifat industri, dan sumber informasi lain.
Analisis keuangan merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan
kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan dimasa depan. Analisis terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengethaui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang
mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat
membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan
keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata
mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatuperusahaan selama kurun waktu tertentu,
keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja
keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur,
pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Analisis keuangan terdiri atas tiga bagian besar- analisis profitabilitas, analisis risiko, serta
analisis sumber dan penggunaan dana. Analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat
pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini berfokus pada sumberdaya perusahaan dan tingkat
profitabilitasnya, dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu
profitabilitas. Analisis ini juga mencakup evaluasi atas dua sumber utama profitabilitas.- margin
(bagian dari penjualan yang tidak tertutup oleh biaya) dan perputaran (penggunaan modal). Analisis
risiko merupakan evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Analisis
risiko melibatkan penilaian atas solvabilitas dan likuiditas perusahaan sejalan dengan variasi laba.
Karena risiko menjadi perhatian utama kreditor, analisis risiko sering dibahas dalam konteks kredit.
Analisis resiko tetap penting untuk analisis ekuitas, baik untuk mengevaluasi keandalan dan daya
tahan kinerja perusahaan maupun untuk mengestimasi biaya modal perusahaan. Analisis sumber dan
penggunaan dana merupakan evaluasi bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan
dananya. Analisis ini memberikan pandangan tentang implikasi pendanaan perusahaan dimasa
depan. Sebagai contoh, perusahaan yang mendanai proyek baru dengan kas (laba) yang dihasilkan
dari dalam perusahaan berpeluang mencapai kinerja keuangan yang lebih baik dimasa depan
dibandingkan dengan perusahaan
Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan tersebut maka yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah mengenai pelaporan dan analisis terhadap laporan keuangan. Dan dalam hal ini
yang menjadi sampel perusahaan untuk dianalisis adalah dari perusahaan dari sub sektor
perkebunan. Mengapa penulis memilih subsektor perkebunan untuk dianalisis? Karena dengan
pertumbuhan yang cukup konsisten, subsektor perkebunan mempunyai peran strategis, baik dalam
pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor
perkebunan berperan dalam penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa,
pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan. Usaha sektor perkebunan memegang peranan
strategis dalam mendukung perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor hasil primer
perkebunan yang memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen.
Perusahaan mempunyai andil yang besar dalam menciptakan stabilitas perekonomian nasional. Hal
tersebut dapat dilihat pula dalam peran perusahaan dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Hadirnya perusahaan ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi riil akan salah satu
permasalahan nasional yaitu pengangguran. Perusahaan menggerakkan masyarakat yang berada
disekitar perusahaan untuk melakukan aktivitas yang bersifat produktif yaitu bekerja. Secara
langsung maka peran perusahaan adalah berhubungan erat dalam menciptakan stabilitas
perekonomian dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
Perusahaan sub sektor perkebunan yang menjadi sampel untuk dianalisis Informasi dan
Laporan Keuangannya adalah PT Sampoerna Agro,Tbk , PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, dan
PT Astra Agro Lestari. Dimana yang menjadi sampel tahun adalah selama 5 tahun yaitu dari tahun
2009-2013.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang akan
diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana melaksanakan pelaporan dan analisis serta
perbandingan atas laporan keuangan pada PT Sampoerna Agro,Tbk , PT Bakrie Sumatera
Plantations Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk pada Tahun 2009-2014
1.3 Tujuan
Bertolak dari perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,
gambaran hasil analisis dan perbandingan atas laporan keuangan PT Sampoerna Agro,Tbk , PT
Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk periode Tahun 2009-2014.
1.4 Manfaat
Beberapa Manfaat dilakukannya Analisis Informasi dan Laporan Keuangan ini adalah
1. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan-
perusahaan yang dianalisis
2. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk penilaian
kinerja manajemen.
3. Memberikan informasi yang lebih luas dan mendetail dibandingkan dengan hanya laporan
keuangan saja.
4. Dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan (decision maker) di
suatu perusahaan.
5. Menunjukkan peringkat perusahaan dalam kriteria tertentu di dunia bisnis.
6. Membandingkan analisis suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
7. Memberikan informasi keadaan perusahaan pada saat ini.
8. Sebagai dasar untuk memprediksi keadaan perusahaan dimasa yang akan datang.
9. Sebagai dasar informasi perusahaan untuk mengambil tindakan investasi, merger atau
akuisisi perusahaan.
10. Untuk menilai prestasi manajemen,operasional dan efisiensi perusahaan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
2.1.1 PT Sampoerna Agro, Tbk
PT Sampoerna Agro,Tbk merupakan perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia
berdasarkan Akta Notaris Tina Chandra Gerung, S.H., No. 8 tanggal 7 Juni 1993 dengan nama PT
Selapan Jaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam
Surat Keputusan No. C2-1840.HT.01.01.TH.94 tanggal 4 Februari 1994, serta diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 60, Tambahan No. 4842 tanggal 29 Juli 1994. Anggaran
Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Sutjipto, S.H.,
M.Kn No. 265 tanggal 27 Juni 2008 mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dengan
Undang- undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan penyusunan kembali seluruh
Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan Anggaran Dasar ini telah memperoleh persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-76222.AH.01.02.Tahun
2008 tanggal 21 Oktober 2008.
Berdasarkan beberapa surat dan izin lokasi usaha dari lembaga Pemerintah tingkat daerah,
regional dan nasional, Perusahaan dapat mengembangkan 25.700 hektar perkebunan kelapa sawit di
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan yang terdiri dari 7.200 hektar tanaman Inti dan 18.500 hektar
tanaman Plasma dengan kapasitas operasi sampai 120 ton tandan buah segar per jam. Sertifikat Hak
Guna Usaha yang dimiliki oleh Perusahaan adalah 3.243 hektar tanaman Inti yang akan jatuh tempo
pada tahun 2037 dan dapat diperbaharui sampai tahun 2097. Pada tanggal 31 Desember 2008, luas
areal dalam bentuk izin lokasi dan hak guna usaha yang dimiliki oleh Perusahaan dan Anak
perusahaan adalah seluas 155.294 hektar. Pabrik pengolahan Perusahaan dan Anak berkapasitas
produksi 395 ton tandan buah segar per jam (tidak diaudit). No. 788, Palembang, Sumatera Selatan
Pada tanggal 7 Juni 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (“BAPEPAM - LK”) untuk melakukan penawaran umum berdasarkan surat
BAPEPAM - LK No. S-2707/BL/2007.
Pada tanggal 18 Juni 2007, saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia
(dahulu Bursa Efek Jakarta). Pada tanggal 26 Januari 2007, Perusahaan mengakuisisi 100% saham
Palma Agro Ltd. (PAL) yang memiliki investasi sebesar 93,6% di PT Sungai Rangit. Pada tanggal
30 Maret 2007, Perusahaan mengakuisisi 99% saham PT Sawit Selatan, PT Tania Binatama, PT
Sungai Menang, PT Selatanjaya Permai, PT Usaha Agro Indonesia dan PT Pertiwi Lenggara
Agromas. Pada tanggal 31 Desember 2008, perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam tahap
pengembangan.
2.1.2 PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk berdiri pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch
Amerikanse Plantage Maatschappij”. Nama Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan,
terakhir dengan nama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan pertama
kali diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari
1941 Tambahan No. 101. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan Akta Notaris Aulia Taufani, S.H., No. 2 tanggal 31 Oktober 2007 mengenai
peningkatan modal dasar Perusahaan dari 4,144 miliar lembar saham menjadi 15 miliar lembar
saham. Perubahan tersebut masih dalam proses persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Perusahaan bergerak dalam bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman
dan produk industri. Pada tanggal 6 Januari 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum kepada
masyarakat atas 11,1 juta saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per saham melalui
bursa saham di Indonesia dengan harga penawaran Rp 10.700 (Rupiah penuh) per saham. Pada
tahun 1997 Perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) 2-untuk-1 sehingga mengubah
nilai nominal saham biasa dari Rp 1.000 (Rupiah penuh) menjadi Rp 500 (Rupiah penuh) serta
mengumumkan sembilan saham bonus untuk lima saham lama dari tambahan modal disetor. Pada
bulan Juni 1999, Perusahaan mengumumkan satu dividen saham untuk lima saham lama dari saldo
laba (lihat Catatan 31, 32 dan 33). Pada tanggal 31 Desember 1999, Perusahaan telah mencatatkan
semua saham yang ditempatkan dan disetor penuh di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal
18 Oktober 2004, Perusahaan melakukan pemecahan saham 5-untuk-1 sehingga mengubah nilai
nominal saham biasa dari Rp 500 (Rupiah penuh) menjadi Rp 100 (Rupiah penuh), dan pada tanggal
10 Nopember 2004, Perusahaan melakukan penawaran umum terbatas I dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu sebanyak 1.087.800.000 lembar saham, yang seluruh saham yang ditempatkan dan
disetor penuh telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (lihat Catatan 31 dan 32). Harga
penawaran umum terbatas I tersebut di atas adalah sebesar Rp 200 (Rupiah penuh). Pada tanggal 29
Agustus 2007, Perusahaan melakukan penawaran umum terbatas II dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu sebanyak 1.456.875.000 lembar saham, yang seluruh sahamnya telah ditempatkan
dan disetor penuh serta telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (lihat Catatan 31 dan 32). Harga
penawaran umum terbatas II tersebut diatas adalah sebesar Rp 1.100 (Rupiah penuh).
2.1.3 PT Astra Agro Lestari, Tbk
PT Astra Agro Lestari Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala
berdasarkan Akta Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, yang
kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga berdasarkan Akta perubahan No. 9 tanggal 4
Agustus 1989 dari notaris yang sama. Akta pendirian Perusahaan dan perubahannya disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10099.HT.01.01.TH.89
tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No.
101 tanggal 19 Desember 1989, Tambahan No. 3626.
Perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian
penggabungan usaha yang diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 126 tanggal
19 Juni 1997 beserta perubahannya No. 176 tanggal 30 Juni 1997. Penggabungan usaha ini dicatat
dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).
Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari
dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar
saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh). Perubahan nama dan peningkatan modal dasar
Perusahaan ini diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 136 tanggal 23 Juni 1997
dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
5992.HT.01.04.TH.97 tanggal 2 Juli 1997 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik
Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember 1997, Tambahan No. 5616.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan guna memenuhi ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku di pasar modal, termasuk perubahan nama Perusahaan menjadi PT Astra Agro Lestari
Tbk, dan persetujuan para pemegang saham atas penawaran umum saham Perusahaan kepada
masyarakat sebanyak 125,8 juta saham, diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No.
65 tanggal 11 Agustus 1997. Perubahan Anggaran Dasar tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-8271.HT.01.04.TH.97 tanggal 21 Agustus 1997
dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember
1997, Tambahan No. 5617.
2.2 Alat yang digunakan dalam Analisis
Beberapa alat yang digunakan dalam menganalisis Laporan Keuangan pada makalah ini antara
lain :
1.Analisis Laporan Keuangan Komparatif
2.Analisis Laporan Keuangan Common-size
3.Analisis Rasio
4.Analisis Arus Kas
5.Analisis Kebangkrutan
6.Penilaian
2.3 Analisis Informasi & Laporan Keuangan
2.3.1 Lingkungan Pelaporan Keuangan
a. Faktor yang mempengaruhi laporan keuangan wajib
1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
Laporan keuangan konsolidasian PT Bakrie Sumatra Plantations disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (‘SAK’) yang mencakup Pernyataan dan interpretasi yang dikeluarkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia termasuk standar baru atau
revisi yang berlaku efektif 1 Januari 2013 dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK) Indonesia. Laporan Keuangan Konsolidasian, kecuali Laporan Arus
Kas telah disusun secara akrual dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical cost)
kecuali untuk akun-akun tertentu yang dicatat berdasarkan basis lain seperti yang diungkapkan pada
kebijakan masing-masing akun terkait. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode
langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Sementara Laporan keuangan konsolidasian PT.Sampoerna Agro,Tbk juga disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (‘SAK’) yang mencakup pernyataan dan interpretasi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Peraturan No
VIII G.7 mengenai penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan public
yang diterbitkan oleh Bapepam-LK. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep
akrual dan menggunakan konsep biaya historis kecuali untuk laporan arus kas dan kecuali akun-
akun tertentu yang ditentukan basis dan pengukurannya seperti yang disebutkan dalam catatan atas
laporan keuangan konsolidasian yang relevan. Laporan arus kas konsolidasian yang disajikan
dengan menggunakan metode langsung menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Untuk Laporan Keuangan PT Astra Agro Lestari,Tbk juga disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep
biaya perolehan dan atas dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian. Laporan arus
kas konsolidasian disusun menggunakan metode langsung dengan mengklasifikasikan arus kas atas
dasar aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Dapat disimpulkan bahwa ketiga perusahaan mengikuti dan menggunakan standar akuntansi
yang sama dalam penyusunan laporan keuangannya. Dan menggunakan konsep pengakuan dan
pengukuran yang sama yaitu menggunakan konsep akrual dan historical cost. Untuk laporan arus
kas, ketiga perusahaan juga menyajikan menggunakan metode langsung.
2. Mekanisme Pengawasan dan Pelaksanaan
Auditor Eksternal
Auditor eksternal dapat membantu memastikan kualitas dan keandalan laporan keuangan.
Semua laporan keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor publik bersertifikat. Produk
dari proses audit adalah laporan audit yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Pada
perusahaan Bakrie Sumatera Plantations yang menjadi audit eksternal atas perusahaan ini pada tahun
2013 adalah kantor auditor Mazars. Dimana dalam hal ini perusahaan auditor memberikan
pernyataan atas penyajian laporan keuangan PT Bakrie Sumatra Plantations yaitu wajar tanpa
pengecualian, dengan Paragraf Penjelas. Dimana Auditor menjelaskan bahwa Going Concern Bakrie
kedepannya mengalami keraguan dalam kelangsungan hidupnya karena mengalami Defisit 1,68
triliun. Dan liabilitas Jangka Pendek telah melampaui total asset lancer sebesar 2,90 triliun. Kondisi
tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan kelompok usaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Untuk Perusahaan PT.Sampoerna Agro,Tbk yang mengaudit pada tahun 2013 adalah kantor
Auditor Ernest & Young (EY). Dimana Opini yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian.
Sedangkan PT.Astra Agro Lestari,Tbk pada tahun 2013 perusahaan yang mengaudit adalah
PriceWaterhouseCoopers (PWC) dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Tata Kelola Perusahaan
Salah satu mekanisme pengawasan laporan keuangan penting adalah tata kelola dalam
perusahaan. Laporan keuangan memerlukan persetujuan dewan direksi perusahaan. Banyak
perusahaan yang memiliki komite audit (audit committee)-suatu subkomite dari dewan direksi untuk
mengawasi proses laporan keuangan. Pada PT Bakrie Sumatera Plantations terdapat Komite audit.
Pembentukan komite audit Perusahaan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX. I. 5, dimana
susunan anggota komite audit pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut :
1. Ketua / Chairman
2. Anggota / Member
3. Anggota / Member
Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Perusahaan dan Anak perusahaan memiliki
masing-masing lebih kurang 9.457 dan 10.205 orang pegawai tetap.
Untuk PT Sampoerna Agro,Tbk juga memiliki susunan anggota komite audit yang terdiri
atas seorang ketua dan dua orang anggota. Jumlah pegawai yang dimiliki Perusahaan ini pada tahun
2013 dan 2012 adalah 8860 dan 8010 orang. Sedangkan PT.Astra Agro Lestari,Tbk memiliki
susunan Anggota Komite Audit yang terdiri atas seorang ketua dan dua orang anggota. Perusahaan
dan entitas anak mempunyai karyawan tetap sebanyak 29.766 karyawan dan pada tahun 2012
sebanyak 28.109 karyawan.
b. Prinsip-prinsip akuntansi yang penting :
1. Jurnal Berpasangan
Prinsip jurnal berpasangan atau ganda (double entry) mendasari fungsi pencatatan akuntansi.
Memahami akuntansi berpasangan membantu analis laporan keuangan karena akan
membantu rekontruksi dunia usaha. Sistem jurnal berpasangan ini menggunakan dua catatan
atas setiap transaksi usaha. Pada penyusunan laporan keuangan PT.Bakrie Sumatra
Plantantion, PT Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk sudah menerapkan
double entry dalam pencatatan secara akuntansinya
2. Biaya Historis
Sistem akuntansi bertujuan untuk melaporkan informasi yang wajar dan objektif. Karenanya
nilai aktiva yang diperoleh melalui transaksi tawar menawar yang wajar (arm’s length)
biasanya wajar dan objektif, biaya historis dari traksaksi aktual ini disajikan dalam laporan
keuangan. Pada PT Bakrie Sumatra Plantantions Laporan Keuangan Konsolidasian, kecuali
Laporan Arus Kas telah disusun dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical
cost) kecuali untuk akun-akun tertentu yang dicatat berdasarkan basis lain seperti yang
diungkapkan pada kebijakan masing-masing akun terkait. Pada PT Sampoerna Agro,Tbk
Laporan keuangan konsolidasian disusun menggunakan konsep biaya historis kecuali untuk
akun-akun tertentu yang ditentukan basis dan pengukurannya seperti yang disebutkan dalam
catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang relevan. Demikian juga untuk PT Astra
Agro Lestari,Tbk laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep biaya
perolehan.
3. Akuntansi Akrual
Akuntansi modern menerapkan basis akrual sebagai pengganti basis arus kas yang lebih
tradisional. Beradasarkan akuntansi akrual (accrual accounting), pendapatan diakui saat
dihasilkan dan beban saat terjadi, tanpa memerhatikan penerimaan atau pembayaran kas.
Pada PT.Bakrie Sumatra Plantations Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat
ekonomi akan diperoleh kelompok usaha dan totalnya dapat diukur secara handal.
Pendapatan diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima tidak termasuk diskon, rabat dan
pajak penjualan. Kelompok usaha menelaah pengaturan pendapatannya melalui criteria
tertentu untuk menentukan apakah bertindak sebagai principal atau agen. Kelompok usaha
berkesimpulan kelompok usaha sebagai principal dalam semua pengaturan pendapatan.
Begitu juga dengan PT.Sampoerna Agro,Tbk Pendapatan diakui bila besar kemungkinan
manfaat ekonomi akan diperoleh oleh grup dan jumlahnya dapat diukur secara handal.
Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima, tidak termasuk diskon,rabat
dan PPN. Grup menelaah pengaturan pendapatannya melalui kriteria tertentu untuk
menentukan apakah bertindak sebagai principal atau agen. Grup berkesimpulan bahwa grup
bertindak sebagai prinsipal dalam semua pengaturan pendapatan. PT.Astra Agro Lestari,Tbk
melaporkan Pendapatan bersih sebagai pendapatan Grup yang diperoleh dari penjualan
barang jadi setelah dikurangi diskon, retur, potongan penjualan, dan pajak
ekspor..Pendapatan dari penjualan barang jadi diakui pada saat risiko dan manfaat
kepemilikan barang secara signifikan telah berpindah kepada pelanggan. Beban diakui pada
saat terjadinya (basis akrual).
4. Pengungkapan Penuh
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) mengharuskan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan mencerminkan keseimbangan antara penyajian (1) cukup
rinci sehingga informasi dapat mengubah keputusan dan (2) cukup ringkas dan sederhana
sehingga infomasi dapat dipahami dan hemat biaya. Untuk dapat disajikan pada laporan
keuangan, suatu pos harus relevan, andal, dan diukur dengan tingkat kepastian tertentu.
Dalam laporan keuangan PT.Bakrie Sumatra Plantations, PT.Sampoerna Agro,Tbk dan
PT.Astra Agro Lestari,Tbk dirasa sudah dilakukan pengungkapan secara penuh sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
5. Materialitas
Merupakan sejauh mana kelalaian mencantumkan atau salah saji informasi akuntansi yang
dengan memperhatikan situasi, memungkinkan penilaian seseorang yang menggunakan
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh dengan kelalaian atau salah saji tersebut.
Dalam laporan keuangan PT Bakrie Sumatra Plantations PT.Sampoerna Agro,Tbk dan
PT.Astra Agro Lestari,Tbk tidak ditemukan salah saji informasi akuntansi yang material.
6. Konservatisme
Konservatisme (conservatism) terkait dengan melaporkan pandangan yang paling tidak
optimis saat manghadapi pengukuran. Konservatisme mengurangi tingkat keandalan dan
relevansi informasi akuntansi melalui dua cara. Pertama, konservatisme menyajikan aktiva
dan laba terlalu rendah. Kedua konservatisme meyebabkan penundaan pengakuan kabar baik
pada laporan keuangan, namun secepat mengakui kabar buruk. Konsevatisme memiliki
implikasi penting bagi analisis. Jika tujuan analisis adalah penilaian ekuitas, penting untuk
mengestimasi bias konservatisme pada laporan keuangan dan membuat laporan penyesuaian
yang layak sehingga pengukuran aktiva bersih dan laba bersih menjadi lebih baik. Dalam
menganalisis kredit, konservatisme memberikan margin keamanan tambahan. Pada PT
Bakrie Sumatra Plantations, PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk
tersebut sudah menganut prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangannya..
2.3.2 Analisis Laporan Keuangan Komparatif
Analisis komparatif adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan
antar elemen (laporan keuangan) yang sama untuk beberapa periode yang berurutan.
Tujuan analisis komparatif adalah untuk mempe-roleh gambaran tentang arah dan
kecenderungan (tendensi) tentang perubahan yang mungkin akan terjadi pada setiap elemen laporan
keuangan di masa yang akan datang.
§Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk memperediksi tentang kemungkinan yang
akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di masa yang akan datang.
Perbandingan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Year-to-year Changes Analysis
dan Index-Number Trend Series Analysis.
Dalam pendekatan year-to-year changes analysis, per-bandingan dibuat dengan cara
menghitung perubahan absolut dan perubahan relatif (persentase) dari tahun ke tahun setiap elemen
laporan keuangan.
Perubahan absolut diperlukan untuk memperoleh perspektif yang tepat dan kesimpulan yang
valid tentang perubahan yang terjadi. Perubahan relatif (persentase) diperlukan untuk menentukan
berarti tidaknya (signifikansi) dari setiap perubahan yang terjadi. Berikut disampaikan laporan
keuangan Komparatif dari beberapa Perusahan di atas :
PT ASTRA AGRO LESTARI TBKNERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Neraca
Perubahan Tahun 2009/2010
Perubahan Tahun 2010/2011
Perubahan Tahun 2011/2012
Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah Persen
tase Rupiah
Persentase
Rupiah Persen
tase Rupiah persentase
ASET LANCAR
Kas 452.232,00 57%
(402.591,00) -32%
(610.421,00) -73%
481.321,00 211%
Piutang usaha - pihak ketiga,
(99.423,00) -66%
(45.294,00) -89%
34.843,00 648%
(36.294,00) -90%
Piutang lain-lain 41.531,00 626%
(37.180,00) -77%
(1.133,00) -10%
6.780,00 69%
Persediaan 14.663,00 2%
145.209,00 23%
479.147,00 62%
(446.072,00) -36%
Uang muka (57.718,00) -47%
141.991,00 220%
(31.688,00) -15%
(89.405,00) -51%
Pajak dibayar dimuka
(14.534,00) -39%
33.075,00 148%
23.260,00 42%
(5.031,00) -6%
Jumlah aset lancar
336.751,00 20%
(164.790,00) -8%
(105.992,00) -6%
(88.701,00) -5%
ASET TIDAK LANCAR Investasi pada pengendalian bersama
8.382,00
entitas 8,382 2b, 10 -
96.220,00 100%
(5.100,00) -5%
(472,00) -1%
15.126,00 17%
Aset pajak tangguhan, bersih
(34.202,00) -37%
41.322,00 71%
9.423,00 9%
64.855,00 59%
Tanaman perkebunan
351.419,00 48%
271.114,00 25%
1.033.789,00 76%
967.108,00 41%
Tanaman belum menghasilkan
218.441,00 12%
340.792,00 16%
(356.700,00) -15%
(466.116,00) -22%
Aset tetap 241.951,00 10%
737.284,00 27%
1.494.479,00 44%
1.575.039,00 32%
Goodwill (8.230,00) -13%
2.624,00 5%
- 0%
- 0%
Perkebunan plasma
48.892,00 27%
118.982,00 51%
151.376,00 43%
48.529,00 10%
Tagihan restitusi pajak
(53.186,00) -18%
(34.455,00) -14%
123.579,00 57%
147.841,00 44%
Aset lain-lain 22.344,00 14%
104.923,00 58%
(134.157,00) -47%
271.307,00 180%
Total aset tidak lancar
883.649,00 15%
1.577.486,00 23%
2.321.317,00 28%
2.632.071,00 25%
JUMLAH ASET 1.220.400,00 16%
2.506.844,00 29%
2.215.325,00 22%
2.543.370,00 20%
KEWAJIBAN LANCAR Jumlah kewajiban lancar
122.876,00 13%
378.499,00 36%
1.160.189,00 81%
1.158.725,00 45%
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
HAK MINORITAS 45.319,00 23%
40.973,00 17%
(286.543,00) -100%
-
EKUITAS Jumlah ekuitas 16% 13% 15% 10%
985.322,00 927.928,00 1.225.796,00 902.448,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1.220.400,00 16%
1.412.696,00 16%
2.215.325,00 22%
2.543.370,00 20%
PT ASTRA AGRO LESTARI TBKLABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Uraian
Perubahan Tahun 2009/2010
Perubahan Tahun 2010/2011
Perubahan Tahun 2011/2012
Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah persenta
se Rupiah
persentase
Rupiah persentase
Rupiah persent
ase
Penjualan bersih 1.419.438,00 19%
1.928.861,00 22%
6,00 0%
1.110.680,00 10%
Harga pokok penjualan 911.874,00 21%
1.603.302,00 31%
369.163,00 5%
1.386.227,00 19%
Laba kotor 507.564,00 16%
325.559,00 9%
422.574,00 11%
(275.547,00) -6%
Beban usaha 119.071,00 24%
(8.662,00) -1%
230.613,00 38%
644.275,00 77%
Laba usaha
(Beban)/penghasilan lain-lain
(75.121,00) -68%
610.638,00 1761%
(645.309,00) -100%
-
Laba sebelum pajak penghasilan
463.614,00 19%
368.892,00 12%
191.961,00 6%
(919.822,00) -26%
Beban pajak penghasilan 89.610,00 12%
(26.021,00) -3%
170.260,00 20%
(302.644,00) -30%
Laba sebelum hak minoritas
374.004,00 22%
394.913,00 19%
21.701,00 1%
(617.178,00) -24%
Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan
17.873,00 26%
6.129,00 7%
17.006,00 18%
(8.316,00) -8%
Laba bersih 356.131,00 21%
388.784,00 19%
48.090,00 2%
(517.404,00) -21%
Laba bersih per saham dasar/dilusian
226,15 21%
246,89 19%
2,98 0,2%
(386,64) -25%
PT SAMPURNA AGRO TBK
NERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Neraca
Perubahan Tahun 2009/2010
Perubahan Tahun 2010/2011
Perubahan Tahun 2011/2012
Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah persen
tase Rupiah
persentase
Rupiah persen
tase Rupiah persentase
ASET LANCAR
Kas 142.233.593 37%
(180.861.825) -34%
(120.616.506) -35%
(65.312.653) -29%
Piutang usaha - pihak ketiga,
46.680.960 288%
(58.835.480) -94%
108.436.584 2679%
26.644.730 24%
Piutang lain-lain -
-
-
-
Pihak istimewa (606.692) -4%
114.218 1%
892.981 7%
3.736.573 26%
Pihak ketiga (33.837.618) -62%
14.818.082 73%
18.532.651 53%
11.797.625 22%
Persediaan 90.574.803 67%
107.476.441 47%
30.589.407 9%
(92.715.798) -25%
Pajak pertambahan nilai
5.184.209 130%
10.285.093
112%
(13.536.671) -70%
39.345.145 663%
biaya di bayar 60% 331 -93% 29%
dimuka 2.439.447 21.422.579 % (25.824.597) 604.704
uang muka dan aset lancar lainnya
- 0%
Jumlah aset lancar
252.668.702 41%
(85.580.892) -10%
36.437.238 5%
(90.730.808) -11%
ASET TIDAK LANCAR Aset pajak tangguhan, bersih
2.995.313 32%
6.381.016 52%
(18.668.549) -100%
-
Uang Muka Proyek perkebunan
28.781.431 43%
51.249.277 54%
(50.915.771) -35%
53.394.848 56%
Tanaman perkebunan menghasilkan
27.986.418 6%
26.843.073 6%
266.452.140 53%
81.146.912 11%
Tanaman perkebunan belum menghasilkan
171.345.014 48%
137.262.552 26%
(28.792.096) -4%
107.084.521 17%
Hutan tanaman industri
70.548.506 100%
(3.103.686) -4%
(3.103.686) -5%
(3.103.686) -5%
Hutan tanaman insdustri dalam pengembangan
68.443.529 100%
22.261.822 33%
56.004.673 62%
121.859.344 83%
Aset tetap 62.342.832 11%
330.530.855 51%
354.898.141 36%
62.235.646 5%
Beban tangguhan hak atas tanah bersih
4.525.767 16%
1.809.586 6%
(34.543.061) -100%
-
aset tak berwujud neto
- 100%
-
103.256.627 100%
(1.151.890) -1%
Goodwill (877.075) -24%
- 0%
(2.830.165) -100%
-
Beban tangguhan bersih
(2.004.515) -72%
4.572.345
580%
(5.360.366) -100%
-
Bibitan (10.659.844) -56%
34.414.660
416%
(3.508.968) -8%
25.430.665 65%
aset pajak tangguhan neto
- 100%
-
43.430.366 100%
31.765.405 73%
Simpanan Jaminan
2.180.000 41%
1.100.000 15%
(8.565.000) -100%
-
Estimasi Tagihan pajak penghasilan
(15.445.112) -24%
(23.647.909) -49%
41.611.749 170%
(13.343.477) -20%
uang muka investasi
(48.731.583) -100%
27.822.048
(26.822.048) -96%
(1.000.000) -100%
Aset lain-lain (50.516) -3%
3.264.396
193%
7.692.913 155%
1.367.659 11%
-
-
-
Total aset tidak lancar
361.380.165 22%
620.760.035 31%
690.236.899 26%
465.685.947 14%
JUMLAH ASET 614.048.867 27% 535.179.143 19% 726.674.137 21% 374.955.139 9%
KEWAJIBAN LANCAR
223.220.276 95%
33.506.457 7%
246.497.905 50%
(45.671.227) -6%
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
18.394.159 8%
161.427.543 63%
312.777.839 75%
388.898.834 53%
JUMLAH KEWAJIBAN
241.614.435 51%
194.934.000 27%
559.275.744 61%
343.227.607 23%
HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN
5.767.621 27%
3.421.709 13%
3.194.304 10%
(551.445) -2%
EKUITAS 366.666.811 21%
367.263.327 17%
167.398.393 7%
(1.354.920) 0%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
614.048.867 27%
535.179.143 19%
726.674.137 21%
(1.439.063.432) -35%
PT SAMPURNA AGRO TBK
LABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Uraian
Perubahan Tahun 2009/2010
Perubahan Tahun 2010/2011
Perubahan Tahun 2011/2012
Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah persentas
e Rupiah
persentase
Rupiah persentase
Rupiah persen
tase
Penjualan bersih 496.191.624 27%
830.630.059 36% (156.141.876) -5%
(425.531.031) -14%
Beban Pokok Penjualan
252.987.318 21%
612.448.111 42% 111.705.431 5%
(130.673.230) -6%
Laba kotor 243.204.306 41%
218.181.948 26% (267.847.307) -25%
(294.857.801) -37%
Beban usaha 47.456.338 34%
125.215.120 67% 8.557.806 3%
(320.618.671) -100%
Laba usaha 195.747.968 43%
92.966.828 14% (262.154.206) -35%
(250.313.585) -51%
(Beban)/penghasilan lain-lain
-
-
-
Pendapatan bunga (10.936.641) -47%
7.257.551 58% (12.421.207) -63%
(7.376.164) -100%
laba rugi selisih kurs bersih
21.418.555 -106%
(1.141.069) -100% 36.730.765
(36.730.765) -100%
laba rugi penjualan aset tetap
1.514.254 -147%
(484.664) -100%
-
-
beban bunga dan keuangan lainnya
(394.704) 1%
28.293.970 -100% 36.730.765
(36.730.765) -100%
amortisasi goodwill (172.267) 9%
2.025.838 -100%
-
-
lain -lain bersih 13.942.568 -60%
9.152.780 -100%
-
-
beban lain lain 25.371.765 -50%
25.307.035 -100% 36.730.765
(36.730.765) -100%
Laba sebelum beban Pajak penghasilan
221.119.693 54%
111.997.376 18% (285.232.320) -38%
(283.427.649) -62%
Beban Pajak Penghasilan
(50.024.312) 41%
366.111.703 -211% (71.998.685) -37%
(67.519.157) -56%
Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan
171.095.381 60%
92.203.407 20% (220.321.518) -40%
(208.820.609) -63%
Hak minoritas atas Laba anak perusahaan
(1.144.778) 26%
14.181.562 -253% (1.491.340) -17%
112.036.521 1581%
Laba bersih 169.950.603 60%
97.805.796 22% (213.233.635) -39%
(215.908.492) -64%
Laba bersih per saham dasar
88 58%
47 20%
(112) -39%
(111) -64%
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkNERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Neraca
Perubahan Tahun 2009/2010 Perubahan Tahun
2010/2011 Perubahan Tahun
2011/2012 Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah persentase Rupiah persentase
Rupiah persentase
Rupiah persenta
se
ASET LANCAR
Kas 162.464.841 97%
(128.200.768) -39% (80.802.014)
-40% (3.748.240) -3%
Investasi pada efek 578.731.211 2154%
(605.594.159) -100% - -
piutang usaha - 509.648.761 (54.614.186)
-11% (300.527.092) -66%
Pihak istimewa 61.416.130 43%
(156.346.285) -76% 69.731.149
145% 23.898.642 20%
Pihak ketiga 195.355.536 239%
(117.078.902) -42% 2.908.587 2% 15.298.171 9%
12.931.388 141%
(22.083.616) -100% - -
Persediaan 91.287.233 84% 16.447.685 8% 23.934.525 11% (76.948.756) -32%
Pajak di bayar dimuka
23.926.929 213% 34.546.573 98% (19.839.334)
-28% (13.738.648) -28%
biaya di bayar dimuka
23.135.180 724%
(15.326.881) -58% 11.890.033
108% (1.305.041) -6%
aset lancar lainnya (27.254.168) -24% 65.291.181 75% (67.267.998)
-44% 58.477.538 68%
aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
- - 2.533.027.186 - 0%
Jumlah aset lancar 1.121.994.280 168%
(418.696.411) -23% 2.418.967.948
177% (298.593.426) -8%
ASET TIDAK LANCAR Piutang pihak Hubungan istemewa
1.348.316.102 506% 863.887.151 53% 560.404.111 23% (682.949.257) -22%
Piutang plasma 48.061.712 85% 26.547.112 25% 28.395.606 22% 8.870.060 6%
Aset pajak tangguhan - Bersih
300.005.175 1643%
(151.306.536) -48% 110.687.662 66% 665.573.978 240%
Insvestasi pada perusahaan asosiasi
(546.822.670) -100% 1.015.571 156% (1.668.642)
-100
% - Investasi pada efek ekuitas
193.455.855 172% - 0% (3.173.358) -1% - 0%
Tanaman perkebunan
548.342.797 54% 52.909.320 3% 74.500.874 5% (164.351.900) -10%
Tanaman belum menghasilkan
1.382.486.872 267% 186.617.708 10% (543.439.517)
-26% (451.935.672) -29%
Aset tetap 6.399.132.765 931%
(65.135.626) -1% (331.513.456) -5% 339.241.134 5%
Goodwill 2.446.441.677 534%
(58.972.605) -2% (1.979.302.911)
-70% (51.090.651) -6%
Dana dalam pembatasan
11.247.261 24%
(29.610.222) -50% (3.144.260)
-11% 380.481 1%
Proyek Pengembangan Usaha
45.273.107 7%
(178.414.687) -27% (69.015.011)
-14% (187.841.654) -45%
Beban tangguhan hak atas tanah
25.732.697 87% 23.282.714 42% (77.402.604)
-99% 3.489.282 327%
Taksiran tagihan kelebihan pajak
44.905.197 136%
(53.882.421) -69% 6.552.883 27% (16.406.229) -54%
Aset tidak lancar lainnya
61.886.999 18248% 1.796.996 3% 90.187.524
141% (102.380.966) -66%
Total aset tidak lancar
12.308.465.546 279% 618.734.475 4% (2.137.931.099)
-12% (639.401.394) -4%
JUMLAH ASET 13.430.459.826 265% 200.038.064 1% 281.036.849 2% (937.994.820) -5%
- - - KEWAJIBAN LANCAR
2.683.037.480 407% 101.219.103 3% (442.755.914)
-13% 3.358.391.417 112%
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
4.870.906.142 280%
(411.485.994) -6% 1.866.952.402 30% (1.279.182.873) -16%
JUMLAH KEWAJIBAN
7.553.943.622 315%
(310.266.891) -3% 1.424.196.488 15% 2.079.208.544 19%
- - - HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN
227.950.911 25381%
(165.225.237) -72% (2.636.973) -4% (6.675.655) -11%
EKUITAS 5.648.565.293 212% 675.530.192 8% (1.140.522.666)
-13% (3.040.527.709) -39%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
13.430.459.826 265% 200.038.064 1% 281.036.849 2% (967.994.820) -5%
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkLABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013
Uraian
Perubahan Tahun 2009/2010
Perubahan Tahun 2010/2011
Perubahan Tahun 2011/2012
Perubahan Tahun 2012/2013
Rupiah persenta
se Rupiah
persentase
Rupiah persentase
Rupiah persenta
se
Penjualan bersih 679.171.535 29% 1.362.627.286 45%
(1.881.650.964) -43%
(408.943.818) -16%
Beban Pokok Penjualan
59.392.491 4% 859.603.286 50%
(835.017.065) -32%
(251.164.816) -14%
Laba kotor 619.779.044 92% 503.024.000 39%
(1.046.633.899) -58%
(157.779.002) -21%
Beban usaha 240.137.167 119% 608.099.200 137%
(1.050.409.991) -100%
-
Laba usaha 379.641.877 81%
(105.075.200) -12%
(744.889.699) -100% 590.886.789
(Beban)/penghasilan lain-lain
36.722.413 36% 233.503.274 168%
(151.209.191) -41%
(221.472.573) -100%
Laba sebelum beban Pajak penghasilan
621.276.444 169% 128.428.074 13%
(147.433.099) -13% 2.073.595.507 214%
Beban Pajak Penghasilan
153.223.678 133% 103.661.597 39%
(346.781.067) -93% 452.401.625 1789%
Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan
468.052.766 185% 24.766.477 3% 322.098.124 43% 1.699.120.264 159%
Hak minoritas atas Laba anak perusahaan
2.961.826 2906%
(2.452.789) -80%
(610.954) -100%
-
Rugi anak perusahaan sebelum akusisi
87.960.015 -
(87.960.015) -100%
-
-
Laba bersih 552.847.121 219%
(137.999.183) -17%
(1.766.172.120) -265%
(1.668.178.186) 152%
Laba bersih per saham dasar
(1) -1%
(10) -15%
24 44%
124 159%
Dari ketiga Neraca Komparatif ketiga perusahaan tersebut dapat kita bandingkan dengan grafik
sebagai berikut :
Grafik Neraca Komparatif Pada 3 perusaahaan selama 5 Tahun
-2E+090
2E+094E+096E+098E+091E+10
1.2E+101.4E+10
2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013
ASTRA
Sampurna
Bakrie
Terlihat :
1. Astra tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan dari 5 Tahun operasinya.
2. Sampurna juga memperlihatkan grafik yang relatif Stabil setiap tahunnya.
3. Sedangkan pada Bakrie terlihat perbedaan yang mencolok pada Tahun yang pertama
sedangkan pada Tahun 2013/2012 bakri mengalami penurunan aset tetap yang sangat
sidnifikan (minus) dari Tahun sebelumnnya sebesar 5 % dari Tahun 2012.
Grafik Laba Rugi Komparatif Pada 3 perusaahaan selama 5 Tahun
2.3.3 Analisis Laporan Keuangan Common-size
Laporan keuangan dalam persentase per komponen (common size statement) menyatakan masing-
masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Suatu neraca yang disusun per-
komponen (Common size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut :
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi
relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi
relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri
Jika neraca dalam persentase per komponen ini disusun secara komparatif, dapat
memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur
modal.
Laporan Laba rugi yang disusun dalam persentase per komponen dapat menggambarkan
distribusi/alokasi setiap Rp. 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba.
Sementara apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
Berikut Analisis Common-size dari tiga perusahaan diatas :
PT ASTRA AGRO LESTARI TBKNERACA COMMON-SIZE
Neraca Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common
Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
ASET LANCAR
Kas 788.54
9,00 1.240.781,00 838.190,00 227.769,00 709.090,
00 46% 60% 44% 13% 42%
Piutang usaha - pihak ketiga, 150.09
1,00 50.668,00 5.374,0
0 40.217,00 3.923
,00 9% 2% 0% 2% 0%
Piutang lain-lain 6.63
3,00 48.164,00 10.984,00 9.851,0
0 16.631,
00 0% 2% 1% 1% 1%
Persediaan 610.03
1,00 624.694,00 769.903,00 1.249.050,00 802.978,
00 36% 30% 41% 70% 47%
Uang muka 122.27
3,00 64.555,00 206.546,00 174.858,00 85.453,
00 7% 3% 207% 10% 5%
Pajak dibayar dimuka 36.84
9,00 22.315,00 55.390,00 78.650,00 73.619,
00 2% 1% 3% 4% 4%
Jumlah aset lancar 1.714.42
6,00 2.051.177,00 1.886.387,00 1.780.395,00 1.691.694,
00 100% 100% 100% 100% 100%
ASET TIDAK LANCAR
Investasi pada pengendalian bersama
8.382,00 0%
entitas 8,382 2b, 10 -
- 96.220,00 91.120,00 90.648,00 105.774,
00 0% 1% 1% 1% 1%
Aset pajak tangguhan, bersih 92.49
3,00 58.291,00 99.613,00 109.036,00 173.891,
00 2% 1% 1% 1% 1%
Tanaman perkebunan 729.25
1,00 1.080.670,00 1.351.784,00 2.385.573,00 3.352.681,
00 12% 16% 16% 22% 25%
Tanaman belum menghasilkan
1.884.767,00 2.103.208,00 2.444.000,00 2.087.300,00
1.621.184,00 32% 31% 29% 20% 12%
Aset tetap 2.444.95
9,00 2.686.910,00 3.424.194,00 4.918.673,00 6.493.712,
00 42% 40% 41% 46% 49%
Goodwill 61.55
7,00 53.327,00 55.951,00 55.951,00 55.951,
00 1% 1% 1% 1% 0%
Perkebunan plasma 183.47
0,00 232.362,00 351.344,00 502.720,00 551.249,
00 3% 3% 4% 5% 4%Tagihan restitusi pajak 302.58 249.402,00 214.947,00 338.526,00 486.367, 5% 4% 3% 3% 4%
8,00 00
Aset lain-lain 157.88
8,00 180.232,00 285.155,00 150.998,00 422.305,
00 3% 3% 3% 1% 3%
Total aset tidak lancar 5.856.97
3,00 6.740.622,00 8.318.108,00 10.639.425,00 13.271.496,
00 100% 100% 100% 100% 100%
JUMLAH ASET 7.571.39
9,00 8.791.799,00 10.204.495,00 12.419.820,00 14.963.190,
00
KEWAJIBAN LANCAR
Uang muka pelanggan 284.37
7,00 324.164,00 473.430,00 540.264,00 431.949,
00 30% 31% 33% 21% 11%
Hutang usaha
Pihak ketiga 231.69
3,00 337.136,00 496.783,00 548.841,00 678.786,
00 25% 32% 34% 21% 18%
Pihak hubungan istimewa 6.30
8,00 11.711,00 25.056,00 16.580,00 40.846,
00 1% 1% 2% 1% 1%
Hutang lain-lain 11.41
4,00 37.264,00 34.146,00 30.037,00 29.170,
00 1% 4% 2% 1% 1%
Beban masih harus dibayar 107.38
3,00 49.122,00 56.149,00 72.668,00 69.309,
00 11% 5% 4% 3% 2%
Hutang pajak 297.80
1,00 302.455,00 354.787,00 381.999,00 317.463,
00 32% 28% 25% 15% 8%
Pinjaman bank jangka pendek 971.950,00 1.808.765,
00 37% 48%
Kewajiban imbalan kerja 38.201,00 40.161,
00 1% 1%
Kewajiban jangka panjang jatuh tenpo satu tahun
-
342.816,00 0% 9%
Jumlah kewajiban lancar 938.97
6,00 1.061.852,00 1.440.351,00 2.600.540,00 3.759.265,
00 100% 100% 100% 100% 100%
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Pinjaman bank jangka panjang,dikurangi bagian yang jatuh tempo
571.359,00 61%
Kewajiban pajak tangguhan, bersih
32.022,00 36.945,00 33.321,00 29.114,00
36.138,00 16% 14% 10% 6% 4%
Kewajiban imbalan kerja 173.78
5,00 235.745,00 304.665,00 424.755,00 328.569,
00 84% 86% 90% 94% 35%
Jumlah kewajiban tidak lancar
205.807,00 272.690,00 337.986,00 453.869,00
936.066,00 100% 100% 100% 100% 100%
HAK MINORITAS 200.25
1,00 245.570,00 286.543,00
EKUITAS
Modal saham biasa 787.37
3,00 787.373,00 787.373,00 787.373,00 787.373,
00 13% 13% 10% 8% 8%
Tambahan modal disetor 83.47
6,00 83.476,00 83.476,00 83.476,00 83.476,
00 1% 1% 1% 1% 1%
Selisih nilai transaksi restrukturisasi
(3,17)
(3,17)
(3,17)
(3,17)
(3,17) 0% 0% 0% 0% 0%
Selisih transaksi perubahan ekuitas
330,00 330,00
330,00
330,00
330,00 0% 0% 0% 0% 0%
Saldo laba 0% 0% 0% 0% 0%
Telah ditentukan penggunaannya
157.500,00 157.500,00 157.500,00 157.500,00
157,50 3% 3% 2% 2% 0%
Belum ditentukan penggunaannya
5.197.889,00 6.183.211,00 7.111.139,00 8.000.703,00
8.866.126,00 83% 86% 87% 85% 86%
Jumlah ekuitas 6.226.36
5,00 7.211.687,00 8.139.615,00 9.365.411,00 10.267.859,
00 100% 100% 100% 100% 100%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
7.571.399,00 8.791.799,00 10.204.495,00 12.419.820,00
14.963.190,00
PT ASTRA AGRO LESTARI TBKLABA RUGI COMMON-SIZE
Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
Penjualan bersih 7.424.283,
00 8.843.721,
00 10.772.582,0
0 11.564.319,00 12.674.999,0
0 100% 100% 100% 100% 100%
Harga pokok penjualan 4.322.498,
00 5.234.372,
00 6.837.674,
00 7.206.837,00 8.593.064,
00 58% 59% 63% 62% 68%
Laba kotor 3.101.785,
00 3.609.349,
00 3.934.908,
00 4.357.482,00 4.081.935,
00 42% 41% 37% 38% 32%
Beban usaha 491.567,
00 610.638,
00 601.976,0
0 832.589,00 1.476.864,
00 7% 7% 6% 7% 12%
Laba usaha 0% 0% 0% 0% 0%
(Beban)/penghasilan lain-lain
109.792,00
34.671,00
645.309,00 1% 0% 6% 0% 0%
Laba sebelum pajak penghasilan
2.500.426,00
2.964.040,00
3.332.932,00 3.524.893,00
2.605.071,00 34% 34% 31% 30% 21%
Beban pajak penghasilan
770.778,00
860.388, 00
834.367,0 0 1.004.627,00
701.983,0 0 10% 10% 8% 9% 6%
Laba sebelum hak minoritas
1.729.648,00
2.103.652,00
2.498.565,00 2.520.266,00
1.903.088,00 23% 24% 23% 22% 15%
Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan
68.999,00
86.872,00
93.001,00 110.007,00
101.691,00 1% 1% 1% 1% 1%
Laba bersih 1.660.649,
00 2.016.780,
00 2.405.564,
00 2.453.654,00 1.936.250,
00 22% 23% 22% 21% 15%
Laba bersih per saham dasar/dilusian
1.054,55
1.280,70
1.527,59
1.530,57
1.143,93
PT SAMPOERNA AGRO TBK
NERACA COMMON-SIZE TH 2009 S/D TH 2013
Neraca Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
ASET LANCAR
Kas 387.316.2
22 529.549.81
5 348.687.9
90 228.071.4
84 162.758.8
31 63% 61% 45% 28% 22%
Piutang usaha - pihak ketiga,
16.202.785
62.883.745
4.048.265
112.484.849
139.129.579 3% 7% 14% 19%
Piutang lain-lain 0% 0% 0% 0% 0%
Pihak istimewa 13.943.5
46 13.336.85
4 13.451.0
72 14.344.0
53 18.080.6
26 2% 2% 2% 2% 2%
Pihak ketiga 54.184.155
20.346.537
35.164.619
53.697.270
65.494.895 9% 2% 4% 7% 9%
Persediaan 135.859.2
66 226.434.06
9 333.910.5
10 364.499.9
17 271.784.1
19 22% 26% 43% 45% 37%
Pajak pertambahan nilai 3.997.9
55 9.182.16
4 19.467.2
57 5.930.5
86 45.275.7
31 1% 1% 2% 1% 6%
biaya di bayar dimuka 4.037.8
10 6.477.25
7 27.899.8
36 2.075.2
39 2.679.9
43 1% 1% 4% 0% 0%
uang muka dan aset lancar lainnya
37.963.3 89
23.132.2 55
- 5% 3%
Jumlah aset lancar 615.541.
739 868.210.44
1 782.629.5
49 819.066.7
87 728.335.9
79 100% 100% 100% 100% 100%
ASET TIDAK LANCAR
Aset pajak tangguhan, bersih
9.292.220
12.287.533
18.668.549 1% 1% 1% 0% 0%
Uang Muka Proyek perkebunan
66.616.556
95.397.987
146.647.264
95.731.493
149.126.341 4% 5% 6% 3% 4%
Tanaman perkebunan menghasilkan
450.611.542
478.597.960
505.441.033
771.893.173
853.040.085 27% 24% 19% 23% 23%
Tanaman perkebunan belum menghasilkan
355.850.727
527.195.741
664.458.293
635.666.197
742.750.718 22% 26% 25% 19% 20%
Hutan tanaman industri 70.548.50
6 67.444.8
20 64.341.1
34 61.237.4
48 0% 4% 3% 2% 2%
Hutan tanaman insdustri dalam pengembangan
68.443.529
90.705.351
146.710.024
268.569.368 0% 3% 3% 4% 7%
Aset tetap 590.903.1
18 653.245.95
0 983.776.8
05 1.338.674.9
46 1.400.910.5
92 36% 33% 37% 40% 37%
Beban tangguhan hak atas tanah bersih
28.207.708
32.733.475
34.543.061 2% 2% 1% 0% 0%
aset tak berwujud neto 103.256.6
27 102.104.7
37 0% 0% 0% 3% 3%
Goodwill 3.707.2
40 2.830.16
5 2.830.1
65 0% 0% 0% 0% 0%
Beban tangguhan bersih 2.792.5
36 788.02
1 5.360.3
66 0% 0% 0% 0% 0%
Bibitan 18.934.8
80 8.275.03
6 42.689.6
96 39.180.7
28 64.611.3
93 1% 0% 2% 1% 2%
aset pajak tangguhan neto 43.430.3
66 75.195.7
71 0% 0% 0% 1% 2%
Simpanan Jaminan 5.285.0
00 7.465.00
0 8.565.0
00 0% 0% 0% 0% 0%
Estimasi Tagihan pajak penghasilan
63.584.641
48.139.529
24.491.620
66.103.369
52.759.892 4% 2% 1% 2% 1%
uang muka investasi 48.731.5
83 27.822.0
48 1.000.0
00 3% 0% 1% 0% 0%
Aset lain-lain 1.738.7
49 1.688.23
3 4.952.6
29 12.645.5
42 14.013.2
01 0% 0% 0% 0% 0%
0% 0% 0% 0% 0%
Total aset tidak lancar 1.646.256.5
00 2.007.636.66
5 2.628.396.7
00 3.318.633.5
99 3.784.319.5
46 100% 100% 100% 100%
JUMLAH ASET 2.261.798.2
39 2.875.847.10
6 3.411.026.2
49 4.137.700.3
86 4.512.655.5
25
KEWAJIBAN LANCAR 235.648.4
79 458.868.75
5 492.375.2
12 738.873.1
17 693.201.8
90 10% 16% 14% 18% 26% KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
239.318.606
257.712.765
419.140.308
731.918.147
1.120.816.981 11% 9% 12% 18% 42%
JUMLAH KEWAJIBAN 474.967.
085 716.581.52
0 911.515.5
20 1.470.791.264
1.814.018.871 21% 25% 27% 36% 67%
0% 0% 0% 0% 0% HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN
21.250.563
27.018.184
30.439.893
33.634.197
33.082.752 1% 1% 1% 1% 1%
EKUITAS 1.765.580.5
91 2.132.247.40
2 2.499.510.7
29 2.666.909.1
22 2.665.554.2
02 78% 74% 73% 64% 99%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2.261.798.2 39
2.875.847.10 6
3.411.026.2 49
4.137.700.3 86
2.698.636.9 54 100% 100% 100% 100% 100%
PT SAMPOERNA AGRO TBK
LABA RUGI COMMON-SIZE
Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Commo
n Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
Penjualan bersih 1.815.557.167 2.311.748.791 3.142.378.850 2.986.236.974 2.560.705.943 100% 100% 100% 100% 100%
Beban Pokok Penjualan 1.216.130.626 1.469.117.944 2.081.566.055 2.193.271.486 2.062.598.256 67% 64% 66% 73% 81%
Laba kotor 599.426.541 842.630.847 1.060.812.795 792.965.488
498.107.687 33% 36% 34% 27% 19%
Beban usaha 139.389.407 186.845.745 312.060.865
320.618.671 8% 8% 10% 11% 0%
Laba usaha 460.037.134 655.785.102 748.751.930
486.597.724
236.284.139 25% 28% 24% 16% 9%
(Beban)/penghasilan lain-lain 0% 0% 0%
Pendapatan bunga 23.476.461 12.539.820 19.797.371 7.376.164 1% 1% 1% 0% 0%
laba rugi selisih kurs bersih (20.277.486) 1.141.069 36.730.765 -1% 0% 0% 1% 0%
laba rugi penjualan aset tetap (1.029.590) 484.664 0% 0% 0% 0% 0%
beban bunga dan keuangan lainnya (27.899.266) (28.293.970) 36.730.765 -2% -1% 0% 1% 0%
amortisasi goodwill (1.853.571) (2.025.838) 0% 0% 0% 0% 0%
lain -lain bersih (23.095.348) (9.152.780) -1% 0% 0% 0% 0%
beban lain lain (50.678.800) (25.307.035) 36.730.765 -3% -1% 0% 1% 0%
Laba sebelum beban Pajak penghasilan 409.358.374 630.478.067
742.475.443
457.243.123
173.815.474 23% 27% 24% 15% 7%
Beban Pajak Penghasilan (123.134.555) (173.158.867) 192.952.836
120.954.151 53.434.994 -7% -7% 6% 4% 2%
Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan 286.223.819 457.319.200
549.522.607
329.201.089
120.380.480 16% 20% 17% 11% 5%
Hak minoritas atas Laba anak perusahaan (4.457.611) (5.602.389) 8.579.173 7.087.833
119.124.354 0% 0% 0% 0% 5%
Laba bersih 281.766.208 451.716.811 549.522.607
336.288.972
120.380.480 16% 20% 17% 11% 5%
Laba bersih per saham dasar 151 239
286
174
63
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkNERACA COMMON-SIZE TH 2009 S/D TH 2013
Neraca Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Commo
n Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
ASET LANCAR
Kas 167.303.59
0 329.768.431 201.567.66
3 120.765.649 117.017.40
9 25% 18% 15% 3% 3%
Investasi pada efek 26.862.94
8 605.594.159 4% 34% 0% 0% 0%
piutang usaha 509.648.76
1 455.034.575 154.507.48
3 0% 0% 37% 12% 4%
Pihak istimewa 143.154.819 204.570.949
48.224.664 117.955.813
141.854.455 21% 11% 4% 3% 4%
Pihak ketiga 81.676.019 277.031.555
159.952.653 162.861.240
178.159.411 12% 15% 12% 4% 5%
9.152.228 22.083.616 1% 1% 0% 0% 0%
Persediaan 108.785.88
7 200.073.120 216.520.80
5 240.455.330 163.506.57
4 16% 11% 16% 6% 5%
Pajak di bayar dimuka 11.224.91
7 35.151.846 69.698.41
9 49.859.085 36.120.43
7 2% 2% 5% 1% 1%
biaya di bayar dimuka 3.193.87
7 26.329.057 11.002.17
6 22.892.209 21.587.16
8 0% 1% 1% 1% 1%
aset lancar lainnya 114.865.60
0 87.611.432 152.902.61
3 85.634.615 144.112.15
3 17% 5% 11% 2% 4%
aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual 2.533.027.186
2.533.027.1 86 0% 0% 0% 67% 73%
Jumlah aset lancar 666.219.88
5 1.788.214.165 1.369.517.75
4 3.788.485.702 3.489.892.2
76 100% 100% 100% 100% 100%
ASET TIDAK LANCAR
Piutang pihak Hubungan istemewa
266.472.346 1.614.788.448
2.478.675.599 3.039.079.710
2.356.130.453 6% 10% 14% 20% 16%
Piutang plasma 56.780.92
3 104.842.635 131.389.74
7 159.785.353 168.655.41
3 1% 1% 1% 1% 1%
Aset pajak tangguhan - Bersih
18.259.296 318.264.471
166.957.935 277.645.597
943.219.575 0% 2% 1% 2% 6%
Insvestasi pada perusahaan asosiasi
547.475.741 653.071
1.668.642 12% 0% 0% 0% 0%
Investasi pada efek ekuitas 112.252.84
2 305.708.697 305.708.69
7 302.535.339 302.535.33
9 3% 2% 2% 2% 2%
Tanaman perkebunan 1.014.197.33
7 1.562.540.134 1.615.449.45
4 1.689.950.328 1.525.598.4
28 400% 9% 9% 11% 10%
Tanaman belum menghasilkan
517.148.550 1.899.635.422
2.086.253.130 1.542.813.613
1.090.877.941 12% 11% 12% 10% 7%
Aset tetap 687.480.88
0 7.086.613.645 7.021.478.01
9 6.689.964.563 7.029.205.6
97 16% 42% 41% 44% 48%
Goodwill 458.510.10
3 2.904.951.780 2.845.979.17
5 866.676.264 815.585.61
3 10% 17% 16% 6% 6%
Dana dalam pembatasan 47.433.19
7 58.680.458 29.070.23
6 25.925.976 26.306.45
7 1% 0% 0% 0% 0%
Proyek Pengembangan Usaha
616.748.522 662.021.629
483.606.942 414.591.931
226.750.277 14% 4% 3% 3% 2%
Beban tangguhan hak atas tanah
29.454.995 55.187.692
78.470.406 1.067.802
4.557.084 1% 0% 0% 0% 0%
Taksiran tagihan kelebihan pajak
33.023.544 77.928.741
24.046.320 30.599.203
14.192.974 1% 0% 0% 0% 0%
Aset tidak lancar lainnya 339.15
2 62.226.151 64.023.14
7 154.210.671 51.829.70
5 0% 0% 0% 1% 0%
Total aset tidak lancar 4.405.577.42
8 16.714.042.974 17.332.777.44
9 15.194.846.350 14.555.444.95
6 100% 100% 100% 100% 100%
JUMLAH ASET 5.071.797.31
3 18.502.257.139 18.702.295.20
3 18.983.332.052 18.045.337.23
2
KEWAJIBAN LANCAR 659.502.23
6 3.342.539.716 3.443.758.81
9 3.001.002.905 6.359.394.3
22 13% 18% 18% 16% 35% KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
1.741.553.78 9 6.612.459.931
6.200.973.93 7 8.067.926.339
6.788.743.4 66 34% 36% 300% 43% 38%
JUMLAH KEWAJIBAN 2.401.056.02
5 9.954.999.647 9.644.732.75
6 11.068.929.244 13.148.137.788 47% 54% 52% 58% 73%
0% 0% 0% 0% 0% HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN
898.118 228.849.029
63.623.792 60.986.819
54.311.164 0% 1% 0% 0% 0%
EKUITAS 2.669.843.17
0 8.318.408.463 8.993.938.65
5 7.853.415.989 4.812.888.2
80 53% 45% 48% 41% 27%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
5.071.797.31 3 18.502.257.139
18.702.295.20 3 18.983.332.052
18.015.337.23 2 100% 100% 100% 100% 100%
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkLABA RUGI COMMON-SIZE
Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009
Common Size 2010
Common Size 2011
Common Size 2012
Common Size 2013
Penjualan bersih 2.325.282.030 3.004.453.565 4.367.080.851 2.485.429.887 2.076.486.069 100% 100% 100% 100% 100%
Beban Pokok Penjualan 1.652.785.384 1.712.177.875 2.571.781.161 1.736.764.096 1.485.599.280 71% 57% 59% 70% 72%
Laba kotor 672.496.646 1.292.275.690 1.795.299.690 748.665.791
590.886.789 29% 43% 41% 30% 28%
Beban usaha 202.173.624 442.310.791 1.050.409.991 9% 15% 24% 0% 0%
Laba usaha 470.323.022 849.964.899
744.889.699
590.886.789 20% 28% 17% 0% 28%
(Beban)/penghasilan lain-lain
102.456.077 139.178.490
372.681.764 221.472.573 4% 5% 9% 9% 0%
Laba sebelum beban Pajak penghasilan
367.866.945 989.143.389 1.117.571.463 970.138.364
3.043.733.871 16% 33% 26% 39% 147%
Beban Pajak Penghasilan 115.185.535 268.409.213
372.070.810 25.289.743
477.691.368 5% 9% 9% 1% 23%
Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan
252.681.410 720.734.176
745.500.653 1.067.598.777
2.766.719.041 11% 24% 17% 43% 133%
Hak minoritas atas Laba anak perusahaan
101.917 3.063.743
610.954 0% 0% 0% 0% 0%
Rugi anak perusahaan sebelum akusisi 87.960.015 0% 3% 0% 0% 0%
Laba bersih 252.783.327 805.630.448
667.631.265 (1.098.540.855)
(2.766.719.041) 11% 27% 15% -44% -133%
Laba bersih per saham dasar
65 64
54 78
201
2.3.4 Analisis Rasio
1) Likuiditas Jangka Pendek
A. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana
aset lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan asset dan
kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka didapat hasil Current
Ratio dari ketiga perusahaan yang dianalisis pada tabel berikut :
Perbandingan Curent Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 1.01 0.53 0.40 1.26 0.54 0.75Sampoerna 2.61 1.88 1.82 1.11 1.05 1.69Astra 1.83 1.93 1.31 0.68 0.45 1.24Rata-rata Industri 1.82 1.45 1.18 1.02 0.68 1.23
Dalam perspektif pemberi pinjaman, hasil dari perhitungan diharapkan lebih dari 1
atau semakian besar rasio ini semakin diminati oleh pihak kreditur. Rasio lebih besar dari 1
diartikan bahwa perusahaan dapat segera memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari Hasil
Perhitungan Rasio tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Misalnya PT Sampoerna
Agro,Tbk pada tahun 2013 menghasilkan Current Ratio sebesar 1,05 itu artinya setiap Rp. 1
hutang dijamin oleh Rp. 1,05 aktiva lancar. Dalam hal ini, untuk current ratio yang paling
baik diantara ketiga perusahaan tsb adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk (Rata-rata = 1,69) karena
walaupun mengalami penurunan tiap tahunnya tetapi Rasio Aset lancer terhadap utang
lancarnya masih diatas 1. Sementara Bakrie berfluktuatif naik turun tiap tahunnya dan
memiliki rasio dibawah 1, begitu juga dengan Astra yang mengalami penurunan signifikan
ditahun 2012 dan 2013. Dan jika dilihat dari rata-rata industri pun, walau mengalami
penurunan tiap tahunnya tapi masih berada diatas rata-rata industri.
Gambar 2 Current Ratio
B. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan
quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan serta biaya bayar dimuka.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan
sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi
rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya
dianggap baik dimana jika semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
Perbandingan Quick Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.82 0.46 0.31 1.16 0.51 0.65Sampoerna 2.00 1.36 0.93 0.55 0.56 1.08Astra 1.01 1.26 0.59 0.11 0.19 0.63Rata-rata Industri 1.28 1.03 0.61 0.61 0.42 0.79
Dari hasil rasio yang telah didapatkan, dapat diinterpretasikan sebagai berikut,
misalnya pada tahun 2009, quick ratio PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk adalah sebesar
0,82, hal ini berarti setiap Rp1, hutang lancar belum bisa dijamin oleh quick asset sebesar
Rp0.82. Quick ratio ketiga perusahaan secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun
ketahun dan pada tahun 2013 ini belum memperlihatkan kesanggupan perusahaan membayar
hutang lancarnya dengan Aktiva lancar yang likuid. Jika dibandingkan dengan rata-rata
Industri maka quick ratio PT.Sampoerna Agro masih berada diatas rata-rata.
C. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang
lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas
yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
Perbandingan Cash Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.25 0.10 0.06 0.04 0.02 0.09Sampoerna 1.64 1.15 0.81 0.31 0.23 0.83Astra 0.84 1.17 0.58 0.09 0.19 0.57Rata-rata Industri 0.91 0.81 0.48 0.15 0.15 0.50
Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan
kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Tidak terdapat standar likuiditas
untuk cash ratio sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen. Pada
tahun 2009, cash ratio PT.Bakrie Sumatera Plantation Tbk sebesar 25% yang diperoleh dari
perbandingan kas dengan hutang lancar sebesar. Hal ini berarti setiap Rp1 hutang lancar
dapat dijamin oleh cash asset sebesar Rp0.25. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri
(0,50) maka perusahaan yang paling likuid dinilai dari Cash Ratio adalah PT.Sampoerna
Agro,Tbk (0,83). Sementara yang paling tidak likuid dan selalu berada dibawah rata-rata
adalah PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk (0,09).
2) Struktur Modal dan Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang
disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
(Bank). Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah
perusahaan yang insolvable belum tentu tidak likuid.
A.Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya . Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang pada pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga sejuah mana
perusahaan dibiayai oleh hutang.
Perbandingan Debt to Equity Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.90 1.17 1.06 1.40 2.70 1.45 Sampoerna 0.27 0.33 0.36 0.28 0.26 0.30 Astra 0.18 0.18 0.21 0.33 0.46 0.27 Rata-rata Industri 0.45 0.56 0.55 0.67 1.14 0.67
Debt to Equity Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat.
DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi
harga saham, DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja
perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan
semakin besar dan akan mengurangi keuntungan (Hernendiastoro, 2005). Makin kecil
prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat
solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan modal sendiri. Pada buku
The Investing Policy (TIP), penulis mengatakan bahwa batas kewajaran utang suatu
perusahaan adalah maksimal tiga kali dari modalnya, atau DER-nya 300% dan dengan
catatan utang-utang tersebut bukan merupakan utang ‘berbahaya’. Dari hasil perhitungan
rasio diatas dapat diinterpretasikan misalnya untuk tahun 2013 atas laporan keuangan
PT.Astra Agro Lestari bahwa untuk tiap-tiap Rp.1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp.0,46 yang
pendanaannya terdapat dari kreditor. Dari perhitungan rasio tersebut tampak bahwa PT
Sampoerna Agro dan PT.Astra Agro masih cukup baik dari tingkat solvabilitasnya karena
Ekuitasnya masih lebih besar dari total Kewajibannya sementara untuk PT.Bakrie Sumatera
Plantation terbilang terdapat risiko solvabilitas karena total utangnya hampir mendekati 3x
lipat dari total Ekuitasnya.
B.Long term debt to equity ratio (Rasio hutang jangka panjang terhadap Ekuitas)
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang.
Perbandingan Long term debt to equity ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.65 0.77 0.68 1.02 1.39 0.90 Sampoerna 0.13 0.12 0.17 0.27 0.42 0.22 Astra 0.03 0.04 0.04 0.05 0.09 0.05
Rata-rata Industri 0.27 0.31 0.30 0.45 0.63 0.39
Pembiayaan yang berasal dari hutang jangka panjang dari ketiga perusahaan jika
dibandingkan dengan ekuitas yang paling baik tingkat solvabilitasnya adalah PT.Astra Agro
Lestari. Dengan rasio didapat sebesar 0,09 pada tahun 2013 dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat Rp 0,09 pendanaan jangka panjang dari kreditor untuk tiap Rp.1 pendanaan ekuitas.
Jika dibandingkan dengan rata-rata industri maka perusahaan Bakrie Sumatera Plantation
yang memiliki tingkat risiko solvabilitas yang paling tinggi dan PT.Astra Agro Lestari yang
memiliki rasio paling baik.
C.Rasio Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan
aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Perbandingan Total Debt to total Asset ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.47 0.54 0.52 0.58 0.73 0.57 Sampoerna 0.21 0.25 0.27 0.18 0.15 0.21 Astra 0.15 0.15 0.17 0.25 0.31 0.21
Rata-rata Industri 0.28 0.31 0.32 0.34 0.40 0.33
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka
hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio
financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga
akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga
semakin kecil. Pada tahun 2013, PT Sampoerna Agro menggunakan dana dari kreditur 15%
dari total dananya, yang berarti tidak begitu besar. Rasio ini juga menginterpretasikan setiap
Rp.0,15 hutang perusahaan dijamin oleh Rp.1 aset perusahaan. Berbeda dengan PT.Bakrie
yang rasio hutang terhadap total asetnya adalah 0,73 dimana berarti Rp 0,73 hutang
perusahaan dijamin oleh Rp.1 aset perusahaannya. Dari ketiga perusahaan maka yang paling
solvable adalah PT.Sampoerna Agro dan PT.Astra karena memiliki rasio yang lebih kecil dari
rata-rata industri.
3) Analisis Profitabilitas
3.1 Pengembalian atas Investasi Modal
A.Tingkat Pengembalian atas Aktiva – (Return on Asset – ROA)
Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau
EBIT
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti
manajemen berjalan dengan efisien.
Perbandingan ROA Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.05 0.04 0.04 -0.06 -0.15 -0.02Sampoerna 0.13 0.16 0.16 0.08 0.03 0.11Astra 0.23 0.24 0.24 0.20 0.13 0.21
Rata-rata Industri 0.13 0.15 0.15 0.08 0.00 0.10
Return on Investment atau Return On Asset merupakan ratio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari sejumlah aktiva yang digunakan. Pada tahun
2013, PT.Astra Agro Lestari,Tbk ROA sebesar 13 % pada tahun 2013 berarti bahwa setiap
Rp 1 aktiva yang dimilikinya perusahaan mampu menghasilkan laba bersih setelah pajak
sebesar Rp 0,13. Dari persentase perubahan yang terjadi, tahun 2009 s/d 2010 mengalami
kenaikan kemudian mengalami penurunan dari 2012 - 2013. Dari ketiga perusahaan jika
dinilai dari analisis profitablitasnya, maka tingkat kinerja yang paling rendah adalah
PT.Bakrie bahkan tahun 2012 dan 2013 mengalami kerugian Sedangkan yang paling baik
adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk.
B.Tingkat Pengembalian atas Ekuitas – (Return on Equity - ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri
merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Untuk memperoleh rasio ROE kita
membadingkan pendapatan perusahaan setelah pajak dengan total ekuitasnya. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Perbandingan ROA Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.09 0.09 0.08 -0.13 -0.57 -0.09Sampoerna 0.16 0.21 0.22 0.13 0.04 0.15Astra 0.27 0.28 0.30 0.27 0.19 0.26
Rata-rata Industri 0.17 0.20 0.20 0.09 (0.11) 0.11
Return on equity merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba, atas sejumlah investasi yang dilakukan oleh pemegang saham.
Profitabilitas PT.Bakrie Sumatera Plantation mengalami penurunan tiap tahunnya jika dilihat
dari Return On Equitynya. Pada tahun 2013, Rasionya bahkan turun hingga -0,57, hal ini
disebabkan kerugian yang dialami PT.Bakrie yang cukup besar pada tahun 2013 yaitu
Rp.2.766.719.041 dibandingkan dengan ekuitasnya yang juga mengalami penurunan dari Rp
7.914.402.808 menjadi Rp 4.867.199.444 ditahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri
maka PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan PT.Sampoerna Agro masih berada diatas rata-rata.
3.2 Kinerja Operasi
A.Gross Profit Margin
Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan didalam
mengendalikan berbagai beban yang berhubungan dengan penjualan.
Perbandingan Gross Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.29 0.43 0.41 0.30 0.28 0.34Sampoerna 0.33 0.36 0.34 0.27 0.19 0.30Astra 0.42 0.41 0.37 0.38 0.32 0.38
Rata-rata Industri 0.35 0.40 0.37 0.31 0.27 0.34
Ratio Gross Profit Margin mencermnikan atau menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka
akan menunjukkan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Ratio
dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya pada tahun 2013, PT Bakrie Sumatera
Plantation, Tbk memiliki Gross Profit Margin sebesar 0,28. Artinya pada setiap penjualan
Rp.1,- terdapat Rp 0,28- laba kotor yang dihasilkan
Setelah dilakukan pengujian rasio Gross Profit Margin terhadap ketiga perusahaan,
maka tampak bahwa ketiga perusahaan memiliki rasio yang cukup baik, dimana rasio ketiga
perusahaan hampir mendekati dari rata-rata industri. Dimana Ratio PT.Astra Agro
Lestari,Tbk memiliki rasio yang paling tinggi diantara ketiga perusahaan.
B.Operating Profit Margin
Ratio laba operasi menggambarkan beban-beban operasional perusahaan serta harga
pokok penjualannya. Dengan demikian ratio ini bermanfaat untuk mengukur secara umum
kemampuan efektifitas operasional dalam menghasilkan laba operasi.
Perbandingan Operating Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.20 0.29 0.28 0.15 0.10 0.20Sampoerna 0.25 0.28 0.24 0.16 0.09 0.21Astra 0.35 0.34 0.30 0.30 0.24 0.30Rata-rata Industri 0.27 0.30 0.27 0.20 0.14 0.24
Ratio Operating Profit margin dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya pada
tahun 2013, PT.Sampoerna Agro,Tbk memiliki Rasio 0,21 artinya setiap penjualan Rp.1
terdapat Rp 0,21 laba operasi. Dari ketiga perusahaan tampak bahwa ketiga perusahaan
memiliki rasio yang cukup baik, dimana rasio ketiga perusahaan hampir mendekati dari rata-
rata industri. Dimana Ratio PT.Astra Agro Lestari,Tbk memiliki rasio yang paling tinggi
diantara ketiga perusahaan.
C.Net Profit Margin
Net Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Perbandingan Net Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.11 0.28 0.17 -0.43 -1.33 -0.24Sampoerna 0.16 0.20 0.17 0.11 0.05 0.14Astra 0.23 0.24 0.23 0.22 0.15 0.21
Rata-rata Industri 0.17 0.24 0.19 (0.03) (0.38) 0.04
Angka 0,15 pada tahun 2013 pada PT.Astra Agro Lestari menunjukkan bahwa setiap
Rp 1 nilai penjualan, 0,15 diantaranya akan menghasilkan laba setelah pajak. Dapat
disimpulkan bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk mampu menghasilkan net profit margin rata
rata terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 0,21. PT Sampoerna Agro Tbk juga mampu
menghasilkan net profit margin lebih besar dari tingkat net profit margin rata-rata perusahaan
sampel. Sedangkan PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk mempunyai net profit margin rata-
rata dibawah rata rata perusahaan sampel. Ini berarti kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk dan
PT Sampoerna Agro Tbk dapat dikatakan baik karena berada diatas rata-rata industri.
Sedangkan kinerja PT Bakrie Sumatera Plantation,Tbk dikatakan kurang baik karena jauh
berada dibawah rata-rata industri.
3.3 Perputaran Aktiva
A.Perputaran Kas (Cash Turnover)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan kas perusahaan yang
dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.Artinya rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya
yang berkaitan dengan penjualan. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihan. Sebaliknya apabila rasio perputaran
kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu
singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Perbandingan Cash Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 19.04 20.97 10.88 10.28 15.29Sampoerna 12.76 11.22 8.55 8.05 10.14Astra 14.33 15.45 11.46 12.35 13.40
Rata-rata Industri 15.37 15.88 10.30 10.23 12.94
Dapat disimpulkan bahwa PT.Sampoerna Agro adalah yang memiliki Ratio
perputaran Kas yang lebih baik dari kedua perusahaan karena rasionya berada dibawah rata-
rata industri.
B.Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan
piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan, bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan
tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya semakin rendah rasio ini
maka perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan
penagihan piutang.
Perbandingan Account Receivable Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 16.91 12.23 5.15 6.81 10.28Sampoerna 58.46 93.90 51.25 20.35 55.99Astra 88.10 384.45 507.31 574.31 388.54
Rata-rata Industri 54.49 163.52 187.90 200.49 151.60
Rasio Perputaran Piutang diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya
perputaran piutang PT.Sampoerna pada tahun 2010 adalah 58 kali dibandingkan penjualan.
Jika rata-rata industri untuk perputaran piutang adalah 55 kali maka untuk tahun 2010 dapat
dianggap berhasil. Namun untuk tahun 2011 dianggap kurang berhasil karena lebih kecil dari
rata-rata industri 94 < 164. Dari ketiga perusahaan sampel maka yang paling baik rasionya
adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk karena melebihi diatas rata-rata industri.
C.Perputaran Persediaan (Sales to Inventory)
Perputaran persediaan merupakan rasio Yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Rasio ini
dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula
bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang
persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula
sebaliknya. Setiap industry mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan
lainnya, sehingga tidak ada rasio yang tepat berlaku bagi seluruh industri.
Perbandingan Sales to Inventory Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 19.04 20.97 10.88 10.28 15.29Sampoerna 12.76 11.22 8.55 8.05 10.14Astra 14.33 15.45 11.46 12.35 13.40Rata-rata Industri 15.37 15.88 10.30 10.23 12.94
Dari ketiga perusahaan maka yang memiliki rasio paling baik adalah PT.Bakrie
Sumatera Plantation karena memiliki ratio paling tinggi dan diatas rata-rata industri, berarti
disini Perusahaan tersebut cukup efisien dan efektif dalam mengelola persediaan barang
dagang.
D.Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal
kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurang utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva
lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Perbandingan Working Capital Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie -3.80 -2.41 -3.86 -1.97 -3.01Sampoerna 5.88 8.27 13.79 44.38 18.08Astra 10.02 15.01 -61.82 -8.78 -11.39Rata-rata Industri 4.03 6.96 -17.30 11.21 1.23
Perputaran modal kerja merupakan salah satu alat untuk mengukur dan menentukan
keberhasilan manajemen modal kerja dalam perusahaan. Dengan diketahuinya perputaran
modal kerja dalam suatu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja
perusahaan. Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi
perusahaan karena makin kecil atau rendah tingkat perputaran, maka kebutuhan modal kerja
makin tinggi demikian pula sebaliknya. Dengan demikian dibutuhkan perputaran persediaan
yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu
menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.
Rasio Perputaran Modal kerja PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari
yang negative membuat rasio penjualan terhadap modal kerja menjadi tidak dapat
diinterpretasikan. Dengan demikian yang memiliki tingkat perputaran modal yang paling baik
diantara ketiga perusahaan adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk.
E.Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)
Perputaran Aktiva Tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio
ini menunjukkan bagaimana penjualan perusahaan dikaitkan dengan penggunaan aktiva
tetapnya, seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor.
Perbandingan Fixed Asset Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.76 0.62 0.36 0.30 0.51Sampoerna 3.72 3.84 2.57 1.87 3.00Astra 3.45 3.53 2.77 2.22 2.99
Rata-rata Industri 2.64 2.66 1.90 1.46 2.17
Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran Aktiva tetap menunjukkan
seberapa besar nilai penjualan yang diperoleh perusahaan untuk setiap aktiva tetap yang
dimilikinya. Nilai Rasio 2,22 pada PT.Astra Agro Lestari,Tbk menunjukkan bahwa
perusahaan mendapatkan penjualan yang nilainya tiga kali nilai aktiva tetapnya. Dari ketiga
perusahaan, yang memiliki rasio paling tinggi adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk
F.Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)
Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang
diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio total assets turn over diperoleh dengan cara
membandingkan penjualan dengan total aktiva.Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perbandingan Total Asset Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.25 0.23 0.13 0.11 0.18Sampoerna 0.90 1.00 0.79 0.59 0.82Astra 0.65 0.95 1.22 1.55 1.09
Rata-rata Industri 0.60 0.73 0.71 0.75 0.70
Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran aktiva total menunjukkan seberapa
besar perusahaan telah melakukan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang
dimilikinya. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar kontribui setiap aktiva untuk
menciptakan penjualan. Nilai rasio 1.09 menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh
penjualan yang nilainya 1,09 kali dari keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Dari rasio yang
didapatkan, maka perusahaan yang memiliki rasio paling tinggi adalah PT.Astra Agro
Lestari,Tbk.
2.3.5 Analisis Arus Kas
Semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas dalam laporan
keuangan tahunan, membuat pengguna informasi laporan arus kas sebagai analisis kinerja
perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja laporan keuangan dengan
menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus
kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan
laba-rugi sebagai alat analisis rasio.
Rasio laporan arus kas terdiri dari (Pradhono, 2004: 140):
1) Cash Flow to Sales
Rasio cash flow to sales mengukur pengembalian atas penjualan dalam bentuk kas,
rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan penjualan sebagai berikut:
Cash flow to sales =Arus kas operasi
PenjualanMakin tinggi rasio tersebut berarti makin besar pengembalian dari tiap rupiah
penjualan yang diperoleh dalam bentuk kas serta makin efisien kegiatan operasi atau
penjualan perusahaan.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka didapat hasil
Cash flow to sales dari ketiga perusahaan yang dianalisis pada tabel berikut :
Perbandingan Rasio Cash Flow to Sale Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013
2013 2012 2011 2010 2009Bakrie 0,03 0,21 0,31 0,32 0,22Sampoerna 0,15 0,12 0,23 0,23 0,10
Astra 0,25 0,23 0,29 0,33 0,27
Dari Hasil Perhitungan Rasio tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
PT Astra Agro Lestari, Tbk merupakan perusahaan yang paling besar pengembalian
dari tiap rupiah penjualan yang diperoleh dalam bentuk kas dan paling efisien kegiatan operas
penjualan perusahaannya. Ini terlihat dari rasio Cash flow to sales dengan nilai 0,27 pada
tahun 2009, 0,33 tahun 2010, 0,29 tahun 2011, 0,23 tahun 2011 dan 0,25 pada tahun 2013.
Sementara PT.Bakrie Sumatera, Tbk mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun
2013 yaitu mencapai angka 0,03 artimya setiap Rp.1 penjualan hanya mampu menghasilkan
3% saja dalam bentuk kas. Penurunan in terjadi karena turunnya nilai penjualan pada tahun
2013.
Untuk lebih jelasnya perbandingan Cash Flow to Sale antar 3 perusahaan pada sektor
perkebunan dapat disajikan pada gambar dibawah ini:
2) Cash Flow Return on Asset
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian kas atas asset perusahaan, makin tinggi
nilai rasio ini berarti penggunaan asset sangat efisien, sebab tingkat pengembalian atas asset
perusahaan makin besar.
Cash flow retun on asset dapat diperoleh dengan membagi arus kas operasi sebelum
pajak dan pembayaran bunga dengan total asset perusahaan sebagai berikut:
Cash flow return on asset =Arus kas operasi + Pajak + Bunga
Total Aset
Setelah dilakukan penghitungan berdasarkan rumus diatas didapat hasil sebagai
berikut :
Perbandingan Rasio Cash Flow Return on Aset Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013
2013 2012 2011 2010 2009Bakrie 0,02 0,06 0,09 0,08 0,15Sampoerna 0,14 0,15 0,28 0,24 0,20Astra 0,28 0,30 0,39 0,43 0,40
Dari hasil penghitungan diatas dapat diinterpretasikan bahwa pengembalian kas atas
aset yang paling baik terdapat pada PT. Astra Agro, Tbk dengan tingkat pengembalian kas
atas aset sebesar 43% pada tahun 2010. Sedangkan penggunaan aset yang paling tidak efisien
diantara ketiga perusahaan yang dianalisis adalah PT. Bakrie Sumatera dengan tingkat
pengembalian kas atas aset hanya sebesar 0,2 % pada tahun 2013. Bila dilihat dari trend per
tahun PT. Bakrie Sumatera juga terus mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai pada
tahun 2013. Dengan keadaan seperti ini direkomendasikan kepada PT Bakrie agar lebih
meningkatkan efisiensi penggunaan asetnya sehingga dapat meningkatkan tingkat
pengembalian kasnya.
Untuk lebih jelas perbandingan Tingkat Pengembalian Kas atas Aset antara ketiga
perusahaan disajikan pada grafik dibawah ini :
3) Cash Flow Return on Debt and Equity
Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian (dalam bentuk kas) dari hasil operasi
perusahaan atas investasi permanent perusahaan yaitu hutang jangka panjang dan modal
pemegang saham. Rasio ini diukur dengan membagi arus kas operasi sebelum pembayaran
bunga dan deviden dengan total hutang dan modal pemilik sebagai beikut:
Cash flow return on debt and equity =
Arus kas operasi + Bunga + DevidenHutang + Modal
Menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Makin tinggi tingkat
pengembalian atas hutang dan modal, maka makin efisien perusahaan dalam memanfaatkan
dana yang diperoleh dari hutang dan modal.
Dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :
Perbandingan Rasio Cash Flow Return on Debt and Equity Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013
2013 2012 2011 2010 2009Bakrie Sumatera 0,02 0,05 0,09 0,07 0,14Sampoerna Agro 0,13 0,14 0,28 0,27 0,19
Astra Agro 0,92 1,06 1,23 1,07 1,10
Dari tabel diatas terlihat bahwa PT. Bakrie Sumatera mengalami penurunan dari tahun
ke tahun hingga pada tahun 2013 mencapai angka 0,02 atau tingkat pengembalian atas hutang
dan modal hanya 0,2% saja. PT Bakrie Sumatera tidak efisien dalam penggunaan dana yang
berasal dari hutang dan modal. Untuk PT. Sampoerna Agro, Tbk tingkat pengebalian atas
hutang dan modal cenderung baik. Sedangkan pada PT. Astra Agro, Tbk sudah menunjukkan
nilai yang memuaskan mencapai nilai yang melebihi 100%. Artinya PT. Astra Agro, Tbk
sudah menggunakan dana dari hutang dan modal dengan sangat efisien.
Penjelasan diatas dapat juga dilihat pada grafik dibawah ini:
4) Cash Flow Return on Stock Holder Equity
Cash flow return on stock holder equity menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan return (tingkat pengembalian) atas modal yang ditanam pemegang saham.
Makin tinggi rasio ini menunjukkan pihak manajemen makin efisien dalam mengelola modal
pemilik. Rasio ini dapat diperoleh dengan membagi arus kas operasi sebelum pembayaran
deviden dengan total modal pemilik, sebagai berikut:
Cash flow return on stock holder equity
=Arus kas operasi + Deviden
Total Modal
Keseluruhan hasil analisa sebaiknya diinterpretasikan bersama ditambah dengan
memperhatikan informasi tambahan mengenai kondisi non keuangan perusahaan serta
kondisi perekonomian yang mempengaruhi perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan
mengenai kelemahan dan kekuatan perusahaan secara keseluruhan.
Perbandingan Rasio Cash flow return on stock holder equity Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013
2013 2012 2011 2010 2009Bakrie Sumatera 0,01 0,07 0,13 0,12 0,20Sampoerna Agro 0,17 0,20 0,37 0,29 0,20Astra Agro 1,33 1,40 1,49 1,27 1,29
Dengan melihat hasil penghitungan pada tabel diatas, PT. Astra Agro, Tbk masih
menjadi perusahaan yang paling baik tingkat efisiensinya atas penggunaan dana yang berasal
dari modal yang ditanam oleh pemegang saham. Dengan tingkat pengembalian diatas 100%
dari tahun 2009 sampai 2013 yaitu 129%, 127%, 149%, 140% dan 133%. Sementara
perusahaan yang masih kurang efisien tingkat pengembalian atas modal pemegang saham
adalah PT. Bakrie Sumatera, Tbk dengan tingkat pengembalian dibawah 20%. Begitu juga
dengan PT. Sampoerna Agro, Tbk dibawah 40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
2.3.6 Analisis Kebangkrutan
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan
yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula ZScore
untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang
digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan
lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara
perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan, Z = Overall index
X1 = Working Capital/Total Assets
X2 = Retained Earnings/Total Assets
X3 = Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets
X4 = Market Value Equity/Book Value of Total Debt
X5 = Sales/Total Assets
Dengan Zone Diskriminan sbb:
• Bila Z > 2.9 = Zone “Aman”• Bila 1.22 < Z < 2.9 = Zone “Abu-abu”
• Bila Z < 1.22 = Zone “Distress”
x1 x2 x3 x4 x5 zPT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk -2,899,502,046 -1,677,811,070 -3,043,733,871 686,000,000 2,076,486,069
18,015,337,23218,015,337,23
2 18,015,337,232 13,148,137,788 18,015,337,232
-0.16 -0.09 -0.17 0.05 0.12 -0.73
PT.Sampoerna Agro,Tbk 35,134,089 1,607,714,598 236,284,139 3,402,000,000 2,560,705,943
4,512,655,525 4,512,655,525 4,512,655,525 693,201,890 4,512,655,525
0.01 0.36 0.05 4.91 0.57 4.19
PT.Astra Agro Lestari,Tbk -2,067,571 9,023,626 4,081,935 30,865,002 12,674,999
7,571,399 7,571,399 7,571,399 4,695,331 14,963,190
-0.27 1.19 0.54 6.57 0.85 7.91
Pengujian terhadap perusahaan-perusahaan sub sector perkebunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan Z-Score Altman menunjukkan bahwa
PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk, going concernnya masih diprediksi
aman untuk kelangsungan hidup perusahaan kedepannya dikarenakan z-nya lebih besar dari
2.9 sementara PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk diprediksi akan mengalami kebangkrutan
atau berada dizona tidak aman dikarenakan Z-nya kecil dari 1,22. Hal ini sesuai dengan Opini
yang diberikan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan PT.Bakrie Sumatera
Plantation,Tbk atas laporan keuangannya dimana Auditor Eksternal memberikan Opini Wajar
Tanpa Pengecualian, namun memberikan penekanan pada keraguan atas kelangsungan hidup
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dikarenakan Perusahaan
mengalami kerugian yang berulang kali dari kegiatan usahanya dengan mengalami defisit
sebesar Rp.1,68 triliun dan liabilitas jangka pendek telah melampaui total asset lancar sebesar
Rp.2,90 triliun.
3.4 Penilaian
2.3.5 Analisis Proyeksi dan Penilaian
Analisis prospektif merupakan langkah akhir dalam proses analisis laporan keuangan.
Analisis ini dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk
mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat.
Analisis prospektif meliputi peramalan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.
Analisis prospektif merupakan inti penilaian efek. Analisis prospektif juga berguna
untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan
analisa apakah perusahaan mampu menghasilkan arus kas operasi yang cukup untuk
mendanai pertumbuhan yang diharapkan atau apakah perusahaan memerlukan
pendanaan utang atau ekuitas di masa depan. Perlu dianalisis juga apakah rencana
strategis kini akan menghasilkan manfaat seperti yang diramalkan oleh manajemen
perusahaan. Akhirnya, analisis prospektif berguna bagi kreditur untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
2.3.5.1 Proyeksi Laporan Laba Rugi
Proses proyeksi di mulai dari pertumbuhan penjualan yang diharapkan. Analisis lebih
rinci melibatkan informasi eksternal, yaitu:
a. Tingkat Aktivitas ekonomi mikro yang diharapkan
Analisis mengikutsertakan estimasi yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi
pada umumnya dan pertumbuhan penjualan eceran pada khususnya.
b. Peta persaingan
Perubahan peta persaingan akan mempengaruhi proyeksi atas penjualan maupun
kemampuan target untuk menaikkan harga.
c. Bauran toko baru dan toko lama
Analisis harus mempertimbangkan rencana ekspansi yang diumumkan oleh
manajemen.
1. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk
Setelah melakukan langkah-langkah proyeksi Laporan Laba Rugi, didapatkan hasil Proyeksi
Laporan Laba Rugi.
Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk
Estimasi Tahun
2014 LAPORAN LABA RUGI
Penjualan Bersih 14.525.5
49
HPP 13.436.1
33
laba kotor 1.089.41
6
Beban Penjualan, umum, dan administratif (5.011.31
4)
Beban Penyusutan, Amortisasi (291.64
8)
Beban Bunga
-
Laba Sebelum Pajak (4.213.54
6)
Beban Pajak 10.5
34
Laba Bersih (4.224.080
)
Saham Beredar
Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 14,60%
Margin Laba Kotor 7,50%
Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 34,50%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya 17,24%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 0%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak -0,25%
Penjualan PT. Astra tumbuh antara 19%, 22%, 7% dan 10% dari penjualan, kita proyeksikan
tahun 2014 tumbuh sebesar 14,60 %. Margin laba kotor PT. Astra Lestari Agro, Tbk untuk
tujuan proyeksi, di asumsikan sebesar 7,5%. Beban penjualan, umum dan administrasi di
proyeksikan jadi 34,50%.
Beban penyusutan merupakan pos material dan harus diproyeksikan secara terpisah.
Penyusutan merupakan beban tetap dan merupakan fungsi dari jumlah aktiva yang
disusutkan. Astra melaporkan beban penyusutan kira-kira 15%, proyeksi 17,24% dari saldo
aktiva tetap tahun 2013. Beban penyusutan Astra hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2010,
dari tahun 2011 sampai dengan 2013, PT. Astra tidak melaporkan adanya bebann penyusutan.
Dari perhitungan diatas didapatkan hasil proyeksi laba bersih menjadi kerugian sebesar
Rp.4.224.080. dapat juga terlihat dari trend grafik dimana penjualan PT Astra cenderung
turun dari tahun ke tahun. Ini disebabkan oleh proyeksi beban penualan, umum, dan
administrasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
2. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Sampoerna Agro, Tbk
Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Sampoerna Agro, Tbk
Estimasi Tahun 2014 LAPORAN LABA RUGI Penjualan Bersih 2.823.434.373
HPP 2.967.147.182
laba kotor (143.712.810)Beban Penjualan, umum, dan administratif (256.367.841)Beban Penyusutan, Amortisasi 640.916.596
Beban Bunga 552.562.624 Laba Sebelum Pajak 793.398.569
Beban Pajak (1.983.496)
Laba Bersih 795.382.065
Saham Beredar
Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 10,26%
Margin Laba Kotor -5,09%
Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 9,08%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya -45,75%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 0%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak -0,25%
Penjualan PT. Sampoerna tahun 2014 diasumsikan tumbuh sebesar 10,26 %. Margin laba
kotor untuk tujuan proyeksi, di asumsikan turun sebesar 5,09%. Beban penjualan, umum dan
administrasi di proyeksikan jadi 9,08%.
Beban penyusutan diproyeksikan 9,08% dari saldo aktiva tetap tahun 2013. Beban
penyusutan dan beban bunga Astra hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2010, dari tahun 2011
sampai dengan 2013, PT. Sampoerna tidak melaporkan adanya bebann penyusutan.
Dari perhitungan diatas didapatkan hasil perusahaan mendapatkan laba bersih Rp.
795.382.065, karena margin laba kotor mengalami penurunan seperti yang telah dijelaskan
diatas, dapat juga terlihat dari trend grafik dimana penjualan PT Sampoerna cenderung turun
dari tahun ke tahun.
3. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Bakrie Sumatera, Tbk
Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Bakrie Sumatera, Tbk
Estimasi Tahun 2014
LAPORAN LABA RUGI Penjualan Bersih 2.088.322.040
HPP 1.909.770.505
laba kotor 178.551.534 Beban Penjualan, umum, dan administratif (143.885.389)Beban Penyusutan, Amortisasi (10.955.017.079)
Beban Bunga 1.994.532.830 Laba Sebelum Pajak (8.925.818.103)
Beban Pajak (41.257.809.016)
Laba Bersih (50.183.627.118)
Saham Beredar
Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 5,70%
Margin Laba Kotor 8,55%
Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 6,89%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya 155,85%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 29,38%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak 462,23%
Penjualan PT. Bakrie tahun 2014 diasumsikan tumbuh sebesar 5,70% dengan nilai penjualan
naik dari Rp.2.076.486.069 menjadi Rp.2.088.322.040. Margin laba kotor untuk tujuan
proyeksi, di asumsikan turun sebesar 8,55%. Beban penjualan, umum dan administrasi di
proyeksikan jadi 6,89%.
Beban penyusutan diproyeksikan 155,85% dari saldo aktiva tetap tahun 2013. Dari
perhitungan diatas didapatkan hasil proyeksi kerugian sebesar Rp. 50.183.627.118.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis laporan keuangan komparatif pada perusahaan PT.Astra
Agro Lestari,Tbk Kinerja Astra tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan
dari 5 Tahun operasinya.PT.Sampoerna Agro,Tbk juga memperlihatkan grafik
yang relatif Stabil setiap tahunnya.Sedangkan pada PT.Bakrie Sumatera
Plantation,Tbk terlihat perbedaan yang mencolok pada Tahun yang pertama
sedangkan pada Tahun 2013/2012 Bakri mengalami penurunan aset tetap yang
sangat sidnifikan (minus) dari Tahun sebelumnnya sebesar 5 % dari Tahun 2012.
2. Berdasarkan analisis common size pada ketiga entitas di atas PT Astra Agro
Lestari TBK pada Laporan laba rugi dari atas penghasilan porsi terbanyak adalah
Harga Pokok Penjualan rata rata 62 % Pertahunnya, begitu juga pada Sampoerna
Agro,Tbk sebesar rata-rata 70,2 % pertahunnya, dan PT.Bakrie Sumatera
Plantation,Tbk sebesar 65,8 %.
3. Berdasarkan analisis rasio-rasio yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kinerja
Keuangan yang paling baik dari sisi likuiditas dan pemanfaatan aktiva adalah
PT.Sampoerna Agro,Tbk disusul PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan terakhir adalah
PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Sementara dari Rasio Solvabilitas dan
Profitabilitas yang paling baik adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk disusul
PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Secara
keseluruhan maka yang paling baik berdasarkan analisis rasio-rasio adalah
PT.Astra Agro Lestari,Tbk disusul PT.Sampoerna Agro,Tbk dan yang terakhir
adalah PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk.
4. Berdasarkan analisis Arus Kas yang dilakukan terhadap ketiga perusahaan, maka
yang memiliki rasio terbaik diantara ketiga perusahaan yaitu PT.Astra Agro
Lestari,Tbk, PT Sampoerna Agro,Tbk disusul PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk.
5. Hasil uji Altman Z-Score menunjukkan bahwa PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan
PT.Sampoerna Agro,Tbk aman dari prediksi kebangkrutan dengan skor Z masing-
masing sebesar 7,91 dan 4,19. Sementara Going Concern PT.Bakrie Sumatera
Plantation diragukan keberlangsungan hidupnya, karena memiliki skor Z dibawah
1,22 yaitu -0,73.
6. Berdasarkan analisis proyeksi diperoleh hasil bahwa PT Sampoerna merupakan
yang diproyeksikan memperoleh laba yang cukup baik, meskipun mengalami
penurunan. Dibanding dengan PT Bakrie yang mengalami kerugian paling besar,
PT Astra memperoleh perhitungan proyeksi yang lebih baik, meskipun juga
mengalami kerugian akibat kenaikan beban usaha yang cukup signifikan, tetapi
tidak sebanyak penrunan laba yang terjadi pada PT. Bakrie.
DAFTAR PUSTAKA
John J. Wild dan K. R. Subramanyam, (2009), Financial Statement Analysis, International Edition (S)