ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR -...

26
ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR – KLIEN : FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Di Indonesia) Maida Mutiara Sihombing Herry Laksito, SE., M.Adv. Acc., Akt ABSTRACT This research aims to analyze the effect of audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, audit tenure, board of commissioners, and audit opinion on auditor switching in Indonesia. Some of past researches about auditor switching shows different results. Because of that, another research needs to be done to verify theory of auditor switching. Data collecting method which used in this research is method purposive sampling, that based on the objectives of research. Based on method purposive sampling, research sample total is 150 manufacturing companies which is listed in “Bursa Efek Indonesia” (BEI) in 2008-2010 period. Hypothesis in this research are tested by logistics regression analytical method in SPSS 16 software. Result of this research shows that variables having which significantly effect the auditor switching are audit tenure. On the other hand, other variables in this research like audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, board of commissioners, and audit opinion do not have significant effect on company decision to do auditor switching. Keywords: Auditor Switching, Audit Firm Size, Client Size, Client Growth Rate, Financial Distress, Audit Tenure, Board Of Commissioners, Audit Opini

Transcript of ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR -...

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR – KLIEN : FAKTOR–FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (Studi Pada

Perusahaan Sektor Manufaktur Di Indonesia)

Maida Mutiara Sihombing

Herry Laksito, SE., M.Adv. Acc., Akt

ABSTRACTThis research aims to analyze the effect of audit firm size, client size, client growth

rate, financial distress, audit tenure, board of commissioners, and audit opinion on auditor

switching in Indonesia. Some of past researches about auditor switching shows different

results. Because of that, another research needs to be done to verify theory of auditor

switching.

Data collecting method which used in this research is method purposive sampling,

that based on the objectives of research. Based on method purposive sampling, research

sample total is 150 manufacturing companies which is listed in “Bursa Efek Indonesia”

(BEI) in 2008-2010 period. Hypothesis in this research are tested by logistics regression

analytical method in SPSS 16 software.

Result of this research shows that variables having which significantly effect the

auditor switching are audit tenure. On the other hand, other variables in this research like

audit firm size, client size, client growth rate, financial distress, board of commissioners, and

audit opinion do not have significant effect on company decision to do auditor switching.

Keywords: Auditor Switching, Audit Firm Size, Client Size, Client Growth Rate, Financial

Distress, Audit Tenure, Board Of Commissioners, Audit Opini

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

PENDAHULUAN

Akuntan publik dikenal memiliki kegunaan untuk mengurangi keleluasaan manager

sebagai agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan agensi akan muncul ketika

principal memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada agent untuk melakukan

kegiatan usaha yang diinginkan oleh principal dan memberikan wewenang dalam

pengambilan keputusan kepada agent pada proses pengelolaan perusahaannya. Disamping

itu, Wolk et. al (1989, 42) menjelaskan bahwa dalam agency theory, perusahaan merupakan

suatu lokus hubungan keagenan antara principal dengan agent, dan masing-masing pihak

yang terlibat hubungan agency tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka.

Salah satu tanggungjawab agent secara moral adalah untuk mengoptimalkan keuntungan

principal, namun disisi lain agent juga mempunyai kepentingan memaksimumkan

kesejahteraan pribadi. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi

kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976). Agent yang berperan sebagai

pengelola perusahaan memiliki pengetahuan mengenai informasi internal dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang lebih banyak dibandingkan principal dan stakeholder.

Oleh karena itu, agent sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kepentingan

principal, berkewajiban memberikan sinyal atau tanda terkait keadaan perusahaan kepada

principal. Sinyal atau tanda yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi

akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi pengungkapan informasi yang diberikan

terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya (Ujiyantho dan

Pramuka, 2007). Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymetric) atau

informasi yang tidak simetris. Asimetri informasi terjadi karena agent lebih superior dalam

mengetahui dan memahami informasi dibanding pihak lain (principal dan stakeholder).

Dalam lingkungan masyarakat, akuntan publik memiliki peran dan tanggungjawab penting

untuk membatasi kewenangan agent manajerial perusahaan dalam hubungan kontraktualnya

dengan principal, yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap penerapan prosedur laporan

keuangan dan apabila terjadi, mengungkapkan manipulasi informasi laporan keuangan

perusahaan yang dilakukan oleh agent. Laporan keuangan merupakan salah satu dasar

pertimbangan bagi para stakeholder untuk pengambilan keputusan. Dengan menggunakan

laporan keuangan, para stakeholder dapat menganalisis kondisi perusahaan melalui informasi

yang tersedia didalamnya. Akan tetapi, dengan adanya konflik kepentingan antara pihak

agent dengan principal, dan hubungannya dengan pihak luar, memunculkan kebutuhan atas

keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari kecurangan dan telah disajikan

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

dengan benar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). Para

stakeholder tentu saja tidak dapat memperoleh suatu jaminan atas kebenaran laporan

keuangan suatu perusahaan dengan sendirinya, diperlukan pihak yang independen dan

kompeten untuk melakukannya. Solusi untuk kebutuhan ini adalah akuntan publik. Dengan

kemahiran profesionalnya, akuntan publik dengan cermat dan seksama akan memberikan

keyakinan yang cukup bagi principal maupun stakeholder lainnya bahwa penyajian laporan

keuangan tersebut sudah wajar sesuai Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) dan

bebas dari salah saji material, kecurangan maupun kekeliruan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah perilaku auditor switching dalam lingkungan

audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi auditor bersifat wajib yaitu

dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Faktor- faktor apa yang

mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching, terutama jika auditor

switching yang terjadi berada diluar peraturan yang ditetapkan. Perbedaan penerapan

peraturan tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Hasil yang

tidak konsisten dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan berbagai penjelasan di atas

mendorong perumusan masalah berikut ini:

1. Apakah ukuran KAP mempengaruhi auditor switching pada perusahaan?

2. Apakah ukuran perusahaan klien mempengaruhi auditor switching pada perusahaan?

3. Apakah tingkat pertumbuhan perusahaan klien mempengaruhi auditor switching pada

perusahaan?

4. Apakah financial disstress mempengaruhi auditor switching pada perusahaan?

5. Apakah masa perjanjian audit (audit tenure) mempengaruhi auditor switching pada

perusahaan?

6. Apakah pergantian dewan komisaris mempengaruhi auditor switching pada perusahaan?

7. Apakah opini audit mempengaruhi auditor switching pada perusahaan?

TELAAH PUSTAKA

Teori Agensi

Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang

akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Penyebab timbulnya masalah agensi ini yaitu adanya

konflik kepentingan antara pricipal dan agent, akibat tidak bertemunya tujuan yang sejalan

antara mereka. Manajer, yang berperan sebagai agent mengemban tanggung jawab moral

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

untuk mengoptimalkan kepentingan principal, namun disisi yang berbeda manajer juga

memiliki tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan dan kepentingannya. Sehingga

terdapat kemungkinan agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik principal

(Jensen dan Meckling, 1976). Sebagai pihak yang mengelola perusahaan, agent memiliki

informasi internal mengenai prospek perusahaan di masa mendatang yang lebih banyak

dibandingkan principal. Oleh sebab itu, agent memiliki keharusan dalam memberikan tanda

atau sinyal tentang keadaan perusahaan kepada principal.

Permasalahan akan muncul saat informasi yang diterima pihak yang berkepentingan tidak

sama dengan keadaan perusahaan sesungguhnya. Keadaan ini dikenal sebagai asimetri

informasi (information asymetric) atau informasi yang tidak simetris. Asimetri informasi

terjadi karena agent lebih superior dalam mengetahui dan memahami informasi dibanding

pihak lain (principal dan stakeholder). Principal menginginkan pengembalian yang

secepatnya dan sebesar- besarnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan

kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Sementara itu, agent memiliki tujuan

untuk memperoleh kesempatan menerima bonus atau insentif yang diharapkan dan sebesar -

besarnya atas kinerjanya. Dari perilaku mengutamakan kepentingan pribadi ini akan

menimbulkan biaya agensi. Maka dalam hal ini, auditor, yaitu pihak independen yang

berpegang pada standar audit yang ditetapkan oleh IAI dan yang mematuhi kode etik profesi,

berperan untuk mengurangi dan mencegah biaya agensi tersebut. Selain itu, Watts dan

Zimmerman, 1986 dalam Nasser et.al, 2006 menyatakan bahwa semakin besar perusahaan

yang diaudit memiliki kompleksitas operasi dan peningkatan pemisahan antara principal dan

agent, sehingga membutuhkan perusahaan audit dengan independensi tinggi untuk

mengurangi biaya keagenan.

Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008

Di Amerika, untuk melindungi objektivitas auditor dan untuk menjaga kepercayaan publik

dalam fungsi audit, profesi melalui serangkaian ketentuan melarang auditor memiliki

hubungan pribadi dengan klien mereka yang mungkin dapat mengakibatkan konflik dalam

kepentingan potensial. Salah satu saran yaitu untuk memiliki rotasi wajib (AICPA, 1978a,b)

sehingga dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi kepentingan publik

melalui peningkatan kewaspadaan terhadap segala kemungkinan ketidaklayakan,

meningkatkan kualitas jasa dan menghindari hubungan lebih dekat dengan klienn (Mautz,

1974; Winters, 1976; hoyle, 1978; Brody and Moscove, 1998). Bagaimanapun, beberapa

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

pihak menentang ide tersebut karena mereka percaya bahwa biaya lebih besar daripada

keuntungan yang diperoleh. Di Indonesia, rotasi KAP telah bersifat mandatory dengan

ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan no. 423 tahun 2002. Pada tahun 2003, keputusan

tahun 2002 diamandemen. Aturan mengenai perputaran kantor akuntan dan akuntan publik

menegaskan bahwa audit umum atas laporan keuangan yang masih bisa dilakukan oleh

kantor akuntan (akuntan publik) yang telah mencapai batas waktu lima (tiga) tahun berturut-

turut adalah sampai dengan tahun buku 2003. Terakhir, pada tahun 2008, Menteri Keuangan

kembali menerbitkan peraturan terkait jasa akuntan publik. Perubahan yang dilakukan di

antaranya adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut

oleh kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang

sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali

penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas

(pasal 3 ayat 2 dan 3).

Auditor Switching

Auditor switching saat ini merupakan hal yang umum dilakukan oleh suatu

perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan RI

No.423/KMK.06/2002 dan perbaharuan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” yaitu aturan mengenai

perputaran kantor akuntan dan akuntan publik menegaskan bahwa audit umum atas laporan

keuangan yang masih bisa dilakukan oleh kantor akuntan (akuntan publik) yang telah

mencapai batas waktu lima (tiga) tahun berturut-turut adalah sampai dengan tahun buku

2003. Dan terakhir, pemerintah melakukan pembaharuan peraturan yang berkaitan dengan

praktik akuntan publik sehingga kemudian diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.

17/PMK.01/2008 tanggal 5 Februari 2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Atas dasar tujuan

pemenuhan peraturan- peraturan mengenai pembatasan audit tenure inilah maka auditor

switching dilaksanakan.

Ukuran Kantor Akuntan Publik

Salah satu peran Kantor Akuntan Publik (KAP) pada perusahaan adalah untuk

memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan perusahaan. Pemberian opini oleh auditor

atas laporan keuangan perusahaan meliputi kewajaran penyajian laporan keuangan

berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Opini yang dikeluarkan auditor akan

menambah keyakinan pihak yang berkepentingan atas informasi yang disajikan oleh

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

perusahaan. DeAngelo (1981) dalam Ebrahim (2001) menjelaskan bahwa kualitas audit yang

dilaksanakan oleh akuntan publik dapat dinilai dari ukuran KAP yang melaksanakan proses

audit. KAP besar atau KAP Big 4 dipandang akan melaksanakan proses audit dengan lebih

berkualitas jika dibandingkan dengan KAP kecil atau KAP Non-Big 4. Hal ini disebabkan

karena KAP Big 4 mempunyai lebih banyak klien dan lebih banyak sumber daya sehingga

KAP Big 4 tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja. Selain itu karena KAP Big 4

memiliki reputasi yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan KAP Big 4 akan

melakukan audit dengan lebih berhati-hati.

Ukuran Perusahaan Klien

Pada perusahaan yang memiliki ukuran besar, biasanya tersedia juga informasi yang

semakin banyak untuk investor dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam

saham perusahaan tersebut. Abretch dan Richardson (1990) dan Lee dan Choi (2002)

menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar pada umumnya kurang memiliki motivasi

untuk melakukan pemerataan laba dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan besar

dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Karena itu diduga bahwa ukuran perusahaan

mempengaruhi besaran laba pengelolaan perusahaan, dimana jika pengelolaan laba tersebut

oportunis maka semakin besar perusahaan semakin kecil pengelolaan laba, tetapi jika

pengelolaan laba efisien maka semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi pengelolaan

labanya. Selain itu, perusahaan auditee yang besar memerlukan perusahaan audit dengan

independensi tinggi untuk mengurangi biaya keagenan karena kompleksitas operasi mereka

dan peningkatan pemisahan antara principal dan agent.

Tingkat Pertumbuhan Klien

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan

penjualan. Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik

perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992). Pertumbuhan penjualan

menandakan perusahaan memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan

kegiatan usahanya dan mampu bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba

perusahaan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai

tingkat rasio pertumbuhan penjualan positif menandakan bahwa auditee dapat

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Penjualan yang terus meningkat tiap tahun

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Sehingga ketika

bisnis terus bertumbuh, akan berdampak pada peningkatan kebutuhan terhadap perusahaan

audit independen untuk mengurangi biaya agensi dan peningkatan kebutuhan terhadap jasa

non-audit dalam perluasan perusahaannya (Nasser et.al, 2006).

Financial Distress

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk

dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini

diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah

pada kebangkrutan. Banyak sekali literatur yang menggambarkan model prediksi

kebangkrutan perusahaan, tetapi hanya sedikit penelitian yang berusaha untuk memprediksi

financial distress suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit mendefinisikan secara

obyektif permulaan adanya financial distress. Rasio analisis tradisional berfokus pada

profitabilitas, solvency dan likuiditas. Perusahaan yang mengalami kerugian, tidak dapat

membayar kewajiban atau tidak likuid mungkin memerlukan restrukturisasi. Untuk

mengetahui adanya gejala kebangkrutan diperlukan suatu model untuk memprediksi financial

distress untuk menghindari kerugian dalam nilai investasi.

Audit Tenure

Auditor switching atau yang disebut juga pergantian Kantor Akuntan Publik atau auditor

eksternal merupakan salah satu keputusan strategis perusahaan dan berkaitan erat dengan

laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Dalam praktiknya setiap perusahaan

diizinkan untuk mengganti auditornya, berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini adalah

perusahaan diizinkan untuk memperoleh jasa audit umum atas laporan keuangan oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) berturut-turut selama lima tahun buku dan akuntan publik (AP)

berturut-turut selama tiga tahun. Pada penelitian ini, penulis ingin melihat fenomena auditor

switching yang terjadi pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Tentunya di balik itu semua

terdapat faktor-faktor dan alasan yang mempengaruhi mengapa perusahaan melakukan

auditor switching. Seperti yang telah dijelaskan, kondisi keuangan yang terkait dengan

financial distress akan cenderung mendorong perusahaan melakukan auditor switching.

Perusahaan pasti akan berusaha untuk mempublikasikan laporan keuangan yang sebaik

mungkin, hal ini untuk menghindari penilaian negatif dari pihak-pihak eksternal yang

berkepentingan dengan perusahaan.

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Pergantian Dewan Komisaris

Dalam rangka penerapan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance),

salah satunya, BEJ mengharuskan perusahaaan tercatat wajib mempunyai dewan komisaris.

Jensen (1993) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyebutkan bahwa kapasitas dewan

komisaris untuk melakukan monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya dewan

komisaris, yang mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Indonesia

menerapkan struktur Corporate Governance yang terdapat pemisahan antara Board of

Commissioners (Dewan Komisaris) dan CEO (Dewan Direksi) yang sesuai dengan struktur

Corporate Governance dengan standar Eropa. Dalam hal melakukan tugasnya sebagai

pengawas terhadap Perseroan dan usaha Perseroan, dewan komisaris memiliki wewenang

untuk mengangkat KAP melalui komite audit. Karena dewan komisaris yang memiliki

wewenang untuk mengangkat KAP, sehingga pergantian dalam keanggotaan dewan

komisaris dianggap akan mempunyai dampak terhadap penunjukan KAP yang bertugas

dengan kemungkinan KAP yang dipilih akan berbeda dari KAP tahun sebelumnya.

Opini Audit

Opini audit adalah hasil akhir dari proses pengauditan yang dilakukan auditor

independen. Pemberian opini audit dilakukan oleh auditor melalui beberapa tahap proses

audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan

terhadap laporan keuangan yang diaudit. Arens (1996) dalam Petronela (2001), menyatakan

bahwa laporan audit merupakan langkah terakhir atas seluruh proses tahap audit. Dengan

demikian, Pemberian opini audit yang dilakukan auditor sudah didasarkan pada keyakinan

profesionalnya. Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak

sesuai dengan harapan perusahaan), perusahaan akan memilih melakukan perpindahan KAP

yang dipersepsikan dapat memberikan opini sesuai dengan harapan perusahaan (Tandirerung,

2006). Manajemen akan memberhentikan auditornya akibat opini yang tidak diharapkan yang

diperoleh perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk memperoleh auditor yang

lebih mudah diatur (Carcello dan Neal, 2003). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti

empirik bahwa perusahaan akan cenderung melakukan perpindahan KAP setelah menerima

qualified opinion atas laporan keuangannya.

Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang digunakan adalah:

H1 Terdapat pengaruh dari ukuran KAP terhadap auditor switching.

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

H2 Terdapat pengaruh dari ukuran perusahaan klien terhadap auditor switching.

H3 Terdapat pengaruh dari tingkat pertumbuhan perusahaan klien terhadap auditor switching.

H4 Terdapat pengaruh dari kondisi keuangan perusahaan klien terhadap auditor switching.

H5 Terdapat pengaruh dari Audit tenure terhadap auditor switching.

H6 Terdapat pengaruh dari pergantian dewan komisaris terhadap auditor switching.

H7 Terdapat pengaruh dari jenis opini audit terhadap auditor switching.

KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran PerusahaanKlien

H2

H3

Pertumbuhan

Perusahaan Klien

H4

Financial Distress Auditor switching

H5Audit tenure

H6Pergantian Dewan

Komisaris

H7

Jenis opini audit

Ukuran KAP

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dependen merupakan variabel terikat, yang dipengaruhi atau akibat karena

adanya variabel bebas. Penelitian ini menggunakan Auditor switching sebagai variabel

dependennya. Sedangkan variabel independen, yaitu variabel bebas, variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat), dalam penelitian ini adalah ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat

pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan perusahaan klien, audit tenure,

pergantian dewan komisaris dan opini audit. Disamping itu, alat analisis yang digunakan

untuk menganalisis hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas adalah model

persamaan regresi logistik. Berikut ini pembahasan definisi operasional yang menjelaskan

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Variabel Dependen: Auditor Switching

Auditor Switching merupakan perpindahan auditor yang dilakukan oleh perusahaan

klien. Variabel auditor switching menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien

mengganti auditornya, maka akan diberikan nilai 1. Tetapi jika perusahaan klien tidak

mengganti auditornya, maka akan diberikan nilai 0.

Variabel Independen: Ukuran KAP

Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan perbedaan besar kecilnya KAP, dimana

ukuran KAP dibagi menjadi dua yaitu KAP besar (Big 4) dan KAP kecil (non Big 4).

Variabel ukuran KAP ini menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien diaudit oleh

KAP besar (Big 4), maka akan diberikan nilai 1. Tetapi jika perusahaan kilen diaudit oleh

KAP kecil (non Big 4), maka akan diberikan nilai 0.

Variabel Independen: Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil

perusahaan berdasarkan total aset. Perbedaan ukuran perusahaan ini dapat dibedakan dengan

menggunakan metode rata – rata pada total asset perusahaan. Semakin besar total aset

perusahaan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan semakin besar. Akan tetapi, sebaliknya,

semakin kecil nilai total aset perusahaan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan semakin

kecil. Perusahaan klien dikatakan besar salah satunya karena kompleksitas usaha dan

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sehingga menimbulkan

permintaan yang sangat tinggi bagi perusahaan audit independen untuk mengurangi biaya

keagenan (Watts dan Zimmerman, 1986). Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rasio ukuran perusahaan klien yaitu logaritma natural atas total asset

perusahaan. (Nasser et al., 2006).

Variabel Independen: Pertumbuhan Perusahaan Klien

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan pada rasio pertumbuhan

penjualan karena penjualan merupakan kegiatan operasional utama perusahaan klien. Rasio

pertumbuhan penjualan bertujuan untuk mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan

ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Variabel pertumbuhan

perusahaan klien dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rasio pertumbuhan

perusahaan klien yaitu penjualan bersih sekarang dikurangi dengan penjualan bersih tahun

lalu, kemudian dibagi dengan total aset. Rasio pertumbuhan perusahaan klien dapat

dirumuskan sebagai berikut:

dS = Penjualan bersih t - Penjualan bersih t-1

TA

Keterangan:

dS = Rasio pertumbuhan perusahaan klien

Penjualan Bersih t = Penjualan bersih sekarang

Penjualan bersih t-1 = Penjualan bersih tahun lalu

TA = Total aset

Variabel Independen : Financial Disstress

Financial Disstress merupakan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan

keuangan. Kondisi keuangan perusahaan klien mungkin memiliki implikasi penting terhadap

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit. Dalam penelitian ini

variabel financial distress dihitung dengan menggunakan logaritma natural yaitu dengan cara

membagi arus kas dari aktivitas operasi dengan kewajiban jangka panjang. Logaritma natural

merupakan prediktor terbaik untuk mengukur status financial distress dalam studi akademis

(Nasser et al, 2006). Adapun pengukuran kondisi keuangan perusahaan klien dengan

menggunakan logaritma natural sebagai berikut:

Z = Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

Kewajiban Jangka Panjang

Keterangan:

Z = Rasio atas kondisi keuangan perusahaan klien

Variabel Independen: Audit Tenure

Audit tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam

memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan

dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2008 pasal 3

dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2.

Variabel audit tenure dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit sebelum

auditor berpindah.

Variabel Independen: Pergantian Dewan Komisaris

Dewan komisaris terdiri dari sejumlah anggota dewan komisaris dalam suatu

perusahaan. Dewan komisaris berkewenangan untuk mengangkat KAP melalui komite audit.

Variabel pergantian dewan komisaris menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien

melakukan pergantian terhadap salah satu anggota dewan komisaris akan diberikan nilai 1.

Sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti anggota dewan komisaris, maka diberikan

nilai 0.

Variabel Independen: Opini Audit

Opini audit merupakan pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam

menilai kewajaran perjanjian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Variabel opini

audit menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien menerima opini selain wajar

tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti

dan Sudarma, 2007).

Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010, dengan

alasan perusahaan manufaktur cenderung tanggap dengan kondisi lingkungan serta periode

tahun yang diteliti cenderung mencerminkan kondisi perekonomian yang relatif stabil.

Metode pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel yang

berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria- kriteria yang digunakan untuk pengambilan

sampel dalam penelitian ini antara lain:

a) Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI selama periode 2008-2010.

b) Menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor

independen.

c) Kelengkapan data yang dibutuhkan selama periode 2008-2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Jumlah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-

2010 masing-masing berjumlah 151 perusahaan. Dari 151 perusahaan tersebut terdapat 453

pengamatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan

manufaktur yang listed di bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010 yang dijadikan

sampel sebanyak 50 perusahaan. Sedangkan total pengamatan sebanyak 150 pengamatan.

Penentuan sampel penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah sebagai

berikut:

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Tabel 4.1

Proses Seleksi Sampel Dengan Kriteria

Jumlah perusahaan manufaktur yang listed di BEI tahun 2008-2010 151

Jumlah pengamatan selama tahun 2008-2010 453

Data laporan keuangan perusahaan tidak tersedia lengkap selama

2008-2010(102)

Perusahaan yang melakukan perpindahan KAP karena regulasi dan

perusahaan tidak melakukan perpindahan KAP selama 2008-2010(301)

Jumlah perusahaan sampel 50

Tahun pengamatan 3

Jumlah sampel total selama periode penelitian 150

Industri manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang terdaftar paling

banyak dibandingkan dengan sektor lain. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kriteria

perusahaan-perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan-perusahaan yang telah

mempublikasikan laporan keuangannya sejak tahun 2007 - 2010, melakukan pergantian KAP

selama periode 2007 - 2010 dan bukan karena alasan regulasi (voluntary), menyajikan data

seperti nama KAP, total asset, penjualan bersih (t-1), arus kas dari aktivitas operasi,

kewajiban jangka panjang, nama anggota dewan komisaris dan opini audit pada (t-1).

Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan uji korelasi antar variabel bebas. Hasil

pengujian diperoleh sebagai berikut:

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa koefisian korelasi antar variabel independen masih

memiliki nilai korelasi yang sangat rendah yaitu dibawah 0,90. Melihat hasil besaran korelasi

antar variabel independen tampak bahwa hanya variabel FINDISS yang mempunyai korelasi

cukup tinggi dengan tingkat korelasi sebesar 0,229 atau sekitar 22,9%. Oleh karena korelasi

ini masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolienaritas yang serius

antar variabel independen.

Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi probabilitas auditor switching oleh perusahaan. Pada tabel 4.4, pada kolom

merupakan nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini berganti KAP (1) dan

tidak berganti KAP (0), sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya

dari variabel dependen, yaitu berganti KAP (1) dan tidak berganti KAP (0).

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinieritas

Model OPINI SALES DK TOTTEN FINDISS SIZE KAP

Correla

tions

OPINI 1.000 -.016 -.045 .145 .229 -.013 -.093

SALES -.016 1.000 .062 -.076 -.114 -.122 -.061

DK -.045 .062 1.000 .089 -.070 -.167 -.075

TOTTEN .145 -.076 .089 1.000 .124 .057 -.499

FINDISS .229 -.114 -.070 .124 1.000 .192 -.378

SIZE -.013 -.122 -.167 .057 .192 1.000 -.377

KAP -.093 -.061 -.075 -.499 -.378 -.377 1.000

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Tabel 4.3

Matriks Klasifikasi

Observed

Predicted

SWITCHPercentage

Correct0 1

Step 0 SWITCH 0 125 0 100.0

1 25 0 .0

Overall Percentage 83.3

Berdasarkan hasil pengujian, menurut prediksi, perusahaan yang tidak melakukan

pergantian KAP (kode 0) adalah 150 perusahaan, sedangkan hasil observasi adalah

sebanyak 125 perusahan melakukan pergantian KAP (kode 0), dan sebanyak 25

perusahaan melakukan pergantian KAP (kode 1). Sehingga secara keseluruhan ketepatan

klasifikasi adalah 83,3% (125/150).

Overall fit test

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada

awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number=1).

Tabel 4.4

Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constant kap lnsize sales findiss totten dk opini

Step

1

1 95.365 3.654 -.060 -.122 -.443 -.020 -.345 .194 -.028

2 71.570 7.209 -.024 -.227 -.780 -.036 -.667 .334 -.071

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

3 60.954 9.929 -.021 -.301 -1.050 -.039 -1.035 .439 -.093

4 56.570 11.136 -.146 -.321 -1.210 -.027 -1.426 .542 -.107

5 55.506 11.524 -.301 -.319 -1.265 -.010 -1.717 .631 -.111

6 55.432 11.705 -.365 -.321 -1.275 -.004 -1.815 .666 -.108

7 55.431 11.730 -.371 -.321 -1.276 -.003 -1.823 .669 -.107

8 55.431 11.730 -.371 -.321 -1.276 -.003 -1.823 .669 -.107

Pada pengujian pada blok 1 atau pengujian dengan memasukkan 8 prediktor diperoleh

nilai –2 log likelihood sebesar 55,431 sedangkan –2 log likelihood awal adalah sebesar

135,168. Dengan demikian terjadi penurunan –2 log likelihood yang cukup besar yaitu

sebesar 79,737. Hal ini berarti bahwa model dengan 8 prediktor menunjukkan sebagai model

yang baik. Signifikansi penurunan –2 log likelihood dapat dilihat pada uji omnibus test of

model coefficient sebagai berikut :

Pengujian kemaknaan prediktor secara bersama-sama dalam regresi logistik

menunjukkan nilai chi square sebesar 79,737 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai

signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari 7

variabel (ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan perusahaan klien,

Tabel 4.5

Omnibus test of model coefficient

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 79.737 7 .000

Block 79.737 7 .000

Model 79.737 7 .000

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

financial distress, audit tenure, pergantian dewan komisaris dan opini audit) terhadap

probabilitas melakukan auditor switching pada taraf 5%.

Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh

nilai Nagelkerke R Square.

Tabel 4.6

Nilai R2

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke R

Square

1 55.431a .412 .694

Nilai R2 yang diukur dengan Nagelkerke R Square diperoleh sebesar 0,412. Hal ini

berarti bahwa 41,2% peggantian auditor dapat dijelaskan oleh ketujuh variabel independen

sedangkan sisanya 58,8% dijelaskan oleh variabel- variabel lanin di luar model penelitian.

Model Regresi Logistik

Hasil pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji secara parsial pada

model regresi logistik. Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dilakukan dengan

menggunakan uji Wald dan dengan pendekatan chi square diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil uji regresi logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a KAP -.371 1.198 .096 1 .757 .690

SIZE -.321 .406 .628 1 .428 .725

SALES -1.276 1.434 .791 1 .374 .279

FINDISS -.003 .135 .001 1 .982 .997

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

TOTTEN -1.823 .441 17.101 1 .000 .161

DK .669 .810 .683 1 .409 1.953

OPINI -.107 .757 .020 1 .887 .898

Constant 11.730 10.953 1.147 1 .284 1.243E5

Hasil pengujian terhadap koefiesien regresi logistik menghasilkan model berikut ini:= 11,73 − 0,371 − 0,321 − 1,276 − 0,003− 1,823 + 0,669 − 0,107Interpretasi Hasil

Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Auditor Switching

Hasil pengujian mendapatkan bahwa ukuran KAP yang diukur berdasarkan KAP Big

4 atau Non - Big 4 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Hasil

pengujian yang menghasilkan arah pengaruh negatif menunjukkan bahwa perusahaan yang

telah menggunakan jasa KAP Big 4 memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk

melakukan terhadap auditor switching. Kecenderungan untuk berganti KAP lebih besar

dilakukan oleh perusahaan dengan KAP Non Big 4 dibandingkan dengan perusahaan yang

telah menggunakan KAP Big 4. Selain itu, pergantian ukuran KAP dari Big 4 ke Non Big 4

dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya sentimen negatif dari pelaku pasar terhadap

kualitas pelaporan keuangan dari perusahaan. Sebaliknya, pergantian ukuran KAP dari Non

Big 4 ke Big 4 dikhawatirkan dapat menyebabkan tidak adanya kemungkinan untuk

mendapatkan opini yang lebih baik karena pertimbangan kualitas audit yang lebih baik.

Selain itu, karena profesionalisme dan kompetisi auditor dalam melaksanakan tugas

audit, perusahaan berkeyakinan bahwa baik pada KAP Big 4 maupun KAP Non Big 4, auditor

akan tetap menjalankan tugas auditnya sesuai dengan profesionalisme audit dan menegakkan

independensi serta menghasilkan kualitas dan kompetensi auditor yang sama tanpa adanya

perbedaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nasser, et al (2006) dan Sinarwati(2010). Tetapi tidak mendukung penelitian Wijayanti

(2010), Tate (2007), Damayanti dan Sudarma (2007).

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching

Hasil pengujian mendapatkan bahwa ukuran ukuran perusahaan klien yang diukur

berdasarkan total asset perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor

switching. Ukuran klien yang lebih besar memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk

melakukan auditor switching daripada perusahaan yang lebih kecil. Klien-klien dengan total

aset kecil cenderung melakukan auditor switching ke KAP yang bukan tergolong Big 4,

sedangkan klien - klien dengan total aset besar tetap memilih KAP Big 4 sebagai

auditornya, yang mencerminkan kesesuaian ukuran antara KAP dengan kliennya (Afriansyah

dan Siregar, 2007).

Sinason et al., (2001) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin memerlukan

biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik fiskal langsung dan

tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga

meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru.

Misalnya, personil klien banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan

informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina

hubungan baru dengan auditor baru. Mungkin benar bahwa biaya adalah proporsional dengan

ukuran klien.

Berdasarkan argumen di atas, dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk klien yang

kecil mungkin lebih sedikit dibandingkan klien yang besar. Auditee yang lebih besar, karena

kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan

kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan

Zimmerman, 1986) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005).

Hal ini berarti, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor

dibandingkan klien yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Wijayanti (2010). Tetapi tidak mendukung penelitian Nasser, et al

(2006), Sinarwati (2010), Tate (2007), Damayanti dan Sudarma (2007).

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan klien pada

perusahaan sampel tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas auditor

switching. Hasil ini menjelaskan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang besar dilihat

dari sisi penjualannya, bukanlah menjadi pertimbangan dalam melakukan auditor switching

(Nasser et al. 2006). Peningkatan besarnya operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap

auditor switching karena perusahaan yang berkembang pesat tidak terlalu perlu mengganti

auditornya demi pemenuhan kebutuhan perusahaan akan informasi objektif. Informasi

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

objektif tetap bisa didapatkan selama auditor terkait dapat dijamin independensinya dan

SDM-nya mampu melakukan tugas audit dengan kompeten. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser, et al (2006) dan Wijayanti (2010).

Tetapi tidak mendukung penelitian Damayanti dan Sudarma (2007).

Pengaruh Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Auditor Switching

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan justru tidak menjadi faktor

penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Hal ini dapat disebabkan karena

perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang

dibebankan oleh KAP yang diakibatkan karena penurunan kemampuan keuangan

perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2007). Selain itu, sebagian besar perusahaan yang

dijadikan sampel menggunakan jasa KAP Non Big 4, sehingga pergantian KAP dari Non Big

4 ke jasa KAP Big 4 justru akan semakin menyulitkan kondisi keuangan perusahaan karena

kenaikan jasa audit. Selain itu, auditee yang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat

lebih mungkin untuk mengikat auditornya untuk menjaga kepercayaan para pemegang

saham dan kreditor serta mengurangi risiko litigasi (Nasser, et al. 2006). Penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007), Wijayanti

(2010) tatapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nasser, et al. (2006) dan

Sinarwati (2010).

Pengaruh Audit Tenure Terhadap Auditor Switching

Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjangnya audit tenure justru secara signifikan

menjadi faktor penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Hasil pengujian

mendapatkan bahwa panjang masa perikatan audit dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit.

Dengan kata lain bahwa perusahaan-perusahaan audit yang besar seperti Big 4 akan memiliki

masa perikatan audit yang lebih panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti

Non Big 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa

perikatan audit (audit tenure) maka semakin besar perusahaan untuk melakukan auditor

switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Damayanti dan Sudarma (2007). Tetapi tidak mendukung penelitian Nasser, et al (2006) dan

Wijayanti (2010).

Pengaruh Pergantian Dewan Komisaris Terhadap Auditor Switching

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pergantian dewan komisaris tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas auditor switching. Hal ini dibuktikan

berdasarkan hasil penelitian dari 150 sampel perusahaan, hanya 12 perusahaan diantaranya

yang melakukan auditor switching bersamaan dengan melakukan pergantian dewan

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

komisaris. Hal ini disebabkan karena pada umumnya dewan komisaris membentuk komite-

komite dibawahnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan perundangan yang

berlaku untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggungjawab dan

wewenangnya secara efektif.

Komite yang dibentuk oleh dewan komisaris tersebut adalah komite audit, komite

kebijakan risiko, komite remunerasi dan nominasi, komite kebijakan corporate governance

(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Namun, menurut peraturan yang

dikeluarkan oleh Bapepam No:KEP-339/BEJ/2001, yang sifatnya wajib dimiliki oleh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek hanya komite audit. Komite audit pada prinsipnya

memiliki tugas pokok dalam membantu dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan atas

kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, meskipun dewan komisaris memilki kewenangan untuk

mengganti KAP, namun hal ini tidak serta merta bersifat mutlak karena dewan komisaris

harus mempertimbangkan saran – saran dari komite audit. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Filka (2010) tetapi bertentangan dengan hasil penelitian Kadir (1994).

Pengaruh Opini Audit Terhadap Auditor Switching

Hasil pengujian yang gagal menemukan adanya pengaruh signifikan terhadap

probabilitas auditor switching disebabkan karena auditor switching lebih cenderung

dilakukan oleh perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified)

dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini selain unqualified seperti qualified

dan tidak memberikan pendapat. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti

KAP yang mengundurkan diri (Febrianto,2009), atau dapat disebabkan pula karena faktor

keuangan yaitu perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya

audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan karena penurunan kemampuan keuangan

perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2007). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

Wijayanti (2010), Damayanti dan Sudarma (2007) tetapi tidak mendukung hasil penelitian

Kadir (1994).

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis regresi logistik yang mengacu pada

masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

1. Variabel ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching selama

tiga tahun pengamatan (2008-2010). Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya auditor

switching yang dilakukan oleh perusahaan dengan KAP Non Big 4 dibandingkan

dengan perusahaan yang telah menggunakan KAP Big 4.

2. Ukuran klien tidak berpengaruh terhadap auditor switching selama tiga tahun

pengamatan (2008-2010). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya auditor switching yang

lebih banyak dilakukan oleh perusahaan dengan ukuran besar dibandingkan dengan

ukuran yang kecil.

3. Variabel tingkat pertumbuhan perusahaan klien yang di lihat dari sisi penjualannya, tidak

berpengaruh signifikan terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2008-

2010).

4. Variabel kesulitan keuangan perusahaan yang diproksikan dengan membagi arus kas dari

aktivitas operasi dengan kewajiban jangka panjang tidak berpengaruh terhadap auditor

switching. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang kurang

baik akan tetap menggunakan KAP lama dengan harapan dapat memperoleh opini yang

lebih baik daripada harus mengganti KAP.

5. Variabel total tenure yang dihitung dengan menjumlahkan panjangnya masa audit

mempengaruhi perusahaan dalam melakukan auditor switching selama tiga tahun

pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang lebih lama diaudit KAP non big 4 cenderung

akan mengganti KAP.

6. Variabel pergantian dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor

switching selama tiga tahun pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang melakukan

pergantian dewan komisaris cenderung tidak melakukan perpindahan KAP.

7. Variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor

switching selama tiga tahun pengamatan (2008-2010). Perusahaan yang pada tahun

sebelumnya menerima opini audit unqualilied akan menerima opini tersebut dan tidak

melakukan perpindahan KAP.

Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya :

1. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini

kurang dapat digeneralisasikan.

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

2. Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tiga tahun (2008-2010) sehingga

kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena yang sesungguhnya.

3. Penelitian ini belum meneliti peran komite audit dimana komite audit memilki

peran dalam auditor switching.

Saran

Beberapa saran yang diberikan bagi penelitian di masa yang akan datang adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan-

perusahaan pada industri yang berbeda sehingga hasil penelitian ini dapat

diperbandingkan.

2. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambah jumlah variabel penelitian

dan jumlah periode tahun yang dijadikan periode penelitian.

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2007-2010. Jakarta:

Bursa Efek Indonesia.

Burton, J.C., dan Robers, W., A Study of Auditor Changes, The Journal of Accountancy,

April 1967, 31-36.

Carcello, J.V. dan Neal, T.L., 2003, Audit Committee Characteristics and Auditor Dismissals

Following “New” Going-Concern Reports, The Accounting Review, Vol. 78, No. 1,

January 2003, 95-117.

Chow, C.W. dan Rice, S.J. 1982, Qualified Audit Opinions and Auditor Switching. The

Accounting Review. Vol. LVII No. 2 April 1982, 326-335.

Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan

Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak.

Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”.

http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian-auditor-dan-kantor akuntan.html.

Ghozali, I., 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Ghozali, I., dan A. Chariri. 2007. “Teori Akuntansi”. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta: Salemba.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2010. “Press Release: IAPI Menolak Materi RUU

Akuntan Publik”. Jakarta.

Jensen, Michael C dan Meckling W.H. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3. hlm

305-360.

Kadir, M.N, 1994. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah KAP. Tesis

Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Kawijaya, N., dan Juaniarti, 2002, Faktor-faktor Yang Mendorong Perpindahan Auditor

(Auditor Switch) Pada Perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo, Jurnal

Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 2, Nopember 2002: 93-105.

Lee, T., 1993, Corporate Audit Theory. Chapman & Hall: London.

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN AUDITOR - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/35299/1/Jurnal_Ilmiah_Maida_Mutiara_Sihombing.pdf · audit di Indonesia pada periode 2008-2010 dengan kondisi rotasi

Menteri Keuangan. 2002. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

“Jasa Akuntan Publik”. Jakarta.

Menteri Keuangan. 2003. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang

“Jasa Akuntan Publik”. Jakarta.

Menteri Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang

“Jasa Akuntan Publik”. Mulyadi.2002. “Auditing Edisi 6”.Jakarta: Penerbit Salemba

Empat

Nasser, Abu Thahrir Abdul dan Emelin Abdul Wahid., Sharifah NFSMN., Mohammad

Hudaib. 2006. “Auditor-Client Relationship: the case of audit tenure and auditor

switching in Malaysia”. Managerial Auditing Journal. Vol. 21. No. 7. pp.724-737.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tentang

“Perseroan Terbatas”. Jakarta

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. “Mengapa Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”.Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Purwokerto.

Suparlan, Wuryan Andayani. 2010. “Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik

Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit”. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Purwokerto.

Tandirerung, Y.T., 2006. Kajian tentang Independensi Auditor dari Aspek Sistem Penunjukan

KAP dan Pembayaran Fee Audit Secara Langsung oleh Klien. Tesis Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya: Malang.

Tate, S.L., 2006, Auditor Change and Auditor Choice in Non-Profit Organizations.

Department of Accounting and Finance University of New Hampshire.

Ujiyantho, Muh Arief. dan Pramuka Bambang Agus. 2003. “Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja”. Simposium Nasional Akuntansi 10,

Makassar.

Wijayanti, Martina Putri. 2009. “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia”. Skripsi S1 Program Reguler 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.