ANALISIS GAYA PERMAINAN AKORDION UNTUK … · beretnik Jawa, dan banyak berkecimpung dalam tarian...
Transcript of ANALISIS GAYA PERMAINAN AKORDION UNTUK … · beretnik Jawa, dan banyak berkecimpung dalam tarian...
ANALISIS GAYA PERMAINAN AKORDION UNTUK LAGU-LAGU
MELAYU OLEH ZULFAN EFFENDI LUBIS
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O L E H HEIDY E SIMORANGKIR
NIM : 060707001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS GAYA PERMAINAN AKORDION UNTUK LAGU-LAGU
MELAYU OLEH ZULFAN EFFENDI LUBIS
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O L E H HEIDY E SIMORANGKIR
NIM : 060707001
Pembimbing I Pembimbing II Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D Drs. Fadlin, M.A NIP.196512211991031001 NIP.196102201989031003
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang Ilmu Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
Disetujui FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI Ketua,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D NIP. 196512211991031001
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN Diterima oleh: Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan. Medan Hari : Tanggal : FAKULTAS SASTRA USU Dekan, Dr. Syahron Lubis, M.Si NIP. 195110131976031001 PANITIA UJIAN No. Nama Tanda Tangan
1. ( )
2. ( )
3. ( )
4. ( )
5. ( )
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Musik adalah salah satu ekspresi budaya. Dalam kegiatan musik terdapat
berbagai aspek sosial budaya yang saling terintegrasi. Musik tercipta karena ada
manusia yang menciptakannya yang disebut dengan pencipta musik. Dalam konteks
seseorang mengkomposisikan musik, naka ia dapat disebut dengan komposer. Musik
juga selalu diusahakan dipertunjukkan dengan menggunakan unsur-unsur estetika.
Misalnya menggunakan unsur harmoni, teks yang memuat nilai-nilai dan filsafat,
menggunakan genre-genre puisi seperti pantun, nazam, sonata, dan lainnya. Khusus
untuk ini di dalam dunia musik dikenal dengan penggubah lirik dan pengaransemen
(arranger). Musik juga selalu menggunakan pemain-pemain yang memiliki keahlian
yang relatif baik, yang lazim disebut dengan pemusik atau musisi. Begitu juga untuk
musik-musik vokal, penonjolan pertunjukan adalah pada para penyanyi.
Agar musik ini fungsional dan berkelanjutan, maka secara budaya, musik
membutuhkan masyarakat pendukung yang jumlahnya bisa relatif kecil, atau bisa
juga relatif besar. Masyarakat pendukung sangat menentukan hidup dan matinya
genre-genre musik dalam kebudayaan manusia. Masyarakat pendukung ini ada yang
disebut dengan fans club, pecinta musik, kelompok etnik, atau bahkan masyarakat
dunia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam berbagai kasus musik di dunia ini, tokoh-tokoh musik apakah itu
penyanyi, pemain alat musik tertentu, pengorganisasi peristiwa musik, begitu
menonjol peran sosial dan budayanya. Kita mengenal Michael Jackson sebagai
penyanyi ikon musik populer dunia. Masyarakat internasional juga mengenal Kenny
G. sebagai pemain alat msuik saksofon yang handal di dunia. Begitu pula kita
mengenal Kitaro yang handal dalam memainkan alat-alat musik perkusi Barat yang
dipadunya dengan alat-alat musik perkusi dari Jepang. Di lingkup nasional, kita
mengenal Idris Sardi sebagai penggesek biola yang handal. Begitu juga ada penyanyi
dan pencipta lagu yang terkenal yaitu Titik Puspa. Kita juga mengenal Iwa K. sebagai
penyanyi rap populer di Indonesia. Dari generasi muda, kita mengenal Henry lamiri
dari Kalimantan sebagai pemain biola yang handal, dan banyak lagi contoh-contoh
lainnya.
Di Sumatera Utara, terdapat banyak tokoh musik yang cukup mewarnai
kawasan ini, nasional, bahkan internasional. Kita mengenal komponis Cornel
Simanjuntak, Liberti Manik, Djaga Depari, Lily Suheiri, Rizaldi Siagian, Ben
Marojahan Pasaribu, dan kawan-kawannya. Kita juga mengenal pencipta tari seperti
Guru Sauti, O.K. Adram, Taralamsyah Saragih, Yose Rizal Furdaus, Sirtoyono,
Manchu, dan lain-lainnya. Para tokoh musik dan tari dari Sumatera Utara ini, ada
yang karya dan pertunjukannya, yang berdasar kepada budaya etniknya saja. Ada
pula yang bersandar pada kebudayaan nasional Indonesia, dan bahkan budaya dunia.
Dalam kebudayaan musik Melayu di Sumatera Utara, yang menarik perhatian
penulis sebagai seorang mahasiswa yang berkecimpung dalam disiplin
Universitas Sumatera Utara
etnomusikologi, adalah peran para seniman musik Melayu yang sebahagiannya
berasal dari etnik-etnik di luar etnik Melayu. Atau mereka ini berkecimpung dalam
kesenian Melayu, dan memelayukan dirinya. Contohnya adalah Sirtoyono yang
beretnik Jawa, dan banyak berkecimpung dalam tarian Melayu Sumatera Utara.
Begitu juga dengan Lily Suheiri seniman Sumatera Utara yang etniknya Sunda tetapi
banyak menciptakan lagu-lagu Melayu baik dalam bentuk ensambel kecil atau
orkestra yang ia bina, yaitu Orkes Simfoni Medan (Orsim). Demikian juga halnya
dengan Zulfan Effendi Lubis, yang dipandang sebagai seniman musik (khususnya
akordion) Melayu Sumatera Utara. Ada apa dengan fenomena ini? Maka dalam
pemikiran penulis, semua itu tidak terlepas dari identitas Melayu. Jadi ada kaitan
langsung antara identitas, musik, kebudayaan, lingkungan, dan konseptualisasi
budaya.
Melayu adalah sebuah istilah antropologis dan budaya, yang memiliki berbagai
pengertian. Istilah ini bisa bermakna dalam konteks yang luas yaitu ras, bisa juga
identitas yang berkaitan dengan tata negara, atau etnik setempat, yang menghuni
kawasan tertentu seperti provinsi atau kabupaten. Makna-makna yang bisa luas atau
sempit ini umumnya tergantung dalam konteks apa istilah tersebut digunakan.
Berdasarkan pengertian ras, Melayu dapat digolongkan kepada kumpulan
Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepulauan
Melayu, Polinesia, dan Madagaskar. Namun demikian pada masa pusat imperium
Melayu berada di Malaka 1400 M dan Parameshwara menjadi Islam, maka sejak itu
agama Islam disebarkan dari Malaka ke segenap penjuru di Nusantara. Penyebaran
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi melalui proses dagang dan perkawinan ini, sekaligus membentuk budaya
Melayu. Setelah itu, terbentuk definisi jati diri Melayu yang baru yang tidak lagi
terikat pada faktor geneologis (hubungan darah) tetapi dipersatukan oleh faktor
kultural yang sama, yaitu kesamaan agama Islam, bahasa Melayu, dan adat-istiadat
Melayu.
Definisi Melayu sejak abad ke 15 M dikemukakan oleh penguasa kolonial
Belanda dan Inggris serta para sarjana asing bahwa seseorang dikatakan orang
Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu sehari-hari, dan melakukan
adat istiadat Melayu dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga sampai pada awal
kemerdekaan Indonesia istilah “masuk Melayu” sama dengan ”masuk Islam”
(Luckman Sinar 1994:8-9).
Menurut seorang ahli antropologi, Vivienne Wee (dalam Takari dan Dewi,
2008), terdapat perbedaan pengertian Melayu di Singapura, Malaysia, dan Indonesia
yang secara langsung berkaitan erat dengan persepsi pemerintah masing-masing.
Pemerintah Singapura memandang Melayu sebagai sebuah ras, sebuah kategori yang
dihasilkan berdasarkan keturunan dalam sistem etnisitasnya. Bahkan di Singapura,
seseorang yang rasnya Melayu, beragama Kristen, berbahasa Inggris, secara syah
dianggap sebagai orang Melayu. Terdapat sejumlah kecil orang Melayu Kristen dan
mereka dipandang sebagai suatu Asosiasi Kristen Melayu di Singapura. Sedangkan di
Malaysia, Melayu secara konstitusional diikat identitasnya dengan agama Islam,
maka jika seorang Melayu berpindah agama menjadi Kristen misalnya, dia tidak
dipandang lagi sebagai orang Melayu. Meskipun demikian, tidak berarti semua orang
Universitas Sumatera Utara
Islam di Malaysia dipandang sebagai orang Melayu. Konstitusi Malaysia menyatakan
bahwa orang Melayu itu hanyalah orang Islam yang berbahasa Melayu, menuruti
adat-istiadat Melayu, lahir di Malaysia atau lahir dari orang tua yang berkebangsaan
Malaysia. Berbeda dengan Singapura dan Malaysia, pemerintah Indonesia tidak
begitu berminat memberi pengertian secara legal terhadap Melayu. Pengertian
Melayu di Indonesia adalah satu istilah yang mengandung makna identitas regional
berdasarkan pengakuan penduduknya. Dengan demikian, menurut pandangan
pemerintah Indonesia, seseorang dapat saja menyatakan diri sebagai oring Melayu
ataupun bukan orang Melayu. Dia boleh menentukan identitas regionalnya. Karena
pemerintah Indonesia tidak mencantumkan label etnik dalam kartu tanda penduduk
(KTP), sedangkan Singapura dan Malaysia mencantumkannya.
Selain itu, istilah Melayu bisa merujuk kepada salah satu etnik setempat di
Sumatera Utara yang terdiri dari daerah-daerah kebudayaan yaitu Melayu Deli,
Serdang, Langkat, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Namun demikian, tidak
terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Menurut Fadlin, perbedaan di antara
keenam kelompok Melayu ini hanya terdapat pada dialek atau pengucapan sesuatu,
misalnya pada pengucapan kata “kemana” bisa berbeda pada akhir hurufnya di enam
wilayah Melayu Sumatera Utara tersebut.1
1 Hasil wawancara dengan Fadlin pada September 2009 di ruang kantor beliau di Departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Namun hal tersebut tidak membatasi
mereka untuk berkomunikasi, mereka dapat saling mengerti dan dapat saling
berkomunikasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, ciri kemelayuan yang utama adalah budaya dan agama
Islam. Etnik Melayu bukan hanya mereka yang bernenek moyang Melayu
Semenanjung, Riau, dan Kalimantan, tetapi juga banyak suku setempat seperti
Mandailing-Angkola, Karo, Batak Toba, Simalungun, dan suku pendatang seperti
Aceh, Minangkabau, Jawa, Arab, India yang masuk menjadi Melayu dan
memelayukan diri. Namun di antara mereka ada yang mengakui diri ke dalam dwi-
etnisitas. Ini semua dikarenakan oleh identitas kemelayuan yang terbuka dan tidak
membedakan asal keturunan. Yang terpenting adalah pelaksanaan budaya yang
dipandu oleh wahyu Allah. Di Sumatera Utara banyak orang Batak yang
memelayukan diri dan mengakui diri sebagai orang Melayu, contohnya Zulfan
Effendi Lubis yang secara garis keturunan adalah seorang Batak Mandailing yang
memelayukan diri dan mengakui diri sebagai orang Melayu. Ia mengatakan:
Bapak memang suku Mandailing, ayah saya marga Lubis. Tapi kan Bapak udah lebih banyak melakukan kebiasaan-kebiasaan Melayu. Karena udah lama saya tinggal di daerah orang Melayu dan istri bapakpun orang Mandailing. Jadi Bapak orang Melayu, tapi tetap bermarga Lubis (wawancara penulis dengan Zulfan Effendi Juli 2010)
Apa yang terjadi pada Zulfan Effendi Lubis itu, yaitu Batak menjadi Melayu
dikonsepkan dalam pantun:
Bukan kapak sembarang kapak,
Kapak untuk membelah kayu,
Bukan Batak sembarang Batak,
Batak sudah menjadi Melayu
(Takari 2004:86).
Universitas Sumatera Utara
Pantun ini sebagai fakta bahwa banyak orang Batak yang menjadi orang Melayu dan
hal tersebut tidaklah asing terjadi di Sumatera Utara. Zulfan juga terkadang
mencantumkan marga Lubis di beberapa kaset rekamannya. Bahkan dalam
menghasilkan karya-karyanya berbagai unsur musik Karo dan Mandailing
dimasukkannya. Misalnya dalam Album Dua Dimensi ia bersama-sama Laila Hasyim,
Syaiful Amri, dan kawan-kawan memasukkan unsur musik Karo yang dipadu dengan
musik Melayu.
Keberadaan Zulfan Effendi Lubis seperti di atas, amatlah menarik untuk dikaji
secara etnomusikologis. Menurut penulis, yang pertama sebagai orang Batak
Mandailing yang kemudian masuk Melayu, ia memiliki identitas yang mendua atau
dikotomi. Di satu sisi ia menjadi bahagian dari masyarakat Melayu Sumatera Utara
khususnya Deli, di sisi lain ia juga tetap merasa secara keturunan sebagai orang
Mandailing. Kedua, identitas keturunan dan kebudayaan yang sedemikian rupa
berdampak kepada permainan atau ciptaan musik Zulfan Effendi. Ketiga, menurut
pendapat para informan, Zulfan Effendi termasuk seniman yang memiliki kelebihan
sendiri dibanding seniman-seniman lain, di antaranya Zulfan Effendi dipandang
“hebat” dalam bermain akordion dalam mengiringi lagu-lagu Melayu. Kemudian,
keempat, beliau juga selain pemain akordion musik Melayu juga memiliki kemahiran
dalam memainkan musik-musik Padang Pasir (sebuah genre musik Islam di
Sumatrera Utara yang berkembang di dasawarsa 1960-an sampai 1970-an). Kelima,
Zulfan Effendi termasuk seniman musik Melayu yang senior, yang mengajarkan
keahlian musiknya kepada para muridnya. Untuk itu penulis sebagai mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, tertarik untuk
mengkaji gaya permainan akordion Zulfan Effendi untuk musik Melayu, berdasarkan
pendekatan-pendekatan etnomusikkologi.
Pengertian etnomusikolgi dalam tulisan ini adalah mengutip pendapat resmi
dari Society for Etnomusikologi seperti yang penulis kutip di bawah ini.
Ethnomusicology encompasses the study of music-making throughout the world, from the distant past to the present. Ethnomusicologists explore the ideas, activities, instruments, and sounds with which people create music.
European and Chinese classical musics, Cajun dance, Cuban son, hip hop, Nigerian juju, Javanese gamelan, Navajo ritual healing, and Hawaiian chant are a few examples of the many varieties of music-making examined in ethnomusicology. Ethnomusicology is interdisciplinary—many ethnomusicologists have a background not only in music but in such areas as anthropology, folklore, dance, linguistics, psychology, and history.
Ethnomusicologists generally employ the methods of ethnography in their research. They spend extended periods of time with a music community, observe and document what happens, ask questions, and sometimes learn to play the community’s types of music. Ethnomusicologists may also rely on archives, libraries, and museums for resources related to the history of music traditions. Sometimes ethnomusicologists help individuals and communities to document and promote their musical practices.
Most ethnomusicologists work as professors at colleges and universities, where they teach and carry out research. A significant number work with museums, festivals, archives, libraries, record labels, schools, and other institutions, where they focus on increasing public knowledge and appreciation of the world’s music.
Many colleges and universities have programs in ethnomusicology. To see a list of some of these programs, visit our Guide to Programs in Ethnomusicology (sumber: www. webdb.iu.edu)
Sesuai dengan kutipan di atas, etnomusikologi adalah suatu wilayah kajian ilmiah
terhadap keberadaan musik di seluruh dunia, dari masa lampau hingga kini. Para
Universitas Sumatera Utara
etnomusikolog mengeksplorasi ide-ide, kegiatan-kegiatan, alat-alat musik, dan suara
musik beserta dengan masyarakat yang menghasilkan musik tersebut. Di antara
contoh-contoh kajian etnomusikologi adalah musik klasik Eropa dan China, tarian
Cajun, tarian son dari Kuba, hiphop, juju dari Nigeria, gamelan Jawa, upacara
pengobatan pada masyarakat Navaho Indian, dan nyanyi pujian pada masyarakat
Hawaii, dan berbagai musik lainnya dalam konteks kajian etnomusikologis. Ilmu
etnomusikologi ini adalah interdisipliner. Beberapa etnomusikolog, tidak hanya
berlatar belakang pendidikan musik, tetapi juga berlatar belakang antropologi, folklor,
tari, linguistik, psikologi, dan sejarah.
Para etnomusikolog, secara umum melibatkan metode etnografi dalam
penelitiannya. Mereka bekerja dan menghasilkan karya ilmiah yang berangkat dari
data museum, festival, arsip, perpustakaan, label perekaman, sekolah, dan institusi
lainnya. Para etnomusikolog ini fokus kepada usaha meningkatkan ilmu pengetahuan
dan apresiasi terhadap musik dunia. Banyak perguruan tinggi dan universitas yang
memiliki program studi etnomusikologi.
Berkaitan dengan penelitian ini yang mefokuskan perhatian kepada gaya
bermain akordion Zulfan Effendi, maka sangatlah relevan untuk didekati dengan
disiplin etnomusikologi. Zulfan Effendi adalah pemusik Melayu, yang memiliki
keahlian khas sebagai pemain akordion. Permainan akordion ini memiliki latar
belakang kebudayaan, khsusunya Melayu dan ditambah dengan unsur budaya Timur
Tengah (Arab). Jadi kajian terhadap gaya permainan akordion Zulfan Effendi, berarti
studi musik dalam kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Musik adalah ekspresi kultural, seperti halnya bahasa, humor, dan emosi
merupakan hubungan antara musik dan kehidupan (Sinar 1990:1). Di dalamnya
terdapat nilai dan norma yang terkandung di dalam kebudayaan pemilik kesenian
tersebut. Begitu pula dengan kebudayaan musik Melayu. Secara umum musik Melayu
terbagi kedalam 2 bagian, yaitu musik tradisional dan musik modern. Yang termasuk
ke dalam musik tradisional Melayu antara lain: (1) musik pengaruh India: Persia dan
Thailand atau Siam, seprti : nobat, menhora, makyong, dan rodat, (2) musik pengaruh
Arab: gambus, kasidah, ghazal, zapin, dan hadrah; (3) nyanyian anak-anak; (4) musik
vokal (lagu) yang berirama lembut seperti Tudung Periuk, Damak. Dondang Sayang
dan ronggeng atau joget. Sedangkan musik modern adalah: (1) keroncong dan
Istambul yang tumbuh dan berkembang awalnya di Indonesia; (2) lagu-lagu langgam;
(3) lagu-lagu patriotik tentang tanah air, kegagahan, dan keberanian; (4) Lagu-lagu
ultramodern yang kuat dipengaruhi oleh budaya Barat (Usman dalam Takari 2005:
161-162).
Masyarakat Melayu juga membuat klasifikasi alat musik yang dianggap
tradisional, yaitu gendang panjang, rebab, gong, tawak-tawak, kesi, ceracap, dan
suling. Alat musik tersebut dibawakan dalam setiap upacara adat Melayu. Pengaruh
musik Barat menjadi musik populer Melayu yang kemudian diadopsi oleh masyarakat
Melayu dan sampai saat ini selalu dipakai dalan setiap pertunjukkannya adalah biola
dan akordion.
Akordion merupakan instrumen free-reed yang ditemukan pada awal abad ke-
19. Alat musik ini memiliki 4 bagian antara lain, bellows, keyboard, treble registers,
Universitas Sumatera Utara
bass registers dan bassis. Instrumen ini memiliki 12 bass2 dengan 20 keyboard3
Pada saat ini sudah sangat jarang ditemukan sajian musik populer Melayu
tanpa suara akordion. Meskipun tidak selalu memakai akordion, tetapi alat musik
keyboard sering digunakan untuk memunculkan warna suara akordion tersebut.
Kedudukan akordion pada ensambel musik Melayu merupakan instrumen yang
penting dan menjadi pembawa akord bahkan sering membawa melodi secara
heterofoni dengan biola. Menurut Fauzi, akordion merupakan inovasi baru pada musik
Melayu yang menjadikan musik tersebut menjadi lebih hidup dan berwarna.
sampai 160 bass dengan 45 keyboard. Tetapi ada juga desain yang lebih kecil atau
lebih besar. Setiap bass pada akordion membunyikan akord yang berbeda. Sistem
pengakordan ini merupakan interpretasi penyebutan nama akordion.
4
Perbedaan gaya permainan akordion juga ditemukan di antara seniman musik
Melayu, misalnya Ahmad Setia dan Zulfan Effendi. Ahmad setia merupakan pemain
akordion yang terkenal mahir memainkan akordion dalam mengiringi tari Serampang
Dua Belas, sedangkan Zulfan Effendi terkenal sebagai pemain akordion yang mahir
Meski merupakan alat musik yang diadopsi dari kebudayaan musik Barat,
akordion pada musik Melayu mempresentasikan gaya musik Melayu. Teknik yang
dipakai juga sesuai dengan konsep yang menjadi ciri musik Melayu, seperti sistem
tangga nada, cengkok dan sebagainya. Perbedaan konsep budaya dengan alat musik
yang sama ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji.
2 Bass dimaksudkan kepada tombol pada accordion yang memainkan akord. 3 Keyboard dimaksudkan kepada tuts piano pada accordion. 4 Hasil wawancara penulis dengan Datuk Fauzi pada Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
memainkan akordion dalam mengiringi lagu-lagu. Perbedaan ini menjadi ciri khas
pemusik tersebut dalam membawakan lagu-lagu pada akordion. Dalam kajian ini,
Zulfan Effendi Lubis penulis pilih untuk menjadi narasumber pokok bagi penulis
karena Zulfan memiliki gaya permainan yang sangat khas dan berbeda, bahkan
memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pemain akordion yang lain.
Zulfan adalah seorang Batak Mandailing yang bermarga Lubis yang secara
dominan melakukan adat istiadat Melayu dalam kehidupannya sehari-hari dan
merupakan salah satu pemain akordion yang cukup handal dan sangat dikenal dalam
musik Melayu khususnya di Sumatera Utara (wawancara dengan Takari September
2009). Zulfan Effendi Lubis pada awalnya mempelajari musik padang pasir5
Kelebihan lain yang dimiliki oleh Zulfan, antara lain mengkolaborasikan
beberapa unsur musik dalam musik Melayu seperti musik Arab, musik Karo, musik
dengan
alat musik harmonium dari ayahnya Zakaria Lubis dan pamannya Muhammad Nasir
Nasution. Kemudian ia mulai mempelajari musik Melayu dan mulai berkarir sebagai
pemain akordion sejak berusia 17 tahun sampai sekarang. Kemampuan memainkan
musik padang pasir ini menjadi kelebihan dan ciri khas Zulfan Effendi Lubis yang
tidak dimiliki oleh pemain akordion lainnya.
5Di Sumatera Utara, yang dimaksud dengan irama padang pasir adalah merujuk kepada musik-musik yang berciri Arab, yang ditandai dengan penggunaan alat-alat musik seperti oudh (gambus), gendang marwas, nekara, dan lain-lainnya. Begitu juga dengabn melodi yang digarap berdasarkan maqamat dari Timur Tengah seperti nahawan, sikkah, ziharkah, husaini, bayati, dan lain-lainnya. Lagu-lagu yang digunaklan juga sebahagian besar memakai lirik berbahasa Arab dan sebahagiannya bahasa Melayu. Genre padang pasir ini dibawa oleh para ulama dan seniman yang menimba ilmu di Tanah Arab pada masa sebelum Indonesia merdeka sampai Indonesia meredeka. Di antara tokoh dan seniman irama padang pasir adalah Ahji Ahmaq Baqi, Mukhlis, Hajjah Nurasiah Jamil, dan lain-lainnya. Genre irama padang pasir ini mencapai zaman keemasannya pada dasawarsa 1960-an sampai 1970-an. Padang pasir sendiri merujuk kepada pengertian kawasan padang pasir yang umum terdapat di negara-negara di Timur Tengah.
Universitas Sumatera Utara
Mandailing, Jawa, dan salah satu albumnya yang paling terkenal adalah album Dua
Dimensi.
Contoh melodi musik etnik Karo yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui alat
musik akordion.
Contoh melodi musik etnik Mandailing yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui
alat musik akordion.
Contoh melodi musik etnik Jawa yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui alat
musik akordion.
Ia merupakan murid kepercayaan dan “kesayangan” Ahmad Baqi, yaitu
seorang pemusik dan pencipta lagu Melayu yang handal. Selain itu, Zulfan sering kali
dipanggil sebagai pemain akordion di beberapa kegiatan kesenian, seperti Pesta
Gendang Nusanatara di Melaka tahun 1996-1998 yang diadakan bersama Fadlin dan
Universitas Sumatera Utara
grupnya di Malaysia, OPEC Second Summit bersama Sinar Budaya Grup (SBG) di
Caracas, Venezuella pada bulan September Tahun 2001. Selain itu, ia juga berperan
sebagai pemain accordion bersama Rinto Harahap dan penyanyi legendaris Melayu
Nur ‘Ainun dalam rekaman album Enam Jam di Malaka karya Rizaldi Siagian di
Jakarta. Zulfan juga membentuk dan membimbing grup sendiri yang ia beri nama
Group As-Syabab Senandung Deli. Sebagian besar anggota group ini adalah keluarga
Zulfan, seperti anak dan keponakannya.
Keistimewaan gaya permainan yang dimiliki Zulfan ini membuat penulis
tertarik untuk menganalisisnya melalui sudut pandang etnomusikologis. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Analisis Gaya
Permainan Akordion untuk Lagu-lagu Melayu oleh Zulfan Effendi.
1.2 Pokok Permasalahan
Dalam penelitian ini, satu pokok permasalahan yang akan penulis kaji dalam
adalah bagaimana gaya permainan akordion untuk lagu-lagu Melayu oleh Zulfan
Effendi? Pokok permasalahan ini dibuat sebagai bahan pertanyaan penelitian untuk
menguji validitas lapangan, yaitu bagaimana ciri atau gaya permainan Zulfan Effendi
yang dianggap memiliki kelebihan-kelebihan teknis dan estetis oleh sesama seniman
Melayu sendiri atau para penikmatnya. Untuk menjawab pokok permasalahan ini,
maka kajian penelitian ini dibantu oleh deskripsi biografi Zulfan Effendi dan hal-hal
sejenis, dalam konteks multidisiplin dan interdisplin ilmu.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri gaya permainan
akordion salah satu pemusik Melayu, yaitu Zulfan Effendi dan mendokumenta-
sikannya sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat secara khusus di bidang seni.
1.3.2 Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini, antara lain :
1. Menjadi media yang berusaha dapat mengkomunikasikan kebudayaan musik
Melayu kepada masyarakat Melayu bahkan diluar Melayu.
2. Mengangkat seniman musik tradisi agar dapat dikenal dikalangan masyarakat
umum.
3. Sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan khususnya etnomusikologi agar
dapat mempertahankan mahalnya kesenian daerah yang semakin menghilang.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Universitas Sumatera Utara
Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala (Mely Tan dalam Kuentjaraningrat, 1991: 21). Konsep dimaksudkan untuk
memberi definisi dan pembatasan pemahaman.
Gaya adalah ciri-ciri tertentu atau karakter yang dimiliki oleh suatu musik,
seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: (1) Bruno Nettl (1964:169)
dalam bukunya Theory and Method in Etnomusicology, mengatakan bahwa gaya dapat
diartikan sebagai kumpulan karakter yang dimiliki oleh satu komposisi musik (lagu),
yang sama dengan karakter-karakter pada komposisi lainnya (lagu-lagu) di dalam
kesatuan lingkungan budayanya. (2) Apel dalam bukunya Harvard Dictionary of
Music, mengatakan gaya dalam satu komposisi musik berhubungan dengan suatu cara
pengolahan semua unsur musik: bentuk, melodi dan ritme (dalam Jagar Lumbantoruan
1991), (3) Slobin (1984:5) dalam bukunya World of Music, mengatakan gaya diartikan
sebagai ciri khas dari sebuah musik yang di dalamnya terdapat unsur-unsur musik
yang saling berhubungan antara elemen nada, elemen waktu, dan elemen warna suara.
Dengan demikian yang dimaksudkan gaya dalam komposisi ini adalah ciri atau
karakter yang ditimbulkan dengan cara pengolahan unsur musikal (bentuk, melodi dan
ritem) yang saling berhubungan dalam permainan akordion oleh Zulfan Effendi Lubis.
Akordion adalah instrumen musik Barat yang merupakan klasifikasi alat
musik aerofon free-reed yang memiliki bass dan keyboard piano. Alat musik ini
memiliki beberapa ukuran berdasarkan banyaknya jumlah bass dan keyboard. Ukuran
yang paling kecil, yaitu 12 bass dengan 25 keyboard. Sedangkan ukuran yang paling
besar, yaitu 160 bass dengan 41 keyboard (Midgley 1976:81). Tetapi kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
ada ukuran yang lebih kecil atau lebih besar lagi. Alat musik ini dimainkan dengan
kedua tangan dengan bagian yang berbeda, secara umum tangan kanan memainkan
keyboard, dan tangan kiri memainkan bass. Akordion dimainkan dengan cara menarik
dan mendorong bagian belows agar mendapatkan sokongan udara sambil memainkan
bass, dan tangan kanan juga bergerak memainkan tuts piano secara bersamaan dengan
tangan kiri yang menarik dan mendorong akordion tersebut. Jika bagian bellows tidak
ditarik, maka akordion tidak akan berbunyi karena tidak ada sokongan udara yang
merupakan sumber bunyi pada akordion.
Beberapa lagu Melayu yang penulis maksudkan dalam tulisan ini, yaitu lagu-
lagu pada tiga rentak Melayu dan satu sampel lagu padang pasir. Adapun lagu
tersebut, antara lain, senandung dengan lagu Sri Mersing, mak inang dengan lagu Mak
Inang Pulau Kampai, lagu dua dengan lagu Tanjung Katung, dan genre padang pasir
dengan lagu Habibi.
Konsep kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia
dengan belajar (Koentjaraningrat 1987:180). Maka kebudayaan Melayu merupakan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
Melayu yang menjadi milik bangsa Melayu dengan belajar. Kebudayaan Melayu
penulis maksudkan kepada kebiasaan-kebiasaan atau hasil dari tingkah laku
masyarakat Melayu yang ada di Medan. Dalam hal ini yang dibahas adalah mengenai
tradisi musikalnya.
Universitas Sumatera Utara
Zulfan Effendi adalah seorang pemusik akordion yang handal memainkan alat
musik tersebut. Zulfan merupakan seorang yang bersuku Batak Mandailing, yaitu
bermarga Lubis yang mengakui diri sebagai orang Melayu karena secara dominan
mengikuti adat istiadat Melayu, berbahasa Melayu dan beragama Islam. Zulfan
Effendi memandang dirinya sendiri dalam dwietnisitas yaitu sebagai orang melayu dan
mandailing sekali gus. Begitu juga dengan isteri dan anak-anaknya, yang juga
semuanya berkecimpung di bidang seni pertunjukan Melayu, khsususnya Melayu Deli.
1.4.2 Teori
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan beberapa teori yang berfungsi untuk
menuntun peneliti dalam melakukan suatu pekerjaan lapangan seperti penelitian.
Teori-teori tersebut menjadi acuan yang membantu penulis untuk menemukan tujuan
penelitian.
Dalam menganalisi aspek gaya permainan akordion Melayu ini penulis
menggunakan teori weighted scale yang dinyatakan oleh Malm (1977:8) bahwa dalam
menganalisis karakter atau struktur suatu musik maka harus dikaji: tangga nada, nada
dasar, wilayah nada, jumlah masing-masing nada, interval, pola kadensa, formula
melodi, dan kontur. Karena dalam menganalisis suatu gaya permainan, maka
diperlukan analisis musikalnya juga dan begitu pula sebaliknya.
Untuk melihat kehidupan Zulfan Effendi Lubis, penulis menggunakan teori
biografi. Dalam buku Antologi Biografi Pengarang Sastrawan Indonesia (1999:3-4)
dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan kehidupan pengarang atau sastrawan. Tulisan mengenai biografi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu biografi singkat dan panjang. Biografi singkat
bisa hanya berjumlah beberapa baris kalimat saja, sedangkan biografi panjang bisa
berjumlah satu buku atau lebih (dalam Siti Zulaikha Sitanggang 1998). Dalam tulisan
ini, penulis memilih biografi singkat tentang Zulfan karena kajian terpenting dalam
tulisan ini bukanlah mengenai biografi Zulfan Effendi Lubis, tetapi gaya permainan
akordion yang disajikannya baik dalam pertunjukan maupun industri rekaman. Teori
ini penulis maksudkan untuk melihat bagaimana kehidupan Zulfan sebelum dan
sesudah ia menjadi orang Melayu sampai saat ini, serta eksistensinya dalam musik
Melayu.
Dalam mengkaji sejarah alat musik akordion pada kebudayaan Melayu, penulis
menggunakan teori yang selalu dipakai dalam kontak budaya,yaitu penyebaran unsur-
unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses tersebut manusia
mampu menghimpun penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat, dapat
diteruskan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati
gunanya. Hal ini juga berkaitan dengan teori yang diungkapkan oleh Herkovits bahwa
perubahan-perubahan dapat dilihat dari 2 titik pandang, yaitu bagaimana yang terjadi
pada masa lampau dan masa sekarang (dalam Johannes 2000). Bardasarkan titik
pandang pertama sudah mempergunakannya dalam istilah difusi yang didefenisikan
sebagai transmisi budaya dalam proses. Selain itu, perkembangan juga dapat
dipandang dari bagaimana asal usul sesuatu dalam budaya karena faktor perubahan
internal, ekternal lazim disebut akulturasi (1948: 525).
Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengacu kepada pendapat Nettl (1964:
62) yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian
dalam disiplin etnomusikologi. Dua hal itu adalah kerja lapangan (field work) dan
kerja laboratorium (desk work).
Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu
sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandangan-pandangan falsafah
mengenai disiplin inquiry dan mengenai realitas objek studi dalam ilmu-ilmu sosial
dan tingkah laku (Sanapiah 1990:1). Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian
kasus dan lapangan sangat tepat untuk menganalisa berbagai permasalahan, seperti
memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan, eksplorasi untuk
mengidentifikasi tipe-tipe informasi baru yang hendak dikumpulkan untuk memahami
keadaan yang terbatas jumlahnya dengan folus yang mendalam dan terinci, dan
mempersoalkan variable-variabel menurut pandangan dan defenisi partisipan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan suatu penelitian diperlukan panduan yang merupakan
suatu referensi bagi peneliti. Oleh karenanya, penulis melakukan pencarian bahan-
bahan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Terlebih dahulu penulis melakukan
studi kepustakaan, seperti bahan-bahan bacaan mengenai teori, konsep, bahkan
Universitas Sumatera Utara
tulisan-tulisan lain yang berhubungan atau sedikitnya mempunyai kesamaan dengan
judul penelitian ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
(1) Buku Budaya Musik Tari dan Sumatera Utara (2008) oleh Muhammad
Takari dan Heristina Dewi. Dalam buku ini dimuat tentang sejarah budaya music dan
tari Melayu dari era animism, Hindu, Budha, Islam, penjajahan Eropa, dan era
globalisasi. Yang menarik dalam buku ini juga dibahas tentang akulturasi music
Portugis dan Melayu yang terdapat dalam tarian joget atau branle Portugis. Dalam
buku ini juga diuraikan secara singkat tentang kedudukan alat musik akordion, dan
gaya music Melayu yang disebut dengan gerenek, cengkok, dan patah lagu.
(2) Buku Jatidiri Melayu (1995) oleh Luckman Sinar. Dalam buku ini
dibahas tentang siapa itu orang Mlayu, baik dari perspektif orang-orang Eropa, penulis
asing, maupun di kalangan orang Melayu sendiri. Buku ini sangat relevan dengan
topic kajian ini, yaitu Zulfan Effendi Lubis merasa dirinya sebagai orang Melayu yang
bernenek moyang orang Mandailing.
(3) Jurnal Etnomusikologi Vol 1 Nomor 2 oleh Muhammad Takari yang
berjudul Komunikasi dalam Seni Pertunjukan Melayu. Dalam artike ini, Takari banyak
menyoroti bagaimana seni pertunjukan (musik dan tari) Melayu dikomunikasikan dari
para seniman kepada khalayak penontonnya. Kemudian ia mengkaji aspek bahasa
verbal yang terdapat dalam genre-genre seni Melayu, seperti: ronggeng, nazam,
gurindam, ahoi, dan lain-lain. Tulisan ini memberikan wawasan aspek komunikasi seni
Melayu kepada saya.
Universitas Sumatera Utara
(4) Penelusuran online (Wikipedia) yang berisi tentang sejarah dan jenis-jenis
akordion. Termasuk akordion yang terdapat dalam kebudayaan Melayu.
(5) Selain itu, penulis juga mencari referensi dari beberapa skripsi
mahasiswa etnomusikologi, seperti Siti Sitanggang yang membahas tentang biografi
dan gaya melodis permainan akordion seorang pemusik Melayu yang bernama Ahmad
Setia, dan Jagar Lumbantoruan yang membahas tentang Analisis Gaya Melodi
Talempong.
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
1.5.2.1 Observasi
Dalam pengumpulan data di lapangan, penulis melakukan observasi atau
melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan tempat diselenggarakannya
pertunjukan musik yang diikuti narasumber penulis. Penulis juga mengunjungi
beberapa pertunjukan musik Melayu untuk menambah wawasan penulis pada musik
Melayu.
Dalam rangka observasi ini penulis mendatangi dan berkunjung secara
berulang-ulang rumah kediaman Zulfan Effendi, untuk menciptakan suasana
keakraban dengan beliau dan keluarganya. Selanjutnya observasi yang penulis lakukan
adalah mengamati pola kegiatan hidup Zulfan Effendi dan keluarganya sebagai
keluarga seniman. Beitu juga penulis mengobservasi bagaimana Zulfan Effendi
Universitas Sumatera Utara
melakukan latihan akordion dan memainkan musik Melayu bersama keluarga dan
seniman-seniman Melayu lainnya.
Penulis juga melakukan pengamatan terhadap Zulfan effendi dalam rangka
memproduksi music-musik Melayu di studio yang disewa. Di dalam konteks ini,
Zulfan Effendi biasanya bertindak sebagai seniman akordion Melayu. Kadangkala ia
juga menyanyikan lagu-lagu Melayu. Biliau juga kadang mengisi musik rekaman yang
dibuat kelompoknya dengan gesekan alat musik biola. Demikian sekilas kerja
observasi yang penulis lakukan.
1.5.2.2 Wawancara
Dalam penelitian ini penulis juga melakukan teknik wawancara untuk
mendaptkan informasi yang sedetail-detailnya dari informan-informan yang penulis
pilih dalam penelitian ini. Adapun teknik wawancara yang penulis lakukan, yaitu
wawancara terbuka dan tidak berstruktur (Moleong 2002: 137-139). Penulis tidak
hanya selalu terfokus pada satu pokok masalah dalam wawancara. Hal ini dapat
menyebabkan kejenuhan pada informan sehingga data yang diharapkan tidak dapat
diperoleh dengan akurat. Maka dalam hail ini penulis memilih menggunakan
wawancara terfokus dan wawancara bebas.
Dalam wawancara terbuka dan tidak berstruktur ini, penulis memfokuskan
perhatian kepada dua aspek tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui sejauh apa
gaya permainan akordion beliau. Yang kedua adalah memeperhatikan biografi ringkas
hidupnya, bagaimana ia dapat diterima sebagai warga Melayu Deli dan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
proses dirinya menjadi seniman Melayu. Penulis juga mewawancarai orang-orang
dekat beliau yaitu isteri dan anak-nakanya. Untuk mendapatkan bagaimana kedudukan
sosiokultural Zulfan Effendi di dalam kebudayaan Melayu, maka penulis
mewawancarai beberapa seniman Melayu yang mengutarakan bagaimana Zulfan
Effendi ini, terutama kekhasan beliau dalam memainkan akordion gaya musik Melayu.
1.5.2.3 Rekaman
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan camera digital dan
handphone untuk membantu merekam permainan akordion dan wawancara dengan
informan penulis. Penulis menggunakan handphone merk Sony Ericson W 580i untuk
merekan proses wawancara dengan informan penulis. Dan untuk merekam permainan
akordion informan, penulis menggunakan camera digital merk Panasonic Lumix
DMC-FX12.
Proses wawancara direkamkan kedalam bentuk audio dengan perangkat
perekam handphone. Sedangkan perekaman permainan akordion penulis rekam
kedalam bentuk audio visual, sehingga gambar dan suara terlihat dan didengar dengan
jelas. Kemudian hasil rekaman wawancara dan lagu dipindahkan ke komputer untuk
ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan ataupun notasi.
Selain rekaman langsung, penulis juga menggunakan kaset-kaset album
rekaman Zulfan Effendi. Diantaranya, album Pucuk Pisang 1 dan album 3 Dimensi.
Penulis memilih beberapa lagu dari album tersebut untuk mendapatkan gaya
permainan kolaborasi unsur musik lain yang dimainkan beliau.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Kerja Laboratorium
Pada tahap yang terakhir, penulis melakukan kerja laboratorium untuk
menganalsis data-data yang telah dikumpulkan di lapangan untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan. Semua data yang diperoleh baik dari kerja lapangan
maupun studi kepustakaan dikumpulkan dalam kerja laboratorium untuk dianalisis
Data-data yang penulis dapatkan disusun dan diatur kembali untuk
mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan. Proses pengumpulan data dilakukan
secara bertahap dengan melakukan beberapa kali pengamatan dan wawancara. Hasil
dari pengumpulan data dilapangan, seperti wawancara dan rekaman lagu kemudian
ditranskripsikan kedalam bentuk tulisan.
Sebelum mentranskripsikan lagu yang telah direkamkan, penulis terlebih
dahulu mendengarkannya secara berulang-ulang. Kemudian penulis menghapal melodi
akordion tersebut dan memainkannya di piano. Setelah itu melodi tersebut dituliskan
kedalam bentuk notasi untuk dianalisis.
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam pemilihan lokasi penelitian, penulis menetapkan lokasi di rumah
narasumber, yaitu di Jl. Brigjen Katamso, Gang Merdeka yang berada di Kecamatan
Medan Amplas, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Penulis juga
Universitas Sumatera Utara
mengikuti beberapa kegiatan kesenian di tempat-tempat lain yang menyajikan musik
Melayu untuk menambah informasi yang dapat membantu penyelesaian tulisan ini.
Daerah lingkungan tempat tinggal narasumber merupakan daerah yang mayoritas
didiami oleh masyarakat Melayu. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan Zulfan semakin dekat dengan budaya Melayu.
Di lingkungan kediamannya, Zulfan merupakan sosok yang ramah dan sangat
dikenal. Hal ini terbukti ketika penulis pertama kali mencari keberadaan beliau di
tempat kediaman yang ia sewa dulu. Tetangganya berbaik hati mengantarkan penulis
ke rumah Zulfan dan mengatakan bahwa ia sangat mengenal Zulfan. Keadaannya yang
masih belum memiliki rumah sendiri membuatnya harus berpindah-pindah dan
membuatnya semakin dikenal. Sehingga ia dan grupnya sering dipanggil dalam acara-
acara yang diadakan oleh masyarakat daerah tempat tinggalnya.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
BIOGRAFI ZULFAN EFFENDI LUBIS DAN EKSISTENSINYA
SEBAGAI PEMUSIK MELAYU
Meskipun dalam penelitian ini penulis menekankan perhatian kepada gaya
bermain lagu-lagu Melayu pada akordion oleh Zulfan Effendi, namun di Bab II ini
penulis akan mendeskripsikan secara ringkas hidup beliau sebagai seniman musik
Melayu. Alasannya adalah bahwa gaya permainan akordion yang dihasilkan oleh
Zulfan Effendi adalah dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: bakat, lingkungan,
pengalaman hidup, pendidikan, tujuan hidup di dunia, religi, dan tentu saja identitas
kemelayuan dan dirinya sebagai seorang keturunan Mandailing yang bermarga Lubis.
Berikut ini adalah deskripsi tentang biografi Zulfan Effendi.
2.1 Latar Belakang Kehidupan Zulfan Effendi Lubis
Zulfan Effendi yang terkenal sebagai seniman musik Melayu, sebenarnya
memiliki pengalaman hidup yang menjadikannya seperti itu. Pengalaman ini diperoleh
dari hasil pendidikan, lingkungan, dan interkasi sosialnya. Untuk lebih rincinya berikut
ini diuraikan latar belakang kehidupannya, yang diperoleh dari hasil wawancara
penulis dengan beliau pada bulan Oktober 2010.
2.1.1 Latar Belakang Keluarga
Universitas Sumatera Utara
Zulfan Effendi Lubis lahir di Kota Medan, 21 September 1953. Ia merupakan
anak pertama dari pasangan Zakaria Lubis dan Nur Aini Lubis.6
6Adat istiadat suku Mandailing melarang adanya perkawinan semarga. Orang Mandailing menganut sistem klen eksogamus, artinya adalah kawin dianjurkan untuk yang berlainan marga, bukan satu marga yang ditarik dari garis keturunan ayah (patrilineal). Namun apabila sudah terlanjur, maka yang melanggar biasanya pergi jauh dari kampung halamannya. Namun demikian, dalam agama Islam hal tersebut diterima dan disahkan.
Zulfan memiliki
sembilan saudara, yaitu: Bustani, Zahara, Arfa, Nur Aida, Nur Sam, Zaini, Indriani,
Umi Kalsum, dan Masita. Empat dari sembilan saudaranya meninggal pada usia yang
sangat muda, yaitu usia 1 hari sampai usia 6 tahun. Ayahnya merupakan orang
Mandailing yang sudah lama tinggal di Kota Medan, tepatnya di Jalan Brigjen
Katamso yang secara mayoritas dihuni oleh masyarakat Melayu. Keluarga Zulfan
sudah tinggal di daerah ini sejak 4 generasi yang lampau, yaitu mulai dari kakek
ayahnya yang hijrah ke Medan dari daerah Tapanuli Selatan dan menikah dengan
orang Melayu yang bernama Siti Fatimah. Dari garis keturunan itu, Zulfan Effendi
berdarah Melayu dan sekali gus juga Mandailing. Dalam aktivitasnya sehari-hari,
karena lingkungan beliau adalah masyarakat yang berkebudayaan Melayu, maka adat
istiadat yang digunakan Zulfan Effendi beserta keluarga besarnya adalah budaya
Melayu. Namun Zulfan Effendi juga tidak meninggalkan kebudayaan Mandailing. Ia
tetap merasa sebagai keturunan Mandailing. Apalagi dalam kebudayaan Melayu,
seorang yang menjadi atau masuk Melayu, selain menggunakan kebudayaan Melayu,
diperkenankan juga menggunakan kebudayaan etnik asalnya. Ini tidak menghalangi
Zulfan Effendi untuk menggunakan dua kebudayaan sekali gus yaitu Melayu dan
Mandailing.
Universitas Sumatera Utara
Walau menggunakan dwietnisitas, keluarga Zulfan lebih dominan melakukan
adat istiadat Melayu dan memelayukan diri. Bahkan adat Mandailing yang sebenarnya
melarang perkawinan semarga telah dilanggar oleh ayah Zulfan yang menikah dengan
wanita yang bergaris keturunan Lubis juga.
Nenek ayah Zulfan merupakan seorang bidan pertama di Istana Maimun yang
membantu setiap persalinan istri Sultan Deli, yaitu Sultan Makmun El-Rasyid, dan
merawat anak-anak Sultan sampai remaja. Ia merupakan orang yang terpandang di
daerah itu. Sehingga masyarakat di sekitarnya menjadikan nama lorong (gang)
dengan nama “Gang Bidan.”
Dari keenam saudara Zulfan yang masih hidup, hanya dua orang yang mahir
bermain musik, yaitu Zulfan dan Zaini adik laki-lakinya. Zaini mahir bermain gitar
dan merupakan seorang penyanyi, tetapi yang paling berbakat dan yang sampai
sekarang berprofesi sebagai pemusik dari semuanya hanyalah Zulfan Effendi.
Sedangkan saudaranya yang lain berprofesi sebagai pedagang.
Zulfan sering diajak bermain musik oleh ayah dan pamannya di beberapa acara
bersama grup As-Syabab Senandung Deli. Dalam grup ini Zulfan sering bertemu
kepada seorang penyanyi yang merupakan putri dari pamannya. Kecantikan dan suara
indah yang dimiliki gadis ini, membuat Zulfan tertarik kepadanya Ahmad Effendi
yang merupakan ayah gadis ini pun melihat kedekatan Zulfan kepada putrinya. Rasa
kagum pamannya kepada Zulfan, membuat ia berniat menjodohkan Zulfan dengan
putrinya tersebut. Kemudian Zulfan sangat senang dengan perjodohan itu, dan
menikahi Zakiah pada tahun 1973, seperti yang ia katakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Di grup As-Syabab inilah bapak jumpa dengan ibu. Ibu penyanyi pulak di grup ini kan. Udah cantik, bagus pulak suaranya. Bapak pun tertariklah sama dia kan. Nah, uwak bapak yang juga ayahnya ibu ini rupanya tau kalau bapak dekat sama anaknya. Dijodohkanlah kami sama ayah dan uwak bapak itu. Bapak pun senaglah, orang bapak suka. Jadi, nikahlah kami tahun 1973. (Wawancara penulis dengan Zulfan Effendi Oktober 2009). Dari pernikahan tersebut, Zulfan dan istrinya dikaruniai tiga orang anak, yaitu
satu orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Putri pertamanya diberi
nama Zuhaini Lubis, putra keduanya bernama Zuhri Lubis, dan putra bungsunya
bernama Harun Lubis. Zuhaini merupakan seorang penyanyi Melayu. Zuhri
merupakan pemain keyboard, dan Harun yang saat ini masih duduk di bangku SMA
juga berbakat memainkan keyboard. Ketiga anaknya ini juga ia ajari musik Melayu
sejak masih kecil. Zulfan berharap anak-anaknya dapat meneruskan kemampuan
ayahnya dalam bermusik, khususnya musik Melayu.
Gambar 2.1: Zulfan Effendi Lubis dan Istri
Dari ketiga anaknya, ia memperoleh delapan orang cucu. Cucu dari anak
pertamanya hanya satu orang laki-laki yang bernama Fahrojan Chaniago. Dari anak
Universitas Sumatera Utara
keduanya ia memiliki tujuh orang cucu, yaitu Zehan, Zaidi, Fitri, Maulana, Ulia,
Ahmad Zedan, dan Zipni Mereka semua tinggal berdekatan. Zulfan dan istrinya
sering datang kerumah putri sulungnya untuk beristirahat dan bersantai di siang hari,
dan sore harinya Zulfan dan istrinya kembali pulang ke rumah.
Zulfan Effendi merupakan ayah yang bertanggung jawab terhadap
keluarganya. Demi mendapatkan uang untuk membiayai keluarganya, ia rela pergi
menerima tawaran bermain musik ke Malaysia selama kira-kira tiga bulan saat istrinya
akan melahirkan putri pertamanya. Dengan hati cemas ia tetap melakukan
pekerjaannya dengan baik, dan pada akhirnya Zulfan tidak dapat menyaksikan
kelahiran putri pertamanya tersebut. Ia tetap bersyukur dan mendoakan keselamatan
dan kesehatan istri dan putrinya dari kejauhan, dan ia segera pulang ke rumah setelah
pekerjaannya selesai dengan membawa uang hasil bermain musiknya.
Zakiah merupakan seorang istri yang sangat baik dan pengertian di mata
Zulfan. Ia selalu mendukung pekerjaan apapun yang dilakukan Zulfan. Bahkan ia rela
ditinggal berhari-hari, bahkan berbulan-bulan oleh Zulfan keluar kota maupun ke luar
negeri, demi kebutuhan hidup keluarga mereka. Zakiah tidak pernah marah atau
menuntut Zulfan ketika panggilan bermain musik sepi. Ia juga turut membantu
keuangan keluarga dengan cara mencari tambahan menyanyi dengan grup-grup nasyid.
Bahkan sampai saat ini mereka masih mengontrak rumah dan berpindah-pindah
tempat tinggal.
2.1.2 Latar Belakang Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Untuk tingkat sekolah dasar, tahun 1960 Zulfan sekolah di Sekolah Rakyat
Negeri Sukaraja yang terletak di dekat daerah tempat tinggalnya di Medan. Saat itu ia
berusia 7 tahun, kemudian ia menyelesaikan sekolah dasarnya pada usia 13 tahun.
Pada saat duduk di bangku kelas 4 Sekolah Rakyat, Zulfan mengikuti festival musik di
Radio Republik Indonesia (RRI) Nusantara 1 sebagai pemain suling bersama grup
keluarganya Ia melanjutkan sekolahnya ke tingkat sekolah menengah pertama pada
tahun 1966, di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dwi Warna Medan yang sampai
saat ini masih ada. Zulfan sudah menempuh pendidikan di sekolah itu saat
bangunannya masih sangat sederhana. Ia melakukan studinya selama tiga tahun
dengan prestasi yang cukup baik.
Pada tahun 1968, ayahnya berhenti bekerja dari Garuda Airlines Polonia
Medan. Oleh sebab itu, Zulfan tidak mempunyai uang untuk melanjutkan
pendidikannya di sekolah menegah atas. Hingga sampai kini, Zulfan Effendi adalah
seorang tamatan Sekolah Menengah Tingakt Pertama seja dalam sekolah formalnya.
Namun demikian, ia tidak merasa rendah diri. Ia merasa memiliki kelebihan bakat di
bidang seni musik dibandingkan orang-orang kebanyakan. Oleh karena itu, ia rajin
terus belajar musik secara informal kepada berbagai seniman musik di Sumatera
Utara. Misalnya ia belajar dengan Haji Ahmad Baqi, Rizaldi Siagian, Ahmad Setia
secara melihat langsung dalam tradisi lisan. Dengan cara belajar seperti ini, Zulfan
Effendi, dalam kebudayaan musik Melayu, menduduki peran utama sebagai seniman
akordion Melayu dengan berbagai kelebihan-kelebihan virtuoso dan filsafat Melayu
yang diamalkannya.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Eksistensi Zulfan Effendi Lubis dalam Musik Melayu
2.2.1 Latar Belakang Kepemusikan
Pada usia 6 tahun tepatnya kelas 2 Sekolah Rakyat (SR), Zulfan mempelajari
musik Padang Pasir kepada ayah dan pamannya yang bernama Muhammad Nasir
dengan alat musik harmonium. Ia lebih banyak belajar kepada Muhammad Nasir yang
merupakan pemain harmonium dan akordion yang handal pada masa itu, dan juga
seorang pencipta lagu yang lagunya sangat dikenal sampai saat ini. Ia juga membentuk
grup musik Melayu yang ia namakan Grup Permai, yang dianggotai oleh sahabat-
sahabat dan keluarga Nasir termasuk Zakaria Lubis ayah Zulfan yang merupakan
sepupu Nasir dari ibunya. Ini merupakan grup pertama yang diikuti Zulfan. Ia
bertindak sebagai pemain suling dalam grup ini. Setelah grup ini bubar, Ahmad
Effendi yang merupakan paman dan menjadi mertua Zulfan, membentuk grup baru,
yakni As-Syabab Senandung Deli. Zulfan juga bergabung dengan grup musik ini dan
sampai sekarang grup ini diteruskan dan dipimpin sendiri oleh Zulfan Effendi.
Pada tahun 1958, ayahnya membelikannya harmonium bekas, buatan Jerman
dengan harga Rp 60. Ini merupakan harmonium pertama yang dimiliki Zulfan. Lagu
pertama yang dipelajari oleh Zulfan adalah lagu ciptaan M. Nasir yang berjudul
Rintihan Teruna. Ia sering membawakan lagu ini ketika gurunya di Sekolah Rakyat
menyuruhnya bernyanyi di depan kelas. Zulfan mulai belajar akodion pada usia
sepuluh tahun dan masih dengan lagu yang sama. Kemudian ayahnya membelikannya
akordion baru merk hohner 32 bass dengan harga kira-kira Rp.100 lebih saat itu.
Universitas Sumatera Utara
Sejak masih kecil, Zulfan Effendi sering melihat kelompok musik Melayu pada
saat mereka latihan, dan menontonnya saat pertunjukan. Inilah awal mulanya ia
bertemu dengan Ahmad Baqi yang merupakan seorang profesor musik Padang Pasir
yang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo. Sekitar tahun 60-an,
Ahmad Baqi memiliki sanggar musik di daerah dekat rumah Zulfan. Grup musik ini
Ahmad namakan Grup “Sebernafis” yang merupakan akronim dari istilah yang terdiri
dari tiga kata, yaitu seni bernafaskan Islam.
Kemudian Zulfan sering datang ke tempat itu dan sering diajari main akordion
secara otodidak oleh Ahmad Baqi. Zulfan cepat menyerap pelajaran yang diberikan
gurunya tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar 1 lagu
dia lakukan dalam waktu kurang dari satu hari. Ia tidak pernah belajar dengan
menggunakan notasi apapun. Zulfan hanya belajar dengan cara mempraktekkan secara
langsung apa yang ia dengar melalui gurunya ataupun melalui kaset. Saat ini, ia hanya
membutuhkan beberapa jam saja untuk mempelajari satu lagu. Kemudian sampai saat
ini ia merupakan seorang pemain akordion yang handal.
2.2.2 Zulfan Effendi sebagai Lubis Pemusik Melayu
Pekerjaan tetap yang digeluti Zulfan Effendi sampai saat ini adalah sebagai
seorang pemain musik, khususnya musik Melayu. Ia merupakan seorang pemain
akordion dan biola yang handal, bahkan ia juga bisa menyanyikan lagu-lagu Melayu
dengan cengkok Melayu dengan tepat, tetapi ia lebih dikenal sebagai seorang pemain
akordion yang mahir dengan ciri musik padang pasirnya.
Universitas Sumatera Utara
Sejak masih kecil, Zulfan bergabung dengan grup As-Syabab Senandung Deli
yang dibentuk oleh ayah dan pamannya. Ia sering dipakai sebagai pemain akordion
untuk menggantikan pamannya M. Nasir Nasution. Ia juga kadang-kadang bermain
biola atau bertindak sebagai penyanyi dalam grup ini. Kemudian grup ini bubar saat
Zulfan berusia 17 tahun. Di samping bermain musik bersama grup As-Syabab
Senandung Deli, Zulfan juga dulu pernah bekerja di bagian pengangkatan barang di
Garuda Airlines Polonia dengan rekomendasi ayahnya yang dulu juga bekerja di
perusahaan penerbangan ini. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan tetap yang digeluti
Zulfan pada masa itu, dan bermain musik merupakan pekerjaan sampingan baginya.
Sampai akhirnya grup ini bubar, Zulfan tetap bekerja di perusahaan penerbangan ini.
Kemudian pada tahun 1970-an Zulfan Effendi bergabung dengan grup musik
El-Surayya. Grup ini merupakan grup yang dipimpin oleh Prof. Ahmad Baqi
Dalimunthe yang banyak menciptakan lagu-lagu bernuansa padang pasir. Zulfan
merupakan satu-satunya murid penerus Ahmad Baqi yang bisa memainkan musik
padang pasir pada akordion dan biola yang dianggap sebahagian besar seniman pang
pasir “mirip” dengan beliau. Oleh karena itu tidak aneh jika Zulfan merupakan murid
kesayangan Ahmad Baqi.
Tawaran bermain musik yang diterima grup El-Surayya ini bukan hanya di
kota Medan, tetapi juga di luar kota, seperti Aceh, Padang, Riau, bahkan sampai ke
luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Tawaran bermain akordion yang pertama
sekali membawa Zulfan ke Malaysia adalah bersama grup ini. Mereka juga membuat
rekaman lagu Melayu dengan piringan hitam tahun 1970-an di Malaysia. Satu
Universitas Sumatera Utara
piringan hitam mereka jual dengan harga 8 ringgit atau kira-kira Rp 800. Banyaknya
tawaran pekerjaan yang diterima Zulfan mengakibatkan ia sering meninggalkan
tanggung jawabnya pada pekerjaan tetapnya di Garuda Indonesia Airways (GIA)
sampai berbulan-bulan, sehingga pihak pengelola tidak dapat lagi memperkerjakan
Zulfan dan langsung memecatnya sebagai karyawan tetap. Meskipun demikian, Zulfan
masih bisa bekerja sebagai pegawai serabutan yang mengharapkan honor dari
penumpang pesawat.
Banyak tawaran bermain musik yang diterima Zulfan bersama grup El-Surayya
ini. Mereka sering kali mendapat tawaran bermain musik di Aceh. Hampir semua
daerah Aceh pernah mereka jalani, baik untuk acara kunjungan yang diadakan
walikota, maupun konser musik yang menggunakan tiket sekalipun sering mereka
lakukan. Oleh karena itu, Zulfan pernah menerima tawaran untuk menjadi seorang
pegawai negeri sipil oleh walikota Sabang yang bernama Yusuf Walat, pada tahun
1980. Ia mendapatkan surat keputusan dari menteri pendidikan dengan nomor induk
pegawai (NIP) 01. Zulfan kemudian mengajak istrinya untuk pindah ke Sabang, Aceh,
karena istrinya juga diterima sebagai pegawai negeri sipil di kota yang sama. Selama
di Sabang, Zulfan membentuk Orkes Melayu Pemda Sabang dan mereka selalu
dipakai dalam setiap acara pertunjukan musik di Melayu di kota tersebut.
Gambar 2.2: Bersama Orkes Melayu Pemda Sabang tahun 1981
Universitas Sumatera Utara
di Sabang, Aceh
Selama tiga tahun Zulfan dan istrinya bekerja di Pemda Sabang. Kemudian
terjadi suatu kasus yang menimpa walikota Sabang yang mengakibatkan beliau harus
menerima hukuman penjara. Hal itu mengakibatkan Zulfan dan istrinya tidak nyaman
lagi bekerja karena mereka termasuk orang yang dekat dan sangat menghormati
walikota tersebut. Selain itu mereka juga tidak tega meninggalkan anak-anaknya
terlalu lama di Medan. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti bekerja dan
kembali ke Medan.
Sesampainya di Medan, Zulfan kembali bergabung dengan grup El Surayya.
Mereka kembali menerima tawaran manggung ke luar kota dan sampai ke luar negeri
dengan jadwal yang semakin padat. Grup ini merupakan grup yang paling terkenal
sejak tahun 60-an. Karena jadwal yang begitu padat, Zulfan merasa sudah tidak
Universitas Sumatera Utara
sanggup mengikuti setiap kegiatan yang diikuti grup ini. Akhirnya pada tahun 1996,
Zulfan memutuskan untuk keluar dari grup yang dipimpin Ahmad Baqi ini, dan
kembali meneruskan grup AS-Syabab Senandung Deli yaitu grup yang pernah
dibentuk oleh anggota keluarganya. Ia mengatakan:
Dulu ngeri kali jadwal latihan kami sama pak Ahmad Baqi ini. Sampai berbulan-bulan mau di Malaysia, satu hari mau dua acara kami, belum lagi latihannya dari pagi. Selama di sana, mau minta pulang ajalah awak terus. Sampai si Zulhaini pun lahir tak bapak liat. Jadi bapak bilanglah sama pak Ahmad Baqi, pak saya enggak sanggup lagilah ikut bapak. Cari ajalah pengganti saya ya pak, saya keluarlah dari grup ini.
Gambar 2.3:
Bersama Ahmad Baqi pada Acara Penyerahan Bintang Mas dari Raja Kinabalo kepada Ahmad Baqi tahun 1996
di Sabah, Malaysia
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1996, Ahmad Baqi meninggal dunia dan akhirnya grup inipun
bubar. Beberapa tahun kemudian, Menteri Sabah yang sejak kecil sering menonton
grup El-Surayya ini, ternyata memiliki kerinduan untuk mendengar sajian musik yang
dibawakan uleh grup ini. Oleh karena itu, ia mencari informasi tentang grup ini dan
mengundang mereka untuk kembali mengisi acara di Sabah. Kemudian beberapa dari
anggota grup yang telah bubar ini menerima tawaran dan bersepakat untuk bertemu di
Malaysia untuk memenuhi undangan menteri tersebut. Dengan dibantu beberapa
pemain musik diluar grup El-Surayya, mereka mengisi acara musik Melayu di Sabah,
Malaysia.
Kemudian kira-kira tahun 1996, Zulfan bergabung dengan Sinar Budaya Grup
yang dipimpin oleh Luckman Sinar. Grup ini secara rutin mengikuti acara Pesta
Gendang Nusantara di Malaysia yang diadakan setiap tahun. Selain itu, banyak
kegiatan-kegiatan kesenian lain yang diikuti grup ini dan bukan hanya musik Melayu,
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga musik Sumatera lain, seperti Batak Toba, Karo, Mandailing, Pakpak.
Dalam grup ini Zulfan bukanlah anggota tetap, melainkan pemain cabutan, sehingga
penulis tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang waktu bergabungnya Zulfan
dengan grup ini, dan kapan keluarnya.
Gambar 2.4:
Bersama beberapa anggota grup El-Surayya Pada acara kerajaan Pahang, Malaysia
Gambar 2.5: Bersama Sinar Budaya Group di caracas,Venezuela dalam rangka
OPEC Second Summit
Universitas Sumatera Utara
2.4 Prestasi dan Kegiatan yang diikuti Zulfan Effendi Lubis
Prestasi yang dilakukan Zulfan Effendi bukan hanya terdapat dari
kemahirannya menainkan lagu-lagu Melayu pada akordion. Saat ini ia dikenal sebagai
pemain akordion dan merupakan penggubah lagu Melayu yang handal. Ia banyak
menggubah lagu Melayu dengan nuansa yang berbeda dan banyak disukai oleh
masyarakat pencinta musik Melayu. Ia membuat karya mengkolaborasikan unsur
musik lain, seperti Padang Pasir, Karo, Pakpak ke dalam musik Melayu.
Awalnya Zulfan sangat sulit mencari penyanyi yang akan membawakan
karyanya ini. Ia menunjuk Syaiful Amri sebagai penyanyi laki-laki, dan Layla Hasyim
sebagai penyanyi wanitanya. Layla Hasyim tidak menyetujui tawaran ini pada
awalnya. Ia khawatir akan banyak masyarakat Melayu yang marah dan menolak
karena tidak suka lagunya diubah-ubah. Layla takut kaset yang akan mereka produksi
Universitas Sumatera Utara
tidak akan laku di pasaran. Namunn demikian, Zulfan selalu meyakinkan kedua
penyanyinya ini untuk bekerja sama dengannya, dan usahanyapun tidak sia-sia.
Tahun 95-an lah itu bapak niat mau rekamkan lagu-lagu Melayu yang bapak gubah itu kan. Waktu itu payah kali saya cari orang yang mau diajak nyanyikan lagu ini untuk direkam. Bapak tanyalah si Laiyla Hasim sama si Syaiful Amri waktu itu, eh si Layla bilang enggak berani karena dia takut marah pulak nanti orang Melayu kalau kita bawa lagunya kayak gitu. Baru teruslah saya yakinkan dia kan, enggak usah takutlah, Enggak mungkin marahlah, orang bukannya yang jelek kita buat. Kalau si Amri mau aja dia. Baru tahun 1997 lah kami rekaman. Kemudian pada tahun1997, mereka merekamkan lagu-lagu mereka dalam
bentuk kaset di studio rekaman SN Record dengan judul album Dua Dimensi. Mereka
memproduksi kaset album ini sebanyak 500.000 kaset, dan habis tiap minggunya
sebanyak 5000 kaset. Zulfan dan grup musiknya ini kembali membuat 2 album baru
yang berjudul Melayu 3 in 1 Ujung Sirih dan album Melayu 3 dimensi Pucuk
Pisang 2.
Dari setiap penjualan 1 kaset, Zulfan menerima Rp. 200. Semua album
kasetnya diproduksi sebanyak 800.000 kaset, sehingga ia memperoleh Rp.
160.000.000 dari hasil penjualan kaset tersebut. Namun kaset tersebut kabarnya
banyak dibajak oleh para pembajak kaset.
Sampai saat ini, Zulfan tidak pernah menerima kabar kasetnya dicetak ulang
lagi. Ketika ia berada di Riau, ia menemukan kasetnya di toko kaset yang ada di Riau.
Bahkan saat ia berada di Malaysia untuk bermain akordion pada suatu acara, ia
mendengarkan kasetnya sedang diputar di mobil yang ditumpanginya. Zulfan kecewa
dengan keadaan ini, ia mengetahui bahwa karyanya telah dibajak oleh orang lain dan
Universitas Sumatera Utara
dicetak ulang tanpa sepengetahannya. Sedangkan ia hanya mengetahui bahwa master
lagu-lagu ini dipegang oleh Layla Hasyim yang merupakan orang yang mendanai
produksi kaset ini. Tetapi Zulfan tidak ingin berprasangka buruk kepada rekan kerja
yang juga merupakan temannya ini. Ia menganggap ini semua adalah pekerjaan orang-
orang usil yang ingin mencari keuntungan dari orang lain.
Bersama temannya Syaiful Amri, Zulfan pernah melaporkan pembajakan kaset
ini ke Polisi Daerah (Polda) Sumut. Kasus ini diusut sampai ke Kejaksaan kota
Medan. Para pembajak kaset akhirnya di tangkap dan denda sebanyak Rp. 20.000.000
atas pelanggaran undang-undang pembajakan kaset tanpa izin. Tetapi masalah ini
masih berlanjut sampai saat ini. Zulfan pernah menemukan karyanya dalam bentuk
VCD dengan video klip pemandangan-pemandangan alam atau tempat-tempat wisata.
Padahal ia tidak pernah syuting video klip sebelumnya. Zulfan benar-benar merasa
kecewa dengan keadaan ini, seperti yang dikatakannya sebagai berikut:
Memang payah seniman maju di negara kita ini. Adapun undang-undang tetap ajanya dilanggar orang-orang itu. Macam inilah kaset saya, saya tengok di Riau pun ada, di Pekan Baru, Jambi, Padang pun ada, sampai waktu saya ke Malaysia ngikuti acara di situ, dipasanglah kaset itu di mobil yang kami tumpangi. Kan waktu itu ada kawan yang jemput kami di situ naik mobil. Terkejutlah saya kan, mak ngeri kali orang ini padahal udah lama kali enggak pernah lagi dicetak kaset itu. Yang paling parahnya lagi, ada VCD bapak liat, diambilnyalah lagu kaset itu kan, ha abis itu dimasukkannya gambar-gambar pemandangan sama tempat-tempat sejarah kayak istana maimun, ke dalam VCD itu. Heranlah bapak, kapan pulaklah saya pernah syuting ini.
Selain merupakan seorang pemain akordion yang handal, Zulfan juga memiliki
beberapa murid yang ia ajari bermain akordion, seperti Jamal (pemain musik yang saat
Universitas Sumatera Utara
ini memiliki grup sendiri), Ahrai (Tentara Nasional Indonesia), Khairus Syahri, dan
lain-lain. Mereka juga ia ajari akordion secara oral dan otodidak. Salah satu
diantaranya adalah Khairus Syahri. Pria yang berusia 32 tahun ini merupakan
muridnya Zulfan yang saat ini berprofesi sebagai pemain musik khususnya akordion
dan keyboard. Khairus sudah sejak lama mengagumi permainan akordion Zulfan. Ia
mengatakan bahwa ia sudah lama sering melihat Zufan memainkan akordion dalam
beberapa acara di TVRI dan di beberapa pentas kesenian Melayu. Kemudian pada satu
kesempatan Khairus bertindak sebagai pemain keyboard di TVRI dalam acara yang
juga diikuti Zulfan Effendi pada tahun 1998. Dari pertemuan inilah Khairus
berkenalan dan sering berkunjung ke rumah Zulfan untuk belajar akordion langsung
kepadanya.
Kalau tau orangnya sih, saya udah lama kali, tapi kalau ketemu langsung dengan bapak Fendi ini kira-kira tahun 1998. Waktu itu saya masih kuliah semester 2. Saya sudah lama melihat bapak ini main akordion, saya piker kok hebat kalilah bapak ini. Mainnya kok bisa gitu ya, saya pikr kan. … Terus itu kan pas ada acara main live di TVRI, pas bapak itu main akordion, saya yang main keyboard. Senang kalilah saya kan, terus cerita-ceritalah saya sama bapak itu minta diajarin, disuruhlah saya dating kerumahnya.
Sistem belajar yang diberikan Zulfan kepada muridnya bukan seperti kursus
musik formal. Zulfan mengajari dengan cara memainkan lagu pada akordion terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh muridnya. Keuletan dan kerja keras Khairus dan murid-
murid Zulfan tentu saja membuat mereka cepat menerima pelajaran yang diberikan.
Ditambah dengan pengetahuan musik yang sudah dimiliki Khairus, ia menjadi lebih
mudah mempraktekkan secara langsung lagu yang dicontohkan Zulfan.
Universitas Sumatera Utara
Zulfan merupakan guru yang sangat dikagumi murid-muridnya dan juga
merupakan seorang guru yang sabar dalam mengajar. Ia tidak pernah memaksakan
jadwal belajar sesuai dengan keinginannya. Bahkan disela-sela kesibukannya, ia
mampu membagi waktu untuk mengajarkan orang yang sangat ingin belajar
dengannya.
Melihat kemampuan Khairus yang semakin bagus, Zulfan sering mengajaknya
ikut bersama grup As-Syabab yang dipimpinnya. Khairus sering menggantikannya
bermain akordion, sementara Zulfan memainkan biola. Perjalanan paling jauh yang
diikuti Khairus bersama grup ini yaitu ke Malaysia. Saat itu mereka diundang oleh
kerajaan Pahang untuk memainkan lagu-lagu Melayu dan Padang Pasir. Sampai tahun
2003 Khairus bergabung bersama grup ini, tetapi kemudian ia keluar tidak
sepenuhnya. Ia masih sering ikut pada beberapa acara, tetapi tidak lagi rutin, seperti
pada acara Festival Lagu Melayu 2 Dimensi yang diadakan di Helvetia, Medan,
Februari 2011. Kebanyakan murid Zulfan sudah memiliki grup sendiri dan menetap
diluar kota Medan, sehingga penulis mendapatkan kesulitan untuk menghubunginya.
Selain sebagai pemain musik dan guru, Zulfan juga sering ditunjuk sebagai juri
dan pelatih pada beberapa perlombaan musik, seperti perlombaan nasyid dan festival
musik Melayu. Salah satu festival yang diikutinya, yaitu Festival Melayu 2 Dimensi
pada tanggal 3-5 Februari 2011. Zulfan Effendi bertindak sebagai juri dalam
perlombaan ini. Festival ini diadakan di Lapangan Nanda Putra Daulay, Jalan Veteran,
Halvetia, Labuan Deli-Deli Serdang. Perlombaan ini merupakan perlombaan vokal
solo lagu-lagu Melayu yang diadakan setiap tahun oleh Bupati Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6: Para juri pada Festival Lagu Melayu 2 Dimensi
Tahun 2011 di Kab. Deli Serdang
Gambar 2.7: Juri pada Festival Nasyid Sumatera Utara tahun 1994
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8: Pada Saat dikontrak di Hotel Danau Toba, Medan
Gambar2. 9:
Foto Bersama Penulis pada Saat Wawancara
Universitas Sumatera Utara
BAB III
SEJARAH AKORDION DAN KEBERADAANNYA
DALAM MUSIK MELAYU
Setelah pada Bab II diuraikan mengenai biografi (musikal) Zulfan Effendi,
maka pada Bab III ini akan dideskripsikan pula tentang sejarah dan keberadaan alat
musik akordion dalam budaya Melayu. Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran bahwa alat musik ini memiliki kedudukan dan peran penting dalam budaya
musik Melayu. Sementara Zulfan Effendi lazim dipandang sebagai pemain akordion
lagu-lagu Melayu yang baik. Pada bahagian sejarah ini, penulis mengambil data
sebahagian besarnya dari situs internet www.wikipedia.org.
3.1 Sejarah Akordion
Bentuk dasar akordion diyakini telah ditemukan di Berlin tahun 1822 oleh
Christian Friedrich Ludwiq Buschmann. Akordion merupakan salah satu dari beberapa
penemuan Eropa pada awal abad ke-19. Alat musik ini pertama kali dipatenkan pada
tahun 1829 oleh Cyrill Deminan, yaitu seorang yang merupakan keturunan Armenia,
di Wina. Awalnya akordion hanya memiliki bagian buttons pada tangan kiri, dan
tangan kanan hanya mengoperasikan bellowsnya. Satu keistimewaan yang dicari
Demian dari alat musik ini adalah munculnya bunyi akord dengan hanya menekan satu
tombol saja pada bagian buttons. Setiap tombol memiliki akord-akord yang berbeda
pula.
Universitas Sumatera Utara
Akordion piano dimainkan pertama kali di Jerman, dan kemudian di seluruh
Eropa. Akordion ini ditemukan tahun 1822, tetapi mulai benar-benar dimainkan tahun
1826. Kemudian akordion berkembang dari sana. Pada tahun 1831, akordion mulai
muncul di Inggris dan ditulis dalam The News (surat kabar Inggris) yang
memberitakan bahwa akordion merupakan satu tontonan baru bagi orang Inggris yang
akan segera populer.
`Akordion merupakan alat musik yang berbentuk kotak yang memiliki bagian
bellows sebagai penyokong udara. Akordion juga merupakan alat musik klasifikasi
free reed aerofon.
3.1.1 Komponen Akordion
Akordion terdiri dari beberapa komponen, antara lain sebagai berikut.
a. Bellows
Bellows adalah bagian yang paling dikenal dalam akordion. Hampir sama
dengan bow biola, suara yang dihasilkan akordion berhubungan dengan gerakan
pemainnya. Bellows terletak diantara kotak kanan dan kiri, terbuat dari lipatan lapisan
kain dan karton dengan ditambah bahan kulit dan logam. Bahan tersebut digunakan
untuk menciptakan tekanan dan kekosongan ruang agar udara disokong kedalam reed,
sehingga bunyi dapat dihasilkan oleh getaran reed tersebut.
Sentuhan tuts sama sekali tidak mempengaruhi dinamika. Semua ekspresi
dinamika dipengaruhi oleh bellows. Beberapa efek bellows, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Bellows figunsksn untuk mengontrol volume.
2. Berulang mengubah arah (tarik/dorong).
3. Bellows tetap bergerak bersamaan dengan kedua tangan yang memainkan
tuts/bass.
4. Bellows tetap bergerak untuk menghasilkan bunyi yang jelas dengan tanpa
resonansi.
5. Menggunakan bellows dengan tombol udara diam, memberikan bunyi
udara yang bergerak yang kadang-kadang dipakai dalam komposisi
kontemporer.
b. Badan
Badan akordion terdiri dari dua buah kotak terbuat dari kayu yang bersatu
dengan bagian bellows. Masing-masing kotak memiliki terali yang memfasilitasi
transmisi udara yang masuk dan keluar untuk memungkinkan hasil suara yang lebih
baik. Terali pada kotak sebelah kanan biasanya lebih besar dan sering dibentuk untuk
tujuan dekoratif. Tangan kanan biasanya untuk memainkan melodi, sedangkan tangan
kiri untuk memainkan iringan atau bass.
Berat dan ukuran akordion bervariasi tergantung pada jenis dan situasi
jangkauan pemain. Ukuran yang paling kecil hanya memiliki 1-2 baris bass (12 bass)
Universitas Sumatera Utara
dengan 1 oktaf tuts, ukuran standard 120 bass, sedangkan yang paling besar terdiri dari
160 bass.
c. Palet
Berikut ini adalah sebuah ilustrasi mekanisme palet pada piano akordion.
Gambar 3.1:
Ilustrasi Mekanisme Palet Akordion
Sumber: Wikipedia.org
Akordion dimainkan dengan cara menekan atau memperluas bagian bellows
sementara kedua tangan memainkan tombol dan tutsnya, sehingga bagian katup atau
yang disebut pallats, terbuka dan memungkunkan udara mengalir masuk ke bagian
reed akordion. Alat musik ini biasanya dimainkan dengan dua tangan, tangan kanan
Universitas Sumatera Utara
memainkan bagian tuts piano , tangan kiri memainkan bagian buttons yang terdiri dari
tombol chord dan bass yang telah otomatis..
3.1.2 Penggunaan Akordion
Akordion secara turun-temurun digunakan dalam pertunjukan musik rakyat
atau musik etnis, musik populer, dan pada musik klasik dan opera. Saat ini akordion
kadang-kadang di dengar dalam gaya musik pop kontemporer, seperti pop-rock, rock,
dan lain-lain. Akordion sering digunakan dalam musik rakyat di Eropa, Amerika
Utara, dan Amerika Selatan, serta di kebanyakan wilayah yang pernah didatangi
bangsa Inggris, seperti Indonesia.
3.1.3 Beberapa Jenis Akordion
a. Akordion Tombol Kromatis (Chromatic Buttons Accordion)
Sebuah akordion tombol kromatis adalah jenis akordion yang berbentuk
tombol dimana baris-baris tombol sebelah kanan tersebut diatur secara kromatis.
Mereka terdiri dari tiga sampai lima (beberapa akordion Serbia memiliki 6) baris
secara diagonal. Setiap baris dapat memainkan nada kromatis secara berturut-turut.
Akordion jenis ini kebanyakan populer di Eropa dan di Rusia. Di Rusia, alat musik ini
biasanya disebut “bayan”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2:
Akordion Tombol Kromatik
Sumber: www.wikipedia.com
b. Akordion Tombol Diatonis
Akordion ini adalah jenis akordion tombol dimana keyboard sebelah kana
hanya memiliki nada-nada pada tangganada diatonic dan bass sebelah kiri biasanya
berisi akord utama pada alat musik ini Akordion jenis ini hanya memiliki beberapa
tombol dan biasanya tidak bisa dimainkan secara aksidental. Biasanya akordion ini
hanya dapat dimainkan pada musik rakyat atau musik klasik yang tidak memiliki
tehnik aksidental atau perubahan tanda kunci.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3:
Akordion Tombol Diatonis
Sumber: www.wikipedia.com
c. Akordion Piano
Tangan kanan pada akordion piano ini dimainkan sama dengan cara
memainkan piano, yaitu dengan tehnik penjarian yang sama. Semua jari dapat
dimainkan, termasuk ibu jari pada tuts akordion ini. Pada ukuran standard, jarak
keyboard dimulai dari nada “F” dibawah “C” tengah, sampai nada “A”ketiga diatas
“C” tengah (41 nada).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4:
Akordion Piano
Sumber: www.wikipedia.com
Gambar 3.5:
Keyboard pada Akordion Piano
Sumber: www.wikipedia.com
3.2 Akordion Dalam Musik Melayu
Masyarakat Melayu mendiami wilayah kultural yang sangat luas dan bukan
ditarik berdasar genealogis saja. Di antaranya berada di Sian Selatan, Malaysia Barat,
Singapura, Brunei dan di Malaysia Timur, serta di Indonesia. Di Indonesia mereka
Universitas Sumatera Utara
menjangkau wilayah sepanjang pesisir timur Sumatera dari Temiang (Aceh Timur),
pesisir Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan pesisir Jambi serta di Kalimantan Barat.
Karena wilayahnya yang berada pada jalur lalu lintas ramai yaitu Selat Malaka dan
Laut Cina Selatan itu, maka masyarakat Melayu paling banyak mendapat pengaruh
bangsa-bangsa lain, seperti Cina, Siam, Arab, India Selatan, Persia, Portugis dan dari
suku-suku yang bertetangga seperti Batak, Jawa dan lain-lain. Pengaruh bangsa-
bangsa lain tersebut sangat mempengaruhi kesenian Melayu, seperti alat musik, lagu-
lagu dan tarian Melayu.
Beberapa di antara masyarakat Melayu mengelompokkan musik Melayu ke
dalam 3 bagian, seperti musik asli, musik tradisional, dan musik modern. Musik
modern merupakan musik yang menggunakan alat-alat musik Barat meskipun
dimainkan dengan lagu Melayu asli dan begitu juga dengan tari yang mengiringinya.
Budaya Melayu telah banyak mengalami perubahan melalui proses akulturasi
dan aimilasi dengan peradaban Hindu, Islam, dan Barat. Terutama setelah datangnya
pengaruh Barat, kebudayaan Melayu dengan pesatnya di Istana mulai lemah.
Sedangkan budaya dari kalangan rakyat biasa berbeda dengan peradaban di Istana
(kraton), namun peradaban Istana mempunyai hubungan dengan budaya populer yang
berkembang di kalangan rakyat, keduanya saling mempengaruhi terutama di
pertemuan di Bandar-bandar. Orang Melayu tidak menerima unsur dari luar secara
keseluruhan, tetapi disesuaikan dengan kehendak masyarakat setempat.
Budaya Barat masuk ke dalam kehidupan etnik Melayu sejak Portugis
menaklukkan Melaka tahun 1511. Sejak saat itu, masyarakat Melayu mengadopsi
Universitas Sumatera Utara
berbagai unsur kebudayaan Barat, seperti alat musik akordion, saksofon, drum trup set,
gitar akustik, ukulele, dan alat musik elektronik (keyboard, piano elektrik, gitar
elektrik, biola elektrik dan lainnya). Budamenuntut ilmu dari ya Barat pada saat ini
menjadi begitu kuat pengaruhnya di seluruh dunia, terutama di bidang sains dan
teknologi. Oleh sebab itu oleh masyarakat rumpun Melayu menuntut ilmu dan
teknologi dari budaya Barat menjadi tantangan tersendiri untuk memajukan budayanya
(Goldsworthy 1979).
Musik Melayu juga dapat digolongkan sebagai musik akulturasi.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa akulturasi merupakan proses sosial yang timbul
bila suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri. Penyesuaian diri budaya asing yang dikawinkan
dengan unsur budaya lokal ini akan membentuk pembauran budaya dan diterima oleh
masyarakat pendukungnya secara tidak sadar menjadi musik tradisi budaya setempat
(Ben Ambo 2009). Kenyataan ini dapat dilihat pada pemakaian instrumen musik
Barat yang terdapat pada musik Melayu. Kehadiran biola, akordion, gitar, merupakan
produk instrumen budaya asing yang berbaur dengan kesenian Melayu. Pembauran
lain dapat juga dilihat dari pemakaian tangga nada pada lagu Melayu dengan
menggunakan sistem tangga nada diatonic yang merupakan produk budaya Barat.
Kehadiran alat musik Barat selalu kita temukan dalam pertunjukan musik
Melayu. Alat musik yang paling umum digunakan, yaitu biola, dan keyboard.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan akordion tidak selalu ada karena pemain akordion tidak begitu banyak dan
juga karena alas an ekonomi, tetapi bunyinya digantikan oleh alat musik keyboard.
Grup musik yang memiliki pemain akordion biasanya lebih mahal dan dipakai untuk
acara kalangan menengah keatas.
Akordion dan biola bukan merupakan alat musik melodis pertama yang
tersebar pada kebudayaan Melayu. Sebelum adanya akordion, masyarakat Melayu
menggunakan harmonium yang merupakan alat musik India. Tehnik permainan
harmonium yang cukup rumit dan mengharuskan pemain duduk, membuat pemusik
Melayu lebih memilih akordion. Hal tersebut dikarenakan akordion lebih sederhana
dan mudah dibawa karena akordion dapat dimainkan dengan posisi berdiri atau sambil
berjalan. Oleh sebab itu, sampai saat ini akordion lebih sering ditemui dalam
pertunjukan musik Melayu dibandingkan dengan alat musik harmonium. Bahkan
harmonium hampir tidak pernah dipakai dalam musik Melayu.
3.2.1 Akordion dalam Ensambel Musik Melayu
Akordion saat ini selalu dipakai dalam sajian ensambel musik Melayu terutama
musik populer Melayu, meskipun terkadang kehadiran suara akordion diambil dari
program keyboard (bukan akordion asli). Suara akordion ini sering kali
mempresentasikan musik Melayu, sehingga ensambel musik Melayu tanpa akordion
Universitas Sumatera Utara
akan terlihat asing dan bukan merupakan ciri musik Melayu karena akordion sangat
erat dengan nuansa musik Melayu.
Dalam ensambel musik Melayu, akordion bertugas sebagai pembawa melodi.
Oleh karena itu, akord pada akordion tidak harus selalu dimainkan seperti halnya alat
musik pengiring. Tombol akord pada akordion hanya dimainkan sesekali untuk
mempertegas bunyi akordion saja bukan sebagai fundasi lagu. Melodi suatu lagu
biasanya dimainkan secara heterofoni oleh akordion dan biola, yang ditambah dengan
variasi-variasi kedua instrument tersebut.
3.2.2 Beberapa Pemain Akordion Melayu Sumatera Utara
3.2.2.1 Ahmad Setia
Ahmad Setia lahir di Perbaungan, 12 Desember 1939. Ia merupakan seorang
pemusik Melayu yang dapat memainkan gendang, tari, akordion. Ia sudah berkarya
selama 40 tahun dalam musik Melayu. Kemahirannya dalam memainkan akordion
pada musik Melayu sudah tidak disangsikan lagi. Keahlian utama Ahmad Setia atau
yang sering disebut Ahmad Kidal adalah mengiringi tarian Melayu. Musik pengiring
tari yang paling sulit sekalipun ia mampu memainkannya, seperti Tari Serampang Dua
Belas. Tari ini merupakan tarian yang memiliki 12 bentuk gerakan dan setiap gerak
memiliki bentuk musik yang berbeda pula. Ahmad merupakan satu-satunya pemain
akordion yang mampu memainkan musik iringan tari ini.
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa pemusik Melayu, Ahmad Setia
merupakan pemain akordion yang tertua saat ini. Pengalaman bermain musik yang
Universitas Sumatera Utara
sudah cukup lama, dan keahliannya dalam mengiringi tari Serampang Dua Belas,
membuatnya selalu menjadi pemusik kepercayaan untuk mengiringi tarian tersebut.
Oleh sebab itu, meskipun sudah sangat tua ia tetap dipanggil untuk mengiringi tari
sampai saat ini.
Ahmad Setia juga sering diajak Zulfan Effendi menjadi pemain akordion
dalam grup As-Shabab Senandung Deli yang dipimpinnya, dalam acara yang
mengharuskan mereka untuk mengiringi tarian. Zulfan Effendi melakukan hal tersebut
dikarenakan ia merupakan pemain akordion yang mahir dalam mengiringi lagu dan
tidak terlalu mahir dalam mengiringi tarian, terutama Tari Serampang Dua Belas. Hal
tersebut diakui oleh Ahmad Setia, seperti hasil wawancara berikut:
Zulfan itu kan paling jago main akordion untuk ngiringi lagu. Semua lagu bisa diiringinya, apalagi lagu-lagu Padang Pasir. Semua melodi Arabnya itu bisa dapat dia. Pokoknya pas kalilah sama musik Padang Pasir. Tapi kalo pas ada ngiringi tari kayak Serampang Dua Belas, sayalah sering dipanggilnya main sama grupnya itu. Dia di situ main keyboard lah kan, kadang main biola juga.
3.2.2.2 Nasrulsyah Nasution
Nasrulsyah Lubis merupakan salah satu pemain akordion grup Sri Indera Ratu
(SIR), sejak tahun. Ia merupakan anak dari pencipta lagu Melayu, Muhammad Nasir
Nasution. Nasrul mempelajari alat musik biola pada awalnya dengan notasi Barat.
Kemudian ia mempelajari akordion dari ayahnya yang juga merupakan guru Zulfan
Effendi.
Selain bermain dengan grup SIR, Nasrul juga bekerja di RRI, yaitu Orkes
Studio Medan. Grup ini memiliki kelompok orchestra Melayu dan sering mengisi
Universitas Sumatera Utara
acara di televisi local. Nasrul juga berpendapat bahwa Zulfan merupakan pemain
akordion yang sangat diakui dalam mengiringi lagu, khususnya lagu-lagu Melayu-
Padang Pasir. Kelebihan ini Zulfan dapatkan secara otodidak dengan ayahnya M.
Nasir.
Setiap pemain itu kan punya gaya masing-masing. Enggak bisalah pulak kita bandingkan semua itu kan, tapi kalo bang Zulfan ini memang mahirnya ngiringi lagu-lagu Melayu-Padang Pasir. Dulunya dia ini kan belajar sama ayah, tapi kami pernah juga belajar biola pake partitur balok di TVRI, ada gurunya dulu.
3.2.2.3 Heri Nasution
Heri merupakan pemain akordion handal yang paling muda yang penulis
wawancarai. Ia merupakan pemain akordion dalam grup Sri Indera Ratu (SIR), yaitu
grup yang dibentuk dan dipelihara oleh kesultanan di Istana Maimun. Sampai saat ini
grup ini dipimpin oleh cucu Tengku Perdana, yaitu Teuku Liza Nelita. Heri
merupakan pemain akordion yang menggantikan Nasrul Lubis yang adalah ayahnya
sendiri. Heri mempelajari akordion sejak duduk dibangku kelas 2 SMP, tetapi
sebelumnya ia pernah belajar piano klasik. Ia bergabung dengan grup SIR sejak tahun
2001 sampai saat ini. Heri juga pernah kuliah di jurusan seni musik UNIMED, ia
mengambil spesialisasi piano klasik.
Menurut Heri, akordion bukanlah alat musik Melayu, tetapi akordion sudah
mendarah daging dalam kebudayaan Melayu. Sehingga akordion sudah membudaya
dan sajian musik Melayu akan terdengar aneh tanpa akordion. Bahkan acara tersebut
sering dikatakan “bukan” musik Melayu (kecuali tradisi asli).
Universitas Sumatera Utara
Heri yang merupakan keponakan Zulfan Effendi, mengatakan bahwa setiap
pemain akordion memiliki ciri yang berbeda karena tidak ada patokan yang
menuliskan gaya melodi pada akordion. Sehingga seseorang yang belajar musik klasik
sekalipun, pada akhirnya memainkannya dengan gayanya sendiri. Oleh sebab itu, Heri
dan keluarganya kurang menjelaskan kelebihan Zulfan selain mahir memainkan lagu-
lagu yang berirama padang pasir.
BAB IV
TRANSKRIPSI, ANALISIS, DAN GAYA PERMAINAN
AKORDION UNTUK LAGU-LAGU MELAYU
OLEH ZULFAN EFFENDI LUBIS
4.1 Notasi dan Transkripsi
Untuk melakukan analisis musik, perlu dilakukan visualisasi bunyi kedalam
simbol-simbol bunyi yang disebut notasi. Ini dilakukan untuk mempermudah setiap
orang dalam melakukan analisis musik. Visualisasi bunyi tersebut penulis pindahkan
kedalam bentuk notasi balok dalam garis paranada. Garis paranada terdiri dari 4 spasi
dan 5 garis. Kunci dari garis paranada ini adalah kunci G, karena akordion merupakan
Universitas Sumatera Utara
alat musik melodis yang memainkan nada pada kunci G. Tujuan penggunaan notasi
balok, yaitu untuk mencatat semua karakter-karakter musik secara detail atau yang
disebut pendekatan deskriptif.
Dalam suatu komposisi musik terdapat dua jenis notasi yang ditawarkan oleh
Charles Seeger, yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Dalam penulisan notasi ini,
penulis memilih pendekatan deskriptif untuk mencatat semua bunyi yang didengar
secara detail
Proses visualisasi ini dalam ilmu etnomusikologi dinamakan transkripsi.
Dengan mentranskripsikan bunyi kedalam bentuk notasi, maka setiap orang dapat
melihat dan memainkan kembali apa yang ia dengar. Pada alat musik akordion bukan
hanya terdapat notasi, tetapi juga akord. Oleh sebab itu, penulis bukan hanya
mentranskripsikan notasi, tetapi juga kedua unsur musik pada akordion, notasi dan
akord. Tombol yang memainkan akord penulis transkripsikan kedalam bentuk huruf
yang biasa digunakan dalam musik popular.
4.2 Proses Pentranskripsian
Untuk mendapatkan transkripsi lagu-lagu pada permainan akordion Zulfan
Effendi, ada beberapa langkah yang penulis lakukan, sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan rekaman gaya permainan akordion bapak Zulfan Effendi,
penulis merekam langsung permainannya dengan menggunakan kamera digital
Panasonic Lumix DMC FX-12. Proses rekaman dilakukan dirumah
narasumber.
Universitas Sumatera Utara
2. Rekaman tersebut didengarkan secara berulang-ulang agar mendapatkan hasil
yang maksimal, dan kemudian ditranskripsikan kedalam bentuk notasi.
3. Pendekatan transkripsi yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif, yaitu
menuliskan semua melodi yang didengar secara detail.
4. Melodi akordion ditranskripsikan ke dalam bentuk notasi Barat agar dapat
lebih mudah dimengerti, karena dalam notasi Barat tinggi/rendahnya nada, pola
ritem, dan symbol-simbol, terlihat lebih jelas dalam garis paranada.
4.3 Sampel Lagu
Adapun sampel lagu yang penulis pilih, yaitu lagu Sri Mersing (rentak
senandung), Pulo Kampai (rentak mak inang), Tanjung Katung (rentak joget), dan
Habibi (lagu padang pasir). Keempat lagu ini penulis pilih karena lagu-lagu tersebut
sering dibawakan dalam kegiatan musik Melayu, selain itu dapat mempresentasikan
gaya permainan Zulfan Effendi.
Dengan menggunakan teknik transkripsi seperti di atas, maka keempat lagu
yang disajikan oleh Zulfan Effendi dalam permainan akordionnya, hasilnya dapat
dilihat seperti notasi-notasi di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Sri Mersing
Rentak: Senandung Tempo: senandung (lambat) 60 ketukan dasar per menit Pemain akordion: Zulfan Effendi Direkam di Medan: 16 Februari 2011 Pentranskripsi: Heidy Eveline Simorangkir
Universitas Sumatera Utara
Pulo Kampai
Rentak: Mak Inang Tempo: Mak Inang (sedang) 90 ketukan dasar per menit Pemain akordion: Zulfan Effendi Direkam di Medan: 16 Februari 2011 Pentranskripsi: Heidy Eveline Simorangkir
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HABIBI Rentak: Masri Tempo: Masri Arab (sedang) 100 ketukan dasar per menit Pemain akordion: Zulfan Effendi Direkam di Medan: 16 Februari 2011 Pentranskripsi: Heidy Eveline Simorangkir
Intro Gm D Cm Gm D Cm
Gm F Es D Cm D
Cm D Cm D Gm Cm D Gm Cm D
Gm D Gm Cm D ref 1Gm F Es D Gm F Gm D
Interlude 1 ref 2 Gm F Es D Gm F Es D
Cm D GmFine Gm F Es D D Cm D Cm D Cm D Cm
D Gm D Interlude 2
Kembali ke ref 2
Universitas Sumatera Utara
Tanjung Katung
Rentak: Lagu Dua Tempo: Lagu Dua (cepat) Pemain akordion: Zulfan Effendi Direkam di Medan: 16 Februari 2011 Pentranskripsi: Heidy Eveline Simorangkir dan Bonggud T.S.
Intro G D C G D C
G C G C G lagu G D G
C D G D F
G C D G
4.4 Analisis Gaya Struktur Melodi Akordion Lagu-lagu Melayu oleh Zulfan
Effendi Berdasarkan Delapan Parameter Weighted Scale
Berdasarkan teori weighted scale yang diaplikasikan untuk menganalisis
musik, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
4.4.1 Tangga Nada
Setelah mentranskripsikan keempat sampel lagu kedalam bentuk notasi, maka
langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah menganalisis struktur musiknya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan tangganada, penulis melakukan pendekatan weighted scale, seperti
yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1964: 7). Dari hasil transkripsi, maka ditemukan
tangga nada pada keempat lagu tersebut.
1. Tangga nada lagu Sri Mersing
Nada : A-B-C-D-E-F-Gis-A
Dilihat dari jarak nada melodi diatas, maka tangga nada lagu Sri Mersing
adalah tangga nada diatonis minor harmonis, yaitu yang berjarak 1-1/2-1-1-
1/2-1 ½-1/2.
2. Tangga nada lagu Mak Inang Pulo Kampai
Nada : A-B-C-D-E-F-G-A
Berdasarkan jaraknya, maka tangga nada lagu Pulo Kampai memiliki tangga
nada diatonis minor asli yang berjarak 1-1/2-1-1-1/2-1-1 1
Universitas Sumatera Utara
3. Tangga nada lagu Habibi
Nada : G-A-Bes-C-D-Es-Fis-G
Dari gambar melodi di atas, maka tangga nada lagu Habibi adalah diatonis
minor harmonis, yaitu 1-1-1/2-1-1-1 ½-1/2
4. Tanjung Katung
Nada : G-A-B-C-D-E-Fis-G
Tangga nada lagu Tanjung Katung dalam komposisi ini adalah diatonis mayor,
yaitu 1-1-1/2-1-1-1-1/2.
4.4.2 Nada Dasar
Dalam menentukan nada dasar pada keempat lagu ini, penulis menggunakan
tujuh kriteria-kriteria generalisasi yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya
Theory and Method in Etnomusicology (1963: 147), yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang paling sering
muncul dan nada mana yang paling jarang dipakai dalam suatu komposisi
musik
2. Kadang-kadang nada yang memiliki nilai ritmisnya besar dianggap nada dasar,
meskipun jarang dipakai
3. Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah
komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut.
4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi
tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting.
5. Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai
patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya,
sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh
dianggap lebih penting.
6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai
patokan tonalitas.
7. Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem
tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk
mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah
pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut (terjemahan
Marc Perlman 1963:147).
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat ketujuh kriteria diatas, maka dapat diuraikan nada dasar pada
keempat sampel lagu diatas:
Lagu Sri Mersing
1 Nada yang paling sering dipakai adalah nada: E
2 Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat: A
3 Nada awal yang paling sering dipakai: E, dan nada akhir yang paling sering
dipakai: A
4 Nada yang memiliki posisi paling rendah: B
5 Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf: C
6 Nada yang mendapat tekanan ritmis: A
7 Berdasarkan dari pengalaman musikal penulis, maka kemungkinan besar
nada dasar lagu Sri Mersing adalah nada: A
Tabel 4.1 Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Sri Mersing
No Kriteria
Nada
1 2 3 4 5 6 7 8
K1 K2 K31 K32 K4 K5 K6 K7
E A E A B C A A
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
K1. Nada yang paling sering dipakai
K2. Nada yang memiliki nilai ritmis terbesat
K31. Nada awal yang paling sering dipakai
K32. Nada akhir yang paling sering dipakai
K4. Nada yang memiliki posisi paling rendah
K5. Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf
K6. Nada yang mendapat tekanan ritmis
K7. Nada dasar berdasarkan pengalaman dan kecenderungan
Nada dasar dari lagu Sri Mersing adalah: C=do, dengan relatif minor A
Nada Dasar Lagu Pulo Kampai : C=do, dengan relatif minor A
Nada Dasar Lagu Habibi: Bes=do, dengan relatf minor G
Nada Dasar Lagu Tanjung Katung: G=do
4.4.3 Wilayah Nada
Wilayah nada adalah daerah (ambitus) dari nada yang frekuensinya paling
rendah, sampai pada frekuensi nada yang paling tinggi. Dari hasil transkripsi diatas,
maka diperoleh ambitus suara dari keempat lagu.
Wilayah Nada Lagu Sri Mersing
Universitas Sumatera Utara
C - C” 12 Laras 2400 Cent Wilayah Nada Lagu Pulo Kampai
D - C” 11 Laras 2200 cent
Wilayah Nada Lagu Habibi
Bes - D” 13 Laras 2500 Cent
Wilayah Nada Lagu Tanjung Katung
D - Eis” 14 Laras 2600 Cent
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Jumlah Nada
Untuk menentukan jumlah nada-nada keempat sampel lagu, terdapat dua cara
yang perlu dilakukan. Pertama adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada
tanpa melihat durasinya secara kumulatif. Kedua, melihat kemunculannya dan
menghitung durasi kumulatif. Dalam analisis ini, penulis menggunakan cara yang
pertama, yaitu menghitung kemunculan nada tanpa melihat durasinya.
1. Lagu Sri Mersing
Tabel 4.2 Jumlah Nada Lagu Sri Mersing
Nada Jumlah
C
Cis
D
Dis
E
F
Gis
A
Ais
B
C’
Cis’
D’
Dis’
E’
F’
4
1
12
8
33
10
15
43
1
41
33
6
34
8
44
20
Universitas Sumatera Utara
G’
Gis’
A’
B’
C”
1
14
17
13
3
Jumlah keseluruhan : 361
2. Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Tabel 4.3
Jumlah Nada Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Nada Jumlah
Cis
D
Dis
E
F
G
Gis
A
B
C’
D’
E’
1
10
12
37
17
2
44
83
73
44
15
23
Universitas Sumatera Utara
F’
G’
A’
B’
C”
8
0
3
2
1
Jumlah Keseluruhan : 375
3. Lagu Habibi
Tabel 4.4
Jumlah Nada Lagu Habibi
Nada Jumlah
B
C
Cis
D
Dis
Es
E
F
Fis
G
A
Bes
18
11
13
46
0
21
1
9
31
42
32
12
Universitas Sumatera Utara
B
C’
Cis’
D’
E’
Fis’
G’
A’
B’
C”
Cis”
D”
16
10
3
11
3
3
9
7
5
1
2
1
Jumlah Keseluruhan : 287
4. Tanjung Katung
Tabel 4.5 Jumlah Nada Lagu Tanjung Katung
Nada Jumlah
D
E
F
G
1
0
2
10
Universitas Sumatera Utara
A
B
C’
D’
E’
Eis’
F’
G’
A’
B’
C”
Cis”
10
11
11
15
16
3
16
23
9
6
2
2
Jumlah Keseluruhan : 157
4.4.5 Interval
Interval yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah jarak antara nada yang satu
dengan nada yang lainnya dalam satu komposisi musik. Sistem pengukuran pada
interval disebut “laras” dengan alat ukur “cent”. Interval pada keempat lagu ini
terdapat dua jenis, yaitu melangkah (conjunct) dan melompat (disjunt) Analisis
interval penulis lakukan dengan menghitung setiap interval baik yang naik, maupun
turun. Dengan melihat ketentuan-ketentuan interval di atas, maka interval pada
keempat sampel lagu diatas adalah, sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
1. Interval Lagu Sri Mersing
Tabel 4.6 Jumlah Interval Lagu Sri Mersing
Interval Jumlah
1P 15
IAug 1
2M 110
2m 100
2Aug 10
3M 10
3m 29
3dim 1
4P 15
5dim 3
5P 5
6m 6
7m 2
8P 2
Universitas Sumatera Utara
2. Interval Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Tabel 4.7 Jumlah Interval Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Interval Jumlah
1P 40
2M 77
2m 136
2Aug 11
3M 26
3m
3dim
55
1
4P 11
4Aug
4dim
4
1
5P 4
8P 1
3. Interval Lagu Habibi
Tabel 4.8 Jumlah Interval Lagu Habibi
Interval Jumlah
1P 26
Universitas Sumatera Utara
2M 45
2m 87
2Aug 16
3M 15
3m 4
3dim 1
4P 11
4Aug 1
4dim 1
5P 1
6M 2
4. Interval Lagu Tanjung Katung
Tabel 4.9 Jumlah Interval Lagu Tanjung Katung
Interval Jumlah
1P 8
2M 36
2m 23
3M 14
3m 18
Universitas Sumatera Utara
4P 5
5P 2
5Aug 3
6m 1
4.4.6 Pola Kadensa
Pola kadensa dapat dikonsepkan sebagai rangkaian nada akhir pada setiap
akhir frase dalam suatu komposisi musik. Pola-pola kadensa pada empat lagu di atas,
adalah sebagai berikut.
Contoh Pola Kadensa Lagu Sri Mersing
Contoh Pola Kadensa Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Universitas Sumatera Utara
Contoh Pola Kadensa Lagu Habibi
Contoh Pola Kadensa Lagu Tanjung Katung
4.4.7 Formula Melodi
William P. Malm(1977 : 8) dalam bukunya Music Culture of the Pacific Music
the Near and East Asia, menyatakan bahwa bentuk (motif) dapat dibagi ke dalam
beberapa jenis, yaitu:
1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang.
2. Literatif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil
dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian.
3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa
pertama setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi.
Universitas Sumatera Utara
4. Progresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan
materi melodi yang selalu baru.
5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama,
tetapi dengan teks nyanyian yang selalu berubah.
Formula Melodi Lagu Sri Mersing
Berdasarkan pernyataan diatas, maka lagu Sri Mersing memiliki bentuk iteratif
Bentuk Variasi
A A1,A2
B B1, B2, B3
C C1, C2
D D1, D2
Formula Melodi Lagu Mak Inang Pulo Kampai Iteratif Bentuk Variasi
A A1, A2,
B B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7
C C1, CE, C3, C4, C5, C6, C7
D D1, D2, D3, D4, D5, D6
E E1
Universitas Sumatera Utara
Formula Melodi Lagu Habibi Iteratif Bentuk Variasi
A A’
A1, A2 A’1, A’2
B B1, B2, B3 C C’
C1, C2 C’1, C’2, C’3
D D1, D2 E E1, E2
Formula Melodi Lagu Tanjung Katung Iteratif Bentuk Variasi
A A1. A2
B B1, B2, B3, B4, B5, B6
C C1, C2, C3, C4, C5, C6
D D1, D2, D3, D4, D5, D6
E E1, E2, E3, E4, E5, E6
4.4.8 Kontur
Menurut Malm (1977:8) kontur adalah garis suatu lintasan melodi dalam
sebuah lagu, yang dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu:
1. Ascending (menaik), yaitu garis melodi yang bergerak naik dari nada yang
rendah ke nada yang tinggi.
2. Descending (menurun) adalah garis melodi yang bergerah turun dari nada yang
tinggi ke nada yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pendulous adalah garis melodi yang bergerak dengan membentuk lengkungan
(melengkung setengahlngkaran).
4. Terraced (berjenjang) adalah garis melodi yang membentuk gerakan
berjenjang seperti anak tangga.
5. Statis (level) adalah melodi yang gerakan-gerakan intervalnya terbatas atau
garis melodi yang bergerak datar atau statis.
Dari kelima jenis kontur diatas, maka kontur pada empat sampel lagu adalah:
- Kontur Lagu Sri Mersing, yaitu ascending, discending, dan terraced
- Kontur Lagu Mak Inang Pulo Kampai, yaitu statis dan pendulous
- Kontur Lagu Habibi, yaitu ascending dan terraced
- Kontur Lagu Tanjung Katung, yaitu pendulous
4.5 Gaya Permainan Akordion Zulfan Effendi Lubis dalam Ornamentasi Musik
Melayu
4.5.1 Pentingnya Estetika dalam Musik Melayu
Pada dasarnya pemain musik atau penyanyi Melayu sadar bahwa dalam
menyanyikan lagu-lagu Melayu, selain aspek pemahaman dan hafalan terhadap melodi
dasar, mereka juga harus memebrikan nilai estetika di dalam menyanyikan lagu=lagu
Melayu. Aspek estetika ini sangat kuat didasari oleh filsafat musik yang dipegang dan
diajarkan oleh para seniman musik Melayu dari satu generasi ke generasi lain.
Universitas Sumatera Utara
Di antara filsafat keindahan atau estetika musik Melayu itu adalah: (a) bahwa
musik adalah anugerah Ilahi, yang tujuannya adalah untuk kemaslahatan umat
manusia, bukan untuk merusak manusia. (b) bahwa musik adalah mimesis dari suara-
suara alam yang kemudian diwujudkan dalam dimnsi ruang dan waktu, (c) bahwa
dalam bermusik tidak hanya sebatas menyanyi secara akurat tetapi harus menyertakan
dimensi ruh yang menyanyikannya dan yang mendengarkannya. Dalam hal ini
penjiwaan musikal sangat ditekankan dalam musik Melayu. Para pemusik Melayu
menyatakan hal ini dengan menyanyi atau main alat musik harus kena ruhnya. Atau
bagi seorang penyanyi atau pemusik yang belum dapat menyentuh ruh ini disebut
sebagai penyanyi dan pemusik “biasa.” (d) Dalam tujuan yangj paling luas, bagi
seniman musik atau penyanyi Melayu, tujuan dirinya adalah ibadah kepada Allah,
bukan hanya sekedar hiburan yang bersifat duniawi semata-mata. Oleh karena itu,
seorang penyanyi atau pemusik Melayu, merasa bahwa dirinya akan mendapat pahala
dari Allah, karena berjuang di bidang seni sebagai sarana dakwah dan mengenalkan
keagungan Allah di dunia ini. Jadi aspek rohani di samping materi pertujukan musik
begitu menyatu dalam konteks pertunjukan musik Melayu (wawancara dengan Zulfan
Effendi Januari 2011)
Demikian pula yang terjadi pada Zulfan Effendi. Ia mewarisi filsafat keindahan
musik Melayu itu dari para pendahulunya, kemudian ia ajarkan kepada para murid-
muridnya, terutama para pemain akordion Melayu. Bagi Zulfan Effendi, meneruskan
kemampuan dan bakat musiknya kepada generasi muda adalah kewajiban yang harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukannya. Ia merasa berdosa jika tidak meneruskan ini kepada generasi
berikutnya.
Di antara sistem estetika musik Melayu di kawasan Sumatera Utara, menurut
penjelasan para informan, yang cukup menonjol adalah tiga jeniskeindahan dalam
memberukan im[rovisasi dan memberikan ruh kepada melodi musik Melayu. Ketiga
unsur keindahan melodi itu adalah: cengkok, gerenek (grenek), dan patah lagu. Berikut
ini adalah contoh-contoh cengkok, gerenek, dan patah lagu yang dimainkan dalam
akordion untuk lagu-lagu Melayu oleh Zulfan Effendi.
4.5.2 Cengkok
Cengkok merupakan bentuk melodi yang diayun dalam suatu komposisi musik.
Jarak nada cengkok adalah melompat (disjunct). Loncatan nada dengan teknik melodi
yang diayun ini, umumnya menggunakan nada-nada di sekitar dua nada yang diayun
itu. Bisa konturnya menain atau turun dahulu baru naik, atau naik dahulu baru turun.
Ayunan nada boleh dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. Ide cengkok inilah
yang memberikan salah satu cirri khas pada musik Melayu.
Gaya Cengkok pada Lagu Sri Mersing
Gaya Cengkok pada Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Universitas Sumatera Utara
Gaya Cengkok Lagu Habibi
Gaya Cengkok Lagu Tanjung Katung
4.5.3 Grenek
Grenek merupakan variasi-variasi melodi dengan ukuran ritmis yang relative
rapat. Pergerakan nada pada grenek adalah melangkah (conjunct).
Gaya Grenek pada Lagu Sri Mersing
Gaya Grenek pada Lagu Mak Inang Pulo Kampai
Gaya Grenek pada Lagu Habibi
Universitas Sumatera Utara
Gaya Grenek Lagu Tanjung Katung
Pada umumnya, tidak semua frase pada komposisi gaya permainan akordion Zulfan
memiliki gaya grenek saja, melainkan campuran cengkok di beberapa bagian.
Keduanya terkadang dicampur dalam satu improvisasi musik.
4.5.4 Patah Lagu
Bagi seniman musik Melayu, apakah sebagai penyayi atau pemusik (baik
pembawa melodi atau rentak dan fungtuasi ritmik), maka hal yang juga penting untuk
dipelajari dan dipraktikkan adalah ide patah lagu. Hiasan melodi ini adalah berupa ide
menyentak-nyentakkan nada-nada tertentu, untuk tujuan menegaskan artikulasi nada,
dan indah menurut persepsi orang-orang Melayu. Tidak semua hiasan melodi hanya
berupa cengkok dan grenek, tetapi dalam tempat-tempat tertentu perlu dilakukan
hiasan patah lagu. Contoh patah lagu yang disajikan Zulfan Effendi adalah seperti
pada melodi di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
4.5.5 Trill, Appoggiatura, dan Arpeggio
Selain gaya cengkok dan grenek, Zulfan juga selalu memainkan teknik trill dan
appoggiatura pada permainan akordionnya. Trill adalah teknik memainkan satu
melodi utama dengan satu melodi variasi kecil di depannya secara berulang-ulang dan
Universitas Sumatera Utara
dengan waktu yang sangat cepat. Sedangkan appoggiatura merupakan teknik
memainkan melodi kecil di belakang melodi utamanya. Kedua melodi kecil tersebut
tidak termasuk dalam hitungan ketukan. Arpeggio merupakan gabungan nada yang
bertahap dan dibunyikan secara berurutan dan merupakan bentuk sebuah akord
tertentu. Teknik ornamentasi ini sering ditemukan pada musik klasik Barat, khususnya
alat musik melodis.
Contoh teknik trill melodi akordion yang dimainkan oleh Zulfan Effendi
adalah seperti berikut ini.
Contoh teknik appoggiatura yang dimainkan oleh Zulfan Effendi dalam
akordion untuk lagu-lagu Melayu adalah sebagai berikut.
1. Appoggiatura Satu Hiasan Melodi
Universitas Sumatera Utara
2. Appoggiatura Dua dan Tiga Hiasan Melodi
Contoh teknik arpeggio melodi akordion yang dimainkan oleh Zulfan Effendi
adalah seperti berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
4.5.6 Memasukkan Melodi Musik Etnik Nusantara dan Arab
4.5.6.1 Gaya Melodi Musik Karo
Contoh melodi musik etnik Karo yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui
alat musik akordion.
4.5.6.2 Gaya Melodi Musik Mandailing
Contoh melodi musik etnik Mandailing yang dimainkan oleh Zulfan Effendi
melalui alat musik akordion.
4.5.6.3 Gaya Melodi Musik Jawa
Contoh melodi musik etnik Jawa yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui
alat musik akordion.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan Zulfan yang lain adalah kecepatannya mengganti nada dasar
ketika terjadi ketidak cocokan nada dasar dengan penyanyi, misanya terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Kemampuan ini tentu saja hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki
rasa kepemusikan yang tinggi, biasanya dimiliki oleh pemusik yang memang memiliki
pengetahuan musik. Meskipun Zulfan tidak memiliki pengetahuan musik secara
formal, tetai ia memiliki kelebihan cepat mengganti nada dasar.
4.5.6.4 Gaya Melodi Musik Arab
Contoh melodi musik Arab yang dimainkan oleh Zulfan Effendi melalui alat
musik akordion.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian-uraian yang telah dijabarkan tentang biografi dan gaya
permainan akordion Zulfan Effendi, maka penulis merangkumkan beberapa
kesimpulan untuk menjawab satu pokok permasalahan dalam rangka penelitian ini
yaitu bagaimana gaya permainan akordion untuk lagu-lagu Melayu oleh Zulfan
Effendi. Namun dalam Bab Penutup ini akan disimpulkan juga tentang riwayat
hidupnya yang menjadi latar belakang kenapa ia menghasilkan gaya melodi yang
sedemikian rupa ini.
Zulfan Effendi merupakan salah seorang keturunan Batak Mandailing yang
bermarga Lubis dan juga sekali gus berketurunan Melayu. Ia dilahirkan di daerah
Melayu Deli dan sampai saat ini secara dominan melakukan dan memakai adat istiadat
Melayu. Lingkungan dan keluarganya yang memelihara kebudayaan dan kesenian
Melayu, secara berkelanjutan memperkenalkannya kepada kebudayaan dan kesenian
Melayu.
Zulfan Effendi merupakan seorang pemusik Melayu di Kota Medan yang
dikenal dengan keistimewaannya sebagai pemain akordion untuk mengiringi lagu-lagu
Melayu. Kelebihan ini ditambah lagi dengan kemampuannya mengiringi lagu-lagu
yang bersuasana dan berirama Padang Pasir atau yang sering disebut Melayu-Padang
Pasir. Teknik kecepatan tangan dan melodi improvisasi yang dimiliki Zulfan sangat
khas dan berbeda dengan pemain akordion lain. Ia sangat jarang menggunakan tanda
Universitas Sumatera Utara
istirahat (rest) saat memainkan akordion, sehingga hampir semua ketukan (tasktus)
dipenuhi oleh melodi-melodi.
Gaya permainan akordion Zulfan sangat dipengaruhi oleh unsur musik Padang
Pasir. Hal ini dapat dilihat dari improvisasi melodi lagu-lagu yang dimainkannya, lebih
cenderung mirip melodi-melodi Padang Pasir, seperti nada-nada C-Cis-E-F-G-Gis-B-
C’. Melodi-melodi ini sangat sering dijumpai dalam gaya permainan Zulfan Effendi.
Dalam lingkungan masyarakat Melayu, Zulfan dikenal sebagai pemusik yang
mampu memainkan beberapa alat musik: seperti akordion, biola, keyboard, bahkan
juga merupakan seorang penyanyi Melayu. Kemampuan ini membuatnya tidak hanya
dipakai sebagai pemain akordion, melainkan sering berkolaborasi dengan pemain
akordion yang lain dan bertindak sebagai pemain akordion atau keyboard. Selain itu,
ia juga dipercaya untuk menjadi juri pada festival-festival musik Melayu di Sumatera
Utara.
Sebagai seorang pemain akordion terbaik di kota Medan untuk mengiringi
lagu, Zulfan telah banyak mendapat penghargaan dan berhasil melanglangbuana
sebagai pemain musik di kawasan Melayu, seperti Malaysia: mecakup daerah Malaka,
Pahang, Kedah, Pulau Pinang, Kinabalo, Singapura, bahkan sampai di Caracas,
Venezuella. Selain di kawasan Melayu, ia juga seirng kali diundang sebagai pemusik
di daerah Aceh secara keseluruhan dan medapat penghargaan dari walikota Sabang,
Aceh, yang mengangkatnya sebagai seorang pegawai negeri sipil di kota Sabang,
Aceh.
Universitas Sumatera Utara
Melihat kemampuan seorang Zulfan Effendi dalam kesenian Melayu, sangat
bertolak belakang dengan keberadaannya saat ini. Seorang pemusik yang selayaknya
bisa mendapatkan kecukupan material, justru “sangat berkekurangan.” Hal ini
disebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat maupun pemerintah terhadap
pemusik-pemusik tradisi. Bahkan karya-karya Zulfan lebih dihargai di daerah luar
Indonesia.
Meskipun demikian, Zulfan tetap menuangkan ide-ide kreatifnya pada musik
Melayu (khususnya musik populer Melayu), untuk memajukan dan mengembangkan
kesenian Melayu dikalangan masyarakat. Melalui grupnya As-Syabab Senandung
Deli, ia menuangkan karyanya mengkolaborasikan musik Melayu dengan unsur musik
lain, dan saat ini mereka merekamkan karya terbarunya dalam bentuk kaset.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis medapatkan kenyataan
bahwa kebanyakan dari pemusik Melayu yang memiliki nama besar dan kemampuan
yang handal bukanlah berdarah keturunan Melayu asli. Melainkan mereka yang
bergaris keturunan lain, seperti Jawa, Mandailing, dan Batak. Beberapa contohnya,
yaitu Ahmad Baqi Dali Munte (Mandailing), Zulfan Effendi Lubis, Yusuf Wibisono
(Jawa), Muhammad Nasir Nasution, Syaiful Amri Nasution, dan Rizaldi Siagian.
Mereka banyak menuangkan karya dalam kebudayaan musik Melayu dan tidak hanya
bisa bermain musik, tetapi juga menciptakan musik Melayu.
5.2 Saran
Kebudayaan musik Melayu banyak menghasilkan musisi-musisi yang berbakat
untuk memajukan dan menjaga kesenian Melayu. Dalam tulisan ini, penulis berusaha
Universitas Sumatera Utara
medokumentasikan seorang pemusik Melayu yang dianggap mampu untuk
mengembangkan kesenian Melayu, yaitu Zulfan Effendi.
Harapan penulis terhadap pembaca, khususnya masyarakat Melayu pada
umumnya dan pemerintah untuk memperhatikan keberadaan dan kesejahteraan
pemusik-pemusik yang memang sangat berbakat dan penting dalam pengembangan
musik tradisi. Hendaknya mereka diberi penghargaan yang layak atas kepeduliaannya
serta kreatifitasnya yang tinggi terhadap musik tradisi
Terhadap para pemusik Melayu, penulis berharap agar setiap pemusik Melayu
dapat terus berkreasi dan menuangkan ide-ide baru dalam musik tradisi, sehingga
musik tradisi selalu diminati oleh kalangan masyarakat luas. Dengan demikian
kesenian Melayu akan terus berkembang dan pemusik itu sendiri memiliki nilai yang
lebih tinggi.
Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi informasi yang membantu
setiap orang yang ingin meneliti lebih jauh tentang gaya permainan Zulfan Effendi,
sehingga tulisan ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dan acuan bagi mereka yang
memerlukannya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, 1986. “Pengantar Ilmu Antropologi”, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lumbantoruan, Jagar, 1991. “Analisis Gaya Melodi Talempong”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Malm, William P, “Music Cultures of Pasific Music, The Near East and Asia”. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Midgley, Ruth, 1976. “Musical Instruments of The World”. New York: Facts on File Inc.
Mang, Tom, 1991. “The Music Kit” (Terjemahan Mauly Purba). Nettl, Bruno, 1964. “Theory and Method in Etnomusicology”. New York: The
Free Press. Sanapiah, Faisal, 1990. “Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi”,
Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Sinar, Luckman, 1994. “Jatidiri Melayu”, Medan: Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Seni Budaya Melayu. Sinar, Luckman, 1994. “Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Perwira. Sinar, Luckman, 1996. “Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu”,
Medan: Perwira. Sitanggang, Siti, 2007. “Ahmad Setia Pemusik Melayu Utara: Biografi dan
Gaya Melodis Permainan Akordion”. Slobin, Mark, 1984. “World of Music”, London: Collier Macmillan. Syafri, Syaiful, dkk, 2009. “Mengenal Nusantara Provinsi Sumatera Utara”,
Jatiwaringin, Bekasi: Sari Ilmu Pratama. Takari, M, 2004. “Interelasi Budaya Musik Batak dan Melayu di Sumatera
Utara”. Dalam Pluralitas Musik Etnik, Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak, Universitas HKBP Nomensen.
Takari, M, 2005. “Komunikasi dalam Seni Pertunjukan Melayu”. Dalam Etnomusikologi-Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni, vol 1 no 2. ISSN 1858-4721.Medan: Departemen Etnomusikologi, FS-USU.
Takari, Muhammand dan Heristina Dewi, 2008. “Budaya Musik dan Tari Sumatera Utara”, Medan: USU Press.
Penelusuran Online www.wikipedia.org/Accordion www.google.com/akordion www.wikipedia/wikibook
Universitas Sumatera Utara