ANALISIS GAMBARAN DARAH TERHADAP KELANGSUNGAN … · hasil karya saya dengan arahan dosen...
Transcript of ANALISIS GAMBARAN DARAH TERHADAP KELANGSUNGAN … · hasil karya saya dengan arahan dosen...
333333 ANALISIS GAMBARAN DARAH TERHADAP KELANGSUNGAN
HIDUP RELATIF IKAN MAS YANG DIBERI VAKSIN DNA ANTI-
KHV MELALUI PAKAN DENGAN FREKUENSI BERBEDA
NOVI ARIYANTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Gambaran
Darah terhadap Kelangsungan Hidup Relatif Ikan Mas yang Diberi Vaksin DNA
Anti-KHV melalui Pakan dengan Frekuensi Berbeda” adalah benar merupakan
hasil karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Novi Ariyanti
NIM C14070026
ABSTRAK
NOVI ARIYANTI. Analisis Gambaran Darah terhadap Kelangsungan Hidup
Relatif Ikan Mas yang Diberi Vaksin DNA Anti-KHV melalui Pakan dengan
Frekuensi Berbeda. Dibimbing oleh SRI NURYATI dan DINAMELLA
WAHJUNINGRUM.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran darah terhadap
kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diberi vaksin DNA anti-KHV melalui
pakan komersial dengan frekuensi berbeda. Tahapan penelitian yang digunakan
adalah kultur bakteri pembawa vaksin (Escherichia coli DH5α) pada media cair
LB tripton + ampisilin, vaksinasi dengan dosis 7,6 ng (setara dengan kepadatan
bakteri 108 cfu/mL) pada ikan mas dengan bobot 10,22±1,88 gram, dan uji tantang
dengan injeksi virus KHV sebanyak 0,1 mL/ekor ikan (pengenceran 10-2
) secara
intramuskular. Penelitian menggunakan lima kelompok perlakuan vaksinasi
berbeda, yaitu pemberian pakan bervaksin dengan frekuensi satu kali pemberian
(perlakuan A), dua kali pemberian (perlakuan B), tiga kali pemberian (perlakuan
C), kontrol positif, dan kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sekalipun terjadi peningkatan jumlah total leukosit, eritrosit, limfosit, serta
penurunan jumlah monosit dan trombosit pada perlakuan A, B, dan C, akan tetapi
perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan C yang menghasilkan kelangsungan
hidup relatif sebesar 84,6%.
Kata kunci: ikan mas, koi herpesvirus, pakan komersial, uji tantang, vaksinasi
ABSTRACT
NOVI ARIYANTI. Measurement of Haematological Characteristics to Relative
Percent Survival in Orally DNA-Vaccinated Common Carp with Different
Frequencies. Supervised by SRI NURYATI and DINAMELLA
WAHJUNINGRUM.
The aim of this research was to analyze haematological characteristics to
relative percent survival in anti-KHV DNA-vaccinated common carp by feed
with different frequencies. The stage of study were cultivation of DNA vaccine-
containing bacteria (Escherichia coli DH5α) in liquid LB tripton + amphicylin
medium, oral vaccination at doses 7.6 ng (equal to bacterial density 108 cfu/mL)
in common carp with average body weight 10.22±1.88 gram, and challenge test
by intramuscular-injecting KHV amount 0.1 mL/fish (10-2
dilution). There were
five different treatments: namely one time vaccination (treatment A), two times
vaccination (treatment B), three times vaccination (treatment C), positive control,
and negative control. The results showed that although the number of total
leukocyte count, total erythrocyte count, and lymphocyte was increased and the
number of monocyte and thrombocyte was decreased on treatment A, B, and C,
but the best treatment was showed by treatment C with the highest relative percent
survival of 84,6%.
Key words: carp, challenge test, feed, koi herpesvirus, vaccination
./
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
ANALISIS GAMBARAN DARAH TERHADAP KELANGSUNGAN
HIDUPRELATIF IKAN MAS YANG DIBERI VAKSIN DNA ANTI-
KHV MELALUI PAKAN DENGAN FREKUENSI BERBEDA
NOVI ARIYANTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Analisis Gambaran Darah terhadap Kelangsungan Hidup Relatif
iiIkan Mas yyang Diberi Vaksin DNA aAnti-KHV melalui Pakan
i dengan fFrekuensi Berbeda
Nama : Novi Ariyanti
NIM : C14070026
Disetujui oleh
Dr Sri Nuryati, SPi MSi Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skrip i: Analisis Gambaran Darah terhadap Kelangsungan Hidup Relatif lk n . las yang Diberi Vaksin DNA Anti-KHV melalui Pakan dengan Frekuensi Berbeda
Nama ~o';i Ariyanti NIM C l-to70026
Disetujui oleh
Dr Sri Nuryati. SPi _ lSi Dr Dinam~~jCm, SSi MSi Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
)
L I - dl~Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
berjudul “Analisis Gambaran Darah terhadap Kelangsungan Hidup Relatif Ikan
Mas yang Diberi Vaksin DNA Anti-KHV melalui Pakan dengan Frekuensi
Berbeda” dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember 2011 di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Sri Nuryati dan Ibu Dr
Dinamella Wahjuningrum selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan,
serta Ibu Dr Mia Setiawati selaku dosen penguji tamu. Di samping itu, terima
kasih penulis sampaikan pula kepada Pak Ranta, Kak Rahman, Pak Maryanta,
Mbak Yuli, teman-teman LKI, Vida, Retno, Khodijah, Anitta, serta teman-teman
BDP 44-46. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta
seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bogor, Maret 2014
Novi Ariyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. .... vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. ... vii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. ... viii PENDAHULUAN……………………………………………………………. ...... 1
Latar Belakang………………………………………………………….. ..... 1 Tujuan Penelitian………………………………………………………........ 2
METODE …………………………………………………………………….. ..... 2 Materi Uji………………………………………………………………. …2
Rancangan Penelitian………………………………………………………..2
Prosedur Penelitian……………………………………………………… ..... 3
Kultur Cair Bakteri Pembawa Vaksin……………………………… .... 3 Vaksinasi dan Uji Tantang…………………………………………. ..... 3
Parameter Uji……………………………………………………………...... 4
Analisis Data………………………………………………...………….. ..... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………. ...... 6
Hasil…………………………………………………………………….. ..... 6 Pembahasan……………………………………………………………... ... 13
KESIMPULAN………………………………………………………………. .... 16 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 16
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 18
DAFTAR TABEL
1 Nilai relative percent survival (RPS) ikan mas yang diberi vaksin DNA
anti-KHV……………………………………………………………….… . 6
2 Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan……………................ 12
DAFTAR GAMBAR
1 Pola kematian ikan setelah uji tantang dengan KHV…………………...... 7 2 Jumlah total leukosit ikan uji selama pemeliharaan……………………… 7
3 Persentase limfosit ikan uji selama pemeliharaan………………………... 8
4 Persentase monosit ikan uji selama pemeliharaan………………………..... 9
5 Persentase neutrofil ikan uji selama pemeliharaan………………………….. 9
6 Persentase trombosit ikan uji selama pemeliharaan……………………… 10
7 Jumlah total eritrosit ikan uji selama pemeliharaan…………….………..9 11
8 Kadar hemoglobin ikan uji selama pemeliharaan………………………… 11
9 Kadar hematokrit ikan uji selama pemeliharaan…………………………... 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis statistik jumlah total leukosit ikan uji selama pemeliharaan………… 18
2 Analisis statistik persentase limfosit ikan uji selama pemeliharaan…………... 19
3 Analisis statistik persentase monosit ikan uji selama pemeliharaan…………... 19
4 Analisis statistik persentase neutrofil ikan uji selama pemeliharaan……….... 20
5 Analisis statistik persentase trombosit ikan uji selama pemeliharaan………… 20
6 Analisis statistik jumlah total eritrosit ikan uji selama pemeliharaan…………. 21
7 Analisis statistik kadar hemoglobin ikan uji selama pemeliharaan…………… 21
8 Analisis statistik kadar hematokrit ikan uji selama pemeliharaan………….….. 22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penyakit yang cukup serius pada ikan mas dan koi adalah infeksi
akibat koi herpesvirus (KHV). Penyakit ini pertama kali muncul di Indonesia
pada Maret 2002 di daerah Blitar (Jawa Timur) dan terus menyebar di Pulau Jawa,
Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah. Kematian yang
diakibatkan oleh penyakit ini bisa mencapai 80-95% sehingga menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar (Sunarto et al. 2005). Ikan yang terserang KHV
memiliki ciri-ciri antara lain produksi lendir (mukus) berlebih sebagai respons
fisiologis terhadap kehadiran patogen, insang berwarna pucat atau terdapat bercak
putih akibat kerusakan sel-sel insang, pendarahan (hemoragi) di sekitar pangkal
dan ujung sirip serta bagian tubuh lain, kulit melepuh, serta hati dan ginjal yang
berwarna pucat (Taukhid et al. 2004).
Pengendalian penyakit KHV dapat dilakukan melalui vaksinasi. Beberapa
jenis vaksin yang dikenal saat ini antara lain vaksin yang dimatikan (inactivated
vaccine), vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine), dan vaksin DNA. Di
antara jenis tersebut, vaksin DNA dipercaya menjadi alternatif vaksin masa depan
karena keunggulannya dibandingkan vaksin tradisional lain. Lorenzen & LaPatra
(2005) menyatakan bahwa vaksin DNA memiliki kelebihan yaitu tingkat
keamanan yang tinggi, mampu mengaktifkan respons kekebalan humoral dan
selular, memiliki kemampuan proteksi yang tahan lama, serta proses produksi
yang relatif mudah dan biaya produksi yang relatif murah.
Metode vaksinasi yang dikenal saat ini antara lain melalui pakan, perendaman,
maupun injeksi. Masing-masing metode vaksinasi tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan. Berdasarkan penelitian Nuryati et al. (2010), pemberian vaksin
DNA melalui injeksi mampu menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 96,67%.
Akan tetapi metode injeksi kurang efektif untuk vaksinasi secara massal, karena
dibutuhkan waktu, tenaga kerja, dan keterampilan yang lebih. Pemberian vaksin
DNA melalui pakan dinilai lebih praktis karena dapat diaplikasikan secara massal,
tidak menimbulkan stress pada ikan, serta tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
sedikit (Miyazaki et al. 2008).
Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Fungsi utama darah adalah untuk transportasi oksigen, karbondioksida, sari-sari
makanan, dan hasil metabolisme. Darah mengedarkan substansi tersebut ke
seluruh bagian tubuh untuk menjaga agar tubuh dapat menjalankan fungsinya
dengan baik (Fujaya 2002). Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan
terjadinya perubahan parameter hematologi, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Beberapa parameter yang dapat menunjukkan adanya gangguan
adalah jumlah eritrosit, jumlah leukosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi
hemoglobin (Lagler et al.1977). Susunan darah ikan merupakan faktor
diagnostik penting, sehingga perubahan gambaran darah banyak digunakan untuk
menilai status kesehatan ikan (Amrullah 2004).
2
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap gambaran darah ikan mas
yang diberi vaksin DNA anti-KHV dengan frekuensi berbeda untuk mengevaluasi
respons tanggap kebal ikan mas yang diinfeksi KHV.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran darah terhadap
kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diberi vaksin DNA anti-KHV melalui
pakan dengan frekuensi berbeda.
METODE
Materi Uji
Ikan mas yang digunakan sebanyak 200 ekor dengan bobot rata-rata
10,22±1,88 gram yang telah diuji status kesehatannya dengan menggunakan
metode PCR. Bakteri pembawa vaksin DNA anti-KHV adalah hasil temuan
Nuryati et al. (2010). Virus KHV berasal dari ikan mas yang terserang KHV yang
diperoleh dari Subang. Selain itu juga digunakan reagen-reagen untuk uji
gambaran darah dan uji kualitas air.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dengan frekuensi vaksinasi yang
berbeda. Uji tantang menggunakan virus KHV yang diinjeksikan secara intra
muskular. Adapun rancangan penelitian yang digunakan dapat dilihat pada skema
berikut:
masa vaksinasi 28 hari pengamatan
(7 hari) (30 hari)
A
adaptasi 7 hari J UT
B
adaptasi 7 hari S J UT
C
adaptasi 7 hari S R J UT
K-
adaptasi 7 hari tanpa vaksin PBS
K+
adaptasi 7 hari tanpa vaksin UT
3
Keterangan:
A : vaksinasi satu kali dalam satu minggu dan diuji tantang
B : vaksinasi dua kali dalam satu minggu dan diuji tantang
C : vaksinasi tiga kali dalam satu minggu dan diuji tantang
K- : tanpa vaksinasi dan diinjeksi dengan PBS
K+ : tanpa vaksinasi dan diuji tantang
S : Senin
R : Rabu
J : Jumat
UT : uji tantang
PBS : injeksi dengan PBS
Prosedur Penelitian
Kultur Cair Bakteri Pembawa Vaksin
Kultur bakteri Escherichia coli DH5α pembawa vaksin GP25 (Nuryati et al.
2010) dilakukan dengan menginokulasi koloni tunggal bakteri pada media cair LB
tripton + ampisilin. Bakteri diinkubasi menggunakan thermoshaker dengan
kecepatan 240 rpm pada suhu 37 C selama 16 jam, untuk selanjutnya dilakukan
pemanenan. Sebanyak 40 mL bakteri dituangkan secara parsial ke dalam masing-
masing microtube bervolume 1,5 mL, lalu disentrifugasi dengan kecepatan 12.000
rpm pada suhu 4 C selama 30 detik. Pellet bakteri yang terbentuk dicuci
sebanyak tiga kali dengan 1 mL phosphate buffered saline (PBS). Bakteri
diinaktivasi dengan perlakuan panas pada suhu 80 C selama 5 menit, lalu
disentrifugasi dan diresuspensi kembali dengan PBS sebanyak 1 mL.
Vaksinasi dan Uji Tantang
Dosis vaksin yang digunakan mengacu pada penelitian Yuliyanti (2011)
yaitu 7,6 ng dengan kepadatan bakteri 108 cfu/mL. Bakteri pembawa vaksin
dicampurkan terlebih dahulu dengan kuning telur sebelum dicampurkan ke pakan.
Campuran ditambahkan ke dalam pakan dan didiamkan pada suhu ruang sampai
kering. Pencampuran pakan dengan vaksin DNA dilakukan sesaat sebelum
pemberian pakan perlakuan. Ikan diberi pakan sesuai perlakuan sebanyak 5% dari
biomassa.
Ikan dipelihara dalam 20 akuarium berukuran 45x40x35 cm3
sebanyak 10
ekor/akuarium. Ikan diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu dengan
diberi pakan komersil dua kali sehari. Vaksinasi dilakukan selama satu minggu
sesuai perlakuan dengan pemberian pakan bervaksin. Pemeliharaan ikan setelah
divaksinasi selama 28 hari dengan pemberian pakan komersil, lalu ikan diuji
tantang untuk melihat respons kekebalannya. Uji tantang dilakukan dengan
menginjeksikan virus KHV sebanyak 0,1 mL/ekor dengan dosis pengenceran 10-2
secara intramuskular ke semua ikan uji, kecuali pada kontrol negatif.
4
Parameter Uji
Perhitungan Jumlah Total Leukosit (Svobodova & Vyukusova 1991)
Darah dihisap dengan pipet berskalayang berisi bulir pengaduk warna putih
sampai skala 0,5 lalu ditambahkan larutan Turk’s (berfungsi mematikan sel-sel
darah merah) sampai skala 11. Pipet digoyangkan agar darah tercampur dan
tetesan pertama dibuang. Larutan darah diteteskan pada haemasitometer
kemudian ditutup dengan gelas penutup. Pengamatan menggunakan mikroskop
perbesaran 400 kali. Perhitungan jumlah leukosit total dilakukan pada 5 kotak
besar haemasitometer dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib & Pasaribu
1989):
Σleukosit =rataan Σ sel terhitung x npengencera x besarkotak volume
1
Penghitungan Jenis dan Jumlah Sel Leukosit (Svobodova&Vyukusova 1991)
Preparat ulas darah dibuat untuk mengetahui jenis dan jumlah sel-sel
leukosit. Darah diteteskan pada gelas obyek lalu diratakan dan dikering-udarakan.
Preparat difiksasi dengan methanol selama 5 menit lalu dibilas dengan akuades
dan dikering-udarakan kembali. Preparat diwarnai dengan pewarna Giemsa
selama 15 menit lalu dibilas dengan akuades dan dikering-udarakan.
Preparat yang telah keringdiamati di bawah mikroskop untuk dihitung
persentase sel-sel leukosit (limfosit, monosit, neutrofil, dan trombosit). Sel-sel
leukosit dihitung sampai 100 sel, lalu dikelompokkan dan dipersentasekan sesuai
jenisnya dengan rumus:
% limfosit = 100%x 100
L % monosit = 100%x
100
M
% neutrofil = 100%x 100
N
% trombosit = 100%x
100
T
Keterangan: L : jumlah sel limfosit
M : jumlah sel monosit
N : jumlah sel neutrofil
T : jumlah sel trombosit
Perhitungan Jumlah Total Eritrosit (Svobodova & Vyukusova 1991)
Darah dihisap dengan pipet berskala yang berisi bulir pengaduk warna
merah sampai skala 0,5 lalu ditambahkan larutan Hayem’s (berfungsi mematikan
sel-sel darah putih) sampai skala 101. Pipet digoyangkan agar darah tercampur
dan tetesan pertama dibuang. Larutan darah diteteskan pada haemasitometer
kemudian ditutup dengan gelas penutup. Pengamatan menggunakan mikroskop
perbesaran 400 kali.
5
Penghitungan jumlah eritrosit total dilakukan pada 5 kotak besar haemasitometer
dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib & Pasaribu 1989):
Σeritrosit =rataan Σ sel terhitung x npengencera x besarkotak volume
1
Pengukuran Kadar Hematokrit (Chinabut et al. 1991)
Kadar hematokrit diukur dengan cara mencelupkan salah satu sisi tabung
mikrohematokrit ke dalam ependorf yang berisi darah. Setelah darah merambat
sampai sekitar 3/4 bagian tabung, kemudian ujung tabung ditutup dengan crytoseal
sedalam ± 1 mm. Tabung mikrohematokrit disentrifuse dengan kecepatan 5000
rpm selama 5 menit dengan posisi tabung yang terdapat crytoseal menghadap ke
luar. Kadar hematokrit diukur berdasarkan perbandingan panjang volume darah
yang mengendap terhadap panjang volume total darah.
Kadar hematokrit = 100%x b
a
Keterangan : a= volume darah yang mengendap
b= volume total darah
Pengukuran Kadar Hemoglobin (Wedemeyer dan Yasutake 1977)
Kadar hemoglobin diukur dengan metode Sahli. Darah diambil dengan
pipet Sahli sampai skala 0.02 ml kemudian dipindahkan ke dalam tabung
haemometer yang telah diisi HCl 0.1 N sampai skala 10. Campuran diaduk
selama ± 3 menit lalu ditambahkan akuades dengan pipet tetes sedikit demi sedikit
sambil diaduk dengan gelas pengaduk sampai warna larutan sama seperti warna
larutan standar haemometer. Kadar hemoglobin diukur dengan melihat
permukaan larutan darah pada skala Sahli yang berwarna kuning (gr %).
Kelangsungan Hidup Relatif (Relative Percent Survival/RPS)
Penghitungan nilai RPS dilakukan pada akhir penelitian untuk mengetahui
efektivitas dari vaksin yang digunakan. RPS dihitung menggunakan rumus:
RPS (%) = [1 ( )] x 100%
Keterangan:
RPS : relative percent survival (%)
Mn : mortalitas pada perlakuan N (%)
Mk : mortalitas pada perlakuan kontrol (%)
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang paling berpengaruh terhadap infeksi KHV
adalah suhu, sehingga pengamatannya dilakukan setiap hari. Selain itu juga
diukur nilai pH menggunakan pH-meter, dissolved oxygen (DO) menggunakan
DO-meter, dan NH3 menggunakan spektrofotometer.
6
Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh meliputi RPS, jumlah total
leukosit, diferensial leukosit, jumlah total eritrosit, kadar hemoglobin, dan kadar
hematokrit diolah menggunakan Ms. Excel dan SPSS versi 16.0 serta diuji lanjut
dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Relative Percent Survival (RPS)
Pengamatan terhadap RPS dilakukan untuk mengetahui efektifitas vaksin
dalam melindungi ikan setelah diuji tantang. Data pada Tabel 1 menunjukkan
nilai yang bervariasi pada masing-masing perlakuan. Nilai RPS tertinggi terdapat
pada perlakuan C yaitu 84,60±13,32% dan terendah pada perlakuan A yaitu
23,33±13,32%. Hasil analisis statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan
95% menunjukkan bahwa nilai RPS pada perlakuan A berbeda nyata dengan
perlakuan C (p<0,05).
Tabel 1 Nilai relative percent survival (RPS) ikan mas yang diberi vaksin DNA
anti-KHV
No Perlakuan Mortalitas (%) RPS (%)
1 A 33,33±5,77 23,07±13,32a
2 B 20,00±10,00 53,84±23,07ab
3 C 6,67±5,77 84,60±13,32b
4 K+ 43,33±5,77 - A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
Huruf superskrip di belakang standar deviasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (p<0,05)
Pola kelangsungan hidup ikan mas setelah uji tantang ditunjukkan oleh
Gambar 1. Kematian diawali pada perlakuan A pada hari ke-5 setelah uji tantang
KHV, dan diikuti oleh perlakuan B, C, dan kontrol negatif pada hari ke-18 setelah
uji tantang KHV. Pada kontrol negatif tidak terjadi kematian hingga akhir
penelitian.
7
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
Gambar 1 Pola kematian ikan setelah uji tantang dengan KHV
Total Leukosit
Total leukosit ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 1,19-6,99x105
sel/mm3. Hasil perhitungan total leukosit memperlihatkan bahwa total leukosit
ikan uji mulai mengalami peningkatan setelah vaksinasi. Setelah uji tantang,
jumlah leukosit mengalami peningkatan drastis dengan jumlah leukosit tertinggi
pada perlakuan C yaitu 6,99x105 sel/mm
3 pada minggu pertama setelah uji tantang.
Peningkatan terjadi pada semua perlakuan, dan berbeda nyata dengan kontrol
negatif (p<0,05). Selanjutnya mulai terjadi penurunan jumlah leukosit pada
semua perlakuan namun tidak berbeda nyata (p>0,05). Penurunan terus terjadi
hingga akhir masa pemeliharaan. Kontrol negatif memiliki jumlah leukosit yang
cukup stabil dari masa vaksinasi, uji tantang, hingga akhir penelitian.
Berdasarkan analisis statistik, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total
leukosit pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata dengan kontrol negatif
(Lampiran 1).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 2 Jumlah total leukosit ikan selama pemeliharaan
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Ke
lan
gsu
nga
n h
idu
p (
%)
Hari ke-
A
B
C
K+
K-
b
a
a
a a a
aa
b a
a
a a
babb a
a
a a
a
bc b b a a c
ab a
a a
ab
0
200
400
600
800
1 2 3 4 5 6 7
Tota
l le
uko
sit
(x 1
03
sel/
mm
3 )
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
8
Diferensial Leukosit
Persentase Limfosit
Persentase limfosit ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 41-74%.
Hasil perhitungan terhadap persentase limfosit darah ikan uji menunjukkan bahwa
secara umum terjadi peningkatan pada semua perlakuan, baik setelah vaksinasi
maupun uji tantang (Gambar 3). Pada minggu kedua pasca vaksinasi, peningkatan
pada perlakuan B dan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
(p<0,05). Peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu 74% pada
minggu kedua setelah uji tantang, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B
dan C (p>0,05). Hasil yang diperoleh bervariasi hingga minggu keenam. Di akhir
penelitian, persentase limfosit pada perlakuan A dan C berbeda nyata dengan
kontrol negatif (p<0,05). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa persentase
limfosit perlakuan A dan B berbeda nyata dengan kontrol negatif, tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan C dan kontrol positif (Lampiran 2).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 3 Persentase limfosit ikan selama pemeliharaan
Persentase Monosit
Persentase monosit ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 13-36%.
Hasil perhitungan menunjukkan terjadinya peningkatan pada semua perlakuan
sesaat setelah vaksinasi, lalu menurun hingga masa uji tantang (Gambar 4).
Jumlah monosit perlakuan A dan C tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif
hingga minggu kedua setelah vaksinasi (p>0,05). Penurunan jumlah monosit
terus terjadi hingga akhir masa pemeliharaan pada semua perlakuan dan berbeda
nyata dengan kontrol negatif (p<0,05). Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa persentase monosit perlakuan A dan B berbeda nyata dengan kontrol
negatif, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan kontrol positif
(Lampiran 3).
a a
b bb b b
a
b a b bab ab
a a
aab b
ab b
a aa a a a a
ab a ab a a
ab
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7
Lim
fosi
t (%
)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
9
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 4 Persentase monosit ikan selama pemeliharaan
Persentase Neutrofil
Pengamatan terhadap persentase neutrofil darah ikan uji menunjukkan
adanya peningkatan hingga minggu kedua setelah vaksinasi (Gambar 5). Namun
peningkatan hanya terjadi dalam waktu singkat, dan selanjutnya terjadi penurunan
hingga uji tantangdan akhir masa pemeliharaan. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada persentase
neutrofil pada semua perlakuan (Lampiran 4).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 5 Persentase neutrofil ikan selama pemeliharaan
abab
a a
aa
aa
aa
aa
aa
abb
aba b
a a
bb
b b
aba
b
b
a
abab ab
ba
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7
Mo
no
sit
(%)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
a
a
aa
a a a
a
a aa a a a
aa
a
a
a
a a
a
aa
a
aa
aa
a
a aa
aa
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7
Ne
utr
ofi
l (%
)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
UT
10
Persentase Trombosit
Hasil perhitungan terhadap persentase trombosit darah ikan uji
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan setelah vaksinasi hingga
menjelang uji tantang (Gambar 6). Penurunan trombosit pada perlakuan A, B, dan
C tidak berbeda nyata satu sama lain hingga minggu kedua pasca vaksinasi. Pada
minggu ketiga, jumlah trombosit pada perlakuan C berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya (p<0,05). Setelah uji tantang, persentase trombosit mengalami
peningkatan. Namun secara umum tidak terdapat perbedaan yang nyata antar
semua perlakuan hingga akhir masa pemeliharaan. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa persentase trombosit perlakuan A dan B berbeda nyata
dengan kontrol positif (p<0,05) (Lampiran 5).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 6 Persentase trombosit ikan selama pemeliharaan
Total Eritrosit
Jumlah eritrosit ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 0,43-3,14x106
sel/mm3. Hasil perhitungan terhadap total eritrosit darah ikan mas menunjukkan
nilai yang berfluktuasi pada masing-masing perlakuan (Gambar 7). Jumlah total
eritrosit mengalami peningkatan setelah vaksinasi dan mengalami penurunan
setelah uji tantang. Penurunan drastis terjadi pada semua perlakuan namun tidak
berbeda nyata hingga minggu kedua pasca uji tantang. Pada minggu keenam
jumlah eritrosit kembali mengalami peningkatan hingga akhir masa pemeliharaan.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa total eritrosit pada perlakuan A dan B
berbeda nyata dengan kontrol negatif (Lampiran 6).
abb
a
aa
a
a
b
ab
a aab
aa
bab
b
a a
a
a
ab
aa
a
b
a
a
a
a
a
a
aa a
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7
Tro
mb
osi
t (%
)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
11
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 7 Jumlah total eritrosit ikan selama pemeliharaan
Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 2,2-10,8.
Hasil perhitungan terhadap kadar hemoglobin darah ikan mas menunjukkan
adanya peningkatan hingga minggu kedua setelah vaksinasi, namun menurun
menjelang uji tantang (Gambar 8). Sesaat setelah uji tantang terjadi peningkatan,
namun kembali menurun hingga akhir masa pemeliharaan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kadar hemoglobin
untuk semua perlakuan baik selama masa vaksinasi maupun uji tantang (Lampiran
7).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 8 Kadar hemoglobin ikan selama pemeliharaan
ba
bc
a
b aa
a
c
bc
a
aba
ab
b
ab
a ab
a
b
ab b
c
aa
a
b
ab
d
a a ab
a b
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7
Tota
l e
ritr
osi
t (x
10
6se
l/m
m3)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
aa
a
a
aa
a
a
a
aa
a a
a
a
a
aa a a
a
a
aa
a
a a
a
a a
a
aa
aa
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7
Kad
ar h
em
ogl
ob
in
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
UT
12
Kadar Hematokrit
Kadar hematokrit ikan uji pada penelitian ini berkisar antara 11-43%.
Hasil perhitungan terhadap kadar hematokrit darah ikan uji menunjukkan nilai
yang cenderung stabil setelah vaksinasi (Gambar 9). Sesaat setelah uji tantang,
kadarhematokrit pada perlakuan A, B, dan C mengalami peningkatan lalu mulai
menurun hingga akhir masa pemeliharaan. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kadar hematokrit untuk semua
perlakuan baik selama masa vaksinasi maupun uji tantang (Lampiran 8).
A : pemberian pakan bervaksin satu kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
B : pemberian pakan bervaksin dua kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
C : pemberian pakan bervaksin tiga kali pemberian dan diinfeksi KHV 0,1 mL
K- : pemberian pakan komersial dan diinjeksi PBS 0,1 mL
K+ : pemberian pakan komersial dan diinfeksi KHV 0,1 mL
UT : uji tantang KHV
Huruf yang berbeda di atas bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)
Gambar 9 Kadar hematokrit ikan selama pemeliharaan
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang paling berpengaruh terhadap serangan KHV
adalah suhu, sehingga pengamatan suhu dilakukan setiap hari. Sementara
parameter lain diukur pada awal dan akhir penelitian.Data kisaran parameter
kualitas air selama penelitian disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan
Parameter kualitas air Kisaran Penelitian Kisaran Toleransi
Suhu ( C) 17-23,5 20-28 (Vonti 2008)
pH 7,9-8,3 6-9 (Vonti2008)
DO (mg/L) 6,6-7,2 > 4 (Vonti 2008)
NH3 (mg/L) 0,04-0,06 < 0,2 (Vonti 2008)
aa
a
a
aa
a
a
a a
a
a a
a
aa
aa a a
aaa
a
a
a
a
aa
a
aa
a
a
a
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7
Kad
ar h
em
ato
krit
(%
)
Minggu ke-
A
B
C
K-
K+
UT
13
Pembahasan
Vaksin merupakan antigen buatan yang berasal dari jasad patogen yang
tidak bersifat patogen lagi (karena sudah dilemahkan atau dimatikan), yang dapat
merangsang sistem imun dengan cara meningkatkan kekebalan ikan dari infeksi
patogen selanjutnya (Ellis dalam Fitria 2009). Vaksin yang digunakan harus
memenuhi beberapa syarat antara lain harus aman, dapat memberikan proteksi,
mudah diaplikasikan, dan dapat digunakan untuk spesies lain (Grisez dan Tan
2005). Vaksinasi pada ikan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
suntikan (injection), perendaman (immersion), dan pakan (oral). Pada penelitian
ini, vaksinasi diberikan melalui pakan komersial dengan dosis mengacu pada
penelitian Yuliyanti (2011) yaitu 7,6 ng dengan kepadatan bakteri 108 cfu/mL.
Kelebihan metode vaksinasi melalui pakan adalah tidak memerlukan tenaga kerja
yang banyak serta tidak menyebabkan stress pada ikan (Miyazaki et al. 2008).
Vaksinasi dilakukan selama satu minggu dengan frekuensi satu kali (perlakuan A),
dua kali (perlakuan B), dan tiga kali (perlakuan C). Ikan mas yang telah
divaksinasi dipelihara selama 28 hari agar sistem imunnya terbentuk. Setelah itu
dilakukan uji tantang KHV untuk melihat respons tanggap kebal pada ikan yang
telah divaksinasi.
Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan mas menunjukkan tidak adanya
kematian pada semua perlakuan selama masa vaksinasi hingga hari ke-28 pasca
vaksinasi. Hal ini membuktikan bahwa vaksin DNA yang diberikan melalui
pakan bersifat aman bagi ikan. Kematian ikan diawali pada perlakuan A yaitu
pada hari ke-5 pasca uji tantang dan diikuti perlakuan B, C, dan kontrol positif
pada hari ke-18 pasca uji tantang (Gambar 1). Kematian terbanyak terjadi pada
hari ke-18 setelah uji tantang. Hal ini diduga karena sebelum hari ke-17 suhu air
pada akuarium yang terletak tepat di bawah AC (air conditioner) mencapai
16,5°C sehingga mengurangi virulensi KHV. Menurut Pokorova et al. (2005)
KHV bersifat inaktif pada suhu di bawah 18°C dan di atas 24°C.
Kelangsungan hidup relatif (RPS) di akhir penelitian menunjukkan nilai
tertinggi pada perlakuan C (84,60%) diikuti oleh perlakuan B (53,84%) dan
perlakuan A (23,07%) (Tabel 1). Hal ini menggambarkan bahwa vaksinasi tiga
kali seminggu mampu mengaktifkan respons imun ikan dan memberikan proteksi
lebih baik terhadap KHV dibandingkan perlakuan vaksinasi satu kali dan dua kali
seminggu. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Yuliyanti (2011) bahwa pada pemberian pakan bervaksin dua kali
seminggu menunjukkan persistensi yang lebih tinggi dibandingkan pemberian
pakan bervaksin satu kali seminggu. Penelitian Miyazaki et al. (2008) tentang
pemberian vaksin liposom melalui pakan juga mampu meningkatkan
kelangsungan hidup ikan mas yang diinfeksi KHV sebesar 74%. Namun masih
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi seberapa lama
kemampuan vaksin dalam memproteksi ikan mas dari serangan KHV.
Analisis gambaran darah dapat menjadi petunjuk status kesehatan ikan.
Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap jumlah total leukosit,
diferensial leukosit, jumlah total eritrosit, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit.
Data gambaran darah tersebut berkaitan erat dengan nilai kelangsungan hidup
relatif ikan pada penelitian ini. Jumlah total leukosit mulai mengalami
14
peningkatan setelah vaksinasi (Gambar 2). Peningkatan drastis pada jumlah total
leukosit mulai terjadi pada minggu pertama setelah uji tantang. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa mekanisme pertahanan tubuh ikan mulai bekerja
melawan infeksi KHV. Martins et al. (2008) menyatakan bahwa jumlah leukosit
pada ikan yang terinfeksi patogen akan meningkat sebagai upaya pertahanan
tubuh. Peningkatan total leukosit tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu
6,99x105 sel/mm
3 pada minggu pertama pasca uji tantang. Diduga pemberian
pakan bervaksin tiga kali seminggu lebih mampu membangkitkan kekebalan
selular dan humoral sebagai upaya pertahanan tubuh. Hal ini dikuatkan dengan
nilai RPS pada akhir penelitian yang menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan
C sebesar 84,60%. Penurunan total leukosit pada akhir masa pemeliharaan diduga
karena infeksi KHV yang menyerang ikan semakin ganas. Hal ini sejalan dengan
kelangsungan hidupnya yang terus mengalami penurunan hingga minggu ketiga
pasca uji tantang. Nuryati et al. (2010) yang menyatakan bahwa penurunan
jumlah leukosit setelah uji tantang menunjukkan bahwa leukosit tersebut diduga
aktif dan keluar dari pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi.
Diferensial leukosit meliputi limfosit, monosit, neutrofil, dan trombosit.
Pengamatan terhadap persentase limfosit menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan pada semua perlakuan, baik setelah vaksinasi maupun uji tantang
(Gambar 3). Peningkatan jumlah limfosit setelah vaksinasi mengindikasikan
bahwa ikan memberikan respons terhadap adanya antigen yang masuk ke dalam
tubuh. Setelah uji tantang jumlah limfosit masih terus mengalami peningkatan.
Peningkatan ini dikarenakan infeksi KHV yang terjadi pada tubuh ikan
mendorong produksi sel limfosit. Hal ini berkaitan dengan peran limfosit sebagai
sel pertahanan tubuh. Menurut Kresno (2001), limfosit terdiri dari sel B dan sel T
yang berperan sebagai sel pertahanan tubuh. Sel B mampu bertransformasi
menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi, sedangkan sel T berfungsi dalam
kekebalan berperantara sel (sel T sitotoksik) dan mengontrol respon imun (sel T
supresor). Persentase limfosit pada penelitian ini ditemukan lebih tinggi daripada
persentase monosit, neutrophil, dan trombosit dari awal hingga akhir pengamatan.
Hasil pengamatan menunjukkan terjadinya peningkatan persentase monosit
sesaat setelah vaksinasi (Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian
vaksin mengaktifkan peran monosit dalam menginduksi sistem imun. Setelah uji
tantang terjadi penurunan jumlah monosit pada semua perlakuan kecuali pada
kontrol negatif. Penurunan jumlah monosit terus terjadi hingga akhir masa
pemeliharaan yang diduga merupakan respon terhadap infeksi KHV. Rendahnya
jumlah monosit diduga karena monosit sudah mulai keluar dari pembuluh darah
menuju jaringan yang terinfeksi dan berdiferensiasi menjadi makrofag (sel fagosit
utama). Hal ini sejalan dengan pendapat Clauss et al. (2008) yang menyatakan
bahwa rendahnya jumlah monosit merupakan respon yang menunjukkan
terjadinya inflamasi pada ikan teleostei. Sementara pada kontrol negatif jumlah
monosit cenderung tetap setelah uji tantang diduga karena monosit tetap berada di
pembuluh darah karena tidak terjadi infeksi pada tubuh ikan. Hal ini dikuatkan
dengan tidak terjadinya kematian pada ikan kontrol negatif hingga akhir penelitian.
Persentase neutrofil darah ikan uji mengalami peningkatan setelah vaksinasi
(Gambar 5). Peningkatan tersebut menunjukkan adanya respons terhadap antigen
yang masuk, dalam hal ini vaksin. Namun peningkatan hanya terjadi dalam waktu
singkat, dan selanjutnya menurun hingga masa uji tantang dan akhir masa
15
pemeliharaan. Penurunan jumlah neutrofil tersebut diduga karena jumlah limfosit
yang berperan dalam pembentukan antibodi mengalami peningkatan. Thakur dan
Pandey (1990) menyatakan bahwa penurunan jumlah neutrofil dan peningkatan
jumlah limfosit menunjukkan respon kekebalan dalam menghasilkan antibodi.
Jumlah neutrofil yang teramati paling sedikit dibandingkan sel leukosit yang lain.
Hal ini karena peran utama neutrofil adalah menahan serangan akibat infeksi
bakteri, sehingga tidak terlalu berperan dalam merespons serangan akibat infeksi
virus (Purwanto 2006).
Trombosit memiliki peran penting dalam penggumpalan darah (Hoole 2001).
Pengamatan terhadap persentase trombosit menunjukkan kecenderungan
penurunan setelah vaksinasi hingga menjelang uji tantang (Gambar 6). Setelah uji
tantang, jumlah trombosit mulai mengalami kenaikan. Hal ini diduga karena
setelah uji tantang ikan mengalami luka akibat infeksi KHV, sehingga trombosit
memberikan respons dalam proses penggumpalan darah dan penyembuhan luka.
Jumlah trombosit yang menurun pada akhir pengamatan diduga karena mulai
terjadi penyembuhan luka akibat infeksi KHV.
Pengamatan terhadap jumlah total eritrosit menunjukkan kecenderungan
peningkatan setelah vaksinasi hingga menjelang uji tantang pada semua perlakuan
(Gambar 7). Namun peningkatan tersebut masih berada pada batas normal.
Menurut Ghitino dalam Radu (2009), sel eritrosit normal ikan mas berkisar 1,1-
2,2 (x 106 sel/mL). Setelah uji tantang jumlah eritrosit menurun drastis yang
diduga karena infeksi KHV menyebabkan pendarahan pada bagian tubuh ikan dan
tubuh lebih banyak memproduksi leukosit sebagai bentuk pertahanan tubuh. Pada
minggu ketiga setelah uji tantang, jumlah eritrosit kembali mengalami
peningkatan yang diduga merupakan upaya pemulihan (recovery) pada tubuh ikan
pasca uji tantang. Tanbiyaskur (2011) menyatakan bahwa tubuh ikan akan
memproduksi eritrosit lebih banyak untuk menggantikan eritrosit yang menurun
akibat infeksi patogen.
Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen dalam darah. Tripathi et al.(2004)
menyatakan bahwa hemoglobin pada ikan mas berkisar 6,94. Hasil pengamatan
memperlihatkan bahwa kadar hemoglobin ikan uji mengalami peningkatan setelah
vaksinasi. Namun setelah uji tantang, jumlahnya menurun hingga akhir masa
pemeliharaan (Gambar 8). Penurunan kadar hemoglobin ini diduga karena infeksi
KHV menyerang organ insang sehingga proses pengikatan oksigen terhambat.
Selain itu juga diduga akibat proses pemulihan yang mengakibatkan tubuh ikan
memproduksi eritrosit sebagai pengganti eritrosit yang mati akibat infeksi patogen.
Eritrosit muda memiliki kemampuan mengikat oksigen yang lebih sedikit
dibandingkan eritrosit matang.
Kadar hematokrit merupakan persentase perbandingan antara padatan sel
darah merah dalam darah (Affandi dan Tang 2002). Dalam kondisi normal, kadar
hematokrit darah ikan mas berkisar 32-43,8% (Ghitino dalam Radu 2009). Secara
umum, kadar hematokrit darah ikan uji setelah vaksinasi cenderung stabil setelah
vaksinasi (Gambar 9). Sesaat setelah uji tantang, kadar hematokrit mengalami
peningkatan lalu mulai menurun hingga akhir masa pemeliharaan. Penurunan
kadar hematokrit setelah uji tantang menunjukkan bahwa infeksi KHV yang
menyerang ikan sudah cukup serius. Wedemeyer dan Yasutake dalam Khaefah
(2011) menyatakan bahwa kadar hematokrit yang rendah merupakan petunjuk
kurangnya protein dalam pakan, defisiensi vitamin, atau ikan terkena infeksi.
16
Kualitas air selama penelitian dijaga agar layak sebagai media pemeliharaan
ikan, sebab ikan akan mudah terserang penyakit apabila kondisi media hidupnya
kurang baik. Pergantian air dan penyifonan dilakukan secara rutin, serta
dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO, dan
NH3. Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air pada Tabel 2
menunjukkan bahwa parameter tersebut masih berada pada kisaran normal
sehingga layak digunakan sebagai media pemeliharaan. Hal ini juga
membuktikan bahwa ikan uji yang terserang penyakit dan mengalami kematian
bukan disebabkan oleh kualitas air yang buruk, tetapi akibat infeksi KHV.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan sekalipun terjadi peningkatan jumlah total
leukosit, eritrosit, dan limfosit serta penurunan jumlah monosit dan trombosit pada
perlakuan A, B, dan C, akan tetapi perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan
C (pemberian vaksin tiga kali dalam seminggu) yang menghasilkan kelangsungan
hidup relatif sebesar 84,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru (ID): Unri Pr.
Amrullah. 2004. Penggunaan imunostimulan Spirulina plantesis untuk
meningkatkan ketahanan tubuh ikan koi (Cyprinus carpio) terhadap virus
herpes [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Blaxhall PC. 1972. The haematological assessment of the health of fresh water
fish: a review of selected literature. J Fish Biol. 4: 593-608.
Chinabut S, Limsuwan C, Katsuwan. 1991. Histology of Walking Catfish Clarias
batrachus. Kanada (CA): IDRC. 96p.
Clauss TM, Dove ADM, Arnold JE. 2008. Hematologic Dissorders of Fish. Vet
Clin Exot Anim. 11: 445-462
Ellis AE. 1988. General Principle of Fish Vaccination. In: Ellis AE, editor. Fish
Vaccination. San Diego (US): Academic Pr.
Fitria IH. 2009. Efektivitas vaksin DNA dalam meningkatkan kelangsungan hidup
ikan mas yang terinveksi koi herpesvirus (KHV) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Fujaya Y. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
Jakarta (ID): Tineka Cipta.
Grisez L, Tan Z. 2005. Vaccine development for Asian aquaculture. Dis Asian
Aquacul. 5: 483-494.
Hoole D, Bucke D, Burgess P, Wellby I. 2001. Disease of Carp and Other
Cyprinid Fishes. Cornwal (US): MPG Books Ltd.
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
17
Khaefah. 2011. Lama pemberian ekstrak bawang putih Allium sativum yang
optimum pada pakan untuk mencegah penyakit Koi Herpes Virus pada
ikan mas Cyprinus carpio [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khodijah S. 2012. Efektivitas pemberian vaksin DNA melalui pakan terhadap
kelangsungan hidup relatif ikan mas yang diinfeksi koi herpesvirus
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kresno SB. 2001. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.Edisi ketiga.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, Passino DRM. 1977. Ichthyology. New York:
John Willey and Sons. Inc.
Lorenzen N, Lapatra SE. 2005. DNA vaccine for aquaculture fish. Ref Sci Tech
Off Int Epiz. 24 (1): 201-213.
Martins ML, Mourino JLP, Amara GV, Vieira FN, Dotta G, Jatoba AMB, Pedrotti
FS, Jeronimo GT. 2008. Haematological changes in nile tilapia
experimentally infected with Enterococcus sp. Braz Journal Biol 68 (3):
657-661.
Miyazaki T, Yasumoto S, Kuzuya Y, Yoshimura T. 2008. A primary study on
oral vaccination with liposomes entrapping koi herpesvirus (KHV)
antigens against KHV infection in carp. Dis Asian Aquacul. 6: 99-184.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan PenyakitIkan.Bogor (ID): PAU IPB.
Nuryati S, Maswan NA, Alimuddin, Sukenda, Sumantadinata K, Pasaribu FH,
Soejoeno RD, Santika A. 2010. Gambaran darah ikan mas setelah
divaksinasi dengan vaksin DNA dan diuji tantang dengan koi herpesvirus.
JAI. 9 (1): 9-15.
Pokorova D, Vesely T, PiackovaV, Reschova S, Hulova J. 2005. Current
knowledge on koi herpesvirus (KHV): A Review. Vet Med Czech. 50: 139-
147.
Purwanto A. 2006. Gambaran darah ikan mas Cyprinus carpioyang terinfeksi koi
herpes virus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Radu D, Oprea L, Bucur C, Costache M, Oprea D. 2009. Characteristics of
haematological parameters for carp culture and koi (Cyprinus carpio)
reared in an intensive system. Bull UASVM Animal Sci Biotech. 66 (1-2):
336-342.
Sunarto A, Rukyani A, Itami T. 2005. Indonesian experience on the outbreak of
koi herpesvirus in koi and carp (Cyprinus carpio). Bull Fish Res Agen
Supp. 2: 15-21.
Svobodova Z, Vyukusova B. 1991. Diagnostik, prevention and therapy of fish
disease and intoxication.Research Institute of fish Culture and
Hydrobiology Vodnany Czechoslovakia. [http//www.fao.org]
Tanbiyaskur. 2011. Efektivitas pemberian probiotik, prebiotic, dan sinbiotik
melalui pakan untuk pengendalian infeksi Streptococcus agalactiae pada
ikan nila (Oreochromis niloticus) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Taukhid, Sunarto A, Koesharyani I, Supriyadi H, Gaedenia L. 2004. Strategi
pengendalian penyakit koi herpes virus (KHV) pada ikan mas dan
koi. Makalah seminar pengendalian penyakit koi herpes virus (KHV)
pada budidaya ikan air tawar. Bogor
18
Thakur GK, dan Pandey PK. 1990. BHC (Gammaxene) poisoning effect on
leucocytes of an air breathing fish. Clarias batrachus.(Linn). J Env Bio.
11(2):105-110.
Tizard I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi ke-2. Partodirejo M,
Hardjosworo S, penerjemah. Surabaya (ID): Airlangga Univ Pr.
Terjemahan dari: An Introduction to Veterinary Immunology.
Tripathi NK, Latimer KS, Burnley VV. 2004. Haematologic reference interval
for koi (Cyprinus carpio), including blood cell morphology, cytochemistry
and ultrastructure. Vet Clin Path. 33: 74-83.
Vonti O. 2008. Gambaran darah ikan mas (Cyprinus carpio Lynn) strain
sinyonya yang berasal dari daerah Ciampea-Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Wedemeyer GA, Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessment of the
effect of environmental stress on fish health, Technical Paper of the US
Department of the Interior Fish and the Wildlife Service. 89: 1-17.
Yuliyanti. 2011. Persistensi vaksin DNA penyandi Glikoprotein 25 yang diberikan
melaui pakan buatan pada ikan mas Cyprinus carpio [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis statistik jumlah total leukosit ikan uji selama pemeliharaan
TOTAL LEUKOSIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PERLAKUAN Hypothesis 2.637E11 4 6.593E10 10.545 .021
Error 2.501E10 4 6.252E9
MINGGU Hypothesis 1.638E12 6 2.730E11 65.968 .000
Error 2.483E10 6 4.138E9
PERLAKUAN * MINGGU Hypothesis 5.081E11 24 2.117E10 3.000 .005
Error 1.694E11 24 7.058E9
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 2
K+ 14 3.75E5
B 14 3.78E5
A 14 3.92E5
C 14 3.92E5
K- 14 5.37E5
Sig. .636 1.000
19
Lampiran 2. Analisis statistik persentase limfosit ikan uji selama pemeliharaan
LIMFOSIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 126961.829 1 126961.829 386.966 .000
Error 1968.571 6 328.095
PERLAKUAN Hypothesis 191.600 4 47.900 2.963 .040
Error 388.000 24 16.167
MINGGU Hypothesis 1968.571 6 328.095 20.295 .000
Error 388.000 24 16.167
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 2
K- 7 56.14
C 7 59.71 59.71
K+ 7 60.57 60.57
A 7 61.57
B 7 63.14
Sig. .062 .157
Lampiran 3. Analisis statistik persentase monosit ikan uji selama pemeliharaan
MONOSIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 18240.029 1 18240.029 202.453 .000
Error 540.571 6 90.095a
PERLAKUAN Hypothesis 246.686 4 61.671 4.688 .006
Error 315.714 24 13.155b
MINGGU Hypothesis 540.571 6 90.095 6.849 .000
Error 315.714 24 13.155b
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 2 3
B 7 18.86
A 7 21.00 21.00
C 7 23.86 23.86
K+ 7 23.86 23.86
K- 7 26.57
Sig. .280 .176 .198
20
Lampiran 4. Analisis statistik persentase neutrofil ikan uji selama pemeliharaan
NEUTROFIL
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 3055.114 1 3055.114 164.422 .000
Error 111.486 6 18.581
PERLAKUAN Hypothesis 2.457 4 .614 .273 .892
Error 53.943 24 2.248
MINGGU Hypothesis 111.486 6 18.581 8.267 .000
Error 53.943 24 2.248
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1
C 7 8.86
K+ 7 9.29
A 7 9.43
B 7 9.57
K- 7 9.57
Sig. .434
Lampiran 5. Analisis statistik persentase trombosit ikan uji selama pemeliharaan
TROMBOSIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 2021.600 1 2021.600 60.048 .000
Error 202.000 6 33.667
PERLAKUAN Hypothesis 18.114 4 4.529 2.570 .064
Error 42.286 24 1.762
MINGGU Hypothesis 202.000 6 33.667 19.108 .000
Error 42.286 24 1.762
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 2
K+ 7 6.29
C 7 7.57 7.57
K- 7 7.71 7.71
A 7 8.00
B 7 8.43
Sig. .068 .281
21
Lampiran 6. Analisis statistik jumlah total eritrosit ikan uji selama pemeliharaan
TOTAL ERITROSIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PERLAKUAN Hypothesis 2.507E12 4 6.268E11 12.515 .016
Error 2.003E11 4 5.008E10
MINGGU Hypothesis 1.756E13 6 2.927E12 24.691 .001
Error 7.113E11 6 1.186E11
PERLAKUAN * MINGGU Hypothesis 1.190E13 24 4.960E11 5.038 .000
Error 2.363E12 24 9.845E10
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 2
B 14 1.21E6
A 14 1.23E6
K+ 14 1.51E6
C 14 1.54E6
K- 14 1.70E6
Sig. .816 .145
Lampiran 7. Analisis statistik kadar hemoglobin ikan uji selama pemeliharaan
HEMOGLOBIN
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 1460.606 1 1460.606 89.707 .000
Error 97.692 6 16.282
PERLAKUAN Hypothesis 3.898 4 .975 .456 .767
Error 51.294 24 2.137
MINGGU Hypothesis 97.692 6 16.282 7.618 .000
Error 51.294 24 2.137
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1
K+ 7 5.9429
K- 7 6.2857
B 7 6.4857
A 7 6.6571
C 7 6.9286
Sig. .270
22
Lampiran 8. Analisis statistik kadar hematokrit ikan uji selama pemeliharaan
HEMATOKRIT
Source Type III
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 28229.600 1 28229.600 371.768 .000
Error 455.600 6 75.933
PERLAKUAN Hypothesis 99.543 4 24.886 .653 .631
Error 915.257 24 38.136
MINGGU Hypothesis 455.600 6 75.933 1.991 .107
Error 915.257 24 38.136
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1
K+ 7 26.00
K- 7 27.57
B 7 27.86
A 7 29.86
C 7 30.71
Sig. .213
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Batu, pada tanggal 29 Desember 1988 dari
pasangan Bapak Fatkhul Khoiri dan Ibu Shofiah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pendidikan formal ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Batu
dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada program studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti praktik lapangan
di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada
tahun 2011. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air
dan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2009-2011. Selain itu penulis juga aktif
sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur IPB, Lembaga Dakwah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta penyiar di radio komunitas muslim
IPB. Penulis memperoleh beasiswa Eka Tjipta Foundation dari tahun 2007 sampai
tahun 2011. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menuliskan
skripsi yang berjudul “Analisis Gambaran Darah terhadap Kelangsungan
Hidup Relatif Ikan Mas yang diberi Vaksin DNA Anti-KHV melalui Pakan
dengan Frekuensi Berbeda”.