ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

19
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : JOHAN UMFRI MUHARRAM J 410 130 002 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

1

ANALISIS FAKTOR RISIKO

KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

JOHAN UMFRI MUHARRAM

J 410 130 002

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

1

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO

KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

JOHAN UMFRI MUHARRAM

J410130002

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid

NIK. 1552

Page 3: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

2

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO

KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016

OLEH

JOHAN UMFRI MUHARRAM

J410130002

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Senin, 31 Juli 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

Mengesahkan,

Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Dr. Mutalazimah, M.Kes

NIP: 786

1. Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid (……...................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes (……...................)

(Anggota Penguji I)

3. Tanjung Anitasari I K, SKM., M.Kes (……...................)

(Anggota Penguji II)

Page 4: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

3

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam penyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Juli 2017

Penulis

Johan Umfri Muharram

J410 130 002

Page 5: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

1

ANALISIS FAKTOR RISIKO

KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN BOYOLALI 2016

Abstrak

Kematian neonatal menjadi salah satu indikator penentu kesehatan anak dan

kesejahteraan anak. Berdasarkan survei pendahuluan dari data DKK Boyolali

menunjukkan peningkatan kasus kematian neonatal dari tahun 2015 sebesar 6,12

per 1000 kelahiran hidup menjadi 6,70 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara faktor risiko status

sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi

dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan pendekatan kasus kontrol (case control). Populasi

dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan yang mengalami

kematian neonatal usia 0-28 hari di Kabupaten Boyolali pada tahun 2016 yang

berjumlah 120 responden. Pemilihan sampel pada kelompok kasus sebanyak 60

orang dan kontrol sebanyak 120 orang dengan perbandingan 1:2 yang dilakukan

dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik uji statistik

menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s Exact. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan antara status sosial ekonomi responden dengan kematian

neonatal (p-value=0,046; OR= 2,070; 95% CI= 1,062-4,031), tidak ada hubungan

antara kunjungan ANC responden dengan kematian neonatal (p-value=0,402),

tidak ada hubungan antara komplikasi kehamilan responden dengan kematian

neonatal (p-value=0,832), dan ada hubungan antara jenis kelamin bayi dengan

kematian neonatal (p-value=0,018; OR= 2,252; 95% CI= 1,194-4,428).

Kata Kunci : Status Sosial Ekonomi, Kunjungan ANC, Komplikasi Kehamilan,

Jenis Kelamin Bayi, Kematian Neonatal

Abstract

Neonatal mortality is one of the important indicators of child health and child

welfare. Based on a survey of DKK Boyolali data showing an increase in neonatal

mortality from 6.12 per 1000 live births in 2015 to 6.70 per 1000 live births in

2016. The purpose of this study was to analyze the relationship between

socioeconomic status risk factors, Antenatale care, pregnancy complication, and

sex of infant with neonatal mortality in Boyolali Regency. This type of research is

observational research with case control approach (case control). The population

in this study were all mothers who had infants and those who had neonatal

mortality aged 0-28 days in Boyolali district in 2016, amounting to 120

respondents. Selection of sample in case group counted 60 people and control as

many as 120 people with ratio 1: 2 done by using Cluster Random Sampling

technique. Statistical test technique using Chi Square test and Fisher’s Exact test.

The result showed that there was correlation between socioeconomic status risk

factors of the respondent and neonatal mortality (p-value = 0,046; OR = 2.070;

95% CI = 1.062-4.031); ), There was no association between Antenatale care of

the respondent and neonatal mortality (p-value=0.402), There was no association

Page 6: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

2

between pregnancy complication of the respondent and neonatal mortality (p-

value = 0.832), and there was a relationship between the sex of the infant and

neonatal mortality (p-value = 0.018; OR = 2.252; 95% CI = 1.194-4.428)

Keywords : Socioeconomic Status Risk Factors, Antenatale Care, Pregnancy

Complication, Sex of Infant, Neonatal Mortality

1. PENDAHULUAN

Kematian neonatal menjadi salah satu indikator penentu kesehatan dan

kesejahteraan anak. Era Millennium Development Goals (MDGs) telah berakhir

pada tahun 2015, seluruh negara di dunia termasuk Indonesia menyetujui sebuah

kerangka kerja yang baru yaitu The Sustainable Development Goals (SDGs)

dimana terdapat salah satu target dan komitmen baru yang disepakati untuk

menurunkan angka kematian anak yakni berusaha menurunkan Angka Kematian

Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2016).

Menurut WHO, pada tahun 2015 angka kematian bayi secara global

mencapai 31,7 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 19,2 per

1000 kelahiran hidup, sementara itu angka kematian bayi untuk negara

berpenghasilan menengah kebawah sendiri mencapai 40 per 1000 kelahiran hidup

dan angka kematian neonatal 25,8 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan negara

berpenghasilan tinggi hanya memiliki angka kematian bayi 5,8 per 1000 kelahiran

hidup dan angka kematian neonatal 3,7 per 1000 kelahiran hidup. Asia, terutama

Asia Tenggara memiliki angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup

dan angka kematian neonatal 24,3 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia tergolong tinggi

dibanding dengan beberapa negara serumpun Asia Tenggara lainnya. AKB di

Indonesia pada tahun 2015 sebesar 22,8 per 1000 kelahiran hidup dan AKN 13,5

per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 menunjukkan

angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian

neonatal Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,3 per 1000 kelahiran hidup (Dinas

Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 termasuk 10

besar dalam Angka Kematian Neonatal (AKN) se-Provinsi Jawa Tengah

mencapai 8,91 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 tercatat 90 kasus

Page 7: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

3

kematian neonatal dari total 14705 kelahiran hidup pada tahun tersebut yang

menunjukkan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Boyolali tahun 2015 mencapai

6,12 per 1000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2016 sampai bulan

September tercatat 69 kasus kematian neonatal dari 10289 kelahiran hidup atau

6,70 per 1000 kelahiran hidup yang artinya terdapat peningkatan jumlah kematian

neonatal selama kurun waktu setahun terakhir meskipun tidak signifikan (Dinas

Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2016).

Kematian neonatal di Kabupaten Boyolali dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti faktor status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi

kehamilan, dan jenis kelamin bayi. Hal ini sejalan dengan Penelitian Septiana, dkk

(2011), menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah

memiliki kematian bayi perinatal 10 persen dibanding keluarga dengan tingkat

sosial ekonomi tinggi dengan bayi perinatal hidup sebesar 58 persen. Berdasarkan

penelitian sebelumnya oleh Dina dan Lamria (2015), diperoleh kunjungan K4

(P=0,004) berhubungan dengan kematian neonatal. Penelitian Lestari (2009)

menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan berpengaruh terhadap terjadinya

kematian maternal (P=0,001). Sedangkan penelitian Pertiwi (2010) diketahui

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kematian neonatal (P=0,001).

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, selain itu berdasarkan survei

pendahuluan dimana data dari DKK Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa

kematian neonatal di Kabupaten Boyolali meningkat dalam kurun waktu tahun

2015 hingga 2016, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor

status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin

bayi yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara faktor risiko

status sosial ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin

bayi dengan kematian neonatal di Kabupaten Boyolali.

Page 8: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

4

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan

kasus kontrol (case control) yang merupakan penelitian analitik (Notoatmodjo,

2012). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017. Tempat penelitian di

Kabupaten Boyolali yang meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Karanggede,

Kecamatan Nogosari, Kecamatan Musuk, Kecamatan Teras, Kecamatan Ampel,

Kecamatan Boyolali, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Mojosongo, dan

Kecamatan Cepogo.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi

yang mengalami kematian neonatal usia 0-28 hari di Kabupaten Boyolali pada

tahun 2016. Sampel dalam penelitian menggunakan rumus Lemeshow et.al

(1997), dan diperoleh jumlah sampel pada kelompok kasus berjumlah 60

responden dengan perbandingan 1:2 maka jumlah responden untuk kelompok

kontrol sebanyak 120 sampel. Jadi, jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak

180 responden.

Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus dengan menggunakan

Cluster Random Sampling sedangkan pada kelompok kontrol diambil dari

tetangga terdekat dari rumah kasus. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat untuk mengetahui

hubungan antara masing-masing variabel bebas (Independent) yaitu status sosial

ekonomi, kunjungan ANC, komplikasi kehamilan, dan jenis kelamin bayi dengan

variabel terikat (Dependent) yaitu kematian neonatal menggunakan uji statistik

Chi-Square atau Fisher’s Exact.

3. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden meliputi usia responden, pendidikan

responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden yang ditampilkan

pada tabel berikut:

Page 9: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

5

3.1.1 Usia Responden

Tabel 1. Gambaran Usia Responden Berdasarkan Usia Saat Penelitian Di

Kabupaten Boyolali

Pendapatan

Responden

Perbulan

Kasus Kontrol

n % Me

an

St.

De

v

Min

-

max

n % Me

an

St.

De

v

Min

-

max

<20 tahun 3 5 3 2,4

20-35 tahun 54 90

29,

15

6,5

12

16-

60

11

6 96,7

27,

33

4,1

17

16-

36

>35 tahun 3 5 1 0,9

Total 60 100

12

0 100

Pada kelompok kasus rata-rata responden berumur 29,15±6,512 tahun

dengan usia responden minimal 16 tahun dan usia maksimal responden 60 tahun.

Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata responden berumur 27,33±4,117

tahun dengan usia minimal responden 16 tahun dan usia maksimal responden 36

tahun.

3.1.2 Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir yang

Telah Ditempuh Responden dan Pekerjaan Responden Di

Kabupaten Boyolali

Pendidikan dan Pekerjaan Kasus Kontrol

n % n %

Pendidikan Responden

SD 14 23,3 23 19,2

SMP 13 21,7 39 32,5

SMA 30 50 49 40,8

Perguruan Tinggi 3 5 9 7,5

Total 60 100 120 100

Page 10: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

6

Pekerjan Responden

PNS 1 1,6 0 0

Petani 24 40 36 30

Ibu Rumah Tangga

Buruh

Pedagang

Lainnya

21

3

1

10

35

5

1,7

16,7

51

9

2

22

42,5

7,5

1,7

18,3

Total 60 100 120 100

Pendidikan terakhir responden pada kelompok kasus sebagian besar tamat

SMA sebanyak 30 orang (50%) sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas

responden juga tamat SMA sebanyak 49 orang (40,8%). Pekerjaan responden

pada kelompok kasus paling banyak petani sebesar 24 orang (40%) sedangkan

yang paling sedikit PNS dan pedagang masing-masing sebesar 1 orang (1,7%).

Sementara pada kelompok kontrol, pekerjaan responden paling banyak adalah Ibu

Rumah Tangga sebesar 51 orang (42,5%) kemudian petani sebesar 36 orang

(30%) dan tidak ada yang bekerja sebagai PNS.

3.1.3 Pendapatan Orang Tua Perbulan dan Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan di

Kabupaten Boyolali

Pendapatan

Responden Perbulan

Kasus Kontrol

n % Mea

n

St.

Dev n % Mean

St.

Dev

100.000-500.000 6 10 18 15

600.000-1.000.000 34 56,7 43 35,9

1.100.000-1.500.000

3 5

1.15

3.36

6

962.

540 5 4,1

1.243.

666

754.

359

>1.500.000 17 28,3 54 45

Total 60 100 120 100

Page 11: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

7

Pendapatan responden responden perbulan pada kelompok kasus paling

banyak adalah Rp.600.000-1000.000 yang berjumlah 34 orang (56,7%) dan

pendapatan responden perbulan yang paling sedikit untuk kelompok kasus adalah

Rp.1.100.000-1.500.000 yang berjumlah 3 orang (5 %). Sedangkan pada

kelompok kontrol pendapatan responden yang paling banyak perbulan adalah >

Rp. 1.500.000 yang berjumlah 56 orang (45 %) dan pendapatan orang tua

responden perbulan paling sedikit adalah Rp.1.100.000-1.500.000 dengan jumlah

5 orang (4,1%). Pada kelompok kasus rata-rata pendapatan responden adalah

Rp.1.153.366±962.540 perbulan sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata

pendapatan responden adalah Rp.1.243.666±754.359 perbulan.

3.2 Analisis Bivariat

3.2.1 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Responden dengan

Kematian Neonatal di Kabupaten Boyolali

Tabel 4. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Responden dengan

Kematian Neonatal di Kabupaten Boyolali

Status

Ekonomi

Respoden

Kasus Kontrol P

Value

Phi

Cram OR

95%

CI N % N %

Rendah 43 71,7 66 55

0,046 0,159 2,070 1,062-

4,031 Tinggi 17 28,3 54 45

Jumah 60 100 120 100

Ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan

kematian neonatal (p-value=0,040). Nilai OR yang diperoleh yaitu 2,070 (95%

CI= 1,062-4,031) sehingga dapat diartikan bahwa responden yang memiliki status

sosial ekonomi rendah berisiko untuk terjadinya kematian neonatal pada bayi

sebesar 2,070 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki status sosial

ekonomi tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Septiana, dkk (2011), menyatakan bahwa pendapatan keluarga per bulan yang

rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi kematian neonatal dibandingkan

dengan responden yang memiliki pendapatan keluarga perbulan yang lebih tinggi.

Page 12: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

8

Kematian neonatal secara tidak langsung berhubungan dengan status sosial

ekonomi keluarga karena seorang wanita yang hamil dengan status sosial ekonomi

rendah kesulitan atau tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari.

Padahal gizi ibu hamil sangatlah penting. Demikian pula, penelitian Amelia

(2014) juga menunjukkan bahwa faktor status sosial ekonomi keluarga yang

rendah 5 kali lebih berisiko untuk mengalami kematian neonatal jika

dibandingkan dengan status sosial ekonomi keluarga tinggi sehingga rendahnya

status sosial ekonomi berpengaruh pada kejadian kematian neonatal.

Dalam penelitian Yunita (2014), bahwa responden yang memiliki sosial

ekonomi rendah akan kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga

sehingga kebutuhan akan gizi seimbang selama kehamilan tidak dapat

tercukupinya karena makanan yang dikonsumsi juga terbatas. Dalam penelitian ini

paling banyak bekerja sebagai petani pada kelompok kasus sebanyak 20 orang

(40%) dan pada kelompok kontrol paling banyak bekerja sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 51 orang (42,5%). Jenis pekerjaan sangat menentukan rendah

tingginya pendapatan keluarga yang berperan sangat penting dalam menentukan

kesejahteraan keluarga. Umumnya keluarga yang berpendapatan rendah hanya

mampu untuk mencukupi kebutuhan pokoknya saja tanpa menyisihkan uang

untuk biaya kesehatan. Dalam penelitian ini, pendidikan responden pada

kelompok kasus sebagian besar (50%) dan kontrol (40,8%) sudah memasuki

jenjang SMA, sementara yang paling sedikit lulusan Perguruan Tinggi (5%) untuk

kelompok kasus dan kontrol sebanyak (7,5%). Meskipun banyak responden sudah

lulusan SMA namun untuk mendapatkan pekerjaan masih tergolong mendapat

pekerjaan yang kasar atau seadanya saja yang tentunya menentukan lapangan

pekerjaan dan pendapatan keluarga.

Page 13: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

9

3.2.2 Hubungan Antara Kunjungan ANC Ibu Hamil dengan Kematian

Neonatal di Kabupaten Boyolali

Tabel 5. Hubungan Antara Kunjungan ANC Ibu Hamil dengan Kematian

Neonatal di Kabupaten Boyolali

Kunjungan ANC Kasus Kontrol

P Value N % N %

Tidak Lengkap 3 5 3 2,5

0,402 Lengkap 57 95 117 97,5

Jumah 60 100 120 100

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p-value sebesar 0,402

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kunjungan

ANC responden dengan kematian neonatal. Hal ini dapat diartikan bahwa

kunjungan ANC responden sangatlah baik. Kunjungan ANC sendiri dapat

dikategorikan baik apabila memenuhi persyaratan atau standar yang telah

ditentukan yaitu 4 kali atau lebih selama trimester dimana pada trimester pertama

minimal satu kali pemeriksaan, trimester dua satu kali pemeriksaan, dan pada

trimester ketiga minimal dua kali pemeriksaan ANC. Penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian Pertiwi (2010), menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

kunjungan ANC dengan kematian neonatal (p-value: 0,431). Setiap kehamilan

tentunya memiliki kemungkinan untuk terjadi komplikasi kehamilan, apalagi bila

terjadi setiap saat. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu hamil melakukan

kunjungan ANC untuk terus memantau kesehatan kehamilannya.

Terdapatnya masalah kunjungan ANC yang tidak sesuai dengan standar bisa

saja terjadi dikarenakan pendidikan responden yang mayoritas masih SMA,

meskipun berpendidikan SMA ibu hamil masih belum begitu paham akan

pentingnya perawatan kehamilan dan kurang akan informasi pelayanan kehamilan

yang maksimal. Selain itu, status sosial ekonomi yang rendah juga membuat ibu

hamil tidak mendapatkan pelayanan kehamilan yang menyeluruh, serta kurangnya

dukungan dari keluarga, suami, maupun orang terdekat juga menjadi hal penting.

Dukungan suami dalam menemani ibu hamil memeriksakan kehamilan menjadi

Page 14: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

10

penting karena ibu akan merasa nyaman dan termotivasi untuk terus melakukan

pemeriksaan kehamilan guna menjaga kesehatan kandungannya hingga masa

persalinan. Dalam penelitian ini dukungan suami saat menemani ibu hamil

memeriksakan kehamilan pada kelompok kasus sebanyak 58 orang (96,7%) dan

yang tidak sebanyak 3 orang (3,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol dukungan

suami pada kelompok kasus sebanyak 112 orang (93,3%) dan yang tidak

sebanyak 3 orang (6,7%).

3.2.3 Hubungan Antara Komplikasi Kehamilan dengan Kematian Neonatal

di Kabupaten Boyolali

Tabel 6. Hubungan Antara Komplikasi Kehamilan dengan Kematian

Neonatal di Kabupaten Boyolali

Komplikasi

Kehamilan

Kasus Kontrol P Value

N % N %)

Ada 11 18,3 19 15,83

0,832 Tidak Ada 49 81,7 101 84,17

Jumah 60 100 120 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,832

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komplikasi

kehamilan responden dengan kematian neonatal. Penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian Simbolan (2012), bahwa komplikasi kehamilan tidak berhubungan

terhadap kelangsungan hidup neonatal yang mengalami BBLR (p-value= 0,129).

Komplikasi kehamilan merupakan faktor penting kesehatan bagi ketahanan hidup

janin dan juga neonatal. Kesehatan ibu hamil dan perawatan yang dilakukan

selama kehamilan sangatlah penting dalam menentukan ketahanan hidup neonatal

sehingga dapat mengganggu kelangsungan kehamilan apabila ada tanda-tanda

masalah gangguan kehamilan.

Pada penelitian ini diketahui bahwa ibu yang mempunyai komplikasi

kehamilan sebesar 18,3% pada kelompok kasus dan 15,8% pada kelompok

kontrol. Kelompok kasus yang memiliki komplikasi kehamilan (terdapat tanda-

tanda gangguan kehamilan) yang paling banyak yaitu mulas atau muntah persisten

Page 15: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

11

sebanyak 6 orang (31,6%) dan yang paling rendah yaitu sakit kepala, dengan tidak

ada tanda komplikasi kehamilan sakit kepala (0%). Sedangkan pada kelompok

kontrol sebagian besar responden memiliki komplikasi kehamilan (terdapat tanda-

tanda gangguan kehamilan) yang paling banyak yaitu nyeri sebanyak 10 orang

(40%) dan yang paling rendah yaitu kejang pingsan dan demam, dengan tidak ada

tanda komplikasi kehamilan kejang pingsan dan demam (0%).

Perlu dilakukan pendeteksian adanya gangguan kehamilan pada saat

pelayanan antenatal disertai pemantauan yang ketat pada ibu yang memiliki risiko

gangguan kehamilan seperti anemia, hipertensi, dan lain-lain untuk dianjurkan

minum tablet penambah darah. Terkadang ibu hamil yang sudah melakukan

pemeriksaan kesehatan atau antenatal tidak memperhatikan informasi apa yang

telah diberikan oleh tenaga kesehatan dan cenderung hanya mengiyakan saja apa

yang dikatakan oleh tenaga kesehatan sehingga tidak memahaminya (Arinta,

2012).

3.2.4 Hubungan Antara Jenis Kelamin Bayi dengan Kematian Neonatal di

Kabupaten Boyolali

Tabel 7. Hubungan Antara Jenis Kelamin bayi dengan Kematian Neonatal

Kabupaten Boyolali

Jenis Kelamin Kasus Kontrol P

Value

Phi

Cram

OR 95%

CI n % N %

Laki-Laki 37 61,7 50 41,7

0,018 0,185 2,252 1,194-

4,248 Perempuan 23 28,3 70 58,3

Jumah 60 100 120 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,018

yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin bayi

dengan kematian neonatal. Nilai OR yang diperoleh yaitu 2,252 (95% CI= 1,194-

4,248) sehingga dapat diartikan bahwa bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki

risiko 2,252 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi

berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan penelitian di Kabupaten Boyolali menunjukkan bayi

perempuan memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dan usia harapan hidup

Page 16: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

12

yang lebih tinggi dibanding bayi laki-laki. Walaupun jumlah kasus bayi laki-laki

lebih banyak dibandingkan jumlah bayi perempuan, namun secara statistik

kependudukan di Kabupaten Boyolali jumlah perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Penelitian Hasanah, dkk (2016) juga

mengungkapkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kejadian

kematian neonatal dengan nilai p: 0,007 dan OR 3,525 yang menunjukkan bayi

laki-laki mengalami kematian lebih besar dibanding dengan bayi perempuan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi (2010), bahwa terdapat

hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal dengan nilai p:

0,001.

Berdasarkan keadaan biologis, dilihat dari kromosomnya bayi perempuan

mempunyai kromosom XX sedangkan bayi laki-laki memiliki kromosom XY.

Jika salah satu kromosom X yang ada pada bayi perempuan mengalami gangguan

atau kurang baik maka dapat digantikan oleh kromosom X lainnya lagi.

Sedangkan pada bayi laki-laki apabila ada masalah atau kondisi kromosom X

kurang baik maka tidak ada kromosom pengganti untuk menggantikan kromosom

yang rusak. Tidak menguntungkannya kondisi biologis inilah yang membuat bayi

laki-laki lebih rentang untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan

bayi perempuan. Sebaliknya jenis kelamin perempuan lebih diuntungkan secara

biologis setelah lahir daripada laki-laki sehingga bayi perempuan lebih tahan

terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi maupun masalah gizi. Sehingga

kemungkinan bayi perempuan untuk meninggal dalam lima tahun pertama

kehidupan lebih kecil dibanding dengan bayi laki-laki pada umumnya (Irianto,

2014).

Menurut penelitian Simbolan (2008) mengatakan bahwa bayi laki-laki lebih

berisiko untuk terjadi kematian dikarenakan aktivitas bayi laki-laki lebih tinggi

dibandingkan dengan aktivitas bayi perempuan. Bayi laki-laki cenderung akan

lebih memerlukan yang banyak dari pada bayi perempuan. Oleh karena itu,

jika kurang didalam tubuh terdapat kemungkinan untuk berkembangnya

bakteri didalam tubuh.

Page 17: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

13

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Usia responden pada saat penelitian untuk kelompok kasus rata-rata

responden berumur 29,15±6,512, sedangkan kelompok kontrol rata-rata

responden berumur 27,33±4,117 tahun. Pendidikan terakhir responden pada

kelompok kasus sebagian besar tamat SMA sebanyak 30 orang (50%) sedangkan

pada kelompok kontrol mayoritas responden juga tamat SMA sebanyak 49 orang

(40,8%). Pada kelompok kasus rata-rata pendapatan responden adalah

Rp.1.153.366±962.540 perbulan sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata

pendapatan responden adalah Rp.1.243.666±754.359 perbulan.

Ada hubungan antara status sosial ekonomi responden dengan kematian

neonatal (p-value=0,046; OR 2,070 (95% CI= 1,062-4,031), tidak ada hubungan

antara kunjungan ANC responden dengan kematian neonatal (p-value=0,402),

tidak ada hubungan antara komplikasi kehamilan responden dengan kematian

neonatal (p-value=0,832), ada hubungan antara jenis kelamin bayi dengan

kematian neonata (p-value= 0,018; 2,252 (95% CI= 1,194-4,248).

4.2 Saran

Bagi masyarakat sebaiknya ibu hamil harus selalu proaktif memeriksakan

keadaan kehamilannya minimal sesuai standar 1 kali trimester pertama, sekali

trimester kedua, dan 2 kali trimester ketiga, guna mengetahui apakah termasuk

kelompok risiko rendah atau ibu hamil berisiko dan pihak keluarga maupun suami

harus selalu memberikan dorongan seperti menemani ibu hamil memeriksakan

kehamilan, untuk terus melakukan pemeliharaan kesehatan selama kehamilan

hingga mental dan psikis ibu hamil siap saat persalinan. Bagi Instansi Kesehatan

perlu pemerataan sarana prasarana kesehatan dan mempermudah pelayanan

kesehatan untuk masyarakat dengan ekonomi rendah selain itu instansi kesehatan

menggerakkan para tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan bahkan kader

posyandu guna meningkatkan kesehatan ibu hamil, pemenuhan gizi seimbang,

memantau berat badan ibu agar terhindar dari kekurangan gizi selama hamil dan

juga pemeliharaan bayi baru lahir, serta pentingnya imunisasi dasar. Bagi peneliti

lain dapat melengkapi penelitian ini dengan menambahkan variabel-variabel lain

Page 18: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

14

yang dominan terkait dengan kematian neonatal juga pengembangan penelitian

dengan model yang lebih baik lagi seperti kohort maupun penelitian secara

kualitatif agar mengetahui pengaruh kematian neonatal secara mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia K, Ridwan T, dan Masni. (2014). Detemninan Sosial Kesehatan dan

Perilaku terhadap Kejadian Kematian Bayi di Kecamatan Ujung Tanah

Kota Makassar. [Artikel Ilmiah]. Makassar: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Bappenas. (2016). Menjamin Kehidupan Yang Sehat dan Meningkatkan

Kesejahteraan Seluruh Penduduk Semua Usia. Diakses: 2 April 2017.

http://sdgsindonesia.or.id/index.php/sdgs/item/181-tujuan-3-kehidupan-

sehat-dan-sejahtera

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah 2015. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2016). Laporan Angka Kematian

Neonatal: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

Hasanah M.N, Hariati L, dan Rasma.(2016). Analisis faktor Risiko Jenis Kelamin

Bayi, BBLR, Persalinan Prematur, Ketuban Pecah Dini, dan Tindakan

Persalinan dengan Kejadian Sepsis Neonatus di Rumah Sakit Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Sulawesi Tengara: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Vol.1 No. 3 (2016).

Irianto, Koes. (2014). Panduan Lengkap Biologi Reproduksi Manusia Human

Reproductive Biology Untuk Paramedis dan Nonmedis. Bandung;

Alfabeta.

Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

UGM Press.

Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 19: ANALISIS FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI …eprints.ums.ac.id/55276/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · angka kematian bayi sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

15

Pertiwi, I. (2010). Hubungan Kematian Neonatal dengan Kunjungan ANC dan

Perawatan Postnatal Di Indonesia Menurut SDKI 2007-2008. [Skripsi

Ilmiah] Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Septiana D.S.A, Sitti N.D, dan Yuniar W. (2011). Hubungan Antara Status Sosial

Ekonomi Keluarga dengan Kematian Perinatal Di Wilayah Kerja

Puskesmas Baamang Unit II Sampit Kalimantan Tengah Januari-April

2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat ISSN: 1978-0575.

Simbolan, D. (2008). Faktor Risiko Sepsis Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD

Curup Kabupaten Rejang Lebong. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 36,

No. 3, Agustus 2008:127-134.

Simbolan, D. (2012). Berat Lahir dan Kelangsungan Hidup Neonatal Di

Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 1, Agustus

2012.

Wandira, A.K., dan Indawati, R. (2012). Faktor Penyebab Kematian Bayi di

Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 1, No. 1,

Agustus 2012.

WHO. (2015). Neonatal Mortality Rate (Per 1000 Live Births) (Mortality and

Global Health Estimates). Diakses: 25 Maret 2017.

http://apps.who.int/gho/data/node.imr.WHOSIS_000003?lang=en

Yunita, A., Istiyani A., dan Fifien M. (2014). Diskriptif Sosial Ekonomi Terhadap

Mortalitas Bayi Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. [Artikel

Ilmiah]. Jember: Fakultas Ekonomi Universitas Jember.