Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan...

116
UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Argihta Marettia 0706272603 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DEPOK MEI 2011 Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Transcript of Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan...

Page 1: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan

Program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Argihta Marettia

0706272603

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DEPOK

MEI 2011

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 2: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya

sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Nama : Argihta Marettia

NPM : 0706272603

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Mei 2011

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 3: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Argihta Marettia NPM : 0706272603 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : Analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pelaksanaan program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja M.Sc., Sp.Ok. (...........................) Penguji : Dr. dr. Zulkifli Djunaedi M. App Sc. Penguji : Delta Digita Rinaldo, SKM Ditetapkan di : Depok Tanggal : 12 Mei 2011

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 4: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

iv

KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan sistem kredit semester dan sebagai prasyarat

kelulusan program studi kesehatan dan keselamatan kerja, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia. Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan Program STOP di Lingkungan PT. X Indonesia tahun

2011” diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi

para pembaca.

Dalam pembuatan laporan ini, penulis juga meminta maaf atas segala kesalahan

baik secara lisan atau tulisan. Skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis bersikap

terbuka terhadap masukan dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk

meyempurnakan laporan magang ini. Selain itu, dalam pembuatan skripsi ini penulis

dibantu oleh banyak pihak yang tak dapat dituliskan satu per satu. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. My Saviour, Jesus Christ, terima kasih untuk kebaikan dan kasih-Mu selama

ini. Tak pernah berkesudahan kasih setia-Mu padaku. Biarlah ini menjadi

persembahan yang berkenan pada-Mu.

2. Orang tua yang terkasih dan adik tercinta, terima kasih atas dukungan dan

kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan

baik.

3. Ibu Meily Kurniawidjaja selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan masukan, nasihat, dan dukungan. Terima kasih Ibu atas petunjuk

yang diberikan pada saya selama penyusunan skripsi ini.

4. Mbak Shinta selaku pembimbing lapangan di PT. X, terima kasih atas

bantuannya selama saya di PT. X dan mohon maaf atas segala kesalahan yang

saya buat.

5. Inangtua Vera, tak ada kata yang bisa terucapkan selain terima kasih banyak

atas kebaikannya selama ini, dari sebelum KP hingga saat ini, the best motivator

di saat tersulit.

6. Seluruh orang-orang E5, khususnya HSE, Mbak Erna, Mbak Mega, Kak

Yuni, Kak Mey, Kak Gina, Om Vit, Mbak Elsye, dll dan Kak Delta, terima

kasih untuk semuanya. I’m happy to know all of you.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 5: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

v

7. Seluruh responden yang telah membantu penyebaran kuesioner ini, para

driver (Mas Sandy, dan rekan-rekan), para security (Pak Suwandi, dan rekan),

para pantry (Mbak Pony, Mbak Yanti, Mbak Siti, Mbak Asih, dkk), para cleaner

(Bang Yono, Mbak Nisa, dll), para helper (Mas Turmin, dkk), para mail room,

para penduduk E3 (Mbak Gita, Mas Rijal, dkk), E5, E8 (Mbak Maria, Mbak

DinarShita), E9 (Mas Deva), D2 (Mbak Santi), D3 (Mbak Livi), D4 (Mbak

Ani), dan D5 (Mbak Nunik).

8. Leidiana L., teman satu perjuangan dalam suka dan duka, terima kasih telah

mendengarkan keluh kesah selama perjuangan skripsi ini.

9. Eldi Risania, Resty Tri Anissa, Ajeng Tantri, Indah Purnamasari, Febri

Himawan, kawan-kawan seperjuangan di PT. X. Thanks yaa guyss

10. Christiana S., Ka Aswin, Bang Sabam, Tika, Kiting, yang selalu gw recoki

dengan curhat-curhat gw selama ini.

11. Teman-teman tercinta, Dwi Astuti, Asti Rosiana, Fazariah Rachmawati,

Arry Rinaldy, Ary Rachmawan, Dimas R., Yusy Aprianty, dan Andi

Darma.

12. Geng Gabil, yang eksis kapanpun dan dimanapun, hedon terus, hehe. Buat

ketuanya terutama Elyana A. dan wakilnya Dwi Okta R. Dan juga untuk para

anggotanya, Cesie Nadia, Miranty Jasmine, Devani Ersa, Devi Partina, Putri W.,

dll, maju terus dan sukses bersama ya,

13. Teman-teman K3 2007, yang selama 3 tahun ini telah berjuang bersama-sama

untuk menuntaskan kuliah ini. Bersama kita bisa, sampai berjumpa pada

September ceria

14. Teman-teman POSA, yang selalu mendoakan kami setiap saat, khususnya

sang Koor tergeje, mari kita jalan-jalan *loh..

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih untuk semua orang yang telah

membantu penyusunan skripsi ini. Banyak pihak yang tidak tertuliskan, namuan

dari dalam hati terdalam, saya ucapkan terima kasih. Saya berharap skripsi ini bisa

menjadi manfaat untuk orang lain

Jakarta, Mei 2011

Argihta Marettia

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 6: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

di bawah ini:

Nama : Argihta Marettia

NPM : 0706272603

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-

exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Program STOP

di PT. X Indonesia tahun 2011”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas

Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 12 Mei 2011

Yang Menyatakan

( Argihta Marettia )

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 7: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

vii

ABSTRAK Nama : Argihta Marettia Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011 Program STOP merupakan program penanaman nilai keselamatan pada karyawan. Yang dilakukan dengan cara mengobservasi perilaku yang aman dan tidak aman. Penelitian ini didasarkan pada persepsi karyawan mengenai pelaksanaan STOP dengan metode kuesioner, observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis deskriptif maupun analitik mengenai pengetahuan, persepsi bahaya, prosedur, komunikasi, sosialisasi, pelatihan, reward/punishment, pengawasan, dan komitmen. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan, persepsi, komunikasi, pelatihan, dan komitmen terhadap perilaku dalam pelaksanaan STOP. Program ini secara umum sudah berjalan dengan baik, tetapi belum optimal dan harus ditingkatkan. Program ini dapat menumbuhkan kesadaran akan keselamatan yang akan menuju pada terciptanya budaya keselamatan. Kata Kunci : Program STOP, Persepsi, Budaya Keselamatan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 8: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

viii

ABSTRACT

Name : Argihta Marettia Degree : Bachelor Title : Analyze of STOP Program in PT. X Indonesia 2011

STOP Program is a program for internalized a safety value of employees. The program is conducted by observing the behavior of safe and unsafe. The study was based on the perceptions of employees regarding the implementation of the STOP. The method used was a questionnaire, observation, and interviews. In this study, an analysis of descriptive and analytical knowledge, perception of danger, procedures, communication, socialization, training, reward / punishment, supervision, and commitment. From the survey results revealed that there is a relationship between knowledge, perception, communication, training, and commitment to the behavior in the execution of STOP. The program generally has been running well, but not optimal. This program can raise awareness of safety that will lead to the creation of a safety culture. Key word: STOP Program, Perception, Safety Culture

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 9: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH ........................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................................. vii

ABSTRACT .............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

1.3 Pertanyaan penelitian .......................................................................................... 6

1.4 Tujuan ................................................................................................................... 7

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 7

1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 7

1.5 Manfaat ................................................................................................................. 8

1.5.1 Manfaat bagi Perusahaan ........................................................................ 8

1.5.2 Manfaat bagi Mahasiswa......................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup ..................................................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi keselamatan ......................................................................................... 9

2.2 Definisi Kecelakaan .......................................................................................... 9

2.4 Pencegahan kecelakaan .................................................................................. 12

2.5 Konsep Budaya ............................................................................................... 13

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 10: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

xi

2.5.1 Tiga Tingkatan Budaya........ ........................................................... 14

2.5.1.1 Artefak dan perilaku ........................................................... 14

2.5.1.2 Tata Nilai ............................................................................. 15

2.5.1.3 Asumsi dasar ..................................................................... 15

2.5.2 Karakteristik pada tingkat artefak dan/atau tata nilai ...................... 16

2.5.3 Karakteristik pada Tingkatan Tata Nilai (IAEA, 2002) .................. 17

2.5.4 Asumsi dasar (IAEA, 2002) ............................................................. 18

2.6 Definisi budaya keselamatan .......................................................................... 18

2.7 Model dan konsep budaya keselamatan ........................................................ 19

2.8 Safety culture maturity level .......................................................................... 23

2.9 Latar belakang program STOP....................................................................... 24

2.10 Safety Training Observation Program ........................................................... 27

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori .................................................................................................... 31

3.1.1 Safety Culture ........................................................................................... 31

3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................... 32

3.3 Definisi Operasional, Skala Ukur, Hasil Ukur, Alat Ukur, dan Skala Ukur .. 33

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian .................................................................................................. 35

4.2 Waktu dan Lokasi ................................................................................................ 35

4.3 Populasi Sampel ................................................................................................... 35

4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 36

4.5 Uji Validitas Kuesioner ....................................................................................... 36

4.6 Uji Reliabilitas Kuesioner .................................................................................. 37

4.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 37

4.8 Manajemen Data .................................................................................................. 37

4.9 Analisis Data ........................................................................................................ 38

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 11: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

xii

BAB 5 Gambaran Umum Perusahaan

5.1 Visi, Misi dan Tujuan PT. X Global ................................................................. 39

5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................................ 41

5.3 PT. X Indonesia ................................................................................................. 42

5.4 Sejarah LNG Tangguh ...................................................................................... 43

5.5 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................................... 45

5.6 Proses Kerja ....................................................................................................... 45

5.7 Alat-Alat dan Mesin .......................................................................................... 47

5.8 Gambaran Umum HSE Department ................................................................ 48

5.9 Kebijakan dan Komitmen Perusahaan Terhadap HSE ................................... 49

5.10 Struktur Organisasi K3 (terlampir) .................................................................. 50

5.11 Program Kerja Departemen HSE ..................................................................... 50

BAB 6 HASIL

6.1 Karakteristik Informan ......................................................................................... 54

6.2 Pelaksanaan Program STO ................................................................................. 55

6.3 Perilaku terhadap program STOP ..................................................................... 63

6.4 Analisis Hubungan .............................................................................................. 64

6.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ....... 64

6.4.2 Hubungan Persepsi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ............. 65

6.4.3 Hubungan Prosedur dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ............ 66

6.4.4 Hubungan Sosialisasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP.......... 67

6.4.5 Hubungan Komunikasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ....... 67

6.4.6 Hubungan Pelatihan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ............. 68

6.4.7 Hubungan Reward/Punishment dengan Perilaku Pelaksanaan STOP...... 69

6.4.8 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP....... 70

6.4.9 Hubungan Komitmen dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .........70

BAB 7 PEMBAHASAN

7.1 Analisis Pelaksanaan Program STOP ................................................................ 71

7.2 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pelaksanaan STOP ........... 74

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 12: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

xiii

7.3 Analisis Hubungan Persepsi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ........ 75

7.4 Analisis Hubungan Prosedur dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ....... 76

7.5 Analisis Hubungan Komunikasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP 77

7.6 Analisis Hubungan Sosialisasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ... 78

7.7 Analisis Hubungan Pelatihan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ...... 79

7.8 Analisis Hubungan Reward/Punishment dengan PerilakuPelaksanaanSTOP . 80

7.9 Analisis Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Pelaksanaan STOP ........... 81

7.10 Analisis Hubungan Komitmen dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .. 82

BAB 8 PENUTUP

8.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 85

8.2 Saran .................................................................................................................. 87

Daftar Pustaka............................................................................................................. 91

Lampiran

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 13: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Kecelakaan ............................................................................. 10

Tabel 2. Tingkatan budaya dalam aplikasi aspek keselamatan ............................ 15

Tabel 3. Definisi Budaya Keselamatan ............................................................... 18

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Pengisian kartu STOP di PT. X Indonesia tahun 2011 ..........................................................................................................57

Tabel 6.2 Distribusi Univariat .............................................................................59

Tabel 6.3 Distribusi Persepsi Bahaya di Lingkungan Kerja PT. X Indonesia tahun 2011 .................................................................................................60

Tabel 6.4 Distribusi Prosedur Kerja di PT. X Indonesia tahun 2011 ....................60

Tabel 6.5 Distribusi Metode Pelatihan Program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011 .................................................................................................63

Tabel 6.6 Distribusi perilaku safe/ unsafe act di PT. X Indonesia tahun 2011 ......64

Tabel 6.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .....................................................................................64

Tabel 6.8 Distribusi Hubungan Persepsi Bahaya dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .....................................................................................66

Tabel 6.9 Distribusi Hubungan Prosedur dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .........................................................................................................66

Tabel 6.10 Distribusi Hubungan Sosialisasi Perilaku dalam Pelaksanaan STOP . 67

Tabel 6.11 Distribusi Hubungan Komunikasi Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .........................................................................................................68

Tabel 6.12 Distribusi Hubungan Pelatihan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .........................................................................................................68

Tabel 6.13 Distribusi Hubungan Sanksi Reward dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .....................................................................................69

Tabel 6.14 Distribusi Hubungan Pengawasan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP ........................................................................................................ 70

Tabel 6.15 Distribusi Hubungan Komitmen Perilaku dalam Pelaksanaan STOP .71

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 14: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Domino Theory (Heinrich, 1980) ...................................................... 11

Gambar 2. Piramida kecelakaan (Bird, 1986) ..................................................... 12

Gambar 3. Konsep Budaya Keselamatan (Cooper, 2000) ................................... 20

Gambar 4. Total safety culture (Geller, 2001) .................................................... 20

Gambar 5. Hubungan perilaku keselamatan berdasarkan waktu dan insiden rate 23

Gambar 6 Safety Culture Maturity Level............................................................ 24

Gambar 7. Penyebab utama hilangnya hari kerja (United steelworkers of America) ................................................................................................... 25

Gambar 8. Siklus STOP (Dupont, 2000) ............................................................ 29

Gambar 10. Layout LNG Tangguh ..................................................................... 44

Gambar 9. Peta Proyek LNG Tangguh ............................................................... 44

Gambar 11. Alur Kerja LNG .............................................................................. 47

Gambar 12. Karakteristik responden berdasarkan umur .......................................54

Gambar 13. Karakteristik responden berdasarkan lama kerja ...............................54

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 15: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UU no.1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja pada pasal 3

menyebutkan mengenai syarat-syarat keselamatan kerja salah satunya sebagai

upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan. Dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja no. 4 tahun 1998 yang dimaksud kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit

yang timbul karena hubungan kerja, demikan pula kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah

melalui jalan yang biasa dan wajar dilalui. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak

direncanakan dan tidak dapat dikontrol yang disebabkan oleh manusia, situasi,

atau faktor lingkungan, atau dari kombinasi beberapa faktor yang mempengaruhi

proses kerja, yang mana dapat menghasilkan ataupun tidak menghasilkan

kerugian, kesakitan, kematian kerusakan barang atau kejadian lain yang tidak

diinginkan, tapi memiliki potensial untuk terjadi (Colling, 1990). Dari dua definisi

tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kecelakaan merupakan kejadian

yang tidak diinginkan dan tidak diharapkan terjadi karena menimbulkan dampak

secara langsung maupun tidak langsung.

Kecelakaan merupakan permasalahan umum yang terjadi di tempat kerja

utamanya. Estimasi ILO tahun 2002, menggambarkan dari 2,8 milyar tenaga kerja

di dunia terjadi 2,2 kematian terkait dengan pekerjaan, 270 juta kecelakaan kerja.

NiOSH mengestimasikan 4 juta pekerja di Amerika menderita nonfatal injury

yang berhubungan dengan pekerjaan atau mengalami sakit penyakit

(www.cdc.gov). Menurut United States Department of Labor, diketahui bahwa

pada tahun 2007 terdapat 5657 kecelakaan kerja yang berakibat fatal di Amerika

Serikat, kemudian pada tahun berikutnya terjadi 5214 kecelakaan kerja fatal, dan

pada tahun 2009 diketahui 4340 kecelakaan kerja fatal. Jumlah tersebut tidak

dapat dikatakan kecil sehingga dapat diabaikan begitu saja, karena menyangkut

nyawa manusia. Data tersebut cukup signifikan bila dibandingkan dengan Bureau

of Labor Statistics (BLS) Census of Fatal Occupational Injuries yang mengatakan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 16: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

2

Universitas Indonesia

bahwa tercatat sekitar 5.700 trauma akibat cidera kerja di Amerika terjadi setiap

tahunnya (Levvy, 2006).

Badan Pusat Statistik RI pada bulan Agustus 2009 mencatat bahwa

penduduk Indonesia berjumlah 231,83 juta jiwa, 113,89 (49,13%) diantaranya

adalah populasi usia produktif (15-64 tahun). Sebanyak 104.87 juta jiwa (92,08%)

adalah bagian dari angkatan kerja (Meily, 2010). Dengan jumlah angkatan kerja

yang besar ini, timbullah suatu masalah baru, yaitu pada tingkat keselamatan kerja

para pekerja. Data PT Jamsostek menyebutkan bahwa kecelakaan kerja pada

tahun 2007 mencapai 83.714 dengan kasus fatal sebanyak 1.883 kasus. Pada tahun

2008, kasus kecelakaan kerja meningkat menjadi 93.823 kasus dengan fatalitas

sebanyak 2.124 kasus. Pada tahun 2009, angka kecelakaan kerja justru mengalami

kenaikan kembali menjadi 96.697 dengan kasus fatal sebanyak 3.015 (Meily,

2010). Dari tahun 2007 hingga 2008, kasus kecelakaan dan kasus fatal terus

meningkat. Tingginya angka kecelakaan ini menunjukkan bahwa masalah

keselamatan dan kesehatan kerja masih terabaikan.

Industri minyak dan gas merupakan industri yang memberikan kontribusi

besar pada Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Namun, industri ini

mempunyai tingkat risiko dan bahaya yang tinggi. Hal ini terkait pada jam kerja

yang lebih lama dan tingkat pekerjaan yang sulit. Pada tahun 2005, total jumlah

pekerja produksi dan non-produksi meningkat dari 34.822 menjadi 38.228 dalam

kurun waktu lima tahun (www.migas-indonesia.com). Pekerja di industri minyak

secara umum menerima upah yang tinggi terkait lamanya jam kerja. Jam kerja

untuk pekerja sektor ekstraksi minyak di Indonesia rata-rata 50-60 jam per

minggu atau lebih tinggi dari jam kerja sektor manufaktur yang hanya 38-40 jam

per minggu. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan risiko pada sektor minyak

dan gas ini cukup tinggi.

Dari data BP Migas tahun 2005 terdapat 328 kecelakaan. Kecelakaan ini

terdiri dari beberapa kategori, seperti kecelakaan ringan tanpa hilangnya hari kerja

sebanyak 262 kasus, kecelakaan sedang dengan kehilangan hari kerja sebanyak 48

kasus, kecelakaan berat sebanyak 14 kasus, dan kecelakaan fatal sebanyak 5

kasus. Sedangkan data Ditjen Migas pada 2007 menunjukkan terjadi 103

kecelakaan di hulu migas dan 27 kecelakaan di hilir migas. Pada tahun 2008, di

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 17: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

3

Universitas Indonesia

hulu migas terjadi 100 kecelakaan dan 23 kecelakaan di hilir migas. Pada tahun

2009, sampai Oktober 2009, data kecelakaan industri migas terus mengalami

penurunan menjadi 34 kasus kecelakaan operasi hulu migas dan 35 kasus

kecelakaan di hilir migas (bataviase.co.id). Hingga tahun 201, kasus kecelakaan

industri migas terus menurun, kecelakaan operasi di hulu migas terdiri dari 11

kecelakaan ringan, 14 kecelakaan sedang, enam kecelakaan berat, dan tiga

kecelakaan fatal. Sedangkan di hilir migas, tercatat terjadi 23 kecelakaan ringan,

enam kecelakaan sedang, satu kecelakaan berat dan empat kecelakaan fatal

(bataviase.co.id).

Pada dasarnya, kecelakaan dapat dikontrol dengan pendekatan budaya

keselamatan dan kesehatan kerja. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada

keselamatan dan kesehatan individu saja, tetapi juga untuk menjaga keselamatan

orang lain. Dengan ini, karyawan diharapkan saling menjaga dan mengawasi

orang lain sehingga terbentuk jaringan kerja yang saling mendukung. Budaya ini

sebaiknya diaplikasikan di dalam dan di luar organisasi (Groeneweg, 2005).

Pendekatan budaya keselamatan dan kesehatan kerja ini meliputi pendekatan

teknis, pendekatan manajemen, dan pendekatan perilaku. Professor E. Scott Geller

dalam buku The Psychology of Safety Handbook menyatakan bahwa terdapat tiga

faktor yang berkontribusi pada kecelakaan kerja, yaitu faktor lingkungan, faktor

manusia, dan faktor perilaku. Ketiga faktor ini yang disebut safety triads (Geller,

2001).

Perilaku manusia (human behavior) merupakan aspek penting yang

menjadi pusat perhatian para ahli di bidang Ilmu Keselamatan. Kecelakaan

umumnya disebabkan oleh kondisi yang tak aman (unsafe condition) dan tindakan

yang tak aman (unsafe act) (Heinrich, 1928). Teori yang dikemukan Heinrich ini

yang menjadi dasar dari penelitian penyebab kecelakaan selanjutnya. Dalam riset

yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain mengenai faktor penyebab kecelakaan,

ditemukan bahwa faktor manusia mempunyai kontribusi yang besar dalam

menyebabkan kecelakaan. Penelitian Joshchek pada tahun 1981 menyimpulkan

80-90% kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia (www.csb.gov).

Sedangkan penelitian lain oleh Uehara dan Hoosegow (1986) menyebutkan 58%

dari kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (www.csb.gov). Selain

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 18: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

4

Universitas Indonesia

itu, pada tahun 1971, Oil insurance Association Report on Boiler Safety

memberikan persentase sebesar 73% untuk kesalahan manusia sebagai penyebab

kecelakaan (CCPS, 1995). Lebih jauh lagi Wagenar dan Groeneweg

menyimpulkan 96% dari kecelakaan diakibatkan setidaknya oleh satu kesalahan

manusia, sementara Salminen dan Tallberg meyakini bahwa kontribusi kesalahan

manusia dalam menyebabkan kecelakaan sebesar 84-94%.

(www.informaworld.com)

Menurut Hollnagel kontribusi kesalahan manusia pada insiden yang terjadi

pada tahun 1960 diperkirakan sebesar 20% dan pada tahun 1990 kontribusi

kesalahan manusia meningkat hingga lebih dari 80% (Trepes, 2003). Barry

Kirwan mengidentifikasi bahwa faktor kesalahan manusia berkontribusi 34% dari

semua faktor penyebab kecelakaan, sedangkan Bea dan Moore menyebut angka

80% kecelakaan disumbang dari kesalahan manusia (API-Publication-2351).

Human factors yang berkontribusi pada kecelakaan kerja selalu menjadi sesuatu

hal yang kompleks, seringkali tidak dapat diprediksikan dan tidak dapat dikontrol

(Geller, 2001).

Kesalahan manusia tentunya secara tidak langsung akan berpengaruh pada

loss. Profit suatu perusahaan akan menurun jika loss bertambah besar. Untuk

menurunkan potensi dari loss, diperlukan suatu implementasi budaya keselamatan

secara massif. Implementasi budaya keselamatan ini memerlukan peran

leadership, dalam hal ini komitmen manajemen sebagai dukungan untuk program

keselamatan diperusahaan. Selain itu, dibutuhkan partisipasi dari pekerja dalam

menjalankan budaya keselamatan ini. Budaya keselamatan akhirnya merupakan

sebuah komunikasi yang efektif antara pekerja dan pihak manajemen. Dengan

budaya keselamatan ini diharapkan munculnya safety awareness.

Dari penjabaran diatas, disimpulkan bahwa banyak kejadian kecelakaan

yang terkait dengan “tindakan” (behavior/act) orang. Salah satu cara untuk

mengembangkan perilaku selamat pada pekerja adalah dengan Safety Training

Observation Program (STOP). STOP merupakan kartu keselamatan yang

digunakan untuk mengobservasi tindakan aman atau tindakan yang tidak aman.

Program STOP merupakan suatu program keselamatan yang berfokus pada

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 19: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

5

Universitas Indonesia

tindakan aman/tidak aman yang dilakukan pekerja. Program ini dikembangkan

oleh institut keselamatan, DuPont. Program ini dikembangkan sebagai salah satu

alat untuk mengembangkan keahlian observasi dan komunikasi dengan

pendekatan positif guna memastikan tempat kerja yang lebih aman. Selain itu,

program ini juga dilaksanakan untuk membangun budaya keselamatan di

lingkungan kerja. Program ini telah diterapkan pada beberapa perusahaan, seperti

PT. X.

PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang minyak

dan gas. Produk utama yang dihasilkan perusahaan ini adalah gas. Dalam

peranannya sebagai produsen gas terbesar di Indonesia, PT. X juga menjalankan

komitmennya dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satu program yang

dilakukan di perusahaan ini untuk menciptakan budaya keselamatan di kalangan

karyawan adalah dengan program STOP. Walau tingkat insiden di office hampir

tidak ada, namun program ini dilakukan sebagai upaya preventif. Dengan program

ini, karyawan dilatih untuk peka akan kondisi yang safe atau unsafe .

Kartu STOP yang digunakan di PT. X mengadopsi lisensi dari DuPont.

Program STOP ini lazimnya digunakan di lapangan (site), karena bahaya dan

risiko yang ada di lapangan tentunya lebih besar dari lingkup kantor. Namun,

untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak aman, PT. X sudah mengaplikasikan

program ini di kantor. Namun, pelaksanaannya kurang berjalan secara

menyeluruh. Ini dikarenakan tidak semua divisi melakukan pemantauan dengan

kartu STOP. Hal ini terjadi karena pengaruh dari perilaku karyawan yang less

awarness terhadap keselamatan dan menganggap risiko keselamatan di kantor

rendah. Perilaku ini yang menjadikan program STOP kurang efektif. Oleh karena

itu, dilakukan suatu kajian untuk melihat gambaran perilaku karyawan terhadap

pelaksanaan program STOP di kalangan karyawan PT. X Indonesia tahun 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang dijabarkan pada latar belakang, diketahui bahwa

mayoritas penyebab kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia. Ini

menandakan bahwa perilaku manusia berhubungan dengan terciptanya budaya

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 20: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

6

Universitas Indonesia

keselamatan. Untuk itu, PT. X mencanangkan program STOP. Dalam prakteknya,

pengembangan budaya keselamatan merupakan komponen penting yang harus

dibangun dalam suatu sistem. Program STOP dapat dijadikan sebagai salah satu

indikator dalam pengembangan budaya keselamatan khususnya dalam pendekatan

pada perilaku manusia. Namun, pelaksanaan program STOP di head office PT. X

Indonesia masih belum menyeluruh dan mencakup semua divisi. Banyak hal yang

berpengaruh dalam belum optimalnya program ini, seperti komitmen dari team

leader, partisipasi dari karyawan sendiri, dan komunikasi dua arah yang kurang

terbangun. Dari pra-survey yang dilakukan mengenai program ini, diketahui ada

beberapa hal yang membuat program ini berjalan belum optimal, seperti anggapan

bahaya dan risiko di lingkungan kantor rendah dan binggung untuk mengisi kartu

STOP. Hal ini terjadi karena kategori pengamatan yang ada membuat ambigu

karyawan. Selain itu, pengamatan yang dilakukan cenderung monoton karena

risiko di kantor rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis terhadap pelaksanaan

program STOP di kalangan karyawan PT. X Indonesia tahun 2011

1.3 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, maka disusunlah

pertanyaan mengenai masalah ini, seperti :

1. Bagaimana analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan program STOP PT. X Indonesia tahun 2011?

2. Bagaimana pengetahuan karyawan mengenai program STOP di PT. X

Indonesia tahun 2011?

3. Bagaimana persepsi karyawan mengenai bahaya yang ada di

lingkungan kerja PT. X Indonesia tahun 2011?

4. Bagaimana pengawasan yang berjalan di PT. X Indonesia tahun 2011?

5. Bagaimana pelatihan yang berjalan dalam pelaksanaan program STOP

di PT. X Indonesia tahun 2011?

6. Bagaimana sanksi/penghargaan yang berjalan dalam pelaksanaan

program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011?

7. Bagaimana komitmen yang berjalan di PT. X Indonesia tahun 2011?

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 21: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

7

Universitas Indonesia

8. Bagaimana komunikasi yang yang berjalan dalam pelaksanaan

program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011?

9. Bagaimana sosialisasi yang yang berjalan dalam pelaksanaan program

STOP di PT. X Indonesia tahun 2011?

10. Bagaimana prosedur keselamatan kerja yang ada di PT. X Indonesia

tahun 2011?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya analisis pengetahuan karyawan mengenai program STOP di

PT. X Indonesia tahun 2011

2 Diketahuinya analisis persepsi karyawan mengenai bahaya yang ada di

lingkungan kerja PT. X Indonesia tahun 2011

3 Diketahuinya analisis pengawasan team leader yang berjalan di PT. X

Indonesia tahun 2011

4 Diketahuinya analisis pelatihan yang berjalan dalam pelaksanaan program

STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

5 Diketahuinya analisis sanksi-penghargaan yang berjalan dalam

pelaksanaan program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

6 Diketahuinya analisis komitmen team leader yang berjalan di PT. X

Indonesia tahun 2011

7 Diketahuinya analisis komunikasi yang yang berjalan dalam pelaksanaan

program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

8 Diketahuinya analisis sosialisasi yang yang berjalan dalam pelaksanaan

program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

9 Diketahuinya analisis prosedur keselamatan kerja yang ada di PT. X

Indonesia tahun 2011

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 22: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

8

Universitas Indonesia

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat bagi Perusahaan

Perusahaan dapat melihat persepsi karyawan terhadap pelaksanaan

program STOP di kalangan karyawan PT. X Indonesia tahun 2011. Selain itu,

penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam rangka membangun budaya

keselamatan di kalangan karyawan PT. X Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan menjadi sumber informasi untuk perusahaan dalam meninjau

partisipasi karyawan dan komitmen team leader. Dengan penelitian ini,

perusahaan juga dapat mengetahui pengetahuan dan sikap karyawan mengenai

program STOP.

1.5.2 Manfaat bagi Mahasiswa

Sebagai wadah pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis, serta

sebagai sarana untuk mengaplikasikan dan menerapkan ilmu dan teori yang telah

dipelajari oleh penulis selama kuliah.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan program STOP di PT. X Indonesia tahun 2011.

Penelitian ini juga ingin menggambarkan pengetahuan terhadap program STOP

yang berjalan di PT. X Indonesia. Penelitian ini juga dilakukan dalam rangka

melihat komitmen dan pengawasan dari team leader serta sangksi-penghargaan,

sosialisasi, komunikasi, pelatihan, prosedur yang ada dalam menunjang

pelaksanaan program STOP

Dalam kegiatan penelitian ini, penulis melakukan observasi dokumen

dan observasi pada pekerja. Penelitian ini dilakukan sepanjang Maret-Mei 2010

di PT. X Indonesia. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah

dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan cara analisa kuesioner, wawancara, dan observasi langsung di lingkungan

kerja. Data sekunder didapat dari dokumen internal perusahaan dan studi literatur

maupun kepustakaan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 23: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi keselamatan

Keselamatan diambil dari kata safety dalam bahasa Inggris, yang artinya

keadaan atau situasi yang aman. Dalam hal ini, keselamatan berhubungan dengan

pekerjaan, atau biasa disebut dengan keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah

suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan. Keselamatan kerja ini juga

mencakup pencegahan kecelakaan dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari

kemungkinan kecelakaan atau kondisi kerja yang tidak aman/sehat. Menurut

LaDou, keselamantan kerja menekankan pada kesalahan sistem dan kesalahan

manusia.

Keselamatan juga mengandung pengertian interaksi anata manusia, mesin,

dan lingkungan sehingga tercapai suatu keseimbangan yang dinamis. Namun,

interaksi ini tidak selalu berjalan dengan mulus (gagal) sehingga menghasilkan

masalah besar sebagai akibat dari kurangnya pengawasan. Untuk itu, ada

beberapa upaya kesealamtan yang perlu diimplementasikan dalam suatu program

keselamatan. Menurut David E. Geotsh (2005), program dasar dalam

pengendalian keselamatan meliputi Engineering, Education, dan Enforcement.

Aspek Engineering, dengan mengurangi bahaya yang berisiko dalam proses kerja.

Aspek Education, dengan menjamin pekerja untuk tahu bagaimana cara bekerja

yang aman. Aspek Enforcement, dengan menyakinkan pekerja untuk mematuhi

kebijakan peraturan, pelaksanaan, dan prosedur yang berlaku. Dari penjelasan

diatas, keselamatan kerja harus memperhatikan faktor alat, lingkungan, dan faktor

manusia.

2.2 Definisi Kecelakaan

Kecelakaan memang tak lepas dari perkembangan dunia industri.

Kecelakaan merupakan dampak yang ditimbulkan dari industrialisasi yang

bertumbuh sangat pesat. Lebih lanjut lagi, ada beberapa definisi baku mengenai

kecelakaan, seperti :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 24: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

10

Universitas Indonesia

Tabel 1. Definisi Kecelakaan

Referensi Definisi

Index nakertrans, 2004

Kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga

kerja karena hubungan kerja di tempat kerja

Oglesby at all, 1994 Kecelakaan kerja yang dimaksud disini tidak hanya

luka/cedera fisik pada pekerja atau kerusakan properti,

tetapi juga berdampak pada kesehatan pekerja baik

jangka pendek maupun jangka panjang

Departemen kesehatan

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan

tak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian

material atau penderitaan dari yang paling ringan

sampai yang paling berat.

David Colling, 1990 Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak terencana dan

tidak terkendali yang disebabkan oleh faktor manusia

atau lingkungan atau kombinasi dari faktor-faktor

tersebut yang mengganggu proses kerja yang mungkin

dapat mengakibatkan kerusakan properti, cedera,

kematian, atau penyakit akibat kerja

Royal Society for the Prevention of Accidents (RoSPA)

Kecelakaan sebagai sebuah penyimpangan dari keadaan

normal yang berujung pada injury

Bird, 1986 Kejadian yang tidak diinginkan dan berbahaya untuk

manusia atau properti.

Dari beberapa definisi tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa

kecelakaan merupakan kejadian yang menyimpang dan tidak direncanakan yang

dapat menyebabkan kerugian, baik untuk manusia, alat, atau lingkungan.

Kecelakaan terjadi akibat adanya interaksi atau kontak yang tidak seimbang antara

manusia, mesin (alat), dan lingkungan.

2.4 Teori Kecelakaan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 25: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

11

Universitas Indonesia

Heinrich dalam teori domino menjelaskan bahwa kecelakaan timbul

karena adanya kontribusi dari berbagai faktor, seperti faktor lingkungan,

kesalahan manusia, unsafe act, dan unsafe condition. Teori ini mengemukan

bahwa kecelakaan sekitar 88% disebabkan oleh perilaku yang tidak aman, 10%

karena situasi yang tidak aman dan 2% karena hal yang sulit dirinci. (Heinrich,

1980)

Gambar 1. Domino Theory (Heinrich, 1980)

Pada teori domino ini, Heinrich memaparkan bahwa terdapat lima urutan

faktor kecelakaan yang pada akhirnya akan menyebabkan injury. Terjadinya

injury ini dapat dicegah dengan menghilangkan faktor sentral, yaitu, unsafe act

yang merupakan 98% faktor penyebab kecelakaan.

Konsep dasar dari teori ini adalah :

1. Accident merupakan salah satu hasil dari serangkaian kejadian yang

berurutan. Accident tidak terjadi dengan sendirinya.

2. Penyebab terjadinya accident adalah faktor manusia dan faktor fisik.

3. Accident tergantung kepada lingkungan fisik kerja dan lingkungan

sosial kerja.

4. Accident terjadi karena kesalahan manusia.

(Heinrich, 1980)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 26: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

12

Universitas Indonesia

Gambar 2. Piramida kecelakaan (Bird, 1986)

Gambar diatas menunjukkan bahwa kontribusi tindakan yang tidak aman akan

menyebabkan cedera yang parah. Fenomena ini sering digambarkan dengan

fenomena gunung es, dimana kejadian nearmiss dan tindakan yang tidak aman

seringkali terabaikan. Untuk itu, sebaiknya dilakukan pencegahan pada tindakan

yang tidak aman agar tidak berpotensi menjadi cedera yang lebih parah. Dalam

practical loss control leadership menjelaskan bahwa satu kecelakaan terjadi

akibat akumulasi dari (piramida) near miss ini merupakan at risk behaviour atau

perilaku kerja yang tidak aman (Bird, 1986). Bila at risk behaviour ini dapat

dikendalikan maka puncak kecelakaan yang paling parah tidak akan terjadi

2.4 Pencegahan kecelakaan

Prinsip pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan beberapa

pendekatan, seperti :

1. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis dapat dikendalikan melalui 3 titik, yaitu

pengendalian teknis pada sumber, pengendalian pada path way, dan

pengendalian pada penerima. Pada hirarki pengedalian, pendekatan teknis

dilakukan dengan cara engineering control. Pendekatan teknis ini dapat

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 27: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

13

Universitas Indonesia

diaplikasikan dalam bentuk isolasi pada mesin atau modifikasi mesin.

(Ramli, 2010)

2. Pendekatan Manajemen

Bercermin dari loss causation model yang dijelaskan sebelumnya,

manajemen mempunyai kontribusi penting dalam terjadinya kecelakaan.

Pendekatan manajemen ini dilakukan sebagai komitmen dalam

pencegahan kecelakaan di tempat kerja. Dalam hirarki pengendalian,

pendekatan manajemen dilakukan dengan cara administratif control.

Mengembangkan sistem manajemen K3 pada perusahaan adalah salah satu

contoh dalam pendekatan manajemen ini. (Ramli, 2010)

3. Pendekatan Behaviour

Manusia berpotensi melakukan perilaku yang tidak aman. Perilaku

ini dapat menjadi bumerang dalam menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Oleh karena itu, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Pendekatan ini dilakukan dengan

cara memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang K3 pada pekerja.

Pendekatan behaviour ini menjadi alasan bagi pengembangan model aspek

perilaku dalam K3 seperti safety culture. (Ramli, 2010)

2.5 Konsep Budaya

Budaya adalah suatu peradaban dan sebuah tradisi yang merefleksikan

“apa yang telah berlaku di masa lampau”. Budaya juga mencerminkan bagaimana

cara manusia belajar untuk melihat lingkungan dan diri mereka sendiri, anggapan-

anggapan tidak tertulis tentang dunia dan cara manusia berperilaku

(ansn.bapeten.go.id). Dengan kata lain, budaya adalah bagian dari interaksi

manusia dan lingkungannya.

Definisi budaya menurut Edgar Schein, yaitu pola asumsi-asumsi

mendasar yang ditemukan, diperoleh, atau dikembangkan oleh sekelompok orang

sebagai hasil dari proses belajar untuk menyelesaikan masalah adaptasi eksternal

(bagaimana untuk bertahan hidup) dan integrasi internal (bagaimana untuk hidup

bersama), yang tersusun dari waktu ke waktu dan diwariskan dari generasi ke

generasi (ansn.bapeten.go.id). Pertama, budaya muncul dalam interaksi saling

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 28: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

14

Universitas Indonesia

menyesuaikan diri. Kedua, budaya terdiri dari unsur-unsur yang dimiliki bersama,

seperti bahasa dan kesempatan untuk berinteraksi. Ketiga, budaya diwariskan

lintas waktu dan lintas generasi dengan media komunikasi. Budaya adalah konsep

kompleks yang harus dianalisis pada setiap tingkatannya sebelum dapat

dimengerti (ansn.bapeten.go.id).

2.5.1 Tiga Tingkatan Budaya

Diagram berikut ini menunjukkan model tingkatan budaya yang

dikembangkan oleh Edgar Schein

Sesuatu yang tampak, misalnya arsitektur, salam

ritual, pakaian, bentuk-bentuk nasehat

Sesuatu yang dapat dijabarkan, misalnya strategi,

tujuan, filsafat hidup

Sesuatu yang tidak tampak – secara tidak sadar

berlaku dan biasanya tersembunyi – seperti sifat-

sifat manusia, alasan seseorang dihormati (IAEA,

2002)

2.5.1.1 Artefak dan perilaku

Tingkatan budaya yang paling mudah diamati adalah artefak, yaitu apa

yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Ketika kita memasuki suatu organisasi,

artefak yang paling jelas adalah arsitektur atau desain bangunan. Aspek lainnya

adalah tata letak. Pada tingkat ini budaya sangat jelas dan mempunyai dampak

emosional yang tegas. Akan tetapi kita tidak tahu pasti mengapa setiap organisasi

berbentuk susunan seperti ini atau mengapa manusia berperilaku seperti itu, sulit

untuk dimengerti apa yang sedang terjadi. (IAEA, 2002)

2.5.1.2 Tata Nilai

Artefak dan perilaku

Tata nilai yang dianut

Asumsi-asumsi mendasar

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 29: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

15

Universitas Indonesia

Tata nilai yang dianut adalah nilai-nilai yang diterapkan dan didukung

oleh seseorang atau organisasi. Informasi tentang hal ini dapat diperoleh melalui

tanya jawab tentang sesuatu yang kita amati dan kita rasakan. Tata nilai yang

dianut adalah nilai-nilai yang dikatakan oleh suatu kaum dan didukung oleh

mereka. Tata nilai adalah keadaan yang diinginkan tentang sesuatu yang

seharusnya. (IAEA, 2002)

2.5.1.3 Asumsi dasar

Tingkatan ini terletak di tingkat paling dalam dari suatu budaya. Tingkat

ini terdiri dari sikap-sikap yang mendasar yang dimiliki oleh sebagian besar

anggota kelompok budaya, mengakar pada diri mereka tetapi tidak disadari.

(IAEA, 2002). Setiap kelompok budaya dapat dipelajari pada ketiga tingkatan ini,

yaitu tingkat artefak dan tingkah laku, tingkat tata nilai yang dianut dan tingkat

asumsi-asumsi mendasar. Esensi dari budaya terletak pada pola asumsi-asumsi

mendasar, dan sekali seseorang mengerti hal ini, maka ia dapat mengerti tingkatan

budaya yang berada di atasnya dan bertindak dan bersikap benar terhadap

tingkatan budaya tersebut. Untuk mengerti budaya keselamatan secara

menyeluruh, kita harus mengidentifikasi artefak, tata nilai yang dianut, dan

asumsi-asumsi mendasar yang membentuk konsep budaya sebagaimana dapat

diterapkan pada aspek keselamatan.

Artefak paling mudah diamati, tetapi paling sulit untuk ditafsirkan

maknanya. Pengetahuan tentang tata nilai akan membantu dalam mengerti

maknanya, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan apabila asumsi-asumsi dasar telah

dimengerti, maka makna komponen pada tingkat artefak akan lebih jelas.

Tabel 2. Tingkatan budaya dalam aplikasi aspek keselamatan

Tingkatan Contoh Artefak: - objek - bahasa - sejarah - ritual - perilaku

• Kebijakan keselamatan. • Nihil kecelakaan • Penghargaan keselamatan. • Penggunaan alat keselamatan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 30: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

16

Universitas Indonesia

Tata nilai

• Keselamatan adalah prioritas utama. • Tidak ada toleransi pada penurunan

kualitas keselamatan. • Lingkungan kerja yang sehat. • Kesalahan adalah kesempatan untuk

belajar.

Asumsi-asumsi dasar

• Kecelakaan disebabkan oleh kecerobohan.

• Sebagian kecil orang bersifat cenderung celaka.

• Risiko harus diambil untuk mencapai sasaran.

• Keselamatan dapat selalu ditingkatkan. • Kecelakaan pada dasarnya dapat

dihindari. Sumber : IAEA, 2002

2.5.2 Karakteristik pada tingkat artefak dan/atau tata nilai (IAEA, 2002)

Karakteristik pada tingkat ini, dapat berupa :

1. Komitmen top manajemen terhadap keselamatan. Ini merupakan

karakteristik penting, yang jika tidak ada akan sangat menghambat

pengembangan budaya keselamatan secara positif. Top manajemen harus

menunjukkan komitmen mereka dalam bentuk perilaku, sikap terhadap

keselamatan, dan alokasi sumberdaya.

2. Kepemimpinan yang nyata. Ini berhubungan dengan karakteristik

sebelumnya, bahwa top manajeman harus berperilaku mendukung

keselamatan harus terlihat nyata bagi pekerja lainnya. Para top manajer

dapat meningkatkan keselamatan dengan role-play.

3. Pendekatan sistematis terhadap keselamatan. Ini akan tampak pada

kualitas prosedur keselamatan dari sistem manajeman keselamatan dan

dokumentasi keselamatan. Hal yang penting dalam pendekatan sistematis

ini adalah pengkajian risiko dan pengendalian risiko.

4. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur. Prosedur harus menyatakan

apa yang harus dilakukan dalam kejadian yang tidak diharapkan, yang

tidak hanya mencakup peraturan atau prosedur yang ada. Pelanggaran

peraturan dan prosedur adalah tanda jelas bahwa budaya keselamatan

lemah.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 31: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

17

Universitas Indonesia

5. Motivasi dan kepuasan bekerja. Perilaku para pekerja akan sangat

dipengaruhi oleh motivasi dan kepuasan bekerja mereka miliki.

6. Keterlibatan semua pekerja. Para pekerja tidak akan mempunyai rasa

memiliki terhadap aspek keselamatan jika mereka tidak terlibat dalam

identifikasi masalah-masalah keselamatan dan mencari penyelesaiannya.

Keselamatan adalah suatu bidang di mana semua orang dapat terlibat aktif.

7. Hubungan antara para manager dengan para pekerja. Ada hubungan

yang sehat, keterbukaan dan saling menghormati antara para manajer dan

para pekerja akan membentuk suatu sinergisasi dalam organisasi.

8. Kesadaran akan proses kerja. Para pekerja harus memiliki pengertian

yang baik tidak hanya pada proses kerja yang mereka lakukan, tetapi juga

bagaimana masing-masing proses berinteraksi dengan proses lainnya.

Seharusnya ada dokumentasi yang baik tentang proses-proses yang

berlaku dalam organisasi. Hal itu mencakup manusia, teknologi dan

bagian-bagian organisasi.

2.5.3 Karakteristik pada Tingkatan Tata Nilai (IAEA, 2002)

1. Prioritas utama terhadap keselamatan. Banyak organisasi yang

menyatakan bahwa keselamatan adalah prioritas utama, tetapi tindakan

dan perilakunya tidak selalu sesuai dengantata nilai yang dianutnya.

Kredibilitas organisasi akan merosot jika kenyataannya tidak konsisten

dengan tata nilai yang ada.

2. Keselamatan selalu dapat ditingkatkan. Organisasi tidak akan puas begitu

saja dengan performa kerja dalam keselamatan. Tata nilai ini akan

mencerminkan adanya penerapan terhadap pengkajian-diri.

3. Keterbukaan dan komunikasi. Komunikasi yang baik diperlukan dalam

suatu organisasi. Pekerka mendapatkan saran untuk mendiskusikan

masalah mereka baik secara kelompok atau secara individual. Organisasi

dapat menggunakan saluran komunikasi untuk menjadi penjembatan

antara pekerja. Suatu organisasi akan secara terus menerus mendorong

suasana keterbukaan di antara para karyawannya jika mereka menganut

tata nilai ini.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 32: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

18

Universitas Indonesia

2.5.4 Asumsi dasar (IAEA, 2002)

Pandangan terhadap keselamatan: tanggung jawab terhadap keselamatan

berada pada setiap karyawan dan bukan hanya berada pada para manajer dan

pengawas.

2.6 Definisi budaya keselamatan

Tabel 2. Definisi Budaya Keselamatan

Referensi Definisi

ACSNI, Human Factor Study Group, HSC, 1993

The product of individual and group values, attitudes, perceptions, competenciesand patterns of behaviour that can determine the commitment to, and the style and proficiency the competencies and behaviour that of an organisation’s health and safety management system

UK Health and Safety Commission (1993)

‘... the product of individual and group values, attitudes,competencies, and patterns of behaviour that determine the commitment to, and the style and proficiency of, an organisations Health & Safety programmes. Organisations with a positive safety culture are characterised by communications founded on mutual trust, by shared perceptions of the importance of safety, and by confidence in the efficacy of preventative measures'

The International Atomic Energy Authority (IAEA, 1991)

‘...that assembly of characteristics and attitudes in organisations and individuals which establishes that, as an overriding priority, nuclear plant safety issues receive the attention warranted by their significance’

The Confederation of British Industry (CBI, 1991)

‘the ideas and beliefs that all members of the organisation share about risk, accidents and ill health’

Uttal (1983) ‘Shared values and beliefs that interact with an organisations structures and control systems to produce behavioural norms’

Turner, Pidgeon, Blockley & Toft (1989)

‘the set of beliefs, norms, attitudes, roles, and social and technical practices that are concerned with minimising the exposure of employees, managers, customers and members of the public to conditions considered dangerous or injurious’.

Sumber : Towards a Model of Safety Culture (M. D. Cooper Ph.D, 2000)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 33: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

19

Universitas Indonesia

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Budaya keselamatan merupakan konsep yang menggambarkan suatu

kelompok yang mengacu pada nilai yang dimiliki oleh kelompok atau

organisasi.

2. Budaya keselamatan memiliki komitmen yang tinggi akan masalah safety

di organisasi yang berhubungan erat namun tidak terbatas sistem

manajemen serta pengawasan

3. Budaya keselamatan menekankan pada keterlibatan semua pihak di semua

tingkatan dari sebuah organisasi

4. Budaya keselamatan dari suatu organisasi memiliki dampak positif

terhadap perilaku bekerja pada karyawan

5. Budaya keselamatan tercermin dari adanya penghargaan terhadap safety

serta adanya kinerja safety yang terus meningkat

6. Budaya keselamatan akan menggambarkan keunggulan organisasi dalam

mengembangkan diri dan belajar dari setiap kesalahan, insiden, dan

kecelakaan,

7. Budaya keselamatan relatif bertahan lama, stabil, dan tahap terhadap

perusahaan.

2.7 Model dan konsep budaya keselamatan

Model dan konsep budaya keselamatan terus dikembangkan oleh para ahli

dalam penerapannya di berbagai bidang, termasuk dunia industri. Dominic

Cooper, misalnya, seorang ahli psikologi organisasi yang mendalami masalah ini.

Cooper mencoba menguraikan budaya keselamatan dalam suatu batasan yang

mudah dipahami dan mudah diukur. Cooper melihat konsep budaya keselamatan

ini dari sisi : aspek psikologis, aspek perilaku, dan aspek situasi atau organisasi.

Aspek psikologis menekankan pada pribadi manusia sebagai individu. Aspek

pribadi ini misalnya cara pikir, nilai, pengetahuan, motivasi, dan harapan. Aspek

perilaku berkaitan dengan perilaku sehari-hari, seperti kebiasaan dalam

melakukan pekerjaan. Aspek situasi lebih menekankan pada apa yang dimiliki

perusahaan untuk mengatur suatu pekerjaan berlangsung dengan aman, seperti

standar dan sistem keselamatan kerja, SOP, peralatan, dan juga lingkungan kerja.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 34: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

20

Universitas Indonesia

Ketiga aspek ini saling mempengaruhi. Dari tiga aspek tersebut dapat diukur

sejauh mana budaya keselamatan tercapai dalam sebuah perusahaan. Jadi,

perkembangan budaya keselamatan tidak lepas dari ketiga aspek tersebut.

Gambar 3. Konsep Budaya Keselamatan (Cooper, 2000)

Perkembangan model budaya keselamatan juga dipaparkan oleh E. Scott

Geller yang banyak berkontribusi juga dalam pengembangan Behaviour Based

Safety (BBS). Konsep budaya keselamatan Geller disebut ‘total safety culture’.

Prinsip model budaya keselamatan Geller dan Cooper hampir serupa, menekankan

pada tiga aspek. Geller memaparkan bahwa budaya keselamatan merupakan hasil

interaksi antara tiga komponen, yaitu pribadi, perilaku, dan lingkungan.

Gambar 4. Total safety culture (Geller, 2001)

SAFETY CULTURE

Person (knowledge, skill,

abilities, intelligence)

Environment (SOP, Tools, Equipment,

Hosekeeping)

Behaviour (complying, coaching,

recognizing)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 35: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

21

Universitas Indonesia

Tabel 3. Perbandingan Beberapa Model mengenai Budaya Keselamatan

Scott Geller Dominic Cooper IAEA

Pengertian In a total safety culture (TSC), everyone feels responsible for safety and pursues it on a daily basis (safety culture)

concerned with the shared perceptions and beliefs that workers hold regarding safety in their work place

that assembly of characteristics and attitudes in organizations and individuals which establishes that, as an overriding priority, nuclear plant safety issues receive the attention warranted by their significance

Fokus Behaviour and person approach

Safety climate, Manajemen sistem

Manager’s Commitment

Sumber Engineering (i.e. equipment design) and psychology (i.e. behavioural and social sciences)

Literature review of characteristics that differentiate between high versus low accident-rate companies

Literature review

Model Kausal

ABC-model (A=Activator, B= Behaviour and C=Consequence)

Not explicitly stated Not explicitly stated

Variabel Environment, Behaviour, Person

Job, Organization, Person

Policy level commitment, Managers’ commitment, Individuals’ commitment

Kekurangan dan Kelebihan

`A safety professional's ultimate goal is to achieve a total safety culture'

Assess any changes in the perceptions of safety climate that may have occurred as a result of a goal-setting and feedback intervention

Subset of the culture of the whole organization, whereby the latter comprises the mix of shared values, attitudes and patterns of behaviour that give the organization its particular character.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 36: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

22

Universitas Indonesia

Menurut HRMI Project Spesification, 2004, terdapat lima indikator dalam

budaya keselamatan, yaitu :

1. Komitmen

Dalam hal ini, komitmen team leader akan berpengaruh pada

performance pekerja dalam melakukan pekerjaan yang aman. Selain itu,

komitmen team leader akan berpengaruh aspek dimana keselamatan itu

ditempatkan, apakah keselamatan itu merupakan suatu prioritas atau tidak.

Komitmen dari team leader dapat dilihat dari komunikasi verbal (safety tour dan

safety meeting) dan komunikasi tertulis (kebijakan)

2. Komunikasi dua arah

Komunikasi dua arah ini dilakukan secara horishontal maupun vertikal,

antara atasan dan bawahan atau sesama karyawan. Komunikasi secara vertikal

dibuktikan dengan kebijakan tertulis yang menjelaskan mengenai isu keselamatan.

Salah satu cara lain dalam komunikasi dua arah ini adalah dengan melakukan

safety reporting, yaitu komunikasi isu untuk mendapatkan feedback. Komunikasi

horishontal dapat dilakukan dengan media verbal.

3. Keterlibatan karyawan

Dalam hal ini, partisipasi karyawan juga penting untuk menciptakan

budaya keselamatan. Salah satu fasilitas yang digunakan dalam memancing

keterlibatan karyawan adalah dengan adanya pelatihan, menyediakan kesempatan

untuk karyawan dalam melakukan tanggung jawab personal, dan konsultasi.

4. Pembelajaran budaya keselamatan

5. Attitude toward blame

Budaya keselamatan lebih menekankan pada aspek perilaku (apa yang

orang lakukan), dimana keselamatan berhubungan dengan aksi dan perilaku

manusia. Selain itu, budaya keselamatan memperhatikan aspek situasional (apa

yang organisasi lakukan). Aspek situasional ini meliputi prosedur, regulasi, dan

kebijakan. Kajian budaya keselamatan suatu organisasi tidaklah mudah. (Ridwan,

2011)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 37: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

23

Universitas Indonesia

Dalam prakteknya, budaya keselamatan dengan pendekatan perilaku

memakan waktu yang lama dalam prosesnya. Dalam bagan berikut akan

digambarkan tentang hubungan waktu dengan tingkat insiden :

Bagan tersebut menjelaskan bahwa ketiga pendekatan tersebut

berpengaruh dalam suatu tingkat insiden yang terjadi. Pendekatan perilaku

memang membutuhkan waktu yang lama, namun pengaruhnya cukup signifikan

dalam menurunkan tingkat insiden yang terjadi.

2.8 Safety culture maturity level

Terdapat 10 elemen dari safety culture maturity model :

1. Komitmen manajemen

2. Komunikasi

3. Produktivitas vs keselamatan

4. Pembelajaran organisasi

5. Sumber daya safety

6. Partisipasi

7. Persepsi tentang safety

8. Kepercayaan

Engineering improvements

Safety emphasis Compliance

• Reporting • Assurance • Competence • Risk

Management

• Behaviour • Visible leadership / personal

accountability • Shared purpose & belief • Aligned performance

commitment & external view

Gambar 5. Hubungan perilaku keselamatan berdasarkan

waktu dan insiden rate

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 38: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

24

Universitas Indonesia

9. Hubungan industri dan kepuasan kerja

10. Pelatihan

Gambar 6 Safety Culture Maturity Level

Salah satu metode pengamatan perilaku dengan STOP. Program STOP

merupakan salah satu tools yang dikembangkan untuk observasi tindakan aman

atau tidak aman. Program ini, dikembangkan dari program Behaviour Based

Safety, sebagai tools untuk menciptakan penanaman nilai-nilai keselamatan pada

karyawan

2.9 Latar belakang program STOP

Dupont melakukan penelitian selama 10 tahun dan menghasilkan suatu

produk bernama kartu STOP. Fokus penelitian dupont adalah mencari solusi

dalam melindungi manusia, properti, dan lingkungan. Penelitian ini digunakan

dengan pendekatan behaviour based safety. Awalnya, penelitian ini dilakukan

untuk membuktikan teori Heinrich mengenai kontribusi faktor unsafe act/unsafe

condition dalam menyebabkan kecelakaan. Program keselamatan dari Dupont

menyatakan kecelakaan di tempat kerja akibat dari perilaku yang berisiko (at risk

behaviour), khususnya unsafe act. Perilaku yang tidak berisiko ini yang menjadi

cikal bakal dari pembuatan kartu STOP.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 39: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

25

Universitas Indonesia

Heinrich dalam teori domino menyebutkan bahwa 88% dari kecelakaan di

dunia industri disebabkan oleh unsafe act, sisanya sebesar 10% disebabkan oleh

unsafe condition dan 2% disebabkan oleh keadaan yang sulit dirinci. Inilah yang

menjadi dasar penelitian yang dilakukan Dupont. Dalam penelitian ini, Dupont

menyimpulkan bahwa 96% dari kasus injuri disebabkan oleh unsafe acts dan 4%

disebabkan oleh unsafe condition (United steelworkers of America, 2005). Itulah

yang menjadi dasar dari pembuatan kartu STOP untuk mengobservasi perilaku

seseorang.

Gambar 7. Penyebab utama hilangnya hari kerja (United

steelworkers of America)

Dasar dari pengembangan kartu STOP ini adalah behaviour based safety

(BBS). Thomas Krause menegaskan kembali bahwa BBS adalah sebuah program

yang berkontribusi untuk meningkatkan efektivitas penerapan hierarchi of

control, dengan memasukkan unsur intervensi perilaku manusia. BBS melakukan

upaya pencegahan dengan mengandalkan perilaku manusia karena kecelakaan

disebabkan 88% unsafe act. Dalam hal ini, peran BBS dalam mengintervensi

perilaku manusia melalui stimulus (teori Pavlov) dan respons (teori Bandura).

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 40: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

26

Universitas Indonesia

Pavlov dengan teori perilaku classical condition menyatakan pemberian

stimulus akan otomatis berpengaruh pada respon seseorang. Berikut merupakan

bagan yang menggambar teori perilaku classical condition :

Conditioned Stimulus (CS) Conditioned Respon (CR)

Unconditioned Stimulus (UCS) Unconditioned Respon (UCR)

(Sunyoto, 2000)

Keterangan :

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui

kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik.

2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral

dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS).

3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara

otonom atau dengan sendirinya.

4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari

penggabungan CS dan US.

Respon mengacu pada perubahan perilaku yang melibatkan adanya

aktivitas yang disebabkan oleh otot dan kelenjar. Respon dapat berupa respon luar

dan respon dalam. Sedangkan stimulus mengacu pada segala perubahan yang ada

dalam lingkungan. Istilah lain dari stimulus adalah rangsangan. Seperti halnya

respon, stimulus dapat berasal dari luar maupun dari dalam. Dalam penerapan

BBS, stimulus yang diberikan terus menerus adalah melakukan observasi perilaku

secara terus menerus yang pada akhirnya menghasilkan perubahan perilaku yang

aman. (Sunyoto, 2000)

Operant conditioning merupakan tingkah laku membentuk suatu

konsekuensi, seperti perilaku positif akan mendapatkan konsekuensi pujian atau

hadiah, sebaliknya perilaku negatif akan mendapatkan sebuah konsekuensi berupa

pujian atau hadiah. Operant conditoning merubah perilaku dengan

menghubungkan akibat yang didapat. Teori Operant Conditioning dikemukan

oleh B.F Skinner. Penerapan dalam BBS adalah bila dalam melakukan observasi

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 41: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

27

Universitas Indonesia

perilaku kerja didapatkan pekerja yang telah melakukan pekerjaannya dengan

benar dan aman maka pekerja tersebut harus diberi reinforcement agar pekerja

tersebut mengerti bahwa yang ia lakukan benar dan aman sehingga perilaku kerja

aman diulangi terus menerus. (Sunyoto, 2000)

Penguatan (reinforcement) adalah peristiwa atau sesuatu yang dianggap

sebagai hadiah atau mungkin hukuman yang menyebabkan makin besar

kemungkinan stimulus tertentu menghasilkan respon tertentu, makin besar

kemungkinan stimulus tertentu menghasilkan respon tertentu. Penerapan dalam

BBS reinforcement memotivasi seseorang melakukan perilaku yang aman.

(Sunyoto, 2000). Geller dalam jurnal yang berjudul “Understanding Behaviour

Based Safety” menjelaskan bahwa teori ABC menjelaskan hubungan antara

Activator, Behaviour, Consequence. Activator adalah keadaan yang memicu

behaviour, sedangkan consequence adalah keadaan yang timbul akibat perilaku.

2.10 Safety Training Observation Program

Program STOP adalah suatu program untuk mengobservasi tindakan yang

tidak aman yang dilakukan orang lain. Dengan program ini, setiap individu dilatih

untuk mengamati lingkungan kerja dan mengamati perilaku yang tidak aman dari

sesama pekerja. Program ini tidak hanya melatih pekerja untuk mengamati

lingkungan sekitarnya, tetapi juga melatih seseorang untuk mengidentifikasi

bahaya yang ada di lingkungan kerja. Program ini diaplikasikan dalam bentuk

kartu yang dapat diisi pekerja. Kartu STOP ini juga dapat digunakan untuk

mencatat hal-hal yang sudah aman. STOP memberi wewenang setiap orang untuk

melakukan intervensi dari tindakan yang tidak aman, bersedia melakukan

pendekatan dengan karyawan, menekankan tindakan yang aman di tempat kerja,

membiasakan budaya aman dan selamat.

Program ini mencoba menekan angka insiden dengan penekanan pada

perilaku selamat dan menghilangkan perilaku berisiko di tempat kerja. Program

ini bertujuan untuk mengubah perilaku dengan observasi dan memberikan umpan

balik, baik yang positif maupun perilaku yang berisiko. Observasi yang dilakukan

dalam pengamatan STOP ini adalah observasi perilaku bukan observasi kondisi.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 42: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

28

Universitas Indonesia

Namun, kondisi yang tidak aman tetap bermula dari perilaku yang tidak

aman.Selain itu, program ini melatih tenaga kerja untuk mengamati, mencegah,

dan melaporkan tindakan yang tidak aman, melatih pekerja mengamati dan

menanamkan praktek kerja yang selamat. Dengan STOP dapat meningkatkan

safety performance, mengurangi kemunduran produksi dan biaya terkait cidera.

Tujuan dari aplikasi kartu STOP adalah untuk meningkatkan tingkat

kesadaran keselamatan (safety awarness) pada karyawan. Untuk jangka panjang,

diharapkan program ini dapat membentuk safety culture pada karyawan. Namun,

untuk membentuk safety culture tidaklah mudah. Untuk itu, tujuan jangka pendek

dari program ini adalah untuk melatih karyawan dalam mengamati tindakan yang

aman/tidak aman. Manfaat dari penggunaan kartu STOP antara lain,

meningkatkan keahlian pengamatan, meningkatkan kualitas komunikasi diseluruh

organisasi, mengkomunikasikan komitmen manajemen tentang keselamatan,

mengembangkan keahlian safety leadership, mengurangi jumlah cedera

(www.pdo.com). Adapun, prinsip dasar dari aplikasi kartu STOP adalah :

Semua cedera dan penyakit akibat kerja dapat dicegah.

Keselamatan adalah tanggungjawab setiap orang.

Manajemen bertanggungjawab langsung dalam pencegahan cedera dan

penyakit akibat kerja.

Keselamatan merupakan persyaratan kerja.

Pelatihan merupakan elemen penting guna menciptakan tempat kerja yang

aman

Audit keselamatan haruslah dilakukan.

Praktek kerja aman haruslah didorong dan semua tindakan/kondisi tidak

aman harus diperbaiki dengan segera.

Cedera, penyakit akibat kerja dan near-miss haruslah diselidiki.

Safety off the job merupakan bagian penting dari keseluruhan upaya

keselamatan.

Pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja merupakan tindakan yg

menguntungkan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 43: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

29

Universitas Indonesia

Orang/karyawan merupakan elemen terpenting untuk mencapai sukses

dalam program keselamatan dan kesehatan kerja.

Siklus kartu STOP akan dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 8. Siklus STOP (Dupont, 2000)

Dalam melakukan program STOP ini, hal yang terpenting dilakukan adalah

melakukan pengamatan. Kategori pengamatan dalam kartu STOP adalah posisi

seseorang, reaksi seseorang, perkakas dan peralatan, kerapihan, prosedur, dan alat

pelindung diri. Selain melakukan observasi, tahap yang tidak kalah penting adalah

melakukan intervensi sesudah melakukan observasi. Intervensi ini digunakan

untuk melengkapi proses pengamatan STOP untuk menentukan penyebab dasar

dari tindakan seseorang. Untuk melakukan intervensi, dapat dilakukan beberapa

cara, seperti melakukan percakapan dengan orang yang diamati, mendiskusikan

hasil pengamatan mengenai tindakan tidak aman, dan bersepakat mengenai

tindakan perbaikan guna mencegah terjadinya pengulangan. Dalam pengamatan

STOP nama orang yang diamati tidak boleh dicantumkan dalam kartu.

Pengamatan ini tidak terkait dengan kebijakan disiplin karyawan. Rollout dari

program STOP ini adalah pembentukan stop team yang akan memberikan training

kepada VP/manager, manager kemudian melakukan training pada supervisor,

supervisor pada pekerja bawahnya.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 44: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

30

Universitas Indonesia

Ada beberapa arti penting dari STOP (STOP Training Package) :

1. STOP berarti komunikasi, komunikasi antara sesama rekan kerja atau

komunikasi antara atasan dan staff. Komunikasi ini perlu dibangun untuk

meningkatkan kesadaran akan perilaku yang selamat bagi pekerja. Dengan

adanya komunikasi secara dua arah, pekerja dilatih untuk lebih peka dalam

mengamati lingkungan kerja sekitarnya.

2. STOP juga berarti komitmen dari top manajemen dalam bidang K3.

Komitmen ini juga dilaksanakan oleh karyawan. Pengisian kartu STOP

bukan hanya untuk memenuhi kuantitas dan target pencapaian tetapi juga

mencapai suatu kualitas pengembangan budaya keselamatan pada

individu.

3. Program stop tidak mengenal hukuman terhadap perilaku kerja yang tidak

aman karena hal tersebut tidak akan merubah perilaku permanen.

Pelaporan observasi perilaku dengan kartu STOP tidak boleh menyebutkan

nama, jenis kelamin atau identitas lainnya yang mudah dikenal terhadap

pekerja yang diobservasi. Hal ini untuk mencegah agar pekerja tidak

menaruh curiga terhadap observasi sebab tujuannya bukan untuk blame

person tapi memperbaiki perilaku yang tidak aman.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 45: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB III

Kerangka Teori, Kerangka Konsep, dan Definisi Operasional

3.1 Kerangka Teori

3.1.1 Safety Culture

Scot Geller (2001) mengembangkan suatu teori budaya keselamatan yang

dikenal dengan "The Safety Triad". Dalam teorinya ini, Geller menyebutkan

bahwa budaya keselamatan dipengaruhi 3 faktor yang saling berinteraksi, yaitu

person, behaviour, environment

Sumber : Geller, 2001

Budaya keselamatan sangat penting diterapkan pada sebuah organisasi

karena akan membentuk suatu sikap selamat berguna untuk meningkatkan

perilaku selamat setiap individu (Zohar,1980). Aspek person dalam budaya

keselamatan dikenal dengan istilah safety climate. Aspek ini merupakan aspek

mendasar yang mempengaruhi aspek perilaku manusia. Ketika perilaku yang

dilakukan oleh individu sudah mencakup kesadaran akan keselamatan, ini akan

berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, perilaku yang baik

akan menular pada lingkungan sekelilingnya. Lingkungan yang mendukung akan

membentuk budaya keselamatan.

Kunci dari budaya keselamatan adalah dimulai dari aspek person. Oleh

karena itulah, faktor person menjadi fokus variabel utama. Selain itu, dalam faktor

Environment

Safety Culture

Behaviour Person

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 46: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

32

Universitas Indonesia

person juga terkandung nilai-nilai, kepercayaan, maupun persepsi yang dimiliki

oleh individu maupun kelompok akan organisasi terhadap nilai safety suatu

organisasi (Cox&Flin, 1998). Dari aspek tersebut akan membentuk suatu perilaku

maupun suatu sistem yang mempengaruhi organisasi sehingga diharapkan mampu

mengukur sampai dimana pemahaman nilai safety yang ada di suatu organisasi

tersebut. Aspek person ini dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Dengan berlandaskan alasan tersebut, kerangka teori diatas akan

disederhakan dan difokuskan pada faktor person saja.

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep disesuaikan dengan variabel dari kerangka teori yang

diadaptasi dari Safety Triad oleh Geller (2001) yang mencakup tiga aspek dalam

pembentukan budaya keselamatan. Teori ini cukup sesuai untuk pembentukan

suatu perilaku selamat dalam suatu kelompok untuk terciptanya budaya selamat.

Tiga aspek tersebut, yaitu faktor orang, lingkungan, dan perilaku. Dari faktor

orang itu sendiri, dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Penulis

menyederhanakan variabel yang ada, sehingga didapatkan faktor internal dan

eksternal yang terkait dengan perilaku pekerja.

Faktor Internal : Pengetahuan Persepsi Bahaya

Faktor Eksternal : Pelatihan Pengawasan Sanksi/Reward Prosedur Komitmen Komunikasi Sosialisasi

Pelaksanaan Program STOP

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 47: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

33

Universitas Indonesia

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan Hasil tahu dari keadaan manusia yang mencari informasi mengenai suatu hal

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

2 Persepsi bahaya Suatu langkah awal untuk memandang adanya potensi bahaya yang ada di tempat kerja dengan subjektivitas individu.

Observasi Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar/Form identifikasi bahaya (checklist)

Nominal

3

Pengawasan Upaya pendorong yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kekuasaan dalam mengayomi orang lain

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

4 Pelatihan Proses pembelajaran pendek yang sistematis untuk menambah pengetahuan atau meningkatkan keterampilan dalam suatu hal. .

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

5 Sangksi/ penghargaan

Upaya pemberian hadiah dan hukuman sebagai risiko melakukan pekerjaan yang benar/salah

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

6 Prosedur Suatu aturan yang dibuat untuk menjamin suatu pekerjaan dilakukan dengan benar

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

3.3 Definisi Operasional, Skala Ukur, Hasil Ukur, Alat Ukur, dan Skala Ukur

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 48: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

34

Universitas Indonesia

7 Komunikasi Cara penyampaian pesan dengan media tertentu oleh sumber pada penerima

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

8 Sosialisasi program

Cara komunikasi untuk menyampaikan pesan dari komunikan kepada khayalak

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

9 Komitmen Sikap untuk terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan organisasi dan bentuk loyalitas yang konkret

Kuesioner Baik, jika nilai lebih dari mean Tidak baik, jika nilai kurang dari mean

Lembar kuesioner Ordinal

10 Pelaksanaan Program Stop

Proses yang berlangsung dalam menjalankan suatu program STOP hingga mencapai tujuan tertentu

Observasi Safe act Unsafe act

Lembar kuesioner Ordinal

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 49: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 4

Metodologi Penelitian

4.1 Desain penelitian

Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan program STOP di lingkungan perkantoran PT. X Indonesia tahun

2011 ini dilakukan secara kuantitatif analitik. Penelitian ini ingin menggambarkan

hubungan faktor individu, baik faktor internal atau eksternal, dengan pelaksanaan

program STOP di lingkungan kantor. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

desain studi observasional, yaitu cross sectional (potong lintang). Desain studi ini

dipakai karena variabel dependen dan variabel independen diteliti dalam waktu

bersamaan.

4.2 Waktu dan Lokasi

Penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pelaksanaan Program STOP di lingkungan perkantoran PT. X Indonesia tahun

2011 ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2010 di perusahaan British

Petroleum (PT. X), Jakarta.

4.3 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. X Indonesia yang

tercatat bekerja di head office. Jumlah seluruh populasi pekerja mencapai 327

orang yang tersebar dalam 10 departemen. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini dipilih secara random dari beberapa divisi. Untuk menghitung

banyak sampel yang ingin diteliti, digunakan perhitungan sebagai berikut:

2/12

z * )1(* pp * N

d2 (N-1) + 2/12

z * )1(* pp

(Ariwan, 1998)

s =

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 50: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

36

Universitas Indonesia

Keterangan :

p = perkiraan proporsi (0,5) nilai 0,5 ini didapatkan karena tidak ada angka

prevalens pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, diambil nilai proporsi

sebesar 50% dari populasi keseluruhan

d = presisi nilai presisi pada penelitian in sebesar 10% (0,1) diambil karena

penelitian ini baru pertama dilakukan

z = nilai z pada interval kepercayaan dipakai 95% yang nilainya 1,96

N = jumlah populasi di lingkungan kantor

S = jumlah sampel seluruhnya

Dari hasil perhitungan sampel diatas, didapatkan nilai S sebesar 76 sampel.

4.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen utama berupa kuesioner. Dalam

kuesioner tersebut, dibagi menjadi beberapa kategori besar, seperti kategori

pengetahuan sebanyak 13 pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban.

Kategori komunikasi dan sosialisasi sebanyak 4 pertanyaan dengan 3 pertanyaan

tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Kategori persepsi bahaya berupa checklist

sebanyak 9 jenis bahaya dengan alternatif jawaban, tinggi, sedang, rendah.

Kategori komitmen dengan pertanyaan sebanyak 7. Kategori pelatihan dengan

pertanyaan sebanyak 5. Kategori sanksi dan reward sebanyak 4 buah. Instrumwn

lain yang digunakan adalah panduan wawancara yang terstruktur. Wawancara

tidak dilakukan pada semua responden karena keterbatasan waktu, sehingga

wawancara dilakukan secara acak pada beberapa responden yang mempunyai

waktu untuk dimintai keterangan dalam pelaksanaan STOP ini.

4.5 Uji Validitas Kuesioner

Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan

reliabel. Untuk menguji keandalan kuesioner dilakukan uji validitas dan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 51: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

37

Universitas Indonesia

reliabilitas dengan SPSS. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas ini dilakukan

dengan menggunakan SPSS. Bila nilai r hitung komputer lebih besar dari nilai r

tabel artinya pertanyaan valid, namun sebaliknya jika nilai r hitung lebih kecil dari

r tabel maka pertanyaan tidak valid. Untuk mencari r tabel, Df = n-2 dengan alfa =

5 % (0,05). Jika hasilnya tidak valid maka dilakukan uji kembali dengan

penghapusan/penghilangan item yang bernilai kurang dari R tabel. Uji validitas

akan dilampirkan pada lembar lampiran.

4.6 Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau

serangkaian alat ukur. Uji yang digunakan adalah uji crombach alpha. Prinsip uji

reliabilitas ini adalah dengan membandingkan nilai crombach alpha dengan nilai

konstanta (0,6). Bila nilai Crombach ≥ 0,6 maka kuesioner reliable, namun bila

nilai crombach < 0,6, maka kuesioner tidak reliable. Uji reliabilitas akan

dilampirkan pada lembar lampiran.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan dengan observasi, wawancara terstuktur

pada responden yang mengisi kuesioner, dan kuesioner. Kuesioner merupakan

instrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalkan dalam bentuk

pertanyaan. Kuesioner dapat berbentuk pertanyaan terbuka atau pertanyaan

tertutup. Kuesioner ini diarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai

pengetahuan karyawan tentang program STOP, pelatihan, persepsi bahaya,

komitmen, sanksi dan reward, serta mengenai komunikasi-sosialisasi. Wawancara

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen perusahaan

4.8 Manajemen Data

Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian selanjutnya akan diolah

sehingga dapat dilakukan intepretasi yang benar. Adapun manajemen data yang

dilakukan adalah :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 52: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

38

Universitas Indonesia

1. Coding Data, yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada

masing-masing data. Editing Data, yaitu penyuntingan data sebelum

proses pemasukan data.

2. Struktur Data dan File Data, yaitu pengembangan data dengan

menggunakan perangkat lunak yang ada.

3. Entry Data, yaitu pemasukan data pada perangkat yang digunakan.

4. Cleaning Data, yaitu pembersihan data dari kesalahan yang mungkin saja

terjadi pada tahap pemasukan data.

4.9 Analisis Data

Data yang telah diperoleh dan diolah selanjutnya dianalisis sehingga dapat

dilakukan intepretasi terhadap data-data tersebut. Analisis data diolah dengan

menggunakan software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Data

tersebut merupakan hasil dari lembar kuesioner yang telah disebar pada responden

karyawan PT. X Indonesia. Sebelumnya kuesioner akan diuji validitas dan

reliabilitas pada karyawan untuk mengetahui pertanyaan apa yang relevan untuk

ditulis di kuesioner.

Analisis data pada setiap variabel disesuaikan, misalkan pada variabel

sangksi dan reward, dilakukan skoring (nilai 1= Sangat tidak setuju, 2= Tidak

setuju, 3=Setuju, 4=Sangat Setuju). Pada proses SPSS, nilai-nilai ini kemudian di

proses dengan compute lalu di recode menjadi satu kelompok. Dari kelompok

variabel baru inilah kemudian dilakukan analisis deskriptif, dengan mencari mean,

median, CI, persentase, dan percentil. Dari analisis tersebut dikelompokkan

menjadi dua kategori, baik dan tidak baik. Untuk mengetahui hasilnya, nilai

keluaran dibandingkan dengan mean (jika distribusi variabel normal) atau

dibandingkan dengan median (jika distribusi variabel tidak normal). Analisis data

untuk variabel lainnya dilakukan per item, untuk mendapatkan analisis deskriptif.

Untuk mengetahui hubungan antara setiap variabel dengan pelaksanaan STOP,

dilakukan uji chi square.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 53: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 5

Gambaran Umum Perusahaan

PT. X adalah salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di bidang

energi, khususnya minyak dan gas. PT. X merupakan produsen minyak dan gas

terbesar di Inggris dan North Sea dan Shetland West. Di Amerika, PT. X

merupakan produsen minyak dan gas terbesar berdasarkan aset utamanya di Teluk

Meksiko. Di Asia, PT. X merupakan prionir produksi gas alam lepas pantai

(offshore) dan menjadi produsen gas terbesar untuk pasar domestik di Indonesia.

Perusahaan ini berpusat di UK, Inggris dan mempunyai banyak cabang di Eropa,

Amerika Utara, dan Amerika Selatan, Asia, Australasia, Afrika, dan Rusia.

Aktivitas utama dari perusahaan ini adalah eksplorasi dan produksi minyak dan

gas alam, penyulingan minyak, marketing, supply dan transportasi, dan

manufactur petrokimia. Hampir 100.000 orang bekerja di 100 negara di 6 benua.

Aktivitas eksplorasi perusahaan ini mencakup 26 negara, dan 27.800 service

stasion disediakan sekitar 13 milyar pelanggan per hari. PT. X merupakan salah

satu investor asing terbesar di Indonesia.

5.1 Visi, Misi dan Tujuan PT. X Global

a. Visi

Membantu dunia dalam memenuhi kebutuhan energi dengan memproduksi

energi yang terjangkau, aman , dan tidak merusak lingkungan.

b. Misi

Progresif

Menjalin hubungan baik dengan mitra kerja dan pelanggan yang saling

menguntungkan.

Bertanggung jawab

Berkomitmen terhadap keselamatan dan pengembangan sumber daya

manusia serta masyarakat dimana PT. X beroperasi. Bertujuan untuk

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 54: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

40

Universitas Indonesia

tidak ada kecelakaan, membahayakan manusia, dan kerusakan pada

lingkungan.

Inovatif

Mendorong batas dan menciptakan terobosan baru melalui kerjasama

antara manusia dan teknologi.

Kinerja Optimal

Perbaikan yang berkesinambungan dan aman serta operasi yang handal

menjadi bukti kinerja optimal PT. X dalam memenuhi janji.

c. Tujuan

Mendukung masyarakat, melestarikan lingkungan

PT. X memiliki komitmen jangka panjang terhadap komunitas

dimana PT. X bekerja. PT. X menyadari bahwa tidak hanya memiliki

tanggung jawab untuk menciptakan pendapatan yang cepat dari

investasi tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap komunitas

dimana PT. X bekerja. Apapun yang PT. X lakukan, dimanapun PT. X

melakukannya, PT. X selalu berusaha untuk melestarikan dan

memperbaiki lingkungan sekitar, memberikan dukungan terhadap

pengusaha dan membantu pendidikan yang berhubungan dengan energi.

Perbaikan organisasi

Perbaikan organisasi di PT. X dilakukan dengan mengukur

kemajuan yang ada di PT. X. Ukuran kemajuan tidak hanya bergantung

pada sudut pandang PT. X sendiri, tetapi juga melalui laporan tahunan

PT. X yang mencatat mengenai kemajuan terhadap lingkungan,

kesehatan, keamanan dan ukuran lainnya yang diverifikasi oleh Ernst &

Young. PT. X juga secara teratur mengundang pelanggan, pemegang

saham, pemasok dan lainnya untuk memberikan pendapat tentang PT.

X sebagai bahan perbaikan organisasi.

Mencari energi untuk bahan bakar masa depan

Beberapa tantangan yang begitu besar ada di dunia. Salah satu

contoh tantangan tersebut adalah ancaman perubahan iklim. Kebutuhan

untuk memanfaatkan energi dengan sebaik-baiknya untuk menopang

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 55: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

41

Universitas Indonesia

kehidupan sangat diperlukan. PT. X berusaha menemukan cara untuk

menyeimbangkan tantangan yang akan menentukan masa depan energi,

setidaknya untuk beberapa dekade mendatang. PT. X membantu dengan

memberikan beberapa solusi dengan menyediakan bahan bakar,

produk-produk, dan energi yang dibutuhkan untuk saat ini dan masa

yang akan datang.

5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

a. Tahun 1901-1908

Pada tahun 1901, pencarian minyak dimulai oleh William D’Arcy.

Pada tahun 1908 dilakukan pemboran hingga mencapai

kedalaman1.180 kaki, setelah itu minyak keluar dari tanah. Dalam

waktu setahun, perusahaan minyak Anglo-Persian yang saat ini

menjadi PT. X, melakukan perdagangan di London dan Glasgow.

b. Tahun 1909-1924

Sekitar tahun 1909, Anglo-Persian membangun kompleks kilang di

Naphtha untuk mengubah aliran minyak mentah kental menjadi produk

yang berguna. Pada tahun 1914 proyek Anglo-Persian hampir

mengalami kebangkrutan.

c. Tahun 1925-1945

Pada tahun 1920-1930 mobil-mobil membanjiri jalanan Eropa dan

Amerika Serikat. Pompa bensin berlabel PT. X muncul di sekitar

Inggris. Ada 69 pompa bensin pada tahun 1921 dan lebih dari 6.000

pompa bensin pada tahun 1925. Pada tahun 1935, Persia berubah nama

menjadi Iran sehingga Anglo-Persian berubah nama menjadi Anglo-

Iranian.

d. Tahun 1946-1970

Seperti perusahaan lainnya, Anglo-Iranian, yang kemudian menjadi

PT. X mengalami banyak kerugian dalam perang dunia II. Pada tahun

1954, Anglo-Iranian berubah nama menjadi The British Petroleum.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 56: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

42

Universitas Indonesia

Pada tahun 1960, teknologi minyak telah mengalami banyak

kemajuan. Pada tahun 1965, British Petroleum menemukan gas alam

di selat Inggris yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk

sebuah kota menengah. Pada tahun 1969, British Petroleum melakukan

eksplorasi di Prudhoe Bay di Alaska. Pada tahun 1970, eksplorasi

lepas pantai berpindah dari Selat Inggris ke Laut Utara. Ditemukan

sebuah lahan yang disebut “Forty Field” yang dapat menghasilkan

400.000 barel minyak mentah dalam sehari.

e. Tahun 1971-1999

Pada tahun 1971 terjadi kudeta militer di Libya. Hal ini

menyebabkan British Petroleum mengalami kesulitan dalam distribusi

pengangkutan minyak di kawasan Timur Tengah. Pada akhir 1990-an

British Petroleum berubah nama menjadi PT. X dan dengan persaingan

yang ketat dalam industri energi maka terjadi serangkaian merger

terkemuka. PT. X dan Amoco bergabung dan membentuk PT. X

Amoco. Kemudian ARCO,Castrol dan Aral juga begabung dengan PT.

X

f. Tahun 2000

Pada tahun 2000, periode pertumbuhan PT. X beserta kelompok

seperti Amoco dan ARCO serta Castrol terbilang baik. PT. X

meluncurkan logo baru yang diidentifikasikan dengan warna hijau,

kuning dan putih. Logo baru tersebut melambangkan energi dalam

segala bentuk yang dinamis.

5.3 PT. X Indonesia

PT. X telah beroperasi selama lebih dari 35 tahun di Indonesia. Kegiatan

terbesar yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah produksi dan eksplorasi gas

dan minyak. Saat ini, PT. X Indonesia mempekerjakan 1200 orang. Kantor pusat

PT. X membawahi bagian upstream performance unit yaitu Java Gas PU dan

Tangguh PU. Proyek LNG Tangguh ini akan dibahas lebih lanjut. LNG Tangguh

terletak di Teluk Bintuni, Kabupaten Babo, Papua Barat. Lahan LNG Tangguh ini

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 57: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

43

Universitas Indonesia

ditemukan oleh Arco. Ladang ini kemudian dieksplorasi menjadi ladang gas.

Hasil utama dari LNG Tangguh berupa Liqufied Natural Gas (LNG). Proyek

LNG Tangguh ini melibatkan pengambilan gas bersih sekitar 14,4 trilliun kubik

feet dari perut bumi.

PT. X Indonesia memiliki pernyataan (statement) yang dirangkai oleh

perusahaan dalam bentuk tujuan dan komitmen, yaitu :

1. Tujuan PT. X Indonesia

Tujuan PT. X Indonesia adalah untuk berhasil di setiap kegiatan yang

dilakukan dengan mempersembahkan kinerja yang berkualitas tinggi yang

menggerakan daya saing perusahaan serta pengembalian yang sesuai dan

kompetitif bagi perusahaan dan masyarakat.

2. Komitmen PT. X Indonesia

Komitmen PT. X untuk menyalurkan penampilan yang terbaik di seluruh

operasi di Indonesia dengan menggunakan teknologi, dan kemampuan dan

pengalaman untuk mencari solusi baru dan inovatif dalam menghadapi tantangan

pada sektor minyak dan gas di Indonesia.

5.4 Sejarah LNG Tangguh

LNG tangguh memiliki area kerja sebesar 3.380 hektar per property area.

Area kerja ini merupakan area hutan hujan tropis. Proyek ini berada dalam remote

area di daerah Papua Barat. LNG ini merupakan komoditi yang menghasilkan

devisa yang cukup besar untuk Indonesia. PT. X merupakan perusahaan yang

dipegang oleh Arco. Selanjutnya terjadi merger antara PT. X dengan Arco, Vico,

dan Amoco. Pada tahun 2002, mulai dilakukan pencarian lokasi untuk

menemukan lahan yang berpotensi menghasilkan minyak atau gas. Tahun 2005,

LNG Tangguh mulai melakukan konstruksi untuk membangun sarana prasarana

operasi. Sebagian dari wilayah yang digunakan oleh PT. X merupakan daerah

pemukiman penduduk di daerah Wiriagar dan Tanah Merah Lama pada rentang

tahun 2004-2005. Awalnya, tahun 2002 mulai dilakukan pencarian awal lokasi

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 58: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

44

Universitas Indonesia

yang berpotensi menghasilkan minyak dan gas. Sejak tahun 2009, LNG tangguh

sudah mulai beroperasi.

Gambar 10. Layout LNG Tangguh

Gambar 9. Peta Proyek LNG Tangguh

Gambar 1. Peta LNG Tangguh

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 59: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

45

Universitas Indonesia

5.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Sebagai suatu perusahaan multinasional dan multidisiplin, PT. X Indonesia

mempunyai struktur organisasi seperti PT. X dipimpin oleh seorang presiden dan

resident manager, yang membawahi 17 executive vice president, vice president,

senior vice president , dan senior manager. Adapun bidang-bidang yang dikelola

oleh VP dan senior VP, meliputi : Supply Chain Management, Goverment and

Public Affair, Human Resources Administration, subsurface, FC & P, Marketing,

Java Gas, Tangguh Gas, Pagerungan, East Java Growth Gas, On North West Java,

Java LNG, Drilling, PSS, Field & Support Team, dan HSE (Health and Safety

Environment)

5.6 Proses Kerja

PT. X merupakan salah satu investor asing terbesar di Indonesia. PT. X

telah beroperasi selama lebih dari 35 tahun di Indonesia. Kegiatan terbesar yang

dilakukan oleh perusahaan ini adalah produksi dan eksplorasi gas dan minyak.

Saat ini, PT. X Indonesia mempekerjakan 1200 orang. Salah satu proyek yang

dilakukan PT. X Indonesia adalah proyek LNG Tangguh. LNG Tangguh terletak

di Teluk Bintuni, Babo, Papua Barat. Lahan LNG Tangguh ini ditemukan oleh

Arco. Ladang ini kemudian dieksplorasi menjadi ladang gas. Hasil utama dari

LNG Tangguh berupa Liqufied Natural Gas (LNG). Proyek LNG Tangguh ini

melibatkan pengambilan gas bersih sekitar 14,4 trilliun kubik feet dari perut bumi.

Proses kerja produksi LNG Tangguh akan dijabarkan sebagai berikut : dua

platform produksi mengumpulkan gas bersih dari reservoir, kemudian dikirim

melalaui pipa bawah laut. Dua platform ini biasa dinamai dengan VRA dan VRB.

Dalam VRA, terdapat 6 sumur minyak yang dialirkan ke bawah laut. Sedangkan,

dalam VRB terdapat 9 sumur minyak yang digunakan untuk mengambil minyak

dan gas dari bawah laut. Pada sumur minyak tersebut dilakukan proses drilling

untuk mencapai dasar laut. Minyak dan gas yang sudah diambil kemudian

dialirkan melalui pipa dengan panjang 42 km dan diameter 26 inch. Namun,

kapasitas gas yang diambil lebih banyak daripada minyak, karena produk utama

dalam LNG Tangguh ini berupa gas. Dari VRA dan VRB dihasilkan gas sekitar

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 60: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

46

Universitas Indonesia

7,6 mtpa. Gas tersebut disimpan dalam ORF (Onshore Receiving Facilities). Di

ORF ini, terjadi pemisahan antara gas yang ingin diolah menjadi LNG dan

kondensat. Kondensat yang dihasilkan kemudian dialirkan ke tangki kondensat.

Sedangkan gas yang dihasilkan, diolah kembali dalam dua train. Gas yang ingin

dihasilkan untuk produksi LNG ini adalah gas metana. Namun, ada hasil

sampingan yang dihasilkan dari gas tersebut adalah ethana, propona, butana, dan

pentana. Untuk propana, butana, dan pentana digunakan untuk memproduksi

LPG. Dari ORF, gas dibawa ke train 1 dan train 2, tepatnya pada unit 21 dan 22.

Pada unit ini, dilakukan proses AGRU (Acid Gas Removal Unit) untuk

memisahkan asam dan karbondioksida. Dari unit 21 dan 22 ini dihasilkan sweet

gas dengan kadar karbondioksida yang diperbolehkan (CO2 on spec). Produk yang

sudah dihasilkan pada unit 21 dan 22 dibawa ke unit 31 dan 32 untuk dilakukan

proses mercury removal dan dehidration, untuk menghilangkan mercury dan H2O.

Hasil dari proses ini didapatkanlah dry gas dengan kadar mercuri dan H2O on

spec. Selain itu pada unit ini juga dilakukan proses pemisahan terhadap metana,

etana, propana, butana, dan propana. Untuk produk metana yang dihasilkan lalu

dijual, untuk produk etana digunakan sebagai freon untuk proses pendinginan.

Freon ini dilakukan untuk menurunkan suhu dari metana yang berkisar 5700C

hingga suhu metana yang diinginkan sekitar -1600C. Metana yang sudah sesuai

dengan spec akan dialirkan ke tanki LNG. Ada dua tangki LNG. Kapasitas tangki

LNG sebesar 170.000 m3. Dari tangki LNG, gas akan siap dijual. Sedangkan

propana, butana, dan pentana akan menjadi kondensat dan dibawa ke tangki

kondensat. Kapasitas tangki kondensat sebesar 20.000 m3.

Berikut ini adalah bagan alir proses kerja di LNG Tangguh :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 61: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

47

Universitas Indonesia

Gambar 11. Alur Kerja LNG

Fasilitas lain yang terdapat pada LNG Tangguh ini meliputi :

1. Sistem pembuangan limbah padat

2. Ventilasi untuk emisi gas

3. Sistem pengolahan limbah

4. Utilities lain, seperti pasokan air untuk memenuhi kebutuhan operasi

dari 41 cubik meter per jam dan generator listrik untuk menggerakan

turbin sebesar 105 MW, bahan bakar, dan supply nitrogen.

5.7 Alat-Alat dan Mesin

Alat yang digunakan untuk proses produksi adalah train gas, LNG @ 3,8

mtpa, 2 NUI @vorwata with dedicate pipeline. NUI (Normally Unattendent

Information) dikontrol secara terpusat dari pusat main control building (MCB),

dan 1 tank condesor, VRA dan VRB yang digunakan sebagai deck dan pipa.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 62: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

48

Universitas Indonesia

5.8 Gambaran Umum HSE Department

HSE Department yang terdapat di PT. X Indonesia merupakan sebuah

departemen yang berdiri sendiri dan sejajar dengan departemen lainnya. HSE

Department ini berhubungan langsung dengan departemen lain dan memiliki

program-program kerja K3 tersendiri. Departemen ini memiliki laporan bulanan

yang harus diberikan kepada project manager dan safety manager regional serta

laporan triwulan (tiga bulanan) ke Depnaker.

Our goals

“No Accidents, no harm to people, and no damage to the environment.”

“NIhil kecelakaan, tidak membahayakan manusia, dan tidak membahayakan lingkungan”

Sasaran PT. X terhadap HSE, PT. X memiliki ciri khas dalam mengejar

dan mencapai prestasi di bidang kesehata, keselamatan kerja, dan lindungan

lingkungan tetapi di perusahaan PT. X disebut HSE. Komintmen PT. X terhadap

prestasi HSE merupakan salah satu dari lima kebijakan grup bisnis (etika,

karyawan, hubungan kerja, prestasi HSE, pengendalian dan manajemen

keuangan). Untuk mencapai sasaran tersebut PT. X memiliki HSE Management

Sytem Network yang terdiri dari 13 elemen sebagai sarana untuk mencapai

sasaran tersebut, yaitu :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 63: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

49

Universitas Indonesia

5.9 Kebijakan dan Komitmen Perusahaan terhadap HSE

PT. X Indonesia memiliki kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang

merupakan sebuah bentuk komitmen yang dipegang teguh oleh perusahaan.

Kebijakan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Setiap orang yang bekerja untuk PT. X E&PAsPac SPU bertanggung

jawab untuk melaksanakan HSSE dengan tepat. Kinerja HSE dan

kesehatan, keselamatan dan keamanan yang baik dari setiap orang yang

bekerja untuk kami sangat penting untuk keberhasilan bisnis PT. X.

Target kita dinyatakan dengan sederhana - nihil kecelakaan, tidak melukai

orang, dan tidak merusak lingkungan

Kami akan :

berkonsultasi, mendengarkan dan memberikan respon terbuka kepada para

pembeli, karyawan, tetangga, kelompok kepentingan umum dan mereka

yang bekerja dengan kami

bekerja dengan orang lain - mitra kami, pemasok, pesaing dan regulator -

untuk meningkatkan standar industri kami

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 64: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

50

Universitas Indonesia

patuh dengan semua hukum dan peraturan yang berlaku dan setiap

persyaratan lainnya perusahaan perlu taati

seluruh jajaran manajemen di site operasional PT. X bertanggung jawab

atas performa HSE terus meningkatkan dan melaporkan secara terbuka

performa kami, baik dan buruk

mengenali mereka yang berkontribusi untuk meningkatkan performa kerja

HSE

Rencana bisnis kami meliputi pencapaian target HSE. Kami semua berkomitmen

untuk memenuhinya dan terus memperbaikii performa HSE melalui

melaksanakan sistem manajemen setempat dan peninjauan secara berkala.

Safety adalah kewajiban setiap orang dan semua personil mempunyai

tanggung jawab untuk menghentikan pekerjaan jika tidak aman

5.10 Struktur Organisasi K3 (terlampir)

5.11 Program Kerja Departemen HSE

Adapun program kerja Departemen HSE, meliputi :

1. COW (Control of Work), meliputi :

Menerapkan dan memelihara COW site steering commitee

Melakukan audit eksternal COW

Update prosedur dan material COW

Mengembangkan kampanye terhadap hazard awarness

2. Process Safety, program kerjanya antara lain :

Mengembangkan dan menerapkan proses operasi manajemen

risiko di site

Menyediakan pelatihan mengenai root causes untuk

menyampaikan prinsip 5 Why, faktor kritikal, dan metode

investigasi yang terstruktur

Mengembangkan dan melaksanakan proses pengukuran untuk

mendorong audit yang konsisten dan meningkatkan analisis

kecenderungan monitoring.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 65: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

51

Universitas Indonesia

Mengembangkan metode untuk memonitor ketersediaan sistem

keamanan kritis dengan persyaratan Standar Kinerja. Fokus pada

sistem Fire & Gas untuk mematuhi rekomendasi OMS.

Mengembangkan lesson learned dari kejadian atau insiden yang

terjadi di dalam dan luar proyek Tangguh, serta memberikan

pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip keselamatan

dan pengetahuan proses manajemen risiko.

Memberikan modul dan pelatihan model keselamatan untuk

Tangguh site.

Menyampaikan laporan bulanan mengenai proses keselamatan

untuk identifikasi progress KPI

Memberikan asuransi kesehatan

3. Deliver site S&O audit action

4. Investigasi Insiden dan Lesson Learning, meliputi program kerja sebagai

berikut :

Program pelatihan untuk PT. X TL dan manager dalam proses

investigasi kecelakaan untuk meluruskan teminologi, proses, alat,

dan meningkatkan kualitas hasil.

Implementasi program lesson learn di site untuk mendapatkan

pelajaran baik secara internal maupun eksternal

5. HSE induction, meliputi :

Memperbaharui video induction

Mengembangkan sebuah video induction NUI lepas pantai

Mengembangkan video HSE Induction mengenai LNG Plant

Mengembangkan sebuah video induksi untuk fasilitas Babo

Mengembangkan kartu informasi pra-kedatangan bagi personil

baru ke site

6. HSE Kampanye, meliputi :

Memberikan 5 program kerja dan membahas tentang STOP yang

tidak aman pada pertengahan tahun

Melakukan penelaahan kepatuhan APD untuk semua kontraktor

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 66: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

52

Universitas Indonesia

Meningkatkan kampanye Keselamatan Mengemudi di situs

disesuaikan dengan kami rencana perbaikan Keselamatan

Mengemudi

Memulai sidang untuk transisi dari STOP untuk program

keselamatan BOSS perilaku

7. Program Asuransi

8. Prosedur Hse

Semua prosedur ISSOW dapat direvisi dalam bentuk bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris

Memperbaharui prosedur HSE dan ekspektasi OMS

9. Sistem Tanggap Darurat

Menyelesaikan pemeriksaan fungsi fasilitas: ICP, Shorebase,

MCB, Babo dan Bravo Sierra

Pastikan kesiapaan HSE untuk CAT 5 dan otorisasi bandara Babo

Sosialisasi dan revisi IMP Tangguh dan ERP IMT

Atur audit sebagai per tindakan 1017-015-011 untuk ditinjau ER

sebelum 31 Juli

10. Project interface – WWT safe start up

11. Safey execution of project & TARs in 2011

Memastikan persyaratan training dan standar HSE diidentifikasi

untuk setiap aktivitas proyek.

Implementasi lesson learn sebelum TAR 1 dan pre TAR 2

Review latihan dan pelajaran HSE sesudah TAR 1 dan 2

12. Manajemen kontraktor

Implementasi persyaratan revisi HSE untuk tahun 2011

berdasarkan kontrak kerja

Mengenali perbaikan terms & conditions untuk personil kontraktor

dalam meminimalisasi risiko.

13. Health

Pengenalan mengenai program Tangguh Healthy Living

Promosi terhadap manajemen stress kerja dan fatique

Pengenalan program skrinning obat

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 67: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

53

Universitas Indonesia

Program surveilans kesehatan

Membangun program untuk skrining malaria

14. Environment

Implementasi ISO-14001 dengan program manajemen lingkungan,

kampanye dan training lingkungan, audit surveilans,internal audit

dan review manajemen

Mendukung TAR 2011, untuk penanganan kontaminasi merkuri.

15. Compliance

Menjaga keabsahan peraturan yang berlaku

16. Kapabilitas organisasi

Program CMAS

Kepatuhan secara resmi di site

Kompetensi manajemen risiko

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 68: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 6

HASIL

6.1 Karakteristik Responden

Responden yang dapat dimasukkan sebagai objek penelitian adalah

Responden yang bekerja di lingkungan perkantoran PT. X Indonesia, baik karyawan

kontrak maupun karyawan tetap dari beberapa departemen. Responden yang menjadi

objek penelitian digolongkan berdasarkan umur dan lama bekerja. Dari hasil tersebut

didapatkan :

Gambar 12. Karakteristik responden berdasarkan umur

Gambar 13. Karakteristik responden berdasarkan lama kerja

01020304050

< 25 26-30 31-35 >36

Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Umur

05

101520253035

1-3 tahun 3-5 tahun 5-7 tahun 7-9 tahun

Karakteristik Responden berdasarkan Lama Kerja

Lama Kerja

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 69: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

55

Universitas Indonesia

Karakteristik responden berdasarkan umur, diketahui bahwa responden

mayoritas berumur 26-30 tahun sebanyak 41 responden (54%), sedangkan 17

responden berusia 31-35, sisanya 12 responden berusia kurang dari 25 tahun, dan 1

responden berusia lebih dari 36 tahun. Sedangkan untuk karakteristik responden

berdasarkan masa kerja, diketahui bahwa 32 responden sudah bekerja selama kurun

waktu 3-5 tahun, 25 orang sudah bekerja dalam kurun waktu 5-7 tahun, 14 orang

sudah bekerja dalam rentang 7-10 tahun, dan sisanya 5 responden bekerja dalam

kurun lebih dari 10 tahun. Beberapa responden dalam kuesioner ini juga yang

menjadi Responden dalam wawancara yang dilakukan.

6.2 Pelaksanaan Program STOP

Dari hasil wawancara terstuktur yang dilakukan, dapat diketahui bahwa

pelaksanaan program ini sudah berjalan dengan baik. Program yang telah dijalankan

selama 10 tahun di lingkungan perkantoran PT. X Indonesia ini, terbukti berhasil

dalam menurunkan angka insiden yang terjadi. Dari tahun 2008 hingga tahun 2010,

diketahui angka insiden yang terjadi mengalami penurunan. Di tahun 2011 ini, belum

terjadi insiden di wilayah perkantoran. Pelaksanaan program ini mengacu pada

pencapaian target per bulan. Untuk masing-masing departemen, target penerimaan

kartu STOP bersikar antara 2-3 kartu per bulan. Setiap departemen mempunyai target

masing-masing. Pernyataan Responden mengenai pelaksanaan program STOP ini

dapat dilihat dari kutipan berikut :

“Di team ku setiap orang diminta submit stopcard minimal 2 per bulan. Ini masuk di

performance contract (daftar kerjaan yang akan dikerjakan pertahun), dan ini

dijadikan nomor pertama di performance contract, buat nunjukin kalo kita sangat

perduli dengan safety. Tapi bukan berarti wajib, nanti nya bisa submit bisa engga,

tapi nanti akhir tahun di review, siapa yang submit terus dikasih penghargaan, dan

siapa yang ga pernah submit atau kurang performance nya di ajak diskusi biar lebih

rajin. Tapi ini beda2 tiap team ya, kalo team yang di office mungkin mirip, 2 stop

perbulan.” (Responden 1 dari team Eksplorasi)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 70: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

56

Universitas Indonesia

“Kalo disini, setiap orang per bulannya submit 2 kartu per bulan. Gak wajib

juga sih, tapi nanti kalo paling banyak submit bisa dapet reward di akhir

tahunnya.” (Responden 2 dari team Tangguh Operation)

“Sama dengan kebanyakan departemen lainnya, disini submit 3 kartu

sebulan. Tapi, disini wajib mengsubmit 3 kartu, termasuk dalam daftar tugas

bulanan yang harus dikerjakan. Kartu tersebut dikumpulkan pada STOP

representatif” (Responden 3 dari team Drilling)

Pelaksanaan program ini pada beberapa departemen sudah berjalan dengan

baik. Namun, secara menyeluruh, tidak semua departemen aktif menjalankan

program ini. Dari hasil observasi diketahui bahwa departemen HR kurang

berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini. Ini dikarenakan kesadaran yang rendah

akan keselamatan di lingkungan kerja. Karyawan departemen ini menganggap bahaya

dan risiko yang ada di lingkungan perkantoran rendah. Selain itu, karyawan

mempunyai anggapan bahwa susah menemukan kejadian yang aman/tidak aman

dalam sebulan. Beberapa responden menilai program ini kurang efektif, karena

adanya target oriented, yang menyebabkan rekayasa cerita dari karyawan untuk

memenuhi kuantitas kartu. Selain itu, pengamatan yang dilakukan cenderung

monoton.

“Sepertinya bahaya dan risiko yang ada di kantor minim ya, jadi sulit

rasanya menemukan tindakan yang tidak aman dalam 1 bulan” (Responden 1

HR)

“Tidak rutin mengsubmit kartu STOP karena kurang dibudayakan disini”

(Responden 2 HR)

“Program ini memang bagus, tapi adanya target per departemen

menyebabkan suka ada yang ngarang-ngarang cerita untuk memenuhi target”

(Responden 1 Tangguh Operation )

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 71: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

57

Universitas Indonesia

Dari hasil penelitian, frekuensi pengisian kartu STOP pada 50% karyawan

dilakukan 2x dalam satu bulan. Sebanyak 11 responden mengisi kartu STOP 1 bulan

sekali, sisanya 17 responden mengisi kartu STOP 1 bulan 3x, dan 8 responden

mengisi kartu STOP 1 bulan lebih dari 3x (tabel 6.1). Frekuensi pengisian kartu

STOP ini didasarkan pada kuantitas (target) masing-masing departemen. Ada

beberapa departemen yang mempunyai target pengisian kartu STOP 2 kali dalam

sebulan, seperti departemen operation, departemen finance, dan departemen

explorasi. Ada juga beberapa departemen yang mempunyai target pengisian kartu

STOP 3 kali dalam sebulan, seperti departemen drilling dan Ada pula beberapa

departemen yang tidak menjalankan program ini, karena less awarness mengenai

keselamatan.

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Pengisian kartu STOP di PT. X Indonesia tahun

2011

Variabel Frekuensi Pengisian

n %

1 x 11 16 %

2 x 38 50 %

3 x 17 24 %

Lebih dari 3 x 8 10 %

Total 76 100%

Pelaksanaan program ini juga mendapatkan dukungan dari manajemen. Ini

dilakukan sebagai komitmen manajemen dalam mendukung program keselamatan di

perusahaan. Selain, dukungan dari manajemen, program ini juga cukup banyak dikuti

karyawan. Dalam arti kata, partisipasi karyawan dalam program ini sudah membumi

di beberapa divisi. Secara kasat mata, memang program ini berjalan dengan baik,

namun masih terdapat banyak hambatan dalam pelaksanaan program ini. Hambatan

yang ada ini meliputi hambatan secara teknis ataupun non teknis. Pernyataan

Responden mengenai hambatan pelaksanaan STOP ini akan dikutip sebagai berikut :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 72: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

58

Universitas Indonesia

“Persediaan kartu STOP terbatas” (Responden 1 dari team FM)

“Lupa untuk menuliskan kondisi aman/tidak aman pada saat kejadian”

(Responden 1 dari team Finance)

“Sudah banyak terjadi kesamaan dalam hal pengisiian STOP.

sehingga terjadi pengulangan pengamatan dalm hal tidakan dan kondisi yang

tidak aman. ketika ada target yg di-set, kualitas tidak menjadi prioritas.

Pengisian STOP menjadi kebiasaan berupa perulangan-perulangan

tindakan.” (Responden 2 dari team Finance)

“Masih banyak sifat sungkan dalam budaya kita sehingga menghambat

pengembangan kesadaran akan kondisi aman. Misalnya sungkan dalam

menegur orang yang menyebabkan kondisi tidak aman” (Responden 2 dari

team Eksplorasi)

“Isi dari apa yang diamati di kartu STOP tidak dibaca team

leader.“(Responden 2 dari team FM)

”Lamanya tindakan perbaikan yang dilakukan, selain itu, kondisi aman/tidak

aman ataupun tindakan perbaikan/pencegahan jarang dibagikan untuk proses

pembelajaran.” (Responden 3 dari team FM)

“Menemukan tindakan tidak aman dalam satu bulan terkadang sulit”

(Responden 3 dari team Finance)

Dalam pelaksanaan program STOP ini, dominasi perilaku aman dan tidak

aman masih menjadi isu utama. Program ini merupakan suatu program untuk

penanaman nilai keselamatan tahap awal dalam mengobservasi perilaku aman dan

tidak aman. Perilaku aman dan tidak aman ini tentunya dipengaruhi beberapa faktor,

seperti faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam

pribadi masing-masing, seperti tingkat pengetahuan dan persepsi bahaya. Faktor

eksternal yaitu faktor yang muncul dari pengaruh luar diri sendiri, seperti lingkungan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 73: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

59

Universitas Indonesia

Cut of point dari setiap variabel yang termasuk faktor eksternal dan internal

adalah nilai mean. Jika nilai dari item-item pertanyaan pada variabel kurang dari

mean, maka dikategorikan menjadi tidak baik. Sebaliknya jika nilai dari item-item

pertanyaan pada variabel lebih dari mean, maka dikategorikan menjadi baik.

Tabel 6.2 Distribusi Univariat Variabel-Variabel Penelitian terhadap Program STOP di PT. X

Indonesia tahun 2011

Variabel Baik Tidak Baik Jumlah

n % n % n %

Pengetahuan 28 37% 48 63% 76 100%

Persepsi 43 57% 33 43% 76 100%

Prosedur 70 92% 6 8% 76 100%

Komunikasi 67 88% 9 12% 76 100%

Sosialisasi 69 90% 7 10% 76 100%

Pelatihan 65 86% 11 14% 76 100%

Reward/Punishment 45 59% 31 41% 76 100%

Pengawasan 36 33% 40 47% 76 100%

Komitmen 43 57% 33 43% 76 100%

Dalam kuesioner yang disebarkan, terdapat enam pertanyaan mengenai

pengetahuan. Pertanyaan ini dikembangkan seputar program STOP, seperti tujuan,

manfaat, siklus STOP, intervensi yang dilakukan, kategori pengamatan dalam STOP,

dan juga pertimbangan sebelum melakukan pengamatan. Dari hasil penelitian dapat

diketahui bahwa lebih dari 50% karyawan yang mempunyai tingkat pengetahun yang

kurang baik mengenai program STOP (tabel 6.2).

Persepsi karyawan terhadap bahaya tergolong baik (57%) (tabel 6.2). Lebih

lanjut, persepsi bahaya ini sebelum dilakukan pengkategorian, dilihat menurut

masing-masing bahaya yang ada, seperti :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 74: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

60

Universitas Indonesia

Tabel 6.3 Distribusi Persepsi Bahaya yang Muncul di Lingkungan Kerja PT. X

Indonesia tahun 2011

Variabel Rendah Tinggi Total

Persepsi Bahaya N % N % n %

Ergonomi 30 39,5% 46 60,5% 76 100%

Bising 39 51,3 % 37 48,7 % 76 100%

Cahaya 48 63,2% 28 36,8 % 76 100%

Listrik 20 26,3 % 56 73,7 % 76 100%

Kebakaran 33 43,4 % 43 56,6 % 76 100%

IAQ 25 32,9 % 51 67,1 % 76 100%

Suhu 27 35,5% 49 64,5 % 76 100%

House keeping 19 25% 57 75 % 76 100%

Stress 17 22,4% 59 77,6 % 76 100%

Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa, persepsi bahaya yang

muncul tergolong pada tingkat bahaya yang tinggi. Bahaya yang tergolong rendah

hanya bising, bahaya yang lain masih terbilang cukup tinggi.

Untuk variabel prosedur, diketahui bahwa 72 responden (92%) karyawan

menilai prosedur yang ada di lingkungan kerja sudah baik (tabel 6.2). Penilaian item-

item pertanyaan pada prosedur, meliputi prosedur yang memadai, tujuan HSE PT. X,

prosedur awal dalam penanganan tindakan yang tidak aman. Dari item tersebut,

diketahui bahwa :

Tabel 6.4 Distribusi Prosedur Kerja di PT. X Indonesia tahun 2011

Variabel Prosedur

Keselamatan

Tujuan HSE Prosedur

Memadai

n % n % n %

Ya 76 100 % 75 99 % 75 99%

Tidak 0 0 % 1 1% 1 1%

Total 76 100% 76 100% 76 100%

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 75: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

61

Universitas Indonesia

Dari hasil penyebaran kuesioner mengenai prosedur kerja kepada 76

responden di lingkungan kantor, sebanyak 75 responden (99%) menyatakan bahwa

prosedur kerja di PT. X Indonesia sudah memadai, sisanya sebanyak 1 (1%)

menyatakan prosedur kerja yang ada kurang memadai (tabel 6.4). Sebanyak 75

responden (99%) mengetahui tujuan dari HSE PT. X Indonesia, sedangkan sisanya 1

repsonden (1%) tidak mengetahui tujuan HSE PT. X (tabel 6.4). Untuk setiap

pekerjaan yang ada sudah dilengkapi prosedur keselamatan, ini diketahui dari 100%

responden menilai bahwa dalam prosedur pekerjaan yang dilakukan telah

dicantumkan juga prosedur keselamatan.

Dalam variabel komunikasi diketahui bahwa sebanyak 67 responden (88%)

menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan sudah baik. Untuk sosialisaisi,

sebanyak 90% menyatakan bahwa sosialisasi program ini sudah berjalan dengan baik.

(tabel 6.2). Komunikasi ini baik secara horishontal maupun vertikal, sesama

karyawan, maupun atasan dan bawahan. Ini ditunjukkan dengan hasil wawancara

beberapa Responden mengenai cara komunikasi pesan dalam kartu STOP pada objek

yang diamati. Pernyataan responden tersebut dikutip sebagai berikut :

“Menyampaikan secara langsung dengan cara yang friendly, tidak men-

judge jika tindakan orang tersebut salah dan memberi tahu tindakan yang

sebaiknya diambil sebagai langkah koreksi dari kesalahan/keadaan tidak

aman yang disebabkan.” (Responden 1 eksplorasi)

“Menyampaikan dengan cara baik-baik, bukan menegur dgn keras jika ada

tindakan/keadaan kurang aman dan memberikan apresiasi kepada

seseorang jika ia bekerja secara aman atau membuat lingkungan kerja

menjadi aman” (Responden 2 eksplorasi)

“Penyampaian lebih ke asking, bukan instruction, kemudian memberikan

pandangan kita/anjuran bila diperlukan, tidak bersifat blaim.” (Responden

3 eksplorasi)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 76: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

62

Universitas Indonesia

“Mengamati orang apabila dalam aktivitasnya kondisinya tidak aman/

aman, memberikan arahan yang benar apabila tindakannya salah dan

mempertahankan apabila tindakannya benar dalam melakukan

aktivitasnya.” (Responden 1 finance)

“Berkomunikasi dengan baik dan sopan dan berupaya untuk berdiskusi

tentang dampak yang mungkin timbul dari perbuatan tersebut serta

bagaimana solusinya. “(Responden 2 finance)

Dalam item pertanyaan sosialisasi program, didapatkan sebesar 54% (41

responden) disampaikan oleh team leader, sebesar 20% (15 responden) mengetahui

program STOP dari rekan kerja, dan sisanya sebesar 26% (20 responden) tahu

program STOP dari sumber lain, seperti HSE Group, Safety Induction, atau Safety

Meeting. Sosialisasi program ini ditunjang dengan media sebagai perantara kepada

karyawan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden 47 (62%)

sosialisasi program dilakukan dengan media visual, sedangkan sisanya 29 responden

(38%) menyatakan program sosialisasi lebih efektif dilakukan dengan media verbal.

Sebesar 65 responden atau 86% karyawan menilai pelatihan mengenai STOP

ini sudah berjalan dengan baik (tabel 6.2). Dalam variabel pelatihan terdapat

pertanyaan, mengenai keikutsertaan pelatihan, metode pelatihan, dan analisis

kebutuhan pelatihan. Hampir seluruh responden, 88% responden sudah mengikuti

pelatihan mengenai STOP. Sedangkan untuk metode pelatihan yang banyak

dilakukan adalah dengan metode lain-lain, seperti audiovisual, multimedia, dan

gambar (tabel 6.5). Sedangkan untuk analisis kebutuhan pelatihan, sebesar 71 (93%)

responden menilai kebutuhan akan pelatihan STOP ini diperlukan dan sisanya

sebanyak 5 responden (7%) menilai kebutuhan akan pelatihan ini tidak perlukan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 77: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

63

Universitas Indonesia

Tabel 6.5 Distribusi pendapat karyawan mengenai metode pelatihan program

STOP di PT. X Indonesia tahun 2011

Variabel Metode Pelatihan

n %

Kuliah Umum 11 14 %

Role play/simulasi 17 23 %

Studi kasus 13 17 %

Diskusi Kelompok 13 17 %

Lain-lain 22 29 %

Total 76 100%

Sebesar 45 responden menilai bahwa reward dan punishment yang selama ini

dilakukan dalam menunjang program STOP ini berjalan dengan baik. Untuk

pengawasan, sebanyak 36 responden mengatakan pengawasan yang berjalan dalam

pelaksanaan program ini sudah baik. Komitmen manajemen yang ada juga sudah

baik, dilihat dari 57% karyawan menilai komitmen dari top manajemen sudah

memfasilitasi program ini dengan baik (lihat tabel 6.2).

6.3 Perilaku terhadap program STOP

Untuk menilai perilaku dilakukan observasi tindakan yang aman atau yang

tidak aman yang dilakukan responden. Observasi ini dilakukan dengan mengamati

proses kerja yang dilakukan apakah sesuai dengan prosedur dan standar yang ada atau

tidak. Dari hasil observasi tersebut didapatkan bahwa responden lebih dominan

melakukan tindakan yang tidak aman, ini dibuktikan dengan sebanyak 50 responden

(66%) melakukan tindakan yang tidak aman yang memenuhi kategori pengamatan

dalam kartu STOP. Mayoritas responden melakukan tindakan tidak aman yang

melanggar kategori posisi seseorang dan kerapihan. Tindakan ini meliputi posisi kerja

yang salah dan workstation yang dipenuhi buku, file, dan makanan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 78: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

64

Universitas Indonesia

Tabel 6.6 Distribusi perilaku safe dan unsafe act pada responden penelitian di

PT. X Indonesia tahun 2011

Variabel Perilaku dalam

Pelaksanaan STOP

n %

Perilaku Unsafe Act 50 66 %

Perilaku Safe Act 16 44%

Total 76 100%

6.4 Analisis Hubungan

6.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Dalam kuesioner yang disebarkan, terdapat enam pertanyaan mengenai

pengetahuan. Pertanyaan ini dikembangkan seputar program STOP, seperti tujuan,

manfaat, siklus STOP, intervensi yang dilakukan, kategori pengamatan dalam STOP,

dan juga pertimbangan sebelum melakukan pengamatan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 6.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Pengetahuan

Pelaksanaan Total

P value (one tail)

OR 95% CI unsafe act safe act

N % N % N %

pengetahuan Tidak baik 36 75% 12 25% 48 100%

0,046

Baik 8 29% 20 71% 28 100% 1,2 0,421-

3,424 Total 32 42% 44 58% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dan pelaksanaan program STOP

diperoleh bahwa sebanyak 36 (75%) responden memiliki pengetahuan tidak baik

yang diikuti dengan perilaku tidak aman. Sedangkan diantara responden yang

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 79: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

65

Universitas Indonesia

memiliki pengetahuan baik, ada 20 (71%) responden cenderung berperilaku aman.

Hasil uji statistik diatas memperlihatkan nilai p value sebesar 0,046, maka dapat

disimpulkan semakin baik pengetahuan dari responden kecenderungan perilaku yang

aman juga semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tidak baik pengetahuan responden

kecenderungan berperilaku tidak aman juga cenderung tinggi. Dari hasil analisis ini

juga diperoleh nilai OR sebesar 1,2 yang artinya responden yang berpengetahuan baik

mempunyai peluang 1,2 kali untuk beperilaku aman dibanding responden yang

berpengetahuan tidak baik.

6.4.2 Hubungan Persepsi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan persepsi terhadap bahaya

dengan perilaku dalam pelaksanaan STOP :

Tabel 6.8 Distribusi Hubungan Persepsi terhadap Bahaya Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Persepsi Pelaksanaan Total

P

value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

Persepsi Tidak baik 21 64% 12 36% 33 100% 0,05 1,4 10,8-

15,8 Baik 8 19% 35 81% 43 100% Total 29 38% 47 62% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara persepsi bahaya dan perilaku pelaksanaan

program STOP diketahui bahwa semakin baik persepsi pekerja mengenai suatu

bahaya dapat meningkatkan perilaku aman dalam pelaksanaan STOP. Sebanyak 35

responden (81%) yang mempunyai persepsi baik cenderung berperilaku aman lebih

besar dari pada kecenderungan untuk berperilaku tidak aman. Sedangkan, pada

responden yang mempunyai persepsi yang tidak baik mengenai bahaya mempunyai

kecenderungan melakukan perilaku yang tidak aman lebih tinggi (lihat tabel 6.8).

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui juga terdapat hubungan antara persepsi

bahaya dan perilaku dalam pelaksanaan STOP, karena p value 0,05. Selain itu,

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 80: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

66

Universitas Indonesia

diperoleh juga nilai OR sebesar 1,4 yang artinya responden yang memiliki persepsi

bahaya yang baik mempunyai peluang 1,7 untuk berperilaku yang aman

dibandingkan responden dengan persepsi terhadap bahaya yang tidak baik.

6.4.3 Hubungan Prosedur dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan prosedur dengan perilaku dalam

pelaksanaan STOP :

Tabel 6.9 Distribusi Hubungan Prosedur dan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Prosedur

Pelaksanaan Total

P value (one tail)

OR 95% CI unsafe act safe act

N % N % N %

Prosedur Tidak baik 3 50% 3 50% 6 100% 0,2 0,6 4,8-8,8 Baik 37 53% 33 47% 70 100%

Total 40 53% 36 47% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara prosedur dan perilaku dalam pelaksanaan

program STOP diperoleh bahwa sebanyak 3 (50%) responden menilai prosedur yang

tidak baik dapat mempengaruhi perilaku yang tidak aman pada karyawan. Sedangkan,

sebagian responden menilai prosedur yang baik juga tidak membentuk perilaku

selamat pada karyawan (lihat tabel 6.9), karena sebanyak 37 responden (53%) menilai

prosedur sudah baik namun tidak ikuti dengan perilaku aman. Hanya 47% responden

yang menilai prosedur baik dan diikuti perilaku aman pada karyawan dalam

pelaksanaan program STOP ini. Kedua variabel ini tidak mempunyai perbedaan rata-

rata, karena nilai p value lebih dari nilai alpha. Jadi, tidak ada hubungan antara

prosedur yang baik atau yang tidak baik terhadap perilaku karyawan dalam

pelaksanaan program STOP.

6.4.4 Hubungan Sosialisasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 81: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

67

Universitas Indonesia

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan sosialisasi dengan perilaku

dalam pelaksanaan STOP :

Tabel 6.10 Distribusi Hubungan Sosialisasi Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Sosialisasi Pelaksanaan Total

P

value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

Sosialisasi Tidak baik 6 86% 1 14% 7 100%

0,403

Baik 50 72% 19 28% 69 100% 0,28 0,257-

20,208 Total 56 74% 20 26% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara sosialisasi program dan pelaksanaan program

STOP diperoleh bahwa sebanyak 6 (86%) responden menilai sosialisasi yang tidak

baik dapat mempengaruhi perilaku yang tidak aman pada karyawan. Sedangkan,

sebagian responden menilai sosialisasi yang baik juga tidak membentuk perilaku

selamat pada karyawan (lihat tabel 6.10), karena sebanyak 50 responden (72%)

menilai sosialisasi program yang dilakukan sudah baik namun tidak ikuti dengan

perilaku aman. Hanya 28% responden yang menilai sosialisasi program baik dan

diikuti perilaku aman pada karyawan dalam pelaksanaan program STOP ini. Kedua

variabel ini tidak mempunyai perbedaan rata-rata, karena nilai p value lebih dari nilai

alpha. Jadi, tidak ada hubungan antara sosialisasi program yang baik atau yang tidak

baik terhadap perilaku karyawan dalam pelaksanaan program STOP.

6.4.5 Hubungan Komunikasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan komunikasi dengan perilaku

dalam pelaksanaan STOP

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 82: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

68

Universitas Indonesia

Tabel 6.11 Distribusi Hubungan Komunikasi Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Komunikasi Pelaksanaan Total

P

value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

Komunikasi Tidak baik 8 72% 3 28% 11 100%

0,000

Baik 17 26% 48 74% 65 100% 1,94 0,224-

3,977 Total 25 33% 51 67% 76 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara

komunikasi dan perilaku dalam pelaksanaan STOP. Nilai p value yang signifikan

sebesar 0,000 menunjukkan ada hubungan signifikan. Hasil analisis hubungan antara

komunikasi dan perilaku dalam pelaksanaan program STOP diperoleh semakin baik

komunikasi yang dilakukan perilaku aman pada karyawan pun cenderung meningkat

(lihat tabel 6.11). Sebaliknya, jika komunikasi yang dilakukan tidak baik maka

perilaku yang tidak aman pun akan meningkat. Sebesar 8 (72%) responden menilai

komunikasi yang tidak baik dapat mempengaruhi perilaku tidak aman pada karyawan

dalam pelaksanaan program STOP. Dari hasil analisis ini juga diperoleh nilai OR

sebesar 1,9 yang artinya responden dengan komunikasi baik mempunyai peluang 1,9

kali untuk beperilaku aman dibanding responden dengan komunikasi yang tidak baik.

6.4.6 Hubungan Pelatihan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan pelatihan dengan perilaku dalam

pelaksanaan STOP :

Tabel 6.12 Distribusi Hubungan Pelatihan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Pelatihan Pelaksanaan Total

P

value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

Pelatihan Tidak baik 9 82% 2 18% 11 100%

0,04

Baik 18 28% 47 72% 65 100% 1.72 0,339-

8,758 Total 27 36% 49 64% 76 100%

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 83: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

69

Universitas Indonesia

Hasil analisis hubungan antara pelatihan dan perilaku pelaksanaan program

STOP diketahui bahwa semakin baik pelatihan yang diberikan pada karyawan dapat

meningkatkan perilaku aman dalam pelaksanaan STOP. Ini dapat dilihat pada tabel

6.12 yaitu sebanyak 47 responden (72%) yang memperoleh pelatihan yang baik

cenderung berperilaku aman lebih besar dari pada kecenderungan untuk berperilaku

tidak aman. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui juga terdapat hubungan antara

pelatihan dan perilaku dalam pelaksanaan STOP, karena p value 0,04 lebih kecil dari

alpha (0,05). Selain itu, diperoleh juga nilai OR sebesar 1,7 yang artinya responden

dengan pelatihan baik mempunyai peluang 1,7 kali untuk beperilaku aman dibanding

responden dengan komunikasi yang tidak baik.

6.4.7 Hubungan Reward/Punishment dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan prosedur dengan perilaku dalam

pelaksanaan STOP :

Tabel 6.13 Distribusi Hubungan Reward/Punishment Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Reward/Punishment

Pelaksanaan Total

P value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

RP Tidak baik 20 65% 11 35% 31 100%

0,537

Baik 31 69% 14 31% 45 100% 1,7 0,433-

6,777 Total 51 67% 25 33% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara reward/punishment dan pelaksanaan program

STOP diperoleh sebanyak 20 (65%) responden menilai pemberian reward dan

punishment yang tidak memadai dapat menunjang perilaku yang ke arah yang tidak

aman dalam pelaksanaan program STOP. Sedangkan diantara responden, sebanyak

14 (31%) menilai pemberian reward dan punishment yang baik dapat menunjang

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 84: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

70

Universitas Indonesia

perilaku yang aman. Namun, hasil dari hubungan ini tidak signifikan, karena nihali p

value lebih dari alpha (0,05). Ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pemberian

reward dan punishment dengan perilaku dalam pelaksanaan STOP.

6.4.8 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan pengawasan dengan perilaku

dalam pelaksanaan STOP :

Tabel 6.14 Distribusi Hubungan Pengawasan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Pengawasan Pelaksanaan Total

P

value

OR 95% CI unsafe act safe act N % N % N %

Pengawasan Tidak baik 27 75% 9 25% 36 100% 1,00 0,87 0,315-

2,449 Baik 29 72% 11 28% 40 100% Total 56 74% 20 26% 76 100%

Hasil analisis hubungan antara pengawasan dan perilaku dalam pelaksanaan

program STOP diperoleh sebanyak 29 (72%) responden menilai pengawasan yang

tidak baik masih berkontribusi mempengaruhi perilaku tidak aman pada karyawan.

Pengawasan yang tidak baik cenderung mempengaruhi perilaku tidak aman dari pada

perilaku yang aman dalam perilaku dalam pelaksanaan STOP. Sebanyak 9 (25%)

menilai pengawasan yang baik berpengaruh pada tindakan aman. Nilai ini masih

rendah, karena lebih dari 50% responden pengawasan yang baik dominan diikuti

dengan perilaku yang tidak aman (lihat tabel 6.14). Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui nilai p value (0,1) lebih dari alpha, artinya tidak ada perbedaan rata-rata

atau hubungan antara pengawasan dengan perilaku dalam pelaksanan program STOP.

6.4.9 Hubungan Komitmen dengan Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Berikut ini hasil analisis mengenai hubungan prosedur dengan perilaku dalam

pelaksanaan STOP :

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 85: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

71

Universitas Indonesia

Tabel 6.15 Distribusi Hubungan Komitmen Perilaku dalam Pelaksanaan STOP

Variabel Komitmen

Pelaksanaan Total

P value (one tail)

OR 95% CI unsafe act safe act

N % N % N %

Komitmen Tidak baik 26 79% 7 21% 33 100% 0,00 1,7 10,8-

15,8 Baik 13 30% 30 70% 43 100% Total 39 51% 37 49% 76 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin baik komitmen dari

pihak manajemen, perilaku dalam pelaksanaan program STOP ini semakin ke arah

tindakan yang aman, begitu juga sebaliknya. Tabel diatas menunjukan bahwa

sebanyak 26 responden (79%) menilai komitmen yang tidak baik akan berpengaruh

pada tidak aman. Sedangkan, sebanyak 30 responden (70%) yang menilai komitmen

baik akan berpengaruh pada tindakan aman karyawan dalam pelaksanaan program

STOP. Nilai p value sebesar 0,00 menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan

antara komitmen dan perilaku dalam pelaksaan program STOP. Selain itu nilai OR

sebesar 1,7 menunjukkan bahwa komitmen yang baik mempunyai peluang 1,7 kali

dalam mempengaruhi responden unstuk beperilaku aman.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 86: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 7

PEMBAHASAN

7.1 Analisis Pelaksanaan Program STOP

Dari hasil penelitian pada bab 6 sebelumnya sudah diketahui, bahwa

pelaksanaan program ini berjalan dengan baik. Pelaksanaan program ini didukung

manajemen dan menjadi salah satu performance contract atau daftar pekerjaan

yang harus dilakukan per tahunnya. Namun, tidak ada kewajiban dalam mengisi

kartu STOP pada karyawan. Untuk kebijakan dalam program ini disesuaikan per

departemen. Setiap departemen mempunyai kebijakan yang berbeda mengenai

pengsubmitan kartu STOP perbulannya. Seperti, departemen Eksplorasi setiap

karyawan diminta untuk mengsubmit kartu STOP sebanyak 2 buah per bulannya.

Lain lagi dengan departemen Drilling yang setiap karyawannya diminta untuk

mengsubmit kartu STOP sebanyak 3 buah per bulan (lihat kutipan pada halaman

62-63). Jadi, kebijakan mengenai pengsubmitan kartu STOP bergantung pada

masing-masing departemen. Setiap departemen mempunyai STOP representatif

yang berfungsi sebagai perwakilan untuk mengumpulkan dan melakukan analisis

kuantitatif. Selanjutnya STOP representatif akan memberikan hasilnya kepada

departemen HSE.

Pelaksanaan program ini juga belum diikuti secara aktif oleh beberapa

departemen (lihat kutipan pada halaman 63). Hal ini terjadi karena karyawan

menganggap bahaya dan risiko yang ada di lingkungan perkantoran relatif rendah

sehingga susah menemukan kejadian yang tidak aman. Dari segi efektivitas,

program ini berjalan cukup efektif. Dari sisi karyawan yang mengikuti aktif

program ini, STOP ini efektif dalam menumbuhkan kesadaran akan keselamatan

di lingkungan kerja. Program ini juga sudah memberikan nilai bahwa keselamatan

adalah penting untuk diperhatikan. Hal ini bisa dilihat dari kutipan wawancara

dibawah ini.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 87: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

73

Universitas Indonesia

“Program ini efektif bisa menumbuhkan kesadaran karyawan akan

keselamatan. Saya juga jadi aware dengan safety, kebiasaan mengisi

STOP jadi ikut menular kalo saya dirumah” (Responden 1 Eksploration)

Pelaksanaan program ini juga tidak lepas dari berbagai hambatan seperti

yang sudah dijelaskan pada kutipan halaman 65 Hambatan ini datang baik secara

teknis ataupun non-teknis. Hambatan secara teknis, seperti persediaan kartu STOP

yang kurang. Untuk itu perlu dilakukan penambahan stok pada setiap departemen.

Stok dapat diatur dengan melihat distribusi jumlah populasi karyawan terbesar.

Untuk departemen dengan populasi yang besar dan aktif menjalankan program

ini, disediakan kartu yang cukup banyak. Untuk departemen yang pasif dalam

program ini harus kembali digiatkan untuk mengisi kartu STOP dengan tetap

memberikan stok kartu. Selain itu, jika persediaan sudah habis, STOP

representatif juga dapat langsung meminta kartu pada departemen HSE.

Hambatan dari non-teknis, datang dari individu itu sendiri, seperti lupa

menuliskan kejadian atau budaya sukan dalam menegur perbuatan yang tidak

aman. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah menuliskan kejadian di handphone terlebih dahulu sehingga tidak lupa

menulis. Selain itu, untuk menghilangkan budaya sungkan, karyawan dilatih

untuk berkomunikasi dengan sesama karyawan. Selain itu, hambatan lain adalah

mengenai isi dari kartu STOP kadang tidak dibaca oleh team leader. Ini dapat

menyebabkan lamanya tindakan perbaikan yang dilakukan. Team leader

sebaiknya memberikan contoh pada karyawan. Team leader sebaiknya membaca

isi dari kartu STOP, kemudian melakukan diskusi bersama karyawan lain untuk

membahas upaya perbaikan selanjutnya dari hasil temuan tersebut. Diskusi ini

dapat masuk dalam agenda safety meeting tiap departemen. Ini dilakukan supaya

terdapat feedback antara karyawan yang berpartisipasi dan team leader. Selain itu,

upaya ini juga dapat dilakukan untuk menemukan isu keselamatan apa yang

sedang menjadi isu hangat. Selain itu, untuk setiap STOP representatif masing-

masing departemen dapat melakukan diskusi untuk membahas isu keselamatan

per departemen.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 88: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

74

Universitas Indonesia

7.2 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Pengetahuan merupakan hasil tahu dari sesuatu setelah melalui proses

pembelajaran. Menurut Bloom ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu tahu,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Dalam hal ini, diketahui

bahwa lebih dari 63% karyawan yang mempunyai tingkat pengetahun yang

kurang baik mengenai program STOP (tabel 6.2). Hanya 37% responden yang

memiliki pengetahuan baik. 37% tersebut dapat digolongkan dalam tingkatan

pengetahuan, yaitu pemahaman. Tingkat pemahaman, dimana responden mengerti

akan essensi dari program STOP.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hal yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang kurang pada

pengenalan progam STOP ini didasarkan pada konsep yang ada kurang matang

dalam penyampaian kerangka pikir program ini. Beberapa konsep yang sering

disalah artikan oleh responden adalah konsep siklus STOP. Siklus STOP yang

benar adalah dimulai memutuskan-berhenti-mengamati-bertindak-melaporkan.

STOP adalah suatu pengamatan dan pemikiran itu digeneralisasi pada siklus

STOP, sehingga membentuk pola pikir bahwa mengamati merupakan langkah

pertama dari siklus ini. Ini yang membuat salah penangkapan persepsi dalam

siklus STOP. Kategori pengamatan dalam kartu STOP adalah reaksi seseorang,

posisi seseorang, alat pelindung diri, kerapihan, prosedur, dan

peralatan/perlengkapan. Namun, persepsi karyawan terhadap hal ini masih lemah.

Inilah pengaruh dari konsep yang kurang matang dalam pemberian edukasi pada

karyawan. Untuk itu perlu diadakan brainstroming dalam membangun

pengetahuan karyawan. Ini dilakukan agar konsep dasar dari program ini tidak

dilupakan

Analisis hubungan pengetahuan dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

diketahui bahwa semakin baik pengetahuan dari responden kecenderungan

perilaku yang aman juga semakin tinggi (tabel 6.3). Sebaliknya, semakin tidak

baik pengetahuan responden kecenderungan berperilaku tidak aman juga

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 89: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

75

Universitas Indonesia

cenderung tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rogers (1974) menyatakan

bahwa adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap.

7.3 Analisis Hubungan Persepsi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Bahaya yang tergolong rendah dalam peneltiaan ini hanyalah bising,

bahaya yang lain masih terbilang cukup tinggi. Bahaya bising biasanya berasal

dari mesin fotokopi, mesin scan, atau printer. Namun intensitasnya rendah

sehingga tidak terlalu menyebabkan gangguan. Risiko pada bahaya bising masih

dalam batasan yang aman. Selain itu, bahaya fisik berupa pencahayaan juga

tergolong rendah. Ini dikarenakan cahaya yang menyinari pada ruang kerja sudah

cukup memenuhi kriteria standar. Pada rentang cahaya ini, karyawan dapat

mengerjakan sesuatu dengn nyaman. Bahaya yang termasuk tingkat tinggi adalah

bahaya ergonomi (tabel 6.2). Bahaya ergonomi dapat muncul dari postur tubuh

yang berhubungan dengan work stasion ataupun layout kerja. Bahaya ergonomi

ini juga muncul karena durasi dan frekuensi dalam melakukan pekerjaan. Seperti

yang diketahui, karyawan di kantor, mempunyai rutinas yang cenderung statis.

Oleh karena itu, potensi risiko dari ergonomi juga tinggi.

Bahaya lain yang tergolong tinggi adalah listrik, kebakaran, Indoor Air

Quality, house keeping, temperatur dan stress (tabel 6.2). Bahaya listrik tidak

terlepas dari segala peralatan yang digunakan di kantor menggunakan listrik

sebagai sumber penyalaan. Risiko dari bahaya listrik ini dapat menyebabkan

korselting yang akan berpotensi menjadi kebakaran. Bahaya fisik, berupa

temperatur, berasal dari penggunaan AC sentral pada seluruh gedung. AC sentral

tidak bisa diatur manual oleh karyawan, sehingga kadangkala suhu dapat diatur

dibawah suhu ruangan (24-25oC). Suhu akan berpengaruh pada kualitas udara

dalam ruangan, sehingga keduanya akan berhubungan. Jika suhu rendah, kualitas

udara dalam ruangan tidak akan stabil.

Bahaya lain adalah house keeping, kerapihan dalam menata ruangan.

Dalam satu workstation karyawan dipenuhi oleh barang-barang, seperti map, file,

kertas, ataupun makanan minuman. Ini berpotensi untuk menyebabkan kondisi

yang tidak aman dan ketidaknyamanan dalam bergerak. Kondisi yang tidak aman

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 90: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

76

Universitas Indonesia

ini akan berpengaruh langsung pada munculnya tindakan yang tidak aman.

Bahaya lainnya, stress, bahaya psikososial ini memang mayoritas dialami pekerja

kantor. Ini dikarenakan rutinas yang cenderung sama dan tuntutan pekerjaan/tugas

yang dijalani. Untuk mengendalikan bahaya tersebut dapat dilakukan hirarki

pengendalian sesuai dengan potensi bahaya masing-masing. Misal, pada bahaya

housekeeping, pengendalian yang dilakukan yaitu menerapkan 5R (Ringkas, Rapi,

Resik, Rawat, dan Rajin) dalam lingkup kantor.

Analisis hubungan antara persepsi bahaya dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa terdapat hubungan antara

keduanya (tabel 6.8). Hal ini menunjukan persepsi berpengaruh pada perilaku.

Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang

menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi

untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam

Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti

atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran

obyek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran

terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku

dan pembentukan sikap.

7.4 Analisis Hubungan Prosedur dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Dalam setiap pekerjaan, tentu ada suatu prosedur kerja. Sebagaimana

adanya, prosedur kerja dibuat agar pekerjaan menjadi terstruktur dan sistematis.

Selain itu, prosedur kerja dibuat agar menjamin seseorang untuk bekerja secara

aman dan nyaman. Untuk itu, analisis mengenai prosedur kerja yang aman

dibutuhkan sebagai dasar pengembangan budaya kerja di suatu

organisasi/perusahaan. Prosedur kerja merupakan tahapan dalam tata kerja yang

harus dilalui suatu pekerjaan baik mengenai dari mana asalnya dan tujuan

pekerjaan tersebut. Selain itu, prosedur juga mencakup hal-hal yang harus dan

tidak boleh dikerjakan. Prosedur yang baik juga seyogyianya menyusun kerangka

tugas dengan sistematis, dari alat yang pakai, kapan pekerjaan itu harus selesai,

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 91: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

77

Universitas Indonesia

dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan dan kenyamanan

karyawan dalam menjalankan tugasnya.

Prosedur kerja yang ada di PT. X Indonesia sudah mencakup semua aspek

tersebut. PT. X adalah salah satu perusahaan dengan kompleksitas prosedur kerja

yang tinggi. Selain itu, prosedur di PT. X Indonesia sudah memperhatikan aspek

tujuan, fasilitas, alat, material, biaya, waktu, dan sifat atau macam tugas. Prosedur

yang memadai juga harus mencakup penjelasan mengenai tujuan pokok organisasi

dan analisis tugas. Hal lain yang harus termuat sebagai prosedur yang memadai

adalah detail pekerjaan, tahapan pekerjaan, keterampilan yang dibutuhkan, dan

job desk. Namun, prosedur kerja juga harus disesuai dengan kemajuan jaman

(tidak kaku) dan bersifat stabilitas.

Prosedur keselamatan harus menganalisis, mengevaluasi, dan

mengendalikan potensi bahaya dan risiko pada semua aktivitas guna membuat

suatu metode kerja yang tepat. Prosedur keselamatan ini berpedoman pada tujuan

HSE PT. X Indonesia yaitu “nihil kecelakaan, tidak membahayakan manusia, dan

tidak membahayakan lingkungan.” Untuk menunjang tujuan tersebut harus ada

prosedur mengenai keselamatan kerja dalam menjamin kenyamanan karyawan.

Analisis hubungan antara prosedur dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Prosedur adalah

satu satu alat atau fasilitas yang mendukung karyawan dalam melakukan suatu

pekerjaan. Prosedur hanya memandu pekerjaan karyawan. Jadi, prosedur

merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan program STOP dan tidak

berpengaruh pada perilaku karyawan secara langsung.

7.5 Analisis Hubungan Komunikasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Komunukasi yang baik dalam penyampaian pengamatan juga

memperhatikan beberapa aspek kontak mata, gestur tubuh. Selain itu, sebaiknya

komunikasi juga mengedepankan bahaya dan risiko apa yang akan muncul jika

melakukan tindakan yang tidak aman. Pada saat berkomunikasi atau berdiskusi,

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 92: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

78

Universitas Indonesia

sebaiknya tidak menghakimi, pesan disampaikan dengan sopan dan alasan masuk

akal, persuasif, tidak vulgar, dan tetap berada dalam koridor kesopanan.

Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia.

Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu sensory

reception of stimuli, internal meditation of stimuli, prediction of response,dan

reinforcement of responses. Komunikasi dalam pelaksanaan STOP yang sesuai

adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman

tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada

komunikate. Komunikasi persuasif ini merupakan proses mempengaruhi

pendapat, sikap, dan tindakan (Sunyoto,1990).

Analisis hubungan antara komunikasi dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa terdapat hubungan antara

keduanya (tabel 6.11). Hal ini sesuai dengan training package STOP berarti

komunikasi, komunikasi antara sesama rekan kerja atau komunikasi antara atasan

dan staff. Komunikasi ini perlu dibangun untuk meningkatkan kesadaran akan

perilaku yang selamat bagi pekerja. Dengan adanya komunikasi secara dua arah,

pekerja dilatih untuk lebih peka dalam mengamati lingkungan kerja sekitarnya

(STOP Training Package, 2009).

7.6 Analisis Hubungan Sosialisasi dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Sosialisasi program sebaiknya dilakukan oleh team leader sesuai dengan

roll out program. Rollout dari program STOP ini adalah pembentukan stop team

yang akan memberikan training kepada VP/manager, manager kemudian

melakukan training pada supervisor, supervisor pada pekerja bawahnya. Oleh

karena itu, team leader seharusnya menjadi orang yang mensosialisasikan

program STOP pada karyawan lain.

Sosialisasi program ini ditunjang dengan media pendukung. Media ini

memudahkan penyampaian pesan dari sumber pada penerima. Media yang

digunakan dapat dilakukan secara verbal atau visual. Metode verbal yang efektif

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 93: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

79

Universitas Indonesia

sebaiknya dirancang secara jelas, ringkas, dan memperhatikan intonasi saat bicara.

Metode non-verbal yang efektif sebaiknya dirancang secara menarik dan simple.

Metode yang efektif digunakan untuk sosialiasi program STOP adalah media non-

verbal, seperti media visual (STOP Training Package, 2009). Analisis hubungan

antara sosialisasi dan perilaku dalam pelaksanaan STOP menunjukkan hasil yang

tidak signifikan, bahwa tidak terdapat hubungan antara keduanya (tabel 6.12).

7.7 Analisis Hubungan Pelatihan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Berdasarkan jenis pelatihan yang dikemukan oleh Vaughn, pelatihan

STOP tergolong pada jenis pelatiahan prosedural, dimana pelatiahan ini berisi

informasi mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu. Selain itu, pelatihan

STOP juga termasuk jenis pelatihan faktual, dimana adanya pemaparan mengenai

data dan informasi. Berdasarkan tujuan pelatihan, pelatihan STOP termasuk

dalam pelatihan keterampilan, dimana pelatihan ini berisi pengetahuan dan

keterampilan. Pelatihan ini dapat dilakukan secara menyeluruh pada seluruh

karyawan. Oleh karena itu, pelatihan ini diperlukan untuk memberikan

keterampilan dalam mengisi kartu STOP.

Karyawan yang belum pernah mendapatkan pelatihan, biasanya mereka

mengetahui cara menggunakan kartu STOP dengan petunjuk rekan kerja.

Sebaiknya, pada karyawan yang belum mendapatkan pelatihan, team leader

secara khusus membantu dan melatih mereka dalam pemakaian kartu STOP agar

karyawan dapat mengaplikasikannya dengan benar. Selain itu, diperlukan suatu

pelatihan refreshment untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari pelatihan

sebelumnya.

Ada beberapa perubahan yang terjadi sesudah mendapatkan pelatihan

STOP ini. Berikut pernyataan dari Responden mengenai perubahan setelah

mendapat pelatihan.

“Saya jadi mengerti mengenai bekerja yang aman dan sesuai prosedur

keselamatan demi tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.”

(Responden 1 FM)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 94: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

80

Universitas Indonesia

“Saya lebih peka dalam melakukan observasi keadaan atau tindakan

aman/tidak aman.” (Responden 1 Finance)

“ Pengetahuan mengenai program STOP, cara mengisi kartu STOP juga

bertambah setelah mengikuti pelatihan.” (Responden 2 Finance)

“Saya jadi berani menghentikan pekerjaan yang tidak aman, lebih

bijaksana dalam mengambil keputusan jika melihat kondisi aman/tidak

aman dan tidak menyalahkan orang lain, dan juga lebih memperhatikan

lingkungan dan menerapkan keselamatan kerja dalam aktivitas sehari-

hari.” (Responden 1 Eksplorasi)

Analisis hubungan antara persepsi bahaya dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa terdapat hubungan antara

keduanya (tabel 6.8). Dengan pelatihan yang memadai, pengetahuan akan

meningkat. Pelatihan juga membimbing karyawan pada perubahan perilaku

seperti yang ditunjukkan pada kutipan hasil wawancara diatas. Pelatihan ini

memfasilitasi karyawan dalam mengerti dan memahami pelaksanaan STOP lebih

mendalam sehingga terbentuk perubahan perilaku ke arah yang aman.

7.8 Analisis Hubungan Reward/Punishment dengan Perilaku dalam

Pelaksanaan Program STOP

Sejauh ini, PT. X memang sudah menerapkan pemberian penghargaan

pada karyawan yang mengisi kartu STOP terbanyak pada setiap bulannya.

Namun, PT. X tidak memberikan sanksi/hukuman karena STOP bukan

merupakan suatu hukuman. Itulah juga yang menyebabkan program ini tidak

mencantumkan nama orang yang diamati melakukan tindakan yang tidak aman.

STOP bahwa diketahui program stop tidak mengenal hukuman terhadap perilaku

kerja yang tidak aman karena hal tersebut tidak akan merubah perilaku permanen.

Pelaporan observasi perilaku dengan kartu STOP tidak boleh menyebutkan nama,

jenis kelamin atau identitas lainnya yang mudah dikenal terhadap pekerja yang

diobservasi. Hal ini untuk mencegah agar pekerja tidak menaruh curiga terhadap

observasi sebab tujuannya bukan untuk blame person tapi memperbaiki perilaku

yang tidak aman (STOP Training Package, 2009)

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 95: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

81

Universitas Indonesia

Analisis hubungan antara sanksi/reward dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil yang tidak signifikan, bahwa tidak terdapat hubungan

antara keduanya (tabel 6.13). Hal ini sudah sesuai dengan package PT. X 2009,

bahwa pelaksanaan STOP tidak mengenal hukuman. Namun, PT. X tetap

memakai metode penghargaan untuk memancing partisipasi karyawan. Metode

penghargaan ini sesuai dengan teori operant conditioning. Operant contioning

merupakan tingkah laku membentuk suatu konsekuensi, seperti perilaku positif

akan mendapatkan konsekuensi pujian atau hadiah, sebaliknya perilaku negatif

akan mendapatkan sebuah konsekuensi berupa pujian atau hadiah. Operant

conditoning merubah perilaku dengan menghubungkan akibat yang didapat.

Kecenderungan orang untuk melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh

reinforcement. Reinforcement tersebut dapat berupa penghargaan, pujian, atau

sanksi.

7.9 Analisis Hubungan Pengawasan dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai

mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi

kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil

pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sedangkann, Robbin

(dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu

proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer

untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi. Dale (dalam Winardi,

2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan

seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti

memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan

apa yang direncanakan. Jadi, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik

untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan

perencanaan,merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan

nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 96: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

82

Universitas Indonesia

mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan.

Ada tiga jenis pengawasan, yaitu pengawasan pendahuluan, cocurent

control, pengawasan feedback. Pengawasan pendahuluan meliputi pengawasan

pendahuluan sumber daya manusia dan pengawasan pendahuluan bahan-bahan.

Cocurent control, pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan.

Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran

telah dicapai. Pengawasan feedback yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang

telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak

sesuai dengan standar.

Analisis hubungan antara pengawasan dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil yang tidak signifikan, bahwa tidak terdapat hubungan

antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukan bahwa ketidaksesuaian antara

pengawasan dan perilaku. Pengawasan merupakan faktor eksternal yang

berpengaruh pada pelaksanaan STOP. Namun, ketidaksesuaian ini disebabkan

karena pengawasan yang dilakukan selama ini masih belum optimal. Pengawasan

hanya berbentuk pengawasan pendahuluan yang berupa kebijakan dan aturan dan

pengawasan saat bekerja. Pengawasan ini meliputi pengawasan secara umum

yang tidak rutin dilakukan dan bergantung pada kualitas pemimpin.

7.10 Analisis Hubungan Komitmen dengan Perilaku dalam Pelaksanaan

Program STOP

Panduan PT. X :

1. Kepatuhan ini ditunjukkan dalam bentuk komitmen terhadap K3 dengan

partisipasi kegiatan K3 dan menjalankan prosedur/kebijakan yang ada.

Pada item

2. Komitmen team leader pada tindakan/kondisi yang tidak aman adalah

menghentikan tindakan yang tidak aman yang dilakukan orang lain untuk

menjamin keselamatan bersama.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 97: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

83

Universitas Indonesia

3. Kompetensi personal team leader tidak hanya mempunyai keterampilan

kepemimpinan tetapi juga mengembangkan diri untuk meningkatkan

keterampilan kepemimpinan tersebut.

4. Umpan balik yang baik menyediakan fasilitas umpan balik yang spesifik

dalam rentang 1 minggu

5. Reaksi team leader terhadap feedback ditunjukkan dengan menerima

umpan balik dari karyawan dan melakukan perubahan. Sebaiknya umpan

balik memenuhi 5 kriteria, seperti Ada lima karakteristik dari feedback

yaitu :

Speed, lebih cepat feedback yang diberikan setelah terjadinya error

lebih cepat pula tindakan perbaikan yang akan dilakukan, selain itu

pekerja dapat langsung belajar dari error tersebut.

Specificity – lebih tajam feedback yang berfokus pada kekeliruan

secara spesifik maka akan lebih aktif.

Accuracy - feedback harus terliti, error pada feedback menimbulkan

tindakan yang keliru

Content – isi dari informasi yang akan disampaikan harus sesuai

dengan perilaku yang diinginkan

Amplitude – feedback harus cukup menimbulkan perhatian

terhadap pekerja

(William E. Tarrants dalam The Measurement of Safety Performance)

6. Ide dan masukan, team leader juga mendorong pekerja untuk

mengumpulkan isu tentang keselamatan.

7. Isu keselamatan team leader menyediakan informasi mengenai safety yang

terbaru dan relevan.

Komitmen team leader yang baik adalah komitmen dimana team leader

tidak hanya membuat program, kebijakan, atau prosedur tetapi juga terlibat dalam

setiap aktivitasnya. Analisis hubungan antara komitmen dan perilaku dalam

pelaksanaan STOP menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa terdapat hubungan

antara keduanya (tabel 6.15). STOP berarti komitmen dari top manajemen dalam

bidang K3. Komitmen ini juga dilaksanakan oleh karyawan. Pengisian kartu

STOP bukan hanya untuk memenuhi kuantitas dan target pencapaian tetapi juga

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 98: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

84

Universitas Indonesia

mencapai suatu kualitas pengembangan budaya keselamatan pada individu (STOP

Training Package PT. X, 2009). Hal ini juga sesuai dengan survei CBI bahwa

pentingnya kepemimpinan dan komitmen untuk mereduksi angka insiden.

STOP merupakan program pengembangan dari behaviour based safety,

yaitu program penanaman nilai keselamatan pada kegiatan sehari-hari, termasuk

dalam pekerjaan. Nilai-nilai keselamatan yang tumbuh akan berpengaruh pada

meningkatnya kesadaran akan keselamatan. Kesadaran ini yang akan mendorong

seseorang untuk melakukan perilaku yang aman. Dengan kesadaran untuk

berperilaku yang aman, lingkungan sekitar akan terpengaruh sehingga

terbentuklah suatu jaringan yang aman dan saling mendukung. Faktor-faktor

tersebut kemudian secara tidak langsung akan berkontribusi dalam menurunkan

angka kecelakaan. Selain itu, faktor tersebut akan membentuk suatu budaya

keselamatan di suatu organisasi.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 99: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

BAB 8

Penutup

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran perilaku karyawan

terhadap program STOP, penulis menyimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Program STOP merupakan program internalisasi nilai-nilai keselamatan

dalam kegiatan sehari-hari. Program ini adalah pengembangan dari

Behaviour Based Safety untuk mengobservasi perilaku yang aman dan

tidak aman. Program ini juga salah satu tools yang digunakan untuk

menanamkan budaya keselamtan dari hal yang kecil. Dalam prakteknya,

program ini diaplikasikan dengan kartu observasi keselamatan.

2. Perilaku karyawan yang melakukan unsafe act tergolong tinggi sebesar

66% unsafe act dan 44% safe act.

3. Prosedur yang ada di PT. X Indonesia sudah memadai dan sudah

mencakup prosedur keselamatan yang sesuai dengan tujuan HSE PT. X.

Analisis hubungan prosedur dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

menunjukkan hasil yang tidak signifikan bahwa tidak ada perbedaan rata-

rata antara prosedur dengan perilaku dalam pelaksanaan STOP.

4. Tingkat pengetahuan karyawan terhadap program STOP masih rendah

sebesar 63%. Sedangkan analisis hubungan prosedur dan perilaku dalam

pelaksanaan STOP menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP. Ini menjelaskan bahwa semakin tidak baik tingkat pengetahuan

karyawan, semakin cenderung karyawan melakukan tindakan yang tidak

aman. Begitu juga sebaliknya, semakin baik pengetahuan karyawan

tersebut akan diikuti oleh perilaku yang aman.

5. Pengisian kartu STOP berdasarkan target atau pencapaian kuantitas,

sehingga frekuensi pengisian kartu STOP masing-masing divisi berbeda.

6. Persepsi bahaya yang tergolong kategori tinggi adalah bahaya ergonomi,

listrik, kebakaran, suhu, IAQ, stress, dan house keeping. Sedangkan,

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 100: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

86

Universitas Indonesia

bahaya bising dan pencahayaan tergolong kategori rendah. Analisis

hubungan persepsi terhadap bahaya dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa semakin baik persepsi

karyawan terhadap bahaya akan diikuti oleh perilaku yang aman pada

karyawan.

7. Partisipasi dalam pelatihan STOP pada karyawan sudah baik, hampir 88%

responden pernah mengikuti pelatihan. Pelatihan ini membawa perubahan

perilaku pada karyawan (lihat kutipan wawancara halaman 80). Analisis

hubungan pelatihan dan perilaku dalam pelaksanaan STOP menunjukkan

hasil signfikan bahwa semakin baik pelatihan yang dilakukan, akan

semakin mengembangkan perilaku karyawan dalam bertindak.

8. Sosialisasi program STOP ini berjalan baik (90 %), dimana media

sosialisasi yang digunakan adalah media visual. Selain itu, sosialisai

program ini dilakukan baik oleh team leader atau sesama pekerja. Analisis

hubungan sosialisasi dan perilaku dalam pelaksanaan STOP menunjukkan

hasil tidak signfikan bahwa tidak ada hubungan antara sosialisasi dan

pembentukan perilaku pada pelaksanaan STOP. Jadi, sosialisasi tidak

membentuk perilaku, hanya menjadi fasilitasi dalam menyampaikan pesan

mengenai program ini pada karyawan.

9. Komunikasi yang dilakukan dalam program ini baik (88%) dilihat dari tata

cara penyampaian pesan pada karyawan. Komunikasi ini baik secara

horishontal maupun vertikal, sesama karyawan, maupun atasan dan

bawahan. Analisis hubungan komunikasi dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil signfikan bahwa semakin baik komunikasi yang

dilakukan, akan diikuti dengan perilaku yang aman. Ini juga telah sesuai

karena STOP merupakan komunikasi, komunikasi antara sesama rekan

kerja atau komunikasi antara atasan dan staff. Dengan adanya komunikasi

secara dua arah, pekerja dilatih untuk lebih peka dalam mengamati

lingkungan kerja sekitarnya.

10. Komitmen team leader dalam kepatuhan akan prosedur, reaksi pada

umpan balik, keterbukaan dalam menerima ide, penyampaian isu

keselamatan, dan kompetensi personal tergolong dalam kategori yang

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 101: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

87

Universitas Indonesia

komitmen baik 57%. Analisis hubungan komitmen dan perilaku dalam

pelaksanaan STOP menunjukkan hasil signfikan bahwa semakin baik

komitmen dari manajemen, perilaku aman karyawan akan meningkat. Ini

sesuai dengan STOP yang merupakan suatu komitmen manajemen.

Berdasarkan hal ini, komitmen ini sudah dilaksanakan oleh karyawan.

11. Pengawasan yang dilakukan terhadap program ini masih kurang baik

(47%). Analisis hubungan pengawasan dan perilaku dalam pelaksanaan

STOP menunjukkan hasil tidak signfikan bahwa tidak ada hubungan

antara pengawasan terhadap perilaku pelaksanaan STOP. Hal ini tidak

sesuai dengan pengawasan manajemen yang mendukung dan menunjang

perilaku dalam pelaksanaan STOP.

12. Pemberian sanksi dan reward telah baik dilakukan. PT. X Indonesia

menerapkan pemberian reward dalam pelaksanaan program ini. Analisis

hubungan sanksi/reward dan perilaku dalam pelaksanaan STOP

menunjukkan hasil tidak signfikan bahwa tidak ada hubungan antara

sanksi dan reward terhadap perilaku pelaksanaan STOP. Ini sesuai dengan

STOP bukan merupakan suatu hukuman. Pelaporan observasi perilaku

dengan kartu STOP tidak boleh menyebutkan nama, jenis kelamin atau

identitas lainnya yang mudah dikenal terhadap pekerja yang diobservasi.

Namun, reward masih dibutuhkan dalam program ini sesuai dengan teori

operant condition, dimana reinforcement dapat menguatkan perilaku

seseorang.

13. Program STOP ini dinilai bermanfaat dalam mengembangkan budaya

keselamatan di kalangan karyawan. Namun, masih terdapat hambatan

dalam pelakasanaan program ini.

7.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, ada beberapa hal yang

dapat disampaikan, seperti :

1. Pengetahuan

Untuk meningkatkan pengetahuan akan konsep dasar STOP, dapat

dilakukan brainstroming antara karyawan dan team leader. Dengan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 102: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

88

Universitas Indonesia

program ini, diharapkan karyawan mendapatkan input berupa edukasi dari

team leader. Selain itu, kedua belah pihak juga dapat melakukan tukar

pikiran.

2. Prosedur

Prosedur yang ada memang sudah baik. Prosedur yang baik ini sebaiknya

diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan jika sewaktu-

waktu berubah, sehingga sifatnya dapat diaplikasikan pada semua

golongan. Prosedur ini juga sebaiknya dibentuk dalam sebuah package

atau manual handbook agar lebih menarik.

3. Pelatihan

Dibutukan suatu refreshment training, semacam post test untuk

mengingatkan karyawan. Selain itu, perlu dilakukan pemetaan pelatihan

yang cocok sesuai dengan jabatan masing-masing pekerja. Ini dilakukan

karena kebutuhan setiap level jabatan berbeda-beda dalam pelaksanaan

program ini. Dengan pemetaan ini, pelatihan dapat sesuai target dan akan

lebih fokus.

4. Sosialisasi

Sosialisasi program sebaiknya dilakukan oleh team leader sesuai dengan

roll out STOP. Team leader sebaiknya aktif memberi tahu mengenai

program ini, sehingga dapat menuntun karyawan dalam melaksanakan

program ini.

5. Komunikasi

Hilangkan budaya sungkan dalam berkomunikasi. Karyawan mempunyai

kecenderungan untuk takut mengatakan hal yang dilihat. Jika melihat hal

yang tidak aman, sebaiknya karyawan berani untuk melakukan diskusi dan

tidak segan untuk bertindak. Ini biasa pada komunikasi vertikal. Untuk itu,

dibutuhkan suatu pengembangan komunikasi vertikal antara karyawan dan

pimpinan. Ini dapat dilakukan dengan cara diskusi dalam forum atau

meeting.

6. Pengawasan

Pengawasan oleh team leader sebaiknya mengandung unsur partisipatif

dari karyawan, sehingga tercipta sebuah simbosis mutualisme bagi kedua

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 103: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

89

Universitas Indonesia

belah pihak. Selain itu, perlu juga diadakan pengawasan feedback, untuk

mendapatkan umpan balik dari karyawan mengenai pengawasan

pelaksanaan program ini.

7. Komitmen

Komitmen team leader sebaiknya tidak hanya membuat program,

kebijakan, atau prosedur tetapi juga terlibat dalam setiap aktivitasnya.

Team leader harus memastikan secara langsung sejauh mana aplikasi

komitmennya berjalan dilapangan. Dengan keterlibatan manajemen,

partisipasi dari karyawan akan meningkat.

8. Sanksi/reward

Pemberian reward dapat tetap dipertahankan. Hal ini dilakukan untuk

memotivasi karyawan untuk mengisi kartu STOP. Selain itu, pemberian

reward dapat diadakan untuk setiap divisi dan untuk individu dalam divisi.

Dalam hal ini maksudnya, diadakan perlombaan antar divisi dalam

pelaksanaan program ini. Dengan perlombaan antar divisi, diharapkan

dapat memacu kontribusi dari divisi yang kurang aktif menjadi aktif.

9. Masalah hambatan pelaksanaan STOP, seperti

Penambahan jumlah kartu STOP pada tiap departemen agar kartu

ini mudah didapatkan. Penyediaan kartu STOP ini disesuaikan

dengan kerajinan suatu divisi dalam mengisi kartu STOP. Untuk

itu, setiap divisi melalui STOP representatif perlu menetapkan

kuota kartu yang dibutuhkan setiap bulannya.

Kadangkala observasi tindakan yang tidak aman ditemukan secara

tidak sengaja, sehingga ada kecenderungan untuk lupa menuliskan

pada kartu STOP. Untuk mengatasi itu, sebaiknya observer

menuliskan terlebih dahulu pada sebuah kertas/handphone, baru

kemudian dituliskan pada kartu STOP.

Program STOP ini memiliki kecenderungan target-oriented,

dimana ada kecenderungan untuk merekayasa cerita. Untuk itu,

sebaiknya karyawan mengembangkan cara observasi yang variatif

agar tidak menemukan kejadian tidak aman yang sama untuk

diamati.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 104: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

90

Universitas Indonesia

Untuk meningkatkan kualitas observer, karyawan dilatih untuk

lebih peka pada keadaan yang tidak aman.Kualitas observer akan

meningkat seiring dengan frekuensi pengamatan yang dilakukan.

Orang akan lebih cepat tanggap jika sering melakukan

pengamatan. Selain itu, dengan frekuensi pengamatan yang sering,

dapat menumbuhkan insting keselamatan pada karyawan

Menyediakan waktu untuk memperhatikan keselamatan. STOP

tidak hanya terbatas dalam lingkungan kantor saja, tetapi juga di

jalan raya ataupun di lingkungan rumah. Untuk itu, bagi karyawan

yang sulit mencari sela-sela waktu dalam mengamati, bisa mencoba

melakukan pengamatan pada saat istrihat atau saat pulang/pergi

kantor

Meningkatkan kesadaran pada diri individu dengan bantuan

lingkungan kerja sebagai pendukung. Orang yang diamati

kadangkala bersikap bebal dan melakukan pekerjaan yang tidak

aman berulang-ulang. Ini karena STOP masih berupa kuantitas dan

prosedur yang tidak dijalani dengan benar.

Mengontrol pengamatan pada masing-masing observer agar tidak

mengulang pengamatan yang sama

Melakukan follow up untuk tindakan perbaikan dari pihak

manajemen, kemudian dikomunikasikan pada karyawan.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 105: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

91

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Frank. 1986. Practical loss control leadership. International Loss Control Institute

Bureau of Labor Statistics. National Census of Fatal occupational injuries in 2008, US

Department of Labor, News Release (August 20, 2009). www.bls.gov

Bureau of Labor Statistics. October 2009. Workplace injuries and illnesses in 2008, US

Department of Labor, News Release. www.bls.gov

Burman, R. & Evans, A.J. 2008. Target Zero: A Culture of Safety. Defence Aviation Safety

Centre Journal 2008, 22-27

CBI. 1991. Developing a Safety Culture. London : Confederation of British Industry

Center for Chemical Process Safety. 1995. www.aiche.org (diunduh tanggal 11 April 2011

pukul 11.00)

Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 2008-2009. www.ccohs.ca

Cooper, Dominic. 2000. Toward a Model of Safety Culture. Safety Science 36, 111-136.

Pergamon

Cooper, Dominic. 2000. Improving Safety Culture: A Practical Guide. Applied Behavioral

Science

Cooper, Dominic. 2002. Culture, A Model for understanding and Quantifying Difficult

concept, Management. American Society for Safety Engineer, Professional Safety

Colling, David A. 1990. Industrial Safety Management & Technology. New Jersey : Prenctice

Hall

Cox, S. & Cox, T. 1991. The Structure of Employee Attitudes to Safety - A European

Example Work and Stress. 93 - 106.

Geller, Scott. 2001. The Psychology of Safety Hand Book. Lewis Publisher

Geller, Scott. 1994. Ten Principles for Achieving a Total Cafety culture. Professional Safety :

ABI/Inform Global page 18

Geller, E. Scott. 2004. Behavior-based safety: A Solution to Injury Prevention: Behavior-

based safety 'empowers' Employees and Addresses the Dynamics of Injury Prevention.

Risk & insurance. 15

Geller, E. Scott. 1998. Working Safe: How to Help People Actively Care for Health and

Safety. Lewis Publishers

Guldenmund, F. 2000. The Nature of Safety Culture : A Review of Theory and Research,

Safety Science 34, 215-257. Pergamon

Heinrich. 1980. Industrial accident prevention. New Jersey : McGraw-Hill

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 106: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

92

Universitas Indonesia

Health and Safety Executive. 2005. A review of safety culture and safety climate literature for

the development of the safety culture inspection toolkit.

Hopkins, Andrew. 2002. Safety Culture, Mindfulness and Safe Behaviour : Converging

ideas? Australian National University

IAEA. 2002. Safety culture in nuclear installations : Guidance for use in the enhancement of

safety culture.

International Safety Advisory Group (INSAG). 1991. Safety Culture, Safety Series No.75-

INSAG-4, IAEA

International Safety Advisory Group (INSAG). 2002. Key Practical Issues in Strengthening

Safety Culture, INSAG-15, IAEA

Krause, Thomas. 2005. Leading with Safety. Hoboken, NJ, Wiley Publishing Company

Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : UI Press

Munandar, Ashar Sunyoto. 1990. Psikologi Industri. Jakarta : UI Press

Notoadmojo, Soekidjo. 2000. Promosi Pendidikan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Reason, J. 1998. Achieving a Safe Culture: Theory and Practice Work and Stress, 12, 293 -

306.

Roughton, James. 2002. Developing an Effective Safety Culture: A Leadership Approach (1st

edition ed.). Butterworth-heinemann

Rundmo, T. 1996. Associations Between Risk Perception and Safety. Safety Science 24, 107

- 209

Shappell, A. Scott dan Douglas A. Wiegmann. 2000. The Human Factors Analysis and

Classification System – HFACS, US Department of Transportation, Federal Aviation

Administration. Virginia : National Technical Information Service.

Soehatman Ramli. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, OHSAS

18001

Stranks, Jeremy. 2006. The A-Z of Health and Safety. London : Thorogood Publishing Ltd

Syaaf, Ridwan. 2001. Implementasi program pengembangan budaya K3 di tempat kerja.

Tarrants, William. 1980. The Measurement of Safety Performance. New York : Garland

STPM Press

United Steelworkers of America. 2005. Not Walking the Talk: DuPont’s Untold Safety

Failures. Allied-industrial, chemical and energy workers international union.

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 107: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

93

Universitas Indonesia

Wiemann, D., Zhang, H., Von Thaden, T., Gibbons, A. and Sharma, G. 2004. Safety Culture:

An Integrative Review. International Journal of Aviation Psychology 14 (2): 117-134.

NJ: Lawrence Earlbaum Associates.

Zohar, D. 1980. Safety Climate in Industrial Organizations: Theoretical and Applied

Implications. Journal of Applied Psychology, 65, 96 - 102.

Zohar, D. 2002. The Effects of Leadership Dimensions, Safety Climate and Assigned

Priorities on Minor Injuries in Work Groups. Journal of Organizational Behaviour, 23,

75 - 92.

“Injury Prevention & Control: Data & Statistics.” www.cdc.gov

“Data statistik kecelakaan.” bataviase.co.id (diunduh tanggal 10 April 2011 pukul 15.00)

“Investigation Report” www.csb.gov (diunduh tanggal 10 April 2011 pukul 15.00)

“Human errors in fatal and serious occupational accidents in Finland”.

www.informaworld.com (diunduh tanggal 19 April 2011 pukul 10.00)

“Budaya keselamatan” ansn.bapeten.go.id (diunduh tanggal 11 April 2011 pukul 11.00)

“Safety culture maturity model.” 2000. www.hse.gov.uk (diunduh tanggal 20 April 2011

pukul 11.00)

“Safety Culture Maturity Model (SCMM).” www.iagc.org (diunduh tanggal 20 April 2011

pukul 11.10)

“STOP Cards” www.pdo.co.om (diunduh tanggal 11 April 2011 pukul 19.00)

“STOP Card” www.migas-indonesia.com (diunduh tanggal 19 April 2011 pukul 10.00)

“STOP Training Package.” 2009. Jakarta : BP Indonesia

www.bp.com

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 108: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

LAMPIRAN

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 109: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

KUESIONER PENELITIAN Salam sejahtera bagi kita semua, Saya Gita, mahasiswa K3 FKM UI, saat ini saya sedang magang di Departemen HSE BP. Dalam tugas akhir ini, saya melakukan penelitian mengenai program STOP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program STOP yang telah berjalan di lingkungan head office BP. Bersama ini saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr untuk memberikan penilaian terhadap beberapa perrtanyaan dibawah ini. Saya sangat mengharapkan kesediaan waktu Anda untuk membantu saya dalam mengisi kuesioner ini. Penilaian yang Bapak/ Ibu/ Sdr berikan akan sangat membantu kelancaran penyusunan skripsi saya. Jawaban Bapak/ Ibu/ Sdr merupakan pendapat dan pandangan pribadi. Kuesioner ini hanya dibuat untuk penelitian semata tidak akan berpengaruh pada pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara Terima kasih atas kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr untuk memberikan penilaian terhadap pernyataan di dalam kuesioner. Divisi : Umur : Lama Kerja : Prosedur 1. Dalam setiap pekerjaan, tentu ada prosedur kerja. Menurut Saudara, apakah prosedur yang berlaku sudah memadai untuk menjamin bekerja secara aman? a. memadai b. cukup memadai c. kurang memadai d. tidak memadai 2. Apakah prosedur kerja yang berlaku tersebut mencakup hal keselamatan kerja? a. Ya b. Tidak

3. Dalam prosedur kerja, jika melihat kondisi atau tindakan yang tidak aman, apa yang seharusnya dilakukan? a. menghentikan pekerjaan tersebut b. menghentikan pekerjaan tersebut dan melaporkan pada supervisi c. menegur orang tersebut d. tidak melakukan tindakan apapun 4. Apakah Saudara mengetahui tujuan dan sasaran BP di bidang HSE? a. Ya b. Tidak Pengetahuan 1. Apakah Saudara tahu mengenai tujuan jangka panjang dari penggunaan kartu STOP? a. mengobservasi tindakan/kondisi yang aman/tidak aman b. mencegah insiden c. membentuk komunikasi antar karyawan d. membentuk budaya yang selamat 2. Apakah manfaat dari penggunaan kartu STOP? a. kesadaran akan budaya keselamatan dalam diri pekerjameningkat b. komunikasi dua arah meningkat c. tingkat kecelakaan/inciden turun sampai 50-60 persen. d. semua benar 3. Apa motivasi Anda mengisi kartu STOP? a. memenuhi kuantitas target b. keinginan pribadi c. alasan keselamatan rekan kerja d. dorongan team leader e. mendapat intensif f. lain-lain 4. Berapa kali dalam sebulan Saudara mengisi kartu STOP? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 110: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

5. Bagaimana cara menggunakan STOP Card? a. mengamati – memutuskan – berhenti – melakukan tindakan - melaporkan b. memutuskan – berhenti – mengamati – melakukan tindakan – melaporkan c. berhenti – memutuskan - mengamati – melakukan tindakan – melaporkan d. memutuskan - mengamati – melakukan tindakan – melaporkan – berhenti 6. Sebelum memutuskan melakukan pengamatan dengan kartu STOP, apa saja yang dipertimbangkan? a. tindakan aman/tidak aman b.orang yang diamati c. kondisi aman/tidak aman d. A,B,C dipertimbangkan 7. Setelah diobservasi, tindakan intervensi apa yang Saudara dilakukan pada objek pengamatan bila kondisi/tindakan tidak aman? a. diam saja b. menegur c. memberi tahu tindakan yang aman d. tidak peduli 8. Manakah yang merupakan kategori pengamatan dari kartu STOP? a. reaksi dan posisi seseorang, prosedur, kerapihan, APD, perlengkapan/peralatan b. tindakan atau kondisi yang aman dan tidak aman c. tindakan perbaikan dan pencegahan d. semua benar 9. Apa kategori pengamatan dalam kartu STOP mudah dimengerti? a. mudah dimengerti b. sulit dimengerti Persepsi bahaya Berikut adalah bahaya-bahaya yang muncul di lingkungan kerja, khususnya pada lingkungan perkantoran. Isilah dengan Saudara checklist, sesuai tingkat bahayanya, apakah bahaya tersebut dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah.

Bahaya Tinggi Sedang Rendah Ergonomi Bising Pencahayaan Elektrik Fire (kebakaran) Kerapihan ruangan

Temperatur – AC Kualitas udara di ruangan

Psikososial (stress kerja)

Sick Building Syndrom

Bencana alam (gempa bumi)

Komitmen 1. Menurut pandangan Saudara, bagaimana kepatuhan dan partisipasi dari team leader? a. mengabaikan kebijakan dan prosedur serta menghindari partisipasi dalam aktivitas K3 b. mengikuti kebijakan dan prosedur c. aktif dalam kegiatan K3 d. aktif dalam kegiatan K3 dan menunjukkan komitmen K3 e. mengikuti kebijakan, prosedur, mengikuti kegiatan K3, dan membuktikan dalam aktivitas pekerjaaan 2. Menurut pandangan Saudara, bagaimana pelaksanaan dari komitmen team leader? a. tidak konsisten dalam merespon kondisi yang tidak aman b. menghentikan tindakan yang tidak aman dalam keadaan mendesak dengan alasan keselamatan pribadi c. menghentikan tindakan yang tidak aman yang dalam keadaan mendesak untuk kepentingan pekerja lain. d. menghentikan tindakan yang tidak aman yang dilakukan orang lain e. menghentikan tindakan yang tidak aman yang dilakukan orang lain untuk menjamin keselamatan bersama

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 111: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

3. Menurut pandangan Saudara, bagaimana kompetensi personal dari team leader? a. tidak mengerti mengenai kepemimpinan b. hanya menggambarakan peraturan dalam sistem keselamatan dan mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan c. mempunyai keterampilan kepemimpinan d. mengembangkan diri dengan mengikuti training kepemimpinan e. mengembangkan diri untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan 4. Apakah team leader menyediakan fasilitas umpan balik (feedback)? a. hanya menyediakan fasilitas umpan balik setahun sekali b. menyediakan fasilitas umpan balik 6 bulan sekali c. menyediakan fasilitas umpan balik jika diminta d. menyediakan fasilitas umpan balik secara teratur setiap bulan e. menyediakan fasilitas umpan balik yang spesifik dalam rentang waktu 1 minggu 5. Apakah reaksi team leader dalam menerima umpan balik (feedback) dari karyawan? a. reaksi negatif pada umpan balik yang diterima b. reaksi positif dan penerimaan yang baik terhadap umpan balik yang diterima c. menerima umpan balik dan melakukan perubahan d. mencoba mengumpulkan umpan balik dari orang banyak e. menerima umpan balik dari banyak karyawan dan melakukan perubahan

6. Apakah team leader mendengarkan ide dan masukan dari karyawan? a. Jarang mendengarkan ide dan masukan pada karyawan b. Aktif mendengarkan ide dan masukan dari karyawan c. Mencari tahu dan mendengarkan ide karyawan dari sudut pandang yang berbeda d. Mendorong pekerja untuk mengumpulkan isu tentang keselamatan e. Mendorong pekerja untuk mengumpulkan isu tentang keselamatan dari sudut pandang yang berbeda dan mendorong sesama team leader untuk melakukan hal sejenis. 7. Apakah team leader menyampaikan isu keselamatan diinformasikan pada karyawan? a. Jarang menginformasikan tentang isu keselamatan pada karyawan b. Kadang-kadang menginformasikan mengenai isu keselamatan pada karyawan c. Menginformasikan isu keselamatan secara teratur dalam rapat d. Menyediakan informasi mengenai safety yang terbaru dan relevan e. Menyediakan informasi mengenai safety yang terbaru dan relevan secara efektif Sosialisasi 1. Darimanakah Saudara tahu mengenai program STOP ini? a. Team leader b. Rekan kerja c. Lain lain, sebutkan... 2. Apakah sosialisasi program STOP ini sudah berjalan dengan baik? a. Sudah baik b. Cukup baik c. Kurang baik 3. Apakah ada media komunikasi yang digunakan dalam sosialisasi program ini? a. Ya b. Tidak

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 112: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

4. Apa saja media komunikasi yang digunakan dalam sosialisasi program ini? a. media verbal (dari mulut ke mulut) b. Media visual (poster atau publikasi lainnya) Pengawasan 1. Apakah team leader mengetahui kondisi lingkungan kerja dan pekerja dengan baik? a. Ya b. Tidak 2. Apakah team leader mempunyai komitmen terhadap safety? a. Ya b. Tidak 3. Bagaimana komitmen team leader ini ditunjukan? a. dengan adanya kebijakan b. dengan adanya prosedur c. dengan adanya program kerja d. dengan adanya partisipasi dalam aktivitas keselamatan, seperti safety meeting 4. Apakah Team leader mendorong pekerja untuk melakukan observasii pada tindakan/kondisi yang tidak aman? a. Ya b. Tidak 5. Apakah team leader menyediakan sumber daya dan waktu untuk partisipasi karyawan dalam mengerjakan budaya selamat? a. Ya b. Tidak 6. Apakah team leader sering memantau pekerjaan saudara? a. selalu memantau b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak pernah 7. Apakah team leader pernah memberi tahu mengenai bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja? a. pernah b. Tidak pernah 8. Apakah Team leader pernah mengingatkan Saudara jika dalam kondisi yang tidak aman? a. pernah b. Tidak pernah

Komunikasi 1. Bagaimana cara Saudara dalam menyampaikan pengamatan dalam kartu STOP pada orang yang sedang diamati? a. langsung menjelaskan tindakan aman/tidak aman yang dilakukan b. langsung memberhentikan pekerjaan yang dilakukan c. melakukan pendekatan terlebih dahulu setelah itu menyampaikan hasil pengamatan d. tidak menyampaikan pesan keselamatan setelah melakukan pengamatan 2. Jika Saudara sedang mengamati tindakan yang tidak aman, apakah Saudara memberikan solusi pada orang yang diamati bagaimana seharusnya tindakan yang aman? a. iya b. tidak 3. Jika Saudara mengamati tindakan yang tidak aman, apakah Saudara menyampaikan bahaya dan risiko pada orang yang diamati jika melakukan tindakan tersebut? a. iya b. tidak Pelatihan 1. Apakah Saudara pernah mendapatkan pelatihan mengenai STOP? a. Pernah b. Tidak pernah 2. Jika pernah mendapatkan pelatihan mengenai STOP, metode pelatihan apa yang digunakan?

a. kuliah umum b. simulasi/role play c. diskusi kelompok d. studi kasus e. Lain-lain : ____________ 3. Jika Saudara tidak mendapatkan pelatihan STOP, bagaimana cara Saudara tahu mengenai penggunaan kartu STOP? a. petunjuk dari team leader b. belajar sendiri dari buku atau internet c. diskusi kelompok d. lain-lain : ____________

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 113: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

4. Menurut Saudara, apakah pelatihan mengenai STOP dibutuhkan? a. Ya b. Tidak Sanksi/Reward 1. Bagaimana pendapat Saudara jika ada kewajiban untuk mengisi kartu STOP? a. setuju b. tidak setuju 2. Bagaimana pendapat Saudara jika pekerja yang tidak berpartisipasi mengisi kartu STOP mendapatkan sangksi dari atasan? a. setuju b. tidak setuju 3. Apakah Saudara setuju dengan pemberian reward bagi karyawan yang mengisi kartu STOP sesuai dengan target? a. setuju b. tidak setuju 4. Menurut Saudara, apakah sangksi dan penghargaan itu diperlukan untuk meningkatkan pengisian kartu STOP? a. perlu b. tidak perlu

Penutup 1. Menurut Saudara, objek apakah yang diamati kartu STOP? a. perilaku aman/tidak aman b. kondisi aman/tidak aman c. dua-duanya d. tidak tahu 2. Apakah kategori pengamatan yang diamati pada kartu STOP sudah sesuai dengan kondisi lingkungan kerja Saudara? a. sesuai b. tidak sesuai 3. Menurut Saudara, apakah program yang STOP yang sudah berjalan di BP berjalan dengan efektif? a. Ya, alasan..... b. Tidak, alasan..... 4. Apakah program STOP ini bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran akan budaya keselamatan di lingkungan kerja dan diantara pekerja? a. Bermanfaat b. Minim manfaat c. Tidak bermanfaat

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 114: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

Gambar Kartu STOP

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 115: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

SPU Leader

VP Operation

VP Resources

VP Development

VP Exploration

VP HSSE & Engineering

VP OBO VP Vietnam

VP Indonesia

CFO VP HR

Tax

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011

Page 116: Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440661-S-Argihta Marettia.pdf · karunianya, ditulis dalam rangka pemenuhan

Analisis Faktor..., Argihta Marettia, FKM UI, 2011