ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

91
ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23 PADA TRANSAKSI MUDHARABAH (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Umum) Oleh: Febriyanti NIM: 204082002310 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Transcript of ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Page 1: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN

(PPh) PASAL 23 PADA TRANSAKSI MUDHARABAH

(Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Umum)

Oleh:

Febriyanti

NIM: 204082002310

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ANALISIS PENGARUH KINERJA DAN INDEPENDENSI

TERHADAP KEPUASAN KERJA INTERNAL AUDITOR

(Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Jakarta)

Oleh:

Eka Nurwahyuni

NIM: 204082002306

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 3: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN

(PPh) PASAL 23 PADA TRANSAKSI MUDHARABAH

(Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Umum)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Febriyanti

NIM: 204082002310

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE., MM

NIP. 130 676 334 NIP. 150 377 441

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 4: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Hari ini Rabu Tanggal 10 Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Febriyanti NIM: 204082002310 dengan judul Skripsi

“ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PASAL 23 PADA TRANSAKSI MUDHARABAH” (Studi Kasus Pada PT.

Asuransi Takaful Umum). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 September 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA Amilin, SE., Ak., M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

Penguji Ahli

Page 5: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Hari ini Jumat 12 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian

Skripsi atas nama Febriyanti NIM: 204082002310 dengan judul Skripsi “ANALISIS

EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23

PADA TRANSAKSI MUDHARABAH” (Studi Kasus Pada PT. Asuransi

Takaful Umum). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Desember 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE., MM

Pembimbing I Pembimbing II

Amilin, SE., Ak., M.Si

Penguji Ahli

Page 6: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Febriyanti

Tempat/Tanggal Lahir : 22 Februari 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Cipinang Muara Raya Rt 001/03, No.3.

Jakarta Timur 13420 Telepon : 021- 99022656

Motto : Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wan

ni’man nashiir.

Tahun Universitas / Sekolah

1991 – 1992 TK Ketilang, Bekasi

1992 – 1998 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pagi Jakarta

1998 – 2001 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 52 Jakarta

2001 – 2004 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 54 Jakarta

2004 – 2008 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Non Reguler

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tahun Organisasi

1999 – 2001 Anggota Palang Merah Remaja (PMR) SLTPN 52

2002 – 2003 Ketua Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 54

2005 Divisi Kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial Non Reguler

2006 – 2007 Divisi Keputrian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Komda Ekstensi

Analyse The Effectiveness Of The Application Of Income Tax (PPh)

The Article 23 In The Transaction Mudharabah

(The Case of Study to PT. Asuransi Takaful Umum)

By:

Febriyanti

DATA PRIBADI

PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI

Page 7: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ABSTRACT

The aim of this research was to analyse the effectiveness of the application of income tax

(PPh) the Article 23 in the transaction mudharabah to PT. Asuransi Takaful Umum Jakarta. This

research used the descriptive method qualitative with ”Importance and Performance Analisys” that is

the analysis of the level of the interests and the implementation, that will produce the data in the form

of the diagram kartesius about the factor that influenced the Application PPh the Article 23 in PT. the

Insurance Takaful the Public. The data that was received by spreading the questionnaire against 25

employees of the financial part and the tax to PT. Asuransi Takaful Umum Jakarta, that the

determination sample used the Convenience method sampling.

Results of the questionnaire showed the answer with the level of compatibility between the implementation/the application and the interests of 93,19% towards the tax regulation. This meant the

application of PPh Pasal 23 to PT. Asuransi Takaful Umum were effective because as hoped the

company. The application PPh the Article 23 went well that is of 77.35 % the respondent said effective.

Keyword: The Application PPh the Article 23, The Interests of The Tax Regulation, Mudharabah.

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23 PADA

TRANSAKSI MUDHARABAH

(Studi Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Umum)

Oleh:

Febriyanti

Page 8: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penerapan pajak penghasilan

(PPh) Pasal 23 dalam transaksi mudharabah pada PT. Asuransi Takaful Umum Jakarta. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan ”Importance and Performance Analisys” yaitu

analisis tingkat kepentingan dan pelaksanaan, yang akan menghasilkan data dalam bentuk diagram

kartesius tentang faktor yang mempengaruhi Penerapan PPh Pasal 23 pada PT. Asuransi Takaful

Umum. Data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner terhadap 25 karyawan bagian keuangan

dan pajak pada PT. Asuransi Takaful Umum Jakarta, yang penentuan sample menggunakan metode

Convenience Sampling. Hasil kuesioner menunjukkan jawaban dengan tingkat kesesuaian antara

pelaksanaan/penerapan dengan kepentingan sebesar 93.19% terhadap peraturan pajak. Hal ini berarti

penerapan PPh Pasal 23 pada PT. Asuransi Takaful Umum telah efektif karena sesuai dengan harapan

perusahaan. Penerapan PPh Pasal 23 telah berjalan dengan baik yaitu sebesar 77,35 % responden telah

menyatakan efektif.

Kata Kunci: Penerapan PPh Pasal 23, Kepentingan Peraturan Pajak, Mudharabah.

Page 9: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Zat Pemangku langit dan bumi. Yang mengatur seluruh makhluk-Nya,

yang mengutus Rasul sebagai pembawa petunjuk dan menjelaskan syari’at agama dengan keterangan

yang jelas dan bukti-bukti yang nyata. Segala puji bagi Allah atas segala karunia dan kemudahan dari-

Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Esa lagi

Maha Perkasa, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun Dosa. Dan aku bersaksi bahwa Nabi

Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada beliau,

keluarga, sahabat dan para shalihin sesudahnya.

Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi.

Namun, hanya atas limpahan nikmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak maka penulis mengucapkan Jazaakumullah Kairan Katsir kepada berbagai pihak yang

telah membantu diantaranya:

1. Papa dan Mama tersayang yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang, semangat dan

doa yang ditiada putusnya untuk dwi. Bushe dan Umi Lena tercinta terima kasih untuk kasih

sayangnya yang diberikan seperti layaknya anak sendiri. Alm. Pakde Hartoto dan Mbah

Kakung (Smoga Allah mempertemukan kami dalam keadaan yang lebih baik lagi, Amin. Dwi

selalu merindukan pertemuan dengan pakde dan mbah). Kakak-kakakku tersayang, Mba Lia

(Uhibbuki Fillah), Kak Mai, Mas Bari (Jazaakullah mas buat motivasi, taujih, waktu, pikiran

dan bantuannya selama ini, mohon doanya selalu), Mba Neli, Mba Yuli dan Mas Hadi

(sungguh menyenangkan bisa menjadi adik kalian, maafkan dwi sering membuat kesel,

marah dan sedih kalian). Adikku Encha dan Diandra (terima kasih untuk

kemurahhatiaannya).

2. Dekan Fakultas Ekonomi Bapak Faisal Badroen MBA, Pudek Akademik Bapak Prof. Dr.

Abdul Hamid, MS.

3. Kepala Jurusan Akuntansi, Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA dan Sekretaris

Jurusan Akuntansi Bapak Amilin, SE., Ak., Msi.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen pembimbing I yang sangat sabar dalam

memberikan pengarahan dalam penulisan.

5. Ibu Rahmawati SE., MM, selaku dosen pembimbing II terima kasih atas motivasi dan

perbaikannya demi kelancaran skripsi ini semoga ilmu yang Ibu berikan menjadi ilmu yang

bermanfaat.

6. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat bagi penulis.

7. Semua Staf Akademik FEIS: Ibu Ani, Ibu Yuli, Ibu Siska, Kak Heri dan Pak Seandy.

8. Bagian Keuangan PT. Asuransi Takaful Umum, Pak Dodo, Pak Budi, Pak Amru

(Jazaakullah Khairan Katsir Pak Amru untuk waktu, bimbingan dan taujihnya), Bu Rini

Page 10: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

(mohon doanya, Bu), Mba Maryana, Bu Melda, Pak Bayu, Kak Adi (syukron Kak untuk

masukannya), Pak Zikril, Pak Maulana. Jazaakumullah Kairan Jazaa.

9. Sahabat dan teman-temanku: Ukhti Fitri (Uhibbuki Fillah, perjalanan tarbiyah kita masih

panjang, semangat!), Mba Khusnul (syukron Mba taujihnya), Akh Dadi dan ZF syukron Akh,

untuk waktu, bantuan, taujih dan transfer semangatnya), Puti....syukron buat waktu dan

bantuannya (maafkan selalu merepotkan), Neng, Eka, dan Yuli. Semoga Allah menyatukan

hati-hati kita dalam ketaatan kepada-Nya.

Namun, disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi

dan metodologi penulisan. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna penyempurnaan

skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk

menambah wawasan, pengetahuan dan informasi.

Jakarta, Desember 2008

Febriyanti

Page 11: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... i

LEMBAR PNGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv

ABSTRACT ....................................................................................................................... v

ABSTRAK.......................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL................................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 8

A. Asuransi ............................................................................................ 8

1. Definisi Asuransi (konvensional)................................................. 8

2. Definisi Asuransi Syariah ............................................................ 10

3. Implementasi al-Mudharabah pada Asuransi Umum.................... 15

4. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak ........................................... 18

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Pajak

Penghasilan................................................................................. 19

B. Perpajakan ......................................................................................... 19

1. Definisi Pajak ............................................................................. 19

2. Sistem Pemungutan..................................................................... 20

3. PPh Pasal 23 ............................................................................... 21

C. Efektivitas ......................................................................................... 23

1. Pengertian Efektivitas ................................................................. 23

2. Tingkat Efektivitas...................................................................... 25

Page 12: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

D. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 27

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 27

B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 27

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 28

1. Penelitian Pustaka (Library Research) ......................................... 28

2. Penelitian Lapangan (Field Research) ........................................ 28

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data................................................ 29

1. Metode Analisis .......................................................................... 29

2. Teknik Pengolahan Data Penelitian ............................................. 29

3. Analisis Data Hasil Penelitian ..................................................... 31

E. Penilaian Efektifitas Penerapan Pajak PPh 23 ..................................... 36

F. Variabel dan Pengukurannya.............................................................. 37

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................... 42

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 42

1. Sejarah Singkat PT. Asuransi Takaful Umum .............................. 42

2. Struktur Organisasi ..................................................................... 45

3. Visi, Misi, Sasaran, dan Strategi pada PT. Asuransi Takaful Umum 48

4. Kegiatan Sosial ........................................................................... 50

B. Sistem dan Prosedur Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

pada Transaksi Mudharabah .............................................................. 51

1. Sistem......................................................................................... 51

2. Prosedur/flowchart ..................................................................... 53

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian............................................................ 56

1. Uji Validitas................................................................................ 56

2. Uji Reabilitas .............................................................................. 59

3. Deskripsi Data ............................................................................ 60

4. Analisis Importance and Performance Scale................................ 62

5. Diagram Kartesius ...................................................................... 71

6. Penilaian Efektivitas Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 pada

Transaksi Mudharabah ................................................................ 81

7. Penelitian Sebelumnya ................................................................ 82

BAB V PENUTUP............................................................................................... 85

Page 13: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

A..................................................................................................... Kes

impulan ............................................................................................. 85

B. .................................................................................................... Imp

likasi.................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 26

3.1 Diagram The Performance-Ranting Analysis ................................................... 35

4.1 Mekanisme Pengelolaan Dana Premi Sampai Pengenaan PPh Pasal 23

Pada Transaksi Mudharabah ............................................................................ 52

4.2 Flowchart prosedur Penerapan PPh Pasal 23 .................................................... 54

4.3 Diagram Kartesius .............................................................................................. 75

4.4 Tingkat Efektivitas Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 .................................... 81

Page 15: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

3.1 Kriteria Korelasi..................................................................................................... 31

3.2 Pengukuran Tingkat Pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23......................................... 32

3.3 Pengukuran Tingkat Kepentingan Atas Pengenaan PPh Pasal 23 ............................... 32

3.4 Pengukuran Tingkat kesesuaian ................................................................................ 33

3.5 Tingkat Efektivitas Pelaksanaan/Penerapan Pajak PPh 23 (%) ................................... 37

3.6 Operasional Variabel Penelitian ................................................................................ 40

4.1 Uji validitas Instrumen Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 .................................... 57

4.2 Uji Validitas Instrumen Tingkat Kepentingan Peraturan Perpajakan........................... 58

4.3 Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat Pelaksanaan/Penerapan PPh 23 ........................... 59

4.4 Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat kepentingan Peraturan Pajak ............................... 59

4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................... 60

4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .................................................................... 60

4.7 Deskripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................................... 61

4.8 Deskripsi Berdasarkan Lama Bekerja........................................................................ 62

4.9 Penilaian Tingkat Kepentingan Peraturan PPh Pasal 23 Pada PT. Asuransi

Takaul Umum ........................................................................................................ 63

4.10 Penilaian Tingkat Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 Pada PT. Asuransi Takaul

Umum.................................................................................................................... 66

4.11 Penilaian Tingkat Kesesuaian Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan

PPh Pasal 23 .......................................................................................................... 68

4.12 Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Tingkat Pelaksanaan/ Penerapan PPh

Pasal 23 dan Penilaian Tingkat Kepentingan Peraturan PPh Pasal 23 pada Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penerapan PPh Pasal 23 ......................................................... 72

Page 16: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

1 : Surat Keterangan Riset

2 : Kuesioner Penelitian Ilmiah

3 : Rekapitulasi Penilaian Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23

4 : Rekapitulasi Penilaian Kepentingan Peraturan PPh Pasal 23

5 : Uji Validitas dan Reabilitas Pelaksanaan/Penerapan PPh

Pasal 23

6 : Uji Validitas dan Reabilitas Kepentingan Peraturan PPh

Pasal 23

7 : Tabel Nilai Product Moment

8 : S – 720/PJ.42/2001 tentang “Penegasan Mengenai Perlakuan

Pajak Penghasilan Atas Mudharabah”

Page 17: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Melihat berbagai kondisi yang tidak menentu baik dari segi politik,

ekonomi, budaya, lingkungan dan sosial di Indonesia yang kerap menimbulkan

fenomena-fenomena tidak terduga seperti bencana alam, kerusuhan, kecelakaan,

dan kebakaran. Sonni Dwiharsono (tanpa tahun:2) mengutarakan bahwa

kebutuhan akan hadirnya usaha perasuransian dirasakan perlu dalam dunia usaha

mengingat terdapat berbagai resiko yang secara sadar dan rasional dirasakan dapat

mengganggu kesinambungan kegiatan usahanya.

Perkembangan perusahaan asuransi sedemikian pesat terlebih dengan

diundangkannya Undang-Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 beserta

peraturan pelaksanaannya baik dari tingkat Keputusan Presiden dan Keputusan

Menteri Keuangan, yang bertujuan untuk mengembangkan peranan perasuransian

di Indonesia. Perkembangan baik dalam jumlah perusahaan maupun perolehan

premi asuransinya pada perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi

jiwa serta perusahaan penunjang kegiatan perasuransian cukup signifikan dari

tahun ketahun, sedangkan dalam bidang reasuransi jumlah perusahaannya relatif

tetap akan tetapi perolehan premi asuransinya meningkat dari tahun ke tahun

(Sonni Dwiharsono, tanpa tahun:2).

Page 18: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran: “Pada hari ini telah Ku-

sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-

Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah:3).

Sebagai agama yang sempurna, Islam dilengkapi dengan sistem dan konsep

ekonomi. Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim merupakan potensi

yang luar biasa sebagai tempat tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi yang

berbasis syariah, tidak terkecuali dengan asuransi syariah (Agus Edi Sumanto,

2005:1-2). Dimana sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum

(syariah) adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan menutupi

kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah dimana investasinya harus ke

tempat yang halal.

Ekonomi syariah telah terbukti mampu bertahan di tengah berbagai

goncangan ekonomi global. Oleh karena itu belakangan makin banyak negara

yang mengembangkan sistem ekonomi syariah sebagai upaya mempertahankan

perekonomian negaranya dari berbagai gejolak ekonomi kapitalis/liberal,

termasuk di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Takaful Indonesia. Saat ini

Takaful Indonesia memiliki 1 kantor pusat dan 39 kantor cabang di seluruh

Indonesia.

Perbedaan-perbedaan pada asuransi syariah dan asuransi konvensional

secara mendasar dapat dilihat pada: (a) Akad; (b) Kepemilikan dana; (c) Investasi

dana; (d) Pembayaran klaim; (e) Keuntungan; (f) Ada Dewan Pengawas Syariah

bagi asuransi syariah (www.takaful.com/2007). Akad pada asuransi konvensional

adalah akad jual beli (akad mu’awadhah, akad idz’aan, akad gharar, dan akad

Page 19: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

mulzim) sedangkan pada asuransi syariah digunakan akad tijarah dan akad

tabarru’.

Dalam kepemilikan dana asuransi konvensional dana yang terkumpul dari

premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas

menggunakan dan menginvestasikan kemana saja, sedangkan dalam asuransi

syariah dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi,

merupakan milik peserta (shohibul mal), asuransi syariah hanya sebagai

pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut (Muhammad

Syakir Sula, 2004:327).

Investasi dana untuk asuransi konvensional bebas melakukan investasi

dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan tidak terbatasi pada halal

dan haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan. Sedangkan pada

asuransi syariah dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan,

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari

riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang (Muhammad Syakir Sula,

2004:327).

Dilihat dari sumber pembayaran klaim pada asuransi konvesional dari

rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung.

Murni bisnis dan tidak ada nuansa spiritual. Sedangkan pada asuransi syariah

sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, dimana peserta saling

menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta lainnya

ikut menanggung bersama resiko tersebut (Muhammad Syakir Sula, 2004:327).

Page 20: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Perolehan keuntungan asuransi konvensional didapatkan dari surplus

underwriting dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.

Sedangkan dalam asuransi syariah, profit yang diperoleh dari surplus

underwriting dan hasil investasi bukan seluruhnya milik perusahaan, tetapi

dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta (Muhammad Syakir Sula,

2004:328). Asuransi konvensional tidak terdapat DPS (Dewan Pengawas Syariah)

sehingga dalam prakteknya banyak yang bertentangan dengan kaidah-kaidah

syar’i. Sedangkan asuransi syariah ada DPS, yang berfungsi untuk mengawasi

pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktek-praktek muamalah

yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Muhammad Syakir Sula,

2004:326).

Perkembangan dunia asuransi yang sangat pesat ini, sebagai warga negara

yang baik pebisnis asuransi diwajibkan untuk turut berkontribusi dalam

pembayaran pajak. Masalah pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

dunia bisnis termasuk asuransi syariah. Pajak bisa berperan dalam tubuh suatu

usaha namun jika ketentuan pajak memberatkan suatu usaha, maka usaha itu tidak

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pertumbuhan asuransi syariah yang

cukup signifikan belum didukung peraturan perpajakan dari pemerintah (Anonim,

Indonesia Tax Review, 2007:1).

Dirjen Lembaga Keuangan sudah memberikan ruang kepada asuransi

syariah berupa format laporan keuangan yang memungkinkan munculnya

transaksi khas seperti bagi hasil ataupun pencadangan (www.

halalguide.info/2006). Namun industri asuransi syariah perlu mendapatkan

Page 21: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

kejelasan dalam perlakuan akuntansi atas usaha mereka. Hal ini penting, sebab

asuransi syariah sangat berbeda dari asuransi konvensional. Dalam praktiknya,

pelaporan akuntansi asuransi syariah mengikuti asuransi konvensional, maka

penerapan pajaknya juga akan selalu sama. Padahal secara konsep, asuransi

syariah berbeda jauh dari asuransi konvensional (Anonim, Indonesia Tax Review,

2007:1).

Transaksi paling utama dalam asuransi syariah adalah penerimaan premi

yang harus dicatat sebagai pendapatan sehingga menurut UU No.17/2000 Pasal 4

ayat (1) huruf n atas pendapatan premi asuransi tersebut merupakan objek pajak.

Objek pajak bukan berasal dari premi atau dana yang diamanahkan peserta

melainkan hasil investasi dari kedua dana tersebut. Berdasarkan transaksi bagi

hasil (mudharabah) dalam UU No.17/2000 Pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan

bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah asuransi syariah

merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi

kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat

tidak final (PPh 23) (Ade Dodo, 2006).

Polis asuransi syariah jika tidak terdapat klaim dan kemudian dibagikan

bagi hasil tidak disamakan dengan no claim bonus seperti asuransi konvensional

yang dikenakan PPh pasal 21 terjadi pencatatan atas seluruh pendapatan.

Sedangkan dalam asuransi syariah diperlakukan sebagai dividen polis yang

dikenai PPh 23 sebesar 15% dan 30% untuk PPh badan karena pembagian dividen

tidak boleh dibiayakan (non-deductible expense) (Anonim, Indonesia Tax

Review, 2007:20).

Page 22: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada

kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran

penghasilan kena pajak dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

Penerapan inilah yang dinilai menghambat bisnis asuransi syariah (Ade Dodo,

2006). Peraturan perpajakan telah dijelaskan dalam Surat S-

720/PJ.42/2001 tetap dikeluarkan pemerintah yang mau tidak mau harus diterima

oleh bisnis asuransi syariah di Indonesia.

Melihat kondisi tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui

seberapa besar efektivitas penerapan peraturan perpajakan dalam perusahaan

asuransi syariah. Efektivitas organisasi dimana para anggotanya melaksanakan

tugas sesuai kedudukan dan peran mereka dalam penerapan Pajak Penghasilan

Pasal 23 pada transaksi Mudharabah. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini

dibuat dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisis Efektivitas Penerapan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah” (Studi

Kasus Pada PT. Asuransi Takaful Umum).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Bagaimana efektivitas penerapan dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

dalam transaksi mudharabah pada PT. Asuransi Takaful Umum”.

Page 23: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar efektivitas dari

penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dalam transaksi mudharabah pada

asuransi syariah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

berguna bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

seberapa besarkah tingkat efektivitas penerapan dari PPh 23 pada PT.

Asuransi Takaful Umum.

2. Bagi akademisi adalah untuk dijadikan referensi kajian lebih lanjut,

menambah pengetahuan berdasarkan aplikasi langsung atas objek penelitian

pada perusahaan dengan harapan menambah luas wawasan berpikir khususnya

masalah pajak.

3. Bagi masyarakat umum, harapan menambah luas wawasan masalah asuransi

syariah dan pengenaan pajaknya.

Page 24: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Asuransi

1. Definisi Asuransi (konvensional)

Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, yaitu assurantie. Dalam hukum Belanda

disebut Verzekering artinya pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian timbul

istilah assuradeur bagi penanggung, dan ada istilah geassureerde bagi tertanggung

(Muhammad Syakir Sula, 2004:26).

Menurut Abbas Salim (2005:15) memberikan definisi tentang asuransi sebagai suatu

alat untuk mengurangi risiko keuangan dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam

jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Sedangkan

menurut Green (tanpa tahun):

“Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan

mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya,

sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu”.

Pengertian asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang

(KUHD) Republik Indonesia, dikatakan bahwa

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

(www.asuransi-mobil.com/2007).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha

perasuransian Bab 1, Pasal 1, menyebutkan bahwa

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi,

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,

atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan” (Muhammad Syakir Sula, 2004:27).

Menurut Undang-undang tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, terdapat tiga

jenis usaha asuransi, yaitu:

Page 25: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

a. Usaha asuransi kerugian, yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas

kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggungjawab hokum kepada pihak ke-3 yang timbul

dari peristiwa yang tidak pasti.

b. Usaha asuransi jiwa, yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan

dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

c. Usaha reasuransi, yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap resiko

yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.

Menurut Herman Darmawi (2001:101) definisi perusahaan asuransi kerugian adalah:

“Perusahaan asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian,

kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari

peristiwa yang tidak pasti. Produk asuransi kerugian yang pada umumnya ditawarkan industri

asuransi dapat digolongkan atas asuransi kebakaran, asuransi transportasi, dan asuransi

aneka”.

2. Definisi Asuransi Syariah

Dalam bahasa Arab Asuransi disebut At-ta’min, At-ta’min yang memiliki arti

memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut. Menta’minkan

sesuatu, artinya seseorang membayar/ menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya

mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan

ganti terhadap hartanya yang hilang (Muhammad Syakir Sula, 2004:28).

Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dalam Fatwa DSN No. 21/ DSN-

MUI/IX/2001 Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah

“Usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk

menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang

sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),

riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat”.

a. Al-‘Aqila (Asal Mula Asuransi Syariah)

Konsep asuransi Islam sudah ada sejak zaman Rasulullah yang disebut aqilah.

Al-Aqilah yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Sementara

dalam hadist Nabi, Abu Hurairah pernah mengatakan:

“Bahwa pernah ada dua wanita suku Huzail bertikai. Salah seorang dari mereka memukul

yang lain dengan batu hingga mengakibatkan kematian wanita itu dan jabang bayi dalam

Page 26: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

rahimnya. Pewaris korban membawa kejadian itu ke pengadilan. Nabi Muhammad

memberikan keputusan bahwa kompensasi bagi pembunuh anak bayi adalah

membebaskan seorang budak laki-laki atau wanita, sedangkan kompensasi atas

membunuh wanita adalah uang darah (diyat) yang harus dibayar oleh aqilah (saudara

pihak ayah) dari yang tertuduh”.

Kesiapan membayar kontribusi keuangan sama dengan praktik premi asuransi.

Sementara itu, kompensasi yang dibayar berdasarkan al-aqilah mungkin sama dengan

nilai pertanggungan dalam praktik asuransi sekarang. Karena merupakan bentuk

perlindungan untuk pewaris terhadap kematian yang tidak diharapkan dari sang sorban

(Muhammad Syakir Sula, 2004:31).

b. At- Takaful (Tolong Menolong)

Menurut Muhammad Syakir Sula (2004:33) istilah lain yang sering digunakan

untuk asuransi syariah adalah takaful. Secara bahasa, takaful berasal dari akar kata yang

artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Arti takaful

dalam pengertian muamalah adalah saling memikul risiko diantara sesama muslim

sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya.

Takaful dengan pengertian seperti ini sesuai dengan firman Allah SWT. “Dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. al-Maidah:2).

c. Aqad (Akad)

Menurut Muhammad Syakir Sula (2004:38-39) lafal akad berasal dari lafal

arab al-aqd yang berarti perikatan, perjanjian, dan pemufakatan al-ittifaq. Pernyataan

pihak-pihak yang berakad itu disebut ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan pertama

yang dikemukakan oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginannya secara

pasti untuk mengikatkan diri. Sedangkan qabul adalah pernyataan pihak lain setelah

ijab yang menunjukkan persetujuannya untuk mengikatkan diri.

d. Al-Mudharabah (Bagi Hasil)

Page 27: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Menurut Slamet Wiyono (2005:122) definisi mudharabah adalah:

“Akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola

dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka, jika usaha mengalami

kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan

adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan,

kecurangan, dan penyalahgunaan dana”.

Menurut Antonio Syafi’i dalam Muhammad Syakir Sula (2004:333) rukun

mudharabah adalah (1) pemodal (sahibul mal), (2) pengelola (mudharib), (3) modal

(maal), (4) nisbah keuntungan, (5) sighat (aqd).

1) Menurut Muhammad Syakir Sula (2004:337) keunggulan sistem mudharabah, antara

lain:

a) Bank atau asuransi akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan

usaha nasabah meningkat.

b) Bank maupun asuransi akan lebih selektif dan prudent ‘hati-hati’ mencari usaha

yang benar-benar halal, aman, dan

c) Menguntungkan, karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah

yang akan dibagikan.

d) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga, bank

menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun

keuntungan yang dihasilkan nasabah sekalipun merugi dan krisis ekonomi.

2) Pendapatan Mudharabah

Esensi kontrak mudharabah adalah kerjasama untuk mencapai profit

berdasarkan akumulasi komponen dasar dari pekerjaan dan modal, dimana

keuntungan ditentukan melalui kedua komponen ini. Profit (laba) pada asuransi

syariah untuk asuransi kerugian, diperoleh dari surplus underwriting dan hasil

investasi. Dari laba tersebut dilakukan bagi hasil (al-mudharabah) antara perusahaan

dengan peserta sebagaimana perjanjian atau akad di awal masuk asuransi syariah

(Muhammad Syakir Sula, 2004:343)

Menurut Muhammad Syakir Sula (2004:341-343) unsur-unsur dari bagi

hasil adalah:

Page 28: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

a) Modal

Untuk menghindari perselisihan, dalam kontrak mudharabah secara

khusus ditentukan jumlah modal yang disertakan. Modal dalam kontrak

mudharabah tidak dapat dijadikan sebagai utang bagi pihak mudharib pada

waktu terjadinya kontrak.

b) Manajemen

Mazhab Hanafi membagi kontrak mudharabah ke dalam dua bentuk.

Yaitu, kontrak mudharabah yang tidak terlarang dan kontrak mudharabah yang

terlarang. Kontrak yang tidak terlarang adalah kontrak di mana pihak mudharib

diberi kebebasan yang luas dalam mengelola usahanya serta menentukan

keputusan yang menurutnya dianggap paling tepat. Mudharib juga

diperbolehkan mencampur modal kontrak mudharabah dengan barang miliknya

sendiri. Dan diperbolehkan membelanjakan modal tersebut ke dalam

kepentingan lapangan usaha yang dianggap tepat.

Kontrak mudharabah yang terlarang adalah bahwa mudharib bebas

menjalankan usahanya sebatas sesuai dengan praktek yang umumnya berlaku

dalam perdagangan. Adanya pembatasan terhadap kebebasan dalam menentukan

usahanya akan merusak keabsahan kontrak.

c) Masa Berlakunya Kontrak

Kontrak mudharabah dapat diakhiri oleh salah satu pihak dengan jalan

memberitahu pihak lain atas keputusan tersebut. Mayoritas ulama menyatakan

mudharabah bukanlah bentuk kontrak yang mengikat. Menurut Imam Malik,

kalau mengakhiri kontrak dilakukan, maka mudharib akan mendapatkan

keuntungan dari hasil kerjanya sendiri, tidak dari yang lain.

d) Jaminan

Investor tidak dapat menjamin dari pihak mudharib untuk memastikan

kembalinya modal yang diberikan atau modal beserta keuntungan (profit).

Page 29: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Karena dalam kontrak mudharabah, hubungan antara investor dan mudharib

terikat dalam satu gadaian yang saling mempercayakan.

3. Implementasi al-Mudharabah pada Asuransi Umum

Menurut Lumansyah Lubis dalam Muhammad Syakir Sula (2004:347-349) dengan

prinsip-prinsip syariah, implementasi sistem mudharabah dapat kita lihat pada operasional PT.

Asuransi Takaful Umum sebagai berikut:

a. Akad Mudharabah

1) Akad mudharabah berarti surplus underwriting dari hasil operasi perusahaan dibagi

di antara operator dengan peserta atau partisipan.

2) Dasar perhitungan mudharabah dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang

surplus underwriting yang diperoleh.

b. Ketentuan Mudharabah, antara lain:

1) Perhitungan mudharabah harus didasarkan kepada kinerja dari Takaful Fund

(perusahaan asuransi tersebut).

2) Pembayaran mudharabah tidak di-offset langsung dengan premi renewal kecuali atas

permintaan peserta.

3) Mudharabah tidak dapat dibayarkan di muka.

c. Persyaratan Pembayaran Mudharabah, yaitu:

1) Polis telah jatuh tempo

2) Premi (takaful kontribusi) telah dibayar penuh.

3) Tidak ada pembayaran klaim selama periode covered.

d. Formula Perhitungan Mudharabah, yaitu:

1) Periode takaful

2) Takaful kontribusi

3) Tanggal Pembayaran

Page 30: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

4) Rate Mudharabah

e. Tata Cara Perhitungan Mudharabah

Besarnya mudharabah yang dihitung diperoleh dengan cara rata-rata tertimbang

dari surplus underwriting. Rasio mudharabah diperoleh dengan membagi rata-rata

tertimbang mudharabah yang akan dibagikan dengan premi bruto rata-rata dan dibulatkan

ke atas.

f. Tata Cara Pembayaran Mudharabah, antara lain:

1) Cadangan mudharabah dibagikan kepada peserta yang selesai pertanggungannya

dengan menggunakan rate atas premi yang disetor peserta.

2) Peserta yang menerima mudharabah adalah peserta yang tidak mendapatkan manfaat

klaim.

3) Peserta yang melakukan keterlambatan pelunasan diberikan mudharabah secara

profesional.

4) Peserta yang telah jatuh tempo polisnya dikirimi surat konfirmasi untuk menentukan

pembayaran mudharabahnya.

5) Pengiriman surat konfirmasi mudharabah bersamaan dengan pengiriman surat

konfirmasi perpanjangan yang dilakukan customer care.

6) Konfirmasi mudharabah dari nasabah segera diserahkan ke divisi keuangan untuk

segera dibayarkan.

g. Sistem Pembayaran Mudharabah, yaitu:

1) Transfer melalui bank.

2) Cek atas nama tertanggung.

3) Cash (tunai).

4) Transfer ke rekening koperasi peserta.

5) Disumbangkan ke lembaga zakat.

Page 31: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

4. KMK No: 424/KMK.06/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan

Reasuransi

Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan:

5. Prinsip Syariah adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Perusahaan

Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah dengan

mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang

diselenggarakan sesuai syariah.

6. Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk asuransi yang

memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi pasar.

7. Premi Neto adalah premi neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Peraturan

Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999.

Pasal 10

Kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi atau

Perusahaan Reasuransi, dalam bentuk:

a. investasi;

b. bukan investasi.

5. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan Surat S-720/PJ.42/2001 pada tanggal 28 Nopember 2001 ditujukan

kepada Direktur Utama PT. Asuransi Takaful Umum tentang Penegasan Mengenai Perlakuan

Pajak Penghasilan Atas Mudharabah, menghasilkan penegasan:

Page 32: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

a. Mudharabah dapat dikategorikan sebagai pengembalian premi kepada pemegang polis

apabila hal tersebut mengakibatkan pengurangan nilai pertanggungan yang dinyatakan

dalam polis dan terjadi sebelum berakhirnya periode pertanggungan.

b. Mudharabah dapat dikategorikan sebagai dividen atau pembagian laba dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, apabila hal tersebut tidak mengakibatkan pengurangan

nilai pertanggungan yang dinyatakan dalam polis dan terjadi setelah berakhirnya periode

pertanggungan.

c. Melihat pada substansi daripada pembentukan cadangan mudharabah yang dilakukan

oleh PT. Asuransi Takaful Umum, maka mudharabah tersebut lebih merupakan

pembagian laba atau bonus karena tidak terjadi klaim atau hanya terjadi klaim sampai

batas tertentu saja setelah berakhirnya periode pertanggungan. Oleh karena itu,

pembentukan cadangan mudharabah tersebut tidak boleh mengurangi penghasilan kena

pajak dan atas pembayaran mudharabah kepada peserta Takaful dikenakan pemotongan

Pajak Penghasilan sebesar 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat

dikreditkan dalam perhitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada SPT

Tahunan).

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Pasal 4

a. Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,

termasuk:

1) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

2) Premi asuransi;

Page 33: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

F. Perpajakan

1. Definisi Pajak

Menurut Rochmat Soemitro dalam A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein (2005:2)

definisi pajak adalah:

“Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang berlangsung dapat

ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan, sehingga berbunyi pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

“surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untu membiayai

public investment.

Menurut S.I.Djajadiningrat dalam A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein (2005:2)

definisi pajak sebagai:

“Suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu

keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai

hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak

ada jasa yang timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan

secara umum”.

Menurut A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein (2005:2) dari beberapa definisi tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

(a) Pajak dipungut oleh Negara berdasarkan kekuatan undang-undang serta peraturan

pelaksanaannya.

(b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontaraprestasi individu oleh

pemerintah.

(c) Pajak dipungut oleh Negara baik pusat maupun daerah.

(d) Diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah jika masih surplus digunakan untuk

“public investment”.

(e) Pajak dapat dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.

2. Sistem Pemungutan Pajak

Page 34: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Menurut A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein (2005:21) pemungutan pajak dikenal

beberapa sistem pemungutan, yaitu:

a. Official Assessment System

Suatu sistem pumngutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak ditentukan oleh fiskus (dalam hal ini Wajib Pajak bersifat pasif).

Masyarakat (Wajib Pajak) baru akan mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar

setelah menerima surat ketetapan pajak (SKP).

b. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang sepenuhnya untuk menghitung

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak diserahkan oleh fiskus kepada Wajib Pajak

yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini Wajib Pajak harus aktif menghitung,

menyetor dan melaporkan kepada kantor pelayanan pajak (KPP). Sedangkan fiskus hanya

bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

c. With Holding System

Suatu cara pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk

memungut/memotong besarnya pajak yang terutang. Dalam hal ini Wajib Pajak dan Fiskus

hanya bersikap tidak aktif.

3. PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang

berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong

PPh Pasal 21. (www. kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id/2007)

a. Pemotong PPh Pasal 23 adalah:

1) Badan pemerintah;

2) Wajib pajak badan dalam negeri;

3) Penyelenggaraan kegiatan;

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT);

Page 35: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

6) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh direktur jenderal

pajak.

b. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:

1) WP dalam negeri;

2) BUT

c. Tarif Pajak

Tarif PPh Pasal 23 adalah 15 % dari jumlah bruto atas:

1) dividen, bunga, dan royalti;

2) hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

3) 15 % dari jumlah bruto dan final atas bunga simpanan yang

dibayarkan oleh koperasi, yang jumlahnya melebihi Rp. 240.000,00

setiap bulan.

4) 15% dari perkiraan penghasilan neto atas sewa dan penghasilan lain

sehubungan dengan penggunaan harta.

5) Tarif, perkiraan penghasilan neto, dan objeknya adalah:

6) 15 % x 20 % dari jumlah bruto atas sewa penggunaan harta khusus

kendaraan angkutan darat.

7) 15 % x 40 % dari jumlah bruto atas sewa lainnya (tidak termasuk sewa

tanah dan bangunan).

8) 15 % dari perkiraan penghasilan netto atas Imbalan jasa Lainnya

Penghitungan PPh Pasal 23 terutang menggunakan jumlah Bruto tidak

termasuk PPN.

Saat Terutang, Penyetoran, dan SPT Masa PPh Pasal 23:

Page 36: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

a) PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau

akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung

peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

b) PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal

sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.

c) SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling

lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

C. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Sudarmayanti (1999:12) definisi efektivitas adalah untuk menyatakan

bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan

waktu yang ditetapkan dengan menggunakan sumber daya dan sarana yang ada.

Menurut Anthtony (2004:14) definisikan efektivitas adalah

”Efektivitas adalah hubungan antar output yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban

dengan tujuan jangka pendek (objektivitas), semakin besar output yang dikontribusikan

terhadap jangka pendek perusahaan, maka semakin efektiflah unit tersebut”.

2. Tingkat efektivitas

Menurut Sony Yuwono (2002:23) definisi pengukuran efektivitas adalah:

”Tindakan pengukuran yang dilakukan berbagai aktivitas dalam rantai yang ada pada

perusahaan/organisasi, yang hasil pengukurannya akan digunakan sebagai umpan balik yang

akan memberikan informasi tentang prastasi pelaksanaan suatu rencana dan tingkat organisasi memerlukan penyesuaian atau aktivitas perencanaan dan pengendalian”.

Efektivitas yang umum menunjukkan ada taraf tercapainya hasil atau menekankan

pada hasil yang dicapai. Efektivitas dari usaha kerjasama (antar individu) berhubungan

dengan pelaksanaan yang dapat mencapai suatu tujuan dalam suatu sistem, dan hal itu

dibentuk.

a. Sistem

Page 37: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Menurut Mulyadi (2001:5) definisi sistem adalah suatu jaringan prosedur yang

dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Dalam skripsi ini sistem yang dimaksud adalah aturan dalam sistem yang berlaku dalam

bagi hasil mudharabah dan pengenaan PPh Pasal 23 dalam asuransi kerugian syariah.

b. Prosedur/flowchart

Menurut Mulyadi (2001:5) definisi prosedur adalah:

“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang

dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara

seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

Prosedur yang dimaksud dalam skripsi ini adalah prosedur pelaksanaan dalam bagi hasil

Mudharabah.

1) Pencatatan

Saat premi dibayarkan

Jurnal: Cadangan Mudharabah xxx

Utang Pajak PPh 23 xxx

Bank xxx

Beban Mudharabah setelah diakui secara akrual

Jurnal: Beban Mudharabah xxx

Cadangan Mudharabah xxx

2) Pelaporan

Laporan Keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No. 28 tentang “Akuntansi Asuransi Kerugian” yang diterbitkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia. Laporan keuangan disajikan berdasarkan konsep harga

perolehan kecuali investasi tertentu berupa saham yang dimaksudkan untuk dijual

dicatat berdasarkan harga pasar. Sedangkan kas dan setara kas adalah saldo kas dan

bank.

Cadangan mudharabah merupakan cadangan yang dibentuk oleh perusahaan

dari suatu surplus operasional dan dibagikan berdasarkan nisbah yang telah

Page 38: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

ditetapkan sebelumnya. Mudharabah dibagikan kepada para peserta Takaful pada

akhir periode asuransi selama tidak ada klaim. Pembagian mudharabah ini

mengurangi cadangan mudharabah. Sedangkan hutang pajak, akun ini terdiri dari

Utang Pajak Pasal 21, Utang Pajak Pasal 23, Utang Pajak Pasal, Utang Pajak Pasal 4

ayat 2, dan Utang Pajak Mudharabah.

3) Penyetoran

Saat Utang Pajak Dibayarkan kepada KPP setiap bulannya

Jurnal: Utang Pajak PPh 23 xxx

Bank xxx

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pemaparan landasan teori diatas maka kerangka pemikiran yang akan diteliti

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Penerapan PPh Pasal 23 pada transaksi Mudharabah

__

Tingkat Kepentingan ( Y ) __

Tingkat Penerapan PPh 23 ( X)

Analisis Kuadran

Efektivitas Penerapan PPh 23

(Sangat Efektif, Efektif, Cukup efektif, Kurang Efektif, Tidak Efektif)

PT. Asuransi Takaful Umum

Page 39: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

G. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan di Perusahaan Asuransi Takaful

Umum yang beralamat di Jalan Mampang Prapatan No.100 Jakarta, untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini

ditujukan untuk mengetahui efektivitas penerapan PPh Pasal 23 pada PT.

Asuransi Takaful Umum. Hal ini didasarkan pada UU No. 17 Tahun 2000 pasal 4

ayat (1) huruf g tentang penegasan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta

atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan

dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari

jumlah bruto yang bersifat tidak final.

H. Metode Penentuan Sampel

Dalam skripsi ini peneliti memilih sampel berdasarkan kemudahan

(Convenience Sampling) dimana metode ini memilih sampel dari elemen populasi

(orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi

yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti

memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur

Indriantoro dan Bambang S, 1999:130).

Convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi

luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel

Page 40: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan

bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).

I. Metode Pengumpulan Data

3. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder.

Penelusuran data sekunder memerlukan cara agar penelitian data sekunder

dapat dilakukan lebih cepat dan efisien. Penelusuran data sekunder dilakukan

dengan dua cara yaitu penelusuran secara manual dan penelusuran dengan

komputer (Nur Indriantoro dan Bambang S, 1999:150). Penulis memperoleh

informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti yang berasal

dari buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul

penelitian.

4. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke PT. Asuransi Takaful

Umum untuk mengadakan pengambilan data objek penelitan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey

yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Nur

Indriantoro dan Bambang S, 1999:152). Penulis mewawancarai dengan

karyawan yang terkait secara langsung. Penulis mewawancarai dengan

Page 41: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

tujuan untuk menyaring dan menggali informasi yang diperlukan dalam

penelitian.

c. Kuesioner

Peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data yang diperlukan

yang berasal dari karyawan bagian keuangan pada PT. Asuransi

Takaful Umum.

J. Metode Analisis dan Pengolahan Data

1. Metode Analisis

Analisis Kualitatif yaitu dengan cara mempelajari dan menguji apakah

teori yang berhubungan dengan masalah penelitian telah diterapkan oleh PT.

Asuransi Takaful Umum dalam hal ini menggunakan deskriptif yang

menjelaskan konsep alur pengenaan pajak, pencatatan, dan penerapannya

dalam operasional perusahaan.

2. Teknik Pengolahan Data Penelitian

Dalam melakukan pengujian dalam penelitian ini. Ada beberapa tahapan

yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal terlebih

dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian yaitu kuesioner yang akan

disebarkan kepada responden. Tujuannya agar kuesioner tersebut dapat

dijadikan instrumen yang tepat atau layak untuk pengukuran penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan:

a. Uji Validitas

Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang

akurat. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur

Page 42: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain instrumen tersebut dapat

mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah construct validity yaitu untuk

mengukur construct tertentu, yang artinya apakah suatu instrument

mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan (Nur Indriantoro dan

Bambang S, 1999:181-184).

Pendekatan ini bertujuan menghindari adanya judgment subyektif

dari seseorang dan pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam instrumen

penelitian diketahui benar konsistensi internalnya. Suatu instrumen (setiap

butir pertanyaan) dikatakan valid bila arah korelasi harus positif. Ini

berarti r bt (korelasi yang akan digunakan untuk mengukur validitas) harus

lebih besar dari r tabel (Teguh, 2004:18). Untuk menentukan r hitumg

didapatkan dari perhitungan dengan rumus teknik korelasi Product

Moment dengan menggunakan SPPS 12, dan menentukan r tabel dengan

menggunakan tabel angka kritis nilai r.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur dalam penelitian ini adalah Alpha

Cronbach karena menggunakan jenis data likert/essay. Teknik ini dapat

menafsirkan korelasi antara skala diukur dengan semua variabel yang ada.

Peneliti menggunakan bantuan program bantuan program SPPS 12

dalam menghitung Alpha Cronbach, untuk menginterpretasikan nilai alpha

yang diperoleh dengan kriteria korelasi (Sugiyono, 2007:183):

Page 43: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Tabel 3.1

Kriteria Korelasi

Sumber: Sugiyono (2007:183)

5. Analisis Data Hasil Penelitian

Teknis pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif, karena penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian penerapan PPh Pasal 23

terhadap pelaksanaan, digunakan metode “Importance Performance

Analysis” berdasarkan rumus John Martilla dan John C. james dari Philip

Kotler (J. Supranto, 2006:239-240).

Adapun pengukuran variabel yang digunakan peneliti adalah skala

likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sifat, pendapat, kondisi,

dan perpepsi tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator dijadikan

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan.

Jawaban instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif (Sugiyono, 2007:87). Skala 5 tingkat (Likert) untuk penilaian

pelaksanaan terdiri dari sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak

baik (J.Supranto, 2006:240). Kelima penilaian pelaksanaan/penerapan PPh

< 0,00 – 0,199 = sangat rendah 0,20 – 0,399 = rendah

0,40 – 0,599 = sedang

0,60 – 0,799 = kuat

0,80 – 1,000 = sangat kuat

Page 44: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Pasal 23 yang diharapkan oleh PT. Asuransi Takaful Umum diberikan bobot

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengukuran Tingkat Pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23

Bobot Kriteria

5 Sangat Baik (SB)

4 Baik (B)

3 Cukup Baik (CB)

2 Kurang Baik(KB)

1 Tidak Baik (TB)

Sumber: J. Supranto (2006:240)

Sedangkan penilaian kepentingan terdiri sangat penting, penting,

cukup penting, kurang penting, tidak penting (J.Supranto, 2006:240) untuk

tingkat kepentingan dari peraturan pajak adalah dengan bobot sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengukuran Tingkat Kepentingan Atas Pengenaan PPh Pasal 23

Bobot Kriteria

5 Sangat Penting (SP)

4 Penting (P)

3 Cukup Penting (CP)

2 Kurang Penting (KP)

1 Tidak Penting (TP)

Sumber: J. Supranto (2006:240)

Berdasarkan hasil penilaian tingkat penerapan dan hasil penilaian

kepentingan, maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat

kesesuaian antara tingkat Penerapan PPh Pasal 23 dengan tingkat kepentingan

peraturan pajak oleh PT. Asuransi Takaful Umum.

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor penerapan dengan

skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan

prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 45: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23. Variabel X merupakan tingkat

pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23, sedangkan variabel Y merupakan

tingkat kepentingan peraturan perpajakan.

Menurut J. Supranto (2006:241) rumus yang digunakan untuk

mengukur tingkat kesesuaian:

Keterangan:

Tki = Tingkat Efektivitas Penerapan PPh pasal 23

Xi = Skor Penilaian Penerapan PPh Pasal 23

Yi = Skor Penilaian Kepentingan Peraturan Pajak

Menurut Maryanto dalam Nurliana Aisyah Dewi (2007:58) untuk

mengukur tingkat kesesuaian dinilai menurut persentase yang dibagi menjadi

lima tingkat sebagai berikut:

Tabel 3.4

Pengukuran Tingkat kesesuaian

Kriteria Bobot

Tidak Sesuai 55,00% - < 69,00%

Kurang Sesuai 70,00% - < 84,00%

Cukup Sesuai 85,00% - < 89,00%

Sesuai 90,00% - < 94,00%

Sangat Sesuai 95,00 - < 100%

Jika digambarkan dalam suatu grafik, maka sumbu mendatar (X) akan

diisi oleh skor tingkat pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23, sedangkan sumbu

tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. J. Supranto

Xi

Tki = x 100%

Yi

Page 46: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

(2006:241-242) menyederhanakan rumus, maka untuk setiap faktor yang

mempengaruhi penerapan PPh pasal 23 dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/penerapan

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

Dengan diagram kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi

oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y) dimana X

merupakan rata-rata dari skor tingkat pelaksanaan/penerapan seluruh faktor. Y

merupakan rata-rata dari skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang

mempengaruhi peraturan perpajakan. Seluruh faktor atau atribut terdiri dari 29

item. Seluruhnya ada 29.

Keterangan:

K = Banyaknya atribut atau fakta yang dapat mempengaruhi penerapan PPh

Pasal 23 (dalam penelitian ini K= 29)

i = 1,2,3 …..N

__

ΣXi

X = n

__ ΣYi

Y =

n

═ Σ i = N

X = 1 Xi

K

═ Σ i = N

Y = 1 Yi

K

Page 47: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Menurut J. Supranto (2006:242-243) selanjutnya tingkat unsur tersebut

akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius

seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Diagram Diagram Kartesius Sumber: J. Supranto (2006:242)

Keterangan:

1. Kuadran A, menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi penerapan

PPh Pasal 23, termasuk unsur penerapan yang dianggap sangat penting,

namun dalam perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perpajakan, sehingga mengecewakan aparat pajak.

2. Kuadran B, menunjukkan unsur peraturan perpajakan telah dilaksanakan

dan wajib untuk dipertahankan. Dianggap sangat penting dan diperlukan.

3. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting

pengaruhnya bagi pelaksanaan penerapan PPh pasal 23 di perusahaan,

sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja.

Diagram Kartesius

__

Y (Tingkat Kepentingan)

Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

A B

Prioritas Rendah Berlebihan

C D

__

X ( Tingkat Pelaksanaan/ Penerapan)

Page 48: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

4. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

penerapan PPh pasal 23 kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya

berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat diperlukan.

K. Penilaian Efektifitas Penerapan Pajak PPh 23

Perhitungan rata-rata digunakan untuk memperoleh tingkat efektifitas

secara keseluruhan digunakan analisis statistik rata-rata adalah nilai yang

mewakili himpunan atau sekelompok data (Supranto, 2006:49). Untuk

mengetahui seberapa besar efektivitas penerapan PPh pasal 23 dalam transaksi

Mudharabah dapat dilihat dari rumus di bawah ini:

Keterangan:

ai = Total skor ke-i

bi = Jumlah skor ke-i

Menurut Nurliana Aisyah Dewi (2007:58) untuk mengukur tingkat

efektivitas dinilai menurut persentase sebagai berikut:

Tabel 3.5

Tingkat Efektivitas Pelaksanaan/Penerapan Pajak PPh 23 (%)

Jumlah Skor Kriterium = Skor tertinggi x jumlah pertanyaan x

jumlah responden.

Tingkat persentase efektivitas = ai x 100%

bi

Page 49: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Kategori Persentase

Sangat Efektif 80% - 100%

Efektif 60 % - 79 %

Cukup Efektif 40 % - 59 %

Kurang Efektif s.d Tidak Efektif < 40 %

Sumber: Nurliana Aisyah Dewi (2007:58)

L. Variabel dan Pengukurannya

Variabel penelitian adalah atribut dari sekelompok orang atau objek

penelitian yang mempunyai kriteria yang sama. Penelitian yang dilakukan penulis

merupakan penelitian deskriptif, variabel pada penelitian ini adalah kinerja

efektifitas penerapan PPh pasal 23 yang dijabarkan dengan indikator pada Tabel

3.2.

Instrumen ini diadopsi dari Operasional Variabel Penelitian yang dilakukan

Philip Kotler, Marketing Management, 1994:467 dalam (J. Supranto,

2006:244) disusun berdasarkan variable, sub variable, dan indikator. Adapun

perbedaannya dengan penelitian ini, variabelnya adalah Efektivitas Penerapan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23, sedangkan sub variabel terdiri dari:

1. Asuransi Syariah

Indikator disusun berdasarkan Bab II menggunakan referensi dari KMK

No: 424/KMK.06/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi

Dan Reasuransi.

2. Mudharabah

Page 50: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Indikator disusun berdasarkan Bab II menggunakan referensi dari

Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan S-720/PJ.42/2001 pada tanggal 28

Nopember 2001 ditujukan kepada Direktur Utama PT. Asuransi Takaful

Umum dan Wawancara Pribadi dengan Rini Iswanti, Maryana, dan Amru Rus

Atmaja tertanggal 28 Mei 2008.

3. Tarif Pajak

Indikator disusun berdasarkan Bab II menggunakan referensi dari Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (1),

Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan S-720/PJ.42/2001 pada tanggal 28

Nopember 2001 ditujukan kepada Direktur Utama PT. Asuransi Takaful

Umum, Indonesia Tax Review volume IV/Nomor 02/ 2007, dan Ade Dodo,

Media Indonesia - Artikel Pajak Lembaga Keuangan Syariah, 11 Juli 2006.

4. Pencatatan

Indikator disusun berdasarkan referensi dari Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

5. Pelaporan

Indikator disusun berdasarkan Bab II menggunakan referensi dari

Direktorat Jenderal Pajak, S-720/PJ.42/2001 pada tanggal 28 Nopember 2001

ditujukan kepada Direktur Utama PT. Asuransi Takaful Umum, Wawancara

Page 51: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Pribadi dengan Rini Iswanti, Maryana, dan Amru Rus Atmaja tertanggal 28

Mei 2008 dan A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein. “Perpajakan-Edisi

Ketiga”. Jakarta:UPP AMP YKPN, 2005.

6. Penyetoran.

Indikator disusun berdasarkan Bab II menggunakan referensi dari

A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein.“Perpajakan-Edisi Ketiga”. Jakarta:UPP

AMP YKPN, 2005, Wawancara Pribadi dengan Rini Iswanti, Maryana, dan

Amru Rus Atmaja tertanggal 28 Mei 2008 dan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983

Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Tabel 3.6

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Asuransi

Syariah

a. Prinsip Syariah adalah prinsip perjanjian

berdasarkan hukum Islam.

b. Investasi adalah produk asuransi

mengacu kepada hasil Investasi pasar.

c. Perusahaan asuransi sebagai pemegang

amanah.

d. Investasi sesuai prinsip syariah.

Ordinal

Page 52: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Efektifitas

Penerapan

Pajak

Penghasilan

(PPh)

Pasal 23

Mudharabah a. Titipan premi dan cadangan (hutang)

mudharabah.

b. Cadangan mudharabah.

c. Perhitungan mudharabah. d. Pembentukan cadangan premi.

e. Premi asuransi yang diterima atau

diperoleh.

f. Pembagian mudharabah pada akhir

periode.

g. Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan.

h. Perhitungan tarif memakai metode rata-

rata tertimbang.

Ordinal

Tarif pajak a. Pendapatan premi asuransi sebagai objek

pajak.

b. Pembayaran bagi hasil kepada peserta

merupakan objek pajak bersifat tidak

final.

c. Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil.

d. Bagi hasil yang dibayarkan kepada

peserta tidak diakui sebagai biaya (non-

deductible expense)

e. Dampak bagi hasil sebagai non-

deductible expense.

Ordinal

Pencatatan a. Ketepatan perhitungan dan waktu dalam

menyelesaikan laporan.

b. Komitmen terhadap kaidah akuntansi,

pajak, peraturan secara syar'i.

c. Pemotongan pph 23.

Ordinal

Pelaporan a. Bersifat amanah laporan pajak

b. Menyajikan informasi sesuai realitas.

c. Cadangan mudharabah dilaporkan pada

kredit neraca.

d. Pemotongan Pajak PPh Pasal 23.

e. Pembentukan cadangan mudharabah

dibebankan ke perhitungan laba usaha

sebelum Pajak Penghasilan.

f. Tanda bukti pemotongan pajak.

Ordinal

Penyetoran a. Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang dibayar akhir bulan terutangnya.

b. Penyetoran Pajak PPh Pasal 23.

c. Pemotongan pajak penghasilan 15% pada

SPT Tahunan.

Ordinal

Page 53: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Asuransi Takaful Umum

Secara umum, partisipasi masyarakat di bidang ekonomi dari waktu ke waktu semakin

meningkat. Namun di bidang usaha perasuransian, tingkat partisipasi masyarakat tersebut relatif

masih rendah. Kecilnya tingkat partisipasi tersebut disebabkan oleh masih rendahnya tingkat

pendapatan dan pendidikan masyarakat, sehingga belum meluasnya kesadaran mereka dalam

berasuransi. Di samping itu, umat islam di Indonesia masih meragukan keabsahan asuransi

dipandang dari sudut syariah islam.

Beroperasinya bank-bank syariah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang perbankan dan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya, telah muncul kebutuhan terhadap kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah. Untuk itulah, tepat pada 27 Juli 1993, Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamalat

Indonesia (BMI) dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri, telah sepakat untuk memprakarsai

pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia

(TEPATI).

Langkah awal, lima orang anggota TEPATI melakukan studi banding ke Malaysia pada

tanggal 7 sampai 10 September 1993. Malaysia merupakan negara ASEAN pertama yang

mempraktekkan asuransi berdasarkan prinsip syariah, yakni sejak Agustus 1985. Selama di

Malaysia, seluruh anggota TEPATI berusaha melihat secara utuh dan langsung prinsip-prinsip

Takaful serta penerapannya. Jadi tim ini bukan hanya melihat cara asuransi syariah Malaysia

beroperasi tapi mereka juga mempelajari berbagai dokumen penunjang sistem kerja Takaful.

Setelah melakukan berbagai persiapan, akhirnya berdirilah PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai Holding Company pada tanggal 24 Februari 1994. Kemudian STI mendirikan dua

anak perusahaan yakni PT. Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) dan PT. Asuransi Takaful

Umum (Asuransi Kerugian). Hal itu merupakan sebuah awal dan bukan akhir dari segalanya

karena dalam waktu satu tahun harus berdiri pula Asuransi Takaful Umum. Kalau tidak, izin

prinsip Asuransi Takaful Umum yang telah diperoleh pada tanggal 19 Juli 1994 bisa dicabut

kembali oleh pemerintah. Keduanya memang tidak dapat dibentuk secara bersamaan karena

kendala permodalan maupun sumber daya manusia yang harus dihadapi TEPATI.

PT. Asuransi Takaful Umum didirikan berdasarkan Akta No. 46 Tanggal 5 Mei 1994.

Dibuat di hadapan Notaris Yudo Paripurno, SH dan telah memperoleh persetujuan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor C2.18.286.HT.01.01.TH.94

Tanggal 14 Desember 1994 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 21 Februari 1995 No.15 Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 1660 Tahun

1995, yang telah diubah dengan Akta No. 93 Tanggal 21 Juni 1996 dan telah memperoleh

persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor:C2-

12.327.HT.01.04.TH.97 tanggal 27 Nopember 1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia Tanggal 3 Juli 2001 Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 4289

Tahun 2001. PT. Asuransi Takaful Umum beroperasi berdasarkan :

a. Surat Departemen Keuangan Republik Indonesia Nomor:

Page 54: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

S- 1081/KMK.17/1994 Tanggal 19 Juli 204 Perihal:Persetujuan Prinsip

PT. Asuransi Takaful Umum

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

247/KMK/07/1995 Tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi

Kerugian kepada PT. Asuransi Takaful Umum Tanggal 1 Juni 1995.

Di tahun 2004, Perusahaan melakukan restrukturisasi yang berhasil menyatukan fungsi

pemasaran Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Takaful Umum sehingga lebih efisien serta

lebih efektif dalam penetrasi pasar, juga diikuti dengan peresmian kantor pusat, Graha Takaful

Indonesia di Mampang Prapatan, Jakarta pada Desember 2004. Selain itu, dilakukan pula

revitalisasi identitas korporasi termasuk penataan ruang kantor cabang di seluruh Indonesia, untuk

memperkuat citra perusahaan.

Perusahaan memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 dari SGS JAS-ANZ, Selandia Baru

bagi Asuransi Takaful Umum, serta Asuransi Takaful Keluarga memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 dari Det Norske Veritas (DNV), Belanda pada April 2004 untuk meningkatkan kualitas

layanan yang diberikan perusahaan dan menjaga konsistensinya. Selain itu, atas upaya keras

seluruh jajaran perusahaan, Asuransi Takaful Keluarga meraih MUI Award 2004 sebagai Asuransi

Syariah Terbaik di Indonesia, dan Asuransi Takaful Umum memperoleh penghargaan sebagai

asuransi dengan predikat Sangat Bagus dari Majalah InfoBank secara berturut-turut pada tahun

2004 dan 2005.

2. Struktur Organisasi

Dewan Pengawas Syariah Grup Takaful

Ketua : Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, MSc.

Anggota : Dr. H.M. Syafi’i Antonio, MEc.

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA

Prof. Madya. Dr. Shobri Salomon

Y.A.A. Dato’ Sheikh Ghazali Abdul Rahman

Tim Manajemen PT. Asuransi Takaful Umum

Pemegang Saham

PT Syarikat Takaful Indonesia = 55.28%

PT. Asuransi Takaful Keluarga = 44.52%

Koperasi Karyawan Takaful = 0.20%

Page 55: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Mohamed Hassan MD Kamil

Komisaris Independen : Sanubari Satuju

Komisaris : Bachrum M. Nasution

Komisaris : Saiful Yazan Ahmad

Dewan Direksi

Direktur Utama : Dadang Sukresna

Direktur Operasional : Maad Santani, ACII, AAIK

a. Direktorat Pemasaran

Direktorat ini bertanggungjawab atas pemasaran produk yang dipimpin oleh Direktur

Pemasaran yang membawahi lima fungsi, yaitu :

4. Bancassurance bertanggung jawab memasarkan produk asuransi dengan

menggunakan distribution channel bank.

5. Broker & Direct yang bertanggung jawab atas pemasaran produk asuransi baik

melalui broker, agen atau langsung.

6. Customer Care bertanggung jawab atas pelayanan terhadap nasabah seperti

pemberian informasi produk, pendaftaran nasabah menjadi peserta Takaful, dll.

7. Public Relation bertanggung jawab atas promosi perusahaan.

8. Kantor cabang dan Perwakilan.

b. Direktorat Keuangan

Direktorat ini bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan perusahaan,

pencatatan dan pengadministrasiannya. Departemen ini oleh seorang Direktur Keuangan

yang membawahi tiga fungsi.

1) Fungsi Finance dan Accounting

Fungsi ini membawahi lima bagian yaitu:

− Bagian Finance yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan perusahaan

termasuk pelaksanaan mudharabah.

− Bagian Accounting yang bertanggung jawab atas pencatatan keuangan dan

pelaporannya.

Page 56: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

− Bagian Credit Control yang bertanggung jawab atas penagihan premi kepada

nasabah.

− Bagian Investasi yang bertanggung jawab atas pengelolaan investasi perusahaan.

− Bagian General Affair yang bertanggung jawab atas penyediaan kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan untuk kelancaran kerja seperti alat tulis kantor dan

kebutuhan logistik lainnya. Melaksanakan segala jenis tugas luar rutin, baik yang

berkaitan langsung dengan bidang pengadaan maupun bidang lain, seperti

mengkoordinir penggunaan kendaraan dinas, penjadwalan Office Boy, driver, dll.

2) Fungsi HRD (Human Resource Development) yang bertanggung jawab atas

pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk profesionalisme kerja.

3) Fungsi Information Tecnology bertanggung jawab atas kebutuhan teknologi dan

inforamasi seperti sistem komputerisasi untuk seluruh bagian, termasuk maintanance

serta pengadaan hardware dan software lainnya.

c. Direktorat Teknik

Direktorat ini bertanggung jawab secara teknis atas operasi PT. Asuransi Takaful

Umum yang mencakup penilaian kelayakan peserta, klaim dari peserta serta reasurasi.

Direktorat ini dipimpin oleh seorang General Manajer Teknik yang membawahi dua

fungsi :

1) Fungsi Teknik membawahi 2 bagian :

− Bagian Underwriting yang melakukan akseptasi atas resiko yang diajukan

peserta takaful.

− Bagian Reasuransi yang bertanggung jawab untuk mengasuransikan kembali

semua polis yang masuk apabila polis tersebut memiliki harga pertanggungan

atau TSI (Total Sum Insured) diatas limit OR (Own Retention). Bagian

Reasuransi terdiri atas Reasuransi Treaty dan Reasuransi Fakultatif.

Page 57: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

2) Fungsi Klaim bertanggung jawab atas pelayanan klaim nasabah termasuk melakukan

survey klaim hingga klaim tersebut siap dibayar.

3. Visi, Misi, Sasaran, dan Strategi pada PT. Asuransi Takaful Umum

Pengukuran kinerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan.

Dengan adanya suatu penilaian atau pengukuran kinerja (performance measurement) maka

seorang pemimpin dapat melihat peranan dan sumbangan dati tiap-tiap unit kerja terhadap

pencapaian tujuan perusahaan dan dapat dijadikan patokan dalam memberikan penghargaan

kepada karyawan yang berprestasi.

Visi dan misi merupakan bentuk penyatuan persepsi yang sangat penting bagi setiap

perusahaan, seringkali perusahaan tidak mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga

manajemen akan menemui kesulitan bagi manajemen dalam mengarahkan aktivitas usahanya.

Oleh karena itu, visi, misi, serta strategi harus dirumuskan secara jelas dan transparan, sebagai

langkah awal dalam mewujudkan perencanaan strategik, terutama dalam kerangka Balance

Scorecard.

Untuk mengarahkan dan memusatkan visi tersebut kepada misi perusahaan, terdapat

beberapa sasaran yang dapat dijadikan pemicunya. Sasaran-sasaran tersebut adalah:

a. Memaksimalkan keinginan-keinginan dari seluruh pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap PT. Asuransi Takaful Umum.

b. Inovatif, pengembangan perusahaan dalam teknologi yang juga sudah menjadi kebutuhan

nasabah.

c. Meningkatkan sumber daya manusia profesional dan kesejahteraan karyawan, menyadari

persaingan yang semakin global dan kompetitif menuntut sumber daya manusia yang

bermutu yang terbaik.

d. Seluruh staf dan karyawan merupakan satu kesatuan keluarga besar dalam perusahaan

dan perlu rasa memiliki.

Page 58: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

e. Diperlukan adanya partisipasi dari seluruh staf dan karyawan agar dapat menunjang

tercapainya visi dan sasaran perusahaan yang didukung melalui kerjasama yang baik dan

positif.

Visi dan misi PT. Asuransi Takaful Umum diimplementasikan dalam bentuk strategi

perusahaan, dimana strategi utama PT. Asuransi Takaful Umum adalah:

− Memperluas jaringan pangsa pasar.

− Menjadi perusahaan asuransi yang dipercaya ummat.

− Peningkatan pemanfaatan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia.

4. Kegiatan Sosial

Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT. Asuransi Takaful Umum banyak

sekali, itu semua dilakukan karena memiliki rasa TAKAFUL (Tolong Menolong) kepada

sesama ummat manusia, ini dapat kita lihat pada kegiataan YAT (Yayasan Amanah Takaful) :

Pemberian Bantuan BEASISWA Kepada anak yang berprestasi, Pelayanan Sosial &

Kemanusian; Bantuan Hidup, Bantuan Muallaf, Bantuan Ibnu Sabil, Bantuan Fisabilillah,

Bantuan Ghorimin, Bantuan Pendidikan, Bantuan Pengobatan, Bantuan Musibah Bencana

Alam, Bantuan Pembangunan Masjid, dll.

B. Sistem dan Prosedur Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada Transaksi

Mudharabah

1. Sistem

Sistem yang berlaku pada PT. Asuransi Takaful Umum dalam bagi hasil mudharabah

dan pengenaan PPh Pasal 23 dalam asuransi kerugian syariah, sebagai berikut:

SISTEM TAKAFUL

a. Dewan Pengawas Syariah

Page 59: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Dewan Pengawas Syariah terdiri dari ulama yang faqih dalam fiqh muamalah, bertugas

mengawasi operasional perusahaan agar selalu sesuai dengan ketentuan syariah.

b. Akad

Akad kepersertaan Takaful didasari prinsip untuk saling melindungi dan tolong

menolong diantara peserta (Takafuli).

c. Tabarru’

Setiap peserta dalam akadnya mengikhlaskan sebagian dana sebagai iuran kebajikan

(tabarru’) untuk saling membantu jika terjadi musibah diantara mereka.

d. Klaim

Dana klaim dibayarkan dari rekening tabarru’.

e. Kepemilikan Dana

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk premi atau kontribusi merupakan milik

peserta, Takaful hanya sebagai pemegah amanah untuk mengelolanya.

f. Investasi Dana

Dana yang terkumpul dari peserta di investasikan sesuai dengan ketentuan syariah.

g. Bagi Hasil Mudharabah

Hubungan antara Perusahaan dengan Peserta dalam mengelola dana berdasarkan sistem

bagihasil (Mudharabah).

PREMI

TAKAFUL

TOTAL

DANA

TOTAL

DANA BEBAN

ASURANSI

SURPLUS

OPERASIONAL

BAGIAN

PESERTA

BAGIAN

PERUSAHAAN

POLIS JATUH TEMPO

KLAIM

YES DIBAYARKAN KEPESERTA/ TIDAK

DAPAT BAGI HASIL

NO DAPAT BAGI HASIL

PEMOTONGAN PPh PASAL 23

SEBAGAI HUTANG PAJAK PPh PASAL 23

& DIBAYARKAN KE KPP TIAP BULANNYA

INVESTASI HASIL INVESTASI

Page 60: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Gambar 4.1

Mekanisme Pengelolaan Dana Premi Sampai Pengenaan PPh Pasal 23

Pada Transaksi Mudharabah

Sumber: Data Diolah

2. Prosedur/flowchart

Prosedur yang dimaksud dalam skripsi ini adalah prosedur pelaksanaan dalam bagi

hasil Mudharabah. Dimulai saat polis jatuh tempo maka akan dihitung pembagian

mudharabah untuk polis yang tidak terdapat klaim kemudian dilakukan penghitungan PPh 23

dan pencatatan pada laporan keuangan. Setelah itu dilakukan pembayaran pada Bank dan

penyerahan SPT pada PPh Pasal 23 pada KPP Tebet.

Page 61: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Gambar 4.2

Flowchart Prosedur Penerapan PPh Pasal 23

Sumber: Hasil Wawancara

Mulai

T

Online

sistem polis

Polis

Kegiatan memeriksa Polis

yang mendapat klaim

klaim

Polis

Perhitungan bagi

hasil oleh bagian Mudharabah

Perhitungan bagi hasil oleh bagian Pajak

Polis

Polis

1

2

1

Dokumen bagi hasil

Jurnal bagi hasil

Buku Besar

Laporan Keuangan

2

Dokumen bagi hasil

Rekapitulasi PPh Pasal 23 untuk Bulan jatuh tempo

SPT PPh Pasal 23

Copian SPT PPh Pasal 23

Jurnal utang PPh pasal 23

Tidak dapat bagi hasil

Page 62: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Keterangan Gambar:

1. : Mulai

2. : Kronologis menurut tanggal

3. : Online storage

4. : Dokumen

5. : Kegiatan manual

6. : Keputusan dalam proses pengolahan data

7. : Penghubung pada halaman yang sama

8. : Catatan akuntansi berupa jurnal, buku besar, dll.

9. : Berbagai dokumen

10. : Akhir arus dokumen dan mengarahkan pada simbol

terhubung halaman yang sama yang bernomor pada simbol tersebut.

11. : Awal arus dokumen yang berasal dari simbol

penghubung halaman yang sama.

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada

karyawan PT. Asuransi Takaful Umum sebanyak 25 Responden. Sebelumnya penulis melakukan

try out terhadap 10 Responden, dimana 10 Responden tersebut termasuk dari 25 Responden yang

T

1

Page 63: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

penulis teliti. Hal ini berdasarkan metode convenience sampling, yang datanya mudah diperoleh

oleh peneliti. Responden mengisi kuesioner yang terdapat 29 pertanyaan yang berasal dari 6

dimensi penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dari instrument penelitian dilakukan dengan menghitung angka

korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan,

kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,381 didapat dari jumlah kasus – 2, atau

29 – 2 = 27, dengan taraf signifikan 5%, maka r tabel 0,381. suatu instrument (setiap butir

pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasionel yang diperoleh dari perhitungan lebih

besar dengan r tabel.

Berdasarkan hasil uji dimensi pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 yang dilihat pada

tabel tingkat pelaksanaan/penerapan diperoleh data bahwa, sebanyak 2 pertanyaan tidak valid

karena r hitung < r tabel yaitu pada pernyataan 4 dengan r hitung .251 dan pernyataan 13

dengan r hitung .153. Sedangkan berdasarkan tabel tingkat kepentingan peraturan pajak

diperoleh data bahwa, terdapat 5 pernyataan yang tidak valid karena r hitung < r tabel, yaitu

pada nomor 4 dengan r hitung .292, nomor 5 dengan r hitung .273, nomor 7 dengan r hitung

.358, nomor 13 dengan r hitung .354, dan nomor 17 dengan r hitung .306.

Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen Pelaksanaan/Penerapan PPh pasal 23

Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria

1 0,632 0,381 Valid

2 0,777 0,381 Valid

3 0,624 0,381 Valid

4 0,251 0,381 Tidak Valid

5 0,439 0,381 Valid

6 0,534 0,381 Valid

7 0,381 0,381 Valid

8 0,717 0,381 Valid

9 0,572 0,381 Valid

10 0,668 0,381 Valid

11 0,506 0,381 Valid

12 0,601 0,381 Valid

Page 64: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Sumber: Data diolah

Tabel 4.2

Uji Validitas Instrumen Tingkat Kepentingan Peraturan Perpajakan

13 0,153 0,381 Tidak Valid

14 0,392 0,381 Valid

15 0,747 0,381 Valid

16 0,526 0,381 Valid

17 0,394 0,381 Valid

18 0,752 0,381 Valid

19 0,661 0,381 Valid

20 0,768 0,381 Valid

21 0,717 0,381 Valid

22 0,758 0,381 Valid

23 0,651 0,381 Valid

24 0,621 0,381 Valid

25 0,777 0,381 Valid

26 0,713 0,381 Valid

27 0,777 0,381 Valid

28 0,652 0,381 Valid

29 0,652 0,381 Valid

Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria

1 0,635 0,381 Valid

2 0,811 0,381 Valid

3 0,614 0,381 Valid

4 0,292 0,381 Tidak Valid

5 0,273 0,381 Tidak Valid

6 0,525 0,381 Valid

7 0,358 0,381 Tidak Valid

8 0,749 0,381 Valid

Page 65: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Sumber: Data diolah

2. Uji Reabilitas

Uji Reabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan

validitasnya. Pengujian reabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reabilitas

konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisiensi Cronbach’s

Alpha dengan bantuan program SPSS versi 12.

Tabel 4.3

9 0,563 0,381 Valid

10 0,615 0,381 Valid

11 0,579 0,381 Valid

12 0,562 0,381 Valid

13 0,354 0,381 Tidak Valid

14 0,504 0,381 Valid

15 0,737 0,381 Valid

16 0,556 0,381 Valid

17 0,306 0,381 Tidak Valid

18 0,770 0,381 Valid

19 0,518 0,381 Valid

20 0,700 0,381 Valid

21 0,646 0,381 Valid

22 0,673 0,381 Valid

23 0,695 0,381 Valid

24 0,619 0,381 Valid

25 0,810 0,381 Valid

26 0,706 0,381 Valid

27 0,714 0,381 Valid

28 0,602 0,381 Valid

29 0,694 0,381 Valid

Page 66: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat

Pelaksanaan/Penerapan PPh 23

Reliability Statistics

,945 29

Cronbach's

Alpha N of Items

Sumber: Data diolah

Tabel 4.4

Hasil Reabilitas Instrumen Tingkat kepentingan

Peraturan Pajak

Reliability Statistics

,940 29

Cronbach's

Alpha N of Items

Sumber: Data diolah

Terlihat dari uji validitas dan reabilitas, meskipun ada pernyataan yang hasilnya

tidak valid, tetapi memiliki reabilitas yang cukup tinggi yaitu > 0,6, sehingga peneliti masih

tetap menggunakan pernyataan yang hasilnya menunjukkan tidak valid dengan memperbaiki

kalimat kuesioner tersebut.

3. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan pada PT. Asuransi Takaful dengan populasi karyawan bagian

keuangan 25 orang yang terdapat pada kantor pusat, cabang Dewi Sartika dan cabang Pondok

Indah.

a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 16 Responden 64%

Perempuan 9 Responden 36%

25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Page 67: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Berdasarkan data diatas, dapat diidentifikasikan bahwa jumlah laki-laki lebih

dominan dari jumlah perempuan yaitu laki-laki dengan 16 Responden atau 64%

sedangkan perempuan hanya 9 Responden atau 36%.

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Karakteristrik responden berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

20-25 th 3 Responden 12%

25-30 th 9 Responden 36%

30-35 th 8 Responden 32%

35-40 th 3 Responden 12%

40-45 th 2 Responden 8%

25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Dilihat dari usia dapat diidentifitasikan bahwa karyawan bagian keuangan yang

dominan adalah usia 25 – 30 tahun yaitu 9 Responden atau 36%.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.7

Deskripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

SMA/SMU/SMK 0 Responden 0%

D3 1 Responden 4%

S1 24 Responden 96%

S2 0 Responden 0%

S3 0 Responden 0%

25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Berdasarkan data diatas tingkat pendidikan yang berasal dari sarjana S1 lebih

dominan yaitu sebanyak 24 Responden atau 96% sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit

adalah D3 yang hanya 1 Responden atau 4%.

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja

Page 68: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Karakteristik responden berdasarkan Lamanya bekerja dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.8

Deskripsi Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Persentase

1-5 th 13 Responden 52%

5-10 th 7 Responden 20%

10-15 th 5 Responden 28%

25 Responden 100%

Sumber: Hasil Kuesioner.

Berdasarkan data diatas lama bekerja karyawan pada PT. Asuransi Takaful Umum

lebih dominan selama 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 13 Responden atau 52% sedangkan lama

bekerja paling sedikit adalah 10 – 15 tahun sebanyak 5 Responden atau 20%.

4. Analisis Importance and Performance Scale

Dalam penelitian ini, karyawan bagian keuangan PT. Asuransi Takaful Umum

diberikan 29 pertanyaan yang terdiri dari 1 dimensi yaitu:pelaksanaan/penerapan pajak

penghasilan (PPh) pasal 23 pada transaksi mudharabah. Pernyataan tersebut diisi dengan 2

kolom, yang pertama kolom yang berkaitan dengan dengan tingkat efektifitas dan kedua

berkaitan dengan tingkat kepentingan.

Setiap unsur penerapan pajak penghasilan (PPh) pasal 23 dinilai berdasarkan tingkat

pelaksanaan/penerapan dan tingkat kepentingan yang diberikan bobot nilai sehingga diperoleh

angka yang menggambarkan tingkat efektifitas penerapan peraturan PPh 23, yaitu dengan

menggunakan tingkat kesesuaian antara kedua variabel yang menjadi penentu urutan prioritas

faktor yang mempengaruhi penerapan PPh 23. Hasil pernyataan tersebut akan digambarkan

dalam diagram kartesius. Penulis akan menganalisis tanggapan dari 25 karyawan bagian

keuangan PT. Asuransi Takaful Umum yang menjadi responden untuk masih-masing dimensi

dari penerapan PPh pasal 23.

Page 69: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 responden, dihasilkan jawaban yang

terangkum yang menunjukkan perbandingan antara Tingkat Kepentingan peraturan pajak

menurut perusahaan PT. Asuransi Takaful Umum dengan Tingkat Pelaksanaan/penerapan

PPh pasal 23. Variabel, dimensi dan indikator yang akan digunakan untuk analisis ini,

nampak dalam Tabel 4.9.

Secara keseluruhan hasil kuesioner dari karyawan PT. Asuransi Takaful Umum

terhadap Pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 nampak sebagai berikut:

Tabel 4.9 Penilaian Tingkat Kepentingan Peraturan PPh Pasal 23

Pada PT. Asuransi Takaful Umum

Faktor-faktor yang mempengaruhi Responden = 25 (dua puluh lima)

Sangat Penting Cukup Kurang Tidak

No. Penerapan PPh pasal 23

Penting Penting Penting Penting Nilai

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai

syariah.

6 13 5 0 0 107

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan

Investasi adalah produk asuransi yang

memberikan hasil investasi yang

sepenuhnya mengacu kepada hasil

Investasi pasar.

3 11 9 2 0 90

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang

amanah wajib melakukan investasi dari

dana yang terkumpul.

16 7 2 0 0 114

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 19 4 2 0 0 117

5 Mudharabah adalah titipan premi,

cadangan (hutang) mudharabah dibagikan

pada saat jatuh tempo.

8 12 5 0 0 103

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 11 10 4 0 0 107

7

Mudharabah dihitung dari surplus

underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan

nasabah.

8 13 3 1 0 103

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000

tanggal 6 juni 2000, diperkenankan

membentuk cadangan premi tanggungan

sendiri sebesar 40% dari jumlah premi

tanggungan sendiri yang diterima atau

diperoleh dalam tahun pajak yang

bersangkutan.

9 9 5 2 0 100

Page 70: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

9 Premi asuransi yang diterima tergantung

pada cakupan resiko yang

dipertanggungkan.

16 9 0 0 0 116

10

Pembagian Mudharabah pada akhir

periode selama tidak ada klaim dari

peserta.

16 9 0 0 0 116

11

Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan

adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan

dan 30% untuk peserta takaful.

4 10 7 4 0 89

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal

11 setiap bulannya memakai metode rata-

rata tertimbang.

5 8 8 2 0 93

13

Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek

pajak.

4 7 9 5 0 85

14

UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil

kepada peserta atau nasabah asuransi

syariah merupakan objek pajak yang

disetarakan dengan dividen perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan

dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang

bersifat tidak final.

9 11 3 0 0 104

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU no. 17/2000

pasal 4 ayat (1) huruf g.

8 11 6 0 0 102

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada

peserta yang diperlakukan sebagai dividen

dianggap diberikan setelah laba kena

pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil

kepada peserta tidak diakui sebagai biaya

(non-deductible expense)

9 13 3 0 0 106

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible

expense berpengaruh pada kenaikan laba

sebelum pajak yang berpengaruh langsung

pada besaran penghasilan kena pajak

dengan menggunakan tarif lapisan

tertinggi sebesar 30%.

5 14 6 0 0 99

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 7 16 2 0 0 105

19

Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi

pajak, peraturan atau petunjuk secara

syar'i.

6 10 9 0 0 97

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 9 11 5 0 0 104

21

Bersifat amanah dalam semua informasi

dan keterangan yang dibuat dalam laporan

pajak

9 14 2 0 0 107

22 Menyajikan informasi dan keterangan

sesuai dengan realitas 9 14 0 2 0 105

Page 71: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada

kredit neraca sebesar saldo pemupukan

cadangan (setelah dikurangi dengan

mudharabah) yang dibayar kepada peserta

Takaful.

6 16 3 0 0 103

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan

menyampaikan Surat Pemberitahuan

Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

15 5 3 2 0 100

25 Pembentukan cadangan mudharabah tiap

tahun dibebankan dalam perhitungan laba

usaha sebelum Pajak Penghasilan.

6 13 6 0 0 100

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus

memberi tanda bukti pemotongan kepada

orang pribadi atau badan yang dibebani

membayar Pajak Penghasilan yang

dipotong.

12 8 3 2 0 105

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada

akhir bulan dilakukannya pembayaran

atau pada akhir bulan terutangnya

penghasilan yang bersangkutan.

10 5 8 2 0 98

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan

oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah

bulan saat terutangnya pajak.

17 8 0 0 0 117

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final

(dapat dikreditkan dalam penghitungan

Pajak Penghasilan yang bersangkutan

pada SPT Tahunan).

12 8 5 0 0 107

Sumber: Hasil Kuesioner.

Tabel 4.10

Penilaian Tingkat Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23

Pada PT. Asuransi Takaful Umum

Faktor-faktor yang mempengaruhi Responden = 25 (dua puluh lima)

Sangat Baik Cukup Kurang Tidak

No. Penerapan PPh pasal 23

Baik Baik Baik Baik Nilai

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003,

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

6 15 4 0 0 102

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan

Investasi adalah produk asuransi yang memberikan hasil investasi yang

sepenuhnya mengacu kepada hasil

Investasi pasar.

3 6 14 2 0 85

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang

amanah wajib melakukan investasi dari

dana yang terkumpul.

14 7 4 0 0 110

Page 72: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 18 4 3 0 0 115

5 Mudharabah adalah titipan premi,

cadangan (hutang) mudharabah dibagikan

pada saat jatuh tempo.

7 12 5 1 0 100

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 10 6 8 1 0 100

7

Mudharabah dihitung dari surplus

underwriting dengan nisbah yang telah

disepakati diawal perjanjian dengan

nasabah.

5 13 6 1 0 97

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000

tanggal 6 juni 2000, diperkenankan

membentuk cadangan premi tanggungan

sendiri sebesar 40% dari jumlah premi

tanggungan sendiri yang diterima atau

diperoleh dalam tahun pajak yang

bersangkutan.

5 8 10 4 0 87

9 Premi asuransi yang diterima tergantung

pada cakupan resiko yang

dipertanggungkan.

13 11 1 0 0 112

10

Pembagian Mudharabah pada akhir

periode selama tidak ada klaim dari peserta.

14 9 2 0 0 112

11 Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan

adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan

dan 30% untuk peserta takaful.

2 10 6 7 0 82

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal

11 setiap bulannya memakai metode rata-

rata tertimbang.

2 11 10 2 0 88

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek pajak. 2 8 5 10 0 77

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g

menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil

kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang

disetarakan dengan dividen perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan

dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang

bersifat tidak final.

6 9 8 2 0 94

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil

dipersamakan dengan UU no. 17/2000

pasal 4 ayat (1) huruf g.

4 11 9 1 0 93

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta

yang diperlakukan sebagai dividen

dianggap diberikan setelah laba kena

pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil

kepada peserta tidak diakui sebagai biaya

(non-deductible expense)

6 10 9 0 0 97

Page 73: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible

expense berpengaruh pada kenaikan laba

sebelum pajak yang berpengaruh langsung

pada besaran penghasilan kena pajak

dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi

sebesar 30%.

4 9 12 0 0 92

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 4 13 8 0 0 96

19

Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara

syar'i. 5 9 11 0 0 94

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 7 9 7 2 0 96

21

Bersifat amanah dalam semua informasi

dan keterangan yang dibuat dalam laporan

pajak

9 11 4 1 0 103

22 Menyajikan informasi dan keterangan sesuai dengan realitas

8 13 2 2 0 102

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada

kredit neraca sebesar saldo pemupukan

cadangan (setelah dikurangi dengan

mudharabah) yang dibayar kepada peserta

Takaful.

4 14 7 0 0 97

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari

setelah masa Pajak berakhir.

9 8 5 3 0 98

25 Pembentukan cadangan mudharabah tiap

tahun dibebankan dalam perhitungan laba

usaha sebelum Pajak Penghasilan.

4 11 9 1 0 93

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus

memberi tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani

membayar Pajak Penghasilan yang

dipotong.

5 13 4 3 0 95

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada

akhir bulan dilakukannya pembayaran atau

pada akhir bulan terutangnya penghasilan

yang bersangkutan.

5 7 8 5 0 87

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan

oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah

bulan saat terutangnya pajak.

10 11 3 1 0 105

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari

jumlah bruto yang tidak bersifat final

(dapat dikreditkan dalam penghitungan

Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada

SPT Tahunan).

5 10 10 0 0 95

Sumber: Hasil Kuesioner.

Page 74: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Tabel 4.11

Penilaian Tingkat Kesesuaian Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penerapan PPh Pasal 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Nilai

Tingkat

Nilai

Tingkat Tingkat

No. Penerapan PPh pasal 23 Pelaksanaan Kepentingan

Kesesuaian

(%)

1 Dalam KMK No:424/KMK.06/2003,

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

102 107 95.33

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan

Investasi adalah produk asuransi yang

memberikan hasil investasi yang

sepenuhnya mengacu kepada hasil Investasi

pasar.

85 90 94.44

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang

amanah wajib melakukan investasi dari dana

yang terkumpul.

110 114 96.49

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 115 117 98.29

5 Mudharabah adalah titipan premi, cadangan

(hutang) mudharabah dibagikan pada saat

jatuh tempo.

100 103 97.09

6 Cadangan mudharabah dibagikan

berdasarkan tarif yang telah ditetapkan. 100 107 93.46

7

Mudharabah dihitung dari surplus

underwriting dengan nisbah yang telah

disepakati diawal perjanjian dengan

nasabah.

97 103 94.17

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000

tanggal 6 juni 2000, diperkenankan

membentuk cadangan premi tanggungan

sendiri sebesar 40% dari jumlah premi

tanggungan sendiri yang diterima atau

diperoleh dalam tahun pajak yang

bersangkutan.

87 100 87.00

9 Premi asuransi yang diterima tergantung

pada cakupan resiko yang

dipertanggungkan.

112 116 96.55

10 Pembagian Mudharabah pada akhir periode

selama tidak ada klaim dari peserta. 112 116 96.55

11 Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah

70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30%

untuk peserta takaful.

82 89 92.13

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11

setiap bulannya memakai metode rata-rata

tertimbang.

88 93 94.62

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek pajak. 77 85 90.59

Page 75: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g

menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil

kepada peserta atau nasabah asuransi syariah

merupakan objek pajak yang disetarakan

dengan dividen perusahaan asuransi kepada

pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari

jumlah bruto yang bersifat tidak final.

94 104 90.38

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil

dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal

4 ayat (1) huruf g.

93 102 91.18

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta

yang diperlakukan sebagai dividen dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga

pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak

diakui sebagai biaya (non-deductible

expense)

97 106 91.51

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible

expense berpengaruh pada kenaikan laba

sebelum pajak yang berpengaruh langsung

pada besaran penghasilan kena pajak dengan

menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar

30%.

92 99 92.93

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 96 105 91.43

19 Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi

pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i. 94 97 96.91

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 96 104 92.31

21 Bersifat amanah dalam semua informasi dan

keterangan yang dibuat dalam laporan pajak 103 107 96.26

22 Menyajikan informasi dan keterangan sesuai

dengan realitas 102 105 97.14

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada

kredit neraca sebesar saldo pemupukan

cadangan (setelah dikurangi dengan

mudharabah) yang dibayar kepada peserta

Takaful.

97 103 94.17

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa

selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari

setelah masa Pajak berakhir.

98 108 90.74

25

Pembentukan cadangan mudharabah tiap

tahun dibebankan dalam perhitungan laba

usaha sebelum Pajak Penghasilan.

93 100 93.00

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus

memberi tanda bukti pemotongan kepada

orang pribadi atau badan yang dibebani

membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

95 105 90.48

Page 76: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada

akhir bulan dilakukannya pembayaran atau

pada akhir bulan terutangnya penghasilan

yang bersangkutan.

87 98 88.78

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan

oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah

bulan saat terutangnya pajak.

105 117 89.74

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari

jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat

dikreditkan dalam penghitungan Pajak

Penghasilan yang bersangkutan pada SPT

Tahunan).

95 107 88.79

RATA-RATA 93.19

Sumber: Hasil Kuesioner.

Secara keseluruhan dengan menggunakan faktor-faktor tersebut diatas, maka rata-

rata tingkat kesesuaian antara harapan terhadap pelaksanaan/penerapan karyawan atas PPh 23

mencapai 93,19%, atau dengan kata lain tingkat pelaksanaan karyawan terhadap peraturan

PPh 23 adalah sebesar 93,19%, sebagaimana yang nampak pada Tabel 4.10.

5. Diagram Kartesius

Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah dianalisi tersebut, maka

dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:

a. Kuadran A, menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi penerapan PPh Pasal 23,

termasuk unsur penerapan yang dianggap sangat penting, namun dalam perusahaan

belum melaksanakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan, sehingga bisa

menimbulkan kekecewaan dan rasa tidak puas.

b. Kuadran B, menunjukkan unsur penerapan PPh Pasal 23 telah dilaksanakan dengan baik

dan wajib untuk dipertahankan. Dianggap sangat penting dan diperlukan.

c. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi

pelaksanaan/penerapan PPh pasal 23 di perusahaan, sehingga pelaksanaannya dianggap

biasa saja.

Page 77: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

d. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penerapan PPh pasal

23 kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya secara sangat baik oleh PT. Asuransi

Takaful Umum. Hal ini dianggap sangat berlebihan.

Tabel 4.12

Perhitungan Rata-Rata dari Penilaian Tingkat Pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23 dan

Penilaian Tingkat kepentingan Peraturan PPh Pasal 23 pada Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penerapan PPh Pasal 23

Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tingkat Nilai Tingkat ‗ ‗

No. Penerapan PPh pasal 23 Pelaksanaan Kepentingan X Y

1

Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah. 102 107 4,08 4,28

2

Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan

Investasi adalah produk asuransi yang

memberikan hasil investasi yang sepenuhnya

mengacu kepada hasil Investasi pasar.

85 90 3,40 3,60

3 Perusahaan asuransi selaku pemegang

amanah wajib melakukan investasi dari dana

yang terkumpul.

110 114 4,40 4,56

4 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah. 115 117 4,60 4,68

5

Mudharabah adalah titipan premi, cadangan

(hutang) mudharabah dibagikan pada saat

jatuh tempo.

100 103 4,00 4,12

6 Cadangan mudharabah dibagikan berdasarkan

tarif yang telah ditetapkan. 100 107 4,00 4,28

7 Mudharabah dihitung dari surplus

underwriting dengan nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian dengan nasabah.

97 103 3,88 4,12

8

Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan membentuk

cadangan premi tanggungan sendiri sebesar

40% dari jumlah premi tanggungan sendiri

yang diterima atau diperoleh dalam tahun

pajak yang bersangkutan.

87 100 3,48 4,00

9 Premi asuransi yang diterima tergantung pada

cakupan resiko yang dipertanggungkan. 112 116 4,56 4,64

Page 78: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

10 Pembagian Mudharabah pada akhir periode

selama tidak ada klaim dari peserta. 112 116 4,48 4,64

11

Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah

70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan 30%

untuk peserta takaful.

82 89 3,28 3,56

12 Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11

setiap bulannya memakai metode rata-rata

tertimbang.

88 93 3,52 3,72

13 Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1)

huruf n, premi asuransi adalah objek pajak. 77 85 3,08 3,40

14

UU no. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g

menegaskan bahwa pemba-yaran bagi hasil

kepada peserta atau nasabah asuransi syariah

merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada

pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari

jumlah bruto yang bersifat tidak final.

94 104 3,76 4,16

15 Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil

dipersamakan dengan UU no. 17/2000 pasal 4

ayat (1) huruf g.

93 102 3,72 4,08

16

Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta

yang diperlakukan sebagai dividen dianggap

diberikan setelah laba kena pajak, sehingga

pengeluaran bagi hasil kepada peserta tidak

diakui sebagai biaya (non-deductible expense)

97 106 3,88 4,24

17

Dampak bagi hasil sebagai non-deductible

expense berpengaruh pada kenaikan laba sebelum pajak yang berpengaruh langsung

pada besaran penghasilan kena pajak dengan

menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar

30%.

92 99 3,68 3,96

18 Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan

penyelesaian laporan. 96 105 4,08 4,16

19 Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi

pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i. 94 97 3,76 3,88

20 Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai

hutang Pajak. 96 104 3,84 4,16

21 Bersifat amanah dalam semua informasi dan

keterangan yang dibuat dalam laporan pajak 103 107 4,12 4,28

22 Menyajikan informasi dan keterangan sesuai

dengan realitas 102 105 4,08 4,20

23

Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit

neraca sebesar saldo pemupukan cadangan

(setelah dikurangi dengan mudharabah) yang

dibayar kepada peserta Takaful.

97 103 3,88 4,12

24

Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari

setelah masa Pajak berakhir.

98 108 3,92 4,32

25

Pembentukan cadangan mudharabah tiap

tahun dibebankan dalam perhitungan laba

usaha sebelum Pajak Penghasilan.

93 100 3,72 4,00

Page 79: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

26

Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi

tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi

atau badan yang dibebani membayar Pajak

Penghasilan yang dipotong.

95 105 3,80 4,20

27

Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada

akhir bulan dilakukannya pembayaran atau

pada akhir bulan terutangnya penghasilan

yang bersangkutan.

87 98 3,48 3,92

28

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan

oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah

bulan saat terutangnya pajak.

105 117 4,20 4,68

29

Pemotongan pajak penghasilan 15% dari

jumlah bruto yang tidak bersifat final (dapat

dikreditkan dalam penghitungan Pajak

Penghasilan yang bersangkutan pada SPT Tahunan).

95 107 3,80 4,28

‗ ‗

RATA-RATA (X) (Y) 3,87 4,15

_ _

X dan Y = adalah nilai rata-rata dari 25 karyawan/ responden

Sumber: hasil perhitungan kuesioner.

Page 80: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Gambar 4.3

Diagram Kartesius

Sumber:Tabel 4.11

Page 81: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada Gambar 4.3 di atas, dapat terlihat

jenis-jenis penerapan PPh 23 dalam Transaksi Mudharabah mana yang seharusnya lebih

ditingkatkan, dipertahankan, serta usaha-usaha perbaikan pada atribut-atribut yang benar-

benar dianggap penting oleh karyawan bagian keuangan dalam asuransi syariah.

Pada Gambar 4.3 diagram kartesius di atas, terlihat bahwa letak unsur-unsur

pelaksanaan faktor-faktor atau atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat

pelaksanaan/penerapan peraturan PPh pasal 23 pada transaksi mudharabah di PT. Asuransi

Takaful Umum, terbagi menjadi 4 bagian. Adapun interprestasi dari diagram kartesius

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kuadran A, menunjukkan faktor peraturan PPh 23 yang dianggap mempengaruhi

penerapan PPh Pasal 23, termasuk unsur penerapan yang dianggap sangat penting, namun

dalam perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perpajakan, sehingga mengecewakan. PT. Asuransi Takaful Umum harus lebih

memprioritaskan untuk menangani faktor/indikator yang ada pada kuadran ini.

Adapun 6 indikator yang masuk pada Kuadran A ini adalah:

1) UU No.17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil

kepada peserta atau nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang

disetarakan dengan dividen perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai

pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat tidak final.

2) Pemotongan PPh Pasal 23 dicatat sebagai hutang Pajak.

3) Pemotong Pajak PPh Pasal 23 harus memberi tanda bukti pemotongan kepada orang

pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

4) Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak bersifat final

(dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersangkutan pada

SPT Tahunan).

Page 82: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

b. Kuadran B, menunjukkan unsur peraturan perpajakan telah dilaksanakan dan perlu untuk

dipertahankan. Dianggap sangat penting dan diperlukan oleh PT. Asuransi Takaful

Umum.

Adapun 12 indikator yang masuk pada Kuadran B ini adalah:

1) Dalam KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau Perusahaan

Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah.

2) Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana

yang terkumpul.

3) Investasi wajib dilakukan sesuai dengan prinsip syariah.

4) Cadangan mudharabah dibagikan berdasarkan tarif yang telah ditetapkan.

5) Premi asuransi yang diterima tergantung pada cakupan resiko yang

dipertanggungkan.

6) Pembagian Mudharabah pada akhir periode selama tidak ada klaim dari peserta.

7) Bagi hasil yang dibayarkan kepada peserta yang diperlakukan sebagai dividen

dianggap diberikan setelah laba kena pajak, sehingga pengeluaran bagi hasil kepada

peserta tidak diakui sebagai biaya (non-deductible expense).

8) Ketepatan dalam; perhitungan, hasil dan penyelesaian laporan.

9) Bersifat amanah dalam semua informasi dan keterangan yang dibuat dalam laporan

pajak

10) Menyajikan informasi dan keterangan sesuai dengan realitas.

11) Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa

selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah masa Pajak berakhir.

12) Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

Berdasarkan hasil penelitian literatur dan wawancara dengan karyawan bagian

keuangan PT. Asuransi Takaful Umum, ternyata bagi hasil yang dibayarkan kepada

peserta yang diperlakukan sebagai dividen dianggap merugikan dan diperlukan kajian

Page 83: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

khusus mengenai perlakuan pajak atas asuransi syariah. Hingga saat ini peraturan

perpajakan elum secara mendetail aspek perpajakan terhadap bidang usaha berbasis

syariah sehingga perlu diusulkan dalam Rancangan Perubahan Undang-undang Pajak

Penghasilan, agar ketentuan perpajakan bagi bidang usaha berbasis syariah diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Selain itu pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 23 masih dilakukan oleh kantor

pusat, hanya ada satu dari 39 kantor cabang yang sudah menerapkan pemotongan dan

penyetoran langsung PPh 23 ke KPP terdekat. Kegiatan ini dirasakan kurang efisien dan

efektif dari segi waktu, hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen untuk

perlu ditingkatkan kinerja kantor cabang.

c. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi

pelaksanaan penerapan PPh pasal 23 di perusahaan, sehingga pelaksanaannya dianggap

biasa saja.

Adapun 10 indikator yang masuk pada Kuadran C ini adalah:

1) Perusahaan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah produk

asuransi yang memberikan hasil investasi yang sepenuhnya mengacu kepada hasil

Investasi pasar.

2) Menurut KMK No.80/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000, diperkenankan

membentuk cadangan premi tanggungan sendiri sebesar 40% dari jumlah premi

tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang

bersangkutan.

3) Tingkat nisbah bagi hasil perusahaan adalah 70:30, yaitu 70% untuk perusahaan dan

30% untuk peserta takaful.

4) Perhitungan tarif dilakukan setiap tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-

rata tertimbang.

5) Menurut UU No. 17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf n, premi asuransi adalah objek

pajak.

Page 84: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

6) Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU No. 17/2000 pasal 4

ayat (1) huruf g.

7) Dampak bagi hasil sebagai non-deductible expense berpengaruh pada kenaikan laba

sebelum pajak yang berpengaruh langsung pada besaran penghasilan kena pajak

dengan menggunakan tarif lapisan tertinggi sebesar 30%.

8) Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i.

9) Pembentukan cadangan mudharabah tiap tahun dibebankan dalam perhitungan laba

usaha sebelum Pajak Penghasilan.

10) Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau

pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

d. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penerapan PPh pasal

23 kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting

tetapi sangat diperlukan.

Adapun 1 indikator yang masuk pada Kuadran C ini adalah:

1) Mudharabah adalah titipan premi, cadangan (hutang) mudharabah dibagikan pada

saat jatuh tempo.

2) Mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah disepakati

diawal perjanjian dengan nasabah.

3) Cadangan mudharabah dilaporkan pada kredit neraca sebesar saldo pemupukan

cadangan (setelah dikurangi dengan mudharabah) yang dibayar kepada peserta

Takaful.

6. Penilaian Efektivitas Pelaksanaan/Penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah

Adapun hasil perhitungan efektivitas Penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi

Mudharabah adalah:

Jumlah skor kriterium = 5 x 29 x 25

= 3625

Tingkat persentase efektivitas = 2804 x 100%

3625

Page 85: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

= 77,35 %

Hal ini berarti, tingkat efektivitas pelaksanaan/penerapan PPh Pasal 23 adalah

sebesar 77,35 %. Jika disesuaikan dengan kriteria efektivitas pelaksanaan/penerapan berada

pada kuadran II (lihat Gambar 4.3).

Gambar 4.4

Hasil Tingkat Efektivitas Pelaksanaan/

Penerapan PPh Pasal 23

Sumber: Data diolah

7. Penelitian Sebelumnya

a. Analisis efektivitas Kinerja Pelayanan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap

kepuasan Wajib Pajak pada KPP Madya Jakarta Pusat

Nurliana Aisyah Dewi dalam skripsinya melakukan penelitian pada tahun 2007

mengenai kinerja pelayanan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap kepuasan

Wajib Pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survey, yaitu mengambil sampel dari

suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari 67

responden yang menggunakan pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan pajak Madya

jakarta pusat, berkesimpulan bahwa kinerja untuk pelayanan sesuai dengan tingkat

kepentingan Wajib Pajak sehingga menimbulkan kepuasan Wajib Pajak sehingga

menimbulkan kepuasan Wajib Pajak.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek,

tempat meneliti, dan tahun penelitian, penelitian sebelumnya meneliti efektivitas kinerja

pelayanan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepuasan Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat pada tahun 2007 sedangkan penelitian ini

meneliti efektivitas Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada Transaksi

Mudharabah studi kasus PT. Asuransi Takaful Umum di tahun 2008.

Sangat Efektif Efektif

80% - 100% 60 – 79%

• Cukup Efektif Kurang Efektif 40% - 59% <40%

Page 86: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

b. Analisis Pengukuran Tingkat Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Pelayanan Kantor

Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang

Ahmad Rudi Hartono dalam jurnalnya melakukan penelitian pada Kantor

Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang dengan meneliti tentang kepuasan wajib pajak

terhadap kinerja pelayanan kantor pajak. Kesimpulan dari tingkat kepuasan Wajib Pajak

terhadap kinerja pelayanan kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang tahun anggaran

1997/1998 adalah sebesar 68,84%.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek dan

tempat meneliti, penelitan sebelumnya meneliti kepuasan wajib pajak terhadap kinerja

pelayanan kantor pajak pada KPP Jakarta Tanah Abang sedangkan peneltian ini meneliti

Efektivitas Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah

studi kasus PT. Asuransi Takaful Umum di tahun 2008.

c. Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan Dalam Penerimaan Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara

Eka Putri Rahmawati dalam skripsinya melakukan penelitian pada tahun 2008

mengenai efektivitas modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak. Penelitian

dilakukan dengan metode survey, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari 39 responden yang

menggunakan pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Bekasi Utara,

berkesimpulan bahwa efektivitas modernisasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bekasi Utara efektif sebesar 79%.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek dan

tempat meneliti, penelitian sebelumnya meneliti efektivitas modernisasi perpajakan

dalam penerimaan pajak.pada Kantor Pelayanan Pajak Bekasi Utara pada tahun 2008

sedangkan penelitian ini meneliti Efektivitas Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

pada Transaksi Mudharabah studi kasus PT. Asuransi Takaful Umum di tahun 2008.

Page 87: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka hasil

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan tingkat efektivitas menunjukkan penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi

Mudharabah pada PT. Asuransi Takaful Umum efektif sebesar yaitu sebesar 77,35 %. Namun

dalam pelaksanaannya pengenaan PPh pasal 23 dinilai sangat memberatkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah pada

PT. Asuransi Takaful Umum adalah:

a. Faktor asuransi syariah: Investasi wajib dilakukan sesuai dengan prinsip syariah adalah

faktor yang sangat penting bagi karyawan, 98.29% dari responden merasa sangat sesuai,

sedangkan dengan peraturan KMK No:424/KMK.06/2003, Perusahaan Asuransi atau

Perusahaan Reasuransi diselenggarakan sesuai syariah, 95.33% responden merasa sangat

sesuai dengan pelaksanaan dan kepentingan perusahaan dari segi peraturan.

b. Faktor mudharabah: Mudharabah adalah titipan premi, cadangan (hutang) mudharabah

dibagikan pada saat jatuh tempo 97.09% dari responden merasa sangat sesuai dengan

penerapan dan kepentingan PT. Asuransi Takaful Umum saat ini. Sedangkan faktor

Pembagian Mudharabah pada akhir periode selama tidak ada klaim dari peserta dan

Premi asuransi yang diterima tergantung pada cakupan resiko yang dipertanggungkan,

96.55% karyawan merasa sangat sesuai dengan penerapan dan kepentingan PT. Asuransi

Takaful Umum saat ini.

c. Faktor tarif pajak: Tarif PPh 23 atas Laba bagi hasil dipersamakan dengan UU No.

17/2000 pasal 4 ayat (1) huruf g untuk karyawan mematuhi peraturan perpajakan ini

sebesar 91.18% karyawan merasa sesuai. Sedangkan faktor UU No. 17/2000 pasal 4 ayat

(1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau nasabah

Page 88: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto yang bersifat

tidak final, 90.38% karyawan merasa sesuai.

d. Faktor pencatatan: Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau

petunjuk secara syar'i, 96.91% karyawan merasa sangat sesuai dengan penerapan dan

kepentingan PT. Asuransi Takaful Umum saat ini. Sedangkan Pemotongan PPh Pasal 23

dicatat sebagai hutang Pajak sebesar 92.31% karyawan merasa sangat sesuai dengan

penerapan dan kepentingan PT. Asuransi Takaful Umum.

e. Faktor pelaporan: Menyajikan informasi dan keterangan sesuai dengan realitas, 97.14%

responden merasa sangat sesuai. Sedangkan bersifat amanah dalam semua informasi dan

keterangan yang dibuat dalam laporan pajak, 96.26% responden merasa sangat sesuai

dengan penerapan dan kepentingan PT. Asuransi Takaful Umum.

f. Faktor penyetoran: Pemotongan pajak penghasilan 15% dari jumlah bruto yang tidak

bersifat final (dapat dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang

bersangkutan pada SPT Tahunan), 88.79% karyawan merasa cukup sesuai. Sedangkan

Pajak PPh Pasal 23 yang harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-lambatnya

tanggal sepuluh bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak, 89.74% karyawan

merasa cukup sesuai dengan penerapan dan kepentingan PT. Asuransi Takaful Umum.

B. Implikasi

1. Efektivitas penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah pada PT. Asuransi Takaful

Umum efektif sebesar yaitu sebesar 77,35 %. Hal ini dikarenakan PT. Asuransi Takaful

Umum telah melaksanakan/ menerapkan peraturan perpajakan yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah, khususnya PPh pasal 23 dengan baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PPh Pasal 23 pada Transaksi Mudharabah pada

PT. Asuransi Takaful Umum telah sesuai dengan harapan karyawan keuangan:

a. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang

terkumpul telah sesuai dengan konsep perusahaan sebagai perusahaan asuransi syariah.

Page 89: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

b. Transaksi mudharabah dihitung dari surplus underwriting dengan nisbah yang telah

disepakati diawal perjanjian dengan nasabah. Dan Perhitungan tarif dilakukan setiap

tanggal 11 setiap bulannya memakai metode rata-rata tertimbang telah sesuai syarat

pelaksanaan untuk beroperasinya sistem asuransi syariah.

c. Peraturan pengenaan PPh pasal 23 pada asuransi syariah, berdasarkan UU No. 17/2000

pasal 4 ayat (1) huruf g menegaskan bahwa pembayaran bagi hasil kepada peserta atau

nasabah asuransi syariah merupakan objek pajak yang disetarakan dengan dividen

perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan dikenai pajak 15% dari jumlah bruto

yang bersifat tidak final telah dilaksanakan oleh PT. Asuransi Takaful Umum dengan

baik.

d. Komitmen terhadap kaidah-kaidah resmi pajak, peraturan atau petunjuk secara syar'i

merupakan harapan PT. Asuransi Takaful Umum sebagai perusahaan asuransi besar

pertama yang berbasis syariah.

e. Pemotongan, pencatatan dan penyetoran PPh Pasal 23 sesuai dengan peraturan

pemerintah yang ditetapkan namun perlu ditingkatkan lagi oleh PT. Asuransi Takaful

Umum dari segi sistem penyetoran di kantor cabang.

Page 90: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Salim. “Asuransi dan Manajemen Resiko”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Abdul Hamid. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS, Jakarta, 2007.

Ade Dodo. 2006. “Pajak Lembaga Keuangan Syariah”, artikel diakses tanggal 27 Agustus 2007, dari

http://www.halalguide.info/index2.

Agus Edi Sumanto. ”Analisis Investasi dalam Asuransi Syariah”, Eksis Vol1 No. 3 Juli-September

2005.

A. Tjahjono dan M. Fakhri Husein.“Perpajakan-Edisi Ketiga”, UPP AMP YKPN, Jakarta, 2005.

Anonim. 2007. ”Definisi Dan Fungsi Asuransi”, artikel diakses tanggal 27 Agustus 2007, dari

http://www.asuransi-mobil.com/asuransi-definisi.htm

. “Lika-liku Asuransi Indonesia” dan ”Asuransi PPh-Mu Kini”, Majalah Indonesian Tax

Review Digest Volume IV/Nomor 02/2007.

. 2007. ”Mengapa harus ada PSAK Asuransi Syariah”, artikel diakses tanggal 20 November

2007, dari http://www.takaful.com/index.php /psak.htm

Anthony, Robert dan Govindarajan, Vijay. “Sistem Pengendalian Manajemen”, Salemba Empat,

Jakarta, 2002.

Departemen Keuangan. 2007. “Pajak Penghasilan Pasal 23”, artikel diakses

tanggal 20 November 2007, dari http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu. go.id /penyuluhan/pph/pph23.htm

Direktorat Jenderal Pajak. ”Penegasan Mengenai Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Mudharabah”,

Surat S-720/PJ.42/2001, Dirjen Pajak, 2001.

Eka Putri Rahmawati. ”Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan Dalam Penerimaan Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2000. “Tentang Pedoman Umum Asuransi

Syariah”, DSN, 2000.

Green, Mark R. Tanpa tahun. “Definisi Dan Fungsi Asuransi”, artikel diakses tanggal 27 Agustus

2007, dari http://www.asuransi-mobil.com/asuransi-definisi.htm

Herman Darmawi. “Manajemen Resiko”, Bumi Aksara, Jakarta, 2001.

J.Supranto. “Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan

Pangsa Pasar”, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Page 91: ANALISIS EFEKTIVITAS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PPh …

Muhammad Syakir Sula. “Asuransi Syariah (Life and General): konsep dan system operasional”, Gema Insani Press, Jakarta, 2004.

Mulyadi. ”Sistem Akuntansi”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Nur Indriantoro dan Bambang S. ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”,

BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.

Nurliana Aisyah Dewi. ”Analisis efektivitas Kinerja Pelayanan Sistem Administrasi Perpajakan

Modern Terhadap kepuasan Wajib Pajak pada KPP Madya Jakarta Pusat”, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Rudi Ahmad Hartono. ”Analisis Pengukuran Tingkat Kepuasan Wajib Pajak

Terhadap Kinerja Pelayanan KPP Jakarta Tanah Abang”. Jurnal Kipas,

Vol.1, Nomor 13, Oktoer, 1999.

Sonni Dwiharsono. Tanpa tahun. ”Industri Asuransi Indonesi Dalam Prospektif”. Kuliah umum di

AKASTRI.

Slamet Wiyono. “Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah”, PT. Grasindo, Jakarta,

2005.

Sony Yuwono. ”Petunjuk Praktis Pelaksanaan Balanced Scorecarad Menuju Organisasi Yang

Berfokus Pada Strategi”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.

Sudarmayanti. ”Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi”, Jakarta, 1999.

Sugiyono. ”Metodologi Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2007.

Teguh. ”Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS (Studi Kasus, Pembahasan Dan Teknik Membaca Output)”,Gava Media, Yogyakarta, 2004.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Perubahan Ketiga Atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.