ANALISIS DESKRIPTIF ATAS LITERASI KEUANGAN PADA … · 2019. 10. 30. · kelompok tani, disadari...
Transcript of ANALISIS DESKRIPTIF ATAS LITERASI KEUANGAN PADA … · 2019. 10. 30. · kelompok tani, disadari...
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024DOI: DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i3.2400
408
ANALISIS DESKRIPTIF ATAS LITERASI KEUANGAN PADAKELOMPOK TANI
Minto [email protected]
Budi SuharjoBunasor SanimRita Nurmalina
Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Low levels of inclusive finance Indonesia is caused by low levels of 62% of Indonesian society inclusive finance,where the majority of work in the informal sector (including farmers). This study aims to identify and descriptivelyanalyze the farmers' knowledge related to finance or financial literacy that allows individuals to make effectivedecisions. The study was conducted using Structural Equation Modeling (SEM). The research location includesseveral centers of agriculture on the island of Java covering 3 provinces ie covering West Java, Central Java andEast Java. In managing finance, only few farmers who use financial institutions to save or borrow. For theborrowing of funds in a certain amount and emergency, the farmers rely more on borrowing from friends or familyor relatives. Less than 6% of farmers who plan the expenditure budget of households and implement themconsistently. In this study also found that there is a significant and positive relationship between knowledge offinancial institutions with a level of use of products of financial institutions. The higher the level of knowledge offarmers to financial institutions, the higher the level of use of the product of financial institutions.
Key words : literacy, profile, knowledge, correlation, financial inclusion
ABSTRAK
Rendahnya tingkat keuangan inklusif Indonesia disebabkan oleh rendahnya tingkat keuangan inklusifdari 62% masyarakat Indonesia, dimana mayoritas bekerja pada sektor informal (diantaranya adalahpetani). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara deskriptif tingkatpengetahuan petani terkait keuangan atau literasi keuangan yang memungkinkan individu untukmembuat keputusan efektif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling(SEM). Lokasi penelitian meliputi beberapa sentra pertanian di pulau Jawa meliputi 3 Provinsi yaknimeliputi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam mengelola keuangan baru sebagian kecilpetani yang menggunakan lembaga keuangan baik untuk menyimpan maupun meminjam. Untukpeminjaman dana dalam jumlah tertentu dan bersifat mendadak petani lebih mengandalkan pinjamdari teman atau keluarga/famili. Tidak lebih dari 6% petani yang merencanakan pengeluaran rumahtangga dan menjalankannya secara konsisten. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa terdapathubungan yang significant dan positif antara pengetahuan terhadap lembaga keuangan dengan tingkatpenggunaan produk lembaga keuangan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani terhadap lembagakeuangan maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan produk lembaga keuangan.
Kata kunci : literasi, profil, pengetahuan, korelasi, inklusi keuangan
PENDAHULUANSecara umum kebijakan yang paling
efisien untuk mengatasi kemiskinan adalahmelalui pertumbuhan ekonomi yang tinggidan berkelanjutan. Percepatan pertumbuhan
ekonomi berperan sebagai syarat dasar yangpaling strategis bagi peningkatan kualitaskehidupan rakyat, termasuk pengetahuanyang memungkinkan individu untuk mem-buat keputusan efektif terhadap investasi-
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 409
nya agar dapat meningkatkan keuangannya.Penelitian yang dilakukan oleh BI yangmelibatkan 2.612 responden yang tersebar di10 propinsi di Indonesia, mengungkapkanbahwa, terdapat perbedaan Indeks Keua-ngan Inklusif (IKI) yang signifikan dari sisidemografi. Aspek demografi yang meliputitingkat pengeluaran Individu (Sosial Eko-nomi Status, SES), usia, pendidikan, sertapekerjaan (Bank Indonesia, 2014) menunjuk-kan bahwa, semakin tinggi tingkat pen-didikan seseorang peluang mendapatkanpekerjaan formal semakin tinggi, dan tingkatpendapatannya yang diproksi melaluipengeluaran individu juga semakin tinggi.Kelompok masyarakat ini memiliki IKI yangtinggi. Sebaliknya masyarakat dengan ting-kat pendidikan rendah dan bekerja padasektor informal memiliki tingkat pengeluar-an individu relatif rendah, dampaknyaadalah nilai IKI-nyapun relatif rendah.
Masyarakat dengan pekerjaan informaldiantaranya adalah petani dengan lahantidak lebih dari 0,5 ha, merupakan bagiandari masyarakat dengan SES D (26%) dan E(36%) atau tingkat pengeluarannya perbulan tidak lebih dari Rp 1,25 juta. Kelompokmasyarakat ini nilai IKI-nya terendahmasing-masing 18% (SES-D) dan 14% (SES-E). Fakta menarik lain adalah masyarakatdengan usia di atas 45 tahun nilai IKI-nyatidak lebih dari 23%. Menyimak hasil pe-nelitian ini dapatlah disimpulkan bahwa,rendahnya tingkat keuangan inklusif Indo-nesia disebabkan oleh rendahnya tingkatkeuangan inklusif dari 62% masyarakatIndonesia, dimana mayoritas bekerja padasektor informal (diantaranya adalah petani),dengan tingkat pengeluaran tidak lebih dariRp 1.250.000 per bulan.
Untuk meningkatkan keuangan literasikelompok tani, disadari bukan suatu halyang mudah, mengingat permasalahanutama yang dihadapi kelompok ini adalahtidak adanya rendahnya pengetahuan me-reka terhadap pengetahuan dalam penge-lolaan keuangan, oleh karenanya upaya“memaksa” mereka untuk mengelola danayang terbatas melalui pemanfaatan produk
dan layanan keuangan menjadi suatu halyang perlu dilakukan. Untuk itu pemaha-man yang mendalam mengenai perilakupetani dalam pengelolaan keuangannya,serta minatnya untuk terinklusi pada lem-baga keuangan formal perlu dirumuskan.Selain itu berbagai hambatan yang mungkinmuncul perlu dielaborasi secara optimalagar dapat dirumuskan strategi yangkomprehensif guna meningkatkan minatpetani untuk menggunakan produk atau jasalembaga keuangan formal, sebagai pijakandalam meningkatkan keuangan inklusif.Berdasarkan latar belakang dan permasalah-an di atas, tujuan penelitian ini adalah meng-identifikasi dan menganalisis secara deskrip-tif tingkat pengetahuan petani terkait keua-ngan atau literasi keuangan yang me-mungkinkan individu untuk membuat ke-putusan efektif.
TINJAUAN TEORETISLiterasi keuangan adalah seperangkat
keterampilan, pengetahuan yang memung-kinkan individu mengelola keuangan pri-badi dengan lebih baik (OJK, 2015). Literasikeuangan sebagai upaya untuk meningkat-kan kepekaan masyarakat terhadap sektorjasa keuangan, yang diawali dengan menge-tahui, kemudian meyakini, hingga menjaditerampil untuk terlibat aktif, dengan katalain mencapai masyarakat yang memilikitingkat literasi baik (well literate) pada sektorjasa keuangan; yakni bidang perbankan,perasuransian, lembaga pembiayaan, danapensiun, pasar modal, dan pegadaian.
Menurut Huston (2010), bahwa literasikeuangan sebagai kemampuan untuk me-mahami kondisi keuangan serta konsep-konsep keuangan dan untuk merubah pe-ngetahuan itu secara tepat kedalam perilaku.The President’s Advisory Council On FinancialLiteracy (2013) juga mendefinisikan bahwaliterasi keuangan sebagai kemampuan untukmenggunakan pengetahuan serta keahlianuntuk mengelola sumber daya keuanganagar tercapai kesejahteraan. Menurut Lem-baga Otoritas Jasa Keuangan (2015) me-nyatakan bahwa secara definisi literasi
410 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
diartikan sebagai kemampuan memahami,jadi literasi keuangan adalah kemampuanmengelola dana yang dimiliki agar ber-kembang dan hidup bisa lebih sejahteradimasa yang akan datang. Studi tentangliterasi keuangan sudah banyak dilakukan(Huston, 2010), tapi justru di negara-negaramaju seperti USA.
Chen dan Volpe (1998) mengartikanliterasi keuangan sebagai pengetahuanuntuk mengelola keuangan dalam peng-ambilan keputusan keuangan. Mereka me-nyampaikan bahwa dalam personal finalsebagai proses pengendalian keuangankeluarga maka pemahaman terhadap instru-men keuangan yang ada dalam lembagakeuangan seperti simpanan di Bank, asuran-si dan investasi akan sangat menentukanpilihan dan besarnya kesejahteraan yangterjadi dalam masyarakat.
Misi penting dari program literasikeuangan adalah untuk melakukan edukasidi bidang keuangan kepada masyarakatIndonesia agar dapat mengelola keuangansecara cerdas, sehingga rendahnya penge-tahuan tentang industri keuangan dapatdiatasi dan masyarakat tidak mudah tertipupada produk-produk investasi yang me-nawarkan keuntungan tinggi dalam jangkapendek tanpa mempertimbangkan risiko-nya. Perlunya pemahaman masyarakat ten-tang produk dan layanan yang ditawarkanoleh lembaga jasa keuangan, maka programstrategi nasional literasi keuangan men-canangkan tiga pilar utama. Pertama, me-ngedepankan program edukasi dan kampa-nye nasional literasi keuangan. Kedua,berbentuk penguatan infrastruktur literasikeuangan. Ketiga, berbicara tentang pe-ngembangan produk dan layanan jasa keua-ngan yang terjangkau. Penerapan ketigapilar tersebut diharapkan dapat mewujud-kan masyarakat Indonesia yang memilikitingkat literasi keuangan yang tinggisehingga masyarakat dapat memilih danmemanfaatkan produk jasa keuangan gunameningkatkan kesejahteraan (Otoritas JasaKeuangan, 2015). Penelitian di India padadistrik Lunglei (Lalrinmawia dan Gupta,
2015) menunjukkan bahwa sebagian besarpetani memiliki literasi keuangan yangrendah (86,56%) dan hanya 4,06% yangmemiliki literasi keuangan yang baik. Petanimemiliki kecenderungan yang lebih baikdalam literasi keuangan ketika terkaitdengan prinsip-prinsip keuangan yangumum saja. Bahkan, hasil dari penelitian(Mendari dan Kewal, 2013) terhadap maha-siswa menunjukkan bahwa dari semuaaspek literasi keuangan, baik dari aspekpengetahuan keuangan pribadi, tabungandan pinjaman, asuransi, dan investasi meng-indikasikan literasi keuangan yang rendahwalaupun melalui pendidikan disekolahsudah diberikan materi-materi perkuliahanyang berkaitan tentang aspek-aspek dalamliterasi keuangan tersebut.
Penelitian sebelumnya Xiao et al., (2007)menyimpulkan bahwa cara terbaik untukmemperbaiki perilaku di usia dewasa adalahdengan cara mengajarkan perilaku yang baiksejak kecil, termasuk perilaku keuangan(financial behavior).
Widyawati (2012) mendapatkan jawab-an yang sama yakni rendahnya nilai literasisetelah peneliti faktor literasi finasial maha-siswa. Literasi keuangan tidak bergantungsepenuhnya pada latar belakang pendidi-kan. Padahal, Lalrinmawia dan Gupta (2015)menyatakan bahwa yang paling seringmelakukan kesalahan dalam pengambilankeputusan dalam hal keuangan adalahmereka yang kurang/tidak memiliki literasikeuangan. Hal ini senada dengan yangdisampaikan Krishna et al. (2010) yang men-jelaskan bahwa literasi keuangan membantuindividu agar terhindar dari masalah keua-ngan. Kesulitan keuangan bukan hanyafungsi dari pendapatan semata (rendahnyapendapatan). Kesulitan keuangan juga dapatmuncul jika terjadi kesalahan dalam pe-ngelolaan keuangan (miss management) se-perti kesalahan penggunaan kredit, dantidak adanya perencanaan keuangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bah-wa literasi keuangan yang mencukupi akanmemberikan pengaruh positif terhadapperilaku keuangan seseorang (Robb dan
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 411
James, 2009). Lusardi dan Mitchell (2014)pun menyatakan apabila seseorang yangmemiliki pengetahuan keuangan cenderungmenggunakan pendapatannya untuk mena-bung dan sedikit untuk memenuhi ke-butuhan konsumtif, sehingga dapat diguna-kan di masa depan ketika terjadi penurunanpendapatan, sehingga dapat dikatakan se-seorang dengan literasi keuangan yang baikakan meningkatkan kemapanan finansialdan mengurangi masalah finansial di masadepan (Taft et al., 2013).
Jappelli dan Padula (dalam Lusardi danMitchell, 2014) menyatakan adanya hubu-ngan yang signifikan antara literasi keua-ngan dan kesejahteraan dalam satu sikluswaktu tertentu. Hal serupa diungkapkanoleh Behrman et al. (2012) bahwa literasikeuangan berhubungan positif dan signi-fikan terhadap kesejahteraan secara akumu-latif berdasarkan beberapa komponen yangditeliti seperti sekolah, pengalaman kerja,dan latar belakang keluarga.
Bhushan dan Medury (2013) menjelas-kan literasi keuangan menjadi semakinkompleks selama beberapa tahun terakhirdengan banyaknya produk keuangan baru.Kelompok yang menarik diperhatikan ada-lah masyarakat perpenghasilan rendah.Abdurachman et al. (2009) menyatakanbahwa pendapatan rendah dan tidak pastiyang diperoleh keluarga petani secara tidaklangsung akan menimbulkan masalah dalamkeluarganya. Salehin et al. (2009) melakukanpenelitian untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang signifikan antara komponenliterasi keuangan di kalangan petani Kab.Tasikmalaya dan Garut.
Penelitian Ravikumar et al. (2013) yangmeneliti 100 orang petani melati India didistrik Erode dan 100 petani melati di distrikMadurai menunjukkan bahwa petani yangtelah diberi pelatihan dan informasi tentangpengelolaan keuangan memiliki literasikeuangan pertanian yang lebih baik. Pe-nelitian yang dilakukan Shen et al. (2015)terkait literasi keuangan dan konflik keua-ngan, menemukan bahwa ketika pembelianproduk dan jasa keuangan mengarah ke-masalah keuangan, orang dengan literasikeuangan yang lebih tinggi secara agresifakan menangani masalah tersebut. Bucher-Koenen dan Lusardi (2011) dalam pe-nelitiannya di Jerman, membandingkantingkat literasi keuangan Jerman timur danJerman barat dimana terdapat perbedaansignifikan antara responden di kedua tempattersebut.
METODE PENELITIANSesuai dengan tujuan penelitian dimana
informasi ini akan digunakan untuk me-representasikan kondisi beberapa sentrapertanian di Indonesia khususnya pulauJawa secara umum, maka pemilihan wilayahsurvei untuk melakukan pengambilan dataditetapkan di 3 Provinsi yakni meliputi JawaBarat, Jawa Tengah dan Jawa Timur padaperiode tahun 2017. Pada tabel 1 disajikanjumlah sampel dan sebaran responden.
Tabel 1Sebaran wilayah survei dan jumlah sampel
No Propinsi Kabupaten
1 Jawa Barat Pengalengan2 Jawa Tengah Wonosobo3 Jawa Timur Batu
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Jumlah sampel keseluruhan yang akandijadikan sebagai sumber informasi dalampenelitian ini ditentukan menggunakan
kaidah Slovin yang merupakan turunan daripenentuan sampel dengan pendekatansebaran normal sebagai berikut:
412 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
2
/2 (1 )Z
n p pe
dengan faktor populasi
terhingga *
11
nn
n
N
Dimana:α : Tingkat kepercayaane : simpangan dugaan parameter
/2Z : nilai sebaran normalP : Proporsi populasi dengan sifat
tertentuN : Jumlah Populasin : Jumlah sampel populasi tak hinggan* : Jumlah sampel terkoreksi populasi
terhingga
Dengan mengasumsikan populasi me-nyebar normal dan tingkat kepercayaan 95%,
serta proporsi populasi yang memiliki ciritertentu adalah 50% (p=0,5), maka formulajumlah sampel terkoreksi dapat ditulis ulang
menjadi2
*1
Nn
e N
. Berdasarkan formula
terakhir ini kemudian dengan menetapkansimpangan dugaan (e) sebesar 7,5%, makajumlah sampel petani keseluruhan adalah180 responden dimana populasi respondenadalah petani dengan luas lahan antara 0,25hingga 1,00 Ha yang belum memiliki akses(tabungan) pada lembaga keuangan formal.
Setelah jumlah sampel keseluruhan di-peroleh, tahap berikutnya adalah menetap-kan sebarannya pada masing-masingwilayah. Untuk keperluan ini digunakanpendekatan azas proporsional berdasarkanjumlah petani, sehingga diperoleh hasilseperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2Jumlah dan sebaran sampel
No Propinsi Kabupaten Petani dengan Luas Lahan (Ha) Jumlah< 0,5 0,5-0,75 0,75-1,00
1 Jawa Barat Pengalengan 15 30 15 602 Jawa Tengah Wonosobo 15 30 15 603 Jawa Timur Batu 15 30 15 60
Jumlah 45 90 45 180Sumber: Data Th.2017 diolah
Dalam penelitian ini unit analisisnyaadalah individu atau anggota masyarakat,dimana dalam pemilihannya menggunakanbasis rumah tangga. Teknik sampling yangakan digunakan adalah multistage randomsampling. Dari setiap kabupaten akan dipilih2 kecamatan secara cluster random sampling,kemudian dari setiap kecamatan akan diambil 2 kelurahan dengan metode yangsama.
Demikian juga dari masing-masingKecamatan terpilih akan diambil 2 RW/Dusun. Tahap terakhir adalah pemilihanpetani yang didasarkan atas luas lahan,dimana luas lahan ini akan dijadikan sebagaistrata. Kemudian dari masing-masing strataini akan diambil secara acak petani secara
proporsional sesuai dengan jumlah petanipada masing-masing strata luas lahan.
Data yang digunakan dalam penelitianini terdiri dari data primer dan datasekunder. Data primer dalam penelitian iniberupa informasi terkait pengetahuan dankeikutsertaan dengan lembaga keuanganyang terdapat di daerah sekitar respondentinggal, maupun pengetahuan terkait lem-baga keuangan secara umum. Kegiatan yangdilakukan untuk memperoleh data primeradalah melalui wawancara tatap muka(indepth interview) kepada petani terpilih.Kemudian untuk melengkapi data primerakan dilakukan pengumpulan informasi darisumber lain (data sekunder) dari hasilpenelitian yang dipergunakan dalam tahap
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 413
persiapan. Data sekunder ini diperoleh dariKementerian, lembaga terkait, lembagakeuangan, dan lembaga penyelenggara sis-tem pembayaran.
ANALISIS DAN PEMBAHASANBerdasarkan informasi sebelumnya ter-
lihat bahwa bertani merupakan pekerjaanutama, walaupun sebagian petani memilikipekerjaan lain. Berdasarkan diagram padaGambar 1 dapat terlihat bahwa sebagianbesar petani (100%) sumber utama pen-dapatannya adalah dari hasil pertanian.Sebagian lainnya memperoleh pendapat darimenjual hasil ternak (17%) dan pekerjainformal/buruh (17%), dan wirausaha(11%). Dengan persentase kecil <10% petanijuga memiliki sumber pendapatan daripasangan suami/istri, bekerja di instansipemerintah atau mendapatkan bantuan darikeluarga/kerabat. Berdasarkan diagram
pada Gambar 1 menunjukkan bahwa me-mang sumber pendapatan utama petanihortikultura adalah dari hasil pertaniannya,bukan dari sumber lainnya.
Berdasarkan informasi tersebut dapatdipastikan bahwa pendapatan petani sangattergantung dari hasil panennya. Apabilahasil panennya baik dan harga jual sedangnormal atau tinggi, maka petani berpeluangmendapatkan keuntungan dari hasil usaha-nya. Akan tetapi kemungkinan terjadi halyang sebaliknya juga ada, dimana hasilpanen petani kurang baik (jumlah panensedikit) maka akan berdampak pada turun-nya pendapatan petani bahkan bisa merugi.Dampak dari kondisi ini adalah petanimengalami kesulitan memperoleh modaluntuk aktivitas usaha tani berikutnya. Untukmengatasi hal ini tidak jarang petanimeminjam uang kepada pihak lain sebagaimodal usahatani.
Gambar 1Sumber pendapatan utama
Sumber: Data Th..2017 diolah
Pendapatan petani hortikultura cukupbervariasi, hal ini berkaitan dengan luaslahan dan jenis tanaman yang diusahakan.Disamping itu terdapat juga faktor eksternalyakni jumlah hasil panen yang diperoleh.serta harga jual saat panen apakah sedangtinggi atau rendah. Terlihat bahwa pen-dapatan petani bervariasi, adapun jumlahpetani yang memperoleh pendapatan de-ngan jumlah > Rp. 5.000.000 cukup banyak(26%) kemudian sebanyak (19%) petani
memperoleh pendapatan Rp. 1.750.001 – Rp.2.500.000, kemudian tidak jauh berbeda(18%) petani memperoleh pendapatan Rp.2.500.001 – Rp. 3.000.000, diikuti dengan(14%) petani memperoleh pendapatan Rp.4.500.001 – Rp. 5.000.000.
Hal tersebut menandakan bahwa cukupbanyak petani yang sebenarnya memperolehpendapatan per bulan dengan jumlah yangcukup banyak, bahkan dengan pendapatantersebut petani ada yang dapat mengguna-
1%
1%
1%
2%
2%
3%
91%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%100%
Bekerja di Instansi PemerintahJual beli hasil ternak atau panen
Wiraswasta/WirausahaPasangan (suami/istri)
Pekerja informal/BuruhPekerja formal/Pegawai Swasta
Hasil Pertanian/perkebunan milik sendiri
414 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
kan jasa lembaga keuangan untuk me-nyimpan uangnya. Peluang inilah yangmungkin dapat dilihat oleh lembaga keua-ngan agar dapat memperluas jangkauanpasar, tentunya dengan pengenalan yangkomunikatif dan membangun kepercayaanyang baik dengan petani, agar mereka yakin,tertarik untuk menggunakan dan tentunyadengan tidak mempersulit syaratnya.
Beberapa petani lainnya dengan persen-tase yang relatif kecil (<10%) memiliki
pendapatan yang beragam mulai dariRp.600.000–Rp.4.500.000, akan tetapi yangmengejutkan masih terdapat petani yangmemperoleh pendapatan perbulannya ha-nya sebesar <= Rp. 600.000. terdapat ke-mungkinan bahwa petani tersebut hanyalahpetani penggarap, sewa lahan, menanamkomoditi dengan harga jual rendah ataumemang karena kondisi ekonomi saat iniyang cenderung membuat harga jualkomoditi berfluktuasi.
Gambar 2Rata-rata pendapatan Petani Per Bulan
Sumber: Data Th.2017 diolah
Penjabaran terkait rata-rata pengeluaranpetani hortikultura dalam sebulan terdapatpada Gambar 3. Berdasarkan Gambar ter-sebut dapat dijabarkan bahwa jumlah petaniyang memiliki pengeluaran per bulannya >Rp. 5000.000 hanya sedikit yakni (1,09%), haltersebut menandakan bahwa walaupuncukup banyak petani yang berpendapatan >Rp. 5.000.000 tetapi rata-rata hanya meng-gunakan untuk kebutuhan hidup perbulan-nya dengan nominal yang tidak banyak.Sehingga menunjukkan bahwa masih adasebagian uang yang diperoleh petani tetapitidak dikeluarkan, uang tersebut sebenarnyadapat ditabung atau disimpan di lembagakeuangan seperti perbankan, koperasi sim-pan pinjam atau lainnya, akan tetapi pada
kenyataannya sebagian petani juga lebihmemilih menginvestasikannya, sepertimembeli lahan baru, kendaraan, rumah atauhal lainnya. Hal ini juga merupakan peluangyang dapat dimanfaatkan oleh para pelakulembaga keuangan agar dapat menyerapuang yang tidak digunakan oleh petaniuntuk memenuhi kebutuhan hidupnyaperbulan, atau jika petani mengajukan pin-jaman kredit untuk memperbesar usahanyajuga merupakan peluang, karena terlihatadanya kemampuan petani dalam melaku-kan pembayaran terhadap pinjamannya.
Sebagian besar petani memiliki penge-luaran perbulannya sebesar Rp. 1.750.000 –Rp. 2.500.000 (29,35%), diikuti denganpersentase yang hampir sama sebesar Rp
1%0%
2%4%
19%18%
5%9%
2%14%
26%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
<= Rp. 600.000Rp. 600.001 - 900.000
Rp. 900.001 - 1.250.000Rp. 1.250.001 - 1.750.000Rp. 1.750.001 - 2.500.000Rp. 2.500.001 - 3.000.000Rp. 3.000.001 - 3.500.000Rp. 3.500.001 - 4.000.000Rp. 4.000.001 - 4.500.000Rp. 4.500.001 - 5.000.000
> Rp. 5.000.000
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 415
1.250.000 – Rp 1.750.000 (20,65%) dan Rp2.500.000 – Rp 3.000.000. Hal ini searahdengan besaran pendapatan petani yangjuga banyak dengan kisaran nominal ter-sebut. Hal yang menarik terlihat pada masihterdapatnya petani yang hanya memilikipengeluaran perbulannya sebesar Rp.
600.000 – Rp. 900.000 (2,75%), hal ini di-mungkinkan sesuai dengan jumlah petaniyang memiliki pendapat mendekati nominaltersebut.
Seorang petani tidak hanya mengeluar-kan uang untuk kebutuhan rumah tangga,tetapi juga terdapat pengeluaran uang untuk
Gambar 3Rata-rata Pengeluaran Per Bulan
Sumber: Data Th.2017 diolah
kebutuhan pribadinya seperti kebutuhanmembeli rokok, pakaian, atau hiburan.Petani rata-rata tidak mengeluarkan uangdengan nominal besar untuk keperluanpribadinya. Adapun besaran nilai yang di-keluarkan sebagian besar (64%) kurang dariRp.600.000 per bulan.
Sementara itu 20% petani memilikipengeluaran antara Rp. 600.001 – 900.000 perbulan. Terdapat juga sebagian petanimemiliki pengeluaran diatas 900.000, namunjumlahnya tidak besar. Secara rincipengeluaran pribadi petani dijabarkan padaGambar 4.
Gambar 4Rata-rata pengeluaran pribadi
Sumber: Data Th.2017 diolah
2.72%7.07%
20.65%29.35%
19.57%4.89%
9.24%0%
5.43%1.09%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%
Rp. 600.001 - 900.000Rp. 900.001 - 1.250.000
Rp. 1.250.001 - 1.750.000Rp. 1.750.001 - 2.500.000Rp. 2.500.001 - 3.000.000Rp. 3.000.001 - 3.500.000Rp. 3.500.001 - 4.000.000Rp. 4.000.001 - 4.500.000Rp. 4.500.001 - 5.000.000
> Rp. 5.000.000
64%
20%
9%
4%
1%
1%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
<= Rp. 600.000
Rp. 600.001 - 900.000
Rp. 900.001 - 1.250.000
Rp. 1.250.001 - 1.750.000
Rp. 1.750.001 - 2.500.000
>Rp. 5.000.000
416 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Selain pengeluaran rumah tangga danpengeluaran pribadi, pengeluara lain yangjuga diamati adalah pengeluaran melaluilembaga keuangan seperti tagihan listrik, airatau telepon, juga untuk pembayaran premiBPJS, angsuran kendaraan motor ataubarang elektronik, juga membayar premiasuransi. Pada Gambar 5 disajikan informasibesarnya pengeluaran melalui lembaga
keuangan. Dari gambar tersebut terlihatbahwa 71% petani memiliki pengeluarantidak lebih dari Rp 600.000. Walaupundengan nominal yang tidak terlalu besar,tetapi terlihat bahwa cukup banyak petaniyang sudah ikut serta dengan lembagakeuangan, dan hal tersebut merupakanpeluang bagi lembaga keuangan untukdapat melebarkan jangkauan pasar.
Gambar 5Rata-rata pengeluaran terkait dengan lembaga keuangan
Sumber: Data Th.2017 diolah
Perencanaan Penggunaan PendapatanPetani
Pendapatan yang diperoleh petanitidaklah rutin setiap bulan, namun lebihbersifat musiman sesuai dengan pola panendari komiditas yang ditanam, oleh karena itupenting bagi petani untuk membuat pe-rencanaan pengelolaan keuangan perbulan-nya, agar pendapatannya dapat terbagi ratauntuk kebutuhan hidup dalam kurun waktutertentu.
Berdasarkan informasi yang tersaji padaGambar 5, terlihat bahwa sebanyak 43%petani selalu merencanakan keuangannyakedepan, sebagian lainnya sebesar 34%petani kadang-kadang saja atau tidak rutinmelakukan perencanaan keuangan kedepan-nya, dan sebagian lainnya sebesar 23% tidakmelakukan perencanaan. Bagaimana sifatperencanaan keuangan yang dilakukan olehpetani, apakah rinci atau hanya secara
umum saja. Pada Gambar 6 disajikan infor-masi mengenai sifat perencanaan keuanganpetani.
Sebagian petani yang membuat pe-rencanaan keuangan hanya membuatnyasecara umum (87%) dan sebagian kecillainnya (13%) justru sudah mulai membuatperencanaan keuangan secara terinci. Ber-dasarkan fakta ini tidak lebih dari 6% petaniyang sudah melakukan perencanaan keua-ngan secara rutin dan rinci. Sementara se-bagian besar lainnya sudah mulai membuatperencanaan walau baru sebatas garis besar-nya saja dan sebagian lainnya tidak melaku-kan perencanaan sama sekali.
Perencanaan keuangan merupakan akti-vitas yang perlu dibiasakan mengingatmanfaatnya sangat besar dalam meningkat-kan nilai uang. Melalui perencanaan, peng-gunaan uang menjadi lebih terarah, apalagijika jumlahnya terbatas. Sebaliknya peng-
71%6%
8%6%
2%5%
2%2%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
<= Rp. 600.000Rp. 600.001 - 900.000
Rp. 900.001 - 1.250.000Rp. 1.250.001 - 1.750.000Rp. 1.750.001 - 2.500.000Rp. 2.500.001 - 3.000.000Rp. 3.500.001 - 4.000.000
> Rp. 5.000.000
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 417
gunaan uang tanpa terencana akan cen-derung melakukan pengeluaran yang tidakterkontrol.
Fakta menarik terkait dengan perencana-an keuangan dan sifat perencanaannyaadalah konsistensi untuk melaksanakannya.Tidak jarang ditemui bahwa sesorang me-lakukan perencanaan dengan baik namunlemah atau tidak disiplin dalam pelaksana-annya. Pada Gambar 6 dipaparkan pe-laksanaan atas rencana keuangan yang telahdilakukan oleh petani. Sejumlah 27% petaniyang mengimplementasikan rencana ter-sebut secara keseluruhan. Bahkan mayoritaspetani (72%) hanya mengimplementasikansebagian saja. Sisanya sama sekali tidakmelaksanakan.
Pengelolaan Keuangan PetaniPengelolaan keuangan tidak saja di-
perlukan untuk mengatur cash-flow rumahtangga, namun juga diperlukan untuk me-ngelola atas kelebihan dana yang dimiliki.Dimana kelebihan dana ini merupakanselisih antara pendapatan dengan seluruhbiaya pokok atau biaya rutin yang di-keluarkan per bulannya.
Terdapat 24% petani selalu memilikikelebihan dana, sementara mayoritas petani
(68%) hanya kadang-kadang saja memilikikelebihan dana, sedangkan 8% tidak pernahmemiliki kelebihan dana. Informasi inimenunjukkan bahwa petani hortikultursebagian besar memiliki keuntungan atasusaha tani yang dilakukannya, informasiyang menarik untuk ditelusuri adalah bagai-mana petani mengelola kelebihan keuangan-nya tersebut.
Pada Gambar 6 memaparkan hasilpenelusuran terhadap aktivitas petani dalammengelola kelebihan dananya, terlihat bah-wa hampir setengah dari petani (49%) yangmemiliki kelebihan dana menyimpannyadengan cara ditabung di lembaga keuangan,namun demikian terdapat 9% petani me-nyimpan uang sisanya dirumah. Sebanyak21% petani membelanjakan sisa uangnyadan sebagian lagi diinvestasikan. Informasiini jelas semakin memperkuat bahwa pen-ting adanya perluasan jangkauan lembagakeuangan karena cukup berpotensi petanimenjadi nasabahnya.
Mengingat pendapatan petani tidakrutin setiap bulannya, sementara kebutuhanyang harus ditutupi bersifat rutin bahkanharian, maka tidak menutup kemungkinanbahwa ada petani yang pernah mengalmikekurangan uang.
Gambar 6Penggunaan sisa uang
Sumber: Data Th.2017 diolah
Jika hal ini terjadi tindakan apa yangdilakukan oleh petani untuk menutupikebutuhan pokoknya. Terdapat 38% petaniterkadang mengalami kekurangan uanguntuk memenuhi kebutuhan rutinnya,
namun terdapat 12% petani yang menyata-kan sering mengalami kekurangan. uangdan bahkan 5% menyatakan selalu me-ngalami kekurangan uang. Petani yangsering dan selalu mengalami kekurangan
1%
9%
21%
21%
49%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Diberikan/dikirimkan kepada orang…
Disimpan dirumah
Diinvestasikan
Dibelanjakan
Ditabung
418 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
uang umumnya disebabkan oleh pen-dapatannya yang tidak mencukupi untukmenutupi kebutuhan pokok. Hal ini di-sebabkan lahan yang dimilikinya tidakterlalu luas, sehingga hasil panennya tidakmampu menutupi kebutuhan selama be-berapa bulan kedepan. Sementara itu bagipetani yang kadang-kadang mengalamikekurangan uang dapat disebabkan gagalpanen yang disebabkan baik oleh hamapenyakit atau kondisi cuaca. Kemungkinanlain yang dapat menurunkan pendapatanpetani adalah harga jual komoditi yangditanamnya sedang turun karena panenraya. Dalam kondisi kekurangan uang,petani umumnya akan meminjam padapihak lain baik untuk keperluan konsumtifmaupun modal kerja. Dalam kondisi sepertiini kehadiran lembaga keuangan saatkrusial, namun demikian karena aspekketaklayakan baik dari sisi skala usaha
maupun dari sisi agunan, petani cenderungakan meminjam ke perorangan “rentenir”karena syaratnya mudah dan prosesnyacepat, meski bunga pinjamannya sangattinggi.
Disamping alasan yang telah dikemuka-kan terdahulu, alasan lain petani kekura-ngan dana disajikan pada Gambar 7. Dimanapada gambar tersebut terlihat bahwa alasanpetani mengalami kekurangan uang untukmemenuhi kebutuhan rutin/pokoknyaadalah karena penghasilannya yang tidakmenentu (58%), kemudian dengan jumlahyang tidak jauh bebeda yakni 57% menyata-kan adanya pengeluaran tak terduga. Alasanterakhir ini dapat disebabkan karena petanitidak merencanakan pengelolaan keuangan-nya, atau memang karena ada kebutuhanmendesak lainnya seperti: anggota keluargasakit atau ada acara hajatan dan lainsebagainya.
Gambar 7Alasan sampai kekurangan uang
Sumber: Data Th.2017 diolah
Gambar 8 terlihat bahwa petani yangsedang mengalami kekurangan uang untukmemenuhi kebutuhan rutin/pokoknya cen-derung akan meminjam kepada keluarga/
teman (87%), hal ini mungkin disebabkankarena masih kurangnya pengetahuan ter-kait adanya lembaga keuangan, atau kurang-nya jangkauan lembaga keuangan kebebe-
1%
3%
4%
7%
11%
25%
27%
57%
58%
0% 20% 40% 60% 80%
Kehilangan pekerjaan/usaha
Sedang mencari pekerjaan
Harga jual pada saat panen murah
Kegagalan dalam menjalankan rncana keuangan yangtelah disusun
Meningkatnya harga kebutuhan pokok dan kebutuhanrutin
Pengeluaran Berlebihan
Pendapatan kurang/rendah
Memiliki Pengeluaran Tidak Terduga
Pendapatan tidak menentu
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 419
rapa daerah tersebut, atau bahkan dapat jugadikarenakan persyaratan dan prosedur yangdianggap merepotkan bagi petani. Semen-tara itu 14% petani akan menggunakantabungannya untuk memenuhi kebutuhanpokoknya. Hal menarik dari kasus kekura-ngan uang, 12% petani menyatakan memin-jam pada bank/lembaga keuangan. Infor-masi ini menunjukkan bahwa masih sangat
kecil jumlah petani yang mengandalkanlembaga keuangan untuk melakukan pe-minjaman, sedangkan 10% petani lebihmemilih untuk menjual barang/asset yangdimiliknya. Hasil ini menunjukkan pentingmenjadi perhatian oleh lembaga keuanganbahwa masih terdapat peluang di beberapadaerah, khususnya daerah pertanian dipulau Jawa.
Gambar 8Tindakan yang dilakukan petani saat kekurangan uang
Sumber: Data Th.2017 diolah
Pendapatan dan PengeluaranUntuk mengetahui perilaku petani da-
lam mengatasi permasalahan terkait dengankebutuhan dana dalam jumlah besar, telahdilakukan penggalian informasi terkait haltersebut dengan cara menanyakan apakahdalam 12 bulan ke depan akan ada pe-
ngeluaran dalam jumlah besar yang nilai-nya/jumlahnya paling tidaksama denganpendapatan setiap bulannya. Bahwa 55%petani memiliki pengeluaran dalam jumlahbesar yang nilainya paling tidak samadengan pendapatan, sedangkan 45% petanimenyatakan tidak memiliki .
1%
1%
2%
3%
5%
5%
6%
6%
8%
10%
12%
14%
87%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Meminjam kepada rentenir (MoneyLender)
Meminjam dari peminjam lainnya
Meminjam dari kantor/penjadwalan pembayaran gaji di awalbulan
Mengurangi pengeluaran yang tidak penting lainnya (misal: rokok,game computer, perawatan rambut, dll)
Berhutang pembelian barang di toko
Meminta uang tunai dari keluarga dan teman
Mencari pekerjaan tambahan/lembur
Mengurangi pengeluaran kebutuhan pokok atau kebutuhan rutin
Menggadaikan perhiasan atau barang lainnya
Menjual barang/asset
Meminjam kepada Bank/menggunakan kartu kredit
Menggunakan tabungan
Meminjam kepada keluarga/teman dan teman kerja
420 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Gambar 9Jenis pengeluaran yang telah direncanakan
Sumber: Data Th.2017 diolah
Berdasarkan Gambar 9, 26% petani akanmengeluarkan biaya yang relatif besar dansudah direncanakan untuk pendidikan anak,sebanyak 23% petani merencanakan mereno-vasi rumah, 14% untuk modal membeli bibittanaman, 9% petani akan sewa lahan baru,dan sebanyak 8% untuk acara pernikahanserta 6% untuk mengadakan hajatan anak,sedangkan sisanya untuk berangkat haji,memperbesar usaha beli kendaraan ber-motor, membuka usaha baru, membuatgudang produksi dan membayar hutang.
Penurunan Pendapatan Tak TerdugaDalam setahun terakhir, responden
pernah mengalami penurunan pendapatantak terduga yang nilainya/jumlahnya palingtidak sama dengan pendapatan respondensetiap bulan. Sebagian besar responden yaitu71% mengalami penurunan pendapatan takterduga yang nilainya/jumlahnya palingtidak sama dengan pendapatan sedangkansisanya 35% tidak pernah mengalami pe-nurunan pendapatan tak terduga yang nilai-nya/jumlahnya paling tidak sama denganpendapatan.
Gambar 10Cara mengatasi pendapatan yang menurun
Sumber: Data Th.2017 diolah
1%1%
2%3%
4%4%
6%8%
9%14%
23%26%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Membayar hutang
Membuka Usaha Baru
Memperbesar Usaha Home Stay
Mengadakan Hajatan Untuk Anak
Sewa Lahan Baru
Renovasi Rumah
1%1%2%2%2%
5%6%
8%13%
20%26%
28%56%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Pinjam uang ke pengepul
Dikasih anak
Menggunakan kredit
Menjual Perhiasan
Pinjam Bank
Kegiatan Usaha Dihentikan Sementara
Meminjam uang dari lembaga bukan bank
Berhutang pada toko
Menggadaikan perhiasan dan barang lainnya
Mengurangi jumlah pengeluaran
Mengambil lembur atau menambah pekerjaan lainnya
Menggunakan tabungan
Meminjam uang dari keluarga, saudara dan teman
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 421
Sebagian besar responden sebanyak 56%akan meminjam kepada keluarga atau temanjika suatu saat penghasilan tiba-tiba me-nurun, sebanyak 28% akan menggunakantabungan, 26% responden akan lembur ataumenambah pekerjaan, 20% akan mengurangipekerjaan, 13% akan menggadaikan perhias-an atau barang lain.
Perencanaan Di Masa TuaBerdasarkan gambar 11 di bawah,
sebagian besar responden sebanyak 58%memiliki rencana akan selalu bekerja danmenabung untuk menutupi pengeluarandimasa tua. Sebanyak 24% responden me-miliki rencana mencari penghasilan tambah-an atau usaha, 15% berencana menjual aset,7% responden berencana meminta bantuankeuangan dari keluarga, 6% berencanamenggunakan aset keuangan lainnya. Dansisanya dalah minta kepada anak, investasitanah (2%), asuransi (1%), mempersiapkan
anak menjalankan usaha (1%), memper-banyak relasi dan menggunakan danapensiun (1%).
Berdasarkan gambar 12 dari rencanatersebut mana saja yang sudah dilaksanakan,responden sebagian besar menjawab se-banyak 49% akan selalu bekerja dan me-nabung(47%), sedangkan 10% mencari peng-hasilan tambahan atau usaha, sedangkandibawah 2% adalah minta kepada anak,menjual aset, menyewakan lahan, memper-siapkan menjalankan usaha, investasi tanah,mengharapkan dapat warisan dan asuransi.Sebagian besar responden sebesar 79%berpendapat bahwa strategi tersebut cukupmenutupi pengeluaran di masa tua, sedang-kan 21% merasa belum cukup menutupipengeluaran di masa tua. Sebagian besarresponden sebesar 97% tidak mengikutiprogram pensiun di tempat kerja atau DPLK,sedangkan 3% mengikuti program pensiundi tempat kerja atau DPLK.
Gambar 11Rencana untuk menutupi pengeluaran
Sumber: Data diolah
1%
1%
1%
1%
1%
2%
3%
4%
6%
6%
7%
15%
24%
58%
58%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Mengggunakan dana pensiun
Memperbanyak relasi untuk order usaha
Mempersiapkan anak menjalankan usaha
Asuransi
Mengharap dapat warisan
Investasi Tanah
Menyewakan lahan
Minta Kepada Anak
Tidak punya strategi
Menggunakan asset keuangan lainnya
Meminta bantuan keuangan dari keluarga dan…
Menjual asset (rumah, hewan ternak, perhiasan)
Mencari penghasilan tambahan atau usaha bersama
Menabung
Akan selalu bekerja
422 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Gambar 12Rencana yang sudah dilaksanankan
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Sebagian besar responden sebesar 75%anak akan menanggung pengeluaran dankebutuhan sehari-hari di masa tua nanti,sedangkan 25% anak tidak akan menang-gung pengeluaran dan kebutuhan sehari-hari di masa tua nanti. Untuk respondenyang berusia diatas 60 tahun, semua respon-den merasa cukup untuk memenuhi ke-butuhan sehari-hari dimasa tuanya. Bagai-mana cara memastikan memiliki uang yang
cukup untuk menutupi pengeluaran dapatterlihat pada gambar 13 berikut. Berdasar-kan gambar 13 cara memastikan memilikiuang yang cukup untuk menutupi penge-luaran, responden sebagian besar menjawabsebanyak 64% akan selalu bekerja dan me-nabung (40%), sedangkan 28% menjual aset,28% meminta bantuan keluarga, 8% mencaripenghasilan tambahan atau usaha dan 4%menggunakan aset keuangan lainnya.
Gambar 13Cara menutupi kebutuhan di masa tua
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
4%
8%
28%
28%
40%
64%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Menggunakan asset keuanganlainnya
Mencari penghasilan tambahanatau usaha bersama
Meminta bantuan keuangan darikeluarga
Menjual asset (rumah, hewanternak, perhiasan)
Menabung
Akan selalu bekerja
1%
1%
1%
1%
1%
2%
2%
2%
10%
47%
49%
0% 20% 40% 60%
Asuransi
Mengharap dapat warisan
Investasi Tanah
Mempersiapkan anak menjalankan usaha
Menyewakan lahan
Menggunakan asset keuangan lainnya
Menjual asset (rumah, hewan ternak, perhiasan)
Minta Kepada Anak
Mencari penghasilan tambahan atau usaha bersama
Menabung
Akan selalu bekerja
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 423
Perencanaan Masa Depan Anak
Gambar 14Cara Merencanakan Masa Depan Anak
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Pada saat ini semua Responden tidakmenerima pensiun dan secara pribadi tidakmengikuti program pensiun atau programDana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).Sebagian besar responden yaitu 91% me-rencanakan masa depan anak dengan mem-berikan pendidikan untuk anak, sebanyak
46% responden menggunakan cara denganmenabung, 32% responden dengan meng-investasikan dalam bentuk tanah, rumah, 5%responden menginvestasikan dalam bentukusaha atau bisnis, sebanyak 1% anakdiajarkan berani.
Gambar 15Informasi yang diperlukan
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
2%
4%
26%
26%
34%
45%
48%
52%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Tidak Ada
Tidak Perlu
Cara menginvestasikan uang
Manfaat dan resiko produk dan layanankeuangan
Cara mengelola simpanan
Cara mengatur prioritas kebutuhan
Cara menyusun anggaran
Cara mengatur keuangan pribadi/rumahtangga
1%
1%
5%
32%
46%
91%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Tidak Ada
Anak diajarkan bertani
Menginvestasikan dalam bentuk usaha/bisnis
Menginvestasikan dalam bentuk tanah,bangunan, hewan ternak, emas atau perhiasan)
Menabung/menyimpan uang
Memberikan pendidikan untuk anak
424 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Informasi yang diperlukanDari gambar 15, sebagian besar respon-
den yaitu 52% memerlukan informasi caramengatur keuangan pribadi atau rumahtangga, 48% responden membutuhkan infor-masi cara menyusun anggaran, 45% respon-den membutuhkan informasi cara mengatur
prioritas kebutuhan, 34% responden mem-butuhkan informasi cara mengelola simpan-an, 26% responden membutuhkan informasimanfaat dan resiko produk layanan, dansisanya merasa tidak membutuhkan informasi.
Pengetahuan yang diprioritaskan untuk diketahui
Gambar 16Pengetahuan yang diprioritaskan
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Dari gambar 16, responden sebagianbesar 27% memprioritaskan informasi ten-tang cara mengatur keuangan, 19% caramengelola simpanan, 19% cara mengatur
prioritas kebutuhan, sebanyak 13% mem-prioritaskan cara menyusun anggaran, 12%memprioritaskan cara menginvestasikanuang dan sisanya tidak perlu.
Edukasi Keuangan
Gambar 17Pernah mendengar istilah keuangan
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
2%
3%
4%
12%
13%
19%
19%
27%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Tidak Ada
Manfaat dan resiko produk dan layanankeuangan
Tidak Perlu
Cara menginvestasikan uang
Cara menyusun anggaran
Cara mengatur prioritas kebutuhan
Cara mengelola simpanan
Cara mengatur keuangan pribadi/rumah tangga
29%79%
50%29%35%
71%21%
50%71%65%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
InflasiAsuransi
Suku bungaNilai tukar (Kurs)
Saham
Ya
Tidak
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 425
Dari gambar 17, sebagian besar respon-den sebanyak 79% pernah mendengar istilahasuransi, 50% responden pernah mendengaristilah suku bunga, 35% responden pernahmendengar istilah saham dan hanya 29%responden yang pernah mendengar istilahkurs dan inflasi.
Pada gambar 18, istilah keuangan yangdiketahui artinya oleh responden sebagianbesar adalah Asuransi sebanyak 58%, se-banyak 55% mengetahui arti suku bunga,57% responden mengetahui arti kurs, 46%responden mengetahui arti saham dan ha-nya 31% responden mengetahui arti inflasi.
Gambar 18Arti istilah keuangan
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Gambar 19Arti istilah saham
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Dari gambar 19, sebagian besar respon-den mengartikan istilah saham sebesar 63%adalah menanam modal, 10% respondenmengartikan perusahaan, sebanyak 7%mengartikan simpanan, surat berharga dansaham yang dideposito, hanya 3% yangmengartikan istilah saham adalah investasidan penjual barang.
Pengetahuan terkait lembaga keuanganBerdasarkan tabel 3 pengenalan ter-
hadap lembaga keuangan, 100% responden
mengenal Bank, 99% responden mengenalkantor pos dan koperasi. Sebanyak 97%responden mengenal pegadaian, sebanyak94% responden mengenal mesin ATM. Se-banyak 80% responden mengenal asuransi,62% responden mengenal jasa pengirimanuang, 52% responden mengenal perusahaanpembiayaan/multifinance, 39% respondenmengenal BMT, 28% responden mengenaldana pensiun, 14% responden mengenalperusahaan efek atau sekuritas dan hanya2% yang mengenal agen keuangan digital.
31%58%55%57%
46%
69%42%45%43%
54%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
InflasiAsuransi
Suku bungaNilai tukar (Kurs)
Saham
Ya
Tidak
63%
7%
10%
3%
7%
7%
3%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Menanam Modal
Saham yang Dideposito
Perusahaan
Penjual Barang
Surat Berharga
Simpanan
Investasi
426 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Tabel 3Mengenal Lembaga Keuangan
Mengenal Ya Persen Tidak PersenBank 184 100% 0 0%Asuransi 148 80% 36 20%Perusahaanpembiayaan/multifinance 95 52% 89 48%Dana Pensiun 52 28% 132 72%Perusahaan efek/sekuritas 25 14% 159 86%Pegadaian 178 97% 6 3%Kantor pos 183 99% 1 1%Koperasi 183 99% 1 1%BMT 71 39% 113 61%Agen keuangan Digital/LakuPandai 3 2% 181 98%Mesin ATM 173 94% 11 6%Jasa Pengiriman Uang 114 62% 70 38%
Sumber: Data Tahun 2017 diolah
Hubungan Antara Tingkat PengetahuanDengan Tingkat Penggunaan ProdukLembaga Keuangan
Hasil survei tidak hanya mengukurliterasi keuangan responden saja, namunjuga mengukur peranan literasi keuangandalam pengambilan keputusan keuangansalah satunya adalah pengunaan produklembaga keuangan. Berdasarkan hasil kore-lasi spearman menunjukkan nilai korelasisebesar 0,372 dengan nilai probabilitas(0,000). Karena nilai probabilitas lebih kecildari alpha 5% artinya terdapat hubunganyang significant dan positif antara penge-tahuan terhadap lembaga keuangan dengantingkat penggunaan produk lembaga keua-ngan. Semakin tinggi tingkat pengetahuanpetani terhadap lembaga keuangan makasemakin tinggi pula tingkat penggunaanproduk lembaga keuangan.
SIMPULAN DAN SARANSimpulan(1) Petani holtikultura di tiga wilayah surveimemiliki penguasaan luas lahan yangberbeda-beda serta jenis tanaman yangdiusahakan juga berbeda-beda. Hal inisangat berpengaruh terhadap penghasilan
yang mereka terima; (2) Dalam mengelolakeuangan baru sebagian kecil petani yangmenggunakan lembaga keuangan baikuntuk menyimpan maupun meminjam.Untuk peminjaman dana dalam jumlahtertentu dan bersifat mendadak petani lebihmengandalkan pinjam dari teman ataukeluarga/famili. Untuk keperluan modalusaha cukup banyak petani yang sudahmemanfaatkan lembaga keuangan formalseperti Bank; (3) Tidak lebih dari 6% petaniyang merencanakan pengeluaran rumahtangga dan menjalankannya secara konsis-ten. Hal ini sangat mempengaruhi perilakumereka dalam pengelolaan keuangannya; (4)Pengenalan petani terhadap lembaga-lembaga keuangan dapat dikatakan sangatbaik, kecuali jasa pengiriman uang danlembaga pembiayaan. Sementara untuk agenkeuangan digital/laku pandai masih sangatrendah; (5) Saat ini petani sangat membatasipeminjaman uang (kredit) melalui bank,karena petani belum membutuhkannya dantakut tidak dapat mengembalikannya,namun demikian sebagian petani mem-butuhkannya; (6) Terdapat hubungan yangsignifikan dan positif antara pengetahuanterhadap lembaga keuangan dengan tingkat
Analisis Deskriptif Atas Literasi Keuangan ... – Yuwono, Suharjo, Sanim, Nurmalina 427
penggunaan produk lembaga keuangan.Semakin tinggi tingkat pengetahuan petaniterhadap lembaga keuangan maka semakintinggi pula tingkat penggunaan produklembaga keuangan.
SaranBerdasarkan hasil temuan dalam pe-
nelitian ini, maka saran untuk penelitianberikutnya adalah: (1) Melakukan rancangankuesioner yang lebih baik, dengan melaku-kan perbaikan kuesioner pada pertanyaanyang mewakili indikator dalam penelitianagar mampu mengukur indikator dalammodel penelitian; (2) Melakukan penelitiandengan sampel yang lebih besar dan me-wakili petani berbagai wilayah di Indonesiasehingga hasilnya mampu menggambarkankondisi real petani di Indonesia dalammenggunakan produk LKD; (3) Melakukanpenelitian yang mampu menggambarkanvariasi petani di Indonesia tidak hanya daripetani hortikultura saja tetapi dari jenistanaman lainnya; (4) Lembaga keuanganmemerlukan program literasi dan inklusikeuangan yang akurat untuk meningkatkanbisnisnya di kalangan petani dengan me-mahami bahwa peningkatan pengetahuanpetani terhadap produk keuangan adalahpenting.
DAFTAR PUSTAKAAbdurachman, A., A. Mulyani, dan N. L.
Nurida. 2009. Kondisi dan AntisipasiKeterbatasan Lahan Pertanian di PulauJawa. Jurnal Pengembangan InovasiPertanian 2(4): 283-285.
ASEAN Development Bank. 2014. FinancialInclusion in Asia Country Surveys.Mandaluyong (PH): ASEAN Develop-ment Bank.
Bank Indonesia. 2014. Booklet KeuanganInklusif. Jakarta (ID): Bank Indonesia.
Behrman, J. R., O. S. Mitchell, C. K. Soo, danD. Brava. 2012. How Financial LiteracyAffects Household Wealth Accumula-tion. The American Economic Review102(3): 300-304.
Bucher-Koenen, T. dan A. Lusardi. 2011.Financial Literacy and Retirement Plan-ning in Germany. Journal of PensionEconomics and Finance 10(4): 565-584.
Bhushan, P. dan Y. Medury. 2013. FinancialLiteracy and its Determinants. Inter-national Journal of Engineering, Businessand Enterprise Applications 4(2): 155–160.
Chen, H. dan R. P. Volpe. 1998. An Analysisof Personal Financial Literacy AmongCollege Students. Financial ServicesReview 72(2): 107-128.
Huston, S. J. 2010. Measuring FinancialLiteracy. The Journal of Consumer Affairs44(2): 296-316.
Krishna, A., R. Rofaida, dan M. Sari. 2010.Analisis Tingkat Literasi Keuangan diKalangan Mahasiswa dan Faktor-faktoryang Mempengaruhinya (Survey padaMahasiswa Universitas PendidikanIndonesia). Proceedings of The 4th Inter-national Conference on Teacher Education.Join Conference UPI & UPSI Bandung,Indonesia, 8-10 November 2010.
Lalrinmawia, M. dan H. Gupta. 2015. Lite-racy dan Knowledge: Farmers’ FinancialInclusion Feasibility. SCMS Journal ofIndian Management 12(3): 17-24.
Lusardi, A. dan O. S. Mitchell. 2014. TheEconomic Importance of Financial Lite-racy: Theory and Evidence. Journal ofEconomic Literature 52(1): 5–44.
Mendari, A. S. dan S. S. Kewal. 2013. TingkatLiterasi Keuangan di Kalangan Maha-siswa STIE MUSI. Journal Economia 9(2):130-140.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Strategi Nasio-nal Literasi Keuangan Indonesia. Direk-torat Literasi dan Edukasi Keuangan.
President’s Advisory Council on FinancialCapability. 2013. Final Report President’sAdvisory Council on Financial Capability.January 29, 2013.
Ravikumar, R., S. D. Sivakumar, M. Jawa-harlal, N. V. Palanichamy, D. Suresh-kumar. 2013. Assessment of Farm Finan-cial Literacy among Jasmine Growers in
428 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 408 – 428
Tamilnadu, India. Journal of DevelopingCountry Studies 3(13): 67-75.
Robb, C. A. dan R. N. James. 2009. Associa-tions between Individual Characteristicsand Financial Knowledge amongCollege Students. Journal of PersonalFinance 8: 170-184.
Salehin, M. M., M. S. Kabir, K. M. Morshed,K. S. Farid. 2009. SocioeconomicChanges of Farmers due to Adoption ofRice Production Technologies in Selec-ted Areas of Sherpur District. Journal ofthe Bangladesh Agricultural University7(2): 335–341.
Shen, C. H., S. J. Lin, D. P. Tang, dan Y. J.Hsiao. 2015. The Relationship betweenFinancial Disputes and FinancialLiteracy. Pacific-Basin Finance Journal 36:46–65
Taft, M. K., Z. Z. Hosein, S. M. T. Mehrizi,dan A. Roshan. 2013. The Relationbetween Financial Literacy, FinancialWellbeing and Financial Concerns.International Journal of Business andManagement 8(11): 63-75.
Widyawati, I. 2012. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Literasi Finansial Maha-siswa Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Brawijaya. Assets: JurnalAkuntansi dan Pendidikan 1(1): 89-99.
Xiao, J. J., S. Shim, B. Barber, dan A. Lyons.2007. Academic Success and Well-Beingof College Students: Financial BehaviorsMatter. America Institute for ConsumerFinancial Education and Research.