Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah ...
Transcript of Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah ...
68
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah
(Madin), Taman Pendidikan Qur’an(TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012
A. Pondok Pesantren
Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang
menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian
dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok
berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.
Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab
Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda
dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau
menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat
besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang
ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak
tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan
nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M.
Federspiel - salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang
(Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah
69
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk
belajar.
Secara umum Pondok Pesantren didefinisikan sebagai lembaga
pendidikan yang memiliki 5 elemen pokok; (1) Pondok/Asrama:
adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi
ciri khas dan tradisi pondok pesantren dan membedakannya dengan
sistem pendidikan lain yang berkembang di Indonesia, (2) Masjid:
merupakan tempat untuk mendidik para santri terutama dalam
praktek seperti shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan kyai, dll,
(3) Pengajaran kitab-kitab klasik: merupakan tujuan utama
pendidikan di pondok pesantren, (4) Santri: merupakan sebutan
untuk siswa/murid yang belajar di pondok pesantren, dan (5) Kyai:
merupakan pimpinan pondok pesantren. Kata kyai sendiri adalah
gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam
yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab
klasik. (Tradisi Pesantren : Zamakhsyari Dhofier, 1982)
Pendataan mengenai Pondok Pesantren meliputi Pondok
Pesantren, Program Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C), Program
Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun pada pondok Pesantren Salafiyah.
Pendataan lembaga pendidikan Pondok Pesantren tahun pelajaran
2011-2012 mencakup 33 Provinsi.
70
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Pendataan Pondok Pesantren tahun 2011-2012 berhasil
mendata 27.230 Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh
Indonesia.
1. Lembaga
Populasi Pondok Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten yang berjumlah
78,60% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di Indonesia. Dengan
rincian Jawa Barat 7.624 (28,00%), Jawa Timur 6.003 (22,05%),
Jawa Tengah 4.276 (15,70%), dan Banten 3.500 (12,85%). Dari
seluruh Pondok Pesantren yang ada, berdasarkan tipologi Pondok
Pesantren, terdapat sebanyak 14.459 (53,10%) Pondok Pesantren
Salafiyah, dan 7.727 (28,38%) Khalafiyah/Ashriyah, serta 5.044
(18,52%) sebagai Pondok Pesantren Kombinasi (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Pondok Pesanten Berdasarkan Tipe TP. 2011-2012
71
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pondok pesantren
yang ada di Indonesia sebagian besar masih pada tipologi Salafiyah,
yang pembelajarannya masih murni mengaji dan membahas kitab
kuning. Sebagian lain sudah modern dengan pengembangan
pembelajaran ilmu science dan sebagian lain lagi mengkombinasikan
pembelajaran kitab kuning dan ilmu science dan iptek.
2. Santri/Siswa
Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah
3.759.198 orang santri, terdiri dari 1.886.748 orang santri laki-laki
(50,19%), dan 1.872.450 orang santri perempuan (49,81%)
(Gambar 2.2.).
Tampaknya dari data santri berdasarkan jenis kelamin, cukup
berimbang antara laki-laki dan perempuan. Ini memberi arti bahwa
untuk orang tua santri, dalam menempatkan anaknya di pondok
pesantren dengan tujuan yang sama tanpa membedakan anak laki-
laki ataupun perempuan.
Dari data Rasio PP : Santri terlihat nilai 138, ini memberi arti
bahwa pondok pesantren di Indonesia rata-rata membina 138 santri,
dengan kapasitas yang besar pada provinsi NTB 300 santri per
pondok pesantren, Maluku Utara 263 santri per pondok pesantren,
Sumatera Utara 262 santri per pondok pesantren, dan Riau 232
santri per pondok pesantren.
72
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.2. Jumlah Santri Berdasarkan Jenis Kelamin
Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori tinggal, terdapat
3.004.807 orang santri mukim (79,93%), dari jumlah tersebut
1.517.314 orang santri (50,50%) berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.487.493
(49,50%) santri, untuk santri tidak mukim berjumlah 754.391
orang santri (20,07%), dari jumlah tersebut 369.434 orang santri
(48,97%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 384.957 orang santri (51,03%)
Gambar 2.3.).
Berdasarkan kategori tinggal tersebut dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh santri yang mendapat pendidikan di pondok
pesantren bermukim (79,93%) Hal ini dikarenakan memang dalam
pembelajaran di pondok pesantren, waktu belajar adalah hampir 24
jam penuh. Mulai dari santri bangun tidur, sekolah formal,
mengerjakan aktifitas lain sampai santri tidur, bangun malam dan
bangun tidur kembali, terus dalam pengawasan dan pembinaan
73
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
pondok pesantren sehingga umumnya santri diharuskan untuk
mukim.
Gambar 2.3. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Tinggal
Umumnya untuk pondok pesantren di pulau jawa, santrinya
mukim, seperti Jawa Timur 95,45% Jawa Barat 91,52%, Banten
79,92% dan Jawa Tengah 69,12%. Sedangkan untuk diluar jawa
hanya sebagian besar saja yang mukim (40-60%), lainnya tidak
mukim. Kecuali pada provinsi Jambi 86,38%, Sulawesi Utara 100%,
dan Maluku 100%.
Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori belajar, terdapat
1.540.839 orang santri (40,99%) belajar di madrasah, dari jumlah
tersebut 757.114 orang santri (49,14%) berjenis kelamin laki-laki,
dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 783.725 orang santri
(50,86%). Santri yang belajar di Sekolah Umum sebanyak 395.732
orang santri (10,53%), dari jumlah tersebut 189.136 orang santri
(47,79%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan
74
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
sebanyak 206.596 orang santri (52,21%). Santri yang belajar di
Perguruan Tinggi sebanyak 14.385 orang santri (0,38%), dari jumlah
tersebut 6.483 orang santri (45,07%) berjenis kelamin laki-laki, dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 7.902 orang santri (54,93%).
Santri yang belajar Diniyah sebanyak 78.572 orang santri (2,09%),
dari jumlah tersebut 40.837 orang santri (51,97%) berjenis kelamin
laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 37.735 orang
santri (48,03%). Santri yang belajar Kitab Kuning (hanya ngaji)
sebanyak 1.729.670 orang santri (46,01%), dari jumlah tersebut
893.178 orang santri (51,64%) berjenis kelamin laki-laki, dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 836.492 orang santri
(48,36%) (Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Belajar
Dari data tersebut terlihat bahwa hampir separuh dari santri
yang belajar di pondok pesantren mengikuti pendidikan formal baik
di madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi (53,99%), sedangkan
yang benar-benar belajar hanya pengajian kitab hanya 46,01%. Hal
75
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal sudah cukup baik
bagi santri di pondok pesantren.
Bila dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) pada pondok
pesantren, pondok pesantren mempunyai kontribusi 7,18% dari APK
nasional terhadap anak usia sekolah. APK pondok pesantren terbesar
pada provinsi Jawa Timur 15,63%, Aceh 15,23%, NTB 14,98% dan
Banten 13,30%. Sedangkan untuk APK terkecil terdapat di provinsi
Nusa Tenggara Timur yaitu 0,16%, Maluku 0,40%, Sulawesi Utara
0,54%, dan Papua 0,54%.
3. Tenaga Pengajar
Tenaga Pengajar Pondok Pesantren seluruhnya berjumlah
153.276 orang pengajar, terdiri dari 102.495 orang (66,87%)
pengajar laki-laki dan 50.781 orang (33,13%) pengajar perempuan.
Berdasarkan informasi tersebut, tenaga pengajar di Pondok
Pesantren di dominasi oleh tenaga pengajar laki-laki (Gambar 2.5).
Gambar 2.5. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin
76
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan kualifikasi
pendidikan, berpendidikan <S1 sebanyak 108.816 orang (70,99%),
dari jumlah tersebut 74.398 orang (68,37%) berjenis kelamin laki-
laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 34.418 orang
(31,63%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak 42.019 orang
(27,42%), dari jumlah tersebut 26.212 orang (63,38%) berjenis
kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 15.807
orang (37,62%), dan berkualifikasi pendidikan ≥S2 berjumlah
2.441 orang (1,59%), dari jumlah tersebut 1.885 orang (77,22%)
berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 556 orang (22,78%) (Gambar 2.6).
Dari data tersebut, terlihat bahwa kualifikasi pendidikan
pengajar di pondok pesantren masih harus ditingkatkan, karena
tercatat kualifikasi pendidikan <S1 mencapai 71,99%, hanya
28,01% yang berpendidikan ≥S1. Oleh karena itu perlu terus
ditingkatkan program peningkatan SDM khususnya tenaga
pengajar di pondok pesantren, paling tidak peningkatan kualifikasi
minimal S1, agar kualitas pembelajaran di pondok pesantren
semakin baik.
77
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.6. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan jabatan, Kyai
berjumlah 29.583 orang (19,30%), dari jumlah tersebut 27.559
orang (93,16%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 2.024 orang (6,84%), Badal Kyai berjumlah
8.161 orang (5,32%), dari jumlah tersebut 6.351 orang (77,82%)
berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak
1.810 orang (22,18%), Ustadz/guru berjumlah 115.532 orang
(75,38%), dari jumlah tersebut 68.585 orang (59,36%) berjenis
kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 46.947
orang (40,64%) (Gambar 2.7).
78
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.7. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jabatan
Kyai berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi
pendidikan <S1 sebanyak 25.312 orang (85,56%), berkualifikasi
pendidikan S1 sebanyak 3.771 orang (12,75%), dan berkualifikasi
pendidikan ≥S2 sebanyak 500 orang (1,69%), Badal Kyai
berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1
sebanyak 5.508 orang (67,49%), berkualifikasi pendidikan S1
sebanyak 2.429 orang (29,76%), dan berkualifikasi pendidikan
≥S2 sebanyak 224 orang (2,75%), Ustadz/guru berdasarkan
kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1 sebanyak
77.996 orang (67,51%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak
35.819 orang (31,00%), dan berkualifikasi pendidikan ≥S2
sebanyak 1.717 orang (1,49%).
Pada kualifikasi pendidikan kyai (pimpinan pondok pesantren)
masih sangat rendah, hanya 11,06% yang berpendidikan S1. Hal ini
Kyai Badal Kyai Ustadz/guru
29.583 19,30% 8.161
5,32%
115.532 75,38%
Jabatan Tenaga Pengajar
79
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
sangat berpengaruh terhadap sistem administrasi dan management
pengelolaan pondok pesantren yang masih belum baik dan lambat
berkembang. Tampaknya menetapkan program peningkatan kualitas
management pimpinan pondok sangat diperlukan, seperti pemberian
beasiswa pendidikan, studi banding pendidikan atau pembinaan ilmu
management dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kemampuan pimpinan
pondok pesantren dalam memanaj dan mengembangkan
pembelajaran di pondok pesantren semakin baik.
Dari data yang diperoleh terdapat 3.759.198 orang santri dan
terdapat 153.276 orang guru/ustadz di Pondok Pesantren sehingga
rasio ustadz : siswa pada Pondok Pesantren adalah 28, ini bermakna
bahwa pada setiap pondok pesantren di Indoensia terdapat 1 orang
guru/ ustadz untuk membina 25 orang santri. Kondisi ini masih
cukup ideal.
Namun pada beberapa provinsi rasio pengajar : santri cukup
besar, seperti pada Jawa Timur 91, Sumatera Utara 69, Gorontalo 44
dan Sumatera Selatan 42. Oleh karena itu perlu dilakukan program
penambahan tenaga pengajar pada wilayah-wilayah tersebut.
4. Kondisi Sarana dan Prasarana
a. Ruang Kelas
Jumlah ruang kelas di seluruh Pondok Pesantren adalah 93.205
dengan rincian 79.906 unit (85,73%) ruang kelas dengan kondisi
baik, 10.872 unit (11,67%) ruang kelas dengan kondisi rusak ringan,
80
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
dan 2.427 unit (2,60%) ruang kelas dengan kondisi rusak berat
(Gambar 2.8).
Gambar 2.8. Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi
b. Asrama
Jumlah asrama di seluruh Pondok Pesantren adalah 61.921
dengan rincian 47.774 unit (77,15%) asrama dengan kondisi baik,
9.617 unit (15,53%) asrama dengan kondisi rusak ringan, dan
4.530 unit (7,32%) asrama dengan kondisi rusak berat (Gambar
2.9).
81
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.9. Jumlah Asrama Berdasarkan Kondisi
c. Tempat Ibadah
Jumlah tempat ibadah di seluruh Pondok Pesantren adalah
12.595 dengan rincian 9.541 unit (74,59%) tempat ibadah dengan
kondisi baik, 2.673 unit (21,22%) tempat ibadah dengan kondisi
rusak ringan, dan 528 unit (4,19%) tempat ibadah dengan kondisi
rusak berat (Gambar 2.10).
Gambar 2.10. Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi
82
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
d. Perpustakaan
Jumlah perpustakaan di seluruh Pondok Pesantren adalah
5.825 dengan rincian 3.278 unit (56,27%) perpustakaan dengan
kondisi baik, 2.173 unit (37,31%) perpustakaan dengan kondisi
rusak ringan, dan 374 unit (6,42%) perpustakaan dengan kondisi
rusak berat (Gambar 2.11).
Gambar 2.11. Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi
Didalam pondok pesantren telah dikembangkan pendidikan
pendukung bagi santri yaitu :
1. Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun.
2. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C).
5. Program Pendidikan Wajar Dikdas 9 Tahun
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9
tahun adalah salah satu program pemerintah dalam rangka
pemberdayaan masyarakat untuk bidang pendidikan. Wajar Dikdas 9
83
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tahun merupakan bagian dari Pendidikan Non Formal (PNF), yakni
pendidikan di luar jalur formal yang dapat diselenggarakan secara
terstruktur dan berjenjang. Adapun fungsinya sebagaimana
dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal.
a. Lembaga
Dari Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) sejumlah 14.459, yang
menyelenggarakan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula
terdata berjumlah 1.324 lembaga dan PPs penyelenggara tingkat
Wustha berjumlah 2.791 lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia
(Gambar 2.12).
Gambar 2.12. Jumlah PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 Tahun
Populasi Pondok Pesantren Salafiyah Tingkat Ula terbesar
berada di Provinsi Jawa Timur yang berjumlah 341 lembaga
(25,76%), NTB 105 (7,93%), dan Jawa Barat 150 (11,33%) dari
Tingkat Ula Tingkat Wustha
1.324
2.791
Lembaga PPS
84
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
jumlah seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula
di Indonesia.
Demikian pula populasi Pondok Pesantren Salafiyah tingkat
Wustha terbesar berada di provinsi Jawa Timur yang berjumlah 598
lembaga (21.43%), Jawa Barat 550 (19,71%) dan Jawa Tengah 331
(11,86%) dari seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun
tingkat Wustha di Indonesia.
b. Santri/Siswa
Jumlah santri PPS Program Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula
(PPS Ula) secara keseluruhan adalah 69.348 orang santri, terdiri dari
33.580 orang santri (48,42%) laki-laki, dan 35.768 orang santri
(51,58%) perempuan. Sedangkan Jumlah santri PPS Program Wajar
Dikdas 9 tahun tingkat Wustha (PPS Wustha) secara keseluruhan
adalah 139.631 orang santri, terdiri dari 68.695 orang santri
(49,20%) laki-laki, dan 70.936 orang santri (50,80%) perempuan
(Gambar 2.13).
Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat
Ula adalah 52, bahwa pada setiap PP penyelenggara PPs wajar
Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula rata-rata belajar 52 orang santri. Rasio
terbesar pada provinsi Kalimantan Barat 434, D.I. Yogyakarta 95,
Lampung 83 dan Riau 74. Sedangkan sumbangan APK dari PPS
wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula secara nasional 0,26%, dengan
kontribusi terbesar dari provinsi NTB sebesar 1,43% dan Kalimantan
Barat sebesar 2,33%.
85
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Sedangkan Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun
Tingkat Wustha adalah 50, bahwa setiap PP penyelenggara PPS
Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha rata-rata belajar 50 orang
santri. Rasio terbesar pada provinsi Kalimantan Selatan 104, D.I.
Yogyakarta 101, dan Jambi 100. Dan Sumbangan APK dari program
Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha 1,07%, dengan kontribusi
terbesar dari provinsi Kalimantan Selatan 5,06%, Maluku Utara
3,88%, dan Jambi 3,75%.
Gambar 2.13. Jumlah Santri/Siswa Wajar Dikdas 9 Tahun
6. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C)
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang
mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs,
dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan
Lk Pr Lk Pr
Tingkat Ula Tingkat Wustha
33.580 48,42%
35.768 51,58%
68.695 49,20%
70.936 50,20%
Santri PPS
86
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003
Sisdiknas Psl 26 Ayat 6).
Pondok Pesantren sebagai bagian dari satuan pendidikan yang
didirikan oleh masyarakat juga turut serta dalam menyelenggarakan
Program Paket A, B, dan C tersebut.
a. Lembaga
Pondok Pesantren lebih banyak menyelenggarakan program
Paket C, kemudian Paket B, dan terakhir Paket A. Pendataan tahun
2011-2012 mencatat sejumlah 263 lembaga pendidikan
menyelenggarakan Paket A, 559 lembaga pendidikan
menyelenggarakan Paket B dan 1.198 lembaga pendidikan
menyelenggarakan Paket C (Gambar 2.14).
Gambar 2.14. Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan
87
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Terlihat bahwa pondok pesantren paling banyak menyelenggarakan
Paket C. Paket C merupakan pendidikan yang setara dengan SMA.
Lebih banyak diselenggarakan di pondok dikarenakan banyaknya
santri ingin memperoleh ijazah yang setara dengan SMA untuk
kepentingan melanjutkan sekolah dan bekerja.
b. Santri/Siswa
Tercatat sejumlah 90.340 orang santri program kesetaraan yang
terdiri dari 9.849 santri/siswa (10,90%) program Paket A, dari
jumlah tersebut 5.173 santri/siswa (52,52%) berjenis kelamin laki-
laki, dan 4.676 santri/siswa (47,48%) berjenis kelamin perempuan.
Program Paket B jumlah santri 20.593 orang santri/siswa
(22,80%), dengan 10.723 santri/siswa (52,07%) berjenis kelamin
laki-laki, dan 9.870 santri/siswa (47,93%) berjenis kelamin
perempuan.
Program Paket C jumlah santri 59.898 orang santri/siswa
(66,30%), dengan 30.406 santri/siswa (50,76%) berjenis kelamin
laki-laki, dan 29.492 santri/siswa (49,24%) berjenis kelamin
perempuan.
Terlihat pada Gambar 2.15. santri pada jenjang Paket A dan
Paket B lebih sedikit dibandingkan dengan santri pada jenjang paket
C, hal ini dikarenakan santri di usia paket A dan paket B banyak
yang mengikuti program Wajar Dikdas 9 tahun.
Dari data jenis kelamin terlihat pula bahwa untuk program
kesetaraan ini, peserta didik lebih cendrung lebih banyak diikuti oleh
anak laki-laki dibanding anak perempuan. Hal ini dapat dimengerti
88
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
karena anak laki-laki lebih cendrung banyak yang menginginkan
mendapatkan ijazah pendidikan formal untuk bekerja dan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Gambar 2.15. Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan
Minat peserta didik lebih banyak pada Paket C, lebih diperkuat
lagi dari data Rasio PP : Santri. Dimana rasio tersebut lebih besar
pada Paket C 50, sedangkan pada Paket B 37 dan Paket A 37.
89
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
B. Madrasah Diniyah (MADIN)
Madrasah Diniyah (Madin) merupakan bagian dari sistem
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada jalur
formal, non formal, dan informal, serta berada pada semua jenjang
pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan
Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi (PP No. 55
tahun 2007).
1. Lembaga
Pendataan Madrasah Diniyah tahun Pelajaran 2011-2012
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi mendata 68.471 lembaga.
Dari seluruh lembaga Madrasah Diniyah, sebanyak 67.523 lembaga
(98,62%) menyelenggarakan jenjang Ula, 4.067 lembaga (5,94%)
menyelenggarakan jenjang Wustha, dan 1.146 lembaga (1,67%)
menyelenggarakan jenjang Ulya (Gambar 2.16).
Gambar 2.16. Jumlah Lembaga Madrasah Diniyah
67.523 (99,31%)
4.067 (4,12%)
1.146 (1,72%)
Jenjang Madrasah Diniyah
Ula
Wustha
Ulya
90
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Terlihat bahwa penyelenggaraan Madrasah Diniyah
mayoritas pada tingkat Ula, dan berkurang pada tingkat Wustha dan
Ulya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena peserta didik yang
mengikuti pendidikan di madrasah diniyah biasanya adalah sebagai
pendidikan pendamping, disamping pendidikan formal yang diikuti.
Pada tingkat Ula yang biasanya banyak diikuti oleh peserta didik
yang mempunyai pendidikan formal SD/MI masih mempunyai cukup
banyak waktu untuk juga mengikuti pendidikan keagamaan seperti
Madin. Namun makin tingginya tingkat pendidikan formal yang
dijalani oleh peserta didik, maka makin sedikit waktu terluang untuk
juga bersekolah di Madin. Sehingga makin tinggi tingkat pada
Madrasah Diniyah makin sedikit peserta didiknya.
2. Santri /Siswa
Jumlah santri Madrasah Diniyah keseluruhan adalah 4.329.141
orang, terdiri dari 4.068.258 orang (93,97%) santri Ula, 193.131
orang (4,46%) santri Wustha, dan 67.752 orang (1,57%) santri
Ulya. Pada jenjang Ula, santri laki-laki berjumlah 1.940.074 orang
(47,69%) dan santri perempuan berjumlah 2.128.184 orang
(52,31%). Pada jenjang Wustha, santri laki-laki berjumlah 98.077
orang (50,78%) dan santri perempuan berjumlah 95.054 orang
(49,22%). Pada jenjang Ulya, santri laki-laki berjumlah 33.282 orang
(49,12%) dan santri perempuan berjumlah 34.470 orang (50,88%).
Jadi berdasarkan jenis kelamin, jumlah santri perempuan lebih
banyak dibanding jumlah santri laki-laki dengan persentase jumlah
91
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
santri perempuan sebanyak 52,15% dan santri laki-laki sebanyak
47,85% (Gambar 2.17).
Rasio Madin : Santri di tingkat Ula 1:60, tingkat Wustha 1:47,
dan tingkat Ulya 1:59, yang berarti bahwa setiap madrasah diniyah
rata-rata memiliki santri sebanyak 60 orang untuk jenjang Ula, 47
orang untuk jenjang Wustha, dan 59 orang untuk jenjang Ulya.
Gambar 2.17. Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah santri per tingkat pada Madin Tingkat Ula terlihat cukup
bervariatif, pada kelas 1 (27,43%), kelas 2 (38,85%), kelas 3
(16,77%) dan kelas 4 (16,96%). Pada Madin tingkat Wustha
menurun pada tingkat yang lebih tinggi, terlihat kelas 1 (55,16%),
dan kelas 2 (44,84%). Sedangkan pada Madin Tingkat Ulya, kelas 1
(21,99%) dan kelas 2 (78,01%). Variasi pada setiap tingkat dan
kelas, disebabkan memang untuk pendidikan Madin ini belum
menjadi pendidikan formal yang menjadi prioritas, namun hanya
diikuti sebagai pendidikan pendamping pendidikan formal. Dimana
Ula
Wustha
Ulya
1.940.074 (47,69%)
98.077 (50,78%)
33.282 (49,12%)
2.128.184 (52,31%)
95.054 (49,22%)
34.470 (50,88%)
Jumlah Santri
Laki-Laki
Perempuan
92
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
sangat berhubungan dengan waktu dan dana yang tersedia,
disamping diperngaruhi oleh tujuan orang tua untuk mendapatkan
pendidikan keagaaman bagi anaknya.
Gambar 2.18. Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Pendidikan Formal yang
Diikuti
Gambar 2.18 memperlihatkan jumlah santri berdasarkan
pendidikan formal yang diikuti. Terlihat bahwa mayoritas santri pada
Madrasah Diniyah mengikuti kegiatan belajar di pendidikan formal.
Santri yang mengikuti pendidikan formal berjumlah 4.306.263 orang
(99,47%) dan santri yang tidak mengikuti pendidikan formal/tidak
sekolah berjumlah 22.878 orang (0,53%). Jumlah santri pada
jenjang Ula yang bersekolah di MI/SD sebanyak 4.051.582 orang
(99,59%) dan sebanyak 16.676 orang (0,41%) tidak bersekolah,
jumlah santri pada jenjang Wustha yang bersekolah di MTs/SMP
sebanyak 188.295 orang (97,50%) dan sebanyak 4.836 orang
(2,50%) tidak bersekolah, jumlah santri pada jenjang Ulya yang
93
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
bersekolah di MA/SMA sebanyak 66.386 orang (97,98%) dan
sebanyak 1.366 orang (2,02%) tidak bersekolah.
Dari data tersebut dapat lebih menguatkan bahwa memang
pendidikan pada Madin ini adalah pendidikan non formal sebagai
pendamping pendidikan formal, karena pada setiap tingkat baik pada
Ula, Wustha ataupun Ulya sebagian besar peserta didik mengikuti
pendidikan formal. Hanya sedikit yang benar-benar hanya belajar di
Madin tanpa mengikuti pendidikan formal.
3. Tenaga Pengajar
Gambar 2.19 menunjukkan jumlah tenaga pengajar berdasarkan
jenis kelamin. Jumlah seluruh tenaga pengajar pada Madrasah
Diniyah sebanyak 295.771 orang, terdiri dari 186.185 orang
(62,95%) tenaga pengajar laki-laki dan 109.586 orang (37,05%)
tenaga pengajar perempuan.
Gambar 2.19. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin
94
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Berdasarkan status kepegawaian, tenaga pengajar Madrasah
Diniyah dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 16.525
orang (5,59%) dan tenaga pengajar dengan status bukan PNS (Non
PNS) berjumlah 279.246 orang (94,41%) seperti yang tampil pada
Gambar 2.20 Jumlah pengajar dengan status Non PNS lebih banyak
dibanding jumlah pengajar dengan status PNS. Hal ini terjadi karena
sebagian besar lembaga-lembaga pada Madrasah Diniyah adalah
lembaga pendidikan non-formal yang awalnya didirikan oleh
masyarakat, sebagai lembaga yang berperan untuk melengkapi
materi Pendidikan Agama Islam yang dirasa kurang pada sekolah-
sekolah umum.
Gambar 2.20. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Status Kepegawaian
Sesuai dengan Gambar 2.21 yang menampilkan jumlah tenaga
pengajar berdasarkan kualifikasi pendidikan, tenaga pengajar
dengan pendidikan terakhir <S1 berjumlah 183.351 (61,99%),
95
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir S1 berjumlah 67.206
orang (22,72%), dan tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir
≥S2 berjumlah 45.214 orang (15,29%).
Gambar 2.21. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Beragamnya latar belakang pendidikan tenaga pengajar di
Madin dikarenakan memang Madin muncul dari masyarakat,
sehingga untuk tenaga pengajar biasanya adalah karena swadaya
masyarakat sendiri, sesuai dengan latar pendidikan yang ada di
masyarakat dan bersedia menjadi tenaga pengajarnya.
Tampilan lebih rinci mengenai tenaga pengajar di Madrasah
Diniyah dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
96
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.22. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan dan Status
Kepegawaian
Tenaga pengajar dengan pendidikan <S1 terdiri dari 14.401
orang (7,85%%) PNS dan 168.950 orang (92,15%) Non PNS.
Tenaga pengajar dengan pendidikan S1 terdiri dari 1.806 orang
(2,69%) PNS dan 65.400 orang (97,31%) Non PNS. Dan tenaga
pengajar dengan pendidikan ≥S2 terdiri dari 318 orang (0,70%) PNS
dan 44.896 orang (99,30%) Non PNS.
4. Sarana dan Prasarana
Jumlah ruang kelas di seluruh Madrasah Diniyah adalah 163.671
unit dengan rincian 104.561 unit (63,88%) ruang kelas dengan
kondisi baik, 47.939 unit (29,29%) ruang kelas dengan kondisi rusak
ringan, dan 11.171 unit (6,83%) ruang kelas dengan kondisi rusak
berat (Gambar 2.23)
97
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.23. Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi
Dari jumlah Madin 68.471 tersedia ruang kelas 163.671 bisa
dipastikan hampir setiap Madin mempunyai ruang kelas antara 2-3
kelas. Hal ini dirasakan masih mencukupi dengan pengaturan kelas
pagi/siang/sore. Namun pada kenyataan hampir dari 30% dalam
kondisi rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat. Oleh karena
itu perlu adanya program penambahan dan rehabilitasi terhadap
ruang belajar pada Madin.
Grafik pada Gambar 2.24 menampilkan jumlah ruang guru dan
jumlah ruang perpustakaan berdasarkan kondisinya. Dari seluruh
Madrasah Diniyah di Indonesia terdapat 18.148 unit ruang guru. Dari
seluruh unit ruang guru tersebut terdapat 8.811 unit (48,55%)
dalam kondisi baik, 6.522 unit (35,94%) dalam kondisi rusak ringan,
dan 2.815 unit (15,51%) dalam kondisi rusak berat.
98
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.24. Jumlah Ruang Guru dan Ruang Perpustakaan Berdasarkan Kondisinya
Ruang perpustakaan di seluruh Madrasah Diniyah berjumlah
8.199 unit. Ruang perpustakaan dalam kondisi baik berjumlah 2.561
unit (31,24%), ruang perpustakaan dalam kondisi rusak ringan
berjumlah 2.698 unit (32,91%), dan ruang perpustakaan dalam
kondisi rusak berat berjumlah 2.940 unit (35,86%).
Demikian pula terhadap sarana dan prasarana lainnya yaitu
ruang guru dan perpustakaan. Ruang guru baru ada sekitar 26,50%
dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang guru ada 1 untuk setiap
Madin), sedangkan ruang perpustakaan baru ada sekitar 11,97%
dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang perpustakaan ada 1 untuk
setiap Madin). Jadi untuk ruang guru dan ruang perpustakaan masih
perlu ditingkatkan program pembangunannnya, dan untuk ruang
guru dan ruang perpustakaan yang rusak perlu dilakukan perbaikan
atau rehabilitasi.
99
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
c. Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)
Lembaga Taman Pendidikan Qurán (TPQ) adalah lembaga
pendidikan yang mendidik santrinya untuk terampil dan cakap dalam
baca tulis Al Qurán, ilmu dan praktek ibadah, serta menanamkan
akhlakul karimah.
Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi telah berhasil
menyusun data Taman Pendidikan Qurán (TPQ) untuk Tahun
Pelajaran 2011-2012 secara nasional yang terdiri dari jumlah
lembaga, jumlah Rombel, jumlah santri berdasarkan jenis kelamin
dan berdasarkan pendidikan formal yang diikuti, dan jumlah tenaga
pengajar berdasarkan jenis kelamin dan Latar belakang pendidikan.
Berikut data beserta analisis hasil pendataan TPQ Tahun
Pelajaran 2011-2012.
1. Lembaga
Berdasarkan data pada Bagian Perencanaan dan Sistem
Informasi Tahun Pelajaran 2011-2012, secara nasional terdapat
136.333 lembaga Taman Pendidikan Qurán dengan jumlah
Rombongan Belajar sebanyak 346.518. Rasio lembaga : Rombel 3,
ini berarti bahwa rata-rata setiap TPQ mempunyai 3 rombongan
belajar. Ini dapat diartikan bahwa minat masyarakat untuk
menyekolah anaknya ke TPQ cukup baik.
2. Santri
Santri Taman Pendidikan Qurán (TPQ) secara keseluruhan
berjumlah 8.256.127 orang santri, yang terdiri dari 3.727.445 orang
100
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
santri (45,15%) laki-laki dan 4.528.682 orang santri (54,85%)
perempuan (Gambar 2.25).
Santri-santri tersebut, selain belajar di TPQ, ada juga yang
mengikuti pendidikan formal di tingkat RA, MI dan MTs. Berikut
grafik yang menggambarkan jumlah santri laki-laki dan jumlah santri
perempuan Taman Pendidikan Qurán (TPQ).
Gambar 2.25. Jumlah Santri Taman TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri
perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri laki-laki.
Santri perempuan sebanyak 54,85%, sedangkan santri laki-laki
sebanyak 45,15%. Hal ini mungkin pada tahapan umur anak TPQ
minat belajar lebih tinggi pada anak perempuan daripada pada anak
laki-laki.
Rasio perbandingan antara jumlah rombongan belajar dengan
jumlah santri adalah 24, yang artinya 1 rombongan belajar terdiri
101
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
dari 24 orang santri. Nilai ini menyatakan untuk rombel cukup baik
atau ideal, walau memang nilai ideal rombel untuk anak usia di TPQ
adalah 15. Tetapi ada rombel yang cukup besar pada provinsi Papua
Barat 72, DKI 56, Sulut 43, dan Banten 37.
Adapun jumlah santri berdasarkan pendidikan formal yang
diikuti, sebanyak 1.686.197 orang santri (20,42%) belajar pada
RA/TK, 5.718.682 orang santri (69,27%) belajar pada MI/SD,
651.024 orang (7,89%) belajar pada MTs/SMP dan yang tidak
mengikuti pendidikan formal sebanyak 200.224 orang santri
(2,43%).
Berikut grafik yang menggambarkan jumlah santri Taman
Pendidikan Qurán (TPQ) berdasarkan pendidikan formal yang diikuti.
Gambar 2.26. Jumlah Santri TPQ Berdasarkan Pendidikan Formal
102
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Dari grafik diatas, terlihat jumlah santri yang mengikuti
pendidikan formal tingkat MI/SD lebih banyak dibandingkan yang
lainnya yaitu sebanyak 69,27%, diikuti dengan tingkat RA/SD
sebanyak 20,42%, kemudian tingkat MTs/SMP sebanyak 7,89%
dan yang paling sedikit adalah yang tidak mengikuti pendidikan
formal yaitu sebanyak 2,43%. Berdasarkan presentase ini, kita
dapat mengetahui bahwa ada sekitar 2,43% peserta didik yang
benar-benar hanya mengikut pembelajaran di Taman Pendidikan
Qurán (TPQ) dan tidak/belum mengikuti pendidikan formal baik itu
di tingkat RA/TK, MI/SD ataupun MTs/SMP.
Adapun jumlah santri miskin secara keseluruhan pada TPQ
sebanyak 1.794.870 orang santri atau 21,74% dari jumlah santri
TPQ keseluruhan 8.256.127 orang santri. Dari jumlah santri miskin
tersebut ada santri miskin laki-laki sebanyak 834.149 orang santri
(10,10%) dan ada sejumlah santri miskin perempuan sebanyak
960.721 orang santri (11,64%). Berikut grafik yang
menggambarkan jumlah santri miskin Taman Pendidikan Qurán
(TPQ) berdasarkan jenis kelamin.
103
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 2.27. Jumlah Santri Miskin
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri miskin
perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri miskin
laki-laki. Jumlah ini selaras dengan total santri Taman Pendidikan
Qurán (TPQ) yang total santri perempuan lebih banyak daripada
santri laki-laki. Dan dapat pula disimpulkan bahwa dari peserta
didik di TPQ bahwa hampir 1/3 nya adalah santri miskin, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada TPQ adalah sebagai
salah satu pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat miskin di
Indonesia. Terlihat pada nilai persentase santri TPQ miskin pada
beberapa provinsi yang cukup besar misal : Kepulauan Riau
81,20%, Kalimantan Timur 69,22%, dan NTT 67,98%, dan Banten
53,41%.
104
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
3. Tenaga Pengajar
Berdasarkan data yang masuk ke Bagian Perencanaan dan
Sistem Informasi pada Tahun Pelajaran 2011-2012, secara nasional
jumlah Tenaga Pengajar Taman Pendidikan Qurán (TPQ) sebanyak
704.738 orang, yang terdiri dari Tenaga Pengajar laki-laki
sebanyak 393.982 orang (55,90%) dan Tenaga Pengajar
perempuan sebanyak 310.756 orang (44,10%). Berikut grafik yang
menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar TPQ berdasarkan jenis
kelamin.
Gambar 2.28. Jumlah Tenaga Pengajar TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa jumlah Tenaga
Pengajar laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan Tenaga
Pengajar perempuan, yaitu sebanyak 55,90%, sedangkan Tenaga
Pengajar perempuan sebanyak 44,10%.
105
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Adapun jumlah Tenaga Pengajar berdasarkan latar belakang
pendidikan berjumlah 167.079 (23,71%) orang dari Pondok
Pesantren, 320.143 orang (45,43%) ≤ SMA, 121.742 orang
(17,27%) dari tingkat Diploma, dan 95.774 (13,59%) orang ≥ S1.
Rasio perbandingan antara jumlah Tenaga Pengajar dengan jumlah
santri adalah 12, yang artinya 1 tenaga pengajar membina 12
orang santri.
Berikut grafik yang menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar
berdasarkan latar belakang pendidikan.
Gambar 2.29. Jumlah Tenaga Pengajar TPQ
Dari grafik diatas, terlihat jumlah Tenaga Pengajar yang
memiliki latar belakang pendidikan ≤SMA lebih banyak
dibandingkan yang lainnya yaitu sebanyak 45,43%, diikuti dengan
tingkat Pondok Pesantren sebanyak 23,71%, kemudian tingkat
Diploma sebanyak 13,59% dan yang paling sedikit adalah ≥ S1,
PP <=SMA Dipl. >=S1
167.079 23,71%
320.143 45,43%
121.742 17,27% 95.774
13,59%
Tenaga Pengajar TPQ
106
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
yaitu sebanyak 13,59%. Terlihat bahwa lebih 60% pendidikan
tenaga pengajar berasal dari SMA dan pontren, ini dapat dipahami
karena pendidikan pada TPQ memang tidak membutuhkan guru
yang berpendidikan formal tinggi. Dikarenakan pembelajaran lebih
banyak ke pendidikan agama dan baca Al-Qur’an, tidak pada
pendidikan formal. Namun penguatan kemampuan mengajar bagi
tenaga pengajar di TPQ perlu tetap ditingkatkan, baik dari segi
wawasan pembelajaran maupun teknik mengajar. Oleh karena itu
perlu dikembangkan program-program peningkatan kemampuan
guru pada kemampuan mengajar dan teknik pembelajaran.
Dari Rasio Guru : Santri tercatat nilai 12, ini mempunyai arti
bahwa satu orang guru membina 12 orang santri. Hal ini cukup
ideal dalam proses pembelajaran, dan dapat pula disimpulkan
jumlah tenaga pengajar pada TPQ sudah cukup memadai. Tinggal
ditingkatkan lagi kemampuan dan keterampilannnya.