ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH … digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS BREAK EVEN...
Transcript of ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH … digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS BREAK EVEN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON
DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL
AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
Sara Verryca H 0307078
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA
PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA)
KABUPATEN KARANGANYAR
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Sara Verryca H 0307078
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Juli 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198003 2 001
Anggota I
Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002
Anggota II
Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001
Surakarta, Juli 2011
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV.
Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi serta bimbingan selama masa studi penulis.
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, selaku dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi.
7. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku dosen Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi.
8. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
9. Para Dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan
bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
10. Mbak Ira dan staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
11. Bapak Mulyono Herlambang selaku Direktur CV. Multi Global Agrindo yang
telah memberikan banyak informasi serta ilmu selama penulis menyusun
skripsi ini.
12. Ibu Mulyono Herlambang, Mas Danas, Mbak Atik, Mas Larno, dan seluruh
staf CV. Multi Global Agrindo yang telah banyak membantu dan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi ini.
13. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sarwoto dan Ibu Kusdiyahwati,
terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan pelajaran hidup yang
diberikan.
14. Bulik Sri Mulyani terimakasih untuk doa dan semangatnya, Nenekku
Sumiyati, terimakasih untuk doa dan sarapannya setiap pagi.
15. Saudara-saudaraku Sisca, Gilang, Desky dan Momo, terimakasih untuk
semangat, motivasi dan kebersamaan yang membawa sukacita dan kekuatan.
16. Aryogito Nindyatmoko, Ibu Riyasi, Bapak Sundaru, Ajeng, dan Orin,
terimakasih untuk kasih sayang, perhatian dan doa yang diberikan.
17. Sahabat-sahabatku terkasih, Raras Resthiningrum, Lani Mara, Agnes Amanda
dan Kristina Vera Sagita, terimakasih untuk doa, kasih sayang dan semua
waktu yang telah dihabiskan bersama, kalian yang menjadi semangat serta
penceria hari-hariku.
18. Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska,
Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua
pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari
semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga
yang indah.
19. Yufita Ernawati serta rekan-rekan DJ. Community terimakasih untuk segala
bantuan yang diberikan, motivasi dan semangat.
20. Teman-teman HIBITU terimakasih untuk semangat dan kebersamaan selama
empat tahun ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
21. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi RINGKASAN ................................................................................................ xii SUMMARY ................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 8 B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 11
1. Budidaya dan Pembenihan Melon ................................................ 11 2. Analisis Break Even Point (BEP) ................................................. 15
a. Biaya ....................................................................................... 16 b. Penerimaan .............................................................................. 20 c. Keuntungan/Laba .................................................................... 22
3. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 27 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................. 28 D. Hipotesis.............................................................................................. 32 E. Asumsi - Asumsi ................................................................................. 32 F. Pembatasan Masalah ........................................................................... 32 G. Definisi dan Pengukuran Variabel ...................................................... 33
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 35 B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian .............................................. 35 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 36 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 38
IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
A. Lokasi Perusahaan............................................................................... 41 B. Profil Perusahaan ................................................................................ 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ................................................................................................. 60 1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ....... 60 2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.Multi
Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ........................ 62 3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.
Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar .............. 64 4. Analisis Keuntungan ..................................................................... 76 5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119
di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ... 77 6. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 81
B. PEMBAHASAN ................................................................................. 92
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 100 B. Saran.................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ............... 2
Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ............... 2
Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 - 2009 ..................................................................................... 4
Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ....................................................................................... 5
Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo.................................................. 48
Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo ....................................... 49
Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas
(Test Cross) ..................................................................................... 52
Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ................................................................................................. 62
Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 ....................................................................................... 63
Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah) ................................................................................ 65
Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo.................................. 76
Tabel 12. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas
MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar
Tahun 2006-2009 ............................................................................ 78
Tabel 13. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ...................................................... 78
Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 .................................... 82
Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo .................. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ............................................................................... 84
Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 ...................................................... 85
Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ......... 85
Tabel 19. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................ 86
Tabel 20. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................ 87
Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ................................................................................................ 90
Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ..................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan ……... 18
Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan ....... 18
Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan 19
Gambar 4. Grafik BEP .................................................................................. 26
Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar .............................................................. 31
Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo .......................... 46
Gambar 7. Model Pelepasan Varietas ........................................................... 54
Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen ...................................... 55
Gambar 9. Prosesing Benih Melon ............................................................... 55
Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006 ....................... 79
Gambar 11. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 ....................... 79
Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 ....................... 80
Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 ....................... 81
Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2006 ................................................................................. 87
Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2007 ................................................................................. 88
Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2008 ................................................................................. 89
Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2009 ................................................................................. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Produksi, Harga, dan Penerimaan dari Benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009
2 Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)
3 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI
119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
4 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
5 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo
6 Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo
7 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur
8 Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur
9 Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur
10
11
Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo Data Peralatan – Peralatan Untuk Operasional di CV. Multi Global Agrindo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
RINGKASAN Sara Verryca. H0307078. 2011. Analisis Break Even Point (BEP) Benih
Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang siti Rahayu, MS. dan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
CV. Multi Global Agrindo (MGA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). CV. MGA dalam menjalankan usahanya menghadapi perubahan jumlah produksi, biaya produksi, namun harga jual konstan. Perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan Break Even Point (BEP) yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai titik impas atau BEP serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahan-perubahan jumlah produksi, biaya produksi dan harga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar pada titik impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, serta mengetahui sensitivitas BEPnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, 2) analisis sensitivitas.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan strategi pemasaran harga jual konstan 2) Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119 3) Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik break even point.
Saran yang diberikan adalah 1) Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa 2) Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup sehingga mempunyai nilai jual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
SUMMARY
Sara Verryca. H0307078. A Break Even Point (BEP) Analysis on Melon Seed in Seedling Business in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency. Guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.
CV. Multi Global Agrindo (MGA) is a company operating in agricultural technology and agro-industry sector to provide an innovative seedling business through research and development (R&D). In undertaking its business, CV. MGA, faces the change of production quantity, production cost, but constant selling price. The change of those variables will affect the profit level and Break Even Point (BEP) the company gains. For that reason, there should be a further analysis on the impact break event point or BEP as well as on how its sensitivity to the change of production quantity, production cost and price.
This research aims to find out the quantity of production and revenue of melon seed in CV. Multi Global Agrindo of Karanganyar Regency in the Break Even Point (BEP) by applying the marketing strategy of constant selling price, as well as to find out BEP’s sensitivity. The method employed in this research was a descriptive analytic method, with case study as the execution technique. The location of research was selected with certain consideration consistent with the objective of research, that is, seedling business in CV. Multi Global Agrindo, Karangpandan Subdistrict, Karanganyar Regency. Methods of analyzing data used were 1) Break Even Point estimation in unit and Rupiah, and 2) sensitivity analysis.
The result of research shows that are 1) the production quantity and revenue from the melon seedling business of MAI 119 variety in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency during 2006-2009 has surpassed the break even point and been profitable although the company states the marketing strategy of constant selling price. 2) with the change of production quantity of + 3.28%, the change of production cost of + 45.34% and the change of product price of + 41.3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) still can surpass the break even point and obtain profit from the melon seedling of MAI 119 variety. 3) the production quantity and revenue in CV. Multi Global Agrindo after calculated the return and tested the sensitivity analysis still can surpass the break even point.
The recommendations given are: 1) the marketing strategy by the constant price determination should be applied by CV. Multi Global Agrindo, but the company should control more the distribution of seed to the agent so that it will mitigate the return of expired seed. 2) The melon pulp produced should be utilized as optimally as possible, in addition to being fertilizer, it can be processed into processed product such as fruit sweets, and syrup so that it has sale value.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan
perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat
Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Selain sebagai penyedia
lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga merupakan penyumbang devisa
negara terbesar serta penyedia kebutuhan pangan dalam negeri.
Menurut Satiadiredja (1994), pengembangan produk hortikultura
merupakan salah satu aspek dalam pembangunan pertanian. Hortikultura
dalam bahasa asing horticulture, gartenbau atau turnbaw, meliputi tanaman
buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan serta merupakan bagian dari
pertanian umum yang hasilnya kebanyakan tidak tahan lama, namun
dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Mutu dan ketahanan barang yang
segarlah yang menentukan bagaimana hasil bumi ini harus diusahakan.
Kebutuhan komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tinggi pula
kesadaran masyarakat akan pentingnya produk hortikultura. Hal tersebut
menyebabkan usaha peningkatan produksi hortikultura perlu dilakukan. Salah
satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan benih yang
berkualitas.
Benih merupakan salah satu faktor penentu hasil produksi dari suatu
komoditas. Kualitas benih sangat mempengaruhi hasil produksi yang akan
dihasilkan tanaman, jika benih yang digunakan tidak berkualitas maka
hasilnya pun tidak akan maksimal. Benih yang baik adalah benih yang
memiliki keunggulan antara lain daya tumbuh tinggi, daya simpan tinggi, dan
tahan hama penyakit (Saryoko, 2011). Untuk mendapatkan benih yang baik
(benih hybrid unggul) diperlukan sebuah riset yang bertujuan menyediakan
benih berkualitas tinggi dengan kuantitas yang dibutuhkan masyarakat.
Terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan produk tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
hortikultura, maka riset untuk mendapatkan benih hybrid unggul semakin
diperlukan.
Kebutuhan akan produk tanaman hortikultura semakin meningkat
ditunjukkan dengan data kebutuhan bibit pohon dan benih buah untuk
tanaman hortikultura. Peningkatan kebutuhan tersebut harus disertai dengan
produksi benih yang tidak terlepas dari riset. Berikut adalah data kebutuhan
bibit pohon dan benih buah di Indonesia :
Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 – 2009
No Komoditas
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Durian 2.920.703 4.381.055 5.257.266 7.360.173 10.304.242
2 Jeruk 10.498.684 13.648.289 17.742.776 23.065.609 29.985.292
3 Mangga 8.784.770 11.420.201 14.846.261 19.300.139 25.090.181
4 Manggis 615.143 984.229 1.049.844 1.469.782 2.057.684
5 Pisang 34.642.582 45.035.356 58.545.963 76.109.752 98.942.678
6 Rambutan 2.942.042 3.824.655 4.972.051 6.463.666 8.402.766
7 Buah Lain 58.271.091 75.752.418 98.478.143 128.021.586 166.428.062
Jumlah (pohon) 118.675.015 155.046.203 200.892.305 261.790.708 341.210.915
Sumber : Deptan, 2009
Kebutuhan bibit pohon terus mengalami peningkatan seiring dengan
kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi bahan pangan non
karbohidrat salah satunya adalah buah-buahan, sehingga diperlukan bibit yang
unggul untuk memenuhi ketersedian buah-buahan tersebut. Demikian halnya
dengan kebutuhan bibit pohon, kebutuhan benih buah juga mengalami
peningkatan, tersaji pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 – 2009
No Komoditas Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Melon 2.214 2.518 3.058 4.587 6.880
2 Semangka 26.020 28.188 28.622 30.053 39.069
Jumlah (Kg) 28.234 30.707 31.680 34.640 45.949
Sumber : Deptan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Peningkatan kebutuhan benih buah membuktikan bahwa benih sangat
dibutuhkan masyarakat dan layak untuk diusahakan. Peningkatan kebutuhan
benih buah menunjukkan peningkatan permintaan pasar akan produk
hortikultura, tetapi pada kenyataannya belum banyak perusahaan yang
mengusahakan benih hortikultura. Hal tersebut dapat menjadi sebuah peluang
bisnis bagi pengusaha, maka peluang yang ada dimanfaatkan oleh CV. Multi
Global Agrindo.
CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha
pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). Perusahaan
ini telah memanfaatkan dan menerapkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah dihasilkan oleh peneliti dan pengembang warga negara Indonesia,
dan yang teruji serta terbukti kemanfaatannya bagi pembangunan nasional.
Berkat kerja keras dan ketekunan yang diterapkan, perusahaan pembenihan ini
mampu menghasilkan 10 jenis tanaman yang terdiri dari 22 varietas baru
seperti : benih melon ladika 108, melon sumo 28, melon MAI (Melon Asli
Indonesia) 116, 119, semangka metal 206 (merah total), tomat tia 403 (asli
Indonesia) dan tomat buba 426 (buahnya banyak), dan lain sebagainya. CV.
Multi Global Agrindo telah unggul dalam bidang perbenihan bahkan
produknya sudah ekspor ke luar negeri, seperti ke Jepang dan Cina.
CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang berusaha
menghasilkan benih hortikultura yang asli dari dalam negeri yang siap
bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Dari beberapa benih
tanaman hortikultura yang telah dilempar ke pasar, benih melon yang paling
diterima oleh pasar dan sekarang menjadi unggulan dalam usaha pembenihan
di CV. Multi Global Agrindo, oleh karena itu, benih melon selalu diusahakan
kontinyuitas produksinya. Benih melon yang diproduksi oleh CV. Multi
Global Agrindo tidak hanya satu macam, namun ada empat macam varietas
benih melon dengan karakteristik yang berbeda yang disajikan pada tabel 3
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
No. Varietas Th. 2006
(kg) Th. 2007
(kg) Th. 2008
(kg) Th. 2009
(kg)
Rata-Rata (kg)
1 MAI 119 19,5 25,6 57,65 120,25 55,75 2 MAI 116 32,3 5,1 0 25,7 15,775
3 LADIKA 11,6 13,2 64,4 0 22,3
4 SUMO 23,7 8,9 88,8 35,5 39,225
Jumlah (Kg) 87,1 52,8 201,85 181,45 133,05
Sumber : Data Sekunder
Dari produksi empat macam varietas benih melon, varietas MAI 119
merupakan varietas yang tertinggi rata-rata produksinya yaitu sebesar 55,75
kg pada tahun 2006-2009. Produksi MAI 119 terus mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Dengan rata-rata produksi tersebut, benih melon varietas MAI
119 selalu terjual habis dalam tahun yang bersangkutan, sehingga tidak ada
stock benih digudang, akibatnya kontinyuitas produksi benih terjaga. Hal itu
membuktikan bahwa varietas MAI 119 merupakan varietas yang paling
diminati oleh konsumen dan dapat diterima pasar daripada varietas lainnya
(Varietas MAI 116, ladika maupun sumo).
Jika dilihat dari jumlah produksi benih yang semakin meningkat,
maka benih melon ini dapat diterima pasar sehingga perlu adanya usaha dari
CV. Multi Global Agrindo untuk menjaga kontinyuitas bahkan meningkatkan
jumlah produksi. Usaha peningkatan produksi dilakukan dengan tujuan untuk
mencukupi permintaan pasar. Meskipun demikian perlu adanya pertimbangan
orientasi laba yang menjadi tujuan utama dari perusahaan. Untuk mengetahui
hal tersebut perlu adanya analisis yang tepat terutama pada volume produksi
untuk menghindarkan kemungkinan perusahaan mengalami kerugian. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Break Even Point (BEP),
dengan analisis BEP dapat diketahui titik impas produksi dari suatu
perusahaan, sehingga perusahaan dapat menetapkan target penjualan minimal,
untuk membantu dalam pencapaian laba bagi perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan masalah
Salah satu produk benih di CV. Multi Global Agrindo yang telah
diterima pasar dan kontinyu permintaannya adalah benih melon. Benih melon
ini menjadi benih yang diunggulkan di CV. Multi Global Agrindo. Beberapa
varietas benih melon yang dihasilkan adalah varietas MAI 116, MAI 119,
varietas Sumo dan Ladika, dari keempat benih yang dihasilkan CV. Multi
Global Agrindo, benih varietas MAI 119 yang menjadi unggulan, sehingga
benih ini diusahakan kontinuitas produksinya supaya dapat memenuhi
permintaan pasar.
Usaha pembenihan benih melon MAI 119 di CV. Multi Global
Agrindo selalu mengalami perubahan baik pada jumlah produksi maupun total
biaya produksi setiap tahunnya. Perubahan selama tahun 2006-2009 tersebut
tersaji pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun
Produksi benih melon (kg)
Perubahan produksi
(%)
Total biaya produksi
(Rp)
Perubahan biaya (%)
Harga jual/kg (Rp)
Perubahan harga (%)
2006 19,5 - 63.219.459 - 4.750.000 - 2007 25,6 31,28 93.928.136 48,57 4.750.000 0 2008 57,65 125,19 136.700.746 45,54 4.750.000 0 2009 120,25 108,59 198.677.530 45,34 4.750.000 0
Sumber : Analisis Data Sekunder
Biaya produksi benih melon varietas MAI 119 terus mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi benih melon. Harga benih
konstan dari tahun 2006 sampai 2009 karena sebagai perusahaan baru dengan
benih asli dalam negeri yang siap bersaing di pasar, CV. Multi Global Agrindo
memutuskan untuk tidak menaikkan harga supaya tetap bisa bersaing dengan
benih impor yang dijual di dalam negeri. Hal ini adalah strategi pemasran
yang ditetapkan oleh CV. Multi Global Agrindo.
Permasalahan yang muncul di CV. Multi Global Agrindo adalah
keberadaannya sebagai pengusaha baru di dunia bisnis pembenihan tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hortikultura harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis dan
perusahaan benih impor. Kompetitifnya persaingan benih hortikultura di pasar
khususnya melon, maka, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi
pemasaran dengan harga jual benih tetap, terlihat sejak awal masuk ke pasar
tahun 2006 sampai sekarang harga jual benih melon varietas MAI 119
ditetapkan sama yaitu Rp. 95.000,00 per pak (20 gr). Konsekuensinya
perusahaan menanggung beban penambahan biaya pada proses produksi benih
melon. Seiring dengan permintaan pasar, CV. Multi Global Agrindo harus
memproduksi benih dengan jumlah meningkat tetapi harga jual konstan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam
mengenai titik impas produksi (Break Even Point) dan sensitivitas terkait
dengan perubahan volume penjualan dan biaya produksi benih melon di CV.
Multi Global Agrindo, jika perusahaan menetapkan strategi pemasaran dengan
harga jual benih yang konstan/tetap. Rumusan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, produksi
dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten
Karanganyar dapat melampaui titik impas/Break Even Point (BEP)?
2. Bagaimana sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan yang didapat dari
penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten
Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka tujuan
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global
Agrindo Kabupaten Karanganyar apakah telah melampaui titik
impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran
harga jual konstan.
2. Mengetahui sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan dari penjualan
benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar jika
terjadi kenaikan volume penjualan dan biaya produksi dari benih melon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi CV. Multi Global Agrindo dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengelola dan memajukan usaha pembenihan melon terkait dengan
analisis Break Even Point (BEP).
2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai
informasi atau bahan pembanding bagi permasalahan yang sama.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu tentang melon dilakukan oleh Anggriani
(2009) tentang Teknik Percobaan Pemberian Beberapa Sumber Unsur P Pada
Tanaman Melon (Cucumis Melo L.), menyatakan bahwa tanaman melon
memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain tanah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, dan pH tanah mendekati netral (6-6,8). Teknik
budidaya melon harus dilakukan dengan baik untuk mendukung produksi
yang tinggi dan kualitas buah yang memenuhi selera pasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2004) tentang Efisiensi
Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Melon di
Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih,
polybag, rafia, tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk urea, zat perangsang dan
mulsa berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Faktor produksi
yang lain yaitu turus, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk KCl, dolomite dan
pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa petani dalam mempergunakan faktor-
faktor produksi dalam usahataninya belum mencapai kombinasi yang optimal
sehingga tingkat efisiensi ekonomi tertinggi belum dapat dicapai. Dengan
demikian keuntungan yang diperolehpun belum maksimal.
Penelitian tentang buah melon diatas menunjukkan bahwa penelitian
buah melon baik dari segi budidaya maupun efisiensi penggunaan faktor-
faktor produksi pada usahatani melon telah dilakukan, namun, belum banyak
yang mengkaji tentang benih melon, terlebih kaitannya tentang keuntungan
yang diperoleh dari usaha pembenihan melon. Maka, peneliti tertarik untuk
meneliti benih melon kaitannya dengan keuntungan yang dianalisis dengan
analisis break even point.
Hasil penelitian dengan analisis break even point telah banyak
dilakukan, diantaranya mengenai analisis break even sebagai alat perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
laba perusahaan, analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan analisa
break even point dan lain sebagainya. Penelitian Sulistyawati (1998) tentang
Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Perusahaan menyatakan
bahwa jumlah laba adalah alat utama untuk menentukan apakah suatu
perusahaan sukses atau tidak. Salah satu cara untuk mengukur laba adalah
dengan analisis break even. Laba akan tetap pada tingkat yang sama ketika
volume penjualan bergerak secara proporsional dengan perubahan biaya tetap
dan variabel. Ketika faktor yang mempengaruhi keuntungan berubah, maka,
volume penjualan juga harus diubah, tujuannya adalah untuk mencapai
keuntungan proporsional.
Sinaga (2008) dengan judul penelitian Analisis Break Even Point
Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Minimum memberikan pengertian
bahwa impas (break even) dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi
perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan
jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap saja. Analisa break even mampu memberikan informasi
kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan dengan asumsi-asumsi dasar. Apabila penjualan
di atas titik break even maka perusahaan akan mendapatkan laba dan
sebaliknya jika penjualan di bawah titik break even perusahaan akan
menderita kerugian.
Penelitian mengenai analisis break even point dapat menjadi rujukan
bahwa dalam rangka mencapai keuntungan perusahaan, perlu melakukan
sebuah perhitungan. Analisis break even point dapat memperhitungkan
keuntungan perusahaan Bagian terkait dengan analisis break even point adalah
analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan analisis
sensitivitas dilakukan oleh Rakhmawati (2008) dalam penelitiannya tentang
Analisis Break Even Point Pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus
di Pabrik Teh Sumber Daun Kabupaten Cianjur), menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%, kenaikan dan
penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan biaya produksi
sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik Teh Sumber
Daun.
Oktavianingsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Break Even Point (BEP) Komoditas Minyak Pala Di PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Semarang Tahun 2004-2008,
menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan
terhadap perubahan yang terjadi atas kenaikan atau penurunan variable-
variabel penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan
produksi 4,81% dan 32,88%, kenaikan biaya 13,09% dan 25,02% serta
penurunan harga 0,61% dan 3,30%, PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan
keuntungan dari usaha benih melon, sedangkan penurunan produksi 34%,
peningkatan biaya 96%, dan penurunan harga 33,4% akan mengubah kondisi
perusahaan yang awalnya telah melampaui titik BEP menjadi tidak melampaui
titik BEP dan harus menanggung kerugian.
Penelitian terkait analisis sensitivitas memberikan gambaran
pentingnya analisis sensitivitas karena perubahan variabel harga, biaya dan
produksi sangat mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, bahkan dapat
merubah kondisi perusahaan yang semula untung menjadi rugi, sehingga
penting untuk mengkaji sensitivitas dalam analisis break even point.
Persentase perubahan dapat dilakukan dengan coba-coba maupun berdasarkan
perubahan minimum yang pernah terjadi di perusahaan. Dengan diketahuinya
sensitivitas BEP maka perusahaan dapat meramalkan berbagai kondisi ke
depan untuk menghindari kerugian akibat perubahan variabel produksi, biaya
produksi dan harga.
Hasil penelitian-penelitian diatas dijadikan pembanding dalam
penelitian ini karena menggunakan variabel-variabel yang sama yaitu variabel
jumlah produksi, biaya produksi dan harga jual, serta kajian mengenai analisis
sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa faktor produksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
biaya, harga jual dan penerimaan sangat mempengaruhi kondisi laba
perusahaan dan adanya perubahan terhadap salah satu atau lebih variabel
tersebut juga akan merubah kondisi laba perusahaan. Dalam penelitian analisis
break even point di CV. Multi Global Agrindo ini hendak menunjukkan
dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel harga yang konstan
sementara variabel lain yaitu biaya dan produksi berubah, dengan analisis
sensitivitas akan terlihat dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel-
variabel tersebut. Kondisi harga yang konstan dengan biaya produksi yang
meningkat jarang dijumpai di sebuah perusahaan, sehingga diharapkan
penelitian ini memberi wacana baru dan berbeda dengan kasus-kasus yang ada
dalam penelitian sebelumnya.
B. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya dan Pembenihan Melon
Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang pesat
dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala kecil maupun skala
agribisnis. Daya pikat melon terletak pada rasanya yang enak dan manis,
beraroma wangi menyegarkan, dan dapat dikonsumsi dalam bentuk buah
segar maupun olahan seperti jus dan sirup. Usaha tani melon diminati
petani karena cukup menguntungkan, umur panen pendek yaitu 55-65 hari
dan harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas
hortikultura pada umumnya.
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk
famili Cucurbitaceae atau labu-labuan, banyak yang menyebutkan buah
melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang
merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika.
Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada
abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya
ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar
keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk
Indonesia. Buah melon dimanfaatkan sebagai makanan buah segar dengan
kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Prihatman, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah
impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam
melon untuk dibudidayakan di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda
(Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina,
Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di
daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan
Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-
daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan
dengan daerah asal melon pertama (Setiadi, 1998).
Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan
pengembangan usaha tani. Benih juga dapat diartikan biji yang dikelola,
diusahakan oleh manusia, khususnya para petani, Lembaga-Lembaga
Pembenihan, Dinas Pertanian, untuk mengembangkan tanaman. Kuantitas
dan kualitas produk yang diinginkan petani hanya dapat diperoleh apabila
benihnya merupakan benih unggul atau benih yang memperoleh sertifikat.
Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan
cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan sertifikat benih, dalam
produksinya diawasi oleh Petugas Sertifikasi Benih dari Sub Direktorat
Pembinaan Mutu Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)
yang berusaha dalam bidang pembenihan (Kartasapoetra, 1989).
Menurut Kartasapoetra (1989), bagi benih bersertifikat ditetapkan
kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, antara lain
penetapannya sebagai berikut :
1. Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah
pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan
merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
2. Benih Dasar (BD) merupakan keturunan pertama dari benih penjenis
yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan
ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih
dasar diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan oleh Ketua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat
Pembinaan Mutu Benih BPSB.
3. Benih Pokok (BP) merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih
dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga
identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu
yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih pokok oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB.
4. Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari benih penjenis, benih
dasar atau benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat
dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah
disertifikasi sebagai benih sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu
Benih BPSB.
Benih melon tidak dianjurkan untuk langsung ditanam dilapangan
karena resikonya besar. Disamping tingkat kematian benih sulit di kontrol,
kematian bibit muda yang baru tumbuh sulit dikendalikan karena pengaruh
kondisi lingkungan serta intensitas pemeliharaan. Dengan penyisipan
benih baru memang dapat diatasi, akan tetapi akan menghasilkan ukuran
dan kualitas bibit muda yang tidak seragam akibat umur panen tidak
serentak. Sebelum menanam tanaman melon langsung dilapangan,
sebaiknya benih dikecambahkan terlebih dahulu, kemudian dibibitkan
dalam polibag serta ditempatkan pada ruang yang beratap plastik. Tempat
pembibitan dianjurkan dibangun di sekitar kebun dekat lahan penanaman,
untuk mempermudah transportasi dan memperkecil resiko kerusakan serta
kematian bibit akibat pengangkutan. Bersamaan dengan waktu penyiapan
benih dan pembibitan melon, disiapkan lahan penanaman, sehingga saat
bibit sudah siap dipindahkan, lahan sudah siap ditanami, selanjutnya
dilakukan penanaman. Kebutuhan benih melon untuk 1 hektar sekitar 200
- 500 gram bila populasi tanaman sekitar 12.000 atau tergantung
varietas/jenis melonnya (Anonim, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari
bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik. Menurut Setiadi (1998),
pada awalnya benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik
selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang
kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu
pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
Penyiapan benih dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif.
a) Pengadaan benih secara generatif
Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman
memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan
membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam
kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara
merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot
dengan pupuk daun complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi
2 gram/liter seminggu sekali.
b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)
Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber
eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang
maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam
berdasarkan susunan dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter,
myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter, berbagai kombinasi
hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media
dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8
gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl
0,1 N. Sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi,
suhu 120 derajat C selama 30 menit. Tanaman yang didapat dari kultur
jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya
tanaman yang didapat dari biji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Untuk mengetahui keuntungan dari budidaya melon perlu sebuah
analisis. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah Analisis break
even point didalamnya tercakup komponen biaya dan penerimaan.
2. Analisis Break Even Point (BEP)
Titik impas (break even point) terjadi jika tidak terdapat laba
maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume
penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita
seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Tujuan
analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dengan kondisi
pendapatan dari hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel
dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak menerima laba ketika hanya
mencapai titik impas. Oleh karena itu, hanya penjualan, biaya variabel,
dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas
(Simamora, 1999).
Analisis break even memungkinkan manajer keuangan menentukan
besar output atau tingkat penjualan yang menghasilkan EBIT (Earnings
Before Interest and Tax) atau laba bersih sebelum bunga dan pajak =
0. Untuk membuat teknik ini mudah diaplikasikan, biaya-biaya perusahaan
harus diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Tidak semua
biaya dapat digolongkan secara penuh ke dalam dua kategori ini. Namun,
untuk skala perencanaan pendek, sebagian besar biaya dapat dimasukkan
ke biaya tetap atau biaya variabel. Bila struktur biaya telah ditentukan
maka dapat diketahui titik breakeven (Martin et al, 1993).
Menurut Helmi (2009), analisa break even point juga dapat
digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan
keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Besarnya penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Perlu diketahui beberapa komponen untuk menghitung titik break
even point, anatara lain biaya dan penerimaan. Salah satu komponen untuk
menganalisis titik impas adalah komponen biaya. Biaya yang dikeluarkan
akan dibandingkan dengan penerimaan perusahaan supaya diketahui
besarnya keuntungan.
a. Biaya
Menurut Mulyadi (1999) dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga
pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga
pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh
penghasilan.
Menurut Adjie (2010), biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi guna memproduksi output. Macam-macam biaya berkaitan
dengan analisis BEP adalah sebagai berikut :
1) Total Fixed Cost (biaya tetap total) adalah jumlah biaya yang tetap
yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contohnya adalah
jumlah biaya penyusutan, sewa, dan lain sebagainya.
2) Total Variable Cost (biaya variabel total) adalah jumlah biaya yang
dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang
dihasilkan. Contohnya adalah jumlah biaya bahan mentah, tenaga
kerja, dan lain sebagainya.
3) Total Cost (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya total tetap
dengan biaya total variabel. Dirumuskan TC = TFC + TVC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Average Fixed Cost (biaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang
dibebankan kepada setiap unit output.
5) Average Fixed Cost (biaya variabel rata-rata) adalah biaya variabel
yang dibebankan untuk setiap unit output.
6) Average Total Cost (biaya total rata-rata) adalah biaya produksi
yang dibebankan untuk setiap unit output.
7) Marginal Cost (biaya marginal) adalah tambahan atau
berkurangnya biaya total karena bertambahnya atau berkurangnya
satu unit output.
Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi dibagi
menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah
jumlahnya meskipun jumlah produksi berubah. Biaya variabel
(variable cost) adalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara
per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah,
akan tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai
dengan proporsi perubahan aktivitas. Sementara biaya semivariabel
adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya
(Daljono, 2005).
Sifat biaya yang diasumsikan dalam analisis break even point
menurut Martin et al (1993), adalah sebagai berikut :
1) Biaya Tetap
Biaya tetap juga disebut biaya tak langsung, tidak mengalami
perubahan dalam jumlah totalnya sedangkan volume penjualan atau
kuantitas output berubah dalam sejumlah range output yang relevan.
Jumlah biaya tetap tidak tergantung banyaknya produk yang dihasilkan
dan memiliki jumlah dolar yang tetap. Jika produksi meningkat
volumenya, biaya tetap per unit turun. Sebab total biaya tetap menjadi
tersebar semakin besar kuantitas output.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Biaya
Biaya Tetap
0 Unit yang diproduksi dan yang terjual
Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan
Biaya dalam gambar diatas terlihat tidak terpengaruh dengan jumlah
produk yang dibuat dan terjual. Pada beberapa range output yang
relevan, jumlah total biaya tetap ini bisa jadi lebih tinggi atau rendah
pada perusahaan yang sama. Beberapa contoh biaya tetap dalam usaha
manufaktur yang khas adalah gaji administratif, penyusutan, asuransi,
satuan jumlah yang dikeluarkan untuk program periklanan, pajak
bangunan dan sewa.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel juga disebut biaya langsung (direct cost). Biaya
Variabel tetap untuk per unit output tapi secara total berubah bila
output berubah. Total biaya variabel dihitung dengan mengambil biaya
variabel per unit dan dikalikan dengan jumlah yang diproduksi dan
dijual. Model break even mengandaikan bahwa antara total biaya
variabel dan penjualan bersifat proporsional. Sifat biaya variabel
terhadap range output yang relevan terlukis pada gambar berikut :
Biaya
Biaya Variabel
0 Unit yang diproduksi dan terjual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan
Total biaya variabel tergantung pada jumlah output yang dibuat dan
dijual. Bila jumlah unit yang diproduksi nol, maka biaya variabel juga
nol tapi biaya tetap lebih besar dari nol, akibatnya, untuk menutupi
biaya tetap harga penjualan per unit harus lebih besar dari biaya
variabel per unit. Ini menolong menjelaskan mengapa sejumlah
perusahaan tetap menjalankan pabriknya meski penjualan sementara
menurun. Maksudnya adalah untuk memperoleh hasil penjualan untuk
mmenutupi biaya tetap. Contoh-contoh biaya variabel adalah buruh
langsung, biaya bahan bakar (bensin, listrik, gas alam) sehubungan
dengan area produksi, biaya pengangkutan untuk membawa produk
dari pabrik, pengemasan dan komisi penjualan.
3) Biaya Semi Variabel
Beberapa biaya mungkin tetap pada satu waktu, kemudian berubah
ketika output yang lebih tinggi tercapai, kembali tetap, lalu naik lagi
seiring dengan naiknya output menjadi lebih tinggi. Biaya ini
diistilahkan sebagai biaya semi variabel atau semi tetap. Salah satu
contohnya adalah gaji untuk supervisor produksi. Bila output
berkurang 15 persen untuk masa singkat, manajemen organisasi tidak
akan memotong gaji 15 persen. Hampir sama juga, komisi yang
diberikan kepada salesman sering kali mengikuti jenjang
keberhasilannya. Digambarkan sebagai berikut :
Biaya
Biaya Semivariabel
0 Unit yang diproduksi dan terjual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang
Relevan
Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya menurut fungsi
pokok dalam perusahaan, dibedakan menjadi tiga yaitu biaya produksi,
biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. Secara
keseluruhan biaya tersebut dalam analisis BEP tercakup dalam biaya
produksi, namun, pengetahuan tentang berbagai macam biaya dapat
membantu mengklasifikasikan penggolongan biaya dalam analisis
BEP :
a) Biaya produksi
Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap untuk dijual.
Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya gaji karyawan, biaya
overhead pabrikasi, dan lain sebagainya.
b) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya yaitu biaya
iklan, biaya pengangkutan dari gudang produsen ke gudang
konsumen, biaya karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya.
c) Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contohnya biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi,
personalia, bagian hubungan masyarakat, dan pemeriksaan
akuntansi.
Setelah mengetahui biaya, perusahaan harus menghitung besarnya
penerimaan untuk mengetahui keuntungan usaha. Penerimaan harus
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan
usaha. Apabila penerimaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan
maka perusahaan mengalami kerugian.
b. Penerimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Ongkos (cost) dan penerimaan (revenue) adalah dua hal yang
menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka
mendapatkan keuntungan yang maksimum, dalam memproduksi suatu
barang. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan
sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan
yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil
total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan
barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau
TR = Q x P (Mubarak, 2009).
Menurut Hanani (2010), penerimaan adalah penerimaan
produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting
tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku
produsen.
1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil
penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq X Q, dimana Pq = harga output
per unit; Q = jumlah output.
2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output
yang dijual. Jadi, AR adalah harga jual output per unit
3) Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh
tambahan penjualan satu unit output.
Penerimaan menurut Adjie (2010), adalah jumlah uang yang
diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain
merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil
dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat
diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan
harga barang yang bersangkutan. Dirumuskan dengan TR = Q x P
Dimana :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produk
P = Harga produk (Rp)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Keuntungan/laba
Setelah diketahui total biaya dan penerimaan maka dapat
diketahui keuntungan/laba perusahaan. Menurut Downey (1992),
terdapat beberapa penjelasan tentang laba diantaranya :
a) Laba merupakan imbalan dari pengambilan suatu resiko dalam
bisnis. Semakin besar resiko, semakin besar laba yang akan
diperoleh jika usaha tersebut berhasil. Sedangkan jika terjadi
kegagalan, maka semua atau sebagian modal yang ditanam akan
hilang.
b) Laba dihasilkan oleh pengendalian atas sumber daya yang langka.
Jika sumber daya dikendalikan oleh masing-masing warga negara,
dan didapatkan permintaan yang tinggi dari pihak lain, maka
sumber daya tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi.
Dengan semakin tingginya permintaan, maka semakin besar laba
yang akan didapatkan.
c) Laba diperoleh karena kefektifan pengelolaan. Jika para pelaku
bisnis mampu melakukan perencanaan dan pemikiran yang kreatif,
akan dimungkinkan usaha bisnisnya berjalan dengan efisien
sehingga mampu mendatangkan laba yang besar bagi perusahaan.
Menurut Sukirno (2000), keuntungan/laba dalam kegiatan
perusahaan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang
dikeluarkan dan hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang
dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran
upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan sebagainya. Apabila hasil
penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut maka
diperolehlah keuntungan.
Menurut Simamora (1999), laba merupakan salah satu ukuran
seberapa baik kinerja sebuah perusahaan. Walaupun laba bukan satu-
satunya tujuan perusahaan bisnis (tujuan lainnya bisa meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kelangsungan hidup, pertumbuhan, mutu produk, dan lain-lain).
Perolehan laba cukuplah memadai untuk memikat investasi modal
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam
suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan
kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini
didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini
membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai
sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba
bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan
kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan
pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi
pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset
bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan
(Bayu, 2009).
Laba ekonomi didefinisikan sebagai laba akuntansi (accounting
profit) dikurangi biaya oportunitas (opportunity cost). Dengan
demikian sebelum menghitung laba ekonomi perlu diketahui dulu
biaya opportunity dari berbagai alternatif yang ada. Selama masih
jumlahnya diatas nol, maka itu berarti bahwa keputusan untuk
mempercayakan sumberdaya dalam bisnis merupakan keputusan yang
baik. Namun, jika laba ekonomi menunjukkan nilai negatif secara jelas
dapat dikatakan adanya suatu masalah. Hal ini menunjukkan bahwa
alternatif ini tidak baik untuk dipilih, dan perlu menjadi pertimbangan
memikirkan alternatif lain/baru yang nantinya akan menghasilkan laba
ekonomi yang lebih tinggi (Downey, 1992).
Menurut Downey (1992) dikenal beberapa istilah laba yaitu
laba bersih, laba operasi bersih, laba bersih sebelum pajak, laba bersih
setelah pajak, dalam BEP yang sering digunakan adalah istilah laba
bersih, penjelasan mengenai berbagai istilah laba adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) Laba bersih
Laba bersih merupakan ayat terakhir dalam perhitungan rugi-laba.
Laba bersih (bottom line) dijadikan sebagai tolok ukur
keterampilan dan kemampuan pengambil keputusan dalam
mengelola sumberdaya, karyawan dan keuangan. Bahkan lebih
penting lagi, laba bersih mencerminkan perusahaan. Hal itu
menjadi dasar untuk pertumbuhan, modernisasi, pengembangan
produk-produk baru dan imbalan bagi karyawan dan penanam
modal perusahaan di masa mendatang.
b) Laba Operasi Bersih
Laba operasi bersih sering disebut pula sebagai margin operasi
yang merupakan jumlah yang tersisa apabila beban operasi
dikurangkan dari marjin kotor. Faktur-faktur yang
mempengaruhinya sama dengan faktur-faktur yang mempengaruhi
marjin kotor ditambah dengan faktor-faktor yang berupa beban
usaha.
c) Laba Bersih Sebelum Pajak
Laba bersih sebelum pajak merupakan jumlah yang tersisa setelah
semua pendapatan atau beban non operasi diperhitungkan.
Pendapatan non operasi meliputi semua pendapatan yang diperoleh
dari sumber-sumber lain, seperti bunga atau deviden yang
diperoleh dari penanaman modal di luar.
d) Laba Bersih Setelah Pajak
Laba bersih setelah pajak dapat dihitung setelah diketahui besarnya
pajak penghasilan. Besarnya pajak ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya besarnya laba, tingkat laba tahun sebelumnya, jenis
organisasi bisnis dan peraturan pajak yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Setelah diketahui konsep tentang biaya, penerimaan serta
keuntungan/laba maka dapat dilakukan analisis break event point. Menurut
Riyanto (1995) analisis break even point dapat dihitung dengan
menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan dengan rumus aljabar,
pendekatan grafik, dan pendekatan trial and error.
1. Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus
aljabar
a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit
BEP (Q) = VC - P
FC
Keterangan :
BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit
FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)
P (Price) = harga jual produk per unit (Rp)
VC (Variabel Cost) = biaya variable per unit (Rp)
P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin
b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah
BEP (QT) =
SVC
FC
-1
Keterangan :
BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah
FC (Fixed Cost) = biaya tetap (Rp)
VC (Variable Cost) = biaya variable (Rp)
S (Sales) = volume penjualan x harga jual per unit
(Rp)
SVC
-1 = rasio marjin kontribusi/ contribution
marjin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
rugi
laba
2. Perhitungan Break Event Point (BEP) dengan grafik
Salah satu cara menentukan break even point adalah dengan
membuat gambar atau grafik break even. Dalam gambar tersebut akan
tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan
jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan.
Besarnya volume produksi atau penjualan dalam unit nampak pada
sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari
penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar
break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik
dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan
garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus
vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even
dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke
samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam
rupiah. Pada grafik tersebut digunakan asumsi bahwa besarnya biaya
tetap selalu konstan, besarnya biaya variabel sebanding dengan volume
penjualan. Gambar grafik BEP adalah sebagai berikut :
Break even point
Biaya tetap
Biaya variabel
keuntungan Penghasilan penjualan
Biaya total
Biaya tetap
Gambar 4. Grafik BEP
Biaya dan penerimaan
Produksi (Q)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Pendekatan Trial and Error
Perhitungan break even point dengan cara trial and error
dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung
keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu.
Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil
volume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan
mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita
kerugian maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih besar.
Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume
penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan
besarnya biaya total.
Analisis break event point sangat dipengaruhi oleh komponen
biaya dan penerimaan. Perubahan nilai dari variabel-variabel yang
mempengaruhi biaya maupun penerimaan sangat mungkin terjadi pada
perusahaan. Perubahan variabel juga akan mempengaruhi break even point
perusahaan. Hal tersebut tercakup dalam analisis sensitivitas.
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas perlu dikaji untuk mengantisipasi terjadinya
perubahan-perubahan nilai dari variabel-variabel yang diamati. Analisis
sensitivitas menurut Supriyono (1999), adalah analisis terhadap perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1) Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk atau jasa yang
dijual
2) Perubahan jumlah total biaya tetap
3) Perubahan jumlah total biaya variabel per unit
4) Kombinasi perubahan harga jual per unit, total biaya tetap, biaya
variabel per unit dan volume penjualan.
Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisis kepekaan
sebenarnya bukanlah teknik untuk mengukur resiko, tetapi suatu teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
untuk menilai dampak atau impact berbagai perubahan dalam masing-
masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi. Variabel
penting yang dimaksud adalah variabel harga, biaya dan jumlah produksi.
Analisis sensitivitas adalah suatu analisis simulasi dimana nilai variabel-
variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya
terhadap hasil yang diharapkan (Riyanto, 1995).
Para manajer secara berkala memutuskan apakah akan mengubah
harga jual produk atau tidak. Kalangan konsumen cenderung menolak
kenaikan harga dengan cara membeli lebih sedikit produk. Hal ini dapat
mengurangi dampak kenaikan harga. Kenaikan harga jual per unit akan
menurunkan titik impas penjualan, sedangkan penurunan harga jual per
unit akan menaikkan titik impas penjualan. Sementara produk-produk
dalam beberapa lingkungan bisnis sedemikian kompetitifnya sehingga
manajer tidak dapat mengubah harga jual. Dalam kondisi seperti ini,
manajer biasanya lebih memilih memangkas biaya produk. Perubahan
biaya pun mempengaruhi titik impas penjualan. Kenaikan biaya variabel
akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya variabel akan
menurunkan titik impas penjualan. Kenaikan biaya tetap akan menaikkan
titik impas, sedangkan penurunan biaya tetap juga akan menurunkan titik
impas penjualan (Simamora, 1999).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kemampuan untuk menghasilkan laba yang maksimum merupakan
tujuan yang paling penting bagi perusahaan. Berbagai upaya dilakukan oleh
pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam
meraih laba usaha. Cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan
menyusun sebuah perencanaan laba usaha. Hal penting dalam penyusunan
perencanaan laba usaha adalah menentukan titik impas (break even point).
Titik impas ini memberikan informasi dimana perusahaan didalam operasinya
tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Melalui titik
impas ini dapat diketahui berapa tingkat penjualan yang harus dipertahankan
oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan berapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tingkat penjualan yang mesti dicapai guna menjamin adanya laba, maka, untuk
untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan analisa break even point.
Analisa break even point di CV. Multi Global Agrindo menggunakan
biaya tetap antara lain biaya sewa tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan,
gaji staf kantor, biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan
alat, biaya tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan,
tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih pembanding.
Sedangkan biaya variabel yang digunakan adalah biaya tenaga kerja harian,
biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan,
biaya saprodi, biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya
pengemasan.
Permasalahan dalam penelitian ini dapat didekati dengan perhitungan
analisis break even point dengan rumus aljabar menurut Riyanto (1995).
Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar
adalah sebagai berikut :
a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit
BEP (Q) = VC - P
FC
Keterangan :
BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)
FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya
(Rp)
P = harga jual produk per unit dalam kg (Rp)
VC = biaya variable per unit antara lain biaya saprodi, biaya
pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin
b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah
BEP (QT) =
SVC
FC
-1
Keterangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah
FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya
(Rp)
VC = total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya
pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)
SVC
-1 = rasio marjin kontribusi/contribution marjin ratio
Analisis sensitivitas menunjukkan kepekaan dari sebuah perusahaan
terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan biaya produksi dan jumlah
produksi sesuai dengan kenaikan minimum yang pernah terjadi di CV. Multi
Global Agrindo untuk melihat pengaruhnya terhadap keuntungan dan BEP
yang dicapai oleh perusahaan. Serta menaikkan dan menurunkan harga jual
berdasarkan trend dari perusahaan pesaing yaitu perusahaan Sakata dengan
benih melon merk Glamor. Data dari perusahaan pesaing ini diasumsikan
sebagai perubahan di CV. Multi Global Agrindo.
Berdasarkan analisis yang dilakukan akan dapat diketahui kondisi
perusahaan pada saat mencapai break even point baik pada satuan unit
maupun dalam rupiah serta sensitivitasnya terhadap perubahan beberapa
variabel yang nantinya berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang
didapat perusahan. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan, terutama menyangkut kebijakan
produksi. Adapun kerangka teori pendekatan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha.
Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar
Buah melon
Proses produksi benih
Proses Pengemasan
OUTPUT
Benih Melon
PENERIMAAN
BIAYA
Biaya Tetap
(biaya sewa pajak,
Biaya Variabel
(TK, saprodi,
ANALISIS BEP
BEP atas dasar penjualan dalam
Rupiah
ANALISIS SENSITIVITAS
BEP atas dasar Unit
KONDISI PERUSAHAAN (BERKEMBANG/TIDAK)
PERUBAHAN PERUBAHAN
CV. Multi Global Agrindo sebagai pengusaha benih hortikultura
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Hipotesis
1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha benih melon pada CV. Multi
Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan
menghasilkan laba meskipun diterapkan strategi pemasaran harga benih
konstan.
2. CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point
dan menghasilkan laba setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan
perubahan minimum yang terjadi selama tahun 2006-2009.
E. Asumsi-asumsi
Analisis break even point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Biaya dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya variabel.
2. Proporsi besarnya biaya untuk varietas MAI 119 diasumsikan sesuai
dengan luas area produksi benih melon varietas MAI 119 dibanding
dengan luasan produksi benih di CV. Multi Global Agrindo secara
keseluruhan.
F. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Multi Global Agrindo
(MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar terkhusus pada
usaha pembenihan melon varietas MAI 119 karena paling diterima pasar.
2. Data yang dianalisis adalah data produksi dan data biaya dari
CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2006-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
G. Definisi dan Pengukuran Variabel
1. Produk yang diteliti sebagai objek penelitian yang dihasilkan oleh
CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar berupa benih melon varietas MAI 119.
2. Biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pihak CV. Multi Global
Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar baik
untuk kegiatan budidaya, pengolahan, maupun pemasaran benih melon
varietas MAI 119 yang dinyatakan satuan rupiah (Rp).
a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dan
tidak dipengaruhi besarnya volume produksi atau penjualan, meliputi
biaya sewa bangunan yang dibayarkan untuk melakukan aktivitas
produksi di CV. Multi Global Agrindo, dan biaya pajak yaitu pajak
perusahaan dan pajak kendaraan yang dipakai untuk aktivitas usaha
dan lain sebagainya.
b. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh volume
produksi, meliputi biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk membeli semua bahan-bahan untuk memproduksi benih melon
meliputi di dalamnya biaya saprodi, biaya bahan bakar. Selain itu
biaya pengemasan dan pemasaran selama satu tahun dan lain
sebagainya.
c. Biaya total adalah penjumlahan antara total biaya tetap dan biaya
variabel.
3. Penerimaan adalah keseluruhan hasil yang diterima oleh perusahaan dari
hasil penjualan benih melon varietas MAI 119 yang dinyatakan dalam
rupiah (Rp). Penerimaan diperoleh dari pengalian jumlah produksi dengan
harga produk.
4. Keuntungan/laba adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi
dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Break Even Point dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan
jumlah biaya sehingga CV. Multi Global Agrindo (MGA) tidak
memperoleh keuntungan namun juga tidak mengalami kerugian dari usaha
memproduksi benih melon varietas MAI 119, dan dinyatakan dalam
satuan kilogram (Kg) dan rupiah (Rp).
6. Contribution Margin/marjin kontribusi merupakan biaya tambahan untuk
memproduksi satu unit tambahan output. Biaya marjinal didapatkan
dengan mengurangkan total biaya/total cost (TC) awal dengan TC saat
mengalami perubahan. Contribution margin dapat pula diperoleh dengan
mengurangkan antara harga dengan biaya variabel per unit.
7. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk melihat
perubahan keuntungan yang akan terjadi dengan hasil analisis jika ada
suatu perubahan dari volume/jumlah produksi, harga jual, dan biaya total
produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi
tentang arti data itu. Metode deskriptif analitis mempunyai ciri-ciri yaitu
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah yang actual. Data yang dikumpulkan mula-
mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994).
Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut
Surakhmad (1994), studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu
kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Studi kasus umumnya
menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan
analisa data kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu
orang, satu keluarga, satu lembaga, satu peristiwa, satu daerah, ataupun satu
kelompok manusia dan kelompok objek lain yang cukup terbatas yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Penelitian analisis break even point ini
memusatkan perhatian pada kasus yang terjadi dalam usaha pembenihan benih
melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten
Karanganyar. Dengan studi kasus maka dapat memfokuskan pada masalah
yang ada di suatu lembaga yaitu dalam penelitian ini di CV. Multi Global
Agrindo Kabupaten Karanganyar.
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha
pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar, dengan alasan pertama, CV. Multi Global Agrindo
merupakan perusahaan pertama yang bergerak di bidang pembenihan melon di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Jawa Tengah. Pertimbangan kedua, benih yang diusahakan adalah hasil dari
penelitian dan pengembangan intern CV. Multi Global Agrindo. Pertimbangan
ketiga, CV. Multi Global Agrindo konsisten dengan usaha pembenihan
bahkan hasilnya telah diekspor ke Jepang.
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang kemudian dalam
pelaksanaannya dilengkapi dengan data primer atau wawancara dengan pihak
perusahaan. Menurut Surakhmad (1994) jenis dan sumber data dalam
penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder.
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data sekunder
diperoleh dengan cara mencatat secara langsung dari instansi atau lembaga
yang terkait dengan penelitian. Pada penelitian ini digunakan data
sekunder dari CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar yaitu data produksi dan data biaya dari
pembenihan melon. Serta data lain yang mendukung seperti data profile
perusahaan dan data dari Dinas Pertanian.
2. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data
primer didapat dari sumber primer yang ada kaitannya dengan penelitian.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan
pihak perusahaan, baik pemimpin maupun karyawan di CV. Multi Global
Agrindo serta pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang
diperlukan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu
dengan mencatat data yang ada pada instansi yang terkait dalam penelitian
ini. Tidak semua data sekunder berguna dalam sebuah penelitian, sehingga
dalam pengumpulan data ini perlu diketahui sebelumnya data-data yang
nantinya diperlukan dalam penelitian tersebut. Adapun instansi yang
dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah CV. Multi
Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Dari
perusahaan tersebut dilakukan pencatatan terkait dengan laporan keuangan
perusahaan yang meliputi biaya-biaya, produksi, penerimaan, keuntungan,
dan lain sebagainya.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu kegiatan pengumpulan data dengan
pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Observasi
dilakukan dengan dua cara yaitu observasi langsung dan observasi tidak
langsung. Observasi langsung merupakan teknik pengumpulan data
dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti. Sedangkan pada observasi tidak langsung, peneliti menggunakan
perantara yang dapat berupa alat ataupun perantara yang lain dalam
penelitian terhadap objek. Pada penelitian ini, dilakukan observasi
langsung dengan mengamati secara langsung ke lapang terkait dengan
kegiatan pembenihan melon dari budidaya tanaman melon sampai proses
pembenihan dan pengemasan sehingga siap dipasarkan
3. Wawancara
Teknik wawancara merupakan cara untuk memperjelas data
sekunder dengan keterangan-keterangan lisan yang tidak terdapat pada
data tertulis. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer
dengan melakukan wawancara langsung pada pihak perusahaan, baik
pemimpin maupun karyawan di CV. Multi Global Agrindo. terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pihak-pihak yang berperan dalam pembudidayaan melon, pengolahan
untuk menjadi benih melon, serta pihak-pihak yang berperan dalam
pengaturan data keuangan. Teknik wawancara ini membutuhkan
komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek yang dijadikan sumber
informasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara bersifat
penting karena merupakan alat komunikasi antara peneliti dengan pihak
yang diwawancarai. Wawancara dapat digunakan sebagai salah satu cara
untuk mendapatkan data atau keterangan yang lebih banyak daripada data
objektif yang telah ada.
E. Metode Analisis Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan tentang analisis break
even point, maka metode analisis data sebagai berikut :
1. Analisis besarnya break even point di CV. Multi Global Agrindo
Untuk mengetahui nilai break even point digunakan rumus aljabar.
Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu break even point atas dasar unit dan break
even point atas dasar penjualan dalam rupiah.
a. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar unit
BEP (Q) = VC - P
FC
Keterangan :
BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)
FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain
sebagainya (Rp)
P = harga jual produk per unit dalam kg (Rp)
VC = biaya variabel per unit antara lain biaya saprodi, biaya
pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin
Break even point atas dasar unit menunjukkan unit penjualan
yang harus dicapai untuk menghindarkan dari kerugian. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
contribution margin/marjin kontribusi menunjukkan hasil penjualan
yang tersedia untuk menutup semua biaya tetap.
b. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah
BEP (QT) =
SVC
FC
-1
Keterangan :
BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah
FC = biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain
sebagainya (Rp)
VC = total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya
pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)
SVC
-1 = rasio marjin kontribusi/ contribution marjin ratio
Break even point atas dasar penjualan menunjukkan besarnya
penerimaan minimal yang harus dicapai dari hasil penjualan untuk
mencapai keadaan impas dan mampu menutup semua biaya. Rasio
marjin kontribusi merupakan rasio dari marjin kontribusi terhadap
harga jual.
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas menunjukkan suatu kepekaan terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tertentu antara lain jumlah
produksi, biaya produksi dan harga jual. Analisis sensitivitas dilakukan
dengan menaikkan atau menurunkan variabel-variabel tersebut. Variabel
yang digunakan pada penelitian ini yaitu jumlah produksi dan biaya
produksi, serta harga jual yang konstan, sehingga analisis sensitivitas
dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi dan biaya
total produksi benih melon varietas MAI 119. Besarnya persentase yang
dipilih berdasarkan perubahan minimum pada masing-masing variabel
yang terjadi selama tahun penelitian (tahun 2006-2009) karena perubahan
ini dapat mewakili kondisi perusahaan untuk mengkaji sensitivitas BEP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kondisi perusahaan yang dimaksud adalah kondisi yang sudah stabil,
bukan ketika perusahaan sedang mempeluas pasar dan promosi. Selain itu
digunakan trend eksternal dari perusaahaan sejenis yang fluktuatif
perubahan variabel harga jual dijadikan dasar untuk meramalkan kondisi
di CV. Multi Global Agrindo. Perubahan yang terjadi pada variabel
tersebut akan menyebabkan perubahan pula pada titik impasnya sehingga
akan berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang didapatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
A. Lokasi Perusahaan
CV. Multi Global Agrindo beralamat di Jalan Raya Solo-
Tawangmangu Km. 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Lahan CV. Multi Global Agrindo terletak pada ketinggian 450-
490 mdpl dengan luas kebun ± 10 ha. Suhu udara sekitar kebun poduksi
bervariasi antara 24ºC - 31ºC dengan curah hujan rata-rata 3150 mm/tahun
dan kelembaban udara rata-rata sebesar 61-91%. Keadaan tanah di CV. Multi
Global Agrindo merupakan jenis tanah latosol dengan kemiringan lahan ± 15º
dan pH tanah sebesar 6,5-7,0.
B. Profil Perusahaan
CV. Multi Global Agrindo adalah salah satu perusahaan agribisnis
yang bergerak di bidang pembenihan, yaitu dengan menyiapkan sarana
produksi pertanian berupa benih. CV. Multi Global Agrindo melakukan R&D
bredding, produsen sekaligus pemasaran sehingga ada berbagai tingkatan
klasifikasi benih. Benih di CV. Multi Global Agrindo adalah BS (Breeder
Seed/ induknya induk), PS (Parent Stock/ induk) dan ES (Extention Seed/
benih sebar/ benih yang dijual kepada petani. Produk benih yang dihasilkan
akan didistribusikan kepada para petani atau pembudidaya tanaman.
CV. Multi Global Agrindo diprakarsai oleh seorang pengusaha
bernama Mulyono Herlambang. Berdirinya perusahaan ini terinpirasi oleh
kondisi pertanian di Indonesia, sekaligus guna menangkap peluang usaha di
bidang agribisnis khususnya industri perbenihan. Hal tersebut merupakan
tantangan yang harus dihadapi sehingga Bapak Mulyono Herlambang
berjuang mendirikan perusahaan perbenihan yang dapat menghasikan produk
asli benih dalam negeri. Berdirinya perusahaan memerlukan dasar pemikiran,
semangat, filosofi yang fundamental dan pertimbangan ekonomis maupun
teknis, maka berdirilah CV. Multi Global agrindo (CV. MGA) dengan dasar
pemikiran, semangat, filosofi, pertimbangan ekonomis maupun pertimbangan
teknis sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Dasar pemikiran (landasan pola pikir)
1) Indonesia adalah negara agraris yang semestinya maju dibidang
IPTEK Pertanian dan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan bahan
pertanian bagi masyarakatnya.
2) Plant Breeding (Pemuliaan Tanaman) merupakan dasar dari
keberhasilan revolusi hijau untuk peningkatan produktivitas dan
kualitas pangan sehingga dapat menuju kemakmuran serta
pembangunan berkelanjutan.
3) Benih adalah Blue Print Agribisnis karena dengan menggunakan benih
unggul bermutu tinggi akan didapatkan tanaman yang mempunyai
produktivitas dan kualitas yang tinggi pula.
b. Landasan semangat.
Landasan semangat kerja keras dari seluruh pengurus, staf dan
karyawan CV. MGA, walaupun berangkat dari kondisi awal yang serba
kurang dan sulit namun dengan tekat bulat, maka berani untuk memulai.
Harapannya CV. MGA dapat mengatasi kesulitan dan dapat memecahkan
berbagai permasalahan, sehingga pada saatnya CV. MGA akan berhasil
menjadi perusahaan yang maju, berkembang, besar, kuat dan menjadi tuan
di negara sendiri.
c. Landasan filosofi
Kerja keras dengan menggunakan teknologi yang unggul serta
menerapkan manajemen yang baik untuk tercapainya keberhasilan CV.
MGA, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemajuan pertanian
Indonesia sekaligus dapat berperan untuk memajukan dan
mensejahterakan petani.
d. Pertimbangan ekonomis
1) Bisnis perbenihan mempunyai peluang dan kesempatan yang sangat
besar, sehingga dapat dijadikan kegiatan usaha yang menjanjikan
untuk meraih keuntungan/laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Komoditas benih bersifat carrieable (ringkas, mudah diangkut dan
didistribusikan) dan sebagai komoditas strategis di dalam sarana
produksi pertanian.
e. Pertimbangan teknis.
Bahwa untuk menghasilkan benih unggul bermutu tinggi hibrid F1
diperlukan teknologi breeding, oleh karena itu CV. MGA telah
menyiapkan teknologi tersebut dengan langkah sebagai berikut:
1) Tahun 1980 – 1981 : Proses pembelajaran Plant Breeding di OISCA
International dan YAE NOGEI BREEDING STATION di Jepang.
2) Tahun 1986 : Proses pembelajaran Research and Development di
TARI (Taiwan Agriculture Research Institute di Taiwan).
Adapun proses pentahapan kegiatan dan berdirinya CV. MGA
adalah sebagai berikut :
a. Tahun 1993 dimulai dengan embriyo kegiatan berupa ujicoba
pelaksanaan R&D dan kaderisasi Breeder (staf peneliti).
b. Tahun 1998 berdiri CV. MGA dengan Akte Notaris Agus Haryanto
No. 28.
c. Dengan riset yang dilakukan sejak tahun 1993 maka, pada tahun 2003,
2004 dan 2005 menghasilkan 23 varietas baru dari 10 jenis tanaman
yang telah diakui dan dilepas oleh Departemen Pertanian dengan SK
Menteri Pertanian. Namun riset tetap dilakukan untuk mendapatkan
varietas baru generasi berikutnya maupun perbaikan mutu terhadap
varietas lama yang telah dihasilkan.
d. Tahun 2004 mulai dibentuk bagian produksi untuk memproduksi
secara masal varietas – varietas baru yang telah dihasilkan oleh bagian
R&D.
e. Tahun 2005 mulai dibentuk bagian pemasaran untuk melakukan uji
coba pasar.
f. Tahun 2006 mulai dengan kegiatan pemasaran baik untuk devisi
pemasaran dalam negeri maupun ekspor dan telah dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pendaftaran merek pada Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia,
tanggal 29 Maret 2006.
Dari berbagai kegiatan dan upaya yang telah dilakukan oleh CV.
MGA maka beberapa penghargaan telah diperoleh yaitu :
a. Tahun 2003
1) Penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia.
2) Pengembangan usaha Hortikultura dari Dirjen Bina Produksi
Hortikultura Departemen Pertanian.
b. Tahun 2004
1) Pengembangan Industri Perbenihan Hortikultura dari Presiden RI.
2) SIDDHA KRETYA (bagi perusahaan yang melakukan riset) dari
Menteri Riset dan Teknologi.
3) Pemulia tanaman dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia).
4) Pengembangan ketahanan pangan melalui pengembangan
Agribisnis dari Menteri Pertanian.
c. Tahun 2005 Kesempatan Presentasi tentang hasil – hasil riset yang
dilakukan oleh CV. MGA pada Sidang Kabinet di Istana Negara yang
dipimpin oleh Presiden.
1. Visi, Misi dan Budaya Perusahaan
Visi merupakan kondisi ideal perusahaan yang ingin dicapai
dimasa yang akan datang yang mencerminkan cita–cita yang hendak
dicapai dengan mempertimbangkan seluruh sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Oleh karena itu dengan didasari semangat, pola pikir dan
filosofi perusahaan, maka CV. MGA merumuskan visinya sebagai berikut
: ” CV. Multi Global Agrindo menjadi perusahaan benih yang kompetitif,
sehat, maju dan berkembang ”.
Untuk mencapai tujuan yang ideal sebagai mana yang dimaksud
pada visi tersebut CV. MGA merumuskan misinya sebagai berikut : ” CV.
Multi Global Agrindo mampu menghasilkan benih dengan kuantitas dan
kualitas yang tinggi serta mampu memasarkan produk benihnya baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dalam negeri maupun luar negeri”. Adapun upaya–upaya untuk
mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut maka CV. Multi Global
Agrindo menetapkan kegiatan dan budaya perusahaan sebagai berikut:
a. Melakukan R & D dan inovasi teknologi tiada henti baik untuk produk
baru, penyempuraan produk atau varian produk.
b. Melakukan SOP (Standart Operasional Prosedure) dari setiap langkah
kegiatan di setiap bagian, dengan demikian akan dapat meminimalisir
kesalahan yang terjadi baik pada produk, administrasi maupun
keuangan.
c. Melakukan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), SDFF
(Sumber Daya Fasilitas dan Finansial) dimana kedua komponen
tersebut sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan.
d. Melakukan perbaikan manajemen perusahaan baik sistem maupun
mekanisme kerja.
e. Melakukan perbaikan kesejahteraan staff dan tenaga kerja.
f. Meningkatakan disiplin dan etos kerja, motivasi diri serta susana
kebersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Struktur Organisasi
Adapun struktur organiasi CV. Multi Global Agrindo (CV. MGA)
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo
Keterangan:
R1: Retail 1
R2: Retail 2
R3: Retail 3
Alur benih dari Retail ke petani
Arus kegiatan produksi di CV. Multi Global Agrindo
Bagian R & D
Bagian Keuangan
Bagian Pemasaran
Bagian Gudang
Bagian Produksi
Sales Manajer
Salesman
R1 Field Technical Assisten
R3
Petani
R2
Direktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Bidang Usaha.
CV. MGA memfokuskan kegiatan usaha dibidang perbenihan.
Seperti diketahui bahwa industri dan pasar benih nasional masih dikuasai
oleh perusahaan asing atau produk-produk impor. Sangat luasnya cakupan
produk benih yaitu tanaman pangan (padi dan palawija) dan hortikultura
(buah, sayur, biofarmaka dan tanaman hias) yang terdiri dari berbagai jenis
tanaman dan varietas, maka bisnis dibidang perbenihan ini masih sangat
terbuka lebar. Begitu pula inovasi teknologi dibidang perbenihan selalu
mengalami peningkatan, sehingga CV. MGA berupaya untuk mengikuti
perkembangan teknologi tersebut. Sementara CV. MGA melakukan riset
terhadap 10 jenis tanaman (buah dan sayuran), selanjutnya mulai tahun
2008 menambah riset untuk 7 jenis tanaman. Dengan penambahan riset 7
jenis tanaman tersebut akan dihasilkan varietas-varietas baru, sehingga
lebih banyak menambah varian komoditas yang dapat dipasarkan.
4. Jaringan Perusahaan
CV. MGA telah melakukan riset selama 18 tahun, termasuk umur
yang relatif muda bagi perusahaan perbenihan yang melakukan breeding,
sementara perusahaan kompetitor lainnya sudah begitu kuat dan mapan.
Oleh karena itu fokus pemasaran didalam negeri baru difokuskan di
daerah–daerah sentra hortikultura di Pulau Jawa dengan :
a. Kantor pusat di Jl. Solo-Tawangmangu Km.29 Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar.
b. Wilayah pemasaran, meliputi :
Zona I. Ponorogo, Ngawi, Madiun, Malang, Bojonegoro
II. Rembang, Pati, Kudus, Demak dan Purwodadi
III. Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes
IV. Surakarta, DIY, Purworejo dan Banyumas
V. Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara
VI. Bandung, Bogor, Sukabumi dan Indramayu
c. 180 outlet pada toko–toko kios pertanian.
d. 80 kelompok tani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5. Produk dan Harga Benih Perusahaan
a. CV. MGA menghasilkan beberapa produk yang siap bersaing dengan
benih impor yang beredar di Indonesia. Produk berupa benih buah dan
sayuran dengan daftar jenis tanaman dan varietas meliputi :
Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo
NO JENIS
TANAMAN NAMA
VARIETAS SK PELEPASAN
VARIETAS MENTERI PERTANIAN
1 Melon Sumo 407/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
MAI 119 405/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
MAI 116 404/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Ladika 406/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
2 Semangka Redtop 463/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Metal 452/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
3 Cabe Rekab 83/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Pertiwi 84/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
4 Tomat Tia 450/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Maestro 449/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
5 Timun Tina
Tera
6 Terong Teho 289/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Silila 288/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Jelita 287/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
7 Pare Jamrud 285/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Petra 284/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Mutia 286/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
8 Buncis Citra 475/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
9 Gambas Belut
10 Kc. Panjang Dadung Hijau 469/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Bapan 471/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
(Sumber : Data Produk CV. Multi Global Agrindo)
Produk benih melon varietas MAI119 dikemas 20 gr karena standar pasar
untuk benih melon adalah 500 biji atau 20 gr. Hal ini diterapkan CV.
MGA sebagai strategi penetrasi pasar awal untuk merebut pangsa pasar,
terkait pula dengan harga benih yang terjangkau maka diharapkan CV.
MGA cepat memasuki pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Daftar harga benih CV. Multi Global Agrindo Tahun 2006-2009.
Harga benih yang dihasilkan CV. Multi Global Agrindo
berbeda-beda sesuai macam benih dan banyaknya/isi benih. Namun,
harga jual masing-masing varietas per tahunnya konstan. Harga di
tingkat retail/agen/toko berbeda dengan harga eceran tertinggi yang
diterima konsumen. Berikut daftar harga benih di CV. Multi Global
Agrindo :
Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo
Varietas Isi HARGA R1 HET
Melon MAI 116 20 gr/bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon MAI 119 20 gr /bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon Ladika 20 gr /bks Rp 95.000,00 Rp 110.000,00 Melon Sumo 17gr/bks Rp 80.000,00 Rp 100.000,00 Timun Tina 10 gr/bks Rp 8.000,00 Rp 10.000,00 Timun Tera 10 gr/bks Rp 8.000,00 Rp 10.000,00 Semangka Redtop 20 gr/bks Rp 20.000,00 Rp 25.000,00 Semangka Metal 20 gr/bks Rp 20.000,00 Rp 25.000,00 Tomat Tia 5 gr/bks Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Tomat Maestro 5 gr/bks Rp 25.000,00 Rp 35.000,00 Cabe Pertiwi 10 gr/bks Rp 40.000,00 Rp 50.000,00 Cabe Rekab 10 gr/bks Rp 40.000,00 Rp 50.000,00 Pare Mutia 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Pare Petra 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Pare Jamrud 20 gr/bks Rp 12.500,00 Rp 15.000,00 Terong Silila 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Terong Jelita 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Terong Teho 10 gr/bks Rp 7.000,00 Rp 10.000,00 Buncis Citra 500 gr/bks Rp 12.000,00 Rp 15.000,00 Gambas Belut 10 gr/bks Rp 7.500,00 Rp 10.000,00
(Sumber : Harga Produk CV. Multi Global Agrindo)
6. Proses Produksi Indukan Benih.
Proses Produksi Indukan benih di CV. Multi Global Agrindo
berlangsung setiap tahunnya karena perusahaan ini tidak pernah lepas dari
riset untuk mengembangkan kualitas benih dari varietas yang dihasilkan.
Indukan benih berbagai tanaman dan varietas yang dihasilkan di CV.
Multi Global agrindo termasuk indukan benih untuk MAI 119 melalui
beberapa proses antara lain pengumpulan plasma nutfah, seed bank,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penggaluran, test cross, test kombinasi/test hibrid, uji F1 hibrid, uji multi
lokasi, pelepasan varietas, yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan Plasma Nutfah.
Seperti diketahui bahwa bidang usaha CV. Multi Global Agrindo
adalah melaksanakan riset dibidang breeding tanaman untuk
menghasilkan varietas unggul baru baik hibrid (F1) atau OP (Open
Polination). Didalam riset breeding tersebut dilakukan perakitan
genetik, sehingga memerlukan bahan baku berupa berbagai jenis dan
spesies tanaman yaitu disebut plasma nutfah.
Didalam teori kemungkinan bahwa semakin banyak bahan baku
yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai nilai superior yang
tinggi akan didapatkan hasil breeding berupa varietas baru yang
unggul dan kompetitif dipasaran. Oleh karena itu CV. Multi Global
Agrindo terus berupaya mengumpulkan plasma nutfah baik secara
hunting (berburu) keberbagai penjuru daerah dan negara, mencari
produk yang ada dipasaran dan kemudian melakukan segregasi
(pembuyaran gen kembali), melakukan barter dengan perusahaan lain
atau bahkan menerima sumbangan dari kolega. Pencarian plasma
nutfah dilakukan dinegara–negara Asia Timur (Jepang, Korea,
Taiwan), Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Philipina, Thailand),
Singapura, Asia Selatan, Myanmar dan Nepal.
b. Seed Bank
Selanjutnya plasma nutfah yang terkumpul disimpan didalam
seed bank yaitu suatu ruangan yang di disain untuk menyimpan benih.
Benih–benih tersebut diberi label (identitas) didata dan disusun seperti
halnya arsip. Dengan sistem penyimpanan tersebut benih akan mudah
diambil (digunakan sewaktu–waktu) dan awet daya tumbuhnya. Di
dalam seed bank tersebut secara garis besar benih dikelompokan
berdasar klas benih galur dan benih induk. Benih galur dan benih
induk dikelompokan berdasarkan jenis tanaman dan tahun perolehan.
Sampai tahun 2010 telah terkumpul ± 30.000 spesi plasma nutfah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Penggaluran.
Langkah awal dari kegiatan riset di lahan adalah dimulai
dengan penggaluran yaitu kegiatan penanaman dari berbagai jenis
plasma nutfah dengan pengelompokan petak–petak tanaman. Dari tiap
batang individu tanaman pada petak–petak tersebut dikawinkan
sedarah artinya bunga betina dikawinkan dengan bunga jantan yang
berasal dari tanaman itu sendiri. Kemudian diadakan seleksi tanaman
individu dan dipilih yang terbaik. Benih dari hasil seleksi tanaman
tersebut ditanam kembali dan dilakukan hal yang sama terus menerus
sekitar 7 sampai dengan 10 kali periode penanaman akan didapatkan
tanaman yang baik dilihat dari kuantitas, kualitas maupun tingkat
keseragamanya yang kemudian tanaman terpilih yang memerlukan
waktu bertahun–tahun disebut galur murni.
d. Test Cross.
Dari galur murni yang telah terpilih dilakukan penanaman dan
dicoba disilangkan antar galur murni yang satu dengan yang lain sesuai
kehendak/inspiratif peneliti dengan harapan mendapatkan keturunan
yang terbaik diantara ujicoba persilangan yang dilakukan. Teori
Hukum Mandel akan membantu untuk memperkirakan kemungkinan
keturunan yang bakal terjadi.
Misalanya galur murni A sebagai betina disilangkan dengan
galur B sebagai pejantan dimana galur murni A mempunyai sifat
bentuk bagus, warna bagus, rasa enak tetapi buah kecil dan tidak tahan
hama penyakit dislilangkan dengan galur murni B yang mempunyai
sifat buah besar, tahan hama penyakit tetapi kualitasnya kurang baik
maka diharapakan dari hasil keturunanaya (F1) akan didapatka varietas
baru yang mempunyai sifat buah besar, tahan hama penyakit, bentuk
bagus, warna bagus dan rasa buah enak. Atau A X C, A X D, A X C,
B X C, B X D dan seterusnya yang jumlahnya puluhan atau bahkan
ratusan test cross, sehingga mempunyai harapan akan didapat varietas
baru yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas (Test Cross)
♂ ♀ A B C D E dst
A - ν Ν ν Ν ν
B ν - Ν ν Ν ν
C ν ν - ν Ν ν
dst ν ν Ν ν Ν ν
(Sumber : Bagian R & CV. Multi Global Agrindo)
e. Test Kombinasi / Test Hibrid.
Dari test coss yang dilakukan diatas masing–masing silangan
diberi tanda dan setelah panen benihnya diambil diproses dan tiap
silangan dibungkus terpisah dan diberi label tentang data silangan.
Musim tanam berikutnya benih–benih tersebut ditanam kembali. Tiap
silangan ditanam 10 batang dan 2 kali ulangan sejak dari persemaian,
pertanaman muda dan tanaman dewasa dilakukan pendataan tentang
daya tumbuh, ketahanan hama penyakit, adaptasi terhadap kondisi
iklim, pembuahan dan sebagainya.
Setelah panen diadakan pendataan buah dan produktivitas
meliputi : berat rata–rata, ukuran, ketebalan daging buah, warna, serat,
guratan/net, kadar gula, dan rasa. Dari data–data yang terkumpul dan
ditabulasikan akan didapatkan komulatif data untuk menilai silangan
(calon ) hibrid (F1) yang terbaik.
f. Uji F1 Hibrid
Dari hasil penelitian uji kombinasi tersebut didapatkan 10 besar
yang baik dan 10 besar tersebut dilakukan uji penanaman kembali
dengan petak kontrol dari varietas yang sudah diterima pasar, baik
varietas tersebut adalah milik perusahaan lain maupun milik
perusahaan sendiri. Pendataan sejak daya tumbuh maupun sampai
pasca panen dilakukan dan hasilnya ditandingkan dengan varietas
kontrol. Di harapkan dari antara 10 besar tersebut ada beberapa calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
varietas yang mendapat nominasi terbaik 1 – 3 calon varietas dan
bahkan mengungguli varietas kontrol. Dengan demikian perusahaan
dapat memperhitungkan bahwa hasil riset F1 yang dilakukan akan
memperoleh varietas yang lebih unggul dengan harapan apabila
saatnya nanti dipasarkan calon produk baru tersebut bisa mengungguli
kompetitor yang sudah diterima oleh pasar.
g. Uji Multi Lokasi.
Uji multi lokasi dilakukan terutama diluar wilayah penelitian
dan mempunyai karakter iklim dan jenis yang berbeda. Biasanya
dilakukan di 3 lokasi yang berbeda dengan 2 petak ulangan. Uji multi
lokasi ini memperlakukan yang sama sehingga akurasi hasil yang
didapatkan seobyektif mungkin. Pengamatan dilakukan sejak
pertanaman sampai panen, bahkan sampai pasca panen dengan
pendataan yang cermat. Hasil pendatan dikompilasikan dan akhirnya
dapat diketahui pada kondisi agroklimat dan jenis tanah yang berbeda
didapatkan hasil yang sesuai yang diharapkan. Apabila komulatif data
dari 3 lokasi tersebut varietas yang dihasilkan ternyata kalah dengan
varietas kontrol berarti gugurlah menjadi baru tetapi apabila ternyata
memang mengungguli varietas kontrol berarti bisa dilanjutkan untuk
proses pelepasan varietas.
h. Pelepasan Varietas.
Untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah bahwa varietas
baru yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian ataupun perusahaan
maka harus lewat proses pelepasan varietas yang dalam hal ini
dilakukan oleh Team Pelepasan Varietas yang terdiri dari para peneliti
ahli dari Litbangtan, Perguruan Tinggi dan unsur Direktorat yang ada
dibawah Dirjentan yang berkaitan dengan komoditas yang dilepas.
Mekanisme/prosedur proses pelepasannya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 7. Model Pelepasan Varietas
( Sumber : Tim Pelepasan varietas Departemen Pertanian )
7. Produksi Benih Melon
Setelah proses riset untuk mendapatkan indukan benih selesai dan
mendapatkan pengakuan pelepasan varietas oleh Departemen Pertanian
barulah perusahaan memproduksi benih yang akan dijual ke konsumen.
Adapun proses produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut adalah
sebagai berikut :
Penyampaian Proposal
Dari Perusahaan
Penentuan Waktu Dan Tempat Pelepasan
Penyampaian Penjelasan / Presentasi
Dari Perusahaan
Menunggu Hasil
Penilaian Dari Team
Tanya Jawab Team Dengan
Perusahaan
Pengumuman Hasil
Penilaian Team
Keluar Sk Mentan
Tentang Pelepasan Varietas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Proses penanaman, polinasi dan panen
Adapun proses penanaman, polinasi dan panen dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen
( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo)
Penanaman induk jantan sebanyak 10 % hal ini dikarenakan
tanaman hanya diambil bunga jantannya, tepung sari dari bunga jantan
untuk menyerbuki bunga betina, sedangkan jumlah bunga jantan dalam
setiap batang tanaman mempunyai kemampuan menyerbuki 10 batang
bunga betina. Dalam hal ini diperhitungkan efisiensi biaya yang
dikeluarkan.
b. Prosesing benih melon
Adapun prosesing benih melon dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 9. Prosesing Benih Melon
( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo)
1) Panen Buah.
Dilakukan pada waktu buah betul–betul masak baik dengan tanda–
tanda fisik maupun perhitungan fisiologis.
Penanaman Induk Jantan
± 10 %
Penanaman
Induk Betina
100 %
Proses Polinasi
Panen
Panen Buah
Melon
Seleksi Buah
Melon
Pengambilan Benih Melon
Pencucian Benih Melon
Pengeringan Benih Melon
Seleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2) Seleksi Buah.
Untuk membedakan umur buah, ukuran buah, kesehatan tanaman.
3) Pengambilan Benih.
Pemecahan buah, pengambilan benih, pengumpulan benih dan
dibiarkan semalam untuk fermentasi agar memudahkan pencucian
dari lendir.
4) Pengeringan
Dapat dilakukan dengan mesin pengering atau penjemuran
matahari yang penting dapat mencapai tingkat kekeringan dengan
kadar air 6 - 8 %.
5). Seleksi Benih.
Pemisahan benih–benih yang hampa, bentuk yang tidak normal
dan sebagainya sehingga mutu benih betul–betul bagus.
c. Sertifikasi BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih)
Untuk benih yang dijual didalam negeri harus melewati
pengawasan dan mendapatkan sertifikat oleh BPSB. Untuk Provinsi
Jawa Tengah dan DIY para produsen benih melakukan permohonan
sertifikasi di BPSB Tegalgondo.
Adapun pertahapan sertifikasi adalah sebagai berikut :
1) Pendaftaran sebagai produsen benih.
2) Permohonan sertifikasi benih.
3) Peninjauan awal oleh petugas BPSB ke lokasi penanaman.
4) Peninjauan tengah dilakukan oleh petugas BPSB pada waktu
paroses polinasi / pembastaran / penyilangan.
5) Peninjauan akhir dilakukan petugas BPSB pada waktu menjelang
panen.
6) Uji sampel benih untuk mengetahuai daya tumbuh dan kemurnian
serta ada tidaknya hama / penyakit. Salah satu syarat benih
dinyatakan berkualitas adalah benih yang mempunyai daya tumbuh
> 85 %, tingkat kemurnian benih > 98 % dan terbebas dari hama /
penyakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
7) Uji keseragaman (dilakukan khusus pada benih hibrid) hal ini
dilakukan karena benih tersebut hasil persilangan dari induk jantan
dan induk betina. Tingkat keseragaman harus > 95 %.
Hasil penilaian dari setiap langkah/pertahapan tersebut akan
menentukan apakah benih tersebut memenuhi syarat untuk
mendapatkan sertifikat BPSB. Hal tersebut dilakukan untuk
perlindungan pada konsumen/petani dan akan menambah tingkat
kepercayaan konsumen kepada produsen benih.
d. Penyimpanan Benih.
Benih sayuran dan buah–buahan termasuk buah melon akan
cepat menurun kualitasnya terutama daya tumbuhnya. Kemampuan
ketahanan terhadap daya tumbuh hanya ± 1 tahun. Oleh karena itu
supaya daya tumbuh tidak merosot dalam waktu ± 1 tahun, maka harus
dilakukan teknik penyimpanan dengan baik antar lain :
1) Ruang benih dengan kontruksi yang memenuhi syarat yaitu :
a) Kedap udara.
b) Tingkat kelembaban ruangan harus stabil pada 30 – 40 % untuk
itu harus dipasang mesin pengatur kelembaban yang harus
selalu beroperasional, sebab tingkat kelembabanseperti pada
ruangan biasa yang ± 75 % akan menurunkan daya tumbuh.
c) Pengaturan suhu ruangan/gudang, sehingga suhu yang
diharapakan juga stabil ± 10 ºC
d) Penyimpanan pada ruangan yang gelap.
Dengan penyimpanan yang bagus benih dapat dipertahankan
daya tumbuhnya sampai dengan 5 tahun. Bahkan semakin canggih
peralatan dan pengaturan suhu dan didukung dengan kontruksi gudang
yang baik benih akan bertahan diatas 10 tahun. Hal ini dilakukan
khususnya untuk benih – benih yang digunakan sebagai bahan riset/
breeding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
e. Packing/kemasan.
Sebagaimana halnya produk – produk yang lain, maka produk
benih melon sebelum didistribusikan sampai kepada konsumen harus
dilakukan packing. Packing tersebut diupayakan dapat mempunyai
fungsi keunggulan produk yang menyangkut :
1) Fungsi Teknis.
Seperti diketahui bahwa benih adalah benda hidup, mereka
sebagai produk harus dilindungi keberadaanya (kualitasnya)
supaya tetap baik dalam kurun waktu tertentu sebelum kadaluarsa
(selama 1 tahun), maka penggunaan bungkus dengan bahan
aluminium foil dengan ukuran tertentu sehingga memenuhi syarat
akan dapat menjaga kualitas. Begitu pula laminating terhadap
bungkus tersebut.
2) Fungsi untuk menarik perhatian konsumen.
Bahwa penampilan/desain (ukuran, bentuk, gambar, warna,
tata letak/komposisi gambar dan tulisan, mutu percetakan dll) akan
sangat berpengaruh terhadap keseluruhan mutu kemasan yang
dapat mempengaruhi/memberikan daya tarik kepada konsumen.
3) Fungsi Ekonomis.
Tak kalah pentingnya perusahaan memperhitungkan nilai
ekonomis kemasan dibanding nilai ekonomi dari benih yang
dikemas. Bagaimanapun juga hal tersebut harus diperhitungkan
dengan baik.
4) Fungsi Informatif.
Pada kemasan tersebut harus dicantumkan berbagai
informasi yang menyangkut keberadaan benih yang ada
didalamnya seperti :
a) Nama varietas – Jenis tanaman.
b) Kemurnian/keseragaman.
c) Kadaluarsa.
d) Potensi produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e) Teknik budidaya ( petunjuk budidaya ).
5) Fungsi Legalitas.
a) Merek.
b) Sertifikasi BPSB.
c) Nama/alamat perusahaan dan lain-lain.
6) Fungsi pengaman dari upaya klaim yang tidak sesuai/diluar
tanggung jawab produsen.
a) Bahwa produsen hanya bertanggung jawab senilai benih.
b) Bahwa produsen tidak bertanggung jawab atas perusakan di
pertanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV.
Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar
CV. Multi Global Agrindo (MGA) memproduksi empat macam
varietas benih melon antara lain varietas MAI 119, MAI 116, Ladika dan
Sumo. Keempat varietas benih yang ada memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Varietas MAI 119 berbentuk bulat dagingnya berwarna
kuning, varietas MAI 116 berbentuk bulat cenderung lonjong, dagingnya
berwarna kuning. Varietas Ladika berbentuk bulat oval benar-benar
lonjong, daging buahnya berwarna kuning, sementara varietas sumo
berbentuk bulat namun warna daging buahnya hijau. Dari keempat varietas
yang ada varietas MAI 119 yang paling diterima pasar. Benih varietas
MAI 119 rasa dagingnya manis, daging buahnya berwarna kuning/orange
(dikenal dengan melon merah) dan berat buahnya sekitar 2,5 kg. Petani
menyukainya dilihat dari berat buah, konsumen rumah tangga menyukai
dari segi rasa, sementara pedagang buah menyukai dari daya simpan
(keawetan) yang tinggi dari buah hasil benih melon varietas MAI 119. Hal
tersebut mengakibatkan permintaan pasar untuk benih melon varietas MAI
119 meningkat, sehingga perusahaan harus menjaga ketersediaan benih
melon yang siap jual.
Perusahaan melakukan budidaya buah melon dilahan untuk
mendapatkan benih melon yang siap jual. Lahan yang akan digunakan
untuk budidaya benih buah melon MAI 119 memiliki beberapa
persyaratan, antara lain cukup perairan, tanahnya subur, cukup unsur hara
serta ditanam di kondisi yang sehat, tidak banyak hama penyakit. Biasanya
ditanam di dataran rendah dan iklim tropis. Proses budidaya diawali dari
pengolahan tanah, pembuatan bedengan setengah jadi, kemudian
dilakukan pemupukan dengan pupuk kompos, lalu dicampur dengan tanah
dan dibuat gundukan, setelah itu diberi mulsa plastik untuk mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
penguapan, mencegah gulma, hama penyakit dan mengawetkan pupuk.
Setelah 3-5 hari dilakukan penanaman kemudian dipasang ajir untuk
perambatan daun dan buah. Perawatan buah dengan penyemprotan dan
pemberian pupuk susulan seperti pupuk NPK, KCL dan ZA. Saat musim
penghujan perlu penanganan ekstra dengan memperdalam got supaya air
tidak menggenang sehingga dapat merusak tanaman.
Penanaman melon dapat mencapai dua kali dalam setahun untuk
satu lahan, masa tanamnya selama kurang lebih 3 bulan dalam sekali
musim tanam. Setelah panen buah melon, tanah dapat ditanami pare,
kacang panjang, terong atau cabai selama kurang lebih 3 bulan, setelah itu
untuk menetralkan tanah ditanami padi. Setelah panen padi kembali
ditanami untuk budidaya melon. Pola tanamnya menjadi melon-pare-padi-
melon.
Pada saat melakukan budidaya melon, ditanam terlebih dulu bibit
untuk pejantan, baru setelah sekitar satu minggu ditanam bibit untuk
betina. Pada saat bibit pejantan sudah berbunga, bunganya dipetik
disilangkan dengan bunga hasil dari benih betina sampai menghasilkan
buah untuk menghasilkan benih MAI 119. Pada buah melon sebenarnya
dalam satu tanaman sudah ada bunga jantan maupun betina, namun,
budidaya melon di CV. Multi Global Agrindo diarahkan untuk benih maka
harus dihasilkan buah yang unggul, sehingga disilangkan antara bunga
jantan dari benih pejantan unggulan hasil research dengan bunga betina
dari hasil benih research supaya menghasilkan buah unggulan untuk
benih. Satu bunga pejantan dapat menyerbuki sepuluh bunga betina,
sehingga luas lahan untuk benih pejantan hanya 10 % dari luas lahan untuk
menanam benih betina.
Luas lahan produksi di CV. Multi Global Agrindo mencapai 8
hektar atau 80.000 m2 untuk melakukan proses produksi keseluruhan benih
dengan berbagai varietas. Hanya beberapa bagian yang digunakan untuk
produksi benih melon dan masih terbagi dalam empat varietas. Luas lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang digunakan untuk produksi melon MAI 119 dapat dilihat dari Tabel 8
berikut :
Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
Varietas MAI
119
Th. 2006
(m2)
Th. 2007
(m2)
Th. 2008
(m2)
Th. 2009
(m2)
Benih Betina 3000 3600 4000 4500
Benih Jantan 300 360 400 450
JUMLAH 3300 3960 4400 4950
Sumber : Data Sekunder
Luas lahan untuk budidaya melon varietas MAI 119 meningkat
dari tahun ke tahun, akibat semakin tingginya permintaan pasar maka
perusahaan harus mengimbangi dengan peningkatan produksi, hal ini
sebanding dengan bertambahnya luas dan jumlah produksi benih melon.
Benih melon hasil produksi akan dipasarkan ke konsumen. Proses
produksi benih melon dari budidaya sampai benih siap dipasarkan
memerlukan waktu sekitar lima bulan, selama waktu itu perlu dijaga
kontinyuitas produksi benih melon varietas MAI 119 untuk memenuhi
permintaan pasar. Dengan luas lahan yang tersedia, perusahaan
mengusahakan hasil produksi buah melon yang optimal. Buah melon
tersebut akan diambil bijinya dan diolah menjadi benih yang siap jual
sehingga menghasilkan penerimaan bagi perusahaan.
2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi
Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar
Penerimaan perusahaan merupakan hasil penjualan dari produk
yang dihasilkan. Penerimaan benih melon varietas MAI 119 didapatkan
dari hasil perkalian antara produksi benih melon varietas MAI 119 selama
satu tahun dengan harga. Satu buah melon dengan berat sekitar 1,5 kg
untuk benih terdapat sekitar 450 biji, dari biji yang ada hanya sekitar 300
biji yang dapat digunakan untuk prosesing menjadi benih, sehingga sekitar
sepertiga dari biji buah tidak bisa diproses. Hal ini disebabkan biji tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sempurna atau kosong. Dari biji yang berisi akan diolah, diproses menjadi
benih yang siap jual. Daging buah melon MAI 119 selama ini hanya
digunakan untuk pupuk dan sisanya dibuang, sehingga belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan penerimaan. Hanya
benih hasil pengolahan dari biji melon MAI 119 yang akan dijual untuk
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan.
Perhitungan penerimaan benih melon varietas MAI 119
menggunakan besarnya produksi selama satu tahun yang terjual habis,
sehingga besarnya jumlah produksi sama dengan jumlah penjualan. Harga
yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan harga jual perusahaan
kepada retail/agen yaitu sebesar Rp. 95.000,00/pak (20gr). Data
penerimaan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun Produksi Benih
melon (gr)
Konversi
dalam
pak
(20gr)
Harga jual per
pak (Rp)
Penerimaan
(Rp)
2006 19500 975 95.000 92.625.000
2007 25600 1280 95.000 121.600.000
2008 57650 2882,5 95.000 273.837.500
2009 120250 6012,5 95.000 571.187.500
Sumber : Analisis Data Sekunder
Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu
besarnya produksi dan harga. Produksi benih melon varietas MAI 119
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006
memproduksi 19,5 kg, tahun 2007 meningkat menjadi 25,6 kg, melonjak
dua kali lipat tahun 2008 menjadi 57,65 kg dan produksi tertinggi pada
tahun 2009 sebesar 120,25 kg. Penambahan hasil produksi yang besar
pada tahun 2009 disebabkan iklim pada tahun 2009 bagus untuk kondisi
tanaman sehingga menghasilkan benih yang jauh lebih banyak. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
peningkatan produksi menunjukkan bahwa benih ini sangat diterima di
pasar sehingga ada kontinyuitas produksi. Seiring dengan penambahan
jumlah produksi maka penerimaan perusahaan selalu meningkat dari tahun
ke tahun. Benih yang telah diproduksi dikemas dengan berat per pak 20gr,
dijual seharga Rp. 95.000,00 per pak.
Harga jual dari benih melon varietas MAI 119 ini selalu tetap
setiap tahunnya akibat sangat kompetitifnya persaingan di pasar, CV.
Multi Global Agrindo sebagai perusahaan baru dengan kulitas benih dari
dalam negeri harus siap bersaing dengan perusahaan benih impor. Untuk
menghadapi hal tersebut, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi
pemasaran dengan tidak menaikkan harga jual supaya tetap terjangkau
oleh konsumen sebanding dengan kualitas benih yang diproduksi.
3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi
Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar
Analisis biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
tentang keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh CV. Multi Global
Agrindo dalam memproduksi benih melon varietas MAI 119 yang meliputi
biaya budidaya tanaman melon, biaya pengolahan benih serta biaya
pemasaran. Secara keseluruhan, masing-masing komponen biaya tersebut
digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Penggolongan ini
didasarkan pada pengaruhnya terhadap produksi buah dan benih melon
varietas MAI 119 yang dihasilkan. Secara rinci, biaya memproduksi benih
melon varietas MAI 119 dapat diketahui dari tabel 10 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)
BIAYA TETAP 2006 2007 2008 2009
Sewa Tanah untuk Tanam 7.920.000 9.504.000 10.560.000 11.880.000 Sewa Bangunan 1.513.875 3.891.195 7.157.975 5.197.500 Biaya Riset 8.246.016 12.251.496 17.830.532 25.914.460 Gaji Staf Kantor 5.273.827 8.415.413 13.250.451 15.286.200 Pajak 501.446,1 1.470.945,9 1.412.084,3 1.978.165,8 Biaya Sosial 60.307,5 94.282,65 107.167,5 126.410,63 Biaya Promosi 191.812,5 1.132.733,3 506.165 957.930,19 Biaya Pemeliharaan Alat 1.103.991 3.584.830,6 2.341.394,3 3.913.803,5 Tunj Pelaksanaan Tugas 504.613,4 658.919,25 669.264,48 845.223,02 Tunj Sosial Karyawan 143.756,3 239.431,5 105.600 207.900 Tunj Kesejahteraan
Karyawan 548.418,8 671.962,5 1.076.900 1.242.450 Pembelian Benih
Pembanding 59.255,63 18.389,25 514.580 307.642,5 Jumlah biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686 BIAYA VARIABEL Gaji TK Harian 11.708.727 16.748.251 20.009.605 20.213.789 Pengolahan Tanah 2.773.332 3.640.888 8.199.110 17.102.222 Persemaian 770.304 1.011.200 2.277.174 4.749.874 Biaya Tanam 622.916 817.778 1.841.598 3.841.318 Biaya Pemeliharaan 5.498.998 7.219.200 16.257.300 33.910.500 Biaya Saprodi Pertanian 9.899.151 13.984.923 19.506.124 26.072.914 Biaya Panen 1.077.916 1.415.110 3.186.764 6.647.152 Biaya Oshu 2.064.262 2.808.909,9 5.126.807 9.232.398 Biaya Bahan Bakar 2.440.013 4.058.908,2 4.475.468,7 5.607.845,3 Biaya Pengemasan 296.520,8 289.369,08 288.681,14 3.441.832 Jumlah biaya variable 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844 Jumlah Biaya Total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530
Sumber : Analisis Data Sekunder
1. Biaya Tetap
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa biaya memproduksi
benih melon varietas MAI 119 digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Besarnya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah
produksi benih melon varietas MAI 119. Proporsi besarnya biaya tetap
untuk MAI 119 terhadap keseluruhan biaya ditentukan oleh direksi
perusahaan. Proporsi untuk total biaya tetap varietas MAI 119 yaitu 4,125
% pada tahun 2006, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 %
sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 %. Persentase didapat dari luasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
produksi varietas MAI 119 dibagi dengan luasan produksi keseluruhan
benih dan varietas di CV. Multi Global Agrindo. Berdasarkan hasil
analisis, yang tergolong ke dalam biaya tetap diantaranya yaitu biaya sewa
tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan, biaya riset, gaji staf kantor,
biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan alat, biaya
tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan,
tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih
pembanding. Penjelasan tentang unsur biaya tetap tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Biaya Sewa Tanah untuk Tanam
Biaya sewa tanah untuk tanam merupakan pembebanan biaya
yang harus ditanggung oleh perusahaan setiap tahunnya. Perusahaan
masih harus menyewa lahan petani untuk melakukan pembudidayaan
buah melon. Harga sewa dari tahun 2006 sampai 2009 masih tetap
yaitu Rp. 2.400.000,00 per 1000 m2 per tahun, dengan data luas tanam
pada tabel 8 maka dapat diketahui biaya sewa tanah pertahunnya.
Biaya sewa tanah untuk tanam mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun seiring dengan bertambahnya luas tanah untuk tanam.
Pertambahan luas tanam disebabkan bertambahnya target produksi
benih melon akibat permintaan pasar. Biaya sewa tanah untuk tanam
ini digolongkan biaya tetap karena besarnya tidak tergantung pada
jumlah produksi benih melon MAI 119.
b. Biaya Sewa Bangunan
Biaya sewa bangunan dimaksudkan biaya sewa untuk bangunan
dan lahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi benih
melon MAI 119, dapat dikatakan merupakan biaya sewa kantor. Secara
keseluruhan biaya sewa bangunan mencapai Rp. 130.145.000 pada
tahun 2008, sementara proporsi untuk MAI 119 hanya 5,5 % dari total
biaya. Besarnya biaya sewa bangunan untuk MAI 119 ini cenderung
meningkat dan biaya tertinggi terjadi pada tahun 2008 disebabkan
pemilik kantor mengadakan pembangunan untuk beberapa fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
ruangan penyimpan benih sehingga harga sewa meningkat mencapai
Rp. 7.157.975,00 setelah tahun 2009 kembali turun karena pemilik
bangunan memberikan keringanan biaya. Biaya sewa bangunan
termasuk biaya tetap karena berapa saja jumlah produksi MAI 119,
setiap tahunnya perusahaan harus mengeluarkan biaya sewa bangunan
yang besarnya sesuai dengan harga kesepakatan pemilik kantor dengan
pihak perusahaan.
c. Biaya Riset
Biaya riset merupakan biaya yang pasti dikeluarkan perusahaan
tiap tahun karena pada dasarnya perusahaan ini adalah perusahaan
yang selalu melakukan riset dalam memproduksi benih melon untuk
mendapat induk berkualitas tinggi. Biaya riset dikeluarkan untuk sewa
tanah, tenaga kerja ahli dan saprodi seperti budidaya tanaman
produksi, tetapi digunakan untuk penggaluran, test cross, test
combination (uji calon F1). Besarnya biaya riset mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun karena target produksi selalu
meningkat seiring dengan permintaan pasar. Adanya peningkatan
target produksi mengakibatkan ketersediaan benih induk harus lebih
banyak, akibatnya biaya riset meningkat. Biaya riset terbesar pada
tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 25.914.460,00 karena pada tahun tersebut
target produksi lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
d. Gaji Staf Kantor
Beban gaji staf kantor merupakan beban yang harus ditanggung
perusahaan dalam usaha produksi benih melon varietas MAI 119 untuk
membayar karyawan perusahaan (staf kantor) yang terlibat dalam
produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut. Besarnya gaji
tersebut ditentukan oleh pihak direksi dan bersifat tetap setiap
tahunnya. Besarnya biaya gaji staf kantor dari tahun 2006 sampai 2009
terus mengalami kenaikan karena adanya peningkatan gaji dan
penambahan karyawan. Adanya penambahan karyawan diharapkan
dapat semakin memperlancar kegiatan produksi di CV. Multi Global
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Agrindo karena setiap karyawan (staf kantor) memiliki tanggung
jawab yang berbeda di setiap bagian dalam rangkaian produksi benih
melon. Proporsi untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar
4,125 %, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 %
sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 %.
e. Beban Pajak
Beban pajak merupakan biaya yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada pihak pemerintah atas pemakaian berbagai fasilitas perusahaan
antara lain pajak telepon, fax, internet, telegram, pajak air, listrik dan
pajak bangunan. Beban pajak ini tidak bisa ditangguhkan perusahaan
karena pemakaian fasilitas yang ada. Fasilitas tersebut sangat berguna
untuk produksi, pemasaran maupun distribusi benih MAI 119. Proporsi
beban pajak untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar 4,125 %,
tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 % sedangkan tahun
2009 sebesar 6,1875 % dari total beban pajak secara keseluruhan
dalam satu tahun.
f. Biaya Sosial
Biaya sosial merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk kegiatan-kegiatan sosial berupa bantuan dana
maupun sumbangan seperti bantuan dana untuk perbaikan jalan,
sumbangan untuk perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya.
Proporsi besarnya biaya sosial untuk MAI 119 sama dengan gaji staf
kantor maupun beban pajak.
g. Biaya Promosi
Biaya promosi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk mempromosikan benih melon varietas MAI 119.
Biaya promosi selama tahun 2006-2009 cenderung berfluktuasi karena
perusahaan sering melakukan perluasan pasar dengan memasuki
daerah-daerah baru, sehingga pada saat itu biaya untuk promosi
meningkat, karena diperlukan biaya untuk mengikuti pameran serta
pembelian alat-alat promosi seperti spanduk dan kaos untuk promosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
serta penyebaran sampel benih melon MAI 119 ke pasar sasaran secara
gratis. Pasar sasaran yang dimaksudkan adalah petani yang meminta
sampel untuk benih MAI 119 untuk ditanam. Sampel yang diberikan
sebanyak 100 biji/pak. Biaya promosi tertinggi terjadi pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp. 1.132.733,30 karena pada tahun tersebut perusahaan
melakukan perluasan pasar dengan mengikuti banyak pameran dan
melakukan berbagai kegiatan promosi antara lain dengan pemasangan
spanduk dan pembuatan kaos.
h. Biaya Pemeliharaan Alat
Biaya pemeliharaan alat harus dikeluarkan perusahaan untuk
menjaga kondisi alat-alat kinerja perusahaan agar tetap berfungsi
dengan optimal. Misalnya perbaikan mobil dan pergantian suku
cadang. Kegiatan pemeliharaan mesin tersebut perlu dilakukan secara
rutin oleh pihak perusahaan. Biaya pemeliharaan alat termasuk biaya
depresiasi alat yang meliputi depresiasi untuk truk, pompa air, traktor,
mobil box, mobil angkut, mesin pengepres, mesin pengambil benih,
mesin waki (penyerap kelembapan udara), timbangan dan mesin
perekat (rincian biaya depresiasi dapat dilihat pada lampiran). Proporsi
besarnya biaya pemeliharaan alat untuk MAI 119 sama dengan gaji
tenaga kerja maupun beban pajak.
i. Tunjangan Pelaksanaan Tugas
Biaya tunjangan pelaksanaan tugas merupakan biaya yang
meliputi biaya perjalanan maupun seminar yang diikuti oleh
staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai sarana untuk
menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka pengembangan
perusahaan. Setiap tahunnya perusahaan mengeluarkan biaya ini akibat
kebijakan dari direksi perusahaan yang sangat menjunjung tinggi
wawasan dan pengembangan sumber daya manusia sehingga biaya ini
termasuk biaya tetap. Proporsi besarnya biaya tunjangan pelaksanaan
tugas untuk MAI 119 seperti dengan gaji tenaga kerja, biaya
pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
biaya tunjangan pelaksanaan tugas selama tahun 2006, 4,95 % selama
tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun
2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan pelaksanaan tugas
tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya
tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya
untuk melon.
j. Tunjangan Sosial Karyawan
Biaya tunjangan sosial karyawan merupakan salah satu biaya
yang dikeluarkan perusahaan sebagai kepedulian terhadap
staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai penunjang kesehatan
karyawan. Digolongkan dalam biaya tetap karena keputusan direksi
perusahaan untuk mengeluarkan biaya ini setiap tahunnya. Proporsi
besarnya biaya tunjangan sosial karyawan untuk MAI 119 sama
dengan tunjangan pelaksanaan tugas, gaji tenaga kerja, biaya
pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total
biaya tunjangan sosial karyawan selama tahun 2006, 4,95 % selama
tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun
2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan sosial karyawan
tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya
tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya
untuk melon saja.
k. Tunjangan Kesejahteraan Karyawan
Biaya tunjangan kesejahteraan karyawan berbeda dengan
tunjangan sosial, karena diberi secara berkala dalam beberapa bulan
sekali, sementara tunjangan sosial diberi per bulan. Tunjangan ini
merupakan pemberian bonus kepada karyawan yang berprestasi
maupun sebagai bonus pada saat hari raya. Termasuk biaya tetap
karena setiap tahun perusahaan mengeluarkan biaya ini. Proporsi
besarnya biaya tunjangan kesejahteraan karyawan untuk MAI 119
sama dengan tunjangan sosial karyawan, tunjangan pelaksanaan tugas,
gaji tenaga kerja, biaya pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sebesar 4,125 % dari total biaya tunjangan sosial karyawan selama
tahun 2006, 4,95 % selama tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan
6,1875 % selama tahun 2009. Proporsi ini dipakai karena biaya
tunjangan kesejahteraan karyawan tergolong dalam biaya tetap yang
harus dipisahkan dari total biaya tetap dari seluruh varietas yang
diproduksi perusahaan, tidak hanya untuk melon saja.
l. Pembelian Benih Pembanding
Biaya pembelian benih pembanding selalu dikeluarkan
perusahaan setiap tahunnya karena bagian riset perusahaan selalu
membutuhkan benih pembanding yang sedang trend di pasar dan
memiliki brand yang bagus sebagai control kualitas produksi benih
MAI 119 yang dihasilkan. Pembelian secara berkala tidak bergantung
pada jumlah produksi MAI 119 yang dihasilkan.
Total biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pertahunnya tidak
terlalu banyak selisihnya, namun terus mengalami peningkatan seiring
kemajuan perusahaan. Pada tahun 2006, total biaya tetap yang dikeluarkan
sebesar Rp. 26.067.320,00, tahun 2007 meningkat menjadi Rp.
41.933.599,00, pada tahun 2008 kembali meningkat menjadi sebesar Rp.
55.532.114,00, terakhir pada tahun 2009 biaya tetap total perusahaan
mencapai Rp.67.857.686,00. Peningkatan biaya tetap dikarenakan
bertambahnya aktivitas perusahaan dan kemajuan perusahaan, antara lain
biaya riset semakin besar, promosi semakin besar, biaya pemeliharaan alat
semakin besar, staf bertambah banyak, tunjangan untuk karyawan semakin
besar. Selain biaya tetap, perusahaan juga menanggung biaya variabel
dalam memproduksi benih MAI 119.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh
jumlah produksi. Biaya variabel dari proses produksi benih melon varietas
MAI 119 dapat dibedakan atas biaya tenaga kerja harian, biaya pengolahan
tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya saprodi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan. Secara
rinci penggolongan biaya variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Gaji Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja harian adalah pekerja di CV. Multi Global Agrindo
diluar staf kantor. Tenaga kerja harian bertugas untuk memproses
benih dari buah yang dibudidayakan menjadi benih siap jual. Gaji
tenaga kerja harian tergantung pada jumlah produksi benih melon MAI
119. Gaji tenaga kerja harian tergolong besar karena memerlukan 50
sampai 100 tenaga kerja untuk proses memproduksi benih melon.
Banyaknya pekerja berfluktuatif karena tergantung pada banyaknya
pekerjaan di CV. Multi Global Agrindo. Apabila pada waktu tertentu
ada produksi benih besar – besaran, kegiatan di lahan bertambah, maka
tenaga kerja harian bertambah.
b. Biaya Pengolahan Tanah
Biaya pengolahan tanah termasuk biaya varibel karena semakin
banyak produksi benih MAI 119 maka biaya pengolahan tanah makin
besar. Biaya pengolahan tanah meliputi biaya pembayaran pekerja
untuk membajak, membuat bedeng, mengecer pupuk dan memasang
mulsa. Hal ini berarti semakin banyak produksi benih MAI 119 berarti
pemabayaran hari orang kerja makin besar. Biaya pengolahan tanah
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan
peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya
terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 17.102.222,00 karena pada tahun
tersebut luas tanah paling besar.
c. Biaya Persemaian
Biaya persemaian juga termasuk biaya variabel karena semakin
banyak benih yang diproduksi berarti semakin banyak benih yang
harus disemai. Jumlah benih yang disemai tergantung pada tes daya
tumbuh benih berapa persen, apabila untuk menanam benih melon
dalam 1000 m2 lahan diperlukan sekitar 2000 biji dan diketahui bahwa
daya tumbuh 80 %, maka akan menyemai 2400 benih. Biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
persemaian meliputi biaya buruh atau tenaga kerja untuk melakukan
semai, perawatan maupun untuk mengangkut bibit. Semakin banyak
benih yang diproduksi berati hari orang kerja bertambah, biaya
persemaian bertambah. Biaya persemaian terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah
produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun
2009 sebesar Rp. 4.749.874,00 karena pada tahun tersebut benih yang
harus disemai lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
d. Biaya Tanam
Biaya tanam juga termasuk biaya variabel seperti halnya dengan
biaya pengolahan tanah maupun biaya semai. Biaya tanam mencakup
biaya pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan
penanaman dan memasang ajir. Semakin banyak benih yang akan
diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin banyak akibatnya
menambah hari orang kerja, maka penambahan jumlah produksi
semakin menambah biaya. Biaya tanam terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih
melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp.
3.841.318,00 karena bertambahnya bibit yang ditanam.
e. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan termasuk biaya variabel mencakup biaya
pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan serangkaian
kegiatan pemeliharaan tanaman. Kegiatan tersebut antara lain
penyulaman, pengairan, penyiangan, menali, menggantung buah,
pemberian pupuk susulan dan kegiatan penjagaan. Semakin banyak
benih yang akan diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin
banyak akibatnya menambah hari orang kerja, maka penambahan
jumlah produksi semakin menambah biaya. Biaya pemeliharaan terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan
peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya
terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 33.910.500,00 karena bibit yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dipelihara jumlahnya semakin banyak sebanding dengan bertambahnya
luas tanam, hasil buah ditahun 2009 juga melimpah.
f. Biaya Saprodi Pertanian
Biaya saprodi pertanian termasuk biaya variabel karena semakin
banyak buah melon yang ditanam untuk memproduksi benih maka
semakin besar biaya untuk membeli sarana produksi. Pembelian sarana
produksi antara lain untuk pembelian pupuk (ZA, SP, KCL, NPK),
pembelian pestisida, mulsa, rafia, perekat, bambu klip dan ajir. Biaya
saprodi terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 26.072.914,00 akibat
hasil produksi yang terbesar juga terjadi pada tahun 2009. Apabila
dilakukan pemisahan biaya pada tahun 2009 untuk pembelian pupuk
sebesar Rp. 8.171.251,25 atau sebesar 31,34 % dari total biaya saprodi,
untuk pembelian pestisida sebesar Rp. 5.696.931,71 atau sebesar 21,85
% dari total biaya saprodi, untuk mulsa, ajir dan lain-lain sebesar Rp.
12.204.731,04 atau sebesar 46,81 % dari total biaya saprodi.
g. Biaya Panen
Biaya panen termasuk biaya variabel mencakup biaya
pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan panen
buah. Selain itu untuk membeli peralatan saat panen, antara lain
pembelian karung kresek, kantong benih dan tong benih. Semakin
banyak benih yang akan diproduksi berarti alat yang digunakan
bertambah, juga menambah biaya tenaga kerja. Akibatnya biaya panen
bertambah. Biaya panen terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon
varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp.
6.647.152,00 karena bertambahnya hasil panen.
h. Biaya Oshu
Biaya oshu adalah biaya untuk memproduksi benih untuk
pejantan. Total biaya oshu sebesar 10 % dari total biaya produksi
untuk benih betina meliputi biaya pengolahan tanah, persemaian, biaya
tanam, pemeliharaan, biaya saprodi dan biaya panen. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
disebabkan satu bunga jantan dapat membuahi sepuluh bunga betina,
jadi luas tanam untuk benih betina dapat sepuluh kali lipat dari luas
tanam untuk benih jantan yang akan diambil bunganya untuk proses
penyerbukan. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti
benih betina yang dibudidayakan semakin banyak, akibatnya benih
jantan bertambah kebutuhannya, biaya oshu meningkat. Biaya oshu
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan
peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya
terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp 9.232.398,00 karena terjadi
peningkatan jumlah produksi
i. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar ini dimaksudkan untuk transportasi. Biaya
bahan bakar digolongkan ke dalam biaya variabel dikarenakan besar
kecilnya biaya tersebut dipengaruhi oleh produksi benih melon varietas
MAI 119. Bahan bakar yang digunakan dalam pengolahan benih
melon varietas MAI 119 adalah bensin dan solar sebagai penunjang
sarana transportasi, semakin banyak produksi benih, pasar tersebar
semakin luas akibatnya biaya bahan bakar untuk transportasi
bertambah. Biaya pengeluaran terbesar untuk bahan bakar terjadi pada
tahun 2009, yaitu sebesar Rp 5.607.845,30 karena bertambahnya benih
yang dipasarkan.
j. Biaya Pengemasan
Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membeli alat pengemas yang berupa aluminium foil, stiker, kardus,
dan kantong plastik. Besarnya biaya pengemasan ini dipengaruhi oleh
besarnya produksi benih melon varietas MAI 119. Semakin besar
produksi benih melon varietas MAI 119, maka semakin besar biaya
pengemasan yang harus dikeluarkan. Terjadinya fluktuasi pada biaya
pengemasan di CV. Multi Global Agrindo terjadi akibat persediaan
alat pengemas yang ada, namun saat terjadi lonjakan produksi tahun
2009, biaya pengemasan naik drastis dari Rp. 288.681,14,00 menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Rp 3.441.832,00 yang merupakan biaya pengemasan terbesar selama
tahun 2006 sampai 2009.
Jumlah biaya variabel selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Tahun 2006 jumlah biaya variabel sebesar Rp.37.152.139,00.
Tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 51.994.537,00, tahun 2008 meningkat
hamper dua kali lipat menjadi Rp. 81.168.632,00 seiring dengan
peningkatan produksi. Jumlah biaya variabel tertinggi tahun 2009 sebesar
Rp. 130.819.844,00.
Penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam proses
produksi benih melon varietas MAI 119 menghasilkan biaya total.
Besarnya biaya total antara tahun 2006-2009 selalu mengalami
peningkatan karena jumlah produksi benih MAI 119 mengalami
peningkatan. Biaya total terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp
63.219.459,00 dan biaya total tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu
sebesar Rp 198.677.530,00. Komponen biaya yang sudah diketahui baik
biaya tetap maupun biaya variabel berguna dalam mengetahui keuntungan
perusahaan maupun dalam menganalisis break even point perusahaan.
4. Analisis Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan
keseluruhan biaya produksi. Penerimaan total dari penjualan benih melon
varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo diperoleh dari perkalian
antara harga jual benih dengan jumlah benih yang terjual. Keuntungan
yang diperoleh CV. Multi Global Agrindo pada tahun 2006-2009 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo
Keterangan Tahun
2006 2007 2008 2009
Penerimaan Total 92.625.000 121.600.000 273.837.500 571.187.500
Biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686
biya variabel 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844
Biaya total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530
Keuntungan 29.405.541 27.671.864 137.136.755 372.509.970
Sumber: Analisis Data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi
Global Agrindo selalu memperoleh keuntungan bahkan terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan jumlah produksi
benih melon varietas MAI 119 yang semakin meningkat sementara
proporsi kenaikan biaya total lebih kecil daripada proporsi kenaikan
penerimaan perusahaan. Mulai tahun 2007 penerimaan total meningkat
lebih dari 200%, sementara kenaikan biaya total tidak mencapai 200%.
Hal ini terjadi akibat penekanan biaya saprodi. Keuntungan tertinggi yang
diperoleh CV. Multi Global Agrindo adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar
Rp. 372.509.970,00. Tinggi rendahnya keuntungan tergantung dari jumlah
penerimaan dan biaya totalnya.
5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119 di
CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar
Analisis Break even point (BEP) merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk mengetahui kondisi impas suatu usaha, sehingga dengan
analisis BEP dapat diketahui besarnya produksi saat mencapai kondisi
keuntungan sama dengan nol. Dengan demikan, jumlah produksi tersebut
dijadikan sebagai jumlah produksi minimum yang harus dicapai
perusahaan agar terhindar dari kerugian. Analisis BEP dibedakan menjadi
dua yaitu BEP atas dasar unit (kg) dan BEP atas dasar rupiah.
Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara
biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variable per
unit (marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan
membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai
BEP atas dasar rupiah menunjukkan seberapa besar minimal penerimaan
yang harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Penerimaan
tersebut sama besarnya dengan biaya total yaitu penjumlahan antara biaya
tetap dan biaya variabel. Nilai BEP atas dasar unit dan nilai BEP atas dasar
rupiah tersaji pada Tabel 12 dan Tabel 13 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 12.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun Jumlah Biaya
Tetap (Rp)
Jumlah Biaya Variabel
(Rp)
Produksi (kg)
Biaya Variabel per unit Harga/kg BEP
(kg)
2006 26.067.320 37.152.139 19,5 1.905.237,90 4.750.000 9,16
2007 41.933.599 51.994.537 25,6 2.031.036,60 4.750.000 15,42
2008 55.532.114 81.168.632 57,65 1.407.955,45 4.750.000 16,62
2009 67.857.686 130.819.844 120,25 1.087.898,91 4.750.000 18,53
Sumber : Analisis Data Sekunder
Nilai BEP atas dasar unit menunjukkan seberapa besar minimal
produksi yang harus dicapai perusahaan tersebut selama satu tahun agar
terhindar dari kerugian atau telah mampu menutup semua biaya, baik
biaya tetap maupun biaya variabelnya. Selain break even point atas dasar
unit, juga dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada
tabel 13 berikut ini :
Tabel 13.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun Jumlah Biaya
Tetap (Rp)
Jumlah Biaya
Variabel
(Rp)
Penerimaan BEP (Rp)
2006 26.067.320 37.152.139 92.625.000 43.525.527,10
2007 41.933.599 51.994.537 121.600.000 73.257.549,32
2008 55.532.114 81.168.632 273.837.500 78.926.997,52
2009 67.857.686 130.819.844 571.187.500 88.016.141,73
Sumber : Analisis Data Sekunder
Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan
jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan
bahwa jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi
Global Agrindo telah melampaui titik break even/titik impas. Dengan
demikian maka CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah
mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo
(MGA) tahun 2006 – 2009 :
(30,000,000)
(20,000,000)
(10,000,000)
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
3 5 9 12 15
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global
Agrindo telah melampaui titik impas, pada saat produksi 9,16 kg dan
penerimaan sebesar Rp. 43.525.527,10. Kondisi BEP mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007,
tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai
berikut :
(40,000,000)
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
10 12 15 17 20
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n
TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 11. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2007, CV. Multi Global
Agrindo kembali dapat melampaui titik impas, yaitu pada saat produksi
15,42 kg dan penerimaan sebesar Rp.73.257.549,32. Kondisi BEP kembali
mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di
tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008
sebagai berikut :
(40,000,000)
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
10 13 17 20 21
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi
Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu
pada saat produksi 16,62 kg dan penerimaan sebesar Rp.78.926.997,52.
Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan
seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break
Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(40,000,000)
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
12 15 19 24 26
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009
Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV.
Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui,
yaitu pada saat produksi 18,53 kg dan penerimaan sebesar
Rp.88.016.141,73. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui
bahwa titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan
garis total penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat
terjadi BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama
dengan nol.
Perusahaan selalu menginginkan keuntungan dalam setiap
usahanya, namun, pada kenyataannya kondisi di pasar akan selalu
berubah-ubah, sehingga penting untuk meramalkan dan mengetahui
kemungkinan perubahan tersebut maka akan dikaji analisis sensitivitas
bagi usaha pembenihan melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global
Agrindo Kabupaten Karanganyar.
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk mengetahui
dampak perubahan variabel-variabel penting terhadap hasil yang mungkin
terjadi. Variabel-variabel yang dianggap penting dalam penelitian ini
terkait dengan analisis yang digunakan yaitu variabel jumlah produksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
variabel biaya, dan variabel harga. Perubahan-perubahan dari variabel
penting tersebut tersaji pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun Produksi
benih melon (kg)
Perubahan produksi
(%)
Total biaya produksi
(Rp)
Perubahan biaya (%)
Harga jual/kg (Rp)
Perubahan harga
(%) 2006 19,5 - 63.219.459 - 4.750.000 -
2007 25,6 31,28 93.928.136 48,57 4.750.000 0
2008 57,65 125,19 136.700.746 45,54 4.750.000 0
2009 120,25 108,59 198.677.530 45,34 4.750.000 0
Sumber : Analisis Data Sekunder
Harga jual benih melon varietas MAI 119 per kilogram di CV.
Multi Global Agrindo konstan selama tahun 2006-2009 yaitu sebesar Rp.
4.750.000,00 per kilogramnya, sehingga perubahan harga jual 0%.
Diambil perusahaan sejenis yang menjual benih melon dengan kualitas
bersaing dengan MAI 119. Perusahaan yang dijadikan pembanding adalah
perusahaan Sakata merupakan perusahaan benih impor dengan merk
Glamor, benih melon merk ini juga disukai konsumen dari segi
kualitasnya, selang waktu 2009 sampai 2010 harga jual benih perusahaan
meningkat dari Rp. 46.000,00/100 biji menjadi Rp. 65,000,00/100 biji
(sumber : data pesaing CV. Multi Global Agrindo). Hal ini berarti terjadi
perubahan harga jual sebesar 41,30%.
Berdasarkan hasil analisis tentang perubahan beberapa variabel
yang tertera pada tabel 14 maka dapat dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan analisis sensitivitas yaitu dengan tujuan utama untuk
mengetahui kepekaan variabel-variabel tersebut terhadap perubahan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan metode trial and eror atau coba-
coba dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi benih melon
varietas MAI 119, biaya, serta harga benih melon varietas MAI 119.
Besarnya persentase perubahan yang digunakan pada analisis sensitivitas
yaitu menaikkan dan menurunkan jumlah produksi sebesar 31,28%, biaya
produksi sebesar 45,34% dan harga produk sebesar 41,30%. Perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
berdasarkan besarnya perubahan terendah dari data jumlah produksi, biaya
produksi selama tahun analisis 2006-2009, dan harga jual produk dari
benih pesaing MAI 119 di pasar, dengan karakteristik benih yang sama.
Adanya perubahan pada variabel yang diteliti yaitu jumlah
produksi, biaya, dan harga jual benih melon varietas MAI 119 akan
menyebabkan perubahan pada titik Break Even Point (BEP). Secara rinci
analisis sensitivitas BEP tersaji pada Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo
No
Komponen perubahan
BEP Benih MAI 119
(kg)
BEP Benih MAI
119
(Rp)
Semua konstan (thn. 2009) 18,53 88.016.141,73
1 Jumlah Produksi 120,25 kg
(+)31,28% 17,30 82.198.420,33
(-)31,28% 21,43 101.776.097,30
2 Biaya Produksi 198.677.530
(+)45,34% 31,12 147.834.719,40
(-)45,34% 8,93 42.398.862,70
3 Harga Rp. 4.750.000,00
(+)41,3% 12,07 80.984.332,05
(-)41,3% 39,91 111.273.603,5
Sumber : Analisis Data Sekunder
Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas dapat dijabarkan
dalam tabel 16 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo
Sumber : Analisis Data Sekunder
Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu bertujuan
menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan
akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang
mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis
sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga,
dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi
peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi,
pengurangan biaya produksi dan kenaikan harga jual. Sebaliknya terjadi
penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi,
peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume
penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari
Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 551.157.470,00 atau sebesar 47,96%.
Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan
perusahaan dari Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 282.429.577,90 atau
sebesar 24,18%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan
perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
No Uraian jml produksi Harga jual Biaya tetap Biaya Variabel Biaya
Variabel per unit
penerimaan BEP per unit
BEP (Rp) Keuntungan
1. jml produksi 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970
(+)31,28% 157,86 4.750.000 67.857.686 130.819.844 828.707,99 749.835.000 17,30 82.198.420,33 551.157.
(-)31,28% 82,64 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.583.008,76 392.540.000 21,43 101.776.097,30 193.862.
2. biaya 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970
(+)45,34% 120,25 4.750.000 98.624.360,83 190.133.561,3 1.581.152,28 571.187.500 31,12 147.834.719,40 282.429.577,
(-)45,34% 120,25 4.750.000 37.091.011,17 71.506.126,73 594.645,54 571.187.500 8,93 42.398.862,70 462.590.362,
3. harga 120,25 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 571.187.500 18,53 88.016.141,73 372.509.970
(+)41,30% 120,25 6.711.750 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 807.087.937,5 12,07 80.984.332,05 608.410.407,
(-)41,30% 120,25 2.788.250 67.857.686 130.819.844 1.087.898,91 335.287.062,5 39,91 111.273.603,5 136.609.532,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Kondisi yang telah dipaparkan merupakan kondisi seluruh hasil
produksi benih terjual semua tanpa ada resiko kerusakan maupun retur
dari agen. Berdasarkan wawancara dengan direksi perusahaan, tiap
tahunnya ada benih yang tidak dapat dijual dan retur karena beberapa
faktor antara lain daya tumbuhnya kurang dari 85%, kesalahan polinasi,
maupun tidak laku dijual oleh agen. Benih yang retur tersebut tidak
menghasilkan penerimaan, sehingga adanya retur dianggap sebagai sebuah
resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan perusahaan. Berikut adalah
data jumlah retur dan penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV.
Multi Global Agrindo :
Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009
Tahun
Produksi Benih melon
(gr)
Jumlah retur (gr)
Persen tase
Jumlah retur (%)
Produksi Terjual
(gr)
Konversi dalam Pak
(20 gr)
Harga jual per
pak (Rp)
Penerimaan (Rp)
2006 19500 5250 26,92 14250 712,5 95.000 67.687.500
2007 25600 4700 18,36 20900 1045 95.000 99.275.000
2008 57650 13850 24,02 43800 2190 95.000 208.050.000
2009 120250 30100 25,03 90150 4507,5 95.000 428.212.500
Sumber : Analisis Data Sekunder
Produksi yang tidak terjual/retur merupakan sebuah resiko yang
dihadapi perusahaan. Semakin banyak jumlah benih yang retur, maka
semakin mengurangi penerimaan perusahaan. Hal ini dikarenakan jumlah
produksi yang terjual berkurang. Hal ini juga sangat mempengaruhi
keuntungan perusahaan, ditunjukkan pada tabel 18 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur
Keterangan Tahun
2006 2007 2008 2009
Penerimaan Total 67.687.500 99.275.000 208.050.000 428.212.500
Biaya tetap 26.067.320 41.933.599 55.532.114 67.857.686
biya variabel 37.152.139 51.994.537 81.168.632 130.819.844
Biaya total 63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530
Keuntungan 4.468.041 5.346.864 71.349.254 229.534.970
Sumber: Analisis Data Sekunder
Keuntungan perusahaan sangat kecil saat dua tahun pertama
memasuki pasar (2006-2007) dibandingkan dengan tahun 2008-2009, hal
ini disebabkan CV. Multi Global Agrindo masih pemula memasuki
persaingan bisnis penjualan benih tanaman hortikultura terkhususnya
melon. Masih terbatasnya promosi maupun ekspansi pasar sehingga
pemasaran masih sangat terbatas, namun, kegiatan promosi besar-besaran
di tahun 2007 memberikan hasil di tahun 2008 dan 2009, terjadi
peningkatan keuntungan mencapai lebih dari sepuluh kali lipat di tahun
2008. Keuntungan yang besar disebabkan adanya penerimaan yang jauh
lebih besar dari biaya produksi. Dengan adanya perubahan penerimaan dan
biaya produksi akibat adanya retur, maka akan mempengaruhi break event
point perusahaan.
BEP atas dasar unit maupun rupiah yang dicapai perusahaan saat
diperhitungkan adanya resiko benih yang tidak terjual/retur mengalami
perubahan, tersaji dalam tabel 19 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 19.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur
Tahun Jumlah
Biaya Tetap (Rp)
Jumlah Biaya
Variabel (Rp)
Produksi Terjual
(kg)
Biaya Variabel per
unit Harga/kg
BEP (kg)
2006 26.067.320 37.152.139 14,25 2.607.167,65 4.750.000 12,16
2007 41.933.599 51.994.537 20,90 2.487.776,89 4.750.000 18,54
2008 55.532.114 81.168.632 43,80 1.853.165,11 4.750.000 19,17
2009 67.857.686 130.819.844 90,15 1.451.135,26 4.750.000 20,57
Sumber : Analisis Data Sekunder
Nilai BEP atas dasar unit setelah memperhitungkan retur juga
menunjukkan seberapa besar minimal produksi yang harus dicapai
perusahaan tersebut selama satu tahun agar terhindar dari kerugian atau
telah mampu menutup semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabelnya. Nilai BEP mengalami peningkatan dibanding sebelum
memperhitungkan adanya resiko karena perusahaan menanggung beban
biaya yang lebih besar. Selain break even point atas dasar unit, juga
dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada tabel 20
berikut ini :
Tabel 20.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur
Tahun Jumlah Biaya
Tetap (Rp)
Jumlah Biaya
Variabel
(Rp)
Penerimaan BEP (Rp)
2006 26.067.320 37.152.139 67.687.500 57.783.227,86
2007 41.933.599 51.994.537 99.275.000 88.048.165,70
2008 55.532.114 81.168.632 208.050.000 91.057.154,41
2009 67.857.686 130.819.844 428.212.500 97.707.555,25
Sumber : Analisis Data Sekunder
Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan
jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan
bahwa jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Global Agrindo setelah memperhitungkan resiko, masih dapat melampaui
titik break even/titik impas. Dengan demikian maka CV. Multi Global
Agrindo Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan keuntungan dari
usaha benih melon varietas MAI 119.
Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo
(MGA) tahun 2006 – 2009 setelah memperhitungkan adanya resiko/retur
benih melon varietas MAI 119 yang diproduksi :
(20,000,000)
(10,000,000)
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
9 10 12 14 15
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2006
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global
Agrindo setelah memperhitungkan adanya resiko tetap mampu melampaui
titik impas. Kondisi impas/BEP terjadi pada saat produksi 12,16 kg dan
penerimaan sebesar Rp. 57.783.227,86. Kondisi BEP mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007,
tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
14 16 19 20 22
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2007
Berdasarkan grafik diatas, setelah memperhitungkan adanya resiko,
CV. Multi Global Agrindo tetap melampaui titik impas pada tahun 2007,
yaitu pada saat produksi 18,54 kg dan penerimaan Rp. 88.048.165,70.
Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan
jumlah produksi di tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV.
MGA Tahun 2008 sebagai berikut :
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
15 17 19 22 23
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi
Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu
pada saat produksi 19,17 kg dan penerimaan sebesar Rp. 91.057.154,41.
Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan
seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break
Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut :
(40,000,000)
(20,000,000)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
12 15 21 24 26
Produksi dan Penjualan
Bia
ya d
an P
ener
imaa
n TFC
TVC
TC
Sales
Profit
B E P
Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA
Tahun 2009
Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV.
Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui,
yaitu pada saat produksi 20,57 kg dan penerimaan sebesar Rp.
97.707.555,25. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa
titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan garis total
penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat terjadi
BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama dengan
nol.
Perusahaan selalu menginginkan keuntungan dalam setiap
usahanya, sehingga harus diperhitungkan berbagai kemungkinan
perubahan berbagai variabel akibat perubahan pasar. Perubahan variabel
tersebut antara lain perubahan biaya, perubahan jumlah produksi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
terjual dan perubahan harga supaya perusahaan terhindar dari kerugian.
Berbagai kemungkinan tersebut tersaji dalam analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan perubahan minimum
yang pernah terjadi di perusahaan (sesuai tabel 14), maka persentase yang
dipilih adalah perubahan produksi sebesar 31,28%, biaya produksi sebesar
45,34% dan perubahan harga sebesar 41,30%, disajikan dalam tabel 21
berikut ini :
Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur
No
Komponen perubahan
BEP Benih MAI 119
(kg)
BEP Benih MAI
119
(Rp)
Semua konstan (thn. 2009) 20,57 97.707.555,25
1 Jumlah Produksi 120,25 kg
(+)31,28% 18,62 88.438.162,68
(-)31,28% 25,72 122.169.415,20
2 Biaya Produksi 198.677.530
(+)45,34% 37,34 177.387.316,7
(-)45,34% 9,37 44.526.355,04
3 Harga Rp. 4.750.000,00
(+)41,3% 12,90 86.576.160,17
(-)41,3% 50,75 141.501.838,10
Sumber : Analisis Data Sekunder
Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas setelah
memperhitungkan resiko dapat dijabarkan dalam tabel 22 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo
Sumber : Analisis Data Sekunder
Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu bertujuan
menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan
akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang
mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis
sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga,
dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi
peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi,
pengurangan biaya produksi dan penambahan harga jual. Sebaliknya
terjadi penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi,
peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume
penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari
Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 363.479.840,00 atau sebesar 58,35%.
Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan
perusahaan dari Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 139.454.577,90 atau
sebesar 39,24%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan
perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Setelah dipertimbangkan adanya resiko
perusahaan tetap mendapat keuntungan.
No Uraian jml produksi Harga jual Biaya tetap Biaya Variabel Biaya
Variabel per unit
penerimaan BEP per unit
BEP (Rp) Keuntungan
1. jml produksi 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.
(+)31,28% 118,35 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.105.374,21 562.157.370 18,62 88.438.162,68 363.479.
(-)31,28% 61,95 4.750.000 67.857.686 130.819.844 2.111.663,65 294.267.630 25,72 122.169.415,20 95.590.100
2. biaya 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.
(+)45,34% 90,15 4.750.000 98.624.360,83 190.133.561,3 2.109.079,99 428.212.500 37,34 177.387.316,7 139.454.577,
(-)45,34% 90,15 4.750.000 37.091.011,17 71.506.126,73 793.190,53 428.212.500 9,37 44.526.355,04 319.615.362,
3. harga 90,15 4.750.000 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 428.212.500 20,57 97.707.555,25 229.534.
(+)41,30% 90,15 6.711.750 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 605.064.262,5 12,90 86.576.160,17 406.386.732,
(-)41,30% 90,15 2.788.250 67.857.686 130.819.844 1.451.135,26 251.360.737,5 50,75 141.501.838,10 52.683.207,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
B. PEMBAHASAN
Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara
biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit
(marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan
membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai BEP
atas dasar unit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah biaya tetap,
harga dan biaya variable per unit. Jumlah biaya tetap bersifat berbanding lurus
terhadap nilai BEP, artinya jika jumlah biaya tetap tinggi maka nilai BEP juga
akan tinggi, dan sebaliknya. Sedangkan harga mempunyai hubungan yang
berbanding terbalik dengan nilai BEP, artinya jika harga naik maka nilai BEP
akan turun, dan sebaliknya. Marjin kontribusi yang besar akan menyebabkan
penurunan pada nilai BEP. Pada kenyataannya di CV. Multi Global Agrindo
menetapkan strategi pemasaran harga tetap sehingga perlu diketahui
perubahan nilai BEPnya.
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa CV. Multi Global
Agrindo produksinya selalu melampaui titik impas bahkan meningkat dari
tahun ke tahun walaupun harga jual benih dari perusahaan selalu tetap. Pada
tahun 2006 kondisi impas terjadi pada produksi 9,16 kg. Sedangkan produksi
benih melon varietas MAI 119 yang telah dihasilkan perusahaan pada tahun
2006 sebesar 19,5 kg. Dengan demikian jumlah produksi tersebut telah
melampaui titik impas dan menghasilkan keuntungan.
Pada tahun 2007, BEP terjadi saat perusahaan memproduksi benih
MAI 119 sebesar 15,42 kg, pada kenyataanya telah memproduksi sebesar 25,6
kg benih melon varietas MAI 119, sehingga perusahaan telah melampaui titik
impasnya pada tahun 2007. Pencapaian titik impas juga terjadi selama tahun
2008, jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar 57,65 kg, kondisi
impas tercapai ketika produksi 16,62 kg. Hal ini berarti perusahaan telah
mencapai titik impas selama tahun 2008. Pada tahun 2009, perusahaan masih
mampu melampaui titik impas bahkan meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya. Kondisi impas tercapai pada saat perusahaan memproduksi benih
sebesar 18,53 kg, pada kenyataannya perusahaan telah memproduksi benih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
MAI 119 sebesar 120,25 kg, sehingga produksi perusahaan telah jauh
melampaui titik BEP.
Hal yang menarik adalah pada tahun 2008 produksi perusahaan sebesar
57,65 kg benih, BEP tercapai saat produksi 16,62 sementara pada tahun 2009
produksi perusahaan melonjak dua kali lipat menjadi 120,25 kg, namun BEP
telah tercapai pada saat perusahaan hanya memproduksi 18,53 kg. Hal ini
disebabkan beberapa faktor antara lain penekanan biaya produksi, kondisi
iklim dan kualitas bibit indukan. Adanya penekanan biaya produksi yaitu
biaya saprodi pertanian. Penekanan biaya dapat terjadi akibat penanaman
melon pada musim tanam kedua di tahun tersebut masih menggunakan
beberapa bahan dari penanaman sebelumnya, antara lain mulsa plastik dan
tidak memasang ajir akibatnya dapat menekan biaya, selain itu didukung
dengan iklim di tahun 2009 yang sangat sesuai untuk budidaya melon
sehingga hasil benih yang dihasilkan melimpah. Hasil benih yang melimpah
tidak lepas dari faktor bibit indukan benih hasil riset tiap tahunnya, semakin
berkualitas bibit indukan benih yang ditanam, semakin besar potensi benih
yang dihasilkan. Perusahaan selalu melakukan riset tiap tahun dan indukan
benih yang dihasilkan selalu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga
menjadi faktor pendukung hasil benih yang melimpah. Akibatnya dengan hasil
yang melimpah tersebut, perusahaan dapat menjual lebih banyak, dengan
harga jual konstan, maka penerimaan perusahaan meningkat. Dilihat dari
biaya tenaga kerja harian juga mengalami penekanan yang besar karena tenaga
kerja harian semakin terampil sehingga sedikit pekerja dapat mengerjakan
pekerjaan yang lebih banyak. Dengan adanya penekanan biaya maka
perusahaan cepat mencapai BEP. Sama halnya dengan tahun 2007 ke tahun
2008 terjadi penekanan biaya saprodi, sehingga persentase perubahan biaya
menurun walaupun jumlah produksinya naik.
Nilai BEP atas dasar rupiah menunjukkan penerimaan minimal yang
harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Berdasarkan Tabel 13
dapat diketahui bahwa selama tahun 2006-2009 nilai BEP atas dasar rupiah
selalu mengalami perubahan yaitu mengalami peningkatan dari tahun ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tahun. BEP atas dasar rupiah sebanding dengan BEP atas dasar unit, besarnya
penerimaan minimal yang harus diterima perusaahaan untuk mencapai BEP
mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan kenaikan penerimaan
perusahaan. Hal ini disebabkan adanya penekanan biaya produksi dan dengan
input yang sama hasil benih melimpah akibat iklim yang mendukung.
Berdasarkan data tersebut, nilai BEP atas dasar unit dan atas dasar
rupiah tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan terendah terjadi pada tahun 2006.
Sementara itu, produksi benih melon varietas MAI 119 selama periode 2006-
2009 selalu lebih besar dari titik impasnya. Sehingga jika dibandingkan antara
nilai BEP dengan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119, maka dapat
dikatakan bahwa jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi
Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah melampaui titik break even/titik
impas. Pada keadaan tersebut maka CV. Multi Global Agrindo setiap
tahunnya mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119.
Keuntungan perusahaan dapat berkurang apabila terjadi resiko dalam
usaha yang dilakukan sehingga penting untuk memperhitungkan adanya resiko
dalam usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo. Resiko dari penjualan
benih melon varietas MAI 119 ini meliputi resiko karena hasil produksi benih
tidak layak jual dan resiko pemasaran. Benih MAI 119 yang layak jual
memiliki persyaratan yang ditetapkan oleh BPSB antara lain ukuran benih 0,5-
0,8 cm, bernas (mentes), daya tumbuh > 85 %, waktu pencucian tenggelam,
kadar air < 10 %, warna benih kuning langsat. Benih tidak layak jual
disebabkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan antara lain disebabkan
ukuran tidak memenuhi syarat, benih tidak bernas, daya tumbuh benih kurang
dari 85% sehingga benih tidak dapat dikemas dan dipasarkan. Resiko
pemasaran yaitu adanya retur dari agen yang tidak mampu menjual benih
melon kepada konsumen. Hasil retur tidak dapat menjadi sebuah penerimaan
karena tidak memiliki nilai jual. Hal tersebut dikarenakan pengembalian benih
saat benih sudah rusak, tidak layak pakai/kadaluwarsa sehingga benih yang
rusak tersebut dibakar. Hal ini dapat terjadi terkait dengan penerapan strategi
pemasaran CV. Multi Global Agrindo untuk memperluas pasar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
menitipkan benih kepada agen tanpa adanya pembayaran diawal, sehingga
kemungkinan retur menjadi sebuah resiko.
Hasil analisis break even point setelah diperhitungkan adanya resiko
menunjukkan bahwa CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu
melampaui titik break even point dan mencapai keuntungan walaupun nilai
BEP lebih tinggi dan keuntungan lebih rendah dibanding sebelum
diperhitungkan resikonya. Hal ini terjadi terkait hasil produksi yang terjual
lebih sedikit, akibatnya penerimaan berkurang, saat penerimaan perusahaan
berkurang maka keuntungan perusahaan berkurang. Pengurangan keuntungan
setelah diperhitungkan resiko didukung dengan harga jual konstan yang
merupakan strategi pemasaran di CV. MGA. Penerapan strategi pemasaran ini
terkait dengan distribusi pemasaran benih melon dari CV. MGA. Cara CV.
MGA memasarkan benih dengan mendistribusikan ke agen lalu agen
menjualnya ke konsumen, namun, mengingat CV. MGA masih baru di
pemasaran benih melon, terkadang agen tidak menerima distribusi benih dari
CV. MGA, sehingga strategi yang dilakukan CV. MGA adalah dengan
menguji cobakan sampel benih ke petani dengan harga retail (agen), setelah
petani mencoba dan berhasil, distribusi benih langsung ke petani dihentikan
dengan harapan petani akan mencari benihnya ke agen setempat, sehingga
harapannya agen yang pada mulanya menolak distribusi benih dari CV. MGA
menjadi menerima dengan baik. Penerapan strategi ini dari tahun ke tahun
terus dievaluasi sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat diantisipasi.
Pada dasarnya, CV. MGA berupaya untuk tetap melampaui titik BEP dalam
produksinya, dengan menerapkan strategi pemasaran baik itu cara
pendistribusian maupun penerapan harga jual konstan.
Penerapan strategi pemasaran harga jual benih konstan oleh CV. Multi
Global Agrindo ternyata tetap melampui titik BEP. Hal ini disebabkan
peningkatan hasil produksi yang melimpah justru dapat dilakukan penekanan
biaya akibat efisiensi penggunaan faktor produksi, didukung dengan iklim
yang mendukung, hasil produksi lebih besar, penerimaan lebih banyak,
sehingga dengan biaya minimal perusahaan dapat melampaui titik BEP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Setelah mengetahui kondisi perusahaan maka dilakukan analisis
sensitivitas yang bertujuan meramalkan kondisi perusahaan apabila terjadi
berbagai macam perubahan dari variabel-variabel yang mempengaruhi
keuntungan perusahaan antara lain kemungkinan perubahan variabel harga,
jumlah produksi maupun biaya produksi. Dengan analisis sensitivitas tersebut
diharapkan perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan
perubahan yang terjadi. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa
perubahan jumlah produksi bersifat positif, artinya jumlah produksi terus
mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Hal ini
dikarenakan permintaan pasar meningkat sehingga perusahaan meningkatkan
produksi melon varietas MAI 119. Pada tahun 2009, kondisi iklim sangat
bagus untuk budidaya melon, sehingga menjadi faktor pendukung peningkatan
hasil produksi. Selain faktor jumlah produksi, faktor total biaya produksi juga
sangat mempengaruhi sensitivitas BEP. Total biaya produksi merupakan
penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Perubahan yang terjadi pada
biaya total terutama terjadi akibat adanya perubahan pada biaya variabelnya.
Analisis sensitivitas dilakukan terhadap jumlah produksi, harga dan
total biaya produksi pada tahun 2009. Jumlah produksi benih melon varietas
MAI 119 sebesar 120,25 kg dan total biaya produksi sebesar Rp.
198.677.530,00 dengan harga jual benih Rp. 4.750.000,00/kg benih.
Penerimaan perusahaan sebesar Rp. 571.187.500,00. Perubahan harga jual
diramalkan dengan perubahan harga benih pesaing dengan kualitas sejenis.
Analisis perubahan dilakukan dengan memasukkan perubahan variabel-
variabel yaitu perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya
produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,30%.
Peningkatan jumlah produksi sebesar 31,28% akan menurunkan nilai
BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25
kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar
rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan
produksi 31,28% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 17,30 kg dan
atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 82.198.420,33, sebaliknya ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
terjadi penurunan jumlah produksi 31,28% terjadi kenaikan nilai BEP atas
dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 21,43 kg dan Rp.
101.776.097,30 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan
masih dapat melampaui titik BEP.
Peningkatan biaya produksi sebesar 45,34% akan menaikkan nilai BEP
atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg,
BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah
pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan biaya
produksi 45,34% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 31,12 kg dan
atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 147.834.719,40 sebaliknya ketika
terjadi penurunan biaya produksi 45,34% terjadi penurunan nilai BEP atas
dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 8,93 kg dan Rp. 42.398.862,70
ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat
melampaui titik BEP.
Peningkatan harga sebesar 41,3% akan menurunkan nilai BEP atas
dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP
atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada
saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan harga 41,3%
BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 12,07 kg dan atas dasar rupiah
pada saat penerimaan Rp. 80.984.332,05 sebaliknya ketika terjadi penurunan
harga jual terjadi peningkatan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar
rupiah, menjadi 39,91 kg dan Rp. 111.273.603,50, ketika terjadi demikian,
produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP.
Berdasarkan analisis sensitivitas dari masing-masing variabel, dapat
disimpulkan bahwa kenaikan jumlah produksi, penurunan biaya produksi dan
kenaikan harga jual akan menyebabkan penurunan BEP. Baik BEP atas dasar
unit maupun BEP atas dasar rupiah. Kebalikannya, jika ada penurunan jumlah
produksi, kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual akan
menyebabkan kenaikan tingkat BEP. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
biaya yang dikeluarkan maka penerimaan berkurang, sehingga BEP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
meningkat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan harus memperhitungkan
perkiraan perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas, namun, juga
harus memperhatikan aspek teknis untuk menghindari gagal panen yang akan
menyebabkan banyak kerugian. Antisipasi yang dilakukan dari segi teknis
dengan meningkatkan intensitas perawatan, pengendalian hama dan penyakit,
pemotongan cabang tepat waktu agar bekas luka tidak meluas sehingga
tanaman tidak mudah terinfeksi, selain itu dengan pengaturan jarak tanam
supaya sirkulasi udara baik. Aspek teknis yang dilakukan sebagai sarana
mengantisipasi gagal panen, mengingat tanaman melon sangat rentan hama
penyakit terlebih di musim penghujan. Hasil panen melon sangat
mempengaruhi jumlah produksi benih yang dihasilkan sehingga sebisa
mungkin perusahaan mengantisipasi terjadinya gagal panen. Antisipasi yang
dilakukan apabila telah gagal panen adalah mempersiapkan stock benih tahun
sebelumnya (tahan simpan 2 sampai 3 tahun), sebab kerugian terbesar saat
pelanggan beralih ke produk lain saat CV. MGA tidak mampu memenuhi
permintaan pasar, sehingga CV. MGA mengatur persediaan benih untuk
mengantisipasi perubahan jumlah produksi. Sementara untuk meminimalisasi
adanya retur karena benih tidak layak jual, CV. MGA memperketat SOP
(Standart Operasional prosedure) pada setiap tahap pembuatan benih dari
mulai budidaya melon, panen, pemilihan buah, pengambilan biji, pengeringan
sampai ke seleksi benih sehingga diharapkan resiko benih tidak layak jual
semakin kecil. SOP yang ditetapkan sesuai dengan ketetapan yang telah
dirumuskan oleh CV. MGA sebelumnya dibawah pengawasan BPSB. Apabila
SOP terpenuhi maka jumlah benih tidak layak jual diharapkan dapat
berkurang walaupun jumlah produksi meningkat setiap tahunnya.
Manfaat diketahuinya pengaruh dari perubahan jumlah produksi, biaya
produksi, dan harga bagi perusahaan adalah untuk membuat estimasi jumlah
produksi dan penentuan harga yang nantinya akan mempengaruhi penerimaan
dan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Dengan diketahui kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
perusahaan setelah diuji sensitivitas BEPnya maka dapat dilihat kondisi
perusahaan apakah tetap berkembang walaupun harus menghadapi kondisi
varibel yang berubah. Berdasakan hasil analisis sensitivitas, maka CV. Multi
Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar tetap berkembang karena
mampu melampaui titik BEP dengan perubahan yang ada dan mendapatkan
keuntungan dari menjalankan usahanya. Penetapan strategi prmasaran harga
jual benih konstan tidak membuat perusahaan rugi karena masih mampu
melampaui titik BEP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan berikut ini :
1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon
varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten
Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break
even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan
strategi pemasaran harga jual konstan.
2. Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya
produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%,
CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar masih mampu
melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha
pembenihan melon varietas MAI 119.
3. Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah
diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik
break even point.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap
dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus
lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko
benih retur pada saat sudah kadaluwarsa (jangka waktu penggunaan benih
habis).
2. Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga
dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup
sehingga mempunyai nilai jual.