ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP...

16
0 ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” SURAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: MELATIANI K 100080062 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013

Transcript of ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP...

0

ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” SURAKARTA

TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

MELATIANI K 100080062

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA 2013

1

2

ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” SURAKARTA TAHUN 2012

COST ANALYSIS IN HOSPITALIZED SCHIZOPHRENIA PATIENT S

IN “X” HOSPITAL OF SURAKARTA IN 2012

Melatiani, Em Sutrisna, dan Tanti Azizah Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A.Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102 Telp. 0271-717417, 719483 Fax.0271-715448

ABSTRAK

Angka kejadian skizofrenia di seluruh dunia diperkirakan 0,6-1,9% setahun. Kehilangan pekerjaan dan produktivitas merupakan beban biaya yang harus ditanggung pasien skizofrenia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya terapi pada pasien skizofrenia rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel ditentukan oleh pihak RS “X” Surakarta sebanyak 60 pasien dengan perbandingan yang sama yaitu 30 pasien perempuan dan 30 pasien laki-laki. Selama menjalani terapi rawat inap di RS “X” Surakarta, pasien mengalami satu episode skizofrenia dan mendapatkan satu kali perawatan. Hasil penelitian pada pasien skizofrenia rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012 yaitu biaya rata-rata obat (antipsikotik dan non antipsikotik) pasien skizofrenia sebesar Rp 128.699, biaya rata-rata laboratorium pasien skizofrenia sebesar Rp 153.713, biaya periksa rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 90.210, biaya akomodasi rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 88.658, dan biaya total rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 1.817.466. Kata kunci : analisis biaya, skizofrenia, rawat inap

ABSTARCT The incidence of schizophrenia worldwide is estimated from 0,6 to 1,9% a year. Lost work and productivity are costs to be borne by patients with schizophrenia. The purpose of this study was to determine the cost of treatment in schizophrenia patients hospitalized in “X” hospital Surakarta in 2012. This study is a type of non-experimental studies that were analyzed descriptively. Sampling was purposive sampling method. The number of samples is determined by the “X” hospital 60 patients with the same ratio is 30 female patients and 30 male patients. While undergoing inpatient treatment in “X” hospital Surakarta, patients experienced one episode of schizophrenia and get one treatment. The results in schizophrenia patients hospitalized in “X” hospital Surakarta in 2012, the average cost drug (antipsychotics and non antipsychotics) schizophrenia patients is Rp 128.699, the average cost of hospitalization laboratory schizophrenia patients is Rp 154.713, the average cost of check schizophrenia

3

patients is Rp 90.210, the average cost of accomodation schizophrenia patients is Rp 88.658, the average total cost of schizophrenia patients is Rp 1.817.466. Keywords : cost analysis, schizophrenia, hospitalized

I. PENDAHULUAN

Angka kejadian skizofrenia di seluruh dunia diperkirakan 0,6-1,9%

setahun (Crismon et al., 2008). Menurut hasil penelitian World Health

Organization (WHO), jumlah rata-rata penderita skizofrenia tampak serupa pada

budaya maju maupun sedang berkembang. WHO memperkirakan bahwa sekitar

24 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia (Nevid et al., 2005). Di

rumah sakit jiwa, sekitar 80% yang dirawat dengan gangguan skizofrenia. Hasil

penelitian menunjukkan 25% pasien skizofrenia dapat sembuh, 25% dapat

mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat (Keliat et al., 2011).

Besarnya biaya yang dikeluarkan dapat dikurangi dengan pengobatan yang efektif

(McCrone et al., 2004). Kehilangan pekerjaan dan produktivitas merupakan beban

biaya yang harus ditanggung pasien skizofrenia (Fortinash dan Worret, 2004).

Penelitian terbaru di Inggris tahun 2004-2005 memperkirakan biaya total

skizofrenia sebesar £6,7 milyar. Dari biaya tersebut, sekitar £2 milyar (30%)

untuk pengobatan biaya langsung sedangkan £4,7 milyar (70%) untuk biaya tak

langsung. Biaya kehilangan produktivitas orang yang menderita skizofrenia

dikarenakan pengangguran, ketidakhadiran kerja dan kematian dini sebanyak £

3,4 milyar, sedangkan biaya orang yang merawat pasien skizofrenia sebesar £32

milyar. Keseluruhan biaya perawatan yang ditanggung oleh keluarga diperkirakan

sebesar £615 milyar (Bhugra, 2010).

Dalam dasawarsa terakhir, biaya pelayanan kesehatan dirasakan semakin

meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor, yaitu perubahan pola penyakit dan

pola pengobatan, peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya

permintaan masyarakat dan perubahan ekonomi secara global. Di lain pihak biaya

yang tersedia untuk kesehatan belum dapat ditingkatkan, dimana kemampuan

pemerintah semakin terbatas dan peran masyarakat masih belum maksimal.

Sementara itu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah kita diharapkan untuk

4

dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam

menjawab berbagai tantangan tersebut diperlukan pemikiran-pemikiran khusus

dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Ekonomi

kesehatan sebagai suatu alat untuk menemukan cara dalam peningkatan efisiensi

dan memobilisasi sumber dana dapat dipergunakan untuk membantu

mengembangkan pemikiran-pemikiran khusus tanpa mengabaikan aspek-aspek

sosial dari sektor kesehatan itu sendiri (Rahmadina, 2008).

Hal ini mendorong pentingnya untuk mengetahui besarnya biaya

pengobatan skizofrenia rawat inap di RS “X” Surakarta. Adapun alasan peneliti

memilih RS “X” Surakarta sebagai tempat penelitian karena RS “X” Surakarta

merupakan Instalasi yang khusus menangani penderita penyakit skizofrenia

sehingga dianggap lebih sesuai untuk dijadikan tempat penelitian.

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang

dianalisis secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yang

berasal dari data rekam medik untuk mengetahui besarnya biaya terapi

pengobatan skizofrenia.

B. Batasan Operasional Penelitian

1. Pasien adalah pasien skizofrenia rawat inap di RS “X” tahun 2012.

2. Biaya terapi adalah biaya medis langsung yang meliputi biaya obat

antipsikotik, biaya obat non antipsikotik, biaya pendaftaran, biaya

laboratorium, biaya periksa, biaya akomodasi.

3. Biaya antipsikotik adalah biaya rata-rata untuk obat-obat skizofrenia yaitu

antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal.

4. Biaya obat non antipsikotik adalah biaya rata-rata untuk obat lain selain

obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati penyakit penyerta yang

dapat memperparah skizofrenia.

5. Biaya pendaftaran adalah biaya yang harus dibayar pasien sebelum

mendapatkan perawatan kesehatan lain.

5

6. Biaya laboratorium adalah biaya tes laboratorium RS “X” Surakarta tahun

2012.

7. Biaya periksa adalah biaya periksa dokter berdasarkan tarif administrasi

RS “X” Surakarta tahun 2012 dan biaya rehabilitasi.

8. Biaya akomodasi meliputi biaya inap kamar dan konsumsi.

C. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan

data, catatan daftar plafon harga obat di RS “X” Surakarta, dan pustaka terkait

penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data rekam

medis.

D. Populasi dan Sampel

Subyek penelitian yang digunakan adalah pasien rawat inap yang telah

didiagnosis menderita skizofrenia dan mendapat terapi antipsikotik di RS “X”

Surakarta tahun 2012.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu menentukan sampel berdasarkan kriteria inklusi, yang menjadi

kriteria inklusi adalah :

1. Pasien didiagnosis menderita skizofrenia dengan atau tanpa penyakit penyerta

serta menjalani rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012.

2. Pasien rawat inap yang mengambil kelas tiga di RS “X” Surakarta tahun 2012.

3. Usia pasien lebih dari 18 tahun.

4. Karakteristik pasien meliputi: diagnosis, nomor rekam medis, usia, jenis

kelamin, lama dirawat, perincian biaya pengobatan (menggunakan harga

terbaru tahun 2012).

E. Jalannya penelitian

Pengajuan surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS yang diberikan

ke Balai Kota Surakarta untuk meminta surat tembusan yang akan ditujukan

kepada Direktur RS “X” Surakarta. Kemudian presentasi di RS “X” Surakarta

untuk meminta persetujuan pihak rumah sakit agar bersedia dilakukan penelitian.

Setelah proposal yang diajukan disetujui oleh RS “X” Surakarta, dilakukan

observasi pasien skizofrenia di bagian rekam medik untuk mengetahui jumlah

6

pasien rawat inap skizofrenia. Data diambil dari bagian rekam medik dan instalasi

farmasi. Data yang diambil dari rekam medik yaitu nomor rekam medik, umur,

jenis kelamin, diagnosis, nama obat, dosis obat, frekuensi, dan lama dirawat. Data

yang diambil dari instalasi farmasi yaitu daftar harga obat di RS “X” Surakarta

tahun 2012.

F. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis RS “X” Surakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2013 - 14 Mei 2013 di RSJD

Surakarta.

G. Analisis data

Data yang diambil adalah biaya medis langsung (biaya pendaftaran, biaya

laboratorium, biaya periksa, biaya akomodasi, biaya obat antipsikotik, dan biaya

obat non antipsikotik) dianalisis dengan cara mencari rata-rata tiap biaya tersebut

kemudian dicari biaya total rata-rata pasien skizofrenia rawat inap di RS “X”

Surakarta.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data rekam medis rawat inap tahun 2012 skizofrenia tipe

lainnya sebanyak 31,95%, skizofrenia tak terorganisasi 22,55%, skizofrenia

paranoid 18,14%, dan sisanya skizofrenia jenis lainnya. Sedangkan pasien rawat

jalan yang menderita skizofrenia residual sebanyak 30,18%, skizofrenia tipe

lainnya 25,55%, skizofrenia paranoid 11,64%, dan sisanya skizofrenia jenis

lainnya. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien skizofrenia tipe

lainnya dikarenakan memiliki angka kejadian paling tinggi yang menjalani rawat

inap.

A. Karakteristik Pasien

1. Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah sampel ditentukan oleh pihak RS “X” Surakarta sebanyak 60 pasien

dengan perbandingan yang sama yaitu 30 pasien perempuan dan 30 pasien laki-

laki. Sampel yang diambil adalah pasien rawat inap di kelas III dikarenakan

pasien di kelas III merupakan pasien rawat inap terbanyak dengan tarif umum.

7

Jumlah pasien yang berada di kelas III selama tahun 2012 yang menderita

penyakit skizofrenia tipe lainnya sebanyak 99 pasien yaitu 35 pasien perempuan

dan 64 pasien laki-laki.

Laki-laki memiliki resiko sedikit lebih tinggi mengalami skizofrenia.

Perempuan cenderung mengalami gangguan pada usia yang lebih lanjut dari pada

laki-laki. Perempuan juga memiliki perjalanan penyakit yang kurang parah dari

pada laki-laki (Nevid et al., 2005).

Skizofrenia biasanya terjadi pada masa akhir remaja atau awal dewasa,

jarang terjadi sebelum remaja atau setelah umur 40 tahun (Ikawati, 2011). Pada

pria skizofrenia terjadi antara usia 15-25 tahun, jarang di atas 30 tahun, sedangkan

pada wanita antara 25-35 tahun (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada sekitar tiga dari

empat kasus, tanda-tanda pertama dari skizofrenia tampak pada usia 25 tahun

(Nevid et al., 2005).

Tabel 1. Distribusi usia pasien skizofrenia rawat inap di RS”X” Surakarta tahun 2012

Usia (tahun) Jumlah Kasus Persentase (%) 18-27 10 16,67 28-37 30 50 38-47 16 26,67 48-57 3 5 58-67 1 1,66 ≥68 0 0

Jumlah 60 100

Tabel 1 menunjukkan pada usia 28-37 tahun memiliki angka kejadian

paling banyak yaitu sebesar 48,33%, sedangkan usia 18-27 tahun sebanyak

18,33%. Hal ini tidak sesuai dengan teori di atas, yaitu skizofrenia terjadi pada

akhir remaja atau awal dewasa. Angka kejadian skizofrenia menurun mulai usia

38 tahun. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu skizofrenia jarang terjadi setelah usia

40 tahun. Skizofrenia jarang terjadi setelah usia 40 tahun karena kadar glutamin

yang dapat menyebabkan skizofrenia menurun seiring dengan bertambahnya usia

(Kaiser et al., 2008). Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata usia pasien 34,85

tahun dengan rentang antara 21-63 tahun.

8

2. Lama Pasien Dirawat

Durasi rawat inap pada pasien perempuan lebih pendek dari laki-laki.

Pasien perempuan yang menderita skizofrenia menunjukkan hasil yang lebih baik

setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit (Atalay dan Atalay, 2006).

Tabel 2. Distribusi lama dirawat pasien skizofrenia rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012

Lama Dirawat (hari) Jumlah Pasien

Total Persentase (%) Laki-Laki Perempuan

1-10 8 8 16 26,67 11-20 9 9 18 30 21-30 5 5 10 16,67 31-40 3 4 7 11,66 41-50 1 3 4 6,67 51-60 2 1 3 5 ≥61 2 0 2 3,33

Jumlah 30 30 60 100

Tabel 2 menunjukkan durasi rawat inap pasien laki-laki lebih lama dari

pada perempuan. Lama rawat inap pada pasien laki-laki lebih dari 61 hari

sebanyak 2 pasien sedangkan pada perempuan tidak ada pasien yang dirawat lebih

dari 61 hari. Pasien perempuan yang dirawat di rumah sakit mulai menurun pada

hari ke-21. Hal ini sesuai dengan teori di atas yaitu durasi rawat inap pada pasien

perempuan lebih pendek dari pada laki-laki. Lama rata-rata pasien skizofrenia

dirawat adalah 23 hari. Selama menjalani terapi rawat inap di RS “X” Surakarta,

pasien mengalami satu episode skizofrenia dan mendapatkan satu kali perawatan.

B. Analisis Biaya

Analisis biaya di rumah sakit dilakukan sebagai masukan dalam

menentukan perencanaan dan pengendalian anggaran pelayanan rawat inap di

rumah sakit (Setiaji, 2008). Analisis biaya bertujuan untuk mengetahui biaya rata-

rata pasien rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012. Biaya yang akan

dianalisis meliputi biaya antipsikotik, biaya non antipsikotik, biaya pendaftaran,

biaya laboratorium, biaya periksa, dan biaya akomodasi.

9

Tabel 3. Daftar obat yang digunakan pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tahun 2012

Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Pasien Persentase (%) Antipsikotik Amitriptilin 25mg 3 5

Asam Valproat 1 1,67 Chlorpromazine 56 93,33 Haloperidol 28 46,67 Injeksi Chlorpromazine 2 3,33 Injeksi Haloperidol 47 78,33 Klozapin 2 3,33 Phenobarbital 2 3,33 Risperidon 41 68,33 Trifluoperazine 27 45

Antibiotik Amoxicillin 500mg 2 3,33 Antihipertensi Captopril 25mg 2 3,33 Antikonvulsan Fenitoin 1 1,67

Antidot Injeksi Delladryl (Diphenhydramin) 1ml 10mg/ml 28 46,67 Trihexyphenidil 55 91,67

Obat Batuk OBH 1 1,67 Suplemen Curcuma tablet 2 3,33

Vit B.Complex tablet 2 3,33

Obat yang paling banyak digunakan oleh pasien RSJD Surakarta tahun

2012 adalah Klorpromazin sebesar 93,33%. Sedangkan obat yang paling sedikit

digunakan adalah Asam Valproat dan OBH sebesar 3,33%.

1. Biaya Antipsikotik Biaya antipsikotik adalah biaya rata-rata obat skizofrenia selama menjalani

rawat inap di RS “X” Surakarta pada tahun 2012. Biaya antipsikotik dapat

dihitung dengan cara jumlah pemakaian obat per hari dikalikan lama dirawat

pasien.

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama

menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju kemunduran mental.

Pemberian obat antipsikotik adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan

mencegah kekambuhan (Maramis dan Maramis, 2009).

Selain penggunaan antipsikotik oral, injeksi depo antipsikosis juga

digunakan untuk terapi pengobatan skizofrenia. Injeksi depo kerja panjang

digunakan untuk terapi pemeliharaan terutama ketika kepatuhan pengobatan

melalui oral tidak tercapai. Pemberian depo antipsikosis dilakukan melalui injeksi

intramuskular dengan interval 1 hingga 4 minggu (BPOM, 2008). Injeksi depo

yang digunakan yaitu injeksi Lodomer (Haloperidol) dan injeksi Klorpromazin.

10

Injeksi Depo kerja panjang mengurangi resiko masuk rumah sakit untuk kedua

kalinya dan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat lebih terjamin. Kekurangan

penggunaan injeksi Depo adalah menimbulkan rasa nyeri dan inflamasi,

ditemukan sekitar 15-20% pasien yang mengalami hal tersebut (Barnes et al.,

2009). Penggunaan injeksi Depo dapat meningkatkan terjadinya reaksi

ekstrapiramidal (BPOM, 2008). Rata-rata penggunaan injeksi Depo di RS “X”

Surakarta selama 7 hari.

Terapi elektrokonvulsif sering digunakan untuk mengatasi skizofrenia

(Fortinash dan Worret, 2004). Dalam sebuah kajian sistematik menyatakan bahwa

penggunaan terapi elektrokonvulsif dikombinasikan dengan obat-obatan

antipsikotik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bagi penderita skizofrenia,

terutama jika diinginkan perbaikan umum dan pengurangan gejala yang cepat

(Ikawati, 2011).

Tabel 4. Biaya rata-rata pola pengobatan pasien skizofrenia rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012

Obat Jumlah Persentase (%) Biaya Rata-rata/Satu Kali Perawatan

(Rp) AA 1 1.67 440 ± 0

C.AT 3 5,00 52.345 ± 14.347,14 AT + AA 3 5,00 63.697 ± 80218,78

C.AT + AA 4 6,66 286.101 ± 184.779,26 ID (K) + C.AT + C.AA 1 1,67 111.195 ± 0

ID (H) + AT 1 1,67 174.740 ± 0 ID (H) + C.AT 17 28,33 154.498 ± 53.637,77 ID (K) + C.AT 1 1,67 51.270 ± 0

ID (H) + C.AT + AA 27 45 344.158 ± 323.077,33 ID (H) + C.AT + AA + ECT 2 3,33 125.440 ± 89.781,35

Keterangan AA : Antipsikotik Atipikal C.AT : Kombinasi Antipsikotik Tipikal AT + AA : Antipsikotik Tipikal + Antipsikotik Atipikal C.AT + AA : Kombinasi Antipsikotik Tipikal + Antipsikotik Atipikal ID (K) + C.AT + C.AA : Injeksi Depo (injeksi Klorpromazin) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal + Kombinasi

Antipsikotik Atipikal ID (H) + AT : Injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)) + Antipsikotik Tipikal ID (H) + C.AT : Injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal ID (K) + C.AT : Injeksi Depo (injeksi Klorpromazin) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal ID (H) + C.AT + AA : Injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal +

Antipsikotik Atipikal ID (H) + C.AT + ECT : Injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal +

Elektrokonvulsif ID (H) + C.AT + AA + ECT : Injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)) + Kombinasi Antipsikotik Tipikal +

Antipsikotik Atipikal + Elektrokonvulsif

Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya rata-rata obat paling tinggi adalah

penggunaan kombinasi injeksi Depo (injeksi Lodomer (Haloperidol)), kombinasi

11

antipsikotik tipikal, dan antipsikotik atipikal sebesar Rp 344.158. Kombinasi

tersebut merupakan pengobatan yang paling banyak digunakan oleh pasien

skizofrenia dengan persentase 45%. Biaya rata-rata obat terendah adalah

penggunaan obat antipsikotik atipikal sebesar Rp 440. Biaya rata-rata pola

penggunaan obat berbeda-beda karena harga obat yang berbeda dan perbedaan

lama penggunaan obat tiap pasien. Biaya rata-rata antipsikotik pasien per satu kali

perawatan sebesar Rp 236.160.

2. Biaya Non Antipsikotik

Biaya non antipsikotik adalah biaya rata-rata selain obat antipsikotik

pasien rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012. Biaya rata-rata non

antipsikotik pasien per satu kali perawatan sebesar Rp 9.297. Obat non

antipsikotik digunakan untuk mengobati penyakit penyerta selain skizofrenia yang

dapat memperparah skizofrenia. Penyakit penyerta yang diderita pasien

skizofrenia adalah hipertensi dan bronkitis. Terdapat dua pasien yang mempunyai

penyakit hipertensi dan dua pasien yang mempunyai penyakit bronkitis. Obat non

antipsikotik yang dipakai meliputi injeksi Delladryl (Difenhidramin),

Triheksifenidil, vitamin B. Complex, Curcuma, OBH, Phenitoin, Captopril, dan

Amoxicillin. Injeksi Delladry dan Triheksifenidil digunakan untuk mengatasi efek

samping ekstrapiramidal (Ikawati, 2011).

Tabel 5. Penyakit penyerta lain pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tahun 2012

Penyakit Penyerta Jumlah Pasien Persentase (%)

Hipertensi 2 3,33 Bronkitis 2 3,33

3. Biaya Pendaftaran Biaya pendaftaran pasien rawat inap di RS “X” Surakarta tahun 2012

sebesar Rp 15.000. Pasien mendaftar satu kali yaitu sebelum mendapatkan

pengobatan rawat inap di RS “X” Surakarta.

4. Biaya Laboratorium

Biaya laboratorium adalah biaya rata-rata tes laboratorium pasien

skizofrenia. Tes laboratorium yang dijalani pasien skizofrenia yaitu tes darah

lengkap, gula darah sewaktu, kolesterol, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,

12

trigliserida, tes kehamilan, ECT, EKG (Elektrodiagnostik), dan Thorax AP. Biaya

laboratorium tiap pasien berbeda-beda, hal ini dikarenakan tes laboratorium yang

dilakukan tiap pasien berbeda. Biaya rata-rata laboratorium pasien skizofrenia

rawat inap di RS “X” Surakarta sebesar Rp 153.713 (Tabel 6).

5. Biaya Periksa

Biaya periksa dokter meliputi jasa periksa dokter gigi, biaya rehabilitasi,

dan biaya instalasi psikologi. Kunjungan dokter di RS “X” Surakarta tidak

dipungut biaya. Terapi rehabilitasi di RS “X” Surakarta meliputi terapi modalitas,

terapi relaksasi kelompok, terapi musik, terapi olah raga, terapi kerja, dan terapi

bermain. Biaya periksa rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 90.210 (Tabel 6).

6. Biaya Akomodasi

Biaya akomodasi meliputi biaya inap kamar dan biaya konsumsi. Biaya

akomodasi rata-rata RS”X” Surakarta sebesar Rp 1.357.617 (Tabel 6).

Jadi, rata-rata total biaya medis langsung (biaya antipsikotik, biaya non

antipsikotik, biaya pendaftaran, biaya laboratorium, biaya periksa, dan biaya

akomodasi) pasien skizofrenia rawat inap di RS ”X” Surakarta sebesar Rp

1.817.466. Biaya total tiap pasien berbeda-beda hal ini dikarenakan lama dirawat

dan perlakuan pengobatan tiap pasien berbeda. Biaya keseluruhan yang dihitung

tidak termasuk biaya alat-alat kesehatan spuit injection.

Tabel 6. Biaya rata-rata terapi pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tahun 2012

Komponen Biaya Biaya Rata-rata Pasien/ Satu Kali Perawatan (Rp) Biaya Antipsikotik 188.403 ± 87.198,88731 Biaya Non Antipsikotik 8.487 ± 6.682,33 Biaya Pendaftaran 15.000 ± 0 Biaya Laboratorium 154.373 ± 66.432,02 Biaya Periksa 1.374.350 ± 1.043.262,91 Biaya Akomodasi 88.658 ± 66.002,50 Rata-rata Biaya Total 1.857.560 ± 1.196.394,31

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN : Jumlah sampel ditentukan oleh pihak RS “X” Surakarta

sebanyak 60 pasien dengan perbandingan yang sama yaitu 30 pasien perempuan

dan 30 pasien laki-laki. Selama menjalani terapi rawat inap di RSJD Surakarta,

pasien mengalami satu episode skizofrenia dan mendapatkan satu kali perawatan.

13

Hasil penelitian pada pasien skizofrenia rawat inap di RSJD Surakarta tahun 2012

yaitu biaya rata-rata obat (antipsikotik dan non antipsikotik) pasien skizofrenia

sebesar Rp 128.699, biaya rata-rata laboratorium pasien skizofrenia sebesar Rp

153.713, biaya periksa rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 90.210, biaya

akomodasi rata-rata pasien skizofrenia sebesar Rp 88.658, dan biaya total rata-rata

pasien skizofrenia sebesar Rp 1.817.466.

SARAN :

Dalam membuat rencana tarif baru nanti, agar dilakukan analisis biaya

atau menggunakan metode perhitungan biaya berdasarkan kebutuhan biaya per

unit pelayanan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Aini, F. N., 2011, Prevalensi Skizofrenia Paranoid dengan Gejala Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Skripsi, Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Atalay, F. & Atalay, H., 2006, Gender Differences in Patients with Schizophrenia

in Terms of Sociodemographic and Clinical Characteristics, German Journal of Psychiatry,102 ,42-47.

Barnes, T. R. E., Smith, A. S. & Paton, C., 2009, Antipsychotic Long-Acting

Injections: Prescribing Practice in the UK, The British Journal of Psychiatry, 195, 37–42.

Bootman, J. L., Towsend, R. J. & McGhan W. F., 1996, Principles of

Pharmacoeconomics, 3rd Edition, Harvey Whitney Books Company, USA.

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Bhugra, D., 2010, Schizophrenia, The British Psychological Society and The

Roray College of Psychiatrists, Inggris. Carpenter, W. T., 2010, Conceptualizing Schizophrenia Through Attenuated

Symptoms in the Population, American Journal of Psychiatry, 167, 9.

14

Crismon, M. L., Argo, T. R. & Buckley, P. F., 2008, Schizophrenia, in DiPiro, (eds) Pharmacotherapy:A Pathophysiology Approach, ed.7th, Mc Graw Hill, USA

Fortinash, K. M. & Worret, P. A. H., 2004, Psychiatri Mental Health Nursing, 3rd

Edition, Mosby, USA. Graber, M. A., Toth, P. P. & Herting, R. L., 2006, Buku Saku Dokter Keluarga,

Edisi Ketiga, diterjemahkan oleh Mandera, L. I. , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat, Bursa Ilmu,

Yogyakarta. Kaiser, L. G., Schuff, N., Cashdollar, N. & Weiner, M. W., 2008, Age-Related

Glutamate and Glutamine Concentration Changes in Normal Human Brain: 1H MR Spectroscopy Study at 4 T, NCBI, 26, 665-672.

Keliat, B. A., Wiyono, A. P. & Susanti, H., 2011, Manajemen Kasus Gangguan

Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Maramis, W. A. & Maramis, A. A., 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi

Kedua, Airlangga University Press, Surabaya. McCrone, P., Knapp, M., Proudfoot, J., Ryden, C., Cavanagh, K., Shapiro, D.A.,

Ilson, S., Gray, J.A., Goldberg, D., Mann, A., Marks, I., Everitt, B. & Tylee, A., 2004, Cost Effectiveness of Computerised Cognitive Behavioural Therapy for Anxiety and Depression in Primary Care Randomised Controlled Trial, The British Journal of Psychiatry, 185, 55-62.

McGrath, J., Saha, S., Chant, D. & Welham, J., 2008, Schizophrenia : A Consice

Overview of Incidence, Prevalence, and Mortality, Oxford Journals, 30, 60-76.

Mills, Anne and Gilson, L., 1990, Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara

Berkembang, Dian Rakyat, Jakarta. Murni, 2011, Analisis Efektivitas Biaya pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Rawat Jalan Peserta Asuransi Kesehatan di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta tahun 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B., 2005, Psikologi Abnormal, Edisi Kelima,

Erlangga, Jakarta.

15

Setiaji, H., 2008, Analisis Biaya Pelayanan Rawat Inap di Ruang VIP

Cendrawasih RSUD DR. Soesilo Kabupaten Tegal tahun 2006, Skripsi, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Supratiknya, A., 2003, Mengenal Perilaku Abnormal, Kanisius, Yogyakarta. Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2007, Obat-obat Penting (Khasiat, Penggunaan dan

Efek-Efek Sampingnya Edisi 6), PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Walley, T., Haycox, A. & Boland, A., 2004, Pharmacoeconomics, Churchill

Livingstone, Inggris. Varcarolis, E.M., Carson, V.B. & Shoemaker, N.C., 2006, Foundations of

Psychiatric Mental Health Nursing, 5th Edition, Saunders Elsevier, USA.