Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

181
1 ANALISIS AKSES KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP USAHATANI TOMAT DAN KENTANG: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ROESKANI SINAGA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

Page 1: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

1

ANALISIS AKSES KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP USAHATANI TOMAT DAN KENTANG: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

ROESKANI SINAGA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

2

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan

dalam tesis saya yang berjudul :

ANALISIS AKSES KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP

USAHATANI TOMAT DAN KENTANG: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan arahan Komisi

Pembimbing, kecuali dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah

diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2011

NRP. H353080061 Roeskani Sinaga

Page 3: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

3

ABSTRACT

ROESKANI SINAGA. Analysis of Credit Access and its Effect of Tomato and Potato Crops Farming: The Case in Simalungun District, North Sumatra. (

PARULIAN HUTAGAOL as a Chairman and RATNA WINANDI as a Member of the Advisory Committee)

The District of Simalungun is one of main producing area of vegetables in the Province of North Sumatra. One of main problem that local farmers face in operating their vegetable farm is the lack of access to capital market. Accordingly, local farmers depend on a variety of credit sources which implement different terms of credit contract. Presently, local farmers can obtain credit from four credit sources, namely: (a) bank, (b) merchants, (c) credit union, and (d) agricultural input supplier. This study aims at investigating impact of different sources of credit on efficiency, profitability and income distribution of tomato and potato farms. For this purpose, the study used stochastic frontier analysis to analyze the level of technical efficiency of tomatoes and potatoes farm. The results showed that farmers were not yet technically efficient in farming. The difference credit access does not provide technical differences in the efficiency of tomato and potato farming. But the differences access to credit gives a different effect for farm income and Private Cost Ratio on the total cost. Tomato farmers whose incomes and Revenue Cost Ratio of total costs higher are farmers who access credit from the Credit Union (2.39) and stores (2.21). Potato farmer whose incomes and Revenue Cost Ratio of total costs higher are farmers who access credit from banks (1.50) and merchant (1.24). The difference access to credit gives a different effect for income distribution of tomato and potato farms. The largest portion advantage enjoyed by tenants is that access to credit from banks (60.69 percent) and Credit Union (60.26) to farm tomatoes. While the portion of potato farming greatest advantage enjoyed by tenants is that access to credit from banks (44.56 percent) and

merchants (32.11 percent).

Key words: credit access, credit union, bank, merchants, efficiency

Page 4: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

4

RINGKASAN

ROESKANI SINAGA. Analisis Akses Kredit dan Pengaruhnya terhadap Usahatani Tomat dan Kentang: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (M. PARULIAN HUTAGAOL sebagai ketua, dan RATNA WINANDI sebagai anggota komisi pembimbing)

beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi bagi masyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral, (2) sumber pendapatan dan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha, (3) bahan baku agroindustri, dan (4) sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara. Melalui usahatani sayuran diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani terutama di daerah pedesaan. Salah satu kawasan penghasil sayuran di Indonesia adalah Sumatera Utara. Sebagai salah satu kabupaten penghasil sayuran di propinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Simalungun khususnya untuk tanaman sayuran jenis tomat dan kentang. Skala usahatani tomat dan kentang di Kabupaten Simalungun adalah beragam, ada skala kecil dan besar. Untuk melakukan usahatani memerlukan modal besar. Faktor modal penting karena usahatani memerlukan input yang berasal dari luar sektor pertanian, seperti pupuk kimia, pestisida, bibit dan tehnologi, maka faktor modal mempengaruhi tingkat produktivitas usahatani.

Petani di Kabupaten Simalungun selama ini masih menghadapi berbagai masalah dalam melakukan usahataninya. Masalah yang paling utama adalah terbatasnya modal usahatani. Untuk mendukung usahataninya petani dapat mengakses kredit dari perbankan, tetapi tidak semua petani dapat mengakses kredit dari perbankan karena adanya persyaratan agunan. Aksesibilitas petani terhadap kredit formal masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang status lahannya bukan lahan milik sendiri. Petani lebih banyak mengakses kredit non formal, karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit, misalnya keharusan adanya agunan dan proses penyaluran kredit dapat dilakukan dengan cepat, tepat waktu, ongkos transaksi tidak mahal dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Petani yang dapat mengakses kredit formal (misalnya: bank) adalah petani yang memiliki agunan dan bertani dalam skala besar. Sementara, petani kecil akan mengakses kredit dari lembaga keuangan non formal yang tersedia disekitarnya. Setiap sumber kredit yang tingkat suku bunga dan peraturannya berbeda diduga akan mengakibatkan perbedaan efisiensi usahatani dan distribusi pendapatan usahatani. Bagi petani didaerah pedesaan tinggi rendahnya bunga bukan hanya faktor penentu, tetapi biaya transaksi yang harus dibayar oleh peminjam. Semakin tinggi transaksi akan menyebabkan biaya kredit secara total akan semakin tinggi. Dengan demikian, alasan utama petani kurang akses ke lembaga formal adalah keuntungan dengan tingkat bunga rendah tidak sebanding dengan banyaknya waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kredit. Untuk menjawab permasalahan diatas maka dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh perbedaan akses kredit terhadap usahatani tomat dan kentang di kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat efesiensi usahatani sayuran tomat dan kentang, (2) menganalisis pengaruh perbedaan akses kredit terhadap efisiensi usahatani sayuran tomat dan kentang,

Page 5: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

5

(3) mengetahui pengaruh akses kredit terhadap pendapatan dan distribusi pendapatan usahatani sayuran tomat dan kentang, dan (4) mendeskripsikan karakteristik kredit yang tepat untuk petani sayuran di Kabupaten Simalungun.

Penelitian ini menggunakan analisis stochastic frontier untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani sayuran tomat dan kentang. Dari hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat efisiensi teknis petani sayuran tomat adalah luas lahan, jumlah benih, pestisida cair dan jumlah tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi usahatani sayuran kentang adalah luas lahan, jumlah benih, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida padat, pestisida cair dan jumlah tenaga kerja.

Perbedaan akses kredit tidak memberikan perbedaan efisiensi teknis usahatani tomat dan kentang. Petani tomat belum efisien secara teknis dalam melakukan usahataninya (rata-rata efisiensi teknis 0.704), dengan demikian petani tomat dalam jangka pendek dapat meningkatkan produksi usahataninya sebesar 30 persen dengan meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan akses kredit dari Credit Union atau toko sarana produksi pertanian). Sedangkan petani kentang juga belum efisien secara teknis dalam melakukan usahataninya (rata-rata efisiensi teknis 0.49), artinya petani kentang dalam jangka pendek dapat meningkatkan produksinya sebesar 51 persen dengan meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan akses kredit ke bank atau Credit Union.

Perbedaan akses kredit memberikan pengaruh yang berbeda bagi pendapatan usahatani dan Rasio Penerimaan dan Biaya atas biaya total. Petani tomat yang pendapatannya dan Rasio Penerimaan dan Biaya atas biaya total yang lebih tinggi adalah petani yang mengakses kredit dari Credit Union (2.39) dan toko (2.21). petani kentang yang pendapatan dan Rasio Penerimaan dan Biaya atas biaya total yang lebih tinggi adalah petani yang mangakses kredit dari bank (1.50) dan pedagang (1.24). Perbedaan akses kredit memberikan pengaruh yang berbeda pada distribusi pendapatan yang tidak hanya memberikan keuntungan untuk petani saja. Porsi keuntungan yang paling besar dinikmati penggarap adalah yang akses kreditnya dari bank (60.69 persen) dan Credit Union (60.26 persen) untuk usahatani tomat. Sedangkan usahatani kentang porsi keuntungan yang paling besar dinikmati penggarap adalah yang akses kreditnya dari bank (44.56 persen) dan pedagang (32.11 persen).

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, efisiensi teknis dan distribusi pendapatan dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis usahatani mempengaruhi karakteristik kredit yang cocok dengan petani. Kredit yang tepat untuk petani tomat adalah kredit yang berasal dari Credit Union dan toko sarana produksi pertanian, karena kredit ini dapat memberikan modal cair maupun bentuk input usahatani secara cepat. Modal yang dibutuhkan selama perawatan adalah modal untuk pembelian obat-obat pestisida. Kredit yang tepat untuk petani kentang adalah kredit dari bank dan pedagang, karena pada awal penanaman modal sangat diperlukan dan butuh lahan yang luas untuk berusahatani. Untuk lokasi penelitian kredit dari lembaga non formal (Credit Union), pedagang sayur, dan toko sarana produksi pertanian) tidak selamanya menguras atau menekan petani karena ada kerjasama yang salaing menguntungkan. Dengan demikian sumber akses kredit dari lembaga non formal berpeluang untuk membantu petani dalam mengatasi keterbatasan modal usahatani.

Page 6: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

6

@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor

Page 7: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

7

ANALISIS AKSES KREDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP USAHATANI TOMAT DAN KENTANG: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun,Sumatera Utara

ROESKANI SINAGA

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 8: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

8

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi dan Pimpinan Sidang : Prof. Dr. Ir. Wilson H Limbong.

Page 9: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

9

Judul Tesis : Analisis Akses Kredit dan Pengaruhnya terhadap Usahatani Tomat dan Kentang: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Roeskani Sinaga NRP : H353080061 Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Parulian Hutagaol, MS Ketua Anggota

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Mengetahui

2. Koordinator Mayor 3. Dekan Sekolah Pascasarjana - IPB Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, MA

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 18 April 2011 Tanggal Lulus :

Page 10: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

10

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat dan karunia, petunjuk dan kemurahan-Nya, sehingga karya

ilmiah dengan judul: "Analisis Akses Kredit dan Pengaruhnya terhadap Usahatani

Tomat dan Kentang: Studi Kasus di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara",

dapat diselesaikan.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis mendapat banyak dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Dr. Ir. Parulian Hutagaol, MS dan Ibu Dr.Ir. Ratna Winandi, MS

selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran,

masukan, dukungan dan nasehat kepada penulis hingga tesis ini dapat

diselesaikan. Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Ir.Bonar M. Sinaga, MA selaku Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi

Pertanian dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan

pembelajaran selama menempuh kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku penguji luar komisi pembimbing pada Ujian

Tesis dan : Prof. Dr. Ir. Wilson H Limbong selaku penguji Wakil Mayor Ilmu

Ekonomi dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan masukan untuk

penyempurnaan tesis ini.

3. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun dan para pengawai Dinas

Pertanian Kabupaten Simalungun yang telah membantu selama penelitian dan

memberikan informasi untuk mendukung penulisan tesis ini.

4. Kepala Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Silimahuta, Kecamatan

Purba, Kecamatan Dolog Silau, Kecamatan Pamatang Silimahuta dan pihak-

Page 11: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

11

pihak lain terutama responden yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu-

persatu, yang telah banyak memberikan bantuan berupa informasi dan

sumbangan saran selama penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Bank Rakyat Indonesia, Bank Perkreditan Rakyat, Credit Union Hatirongga,

Credit Union pembaharuan GKPS, toko sarana produksi pertanian, dan

pedagang sayur-mayur di Kabupaten Simalungun, terimakasi atas bantuan

informasi dan sumbangan saran untuk penulisan tesis ini.

6. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian angkatan 2008 (Mbk Corry, Mbk

Tress, Mbk Nurul, Mbk Ida, Mbk Retno, Bang Liston, Thato, Andrew, Mas

Rozy dan Mas Gonang), terimakasih atas kebersamaan dan dukungan

semangatnya selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian S3 2008 dan S2 2009 (Bu Hapsah, Bu

Wiwik, Bu Dewi, Bu Zednita, Pak Ahmad, Mbk Lala, Mbk Fitri, Mbk Hastuti,

dan Ito Bismar), terimakasih atas bimbingan dan semangatnya selama ini.

8. Seluruh staf pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (Mbak Ruby, Mbak Yani,

Pak Husein dan Bu Kokom) yang selalu membantu dan meluangkan waktunya

untuk urusan administrasi, terimakasih atas bantuannya selama penulis kuliah

di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

9. Teman-teman Gita Swara Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (K Jems,

Cerria, K Adel, Bu Delly, K Onni, Dika, dan teman-teman lainnya yang

namanya tidak dapat saya sebutkan), terimakasih atas kebersamaan, doa dan

dukungan semangat selama ini.

10. Teman-teman kost Perwira No. 4 (Bude Endang, Bibi, Mbk Prima, Risa dan

Cici), terimakasih atas dukungannya selama ini.

Page 12: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

12

Rasa terima kasih yang tak terkira penulis sampaikan kepada kedua

orangtua penulis, Bapak Jatiaman Sinaga dan Ibu Paima br Saragi atas dukungan

spiritual dan material serta doa yang tak henti-hentinya dan kepada keluarga

Juslin Sitio terimaksih atas bantuannya selama penelitian sampai penulisan tesis

ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik-adik tercinta, Juliana

dan risdon atas semua motivasi dan pengorbanan yang diberikan.

Besar harapan saya bahwa penelitian itu dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di sektor pertanian, khususnya untuk petani

kentang dan tomat di Kabupaten Simalungun. Akhirnya penulis tetap menyadari

bahwa karya ilmiah ini tidak luput dari kekurangan, namun demikian penulis

berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2011

Roeskani Sinaga

Page 13: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Purba, Kabupaten Simalungun pada tanggal

20 Juli 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Jatiaman Sinaga dan Ibu Paima Saragi.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Pematang Purba

diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri

1 Purba pada tahun 2001, dan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Raya

pada tahun 2004. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau pada Tahun 2004 melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh pada dan

pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan program S2 di Program

Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan,

Institut Pertanian Bogor.

Page 14: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

i

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .......................................... 10

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13

2.1. Pengertian Kredit ................................................................................ 13

2.2. Pentingnya Kredit dalam Mendukung Usahatani ............................... 15

2.3. Lembaga Keuangan dan Sumber Permodalan Usahatani di pedesaan .......................................................................................... 20

2.4. Perkembangan Perkreditan Pertanian ................................................ 22

2.5. Aksessibilitas Petani terhadap Kredit di Pedesaan ............................. 24

2.6. Kerangka Teori ................................................................................... 27

2.6.1. Konsep Efisiensi ................................................................... 27

2.6.2. Metode Pengukuran Efisiensi ............................................... 33

2.7. Distribusi Pendapatan Usahatani Sayuran .......................................... 37

2.8. Gambaran Umum Usahatani Hortikultura .......................................... 39

2.9. Studi Mengenai Aksessibilitas Kredit ................................................. 40

III. KERANGKA BERPIKIR .......................................................................... 43

3.1. Kerangka Konseptual .......................................................................... 43

3.2. Hipotesis ............................................................................................. 51

IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 53

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 53

4.2. Metode Penarikan Contoh ................................................................... 53

4.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 55

Page 15: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

ii

4.4. Metode Analisis .................................................................................. 55

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier ...................... 55

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis .................. 58

4.4.3. Analisis Usahatani ................................................................ 62

4.4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani ................................ 62

4.4.3.2. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya ..................... 64

4.4.3.3. Distribusi Pendapatan Usahatani Sayuran Kentang dan Tomat .................................................................. 64

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 67

5.1. Luas Wilayah dan Geografis ............................................................... 67

5.2. Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan ................................................... 67

5.3. Kependudukan, Perekonomian, Sosial dan Budaya............................ 69

5.4. Sarana dan Prasarana Penunjang......................................................... 72

VI. KERAGAAN USAHATANI TOMAT DAN KENTANG DI DAERAH PENELITIAN............................................................................ 73

6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan ................................................... 73

6.2. Karakteristik Petani Responden ......................................................... 78

6.2.1. Umur Petani Responden ......................................................... 78

6.2.2. Pendidikan Formal Petani Responden .................................... 80

6.2.3. Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok Tani Responden ................................................................................ 82

6.2.4. Luas Lahan yang Dikuasai dan Status Kepemilikan Lahan ..... 85

6.3. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani dan Rasio Penerimaan dan Biaya ........................................................................................... 88

6.3.1. Analisis Usahatani Tomat ....................................................... 88

6.3.2. Analisis Usahatani Kentang ..................................................... 90

VII. ANALISIS EFISIENSI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DAN KENTANG ................................................ 93

7.1. Analisis Model Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Tomat .................................................................................. 93

7.2. Analisis Model Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kentang ............................................................................... 96

7.3. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit terhadap Efisiensi Teknis ............ 100

7.3.1. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit terhadap Sebaran

Page 16: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

iii

Efisiensi Teknis Usahatani Tomat .............................................. 100

7.3.2. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang ....................................................................... 104

7.3.3. Faktor-Faktor Inefisiensi Teknis Usahatani Tomat dan Kentang 107

7.4. Distribusi Pendapatan Usahatani ........................................................ 114

VIII. KESIMPULAN .......................................................................................... 117

8.1. Kesimpulan ......................................................................................... 117

8.2. Saran ................................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 121

LAMPIRAN .............................................................................................. 127

Page 17: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tenaga Kerja di Sub Sektor Hortikultura Tahun 2003 – 2006 .............. 2

2. Produktivitas Tanaman Kentang, Kubis, Wortel, Cabe dan Tomat

di Sumatera Utara ................................................................................... 4

3. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun Tahun 2006 ........... 69

4. Jumlah Penduduk dan Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jumlah Petani dan Angkatan Kerja di Kabupaten Simalungun

Tahun 2004 – 2007 .................................................................................. 70

5. Karakteristik Lembaga Perkreditan di Lokasi Penelitian ...................... 75

6. Distribusi Umur Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses Kredit ..... 78

7. Distribusi Pendidikan Formal Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses Kredit di Kabupaten Simalungun............................................................. 81

8. Distribusi Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok

Tani Petani Contoh ................................................................................. 83

9. Distribusi Luas Lahan yang di Kuasai dan Status Kepemilikan Lahan........................................................................................................ 86

10. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tomat di Daerah Penelitian

dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar ...................................... 89

11. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang di Daerah Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar ...................................... 91

12. Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Tomat

dengan Metode Maximum Likelihood Estimaties .................................... 94

13. Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kentang dengan Metode Maximum Likelihood Estimaties .................................... 97

14. Akses Kredit dan Sebaran Efisiensi Teknis Petani Tomat ..................... 100

15. Hasil Analisis Pengujian-t untuk Pengujian Beda Rata-Rata antar

Dua Kredit Usahatani Tomat ................................................................... 102

16. Hasil Analisis Chi-Square Test Efisiensi Teknis Usahatani Tomat ........ 103

Page 18: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

v

17. Akses Kredit dan Sebaran Efisiensi Teknis Petani Kentang................... 104

18. Hasil Analisis Pengujian-t untuk Pengujian Beda Rata-Rata Antar

Dua Kredit Usahatani Tomat ................................................................... 105

19. Hasil Analisis Chi-Square Test Efisiensi Teknis Usahatani Kentang..... 107

20. Parameter Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Tomat........................................................................ 108

21. Parameter Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic

Frontier Usahatani Kentang .................................................................... 110

Page 19: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Konsep Efisiensi Berorientasi pada Sisi Input ........................................ 29

2. Konsep Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif Orientasi output .......... 31

3. Perbedaan Produksi Batas dengan Produksi Rata-Rata .......................... 33

4. Fungsi Produksi ..................................................................................... 46

5. Hubungan Penggunaan Input X dengan Nilai Produk Marjinal ............. 47

6. Kerangka Konseptual .............................................................................. 51

7. Kerangka Pengambilan Petani Contoh Kentang dan Tomat................... 54

Page 20: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Konsumsi Perkapita Sayuran di Indonesia Tahun 2003-2008 ............. 127

2. Konsumsi Perkapita Buah-buahan di Indonesia Tahun 2003-2008 ..... 128

3. Metode Perhitungan “Factor Share dan Earner Share” ...................... 129

4. Luas Cakupan Wilayah berdasarkan Ketinggian Tempat dari Permukaan Laut di Kabupaten Simalungun ........................................ 130

5. Data Petani Contoh Petani Tomat di Kabupaten Simalungun ............. 131

6. Data Petani Contoh Petani Kentang di Kabupaten Simalungun .......... 137

7. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tomat di Lokasi Penelitian

dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar .................................. 143

8. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar .................................. 144

9. Persentase Penggunaan Input Usahatani Tomat pada setiap Akses

Kredit (Analisis Usahatani Tomat) ...................................................... 145

10. Persentase Penggunaan Input Usahatani Tomat pada setiap Akses Kredit (Analisis Usahatani Kentang) ................................................... 146

11. Distribusi Pendapatan Usahatani Tomat .............................................. 147

12. Distribusi Pendapatan Usahatani Kentang ........................................... 148

13. Rata-Rata Efisiensi Teknis Usahatani Tomat ...................................... 149

14. Rata-Rata Efisiensi Teknis Usahatani Kentang ................................... 149

15. Rata-Rata Efisiensi Ekonomis Usahatani Kentang .............................. 150

16. Rata-Rata Efisiensi Alokatif Usahatani Kentang ................................. 150

17. Analis R/C atas Biaya total Usahatani Sayuran ................................... 151

18. Factor Share dan Earner Share” Usahatani Tomat di Kabupaten

Simalungun ......................................................................................... 151

Page 21: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

viii

19. “Factor Share dan Earner Share” Usahatani Kentang di Kabupaten Simalungun .......................................................................................... 152

20. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Kentang ........................ 153

21. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Kentang ...................... 156

22. Pengujian Beda Rata-Rata Dua Sampel ............................................... 159

Page 22: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani

kecil yang dimaksud dalam pengembangan hortikultura adalah petani berlahan

sempit atau petani gurem dengan banyak kelemahan, yaitu: lemah pengetahuan

dan keterampilan, lemah modal, lemah teknologi, lemah atau kurang akses kredit,

dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka. Semua kelemahan ini

menyebabkan usaha mereka sulit berkembang dan belum mampu menghasilkan

pendapatan yang layak bagi mereka.

Johnson dan Mellor (1961) mengidentifikasi paling tidak ada 5 (lima)

peran sektor pertanian dalam pembagunan ekonomi. Sektor pertanian sebagai

penyedia tenaga kerja dan lapangan kerja terbesar, karena sektor pertanian

merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian sebagai

penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor pertanian

menyediakan pasar bagi produk-produk sektor industri karena jumlah penduduk

pedesaan yang sangat banyak dan terus meningkat. Sektor pertanian sebagai

penghasil devisa dan tidak kalah penting dengan sektor lainnya. Sektor pertanian

merupakan salah satu sektor yang efektif untuk mengurangi kemiskinan di

wilayah pedesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor

pertanian, karena selama ini kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

Menurut Departemen Pertanian (2009) tantangan pembangunan pertanian

Indonesia ke depan adalah meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk

pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang potensial dan mempunyai nilai

Page 23: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

2

ekonomi untuk dikembangkan adalah komoditas hortikultura. Konsumsi perkapita

sayur-sayuran di Indonesia pada tahun 2003 sampai 2008 berturut-turut adalah

34.52 kg per tahun, 33.49 kg per tahun, 35.33 kg per tahun, 33.78 kg per tahun,

39.39 kg per tahun dan 35.64 kg per tahun seperti yang terlihat dalam Lampiran 1.

Angka tersebut jauh dibawah standar FAO untuk konsumsi sayur-sayuran, dimana

tingkat konsumsi sayur-sayuran minimal adalah 73 kilogram per kapita per tahun.

Saat ini standar tersebut bahkan sudah diperbaharui menjadi 91.25 kilogram per

kapita per tahun. Rendahnya tingkat konsumsi sayur masyarakat disebabkan

berbagai faktor yaitu kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan fungsi sayuran

dalam mendukung kebutuhan pangan dan gizi keluarga.

Tabel 1. Tenaga Kerja di Sub Sektor Hortikultura Tahun 2003-2008 (1 000 Jiwa)

No Kel. Komoditas Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 Buah-buahan 466 587 607 739 898 902

2 Sayuran 2 254 2 337 2 272 3 002 2 838 2 843

3 Tanaman Hias 1.4 2.0 1 .5 0.8 0.8 0.9

4 Tanaman Biofarma

15 16 20 931 31 283 34 628 32

Total 2 736 2 943 2 902 3 773 3 771 3 778

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010.

Pengembangan usahatani hortikultura diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan terutama petani miskin

pelaku usahatani hortikultura. Selain itu peningkatan kesejahteraan dapat dicapai

melalui pengurangan pengangguran, karena usahatani hortikultura dari tahun

ketahun mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga

kerja pada usahatani hortikultura pada tahun 2003 sampai 2008 mengalami

Page 24: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

3

peningkatan menurut kelompok komoditasnya adalah sebesar 93.28 persen

(komoditas buah-buahan), 26.14 persen (sayuran), 121.48 persen (tanaman

biofarma), sedangkan untuk tanaman hias penyerapan tenaga kerja mengalami

penurunan sebesar 34.65 persen seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai

beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi bagi

masyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral, (2) sumber pendapatan dan

kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha, (3) bahan baku agroindustri, (4)

sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara, dan

(5) pasar bagi sektor non pertanian. Melalui usahatani hortikultura diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan petani terutama didaerah pedesaan.

Walaupun usahatani hortikultura sangat potensial untuk dikembangkan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, usahatani hortikultura

memiliki kendala. Adapun kendala dasarnya menurut Hastuti (2004) yaitu: (1)

pemanfaatan potensi sumberdaya yang kurang diberdayakan, (2) belum

sepenuhnya dalam menerapkan teknik budidaya yang baik (penggunaan benih

unggul bermutu, penerapan teknologi budidaya, berusahatani yang aman

konsumsi, dan yang lainnya), (3) kelembagaan petani belum kuat, (4) terbatasnya

modal usahatani, dan (5) penanganan pasca panen. Faktor modal penting karena

usahatani memerlukan input yang berasal dari luar sektor pertanian, seperti pupuk

kimia, pestisida, bibit dan tehnologi. Dengan demikian faktor modal

mempengaruhi tingkat produktivitas usahatani. Petani memerlukan kredit sebagai

tambahan modal usahataninya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum

panen. Untuk menutupi kekurangan modal usahanya, para petani pada umumnya

Page 25: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

4

mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan disekitar tempat tinggal mereka,

baik secara formal maupun non formal. Kredit formal dapat berupa kredit

program dan kredit komersial.

Tabel 2. Produktivitas Tanaman Kentang, Kubis, Wortel, Cabe dan Tomat di Sumatera Utara

(Ton/Ha)

Jenis Tanaman

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Kentang 21.1 19.17 16.67 16.97 16.03 16.24

Kubis 22.61 25.58 28.76 25.37 26.78 26.69

Wortel 25.82 19.91 23.18 23.1 22.72 21.66

Cabe 2.87 7.41 7.82 8.04 8.53 8.57

Tomat 23.16 20.42 20.6 21.34 18.91 18.83 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia dari berbagai Tahun, diolah.

Salah satu kawasan penghasil kamoditas sayuran adalah Sumatera Utara.

Propinsi Sumatera Utara berpotensial sebagai penghasil komodititas sayuran.

Produktivitas tanaman sayuran kentang, kubis, wortel, cabe dan tomat di

Sumatera Utara mengalami peningkatan kecuali produktivitas kentang dan tomat

seperti yang terlihat pada Tabel 2. Salah satu faktor yang mempengaruhi

produktivitas adalah modal usahatani. Modal penting karena input usahatani

berasal dari luar usahatani seperti pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lain lainnya.

Soekartawi (1989) menyatakan salah satu yang mempengaruhi produktivitas

adalah faktor alam atau tanah (tingkat kesuburan tanah, tofografi, dll), faktor

modal dan faktor tenaga kerja. Petani sayuran pada umumnya memiliki modal

yang kecil untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan input yang digunakan

untuk usahatani sayuran berasal dari luar sektor usahatani tersebut, seperti: pupuk,

pestisida dan bibit unggul yang harganya mahal.

Page 26: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

5

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil

sayuran khususnya tomat dan kentang di Sumatera Utara. Menurut data Badan

Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 daerah yang merupakan sentra

tanaman sayuran komoditi cabe dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun,

Tapanuli Selatan dan Deli Serdang yang mengkontribusi cabe sebesar 59.04

persen (produksinya mengalami penurunan karena pada tahun 2004 daerah ini

menghasilkan 90.74 persen) dari total produksi. Untuk komoditi kentang

Kabupaten Simalungun dan Karo menghasilkan sebesar 96.78 persen dari total

produksi kentang di Sumatera Utara. Begitu juga untuk komoditi tomat

Kabupaten Karo dan Simalungun menghasilkan 94.26 persen dari total produksi

tomat di Sumatera Utara. Produksi wortel terbesar dihasilkan oleh Kabupaten

Karo dan Simalungun yang menghasilkan sebesar 94.26 persen dari total

produksi wortel. Produksi kubis di Sumatera Utara dikontribusi oleh Kabupaten

Karo dan Simalungun sebesar 92.21 persen dari total produksi kubis.

Produktivitas usahatani tomat dan kentang mengalami penurunan.

Menurunnya produktivitas tomat dan kentang di duga dipengaruhi oleh

penggunaan dan pengelolaan input usahatani tersebut. Ini diduga karena

penggunaan input yang tidak tepat terutama kualitas dan kuantitas. Pengadaan

input dipengaruhi oleh berapa besar modal yang dimiliki oleh petani. Maka untuk

melakukan usahatani memerlukan modal. Soekartawi (1989) menyatakan faktor-

faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah faktor alam atau tanah (tingkat

kesuburan tanah dan tofografi), faktor modal dan faktor tenaga kerja. Faktor

modal itu penting karena input yang digunakan untuk usahatani sayuran berasal

Page 27: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

6

dari luar sektor usahatani tersebut, seperti: pupuk, pestisida dan bibit unggul yang

harganya mahal.

Modal untuk berusahatani dapat berasal dari modal sendiri (dari petani

sendiri jika petani memiliki kemampuan finansial sendiri) dan dari kredit (jika

petani tidak memiliki modal sendiri). Keberadaan kredit dibutuhkan oleh petani

untuk tujuan produksi, pengeluaran sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan

pertemuan sosial lainnya. Masalah utama dalam penyediaan kredit ke petani kecil

adalah adanya jurang pemisah antara penyaluran dengan penerimaan kredit.

Banyak lembaga pemodalan dengan berbagai skim kreditnya ditawarkan kepada

petani, tetapi pada kenyataannya hanya diakses oleh kelompok masyarakat

tertentu sedangkan petani kecil yang berlahan sempit atau tidak memiliki lahan

tetap tidak dapat mengaksesnya.

Terbatasnya akses petani pada kredit dari lembaga formal, mendorong

petani mengakses kredit dari lembaga non formal yang berada di sekitarnya.

Kredit yang diakses petani berbeda-beda, maka perlu dibuktikan apakah dengan

sumber kredit yang berbeda memberikan efek efisiensi usahatani, pendapatan

usahatani dan distribusi pendapatan yang berbeda kepada petani. Untuk

membuktikannya maka dilakukan penelitian tentang menganalisis perbedaan

akses kredit terhadap usahatani sayuran di Kabupaten Simalungun. Diduga

dengan perbedaan akses menyebabkan perbedaan dalam hal efisiensi usahatani

dan distribusi pendapatan.

1.2. Rumusan Masalah

Petani tomat dan kentang di Kabupaten Simalungun masih menghadapi

berbagai masalah dalam melakukan usahataninya. Masalah yang paling utama

Page 28: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

7

adalah terbatasnya modal usahatani. Maka untuk mendukung usahataninya petani

dapat mengakses kredit dari perbankan, tetapi tidak semua petani dapat

mengakses kredit dari perbankan karena adanya persyaratan agunan. Petani yang

dapat mengakses kredit dari bank adalah petani yang memiliki agunan dan

berusahatani dalam skala besar. Sedangkan petani kecil akan mengakses kredit

dari lembaga keuangan non formal yang tersedia disekitarnya. Petani yang

mengakses kredit dari lembaga keuangan non-formal disekitarnya merasa bahwa

lembaga ini mengerti akan kebutuhan oleh petani. Setiap sumber kredit berbeda

tingkat suku bunga dan peraturannya, maka akan mengakibatkan perbedaan

efesiensi usahatani dan distribusi pendapatan usahatani. Tetapi bagi petani

didaerah pedesaan tinggi rendahnya bunga bukan hanya faktor penentu, tetapi

juga biaya transaksi yang harus dibayar oleh peminjam. Semakin tinggi transaksi

akan menyebabkan biaya kredit secara total akan semakin tinggi.

Akses petani terhadap sumber kredit dari bank masih rendah. Rendahnya

akses kredit petani terhadap lembaga keuangan formal diduga karena status

kepemilikan lahan. Petani di Simalungun kepemilikan lahannya kebanyakan

adalah warisan keluarga. Sehingga lahan tidak bisa digunakan sebagai agunan

untuk mengajukan kredit ke perbankan. Selain itu masalah utama petani kecil

tidak mampu mengakses kredit dari lembaga keuangan formal adalah sistem

pengembaliannya yang bersifat bulanan, sedangkan hasil produk pertanian

bersifat musiman. Petani tidak mengakses kredit kelembaga formal walaupun

tingkat suku bungannya rendah karena total biaya yang dikeluarkan cukup besar

yaitu untuk cost transaction, sehingga bunga yang kecil tidak dapat menjadi

kompensasi terhadap biaya-biaya yang lain yang relatif besar. Maka petani

pedesaan membutuhkan sumber kredit yang mudah, murah, cepat dan tepat.

Artinya tidak terlalu banyak persyaratan yang diperlukan untuk meminjam,

Page 29: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

8

tersedia pada saat diperlukan dan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Persyaratan-persyaratan itu belum bisa di penuhi oleh lembaga keuangan formal

maka petani kecil cenderung meminjam kredit dari lembaga-lembaga keuangan

non-formal yang berada disekitarnnya.

Hastuti (2006) menyatakan aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber

permodalan masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang menguasai

lahan sempit yang merupakan komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan.

Petani banyak mengakses kredit non formal dari pada kredit formal, karena kredit

non formal tidak memerlukan persyaratan yang rumit, misalnya keharusan adanya

agunan dan proses penyaluran kredit dapat dilakukan dengan cepat, dekat, tepat

waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian tidak jarang

ditemui bahwa kekurangan modal atau biaya merupakan kendala yang menjadi

penghambat bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya

(Nurmanaf et al., 2006).

Di Kabupaten Simalungun ada beberapa lembaga keuangan non formal

yang banyak di akses petani adalah: (1) pedagang dimana memiliki modal dan

adanya perjanjian tidak tertulis dengan petani, dimana hasil usahatani petani dijual

kepada pedagang tersebut, (2) toko sarana produksi pertanian yang menjual alat-

alat pertanian, obat-obatan, benih dan pestisida, dan (3) Credit Union. Maka

diduga dari akses kredit yang berbeda akan memberikan dampak efisiensi

usahatani sayuran dan distribusi pendapatan usahatani sayuran yang berbeda bagi

petani.

Sumber kredit di Kabupaten Simalungun berasal dari lembaga keuangan

formal (bank umum yaitu Bank Rakyat Inodnesia dan Bank Sumut) dan dari

lembaga keuangan non formal (Credit Union), pedagang, dan pengusaha saprotan

(hasil analisis di lokasi penelitian 2010). Akses petani kepada perbankan untuk

Page 30: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

9

mendapatkan kredit tidak mudah, petani kecil sering tidak mampu memberi

agunan yang cukup memadai, sementara pihak bank menuntut agunan yang

bernilai tinggi. Perbankan masih menganggap sektor pertanian sangat beresiko

sehingga menerapkan prinsip kehati-hatian, seleksi nasabah yang ketat dan

diberlakukan persyaratan harus memiliki agunan. Sementara di pihak petani

adanya agunan dirasakan cukup memberatkan, apalagi agunan dalam bentuk

sertifikat tanah, juga prosedur administrasi yang rumit dan memerlukan waktu

yang cukup lama. Akibatnya saat petani membutuhkan dana yang sifatnya segera

untuk membeli sarana produksi tidak tersedia. Selain itu sebagian besar petani

beranggapan bahwa mekanisme pembayaran kredit harus dilakukan bulanan.

Maka petani mengakses kredit yang bersifat non formal yang tersedia di lapangan,

seperti pedagang input dan pedagang sayur juga para pelepas uang. Sumber-

sumber ini ”sangat mengerti” kondisi dan kebutuhan para petani. Pinjaman

diberikan tanpa agunan dengan prosedur yang sederhana. Realisasi dilakukan

dengan cepat, dekat, tepat waktu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan para

petani, walaupun harus membayar dengan tingkat suku bunga tinggi.

Salah satu alasan utama petani kurang akses ke lembaga formal adalah

keuntungan tingkat bunga rendah yang diberikan dikalahkan oleh lebih banyaknya

waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kredit. Disamping itu,

lembaga non-formal juga memberikan beberapa keuntungan: (1) relatif tidak ada

biaya transaksi, (2) frekuensi berhubungan lebih cepat antara 1-3 kali, dan (3)

lama pengurusan kredit antara 1-3 hari. Pedagang sarana produksi pertanian dan

pedagang sayuran menetapkan suku bunga rendah, karena mereka mengutamakan

hubungan kerjasama dalam pemasaran dan keberlanjutan usahatani.

Perbedaan akses kredit dapat memberikan perbedaan pendapatan usahatani

dan efisiensi usahatani. Jika ada petani yang dapat mengakses kredit dari lembaga

Page 31: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

10

keuangan formal tentu akan dapat membeli input usahatani dari toko sarana

produksi pertanian yang lebih murah dan menjual hasil usahataninya kepedagang

yang harganya lebih mahal, sedangkan jika ada petani yang meminjam modal dari

pedagang maka dia harus menjual hasil usahataninya kepada pedagang tersebut

dengan harga yang ditekan. Perbedaan akses akan mempengaruhi perbedaan

jumlah input, harga input dan harga output usahatani yang digunakan dan

dihasilkan oleh petani. Selain dilihat dari efisiensi usahatani juga perlu dilihat dari

distribusi pendapatan usahatani. Bisa saja efisiensi tetapi pembagian (proporsi)

keuntungan masing-masing pelaku usahatani malah menekan petani (penggarap).

Berdasarkan latar belakang permasalahan tesebut, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana pengaruh perbedaan sumber akses kredit terhadap efisiensi teknis,

pendapatan, dan distribusi pendapatan usahatani tomat dan kentang di

Kabupaten Simalungun?

2. Kebijakan apakah yang harus dilakukan oleh pemerintah setempat untuk

meningkatkan akses petani terhadap modal usahatani tomat dan kentang?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efesiensi teknis usahatani

tomat dan kentang.

2. Menganalisis pengaruh akses kredit terhadap efisiensi teknis usahatani tomat

dan kentang.

3. Mengetahui pengaruh akses kredit terhadap pendapatan usahatani tomat dan

kentang.

4. Mengetahui pengaruh akses kredit terhadap distribusi pendapatan usahatani.

Page 32: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

11

5. Mendeskripsikan kebijakan yang tepat untuk petani kentang dan tomat dalam

mengakses kredit untuk meningkatkan meningkatkan pendapatan petani dan

meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Simalungun.

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan untuk memberikan pinjaman

kredit maupun arah pembangunan pertanian di Kabupaten Simalungun. Terutama

bagi para pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan dalam memberikan

pinjaman kredit maupun arah pembangunan industri kecil beserta kelembagaan

tataniaga, khususnya pengolahan sayur yang akan berinvestasi di Kabupaten

Simalungun.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data cross section yang di laksanakan pada

salah satu wilayah sentra penghasil kentang dan tomat di Provinsi Sumatera Utara

yaitu di Kabupaten Simalungun. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka

penelitian ini terbatas pada petani yang mengakses kredit dari bank, pedagang,

Credit Union dan toko sarana produksi pertanian yang menggunakannya untuk

usahatani kentang ataupun tomat. Tingkat pendapatan usahatani dihitung dalam

jangka waktu satu kali musim tanam dan sesuai dengan jenis komoditas yang di

usahakan. Studi ini menganalisis karakteristik kredit yang ada dilokasi penelitian,

faktor-faktor efisiensi, inefisiensi, dan distribusi pendapatan usahatani kentang

dan tomat. Data-data yang dikumpulkan mencakup karakteristik tumahtangga

petani (umur, pendidikan, pengalaman, status kepemilikan lahan, usahatani

kentang ataupun tomat dalam bentuk input dan output (per persil), jumlah tenaga

kerja, dan pendapatan dari usahatani kentang dan tomat. Bentuk fungsi produksi

Page 33: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

12

yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi ini dipilih

karena pertimbangan, yaitu: (1) lebih sederhana, (2) bersifat homogen, sehingga

dapat digunakan untuk menurunkan fungsi biaya dari fungsi produksi, dan (3)

jarang menimbulkan masalah multicollinearity.

Page 34: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah

kepercayaan. Arti percaya dari pemberi kredit adalah ia percaya kepada penerima

kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan

perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.

Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa

penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala

sesuatu yang telah dijanjikan yang berupa uang, jasa atau barang (Suyatno et al.,

2007).

Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun

1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian bank menurut

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak (Bank Indonesia, 2002). Di Indonesia sistem perbankan yang

berlaku pada saat ini ada dua macam (dual system), yaitu sistem konvensional

bank masih menerapkan sistem bunga dan sistem syariah menitik beratkan pada

Page 35: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

14

bagi hasil sebagai padanan kredit pada bank konvensional sehingga pada bank

syariah dikenal dengan aktivitas pembiayaan (Suyatno et al., 2007).

Pengertian kredit diatas dapat dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian

pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan sebagai

pemberi pinjaman (kreditur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan

membawa sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Manusia

memerlukan kredit karena manusia adalah homo economicus dan setiap manusia

selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia beraneka

ragam sesuai dengan harkatnya yang selalu meningkat, sedangkan

kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini

menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-

citanya, dalam hal ini ia berusaha. Maka untuk meningkatkan usahanya atau untuk

meningkatkan daya guna suatu barang, manusia sangat memerlukan bantuan

dalam bentuk permodalan. Bantuan pada lembaga keuangan bank maupun non

perbankan disebut kredit.

Dalam memberikan kredit, lembaga keuangan khususnya bank

mempunyai kriteria penilaian terhadap nasabah. Suyatno et al. (2007)

menjelaskan beberapa unsur-unsur kredit adalah:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa

uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu

dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, sebelumnya

sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara internal

Page 36: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

15

maupun eksternal. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan

sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan

antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan

dalam suatu perjanjian dan masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajibannya.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini

mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko

tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi

tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun

oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengana nama bunga.

2.2. Pentingnya Kredit dalam Mendukung Usahatani

Kredit sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pembagunan. Kredit

memiliki fungsi dan tujuan yaitu:

Page 37: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

16

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas

jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan

tersebut. Jika lembaga keuangan terus menerus rugi, maka besar kemungkinan

lembaga keuangan tersebut akan dilikuidasi atau dibubarkan.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan

dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana

tersebut, maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluaskan

usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti

adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi

pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah:

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru

sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar

kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa

yang beredar di masyarakat.

Page 38: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

17

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri

dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa

negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai

untuk keperluan ekspor.

Pemerintah ada menyalurkan kredit untuk membantu petani. Pusat

Pembiayaan Pertanian (2009) menyatakan bahwa untuk sektor pertanian

penyaluran kredit bertujuan untuk: (1) meningkatkan akses kredit/pembiayaan

petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani kepada lembaga keuangan

perbankan, (2) mempercepat pertumbuhan sektor riil (tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan dan peternakan), (3) mendukung program ketahanan

pangan dan program-program lain yang ada di Departemen Pertanian, dan (4)

dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di

sektor pertanian.

Pemberian kredit melalui perbankan merupakan intervensi pemerintah

bagi dunia usaha agar roda perekonomian terus berjalan. Menurut Ellis (1992),

bahwa pemberian kredit merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah yang

cukup populer untuk sektor pertanian di negara berkembang dengan tujuan: (1)

mengatasi kendala kritis yang menghambat produktivitas pertanian, misalnya

untuk pembelian sarana produksi, (2) mempercepat proses adopsi teknologi oleh

petani, (3) membantu petani kecil mengatasi ketidak mampuan mereka untuk

meminjam modal dari sumber keuangan informal dan komersial, dan (4) untuk

pemerataan.

Page 39: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

18

Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting yaitu:

pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur dan pengurangan jumlah kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi dapat kita ditunjukkan melalui peningkatan produksi

(output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai melaui penambahan input dan

pengelolaan sumberdaya secara efisien maupun penggunaan teknologi baru.

Penambahan input dan adopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan output

berarti harus meningkatkan penggunaan modal. Modal yang digunakan dapat

bersumber dari modal sendiri atau dari modal pinjaman (kredit).

Kredit sangat berperan penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Hastuti (2004), pentingnya kredit terkait dengan tipologi petani yang sebagian

besar merupakan petani kecil dengan penguasaan lahan yang sempit sehingga

tidak memungkinkan untuk melakukan pemupukan modal. Untuk melakukan

pemupukan modal usahatani, salah satu caranya adalah akses terhadap kredit.

Peningkatan akses terhadap kredit akan meningkatkan kemampuan petani

membeli sarana produksi dan menggunakan teknologi produksi sehingga dapat

dicapai peningkatan efisiensi usahatani (Hazarika dan Alwang, 2003). Dapat

disimpulkan bahwa kredit merupakan salah satu pendukung utama pengembangan

adopsi teknologi usahatani yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas, nilai tambah dan pendapatan usahatani. Syukur et al. (1990) selain

meningkatkan adopsi terhadap teknologi, kredit untuk sektor pertanian seperti

Bimas, kredit intensifikasi dan Kredit Usaha Tani (KUT), kredit juga berfungsi

efektif sebagai perangkat introduksi. Hubungan adopsi teknologi dengan kredit

adalah dengan adanya akses petani terhadap sumber kredit maka diharapkan

petani dapat mengalokasikan kredit yang didapatnya untuk mengadopsi teknologi

Page 40: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

19

baru yang dapat meningkatkan produktivitas usahataninya. Kita ketahui bahwa

untuk mengadopsi teknologi baru umumnya membutuhkan modal yang besar,

maka dengan adanya akses petani terhadap kredit petani dapat mengadopsi

teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Maka dapat disimpulkan bahwa

kredit usahatani itu penting dan pemberian kredit usahatani harus dilaksanakan

dengan efisien sehingga kredit tersedia dan mudah di dapatkan oleh petani. Petani

yang dapat mengelola kredit dengan baik, akan dapat mengembalikan kredit tepat

waktu.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan kredit dapat

meningkatkan efisiensi usahatani. Peningkatan efisiensi dapat diukur dari

produksi, produktivitas dan pendapatan petani yang meningkat. Pentingnya

pembiayaan berupa kredit dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas dan

pendapatan ushatani telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Tetapi seperti yang

ketahui bahwa sumber kredit dipedesaan beraneka ragam, ada yang berasal dari

lembaga keuangan formal (Bank Komersil/Cabang, Bank Komersil/Unit,

BPR/BPRS, Koperasi, Pengadaian, Bank Kredit/Desa/LKDP, dan Bantuan

BUMN) dan lembaga keuangan non formal (kios sarana produksi pertanian,

pengolah hasil pertanian, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, Bank

Keliling/harian, famili/tetangga dan lainnya) (Hastuti dan Supadi, 2001).

Simatupang dan Rachmat (1989) mendukung bahwa permasalahan utama

dalam usahatani adalah masalah modal, modal menjadi kendala karena petani

semakin kesulitan dalam mengelola usahataninya karena harga input terutama

harga pupuk terus mengalami kenaikan. Nizar (2004) menyatakan bahwa kredit

usahatani masih sangat diperlukan sebagai tambahan modal kerja petani dalam

Page 41: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

20

melaksanakan usahatani terutama kebutuhan pupuk dan bibit, namun dalam

pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak-pihak

yang terlibat dalam proses penyaluran dan pengembalian kredit. Maka dengan

demikian kredit sangat berperan sebagai pelancar pembangunan pedesaan dan

meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani.

2.3. Lembaga Keuangan dan Sumber Permodalan Usahatani di Pedesaan

Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang

keuangan, secara langsung maupun tidak langsung, menghimpun dana dan

menyalurkannya kepada masyarakat, terutama untuk membiaya investasi

perusahaan-perusahaan (SK Menteri Keuangan Nomor Kep-38/MKIV.I/72).

Secara umum lembaga keuangan berfungsi sebagai penerima dan penyalur dana

bagi nasabah. Salah satu bentuk penyaluran dana adalah kredit. Menurut Basit

(1997) dalam Sariwulan (2000) menyatakan peran kredit merupakan kebutuhan

penting bagi nasabah, dan juga menjadi pengerak utama perkembangan lembaga

keuangan. Anwar (1993) memilah struktur lembaga keuangan pedesaan atas tiga

jenis yaitu:

1. Lembaga keuangan formal pedesaan.

Lembaga keuangan formal merupakan lembaga keuangan yang diatur oleh

aturan perundang-undangan dan diawasi oleh pemerintah. Tipe lembaga

keuangan ini mengharuskan adanya collateral atau agunan dalam kontrak

pinjaman untuk mengurangi terjadinya risiko yang lebih besar. Yang termasuk

kedalam jenis lembaga keuangan formal adalah: (1) Bank Rakyat Indonesia

Unit Desa (BRI Udes), salah satu bentuk kredit yang diberikan adalah Kredit

Usaha Kecil (KUK), (2) Perkreditan Koperasi, koperasi yang melayani

Page 42: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

21

kegiatan simpan-pinjam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang pada

umumnya masih belum bankable, adapun jenis perkreditan koperasi adalah

KUD (Koperasi Unit Desa), Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Karyawan,

Koperasi Pengawai Negeri, Koperasi Fungsional Angakatan Bersenjata, dan

lainnya, dan (3) Perkreditan Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR).

2. Lembaga Keuangan Semi formal

Lembaga keuangan semi formal adalah lembaga keuangan yang dalam

operasionalnya berdasarkan suatu keputusan pemerintah tertentu dan masih

menggunakan pranata adat setempat yang berlaku. Dalam sistem kontrak

pinjaman antara borrower dan lender tidak mengharuskan adanya collateral

atau agunan melainkan didasarkan pada kepercayaan (Trust) antara kedua

belah pihak. Contohnya adalah: (1) Bank Pasar yaitu lembaga keuangan yang

berupa lumbung desa dan bank desa, (2) Bank Perkreditan Kecamatan, (3)

Koperasi Simpan Pinjam (KOSIPA), (4) Bank Syariah, dan (5) Koperasi

Kredit (Credit Union).

3. Lembaga Keuangan Informal

Lembaga keuangan ini dalam operasionalisasinya tidak diawasi oleh

pemerintah dan meliputi para pelepas uang professional (rentenir), kerabat

keluarga dan sahabat terdekat, para pedagang atau petani kaya. Sistem kontrak

pinjamnya tidak menggunakan collateral atau agunan sebagai jaminan akan

tetapi semata-mata berdasarkan rasa saling percaya (trust).

Pasar Kredit Formal dikelola, diatur, diawasi pengaturannya oleh

pemerintah dan institusi perundang-undangan. Pasar modal formal mensyaratkan

adanya agunan (collateral). Pasar kredit semi formal adalah lembaga keuangan

Page 43: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

22

yang mendapat ijin resmi dari pemerintah, tetapi beroperasinya masih

memanfaatkan adat kebiasaan dan tata nilai masyarakat pedesaan. Pasar kredit

informal umumnya tidak di awasi oleh pemerintah, tidak mengharuskan adanya

agunan, hanya atas dasar kepercayaan (trust) antara peminjam (borrowers) dan

yang meminjamkan (lenders), misalnya rentenir.

Disamping pembagian berdasarkan formal, semi formal dan nonformal,

menurut Anwar (1998) lembaga keuangan di pedesaan secara garis besarnya

dibagi dua kelompok, yaitu: (1) sistem perbankan yang memiliki dan dikendalikan

oleh Bank Indonesia (BI), dan (2) sistem perbankan dimiliki oleh organisasi

masyarakat pedesaan.

Supriatna (2008) menginformasikan bahwa sudah banyak lembaga yang

menyediakan kredit di tingkat desa, berdasarkan organisasinya dapat

dikelompokan ke dalam tiga bagian, adalah: (1) lembaga kredit informal terdiri

atas Bank keliling dikenal dengan nama lokal ”Bank jongkok”, pedagang hasil

pertanian, pelepas uang, pedagang sarana produksi dan penggilingan padi, (2)

lembaga kredit formal terdiri atas Koperasi Unit Desa (KUD), Bank Perkreditan

Rakyat (BPR), BRI Unit Desa dan lembaga pegadaian, dan (3) kredit program

pemerintah terdiri atas Usaha Pelayanan Kredit Desa (UPKD) dana APBD dan

Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dana APBN.

2.4. Perkembangan Kredit Pertanian

Pada tahun 1959 sejak pendirian Padi Sentra yang menangani masalah

penyuluhan, penyaluran dan pemberian kredit, pemerintah Indonesia mulai

memperkenalkan kredit program bagi petani. Kredit yang diperkenalkan

pemerintah tersebut bertujuan untuk pembelian saranan produksi dan uang untuk

Page 44: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

23

biaya hidup (cost of living). Prosedur pencarian kredit tersebut sebenarnya mudah,

hanya memerlukan agunan berupa lahan sawah atau jaminan produksi padi yang

akan dipanen. Karena kredit memerlukan agunan lahan sawah atau jaminan

produksi yang akan di panen, petani menjadi sulit untuk menyediakan agunan

tersebut sehingga kredit sulit diakses oleh petani.

Pada tahun 1966 bersaman dengan diluncurkannya program Bimbingan

Massal (Bimas), pemerintah membenahi sistem kelembagan perkreditan untuk

mendukung program intensifikasi padi. penyaluran kredit pada waktu itu menjadi

tanggung jawab BNI unit II (sekarang adalah BRI). Penyaluran kredit dilakukan

melalui Koperasi Produksi Petani (Koperta). Kredit yang diberikan dalam bentuk

sarana produksi dengan agunan usahatani padi yang sedang diusahakan.

Permasalahan yang muncul adalah pengajuan kredit yang tidak sederhanan, sering

terjadi keterlambatan kredit dan keterjangkauan lokasi unit pelayanan masih

terbatas. Selanjutnya pada tahun 1969 diganti dengan Bimas gotong royong. Pada

saat itu kredit usahatani diberikan dengan sistem bagi hasil, yaitu 1/6 produksi

kotor diperuntukkan untuk pembayaran kredit. Sistem kredit ini juga mengalami

masalah, yaitu keterlambatan penyaluran sarana produksi, paket kredit yang tidak

sesuai dengan kebutuhan petani dan cara pembayaran kredit yang masih rancau.

Pada tahun 1970 pemerintah menyempurnakan program Bimas gotong

royong menjadi Bimas yang disempurnakan. Dengan penyempurnaan ini, kredit

program intensifikasi salurkan melalui BRI Unit Desa, sedangkan pengadaan dan

penyaluran sarana produksi dilaksanakan melalui BUUD/KUD (Badan Usaha

Unit Desa/Koperasi Unit Desa). Kredit ini diberikan pada petani pemilik atau

penggarap dengan jaminan berupa barang bergerak atau usahataninya. Pada tahun

Page 45: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

24

1982 penyaluran kredit ini tidak hanya melalui BRI Unit Desa, tetapi bisa juga

melalui KUD. Dengan demikian akses petani pada kredit program intensifikasi

menjadi lebih baik. Yang menjadi masalah adalah semakin membesarnya

tunggakan kredit.

Pada tahun 1985 pemerintah menghentikan Kredit Bimas, dan

menggantinya dengan Kredit Usahatani (KUT). Pada prinsipnya KUT ini hampir

sama dengan Kredit Bimas namun KUT mencakup lebih banyak komoditas, yaitu,

padi, palawija dan hortikultura. Petani yang tergabung di dalam kelompok tani

dapat akses kepada KUT dengan membuat Rencana Defenitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK). Petani membuat RDKK sesuai dengan paket teknologi

anjuran dengan mendapatkan bimbingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan

(PPL).

Di dalam perjalanan KUT mengalami berbagai perubahan sesuai dengan

perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah. Pada saat Indonesia mulai

dilanda krisis pada tahun 1998 dan kemarau panjang (el nino) yang menyebabkan

dampak negatif pada pertanian. Beberapa perbankan juga menyediakan kredit

bagi petani. Tetapi akses petani terhadap kredit yang berasal dari perbankan hanya

sedikit. Itu disebabkan karena perbankan mengharuskan adanya agunan.

2.5. Aksessibilitas Petani terhadap Kredit di Pedesaan

Syukur et al. (1990) menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar

pembangunan pertanian adalah: (1) membantu petani kecil dalam mengatasi

keterbatasan modal dengan bunga yang relatif ringan, (2) mengurangi

ketergantungan petani dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan

demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil

Page 46: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

25

pertanian, (3) mekanisme transfer pendapatan diantara masyarakat untuk

mendorong pemerataan, dan (4) insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi

usahatani. Tetapi nyatanya masih banyak petani yang tidak dapat mengakses

kredit dari lembaga keuangan formal yang memiliki tingkat suku bunga yang

rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi akses petani terhadap sumber kredit

terdiri dari tiga macam, yaitu: (1) faktor yang berasal dari dalam diri petani itu

sendiri, (2) faktor penunjang, dan (3) faktor ekonomi. Ketiga faktor tersebut akan

terintegrasi dengan sendirinya sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi akses

petani terhadap sumber kredit. Faktor yang berasal dari diri petani di bagi menjadi

beberapa aspek, yaitu: umur petani, tingkat pendidikan petani, jumlah anggota

keluarga, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam kepengurusan kelompok

tani dan resiko kegagalam usahatani. Sedangkan faktor ekonomi terdiri dari: skala

usahatani, kepemilikan lahan dan rasio pendapatan usahatani.

Mosher (1966) mengatakan ada beberapa hal yang akan diperhitungkan

petani dalam mengambil kredit atau tidak. Ini perlu dilakukan oleh petani sebagai

bahan pertimbangan agar mereka tidak terjerumus kedalam masalah yaitu dengan:

(1) menaksir besarnya hasil yang akan diperoleh pada saat panen, (2) menaksir

harga pasar produknya, (3) biaya untuk mengusahakan pinjaman (kredit), (4)

sanksi, (5) tingkat kesulitan dalam memperoleh kredit, dan (6) ketepatan waktu

dalam penyaluran kredit. Mayrowani, et al. (1998) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan model logit, bahwa intercept,

umur kepala keluarga, jumlah anggota rumahtangga, pengeluaran rumahtangga,

Page 47: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

26

rasio pendapatan usahatani terhadap total pendapatan, resiko kegagalan menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap aksessibilitas petani.

Di daerah pedesaan ada berbagai bentuk sumber lembaga pembiayaan

yang dapat melayani masyarakat, baik yang bersifat formal maupun non formal.

Lembaga yang bersifat formal antara lain Bank BRI, BPR, Koperasi, Pegadaian.

BKD/LDKP, dan sebagainya. Sedang lembaga pembiayaan non formal antara lain

kios saprotan, pedagang hasil pertanian, pelepas uang/rentenir, bank keliling, dan

sebagainya. Kredit di pedesaan melibatkan dua kelompok yaitu petani atau

masyarakat sebagai debitor, dan lembaga pembiayaan baik formal maupun non

formal sebagai kreditor. Kedua kelompok tersebut tentu berbeda kepentingan dan

tujuan terhadap perkreditan, sehingga dapat menimbulkan konflik pandangan.

Konflik pandangan ini terjadi antara lembaga perkreditan pemerintah dengan

masyarakat petani di pedesaan. Oleh karena itu di daerah pedesaan muncul

berbagai bentuk kelembagaan pembiayaan non formal, yang terbentuk sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Sumber kredit nonformal lebih bersifat fleksibel, tanpa prosedur berbelit,

saling mengenal, dan berhubungan erat. Pinjaman tidak diawasi dengan ketat,

petani bebas menggunakan kreditnya, juga kreditor mengetahui betul kelayakan

kredit petani serta bersedia memberi pinjaman kapan, dimana, dan berapa saja

petani minta. Kredit formal tidak fleksibel, prosedur berbelit, ke dua belah pihak

tidak saling mengenal dengan baik, memerlukan waktu relatif lama baik untuk

mengambil maupun membayar kredit. Seringkali debitor harus mengeluarkan

biaya yang cukup besar untuk mengurusnya, sehingga bunga yang berlaku

menjadi tinggi (Hastuti dan Supadi, 2001).

Page 48: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

27

2.6. Kerangka Teori

2.6.1. Konsep Efisiensi

Efisiensi merupakan perbandingan output dengan input yang digunakan

dalam suatu proses produksi. Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi

alokasi penggunaan input dan output yang dihasilkan. Menurut Lau dan

Yotopaulus (1971) konsep efisiensi pada dasarnya mencakup tiga pengertian,

yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) serta efisiensi ekonomis. Efisiensi

teknis mencerminkan kemampuan petani untuk memperoleh output maksimal dari

sejumlah input tertentu. Seorang petani dikatakan efisien secara teknis dari petani

lainnya jika petani tersebut dapat menghasilkan output lebih besar pada tingkat

penggunaan teknologi produksi yang sama. Petani yang menggunakan input lebih

kecil pada tingkat teknologi yang sama, juga dikatakan lebih efisien dari petani

lain, jika menghasilkan output yang sama besarnya. Maka konsep efisiensi teknis

merupakan suatu konsep yang bersifat relatif.

Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan

input dengan dosis/syarat yang optimal pada masing-masing tingkat harga input

dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh

maksimal, karena pada dasarnya tujuan petani dalam mengelola usahataninya

adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. Tingkat produksi dan

pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh efisiensi petani dalam

mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya kedalam berbagai alternatif

aktivasi produksi. Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan

efisiensi alokatif.

Tujuan utama petani sayuran dalam mengelola usahataninya adalah untuk

mencapai keuntungan maksimal. Produksi dan keuntungan maksimal yang belum

Page 49: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

28

tercapai akibat adanya potensi yang tidak tereksploitasi dapat diartikan sebagai

inefisiensi dalam usahatani. Kemungkinan seorang petani tidak dapat mencapai

tujuan maksimalnya adalah sesuatu yang bersifat umum. Dengan kata lain,

inefisiensi sebenarnya bagian yang tidak terlepaskan dari suatu usahatani. Dalam

mengelola usahatani, petani mungkin saja melakukan penyimpangan yang

menimbulkan konsekuensi dalam usahataninya. Penyimpangan-penyimpangan

tersebut biasanya terkait erat dengan sifat manajerial petani. Adanya banyak

faktor yang mempengruhi tidak tercapainya efisiensi (terjadi inefisiensi). Penentu

sumber dari inefisiensi ini tidak hanya memberikan informasi tentang sumber-

sumber potensial yang inefisien, tapi juga saran terhadap kebijakan untuk

meningkatkan atau dihilangkan untuk mencapai tingkat efisiensi total.

Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada

isoquant batas. Sebaliknya inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari

isoquant frontier. Sedangkan efisiensi alokatif mengacu pada kemampuan untuk

memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada

biaya yang minimum. Sebaliknya inefisiensi alokatif mangacu pada

penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Secara umum konsep

efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu sisi alokasi penggunaan input dan

dari sisi output yang dihasilkan seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Pendekatan dari dua sisi dikemukakan oleh Farrell (1957), membutuhkan

ketersediaan informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan

kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal.

Pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat

Page 50: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

29

X1/Y

0

IS

B

R

X2/Y

P X0

P’

B’

IS’

sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa

mengubah jumlah input yang digunakan.

Sumber: Farrel (1957)

Gambar 1. Konsep Efisiensi Berorientasi pada Sisi Input

Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu sisi

alokasi penggunaan input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari

dua sisi dikemukakan oleh Farrell (1957), membutuhkan ketersediaan informasi

harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang

digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Pendekatan dari sisi

output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah

output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang

digunakan.

Gambar 1 perusahaan atau produsen di asumsikan memproduksi output

(Y) dengan menggunakan dua jeni input yaitu (X1 dan X2) dan IS merupakan

kurva isoquant frontier untuk menghasilkan output maksimal Y, X0 menunjukkan

Page 51: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

30

kombinasi input observasi yang inefisien untuk menghasilkan sejumlah output

yang sama. Di sepanjang lintasan 0X0

Berdasarkan konsep yang dijelaskan diatas, ukuran efisiensi teknis

dirumuskan:

terdapat dua kombinasi input yaitu R dan

B. pada B menunjukkan kombinasi input yang efisien secara teknis karena

terletak pada isoquant frontier tetapi secara alokatif belum efisien karena biaya

yang digunakan masih dapat diminumkan yaitu pada B’. pada R menunjukkan

kombinasi input yang inefisien secara teknis, namun berada pada garis isocost

yang berarti berada pada kombinasi harga input yang efisien. Jarak antara R dan B

menjelaskan bahwa biaya yang diminimalkan jika petani atau perusahaan ingin

berproduksi pada titik B’ yang merupakan tempat kombinasi penggunaan input

yang efisien secara teknis dan alokatif (efisien secara ekonomis).

......................................................................................... (2.1)

Konsep efisiensi Farrell (1957) ini dikembangkan oleh Kopp dan Diewert

(1982) dalam Taylor et al. (1986) menjadi konsep efisiensi dual yang diperoleh

dari penurunan fungsi dual. Kopp dan Diewert menetapkan P’ sebagai vektor dari

harga-harga input yang digunakan (isocost PP’). Untuk memproduksi Y (output

observasi) dengan kombinasi input observasi yang inefisien (X0) dikeluarkan

biaya adalah P.X0

......................................................................................... (2.2)

, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi Y

dengan kombinasi input yang efisien secara teknis B adalah P.B. Maka efisiensi

teknis dapat juga diukur dengan menggunakan rumus:

Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input meruapakan rasio dari input atau

biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari

Page 52: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

31

Y2/X1

Y1/X1 Z’

B

Z

D’

0

A

B’

C

D

ukuran efisiensi teknis oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai

berikut (Coelli, 1996):

............................................................................. (2.3) dimana nilai TE antara 0 ≤ TE ≤ 1.

Sumber : Coelli et al., 1998

Gambar 2. Konsep Efisiensi Teknis dan Alokatif Orientasi Output

Coelli et al. (1998) pengertian konsep efisiensi dapat melalui pendekatan

output, diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) pada

Gambar 2. Simbol ZZ’ adalah kurva kemungkinan produksi. Titik A

menunjukkan petani ada dalam kondisi inefisien. Garis AB menggambarkan

kondisi inefisiensi secara teknis. Dengan kondisi tersebut, maka pendekatan

efisiensi teknis didefenisikan:

........................................................................................ (2.4)

Membahas tentang efisiensi tidak terlepas dari konsep utama teori

ekonomi produksi yaitu fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan

Page 53: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

32

teknis antara faktor produksi atau input dengan keluaran produksi atau output.

Fungsi produksi digunakan untuk menentukan output maksimum yang dapat

dihasilkan dari penggunaan sejumlah input. Secara matematis bentuk umum

fungsi produksi dapat dirumuskan:

Y = f (X1, X2, …, Xn

Dimana Y merupakan jumlah produksi yang dihasilkan atau output dari

penggunaan masukan input, sedangkan X

) ...................................................................... (2.5)

1, X2, …, Xn

Beberapa karakteristik fungsi produksi yaitu :

merupakan faktor-faktor

produksi atau input yang digunakan untuk menghasilkan output. Model fungsi

produksi seperti ini belum dapat menerangkan hubungan output dan input secara

kuantitatif. Untuk itu fungsi produksi harus dinyatakan dalam bentuk yang

spesifik sesuai dengan sifat hubungan input-output dari proses produksi yang

bersangkutan.

1. Fungsi produksi merupakan fungsi kontinu (bukan diskrit) atau limit

mendekati nol.

2. Fungsi produksi bernilai tunggal (single value) yaitu setiap input berpasangan

dengan setiap output tertentu.

3. Turunan pertama dan kedua bersifat kontinyu, nilai yang dipakai positif atau

Q = f (X1), dimana Q dan X1

4. Fungsi produksi cembung (convect) dengan titik nol.

> 0.

Asumsi dasar yang dibangun fungsi produksi yaitu, pengusaha berusaha

mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memaksimumkan output dan

mengoptimumkan penggunaan faktor produksi.

2.6.2. Metode Pengukuran Efisiensi

Masalah efisiensi ada dua konsep fungsi produksi yang perlu diperjelas

perbedaannya. Kedua fungsi produksi tersebut adalah fungsi produksi batas

Page 54: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

33

(frontier production function) dan fungsi produksi rata-rata (average production

function). Pada Gambar 3 dapat dilihat perbedaan fungsi produksi batas dengan

fungsi produksi rata-rata.

a. Produksi Batas b. Produksi Rata-rata

Sumber : King (1980)

Gambar 3. Kurva Perbedaan Produksi Batas dengan Produksi Rata-rata

Fungsi produksi adalah menggambarkan hubungan antara input dan output

yang menunjukkan suatu sumberdaya (input) dapat diubah sehingga menghasilkan

suatu produk tertentu. Pengertian produksi batas tidak jauh beda dengan

pengertian fungsi produksi sendiri, yaitu produksi batas merupakan suatu fungsi

yang menunjukkan kemungkinan produksi tertinggi yang dapat dicapai oleh

petani dengan menggunakan faktor produksi tertentu pada tingkat teknologi

tertentu. Maka fungsi produksi batas (frontier) dapat menunjukkan tingkat

produksi potensial yang mungkin dicapai oleh petani dengan menajemen yang

baik. Produksi frontier ini digambarkan dengan menghubungkan titik output

maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input.

Y (Output)

X (Input)

Y (Output)

X (Input)

Page 55: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

34

Berdasarkan pengertian produksi batas dan Gambar 3a dapat dikatakan

bahwa usahatani yang berproduksi disepanjang kurva berarti telah berproduksi

secara efisien. Karena untuk sejumlah kombinasi input tertentu dapat diperoleh

dari jumlah output yang maksimum, artinya pada kondisi tersebut penggunaan

input sudah optimal. Sedangkan untuk pengertian produksi rata-rata pada Gambar

3b, usahatani yang berproduksi disepanjang kurva belum tentu yang paling efisien

karena kemungkinan usahatani yang mampu berproduksi diatas kurva atau lebih

besar dari produksi rata-ratanya.

Metode pengukuran efisiensi antara produksi batas dan produksi rata-rata

juga berbeda. Metode pengukuran efisiensi untuk produksi batas (frontier) secara

umum dapat dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan (Chen et al., 2003

dalam Jasila, 2009) yaitu:

1. Non parametric piece wise linier technology. Contoh pengukuran pada

pendekatan ini adalah DEA (Data Envelopment Analysis). Pendekatan ini

mudah terkena kesalahan dalam pengukuran (measurement error).

2. Parametric function contohnya stochastic frontier. Model ini membiarkan

adanya sifat acak (noise) dari hubungan antar input didalam produksi. Oleh

karena itu, hasil yang diperoleh lebih “robust” di dalam mengukur kesalahan

pengukuran, seperti misalnya kondisi iklim dan faktor pengganggu lainnya.

Metode pengukuran efisiensi untuk produksi rata-rata sebagian besar

menggunakan metode ekonometrika, terutama metode Ordinary Least Squares

(OLS). Pengukuran efisiensi melalui pendekatan produksi rata-rata hanya dapat

mengidentifikasi perubahan teknologi dan skala usaha (Simatupang, 1996),

perubahan efisiensi teknis tidak dapat diidentifikasi. Disamping itu, perubahan

Page 56: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

35

teknologi yang diperoleh dari pendugaan fungsi produksi rata-rata tidak dapat

memisahkan perubahan teknologi murni dengan random shock. Maka dengan

demikian dari kedua metode diatas, dipilih metode frontier untuk digunakan

dalam penelitian ini. Atas dasar kelebihan dan keterbatasan masing-masing

metode pengukuran yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.

Model fungsi produksi stochastic frontier secara umum:

........................................................ (2.5)

Stochastic frontier disebut juga “composed error model” karena error term terdiri

dari dua unsur, yaitu:

i = 1, …, n variabel Єiv

= spesifik error term dari observasi ke-i i

u

= ukuran kesalahan dan faktor-faktor diluar control petani (eksternal) seperti iklim, hama, dan penyakit yang disebut sebagai gangguan statistik (statistical noise)

i

Persamaan fungsi produk stochastic frontier secara ringkas ditulis:

= one side disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek inefisiensi

.............................................................. (2.6)

dimana:

YitX

= produksi yang dihasilkan petani-i pada waktu-t it

β = vektor masukan yang digunakan petani-i pada waktu-t

itv

= vektor parameter yang akan diestimasi it

u

= variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim, hama)

it

Komponen galat (error) yang sifatnya internal (dapat dikendalikan petani)

dan lazimnya berkaitan dengan kapabilitas manajerial petani dalam mengelola

usahataninya, direfleksikan oleh u

= variabel acak non negatif dan diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis dan berkaitan dengan faktor-faktor internal.

i. Komponen ini sebarannya asimetris (one

sided) yakni ui ≥ 0. Jika proses berlangsung efisien (sempurna) maka keluaran

Page 57: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

36

yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya, yaitu ui = 0. Sebaliknya

jika ui

Daryanto (2000), mengunggkapkan bahwa ada dua pendekatan alternative

untuk menguji sumber-sumber dari efisiensi teknis. Pendekatan pertama adalah

prosedur dua tahap. Tahap pertama menyangkut pendugaan terhadap skor

efisiensi (efek inefisiensi) bagi individu perusahaan. Tahap kedua menyangkut

pendugaan model regresi dan skor efisiensi yang diasumsikan mempengaruhi efek

inefisiensi. Pendekatan kedua adalah prosedur satu tahap dan efek inefisiensinya

dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap

relevan dalam menjelaskan inefisiensi di dalam proses produksi.

> 0 berarti produksi berada di bawah potensi maksimumnya.

Menurut Coelli et al. (1998), prosedur dua tahap menimbulkan kontradiksi

dengan asumsi yang dikemukakan dalam model stochastic frontier. Pada tahap

pertama ui diasumsikan terdistribusi secara identik, namun pada tahap kedua ui

dugaan dibolehkan menjadi fungsi dari variabel penjelas dan inefisiensi. Coelli

mengatasinya dengan mengukur parameter dari fungsi produksi stochastic frontier

dan model inefisiensi teknis secara simultan dan efek inefisiensi teknis bersifat

stochastic.

2.7. Distribusi Pendapatan Usahatani Sayuran

Analisis distribusi pendapatan dapat dilakukan dengan dua pendekatan,

yaitu: (1) analisis distribusi pendapatan personal, untuk mengukur distribusi

pendapatan di antara individu-individu dalam suatu masyarakat, dan (2) analisis

distribusi pendapatan fungsional, yang mengukur distribusi pendapatan antara

faktor-faktor produksi dalam suatu proses produksi (Soejono, 1977 dalam

Hutagaol, 1985).

Page 58: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

37

1. Distribusi Pendapatan Personal atau Institusional

Distribusi pendapatan personal atau institusional adalah merupakan ukuran

yang paling umum digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini hanya berkaitan

dengan masing-masing individu atau satu kelompok masyarakat dan jumlah

penghasilan yang mereka terima. Besarnya pendapatan personal yang diterima

oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakat, sangat tergantung

dari kepemilikan faktor produksi. Individu dapat memberikan jasa tenaga

kerja, keterampilan (manajemen), dan modal yang dimilikinya dalam suatu

proses produksi. Imbalan terhadap digunakannya faktor produksi milik

individu atau kelompok masyarakat irulah yang diterima sebagai pendapatan

personal.

Imbalan yang diterima oleh setiap individu atau kelompok masyarakat,

dapat berupa : (1) upah atau gaji, sebagai balas jasa atas penggunaan faktor

produksi dalam suatu proses produksi, (2) laba, deviden, bunga, sewa, dan lain

sebagainya, atas imbalan penggunaan modal atau kapital, dan (3) pendapatan

lain, atas imbalan yang dibayarkan untuk kepemilikan faktor produksi lainnya.

Selanjutnya Todaro (2000), menggunakan Kurva Lorenz dan Koefisien

Gini untuk mengukur distribusi pendapatan. Kurva Lorenz dapat menjelaskan

distribusi pendapatan secara grafis, sedangkan Koefisien Gini mengukur

ketimpangan pendapatan yang terjadi dengan melihat hubungan antara jumlah

penduduk dengan distribusi pendapatan dalam bentuk persentase komulatif.

2. Distribusi Pendapatan Fungsional

Distribusi pendapatan fungsional ini menjelaskan distribusi pendapatan yang

diterima oleh masing-masing faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi. Besarnya kecilnya pendapatan ini tergantung dari seberapa besar

Page 59: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

38

atau seberapa banyak faktor produksi yang digunakan, selain juga ditentukan

oleh faktor harga faktor produksi.

Dalam melakukan analisis distribusi pendapatan fungsional ini, produksi total

dibagi habis dalam faktor produksi yang digunakan. Ada dua faktor produksi

yang digunakan yaitu modal dan tenaga kerja. Perubahan dalam pemakaian

faktor produksi akan menyebabkan perubahan dalam distribusi pendapatan

faktorial atau fungsional. Selanjutnya, pendapatan yang diterimakan kepada

masing-masing faktor produksi tersebut akan diterima oleh pemilik faktor

produksi.

Pengukuran distribusi pendapatan fungsional dapat dilakukan dengan metode

akuntansi dan dengan menggunakan fungsi produksi guna memperoleh andil

faktor (factor share) dari setiap faktor produksi yang digunakan. Metode

akuntansi dalam menghitung andil faktor setiap masukan (faktor produksi)

memerlukan data mengenai jumlah faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi dan balas jasa yang diterima oleh setiap faktor tersebut.

Dalam perhitungannya, nilai produksi dialokasikan kepada setiap faktor

produksi sebagai balas jasa dari penggunaan faktor produksi tersebut. Balas

jasa terhadap faktor produksi ini, merupakan pendapatan dari masing-masing

faktor tersebut, atau yang disebut sebagai pendapatan faktorial.

2.8. Gambaran Umum Usahatani Sayuran

Dalam pertemuan nasional hortikultura tahun 2001 (BP2HP, 2001)

dikemukakan empat skenario pengembangan model usaha hortikultura yaitu; (1)

Usaha perorangan, (2) usaha patungan, (3) usaha koperasi, dan (4) kerjasama atau

kemitraan usaha. Selanjutnya dalam pedoman pengembangan kawasan agribisnis

hortikuktura, Direktorat Pengembangan Usaha Hortikultura (2002) melengkapi

Page 60: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

39

dan menyempurnakan menjadi lima model pengembangan yaitu: (1) model

manajemen, (2) model contract farming, (3) model kemitraan petani-pengusaha,

(4) koperasi agribisnis hortikultura, dan (5) jejaring usaha agribisnis hortikultura

(Saptana et al., 2006).

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan pengembangan agribisnis

tanaman pangan dan hortikultura oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (2005)

diarahkan untuk: (1) meningkatkan akses dan optimalisasi sumberdaya lahan dan

air bagi komoditi komersial, (2) peningkatan akses terhadap modal, (3)

peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana, (4) meningkatkan penyediaan

dan akses terhadap teknologi, (5) revitalisasi penyuluhan, (6) meningkatkan

produksi dan produktifitas tanaman hortikultura dan pangan, (7) meningkatkan

akses terhadap pasar, (8) menumbuhkan usaha agribisnis/agroindustri, dan (9)

peningkatan/perbaikan data statistik tanaman pangan dan hortikultura.

2.9. Studi Mengenai Aksessibilitas Kredit

Dalam Supriatna (2008) melakukan penelitian tentang aksessibilitas petani

kecil pada sumber kredit di tingkat desa untuk studi kasus petani padi di Nusa

Tenggara Barat mengatakan kredit sudah menjadi bagian hidup dan ekonomi

usahatani petani kecil, bila kredit tidak tersedia tingkat produksi dan pendapatan

usahatani akan turun drastis. Pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 80

persen petani didaerah tersebut disamping menggunakan modal sendiri juga

melakukan pinjaman kredit dan hanya 20 persen menggunakan modal sendiri.

Lembaga kredit yang paling banyak diakses oleh petani berturut-turut adalah

pedagang saprotan (20 persen), Penggilingan padi (20 persen), Unit Pelayanan

Kredit Desa (UPKD) (16 persen), pelepas uang (4 persen). Akses petani terhadap

Page 61: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

40

lembaga keuangan formal masih kurang, dikarenakan petani tidak memiliki

agunan sertifikat tanah, selain itu petani juga tidak memenuhi syarat cara

pembayaran. Cara pembayaran adalah bulanan, ini tidak sesuai dengan

karakteristik usahatani yang penerimaannya musiman. Akibatnya akses petani

terhadap lembaga keuangan formal masih kurang.

Dari hasil penelitian Hastuti dan Supadi (2001) mengenai aksessibilitas

masyarakat terhadap kelembagaan pembiayaan pertanian di pedesaan, hasil

penelitian menunjukkan bahwa aksessibilitas masyarakat tani pada kelembagaan

pembiayaan formal relatif tinggi, disebabkan karena adanya program-program

pemerintah seperti KUT (Kredit Usaha Tani), KKP (Kredit Ketahanan Pangan)

dan sebagainya. Meskipun berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah

untuk memperbaiki sistem penyaluran pembiayaan pertanian, namun sejarah

membuktikan bahwa program pemerintah di bidang pembiayaan pertanian sering

mengalami kegagalan, karena lemahnya peranan lembaga-lembaga pelaksana.

Oleh karena itu tingkat pengembaliannya relatif rendah. Hal ini disebabkan karena

sering terjadinya komunikasi yang tidak sama antara pemerintah dengan

masyarakat tani. Di satu pihak pemerintah sebagai kreditor mewajibkan setiap

bantuan harus dikembalikan, namun di pihak lain masyarakat tani sebagai debitor

sebagian besar menganggap bahwa bantuan pemerintah bersifat “bantuan” yang

tidak perlu dikembalikan.

Terjadi kecenderungan program bantuan pemerintah yang bersifat masal

dan tidak selektif justru menghancurkan usahatani masyarakat pedesaan, karena

terjadi over produksi dan penurunan harga-harga produk pertanian. Disamping itu

banyak kesalahan tehnis yang bukan di pihak petani, namun dipihak pelaksana.

Hal ini berarti bahwa berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah

Page 62: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

41

untuk meningkatkan aksessibilitas masyarakat terhadap lembaga perkreditan

belum dapat memenuhi sasarannya dengan tepat. Bahkan sebagian masyarakat

masih mempunyai persepsi bahwa meminjam kredit ke bank komersial

merupakan hal yang sulit dilakukan.

Menurut Hastuti dan Supadi (2001) menyatakan pada umumnya lembaga-

lembaga pembiayaan formal lebih dapat diakses oleh pegawai, pengusaha,

pedagang, dan bukan petani. Petani banyak mengakses kredit dari lembaga

pembiayaan non formal seperti pedagang output, pedagang input, pelepas uang,

tetangga/famili/rekanan. Hal ini disebabkan karena prosedur yang cepat, sesuai

dengan kebutuhan dan sederhana. Selain itu dalam hubungannya dengan lembaga

pembiayaan non formal tidak ditemukan sangsi kemungkinan hilangnya satu-

satunya aset yang sangat penting bagi mereka, yaitu tanah. Modal utama hanyalah

berupa kejujuran dan kepercayaan diantara ke dua belah pihak. Sebagian besar

masyarakat merasakan bahwa meminjam ke lembaga pembiayaan formal relatif

sulit, karena prosedur yang rumit, mahal, dan sebagian besar masyarakat tidak

mempunyai agunan berupa sertifikat tanah sebagai jaminan. Padahal untuk

meminjam ke lembaga formal, agunan merupakan salah satu syarat yang tidak

dapat ditawar. Mohamed (2003) meneliti tentang akses petani pada kredit formal

dan non formal di Zanzibar, menyatakan bahwa usia, jenis kelamin, pendidikan,

tingkat pendapatan, dan tingkat kesadaran pada ketersediaan kredit adalah faktor-

faktor yang mempengaruh aksesibilitas kredit oleh petani di Zanzibar. Dan hasil

penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengguna

kredit formal dan penggunan kredit non formal.

Lensink et al. (2008) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

akses kredit formal di Delta Mekong, Vietnam, menyatakan bahwa kredit formal

Page 63: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

42

tidak berfungsi dengan baik, dan akibatnya akses terhadap kredit formal terbatas.

Dari hasil penelitian tersebut, literature masih belum jelas alasan kurangnya akses

kredit formal. Tetapi hasil penelitian dari Lensink et al. (2008) menunjukkan

bahwa penggunaan kredit formal akan meningkat jika sipeminjam/petani memiliki

hak milik tanah, berumur muda dan memiliki tingkat pendidikan yang bagus.

Petani pada umumnya tidak mempermasalahkan besarnya bunga pinjaman,

namun lebih mementingkan tingkat pelayanan. Cara pengembalian kredit

sebaiknya musiman atau tahunan, sesuai dengan siklus produksi petani. Prosedur

penyaluran kredit sebaiknya dibuat lebih cepat relatif sederhana, sesuai dengan

kemampuan petani.

Page 64: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

43

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya

anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang

diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

membeli input produksi yang akhirnya menyebabkan penggunaan input kurang

optimal, sehingga produktivitas menurun. Modal merupakan salah satu faktor

produksi yang dapat berasal dari milik sendiri atau dari kredit. Modal yang berasal

dari luar usahatani biasanya merupakan kredit. Dari pernyataan di atas dapat

dihubungkan bahwa pengadaan faktor input di duga di pengaruhi akses kredit.

Karena jika sumber kredit berbeda maka ongkos transaksi dari setiap sumber

kredit tersebut berbeda juga. Perbedaan ongkos transaksi dan tingkat suku bunga

akan mempengaruhi jumlah kredit yang dapat digunakan petani sebagai modal

untuk memperoleh input usahatani.

Kredit merupakan suatu alat untuk menciptakan modal, maka kredit dapat

dihubungkan dengan tambahan modal seperti pembelian pupuk, benih, pompa air

atau membeli input lainnya untuk tujuan produksi usahatani pada waktu yang

diperlukan. Karena itu pendugaan akses kredit dapat diukur melalui pendekatan

fungsi produksi. Dasar pemikirannya yaitu akses kredit (dalam konteks hubungan

input-output) akan menambah likuiditas perusahaan penerima kredit. Perusahaan

dapat meningkatkan penggunaan input atau bahkan disertai perubahan rasio

modal (capital) dengan tenaga kerja (labor). Fungsi produksi adalah suatu fungsi

yang menggambarkan hubungan (teknis) antara input yang digunakan dengan

output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Input produksi tediri dari

Page 65: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

44

input variabel dan input tetap. Secara matematis, fungsi produksi dapat

dirumuskan:

Q = f(X1,…, Xn; Zi,…, Zm

dimana :

) .............................................. (3.1)

Q = Jumlah output yang dihasilkan X1,…,Xn Z

= input variabel i,…,Zm

Jika petani mempunyai bentuk fungsi produksi Q = (X

= input tetap

1,X2

P = f (X

) dan harga

persatuan produk yang dihasilkan adalah P, maka total penerimaan sebesar:

1, X2keterangan:

, …) ............................................................. (3.2)

Q = jumlah output yang dihasilkan X1,X2

Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar:

= input variabel

C = H1X1 + H2X2

Dimana H

+ B ...................................................... (3.3)

1 dan H2 adalah harga persatuan input dari X1 dan X2

Keuntungan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya totalnya,

secara matematis dapat dituliskan:

, dan B

adalah biaya tetap.

π = P f(X1,X2) - H1X1 - H2X2

dalam memaksimumkan keuntungan (π), berdasarkan first order condition

yaitu turunan partial dari keuntungan (π) masing-masing terhadap input X

– B .................................... 3.(4)

1 dan

X2

Maka PF

, diperoleh:

1H1

.................................................................................... (3.5)

:

maka PF2H2:

Page 66: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

45

.................................................................................... (3.6) Produk Marjinal input X1 (PMx1

......................................................................... (3.7)

)

Produk Marjinal input X2 (PMx2

........................................................................ (3.8)

)

Secara umum maka dapat dinyatakan bahwa dalam keadaan seimbang

diperoleh PF1 = H1, dimana P adalah harga persatuan output, F1 adalah produk

marjinal penggunaan input X1

Gambar 4, menggambarkan fungsi produksi suatu output (diasumsikan Y).

Jika produsen menggunakan input sebesar X

dan keuntungan maksimum tercapai atau tingkat

penggunaan input optimal jika untuk masing-masing input yang digunakan

diperoleh harga per satuan masing-masing input sama dengan nilai produk

marjinal masing-masing input. Nilai Produk Marjinal (NPM) dari suatu input

adalah tingkat penambahan penerimaan petani dengan bertambahnya penggunaan

input sebanyak satu-satuan.

1”, maka perusahaan akan

menghasilkan out sebesar Y0. Sedangkan jika perusahaan menggunakan input

sebesar X1’, maka output yang dihasilkan adalah sebesar Y1

. Dari keterangan

tersebut dapat dijelaskan bahwa output suatu perusahaan atau petani dipengaruhi

oleh berapa besar input yang digunakan. Sedangkan pengadaan input berkaitan

dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan atau petani. Sumber model ada dari

modal sendiri dan kredit. Kredit dapat berupa kredit formal dan kredit non formal.

Perbedaan akses kredit ini akan mengakibatkan perbedaan tingkat suku bunga dari

pinjaman dan biaya transaksi (cost transaction).

Page 67: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

46

TP

0

Y’

Y0

Input (X)

Produk Total (Y)

X1’ X1’’

Sumber: Soekartawi, 1989.

Gambar 4. Fungsi Produksi

Apabila tersedianya input produksi diperoleh dengan pinjaman, maka

harga persatuan input tersebut menjadi H (1+λ), dimana λ adalah ongkos per

satuan pinjaman termasuk bunga. Penggunaan sumber produksi yang optimal

dengan nilai yang semakin besar, maka produk total dan penerimaan bersih

usahatani akan menjadi lebih rendah. Implikasi dari keadaan keseimbangan ini

pada alokasi penggunaan sumber produksi pertanian akan berpengaruh pada

produk total dan nilai produk marjinal dari input X1. Pada Gambar 4, apabila

tidak kendala finansial, pengetahuan dan resiko dapat menggunakan input X1

sebanyak X10 dengan harapan akan mencapai tingkat produk total Y0. Adanya

kendala finansial, pengetahuan dan resiko dapat menggeser kedudukan

penggunaan input X1 dan output Y, misalnya ada kendala finansial, dengan

Page 68: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

47

Input (X)

C

B

A

Harga input

MVP

X1’ X1” X10

H1(1+λ)

H1(1+r)

H1

pengetahuan dan resiko tetap, maka penggunaan input X1 bergeser ke X1’ dan

produk total sebesar Y’. Pergeseran tersebut disebabkan adanya tambahan biaya

untuk memperoleh input X1 yaitu sebagai biaya kredit efektif yang dikeluarkan

sebagai ongkos peminjaman dan pembayaran tingkat bunga sebesar λ. Maka

harga per satuan input menjadi H1 (1+λ). Semakin besar biaya kredit tersebut

semakin kecil penggunaan input X1, dan akan berakibat pada rendahnya produk

total yang diperoleh. Adanya perbedaan sumber kredit dengan ongkos-ongkos

kredit, prosedur pengambilan dan tingkat bunga yang berbeda, dapat

menyebabkan perbedaan penggunaan input X1

dengan harga yang berbeda dan

produk total yang berbeda juga.

Gambar 5. Hubungan Penggunaan Input X dengan Nilai Produk Marjinal

Gambar 5, menunjukkan hubungan pengaruh adanya kredit input produksi

yang digunakan dengan Nilai Produk Marjinal (MVP). Pada Gambar 5,

menunjukkan pada titik C, B, dan A masing-masing nilai produk marjinal

Page 69: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

48

penggunaan input X1 pada penggunaan optimal input X1 sebesar X1’, X1’’ dan

X10 dengan harga persatuan berturut-turut H1 (1+λ), H1 (1+r) dan H1 dari input

X1

Adanya tambahan modal dapat menggunakan input secara optimal yang

menguntungkan. Perubahan input X

.

1 dari X1’ ke X1

atau ............................................................... (3.1)

” masih lebih rendah dari

pada kredit perorangan. Prinsip yang digunakan untuk memperoleh keuntungan

maksimum dalam penggunaan modal adalah sama dengan prinsip dalam

menentukan beberapa banyak input yang harus digunakan dalam proses produksi.

Keuntungan akan mencapai maksimum apabila nilai produk marjinal sama

dengan biaya input marjinalnya. Pengertian efisiensi sangat relatif, dapat diartikan

sebagai uapaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan

produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi akan tercapai apabila petani mampu

membuat suatu upaya jika Nilai Produk Marjinal (MVP) untuk suatu input sama

dengan harga input (P) tersebut atau dapat ditulis dengan (Soekartawi, 1989):

Dalam banyak kenyataan MVPx tidak selalu sama dengan Px

1. artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambahkan.

yang sering terjadi

adalah:

2. artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

Penjelasan tentang penggunaan input X sesuai dengan Gambar 5. Karena

penggunaan input ditentukan oleh berapa besar modal yang dimiliki petani dan

biaya apa saja yang dikeluarkan petani untuk menyediakan modal tersebut.

Seperti yang diuraikan dalam pendahuluan bahwa sumber permodalan petani

dapat dari petani itu sendiri dan dapat juga dari luar dalam bentuk kredit. Bagi

petani kaya atau besar, pada umumnya memiliki modal likwid yang sewaktu-

Page 70: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

49

waktu dapat diuangkan untuk memenuhi usahataninya, dan bahkan ada yang

dipinjamkan untuk petani kecil. Modal yang berasal dari luar petani dapat

bersumber dari lembaga perkreditan formal dan lembaga perkreditan non-formal.

Hubungan Gambar 4 dan Gambar 5 adalah hubungan antara penggunaan

faktor input dan hubungannya dengan output yang dihasilkan. Gambar 5

menjelaskan hubungan antara harga input dengan jumlah penggunaan input,

dimana penggunaan input dipengaruhi oleh berapa besar modal yang di miliki

oleh petani untuk pengadaan input. Modal dapat berasal dari petani sendiri dan

kredit. Jika modal berasal dari kredit maka akan menambah biaya yang

dikeluarkan oleh petani berupa bunga kredit dan ongkos transaksi. Adanya bunga

dan ongkos transaksi akan menaikkan harga input. Maka hubungan Gambar 4 dan

Gambar 5 dapat dijelaskan.

Lembaga perkreditan formal menyalurkan kreditnya kepada peminjam

uang yang diatur oleh undang-undang dan diatur juga oleh pemerintah. Lembaga-

lembaga tersebut adalah bank Swasta, bank Negara, dan Koperasi yang terdaftar.

Lembaga perkreditan non-formal umumnya tidak diawasi oleh pemerintah dan

meliputi antara lain pelepas uang, pedagang, sahabat, keluarga, dan toko sarana

produksi pertanian. Untuk mengakses kredit dari lembaga keuangan formal

mengharuskan adanya agunan, sedangkan jika mengakses kredit dari lembaga

keuangan non formal tidak mengharuskan adanya agunan, melainkan didasarkan

lebih kepada kepercayaan antara peminjam dan pemilik uang yang meminjamkan.

Masyarakat pedesaan merasakan manfaat adanya sumber kredit non formal,

karena lembaga ini selalu siap menyediakan kredit kepada petani.

Pilihan petani terhadap salah satu sumber kredit berhubungan erat dengan

karakteristik, sikap dan nilai dari petani serta lingkungan hidupnya maupun

karakteristik dari lembaga perkreditan. Karakteristik dari petani meliputi total luas

lahan, jenis usahatani, pendapatan diluar usahatani, umur petani, tingkat

Page 71: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

50

pendidikan dan lamanya berusahatani. Karakteristik lembaga perkreditan meliputi

tingkat suku bunga, agunan, dan tingkat kemudahan dalam memberikan kredit

baik yang menyangkut prosedur maupun waktu. Dalam berbagai hasil penelitian

menyatakan kredit formal banyak dimanfaat oleh golongan petani yang

mempunyai lahan luas dan status kepemilikannya adalah milik sendiri, sebaliknya

kredit non formal banyak dimanfaatkan oleh golongan petani yang status

kepemilikan lahan bukan milik sendiri. Menurut Mubyarto (1987), penduduk

pedesaan membutuhkan sumber keuangan yang murah, mudah, cepat dan tepat.

Bagi petani, tinggi rendahnya bunga bukan merupakan faktor penentu. Prosedur

yang terlalu panjang serta proses pengambilan kredit yang terlalu lama akan

meningkatkan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga total biaya kredit akan

semakin tinggi. Bagi petani, tinggi rendahnya bunga bukan merupakan faktor

penentu. Murah atau mahalnya kredit tidak hanya ditentukan oleh besarnya bunga

nominal, tetapi juga oleh biaya transaksi yang harus dibayar oleh peminjam.

Semakin tinggi biaya transaksi akan menyebabkan biaya kredit secara total akan

semakin tinggi.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran konseptual disajikan pada

Gambar 6. Usahatani kentang dan tomat mengalami permasalahan yaitu faktor

modal. Modal dapat berasal dari modal sendiri dan dari luar (yaitu kredit). Kredit

ada dua yaitu dari lembaga formal dan lembaga non formal. Dengan secara tidak

langsung jenis kredit akan mempengaruhi berapa besar input usahatani yang

digunakan. Dan penggunaan jumlah input akan mempengaruhi efisiensi usahatani,

pendapatan usahatani dan distribusi pendapatan usahatani. Selain dari faktor input

usahatani, yang mempengaruhi keberhasilan dari usahatani adalah faktor eksternal

yaitu umur petani, pengalaman berusahatani, pendidikan, dan lain-lainnya. Dari

hasil analisis usahatani, efisiensi teknis dan distribusi pendapatan, diharapkan aka

nada saran kebijakan kredit yang tepat bagi petani tomat dan kentang.

Page 72: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

51

Analisis efisiensi produksi: - Stochastic frontier (efisiensi teknis) - Inefisiensi teknis

Faktor input produksi

Umur, pendidikan,

pengalaman, dll

Pengaruh Akses kredit: - Analisis pendapatan Usahatani - Distribusi pendapatan Usahatani

Kebijakan yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

akses petani pada kredit

Produktivitas usahatani

Kredit

Lembaga keuangan

non formal

Lembaga keuangan

formal (terbatas)

Usahatani Kentang dan Tomat

Modal/Pembiayaan (terbatas)

Page 73: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

52

Gambar 6. Kerangka Konseptual 3.2.Hipotesis

Merujuk pada rumusan permasalahan, tinjauan teori, dan uraian kerangka

konseptual di atas maka dapat diformulasikan hipotesis:

1. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis

usahatani sayuran adalah luas lahan yang digarap, pupuk kimia, pupuk

organik, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja.

2. Jenis usahatani yang dilakukan diduga akan mempengaruhi kredit yang akan

di diakses.

3. Petani yang mengakses kredit dari lembaga keuangan non formal diduga lebih

efisien dalam mengelola usahataninya dibandingkan petani yang akses

kreditnya dari lembaga keuangan formal.

Page 74: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

53

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Simalungun. Pemilihan

lokasi ini dilakukan secara purposive sampling dan stratified random sampling

dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan sentra produksi sayuran

di Propinsi Sumatera Utara dan ada petani yang menggunakan modal atau

pembiayaan usahataninya dari lembaga keuangan formal dan non formal.

Selanjutnya dipilih 4 kecamatan yaitu Kecamatan Purba, Kecamatan Pamatang

Silimahuta, Kecamatan Dolog Silau, dan Kecamatan Silimakuta. Pemilihan

kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan

kecamatan tersebut sebagai penghasil sayuran tomat dan kentang. Pelaksanaan

penelitian dilapangan dilakukan selama 2 bulan yakni bulan Juni dan Juli 2010.

4.2. Metode Penarikan Contoh

Petani yang menjadi contoh dalam penelitian ini terdiri dari petani tomat

dan kentang yang mengakses kredit dari lembaga keuangan formal maupun non

formal. Penarikan contoh dilakukan secara sengaja yaitu petani yang mengakses

kredit formal dan non formal. Petani contoh diambil sebanyak 60 petani kentang

dan 65 petani tomat, maka total petani contoh 125. Petani contoh yang dipilih

selanjutnya dikelompokkan berdasarkan strata sumber akses kredit. 125 petani

contoh yang dipilih adalah petani yang mengakses kredit dari bank sebanyak 37

petani (17 petani kentang dan 18 petani tomat), dari pedagang 31 petani (17 petani

kentang dan 14 petani tomat), dari toko saranan produksi pertanian 34 petani (15

petani kentang dan 19 petani tomat), dan credit union 23 petani (12 petani kentang

Page 75: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

54

dan 11 petani tomat). Selanjutnya ditelusuri jalur-jalur akses kreditnya dari

sumber pemberi kredit seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Page 76: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

55

Petani Kentang Contoh 60 orang

Kecamatan Silimahuta 30 orang Kecamatan Pamatang Silimahuta 20 orang

c = 6 orang a = 9 orang d = 8 orang b =7 orang c = 6 orang a =10 orang d = 7 orang b =7 orang

Kecamatan Purba 27 orang Kecamatan Dolog Silau 18 Orang Kecamatan Silimahuta 20orang

Petani Tomat 65 orang

Strata Akses Kredit

c=6 orang

a =8 orang

d=8 orang

b=5 orang

c=3 orang

a =5 orang

d=4 orang

b=6 orang

c=2 orang

a=5 orang

d=7 orang

b=6 orang

Keterangan: Strata akses kredit yaitu: (a) dari bank, (b) dari pedagang, (c) dari Credit Union, dan (d) dari sarana produksi pertanian

Gambar 7. Kerangka Pengambilan Petani Contoh Kentang dan Tomat

54

Page 77: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

55

4.3.Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan untuk penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer untuk memperoleh informasi mengenai aspek kreditur dan

debitur diperoleh melalui wawancara dengan petani contoh yang telah ditentukan

dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Data primer yang diambil adalah data karakteristik petani dan

usahatani sayuran kentang dan tomat pada satu musim yaitu musim hujan tahun

2009. Data yang diambil meliputi luas pengusaan lahan, penggunaan input (benih,

pupuk anorganik, pupuk organik, pestisida padat, pestisida cair, tenaga kerja dan

input lainnya), harga input, harga output, penerimaan usahatani sayuran dan

permasalahan yang dihadapi petani. Untuk mendukung penelitian ini diperlukan

data sekunder. Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga yang

mempengaruhi langsung dengan pengembangan hortikultura, yakni: (1) Balai

Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Simalungun, (2) Bank umum dan

lembaga keuangan non-formal di lokasi penelitian, (3) Biro Pusat Statistik

Kabupaten Simalungun, dan (4) Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun.

4.4. Metode Analisis

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Tomat dan Kentang

Untuk menduga hubungan variabel terikat dan menganalisis pengaruh

akses petani pada sumber kredit dan faktor lainnya terhadap produksi tomat dan

kentang digunakan model fungsi Cobb-Douglas. Pemilihan variabel produksi

yang diikutsertakan dalam model penduga didasarkan pada teori ekonomi dan

hasil-hasil penelitian yang ada. Untuk mengukur tingkat efisiensi usahatani

sayuran menggunakan alat analisis produksi stochastic frontier dan fungsi biaya

Page 78: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

56

dual. Analisis produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi

teknis usahatani hortikultura dari sisi output. Sedangkan fungsi biaya dual

digunakan untuk mengukur efisiensi alokatif dan ekonomis.

Bentuk fungsi produksi yang biasa digunakan dalam penelitian empiris

adalah fungsi produksi translog dan Cobb-Douglas. Dalam penelitian ini fungsi

produksi yang digunakan adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-

Douglas. Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi diambil berdasarkan alasan:

1. Fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat homogen sehingga dapat digunakan

untuk menurunkan fungsi biaya dari fungsi produksi (ini sesuai dengan

persyaratan pengukuran efisiensi batas).

2. Fungsi produksi Cobb-Douglas lebih sederhana.

3. Jarang menimbulkan masalah multikolinier.

Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi kwalitas produk yang

dihasilkan adalah faktor-faktor produksi yang digunakan. Usahatani hortikultura

diasumsikan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain: luas lahan,

pupuk, bibit, tenaga kerja dan akses terhadap kredit (Saptana et al., 2006). Pada

tanaman hortikultura biasanya petani menggunakan pupuk organik dan pupuk

kimia majemuk. Maka pupuk yang dominan digunakan oleh petani hortikultura

pupuk urea dan majemuk sedangkan selain faktor itu dianggap berpengaruh secara

tidak langsung terhadap produksi hortikultura khususnya dalam penelitian ini.

Fungsi produksi untuk usahatani kentang dan tomat di Kabupaten

Simalungun diasumsikan mempunyai bentuk Cobb-Douglas yang

ditransformasikan ke dalam bentuk linier logaritma natural:

lnY1 = lnβ0+ β1lnX11+ β2lnX21+ β3lnX31+ β4lnX41+β5lnX51 + β6lnX61 + β

7lnX71 + (νi – υi1

lnY)............................................................... (4.1)

2 = lnγ0+ γ1lnX12+ γ2lnX22+ γ3lnX32+ γ4lnX42+γ5lnX52 + γ6lnX62 + γ

7lnX72 + (νi2 – υi2) ............................................................... (4.2)

Page 79: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

57

dimana: Y1X

= hasil produksi kentang (kg) 11

X = luas lahan yang digarap untuk kentang (ha)

21X

= benih yang digunakan untuk kentang (Kg) 31

X = jumlah pupuk kimia yang digunakan untuk kentang (kg)

41X

= jumlah pupuk organik yang digunakan untuk kentang (kg) 51

X = jumlah pestisida cair yang digunakan untuk kentang (liter)

61X

= jumlah pestisida padat yang digunakan untuk kentang (Kg) 71

β = jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk kentang (HOK)

= intersep 1

β

= parameter koefisien dugaan luas lahan yang digarap untuk kentang

2

β

= parameter koefisien dugaan jumlah benih digunakan untuk kentang

3

β

= parameter koefisien dugaan jumlah pupuk kimia yang digunakan untuk kentang

4

β

= parameter koefisien dugaan jumlah pupuk organik yang digunakan untuk kentang

5

β

= parameter koefisien dugaan jumlah pestisida cair yang digunakan untuk kentang

6

β

= parameter koefisien dugaan jumlah pestisida padat yang digarap untuk kentang

7

ν

= parameter koefisien dugaan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk kentang

i1 – υi1

Y

= error term (efek inefisiensi teknis dalam model fungsi produksi kentang)

2X

= hasil produksi tomat (kg) 12

X = luas lahan yang digarap untuk tomat (ha)

22X

= benih yang digunakan untuk tomat (Rp) 32

X = jumlah pupuk kimia yang digunakan untuk tomat (kg)

42X

= jumlah pupuk organik yang digunakan untuk tomat (kg) 52

X = jumlah pestisida cair yang digunakan untuk tomat (liter)

62X

= jumlah pestisida padat yang digunakan untuk tomat (Kg) 72

γ = jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk tomat (HOK)

= intersep 1

γ = parameter koefisien dugaan luas lahan yang digarap untuk tomat

= parameter koefisien dugaan jumlah benih digunakan untuk tomat 3

γ

= parameter koefisien dugaan jumlah pupuk kimia yang digunakan untuk tomat

4

γ

= parameter koefisien dugaan jumlah pupuk organik yang digunakan untuk tomat

5

γ

= parameter koefisien dugaan jumlah pestisida cair yang digunakan untuk tomat

6

γ

= parameter koefisien dugaan jumlah pestisida padat yang digarap untuk tomat

7 = parameter koefisien dugaan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk tomat

Page 80: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

58

νi2 – υi2

ν

= error term (efek inefisiensi teknis dalam model fungsi produksi tomat)

i

μ

= variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim, hama/penyakit dan kesalahan pemodelan) sebarannya simetris dan menyebar normal

i

Tanda parameter yang diharapkan: β

= variabel acak non negatif dan diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis dan berkaitan denga faktor-faktor internal, sebarannya bersifat setengah normal

1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, γ1, γ 2, γ 3, γ 4,

γ5, γ 6, γ 7

> 0, dengan kata lain hasil pendugaan fungsi produksi stochastic

frontier diatas, diharapkan memberikan nilai parameter dugaan yang positif. Jika

diperoleh parameter dugaan yang bertanda negatif dan merupakan bilangan

pecahan, maka fungsi produksi dugaan tidak dapat digunakan untuk menurunkan

fungsi biaya dual, sehingga efisiensi alokatif tidak dapat diukur. Nilai parameter

koefisien dugaan positif berarti dengan meningkatkan input akan meningkatkan

produksi kentang dan tomat.

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis

Analisis efisiensi khususnya efisiensi teknis dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu pendekatan output (indeks efisiensi timmer) dan pendekatan

input (indeks efisiensi kopp). Kedua indeks efisiensi ini menghasilkan nilai

efisiensi teknis yang sama jika skala usaha petani adalah konstan.

Efisiensi teknis pada setiap petani ke-I dari sisi ouput , diperoleh melalui

output observasi terhadap output stochastic frontiernya. Efisiensi teknis dapat

diukur dengan menggunakan rumus:

......................................................................... (4.3) dimana: TE = efisiensi teknis

= output observasi = output batas (frontier)

Page 81: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

59

atau persamaan efisiensi teknis dapat juga ditulis:

i = 1, 2, …, n .......................... (4.4) dimana:

= efisiensi teknis petani ke-i = nilai harapan dari ui dengan syarat e

Nilai efisiensi teknis antara 0 ≤ TE ≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut

berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan

untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data).

Nilai di dalam perangkat lunak frontier diperoleh dengan

menggunakan persamaan:

i

............................................ (4.5)

Metode inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

kepada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli dan Battese.

Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan

bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μi, σ2

Untuk menentukan nilai parameter distribusi (µ

).

i

u

) efek inefisiensi teknis

dinyatakan:

i1 = δ0 + δ1Z11 + δ2Z21 + δ3Z31 + δ4Z41 + δ5Z51 + δ6Z61 + δ7Z71 δ

+ 8Z81 + δ9Z91

u .......................................................................... (4.6)

i2 = σ0 + σ1Z12 + σ2Z22 + σ3Z32 + σ4Z42 + σ5Z52 + σ6Z62 + σ7Z72 σ

+ 8Z82 + σ9Z92

Tanda parameter yang diharapkan adalah : δ

......................................................................... (4.7)

1, δ2, δ3, δ4, δ5, δ6, δ7, δ8, δ9 < 0 dan

σ1, σ2, σ3, σ4, σ5, σ6, σ7, σ8, σ9

dimana :

< 0.

ui1δ

= efek inefisiensi teknis usahatani kentang 0

Z= konstanta

11 Z

= umur petani kentang (tahun) 21

Z= tingkat pendidikan formal petani kentang (tahun)

31 = pengalaman petani kentang (tahun)

Page 82: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

60

Z41

Z

= dummy kepemilikan lahan petani kentang (1= milik sendiri, 0= jika sewa/sakap)

51

Z

= dummy kelompok tani petani kentang (1= ikut kelompok tani dan 0=lainnya)

61

Z

= dummy akses petani kentang dari kredit bank (1=bank dan 0= lainnya)

71

Z

= dummy akses petani kentang pada kredit pedagang dan pemilik modal (1= Pedagang dan pemilik modal dan 0 = lainnya)

81

Z

= dummy akses petani kentang pada kredit Credit union (1= Credit Union dan 0= lainnya)

91

δ

= dummy akses petani kentang pada kredit dari saprotan (1= saprotan dan 0= lainnya)

1 δ

= koefisien umur petani kentang (tahun) 2

δ= koefisien tingkat pendidikan formal petani kentang (tahun)

3 δ

= koefisien pengalaman petani kentang (tahun) 4

δ

= koefisien dummy kepemilikan lahan petani kentang (1= milik dan sendiri, 0= jika sewa/sakap)

5

δ

= koefisien dummy kelompok tani kentang (1= ikut kelompok tani dan 0 = lainnya)

6

δ

= koefisien dummy akses petani kentang pada kredit bank (1= bank dan 0 = lainnya)

7

δ

= koefisien dummy akses petani kentang pada kredit pedagang dan pemilik modal (1= Pedagang dan pemilik modal dan 0 = lainnya)

8

δ

= koefisien dummy akses petani kentang pada kredit Credit union (1= Credit Union dan 0 = lainnya)

9

u

= koefisien dummy akses petani kentang pada kredit dari saprotan (1=saprotan dan 0 = lainnya)

i2σ

= efek inefisiensi teknis usahatani tomat 0

Z= konstanta

12 Z

= umur petani tomat (tahun) 22

Z= tingkat pendidikan formal petani tomat (tahun)

32 Z

= pengalaman petani tomat (tahun) 42

Z

= dummy kepemilikan lahan petani tomat (1= milik sendiri, 0= jika sewa/sakap)

52

Z

= dummy kelompok tani petani tomat (1= ikut kelompok tani dan 0=lainnya)

62

Z

= dummy akses petani tomat pada kredit bank (1= bank dan 0 = lainnya)

72

Z

= dummy akses petani tomat pada kredit pedagang dan pemilik modal (1= Pedagang dan pemilik modal dan 0 = lainnya)

82

Z

= dummy akses petani tomat pada kredit Credit union (1= Credit union dan 0 = lainnya)

92

σ

= dummy akses petani tomat pada kredit dari saprotan (1= saprotan dan 0= lainnya)

1 σ

= koefisien umur petani tomat (tahun) 2 = koefisien tingkat pendidikan formal petani tomat (tahun)

Page 83: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

61

σ3 σ

= koefisien pengalaman petani tomat (tahun) 4

σ

= koefisien dummy kepemilikan lahan petani tomat (1= milik dan sendiri, 0= jika sewa/sakap)

5

σ

= koefisien dummy kelompok tani petani tomat (1= ikut kelompok tani dan 0= lainnya)

6

σ

= koefisien dummy akses petani tomat pada kredit bank (1= bank dan 0= lainnya)

7

σ

= koefisien dummy akses petani tomat pada kredit pedagang dan pemilik modal (1= Pedagang dan pemilik modal dan 0= lainnya)

8

σ

= koefisien dummy akses petani tomat pada kredit Credit union (1= Credit union dan 0= lainnya)

9

Pendugaan parameter fungsi produksi dan fungsi inefisiensi dilakukan

secara simultan dengan program Frontier 4.1. Pengujian parameter stochastic

frontier dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS,

yaitu digunakan untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi (β

= koefisien dummy akses petani tomat pada kredit dari saprotan (1=saprotan dan 0= lainnya)

m

dan γm) dan tahap kedua menggunakan metode Maximum Likelihood Estimaties

(MLE) untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi (βm dan γm),

intersep (β0 dan σ0), dan variant dari kedua komponen kesalahan vi dan ui (σv2

dan σu2

................. (4.8)

) pada α 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Sedangkan kriteria uji yang

digunakan untuk hipotesis yang menyatakan bahwa semua petani telah melakukan

usahatani sayuran secara efisien, adalah uji generalized likehood ratio satu arah,

dengan persamaan uji:

L(H0) dan L(H1) masing-masing adalah nilai fungsi likelihood dari hipotesis nol

(H0) dan Hipotesis alternatif (H1

H

).

0H

= 1 =

Page 84: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

62

Jika maka sehingga H0 : γ = δ0 = δ1 = ……..δ5

LR galat > retriksi

= 0, maka

efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model fungsi produksi atau dengan kata

lain petani dalam melakukan usahatani sayuran efisien. Jika hipotesis ini diterima

maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Kriteria

uji:

, maka tolak HLR galat < retriksi

0 , maka terima H

Hasil pengolahan program frontier 4.1 menurut jondrow, et al (1982),

akan memberikan nilai perkiraan variant dalam bentuk parameterisasi:

0

= variant dari distribusi normal = variant dari u = variant dari v

i

Parameter dari variant ini dapat digunakan untuk mencari nilai γ, yaitu i

atau

Nilai parameter γ merupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam efek

residual total (ε). Nilai parameter γ berkisar antara 0 ≤ γ ≤ 1.

4.4.3. Analisis Usahatani

Salah satu indikator keberhasilan petani adalah meningkatkan pendapatan

melalui usahatani yang mereka lakukan. Dalam analisis ini digunakan dua

indikator yaitu:

4.4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani terdiri dari dua bagian, yaitu keadaan

penerimaan dan keadaan pengeluaran selama usahatani dijalankan selama jangka

Page 85: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

63

waktu yang ditetapkan. Penerimaan yang diperoleh dari produk total dikalikan

dengan harga penjualan di tingkat petani. Atau dapat dilihat pada persamaan:

............................................................ (4.23)

dimana: π = keuntungan produksi per musim tanam (Rp) Ri

X= harga faktor produksi tidak tetap per musim tanam (Rp)

i

TFC = biaya tetap total per musim tanam (Rp) = jumlah faktor produksi tidak tetap per musim tanam (Rp)

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh oleh

produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah produksi total

disini menggambarkan hasil penjualan produk yang akan dijual, juga hasil

penjualan produk sampingan. Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai

penggunaan sarana produksi dan nilai-nilai yang mungkin diperoleh dengan

membeli, sehingga pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai tetapi ada pula

sarana produksi yang digunakan itu berasal dari hasil usahatani sendiri, sehingga

pada keadaan demikian pengeluaran atau biaya itu merupakan nilai yang

diperhitungkan.

Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dilakukan oleh

petani sendiri. Pengeluaran tunai usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai

dalam proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi dan

sifat penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya

tetap ini sendiri dapat berupa pajak, air, dan biaya penggunaan traktor. Sedangkan

biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai dalam

penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya yang

diperhitungkan adalah pengeluaran untuk memakai input milik sendiri dan

pembayaran upah tenaga kerja dalam keluarga berdasarkan tingkat upah yang

berlaku.

Page 86: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

64

4.4.3.2. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya

Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi

pendapatan usahatani. Untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani terhadap

penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan

biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima

usahatani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi atau yang

biasa dikenal dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya atau analisis R/C

rasio. Perhitungan R/C dapat dirumuskan:

................................................................................................. (4.25)

keterangan:

Y = total produksi Py = harga produk BT = biaya tunai BD = biaya diperhitungkan

Bila nilai R/C rasio >1 menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan

dari usahatani hortikultura lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dengan kata

lain usahatani sayuran menguntungkan, dan sebaliknya.

4.4.4. Distribusi Pendapatan Usahatani Sayuran Kentang dan Tomat

Untuk mengetahui pengaruh akses kredit terhadap distribusi pendapatan

usahatani, maka dilakukan dengan cara membandingkan keadaan distribusi

pendapatan usahatani yang mengakses kredit pada lembaga keuangan formal

(bank), dan usahatani yang mengakses kredit dari lembaga keuangan non formal.

Dalam penelitian ini, lembaga keuangan non formal diasumsikan adalah:

(1) pedagang sayur-sayuran yang memberikan kredit pada petani dengan

perjanjian hasil panen harus dijual kepada pedagang tersebut, disini si pedagang

Page 87: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

65

bisa memonopoli harga beli sayur-sayuran, (2) Credit Union, dan (3) pedagang

Saprotan. Pengaruh akses pada kredit ditelaah dari perubahan distribusi

pendapatan yang terjadi pada masing-masing usahatani dengan akses pada kredit

yang berbeda.

Distribusi pendapatan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: (1) distribusi

pendapatan absolute (absolute share), dan (2) distribusi pendapatan relatif

(relative share). Aspek pertama. Bagian pendapatan untuk input (factor share)

atau pemilik input (earner share) diukur dalam nilai absolutnya. Aspek kedua

bagian pendapatan untuk input (factor share) diukur dalam nilai relatifnya.

Metode perhitungan distribusi pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan uji

beda menurut kelompok yang sudah dibagi berdasarkan akses kredit seperti yang

terlihat pada Lampiran 3. Diharapkan hasil analisis data dari analisis frontier dan

analisis usahatani dapat menjawab semua permasalahan penelitian ini.

59

Page 88: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

66

Page 89: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

67

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1. Luas Wilayah, Letak Geografis dan Iklim

Kabupaten Simalungun terletak antara 2.36° – 3.18° LU dan 98.32° –

99.35° BT, berada pada ketinggian 20 – 1 400 m diatas permukaan laut. Sebelah

barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan Kabupaten

Asahan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan sebelah

selatan dengan Kabupaten Toba Samosir. Luas wilayah Kabupaten Simalungun

adalah 4 386.6 Km2

Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang dan suhu

tertinggi terdapat pada bulan Juli dengan rata-rata 26.4°C. Rata – rata suhu udara

tertinggi pertahun adalah 29.3°C dan terendah 20.6°C. Kelembapan udara rata-

rata perbulan 84.2 persen dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan

Desember yaitu 87.42 persen dengan penguapan rata-rata 3.35mm/hari. Dalam

satu tahun rata-rata terdapat 16 hari curah hujan dengan hari hujan tertinggi

terdapat pada bulan September dan Oktober sebanyak 22 hari hujan, kemudian

bulan Maret sebanyak 21 hari curah hujan. Curah hujan terbanyak terdapat pada

bulan September sebesar 574 mm (Badan Pusat Statistik, 2009).

atau 6.12 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara dan terdiri

dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 329 desa dengan ketinggian tempat

(altitude) antara 20 – 1 400 mdpl (Lampiran 4).

5.2. Jenis Tanah dan Penggunaannya

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Simalungun terdiri dari jenis

podsolik merah kuning 72 485 Ha (16.25 persen), podsolik coklat kekuningan

regosol 63 255 Ha (14.43 persen), latosol 11 254 Ha (2.57 persen), andosol coklat

Page 90: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

68

2 868 Ha (0.65 persen), podsolik coklat kekuningan 164 781 Ha (33.46 persen),

podsolik kuning regosol 23 988 Ha (5.47 persen), podsolik 112 287 Ha (25.60

persen) dan latosol coklat 5 703 Ha (1.30 persen).

Jenis tanah berdasarkan besar kecilnya ukuran butir-butir tanah tekstur

tanah di Kabupaten Simalungun dapat diklasifikasikan atas 3 kelompok (Dinas

pertanian simalungun, 2008):

1. Tanah bertekstur halus : 53 604 Ha (12.22 persen)

2. Tanah bertekstur sedang : 317 809 Ha (72.45 persen)

3.

Jumlah : 438 660 Ha

Tanah bertekstur kasar : 67 247 Ha (15.33 persen)

Lahan yang tersedia bagi usahatani tanaman hortikultura di Kabupaten

Simalungun terdiri dari lahan sawah serta lahan kering yang berupa lahan

tegalan/kebun, ladang/huma. Lahan yang sementara diusahakan dan lahan

pekarangan juga merupakan potensi lahan yang dapat dimanfaatkan bagi

peningkatan dan pengembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Potensi lahan di kabupaten Simalungun masih tersedia cukup luas, tetapi

pemanfaatan lahan-lahan tersebut masih kurang dimanfaatkan dengan usahatani

tanaman pangan dan hortikultura secara optimal.

Masih ada lahan sawah yang belum diusahatani yang merupakan lahan

tidur terdapat di Kecamatan Dolog Silau, Ujung Padang dan yang terluas di

Kecamatan Bandar Masilam (Dinas Pertanian Simalungun, 2008). Dari hasil

wawancara dengan penyuluh di Kabupaten Simalungun kualitas tanah di lokasi

penelitian mengalami penurunan, akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebih

sehingga tanah menjadi lebih keras. Secara umum jenis tanah yang dikelola untuk

Page 91: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

69

usahatani hortikultura termasuk sayuran adalah jenis tanah podsolik merah kuning

(PMK). Perkembangan jenis penggunaan lahan selama lima tahun terakhir

disajikan pada Tabel 3. Kawasan lahan kering menempati lebih dari setengah luas

wilayah Kabupeten Simalungun yakni mencapai 262 180 hektar atau 59.77 persen

dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Simalungun.

Tabel 3. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Simalungun Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan sawah 43 934 10.02 2 Lahan kering 262 180 59.77 - Tegal/kebun/ ladang/huma 103 351 23.56 - Sementara tidak diusahakan 18 823 4.29 - Perkebunan 139 990 31.91 3 Hutan 80 743 18.41 4 Lebak belum diusahakan - - 5 Tambak/kolam/tebat/empang 381 0.09 6 Pemukiman/pekarangan/lainnya 21 412 4.88 7 pengembalaan/lainnya 30 010 6.84 Jumlah 438 660 100.00

Sumber : Dinas Pertanian Simalungun, 2008.

5.3. Kependuduk, Perekonomian, Sosial dan Budaya

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk oleh Badan Pusat Statistik

Kabupaten Simalungun dalam Simalungun dalam Angka 2008, jumlah penduduk

Kabupaten Simalungun adalah 846 329 jiwa yang terdiri dari 423 747 jiwa laki-

laki dan 422 582 jiwa perempuan dengan perbandingan penduduk laki-laki dan

perempuan (sex ratio) sebesar 100.3 dan kepadatan penduduknya sebesar 192.9

jiwa/km². Luas wilayah terbesar berada di Kecamatan Raya dengan luas 335.60

Km² dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison 34.50 Km². Jumlah

Page 92: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

70

penduduk terbesar berada di Kecamatan Bandar dengan 66 739 jiwa dan terkecil

berada di Kecamatan Haranggaol Horison dengan jumlah penduduk 5 789 jiwa.

Selama periode 4 tahun terakhir terlihat bahwa jumlah rumahtangga petani

pangan dan hortikultura terjadi peningkatan dengan bertambahnya penduduk dan

semakin banyak penduduk yang berusaha di sektor pertanian mengingat potensi

tebesar di Kabupaten Simalungun adalah di sektor pertanian seperti yang terlihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jumlah Petani dan Angkatan Kerja di Kabupaten Simalungun Tahun 2004 – 2007

(Jiwa)

No Uraian 2004 2005 2006 2007 1 Jumlah penduduk 823 109 831 664 842 476 846 329 2 Jumlah rumahtangga 191 425 194 314 196 452 - 3 Jumlah rumahtangga petani 12 425 12 528 171 103 - 4 Jumlah petani TPH 576 176 582 165 588 838 - 5 Angkatan kerja - Bekerja 339 234 342 760 - - - Mancari pekerjaan 70 609 71 343 - -

Sumber: Dinas Pertanian Simalungun, 2007.

Salah satu indikator keberhasilan kinerja pembangunan sosial ekonomi

suatu pemerintahan adalah tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human

Development Index (HDI) yang diukur dari angka harapan hidup, tingkat melek

hurup dan standar hidup layak. Pada tahun 2007 angka IPM Kabupaten

Simalungun sebesar 72.09 lebih tinggi dibanding tahun 2006 (71.82) atau naik

0.27. Berada pada urutan 15 dari 26 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simalungun tahun

2009 adalah sebesar Rp 9 221 triliun, naik sebesar Rp 809 Milyar dibanding tahun

Page 93: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

71

2008 yaitu sebesar Rp 8 412 triliun (angka perbaikan) atau meningkat sebesar

9.52 persen. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun

2009 sebesar 4.67 persen (Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2010).

Faktor utama pendorong laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun

adalah sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan yang laju

pertumbuhannya mencapai 5.56 persen. Kontribusi sektor pertanian adalah yang

terbesar mencapai 54.57 persen kemudian disusul oleh sektor industri 17.26

persen dan sektor jasa-jasa sebesar 11.68 persen. PDRB per kapita Kabupaten

Simalungun tahun 2008 yaitu sebesar Rp 9 860 juta, pada tahun 2009 meningkat

menjadi Rp 10 724 juta, atau naik sebesar 8.75 persen. Dari data PDRB terlihat

bahwa pertanian merupakan penyokong utama perekonomian Kabupaten

Simalungun.

Persentase rata-rata pengeluaran perkapita dalam sebulan di Kabupaten

Simalungun menurut susenas 2006 untuk makanan sebesar 65.89 persen dan non

makanan sebesar 34.11 persen. Dibandingkan susenas 2004 untuk makanan

(70.36 persen) dan non makanan (29.64 persen), maka rata-rata pengeluaran

untuk makanan mengalami penurunan, namun untuk non makanan mengalami

peningkatan. Angka ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat di Simalungun

untuk memenuhi pangan 1.9 kali lebih tinggi dari kebutuhan non pangan. Rata-

rata pengeluaran perkapita penduduk berkisar antara Rp 150 000 - Rp 300 000,

dimana 24.61 persen penduduk berada pada rata-rata pengeluaran Rp 150 000 -

Rp 199 999 dan 36.90 persen penduduk dengan tingkat pengeluaran antara

Rp 200 000 - Rp 300 000.

Page 94: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

72

5.4. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang penting untuk memperlancar berbagai

kegiatan ekonomi ataupun non-ekonomi berupa fisik maupun non-fisik. Secara

umum sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Simalungun

belum memadai dengan baik, karena masih ada jalan yang rusak dan jalan

beberapa kedesa terpencil belum lancar. Maka dengan demikian arus lalu lintas

sarana produksi dan hasil-hasil pertanian belum bisa di katakan berjalan lancar

dengan biaya yang cukup rendah.

Penunjang kegiatan pertanian lainnya seperti isntitusi perbenihan belum

dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan petani. Khusus untuk

sayuran jenis cabe, tomat, kubis, kentang dan wortel, petani setempat membeli

bibit dari kios-kios setempat dan jenis benihnya adalah jenis benih yang bukan

hasil tangkaran dari balai benih setempat. Dengan demikian untuk memperoleh

benih petani harus mengeluarkan biaya yang tinggi.

Untuk pemasaran hasil pertanian, petani menjualnya kepada pedagang

sayur setempat. Ada juga pedagang sayur yang datang dari kota yang berbeda

yang mengambil hasil produk pertanian di lokasi penelitian. Tempat penjualan

produk pertanian secara langsung di lokasi penelitian di sebut “Pajak” dan itu jauh

dari lokasi pertanian, selain jauh “pajak” hanya buka sekali dalam seminggu.

Sehingga petani harus menjual hasil pertaniannya kepada pedagang setempat.

Tetapi pedagang di lokasi penelitian cukup banyak, sehingga dari harga juga

pedagang saling bersaing.

Page 95: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

73

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan

Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan

petani bagi peningkatan kesejahteraan hidup petani, tetapi usahatani kentang dan

tomat memiliki beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu kendala internal dari diri petani dan kendala eksternal seperti:

kurangnya informasi harga, serta lemahnya sistem dan kelembagaan yang ada.

Sisi internal, kendala yang ditemui berkaitan dengan cara dan manajemen

usahatani yang dilakukan. Sebagaimana tergambar pada teknik usahatani yang

dilakukan oleh petani, umumnya petani di lokasi penelitian terlalu boros dalam

penggunaan sumberdaya yang mereka miliki (Lampiran 7 dan Lampiran 8). Dari

hasil penelitian rata-rata penggunaan pupuk kimia untuk usahatani petani contoh

adalah berkisar 3 ton per hektar sedangkan rekomendasi dari dinas setempat untuk

penggunaan pupuk kimia adalah 1.1 ton per hektar untuk usahatani kentang.

Demikian juga penggunaan pestisida padat dan cair selalu lebih tinggi dari

rekomendasi. Pada waktu-waktu tertentu petani menggunakan pestisida yang

berlebih yaitu pada saat musim hujan. Akibat dari penggunaan pupuk kimia dan

pestisida yang berlebih akan meningkatkan biaya produksi, merusak ekosistem

dan tidak sesuai dengan program pengendalian hama terpadu dan Go Organic

yang telah disosialisasikan pemerintah.

Sisi eksternal, kendala yang ditemui telihat pada kurangnya informasi

harga dan pasar yang diterima oleh petani, lemahnya kelembagaan kredit yang

dapat mendukung modal petani, serta lemahnya posisi tawar menawar petani.

Page 96: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

74

Di lokasi penelitian yang menjadi kendala adalah pasar untuk produk pertanian

dan modal untuk usahatani. Hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian,

petani yang dapat melakukan akses kredit ke bank adalah petani yang memiliki

agunan, sehingga petani yang tidak memiliki agunan tidak dapat meminjam ke

bank atau kelembaga keuangan formal lainnya. Bank merupakan lembaga

keuangan formal yang diatur oleh aturan dan perundang-undangan dan diawasi

oleh pemerintah. Tipe lembaga keuangan ini mengharuskan adanya collateral atau

agunan dalam kontrak pinjaman untuk mengurangi terjadinya resiko yang lebih

besar.

Bank yang memberikan kredit di lokasi penelitian adalah bank BRI (Bank

Rakyat Indonesia). Petani yang mengakses kredit dari bank umum pada umumnya

adalah petani besar. Bank memberikan pinjaman kepada petani dengan

mengenakan bunga 2 persen perbulan dan tergantung pada jenis kredit yang

diajukan. Untuk mendapatkan kredit dari bank, petani harus memiliki agunan dan

cara pengembaliannya adalah angsuran per bulan. Dengan adanya syarat harus

ada agunan membuat petani kecil atau petani yang tidak punya lahan tidak dapat

mengakses kredit ke perbankan setempat. Selain itu ciri hasil usahatani yang

sifatnya musiman membuat petani kecil atau yang tidak punya lahan tidak dapat

mengakses kredit ke perbankan. Kredit informal adalah jenis kredit yang dari

lembaga keuangan dimana dalam operasionalisasinya tidak diawasi oleh

pemerintah dan meliputi antara lain para pelepas uang professional (rentenir),

kerabat keluarga dan sahabat terdekat, para pedagang atau petani kaya dan sistem

kontrak pinjamnya tidak menggunakan collateral atau agunan sebagai jaminan

akan tetapi semata-mata berdasarkan rasa saling percaya (trust).

Page 97: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

75

Tabel 5. Karakteristik Lembaga Perkreditan di Lokasi Penelitian

No Persyaratan

Sumber kredit

Bank Pedagang Credit Union

Toko sarana produksi pertanian

1 Agunan Harus ada berupa: sertifikat tanah atau bagunan

Tidak ada Ada, tetapi dapat benda bergerak

Tidak ada

2 Bunga 2 persen per bulan dan tergantung jenis kredit

Tidak ada 2 persen per bulan

Harga input yang dibeli ditokonya dinaikkan 10 persen

3 Bentuk kredit

Uang tunai Input pertanian

Uang tunai Input pertanian

4 Cara pengem-balian kredit

Dicicil perbulan, dengan uang tunai

Bayar panen, dengan hasil panen di jual pada pedagang

Dicicil, tergantung jenis pinjaman, bisa dicicil per triwulan dan per enam bulan

Bayar panen, dimana petani bebas menjual produksi karena toko hanya menerima dalam bentuk uang tunai dan harga input pertanian yang diambil oleh petani dikenakan harga pada saat pembayaran tetapi jika harga tidak mengalami kenaikan atau harga turun maka si toko akan menaikkan harga inputnya 10 persen dari harga awal

5 Penjualan produk pertanian

Petani bebas menjual

Petani harus menjual ke pedagang dengan harga Rp 200,- dibawah harga di daerah tersebut

Petani bebas menjual

Petani bebas menjual

Page 98: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

76

Tabel 5 menunjukkan ada 4 akses kredit yaitu bank, pedagang, Credit

Union (CU) dan toko sarana produksi pertanian (saprotan). Dari 4 akses kredit

dapat dibagi menjadi dua lembaga keuangan yaitu formal (Bank) dan informa

(Credit Union, pedagang dan toko sarana produksi pertanian). Di lokasi penelitian

adapun sumber kredit yang dari pedagang didapatkan dengan modal kepercayaan,

dimana syaratnya hasil dari usahatani petani harus dijual kepada pedagang

tersebut. Pedagang bisa dikategorikan sebagai mitra petani, dimana pemotongan

harga tidak berbeda jauh dari harga pasar. Tapi dengan bekerja sama dengan

pedagang, petani mendapatkan beberapa keuntungan yaitu: (1) dalam hal panen

raya, jika tejadi panen raya petani tidak bigung bagaimana menjual produknya,

karena pedagang wajib membeli hasil pertaniannya, dan (2) jika gagal panen

bukan hanya petani yang menanggung, sipedagang akan tetap memberikan modal

kembali untuk berusahatani, tujuannya adalah agar modal usahatani sebelumnya

bisa kembali. Sistem kontrak petani dengan pedagang adalah ada yang sistem bagi

hasil dan ada juga sistem yang tidak bagi hasil. Jika sistem bagi hasil sipetani

hanya memberikan tenaganya dimana sipedagang sudah menyediakan lahan,

modal untuk usahatani. Pembagian hasilnya tergantung kesepakatan antar kedua

belah pihak.

Credit Union adalah lembaga keuangan semi formal yang dalam

operasionalnya berdasarkan suatu keputusan pemerintah. Dalam sistem kontrak

pinjaman antara borrower dan lender tidak mengharuskan adanya collateral atau

agunan tetapi dapat berupa Surat Keterangan Kendaraan Bermotor (SKKB)

beroda dua atau beroda empat dan didasarkan pada kepercayaan (Trust) antara

kedua belah pihak. Credit Union dibentuk oleh masyarakat setempat,

Page 99: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

77

peraturannya hampir sama dengan bank yang membedakan adalah tata cara dan

syarat untuk mengajukan kredit. Pada Credit Union tidak membutuhkan agunan

tetapi besarnya pinjaman berdasarkan berapa lama dia sudah menjadi anggota

Credit Union tersebut. Tingkat suku bunga Credit Union adalah 2 persen per

bulan sama dengan bank, dan cara pengembaliannya adalah angsuran perbulan.

Banyak petani yang melakukan pinjaman kepada Credit Union karena persyaratan

mengajukan pinjaman sangat mudah. Dan itu merupakan keuntungan bagi petani

yang mengakses kredit kepada Credit Union.

Sumber kredit dari toko sarana produksi pertanian hampir sama dengan

pinjaman dari pedagang dimana dalam operasionalisasinya tidak diawasi oleh

pemerintah dan meliputi antara lain para pelepas uang professional (rentenir),

kerabat keluarga dan sahabat terdekat, para pedagang atau petani kaya. Sistem

kontrak pinjamnya tidak menggunakan collateral atau agunan sebagai jaminan

akan tetapi berdasarkan rasa saling percaya (trust). Di lokasi penelitian adapun

kredit yang dari toko sarana produksi pertanian didapatkan dengan modal

kepercayaan.

Di lokasi penelitian, toko memberikan pinjaman modal dalam bentuk input

untuk produk pertanian dan sistem pengembaliannya adalah sistem bayar panen.

Barang yang diangkat petani dibayar pada saat panen. Dan harga input yang akan

dibayar petani jika terjadi kenaikan harga pada jenis input yang diambil petani

maka sipetani akan membayar sesuai dengan harga input pada saat pembayaran.

Tetapi jika harga input tetap maka toko akan menaikkan harga 10 persen dari

harga awal. Jika di hitung, umur dari hasil produk pertanian setempat adalah

rata-rata 6 bulan, maka dengan demikian bunga dari pinjaman petani perbulan

Page 100: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

78

adalah 1.67 persen. Tingkat bunga pinjaman dari toko lebih rendah di bandingkan

bank, toko tetap bisa menjalankan usahanya. Karena yang dijual bukan hanya

pupuk ataupun benih tetapi toko juga menjual alat-alat untuk usahatani yaitu

cangkul, grobak sorong, pompa dan lain sebagainya. Petani yang mengakses

kredit dari toko mendapatkan beberapa keuntungan, salah satunya yaitu jika gagal

panen bukan hanya petani yang menanggung, sitoko akan tetap memberikan

modal kembali untuk berusahatani, tujuannya adalah agar modal usahatani

sebelumnya bisa kembali. Sistem kontrak petani dengan toko adalah hanya modal

kepercayaan dan kekeluargaan.

6.2. Karakteristik Petani Contoh

6.2.1. Sebaran Umur Petani Contoh

Tabel 6. Distribusi Umur Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses di Kabupaten Simalungun

Faktor usia, sangat mempengaruhi kinerja petani dalam berusahatani.

Dengan tingkat usia yang relatif muda (produktif), petani mampu bekerja lebih

optimal di bandingkan dengan petani yang berusia relatif lebih tua. Petani yang

lebih muda umumnya memiliki keberanian yang lebih tinggi dalam menangung

risiko kegagalan akibat menggunakan suatu inovasi yang baru. Tabel 6

No Umur petani contoh

Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit Bank Pedagang Credit Union Toko Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

1 21 – 25 2 5.41 0 3.33 0 0 1 2.94 2 26 – 30 5 13.51 6 19.35 1 4.35 5 14.71 3 31 – 35 9 24.32 11 35.48 3 13.04 6 17.65 4 36 – 40 10 27.03 4 12.90 5 21.74 11 32.35 5 41 – 45 4 10.81 6 19.35 9 39.13 3 8.82 6 46 – 50 7 18.92 3 9.68 4 17.39 5 14.71 7 ≥ 51 0 0 1 3.23 1 4.35 3 8.82 Jumlah 37 100 31 100 23 100 34 100

Page 101: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

79

menjelaskan bahwa petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang dan toko

lebih banyak petani yang lebih muda di bandingkan dengan petani yang

mangakses kredit dari Credit Union dan bank.

Petani contoh yang mengakses kredit dari Bank untuk usahatani tomat dan

kentang di daerah penelitian dilakukan oleh petani yang umur petani berada pada

kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Empat orang

diantara petani contoh adalah wanita yang bertindak sebagai menejer sekaligus

pelaksana usahataninya. Persentase kelompok usia yang terbanyak dari seluruh

petani contohyang sumber modalnya pinjaman dari bank berada pada kelompok

usia 31 – 45 tahun dengan jumlah persentase 62.16 persen.

Petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang untuk usahatani

kentang dan tomat di daerah penelitian dilakukan oleh petani yang umumya

berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun).

Untuk petani yang mengakses kredit dari pedagang pada umumnya melakukan

perjanjian, dimana hasil dari usahatani petani harus dijual kepada pedagang. Pada

sistem usahatani yang mengakses kredit dari pedagang, yang menjadi menejer

adalah pedagang dan petani. Maka petani contoh sebelum melakukan usahatani

harus meminta pendapat dari pedagang. Persentase kelompok usia yang terbanyak

dari seluruh petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari pedagang berada

pada kelompok usia 26 – 45 tahun dengan jumlah persentase 87.08 persen. Petani

contoh yang bekerja sama dengan pedagang, umumnya masih muda dan

pendidikanya tidak terlalu tinggi. Dimana petani melakukan kerjasama dengan

pedagang selain kurang pengalaman dalam berusahatani juga berbagi resiko jika

gagal panen.

Page 102: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

80

Umur petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union berada pada

kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Untuk petani

contoh yang mengakses kredit dari Credit Union pada umumy berusia lebih dari

36 tahun, dimana distribusi umur petani contoh yang berusia lebih dari 36 tahun

adalah 19 orang (82.61 persen).

Petani contoh yang mengakses kredit dari toko sarana produksi pertanian

untuk usahatani kentang dan tomat di daerah penelitian dilakukan oleh petani

yang umumya berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis

(16 – 55 tahun). Untuk petani contoh yang mengakses kredit dari toko sarana

pertanian pada umumnya melakukan perjanjian sistem pembayaran barang yang

diambil adalah bon. Sarana produksi pertanian yang diambil dibayar setelah

panen, tetapi harga barang tersebut dinaikan 10 persen dari harga awal. Persentase

kelompok usia yang terbanyak dari seluruh petani contoh yang sumber modalnya

pinjaman dari pedagang berada pada kelompok usia 26 – 50 tahun dengan jumlah

persentase 88.24 persen. Petani contoh yang bekerja sama dengan toko, umumnya

dari yang masih muda dan pendidikanya tidak terlalu tinggi sampai pada yang tua.

Petani contoh melakukan kerjasama dengan toko selain kurang pengalaman dalam

berusahatani juga berbagi risiko jika gagal panen. Jika gagal panen dari pihak

toko masih tetap membiayai usahataninya, agar modal yang gagal tersebut dapat

dikembalikan oleh petani contoh.

Dari distribusi umur petani contoh dapat dikatakan bahwa perbedaan

karakteristik kredit akan mempengaruhi kelompok usia petani yang akan

mengakses kredit ke lembaga kredit tersebut. Dimana kelompok petani yang

umurnya lebih muda kebanyakan mengakses kredit dari pedagang dan toko. Itu

Page 103: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

81

karena pedagang dan toko mampu memberikan modal dalam skala besar tetapi

membutuhkan tenaga yang besar juga. Sedangkan kredit dari Credit Union

kebanyakan diakses oleh petani yang umurnya di pertengahan.

6.2.2. Pendidikan Formal Petani Contoh

Tabel 7. Distribusi Pendidikan Formal Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses Kredit di Kabupaten Simalungun

Selain faktor usia, pendidikan memerankan peranan penting dalam

meningkatkan kecakapan, menentukan pilihan dan mengatasi suatu persoalan

yang dihadapi seseorang di dalam berusahatani. Dalam berusahatani tingkat

pendidikan mempengaruhi kemampuan petani untuk menjalankan aktivitas

usahataninya. Lamanya pendidikan formal adalah jumlah waktu (tahun) yang

dihabiskan oleh petani untuk menempuh pendidikan formalnya. Semakin lama

waktu yang dihabiskan petani untuk menempuh pendidikan diduga semakin

mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya melalui proses produksi,

pengelolaan penggunaan input dan kemampuan dalam mengambil keputusan

No Tingkat pendidikan

Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit

Bank Pedagang Credit Union (Orang) Toko

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

1 Tidak sekolah (0 tahun)

0 0 0 0 0 0 0 0

2 SD (1 – 6 tahun)

2 5.41 2 6.45 2 8.70 3 8.82

3 SLTP (7 – 9 tahun)

1 2.70 10 32.26 4 17.39 5 14.71

4 SMU (10 – 12 tahun)

28 75.68 19 61.29 17 73.19 26 76.47

5 Diploma/Sarjana( >12 tahun)

6 16.22 0 0 0 0 0 0

Jumlah 37 100 31 100 23 100 34 100

Page 104: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

82

untuk memilih usahatani dan sumber modal. Distribusi pendidikan formal petani

berdasarkan sumber akses kredit selengkapnya ada di Tabel 7.

Petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari bank umumnya

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Lama pendidikan petani contoh berkisar

12 tahun, dengan tingkat tertinggi Sarjana dan terendah Sekolah Dasar. Persentase

terbesar dari lama pendidikan petani terdapat pada kelompok 9 – 12 tahun, dan

ada juga sarjana 6 orang atau 16.22 persen. Distribusi tingkat pendidikan petani

contoh yang mengakses kredit dari pedagang adalah SMP dan SMA (93.55

persen). Tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari bank lebih

tinggi di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang.

Distribusi tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari Credit

Union adalah SMP dan SMA (91.30 persen). Tingkat pendidikan petani contoh

yang mengakses kredit dari bank lebih tinggi di bandingkan dengan petani contoh

yang mengakses kredit dari Credit Union. Distribusi tingkat pendidikan petani

contoh yang mengakses kredit dari toko sarana poduksi pertanian adalah SMP dan

SMA (91.18 persen). Tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit

dari bank lebih tinggi di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit

dari toko. Maka petani contoh yang pendidikannya lebih tinggi kebanyakan petani

contoh yang mengakses kredit dari bank.

6.2.3. Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok Tani Petani

Contoh

Rata-rata pengalaman usahatani petani contoh dalam berusahatani sudah

banyak yang lebih dari 2 tahun seperti yang terlihat pada Tabel 8. Hal ini

dimungkinkan karena petani di daerah tersebut adalah sebagian penduduk asli,

Page 105: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

83

mereka lahir dan dibesarkan didaerah tersebut. Kebanyakan pendatang yang

datang untuk mencari nafkah melalui buruhtani dan kemudian melakukan

kerjasama dengan beberapa pemilik modal seperti pedagang maupun toko. Setelah

mengumpulkan modal yang cukup petani tersebut akan memulai usahataninya

dengan modal sendiri dan kembali ke kampung halamannya.

Tabel 8. Distribusi Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok Tani Petani Contoh

No Pengalaman usahatani

Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit

Bank Pedagang Credit Union (Orang)

Toko

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

Jumlah (Orang)

Persenta-se (%)

1 0 – 5 tahun 24 64.86 17 54.85 12 52.17 23 67.65 2 6 – 10 tahun 12 32.44 10 32.25 4 17.39 11 32.35 3 11 – 15 tahun 0 0.00 2 6.45 2 8.70 0 0.00 4 16 – 20 tahun 1 2.70 0 0.00 4 17.39 0 0.00 5 21 – 25 tahun 0 0.00 2 6.45 1 4.35 0 0.00 6 > 25 tahun 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Jumlah 37 100 31 100 23 100 34 100 No Keanggotaan kelompok tani

1 Anggota 4 10.81 12 38.71 16 69.57 14 41.18 2 Bukan

anggota 33 89.19 19 61.29 7 30.43 20 58.82

Jumlah 37 100 31 100 23 100 34 100

Ditinjau dari pengalaman, pada umumnya petani contoh yang

menggunakan modalnya dari bank memiliki pengalaman berusahatani kentang

dan tomat selama kurang dari 10 tahun (97.30 persen). Hal ini menunjukkan

bahwa petani sudah memiliki pengalaman dalam berusahatani kentang dan tomat.

Untuk petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari bank hanya sedikit

yang bergabung dengan kelompok tani (yang bergabung dengan kelompok tani 4

orang = 10.81 persen, sedangkan yang tidak 33 orang = 89.19 persen). Kelompok

tani merupakan wadah bagi petani kentang dan tomat untuk berbagi pengetahuan,

Page 106: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

84

pengalaman, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani di antara

mereka.

Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari

pedagang (< 10 tahun adalah 27 orang atau 87.00 persen) lebih sedikit di

bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Distribusi

keanggotaan kelompok tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada

pedagang sebanyak 12 orang atau 38.71 persen adalah anggota kelompok tani.

Petani contoh merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk

berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas

usahatani antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan

kelompok tani.

Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari

Credit Union (< 10 tahun adalah 16 orang atau 69.56 persen) lebih sedikit di

bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Tetapi petani

contoh yang mengakses kredit dari Credit Union yang memiliki pengalaman yang

lama ada sekitar 21.74 persen berusia lebih dari 47 tahun. Distribusi keanggotaan

kelompok tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada Credit Union

sebanyak 16 orang atau 69.57 persen adalah anggota kelompok tani. Petani contoh

merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani contoh untuk berbagi

pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani di

antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan kelompok tani.

Pengalaman usahatani 0 – 5 tahun dari petani contohsetiap akses kredit

Page 107: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

85

persentasenya sama. Sedangkan keanggotaan kelompok tani setiap akses kredit

beda. Artinya pengalaman usahatani tidak ada hubungannya dengan keanggotaan

kelompok tani.

Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari

toko (< 10 tahun adalah 34 orang atau 100 persen) hampir sama dengan dengan

petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Distribusi keanggotaan kelompok

tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada toko sarana produksi pertanian

sebanyak 14 orang atau 41.18 persen adalah anggota kelompok tani. Petani contoh

merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani contoh untuk berbagi

pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani

antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

menjadi hal yang sangat pentin untuk keberlangsungan kelompok tani. Tetapi

petani contohyang tidak masuk kelompok tani menyatakan bahwa petani

contohdapat meminta penjelasan dari pemilik toko bagaimana dalam menjalankan

usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian. Ini merupakan kelebihan

mengakses kredit dari toko, karena pemilik toko sarana produksi pertanian selalu

menanyakan apa yang akan ditanam, dan jika dia memiliki pengetahuan ataupun

pengalaman tentang usahatani maka pemilik toko akan berbagi dan memberikan

masukan jenis bibit apa yang cocok ditanam, apa pestisidan dan apa pupuk yang

harus digunakan serta dosisnya. Tujuan dari pemilik toko berbagai pengalaman

dan memberikan rekomendasi mulai dari input dan dosisnya adalah supaya petani

berhasil menjalankan usahataninya dan modal yang dipinjamkan dapat

dikembalikan serta kerjasama dapat berjalan seterusnya. Hasil kerja sama seperti

itu akan saling menguntungkan antara kreditor dan debitur. Kreditur dapat

Page 108: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

86

menjalankan usaha karena ada perputaran modal dan pinjaman kembali,

sedangkan debitur dapat menjalankan usahataninya.

6.2.4. Luas Lahan yang di Kuasai dan Status Kepemilikan Lahan

Hampir semua petani petani contoh menggarap sendiri lahan miliknya.

Kecuali petani yang mengakses kredit dari pedagang seperti yang terlihat pada

Tabel 9. Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk

usahatani kentang dan tomat oleh petani contoh yang sumber modalnya dari bank

adalah 1.17 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.12

hektar dan luas lahan maksimal 3 hektar. Tetapi rata-rata luas lahan yang dikuasai

oleh petani contoh yang sumber modalnya dari bank adalah lebih dari 2 hektar

sekitar 21 orang (56.78 persen) dan status kepemilkan lahan adalah 37 orang milik

sendiri (100.00 persen).

Tabel 9. Distribusi Luas Lahan yang di Kuasai dan Status Kepemilikan Lahan

No Luas lahan yang dikuasai (Ha)

Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit

Bank Pedagang Credit Union Toko Jumlah (Orang)

Persen-tase (%)

Jumlah (Orang)

Persen-tase (%)

Jumlah (Orang)

Persen-tase (%)

Jumlah (Orang)

Persen-tase (%)

1 0.00 – 0.49 2 5.40 5 16.13 1 4.34 2 5.88

2 0.50 – 0.99 0 0.00 4 12.90 0 0 5 14.70

3 1.00 – 1.49 4 10.80 14 45.16 14 60.86 14 41.17

4 1.50 – 1.99 10 27.02 4 12.90 6 26.08 0 0.00

5 ≥ 2.00 21 56.78 4 12.90 2 8.72 13 38.25

Jumlah 37 100 31 100 23 100 34 100

No Status Kepemilikan Lahan

1 Sendiri 34 100 13 41.93 23 100 32 94.12

2 Sewa 0 0.00 18 58.07 0 0.00 2 5.88

Jumlah 34 100 31 100 23 100 34 100

Page 109: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

87

Jika status kepemilikan lahan adalah milik sendiri, ini merupakan peluang

bagi petani contoh untuk mengakses kredit dari bank karena adanya agunan yaitu

lahan miliknya sendiri. Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang

digunakan untuk usahatani kentang dan tomat oleh petani contohyang sumber

modalnya dari pedagang adalah 1 hektar, dengan luas lahan minimum untuk

usahatani sayuran 0.12 hektar dan luas lahan maksimal 1.5 hektar. Sedangkan

distribusi luas lahan yang dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari

pedagang yang paling banyak sekitar 23 orang berada pada luas lahan 0.50 – 1.49

hektar (74.19 persen). Status kepemilkan lahan adalah 13 orang milik sendiri

(41.93 persen). Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan

untuk usahatani sayuran oleh petani contoh yang sumber modalnya dari Credit

Union adalah 0.48 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran

0.16 hektar dan luas lahan maksimal 3.00 hektar. Distribusi luas lahan yang

dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari Credit Union yang paling

banyak sekitar 15 orang berada pada luas lahan 1.00 – 1.99 hektar (65.21 persen).

Status kepemilikan lahan adalah 23 orang milik sendiri (100 persen).

Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk

usahatani sayuran oleh petani contoh yang sumber modalnya dari toko adalah 0.63

hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.12 hektar dan luas

lahan maksimal 1.64 hektar. Distribusi luas lahan yang dikuasai oleh petani

contoh yang sumber modalnya dari toko sarana produksi pertanian yang paling

banyak sekitar 21 orang berada pada luas lahan 0.49 – 1.49 (61.76 persen). Status

kepemilikan lahan adalah 32 orang milik sendiri (94.12 persen).

Page 110: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

88

Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase yang paling besar atas luas lahan

yang dikuasai dan status kepemilikan lahan adalah petani contoh yang mengakses

kredit dari bank. Artinya status kepemilikan lahan dan luas lahan yang dikuasai

mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil keputusan akses kredit. Jika

petani memiliki status kepemilikan lahan maka petani kemungkinan akan memilih

mengakses kredit dari bank, karena lahan pertanian dapat dijadikan sebagai

angunan untuk mendapatkan kredit dari bank. Begitu juga sebaliknya, jika petani

hanya berstatus sebagai penggarap/penyakap maka petani akan lebih cenderung

memilih mengakses kredit dari pedagang ataupun toko. Di lokasi penelitian ada

juga pedagang dan toko yang menyediakan lahan untuk digarap oleh petani, sewa

dari lahan tersebut dibayar pada saat panen. Jika lahan dari pedagang atapun toko,

maka selama usahatani belum menghasilkan petani hanya mengorbankan

tenaganya.

6.3. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani dan Analisis Rasio

Penerimaan dan Biaya

Analisis pendapatan petani contoh sayuran menggambarkan secara

sederhana bagaimana tingkat kelayakan ushatani kentang dan tomat di daerah

penelitian.

6.3.1. Analisis Usahatani Tomat

Tujuan utama petani dalam berusaha tani adalah mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya. Berdasarkan Lampiran 7 dapat diketahui hasil analisis

pendapatan usahatani tomat di lokasi penelitian. Analisis ini dilakukan untuk

menganalisis berapa keuntungan dan biaya untuk usahatani tomat perhektar.

Page 111: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

89

(1 000 Rupiah)

Tabel 10. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tomat di Lokasi Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar

Keterangan Petani yang akses kredit dari bank

Petani yang akses kredit dari pedagang

Petani yang akses kredit dari Credit Union

Petani yang akses kredit dari toko

Penerimaan 111 165 108 664 111 543 110 247 Pengeluaran A. Biaya tunai 42 901 39 251 32 778 38 442 B. Biaya di

perhitungkan 8 220 9 666 13 952 11 404

C. Biaya total 5 112 48 917 46 731 49 847

D. Pendapatan atas biaya tunai

68 264 69 413 78 765 71 805

E. Pendapatan atas biaya total

60 044 59 746 64 812 60 400

F. R/C atas biaya total

2.17 2.22 2.39 2.21

Dari hasil analisis usahatani produksi tomat yang paling tinggi adalah

produksi tomat dari petani yang mengakses kredit dari pedagang (46.38 ton/ha).

Tetapi tingkat keuntungan atas biaya total yang paling tinggi diperoleh oleh petani

yang mengakses kredit dari Credit Union yaitu RP 64.81 juta. Adanya perbedaan

itu disebabkan oleh adanya perbedaan harga output dari usahatani tomat. Petani

yang mengakses kredit dari pedagang harus menjual hasil ushataninya pada

pedagang, sedangkan petani yang mengakses kredit dari bank, Credit Union dan

toko bebas menjual hasil usahataninya.

Nilai rasio dari penerimaan petani terhadap biaya total yang dikeluarkan

petani untuk semua akses kredit lebih besar dari 1. Hasil analisis petani pada

usahatani tomat menyatakan bahwa R/C atas biaya tunai yang paling besar

dilakukan oleh petani yang mengakses kredit pada Credit Union yaitu 2.39 dan

pedagang (2.22), hal ini menunjukkan besarnya penerimaan usahatani yang

diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Petani yang

Page 112: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

90

mengakses kredit dari Credit Union, komponen biaya yang terbesar adalah biaya

untuk pupuk (28.87 persen) dan tenaga kerja dalam keluarga (28.49 persen).

Petani yang mengakses dari bank, komponen biaya yang terbesar adalah pupuk

(29.40 persen) dan pestisida (18.63 persen). Petani yang mengakses kredit dari

pedagang , komponen biaya yang terbesar adalah pupuk (26.69 persen) dan

pestisida (26.51 persen). Petani yang mengakses kredit dari toko, komponen biaya

terbesar adalah pupuk (30.67 persen) dan pestisida (22.11 persen). Keempat

sumber kredit itu memberikan pengaruh yang berbeda dalam penggunaan faktor

input (Lampiran 9). Petani yang mengakses kredit dari bank, pedagang maupun

toko menggunakan input yang berlebihan. Gambaran komponen biaya tersebut

menunjukkan bahwa usahatani kentang dan tomat merupakan usahatani yang

sangat membutuhkan modal (sekitar 60 juta rupiah).

6.3.2. Analisis Usahatani Kentang

Pada Lampiran 8 ditemukan bahwa nilai rasio dari penerimaan petani

contohterhadap biaya total yang dikeluarkan rata-rata lebih dari satu dari setiap

petani contohdari berbagai akses sumber modal. Produksi usahatani kentang yang

paling besar adalah produksi dari petani yang mengakses kredit dari bank (17.09

ton/ha). Analisis uasahatani dilakukan untuk menganalisis berapa keuntungan dan

biaya untuk usahatani kentang dalam luasan 1 Ha. tingkat keuntungan yang paling

tinggi diperoleh oleh petani yang mengakses kredit dari bank yaitu Rp 16.06 juta.

Sedangkan pendapatan usahatani kentang yang mangakses kredit dari sumber

lainnya berada di bawah dari Rp 10 juta. Adanya perbedaan itu tidak sisebabkan

oleh adanya perbedaan komponen biaya, tetapi perbedaan dari pengalaman

usahatani dari petani tersebut.

Page 113: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

91

(1 000 Rupiah)

Tabel 11. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar

Keterangan Petani yang akses kredit dari bank

Petani yang akses kredit dari pedagang

Petani yang akses kredit dari Credit union

Petani yang akses kredit dari toko

Penerimaan 48 044 42 883 37 010 35 426 Pengeluaran A. Biaya tunai 26 990 26 651 21 215 22 024 B. Biaya di

perhitungkan 4 987 6 916 9 326 6 697 C. Biaya total 31 977 33 567 30 541 28 722 D. Pendapatan atas

biaya tunai 21 053 16 231 15 795 13 401 E. Pendapatan atas

biaya total 16 066 9 315 6 469 6 703

F. R/C atas biaya total

1.50

1.28

1.21

1.23

Nilai rasio dari penerimaan petani terhadap biaya total yang dikeluarkan

petani untuk semua akses kredit lebih besar dari 1. Hasil analisis petani pada

usahatani kentang menyatakan bahwa R/C atas biaya tunai yang paling besar

dilakukan oleh petani yang mengakses kredit pada bank yaitu 1.50 dan pedagang

(1.28), hal ini menunjukkan besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh petani

untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Tingginya R/C atas biaya tunai petani

yang mengakses kredit dari bank adalah karena untuk usahatani kentang

memerlukan lahan yang luas untuk berusahatani. Pada persiapan lahan dan

penanaman membutuhkan modal yang besar, sedangkan pada tahap pemeliharaan

tidak membutuhkan modal tunai yang cepat dibandingkan dengan usahatani

tomat. Ini berhubungan denga karakteristik sumber kredit. Karena kredit dari bank

hanya dapat di akses dalam jangka waktu tertentu, jika kita butuh uang tunai

dalam waktu cepat kredit tidak bisa langsung keluar karena ada persyaratan yang

Page 114: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

92

harus di penuhi. Maka dari hasil penelitian R/C atas biaya tunai untuk usahatani

kentang yang paling tinggi adalah petani yang akses kreditnya dari bank.

Petani yang mengakses kredit dari bank, pedagang, Credit Union dan toko

komponen biaya yang terbesar adalah biaya untuk pupuk dan tenaga kerja.

Keempat sumber kredit itu memberikan pengaruh yang berbeda dalam

penggunaan faktor input seperti yang terlihat pada Lampiran 10. Gambaran

komponen biaya tersebut menunjukkan bahwa usahatani kentang dan tomat

merupakan usahatani yang sangat membutuhkan modal (sekitar Rp 10 juta).

Page 115: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

93

VII. ANALISIS EFISIENSI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DAN KENTANG

Bab ini akan membahas hasil analisis pendugaan fungsi produksi

stochastic frontier dan analisis efisiensi tekni, faktor-faktor yang

mempengaruhinya inefisiensi teknis petani sayuran di daerah penelitian, dan

distribusi pendapatan usahatani tomat dan kentang. Analisis dilakukan dengan

menggunakan dua usahatani tomat dan kentang fungsi produksi stochastic frontier

yang berbeda.

7.1. Analisis Model Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier untuk Usahatani Tomat

Pengujian terhadap Variance Inflation Factor (VIF) dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui penyebab dari temuan tersebut. Hasil pengujian VIF

untuk fungsi produksi usahatani tomat menunjukkan bahwa variabel luas lahan,

jumlah benih, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik, penggunaan

pestisida cair, penggunaan pestisida padat dan jumlah tenaga kerja tidak terlalu

tinggi.

Berdasarkan hasil pengujian multikolinier terhadap masing-masing

variabel bebas, maka tidak berpengaruh nyatanya variabel pupuk kimia, pupuk

organik dan pestisida padat terhadap produksi tomat di lokasi penelitian karena

kontribusi variabel tersebut sangat sedikit dan dapat diabaikan terhadap produksi

sayuran di lokasi penelitian. Di lokasi penelitian ini penggunaan pestida yang

banyak disebabkan oleh karena didaerah tersebut curah hujannya tinggi. Petani

contoh dalam hal menggunakan pestisida padat dan pupuk kimia melebihi jumlah

dari anjuran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat. Dengan penggunakan

Page 116: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

94

pupuk kimia yang berlebih, tapi penggunaan pupuk organik yang sedikit tidak

memberikan efek apa-apa kepada tanaman. Jadi jika hujan tidak turun selama 3

hari tanah langsung keras karena penggunaan pupuk kimia yang berlebih.

Tabel 12. Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Tomat Hasil dengan Metode Maximum Likelihood Estimated

Variabel Input Parameter Koefisien Peluang

(t-Rasio)

β 7.861 0 16.646

Luas lahan (X1 β) 0.325 1 3.202****

Jumlah benih (X2 β) 0.248 2 3.018****

Jumlah pupuk kimia (X3 β) -0.006 3 -0.258

Jumlah pupuk organik (X4 β) -0.003 4 -0.273

Jumlah pestisida cair (X5 β) 0.154 5 3.444****

Jumlah pestisida padat (X6 β) 0.004 6 0.067

Jumlah tenaga kerja (X7 β) 0.376 7 4.150****

Log - Likelihood OLS -14.680

Log - Likelihood MLE -2.450

Sigma-square 0.061 4.134****

γ 0.030 0.126

LR 24.460

Keterangan: **** nyata pada α = 1 persen *** nyata pada α = 5 persen ** nyata pada α = 10 persen * nyata pada α = 20 persen

Tabel 12 menampilkan hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier

usahatani tomat yang menggunakan tujuh variabel penjelas. Hasil pendugaan

menggambarkan kinerja dari petani contoh pada tingkat jenis usahatani yang ada.

Pendugaan ini dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimated (MLE).

Variabel-variabel yang nyata berpengaruh terhadap produksi batas petani contoh

ditemukan sama dengan yang diperoleh pada fungsi produksi rata-rata usahatani

Page 117: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

95

tomat. Variabel luas lahan (X1), benih (X2), penggunaan pestisida cair (X5), dan

penggunaan tenaga kerja (X7) pada fungsi rata-rata dan batas ditemukan

berpengaruh nyata. Tanda koefisien parameter pada Tabel 12 ada yang negatif

(tidak sesuai dengan harapan), artinya jika ada penambahan input pupuk kimia

(X3) atau pupuk organik (X4) akan menurunkan produksi. Tetapi faktor input

pupuk kimia dan pupuk organik tidak berpengaruh secara nyata. Sedangkan tanda

koefisien parameter yang positif adalah variabel luas lahan (X1), benih (X2),

penggunaan pestisida cair (X5), dan penggunaan tenaga kerja (X7

Hasil pendugaan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa elastisitas produksi

batas dari luas lahan (X

) dan ditemukan

berpengaruh nyata.

1) bernilai 0.325. Angka ini ditemukan nyata berbeda dari

nol pada α = 1 persen. Penambahan luas lahan (X1) sebesar 10 persen akan

meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 3.25 persen pada

kondisi input-input lainya tetap. Elastisitas produksi batas dari variabel jumlah

benih (X2) bernilai 0.248 dan berbeda nyata dari nol pada α = 1 persen.

Penambahan penggunaan jumlah benih (X2

Elastisitas produksi batas dari variabel pestisida cair (X

) sebesar 10 persen akan

meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 2.48 persen pada

kondisi input-input lainya tetap.

5) bernilai 0.154

dan berbeda nyata dari nol pada α = 1 persen. Penambahan penggunaan pestisida

cair (X5) sebesar 10 persen akan meningkatkan tambahan produksi batas petani

contoh sebesar 1.54 persen pada kondisi input-input lainya tetap. Petani tomat

masih bisa meningkatkan penggunaan pestisida cair untuk meningkatkan

produksinya. Pestisida cair di gunakan untuk membasmi lalat buah dan insektisida

lainnya. Tanaman tomat sangat rentan dengan insektisida, jika tidak dilakukan

penyemprotan yang rutin maka tanaman tomat akan langsung terkena penyakit,

Page 118: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

96

terutama pada musim penghujan. Jika musim penghujan, petani akan melakukan

penyemprotan pestisida padat dan cair rata-rata 1 kali dalam 2 hari. Maka

usahatani tomat memerlukan modal yang besar pada saat pemeliharaannya.

Elastisitas produksi batas dari variabel tenaga kerja (X7) bernilai 0.376

dan berbeda nyata dari nol pada α = 1 persen. Penambahan penggunaan tenaga

kerja (X7

Pada Tabel 12 menjelaskan varian dan parameter γ model efek inefisiensi

teknis fungsi produksi stochastic frontier. Parameter γ dugaan merupakan rasio

dari varian efisiensi teknis (μ

) sebesar 10 persen akan meningkatkan tambahan produksi batas petani

contoh sebesar 3.76 persen pada kondisi input-input lainya tetap. Hasil analisis ini

juga menunjukkan bahwa petani masih rasional menambah penggunaan tenaga

kerja untuk meningkatkan produksinya, karena pada kenyataannya usahatani

tomat merupakan usaha yang membutuhkan banyak tenaga kerja terutama pada

saat pemeliharaan dan pemanenan.

i) terhadap varian total produksi (εi

). Nilai γ petani

petani contoh adalah 0.03, taraf kepercanyaan tidak berpengaruh secara nyata. Ini

menunjukkan bahwa 3 persen dari variabel galat di dalam fungsi produksi

menggambarkan efisiensi teknis petani atau 3 persen dari variasi hasil diantara

petani contoh disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis dan sisanya 97

persen disebabkan oleh efek-efek stochastic seperti iklim, cuaca, serangan hama,

penyakit dan kesalahan pemodelan.

7.2. Analisis Model Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kentang

Pengujian terhadap Variance Inflation Factor (VIF) dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui penyebab dari temuan tersebut. Hasil pengujian VIF

menunjukkan bahwa variabel luas lahan (X1), jumlah benih (X2), penggunaan

Page 119: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

97

pupuk kimia (X3), penggunaan pupuk organik (X4), penggunaan pestisida cair

(X5), penggunaan pestisida padat (X6), jumlah tenaga kerja (X7) dan dummi akses

kredit (X8

Tabel 13. Parameter Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kentang Hasil dengan Metode Maximum Likelihood Estimated

) tidak terlalu tinggi.

Variabel Input Parameter Koefisien Peluang

(t-Rasio)

γ 6.331 0 4.187

Luas lahan (X1 γ) 0.345 1 16.412****

Jumlah benih (X2 γ) 0.178 2 4.558****

Jumlah pupuk kimia (X3 γ) 0.122 3 1.860***

Jumlah pupuk organik (X4 γ) 0.100 4 1.934***

Jumlah pestisida cair (X5 γ) 0.060 5 3.655****

Jumlah pestisida padat (X6 γ) 0.059 6 1.275*

Jumlah tenaga kerja (X7 γ) 0.240 7 2.901****

Log - Likelihood OLS -5.200

Log - Likelihood MLE 5.860

Sigma-square 0.050 5.973 ****

γ 1.000 112

LR 22.120

Keterangan: **** nyata pada α = 1 persen *** nyata pada α = 5 persen ** nyata pada α = 10 persen * nyata pada α = 20 persen

Berdasarkan hasil pengujian multikolinier terhadap masing-masing

variabel bebas, maka tidak berpengaruh nyatanya variabel pestisida cair dan

pestisida padat terhadap produksi kentang di lokasi penelitian karena kontribusi

variabel tersebut sangat sedikit dan dapat diabaikan terhadap produksi sayuran di

Page 120: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

98

lokasi penelitian. Itu dapat dibuktikan dengan proporsi modal untuk penggunaan

pestisida untuk usahatani kentang adalah lebih kecil (pada Lampiran 8).

Tabel 13 menampilkan hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier

usahatani kentang yang menggunakan tujuh variabel penjelas. Hasil pendugaan

menggambarkan kinerja dari petani. Pendugaan ini dilakukan dengan metode

Maximum Likelihood Estimated (MLE). Variabel-variabel yang nyata

berpengaruh terhadap produksi batas petani contoh ditemukan berbeda dengan

yang diperoleh pada fungsi produksi rata-rata usahatani kentang. Variabel luas

lahan (X1), jumlah benih (X2), penggunaan pupuk kimia (X3), pupuk organik

(X4), pestisida cair (X5), pestisida padat (X6) dan tenaga kerja (X7

Hasil pendugaan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa elastisitas produksi

batas dari luas lahan (X

) pada fungsi

rata-rata ditemukan berpengaruh nyata.

1) bernilai 0.345. Angka ini ditemukan nyata berbeda dari

nol pada α = 1 persen. Penambahan luas lahan (X1) sebesar 10 persen akan

meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 3.45 persen pada

kondisi input-input lainya tetap. Untuk elastisitas produksi batas dari jumlah benih

(X2) bernilai 0.178. Angka ini ditemukan nyata berbeda d ari n o l p ada α = 1

persen. Penambahan jumlah benih (X2) sebesar 10 persen akan meningkatkan

tambahan produksi batas petani contoh sebesar 1.78 persen pada kondisi input-

input lainya tetap. Elastisitas produksi batas dari pupuk kimia (X3) bernilai 0.122.

Angka ini ditemukan nyata berbeda dari nol pada α = 5 persen. Penambahan

pupuk kimia (X3) sebesar 10 persen akan meningkatkan tambahan produksi batas

petani contoh sebesar 1.22 persen pada kondisi input-input lainya tetap. Hasil

pendugaan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa elastisitas produksi batas dari

Page 121: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

99

pupuk organik (X4) bernilai 0.100. Angka ini ditemukan nyata berbeda dari nol

pada α = 5 persen. Penambahan pupuk organik (X4

Elastisitas produksi batas dari variabel pestisida cair (X

) sebesar 10 persen akan

meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 1.00 persen pada

kondisi input-input lainya tetap.

5) bernilai 0.060

dan berbeda nyata dari nol pada α = 10 persen. Penambahan penggunaan pestisida

cair (X5) sebesar 10 persen akan meningkatkan tambahan produksi batas petani

contoh sebesar 0.60 persen pada kondisi input-input lainya tetap. Elastisitas

produksi batas dari variabel pestisida padat (X6) bernilai 0.059 dan berbeda nyata

dari nol pada α = 20 persen. Penambahan penggunaan pestisida padat (X6) sebesar

10 persen akan meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 0.59

persen pada kondisi input-input lainya tetap. Elastisitas produksi batas dari

variabel tenaga kerja (X7) bernilai 0.240 dan berbeda nyata dari nol pada α = 1

persen. Penambahan penggunaan tenaga kerja (X7

Pada Tabel 13 menjelaskan varian dan parameter γ model efek inefisiensi

teknis fungsi produksi stochastic frontier. Parameter γ dugaan merupakan rasio

dari varian efisiensi teknis (μ

) sebesar 10 persen akan

meningkatkan tambahan produksi batas petani contoh sebesar 2.40 persen pada

kondisi input-input lainya tetap.

i) terhadap varian total produksi (εi). Nilai γ petani

petani contoh adalah 1.00, tidak berpengaruh secara nyata. Ini menunjukkan

bahwa 100 persen dari variabel galat di dalam fungsi produksi menggambarkan

efisiensi teknis petani atau 100 persen dari variasi hasil diantara petani contoh

Page 122: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

100

disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis. Tetapi tidak berpengaruh secara

nyata.

7.3. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit terhadap Efisiensi Teknis

7.3.1. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit terhadap Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Tomat

Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi

stochastic frontier dan pendekatan analisis dari sisi input. Berdasarkan nilai rata-

rata efisiensi teknis usahatani tomat dapat dikemukan bahwa secara rata-rata

petani contoh masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil potensial yang

lebih tinggi mencapai hasil maksimal seperti yang diperoleh petani paling efisien

secara teknis.

Tabel 14. Akses Kredit dan Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Tomat

Sebaran efisiensi teknis petani

Sumber Akses Kredit Bank Pedagang Credit Union Toko

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

0 ≤ 0.3 0 0 0 0 0 0 0 0 > 0.3 ≤ 0.4 0 0 0 0 0 0 0 0 > 0.4 ≤ 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 > 0.5 ≤ 0.6 4 6.15 4 6.15 4 6.15 3 4.62 > 0.6 ≤ 0.7 6 9.23 4 6.15 1 1.54 7 10.77 > 0.7 ≤ 0.8 5 7.69 2 3.08 0 0 4 6.15 > 0.8 ≤ 0.9 1 1.54 3 4.62 1 1.54 2 3.08 > 0.9 ≤ 1.0 2 3.08 4 6.15 5 7.69 3 4.62 Rata-Rata 0.700 0.765 0.769 0.730 Minimum 0.538 0.600 0.511 0.564 Maksimum 0.985 0.995 0.976 0.9494

Pada Tabel 14 menunjukkan perbedaan efisiensi teknis petani tomat

berdasarkan jenis sumber akses kredit. Petani yang lebih efisien secara teknis

dalam melaksanakan usahataninya adalah berada pada 1.00. Dengan demikian

bagi petani yang belum efisien secara teknis masih ada peluang untuk

dioptimalkan penggunaan faktor inputnya agar usahataninya lebih efisien. Rata-

Page 123: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

101

rata efesiensi teknis usahatani tomat adalah petani yang mengakses kredit dari

bank (0.700), pedagang (0.765), credit union (0.769) dan toko sarana produksi

pertanian (0.730). Artinya petani dalam jangka pendek secara rata-rata petani

tomat didaerah penelitian berpeluang untuk meningkatkan produksi sebesar 30

persen (petani yang mengakses kredit dari bank), 23.5 persen (petani yang

mengakses kredit dari pedagang), 23.1 persen (petani yang mengakses kredit dari

credit union), dan 27 persen (petani yang mengakses kredit dari toko) dengan

menerapkan keterampilan dan teknik budidaya yang digunakan oleh petani paling

efisien secara teknis dan penggunaan faktor input, faktor input yang

mempengaruhi produksi usahatani tomat adalah luas lahan, jumlah benih , jumlah

pestisida cair dan jumlah tenaga kerja. Dengan meningkatkan akses kredit akan

berpeluang untuk meningkatkan efesiensi usahatani tomat, itu dapat tercapai jika

modal petani memadai.

Hasil analisis efisiensi teknis usahatani menunjukkan hasil rata-rata

efisiensi teknisnya hampir sama untuk semua sumber akses kredit. Maka perlu

dilakukan pengujian beda rata-rata dua sampel. Pengujian-t beda rata-rata dua

sampel yang independen untuk pengujian parametrik dapat berupa pengujian-Z

atau pengujian-t. Pengujian-Z (Z-test) digunakan untuk sampel besar (lebih dari

30 observasi) atau untuk sampel kecil tetapi terdistribusi normal dengan varian

populasi. Hasil dari pengujian-t beda rata-rata dua sampel maka di peroleh hasil

bahwa pengujian-t untuk menentukan perbedaan signifikan secara statistik antara

nilai rata-rata distribusi efisiensi teknis usahatani tomat dengan uji berpasangan.

Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi petani bank dengan

pedagang tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (-0.043) lebih kecil

Page 124: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

102

dari t-tabel (1.31) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis petani bank dengan

Credit Union juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (-

0.049) lebih kecil dari t-tabel (1.330) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis

petani bank dengan toko juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung

(-0.024) lebih kecil dari t-tabel (1.310) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis

petani pedagang dengan Credit Union juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata,

karena t-hitung (-0.004) lebih kecil dari t-tabel (1.325) pada α sebesar 20 persen.

Efisiensi teknis petani pedagang dengan toko juga tidak dapat dikatakan berbeda

nyata, karena t-hitung (0.033) lebih kecil dari t-tabel (1.310) pada α sebesar

20 persen. Efisiensi teknis petani Credit Union dengan toko juga tidak dapat

dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (0.039) lebih kecil dari t-tabel

(1.330) pada α sebesar 20 persen.

Tabel 15. Hasil Analisis Pengujian-t untuk Pengujian Beda Rata-Rata antar Dua Kredit Usahatani Tomat

Keterangan

Uji beda berpasangan

Bank dengan Pedagang

Bank dengan Credit union

Bank dengan Toko

Pedagang dengan Credit union

Pedagang dengan Toko

Credit union dengan Toko

Nilai rata-rata sampel ke-1 0.704 0.704 0.704 0.765 0.765 0.769 Nilai rata-rata sampel ke-2 0.765 0.769 0.730 0.769 0.730 0.730 Deviasi standar sampel ke-1(S1) 0.365 0.365 0.365 0.382 0.382 0.438 Deviasi standar sampel ke-2(S2) 0.382 0.438 0.350 0.438 0.350 0.350 Varian dari sampel gabungan(Sp2) 0.482 0.512 0.358 0.404 0.365 0.384 t-hitung -0.043 -0.049 -0.024 -0.004 0.033 0.039 t-tabel (α = 20 persen) 1.310 1.330 1.310 1.325 1.310 1.330

Page 125: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

103

Maka dapat rata-rata efisiensi teknis usahatani tomat tidak berbeda dari

setiap sumber akses kredit, atau sumber akses kredit tidak menunjukkan

perbedaan efisiensi teknis. Bisa saja secara efisiensi teknis tidak berbeda nyata,

tetapi di analisis dari aspek kemudahan petani dalam mengakses kredit dan

keuntungan usahatani tomat yang paling menguntungkan adalah petani yang

mengakses kredit dari Credit Union (karena R/C ratio atas biaya total lebih

tinggi). Untuk menguji apakah efisiensi teknis usahatani tomat berhubungan

dengan sumber akses kredit maka dilakukan pengujian Kai-Kuadrat (chi-square

test) untuk beda rata-rata. Sebaran efisiensi teknis usahatani tomat didistribusikan

dalam 2 sebaran yaitu sebaran yang efisien secara teknis (0.70 – 1.00) dan belum

efisien (≤ 0.70), atau dapat dilihat pada Tabel 16. Dari hasil analisis diperoleh χ2

hitung = 12.06 lebih besar dari χ2

Tabel 16. Hasil Analisis Chi-Square Test Efisiensi Teknis Usahatani Tomat

tabel (11.34) pada taraf kepercayaan α = 10

persen. Artinya bahwa tingkat efisiensi teknis dipengaruhi oleh sumber akses

kredit.

Sebaran efisiensi teknis petani

Sumber Akses Kredit Bank Pedagang Credit union Toko

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

0 ≤ 0.70 10 15.38 8 12.31 5 7.69 10 15.38 0.7 - 1.0 8 12.31 9 13.85 6 9.23 9 13.85

Rata-Rata 0.700 0.765 0.769 0.730 Minimum 0.538 0.600 0.511 0.564 Maksimum 0.985 0.995 0.976 0.949 Chi square test tabel α = 10% (χ2) 11.34 Chi square test hitung α = 10% (χ2) 12.06

7.3.2. Pengaruh Perbedaan Akses Kredit terhadap Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang

Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi

stochastic frontier dan pendekatan analisis dari sisi input. Berdasarkan nilai rata-

Page 126: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

104

rata efisiensi teknis usahatani kentang dapat dikemukan bahwa secara rata-rata

petani contoh masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil potensial yang

lebih tinggi mencapai hasil maksimal seperti yang diperoleh petani paling efisien

secara teknis.

Tabel 17. Akses Kredit dan Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang Sebaran efisiensi teknis petani

Sumber Akses Kredit

Bank Pedagang Credit union Toko

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

0 ≤ 0.3 1 1.67 2 3.33 4 6.67 5 8.33 > 0.3 ≤ 0.4 7 11.67 3 5.00 5 8.33 6 10.00 > 0.4 ≤ 0.5 7 11.67 7 11.67 2 3.33 3 5.00 > 0.5 ≤ 0.6 3 5.00 0 0.00 1 1.67 1 1.67 > 0.6 ≤ 0.7 0 0.00 1 1.67 0 0.00 0 0.00 > 0.7 ≤ 0.8 0 0.00 1 1.67 0 0.00 0 0.00 > 0.8 ≤ 0.9 1 1.67 0 0.00 0 0.00 0 0.00 > 0.9 ≤ 1.0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Rata-Rata 0.438 0.446 0.362 0.364 Minimum 0.268 0.253 0.221 0.237 Maksimum 0.808 0.739 0.573 0.606

Pada Tabel 17 menunjukkan perbedaan efisiensi teknis petani kentang

berdasarkan jenis sumber akses kredit. Petani yang lebih efisien secara teknis

dalam melaksanakan usahataninya adalah berada pada 1.00. Dengan demikian

bagi petani yang belum efisien secara teknis masih ada peluang untuk

dioptimalkan penggunaan faktor inputnya agar usahataninya lebih efisien. Rata-

rata efesiensi teknis usahatani kentang adalah petani yang mengakses kredit dari

bank (0.438), pedagang (0.446), credit union (0.362) dan toko sarana produksi

pertanian (0.364).

Petani dalam jangka pendek secara rata-rata petani kentang didaerah

penelitian berpeluang untuk meningkatkan produksi sebesar 56.2 persen (petani

Page 127: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

105

yang mengakses kredit dari bank), 55.4 persen (petani yang mengakses kredit dari

pedagang), 63.8 persen (petani yang mengakses kredit dari credit union), dan 63.6

persen (petani yang mengakses kredit dari toko) dengan menerapkan keterampilan

dan teknik budidaya yang digunakan oleh petani paling efisien secara teknis dan

penggunaan faktor input, faktor input yang mempengaruhi produksi usahatani

tomat adalah luas lahan, jumlah benih , jumlah pestisida cair dan jumlah tenaga

kerja. Meningkatkan akses kredit akan berpeluang untuk meningkatkan efesiensi

usahatani tomat, itu dapat tercapai jika modal petani memadai. Tabel 17

menunjukkan bahwa efisiensi teknis yang paling tinggi adalah efisiensi teknis

rata-rata petani yang mengakses kredit dari bank dan pedagang. Tetapi usahatani

kentang di lokasi penelitian secara teknis belum efisien karena semua rata-rata

efisiensi teknis dari semua akses kredit adalah < 0.50.

Tabel 18. Hasil Analisis Pengujian-t untuk Pengujian Beda Rata-Rata antar Dua Kredit Usahatani Kentang

keterangan

Uji beda berpasangan

Bank dengan Pedagang

Bank dengan Credit union

Bank dengan Toko

Pedagang dengan Credit union

Pedagang dengan Toko

Credit union dengan Toko

Nilai rata-rata sampel ke-1 0.438 0.438 0.438 0.446 0.446 0.362 Nilai rata-rata sampel ke-2 0.446 0.362 0.364 0.362 0.364 0.364 Deviasi standar sampel ke-1(S1) 0.347 0.347 0.347 0.360 0.360 0.303 Deviasi standar sampel ke-2(S2) 0.360 0.303 0.313 0.303 0.313 0.313 Varian dari sampel gabungan(Sp2) 0.353 0.331 0.332 0.335 0.337 0.309 t-hitung -0.008 0.084 0.076 0.098 0.090 -0.002 t-tabel (α = 20 persen) 1.313 1.318 1.310 1.318 1.318 1.318

Page 128: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

106

Hasil analisis efisiensi teknis usahatani menunjukkan hasil rata-rata

efisiensi teknisnya hampir sama untuk semua sumber akses kredit. Artinya akses

kredit tidak menimbulkan perbedaan efisiensi teknis usahatani kentang. Maka

perlu dilakukan pengujian beda rata-rata dua sampel. Pengujian-t beda rata-rata

dua sampel yang independen untuk pengujian parametrik dapat berupa pengujian-

Z atau pengujian-t. Pengujian-Z (Z-test) digunakan untuk sampel besar (lebih dari

30 observasi) atau untuk sampel kecil tetapi terdistribusi normal dengan varian

populasi. Hasil dari pengujian-t beda rata-rata dua sampel maka di peroleh hasil

bahwa pengujian-t untuk menentukan perbedaan signifikan secara statistik antara

nilai rata-rata distribusi efisiensi teknis usahatani kentang dengan uji berpasangan.

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi petani bank dengan

pedagang tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (-0.008) lebih kecil

dari t-tabel (1.313) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis petani bank dengan

Credit Union juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (0.084)

lebih kecil dari t-tabel (1.318) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis petani

bank dengan toko juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung

(0.076) lebih kecil dari t-tabel (1.310) pada α sebesar 20 persen. Efisiensi teknis

petani pedagang dengan Credit Union juga tidak dapat dikatakan berbeda nyata,

karena t-hitung (0.019) lebih kecil dari t-tabel (1.318) pada α sebesar 20 persen.

Efisiensi teknis petani pedagang dengan toko juga tidak dapat dikatakan berbeda

nyata, karena t-hitung (0.090) lebih kecil dari t-tabel (1.318) pada α sebesar 20

persen. Efisiensi teknis petani Credit Union dengan toko juga tidak dapat

dikatakan berbeda nyata, karena t-hitung (-0.002) lebih kecil dari t-tabel (1.318)

pada α sebesar 20 persen.

Maka dapat rata-rata efisiensi teknis usahatani kentang tidak berbeda dari

setiap sumber akses kredit, atau sumber akses kredit tidak menunjukkan

Page 129: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

107

perbedaan efisiensi teknis. Bisa saja secara efisiensi teknis tidak berbeda nyata,

tetapi di analisis dari aspek kemudahan petani dalam mengakses kredit dan

keuntungan usahatani kentang yang paling menguntungkan adalah petani yang

mengakses kredit dari bank(karena R/C ratio atas biaya total lebih tinggi).

Tabel 19. Hasil Analisis Chi-Square Test Efisiensi Teknis Usahatani Kentang

Sebaran efisiensi teknis petani

Sumber Akses Kredit

Bank Pedagang Credit union Toko

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

Indeks (Jumlah)

Persen-tase(%)

0 ≤ 0.70 18 30.00 13 21.67 12 20.00 15 25.00 0.7 - 1.0 1 1.67 1 1.67 0 0.00 0 0.00 Rata-Rata 0.438 0.446 0.362 0.364 Minimum 0.268 0.253 0.221 0.237 Maksimum 0.808 0.739 0.573 0.606 Chi square test tabel α = 10% (χ2) 11.34 Chi square test hitung α = 10% (χ2) 17.96

Untuk menguji apakah efisiensi teknis usahatani kentang berhubungan

dengan sumber akses kredit maka dilakukan pengujian Kai-Kuadrat (chi-square

test) untuk beda rata-rata. Sebaran efisiensi teknis usahatani kentang di bagi dalam

2 sebaran yaitu sebaran yang efisien secara teknis (0.70 – 1.00) dan belum efisien

(≤ 0.70), atau dapat dilihat pada Tabel 19. Dari hasil analisis diperoleh χ2 hitung =

17.96 lebih besar dari χ2

tabel (11.34) pada taraf kepercayaan α = 10 persen.

Artinya bahwa tingkat efisiensi teknis dipengaruhi oleh sumber akses kredit.

7.3.3. Faktor-faktor Inefisiensi Teknis Usahatani Tomat dan Kentang

Berikut ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi

teknis petani contoh dengan menggunakan model efek inefisiensi teknis dari

fungsi produksi stochastic frontier untuk usahatani tomat dan kentang. Hasil

pendugaan model efek inefisiensi teknis diuraikan pada Tabel 20 dan Tabel 21.

Page 130: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

108

Tabel 20 menunjukkan bahwa variabel yang mengurangi inefisiensi

usahatani tomat adalah adalah pendidikan (tidak berpengaruh secara nyata),

dummi status kepemilikan lahan (berpengaruh secara nyata pada α = 5 persen ),

dummi kelompok tani (berpengaruh secara nyata pada α = 1 persen), dan dummi

akses kredit dari pedagang (tidak berpengaruh secara nyata). Sedangkan variabel

yang meningkatkan inefisiensi teknis adalah umur (berpengaruh secara nyata pada

α=10 persen), pengalaman usahatani (tidak berpengaruh secara nyata), dummi

akses kredit dari bank (tidak berpengaruh secara nyata), dummi akses kredit dari

credit union (tidak berpengaruh secara nyata), dan akses kredit dari toko sarana

produksi pertanian (tidak berpengaruh secara nyata).

Tabel 20. Parameter Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Tomat

Keterangan: **** nyata pada α = 1 persen *** nyata pada α = 5 persen ** nyata pada α = 10 persen * nyata pada α = 20 persen

Variabel Parameter Koefisien T hitung

Konstanta δ 0.121 0 0.192 Umur δ 0.016 1 1.891** Pendidikan δ 001 2 -0.057 Pengalaman usahatani δ 0.005 3 0.369 Dummi status kepemilikan lahan δ 375 4 157*** Dummi kelompok usahatani δ 444 5 013**** Dummi akses kredit dari bank δ 0.075 6 0.156 Dummi akses kredit dari pedagang δ 164 7 355 Dummi akses kredit dari credit union δ 0.129 8 0.268 Dummi akses kredit dari toko sarana produksi pertanian δ 0.081 9 0.171 Sigma 0.061 134 LR 24.46

Page 131: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

109

Hasil pendugaan model efek inefisiensi teknis pada Tabel 20 menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis

di dalam proses produksi usahatani tomat adalah variabel umur, dummi

kepemilikan lahan, dan dummy kelompok usahatani. Hasil pendugaan model efek

inefisiensi teknis pada untuk usahatani tomat menunjukkan bahwa faktor-faktor

yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses

produksi petani contoh adalah pada α = 10 persen variabel umur dengan tanda

parameter positif (sesuai dengan harapan), α = 5 persen variabel dummi

kepemilikan lahan dengan tanda parameter negatif (sesuai dengan harapan), dan

α = 1 persen variabel dummi kelompok tani dengan tanda parameter negatif

(sesuai dengan harapan). Sedangkan variabel pendidikan, pengalaman usahatani

dan sumber akses kredit tidak berpengaruh nyata terhadap inefisiensi usahatani.

Tanda parameter akses kredit dari pedagang adalah negatif, yang berarti

mengurangi inefisiensi usahatani (tetapi tidak berpengaruh nyata). Tanda

parameter akses kredit dari bank, Credit Union dan toko adalah positif yang

berarti meningkatkan inefisiensi (tetapi tidak berpengaruh nyata).

Hasil pendugaan model efek inefisiensi usahatani tomat variabel dummi

akses kredit dari pedagang menguragi inefisiensi, karena untuk usahatani tomat

selama usahatani berjalan sampai panen tetap memerlukan modal yang besar.

Modal yang diperlukan sepanjang usahatani adalah modal tunai untuk membeli

input dari luar usahatani, karena usahatani tomat memerlukan pemeliharaan

berupa penyemprotan hampir setiap 1 kali dalam 2 hari. Dari hasil studi lapangan

untuk usahatani tomat, sumber akses kredit yang cocok adalah akses kredit dari

pedagang atau toko atau credit union. Dari sumber akses tersebut, petani dapat

Page 132: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

110

mengakses kredit setiap butuh modal ataupun butuh input pertanian. Berbeda

dengan bank, jika kita mengakses kredit dari bank akan membutuhkan proses

yang panjang agar dana yang kita pinjam keluar atau tidak tepat waktu.

Tabel 21. Parameter Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kentang

Variabel Parameter Koefisien T hitung

Konstanta α 33 0 748 Umur α 01 1 287 Pendidikan α 44 2 775** Pengalaman usahatani α 16 3 229*** Dummy status kepemilikan lahan α 57 4 390*** Dummy kelompok usahatani α 83 5 961 Dummy akses kredit dari bank α 38 6 329 Dummy akses kredit dari pedagang α 10 7 022 Dummy akses kredit dari credit union α 43 8 855 Dummy akses kredit dari toko sarana produksi pertanian α 23 9 582 Sigma 44 582 LR 22.187

Keterangan: **** nyata pada α = 1 persen *** nyata pada α = 5 persen ** nyata pada α = 10 persen * nyata pada α = 20 persen

Hasil pendugaan model efek inefisiensi teknis pada usahatani kentang

(Tabel 21) menunjukkan faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan

inefisiensi teknis di dalam proses produksi adalah variabel pendidikan (α = 10

persen, dengan tanda parameter positif tidak sesuai dengan harapan), pengalaman

usahatani (α = 5 persen, dengan tanda parameter negatif sesuai dengan harapan),

Page 133: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

111

dummi status kepemilikan lahan (α = 5 persen, dengan tanda parameter negatif

sesuai dengan harapan). Tanda parameter variabel umur positif (sesuai dengan

harapan) tetapi tidak berpengaruh secara nyata. Sedangkan variabel akses kredit

dari bank, toko, pedagang dan Credit Union bertanda positif (tidak sesuai dengan

harapan) dan tidak berpengaruh secara nyata.

Untuk usahatani tomat sumber akses kredit yang cocok adalah akses kredit

dari bank. Ini sesuai dengan hasil analisis R/C ratio dimana R/C ratio yang paling

tinggi adalah petani yang akses kreditnya dari bank. Usahatani kentang berbeda

dengan usahatani tomat. Pada awal persiapan lahan, bibit dan penanam usahatani

kentang dan tomat membutuhkan modal yang besar juga tetapi pada tahap

pemeliharaan kebutuhan modal usahatani kentang tidak sebesar usahatani tomat.

Selain itu untuk melakukan usahatani kentang memerlukan lahan yang luas. Hasil

studi dilapangan petani yang banyak melakukan usahatani kentang adalah petani

yang memiliki status lahan sendiri dan sumber modal adalah kredit dari bank.

Faktor umur disertakan kedalam model efek inefisiensi teknis dengan

dugaan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis petani. Umur nyata

terhadap inefsiensi teknis petani tomat (Tabel 20). Usia berpengaruh positif pada

itu sesuai dengan parameter dugaan. Semakin tua usia petani, semakin tidak

inefisien petani secara teknis. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, seiring

dengan peningkatan usia petani, kemampuan bekerja yang dimiliki, daya juang

dalam berusaha, keinginan untuk menanggung resiko, dan keinginan untuk

menerapkan inovasi-inovasi baru juga semakin berkurang, akibatnya berdampak

terhadap penurunan efisien kerja dari petani tersebut. Selain itu untuk usahatani

tomat, hasil wawancara dari lokasi penelitian usahatani ini termasuk ushatani

Page 134: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

112

yang membutuhkan perawatan dan tenaga kerja yang lebih, sehingga petani yang

melakukan usahatani tomat adalah petani yang termasuk muda.

Petani yang memiliki pengalaman usahatani yang lama pada umumnya

yang berusia sudah tua, itu disebabkan karena dalam berusaha tani kentang

memiliki banyak resiko. Erwidodo (1992) berpendapat, petani yang berusia tua

bisa jadi lebih baik dari petani yang muda, karena mereka memiliki pengalaman

yang lebih banyak dan keterampilan yang lebih baik, tetapi mereka lebih

tradisional dan lebih lemah dalam berusaha. Petani dapat menanam jenis sayuran

yang berbeda pada setiap musim tanam berdasarkan kemampuan modal dan

keterampilan yang dimiliki, sehingga usia petani tidak secara menyeluruh

menggambarkan pengalaman dan tingkat keterampilan petani tersebut dalam

menanam jenis sayuran tertentu.

Faktor pendidikan adalah lamanya pendidikan yang dihabiskan oleh

petani untuk menjalani masa pendidikan formalnya. Semakin lama pendidikan

formalnya diduga semakin mendorong petani untuk efisien dalam proses produksi

dan penggunaan alokasi faktor produksi. Lama pendidikan berpengaruh negatif

terhadap tingkat inefisiensi petani sayuran, tetapi dari hasil penelitian pendidikan

menambah inefisiensi usahatani kentang. Itu menunjukkan bahwa teknologi yang

digunakan petani didaerah penelitian tidak dipengaruhi tingkat pendidikan oleh

petani tersebut. Maka petani kentang di lokasi penelitian masih menggunakan cara

berusahatani tradisional dalam melakukan usahataninya.

Faktor kepemilikan lahan mempengaruhi inefisiensi usahatani kentang

dan tomat bertanda negatif. Karena jika status kepemilikan lahan adalah sewa

akan meningkatkan inefisiensi usaha tani. Sedangkan jika status kepemilikan

Page 135: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

113

lahan petani adalah milik sendiri maka usahatani akan mengurangi inefisien

karena tidak perlu membayar sewa.

Dummi kelompok usahatani dalam model dengan dugaan berhubungan

negatif dengan tingkay inefisiensi teknis petani tomat. Tetapi untuk usahatani

kentang tidak berpengaruh nyata. Pada usahatani tomat menunjukkan bahwa

partisipasi dalam kelompok tani akan meningkatkan efisiensi penggunaan

inputnya dengan asumsi petani yang aktif dalam kelompok taninya akan dapat: (1)

meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan non formal, (2) meningkatkan

kemampuan manejerialnya, dan (3) meningkatkan aksessibilitas terhadap

tehnologi dan inovasi baru.

Pada usahatani tomat seperti yang terlihat pada Tabel 20 sumber akses

kredit dari pedagang bertanda parameter negatif tanda parameter negatif sesuai

dengan harapan) tetapi tidak berpengaruh nyata, sedangkan sumber akses kredit

dari bank, Credit Union dan toko bertanda parameter positif (tidak sesusi dengan

harapan) dan tidak berpengaruh secara nyata.

Hasil analisis efek inefisiensi menunjukkan bahwa sumber akses kredit

dari pedagang, toko dan Credit Union tidak mempengaruhi efek inefisiensi tetapi

petani sangat memberikan respon positif terhadap akses kredit dari sumber-

sumber tersebut, karena selain agunan tidak ada dan mengaksesnya mudah, dalam

menjalankan usahatani ada hal berbagi resiko. Dimana jika gagal panen si pemilik

modal seperti pedagang dan toko kembali memberikan modal dengan

mempertimbangkan apa penyebab gagalnya panen. Jika masih layak untuk di beri

pinjaman modal maka akan diberikan kembali dan sistem pengembalian kredit

adalah sistem bayar panen. Selain itu petani tomat lebih menyukai sumber akses

Page 136: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

114

kredit dari toko dan pedagang karena modal untuk berusahatani tomat sangat

besar. Penggunaan input seperti pestisida dan pupuk di pakai sepanjang umur

produksi. Karena ke kontinuan dari pada faktor input itu membuat petani lebih

memilih mengakses kredit dari toko dan pedagang, itu disebabkan karena toko

dan pedagang mampu menyediakan modal untuk usahatani tomat.

7.4. Distribusi Pendapatan Usahatani Tomat dan Kentang

Pada Lampiran 11 dan Lampiran 12 disajikan data mengenai distribusi

pendapatan usahatani tomat dan kentang. Data pada Lampiran tersebut

menunjukkan bahwa perbedaan sumber kredit pada usahatani yang sama

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam distribusi usahatani. Pada 11

memperlihatkan bahwa produktivitas lahan dalam usahatani tomat lebih tinggi

jika mengkases kredit dari pedagang dibandingkan dari pada bank, credit union

dan toko. Sedangkan pada Lampiran 12 produktivitas usahatani kentang yang

lebih tinggi adalah pada petani yang mengakses kredit dari bank.

Secara absolut perbedaan akses mengakibatkan perbedaan output maupun

penggunaan input dari usahatani kentang dan tomat. Untuk usahatani kentang

biaya yang paling tinggi adalah biaya petani yang mengaskes kredit dari pedagang

(Rp 21 981 906,-/Ha). Karena petani yang mengakses kredit dari pedagang

kebanyakan adalah petani yang tidak memiliki lahan, sehingga petani harus

mengeluarkan sewa lahan untuk berusahatani. Sedangkan untuk usahatani tomat

biaya yang paling tinggi adalah biaya petani yang mengakses kredit pedagang dan

toko sarana produksi pertanian. Tingginya biaya itu karena penggunaan dari pada

pestisida dan pupuk kimia yang berlebih.

Page 137: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

115

Distribusi pendapatan pada usahatani tomat dengan sumber akses kredit

yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Relative share dari penggarap

adalah 60.69 persen (akses dari bank), 58.11 persen (akses dari pedagang), 60.26

persen (akses dari Credit Union) dan 56.67 persen (akses dari toko sarana

produksi pertanian). Relatif share untuk tenaga upahan adalah 6.09 persen (akses

dari bank), 3.72 persen (akses dari pedagang), 0.79 persen (akses dari Credit

Union) dan 2.04 persen (akses dari toko sarana produksi pertanian). Relatif share

untuk input langsung adalah 31.88 persen (akses dari bank), 32.67 persen (akses

dari pedagang), 27.82 persen (akses dari Credit Union) dan 49.57 persen (akses

dari toko sarana produksi pertanian). Dengan demikian dapat disimpulkan untuk

meningkatkan pendapatan petani, kebijakan dinas setempat dapat mengambil

solusi yang melibatkan pedagang, Credit Union dan toko. Hasil relatif share itu

dapat dilihat adanya peluang peningkatan pendapatan bagi penggarap, pengelola

faktor input dan tenaga upahan (buruh tani).

Distribusi pendapatan pada usahatani kentang dengan sumber akses kredit

yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Relatif share dari penggarap adalah

44.56 persen (akses dari bank), 32.11 persen (akses dari pedagang), 21.28 persen

(akses dari Credit Union) dan 18.03 persen (akses dari toko sarana produksi

pertanian). Relatif share untuk tenaga upahan adalah 9.32 persen (akses dari

bank), 18.14 persen (akses dari pedagang), 1.69 persen (akses dari Credit Union)

dan 9.84 persen (akses dari toko sarana produksi pertanian). Relatif share untuk

input langsung adalah 45.24 persen (akses dari bank), 51.26 persen (akses dari

pedagang), 53.95 persen (akses dari Credit Union) dan 23.99 persen (akses dari

toko sarana produksi pertanian). Dengan demikian dapat disimpulkan untuk

Page 138: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

116

meningkatkan pendapatan petani, kebijakan dinas setempat dapat mengambil

solusi yang melibatkan pedagang, Credit Union dan toko. Hasil relatif share itu

dapat dilihat adanya peluang peningkatan pendapatan bagi penggarap, pengelola

faktor input dan tenaga upahan (buruh tani).

Page 139: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

117

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat efisiensi teknis

usahatani tomat adalah luas lahan, jumlah benih, pestisida cair dan jumlah

tenaga kerja. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi

usahatani kentang adalah luas lahan, jumlah benih, pupuk kimia, pupuk

organik, pestisida padat, pestisida cair dan jumlah tenaga kerja.

2. Perbedaan akses kredit tidak memberikan perbedaan efisiensi teknis usahatani

tomat dan kentang. Petani tomat belum efisien secara teknis dalam melakukan

usahataninya (rata-rata efisiensi teknis 0.704), dengan demikian petani tomat

dalam jangka pendek dapat meningkatkan produksi usahataninya sebesar 30

persen dengan meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan akses kredit dari

Credit union atau toko sarana produksi pertanian). Sedangkan petani kentang

juga belum efisien secara teknis dalam melakukan usahataninya (rata-rata

efisiensi teknis 0.49), artinya petani kentang dalam jangka pendek dapat

meningkatkan produksinya sebesar 51 persen dengan meningkatkan

keterampilan, pengalaman, dan akses kredit ke bank atau Credit union.

3. Perbedaan akses kredit memberikan pengaruh yang berbeda bagi pendapatan

usahatani dan R/C atas biaya. Petani tomat yang pendapatannya dan R/C atas

biaya total yang lebih tinggi adalah petani yang mengakses kredit dari Credit

union (2.39) dan toko (2.21) karena petani memerlukan modal tunai sepanjang

berusahatani. Petani kentang yang pendapatan dan R/C atas biaya total yang

lebih tinggi adalah petani yang mangakses kredit dari bank (1.50) dan

pedagang (1.24).

Page 140: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

118

4. Perbedaan akses kredit memberikan pengaruh yang berbeda pada distribusi

pendapatan yang tidak hanya memberikan keuntungan untuk petani saja. Porsi

keuntungan yang paling besar dinikmati penggarap adalah yang akses

kreditnya dari bank (60.69 persen) dan Credit union (60.26 persen) untuk

usahatani tomat. Sedangkan usahatani kentang porsi keuntungan yang paling

besar dinikmati penggarap adalah yang akses kreditnya dari bank (44.56

persen) dan pedagang (32.11 persen).

5. Karakteristik kredit yang tepat bagi petani sayuran adalah kredit yang

persyaratan mudah, tepat waktu, tingkat suku bunga rendah, jumlahnya sesuai

dengan kebutuhan petani dan pengembalian modal adalah bayar panen. Akses

kredit dari lembaga keuangan informal dapat diperbaharui menjadi lembaga

keuangan yang ramah akan petani karena tidak selamanya lembaga keuangan

informal memeras petani karena antara petani dan kreditor besifat saling

menguntungkan dan membutuhkan.

8.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka

dikemukan saran-saran dan implikasi kebijakam sebagai berikut:

1. Efisiensi teknis usahatani sayuran dipengaruhi oleh umur, pendidikan,

pengalaman usahatani dan sumber akses kredit. Maka disarankan kepada

petani di daerah penelitian untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan yang dimiliki sehingga usahatani yang dijalankan dapat lebih

optimal.

2. Kredit yang meningkatkan pendapatan dan R/C ratio usahatani tomat adalah

kredit dari credit union, dan toko sarana produksi, sedangkan untuk usahatani

kentang bank dan pedagang. Maka disarankan bagi pemerintah setempat untuk

memberdayakan kredit yang ada agar petani sayuran dapat mengakses kredit

Page 141: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

119

dengan lebih mudah dengan bunga yang lebih rendah. Dan jika ada

penyaluran bantuan dapat dilakukan melalui kredit yang kebanyakan diakses

petani dan menguntungkan petani, tetapi perlu pengawasan pemerintah

setempat dari segi harga input dan output petani.

3. Diharapkan bagi pemerinah setempat, untuk mempertimbangkan kredit dari

Credit union dan toko untuk membantu petani. Dengan cara menyokong

sumber kredit tersebut dari segi pembiayaan, tetapi perlu juga pengawasan dan

kontrol dari pemerintah setempat.

Saran untuk penelitian lanjutan adalah mengkaji bagaimana pemasaran

dari sayuran tomat dan kentang. Dalam penelitian ini belum dibahas bagaimana

sistem pemasarannya. Karena dengan adanya perbedaan sumber kredit maka

penjualan hasil produk dan sistem pemasarannya akan berbeda.

Page 142: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

120

DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. 1993. Studi Tentang Prospek Perkreditan Koperasi. Tesis Magister

Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. . 1998. Beberapa Aspek dari Analisis Ekonomi Biaya-Biaya Transaksi.

Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bank Indonesia, 2002. Peraturan Kebijakan Perbankan. Bank Indonesia, Jakarta. Basit, A. 1997. Kelayakan Pemberian Kredit Usahatani Konservasi oleh Bank

Perkreditan Rakyat. Pusat Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2003a. Survei Pendapatan Petani Sensus Pertanian 2003.

Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan. http://sumut.bps.go.id [12 Februari 2010].

. 2003b. Statistik Sayur-Sayuran Sumatera Utara Tahun

2003. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan. http://sumut.bps.go.id [12 Februari 2010].

. 2004. Sumatera Utara dalam Angka 2004. Badan Pusat

Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan. . 2005. Simalungun dalam Angka 2005. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. . 2007. Simalungun dalam Angka 2007. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. . 2008a. Simalungun dalam Angka 2008. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. . 2008b. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Badan Pusat

Statistik Propinsi Sumatera Utara, Medan. . 2009. Simalungun dalam Angka 2009. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. . 2010a. Simalungun dalam Angka 2010. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. . 2010b. Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 1982 dan 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Page 143: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

121

Bishop, C.E. and W. D. Toussaint. 1985. Introduction to Agricultural Economic

Analysis. John Whisley and Sons, Inc., New York. Chen, A. Z., W. E. Huffman and S. Rozella. 2003. Technical Efficiency of

Chinese Grain Production: A Stochastic Production Frontier Approach. Paper Presented in American Agricultural Economics Assocition Annual Meeting, 27 – 30 July 2003, Montreal.

Coelli, T., D.S.P. Rao and G.E. Battese. 1998. An Introduction to Efficiency and

Productivity Analysis. Kluwer Academic Publisher, Boston. Daryanto, H. K. S. 2000. Analysis of the Technical Efficiencies of Rice

Production in West Java Province, Indonesia: A Stochastic Frontier Production Function Approach. Ph. D. Thesis. University of New England, Armidale.

, G. E. Battese and E. M. Fleming, 2001. Technical

Effisiencies of Rice Farmers Under Different Irrigation System and Cropping Season in West Java. Jurnal of Agricultural and Resource Sosio-Economics, 14(3): 59-90.

Debertin, D. L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing

Company, New York. Dinas Pertanian Simalungun. 2008. Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Simalungun, Pematang Raya.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan

Enam Pilar Pengembangan. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta. www.hortikultura.deptan.go.id [25 November 2009].

. 2010. Statistik Rumahtangga Petani. Direktorat

Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta. Ellis, F. 1992. Agricultural Policies in Developing Countries. Cambridge

University Press, Cambridge. Erwidodo. 1992. Stochastic Production Frontier and Panel Data. Measuring

Economic Efficiency on Rice Farm in West Java. Journal Agroekonomi, 11 (1): 19 – 36.

Farrell, M. J. 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of Royal

Statistic Society, Series A: 253-290. http://www.aae.wisc.edu. [12 Maret 2010].

Page 144: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

122

Hastuti, E. L. dan Supadi. 2001. Aksessibilitas Masyarakat terhadap Kelembagaan Pembiayaan Pertanian di Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

. 2004. Aksessibilitas terhadap Kelembagaan Pembiayaan Pertanian

di Pedesaan. Icaserd Working Paper No. 57. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

. 2006. Kajian Sistem Pembiayaan Mikro Pertanian. Pusat Analisis

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Hazarika, G. And J. Alwang. 2003. Access to Credit, Plot Size and Cost

Inefficiency Among, Smollholder Tobacco Cultivators in Malawi. Agricultural Economics, 29(1): 99-109.

Hutagaol, M. P. 1985. Analisis Manfaat Biaya Proyek Irigasi Pompa pada Sawah

Tadah Hujan dan Pengaruhnya terhadap Distribusi Pendapatan Usahatani. Tesis Magister Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jasila, I. 2009. Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan terhadap Efisiensi Usahatani

Tebu di Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Tesis Magister Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi: Pedoman dan Contoh

Melakukan Penelitian di Bidang Sistem Tehnologi Informasi. C.V. Andi Offset, Yogyakarta.

Jondrow, J., C. K. Lovell, I. S. Materov and P. Schmidt. 1982. On Estimation of

Technical Inefficiency in the Stochastic Frontier Production Function Model. Journal of Econometrics, 19 (2-3) : 233-238.

Johnson, B. F. and J.W. Mellor. 1961. The Role of Agriculture in Economics

Development. American Economic Review, 51 (4): 566-593. King, R. A. 1980. The Frontier Production Function: A Tool for Improved

Decision Making. Journal of North-eastern Agricultural Economic Council 9(1980):1-10.

Kopp, R. J. and W. E. Diewert. 1982. The Decomposition of Frontier Cost

Function Deviations into Measure of Technical and Allocative Efficiency. Journal of Econometrics, 54(5): 1243 – 1248.

Lau, L. J. And P. A. Yotopoulus. 1971. A Test for Relative Efficiency and

Application to Indian Agriculture. American Economic Review, 61 (1): 94 – 109. http://fullgene.com [30 Januari 2010].

Page 145: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

123

Lensink, R., N. V. Ngan dan L. K. Ninh. 2008. Determinants of Farming

Households’ Access to Formal Credit in the Mekong Delta, Vietnam. Final Report for NPT-Part B4-Paper9. http://www.rug.nl [12 Januari 2011].

Mayrowani , H. S, K, Dermoredjo, Wahida, B. Prasetyo, dan D. K, Swastika.

1998. Kajian Ketersediaan dan Pemanfaatan Skim Kredit untuk menunjang agribisnis di Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Mohamed, K. 2003. Access to Formal and Quasi-Formal Credit by Smallholder

Farmers and Artisanal Fishermen: A Case of Zanzibar. Research Report No.03.6. Ministry of Agriculture, Natural Resources, Environment and Cooperation, Zanzibar, Tanzania. http://www.repoa.or.tz [30 Agustus 2010].

Mosher, A. T. 1966. Getting Agriculture Moving: Essentials for Development

modernization. Frederick A. Praeger Inc., New York. Mubiyarto. 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan

dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. PT. Repro International, Jakarta. Nizar, R. 2004. Analisis Permintaan dan Pengembalian Kredit Usahatani oleh

Rumahtangga Petani Padi di Sumatera Barat. Tesis Magister Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nugroho, T. W. 2006. Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian terhadap

Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nurmanaf, R., E. L. Hastuti, Ashari, S. Friyatno dan W. Budi. 2006. Analisis

Sistem Pembiayaan Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Perdesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Ogundari, K. and S. O. Ojo. 2006. An Examination of Technical, Economic and

Allocative Efficiency of Small Farmer: The Case Study of Cassava Farmers in Osu State Nigeria. Journal of Central European Agriculture, 7 (3): 423 – 432.

Pemerintah Popinsi Sumatera Utara. 2005. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Propinsi Sumatera Utara. Tahun 2006-2010. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan.

Pusat Pembiayaan Pertanian. 2009. Laporan Realisasi Penyaluran Kredit Program

2008 Pusat Pembiayaan Pertanian, Jakarta.

Page 146: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

124

Saptana, E. L. Hastuti, K. S. Indraningsih, Ashari, S. Priyatno, Sunarsih dan V. Darwis. 2006. Pengembangan Kelembangaan Kemitraan Usahatani Hortikultura di Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertananian, Bogor.

Sariwulan, R. T. 2000. Perkreditan Perdesaan dan Dampaknya terhadap

Kesejahteraan Masyarakat Kecil: Studi Kasus Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Simatupang, P. and M. Rachmat. 1989. Expenditure Constraint of Javanese Rice

Farming in Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

. 1996. Konsep dan Pengukuran Produktifitas Total Faktor

Produksi. Makalah Seminar Nasional ”Peningkatan Produktifitas Pertanian”, 6 – 7 Agustus 1996, Jakarta.

. 2000. Kelayakan Pertanian sebagai Sektor Andalan Pembagunan

Ekonomi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departement Pertanian, Bogor.

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. CV.

Rajawali, Jakarta. Sumaryanto. 2001. Estimasi Tingkat Efisiensi Usahatani Padi dengan Fungsi

Produksi Frontier Stochastic. Jurnal Agroekonomi, 19 (1): 65-84. Supadi dan Sumedi. 2004. Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian. Icaserd

Working Paper No. 25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Supriatna, A. 2008. Aksesibilitas Petani Kecil pada Sumber Kredit Pertanian di

Tingkat Desa: Studi Kasus Petani Padi di Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor, Bogor. http://ejournal.unud.ac.id [1 April 2010].

Susilowati, S. H. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri

terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia. Disertasi Doktor. Program Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suyatno, T., Chalik, H.A. Sukada, M. Ananda, dan Marala, D.,T. 2007. Dasar-

dasar Perkreditan. Edisi Keempat. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syukur, M., Sumaryanto, C. Muslim dan C. A. Rasahan. 1990. Pola Pelayanan

Kredit untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Pedesaan Jawa Barat. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Page 147: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

125

Taylor, T. G., H. E. Drummond, and A. T. Gomes. 1986. Agricultural Credit

Program and Production Efficiency: Analysis of Traditional Farming in Southeastern Minas Gerais, Brazil. American Journal of Agricultural Economics, 68 (1): 100 – 117.

Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1 Edisi

Keenam. Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Wagistina, S. 2002. Analisis Keragaan Lembaga Keuangan Syariah terhadap

Kinerja Perekonomian Pedesaan: Studi Kasus di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 148: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

126

LAMPIRAN

Page 149: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

127

Lampiran 1. Konsumsi Perkapita Sayuran di Indonesia Periode 2003-2008 (Kg/Th)

NO KOMODITAS KONSUMSI PERKAPITA

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Bawang Merah 2.22 2.19 2.21 2.08 3.01 2.74

2 Bawang Putih 1.13 1.15 1.21 1.09 1.51 1.71

3 Kentang 1.61 1.82 1.92 1.66 2.08 2.03

4 Kol/Kubis 1.87 2.03 2.03 1.82 1.87 1.92

5 Petsai/Sawi 0.47 0.47 0.78 0.47 0.73 0.88

6 Wortel 0.62 0.73 1.09 0.94 1.14 1.14

7 Cabe Besar 1.35 1.36 1.51 1.38 1.47 1.54

8 Cabe Rawit 1.20 1.14 1.16 1.16 1.51 1.44

9 Cabe Hijau 0.23 0.24 0.24 0.23 0.3 0.27

10 Tomat 1.52 1.52 1.34 1.17 2.09 2.23

11 Terung 2.86 2.55 2.55 2.65 3.48 2.92

12 Buncis 0.99 0.94 0.94 0.94 0.88 0.94

13 Ketimun 2.18 1.92 1.92 1.98 2.08 2.08

14 Labu Siam 0.73 0.83 0.94 1.09 1.46 1.46

15 Kangkung 5.04 4.52 4.94 4.99 4.94 4.78

16 Bayam 4.78 4.42 4.78 4.37 4.47 0.94

17 Kacang Panjang 3.74 3.43 3.69 4.00 3.8 3.8

18 Kacang Merah - - - - - -

19 Jamur 0.04 0.05 0.05 0.04 0.07 0.06

20 Sayuran lainnya 1.92 2.18 2.03 1.72 2.5 2.76

Total Sayuran 34.52 33.49 35.33 33.78 39.39 35.64

Sumber : Susenus BPS dalam Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010.

Page 150: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

128

Lampiran 2. Konsumsi Perkapita Buah-buahan di Indonesia Periode 2003-2008

(Kg/Th)

No KOMODITAS KONSUMSI PERKAPITA

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Alpukat 0.21 0.21 0.1 0.36 0.78 0.52

2 Belimbing 0.05 0.05 0.05 0.05 0.1 0.05

3 Duku 0.73 0.62 0.1 0.52 4.42 0.94

4 Durian 1.56 0.94 0.21 0.78 1.92 1.61

5 Jambu 0.21 0.16 0.21 0.21 0.42 0.47

6 Jeruk 2.44 2.7 6.14 3.07 3.85 3.59

7 Mangga 3.12 1.04 0.26 0.16 0.36 0.26

8 Nangka/Cempedak 0.68 0.52 0.26 0.31 0.21 0.16

9 Nenas 0.47 0.52 0.47 0.42 0.31 0.31

10 Pepaya 2.44 2.34 3.28 2.03 1.61 1.98

11 Pisang 7.96 7.59 8.89 7.54 7.8 8.37

12 Rambutan 5.72 6.66 0.26 5.1 5.98 8.74

13 Salak 1.04 1.61 1.04 1.09 1.09 1.61

14 Sawo 0.1 0.1 0.16 0.1 0.1 0.16

15 Melon 0.47 0.26 0.47 0.16 0.36 0.16

16 Semangka 1.09 0.78 1.87 0.68 1.4 0.83

17 Kedondong 0.05 0.1 0.05 0.1 0.21 0.21

18 Apel 0.52 0.52 0.78 0.52 1.14 1.04

19 Tomat Buah 0.16 0.16 0.21 0.1 0.31 0.31

20 Buah lainnya 0.42 0.31 0.36 0.26 1.66 0.62

Total Buah-Buahan 29.44 27.19 25.17 23.56 34.06 31.92

Sumber : Susenus BPS dalam Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010

Page 151: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

127

Lampiran 3. Metode Perhitungan “Factor Share dan Earner Share” Output Share Value Added Share

Absolut Share (Kg) Relative Share (%) Relative Share (%)

A. Factor Share 1. Input langsung (TC) 2. Tenaga kerja penanaman (T1)

a. Dalam keluarga (T1a) b. Luar keluarga (T1b)

3. Tenaga kerja pemeliharaan (T2) a. Dalam keluarga (T2a) b. Luar keluarga (T2b)

4. Tenaga kerja panen (T3) a. Dalam keluarga (T3a) b. Luar keluarga (T3b)

5. Lahan (TL) 6. Manajemen (R)

Total output

TC T1 T1a T1b T2

T2a T2b T3 T3a T3b TL R Q

TC/Q x 100 T1/Q x 100 T1a/Q x 100 T1b/Q x 100 T2/Q x 100

T2a/Q x 100 T2b/Q x 100 T3/Q x 100 T3a/Q x 100 T3b/Q x 100 TL/Q x 100 R/Q x 100 Q/Q x 100

-

T1/V x 100 T1a/V x 100 T1b/V x 100 T2/V x 100

T2a/V x 100 T2b/V x 100 T3/V x 100 T3a/V x 100 T3b/V x 100 TL/V x 100 R/V x 100

- B. Earner Share 1. Input langsung (TC) 2. Tenaga kerja upahan 3. Pemilik lahan 4. Penggarap

Total ouput

TC

(T1a + T2a) TL

(Q-TC-T1a-T2a-TL) Q

TC/Q x 100

(T1a + T2a)/Q x 100 TL/Q x 100

(Q-TC-T1a-T2a-TL)/Q x 100 Q/Q x 100

TC/V x 100

(T1a + T2a)/V x 100 TL/V x 100

(Q-TC-T1a-T2a-TL)/V x 100 -

Total value added (Q-TC)=V V/V x 100

Sumber: Hutagaol (1985)

129

Page 152: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

130

Lampiran 4. Luas Cakupan Wilayah berdasarkan Ketinggian Tempat dari Permukaan Laut di Kabupaten Simalungun

No

Kecamatan

Luas wilayah berdasarkan ketinggian tempat Luas

(hektar)

0-500 mdpl 500–1,000 mdpl

1,000 mdpl

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Silimakuta Purba H.Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pem. Sidamanik Gs. Bolon Tanah Jawa Hatonduan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Pan. Panei Raya Dolok Silau Silau Kahean Raya Kahean Tapian Dolog Dlk. Batu Nanggar Siantar Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja JM. Bah Jambi Pem. Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Masilam Bosar Maligas Ujung Padang Pem. Silimakuta

- - - - - - - 21 395 7 120

15 613 17 372 1 980

825 350

2 000 2 050 4 360

21 475 19 650 12 610 11 690 6 846

10 897 5 852

10 918 9 772 9 500

10 235 29 440 22 350 -

350 1 045

355 1 025 6 975 3 600 1 150

- 11 480

- - 10 260 7 200 6 880 6 085

22 880 9 340

575 2 625

- -

1 065 - - - - - - - - -

7 400 16 155 3 095 8 920 1 381 8 919

11 150 -

8 980 - -

3 190 1 200

- 135

8 630 15 145

- 350

- - - - - - - - - - -

6 820

7 750 17 200 3 450 9 945 8 356

12 519 12 300 21 395 27 580 15 613 7 372

15 430 9 225 7 230 8 220

33 560 28 845 22 050 22625

12 610 11 690 7 911

10 897 5 852

10 918 9 772 9 500

10 235 29 440 22 350 6 820

Jumlah 244 300 92 890 101 470 438 660 Sumber: Laporan Tahunan Pemerintah Kabupaten Simalungun, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2008.

Page 153: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

131

Lampiran 5. Data Petani Contoh Petani Tomat di Kabupaten Simalungun

Obsv Produksi (Y2)

Luas Lahan (X12)

Benih (X22)

Jumlah pupuk kimia (X32)

Jumlah pupuk organik (X42)

Jumlah Pestisida cair (X52)

1 1 500 0.04 0.91 146.49 50 1.00 2 1 500 0.08 0.74 152.00 50 0.50 3 2 500 0.08 0.91 191.00 100 1.00 4 1 500 0.08 0.63 200.00 50 2.00 5 6 160 0.08 1.49 480.91 100 9.09 6 2 500 0.08 1.43 111.43 0 1.26 7 2 600 0.08 1.71 244.57 25 1.53 8 3 750 0.10 0.74 90.91 25 3.57 9 6 500 0.12 2.86 265.97 150 1.57 10 7 100 0.12 2.51 273.26 200 4.03 11 4 500 0.12 1.43 198.33 150 1.00 12 12 000 0.12 2.29 486.32 0 14.00 13 8 000 0.12 0.74 113.00 0 1.00 14 3 500 0.12 0.86 17.33 50 2.20 15 6 000 0.12 1.76 146.43 150 13.16 16 3 000 0.16 1.26 204.55 200 1.00 17 9 000 0.16 2.06 352.22 200 2.96 18 5 000 0.16 1.26 199.14 100 1.00 19 5 000 0.16 1.26 444.00 200 7.16 20 9 900 0.16 2.06 61.67 110 16.85 21 4 000 0.16 1.26 50.00 50 0.50 22 4 000 0.16 1.26 250.00 100 3.20 23 12 000 0.20 3.43 366.28 400 19.29 24 12 000 0.20 2.97 365.00 100 12.57 25 8 000 0.20 0.74 134.38 150 6.95 26 12 000 0.20 4.29 326.04 75 3.63 27 12 000 0.20 0.43 343.00 75 3.89 28 7 500 0.20 10.00 98.67 500 1.00 29 6 750 0.20 2.23 128.85 100 2.79 30 7 500 0.20 1.49 285.71 60 6.67

Page 154: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

132

Lampiran 5. Lanjutan

Obsv Produksi (Y2)

Luas Lahan (X12)

Benih (X22)

Jumlah pupuk kimia (X32)

Jumlah pupuk organik (X42)

Jumlah Pestisida cair (X52)

31 18 000 0.24 4.29 546.51 400 4.09 32 10 000 0.24 2.57 126.92 300 29.57 33 7 000 0.24 3.09 148.49 500 12.49 34 6 000 0.24 1.37 276.98 250 4.56 35 20 000 0.24 5.14 1006.67 500 14.67 36 16 000 0.24 1.49 1209.60 300 13.19 37 8 400 0.24 0.69 510.00 200 15.38 38 10 500 0.28 2.14 194.29 0 4.93 39 10 000 0.28 2.51 425.22 305 2.05 40 18 000 0.28 2.74 645.00 600 15.61 41 18 000 0.30 3.43 322.58 225 4.99 42 15 000 0.32 3.77 77.23 150 4.90 43 10 000 0.32 3.43 372.68 400 6.94 44 18 000 0.32 3.94 83.88 200 18.53 45 9 000 0.36 2.57 0.00 180 0.50 46 4 000 0.36 1.29 192.74 60 1.33 47 31 500 0.40 11.89 975.92 600 9.83 48 15 000 0.40 5.71 575.83 500 10.12 49 10 000 0.40 5.71 490.00 500 1.00 50 7 500 0.40 2.51 575.83 500 4.00 51 15 000 0.40 2.60 386.84 300 69.03 52 24 000 0.40 4.57 430.11 300 10.23 53 15 000 0.40 4.80 307.40 100 12.66 54 30 000 0.48 2.29 556.80 500 12.00 55 10 500 0.52 7.14 722.73 550 10.53 56 24 500 0.56 7.14 633.33 500 14.83 57 40 000 0.60 8.57 1864.00 1 000 32.33 58 20 000 0.60 8.00 1552.50 250 6.55 59 28 000 0.64 3.43 938.83 800 19.01 60 19 000 0.72 4.57 1401.79 0 10.00 61 30 000 0.80 9.20 2674.29 1 500 100.00 62 56 000 1.00 6.86 1757.78 2 800 112.63 63 42 000 1.00 13.14 3476.10 1 600 203.14 64 40 000 1.28 8.57 1864.00 1 000 25.53 65 75 000 2.00 10.97 3512.00 2 000 29.87

Page 155: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

133

Lampiran 5. Lanjutan

Obsv

Jumlah pestisida padat (X62)

Jumlah tenaga kerja (X72)

Umur petani (Z12)

Pendidikan formal petani (Z22)

Pengalaman petani (Z32)

1 3.25 13 28 12 2 2 3.92 23 42 12 1 3 4.58 20 36 12 1 4 7.00 22 42 12 1 5 20.50 49 35 6 3 6 4.43 22 29 17 2 7 6.08 40 47 12 3 8 10.77 35 45 12 5 9 30.78 83 32 12 4 10 12.92 63 32 12 4 11 12.24 42 29 9 2 12 16.83 67 36 9 22 13 3.67 97 35 12 1 14 5.00 34 42 12 15 15 13.12 39 46 12 2 16 4.53 41 39 12 8 17 39.33 110 30 12 2 18 9.00 24 37 12 1 19 20.00 68 46 12 19 20 20.00 87 43 9 20 21 4.40 37 34 12 3 22 6.60 29 38 12 2 23 102.20 70 35 12 2 24 8.23 100 31 12 5 25 15.90 61 42 12 7 26 6.05 59 38 12 7 27 6.65 42 40 9 6 28 68.41 31 42 12 5 29 15.67 71 40 9 6 30 18.18 66 49 12 10

Page 156: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

134

Lampiran 5. Lanjutan

Obsv

Jumlah pestisida padat (X62)

Jumlah tenaga kerja (X72)

Umur petani (Z12)

Pendidikan formal petani (Z22)

Pengalaman petani (Z32)

31 22.40 107 27 16 2 32 15.08 84 30 6 3 33 29.25 11 43 9 3 34 20.40 56 42 12 3 35 64.00 108 25 12 1 36 4.90 98 42 12 10 37 28.91 47 40 17 10 38 17.86 63 29 17 2 39 14.75 84 21 12 1 40 41.55 101 33 12 8 41 27.12 98 48 9 10 42 85.60 74 49 9 10 43 17.75 75 32 12 4 44 38.85 127 52 9 10 45 120.00 96 31 12 5 46 59.64 50 36 12 2 47 169.01 337 48 12 6 48 20.67 107 42 12 5 49 13.00 115 38 12 4 50 22.86 106 39 12 2 51 30.02 240 42 12 10 52 72.34 177 41 12 10 53 34.64 99 55 6 10 54 15.35 146 38 12 6 55 25.35 107 48 12 10 56 50.00 163 27 9 5 57 174.55 287 46 9 4 58 121.00 143 37 17 10 59 30.60 159 34 17 2 60 30.50 247 33 12 6 61 400.00 357 35 12 1 62 224.77 452 35 12 5 63 440.00 522 32 9 10 64 128.00 343 39 12 5 65 142.36 682 49 12 5

Page 157: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

135

Lampiran 5. Lanjutan

Obsv

Dummy kepemilikan lahan petani (Z42)

Dummy kelompok tani petani (Z52)

Dummy akses petani pada Bank (Z62)

Dummy akses petani pada pedagang (Z72)

Dummy akses petani pada Credit Union (Z82)

Dummy akses petani pada saprotan(Z92)

1 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 0 3 1 0 0 0 1 0 4 1 0 0 0 1 0 5 1 1 0 0 1 0 6 1 0 0 0 0 1 7 1 0 0 0 0 1 8 1 0 0 0 0 1 9 1 1 1 0 0 0 10 1 0 1 0 0 0 11 0 0 0 1 0 0 12 0 1 0 1 0 0 13 1 1 0 0 1 0 14 1 1 0 0 1 0 15 0 1 0 0 0 1 16 1 0 1 0 0 0 17 0 0 0 1 0 0 18 1 0 0 1 0 0 19 1 0 0 0 1 0 20 1 0 0 0 1 0 21 1 0 0 0 0 1 22 1 0 0 0 0 1 23 0 0 0 1 0 0 24 1 0 0 1 0 0 25 1 1 0 1 0 0 26 1 1 0 0 1 0 27 1 1 0 0 1 0 28 1 0 0 0 0 1 29 1 1 0 0 0 1 30 1 1 0 0 0 1

Page 158: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

136

Lampiran 5. Lanjutan

Obsv

Dummy kepemilikan lahan petani (Z42)

Dummy kelompok tani petani (Z52)

Dummy akses petani pada Bank (Z62)

Dummy akses petani pada pedagang (Z72)

Dummy akses petani pada Credit Union (Z82)

Dummy akses petani pada saprotan(Z92)

31 1 0 1 0 0 0 32 0 0 0 1 0 0 33 1 0 0 1 0 0 34 1 1 0 0 1 0 35 1 0 0 0 0 1 36 1 1 0 0 0 1 37 1 1 0 0 0 1 38 1 0 1 0 0 0 39 1 0 1 0 0 0 40 1 0 0 0 0 1 41 0 1 0 1 0 0 42 1 1 0 1 0 0 43 1 1 0 1 0 0 44 1 1 0 0 0 1 45 1 0 1 0 0 0 46 1 0 0 0 0 1 47 1 0 1 0 0 0 48 1 0 1 0 0 0 49 1 0 1 0 0 0 50 1 0 1 0 0 0 51 1 0 1 0 0 0 52 0 1 0 1 0 0 53 1 1 0 0 0 1 54 1 1 1 0 0 0 55 1 0 1 0 0 0 56 0 0 0 1 0 0 57 1 0 0 0 0 1 58 1 0 0 0 0 1 59 1 0 1 0 0 0 60 0 0 0 1 0 0 61 0 0 0 1 0 0 62 1 0 1 0 0 0 63 0 0 0 1 0 0 64 1 0 1 0 0 0 65 1 0 1 0 0 0

Page 159: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

137

Lampiran 6. Data Petani Contoh Petani Kentang di Kabupaten Simalungun

Obsv Produksi (Y1)

Luas Lahan (X11)

Benih (X21)

Jumlah pupuk kimia (X31)

Jumlah pupuk organik (X41)

Jumlah Pestisida cair (X51)

1 6 000 0.20 68.75 227.32 300 3.12 2 600 0.04 25.00 86.67 20 0.78 3 700 0.04 50.00 260.31 30 1.81 4 1 800 0.08 75.00 93.11 10 3.33 5 1 200 0.08 30.00 154.72 40 0.50 6 1 000 0.08 50.00 233.33 50 2.00 7 1 200 0.08 50.00 118.75 40 1.00 8 1 000 0.08 30.00 214.62 50 0.20 9 1 000 0.08 62.50 41.52 30 2.00 10 1 000 0.08 62.50 41.52 30 2.00 11 800 0.08 62.50 193.00 50 2.00 12 1 500 0.12 75.00 249.47 60 2.00 13 1 000 0.12 75.00 91.82 20 3.28 14 2 000 0.16 125.00 344.55 100 1.00 15 2 400 0.16 50.00 268.18 80 2.00 16 1 200 0.16 90.00 135.00 50 0.20 17 1 700 0.16 150.00 209.72 30 0.50 18 1200 0.16 75.00 232.22 50 0.00 19 2 500 0.20 125.00 352.22 100 2.70 20 3 500 0.20 112.50 438.33 150 3.88 21 2 500 0.20 125.00 338.75 100 1.00 22 2 500 0.20 187.50 151.33 140 2.00 23 2 500 0.20 75.00 362.00 100 2.00 24 2 500 0.20 93.75 435.00 100 1.00 25 3 000 0.20 131.25 380.00 50 1.00 26 4 800 0.24 300.00 575.00 120 5.56 27 2 000 0.24 150.00 200.00 110 2.53 28 3 500 0.28 281.25 308.75 175 6.73 29 3 200 0.30 300.00 243.64 50 0.25 30 10 000 0.32 1 000.00 882.85 200 14.00

Page 160: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

138

Lampiran 6. Lanjutan

Obsv Produksi (Y1)

Luas Lahan (X11)

Benih (X21)

Jumlah pupuk kimia (X31)

Jumlah pupuk organik (X41)

Jumlah Pestisida cair (X51)

31 2 500 0.32 250.00 300.00 200 2.69 32 7 500 0.32 218.75 1 053.33 100 12.29 33 7 500 0.32 350.00 171.17 150 0.60 34 8 000 0.40 687.50 944.64 100 3.80 35 8 000 0.40 187.50 731.82 180 2.78 36 5 000 0.40 250.00 1 228.00 200 10.93 37 3 000 0.40 312.50 505.26 100 0.50 38 4 900 0.40 240.00 360.19 116 2.00 39 5 000 0.40 550.00 754.76 150 19.65 40 4 000 0.40 125.00 320.00 100 2.40 41 7 500 0.48 975.00 750.00 100 1.73 42 10 800 0.48 250.00 940.00 200 6.24 43 6 500 0.48 781.25 750.00 100 2.00 44 3 900 0.50 487.50 482.73 200 3.00 45 7 800 0.60 237.50 798.26 250 8.20 46 10 500 0.60 375.00 974.00 250 7.47 47 9 200 0.60 375.00 1 276.00 300 3.40 48 5 000 0.60 375.00 605.00 150 6.69 49 11 100 0.60 437.50 1 330.75 500 6.33 50 11 000 0.68 625.00 1 018.42 200 20.00 51 18 000 0.72 600.00 1 323.86 360 4.54 52 10 000 0.72 625.00 897.50 200 1.00 53 12 000 0.80 350.00 1 744.00 400 8.00 54 10 000 0.80 412.50 330.00 950 3.13 55 15 000 1.00 500.00 1 362.50 1 000 4.22 56 15 000 1.00 400.00 280.00 1 000 2.00 57 20 000 1.00 600.00 1 053.33 750 2.50 58 18 000 1.20 937.50 1 373.33 1 500 35.05 59 35 000 2.00 1 500.00 3 220.00 1 500 68.42 60 30 000 2.00 1 562.50 2 148.57 1 700 78.57

Page 161: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

139

Lampiran 6. Lanjutan

Obsv Jumlah pestisida padat (X61)

Jumlah tenaga kerja (X71)

Umur (Z11)

Pendidikan formal (Z21)

Pengalaman usahatani(Z31)

1 4.29 63 50 9 20 2 4.09 11 29 17 2 3 2.00 12 29 18 0.5 4 13.69 28 40 6 10 5 5.00 19 27 9 5 6 3.67 24 42 12 5 7 4.33 22 35 12 5 8 8.08 25 46 12 19 9 11.12 17 30 12 5 10 11.12 18 54 6 20 11 0.50 22 28 12 1 12 5.62 28 34 12 1 13 4.76 19 37 12 6 14 9.67 47 37 12 1 15 9.50 43 29 9 2 16 2.00 15 60 9 15 17 6.27 17 36 12 2 18 0.00 20 33 6 8 19 12.91 43 39 12 7 20 12.64 49 29 6 7 21 6.33 53 45 12 10 22 13.82 50 38 12 3 23 11.91 53 42 12 3 24 10.00 43 38 12 2 25 3.25 55 31 12 5 26 24.55 65 34 17 2 27 5.50 62 40 12 0 28 12.23 61 38 9 10 29 15.00 32 31 12 5 30 30.33 92 32 12 4

Page 162: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

140

Lampiran 6. Lanjutan

Obsv

Jumlah pestisida padat (X61)

Jumlah tenaga kerja (X71)

Umur kentang (Z11)

Pendidikan formal (Z21)

Pengalaman (Z31)

31 10.00 61 41 12 5 32 3.00 81 50 12 25 33 15.82 135 52 9 5 34 13.05 95 38 12 6 35 11.47 107 21 12 0 36 62.18 78 36 12 0 37 20.00 60 45 12 22 38 10.00 35 31 12 6 39 50.00 55 37 17 5 40 15.36 74 38 6 5 41 10.00 80 26 12 1 42 26.15 139 48 12 5 43 10.00 44 43 12 4 44 13.25 67 46 12 5 45 27.06 160 29 17 2 46 23.54 124 49 12 5 47 53.18 162 39 12 5 48 28.80 69 40 9 3 49 43.91 55 33 12 8 50 46.00 59 33 12 6 51 40.00 56 48 6 12 52 27.00 127 45 12 10 53 7.80 113 42 12 5 54 26.05 180 49 12 8 55 39.42 283 33 12 6 56 42.70 207 42 12 10 57 32.21 90 56 12 13 58 80.00 76 35 12 10 59 90.77 306 35 12 5 60 160.00 53 32 9 1

Page 163: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

141

Lampiran 6. Lanjutan

Obsv

Dummy kepemilikan lahan (Z41)

Dummy kelompok tani (Z51)

Dummy akses pada Bank (Z61)

Dummy akses pada pedagang (Z71)

Dummy akses pada Credit Union (Z81)

Dummy akses pada saprotan(Z91)

1 1 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 3 1 0 0 0 0 1 4 1 0 1 0 0 0 5 0 0 0 1 0 0 6 1 0 0 0 1 0 7 1 1 0 0 1 0 8 1 0 0 0 1 0 9 1 1 0 0 1 0 10 1 1 0 0 1 0 11 1 0 0 0 0 1 12 1 0 0 0 0 1 13 1 1 0 0 0 1 14 1 0 0 1 0 0 15 0 0 0 1 0 0 16 1 1 0 0 1 0 17 1 0 0 0 0 1 18 1 1 0 0 0 1 19 1 0 1 0 0 0 20 1 1 1 0 0 0 21 1 0 0 1 0 0 22 0 1 0 1 0 0 23 1 1 0 0 1 0 24 1 0 0 0 0 1 25 1 1 0 0 0 1 26 1 0 1 0 0 0 27 1 1 0 0 1 0 28 1 1 0 0 1 0 29 1 0 1 0 0 0 30 1 1 0 1 0 0

Page 164: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

142

Lampiran 6. Lanjutan

Obsv

Dummy kepemilikan lahan (Z41)

Dummy kelompok tani (Z51)

Dummy akses pada Bank (Z61)

Dummy akses pada pedagang (Z71)

Dummy akses pada Credit Union (Z81)

Dummy akses pada saprotan(Z91)

31 1 1 0 0 1 0 32 1 1 0 0 1 0 33 1 1 0 0 0 1 34 1 1 1 0 0 0 35 1 0 1 0 0 0 36 1 0 1 0 0 0 37 0 1 0 1 0 0 38 1 1 0 1 0 0 39 1 0 0 0 0 1 40 1 1 0 0 0 1 41 1 0 1 0 0 0 42 1 0 1 0 0 0 43 1 1 0 1 0 0 44 0 1 0 0 0 1 45 1 0 1 0 0 0 46 1 0 1 0 0 0 47 1 0 1 0 0 0 48 1 1 0 0 0 1 49 1 0 0 0 0 1 50 0 0 0 1 0 0 51 1 0 0 1 0 0 52 1 1 0 0 1 0 53 1 0 1 0 0 0 54 1 0 1 0 0 0 55 1 0 1 0 0 0 56 1 0 1 0 0 0 57 1 1 0 1 0 0 58 0 0 0 1 0 0 59 1 0 1 0 0 0 60 0 0 0 1 0 0

Page 165: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

130

Lampiran 7. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tomat di Daerah Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Produksi (Kg) 41,888 46,380 43,610 42,192 Penerimaan 111,165,700.04 108,664,737.65 111,543,939.39 110,247,493.73 Pengeluaran A. Biaya Tunai1. Benih 2,024,339.01 3.96 1,944,995.59 3.98 1,757,575.76 3.76 2,434,414.16 4.88 2. Pupuk (Kg) 15,030,099.52 29.40 13,056,330.48 26.69 13,491,628.79 28.87 15,287,676.35 30.67

3. Pestisida Cair (liter) 2,607,012.73 5.10 3,931,507.77 8.04 2,161,287.88 4.62 2,756,805.03 5.53

4. Pestisida Padat (Kg) 6,916,520.46 13.53 9,036,800.60 18.47 5,099,621.21 10.91 8,263,848.81 16.58 5. Ajir, Tali dan Mulsa 8,859,394.32 17.33 6,678,666.01 13.65 8,518,750.00 - 7,486,474.52 15.02 6. Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) 6,725,071.64 13.16 4,125,200.62 8.43 636,363.64 1.36 1,495,258.98 3.00 7. Sewa, Mesin dan Biaya Lainnya 738,888.89 1.45 477,777.78 0.98 1,113,636.36 2.38 717,731.83 1.44 Total Biaya Tunai 42,901,326.58 83.92 39,251,278.84 80.24 32,778,863.64 70.14 38,442,209.69 77.12

B. Biaya Di Perhitungkan - - -

1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HOK) 7,636,848.16 14.94 9,156,192.13 18.72 13,314,015.15 28.49 10,868,013.78 21.80 2. Sewa Lahan 583,333.33 1.14 510,339.51 1.04 638,636.36 1.37 536,842.11 1.08 Total Biaya Di Perhitungkan 8,220,181.50 16.08 9,666,531.64 19.76 13,952,651.52 29.86 11,404,855.89 22.88 C. Biaya Total 51,121,508.08 100.00 48,917,810.47 100.00 46,731,515.15 100.00 49,847,065.58 100.00 D. Pendapatan Atas Biaya Tunai 68,264,373.46 69,413,458.82 78,765,075.76 71,805,284.04 E. Pendapatan Atas Biaya Total 60,044,191.96 59,746,927.18 64,812,424.24 60,400,428.15 F. R/C Atas Biaya Tunai 2.59 2.77 3.40 2.87 G. R/C Atas Biaya Total 2.17 2.22 2.39 2.21

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank

Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Petani Yang Akses Kredit Dari CU Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

143

Page 166: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

131

Lampiran 8. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang di Daerah Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Jumlah Fisik

Nilai Rupiah Persentase

Produksi (Kg) 17,086 15,944 12,581 12,864 Penerimaan 48,044,298.25 42,883,298.32 37,010,416.67 35,426,225.49 Pengeluaran A. Biaya Tunai1. Benih 6,034,649.12 11.80 7,474,317.23 15.28 5,391,575.73 11.54 5,728,431.37 11.49 2. Pupuk (Kg) 11,030,833.33 21.58 10,195,919.41 20.84 10,563,012.57 22.60 10,664,178.92 21.39 3. Pestisida Cair (liter) 1,125,526.32 2.20 964,362.16 1.97 947,755.46 2.03 1,011,360.29 2.03 4. Pestisida Padat (Kg) 3,542,688.60 6.93 3,347,307.71 6.84 3,063,690.48 6.56 2,808,198.53 5.63 5. Ajir, Tali dan Mulsa - - - - - - - - 6. Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) 4,559,473.68 8.92 3,999,939.31 8.18 624,173.28 1.34 1,237,058.82 2.48 7. Sewa, Mesin dan Biaya Lainnya 697,368.42 1.36 669,642.86 1.37 625,000.00 1.34 575,482.35 1.15 Total Biaya Tunai 26,990,539.47 52.80 26,651,488.68 54.48 21,215,207.51 45.40 22,024,710.29 44.18 B. Biaya Di Perhitungkan - - - 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HOK) 4,389,473.68 8.59 6,313,692.81 12.91 8,726,091.27 18.67 6,209,607.84 12.46 2. Sewa Lahan 597,894.74 1.17 602,678.57 1.23 600,000.00 1.28 488,235.29 0.98 Total Biaya Di Perhitungkan 4,987,368.42 9.76 6,916,371.38 14.14 9,326,091.27 19.96 6,697,843.14 13.44 C. Biaya Total 31,977,907.89 62.55 33,567,860.06 68.62 30,541,298.78 65.35 28,722,553.43 57.62 D. Pendapatan Atas Biaya Tunai 21,053,758.77 16,231,809.64 15,795,209.16 13,401,515.20 E. Pendapatan Atas Biaya Total 16,066,390.35 9,315,438.26 6,469,117.89 6,703,672.06 F. R/C Atas Biaya Tunai 1.78 1.61 1.74 1.61 G. R/C Atas Biaya Total 1.50 1.28 1.21 1.23

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank

Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Petani Yang Akses Kredit Dari CU Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

144

Page 167: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

132

Lampiran 9. Persentase Penggunaan Input Usahatani Tomat pada setiap Akses Kredit (Analisis Usahatani Tomat)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

1. Benih 2. Pupuk (Kg) 3. Pestisida Cair (liter)

4. Pestisida Padat (Kg)

5. Ajir, Tali dan Mulsa

6. Tenaga Kerja Luar Keluarga

(HOK)

7. Sewa, Mesin

dan Biaya Lainnya

8.Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK)

9.Sewa Lahan

petani bank

petani Pedagang

Petani CU

Petani Toko

145

Page 168: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

133

Lampiran 10. Persentase Penggunaan Input Usahatani Kentang pada setiap Akses Kredit (Analisis Usahatani Kentang)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

1. Benih 2. Pupuk (Kg) 3. Pestisida Cair (liter)

4. Pestisida Padat (Kg)

5. Ajir, Tali dan Mulsa

6. Tenaga Kerja Luar Keluarga

(HOK)

7. Sewa, Mesin

dan Biaya Lainnya

8.Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (HOK)

9.Sewa Lahan

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank

Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Petani Yang Akses Kredit Dari CU

Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

146

Page 169: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

147

Lampiran 11. Distribusi Pendapatan Usahatani Tomat

Added

Added

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

A. Factor Share1.Input langsung (TC) 35,437,366.05 31.88% - 36,686,435.76 32.67% -2.Tenaga kerja penanaman (T1) 704,089.24 0.63% 0.93% 878,897.06 0.78% 1.16%

a. Dalam keluarga (T1a) 414,198.02 0.37% 0.55% 711,462.42 0.63% 0.94%b. Luar keluarga (T1b) 289,891.22 0.26% 0.38% 167,434.64 0.15% 0.22%

3.Tenaga kerja pemeliharaan (T2) 10,215,635.11 9.19% 13.49% 9,323,378.27 8.30% 12.33%a. Dalam keluarga (T2a) 5,589,596.88 5.03% 7.38% 5,985,044.93 5.33% 7.92%b. Luar keluarga (T2b) 4,626,038.23 4.16% 6.11% 3,338,333.33 2.97% 4.42%

4.Tenaga kerja panen (T3) 3,527,290.52 3.17% 4.66% 3,785,375.82 3.37% 5.01%a. Dalam keluarga (T3a) 1,676,022.84 1.51% 2.21% 3,117,401.96 2.78% 4.12%b. Luar keluarga (T3b) 1,851,267.68 1.67% 2.44% 667,973.86 0.59% 0.88%

5.Lahan (TL) 583,333.33 0.52% 0.77% 540,359.48 0.48% 0.71%6.Manajemen (R) 62,619,970.68 56.33% 82.69% 30,212,857.49 26.90% 39.96%Total output 111,165,700.04 100.00% 112,299,428.10 100.00% 148.52%

B. Earner Share1.Input langsung (TC) 35,437,366.05 31.88% 46.80% 36,686,435.76 32.67% 48.52%2.Tenaga kerja upahan 6,767,197.13 6.09% 8.94% 4,173,741.83 3.72% 5.52%3.Pemilik lahan 583,333.33 0.52% 0.77% 540,359.48 0.48% 0.71%4.Penggarap 67,465,182.91 60.69% 89.09% 65,258,723.55 58.11% 86.31%Total ouput 111,165,700.04 100.00% - 112,299,428.10 100.00%

Total value added 100.00% 100.00%

Value Added Share

Value Added Share

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

A. Factor Share1.Input langsung (TC) 31,028,863.64 27.82% 36,539,218.88 33.14% -2.Tenaga kerja penanaman (T1) 1,132,575.76 1.02% 1.41% 974,446.53 0.88% 1.32%

a. Dalam keluarga (T1a) 1,132,575.76 1.02% 1.41% 899,007.94 0.82% 1.22%b. Luar keluarga (T1b) - 0.00% 0.00% 75,438.60 0.07% 0.10%

3.Tenaga kerja pemeliharaan (T2) 9,212,878.79 8.26% 11.44% 8,017,199.25 7.27% 10.88%a. Dalam keluarga (T2a) 8,712,878.79 7.81% 10.82% 7,318,180.87 6.64% 9.93%b. Luar keluarga (T2b) 500,000.00 0.45% 0.62% 699,018.38 0.63% 0.95%

4.Tenaga kerja panen (T3) 2,950,378.79 2.65% 3.66% 3,175,720.55 2.88% 4.31%a. Dalam keluarga (T3a) 2,814,015.15 2.52% 3.50% 2,446,146.62 2.22% 3.32%b. Luar keluarga (T3b) 136,363.64 0.12% 0.17% 729,573.93 0.66% 0.99%

5.Lahan (TL) 638,636.36 0.57% 0.79% 563,157.89 0.51% 0.76%6.Manajemen (R) 61,327,973.48 54.98% 76.17% 61,222,453.16 55.53% 83.06%Total output 111,543,939.39 100.00% 138.54% 110,247,493.73 100.00% 149.57%

B. Earner Share1.Input langsung (TC) 31,028,863.64 27.82% 38.54% 36,539,218.88 33.14% 49.57%2.Tenaga kerja upahan 636,363.64 0.57% 0.79% 1,504,030.91 1.36% 2.04%3.Pemilik lahan 638,636.36 0.57% 0.79% 563,157.89 0.51% 0.76%4.Penggarap 67,216,969.70 60.26% 83.48% 62,481,781.54 56.67% 84.77%Total ouput 111,543,939.39 100.00% 110,247,493.73 100.00%

Total value added 100.00% 100.00% 80,515,075.76 73,708,274.85

Petani Yang Akses Kredit Dari CU Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

Output Share Output Share

75,612,992.34

Output Share Output Share

75,728,333.99

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Page 170: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

148

Lampiran 12. Distribusi Pendapatan Usahatani Kentang

Added

Added

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

A. Factor Share1.Input langsung (TC) 21,733,697.37 45.24% - 21,981,906.51 51.26% -2.Tenaga kerja penanaman (T1) 963,157.89 2.00% 3.66% 1,107,539.68 2.58% 5.30%

a. Dalam keluarga (T1a) 450,877.19 0.94% 1.71% 594,187.68 1.39% 2.84%b. Luar keluarga (T1b) 512,280.70 1.07% 1.95% 513,352.01 1.20% 2.46%

3.Tenaga kerja pemeliharaan (T2) 5,840,701.75 12.16% 22.20% 6,958,183.94 16.23% 33.29%a. Dalam keluarga (T2a) 3,391,403.51 7.06% 12.89% 5,147,390.29 12.00% 24.63%b. Luar keluarga (T2b) 2,449,298.25 5.10% 9.31% 1,810,793.65 4.22% 8.66%

4.Tenaga kerja panen (T3) 2,006,491.23 4.18% 7.63% 2,253,384.69 5.25% 10.78%a. Dalam keluarga (T3a) 489,298.25 1.02% 1.86% 785,924.37 1.83% 3.76%b. Luar keluarga (T3b) 1,517,192.98 3.16% 5.77% 1,467,460.32 3.42% 7.02%

5.Lahan (TL) 569,473.68 1.19% 2.16% 602,678.57 1.41% 2.88%6.Manajemen (R) 17,201,438.60 35.80% 65.38% 8,754,921.45 20.42% 41.89%Total output 48,044,298.25 100.00% 42,883,298.32 100.00% 205.17%

B. Earner Share1.Input langsung (TC) 21,733,697.37 45.24% 82.60% 21,981,906.51 51.26% 105.17%2.Tenaga kerja upahan 4,478,771.93 9.32% 17.02% 3,791,605.98 8.84% 18.14%3.Pemilik lahan 569,473.68 1.19% 2.16% 602,678.57 1.41% 2.88%4.Penggarap 21,409,548.25 44.56% 81.37% 13,771,210.90 32.11% 65.89%Total ouput 48,044,298.25 100.00% - 42,883,298.32 100.00%

Total value added 100.00% 100.00%

Value Added Share

Value Added Share

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

Absolut Share (Kg)

Relative Share (%)

Relatif Share (%)

A. Factor Share1.Input langsung (TC) 19,966,034.23 53.95% - 21,475,429.69 61.66% -2.Tenaga kerja penanaman (T1) 1,192,361.11 3.22% 7.00% 1,086,041.67 3.12% 8.13%

a. Dalam keluarga (T1a) 1,074,305.56 2.90% 6.30% 797,291.67 2.29% 5.97%b. Luar keluarga (T1b) 118,055.56 0.32% 0.69% 288,750.00 0.83% 2.16%

3.Tenaga kerja pemeliharaan (T2) 6,176,504.63 16.69% 36.24% 5,068,125.00 14.55% 37.96%a. Dalam keluarga (T2a) 6,130,208.33 16.56% 35.97% 4,710,312.50 13.52% 35.28%b. Luar keluarga (T2b) 46,296.30 0.13% 0.27% 357,812.50 1.03% 2.68%

4.Tenaga kerja panen (T3) 1,835,565.48 4.96% 10.77% 1,632,187.50 4.69% 12.22%a. Dalam keluarga (T3a) 1,375,744.05 3.72% 8.07% 964,375.00 2.77% 7.22%b. Luar keluarga (T3b) 459,821.43 1.24% 2.70% 667,812.50 1.92% 5.00%

5.Lahan (TL) 588,078.70 1.59% 3.45% 602,075.00 1.73% 4.51%6.Manajemen (R) 7,812,287.78 21.11% 45.83% 5,864,810.42 16.84% 43.92%Total output 37,010,416.67 100.00% 217.14% 34,827,864.58 100.00% 260.84%

B. Earner Share1.Input langsung (TC) 19,966,034.23 53.95% 117.14% 21,475,429.69 61.66% 160.84%2.Tenaga kerja upahan 624,173.28 1.69% 3.66% 1,314,375.00 3.77% 9.84%3.Pemilik lahan 588,078.70 1.59% 3.45% 602,075.00 1.73% 4.51%4.Penggarap 7,876,045.80 21.28% 46.21% 6,278,380.73 18.03% 47.02%Total ouput 37,010,416.67 100.00% 34,827,864.58 100.00%

Total value added 100.00% 100.00% 17,044,382.44 13,352,434.90

Petani Yang Akses Kredit Dari CU Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

Output Share Output Share

26,310,600.88 20,901,391.81

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang Output Share Output Share

Page 171: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

149

Lampiran 13. Rata-Rata Efisiensi Teknis Usahatani Tomat

Lampiran 14. Rata-Rata Efisiensi teknis Usahatani Kentang

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Petani Bank

Petani Pedagang

Petani CU Petani Toko

Rata-rata Efisiensi Teknis Usahatani Tomat

Standar Deviasi

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

Petani Bank

Petani Pedagang

Petani CU Petani Toko

Rata-rata Efisiensi Teknis Usahatani Kentang

Standar Deviasi

Page 172: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

150

Lampiran 15. Rata-Rata Efisiensi Ekonomis Usahatani Tomat

Lampiran 16. Rata-Rata Efisiensi Alokatif Usahatani Tomat

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.2

Petani Bank

Petani Pedagang

Petani CU Petani Toko

Rata-rata Efisiensi Ekonomis Usahatani Kentang

Standar Deviasi

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Petani Bank

Petani Pedagang

Petani CU Petani Toko

Rata-rata Efisiensi Alokatif Usahatani Kentang

Standar Deviasi

Page 173: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

151

Lampiran 17. Analis R/C atas Biaya total Usahatani Sayuran

Lampiran 18. “Factor Share dan Earner Share” Usahatani Tomat di Kabupaten

Simalungun

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Usahatani Kentang (R/C)

Usahatani Tomat (R/C)

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

1.Input langsung

(TC)

2.Tenaga kerja upahan

3.Pemilik lahan

4.Penggarap

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank

Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Petani Yang Akses Kredit Dari CU

Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

Page 174: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

152

Lampiran 19. “Factor Share dan Earner Share” Usahatani Kentang di Kabupaten

Simalungun

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

1.Input langsung (TC)

2.Tenaga kerja upahan

3.Pemilik lahan

4.Penggarap

Petani Yang Akses Kredit Dari Bank

Petani Yang Akses Kredit Dari pedagang

Petani Yang Akses Kredit Dari CU

Petani Yang Akses Kredit Dari Toko

Page 175: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

153

Lampiran 20. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Tomat

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c) instruction file = terminal data file = tomat.dta

Tech. Eff. Effects Frontier (see B&C 1993) The model is a production function The dependent variable is logged

the ols estimates are : coefficient standard-error t-ratio beta 0 0.77032925E+01 0.55631610E+00 0.13846970E+02 beta 1 0.34261155E+00 0.11144641E+00 0.30742269E+01 beta 2 0.17871479E+00 0.87099198E -01 0.20518534E+01 beta 3 - 0.10962337E -01 0.26717959E -01 - 0.41029845E+00 beta 4 - 0.55965635E -02 0.12880990E -01 - 0.43448241E+00 beta 5 0.16230094E+00 0.47733220E -01 0.34001675E+01 beta 6 - 0.20465739E -01 0.65330653E -01 - 0.31326395E+00 beta 7 0.38101750E+00 0.98127426E -01 0.38828849E+01 sigma-squared 0.10489027E+00 log likelihood function = -0.14680265E+02 the final mle estimates are : coefficient standard-error t-ratio beta 0 0.78605911E+01 0.47221958E+00 0.16646051E+02 beta 1 0.32459401E+00 0.10136164E+00 0.32023359E+01 beta 2 0.24824316E+00 0.82258053E-01 0.30178585E+01 beta 3 -0.62609836E-02 0.24226259E-01 - 0.25843790E+00 beta 4 -0.32298190E-02 0.11840277E-01 -0.27278238E+00 beta 5 0.15380734E+00 0.44661560E-01 0.34438418E+01 beta 6 0.42214389E-02 0.62982565E-01 0.67025515E-01 beta 7 0.37635762E+00 0.90678507E-01 0.41504611E+01 delta 0 0.12068475E+00 0.62849724E+00 0.19202114E+00 delta 1 0.15857714E-01 0.83857571E-02 0.18910295E+01 delta 2 -0.14820831E-02 0.26187510E-01 -0.56595038E-01 delta 3 0.45319352E-02 0.12286856E-01 0.36884419E+00 delta 4 -0.37509688E+00 0.17389399E+00 - 0.21570433E+01 delta 5 -0.44393701E+00 0.11061639E+00 - 0.40133025E+01 delta 6 0.75206686E-01 0.48358987E+00 0.15551750E+00 delta 7 - 0.16405022E+00 0.46200331E+00 - 0.35508451E+00 delta 8 0.12862432E+00 0.47980558E+00 0.26807591E+00

Page 176: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

154

delta 9 0.80903966E-01 0.47438353E+00 0.17054548E+00 sigma-squared 0.61364915E-01 0.14842804E-01 0.41343208E+01 gamma 0.30428286E-01 0.24243709E+00 0.12551003E+00 log likelihood function = -0.24497462E+01 LR test of the one-sided error = 0.24461037E+02 technical efficiency estimates : firm year eff.-est. 1 1 0.76698137E+00 2 1 0.58801420E+00 3 1 0.65290104E+00 4 1 0.58523410E+00 5 1 0.96839178E+00 6 1 0.75848871E+00 7 1 0.56462406E+00 8 1 0.58446062E+00 9 1 0.98597897E+00 10 1 0.72197723E+00 11 1 0.66671744E+00 12 1 0.84965545E+00 13 1 0.97594957E+00 14 1 0.85789234E+00 15 1 0.62273815E+00 16 1 0.62922698E+00 17 1 0.65896906E+00 18 1 0.86217057E+00 19 1 0.51144075E+00 20 1 0.53617304E+00 21 1 0.69965456E+00 22 1 0.65714517E+00 23 1 0.60963074E+00 24 1 0.91738662E+00 25 1 0.99066981E+00 26 1 0.94558185E+00 27 1 0.93939725E+00 28 1 0.61329247E+00 29 1 0.94670335E+00 30 1 0.82609330E+00 31 1 0.80017608E+00 32 1 0.64384963E+00 33 1 0.77329536E+00 34 1 0.90118195E+00 35 1 0.81603069E+00 36 1 0.92863518E+00 37 1 0.94941715E+00

Page 177: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

155

38 1 0.77014798E+00 39 1 0.86805730E+00 40 1 0.70006659E+00 41 1 0.74608554E+00 42 1 0.97951518E+00 43 1 0.99470556E+00 44 1 0.78713821E+00 45 1 0.72882218E+00 46 1 0.67045243E+00 47 1 0.55866795E+00 48 1 0.61296621E+00 49 1 0.65321161E+00 50 1 0.64365653E+00 51 1 0.59221869E+00 52 1 0.82909949E+00 53 1 0.74513066E+00 54 1 0.97274866E+00 55 1 0.53850659E+00 56 1 0.67595995E+00 57 1 0.57676048E+00 58 1 0.64916955E+00 59 1 0.71514646E+00 60 1 0.60969771E+00 61 1 0.60061459E+00 62 1 0.68395284E+00 63 1 0.60060533E+00 64 1 0.64041448E+00 65 1 0.55158055E+00 mean efficiency = 0.73848040E+00

Page 178: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

156

Lampiran 21. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Kentang

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal data file = kentang.dta

Tech. Eff. Effects Frontier (see B&C 1993) The model is a production function The dependent variable is logged

the ols estimates are : coefficient standard-error t-ratio beta 0 0.53826534E+01 0.99770822E+00 0.53950176E+01 beta 1 0.38930062E+00 0.15660865E+00 0.24858181E+01 beta 2 0.14242868E+00 0.90137066E-01 0.15801345E+01 beta 3 0.15225454E+00 0.74596220E-01 0.20410490E+01 beta 4 0.11088592E+00 0.80519100E-01 0.13771381E+01 beta 5 0.37086398E-01 0.42398638E-01 0.87470730E+00 beta 6 0.75002980E-01 0.54865533E-01 0.13670327E+01 beta 7 0.24132112E+00 0.88248809E-01 0.27345539E+01 sigma-squared 0.80340916E-01 log likelihood function = -0.51989977E+01 the final mle estimates are : coefficient standard-error t-ratio beta 0 0.63311048E+01 0.15121277E+01 0.41868851E+01 beta 1 0.34513490E+00 0.21028931E-01 0.16412384E+02 beta 2 0.17802237E+00 0.39059714E-01 0.45576978E+01 beta 3 0.12229190E+00 0.65737032E-01 0.18603197E+01 beta 4 0.99865696E-01 0.51637342E-01 0.19339821E+01\ beta 5 0.59685427E-01 0.16331757E-01 0.36545625E+01 beta 6 0.59301874E-01 0.46494631E-01 0.12754564E+01 beta 7 0.24047938E+00 0.82886413E-01 0.29013124E+01 delta 0 0.73255527E+00 0.41903069E+00 0.17482139E+01 delta 1 0.14294637E-02 0.49793787E-02 0.28707671E+00 delta 2 0.23053978E-01 0.12988996E-01 0.17748853E+01 delta 3 - 0.15565088E-01 0.69826596E-02 - 0.22291059E+01 delta 4 - 0.25662023E+00 0.10739069E+00 - 0.23895948E+01 delta 5 0.82874211E-01 0.86202741E-01 0.96138719E+00

Page 179: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

157

delta 6 0.13822651E+00 0.42038856E+00 0.32880654E+00 delta 7 0.95492842E-02 0.43804392E+00 0.21799833E-01 delta 8 0.34272679E+00 0.40105228E+00 0.85456887E+00 delta 9 0.24447426E+00 0.42036770E+00 0.58157241E+00 sigma-squared 0.48073092E-01 0.80484495E-02 0.59729630E+01 gamma 0.99999999E+00 0.89015831E+01 0.11233957E+00 log likelihood function = 0.58603085E+01 LR test of the one-sided error = 0.22118613E+02 technical efficiency estimates : firm year eff.-est. 1 1 0.80816635E+00 2 1 0.41196535E+00 3 1 0.34661577E+00 4 1 0.57971773E+00 5 1 0.48583417E+00 6 1 0.30476730E+00 7 1 0.42800927E+00 8 1 0.36558346E+00 9 1 0.38726053E+00 10 1 0.38197389E+00 11 1 0.27560482E+00 12 1 0.33837619E+00 13 1 0.30620590E+00 14 1 0.30360246E+00 15 1 0.44369505E+00 16 1 0.36919349E+00 17 1 0.40881316E+00 18 1 0.31523171E+00 19 1 0.33165909E+00 20 1 0.42004310E+00 21 1 0.35076151E+00 22 1 0.32351055E+00 23 1 0.35216806E+00 24 1 0.36647592E+00 25 1 0.45464079E+00 26 1 0.39500077E+00 27 1 0.24761343E+00 28 1 0.30034016E+00 29 1 0.43426117E+00 30 1 0.46619612E+00 31 1 0.22143398E+00 32 1 0.57291575E+00 33 1 0.60640813E+00 34 1 0.44240272E+00

Page 180: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

158

35 1 0.54125065E+00 36 1 0.26847787E+00 37 1 0.25328905E+00 38 1 0.48623686E+00 39 1 0.27113717E+00 40 1 0.36973041E+00 41 1 0.41778380E+00 42 1 0.53302735E+00 43 1 0.43109138E+00 44 1 0.23699289E+00 45 1 0.34061797E+00 46 1 0.44473207E+00 47 1 0.34669803E+00 48 1 0.27052467E+00 49 1 0.48619960E+00 50 1 0.44890757E+00 51 1 0.73908739E+00 52 1 0.41707708E+00 53 1 0.45015774E+00 54 1 0.36063382E+00 55 1 0.34800344E+00 56 1 0.49299230E+00 57 1 0.65614733E+00 58 1 0.38998403E+00 59 1 0.35943446E+00 60 1 0.46398411E+00 mean efficiency = 0.40617745E+00

Page 181: Analisis Akses Kredit Dan Pengaruhnyai

159

Lampiran 22. Pengujian Beda Rata-Rata Dua Sampel

Pengujian-t beda rata-rata dua sampel yang independen untuk pengujian

parametric dapat berupa pengujian-Z atau pengujian-t. Pengujian-Z (Z-test)

digunakan untuk sampel besar (lebih dari 30 observasi) atau untuk sampel kecil

tetapi terdistribusi normal dengan varian populasi yang diketahui dengan rumus

sebagai berikut:

Untuk sampel yang kecil yang populasinya berdistribusi normal dan diasumsikan

keduanya mempunyai varian yang sama, maka rumus dari pengujian-t adalah

sebagai berikut:

Dengan

Dimana:

= nilai rata-rata sampel ke-1 = nilai rata-rata sampel ke-2

μ1μ

= nilai rata-rata populasi sampel ke-1 2

S = nilai rata-rata populasi sampel ke-2

1S

= deviasi standar sampel ke-1 2 = varian dari sampel gabungan = deviasi standar sampel ke-2

n1n

= jumlah observasi di dalam sampel ke-1 2

= jumlah observasi di dalam sampel ke-2