ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN...
Transcript of ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN...
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT
PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
KARYA ILMIAH
Oleh :
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
MAYA MASTURA SYAHFITRI
052401039
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA
SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
MAYA MASTURA SYAHFITRI
052401039
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) DALAM DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR Nama : MAYA MASTURA SYAHFITRI NIM : 052401039 Program Studi : DIPLOMA-III Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di : Medan, Juni 2008
Diketahui/Disetujui Oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua Dosen Pembimbing DR.Rumondang Bulan MS. Drs. Firman Sebayang MS. NIP. 131 459 466 NIP. 131 459 468
i
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri
Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan
KARYA ILMIAH
Saya megetahui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
MAYA MASTURA SYAHFITRI 052401039
ii
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mencurahkan rahmat, berkah dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan karya ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan Studi Program Diploma 3 pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Semoga niat dan amalan ini dapat dinilai sebagai ibadah. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya kita harapkan di kemudian hari. Karya ilmiah ini ditulis berdaarkan pengamatan penulis selama melaksankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan judul “ ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI.” Selesainya Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :
1. Orang tua tercinta Ibunda MA. Nurmala dan Ayahanda Syahrul yang telah memberikan do’a restunya yang tiada terhingga, dan telah banyak memberikan pengorbanan moril maupun materil serta kesabaran yang tulus, serta adinda Putri Ayu Rizki, Fara Diba Izati, Nurfitriyani, dan Alfi Syahrin yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
2. T. Fhazrisya Rizqi yang telah memberikan do’a yang tulus, dukungan moril, kesabaran, dan semangat pantang menyerah kepada penulis.
3. Ibu Rumondang Bulan MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Bapak Drs. Firman Sebayang MS, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Bapak Drs. Eka Nuryanto,MSi, yang telah meluangkan waktu dan
membimbing penulis dalam penulisan laporan PKL dan karya ilmiah ini. 6. Bapak Baharuddin AR,B.Sc, selaku penanggung jawab laboratorium tanah
dan daun, serta serta seluruh karyawan PPKS Medan khususnya laboratorium tanah dan daun terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepaa penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis D-3 angkatan 2005 sekaligus sahabat-sahabat yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dalam materi dan penyajian. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis. Semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Mei 2008
Penulis
iii
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
ANALISA UNSUR HARA FOSFOR (P) PADA DAUN KELAPA SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PUSAT PENELITIAN KELAPA
SAWIT (PPKS) MEDAN
ABSTRAK Telah dilakukan analisa unsur hara fosfor (P) pada daun kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penentuan kadar fosfor (P) dalam daun kelapa sawit dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visible. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar fosfor yang diperoleh adalah 0,139% - 0,150% dalam daun kelapa sawit. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kadar fosfor dalam daun kelapa sawit masih kurang, belum mencukupi standar yang telah ditentukan yaitu antara 0,16%-0,19%.
iv
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
ANALYSIS ELEMENT OF HARA PHOSPHORUS (P) AT PALM LEAF BY SPEKTROFOTOMETRI IN INDONESIAN OIL PALM
RESEARCH INSTITUTE (PPKS) MEDAN
ABSTRACT Have been conducted by analysis element of hara phosphorus (P) at palm leaf in Indonesian Oil Palm Research Institute at Medan. Determination of phosphorus rate (P) in palm leaf conducted with method of Spektrofotometri UV-Visible. Result of analysis indicate that phosphorus rate the obtained is 0,139% - 0,150% in palm leaf. Of this result indicate that phosphorus rate in palm leaf still less, answer the demand of standard which have been determined by that is between 0,16%-0,19%.
v
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK iv ABTRACT v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 3 1.4. Manfaat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4 2.2. Tanaman Kelapa Sawit 5 2.3. Daun Kelapa Sawit 6 2.3.1. Penentuan Contoh Daun Kelapa Sawit 8 2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa Sawit 8 2.4. Pengambilan Contoh Anak Daun Kelapa Sawit 9 2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit 9 2.4.2. Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa sawit 10 2.4.3. Fosfor 10 2.5. Manfaat Fosfor Pada Tanaman 11 2.6. Gejala Kekurangan Unsur Hara Fosfor Pada Tanaman 12 2.7. Spektrofotometri 13 2.7.1. Teori Spektrofotometri 13 2.7.2. Prinsip Kerja Alat spektrofotometri 16 2.7.3. Permasalahan Spektrofotometri 17 BAB III METODOOGI PERCOBAAN 18 3.1. Alat 18 3.2. Bahan 19 3.3. Persiapan Contoh Daun Kering 20 3.3.1. Membersihkan Contoh Daun Kelapa Sawit 20 3.3.2. Mengeringkan Dan Menggiling Contoh Daun Kelapa Sawit 20 3.4. Prosedur Penetapan Fosfor Daun Kelapa Sawit 21 3.5. Prosedur Penetapan Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit secara Spektrofotometri UV-Visible 21
vi
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1. Hasil 23 4.2. Perhitungan 24 4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi 24 4.2.2. Mencari Konsentrasi Sampel 25 4.2.3. Menghitung Kadar Fosfor Daun Kelapa Sawit 25 4.3. Pembahasan 26 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 28 5.1. Kesimpulan 28 5.2. Saran 28 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN
vii
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Absorbansi Larutan P Standar 23 Tabel 2. Absorbansi P-Grafik Berat Contoh 23 Tabel 3. Penentuan Persamaan Garis Regresi 24
viii
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemberian unsur hara pada tanaman kelapa sawit merupakan usaha kultur
teknis yang penting untuk meningkatkan produksi per satuan luas dengan tujuan
akhir keuntungan ekonomi yang maksimal.
Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit biasanya di duga melalui
analisis dari bahan panen dan daun batang sebagai pedoman yang mudah untuk
dapat memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman kelapa sawit
adalah dari hasil analisis daun.
Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari
tanaman. Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif
unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan, dan
pupuk yang ditambahkan.
Interprestasi hasil analisis daun secara nyata dapat menunjukkan defisiensi
yang terjadi dengan membandingkan angka taraf krisis untuk daun kelapa sawit.
Dari angka hasil analisis daun yang diperoleh dari laboratorium kemudian
dibandingkan dengan angka taraf krisis, maka akan dapat disimpulkan gejala
kekurangan unsur hara tertentu.
Pada tanaman, fosfor diikat atau difiksasi dalam persenyawaan –
persenyawaan yang berhubungan dengan Ca dan Mg, tersedia P didalam tanah sangat
berhubungan erat dengan keadaan pH tanah. Gejala awal defesiensi P pada tanaman
adalah terlihat pada daun paling bawah atau daun dua warna, daun hijau gelap, ukuran
1
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
daun mengecil dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Gejala lanjutnya adalah
jumlah bunga menurun dan ukuran buah kecil.
Unsur fosfor (P) ditemukan oleh Hannig Brand pada tahun 1966 di Hamburg,
Jerman. Dia menemukan unsur ini dengan menyuling air urine melalui proses
penguapan. Namanya berasal dari bahasa Latin yaitu Phosphoros yang berarti
‘pembawa terang’ karena keunikannya yaitu bercahaya dalam gelap (glow in the
dark).
Secara umum fosfor (P) membentuk padatan putih yang lengket yang memiliki
bau yang tidak enak, tetapi ketika murni menjadi tidak berwarna dan transparan. Non
logam ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam karbon disulfida. Fosfor (P) murni
terbakar secara spontan di udara membentuk P pentoksida.
Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15.
Fosfor berupa non logam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak
ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah
ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar
cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai
bentuk, dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.
http://id /wiki/Fosfor.wikipedia.org
Adapun fungsi unsur fosfor pada tanaman kelapa sawit adalah :
• Penyusun Adenosit Di Phospat (ADP) / Adenosit Tri Phospat (ATP),
memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki
mutu buah Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil,
pelepah memendek dan batang meruncing.
2
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
• Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu sulit tumbuh dengan
bintil akar yang sedikit.
• Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi,
kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi.
Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi, tingkatkan
status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah.
http://www.pusri.co.id/indexC0302.php
1.2. Permasalahan
Beberapa jumlah kadar unsur hara fosfor yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit untuk menghindari tanah kekurangan fosfor dapat ditentukan berapa
banyak pupuk fosfor yang harus diberikan pada tanaman sehingga diperoleh
pertumbuhan yang cepat dan hasil buah yang maksimal.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara
pada daun kelapa sawit secara spektrofotometri.
1.4. Manfaat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah daun kelapa sawit kekurangan
unsur hara dan mempersiapkan beberapa banyak unsur hara yang dibutuhkan daun
kelapa sawit dengan pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit.
3
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada
saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit
"Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai
AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-
1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran,
Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat
sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok
utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga
tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
4
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil
(buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian
diambil alih Malaya (Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan,
dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan (Pirindu Perkebunan PTPN III). Perluasan
areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi
sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga
sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit
tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. (Darmosarkoro,W.2003)
2.2. Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan di tanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada
tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya
yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai
berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli)
dan Aceh.luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor
5
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian
tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika
pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan
peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya
meningkatkan perkonomian Negara asing termasuk Belanda. (Tim Penulis PS.2007)
2.3. Daun Kelapa Sawit
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang
panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 meter. Jumlah anak daun disetiap pelepah
berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning
pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif
melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat
respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan
makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat tergantung iklim setempat.
Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20 – 24 helai/tahun. Umur daun
mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan
segar berwarna hijau tua.
Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur
tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak.
Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih
muda. Berat kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa
6
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
ditemukan sekitar 40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13 tahun dapat
ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m2. Luas permukaan daun
akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semakin luas permukaan atau
semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses
fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas
permukaan daun mencapai 11 m2. (Tim Penulis PS. 2007)
Seperti tanaman palma lainnya, daunnya merupakan majemuk. Daun berwarna
hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
bentuk daunnya termasuk majemuk menyirip, tersusun rozet pada ujung batang.
Pelepah sawit meliputi helai daun, setiap satunya mengandungi lamina dan
midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm hingga
65 cm dan menguncup dengan lebar 2.5 cm hingga 4 cm.
Ada dua jenis bentuk kedudukan helai daun dalam Elaeis oleifera. Setiap
pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun.
Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika
berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25
pelepah.
Stomata atau rongga terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis
wujud pada permukaan helai daun. Pelepah matang berukuran hingga 7.5 cm dengan
petiol lebih kurang satu perempat daripada panjang pelepah serta mempunyai duri.
Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran yang mana setiap satu pusaran bagi
setiap lapan pelepah.
http://toiusd.multiply.com/journal/item/79/Elaeis_guineensis_Kelapa_Sawit
7
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
2.3.1. Penentuan Contoh Daun Kelapa Sawit
Daun yang diambil untuk contoh harus dapat menggambarkan keadaan hara
tanaman, yang menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling sesuai,
jika keadaan tanaman menghasilkan daun ke 17 rusak maka dapat diganti dengan daun
ke-9 untuk seluruh pohon contoh pada KCD (Kesatuan Contoh Daun) tersebut. Pada
tanaman muda, daun ke 17 kadang-kadang tidak dalam keadaan baik, maka dapat
diambil daun ke 9, dan kalau tanamannya masih sangat muda yang berumur 2-3 tahun,
maka dapat diambil daun ke 3. Analisa daun pada TBM (Tandan Buah Masak) tidak
dilakukan, kecuali untuk keperluan khusus seperti untuk percobaan atau adanya
sebab-sebab tertentu.
2.3.2. Susunan Letak Daun Kelapa sawit
Daun ke 9 maupun 17 ditentukan dengan memperhatikan susunan letak daun
dapat ditentukan dengan pedoman sebagai berikut :
• Daun ke 1 adalah daun termuda yang helai daunnya telah mekar seluruhnya
dan jarak antara helai daun yang lain sudah jelas tampak pada pangkal
pelepah.
• Daun ke 3 letaknya 274 derajat dari daun pertama. Derajat sudut ini dihitung
dari daun pertama ke arah kiri pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral
ke kanan (righ handed palm) dan dihitung ke arah kanan pada tanaman yang
mempunyai pusingan spiral ke kiri (left handed palm).
• Daun ke 9 letaknya dibawah daun ke 1 agak ke sebelah kiri pada pusingan
kanan dan agak ke sebelah kanan pada pusingan spiral kiri.
• Daun ke 17 letaknya dibawah daun ke 9 agak kesebelah kiri pada pusingan
spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada pusingan spiral kiri.
8
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
2.4. Pengambilan Contoh Anak Daun Kelapa Sawit
Anak daun diambil setelah daun contoh diturunkan dari pohon. Dari daun
contoh tersebut diambil sebanyak 8 atau 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari
sebelah kiri dan 4 atau 6 helai dari sebelah kanan). Anak daun diambil dari bagian
tengah daun. Helai anak daun tersebut diambil dengan menggunakan sabit (agrek)
yang tajam. Pengambilan contoh daun bertujuan terutama untuk memperoleh data
tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis laboratorium.Dengan
demikian kandungan hara daun digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit pada masa berikutnya
(Suhardjo,H. 1996)
2.4.1. Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit
• Dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan terakhir.
• Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
• Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm.
• Untuk dapat membandingkan hasil analisa daun hendaknya pengambilan
contoh daun dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya.
• Untuk TBM pengambilan contoh daun dilakukan hanya jika diperlukan dan
pengambilan contoh daun mulai dapat dilakukan pada 6 – 12 bulan sesudah
penanaman.
• Pengambilan contoh daun dapat dilakukan oleh tim yang terdapat di setiap
afdeling atau divisi yang sebelumnya dilatih oleh embaga yang terkait.
9
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
• Satu tim untuk pengambilan contoh daun terdiri dari 2 orang, 1 orang untuk
mengambil daun dengan egrek dan 1 orang lagi untuk mengumpulkan
contoh daun yang sudah diambil dari atas pohon.
• Pembuatan peta KCD yang baik akan sangat membantu kelancaran
pengambilan contoh daun.
(Warta PPKS, 2007)
2.4.2. Unsur Hara Pada Tannaman Kelapa Sawit
Menurut penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada
yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari kr 16 unsur tersebut, tiga
unsur yaitu Karbon, Hidrogen, dan Oksigen diperoleh dari udara, sedangkan dari 13
unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya
harus tersedia 13 jenis menu agar pertumbuhannya normal. Ke-13 unsur tersebut
adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur
atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum (fe), Mangan (Mn), Kuprum atau tembaga (Cu),
Zinc atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Akan tetapi terkadang tanah
pun tidak mengandung unsur – unsur tersebut secara lengkap, hal ini biasa terjadi
karena dari dulu memang sudah tidak lengkap, atau bisa pula terjadi karena sudah
habis tersedot.
2.4.3. Fosfor
Fosfor dijumpai dalam tanah dan tanaman, dalam bentuk organik dan
anorganik, yang berperan dalam proses pelepasan dan penyimpanan energi dalam
metabolisme seluler. Dalam bahan organik tanah, hanya sedikit P dijumpai namun
memegang peranan penting. (Alexander, 1084), jumlah P total dalam suatu tanah yang
10
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
dapat ditanami lebih kurang 0,1% dan hanya sebagian kecil tersedia untuk tanaman.
(Wardana, 1999)
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro esensial yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, namun kandungannya didalam tanah lebih rendah disbanding
nitrogen (N), kalium (K), dan kalsium (Ca).
Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya
berasal dari pelapukan bahan organik. Sebagian besar fosfor yang mudah larut diambil
oleh mikroorganisme tanah untuk pertumbuhan. Fosfor ini akhirnya diubah menjadi
humus. (Novizan, 2005)
Sumber unsur Fosfor pada tanaman berasal dari DiAmmonium Phosphat
(DAP) granule yang mempunyai kelarutan yang tinggi. Ada penambahan Rock
Phosphat yang dibentuk menjadi granular dan biasa disebut Filler.
http://www.anak-soleh
2.5. Manfaat Fosfor Pada Tanaman
Fosfor merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman, berfungsi
untuk pembentukkan protein, lemak, biji-bijian. Kadar hara P pada daun yang di
analisis tidak menunjukkan adanya perbedaan antara tanaman yang mengalami
patah daun. Namun tanaman yang tidak mengalami patah daun juga tidak
menunjukkan adanya pola yang jelas. Kadar P berkisar dari 0,14 sampai 0,25%,
adapun manfaatnya sebagai berikut :
• Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik
sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan
tanaman menjadi sehat serta kuat.
11
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
• Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh
tanaman.
• Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, sehingga mempercepat
masa panen.
• Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.
• Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
2.6. Gejala Kekurangan Unsur Hara Fosfor Pada Tanaman
Fosfor diikat atau difiksasi dalam persenyawaan-persenyawaan yang
berhubungan dengan Ca, dan Mg, tersedia P di dalam tanah sangat berhubungan
erat dengan keadaan pH tanah.
Gejala kekurangan unsur hara fosfor pada daun kelapa sawit adalah :
- Gejala awal : terlihat pada daun paling bawah atau daun dua wama,
daun hijau gelap. Ukuran daun mengecil dan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat.
- Gejala lanjut : jumlah bunga menurun, ukuran buah kecil.
• Tanaman akan tumbuh kerdil.
• Pada tanaman muda, daun akan berwarna hijau tua keunguan.
• Kadang-kadang tampak pula warna hijau kekuning-kuningan karena kekurangan
Fosfor cenderung menghambat penyerapan unsur hara Nitrogen.
• Warna kekuningan ini akan lebih dulu dijumpai pada daun tua karena sifat fosfor
yang mobil dalam tanah, sehingga dalam keadaan kekurangan, unsur hara fosfor
dengan cepat ditranslokasikan ke bagian tanaman yang lebih muda.
• Pada tanaman buah-buahan pucuk daun akan berwarna browns atau ungu.
12
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
• Pembentukan bunga/buah/biji terhambat sehingga panen terlambat. Selain itu
persentase bunga yang menjadi buah menurun karena penyerbukan yang tidak
sempurna.
http://www.petrokimia-gresik.com/sp_36.asp
2.7. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang berdasarkan pada
pengukuran besaran serapan sinar monokromatik tertentu pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan detektor fotosel. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
dimisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
2.7.1. Teori Spektrofotometri
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian akan diserap dalam
medium itu, dan sisanya diteruskan. Kedua hukum yang terpisah yang mengatur
absorpsi biasanya dikenal sebagai Hukum Lambert Beer.
1. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap
oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang
datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium
tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas
oleh berkas cahaya datang tersebut. Dalam hal demikian, intensitas cahaya yang
keluar setelah melewati bahan/medium tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
sederhana sbb.:
I = T x I0,
13
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Dimana :
I = intensitas berkas cahaya keluar
I0 = intensitas berkas cahaya masuk/datang, dan
T = transmitansi.
Jika transmisi dinyatakan dalam prosentase, maka %T = (I/Io) x 100 (dalam satuan%)
2. Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium. Yakni :
A = ε c l
Dimana :
ε = molar absorbsitivitas untuk panjang gelombang tertentu, atau disebut
juga sebagai koefisien ekstinsif (dalam l mol-1 cm-1)),
c = konsentrasi molar (mol l-1),
l = panjang/ketebalan dari bahan/medium yang dilintasi oleh cahaya (cm)
Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat dituliskan
sebagai berikut:
%T = (I/I0) x 100 = exp(− ε c l)
atau
A = log (I0/I) = ε c l.
http://sentrabd.com/main/info/Insight/Spectrophotometer.htm
Berdasarkan hukum Beer-Lambert, absorbansi sebanding dengan konsentrasi,
dan diharapkan akan mendapatkan garis lurus. Hal ini berlaku pada larutan encer, dan
kurang cocok pada larutan pekat, sehingga akan mendapatkan suatu kurva.
14
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Untuk grafik yang paling baik, kurva kalibrasinya akan tampak seperti gambar
berikut:
Jika hukum Beer-Lambert bekerja sempurna, garis tersebut akan melewati titik
nol, tetapi tidak dapat menjamin hal ini untuk hasil yang sama dengan konsentrasi
yang lain. http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar&ext=analisis04-06
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko maupun
pembanding
1. Sumber : Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram yang arusnya tergantung pada tegangan lampu.
2. Monokromator : Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis, alatnya berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika
posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk
mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan.
Konsentrasi
Abs
orba
nsi
15
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
3. Sel absorpsi : Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atu kuvet corex
dapat digunakan, tapi untuk pengukuran pada daerah UV menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada dearah ini.
4. Detektor : Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
Cara Kerja Spektrofotometer sangat singkat yaitu dengan menempatkan
larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang
akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian dipilih fotosel yang cocok 200 nm – 650 nm
(650 nm – 1100 nm) agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi.
Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan
menggunakan tombol dark-current. Pilih yang diinginkan buka fotosel dan lewatkan
berkas cahaya pada blanko dan nol galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudisn atur besarnya pada
100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel. (Khopkar.SM.2003)
2.7.2. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri
Sinar polikromatis yang dipancarkan oleh sumber cahaya melewati prisma
akan dipancarkannya menuju filter sehingga diteruskan sinar monokromatis tertentu
sesuai dengan panjang gelombang yang telah diatur. Sinar tersebut diserap oleh
sampel yang terdapat dalam kuvet dan besar serapannya ditangkap oleh detektor
fotosel lalu diubah menjadi energi listrik dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat
dibaca pada indikator.
16
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
2.7.3. Permasalahan Spektrofotometri
Pada metode spektrofotometri terdapat permasalahan ataupun gangguan
seperti sidik jari, kotoran padat yang telah kering yang menempel pada dinding sel
yang dapat mengganggu penembusan sinar, juga gelembung udara dan lemak. Sel
kadang – kadang harus dibersihkan dengan asam yang pekat (teknis), misalnya HCl
atau detergen (sabun), kemudian dibilas dengan air suling dan tempat pemegang sel
juga harus bersih. (Alaerts,G.1987)
Biasanya permasalahan analisis dengan metode Spektrofotometri adalah
kesalahan pengukuran detektor yang disebabkan oleh, antara lain :
• Adanya radiasi sesatan (stray radiation) yang ditimbulkan oleh peralatan
didalam spektrofotometer itu sendiri dan ditimbulkan oleh faktor – faktor dari
lingkungan seperti debu dan sebagainya.
• Adanya pergeseran panjang gelombang pergukuran (panjang gelombang
maksimum) yang disebabkan oleh gerakan mekanis untuk mengatur panjang
gelombang. (M.Mulja, 1995)
17
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat
1. Spektrofotometer UV_Visible Perkin Elmer
2. Botol reaksi 30 ml
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi 20 ml Pyrex
5. Labu ukur 1000 ml Pyrex
6. Labu ukur 500 ml Pyrex
7. Labu ukur 100 ml Pyrex
8. Labu ukur 50 ml Pyrex
9. Pipet volume 50 ml Pyrex
10. Pipet volume 20 ml Pyrex
11. Timbangan Mettler Toledo
12. Oven pengering Gallenhamp
13. Kuvet 10 ml
14. Eksikator
15. Kertas saring Whatman No.40
16. Botol aquadest
17. Botol plastik bertutup
18. Corong plastik
19. Penangas listrik khusus untuk tabung reaksi ukuran 20ml Techne
20. Mesin giling listrik daun dengan kehalusan 1mm. Bra Bender
18
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
3.2. Bahan
1. Larutan asam sulfat (H2SO4) 5 N
Dipipet 69,44 ml asam sulfat pekat, kemudian dimasukkan perlahan-lahan
melalui dinding kedalam labu ukur 500 ml yang telah berisi air destilasi
setengahnya. Dipenuhkan hingga tanda batas.
2. Larutan ammonium molibdat (NH4) 6Mo7 O24 4%
Ditimbang 40 gram ammonium molibdat, dilarutkan ke dalam labu ukur 1 liter
dengan air destilasi dan dipenuhkan hingga tanda garis. Simpan dalam botol
berwarna gelap.
3. Larutan asam askorbat (C6H8O6) 0,1 N
Ditimbang 0,889 gram C6H8O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi
hingga 50 ml didalam labu ukur.
4. Larutan kalium antimoniltartrat (KsbOC4H4O6) 0,007 N
Ditimbang 0,247 gram KsbOC4H4O6 kemudian dilarutkan dengan air destilasi
hingga 100 ml didalam labu ukur.
5. Larutan campuran
Dicampurkan 50 ml H2SO45N, 15 ml (NH4)6Mo7O24 4% 30 ml C6H8O6 0,1 N
dan 5 ml KsbOC4H4O6.
6. Larutan standard P 100 ppm
Ditimbang 0,2195 gram KH2PO4 yang telah dikeringkan didalam oven pada
suhu 1050 C kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan
dengan larutan H2SO4 0,36 N sampai tanda garis.
19
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
7. Larutan standart 0-1-2-4-6 ppm/ml
Dipipet 0-1-2-4-6 ml larutan standart 100 ppm, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur 100 ml dan penuhkan dengan H2SO4 0,36 N sampai tanda
garis.
8. Daun Kelapa Sawit
9. Air Destilasi
3.3. Persiapan Contoh Daun Kering
3.3.1. Membersihkan Daun Kering
Contoh yang diterima di laboratorium terlebih dahulu dicatat dan diberi nomor
laboratorium secara beraturan. Contoh segera dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi dengan air destilasi. Bagian tulang daun kelapa sawit yang kasar dibuang
dengan gunting. Pada ujung pangkal dan bagian pinggir daun terutama yang agak
lebar digunting dan dibuang.
Kemudian, contoh daun dimasukkan kedalam kantongan-kantongan ukuran
15 x 30 cm disertai nomor-nomor contoh laboratorium.
3.3.2. Mengeringkan dan Menggiling
Contoh daun yang sudah bersih dalam kantongan kemudian dikeringkan di
dalam oven pengering pada suhu 600 – 700 C terus menerus hingga contoh daun
menjadi kering dengan indikasi terasa rapuh bila diremas dengan tangan.
Contoh daun kering digiling dengan mesin penggiling. Contoh daun yang telah
halus dimasukkan dalam botol plastik bertutup disertai label nomor contoh, kemudian
daun siap untuk ditimbang dan dianalisa.
20
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
3.4. Prosedur Destruksi Basah (H2SO4 + H2O2) Daun Kelapa Sawit
1. Ditimbang 0.1 gram contoh kering mutlak 1050 C, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 20 ml (apabila contoh yang ditimbang adalah contoh kering
udara, maka dilakukan juga penimbangan untuk penetapan kadar air).
2. Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan 0,5 ml H2O2 30%, digoyang perlahan-
lahan. Larutan contoh didestruksi menggunakan penangas listrik khusus untuk
tabung reaksi, suhu dinaikkan perlahan-lahan sampai dengan ± 1800 C. contoh
akan menjadi hitam dan agak berbuih. Bila larutan contoh sudah tidak berbuih
lagi, tabung diangkat dan didinginkan.
3. Setelah dingin kemudian ditambah 0,5 ml H2O2 30% dan didestruksi kembali.
Penambahan H2O2 30% diulangi sampai larutan contoh menjadi bening dan
destruksi disempurnakan pada suhu 2800 C selama ± 15 menit. Tabung reaksi
diangkat dan didinginkan.
4. Larutan diencerkan dengan H2O ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 40 kedalam botol
plastik 100 ml.
5. Filtrat dipergunakan untuk penetapan N, P, K, Ca dan Mg.
6. Dilakukan juga destruksi blanko.
3.5. Prosedur Penetapan Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit secara Spektrofotometri
UV-Visible
1. Di pipet 1 ml filtrat (hasil destruksi dalam H2SO4 (p) dan H2O2 30% ), juga
untuk blanko dan larutan standart (0-1-2-4-6-ppm P) kedalam botol gelas.
2. Ditambahkan 5 ml air destilasi
21
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
3. Ditambahkan 1 ml larutan campuran (50 ml H2SO4 5N, 15 ml larutan
Ammonium Molibdat 4%, 30 ml larutan asam askorbat 0,1 N, 5 ml Kalium
Antimoniltatrat) ini dibuat untuk 100 ml larutan campuran.
4. Dikocok homogen, tunggu 15 menit, kemudian akan timbul warna. Kemudian
Absorbannya di ukur dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Visible
pada panjang gelombang 700 nm. Warna akan stabil selama 5 jam.
22
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Analisa Data
Hasil analisa Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit terdapat pada tabel berikut :
Tabel 1. Data Absorbansi Larutan P Standar
Lar.
StandarKH2PO4
(ppm)
Absorbansi (A)
0
1
2
4
6
0,000
0,086
0,172
0,345
0,518
Tabel 2. Absorbansi P-Grafik Berat Contoh
No Lab
Berat kering Contoh daun
1050C Absorbansi
Konsentrasi Sampel (ppm)
P (%)
11007
11008
11009
11010
11011
0,106
0,106
0,102
0,105
0,102
0,128
0,137
0,122
0,119
0,124
1,49
1,59
1,42
1,38
1,44
0,140
0,150
0,139
0,132
0,141
23
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Perhitungan
4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi
Tabel 3. Penentuan Persamaan Garis Regresi
No Xi (C) Yi (A) (Xi- X ) (Xi- X )2 (Yi- Y ) (Yi- Y )2 (Xi- X )(Yi- Y )
1. 0,0000 0,0000 -2,6000 6,7600 -0,2242 0,0520 0,5829
2. 1,0000 0,0860 -1,6000 2,5600 -0,1382 0,0190 0,2211
3. 2,0000 0,1720 -0,6000 0,3600 -0,0522 0,0027 0,0313
4. 4,0000 0,3450 1,4000 1,5600 0,1208 0,0145 0,1691
5. 6,0000 0,5180 3,4000 1,5600 0,2938 0,0863 0,9989
∑ 13,0000 1,1210 0,0000 23,2000 0,0000 0,1727 2,0033
Dimana harga X rata-rata = 6000,250000,13
==∑
=nXiX
Dimana harga Y rata-rata = 2242,05
1210,1==
∑=
nYiY
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan
garis :
Y = ax + b, dimana
a = Slope
b = Intercept
Selanjutnya harga (a) = slope ditentukan dengan menggunakan metode Least
Square sebagai berikut :
2)()()(
XXiYYiXXia
−∑−−∑
=
Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel sebelumnya
kepada persamaan ini, akan diperoleh :
24
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
a = 2000,230033,2 = 0,0863
Maka harga b dapat diperoleh melalui :
XaYbataubXaY −=+=
)6000,2()0863,0(2242,0 −=b
= -0,0001
Maka persamaan garis regres yang diperoleh adalah :
Y = 0,0863X + (-0,0001)
4.2.2. Mencari konsentrasi sampel
untuk No. Lab 11007
ppm49,10863,01281,0
0863,0)0001,0(128,0
)0001,0(0863,0128,0
=
=
−−=
−+=+=
x
x
x
XbXaY
Dilakukan dengan cara yang sama untuk no. Lab 11008, 11009, 11010, 11011.
4.2.3. Menghitung Kadar Fosfor (P) Daun Kelapa Sawit
P% = 1000
10001000
11
100
1050 xContohBerat
xxxiKonsentras
CContohBeratnPengenceraxiKonsentras
=
= C105contohBerat
0,01xK0
onsentrasi
= 106,0
01,049,1 x
= 0,140%
25
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Dilakukan dengan cara yang sama untuk no. Lab 11005, 11009, 11010, 11011.
4.3. Pembahasan
Pemberian unsur hara pada tanaman kelapa sawit merupakan usaha kultur
teknis yang penting untuk meningkatkan produksi persatuan luas dengan tujuan akhir
keuntungan ekonomi yang maksimal. Kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa
sawit melalui hasil analisis dari bahan panen dan daun sebagai pedoman yang
memudahkan untuk dapat memberikan indikasi kebutuhan unsur hara buatan tanaman
kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari
tanaman.
Dari hasil analisa daun kelapa sawit secara spektrofotometri di laboratorium
diperoleh hasil posfor untuk no. laboratorium 11007 - 11011 adalah antara 0,140% -
0,141% dibandingkan dengan nilai tarif krisis antara 0,16 – 0,19%, maka akan dapat
disimpulkan unsur hara dalam daun kelapa sawit masih kurang. Hasil yang diperoleh
untuk memudahkan para petani untuk mengetahui beberapa kebutuhan unsur hara
buatan yaitu berupa pemupukan sesuai dosis yang dibutuhkan karena pemupukan
merupakan menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah.
Pada analisis unsur hara fosfor pada daun kelapa sawit ini diperoleh fosfor
yang cukup. Unsur hara didalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro,
mengenai peranan utama fosfor bagi tanaman adalah :
• Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik
sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan
tanaman menjadi sehat serta kuat.
• Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh
tanaman.
26
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
• Memacu pembentukan bunga dan masaknya buah/biji, sehingga mempercepat
masa panen.
• Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah dan biji.
• Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
.
27
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa daun diperoeh bahwa :
Tingkat kesuburan tanaman kelapa sawit berdasarkan unsur hara yang yang
terdapat pada daun secara spektrofotometri cukup, hal ini disebabkan juga oleh
faktor cuaca dengan panas dan curah hujan yang cukup.
4.2. Saran
1. Agar mahasiswa/i selanjutnya dapat menganalisis unsur hara Fosfor (P)
dengan menggunakan metode yang lain.
2. Diharapkan dalam menganalisa kadar unsur hara Fosfor (P) pada daun kelapa
sawit dilakukan secara teliti agar diperoleh hasil yang baik supaya tidak keliru
dalam menentukan dosis pemupukan daun kelapa sawit.
28
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts,G. 1987. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Darmosarkoro,W. 2003. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Edisi I. Medan.
Fessenden & Fessenden.1982. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
http://www.pusri.co.id/indexC0302.php
http://www.anak-soleh
http://toiusd.multiply.com/journal/item/79/Elaeis_guineensis_Kelapa_Sawit
http://www.petrokimia-gresik.com/sp_36.asp
http://id /wiki/Fosfor.wikipedia.org http://sentrabd.com/main/info/Insight/Spectrophotometer.htm http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar&ext=analisis04_06 Khopkar,SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Mulja,M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta : Agrro Media Pustaka.
Suhardjo,H. 1996. Bidang Tanaman Vadecium Kelapa Sawit. PT. Perkebunana
Nusantara IV (persero). Pematang Siantar.
Tim Penulis.PS. 2007. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wardana,N. 1999. Penetapan Metode Analisis dan Batas Kritis P- tersedia Tanah Pada
Inseptisol Tongging, Skripsi Jurusan Ilmu Tanah. USU. Medan.
29
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standart Unsur Fosfor (P)
Konsentrasi Larutan Standart
KH2PO4 (ppm)
Absorbansi
(A)
0 0,000 1 0,086 2 0,172 4 0,345 6 0,518
Kurva 1. Absorbansi – Vs – Konsentrasi Larutan Standar Fosfor (P) Y = 0,0863X + (-0,0001) a = 0,0863 b = -0,0001
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 1 2 3 4 5 6 7
1; 0,086
2; 0,172
0; 0
4; 0,345
6; 0,518
Konsentrasi (ppm)
Grafik Kurva Standart
Abs
orba
nsi
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
KADAR HARA DAUN KELAPA SAWIT YANG MENUNJUKKAN
DEFISIENSI, OPTIMUM DAN TINGGI
TANAMAN SAWIT MUDA ( < 6 TAHUN ) DAUN KE 17
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,50 2,6 – 2,9 > 3,1
P (%) < 0,15 0,16 – 0,19 > 0,25
K (%) < 1,00 1,1 – 1,3 > 1,8
Mg (%) < 0,20 0,3 – 0,45 > 0,7
Ca (%) < 0,30 0,5 – 0,7 > 0,7
S (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,6
Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0
B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40
Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15
Zn ( µg g-1 ) < 10 12 - 18 > 80
TANAMAN SAWIT DEWASA ( > 6 TAHUN ) DAUN KE 17
Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%) < 2,30 2,4 – 2,8 > 3,0
P (%) < 0,14 0,15 – 0,18 > 0,25
K (%) < 0,75 0,9 – 1,2 > 1,6
Mg (%) < 0,20 0,25 – 0,40 > 0,7
Ca (%) < 0,25 0,5 – 0,75 > 1,0
S (%) < 0,20 0,25 – 0,35 > 0,6
Cl (%) < 0,25 0,5 – 0,7 > 1,0
B ( µg g-1 ) < 8 15 – 25 > 40
Cu ( µg g-1 ) < 3 5 – 8 > 15
Zn ( µg g-1 ) < 10 12 - 18 > 80
Maya Mastura Syahfitri : Analisa Unsur Hara Fosfor (P) Pada Daun Kelapa Sawit Secara Spektrofotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, 2008. USU Repository © 2009
Sumber : Von Uexkull,H.R and Fairhurst,T.H.(1991) IPI Bulletin 12. The Oil Palm,
Fertilizing for High yield and quality,IPI,Bern.