Analisa Routing Dengan Static Routing Dan EIGRP di PT CPI.pdf
-
Upload
rio-fernando -
Category
Documents
-
view
676 -
download
1
description
Transcript of Analisa Routing Dengan Static Routing Dan EIGRP di PT CPI.pdf
ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKANSTATIC ROUTING DAN
ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOLPADA LOCAL AREA NETWORK
DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Informatika
oleh :
RIO FERNANDO10951005610
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU2013
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN
STATIC ROUTING DAN
ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL
PADA LOCAL AREA NETWORK
DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Oleh :
RIO FERNANDO10951005610
Telah diperiksa dan disetujui sebagai laporan Kerja Praktek
di Pekanbaru, pada tanggal 05 Febuari 2013
Pekanbaru,
Pembimbing Perusahaan
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
FAISAL RACHMADIANTO
NETWORK & TELEPHONY TEAM
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN
ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN
STATIC ROUTING DAN
ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL
PADA LOCAL AREA NETWORK
DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Oleh :
RIO FERNANDO10951005610
Telah disetujui dan disahkan sebagai laporan Kerja Praktek
di Pekanbaru, pada tanggal 03 Juni 2013
Koordinator Kerja Praktek Pembimbing Kerja Praktek
Pizaini, ST Surya Agustian, ST, M.KomNIP. 130 512 061 NIP. 19771128 200710 1 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
DR. Okfalisa, ST, M.ScNIP. 19771028 200312 2 004
ABSTRAK
Dalam Local Area Network (LAN) maupun Wide Area Network
diperlukan metode vital yang disebut routing. Routing merupakan sebuah proses
pencarian path atau alur guna memindahkan informasi dari host sumber (source
address) ke host tujuan (destinations address) melalui koneksi internetwork.
Metode routing cukup beragam, masing masing metode routing disebut dengan
protokol routing. Secara garis besar protokol routing terbagi dua jenis, yakni
dynamic routing dan static routing.
Penelitian ini menganalisa tentang performa dari dua protokol routing,
yakni Static Routing dan dynamic routing EIGRP. Penelitian ini juga
mempresentasikan simulasi penerapan kedua protokol routing tersebut
menggunakan Cisco Packet Tracer. Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan
mengenai perbandingan analisa preforma Static Routing dan dynamic routing
EIGRP beserta kesimpulan dan saran penerapannya pada LAN.
Kata Kunci : LAN, routing, protokol routing, static routing, EIGRP.
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah
SWT yang telah memberikan ridha dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia beserta laporan
kerja praktek ini. Kerja Praktek ini merupakan mata kuliah wajib untuk
menyelesaikan pendidikan S1 pada jurusan Teknik Informatika Uin Suska Riau.
Laporan kerja praktek ini disusun berdasarkan pelaksanaan kerja praktek yang
penulis lakukan di PT. Chevron Pacific Indonesia distrik Duri pada tanggal 04
Desember 2012 sampai dengan 04 Januari 2013. Dalam kerja praktek ini penulis
mengambil judul “ANALISA ROUTING DENGAN MENGGUNAKAN
STATIC ROUTING DAN ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING
PROTOCOL PADA LOCAL AREA NETWORK DI PT. CHEVRON PACIFIC
INDONESIA” yang dilaksanakan di Department IT Telnet, distrik Duri-Riau.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis menghadapi berbagai
masalah, tetapi berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak kerja praktek ini
dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
tujukan kepada:
1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
2. Untuk seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan.
3. Ibu. Oktfalisa selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika TA
2012/2013
4. Bpk. Novriyanto selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika TA
2011/2012.
5. Bpk. Pizaini selaku Koordinator Kerja Praktek TA 2012/2013
6. Bpk. Nazruddin Syafaat selaku Koordinator Kerja Praktek TA
2011/2012.
7. Bpk. Surya Agustian selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.
8. Untuk dosen-dosen Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Suska Riau.
ii
9. Bpk. Elwin F. Nasution selaku pimpinan HR Rumbai.
10. Bpk. Nurzal yang telah memberikan kami pengarahan di hari pertama
kami kerja praktek.
11. Bpk. Faisal Rachmadianto selaku IT Engineer dan Pembimbing Kerja
Praktek dari PT Chevron Pacific Indonesia yang telah memberikan
memberikan wawasan, pengetahuan serta arahan hingga
terselesaikannya laporan ini.
12. Bang Ade Susanto yang telah memberikan pengarahan mengenai IP
Routing.
13. Seluruh tim IT Telnet dan IT PCN yang telah membantu kami secara
langsung maupun tidak. Terima kasih telah menerima kami.
14. Kak Dewi, Kak Dede, dan Bang Alif yang selalu bersedia membantu
kami dan memberikan informasi selama pelaksanaan Kerja Praktek.
15. Untuk teman-teman yang juga KP di PT Chevron Pacific Indonesia
Duri ; Isma, Lia, Kak Farisha, Tri, Nindo, Rangga, Bang Didi, Ita,
Habib, Jhon, dan Tumbur. Terima kasih telah bersama kami dan
bersedia berbagi cerita selama 1 bulan ini.
16. Untuk teman-teman seperjuangan di jurusan Teknik Informatika UIN
SUSKA RIAU. Terima kasih atas segala dukungannya kepada kami.
17. Semua karyawan yang ada di meshall Merapi dan Talang. Terima
kasih atas semua pelayanannya.
18. Pak Budi dan semua sopir IOT dan ICT yang selalu bersedia
mengantar kami. Terima kasih atas semua cerita dan pengalamannya.
19. Satpam IT Tower yang selalu menyambut kami setiap pagi.
20. Bapak petugas laundry dan seluruh staff indocater yang telah
memberikan kami layanan penginapan dan laundry selama menjalani
Kerja Praktek. Terima kasih atas semua kenyamanan yang telah
diberikan.
21. Warga tetangga di lingkungan Talang 134 dan 205.
iii
22. Dan untuk semua pihak yang telah mendukung kami yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan kerja praktek ini terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja.
Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya laporan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui email
penulis [email protected] atau [email protected]. Penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, baik dari pihak PT. Chevron
Pacific Indonesia, UIN SUSKA RIAU maupun dari kalangan akademis serta
masyarakat umum.
Duri, ... Januari 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ I
DAFTAR ISI ........................................................................................................ IV
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................VII
DAFTAR TABEL ..................................................................................................X
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ...............................................................I-1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................I-2
1.3 Tujuan Kerja Praktek ............................................................................I-2
1.4 Batasan Masalah....................................................................................I-3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ....................................I-3
1.6 Sistematika Penulisan ...........................................................................I-4
BAB II PROFIL PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA ............................... II-1
2.1 Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia .............................................. II-1
2.2 Wilayah dan Lokasi Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia ............. II-5
2.3 Kegiatan Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia ............................... II-7
2.3.1 Kegiatan Eksplorasi ........................................................................ II-8
2.3.2 Kegiatan Produksi ........................................................................... II-9
2.4 Departement IT Telnet Duri.............................................................. II-11
2.4.1 Struktur Organisasi ....................................................................... II-12
2.4.2 Tugas IT Telnet ............................................................................. II-13
BAB III TUGAS KERJA PRAKTEK .............................................................. III-1
3.1 Uraian Tugas Kerja Praktek ............................................................... III-1
3.2 Analisa Permasalahan ........................................................................ III-2
3.3 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek ...................................................... III-3
v
3.4 Metode Pengerjaan Kerja Praktek ..................................................... III-3
BAB IV LANDASAN TEORI........................................................................... IV-1
4.1 Jaringan Komputer ............................................................................. IV-1
4.1.1 Pengertian Jaringan Komputer....................................................... IV-1
4.1.2 Jenis-Jenis Jaringan Komputer....................................................... IV-1
4.1.3 Model OSI Layer............................................................................ IV-3
4.1.4 Model TCP/IP ................................................................................ IV-9
4.1.5 Perangkat Jaringan ....................................................................... IV-12
4.2 Virtual LAN ..................................................................................... IV-13
4.2.1 Pengertian VLAN......................................................................... IV-14
4.2.2 Trunking ....................................................................................... IV-14
4.2.3 VLAN Trunking Protocol ............................................................. IV-15
4.3 IP Addressing Dan Subnetting ......................................................... IV-15
4.3.1 IP Address .................................................................................... IV-15
4.3.2 Subnetting..................................................................................... IV-21
4.4 Routing Protocol .............................................................................. IV-24
4.4.1 Pengertian IP Routing .................................................................. IV-24
4.4.2 Static Routing ............................................................................... IV-25
4.4.3 Dynamic Routing Protocol........................................................... IV-25
BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISA...................................................... V-1
5.1 Desain Jaringan ................................................................................... V-1
5.1.1 Requirements................................................................................... V-1
5.1.2 IP Addressing Dan Subnetting ........................................................ V-2
5.1.3 Desain Topologi Jaringan ............................................................... V-3
5.2 Simulasi Jaringan ................................................................................ V-6
5.2.1 Konfigurasi VLAN.......................................................................... V-7
5.2.2 Konfigurasi Server ........................................................................ V-15
5.2.3 Konfigurasi Routing Pada Jaringan............................................... V-25
vi
5.3 Analisa Routing ................................................................................. V-34
5.3.1 Analisa Static Routing................................................................... V-37
5.3.2 Analisa EIGRP.............................................................................. V-39
BAB VI PENUTUP ...........................................................................................VI-1
5.1 Kesimpulan ........................................................................................VI-1
5.2 Saran...................................................................................................VI-1
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
BAB II
2.1 Wilayah Operasi PT Chevron Pacific Indonesia di Riau .................... II-7
2.2 Struktur Organisasi IBU Information Technology ........................... II-12
2.3 Struktur organisasi IT TELNET ....................................................... II-13
BAB IV
4.1 OSI Layer ........................................................................................... IV-3
4.2 Lapisan Fisik OSI Layer .................................................................... IV-4
4.3 Lapisan Data Link OSI Layer ............................................................ IV-5
4.4 Network Layer OSI Layer .................................................................. IV-6
4.5 Lapisan Transpor OSI Layer .............................................................. IV-7
4.6 Lapisan Session OSI Layer ................................................................ IV-8
4.7 Lapisan Presentasi OSI Layer ............................................................ IV-9
4.8 Lapisan Aplikasi OSI Layer............................................................... IV-9
4.9 TCP/IP.............................................................................................. IV-10
4.10 Virtual LAN ..................................................................................... IV-14
4.11 IP Address ........................................................................................ IV-15
4.12 IP Address Kelas A .......................................................................... IV-17
4.13 IP Address Kelas B .......................................................................... IV-17
4.14 IP Address Kelas C .......................................................................... IV-18
4.15 Struktur Kelas Multicast Address..................................................... IV-20
4.16 Subnetting......................................................................................... IV-22
4.17 Contoh Subnetting............................................................................ IV-24
BAB V
5.1 Topologi Jaringan Pekanbaru.............................................................. V-3
5.2 Topologi Jaringan Minas..................................................................... V-4
5.3 Topologi Jaringan Duri ....................................................................... V-5
viii
5.4 Topologi Jaringan Dumai.................................................................... V-6
5.5 Topologi Jaringan Keseluruhan .......................................................... V-7
5.6 Konfigurasi VLAN Distrik Pekanbaru ............................................... V-8
5.7 Konfigurasi Trunking Distrik Pekanbaru ........................................... V-9
5.8 Konfigurasi Router Distrik Pekanbaru ............................................... V-9
5.9 Tes Konektivitas VLAN Pekanbaru.................................................... V-9
5.10 Konfigurasi VLAN Distrik Duri ...................................................... V-10
5.11 Konfigurasi Trunking Distrik Duri ................................................... V-10
5.12 Konfigurasi Router Distrik Duri ...................................................... V-11
5.13 Tes Konektivitas VLAN Duri ........................................................... V-11
5.14 Konfigurasi VLAN Distrik Minas ................................................... V-12
5.15 Konfigurasi Trunking Distrik Minas ................................................ V-12
5.16 Konfigurasi Router Distrik Minas .................................................... V-12
5.17 Tes Konektivitas VLAN Minas ........................................................ V-13
5.18 Konfigurasi VLAN Distrik Dumai ................................................... V-13
5.19 Konfigurasi Trunking Distrik Dumai ............................................... V-14
5.20 Konfigurasi Router Distrik Dumai ................................................... V-14
5.21 Tes Konektivitas VLAN Dumai........................................................ V-14
5.22 Topologi Server................................................................................. V-15
5.23 Konfigurasi IP FTP ........................................................................... V-16
5.24 Konfigurasi DNS pada FTP .............................................................. V-16
5.25 Konfigurasi FTP pada DNS & FTP .................................................. V-17
5.26 Testing FTP ....................................................................................... V-17
5.27 Konfigurasi IP Email Server ............................................................. V-18
5.28 Konfigurasi SMTP & POP3 pada Email Server ............................... V-18
5.29 Testing Email-Mengirim Email Di Divisi IT.................................... V-19
5.30 Testing Email-Proses Login .............................................................. V-19
5.31 Testing Email-Menu Layanan ........................................................... V-20
5.32 Testing Email-Mengirim Email ........................................................ V-20
5.33 Testing Email-Menerima Email ........................................................ V-21
ix
5.34 Testing Email-Proses Login Penerimaan Email................................ V-21
5.35 Testing Email-Penerimaan Email Berhasil ....................................... V-22
5.36 Konfigurasi IP HTTP ........................................................................ V-22
5.37 Konfigurasi Service HTTP................................................................ V-23
5.38 Testing Service HTTP ....................................................................... V-23
5.39 Topologi Router ................................................................................ V-24
5.40 Topologi 1 – Simulasi Static Routing ............................................... V-30
5.41 Topologi 2 – Simulasi Static Routing ............................................... V-31
5.42 Topologi 1 – Simulasi EIGRP .......................................................... V-31
5.43 Topologi 2 – Simulasi EIGRP .......................................................... V-32
5.44 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada Static Routing.............................. V-32
5.45 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 Static Routing..... V-33
5.46 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada Static Routing.............................. V-33
5.47 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 Static Routing..... V-34
5.48 Routing Table Router Dis. Duri Simulasi 2 Static Routing .............. V-34
5.49 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada EIGRP ......................................... V-35
5.50 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 EIGRP ................ V-36
5.51 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada EIGRP ......................................... V-36
5.52 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 EIGRP ................ V-36
5.53 Perintah Tracert Simulasi 3 Pada EIGRP ......................................... V-37
5.54 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 3 EIGRP ................ V-37
x
DAFTAR TABEL
BAB III
3.1 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek....................................................... III-3
BAB IV
5.1 IP Addressing ...................................................................................... V-2
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Saat ini jaringan computer merupakan sesuatu yang wajib dan penting,
terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang telah dicapai pada era teknologi ini.
Jaringan komputer semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan atau
organisasi sebagai sarana untuk berkomunikasi dan saling bertukar informasi baik
dalam jangkauan yang kecil (Local Area Network) ataupun jangkauan yang besar
(Wide Area Network).
Akan tetapi semakin banyak pemanfaatan dan semakin tinggginya tingkat
kebutuhan terhadap jaringan komputer dalam berkomunikasi dan bertukar informasi,
semakin banyak pula masalah yang muncul terkait pemanfaatan serta kebutuhan
tersebut. Pengguna jaringan komputer menginginkan suatu desain jaringan yang baik
dan efisien sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal pada saat proses
komunikasi dan pertukaran informasi berlangsung bahkan pada saat jaringan
mengalami perubahan.
Untuk membangun sebuah jaringan yang baik dan efisien tersebut, banyak hal
yang perlu diperhatikan, salah satunya pemilihan protokol routing yang tepat.
Seringkali muncul masalah pada jaringan yang telah dibangun karena pemilihan
protokol routing yang kurang tepat oleh administrator jaringan. Sebagai contoh ketika
sebuah link pada sebuah jaringan terputus, maka diperlukan suatu penanganan cepat
dan tepat agar jaringan dapat kembali berfungsi dengan baik. Maka untuk
I-2
menghindari masalah ini seorang administrator jaringan harus mengetahui protokol
routing apa yang tepat digunakan dalam membangun sebuah jaringan.
Ada dua jenis protokol routing yang dikenal saat ini, yakni statik dan dinamis.
Protokol routing dinamik sendiri ada bermacam-macam, namun pada penellitian
dalam rangka kerja praktek ini penulis memilih protokol routing EIGRP. Dalam
penelitian ini penulis akan menganalisa performa antara IGRP dan EIGRP sebagai
bahan perbandingan, sehingga dapat diketahui protocol routing mana yang benar-
benar tepat untuk digunakan dalam jaringan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang akan dipelajari selama Kerja praktek ini yaitu :
“Bagaimana mendesain dan menganalisa sebuah Local Area Network dengan
menggunakan Static Routing dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol
(EIGRP) di PT. Chevron Pasific Indonesia”.
1.3 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek dapat dibagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuankhusus sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
1. Menerapkan dan mempraktekkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah pada
dunia kerja.
2. Melaksanakan tugas mata kuliah kerja praktek.
3. Pengenalan dunia kerja yang sebenarnya dan prospek teknologi informasi ke
depan pada dunia kerja.
I-3
4. Menjadi sebuah lapangan pembelajaran bagi peserta kerja praktek dalam
meningkatkan potensi skill yang dimiliki.
b. Tujuan Khusus
Mendesaian dan menganalisa sebuah Local Area Network dengan menggunakan
Static Routing dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) Di PT.
Chevron Pasific Indonesia.
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan yang dilakukan tidak terlalu luas, maka diperlukan batasan
masalah, yaitu :
1. Penulis hanya membahas dan menganalisa Statc Routing dan EIGRP sebagai
bahan perbandingan pada Local Area Network.
2. Penulis hanya akan menganalisa EIGRP pada kondisi non-bandwidth dan with-
banwidth.
3. Penulis hanya akan menganalisa penerapan Static Routing dan EIGRP pada
jaringan yang telah penulis desain dengan mengggunakan software simulasi
jaringan packet tracer, bukan penerapan routing pada jaringan di PT. CPI.
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan di PT. CPI bertempat di Gedung IT Telnet
(Telecommunication and Network), distrik Duri, Riau, dengan jangka waktu
pelaksanaan selama satu bulan, mulai tanggal 04 Desember 2012 s/d 04 Januari 2013.
I-4
1.6 Sistematika Pembahasan
Berikut merupakan susunan sistematika penulisan laporan kerja praktek yang
akan dibuat. Penulisan rencana susunan ini secara ideal, ialah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan
masalah, waktu dan tempat dan sistematika penulisan.
BAB II Profil Perusahaan
Bab ini berisi uraian pembahasan mengenai profil, visi, misi, daerah operasi,
aspek-aspek yang menyangkut PT. CPI secara umum.
BAB III Tugas Kerja Praktek
Bab ini berisi uraian mengenai tugas-tugas yang dilakukan oleh penulis
selama melakukan kerja praktek.
BAB IV Landasan Teori
Bab ini berisi uraian secara teoritis tentang hal-hal spesifik yang akan dialami
selama berlangsungnya kerja praktek.
BAB V Pembahasan
Bab ini berisi mengenai pembahasan dalam mendesain dan menganalisa Local
Area Network dengan menerapkan Static Routing dan EIGRP.
BAB VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek hingga penulisan laporan.
II-1
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia
Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah anak perusahaan dari Chevron yang
bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Riau. Sebelum diambil alih oleh
Chevron, perusahaan ini bernama Caltex Pacific Indonesia. Para karyawan CPI
ditempatkan di 4 kota di Riau yaitu Dumai, Duri, Minas dan Rumbai. CPI juga
merupakan perusahaan minyak kontraktor terbesar di Indonesia, dengan produksi
sudah mencapai 2 miliar barrel.
PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan produsen minyak
terbesar di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1924 oleh Standart Oil Company Of
California (SOCAL). Survey explorasi diawali di pulau Sumatra, Jawa Timur dan
Kalimantan Timur yang dimulai pada tahun 1924 dipimpin oleh Emerson
M.Butterworth mengadakan pengeboran minyak di daerah tersubut. Tim Butterworth
juga melakukan survey explorasi di bagian utara pulau Papua dan terhenti karena
Indonesia masih dibawah penjajahan Hindia Belanda.
Pada tahun 1930, tim tersebut mengajukan izin pengeboran minyak kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk mengajukan pengeboran minyak di pulau tersebut,
karena berdasarkan survey mereka menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki
kandungan minyak yang cukup potensial. Pada tahun yang sama, pemerintah Hindia
Belanda memberikan izin kepada SOCAL untuk melanjutkan eksplorasinya di daerah
Sumatra Tengah dan dibentuk N,V. Nederlanche Pacifik Petroleum Maatchappij
II-2
II-2
(NPPM) yang merupakan cikal bakal dari PT.Chevron Pacifik Indonesia pada bulan
Juni 1930. Pada tahun 1935, SOCAL ditawari pemerintah daerah Hindia Belanda
suatu daerah seluas 600.000 ha di daerah Sumatra Tengah. Kemudian James P. Bailey
dari kantor SOCAL Jakarta merekomendasikan Rekan Block dan pada bulan Juli
1936 SOCAL atau TEXAS Company (TEXACO) yang merupakan dua perusahaan
besar Amerika itu bergabung menjadi California Texas Petroleum Corporation
(CALTEX).
Cadangan minyak yang pertama kali ditemukan Caltex terdapat dilapangan
Sebanga pada bulan Agustus 1940. Kemudian berturut-turut pada bulan berukutnya
ditemukan kembali cadangan-cadangan minyak yang baru antara lain lapangan
Rantau Bais dan lapangan Duri yang masing-masing pada bulan November 1941.
Pengeboran minyak di kawasan Riau dimulai pada tahun 1934. Pada tahun 1940
untuk pertama kalinya minyak mulai ditemukan dari lokasi sumur di Sebanga, dan
pada tahun 1941 PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) menemukan ladang minyak
di Duri.
Pada saat perang dunia II kegiatan eksplorasi dan pengeboran minyak oleh
Caltex di Riau dihentikan. Semua ladang minyak Caltex di daerah itu diduduki dan
dikuasai oleh tentara Jepang. Selama pendudukan Jepang, lading minyak Caltex tetap
diusahakan oleh tentara Jepang untuk memenuhi kebutuhan minyak Jepang.
Demikian pula selama perang kemerdekaan, Caltex menghentikan seluruh
kegiatannya di Indonesia. Caltex mulai aktif lagi berproduksi setelah perang
kemerdekaan usai.
Sekitar tahun 1949-1950, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk
menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indosesia yang dimiliki oleh
Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu mengancam kedudukan Caltex
II-3
II-3
sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an
Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US$ 50 juta di Indonesia. Selain
itu ditemukan ladang minyak di Minas pada tahun 1944 oleh Jepang yang terbukti
memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958,
produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barrel per hari.
Upaya menasionalisasikan perusahaan asing di Indonesia datur dalam undang-
undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan UU tersebut ditetapkan bahwa semua
kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh
perusahaan minyak negara (Pertamina). Pada tahun 1963, Caltex menjadi bahan
hukum di Indonesia dengan pemilikan saham masing-masing 50% SOCAL dan 50%
TEXACO.
Ladang minyak Duri memberikan sumbangan sebesar 8% total produksi
minyak Indonesia dan 42% dari seluruh produksi minyak PT. CPI mengalami
penurunan produksi sejak tahun 1964. Penurunan produksi dari ladang minyak duri
sangat memprihatinkan, karena hal itu sangat berpengaruh pada economic life
expectancy dari perusahaan ini. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI
menciptakan proyek injeksi uap di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh
Presiden Suharto pada tanggal 3 Maret 1990. Injeksi uap ini merupakan teknologi
baru PT. CPI yang mutakhir yang dapat mempermudah penyedotan minyak dari perut
bumi. Dengan menerapkan teknologi baru tersebut, PT. CPI mengharapkan produksi
minyak yang besar dari ladang minyak Duri dapat dilipat gandakan.
Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efekfif pada ladang minyak
dengan pola yang bervariasi, diantaranya pola titik tujuh, yaitu satu sumur injeksi
untuk enam sumur produksi, pola lima atau Sembilan titik. Pada tanggal 9 Agustus
1971, PT. CPI menandatangani kontrak bagi hasil untuk derah operasi baru seluas
II-4
II-4
21.979 km2 di wilayah Coastal Plains dan Pekanbaru. Wilayah kerja sebelumnya
yang dikenal dengan sebutan Kangguru Block seluas 9.030 km2 diperpanjang masa
operasinya sampai dengan tanggal 8 Agustus 2001. Rasio pembagian untuk kontrak
bagi hasil yang disepakati sampai saat ini antara pemerintah (Pertamina) dan PT. CPI,
adalah 88% dan 12%, ditambah dengan ketentuan khusus berupa fleksibilitas atau
inisiatif bagi PT. CPI untuk hal-hal tertentu.
Produksi minyak mentah Caltex mencapai 65,8% pada tahun 1974 dan
menurun menjadi 46,5% pada tahun 1990. Meskipun terjadi penurunan produksi,
Caltex tetap menguasai pangsa produksi sebesar 75% secara nasiaonal, sedangkan
Pertamina dan Unocal mengalami penurunan produksi. Perjanjian karya berakhir
pada tanggal 28 Agustus 1983 dan diperpanjang manjadi “Kontrak Bagi Hasil”
(Production Sharing Contract) sampai tangal 8 Agustus 2001 dengan wilayah seluas
31.700 km2. Dalam kontrak tersebut ditetapkan bahwa pertamina adalah manajemen
pengendali operasional dan yang menyetujui program kerja anggaran tahunan. PT.
CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan kegiatan operasional dan
penyediaan keahlian teknis dan investasi serta biaya operasional dan penyediaan
keahlian teknis dan investasi serta biaya operasi. Rasio pembagian untuk kontrak bagi
hasil yang disepakati sampai saat ini adalah sebesar 88% untuk pertamina dan 12%
untuk PT. CPI untuk hal-hal tertentu.
Pada 9 Oktober 2001 dua perusahaan besar induk PT. CPI yaitu Chevron dan
Texaco tergabung (merger) menjadi Chevron Texaco. Dan perusahaan Chevron
Texaco salah satu perusahaan energi terbesar di dunia. Pada bulan Mei 2005 Chevron
Texaco merubah namanya menjadi Chevron Corporation. Dan pada tanggal 10
Agustus 2005 Chevron bergabung dengan Unocal, dengan menggunakan satu nama
perusahaan yaitu Chevron. Nama tersebut digunakan sampai saat ini.
II-5
II-5
2.2 Wilayah dan Lokasi Operasi PT Chevron Pacific Indonesia
Wilayah operasi PT Chevron Pacific Indonesia secara keseluruhan mencapai
42.000 km2, mencakup 7 wilayah kontrak yang tersebar di 4 propinsi yaitu Riau,
Jambi, Sumatra Utara, dan Aceh.
Daerah kerja PT CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan
nama Kangaroo Block dan terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain mengerjakan
daerahnya sendiri PT CPI juga bertindak sebagai operator bagi Calastiatic/Chevron
dan Topco/Texaco (C&T). Pada bulan September 1963, ditandatangani perjanjian
C&T yang pertama (berdasarkan Perjanjian Karya) untuk jangka waktu 30 tahun,
meliputi 4 daerah seluas 12.328 km2, dikenal dengan Blok A, B, C dan D. Setelah
mendapat tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada tahun 1968 sebagian Blok
A, sebagian Blok D dan seluruh blok C diserahkan pada Pemerintah Republik
Indonesia. Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan
1978 seingga tersisa 8.314 km2.
Pada bulan Agustus 1971, C&T menandatangani Perjanjian Coastal Plains
Pekanbaru Block seluas 21.975 km2, kemudian bulan Januari 1975, menandatangani
Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km2. Setelah dilakukan
pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plains
Pekanbaru tinggal 9.996 km2. Antara tahun 1979-1991, C&T menandatangani lima
perjanjian lagi, yaitu:
II-6
II-6
1. Perjanjian Patungan (joint venture) dengan Pertamina (Jambi Selatan Blok B)
pada tahun 1979 seluas 5.826 km2, sudah dikembalikan seluruhnya tahun 1988.
2. KPS Singkarak Block pada tahun 1981 seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat, telah
dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984.
3. KPS Langsa Block seluas 7.080 km2 pada tahun 1981 di Selat Malaka di lepas
Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh, juga telah dikembalikan
seluruhnya pada Mei 1986.
4. KPS Nias Block seluas 16.116 km2 pada tahun 1991.
5. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Block seluas
8.314 km2,berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993.
Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan
efisiensi dalam operasi, maka PT Chevron Pacific Indonesia membagi daerahnya
menjadi 5 (lima) distrik yaitu:
1. Distrik Jakarta, merupakan kantor pusat untuk memudahkan hubungan dengan
pemerintah pusat.
2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi untuk wilayah Sumatra.
3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak jenis Sumatera Light
Crude (SLC).
4. Distrik Duri, merupakan operasi produksi minyak jenis Heavy Crude / Duri
Crude (DC) dengan system steam flooding.
5. Distruk Dumai merupakan lokasi penampungan, pelabuhan, dan pengapalan
crude oil.
II-7
II-7
Gambar 2.1 Wilayah Operasi PT Chevron Pacific Indonesia di Riau
Minyak Sumatera Light Crude (SLC) digemari oleh negara-negara industri
karena mempunyai kadar belerang yang rendah dimana produksi kumulatif dari
lapangan minyak Minas dari tahun 1969 hingga akhir tahun 1990 mencapai 3 milyar
barrel.
2.3 Kegiatan Operasi PT Chevron Pacific Indonesia
PT CPI memiliki kegiatan operasi yang terdiri atas kegiatan eksplorasi dan
kegiatan produksi. Berikut uraian mengenai kegiatan operasi dan produk yang
dimiliki oleh PT CPI.
II-8
II-8
2.3.1 Kegiatan Eksplorasi
Setelah hak eksplorasi diperoleh NPPM pada tahun 1953, kegiatan seismik
secara intensif di Riau dilaksanakan, dimulai dengan daerah-daerah sepanjang aliran
sungai Rokan. Berdasarkan penyelidikan geologis pada tahun 1936 dan 1937,
semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial terdapat di wilayah yang
lebih ke selatan. Atas dasar itu, atas permintaan Chevron, daerah kerjanya diubah
sehingga berbentuk seperti sekarang yaitu bentuk seekor kangguru menghadap ke
barat.
Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologis beserta
pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Penelitian seismik dilakukan tahun 1937-
1941 dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dangan
kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m).
Pada tahun 1938 dimulai pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak
terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938-1944 sembilan sumur eksplorasi
berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat, yakni gas di Sebanga, serta
minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah
terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera, sehingga
meningkatkan kegiatan eksplorasi di wilayah yang baru ini.
Setelah Perang Dunia II, di samping mengembangkan temuannya di Minas,
PT CPI melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan berhasil
diselesaikan pada waktu itu. Penelitian geologis dan pemetaan-pemetaan dimulai di
seluruh daerah kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran eksplorasi dan
penelitian geofisika pada tahun 1955.
II-9
II-9
Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter untuk mendukung
kegiatan pengeboran seismik dan eksplorasi yang berhasil mengurangi secara drastis
hambatan yang dihadapi dalam penyediaan supply angkutan tenaga kerja untuk
penelitian geofisis.
Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan
baru. Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan
(minyak atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun 1989 adalah Lapangan
Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-
daerah produksi baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah
sekitarnya.
Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km2 data seismik,
56.000 km2 diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang
minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah
meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada (enhanced
oil recovery).
2.3.2 Kegiatan Produksi
Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 Lapangan Minas
mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel yang pertama, dan menjadi
lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di dunia. Hingga
akhir tahun 1990, produksi akumulatif lapangan Minas telah melebihi tiga miliar
barel. Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri karena kadar
belerangnya sangat rendah.
Selama tahun 1951-1965, meskipun pengeboran eksplorasi menghasilkan 7 temuan,
namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim politik RI
II-10
II-10
pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang dilakukan
untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantarnya
yang dilkakukan adalah:
1. Injeksi air yang dilakukan di distrik Bekasap
2. Injeksi air panas yang dilakukan di distrik Minas
3. Injeksi uap air yang dilakukan di distrik Duri
Teknologi injeksi uap (steam flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981 di
Lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang mempunyai
viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri Steam Flood
(DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. Kini
di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi injeksi dengan pola tujuh titik
(seven spot pattern) di mana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi
yang mana jika telah selesai akan meliputi areal seluas 6.600 Ha. Daerah ini akan
dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100
sampai 600 Ha.
Sampai tahun 1990, PT CPI telah mengebor 3.660 sumur, 3.094 sumur
diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT CPI saat itu masih menggunakan mercu bor
yang dapat diangkut dengan helikopter. Pada perkembangannya, dengan dukungan
infrastruktur angkutan darat yang sudah banyak dibangun, menara bor model angkut
darat dipakai untuk pengeboran-pengeboran eksplorasi dan pengembangan. Setiap
tahun dapat diselesaikan kira-kira 215 hingga 525 sumur eksplorasi dan
pengembangan. Hingga akhir tahun 1990, jumlah produksi PT CPI sejak tahun 1952
telah mencapai lebih dari tujuh miliar barel, berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di
96 lapangan.
II-11
II-11
Program penyuntikan air (water flooding) di Lapangan Minas dimulai tahun
1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam
tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di
Lapangan Kotabatak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel
sehari.
Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain
untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan
metode primer, memperbaiki faktor perolehan, serta untuk menahan merosotnya laju
produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.
Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981
dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan uap
di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247 hektar
sejak 1986, di area 3 seluas 1.457 hektar pada tahun 1987 dan pembangunan sarana
produksi di area 4 dengan luas 1.140 hektar. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan
proyek Injeksi Uap (Steam Injection) Duri yang merupakan proyek injeksi uap
terbesar di dunia.
2.4 Departemen IT-TELNET Duri
Sistem Komunikasi yang ada di PT. Chevron Pacific Indonesia dikelola oleh
suatu departemen, yang juga mengelola keseluruhan Indo Asia Business Unit
Chevron, yaitu IT TELNET (Information Technology Telecommunication and
Network) yang dibagi menjadi enam subteam sesuai dengan fungsinya, yaitu:
1. Team Engineering, Quality and Asset Management (EQA)
2. Service Area Transmission Operation North (SATON)
3. Service Area Transmission Operation South (SATOS)
II-12
II-12
4. Service Area Transmission Operation Kalimantan (SATOK)
5. Service Area Transmission Operation Java (SATOJ)
6. Network Telephony (NT)
2.4.1 Struktur Organisasi
Gambar 2.2 Struktur Organisasi IBU Information Technology
II-13
II-13
Gambar 2.3 Struktur Organisasi IT TELNET
2.4.2 Tugas IT Telnet
Tugas yang dimiliki oleh departemen Information Technology
Telecommunication and Network adalah sebagai berikut:
a. Mengatur komunikasi seluruh layanan
b. Menangani operation and service dari seluruh layanan
c. Mengatur Quality Assurance, Services, License, Assets dan biaya dari suatu
proyek telecommunication & network
d. Optimalisasi nilai dari suatu proses telecommunication engineering
Daerah operasi mencakup wilayah Duri, Duri Field, Bekasab, Libo, Dumai,
Bangko, Balam, Rumbai, Minas, Petapahan dan Jakarta.
III-1
BAB III
TUGAS KERJA PRAKTEK
3.1. Uraian Tugas Kerja Praktek
Kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang dimulai pada
tanggal 04 Desember 2012 sampai dengan 04 Januari 2013. Perusahaan ini adalah
salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang Migas. Kerja praktek itu
sendiri dilaksanakan pada bagian IT Telnet (Information Technology
Telecommunication Networking) yang menangani seluruh kegiatan
telekomunikasi dan jaringan di area operasi perusahaan PT. CPI distrik duri,
sehingga banyak pelajaran ataupun pengalaman berharga yang diperoleh
mengenai dunia kerja secara umum dan bagaimana pemanfaatan teknologi
informasi secara nyata. Adapun deskripsi pekerjaan yang dilakukan selama kerja
praktek di PT. CPI adalah sebagai berikut :
a. Mendalami dan mempelajari materi CCENT/CCNA ICND 1 dan 2.
b. Mempelajari materi IT Service Management (ITSM).
c. Mempelajari materi mengenai routing, baik dinamis maupun statik.
d. Melakukan konfigurasi Switch, Virtual LAN, dan Trunking.
e. Mempelajari materi mengenai Spanning Tree Protocol.
f. Melakukan simulasi penerapan routing statik dan RIP pada Local Area
Network dengan menggunakan software packet tracer.
Berikut ini penjabaran kegiatan kerja praktek penulis selama 1 bulan di
PT. CPI :
a. Pada minggu pertama penulis diberi materi sejarah PT. CPI oleh
pembimbing perusahaan, dikenalkan ke seluruh staf IT Tower serta
ditunjukkan ruangan PABX yang merupakan pusat router dan server. Pada
minggu pertama ini penulis juga ditugaskan oleh pembimbing perusahaan
untuk mempelajari materi CCENT/CCNA ICND 1 dan 2.
III-2
b. Pada minggu kedua penulis diberi project oleh pembimbing berupa
mendesain dan menganalisa sebuah Local Area Network dengan
menerapkan routing statik dan EIGRP. Pada tahap ini penulis memulai
simulasi dengan meggunakan software Cisco Packet Tracer yakni
mendesain jaringan dan melakukan konfigurasi Virtual LAN dan
Trunking.
c. Pada minggu ketiga penulis melanjutkan dengan melakukan simulasi
konfigurasi router pada jaringan yang telah di desain. Router-router yang
dikonfigurasi dibagi menjadi 2 bagian, yakni routing statik dan EIGRP.
d. Pada minggu keempat penulis melanjutkan menganalisa dengan cara
melakukan perbandingan penerapan routing statik dan EIGRP pada
jaringan. Pada minggu terakhir ini penulis juga mulai membuat dan
menyelesaikan laporan kerja praktek untuk perusahaan.
3.2. Analisa Permasalahan
Salah satu fungsi jaringan komputer adalah sebagai sarana komunikasi,
sehingga memungkinkan setiap orang yang terhubung ke dalam jaringan dapat
mengakses, mendapatkan dan saling bertukar informasi atau data. Data atau
informasi tersebut dapat berupa suara (voice), video, maupun jenis data lainnya.
Agar masing-masing aliran data dalam jaringan dapat berjalan dengan baik, maka
perlu dilakukan konfigurasi pada jaringan secara tepat dan benar.
Salah satu perangkat jaringan yang memegang peranan penting adalah
router. Dengan adanya router informasi atau data diteruskan ke alamat-alamat
yang ada pada WAN atau LAN dengan menggunakan protocol routing. Protocol
routing sendiri ada 2, yakni statik dan dinamik. Kedua protocol routing ini
memiliki keunikan tersendiri dalam performanya pada jaringan.
Oleh karena itu, di dalam penelitian ini penulis akan melakukan simulasi
konfigurasi routing statik dan dinamik menggunakan software Cisco Packet
Tracert, dengan routing dinamik yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP). Selanjutnya akan
III-3
dilakukan analisa mengenai penerapan kedua protocol routing tersebut untuk
menyimpulkan protocol routing mana yang benar-benar dapat memberikan hasil
terbaik pada jaringan.
3.3. Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek
Jadwal pengerjaan dan laporan kerja praktek dijelaskan pada tabel 3.1 di
bawah ini :
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Des 2012 Jan 2013 Feb 2013
Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kerja praktek
2 Pengumpulan data
3 Analisa
4 Laporan
Tabel 3.1 Jadwal Pengerjaan Kerja Praktek
3.4. Metode Pengerjaan Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
a. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku dan
literature lainnya yang berkaitan dengan materi kerja praktek.
b. Pengamatan (Observation)
Pengamatan yang penulis lakukan disinkronkan dengan kebijakan dan
aturan-aturan pihak perusahaan.
III-4
2. Analisa
Melakukan analisa Routing pada lalu lintas jaringan dengan
mensimulasikannya pada software Cisco Packet Tracer dengan acuan data
hasil dari studi pustaka dan pengamatan konfigurasi Routing yang telah di
desain pada jaringan.
3. Kesimpulan
Menyimpulkan secara keseluruhan dalam bentuk hasil laporan berdasarkan
analisa yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan perumusan masalah
yang ada.
BAB IV
LANDASAN TEORI
4.1. Jaringan Komputer
4.1.1. Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer merupakan sejumlah komputer yang saling terhubung yang
didesain agar dapat saling berbagi sumber daya dan bertukar informasi. Dua buah
komputer misalnya dikatakan terkoneksi bila keduanya dapat saling bertukar
informasi.
Saat ini jaringan komputer sudah merupakan hal yang sangat penting bagi
manusia maupun organisasi karena berbagai tujuan dan keuntungan yang dapat
dicapai olehnya. Adapun tujuan jaringan komputer tersebut adalah :
a. Dapat saling berbagi sumber daya.
b. Dapat menyediakan sumber-sumber alternative kapanpun diperlukan.
c. Ekonomis.
d. Sebagai salah satu sarana komunikasi tanpa terhalang oleh ruang dan waktu.
4.1.2. Jenis-Jenis Jaringan Komputer
Secara umum jaringan komputer dibagi atas lima jenis, yaitu (Umi
Proboyekti, 2009) :
a. Local Area Network (LAN)
Local Area Network (LAN), merupakan jaringan milik pribadi di dalam
sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN
seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan
IV-2
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai
bersama sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.
b. Metropolitan Area Network (MAN)
Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merupakan versi LAN
yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan
LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan
atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau
umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan
jaringan televisi kabel.
c. Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN), jangkauannya mencakup daerah geografis yang
luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan
mesinmesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.
d. Internet
Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda-beda . Orang yang terhubung ke
jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung
ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar jaringan yang
seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini
diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan dan
melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat
lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan
internet.
e. Jaringan Tanpa Kabel(Nirkabel)
Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap komukasi yang tidak
bisa dilakukan dengan jaringan yang menggunakan kabel. Misalnya orang yang ingin
mendapat informasi atau melakukan komunikasi walaupun sedang berada diatas
IV-3
mobil atau pesawat terbang, maka mutlak jaringan tanpa kabel diperlukan karena
koneksi kabel tidaklah mungkin dibuat di dalam mobil atau pesawat. Saat ini jaringan
tanpa kabel sudah marak digunakan dengan memanfaatkan jasa satelit dan mampu
memberikan kecepatan akses yang lebih cepat dibandingkan dengan jaringan yang
menggunakan kabel.
4.1.3. Model OSI Layer
OSI adalah open system yang merupakan himpunan protokol yang
memungkinkan terhubungnya 2 sistem yang berbeda yang berasal dari underlying
architecture yang berbeda pula. Jadi tujuan OSI ini adalah untuk memfasilitasi
bagaimana suatu komunikasi dapat terjalin dari sistem yang bebeda tanpa
memerlukan perubahan yang signifikan pada hardware dan software di tingkat
underlying. Pada Gambar 4.1 diperlihatkan lapisan model OSI.
Gambar 4.1 OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
IV-4
Model OSI terdiri dari 7 lapisan fisik sebagai beikut (Andi Baso Alfi, 2008) :
a. Phisycal Layer/ Lapisan Fisik
Lapisan fisik melakukan fungsi pengiriman dan penerimaan bit stream dalam
medium fisik. Dalam lapisan ini kita akan mengetahui spesifikasi mekanikal dan
elektrikal daripada media transmisi serta antarmukanya. Hal-hal penting yang dapat
dibahas lebih jauh dalam lapisan fisik ini adalah :
Karakteristik fisik daripada media dan antarmuka.
Representasi bit-bit. Maksudnya lapisan fisik harus mampu menterjemahkan bit 0
atau 1, juga termasuk pengkodean dan bagaimana mengganti sinyal 0 ke 1 atau
sebaliknya.
Data rate (laju data).
Sinkronisasi bit. Line configuration (Konfigurasi saluran). Misalnya : point-to-
point atau point-to-multipoint configuration.
Topologi fisik. Misalnya : mesh topology, star topology, ring topology atau bus
topology.
Moda transmisi. Misalnya : half-duplex mode, full-duplex (simplex) mode.
Gambar 4.2 Lapisan Fisik OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
IV-5
b. Data link Layer / Lapisan Data link
Lapisan data link berfungsi mentransformasi lapisan fisik yang merupakan
fasilitas transmisi data mentah menjadi link yang reliabel. Dalam lapisan ini
menjamin informasi bebas error untuk ke lapisan di atasnya. Tanggung jawab utama
lapisan data link ini adalah sebagai berikut :
Framing. Yaitu membagi bit stream yang diterima dari lapisan network menjadi
unit-unit data yang disebut frame.
Physical addressing. Jika frame-frame didistribusikan ke sistem lain pada
jaringan, maka data link akan menambahkan sebuah header di muka frame untuk
mendefinisikan pengirim dan/atau penerima.
Flow control. Jika rate atau laju bit stream berlebih atau berkurang maka flow
control akan melakukan tindakan yang menstabilkan laju bit.
Error control. Data link menambah reliabilitas lapisan fisik dengan penambahan
mekanisme deteksi dan retransmisi frame-frame yang gagal terkirim.
Access control. Jika 2 atau lebih device dikoneksi dalam link yang sama, lapisan
data link perlu menentukan device yang mana yang harus dikendalikan pada saat
tertentu.
Gambar 4.3 Lapisan Data link OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
IV-6
c. Network Layer / Lapisan Network
Lapisan network bertanggung jawab untuk pengiriman paket dengan konsep
source-todestination. Adapun tanggung jawab spesifik lapisan network ini adalah :
Logical addressing. Bila pada lapisan data link diimplementasikan physical
addressing untuk penangan pengalamatan/addressing secara lokal, maka pada
lapisan network problematika addressing untuk lapisan network bisa mencakup
lokal dan antar jaringan/network. Pada lapisan network ini logical address
ditambahkan pada paket yang datang dari lapisan data link.
Routing. Jaringan-jaringan yang saling terhubung sehingga membentuk
internetwork diperlukan metode Routing/perutean. Sehingga paket dapat
ditransfer dari satu device yang berasal dari jaringan tertentu menuju device lain
pada jaringan yang lain.
Gambar 4.4 Network Layer OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
d. Transport Layer / Lapisan Transport
Lapisan transpor bertanggung jawab untuk pengiriman source-to-destination
(end-to-end) daripada jenis message tertentu. Tanggung jawab spesifik lapisan
transpor ini adalah :
IV-7
Sevice-point addressing. Komputer sering menjalankan berbagai macam program
atau aplikasi yang berlainan dalam saat bersamaan. Untuk itu dengan lapisan
transpor ini tidak hanya menangani pengiriman/delivery source-to-destination
dari komputer yang satu ke komputer yang lain saja namun lebih spesifik kepada
delivery jenis message untuk aplikasi yang berlainan. Sehingga setiap message
yang berlainan aplikasi harus memiliki alamat/address tersendiri lagi yang
disebut service point address atau port address.
Segmentation dan Reassembly. Sebuah message dibagi dalam segmen-segmen
yang terkirim. Setiap segmen memiliki sequence number. Sequence number ini
yang berguna bagi lapisan transpor untuk merakit/reassembly segmen-segman
yang terpecah atau terbagi tadi menjadi message yang utuh.
Connection control. Lapisan transpor dapat berperilaku sebagai connectionless
atau connection-oriented.
Flow control. Seperti halnya lapisan data link, lapisan transpor bertanggung
jawab untuk kontrol aliran (flow control). Bedanya dengan flow control di lapisan
data link adalah dilakukan untuk end-to-end.
Error control. Sama fungsi tugasnya dengan error control di lapisan data link,
juga berorientasi end-to-end.
Gambar 4.5 Lapisan Transpor OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
IV-8
e. Session Layer / Lapisan Session
Layanan yang diberikan oleh tiga layer pertama (fisik, data link dan network)
tidak cukup untuk beberapa proses. Maka pada lapisan session ini dibutuhkan dialog
controller. Fungsi yang diberikan oleh lapisan session antara lain :
Dialog control
Sinkronisasi
Gambar 4.6 Lapisan Session OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
f. Presentation Layer / Lapisan Presentasi
Presentation layer lebih cenderung pada syntax dan semantic pada pertukaran
informasi dua sistem. Tanggung jawab spesifik :
Translasi
Enkripsi
Kompresi
IV-9
Gambar 4.7 Lapisan Presentasi OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
g. Aplications Layer / Lapisan Aplikasi
Sesuai namanya, lapisan ini menjembatani interaksi manusia dengan
perangkat lunak/software aplikasi.
Gambar 4.8 Lapisan Aplikasi OSI Layer (Andi Baso Alfi, 2008)
4.1.4. Model TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol)
TCP/IP dikembangkan sebelum model OSI ada. Namun demikian lapisan-
lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI. Protokol
TCP/IP hanya dibuat atas lima lapisan saja : physical, data link, network, transport
IV-10
dan application. Cuma hanya lapisan aplikasi pada TCP/IP mencakupi tiga lapisan
OSI teratas, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9. Khusus layer keempat,
Protokol TCP/IP mendefinisikan 2 buah protokol yakni Transmission Control
Protocol(TCP) dan User Datagram Protocol Protocol(UDP). Sementara itu pada
lapisan ketiga, TCP/IP mendefiniskan sebagai Internetworking Protocol(IP), namun
ada beberapa protokol lain yang mendukung pergerakan data pada lapisan ini.
Gambar 4.9 TCP/IP (Andi Baso Alfi, 2008)
Fitur-fitur penting yang ada pada TCP/IP suite (Andi Baso Alfi, 2008) :
TCP/IP dikembangkan menggunakan standar protokol terbuka. Tersedia secara
bebas dan dikembangkan tanpa tergantung pada perangkat keras atau sistem
operasi tertentu.
IV-11
Tidak tergantung pada spesifik perangkat jaringan tertentu. Hal ini
memungkinkan TCP/IP mengintegrasi dengan berbagai macam jaringan.
TCP/IP menggunakan pengalamatan yang unik dengan skala global. Dengan
demikian memungkinkan komputer dapat saling berhubungan walaupun
jaringannya seluas internet saat ini.
Standarisasi protokol TCP/IP dilakukan secara konsisten dan tersedia secara luas
untuk siapapun tanpa biaya. Hal ini diwujudkan dalam RFC (Request For
Comments).
Berikut beberapa penjelasan mengenai beberapa lapisan yang ada pada
TCP/IP (Andi Baso Alfi, 2008) :
a. Physical dan Data link Layer
Pada lapisan ini TCP/IP tidak mendefinisikan protokol yang spesifik. Artinya
TCP/IP mendukung semua standar dan proprietary protokol lain.
b. Network Layer
Pada lapisan ini TCP/IP mendukung IP dan didukung oleh protokol lain yaitu
sebagai berikut :
1. Internetworking Protocol (IP) : Adalah mekanisme transmisi yang digunakan
oleh TCP/IP. IP disebut juga unreliable dan connectionless datagram protocol. IP
mentransportasikan data dalam paket-paket yang disebut datagram.
2. Address Resolution Protocol (ARP) : ARP digunakan untuk menyesuaikan alamat
IP dengan alamat fisik (Physical address).
3. Reverse Address Resolution Protocol (RARP) : RARP membolehkan host
menemukan alamat IP nya jika dia sudah tahu alamat fisiknya. Ini berlaku pada
saat host baru terkoneksi ke jaringan.
IV-12
4. Internet Control Message Protocol (ICMP) : ICMP adalah suatu mekanisme yang
digunakan oleh sejumlah host dan gateway untuk mengirim notifikasi datagram
yang mengalami masalah kepada host pengirim.
5. Internet Group Message Protocol (IGMP) : IGMP digunakan untuk memfasilitasi
transmisi message yang simultan kepada kelompok/group penerima.
c. Transport Layer
Protokol yang ada pada transport layer :
1. User Datagram Protocol : UDP adalah protokol process-to-process yang
menambahakan hanya alamat port, check-sum error control, dan panjang
informasi data dari lapisan di atasnya.
2. Transmission Control Protocol (TCP) : TCP menyediakan layanan penuh lapisan
transpor untuk aplikasi. TCP juga dikatakan protocol transpor untuk stream yang
reliabel. Dalam konteks ini artinya TCP bermakna connection oriented, dengan
kata lain : koneksi end-to-end harus dibangun dulu di kedua ujung terminal
sebelum kedua ujung terminal mengirimkan data.
d. Application Layer
Application Layer dalam TCP/IP adalah kombinasi lapisan-lapisan session,
presentation dan application pada OSI.
4.1.5. Perangkat Jaringan
4.1.5.1. Repeater
Repeater berguna untuk membangkitkan dan menguatkan sinyal-sinyal yang
mengalir pada jaringan komputer sehingga jaringan komputer dapat menjangkau
jarak yang lebih jauh.
IV-13
4.1.5.2. Hub
Hub memiliki prinsip kerja yang sama dengan repeater yakni berfungsi
untuk menguatkan sinyal-sinyal pada jaringan komputer. Namun yang
membedakannya dengan repeater adalah pada hub terdapat port -port yang lebih
banyak sehingga hub dikenal juga dengan multiport repeater.
4.1.5.3. Bridge
Bridge merupakan alat yang bekerja untuk menghubungkan 2 segmen LAN
atau lebih. Tujuan utama dari penggunaan bridge adalah untuk memfilter traffic antar
kedua segmen LAN. Jadi apabila ada data yang hanya ditujukan untuk komputer yang
terletak pada segmen LAN yang sama, maka data tersebut tidak diteruskan ke segmen LAN
yang lainnya.
4.1.5.4. Switch
Switch juga dikenal sebagai multiport bridge. Switch juga melakukan
penyaringan terhadap data yang melewatinya dengan menggunakan alamat MAC.
Dengan adanya filtrasi pada switch ini maka jaringan komputer akan lebih efisien.
Hal ini disebabkan pada switch, data akan langsung disalurkan ke port yang
menghubungkan dengan komputer yang merupakan tujuan dari data tersebut.
4.1.5.5. Router
Router bekerja untuk melakukan Routing yaitu menentukan jalur terbaik yang
akan dilalui sebuah paket data berdasarkan pada alamat IP yang terdapat pada data
yang melewatinya. Karena kemampuannya mengarahkan(Routing) paket data
berdasarkan pada alamat IP, Router ini menjadi alat yang cukup penting didalam
sebuah jaringan internet.
IV-14
4.2. Virtual Local Area Network (VLAN)
4.2.1. Pengertian VLAN
Syaifulloh dan Wawan Susetyo (2010) mengatakan bahwa VLAN adalah
pengelompokan logikal dari user dan sumber daya network yang terhubung ke port-
port yang telah ditentukan secara administratif pada sebuah switch. Penggunaan
VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat
dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa bergantung
pada lokasi workstation seperti pada gambar 4.10 dibawah ini :
Gambar 4.10 Virtual LAN (Syaifulloh dan Wawan Susetyo, 2010)
4.2.2. Trunking
Ketika menggunakan beberapa VLAN dalam jaringan yang memiliki banyak
switch yang saling terhubung, perlu digunakan VLAN trunking di antara switch-
switch dalam jaringan tersebut. Dengan VLAN trunking, switch akan melabeli setiap
frame yang dikirim ke switch lain, sehingga switch penerima akan mengetahui bahwa
frame tersebut termasuk dalam VLAN-nya.
IV-15
4.2.3. VLAN Trunking Protocol (VTP)
VTP merupakan protocol milik (proprietary) Cisco yang memungkinkan
switch-switch Cisco (yang terhubung) saling bertukar informasi. VTP memungkinkan
seorang administrator untuk menambahkan, mengurangi, dan mengganti nama
VLAN-VLAN informasi yang kemudian disebarluaskan ke semua switch lain di
domain VTP tersebut.
4.3. IP addressing dan Subnetting
4.3.1. IP address
IP address digunakan sebagai alamat dalam hubungan antar host di internet
sehingga merupakan sebuah sistem komunikasi yang universal karena merupakan
metode pengalamatan yang telah diterima di seluruh dunia. Dengan menentukan IP
address berarti kita telah memberikan identitas yang universal bagi setiap interface
komputer. Jika suatu komputer memiliki lebih dari satu interface (misalkan
menggunakan dua ethernet) maka kita harus memberi dua IP address untuk komputer
tersebut masing-masing untuk setiap interface-nya.
4.3.1.1. Format Penulisan IP address
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik
setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat
dituliskan sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Jadi IP address ini mempunyai range dari 00000000.00000000.00000000.
00000000 sampai 11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address
dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis
dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang
lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan
IV-16
nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format
biner dan desimal :
Gambar 4.11 IP Address (Nurwajianto, 2012)
4.3.1.2. Pembagian Kelas IP address
Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau
sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di
seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP
address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.
IP address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID)
dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari
network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu
network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net
ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP address merupakan network
bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian
network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke
dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap
kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit
jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar.
Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan
multicast dan kelas E untuk keperluan eksperimental. Perangkat lunak Internet
Protokol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama
dari IP address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut (Nurwajianto,
2012) :
IV-17
Bit Pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang
host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-
127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat
menampung sekitar 16 juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan
untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat
dilukiskan pada gambar berikut ini :
Gambar 4.12 IP Address Kelas A (Nurwajianto, 2012)
Dua bit pertama IP addres kelas B selalu di set 10 sehingga bit pertamanya selalu
bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya
adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address
192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID = 26.161. Pada IP address
kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx,
yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host
atau sekitar 65 ribu host.
Gambar 4.13 IP Address Kelas B (Nurwajianto, 2012)
IV-18
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti
LAN. 3 bit pertama IP address kelas C selalu di set 111. Network ID terdiri dari
24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network
dengan masing-masing network memiliki 256 host.
Gambar 4.14 IP Address Kelas C (Nurwajianto, 2012)
IP address kelas D digunakan untuk keperluan muticasting. 4 bit pertama IP
address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar antara 224-
247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang
menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal istilah network ID
dan host ID.
IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit pertama IP
address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.
4.3.1.3. Address Khusus
Selain address yang digunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis
address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk
pengenal host. Address tersebut adalah (Nurwajianto, 2012) :
a. Network Address
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet.
Misalkan untuk host dengan IP address kelas B 192.168.9.35. Tanpa memakai subnet
(akan diterangkan kemudian), network address dari host ini adalah 192.168.0.0.
IV-19
Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi
0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi Routing pada Internet. Router
cukup melihat network address (192.168) untuk menentukan ke router mana
datagram tersebut harus dikirimkan. Analoginya mirip dengan dalam proses
pengantaran surat, petugas penyortir pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada
alamat surat (tidak perlu membaca selutuh alamat) untuk menentukan jalur mana
yang harus ditempuh surat tersebut.
b. Broadcast Address
Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus
diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui, setiap
datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP address dari host yang akan
dituju oleh datagram tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan
saja yang memproses datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya.
Bagaimana jika suatu host ingin mengirim datagram kepada seluruh host yang ada
pada network-nya ? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi datagram sebanyak
jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan meningkat dan beban kerja host
pengirim bertambah, padahal isi datagram-datagram tersebut sama. Oleh karena itu,
dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka
seluruh host yang ada pada network akan menerima datagram tersebut.
Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki broadcast
address yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP address
untuk host tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram.
Pertama adalah IP address-nya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast
address pada network tempat host tersebut berada.
Broadcast address diperoleh dengan membuat bit-bit host pada IP address
menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 192.168.9.35 atau 192.168.240.2,
IV-20
broadcast address-nya adalah 192.168.255.255 (2 segmen terakhir dari IP address
tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca
255.255). Jenis informasi yang di-broadcast biasanya adalah informasi Routing.
c. Multicast Address
Kelas address A, B dan C adalah address yang digunakan untuk komunikasi
antar host, yang menggunakan datagram-datagram unicast. Artinya, datagram/paket
memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. Hanya host yang memiliki IP
address sama dengan destination address pada datagram yang akan menerima
datagram tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Jika datagram
ditujukan untuk seluruh host pada suatu jaringan, maka field address tujuan ini akan
berisi alamat broadcast dari jaringan yang bersangkutan. Dari dua mode pengiriman
ini (unicast dan broadcast), muncul pula mode ke tiga. Diperlukan suatu mode
khusus jika suatu host ingin berkomunikasi dengan beberapa host sekaligus (host
group), dengan hanya mengirimkan satu datagram saja. Namun berbeda dengan
mode broadcast, hanya host-host yang tergabung dalam suatu group saja yang akan
menerima datagram ini, sedangkan host lain tidak akan terpengaruh. Oleh karena itu,
dikenalkan konsep multicast. Pada konsep ini, setiap group yang menjalankan
aplikasi bersama mendapatkan satu multicast address. Struktur kelas multicast
address dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 4.15 Struktur Kelas Multicast Address
Untuk keperluan multicast, sejumlah IP address dialokasikan sebagai
multicast address. Jika struktur IP address mengikuti bentuk 1110xxxx.xxxxxxxx.
xxxxxxxx.xxxxxxxx (bentuk desimal 224.0.0.0 sampai 239. 255.255.255), maka IP
IV-21
address merupakan multicast address. Alokasi ini ditujukan untuk untuk keperluan
group, bukan untuk host seperti pada kelas A, B dan C. Anggota group adalah host-
host yang ingin bergabung dalam group tersebut. Anggota ini juga tidak terbatas pada
jaringan di satu subnet, namun bisa mencapai seluruh dunia. Karena menyerupai
suatu backbone, maka jaringan muticast ini dikenal pula sebagai Multicast Backbone
(Mbone).
4.3.1.4. Aturan Dasar Pemilihan Network ID dan host ID
Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID
yang digunakan (Nurwajianto, 2012) :
Network Id tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback yakni IP
address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjukkan dirinya sendiri.
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini
merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.
Network ID dan Host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network
digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.
4.3.2. Subnetting
Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi address, mengatasi
masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya melakukan
subnetting. Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah antara
bagian network dan bagian host dari suatu IP address. Beberapa bit dari bagian host
dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network
menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan
IV-22
sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap network tersebut.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet
mask) kepada IP address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP address,
yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP address yang
“ditutupi” (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan
diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan
masking(on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil
satu IP address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat Tabel
berikut :
Gambar 4.16 Subnetting (Nurwajianto, 2012)
IV-23
Dengan aturan standard, nomor network IP address ini adalah 44 dan nomor
host adalah 132.1.20. Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16
juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan
diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0(Biner = 11111111.
11111111. 00000000.00000000). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet
mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit
pertama dari suatu IP address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap
sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host
menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network
menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnet mask di atas identik dengan standard IP address kelas B. Dengan
menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256
network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B.
Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 (24 bit) pada kelas A akan
mengahasilkan jumlah network yang lebih besar (lebih dari 65 ribu network) dengan
kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat dibagi-
bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi
seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit (
255.255.255.224) dan seterusnya.
Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet mask
pada IP address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni Network Address
dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan menset seluruh bit
host bernilai nol, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat
network yang berguna pada informasi Routing. Suatu host yang tidak perlu
mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang
dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway
IV-24
untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan
broadcast address dapat dilihat pada gambar di bawah. Dari tabel dapat disimpulkan
bagaimana nomor network standard dari suatu IP address diubah menjadi nomor
subnet /subnet address melalui subnetting.
Gambar 4.17 Contoh Subnetting (Nurwajianto, 2012)
Subnetting hanya berlaku pada network local. Bagi network di luar network
local, nomor network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP
address.
4.4. Routing Protocol
4.4.1. Pengertian Routing
Routing adalah proses pengiriman data dari satu host dalam satu network ke
host dalam network yang lain melalui suatu router. Agar router dapat mengetahui
bagaimana meneruskan paket paket ke alamat yang dituju dengan mengunakan jalur
terbaik, router menggunakan tabel Routing. Tabel Routing adalah tabel yang memuat
seluruh informasi IP address dari interface router yang lain sehingga router yang
satu dengan router lainnya bisa saling berkomunikasi.
IV-25
4.4.2. Static Routing Protocol
Static Routing adalah pembuatan dan peng-update-an Routing table secara
manual. Static Routing tidak akan merubah informasi yang ada pada tabel Routing
secara otomatis, sehingga administrator harus melakukan merubah secara manual
apabila topologi jaringan berubah.
4.4.3. Dynamic Routing Protocol
Pada jaringan besar yang menggunakan banyak router, dynamic Routing
merupakan metode yang paling umum digunakan. Mengapa? Karena jika kita
menggunakan metode static Routing maka kita harus mengkonfigurasi semua router
secara manual dan ini tidak mungkin untuk seorang network administrator. Dengan
menggunakan metode static Routing kita membutuhkan banyak konfigurasi,
sedangkan pada dynamic Routing kita dapat mengkonfigurasi seminimal mungkin.
Jadi sangat dimungkinkan metode dymanic Routing untuk mengembangkan
bagaimana router berkomunikasi dengan protokol yang digunakan. Protokol Routing
mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan
saling memberikan informasi Routing yang dapat mengubah isi Routing table,
tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan
jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
4.4.3.1. Routing Information Protocol(RIP)
RIP adalah protokol Routing dinamik yang berbasis distance vector. RIP
menggunakan protokol UDP pada port 520 untuk mengirimkan informasi Routing
antar router. RIP menghitung Routing terbaik berdasarkan perhitungan HOP. RIP
membutuhkan waktu untuk melakukan converge. RIP membutuhkan power CPU
yang rendah dan memori yang kecil daripada protokol yang lainnya. Kelebihan RIP
yaitu RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk
IV-26
mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi Routing. Jika terjadi
perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus
mengirimkan informasi Routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered
update) Mengatur Routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang
cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. RIP
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain (Rosyidina Syafitri, 2010) :
METRIC : Hop Count
RIP menghitung Routing terbaik berdasarkan hop count dimana belum tentu hop
count yang rendah menggunakan protokol LAN yang bagus, dan bisa saja RIP
memilih jalur jaringan yang lambat.
Hop Count Limit
RIP tidak dapat mengatur hop lebih dari 15. Hal ini digunakan untuk mencegah
loop pada jaringan.
Classful Routing Only
RIP menggunakan classful Routing ( /8, /16, /24 ). RIP tidak dapat mengatur
classless Routing.
4.4.3.2. Interior Gateway Routing Protocol(IGRP)
Interior Gateway Routing Protocol atau yang biasa dikenal dengan sebutan
IGRP merupakan suatu protokol jaringan kepemilikan yang mengembangkan sistem
Cisco yang dirancang pada sistem otonomi untuk menyediakan suatu alternatif RIP
(Routing Information Protocol). IGRP merupakan suatu penjaluran jarak antara
vektor protokol, bahwa masing-masing penjaluran bertugas untuk mengirimkan
semua atau sebagian dari isi tabel penjaluran dalam penjaluran pesan untuk
memperbaharui pada waktu tertentu untuk masing-masing penjaluran. Penjaluran
memilih alur yang terbaik antara sumber dan tujuan. Untuk menyediakan fleksibilitas
tambahan, IGRP mengijinkan untuk melakukan penjaluran multipath. Bentuk garis
IV-27
equal bandwidth dapat menjalankan arus lalu lintas dalam round robin, dengan
melakukan peralihan secara otomatis kepada garis kedua jika sampai garis kesatu
turun.
Masing-masing penjaluran secara rutin mengirimkan masing-masing jaringan
lokal kepada suatu pesan yang berisi salinan tabel penjaluran dari tabel lainnya. Pesan
ini berisi tentang biaya-biaya dan jaringan yang akan dicapai untuk menjangkau
masing-masing jaringan tersebut. Penerima pesan penjaluran dapat menjangkau
semua jaringan didalam pesan sepanjang penjaluran yang bisa digunakan untuk
mengirimkan pesan.
Kemudian setelah melalui proses pembaharuan IGRP kemudian menjadi
EIGRP (Enhanced IGRP), persamaannya adalah IGRP dan EIGRP sama-sama
kompatibel dan antara router-router yang menjalankan EIGRP dan IGRP dengan
autonomous system yang sama akan langsung otomatis terdistribusi.
4.4.3.3. Open Shortest Path First (OSPF)
Isabella dan Putu Ari Arjana (2010) mengatakan Protokol ini termasuk dalam
link-state protokol, kelebihan utama dari protokol ini adalah dapat dengan cepat
mendeteksi perubahan dan mejadikan Routing kembali konvergen dalam waktu
singkat dengan sedikit pertukaran data. Routing ini membentuk peta jaringan dalam
tiga tahap, tahap pertama setiap router mengenali seluruh tetangganya, lalu router
saling bertukar informasi dan router akan menghitung jarak terpendek ke setiap
tujuan. Peta jaringanya akan disimpan dalam basis data sebagai hasil dari pertukaran
informasi antar router OSPF dapat menangani Routing jaringan TCP/IP yang besar
dan membuat hirarki Routing dengan membagi jaringan menjadi beberapa area.
Setiap paket yang dikirim dapat dibungkus dengan authentikasi, namun protokol ini
membutuhkan kemampuan CPU dan memori yang besar Proses dasar Routing OSPF
adalah menghidupkan adjency, proses flooding, dan perhitungan tabel Routing.
IV-28
Router-router mengirimkan paket hello ke seluruh jaringan yang terhubung secara
periodic, jika paket tidak terdengar maka jaringan dianggap down, defaultya
mengirimkan 4 kali paket hello. Router-router selalu berusaha adjacent dengan
router tetangganya berdasarkan paket hello yang diterima. Dalam jaringan
multiaccess, router memilih Designated Router (DR) dan Backup Designated Router
(BDR) dan mencoba adjacent dengan kedua router tersebut.
4.4.3.4. Enchanced Interior Gatway Routing Protocol (EIGRP)
Isabella dan Putu Ari Arjana (2010) menyatakan bahwa EIGRP(Enhanched
Interior Gateway Routing Protocol) adalah Routing protocol yang hanya diadopsi
oleh router cisco atau sering disebut sebagai proprietary protocol pada cisco, dimana
EIGRP ini hanya bisa digunakan sesama router cisco. EIGRP menggunakan formula
berbasis bandwidth dan delay untuk menghitung metric yang sesuai dengan suatu
rute. EIGRP melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop. EIGRP
tidak melakukan perhitungan-perhitungan rute seperti yang dilakukan oleh protokol
link state. Hal ini menjadikan EIGRP tidak membutuhkan desain ekstra, sehingga
hanya memerlukan lebih sedikit memori dan proses dibandingkan protocol link state.
Konvergensi EIGRP lebih cepat dibandingkan dengan protokol distance vector. Hal
ini terutama disebabkan karena EIGRP tidak memerlukan fitur loop avoidance yang
pada kenyataannya menyebabkan konvergensi protokol distance vector melambat.
Hanya dengan mengirim sebagian dari Routing update (setelah seluruh informasi
Routing dipertukarkan). EIGRP mengurangi pembebanan di jaringan. Salah satu
kelemahan utama EIGRP adalah protokol Cisco-propritary, sehingga jika diterapkan
pada jaringan multivendor diperlukan suatu fungsi yang disebut route redistribution.
Fungsi ini akan menangani proses pertukaran rute router di antara dua protokol link-
state(OSPF dan EIGRP).
IV-29
EIGRP sering disebut juga hybrid distance vector Routing protocol, karena
EIGRP ini terdapat dua tipe Routing protocol yang digunakan, yaitu distance vector
dan link state. Dalam perhitungan untuk menentukan jalur manakah yang terpendek,
EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) dalam
menentukannya.
V-1
BAB V
IMPLEMENTASI DAN ANALISA
5.1. Desain Jaringan
5.1.1. Requirements
Jaringan yang akan didesain terbagi menjadi beberapa distrik/daerah
operasi, yaitu distrik Pekanbaru, Minas, Duri dan Dumai. Dengan kebutuhan
masing-masing distrik sebagai berikut :
Pekanbaru : Distrik Pekanbaru terdiri dari bangunan 3 lantai, dimana distrik
ini terdiri dari 5 divisi, yaitu divisi produksi, operasi, IT, finance, dan
manajemen.
Minas : Distrik Minas terdiri 2 divisi yaitu divisi produksi dan operasi.
Duri : Distrik Duri terdiri dari divisi sebanyak 3 buah, yaitu produksi, operasi
dan manajemen.
Dumai : Distrik Dumai terdiri dari 3 divisi yaitu produksi, operasi dan finance.
Jaringan yang akan didesain membutuhkan 3 buah server, yakni server Email,
Web server, dan FTP. Dimana server-server ini berlokasi di distrik Pekanbaru.
Berdasarkan pada requirements yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
membagi jaringan menjadi beberapa VLAN(Virtual LAN) yang didasarkan pada
pembagian divisi, yakni sebagai berikut :
Pekanbaru : 5 VLAN
Minas : 2 VLAN
Duri : 3 VLAN
Dumai : 3 VLAN
Pembagian VLAN tersebut berdasarkan kepada banyaknya divisi pada
masing-masing distrik.
V-2
5.1.2. IP Addressing Dan Subnetting
Dalam mendesain jaringan ini penulis menggunakan IP 192.168.0.0
dengan subnetmask default kelas C yaitu 255.255.255.0. Untuk masing-masing
distrik, penulis memberi Network ID yang berbeda pada. Hal ini bertujuan agar
pada implementasinya jaringan yang didesain ini dapat berjalan dengan handal
seperti yang diharapkan. Adapun IP address pada masing-masing distrik adalah
sebagai berikut :
Pekanbaru : 192.168.1.0-192.168.1.255
Minas : 192.168.2.0-192.168.2.255
Duri : 192.168.3.0-192.168.3.255
Dumai : 192.168.4.0-192.168.4.255
Dengan menggunakan teknik subnetting, maka alamat IP Host pada
masing-masing distrik adalah :
VLAN Pekanbaru Minas Duri Dumai
1 192.168.1.0/27-
192.168.1.31/27
192.168.2.0/27-
191.168.2.31/27
192.168.3.0/27-
191.168.3.31/27
192.168.4.0/27-
191.168.4.31/27
2 192.168.1.32/27-
191.168.1.63/27
192.168.2.32/27-
191.168.2.63/27
192.168.3.32/27-
191.168.3.63/27
192.168.4.32/27-
191.168.4.63/27
3 192.168.1.64/27-
191.168.1.95/27
192.168.2.64/27-
191.168.2.95/27
192.168.3.64/27-
191.168.3.95/27
192.168.4.64/27-
191.168.4.95/27
4 192.168.1.96/27-
191.168.1.127/27
192.168.2.96/27-
191.168.2.127/27
192.168.3.96/27-
191.168.3.127/27
192.168.4.96/27-
191.168.4.127/27
5 192.168.1.128/27-
191.168.1.159/27
192.168.2.128/27-
191.168.2.159/27
192.168.3.128/27-
191.168.3.159/27
192.168.4.128/27-
191.168.4.159/27
6 192.168.1.160/27-
191.168.1.191/27
192.168.2.160/27-
191.168.2.191/27
192.168.3.160/27-
191.168.3.191/27
192.168.4.160/27-
191.168.4.191/27
Tabel 5.1 IP Addressing
V-3
Untuk alamat server penulis menggunakan network address 192.168.10.0,
dengan pembagian alamat alamat server sebagai berikut :
Email Server : 192.168.10.2/27
FTP(File Transfer Protocol) : 192.168.10.3/27
Web Server : 192.168.10.4/27
5.1.3. Desain Topologi Jaringan
Topologi jaringan adalah hal yang menjelaskan hubungan geometris antara
unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station.
Di bawah ini adalah topologi dari masing-masing distrik, dan topologi
jaringan secara keseluruhan.
5.1.3.1. Pekanbaru
Distrik Pekanbaru merupakan bangunan yang terdiri dari 3 lantai dan
terdiri dari 5 divisi.
Gambar 5.1 Topologi Jaringan Pekanbaru
V-4
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian requirement, distrik Pekanbaru
terdiri dari 5 VLAN yang didasarkan pada pembagian divisinya. Seperti terlihat
pada Gambar 5.1 di atas, distrik Pekanbaru terdiri atas bangunan 3 lantai di mana
di masing-masing lantai terdiri dari kelima divisi yang ada. Distrik ini terdiri dari
15 PC(5 PC pada masing-masing lantai), 3 server, 3 switch dengan masing-
masing switch berada pada masing-masing lantai, 1 switch yang terhubung
langsung ke router access pekanbaru, 1 router access, 1 router distribusi, dan 1
router sebagai Port Server.
5.1.3.2. Minas
Minas merupakan distrik yang hanya berupa bangunan 1 lantai yang terdiri
dari 2 divisi.
Gambar 5.2 Topologi Jaringan Minas
Distrik Minas terdiri dari 2 VLAN yang didasarkan pada pembagian
divisinya. Seperti terlihat pada topologi di atas, distrik Minas terdiri atas
bangunan 1 lantai yang terdiri dari 2 PC(1 PC divisi produksi dan 1 PC divisi
operasi), 1 switch untuk konfigurasi VLAN, 1 switch yang terhubung langsung ke
router access, 1 router access, dan 1 Router Dis. Minas.
5.1.3.3. Duri
V-5
Duri merupakan distrik yang hanya terdiri dari bangunan 1 lantai yang
mempunyai divisi sebanyak 3 divisi
Gambar 5.3 Topologi Jaringan Duri
Distrik Duri terdiri dari 3 VLAN yang didasarkan pada pembagian
divisinya. Seperti terlihat pada topologi di atas, distrik Duri terdiri atas bangunan
1 lantai yang terdiri dari 3 PC(1 PC divisi produksi, 1 PC divisi finance dan 1 PC
divisi operasi), 1 switch untuk konfigurasi VLAN, 1 switch yang terhubung
langsung ke router access, 1 router access, dan 1 Router Dis. Duri.
5.1.3.4. Dumai
Sama seperti distrik Duri, Dumai hanya memiliki 1 bangunan 1 lantai
dengan divisi sebanyak 3 divisi.
V-6
Gambar 5.4 Topologi Jaringan Dumai
Distrik Dumai terdiri dari 3 VLAN yang didasarkan pada pembagian
divisinya. Seperti terlihat pada topologi di atas, distrik Duri terdiri atas bangunan
1 lantai yang terdiri dari 3 PC(1 PC divisi produksi, 1 PC divisi finance dan 1 PC
divisi operasi), 1 switch untuk konfigurasi VLAN, 1 switch yang terhubung
langsung ke router access, 1 router access, dan 1 Router Dis. Dumai.
5.1.3.5. Topologi Jaringan Secara Keseluruhan
Topologi jaringan secara keseluruhan menggambarkan topologi jaringan
secara keseluruhan, baik itu di distrik Pekanbaru, Minas, Duri dan Dumai.
V-7
Gambar 5.5 Topologi Jaringan Keseluruhan
5.2. Simulasi Jaringan
Dalam mensimulasikan jaringan yang telah didesain, penulis
menggunakan software Cisco Paket Tracer sebagai software simulasi jaringan
yang sebenarnya karena software simulator keluaran Cisco System ini merupakan
software simulator yang paling handal saat ini. Dengan menggunakan software ini
kita dapat mendesain dan mengkonfigurasi device-device yang ada di dalam
jaringan seperti halnya di dunia nyata.
5.2.1. Konfigurasi VLAN
Virtual LAN atau disingkat VLAN merupakan sekelompok perangkat
pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan (menggunakan perangkat
lunak pengelolaan) sehingga dapat berkomunikasi seperti halnya bila perangkat
tersebut terhubung ke jalur yang sama, padahal sebenarnya perangkat tersebut
berada pada sejumlah segmen LAN yang berbeda. Konfigurasi VLAN dilakukan
pada masing-masing switch yang menghubungkan masing-masing VLAN.
5.2.1.1. Perangkat Yang Dibutuhkan
Adapun perangkat yang dibutuhkan dalam konfigurasi ini adalah :
Pekanbaru : 15 buah PC, 4 buah switch dan 1 buah router.
V-8
Minas : 2 buah PC, 2 buah switch dan 1 buah router.
Duri : 3 buah PC, 2 buah switch dan 1 buah router.
Dumai : 3 buah PC, 2 buah switch dan 1 buah router.
5.2.1.2. Tujuan Konfigurasi VLAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara mengkonfigurasi
VLAN pada jaringan.
5.2.1.3. Penerapan Konfigurasi VLAN
5.2.1.3.1. Pekanbaru
Topologi distrik pekanbaru dapat dilihat pada gambar 5.1, sedangkan
konfigurasi VLAN pada distrik Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a. Konfigurasi VLAN
Konfigurasi VLAN dilakukan di switch. Masing-masing di switch yang
ada pada masing-masing lantai.
Gambar 5.6 Konfigurasi VLAN Distrik Pekanbaru
b. Konfigurasi Trunking
Konfigurasi trunking dilakukan pada switch, yaitu pada switch di masing-
masing lantai dan switch pusat. Berikut konfigurasinya :
V-9
Gambar 5.7 Konfigurasi Trunking Distrik Pekanbaru
c. Konfigurasi Router
Konfigurasi pada Router dilakukan agar masing-masing PC yang ada di
distrik Pekanbaru bisa saling berkomunikasi dimana konfigurasi hanya dilakukan
pada Router Dis Pekanbaru. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.8 Konfigurasi Router Distrik Pekanbaru
d. Tes Konektivitas
Tes konektivitas dilakukan antara PC divisi Produksi (192.168.1.4) ke
divisi Finance (192.168.1.98).
Gambar 5.9 Tes Konektivitas VLAN Pekanbaru
V-10
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa konfigurasi VLAN yang
dilakukan pada distrik Pekanbaru telah berhasil.
5.2.1.3.2. Duri
Topologi jaringan distrik duri dapat dilihat pada Gambar 5.3, adapun
konfigurasi yang dilakukan pada jaringan ini adalah :
a. Konfigurasi VLAN
Konfigurasi Vlan dan Trunking pada distrik Duri dilakukan pada switch
VLAN Duri.
Gambar 5.10 Konfigurasi VLAN Distrik Duri
b. Trunking
Konfigurasi trunking dilakukan pada switch, yakni swictt VLAN duri dan
ssitch pusat. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.11 Konfigurasi Trunking Distrik Duri
c. Konfigurasi Router
Konfigurasi pada Router dilakukan agar masing-masing VLAN atau PC
yang ada di distrik Duri bisa saling berkomunikasi, konfigurasi dilakukan pada
Router Dis. Duri. Berikut konfigurasinya :
V-11
Gambar 5.12 Konfigurasi Router Distrik Duri
d. Tes Konektivitas
Tes konektivitas dilakukan antara PC divisi Produksi (192.168.3.3) ke PC
divisi Finance (192.168.3.98).
Gambar 5.13 Tes Konektivitas VLAN Duri
Dari perintah ping di atas, dapat diketahui bahwa VLAN pada Duri telah
bisa saling bertukar informasi.
5.2.1.3.3. Minas
Topologi jaringan distrik minas dapat dilihat pada Gambar 5.2, adapun
konfigurasi yang dilakukan pada distrik ini adalah :
a. Konfigurasi VLAN
Konfigurasi VLAN pada distrik ini dilakukan pada switch VLAN Minas.
Berikut konfigurasi VLAN pada distrik minas :
V-12
Gambar 5.14 Konfigurasi VLAN Distrik Minas
b. Trunking
Konfigurasi trunking dilakukan pada switch VLAN Minas dan switch
pusat minas. Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.15 Konfigurasi Trunking Distrik Minas
c. Konfigurasi Router
Konfigurasi ini dilakukan agar masing-masing PC yang ada pada distrik
Minas bisa saling berkomunikasi, konfigurasi dilakukan pada Router Dis Minas.
Berikut konfigurasinya :
Gambar 5.16 Konfigurasi Router Distrik Minas
d. Tes Konektivitas
Tes konektivitas pada distrik ini dilakukan antara PC divisi Produksi
(192.168.2.2) ke PC divisi Operasi (192.168.2.34).
V-13
Gambar 5.17 Tes Konektivitas VLAN Minas
Dari gambar dapat diketahui bahwa VLAN atasu PC Pada distrik minas
telah saling terkoneksi.
5.2.1.3.4. Dumai
Topologi jaringan distrik dumai dapat dilihat pada Gambar 5.4, dan
berikut adalah konfigurasi yang terdapat pada distrik ini :
a. Konfigurasi VLAN
Sama seperti konfigurasi sebelumnya, konfigurasi VLAN dilakukan pada
switch VLAN Dumai.
Gambar 5.18 Konfigurasi VLAN Distrik Dumai
b. Trunking
Konfigurasi trunking dilakukan pada switch VLAN Dumai dan switch
pusat Dumai. Berikut konfigurasinya :
V-14
Gambar 5.19 Konfigurasi Trunking Distrik Dumai
c. Konfigurasi Router
Konfigurasi ini dilakukan agar masing-masing PC yang ada pada distrik
dumai bisa saling berkomunikasi. Konfigurasi dilakukan pada Router Dis Dumai.
Gambar 5.20 Konfigurasi Router Distrik Dumai
d. Tes Koneksivitas
Tes konektivitas pada distrik ini dilakukan antara PC divisi Operasi
(192.168.4.34) ke PC divisi Produksi (192.168.4.4) Dumai.
Gambar 5.21 Tes Konektivitas VLAN Dumai
Dapat diketahui bahwa VLAN pada distrik dumai telah terhubung ke
dalam jaringan.
V-15
5.2.2. Konfigurasi Server
Server adalah sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan
tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Di dalam jaringan ini, terdapat 3 jenis
layanan, yaitu FTP, Email Server, dan Web Server.
5.2.2.1. Perangkat Yang Dibutuhkan
Perangkat yang dibutuhkan pada konfigurasi ini adalah :
a. 3 buah PC server.
b. 1 buah swicth(Dis Server)
c. 1 buah router
Berikut gambar topologi server :
Gambar 5.22 Topologi Server
5.2.2.2. Tujuan Konfigurasi Server
Tujuan konfigurasi ini adalah untuk mengetahui cara konfigurasi dari
masing-masing server dan kegunaannya.
V-16
5.2.2.3. Penerapan Konfigurasi Server
a. Konfigurasi FTP
Server ini dibangun agar klien yang ada dalam jaringan bisa saling
bertukar file.
Konfigurasi IP DNS dan FTP Server
Gambar 5.23 Konfigurasi IP FTP
Konfigurasi DNS pada DNS dan FTP Server
Gambar 5.24 Konfigurasi DNS pada FTP
V-17
Konfigurasi FTP pada DNS dan FTP Server
Gambar 5.25 Konfigurasi FTP pada DNS & FTP
Simulasi Layanan FTP
Untuk melihat apakah server FTP yang dikonfigurasi berhasil berjalan apa
tidak, maka penulis melakukan simulasi downloading sebuah file yang dilakukan
oleh divisi produksi pada distrik Minas, sebagai berikut :
Gambar 5.26 Testing FTP
V-18
Download file berhasil dilakukan, artinya FTP server telah siap digunakan.
b. Konfigurasi Email Server
Konfigurasi server ini bertujuan agar masing-masing host yang terhubung
ke dalam jaringan bisa saling berkirim pesan demi keamanan dan kenyamanan
berkomunikasi.
Konfigurasi IP Email Server
Gambar 5.27 Konfigurasi IP Email Server
Konfigurasi SMTP dan POP3 pada Email Server
Gambar 5.28 Konfigurasi SMTP & POP3 pada Email Server
V-19
Simulasi Layanan SMTP dan POP3
Proses simulasi layanan E-mail dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
SMTP Sampel : Mengirim Email di Divisi IT-Telnet Pekanbaru
Gambar 5.29 Testing Email-Mengirim Email Di Divisi IT
Prosesi Login
Gambar 5.30 Testing Email-Proses Login
V-20
Menu Layanan Email
Gambar 5.31 Testing Email-Menu Layanan
Mengirim Email
Gambar 5.32 Testing Email-Mengirim Email
Pengiriman Email berhasil dilakukan.
V-21
POP3 Sampel : Menerima Email di Divisi IT-Telnet Pekanbaru
Gambar 5.33 Testing Email-Menerima Email
Proses Login Penerimaan Email
Gambar 4.34 Testing Email-Proses Login Penerimaan Email
V-22
Penerimaan Email
Gambar 5.35 Testing Email-Penerimaan Email Berhasil
Service SMTP dan POP3 pada Email server telah siap digunakan.
c. Konfigurasi Web Server
Pembangunan server ini bertujuan untuk agar masing-masing host yang
ada dalam jaringan bisa mengakses Web yang ada di dalam jaringan.
Konfigurasi IP HTTP Server
Gambar 5.36 Konfigurasi IP HTTP
V-23
Konfigurasi Service HTTP dan HTTPS pada HTTP Server
Gambar 5.37 Konfigurasi Service HTTP
Simulasi Layanan HTTP
Untuk melihat apakah layanan/service HTTP berhasil dikonfigurasi atau
tidak, penulis melakukan percobaan dimana Divisi Produksi Dumai mengakses
www.chevron.com. Maka hasilnya :
Gambar 5.38 Testing Service HTTP
V-24
Divisi produksi Dumai telah berhasil mengakses www.chevron.com, maka
service HTTP/Web server telah dapat digunakan.
5.2.3. Konfigurasi Routing Pada Jaringan
Konfigurasi Routing ini dilakukan agar masing-masing PC yang ada pada
distrik yang berlainan bisa saling berkomunikasi. Pada percobaan ini, penulis akan
menggunakan Routing static dan RIP. Hal ini penulis lakukan agar nantinya
penulis dapat menyimpulkan Routing mana yang paling tangguh dan baik untuk
digunakan. Berikut gambar topologi jaringan untuk memperlihatkan router mana
saja yang akan dikonfigurasi :
Gambar 5.39 Topologi Router
Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa ada 9 router yang harus
dikonfigurasi, berikut penjelasannya :
Pekanbaru : Access Pekanbaru, Dis. Pekanbaru, dan Port Server
Minas : Access Minas dan Dis. Minas
Duri : Access Duri dan Dis. Duri
Dumai : Access Dumai dan Dis. Dumai
V-25
Sedangkan konektivitas pada masing-masing PC pada jaringan akan
langsung dibahas pada bagian analisa pada masing-masing IP Routing. Untuk
router access Pekanbaru, Dumai, Minas, Duri dan Port Server penulis
menggunakan default routing karena hanya ada satu alamat gateway atau route
untuk menuju ke suatu network. Sedangkan untuk router Dis. Pekanbaru, Dumai,
Minas dan Duri, penulis menggunakan ip summarization dan pendefenisian
Administrative Distance (AD) dalam konfigurasinya. Ip summarization digunakan
untuk menyingkat konfigurasi dan pendefenisian AD dilakukan untuk
memberikan prioritas terhadap jalur yang dilewati.
5.2.3.1. Static Routing
a. Duri
Konfigurasi Static Routing Router Access Duri
Konfigurasi Static Routing Router Dis. Duri
b. Minas
Konfigurasi Static Routing Router Access Minas
V-26
Konfigurasi Static Routing Router Dis. Minas
c. Dumai
Konfigurasi Static Routing Router Access Dumai
Konfigurasi Static Routing Router Dis. Dumai
V-27
d. Pekanbaru
Konfigurasi Static Routing Router Access Pekanbaru
Konfigurasi Static Routing Router Dis. Pekanbaru
e. Server
Konfigurasi Static Routing Router Port Server
5.2.3.2. Dynamic Routing
V-28
5.2.3.2.1. EIGRP
Konfigurasi Router Access Duri
Konfigurasi Router Dis. Duri
Konfigurasi Banwidth Router Dis. Duri
Konfigurasi Router Access Minas
Konfigurasi Router Dis. Minas
Konfigurasi Banwidth Router Dis. Minas
Konfigurasi Router Access Dumai
V-29
Konfigurasi Router Dis. Dumai
Konfigurasi Banwidth Router Dis. Dumai
Konfigurasi Router Access Pekanbaru
Konfigurasi Router Dis. Pekanbaru
Konfigurasi Banwidth Router Dis. Pekanbaru
Konfigurasi Router Port Server
V-30
5.3. Analisa Routing
Analisa Static Routing akan dilakukan pada 2 topologi jaringan yang
berbeda, yakni dengan kondisi jaringan normal dimana tidak jalur yang diputus
sebagai simulasi 1 dan kondisi jaringan dengan kondisi salah satu jalur terputus
sebagai simulasi 2.
Adapun 2 topologi yang akan digunakan pada simulasi tersebut adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.40 Topologi 1 – Simulasi Static Routing
V-31
Gambar 5.41 Topologi 2 – Simulasi Static Routing
Sedangkan Analisa routing EIGRP akan dilakukan di 2 topologi jaringan
dengan 3 simulasi yang berbeda, yakni dengan kondisi jaringan default dimana
tidak ada jalur yang diputus dan tidak adanya inisiasi kuota bandwidth sebagai
simulasi 1, diikuti dengan kondisi jaringan default dengan inisiasi kuota badwidth
sebagai simulasi 2, kemudian simulasi 3 akan dilakukan pada kondisi jaringan
dimana salah satu jalurnya terputus.
Adapun 2 topologi yang akan digunakan pada simulasi tersebut adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.42 Topologi 1 – Simulasi EIGRP
V-32
Gambar 5.43 Topologi 2 – Simulasi EIGRP
Hal ini dilakukan untuk menganalisa performa kedua routing di dalam
jaringan. Analisa akan dilakukan dengan melakukan simulasi pemilihan jalur
pengiriman paket dengan menggunakan perintah tracert.
5.3.1. Analisa Static Routing
a. Simulasi 1
Simulasi 1 static routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.28. Testing Tracert dilakukan Di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke
Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing dengan perintah tracert adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.44 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada Static Routing
V-33
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.45 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 Static Routing
b. Simulasi 2
Simulasi 2 static routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.29. Testing Tracert dilakukan Di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke
Duri(192.168.3.98).. Adapun simulasi routing dengan perintah tracert adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.46 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada Static Routing
V-34
Dan berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru setelah salah satu
link diputus :
Gambar 5.47 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 Static Routing
Gambar 5.48 Routing Table Router Dis. Duri Simulasi 2 Static Routing
c. Hasil Analisa Static Routing
1. Pada simulasi pertama, dapat dilihat bahwa static routing mampu
mengirimkan paket data dengan cukup stabil. Hal ini dikarenakan jaringan
berada dalam state normal sehingga static routing memiliki path yang
jelas dalam mencapai destination host. Path tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.45 yang menunjukkan routing table yang dimiliki oleh router
Pekanbaru yang bahwa jalur menuju 192.168.3.0 diarahkan melewati
router 192.168.21.3.
2. Pada simulasi kedua, topologi jaringan mengalami perubahan seperti
Gambar 5.41 di mana salah satu link (192.168.21.0) diputus. Dapat dilihat
pada hasil perintah tracert pada simulasi kedua (Gambar 5.46), pengiriman
paket tidak berjalan dengan stabil dengan kemunculan Request Time Out
sebanyak 3 kali (pada testing pertama) yang kemudian menurun menjadi 2
kali (pada testing kedua). Hal ini terjadi karena Static Routing tidak
mampu melakukan Table Routing Update, sehingga Static Routing akan
V-35
mencoba mengirimkan data sama seperti di saat tidak terjadi pemutusan
jaringan, baru kemudian mencari jalur alternatif.
3. Pada simulasi kedua (Gambar 5.46) terlihat bahwa path yang dilalui ketika
pengiriman paket terjadi tidak mengalami perubahan alias statis. Hal ini
membuktikan bahwa dalam static routing tidak melakukan table route
updating.
4. Berdasarkan poin 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan bahwa static routing
masih memiliki kendala dalam handling jaringan skala menengah seperti
topologi jaringan di atas. Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan
static routing pada jaringan dengan skala menengah hingga besar.
5.3.2. Analisa EIGRP
a. Simulasi 1
Simulasi 1 EIGRP routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.42. Testing Tracert dilakukan Di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67)
ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi routing dengan perintah tracert adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.49 Perintah Tracert Simulasi 1 Pada EIGRP
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :
V-36
5.50 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 1 EIGRP
b. Simulasi 2
Simulasi 2 EIGRP routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.42. dengan perubahan pada pemberian inisiasi bandwith sesuai
dengan Konfigurasi Banwidth Router Dis. Pekanbaru. Testing Tracert
dilakukan di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun
simulasi routing dengan perintah tracert adalah sebagai berikut :
Gambar 5.51 Perintah Tracert Simulasi 2 Pada EIGRP
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.52 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 2 EIGRP
V-37
c. Simulasi 3
Simulasi 3 EIGRP routing dilakukan pada jaringan seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.43. dengan perubahan pada pemberian inisiasi bandwith sesuai
dengan Konfigurasi Banwidth Router Dis. Pekanbaru. Testing Tracert dilakukan
Di Lokasi Pekanbaru(192.168.1.67) ke Duri(192.168.3.98). Adapun simulasi
routing dengan perintah tracert adalah sebagai berikut :
Gambar 5.53 Perintah Tracert Simulasi 3 Pada EIGRP
Berikut adalah Routing table pada router Dis. Pekanbaru :
Gambar 5.54 Routing Table Router Dis. Pekanbaru Simulasi 3 EIGRP
d. Analisa EIGRP
1. Pada simulasi pertama dimana kondisi jaringan masih normal, dapat dilihat
bahwa EIGRP mampu mengirimkan paket data dengan handal dan cepat.
Selain karena jaringan yang masih normal, hal ini juga dikarenakan
EIGRP secara default memiliki metode routing hybrid yang
menggabungkan prinsip distance vector (penghitungan cost berdasarkan
hop menggunakan tabel routing) yang dipakai oleh RIP dan mengadopsi
sedikit metode link state (pendefinisian sebagian topologi jaringan pada
V-38
tabel routing). Path tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.50 yang
menunjukkan routing table yang dimiliki oleh router Pekanbaru.
2. Pada simulasi kedua terlihat bahwa EIGRP mengubah Path yang
dilaluinya berdasarkan kuota bandwidth dari masing masing jalur. Tabel
routing dari router Dis. Pekanbaru yang sebelumnya melewati router Dis.
Duri(192.168.21.3) kini berpindah jalur melewati router
Dumai(192.168.23.3). Hal ini terjadi karena EIGRP memprioritaskan jalur
dengan bandwidth terbesar, sehingga EIGRP mendahulukan jalur ke
192.168.23.3 (dengan bandwidth 1000 kilobytes) daripada jalur ke
192.168.21.3 (dengan banwidth 500 kilobytes). Jalur tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.52 yang menunjukkan routing table yang dimiliki oleh
router Pekanbaru.
3. EIGRP lebih memprioritaskan besar bandwidth daripada jumlah hop
terpendek, jika bandwidth sebuah jaringan sama besar maka EIGRP akan
memilih jalur dengan jumlah hop tersedikit, jika bandwidth sebuah
jaringan bervariasi maka EIGRP akan memprioritaskan link dengan
bandwidth terbesar. Hal ini terbukti pada simulasi pertama dan kedua.
4. Pada simulasi ketiga dapat dilihat pada gambar 5.53 walaupun setelah
salah satu jaringan diputus, EIGRP masih mengirimkan paket data dengan
lancar dan tanpa pernah mengalami Request Timed Out sekalipun. Hal ini
karena EIGRP melakukan updating pada table route yang dimilikinya.
Sehingga EIGRP dengan cepat mampu menentukan path alternative secara
cepat ketika terjadi kendala seperti pemutusan pada sebuah jaringan.
5. Penggunaan EIGRP di jaringan skala menengah seperti topologi jaringan
pada penelitian ini amat sangat disarankan, hal ini dikarenakan EIGRP
terbukti mampu menangani kendala seperti pemutusan jaringan secara
tepat dan cepat dimana EIGRP mampu mendefinisikan path alternative
dengan waktu yang singkat.
VI-1
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Static routing merupakan metode routing yang pendefinisian jalur routing-
nya dilakukan secara manual oleh desainer jaringan, oleh karena itu static
routing hanya cocok diterapkan di jaringan kecil.
b. EIGRP adalah protokol routing yang pada metodenya mengkombinasikan
distance vector dan link state dengan menggunakan DUAL Algorithm.
Metode ini memungkinkan masing masing router EIGRP melakukan
kalkulasi individual dalam menentukan rute berikutnya. Hal ini
menyebabkan EIGRP lebih unggul dibanding static routing, terbukti
dengan simulasi trace route EIGRP yang tidak mengalami 1 kali pun
request timed out. EIGRP merupakan protokol routing yang handal dan
amat sangat cocok untuk diimplementasikan di jaringan skala menengah
hingga besar.
5.2. Saran
Penulis menyarankan penggunaan EIGRP sebagai protokol routing yang
diterapkan pada jaringan dengan skala topologi yang mirip ataupun serupa dengan
requirement penelitian ini. Penggunaan EIGRP terbukti secara teori maupun
praktis lebih handal dan mumpuni dengan tingkat reliabilitas mencapai 99% tanpa
pernah mengalami request timed out bahkan setelah pemutusan jaringan
dilakukan. Selain itu konfigurasi EIGRP juga tergolong mudah sehingga
menimalisir terjadinya human error dalam proses konfigurasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Odom, Wendell. CCENT/CCNA ICND1 Official Exam Certification Guide. Cisco
Press. USA : 2008
Syafitri, Rosyidina. Implementasi Dan Analisa Perbandingan Qos Pada Jaringan
VPN Berbasis MPLS Menggunakan Routing Protocol RIPV2, EIGRP dan OSPF
Terhadap Tunneling Ipsec Untuk Layanan Ip-Based Video Conference.
Universitas Indonesia. Jakarta : 2010
Indramawan, Rendra. Implementasi Dan Analisa RIP Routing Dynamic Di PC
Router. Politeknik Telkom Bandung. Bandung : 2010
Syaifulloh. Rancang Bangun Jaringan Virtual Local Area Network Yang
Menerapkan Spanning Tree Protocol. STMIK AMIKOM. Yogyakarta : 2010
Syafruddin, Muhammad. Analisa Unjuk Kerja Routing Protocol RIPng Dan
OSPFv3 Pada Jaringan IPv6. Universitas Indonesia. Jakarta : 2010
http://rizqtech.net/2009/03/15/menghitung-subnetting-ip/
http://id.wikipedia.org/wiki/Model_OSI