Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air Pada Ws Paguyaman Dengan Ribasim- Bambang Yulistiyanto Dan Ba...
-
Upload
nugroho-eko-prasetyo -
Category
Documents
-
view
56 -
download
9
description
Transcript of Analisa Pendayagunaan Sumberdaya Air Pada Ws Paguyaman Dengan Ribasim- Bambang Yulistiyanto Dan Ba...
-
1
ANALISA PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR
PADA WS PAGUYAMAN DENGAN RIBASIM
Bambang Yulistiyanto dan Bambang Agus Kironoto
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika 2 Yogyakarta; email : [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Paguyaman River Basin, located at Gorontalo Province, is necessary to arrange and to
develop integrately. It is done to anticipate the hydrologic behavior and the water demand changes
in the future, due to accelerated population growth, resettlement schemes, new estate
development, new irrigation schemes, expansion of farming, have strongly increased the
pressure on land and water resources. This has resulted in water shortages, conflicts between
water users, land degradation, water pollution, floods and loss of biodiversity Water resources allocations of the Paguyaman River Basin at the present time (in the year of
2007) and in the future (i.e. in the year of 2012 and 2027) which are based on several difference
developement scenarios are analysed and modeled by using RIBASIM Software. Calculation of
water resources allocation are taken by dividing the Paguyaman River Basin area into 23 water
districts.
Water balance analysis show that the most of water districts in Paguyaman River Basin are
surplus during the rainy season, and some water district are deficit during the dry season. The most
water demand of Paguyaman River Basin is used for irrigation, which achieves to 93 % of total
water demands, while for MDI (Municipal, Domestic, and Industry) achieves to 6 %, and fish pond,
1 %. By applying several scenarios of water resources development managements, i.e., by
increasing farming area supplied by Paguyaman Weir, the irrigation efficiency, providing a new
reservoir, etc., the water balance for the 20 future years can be predicted.
Keywords : water balance, water resources, scenarios of water resources development, Ribasim
PENDAHULUAN
Potensi sumber daya air Wilayah
Sungai Paguyaman, satu diantara 3
wilayah sungai yang berada di Propinsi
Gorontalo, sudah saatnya dikelola dengan
baik, karena kebutuhan air yang terus
meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan bertambahnya sektor
yang harus dilayani (industri, pariwisata,
perkotaan, pertanian, perikanan,
perkebunan, kesehatan, dll). Di sisi lain
ketersediaan air jumlahnya relatif tetap,
bahkan cenderung semakin berkurang
karena menurunnya kondisi dan daya
dukung lingkungan, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan ketersediaan air.
Apabila hal tersebut tidak diantisipasi,
maka dikhawatirkan akan menimbulkan
ketegangan dan bahkan konflik akibat
terjadinya benturan kepentingan, jika
permintaan (demand) tidak lagi seimbang
dengan ketersediaan sumberdaya air untuk
pemenuhannya (supply). Oleh karena itu
perlu upaya secara proporsional dan
seimbang, antara pengembangan,
pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya
air, baik dilihat dari aspek teknis maupun
dari aspek legal.
Untuk memenuhi kebutuhan air
yang terus meningkat untuk berbagai
keperluan, diperlukan suatu perencanaan
terpadu yang berbasis wilayah sungai guna
menentukan langkah dan tindakan yang
harus dilakukan agar dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan
mengoptimalkan potensi pengembangan
sumberdaya air, melindungi/melestarikan
Dipublikasikan pada Media Teknik, No. 2 Th. XXX Edisi Mei 2008
mailto:[email protected]:[email protected] -
2
serta meningkatkan nilai sumberdaya air
dan lahan. Mengingat pengelolaan
sumberdaya air merupakan masalah yang
kompleks dan melibatkan semua pihak
sebagai pengguna, pemanfaat maupun
pengelola, tidak dapat dihindari perlunya
upaya bersama untuk menggunakan
pendekatan one river basin, one plan, and
one integrated management. Keterpaduan
dalam perencanaan, kebersamaan dalam
pelaksanaan, dan kepedulian dalam
pengendalian sudah waktunya diwujudkan.
Sejalan dengan itu undang-undang
tentang sumberdaya air, UU Nomor 7
Tahun 2004, dimaksudkan untuk
memfasilitasi strategi pengelolaan
sumberdaya air untuk wilayah sungai di
seluruh tanah air untuk memenuhi
kebutuhan baik jangka menengah maupun
jangka panjang secara berkelanjutan.
Untuk mendukung amanat UU tersebut,
dalam tulisan ini dikaji kondisi
pendayagunaan sumberdaya air di WS
Paguyaman, serta upaya
pengembangannya dalam jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang.
Wilayah Sungai Paguyaman terdiri
dari beberapa DAS, yaitu DAS
Paguyaman yang merupakan sungai
utama, dan 6 daerah aliran sungai-sungai
kecil yang langsung bemuara di Teluk
Tomini, yaitu Sungai Marisa-Batudulunga,
Bumbulan, Tapadaa, Batumoito, Tilamuta,
dan Sungai Dulupi. Lokasi WS
Paguyaman diberikan pada Gambar 1
berikut ini.
Gambar 1 Lokasi Wilayah Sungai Paguyaman
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini analisis
alokasi/imbangan air di WS Paguyaman
dilakukan dengan alat bantu software
RIBASIM. Selain RIBASIM, sebenarnya
banyak software-software lain yang dapat
digunakan untuk optimalisasi alokasi air,
seperti misalnya software ARSP (Acres
Reservoir Simulation Program), WRMM
(Water Resources Management Model),
dll. Namun, mengingat bahwa saat ini
software standar yang biasa digunakan
oleh PU/Kimpraswil adalah software
RIBASIM, serta kelebihan-kelebihan yang
T E L U K T O M I N I
L A U T S U L A W E S I
(T E L U K G O R O N T A L O)
DAS Paguyaman
DAS Dulupi
DAS Tapadaa
DAS Bumbulan
DAS Marisa-Batudulunga
DAS Tilamuta
DAS Batumoito
Keterangan :
Garis Pantai
Sungai
Batas WS
Batas Propinsi
Batas DAS
-
3
ada di RIBASIM dibandingkan dengan
software yang lain, maka penelitian
dilakukan dengan software RIBASIM
dalam analisis alokasi / imbangan air.
Software ini cukup bagus, dengan tampilan
interaktif yang dapat dengan mudah
memberikan informasi imbangan/alokasi
air pada suatu daerah (Water District)
dalam suatu wilayah sungai. Meskipun
demikian, sebagaimana software-sofware
yang ada pada umumnya, masih ada
beberapa kelemahan/batasan yang masih
dijumpai pada software RIBASIM
tersebut. Adanya batasan jumlah node /
link dalam software RIBASIM termasuk
salah satu kelemahan software, yang perlu
diantisipasi sebelum software digunakan
pada suatu wilayah sungai (Korgt Der Van
W.N.M., 2003). Beberapa kajian alokasi
air dengan menggunakan Software
RIBASIM telah dilakukan, diantaranya
alokasi air di Wilayah Sungai Progo Opak
Serang (Yulistiyanto dan Kironoto, 2007),
alokasi air di WS Seputih Sekampung
(Prana Kurnia Pratama PT., 2007), dll.
LANDASAN TEORI
Penataan dan penggunaan air sungai
harus dilakukan dengan memperhatikan
semua kepentingan baik pengguna yang
berada di hulu, di tengah maupun yang
berada di hilir sungai. Untuk itu perlu
diketahui terlebih dahulu ketersediaan air
yang ada di DAS serta kebutuhan air yang
ada. Disamping itu perlu juga dilakukan
kajian pengembangan pemanfaatan air
DAS untuk kondisi ketersediaan dan
kebutuhan air di masa mendatang.
Analisis Potensi Ketersediaan SDA
Ketersediaan air dalam pengertian
sumberdaya air pada dasarnya berasal dari
air hujan (atmosferik), air permukaan, dan
air tanah. Hujan yang jatuh di atas
permukaan pada suatu Daerah Aliran
Sungai atau Wilayah Sungai sebagian
menguap kembali sesuai dengan proses
iklimnya, sebagian mengalir melalui
permukaan dan sub permukaan masuk ke
dalam saluran, sungai atau danau, dan
sebagian lagi meresap jatuh ke tanah
sebagai sebuah imbuhan (recharge) pada
kandungan air tanah yang ada. Aliran yang
terukur di sungai atau saluran maupun
danau merupakan potensi debit air
permukaan, begitu pula halnya dengan air
yang mengalir ke dalam tanah, kandungan
air yang tersimpan dalam tanah merupakan
potensi debit air tanah.
Dari ketiga sumber air tersebut, yang
mempunyai potensi paling besar untuk
dimanfaatkan adalah sumber air
permukaan dalam bentuk air di sungai,
saluran, danau/waduk dan lainnya.
Penggunaan air tanah sangat membantu
pemenuhan kebutuhan air baku maupun air
irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan
air permukaan, namun pemanfaatan air
tanah membutuhkan biaya operasional
pompa yang mahal.
Variabilitas Ketersediaan Air
Untuk dapat menyatakan
ketersediaan air secara akurat maka data
debit aliran haruslah bersifat runtut waktu
(time series). Data runtut waktu inilah
yang menjadi masukan utama dalam
model simulasi wilayah sungai, yang
menggambarkan secara lengkap
variabilitas data debit aliran. Cara paling
sederhana untuk menyatakan ketersediaan
air adalah dengan menggunakan sebuah
angka yang berupa rata-rata dari data debit
yang ada. Cara ini tidak memberi
informasi mengenai variabilitas data.
Sedangkan sebuah angka yang dapat
menunjukkan variabilitas ketersediaan air
adalah debit andalan. Debit andalan adalah
debit yang dapat diandalkan untuk suatu
reliabilitas tertentu. Untuk keperluan
irigasi biasa digunakan debit andalan
dengan reliabilitas 80%. Artinya dengan
kemungkinan 80% debit yang terjadi
adalah lebih besar atau sama dengan debit
tersebut. Untuk keperluan air minum dan
industri maka dituntut reliabilitas yang
lebih tinggi, yaitu sekitar 90% sampai
-
4
dengan 95%. Jika air sungai akan
digunakan untuk pembangkitan listrik
tenaga air maka diperlukan reliabilitas
yang sangat tinggi, yaitu antara 95%
sampai dengan 99%.
Nilai debit rata-rata, maupun debit
andalan dapat dihitung dari data debit
pengamatan yang cukup panjang.
Permasalahan yang kerapkali terjadi
adalah bahwa data debit yang diukur tidak
lengkap, yaitu banyak pengamatan yang
kosong atau salah, untuk itu perlu
dilakukan analisis data hidrologi untuk
melengkapi data yang kosong dan
memperpanjang data runtut waktu yang
kurang panjang.
Potensi air permukaan biasanya
ditunjukkan dengan debit andalan 80 %
dengan periode waktu setengah bulanan
yang dianalisis dengan analisis frekuensi.
Pada kondisi ketersediaan data debit
sedikit, maka perlu dicari korelasi
hubungan antara hujan dengan aliran;
salah satu metode hujan-aliran yang dapat
digunakan adalah Model Mock.
Dari analisis data hujan tersebut
selanjutnya dilakukan analisis curah hujan
rerata bulanan. Analisis hujan rerata
wilayah dilakukan dengan menggunakan
rerata aljabar atau poligon Thiesen dengan
asumsi kondisi hujan yang jatuh pada
wilayah studi adalah homogen.
Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi sebagian besar
dicukupi dari air permukaan. Untuk lahan-
lahan tertentu yang tidak dapat dioncori
dengan air permukaan, karena jauh atau
tidak adanya sumber air permukaan
(sungai, waduk, dll.), lahan diairi dengan
irigasi pompa.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi
berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi
tanah, koefisien tanaman, pola tanam,
pasok air yang diberikan, luas daerah
irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan
kembali air drainase untuk irigasi, sistem
golongan, jadwal tanam dan lain-lain.
Kebutuhan air non-irigasi.
Jumlah dan distribusi penyebaran
penduduk akan menentukan besar
kebutuhan air baku (domestik, non
domestik dan industri). Untuk
memproyeksikan jumlah penduduk akan
sangat sulit diperhitungkan satu persatu.
Kebiasaan yang dilakukan adalah dengan
memperhitungkan semua faktor tersebut di
atas kedalam bentuk tingkat pertumbuhan
penduduk, dimana termasuk di dalamnya
adalah faktor urbanisasi penduduk dari
desa ke kota.
Kebutuhan air domestik.
Kebutuhan air domestik (rumah
tangga) dihitung berdasarkan jumlah
penduduk, tingkat pertumbuhan,
kebutuhan air perkapita dan proyeksi
waktu yang direncanakan. Kriteria
penentuan kebutuhan air domestik yang
dikeluarkan oleh Puslitbang Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum,
menggunakan parameter jumlah penduduk
sebagai penentuan jumlah air yang
dibutuhkan perkapita per hari.
Kebutuhan air untuk perkantoran.
Sebagai dasar perhitungan, menurut
Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend
Cipta Karya DPU, kebutuhan air bersih
untuk kantor ditetapkan 25
liter/pegawai/hari dengan pertimbangan
yang didasarkan dari rata rata kebutuhan
air yang diperlukan setiap karyawan
kantor untuk minum, wudhu, mencuci
tangan/kaki, kakus dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan keperluan air di
kantor. Dalam penghitungan kebutuhan air
tersebut diperlukan data mengenai jumlah
karyawan di tiap-tiap kantor yang ada di
daerah yang ditinjau.
Kebutuhan air untuk pemeliharaan
sungai/penggelontoran.
Proyeksi kebutuhan air untuk
pemeliharaan sungai/penggelontoran
saluran diestimasi berdasarkan perkalian
-
5
antara jumlah penduduk perkotaan dengan
kebutuhan air untuk
pemeliharaan/penggelontoran perkapita.
Menurut IWRD, besar kebutuhan air
untuk pemeliharaan sungai/saluran saat ini
adalah 330 liter/kapita/hari.
Kebutuhan air untuk peternakan.
Kebutuhan air untuk ternak
diestimasi dengan cara mengalikan jumlah
ternak dengan tingkat kebutuhan air.
Kebutuhan air untuk industri.
Analisis kebutuhan air untuk industri
dapat dihitung dengan dua cara. Untuk
wilayah yang data luas lahan rencana
kawasan industrinya diketahui, kebutuhan
industri dihitung dengan menggunakan
metode penggunaan lahan industri yaitu
sebesar 0,4 liter/detik/ha. Untuk wilayah
yang tidak diperoleh data penggunaan
lahan industri, kebutuhan air industri
dihitung dengan menggunakan metode
persamaan linier. Standar yang digunakan
adalah dari Direktorat Teknik Penyehatan,
Dirjend Cipta Karya DPU, yaitu
kebutuhan air untuk industri sebesar 10 %
dari konsumsi air domestik.
Analisis Imbangan dan Alokasi Air
Analisis keseimbangan air dilakukan
dengan membandingkan antara
ketersediaan air sebagai potensi, jumlah air
yang sudah dimanfaatkan pada kondisi
eksisting, dan kebutuhan air sebagai fungsi
tempat, waktu, teknologi dan finansial.
Analisis imbangan air dilakukan pada
kondisi eksisting dan kondisi waktu-waktu
yang diproyeksikan di masa-masa yang
akan datang. Dari analisis imbangan air ini
akan diketahui jumlah air, baik air
permukaan maupun air tanah, yang masih
tersisa dan dapat dikembangkan untuk
berbagai sektor pada masa mendatang.
Disamping itu hasil dari analisis imbangan
air ini juga dapat digunakan sebagai
rekomendasi pemanfaatan sumberdaya air
yang tersisa untuk berbagai sektor.
Alokasi air adalah suatu upaya
penjatahan air yang dilakukan dengan
menyediakan air sejumlah tertentu pada
daerah pelayanan (water district) tertentu
agar dapat didistribusikan secara efisien,
adil dan merata kepada para pengguna air.
Alokasi air dilaksanakan pada bangunan-
bangunan yang bernilai strategis, seperti
misalnya bangunan utama, saluran induk,
serta beberapa bangunan bagi.
Konsep alokasi air dapat melihat
kondisi eksisting di lapangan dan dari hasil
studi-studi terdahulu, yang kemungkinan
sudah berjalan cukup baik. Namun
demikian, bilamana dalam analisis
diketahui adanya kekurang efisienan
dalam alokasi air (misal untuk irigasi),
khususnya dalam penerapan sistem
golongan, maka beberapa petunjuk
sebagaimana disampaikan berikut ini akan
digunakan sebagai acuan.
Secara teknis penentuan alokasi air
untuk berbagai kebutuhan/penggunaan air
didasarkan pada ketersediaan air yang ada,
yang dapat ditentukan dengan prinsip
optimasi. Hirarki dari alokasi air adalah
sebagai berikut :
Apabila ketersediaan air mencukupi dibandingkan kebutuhannya maka
semua pengguna akan memperoleh
jatah sesuai kebutuhannya.
Apabila ketersediaan air tidak mencukupi atau lebih rendah jika
dibandingkan dengan kebutuhannya
maka alokasi air ditentukan
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Kriteria untuk menentukannya dapat
bermacam-macam, yang antara lain
dapat berupa manfaat, prioritas
pengguna, nilai ekonomis,
keadilan/pemerataan, serta aspek lain.
Kriteria-kriteria tersebut dapat
dikuantifikasikan dalam bentuk fungsi
tujuan dan fungsi kendala, untuk
selanjutnya dicari solusi optimum.
METODOLOGI
Langkah kegiatan pengembangan
pendayagunaan SDA di WS Paguyaman
diuraikan sebagai berikut ini.
Untuk analisis neraca air
(perhitungan imbangan dan alokasi air),
-
6
WS Paguyaman dibagi menjadi sejumlah
Water District (Daerah Pelayanan Air).
Pembagian Water District di WS
Paguyaman dilakukan dengan
memperhatikan pembagian wilayah
hidrologi, lokasi bangunan air (bendung),
dan daerah irigasi yang dilayani.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
WS Paguyaman dibagi menjadi 23 Water
District, yang terdiri dari 17 Water District
di DAS Paguyaman, dan sisanya
merupakan DAS yang langsung bermuara
di Teluk Tomini.
Dalam melakukan kajian imbangan
air diperlukan data sekunder berupa
(Yodya Karya PT., 2007) :
a. Data hujan dari 6 stasiun hujan dengan periode pencatatan
terpanjang dari tahun 1969 2006.
Keenam stasiun hujan tersebut
adalah Bongo I, Lakeya, Mohiyolo,
Molombulahe, Bulia/Sidodadi,
Wonggahu. Hujan rerata untuk
masing-masing DAS/Water
District dihitung dari hasil hujan
rerata bulanan dengan
menggunakan Polygon Thiessen.
b. Evapotranspirasi (penguapan) dihitung berdasar data klimatologi
seperti suhu, kelembaban,
kecepatan angin dan lama
penyinaran matahari. Besarnya
Evapotranspirasi (penguapan) biasa
dihitung dengan metode Penmann
Modifikasi FAO yang diperoleh
dari stasiun Klimatologi. Di
wilayah studi terdapat tiga stasiun
klimatologi yaitu: Stasiun
klimatologi Sidodadi-Bulia,
Stasiun Bongo, dan Stasiun
klimatologi di bandara Jalaluddin
milik BMG.
c. Data pencatatan debit dari Pos Hidrometri (AWLR dan PDAB)
didapat dari Balai Wilayah Sungai
Sulawesi II. Stasiun hidrometri
yang berada pada lokasi studi
adalah Pos parungi, pos Bongo I,
pos Bongo II dan pos duga air di
rencana Bendung Paguyaman.
d. Data penduduk dari BPS. e. Peta-peta informasi lahan diperoleh
dari analisis peta topografi digital
Bakosurtanal.
f. Informasi skenario pengembangan ke depan (isu-isu pengembangan)
yang diperoleh dari berbagai
sumber informasi, baik yang
sifatnya sedang dalam proses
realisasi, maupun yang masih
dalam wacana pengembangan.
Dengan data debit yang relatif
panjang (27 tahun, di AWLR Bendung
Paguyaman), maka ketersediaan air yang
ditunjukkan dengan nilai debit andalan,
dianalisis berdasarkan data debit dari
AWLR di lokasi Bendung Paguyaman
dengan luas DAS=1341,92 km2. Dengan
mengasumsikan, bahwa kondisi lahan di
WS Paguyaman tidak jauh berbeda,
ketersediaan air di masing-masing Water
District dikaji berdasarkan perbandingan
luas daerah tangkapan air.
Kebutuhan air meliputi kebutuhan
air irigasi dan kebutuhan air baku yang
meliputi kebutuhan air untuk domestik,
non domestik dan industri.
Analisis ketersediaan air dan
kebutuhan air dilakukan pada masing-
masing Water District, selanjutnya
dilakukan analisis imbangan air, untuk
mengetahui surplus atau defisit air.
Pengertian imbangan air adalah
membandingkan antara ketersediaan air
dengan kebutuhan air sebagai fungsi
ruang, waktu dan jumlah.
-
7
Gambar 2. menunjukkan bagan alir
perhitungan imbangan air dimana analisis
lebih lanjut tentang pemenuhan kebutuhan
air dilakukan dengan mensimulasi alokasi
air dengan Software RIBASIM.
Gambar 2. Bagan alir imbangan air
Potensi
Air
KETERSEDIAAN AIR
Hujan ( H) Debit Sungai (Q)
Data tahun
yang sama Hujan
Kawasan
DAS
Perkiraan Debit
DAS
Q = f ( H )
KEBUTUHAN AIR
Domestik &
Non Domestik Penduduk
Industri Karyawan
Industri
Pemeliharaan
Sungai
Peternakan
Perikanan
Irigasi Luas
Sawah
Penduduk
Ternak
Kolam
(tambak)
Sensus 1990, 2000
2007, 2025
BPS 2006
Kry. 2007/ Pend.2003
Kry.2007, 2025
2007,2020
BPS 2006
2007, 2025
BPS 2006
BPS 2006
2007, 2025
Pengurangan luas
Existing : IE = 0,5 RF = 0
IE = 0,65
RF = 0,05
Prediksi :
Jenis Kebutuhan Data
Defisit
Surplus
Rencana
Pengembangan
- Tegalan + tanah kering
- Hujan
- Populasi
- Sawah
Kondisi DAS
- Kurang berkembang
- Sangat berkembang
- Sedang berkembang
- Berkembang
- Belum berkembang
Debit Sungai untuk
Lingkungan,
Navigasi, dll
-
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemodelan Alokasi Air
Kajian alokasi air di WS Paguyaman
dilakukan dengan bantuan Software
Decision Support System (DSS)
RIBASIM. Software RIBASIM (River
Basin Simulation) merupakan perangkat
lunak optimasi alokasi air buatan DELFT
University yang juga banyak digunakan di
PU/KIMPRASWIL. RIBASIM adalah
merupakan software interface yang
mewadahi beberapa software/ komponen
perangkat lunak, yang meliputi program
AGWAT, FISHWAT, DEMES,
SIMPROC, WADIS dan DELWAQ
(Korgt Der Van W.N.M., 2003).
Skematisasi wilayah sungai disusun
sedemikian rupa sehingga ketersediaan air
pada setiap bangunan kontrol dan
bangunan pengambilan utama telah
terwakili. Gambar 3. berikut ini
memberikan Sistem Jaringan untuk semua
Water-District di WS Paguyaman yang
dimodelkan dengan RIBASIM.
Gambar 3. Skematisasi Jaringan dalam format RIBASIM
Hasil simulasi alokasi air dengan Ribasim
dapat dipresentasikan dalam dua bentuk
tampilan, yaitu animasi hasil alokasi air
dan dalam bentuk tabel. Gambar 4
memberikan kondisi ketersediaan air yang
dipresentasikan dalam bentuk debit
andalan di beberapa lokasi. Sedangkan
Gambar 5 memberikan contoh tingkat
pemenuhan kebutuhan irigasi di dua water
district, yaitu di WD Nantu dan WD Bulia.
WD Nantu merupakan water district yang
surplus air, sedangkan WD Bulia
mengalami kekurangan air irigasi,
sehingga intensitas tanam padi tidak
mencapai 200 %.
-
9
Irigasi93%
RKI6%
Kolam1%
Kebutuhan Air di WS Paguyaman (Eksisting Th. 2007)
Irigasi
RKI
Kolam
Gambar 4. Debit Andalan di beberapa
lokasi, hasil simulasi dengan RIBASIM.
Gambar 5a Pemenuhan air irigasi WD
Bulia.
Gambar 5b Pemenuhan air irigasi WD
Nantu
Dalam RIBASIM analisa kebutuhan air
hanya difasilitasi dengan 3 perangkat
lunak, yaitu AGWAT untuk menghitung
kebutuhan air irigasi, FISHWAT untuk
kajian kebutuhan air untuk kolam, dan
DEMES untuk hitungan kebutuhan air
domestik dan non domestik serta industri.
Dalam kajian ini untuk analisa kebutuhan
air peternakan dan pemeliharaan sungai
digabungkan dalam DEMES.
Kebutuhan air total, yang
meliputi kebutuhan irigasi, RKI ( domestik
dan non domestik, industri, termasuk juga
untuk peternakan dan pemeliharaan
sungai) dan Kolam Ikan di WS
Paguyaman untuk kondisi ekisting (tahun
2007) adalah sebesar 478,65 juta m3,
dimana prosentase pengunaan air
diberikan pada Gambar 6. Pada gambar
tersebut ditunjukkan, bahwa pengguna air
terbesar adalah untuk irigasi, mencapai 93
% dari kebutuhan air total di WS
Paguyaman.
Gambar 6 Kebutuhan air Tahun 2007
Pengembangan Pendayagunaan
Sumberdaya Air
Didasarkan hasil kajian alokasi air
dengan RIBASIM untuk mengetahui
kondisi ketersediaan dan kebutuhan air di
WS Paguyaman, diperoleh informasi
adanya daerah-daerah yang mengalami
kekurangan air, baik untuk pemenuhan
kebutuhan RKI maupun kebutuhan air
irigasi. Disamping itu, secara umum dapat
diinformasikan bahwa pemanfaatan air di
WS Paguyaman, terutama untuk irigasi,
belum optimal, dimana ketersediaan air
yang ada melebihi kebutuhan air untuk
irigasi. Kebutuhan air bersih akan
meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan program
peningkatan tingkat pelayanan PDAM;
demikian juga kebutuhan air irigasi akan
meningkat karena luas sawah yang ada
masih potensial untuk dikembangkan.
Dengan berdasarkan pada kondisi
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Deb
it m
3/d
t
1/2 bulan ke-
Debit di S. Nantu
Debit di Bd. Paguyaman
Debit di Muara S Paguyaman
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Deb
it m
3/d
t
1/2 bulan ke-
Pemenuhan Air Irigasi WD Bulia
Kebutuhan Air Irigasi
Ketersediaan Air
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Deb
it m
3/d
t
1/2 bulan ke-
Pemenuhan Air Irigasi WD Nantu
Kebutuhan Air Irigasi
Keterdiaan Air
-
10
perubahan kebutuhan air tersebut,
dilakukan kajian kondisi alokasi air pada
masing-masing water district sampai 20
tahun mendatang dengan RIBASIM.
Beberapa skenario pengembangan
pendayagunaan sumberdaya air dengan
mempertimbangkan proyeksi kebutuhan
air untuk irigasi dan non-irigasi untuk
Tahun 2012 sampai 2027 dilakukan
sebagai berikut ini.
Skenario Pengembangan SDA tahun 2012:
- Skenario 1 : merupakan kondisi pendayagunaan air pada tahun
2012 dimana diasumsikan ada
perubahan jumlah penduduk,
efisiensi irigasi tetap, Bendung
Paguyaman sudah berfungsi untuk
mengairi lahan irigasi Paguyaman
seluas 6880 ha, dan ada
ekstensifikasi luas sawah dari luas
potensial seluas 1621,5.
- Skenario 2 : seperti kondisi pada Skenario 1 ditambah dengan ada
upaya peningkatan efisiensi irigasi
sebesar 5%.
Skenario Pengembangan SDA tahun 2017:
- Skenario 3 : Perubahan jumlah penduduk, Bendung Tanggajaya
sudah fungsional mengairi lahan
sawah seluas 1142 ha
Skenario Pengembangan SDA tahun 2022:
- Skenario 4 : Perubahan jumlah penduduk, Ada Embung Tilamuta
untuk air baku
Skenario Pengembangan SDA tahun 2027:
- Skenario 5 : Perubahan jumlah penduduk, Ada Embung Balontio
untuk air baku.
Mengingat Embung Tilamuta dan Balontio
belum diketahui kapasitas tampungannya
secara pasti, maka kajian pengembangan
alokasi air hanya dilakukan sampai pada
Skenario 3 (Tahun 2017). Hasil kajian
kebutuhan air untuk 3 skenario tersebut
diberikan pada Tabel 1, dan
dipresentasikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Kebutuhan air untuk 3 skenario
Tabel 1. Kebutuhan Air Irigasi dan Non Irigasi di WS Paguyaman
Jenis Kebutuhan
Kebutuhan Air (Juta m3/th)
Tahun 2007
Tahun 2012 Tahun 2017
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Irigasi 443.65 828.55 805.7 819.73
RKI 30.27 36.58 36.58 48.88
Kolam Ikan 4.73 4.73 4.73 4.73
Total 478.65 869.86 847.01 873.34 (sumber : hasil analisa dengan RIBASIM)
Irigasi95%
RKI4%
Kolam1%
Kebutuhan Air di WS Paguyaman (Skenario 1)
Irigasi
RKI
Kolam
Irigasi95%
RKI4%
Kolam1%
Kebutuhan Air di WS Paguyaman (Skenario 2)
Irigasi
RKI
Kolam
Irigasi93.9%
RKI5.6%
Kolam0.5%
Kebutuhan Air di WS Paguyaman (Skenario 3)
Irigasi
RKI
Kolam
-
11
Pada tabel di atas, kebutuhan air irigasi
meningkat pada Tahun 2012 karena mulai
difungsikannya Daerah Irigasi Paguyaman
Kanan dan Kiri yang mendapat suplai air
irigasi dari Bendung Paguyaman. Di
beberapa water district terjadi defisit air
irigasi di musim kemarau, yaitu di Water
District Molihulo, Marisa, Bulia,
sehingga intensitas tanam tidak mencapai
200% untuk irigasi teknis. Sedangkan di
water district Nantu, Hunggalua, Demito
Hilir, Tombiu Hilir, Bongo Hilir
pemanfaatan air dapat dioptimalkan
dengan mengembangkan sawah tadah
hujan menjadi sawah dengan irigasi teknis.
Pengembangan pemanfaatan air tersebut
perlu didukung dengan bangunan irigasi
(Bendung Paguyaman dan Tanggajaya,
embung). Disamping itu perlu ada upaya
peningkatan efisiensi irigasi dengan cara
meminimalkan kehilangan air di saluran
irigasi. Sedangkan kebutuhan Domestik
membesar dengan meningkatnya jumlah
penduduk. Hasil selengkapnya simulasi
pada kondisi eksisting dan 3 skenario
perkembangan pendayagunaan air
diberikan pada Tabel 2 sebagai berikut ini.
Tabel 2. Hasil Simulasi RIBASIM
No Hasil Simulasi Alokasi Air Eksisting Skenario-1 Skenario-2 Skenario-3
Th. 2007 Th. 2012 Th. 2012 Th. 2017
1 Kebutuhan Air Irigasi (juta m3/tahun) 344.65 828.55 805.7 819.73
2 Kebutuhan Air Irigasi (m3/dt) 10.93 26.27 25.55 25.99
3 Volume Defisit Air (juta m3/tahun) 50.25 186.55 174.22 176.19
4 Debit Defisit Air (m3/dt) 1.59 5.92 5.52 5.59
5 Kebut. Air Domestik (juta m3/tahun) 30.27 36.58 36.58 48.88
KESIMPULAN
Analisa Neraca air dikaji untuk
tiap water district. Ketersediaan air
hidrologis (aliran permukaan) didasarkan
pada data AWLR di lokasi Bendung
Paguyaman yang cukup panjang, 27
tahun. Sedangkan kebutuhan air yang
dianalisis meliputi kebutuhan air irigasi,
RKI (rumah tangga, perkantoran,
industry), ternak dan kolam ikan.
Disamping itu ketersediaan air terutama
pada musim kemarau juga diperhitungan
debit minimum yang masih tersedia di
hilir untuk lingkungan dan navigasi .
Alokasi air disimulasikan dengan
software RIBASIM, dimana beberapa
skenario pengembangan juga
disimulasikan, disamping kondisi alokasi
air eksisting. Dari hasil analisa
disimpulkan bebarapa hal berikut:
- Pemanfaatan air dominan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi,
yang mencapai 93% dari total kebutuhan
air.
- Di beberapa water district terjadi defisit air irigasi di musim kemarau, yaitu di
Water District Molihulo, Marisa, Bulia,
sehingga intensitas tanam tidak mencapai
200% untuk irigasi teknis.
- Di beberapa water district, contohnya di WD Nantu, Hunggalua, Demito Hilir,
Tombiu Hilir, Bongo Hilir pemanfaatan
air dapat dioptimalkan dengan
mengembangkan sawah tadah hujan
menjadi sawah dengan irigasi teknis.
Pengembangan pemanfaatan air tersebut
perlu didukung dengan bangunan irigasi
(bendung, embung). Disamping itu perlu
ada upaya peningkatan efisiensi irigasi.
- Dalam rangka upaya pengembangan pendayagunaan sumber daya air untuk
mendukung perkembangan ekonomi
secara efektif dan efisien, perlu
diupayakan pengadaan sumber air baru
baik untuk pemenuhan kebutuhan air
baku maupun kebutuhan air irigasi. Di
-
12
WS Paguyaman teridentifikasi potensi
bangunan tampungan yang dapat ditindak
lanjuti pembangunannya untuk
penyediaan sumber air baru tersebut,
yaitu di Embung Balontio, di Sungai
Muhiyolo; dan Embung Tilamuta, di
Sungai Tilamuta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada Saudara
Arvandi, ST, MT dan Fachrudin, S.Si
yang telah membantu memasukkan data
ke software RIBASIM dan
penggambaran peta dengan ArcView.
DAFTAR PUSTAKA
1. Korgt Der Van W.N.M., 2003a, RIBASIM Version 6.31., User manual,
Delft Hydraulics, Delft, the
Netherlands.
2. Korgt Der Van W.N.M., 2003b, RIBASIM Version 6.31., Technical
Reference Manual, Delft Hydraulics,
Delft, the Netherlands
3. Prana Kurnia Pratama PT., 2007,
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Seputih
Sekampung
4. UU SDA, No 7 Tahun 2004
5. Yodya Karya PT., 2007, Identifikasi Potensi Sumberdaya Air di Wilayah
Sungai Paguyaman.
6. Yulistiyanto B. dan Kironoto. B, 2007,
Kajian Pengembangan Pengelolaan
Sumberdaya Air pada Wilayah Sungai
Progo-Opak-Serang dengan
RIBASIM, Dinamika Teknik Sipil.