analisa orto

download analisa orto

of 21

description

analisa orto

Transcript of analisa orto

  • 1

    Analisis Model Studi

    Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi

    pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan

    oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi

    pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.

    Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu

    dalam arah:

    Sagital, meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap,

    yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet,

    prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite

    anterior.

    Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri

    lengkung gigi, dan crossbite posterior

    Vertikal, meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun

    posterior, dan ketinggian palatum

    Macam-Macam Analisis Model

    1. Analisis Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal

    Tujuan:

    a. membandingkan kedudukan geligi sebelah kiri dengan geligi sebelah kanan

    garis median

    b. dalam rencan perawatan, diusahakan agar kedudukan gigi kiri dan kanan

    menjadi simetris

    c. memperkirakan perbedaan posisi gigi kiri dan kanan dalam arah sagital dan

    transversal.

    Prosedur:

    Beri tanda berupa titik pada permukaan incisal/oklusal setiap gigi rahang atas

    dan rahang bawah: - I1, I2 : pertengahan incisal

    - C: puncak incisal

  • 2

    - P1, P2 : puncak bonjol bukal

    - M1: central fossa

    Pengukuran dengan menggunakan symmetograph atau orthocross dengan

    bidang orientasi pada mid palatal raphe dan bidang tuberositas

    Bandingkan posisi geligi kiri dan kanan menggunakan orthocross/

    symmetograph tersebut. Caranya:

    - Menentukan lengkung gigi yang paling mendekati normal (misalnya

    regio1/ kanan lebih normal dibandingkan regio kiri 2/ kiri) sebagai

    acuan

    - Meletakkan jarum symmetograph pada garis median model studi, atau

    garis median orthocross berhimpit dengan garis median model studi

    - Membandingkan titik-titik pada setiap gigi yang sama pada lengkung

    regio sebelahnya terhadap lengkung yang dianggap normal tersebut

    - Melakukan penilaian dalam arah transversal dan sagital.

    .Contoh hasil pemeriksaan

    - Dalam bidang transversal: 16 menjauhi median line 1 mm dibandingkan

    26

    - Dalam bidang sagital: 16 lebih ke anterior 1 mm dibandingkan 26

    - Pengukuran pada setiap gigi yang dianggap malposisi, lalu membuat

    kesimpulan akhir mengenai kesimetrisan kedua lengkung gigi,

    misalnya:

    o kedudukan gigi-gigi di regio 1, mejauhi median line dibandingkan

    regio 2

    o kedudukan gigi-gigi di regio 1, lebih ke anterior dibandingkan

    regio 2

  • 3

    Gambar 1. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A. Symmetograph,

    B. Untuk menilai lengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada

    symmetograph diletakkan pada bidang median raphe

    2. Analisis Geligi Tetap

    a. Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy (ALD))

    Tujuan:

    Untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang

    lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi

    perawatannya.

    Analisis ini dapat menggunakan 2 metode:

    1). Metode Nance

    Prosedur:

    Mengukur lebar mesiodistal masing-masing gigi dari mesial hingga molar

    pertama permanen menggunakan jangka berujung runcing atau jangka

    sorong. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk

    lengkung gigi yang ideal.

    Mengukur panjang lengkung rahang menggunakan kawat lunak seperti

    brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi

  • 4

    dan ditempatkan pada permukaan oklusal pada geligi posterior sampai

    incisal edge pada gigi anterior.

    Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang

    lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif

    berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan

    ruangan.

    A B

    Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance

    menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di

    mesial molar pertama. A. rahang atas, B.rahang bawah

    2). Metode Lundstrom

    Prosedur:

    membagi lengkung gigi menjadi enam segmen, dengan dua gigi per

    segmen, termasuk gigi molar permanen pertama

    Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran mesio

    distal gigi untuk rahang atas: 16-26, rahang bawah: 36-46

    - Diukur satu persatu menggunakan jangka yang kedua ujungnya

    runcing ke arah lebar gigi yang paling besar (aproksimal/mesiodistal).

    Posisi jangka dari arah atas tegak lurus kepada daerah tersebut.

    - Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat

    sendiri, masing-masing pengukuran gigi dipindahkan dan dijumlahkan.

    Menjumlahkan lebar masing-masing gigi pada setiap segmen

    Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada studi model setiap

    segmen

  • 5

    - Pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari mesial

    molar kedua kanan pada puncak papil gusi pada tiap segmen

    - Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat

    sendiri, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan dan

    dijumlahkan

    Selisih antara keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.

    Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara

    segmental menurut Lundstrom

    3). Metode yang dilakukan bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Padjadjaran Bandung

    Pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental adalah dengan

    membagi lengkung menjadi tiga segmen di tiap kuadran, yaitu segmen

    pertama meliputi insisif sentral dan lateral, segmen berikutnya kaninus,

    selanjutnya premolar dengan molar pertama. Teknik pengukuran yang lainnya

    sama yaitu dengan menghitung selisih ukuran panjang lengkung gigi dengan

    panjang lengkung rahang.

  • 6

    A B

    Gambar 4. Pengukuran Arch Length Discrepancy yang melibatkan molar

    pertama permanen. A.Pengukuran panjang lengkung gigi,

    B. Pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental

    Panjang lengkung rahang RA :........ mm

    Panjang lengkung gigi RA :.........mm -

    Selisih :.........mm

    Dilakukan prosedur yang sama untuk RB

    Rencana perawatan berdasarkan hasil penghitungan ALD

    Jika ALD: -1 s.d -2 mm : pro slicing

    0 s.d -4 mm : pro ekspansi

    > -4 mm : pro ekstraksi

    Kepastian rencana perawatan bergantung juga pada analisis lain.

    b. Analisis Bolton (Tooth Size Discrepancy (TSD))

    Definisi:

    Analisa Bolton adalah analisa rasio interdigitasi yang dirancang untuk

    melokalisasi perbedaan ukuran gigi dengan membandingkannya dengan standar

    yang normal sehingga kekurangan ruang rahang dapat ditentukan. Hubungan

    ukuran mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar penting untuk

    menentukan ideal interdigitasi antara gigi maksila dan mandibula.

  • 7

    Tujuan:

    mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula terhadap maksila

    membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang

    mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai

    menentukan efek pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif

    mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak

    sesuai.

    Analisa Bolton terbagi dua yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio total (12

    gigi dari M1 kanan-M1 kiri).

    Prosedur:

    mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm

    - 6 gigi anterior RA (13-23)

    - 6 gigi anterior RB (33-43)

    - 12 gigi RA (16-26)

    - 12 gigi RB (36-46)

    Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada analisis ALD.

    menentukan rasio anterior

    Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100 %

    Jumlah 6 gigi anterior maksila

    Rata-rata= 77,2 1,65

    menentukan rasio total

    Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100 %

    Jumlah 12 gigi anterior maksila

    Rata-rata= 91,3 1,91

    Jika rasio anterior > 77,2% 1,65, rasio total > 91,3% 1,91: maka ukuran

    gigi maksila yang benar, mandibula terlalu besar dibanding seharusnya

    Berdasarkan ukuran gigi maksila yang benar dilihat ukuran gigi mandibula

    yang seharusnya pada tabel Bolton

    Jika rasio anterior < 77,2% 1,65, rasio total < 91,3% 1,91: maka ukuran

    gigi mandibula yang benar, maksila terlalu besar dibanding seharusnya

  • 8

    Berdasarkan ukuran gigi mandibula yang benar dilihat ukuran gigi maksila

    yang seharusnya pada tabel Bolton

    Ukuran gigi maksila pasien dikurangi dengan ukuran gigi maksila pada tabel

    Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi maksila

    Gambar 5: Rasio Anterior dan Rasio Total Analisis Bolton

  • 9

    Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam

    gigi anterior dan kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun

    rahang bawah

    c. Analisis Howes

    Dikemukakan oleh: Ashley E. Howes, tahun 1947.

    Dasar Pemikiran:

    1). Keadaan berjejal tidak hanya disebabkan ukuran gigi terlalu besar tetapi juga

    disebabkan lengkung basal tulang rahang terlalu kecil, hanya pada rahang atas

    2). Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi

    3). Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.

    Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal

    cukup untuk memuat gigi geligi pasien.

    Tujuan:

    Untuk menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah

    kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan

    pencabutan gigi, memperluas lengkung gigi atau ekspansi.

    Prosedur:

    Melakukan pengukuran:

    - Panjang lengkung gigi: jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama

    kiri sampai dengan molar pertama kanan

    - Lebar lengkung rahang: diameter basis apikal (jarak antara titik terdalam

    fosa kanina kanan dan kiri (ujung apeks gigi 14-24) diukur dari arah

    depan dari model gigi

    - Lebar lengkung gigi: jarak antara puncak bonjol bukal gigi 14-24 diukur

    dari arah oklusal.

    Menghitung dengan rumus:

    a). Basis apikal x 100 = .............. %

    Jumlah mesio distal 16-26

    b). Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24) = .............mm

    Lebar lengkung rahang (basis apikal) = .............mm -

    Selisih = .............mm

  • 10

    Hasil Perhitungan

    o Perhitungan a

    - 44 % : basis apikal cukup lebar untuk semua gigi 16-26

    - < 37% : lengkung basal sempit sehingga perlu ekstraksi

    - 37-44% : dikategorikan dalam kasus yang meragukan. Mungkin

    dilakukan pencabutan gigi atau ekspansi. Jika lebar lengkung gigi lebih

    sempit dari lengkung rahang maka masih bisa ekspansi

    - > 44% : lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi

    sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman.

    o Perhitungan b

    - LLG > LLR (selisih +) : tidak bisa diekspansi

    - LLG = LLR (selisih 0) : normal

    - LLG < LLR (selisih -) : dapat diekspansi

    d. Analisis Pont

    Dikemukakan oleh: DR.Pont, drg. Perancis, tahun 1909.

    Dasar Pemikiran:

    Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan

    antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung

    inter premolar pertama dan inter molar pertama.

    Tujuan:

    Untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi

    atau distraksi atau normal.

    o Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung

    gigi lebih mendekati bidang midsagital.

    o Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih

    menjauhi bidang midsagital.

    Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral

    Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar

    dan molar

  • 11

    Prosedur:

    Mengukur lebar mesio distal 4 gigi anterior rahang atas (12, 11, 21, 22)

    Mengukur lebar lengkung gigi:

    - regio premolar: jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar

    pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas

    - regio molar: jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas

    ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atas dan molar

    Menghitung dengan menggunakan rumus pont lebar lengkung gigi pada

    regio premolar dan molar yang ideal

    a). Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100

    80

    b). Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100

    64

    Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar

    lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,

    idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa

    sentral molar pertama.

    Menentukan selisih antara kedua hasil yang didapat

    o LLG pasien = LLG Pont, maka LLG pasien normal (selisih 0)

    o LLG pasien < LLG Pont, maka LLG mengalami konstriksi (selisih -)

    o LLG pasien > LLG Pont, maka LLG mengalami distraksi (selisih +)

    Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi

    sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi

    kemungkinan terjadinya relaps.

    Gambar 6. Pengukuran lebar lengkung gigi pada analisis Pont. Patokan

    yang digunakan adalah sentral fosa premolar pertama

    permanen dan molar pertama permanen

  • 12

    e. Analisis Kesling (Diagnostic Setup)

    Definisi:

    Analisis kesling merupakan cara untuk menggambarkan bagaimana

    mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi dari

    tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih

    baik.

    Fungsi:

    sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan

    diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus

    secara individual

    Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis, maka disebut diagnostic

    setup model

    model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut juga

    merupakan gambaran suatu hasil perawatan maka disebut juga prognosis

    setup model.

    Prosedur:

    model kasus RA-RB disiapkan

    memfiksasi model pada okludator yang sesuai, dengan membuat

    kedudukan basis dari model sejajar dengan bidang oklusal (model RB).

    Bidang oklusal dengan bidang mandibula sebaiknya membentuk sudut

    rata-rata 15

    kemudian dimulai memotong/memisahkan gigi-gigi dari model tersebut

    pada aproksimal kontaknya dengan suatu pisau/gergaji, caranya:

    - membuat lubang dengan gergaji 3 mm di atas gingival margin

    (fornix) antara gigi 11 dan 21

    - dari lubang ini dibuat irisan arah horisontal kanan-kiri sampai M1

    - dibuat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1

    - diberi tanda masing-masing gigi agar tidak keliru

    - dibuat irisan vertikal pada setiap aproksimal

    - masing-masing gigi dipisahkan

  • 13

    - menyusun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung yang

    dikehendaki dengan perantaraan wax

    Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk

    memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif.

    Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam

    keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi.

    Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan

    yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang

    akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang

    tersebut.

    Modifikasi Cara Kesling

    Prosedur:

    hasil cetakan yg belum diisi gips disiapkan

    mengisi cetakan dengan gips 3 mm dr gingival margin

    wax ditunggu hingga keras kemudian diisi lagi dengan gips, tunggu,

    cetakan dilepaskan

    masing-masing gigi dipisahkan dengan terlebih dulu model difiksasi pada

    okludator dan diberi tanda serta dipisahkan arah vertikal pada aproksimal

    kontaknya

    menyusun kembali gigi sesuai lengkung yang dikehendaki dengan cara

    yang sama, untuk kasus:

    o RB normal : RA mengikuti RB

    o RA normal: RB mengikuti RA

    o RA & RB tidak normal: tentukan RB lebih dulu

    f. Metode Thompson and Brodie

    Tujuan:

    menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite

    Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping)

    gigi-gigi depan atas bawah sangat dalam menurut arah bidang vertikal

  • 14

    Normal overbite: rata-rata insisif sentral RA menutupi = 1/3 panjang

    mahkota insisif sentral RB, normalnya adalah = 2 - 4 mm

    Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III

    Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan gigi geligi

    tersebut dan perlu diketahui bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-anak.

    Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :

    o Deep overbite

    o Palatal bite / Closed bite

    o Shallow bite

    o Edge to edge bite

    o Cross bite = reversed bite

    o Open bite

    Deep overbite dapat disebabkan:

    a). Dental:

    - Supra oklusi gigi-gigi anterior

    - Infra oklusi gigi-gigi posterior

    - Kombinasi supraoklusi dan infraoklusi

    - Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M

    b). Skeletal:

    - Ramus mandibula yang panjang

    - Sudut gonion yang tajam

    - Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan

    c). Kombinasi

    Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:

    1). Cetakan model gigi-gigi penderita

    2). Foto profil penderita

    3). Langsung dari penderita

    4). Dengan sefalometri radiografik

    1). Mempelajari model gigi-gigi penderita

    o Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak

    sempurna rata pada model, pada palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain

  • 15

    o Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna

    o Adanya gingiva tebal.

    o Kurva Von Spee yang tajam

    2). Dari foto profil penderita

    o Jika Nasion SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti

    ada infraklusi gigi-gigi posterior

    o Jika NA SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada

    supraoklusi gigi-gigi anterior.

    3). Langsung dari penderita

    jika ada keragu-raguan deep overbite disebabkan oleh karena infraoklusi

    gigi-gigi bukal (P dan M) saja atau bersama-sama dengan supraoklusi gigi-

    gigi anterior

    Prosedur:

    mengambil sepotong stenz (wax) yang dilunakkan

    meletakkan stenz tersebut di atas permukaan oklusal P dan M salah satu

    rahang kanan atau kiri

    penderita disuruh menggigit stenz sehingga kedudukan profil muka

    penderita pada keseimbangan: NA - SNA = 43% NA Mentum

    setelah stenz keras dilihat pada regio anteriornya:

    o Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang stenz masih tebal berarti

    terdapat infraoklusi gigi-gigi P dan M

    o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz tergigit habis berarti adanya

    supraoklusi gigi-gigi anterior

    o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz masih ada ketebalan, hal ini

    berarti ada kombinasi keadaan tersebut di atas

    4). Dari mempelajari sefalometri radiografik

    Cara yang baik untuk menentukan deep overbite yang bersifat skeletal

    type, dimana akan terlihat:

    - Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil

    - Panjang Ramus Mandibula lebih panjang

    - Sudut gonion tajam

  • 16

    - Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka kurang

    Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat)

    proporsi muka pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior

    (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum (Gnathion)

    Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite

    yaitu koreksinya ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau

    depresi (intrusi) gigi-gigi anterior

    Prognosa:

    1. Dental: baik

    2. Skeletal: tidak menguntungkan

    3. Deep overbite karena kalsifikasi yang buruk dari alveolaris dan basal bone

    biasanya buruk

    3. Analisis Geligi Campuran

    Tujuan:

    untuk mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung rahang

    untuk digantikan oleh gigi permanen dan untuk penyesuaian oklusi yang

    diperlukan.

    Terdapat banyak metoda analisis geligi campuran. Secara umum, analisis geligi

    campuran terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

    a. analisis yang mengatakan bahwa ukuran geligi tetap yang belum erupsi

    dapat diperkirakan berdasarkan gambaran radiografis

    b. ukuran gigi kaninus dan premolar dapat diperkirakan berdasarkan ukuran

    gigi-gigi permanen yang telah erupsi ke dalam rongga mulut

    c. kombinasi kedua metoda tersebut.

    a. Analisis Moyers

    Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.

    Dasar Pemikiran:

    Adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain. Dengan

    mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen

  • 17

    dimungkinkan dapat membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah lebar gigi-

    gigi dari kelompok lain dalam mulut yang sama.

    Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki

    hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik

    pada rahang atas maupun rahang bawah

    Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 4 gigi insisif permanen

    rahang bawah. Alasannya:

    o Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal

    o Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model)

    o Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA

    Tujuan:

    untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum

    erupsi

    Keuntungannya:

    kesalahan sistematik yang minimal

    dapat dilakukan dengan cepat

    tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi

    dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus

    walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi

    mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut

    metoda ini juga dapat dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua

    lengkung rahang.

    Prosedur:

    mengukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah,

    dijumlahkan dan dicatat pada formulir pemeriksaan

    mencatat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P1 dan P2, sisi

    kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan

    tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%

    Ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah

    keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang benar

    pada rahang

  • 18

    Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral,

    hingga mesial molar pertama tetap

    Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan

    untuk penyesuaian hubungan gigi molar.

    Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar

    pertama atas dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-masing

    sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I

    Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7

    mm untuk rahang bawah.

    Kemungkinan yang bisa terjadi:

    - tidak ada sisa ruang

    - kurang ruang

    - kelebihan ruang

    Gambar 7. Pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 dilakukan

    setelah keempat geligi anterior menempati kedudukan yang

    benar pada lengkung rahang

  • 19

    Tabel 2. Tabel probabilitas Moyers digunakan untuk memperkirakan

    ukuran 3, 4, 5 yang akan erupsi, baik pada rahang atas maupun

    rahang bawah. Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5 berdasarkan

    jenis kelamin

    b. Tanaka-Johnston

    Dasar:

    Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat

    insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar

    yang belum erupsi.

    Keuntungan:

    mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil

    sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun

    Prinsip Perhitungannya:

    Ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama

    dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.

    Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu

    kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah

    ditambah 11,0 mm.

    c. Metode Nance

    Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.

    Dasar:

    adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi

    pengganti.

    Tujuan:

    untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup

    tersedia/lebih/kurang ruang.

  • 20

    Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1

    m2 dan gigi pengganti 3 4 5.

    Fungsi:

    untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed

    dentition.

    Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang

    digunakan. Masing-masing sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm.

    Prosedur:

    mempersiapkan: model RA dan RB, rontgen foto regio III, IV, V, dan jangka

    sorong

    Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak

    mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih

    sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik.

    Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk

    menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus,

    sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.

    membuat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P1 , P2 yang belum erupsi pada

    ke empat sisi rahang

    Pada foto ronsen, diukur lebar mesiodistal masing-masing dan dilakukan

    koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar

    mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus :

    P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro

    Mengukur lebar mesiodistal M1 yang sudah erupsi langsung pada model

    menjumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan mencatatnya pada

    formulir pemeriksaan

    menjumlahkan mesiodistal gigi-gigi desidui: c, m1, m2, lalu dibandingkan

    dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1 dan P2

    Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan

    lengkung ideal

    Kemungkinan :

    o hasil 1=2 : cukup o hasil 12 : kelebihan

  • 21

    A B

    Gambar 8. Untuk menghitung perbesaran yang terjadi dilakukan

    pembandingan antara ukuran pada A. Model studi

    B. Gambaran radiografi periapikal

    Referensi:

    1. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.

    2. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book Medical Publisher. 1988. hal 221-246.

    3. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis : Mosby, Inc. 2000. hal. 163-170.

    4. www.google.com