Analisa Kualitatif Urine Kom
-
Upload
riiena-arinda -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
description
Transcript of Analisa Kualitatif Urine Kom
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN
ANALISA KUALITATIF URINE
Kelompok II
Borneo Yudha Pratama I1B109009
Muhammad Sujana I1B109012
Valentino Benny K. I1B109026
Noorhidayah I1B109202
Mutia Rahmah I1B109207
Ira Paulina I1B109214
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
Maret, 2010
JUDUL PRAKTIKUM
“Analisa Kualitatif Urine”
A. Persiapan Urine
1. Sampel urine yang digunakan adalah urine selama 24 jam
2. Amati dan catat sifat fisik dari urine yang meliputi volume, warna, dan bau
3. Catat pH urine dengan menggunakan kertas lakmus atau pH indicator
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1. Tabung reaksi
2. Tabung Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Lampu Bunsen
5. Penjepit tabung reaksi
6. Corong
7. Pipet
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Sampel urine
2. Larutan NH4OH pekat
3. Larutan Kalsium Oksalat
4. Larutan HNO3 pekat
5. Larutan Amonium Molibdat
6. Larutan HCl pekat
7. Larutan BaCl2
8. Fenolftalein
9. Larutan NaOH
10. Larutan AgNO3
C. Cara Praktikum
a. Uji Kalsium
Ke dalam 15 ml urine tambahkan 3 ml NH4OH pekat lalu didihkan.
Kalsium dan magnesium fosfat diendapkan, saring dan cuci endapannya dengan
aquadest. Larutkan endapan tadi ke dalam asam asetat encer. Kemudian ambil 3
ml larutan tersebut dan tambahkan 1 ml kalsium oksalat. Terbentuknya endapan
putih (kalsium oksalat) menunjukkan adanya kalsium.
b. Uji Fosfat
Ke dalam 3 ml larutan (dari endapan pada uji 1) tambahkan 3 ml HNO3
pekat dan 3 ml ammonium molibdat. Panskan sampai mendidih. Terjadinya
perubahan warna menjadi kuning jernih atau endapan kuning jernih menunjukkan
adanya fosfat.
c. Uji Sulfat
Ke dalam 5 ml urine tambahkan 1 ml HCl pekat (untuk mencegah
pengendapan fosfat) dan 2 ml BaCl2. Terbentuknya endapan seperti putih susu
atau endapan putih tebal disebabkan terbentuknya BaSO4 yang tidak larut dalm
HCl pekat dan hal ini menujukkan adanya sulfat.
d. Uji Amoniak
Ke dalam 15 ml urine tambahkan 4 tetes fenolftalein. Kemudian
tambahkan NaOH tetes demi tetes sampai didapatkan larutan berwarna merah
muda. Didihkan urine. Masukkan sebuah tabung gelas ke dalam fenolftalein dan
peganglah di atas uap urine. Lapisan tipis pada tabung menunjukkan warna merah
muda disebabkan adanya kotak uap amoniak (dalam urine) dengan fenolftalein.
N.B. Pada pH ini (sekitar 8,5) urea tidak dapat menjadi amoniak. Jika
NaOH kuat ditambahlkan dan diperoleh pH yang lebih tinggi, urea sendiri akan
mengalami dekomposisi dan menghasilkan amoniak. Karena itu pengaturan pH
pada warna merah muda dengan fenolftalein (pH 8,5) adalah diperlukan.
e. Uji Klorida
Ke dalam 15 ml urine ditambahkan 1 ml HNO3 pekat (mencegah
pengendapan urat oleh AgNO3). Kemudian tambahkan 1 AgNO3. Endapan putih
dari AgCl menunjukkan adanya klorida. Endapan tersebut larut dalam NH4OH
dan tidak larut dalam HNO3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Sebelum hasil dari pengujian yang telah dilakukan, kita amati dulu sifat
fisik dari urine yang meliputi:
a. Volume urine = 148 ml
b. Warna urine = Kekuning-kuningan
c. Bau urine = Mempunyai bau khas urine normal
d. pH urine = 7
Setelah itu hasil dari pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Analisa Kualitatif Urine
No Uji Campuran Hasil
1 Kalsium15 ml urine + 3 ml NH4OH pekat (kalsium dan magnesium fosfat diendapkan) + asam asetat encer + 1 ml kalsium oksalat
Terbentuk endapan putih
2 Fosfat3 ml larutan (endapan dari uji 1) + 3 ml HNO3 + 3 ml amonium molibdat
Terjadi warna kuning jernih atau endapan
3 Sulfat 5 ml urine + 1 ml HCl pekat + 2 ml BaCl2
Terbentuk endapan seperti air susu
4 Amoniak15 ml urine + 4 tetes fenolftalein + NaOH tetes demi tetes
Terbentuk lapisan tipis pada tabung setelah dididihkan
5 Klorida 15 ml urine + 1 ml HNO3 + 1 ml AgNO3Terbentuk endapn putih
B. Pembahasan
Urine adalah cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan
ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urine yang
mengandung senyawa-senyawa oraganik maupun anorganik.[1]
Komposisi urine sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat alami
diet yang dilakukan oleh berbagai individu. Komposisi urine normal mengandung
senyawa yang dinamakan dengan komponen normal. Dalam keadaan patologis,
senyawa-senyawa lain dapat dijumpai dalam urine (komponen abnormal).
Perubahan yang besar dapat tejadi pada komponen normal urine (komponen
abnormal).[1]
Senyawa-senyawa anorganik yang terdapat dalam urine antara lain
natrium, kalium, karbonat, klorida (klorin), fosfat, sulfat, flourida, nitrat, silikat,
hydrogen peroksida, amoniak.[1]
Natrium dan kalium selalu terdapat dalam urine terutama sebagai klorida,
bikarbonat, sulfat dan fosfat. Banyaknya kalium yang dieksresi per hari pada
orang dewasa adalah sekitar 3,2 g K2O dan natrium sekitar 5,2 g Na2O. Kalsium
(Ca) dan Magnesium (Mg) lebih banyak diekskresi tiap hari sangat bervariasi,
normal 10-200 mg Ca dan Mg antara 80-100 mg. Banyaknya besi (Fe) yang
diekskresikan tiap hari antara 0,6-10 mg. [1]
Karbonat pada umumnya terdapat hanya dalam jumlah sedikit pada urine
manusia. Reaksi alkali dalam urine disebabkan oleh eksresi alkali karbonat dalam
jumlah besar. Sampel urine pada waktu itu kalau dikeluarkan akan ada dalam
keadaan keruh.[1]
Klorida (klorin) adalah anion utama dalam urine dan umumnya
diperkirakan dalam bentuk NaCl (dengan asumsi bahwa semua klorin sebagai
NaCl) walaupun terdapat juga klorida dari kalium, ammonium, dan magnesium.
Banyaknya klorida yang dieksresi setiap hari sekitar 12 g NaCl atau sekitar 7 g
klorin.[1]
Asam fosfat terdapat dalam urine sebagai fosfat dar Na, NH4 (fosfat
alkali), serta Ca dan Mg (fosfat tanah). Asam fosfat membentuk 3 macam garam,
yaitu garam normal, garam mono hydrogen, dan garam dihidrogen. Dalam bentuk
kombinasi organik, fosfor terdapat sebagai asam gliserolfosfat. Rata-rata dalam 24
jam, fosfor yang dikeluarkan kira-kira 2,5 g dalam bentuk P2O5.[1]
Sulfat dieksresi melalui urine dalam bentuk sulfur yang tak teroksidasi
atau sulfur netral. Sulfur teroksidasi seperti sulfat dari Na, K, Mg, Ca, dan
sejumlah kecil sebagai sulfat etereal yaitu dalm bentuk kombinasi dengan
senyawa-senyawa aromatic seperti phenol, indol, skatol, kresol, dan lain-lain.
Dalam keadaan normal, sekitar 2,5 g H2SO4 (dalam bentuk SO3) dieksresi per hari.
Dalam keadaan patologis, ekskresi sulfat meningkat pada penderita yang
mengalami demam akut dan penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh
stimulasi metabolisme. Ekskresi sulfat menurun pada penyakit-penyakit yang
disertai dengan penurunan nafsu makan dan pada aktifitas metabolism yang
menurun.[1]
Flourida, nitrat, silikat, dan hydrogen peroksida juga ditemukan dalam
urine normal. Nitrat diperoleh melalui perantaraan air dan makanan. Ekskresi rata-
rata dari nitrat sekitar 0,5 g/hari dan paling banyak dijumpai pada individu yang
diet sayuran dan paling sedikit pada diet daging. Nitrat banyak ditemukan jika
terjadi dekomposisi atau fermentasi amoniak dan terbentuk dari amoniak.
Hydrogen peroksida juga dijumpai dalam urine, tapi tidak memiliki arti fisiologis.
[1]
Amoniak merupakan senyawa nitrogen terpenting dari hasil metabolisme
protein selain dari urea. Amoniak diekskresi rata-rata sekitar 0,7 g/hari. Urine
normal mengandung amoniak sebagai klorida, sulfat, dan fosfat dari amoniak.
Dalam bentuk ini nitrogen tidak diubah menjadi urea dalam tubuh organism, oleh
sebab itu setelah pemasukan garam-garam ammonium, ekskresi amoniak juga
meningkat. Penyakit-penyakit yang disertai dengan peningkatan atau metabolism
protein yang tidak sempurna, maka akan meningkatkan asam asetoasetat adan
asam-β-hidroksi butirat ditemukan dalam bentuk kombinasi dengan amoniak.[1]
Selain senyawa-senyawa anorganik, urine yang normal juga mengandung
senyawa-senyawa organic. Senyawa-senyawa yang penting terdiri dari urea, asam
urat (2-6-8 Tioksifurin), kreatin dan kreatinin, asam hipurat, basa purin, dan
pigmen urine.[1]
Pada manusia, sebagian besar nitrogen diekskresi dalam bentuk urea.
Ekskresi total urea sekitar 30 g/hari. Ekskresi urea menurun pada keadaan
tertentu, misalnya kelaparan, diet rendah protein, kelainan hepar, diabetes yang
disertai dengan asidosis dimana presentasea amoniak relative tinggi.[1]
Asam urat (2-6-8 Tioksifurin) merupakan komponen penting urine,
dimana nitrogen diekskresikan. Ekskresi total asam urat pada keadaan normal
sekitar 0,7 g/hari. Senyawa ini tidak larut dalam air, sehingga diekskresikan
sebagai urat. Ekskresinya sangat bervariasi, terutama tergantung pada diet dan
keadaan patologik. Asam urat merupakan Kristal dengan bentuk bervariasi.
Kristal tersebut ditemukan dalam dua bentuk garam, yaitu garam netral dan garam
asam. Kalium dan litium urat netral dapat larut dalam air, sedang ammonium
sukar larut. Logam-logam alkali urat-asam lebih tidak larut, sedangkan logam-
logam alkali tanah urat-asam sangat tidak larut dan mereka ini membentuk
sedimen urine. Asam urat memiliki sifat mereduksi, yaitu dapat mereduksi AgNO3
dan Cu(OH)2(CuSO4 basa). Tetapi asam urat tidak dapat mereduksi bismuth
dalam larutan alkali (larutan Nylander). Hal ini yang membedakannya dari gula-
gula mereduksi. Pada keadaan patologik, ekskresi asam urat memiliki variasi yang
luas. Pada leukemia ekskresinya sangat meningkat. Pada penyakit ghout, kadarnya
dalam darah meningkat (dari 2-3,5 mg menjadi 4-10 mg/100 ml darh). Pada
kasus-kasus kerusakan ginjal berat, kadarnya dalam darah juga meningkat. Kadar
urat dalam urine penting sebagai petunjuk adanya pembentukkan batu asam urat.
Senyawa-senyawa tersebut menurunkan keasaman urine, oleh sebab itu
menaikkakn kelarutan urat. Litium mempunyai kelarutan lebih tinggi.[1]
Kreatin merupakan komponen normal dalam urine dan merupakan
anhidrida-kreatin. Pada keadaan normal, kadar keratin dalam urine sangat sedikit.
Kadarnya akan meningkat sesudah pemberian diet daging. Kreatin terdapat dalam
jumlah besar hanya pada keadaan normal, akan tetapi pada anak-anak dan wanita
hamil hal ini dianggap normal. Kreatinin total yang diekskresi per hari tergantung
pada efisiensi otot individu. Pada orang dewasa normal sekitar 1-1,25 g kreatinin
diekskresikan per hari. Pada keadaan kelaparan dan demam menyebabkan
pemecahan jaringan, bnayaknya kreatinin yang diekskresi meningkat dan pada
umumnya diikuti dengan ekskresi kreatin. Penurunan ekskresi kreatinin
ditemukan pada anemia, paralisis, degenerasi ginjal yang akut, leukemia, dan lain-
lain.[1]
Asam hipurat merupakan zat normal dalam urine.manusia. Pada manusia,
sebagian asam hipurat disintesis dalam hepar. Asam hipurat diekskresikan setelah
uji pemakaian natrium benzoate pada dosis tertentu yang digunakan untuk
mengetahui fungsi hepar. Asam hipurat disisntesis dari kondensasi asam benzoate
dengan glisin. Reaksinya:
C6H5COOH+NH2-CH2COOH→C6H5-CO-NH-CH2COOH+H2O
Asam benzoate berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran (yang biasanya
mengandung senyawa-senyawa aromatic) dan glisin berasal dari komposisi
protein. Oleh karena itu, jumlah ekskresi asam hipurat lebih banyak pada diet
sayuran disbanding dengan diet daging. Pada orang dewasa normal dengan diet
campuran, sekitar 0,7 g asam hipurat diekskresi setiap hari. Knaikan ekskresi
asam hipurat ditemukan pada penderita diabetes, disebabkan oleh meningkatnya
pemasukan protein dan buah-buahan. Pada keadaan demam dan kelainan ginjal,
ekskresi asam hipurat menurun.[1]
Basa purin diekskresi dalam asam urat. Basa purin yang ditemukan dalam
urine adalah adenine, karnin, epiguanin, guanine, santin, hiposantin, heterosantin,
dan metilsantin. Dari senyawa-senyawa tersebut, adenine, xantin, dan hipoxantin
merupakan zat paling penting yang dibentuk sebagai hasil dari metabolism
makanan dan niklein jaringan. Heteroxantin, paraxantin, dan theobromin berasal
dari kafein, kopi, teh, dan coklat. Ekskresi basa purin per hari sangat sedikit
sekitar 10-60 mg/hari.[1]
Pigmen urine yang terpenting dalam urine normal adalah urokrom,
urobilin, uroeritrin, koproporfirin, dan urorosein. Di antara semuanya itu, urokrom
merupakan pigmen terpenting dalam urine normal.[1]
Untuk analisa kualitatif urine diperlukan pengumpulan sampel selama 24
jam dan kemudian analisa dilakukan untuk menentukan kadarnya. Untuk tujuan
ini, kantun kemih seseorang dikosongkan dalam jam tertentu (misal pukul 06.00
pagi) dan urine dibuang. Kemudian semua urine yang dikeluarkan sesudah jam itu
dikumpulkan dalam botol besar yang mengadung 10 ml toluene sebabagi
pengawet.
Harus diperhatikan bahwa apabila toluene yang digunakan dalam jumlah
besar, maka akan memberikan uji positif palsu (uji Heller) untuk albumin.
Kantung kemih dikosongkan pada waktu yang sama (jam 06.00) pada pagi hari
berikutnya dan sampel ini juga dicampur dengan urine yang dikumpulkan
terlebih dahulu. Volume urine diukur kemudian diencerkan dengan aquadest
menjadi volume tertentu. Volume dari sampel yang terkumpul tersebut digunakan
untuk analisis.
Volume urine normal yang dikeluarkan oleh individu normal selam sehari
adalah naik turun dalam batas tertentu, pada umumnya sekitar 1000-1500 ml.
Namun apabila pemasukan cairan dalam tubuh lebih besar, maka akan
meningkatkan volume urine, sedangkan kerja fisik dapat menurunkan volume
urine yang diekskresi.
Urine normal berwarna kekuning-kuningan. Intensitas warna ini sangat
tergantung dari densitasnya. Urine menjadi berwarna karena adanya pigmen
urokrom. Urine normal yang msaih baru merupakan cairan yang jernih tetapi bila
dibiarkan akan menjadi keruh. Hal ini disebabkan oleh mukerid yang
mengandung sel-sel epitel.
Urine yang masih baru mempunyai bau yang khas. Bila urine dibiarkan,
maka akan terjadi penguraian oleh bakteri yang menyebabkan urine berbau
amoniak. Dalam keadaan normal, kumpulan urine selama 24 jam mempunyai pH
6 (reaksi asam). Bila urine dibiarkan dalam jangka waktu lama dapat berubah
menjadi basa yang disebabkan fermentasi amoniak. Keasaman urine terutama
disebabkan oleh asam folat dari natrium dan kalium serta asam-asam organic
lemah. Diet daging menyebabkan urine menjadi sangat asam oleh karena
terbentuknya asam sulfat dan asam fosfat.
Urine dalam keadaan normal mempunyai berat jenis antara 1012-1024
(air=1000). Bila banyak minum (air, bir, dll) menyebabkan berat jenis akan turun
sampai 1002. Sesudah berkeringat yang banyak, berat jenis akan meningkat
samapai 1040. Berat jenis dapat diukur dengan menggunakan urinometer. Berat
jenis dipengaruhi oleh adanya zat-zat abnormal dalam urine. Orang dewasa
normal mengekskresikan sekitar 70 g zat padat per hari. Total zat padat dalam
urine dapat dihitung secara kasar dari koefisisen Long dan berat jenis urine selama
24 jam (urine yang dikumpulkan selama 24 jam).
Glukosa pada jaringan tertentu memilki kadar minimal seperti pada otak
dan eritrosit. Metabolisme glukosa memegang peranan penting dan berpengaruh
terhadap metabolisme-metabolisme senyawa lain, untuk mengetahui keadaan
metabolisme glukosa dalam tubuh dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar
glukosa dalam urine.[2]
Pada keadaan kadar glukosa tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan
hiperglikemia sedangkan pada keadaan kadar glukosa yang rendah dapat
mengakibatkan hipoglikemia. Salah satu kepentingan pemeriksaan glukosa dalam
urine adalah pada penyakit diabetes mellitus. Jika dalam darah banyak terdapat
glukosa yang mencerminkan bahwa metabolisme gula dalam tubuh terganggu,
maka kemungkinan besar urine juga akan mengandung glukosa atau gula lainnya.
[3]
Glukosa dapat dibuang melalui urine jika kadarnya terlalu tinggi dalam
tubuh. Pada urine normal, kadar glukosanya sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Peningkatan kadar glukosa urine terkait langsung dengan kadar
glukosa dalam darah.[4],[10].
Penyerapan kembali glukosa melawan gradien konsentrasinya
berhubungan dengan pengadaan ATP di dalam sel-sel tubulus. Kapasitas sistem
tubulus untuk menyerap kembali glukosa terbatas hingga sekitar 350 mg/menit.
Kalau kadar glukosa darah naik, filtrat glomerulus dapat mengandung glukosa
lebih banyak daripada jumlah glukosa yang bisa diserap kembali. Kelebihan ini
akan dikeluarkan bersama urine sehingga menimbulkan gejala glikosuria. Pada
orang-orang normal, glikosuria terjadi kalau konsentrasi glukosa dalam darah
vena melampaui 9,5 – 10,0 mmol/L. Keadaan ini dinamakan ambang ginjal (renal
threshold) untuk glukosa. Konsentrasi glukosa dalam urine tidak hanya
memperlihatkan konsentrasi gula darah, tetapi juga rata-rata volume urine yang di
keluarkan tiap waktu.[5]
Pada penderita diabetes mellitus biasanya dikarenakan kelenjar pankreas
atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak cukup memproduksi hormon
insulin yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran karbohidrat sebagai
bahan bakar tubuh kurang sempurna, hal ini mampu mengakibatkan peninggian
kadar glukosa (gula) dalam darah. Karena kadar glukosa dalam darah lebih dari
normal, maka akan dibuang melalui urine. Salah satu jenis ciri dari diabetes
mellitus adalah poliuri, yaitu volume urine yang besar dalam periode tertentu. Ada
juga poligipsi, yaitu individu tersebut sering mengalami haus walaupun sudah
minum banyak. Yang terakhir polipagi, yaitu individu tersebut mengalami lapar
terus-menerus.[4]
Jika kadar glukosa darah naik hingga mencapai kadar yang relatif tinggi,
ginjal juga melakukan pengaturan. Glukosa yang memang disaring oleh
glomerolus secara terus menerus, namun kemudian akan dikembalikan seluruhnya
ke dalam darah melalui sintesis reabsorpsi tubulus ginjal. Penyerapan kembali
glukosa melawan gradien konsentrasinya berhubungan dengan pengadaan ATP di
dalam sel-sel tubulus. Kapasitas system tubulus untuk menyerap kembali glukosa
terbatas hingga sekitar 350 mg/menit.[6]
Urine erat kaitannya dengan ginjal yang diperoleh dari proses hasil
metabolisme di dalam tubuh. Urine perlu diidentifikasi secara kimiawi guna
mengetahui apakah ada kandungan glukosa didalamnya dan secara klinis dapat
bermanfaat untuk mengetahui adanya suatu penyakit akibat penimbunan gula
dalam urine (glukosuria). Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik dan
ekskretorik. Selain membersihkan tubuh dari zat-zat sampah bernetrogen dan hasil
metabolisme lain, ginjal dengan cermat melaksanakan homeostatis cairan.[7]
Masalah yang berkaitan dengan gladula prostat untuk beberapa waktu ini
mencapai sekitar 2 juta pengunjung pasien rawat jalan di Amerika, sekitar 8% dari
semua pengunjung dan sekitar 1% untuk pencegahan fisik yang pertam kali.
Klasifikasi untuk sindrom prostat telah dilakukan penelitian oleh NIH (National
Institutes of Health).[8]
Inkontinensi dari saluran kemih sekarang sudah banyak dan sering
muncul. Sekitar 25% menyerang bagian kewanitaan yang awal dan sekitar 40%
menyerang bagian kewanitaan yang akhir mengalami gangguan urine.
Inkontinensi ini berdampak pada kualitas hidup, yaitu kesehatan seksual.[9]
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat kita peroleh dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui fungsi homeostasis ginjal
2. Peranan ginjal dalam tubu sangat penting yaitu mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh dan asam basa dalam tubuh.
3. Mengenal sifat fisik dari urine normal
4. Urine normal itu mengandung senyawa-senyawa organic dan anorganik yang
banyak dan diekskresikan setiap harinya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Para praktikan harus hati-hati dalam melakukan praktikum ini karena bahan-
bahan yang digunakan sangat berbahaya.
2. Para praktikan hendaknya mengerjakan dengan baik dan sungguh-sngguh
dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Modul Praktikum Biokimia Keperawatan. Banjarbaru: FK UNLAM; 2009
2. Anonymous. Buku Ajar Kimia Kedokteran II. Banjarbaru: FK UNLAM; 2006
3. Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: FK UI; 1992
4. Montgomery, Conway, dan Spector. Biokimia: Berorientasi Pada Kasus Klinik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1993
5. Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi Kedua Lima. Jakarta: EGC; 2003
6. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC; 1990
7. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC; 1995
8. Schaeffer AJ. Chronic Prostatitis and Chronic Pelvic Pain Syndrome. The New England Journal of Medicine. 2006:355;1690-8
9. Rogers RG. Urinary Stress Incontinence in Women. The New England Journal of Medicine. 2008:358;1029-36
10. Blade joan, M.D. Monoclonal Gammopahty of Undetermined Significance.
The New England Journal of Medicine. 2006:2767;2765-70.
Ketua Kelompok
Muhammad Sujana NIM. I1B109012
Banjarbaru, 10 Maret 2010
Dosen Praktikum
d r. Edyson , M. Kes NIP. 132163528
s