ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, konstruksi dengan menggunakan baja banyak dilakukan pada jembatan maupun bangunan-bangunan. Hal ini dikarenakan baja mempunyai kekuatan cukup tinggi serta merata. Kekuatan yang tinggi mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja umumnya mempunyai penampang yang lebih kecil sehingga menjadikannya ringan jika dibandingkan dengan bahan struktur lainnya. Pada umumnya struktur baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang lagi, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur. Selain itu, pengangkutan elemen-elemen struktur ini mudah dikerjakan. Sambungan di dalam kontruksi baja memiliki peran penting karena mempengaruhi kosntruksi baja secara keseluruhan. Maksud dari sambungan sendiri adalah menyatukan batang-batang atau profil-profil menjadi satu kesatuan. Di Indonesia, alat penyambung yang umum digunakan saat ini adalah baut dan las. Namun saat ini penggunaan paku keling sudah sangat sulit ditemukan pada proyek kosntruksi. Sedangkan untuk baut dan las, sampai saat ini masih banyak digunakan. Kedua jenis sambungan tersebut memilki kelebihan dan kelemahan masing-masing. 1

Transcript of ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

Page 1: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, konstruksi dengan menggunakan baja banyak dilakukan pada

jembatan maupun bangunan-bangunan. Hal ini dikarenakan baja mempunyai kekuatan

cukup tinggi serta merata. Kekuatan yang tinggi mengakibatkan struktur yang terbuat

dari baja umumnya mempunyai penampang yang lebih kecil sehingga menjadikannya

ringan jika dibandingkan dengan bahan struktur lainnya.

Pada umumnya struktur baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang lagi,

sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk

struktur. Selain itu, pengangkutan elemen-elemen struktur ini mudah dikerjakan.

Sambungan di dalam kontruksi baja memiliki peran penting karena mempengaruhi

kosntruksi baja secara keseluruhan. Maksud dari sambungan sendiri adalah menyatukan

batang-batang atau profil-profil menjadi satu kesatuan. Di Indonesia, alat penyambung

yang umum digunakan saat ini adalah baut dan las. Namun saat ini penggunaan paku

keling sudah sangat sulit ditemukan pada proyek kosntruksi. Sedangkan untuk baut dan

las, sampai saat ini masih banyak digunakan. Kedua jenis sambungan tersebut memilki

kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Disain sambungan harus menggunakan cara yang dapat menghasilkan

sambungan yang aman, hemat bahan dan mampu untuk dibuat (sambungan harus

praktis). Sambungan yang lebih praktis biasanya akan lebih ekonomis, karena biaya

pembuatan akan sangat mempengaruhi hematnya sambungan dan bagian konstruksi itu

sendiri. Oleh karena itu, komparasi biaya penyambungan baja dengan las dan baut

menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas , masalah yang dapat

dirumuskan adalah :

a. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi biaya peyambungan baja?

b. Bagaimana cara efektif dalam penyambungan baja?

1

Page 2: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

2

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah meliputi :

a. Para responden yang diteliti adalah konsultan perencana dan kontraktor.

b. Penelitian dilakukan pada bangunan-bangunan yang menggunakan baja di daerah

Yogyakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil analisa ini daharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan referensi

mengenai komparasi biaya penyambungan baja dengan las dan baut pada struktur

bangunan agar biaya yang digunakan dapat digunakan seefektif mungkin sehingga

berguna bagi pekerja konstruksi maupun perusahaan konstruksi, masyarakat dan

peneliti.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komparasi biaya

penyambungan baja dengan las dan baut untuk mencegah terjadinya pengeluaran biaya

yang tidak efektif pada proses penyambungan baja dengan melakukan studi kasus

secara mendalam.

2

Page 3: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

3

BAB II

LANDASAN TEORI

Baja adalah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifat-sifatnya

yang paling penting dalam penggunaan kosntruksi adalah kekuatan yang tinggi dibandingkan

terhadap setiap bahan lain yang tersedia, dan sifat keliatanya. Kaliatan (ductility) adalah

kemampuan untuk mendeformasi secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi

sebelum kegagalan (Bowles, 1985).

Bagaimana elemen struktur saling berhubungan sering kali merupakan

masalah desain yang kritis, dan hal ini dapat mempengaruhi penentuan sistem struktural

dasarnya, khususnya pola serta materialnya. Strategi yang mungkin dalam menggabungkan

elemen-elemen structural sangat bergantung pada geometrid an sifat fisik elemen-elemen

yang akan digabungkan.

Alat penyambung yang digunakan di Indonesia adalah baut, paku keling, dan

las. Kekakuan sambungan yang dilaksanakan dengan paku keling jauh lebih kaku

dibandingkan dengan baut, tetapi pengerjaannya lebih sulit sebab memerlukan pemanasan

dan penempaan, yang menimbulkan polusi udara dan suara. Dari ketiga cara penyambungan

yang ada di Indonesia, las merupakan penyambungan yang paling kaku.

Sambungan diperlukan apabila:

a. Batang standard tidak cukup.

b. Sambungan yang dibuat untuk menyalurkan gaya dari bagian yang satu ke bagian yang

lainnya, missal sambungan antara balok dan tiang.

c. Sambungan pada struktur Rangka Batang (Varkwerk/truss), dimana batang-batang

penyusun saling memebentuk keseimbangan pada satu titik, umumnya diperlukan pelat

simpul sebagai media penyambung.

d. Sambungan yang sengaja dibuat untu membuat Sendi Gerber.

e. Untuk membentuk batang tersusun.

f. Pada tempat dimana terdapat perubahan dimensi penampang lintang batang, akibat

perubahan besarnya gaya batang (Morisco, 1992).

Sambungan ikut berperan penting dalam pelaksanaan konstruksi yang

menggunakan baja. Kegagalan dalam penyambungan baja dapat mempengaruhi konstruksi

secara keseluruhan. Oleh karena sambungan pada baja perlu diperhatikan agar hasilnya aman,

hemat dan praktis.

3

Page 4: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

4

Dalam penyambungan baja, ada syarat-syarat sambungan yang harus

diperhatikan:

a. Harus kuat, aman tetapi cukup hemat.

b. Di tempat yang mudah terlihat, sambungan seyogyanya dibuat seindah mungkin.

c. Mudah dilaksanakan, baik pada saat paberikasi maupun pemasangannya di lapangan.

d. Karena kekauan dari sambungan paku keling, baut, dan las berbeda, maka pada satu titik

sambungan sebaiknya dihindari penggunaan alat penyambung yang berbeda-beda

(Morisco, 1992).

Dahulu, pada saat teknologi pengelasan belum berkembang dan belum

diyakininya baut sebagai alat penyambung, orang banyak menggunakan paku keling sebagai

alat penyambung. Dibandingkan dengan baut, paku keling lebih menjamin kekakuan

sambungan akan tetapi pengerjaanya jauh lebih sukar. Sehingga saat ini hampir tidak ada

pemancangan paku keling yang digunakan dalam konstruksi yang dibuat berdasarkan

pertimbangan teknik, baik dalam bengkel pembuatan maupun di lapangan, karena beberapa

alasan:

a. Upah buruh yang diasosiasikan dengan jumlah pekerja pemancang paku keling yang

banyak.

b. Pemeriksaan teliti yang diperlukan untuk sambungan paku keling dan besarnya biaya yang

terlibat dalam menggali keluar paku-paku keling yang tidak baik pemasangannya.

c. Perkembangan dan keterandalan yang tinggi dari baut-baut berkekuatan tinggi.

d. Perkembangan dan keterandalan yang tinggi dari pengelasan.

e. Tingkat bunyi yang tinggi yang diasosiasikan dengan pemancangan paku keling, yang tak

akan dapat diterima (dibiarkan) di bawah standar lingkungan yang berlaku dalam

kebanyakan daerah perkotaan (Bowles, 1985).

Penyambungan dengan baut tidak lepas dari pembuatan lubang. Saat ini,

pembuatan lubang lebih banyak menggunakan alat pelubang hidrolis (Hydraulic Puncher)

karena dirasakan lebih cepat dibanding dengan menggunakan pengeboran. Penggunaan alat

untuk membuat lubang memberi pengaruh kepada biaya penyambungan. Semakin canggih

alat yang digunakan maka akan semakin mahal biaya yang diperlukan untuk melakukan

proses penyambungan baja.

4

Page 5: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

5

Untuk bisa mendapatkan baut yang awet maka dapat dilakukan perawatan

seperti berikut :

1. Untuk menghindari karat permanen, bersihkan baut secara berkala dengan cara merendam

baut pada minyak tanah atau bensin, agar kotoran atau karat pada alur baut hilang. Setelah

kering gunakan pelumas oli untuk mencegah timbulnya karat.

2. Bila baut sulit dibuka karena karat, bersihkan baut dari kotoran atau korosi yang

menggumpal dengan minyak tanah atau cairan penghilang karat, sambil memukul

perlahan-lahan kepala serta as baut dengan kunci atau obeng. Cara demikian membuat

cairan meresap ke sela alur sehingga baut mudah dibuka.

3. Pergunakan kunci ring atau pas dan obeng yang tepat, guna menghindari gugus (slek) baut,

seperti penggunaan obeng berujung negatif saat membuka baut berkepala positif.

4. Gunakan kunci momen agar mendapat tingkat pengencangan yang tepat. Hindari

pengencangan yang terlalu keras untuk menghindari baut aus.

Untuk bisa memperhitungkan biaya penyambungan dengan baut diperlukan

refrensi harga baut sehingga saat perhitungan baut dapat digunakan biaya yang efektif dan

efisien. Berikut adalah salah satu contoh daftar harga baut :

(Sumber : http://bennyshop.vacau.com/index.php/produk/35-baut-mur/47-daftar-harga-

baut-mur)

5

Page 6: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

6

Pengelasan adalah penggabungan loga dengan cara fusi. Logam leleh yang

sangat panas dari batang las ditempelkan pada plat yang disambung. Dengan demikian, titik

hubung yang diperoleh akan homogeny dan menerus. Sangat banyak jenis titik hubung las,

tetapi sebagian besar meruapakan variasi dari dua jenis dasar, yaitu las tumpul dan las sudut.

Kekuatan satu unit panjang las tumpul terhadap tarik sama denga izin material las dalam

keadaan tarik dikalikan tebal minimum las. Untuk suatu tebal tertentu, panjang las yang

digunakan berbanding langsung dengan beban yang disalurkan. (Schodek, 1999)

Sebagaimana dengan baut, penggunaan titik hubung las yang dibebani tidak

simetris harus berhati-hati karena pada sistem demikian ada efek torsi. Sebagai contoh, pada

profil siku yang dilas ke plat, bebannya kelihatan simetris , begitu pula letak lasnya, tetapi

sebenarnya las tersebut menerima beban yang tidak simetris karena titik berat profil tidak

simetri.

Saat ini bengkel penyedia jasa las untuk baja telah banyak di Indonesia

sehingga tidak sulit untuk memperhitungkan biaya untuk las baja. Namun bukan berarti tiap

bengkel las memiliki mutu yang baik. Oleh karena itu, perencana harus mampu

memperhitungkan pengeluaran biaya yang efektif dengan kualitas yang baik.

6

Page 7: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisi deskriptif

dan metode sekunder. Metode analisis deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan

untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto,2005). Jadi tujuan

penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta yang diteliti di lapangan. Metodologi penetlitian yang digunakan pada

penelitian ini dimulai dari pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data serta

penarikan kesimpulan.

3.1. Metode Analisis Deskriptif

3.1.1. Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah Metode Kuisioner.

Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Target responden pada

penelitan ini adalah kontraktor dan konsultan perencana pada proyek konstruksi di

Kota Yogyakarta. Penelitian ini akan membandingkan secara statistik jawaban antara

buruh, kontraktor dan konsultan perencana.

Faktor-faktor yang telah diidentifikasi, ditanyakan kepada responden dengan

menggunakan skala satu (1) sampai dengan lima (5), dimana semakin besar skala,

semakin besar pengaruh faktor tersebut terhadap biaya penyambungan baja. Skala

penelitian diberikan sebanyak 5 jenjang dan memiliki bobot masing-masing seperti:

Skala 1 = Sangat Tidak Berpengaruh (STB) dengan bobot (-100)

Skala 2 = Tidak Berpengaruh (TB) dengan bobot (-50)

Skala 3 = Netral (N) dengan bobot (0)

Skala 4 = Berpengaruh (B) dengan bobot (50)

Skala 5 = Sangat Berpengaruh (SB) dengan bobot (100)

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan

pengolahan data. Pertama-tama data itu diseleksi atas dasar reliabilitasnya dan

validitasnya. Data yang rendah reliabilitasnya dan validitiasnya serta data yang kurang

lengkap digugurkan atau dilengkapai sesuai aturan. Selanjutnya data yang lolos seleksi

tersebut disajikan dalam pegolahan serta analisis selanjutnya.

7

Page 8: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

8

3.1.2. Analisis Data

Data hasil olah dianalisis secara sistematik dengan menghitung Rata-rata

(Mean), Deviasi Standar (Standard Devinition) dan Varian (Variance).

a. Rata-rata (Mean)

Keterangan :

= Rata-rata nilai faktor

Xn = Nilai faktor yang diberikan responden ke-n

n = Jumlah responden

b. Deviasi Standar (Standard Devinition)

Untuk melengkapi analisis dari data yang telah dikumpulkan, maka akan lebih

akurat apabila diukur juga besar kecilnya penyimpangan yang terjadi. Karena

seringkali pengukuran dengan mean saja dapat menghasilkan hasil yang sama,

tetapi sebenarnya mempunyai penyimpangan yang berbeda. Pengukuran

penyimpangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tinggi rendahnya

perbedaan yang diperoleh rata-ratanya.

Keterangan :

S = Deviasi standar

Xi = Nilai faktor yang diberikan responden ke-i

= Rata-rata nilai faktor

n = Jumlah responden8

Page 9: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

9

9

Page 10: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

10

c. Koefisien Varian (Variance Coefficient)

Keterangan :

CV = Koefisien variasi

S = Deviasi standar

= Rata-rata nilai faktor

3.2. Metode Data Sekunder

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder dari

kontraktor atau konsultan perencana. Data sekunder tersebut berupa data penyambungan

baja pada proyek tersebut beserta biayanya. Kemudian data tersebut di perbandingkan

dengan cara melihat banyaknya struktur yang disambung dan biaya yang dikeluarkan

untuk itu. Sehingga perbandingan biaya antar penyambungan dengan baja dan

penyambungan dengan las dapat diperoleh dan disimpulkan penyambungan mana yang

lebih efektif dan efisien.

10

Page 11: ANALISA KOMPARASI BIAYA PENYAMBUNGAN BAJA DGN LAS DAN BAUT

11

DAFTAR PUSTAKA

Morisco. Dr. Ir. dkk., 1992, Bahan Kuliah: Pengetahuan Dasar Struktur Baja Edisi Ke-2,

Indonesia, Panguyuban Dosen Baja Yogyakarta.

Bowles, Joseph E., 1985, Desain Baja Konstruksi (Structural Steel Design), Indonesia,

Penerbit Erlangga.

Departemen Pekerjaan Umum., 1987, Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung,

Indonesia, Yayasan Badan Penerbit PU.

Burhan, Ir. Hannis., 1979, “Las” Dalam Konstruksi Baja, Indonesia, Institut Teknologi

Bandung.

Schodek, Daniel L., 1999, Struktur Edisi Kedua, Penerbit Airlangga, Jakarta.

http://bennyshop.vacau.com/index.php/produk/35-baut-mur/47-daftar-harga-baut-mur

11