KUAN IM PO SAT - tridharma.or.id · sabar dan menuruti jalan kesucian. LIAM KENG / MANTRA
ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif...
Transcript of ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI … fileAkibat dari pembentukan identitas kolektif...
ANALISA KEBIJAKAN ISRAEL TERKAIT NORMALISASI HUBUNGAN
DIPLOMATIK DENGAN TURKI (2016)
Sayugo Harun
1113113000103
Abstrak
Pada 27 Juni 2016, Israel dan Republik Turki secara resmi membuka kembali hubungan
diplomatiknya dengan menandatangani perjanjian yang berjudul“Procedural Agreement on
Compensation Between the Republic of Turkey and The State of Israel”. Dalam perjanjian tersebut
Israel diharuskan membayar biaya kompensasi terhadap korban insiden Gaza Flotilla Raid sebesar
20 juta US$. Dapat disimpulkan bahwa normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan
Turki telah mencapai constrait karena adanya imagination dari Amerika Serikat dalam tingkatan
sistemik dan unit-level yang terbentuk akibat adanya interaksi sosial, sehingga membentuk
identitas kolektif dalam bentuk wacana peluang kerja sama gas alam dan kerja sama untuk menjaga
stabilitas keamanan kawasan. Akibat dari pembentukan identitas kolektif tersebut, maka Israel
memutuskan untuk menuruti permintaan Turki dan menormalisasi hubungan diplomatiknya.
Kata kunci: Israel, Turki, Amerika Serikat, Normalisasi Hubungan Diplomatik, Konstruktivisme,
Shared Idea
Abstract
Israel and the Republic of Turkey officially reopened diplomatic relations by signing an
agreement on On June 27 2016 entitled "Procedural Agreement on Compensation between the
Republic of Turkey and the State of Israel". In the agreement Israel is required to pay compensation
costs for victims of the Flotilla Raid Gaza incident amounting to US $ 20 million. It can be
concluded that the normalization of diplomatic relations between Israel and Turkey has reached
constrait because of the imagination of the United States in the systemic level and the units formed
due to social interaction, thus forming a collective identity in the form of natural gas cooperation
opportunities and cooperation to maintain regional security stability. As a result of forming a
collective identity, Israel decided to obey Turkey's request and normalize its diplomatic relations.
Keywords: Israel, Turkey, United States, Normalization of Diplomatic Relations, Constructivism,
Shared Idea
Pendahuluan
Pada 27 Juni 2016, Israel dan Republik Turki secara resmi membuka kembali hubungan
diplomatiknya yang terputus selama 6 tahun. Kedua negara memberikan pernyataan resmi tekait
hal tersebut melalui dokumen perjanjian normalisasi hubungan diplomatik yang berjudul
“Procedural Agreement on Compensation Between the Republic of Turkey and The State of
Israel”, yang ditandatangani pada 28 Juni 2016. Perjanjian itu ditantangani oleh Feridun Hadi
Sinirlioğlu sebagai perwakilan Turki dan Dore Gold sebagai perwakilan Israel.1
Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri baru menyetujui kesepakatan untuk
melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel pada 31 Agustus 2016. Keterlambatan
tersebut disebabkan oleh kudeta yang berlangsung pada tanggal 15-16 juli 2016.2 Setelah
menandatangani perjanjian, kedua negara langsung memulai proses normalisasi hubungan mereka
dengan menunjuk Eitan Na'eh sebagai duta besar Israel untuk Ankara3 dan Mekin Mustafa Kemal
Ökem sebagai duta besar Turki untuk Tel Aviv.4 Dalam perjanjian normalisasi hubungan
diplomatik tersebut, terdapat 6 poin utama yang disepakati oleh Israel maupun Turki untuk
dipenuhi dalam “Procedural Agreement on Compensation Between the Republic of Turkey and
The State of Israel”.5
Selain ke 6 persetujuan tersebut, Turki juga melakukan berbagai nogosiasi lainnya seperti
pemembangunan proyek-proyek industri di kawasan Tepi Barat Palestina yang berfungsi sebagai
penggerakkan laju perekonomian.6 Dengan adanya pembangunan sektor industri di wilayah Tepi
Barat, Turki berharap Rakyat Palestina di wilayah Tepi Barat dapat melakukan perputaran
ekonomi dan menaikkan angka penyerapan tenaga kerja.
Selain itu Turki juga diperbolehkan untuk mengirim semua bantuan ke Jalur Gaza melalui
Israel atau dari Israel ke Gaza melalui jalur darat. Israel juga akan mengizinkan Turki untuk
1 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni
2016 2 “President Erdoğan Approves Israel Deal”, 31 Agustus 2016, http://www.hurriyetdailynews.com/president-
erdogan-approves-israel-deal-103422 3 Raphael Ahrem, “After five frosty years, Israeli ambassador returns to Turkey”
https://www.timesofisrael.com/after-five-frosty-years-israeli-ambassador-returns-to-turkey/ 4 “President announces Kemal Ökem as Turkey’s new ambassador to Israel”, 16 Nov 2016
http://www.hurriyetdailynews.com/president-announces-kemal-okem-as-turkeys-new-ambassador-to-
israel.aspx?pageID=238&nID=106179&NewsCatID=510 5 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni
2016 6 Ali Abunimah, “Turkey-Israel deal leaves Gaza siege intact”, Electronic Intifada, 27 Juni 2016,
https://electronicintifada.net/blogs/ali-abunimah/turkey-israel-deal-leaves-gaza-siege-intact
memajukan proyek kemanusiaan di Jalur Gaza, seperti membangun rumah sakit, pembangkit
listrik dan sebuah stasiun penyulingan air bersih, namun semua tindakan tersebut harus tunduk
pada pertimbangan keamanan Israel.7
Keputusan untuk kembali melakukan normalisasi hubungan diplomatik merupakan momen
penting dalam sejarah hubungan Israel-Turki. Terlebih, mengingat selama ini hubungan keduanya
selalu diwarnai dengan ketegangan pasca insiden Gaza Flotilla Raid, dimana Israel melakukan
operasi milter dan penyerangan terhadap iring-iringan 6 kapal sipil yang berada di wilayah laut
internasional. Iring-iringan kapal tersebut dipimpin oleh Kapal Mavi Maramara sebagai kapal
utama berbendera Turki, lalu terdapat dua kapal lainnya yang juga berbendera Turki, dua kapal
berbendera Yunani, dan satu kapal berbendera Amerika Serikat.8
Kapal Mavi Marmara yang menjadi kapal utama dari iring-iringan tersebut, mengangkut
setidaknya 563 relawan yang berasal dari 31 Negara. Insiden penyerangan tersebut terjadi pada
tanggal 31 Mei 2010 pukul 4 dini hari dan mengakibatkan 10 korban tewas dari kalangan sipil.9
Insiden tersebut telah merusak hubungan antara Israel dan Turki yang membuat Turki menyatakan
sikap untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Hasilnya, Turki mengambil sikap kritis
terhadap Israel yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan sikapnya pada tahun 90-an,
dimana pada masa itu terjalin hubungan yang baik antara keduanya.
Pada tahun 2013, Israel sempat mempertimbangkan untuk menormalisasi hubungan
diplomatik dengan Turki. Upaya normalisasi intensif tersebut menghasilkan tiga persyaratan Turki
terhadap Israel; permintaan maaf secara resmi atas serangan terhadap Mavi Marmara, kompensasi
finansial untuk para korban, dan mengakhiri pengepungan Israel di Jalur Gaza. 10 Kemudian pada
tanggal 23 Maret 2013, atas saran pribadi Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri Benyamin
Netanyahu meminta maaf kepada Turki atas kematian armada tersebut dan berjanji untuk
memberikan kompensasi kepada keluarga korban yang terbunuh.11
7 Barak Ravid, “Israel and Turkey Officially Announce Rapprochement Deal, Ending Diplomatic Crisis”,
Heertz, 27 Juni 2016, https://www.haaretz.com/israel-news/1.727369 8 UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara: Turkish National Inquary,
2011), 18 9 UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara: Turkish National
Inquary, 2011), 18 10 Mohammed Alsaftawi, “Who Needs Whom? Turkey and Israel Agree on Normalization Deal”, The Istituto
Affari Internazionali Working Papers, Vol.16, (2016), 8 11 Ayla Gürela, & Laura Le Cornub, “Can Gas Catalyse Peace in the Eastern Mediterranean?”, The
International Spectator: Italian Journal of International Affairs, Vol. 49, (2014), 21
Sebagian besar rincian kesepakatan dalam draft normalisasi seperti permintaan maaf dapat
diselesaikan, kecuali dalam kasus nominal kompensasi. Turki menuntut kompensasi terhadap
korban yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nominal yang Israel siap bayar. Kedua negara
tidak dapat bersepakat dalam nominal besaran kompensasi yang akan diberikan kepada para
korban. Israel siap membayar 100.000 US$ untuk setiap keluarga korban, namun Turki menuntut
1 juta US $ untuk setiap keluarga korban sebagai biaya kompensasi.12
Namun tiga tahun berselang, secara mengejutkan pada 27 Juni 2016 Netanyahu
menyatakan bahwa Israel siap membayar kompensasi korban dengan total sebesar 20 juta US$.
Nominal ini jauh lebih besar jika di bandingkan dengan permintaan Turki pada maret 2013 lalu,
namun Israel tetap meyanggupi dan menyepakati perjanjian tersebut, kemudian melakukan
pembayaran melalui rekening yang telah di buka oleh pemerintahan Turki.13 Selain itu Netanyahu
juga bahkan memberikan izin kepada tim negosiator untuk menambah nominal kompensasi
sebanyak 3 juta US $ jika diperlukan untuk mendapatkan kesepakatan normalisasi antara kedua
negara.14
Berdasarkan deskripsi di atas, maka terdapat berbagai kejanggalan dalam keputusan Israel
terkait proses nogosiasi untuk menormaliasi hubungan diplomatik dengan Turki. Pada Maret 2013,
Israel menolak tawaran Turki yang meminta 1 juta US$ / korban sebagai biaya kompensasi
sedangkan sebagai gantinya Israel menawarkan kompensasi sejumlah 100.000 US $ / korban.
Namun pada Juni 2016, Israel bersedia membayar total biaya kompensasi sebesar 20 juta US$
kepada Turki. Bahkan Israel bersedia menyiapkan uang tambahan jika diperlukan sebesar 3 juta
US$ hanya untuk mencapai kesepakatan normalisasi diplomatik anatara kedua belah pihak. Maka,
tulisan ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan Israel mengambil
kebijakan untuk menormalisasi hubungan dengan Turki pada tahun 2016.
12 Barak Ravid, “Israel-Turkey Reconciliation Talks Hit Impasse Over Scope of Compensation”, Heertz, 27
Mei 2013, https://www.haaretz.com/israel-news/israel-turkey-reconciliation-talks-hit-impasse-over-scope-of-
compensation.premium-1.526279?=&ts=_1509266563116 13 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni
2016 14 Barak Ravid, “Israel Offers Turkey $20m in Compensation Over Gaza Flotilla Raid”, Heertz, 3 February
2014, https://www.haaretz.com/israel-news/1.572069
Hasil dan Pembahasan
Untuk memahami proses perubahan kebijakan Israel terkait niormalisasi hubungan
diplomatik dengan Turki maka dibutuhkan adanya sebuah kerangka analisis dalam berpikir.
Kerngka tersebut terjadi melalui tiga mekanisme: imagination, communication, dan constraint.
Analisis Kebijakan Israel Terkait Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Turki
Berkenaan dengan imagination, konstruktivis berpendapat bahwa struktur non-material
mempengaruhi apa yang aktor lihat sebagai ranah kemungkinan seperti: bagaimana mereka
berpikir cara mereka bertindak, apa yang dianggap sebagai batasan dalam tindakan mereka dan
strategi apa yang dapat mereka bayangkan.15 Imagination atau pembentukan persepsi ini bertujuan
agar keduanya mencapai shared idea atas suatu pembentukan ide di antara mereka yang dapat
dilihat dari kebijakan atau tindakan yang diambil oleh aktor negara. Dalam isu ini, ide yang
berusaha dibentuk oleh Israel adalah ide normalisasi hubungan diplomatik dengan Turki yang awal
mulanya disampaikan oleh Amerika Serikat. Ide ini berusaha disampaikan dan diinteraksikan
antara Amerika Serikat dan kedua aktor negara melalui proses komunikasi.
Proses imagination ini berawal dari berbagai tekanan Amerika Serikat pada tahun 2013
lewat kunjungan Barrack Obama ke Israel. Kedatangan Obama selama dua hari tersebut bertujuan
untuk menekan kedua belah pihak yaitu Israel-Turki untuk segera melakukan normalisasi
hubungan diplomatik. Barrack Obama menyampaikan pendapatnya terhadap hubunga Israel-
Turki, "Amerika Serikat sangat menghargai kemitraan erat kami dengan Turki dan Israel, dan kami
sangat mementingkan pemulihan hubungan positif antara mereka dalam rangka memajukan
perdamaian dan keamanan regional," setelah penyampaian ide tersebut, Amerika Serikat secara
langsung telah mengawali proses imagination dalam normalisasi hubungan diplomatik antara
Israel dan Turki.16 Peran Amerika Serikat dalam proses imagination juga terus berlanjut dalam
berbagai hal, hingga pada tahapan communication dan constrain.
Normalisasi antara Israel dengan Turki tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa
mempertimbangkan ide yang berhubungan dengan energi dan keamanan. Politik energi tidak
independen dari isu-isu regional dan strategis, dan ide mengenai kerja sama energi kemungkinan
akan menjadi agenda kedua negara karena berbagai alasan. Sederhananya, Israel ingin mengekspor
15 Scott Burchill, et. al., Theories of International Relations, 3rd ed., (Palgrave: UK, 2005), 198 16 Jeffrey Heller, Obama brokers Israel-Turkey rapprochement 22 Maret 2013,
https://www.reuters.com/article/us-israel-turkey-obama/obama-brokers-israel-turkey-rapprochement-
idUSBRE92L0RK20130322 di akses 9 Agustus 2018
gasnya dan mengambil manfaat dari kekayaan gas, sementara Turki mencari alternatif untuk
memenuhi permintaan gasnya.17 Kesamaan ide tersebut didapat karena adanya shared idea antara
keduanya yang dikomunikasikan dan dibentuk oleh berbagai faktor.
Israel adalah satu-satunya negara yang terus mengalami peningkatan populasi hingga
330% disaat kondisi konflik terus berlangsung secara berkala.18 Namun pertambahan jumlah
penduduk tersebut didukung dengan hadirnya golongan professional terdidik. Hal tersebut
dibuktikan dengan Indeks Pembangunan Manusia Israel yang mencapai angka 0.899 pada tahun
2015.19 Israel juga berhasil menduduki peringkat ke 19 dalam United Nation Development Index
Tahun 2016 dan berada pada katagori Very Highly Developd.20
Kemajuan berbagai sektor ekonomi industri, dan meningkatnya angka populasi masyarakat
Israel, menyebabkan negara tersebut membutuhkan suplai kebutuhan sumber daya energi yang
lebih besar. Israel hampir bergantung sepenuhnya pada keberadaan bahan bakar fosil untuk
pasokan energinya. Pada tahun 2008, penggunaan energi gas alam oleh Israel hanya mencapain
25% untuk memenuhi pasokan listrik negaranya. Sedangkan penggunaan batubara dalam
memasok kebutuhan listrik di Israel hampir mencapai dua-pertiga dari kapasitas pembangkit yang
Israel miliki.21 Penggunaan batu bara diperhitungkan telah mengakibatkan tingginya emisi karbon
di negara tersebut.
Namun pada tahun 2009 Israel telah menemukan solusi berupa gas alam di kawasan laut
mediterania timur. Ladang gas tersebut ditemukan oleh Tim peneliti USGS (United States
Geological Survey) di bawah naungan Noble Energy Inc. perusahaan gas independen asal Texas
Amerika Serikat, bersama dengan Delek Group, Avner Oil and Gas Ltd. selaku partner eksplorasi.
22 Mereka mengumumkan bahwa ladang gas Tamar di kawasan lepas pantai Israel tersebut
17 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara
Future Notes, No. 3, November 2016, hal 3 18 Ed. Ahmed Bounfour and Leif Edvinsson, Intellectual Capital for Communities: Nations, Regions, and
Cities, (New York: Butterworth-Heinemann, 2011), hal. 139 19 Human Developmen Report 2016 http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/ISR di akses pada tanggal 17
Oktober 2017 20 Human Development Report 2016: Human Development for Everyone, (New York: UNDP, 2016), hal. 198 21 Gideon Irus, The Use of Coal Ash in Concrete According to The Israeli Standard and Practice, (Tel Aviv:
International Workshop on Environmental Aspects of Coal Ash Utilization), 2012 hal. 3 22 Buck Tobias, Field of dreams: Israel's natural gas, 1 September 2012,
https://www.ft.com/content/1dbda574-f16d-11e1-a553-00144feabdc0
mencapai jumlah sekitar 280 billion cubic meters (bcm).23 Tetapi pengelolaan dan eksploarasi
terhadap ladang gas tersebut baru dapat terlaksana pada tahun 2013.24
Kemudian pada bulan Maret 2010, Tim USGS kembali merilis sebuah penelitian mengenai
potensi sumber daya minyak dan gas di provinsi Leviathan di Mediterania Timur. Daerah ini
mencakup wilayah lepas pantai, Jalur Gaza, Israel, Lebanon, Suriah dan Siprus. Menurut
penelitian, perkiraan rata-rata sumber daya minyak dan cairan gas alam yang berada di Leviathan
secara keseluruhan berjumlah sekitar 491 bcm.25 Namun sumber yang berbeda mengatakan bahwa,
jumlah gas alam di dalam ladang gas leviathan mencapai angka sekitar 620 bcm.26
Penemuan ladang gas alam Leviathan dan Tamar di laut mediterania dapat dikatakan
sebagai penemuan terbesar sumber gas alam lepas pantai terhitung semenjak 1 dekade terakhir.
Israel menganggap penemuan ini dapat dijadikan sebagai penopang kebutuhan interal negara
mereka, dan Israel juga mengharapkan terjadinya peningkatan konversi penggunaan gas alam
hingga mencapai 60% di tahun 2030.27 Dengan adanya penemuan gas alam ini kemungkinan besar
sektor pembangkit listrik Israel akan mengalami perubahan paling signifikan.
Pada tahun 2010, Israel Electric Corporation (IEC) menghasilkan sekitar 61% listrik dari
batubara, 36,6% dari gas alam, 1,5% dari minyak solar, dan 0,6% dari bahan bakar minyak. Pada
tahun itu penggunaan patu baru menurun sekitar 10% sedangkan penggunaan gas alam meningkat
menjadi 11%, namun IEC tetap menghabiskan lebih dari 50% dari total anggaran untuk pembelian
bahan bakar.28 Hanya sekitar 5% dari total energi primer Israel diperoleh dari sumber energi
terbarukan. Jika konversi besar-besaran energi terjadi, emisi karbon dioksida dari sektor
pembangkit listrik akan menurun sebesar antara 50% sampai 52%. Maka jelas sekali dalam
perspektif lingkungan Israel akan mengalami perbaikan yang sangat signifikan. Namun ide
23 Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean,
(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 17 24 Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean?,
(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 21 25 Ibrahim Arinc dan Levent Ozgul, “Exportation of EastMed Gas Resources: Is it Possible without Turkey?”,
Insight Turkey, Vol. 17, No. 2, 2015, hal. 120 26 Simone Tagliapietra, “Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern Mediterranean?”
(Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal. 17 27 “The Natural Gas Sector in Israel”,
http://energy.gov.il/English/Subjects/Natural%20Gas/Pages/GxmsMniNGEconomy.aspx 28 Rebecca A. Yasner, Maximizing Renewable Electricity in Israel: Energy Security, Environmental Impact,
and Economic Development, (Pittsburgh: Carnegie Mellon University, 2012), hal. 13
tersebut adalah sebuah pencapaian jangka panjang yang membutuhkan investasi besar dan
membutuhkan kerja bertahun-tahun untuk mewujudkannya.
Dengan berlimpahnya gas alam terbaru, kabinet legislatif Israel telah memutuskan untuk
mengizinkan ekspor hingga 40% dari cadangan gas negara itu.29 Jumlah gas alam tersebut akan
menciptakan kemungkinan Israel sebagai negara eksportir gas menuju negara-negara tetangga dan
negara-negara di Uni Eropa. Ketersediaan sumber daya dan berbagai ide mengenai kerja sama gas
alam tersebut membuat Israel akhirnya mengkomunikasikan keinginannya dengan Turki untuk
bekerja sama di bidang gas alam. Hal tersebut dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencapai
shared idea antara keduanya.
Disaat Israel mengalami peningkatan sumber daya gas alam, Turki sendiri sedang
mengalami laju perlambatan ekonomi dari sekitar 9% pada tahun 2010 dan 2011 menjadi kurang
dari 3% pada tahun 2014, hal tersebut membuat kebutuhan energi Turki terus meningkat. Dengan
sedikitnya cadangan energi yang Turki miliki, ia harus terus melakukan impor energi hidrokarbon
guna menutupi kebutuhannya. Pada tahun 2014 Turki memproduksi kurang dari 0,50 bcm gas dan
mengimpor lebih dari 49 bcm gas alam ke negeranya. Turki sendiri menggunakan 48% energy gas
alam untuk membangkitkan listrik negaranya, maka gas alam menjadi sumber energi yang
penting.30
Pada tahun 2014 Gazprom Rusia telah mengekspor sekitar 27 bcm guna menutupi
kebutuhan pasar Turki. Diverifikasi sumber daya gas alampun dilakukan guna mencari sumber
alternaitf dengan harga yang lebih murah. Akhirnya Turki juga membeli volume gas yang lebih
kecil dari Azerbaijan dan Iran dan mendapatkan LNG dari Aljazair dan Nigeria. Kemudian Turki
menyetujui untuk mengimpor tambahan 6 bcm / tahun dari Azerbaijan mulai tahun 2019 setelah
selesainya pembangunan proyek TANAP (The Trans-Anatolian Natural Gas Pipeline), namun
tidak ada jaminan bahwa pada akhir tahun 2021 Azerbaijan akan memperbarui kontraknya dengan
Turki.31
29 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara
Future Notes, No. 3, November 2016, 6 30 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics
in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1 Juli 2016, hal. 8
31 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics
in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 01 Jul 2016, hal. 8
Pada bulan Januari 2014, perusahaan mitra dari ladang gas Leviathan mengundang
berbagai perusahaan energi untuk mengajukan penawaran kontrak untuk membeli gas dan
memasang saluran pipanya menuju Turki. Dua bulan kemudian hasil tender awal mengungkapkan
bahwa ada lebih dari 10 tawaran yang berminat untuk membeli 7–10 bcm gas alam setiap
tahunnya. Tawaran ini termasuk Zorlu Group dan juga Turcas Energy Holding dari Turki yang
bekerja sama dengan perusaan energi Jerman RWE (Rheinisch-Westfälisches Elektrizitätswerk).
Pada bulan April 2014 dilaporkan bahwa Turcas Energy Holding telah memulai negosiasi dengan
Enerjisa, sebuah usaha bersama dari Grup Sabancı Turki dan perusahaan Jerman RWE untuk
bergabung guna menjual gas dari ladang Leviathan menuju pasar Turki. Saluran pipa yang
menghubungkan bidang Leviathan ke Turki, yang dapat dihubungkan ke SGC (Southern Gas
Corridor) menuju belgia. Proyek tersebut dinilai akan sejalan dengan ide dan kepentingan
keamanan energi di Ankara.
Dalam kasus gas alam, perusahaan energi yang berperan dalam skala unit-level biasanya
hanya akan melakukan eksploarasi jika volume gas dapat diekstraksi dengan biaya yang masuk
akal. Jika gas akan diekspor, rute transportasi jalur pipa gas alam yang direncanakan juga harus
layak secara finansial.32 Apabila unsur tersebut sudah terpenuhi, persuhaan energi akan melakukan
kajian yang juga berfungsi sebagai usaha untuk membentuk shared idea untuk negara yang akan
bekerja sama. Namun, karena politik domestik dan regional, pemerintah mungkin akan
menciptakan hambatan untuk proyek yang dianggap layak secara komersial. Sangat sulit untuk
mengecualikan peran politik dalam masalah energi. Isu-isu politik dapat memberi dukungan yang
sangat signifikan untuk proyek pipa gas alam tertentu atau dapat menyebabkan proyek tersebut
terhenti.33
Pada bulan Maret 2012, Menteri Energi Turki Taner Yildiz telah menyatakan bahwa studi
kelayakan energi Turki telah menemukan cara yang paling tepat untuk melakukan kerja sama
ekspor gas Israel dan Siprus. Dua perusahaan Turki, Zorlu Group dan Turcas Energy Holding,
telah melobi untuk menjadi suplaier gas dari ladang Leviathan menuju Turki. Pada Februari 2013,
diungkapkan bahwa Zorlu Group telah bekerja selama berbulan-bulan untuk mendapatkan
persetujuan pemerintah Israel untuk membangun pipa gas alam sepanjang 130 kilometer, yang
32 Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel", Menara
Future Notes, No. 3, November 2016, hal 4 33 Gareth M. Winrow, The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics
in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1 Juli 2016, hal. 6
mengankut sekitar 8–10 bcm / tahun.34 Selanjutnya pada November 2013, CEO dari Zorlu Group,
Ibrahim Ak, mengungkapkan bahwa ia berusaha untuk mendapatkan kontrak 15 tahun untuk
membeli 3 bcm / tahun dari ladang Leviathan sebagai bagian dari proyek senilai $ 2,5 miliar.
Disisi lain Matthew Bryza, mantan duta besar Amerika Serikat untuk Azarbeijan yang
menjadi anggota dewan direksi Turcas Energy Holding, menjabarkan dalam rencana detailnya
untuk membangun saluran pipa gas alam bawah laut senilai $ 2,5 miliar. Pipa tersebut diperkirakan
akan mengirim sebanyak 16 bcm / tahun, yang terdiri dari dua jalur pipa yang akan
menghubungkan Leviathan dengan pelabuhan Turki di Mersin dan Cehyan. 35 Perusahaan gas alam
baik dari Israel maupun Turki memiliki peran penting dalam memberikan persepsi kerja sama
energi gas alam ini, karena dalam konstruktivisme mereka dapat memberikan shared idea dalam
skala unit-level.
Normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan Turki tidak hanya dipengaruhi oleh
ide peluang kerja sama gas alam, namun ide mengenai stabilitas kawasan jauh lebih penting guna
menunjang berbagai aktivitas domestik dan regional antara keduanya. Dalam proses imagination,
kedua negara juga mempertibangkan pentingnya stabilitas keamaanan apabila ingin membangun
pipa gas alam bawah laut. Stabilitas keamanan kawasan telah menjadi agenda penting bagi kedua
negara karena tingginya ekskalasi konflik dan aktivitas terorisme di kawasan mediterania. Oleh
karena itu, terorisme merupakan masalah yang perlu diselesaikan dengan berbagai kerja sama
regional dan internasional.
Normalisasi yang dilakukan oleh Israel dan Turki terjadi pada saat kawasan Mediterania
dalam keadaan yang terus memburuk pasca kebangkitan Arab Spring. Salah satu hal buruk yang
terjadi pasca Arab Spring di kawasan tersebut adalah meningkatnya eskalasi perang di Suriah
secara global. Tingkat penderitaan kemanusiaan di Suriah adalah perkembangan paling buruk di
wilayah tersebut yang tidak dapat dilepaskan dari perhatian kedua negara karena berdampak
langsung pada negara-negara di kawasan meditterania termasuk Israel dan Turki.
Pada 21 Agustus 2013, 1.729 warga Suriah tewas dalam serangan kimia Ghouta, serangan
tersebut meluncurkan debat global tentang intervensi militer internasional terhadap pasukan Asad
dan perdebatan mengenai perubahan redzone yang telah ditetapkan sebelumnya. Bukti video
34 Gareth M. Winrow, The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics
in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, (1 Juli 2016), 7 35 Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and Gas Politics
in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, (1 Juli 2016), 7
dengan cepat menyebar melalui media sosial, membawa perhatian dunia pada penggunaan senjata
kimia. Israel menyatakan bahwa mereka memiliki bukti bahwa senjata-senjata kimia telah
digunakan selama waktu penyerangan tersebut, serta beberapa hari sebelumnya. 36
Para penyelidik PBB memeriksa lokasi-lokasi serangan yang dituduhkan dan
menyimpulkan bahwa gas sarin telah digunakan dalam serangan tersebut. Pelaku serangan itu
diperdebatkan, antara pemerintah Suriah dan pihak pemberontak saling menyalahkan. Uni eropa
dan Liga Arab menyalahkan pihak Asad dalam serangan tersebut, sementara pemerintah Rusia
mengklaim para pemberontak melakukan kampanye penipuan yang bertujuan untuk
menyelaraskan negara-negara asing dengan pihak oposisi.37
Pada bulan Agustus 2017, International Organization for Migration (IOM) mengumumkan
bahwa lebih dari 600.000 pengungsi terlantar akibat adanya konflik yang bergejolak di Suriah, dan
sekitar 10 % dari total jumlah pengungsi memilih untuk kembali ke rumah mereka di Suriah.
Kebanyakan dari mereka memilih kembali ke kota Aleppo, yang beberapa bulan sebelumnya
mengalami pertempuran hebat antara pihak pemberontak yang melemah akibat kekalahannya
melawan pasukan rezim Basyar al-Assad.38
Dari perspektif Israel, perkembangan konflik pasca Arab Spring di tingkat regional dan
global membuat Israel semakin terisolasi di kawasan internasional. Sebelum adanya konflik
tersebut, Israel dapat mengandalkan dukungan secara diam-diam dari negara-negara Arab lainnya
seperti Mesir, Yordania, dan Arab Saudi. Dalam lingkungan pasca Arab Spring, dimana terjadi
gejolak baru di seluruh wilayah mediterania, Israel menghadapi tantangan stabilitas keamanan
baru.39 Belum lagi berubahnya sistem kepemimpinan nagara-negara Arab yang membuat
hubungan Israel dengan negara-negara tetangganya semakin terisolasi dibandingkan hubungannya
di masa lalu.
Selain di tingkat kawasan regional, Israel juga mendapati dirinya semakin terisolasi di
tingkat internasional. Pendapat tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa tidak kurang dari 188
negara-negara anggota PBB, 138 diantaranya mendukung upaya Palestina untuk diakui sebagai
36 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8 37 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8 38 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign
Affairs, (6 Februari 2018), 1 39 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8
negara pengamat PBB. Isolasi Israel semacam itu tidak hanya terjadi pada tataran negara dunia
ketiga namun juga terjadi di tataran elemen-elemen negara Barat.40 Israel terbukti semakin
kehilangan pendukungnya di Eropa, bahkan jika dikaji lebih mendalam Israel juga jika kehilangan
beberapa pendukungnya di Amerika Serikat. Dalam hal ini, rekonsiliasi dengan Turki memiliki
keuntungan ganda untuk memperbaiki isolasi global yang dihadapi Israel dan untuk mendapatkan
kembali dukungan penuh Amerika dibawah pemerintahan administratif presiden Barack Obama.41
Kebijakan luar negeri Israel sendiri didasarkan pada gagasan Israel sebagai "passive
onlooker" dan sebagai "good neighbor" yang tercermin dalam asas non-intervensi, kemudian
kebijakan tersebut dibuktikan dengan posisi Israel dalam perang yang terjadi di Suriah.42 Namun
dengan peningkatan eskalasi konflik di Suriah, pihak oposisi dan Jihadis Suriah semakin
menguasai wilayah yang berdekatan dengan perbatasan antara Israel dan Suriah. Beberapa dari
kelompok ini berbasis di Dataran Tinggi Golan. Konfli di Suriah telah secara langsung atau tidak
langsung, meluas ke wilayah Israel, dan memaksa IDF untuk menjaga wilayah perbatasan
meskipun tanpa mengundang banyak atensi publik.43
Israel sendiri beberapa kali melakukan serangan terhadap target tertentu di wilayah Suriah
dan seringkali dibiarkan tanpa adanya konfirmasi dari pejabat Israel terkait. Sebagai contoh adalah
serangan rudal Israel terhadap produsen senjata kimia Suriah di provinsi Homs. Kementerian
Pertahanan Rusia mengatakan bahwa dua pesawat Israel telah menembakkan delapan rudal ke
pangkalan udara T4 di Provinsi Homs. Militer Suriah sendiri menembak jatuh lima rudal miliki
Israel sedangkan tiga lainnya mendarat di bagian barat pangkalan tersebut. Badan pengawas Hak
Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris memantau di lapangan, bahwa 14 orang tewas
dalam serangan tersebut termasuk militer Iran dan juga tiga perwira Suriah.44 Serangan yang
dilakuka oleh Israel dalam bentuk seperti ini sangat sering terjadi. Dalam sebuah wawancara
40 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 9 41 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, (15 April 2013), 9 42 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign
Affairs, (6 Februari 2018), 1 43 Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of Foreign
Affairs, (6 Februari 2018), 2 44 Ken Dilanian dan Courtney Kube, U.S. officials confirm Israel hit Syria after suspected Ghouta chemical
attack, NBC News, 9 April 2018, https://www.nbcnews.com/news/world/israel-blamed-airstrike-syria-after-
suspected-ghouta-chemical-weapon-attack-n863821
mantan kepala angkatan udara Israel Amir Eshel menyatakan bahwa Israel telah memukul konvoi
senjata militer Suriah dan sekutu Hizbullah hampir 100 kali dalam lima tahun terakhir.45
Selain itu, selama konflik berlangsung, Israel justru telah memberikan perawatan medis
kepada para pejuang Jabhat al-Nusra yang terluka. Jabhat al-Nusra sendiri adalah salah satu teroris
perpanjangan dari al-Qaeda di wilayah Suriah. Pertolongan medis Israel tersebut diberikan karena
para pejuang Jabhat al-Nusra telah secara aktif memerangi poros Assad, dan Hezbollah yang
didukung oleh Iran. Meskipun al-Nusra jelas bukan sekutu Israel, Amos Yadin, mantan kepala
intelijen militer mengatakan bahwa Hizbullah dan Iran adalah ancaman utama bagi Israel, jauh
lebih berbahaya daripada para radikal Sunni.46 Oleh karena itu, setelah melihat peningkatan
pengaruh Teheran dan proksinya, Hizbullah, di wilayah Suriah, Israel telah sampai pada ide bahwa
ancaman Iran mungkin lebih berbahaya bagi Israel daripada ancaman kelompok terrorisme dan
ISIS saat ini.
Terbukti, dukungan Israel tidak hanya untuk memberikan bantuan kemanusiaan semata,
tetapi Israel secara tidak resmi juga mendukung kelompok pemberontak dan oposisi Suriah.
Sumber-sumber non-Israel juga menunjukkan adanya persediaan dana yang digunakan untuk
membayar gaji para pejuang, pengadaan amunisi, makanan, bahan bakar, dan kebutuhan medis
untuk pemberontak Suriah yang berada di dekat perbatasan Israel. Wall Street Journal melaporkan
bahwa Israel telah membentuk unit tentara khusus untuk mengawasi operasi bantuan tersebut. Ini
menunjukkan bahwa tidak seperti posisi resminya, Israel ternyata sangat terlibat dalam perang di
Suriah.47
Keterlibatan Israel dalam perang di Suriah, kemampuan militer, dan kedekatan
hubungannya dengan Amerika Serikat membuat Israel memiliki ide mengenai keamanan di
Suriah. Disintegrasi Suriah ke dalam wilayah-wilayah yang dikendalikan oleh kelompok-
kelompok yang berbeda seperti ISIS, milisi Iran, ekstremis Sunni, Alawit, dan mungkin Amerika
Serikat, Rusia dan Turki sebagai bagian dari zona “de-eskalasi” yang baru dibentuk, membuat
Israel harus menentukan sikap yang tepat. Peningkatan ekskalasi konflik tersebut bukanlah
45 Sarah Dadouch dan Jeffrey Heller, "Israel hits Syrian site said to be linked to chemical weapons", Reuters,
7 September 2017, https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-israel/israel-hits-syrian-site-said-to-be-
linked-to-chemical-weapons-idUSKCN1BI0MH 46 "Report: Israel treating al-Qaida fighters wounded in Syria civil war", Jewish Post, 13 Maret 2015,
https://www.jpost.com/Middle-East/Report-Israel-treating-al-Qaida-fighters-wounded-in-Syria-civil-war-393862 47 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),
3
skenario terbaik untuk stabilitas keamanan Israel. Dalam kasus seperti itu, Israel harus berpotensi
melawan banyak front, karena tidak ada pemain lokal yang ramah. 48
Untuk melindungi stabilitas keamanannya dan meningkatkan kekuatan militernya, maka
Israel memliki ide untuk mempertimbangkan normalisasi hubungan diplomatik dengan Turki.
Kedua negara dapat bekerja sama di bidang militer dan intelejen, karena keduanya berbatasan
langsung dengan Suriah. Selain itu keduanya memiliki shared idea berupa keberadaan musuh
bersama yaitu para pemberontak ISIS dan dominasi Syiah di Suriah. Keduanya dapat mencari
solusi berupa kerja sama berkelanjutan dengan komunitas internasional mengenai ancaman ISIS.49
Turki adalah mantan sekutu regional terkuat yang Israel miliki, lebih tepatnya satu-satunya negara
Islam non-Arab yang dapat berbagi shared idea mengenai ancaman keamanan yang Israel alami
di kawasan Mediterania. Dilihat dari sudut pandang Israel, normalisasi hubungan diplomatik
dengan Turki dapat mengurangi potensi bahaya keamanan akibat tingginya ekskalasi konflik dan
aktivitas terrorisme.
Setalah imagination sebagai suatu proses pembentukan persepsi guna membentuk shared
idea, Proses selanjutnya yang dilakukan adalah communication. Komunikasi antara Israel dengan
Turki dilakukan melalui berbagai negosiasi yang diharapkan dapat mencapai kesepakatan
penjualan gas alam dari Israel ke Turki serta kerja sama strategis dibidang keamanan kawasan.
Proses komunikasi mengenai normalisasi hubungan diplomatik ini sendiri juga dilakukan oleh
Amerika Serikat selaku pihak ke 3 yang dilibatkan dalam negosiasi. Konsep Normalisasi Barston
menyebutkan bahwa dalam tahapan ke lima normalisasi, suatu negara akan membuka kembali
jalur negosiasi, secara langsung atau rahasia dengan mediasi pihak ketiga.50 Sedangkan
konstruktivisme mengatakan bahwa pembentukan ide atas suatu hal dapat dibentuk oleh individu
yang kemudian disosialisasikan secara luas.
Mengenai kerja sama gas alam antara Israel dengan Turki yang akan membawa gasnya
menuju eropa, Wakil Presiden AS Joe Biden juga telah melakukan komunikasi tersebut dalam
level eksekutif dengan Presiden Turki Recep Thayyib Erdogan. Pada 2 Oktober 2014, Joe Biden
memandang normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan Turki juga akan menguntungkan
48 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),
3 49 Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence Academy, 2017),
4 50 R.P. Barston, Modern Diplomacy, (New York: Routledge, 2014), 280
kepentingan AS di Mediterania timur dan bisa memiliki konsekuensi yang menguntungkan bagi
Uni Eropa. Joe juga menyatakan bahwa pembangunan pipa gas yang menghubungkan Israel,
Republik Siprus, dan Turki, dengan perluasan ke Eropa, akan 'membebaskan' Turki dan Yunani
dari ketergantungan energi mereka pada Rusia.
Joe biden menyatakan bahwa "I recently met with him (Erdogan) and he has committed to
seeing me in Ankara to see if we can do two things, one, reach a solution which he says he will
agree to a ‘bi-zonal, bi-communal’ island and and (two), he is beginning to realize, in my view,
and I will not speak for him, that there is an overwhelming self-interest for Turkey in taking
advantage of the significant resources, particularly gas, that are in the eastern Mediterranean that
could play a significant role in liberating not only Turkey, but, Greece... a pipeline... from (…)
Russia’s use of energy as a weapon".51
Pada bulan Januari 2016, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan pernyataan
yang membuka kembali peluang untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Erdogan
menyatakan bahwa “Israel membutuhkan negara seperti kami di wilayah ini. Namun, kita harus
mengakui bahwa kita juga membutuhkan Israel. ”52 Negosiasi normalisasi hubungan diplomatik
yang menggunakan gas alam sebagain instrumentnya, dan peran Amerika Serikat sebagai pihak
ke tiga membuat Turki dibawah kepemimpinan Presiden Erdogan akhirnya mengakui pentingnya
ide mengenai normalisasi bagi hubungan diplomatik kedua negara. Bagi perusahaan energi di unit-
level Israel dan para pejabat eksekutif kementrian energi Israel, Turki memang menawarkan
ekonomi yang relatif stabil dengan permintaan energi yang sangat besar. Maka normalisasi
hubungan dengan Turki sangatlah penting bagi pasar gas Israel.
Selain itu, berbagai shared idea dibidang keamaan kawasan juga harus di konunikasikan
lebah lanjut, karena tanpa adanya komunikasi intense antara keduanya maka tidak akan tercapai
constraint dalam bentuk resmi. Setelah bertekad untuk menyeimbangkan pengaruh Iran yang
menyebar secara eksponensial di seluruh wilayah Suriah, Israel kemudian membuka komunikasi
dengan Turki, yang juga prihatin dengan meluasnya pengaruh Iran di Suriah.53 Sejak tahun 2012,
Intelejen Israel dan Turki semakin sering bertemu dan berkomunikasi guna mengamati kondisi
51 Mark Langfa, "Biden: Possible 'Win-Win' Mediterranean Gas Pipeline to EU", Israel National News, 10 Juni
2014 http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/185863 52 Guzel Nurieva, “Natural Gas Factor in Israel-Turkey Russia Energy Triangle”, Turkish Journal of Middle
Eastern Studies, Vol: 4, No: 1, (2017), 120
53 Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their Relationship?",
Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.2
perkembangan konflik Suriah. Kedua negara saling bertukar informasi intelijen militer, khususnya
mengenai pergerakan senjata kimia di negara tersebut. Maka sejak Februari 2013, Israel resmi
mencabut pembekuan kesepakatan peralatan canggih dengan Turki dan mulai memasok sistem
persenjataan elektronik untuk pesawat AWAC (Airborne Warning and Control System) Turki,
kemudian Israel juga memperbarui sistem peringatan dini yang Turki miliki.54
Kerja sama Turki-Israel dalam berbagi bidang intelijen dan peringatan dini akan sangat
penting untuk mengontrol pergerakan senjata pemusnah massal terutama dalam kasus konflik
berkepanjangan di Suriah. Selanjutnya, baik Turki dan Israel takut akan terjadinya kekacauan
global akibat dari negara-negara yang berkonflik di kawasan Mediterania dan meningkatnya
penetrasi pasukan jihadist sebagai oposisi pemerintahan Suriah. Oleh karena itu, demi kepentingan
kedua negara, Israel dan Turki menginginkan jatuhnya rezim pemerintahan Basyar al-Assad dan
munculnya pemerintahan moderat baru yang mau bekerja sama dengan Israel maupun Turki.55
Disisi lain, konflik sipil di Suriah dan dukungan yang dinyatakan oleh Iran untuk rezim
Basyar al Asad adalah dilemma yang dihadapi bukan hanya oleh Israel namun juga Menteri Luar
Negeri Turki Davutoğlu yang menganut filosofi "Zero Problem". Berbagai dilemma tersebut jelas
menimbulkan ancaman baru bagi keamanan Turki. Sejak awal, Turki telah menerima lebih dari
satu juta pengungsi Suriah, sementara Erdogan telah mendesak masyarakat internasioanl untu
menekan rezim Asad dan mendukung oposisi Suriah. Turki menganjurkan adanya zona penyangga
untuk melindungi pengungsi di dalam Suriah, tetapi Amerika Serikat menolak permintaan Turki
tersebut.
Pada akhir 2012 Turki mengerahkan rudal patriot NATO yang ditempatkan di sepanjang
perbatasan Turki-Suriah. Hal tersebut membuat marah Iran, yang terpaksa mengalihkan
pengiriman senjata dan personil ke Suriah melalui Irak ketimbang melewati ruang udara Turki.
Akibat dari tindakan Turki yang memperdalam keterlibatannya di Suriah, isu intelijen menjadi
semakin krusial. Erdogan menyadari bahwa menjaga Israel dalam jarak yang sangat dekat dapat
membantu kepentingan Turki. Dimulainya kembali dialog antara Ankara dan Tel Aviv dapat
54 Anshel Pfeffer, “Israel supplies Turkey with military equipment for first time since Gaza flotilla”, Haaretz,
18 February 2013, https://www.haaretz.com/israel-sells-warfare-systems-to-turkey-1.5230378
55 Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI Working
Paper, No. 13, 15 April 2013, hal. 8
memungkinkan Turki untuk mengambil manfaat dari intelijen Israel, dan sekali lagi memainkan
peran yang lebih konstruktif dalam konteks Israel-Palestina.
Jika aliansi antara Israel dan Turki dapat terwujud melalui normalisasi hubungan
diplomatik, maka hal tersebut akan memiliki dampak substansial pada keseimbangan kekuasaan
yang ada di antara kelompok-kelompok koalisi yang dipimpin AS. Negara peserta aliansi yang
dipimpin Rusia seperti, Iran, Suriah, pemerintah Irak dan poros Hizbullah di wilayah tersebut akan
menghadapi kekuatan yang cukup sengit. Persaingan antara dua aliansi yang berlawanan dari
Timur Tengah di masa depan pasti akan menentukan apakah hubungan yang stabil di antara
negara-negara di kawasan ini akan terus berlanjut atau tidak, terutama dalam kaitannya dengan
krisis Irak dan Suriah yang sedang berlangsung.56
Berbagai komunikasi tersebut dan respon positif yang diberikan Turki, membuat Israel
akhirnya menerima dan memenuhi berbagai permintaan Turki terkait normalisasi hubungan
diplomatik yang tertulis dalam draft “Procedural Agreement on Compensation Between the
Republic of Turkey and The State of Israel” pada 27 Juni 2016. Israel dan Republik Turki secara
resmi membuka kembali hubungan diplomatiknya yang terputus selama 6 tahun. Perjanjian itu
ditantangani oleh Feridun Hadi Sinirlioğlu sebagai perwakilan Turki dan Dore Gold sebagai
perwakilan Israel.57 Tak lama berselang penandatanganan normalisasi Perdana Meteri Israel
Benyamin Netanyahu menyatakan keinginannya untuk melanjutkan berbagai kerja sama dengan
Turki yang sebelumnya sudah dikomunikasikan terlebih dahulu dalam proses negosiasi.
Salah satu kerjasama yang ingin dibangun adalah ide mengenai pembangunan pipa gas
alam bawah laut. Pernyataan ini sendiri dilontarkan oleh Netanyahu dalam pernyataan resminya
di Roma pasca penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan diplomatik. Netanyahu
menyatakan bahwa kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik ini membuka jalan untuk kerja
sama dalam masalah ekonomi dan energi, termasuk masalah gas didalmnya. Gas sangat penting
dan mengandung kemungkinan memperkuat ekonomi dan kas negara Israel. Netanyahu
menegaskan bahwa 60% dari pendapatan negara Israel di hasilkan dari kekayaan laut, dan ladang
56 Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their Relationship?",
Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.1 57 “Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of Israel”, 28 Juni
2016
gas Leviathan dapat memasok pasar Mesir dan juga pasar Turki serta pasokan gas melalui Turki
menuju ke Eropa, dan ini adalah isu strategis bagi negara Israel.58
Terkait isu keamanan, Netanyahu dalam hal ini berpendapat bahwa terdapat keuntung
militer yang dihasilkan dalam perjanjian tersebut. Kedua negara memiliki komitmen untuk
mencegah semua aktivitas teroris atau militer yang melawan Israel dari wilayah Turki, termasuk
aktivitas pengumpulan dana yang bertujuan untuk menyerang Israel. Ini adalah komitmen penting,
bahkan utama yang kedua pihak dapatkan pasca perjanjian normalisasi hubungan diplomatik.59
Pada tahapan constraint ini, hubungan Israel dan Turki kembali dinormalisasi dan tindakan
keduanya juga telah dibatasi dalam kesepakatan di masa lalu yang telah dilembagakan.60
Keputusan dimasa lalu yang dimaksud adalah penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan
diplomatik antara Israel dan Turki.
Kedua pihak, baik Israel maupun Turki jelas memiliki shared idea yang kuat mengenai isu
keamanan kawasan akibat ancaman serangan terrorisme dan pengaruh kekuataun Syiah di Suriah.
Normalisas tersebut terjadi akibat adanya shared idea dalam tataran sistemik yang dibuktikan
melalui peningkatan ekskalasi konflik di Suriah dan unit-level yaitu lembaga-lembaga militer dan
intelejen terkait yang sudah mengkomunikasikan peran keduanya untuk menjaga stabilitas
kawasan.
Kelanjutan dari tahapan constrain tersebut dibuktikan pada Oktober 2016, dimana di sela-
sela Kongres Energi Dunia, Menteri energi Turki Berat Albayrak dan mitra Israelnya Yuval
Steineitz setuju untuk memulai pembicaraan mengenai kerja sama energi gas alam. Berat Albayrak
memaparkan kemungkinan dan ketertarikannya untuk mengimpor gas dari Leviathan ke Turki
melalui pipa bawah laut. Selanjutnya Pada tanggal 26 April 2017, delegasi dari Israel yang diketuai
oleh Yaffa Be-Ari, kepala Divisi Ekonomi Kementerian Luar Negeri mengunjungi Ankara untuk
kerja sama ekonomi yang lebih besar antara Israel dan Turki.61
Eitan Na'eh, duta besar Israel yang baru untuk Ankara menjelaskan bahwa Israel dan Turki
mulai menormalkan kembali hubungan mereka dan mengidentifikasi kembali kepentingan
58 PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs, 27 Juni
2016 59 PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs, 27 Juni
2016 60 Steans, et., al., Introduction to International Relations, Perspectives & Themes, (Pearson & Longman: UK,
2005), 190 61 Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems in Cyprus,
Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume 4, Issue 1, January 2018 hal. 40
bersama mereka. Dia mengatakan bahwa Israel dahulu adalah teman baik Turki, dan mereka harus
bekerja sama untuk kepentingan kedua bangsa. Eitan berpendapat bahwa "energi adalah satu
masalah yang tidak akan dapat dipecahkan hanya dengan kata-kata". Ia berharap proyek energi
"akan membuka seluruh komunitas bisnis secara bersama dan itu tidak akan terbatas pada energi."
Baginya, energi akan menjadi "lokomotif dan katalisator untuk hubungan baru ".62
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Atlantic Council İstanbul Summit ke-8 yang
diselenggarakan pada 26 Juni 2017, Shaul Meridor, direktur jenderal di Kementerian Infrastruktur
Nasional, Energi, dan Sumber Daya Air Israel, mengumumkan bahwa mereka dapat membawa
gas Israel ke Turki dalam tiga atau empat tahun.63 Menurut Meridor, pasokan gas alam tersebut
bisa mencapai seperlima dari kebutuhan alami yang Turki butuhkan. Selain itu, Yuval Steinitz,
Menteri Energi Israel menyatakan tekad Turki dan Israel untuk menandatangani kesepakatan
membangun saluran pipa ke Uni Eropa pada 2018. Israel telah mengkomunikasikan bahwa ia akan
membuat dua proyek yang berbeda, satu melalui Turki menuju ke Eropa, yang lainnya dari Siprus
menuju ke Yunani dan Italia. Israel telah membuktikan bahwa dirinya memiliki ide untuk
berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjadi eksportir gas alam di kawasan
Mediterania Timur.
Duta besar Israel Eitan Na’eh menambahkan bahwa "semua pihak akan menyadari adanya
situasi win-win solution." Baginya, ketika Israel dan Turki telah menyelesaikan urusan politik,
banyak kalangan yang melihat keuntungan dari situasi win-win solution yang ada di Mediterania
Timur".64 Namun untuk mewujudkan ide mengenai kerja sama gas alam antara Israel dan Turki,
pihak yang terlibat harus menjauh dari mentalitas permainan zero-sum-game. Beberapa diplomasi
kreatif akan diperlukan untuk mencapai ide kompromi yang layak dalam kerja sama gas alam
tersebut, semisal peran Eropa untuk membantu membagikan shared idea-nya mengingat kerja
sama ini juga menguntungkan bagi negara-negara di Eropa.
62 Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems in Cyprus,
Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume 4, Issue 1, January 2018 hal. 40 63 Selin Nasi, "Turkish - Israeli pipeline deal on the way?", Hurriyet Daily, 27 April 2017
http://www.hurriyetdailynews.com/opinion/selin-nasi/turkish-israeli-pipeline-deal-on-the-way-112537 64 Karel Valansi, "Eitan Na’eh: Breaking up relations is easy, rebuilding is much difficult, Solomon, 22 Maret
2017, http://www.salom.com.tr/salomturkey/haber-102531-
eitan_naeh_breaking_up_relations_is_easy_rebuilding_is_much_difficult.html
Kesimpulan
Berbagai penolakan Israel terhadap tuntutan normalisasi hubungan diplomatik yang
terdahulu terjadi akibat menurnnya shared idea yang Israel miliki dengan Turki. Dunia
internasional mapun unit-level Israel, tidak memberikan ide, tekanan, atau alasan yang kuat
terhadap Israel untuk menormalisasi hubungannya dengan Turki. Hingga pada tahun 2013 Israel
mulai mendapatkan tekanan dari sekutunya Amerika Serikat melalui kunjungan Presiden Barrack
Obama ke Tel Aviv. Obama meminta Israel untuk meminta maaf atas insiden Gaza Flotilla Raid
dan segera menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Turki.
Pasca permintaan maaf Israel, muncul masalah baru pada tahun 2014 dimana Israel hanya
mau membayar biaya ganti rugi sebesar 100.000 US$ / Korban dari tuntutan Turki sebesar 1 juta
US$/ Korban. Mediasi antar keduanya terus dilakukan, Erdogan menyatakan bahwa Israel dan
Turki telah mencapai sebuah kesepakatan mengenai kompensasi yang kira-kira berkisar sebesar
20 juta US$. Hingga pada tahun 2015 terjadi mediasi lanjutan antara keduanya di Swiss yang
menyatakan kesediaan Israel untuk membayar biaya kompensasi sebesar 20 juta US$.
Israel sendiri memiliki identitas kolektif baru akibat ditemukannya gas alam di kawasan
laut Mediterania Timur. Identitas ini terbentuk akibat adanya imagination dan proses mediasi
berbagai perusahaan energi Amerika Serikat, Israel maupun, Turki yang ingin melakukan
eksplorasi dan pembelian gas alam dari Israel. Akibat berbagai mediasi dan komunikasi tersebut
Israel akhirnya mengizinkan untuk memasok 40% kekayaan sumber daya energi gas alam dalam
negerinya ke pasar internasional termasuk Turki.
Penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Turki pada
27 Juni 2016 merupakan salah satu bentuk upaya dari Pemerintah kedua negara untuk
mengembalikan hubungan diplomatik yang sempat terputus selama 6 tahun sejak insiden Gaza
Flotilla Raid. Normalisasi hubungan diplomatik tersebut telah merepresentasikan keinginan
Amerika Serikat dibawah pemerintahan administratif Barack Obama dan dapat meningkatkan
kerja sama di berbagai bidang kususnya di sektor energi dan sumber daya alam, serta di sektor
kemanan kawasan Mediterania.
Daftar Pustaka
Buku
Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertiann Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global, (Bandung : P.T. Alumni, 2005), hal 533.
Scott Burchill, et. al., Theories of International Relations, 3rd ed., (Palgrave: UK, 2005), 198
R.P. Barston, Modern Diplomacy, (New York: Routledge, 2014), 282
Steans, et., al., Introduction to International Relations, Perspectives & Themes, (Pearson &
Longman: UK, 2005), 190
Jurnal
Mohammed Alsaftawi, “Who Needs Whom? Turkey and Israel Agree on Normalization Deal”,
The Istituto Affari Internazionali Working Papers, Vol.16, (2016), 8
Ayla Gürela, & Laura Le Cornub, “Can Gas Catalyse Peace in the Eastern Mediterranean?”, The
International Spectator: Italian Journal of International Affairs, Vol. 49, (2014), 21
Aybars Görgülü dan Sabiha Senyücel Gündoğar, "Energy Relations between Turkey and Israel",
Menara Future Notes, No. 3, November 2016, hal 3
Ed. Ahmed Bounfour and Leif Edvinsson, Intellectual Capital for Communities: Nations, Regions,
and Cities, (New York: Butterworth-Heinemann, 2011), hal. 139
Gareth M. Winrow, "The Anatomy of a Possible Pipeline: The Case of Turkey and Leviathan and
Gas Politics in the Eastern Mediterranean", Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 1
Juli 2016, hal. 8
Gideon Irus, The Use of Coal Ash in Concrete According to The Israeli Standard and Practice,
(Tel Aviv: International Workshop on Environmental Aspects of Coal Ash Utilization), 2012
hal. 3
Simone Tagliapietra, Energy: a Shaping Factor for Regional Stability in the Eastern
Mediterranean, (Belgium: European Parliament's Committee on Foreign Affairs, 2017), hal.
17
Ibrahim Arinc dan Levent Ozgul, “Exportation of EastMed Gas Resources: Is it Possible without
Turkey?”, Insight Turkey, Vol. 17, No. 2, 2015, hal. 120
Daniela Huber dan Nathalie Tocci, "Behind the Scenes of the Turkish-Israeli Breakthrough", IAI
Working Paper, No. 13, (15 April 2013), hal. 8
Nir Boms, "Israel’s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities", Israel Journal of
Foreign Affairs, (6 Februari 2018), 1
Maya Hadar, The War on Syria an Israeli Perspective, (Vienna: Austrian National Defence
Academy, 2017), 3
Guzel Nurieva, “Natural Gas Factor in Israel-Turkey Russia Energy Triangle”, Turkish Journal of
Middle Eastern Studies, Vol: 4, No: 1, (2017), 120
Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their
Relationship?", Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.2
Nurşin Ateşoğlu Güney, "What Are the Motivations for Israel and Turkey to Restore their
Relationship?", Bilgesam Analysis, no.1281, 13 Januari 2016, hal.1
Rebecca A. Yasner, Maximizing Renewable Electricity in Israel: Energy Security, Environmental
Impact, and Economic Development, (Pittsburgh: Carnegie Mellon University, 2012), hal.
13
Ilksoy Aslim, "Energy Sources in the Eastern Mediterranean: Contributor to Solve the Problems
in Cyprus, Turkey, and Israel Triangle?", Athens Journal of Mediterranean Studies, Volume
4, Issue 1, January 2018 hal. 40
Dokumen
“Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of
Israel”, 28 Juni 2016
UN Report on The Israeli Attack on The Humanitarian Aid Convoy to Gaza, (Ankara:
Turkish National Inquary, 2011), 18
Pasal 9, Paragraf 2, Konvensi Wina Tahun 1961, Tentang Hubungan Diplomatik
Human Development Report 2016: Human Development for Everyone, (New York: UNDP, 2016),
hal. 198
PM Netanyahu's Statement at His Press Conference in Rome, Israel Ministry of Foreign Affairs,
27 Juni 2016
Dokumen dan Berita Daring
“President Erdoğan Approves Israel Deal”, 31 Agustus 2016,
http://www.hurriyetdailynews.com/president-erdogan-approves-israel-deal-103422
Raphael Ahrem, “After five frosty years, Israeli ambassador returns to Turkey”
https://www.timesofisrael.com/after-five-frosty-years-israeli-ambassador-returns-to-
turkey/
“President announces Kemal Ökem as Turkey’s new ambassador to Israel”, 16 Nov 2016
http://www.hurriyetdailynews.com/president-announces-kemal-okem-as-turkeys-new-
ambassador-to-israel.aspx?pageID=238&nID=106179&NewsCatID=510
Ali Abunimah, “Turkey-Israel deal leaves Gaza siege intact”, Electronic Intifada, 27 Juni 2016,
https://electronicintifada.net/blogs/ali-abunimah/turkey-israel-deal-leaves-gaza-siege-intact
Barak Ravid, “Israel and Turkey Officially Announce Rapprochement Deal, Ending Diplomatic
Crisis”, Heertz, 27 Juni 2016, https://www.haaretz.com/israel-news/1.727369
Barak Ravid, “Israel-Turkey Reconciliation Talks Hit Impasse Over Scope of Compensation”,
Heertz, 27 Mei 2013, https://www.haaretz.com/israel-news/israel-turkey-reconciliation-
talks-hit-impasse-over-scope-of-compensation.premium-1.526279?=&ts=_1509266563116
“Procedural Agreement on Compensation Between The Republic of Turkey and The State of
Israel”, 28 Juni 2016
Barak Ravid, “Israel Offers Turkey $20m in Compensation Over Gaza Flotilla Raid”, Heertz, 3
February 2014, https://www.haaretz.com/israel-news/1.572069
Jeffrey Heller, Obama brokers Israel-Turkey rapprochement 22 Maret 2013,
https://www.reuters.com/article/us-israel-turkey-obama/obama-brokers-israel-turkey-
rapprochement-idUSBRE92L0RK20130322 di akses 9 Agustus 2018
Human Developmen Report 2016 http://hdr.undp.org/en/countries/profiles/ISR di akses pada
tanggal 17 Oktober 2017
Buck Tobias, Field of dreams: Israel's natural gas, 1 September 2012,
https://www.ft.com/content/1dbda574-f16d-11e1-a553-00144feabdc0
“The Natural Gas Sector in Israel”,
http://energy.gov.il/English/Subjects/Natural%20Gas/Pages/GxmsMniNGEconomy.aspx
Amit Mor, http://www.jiis.org/.upload/mor.pdf , di akses pada tanggal 21 Oktober 2016
Turkey-Russia jet downing: Moscow announces sanctions, 28 November 2015,
https://www.bbc.com/news/world-europe-34954575
Georgi Gotev, Erdogan fumes at Russia’s ‘restrictive measures’ after jet downing, 27 November
2015 https://www.euractiv.com/section/global-europe/news/erdogan-fumes-at-russia-s-
restrictive-measures-after-jet-downing/
Turkey has shelved Turkish Stream gas pipeline project, says President Erdoğa, 5 December 2015,
http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-has-shelved-turkish-stream-gas-pipeline-
project-says-president-erdogan-92115
Ken Dilanian dan Courtney Kube, U.S. officials confirm Israel hit Syria after suspected Ghouta
chemical attack, NBC News, 9 April 2018, https://www.nbcnews.com/news/world/israel-
blamed-airstrike-syria-after-suspected-ghouta-chemical-weapon-attack-n863821
Sarah Dadouch dan Jeffrey Heller, "Israel hits Syrian site said to be linked to chemical weapons",
Reuters, 7 September 2017, https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-
israel/israel-hits-syrian-site-said-to-be-linked-to-chemical-weapons-idUSKCN1BI0MH
"Report: Israel treating al-Qaida fighters wounded in Syria civil war", Jewish Post, 13 Maret 2015,
https://www.jpost.com/Middle-East/Report-Israel-treating-al-Qaida-fighters-wounded-in-
Syria-civil-war-393862
Mark Langfa, "Biden: Possible 'Win-Win' Mediterranean Gas Pipeline to EU", Israel National
News, 10 Juni 2014 http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/185863
Anshel Pfeffer, “Israel supplies Turkey with military equipment for first time since Gaza flotilla”,
Haaretz, 18 February 2013, https://www.haaretz.com/israel-sells-warfare-systems-to-
turkey-1.5230378
Selin Nasi, "Turkish - Israeli pipeline deal on the way?", Hurriyet Daily, 27 April 2017
http://www.hurriyetdailynews.com/opinion/selin-nasi/turkish-israeli-pipeline-deal-on-the-
way-112537
Karel Valansi, "Eitan Na’eh: Breaking up relations is easy, rebuilding is much difficult, Solomon,
22 Maret 2017, http://www.salom.com.tr/salomturkey/haber-102531-
eitan_naeh_breaking_up_relations_is_easy_rebuilding_is_much_difficult.html