anak Jalanan Di Kota Banjarmasin

32
MAKALAH MASALAH SOSIAL ”ANAK JALANAN DI KOTA BANJARMASIN” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh: ARIANI A1A213071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2013

description

sosiologi

Transcript of anak Jalanan Di Kota Banjarmasin

  • MAKALAH

    MASALAH SOSIAL

    ANAK JALANAN DI KOTA BANJARMASIN

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

    Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd.

    Disusun Oleh:

    ARIANI

    A1A213071

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BANJARMASIN

    2013

  • i

    ABSTRAK

    Ariani, 2013. Anak Jalanan Di Kota Banjarmasin. Tugas Mata Kuliah Pengantar

    Sosiologi. Dosen mata kuliah Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah,

    S.Pd., M.Pd.

    Kata Kunci : anak jalanan, masalah sosial, perlindungan anak.

    Masalah sosial mengenai anak jalanan di perkotaan tidak kunjung selesai.

    Anak jalanan adalah contoh dari anak-anak yang terlantar, baik dari pengasuhan

    maupun pendidikannya. Keberadaan dan berkembangnya anak jalanan merupakan

    persoalan yang perlu mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat. Penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan anak jalanan di perkotaan, terutama di

    Kota Banjarmasin.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi yaitu

    pengambilan data-data dari pengamatan objek penelitian (anak jalanan), wawancara

    langsung dengan beberapa anak jalanan di lokasi mereka beroperasi dan dokumentasi

    yaitu mengambil gambar atau foto-foto tentang kegiatan anak jalanan.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak terdapat faktor-faktor yang

    membuat anak-anak menjadi anak jalanan. Dalam hal ini terdapat faktor ekonomi

    (kemiskinan), keluarga (perceraian, kurang perhatian orang tua, yatim piatu,), putus

    sekolah, lingkungan (salah pergaulan) dan faktor lainnya.

    Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor utama munculnya anak jalanan adalah

    karena kemiskinan. Oleh sebab itu, semua instansi yang terkait terutama pemerintah

    melalui dinas sosial dapat membuat suatu program yang memberdayakan keluarga

    dari anak jalanan tersebut sehingga dengan diangkatnya ekonomi keluarga maka

    anak-anak tidak diperlukan lagi berada dijalanan untuk bekerja.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

    Pengantar Sosiologi yang berjudul Anak Jalanan di Kota Banjarmasin.

    Penyusunan makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas

    dalam mempelajari mata kuliah Pengantar Sosiologi. Penulis mengucapkan terima

    kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Ibu Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd.

    yang telah membimbing penulis pada mata kuliah Pengantar Sosiologi.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Mungkin

    hal ini karena terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu,

    penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan terbuka menerima saran

    dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga hasil penyusunan makalah ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di masa mendatang.

    Banjarmasin, 12 November 2013

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

    BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

    C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

    D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 2

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

    A. Definisi Anak .................................................................................. 3

    B. Pengertian dan Klasifikasi Anak Jalanan .......................................... 4

    C. Perlindungan Anak Jalanan ............................................................... 7

    BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 10

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 10

    B. Hasil Penelitian ................................................................................. 10

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 12

    1. Kehidupan anak jalanan ............................................................... 12

    2. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan ................................. 13

    3. Dampak Keberadaan Anak Jalanan .............................................. 14

    4. Solusi Mengurangi Keberadaan Anak Jalanan ............................. 16

    BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 18

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 18

    B. Saran .................................................................................................. 18

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

    LAMPIRAN .................................................................................................. 21

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gmb 1. Anak jalanan (Hasan) di trotoar Jl. Pangeran Antasari, Banjarmasin .... 22

    Gmb 2. Anak jalanan (Tuti) mengemis ke penumpang angkot ......................... 22

    Gmb 3. Anak jalanan berada di dekat lampu lalu lintas ..................................... 23

    Gmb 4. Anak jalanan membawa kemoceng menuju mobil di jalan raya .......... 23

    Gmb 5. Kumpulan anak jalanan ......................................................................... 24

    Gmb 6. Peneliti dan anak jalanan saat observasi di Jl. Pangeran Antasari ......... 24

    Gmb 7. Amat (depan) dan Madi (belakang) anak jalanan di UNLAM .............. 25

    Gmb 8. Anak Jalanan sedang merapikan susunan sepatu .................................. 25

    Gmb 9. Anak Jalanan meminta-minta uang kepada pengunjung Masjid ........... 26

    Gmb 10. Peneliti mewawancarai anak jalanan .................................................. 26

  • v

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A. Pertanyaan Peneliti Kepada Responden (Anak Jalanan) ...... 21

    LAMPIRAN B. Foto Dokumentasi Penelitian ............................................... 22

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia memiliki beragam masalah yang terlihat dengan jelas dalam

    kehidupan sehari-hari masyarakat. Masalah tersebut di antaranya adalah masalah

    sosial, budaya, politik, dan beragam masalah lainnya yang tak kunjung menemukan

    penyelesaian.

    Masalah yang cukup mencolok dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah

    sosial terutama di daerah perkotaan yang kehidupannya dapat dikatakan keras. Salah

    satu fenomena sosial di perkotaan yang belakangan ini semakin nyata adalah masalah

    anak jalanan. Anak jalanan belakangan ini menjadi suatu masalah sosial yang sangat

    penting dalam kehidupan perkotaan. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai

    cermin kemiskinan suatu kota atau kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut

    terhadap kehidupan dinamis perkotaan.

    Anak-anak yang menjadi anak jalanan memiliki berbagai sebab. Bukan hanya

    faktor kemiskinan sebagai penyebab utamanya, melainkan juga eksploitasi,

    manipulasi, dan pengaruh lingkungan pergaulan anak tersebut. Anak jalanan tumbuh

    dengan berbagai latar belakang sosial, seperti anak broken home, anak yatim yang

    terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, atau anak-anak yang harus

    membantu ekonomi orang tuanya maupun anak-anak yang lari dari berbagai problem

    keluarga maupun di lingkungan sekitarnya.

    Anak jalanan atau biasa disingkat anjal adalah potret kehidupan anak-anak yang

    kesehariannya berada di jalan dan dapat dengan mudah kita jumpai keberadaannya di

    setiap penjuru kota, seperti di Kota Banjarmasin. Dampak dari kemiskinan yang

    mereka alami salah satunya adalah kurangnya pendidikan. Usia mereka yang relatif

    masih muda dan seharusnya masih dalam tahap belajar serta merasakan sebuah

    pendidikan selayaknya tidak hidup sebagai anak jalanan.

    Beberapa anak jalanan di sekitar Kota Banjarmasin menggantungkan

    hidupnya dengan membersihkan kaca mobil menggunakan kemoceng saat lampu lalu

    lintas berwarna merah. Ada juga yang berprofesi sebagai penjual kue keliling,

    merapikan letak sepatu di mesjid, maupun pengemis yang selalu mengharapkan belas

  • 2

    kasihanan dari setiap orang yang ia temui baik di jalan raya, mesjid-mesjid, pasar,

    tempat hiburan, restoran dan tempat-tempat keramaian lainnya.

    Berdasarkan masalah tersebut, penulis akan mengemas makalah penelitian ini

    dengan judul Anak Jalanan Di Kota Banjarmasin .

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam makalah penelitian ini sebagai berikut :

    1. Bagaimana kehidupan anak jalanan di Kota Banjarmasin ?

    2. Apakah ada perlindungan terhadap anak jalanan ?

    3. Apa faktor penyebab anak-anak menjadi anak jalanan ?

    4. Dampak apa sajakah yang muncul akibat keberadaan anak jalanan ?

    5. Bagaimana solusi untuk mengurangi anak jalanan ?

    C. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah penelitian ini adalah untuk mengetahui :

    1. Kehidupan anak jalanan di Kota Banjarmasin.

    2. Perlindungan terhadap anak jalanan.

    3. Faktor penyebab anak-anak menjadi anak jalanan.

    4. Dampak keberadaan anak jalanan.

    5. Solusi untuk mengurangi anak jalanan.

    D. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Penulis, untuk membuka wawasan baru tentang kehidupan anak jalanan.

    2. Bagi Pembaca, memberikan wawasan tentang keberadaan anak jalanan di

    Kota Banjarmasin, sehingga dapat lebih memperhatikan anak jalanan

    tersebut.

    3. Bagi Khalayak Umum, memberikan wawasan dan pemahaman tentang anak

    jalanan.

    4. Bagi akademisi selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

    acuan serta menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Anak

    Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

    perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa

    pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

    bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga

    remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat

    latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan

    perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Anak adalah individu yang rentan

    karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan

    masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang

    dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan

    persepsi mereka mengenai dunia.

    Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara.

    Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi

    kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi di dalam Pasal 28 (B) (2) UUD

    1945 yang berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

    berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

    Berikut ini adalah pengertian dan definisi anak :

    a. Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002, Anak adalah seseorang

    yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

    kandungan.

    b. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1

    butir 2, menerangkan bahwa anak adalah seorang yang belum mencapai umur

    21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

    c. UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Pasal 1 butir

    2 merumuskan, bahwa anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah

    mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan

    belas) tahun dan belum pernah menikah. Jadi syarat anak dibatasi dengan umur

    antara 8 (delapan) tahun sampai 18 (delapan belas) tahun dan syarat kedua, si

    anak belum pernah menikah. Maksud dari syarat yang kedua ini adalah tidak

  • 4

    sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai.

    Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinannya putus

    karena perceraian, maka si anak dianggap sudah dewasa walapun umurnya

    belum genap 18 (delapan belas) tahun.

    d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330 mengatakan, orang belum

    dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

    tahun dan tidak lebih dulu telah kawin.

    e. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Keternagakerjaan sebagaimana

    diketahui bahwa Pasal 1 butir 26 menyebutkan anak adalah setiap orang yang

    berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.

    f. Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The child)

    Dalam konvensi ini anak secara umum sebagai manusia yang umurnya belum

    mencapai 18 (delapan belas) tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap

    batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan

    nasional.

    g. Menurut UU RI No. 4 tahun 1979, Anak adalah seseorang yang belum

    mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan

    karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan

    pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut.

    h. Departemen Sosial memberikan batasan seseorang dikatakan sebagai anak

    antara dalam rentang usia 6 15 tahun.

    i. UNICEF (salah satu organisasi PBB untuk permasalahan anak) memberikan

    rentang waktu di bawah 16 tahun bagi seseorang yang masuk dalam kategori

    anak.

    B. Pengertian dan Klasifikasi Anak Jalanan

    Anak jalanan dalam pengertian sosiologi tidak harus merupakan produk dari

    kondisi kemiskinan tetapi merupakan akibat dari kondisi keluarga yang tidak cocok

    bagi perkembangan si anak, misalnya produk keluarga broken home, orang tua yang

    terlalu sibuk sehingga kurang memerhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih

    sayang yang dirasakan anak. Ketidakkondusifan tersebut memicu anak untuk

    mencari kehidupan di luar rumah, apa yang tidak ia temukan dalam lingkungan

  • 5

    keluarga. Mereka hidup di jalan-jalan dengan melakukan aktivitas yang dipandang

    negatif oleh norma masyarakat.

    Menurut pengertian ekonomi anak jalanan adalah anak-anak yang terpaksa

    mencari nafkah dengan cara mengasong di jalan-jalan karena kebutuhan ekonomi.

    Mereka di tempat-tempat strategis seperti di persimpangan jalan yang menggunakan

    lampu lalu lintas. Fenomena tersebut dianggap sebagai gangguan terhadap keindahan

    kota, ketertiban dana kebersihan.

    Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak yang

    menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari

    di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat

    umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18

    tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan

    kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Selain itu, Direktorat

    Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen Sosial (2001: 30)

    memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya

    dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat

    umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampai 18 tahun. Adapun waktu

    yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya anak jalanan

    menghabiskan waktunya di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati

    maupun dengan paksaan orang tuanya.

    Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak jalanan adalah

    anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan dijalan atau tempat-tempat

    umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran. Dalam mencari

    nafkah, ada beberapa anak yang rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan

    dengan kesadaran sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja

    di jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh orang-

    orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga lain, dengan alasan

    ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6

    18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau

    berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,

    dan mobilitasnya tinggi.

  • 6

    Konsorsium Anak Jalanan Indonesia sebagaimana dikutip oleh Supartono

    mengelompokkan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yakni :

    a. Anak perantauan (mandiri). Anak jalanan pada kategori ini bukan merupakan

    penduduk asli daerah dan biasanya suka berpindah dari satu tempat ke tempat

    lainnya. Anak perantauan menjadikan jalanan sebagai tempat hidup dan bekerja.

    b. Anak bekerja di jalanan. Kategori ini meliputi anak yang masih memiliki

    hubungan dengan orang tuanya dan hanya menjadikan jalanan sebagai lahan

    bekerja. Terkadang anak jalanan yang bertipe ini masih duduk di bangku sekolah.

    c. Anak jalanan asli. Kualifikasi anak jalanan asli antara lain adalah berasal dari

    keluarga gelandangan (yang hidup di jalanan dan terkadang tidak menetap) serta

    anak yang sengaja lepas dari ikatan orang tua dan bekerja apa saja di jalanan

    untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup.

    Menurut Surbakti dkk. (1997: 59), berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara

    garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:

    1. Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi

    sebagai pekerja anak- di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat

    dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada

    kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi

    keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak

    dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

    2. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan,

    baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih

    mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka

    tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu

    sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-

    anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial,

    emosional, fisik maupun seksual.

    3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga

    yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan

    kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu

    tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari

    kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi,

  • 7

    bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan

    mudah dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang

    rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum

    diketahui secara pasti.

    Klasifikasi yang hampir sama dengan di atas juga diberikan oleh Odi

    Solahuddin, salah seorang aktifis sosial anak dan penulis buku tentang kehidupan

    anak jalanan, yang membedakan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yakni :

    a. Anak jalanan yang memiliki kegiatan ekonomi di jalanan dan masih memiliki

    hubungan dengan keluarga yang juga disebut dengan istilah Children on The

    Street.

    b. Children of the Street yaitu anak jalanan yang memutuskan hubungan dengan

    orang tua dan menghabiskan seluruh waktunya di jalanan.

    c. Anak jalanan yang berasal dari keluarga jalanan asli (gelandangan) atau disebut

    juga Children in The Street.

    Sedangkan Departemen Sosial RI hanya menetapkan dua kelompok anak

    jalanan yakni :

    a. Anak jalanan yang hidup di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di

    jalanan dan menjadikan jalanan sebagai tempat tinggalnya. Kelompok ini identik

    dengan hidup mandiri yang memutuskan dan atau lama tidak bertemu dengan

    orang tua serta tidak mengenyam pendidikan formal (sekolah).

    b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan. Anak jalanan tipe ini hanya menghabiskan

    sebagian waktunya di jalanan untuk bekerja dan setelah selesai mereka akan

    pulang kembali ke rumah masing-masing dan tidak memiliki hubungan yang

    teratur dengan orang tuanya.

    C. Perlindungan Anak Jalanan

    Anak-anak dilindungi oleh Konvensi Hak Anak (KHA), dimana KHA

    merupakan yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai negara yang

    mengatur hak-hak yang berhubungan dengan anak. Indonesia adalah negara yang

    meratifikasi KHA yang dinyatakan dalam Keppres No.36/ 1990 tertanggal 25

    Agustus 1990. Terdapat empat prinsip yang terkandung dalam KHA, yaitu : Non

    diskriminasi, yang terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan perkembangan anak,

  • 8

    dan penghargaan terhadap pendapatan anak. Pemerintah Indonesia ikut serta dalam

    mengesahkan Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dengan

    konsekuensi harus melaksanakannya. Pada Konvensi Hak Anak PBB terdapat hak

    anak untuk memperoleh perlindungan dan perawatan, seperti : kesejahteraan,

    keselamatan dan kesehatan, memperoleh informasi, perlindungan akibat kekerasan

    fisik, mental, penelantaran, kejahatan seksual (Rikawarastuti, 2003).

    Kehidupan anak jalanan yang keras, tidak kondusif bagi perkembangan anak.

    Kondisi anak jalanan berada diambang kerawanan sosial, kesehatan, dan tindakan

    kriminal. Oleh karena itu untuk mengembalikan harga diri dan percaya diri anak

    jalanan perlu perlindungan (Sakidjo, 2003). Perlindungan anak jalanan mengacu

    pada UUD 1945 pasal 34 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar

    dipelihara oleh Negara. Landasan ini ditindaklanjuti dengan UU Nomor 4 tahun

    1974 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa kesejahteraan anak yang dapat

    menjamin kehidupan dan penghidupan, yang dapat menjamin pertumbuhan dan

    perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial adalah

    tanggung jawab orang tua.

    Perlindungan terhadap anak dan kesejahteraan anak di Indonesia telah

    tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

    Anak, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan

    Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam

    Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 pasal 4 menyebutkan bahwa setiap anak

    berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar

    sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

    kekerasan dan diskriminasi. Pada pasal 11 dijelaskan pula bahwa setiap anak berhak

    untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya,

    bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat

    kecerdasannya demi perkembangan diri (Redaksi Sinar Grafika, 2003: 6-7). Hal ini

    pula yang seharusnya didapatkan juga oleh anak jalanan. Mereka memiliki hak yang

    sama dalam hal perlindungan anak.

    Perlindungan anak juga tercantum pada Keputusan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Rights Of

    The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak), Keputusan Presiden Republik

  • 9

    Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan

    Eksploitasi Seksual Komersial Anak, dan keputusan Presiden Republik Indonesia

    Nomor 88 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan

    (Trafiking) Perempuan Dan Anak.

    Dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 dijelaskan pula pada pasal 21

    bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati

    dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis

    kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan

    kondisi fisik dan/atau mental. Undang-Undang inilah yang menjadi dasar pemerintah

    untuk melindungi dan memberdayakan anak-anak bangsa, tidak terkecuali anak

    jalanan yang notabene kurang memperoleh hak mereka sebagai seorang anak.

    Menurut informasi yang dilansir dari website Kementerian Sosial RI (2010),

    menyikapi fenomena anak jalanan di Indonesia, Menteri Sosial, Salim Segaff Al

    Jufrie, mengungkapkan bahwa perlindungan anak jalanan menjadi kewajiban

    mendesak. Hal ini dikarenakan, anak jalanan merupakan korban penelantaran,

    eksploitasi dan diskriminasi. Anak jalanan mengalami pelanggaran hak asasi

    manusia. Upaya penyelamatan tersebut dilakukan melalui Program Kesejahteraan

    Sosial Anak (PKSA). Sementara itu, dirjen Yanrehsos, Makmur Sunusi, Ph.D

    mengatakan, program PKSA terus disosialisasikan sebagai upaya pemerintah

    menyelamatkan anak bangsa. Anak harus terhindar dari situasi buruk di jalanan,

    eksploitasi ekonomi, kekerasan, penelantaran dan perlakuan diskriminatif. Hak anak

    untuk tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi, sudah selayaknya

    dipenuhi. Sasaran program tersebut, anak-anak yang memiliki kehidupan tidak layak

    dan mengalami masalah sosial. Yang dimaksud masalah sosial, seperti kemiskinan,

    ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, penyimpangan perilaku,

    korban bencana, serta korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

  • 10

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang penulis kunjungi dan observasi adalah :

    1. Lingkungan Pasar Hanyar yang berada di Jl. Pangeran Antasari,

    Kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin. Pasar Hanyar berada di

    sebelah Ramayana di dekat perempatan lampu lalu lintas. Berdekatan juga

    dengan Masjid Agung. Lokasi ini adalah salah satu pusat keramaian di

    Kota Banjarmasin, sehingga banyak sekali ditemui anak jalanan, apalagi

    saat hari-hari libur. Misalnya anak jalanan yang mengelap atau

    membersihkan kaca mobil menggunakan kemoceng saat lampu lalu lintas

    berwarna merah, anak yang mengemis di depan Masjid Agung, ada yang

    hanya duduk di trotoar sambil memegang wadah sejenis kaleng

    mengharapkan orang dermawan mengisi kaleng tersebut dan sebagainya.

    2. Universitas Lambung Mangkurat di Jl. Brigjen Hasan Basry,

    Banjarmasin. Penulis juga menemukan beberapa anak jalanan yang

    berkeliaran di tempat-tempat tertentu di lingkungan UNLAM, misalnya di

    Masjid Baitul Hikmah dan kantin SBC. Biasanya anak jalanan tersebut

    datang berkelompok, terutama menjelang sholat dzuhur dan makan siang.

    B. Hasil Penelitian

    Hasil wawancara penulis dengan anak jalanan pada hari Minggu 03 Nopember

    2013 di lingkungan Pasar Hanyar depan Masjid Agung, Jl. Pangeran Antasari

    Banjarmasin, sebagai berikut :

    Responden : Tuti

    Tuti mengatakan bahwa dia mengemis di jalanan karena disuruh oleh

    ibunya. Dia adalah anak yatim, ayahnya sudah meninggal dunia. Umurnya 7

    tahun dan belum bersekolah. Ia bekerja di jalanan dari pagi sampai sore

    dengan membersihkan kaca mobil lalu meminta uang ke pengendara mobil

    itu. Uang yang diberi biasanya berjumlah Rp. 1000,- dan ia sangat senang

    menerimanya. Ia memiliki tas kecil tempat mengumpulkan uang dan jika

    sudah banyak akan diserahkan kepada ibunya. Ia sudah biasa berada di jalan

  • 11

    raya, sehingga tidak ada rasa takut untuk mondar-mandir di pinggiran jalan,

    sebelah mobil dan kendaraan bermotor. Cita-citanya ingin menjadi orang

    kaya dan membantu orang tua.

    Responden : Hasan

    Hasan setiap harinya berada di jalan. Ia juga bersama ibu dan adik-adiknya.

    Ia bekerja sebagai pengemis. Mereka bukan asli orang Banjarmasin, asal

    mereka dari daerah Jawa. Hasan berumur 8 tahun dan tidak sekolah tapi ia

    bercita-cita ingin menjadi seorang pilot. Uang hasil mengemis ia berikan

    kepada ibunya untuk membeli beras dan ikan. Ia juga tidak punya ayah

    kandung, jadi jalanan adalah tempat mereka mencari nafkah. Pada hari

    minggu dan hari libur, ia mendapatkan uang lebih dari hari-hari biasa,

    kadang-kadang sampai Rp. 30.000,-/hari.

    Hasil wawancara penulis dengan beberapa anak jalanan pada hari Rabu 06

    Nopember 2013 di lingkungan Masjid Baitul Hikmah UNLAM , sebagai berikut:

    Responden : Madi

    Madi berusia 8 tahun, dan duduk di kelas 2 SD. Ia mengemis untuk

    mendapatkan uang saku tambahan, karena orang tuanya jarang memberi

    uang. Ibunya seorang ibu rumah tangga saja. Madi memang asli penduduk

    Banjarmasin dan biasanya datang ke UNLAM sesudah pulang sekolah dari

    jam 12.00-16.00 WITA. Ia mengemis di sekitar tempat parkir kendaraan

    bermotor mahasiswa dan paling sering di lingkungan Masjid Baitul Hikmah

    UNLAM. Sebelum mengemis ia merapikan susunan sepatu para pengunjung

    Masjid. Cita-citanya ingin menjadi polisi.

    Responden : Amat

    Amat mengemis di sekitar Masjid Baitul Hikmah UNLAM dan juga kantin

    SBC UNLAM. Ia mengemis untuk menambah uang jajan. Ibu dan ayahnya

    tidak melarang ia mengemis. Amat berumur 7 tahun dan sudah kelas 1 SD.

    Ia sudah sering mengemis di daerah UNLAM dan tidak pernah dimarahi oleh

    petugas keamanan kampus. Ia mendapatkan uang hasil mengemis sekitar Rp.

    10.000,-/hari. Teman-temannya juga banyak yang mengemis di lingkungan

    kampus UNLAM, sehingga ia merasa mempunyai teman bermain sesama

  • 12

    anak jalanan. Amat mengemis dari siang menjelang sholat dzuhur sampai

    sore hari.

    C. Pembahasan Hasil Penelitian

    1. Kehidupan anak jalanan

    Kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin dewasa ini agaknya tidak dapat

    dilepaskan dengan pola kehidupan anak jalanan. Artinya kehidupan anak jalanan

    sudah menjadi bagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin.

    Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang

    menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya

    sebab tertentu. Hidup menjadi anak jalanan bukan pula merupakan harapan dan cita-

    cita seorang anak. Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan bercita-cita menjadi

    anak jalanan. Anak merupakan bagian dari komunitas seluruh manusia di muka

    bumi. Tanpa terkecuali anak jalanan. Mereka bukan binatang, sampah, atau kotoran

    yang menjijikkan. Anak jalanan juga manusia yang mempunyai rasa dan hati.

    Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut

    perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf

    tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada

    saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan

    cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan

    kepribadiannya. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di

    jalanan. Berbagai macam aktivitas banyak dilakukan di jalanan. Aktivitas utama

    anak jalanan adalah berada di jalanan baik untuk mencari nafkah maupun melakukan

    aktivitas lain. Hal ini membuat intensitas hubungan anak jalanan dengan keluarga

    mereka kurang intensif. Menurut Departemen Sosial RI (2001: 24), indikator anak

    jalanan menurut aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan adalah antara lain

    memiliki aktivitas: menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran

    atau majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen,

    menjadi kuli angkut, menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa,

    lain sebagainya. Kehidupan jalanan menjanjikan banyak uang, dimana anak mudah

    mendapatkan uang, anak bisa bermain dan bergaul dengan bebas.

    Kehidupan anak jalanan tidak kondusif untuk perkembangan anak tersebut,

    karena seharusnya anak seumur mereka tidak berkeliaran di jalanan yang sarat akan

  • 13

    tindakan kriminalitas. Selain itu juga sebagian besar dari mereka tidak bersekolah

    atau sudah putus sekolah, contohnya anak jalanan bernama Tuti dan Hasan yang

    penulis wawancarai. Walaupun, ada juga yang menjadi anak jalanan supaya

    mendapatkan uang saku tambahan untuk jajan di sekolah sebagaimana Madi dan

    Amat.

    Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,

    taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-daerah

    kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan

    bekerja. Anak jalanan memiliki ciri-ciri khusus baik secara fisik dan psikis. Menurut

    Departemen Sosial RI (2001: 2324), karakteristik anak jalanan pada ciri-ciri fisik

    dan psikis, yakni 1) Ciri Fisik: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan,

    kebanyakan berbadan kurus, pakaian tidak terururs, dan 2) Ciri Psikis meliputi

    mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, serta

    kreatif. Sedang menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), anak jalanan mempunyai

    ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau

    berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus.

    Beberapa macam tempat tinggal anak jalanan adalah menggelandang atau

    tidur di jalanan, mengontrak kamar sendiri atau bersama teman, maupun ikut

    bersama orang tua atau keluarga yang biasanya tinggal di daerah kumuh.

    2. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

    Berdasarkan wawancara dan penelitian penulis ke tempat anak jalanan

    beroperasi yang berada di kota Banjarmasin yang meliputi Pasar Hanyar dan

    Ramayana (Masjid Agung), dan Kampus UNLAM. Berdasarkan hasil

    wawancara tersebut, peneliti menemukan beberapa penyebab seorang anak turun

    ke jalanan, diantaranya yaitu :

    a. Pengaruh dari teman.

    Faktor ini sangat berpengaruh bagi seorang anak karena, teman sebayanya

    telah mempengaruhi seorang anak untuk ikut turun ke jalanan.

    b. Ingin mencari uang saku tambahan.

    Karena ketidakmampuan orang tua untuk memberi uang saku kepada

    anaknya, maka anak tersebut berusaha mencari uang saku sendiri dengan

    mencari uang di jalan.

  • 14

    c. Ketidak mampuan orang tua untuk menyekolahkan anak.

    Karena faktor ketidak mampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya,

    oleh sebab itu anak tersebut lebih baik mencari uang di jalan daripada

    menjadi pengangguran.

    d. Disuruh orang tua.

    Karena kemiskinan dari keluarga, oleh sebab itu orang tua menyuruh anaknya

    untuk mencari uang dengan turun ke jalan, agar bisa membantu keuangan

    keluarga.

    Secara garis besar kemunculan anak jalanan disebabkan oleh dua faktor,

    mikro dan makro. Faktor yang bersifat mikro timbulnya anak jalanan yaitu

    bersumber dari lingkungan sosial anak, terutama pengaruh problem keluarga (konflik

    dengan anggota keluarga), lingkungan dan pengaruh teman sebaya. Sedangkan faktor

    yang bersifat makro terkait erat dengan kondisi sosio-ekonomi secara struktural yang

    berhubungan erat dengan pemenuhan dan pola bertahan hidup.

    Dapat pula penulis simpulkan bahwa munculnya fenomena anak jalanan

    tersebut disebabkan oleh tiga hal, sebagai berikut :

    1) Problema sosiologis: karena faktor keluarga yang tidak kondusif bagi

    perkembangan si anak, misalnya orang tua yang kurang perhatian kepada

    anak-anaknya, tidak ada kasih sayang dalam keluarga, diabaikan dan banyak

    tekanan dalam keluarga serta pengaruh teman.

    2) Problema ekonomi, karena faktor kemiskinan anak terpaksa memikul beban

    ekonomi keluarga yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua.

    3) Faktor keluarga dan faktor pergaulan. Faktor keluarga antara lain tidak ada

    perhatian orang tua, tidak ada kasih sayang, anak merasa diacuhkan, serta

    banyak aturan dan tekanan. Faktor pergaulan antara lain pengaruh teman

    yang sudah lebih dahulu mengenal dunia jalanan.

    3. Dampak Keberadaan Anak Jalanan

    Keberadaan anak jalanan sebagai salah satu masalah sosial yang ada

    menimbulkan berbagai macam masalah. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

    keberadaan anak jalanan, antara lain:

  • 15

    1) Menjamurnya benih-benih premanisme

    Anak jalanan yang ada di kota-kota besar menimbulkan dampak negatif di

    lingkungan sekitarnya, misalnya saja menjamurnya benih-benih premanisme.

    Hal ini bisa terjadi karena mereka mencukupi kebutuhannya dengan cara

    menganacam, menakut-menakuti orang yang lewat dan meminta uang secara

    paksa.

    2) Terganggunya kenyaman pemakai jalan raya

    Jika kita berada di kota-kota besar, kita sering melihat banyak anak jalanan di

    pinggir jalan. Misalnya saja pada saaat lampu merah, banyak anak jalanan yang

    mendatangi pemakai jalan raya untuk menawarkan barang dagangannya, ada

    yang mengamen, dan mengemis. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan

    pemakai jalan raya.

    3) Mengganggu keindahan dan ketertiban kota

    Keindahan dan ketertiban kota tentu saja didukung oleh banyak hal. Jika banyak

    anak jalanan yang tinggal di kota menyebabkan keindahan dan ketertiban di kota

    berkurang. Hal ini bisa terjadi, karena banyak anak jalanan yang hidup di kolong

    jembatan, pinggiran rel kereta api, atau lingkungan yang kumuh untuk

    berlindung dari panas dan hujan.

    4) Terbengkalainya pendidikan anak-anak tersebut

    Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Tanpa adanya

    ilmu, tentu kita tidak akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Bagi anak yang

    berusia 6-15 tahun, sebenarnya berhak untuk mengenyam pendidikan. Namun

    tidak bagi anak jalanan, karena faktor ekonomi keluarga, mereka putus sekolah

    dan turun ke jalanan untuk bekerja agar bisa bertahan hidup.

    5) Mengundang pola urbanisasi yang tinggi, serta mendorong tindakan- tindakan

    kriminal di jalan raya.

    Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak

    penduduk desa yang berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan.

    Mereka berpikir mencari pekerjaaan di kota itu mudah. Namun pada

    kenyatannya, tanpa dibekali keterampilan dan keahlian khusus, mereka akan

    sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dampak dari adanya anak jalanan yaitu pola

    urbanisasi yang tinggi Hal ini bisa terjadi karena anak jalanan yang pulang ke

    kampung asli mengiming-imingi penduduk desa kalau hidup di kota itu enak.

  • 16

    6) Masa depan bangsa dipertanyakan

    Anak bangsa merupakan generasi muda penerus bangsa untuk menjadikan

    bangsa ke arah yang lebih baik. Untuk bisa menjadikan bangsa yang berkualitas,

    damai, makmur, sejahtera diperlukan penduduk yang berkualitas juga. Namun

    ironisnya, banyak anak bangsa yang seharusnya mengenyam pendidikan malah

    berprofesi menjadi anak jalanan. Jika jumlah anak jalanan terus bertambah,

    maka masa depan bangsa ini perlu dipertanyakan.

    Keberadaan anak jalanan bukan merupakan keinginan dari anak tersebut,

    melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima. Sehingga, terdapat dampak

    positif yang dirasakan anak jalanan tersebut, yaitu :

    1) Merasa Bebas;

    2) Mendapat sedikit penghasilan;

    3) Dapat menyambung umur/terus hidup.

    4. Solusi Mengurangi Keberadaan Anak Jalanan

    Dalam usaha untuk mengurangi keberadaan anak jalanan, peran serta semua

    pihak sangat dibutuhkan. Meskipun peran pemerintah sangat berpengaruh, peran

    masyarakat, terutama orang tua, juga berperan penting.

    a. Peran Orang tua

    Dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan,

    faktor ekonomi keluarga dan kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh orang

    tua yang meyebabkan anak tersebut menjadi anak jalanan sehingga peran orang

    tua dalam masalah ini perlu dilibatkan. Orang tua perlu memberikan pemahaman

    lebih berupa pendidikan moral kepada sang anak agar mereka tidak mengikuti

    orang tua mereka untuk mencari nafkah, karena sejatinya tugas mencari nafkah

    adalah tugas orang tua bukan tugas seorang anak. Orang tua juga perlu lebih

    memerhatikan anak mereka, agar sang anak tidak merasa kekurangan kasih

    sayang dan perhatian.

    b. Peran Masyarakat

    Masyarakat sebagai salah satu aspek utama dalam kehidupan bermasyarakat,

    seharusnya tidak menganggap remeh keberadaan anak jalananan yang berada di

    sekitar mereka. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk

  • 17

    membantu mengurangi keberadaan anak jalanan, dengan menampung anak-anak

    jalanan tersebut dalam sebuah lembaga atau tempat yang dapat memberikan

    mereka pendidikan.

    c. Peran Pemerintah

    Pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak bagi anak jalanan.

    Rumah singgah misalnya, di mana mereka merasa aman dan mendapat

    perlindungan. Merealisasikan Program orang tua asuh dengan baik, sehingga

    anak dapat merasakan bagaimana kasih sayang orang tua asuh yang mungkin

    tidak pernah dirasakan dikeluarganya sendiri. Mendapatkan penghidupan yang

    layak dan perlindungan yang tidak mereka dapatkan dijalanan. Hal ini penting,

    karena berbicara anak jalanan berarti berbicara di mana mereka tinggal untuk

    mendapatkan perlindungan, baik dari faktor alam (panas dan hujan) maupun

    faktor manusia sendiri (orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan).

    Membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan partisipasi anak secara rutin.

    Hal ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang anak sehingga tidak mudah

    terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti beraktivitas di jalanan

    untuk mencari uang. Tentunya kegiatan tersebut diarahkan pada perkembangan

    mental anak yang cenderung untuk belajar dan bermain di usianya.

  • 18

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap

    anak jalanan di Kota Banjarmasin, khususnya di kawasan Pasar Hanyar dan

    Universitas Lambung Mangkurat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

    1. Penyebab meningkatnya jumlah anak jalanan di perkotaan, seperti Kota

    Banjarmasin adalah kemiskinan, keluarga yang tidak harmonis, pengaruh teman,

    keinginan untuk memiliki uang sendiri, modernisasi, migrasi, dan urbanisasi,

    dan keinginan untuk hidup secara bebas.

    2. Dampak meningkatnya jumlah anak jalanan di perkotaan adalah Menjamurnya

    benih-benih premanisme, terganggunya kenyamanan pemakai jalan raya,

    mengganggu keindahan dan ketertiban kota, terbengkalainya pendidikan anak-

    anak tersebut, mengundang pola urbanisasi yang tinggi serta mendorong

    tindakan-tindakan kriminal di jalan raya.

    3. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi meningkatnya jumlah anak jalanan

    adalah orang tua harus berupaya meningkatkan perhatian kepada anaknya

    dengan memberi pelajaran moral, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan hidup

    yang selayaknya, masyarakat harus peduli akan keberadaan anak jalanan, dan

    peran utama pemerintah sangat diperlukan supaya ada tindakan nyata dan

    perbaikan taraf hidup, teutama perbaikkan dari segi ekonomi keluarga anak

    jalanan.

    B. SARAN

    Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka saran dari penulis diharapkan

    dapat memberi manfaat adalah :

    1) Masyarakat luas, khususnya para orang tua anak jalanan agar memberikan kasih

    sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya sebagai

    tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat

    memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.

  • 19

    2) Hendaknya Dinas Sosial di Kota Banjarmasin lebih memperhatikan

    kehidupan anak jalanan dengan cara mendirikan panti-panti untuk

    menampung anak jalanan.

    3) Hendaknya LSM memberikan sebuah keterampilan atau keahlian kepada

    anak jalanan.

    4) Diharapkan pemerintah Kota Banjarmasin memberikan pendidikan gratis

    bagi anak jalanan atau anak-anak yang tidak mampu.

    5) Bagi para Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan

    sebagai masukan dan acuan untuk mengungkap keragaman permasalahan dan

    pengalaman tentang keberadaan anak jalanan yang belum tergali sehingga

    dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Suyanto, Bagong, dkk. 2002. Krisis dan Child. Surabaya: Airlangga University.

    http://repository.stisitelkom.ac.id/62/2/PENGARUH_KEBERADAAN_ANAK_JAL

    ANAN_DALAM_LINGKUNGAN_BERMASYARAKAT.pdf diakses pada

    01 Nopember 2013 jam 13:38

    Ertanto, 2009. Anak Jalanan dan Subkultur: Sebuah Pemikiran Awal. Diperoleh pada

    04 Nopember 2013 jam 14:07 dari http://www.kunci.or.id

    http://eprints.uny.ac.id/9865/1/BAB%201%20-%2008104241012.pdf diakses pada

    06 Nopember 2013 jam 10:14

  • 21

    LAMPIRAN

    A. Pertanyaan Peneliti Kepada Responden (Anak Jalanan)

    1. Nama adik siapa ?

    2. Umurnya berapa?

    3. Tinggalnya di mana ?

    4. Di jalanan ini, kamu dengan siapa ?

    5. Jam berapa kamu datang ke jalanan (tempat mengemis) ini ?

    6. Jam berapa pulang ke rumah ?

    7. Orang tua mu sekarang lagi di mana ?

    8. Orang tua mu kerja apa ?

    9. Apakah orang tua mu tidak melarang kamu berkeliaran di lingkungan ini ?

    10. Apakah kamu sekolah ?

    11. Berapa jumlah uang hasil mengemis, meminta-minta atau mengelap kaca

    mobil ?

    12. Uang hasil itu, kamu gunakan untuk apa ?

    13. Pernahkah kamu dimarahi orang (satpam, petugas keamanan) saat mengemis?

    14. Apakah kamu tidak takut berada di jalanan, apalagi banyak kendaraan

    bermotor ?

    15. Cita-cita kamu ingin jadi apa ?

  • 22

    B. Foto Dokumentasi Penelitian

    Gmb 1. Anak jalanan (Hasan) di trotoar Jl. Pangeran Antasari, Banjarmasin

    Gmb 2. Anak jalanan (Tuti) mengemis ke penumpang angkot

  • 23

    Gmb 3. Anak jalanan berada di dekat lampu lalu lintas

    Gmb 4. Anak jalanan membawa kemoceng menuju mobil di jalan raya

  • 24

    Gmb 5. Kumpulan anak jalanan

    Gmb 6. Peneliti dan anak jalanan saat observasi di Jl. Pangeran Antasari

  • 25

    Gmb 8. Anak Jalanan sedang merapikan susunan sepatu

    Gmb 7. Amat (depan) dan Madi (belakang) anak jalanan di UNLAM

  • 26

    Gmb 9. Anak jalanan meminta-minta uang kepada pengunjung Masjid

    Gmb 10. Peneliti mewawancarai anak jalanan