Aluminum Powder

8
ALUMINUM SERBUK ALUMINUM POWDER 1. N a m a. 1.1. Golongan. Logam 1.2. Sinonim / Nama Dagang. (2) Aluminum metal pellets; aluminum metal sheet; aluminum metal shot; aluminum metal wire; aluminum; aluminum metallic powder; CI 77000; aluminum flake powder. 1.3. Nomor Identifikasi. (1, 2) Nomor CAS : 7429 90 - 5 Nomor EINECS/ELINCS : 231 072 3 Nomor UN : 1309/1369 Nomor RTECS : BD0330000 2. Sifat Fisika Kimia. 2.1. Nama bahan Aluminum serbuk 2.2. Deskripsi (2) Berbentuk padat, serbuk, atau serpihan, berwarna perak hingga abu- abu dan tidak berbau; berat molekul 26,98; titik didih 4220,6ºF (2327ºC ); titik lebur 1220ºF (660ºC ); kelarutan: tidak larut dalam air dingin dan air panas; larut dalam alkali, asam sulfat dan asam hidroklorida; tidak larut dalam asam nitrat konsentrat dan asam asetat panas. 2.3. Frasa resiko, Frasa keamanan dan Tingkat bahaya (2, 6) Peringkat NFPA ( Skala 0-4 ) : Kesehatan 1 = tingkat keparahan rendah Kebakaran 1 = dapat terbakar Reaktivitas 0 = tidak reaktif Klasifikasi EC: R 15 = bersinggungan/kontak dengan air menghasilkan gas yang sangat mudah menyala R 17 = dapat menyala secara spontan dalam udara

description

kimia

Transcript of Aluminum Powder

Page 1: Aluminum Powder

ALUMINUM SERBUK

ALUMINUM POWDER

1. N a m a.

1.1. Golongan. Logam

1.2. Sinonim / Nama Dagang. (2) Aluminum metal pellets; aluminum metal sheet; aluminum metal shot; aluminum metal wire; aluminum; aluminum metallic powder; CI 77000; aluminum flake powder.

1.3. Nomor Identifikasi. (1, 2)

Nomor CAS : 7429 – 90 - 5

Nomor EINECS/ELINCS : 231 – 072 – 3

Nomor UN : 1309/1369

Nomor RTECS : BD0330000

2. Sifat Fisika Kimia.

2.1. Nama bahan Aluminum serbuk

2.2. Deskripsi (2)

Berbentuk padat, serbuk, atau serpihan, berwarna perak hingga abu-abu dan tidak berbau; berat molekul 26,98; titik didih 4220,6ºF (2327ºC ); titik lebur 1220ºF (660ºC ); kelarutan: tidak larut dalam air dingin dan air panas; larut dalam alkali, asam sulfat dan asam hidroklorida; tidak larut dalam asam nitrat konsentrat dan asam asetat panas.

2.3. Frasa resiko, Frasa keamanan dan Tingkat bahaya (2, 6)

Peringkat NFPA ( Skala 0-4 ) :

Kesehatan 1 = tingkat keparahan rendah

Kebakaran 1 = dapat terbakar

Reaktivitas 0 = tidak reaktif

Klasifikasi EC:

R 15 = bersinggungan/kontak dengan air menghasilkan gas yang

sangat mudah menyala

R 17 = dapat menyala secara spontan dalam udara

Page 2: Aluminum Powder

S 7/8 = jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat dan kering

S 43A = jika terjadi kebakaran, gunakan bahan kimia kering (jangan

gunakan air)

2. Penggunaan. (5) Aplikasi pelapis/kimia/struktural/metalurgik

3. Identifikasi Bahaya.

4.1. Risiko utama dan sasaran organ. (6)

Debu dapat membentuk campuran mudah terbakar atau meledak dengan udara, terutama ketika basah. Bereaksi hebat dan/atau eksplosif dengan air, uap atau kelembaban. Mungkin terbakar atau meledak jika kontak dengan udara lembab, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Dapat pula menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan.

Organ sasaran : paru-paru, mata, kulit.

4.2. Rute paparan. (1)

4.2.1. Paparan jangka pendek.

Terhirup.

Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala dapat berupa batuk, napas pendek. Kontak dengan kulit.

Dapat menyebabkan iritasi dengan kemerahan dan rasa sakit. Kontak dengan mata.

Dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan rasa sakit. Tertelan

Tidak dianggap beracun meskipun alumunium klorida dapat terbentuk perlahan-lahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan mual, muntah, dan efek gastrointestinal lainnya dalam kasus yang ekstrim.

4.2.2. Paparan jangka panjang.

Terhirup.

Dapat menyebabkan penyakit paru kronis.

Page 3: Aluminum Powder

Kontak dengan kulit. Sama seperti yang dilaporkan paparan jangka pendek. Orang dengan gangguan kulit lebih rentan terhadap efek dari bahan. Kontak dengan mata

Tidak tersedia informasi. Tertelan :

Tidak tersedia informasi.

5. Stabilitas dan Reaktivitas. (6) Stabilitas : stabil di bawah tekanan dan suhu normal

Kondisi yang harus dihindari : kelembapan, panas, api, sumber api, dan bahan yang inkompatibel.

Inkompatibilitas : halogen, oksidasitor kuat, asam. Sensitif terhadap kelembaban dan udara.

Produk Dekomposisi : gas hidrogen, alumunium oksida, asap alumunium.

Polimerisasi : tidak terpolimerisasi

6. Penyimpanan. (4, 6)

Simpan di tempat yang sejuk dan kering dengan ventilasi baik, jauhkan dari sinar matahari langsung dan bahan yang tidak kompatibel.

Simpan di wadah yang tertutup rapat.

Jauhkan dari sumber api, panas, air, makanan, dan minuman.

Lindungi dari kelembapan.

7. Toksikologi.

7.1. Toksisitas (2)

Data pada manusia : LD50/LC50 : data tidak tersedia.

Data pada binatang : tidak tersedia.

7.2. Data Karsinogenik (6)

Tidak terdaftar oleh ACGIH, IARC, NTP, atau CA Prop 65. 7.3. Data Mutagenik (6)

Tidak tersedia informasi.

Page 4: Aluminum Powder

7.4. Data Reproduksi (6)

Tidak tersedia informasi.

7.5. Data Neurotoksik (6) Paparan kronis bahan dapat menyebabkan kekakuan pada jari-jari, dan efek pada otak (dalam satu kasus).

7.6. Informasi Ekologi (4, 6)

Bahan ini berdampak merugikan terhadap lingkungan. Gunakan manajemen praktis yang mencegah bahan kontak dengan air hujan, memasuki saluran air, jika tidak, berdampak pada spesies hewan dan tumbuhan. Data ekotoksisitas : Tidak tersedia informasi.

Produk biodegradasi : Produk degradasi jangka pendek mungkin tidak berbahaya. Namun, untuk jangka panjang kemungkinan menimbulkan bahaya. Toksisitas produk biodegradasi : Produk biodegradasi kurang beracun dibandingkan produk itu sendiri.

8. Efek Klinis.

8.1. Keracunan akut. (4)

Terhirup.: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan paru-paru serta membrane mukosa. Pemanasan alumunium dapat melepaskan uap alumunium oksida dan menyebabkan demam asap logam (penyakit seperti flu dengan gejala mengecap rasa logam, demam, menggigil, nyeri, sesak dada, batuk) ketika terhirup.

Kontak dengan kulit

Dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Kemerahan, scalling, dan gatal yang merupakan karakteristik dari peradangan kulit.

Kontak dengan mata.

Dapat menyebabkan iritasi karena aksi mekanik, mata berair, dan kemerahan.

Page 5: Aluminum Powder

Tertelan.

Tidak tersedia informasi.

8.2. Keracunan kronik. (2)

Terhirup.

Dapat menyebabkan dyspnea, batuk, asma, obstruktif paru-paru kronis, fibrosis paru, pneumotoraks, pneumokoniosis, ensefalopati, lemah, inkoordinasi dan kejang epileptiform, dan gejala neurologis lainnya seperti pada kasus tertelan. Nekrosis hati juga dilaporkan sebagai efek dari paparan udara yang membawa alumunium.

Kontak dengan kulit.

Kontak dermatitis jarang terjadi setelah paparan alumunium. Kontak dengan mata

Tidak tersedia informasi. Tertelan

Dapat menyebabkan Penyakit Tulang Terkait Aluminum atau osteomalasia yang diinduksi aluminum dengan fraktur osteodistrofi, anemia mikrositik, lemah, kelelahan, halusinasi visual dan auditori, kehilangan memori, gangguan bicara dan bahasa (dysarthria, gagap, terbata-bata, anomia, hipofluensi, aphasia, dan akhirnya bisu), kejang epilepsi, gangguan motorik (tremor, myoclonic jerks, ataksia, kejang-kejang, asteriksis, motor apraxia, kelelahan otot), dan demensia (perubahan kepribadian, perubahan suasana hati, depresi, berkurang kewaspadaan, lesu, mengaburkan sensorium, kerusakan intelektual, obtundasi, koma) dan perubahan EEG.

9. Pertolongan pertama. (2, 5)

9.1. Terhirup.

Pindahkan ke tempat berudara bersih. Periksa jalan napas, pernapasan, dan denyut nadi. Jika kesulitan bernapas, berikan oksigen. Longgarkan semua pakaian yang melekat pada leher atau dada. Lakukan resusitasi jantung-paru jika tidak ada napas atau denyut jantung. Segera hubungi bantuan medis.

9.2. Kontak dengan kulit.

Cuci dengan sabun dan air. Tutupi daerah yang teriritasi dengan emolien. Segera hubungi bantuan medis jika iritasi belum hilang. Cuci pakaian sebelum digunakan.

Page 6: Aluminum Powder

9.3. Kontak dengan mata.

Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera bilas mata pasien dengan air atau larutan garam fisiologis sekurang kurangnya satu liter air tiap mata selama kurang lebih 15 menit, sesekali buka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Segera hubungi bantuan medis jika iritasi terjadi.

9.4. Tertelan. Jangan menginduksi muntah kecuali oleh petugas medis langsung. Jangan memberikan apapun melalui mulut jika pasien pingsan. Segera hubungi bantuan medis atau bawa pasien kerumah sakit terdekat atau fasilitas kesehatan lainnya jika bahan tertelan dalam jumlah banyak.

10. Penatalaksanaan.

10.1. Stabilisasi

a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.

b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida, Bila terinhalasi disarankan berikan oksigen

c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

10.2. Dekontaminasi

a. Dekontaminasi mata

Dilakukan sebelum membersihkan kulit :

- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.

- Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya. - Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul

ke dokter mata.

b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)

- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. - Cuci segera bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air

dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit. - Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain

atau kertas secara lembut. Jangan digosok.

Page 7: Aluminum Powder

- Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

c. Dekontaminasi gastro intestinal.

Tidak tersedia informasi.

11. Batas paparan dan alat pelindung diri.

Batas paparan. (6)

ACGIH : 10 mg/m3 TWA (debu logam)

NIOSH : 10 mg/m3 TWA (debu total), 5 mg/m3 TWA (debu yang terhirup)

OSHA-Final PELs : 15 mg/m3 TWA (debu total), 5 mg/m3 TWA (fraksi yang terhirup)

Ventilasi (1): direkomendasikan suatu sistem pembuangan lokal dan/atau umum untuk menjaga agar paparan tetap di bawah batas berdasarkan Batas Paparan Udara (Airborne Exposure Limits). Ventilasi pembuangan lokal umumnya dipilih karena dapat mengontrol emisi kontaminan pada sumbernya, mencegah penyebaran ke area kerja umum. Gunakan acuan pada dokumen ACGIH terbaru.

Perlindungan mata : gunakan kacamata pengaman tahan percikan bahan kimia. Sediakan keran pencuci mata keadaan darurat (emergency eye wash fountain) dan semprotan air deras (quick drench shower) di area kerja.

Pakaian : gunakan pakaian yang tahan bahan kimia

Sarung tangan : gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia

Respirator (1): jika paparan bahan melampaui batas hingga sepuluh kali batas paparan, gunakan respirator dengan masker penutup wajah. Jika paparan bahan melampaui batas hingga 50 kali batas paparan, gunakan respirator dengan pelindung wajah lengkap. Untuk kondisi darurat atau tingkat paparan tidak diketahui, respirator pemasok udara dengan masker seluruh wajah bertekanan positif. PERINGATAN: respirator pemurni udara tidak melindungi pekerja dalam kondisi kekurangan oksigen atmosfer.

12. Manajemen pemadam kebakaran. (5, 7) Bahaya ledakan dan kebakaran : bahan dapat bereaksi dengan air dan nyala api dan/atau gas beracun. Bentuk debu dapat menimbulkan bahaya ledakan

Page 8: Aluminum Powder

saat terpapar panas atau nyala api. Dapat menyala atau meledak bila kontak dengan kelembapan.

Media pemadaman : bahan kimia kering biasa, pasir kering, lumpur kering, CaCO3 kering, atau gunakan alat pemadam kebakaran kelas D. Jangan gunakan air.

Pemadaman api : gunakan permukaan lembut dari alat pemadam kebakaran Kelas D atau bahan granular inert kering (misalnya pasir) untuk menutupi dan membatasi bahan yang terbakar. Hindari percampuran agen pemadam dengan bahan yang terbakar. Jika memungkinkan, isolasi bahan yang terbakar untuk mencegah kebakaran menyebar, dan biarkan bahan terbakar habis dengan sendirinya. Jangan menyentuh bahan hingga benar-benar dingin. Jika memungkinkan, jauhkan wadah yang utuh dari panas atau nyala api.

13. Manajemen tumpahan. (2)

Tumpahan sedikit : gunakan alat yang tepat untuk menempatkan tumpahan padat dalam wadah pembuangan limbah. Bersihkan dengan menyiramkan air pada permukaan yang terkontaminasi dan buang sesuai dengan persyaratan otoritas lokal dan regional.

Tumpahan yang banyak : gunakan sekop untuk menempatkan bahan ke dalam wadah pembuangan limbah. Bersihkan dengan menyiramkan air pada permukaan yang terkontaminasi dan evakuasi melalui sistem sanitasi.

14. Daftar Pustaka.

1. http://www.rimworld.com/nassarocketry/msds/Aluminum%20Powder%20msds.pdf

2. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922844 3. http://www.hummelcroton.com/msds/msdsp/alpyro_p.html 4. http://www.starmolecule.com/aluminum-powder/aluminum-powder-msds/ 5. http://www.alcoa.com/global/en/environment/msds_view.asp?LoadMSD

S=189770 6. http://avogadro.chem.iastate.edu/MSDS/Al_powder.htm 7. https://www.fishersci.ca/viewmsds.do?catNo=AC200930025

------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2012 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------