Alkes Edit

24
BAB 1 PENDAHULUAN Manajemen obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen mengenai obat dan alat kesehatan yang baik dapat menghindarkan dari hal-hal seperti, dokter tidak tahu obat apa yang akan diberikan, memberikan obat-obatan yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal dimana seharusnya bisa digunakan obat yang lebih murah, mengobati pasien sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai. Sedangkan bagi institusi pelayanan kesehatan bisa terjadi pemesanan obat dan alat kesehatan yang tidak wajar. Manajemen obat bertujuan agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah penggunaan obat yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik, diantaranya adalah: •Peresepan obat sebelum diagnosis yang tepat ditegakkan. •Pemakaian banyak jenis obat pada seorang pasien.

description

alkes

Transcript of Alkes Edit

BAB 1PENDAHULUAN

Manajemen obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen mengenai obat dan alat kesehatan yang baik dapat menghindarkan dari hal-hal seperti, dokter tidak tahu obat apa yang akan diberikan, memberikan obat-obatan yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal dimana seharusnya bisa digunakan obat yang lebih murah, mengobati pasien sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai. Sedangkan bagi institusi pelayanan kesehatan bisa terjadi pemesanan obat dan alat kesehatan yang tidak wajar.Manajemen obat bertujuan agar obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah penggunaan obat yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik, diantaranya adalah:Peresepan obat sebelum diagnosis yang tepat ditegakkan.Pemakaian banyak jenis obat pada seorang pasien.Seringnya penggunaan obat yang mahal dan paten, sementara obat generic standar yang murah serta berkualitas mempunyai tingkat efektivitas sama,tidak digunakan.Penggunaan dosis obat yang melebihi dari yang dibutuhkan pasien.Memesan obat melebihi dari yang dibutuhkan oleh institusi, sehingga obat yang tidak banyak penggunaannya akan mencapai tanggal kadaluwarsanya.Obat-obat tidak disimpan di lemari pendingin (refrigerator), sehingga banyak vaksin dan obat yang tidak efektif lagi.Banyak obat yang terpajan oleh debu atau panas.Oleh karena itu, maka seorang manajer harus mampu dan memahami proses manajemen obat di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Manajemen obat ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian(controlling).

BAB II

MANAJEMEN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

2.1 Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan dan Tugasnya

Pada puskesmas Tembelang, terdapat tim yang menangani manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim FKO dan bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggungjawab. Tim FKO terdiri dari ketua dan anggota, masing-masing 1 orang yang bertanggung jawab pada manajemen obat GFK (Gudang Farmasi Kabupaten) dan alat kesehatan habis pakai. Bendahara barang terdiri dari ketua dan anggota masing-masing 1 orang yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan tidak habis pakai. Bidang kerja tim FKO yaitu manajemen obat dan alat kesehatan habis pakai meliputi pengadaan, pengawasan dan pendistribusian dari GFK. Tugas-tugas dari tim FKO meliputi perencanaan harian, bulanan dan tahunan, permintaan obat pada GFK, penerimaan obat dan alkes dari GFK, penyimpanan obat dan alkes GFK pada gudang obat, pelayanan harian obat pada apotek puskesmas dan pelaporan baik lidi harian, laporan bulanan meliputi LP (Lembar Pemakaian) dan LPO (Lembar Permintan Obat) dan laporan tahunan. Pada puskesmas tembelang apotek menjadi pusat kegiatan manajemen obat dan alat kesehatan habis pakai, sedangkan pendistribusian baik ke UGD, BKIA dan BP pada jenis-jenis obat tertetu, utamanya untuk obat dan alkes yang dibutuhkan segera. Pasien yang telah mendapat pelayanan pada BP, BKIA dan BP akan mendapatkan resep obat yang dapat diambil ke apotek. Untuk PUSTU obat-obat yang diterima dari gudang obat, dalam penggunaanya setelah keluar direkap untuk laporan pengeluaran obat dan alat kesehatan habis pakai. Bila stok obat habis, bagian tersebut mengadakan permintaan obat ke gudang obat.Bendahara barang bertugas dalam pengadaan, pengawasan, pendistribusian, dan pemeliharaan alat kesehatan tidak habis pakai seperti tensimeter, stetoskope, tabung oksigen dan lain-lain. Alat kesehatan tidak habis pakai merupakan inventaris puskesmas yang didapat bukan dari GFK namun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang ataupun dari Departemen Kesehatan. Pendistribusian alat Kesehatan tidak habis pakai sesuai kebutuhan dari masing-masing unit baik BP, BKIA dan UGD, bilamana terjadi kerusakan tiap unit melapor kepada bendahara barang untuk perbaikan ataupun penggantian.

Bagan 1. Struktur Organisasi Manajemen Obat dan Alat Kesehatan

KAMAR OBAT/APOTIKUNIT-UNITPUSTU, POSYANDU, POLINDESDINKES TK II-GUDANG FARMASI KABUPATEN (GFK)GUDANG OBAT PUSKESMASMelayani kebutuhan obat di PuskesmasPoliUGDKIALab

Bagan 2. Alur dan Distribusi Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai

2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat KesehatanPerencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu jenis obat tertentu. Dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di puskesmas adalah berdasarkan pemakaian 1 bulan terakhir (dari 5 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan pasien, dan permintaan dari hasil pelayananan di klinik di polindes, pustu, dan apotik). Untuk obat dari DINKES, perencanaan kebutuhan didasarkan atas pemakaian obat 1 bulan terakhir dikali 3 yang diperuntukkan selama 2 bulan. Berdasarkan sistem perencanaan tersebut, puskesmas Tembelang telah menerapkan prinsip preventif management. Hal itu dapat dilihat dengan permintaan yang diberi tambahan persediaan obat untuk 1 bulan (persediaan obat yang sesuai untuk waktu 3 bulan digunakan untuk waktu 2 bulan), sehingga diharapkan dapat mengatasi kebutuhan obat pada kasus emergensi. Selain itu, khusus untuk kasus emergensi, dapat meminta sewaktu-waktu pada gudang obat farmasi DINKES.

2.3 Pengadaan Obat dan Alat KesehatanPengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan.Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/GFK dilakukan dengan mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat tiap 2 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa meminta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 2 bulan, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan setiap akhir tahun. Obat dipesan melalui gudang obat farmasi. Tidak ada tim pengadaan khusus dari staf farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya dipegang oleh satu orang pengelola obat.

2.4 Penyimpanan Obat dan Alat KesehatanPenyimpanan obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengelolaan obat untuk menjamin mutu dan keamanan obat dalam persediaan. Penyimpanan obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.Setelah obat diterima dari DINKES/GFK dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (kartu stok). Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak kayu (tanpa kaca). Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat khusus yang terkunci baik. Obat obat yang termasuk kategori vital seperti vaksin, antidot, dan obat life saving di tempatkan di tempat yang terpisah dari obat lainnya. Obat obat tersebut di tempatkan di lemari atau rak yang mudah di jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau keadaan stoknya, sehingga menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan obat. Obat lainnya disusun di rak tersendiri, dan disusun dengan alfabet.Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya masih jauh diletakkan di belakang.Untuk penyususan obat di Puskesmas Tembelang, sudah sesuai dengan sistem alfabet maupun FIFO, akan tetapi ada kekurangan dalam hal kerapian, sehingga kadang menyulitkan petugas dalam mencari obat yang dicari.Semua obat DINKES disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak kayu (tanpa kaca). Khusus untuk obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan di sebuah lemari kayu dengan kunci tersendiri, sedangkan obat lain yang perlu suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin. Secara umum persyaratan penyimpanan obat didasarkan atas: Tidak terkena sinar matahari langsung, Disimpan dalam suhu kamar, Mudah terjangkau Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin Obat disusun berdasarkan urutan alfabet dan sesuai dengan sediaan obat

2.5 Pemantauan Obat dan Alat KesehatanTerdapat buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat kesehatan. Untuk obat-obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi), sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di puskesmas kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang memerlukan. Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip frist in-first out, serta berdasarkan tanggal kadaluarsa. Obat yang baru datang, disimpan dalam gudang dan diletakkan di belakang stok obat lama. Untuk mencocokkan dengan buku keluar masuk, maka masing-masing obat diberikan kartu data keluar-masuk (checklist). Pencatatan obat pada kartu checklist dilakukan setiap kali ada obat yang masuk maupun keluar di gudang obat. Untuk obat-obat yang telah kadaluarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk dihanguskan.Pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan tim FKO dan bendahara barang, Pemantauan obat dan alkes habis pakai pada gudang obat dilakukan tiap hari, tiap bulan dan setahun sekali, sedangkan alat kesehatan tidak habis pakai dilakukan setahun sekali. Sedangkan pemantauan pada masing-masing unit kerja (polindes, pustu, apotik) tiap 1 bulan. Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di puskesmas Tembelang sudah dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DinKes. Dalam hal ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti. Untuk obat-obatan yang sangat essensial dan biasa terpakai, maka pasti tersedia.

2.6 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat KesehatanTanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing-masing ruangan (BP, KIA, rawat inap, laboratorium, poli gigi, UGD, apotik, loket). Bila ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada bendahara barang, kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Lalu, untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.Sistem pemeliharaan alat kesehatan di puskesmas Tembelang bersifat aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu) dan pasif pada pelaporan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes). Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat kesehatan.

2.7 Form-Form yang DipergunakanForm yang digunakan di puskesmas Ploso terdiri dari :a) Kartu stok gudang obat puskesmasKartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas. Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah : Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran). Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanan.Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat) atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan manfaat kartu stok : Informasi Jumlah obat yang tersedia (sisa stok) Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode Jangka waktu/lama kekosongan obat Neraca pemasukan dan pengeluaran obat Manfaat Untuk pengisian LPLPO/LB2 Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

Gambar 1. Kartu stok gudang obat puskesmasb. Kartu StellingKartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang keluar atau masuk serta sisa obat. Di puskesmas Tembelang tidak dipergunakan kartu Stellingc. Laporan penggunaan psikotropikaDigunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan tiap bulan.d. Laporan penggunaan narkotika Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari pihak pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan.e. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan setiap bulan.

Gambar 2. Laporan pemakaian dan lembar obat (LPLPO)

f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit (ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan, kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap tahun.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Tembelang pada bulan April tahun 2012 adalah (1) Nasofaringitis acute (commond cold); (2) Infeksi akut pernafasan atas lainya; (3) Penyakit oesophagus, lambung dan usus dua belas jari; (4) Hipertensi; dan (5) Diare dan gastroenteritis lainya yang diduga karena infeksi. 2. ISPA menempati urutan pertama dengan pilihan terapi pilihannya yaitu antibiotik (Amoxicillin), antipiretik-analgesik (Parasetamol), ekspektoran (GG), antitusif (Dextrometorphan), dekongestan (Efedrin), antihistamin (Chlorpheniramin Maleat), antiinflamasi (Deksametason), dan Vitamin (Vitamin B complex).3. Struktur pengelolalan obat dan alat kesehatan dirasa kurang maksimal oleh karena terbatasnya jumlah SDM puskesmas Tembelang, utamanya dalam bidang pengawasan.4. Penyediaan obat di puskesmas Tembelang sudah memenuhi jumlah kebutuhan dalam dua bulan. Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan, pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di unit-unit pelayanan kesehatan.5. Pemakaian obat paracetamol tablet 500 mg lebih besar dibandingkan hasil analisa. Hal tersebut bisa dikarenakan penggunaan paracetamol tidak hanya digunakan untuk jenis penyakit ISPA saja tetapi bisa digunakan untuk penyakit lainnya.6. Penyimpanan obat di puskesmas Tembelang tidak sesuai dengan syarat penyimpanan yang sesuai standart, antara lain yaitu alas untuk tempat obat, suhu penyimpanan yang tidak sesuai, banyaknya kerdus obat yang tertumpuk dan penutupan wadah obat yang tidak rapat.7. Di puskesmas Tembelang, terdapat tim khusus yang menangani manajemen obat dan alat kesehatan pemantauan, pelaporan obat dan alkes berpusat menjadi satu di gudang obat, sehingga gudang obat mempunyai fungsi yang kompleks. Hal tersebut menyebabkan kurang akurat efektifnya informasi dan pendataan obat.

1.2 Saran1. Sebaiknya analisa jumlah keperluan obat berdasar penyakit terbanyak dihitung dengan membedakan usia penderita dan jenis penyakit.2. Hal hal yang kurang memenuhi syarat dalam proses penyimpanan obat sebaiknya segera diperbaiki, antara lain dengan mengatur jarak lemari dengan lantai setinggi 10 15 cm dari lantai sebelum meletakkan obat, menyesuaikan suhu penyimpanan obat, tidak menumpuk kerdus obat, menutup rapat wadah obat, tidak menaruh secara langsung kerdus obat menempel lantai, menyediakan ruangan yang lebih besar untuk gudang obat karena banyaknya jumlah obat, dan selalu menjaga kebersihan ruangan obat.3. Memisahkan dan membagi tugas manajemen obat dalam hal pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan, pemantauan secara terorganisasi baik, dan penambahan petugas, sehingga pendataan dan pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari penyalahgunaan.

LAMPIRAN IIGAMBAR TEMPAT PENYIMPANAN OBAT DAN ALKES

Gambar 4. Gudang penyimpanan obat. Obat disusun sesuai alfabet untuk memudahkan dalam pengambilan.

Gambar 6. Lemari pendingin, untuk menyimpan obat-obatan khusus (contohnya obat-obatan imunisasi)

Gambar 7. Lemari khusus untuk menyimpan obat narkotika dan psikotropika, dilengkapi dengan kunci tersendiri.