Alkaloid Betanidine
description
Transcript of Alkaloid Betanidine
ALKALOID BETANIDIN Diambil dari penelitian mengenai
Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa Alkaloid Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)
• Kirana Rifrianasari 132210101091
• Fitri Wulan A 132210101093
• Friska Wira S 132210101095
• Via Lachtheany 132210101097
• Nadia Iga Hasan 132210101099
PENDAHULUAN
• Salah satu tanaman di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai bahan obat
tradisional adalah tanaman binahong.
• Tanaman binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis) merupakan tanaman
merambat, berbatang kecil, memiliki rhizoma
yang kuat serta memiliki daun yang relatif tidak
besar.
• Berdasarkan penelitian daun binahong
mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid.
Berikut adalah klasifikasi tanaman Binahong
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua)
Sub-kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN • Penelitian Glassgen dan Pattabhiraman memaparkan bahwa di dalam
famili Basellaceae terkandung senyawa betacyanins yang merupakan suatu
jenis alkaloid berwarna sehingga biasa disebut dengan chromoalkaloid.
• Diketahui bahwa daun binahong termasuk dalam Ordo Caryophyllales,
dimana ciri khas ordo ini adalah memiliki senyawa betalain. Hasil hidrolisis
dari betalain akan membentuk betanidin yang diduga terkandung dalam daun
Binahong.
• Berdasarkan kesamaan kemotaksonomi dari tanaman tersebut,
diharapkan kandungan senyawa alkaloid dalam tanaman binahong tidak jauh
berbeda.
METODE EKSTRAKSI ALKALOID
Serbuk daun binahong dimaserasi dengan pelarut n–heksana hingga filtratnya jernih. Kemudian disaring, residu hasil maserasi diangin-
anginkan hingga kering.
Residu yang telah kering kemudian dimaserasi kembali menggunakan etanol hingga filtratnya jernih.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstraketanol. Ekstrak etanol yang telah didapatkan, ditambahkan larutan HCl 2M hingga pH larutan
menjadi 3.
METODE EKSTRAKSI ALKALOID
Larutan yang telah bersifat asam kemudian diekstraksi menggunakan etil asetat. Hasil ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan asam dan
lapisan etil asetat.
Selanjutnya kedua lapisan dipisahkan, kemudian lapisan asam ditambahkan NH4OH hingga pH larutan mencapai 9 kemudian
diekstraksi kembali menggunakan etil asetat.
Hasil ekstraksi akan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan basa dan lapisan etil asetat, kemudian dipisahkan.
METODE EKSTRAKSI ALKALOID
Lapisan etil asetat dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak alkaloid total dan dilakukan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dengan campuran pelarut etanol, etil asetat dan n-heksana yang bersifat p.a dengan perbandingan 1:2:30 menggunakan plat
silika gel 60GF254 sehingga diperoleh noda– noda isolat.
Selanjutnya dilakukan pemisahan menggunakan KLT preparatif. Hasil isolat alkaloid kemudian di analisis strukturnya menggunakan
Spektroskopi UVVisible, FTIR dan LC–MS. Uji aktifitas senyawa tersebut dilakukan dengan menggunajan metode Brine Shrimp
LethalityTest (BSLT).
Fungsi Bahan – Bahan Tambahan
N Heksan
• Sebagai pelarut 1st
• Mengikat senyawa – senyawa metabolit sekunder daun binahong yang bersifat non polar, seperti steroid dan triterpenoid
Etanol
• Pelarut utk maserasi kedua
• Dapat melarutkan alkaloid
• Alkaloid bersifat polar, akan terikat dalam pelarut etanol
Pereaksi Meyer & Dragendorf
• Untuk menguji golongan senyawa alkaloid
• Positif bila ada endapan putih (Meyer) dan endapan merah bata (Dragendorf)
HCl & NH4OH
• HCl mengkondisikan pH larutan 3 agar terbentuk garam alkaloid.
• NH4OH membuat larutan pH 9, agar garam alkaloid membentuk basa bebas alkaloid
DETEKSI ALKALOID
EKSTRAK
UJI ALKALOID
KLT
LC-MS FTIR
SPEKTRO
UV-VIS
UJI ALKALOID
• Ekstrak etil asetat dipekatkan dengan rotary
evaporator, selanjutnya diuji alkaloid dengan
pereaksi Meyer
• Hasil menunjukkan positif alkaloid yaitu
terbentuknya endapan putih
Kromatografi Lapis Tipis
• Fase Gerak etanol : etil asetat : n-heksana (1:2:30)
• Fase Diam Silika gel 60GF254
• Dihasilkan 2 buah noda, Biru dan Merah dg Rf 0.65 dan 0.23
• Alkaloid pada umumnya berwarna biru, biru kehijauan atau
ungu berfluoresensi di bawah lampu UV 365 nm (Wagner,
1999).
• Sehingga berdasarkan hasil KLT noda biru diketahui adalah
senyawa alkaloid.
Cont’d
• Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif menggunakan pengembang yang sama.
• Pita dengan warna biru, dikerok, untuk uji kemurnian dg KLT kembali menggunakan pengembang yang sama.
• Hasil yang diperoleh noda tunggal berwarna biru, diduga isolat alkaloid adalah murni.
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
• Dilakukan analisa spektrofotometer terhadap kristal alkaloid, guna
mengetahui panjang gelombang maksimum dari senyawa,
sehingga dapat diketahui serapannya.
• Diketahui isolat memiliki panjang gelombang maksimum sebesar
265 nm dan 275 nm yang diindikasikan bahwa senyawa tsb masuk
dalam golongan alkaloid indol.
• Menurut Nasel (2008), terbentuknya dua serapan yang berdekatan
menunjukkan ciri khas dari senyawa alkaloid indol.
Cont’d
• Pada 311 nm, juga terdapat serapan. Hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh gugus
karboksilat
• Pada 406 nm juga terdapat serapan yang diduga disebabkan karena pengaruh ikatan C=C
terkonjugasi dalam senyawa.
Spektrofotometer FTIR
Dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada isolat murni.
Cont’d
• Ada beberapa puncak – puncak vibrasi dengan :
- Serapan pada panjang gelombang 3464.15/cm merupakan serapan dari vibrasi ulur
gugus N-H
- Serapan pada panjang gelombang 1597.06/cm merupakan vibrasi tekuk gugus N-H.
- Serapan pada panjang gelombang 3549.02/cm merupakan serapan vibrasi ikatan O-H
- Adanya vibrasi pada panjang gelombang 1610.35/cm merupakan serapan vibrasi ikatan
C=C aromatik terkonjugasi.
- Serapan kuat pada daerah panjang gelombang 1743.65/cm diduga karena adanya gugus
C=O karboksilat.
• Berdasarkan hasil FTIR diduga senyawa alkaloid yang terkandung dalam isolat merupakan
senyawa alkaloid yang mengandung gugus O-H, N-H, C-N, C=C, C-O alkohol, C=O
karboksilat dan CH2
LC-MS
Dilakukan untuk mengetahui berat molekul isolat alkaloid
Cont’d
• Berdasarkan isolat tersebut, hasil menunjukkan bahwa
isolat belum murni
• Hal ini ditunjukkan adanya tiga puncak sehingga diduga
terdapat tiga jenis senyawa alkaloid pada isolat.
• Hasil spektogram MS menunjukkan harga berat
molekul senyawa yang diisolasi sebesar 389 g/mol.
Cont’d
• Berdasarkan penelitian Khan (2012), diketahui jenis alkaloid betanidin, memiliki
panjang gelombang sebesar 535 nm dan berat molekul sebesar 389 g/mol
Cont’d
• Sehingga berdasarkan penelitian tsb diduga, isolat alkaloid yang telah diisolasi dari daun binahong mengandung senyawa betanidin (C18H16N2O8)
Aktivitas Betanidin
• Polifenol antosianin betalain betanin betanidin + glukosa
• Betalain, adalah suatu pigmen tumbuhan, yang sampai sekarang dianggap sebagai antosianin, bedanya disini adanya N pada betalain. Sehingga sekarang mulai dikembangkan betalain sebagai alkaloid.
• Betalain, diketahui sebagai zat warna
tumbuhan dan antioksidan dengan
mekanisme penangkapan radikal bebas.
• Pada berbagai penelitian mengenai
betanidin sebagai kandungan alkaloid dalam
daun binahong diperlukan penelitian
lanjutan mengenai aktivitas betanidin.
PENUTUP
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap daun binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steenis) dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa yang telah diisolasi dari daun binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis) merupakan golongan senyawa alkaloid.
2. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan LCMS
diduga merupakan senyawa alkaloid betanidin (C18H16N2O8).
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa alkaloid yang
telah diisolasi serta mengidentifikasi senyawa alkaloid lain yang terdapat
pada daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)