ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

23
141 VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017 JOURNAL OF CONTEMPORARY ISLAM AND MUSLIM SOCIETIES VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017 ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA Ramli Abdul Wahid Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Jl. IAIN No. 1 Sutomo Ujung, Sumatera Utara, 20371 e-mail: [email protected] Abstract: Islamic Minority Groups in Indonesia. Indonesia makes Pancasila the basis of the state, and the way of life of the nation and state. Although not being a religious state, the majority of the Indonesian population embraced Islam, especially Ahlussunnahwaljamaah (Sunni). Among the Sunni communities are affiliated with the organization Al Jam’iyatul Washliyah, Nahdlatul Ulama, Persis, and Muhammadiyah all of which represent in the Majelis Ulama Indonesia (MUI). Although dominated by Sunni Muslim majority, new mainstreams have also emerged as Shia and Ahmadiyah as perceived by the MUI as deviant sects. Frequently there are discursions and conflicts between Sunni and Muslim minorities. This article examines the existence of Muslim minorities in Indonesia, and the MUI’s response to the various streams. Based on observations and document studies, there are significant influxes and understandings in Indonesia with a significant number of followers raising responses from MUI, including Islamic organizations, which in turn led to religious fatwas on the deviation of faith and perversion in Indonesia. Keywords: Indonesia, fatwa, MUI, minority gropus, Shiah, Ahmadiyah

Transcript of ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

Page 1: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

141

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

JOURNAL OF CONTEMPORARY ISLAMAND MUSLIM SOCIETIES

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAMDI INDONESIA

Ramli Abdul Wahid

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara MedanJl. IAIN No. 1 Sutomo Ujung, Sumatera Utara, 20371

e-mail: [email protected]

Abstract: Islamic Minority Groups in Indonesia. Indonesia makesPancasila the basis of the state, and the way of life of the nation andstate. Although not being a religious state, the majority of the Indonesianpopulation embraced Islam, especially Ahlussunnahwaljamaah (Sunni).Among the Sunni communities are affiliated with the organizationAl Jam’iyatul Washliyah, Nahdlatul Ulama, Persis, and Muhammadiyahall of which represent in the Majelis Ulama Indonesia (MUI). Althoughdominated by Sunni Muslim majority, new mainstreams have alsoemerged as Shia and Ahmadiyah as perceived by the MUI as deviantsects. Frequently there are discursions and conflicts between Sunniand Muslim minorities. This article examines the existence of Muslimminorities in Indonesia, and the MUI’s response to the various streams.Based on observations and document studies, there are significantinfluxes and understandings in Indonesia with a significant numberof followers raising responses from MUI, including Islamic organizations,which in turn led to religious fatwas on the deviation of faith andperversion in Indonesia.

Keywords: Indonesia, fatwa, MUI, minority gropus, Shiah, Ahmadiyah

Page 2: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

142

PendahuluanMayoritas penduduk Muslim di Indonesia sejak lama menganut

paham Ahlussunnahwaljamaah, meskipun ada pendapat sejarawanbahwa kaum Syiah ikut berperan dalam pengembangkan Islamdi Nusantara. Ulama-ulama yang mengembangkan Islam dikawasan ini merupakan ulama-sufi yang berafiliasi dengan mazhabSunni, terutama Syâfi‘iyah dan Asy‘ariyah. Sebagian masyarakatMuslim Indonesia merupakan pengikut organisasi Al Jam’iyatulWashliyah,1 Nahdlatul Ulama,2 Muhammadiyah,3 dan Persis.Indonesia sebagai negara Pancasila yang menjamin kebebasandalam menjalankan agama dan keyakinan umat beragama memungkinkanberbagai mazhab, kepercayaan, dan agama yang tidak diakui diIndonesia dapat tumbuh dan berkembang.

Keberadaan aliran-aliran minoritas terus tumbuh dan berkembangdi tengah kelompok Sunni yang merupakan kelompok mayoritasdi Indonesia. Menurut media massa, aliran yang dinilai sesattelah lebih dari 250 aliran, dan 50 aliran diantaranya berkembangdi Jawa. Berbagai organisasi Islam seperti Al Washliyah, NU,Muhammadiyah, dan MUI ditambah para ulama secara individutelah banyak menghabiskan waktu untuk meluruskan dan mengatasimasalah ini. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)selama telah turun tangan mengatasinya. SBY telah menyatakandukungannya terhadap fatwa-fatwa MUI dan menyatakan bahwafatwa agama hanya dapat dikeluarkan oleh MUI. Karena itu,tanggung jawab MUI dan para ulama khususnya serta pemerintahdan masyarakat umumnya semakin besar dalam masalah ini.Jika selama ini, MUI dan para ulama mengurusi dan mengeluarkanfatwa terhadap berbagai aliran sesat berdasarkan tanggung jawabsebagai ulama memelihara dan menjaga kesucian agama danmemelihara akidah umat, maka ke depan, MUI dan para ulamamengurusi aliran dan paham sempalan juga menjadi tanggungjawab membangun bangsa.

Page 3: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

143

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

Artikel ini akan mengkaji keberadaan aliran minoritas dikalangan mayoritas Sunni di Indonesia. Secara khusus, artikelini mengkaji aliran minoritas yang dinilai menyimpang diIndonesia, baik dalam skala lokal, nasional, dan internasional,dan respons MUI terhadap aliran menyimpang di Indonesia.

MUI dan Aliran SesatMajelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada tanggal, 7

Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta.Pendirian MUI adalah sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarahpara ulama, cendekiawan dan zu‘ama di Indonesia. Mereka terdiriatas dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi diIndonesia. Sepuluh orang diantaranya mewakili unsur dari ormas-ormas Islam tingkat nasional seperti Al Washliyah, NU, Muhammadiyah,Syarikat Islam, Perti, Mathla’ul Anwar, GUPPI, PTDI, DMIdan al-Ittihadiyyah. Dalam khitah pengabdian Majelis UlamaIndonesia, dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI. Pertama,sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (warasat al-anbiyâ’), sebagaipemberi fatwa (mufti), sebagai pembimbing dan pelayan umat(riwâyat wa khadim al-ummah), sebagai gerakan islah wa al-tajdîd, dan sebagai penegak amar makruf dan nahi mungkar.Di antara Ketua Umum MUI adalah Prof. Dr. Hamka, KH.Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie, KH. M.Sahal Mahfudh, Prof. Dien Syamsuddin, dan KH. Ma’ruf Amien.Mereka merupakan ulama yang berasal dari NU dan Muhammadiyahyang merupakan organisasi Islam yang terbesar di Indonesia.MUI didukung dan diwakili oleh organisasi-organisasi Islamlainnya seperti Al Washliyah, Persis, Perti, dan Nahdlatul Wathan.4

Dalam konteks aliran sesat, MUI Pusat mengeluarkan PedomanIdentifikasi Aliran Sesat pada tanggal 6 Nopember 2007. Dalampedoman ini ditetapkan10 kriteria aliran sesat. Pertama, mengingkari

Page 4: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

144

salah satu rukun iman dan rukun Islam. Kedua, meyakini ataumengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar‘i. Ketiga,meyakini turunnya wahyu sesudah Alquran. Kempat, mengingkariautentisitas dan kebenaran isi Alquran. Kelima, melakukan penafsiranAlquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir. Keenam,mengingkari kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber ajaranIslam. Ketujuh, menghina, melecehkan dan merendahkan paraNabi dan Rasul. Kedelapan, mengingkari Nabi MuhammadSAW. sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Kesembilan, mengubah,menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yangtelah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah,salat fardu tidak lima waktu. Kesepuluh, mengkafirkan sesamaMuslim tanpa dalil syar‘i, seperti mengkafirkan Muslim hanyakarena bukan kelompoknya.5

Adapun kriteria kufur sebagaimana disebutkan dalam kitabal-Hushûn al-Hamidiyah li al-Muhâfazah ‘ala al-‘Aqâ‘id al-Islâmiyyah,karya Husein Ibn Muhammad al-Jasr at-Tharablusy pada halaman9 dan 10 adalah seperti sujud kepada berhala dengan kehendaksendiri, menghina sesuatu yang dimuliakan agama seperti Alquran,Hadis Rasul, hukum syariat, para Rasul, nama-nama Allah yangmulia, sifat-sifat-Nya, perintah dan larangan-Nya, kewajiban-kewajiban Agama, seperti salat dan haji, memaki salah satu darihal tersebut, mengucapkan kalimat kufur, dan hal-hal yang menyerupainya.Sesungguhnya hal ini dan sesuatu yang menyerupainya bertentangandengan iman dan pelakunya dihukum kafir. Demikian jugaapabila seseorang mendustakan nas-nas syariat yang benar datangnyadari Rasul secara yakin, seperti ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis mutawatir. Demikian juga menghalalkan sesuatu yangharam, yang keharamannya dalam syariat secara qath‘i, sepertimembunuh, zina, dan hal-hal seumpamanya. Orang yang melakukanhal demikian, telah mencederai kebenaran imannya dan kepatuhanIslamnya dan telah berbuat sesuatu yang membatalkan keduanya.

Page 5: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

145

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

Ia dihukum kafir secara syariat dan setiap orang yang kafir,wajib segera memperbaharui iman dan Islamnya dan bertaubatdari perbuatannya. Jika ia tidak bertaubat, dia pantas dihukummati di dunia dan kekal di dalam neraka di akhirat.

MUI Pusat telah mengeluarkan fatwa tentang sejumlahaliran yang dinilai sesat di Indonesia. Di antaranya adalah fatwaaliran al-Qiyadah al-Islamiyah, fatwa aliran Ahmadiyah, fatwaPluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama, fatwa tentangDarul Arqam, fatwa paham Syiah, fatwa tentang Malaikat JibrilMendampingi Manusia, dan fatwa Islam Jama’ah.6 Tidak bisadisangkal, fatwa-fatwa MUI mendapatkan tantangan dan kritikandari penggiat hak asasi manusia (HAM) dan kelompok-kelompokliberal di Indonesia. Di antara aliran-aliran tersebut berskalalokal, nasional, dan internasional.

Aliran Minoritas Muslim Berskala LokalMasyarakat Muslim Indonesia tersebar di berbagai pulau

yang ada di Indonesia, antara lain pulau Jawa dan Sumatera.Dalam konteks ini, aliran sesat ditemukan di kedua wilayah.Di antara aliran sesat berskala lokal adalah paham Yusman Roydari Pesantren itikaf dari Malang yang mengajarkan dan mempraktikkanbersama santrinya sejak beberapa tahun bahwa bacaan salatharus disertai dengan terjemah bahasa Indonesia. Ia mengklaimpaham ini diterimanya dari Tuhan. Ia bersikukuh agar pahamnyaini diterima Departemen Agama Republik Indonesia. Selainitu, di Tangerang, ada Pengajian Nurul Yaqin yang gurunyamengaku berjumpa langsung dengan Tuhan lewat mikraj. Rumahnyadibakar massa. Di Sulawesi pernah muncul seorang yang mengatakanbacaan salat dengan bersiul. Beberapa waktu lalu pernah munculpaham bahwa salat harus langsung ke tanah, tidak boleh berlapis,seperti papan dan tegel. Anehnya, menurut penganjur paham

Page 6: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

146

ini, boleh salat dengan memakai sandal dan sepatu. Ada jugayang mengatakan bahwa salat tidak wajib dalam Alquran. Salatmenurutnya diwajibkan Imam Syâfi‘i melalui kaedah usul fikihnya.

Di Sumatera Selatan, sejumlah aliran menyimpang telahtumbuh dan berkembang. Di antaranya, seorang oknum KepalaSD di Kabupaten Bungo, Jambi mengaku nabi dan rasul terakhirdiutus Allah sesudah Nabi Muhammad SAW. Anehnya, Daniyang oleh keluarganya disebut sakit jiwa menyampaikan pengakuannyakepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sekaligusmeminta pengesahan keberadaannya secara yuridis formal. Menurutnya,manusia pada umumnya menunggu kehadirannya, bahkan umatinternasional. Sedangkan wahyu yang didapatnya semua berasaldari Alquran.

Di Sumatera Utara, cukup banyak aliran menyimpang yangtumbuh. Di antaranya adalah Soul Training, sebuah kelompokyang mengklaim telah melakukan penelitian. Hasil penelitianmereka menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkanapapun kecuali Alquran. Mereka mengklaim tidak ada salattarawih/qiyam al-lail. Paham ini termasuk Inkar Sunnah. Karenaitu, MUI Kabupaten Deli Serdang menfatwakannya sebagaipaham sesat. Soul Taraining sudah dilarang oleh PemerintahSerdang Bedagai.

Selain itu, ada juga aliran yang bernama aliran al-Haq diPematangsiantar, Sumatera Utara. Aliran ini merupakan aliranyang mengajarkan kepada pengikutnya secara rahasia. Begiturahasianya sehingga antara sesama anggota pun tidak bolehsaling mengenal. Alquran tidak diajarkan secara menyeluruhmelainkan hanya bagian-bagian saja dan tidak ditafsirkan secaratekstual, tetapi secara umum dan tidak memakai Hadis. Aliranini menekankan pengorbanan. Orang yang tidak ikut dalamaliran ini adalah musuh sekalipun keluarga. Karena ajaran ini

Page 7: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

147

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

bertentangan dengan ajaran Islam, MUI Pematangsiantar menfatwakanaliran ini sebagai aliran sesat dan menyesatkan.

Satu pengajian di Langkat mengajarkan perubahan bacaanayat-ayat Alquran. Misalnya, Iyyâka na‘budu wa iyyâka nasta‘înmenjadi iyyâka a‘budu wa iyyâka asta‘in. Qulwuwallâhu ahadmenjadi huwallâhu ahad saja. Karena mengajarkan hal anehdan mengubah-ubah nas Alquran, MUI Kabupaten Langkatmenfatwakan paham ini sebagai paham sesat.

Selain itu, Pengajian Ismayani dan pengikutnya di Sentang,Kisaran difatwakan sesat oleh MUI Asahan. Di antara ajarannyaadalah salat dan puasa waktu haid boleh dikerjakan, mendapatpetunjuk atau ilham, jin tidak punya agama (kafir) tetapi selaluberzikir, bidadari adalah perempuan, sedang malaikat adalahlaki-laki.

Kemudian, ajaran H. Mahmuddin Rangkuti di MandailingNatal mengenai adanya nama Tuhan sebelum Allah, adanyakeyakinan bahwa gambar seseorang dapat memberikan manfaatatau mudrat, adanya lukisan Nabi Muhammad, dan adanyaamalan yang disebut qulhuwallâh sungsang. Karena ajarannyayang menyimpang ini, MUI Kabupaten Mandailing Natalmemfatwakannya sesat dan menyesatkan.

Selain itu, ajaran yang menggantungkan sahnya syahadatseseorang kepada kesaksian orang tertentu. Tanpa kesaksiannyadan jabatan tangan dengannya, seorang yang bersyahadat belumIslam. Orang yang diajaknya menyaksikan syahadatnya kepadaorang tersebut menolak sampai tiga kali, orang itu dianggap musuh.Walaupun ini belum difatwakan sesat, akan tetapi kesesatannyajelas.

Kemudian, ajaran Rudi Chairuddin di Desa Sei RampahKabupaten Serdang Bedagai difatwakan sesat oleh MUI KabupatenSergei pada tanggal 21 Mei 2013. Di antara ajarannya adalah

Page 8: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

148

mengubah syahadat menjadi “asyhadu an lâ ilâha illallâh waasyhadu anna Chairuddin rasûlullah”. Selain itu, aliran ini merubahbahasa Alquran dengan bahasa Indonesia. Aliran ini juga merubahtatacara salat (salat hanya berdiri, lalu sujud, tanpa gerakan lainnya,salat dengan bahasa Indonesia tetapi bukan terjemahan dari bacaan-bacaan salat, dan salat dilakukan tanpa takbir dan salam).

Pengajian Ar-Rahman di Desa Sambirejo Timur, KabupatenDeli Serdang difatwakan sesat oleh MUI Sumatera Utara. Diantara ajarannya yang termuat dalam diktat pedoman pengajiannya.Pertama, menyatakan bahwa al-Fâtihah diturunkan Allah Ta‘alakepada nabi-nabi. Kedua, al-Fâtihah menjadi anggota tubuh.Ketiga, menafsirkan qalam dengan zakar (kemaluan laki-laki)dan Pintu Kakbah dengan faraj (kemaluan perempuan) sertadengan air mani disebut manikam. Keempat, Tuhan = manusiasecara syariat yang mendapat risalah rasul dan kewalian.

Pengajian tarekat Syaikh Muda Ahmad Arifin di PangkalanMasyhur, Medan, Sumatera Utara. Syekh Muda Ahmad Arifinmembangsakan dirinya kepada tarekat Sammaniah. Ia mengajarkanbahwa zakat harta harus diserahkan kepada guru yang memperkenalkanAllah kepadanya. Menurutnya, boleh melakukan nikah mut‘ah/sirri tanpa wali dan saksi. Menurutnya, pencipta tubuh manusiaadalah malaikat atas perintah Allah, karena tidak mungkin Allahmemegang tanah sehingga tangannya akan menjadi kotor. Karenaitu pahamnya ini difatwakan oleh MUI Sumatera Utara sebagaialiran yang menyimpang dari ajaran Islam.

Ajaran yang terdapat di Dokumen Surah Buya yang diajarkanoleh Isfan Tarman Zuhri di Kecamatan Tanjung Tiram, KabupatenBatu Bara. Pengajian ini mengajarkan bahwa kiamat hanyaterjadi pada diri dan tidak terjadi pada alam semesta. KataAllah terbagi kepada alif, lam, lam, dan ha. “Alif” adalah batangtubuh manusia, “lam” hati manusia, “lam” (kedua) ruh manusiadan ha Tuhan. Untuk mengenal Zat Tuhan adalah dengan zat

Page 9: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

149

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

diri (ruh) manusia sendiri. Karen zat diri manusia adalah bagiandari Zat Tuhan, doa anak saleh adalah doa para nabi dan wali,jasad sudah Islam sejak dalam rahim ibu, tapi ruh masih kafir,tugas malaikat maut hanya mencabut ruh yang kafir, dan seluruhdosa yang ada disetujui Tuhan untuk dihapuskan ruhnya itusendiri. Ajaran ini difatwakan oleh MUI Kabupaten Batu Barapada tanggal 24 Februari 2014 M sebagai ajaran sesat dan menyesatkan.

Beberapa aliran menyimpang lainnya adalah ajaran N. YunusAS yang berdomisili di Tembung, Deli Serdang. Ia mengakudibedah dadanya, lalu israk mikraj untuk berjumpa denganTuhan, dan menerima 70 ayat suci dan dihimpun dalam sebuahkitab suci bernama Stanbol. Ia salat hanya pagi dan sore.

Di Langkat, Suhedi memimpin jemaahnya zikir dari jam19.00 sampai jam 04.00 pagi. Ia juga meminta jemaahnya agarmembacakan surah al-Fâtihah 3 kali dihadiahkan baginya sebelumtidur.

Di Medan, ada yang mengajarkan bahwa syahadah tidaksah sebelum disaksikannya. Ajaran ini adalah sesat, baik yangmengajarkannya atas nama tarekat atau tidak. Syahadah yangdiucapkan seseorang tanpa didengar atau dilihat siapa pun adalahsah, cukup Allah yang menyaksikannya. Demikian juga tidaksedikit buku yang beredar sekarang ini sebenarnya mengemukakanpaham sesat. Misalnya, buku yang berjudul Ternyata Akhirattidak Kekal oleh Agus Mustafa dan buku Indahnya KawinSesama Jenis karya enam orang mahasiswa di sebuah PerguruanTinggi Islam. Di Medan juga pengajian salafi paham Ibn Taimiyahmeresahkan, terutama orang tua. Sebab, pengajian ini memandangsemua paham adalah salah, selain paham Ibn Taimiyah sehinggaterjadi keretakan hubungan antara anak yang masuk pengajianini dengan orang tuanya.

Page 10: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

150

Aliran Minoritas Muslim Berskala NasionalDalam skala nasional, ditemukan beberapa aliran sesat yang

difatwakan oleh MUI Pusat, antara lain Islam Jama’ah, DarulArqam, Inkar Sunnah, paham Lia Eden, dan al-Qiyadah al-Islamiyah.

Pertama, aliran Islam Jama‘ah. MUI Pusat menyatakanbahwa ajaran Islam Jama‘ah, Darul Hadits (atau apa pun namayang dipakainya) adalah ajaran yang sangat bertentangan denganajaran Islam yang sebenarnya dan penyiarannya itu memancing-mancing timbulnya keresahan yang akan mengganggu kestabilannegara. MUI menyerukan agar umat Islam berusaha mengajakmereka yang tersesat untuk kembali kepada ajaran agama Islamyang murni dengan dasar niat dan keinginan menyelamatkansesama hamba Allah yang telah memilih Islam sebagai agamanyadari kemurkaan Allah SWT. Dalam Fikih Indonesia: HimpunanFatwa-Fatwa Aktual, fatwa nomor: 07 /Fatwa/MUI-DKI/II/2000ini merupakan penyempurnaan atas fatwa MUI DKI Jakartatanggal 16 Juli 1975 M, bahwa LDII adalah sebuah organisasiyang meneruskan dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam Jama‘ahyang telah dilarang oleh pemerintah (Kejaksaan Agung RI)melalui surat keputusan No. Kep. 089/DA/10/1971 tanggal 29Oktober 1971, karena ajaran dan doktrin-doktrinnya yang dapatmenyesatkan umat.

Kedua, aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Aliran ini dipimpinoleh Ahmad Mushaddeq yang mengajarkan adanya nabi sesudahNabi Muhammad SAW. Ahmad Mushaddeq memproklamirkandiri menjadi nabi pada tanggal 23 Juli 2006 di Bogor. Untukmaksud ini, dua kalimah syahadah diubah menjadi, Asyhaduallâ ilâha illallâh wa asyhadu ana Masihal Mau‘udar rasûlullah.Karena penyimpangan ini, al-Qiyadah al-Islamiyah difatwakanMUI Pusat sebagai aliran sesat. Putusan MUI tersebut adalah:

Page 11: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

151

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang mengajarkan ajaran, antaralain adanya syahadat baru, yang berbunyi: “Asyhadu allailaha illa Allah wa asyhadu anna masih al- Mau’ud RasulAllah”; adanya nabi/rasul baru sesudah Nabi MuhammadSAW.; belum mewajibkan salat, puasa dan haji, adalah bertentangandengan ajaran Islam. Ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah tersebutadalah sesat dan menyesatkan serta berada di luar Islam, danorang yang mengikuti ajaran tersebut adalah murtad (keluardari Islam). Bagi mereka yang terlanjur mengikuti ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah supaya bertobat dan segera kembalikepada ajaran Islam (al-ruju’ ila alhaq). Ajaran aliran al-Qiyadahal-Islamiyah telah terbukti menodai dan mencemari agamaIslam karena mengajarkan ajaran yang menyimpang denganmengatasnamakan Islam. Pemerintah berkewajiban untukmelarang penyebaran paham dan ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah,menutup semua tempat kegiatan serta menindak tegas pimpinanaliran tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah juga mengajarkan tidak wajibsalat lima waktu, zakat, puasa, dan haji. Menurut mereka, buruknyakeadaan sekarang ini menunjukkan bahwa Islam sedang beradapada periode Makkah. Menurut Ahmad Mushaddeq, manusiaharus meneladani Nabi Muhammad. Nabi Muhammad—katanya—hanya melakukan salat pagi dan sore serta qiyam al-lail. Qiyamal-lail dan salat pagi dan sore wajib. Siapa yang tidak melaksanakannya,wajib bayar kaffarat (tebusan) dengan terlebih dahulu mengisiformulir. Kemudian, wajib menyerahkan uang tebusan sejumlahyang ditentukan oleh petugas. Orang yang tidak melakukanmitsaq (bai‘at) tidak Islam. Orang yang tidak masuk ke dalamal-Qiyadah adalah orang Jahiliyah. Karena meneladani NabiMuhammad SAW., dakwah al-Qiyadah juga melalui tahapan,yaitu fase sirrun (sembunyi-sembunyi), fase jahrun (terang-terangan),fase qital (perang), fase futuh (kemenangan), dan fase khilafah

Page 12: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

152

(mendirikan negara Islam). Aliran ini juga mengajarkan bahwaNabi Adam bukan manusia pertama. Dosa besar adalah zinaakidah.Rûh al-Qudus yang turun kepada Musa, Isa, dan Muhammad,itu jugalah yang turun kepada Ahmad Mushaddeq. Rûh al-Qudusartinya firman Allah. Nabi Isa dalam arti jasad dan darah tidaknaik ke langit. Yang naik adalah Rûh al-Qudus. Sekarang turunkembali kepada Nabi yang baru. Ahmad Mushaddeq berkata,“Tugas Saudara sekarang mencari kepada siapa ûh al-Qudus turunhari ini, maka kepada dialah hari ini seharusnya bersyahadat,yaitu al-Masih Al-Mau‘ud. Kalau hari ini Saudara percaya kepadaaku, berarti akulah hari ini al-Masih al-Mau‘ud yang dijanjikanitu.” Menurutnya, ada empat tanda pada al-Masih. Pertama,mendapat Rûh al-Qudus (Yohanes 14: 25). Kedua, mendapatmimpi (Yoel 2: 28-29). Ketiga, menjadikan terang dunia (Wahyu18: 1, Yesaya 60: 1, 10). Keempat, menjadi utusan Allah =(Amos3: 7). Dengan demikian, Rûh al-Qudus telah berkali-kali turun,yaitu kepada Musa, Zadekiah, Yesus, Muhammad, dan al-Masih.

Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah kemudian menjelma menjadialiran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Inti aliran ini adalahmeyakini keberadaan pembawa risalah dari Tuhan Yang MahaEsa, sebagai mesias dan juru selamat, yaitu Ahmad Musadeqalias Abdus Salam Messi; mengingkari kewajiban salat limawaktu, puasa Ramadan, dan haji; mencampuradukkan (sinkretisme)antara ajaran Islam, Yahudi dan Nasrani dengan menafsirkanayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir. MUI telahmengeluarkan Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran GerakanFajar Nusantara (Gafatar) bahwa “aliran Gafatar adalah sesatdan menyesatkan.” MUI juga mengeluarkan empat rekomendasiterkait aliran Gafatar ini. “Pertama, para ulama diminta memberikanpembinaan dan pembimbingan terhadap para pengurus, pengikut,dan simpatisan eks Gafatar. Kedua, pemerintah diminta untuktetap menjamin hak keperdataan dari para pengikut, anggota

Page 13: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

153

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

dan pengurus Gafatar.Ketiga,umat Islam dihimbau dapat menerimakembali para pengikut, anggota dan pengurus Gafatar yangmau bertaubat. Keempat, masyarakat diminta senantiasa mengawasipenyebaran ajaran menyimpang dan melaporkan kepada yangberwenang, serta tidak melakukan langkah-langkah anarkis.”

Ketiga, paham Lia Eden yang mengaku berteman denganJibril dan membangun agama Salamullah. Karena klaim bertemandengan Jibril, sedang tugas Jibril menyampaikan wahyu kepadapara rasul, maka ia difatwakan sesat. Ia juga mengaku menerimaberita langit yang termuat dalam buku sucinya, al-Hira dalambahasa Indonesia. Ia mengaku Mahdi wanita di Indonesia danmengaku Nabi. Menurutnya, membakar semua bulu adalahtaubat yang membuat seseorang bersih menjadi seperti bayiyang baru dilahirkan. Namun ia tetap mengaku Islam. Perbuatanini adalah penistaan terhadap Islam. Karena itu, Lia Eden dihukumpenjara dua tahun.

Pada tanggal 22 Desember 1997, MUI telah mengeluarkanfatwa tentang ajaran Salamullah. MUI memutuskan:

Doa Keyakinan atau akidah tentang malaikat, termasuk malaikatJibril, baik mengenai sifat dan tugasnya harus didasarkanpada keterangan atau penjelasan dari wahyu (Alquran danHadis). Tidak ada satupun ayat maupun hadis yang menyatakanbahwa malaikat Jibril masih diberi tugas oleh Allah untukmenurunkan ajaran kepada umat manusia, baik ajaran baruatau ajaran yang bersifat penjelasan terhadap ajaran agamayang telah ada. Hal ini karena ajaran Allah telah sempurna.Pengakuan seseorang bahwa dirinya didampingi dan mendapatajaran keagamaan dari malaiakt Jibril bertentangan denganAlquran. Oleh karena itu, pengakuan itu dipandang sesatdan meyesatkan.

Keempat,paham Inkar Sunnah yang berarti menolak keberadaanHadis sebagai sumber ajaran Islam. Kelompok Inkar Sunnah

Page 14: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

154

hanya berpegang kepada Alquran. Karena tidak percaya kepadaHadis, mereka menafsirkan ayat-ayat Alquran menurut kehendaknya.Di Jakarta, kelompok ini memutuskan salat lima kali seharisemalam dua-dua rakaat tanpa azan dan iqamat. Mereka jugadifatwakan oleh MUI Pusat sebagai aliran sesat. MUI memfatwakanbahwa “aliran yang tidak mempercayai hadis Nabi MuhammadSAW sebagai sumber hukum syariat Islam, adalah sesat menyesatkandan berada di luar agama Islam. Kepada rnereka yang secarasadar atau tidak, telah mengikuti aliran tersebut agar segerabertaubat.” MUI menyerukan bahwa “menyerukan kepada umatIslam untuk tidak terpengaruh dengan aliran yang sesat itu.Mengharapkan kepada para Ulama untuk memberikan bimbingandan petunjuk bagi mereka yang ingin bertobat. Meminta dengansangat kepada pemerintah agar mengambil tindakan tegas berupalarangan terhadap aliran yang tidak mempercayai Hadis NabiMuhammad SAW. sebagai sumber syariat Islam.”

Kelima, paham Jaringan Islam Liberal (JIL) yang inti ajarannyaadalah semua agama sama, tidak ada hukum dalam Islam, yangada hanyalah ijtihad (pendapat) ulama, dan Nabi Muhammadmanusia biasa. MUI Pusat telah mengeluarkan fatwa tentangpluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. Pluralisme agamamemandang semua agama sama dan penganutnya semua masuksurga. Sekularisme agama adalah paham yang memisahkan antaraurusan dunia dari agama. Liberalisme agama memahami nas-nas Alquran dan Hadis berdasarkan pikiran bebas. Ketiga ismeini difatwakan MUI Pusat sebagai paham yang bertentangandengan ajaran agama Islam dan haram mengikutinya. Padatanggal 21 Jumadil Akhir 1426, bertepatan dengan tanggal 28Juli 2005, MUI Pusat telah mengeluarkan fatwa tentang pluralisme,sekularisme dan liberalisme sebagai berikut:

Pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama..adalah pahamyang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat Islam

Page 15: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

155

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

haram mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalismeagama. Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajibbersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkanakidah dan ibadah umat Islam dengan akidah dan ibadahpemeluk agama lain. Bagi masyarakat Muslim yang tinggalbersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalahsosial yang tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah, umatIslam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulansosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak salingmerugikan.

Meskipun MUI telah mengeluarkan fatwa tentang pluralisme,sekularisme, dan liberalisme, namun pemikiran kelompok JILterus berkembang dan meraih dukungan dari perguruan tinggiagama Islam di Indonesia. Di antara tokoh yang mengembangkanpaham Islam Liberal adalah Nurcholish Madjid, Gus Dur, M.Dawam Rahardjo, Ulil Abshar Abdalla, Zainun Kamal, dan SitiMusdah Mulia. Mereka telah menghasilkan banyak karya yangmemang memberikan pengaruh terhadap generasi muda di Indonesia.

Keenam, aliran Darul Arqam yang didirikan oleh AshariMuhammad yang merupakan alumi Ma‘had Hishamuddin diKlang, Selangor, Malaysia. Ajaran ini menyatakan bahwa auradMuhammadiyah Darul Arqam diterima secara langsung olehSyekh Suhaemi, tokoh Darul Arqam, dari Rasulullah SAW. diKakbah dalam keadaan terjaga. Inti dari aliran Darul Arqamadalah aurad Muhammadiyah. MUI memutuskan “ajaran DarulArqam adalah ajaran yang menyimpang dari akidah Islam.”

Aliran Minoritas Muslim Berskala InternasionalSelain aliran yang bersifat lokal dan nasional, beberapa

aliran yang berskala internasional, karena tumbuh dan berkembangdi luar negeri, muncul di Indonesia. Di antaranya adalah Ahmadiyah

Page 16: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

156

dan Syiah. Ketimbang aliran yang bersifat lokal dan nasional,kedua aliran tersebut mendapatkan dukungan dari luar negeri,baik moril dan materil, yang akhirnya membuat pertumbuhandan perkembangannya di Indonesia semakin terasa.

Pertama, Ahmadiyah Qadian yang didirikan oleh MirzaGhulam Ahmad yang lahir di Qadian, India. Ia menulis sejumlahbuku, di antaranya adalah al-Istifta’, Maktub Ahmad, dan Mawahibal-Rahman. Dalam buku-buku ini, ia mengaku Mujaddid, Mahdi,Nabi, dan Rasul. Ia mengaku bahwa Jibril datang kepadanyadan ia menerima wahyu dari Tuhan. Kumpulan wahyunya adalahkitab Tazkirah yang jauh lebih tebal dari Alquran. Ia mengakusatu kali tiga ratus ribu mukjizah dan kali yang lain lebih satujuta. Di antara mukjizatnya adalah bahwa siapa yang memusuhinyaakan mati, ia akan hidup lebih 80 tahun, ia akan kawin denganseorang perempuan cantik, Muhammadi Begam, dan kepandaiannyamenulis buku dalam bahasa Arab, sedangkan ia bukan orangArab. Ternyata ia meninggal dalam usia 70 tahun, tidak jadikawin dengan Muhammadi Begam, dan orang-orang yang memusuhinyadari dulu sampai sekarang tidak mati. Kemampuannya menulisdalam bahasa Arab benar, tetapi tidaklah ini dapat dipandangsebagai mukjizat, karena ini adalah hal biasa. Orang yang mengakuNabi di zaman Nabi dan sahabat hukumnya dibunuh karenadihukum sebagai murtad.

MUI dalam Munas II yang berlangsung tanggal 26 Meisampai 1 Juni 1980 di Jakarta menfatwakan tentang jamaahAhmadiyah, sesuai dengan data dan fakta yang diketemukandalam sembilan buku tentang Ahmadiyah sebagai jamaah diluar Islam, sesat dan meyesatkan. Fatwa ini diperkuat lagi denganFatwa Munas VII MUI tanggal 28 Juli 2005 di Jakarta bahwaaliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan,serta orang Islam yang mengikutinya murtad (keluar dari Islam).Pertama, menegaskan kembali fatwa MUI dalam Munas II Tahun

Page 17: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

157

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

1980 yang menetapkan bahwa Aliran Ahmadiyah berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinyaadalah murtad (keluar dari Islam). Kedua, bagi mereka yangterlanjur mengikuti Aliran Ahmadiyah supaya segera kembalikepada ajaran Islam yang haq (al-ruju‘ ila al-haqq), yang sejalandengan Alqruan dan Hadis. Ketiga, pemerintah berkewajibanuntuk melarang penyebaran paham Ahmadiyah di seluruh Indonesiadan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya.

Sejak masuk ke Indonesia pada tahun 1926, Ahmadiyahmenuai protes dari umat Islam di Indonesia di tahun 1930.Pasca Reformasi, beberapa kasus penyerangan umat Islam kekomunitas Ahmadiyah terus terjadi. Misalnya, kasus penyeranganwarga Ahmadiyah di Kampung Cisalada, Desa Ciampea Udik,Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat13 Juli 2012. Sebagai akibat dari konflik antara masyarakat Muslimdan jamaah Ahmadiyah di Indonesia, pemerintah mengeluarkanSurat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No. 3/2008 No.Kep 033/a/ja/2008 dan No. 199 Tahun 2008 yang diharapkandapat terciptanya kerukunan antara umat beragama. Akibat tidakmematuhi SKB 3 Menteri terkait jamaah Ahmadiyah, MenteriAgama RI Surya Dharma Ali meminta jamaah Ahmadiyahmembentuk agama sendiri. Pada tahun 2016, kembali terjadikekerasan dan pengusiran terhadap warga Ahmadiyah di KabupatenBangka. Pada tahun 2017, sejumlah organisasi Islam di KotaDepok menolak keberadaan masjid Ahmadiyah yang bernamaMasjid al-Hidayah yang terlatak di Sawangan Baru, Sawangan,Depok. Pemerintah Kota Depok diminta membubarkan kegiatanAhmadiyah di Depok.

Kedua, Syiah Imamiyah yang merupakan aliran Syiah yangmasih eksis dan berkembang sampat saat ini. Pusat aliran iniberada di Republik Islam Iran, dan memiliki banyak pengikutdi Irak, Suriah, dan Libanon. Di Indonesia, penganut mazhab

Page 18: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

158

Syiah Imamiyah memang terus bertambah namun belum signifikan,dan tersebar di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Jakarta, JawaBarat, dan Jawa Timur. Tokoh-tokoh Syiah yang terkemuka diantaranya adalah Jalaluddin Rakhmat, Abdullah Beik, MuhsinLabib, Kholid Al-Walid, Umar Shahab, Musa Kazim, dan HaidarBagir. Para penganut mazhab Syiah di Indonesia membentuksejumlah organisasi dan yayasan. Di antara organisasinya adalahIkatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Ahlul Bait Indonesia(ABI), dan Ikatan Pemuda Ahlul Bait Indonesia (IPABI). Padasaat ini, tidak kurang dari 77 yayasan Syiah di Indonesia yangtersebar di Aceh, Sumatera Utara, Palembang, Jakarta, Jawa Barat,Jawa Tengah, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa Timur. Beberapapenerbit di Indonesia menerbitkan buku-buku yang ditulis olehulama-ulama Iran, seperti penerbit Mizan, Pustaka Hidayah,dan Shadra Press. Islamic Cultural Center di Jakarta juga dinilaisebagai gerbong Syiah di Indonesia. Beberapa pemuka Syiahjuga telah menjadi politisi, di antara mereka telah menjadianggota legislatif mewakili partai-partai nasionalis.

Majelis Ulama Indonesia telah memberikan rekomendasimengenai status mazhab Syiah di Indonesia. Dalam Rapat KerjaNasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M, MUImenghimbau “kepada umat Islam Indonesia yang berpahamAhlussunnahwaljamaah agar meningkatkan kewaspadaan terhadapkemungkinan masuknya paham yang didasarkan atas ajaranSyiah.” MUI menyatakan bahwa “paham Syiah sebagai salahsatu paham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlussunnahwaljamaah)yang dianut oleh umat Islam Indonesia.” Menurut MUI, perbedaanantara Sunni dan Syiah adalah:

Syiah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh AhluBait, sedangkan Ahlusunnahwaljamaah tidak membeda-bedakanasalkan hadis itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.

Page 19: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

159

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

Syiah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkanAhlussunnahwaljamaah memandangnya sebagai manusia biasayang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan). Syiah tidakmengakui ijmak tanpa adanya “Imam”, sedangkanAhlussunnahwaljamaah mengakui ijmak tanpa mensyaratkanikut sertanya “Imam”. Syiah memandang bahwa menegakkankepemimpinan/pemerintahan (imâmah) adalah termasuk rukunagama, sedangkan Sunni (Ahlussunnahwaljamaah) memandangdari segi kemaslahatan umum dengan tujuan ke-imâmah-anadalah untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentinganumat. Syiah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahanAbu Bakar al-Siddîq, ‘Umar Ibn al-Khaththâb, dan ‘Utsmânbin ‘Affân, sedangkan Ahlussunnahwaljamaah mengakui keempatKhulafâ’ Rasyîdîn (Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsmân dan ‘Ali binAbi Thâlib).

Keberadaan pemeluk mazhab Sunni memang mulai memunculkanreaksi dari komunitas Sunni di Indonesia. Di Sampang, Madura,konflik Sunni-Syiah terjadi sejak tahun 2004 yang berujungpada kekerasan. Konflik sesungguhnya terjadi pada hari Minggu,tanggal 26 Agustus 2012 dimana kelompok Sunni membakar37 rumah pengikut Syiah, dan perkelahian fisik yang mengakibatkansatu korban tewas dan belasan luka-luka. Kasus ini naik menjadikasus nasional. Akan tetapi, kasus serupa belum terjadi di wilayahlain seperti Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. MUIjuga telah menerbitkan buku yang berjudulMengenal dan MewaspadaiPenyimpangan Syiah di Indonesia yang ditulis oleh KH. Ma’rufAmin, Prof. Yunahar Ilyas, H. Ichwan Sam, dan Dr. Amirsyah.Buku tersebut diharapkan dapat menjadi buku panduan bagimasyarakat Muslim terkait paham Syiah yang terus berkembangdi Indonesia. Aliran Syiah juga mendapatkan penentangan dariorganisasi-organisasi seperti Al Washliyah dan Muhammadiyah,selain dari kelompok-kelompok salafi dan wahabi di Indonesia.

Page 20: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

160

Pada tanggal 25 Oktober 1997, MUI juga telah memfatwakanhukum nikah mut‘ah yang merupakan bagian dari ajaran dalammazhab Syiah. MUI memutuskan bahwa “nikah mut’ah hukumnyaadalah haram. Pelaku nikahmut‘ah harus dihadapkan ke pengadilansesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”Fenomena mut‘ah memang mulai terjadi di Indonesia, dimanalaki-laki dari kelompok Syiah menikahi perempuan-perempuanSunni secara mut‘ah. Tentu saja, fenomena ini akan menjadisalah satu faktor penyebab konflik Sunni dan Syiah di masamendatang.

Fatwa MUI tentang Syiah tidak sekeras fatwa terhadapAhmadiyah. Akan tetapi, MUI Jawa Timur sesuai surat keputusannyaNo. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiahmemutuskan bahwa “...ajaran Syiah...serta ajaran-ajaran yangmempunyai kesamaan dengan paham Syiah Imamiyah ItsnaAsy‘ariyah adalah sesat dan menyesatkan. Menyatakan bahwapenggunaan istilah Ahlul Bait untuk pengikut Syiah adalahbentuk pembajakan kepada Ahlul Bait Rasulullah SAW.” KetimbangMUI Pusat dan MUI di daerah lain, MUI Jawa Timur lebihberani menyatakan kesesatan ajaran Syiah.

PenutupDapat disimpulkan bahwa meskipun mayoritas penduduk

Indonesia menganut paham Ahlussunnahwaljamaah, tidak dipungkiribahwa aliran-aliran keagamaan yang pernah muncul di duniaIslam tumbuh dan berkembang. Bahkan dalam komunitas mazhabSunni pun muncul pemahaman baru terhadap agama yang dinilaioleh MUI sebagai aliran menyimpang dalam Islam. MUI sebagailembaga keagamaan Islam didukung oleh organisasi-organisasiIslam di Indonesia seperti Al Jam’iyatul Washliyah, NU, Muhammadiyah,dan al-Ittihadiyah. Menilai pertumbuhan dan perkembangan

Page 21: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

161

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

aliran-aliran, mazhab-mazhab, dan pemahaman-pemahaman barudi Indonesia, MUI telah menyikapi dan mengeluarkan fatwatentang berbagai aliran dan pemahaman baru tersebut. Di antaraaliran dan paham yang mendapatkan respons dari MUI adalahSyiah, Ahmadiyah, Jaringan Islam Liberal, ditambah sejumlahaliran-aliran kecil dan tidak berskala internasional.[]

Pustaka AcuanAs’ad, Muhammad. “Ahmadiyah and the Freedom of Religion

in Indonesia,” dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 3,No. 2, 2009.

Hamzah, Muhammad Maulana. “Peran dan Pengaruh FatwaMUI dalam Arus Transformasi Sosial Budaya di Indonesia,”dalam Millah: Jurnal Studi Agama, Vol. 17, No. 1, 2017.

Hilmy, Masdar. “Whither Indonesia’s Islamic Moderatism? AReexamination on the Moderate Vision of Muhammadiyahand NU,” dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 11, No.2, 2017.

Ismail, Faisal. “The Nahdlatul Ulama: Its Early History andContribution to the Establishment of Indonesian State,”dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 5, No. 2, 2011.

Ja’far. “Respons Dewan Fatwa Al Jam’iyatul Washliyah terhadapIsu Akidah dan Syariah di Era Global,” dalam al-Manahij:Jurnal Kajian Hukum Islam, Vol. 11, No. 1, 2016.

Ja’far. Tradisi Intelektual Al Washliyah: Biografi Ulama Kharismatikdan Tradisi Keulamaan. Medan: Perdana Publishing, 2015.

Niam, Khoirun. “Nahdlatul Ulama and the Production of MuslimIntellectuals in the Beginning of 21st Century Indonesia,”dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 11, No. 2, 2017.

Sajari, Dimyati. “Fatwa MUI tentang Aliran Sesat di Indonesia(1976-2010),” dalam MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman,Vol. 39, No. 1, 2013.

Page 22: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

162

Siddik, Dja’far dan Rosnita,.”Gerakan Pendidikan Al Washliyahdi Sumatera Utara,” dalam Ulumuna: Journal of IslamicStudies, Vol. 18, No. 1 2014.

Syafei, Zakaria. “Tracing Maqasid al-Shari‘ah in the Fatwas ofIndonesian Council of Ulama (MUI),” dalam Journal ofIndonesian Islam, Vol. 11, No. 2, 2017.

Zuldin, Muhammad. “Konflik Agama dan Penyelesaiaannya:Kasus Ahmadiyah di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat,”dalam MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 37, No.2, 2013.

Page 23: ALIRAN MINORITAS DALAM ISLAM DI INDONESIA

163

VOL. 1 NO. 2 JULI-DESEMBER 2017

Catatan Akhir:1Lihat Ja’far, Tradisi Intelektual Al Washliyah: Biografi Ulama Kharismatik

dan Tradisi Keulamaan (Medan: Perdana Publishing, 2015); Dja’far Siddik dan Rosnita,“Gerakan Pendidikan Al Washliyah di Sumatera Utara,” dalam Ulumuna: Journal ofIslamic Studies, Vol. 18, No. 1 2014; Ja’far, “Respons Dewan Fatwa Al Jam’iyatulWashliyah terhadap Isu Akidah dan Syariah di Era Global,” dalam al-Manahij: JurnalKajian Hukum Islam, Vol. 11, No. 1, 2016.

2Faisal Ismail, “The Nahdlatul Ulama: Its Early History and Contribution tothe Establishment of Indonesian State,” dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 5,No. 2, 2011; Khoirun Niam, “Nahdlatul Ulama and the Production of MuslimIntellectuals in the Beginning of 21st Century Indonesia,” dalam Journal of IndonesianIslam, Vol. 11, No. 2, 2017.

3Masdar Hilmy, “Whither Indonesia’s Islamic Moderatism? A Reexaminationon the Moderate Vision of Muhammadiyah and NU,” dalam Journal of IndonesianIslam, Vol. 11, No. 2, 2017.

4Muhammad Maulana Hamzah, “Peran dan Pengaruh Fatwa MUI dalam ArusTransformasi Sosial Budaya di Indonesia,” dalam Millah: Jurnal Studi Agama, Vol.17, No. 1, 2017; Zakaria Syafei, “Tracing Maqasid al-Shari‘ah in the Fatwas of IndonesianCouncil of Ulama (MUI),” dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 11, No. 2, 2017.

5Lihat Dimyati Sajari, “Fatwa MUI tentang Aliran Sesat di Indonesia (1976-2010),” dalam MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 39, No. 1, 2013.

6Muhammad As’ad, “Ahmadiyah and the Freedom of Religion in Indonesia,”dalam Journal of Indonesian Islam, Vol. 3, No. 2, 2009; Muhammad Zuldin, “KonflikAgama dan Penyelesaiaannya: Kasus Ahmadiyah di Kabupaten Tasikmalaya, JawaBarat,” dalam MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 37, No. 2, 2013.